Bentrok Rimba Persilatan 23

Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 23


il tersenyum memandang tajam
kearah Boen Ching, sedikitpun dia tak bergerak.
Boen Chingpun tersenyum kepada Lok Yang Hong, ujarnya.
''Aku tidak mengetahui mengapakah kau setelah mendapat
kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh masih juga munculkan diri
ditempat ini".
Sambil tersenyum sahut Lok Yang Hong
"Aku juga tidak mengetahui, tetapi. . .".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia berhenti sejenak, kemudian sambil tersenyum lanjutnya
lagi. "Sekalipun aku mengatakan kalau kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh itu telah kau musnahkan, setelah tiba diatas puncak gunung Liong Ling sudah tentu dapat kau pikir benar tidak ?"
"Dalam hati Boern Ching menjadit sadar kembali,q dia
tersenyum rujarnya.
"Maksudmu " kau hendak membabat rumput sampai
keakar-akarnya bukan " kau ingin membunuh diriku. supaya
urusan ini selamanya menjadi sebuah teka teki bukan?"
Lok Yang Hong tertawa terbahak bahak, tak mengucapkan
sepatah kata pun.
Boen Ching tertawa, ujarnya lagi.
'Dapatkah kau melakukannya "'
Sambil rersenyum sahut Lok Yang Hong.
"Selama beberapa hari ini semua kepan-daian yang berada
dalam rahasia Hay Thian Kiam Boh ini aku telah memahami
sebagian besar, tetapi aku pun mengetahui kepan-daian
silatmu pun telah mengalami kemajuan yang sangat pesat
sekali, aku kira kepandaian silat yang kumiliki sekarang ini masih terpaut satu tingkat dari dirimu, bukankah begitu "'
Boen Ching tersenyum, diam-diam dalam hati pikirnya:
"Aku akan mencoba mendengar, Lok Yang Hong ini hendak
menggunakan cara apakah hendak menghadapi diriku'
"Tetapi kepandaian silat yang sangat tinggi belum tentu mesti mendapat kemenangan, bukankah demikian " selain
kepandaian silat kitapun harus beradu dalam kecerdasan."
Selesai berkata tampak pada bibirnya tersunggiug suatu
senyuman agaknya dia sangat bangga sekali, dan
menganggap kemenangan pasti berada didalam cekalan nya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia berhenti sejenak lalu ujarnya kemudian.
"Bahkan kau lihatlah!"
Sambil berkata dia menunjuk kearah langit.
Boen Ching mendongakhan kepalanya, tampak matahari
sore masih belum tenggelam seluruhnya telah sangat gelap
sekali, didalam hatinya segera dia tahu bahwa mungkin tak
lama lagi akan terjadi angin taufan yang akan bertiup
mendatang entah apakah arti dari Lok Yang Hong ini"
Lok Yang Hong tersenyum, ujarnya.
"Maksudku adalah bahwa pada saat terjadinya angin taufan itu, jalan mundur bagi diriku telah ada".
Boen Chingpun tersenyum. sahutnya.
"Kau memang sangat teliti sekali didalam berpikir, hanyalah sayang kau telah ditetap kan untuk selamanya akan menemui
kekalahan, bagai mana dapat menemui kemenangan?"
Lok Yang Hong tertawa tergelak, ujarnya.
'Mengapa pasti kalah, aku menangpun juga akan
mengundurkan diri dari tempat ini'.
Boen Chirg berpikir dengan keras beberapa saat lamanya,
entah Lok Yang Hong hendak membuat perhitungan secara
bagaimana. Terdengar Lok Yang Hong berbicara lagi,ujarnya.
'Tetapi apabila sebelum terjadinya angin taufan kau telah
berhasil menawan diriku terlebih dahulu---- .
Dia berhenti berbicara dan tersenyum.
Tubuh Boen Ching dengan cepat bergerak maju kedepan
menubruk kearah tubuh Lok Yang Hong, sedang pada
mulutnya ujarnya.
"Akupun memang mempunyai maksud demikian".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Lok Yang Hong mendadak tertawa besar, tangan kanannya
diayunkan, terlihat sebelah pedang dengan sangat cepat sekali meluncur menerjang tubuh Boen Ching.
Boen Ching segera mencabut keluar pedangnya diobat-
abitkannya itu, pedang yang meluncur dengan cepatnya
tersebut telah berhasil dipukul jatuh, tetapi ketika dia melirik tampak tiga belah pedang pendek dengan sangat cepat sekali
telah menyerang kantong air yang dibawanya dibelakang
tubuhnya. Dalam hati Boen Ching merasa terkejut sekali, tampak
didalam sekejap mata saja kantong airnya telah terpapas oleh sambaran pedang pendek itu.
Hatinya terasa menjadi berat, ditengah gurun pasir yang
sangat kering ini kantongan air adalah benda yang paling
penting bahkan apabila terjadi angin taufan kemungkinan
sekali selama satu dua hari tak dapat melanjutkan perjalanan, manusia masih mungkin dapat mempertahankan dirinya,
tetapi kedua ekor kudba itu bagaimanad"
Rencana sertaa siasat yang dibsusun oleh Lok Yang Hong
ternyata sangat kejam.
Ketika berpikir sampai disini segera dia menoleh, tampak
pada saat ini Lok Yang Hong telah berada pada jarak tiga
puluh kali lebih, sambil tertawa besar dengan cepat dan lari meninggalkan tempat itu.
Pikiran Boen Ching segera berputar, terpikir olehnya, satu-
satunya jalan hanyalah menangkap Lok Yang Hong sebelum
terjadi angin taufan ini. dengan airnya telah terpapas sedang dua ekor kuda itu telah menjada benda yang melelahkan saja, lebih baik berjalan seorang diri, berpikir sampai disini
tubuhnya segera melayang mengejar ke arah di mana Lok
Yang Hong melenyapkan dirinya.
Lok Yang Hong yang berdiri sambil tertawa bergelak tak
henti-hentinya terus menerus lari ke depan, awan diudara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dengan cepat berubah, didalam sekejap mata saja ditengah
gurus pasir yang sangat luas itu angin bertiup dengan
kencangnya membuat pasir dan kerikil berterbangan
memenuhi angkasa, bagaikan jutaan ekor kuda yang sedang
menerjang datang dengan dahsyatnya.
Boen Ching dengan cepat melihat keempat penjuru,
tampak disekelilingnya hanya terlihat pasir dan kerikil
berterbangan memenuhi angkasa, suara menyambarnya angin
taufan itu sejak tadi telah menelan suara tertawa tergelak dari Lok Yang Hong.
Bayangan kuning dari Lok Yang Hong pun dengan
mengikuti bertiupnya angin taufan dengan perlahan lenyap
dari pandangan.
Pasir yang berterbangan menyambar ke tubuh dan wajah
Boen Ching dengan tajamnya, membuat seluruh tubuhnya
terasa sangat sakit dan perih, kerikil-kerikil pasir dengan sangat keras sekali memukul diatas jubah yang dipakai Boen
Ching, bagaikan hendak membuat jubah berwarna hijau ini
berlubang-lubang.
Boen Ching terus menerus lari kearah depan, terdengar
seluruh penjuru hanya lapat suara bertiup angin serta
menyambar nya kerikil tajam, pikirannya dengan cepat
berputar, dalam hati pikirannya jika demikian terus tak
mungkin untuk berbuat sesuatu, terlebih dahulu haruslah
mencari sebuah tempat untuk berteduh barulah bertindak lagi.
Dengan mengintip-intip dia menyapu sekejap kesekeliling
tempat itu, tubuhnya dengan cepat segera melayang menuju
dimana sinar matanya terbenturb pada sebuah gudndukan
pasir yaang paling besarb disebelah kiri.
Tubuh Boen Chmg dengan cepat melayang masuk kedalam
gundukan pasir yang terkena sambaran angin tetap
menerjang masuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Baru saja dia menghembus napas lega, mendadak sinar
matanya terbentur pada sesuatu benda, tak terasa lagi dia
menjadi termangu-mangu.
Tidak jauh dari tempat persembunyian dirinya, tampak
seorang berbaju kuning yang sedang membelakangi dirinya
tidur telentang diatas gundukan pasir tersebut, orang itu
menggunakan pakaiannya menyelubungi selu-ruh kepalanya,
yang ternyata tak lain tak bukan adalah Lok Yang Hong yang
sedang dicari. Pada saat ini sebaliknya Boen Ching menjadi termangu-
mangu, dikarenakan angin dan pasir bertiup agak besar,
apalagi langkah kakinya sangat ringan sekali, oleh karena itu Lok Yang Hong tak mengetahui sama sekali atas
kedatangannya, bahkan menggunakan pakaiannya
menyelubungi seluruh tubuhnya dan tidur telentang diatas
pasir dengan membelakangi diri Boen Ching.
Sungguh sangat untung sekali aku akhirnya dapat mencari
dirinya juga, angin taufan ini ternyata bertiup tidak sesuai dengan keinginannya"
Pasir dan angin berturut-turut bertiup hampir-hampir satu
harian penuh, menanti setelah tiupan angin itu agak reda,
Boen Ching dengan perlahan-lahan barulah bangkit berdiri dan berjalan ke arah Lok Yang Hong.
Pada saat setelah gerakan langkah kaki Boen Ching
terdengar, tampak Lok Yang Hong agak sedikit tegang,
mendadak tubuhnya meloncat ke atas dan membalikkan
tubuhnya. Boen Ching dengan tersenyum berdiri tegak disana.
Lok Yang Hong menjadi termangu-mangu, sebilah pedang
panjang dengan cepat ditarik keluar dari pinggangnya,
tubuhnya dengan cepat bergerak mengikuti gerakan pedang
nya, dengan sangat sebat sekali menusuk dada Boen Ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sinar mata Boen Ching berkelebat, dia mempunyai niat
untuk melukakan Lok Yang Hong ini dibawah tangannya,
tubuhnya segera berdiri tegak tak bergerak menanti serangan pedang Lok Yang Hong ini mrenusuk datang.
tMenanti setelahq pedang panjangr itu mendekati
tubuhnya, dengan cepat tubuhnya bergerak dan berputar
kesisi kiri. Pada bibir Lok Yang Hong tampak tersungging suatu
senyuman yang sangat dingin sekali, pedangnya didatarkan
dan melancarkan serangan lebih ganas lagi, pada saat
berkelebatnya sinar pedang itu, ujung pedangnya secepat kilat menekan dada Boen Ching.
Boen Ching tertawa tergelak jari tengah dan jari telunjuk
dari tangan kanannya menekan pinggiran pedang Lok Yang
Hong, sedang ilmu meringankan tubuh "Hui Sie YuShe" nya pun dikerahkan, tubuhnya dengan cepat melayang mundur
kebelakang. Pada saat pikirannya berkelebat itu, sejak sebelumnya dia
telah mengambil keputusan untuk menguasai langkah kaki
dari Lok-Yang Hong.
Jari tengah serta jari telunjuk dari tangan Boen Ching
bagaikan kilat cepatnya saling bergantian, pada saat dua jari tersebut menekan kebawah, pedang panjang ditangan Lok
Yang Hong telah berhasil dilempar keluar oleh kedua jari
tangan Boen Ching tersebut.
Boen Ching tidak menanti pedang panjang itu terlempar
jauh, tangan kanannya diulur, pada saat tangannya
menyambar pedang panjang itu seolah-olah pada saat dia
menggunakan dua jari merebut pedang panjang Lok Yang
Hong tadi. Air muka Lok Yang Hong berubah menjadi demikian
hebatnya, tubuhnya dengan cepat melayang mundur
kebelakang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching tersenyum, tubuhnya bagaikan kilat cepatnya
melayang kedepan mendesak tubuh Lok Yang Hong.
Sinar mata Lok Yang Hong sedikit berkelebat, tubuhnya
tetap berdiri tegak tak bergerak sedikitpun, dengan sangat
tawar sekali dia memandang Boen Ching.
Pedang panjang ditangan Boen Ching cepat didorong ke
arah leher dari Lok Yang Hong, akan tetapi pada saat pedang tersebut hampir menempel pada lehernya itulah, didalam
sekejap saja telah ditarik kembali lagi, sedang tubuh Boen
Ching segera melayang mundur kebelakang.
Lok Yang Hong membelakangi tubuh Boen Ching, pada
bibirnya tersungging suatu senyuman tawar yang sangat
percaya pada diri sendiri, bagaikan sebelumnya dia telah
menduga kalau demikian, pada saat Boen Ching tersenyum
padanya itu diam-diam dia telah mengetahui kalau Boen Ching tak akan berbuat apa-apa terhadap dirinya.
Sedang Boen Ching pada saat menarik kembali pedangnya
itu didalam hatinyapun sedang memikirkan suatu urusan yang
lalu, didalam hatinya dia sudah tentu telah mengambil
keputusan lainnya.
Lok Yang Hong setelah kejadian itu, segera tertawa dingin,
ujarnya. "Kali ini dapat dikatakan kau sangat beruntung sekali dan berhasil mendapatkan kemenangan, tetapi sekalipun menang
juga bukanlah dikarenakan mengandalkan kepan-daian
sejatimu" Boen China tersenyum, sahutnya.
Kalau begitu kau telah salah, hal ini memberi tahukan
kepadamu bahwa semua urusan hanyalah menggantungkan
pada diri sendiri, apa bila hendak menggantungkan pada
rejeki, tak mungkin dapat disadari".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Lok Yang Hong dengan dingin membalik kan tubuhnya,
sepasang alisnya dikerutkan, ujarnya.
