Bentrok Rimba Persilatan 3

Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 3


racunnya, dia tidak melanjutkan serangannya dan mundur ke
belakang, dengan dingin ia memandang pada Boen ching,
kemudian katanya.
"Tanganmu telah terkena racunku, sekarang aku mau lihat engkau mau bicara atau tidak!!"
Tangan kanan Boen ching terasa mulai kaku, telapak
tangan tadi telah berubah menjadi hitam dan menimbulkan
rasa yang amat sakit.
Sejak naik ke atas loteng, kedua mata pemuda berpakaian
putih itu terus mencari Pek Hian Ling, meskipun Pek Hian Ling telah membalikkan tubuhnya, tetapi mana dapat lolos dari
matanya. Begitu dia nampak Pek Hian Ling, sambil tertawa Cengar
Cengir dia berkata: "ibu, gadis itu juga berada di sini"
Wanita berbaju merah tidak menjawab, dengan dingin ia
memandang Boen ching.
Pek Hian Ling mendengar pemuda berpakaian putih itu
berkata demikian menjadi sangat terkejut, segera ia mencabut pedangnya. Kepada Ben Loei ci dan Bu cing ci ia berteriak.
"Paman, lekas datang kemari, orang ini akan
mempermainkan aku"
Bu cing ci dan Ben Loei Ci telah mengenal siapakah
sebenarnya wanita berbaju merah itu, kini mana mereka
berani maju tetapi Pek Hian Ling telah membuka mulut
meminta bantuan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Mau tak mau mereka terpaksa maju, kepada wanita
berbaju merah itu mereka berkata.
"Gadis itu adalah putri kesayangan dari Ketua Thian San Pay, cianpwe adalah seorang jagoan yang berkepandaian
tinggi, kami harap cianpwe mau melepaskan dia pergi dari
sini". Wanita berbaju merah itu dengan dingin mendengus, sama
sekali dia tidak ambil perduli pada dua orang itu.
Pek Hian ling nampak Bu cing ci ternyata memohon pada
wanita berbaju merah itu, dalam hatinya menjadi tak senang, katanya. "Siapakah dia ?"?""
Pemuda berpakaian putih itu maju setindak. dengusnya. ,
"Sekarang ibuku berada di sini, kalau engkau mau
mendengarkan perkataanku tentu tak akan terjadi apa2, tetapi kalau tidak " Hmm - ibuku tentu takkan mengampuni kau".
Pada waktu itu tangan kanan Boen ching telah mulai
membengkak, sungguh tak diduga kalau tangan wanita
berbaju merah yang sangat berbisa, dengan melihat tingkah
lakunya Boen ching telah mengetahui kalau wanita itu sangat sombong. Sambil tertawa besar, dia berkata.
"Jika kau ingin mencari kemenangan dengan menggunakan
cara ini tak ada gunanya".
Wanita berbaju merah itu mengerutkan alisnya, sambil
tertawa dingin ia berkata. "Engkau ingin mencari mati ?"?""
Jawab Boen ching, "diwaktu aku tak berjaga-jaga, engkau telah menggunakan racun untuk menyerang aku, ini dapat
dihitung merupakan kepandaian apa " Beranikah engkau
menghilangkan racun di tanganku ini terlebih dahulu
kemudian kita baru bertempur sebanyak lima ratus jurus".
Dengan tertawa panjang wanita berbaju merah itu berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Aku ingin melihat, selama sepuluh tahun ini perempuan hina itu telah mendidik murid yang bagaimana ?"
Sambil berkata tangan kanannya melemparkan pil ke arah
Boen ching. Boen ching mendengar wanita berbaju merah itu memaki
suhunya sebagai perempuan hina, wajahnya segera berubah,
pikirnya. "Kini tubuhnya telah terkena racunnya, lebih baik telan dahulu obat penawar ini baru berbicara".
segera dia menerima obat penawar itu dan segera
ditelannya. Ben Loei ci dan Bu cin ci mundur ke samping, mereka
sungguh tak menyangka kalau Boen ching berani bertempur
dengan wanita berbaju merah itu, sungguh nyalinya sangat
besar. Pemuda berpakaian putih itupun ingin melihat ibunya
bertempur melawan Boen ching, dalam hati Pek Hian Ling pun
masih mengharapkan Boen ching yang memiliki kepandaian
yang sangat tinggi itu jangan sampai kalah.
Setelah Boen ching menelan obat penawar itu, tak lama
kemudian cap yang tertera di telapak tangannya itupun mulai menghilang, dalam hatinya ia berpikir.
"Kepandaian wanita berbaju merah ini lebih tinggi daripada kepandaianku, agaknya tidak di bawah suhuku Ie Bok Tocu,
jika sampai bentrok dengan dia, sudah tentu aku bukan
tandingannya, lebih baik mencari siasat untuk meloloskan
diri." Wanita berbaju merah itu tertawa dingin, katanya. "Sudah siapkah kau?"
Boen ching menyapu keadaan di sekitar nya, kemudian
tertawa terbahak-bahak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Kedua kakinya melancarkan tendangan, sebuah meja
beserta mangkok yang ada di atas meja itu melayang ke arah
wanita berbaju merah itu dengan sangat keras, kemudian
badannya berkelebat dengan menggunakan ginkangnya "Hui Sie Yu Seh" atau terbang melayang bermain serat dia
melayang turun ke bawah loteng.
Wanita berbaju merah itu bersuit nyaring, sedang kedua
tangannya melancarkan satu kali pukulan untuk memukul
jatuh meja yang sedang melayang ke arahnya itu, sedang
badannya segera berkelebat turun ke bawah loteng untuk
mengejar Boen ching. Tetapi sesampainya di bawah loteng,
ternyata dia tak mendapatkan, buronannya di sana, dengan
dingin dia mendengus, pikirnya. "Boen ching tentu
bersembunyi disekitar sini"
Waktu dia sedang mencari Boen ching disekitar tempat itu,
tiba-tiba di atas loteng terdengar suara jeritan, dia menjadi terkejut.
Ternyata ketika Boen ching turun ke bawah loteng, dia tahu
kalau tempat itu tidak aman segera dia kembali naik ke atas loteng.
Pemuda berpakaian putih itu masih berada di sana, begitu
Boen ching naik ke atas lagi dia menjadi teringat kembali jurus aneh yang digunakan Boen ching untuk membanting nya
waktu di gunung Yi San tanpa merasa dia menjerit.
Boen ching maju ke depan, dengan menggunakan jurus
aneh yang ia dapatkan di gunung Yi San dari orang aneh itu
segera ia menotok jalan darah pemuda berpakaian putih itu
dan kemudian dicengkeramnya.
Wanita berbaju merah itu segera melompat naik ke atas
loteng, begitu nampak pemuda berpakaian putih telah
tertawan oleh Boen ching, mukanya berubah menjadi merah
padam saking gusarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching segera mencabut pedangnya dan dipalangkan
ke leher pemuda itu, sambil berkata.
"Engkau jangan terlalu mendesak. jika engkau berani
bergerak sedikitpun, akan kuhabisi jiwanya . "
Wanita berbaju merah itu tertawa dingin ia tidak
memperdulikan ancaman Boen ching malah memajukan
tubuhnya dan menubruk ke arah Pek Hian Ling dan
mencengkeramnya, kemudian dengan dingin memandang
Boen ching. Boen ching menjadi terkejut, mana berani ia turun tangan-Dua orang itu berdiri berhadapan tanpa mengeluarkan
sepatah kata, sehingga untuk sesaat loteng itu menjadi sunyi senyap.
Wanita berbaju merah itu tahu kalau Boen ching tak berani
bergerak. matanya memancarkan sinar yang tajam, tiba-tiba
tangan kanannya bergerak dan mendorong Pek Hian Ling ke
arah Boen ching. Karena pengalaman Boen ching masih
sangat rendah, ia tertipu. Ketika tadi ia terkejut, tangan
kirinya yang mencengkeram pemuda itu menjadi kendur,
sehingga pemuda berpakaian putih itu berhasil direbut kembali oleh wanita berbaju merah itu.
Boen ching menjadi berdiri ter-mangu2 dengan cepat
memegang tangan Pek Hian Ling, sedang wanita berbaju
merah itupun segera membebaskan totokan pemuda
berpakaian putih itu, kemudian dengan dingin memandang
pada Boen ching.
Setelah totokannya dibebaskan oleh wanita berbaju merah
itu, Pemuda berpakaian putih itu berkata.
"lbu, hati-hati bangsat ini dapat menggunakan ilmu hitam".
Boen ching memandang pada Pek Hian Ling sejenak.
kemudian pikirnya. "Kelihatannya kali ini agak sedikit merepotkan, ternyata wanita berbaju merah itu telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
menggunakan siasat yang amat licin untuk menipu aku,
agaknya dia mempunyai dendam yang sangat mendalam
kepada suhu ku, sudah tentu dia tak mau melepaskan aku
dalam keadaan hidup,hidup,."
Terdengar wanita berbaju merah itu dengan dingin, berkata
lagi. "Apakah suhumu hanya mengajar kau untuk berbuat
demikian?"
"sekarang boleh coba sekali lagi untuk meloloskan diri ".
Habis berkata tubuhnya melayang menubruk ke tubuh Boen
ching. Tangan kanan Boen ching segera membuat setengah
lingkaran ditengah udara dan melancarkan serangan
memotong ke arah lambung wanita berbaju merah itu dengan
menggunakan ilmu Ie Bok Kiam Hoat, sedang tangan kirinya
melancarkan pukulan lurus untuk mencegah tubrukan dari
wanita itu.. Tetapi bertempur dengan wanita berbaju merah itu yang
telah memiliki kepandaian yang sangat tinggi kepandaiannya
bukan merupakan apa2 di matanya, apalagi agaknya wanita
berbaju merah itu telah hapal benar dengan jurus ilmu
pedangnya, tangan kanannya dengan secepat kilat di ulurkan
ke depan dan menyambar ke dada Boen ching, sedang tangan
kirinya merebut pedang IeBok Kiam.
Boen ching menjadi sangat terkejut, jurus pedangnya yang
dikerahkan itu belum dilancarkan sampai setengah jalan, telah dipaksa untuk berganti dengan jurus yang lain, ditambah lagi dalam hatinya telah diliputi oleh rasa takut terhadap kedua tangan wanita itu yang beracun, ia didesak mundur selangkah demi selangkah.
Wanita berbaju merah itu tiba2 memperdengarkan suara
tertawanya yang tak enak didengar, badannya berkelebat
bagaikan kilat, tangan kanannya yang sedang menyambar ke
dada Boen- ching segera ditarik kembali dan mengancam ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
pelipisnya, sedang tangan kirinya dengan tetap
mencengkeram tubuh IeBok Kiam ditangan Boen ching.
Boen ching yang nampak pedangnya dicengkeram menjadi
terperanjat, ia tak berani beradu dengan tangan wanita
berbaju merah yang beracun itu, mau tak mau terpaksa dia
melepaskan pedangnya dan mundur ke belakang,
Wanita berbaju merah melihat dalam beberapa jurus saja
telah berhasil merebut pedang Boen ching, tak mau berhenti
sampai di situ saja, segera ia mengerahkan lwekang nya
kedua belah telapaknya bagaikan angin puyuh menyambar ke
tubuh Boen ching. Pemuda itu kini benar-benar terdesak.
kelihatannya dia akan terkena serangan telapak tangan wanita berbaju merah itu.
Tiba-tiba dia teringat kembali sembilan jurus aneh yang
diwariskan oleh orang aneh itu kepadanya, secepat kilat dia mengulurkan kaki tangannya ke depan dengan gaya orang
mabuk dan balas melancarkan serangan-
Wanita berbaju merah itu tidak berjaga-jaga, ia tidak
menyangka kalau dengan tiba-tiba Boen ching dapat
menggunakan jurus aneh itu untuk menyerang tangan kirinya
yang melancarkan serangan itu belum sampai menyentuh
tubuh Boen ching tahu-tahu dia telah dilontarkan oleh Boen
ching sejauh tiga kaki lebih dan terjungkir balik di tanah
sebanyak sembilan kali.
Sambil menahan sakit dengan cepat ia bangun berdiri,
dengan gusar ia membentak..
"Bangsat, ternyata engkau dapat menggunakan ilmu "Thay Then Kloe Sih" atau Sembilan jurus jungkir balik"
BOEN CHING MENJADI TERTEGUN, dia hingga kini masih
belum mengetahui apakah nama dari jurus2 aneh itu, kini
mendengar wanita berbaju merah itu berkata demikian, dia
baru mengetahui, ternyata jurus-jurus aneh itu bernama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Thay Thien Kioe shia" atau sembilau jurus jungkir balik, entah wanita berbaju merah itu mengapa dapat mengenainya.
Pek Hian Ling nampak Boen ching dapat membuat wanita
berbaju merah itu berjungkir balik di tanah sebanyak sembilan kali, hatinya menjadi kaget dan gembira.
Terdengar wanita berbaju merah itu mendengus berulang
kali, matanya berputar dan memandang atap loteng, agaknya
ia sedang memikirkan sesuatu hal yang sangat rumit.
