Bentrok Rimba Persilatan 1

Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 1


Bentrok Rimba Persilatan
di http://cerita-silat.mywapblog.com
Thian Kiam Coat To
Karya : Khu Lung
Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/
http://ebook-dewikz.com/ http://cerita-silat.co.cc/
HARI BARU TERANG, matahari yang baru terbit itu
menyinari puncak "Hwe Ing" yang sangat curam dan diliputi oleh kabut. Seorang anak laki-laki yang berusia 8-9 tahun
tampak mendekati puncak tersebut, sepasang tangannya yang
bulat memandang terpesona pada kuil kuno yang terdapat di
atas puncak gunung itu, ia menghela napas lega. Pada paras
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
mukanya tampak rasa terkejut dan gembira. Setelah berhenti
sejenak, ia mulai mendaki tebing itu kembali. Kuil kuno itu tampak berdiri tegak di bawah sinar matahari sunyi senyap tak terdengar suara sedikitpunjua, se-akan2 tak terdapat
seorangpun di dalam kuil itu, ia berhenti sejenak sambil
memejamkan matanya, Kemudian menaiki tangga batu dan
masuk ke dalam ruangan Kuil dengan perlahan- lahan.
Ditengah-tengah ruangan kuil yang besar itu duduklah
seorang tua yang rambutnya sudah putih semuanya dengan
muka menghadap pada pintu masuk kuil. Ketika melihat anak
laki-laki itu memasuki ruangan kuil, ia memandang dengan
sinar mata yang dingin, paras mukanya tak mengunjukkan
perasaan sedikitpun jua. Anak laki-laki itu mengangkat
kepalanya and dengan mata penuh air mata dipandangnya
orang itu, kemudian berlututlah ia dengan perlahan-lahan.
orang tua itu memandangnya dengan dingin sambil
berkata: "Apakah engkau datang untuk belajar ilmu silat?"
Tiap-tiap kata yang diucapkannya itu sangat jelas dan
suaranya menggema di dalam ruangan kuil itu sehingga
suasana di tempat itu diliputi oleh napsu pembunuhan-
Anak laki-1aki itu menundukkan kepalanya dengar tidak
mengeluarkan sepatah katapun juga, dengan diam-diam ia
telah mengakuinya. orang tua itu tertawa dengan suara yang
tak wajar, dia berkata.
"Apakah kedua orang tuamu telah dibunuh orang dan
engkau akan belajar ilmu silat untuk menuntut balas?" setelah berkata ia mendengus.
Anak laki-laki itu mengangkat kepalanya dan dengan
bercucuran air mata, berkatalah ia. "Boanpwe Boen ching mohon sudilah locianpwe melepas budi untuk menerima
boanpwe sebagai murid."
orang tua itu memandang anak laki-laki yang bernama
Boen ching, mukanya yang halus mungil itu telah penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dengan air mata, kemudian mendengus dengan dingin dan
berkata. "Apakah engkau tidak mengetahui sifat-sifatku" Kalau engkau tidak segera pergi, akan kubunuh di bawah telapak
tanganku.."
Anak laki2 itu tertawa sedih dan berkata:
"Boanpwe sudah tahu semuanya. Tetapi kalau loelanpwe
tak mau menerima boanpwe sebagai murid boanpwe juga
akan mengalami kematian, lebih baik mati di bawah telapak
loelanpwe masih lebih berharga", ia berkata dengan mantap dan airmata membasahi pipinya.
orang tua itu mendengus dan berkata: "Mengapa engkau
hanya mempunyai jalan kematian" Siapa yang membunuh
kedua orang tuamu?"
Boen ching mengangkat kepalanya dan berkata. "Pat
Huang Sin Mo".
orang tua itu tersenyum mengejek, di matanya Pat Huang
Sin Mo bukan merupakan apa-apa, tetapi pada waktu itu yang
dapat mengalahkan Pat Huang Sin Mo cie Uh Chan ada berapa
orang" Kiranya hanya dia seorang.
Berpikir sampai di sini tanpa terasa terlintaslah di wajahnya senyum penuh kebanggaan- Dia memandang Boen ching
sejenak dan berkata dalam hatinya. "Meskipun anak ini sangat menyenangkan tetapi aku telah membuat peraturan yang tak
dapat ku langgar sendiri, aku harus membunuh mati dia".
Boen ching memandang orang tua itu dalam hati kecilnya ia
sudah dapat menerka apa yang akan dikerjakan oleh orang
tua itu. ia mengangkat badannya pelahan-lahan dan berdiri
mematung di sana dengan tidak merasa gentar sedikitpun-
orang tua itu mengerutkan alisnya, anak di depan matanya
itu ternyata dapat menebak apa yang dipikirkan olehnya. Hal ini membuat sangat terkejut. Dalam hatinya timbul rasa iri, maksud untuk membunuh Boen ching menjadi lebih teguh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Waktu hendak mengangkat tangannya tiba2 telinganya
menangkap suara lain yang menarik perhatiannya. Hal ini
membuatnya mau tak mau harus melepaskan segala gerak
gerik Boen ching dan memandang pada pintu kuil.
Terdengar suara yang sangat perlahan dan dalam ruangan
kuil itu telah bertambah dengan tujuh orang sastrawan yang
masing2 menyoren sebilah pedang pada pundaknya.
Boen ching sangat terkejut, dia segera mengerti apa yang
akan dikerjakan oleh tujuh orang itu dan dengan perlahan-
lahan ia mengundurkan diri ke ujung kuil itu.
Ke tujuh orang itu memandang sejenak ke seluruh kuil.
Boen ching tak dipandang sebelah matapun oleh mereka.
Tetapi demi melihat didalam kuil itu selain si orang tua dan Boen ching tidak terdapat orang lain lagi, pada muka ke tujuh orang itu tampak rasa terkejut:
orang tua itu tertawa dingin, matanya memandang ke tujuh
orang itu dan berkata. :Thian San ciet Kiam hari ini datang kemari apakah ingin membereskan aku si orang tua?" selesai berkata ia senyum mengejek.
Ke tujuh orang yang dijuluki Thian San ciet Kiam itu
memiliki ilmu silat yang tinggi. Kali ini mereka bertujuh
diundang oleh tujuh partai besar untuk menghadapi orang
yang memiliki ilmu silat tertinggi pada waktu itu yakni Thian Jan shu. Mereka sengaja datang terlambat tetapi masih tetap tak tampak tujuh partai besar hadir di situ. Mereka merasa
tertipu, tetapi ketika mendengar Thian Jan Shu begitu
memandang rendah mereka menjadi gusar.
Ketua dari Thian San chiet Kiam mendengus dan berkata.
"Thian Jan Shu, engkau tidak jelas dari golongan murni atau dari golongan sesat, orang2 dunia kangouw sudah lama
berniat untuk menyingkirkanmu".
Thian Jan Shu tertawa terbahak-bahak, sejenak kemudian
dia berkata. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"orang-orang dunia kangouw mempunyai niat buruk
menyingkirkan aku" Kalau begini kamu tujuh orang tertipu dan datang kemari untuk menahan pos yang pertama". Sebelum Thian San chiet Kiam sempat menjawab, Thian Jan Shu
tertawa lagi dan berkata:
"Katanya Thian San Pay telah dapat menandingi partai
besar sejak munculnya kamu bertujuh, Hari ini aku ingin
melihat sampai dimanakah kepandaian kalian".
Dalam hati tujuh orang itu sebenarnya merasa jeri terhadap
Thian Jan Shu yang telah menggetarkan sungai telaga, tetapi demi mendengar Thian Jan Shu menyinggung nama Thian San
pay yang dapat menandingi 7 partai besar semangat mereka
menjadi berkobar dan mereka membatin- "Kamu 7 partai
besar sebenarnya iri terhadap Thian San pay kami. ini hari
kami bertujuh akan membereskan Thian Jan Shu, akan kami
lihat kamu dapat berbuat apa" Berpikir sampai di sini
semangat mereka menjadi terbangun dan berkata:
"Thian Jan Sun kami dengar kau merupakan seorang yang
terkuat dalam puluhan tahun-ini hari kami bertujuh saudara
ingin mendapatkan pengajaran darimu," sehabis berkata
begitu mereka meloloskan pedangnya masing-masing hingga
ruangan kuil itu dipenuhi dengan sinar pedang yang
gemerlapan- Thian Jan Sun menatap ke langit dan tertawa terbahak-
bahak sehingga menggetarkan seluruh ruangan kemudian
berkatalah ia dengan keras. "Telah lama aku tak bergerak, sungguh tak kusangka kamu bertujuh mempunyai semangat
yang menyala-nyala". sehabis berkata demikian ia bangun berdiri dengan perlahan.
Thian San chit Kiam yang berhadapan dengan tokoh tinggi
tersebut tidak berani memandang ringan- Kaki mereka segera
bergerak mengurung Thian Jan Shu ditengah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Thian Jan Shu memandang ketujuh orang itu dan pada
wajahnya tersungging senyuman mengejek. Begitu badannya
bergerak dalam sekejap mata telah melancarkan tujuh kali
pukulan- Ketujuh orang itu menangkis dengan pedangnya,
tetapi segera mereka terhuyung mundur setindak, mereka
menjadi terkejut, ketika melihat Thian Jan Shu berdiri di sana seolah-olah tak terjadi suatu apapun, dan berkata dalam
hatinya. Thian Jan shu benar-benar bukan nama kosong, pada
saat ini kiranya tiada orang kedua yang dapat mengundurkan
kami bertujuh dengan mudah", Ketua dari Thian San chiet Kiam lalu mengangkat pedangnya dan ketujuh orang itu
segera bergerak dengan cepat mengerahkan ilmu pedang
Thian San pay yang paling lihay yaitu Tui Yun Toan Jiet cap Sah Sih" atau tiga belas jurus ilmu pedang mengejar mega memotong matahari untuk menyerang Thian Jan Shu. Thian
Jan Shu tertawa dingin, kakinya segera bergerak dan dengan
sepasang kepalannya ia melawan tujuh batang pedang.
Pada saat itu, kuil yang tadinya sunyi senyap segera diliputi oleh suara angin pukulan yang kencang dan sinar pedang
yang menyilaukan mata.
Boen ching yang berdiri di pinggir memandang mereka
yang sedang bertempur dengan terpesona.
Thian Jan Shu disamping menggunakan pukulannya untuk
mendesak serangan tujuh batang pedang itu diam-diam
berpikir. Dengan ilmu pedang mereka yang demikian lihay.
tidak heran kalau Thian San Pay dapat meliputi tujuh partai besar. Berpikir sampai di sini, di mulutnya terlihat lagi
senyuman mengejek
Tujuh batang pedang bersama-sama mengerubuti Thian
Jan Shu, tetapi belum sampai jurus pedang digunakan
seluruhnya, jalannya telah tertutup, Melihat hal ini ke tujuh orang itu menjadi terkejut, karena sejak turun gunung belum pernah mereka mengalami hal yang demikian- Thian Jan shu
memandang ke tujuh orang itu dan melancarkan pukulan ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
arah mereka dengan tiba-tiba, tetapi ternyata pukulan Thian Jan Shu itu hanya pukulan kosong belaka.
Ke tujuh orang itu segera mengambil tempat di sudut
utara. Thian Jan Shu mengerutkan alisnya dan dia paham
kalau ke tujuh orang itu segera akan mengerahkan seluruh
jurus dari "Tui Yun Toan Jiet cap Sah Sih".
Pedang bergerak secepat kilat dan menyerang dengan
ganasnya, tetapi tetap tak dapat mengenai Thian Jan Shu
seujung rambutpun.
Thian Jan Shu tersenyum dan mendorongkan kedua
tangannya ke depan, Thian San chiet Kiam segera menangkis
dengan pedangnya, tetapi tiba-tiba pukulan Thian Jan Shu
berubah arah sehingga badan Thian San chiet Kiam menjadi
miring, letak kakinya berubah arah dan saling bertubrukan.
Sungguh tidak terkira satu pukulan dari Thian Jan Shu
ternyata dapat membuat diri ke tujuh orang itu salah
menginjak tempat dan bertubrukan.
Se jurus kemudian barisan pedang menjadi kacau balau
dan membuat Thian San chiet kiam dalam sekejap saja berada
di bawah angin-
Ketika Thian Jan Shu akan memukul mati ke tujuh orang
itu, terlintaslah suara pikiran dalam otaknya. Telah banyak tahun ia tidak menggerakan otot-ototnya. Meskipun tujuh
orang itu tidak dipandangnya sebelah mata, tetapi dalam
dunia kangouw juga dapat dihitung sebagai tokoh yang tinggi ilmunya. Mereka bertujuh dapat juga membuat dia
melemaskan otot-otot yang telah kaku. Berpikir sampai di sini dia lalu berdiri diam tidak melanjutkan pukulannya.
Thian San chiet Kiam mengira mereka pasti mati tetapi
ternyata Thian Jan Shu tidak melanjutkan pukulannya. Dalam
hati mereka timbul rasa heran, apakah iblis ini tiba-tiba
mempunyai rasa belas kasihan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketua dari Thian San chiet Kiam mengangkat pedangnya,
tujuh orang maju selangkah ke depan dan mengeluarkan jurus
Thian San Kiam atau tujuh pedang hawa sakti. Begitu
dikerahkan jurus pedang yang tadinya cepat dan ganas segera berubah menjadi sangat lembut. ini adalah ilmu pedang yang
sangat lihay yang disertai dengan lwekang.