"Dua orang beradu kecerdasan sudah tentu selain
menggantungkan pada dirinya masih harus bergantung pada
Thian serta rejeki, apabila kau tidak bersembunyi untuk
menghindari diri dari tiupan angin juga tak mungkin dapat
berhasil mencari diriku '.
Boen Ching tertawa besar sahutnya.
"Tidak perduli bagaimanapun, kau harus lah mengakui
bahwa kali ini cuaca, rejeki serta manusia bergabung menjadi satu bukankah demikian adanya?".
Pedang panjang Lok Yang Hong berhasil di rebut, sudah
tentu dia tak mempunyai alasan yang dapat diucapkan lagi,
terpaksa hanyalah berdiam diri.
Boen Chirtg tersenyum, ujarnya lagi.
"Sekarang kau haruslah menyerahkan kitab rahasia Hay
Thian Kiam Boh tersebut kepadaku."
Pada bibir Lok Yang Hong terlihat tersungging suatu
senyuman, dalam hati pikirnya.
"Apa yang kau pikirkan ternyata tidak salah, Boen Ching ternyata menghendaki kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh
tersebut, aku kini harus berbuat bagaimana?"
Berpikir sampai disini ujarnya kemudian.
Kitab Hay Thian Kiam Bob itu aku dapatkan dengan susah
payah, sudah tentu tak mungkin akan diserahkan kepadamu
dengan demikian mudahnya, apalagi aku masih mempunyai
kebutuhan terhadap benda tersebut?"
Boen Ching tersenyum dia tahu Lok Yang Hong sedang
membicarakan tentang soal apa.
Dia tersenyum ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Kau tak usah ragu-ragu untuk melihat, aku akan memohon kepadamu atau tidak, kali ini aku melepaskan dirimu pada saat aku sekali lagi bertemu dangan dirimu aku hendak berbuat
bagaimana, aku kira kaupun tentunya telah memikirkan".
Sehabis berkata dia tersenyum, dia melemparkan pedang
panjang tersebut ke arah Lok Yang Hong.
Lok Yang Hong sebenarnya dapat menyam-but pedang itu,
dia menjadi termangu-mangu Boen Ching menyuruh dia pergi
dari sini?"
"Apakah itu benar-benar" Urusan ini sama sekali tak pernah terduga olehnya.
Dia menjadi termangu-mangu untuk sesaat, terpikir
olehnya entah Boen Ching sebenarnya siap hendak berbuat


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa. Ujar Boen Ching lagi.
"Kau pergilah, janganlah mengira aku hendak menguntit
dirimu, kau pergilah dengan bebas"
Lok Yang Hong setelah ragu-ragu sejenak, mendadak dia
tersenyum, sahutnya.
"Setelah aku pergi dari sini, aku harap kau tak akan
menyesal kembali."
Sehabis berkata dia tersenyum dengan sangat aneh sekali
dan menyimpan kembali pedangnya sambil meninggalkan
tempat tersebut.
Dia tahu pada saat ini didalam hati Lok Yang Hong sedang
memikirkan tentang apa, selama satu hari satu malam, dia pun mulai merasakan mulutnya sedikit menjadi kering.
Mendadak teringat olehnya pesan yang diberikan oleh Sin
Eng Thaysu yang mengatakan bahwa ditengah perjalanan
menuju kepuncak gunung Ban Liong Ling ini akan terdapat
sumber air. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sebenarnya perjalanan ini dapat dihitung tidak jauh
sehingga tak perlu pergi cari sumber air, apabila dia tidak lupa kemungkinan sekali dia tak akan menggerakkan tubuhnya
pergi mengejar diri Lok Yang Hong.
Diapun mengetahui bahwa Lok Yang Hong tak mungkin
akan percaya Sin Eng Thaysu akan memberitahukan tempat
sumber air yang sesungguhnya kepadanya, tak dapat
disalahkan lagi dia mempunyai sikap seperti itu.
Boen Ching memandang tajam bayangan Lok Yang Hong
lari menjauh, dia tersenyum dan memandang sekeliling
tempat itu, setelah membedakan arah dan menentukan arah
yang ditempuh oleh Lok Yang Hong, dia barulah melanjutkan
perjalanannya lari ke arah depan.
Sin Eng Thaysu pernah memberitahukan kepadanya bahwa
sumber air itu sangat mudah sekali untuk didapatkan,
disekeliling sumber air itu tumhuh-tumbuhan kaktus, tetapi
sumber air itu barulah muncul airnya dimalam hari saja.
Sin Eng Thaysu pernah mengatakan bahwa sumber air itu
merupakan satu satunya sumber air yang disekitar tempat ini, dia percaya Lok Yang Hong pun pasti mengetahui tempat
sumber air ini, bahkan kemungkinan sekali dia pun telah
berada ditempat tersebut"
Cuaca makin lama makin gelap, ditengah pasir itu pun
mulai tampak air yang memancar keluar.
Boen Ching segera maju mengambil air secukupnya dan
kemudian mengundurkan diri ke belakang sebuah tumbuhan
kaktus untuk mulai memakan rangsum yang dibawanya.
Setelah lewat beberapa saat lamanya. Masih juga belum
nampak Lok Yang Hong muncul ditempat itu, didalam hati
Boen Ching merasa sangat heran sekali, dia mengerutkan
alisnya, entah mengapa Lok Yang Hong belum juga sampai
ditempat ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Apakah boleh dikata dia telah mengetahui ditempat lain
pun juga terdapat sumber air?" Kuil Pie Lu Si sangat dekat
dengan gurun pasir ini, dia percaya tak ada orang lain lagi yang jauh lebih tahu keadaan gurun pasir ini daripada orang-orang kuil Pie Lu Si itu.
Waktu telah mendekati kentongan ke tiga, tetapi masih
juga tak tampak Lok Yang Hong muncul ditempat itu.
Baru saja Boon Ching merasa sangat heran, mendadak dari
sebelah depan terlihat lah sebuah bayangan manusia
berkelebat, memandang orang itu tak lain dan tak bukan
adalah Lok Yang Hong.
Tubuh Lok Yang Hong berkelebat dengan cepatnya, dan
tak henti-hentinya pula dia menengok kebelakang, Boen Ching yang tampak hal itu menjadi tersenyum, kiranya Lok Yang
Hong sedang menghindarkan diri dari pertemuan dengan
dirinya, tak dapat disalahkan lagi pada saat ini baru muncul.
Pada saat ini permukaan air amat tenang sekali, Lok Yang
Hong setelah memandang sekeliling tempat itu, dia
menghembuskan napas lega, dengan tersenyum ia berjalan
menuju kearah sumber air itu.
Baru saja dia mengambil air hendak diminum, mendadak
dia menjadi tertegun dan berdiri termangu-mangu disana.
Terlihat beberapa sisa roti mengikuti mengalirnya air
mendekati kearahnya.
Dalam hati Lok Yang Hong menjadi termangu-mangu,
mendadak dia bangkit berdiri dan mencabut pedangnya,
sedang tubuhnya melayang mundur?" Beberapa langkah ke
belakang. Dibawah sorotan sinar bulan, Boen Ching dengan
tersenyum berdiri dengan sangat tenangnya dibawah sebuah
pohon. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada kening Lok Yang Hong segera terasa keringat dingin
mengucur keluar, keperca-yaan pada diri sendiri yang telah
tertanam di dalam dirinya hanya dalam sekejap saja telah
lenyap dari dalam hatinya.
Boen Ching dengan langkah yang sangat perlanan berjalan
keluar dari belakang pohon tersebut.
Lok Yang Hong pada saat ini sungguh- sungguh merasa
terperanjat sekali, pikiran nya dengan bergerak memikirkan
cara untuk menghadapi diri Boen Ching.
Dia mengerutkan alisnya, dan bertindak satu langkah
kedepan, ujarnya.
"Waktu itu kau memperoleh kemenangan dikarenakan aku
pada saat itu tidak bersiap, kali ini mengapa kita tidak
sungguh-sungguh bertempur satu kali untuk menentukan
siapakah yang menang dan siapa yang kalah.".
Boen Ching tersenyum, dengan perlahan-lahan dia
mencabut keluar pedang Cing Hong Kiamnya.
Lok Yang Hong menghembuskan napas panjang, pedang
panjangnya digerakkan ke depan, terlihatlah sinar pedang
berkelebat sehingga membentuk suatu jaringan pedang yang
sangat rapat, dengan menggunakan jurus 'Hwiee Kiam Dho
Lim" atau pedang terbang masuk hutan menerjang tubuh
Boen Ching dari arah atas menuju kebawah.
Dalam hati pikirnya apabila dia hendak mendapatkan
kemenangan, kiranya hal itu sukar sekali untuk didapatkan,
terpaksa dia harus menyerang terlebih dahulu barulah dapat
melancarkan ilmu dari Hay Thian Kiam Boh yang baru saja
berhasil dipelajarinya itu.
Boen Ching tertawa bergerak, tubuhnya melayang, pedang
Cing Hong Kiamnya segera membentuk suatu sinar yang
sangat menyilaukan mata, sedang hawa pedangnya pun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
mengikuti gerakan tersebut menyerang kedepan dan
menggulung serangan pedang Lok Yang Hong.
Pedang dari kedua belah pihak begitu terbentur satu
dengan lainnya, segera terlihat melekat satu dengan lainnya.
Pada saat pedang dari kedua belah pihak itu melekat satu
dengan lainnya, segera terlihat sinar pedang sekali lagi tak henti- hentinya, hawa pedang bagaikan meluncur nya bintang
dilangit menyambar keseluruh penjuru dan meletus dengan
hebatnya. Terdengar suara benturan besi yang berdentang terus
menerus, diantara suara tertawa besar yang berkumandang
itu, Boen Ching telah berhasil melayang kembali ke tempat
asalnya. Lok Yang Hong dengan keras membentak, sejilid kitab telah
terjatuh keatas tanah dari dalam dadanya
pada saat pedang masing-masing terbentur satu dengan
lainnya itu, pedang ditangan Lok Yang Hong telah berhasil
disontek pergi, sedang jubah didalamnya pun telah terbabat
sehingga robek sepanjang lima Coen lebih oleh sambaran
pedang Cing Hong Kiam, dengan demikian kitab Hay Thian
Kiam Boh itu barulah dapat terjatuh dari dalam sakunya.
Sudah tentu Lok Yang Hong pertama-tama yang
mengetahuinya, pada situasi yang demikian bahayanya ini,
pikiran jahat segera timbul dari dalam hatinya, terpikir olehnya bahwa kitab Hay Thian Kiam Bob ini pastilah akan terjatuh
ketangan Boen Ching, dari pada demikian lebih baik
dimusnahkan saja.
Dia menanti tubuhnya melayang turun ke atas tanah,
pedang panjangnya mendadak di gulung dan didalam satu kali
gerakan saja dia telah berhasil membuat kitab Hay Thian-
Kiam Boh itu menjadi hancur lebur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Chins begitu tampak sejilid kitab segera dia
mengetahui apakah kitab tersebut, tubuhnya segera maju
kedepan, sedang pebdang Cing Hong dKlimnya menusuka
keleher Lok Yabng Hong, maksudnya siapa hendak mencegah
gerakannya ini.
Tubuh Lok Yang Hong dengan cepat melayang turun ke
atas tanah, dia telah merasakan angin pedang itu telah tiba, tetapi pedang panjang ditangannya tak berhasil menarik
kembali sedang angin pedang itu telah menyambar mendekati
lehernya. Dengan perlahan lahan dia memejamkan sepasang
matanya, dia percaya bahwa Boen Ching kali ini peristiwa akan membunuh dirinya, terpaksa ia hanyalah memejamkan mata
menanti saat ajalnya, dalam hatinya dia sadar bahwa kali ini dia tak mungkin dapat menghindarkan dirinya.
Mendadak angin pedang itu lenyap sedang pedang
panjangnya itupun sama sekali tak ditusukkan kearah
lehernya. Tak tertahan Lok Yang Hong membuka matanya, tampak
Boen Ching dengan sangat tenang sekali berdiri disamping.
Dia mengerutkan alisnya, tanyanya.
"Mengapa kau tidak membunuh aku?"
Dengan perlahan Boen Ching memasukkan kembali
pedangnya kedalam sarung, kemudian tanyanya.
"Mengapa aku harus membunuh kau"'
Lok Yang Hong menjadi tertegun, dia sama sekali tak
pernah menyangka kalau Boen Ching ternyata dapat balas
bertanya secara demikian kepadanya, untuk sesaat malah
membuat dia entah harus bagaimana baiknya dan berdiri
mematung disana.
Ujar Boen Ching lagi:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Kau sekarang boleh pergi !"
Lok Yang Hong untuk sesaat munjadi ragu-ragu, kemudian
setelah tertawa dingin sahutnya.
"Aku rela mati dibawah sambaran pedangmu"
Boen Ching mengerutkan alisnya, mendadak dia tersenyum
ujarnya: 'Kau ingin minum, minumlah terlebih dahulu baru pergi dari
sini' Sinar mata Lok Yang Hong berkelebat, tanyanya pada diri
Boen Ching. "Bagaimana kau dapat mengetahui sumber air ini, aku
percaya Sin Eng Thaysu tak mungkin dapat memberitahukan
hal ini kbepada dirimu"
dBoen Ching tertaawa tawar, sahubtnya:
"Dialah yang memberitahukan kepada diriku, tak ada orang lain yang mengetahui akan hal ini.