Tiba2...... wanita berbaju merah itu mengeluarkan suara
bentakan dan sepasang bayangan berpencar dan jatuh
kebawah. Seorang kakek tua yang sangat gemuk dan pendek muncul
diatas loteng itu, sedang pada tangannya memegang pedang
Ie Bok Kiam milik Boen ching, sedang pada bibirnya
tersungging senyuman mengejek.
Sambil memandang pada pedang itu mulutnya tak henti-
hentinya memuji ketajaman pedang itu katanya.
"Sungguh tidak mudah dapat kurebut pedang dari tangan
Ang He ci atau Si Kelabang merah, itu membuktikan kalau aku si orang tua masih mempunyai rejeki dan panjang umur kalau
tidak. jika tersengat oleh Kelabang merah itu, Wah --- --bisa runyam".
Wanita berbaju merah yang disebut Ang He ci atau Si
Kelabang merah itu dengan gusar berkata,
"Tua bangka She Tong Hong, ternyata ini hari engkau mau mencari setori dengan aku. Jauh-jauh kau datang dari daerah utara kemari ini apakah khusus untuk ikut campur urusanku?".
si Kakek cebol itu membuka tutup matanya memandang
pada Boen ching, terhadap perkataan yang diucapkan wanita
berbaju merah itu seolah-olah tidak mendengar, agaknya
terhadap wanita berbaju merah itu dia mempunyai sedikit
ganjalan, wanita berbaju merah itu rupa rupanya jeri terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sikakek cebol itu, ia tak berani maju ataupun menegor,
walaupun perkataannya tak digubris.
Boen ching menjadi berdiri termangu-mangu disana, dia
sendiri juga tidak mengetahui siapakah si Kakek cebol itu,
dalam hatinya diam2 merasa heran, mengapa ini hari dia
dapat bertemu dengan orang-orang aneh yang berkepandaian
tinggi demikian banyaknya.
si Kakek cebol itu setelah memperhatikan Boen ching dari
kepala hingga ujung kaki, dengan lambat-lambat dia
membuka mulut. "Pedang ini masih sangat tajam, aku si orang tua akan
membawanya pergi Hey, Ang He ci, lain hari saja aku akan
mengucapkan terima kasihnya kepadamu".
Wanita berbaju merah itu dengan gusar berkata:
"Tua bangka She Tong Hong, engkau mendesak aku
keterlaluan, aku Shie chiau nlo bukannya dapat kau
permainkan seenaknya".
si Kakek cebol itu masih tidak mengambil peduli, sambli
mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Boen ching,
kemudian berjalan menuruni loteng itu.
si Kelabang merah itu sudah biasa melakukan pekerjaan
dari kalangan hek-to, kalau hanya mengenai sebilah pedang
saja memang urusan kecil, tetapi mukanya harus dibuang
kemana" Ia menjadi amat gusar, segera badannya melayang dan
menerkam ketubuh sikakek cebol itu dan mengancam ubun2
nya. si kakek cebol itu menancapkan pedang itu ke atas lantai
kemudian miringkan kepalanya untuk menghindari serangan


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang ditujukan ke ubun2 nya itu sedang telunjuk tangannya
balas menyerang mengancam teng gorokan si Kelabang
merah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Melihat serangannya gagal, sikelabang mengerahkan
ginkangnya untuk mumbul keatas lagi kemudian menjulurkan
telapak tangannya dan melancarkan satu pukulan yang hebat.
Dua orang itu makin bertempur makin menjadi sengit, dan
makin bertambah cepat Boen ching yang berdiri disamping
matanya menjadi berkunang-kunang, sedang dalam hatinya
diam-diam memuji kepandaian dua orang itu.
Tiba-tiba dua orang itu berpisah dan masing-masing
terhuyung mundur sebanyak tiga tindak. bibir kakek cebol itu masih tersungging senyuman dan seolah-olah tak menjadi
apa-apa, sebaliknya wajah si kelabang merah itu berubah
menjadi pucat pasi, kedua matanya melotot ke luar, dengan
gusarnya dia memandang si kakek cebol itu.
Kiranya tadi mereka telah terjadi saling adu tenaga dalam,
tetapi karena Lweekang dari sikelabang merah itu masih kalah setingkat dari kakek cebol itu sehingga kini dia terluka dalam.
Terdengar si kakek cebol itu sambil tertawa berkata:
"Sudah belasan tahun kita tak bertemu, ternyata si
kelabang merah makin lama makin beracun, untung aku si
orang tua masih ada sedikit ilmu simpanan, kalau tidak
bukankah tulangku akan kau hancurkan semuanya?"
Mendengar perkataan itu si kelabang merah mendengus,
katanya: "Tua bangka She Tong Hong, engkau tak usah banyak
bicara, pada suatu hari tentu aku akan merasakan
kelihayanku."
Kakek cebol tertawa terbahak-bahak belum habis
tertawanya, berkelebat suatu bayangan di atas loteng itu dan bertambahlah dengan seorang yang rambutnya tak karuan,
sambil bernyanyi berjalan memasuki loteng itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Melihat orang yang baru saja datang itu, hati Boen ching
menjadi sangat terkejut, kiranya orang itu adalah orang aneh yang menurunkan jurus-jurus aneh kepadanya.
Diam-diam dalam hatinya mengharapkan orang aneh itu
mau membantunya untuk mengusir si Kelabang merah itu.
Kakek cebol itu begitu nampak munculnya orang aneh itu,
wajahnya segera berubah kemudian sambil tertawa besar ia
berkata. "Sungguh heran mengapa kamu dua orang tidak muncul
bersama-sama" Belasan tahun tidak bertemu engkau Kongcu
Ya ternyata telah berubah menjadi sedemikian rupa"
Habis berkata ia tertawa dingin, tampaknya ia tidak
memandang sebelah matapun kepadanya.
orang aneh itu berjungkir balik berkali-kali dilantai loteng itu, terhadap perkataan yang diucapkau sikakek cebol itu
sepertinya tidak mendengar, setelah berdiri tegak tertawalah dia terbahak-bahak.
Dalam hati diam2 sikakek cebol itu merasa heran, selama
belasan tahun tak bertemu dengan nya, mengapa kini telah
berubah menjadi gila.
Dalam hati Boen ching merasa sangsi kalau didengar dari
perkataan si kakek cebol itu agaknya orang aneh itu dengan
wanita berbaju merah itu berasal dari satu jalan, mengapa
sikap dua orang itu terhadapnya sangat berbeda" jika dilihat dari sikap orang aneh itu waktu digunung Yi San, kelihatannya dia sangat hafal terhadap ilmu silatnya, mengapa suhunya
belum pernah menyinggung tentang orang ini" sungguh
sangat aneh Wanita berbaju merah itu nampak orang aneh itu
berbuat demikian, dengan gusar ia mendengus dan berkata.
"Engkau jangan berpura-pura gila atau jual lagak lagi, anak dan isteri sendiri dipermainkan orang, engkau juga tak mau
mengurus nya." orang aneh itu menjadi tertegun, senyuman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
di bibirnya segera hilang, ia berdiri mematung disana dan
memandang seluruh orang yang berada diatas loteng itu
dengan sikap keheran-heranan-si kakek cebol itu dengan
dingin mendengus katanya. "Anak Isteri"
Wanita berbaju merah atau sikelabang merah itu bertanya
lagi kepada si orang aneh:
"HHmm--- --"Thay Thien Kiem Sih" bocah ini apakah kau yang ajarkan?" Boen ching sekarang baru sadar, pikirnya: Jadi orang aneh itu ternyata adalah suami dari si kelabang
merah Shie chiau Nio itu.
Hatinya jadi mendesir, keinginan semula untuk minta
bantuan dari orang aneh itu untuk mengusir Shie chiau nio
telah lenyap tanpa bekas.
Kelihatannya otak orang aneh itu mulai jadi terang kembali, ia berkemak kemik.
"Thay Thie Kioe Sih" Aku selamanya tak pernah memberi
pelajaran ilmu silat kepada siapapun juga, aku telah mengajar Thay Thien Kioe Sih itu kepada siapa?"
Dalam hati sikelabang marah, Shie chiau Nio diam-diam
menjadi gusar, tapi kemudian pikirnya:
"Selamanya dia belum pernah berbohong di hadapan putra sendiri, mungkin kali inipun tidak berbohong,".
Tetapi hatinya masih setengah percaya setengah tidak.
terbukti Boen ching dapat menggunakan Thay Thie Kioe Sih
itu, hal ini tak dapat diragu-ragukan lagi.
orang aneh itu setelah memandang si kakek cebol itu
sejenak. sambil tertawa dia berkata.
"Agaknya kita pernah kenal bukan?" sikakek cebol itu menjadi tertegun pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
orang ini telah sungguh-sungguh telah menjadi gila
ataukah hanya berpura-pura gila?" Ia tertawa terbahak-bahak.
kemudian balikkan tubuh dan turun dari loteng itu.
Si kelabang merah, Shie chiao Nio nampak orang aneh itu
telah mulai menjadi sadar, hatinya menjadi bertambah berani, bentaknya:
"Tua bangka Sha Tong hong, engkau jangan pikir untuk
meloloskan dari sini, ini hari engkau tidak mengembalikan
pedang itu dan berturut-turut mengangguk-anggukkan kepala
kepadaku sebanyak tiga kali dan jangan harap keluar dari
loteng ini" sikakek cebol itu tertawa besar, ia tidak mau ambil perduli.
Pada saat itu tubuh sikelabang merah itu melayang dan
turun tepat dihadapan kakek cebol itu, sekali lagi dua orang itu mengadu kepandaianya, nampak dua bayangan berkelebat
kesana kemari, telapak tangan menyambar kesana kemari
membuat kursi dan meja yang ada diatas loteng itu hancur
berantakan, sedang dua orang itu masih ngotot adu kekuatan-
Sejenak kemudian kekek cebol itu membentak:
"Engkau mencari mati"
Dua bayangan segera berpisah, sikakek cebol itu tanpa
menoleh lagi terus turun kebawah loteng, sedang sikelabang
merah, Shi chiau Nio tangannya memegangi kepalanya,
wajahnya menjadi pucat pasi. orang aneh itu memandang
sikelabang merah itu sejenak, kemudian bersuit nyaring dan
lari turun dari loteng dan mengejar kearah kakek cebol itu
menghilang. Sikelabang merah, Shie chiau Nio tertawa dingin, kepada
pemuda yang berpakaian putih itu ia berkata.
" Kita juga harus pergi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Habis berkata dia tidak perduli lagi kepada Boen ching dan
orang-orang yang ada diloteng itu, segera terus lari mengejar suaminya.
Boen ching yang nampak pedangnya dibawa pergi oleh
sikakek cebol itu, mana dia mau terima, badannya berkelebat ikut lari mengejar.
Pek Hian Ling sebenarnya juga ingin pergi menonton
keramaian, sebab ia belum pernah menonton jago-jago yang
memiliki ilmu yang tinggi itu bertempur teriaknya.
"Hei tunggu aku, jangan kau pergi seorang diri, kau masih belum mengantarkan aku pulang kerumah ayahku"
Pada saat ini Boen ching mana ada niat untuk mengurus
dia, ia terus lari mengejar, dikejauhan ia hanya nampak
sikelabang meah Shie chiau Nio mengepit pemuda berpakaian
putih itu dan lari menuju kedepan mengejar suaminya.
Kepandaian dari Ie Bok To adalah mengutamakan dalam
hal ginkang,jika dibandingkan ginkang Boen ching sekarang ini tidak dibawah tiga orang itu, dan tidak lama kemudian ia telah dapat mengejar si kelabang merah shie chiau Nio dan terus
lari mengejar kearah orang aneh dan kakek cebol itu.
Setelah mengejar sejenak. dari kejauhan ia nampak dua
orang itu telah berhenti berlari, orang aneh itu segera
membuka serangan menyarang kakek cebol itu.
Ketika Boen ching sampai disana, orang aneh itu dan si
kakek cebol itu telah mulai bertempur, pertempuran kali ini jika dibandingkan dengan pertempuran antara sikakek cebol
dengan si kelabang merah di loteng rumah makan lebih hebat.
Kedua orang itu telah mengerahkan seluruh
kepandaiannya, nampak batu dan pasir berhamburan,
sedangkan bayangan dua orang itu sukar dikenal yang mana
orang aneh itu dan yang mana sikakek cebol itu karena saking cepatnya mereka bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tak sampai sepeminum teh, sikelabang merah dengan
putranyapun telah tiba ditempat itu, kelihatannya si kelabang merah pada waktu itu tak ada niat untuk mencari gara-gara
terhadap Boen ching, ia hanya melototkan matanya kearah
Boen ching yang membuat hatinya menjadi berdebar pikirnya.
Jika dua orang itu mengakhiri pertempuran mereka, dan
ternyata orang aneh itu berada di atas angin, si kelabang
merah itu tentu tak akan mau dengan mudah melepaskan
aku. Tak lama berselang dua orang itu memisahkan diri, nampak
si kakek cebol itu bersalto di tengah udara dan turun ketanah dengan indahnya, mukanya nampak sangat pucat sedang
orang aneh itu wajahnya berubah menjadi merah padam,
pertempuran kali ini masih belum dapat menentukan siapa
yang kalah, kelihatannya kepandaian dua orang itu seimbang.
Sikelabang merah, Shie chiau Nio tertawa dingin ia tahu
pada pertempuran kali ini dua orang itu telah mengadu tenaga dalam sehingga banyak hawa murni yang telah hilang,
keduanya kelihatan sangat payah sekali.
