Bentrok Rimba Persilatan 21

Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 21


ejar kearah Lieh Yu.
Lieh Yu sama sekali tidak menggubrisnya sambil tertawa
dingin dia lari kedepan. Boen Ching yang kaki kanannya sudah terluka, dan baru saja mengejar sampai ditengah jalanan.
segera tertinggal sangat jauh sekali, dengan kalap dia
berteriak nyaring.
"Lieh Yu! apabila kau tidak meninggalkan obat penawarnya, sekalipun sampai keujung langitpun aku tetap tak akan
melapaskan dirim?..
Lieh Yu hanya tertawa terus dan melanjut kan larinya
kedepan. Boen Ching merasa sangat kecewa sekali, sambil mendekap
diatas permukaan salju teringat olehnya akan segala gerak
gerik sifat dari diri Sek Giok Siang, tak tertahan lagi, hatinya menjadi sangat sedih sekali, hampir-hampir air matanya
menetes keluar dari kelopak matanya !.
Dia bangkit berdiri siap hendak balik kembali, tetapi
mendadak terasa kaki kanannlya sangat sakit sekali, sehingga sukar untuk bergerak, dia menundukkan kepala nya
memandang, tampak darah segar masih mengucur keluar dari
luka kaki kanan nya, membuat seluruh jubah panjangnya
basah oleh darah tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching mengigit kencang bibirrya, dan bangkit berdiri,
sambil menarik napas panjang-panjang, dengan cepat dia lari kearah jalan semula.
Tak sampai beberapa waktu sampailah ke tempat semula,
tampak Bwee Giok masih terbaring diatas tanah, agaknya dia
masih belum sadar kembali dari pingsannya.
Dia menarik napas lega sambil berjalan mendekati dan
kemudian berjongkok di samping tubuh Bwee Giok, setelah
memandang beberapa saat lamanya, dengan perlahan dia
mengangkat tubuh Bwee Giok dari atas permukaan salju dan
diletakan keatas pangkuannya.
Dengan termangu Boen Ching memandang kearah Bwee
Giok, didalam benaknya pada saat ini entah sedang
memikirkan apa!
Sejenak kemudian, tampak Bwee Giok dengan perlahan
mementangkan matanya, dalam hati Boen Ching merasa
sangat tegang sekali, dengan tajam dia memandangnya ke
arahnya tanpa bergerak.
Bwee Giok mementangkan sepasanbg mata nya dengdan
termangu-managu dia meman-dabng kearahnya Boen Ching,
lama sekali tak mengucapkan sepatah katapun juga, Boen
Chingyang melihat sinar mata Bwee Giok seperti seorang
bodoh, tak terasa lagi air matanya meleleh ke luar membasahi wajahnya.
Dia membuka mulut hendak berbicara, tetapi untuk sesaat
menjadi ragu-ragu, lama kemudian barulah ujarnya.
"Giok ! kau sedikit baik bukan?"".
Bwee Giok dengan termangu-mangu memandang kearah
Boen Ching, sejenak kemudian diapun mengucurkan air
matanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching menarik napas panjang dan tersenyum, baru
saja dia akan membuka mulut untuk berbicara, tampak Bwee
Giok telah bangkit berdiri dan tertawa dengan nyaring.
Boen Ching tampak hal ini menjadi sangat terkejut sekali,
dengan cepat dia bangkit berdiri.
Bwee Giok begitu tampak kaki Boen Ching sedikit bergerak,
segera dia menggerakkan kakinya lari dengan cepat kearah
depan. Boen Ching dengan cepat mengejar, sedang Bwee Giok
berlari tambah cepat lagi, kedua orang itu satu didepan yang lain di belakang berlari terus kearah depan.
Begitu Boen Ching membuka mulutnya memanggil, Bwee
Giokpun ikut membuka mulutnya berteriak, segera Boen Ching
menjadi sadar, kiranya Bwee Giok sedang meniru segala gerak gerik dirinya, sepasang kakinya menjadi lemas dan rubuh
keatas tanah. Bwee Giokpun dengan perlahan lahan meniru gerak dari
Boen Ching dan tidur diatas tanah. .
Boen Ching memejamkan matanya dalam hatinya entah
sedang memikirkan tentang apa, sejenak kemudian dia
mementangkan matanya kembali tampak Bwee Giok pada saat
ini telah tertidur dengan sangat nyenyaknya pada permukaan
salju tidak jauh dari tempat dirinya.
Dengar perlahan-lahan dia berjalan mendekati diri Bwee
Giok, tampak wajahnya pucat kehijau-hijauan, bibirnya
berubah menjadi hijau gelap, napasnyapun sangat cepat
sekali, seluruh tubuhnya gemetar dengan hebat" sedang
bibirnyapun sering membuka bagaikan sedang berteriak.
Tak terasa lagi air matanya mengalir keluar membasahi
seluruh wajah Boen Ching, dengan perlahan dia membimbing
bangunb tubuh Bwee Giodk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia mendongaakkan kepalanya bmemandang ke angkasa,
terpikir olehnya bahwa dia Bwee Giok telah merasakan
bermacam-macam penderitaan, kinipun dikarenakan dia juga
sehingga membuat gadis itu menjadi gila oleh Lieh Yu.
Dalam hatinyapun dia tak dapat berbuat apa-apa, Lieh Yu
telah turun tangan keterlaluan, sekalipun dia mengakui bahwa dirinya telah berbuat salah, tetapi dengan nama besar dari
Lieh Yu sebagai Kioe Thian Ie Sin bukan saja berlapang dada memberi kan pertolongannya, bahkan sebaliknya membuat
seorang gadis yang suci bersih menjadi menderita seperti ini merupakan urusan yang tak dapat diampuni untuk selamanya.
Tak perduli bagaimana juga dia tak akan melepaskan diri
Lieh Yu dengan demikian saja.
Tetapi deugan keadaan situasi dihadapan nya sekarang ini,
Bwee Giok telah menjadi demikian rupa, tak mungkin dia akan melepaskan gadis itu dengan begitu saja".
Boen Ching mendongakkan kepalanya memandang keatas
angkasa yang telah menggelap itu, dia akan membawa Bwee
Giok menuju kesuatu tempat yang tak pernah di kunjungi
orang, agar dia tak akan mendapat kan ejekan dari orang lain.
Dia termenung berpikir keras, dengan perlahan lahan ia
membopong tubuh Bwee Giok dan melanjutkan perjalanannya
menuju kearah utara.
ooo0ooo DAERAH SALJU TAK ADA PANGKALNYA
BOEN CHING membopong tubuh Bwee Giok, terus berlari
kearah Utara. Bwee Giok yang berturut turut berada dalam perjalanan
pada saat ini telah sangat lelah sekali dan tertidur dengan nyenyaknya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada saat ini cuaca mendekati magrib, kaki kanan Boen
Ching pun saking kakunya hingga sukar sekali untuk
digerakkan kembali, tetapi dia tak perduli apapun tetap
melanjutkan perjalanannya kearah depan.
Lambat laun dari ujung langit tampak sana memancar
keluar sinar matahari yang terang, saking lelahnya hampir-
hampir Boen Ching tak sanggup melanjutkan perjalanannya
lagi, dia menghembuskan nrapas panjang datn memandang
ke qsekeliling temprat itu.
Disebelah tenggara sana tampak gundukan salju yang
sangat tinggi sekali, Boen Chin dengan langkah yang perlahan berjalan menuju kearah tersebut.
Setelah memutari gundukan salju tersebut, tampak
dibawah gundukan itu terdapat sebuah gua salju, agaknya gua yang telah lama ter tutup salju, diluar gua itu masih tampak sebuah batang pohon tua yang telah mengering dan pada saat
ini tertimbun oleh salju.
Boen Ching berdiri tenang beberapa saat diluar gua itu,
kemudian sambil membopong tubuh Bwee Giok dengan
pelahan dia berjalan masuk kedalam gua.
Didalam gua, itu tampak terdapat sebuah balai yang
terbuat dari batu, sedang diatas balai yang terbuat dari batu itu terdapat tulang manusia yang telah terlepas dan hancur.
Boen Ching dengan sembarangan meman-dang sekejap,
dia berjalan kedepan, dengan menggunakan tangannya
menyapu bersih kemudian dirinya naik keatas balai batu itu
dan duduk bersila, sedang tubuh Bwee Giokpun disandarkan
disamping tubuh nya.
Beberapa saat kemudian, tampak tubuh nya Bwee Giok
bergerak, bagaikan hendak bangkit berdiri, Boen Ching
dengan perlahan membuka matanva, tampak Bwee Giok yang
berada didalam pelukannya itu sedang mementangkan
matanya dan memandang dirinya dengan penuh keheranan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dia telah merasakan sangat lelah sekali, terpikir olehnya
bahwa Bwee Giok tentunya meniru kan segala gerak-geriknya.
Kiranya jauh lebih baik Bwee Giok berbuat demikian dari
pada harus berlari kesana kemari tanpa tujuan.
Boen Ching segera memejamkan matanya tak terasa lagi
dia jatuh pulas dengan nyenyaknya. Ketika dia mendusin dari tidurnya tampak Bwee Giok masih berada didalam
pangkuannya dan memejamkan matanya pula, sering pula dia
mementangkan matanya memandang kearahnya dengan sinar
mata penuh keheranan.
Boen Ching mengalihkan pandangannya ke sekeliling
tempat itu, tampak cuacapun hampir mendekati magrib lagi,
tak terasa lagi dia menjadi sangat terkejut sekali. dalam hati pikirnya.
"Aku sekalipun seharian penuh melakukan perjalanan
dengan susah payah, tetapi selamanya belum pernah tertidur
hingga demikian lamanya."
Baru saja dia bersiap hendak bangkit berdiri, tampak Bwee
Giok masih berada didalam pangkuannya, dengan perlahan
dia menghela napas dan mendongakkan kepala nya
memandang kearah luar gua.
Bwee Giok memperhatikan gerak Boen Ching yang hendak
dilakukan tetapi kemudian dibatalkan itu rasa aneh sekali,
dengan menggunakan seluruh pikirannya dia memandang
kearah Boen Ching agaknya dia tak mengetahui sebenarnya
Boen Ching hendak berbuat apa.
Dalam hati Boen Ching merasa sangat berduka sekali, Bwee
Giok kini telah dibuat bagaikan seorang yang sangat bodoh
sekali oleh Kioe Thian Ie Sin, sehingga dia hanya dapat
melakukan gerakan-gerakan yang mudah saja.
Dengan perlahan dia memejamkan sepa-sang matanya, dia
berpikir keras beberapa saat lamanya, dia tidak menginginkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bwee Giok menderita tetapi kini dia tak mempunyai cara
lainnya lagi, dengan terpaksa dia menotok jalan darah
ngantuk dari tubuh Bwee Giok.
Bwee Giok dengan cepat tidur dengan nyenyaknya, Boen
Ching memandang terpesona ketubuh Bwee Giok, sejenak
kemudian barulah dia meletakkan tubuh Bwee Giok keatas
tanah, dan berjalan keluar dari gua.
Sekeliling gua itu hampir tak tampak apapun juga,
sekalipun sebatang rumput pun, Setelah memandang
beberapa saat lamanya, dia menghela napas, dalam hati
pikirnya. "Tempat seperti ini tak dapat ditinggali lebih lama lagi, sebelum cuaca menjadi terang, aku harus berangkat menuju
ke arah Barat, dan mencari suatu tempat yang dapat
digunakan untuk melanjutkan hidup, dimana aku dapat
melanjutkan hidupku dengan tenang sekali dengan diri Bwee
Giok." Baru saja dia berpikir sampai disitu, di tengah udara
terdengar suara burung berpekik dengan nyaringnya, tampak
sekelompok burung-burung berterbangan dari arah Utara
menuju ke daerah Selatan.
Dalam hati Boen Chingb merasa tergeradk, terpikir
oleahnya seharian pbenuh dia belum berdabar, sekali pun
dirinya masih tidak merasakannya, tetapi Bwee Giok tak dapat menyamai dirinya dan tidak makan sama sekali.
Tangannya segera menvambar beberapa potongan salju
dan diayunkan kearah kelompok burung-burung yang sedang
beter-bangan di angkasa itu.
Dimana potongan salju itu meluncur, tiga ekor burung yang
terbang bagaikan jatuhnya bintang dilangit paling depan
segera meluncur ke bawah dengan cepat, sedang kawanan
burung lainnya pun menjadi kacau balau tak karuan dan
terbang lebih meninggi lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dalam bati Boen Ching merasa sangat menyesal sekali,
dalam hati pikirtiya seharusnya tidak boleh dirinya menimpuk kawanan burung yang terbang dipaling depan, bukankah ,jauh
lebih baik menimpuk yang terbang dibelakang "
Dengan perlahan dia menghela napas, menanti setelah
kawanan burung itu terbang jauh dari tempat tersebut, dia
barulah mengambil ketiga ekor burung yang telah ditimpuk
jatuh tersebut.
Boen Ching pun mematahkan batang-batang kayu dari
pohon tua yang berada didepan gua itu, membuat kayu-kayu
tersebut menjadi terpotong kecil-kecil siap untuk digunakan membakar daging burung-burung tersebut, disamping itu
dapat pula digunakan untuk menghangatkan tubuhnya.
Membuat api unggun tersebut didepan tubuh Bwee Giok,
setelah selesai memang-gang daging burung itu barulah dia
membe-baskan jalan darah yang ditotoknya itu.