Lok Yang Hong dengan tajam memandang Boen Ching,
pada saat berbicara air muka Boen Ching sedikitpun tak dapat menimbul kan perasaan curiga bagi dirinya, dengan perlahan
dia berjalan kepinggir sumbei air itu, kemudian
membungkukkan tubuhnya dengaa perlahan minum air.
Setelah merasa kenyang barulah dia bangkit berdiri dan
berdiri tak bergerak sedikit pun juga.
Boen Ching tertawa, ujarnya:
"Bagaimana" mengapa tidak pergi?"
Lok Yang Hong menjadi ragu-ragu untuk sesaat, ujarnya
kemudian: "Aku tak akan pergi lagi, aku akan mengikuti dirimu pergi keatas puncak gunung Ban Liong Ling".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching dengan ragu-ragu memandang sekejap kearah
Lok Yang Hong, dia terlalu percaya atas perkataan Lok Yang
Hong ini, tetapi terpaksa dia tersenyum sambil
menganggukkan kepalanya, sahutnya:
"Mengapa tidak boleh".
Pada bibir Lok Yang Hong tampak tersungging suatu
senyuman yang mengandung arti yang sangat mendalam
sekali. Dia tahu apabila melepaskan Boen Ching keluar dari gurun
pasir dengan selamat, peristiwa mengenai kitab Hay Thian
Kiam Boh ini pasti akan tersebar luas, Boen Ching tak
melepaskan dirinya sebanyak dua kali, dia tak akan
memberikan kesempatan bagi Boen Ching untuk sekali lagi
melepaskan dirinya.
Sejak dahulu kala ada pepatah yang mengatakan serangan
secara terang-terangan dapat dihindarkan, serangan gelap
sukar untuk diduga, sejak dahulu kala entah terdapat berapa banyak jago-jago serta para pendekar yang menemui
kematiannya dikarenakan bokongan'' apalagi dia percaya
bahkan kepandaian yang dimiliki sekarang ini tidak dibawah
kepandaian yang dimiliki Boen Ching.
Apabila secara mendadak dia melancarkan serangan
didalam jarak tiga kaki dia percaya Boen Ching tak mungkin
akan berhasil menghindarkan diri dari serangannya itu.
DIA BERJALAN merndekati Boen Chting, tampak Boeqn
Ching tersenyrum, ujarnya:
"Cuaca hampir fajar, kita beristirahat sebentar setelah lewat semalam lagi kita pun telah dapat keluar dari gurun pasir ini."
Lok Yang Hong mengangguk, dua orang itu mulailah duduk
bersemedi mengatur pernapasan dibawah tumbuhan kaktus
tersebut! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tak lama kemudian, fajar pun menyingsing setelah
mengatur pernapasan selama setengah malam Lok Yang Hong
sedikitpun tidak bergerak.
Dia tahu bahwa Boen Ching tak mungkin akan
mempercayai dirinya dengan begitu saja, oleh sebab itu lebih baik bagi dirinya untuk tidak bergerak.
Boen Ching meloncat bangkit terlebih dahulu, segera ia
mengisi kantong airnya dengan air dari sumber tersebut.
Beberapa saat kemudian mataharipun telah mulai
menyingsing, begitu sinar mata hari muncul, sumber air itupun mulai susut dan hilang, didalam sekejap saja diatas pasir
hanya terlihat sisa dari air saja, kemudian diikuti pula bekas air itu lenyap.
Boen Ching tersenyum, ujarnya kepada diri Lok Yang Hong.
"Mari kita berangkat"
Lok Yang Hong pun tersenyum, dia tak dapat melihat air
muka Boen Ching mengandung perasaan was-wasnya
terhadap dirinya, dia percaya bahwa Boen Ching tentunya
telah mengira dirinya telah takluk benar-benar.
Dengan menapak dia mengikuti terus di samping tubuh
Boen Ching, dua orang itu sambil berjalan berbareng
melanjutkan perjalanan nya kearah depan.
Didalam satu harian penuh, Lok Yang hong telah menyusun
rencana secara diam-diam, tak sering pula dia memandang
tajam kearah Boen Ching, tampak dia sama-sekali tidak
menaruh perasaan was-wasnya terhadap dirinya, tak terasa
lagi dalam hatinya diam-diam merasa sangat girang.


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cuaca makin lama makin gelap, kedua orang itu memilih
sebuah gundukan pasir yang agak besar untuk menghindarkan
diri dari tiupan angin dan mulai tidur telentang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Lok Yang Hong setelah merebahkan tubuhnya, dia
tersenyum ujarnya kepada Boen Ching.
"Besok kita telah dapat keluar dari gurun pasir ini, ini hari kita dapat beristirahat dengan senyenyak-nyenyaknya'.
Sehabis berkata tidak menanti Boen Ching, memberikan
jawabannya, dengan perlaha- lahan dia memejamkan
matanya tidur. Dalam hati Lok Yang Hong telah mengambil keputusan
yang mantap, dia sendiri adalah seorang yang memiliki ilmu
silat sudah tentu, sangat mudah sekali untuk menguasai
perasaan dirinya. apabila dia tidak tidur, benar-benar atau berpura-pura tidur sejenak.
Bulan dengan perlahan-lahan munculkan dirinya ditengah
udara, sekali lagi Lok Yang Hong membuka matanya.
Dibawah sorotan sinar rembulan tampak Boen Ching
dengan membelakangi tubuhnya tertidur dengan sangat
nyenyaknya. Lok Yang Hong sedikit pun tak bergerak,
sepasang matanya dengan tajam memperhatikan diri Boen
Ching, sejenak kemudian dengan perla-han menggulungkan
tubuhnya mendekati tubuh Boen Ching sedang sepasang
matanya dengan tajam memandang ke arahnya. Seseorang
apabila terus tertidur dengan nyenyaknya, panca-indranya
tentu kurang ketajamannya, demikian pula menghindar kan
diri dari keadaan ini.
Tubuh Boen Ching tampak sedikit bergerak, sedikit pun dia
tidak menampilkan perasaan curiganya.
Lok Yang Hong diam-diam mengehembus kan napas,
dengan perlahan dia merebahkan tubuhnya, sepasang
matanya dengan tajam memandang keatas angkasa.
Sejenak kemudian, tangannya dengan per-lahan diulur dan
siap mencabut pedangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sekonyong-konyong, dia merasa perasaan dalam hatinya
sedikit tidak tenang, apabila dia mencabut keluar pedang
tersebut dari sarungnya, tak dapat dihindarkan lagi tentunya agak terdengar suara gesekan benda logam yang mungkin
akan mengejutkan Boen Ching yang sedang tidur dengan
nyenyaknya, dia tidak menginginkan menempuh bahaya ini,
bahkan tidak merasakan perlu untuk menempuhb bahaya
sepertid ini. Pada bibiarnya tampak terbsungging suatu senyuman yang
memaki dirinya sendiri, dalam hati pikirnya.
"Bagaimana ini bisa terjadi, dengan kepan-daianku yang demikian tingginya, apakah boleh dikata untuk membunuh
seseorang harus menggunakan pedang baru dapat
terlaksana"'"
Lok Yang Hong berpikir sampai disitu, sepasang matanya
dengan tajam memandang ke arah rembulan yang bersinar
dengan terang nya itu.
Sinar matanya berkelebat, pikirnya lagi.
"Untuk mengerjakan pekerjaan ini harus lah mempunyai
niat yang teguh, dan harus lah sekali pukul menemui
sasarannya, kira nya akibatnya sukar sekali untuk diduga."
Sekonyong-konyong suatu pikiran berkele-bat didalam
benaknya, dengan cepat tubuh nya berputar, jari tengah dan
jari telunjuk dari tangan kanannya menotok jalan darah "Hu Sim Hiat" dipunggung Boen Ching.
Gerakannya ini hampir-hampir diluar dugaan dari dirinya
sendiri, didalam jarak yang demikian dekatnya itu ditambah
lagi dengan gerakan yang demikian cepatnya, dia percaya
sekalipun Boen Ching mendusin dari tidurnya juga sukar sekali untuk menghindar kan diri dari serangan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Begitu jari tengah serta jari telunjuknya melancarkan
serangan ke depan, tubuhnya bersamaan waktunya pula
melompat dengan tingginya.
Tetapi pada saat dia melompatkan tubuhnya ke depan
itulah, mendadak hatinya merasa sangat terkejut, dua jari
tangannya yang melancarkan serangan ke tubuh Boen Ching
itu ternyata tidak mencapai pada sasaran, sedang tubuh Boen Ching pun telah lenyap dari pandangan.
Dia menarik napas panjang-panjang, tubuh nya segera
berhenti bergerak dan berdiri mematung disana.
Tampak Boen Ching sambil menggendong tangannya telah
berdiri dengan tenangnya di belakang tubuhnya, sambil
tertawa tawar ujarnya.
"Jalan darah Hu Sim hiat merupakan salah satu jalan darah terpenting diantara tiga jalan darah penting dalam tubuh
manusia, apa bila totokan jarimu ini mencapai sasaran kiranya aku akan binasa dengan sangat mengerikabn sekali.'
Lok dYang Hong sama asekali tidak pebrnah menyangka
kalau gerakan tubuh Boen Ching dapat secepat kilat, untuk
sesaat dia menjadi berdiri termangu-mangu disana.
Boen Ching tersenyum, ujarnya.
Pedang panjang dipinggangmu apakah masih ada " '
Air muka Lok Yang Hong menjadi semakin pucat, dia tahu
apabila dirinya hendak secara berhadap-hadapan melawan diri Boen Ching seratus persen dia akan menemui kekalahan,
untuk sesaat membuat dia menjadi bingung, entah bagaimana
baiknya. Senyuman yang menghiasi di bibir Boen Ching dengan
perlahan lenyap.
Dengan wajah yang serius ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Kau haruslah mengetahui, bukannya dikarenakan dosamu
kau patut dihukum mati, sebaliknya adalah dikarenakan
kecerdasan mu apabila binasa dengan demikian saja sedikit
merasa sayang, setiap manusia tentunya akan berbuat salah,
apabila dapat segera menyadari dan mengaku kesalahan
itulah sifat seorang laki-laki sejati, dengan kecerdasan yang kau miliki sekarang ini mengapa kau harus terjerumus
kedalam kancah seperti ini?"
Dalam hati Lok Yang Hong terasa agak tertegun, dia
selamanya mengira bahwa Boen Ching melepaskan dirinya
oleh karena ini mempunyai kebutuhan lain untuk memohon
pada dirinya, pertama dia mengira karena kitab Hay Thian
Kiam Boh sedang kedua kalinya pastilah dia menginginkan
dirinya hidup untuk digunakan sebagai saksi.
Tetapi sekarang ini apakah dia masih membutuhkan dirinya
sebagai saksi "
Been Ching dengan tajam memandang ke arah Lok Yang
Hong, dengan perlahan ujar nya.
"Kau boleh pergi sendiri", jarak tempat ini dengan tepi gurun pasir tidak jauh lagi."
Lok Yang Hong yang mendengar perkataan tersebut, dalam
hatinya terasa tergetar dengan hebatnya, dengan perlahan dia menundukkan kepalanya.
Boen Ching untuk pertama kali melepas kan dirinya, tak
mungkin dikarenakan kitab Hay Thian Kiam Boh dengan
kepandaian yang dimiliki Boen Ching sekarang ini, dia telah cukup untuk menjagoi seluruh Bu lim, dan tak mempunyai
alasan yang kuat bagi nya untuk menuduh ia mempunyai niat
terhadap kitab Hay Thian Kiam Boh tersebut.
Untuk kedua kalrinya, ketika dita melepaskan dqirinya, juga tark mempunyai alasan yang kuat baginya untuk menuduh
Boen Ching mempunyai niat menahan dirinya sebagai bukti,
Boen Ching sendiri, dengan Cap Sah Lang serta Liuw Cing Ce
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sudah cukup untuk sebagai saksi bahkan dengan kepandaian
yang dimiliki Boen Ching juga tak perlu untuk berbuat
demikian. Dengan perlahan dia membungkukkan tubuhnya memberi
hormat kepada diri Boen Ching ujarnya.
"Cayhe Lok Yang Hong sejak kini tak akan berbuat
pekerjaan yang merugikan orang lain lagi guna membalas budi yang diberikan Boen Siauw-hiap kepadaku yang telah tiga kali melepaskan diriku.*
Boen Ching memandang ke arah Lok Yang Hong,
mendadak pada wajahnya tampaklah timbul suatu perasaan
yang sangat girang sekali, ujarnya:
"Sebenarnya aku telah mengambil suatu keputusan bahwa
apabila sekali lagi kau terjatuh kedalam tanganku, aku tak
akan melepaskan kau lagi, kini setelah mendengar
perkataanmu itu sungguh membuat aku sangat girang sekali."
Dalam hati Lok Yang Hong merasakan suasu perasaan yang
selamanya belum pernah dirasakan, seolah-olah saat ini dia
benar-benar baru saja lolos dari kematian, tubuhnya segera
bergerak dan berlari kearah kanan.
Boen Ching memandang bayangan Lok Yang Hong ttu
hingga lenyap dari pandangan, pada bibirnva jelas
tersungginglah suatu senyuman yang sangat puas sekali.