Dengan kalemnya ia berjalan mendekati si kakek cebol itu
sambil berkata. "Kini engkau boleh coba-coba merasakan kelihayan dari Si kelabang merah."
si kakek cebol itu dengan gusar mendengus, ia cepat
balikkan tubuh dan tinggal pergi dari tempat itu. Si kelabang merah, Shie chiau Nio memandang pada si kakek cebol itu
sejenak. ia tahu kalau dia tak akan dapat mengejarnya, diam-diam merasa terkejut, pikirnya.
"Situa bangka She Tong Hong ini, sudah belasan tahun tak bertemu ternyata kepandaiannya makin lama semakin
sempurna, sungguh tak disangka setelah beradu tenaga
dalam, dia masih dapat mengerahkan ginkang nya. orang ini
sangat berbahaya, lain hari aku tentu akan mencarinya untuk dibasmi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching melihat sikakek cebol itu telah pergi, mana dia
mau melepaskannya, teriaknya.
"cianpwee harap menunggu sejenak "
Sambil berteriak ia lari mengejar kearah si kakek cebol itu.
Sikelabang merah, Shie chiau Nio melihat orang aneh itu
sedang bersemadi untuk memulihkan kembali tenaga
dalamnya, ia mendengus seorang diri dia lari mengejar Boen
ching. Boen ching yang sedang mengejar sikakek cebol itu semula
masih dapat menjaga suatu jarak yang tertentu, tetapi makin mengejar makin tertinggal jauh dibelakang, sejenak keaaudian dia telah kehilangan jejak dari kakek cebol itu. Sedang suitan nyaring dibelakang tubuhnya belum berhenti, ia tahu kalau si kelabang merah itu masih selalu mengikutinya .
Boen ching segera mengerahkan ginkang dari Ie Bok To
yang paling lihay yakni "Shen Au Ban Lie" atau suara meraung selaksa lie, badannya melayang bagaikan elang raksasa, ia
tahu si kelabang merah telah menderita luka dalam yang
cukup berat, tentu dia tak akan mengejar terus, maka segera menghentikan langkahnya.
Bunyi suitan itu berhenti Boen ching pun memperlambat
langkahnya, setelah melihat keadaan sekelilingnya sejenak.
dalam hatinya timbul perasaan yang tak enak. pedang yang
dihadiahkan suhunya kepada dia ternyata telah lenyap. tanpa terasa dia menghela napas.
--ooo0dw0ooo- PENDEKAR SUAN MING DAN PENDEKAR HAN ING
BOEN CHING yang kehilangan pedangnya dalam hatinya
merasa tidak gembira, ia juga tidak mengetahui kini dirinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
telah berada di mana, tanpa berpikir lagi dia terus jalan maju ke depan-Entah sudah berjalan berapa waktu, tiba2 dihadapannya
berdiri sikakek cebol tadi, dengan wajah yang ber-seri2 dia memperhatikan dirinya.
Boen ching yang nampak munculnya sikakek cebol itu,
hatinya menjadi sangat gembira, dengan cepat dia maju
kedepan memberi hormat dan berkata.
"cianpwee baik2 sajakah engkau" Pedang itu adalah
pemberian suhuku, mohon cianpwee suka mengembalikan
kepadaku." Sikakek cebol itu sambil tertawa berkata.
"Tetapi pedang ini aku dapatkan dengan jalan merebut dari tangan sikelabang merah itu, bahkan kurang sedikit jiwaku
melayang, bagai mana dapat diberikan kepadamu dengan
begitu mudah ?"
Boen ching menjadi tertegun, semula dia pikir orang tua ini tentu akan mengembalikan pedang itu kepadanya, siapa tahu
sikakek cebol ini pun mempersulit dirinya, sambil tersenyum dipaksa ia membuka mulut dan berkata.
" cianpwee mungkin mempunyai syarat-syarat, boanpwe
tentu akan mengerjakannya."
si kakek cebol itu memandang sejenak padanya, kemudian
tanyanya. " Engkau sungguh2 tak mengenal aku orang tua?" Boen ching jadi melongo dibuatnya pikirnya:
"Aku belum pernah bertemu dengan kakek cebol ini,
mengapa dia dapat berbicara demikian", bagaikan dirinya
seharusnya sudah mengenal padanya." Ia memandang pada
kakek cebol itu dan menggeleng-gelengkan kepala. si kakek
cebol itu bertanya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Apakah selamanya suhumu belum pernah
memberitahukan kepadamu?"
Boen ching sekali lagi menggelengkan kepalanya, katanya:
"Apakah cianpwee mengenal suhuku?" si kakek, cebol itu menghela napas katanya.
"Suhumu adalah seorang yang sangat baik, hanya sayang
dia terlalu mengalah pada mereka?"
Sambil berkata, dia mengembalikan pedang nya itu kepada
Boen ching. Boen ching menghormati suhunya bagai kan menghormati
orang tuanya sendiri, mendengar perkataan itu segera ia
berkata. "Si kelabang merah, Shie chiau Nio itu ada hubungannya apa dengan suhuku" mengapa dia selalu memaki suhuku
sebagai perempuan hina?" si kakek cebol itu dengan dingin mendengus jawabnya.
"Jika aku menjadi suhumu, sejak dulu aku telah membunuh semua orang itu," Dia berhenti sejenak kemudian terusnya. "
Karena suhumu tak memberitahukan kepadamu, aku juga tak
enak untuk memberitahukan hal ini kepadamu, hanya akan
kuberitahukan kepadamu siapakah sikelabang merah, Shie
chiau Nio itu, dia adalah adik kandung suhumu sendiri" Boen ching menjadi sangat terkejut setelah tenangkan pikirannya
baru berkata.. "Adik kandung suhuku?"?"
Wajah sikelabang merah Shie chiau Nio segera terbayang
kembali, memang alis dan mukanya seperti milik suhunya,
tetapi jika si kelabang merah Shie chiau Nio itu adalah adik kandung sendiri, mengapa dia selalu memaki suhuku dengan
perkataan yang demikian rendahnya" ini tak mungkin bisa
terjadi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bagaimana juga dia berpikir tetap tak dapat mendapat
jawaban yang tepat. Si kakek yang cebol itu nampak Boen
ching menjadi termangu- mangu, sambil tersenyum dia
berkata. "siapapun tidak percaya adik kandung semacam ini kalau tidak ada malah kebetulan," ia menghela napas, kemudian lanjutnya, "hanya kasihan suhumu telah banyak menderita oleh karena mereka itu."
Boen ching setelah termenung sejenak. kemudian
tanyanya. "Tolong tanya siapa nama dari cianpwee?" Kakek cebol itu tersenyum, katanya.
"Aku mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
suhumu, dikatakan kepadamu juga tidak mengapa, aku adalah
pendekar Suan Ming, Tong Hong Hek, seorang gila itu adalah
Pendekar Han Ing sheh Tu Hoa"
Boen ching setelah berpikir sejenak, tanyanya: "Apakah dia mengenal suhu?"
Tong Hong hek tertawa, dia tak menjawab pertanyaan
Boen ching ini, setelah berdiam sejenak ia balik bertanya.


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benarkah dia telah menurunkan jurus2 aneh dari ilmu
"Thay Thien Kioe Sih" itu kepadamu?"
Jawab Boen ching dengan cepat.
"Dia bilang mau bertanding ilmu silat dengan aku, tetapi nyatanya dia telah mewariskan jurus-jurus aneh itu kepadaku"
Tong Hong Hek menganggukkan kepalanya, tanyanya.
"Jika dibandingkan dengan belasan tahun yang lalu, kini dia telah banyak berubah, dia telah mewariskan ilmu yang aneh
itu kepadamu, boleh di hitung masih ada belas kasih
kepadamu, jurus2 ini meskipun kelihatannya sangat
sederhana, tetapi jika digunakan kehebatannya tanpa
tandingan, ternyata engkau mempunyai jodoh unttuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
mempelajarinya, sering2lah kau berlatih ilmu itu, kalau tidak maka akan terbuang sia-sia."
Boen ching menundukkan kepala tidak menjawag, Boleh
masih dihitung masih ada belas kasih" perkataan ini dia tidak mengerti apakah artinya, tetapi pikirnya tentu ada hubungan dengan urusan mereka yang lalu sehingga dia tudak berani
banyak bertanya. Tong Hong Hek bertanya lagi.
"Apakah suhumu pernah berpesan padamu untuk
mengerjakan suatu pekerjaan?" Boen ching setelah berpikir sejenakan, katanya.
"Sebelum aku berpisah dengan suhuku, beliau pernah
berpesan padaku untuk mencari berita tentang seorang gadis
yang katanya adalah puteri suhuku yang telah lama
menghilang."
Tong Hong Hek sambil tersenyum berkata.
"Aku tahu kalau mengenai urusan ini suhumu tentu tak
dapat melupakannya, beberapa tahun ini aku telah
mendapatkan sedikit berita tentang hal ini, kalau tidak aku juga tak akan jauh jauh dari daerah utara datang kemari"
Mendengar parkataan itu Boon ching segera bertanya.
"Apakah putri sahuku itu berada didalam gunung Yi San ini?"
Tong Hong Hek menggelengkan kepalanya, katanya:
"Apakah berada digunung Yi San, aku juga tidak dapat
memastikannya, tetapi orang yang membawanya pergi mulai
pada waktu itu, sekarang berada digunung Yi San ini, hal ini tidak dapat diragukan lagi."
Dalam hati Boen ching diam2 merasa sangat gembira, jika
dilihat dari ucapan2 Ie Bok Tocu tiap harinya, dapat dipastikan kalau Ie Bok Tocu sangat sayang kepada puterinya itu, pada
sepuluh tahun yang lalu dia naik kepuncak Hwee Ing pUn juga karena ingin mencari berita tentang puterinya itu, tetapi
sungguh tak dinyana Thian Jan Shu telah binasa, kini Tong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Hong Hek ternyata ada berita tentang putri suhunya itu, hal mana tidak membuatnya menjadi sangat gembira. Dengan
sangat gembira, Boen ching bertanya. "Siapakah orang itu "-?"
Tong Hong Hek mendengus, tidak menjawab sejenak
kemudian dia berkata. " orang itu kepandaiannya sangat tinggi akupun belum tentu dapat menandinginya walaupun engkau
mengetahuinyapun juga tak ada gunanya, aku hanya akan
pergi kesana untuk menanyakan berita diri gadis itu saja, aku kira diapun tak akan membuat susah kepadaku, sekalipun
untuk menangkan dia aku tidak mempunyai kemampuan
tetapi untuk mengalahkan akupun tidak begitu mudah."
Dalam hati Boen ching berpikiri
"Mengapa hanya digunung Yi San ini saja dapat bertemu
dengan begitu banyak jago2 silat yang berilmu tinggi" tentu didalamnya banyak terkandung apa2-nya".
Terdengar Tonga Hong Hek berkata lagi.
"Hanya tadi aku telah mengadu tenaga dalam dengan tiga orang itu, kemudian harus mengerahkan seluruh tenaga untuk
berlari lagi, kini telah menderita luka dalam yang cukup parah, untuk menyembuhkannya harus ada seseorang yang menjaga,
dapatkah engkau membatu aku untuk menjaga kalau ada
orang yang datang menganggu ketika aku sedang
menyembuhkan lukaku?"
Boen ching menganggukkan kepalanya, sedang dalam
hatinya dia memikir. "Soal ini sudah tentu harus aku lakukan".
Tong Hong Hek menjadi sangat gembira, ia tertawa
terbahak-bahak dan katanya.
"Hanya satu hari satu malam saja. Dua belas jam kemudian luka dalamku akan sembuh kembali. tempat inipun merupakan
pedalaman dari gunung Yi San, jarang sekali ada orang yang
sampai disini, engkau menjaga disampingku saja untuk
mencegah segala kemungkinan yang akan terjadi".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Habis berkata, dua orang itu mencari suata gua yang bersih
dan Tong Hong Hek mulai duduk bersemedi untuk
menyembuhkan luka dalamnya itu.
Boen ching segera berjalan keluar dan menjaga diluar gua,
tak lama haripun mulai menjadi gelap. selama ini tidak pernah terjadi apa-apa, ternyata Tong Hong Hek telah menyediakan
rangsum secukupnya dan air didalam gua itu untuk dirinya,
sehingga dia tak perlu meninggalkan gua itu untuk mencari
makan- Malam itu udara sangat bersih, bulan yang bulat
memancarkan sinarnya. Boen ching yang duduk sendirian
dipintu gua itu menjadi terbayang kembali kejadian-kejadian yang telah lalu.
Tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki yang datang
mendekat Boen ching menjadi tertegun, pikirnya. " Waktu ini entah masih ada siapa lagi yang ternyata berada dipedalaman gunung Yi San ini, lebih baik aku bersembunyi dahulu"
Berpikir sampai disini, dengan cepat ia bersembunyi
didalam gua itu. Dengan meminjam sinar bulan yang sedang
memancarkan sinarnya itu Boen ching nampak Tong Hong
Hek sedang duduk bersemedi untuk menyembuhkan lukanya.
Tindakan kaki itu makin lama makin mendekat, mendengar
dari suara tindakan itu agaknya yang datang tidak hanya satu orang saja. Terdengar suara seorang berkata.