Bwee Giok yang darahnya telah dibebaskan dari totokan,
begitu tampak api unggun tersebut wajahnya segera timbul
perasaannya yang sangat terkejut sekali, bagaikan dia siap
hendak melarikan diri, Boen Ching dengan tergesa-gesa
memeluk tubuhnya dengan sangat kencang sekali.
Bwee Giok pun dengan cepat balik mencekal diri Boen
Ching dengan kencang, Boen Ching dengan perlahan
membelai rambut Bwee Giok yang panjang terurai itu, tak
terasa lagi air matanya meleleh keluar membasahi wajahnya,
lama kemudian dia barulah melepaskan pelukannya dengan
perlahan, Sejenak kemudian Bwee Giok punb melepas kan
pedlukannya terhadaap diri Boen Chbing, dengan sinar mata
yang penuh keheranan dia memandang keatas tumpukan api
unggun, setelah memandang beberapa saat lamanya, dia
mengulurkan tangannya siap hendak mengambil api unggun
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching dengan tergesa-gesa menang-kap tangan Bwee
Giok, air muka Bwee Giok segera menampilkan suatu
perasaan yang sangat gusar sekali, sepasang matanya melotot keluar memandang tajam wajan Boen Ching.
Boen Ching mengambil daging burung, yang telah matang
dan diberikan kepada Bwee Giok, air muka Bwee Giok dengan
cepat pula berubah menjadi bimbang dan ragu, setelah
menerima daging tersebut dia memandangnya dengan tajam
kemudian memandang pula kearah Boen Ching.
Boen Ching tersenyum, dia merobek daging burung itu dan
dimasukkan kedalam mulutnya.
Bwee Giok begitu tampak pada wajah Boen Ching
menampilkan senyum yang manis, segera dia tertawa nyaring,
ia pun menirukan diri Boen Ching itu merobek daging burung
dan dimasukkan kedalam mulutnya dan mulai makan dengan
lahapnya ! Wajah Boen Ching segera berubah menjadi serius kembali,
pada wajahnya dia tak berani lagi menampilkan berbagai
perasaan. Senyuman yang menghiasi dibibir Bwee Giok pun lenyap,
dengan termenung dia melahap daging burung itu, Boen
Ching merobek dengan perlahan Bwee Giok pun mendaharnya


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan perlahan, sepasang matanya dengan tajam
memandang Boen Ching.
Setelah lewat beberapa saat, Boen Ching tampak Bwee
Giok agaknya telah cukup mendahar, dia barulah meletakkan
kembali daging burungnya keatas tanah.
Bwee Giok pun meniru meletakkan sisa daging burungnya
keatas tanah dan duduk termenung tak bergerak sedikit pun
juga. Boen Ching dengan perlahan memejamkan matanya, hari
kedua pada saat sebelum fajar dia harus melanjutkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
perjalanannya lagi, terpikir olehnya Bwee Giok harus banyak beristirahat, untuk menghindarkan dirinya terlalu lelah
ditengah jalanan.
Baru saja ia memejamkan matanya, segera terasa suara
yang sangat ringan sekali berkumandang datang, dalam hrati
diam-diam dtia merasa sangaqt terkejut, padra saat dan
tempat seperti ini, entah masih ada siapa lagi yang datang
kemari?" Dia sama sekali sukar untuk menduganya.
Sepasang matanya dengan cepat diben-tangkan, tampak
didalam gua itu bertambah dengan sebuah genta besar,
sedang di belakang api unggun berdiri seseorang, orang itu
tak lain adalah wanita berbaju merah yang membunyikan
suara genta tersebut.
Dalam hati Boen Ching merasa semakin terkejut, segera dia
sadar peristiwa apakah yang akan terjadi.
Dengan cepat dia menotok jalan darah di atas tubuh Bwee
Giok, dan mengempit dibawah ketiaknya, dengan perlahan dia
bangkit berdiri.
Wanita berbaju merah itu begitu tampak gerak gerik yang
sangat aneh dari diri Boen Ching, dengan ragu-ragu dia
memandang ke arahnya.
Kedua orang itu saling berhadap-hadapan ditengahnya
hanya terpaut setumpuk api unggun saja, dengan sangat
tenang sekali berdiri disana, wanita berbaju merah itu tak
mengucap sepatah katapun, Boen Ching pun tak mau pula
mendahului mengucapkan sepatah kata.
Lama kemudian wanita berbaju merah itu dengan dingin
berkata. "Kau mengira kau dapat melarikan diri dari tanganku?"
Sehabis berkata dia tertawa dengan dinginnya, sepasang
matanya menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu, lanjutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Jangan dikata kau belum melarikan diri sejauh ratusan lie, sekalipun kau melarikan diri keujung langitpun aku juga tak akan me lepaskan dirimu !"
Boen Ching mengerutkan alisnya, dia selama hidupnya
belum pernah mengemis terhadap diri seseorang, dan tak
pernah pula mohon pengampunan dari orang lain, dengan
sangat dingin sekali dia memandang ke arah wanita berbaju
merah itu, sepatah kata pun tak diucapkan keluar.
Wanita berbaju merah itu tertawa dingin, sambil maju satu
tindak ke depan, ujarnya kepada Boen Ching.
"Kau masih menginginkan aku yang turun tangan ?"
Sekalipun Boen Ching tidak menginginkan untuk memohon
kehidupan dari wanita berbaju merah itu, tetapi ingatan untuk melarikan diri bukannya tak ada didalam benaknya, sitar
matanya berkelebat tak henti-hentinya, telapak tangannya
diayunkan memukul kearah api unggun tersebut, sedang
tubuhnya dengan cepat melayang mundur ke belakang.
Api unggun yang menyinari seluruh ruangan gua itu segera
menjadi padam, tubuh Boen Ching dengan cepat melayang
mundur ke belakang, dan berdiri menempel pada dinding gua.
Tubuh wanita berbaju merah itu bergerak sedikitpun tidak,
dia tetap berdiri ditempat, dengan dingin ujarnya:
'"Janganlah kau kira dengan demikian kau hendak menarik
keuntungan, janganlah kau menganggap diriku tak dapat
melihat dengan jelas dirimu didalam kegelapan ini".
Dalam hati Boen Ching makin merasa sangat terkejut,
tetapi dia masih tetap berdiri tegak tak bergerak sedikitpun juga.
Dengan dingin ujar wanita berbaju merah itu.
"Aku melihat mungkin kau masih tidak mempercayai
perkataanku, aku akan memberitahukan kepada mu, sekarang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kau berdiri di sebelah kiri, dan menempel pada dinding gua, sedang kakimu kurang lebih setengah coen di depan dinding
gua, benarkah?""
Boen Ching mengerutkan alisnya, dia tahu wanita berbaju
merah itu secara diam-diam telah mengawasi segala gerak-
geriknya, dan tidak kalah dari dirinya, dalam hatinya pun tak terasa lagi dia merasa sangat kecewa sekali, dan berdiri
tertegun disana.
Dengan dingin ujar wanita berbaju merah itu .
"Aku lihat lebih baik ada api unggun yang bisa
menghangatkan badan, ditengah udara yang demikian
dinginnya, kemungkinan sekali kau akan dapat tahan, tetapi
gadis kecil itu takkan dapat tahan lama"
Sehabis berkata dia menyulut api diatas api unggun
tersebut. Pada saat ini dalam hati Boen bChing merasa sadngat
kecewa sekaali, dalam hatib pikirnya sekalipun demikian,
terpaksa hanya lah dengan mengadu jiwa dengannya, sedang
menang kalahnya tergantung putusan Thian, dengan per
lahan dia maju setindak kedepan, dan berdiri tertegun disana.
Wanita berbaju merah itu tertawa dingin, ujarnya.
"Ini hari kau tak akan dapat meloloskan dirimu lagi,
sebelum kau menemui ajalnya aku akan memberitahukan
kepadamu siapa kah aku sebenarnya sehingga setelah binasa
kau tak akan menjadi setan yang tak tahu menahu."
Boen Ching dengan perlahan menunduk kan kepalanya,
pada saat ini dia mendengar atau tidak mendengar juga tak
ada sangkut pautnya, tapi dia hanya memikirkan mengapa
wanita berbaju merah itu sebentar sebagai kawan dengan
dirinya tetapi sehentar pula jadi musuh bagi dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Jika dibilang aku dengan sucouwmu Tan Coe Coen masih
mempunyai hubungan perguruan, aku bernama Thian Jan Lie,
Jien Muh Nio."
Boen Ching mendongakkan kepalanya memandang sekejap
ke arah wanita berbaju merah ini, dalam hati pikirnya.
"Kiranya dia adalah Jien Muh Nio adanya!'
Dia masih teringat ketika untuk pertama kalinya dia
mendengar suara genta tersebut, segera dia merasa bahwa
orang yang membunyikan suara genta itu mempunyai
hubungan yang amat erat sekali dengan perguruannya, kalau
tidak mengapa dia dapat mengetahui dengan sangat jelas
sekali cara-cara melatih tenaga dalam dari perguruannya.
Jien Muh Nio adalah putri kesayangan dari suhu Tan Coe
Coen, pada usia belasan tahun dia telah menggetarkan
seluruh dunia kangouw, usianya jika dibandingkan dengan Tan Cce Coen jauh lebih kecil, pada saat suhu dari Tan Coe Coen sebelum binasa dia telah memberikan pesan-pesannya untuk
menjadi putri kesayangannya ini.
Tetapi ketika Jien Muh Nio pada suatu hari pergi keluar,
sejak itu tak kembali lagi ke gunung, dan sejak itu pula tak ada kabar berita lagi mengenai jejaknya.
Been Ching memandang kearah wajah Jien Muh Nio, untuk
sesaat diapun tidak mengetahui harus berbuat bagaimana
baiknyba, Jien Muh Niod juga dapat dihaitung sebagai
cbianpwee dari perguruannya, tetapi pada saat ini dia telah merupakan satu-satunya ahli waris ilmu "Hiat Mo Kang" dari partai sesat didaerah Timur laut.
Jien Muh Nio tertawa dingin, dia sedikit merasa heran,
Boen Ching agaknya mengeta-hui namanya, tetapi ketika dia
memandang sekejap ke arahnya, tampak pada air mukanya
tak menampilkan sedikit pun perasaan.
Tanyanya kemudian kepada diri Boen Ching:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Apa boleh dikata kau belum pernah mendengar namaku" '
Sahut Boen Ching dengan perlahan.
"Pada saat sucouw ku sebelum meninggal telah memberi
pesan terakhir kepada suhu serta supekku agar mereka pergi
mendapatkan kembali diri cianpwee !"
Sinar mata Jien Muh Nio berkelebat tak henti-hentinya,
Boen Ching kalau memang nya sudah mengetahui dirinya,
mengapa dia tak memberikan hormatnya kepada diri nya?""
Apakah boleh dikata Boen Ching tidak takut mati " Tetapi baru saja dia memadamkam api sambil mengundurkan dirinya, hal
ini membuktikan kalau dia masih menginginkan kehidupan
bagi dirinya, hanyalah tidak mengetahui mengapa dia dapat
berubah dengan cepatnya pada saat ini?""
Dengan bingung dia memandang ke arah Boen Ching,
keudian dengan perlahan ujarnya.
"Aku melenyapkan diriku adalah dikarenakan aku telah
menikah dengan Ie Lam Thiat Ling Khek !"
Sambil berkata dia memandang tajam ke arah Boen Ching.
Boen Ching agaknya sedang mendengarkan dengan
cermat, padahal dia pada saat ini sedang memikirkan hal yang lain, air mukanya tetap tak berubah sedikitpun juga, juga tak dapat diterka apakah dia benar-benar sedang mendengarkan
dengan cermat. Thian Jan Lie, Jien Muh Nio mengerutkan alisnya, dalam
hatinya diam-diam pikirnya:
"Ini adalah kesempatan yang paling bagus, aku
mengkhawatirkan dirimu malah kau tidak mau ambil perduli,
pada saat kau turun tangan membuat aku menjadi tidak ragu
lagi' Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada bibirnya segera tersungging suatu senyuman yang
sangat dingin sekali, dan melanjutkan perkataannya yarng
belum selesati itu.
"Goei Laqm Yu adalah murrid dari Thiat Ling Khek, setelah Thiat Ling Khek meninggal, dia telah menggunakan berbagai
macam cara untuk memancing diriku, tujuannya yang utama
hanyalah ingin mempelajari ilmu "Hiat Mo Kang".
Air muka Boen Ching tetap tak berubah sedikitpun juga,
Jien Muh Nio menjadi termenung berpikir keras, pada saat itu didaerah Thian Lam masih tidak mengapa, tetapi dia adalah
orang dari daerah Tionggoan, Boen Ching pun juga orang
Tionggoan, dimata kedua belah pihak pastilah merupakan
suatu urusan yang sangat jelek sekali untuk didengar, tetapi ternyata Boen Ching bagaikan tak mempunyai perasaan
sedikit pun juga.
Bahkan apabila dia memandang kearahnya, Boen Ching
agaknya memang sedang memusatkan seluruh perhatiannya
untuk mendengarkan seluruh perkataannya.
Jien Muh Nio menghembuskan napasnya, ujarnya lagi.
"Tetapi pada waktu itu aku masih menganggap dirinya
sebaga seorang yang baik hati, karena. . ."
Dia berhenti sejenak, kemudian lanjutnya lagi.
"Goei Lam Yu mempunyai seorang kakak perempuan,
dengan gadis yang berada didalam pelukanmu itu sangat mirip sekali, Goei Lam Yu adalah diajarkan oleh kakak
perempuannya, pada saat kakak perempuan nya meninggal
dia telah menangis selama tiga hari tiga malam, sampai darah pun telah mengalir keluar !"