Tadi hampir-hampir saja dia hendak turun tangan hendak
membunuh Lok Yang Hong, ketika dia melihat Lok Yang Hong
membalik kan tubuhnya melancarkan serangan totokan
apalagi sepasang telunjuknya ternyata mengancam jalan
darah 'Hui Sim Hiat' nya, pada saat itu mau untuk
membunuhnya telah timbul dalam hati pikirnya apabila diri
nya tetap merebahkan diri diatas tanah, entah bagaimana
akibatnya, dirinya juga tak berani mengambil resiko terlalu banyak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sinar mata yang ditinggalkan Jien Muh Nio pada saat
hendak meninggalkan dirinya masih terus terbayang
dihadapannya, membuat dia dapat menahan napsu
membunuh di dalam dirinya dan melepakan diri Lok Yang
Hong, dia membiarkan Lok Yang Hong pergi seorang diri.
Boen Ching tidak mengetahui dia berbuat demikian itu
benar atau tidak, terhadap akibat dari urusan ini diapun tidak berani untuk memastikannya.
Tapi sekarang dia telah mempercayai sepenuhnya kalau
perbuatan yang dilakukan nya itu sama sekali tidak salah,
apabila dia membunuh diri Lok Yang Hong kiranya pada saat
itu dia akan merasa menyesal untuk selamanya.
Dia memandang hingga bayangan punggung Lok Yang
Hong lenyap dari pandangan setelah itu dia menghembuskan
napas, ketika mendongakkan kepalanya tampak sinar mata
hari munculkan diri diufuk timur.
Boen Ching sekali lagi melanjutkan perjalanannya menuju
kearah depan. Pada saat bayangan matahari hendak muncul itulah dari
kejauhan tampak muncul nya padang rumput yang luas,
dalam hati Boen Ching merasa sangat girang sekali, kalau
memangnya telah keluar dari daerah Gurun pasir, perjalanan
yang akan ditempuh tak akan jauh dan segera akan tampak di
puncak gunung Pan Liong Ling.
Setelah berjalan keluar dari gurun pasir, pemandangan
diatas padang rumput pun mempunyai keistimewaan yang lain
dari pada yang lain.
Angin kencang bertiup membuat rumput bergoyang tak
henti-hentinya, bau lembah nan harum disertai dengan hawa
yang segar segera menghentikan perasaan panas dan kering
yang terdapat ditengah gurun pasir membuat perasaan orang
yang berada disana sangat nyaman sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching menarik napas panjang- panjang, dan
melanjutkan perjalanannya ke arah depan.
Setelah lewat setengah jam kemudian tampak sebuah
bayangan berwarna hijau dengan sangat cepat sekali
berkelebat dihadapan matanya.
Dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut sekali, jarak
tempat itu dengan puncak Ban Liong Ling telah sangat dekat, bukankah orang ini adalah orang-orang partai Mie Cing bun"
Bayangan hijau yang muncul secara mendadak itu nampak
berlari menuju ke arah tujuan yang berlawanan dengan diri
Boen Chbing, agaknya dida tak tahu kalaau ditempat itu
bterdapat seorang yang sedang mengintip kearahnya.
Boen Ching mengerutkan alisnya, dalamn hati diam-diam
pikirnya, dengan jarak demikian jauhnya, kecuali seorang yang telah sangat hapal dengan keadaan ditempat ini, tak mungkin orang itu dapat muncul dengan seenaknya ditempat tersebut.
Tapi apabila orang ini adalah anak murid dari partai Mie Cong Bun tak mungkin juga akan memunculkan dirinya dengan
begitu saja. Anak murid perempuan dari partai Mie Cong Bun dia hanya
mengenal orang Liauw Cing Ce saja, tetapi bayangan wanita
itu tak mungkin adalah bayangan dari diri Liauw Cing Ce, lalu siapakah orang itu" dalam
hatinya tak terasa lagi timbul perasaan curiganya.
Sekonyong-konyong bayangan berwarna kuning yang
sangat dikenal olehnya berkelebat dihadapan matanya.
Boen Ching menjadi sangat terkejut sekali, orang itu
ternyata bukan orang partai Mie Cong Bun, sebaliknya adalah Toa supeknya, Wu Tuh Sin Coen, Cu Khek Ci Yun adanya,
sama sekali tak pernah diduga olehnya kalau Cu Khek Ci Yun
dapat muncul ditempat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Cu Khek Ci Yun terus menerus tampak mengejar dimana
wanita berbaju hijau itu berkelebat.
Boen Ching menjadi tertegun, segera dia melayangkan
tubuhnya, bagaikan terbang cepatnya mengejar ke arah di
mana Cu Khek Ci Yun lari, sambil mengejar tak hentinya dia
berteriak dengan keras:
"Toa Supek !"
Cu Khek Ci Yun yang secara mendadak mendengar ada
orang yang sedang memang-gil namanya, tubuhnya sedikit
terhenti kemudian membalikkan tubuhnya memandang ke
arah Boen Ching.
Boen Ching dengan cepat bertari kearah depan, sambil
membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada diri Cu-
Khek Ci Yun panggilnya:
"Toa Supek!"
Dia mendongakkan kepalanya, tampak pada saat ini Cu
Khek Ci Yun jatuh lebih kurusan dari pada waktu dulu, bahkan wajahnya agak hitam karena terbakar, sedang air mukanya
penuh diliputi oleh kemurungan.
Cu Khek Ci Yun tampak Boen Chibng munculkan ddirinya
ditempata itu, dia tertabwa dengan paksa, ujarnya.
"Kiranya adalah kau, kita telah berpisah lama sekali."
Sambil berkata dia mendongakkan kepala nya memandang
sekeliling tempat itu.
Ujar Boen Ching kepada diri Cu Khek Ci Yun.
"Toa supek apakah sedang mencari seorang wanita berbaju hijau?"
Cu Khek Ci Yun menganggukkan kepalanya, Boen Ching
tersenyum, ujarnya lagi.
"Dia berlari dari arah situ".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sambil berkata tangannya menunjuk kearah dimana wanita
berbaju hijau itu melenyap kan dirinya.
Cu Khek Ci Yun memandang sekejap kearah dimana wanita
berbaju hijau itu melenyapkan dirinya, agaknya dia sedang
siap untuk mengadakan pengejaran, tetapi mendadak dia
menghela napas panjang, sahutnya.
"Sekalipun berhasil mengejar dia juga tak mungkin akan mau keluar menemui diriku".
Pada saat pikiran Boen Ching bergerak itu, segera dia telah mengetahui siapakah sebenarnya wanita berbaju hijau itu.
Dia menudukkan kepalanya, kepada Cu Khek Ci Yun,
ujarnya. "Toa supek, aku pergi menemui sukouw bagaimana?"
Cu Khek Ci Yun menjadi tertegun, tanyanya:
'Kau" Boen Ching mendongakkan kepalanya memandang tajam
kearah Cu Khek Ci Yun, kemudian tersenyum dengan
manisnya.

Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cu Khek Ci Yin memandang kearah Boen Ching, tetapi Boen
Ching ternyata demikian kukuhnya pada waktu dia tersenyum
itu membuat perasaan didalam hatinya bergolak dangan
hebatnya, dengan perlahan dia menggelengkan kepalanya.
Boen Ching tersenyum lagi, tubuhnya bergerak, kedua
orang itu bersamaan waktunya pula berlari mengejar dimana
Suma Ing melenyapkan dirinya.
Tak lama kemudiran, sampailah mtereka disebuahq
pegunungan, kerdua orang itu melanjutkan perjalanannya
memasuki lembah dari pegunungan itu.
Cu Khek Ci Yun melihat gerakan Boen Ching demikian
gesitnya, tak terasa lagi dalam hatinya merasa sedikit terkejut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kemajuan yang dicapai Boen Ching dalam kepandaiannya,
sungguh sangat luar biasa sekali, mana dia bisa menyusulnya.
Ketika ujung matanya melirik, kedua orang itu segera dapat
melihat sebuah bayangan hijau dengan cepatnya berkelebat
menuju kesebuah ujung pada lembah pegunungan tersebut.
Dengan suara yang perlahan ujar Boen Ching kepada diri
Cu Kek Ci Yun. 'Toa supek aku berangkat terlebih dulu !"
Cu Khek Ci Yun mengangguk, tubuh Boen Ching segera
berkelebat bagaikan kilat cepatnya melayang menuju kearah
dimana bayangan hijau tadi melenyapkan dirinya.
Cu Khek Cilun melihat hal ini dia cuma menghela napas
dengan perlahan, pada saat kesempurnaan ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki Boen Ching dapat diduga jauh berada
diatasnya, sekalipun Shie Yun Ku yang di sebut sebagai jago nomor wahid didalam ilmu meringankan tubuhpun kiranya
juga harus mengakui kelihayannya.
Berpikir sampai disini, tubuhnya segera bergerak dengan
perlahan menuju kelembah pegunungan tersebut.
Tubuh Boen Ching bagaikan bertiupnya angin saja, dengan
sangat cepat sekali berkelebat menuju ke arah belakang
lembah tersebut.
Terlihat bayangan hijau itu berkelebat dengan cepat
didepannya dan terlihat pula bayangan itu menerobos masuk
kedalam sebuah gua yang terdapat dihadapannya.
Boen Ching menarik napas panjang-panjang, setelah berdiri
termenung beberapa saat lamanya, segera ia berlari menuju
kearah gua tersebut, tanpa ragu-ragu lagi setelah tubuhnya
mencapai didepan gua itu, tubuhnya segera berkelebat
memasukinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Terdengarlah dari dalam gua berkumandang keluar suara
bentakan yang amat nyaring.
"Siapa ?"
Boen Ching telah memasuki gua itu, tak berani dia
mendongakkan kepalanya, segera dia menjatuhkan diri
berlutut dihadapan wanita berbaju hijau itu, ujarnya:
"Sutit Boen Ching, memberi hormat kepada Sukouw ! "
Sehabis memberi hormat, dengan perlahan dia
mendongakkan kepalarya, dibawah pantulan sinar matahari
tampak seorang wanita berubia pertengahan yang mempunyai
wajah putih bersih, cantik dan sangat tenang sekali duduk
bersila diatas sebuah batu gunung.
Air muka dari wanita berbaju hijau itu sedikitpun tak
memperlihatkan perasaan gusarnya, setelah memandang
tajam ke arah Boen Ching, kemudian barulah sahutnya.
Kau anak murid dari siapa?" mengapa menyebut diri
sebagai Sukouw"
'Tahukah kau siapakah aku sebenarnya?""
Sahut Boen Ching dengan cepat.
"Sutit Boen Ching, suhuku adalah Ie Bok Tocu Shie Yun Ku!
". Dari mata wanita berusia pertengahan itu tampak
memancar keluar suatu sinar mata yang sangat sukar sekali
untuk diduga artinya, dengan perlahan ujarnya.
'Bagaimana kau dapat mengetahui kalau aku adalah Suma
Ing" apakah Cu Khek Ci Yun yang memberi tahukan
kepadamu?".
Suma Ing tertawa tawar, sahutnya lagi.
"Aku tidak menginginkan untuk menemui dirinya kau
datang kemaripun juga tak ada gunanya".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dengan perlahan sahut Boen Ching.
"Urusan diantara Sukouw serta diri Toa supek, Toa supek pernah menceritakan kepada diri sutit, pada beberapa tahun
waktu itu dia menyesali dirinya sendiri sehingga tak berani menemui diri sukouw, tetapi ketika waktu itu bertemu dengan Suma Te Loocianpwee, dia barulah mulai mencari jejak dari
sukouw, pada saat mengatur barisan pedang waktu itu diapun
hampir-hampir kehilangan nyawanya karena terpecahnya
pikiran karena memikirkan diri sukouw".
Suma Ing tetap duduk tak bergerak sedikitpun juga,
dengan perlahan dia tertawa tawar, ujarnya.
"Dia masih mempunyai pesan apab lagi, lebih badik kau
mewakilia dirinya untuk bmemberi tahu kepadaku, sehabis
berpesan biarlah dia merasa puas".
Boen Ching mengangkat kepalanya memandang kewajah
Suma Ing, sahutnya.
"Kesemuanya ini bukanlah Toa supek yang menyuruh diriku memberitahukan kepada Su kouw, diapun tak mungkin akan
menyuruh diriku untuk menyampaikan beberapa perkataan,
apa Sukouw ingin mendengarkannya?".
Suma Ing tertawa tawar, ujarnya.
'Tidak perduli pesan ini adalah hasil suruhan dirinya, atau perkataanmu sendiri, lebih baik kau bicaralah terlebih dahulu".
Boen Ching menundukkan kepalanya, dengan perlahan ia
memejamkan matanya setelah lewat beberapa saat kemudian
barulah ujarnya.
"Sutit mempunyai kawan wanita yang sangat akrab sekali, kali ini sutit pergi keatas puncak gunung Ban Liong Ling dulu setelah urusan ini selesai, apabila dia menyetujui aku mau
mengawininya untuk pergi ke penjuru dunia manapun".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sambil berkata dia mendongakkan kepala nya memandang
kearah Suma Ing.
Suma Ing dengan tenang saja memandang kearah Boen
Ching, sepatah katapun tak di ucapkannya keluar.
Dalam hati Boen Ching segera merasakan bahwa sekalipun
diluarannya kelihatan Suma Ing ini agak kukuh pada
pendiriannya sendiri, tetapi pada hakekatnya sebenarnya dia sangat halus dan penurut, dia berbuat demikian kemungkinan
sekali dikarenakan suatu pikiran masih mengganggu seluruh
jalan pikirannya.
Boen Ching berpikir beberapa saat, kemudian ujarnya
kembali: 'Aku sungguh mencintai dirimu!"