Thian Jan Shu tertawa keras dan berkata. "Yang ini
mungkin masih berarti" Tenaganya segera di kerahkan
sehingga tiap pukulannya mengeluarkan angin yang kencang.
Makin lama Thian San chiet Kiam makin gugup, Kalau pada
pertempuran yang tadi Thian Jan Shu kebanyakan menjaga
diri daripada menyerang maka kali ini ia membalas dengan
serangannya sehingga tujuh orang itu tak dapat bertahan lagi.
Makin lama bertempur Thian Jan Shu menjadi makin
bersemangat. Tampak badannya berkelebat disertai dengan
tertawanya. Meskipun Than San chiet Kiam memiliki ilmu
pedang yang tinggi, tetapi dalam mata Thian Jan Shu, orang
aneh dalam dunia kangouw selama puluhan tahun ini,
bukanlah merupakan apa-apa.
Sekejap kemudian Thian Jan Shu telah menotok jalan darah
ke tujuh orang itu dan bersama suara tertawanya ia telah
kembali ke tempatnya semula. Menurut suara hatinya, segera
ia akan membunuh tujuh orang itu tetapi pikirannya segera
berubah. Tujuh orang bersama-sama menjagoi Tionggoan,
mungkin masih ada ilmu-ilmu lain yang belum sempat
dikeluarkan- Aku akan lihat Thian san chiet Kiam masih
mempunyai ilmu-ilmu yang lain atau tidak. Di bawah
pandangan mataku ilmu silat di dunia persilatan sudah tidak ada artinya. Berpikir sampai di sini, Thian Jan Shu
memandang tujuh orang itu dan tersenyum. Badannya segera
berkelebat membebaskan totokan Thian San chiet Kiam.
Thian San chiet Kiam tidak mengira kalau ilmu silat Thian
Jan Shu sedemikian tingginya, ternyata melebihi dari apa yang telah mereka dengar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Thian Jan Shu yang melihat tujuh orang itu memandangnya
dengan sinar mata terkejut, tertawa dengan senang. Dalam
hati berpikir: Tujuh orang ini sudah kukalahkan- Di tinggal juga tak ada gunanya. Lebih baik kubunuh saja.
Siapa tahu, belum sampai tertawanya berhenti, dibelakang
desiran angin yang menyerang ke badannya. Dalam hati Thian
Jan Shu berkata: "Segala macam senjata rahasia akan
menyerang aku" Kalau tidak kutunjukkan ilmu simpananku,
mungkin kamu matipun tidak meram".
Dia masih menghadap ke langit sambil tertawa tidak henti-
hentinya. Tiga desiran angin yang menyerangnya telah
menyentuh belakang bajunya dan mengancam tiga jalan
darah penting dipunggungnya yaitu, "Tjle Tong To", "Beng Bun To" dan "Ling Tay To". Dia segera berhenti tertawa dan mengerahkan tenaga Khie-kangnya untuk mementalkan
senjata rahasia yang menyerangnya.
Mendadak muka Thian Jan Shu berubah dan menunjukkan
rasa ngeri dan jeri. Senjata rahasia itu ternyata dapat
menembus hawa Khi-kang yang melindungi badannya. Dia tak
mengira kalau bisa terjadi peristiwa demikian mendadak.
Ternyata tenaga Khi-kang yang melindunginya menjadi tak
berguna. Badannya menggigil karena tiga jalan darah penting punggungnya telah terkena senjata rahasia.
Mukanya menjadi pucat, lalu ia membalikkan tangannya
untuk mencabut satu senjata rahasia tersebut, senjata rahasia itu memancarkan sinar yang gemerlapan, panjangnya lima
inci. Ternyata itu adalah pusaka "Thian Liong Suo" yang telah lama lenyap dari dunia kangouw.
Sungguh tak dinyana dapat muncul ditangan Thian San
chie Kiam dan karena terlalu memandang ringan lawannya
sehingga dirinya menjadi korban-
Thian San chiet Kiam juga terkejut, sungguh tak mereka
sangka-sangka setelah terkena senjata rahasia "Thian Liong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Suo" pada tiga jalan darah yang terpenting. Thian Jan Shu masih berdiri teguh. Mereka tak berani banyak berpikir, segera mengangkat pedang dan maju menyerang.
Thian Jan Shu yang mengalami luka parah ketika melihat
tujuh orang itu menyerang lagi, menjadi gusar sekali.
Badannya meleset ke angkasa "Tan Ciang Hoat" atau ilmu pukulan Thian Jan- Terdengar suara jeritan ngeri, tubuh Thian San ciet Kiam terpental keluar kuil dan binasa disaat itu juga.
Thian Jan Shu yang sekali pukul telah membinasakan ke
tujuh orang itu, pada mulutnya tersungging senyuman, dalam
hati dia berpikir: " Kiranya ilmu silat sekarang ini hanya sampai di situ saja, aku satu kali pukulan ternyata dapat membunuh tujuh orang".
Tetapi sewaktu berpikir itu, punggungnya terasa sangat


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyeri, suatu perasaan yang sukar dilukiskan terlintas di
wajahnya dan dalam hati ia berpikir pula. "Apakah kiranya aku Thian Jan Shu harus mati secara demikian .... tanpa suara dan tanpa apa2 " . . . dan semua ilmu silat yang kumiliki . . . harus turut aku masuk ke liang kubur begitu saja . . ."
Matanya menyapu ke seluruh ruangan kuil, Boen ching
yang berdiri di sudut kuil itu masih tegak berdiri mematung dengan diliputi rasa terkejut oleh peristiwa yang baru saja berlalu.
Ternyata Thian Jan Su tidak melihat padanya, matanya
memandang lurus pada hiolo kuno yang terdapat di sebelah
kiri kuil, . . . tujuh buah hiolo kuno . . . mulutnya tersungging senyuman . . . sebelum mati dia akan meninggalkan seluruh
ilmu yang dimilikinya, agar generasi yang akan datang
mengetahui bahwa di dunia tak ada seorangpun yang dapat
menandingi ilmu Thian Jan Shu sepersepuluhnyapun-
Berpikir sampai di sini, punggungnya terasa sangat sakit
dan bertambah nyeri, dia mengerutkan dahinya menahan
sakit. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching tertegun di pinggir, lama baru ia menghela
napas, dia memandang pada Thian Jan Shu. Tampak pada
punggungnya tertancap dua buah senjata rahasia dari emas,
disamping itu masih ada sebuah luka lagi yang darahnya
masih mengalir terus.
Tetapi Thian Jan Shu terhadap semua ini seolah2 tidak
menggubris, matanya memandang terpesona pada tujuh buah
hiolo kuno yang terdapat di pinggir kuil itu.
Sesaat kemudian Thian Jan Shu melayangkan tubuhnya
bagaikan angin, dan melewati pinggir ke tujuh buah hiolo
kuno itu, kemudian kembali ke tempat semula dan duduk
bersila. Ke tujuh hiolo kuno itu mengeluarkan tujuh buah suara
yang tak sama satu sama lain dan menggema ke seluruh
tebing tersebut. Pada hiolo kuno itu tertera tujuh buah telapak tangan yang tidak sama dalamnya, tiap2 hiolo tertera sebuah telapak tangan-Thian Jan Shu yang telah kembali ke tempat semula,
matanya memandang terpesona pada ketujuh buah telapak
tangan itu, mulutnya tersungging senyuman penuh
kebanggaan mukanya menjadi lebih pucat.
Dalam hati ia berkata. Pada saat ini siapakah yang memiliki ilmu yang demikian tinggi Yang memiliki kecerdasan seperti
aku" Siapakah yang dapat memahami ilmu silat yang tertera
dalam tujuh buah telapak tangan itu" Siapa... siapa yang
dapat memahami dan mengetahui rahasia tujuh buah hiolo
kuno tersebut, itulah yang dapat menjagoi dunia ini tanpa
tandingan- Berpikir sampai di sini, tersenyumlah ia dan berpikir lagi.
"Aku kira tak dapat melampauinya. "
Mendadak ia teringat pada Boen ching, anak kecil itu yang
dapat menebak sebelumnya apa yang akan dilakukan olehnya,
pandangan matanya beralih dan jatuh pada badan Boen ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketika Boen ching nampak Thian Jan Shu begitu
memandangnya, perlahan-lahan ia menggeserkan kakinya dan
jalan menuju kehadapan Thian Jan Shu.
Dalam hati Thian Jan Shu diam2 terkejut, pikirnya. "Apakah kiranya anak kecil yang bernama Boen ching ini telah dapat
menebak kehendakku?" Dalam hatinya segera timbul rasa
geram terhadap anak itu.
setelah Boen ching sampai dihadapan Thian Jan Shu
kemudian berlututlah dia.
Mata Thian Jan Shu memancarkan sinar dalam hati dia
mendusin. " Kecerdasan anak ini tidak di bawahku, dan aku akan segera meninggalkan dunia yang fana ini, apa lagi ia
masih anak-anak apakah sungguh di dunia ini ada orang yang
kecerdasannya melebihi diriku" Berpikir sampai di sini dalam hatinya timbul rasa tidak puas.
Dia memandang pada Boen ching, mulutnya tersungging
senyuman, dia berkata: "Apakah engkau ingin belajar ilmu silat?"
Boen ching angkat kepalanya memandang Thian Jan Shu
kemudian tunduk kembali.
Thian Jan Shu memandang Boen ching, dia dapat menebak
apa yang dipikirkan oleh Boen ching, pikirnya. Anak ini
ternyata juga mempunyai rasa belas kasih. Begitu menyebut
soal ilmu silat ia teringat pada Thian san ciet Kiam lalu berkata
"Anak, engkau bisa bertemu dengan aku dan tidak dihukum mati, ini merupakan pengecualian dalam sepuluh tahun ini,
sekarang Lohu tidak saja tidak akan memberi hukuman
padamu, malah aku hadiahkan ketujuh hiolo kuno itu, dapat
kau selidiki secara perlahan-lahan-"
Boen ching berlutut sambil berkata: "Terima kasih atas pemberian locianpwe"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Thian Jan shu termenung sejenak dan berkata. "Pada hiolo kuno itu tertera ilmu silat yang tinggi, jika engkau dapat
mempelajarinya tidak saja dapat menuntut balas, malah dapat menjadi jago nomor wahid di Bu Lim"
Selesai bicara ia angkat tangannya dan menekankan
tangannya ke atas ubun2 Boen ching, Boen ching merasa
seluruh badannya bergetar dan segera suatu arus panas
mengalir seluruh tubuhnya.
Boen ching merasa bahwa arus panas itu menyebabkan
seluruh badannya menjadi segar dan nyaman yang belum
pernah dialami olehnya, pada mukanya timbul rasa terima
kasih dan ia berkata.
" Locianpwe, boanpwe setelah meyakinkan ilmu silat itu, tentu akan menuntut balas bagi Locianpwe." Habis berkata ia lihat jidat Thian Jan Shu penuh keringat dingin, dan napaspun telah berhenti. Ternyata orang aneh yang disegani oleh orang-orang Bu Lim selama puluhan tahun dia telah meninggalkan
dunia yang fana dan hanya meninggalkan tujuh buah hiolo
kuno. Boen ching perlahan-lahan berdiri, ketika ia akan
melangkah menuju ke tujuh buah hiolo kuno itu, dalam kuil
nampak berkelebat tujuh buah bayangan.
Boan ching menjadi terkejut, kemudian ia memandangnya,
tampak tujuh orang itu terdiri dari dua orang Tosu, tiga orang berpakaian biasa seorang Hweslo dan seorang Nikou.
Ternyata mereka adalah para ciangbunjin dari tujuh partai
besar persilatan, Tujuh orang itu segera duduk bersila,
bagaikan tak melihat Boen elang.
Orang yang paling kanan, seorang Hweslo yang telah putih
kumis dan alisnya menghela napas dan berkata. "Kita tujuh orang ternyata datang terlambat, sehingga Thian san chit
kiam mati ditangan Thian Jan shu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
orang yang membuka suara tadi adalah ciangbunjin dari
Siauw lim pay, Hay Goattaysu, baru saja ia selesai bicara,
yang duduk paling pojok kiri ciangbunjin dari Khong tong pay.
Bu Kie cie dengan dingin berkata. "Benar, kita tujuh orang berjanji dengan mereka, tapi telah tiba terlambat satu jam."
Hay Goat terkejut dan berkata. "Apa" kita telah mengajak mereka datang lebih pagi satu jam?"
Bu Kie cie menjawab. "Benar" Dia melihat mayat Thian Jan shu sejenak. sungguh tak terkira olehnya kalau Thian Jan shu ternyata dapat gugur bersama-sama dengan Thian san chiet
kiam, sebenarnya ia hanya mengharap Thian Jan shu terluka
parah, kemudian tujuh orang bersama-sama turun tangan
membunuhnya, bukankah hal itu suatu pahala yang besar"
Tetapi sungguh tak terkira olehnya, pusaka yang telah lama
lenyap dari bulim yaitu senjata rahasia "Thian Liong Suo"
ternyata berada dalam tangan Thian san chiet Kiam.
Hay Goat Taysu merasa urusan ini sedikit tidak beres,
matanya menyapu pada lima orang ciangbunjin lainnya, wajah
lima orang itu sedikitpun tidak menampakkan perubahan, ia
menjadi tertegun, kiranya Adalah demikian pikirnya.
ciangbunjin dari Go biepay, Gong Yun Suthay perlahan-
lahan berkata. "Kini Thian Jan shu telah binasa, tetapi ia malah meninggalkan ilmu silatnya pada tujuh buah hiolo Kuno itu"
Sambil berkata ia melayangkan pandangannya kepada
enam orang lainnya. tampak Hay Gwat Taysu yang sedang
tunduk berpikir keras, lima orang lainnya ternyata tak lepas-lepasnya memandang tujuh hiolo kuno itu. Begitu ia berteriak tujuh orang yang hadir di situ jadi terperanjat.