Dalam hati Boen Ching pada saat ini barulah paham, Goei
Lam Yu dengan menggunakan ilmu hitam pembingung nyawa
menguasai kesadaran serta ingatan dari Bwee Giok ini sangat mirip sekali dengan wajah kakak perempuannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Terdengar Jien Muh Nio berkata lagi.
"Kakak perempuannya terhadap dirinya sangat baik sekali, tetapi dia hanya berbuat dihadapan kakaknya saja."
Sehabis berkata dia mendengus dengan dinginnya.
Dan lanjutnya pula.
"Setelah dia berhasil mempelajari sebagian dari ilmu Hiat Mo Kang, segera dia meninggal kan diriku, aku mencari
dirinya, dia bersembunyi, akhirnya ..."
Sehabis berkata dia termenung berpikir keras, alisnya
dikerutkan, sepasang matanya memancarkan sinar yang
sangat tajam sekali memandang kearah tubuh Boen Ching
ujarnya. "Kau bilang. aku harus membunuh dirimu tidak !"
Boen Ching sejak tadi telah mengetahui kalau berebut
dengan dia tak ada gunanya, dia tetap tak mengucapkan
sepatah katapun dan tetap berdiri tegak ditempat.
Tubuh Jien Muh Nio dengan cepat berkelebat, sepasang
tangannya mencengkeram tubuh Boen Ching.
Dengan cepat Boen China pun menggerak kan tubuhnya,
tangan kanannya dengan menggunakan sebelah telapak
tangannya balas melancarkan serangan, tenaga khie- kang
"Chiet Kong Kang Khie" nyapun memancar keluar dengan dahsyatnya, tujuh buah gulungan hawa yang mempunyai
tujuh warna menggulung menyambut datangnya serangan
dari Jien Muh Nio itu.
Jien Mub Nio dengan mendengus dia segera berubah
serangan cakaran menjadi serangan telapak tangan, telapak
tangan kedua belah pihak segera bertemu dengan hebatnya,
Boen Ching terhuyung-huyung mundur beberapa langkah
kebelakang, dan bersandar di dinding gua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia menggunakan sebelah telapak tangan dari Jien Muh
Nio, sudah tentu masih terpaut sangat jauh sekali.
Jien Muh Nio dengan dingin mendengus, ujarnya. .
"Kuijinkan melepaskan gadis kecil itu barulah menyambut seranganku lagi."
Boen Ching menyadari bahwa kaki kanannya telah
kehilangan darah sangat banyak sekali, pada saat ini sudah
tentu tak mungkin dapat beradu jiwa dengan Jien Muh Nio,
kalau memangnya akan binasa, menga-pa tidak mau bergaul
lebih lama lagi dengan diri Bwee Giok "
Sinar matanya memancarkan sinabr yang sangat tdajam
sekali diaa tidak ingin mebletakkan tubuh Bwee Giok keatas
tanah, dia tetap berdiri tegak tak bergerak sedikitpun juga.
Jien Nuh Nio tertawa dingin, ujarnya.
"Kematian telah berada dihadapanmu, kau masih belum
mau sadar."
Sambil berkata, tubuhnya melayang, berturut-turut dia
melancarkan serangannya telapak kirinya menyerang tubuh
Boen Ching sedang telapak tangan kanannya menyerang
tubuh Bwee Giok.
Boen Ching dengan gusar mendengus.
Jien Muh Nio ternyata juga menyerang seorang padis yang
tak mempunyai tenaga untuk melawan, dia tak
memperdulikan keselamatan dirinya lagi, berturut-turut
melancar kan belasan kali serangan untuk melindungi tubuh
Bwee Giok. Jien Muh Nio begitu melancarkan seluruh serangannya
tubuhnyapun melayang keatas sepasang telapak tangannya
menekan ke bawah, ilmu Hiat Mo Kang' nyapun mengikuti
gerakan tersebut menerjang keluar, tampak segulung hawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
murni yang berwarna kemerah-merahan menekan dengan
hebatnya ke tubuh Boen Ching.
Boen Ching terdesak, kakinya tak dapat berdiri tegak, tak
tertahan lagi dia jatuh berlutut diatas tanah.
Jien Muh Nio yang tampak hal ini mengeluarkan suara
tertahan, pada saat dia menggerakan telapak tangannya itu
dengan sangat cepat sekali dia telah berhasil merebut diri
Bwee Giok. Boen Ching untuk sesaat tak siap sedia, Bwee Giok telah
berhasil direbut pihak musuh, dia merasa sangat terkejut
sekali, dengan gusar dia mendengus pada saat suitan nyaring berkumandang dari mulutnya, dengan cepat dia menubruk


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kearah tubuh Jien Muh Nio, sepasang telapak tangannya
dengan mengerahkan seluruh tenaga 'Chiet Kong Kang Kie'
nya mendesak kearahnya.
Jien Muh Nio dengan dingin mendengus dengan perlahan
dia meletakkan tubuh Bwee Giok keatas tanah, sedang
sepasang telapak tangannya balas melancarkan serangan
menyambut datangnya serangan dari Boen Ching.
Hawa murni yang berwarna kemerah-merahan segera
memancarkan ke angkasa, begitu hawa murni kedua belah
pihak bertembu satu dengan ydang lainnya, dianding gua
saljub tersebut segera rontok keatas tanah Boen Chingpun
terlempar jauh, punggungnya menerjang dinding gua, tak
tahan lagi dari mulutnya dia muntahkan darah segar.
Jie Muh Nio memandang Boen Ching dengan perlahan
bangkit berdiri, ujarnya.
"Melihat luka diatas kaki kananmu yang demikian beratnya, aku mengampuni jiwamu."
Boen Ching dengan perlahan memejamkan matanya sambil
menggelengkan kepalanya ujarnya.
"'Tidak ! Aku ingin mati bersama dirinya.'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jien Mu Nio menjadi tertegun, dia menggira dengan
demikian kemungkinan Boen Ching malah akan merasa
berterima kasih kepadanya, tetapi sama sekali tak terduga
olehnya kalau Boei Ching ternyata dapat berbuat demikian, tak terasa lagi wajahnya berubah dengan hebat.
Dengan perlahan sahut Boen Ching lagi.
"Selama hidupku aku tak pernah memohon kepada orang
lain, tetapi kali ini aku memohon padamu biarlah dia ikut mati bersama dengan diriku !"
Wajah dari Jien Muh Nio berubah menjadi pucat kehijau-
hijauan, tanyanya:
"Kau menginginkan dia binasa bersama dengan dirimu ?"
Boen Ching mementangkan matanya, dengan tak
bertenaga sedikitpun, sahutnya.
"Dia telah menjadi gila, kalau dibiarkan hidup tak ada orang yang akan mengurusi dirinya, dia sangat kasihan sekali,
biarlah dia mengikuti diriku, agar aku dapat menjaga dirinya .
. . . . ' S E L U R U H tubuh Jien Muh Nio tergetar dengan
hebatnya, dia memandang kearah Boen Ching, lama kemudian
barulah dia membalikkan tubuhnya membebaskan jalan darah
dari Bwee Giok.
Boen Ching segera bangkit berdiri dan berjalan kearah
Bwee Giok, Bwee Giok yang baru saja bangkit berdiri dengan
termangu-mangu dia memandang kearah Boen Ching, tampak
pada mata Boan Ching penuh dengan air mata, mendadak
diapun menangis dengan kerasnya.
Tak terasa lagi Boen Ching pun mengucurkan air matanya
dengan deras, dengan perlahan dia memeluk tubuh Bwee
Giok. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jien Muh Nio memandang kearah diri Bwe Giok, dia tak
percaya kalau Bwee Giok benar-benar telah menjadi gila, hal ini merupakan suatu hal yang tak mungkin bisa terjadi.
Dia tertawa dinrgin, Bwee Giok tyang sedang menqangis
dengan kerrasnya itu begitu mendengar suara tertawa dingin
tersebut, mendadak dia tertawa tergelak dengan nyaringnya.
Begitu Bwee Giok tertawa, seluruh tubuh Jien Muh Nio
bagaikan secara mendadak mendapatkan pukulan martil yang
sangat besar sekali, hati terasa sangat berat sekali, hal ini sungguh-sungguh telah terjadi, Bwe Giok benar-benar telah
menjadi gila, dia tak berani lagi memperlihatkan tertawanya lagi.
Boen Ching dengan sangat halus membelai tubuh Bwee
Giok, sepasang matanya dipejam kan, sepatah katapun tak
diucapkan keluar.
Jien Muh Nio dengan termangu-mangu memandang kedua
orang itu, dalam hatinya pada saat ini entah bagaimana
rasanya, teringat olehnya segala-gerak geriknya Boen Ching
terhadap diri Bwee Giok, semuanya itu membuat dirinya
menjadi terpesona.
Semula dia menikah dengan Ciat Ling Khek yang telah
berusia agak tua, ditambah lagi dia bukanlah merupakan
orang-orang dari golongan murni, diikuti dengan Goei Lam Yu yang hanya memikirkan hendak mendapat kan ilmu Hiat Mo
Kang saja. Kini Boen Ching terhadap Bwee Giok berbuat demikian,
bahkan Bwee Giok kini telah menjadi gila seperti ini.
Teringat kembali pada saat dia dipancing oleh diri Goei Lam Yu ketika dia membicara kan diri Boen Ching, ternyata air
mukanya masih tenang-tenang saja, sama sekali tak
mempunyai maksud untuk mengejek dirinya, bahkan agaknya
pada sinar mata Boen Ching memancarkan perasaannya yang
sangat simpatik terhadap dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dengan per lahan dia mengundurkan dirinya keluar gua,
dia memejamkan mata nya, pada saat ini sama sekali dia tak
mempunyai niat kini untuk turun tangan terhadap mereka, ini kali tak takut dia untuk tak dapat mendapatkan Boen Ching
kembali, demikian pikirnya.
Boen Ching yang memeluk tubuh Bwee Giok lama
kemudian ketika dia mendongak kan kepalanya Jien Muh Nio
telah meninggal kan tempat tersebut, dalam hatinya merasa
sangat heran sekali, ternyata Jien Muh Nio mau melepaskan
dirinya, sama sekali tak pernah terpikir olehnya.
Dia melepaskan tubuh Bwee Giok, untuk sesaat didalam
hatinya merasa sedih haruskah ia meninggalkan tempat
tersebut, kemungkinan sekali segera Jien Muh Nio akan balik kembali lagi, dia menjadi berdiri mematung disana.
Tiba-tiba dia merasa bahwa pada saat ini Bwee Giok telah
tertidur dengan nyenyaknya di dalam pangkuannya, dia
membimbing tubuh Bwee Giok dan tersenyum kearahnya,
pikirannya, kalau demikian terus bukankah sangat baik
sekali?" Sekalipun Bwee Giok telah menjadi gila, tetapi dapat
bersama dengan dirinya, jauh lebih baik dari pada harus
berpisah dengannya, bahkan jika dilihat bukankah Bwee Giok
masih suci bersih " pada saat dia tidur pulas dapat demikian tenangnya, mana ada orang yang dapat melihat kalau dirinya
sebenarnya seorang yang telah menjadi gila?"
Berpikir sampai tak terasa lagi dia tertawa, dan meletakkan tubuh Bwee Giok keatas balai batu itu, kemudian menambah
lagi kayu pada api unggun yang sedang membakar dengan
hebatnya itu. Mendadak pada telinganya dia mendengar suara yang
sangat ringan sekali, segera dia bangkit berdiri.
Terpikir olehnya pastilah Jien Muh Nio yang telah pergi
balik kembali, kalau memangnya dia telah balik, sudah tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tidak akan dapat berbuat sesuatu yang baik, dia pasti telah menyesal karena telah melepas kan dirinya.
Dari dalam hati Boen Ching segera timbul suatu perasaan
yang sangat menyesal sekali, dia menyesal mengapa dirinya
tidak dengan cepat pergi dengan Bwee Giok dari tempat itu,
bukankah dengan demikian malah membuat Bwee Giok pun
ikut menderita"
Pikiran ini dengan cepat berkelebat didalam benaknya,
tetapi menyesal pada saat ini apa gunanya?"
Dia membalikkan tubuhnya memandang ke arah Bwee
Giok, dibawah sorotan sinar api unggun itu tampak Bwee Giok tidur dengan nyenyaknya, wajahnya pada saat ini cantik
sekali. Rasa menyesal yang mendekam hati Boen Ching dengan
cepat lenyap pula, pikirnya:
"Hawa udara yang demikian dinginnya ini mungkin akan
membuat Bwee Giok menjadi kedinginan, lebih baik aku
menanti dia disini saja, kalau dia memangnya telah mengejar datang, sekalipun aku akan melarikan diri juga tak mungkin
dapat meloloskan diri"
Pada saat ini sebaliknya didalam hatinya menjadi sangat
tenang sekali, dengan tajam dia memandang ke arah diri
Bwee Giok, dalam hatinya merasa sangat heran sekali,
seorang gadis yang sedemikian cantiknya, bagaimana dapat
berubah menjadi gila"
Kioe Thian Ie Sin, Lieh Yu mengapa bisa demikian teganya
untuk membuat seseorang gadis yang demikian cantiknya ini
menjadi gila"
Terdengar dari belakang tubuhnya mulai berkumandang
datang suara tindakan kaki manusia yang sangat ringan sekali.