Sambil berkata dia mengingat kembali wajah dari Bwee
Giok, tak terasa lagi pada wajahnya tampak suatu senyuman
manis. Suma Ing yang melihat sikap Boen Ching waktu berbicara
ternyata demikian serius dan penuh dengan rasa cinta, tak
terasa lagi dia menundukkan kepalanya.
Boen Ching se olah-olah sama sekali tidak memperhatikan
sikap serta perubahan air muka yang terjadi pada diri Suma
Ing, dcbngan perlahan ldanjutnya lagi:
a"Tetapi ketika baku jatuh cinta untuk pertama kalinya ternyata telah mencintai seorang gadis lainnya, seorang gadis yang tertera pada gambar sebuah cermin"
Selesai berkata dia berhenti sejenak dan terbayang kembali
wajah dari Sek Giok Siang didalam benaknya.
Mendadak Suma Ing dengan ragu-ragu bertanya.
Apakah cermin Thian Tuen?".
Sahut Boen Ching dengan bimbang pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Didalam suatu kejadian yang sangat kebetulan Suma Ing
pernah melihat cermin Thian Tuen itu satu kali sehingga
kedua orang itu pada saat ini segera terjerumus kedalam
lamunannya masing-masing, sedang bayangan dari gambar
gadis cermin itu terbayang kembali didalam benak mereka
masing-masing. Dengan perlahan Boen Ching melanjutkan ucapannya.
"Cermin Thian Tuen itu telah beberapa kali menolong
nyawaku, pertama kali menolong diriku dari tangan Chang Sun Loei, sedang yang kedua kalinya dari tangan Ouw Yang Bu
Kie, oleh karena itu secara tidak sadar aku telah menyintai gadis yang tertera pada cermin tersebut".
Suma Ing pun dengan tak sadar terjerumus kedalam
lamunannya, gambar dari gadis yang tertera pada cermin itu
sangat cantik sekali dan sukar dibandingkan dengan
kecantikan gadis lainnya, sekalipun dirinya sendiri adalah
seorang wanita juga, tetapi diapun suka padanya.
Boen Ching berhenti sejenak, kemudian ujarnya.
"Tetapi gadis itu mendadak telah berubah menjadi seorang gadis sungguh-sungguh".
Dengan bingung tanya Suma Ing:
"Sungguhkah?" ".
Boen Ching mengangguk, sahutnya:
"Sungguh dia bernama Sek Giok Siang, dan wajahnya mirip sekali dengan gadis pada cermin itu.
Boen Ching dan diri Suma Ing dikarenakan cermin Thian
Tuen itu, sekali lagi mereka terjerumus kedalam lamunannya
masing2. Kedua orang itu dengan tak berbicara lagi saling
menundukkan kepalanya berpikir, setelah lewat beberapa saat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kremudian mendadatk Boen Ching meqngangkat kepalar nya
kembali, ujarnya.
"Tetapi didalam kenyataannya, aku sama sekali tidak
menyintainya''.
Suma Ing bagaikan merasa sangat terkejut sekali,
mendadak dia mengangkat kepalanya tanyanya kepada Boen
Ching. 'Mengapa?".
Boen Ching dengan tajam memandang ke arah Suma Ing
beberapa saat lamanya, kemudian barulah sahutnya.
"Berbicara sesungguhnya, didalam kenya-taan nya aku
tidak menyintai dirinya, tetapi didalam pikiranku aku memaksa diriku sendiri untuk menyintai dirinya".
Suma Ing dengan sinar mata yang tidak percaya
memandang kearah Boen Ching.
Boen Ching melanjutkan lagi.
"Didalam kenyataannya kecantikannya jika dibandingkan
dengan kawan gadisku jauh lebih cantik, kecantikannya ini
hampir- ham-pir membuat setiap pemuda yang bertemu
dengan dia menginginkan untuk mendapat kannya, tetapi
kesemuanya itu hanyalah palsu belaka".
Suma Ing mengeluarkan suara tertahan, tetapi tetap tak
mengucapkan sepatah katapun.
Ujar Boen Ching lagi.
"Apabila kau menganggap aku masih menyintai dirinya,
kiranya peristiwa yang menyedihkan segera akan timbul,
karena didalam kenyataan sebenarnya aku tidak menyintai
dirinya!'. Suma Ing dengan termangu-mangu mendengar kan
seluruh perkataan yang diucapkan oleh Boen Ching itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Toa supek terhadap suhu pun demikian juga. Toa supek
mengira dia benar-benar mencintai suhuku, karena suhuku
dijodohkan kepada supekku ,yang kemudian barulah dia dapat
berpikir demikian, tetapi setelah dia kehilangan diri Sukouw barulah dia mengetahui kalau dia mencintai suhuku itu
hanyalah terbatas didalam lamunannya saja, yang sebenarnya
dia sungguh-sungguh mencintai diri sukouw !"
Suma Ing dergan termangu-mangu duduk ditempat,
hampir-hampir dia tak mengetahui pada saat ini apa yang
sedang dia pikirkan.
Selama beberapa tahun ini dia selalu memikirkan, bahwa
mungkin Cu Khek Ci Yun mencintai dirinya adalah dikarenakan wajahnya sedikit mirip diri Yun Ku, dan menganggap dirinya
sebagar jelmaan dari diri Shie Yun Ku.
Tetapi didalam kenyataannya dalam urusan ini tak mungkin
dapat menggunakan tubuh jelmaan segala.
Dia sendiripun mengetahui, tetapi dia sendiri menekan
pemikiran secara demikian, apabila berpikir secara demikian, dia dapat memperoleh kegembiraan dikala berduka.
Perkataan yang diucapkan oleh Boen Ching ini tidak
terbatas pada urusan dirinya serta dari Cu Khek Ci Yun, ia pun juga demikian adanya.
Didalam hati setiap orang lelaki tentunya mempunyai
seorang gadis kecintaannya didalam khayalannya, ketika
mencapai suatu waktu dia akan mengalihkan apa yang
dilamunkan itu ke dalam tubuh seseorang, sehingga dengan
demikian dapat memenuhi keinginan yang di harapkan.
Boen Ching mendongakkan kepalanya, tampak pada saat
ini Suma Ing sedang duduk termangu-mangu tak
mengucapkan sepatah kata pun.
Segera bangkit berdiri, tampak Suma Ing seolah-olah tidak
melihat dirinya sama sekali. Boea Ching segera berjalan keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dari gua. Tampak Cu Khek Ci Yun berdiri tegak di mulut gua
dari alam, mendongakkan kepala nya memandang ke
angkasa, air mukanya penuh di liputi oleh kemurungan.
Boen Ching segera berjalan mendekati, ujarnya.
"Toa supek sekarang masuklah ke dalam gua untuk
menemui diri Sukouw."
Cu Khek Ci Yun menjadi tertegun, dia berjalan masuk
kedalam gua, sedang Boen Ching yang berdiri dengan
tenangnya didepan gua, setelah menanti beberapa saat
lamanya tetap tak mendengar suara yang terdengar keluar
dari dalam gua itu, segera ia tersenyum dan melanjutkan
perjalanannya menuju kepuncak gunung Ban Liong Ling.
ooo0ooo BOEN CHING yang berlari dengan cepat menuju ke puncak
gunung Ban Liong Ling, lama kemudian sampailah mereka
dibawah puncak gunung itu.
Dia mendongakkan kepalanya memandang puncak Ban
Liong Ling yang menembus awan itu, disekeliling tebing itu
tampaklah batu-batu tajam yang tidak merata tersebar
diseluruh pelosok, sehingga bentuknya mirip sekali dengan
sebuah naga yang sedang melingkar.
Sekeliling puncak gunung Ban Liong- Ling ini penuh
dikelilingi oleh kabut yang sangat tebal, sebenarnya partai Mie Cong Bun ini sudah sangat jarang orang yang mengetahui
namanya, ditambah lagi dengan diselimutinya markas mereka
dengan kabut yang demikian tebalnya ini, menambah
keseraman serta kemisteriusannya saja.
Baru saja Boen Ching memandang puncak itu dengan
terpesona " mendadak terdengar suara panggilan yang
berkumandang datang. 'Ching Toako !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching segera tertegun, ketika dia menoleh tampak
dibelakang sebuah batu raksasa muncullah sebuah wajah
yang sedang tersenyum, orang itu tak lain adalah Bwee Giok
adanya, dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut
bercampur girang, ujarnya:
"Bagaimana kau bisa berada ditempat ini"
Bwee Giok segera keluar dari tempat persembunyiannya,
setelah memandang sekejap pada puncak gunung itu, sambil


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersenyum ujarnya:
"Aku pikir kau tentunya telah datang kemari, maka aku
juga dapat kemari menanti kedatanganmu."
Dalam hati Boen Ching benar-benar merasa sangat girang
sekali, pada saat ini didalam hatinya sedang memikirkan
tentang keadaan Bwee Giok, sedang bayangan dari Bwee Giok
pun terbayang terus didalam benaknya, saking girangnya
hampir-hampir dia tak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
Bwee Giok sambil tersenyum memandang sekejap ke arah
Boen Ching, kemudian memandang pula keatas puncak
gunung, ujarnya.
"Gihu ku berkata bahwa orang-orang dari Partai Mie Cong Bun selamanya membenci setiap orang yang menaiki puncak
Ban Long Ling mereka ini, dia bilang bahwa waktu naik keatas puncak itu kau harus sedikit berhati-hati."
Boen Ching berjalan mendekati tubuh Bwee Giok dan
memandang sambil tersenyum, setelah memandang sekilas
keatas puncak gunung Ban Liong Ling itu sekejap, dengan
perlahan ujarnya.
"Kita sekarang pergi, bagaimana menurut kau "."
Sambil berkata dia miringkan kepalanya memandang ke
arah Bwee Giok.
Bwee Giok sambil tersenyum sahutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
'Aku memang sedqng berpikir untuk berkata demikian
kepadanya."
Boen Ching tersenyum, tangan kanannya menggandeng
sebelah tangan Bwee Giok, dan berjalan menuju keatas
puncak Ban Liong Ling.
Tubuh kedua orang itu dengan cepat telah masuk didalam
lingkungan kabut yang amat tebal itu, pemandangan
dihadapannya pun segera berubah, ditengah kabut yang
sangat tebal ini sangat sukar sekali untuk meman-dang lebih jauh, lagi, setelah memasuki daerah yang tertutup dengan
kabut itu barulah dapat melihat bahwa kabut tersebut tidaklah begitu tebal, ditengah kabut tampaklah berjajar tumbuhan
pohon siong yang tumbuh dengan suburnya.
Bwee Giok setelah berdiri tegak, segera dia memandang
kesekeliling tempat itu, sambil tersenyum ujarnya.
"Kabut ini kelihatannya tedak begitu tebal, sungguh tak terkira pemandangan diatas puncak gunung Ban Liong Ling ins dapat demiktan indahnya.
Boen Ching tersenyum, ujarnya.
"Pada saat seperti ini bagaimana mendadak kau
mempunyai niat untuk melihat pemandangan" kalau begitu
lebih baik kita berjalan dengan perlahan-lahan saja".
Bwee Giok menjadi tertegun, diapun merasa sangat heran,
mengapa dirinya secara mendadak dapat mempunyai niat
untuk menikmati pemandangan sambil bermesra-mesraan
dengan diri Boen Ching, dia merasakan apabila Boen Ching
berada disisinya, dia merasakan seolah-olah tak mau
mengurusi lagi apa yang terjadi disekitar tempat tersebut.
Kedua orang itu dengan berdampingan dengan perlahan
melanjutkan perjalanannya ke arah depan.
Kabut putih yang mengelilingi sekitar tempat itu dengan
perlahan mulai mengepul makin berat kearah atas, sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dari tempat kejauhan berkumandang datang suara tiupan
seruling yang sangat nyaring.
Boen Ching segera manghentikan langkah kakinya,
tangannya menarik tubuh Bwee Giok ke belakang. setelah
mengerutkan alisnya, sambil tersenyum ujarnya kearah Bwee
Giok. "Orang-orang dari partai Mie Cong Bun mulai menghalangi perjalanan kita ke atas puncak"
Bwee Giok menoleh memandang kesekeliling tempat itu,
tampak diantara suara bertiupnya suara seruling itu, daun-
daun pohon siong berguguran ke atas tanah, dengan tergesa-
gesa segera didorongnya tubuh Boen -Ching ujarnya.
"Coba kau lihat !"
Boen Ching yang melihat keadaan itu dalam batinya merasa
sangat terkejut sekali, dihadapannya secara samar-samar
telah terlihat segulung haws murni yang sangat hebat dengan perlahan-lahan menekan ketubuh mereka berdua.
Didalam hatinya segera sadar bahwa orang-orang dari
partai Mie Cong Bun telah mulai melancarkan serangannya
untuk mendesak dirinya berdua turun kembali dari atas
puncak gunung Ban Liong Ling ini.
Tetapi sama sekall tak terduga olehnya kalau tenaga
tekanan tersebut dapat demikian hebatnya.
Angin kencang membuat pohon-pohon siong yang tumbuh
disekitar tempat itu bergoyang tak henti-hentinya, pikirannya baru saja bergerak, tapi tenaga pukulan yang bagaikan
menggulungnya ombak ditengah samudra tersebut telah
mendesak kearah dirinya berdua tak kurang dari satu kaki.
Boen Ching dengan cepat mendorong tubuh Bwee Giok
kebelakang tubuhnya, sambil bersuit yaring sepasang telapak tangannya dengan sekuat tenaga melancarkan serangan ke
depan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dimana sepasang telapak tangan Boen Ching menerjang,
segera terlihatlah tujuh buah hawa murni yang berlainan
warnanya bergabung membentuk sebuah dinding hawa murni
yang sangat kuat menahan didepan tubuh kedua orang itu.