Ketua Khong tong pay Bu Kie chie yang duduk paling dekat
dengan Boen- ching badannya segera bergerak sekali tangkap
ia membawa Boen ching ke sampingnya, dengan tenang Boen
ching menangkapnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bu Ke chie dalam hatinya terperanjat, dia tertawa dingin,
terhadap enam orang lainnya dia berkata, "Urusan ini hanya kita orang yang boleh tahu." sambil berkata ia menyapu enam orang yang lain-Tujuh orang itu merupakan ciangbunjin dari suatu partai
besar di daerah Tionggoan, mereka tahu akibat apa yang akan terjadi jika urusan ini diketahui oleh orang lain-Tujuh orang bersama-sama memandang Boen ching, muka mereka diliputi
oleh suasana yang tegang, Khong tong pay, Bu tong, Siauw
lim, Go bie, Kun lun, Hoasan, Thiam cong. Partai mana yang
tidak mau mempertahankan nama baiknya dalam Bulim"
Hay Goat Thaysu sekalipun untuk menjaga nama baik
Siauw lim, diapun harus mengorbankan Boen ching .
Kedua mata Boen ching memandang bergantian pada tujuh
orang ciangbunjin itu. Ketua Khong tong pay, Bu Kie chie, Bu tong pay, Siong Ko Too, Go bie pay Gong Yun Siucay, atau si Sastrawan berpedang emas chiang-Thian Yu, Thian cong pay.
"chiet po Tiu Hun Kiam, atau sijago pedang tujuh tindak pencabut nyawa cie Koen tie. Ketua Hoa sanpay "Sui Goat Ciang" atau sijago pukulan penghancur bulan Shiu cui suat dan terakhir ketua Siauw lim pay Hay Goat Thaysu.
Mereka itu telah mempunyai nama yang cemerlang di dunia
kangouw sebagai seorang ciangbunjin ternyata dapat
melakukan pekerjaan yang demikian rendahnya.
Tujuh orang yang dipandang oleh Boen ching sedemikian
rupa, dalam hati mereka timbul perasaan yang tak enak.
Bu Kie chie tertawa dingin, setelah memandang sejenak
pada Boen ching, ia berkata. Senjata rahasia "Thian Liong Suo" sudah tentu harus dikembalikan kepada Thian san pay"
kemudian tertawa serak, terusnya.
"Mereka tujuh orang mengira setelah membawa senjata
rahasia "Thian Liong Suo" tentu dapat menang lebih pagi satu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
jam, ternyata menjadi demikian akhirnya, sungguh harus kita hargai." selesai bicara ia tertawa dingin.
Enam orang lainnyapun dalam hatinya telah paham, Bu Kie
chie berkata demikian adalah dengan maksud memberi tahu
kepada mereka bahwa nanti pada orang-orang dunia kangouw
mereka harus berbicara demikian juga, kalau tidak nama baik tujuh partai tak dapat dipertahankan-Boen chin memandang tujuh orang itu, dia hanya tahu
diantara tujuh orang itu, Seorangpun tidak mengijinkan dia
turun gunung hidup, hidup, dia mengetahui urusan ini cepat
pun tak ada gunanya.
Diantara tujuh orang itu, setiap orang dapat dihitung
sebagai tokoh yang lihay dalam Bulim dan dia" Seorang anak
berusia 8 -9 tahun setiap orang hanya perlu membalikkan
tangannya saja telah dapat mencabut nyawanya.
Bu Kie chi nampak enam orang berdiam diri, dia tertawa
dingin dan berkata: "Pada ke tujuh buah hiolo kuno itu tertera ilmu silat peninggalan Thian Jan Shu, sudah tentu kita tidak dapat membiarkan bocah ini yang mendapatkan, lebih baik
kita tujuh partai masing-masing menyimpan satu hiolo, kiranya engkau enam orang berpendapat bagaimana?"
Boen ching tahu bahwa dia pasti mati, dengan gusar ia
membentak: "Kamu semua kawanan perampok",
Mendengar hal itu, hati tujuh orang bergetar, Bu Kie chie
mendengus, tangan kirinya segera mengerahkan tenaga,
membuat Boen ching kesakitan dan keringatnya menetes
keluar. Bu Kie chie tertawa dingin, katanya. "Bocah ini bilang bahwa Thian Jan Shu telah menghadiahkan tujuh buah hiolo
kuno itu kepada nya, sudah tentu dia anak muridnya Thian
Jan Shu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen chiang menahan sakit, dengan gusarnya dia
memaki... "Kamu kawanan perampok, tidak saja ingin
merampok barangku, bahkan ingin membunuhku secara
menggelap." Hati tujuh orang sekali lagi mendesir,
"membunuh secara menggelap?"
ciangbunjin dari tujuh partai besar semuanya mengetahui
bahwa mereka berbuat pekerjaan yang rendah ini jika tersebar sampai ke dunia kangouw, apakah orang-orang tujuh partai
besar masih dapat tancapkan kaki mereka ke dunia kangouw"
Bu Kie chi mendorong tubuh Boen ching ke tengah
ruangan, sedang tangannya segera menotok jalan darah di
dagunya. Terhadap enam orang lainnya ia hanya berkata.. "Kalau
enam orang belum dapat berpikir suatu cara, tetapi aku
mempunyai suatu cara yang sangat bagus."
Boen ching yang berdiri di tengah ruangan, matanya
memandang tujuh orang itu berganti-ganti, perlahan-lahan ia menutup matanya, setetes air matanya mengalir melalui
wajahnya, mati baginya tidaklah mengapa tetapi terhadap Pat Huang Sin Mo yang telah membunuh orang tuanya. bukankah
selamanya ia tidak dapat menuntut balas terhadapnya?"
Ketua Bu tong pay, Siong Ko Tosu berkata "Too-heng
mungkin akan memberi petunjuk, silahkan berbicara"
Bu Kie chie tersenyum, katanya. .. "Kita tujuh partai masing-masing mengambil sebuah hiolo kuno, tapi siapa
dahulu dan siapa belakang sukar ditentukan, tidak lebih baik kita tujuh orang bersama-sama melancarkan pukulan, pukulan
siapa yang terkena anak itu lebih dahulu, itulah yang
mengambil pertama. Saudara apakah kiranya caraku ini dapat
diterima?"
Enam orang berdiam tidak menjawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bu Kie cie tertawa terbahak-bahak sambil berkata. "Kalau begitu baiklah kita tentukan demikian"
Dalam hatinya telah mempunyai perhitungan, ia tertarik
dari sebuah hiolo kuno, dalam hati dia berpikir aku akan
melancarkan pukulan yang pertama, bukankah dengan
demikian Khong tong pay akan menjadi pimpinan pada Bu
lim" Habis berpikir badannya berkelebat, telapak tangannya
segera melancarkan serangan kearah Boen ching, kemudian
memungut tiga buah senjata rahasia. "Thian Liong Suo,"
terhadap enam orang lainnya ia berkata.
"Pinto jalan lebih dahulu, ini tiga buah senjata rahasia
"Thian Liong Suo," akan kubawa untuk dikembalikan kepada Thian Sanpay."
Selesai berbicara, tangan kanannya segera diangkat,
sebuah hiolo kuno seberat lima enam ratus kati dengan
mudah diangkat olehnya, badannya berkelebat dan segera
meninggalkan tempat tersebut.
Boen ching yang terkena serangan tangan Bu Kie cie
segera terasa badannya gemetar, bagaikan dimasukkan ke
dalam gudang es, dingin nya luar biasa sehingga hampir2 tak tahan dia telah terkena pukulan hawa dingin atau "cien Hang chiang" dari Khong tong pay. Kalau bukannya Thian Jan Shu sebelum meninggal telah memberikan lweekangnya yang
dilatih selama puluhan tahun itu ke dalam tubuhnya, mungkin saat ini ia telah tewas karena pukulan tersebut.
Ketua Go biepay Gong Yu Suthay yang selamanya tak akur
dengan Bu Kie chie nampak bahwa Bu Kie chie mengambil
diantara ke tujuh buah hiolo kuno telah memilih dimana
telapak tangan yang paling jelas dan paling dalam tertera
pada hiolo itu, segera ia mendengus.
Segera mereka memandang sekali lagi kepada Boen ching,
dengan semacam pukulan Bu Kie chie itu, sekali pukul sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dapat dengan mudah mencabut nyawa Boen ching sungguh
suatu perbuatan yang sangat kejam, ia mengerti, Bu Kie chie ingin membebankan dosa membunuh Boen ching pada
masing2 partai besar, tetapi demikianpun baik pikir sampai di sini, dia tak ragu-ragu lagi, badannya segera bergerak dan
melancarkan suatu pukulan kearah Boen ching kemudian
mengambil salah sebuah hiolo kuno dan melayang
meninggalkan kuil.
Sisanya lima orang nampak dua orang telah berlalu, ketua
Bu tong pay Siong Ko Tosu paling dulu tak sabar Bu tong pay salah satu pimpinan Bu lim, bagaimana harus jatuh dibelakang partai lain" Diapun segera bangun berdiri dan melancarkan
pukulannya kearah Boen ching dan mengambil hiolo kuno
yang ketiga. Badan Boen ching sempoyongan dia sudah merasa tak
tahan tetapi dia tetap mementangkan matanya jika dia masih
dapat hidup maka setiap saat tentu dia akan menuntut balas
pada tiap2 partai, meskipun dia mengerti, semuanya ini tidak mungkin terjadi, tetapi hanya dengan demikian dia baru dapat mempertahankan kesadarannya.
Ketua Thiam cong pay sijago pedang tujuh tindak pencabut
nyawa cie Koen Tie pun segara berdiri, Thiam cong pay
sebagai suatu partai yang mengutamakan dalam ilmu pedang,
kalau ini hari bisa mendapatkan ilmu silat peninggalan Thian Jan Shu bukankah dengan demikian dapat pula sebagai
pimpinan bu- lim dan inipun merupakan hal yang diinginkan
siang malam, segera dia melancarkan satu pukulan kearah
Boen ching dan mengambil hiolo yang ke empat.
Sepasang mata Boen ching menjadi kabur dalam
tenggorokannya merasa amis dan segera ia muntah darah.
Ketika Kun lunpay, si Sastrawan berpedang emas chiang
Thian Yu, dan Ketua Hoa san pay, si jago pukulan penghancur bulan Shia cuiSuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bersama-sama bangun berdiri tetapi ternyata si Sastrawan


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpedang emas lebih cepat setindak. dua orang berturut-
turut mengambil pergi hiolo yang kelima dan ke enam.
Boen ching berturut-turut kena dua kali pukulan, dadanya
terasa tergetar dan ia tak tahan.
Hay Goat Thaysu termenung duduk di sana, ia memandang
pada hiolo kuno yang terakhir dan anak kecil pingsan di atas tanah pikirannya menjadi melamun.
Nama baik Siau lim pay tak dapat dirusak oleh siapapun,
meskipun dia harus mengerjakan pekerjaan yang menakutkan
sekalipun, asal dapat mempertahankan nama baik Siau lim
pay, apa saja ia mau lakukan-
Mendadak suatu ingatan terlintas pada benaknya. Seolah-
olah Boen ching sedang berteriak "lni adalah suatu
pembunuhan gelap." suatu bayangan yang mengerikan
terbayang dalam hatinya ia segera menarik kembali pukulan
yang telah dilancarkan tetapi terlambat pukulannya sebagian telah mengenai tubuh Boen ching, Tubuh Boen ching tergetar
meskipun dia telah mendapatkan hawa murni Thian Jan Shu
yang dilatih selama puluhan tahun tetapi tetap dia tak kuat menahan tujuh pukulan dari tujuh partai besar, sehingga
badannya tak dapat bergerak.
Keringat dingin telah membasahi muka Hay Goat Thaysu,
mendadak terpikir olehnya. "aku adalah murid Buddha
mengapa dapat berbuat pekerjaan dengan bermain" Nama
baik Sau lim pay meskipun harus rusak masih dapat dihadapi, tetapi apakah hati nuraninya dapat menerima"
Perbuatan yang jahat telah dilakukannya, perbuatan yang
telah salah tak dapat ditambah lagi dengan suatu kesalahan, ia harus banyak berbuat pekerjaan mulia untuk menebus
dosanya itu. Berpikir sampai di sini, ia segera membungkukkan
badannya nampak wajah Boen ching sangat pucat, waktu itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
diperiksa nadinya dia mengetahui bahwa tak ada harapan
untuk ditolong lagi.
Dia menghela napas, dari sakunya segera mengeluarkan pil
"Tze Kim Tan" dan memasukkannya ke dalam mulut Boen ching, hatinya berpikir dengan demikian, dapat dipertahankan hidupnya selama tiga jam, jika ada orang pandai yang datang kemari mungkin masih dapat dipertahankan nyawanya,
meskipun harapan ini sia-sia belaka tetapi juga
memperlihatkan sedikit harapan-
Dia memalingkan wajahnya memandang hiolo kuno itu,
pada hiolo kuno itu tertera ilmu silat peninggalan Thian Jan Shu. Jika ini jatuh ke tangan golongan sesat, akibatnya tak dapat dibayangkan, badannya segera melayang mengangkat
hiolo kuno itu dan meninggalkan kuil.