"Toako pemamdangan malam ini sungguh sangat
indahnya".
Habis berkata dan berdiam sejenak. tiba2 ia mengeluarkan
suara tertahan katanya dengan keras.
"Disitu masih ada suatu gua, mari kita masuk kedalam
untuk beristirahat lebih dahulu baru melanjutkan perjalanan kita".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Mendengar hal itu Boen ching menjadi sangat terkejut,
kalau mendengar dari suara orang itu agaknya mereka itu
sedang mencari dirinya jika sampai sungguh masuk kedalam
gua itu, bukankah akan membahayakan jiwa Tong Hong
cianpwee yang sedang bersemedi itu"
Terdengar salah satu dari mereka itu dengan suara heran ia
berkata, "Hati2lah sedikit mungkin didalam gua itu ada binatangnya." orang yang semula berbicara itu sekarang tertawa besar katanya.
"Mana kita dapat takut terhadap kucing hutan segala".
Kemudian terdengarlah suara tindakan kaki yang sangat
ramai mendekati gua itu, jumlah mereka tidak sedikit kurang lebih lima enam banyaknya.
Boen ching melihat mereka berjalan makin mendekat,
badannya segera melesat keluar dari gua dan berdiri dimuka
gua dengan angkernya. Baru saja ia akan membuka mulut
untuk menegur mereka ia dibuat tertegun oleh dandanan
mereka itu. Yang datang ternyata berjumlah delapan orang, semuanya
memakai pakaian ringkas berwarna hitam, sedang pada
punggung mereka masing-masing menggembol senjata tajam,
kalau hanya itu saja masih tak mengherankan, yang
mengherankan hatinya adalah tiap-tiap orang memakai kain
kerudung yang menutupi seluruh wajahnya.
orang-orang itu nampak dari dalam gua muncul satu orang
menjadi terkajut dan menghentikan langkahnya.
Satu diantara mereka itu mengeluarkan suara tertahan,
katanya. "Sungguh cepat sekali, bukankah orang ini adalah Boen
ching. Kita telah mencarinya setengah harian, ternyata dapat bertemu disini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching jadi terkejut, ternyata orang-orang ini sedang
mencarinya, kalau dilihat orang-orang itu bukanlah berasal
dari tujuh partai besar manapun entah karena urusan apa
datang mencari-cari dirinya. Boen ching maju ke depan dan
bertanya. "Saudara-saudara mencari cayhe entah karena urusan
apa?" Pemimpin dari orang-orang itu tertawa terbahak-bahak
sambil membalas hormat pada Boen ching ia berkata.
"Boen Siauw hiap. beberapa hari ini nama Siauw hiap telah menggetarkan dunia Kangouw, cayhe beberapa orang
mendapat perintah dari majikan kami untuk mengundang
saudara." Boen ching tertawa besar, katanya.
"cayhe tak mengenal siapakah majikanmu itu, selamanya
tak saling mengenal apa lagi saudara-saudara menggunakan
kain mengerudungi wajah asli saudara, mengapa tidak saja
datang dengan wajah aslimu" maaf kalau aku Boen ching tak
dapat menurut perintah." orang itu dengan berkata.
"Boen Siauw hiap jangan salah paham, kami delapan
bersaudara menutupi wajah asli kami karena mempunyai
kesulitan kami sendiri dan kini datang kemari dengan maksud baik, harap Boen Siauw hiap jangan banyak curiga dan sudi
bertemu dengan majikan kami."
Boen ching yang mendengar perkataan itu, kelihatannya
lunak. tetapi sebenarnya mengandung sifat memaksa
bagaikan dirinya harus pergi untuk menemui majikannya,
selama hidupnya dia paling benci kalau diundang secara
paksa. kini mendengar hal itu ia mendengus, katanya. .
"Kalau aku tidak mau pergi, apakah saudara hendak
menggunakan kekerasan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
orang itu menoleh kebelakang dan memandang pada
kawan2 nya kemudian tertawa terbahak-bahak katanya.
"Jangan kau katakan menggunakan kekerasan, majikan
kami sungguh2 sangat menghormati Boen Siauw hiap tetap
tak mau pergi bukan aaja kami delapan saudara tak dapat
memenuhi kewajiban kami juga akan membuat majikap kami
menjadi sedih karena itu".
Boen ching setelah mendengar semuanya itu, tetapi masih
tetap hendak menggunakan kekerasan, ia memandang
beberapa orang itu dengan tajamnya, tak dapat diraba mereka itu berasal dari aliran mana, sambil tertawa ia berkata.
"cayhe kira mengenai urusan ini aku Boen ching tak dapat menuruti perintah" orang itu tertawa besar lagi, katanya.
"Boen Siaw hiap masih muda dan gagah, kalau tidak mau
menurut perintah, terpaksa kami delapan saudara akan minta
pengajaran dari Boen siauw hiap yang memiliki kepandaian
tinggi itu"
Boen ching tertawa dingin, dengan memegang kencang
pedangnya ia berdiri didepan pintu gua dengan gagahnya,
sedang matanya memandang kedelapan orang itu tanpa
berkedip. Pemimpin dari delapan orang itu nampak Boen ching
bersikap demikian, dalam hatinya memuji pemuda ini
mempunyai nyali yang besar.
Segera ia memberi isyarat pada kawan-kawannya, delapan
bilah pedang bersama-sama ke luar dari sarungnya dan
membentuk barisan setengah lingkaran mengepung Boen
ching. Boen ching diam-diam terkejut, jika ia kini seorang diri
tidaklah mengapa, tetapi didalam gua masih ada Tong Hong
Hek yang sedang bersemedi untuk menyembuhkan luka dalam
nya. Ternyata dugaan Boen ching dan Tong Hong Hek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
meleset, mereka tidak menyangka kalau di sini masih ada
orang mencari setori padanya:
Terdengar pemimpin dari delapan orang itu tertawa besar
sambil berkata:
"Boen Siauw hiap. sekali lagi kami harap engkau mau turut kami untuk menghadap pada majikan kami."
Boen ching nampak pemimpin dari delapan bersaudara itu
sudah mengambil kepastian yang tak dapat dirubah lagi,
dengan dingin ia berkata. "Itu harus dilihat kamu berdelapan dapat mengundang aku pergi atau tidak"
Pemimpin dari delapan orang itu tertawa panjang
tangannya memberi isyarat, delapan bilah pedang itu
bersama-sama menusuk kearah Boen ching.
Boen ching nampak delapan orang itu telah turun tangan
dia telah mengetahui dengan kekuatannya sendiri sudah pasti tidak dapat melawan orang-orang itu yang maju bersama-sama, bahkan dilihat dari gerakan delapan bilah pedang itu
nampaknya mereka itu telah mendapatkan latihan yang cukup
lama serta mempunyai pengalaman yang lama dalam
bertempur bersama.
Pikirannya segera bergerak. karena terus berada ditempat
ini bukan merupakan suatu cara yang baik, lebih baik
tinggalkan tempat ini mereka tentu tidak tahu kalau didalam gua itu masih ada beberapa orang, seorang ialah Tong Hong
Hek yang sedang besemedi untuk menyembuhkan luka
dalamnya, jika dapat memancing mereka pergi dari tempat ini bukankah Tong Hong Hek tak ada yang datang
mengganggunya lagi"
Pikiran ini segera terlintas didalam benaknya, segera ia
bersiul panjang, kedua kakinya melancarkan ilmu tendangan
"cing Po ciet Yau" atau ikan paus melompat tujuh kali. sedang di tangan kanannya melancarkan serangan mematikan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Delapan orang itu sungguh tidak mengira kalau mereka
dapat diserang ber-sama2 meskipun Boen ching karena harus
menyerang delapan orang itu ber-sama2 tenaganya menjadi
terganggu, tetapi hal ini adalah merupakan kejadian yang
sebelumnya belum pernah mereka alami, sehingga membuat
mereka menjadi terkejut.
Boen ching setelah mendesak mundur delapan orang itu,
badannya segera berkelebat dengan menggunakan ilmu
ginkang nya "Shen Au Ban-lie atau suara meraung laksa lie ia melayang pergi dari tempat itu.
Sebenarnya dia dapat meloloskan dirinya tetapi kalau dia
pergi delapan orang itu tentu akan masuk kedalam gua
sehingga semedi Tong Hong hek yang dilakukan selama
setengah harian itupun akan berantakan-
Segera setelah ia meloncat keluar dari gelanggang dan
tidak melarikan diri bahkan berdiri disana menanti datangnya delapan orang itu. Pemimpin dari delapan orang mendengus,
katanya. "Bagus kepandaian Boen Siauw hiap ternyata tidak mengecewakan." Habis berkata delapan orang itu
mengurungnya ditengah lagi.
Boen ching memusatkan pikiran menanti serangan musuh
yang datang, pikirnya.
"Aku harus memancing pergi delapan orang itu selangkah demi selangkah sehingga tidak mengganggu Tong Hong Hek.
jika ke delapan orang itu mendesak mendekati, aku akan
mundur kebelakang".
Delapan orang itu nampak Boen ching mundur terus, badan
mereka segera berkelebat dan mengambil kedudukan pat Kwa
untuk mengurung Boen ching.
Boen ching nampak begitu pikirannya sedikit bercabang,
segera terkurung oleh mereka ditengah gelanggang diam2
hatinya memuji cara delapan orang itu merebut tempat
kedudukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
jika bertempur secara demikian terus menerus, dirinya
tenta akanjatuh dibawah angin, tiba2 dia teringat pada
langkah Kloe Khong Pat Kwa, tidak menunggu sampai delapan
orang itu berdiri tegak dengan cepat ia membalikkan pedang
nya dan mendesak orang yang berdiri dibelakang tubuhnya
dengan beberapa kawan sisanya tujuh orang segera turun
tangan bersama-sama, Boen ching tidak menggubris,
badannya segera mundur kebelakang dengan sikutnya ia
menyikut pinggang orang itu sedang kaki kanannya mundur
setindak lagi dengan demikian dia telah menduduki tempat
"Kan"
Dengan direbutnya tempat kedudukan itu, maka hanya
pedang dari kanan dan kirinya saja yang dapat menyerang
padanya, sedangkan lima pedang lainnya tidak dapat
mencapai kesempatannya, karena terhalang oleh tubuh
kawannya sendiri.
Ketika itu pedang dari kanan dan kirinya itu datang


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang ke tubuhnya, pedang Boen ching dengan cepat
menangkis kemudian ia balik membalas menyerang dengan
gencarnya, seketika itu juga barisan pedang itu menjadi kacau balau, sedang ke delapan orang itu terperosok dalam keadaan saling berhadapan-Pemimpin dari delapan saudara itu menjadi terkejut,
sungguh tak disangka Boen ching ternyata demikian hafalnya
terhadap barisan Pat Kwa, pedang ditangan kanannya segera
di sabetkan, delapan orang itu segera mundur kebelakang dan berganti dengan barisan pedang yang lain, mereka hanya
mengurung Boen ching saja dan berdiam diri tak bergerak.
Boen ching nampak delapan orang itu membagi dirinya
menjadi lima di depan dan tiga di belakang, baik diatas
maupun dibawah tampaknya tak karuan tak dapat dilihat
keistimewaan dari barisan itu terletak dimana.
Ia ingin memancing delapan orang itu lebih jauh lagi sedikit dari tempat itu, cepat ia balikkan tubuhnya dan melancarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
serangan dengan menusuk salah satu orang dari mereka,
siapa tahu delapan orang itu telah menggunakan senjata "Pat Sian Kiam Tin" atau barisan pedang delapan dewa, begitu Boen ching balikkan badannya melancarkan serangannya itu,
dia telah melakukan suatu kesalahan yang besar, sebenarnya
kunci dari barisan ini adalah kamu tidak bergerak kamipun tak bergerak. tetapi begitu engkau bergerak maka akan terkurung di dalam barisan itu.
Tampak delapan orang itu segera bergerak. dengan
demikian barisan "Pat Sian Kiam Tin" itu telah mulai memperlihatkan kelihayan nya, delapan pedang itu bagaikan
kilat bergilir melancarkan serangannya mereka bagaikan telah menjadi satu sehingga kekuatan mereka kini delapan kali lebih hebat dari tadi sedangkan gerakkan pedangnyapun delapan
kali lebih cepat.
Serangan pedang Boen ching belum saja di gunakan habis
delapan orang itu telah bersama-sama maju menyerang
kearahnya. ia merasakan gerakan delapan bilah pedang itu
cepat bagaikan dia sedang bertempur dengan seorang saja,
berturut-turut ia menangkis beberapa kali sambaran pedang,
sebentar menangkis ke atas dan sebentar lagi menangkis
kebawah tak henti-hentinya, dalam hatinya diam-diam merasa
terkejut, sekarang ia terdesak, dua kakinya ber-turut2
melancarkan beberapa kali serangan untuk mendesak musuh,
dan merubah kedudukan dari pihak menyerang menjadi pihak
bertahan. Delapan orang itu saling bergantian melancarkan serangan
pedang mereka, serangan pertama lebih cepat dari serangan
berikutnya dan lebih hebat pula dari serangan selanjutnya.