Orang itu bukannya melayangkan tubuhnya masuk kedalam
gua tersebut, sebalik nya dengan langkah yang sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
perlahan sekali berjalan masuk kedalam gua, jika didengar
dari suara tindakan kaki itu agaknya orang itu sengaja
membuatnya sehingga dapat didengar oleh dirinya, Boen
Ching sama sekali tak membalikkan tubuh nya, dalam hati
pikirnya. "Kini hanya dapat mendengar putusan dari Thian saja !"
Tetapi mendadak hatinya menjadi sadar kembali,
pikirannya dengan cepat berkelebat, tindakan kaki manusia
yang berada di belakang tubuhnya itu bukanlah merupakan
tindakan kaki seorang perempuan, bahkan sebaliknya adalah
suara dari tindakan kaki seorang lelaki.
Jika demikian adanya orang yang berada dibelakang
tubuhnya pada saat ini adalah seorang lelaki, dan bukanlah
diri Jien Muh Nio.
"Berpikir sampai disini, tububnya dengan cepat berputar, pada saat matanya memandang kearah orang itu, dalam
hatinya mcnjadi sangat terkejut, ujarnya.
"Kau . . . . !"
Orang yang baru saja datang itu ternyata adalah Kioe Thian
Bu sin, Jen Cen adanya, Boen Ching sama sekali tidak pernah menyangka kalau Jen Cen dapat munculkan dirinya ditempat
ini, Kioe Thian Bu Sin mengangkat nama bersama-sama
dengan diri Kioe Thian Ie Sin sehingga mereka berdua disebut orang sebagai Kioe Thian Swang Sin, selamanya diantara
kedua orang itu mempunyai hubungan yang sangat erat
sekali, segala perbuatan yang diperbuat oleh Kioe Thian Ie
Sin, dia pasti mengetahuinya, entah pada saat ini dia datang kemari mempunyai tujuan yang baik atau jahat ?"?"
ooxoo ( !i x !i ) oOxoo
LAM HAY SIN NIE
BOEN CHING sama sekali tidak pernah menyangka kalau
Kioe Thian Bu Sin dapat munculkan dirinya ditempat itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
saking kagetnya dia sampai berteriak. "Kau, segera dia menarik napas panjang-panjang, terpikir olehnya dia hendak
menggunakan tenaga "Chiet Kong Kang Khie" nya menguasai diri Jen Cen, bahkan Jen Cen pernah mengata kan wajahnya
berkerut, bakal mendapatkan bencana, sedang dirinya karena
melakukan sesuatu kurang berhati-hati sehingga menjadi
demikian. Berpikir sampai disini, dalam hati tak terasa lagi menjadi
sangat malu, sekalipun dia tak mengetahui kedatangan dari
Jen Cen ini mengandung maksud maik atau jahat, tetapi dia
membungkukkan tubuhnya memberi hormat, ujarnya.
"Jen cianpwee, waktu itu boanpwee telah berbuat salah, aku masih belum meminta maaf kepada dirimu".
Jen Con tertawa tawar, sinar matanya memandang terus
keatas wajah Boen Ching.
Boen Ching berpikir bahwa Jen Cen mempunyai hubungan
erat sekali dengan diri Lieh Yu, kiranya dia tentunya
mengetahui tempat tinggal dari diri Lieh Yu.
Sekalipun dalam hatinya dia mengetahui kalau Jen Cen
pasti tak akan memberitahu kan kepadanya, tetapi dia tetap
membung-kuk kan tubuhnya sambil berkata.
"Boanpwee menginginkan cianpwee mau meluluskan suatu
permintaan dari boenpwee, entah cianpwee maukah memberi
jawaban nya ?""
Jen Cen tersenyum, sahutnya.
"Coba kau katakan"
Ujar Boen Ching lagi.
"Boanpwee mengira cianpwee tentunya mengetahui,
tempat tinggal dari diri Kioe Thian Ie Sin, Lieh Yu entah
apakah cianpwee memberitahu kepadaku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jen Cen termenung berpikir keras sejenak kemudian
barulah sahutnya.
'Urusanmu dengan dirinya aku telah mengetahui dengan
jelas, tetapi entah setelah kau berhasil menemui dirinya lalu bersiap hendak berbuat apa ?""
Boen Ching memandang sekejap kearah Jen Cen dengan
perlahan dia menundukkan kepalanya, ujarnya.
"Aku ingin menyuruh dia menyembuhkan penyakit dari
nona Bwee ini, kalau tidak."
Dia berpikir sejenak matanya memancar kan sinar yang
sangat tajam sebenarnya dia ingin berkata.
"Kalau tidak aku akan menghancurkan tubuhnya menjadi
berkeping-keping, atau pokok nya tak akan melepaskan
dirinya.."
Tetapi pada saat pikirannya berkelebat itu dia merasakan
bahwa kesemuanya itu tak ada gunanya terhadap diri Bwee
Giok sekali pun membakar tubuh Kioe Thian Ie Sin Lieh Yu
sampai menjadi abu pun, terhadap diri Bwee Giok juga tak
ada gunanya sedikitpun.
Dia mengerutkan alisnya, dari memandang tajam kearah
Jen Cen, dia berhenti sejenak, kemudian ujarnya lagi:
"Urusan ini semuanya adalah aku Boen Ching yang
melakukannya, dia tak dapat berbuat secara demikian
terhadap diri nona Bwee, dia pun merupakan orang dari
golongan murni, aku kira dia pun mengetahui nya juga."
Sehabis berkata dia memandang sekejap ke arah Bwee
Giok, kemudian menghela napas panjang dan menundukkan
kepalanya, Jen Cen pun berdiam diri tak mengucap sepatah
katapun memandang wajah Boen Ching lama sekali dia tak
mengucap sepatah katapun.
Boen Ching berkata lagi dengan perlahan:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Siapa pun mengetahui kalau Goei Lam Yu bukanlah
merupakan seorang dari golongan murni, sekalipun aku telah
berbuat salah, tetapi kematian yang dialami oleh diri Goei Lam Yu sedikitpun tak perlu disesalkan."
Jen Cen termenung beberapa saat, dengan perlahan
sahutnya. 'Hanya kau telah membuat salah didalam suatu pekerjaan,
sekalipun Goei Lam Yu patut dibunuh, tetapi Thian Jan Li
pastilah hendak menuntut balas baginya, dia tak patut bila
mati terbunuh dibawah tangan Lieh Yu."
Dalam hati Boen Ching mprasa sangat terkejut sekali, dia
mendongakkan kepalanya memandang kearah Jen Cen.
Jen Cen tartawa tawar, ujarnya.
"Urusan ini telah lewat sangat lama sekali, wakru itu kami berdua merupakan kawan yang akrab sekali, banyak sekali
urusan tak usah kukatakan kau pun tentunya mengeta-hui
bukan?" Dalam hati Boen Ching agaknya menjadi sadar, dia
menghembuskan napas panjang dan tak mengucapkan
sepatah kata pun.
Dengan perlahan ujar Jen Cen.
"Aku lihat lebih baik kau tak usah pergi mencari diri Lieh Yu lagi."
Sinar mata Boen Ching berkelebat, dengan tegas sahutnya.
"Tidak !' Jen Cen tertawa tawar, ujarnya.
'Kau pergi mencari dirinya, sekali pun telah menemuinya
juga tak ada gunanya, selama nya dia melakukan pekerjaan


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya mengetahui berjalan kedepan saja, sekali pun telah
berbuat salah juga tak akan menyesal."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching termenung, dia tahu Jen Cen terhadap diri Lieh
Yu sudah tentu jauh lebih mengerti dari dirinya, apa yang
diucapkan tak mungkin akan salah.
Tetapi, mana dia dapat berhenti sampai di situ, dengan
perlahan ujarnya:
"Aku pasti akan pergi, sekali pun tidak berhasil aku pun akan pergi mencobanya"
Jen Cen dengan perlahan-lahan ujarnya:
"Kau serahkanlah Bwee Giok kepadaku, biarlah aku yang
pergi mencari dirinya !"
Boen Ching menjadi tertegun, dia sama sekali tak pernah
menyangka kalau Jen Cen secara mendadak mau memberikan
bantuan kepadanya.
Tetapi untuk sesaat sebaliknya malah membuat dia entah
harus berkata bagaimana baiknya.
Jen Cen tersenyum, ujarnya lagi.
"Aku percaya aku mempunyai cara untuk memaksa dia
merubah niatnya itu. hanya tidak kuketahui dia akan
menggunakan cara apa lagi untuk menghadapi dirimu,
terhadap dirimu dia masih tetap tak mau melepaskan"
Dalam hati Boen Ching merasa sbangat girang sedkali, dia
bertuarut-turut membebri hormat sahutnya.
"Terima kasih atas bantuan cianpwee."
Jen Cen maju membelai rambut Boen Ching, dengan
perlahan dia tertawa ujarnya.
Untuk selanjutnya apabila hendak melaku kan pekerjaan
haruslah dipikirkan masak terlebih dahulu sehingga janganlah sampai salah menunjuk orang lain, ingatlah selalu perkataan ini !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sehabis berkata dia membopong tubuh Bwee Giok,
tubuhnya berkelebat keluar dari dalam gua dan berlari arah
depan. Boen Ching dengan perlahan mendongak kan kepalanya,
selain suhunya, belum pernah dia menemui orang lain yang
demikian baik terhadap dirinya, pada saat ini dia baru menjadi sadar mengapa nama dari Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen dapat di jajarkan dengan nama dari Lieh Yu.
Kepandaian yang dimiliki oleh Jen Cen bukan saja tak dapat
menandingi kepandaian Thian Jan Shu, sekalipan
dibandingkan dengan diri Kioe Thian Ie Sin, Lieh Yu pun masih kalah setengah tingkat, sebaliknya dia sangat paham akan
ilmu meramal, dimana anggapan orang sama pentingnya
dengan ilmu ketabiban.
Mendadak dia menjadi sadar orang-orang ternama didalam
Bulim bukan saja harus memiliki kepandaian yang sangat
tinggi, bahwa kepandaian lainnyapun harus jauh lebih lihay
dari pada kepandaian silatnya.
Kepandaian silat sekalipun lebih tinggi juga tak lebih hanya mendapatkan nama besar saja sedang didalam ilmu
kepandaian lainnya sedikitpun tak mempunyai kegunaan apa-
apa. Boen Ching yang berpikir sampai disana, dalam hatinya
merasa sangat berterimakasih sekali, tak terasa lagi air mata pun jatuh bercucuran membasahi pipinya, dia sangat
berterima kasih sekali terhadap diri Jen Cen bahkan masih ada Bwee Giok, kalau memang nya Jen Cen telah menyetujui
kiranya sudah tentu tak ada persoalan kembali.
Dengan perlahan dia bangkit berdiri, pada wajahnya mulai
tampak senyuman, bagaikan dia telah menjadi sadar terhadap
suatu persoalan yang sebelumnya dianggap sangat rumit.
Pada saat ini cuaca mendekati fajar, Boen Ching
menghembuskan napas panjang, dalam hati pikirnya, kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
memangnya Kioe Thian Bu Sin Jen Cen mau memberikan
bantuan nya dengan demikian dirinya boleh dihitunbg telah
menyeledsaikan suatu urausan yang sangabt mengganjal
dalam hatinya. Pertemuan terhadap diri Mo Pak Sam Ceng It Sia dirinya
harus pergi menghadirinya.
Berpikir sampai disini dia bersiap hendak berangkat, tetapi pada saat dia membalikkan tubuhnya itu, tak terasa lagi dia berdiri termangu-mangu disana.
Dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau Sek Giok
Siang ternyata dapat muncul kan dirinya dihadapan matanya.
Wajah dari Sek Giok Sung menampilkan suatu senyuman
yang sangat manis sekali, tubuhnya memakai baju berwarna
putih bersih dan berdiri tegak didepan mulut gua.
Boen Ching dengan termangu-mangu memandang tajam
kearahnya, pada saat ini sepasang mata Sek Giok Siang
tampak sangat jeli sekali, pada saat dia tersenyum, wajahnya sangat mirip sekali dengan gambar gadis pada cermim, tak
terasa lagi hatinya berdebar dengan kerasnya.
Sek Giok Siang nampak Boen Ching membalikkan
tubuhnya, dia tertawa kecil dengan nyaringnya dan berjalan
mendekati ke arahnya, ujarnya:
"Boen Toako! Kau sedang memikirkan apa " Demikian
asyiknya !"
Air muka Boen Ching segera berubah menjadi merah dadu,
sambil tersenyum sahutnya.
"Kiranya nona Sek datang, entah nona datang kemari
mempunyai urusan apa?" Sek Giok Siang tersenyum, ujarnya:
"Aku datang untuk mencari dirimu. ."
Boen Ching menjadi tertegun tanyanya. ' Mencari aku . . .
.?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sek Giok Siang melanjutkan.
"Benar ! Janganlah kau mengira orang lain tak dapat
mendapatkan dirimu, kau lihatlah, Sambil berkata dia
mengangkat tangan kanannya, dan mengambil suatu benda
yang di perlihatkan kepada diri Boen Ching.
Boen Ching menjadi tertegun, ujarnya. "Pedangku ?"
Segera teringat olehnya, pada saat pedang Cing Hong
Kiamnya dilepaskan untuk membunuh bangau raksasa yang
ditumpangi oleh Kioe Than Ie Sin Lieh Yu itu, dia sama sekali belum mengambilnya kembali.