Dalam kuil kuno itu kembali sunyi senyap tetapi dimuka kuil terlentang tujuh buah mayat dan didalam kuil seorang tua
mati dalam bentuk duduk bersila dan seorang anak setengah
mati terlentang ditengah ruangan kuil.
Dalam suasana yang mengerikan itu, sebuah bayangan
bergerak mendekati puncak gunung, seorang Siucay
pertengahan dengan pakaian serba hijau muncul di depan kuil kuno itu.
Muka Siucay itu sangat tampan pada punggungnya
menyoren sebilah pedang. Dia hanya memandang sejenak
pada mayat Thian San chit Kiam bagaikan matinya tujuh
orang itu sedikit pun tidak aneh baginya, dia berjalan terus menuju ke tengah ruangan-Setelah masuk ke dalam ruangan, matanya tertumbuk pada
mayat Thian Jan Shu pada mulanya terlintas satu perasaan
kaget, dalam hatinya diam-diam berpikir "Apakah dengan kepandaian yang dimiliki Thian San chiet Kiam dapat
membunuh mati Thian Jan Shu?" Berpikir sampai di sini mau tak mau ia harus memperhatikan keadaan sekelilingnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dalam ruangan kuil itu selain Boen ching tak nampak
seorangpun juga.
Matanya memandang Boon ching sekejap. ia berjalan
mendekati mayat Thian Jan Shu pada punggungnya tampak
tiga buah luka yang darahnya mulai mengering.
Nampak tiga buah luka itu, siucay pertengahan baru itu
mendengus. Setelah Thian Jan Shu mati tentu masih ada
orang yang datang dan senjata rahasia yang menancap pada
punggung Thian Jan Shu tentulah suatu pusaka, dan telah
membawa pergi benda pusaka tersebut olehnya.
Mendadak ia berpikir, Thian Jan Shu Thian San chiet Kiam
semuanya telah mempunyai nama yang cemerlang di dunia
kangouw sehingga mati disinipun masih dapat dipercaya,
tetapi anak kecil itu siapa" Ternyata juga mati ditempat ini.
Lalu ia menoleh memandang Boen ching, tiba2 ia melihat
tubuh Boen ching bergerak, Siucay pertengahan itu dalam
hatinya menjadi heran- anak kecil itu ternyata belum mati, ini sungguh aneh. Apa yang di inginkannya mungkin dari mulut
anak kecil ini dapat diketahuinya.
Dia berjalan mendekati Boen ching tubuhnya dibalik baju di
punggung Boen ching telah hancur semuanya, sedang pada
punggung yang telah yang hancur itu tertera tujuh buah
telapak tangan yang kacau.
siucay pertengahan itu terkejut, telapak tangan itu
semuanya dia kenal, ilmu pukulan tunggal dari Khong tong
pay. "chieh Han ciang". Dari Butong pay, "Thay Shie ciang,"
Siauw lim pay, "Kiem Kong ciang," dari Go bie pay, "Thay shie Mi ciang" dari Kun lun pay,Jan Jang ciang dari Thian cong pay.
chiet Seng ciang dan terakhir dari Hoa san pay, ilmu "Sui Goat ciang".
Ternyata pukulan tunggal dari tujuh partai besar bersama-
sama muncul di tubuh seorang anak kecil, bukankah ini
merupakan suatu hal yang sangat mengejutkan" Dan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
lebih aneh lagi ternyata anak itu masih dapat hidup, Entah
karena apa"
Tubuh Boen ching segera dibalik kembali, kemudian ia
memeriksa nadinya, mau tak mau ia mengerutkan alisnya.
Dengan luka dalam Boen ching yang demikian parahnya,
tubuhnya terkena tujuh pukulan dari tujuh partai besar, kalau ditolong dengan lweekangnya sendiripun bukannya tidak
mungkin, tetapi paling sedikit harus makan waktu lima tahun baru dapat sembuh seluruhnya.
Dia berdiri dan jalan mondar-mandir dalam ruangan itu,
demikian kecil anak itu, harus di sembuhkan dengan bantuan
lweekangnya selama lima tahun, sesungguhnya tidak
berharga, tetapi badannya terkena pukulan dari tujuh partai besar, membuat tak tentram, dalam hatinya sebenarnya ia
ingin mengetahui sebenarnya apa yang terjadi jika hal ini
ditanyakan kepada tujuh partai, tentunya seorangpun tak ada yang mau memberi tahu.
Pukulan "Kiem Kong ciang" dari Siau lim pay pun tertera pada punggung anak itu, dapat dibuktikan urusan ini sangat
besar hubungannya.
Siau lim pay jarang sekali mencampuri urusan dunia
kangouw, tetapi dalam hal inipun ternyata tersangkut juga.
Lama ia melamun, melihat sejenak pada Boen ching, wajah
yang mungil dari Boen ching itu berubah menjadi wajah
mungil dari seseorang.
Ia menghela napas, segera ia mengangkat bangun Boen
ching, telapak kirinya ditempelkan ke punggung Boen ching
dan mengerahkan Lweekangnya untuk menyembuhkan luka
dalam Boen ching.
Setengah jam kemudian, wajah tampan dari siucay
pertengahan itu berubah menjadi pucat, sebaliknya Boen
chingpun mulai merintih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Setelah istirahat sejenak. dari sakunya Siucay pertengahan
itu mengeluarkan sebutir pil dan akan memasukkannya ke
mulut Boen ching.
Tetapi dia ternyata dalam mulut Boen ching masih terdapat
pil "Tze Kiem Tan" dari Siauw lim pay yang belum lumer.
Dalam hatinya segera diliputi oleh teka teki, pil itu
kemudian dimasukkan ke dalam mulut Boen ching. Begitu
kena air liur, pil itu segera larut dan masuk ke tenggorokan Boen ching.
Boen ching merintih, dengan perlahan-lahan ia membuka
kedua matanya, ia menjadi heran mengapa ia masih dapat
hidup " Peristiwa tadi segera terbayang lagi dalam benaknya, dengan sangat perlahan ia berkata. "Apakah aku masih hidup
?" Siucay pertengahan itu tersenyum dan berkata. " Engkau takkan dapat mati".
Boen ching segera mengerti, ia telah ditolong oleh orang,
air matanya segera mengalir keluar. Siucay pertengahan itu
memandang Boen ching, dalam hatinyapun segera timbul
perasaan yang tak enak. ia menghibur Boen ching, katanya.
"Anak baik, jangan menangis, penderitaan yang kau alami tentu terlalu banyak".
Hati Boen ching segera timbul rasa berterima kasih,
selamanya belum ada orang sedemikian baik terhadapnya,
selain ibunya, bahkan ayahnya pun juga tidak pernah. Berpikir tentang ayahnya sebuah wajah yang keren segera terbayang
olehnya, mendadak berubah menjadi wajah yang penuh
dengan darah sambil berteriak. "Anak ching lekas lari"
Bayangan Pat Huang Sin Mo pun muncul dalam benaknya,
ia tambah sedih, air matanya mengalir keluar tak henti2-nya.
siucay pertengahan itu nampak Boen ching menangis
begitu sedihnya, ia pun tak tahan ingin menangis, segera ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
menoleh ke tempat lain, matanya menyapu ke seluruh
ruangan menahan menetesnya air mata.
Boen ching nampak Siucay pertengahan itu menoleh
kearah lain, dia mengetahui siucay pertengahan itu tak suka ia menangis, ia merangkak bangun dan berlutut dihadapan
Siucay itu. Katanya: "Boanpwe Boen ching mengucapkan terima kasih
atas pertolongan cianpwe yang telah menolong jiwa
boanpwe". siucay itu menoleh memandang Boen ching sambil berkata.
"Engkau bernama Boen ching kah " Mengapa engkau dipukul orang sehingga luka dalam sedemikian parahnya ?"Boen ching pun segera menceritakan asal usulnya dan peristiwa apa yang telah terjadi setelah ia berada didalam kuil tersebut.
setelah mendengar cerita tersebut, siucay pertengahan itu
menghela napas dan berkata. " Engkau sungguh sangat
kasihan, maukah jika engkau kuterima sebagai murid?"
Sambil berlutut Boen ching berkata. "cianpwe telah
menolong jiwa ku, suruh aku menjadi anjing atau kuda
sekalipun boanpwe tak akan menolak."
siucay itu mengerutkan alisnya katanya^ "Apakah engkau ingin membalas sakit hati orang tuamu?"
Sambil meneteskan air matanya Boen ching menjawab.
"Murid tidak berani melupakan sakit hati kedua orang tuaku."
"Tetapi bila aku tak sanggup mengajar cukup ilmu silat untuk menuntut balas, apakah engkaupun masih ingin
mengikuti aku?"
Boen ching pikir nyawanyapun didapatkan secara tak
disangka, dia telah melepaskan budi padaku, mana boleh tidak membalasnya" Dia menundukkan kepalanya dan berkata.
"Murid mau"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
siucay itu tersenyum, katanya. "Jika engkau menyesal,
sekarang masih sempat." sambil berkata ia melepaskan kain pengikat kepalanya. Suatu rambut yang panjang hitam segera
terurai. Ternyata siucay pertengahan itu adalah seorang
wanita. Dalam hati Boen ching diam2 sangat kecewa tetapi ia tetap
berkata. "Murid selamanya tak akan menyesal."
siucay itu meskipun seorang wanita, tidak saja telah
menolong jiwanya bahkan sangat baik terhadapnya, meskipun
tidak dapat dengan cepat menuntut balas sakit hati kedua
orang tuanya. tetapi akhirnya pada suatu saatpun ia tentu
berhasil. siucay itu menghela napas sambil berkata. "Baiklah, aku akan memberi tahu siapakah aku ini, Aku adalah "Ie Bok Tocu" atau pemilik pulau Ie Bok To, Ie Bok Sincoen-" Boen ching diam-diam terkejut, Pemilik pulau Ie Bok To di laut
Timur. Ie Bok Sincoen namanya telah menggetarkan sungai
telaga. waktu ia merantau ke daerah Tionggoan, dengan
pedangnya telah mengalahkan " Low San Ngo cho" atau Lima setan dari gunung Low san, dan d engan pukulan telapaknya
membunuh "Ngo Hengpek Kuay sehingga menggetarkan
seluruh Bu- lim. Tetapi setelah Sin Liong muncul, ia tak pernah muncul lagi di daerah Tionggoan. Sungguh tak terkira ini hari Boen ching dapat bertemu dengannya, bahkan satu-satunya
orang yang mengetahui bahwa pemilik pulau IeBok To adalah
seorang wanita.
Ie Bok Tocu menghela napas, tangannya membereskan
rambutnya dan memakai kembali ikat kepalanya.
Boan ching sungguh tak menduga kalau yang
dihadapannya itu adalah Ie Bok Tocu yang telah
menggetarkan Bu-lim, saking gembiranya ia sampai tak dapat
berkata apa-apa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Kepada Boan ching, Ie Bok Tocu berkata. "Anak ching, mari kita pulang", habis berkata ia mengempit tubuh Boan ching, dan lari turun gunung.
Dalam kuil kuno itu, suasana menjadi sunyi senyap kembali
dan sangat menyeramkan
-ooo0dw0ooo- ELANG EMAS DARI GURUN PASIR
WAKTU berjalan sangat cepatnya, tahun berganti dengan
tahun, tak terasa sepuluh tahun telah berlalu,
Seorang pemuda berusia delapan sembilan belas tahun
berdiri di tepi pantai, sebuah kapal dengan perlahan-lahan
menjauhi pantai berlayar ke tengah lautan, matanya terasa
sedikit guram. Perahu layar itu perlahan-lahan menghilang ditengah
lautan, ia menoleh memandang ke daratan, bisiknya. "Sudah sepuluh tahun, akhirnya aku datang pula ke sini."
Mulutnya tersungging suatu senyuman, tangannya meraba
pedang yang tergantung di pinggangnya, sedang tangan
lainnya menjinjing buntalannya dan berjalan menuju ke
daratan- Ia adalah Boan ching yang sepuluh tahun yang lalu telah
ditolong oleh orang aneh dari luar lautan Ie Bok Tocu.
Setelah melalui sawah yang kering, Boan ching masuk ke
dalam suatu kota.
Sepuluh tahun terakhir ini, dalam perawatan yang cermat
dan mendapat bimbingan dari Ie Bok Tocu, sekali lagi ia
datang ke daerah Tionggoan dengan tujuan merebut kembali
tujuh hiolo kuno yang sekarang disimpan oleh tujuh partai
besar, dan tak lupa dendam atas pukulan-pukulan yang
diterimanya dari para ketua tujuh besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Setelah berjalan sejenak didalam kota, ia mengangkat
kepalanya, kiranya ia telah berdiri dimuka rumah makan yang memakai merk "chih Eng Lo."
Hati Boan ching bergerak. pikirnya perutnya mulai merasa
lapar, lebih baik naik loteng, makan dahulu baru melanjutkan perjalanannya.
Begitu ia sampai di atas loteng, nampak semua orang
dengan sinar yang penuh keheranan memandang padanya,
dalam hatinya dia berpikir, mungkin dirinya terlalu asing bagi mereka dan ia tak mau ambil perduli urusan itu, segera ia
mencari tempat duduk yang dekat dengan jendela.
Baru saja Boan ching duduk, seorang laki-laki kasar berbaju kuning membentak Boan ching "Hm kawan, aku kira kau baru pertama kali ini datang kemari. Apakah karena engkau
memangnya tak mengerti aturan di sini ataukah memangnya
sengaja mencari setori?"