Hawa murni kedua belah pihak dengan cepat terbentur
menjadi satu, terdengar suara berbunyinya seruling itu
mendadak berubah menjadi tinggi melengking menusuk
telinga, Boen Ching segera merasa didepan tubuhnya didesak
oleh segulung hawa dahsyat tak tertahan lagi tubuhnya
terdesak mundur dua langkah ke belakang.
Dalam hatinya merasa sangat terkejut sekali, lututnya
dengan cepat diluruskan kuat-kuat dengan paksa dia menahan
tubuhnya yang terhuyung kebelakang.
Suara seruling sekali lagi, berkumandang menembus awan,
sedang tekanan hawa murni yang mencekam tubuhnyapun
makin lama makin bertambah besar.
Bon Ching dengan cepat menarik napas panjang, dia tidak
mengetahui siapakah sebenarnya orang yang memiliki tenaga
dalam demikian tingginya, tetapi didalam hatinya dia sadar
bahwa apabila suara seruling itu sekali lagi berkumandang
menekankan kearah tubuhnya, dia tak akan sanggup bertahan
lebih lama lagi.
Pada saat ini dia telah mengerahkan seluruh tenaga
dalamnya untuk menghadapi tekanan hawa murni yang
berada dihadapannya, apabila dia tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi, tubuhnya bukannya mundur kebawah puncak,
sebaliknya tubuh mereka berdua akan tergetar dan terpental
jatuh kedalam jurang.
Pikiran Boen Ching dengan cepat bergerak, sekali lagi dia
menarik napas panjang-panjang dan melancarkan serangan.
Pada saat tujuh buah hawa murni yang menghalangi
didepan tubuhnya telah terdesak hingga terpukul buyar
kurang lebih sejauh tiga kaki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tangan kanan Boen Ching dengan cepat dibalik, pedang
Cing Hong Kiamnya bagaikan kilat cepatnya telah mental
keluar dari pinggangnya, dengan suara gemerincingan yang
sangat nyaring, dinding hawa murni itu bagaikan kilat
cepatnya telah dapat ditekan kembali.
Bersamaan itu pula ditengah menyambar nya sinar pedang
Cing Hong Kiam yang menyilaukan mata, tubuh pedang itu
mem-bobol dengan hebatnya kedepan, membuat dinding
hawa murni itu terbobol sebuah lubang ber bentuk segi tiga.
Hawa murni yang sangat hebat itu dengan cepat
menyambar lewat sisi tubuh kedua orang itu.
Dengan halus bisik Boen Ching ke arah Bwee Giok.
"Giok Moay ! Kita cepat pergi."
Sambil berkata dengan cepat menarik tangan Bwee Giok,
ditengah menyambarnya sinar pedang Cing Hong Kiam, tubuh
kedua orang itu dengan sangat cepatnya berkelebat naik
keatas puncak gunung.
Dinding hawa murni yang sangatb kuat didepan dtubuhnya
mendadaak hilang lenyabp tanpa bekas, sedang dihadapan
mereka berdua muncullah tiga orang.
Boen Ching dengan cepat menahan tubuhnya, didepannya
tampak tiga orang yang duduk bersila disebuah batu raksasa
berwarna hijau, dua orang diantaranya adalah Lie Hun Yu She, Siang Yang Seng sera Pek In Khek, Shu Kiam Hoan sedang
disisi nya seorang kakek berbaju putih dia tak mengenalnya.
Dihadapan tubuh ketiga orang itu, tampak sebuah seruling
raksasa yang digantungkan di atas sebuah pohon besar.
Didalam hati Boen Ching telah mempunyai perhitungan, dia
menarik napas panjang, dengan sangat tenang sekali berdiri
ditempat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketiga orang itu dengan tajam memandang kearah Boen
Ching, terlihat kakek berbaju putih itu tersenyum, ujarnya.
"Boen Ching! Kau ternyata tidak memalukan sehagai ahli waris dari ilmu khiekang Chiet Kong Kang Khie, dan kini dapat berhasil menaiki puncak gunung Ban Liong Ling ini."
Boen Ching tersenyum, sambil mendongak sahutnya.
"Masih belum apa-apa ! bukankah kini kita masih berada dipinggang puncak gunung " untuk sampai diatas puncak
gunung masih kurarg lebih setengah jalanan lagi !"
Kakek berbaju putih itu mengerutkan alisnya, dan tak
mengucapkan kata-kata lagi.
Lie Hun Ya She Siang Yang Seng tertawa dingin, ujarnya.
"Kau masih ingin naik keatas puncak " sekali pun berhasil menerobos sampai disini, tetapi kau telah menderita luka
dalam yang sangat parah, apakah kau sendiri tidak
merasakannya " '
Boen Ching segera menarik napas panjarg panjang, dia
sama sekali tidak merasakan di dalam tubuhnya terdapat
perasaan yang aneh, dia hanya tersenyum saja.
Lie Hun Yu Sne tertawa dingin lagi, ujarnya.
"Coba kau lihatlah kawanmu itu.'
Boen Ching merasa sangat terkejut, dia menoleh
memandang sekejap kearah Bwee Giok, begitu dia melirik
dalam hatinya segera terasa sangat terkejut sekali, tampak
wajah dari Bwee Giok pucat pasi, dan sedang berdiri
mematung disana.
Pikirannya segera bergerak danb mengingat sesduatu hal,
suaraa seruling !
Benbar, tentu karena suara seruling itu, suara seruling
inipun mempunyai kekuatan untuk melukai orang, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sesaat kurang memperhatikan akan hal itu membuat Bwee
Giok mungkin menderita luka dalam yang sangat berat sekali.
Siang Yang Seng tersenyum, ujarnya.
"Luka dalam yang kau derita tak dapat kau rasakan dengan cepat dikarenakan tenaga dalammu yang sangat tinggi, tapi
pada saat ini berada disini, bagaimana dapat mengijin kan kau untuk memulihkan tenagamu ?"
Air muka Boen Ching segera berubah, telinganya mendadak
mendengar suara yang sangat halus sekali berkumandang
datang, ketika dia menoleh untuk memandang, tampak jalan
perginya telah dihalangi oleh diri Cap Sah Lang serta Liauw Cing Ce dua orang.
Boen Ching mengerutkan alisnya, dengan perlahan-lahan
duduk diatas tanah, kemu-dian dia membimbing Bwee Giok
duduk ke atas tanah pula, telapak kirinya dengan perlahan
ditempelkan ke punggung Bwee Giok, dan mulailah dia
mengerahkan tenaga nya untuk menyembuhkan lukanya.
Dalam telinganya lamat-lamat dia mendenagar Shu Kiam
Hoan tertawa dingin dan ujarnya.
"Siauwcut ini sungguh tidak mengetahui mati hidupnya,
urusan telah menjadi seperti ini, ternyata masih mempunyai
niat untuk menyembuhkan luka yang diderita orang lain!"
Tetapi kakek tua berbaju putih yang memandang keadaan
Boen Ching itu melihat dari mata Boen Ching memancarkan
sinar yang sangat tajam, didalam hatinya dia merasa sangat
terkejut, keteguhan serta kehebatan tenaga dalam yang
dimiliki Boen Ching ternyata demikian tingginya, hampir-
hampir dia tidak berani untuk mempercayainya.
Terdengar Shu Kiam Hoat bertanya lagi, ujarnya.
"Luka dalam yang diderita sendiripun belum sembuh, masih hendak menyembuh kan luka yang diderita orang lain !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sehabis berkata dengan dingin dia mendengus.
Sinar mata kakek tua berbaju putih itu dengan perlahan
ditarik kembali dari wajah Boen Ching, dan beralih keatas
tubuh pemuda berbaju putih itu, dengan perlahan ujarnya.
"Cap Sah Lang, kau menyerang dia dengan menggunakan
pedangmu."
Pemuda berbaju rputih itu menjatdi tertegun, dqengan
ragu-ragur tanyanya.
"Apa ?"" ,
Shu Kiam Hoan dengan Siang Yang Seng pun bersama-
sama merasa amat terkejut, kedua orang itu dengan perlahan
mendongak kan kepalanya memandang kakek berbaju putih
tersebut, dalam hati kedua orang itu diam-diam berpikir, bila memangnya Boen Ching mau menambah luka dalam dirinya
makin bertambah parah, mengapa dirinya tidak melihat
perubahan selanjutnya !
Apabila Cap Sah Lang dengan mengguna kan pedangnya
maju menyerang, kiranya Boen Ching dapat bangkit berdiri
memberikan perlawanannya. tenaga dalam yang dimiliki Boen
Ching sangat tinggi sekali, luka yang dideritapun tidak begitu berat, pada saat ini mungkin sebaliknya malah akan sedikit
merepotkan. Kakek berbaju putih itu dengan sangat dingin sekali
memandang sekejap kearah ke dua orang itu, sepatah
katapun tak diucapkan ke luar.
Cap Sah Lang dengan perlahan segera membungkukkan
tubuhnya memberi hormat pada kakek tua berbaju putih itu,
tangan kanannya mendadak diayunkan jubah panjang nya
telah dilepaskan sehingga terlihatlah kedua belas bilah pedang pendek yang tergantung pads tubuhnya dimana setelah
pedang nya berhasil dimusnahkan Boen Ching dia mencabut
lagi pedang- pedangnya yang baru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tangan kanan Cap Sah Lang segera digerakkan, kedua
belas bilah pedang pendek itu berubah menjadi suatu
lingkaran sinar yang sangat besar sekali meluncur kearah
tubuh Boen Ching.
Telapak tangan kanan Boen Ching sedang menyembuhkan
luka dalam yang diderita oleh Bwee Giok, tetapi didalam
lingkaran serangan musuh tangguh, mana berani dia bertindak gegabah, pedang Cing Hong Kiam ditangan kanannya
digerakkan, sambil menahan serangan musuh, dia
meneruskan usahanya menyembuhkan luka yang dideritanya
oleh Bwee Giok.
Gerakan pedang yang dilancarkan Cap Sah Lang itu makin
lama makin bertambah santar, tetapi Boen Ching telah
menyalurkan ilmu 'Thay Thien Kioe Sih" kedalam jurus
pedangnya, dengan gerakan yang sangat mudcah sekali dia
telah berhasil memunah kan dan mematahkan seluruh
serangan yang dilancarkan oieh Cap Sah Lang tersebut.
Tampak hal ini sepasang mata kakek berba ju putih, Shu
Kiam Hoan serta Siang Yang Song memancarkan sinar yang
sangat tajam sekali.
Tak disangka sama sekali Boen Ching ternyata memiliki
kepandaian silat yang demikian tinggi serta nyali yang
demikian tebalnya, sehingga dia berani melawan serangan


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

musuh sambil menyembuhkan luka dalam orang lain.
Kepandaian silat yang dimiliki Cap Sah Lang bukanlah dapat
dipandang rendah, tetapi sama sekali tak pernah diduga kalau Boen Ching ternyata berani berbuat demikian.
Gerakan pedang Cap Sah Lang segera berubah, sebentar
pedangnya ditarik dan kemudian dilancarkan kembali,
sehingga membentuk dua buah lingkaran sinar yang maha
dahsyat, satu dari depan dan yang lain dari samping
menerjang dengan hebatnya ketubuh Boen Ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pedang Cing Hong Kiam ditangan kanan Boen Ching segera
digetarkan dan diobat-abitkan kesekeliling tubuhnya, didalam sekejap saja dia telah melancarkan lima kali serangan hebat.
Cap Sah Lang tertawa dingin, sepasang telapak tangannya
ditekan kebawah, di tengah berkelebatnya sinar pedang
lingkaran sinar yang menyerang samping tubuh Boen Ching
segera menjadi buyar dan terbentuk kembali kedua belas bilah pedang pendek itu dan meluncur dengan cepatnya ketubuh
Boen Ching. Gerakan pedang Cing Hong Kiam di tangan Boen Ching
yang diobat-abitkan itu dengan cepat dapat dipunahkan oleh
serangan musuh ini, sekalipun keenam bilah pedang pendek
yang menyerang depan tubuhnya berhasil dipunahkan, tapi
keenam bilah pedang pendek yang menerjang samping
tubuhnya bagaikan kilal cepatnya telah menerjang dekat
ketubuh Boen Ching tak lebih tiga kaki didepannya.
Tampak hal ini, kakek tua berbaju putih itu mengerutkan
alisnya, sedang dari bibirnya segera tersungging suatu
senyuman yang sangat girang.
Pada saat ini mendadak Boen Ching melototkan sepasang
matanya, pedang Cing Hong Kiamnya dibalik, menggunakan
gagang pebdangnya dia memdatahkan ke enama bilah pedang
pbendek yang menerjang tubuhnya itu.
Begitu gerakan dari keenam bilah pedang pendek itu
terhalang, Boen Ching dengan cepat menggerakkan ujung
pedangnya dari dalam didorong kearah luar, didalam sekejap
mata saja dia telah berhasil mematahkan ke enam pedang
pendek tersebut.
Air muka kakek tua berbaju putih itu segera berubah hebat,
mendadak bentaknya.