Sek Giok Siang meletakkan pedang Cing Hong Kiam
tersebut ke atas tanah, ketika dia membungkukkan trubuhnya
dengan tsangat terkejutq sekali ujarnyar:
"Aduh ! Kakimu bagaimana dapat terluka demikian
parahnya sehingga banyak darah yang mengalir keluar?"
Boen Ching mundur satu langkah ke belakang, sahutnya.
'Tak mengapa !"
Sudah tentu Sek Giok Siang maju setindak kedepan, sambil
tertawa ujirnya.
"Bagaimana " Darah yang mengalir keluar demikian
banyaknya kau masih berkata tak mengapa?"
Dengan paksa Boen Ching tersenyum, ujarnya:
"Luka itu adalah yang kuderita pada waktu itu, pada saat ini bekas lukanya telah menutup kembali, sejak tadi telah tak mengapa" tak perlulah kau kuatirkan."
Sek Giok Sang menghembuskan napas lega, sambil bangkit
berdiri dia tersenyum, ujarnya:
'Kalau begitu aku dapat berlega hati"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching ragu-ragu sejenak, kemudian tanyanya kepada
Sek Giok Siang.
"Nona Sek datang kemari mencari aku, entah mempunyai
urusan penting apa ?"
Sek Giok Siang memandang tajam kearah diri Boen Ching,
sejenak kemudian sambil menundukkan kepalanya dengan
perlahan sahutnya.
"Aku hanya ingin melihat dirimu, apa harus dikata
mempunyai urusan pentingkah"
Dalam hati Boen Ching merasa berdebar, sekalipun Sek
Giok Siang telah menunduk kan kepalanya, tetapi sinar
matanya bagai kan masih tertinggal dihadapannya, dan ber-
kelebat tak henti-hentinya didepan matanya.
Tak terasa lagi dia mengulurkan tangannya memegang
bahu dari Sek Giok Siang, bibirnya sedikit tergerak agaknya siap untuk berbicara.
Tetapi mendadak terasa suatu bayangan ramping lainnya
berkelebat dengan cepatnya didalam hatinya, dengan cepat
dia menarik kembali tangannya, sedang wajahnya berubah
menjadi kemerah-merahan.
Dia teringat kembali akan diri Bwee Giok, dalam hatinya
segera merasa menyesal, dia sendiri pun tidak paham,
mengapa dirinya", mengapa dapat berbuat demikian setelah
bertemu dengan Sek Giok Siang.
Hal yang sebenarnya, kecantikan wajah Sek Giok Siang ini
merupakan suatu kecantikan yang selamanya belum pernah
ditemui, bahkan pada waktu sebelum dia bertemu muka
dengan diri Sek Giok Siang, dia telah terpengaruh dan diam-
diam telah menyenangi gambar diri gadis pada cermin
tersebut. Dia sendiri pun tidak mengetahui kekuatan gaib apakah ini,
tetapi hal ini selamanya membuat hatinya, selalu tidak tenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching yang menarik kembali tangannya, baru saja
akan membuka mulut untuk berbicara, tetapi dia merasakan
tidak ada persoalan yang dapat memaksa dia untuk membuka
mulut. Sek Giok Siang dengan bimbang mendongak kan kepalanya
keatas, dengan bingung dia memandang kearah Boen Ching.
Boen Ching tak berani memandang dirinya, dia melengos,
ujarnya: "Nona Sek, terima kasih sekali kau mau datang kemari
melihat diriku."
Sek Giok Siang dengan perlahan memejam kan matanya,
dia tertawa tawar, ujarnya.
"'Aku tahu kau sangat baik sekali terdapat diri Bwee Giok, tetapi aku?".
Selesai berkata dia menutup mulutnya tak berbicara lagi,
pada wajahnya berubah warna kemerah-merahan. dengan
perlahan dia menundukkan kepalanya.
Boen Ching bagaikan telah terpengaruh oleh diri Sek Giok
Siang, hampir-hampir saja dia tak berhasil menguasai dirinya lagi, Sek Giok Sang ternyata telah mengungkat nama Bwee
Giok pula. Sedang nama Bwee Giok ketika disebut ke luar dari mulut
Sek Giok Siang, dua buah kata itu diucapkan demikian
nyaringnya, tetapi ternyata demikian lemah tak bertenaga
sama sekali. Dia berusaha keras hendak menimbulkan bayangan dari
Bwee Giok didalam benaknya, biasanya Bwee Giok mempunyai
bagian yang sangat kuat sekali didalam hatinya tetapi pada
saat ini, dia hendak mengangkat bayangan dari Bwee Giok
ternyata sangat sukar malah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Segala gerak gerik dari Sek Giok Siang, semuanya berputar
tak henti-hentinya didalam benaknya.
Sekali lagi dia mengangkat tangannya dan diletakkan diatas
bahu dari Sek Giok Siang.
Sek Giok Siang dengan perlahan mendongak keadtas,
wajahnya taampak berubah menjadi kemerah-merahan.
sepasang mata nya dengan tajam memandang kearah Boen
Ching. Mendadak Boen Ching merasakan bahwa Sek Giok Siang
ternyata demikian baiknya terhadap dirinya bagaimana dapat
berlagak keterlaluan, bahwa kekuatannya yang mempengaruhi
dirinya demikian besarnya, bahkan....
Pada saat ini mendadak dia teringat kembali akan Bwee
Giok, bayangan Bwee Giok, yang sedang memakai pakaian
kaum pria berkelebat didalam benaknya, dalam hati terus
menjadi tergetar dengan hebatnya, sinar matanya dengan
perlahan-lahan ditunduk kan kebawah.
Dia tidak berani memandang Sek Giok Siang lagi, dia
mempunyai niat untuk menarik kembali tangannya, tetapi tak
dapat berbuat demikian lagi, apabila dia sekali lagi menarik tangannya, hal ini akan dianggap keterlaluan terhadap diri Sek Giok Siang.
Boen Ching mengalihkan sinar matanya ke bawah, dia
mempunyai niat untuk berkata bahwa dia terhadap diri Bwee
Giok telah sangat baik sekali, tetapi Sek Giok Siang telah
berkata, dia tak dapat lagi untuk sekali lagi mengulangi
perkataan itu. Mendadak, dia merasakan demikian bingung nya, apabila
pada suatu hari dia terhadap seorang gadis demikian cintanya, sedang orang lain berada jauh ribuan li dari dirinya entah dia akan berbuat bagaimana, apabila dipihak lain adalah seorang gadis, bahkan selama beberapa waktu lamanya dirinya pernah
terpengaruhi dan diam-diam mencintai bayangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Entah dia harus berbuat bagaimana baiknya.
Sek Giok Siang menghembuskan napas panjang, tubuhnya
menjadi lemas, Boen Ching yang sedang berpikir dengan keras itu mendadak menjadi terkejut dan agar kembali dari
lamunannya, sepasang tangannya menarik, tubuh Sek Giok
Siang segera terjatuh kedalam rangkulannya.
Pada saat ini hatinya menjali sangat bingung sekali, dia
mendorong tubuh Sek Giok Siang sambil berkata.
"Nona Sek, kau mengapa?"" '.
Sek Giok Siang melepaskan pedang Cing Hong Kiam
tersebut keatas tanah, dengan tak bertenaga sedikitpun juga dia menyandarkan dirinya kaatas bahu Boen Ching, dengan
perlahan ujarnya.
"Sejak aku meninggalkan diri Lieh cianpwee, aku terus
menerus mencari dirimu dan sampai kini barulah berhasil
mendapatkan dbirimu".
Dalam hdati Boen Ching amenjadi tergerabk, dia menghela
napas panjang, mendadak terpikir olehnya.
"Apabila tak ada diri Bwee Giok atau tak ada Sek Giok
Siang, pada saat itu sungguh sangat baik sekali.
Dengan perlahan dia mendongak meman-dang keatas
wajah Sek Giok Siang.
Sek Giok Siting dengan wajahnya yang telah berubah
menjadi merah dadu itupun mendongakkan kepalanya,
memandang dengan tajam wajah Boen Ching..
Mendadak Boen Ching merasakan bahwa semua adegan
yang muncul dihadapannya itu tak lain hanyalah khayalan
belaka didalam dunia ini mana mungkin muncul gadis yang
demikian sempurnanya dan dapat demikian cantiknya, tak
terasa lagi dia memeluk lebih kencang lagi tubuh Sek Giok
Siang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sek Giok Siang dengan malu-malu menyusupkan kepalanya
kedada Boen Ching, namun sepatah katapun tak diucapkan
keluar. Boen Ching merasakan bahwa Sek Giok Siang
dipandangnya tak lebih hanyalah khayalan didalam sekejap
saja, dengan perlahan ia memejamkan matanya dengan
kencang dia memeluk tubuh Sek Giok Siang.
Entah telah lewat beberapa lamanya mendadak terdengar
suara dengusan yang sangat dingin sekali, dalam hati Boen
Ching merasa sangat terkejut, dengan cepat ia mendorong
tubuh Sek Giok Siang ke belakang, dan mementangkan
matanya memandang tajam keluar gua.
Sek Giok Siangpun agaknya merasa sangat terkejut,
dengan cepat dia memutarkan tubuhnya dan berdiri disamping
tubuh Boen Ching.
Boen Ching yang memandang tajam keatas mulut gua itu
tampak orang yang berdiri didepan gua itu tak lain adalah


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wanita berbaju merah itu dan kemarin malam baru saja
meninggalkan tempat itu, Thian Jan Lie, Jien Muh Nio adanya.
Teringat olehnya apa yang diperbuat baru saja ini tak
terasa lagi dalam hatinya merasa sangat malu sekali.
Dengan nada yang halus ujar Sek Giok Siang pada diri Boen
Ching. "Boen Toako siapakah orang ini".
Dalam hati Boenr Ching merasa mtenyesal atas peqrbuatan
tolol yrang baru saja dilaku kan itu, dengan demikian, kiranya malah akan menyusahkan Sek Giok Siang pula.
Dalam hatinya menjadi gemas, mendengar Sek Giok Siang
membuka mulut, dengan seenaknya sahutnya:
"Dia disebut orang sebagai Thian Jan Lie, Jien Muh Nio adanya".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sambil berkata sinar matanya memandang tajam
kesekeliling tempat itu.
Dengan dingin ujar Jien Muh Nio.
"Tak usah dilihat lagi, disini hanyalah aku seorang saja, tak ada orang lain lagi".
Dalam hati Boei Ching merasa sangat sedih, urusan ini
sama sekali sukar untuk diberi penjelasan, bahkan apabila
dirinya sebelum itu mempunyai perasaan kagum terhadap diri
Sek Giok Siang diapun tak mungkin dapat berbuat demikian.
Jien Muh Nio dengan dingin memandang sekejap kearah
Sek Giok Siang, kepada Boen Ching ujarnya.
"Aku tak akan mengurus segala urusanmu itu, tetapi aku ingin bertanya dimanakah Bwee Giok itu dan sekarang berada
dimana?" Dengan menundukkan kepala sahut Boen Ching:
"Dia telah dibawa pergi oleh diri Kioe Thian Bu Sin, Jen Cianpwe".
Jien Muh Nio tertawa dingin, ujarnya.
"Itulah sangat bagus sekali, kemarin adalah karena aku kasihan terhadapnya, barulah mau melepaskan dirimu, kini
kau pikirlah sendiri harus bagaimana?".
Boen Ching tak dapat memberikan jawaban nya, terpaksa
dia hanya berdiam diri tak mengucapkan kata-kata lagi.
Sek Giok Siang yang berdiri disamping, tampak hal ini
setelah ragu-ragu sejenak ujarnya kepada diri Jien Muh Nio.
"Kau mengapa demikian galaknya?"".
Jien Muh Nio dengan dingin tertawa panjang, sejenak
kemudian ujarnya kepada Boen Ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Aku kira aku tak perlu untuk turun tangan sendiri, diatas tanah terdapat pedang, aku lihat lebih baik kau bereskan
dirimu sendiri saja"
Dalam hati sekalipun Boen Ching merasa menyesal, tetapi
bagaimanapun juga, terpikir olehnya bahwa dosa semacam ini
tak perlu ditebus dengan kematian, mana dia mau dengan
kematian, mana dia mau dengan demikian saja bunuh diri
?"?" Tetapi apa yang dikatakan oleh Jien Muh Nio juga tak lebih
hanya urusan tadi saja, urusan semacam ini sekalipun dia
ingin untuk memberikan penjelasan juga tak mempunyai cara
sama sekali untuk memberikan penjelasannya.
Dia berdiri mematung tak bergerak, sedang Sek Giok Siang
yang berdiri disamping pun berdiri termangu-mangu.
Setelah lewat beberapa waktu lamanya, Jien Muh Nio
mendengus dengan dingin, tanyanya.
"Apakah boleh dikata harus menyuruh aku yang turun
tangan ?" Sambil berkata matanya berkelebat tak hentinya
memandang ke arah Boen Ching.
Sek Giok Siang memandang tajam ke arah diri Jien Muh
Nio, dan dengan sekonyong-konyong dia bungkukkan
badannya mengam-bil pedang Cing Hong Kiam tersebut dan
diangsurkan kepada Boen Ching, ujarnya.
"Boen Toako ! tak perlu takut terhadap dirinya."
Sinar mata Jien Muh Nio berkelebat memandang sekejap
kearah Sek Giok Siang, mendadak dia mendongakkan
kepalanya tertawa terbahak-bahak.
Boen Ching menarik napas panjang, tangan nya dengan
cepat menyambut pedang Cing Hong Kiam itu, dia percaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
bahwa begitu dirinya mencekal pedang tak perlu lagi dia takut terhadap Jien Muh Nio.