Boan ching memandangnya penuh keheranan ia
mengangkat kepalanya memperhatikan orang itu dan
bertanya. "Entah ada peraturan apa, sudikah saudara
memberi tahu?"
orang itu tertawa dingin katanya, "Tiga ratus lie sekitar perkampungan Sie Shia Ling, kawan2 Bu-lim dilarang
membawa senjata apapun jua."
Boan ching tertawa tawar, didalam hatinya berpikir, entah
belakang ini daerah Sie shia Ling ini telah kedatangan siluman macam apa yang lihaynya sehingga sekitar tiga ratus lie di
tempat ini orang tak boleh membawa senjata.
Tetapi nampak seorang itu rendah sekali ilmu silatnya, tak
ada perlunya mencari urusan, ia juga tak mau menurunkan
derajatnya, segera ia lepaskan pedangnya dan ditaruh di atas meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
orang itu nampak Boan ching melepaskan pedangnya, dan
melihat pedang itu adalah suatu pedang kuno yang sangat
antik, tahu bahwa pedang itu bukan barang sembarangan,
nampak pula Boan ching seperti tak dapat ilmu silat
sedikitpun, hatinya menduga mungkin hanyalah seorang
Siucay yang membawa pedang untuk hiasan belaka.
Segera ia membentak. "Serahkan pedang itu padaku,"
sambil berkata tangannya menyambar pedang itu.


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Boan ching melihat orang itu akan merampas pedang
pemberian suhunya, mana mau mengalah terhadap segala
keroco yang ingin merebut pedangnya. Ia menarik muka,
tangan kirinya segera mencengkeram urat nadi pergelangan
tangan orang itu sambil membentak "Kau mau berbuat apa?"
Baru saja orang itu akan mencapai pedang tersebut, urat
nadi pergelangan tangannya telah dicengkeram dan ia jadi
terkejut, dalam hatinya dia mengetahui telah bertemu dengan orang yang berilmu tinggi .
Boan ching melepaskan cengkeramannya sambil berkata.
"Siapa pemilik perkampungan Sie Shia Ling ini" Mengapa demikian tak tahu aturan?"
Hati orang itu sebenarnya sudah keder begitu mendengar
Boan ching berkata demikian, ia segera memaki: "Manusia rendah, kau berani memaki Thian San Thay-hiap Pek Hong
Siang, dia orang tua sungguh kau tak menginginkan nyawa
mu lagi." Boan ching mendengar nama yang disebut orang ternyata
adalah Pek Hong siang Sute dari Thin San chiet Kiam,
marahnya segera mereda, pikirnya "Boleh dikata Thian San chet Kiam juga dibunuh oleh tujuh partai besar, dengan
akupun sama menjadi musuh dari tujuh partai besar,
janganlah karena soal kecil menyebabkan urusan menjadi
besar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Berpikir sampai di sini, dia ingin menyuruh pergi orang tadi, tapi orang ini begitu melihat perubahan di wajah Boan ching, disangkanya Boan ching menjadi takut, maka berteriaklah ia.
"Hai kunyuk, lebih baik kau lekas melepaskan tuan besarmu dan mengangguk-anggukkan kepala tiga kali, mungkin tuan
besarmu masih bisa bicarakan hal ini dengan tuan besar Pek
untuk mengampuni jiwamu."
Mendengar orang itu mengoceh tak keruan, dalam hati
Boan ching menjadi gusar ia mendengus sedang tangan
kirinya diayunkan membuat orang itu terlontar dan berguling jatuh ke bawah loteng, karena sakitnya ia menjadi berkaok-kaok.
Boan ching tidak perduli, ia menyapa pelayan minta
beberapa macam sayur, wajah pelayan itu masih nampak rasa
terkejut, tapi ia tak berani membangkang panggilan Boan
ching. Boan ching bagaikan tak pernah terjadi apa2 dengan
perlahan melahap santapannya, padahal dalam hatinya ia
sedang berpikir dengan cara apa ia harus menghadapi kalau
ada orang yang datang mencari gara-gara.
Pada waktu peristiwa dipuncak Hwee Ing itu terjadi, pihak
Thian San Pay mungkin belum tahu hal yang sebenarnya.
Apa yang harus diperbuat untuk memberitahukan peristiwa
yang sebenarnya telah terjadi hingga Pek Hong Siang mau
percaya". Baru saja ia selesai makan, telinganya mendengar derapan
kuda yang sangat ramai, ia menduga tentu orang tadi telah
mengundang datang pembantu-pembantunya. Tampak dua
orang pemuda yang menyoren pedang naik ke atas loteng.
orang tadi itupun mengikuti dua orang pemuda tersebut,
sambil menuju kepada Boan ching ia berkata. " Itulah
orangnya yang telah memaki Pek Tayhiap dan mengatakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pek Tayhiap tak dapat mendidik anak buahnya sehingga
mereka berbuat tidak keruan-" Boan ching mengangkat
kepalanya dan memperhatikan dua pemuda itu.
Pemuda yang seorang memakai pakaian ringkas berwarna
hitam dan yang lain memakai pakaian ringkas berwarna putih.
Sepasang mata memancarkan sinar yang sangat tajam,
hingga sekali lihat Boan ching telah mengetahui kalau pemuda itu memiliki ilmu silat yang tidak rendah.
Kedua orang pemuda itupun memperhatikan Boan ching,
melihat tampak Boan ching yang seperti tampang pelajar dan
tak dapat diraba biasa dari partai mana, mereka tak berani
berbuat gegabah.
Pemuda berpakaian putih itu membentak Boan ching.
"Saudara anak murid dari partai mana " Apakah tak tahu kalau perkampungan Sie Shia Ling ini adalah tempat tinggal Thian
San Tayhiap Pek Hong Siang" Mengapa kau berani memaki
beliau seenaknya?"
Mendengar dua orang pemuda itu ternyata bukan anak
murid Thian San Pay, Boan ching menduga mereka mungkin
adalah bawahan dari Pek Hong Siang. Sambil berdiri ia
berkata. "Siaute Boan ching. mengharap dengan sangat dapat bertemu dengan Pek Tayhiap."
Pemuda berpakaian hitam itu berkata kepada kawannya.
"Suheng, tak usah banyak bicara dengannya."
Kemudian ia membentak Boan ching. "Tahukah kau bahwa
kami adalah Khong tong Siang-kiam (Sepasang jago pedang
dari Khong tong pay ) cou Tiong Ku dan Lu cie ?"
Begitu mendengar nama Khong tong Siang-kiam, wajah
Boan ching segera berubah, Khong-tong Siang-kiam" Ternyata
mereka berasal dari Khong tong pay. Di antara tujuh partai
besar pandangannya terhadap Khong tong pay adalah paling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
buruk. Suara Bu Kie chie pada waktu itu menjadi terbayang
kembali dalam ingatannya.
Melihat wajah Boan ching berubah, Lu cie menjadi bangga.
Memang pada waktu itu pengaruh dari Khong tong pay telah
dapat melampaui enam partai besar lainnya, sehingga tidaklah heran jika pemuda ini menjadi ber-ubah2 wajahnya begitu
mendengar nama Khong tong pay.
Boan ching menahan hawa amarahnya dan bertanya.
"Apakah kamu dua orang benar2 berasal dari Khong tong pay"
Dengan dingin Lu cie menjawab. "Benar"
Boan ching tertawa terbahak-bahak. katanya "Kalau begitu aku ingin minta pelajaran satu dua jurus dari kamu berdua."
cou Tiong Ku sebagai murid kepala dari Bu cie Khie ketika
mendengar ucapan Boan ching yang seperti mempunyai sakit
hati dengan Khong tong pay segera bertanya. "Saudara
mempunyai sakit hati apa terhadap partai kami?"
Boan ching tak mau banyak bicara, dengan gusar ia
membentak. " cabut pedangmu "
Dua pemuda itu terpengaruh oleh suara Boan ching,
sehingga tanpa sadar mereka mencabut pedangnya .
Sambil bertukar pandangan, Lu cie berkata kepada cou
Tiong Ku. "Suheng, biarlah aku sendiri yang membereskan manusia yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi ini."
SEHABIS BERKATA, ia membentak kepada Boan ching.
"cabut pedangmu "
Dengan sombong Boan ching menjawab. " Untuk
menghadapi segala manusia rendah semacam engkau, tak
perlu aku sampai mencabut pedangku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Mendengar ucapan itu, Lu cie menjadi amat gusar, sambil
tertawa dingin ia berkata. "Bangsat, aku tidak percaya kalau aku tidak dapat membuat tiga lubang di badanmu," sambil berkata ia mengangkat pedangnya dan menyerang Boan
ching. Selama sepuluh tahun Boan ching mendapat bimbingan
dari Ie Bok tocu, kini ia berani bicara demikian sudah tentu telah mempunyai pegangan, ia melihat Lu chie demikian
memandang musuh dan membuka serangan dengan tusukan-
Boan ching mendengus, secepat kilat dua jari tangan
kanannya menjepit pedang Lu chie dan kaki kanannya
menendang mengarah kejalan darah "Kwan-juan-to", sambil membentak " Lepaskan"
Lu chie terdesak mundur, pedang ditangan kanannya
terlepas. Ia sadar karena terlalu memandang rendah musuh,
sehingga mengalami kekalahan- Dalam satu gerakan saja
Boan ching telah dapat merebut pedangnya, membuatnya
berdiri tertegun sejenak.
Boan ching tersenyum. Sambil melontarkan pedang kepada
Lu cie, ia berkata. "Tangkap "
Lu cie terkejut, tangan kanannya cepat bergerak
menangkap gagang pedang itu. Tetapi tenaga yang
dikerahkan Boan ching lebih hebat dari yang dibayangkan,
badannya tak bisa menahan tenaga lemparan tersebut dan
terhuyung-huyung mundur dua tindak.
cou Tiong Ku yang menonton disamping diam-diam merasa
terkejut. Lwekang pemuda dihadapannya itu ternyata
demikian tingginya, hanya dalam satu gerakan saja ia telah
dapat mengalahkan Sutenya sedang dirinya tak mengetahui
pemuda yang bernama Boan ching ini menggunakan jurus dari
partai mana. Ia mengedipkan matanya kepada Lu cie, kemudian
bertanya kepada Boan ching. "Saudara anak murid dari partai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
mana" Harap lekas memberi tahu, supaya jangan menyalahi
kawan sendiri."
Dengan dingin Boan ching menjawab. "Engkau masih tak
mempunyai hak untuk bertanya aku dari partai mana.
Mengenai hubunganku dengan Khong tong pay, selamanya
kami tak dapat hidup bersama, sehingga kau tak usah kuatir
kalau sampai menyalahi kawan sendiri."
Mendengar Boan ching berkata demikian, cou Tiong Ku
tahu kalau ia tak dapat lagi menghindari pertempuran ini.
Dengan seorang diri sudah tentu ia bukan tandingannya, tapi jika dua orang ber-sama2 mengerubuti meskipun belum tentu
menang tapi juga belum tentu kalah.
Sambil mengerdipkan matanya kepada Lu cie, Ia berkata.
"Kalau begitu kita tak perlu sungkan2 lagi."
Boan ching mengetahui maksud dari perkataan itu, ia
tertawa tawar dan berkata. "Jika kalian maju satu persatu tentu tak dapat menahan seranganku sebanyak lima jurus,
ber-sama2 pun tidak lebih dari dua puluh jurus."
cou Tiong Ku menjadi gusar, ia tertawa dingin dan berkata.
"Sungguh aku ingin berkenalan dengan ilmu saudara yang tinggi itu." Sehabis berkata, ia mengangkat pedang dan menyerang Boan ching.
Boan ching tertawa panjang, badannya melayang dan
berdiri di atas meja, pada waktu itu Lu ciepun telah berdiri dibelakang Boan ching dan bersama-sama membuka
serangan- Sekarang mereka tak berani lagi memandang rendah,
mereka segera mengeluarkan ilmu yang didapatkan langsung
dari Bu Kie che yaitu "Hong cau Kiam Hoat" atau ilmu padang mencakar angin untuk mendesak Boan ching.
Dengan berdiri di atas meja Boan ching mengeluarkan
Ginkang nya yang tinggi untuk menghindari tiap serangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
yang ditujukan kepadanya, sedang kakinya melancarkan
tendangan berantai untuk mendesak mereka.
Makin bertempur mereka merasa tekanannya makin berat.
Sepasang mata Boan ching memandang dengan tajam dan
memperhatikan gerakan pedang dua orang itu.
cou Tiong Ku menusukkan pedangnya, Boan segera
mengangkat kaki kirinya dan menginjak ujung pedang cou
Tiong Ku, sedangkan kaki kanannya bagaikan kilat menyapu
dan dengan tepat mengenai pergelangan tangan Lu cie
sehingga pedang nya terpental dan menancap pada atap
loteng. Boan ching tidak berhenti sampai di situ, badannya segera
berputar dan menendang ke arah dagu cou Tiong Ku.
ciong Tiong Ku tidak mengira kalau gerakan Boan ching
demikian cepat pun sukar sekali dirubah arahnya, dia terdesak mundur dan terpaksa melepaskan pedangnya, kalau tidak
ingin kepalanya kena tendangan yang dilancarkan oleh Boan
ching. Kaki kiri Boan ching segera mencongkel pedang cou
Tiong Ku dan dilemparkan ke arahnya
Kedua orang itu memandang Boan ching dengan
terpesona, dengan dingin Boan ching berkata. "Jika kamu merasa tidak puas boleh mencoba sekali lagi."