"Cap Sah Lang cepat mundur " '
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Cap Sah Lang dengan segera menarik kembali pedangnya
dan mengundurkan dirirya kebelakang, sedang air muka dari
Siang Yang Seng serta Shu Kian Hoan pun dengan perlahan
berubah hebat. Kakek tua berbaju putih itu dengan sangat dingin sekali
memandang kearah Boen Chtng tampak sepasang mata Boen
Ching dipejam kan, dengan memusatkan seluruh perhatiannya
berusaha untuk menyembuhkan luka dalam yang diderita oleh
Bwee Giok. Diam-diam pikirnya.
"Dengan tenaga dalam yang dimiliki Boen Ching saat ini, apabila dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk
menyembuh kan luka dalam yang diderita oleh Bwee Giok,
agaknya luka dari Bwee Giok itu segera bisa disembuhkan
kembali seperti sedia kala !"
Berpikir sampai disitu, tampak kakek tua berbaju putih itu
dengan perlahan bangkit berdiri.
Siang Yang Seng serta Shu Kiam Hoanpun bersama sama
bangkit berdiri, merekapun dalam hatinya paham bahwa
dengan keadaan situasi seperti ini, apabila mereka bertiga
bekerja sama bukankah dengan sangat mudah sekali mereka
akan berhasil melenyap kan Boen Ching dari atas permukaan
bumi" Kepandaian yang dimiliki Boen Ching sekalipun sangat
tinggi, tapi apabila hendak melawan mereka bertiga sekaligus, maka akan jauh ketinggalan kebelakang, apalagi luka yang
diderita Bwee Giok masih belum sembuh benar-benar,
ditambah pula luka dalam yang diderita Boen Ching sendiripun belum disembuhkan.
Sekalipun pada saat ini Boen Ching tetap mengerahkan
seluruh tenaga dalamnya untuk menyembuhkan luka dalam
yang diderita oleh Bwee Giok, tapi terhadap segala gerak gerik yang bagaimanapun perlahannya di luar dia dapat
mengetahuinya dengan sangat jelas sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Waktu kakek tua berbaju putih, Siang Yang Seng serta Shu
Kiam Hoan bangkit berdiri dia telah mengetahuinya dengan
sangat jelas, sekalipun dia masih tetap melanjutkan usahanya untuk menyembuh kan luka dalam yang bdiderita oleh Bdwee
Giok, tetapai didalam hatinbya dia telah memikirkan cara
untuk meloloskan diri dari kepungan tersebut.
Kakek tua berbaju pu(ih itu setelah bangkit berdiri,
matanya berkedip kedip, dia jago sebagai nomor wahid dari
partai Mie Cong Bun, mana mau dengan demikian saja terus
bergerak melawan Boen Ching" dia tak ingin merendahkan
kedudukannya yang sangat tinggi itu.
Dengan perlahan tanyanya pada Boen Ching.
"Boen Ching, kau telah memperhatikan diriku ?""
Air muka Boen Ching segera menampilkan senyuman yang
manis, dia tahu luka dalam yang diderita Bwee Giok pada saat ini telah sembuh benar-benar, dia dapat menahan serangan
gabungan dari lima orang itu sekaligus, dan membiarkan Bwee Giok seorang diri turun dari puncak itu terlebih dahulu.
Dan tentu kakek tua berbaju putih itu pun mengetahuinya,
dia tertawa dingin, dalam hati pikirnya:
"Sekalipun luka dalam yang diderita gadis itu telah sembuh benar-benar, kau pun tidak mungkin akan berhasil pergi dari sini dengan demikian mudahnya.
Telapak tangan kiri Boen Ching segera di tarik kembali,
sedang air mukanya pun berubah menjadi dingin sekali.
Sekalipun didalam hatinya dia berpikir secara demikian,
tetapi dengan keadaan situasi dihadapannya pada saat ini,
Bwee Giok mana mau meninggalkan dia seorang diri disana
untuk turun gunung terlebih dahulu?" Sekali pun waktu diatas gunung Siong San Bwee Giok pernah meninggalkan dia tetapi
situasi pada saat ini tidaklah sama dengan situasi pada waktu itu, apalagi menang kalahnya pun belum bisa ditentu kan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kiranya Bwee Giok tidak mungkin mau meninggalkan dia
seorang diri disana, lalu harus bertindak bagaimana?"
Boen Ching berpikir sampai disini, perasaan hatinya pun
segera berubah menjadi dingin kembali.
Dengan perlahan lahan dia bangkit berdiri.
Bwee Giok pun membuka sepasang matanya, dia
memandang sekejap ke arah kakek tua berbaju putih itu,
sepatah katapun tak diucapkan dan berdiri disamping tubuh
Boen Ching, setelah itu dia mendongakkan kepala dan
tersenyum kearahnya.
Boen Ching menarrik napas panjatng- panjang danq
merasakan didarlam dadanya agak sesak, rasanya sinar
matanya segera berkelebat dan tersenyum masam.
Dengan tangan kirinya dia membimbing tubuh Bwee Giok,
sedang tangan kanannya dengan kencang menyekal pedang
Cing Hong Kiam yang telah sejak tadi dicabut keluar itu, dalam hati pada saat ini dia hanya mengharapkan bahwa ketiga
orang itu jangan lah mengandalkan jumlah yang banyak untuk
merebut kemenangan.
Tetapi apabila dilihat sikap ketiga orang itu agaknya
harapannya itu sama sekali tak mungkin dapat terjadi.
Kakek tua berbaju putih itu dengan mengerutkan alisnya
memandang kearah Siang Yang Seng serta Su Kiam Hoan.
Boen Ching dengan sangat dingin sekali memandang ketiga
orang itu, kemudian sambil tersenyum dia memandang Bwee
Giok. Tampak pada saat ini kakek tua berbaju putih itu dengan
perlahan mencabut keluar pedang panjang yang tersoren
diatas punggung nya itu, bersamaan waktunya pula Siang
Yang Seng serta Shu Kiam Hoan mencabut keluar pedang
panjangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bertepatan dengan waktu itu pula, mendadak tampak
sebuah bayangan manusia dengan sangat cepat sekali
melayang naik keatas puncak gunung itu, ditengah suara
tertawa keras yang sangat keras itu, Cap Sah Lang serta
Liauw Cing Ce dengan cepat membalikkan tubuhnya, tetapi
baru saja mereka menggerakkan tubuhnya, segera terasa
suatu tenaga dorongan yang maha dahsyat menerjang
ketubuhnya membuat mereka terdesak mundur kebelakang.
Semua orang yang berada didalam kalangan itu menjadi
sangat terkejut sekali, ketika Boan Ching menoleh
memandang, tampak orang yang baru saja datang itu adalah
Tok Thian Coen, Liuw Hoa Liong serta Han Cing Yu dan orang
yang bersama-sama bergerak mendatang.
Begitu Liuw Hoa Liong munculkan dirinya, tampak sebuah
bayangan hijau melayang turun dari arah Timur, sedang suara yang sangat menggetarkan hati berkumandang datang
memasuki telinga semua orang yang berada dikalangan itu.
'Thian Hong ce Piat !'
Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, didalam
hatinya merasa sangat girang sekali, dengan cepat dia
menolehkan kepalanya, tampak orang yang baru saja datang
itu ternyata adalah suhunya, Ie Bok Tocu Shie Yun Ku adanya, tampak pedang le Bok Kiam ditangannya menunjukkan kearah
langit. Suara "Thian Hong Ce Piat" baru saja lenyap dari angkasa, mendadak terdengar lagi suara yang menusuk telinga
berkuman-dang datang.
"Tee Siang Huan Fen!".
Lie Hwee Yu She, Lam Kong Hun dengan memakai jubah
berwarna merah membara munculkan dirinya dihadapan
semua orang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dalam hati Boen Ching makin merasa girang, matanya
berkedip tak henti-hentinya, barisan pedang "Ngo Heng Kiam Tin" pada saat dan waktu semacam ini sekali lagi diatur, sekalipun tentara langit yang menyerbu pun belum tentu akan berhasil membobolkannya.
Tong Fang Hek tak lama kemudian munculkan dirinya pula
sedang "Hong Seng Yuen Ie?mpat buah kata bersamaan
waktunya pula mendengung didalam telinga semua orang.
"Yun Shen Put Tong! ".
Baru saja suara itu bergema, tampak seorang sastrawan
berbaju putih telah melayangkan tubuhnya masuk ketengah
kalangan. Orang yang baru saja datang ini ternyata adalah Han In
Coen, Seh Tu Hon adanya, pada saat ini jenggot serta
kumisnya yang awut-awutan telah lenyap, sehingga ketika
Boen Ching untuk pertama kali memandang nya hampir tak
dapat mengenalinya kembali, wajah asli dari Han In Khek tak disangka sekali lagi dapat muncul pada saat seperti ini.
Mendadak terdengar suara yang sangat nyaring sekali
berkumandang datang memenuhi seluruh kalangan.
"Mie Ho Kan Koen! ".
Suaranya belum saja lenyap, Cu Khek Ci Yun telah
munculkan dirinya ditengah kalangan, segera dia
menempatkan dirinya ditengbah barisan mengdambil
kedudukana "Wu Tu". Boen bChing yang tampak keadaan
seperti ini, sepasang matanya dipejamkan, dengan perlahan-
lahan dia menjatuhkan dirinya duduk bersila diatas tanah.
Kakek tua berbaji putih itu melihat lima orang murid kepala dari Tan Coe Coen waktu itu bersama-sama munculkan
dirinya, matanya berkelebat tak henti-hentinya waktu
munculnya saja pengaruh dari kelima orang demikian
hebatnya, kiranya barisan' Ngo Heng Kiam Tin" ini sukar sekali untuk di terjang begitu saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia memandang sekejap kearah gerakan pedang kelima
orang itu, kemudian sambil tertawa ujarnya.
'Kalian berlima bukankah anak murid dari Tan Coe Coen?".
Tok Thian Coen, Liuw Hoa Liong yang berdiri diluar barisan
tertawa keras, sahutnya.
"Kau mengapa harus bertanya-tanya lagi barisan Ngo Heng Kiam Tin tak ada kedua nya didalam dunia pada saat ini,
sekalipun ada orang lain, kiranya juga tak berani untuk
mencoba-cobanya".
Kakek tua berbaju putih itu tersenyum, dengan tawar
ujarnya lagi. "Loohu Chie Siauw Cie, Shia Yu adanya, apakah kau pernah mendengar?".
Liuw Hoa L ong tertawa besar ujarnya.
Biasanya orang-orang partai Mie Cong Bun sangat jarang
diketahui orang luar, kalau mengetahui hal ini merupakan
suatu keistimewaan, ini hari bagaimana kau dapat
menanyakan padaku tahu tidak namamu.
Shia Yu tersenyum dengan sombongnya, dia memandang
sekejap kearah sekeliling tempat itu, ujarnya kemudian. "Ini hari Loohu sungguh sangat beruntung datang berkenalan
dengan barisan Ngo Heng Kiam Tin yang di tinggalkan Tan
Coe Coen waktu itu'
Pada saat ini diatas puncak gunung tampak Suma Ie sarta
Suma Ing bersama-sama munculkan dirinya.
Shia Yu sambil tertawa keras melancarkan serangannya,
ketiga orang lainnyapun segera bersama-sama menggerakkan
pedangnya dengan membagi menjadi tiga jurusan bersama-
sama menyerang kedalam barisan Ngo Heng Kiam Tin
tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Cu Khek Ci Yun tampak Suma Ing munculkan dirinya, dia
tersenyum, pedang panjang sedikit digerakkan dibabat kearah depan ke lima bilah pedang lainnya segera sama-sama
bergerak. Di dalam sekejap saja ditengahb kalangan itu pdenuh
dengan hawaa pedang yang tbelah memenuhi seluruh
angkasa, pada saat kelima bilah pelang itu saling menyambar, serangan pedang yang dilancarkan oleh ketiga orang itu
segera dapat dipatahkan seluruhnya.
Ditengah kalangan yang penuh dengan sinar pedang yang
sangat menyilaukan mata tersebut, pedang panjang ditangan
Cu Khek Ci Yun bergerak tak henti-hentinya, barisan Ngo
Heng Kiam Tin pun mulai bergerak secara sungguh-sungguh
sejak diwariskan oleh Tan Coe Coen.
Gerakan pedang Cu Khek Ci Yun makin lama makin
bertambah cepat, terlihat lima buah bayangan pedang yang
berada bagaikan sebuah gunung raksasa saja menekan tak
henti-hentinya ke tengah kalangan.
Keringat dingin sejak tadi telah mulai membasahi seluruh
wajah Shia Yu, Siang Yang Seng serta Shu Kiam Hoan,
sekalipun barisan Ngo Heng Kiam Tin ini tak dapat berbuat
yang lebih hebat lagi terhadap ketiga orang itu tetapi tenaga pantulan dari hawa pedangnya cukup membuat mereka
terdesak ke belakang dan hanya menggerakan pedang nya
untuk melindungi tubuhnya sendiri, dalam hati mereka sadar
bahwa apabila harus bertempur secara demikian terus
menerus, mereka tentu akan muntah darah dan menemui
ajalnya. Pada saat pertemuan diatas loteng Oei Hok Lo, apabila
bukannya perhatian Cu Khek Ci Yun bercabang, kiranya Jien
Muh Nio pun juga tak akan sanggup untuk melawan tenaga
pantulan dari hawa pedang barisan Ngo Heng Kiam Tin ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Hawa pedang berkelebat tak henti- hentinya, mendadak
terdengar beberapa suara gemerincingan, terlihat pedang
panjang di tangan Shia Yu, Siang Yang Seng serta Shu Kiam
Hoan bersama-sama terpental ke tengah udara.