Dalam hati sebenarnya Jien Muh Nio telah merasa sangat
gusar sekali pada saat ini tampak Boen Ching menyambut
pedang Cing Hong Kiamnya, dalam hatinya merasa tambah
gusar lagi. Dia tertawa dingin, ujarrya.
"Sekalipun kau mencekal pedang ditangan mu, lalu apa
yang dapat kau berbuat ?"
Sambil berkata dengan perlahanb dia mengangkatd genta
besar yaang berada disambping tubuhnya dengan tajam dia
memandang ke arah dua orang itu.
Boen Ching selama belum pernah melihat Jien Muh Nio
menggunakan alat senjatanya, pada saat ini tampak dia
mempergunakan alat genta raksasa itu sebagai alat senjata
nya, tak terasa lagi dalam hatinya merasa sangat terkejut
sekali, diam-diam dia menga-dakan persiapan yang lebih
cermat lagi. Dengan perlahan-lahan dia mendorong tubuh Sek Giok
Siang kebelakang tubuhnya, sedang sinar matanya dengan
tajam memandang genta raksasa tersebut.
Jien Muh Nio dengan dingin mendengus, bahu kanannya
digetarkan, genta raksasa itu segera didorong kedepan diri
tangannya, dengan perlahan-lahan meluncur di tengah udara
dan menekan dengan hebatnya keatas tubuh Boen Ching.
Boen Ching yang tampak datangnya serangan genta
raksasa itu, dia segera tahu bahwa genta itu membawa suatu
tenaga murni yang sangat dahsyat sekali.
Dia menarik napas panjang-panjang, tangan kirinya dengan
perlahan melepaskan cekalan tangan Sek Giok Siang,
tubuhnya melayang kedepan bagaikan meluncurkan anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
panah dari busurnya menubruk ke arah datangnya serangan
genta tersebut.
Pedang Cing Hong Kiamnya segera disabetkan kedepan,
sinar pedang memenuhi angkasa, terdengar suara yang
sangat berat dari genta itu, terlihat genta tersebut telah
berhasil dipukul balik serangan dari Boen Ching itu.
Jien Muh Nio dengan gusar mendengus, lima jari dari
tangan kanannya segera dikerahkan ke depan, sedang ilmu '
Hiat Mo Kang" nyapun disalurkan ketangannya, terlihat pada saat hawa murni yang berwarna merah darah itu menggulung
ditengah angkasa, genta raksasa itu sekali lagi berhasil
digulung balik kembali lagi.
Dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut sekali, dia
berdiri tak mengucapkan sepatah kata pun.
Rasa terkejut dalam hati Jien Muh Nio jauh melebihi dari
rasa terkejut diri Boen Ching, dia tak mengetahui Boen Ching telah mengguna kan kepandaian apa sehingga dapat memukul
menceng dari arah serangan genta
raksasa itu, tetapi dia tahu Boen Ching tentunya telah
menggunakan ilmu yang sangat tinggi sekali dari tenaga
khiekangnyab. Boen Ching padda saat menggunaakan pedangnya
bmenempel pada genta itu, berturut-turut dengan
menggunakan tubuh pedang serta gagang pedang
melancarkan sembilan kali serangan ke arah genta itu,
mengerahkan pula jurus "Thien Cian Ie San" dari ilmu "Thay Thien Kioe Sih" nya.
Kedua orang itu merasa terkejut terhadap kesempurnaan
serta kehebatan dari kepan-daian lawannya, untuk sesaat
kedua orang itu tidak saling menyerang kembali, hanya saling berdiam diri dan berdiri berhadap- hadapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Lewat beberapa saat kemudian, terdengar Jien Muh Nio
tertawa dingin, bahu kanannya digetarkan, genta raksasa itu sekali lagi dilemparkan kedepan.
Tubuh genta itu terlihat bergetar tak henti-hertinya,
sehingga mengeluarkan suara sebentar tinggi sebentar
rendah, dan dengan perlahan-lahan mendesak tuhuh Boen
Ching, Boen Ching menarik napas panjang, dia yang telah satu kali menahan datangnya serangan genta itu pada saat ini rasa percaya pada diri sendiri jauh bertambah tebal lagi dia
mempunyai maksud untuk sekali lagi menggunakan ilmu
"Thay Thien Kioe Sih yang di salurkan kedalam ilmu
pedangnya serta disertai oleh tenaga khiekang yang hebat
untuk mendorong kesamping serangan genta dari Jien Muh
Nio ini. Tetapi ketika dia melihat dengan jelas datangnya serangan
genta kali ini, dalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat terkejut, gerakan dari genta itu pada saat ini jauh berbeda dan jauh lebih aneh lagi dari serangan tadi, genta itu makin lama makin mendekat suaranyapun makin lama makin besar,
bahwa getaran dari genta itu membuat dirinya sangat sukar
sekali untuk melihat dengan jelas datangnya gerakan genta
tersebut. tampak hal ini terpaksa dia mengambil keputusan
untuk menghindarkan diri kesamping.
Jika dilihat jaraknya agaknya kedudukan Sek Giok Siang
sekarang ini tak mungkin akan terkena serangan dari genta
raksasa itu. Pikirannya menjadi berkelebat dengan cepatnya dia
mempunyai niat untuk segera mengundurkan dirinya tetapi
mendadak terasa suatu tangan yang sangat halus sekali
dengan perlahan memegang dirinya.
Boan Cning dengan cepat menoleh kebelakang memandang
tak terasa lagi wajahnya berubah dengan hebatnyar entah
pada saatt kapan, secarqa diam-diam Sekr Giok Siang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
bersembunyi dibelakang tubuhnya, sedang sepasang matanya
dengan tajam memandang kearah genta besar itu.
Ketika Boen Ching membalikkan kepala lagi, tampak genta
tersebut telah mendesak mendekati tubuhnya tak lebih hanya
tiga kaki saja sedang suara genta itu bergetar memekakkan
telinga. Sinar matanya berkelebat tak hentinya beberapa ingatan
dengan cepat berkelebat didalam benaknya, apabila pada saat ini dia hendak menghindarkan hal ini tak mungkin akan dapat terjadi, tetapi Sek Giok Siang yang berada dibelakang
tubuhnya pastilah akan tertimpuk oleh serangan dari genta
tersebut. Didalam keadaan yang sangat kritis itu, dengan cepat dia
mengambil keputusan, dia bersuit nyaring pedang Cing Hong
Kiamnya dengan sekuat tenaganya mendorong dengan
mendatar dada, tujuh sinar pedang yang sangat menyilaukan
mata segera memancar ke luar dari pedang Cing Hong
Kiamnya. Pedang dan genta itu dengan cepat berbentur satu sama
lainnya, wajah Boen Ching berubah menjadi sangat serius
sekali, sedang sepasang matanya dengan tajam memandang
kearah genta raksasa tersebut.
Genta raksasa itu bagaikan menempel dengan tubuh dari
pedang Cing Hong Kiam itu, suara getaran yang sebenarnya
memekakkan telinga itu pada saat ini telah berubah menjadi
sunyi senyap dan tenang sekali tak terdengar suara sedikitpun yang timbul dari bentrokan tersebut.
Sepasang mata jien Muh Nio dengan perlahan-lahan
dipejamkan. Sinar mata Boen Ching berkelebat dengan tajamnya,
sejenak kemudian diapun dengan perlahan-lahan
memejamkan matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sek Giok Siang dengan sangat terkejut memandang kearah
kedua orang itu, dia tampak Boen Ching menggetarkan pergi
genta raksasa itu, dia mengira telah tak dapat persoalan
lainnya lagi, tetapi sama sekali dia tak pernah menyangka
kalau hal ini dapat berubah menjadi situasi seperti ini.
Dengan termangu-mangu dia memandang ke arah dua
orang itu, sedang tubuhnya dengan kencang ditempelkan
ketubuh Boen Ching.
Wajah Boen Ching makin lama berubah menjadi pucat pasi,
sedang genta raksasa itupun mengeluarkan suara dengungan
yang sangat rendah sekali.
Makin lama tangan kanan Boen Ching terlihat mulai
gemetar dengan kerasnya, pedang Cing Hong Kiam ditubuh
genta itupuh mulai melompat dan bergerak, sinar pedang
yang dipancarkan keluar dari pedang Cing Hong Kiamnya
itupun memancar memenuhi seluruh angkasa. Mendadak,
suara genta itu mengeluarkan suara yang sangat keras sekali, pedang Cing Hong Kiamnya ditangan Boen Chingpun dengan
diikuti suara jeritan kaget dari mulut Sek Giok Siang terlepas dari tangannya dan melayang keangkasa. Genta raksasa itu
sedikit berhenti, kemudian dengan cepat menekan kembali
ketubuh Boen Ching, kehebatan dari gerak ini sangat sulit
sekali untuk dihindari. Wajah Boen Ching makin menjadi
pucat, tangan kanannya menjadi sangat kaku sekali, hampir-
hampir tak dapat digerakkan kembali tetapi dia harus
berusaha untuk menyingkirkan serangan genta tersebut, kalau tidak Sek Giok Siang yang berada dibelakang tubuhnya ini tak akan dapat menahannya. Pikirannya menjadi tergerak, bahu
kirinya dengan cepat mendorong pergi tubuh Sek Giok Siang,
sedang pada saat itu pula genta raksasa tersebut telah
datang, dan menekan dengan hebatnya kedepan tubuhnya,
dia bersuit nyaring, bahu kanannya segera menyambut
datangnya serangan genta raksasa itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia menggunakan jurus "Cien Cian Ie San," dari ilmu "Thay Thien Kioe Sih" dengan sekuat tenaga berusaha untuk
menghindar kan diri dari datangnya serangan genta yang
sangat sulit untuk dihindarkan itu, guna menyalamakan
dirinya. Pada saat genta tersebut ketemu dengan bahu kanan Boen
Ching, dengan cepat tubuh genta itu serta diri Boan Ching
berpisah dan jatuh kesamping.
Seluruh bahu Boen Ching menjadi robek terkena pinggiran
genta itu, sedang tubuhnya terkena getaran ilmu Hiat Mo
Kang yang sangat hebat itu, segera dia muntahkan darah
segar dan jatuh tak sadarkan dirinya diatas permukaan tanah.
Sek Giok Siang dengan sangat terkejut menjerit nyaring
dan lari kearah diri Boen Ching.
Wajah dari Boen Ching berubah menjadi pucat pasi,
sedikitpun tak tampak darah mulutnya tampak bekas darah
segar yang bmengucur keluard dengan derasnyaa itu.
Sek Giokb Siang dengan perlahan menundukkan kepalanya,
dan mendekap dada Boen Ching, tak terasa lagi dia mengucur
kan air matanya dengan deras apabila dia maju kedepan,
Boen Ching tak mungkin dapat menjadi demikian rupa.
Mendadak teringat olehnya akan Jien Muh Nio yang masih
berdiri disampingnya itu, dengan perlahan dia mendongak,
tampak Jien-Muh Nio dengan tenang-tenang berdiri
disamping, wajahnya sangat dingin sekali, dengan tak
berperasaan sedikitpun meman-dang ke arahnya.
Sek Giok Siang memejamkan sepasang matanya, sejenak
kemudian barulah dengan perlahan-lahan dia bangkit berdiri.
Jien Muh Nio dengan dingin memandang kedua orang itu,
dalam hati dia merasa sangat heran sekali, Boen Ching
ternyata berani melawan keras dengan keras terhadap
serangannya, dia mengira bahwa apabila Boen Ching berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
menyambut dengan keras serangannya itu pastilah akan
tergetar dan menemui ajalnya.
Tetapi ternyata bukan saja Boen Ching tak binasa, bahkan


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia berhasil mendorong kesamping serangan gentanya.
Sekalipun dia telah mengetahui kalau Boen Ching telah
menderita luka dalam yang sangat parah, tetapi jika terhadap dirinya dia masih merasa belum luas.
Sek Giok Siang setelah bangkit berdiri dengan dingin sekali dia memandang tajam kearah Jien Muh Nio.
Jien Muh Nio pun segera balas memandang tajam kearah
Sek Giok Siang, sekalipun dirinya merupakan seorang
perempuan tetapi selamanya diapun belum pernah bertemu
dengan seorang gadis yang demikian cantiknya itu.
Tetapi, didalam sekejap saja suatu ingatan, segera
berkelebat didalam benaknya, dengan mendengus:
Teringat dia akan diri Bwee Giok, pada saat dia bertemu
dengan diri Bwee Giok itu dia telah menjadi gila, sedang Sek Giok Siang ini sama sekali tidak memperdulikan padanya
bahkan dengan meminjam kesempatan itu berbuat demikian
mesranya terhadap diri Boen Ching.
Berpikir sampai disini, hampir-hampir dia menganggap
dirinya telah berubah menjadi diri Bwee Giok, teringat pula ketika Sek Giok Siang memungut pedang Cing Hong Kiam itu
dan diangsurkan kepaaa Boen Ching, dalam hatinbya segera
timbudl hawa nafsu unatuk membunuhnyab.
Sek Giok Siang dengan dingin memandang kearah Jien Muh
Nio, dia tahu Jien Muh Nio pastilah tak akan melepaskan diri Boen Ching, Boen Ching tak dapat tetap hidup diapun ingin
binasa ber-sama-sama dengan diri Boen Ching.