Meskipun dalam hati cou Tiong Ku telah tahu bahwa
mereka berdua bukan tandingan nya Boan ching, tetapi
sebagai murid kepala dari Bu Kie chie bagaimana mulutnya
dapat mengeluarkan kata-kata mengaku kalah" Lu cepun
mengetahui maksud dari cou Tiong Ku.
Badannya segera melayang ke atas dan mencabut kembali
pedangnya yang tertancap di atas loteng itu.
Boan ching memandang dua orang itu sambil mengejek.
Dalam hatinya kini mempunyai niat untuk mempermainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
mereka, hingga Bu Kie chie mau keluar mencarinya. sekali lagi cou Tiong Ku dan Lu cie menyerang Boan ching.
Boan ching tertawa panjang, badannya bergerak dan
melancarkan sepuluh kali tendangan sekaligus mengancam
seluruh tubuh cou Tiong Ku.
cou Tiong Ku yang didesak sedemikian rupa terus mundur
ke belakang, keringat dingin membasahi bajunya.
Lu cie yang berdiri dibelakang Boan ching segera
melancarkan serangan kearah punggungnya.
Baru saja tubuh Boan ching mencapai tanah, pedang Lu cie
telah mengancam belakang tubuhnya, badannya segera
berputar dan kaki kanannya melancarkan serangan tendangan
ke arah pedang ditangan Lu cie, sedang kaki kirinya
melancarkan suatu serangan kilat dan menendang terbang
pedang ditangan cou Tiong ku.
Itu adalah ilmu tendangan tunggal dari Ie Bok Tocu yang
bernama "cing po chiet Yao" atau ilmu tendangan ikan paus melompat tujuh kali, dua kakinya dapat melancarkan tujuh kali tendangan tanpa menginjak tanah terlebih dahulu.
cou Tiong Ku dan Lu cie selamanya belum pernah melihat
ilmu tendangan yang demikian anehnya, kini melihat Boan
ching menggunakan ilmu tendangan yang aneh membuat
wajah mereka pun menjadi pucat.
Tubuh Boan ching yang hampir menyentuh tanah segera
melayang lagi dan merampas dua bilah pedang itu, dan
dengan perlahan dipatahkannya sambil berkata kepada dua
orang itu, "Lekas kamu pulang ke Khong tong untuk memberi tahukan kepada Bu Kie chie, suruh membuat persiapan, dalam
satu tahun aku pasti mencarinya".
Dia tidak mau mengungkat peristiwa sepuluh tahun yang
lalu, dengan seorang diri ia hendak menghadapi tujuh partai besar, itu merupakan suatu pekerjaan yang amat sulit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Wajah cou Tiong Ku dan Lu cie menjadi bertambah pucat
karena terkejut, dengan tergesa-gesa mereka meninggaikan
loteng itu. Hati Boon ching menjadi lega, setelah meletakkan sepotong
perak di atas meja, ia turun dari loteng, orang di sekitarnya menjadi tertegun, sungguh tak terduga oleh mereka pemuda
yang kelihatannya lemah lembut itu hanya dengan sepasang
kakinya telah dapat membuat kocar-kacir murid kepala dari
Ketua Khong tong pay yang telah menggetarkan dunia
kangouw. Setelah turun dari rumah makan "chieh Eng Lo", dalam hatinya ia berpikir: "Entah Thian San Tayhiap Pek Hong Siang berada di perkampungan Sie Shia Ling atau tidak. jika dia
berada di sana, aku akan bertemu dengannya, berpikir sampai di sini, ia segera berjalan menuju ke perkampungan Sie Shia Ling.
Baru saja sampai di pintu kota, dari arah muka tampak
seekor kuda dengan kencang, lari menghampirinya dan
berhenti tepat dihadapan Boan ching.
Dalam hati Boan ching mereka orang ini tentu datang dari
Thian San pay, ketika ia mendongakkan kepalanya, yang
datang itu ternyata adalah seorang pemuda yang sangat
tampan, usianya tidak lebih dari dua puluh tahun.
Pemuda itu memandang sejenak kepada Boan ching,
segera turun dari kudanya dan bertanya "Apakah Saudara betul bernama Boan ching?"
Boan ching tidak mengetahui siapakah sebenarnya pemuda
ini, mendengar ucapan yang tidak bermaksud baik, ia
mengangguk kan kepalanya sambil berkata: "cayhe adalah Boan ching, apakah saudara betul orang Thian San pay" Aku
ingin menjumpai Thian San Tayhiap Pek Hong Siang".
Pemuda itu dengan dingin menjawab: "Sungguh besar
omongan saudara, apakah kau kira Thian San Tayhiap dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
mudah dapat kau temui" Aku Pek Haw ingin mendapatkan
pelajaran dari saudara."
Boan ching tersenyum, katanya. "cayhe ada urusan penting ingin bertemu dengan Pek Cianpwe."
Pek Haw tidak perduli, segera ia turun dari kuda dan


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencabut pedangnya, dengan dingin ia berkata.
"kawan, engkau salah terka, sepuluh tahun yang lalu tujuh orang Supekku telah mengorbankan jiwanya untuk membunuh
mati Thian Jan shu, karena hal itu tujuh partai besar telah menyetujui kalau tiga ratus lie antara Gunung Thiansan dan
perkampungan Sie Shia Ling, kawan-kawan Bu Lim dilarang
membawa senjata, ini hari ternyata engkau telah memaki
ayahku dan membuat malu Khong tong Siang Kiam, di
samping juga akan merusak perkampungan Sie Shia Ling
jangankan ayahku tak ada, meskipun ada, juga tak akan
menemuimu. "
"ooh ... " seru Boan ching dalam hati ia berpikir, Pek How ini adalah putra Pek Hong Siang dan kini Pek Hong Siang
ternyata tak ada di sini.
Sambil tertawa dia berkata. " Entah Pek cianpwe berada dimana" bolehkah kiranya saudara memberi tahu?"
Tangan Pek How memegang pedang, menanti Boan ching
mencabut pedangnya, demi melihat Boan ching tak ada
maksud untuk mencabut pedang, ia menjadi gusar,
dengusnya. "Jika ini hari kau tidak mematahkan pedang untuk meminta maaf, jangan harap dapat meninggalkan tempat ini."
Sesudah berkata pedangnya melancarkan serangan kearah
Boan ching, sedang dalam hatinya ia berpikir. "Meskipun engkau tidak mau mencabut pedang, kini mau tidak mau
engkau harus juga mencabut pedangmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tiba-tiba dari arah belakang terdengar derapan kuda dan
tampak tiga penunggang lari mendatangi ternyata yang
datang adalah seorang tua bersama dua arang pelayannya.
Boan ching melihat Pek How telah melancarkan
serangannya dan mengancam jalan darah "cie bun to" di dada kirinya, melihat serangan ini, ia diam-diam dapat menilai
ilmunya masih di atas Khong tong Siang Kiam.
Tubuh Boan ching segera bergerak dan dengan ringannya
ia mengelakkan serangan itu.
Ketika melihat Boan ching tetap masih belum mencabut
pedangnya, Pek How menjadi bertambah gusar.
Ketika mendengar cerita Khong tong Siang Kiam yang
begitu memuji tinggi ilmu silat Boan ching dan kini melihat bahwa Boan ching lebih kecil darinya, pikirnya menjadi
berobah, dalam hatinya diam-diam ia berpikir, mungkin karena dua orang itu pernah dikalahkan sehingga pecah nyalinya, dan memuji kepandaian lawan untuk menutupi malu atas
kekalahannya . Memang sejak dulu Khong tong Siang Kiam tidak
dipandang sebelah mata olehnya.
Melihat Boan ching selalu menghindar, dengan gemas Pek
How memperhebat serangan, Boan ching segera mundur dua
tindak dan berkata: "Tahan"
Pek How menarik pedangnya dan berkata. "Apakah engkau
mengaku kalah?"
Boan ching yang mendengar Pek Hong siang tak ada di
situ, tak mau mencari ribut lagi, sambil tersenyum dia
berkata.. "Syarat yang kau minta terlalu berat untukku, dan tak dapat kuterima"
orang tua yang berdiri dibelakang Pek How mendengus,
katanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Keponakan Pek Biarlah aku saja yang maju
menghadapinya, aku ingin memaksa dia berlutut mengaku
kalah." Boan ching memandang orang tua itu sekejap. entah siapa
orang tua itu pikirnya.
Pek How membalikkan tubuhnya, dengan sangat hormat ia
berkata. "Kong Sun Lopek, urusan ini biarlah keponakanmu saja
yang membereskan."
Boan ching mendengar Pek How memanggil orang tua itu
sebagaipaman Kong Sun, diam2 ia merasa terkejut, sekali lagi ia memandang orang itu pikirnya. "Kiranya orang itu adalah
"Thay Mo Kiem ong" atau si Elang Emas dari Gurun Pasir, Kong Sun Sek. katanya kepandaian yang dimilikinya sangat
tinggi dan tidak di bawah ciangbunjin dari partai manapun jua, terutama dalam hal Ginkang. Sungguh tak terkira ini hari
dapat bertemu dengannya". .
Kong sun Sek pun memperhatikan Boan ching, dalam
hatinya diam2 ia terkejut, pemuda itu-itu entah anak dari
mana, kalau dilihat dari cara menghindari serangan dari Pek How tadi, dapat dipastikan Pek How bukan tandingnya, entah
pemuda itu datang kemari ada urusan apa "
Setelah Boan ching melirik sejenak pada Kong Sun sek,
berkatalah ia kepada Pek How. "Aku dengan pihak Thian San Pay tak ada ganjalan apa2, tetapi sebaliknya dengan pihak
Khong tong pay ada sedikit urusan- Aku kira Pek How tidaklah dengan mudah akan melepaskan aku pergi, jika dalam tiga
jurus aku bisa merebut pedang Pek-heng, Pek-heng harus
membereskan urusan hari ini dan tak mendendam padaku
lagi". Mendengar perkataan itu, bukan saja membuat Pek How
menjadi gusar. Kong Sun Sekpun tidak dapat menahan
amarahnya, pikirnya. "Pemuda ini sungguh takabur, dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tiga jurus akan merebut pedang Pak How dengan tangan
kosong" Thian San Kiam Hoat bukanlah dengan mudah dapat
dihadapi. Sekalipun aku sendiri tak berani memandang
rendah, pemuda itu ternyata berani omong besar".
Pek How tertawa besar, katanya. "Jika dalam tiga jurus aku kehilangan pedangku, bukan saja tidak akan membuat susah
kau, sejak hari ini pula aku mengundurkan diri dari dunia
Kangouw" Boan ching mendengar Pek How berkata demikian, ia
mengerutkan alisnya, pikirnya. " orang ini mengapa begitu serius "Jika demikian hal nya malah membuat aku tak enak
memaksa dia melepaskan pedangnya, tetapi perkataan telah
diucapkan, menyesalpun tak berguna," kemudian katanya.
"Pek-heng tak usah berbuat demikian, jika begitu malah membuat aku serba susah"..
Mendengar ucapan itu, hati Pek How bertambah gusar, se-
olah2 Boan ching tidak memandang sebelah mata, bahkan
seperti sudah pasti ia tentu kalah di tangannya.
Sebelum ia buka mulut, Boan ching telah mengetahui apa
yang telah dipikirkan olehnya, dengan tertawa ia berkata.
"Kalau begitu lebih baik kita bertanding secara lisan terlebih dahulu".
Hati Pek How dan Kong Sun Kok menjadi heran, pikirnya.
Bagaimana caranya bertanding secara lisan "-"
Sambil tertawa Boan ching berkata. "Ilmu pedang yang
lihay dari Thian San Kiam IHoat adalah "Tui Yun Toan ciet cap Sah Sih" atau tiga belas jurus ilmu mengejar mega memotong matahari, kukira engkau tentu akan menggunakan ilmu ini,
untuk menghadapi aku bukan?"
Dalam hati Pek How berpikir. "Memang meskipun
kehebatan "chieh San ciet Kiam" atau tujuh pedang Dewa Sakti jika dibandingkan dengan "Tui Yun Toan Jiet cap Sah Sih" lebih hebat, tetapi keganasan dan kegesitannya tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
menandingi, lagi pula dengan lwekang yang dimilikinya
sekarang ini masih belum dapat melancarkan "chieh sian chiet Kiam" dengan sempurna. Meskipun Boan ching dapat
menebak tepat kalau dia tentu akan menggunakan "Tui Yun ToanJiet cap Sah Sih" ia belum kagum, ilmu pedang ini telah menggetarkan dunia kangouw, sekalipun Boan ching dapat
menyebutkan juga bukan merupakan hal yang aneh.
Boan ching sambil tertawa meneruskan, "benarkah jurus
pertama dari Tui Yun ToanJiet cap Sah Sih, adalah jurus Thian Way Lay Hong atau di luar langit ada langit?"