Boen ching makin bertempur makin terkejut hatinya,
barisan delapan orang itu sungguh-sungguh sangat hebat
sekali sehingga tidak ada lubang kelemahan sedikit pun juga, sungguh tak disangka setelah delapan orang itu bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dirinya ternyata tak mempunyai kekuatan untuk membalas
sekalipun- Delapan orang itu dengan ganasnya melancarkan jurus-
jurus mereka, nampak Boen ching masih juga dapat
menerimanya, hatinyapun menjadi sangat terperanjat, barisan delapan orang kini mulai bergerak dan memaksa Boen ching
setindak demi setindak bergeser kesebelah kiri.
Boen ching waktu itu hanya dapat dengan sekuat tenaga
menjaga diri, kini nampak delapan orang itu memaksa dirinya bergeser kesamping kiri, dia juga tak mau banyak berpikir lagi karena apa, dalam hatinya ia hanya memikirkan dengan cara
bagaimana dapat memecahkan barisan pedang itu.
Baru saja dia berpikir sampai disitu, nampak delapan orang
itu telah bergerak maju lagi bergantian untuk menyerangnya, segera terpikir olehnya untuk menggunakan ilmu "Si Liu Eng Hong" - Pohon Liu menahan angin balas menyerang musuh.
Baru saja ia akan bergerak maju untuk membalas
menyerang, nampak delapan orang itu telah membubarkan
barisannya dan bersembunyi dibelakang batu besar, hatinya
menjadi sangat heran, dan berdiri tertegun disana..
Tiba-tiba diatas kepalanya berhembus angin yang sangat
perlahan, dengan cepatnya ia menggunakan pedangnya
menyambut datang yasambaran itu ujung pedangnya
menyentuh benda itu, dalam hatinya merasa ketidak beresan,
dia segera berusaha untuk meloloskan diri, tetapi delapan
orang telah mendesak dengan pedangnya, sebuah jala yang
sangat halus telah jatuh dan menjala badannya dengan
kencang, jala halus itu entah dibuat dari bahan apa, ditarik juga tak dapat putus. seketika itu juga dia telah tertawan
hidup, hidup, Pemimpin dari delapan orang itu tertawa besar, dia berjalan mendekat sambil memasukkan kembali pedang Boen ching
kedalam sarungnya dan berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Sungguh, maaf saudara,aku jika tak menggunakan cara
ini, Boen sauw hiap tentu tak mau pergi"
Begitu tubuh Boen ching sedikit bergerak. jala itu merapat
lebih kencang lagi, dalam hatinya dia tahu banyak
bergerakpun tak ada gunanya, diam2 dia menghela napas.
Delapan orang itu memasukkan kembali pedangnya
kedalam sarungnya, salah satu dari mereka itu segera
mengangkat tubuh Boen ching dan bersama-sama lari kearah
barat. Boen ching kini baru tahu, ternyata delapan orang itu sejak tadi telah memasang jala aneh itu menunggu dirinya
terpancing, kemudian menangkapnya, tiba tiba terpikir
olehnya: " Entah jala dilontarkan dengan alat atau oleh orang, jika dilakukan oleh orang, maka luka dalam Tong Hong Hek sudah
pasti sukar disembuhkan-"
Setelah berlari setengah harian, sampailah mereka disuatu
lembah itu baru saja mereka memasuki lembah itu, pada
mulut lembah itu tiba2 muncul seorang yang bertopeng, orang itu berkata pada delapan orang itu, katanya:
"Majikan tak ada didalam lembah, serahkan saja Boen
ching itu kepadaku." Delapan orang itu menjadi tertegun, pikir mereka.
"Siapakah orang ini" majikan telah memerintahkan kami
untuk mengundang Boen ching datang kedalam lembah,
mengapa kini bisa pergi?"
Badan orang bertopeng itu segera berkelebat dan telah
berhasil menotok jalan darah tiga orang dari delapan orang
itu, sekali sambar tubuh Boen ching telah dapat direbutnya
dan dibawa lari keluar lembah.
Sisanya lima orang itu segera membentak dan ber-sama2
lari mengejar^ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Meskipun orang bertopeng itu sambil me-ngempit Boen
ching, tetapi geraknya ternyata masih secepat kilat, tak lama kemudian lima orang itu telah tertinggal jauh sekali.
Pada waktu itu hati Boen china sangat terkejut dan merasa
heran meskipun kaki dan tangannya tidak dapat bergerak.
tetapi telinga dan matanya masih normal. Pikirnya. "Siapa lagi orang ini" orang2 ini memperebutkan aku entah dengan
tujuan apa?"
Setelah berlari setengah harian, fajarpun hampir
menyingsing, orang bertopeng itu segera meletakkan tubuh
Boen ching keatas tanah, kemudian membuka topengnya,
sambil tersenyum ia berkata:
"Sungguh beruntung aku dapat menolong kau keluar."
Boen ching nampat orang itu membuka topengnya menjadi
ter-mangu2, orang itu ternyata adalah seorang gadis yang
sangat cantik, lebih2 jika dia sedang tertawa: Gadis itu
nampak Boen ching memperhatikan dirinya, sambil tertawa ia
berkata: "Sungguh sangat beruntung dapat bertemu dengan kau,
kalau tidak engkau tentu akan disiksa oleh mereka".
Boen ching tidak tahu gadis itu berkata demikian itu apa
artinya, pikirnya tentu
majikan dari delapan orang itu sangat kejam sehingga
gadis itu berkata demikian, berpikir sampai disitu lalu katanya.
"Terima kasih atas budi nona yang telah menolong aku
lolos dari cengkeraman delapan orang itu, dapatkah nona
membantu aku membukakan jala ini ?" "Gadis itu tersenyum, ia menggelengkan kepalanya kemudian berkata.
"Jala ini dapat aku membukanya, tetapi itu tak dapat aku lakukan karena begitu jala itu kubuka, jika engkau mau pergi aku tidak bisa mencegah engkau"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching tertegun, entah karena apa ia berbuat
demikian, ia tertawa pahit, dan berkata.
" Nona jika ada urusan harap berbicaralah terus terang, mengapa harus berbuat demikian, apalagi aku berhutang budi
pada nona"
Perkataanya belum selesai, gadis itu telah menggoyangkan
tangannya dan berkata:
"Sudah......sudahlah, jangan berbicara sembarangan,
engkau telah berhutang budi padaku, jika aku menanyaimu
sesuatu hal maukah kau berterus terang menjawabnya?" Boen ching ragu-ragu berkata.
"Nona coba katakan dahulu, aku lihat itu urusan hal
mengenai apa?" Jawab Boen ching dengan perlahan-lahan-
"Kecuali jika kau mau berterus terang memberitahukan
kepadaku, kalau tidak aku tak akan membuka mulut, agar
jangan sampai setelah aku membuka mulut engkau tak mau
menjawabnya bukankah hal itu akan sia-sia belaka?" Diam-diam Boen ching berpikir.
"Ada beberapa soal aku telah berjanji dengan suhu untuk tidak menjawab, memang benar perkataan nona itu walaupun
engkau bertanyapun akan sia-sia belaka" Setelah menghela napas, kemudian katanya.
"cayhe Boen ching sebenarnya tak dapat berbuat apa-apa, nona lebih baik tak usah bertanya."
Gadis itu mengira setelah Boen ching berada ditangannya
tentu dia akan menyanggupi untuk menjawabnya, siapa tahu
dia tetap tak mau menjawab, membuatnya dengan diam-diam
menjadi gusar katanya.
"Kalau engkau tak mau menyanggupi untuk menjawab
pertanyaanku, akupun tak akan membukakan jala ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching nampak gadis itu mengancam padanya,
membuat dia menjadi mengerutkan alisnya, pikirnya.
"Aku tidak mau bicara aku lihat engkau dapat berbuat apa-apa." Habis berpikir segera ia menutup matanya tak berbicara lagi
Gadis itu nampak Boen ching menutup mulut tak
menjawab, dia mendengus sedang hatinya menjadi mangkel.
Sesaat dua orang itu tak berkata apa-apa, gadis itu tak
sabar lagi, katanya pada Boen ching:
"Engkau ini bagaimana, mengapa tidak berkata sepatah
katapun" jika bukannya aku telah menolongmu, sejak tadi
engkau telah jatuh ketangan orang-orang itu, mereka sudah
tentu tak sesabar aku"
Boen ching dengan perlahan menghela napas, katanya.
"Nona, hari ini telah menolong aku, lain hari tentu akan kubalas budi ini"
Gadis itu mendengus, katanya.
"Lain hari " Aku kira kita berdua tidak akan bertema muka lagi, engkau bilang lain hari, aku tak tahu itu kapan akan
terjadinya". Boen ching mendengar perkataan itu, diam-diam berpikir.
"Gadis ini entah menginginkan persoalan apa dariku, dia bilang lain hari selamanya tak akan bertemu denganku lagi,
bukankah setelah mendapatkan keterangan dariku dia akan
membunuh aku untuk menutup mulut ?"
Dia sebenarnya seorang yang sangat pintar, kini otaknya
segera bekerja supaya dapat menebak nona itu akan bertanya
tentang apa, segera ia tertawa dan berkata.
"Nona tak mau berbicara akupun sudah tahu nona ingin
bertanya tentang apa, tetapi persoalan ini selamanya nona tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
akan mendapatkannya dari mulutku ". Gadis itu termangu-mangu, katanya.
"Engkau sudah tahu tentang urusan ini, itulah lebih baik, aku kira orang2 aneh dari seluruh persoalan akan datang
kemari, pokoknya tak bisa meloloskan diri, aku kini telah
menolong satu kali, lebilh baik kau beritahu aku saja". Boen ching tertawa tawar, pikirnya. "Perkataan tadi agaknya mencurigakan sekali". Segera ia membuka mulutnya dan
berkata pada gadis itu. "Aku kira kali ini engkau akan sia-sia".
Gadis itu tertawa, ia tak dapat menangkap arti dari
perkataan Boen ching itu, kemudian katanya.
"Aku sungguh menyesal telah menolongmu tadi"
Habis berkata ia memandang tajampada Boen ching,
melihat perubahan apa yang akan terjadi pada diri Boen ching.
Boen ching dengan tertawa berkata.
" Delapan orang yang memakai kain kerudung itu apakah
anak buahmu ?"
Gadis itu tertegun, sungguh dia tak mengira bila Boen
ching ternyata dapat menebak bahwa dia yang menolong
Boen ching adalah berpura-pura saja, padahal gerak-gerik
orang itu sangat rapat dan rahasia sekali. Mana mungkin pada saat2 terpenting dapat ditolong olehnya dan kini gadis itu
dengan tenangnya duduk disana tidak takut ada orang datang
kemari untuk mencarinya, sudah tentu hal ini membuat hati
Boen ching menjadi curiga. Gadis itu menjadi ter-mangu2,
katanya. "Sungguh tak terkira semuanya capat kau pecahkan".
Boen ching tersenyun dan tidak menjawab, seolah-olah
memang tidak seharusnya dia menjawab pertanyaan itu. Gadis
itu berkata pula.
"Lebih baik engkau katakan sekarang saja, aku tak dapat memaksamu untuk membuka mulut, tetapi kalau ayahku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
datang, aku kira engkau tentu akan mengalami banyak
penderitaan".
otak Boen ching segera bekerja, suhunya telah berpesan
kepadnya untuk tidak memberitahukan persoalan ini kepada
siapapun juga. entah siapakah ayah dari gadis itu.
Baru saja ia berpikir sampai disitu, dari dalam hutan
terdengar dengusan yang sangat berat, seorang tua yang
berbadan tinggi besar berjalan keluar dari hutan-
Begitu nampak orang tua itu, gadis itu segera bangun
berdiri, panggilnya. "Ayah mengapa engkau juga datang
kemari ?" orang tua itu memandang pada dua orang itu sejenak,
kemudian berkata dengan suara perlahan-
"Aku telah tiba sejak tadi "
Boen ching diam2 membatin, "siapakah orang tua ini ?"
kalau dilihat dari gerak-geriknya seperti pernah aku ketahui entah dimana tetapi saat ini aku tak dapat mengingatnya
kembali. orang tua itu memperhatikan Boen ching sejenak lalu
berkata pada gadis itu. "Anak Hwie, lepaskan dia ."
Gadis itu tertegun dan bertanya. " Lepaskan dia ?"?"
Orang tua itu menganggukkan kepalanya, dalam hati gadis
itu menjadi bingung, ia berjalan mendekati Boen ching
kemudian menarik seutas tali yang ada pada jala tersebut,
dengan demikian maka terbukalah jala itu.
Boen ching segera bangun berdiri dan memberi hormat
pada orang tua itu, katanya. "Kiranya cianpwe adalah
ciangbunjin dari Tiang Pek Pay, cing Siauw Hong cianpwee".
Begitu melihat cara membuka jala itu, dia segera teringat
kalau Tiang Pek Pay mempunyai senjata tunggal yang disebut
"Loe Ie Wang" yang persis seperti ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
can Siauw Hong menganggukkan kepala nya dan berkata.