Tampak pada bibir Jien Muh Nio tersungging suatu
senyuman yang sangat dingin sekali, dia telah tahu rencana
dari Sek Giok Siang ini, dalam hati pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Sungguh sangat kebetulan sekali, dengan demikian aku
tak perlu mencari alasan lain nya lagi untuk membunuh
dirinya. Sepasang alisuya dikerutkan, dia tertawa dingin, ujarnya
kepada diri Sek Giok Siang.
'"Kau cepat meninggalkan tempat ini, kalau tidak janganlah menyalahkan diriku kalau akupan tak akan melepaskan
dirimu". Sambil berkata dari sepasang matanya tampak berkelebat
sinar matanya yang mengandung nafsu untuk membunuh
yang sangat hebat.
Sudah tentu Sek Giok Siang sendiri juga mengetahui
maksud dari perkataan dari Jien Muh Nio ini, dengan dingin
ujarnya, "Kau telah berbuat keterlaluan".
Dalam hati Jien Muh Nio terasa tergetar, tetapi dia tetap
tertawa dingin sepatah katapun tak diucapkan.
Sek Giok Siang dengan tajam memandang Jien Muh Nio,
sepasang tangannya dengan perlahan diangkat dan
disilangkan didepan dadanya melindungi tubuhnya, sedang
sinar matanya dengan sangat tawar sekali memandang kearah
diri Jien Muh Nio.
Sekalipun dia memikirkan untuk menggu-nakan segala cara
guna mendapatkan diri Boen Ching, tapi sebagian besar
perasaan tersebut adalah dikarenakan perasaan terima
kasihnya terhadap diri Boen Ching. Dia sangat baik terhadap dirinya, sudah tentu dirinya pun harus berbuat baik terhadap Boen Ching.
Kini urusan telah menjidi demikian, dia tak dapat melihat
hal ini terjadi dengan duduk tenang, bahkan dia menganggap
bahwa didalam hidupnya selama ini, selain ibunya, hanyalah
Boen Ching seorang yang sangat baik terhadap dirinya, ibunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kini telah meninggal, dia pun tak dapat membiarkan Boenr
Ching binasa stebelum dirinya.q
Jien Mah Nio mrenjadi ragu-ragu sejenak, dia mengira
bahwa situasi pada saat ini seperti dia telah menunggang
diatas punggung harimau, dan tak mempunyai cara lain lagi,
Boen Ching ternyata berani menghianati Bwee Giok, kedua
orang ini sudah tentu harus dihukum mati.
Sepasang telapak tangannya dengin perlahan didorong ke
depan, terlihat sekumpulan hawa murni berwarna merah yang
bagaikan menggulungnya ombak di tengah samudra
menerjang dengan hebatnya ke tubuh Sek Giok Siang.
Terdengar suara dengusan yang sangat berat sekali dari
diri Sek Giok Siang, tubuhnya melayang dengan mendatar ke
depan, sehingga menubruk dinding dan dengan perlahan jatuh
kebawah. Jien Muh Nio tampak wajah Sek Giok Siang yang putih itu
telah berubah menjadi merah padam, dengan tak bertenaga
sama sekali dia menengok sekejap kearah Boen Ching, pada
bibirnya terlihat tersunggrng suatu senyuman manis, dengan
perlahan dia memejamkan matanya.
Dalam hatinya pada saat ini dia merasa sangat bingung
sekali, untuk sesaat dia berdiri termangu-mangu kalau dia
turun tangan memang keterlaluan, dia dengan Sek Giok Siarg
sama-sama merupakan seorang wanita, hanya dikarenakan
urusan kecil dia telah membunuh dirinya, bukanlah hal ini
keterlaluan "
Tetapi masih ada Boen Ching, semua kesalahan ini haruslah
Boen Ching seorang yang memikul barulah benar, dengan
dingin dia menarik kembali sinar mata yang mengandung rasa
simpatik itu dan memandang kearah Bcen Ching.
Terhadap diri Boen Ching, hal ini tidaklah keterlaluan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jien Muh Nio dengan perlahan berjalan mendekati Boen
Ching, dalam hatinya dia berpikir barulah berbuat bagaimana agar Boen Ching jauh lebih merasakan penderi-taan yang
hebat. Mendadak --- --dari belakang tubuhnya berkumandang
datang suara helaan napas panjang.
Jien Muh Nio menjadi sangat terkejut, entah siapa yang
datang kedalam gua itu tanpa dia ketahui sama sekali, sekali pun dirinya tidak memperhatikan, tetapi juga tak mungkin
dapat menjadi demikian.
Dengan cepat dia menoleh, air mukanya dengan cepat
berubah hebat. Dibelakang tubuhnya berdirilah seorana Nikouw berusia
pertengahan itu memakai pakaian pendeta berwarna keabu-
abuan, tangan kanannya mencekal tasbeh.
Sinar matanya sangat tajam sekali, wajah nya samar,
dengan tajam dia memandang ke arah Jien Muh Nio.
Jien Muh Nio ketika melihat orang itu dia menjadi
termangu-mangu, sama sekali tak terduga olehnya waktu tiga
puluh tahun lamanya telah berlalu, dirinya pada saat ini
menjadi sedikit bingung.
Dia mulai merasakan pandangannya menjadi sedikit kabur,
dihadapannya terasa bagaikan muncul asap putih sedang
tubuh dari nikoaw berusia pertengahan itu sedang melayang
dengan tenangnya ditengah kabut putih tersebut.
Segera dia mengusap matanya, tetapi pandangannya masih
tetap sangat kabur sekali, dalam hatinya bagaikan sedang
teringat kembali akan peristiwa yang telah silam, tak terasa lagi dengan perlahan dia berlutut dihadapan nikouw tersebut.
Peristiwa silam yang hampir lupa dari dalam benaknya kini
sekali lagi bergolak didalam hatinya, pada tiga puluh tahun yang lalu Lam Hay Sin Nio, Sek Liong Suthay yang pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
menggetarkan seluruh dunia kangouw pernah meminta dirinya
masuk ke dalam agama Buddha, tetapi pada saat itu mana dia
mau, dengan sembarangan dia mau, dengan sembarangan dia
berkata bahwa apabila Sek Liong Suthay dapat bersemedi
menghadap dinding selama tiga puluh tahun lamanya, dia
akan menyukur rambutnya menjadi pendeta dan mengangkat
Sek Liong Suthay sebagai suhunya.
Ucapan tersebut dikatakan pada waktu itu dengan
sembarangan, tetapi sama sekali tak terduga Sek Liong Suthay ternyata menyetujuinya.
Pada waktu itu Jien Muh Nio hanya tersenyum saja, dia
mengira waktu selama tiga puluh tahun sangat lama sekali,
sekali pun Sek Liong Suthay mau bermedi menghadap dinding
selama itu, entah harus lewat berapa lamanya lagi.
Tetapi tiga puluh tahun berlalu dalam sekejap saja, kini Sek Liong Suthay telah muncul kembali dihadapannya.
Sek Liong Suthay di hadapannya ini jika dibandingkan
dengan tiga puluh tahun yang lalu ternyata sedikit pun tak
berbeda, sedang dirinya apabila mengingat kembali segala
peristiwa yang terjadi selama tiga puluh tahun ini terasa
bagaikan baru saja terjadi pada kemarin hari'
Entah telah lewat beberapa saat lamanya dengan perlahan
dia mendongakkan kepalanya.
Sek Liong Suthay yang berada dihadapan nya pada saat ini
sedang memejamkan matanya, dengan tenang dia berdiri.
Jien Muh Nio yang memandang tajam kearah Sek Liong
Suthay, dalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat
menyesal, dia menyembah lagi dihadapan Sek Liong Suthay
sambil ucapannya.
"Sebelum Tecu masuk menjadi anak murid Buddha, harap
Su thay mengijinkan tecu untuk mengerjakan suatu urusan
yang belum selesai dikerjakan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sepasang mata Sek Liong Suthay dengan perlahan
dipentangkan, dengan berdiam diri dia memandang tajam Jien
Muh Nio. Jien Muh Nio yang dipandang sedemikian tajamnya oleh
Sek Liong Suthay, dalam hatinya terasa tergetar sebenarnya
dia ingin membunuh Boen Ching terlebih dahulu, tetapi pada
saat ini dia telah dibikin sadar oleh sinar mata dari Sek Liong Suthay yang tajam itu, dengan berbuat yang dilakukan selama hidupnya ini mana dia mempunyai hak untuk membunuh diri
Boen Ching. Teringat kembali segala perbuatan yang kulakukan pada
waktu yang telah silam apabila ada orang yang seperti dirinya mendesak terus menerus seperti yang dialami Boen Ching ini
entah dirinya telah harus mati beberapa kali banyaknya, cukup dengan perbuatannya terhadap diri Sek Giok Siang. Boen
Ching setelah menjadi sadar kembali mana dia mau
melepaskan dirinya dengan demikian saja.
Berpikir sampai disini tak terasa hatinya menjadi berdesir, apabila teringat kembali akan diri Sek Giok Siang tak terasa lagi keringat dingin mengucur keluar membasahi bajunya'
Alasan bagi dirinya yang terusan didalam membunuh diri
Sek Giok Siong ini juga tak lebih hanyalah rasa iri yang
berlebihan. Sek Giok Siang terlalu cantik bagi dirinya, saking cantiknya membuat matanya menjadi merah dia tidak
menginginkan Sek Giok Siang dapat hidup terus dalam dunia
ini. Jien Muh Nio yang berpikir sampai disini, dalam hatinya
terasa bergetar dengan hebatnya, sekali lagi dia berlutut
memberi hormat, sepatah katapun tak di ucapkan lagi.
Air muka dari Sek Liong Suthay masih tetap sangat ramah
sekali, pada wajahnya sedikit pun tak terlihat perasaan
gusarnya, dengan perlahan ujarnya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Muh Nio selama tiga puluh tahun ini, apakah baik-baik saja?"?"
Jien Muh Nio yang merasa menyesal, dengan napas yang
rendah sahutnya.
"Tecu mengharap Suthay mau menerima diriku sebagai
murid, selama hidupku tecu akan merawat diri Suthay."
Sek Liong Suthay dengan perlahan memejamkan matanya,
sejenak kemudian barulah ujarnya lagi.
"Perjanjian selama tigapuluh tahun yang lalu, ini hari telah habis waktunya, aku bersemedi menghadap dinding selama
tiga puluh tahun ini bukan mempunyai maksud untuk
menerima dirimu sebagai murid saja, tetapi aku
mengharapkan batin yang lebih kuat lagi selama ini."
Dengan sedih ujar Jien Muh Nio.
"Suthay ! tecu bukanlah dikarenakan janjiku yang lalu
sehingga berbuat demikian."
Diatas wajah Sok Liong Suthay dengan perlahan tampillah
suatu senyuman yang ramah, dia mendongak sambil ujarnya.
"Kau lihatlah !! Boen Ching telah sadar kembali."
Jien Muh Nio dengan perlahan memejam kan matanya,
segera dia duduk diatas tanah dan duduk bersila untuk
bersemedi. Boen Ching dengan perlahan mementangkan matanya,
hampir-hampir dia tak mengetahui kini dirinya berada dimana, dia menyapu sekejap keseluruh kalangan, sinar matanya
menyapu punggung dari Jien Muh Nio, Sek Liong Suthay dan
terakhir berhenti diatas mayat Sek Giok Siang.
Tubuhnya terasa tergetar dengan hebatnya, Sek Giok Siang
telah binasa ?"?"" Dia sedikit tak percaya, tetapi kejadian yang terjadi dihadapannya adalah hal yang sungguh-sungguh
terjadi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching dengan termangu-mangu memandang kearah
Sek Giok Siang, wajah dari Sek Giok Siang didalam
pandangannya mendadak berubah menjadi suatu bentuk
gambaran yang sangat aneh sekali dan terbayang didepan
matanya. Mendadak dia merasakan bahwa mulutnya terasa asin,
dengan tak mengucapkan sepatah katapun dia mengusap air
mata yang meleleh keluar itu, dengan perlahan dia mengambil keluar cermin "Thian Tuen" yang berada didalam sakunya, gambar gadis didalam cermin itu masih tetap tersenyum
dengan demikian manisnya.
Pikiran Boen Ching terasa mulai agak kaku, gadis didalam
cermin itu muncul dihadapan matanya, tetapi tubuh dari Sek
Giok Siang sebaliknya makin lama makin berpisah makin jauh.
Dengan susah payah dia berpikir bagaikan hal ini semuanya
dapat berubah menjadi sedemikian rupa, Sek Giok Siang
bagaimana dapat binasa "
Sinar mata Boen Citing berhenti diatas bayangan punggung
Jien Muh Nio, dia mulai teringat kembali akan hal-hal yang dia perlukan untuk mengetahuinya, didalam sekejap saja, dengan
cepat dia bangkit berdiri.
Sekalipun didalam tubuhnya menderita luka dalam yang
sangat parah, tetapi pada saat ini dia merasakan bagaikan
sedikitpun tidak menderita luka apapun.
Jien Muh Nio dengan tak merasa sama sekali dia tetap
duduk bersila diatas tanah.
Selangkah demi selangkah Boen Ching berjalan mendesak
kearah Jien Muh Nio, didalam hatinya dia merasa sangat gusar sekali, hal ini tidak adil, Sek Giok Siang hanyalah seorang gadis yang tak tahu apa-apa, selama nya dia tak pernah
berbuat salah, mengapa Jien Muh Nio dapat turun tangan
hingga sedemikian rupa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Rasa gusar didalam hatinya semakin lama semakin
berkobar dengan hebatnya.