Begitu barisan Ngo Heng Kiam Tin ini maju lagi, air muka
ketiga orang itu segera berubah menjadi pucat pasi dan
berdiri mematung ditempat.
Selamanya partai Mie Cong Bun mengandalkan ilmu
pedangnya yang tiada bandingan untuk menjagoi seluruh Bu


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lim, tetapi kini dibawah kepungan barisan Ngo Heng Kiam Tin ternyata sedikit pun tak dapat dilancarkan keluar.
Barisan Ngo Heng Kiam Tin masih tetap berdiri ditempat
dengan angkernya.
Shia Yu, Siang Yang Seng serta Shu Kiam Hoan masing-
masing menundukkan kepala nya tak mengatakan sepatah
katapun. Liauw Hoa Liongr tertawa tergeltak, ujarnya.
"Kqitab rahasia Hary Thian Kiam Boh bukanlah benda dari partai dari Mie Cong Bun kalian, apabila hendak berkata
bahwa kitab tersebut harus dimiliki oleh partai Mie Cong Bun kalian, aku kira hal itu bukankah sedikit keterlaluan ?"
Ketiga orang belum saja membuka mulut memberikan
jawabannya, mendadak terde-ngar suara yang sangat berat
sekali berkumandang datang, ujarnya.
'Perkataan yang diucapkan oleh Liauw sicu barusan ini
bukankah juga sedikit keterlaluan ?"
Boen Ching mementangkan sepasang mata nya, tampak
seorang pendeta tua yang rambut dan jenggotnya telah
memutih seluruhnya dengan sangat tenang sekali berdiri
dibawah sebuah pohon siong"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Shia Yu begitu tampak pendeta tua itu, air mukanya segera
berubah dengan hebatnya, ketiga orang itu dengan cepat
bersama-sama membungkukkan tubuhnya memberi hormat
sambil ujarnya.
'Supek ! kau orang tua bagaimana dapat turun dari puncak
gunung?". Pendeta tua itu sedikitpun tidak menggu-bris orang itu,
dengan perlahan ujarnya.
"Hay Thian Shu adalah suheng dari pinceng, sedang
pinceng sendiri adalah Kiem Kiam !".
Liauw Hoa Liong menjadi terkejut sekali, orang yang baru
datang ini ternyata adalah Kiem Kiam Thaysu adanya, yang
merupakan orang aneh pada ratusan tahun yang lalu, dia
masih juga belum binasa, sungguh membuat orang sukar
untuk mempercayainya.
Tubuh Cu Khek Ci Yun dengan cepat berkelebat maju
kedepan, sedang barisan Ngo Heng Kiam Tin itupun segera
disusun kemba-li menghalangi perjalanan pergi dari Shia Yu
bertiga dengan diri Kiem Kiam Thaysu Kiem Kiam Thaysu
tersenyum, ujarnya:
"Tak kusangka ini hari aku terpaksa harus menggerakkan pedangku kembali. Tan Coe Coen sendiri pun juga merupakan
seorang sakti yang mempunyai tabiat aneh, baru saja aku
telah dapat melihat kehebatan dari barisan Ngo Heng Kiam
Tin, ternyata sungguh mengagumkan sekali !"
Tubuh Boen Ching dengan perlahan-lahan bangkit berdiri,
ujarnya. "Suhu, Supek ! Urusan ini aku kira lebih baik aku sendiri yang membereskan, tentang kitab rahasia Hay Thian Kiam
Boh itu aku sendiri sampai kini masih belum pernah melihat
sekalipun juga, kitab Hay Thian Kiam Boh itu berada ditangan Lok Yang Hong dan dimusnahkan olehnya, sedang Liauw Cing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ce dikarenakan telah membunuh cucu dari Lieh Yu, Lieh
Loocianpwee tak berani mengatakan hal yang sesungguhnya"
Perkataan dari Boen Ching begitu keluar dari mulutnya,
orang-orang yang berada di tengah kalangan itu menjadi
ramai semua. Kiem Kiam Thaysu dengan tajam memandang ke arah
Liauw Cing Ce, kemu-dian dengan perlahan-lahan tanyanya:
"Urusan ini apakah benar demikian adanya?"
Liauw Cing Ce tak berani berkata berbohong, dengan wajah
yang pucat pasi dia mengangguk.
Air muka Shia Yu segera berubah hebat, tubuhnya
bergerak, sepasang telapak tangan nya dengan berpisah
melancarkan serangan mengancam tubuh Liauw Cing Ce serta
diri pemuda berbaju putih itu.
Boen Ching yang tampak hal ini segera membentak dengan
kerasnya: 'Cianpwee tahan !"
Sambil berkata tubuhnya segera bergerak menghalangi
jalan pergi dari diri Shia Yu, sedang tenaga khiekang Chiet Kong Kang Khie nyapun mengikuti gerakan tersebut
dilancarkan keluar.
Sepasang telapak tangan Shia Yu dengan sekuat tenaga
balas melancarkan serangan, ternyata dia siap hendak sekali pukul membinasakan kedua orang itu, tetapi dengan halangan
Boen Ching kali ini, saking tergetarnya dia terpaksa mundur dua langkah ke belakang.
"Setiap orang tak dapat menghindarkan diri dari kesalahan, Nona Liauw tak lebih hanyalah dikarenakan pikiran sesaat,
hatinya merasa sangat sedih dan gusar sehingga melakukan
pekerjaan tersebut, dia selalu ingin mengaku kesalahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tersebut, tetapi selalu tak berani, aku kira cianpwee lebih baik melepaskan dirinya sekali ini saja"
Air muka Shia Yu berubah makin berat, dengan sangat
dingin sekali dia memandang kearah diri Boen Ching.
Tiba-tiba air mukanya berubah bmakin hebat, seddang
Boen Chinga sendiri pun mebrasakan dibelakang tubuhnya
terdapat gerakan yang sangat aneh, pads saat dia
membalikkan tubuhnya, dia merasa sangat terkejut sekali,
tampak Liauw Cing Ce tak mengucapkan sepatah katapun,
dan meloncatkan tubuhnya kedalam jurang yang berada
disamping tubuhnya.
Ditengah suara jeritan ngeri yang amat menyayatkan hati,
tubuh Liauw Cing Ce dengan cepatnya melenyapkan diri lari
ditengah kabut yang sangat tebal itu.
Pemuda berbaju putih itu pun berdiri mematung dibawah
sebuah pohon siong, air mukanya berubah menjadi hijau
pucat, sepasang matanya dengan tajam memandang ke arah
kabut yang sangat tebal itu, air matanya tak tertahan lagi
meleleh keluar dengan derasnya.
Tubuhnya dengan perlahan-lahan berlutut keatas tanah.
Boen Ching menarik rapas panjang- panjang, dengan
perlahan dia membalikkan tubuhnya.
Sepasang mata Kiem Kiam Thaysu dengan sangat tajam
sekali memandang ke arah Boen Ching, lama kemudian
barulah ujarnya dengan perlahan.
"Selamanya partai Mie Cong Bun kami tak mengijinkan
orang lain untuk ikut campur di dalam segala urusan partai
Mie Cong Bun kami, tahukah kau ?"
Boen Ching dengan tajam balas memandang ke aran Kiem
Kiam Thaysu, kemudian tanyanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Tetapi apakah aku telah berbuat salah?" Sahut Kiem Kiam Thaysu.
"Apabila kau tidak turun tangan, aku pun dapat melarang dirinya.
Sedang . . . didalam perguruan kami pun terdapat
peraturan-peraturan yang tersendiri, apakah kau berbuat
demikian itu dapat dibenarkan ?"
Boen Ching tertawa tawar, dan tak mengucapkan kata-kata
lagi. Liauw Hoa Liong mendadak dengan dingin berkata:
"Siapa tahu kau dapat tidak turun tangan mencegahnya ?"
Sinar mata Kiem Kiam Thavsu berkelebat dengan tajamnya
kemudian dengan dipejam kan, ujarnya.
"Aku mencela orang telah keterlaluan, tetapi peraturan perguruan tetap harus berlaku, dia telah binasa sekarang,
apakah kau ingin menerima tiga kali serangan pedangku "'
Boen Ching menggangguk sahutnya.
"Boanpwee sanggup !"
Cu Khek Cbi Yun memandangd sekejap kearaha Boen
Ching, labma kemudian dia barulah membubarkan barisan
pedang Ngo Heng Kiam Tin tersebut ?"
Kiem Kiam Thaysu memandang sekejap ke arah Boen
Ching, kemudian barulah ujarnya.
"Semua orang bilang Thian Jan Shu merupakan seorang
manusia aneh nomor wahid didalam dunia kangouw, sedang
Hay Thian Khek tak ada bandingannya didalam ilmu pedang,
tetapi jika aku melihat wajahmu, kau sedikit pun tidak memiliki sifat-sifat mereka itu."
Boen Ching membungkukkan tubuhnya memberi hormat,
kemudian sahutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Terima kasih atas pujian dari cianpwe'
Kiem Kiam Thaysu dengan perlahan mencabut keluar
sebuah pedang emas yang panjangnya kurang lebih tiga kaki
dari dalam sakunya, kepada Boen Ching ujarnya.
"Kau berhati-hatilah, sekali pun kau memiliki hawa
khiekang yang melindungi tubuh mu, tetapi kau harus tetap
berhati- hati. Sambil berkata tangan kanannya digerakkan, pedang emas
itu segera berkelebat dan memutar setengah lingkaran
ditengah udara, kemudian dengan kecepatan yang luar biasa
menyerang tubuh Boen Ching.
Semua orang yang hadir ditempat itu menjadi sangat
terkejut sekali, kepandaian yang dimiliki Kiem Kiam Thaysu
ternyata telah mencapai pada tingkat yang paling atas dari
ilmu hawa pedangnya, entah Boen Ching hendak
meiyggunakan cara apa untuk menghadapi dirinya.
Boen Ching yang tampak akan hal ini di dalam hatinya
diam-diam dia makin bersiap siaga, pedang Cing Hong Kiam
ditangan kanannya mendadak ditekan kebawah dan dengan
sangat cepat sekali menyambar ke atas menutul tubuh pedang
emas tersebut. Pedang emas itu dengan cepat melekat kebawah dan balik
meluncur mengancam pelipis Boen Ching.
Boen Ching segera mengangkat sepasang pundaknya ke
atas, pedangnya balik memba-bat dengan menggurakan jurus
"Hong Cen Loei Tong' atau angin menggulung petir
menyambar. Didalam sekejap saja suara angin dan guntur
menggelegar memenuhi seluruh angkasa, dan dengan cepat
pula berhasil melempar pergi pedang emas tersebut.
Ilmu pedang "Hong Loei Chiet Kiam" sebenarnya
merupakan suatu ilmu pedang tingkat atas yang digunakan
untukr menundukkan iltmu pedang golonqgan hitam, sedarng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
pada saat ini Lweekang yang dimiliki Boen Ching pun telah
mencapai pada taraf kesempurnaan sehingga kehebatan dari
ilmu pedang "Hong Loei Chiet Kiam" ini bukanlah
sembarangan orang yang bisa menahannya.
Sinar mata Kiem Kiam Thaysu berkelebat tak henti-
hentinya, sedang dari bibirnya tersungging suatu senyuman,
pedang emas yang berputar ditengah udara itu mendadak
terlihat sinar pedangnya makin lama makin bertambah terang
dan makin bertambah menyilaukan mata, dengan kecepatan
yang luar biasa menekan keatas kepala Boen Ching.
Dalam satu jurus Boen Ching berhasil mencapai
sasarannya, didalam hatinya pada saat ini makin bertambah
mantap, ilmu pedang 'Hong Loei Chiet Kiam" nya dengan
cepat berturut-turut dilancarkan keluar.
Jurus "Hong Loei Coen Tong" segera dikerahkan keluar, pedang Cing Hong Kiam di tangannya mendadak berputar
berturut-turut kekiri dan kekanan sebanyak puluhan kali
banyaknya, pada saat dia mengerahkan tenaganya, pedang
Cing Hong Kiam tersebut mendadak terlepas dari tangannya
dan meluncur keatas.
Sinar pedang yang melindungi tubuh pedang Cing Hong
Kiam itu makin menjadi tebal, sekali lagi dia berhasil memukul mundur pedang emas tersebut.
Kiem Kiam Thaysu segera menarik kembali pedangnya,
sambil merangkapkan sepasang tangannya didepan dada
ujarnya. "Boen Sicu dengan memiliki kepandaian yang demikian
tingginya, masa depan tentu nya akan selalu cemerlang,
pinceng disini mohon diri terlebih dahulu, semoga saja Boen sicu dimasa yang akan datang selalu berbuat kebajikan."
Selesai berkata dia membalikkan tubuhnya, dengan
membawa She Yu sekalian berlari menuju keatas puncak
gunung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching sambil menyimpan kembali pedangnya, dengan
tajam memandang bayangan punggung Kiem Kiam Thaysu
sekalian hingga lenyap dari pandangan.
Ketika dia menoleh kebelakang, tampak Bwee Giok dengan
tersenyum sedang memandang ke arahnya, tak terasa lagi
Boen Ching pun tersenyum manis, didalam hatinya terpikir
kembali semua perkataan yang pernah diucapkan olehnya
kepada diri Suma Ing, terpikir pula peristiwa diatas puncak gunung Hwee Ing pada dua puluh tahun yang lalu, dimana
pada saat untuk pertama kali dia bertemu muka dengan diri
Thian Jan Shu beserta ke tujuh buah hioloo kuno
peninggalannya..
TAMAT
^