"Kiranya engkau masih ingat padaku"
Boen ching tahu kalau orang tua itu banyak akalnya, sudah
tentu dia tidak akan melepaskan dirinya dengan demikian
mudahnya, dan telah membuang banyak tenaga untuk
menangkap dirinya, kini dengan melepaskan dirinya itu sudah tentu mempunyai tujuan lain-can Siauw Hong memperhatikan Boen ching sejenak.
kemudian berkata. Sepuluh tahun yang lalu delapan partai
besar telah mengerubuti jago nomor wahid, Thian Jan Shu
sehingga akhirnya Thian San ciet Kiam tewas semuanya,
kabarnya waktu itu Thian Jan Shu meninggalkan ilmu silatnya dan hanya engkau seorang yang mengetahuinya, selama
sepuluh tahun ini ciangbunjin dari tujuh partai besar partai besar terus mencarimu juga karena ilmu silat peninggalan
Thian Jan Shu itu. Entah urusan ini benar atau tidak ?"
Pikir Boen ching. "Sungguh aku tak salah menduga ternyata adalah karena urusan tujuh hioloo kuno itu, tentu karena tujuh partai besar ingin mencari aku maka baru urusan ini
dikatakan".
Pikir Boen ching lagi, Ie Bok Tocu pernah berpesan,
"jangan sekali-sekali menyebut tentang tujuh buah Hioloo pusaka itu sebab jika berita itu sampai tersiar luas, maka
dalam bulim tentu akan terjadi banjir darah, anak murid tujuh partai besar tersebar diseluruh pelosok, kekuatannya tak boleh dipandang ringan, ditambah lagi dengan tokoh-tokoh aneh
didunia kangouw, aku harus berusaha merahasiakan urusan
ini. Sambil tertawa ia berkata kepada can Siauw Hong. "Aku
kira cianpwee tak usah mengetahui urusan ini."
cang Siauw Hong tertawa besar, ujarnya.


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Kalau begitu urusan ini memang benar-benar ada dan
berita- berita- berita yang disiarkan didunia kangouwpun tak salah bukan ?"
Boen ching tahu kalau can Siauw Hong sangat hati-hati
waktu bicara, lagipula sangat licik tidak mudah dihadapi,
segera ia tertawa terbahak-bahak ujarnya.
"Urusan ini sungguh atau tidak, engkau tak perlu
mengetahui jika memang cianpwee ingin mengetahuinya,
harap mengadakan penyelidikan sendiri, boanpwee sendiri tak dapat mengantakan. "
Gadis yang berdiri disamping segera serunya:
"Kami kalau tak bertanya kepada kau lantas disuruh tanya siapa lagi.?" Sambil tertawa Boen ching berkata.
"Jika jadi cianpwee melepaskan aku dengan tujuan agar
aku memberitahukan urusan itu, lebih baik jangan dilepaskan saja aku dari kurungan jala itu." cang Siauw Hok dengan seenaknya berkata,
"Aku melepaskan kau" Kapan" delapan orang itu sekarang masih menanti disamping mu, setiap saat masih sanggup
untuk menangkap kau lagi "
Kelihatannya tentang hal ini tak membuat dia jadi bingung.
Baru saja selesai berbicara terlihat berkelebatnya bayangan satu demi satu melayang setengah kalangan, ternyata mereka
itu adalah delapan orang yang berkerudung itu.
Nampak hal ini can Siauw Hong menjadi sangat terkejut
ternyata delapan orang itu tanpa menimbulkan suara
sedikitpun telah di bunuh mati oleh orang, dapat dibayangkan betapa tingginya kepandaian orang itu. Boen ching menjadi
tertegun pikirnya:
"Kalau yang datang adalah Tong Hong Hek itu sangat
bagus sekali"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Terlihat sebuah bayangan merah berkelebat dan berdiri
ditengah kalangan, yang datang ternyata adalah si Kelabang
merah Shie chiau Nio.
Begitu muncul dengan dinginnya ia menyapu orang-orang
itu, kepada Boen ching ia berkata.
"Kini kau telah dapat kucari tidak saja akan
memperhitungkan hutang2 diantara kita ternyata engkaupun
mengtahui ilmu silat peninggalan Thian Jan Shu."
Habis berkata dia mendengus Boen ching segera
memandang sekelilingnya saja, ia menggerakkan kepalanya,
terdengar Shie chiau Nio telah membentak dengan bengisnya.
"Engkau jangan mencoba melarikan diri lagi"
cang Siauw Hong begitu nampak munculnya si Kelabang
merah, Shie chiau Nio menjadi berdiri termangu- mangu dia
sudah tahu kalau tindakan si Kelabang merah itu sangat kejam dan beracun sehingga dapat menandingi kekejaman "Tok
Thian coen" atau si Raja racun yang terkenal itu kini ternyata dia muncul ditempat ini boleh dikata lebih banyak bahaya dari pada selamat
Shie chiau Nio berjalan mendekati Boen ching dengan
dingin ia berkata.
"Kepandaianmu yang tidak seberapa itu aku sudah tahu
jelas semuanya, waktu itu karena aku sedang menderita luka
dalam, sehingga kau dapat meloloskan diri dari tanganku
kalau tidak....... Hai tanggung tak dapat hidup lebih lama lagi"
Boen ching juga tahu meskipun ginkang nya mendapat
bimbingan langsung dari Ie Bok tocu tetapi karena
Lweekangnya masih sangat rendah maka masih lebih rendah
setingkat dari kepandaian sikelabang merah itu, niatnya untuk meloloskan diri telah diketahui olehnya, kiranya keinginan itu tak mungkin dapat dilaksanakan-Shie chiau Nio tertawa dingin, kepada Boen ching ujarnya. "Ilmu silat peninggalan Thian Jan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Shu itu sekarang berada dimana?" Diam-diam dalam hati Boen ching membatin:
Tentu tadi si kelabang merah ini telah mencuri dengar
tentang hal itu, kali ini agaknya susah untuk menghindari."
Terpikir sampai disini, lalu katanya.
"Bagaimana engkau bisa tahu kalau Thian Jan Shu
meninggalkan ilmu silatnya?""
Jawab shie ciau Nio dengannya.
"Aku tidak takut engkau tak mau bicara terus terang."
Tubuhnya segera berkelebat, sedangkan tangannya
melancarkan lima kali serangan kearah Boen ching.
Boen ching segera menyingkir kesamping dengan
menggunakan ilmu "Shie Liu Eng Hong" ia menangkis serangan dari si kelabang merah itu, Shie chiau Gic tertawa dingin, kedua tangannya tak henti-hentinya melancarkan
serangan, Boen ching nampakjurus-jurus nya yang digunakan
Shle chiau Nio itu sangat aneh sekali, bahkan setiap
pukulannya bagaikan merupakan lawan dari pukulannya,
hatinya menjadi sangat terkejut.
Tidak sampai lima jurus, Shie chiau Nio telah berhasil
mencengkeram pergelangan tangannya, dengan cepat ia
mundur ke belakang untuk menghindar dari cengkeraman
tersebut, tetapi terlambat, pergelangan tangannya telah
terkena cengkeraman itu dan segera berubah menjadi hijau
kehitam-hitaman, hatinya menjadi terkejut tak terhingga. Shie chiau Nio tertawa dingin, ujarnya:
"Bagaimana" kau mau bicara atau tidak" racun yang aku
gunakan itu hanya aku seorang yang dapat mengobati, orang
lain tak akan dapat melakukannya, jika engkau tak mau
berbicara secara terus terang dua belas jam kemudian engkau harus binasa oleh racunku itu."
Jawab Shie chiau Nio sambil tertawa-tawa:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Jika Thian Jan Shu memang meninggal kan ilmu silatnya, bukankah pada sepuluh tahun yang lalu telah diambil oleh
tujuh partai besar, buat apa harus menunggu hingga kini."
Perkataannya baru saja selesai diucapkan, si kelabang
merah dengan dingin mendengus, badannya dengan cepat
membalik, tahu-tahu nampak Tong Hong Hek muncul disana,
dua orang itu segera saling menyerang sebanyak sepuluh kali, setiap serangan itu disertai dengan tenaga yang sangat besar agaknya mereka sedang mengadakan pertempuran mati-matian-
Tiba-tiba terdengar si kelabang merah itu membentak.
"Berhenti" sedang badannya segera melayang mundur kebelakang.
Ketika Tong Hong hek sedang bersemedi, ia merasa luka
dalamnya tidak seberat yang semula diduga, sehingga lukanya dapat disembuhkan tiga jam lebih pagi, waktu ia bersemedi itu ia tak tahu kalau Boen ching dan pedangnya berada ditempat
itu hanya tinggal buntalannya saja, ia segera tahu setelah
terjadi sesuatu hal pada diri Boen ching dengan ter-buru2 ia pergi mencari.
Begitu shie chiau Nio berteriak. Tong Hong Hek segera
berhenti menyerang dan bertanya.
"Engkau masih ada perkataan apa yang akan kau katakan?"
Shie chiau Nio dengan dingin mendengus, ujarnya:
"Itu yarg bernama Boen ching telah terkena racun
pukulanku, selain aku sendiri yang turun tangan menolongnya, h mm .. ia akan binasa tanpa tertolong lagi, kalau kau tidak percaya coba tengoklah "
Tong Hong Hek tertawa tawar, katanya. " Kira nya inilah yang hendak kau sampaikan"
Si kelabang merah Shie chiau Nlo, nampak Tong Hong Hek
mengandung maksud tak baik, tidak menunggu sampai dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
habis berkata, segera ujarnya dengan nada keras. "Dia akan segera datang, engkau berani berbuat apa terhadapku?"
Sudah tentu Tong Hong Hek tahu siapa yang dikatakan dia
oleh Shie chiau Nio itu, tentulah dia adalah seorang gila atau Pendekar Han Ing She TU Hoa. ia sudah tahu selamanya Shie
chiau Nio selalu mempunyai akal yang licik dan kejam, ia
tertawa dingin, tubuhnya segera menubruk kearah Shia chiau
Nio. Shie chiau Nio menjadi terkejut, dia tahu kalau dirinya
bukan tandingan dari Tong Hong Hek, kini hanya melawannya
dengan mati2an. Sekali lagi kedua orang itu saling menyerang dengan serunya.
Pukulan Tong Hong Hek bagaikan air bah yang datang
menerjang terus menerus tanpa henti2nya, sedang pukulan si
kelabang merah, panas dan mengandung hawa Yang sangat
dingin dapat dibayangkan jika diantara dua orang itu terkena pukulan pihak lawan, apa yang akan terjadi pada dirinya tak akan dapat dibayangkan.
Shie chiau Nio yang menanti datangnya she TU Hoa,
dengan sekuat tenaga ia menjaga setiap serangan yang
ditujukan kepadanya, sehingga untuk sesaat tak dapat
menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Dalam hati Tong Hong Hek juga merasa kuatir kalau She
Tu Hoa datang, pukulannya dikerahkan bagaikan datangnya
air bah, tak henti-hentinya melancarkan serangan-
Sekejap mata saja ratusan jurus telah berlalu, tiba-tiba
serangan Tong Hong IHek berubah, ia mengeluarkan ilmu
simpanannya yang paling ampuh Jiet Goei hu ceng" atau
bayangan matahari baru terbit, serangan tangannya lurus
kedepan dan mengancam bagian bawah tubuh lawan,
kemudian secepai kilat berubah mengancam kebagian tubuh
atasnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jurus yang baru saja digunakan itu selamanya belum
pernah ia keluarkan, Baru saja Shie chiau Nio akan membuka
serangan untuk menghalau datangnya serangan dari Tong
Hong Hek, ia menjadi terkejut, ternyata serangan dari Tong
Hong Hek itu hampir-hampir mengenai tubuhnya, kalau ia
tidak dengan cepat melompat ke samping.
Tong Hong Hek tertawa dingin, ia menarik napas panjang-
panjang, kedua telapak tangan segera beradu, tetapi ternyata tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Kedua telapak tangan Shie chiau Nio telah berhasil ditempel oleh Tong Hong Hek dengan rumus yang "Melekat" kini baiknya kedua orang itu menjadi adu tenaga dalam.
Dalam hati Shie chian Nio menjadi terkejut, dengan
lweekang yang dimilikinya sekarang ini jika dibandingkan
dengan lweekang milik Tong Hong Hek. ia masih kalah
setingkat, tetapi kini dia bagaikan telah menunggangi
punggung macan, kecuali jika ia dapat mementalkan tubuh
Tong Hong Hek, kalau tidak entah bagaimana akhirnya dia
sendiri juga tidak dapat membayangkan-
Dua orang itu saling mengadu tenaga dalam, Shie chiau Nio
merasa tenaga dalam lawan makin lama makin hebat, ia
sudah merasa tak kuat lagi, keringat didahinya telah berubah menjadi asap putih dan mengepul keatas, sedang kedua
kakinya melesak masuk kedalam tanah sedalam tiga dim.
Tong Hong Hek dengan sekuat tenaga menekan Shie chiau
Nio, iapun mulai sangat berat, dalam hati diam-diam merasa
terkejut. Belasan tahun ini kemajuan ilmu silat Shie chiau Nio jika
dibandingkan dengan belasan tahun yang lalu sungguh sangat
besar perbedaannya, jika lagi beberapa tahun, bukankah dia
akan lebih hebat dari pada dirinya"
Pada saat itu racun dari pukulan beracun Shie chiau Nio
yang terdapat ditangannya, bukannya membantu dan malah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ada kemungkinan racun itu malah menyerang ketubuhnya
sendiri. Kini Tong Hong Hek benar-benar mengerahkan seluruh
tenaga dalam yang dimilikinya untuk menekan Shie chiau Nio, sehingga ia tak kuat untuk menahannya lagi. Pada saat yang
kritis itu tiba-tiba muncul Pendekar Han Ing, She TU Hoa
ditempat itu, matanya memancarkan sinar yang kaget
memandang pada tengah kalangan, hal ini sangat aneh dan
mengherankan baginya.