Diam2 Pek How terkejut. Yang mengetahui ilmu pedang
"Tui Yun Toan Jiet cap Sah Sih" tidak banyak. tetapi yang mengetahui jurus2 itu dengan sangat mudah, apakah mungkin
ia masih ada hubungan dengan Thian San pay"
Hal yang sebenarnya Suhu Boan ching Ie Bok Tocu
mempunyai pengetahuan yang sangat luas tentang ilmu silat
yang ada di dunia ini kebanyakan ia mengetahui, selama
sepuluh tahun Boan ching mendapat bimbingan yang
langsung dari suhunya, ditambah bakatnya sangat baik, pun
sepuluh tahun yang lalu waktu Thian Jan Shu bertempur
dengan Thien San ciet Kiam Boan ching hadir disana dan
melihat setiap jurus yang digunakan oleh dua pihak yang
bertempur itu sehingga terhadap Thian San Kiam Hoat ini
sangat fatal. Hati Pek How belum saja tenang kembali. Boan ching telah
melanjutkan kata-katanya itu memang untuk mencoba
kekuatan lawan-
Jurus itu baru saja dilancarkan setengah jalan, tubuh Boan
ching telah mendesak maju. dua jari tangan kanannya telah
menotok jalan darah "cie bun to" dibadan Boan ching, Pek How terdesak maju, terpaksa Pek How mengangkat pedang
melancarkan serangan untuk mendesak Boan ching keluar
lingkaran pertempuran, jurus yang digunakan barusan ini
adalah jurus "Lui Tian Rao Tong" atau kilat geledek mengitari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
hiolo. Boan ching putarkan tubuh, menghindar serangan
pedang Pek How.
Tidak menunggu sampai ia mengganti jurus, Boan ching
telah melancarkan serangan tendangan dan mengarah ke
pergelangan tangan Pek How.
Pek How sangat terkejut, sungguh tak terkira olehnya kalau
dengan jurus "Sin Kiam Thim Yuan- atau pedang sakti
melancarkan serangan, dengan demikian aku sudah dapat
memaksa engkau melepaskan pedangmu.
Pek How dan Kong Sun Sek terkejut, Kong Sun sek kaget
karena gerakan aneh yang dikatakan Boan ching itu belum
pernah ia dengar, sedang Pek How terkejut karena Boan ching demikian jelas mengetahui tentang ilmu "Tul Yun Toan Jiet cap Sah Sih" daripartai nya, bahkan lebih jelas dari dirinya, pikirnya tentu dia mempunyai hubungan dengan Thian San
Pay. Boan ching tersenyum, katanya." Engkau tentu masih
belum mau percaya bolehkah maju coba-coba."
Dalam hati Pek How merasa tidak puas, pikirnya. "Apakah aku harus melancarkan serangan sesuai dengan apa yang kau
ucapkan?" Berpikir sampai di situ, segera ia melancarkan serangannya
kearah Boan ching dengan menggunakan jurus "Thian Way
Lay Hong atau di luar langit ada langit, jurus ini adalah jurus pertama dari "Tui Yun Toan Jiet Sah Sih" dan satu-satunya jurus yang dapat merubah keadaannya yang kepepet itu
menjadi pihak penyerang.
Apa boleh buat, segera Pek How melancarkan serangan
dan mengancam pinggang Boan ching, jurus yang digunakan
ini adalah jurus "Sin Kiam Tui Yun" atau pedang sakti mengejar mega, dalam hatinya berpikir," jurus ini meskipun telah kau tebak tepat, tetapi akan kulihat dengan cara apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
engkau akan menjepit pedangku kemudian memaksa aku
melepaskan pedang".
Berpikir sampai di sini, ia mengerahkan seluruh tenaganya
dan di pusatkan pada gagang pedang itu.
Boan ching meloncat ke udara dan memutar tubuhnya,
kedua tangannya dengan jurus "Tong cie Pay Kwan im" atau anak kecil menyembah Dewi Kwan im menjepit pedang Pek
How, sedang kedua kakinya melancarkan tiga kali tendangan
berturut-turut, ini adalah tendangan "Liau Huan Tui" atau tendangan berantai, semuanya terarah pada jalan darah di
dada Pek How. Pek How sudah ada persiapan, begitu ia melihat Boan ching
menjepit pedangnya, tangan kirinya segera mengerahkan
lwekang nya menahan jepitan pedang tersebut, pedang
ditangan Pek How segera berubah keras sekali, sehingga tak
bergeming sedikitpun-
Baru saja ia tertegun, serangan tendangan berantai Boan
ching telah tiba, mau tak mau dia harus melepaskan
pedangnya dan meloncat mundur. Mukanya segera berubah
menjadi pucat pasi dan berdiri mematung di sana.
Kong Sun Sek nampak kepandaian Boan ching sangat
tinggi, dalam hatinya sangat terkejut. Membalik tubuh
melancarkan tendangan, menjepit pedang, beberapa jurus ini
hanya dilakukan dalam sekejap mata saja, serangan yang
demikian hebatnya ini, dalam tiga jurus telah memaksa Pek
How untuk melepaskan pedangnya, biar dia dapat
melakukannya, entah pemuda ini anak murid siapa.
Pek How menghela napas, Boan ching membungkukkan
badannya mengambil kembali peda itu dan diangsurkan
kepada Pek How sambil berkata. "Peng Heng, sungguh maaf atas segala perbuatanku yang lancang tadi."
Dengan rasa malu Pek How menerima kembali pedangnya,
pemuda dihadapannya ini ternyata memiliki kepandaian yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
demikian tingginya, sambil menerima pedangnya ia berkata.
"Entah Boan heng anak murid daripartai mana, ternyata
begitu hapal dengan Thian San Kiam Hoat"
Boan ching tersenyum, jawabnya "suhu telah berpesan
untuk sementara waktu tak boleh menyebut nama beliau,
mengenai Thian San Kiam Hoat . .. ." dia berdiam sejenak.
pikirannya terbayang kembali peristiwa di puncak Hwee Ing,
terusnya "Karena Thian San chiet Kiam pernah melepas budi padaku."
Sepuluh tahun yang lalu, ketika di kuil kuno itu waktu Thian Jan Shu akan membunuhnya, kalau bukannya tiba-tiba muncul
Thian San chiet Kiam ditempat itu, maka jiwanya tentu sudah melayang.
Ketika mendengar bahwa Boan ching ada hubungannya
dengan tujuh orang Supeknya yang telah meninggal, dengan
segera sikap Pek How berubah menjadi sangat menghormat,
katanya "Kiranya begitu" jadi aku telah salah paham"
Setelah berkata demikian, ia berhenti untuk berpikir
sebentar, kemudian baru melanjutkan- "Partai kami sangat baik hubungannya dengan Kong tong pay Entah karena
urusan apa sehingga Boan heng bentrok dengan mereka"
Mungkin aku dapat membantu mendamaikan urusan itu."
Dalam hati Boan ching berpikir "Bu Kie chie adalah
merupakan pemimpin dari pembunuhan Thian San chiet Kiam.
Jika engkau tahu pasti segera akan mendendam nya,
sekarang masih dapat mengatakan hubungan dengan Khong
tong pay sangat baik segala." Katanya. "Urusan ini harus diselesaikan dengan mereka. Terima kasih atas perhatian Pek heng."
Di pinggir Kong Sun Sek mendengar semuanya itu dan
dalam hatinya segera timbul rasa simpatik terhadap Boan
ching. Selama dia selalu tak cocok dengan Bu Kie chi, tetapi selama ini hubungan Bu Ki chie dengan Thian San Pay sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
baik hingga ia tidak enak banyak bicara, untuk mencegah
orang mengatakan ia ingin merenggangkan hubungan itu,
juga meskipun ia tidak cocok dengan Bu Kie chie, ia juga tidak dapat menerka apa tujuan Bu Kie chie mendekati Thian San
pay. Hal ini lebih-2 membuat dia sukar untuk membuka mulut.
Setelah Pek How mendengar Boan ching berkata demikian,
terpaksa ia hanya dapat berkata.. "Boan heng, mencari ayah entah ada urusan apa" Nanti akan kusampaikan-"
Boan ching termenung sejenak. kemudian berkata:
"Tentang urusan ini tak dapat aku memberitahukan, mohon Pek heng suka memaafkan"
Kong Sun sek tertawa besar dan berkata. "Kamu anak kecil ada urusan begitu saja berbelit-belit, sedikitnya tak ada
semangat, aku si orang tua paling benci dengan orang
semacam itu".
Pek How dan Boan ching tertegun mendengar perkataan
itu, Boan ching mengangkat kepalanya memandang Kong Sun
Sek. dan sambil menjura pada Pek How ia berkata. "Tadi Pek heng tidak menurunkan tangan jahat, itu akan selalu kuingat didalam hati. karena Pek Tayhiap tidak ada, maka aku juga
tidak akan tinggal lebih lama lagi. Jika ada kesempatan, dilain waktu kita akan bertemu lagi". Kong sun sek melihat Boan ching akan pergi, dalam hatinya berkata.
"Mana dapat melepas dia pergi dengan mudah" Aku harus
mengetahui dulu dia anak murid dari partai mana". Teriaknya.
"Anak kurang ajar Ternyata kau ingin menghindari aku dan mengangkat kaki " Tidak memperdulikan aku si orang tua lagi
?" Mendengar Kong sun sek berkata demikian, Boan ching jadi
mengerutkan alisnya. Pek How yang mengerti kalau Kong Sun
Sek tak ingin melepaskan Boan ching, dan pura-2 gila untuk
menahannya, dalam hati tertawa dan mundur ke samping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boan ching tersenyum kepada Kong Sun sek dan berkata. "
Entah ada pesan apa locianpwe?"
Kong Sun sek yang melihat Boan ching demikian merendah
menjadi tertegun dan berpikir. "Anak muda ini sungguh cerdik, kini malah aku yang tak dapat menghindarinya lagi. Jika aku meneruskan berpura-pura gila, hal ini akan menurunkan
derajatku dan akan dikatakan yang tua menghina yang muda.
ilmu silatnya tidak berada di bawahku tetapi dia begitu
menghormat pada diriku." Dia berdiam sejenak, begitu
mendongakkan kepalanya nampak sepasang mata Boan ching
memandang seperti sedang menertawakan dirinya, hatinya
menjadi mendelu dan membentak. "Anak kurang ajar, aku
ingin tanya siapakah suhumu ?"
Boan ching tertawa dan berkata dalam hati. "Kong Sun Sek ini memang ingin bergebrak denganku, sudah mengerti masih


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sengaja bertanya".
Dengan tawar ia berkata, "Meskipun kau orang tua
memaksa aku bergebrak dengan mu, belum tentu kau dapat
mengetahui asal perguruanku. Bicara apa harus berputar-
putar" Lebih baik katakanlah secara blak-blakan".
Kong Sun Sek mendengar ucapan itu menjadi serba susah,
sebenarnya ia ingin gusar tetapi dia tak dapat berbuat
demikian, kepalanya di dongakkan dan tertawalah terbahak-
bahak. Sebenarnya hanya ingin mencoba kepandaian Boan ching
untuk mengetahui dia berasal dari partai mana. Dia tak
percaya kalau dirinya yang mencoba sendiri tak dapat meraba ilmu silatnya itu berasal dari perguruan mana.
Boan ching tak menunggu sampai Kong Sun sek berhenti
tertawa, tambahnya. "cayhe bukannya tak mau melayani satu dua jurus dengan Locianpwe, tetapi bukankah dengan
demikian malah akan merusak nama baik Locianpwe?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Kong Sun Sek menjadi melongo, mukanya berubah merah
padam bagaikan kepiting rebus, sepatah katapun tak dapat
diucapkan, sedang dalam hatinya timbul perasaan yang sukar
dikatakan. Ucapan Boan ching itu telah membuat dirinya mati kutu, keinginan untuk menjajal kepandaian Boan ching pun
segera lenyap tanpa bekas.
Pek How yang melihat keadaan Kong Sun sek sedemikian
rupa itu, teringat pada sikapnya tadi yang ke-gila2an itu,
ternyata ada juga hari ini.. Tak tertahan tertawalah dia hingga mengeluarkan air mata.
Dua orang pelayan itupun tak dapat menahan gelinya,
sedang dalam hatinya mereka berpikir, kali ini Kong sun Loya telah ketemu batunya.
Kong Sun Sek tertegun, sambil menghela napas dia
berkata. "Engkoh cilik, kau sungguh hebat, Hari ini aku Kong Sun Sek terpaksa harus mengaku kalah, tetapi perguruanmu
akan tetap kuselidiki."
Boan ching sambil tersenyum membungkukkan badannya
memberi hormat dan katanya.
"Terima kasih kepada Locianpwe yang tak menurunkan
tangan jahat kepadaku. Aku Boan ching dengan ini mohon
diri." Kong Sun Sek tersenyum, katanya " Khong tong pay
bukanlah lawan yang empuk. Engkau harus banyak berhati-
hati. Melihat sikapmu yang sangat menyenangkan hati itu, lain hari kalau kau ada urusan, jangan lupa padaku."
Dalam hati Pek How diam-diam merasa heran. "Thay Mo
Klem Song" atau Si elang emas dari gurun pasir, Kong Sun Sek ternyata dapat bersikap demikian baik terhadap Boan
ching, sehingga dia tak segan-segan turun tangan membantu
pemuda itu untuk bentrok dengan pihak Khong tong pay. Dari
dulu hubungan antara Thian-san-pay dengan Khong tong pay
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sangat baik, agaknya urusan ini akan sedikit mengalami
kesulitan- Boan ching tersenyum kepada Kong Sun Sek. setelah
mengucapkan terima kasih, lalu berpisahlah dia dengan dua
orang itu dan melanjutkan perjalanannya.
Kong Sun Sek dan Pek How memandang sampai bayangan
Boan ching lenyap dari pandangan, diantara dua orang itu tak ada seorangpun yang mengetahui asal-usul Boan ching,
mereka hanya merasa ilmu silat yang dimilikinya itu sangat
aneh, juga sepertinya dia menyimpan banyak rahasia pada
dirinya. Untung dalam hati dua orang itu telah timbul rasa
simpatik mereka terhadap Boan ching.