Kematian dari Sek Giok Siang ini adalah gara-gara dirinya,
tak perduli bagaimana pun juga dia tak dapat menahan lagi
rasa gusar nya tersebut.
Mendadak, matanya tertumbuk pada sebuah jubah pendeta
berwarna ke abu- abuan yang muncul dihadapan matanya,
dengan cepat dia mendongakkan kepalanya, didalam sekali
pandang saja dia telah dapat melihat seorang nikouw berusia pertengahan yang sedang memejamkan matanya dan berdiri
dengan tenangnya disana.
Dalam hati Boen Ching terasa sedikit terkejut, didalam
ingatannya dia merasa agak nya tak pernah ada seorang
nikouw di tempat itu.
Dia tetap melanjutkan langkahnya mendesak ke arah tubuh
Jien Muh Nio, sinar matanya penuh diliputi oleh hawa
membunuh yang sangat hebat sekali.
Jien Muh Nio masih tetap duduk dengan tegaknya,
bagaikan sedikitpun tak merasakan bahaya yang sedang
mengancam dirinya, sedang Boen Ching dengan tak hentinya
menggerakkan kakinya berjalan makin mendekat ke arahnya.
Mendadak dia menghentikan langkahnya, dengan dingin


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

teriaknya: "Jien Muh Nio, cepat kau bangun, kalau tidak janganlah menyalahkan aku kalau akan membunuh dirimu sekalipun kau
tidak memberikan perlawanan"
Jien Muh Nio masih tetap duduk berdiam diri tak bergerak
sedikitpun juga, Boen Ching menjadi ragu-ragu sejenak, suatu perasaan yang sangat gusar sekali menjalar dari dalam lubuk hatinya dan dengan perlahan-lahan merembet naik keatas,
matanya memancar kan sinar yang sangat tajam sekali,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
segera ia mengangkat telapak tangannya siap untuk
dilancarkan kedepan.
Sekonyong-konyong terdengar suara bentakan keras dari
Sek Liong Suthay.
"Boen Ching !"
Boen Ching menjadi tertegun, segera dia menahan
tangannya. ooxoo ( ii x ii ) ooxoo
"CENG IT SHIA"
BOEN CHING mendadak teringat akan diri seseorang, orang
yang berada dihadapannya saat ini bukankah manusia aneh
nomor wahid pada saat ini, Lam Hay Sin Nie, Sek Liong
Suthay" Bagaimana dia dapat munculkan dirinya ditempat ini "
Dia memandang tajam kearahnya, sepatah katapun tak
diucapkan. Sekalipun Sek Liong Suthay merupakan seorang
pendeta beribadat tinggi dan merupakan manusia aneh pada
saat ini, tetapi dia tak dapat menahan pergolakan hatinya
dengan demikian saja.
Sek Liong Suthay dengan tajam memandang kearah Boen
Ching, sejenak kemudian barulah ujarnya:
"Aku bukannya melaranbg kau membalas ddendam
terhadapa diri Jien Muh bNio, tetapi ada suatu urusan yang
harus kau pikirkan terlebih dahulu, Jien Muh Nio sekarang
telah mengakui semua perbuatan salah yang telah dilakukan
dan mau menerima seluruh hukumannya, apalagi kematian
dari Sek Giok Siang, sebagian besar juga dikarenakan dirimu sendiri."
Dalam hati Boen Ching merasa tertegun, kemudian
tanyanya. "Aku ?".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dengan perlahan sahut Sek Liong Suthay.
'Sicu juga merupakan seorang yang cerdas, aku kira
kaupun telah memahami sendiri bukan ?"
Sehabis berkata dengan perlahan dia memejamkan
matanya, dan tak bergerak lagi.
Pikiran Boen Ching menjadi bergerak, dengan perlahan dia
menundukkan kepalanya, dalam hatinya agaknya dia mulai
merasa, tetapi dia tidak mengetahui berada dimana dan dia
percaya bahwa sebagian besar dari tanggung jawab ini
haruslah dipikul sendiri oleh Jien Muh Nio seorang.
Mendadak ujar Sek Liong Suthay.
"Apabila dia tidak binasa, lalu bagaimana kau hendak
menghadapi dirinya."
Dalam hati Boen Ching terasa tergetar dengan keras,
segera dia tak mempunjai perkataan lagi untuk diucapkan,
Sek Giok Siang memang benar-benar binasa dikarenakan
dirinya, sekalipun dia mencintai diri Bwee Giok, tetapi
sebaliknya terhadap Sek Giok Siang pun dia tak dapat
melupakannya, bahkan baru saja dia bermesraan denugan
dirinya. Kalau tidak, Sek Giok Siang tak mungkin dapat menjadi
demikian. Ketika dia berpikir sampai disini, dalam hatinya terasa
bagaikan diiris-iris oleh golok dihadapan matanya sekali lagi muncul bayangan tubuh dari Sek Giok Siang, dengan cepat dia memejamkan matanya, air matanya tak terasa lagi mengalir
keluar dengan deras nya.
Terdengar Sek Liong Suthay berkata lagi.
"Pada saat ini kau sebagai seorang pemuda haruslah
mengambil keputusan dengan menggunakan akalmu, untuk
menghindarkan diri dari penyesalan di kemudian hari,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sekalipun Jien Muh Nio salah, tetapi diab telah menyesaldi
perbuatan nyaa, aku kira lebibh baik kau ampuni dirinya saja "
Pada saat ini dalam hati Boen Ching merasa sangat
berduka sekali, karena dia telah mengetahui dengan tubuhnya yang terluka demikian parahnya, sekalipun seluruh orang,
Boen Ching juga tak dapat berbuat apa-apa terhadap diri Jien Muh Nio.
Sedang dia pada saat ini masih tetap duduk bersila tak
bergerak, bagai tak mendengar sesuatu apapun.
JIEN MUH NIO dapat menyesali perbuatannya, Boen Ching
telah memuji sikapnya tersebut, sedang pada saat ini dia pun menggunakan semangat serta kemajuan nya untuk
memberikan tubuhnya untuk dijatuhi hukuman, didalam hati
Boen Ching makin merasakan menyesalnya.
Banyak orang mengaku salah disebabkan terdesak keadaan
situasi, sedang ada pula sebagian yang menginginkan
dimaafkan pihak sana, tetapi hampir-hampir tak pernah
menemui seseorang yang mau mengakui kesalahan dari
seluruh perbuatannya yang telah dilakukan.
Dengan perlahan dia berlutut di hadapan Jien Muh Nio,
kemudian diapun berlutut memberi hormat kepada diri Sek
Liong Suthay. Sek Liong Suthay dengan perlahan mementangkan
matanya, dia mendongakkan kepalanya memandang dinding
gua, lama kemudian barulah ujarnya.
"Orang yang berbuat salah segera dapat mengetahui,
bertobatlah dengan cepat agar dapat diampuni oleh Thian."
Boen Ching yang didalam sekejap mata saja dapat
merobah rasa gemasnya terhadap Jien Muh Nio menjadi rasa
hormat, semangat seperti ini, didalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat girang dan berterima kasih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Setelah dia habis mengucap kata-kata itu, dengan perlahan
dia memuji nama Buddha, dengan Jien Muh Nio dua orang
segera bangkit dan berjalan keluar dari gua itu.
Boen Ching dengan perlahan bangkit berdiri, dia
memejamkan matanya beristirahat sejenak, lama kemudian
barulah mementangkan matanya kembali.
Dia memandang sekejap keatas mayat Sek Giok Siang, dan
merghela napas panjang, kesemuanya itu rhanyalah bagaiktan
impian yang qberlalu dengan rcepatnya, tubuh Sek Giok Siang pun dengan perlahan lenyap dari pandangannya.
Dia membuat sebuah lobang besar dan mengubur mayat
dari Sek Giok Siang itu, kemudian mengambil keluar pula
cermin Thian Tuen itu yang kemudian diletakkan disamping
tubuhnya, teringat kembali ketika dia diselamatkan oleh
cermin itu dari serangan Kiem Cang Thiat Cie, Chang Soen
Loei serta Ouw Yang Bu Kie, beberapa macam bayangan
berkelebat dengan cepatnya didalam benaknya, dia menjadi
terjerumus kembali kedalam lamunan.
Mendadak beberapa perkataan dari Sek Liong Suthay
berkelebat kembali didalam benaknya. "Janganlah terlalu banyak bermain cinta untuk menghindarkan diri dari
penyesalan dihari kemudian.
Dalam hatinya menjadi tertegun, segera dia membuang
jauh-jauh segala lamunan yang menguasai benaknya itu.
Kini dia harus berangkat menuju ke kuil Pie Lu Si dan
memenuhi janjinya dengan diri Sam Ceng It Shia. Berpikir
sampai disini dia menghela napas panjang, dan memungut
kembali pedang Cing Hong Kiamnya dengan langkah yang
perlahan berjalan keluar dari gua itu.
Matahari hampir turun gunung, diujung langit tampilkan
suatu sinar berwarna kemerah-merahan yang memenuhi
angkasa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Didepan kuil 'Pie Lu Sie tampak muncul seorang pemuda
berbaju hijau, pada pinggang nya tersoren sebilah pedang
panjang dengan perlahan dia berjalan memasuki kuil 'Pie Lu Si itu.
Seorang pendeta kecil segera merangkap tangannya maju
kedepan, pemuda berbaju hijau itu cepat membungkukkan
tubuhnya memberi hormat, sambil tertawa ujarnya.
"Cayhe Boen Ching, karena perjanjiannya dengan Sin Hoat Thaysu maka kini sengaja datang menyambanginya."
Pendeta kecil itu dengan wajah yang sangat terkejut
memandang sekejap ke arah Boen Ching, ujarnya.
"Siauwceng segera pergi melaporkan kedatangan sicu."
Sehabis berkata segera dia membalikkan tubuhnya dengan
langkah yang cepat berjalian masuk kedalam ruangan kuil.
Pada bibir Boen Cning tampak tersungging suatu
senyuman, dia memandang sejenak keatas papan nama dari
kuil 'Pie Lu Si' yang telah menggetarkan dunia kangouw itu.
Kuil Pie Lu Si itu dibawah sorotan sinar matahari sore,
terlihat tertutup oleh suatu awan yang sangat gelap sekali, didalam ruangan kuil itu sangat sunyi seakan-akan jumlah
hweesio yang berada didalam kuil itu sangat sedikit sekali.
Pada saat dia berpikir itu mendadak dari dalam ruangan
kuil yang sangat sunyi- senyap itu berkumandang datang
suara genta yang dibunyikan bertalu-talu.
Boen Ching dengan sangat tenang sekali mendengar suara
tersebut, dia tahu kalau memangnya Sin Hoat Thaysu telah
mengadakan perjanjian dengan dirinya, sudah tentu 'Mo Pak
Sam Ceng' serta 'le Way It Sia' pastilah telah berada didalam ruangan kuil itu.
Pintu kuil itu dengan perlahan-lahan terbuka, seorang
pendeta berjubah warna kuning dengan langkah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
perlahan berjalan keluar, dibelakang pendeta berjubah kuning itu berjalanlah berpuluh-puluh hweesio kecil yang berjalan
mendekati kearah Boen Cning.
Boen Ching dengan sangat tenang sekali menanti
kedatangan rombongan para hweesio itu, sejak semula dia
telah dapat melihat kalau hweesio berjubah kuning itu
bukanlah diri Sin Hoat Thaysu sendiri.
Hweesio berjubah kuning itu dengan perlahan berjalan ke
depan tubuh Boen Ching sambil merangkap tangannya,
ujarnya. "Pinceng Sin Tek, tidak mengetahui Boen Siauwhiap datang sehingga tak mengadakan penyambutan dari jauh, harap Boen
Siauw hiap mau memaafkan !"
Boen Ching tampak Sin Tek Thaysu demikian hormatnya,
dia tersenyum, sambil membungkukkan tubuhnya memberi
hormat lalu ujarnya.:
"Thaysu terlalu sungkan, boanpwee datang kemari
masihmengharapkan bantuan dari Thaysu."
Sin Tek Thaysu seolah-olah tidak memahami ucapan dari
Boen Ching ini, dia memandang sekejap ke arahnya, dan
tersenyum kemubdian memberi tadnda kepada Boena Ching
agar diab berjalan lebih dahulu.
Boen Ching setelah memberi hormat, segera dia bangkit
dan berjalan kedalam ruangan kuil itu.
Sin Tek Thaysu mengikuti dari belakang nya, jarak diantara
mereka tak lebih hanyalah setengah tindak saja, dan berjalan masuk ke dalam ruangan kuil itu, mendadak Sin-Tek Thaysu
menghentikan langkahnya, ujarnya:
"Boen siauhiap datang kemari apakah hendak mencari
berita mengenai jejak suhumu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Boen Ching tampak Sin Tek Thaysu menghentikan
langkahnya, dia pun ikut menghentikan langkahnya, sambil
tersenyum sahutnya.
"Benar, entah Thaysu apakah mau memberitahukan
kepadaku ?"
Sepasang mata Sin Tek Thaysu memancar sinar yang
sangat tajam, sambil tersenyum ujarnya pula.
'Sudah tentu jejak dari suhumu aku mengetahuinya dengan
jelas, tetapi . . . ."
Boen Ching telah dapat menebak maksud tujuan dari Sin
Tek Thaysu itu, dia mengetahui kemungkinan sekali suhunya
telah di kurung ditempat ini, Sin Tek Thaysu ini pastilah tidak mempunyai maksud yang baik terhadap dirinya.
Dia tertawa sahutnya.
"Thaysu sila
^