Boen ching nampak Pendekar Han Ing Seh Tu Hoa muncul
pada saat-saat untuk mengakhiri pertempuran itu, hatinya
diam-diam merasa terkejut, pikirnya.
"Seh Tu Hoa ini agaknya tidak akur dengan Tong Hong
hek. lagipula ia adalah suami Shie chiau Nio, kini ia telah muncun di tempat ini, agaknya urusan hari ini sulit untuk
diselesaikan-"
Pada waktu itum sebetulnya Shie chiau Nio telah mulai
merasa bahwa racun ditelapak tangannya mulai naik ke atas
dan balik menyerang tubuhnya, tetapi begitu nampak
munculnya She Tu Hoa, semangat nya menjadi terbangun,
sebaliknya Tong Hong Hek menjadi terkejut, kesempatan ini
tidak di sia-siakan oleh Shie chiau Nio dengan sekuat tenaga dia balik menyerang sehingga dua orang itu bertempur dalam
keadaan seimbang.
seh Tu Hoa selangkah demi selangkah jalan mendekati
Tong Hong Hek. nampak hal ini Boen ching menjadi
terperanjat, teriaknya.
"Loocianpwee, tunggu sebentar"
Seh Tu Hoa yang nampak Boan ching juga berada ditempat
itu, tiba2 tertawa terbahak2.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tetapi begitu mendengar suara tertawanya berhenti ia
bagaikan belum kenal pada Boen ching dan melanjutkan
langkahnya menuju ke tubuh Tong Hong Hek.
Boen ching mana memperbolehkan, Seh Tu-Hoa masih
menghampiri Tong Hong Hek. ia tidak mengurus lagi
tangannya yang telah mulai membengkak kerena terkena
racun, badannya berkelebat dan berdiri tepat dihadapan Seh-
Tu Hoa, ujarnya. "cianpwee tidak dapat melukai Tong Hong-Hek cianpwee"
Seh Tu Hoa seperti tertegun mendengar perkataan Boen
ching itu setelah termenung sejenak tangannnya secepat kilat mendorong Boen ching kesamping sedang tangan kanannya
mencengkeram kearah punggung Tong Hong Pek.
Boen ching menjadi sangat terkejut, tangan kanannya telah
terluka sehingga tak dapat digunakan lagi terpaksa dengan
tangan kirinya ia mencabut pedang dan ditusukkan kearah
Seh Tu Hoa. Seh Tu Hoa segera balikkan tangannya mementalkan
pedang Boen ching sedangkan tangan kanannya melakukan
gerakkan memotong ke arah tubuh Boen ching, tetapi baru
saja tangannya diangkat, ia seperti termenung sejenak
gerakannya segera dirubah ia mengulurkan kakinya ke muka,
tahu-tahu Boen ching telah dilemparkan sejauh tiga kaki lebih.
Begitu tubuhnya, terbanting diatas tanah, Boen ching
segera sadar bahwa ilmu yang baru saja digunakan itu adalah ilmu "Thay Thien Kice Sih" atau ilmu Sembilan jurus jungkir balik, ilmu ini sungguh sangat hebat jika digunakan ditangan Seh Thu Hoa sendiri.
Tangan Seh Tu Hoa melanjutkan mencengkeram punggung
"Tok Hong Hek, begitu punggungnya terkena cengkeraman
Tong Hong Hek meraung kesakitan, kedua tangan nya ditarik
kembali dan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk
mengadu jiwa dengan Shie chiau Nio.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Snle chiau Nio begitu nampak seh Tu Hoa turun tangan
membantunya, hatinya menjadi sangat gembira, tiba-tiba
terasa suatu tenaga yang maha dahsyat menyerang
ketubuhnya, ia tidak sempat mengerahkan tenaganya lagi,
terasa dadanya sangat mual dan dari mulutnya muntah darah
segar. Baru saja dia menghantam setengah jalan, terasa
punggungnya telah dicengkeram oleh Seh Tu Hoa sehingga
badannya terasa menjadi kaku, sedang tenaga yang
dikerahkan itupun balik menghantam dirinya sendiri, dadanya menjadi sangat panas, tak tertahan lagi iapun muntah darah
segar. Tangan Seh Tu Hoa segera melemparkan tubuh Tong Hong
Hek ke tengah udara dan terbanting jatuh kira-kira dua kaki dari tempatnya tadi.
Pada saat ini wajah kedua orang itu menjadi pucat pasi,
kiranya mereka berdua telah menderita luka dalam yang
cukup parah. Baru saja Seh Tu Hoa akan menarik pergi Shie chian Nio,
dengan gusar ia menggelengkan kepala, ia tak berani buka
mulutnya sebab luka dalamnya parah, setelah berhenti
sejenak: Seh Tu Hoa menariknya lagi untuk diajak pergi.
Tong Hong Hek melihat dua orang itu akan pergi menjadi
kaget, tanpa hiraukan lukanya lagi segera ia berteriak.
"Tinggalkan obat penawarnya lebih dahulu baru pergi "
habis berkata tak tahan ia muntahkan darah segar lagi.
Seh Tu Hoa memandangnya sekejap. tetapi ia tidak ambil
perduli tangannya menarik Shie chiau Nio lagi untuk diajak
pergi. Shie chiau Nio menarik napas panjang, dengan perlahan ia berkata pada Seh Tu Hoa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Bunuh mati Tong Hong Hek Itu yang bernama Boen ching
mengetahui rahasia ilmu silat peninggalan Thian Jan Shu,
bawa dia pergi"
Seh Tu Hoa menyapu pada Tong Hong Hek dan Boen


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ching, ia bagaikan tak mau berbuat pekerjaan itu, Shie chiau Nio melototkan matanya dan membentak.
Seh Tu Hoa bagaikan sangat jeri terhadap shie chiau Nio,
tetapi pekerjaan ini sungguh- sungguh tak dapat
mengerjakan, ia hanya menundukkan kepalanya tak berkata.
Shie chiau Nio membentak lagi. "Engkau sudah dengar,
belum ?" Seh Tu Hoa per- lahan2 dongakkan kepalanya ia menyapu
dua orang itu, dengan sangat perlahan dia berjalan mendekati Tong Hong Hek.
Meskipun jarak Tong Hong Hek dengan dua orang itujauh,
tetapi semua perkataannya dapat ditangkap olehnya dengan
sangat jelas, ia tertawa dingin, dengan pandangan yang
menghina ia memandang Seh Tu Hoa. Belasan tahun telah
lewat ternyata Seh Tu Hoa masih tetap tidak menyesal, tetapi kini badannya telah menderita luka dalam yang cukup parah,
apalagi dendam Seh Tu Hoa padanya adalah paling
mendalam, dapat diduga hari ini tentu dia tidak akan dapat
meloloskan diri dari maut.
-ooo0dw0ooo- PERJANJIAN DIPUNCAK PAK SEK
BOEN CHING nampak Seh Tu Hoa mendesak Tong Hong
Hek. hatinya menjadi bingung, ia sendiri juga tidak
mempunyai akal untuk menolongnya.
Pada saat itu, dari dalam hutan tiba-tiba terdengar suara
bentakan yang sangat halus. "Tahan "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Seh Tu Hoa tertegun dan menghentikan tindakannya,
dalam hati Boen ching sangat terkejut dan gembira, segera ia menoleh memandang yang datang ternyata adalah suhunya
yang telah melepaskan budi padanya, Ie Bok Tocu.
Ie Bok Tocu tetap memakai jubah panjang berwarna hijau,
dengan wajah yang keren dia berdiri disana.
Boen ching dengan cepat berlari dan menghampirinya
sambil memanggil: "Suhu "
Selama sepuluh tahun ini Ie Bok Tocu sangat sayang pada
Boan ching, ia tidak sampai hati melepaskan Boen ching
merantau seorang diri didunia kangouw, maka setelah
pemuda itu pergi, iapun lantas menyusulnya.
Sambil memegang pundak Boen ching dia
memperhatikannya sejenak. pada wajahnya timbul perasaan
yang sangat gembira.
Tong Hong Hek nampak Ie Bok Tocu muncul dengan tiba-
tiba, dalam hatinya juga gembira
meskipun wajah Ie Bok Tocu agak kurusan, karena terlalu
banyak merasakan penderitaan, tetapi masih tetap nampak
kecantikannya. Dia ter-mangu2 sajenak kemudian ujarnya.
"Sumoay. anak ini telah terkena racun."
Wajah Ie Bok Tocu segera berubah, matanya memandang
tangan kanan Boen ching kemudian memegangnya, secepat
kilat tangan kanannya mencabut pedang yang tergantung
dipinggang Boen ching, kepada Shie chiau Nio bentaknya.
"Serahkan obat penawar itu" ketika berbicara wajahnya berubah menjadi sangat dingin, pada sinar matanya terpancar suatu pengaruh yang tak dapat dilawan-Seh Tu Hoa yang berdiri dipinggir termangu- mangu
memandang Ie Bok Tocu, ia tak bergerak sedikitpun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching pun berdiri ter-mangu2, kiranya Tong Hong Hek
dengan suhunya adalah Suheng-moay.
Si kelabang merah, Shie chiau Nio meskipun sangat kejam
tetapi dia tahu bahwa selamanya kakaknya itu sangat lemah
lembut, belum pernah ia membentak-bentak dihadapan orang
lain- Kini mendengar kakaknya membentak dirinya dengan suara
keras. hatinya tergetar, hampir saja ia menurut perintah yang diucapkan kakaknya itu dan mengeluarkan obat penawar
tersebut, tetapi mana mau dia berbuat demikian,
pandangannya segera menoleh memandang Seh Tu Hoa.
Seh Tu Hoa berdiri mematung disana, terhadap pandangan
Shie chiau Nio seolah-olah tak melihatnya sama sekali.
Pandangan Shie chiau Nio berhenti sejenak ditubuh Seh Tu
Hoa, ia mengetahui kalau dia kini sudah mempunyai rasa
menyesal, dan kini sedang mengenang kembali masa2 yang
telah lalu, sudah tentu ia tak dapat membantunya dan dirinya kini sedang menderita luka dalam, dengan perlahan ia
merogoh sakunya dan mengeluarkan obat penawar, dengan
dingin ia berkata.
"Kakak, sudah belasan tahun kita tidak bertemu, kini aku sedang terluka parah, kalau tidak ......"
Dia dongakkan kepalanya memandang Ie Bok Tocu tampak
matanya memancarkan sinar ya sangat tajam sedang
memandang kearahnya.
Hatinya menjadi jeri, perkataan selanjut nya ia tak berani
melanjutkan, kemudian mengambil obat penawar itu dan
dilemparkan kearah Ie Bok Tocu, segera Ie Bok Tocu
menerima bungkusan obat itu dan palingkan kepalanya
dengan lembut berkata. "Anak ching, lekas telan obat itu".
Hati Boen ching saking terharunya sampai meneteskan air
matanya, ie look Tocu yang menampak sikap Boen ching yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
demikian itu ia tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya,
dengan tersenyum ia berkata.
"Anak ching, engkau sekarang sudah besar jangan
menangis lagi."
Boen ching terasa singat terharu dengan menundukkan
kepalanya ia menelan obat penawar tersebut.
Tong Hong Hek nampak sikap Ie Bok Tocu yang demikian
lemah lembut terhadap Boen ching, wajahnya pada belasan
tahun yang lalu terbayang lagi dihadapannya, dia
menundukkan kepala membayangkan kembali peristiwa yang
telah lalu. Shie chiau Nio berjalan mendekati Seh Tu Hoa dan
menariknya pergi tapi Seh Tu Hoa bagaikan orang gila ia
melepaskan tangannya dari cekalan Shie chiau Nio kemudian
tertawa terbahak-bahak dan lari masuk kedalam hutan, Shie
chiau Nio termangu- mangu sejenak kemudian lari mengejar
suaminya. Ie Bok Tocu memandang dua orang itu sejenak kemudian
kepada Tong Hong Hek ia berkata:
"Anak ching telah mendapat bantuan dari Suheng, aku kini akan membawanya pergi, lain waktu kalau ada jodoh kita
dapat bertemu lagi."
Tong Hong Hek nampak Ie Bok Tocu akan pergi menjadi
terkejut, dengan cepat katanya. "Sumoay, tunggu aku
sebentar."
Sebenarnya Ie Bok Tocu tak menginginkan Boen ching
terlalu lama bergaul dengan suhengnya, ia tahu Tong Hong
Hekpun jika turun tangan sangat ganas dan tak senang kalau
Boen chingpun demikian, tetapi Tong Hong Hek telah
membuka mulut memanggil nya, terpaksa ia berhenti
bertindak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ujar Tong Hong Hek. "Sumoay, anak Yun sudah ada
kabarnya."
Ie Bok tocu termangu- mangu sejenak. kemudian dengan
gembiranya ia bertanya.
"Kini ia berada dimana?""