-ooo0dow0ooo- DENDAM KESUMAT UMAT PERSILATAN
TIGA HARI telah berlalu, kini Boan ching telah sampai di
kota cu-jen, dalam hatinya dia bermaksud untuk segera
menuju Khong tong pay, untuk menjajal tingginya ilmu silat
yang dimiliki ciangbunjin dari Khong tong pay, Bu Kie chie itu.
Dengan langkah yang perlahan, dia memasuki cu-jen, tiba2
seekor kuda hitam lewat disampingnya dengan sangat cepat,
di atas kuda itu duduk seorang pria berpakaian ringkas
berwarna hitam, pemuda itu menoleh memandang cepat Boan
ching sejenak dan kaburkan terus kudanya.
Boan ching mengerutkan alisnya. Dalam tiga hari ini,
pemuda berpakaian hitam itu selalu menguntit dibelakangnya, agaknya ada urusan yang ingin dibicarakan dengannya, tetapi tidak berani menyapa.
Ketika itu sampailah Boan ching di sebuah rumah makan-
Baru saja dia duduk. nampak pemuda berpakaian hitam itupun
memasuki rumah makan itu, hal ini membuat dia mengerutkan
alisnya kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pemuda berpakaian hitam itu mencari tempat duduk tepat
dihadapannya, dengan perlahan-lahan Boan ching
menghabiskan santapannya. tampak pemuda berpakaian
hitam itupun agaknya tidak terburu- buru, dia menundukkan
kepalanya sambil minum teh, sedang matanya beberapa kali
melirik ke arah Boan ching.
Baru saja Boan ching selesai dengan santapannya, tampak
pemuda berpakaian hitam itu mengajukan tangan kanannya,
cangkir teh yang ada di tangannya itu segera melayang
kearah tubuh Boan ching, sedang badannya berkelebat keluar
dari rumah itu, sesampainya di luar pintu dia menoleh ke
belakang dan menggapai kearah Boan ching, kemudian
melompat naik ke atas kudanya dan melarikannya dengan
sangat cepat. Sambil tangannya menerima cangkir teh, tersenyumlah
Boan ching, cangkir teh itu di letakkannya ke atas meja
beserta sepotong uang untuk membayar santapannya itu, dan
iapun lari mengejar kearah pemuda berpakaian hitam itu tadi menghilang.
Waktu menerima cangkir teh tadi, dia telah mengetahui
kekuatan lwekang yang dimiliki pemuda2 berpakaian hitam
itu, kini tampak menggapai kearah dirinya, entah ada urusan apa dia merasa ilmu silatnya itu, maka ia tak takut akan
terjadi apa-apa terhadap dirinya dan lari mengejar pemuda
itu. Setelah keluar dari pintu kota, nampak pemuda berpakaian
hitam telah menantinya di depan pintu kota, maka
dihampirilah pemuda itu.
Pemuda berpakaian hitam itu sambil tertawa berkata. "Aku bernama Hoa Suan, tadi telah mempermainkan Boan Toako
harap suka dimaafkan-"
Boan ching nampak usia pemuda itu hampir sebaya dengan
dirinya, baru pertama kali bertemu telah begitu ramah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sikapnya, lalu katanya. "Siaute Boan ching, entah Toa Heng mencari aku ada urusan apa?"
Hoa Suan memandang sekelilingnya, sejenak kemudian
baru dengan tertawa katanya. "Tempat ini tidak sesuai, lebih baik kita cari tempat yang lebih aman untuk berbicara."
Dalam hati Boan ching berpikir, tampaknya Hoa Suan ini
tidak mengandung maksud jahat maka ia menganggukkan
kepalanya. Hoa Suan menuntun kudanya, sambil berjalan ia berkata.
"Boan heng tiga hari yang lalu kau telah mengalahkan Khong Tong Siang Kiam dengan tendangan geledekmu, sungguh
suatu pekerjaan yang sangat menggembirakan- Dengan
kepandaian Boan heng yang demikian tingginya itu agar
orang2 Khong Tong Pay mengetahui kalau orang Bu Lim tidak
mengganggu mereka adalah karena mereka mengalah,
bukannya takut terhadap pihak Khong Tong Pay, pekerjaan
Boan heng kali ini sangat menggembirakan hati."
Dalam hati diam-diam Boan ching berpikir "Kiranya adalah orang yang merasa tidak puas terhadap Khong Tong Pay,"
tetapi pada mulut nya sambil tertawa dia berkata," Mana2, berita Dunia Kangouw tak dapat dipercaya, kepandaian Siaute tak ada harganya untuk dibanggakan-"
Sambil berbicara kedua orang itu sampai di suatu kuil
bobrok. Hoa Suan menambatkan kudanya di depan pintu kuil,
kemudian bersama-sama Boan ching memasuki kuil itu.
Hoa Suan tidak menunggu sampai Boen ching membuka
suara telah berkata^ "Siaute telah lama mengagumi
kepandaian Boen heng, ini hari datang kemari ingin mendapat pengajaran barang satu dua jurus."
Boen ching tidak mengira kalau Hoa Suan dapat berbuat
demikian, ia menjadi melongo, dengan tertawa ia berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Kepandaian Hoa heng lebih tinggi dari kepandaianku, aku kira lebih baik kita tak usah bertanding."
Dengan dingin Hoa Suan berkata. "Apakah Boen heng tidak memandang sebelah mata kepada ku?"
Boen ching tidak mengetahui Hoa Suan itu berasal dari
aliran mana, jika didengar dari ucapannya, agaknya
mempunyai ganjalan dengan pihak Khong Tong Pay, entah dia
anak murid dari partai mana diantara enam partai besar itu"
Mengapa ia berbuat demikian"
Belum habis dia berpikir, Hoa Suan telah mulai
melancarkan serangannya sambil mulutnya membentak.
"Siaute tidak akan sungkan-sungkan lagi." Tangannya melepaskan piaw terbang ke atas Boen ching.
Boen ching tertawa tawar, ketika tadi dirumah makan dia
melihat cara Hoa Suan melemparkan cangkir teh ke arahnya
itu telah mengetahui kalau pemuda itu adalah seorang yang
ahli didalam senjata rahasia. Ternyata dugaannya tepat.
Segera tangan kanannya diangkat dengan menggunakan
jari telunjuknya ia menangkap piaw terbang tersebut.
Serangan Hoa Suan tadi sebenarnya hanya untuk memberi
tanda kepada pihak lawan saja, begitu piauw terbang itu
dilepaskan, segera disusul dengan bermacam macam senjata
rahasia lainnya yang meliputi berpuluh-puluh macam
menyerang kearah Boen ching.
Dalam hati Boen ching merasa terkejut melihat keahlian
Hoa Suan didalam melepaskan senjata rahasia, segera timbul
niatnya untuk membuat Hoa Suan terbuka matanya dan
kagum terhadap kepandaiannya. Tangan kanannya dengan
menggunakan piau terbang tadi memukul jatuh senjata
rahasia yang menyerang tubuh bagian atasnya sedang kedua
kakinya melancarkan ilmu "Po chiet-yao" atau ikan paus melompat tujuh kali menghalau senjata rahasia yang
menyerang tubuh bagian bawahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Melihat gerakan Boen ching ini, Hoa Suan segera
membentak. "Bagus Hati2 lah".
Tubuhnya merendah, kedua belah tangan nya segera
melontarkan berpuluh-puluh plat baja, plat baja itu tebalnya seperti kertas dari bawah kian ke atas mengikuti gaya
lemparan nya dan mengurung seluruh tubuh Boen ching.
Nampak keadaan demikian itu Boen ching menjadi terkejut,
sedang dalam hatinya ia berpikir, bukankah ini adalah ilmu,
"Han Po Shie jiet" atau ombak dingin melanda matahari" tak dapat diragukan lagi Hoa Suan tentu adalah murid dari Hwe
Liong Su, atau si naga melingkar Liauw Pek Ko yang telah
menggetarkan sungai telaga. Berpikir sampai di sini
tersenyumlah dia, segera badannya melayang mengeluarkan
ginkang ajaran suhunya Ie bok Tocu yaitu : "Hai Si Ju Shie"
atau terbang melayang mengitari selat.
Badannya melayang mengikuti datangnya plat-plat baja,
dengan secepat kilat plat-plat baja itu menyambar lewat di
bawah kakinya dan tak dapat ditahan lagi semuanya
menancap pada tembok kuil itu.
Hoa Suan menjadi sangat terkejut melihat ilmu
meringankan tubuh Boen ching yang demikian sempurnanya
itu ia berdiri tertegun.
Sungguh tak terkira olehnya kalau ilmu meringankan tubuh
Boen ching dapat demikian tingginya pun tak terduga olehnya kalau ilmu melepaskan senjata rahasia yang paling diandaikan dan tidak ada tandingannya itu yaitu "Han Po Shieejut," atau ombak dingin melanda matahari ternyata masih juga terdapat
lubang kelemahannya. ini merupakan hal yang tak pernah
dibayangkan sebelumnya, lebih-lebih gerakan Boen ching
cepat seperti kilat, dimana ia dapat terapung ditengah udara.
Boen ching tersenyum dan dalam hatinya ia berpikir ilmu
silat aneh ini mungkin engkau dengarpun belum pernah.
Kemudian ia berjalan meninggaikan kuil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Baru saja ia sampai di depan kuil, Hoa Suan telah sadar
kembali dan cepat berteriak: " Boen heng harap tunggu
sebentar" Boan ching menghentikan langkahnya dan sambil
membalikkan tubuhnya ia berkata. "Apakah Hoa heng masih tidak mau melepaskan aku?"
Wajah Hoa Suan berubah menjadi merah, jawabnya. "Mana
aku berani" Siaute berbuat demikian adalah karena terpaksa.
Siaute mendapat perintah dari seseorang untuk melakukan hal ini. ilmu silat Boen heng sungguh tak dapat diukur tingginya, Siaute sangat kagum sekali".
Boen ching berdiam sejenak kemudian katanya, "Entah
dengan maksud apa Hoa heng tadi mencoba kepandaian
Siaute" Harap Hoa heng suka menjelaskan"
Hoa Suan berkata sambil tersenyum. "Mungkin baru
pertama kali ini Boen heng menginjak dunia kangouw
sehingga tidak mengenal namaku"
"Siaute adalah "Siauw Hek Liong" atau si naga hitam Hoa Suan- Didalam Ngo Liong Hwee selamanya membantu yang
lemah dan menghancurkan yang kuat, tetapi baru-baru ini
telah terjadi suatu peristiwa dan ingin mohon bantuan Boen
heng," Boen ching berdiam sejenak kemudian katanya: "Urusan
apakah itu" Mohon Hoa heng suka memberi penjelasan" .
Hoa Suan berpikir sebentar, kelihatannya seperti tak
tenteram hatinya kemudian berkata. "Aku telah berjanji dengan Toako untuk bertemu ditempat ini, mengapa hingga
saat ini masih belum muncul juga".
Baru saja ia selesai berkata tampak seekor kuda putih
berjalan mendekati. Diatasnya duduk seorang lelaki berusia
pertengahan, alisnya tebal dan mempunyai sepasang mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
yang besar wajahnya tampak gagah. Melihat orang itu Hoa
Suan berteriak. "Toako engkau baru datang"
orang laki-laki berusia pertengahan itu tersenyum dan
berkata kepada Boen ching.
"Yang ini mungkin adalah Boen Siauw-hiap?"
Dengan cepat Boen ching menjawab "Siaute adalah Boen
ching.." orang laki-laki berusia pertengahan itu menghela napas dan
berkata kepada Hoa Suan-"Perjanjian itu masih empat hari lagi engkau juga boleh turut".
Hoa Suan menjawab dengan cepat, " ilmu silat Boen heng sangat lihay, tadi dengan mudah ia telah dapat menghindari
ilmu, "Han Po Shie Jiet," tidaklah lebih baik minta dia untuk membantu kita?"
Melihat keadaan kedua orang itu, Boen ching segera
berkata, "Jika saudara memerlukan bantuanku tentu akan kubantu dengan sekuat tenaga".
orang laki-laki berumur pertengahan itu memperhatikan
Boen ching dan berkata:
"cayhe adalah chin Liong Su", atau si tangan penyambar naga, Ong Kang, Ngo-te ku ini tidak mengetahui siapakah
pihak lawan hingga telah mengundang Boen heng, Harap
Boen heng suka memaafkan". Hoa Suan bertanya kepada ong Kang.
"Toako, apakah engkau sudah mengetahui siapa pihak
lawan?" ong Kang segera membalikkan tubuh kuda putihnya. Pada
tubuh kuda putih itu tampak suatu cap telapak tangan yang
telah menghitam.
Melihat cap tangan yang telah menghitam itu, maka Hoa
Suan segera berubah pucat pasi. Dia berdiri mematung dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tak dapat mengeluarkan sepatah katapun. ong Kang menghela
napas dan berkata kepada Hoa Suan-
"Alasanku menyuruh engkau jangan mencari pembantu
tentunya sekarang telah engkau ketahui. Kita juga harus
pergi." Hoa Suan diam dan tak berkata sepatah katapun- Boen-
ching yang melihat Hoa Suan menjadi ketakutan sedemikian
rupa setelah melihat telapak tangan yang berwarna hitam itu menjadi heran
"Entah siapakah orang itu.?" Tanyanya pada Ong Kang.


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ong heng mungkin dapat memberitahu kepada cayhe,
telapak tangan itu melambangkan siapa?"
Baru saja Boen ching selesai berkata, kuda putih itu telah
jatuh mati dan mengerang segera. Sambil melihat kepada
kuda putih itu ong Kang berkata.
^