Tong Hong Hek dengan tertawa menjawab, "Aku juga
karena urusan ini datang ke gunung Yi san ini. orang yang
membawa pergi anak Yun waktu itu, sekarang berada di
gunung Yi san ini."
Ie Bok tocu mengeluarkan suara tertahan, kemudian
menundukkan kepalanya berpikir sejenak sambil
mendongakkan kepalanya dia berkata pada Tong Hong hek.
"Aku sekarang masih ada urusan untuk diselesaikan,
dapatkah suheng setengah hari lagi bertemu ditempat ini?"
Sambil tertawa ujar Tong Hong hek. "Kalau begitu sampai jumpa lagi." ,
Ia tahu tentu Ie Bok tocu ada urusanpenting yang hendak
disampaikan kepada Boen ching, habis berkata ia
meninggaikan tempat itu. Sejenak kemudian ujar Ie Bok tocu.
"Anak ching, mari ikut aku" kedua orang itupun
meninggalkan tempat itu.
cang Siauw Hong dengan puterinya nampak tokoh-tokoh
Bulim yang telah lama mengasingkan diri ternyata muncul
kembali dalam dunia kangouw, diam-diam menghela napas,
delapan orang pembantunya ternyata telah dibunuh mati Shie
chiau Nio dengan kejamnya, hati mereka menjadi putus asa,
merekapun berangkat meninggaikan tempat itu.
Boen ching mengikuti Ie bok tocu berjalan menuju kearah
timur, setelah mencari sesuatu tempat yang bersih dan
rindang duduklah mereka diatas tanah. Ie bok tocu
memandang kesekeliling tempat itu dan ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Anak ching, banyak urusan aku tidak ingin engkau tahu, juga tidak ingin kau bertemu dengan mereka, maka aku tidak
memberitahukan kepadamu, tapi sungguh tak disangka
akhirnya engkaupun bertemu dengan mereka, sehingga
membuat kau sangat bingung, kini aku akan menceritakan hal
yang sebenarnya kepadamu."
"Dua puluh tahun yang lalu didalam Bu lim selain Thian Jan Shu yang memiliki ilmu silat yang paling tinggi sehingga
mendapat julukan jagoan nomor wahid. Didaerah Sie Pak
masih ada orang yang bernama "Tan coe coen" shie so Pak yaitu ayah dari Shie chiau Nio dan ie bok tocu, shie Yun Ku.
Ilmu kepandaiannya sangat tinggi orang aneh itu dari timur
dan barat itu akhirnya bertemu juga dua orang itu siapapun
tak mau mengalah kepada pihak lawannya mulai terjadi suatu
Pibu ( Pertandingan persahabatan ) yang sangat dahsyat, Tan coe coen pada jurus yang keseribu telah melepaskan
pedangnya mengaku kalah, Thian Jan Shu pun tertawa besar,
ia menganggap Tan coe coen sebagai lawannya yang paling
tangguh, kepandaian Tan coe coen sebenarnya hanya sedikit
dibawah kepandaian Thian Jan Shu, ia berjanji akan mendidik beberapa anak muridnya untuk mengalahkan Thian Jan Shu,
diapun menerima tantangan ini, dengan demikian dua orang
itu lalu berpisah.
Tan coe coen tahu bahwa dengan kepandaian seorang saja
sukar untuk mengalahkan Thian Jan Shu, tetapi ia tak mau
begitu saja menyerah, pikirnya segera bekerja mencari akal.
Pada waktu itu Shie chiau Nio masih sangat kecil, berturut-
turut ia menerima empat orang murid ditambah dengan Shie
Yun Ku atau Ie Bok Tocu menjadi lima orang, kepada lima
orang masing2 dilatih semacam ilmu silat, kemudian lima
orang itu digabungkan menjadi satu dan membentuk barisan
"Ngo Hong", sehingga kepandaian dari lima orang itu masing2
mempunyai keistimewaan sendiri, tetapi merupakan lawan
pula dari ilmu silat yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia meskipun berpikir demikian, tapi kenyataan tak sama
dengan apa yang diharapkannya, selama hidupnya ia paling
sayang Shie Yun Ku, ia menyuruh ia memegang kedudukan
"Ie Bok" atau kayu, tetapi "Sie Kiem" emas merupakan lawan dari kedudukan "Ie Bok" tersebut, ia berusaha keras agar muridnya yang keempat Pendekar Han Ing, Seh Tu Hoa
menduga tempat kedudukan "She Kiem" itu, Seh Tu Hoa adalah seorang pemuda yang sangat tampan, jika dapat
dengan Yun Ku melangsungkan pernikahan menjadi suami
isteri hidupnya pasti akan bahagia, demikian pikir Tan coe
coen- Seh Tu Hoa sejak kecil dibesarkan oleh Tan coe coen,
dalam hatinya juga suka kepada Yun Ku, pada saat menjelang
kematian Tan coe coen ia memerintahkan dua orang itu
menikah. Setelah kawin dua orang itu hidupnya sangat bahagia,
karena pesan dari Tan coe coen sebelun meninggal, lima
orang itu bersama-sama akan mencari Thian Jan Shu untuk
menggunakan barisan "Ngo Heng Tin- mengalahkan nya.
Tetapi pada saat itu Shie Yun Ku sedang mengandung,
sehingga niatnya gagal.
Pada waktu itupun Seh Tu Hoa mengalami pengalaman
yang aneh sehingga berhasil mempelajari ilmu silat yang telah lama lenyap dari bu-lim yaitu "Thay Thien Kiee Sih", sedang tahun itu pula adik Yun Ku, Shia chiau Nio menginjak
kedewasaannya, tetapi sifatnya sangat berbeda dengan sifat
adik Yun Ku, Tan coe coen sewaktu masih hidup pun telah
mengetahui akan hal ini, sehingga tidak mewariskan ilmu silat kepadanya. setelah ayahnya meninggal, ia melihat Seh Tu Hoa sangat tampan apa lagi setelah mendapatkan ilmu "Thay
Thien Kice Sih", kepandaiannya melampaui kapandaian tiga orang suhengnya, ia menjadi sangat iri kepada Yun Ku karena ia sangat disayang oleh ayahnya, sehingga ia selalu mencari urusan untuk bentrok dengan kakaknya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Seh Tu Hoa setelah mendapatkan ilmu "Thay Thien Kice
Sih" kepandaiannya menjadi sangat lihay, bukan saja tiga orang suhengnya bahkan semua orang Kangouw tak ada yang
di pandang sebelah mata olehnya, darah mudanya selalu
bergolak. sehingga sering menimbulkan urusan-
Ketika Ie Bok Tocu melahirkan ternyata adalah seorang
puteri, Seh Tu Hoa menjadi kecewa, kemudian ia kawin lagi
dengan adiknya Yun Ku, Shia chiau Nio, tiga orang suhengnya mengetahui hal ini menjadi sangat gusar, apalagi Tong Hong
Hek. sejak dahulu dia telah menaruh cinta pada Yun Ku, tetapi Tan coe coen telah menjodokan Yun Ku dengan she Tu Hoa
sehingga ia tak dapat berbuat apa-apa. Kini mendengar hal ini mana dia dapat menahan marahnya, tetapi niatnya dapat
dicegah oleh Yun Ku.
Seh Tu Hoa menjadi lebih sombong, ia kira tiga orang
suhengnya tak bisa berbuat apa2 terhadap dirinya, setahun
kemudian, Shie chiau Nio melahirkan seorang putera yaitu
pemuda berpakaian putih itu, sedang puteri Yun Ku telah
lenyap. Seh Tu Hoa menjadi lebih gusar, ia menyiksa Yun Ku
setengah mati. Tiga orang suhengnya menjadi tidak tahan dan keluar mencegah, tapi Seh Tu Hoa tak mengambil perduli
Tong Hong Hek tak dapat menahan amarahnya yang telah
lama disimpannya terus itu, segera ia turun tangan, tetapi
dapat dikalahkan Seh Tu Hoa dengan menggunakan ilmu
"Thay Thien Kice Sih" sehingga dia lebih tidak memandang sebelah mata kepada tiga orang suhengnya itu.
Akhirnya hal ini menggusarkan Toa suheng nya "Wu
Sincoen-, cu chek ci Yun, tiga orang turun tangan ber-sama2
dan berhasil mengalahkan Seh Tu Hoa, sebenarnya dia akan
membunuh mati, tetapi karena Yun Ku mohonkan maaf maka
ia dilepaskan kembali.
Wu fu Sin cun dan Jie Suhengnya Lie Huc Yu Tu setelah
menghela napas lalu tinggal pergi, sedangkan Tong Hong Hok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dengan gusar menusuk sekali pada tubuh Seh Tu Hoa baru
pergi. Shie Yun Ku pun pergi, karena akan mencari puterinya
yang lenyap itu ia merantau kedaratan Tionggoa n dengan
menggunakan nama Ie Bok Sincoen dan menggetarkan dunia
Kangouw, tetapi tak ada hasilnya, kemudian dia dengar bahwa lenyapnya puterinya itu ada hubungan dengan Thian Jan Shu,
sehingga dia naik kepuncak Hwee Ing untuk menemui Thian
Jan Shu, tetapi ia datang terlambat, Thian Jan Shu telah
binasa bersama-sama Thian San ciet Kiam, dan hanya tinggal
Boen ching seorang.
Boen ching mendengar ceritera suhunya itu diam2 merasa
gusar, kiranya adalah demikian, itu Seh Tu Hoa juga sangat
keterlaluan, tetapi dia telah mewarisi dirinya ilmu "Thay Thien Kice Sih" itu, berpikir sampai disini hatinya agak menyesal. Ie Bok Tocu setelah bercerita, sambil tertawa katanya.
"Peristiwa ini sudah lewat lama sekali, engkau cukup untuk mengetahuinya saja dan tidak perlu banyak pikir."
Ia berhenti dan berpikir sejenak. kemudian lanjutnya.
"Seh Tu Hoa menduduki tempat kedudukan "Sie
Kiem",jurus2 yang dipelajarinya semuanya adalah lawan dari Ie Bok Kiam Hoat, tetapi sewaktu ayahku masih hidup, ia
pernah berkata bahwa "Kiem" meskipun menjadi lawan dari
"Bok." Dulu aku tidak mengira kalau kau sampai bertemu dengan mereka, sehingga tidak mewariskan padamu ilmu"
Huan ie Bok Kiam Hoat" ini hari aku akan mewariskan ilmu itu padamu."
Boen ching menjadi terperanjat, segera ia pusatkan
pikirannya memandang Ie Bok Tocu, pedang ditangan Ie Bok
Tocu sedikit bergerak dan ia memainkan "Huan ie bok Kiam Hoat,"
jurus demi jurus dihadapan Boen ching.


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching melihat bahwa "Huan Ie Bok Kiam Hoat" ini jika dibandingkan dengan "Ie Bok Kiam Hoat" jauh lebih aneh lagi, setiap gerakan dari tiap jurusnya berlawanan dengan Ie Bok Kiam Hoat, karena dia telah mempunyai dasar yang kuat
dalam ilmu "Ie Bok Kiam Hoat" maka kini mempelajari "Huan Ie Bok Kiam Hoat" sekali lihat saja ia telah paham, setelah dua kali dimainkan oleh Ie Bok Tocu maka iapun telah memahami
seluruhnya. Ie Bok Tocu menyerahkan pedang itu kepada Boan ching,
ia segera menirukan satu kali, ternyata tak ada salahnya,
melihat hal itu.
Ie Bok Tocu menjadi sangat gembira tangannya sanbil
memegang pundak Boen ching ia berkata.
"Jika engkau latih ilmu pedang ini hingga masak, tentu kau tak akan mengalami kesukaran lagi."
Sambil berkata ia memeluk Boen ching didalam
rangkulannya sambil berkata.
"Anak ching, aku akan pergi, engkau harus selalu berhati-hati, jangan membuat suhumu tak tenteram" habis berkata ia melepaskan rangkulannya dan melayang pergi. Saking
terharunya Boen ching hampir2 meneteskan air matanya.
Tiba2 ia teringat perkataan Ie Bok Tocu yang mengatakan
dan telah pesan, "jangan menangis lagi," ia mengedip-ngedipkan mata nya dan tertawa. Ditempat ini pula ia giat
berlatih "Huan Ie Bok Kiam Hoat."
Dua hari telah berlalu Boen ching karena teringat janjinya
kepada Hoa Suan dan saudara2nya dipuncak Pak Sek. selama
dua hari ini ia bersembunyi digunung Yi San untuk berlatih
ilmu pedangnya.
Hari baru saja gelap. dilangit sebelah Timur tampak bulan
memancarkan sinarnya dan berjuta2 bintang yang berkelap-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kelip di angkasa. Setelah membetulkan letak pedang nya lalu berangkatlah dia menuju kepuncak Pek sek.
Ia seorang diri dengan diam-diam menaiki pucak Pak Sek.
nampak diatas puncak itu penuh dengan batu karang yang
sangat tajam, pikirnya:
"Giok liong, Hoa Goat Ku tidak menginginkan aku muncul, kalau aku paksa untuk munculpun malah menjadi tak enak,
lebih baik menanti saat yang bagus baru bergerak, entah Tok Thian coen itu orang yang macam bagaimana, aku tentu akan
tambah pengalaman dengan bertempur bersama dia."
Berpikir sampai disini, dia segera bersembunyi dibelakang
suatu batu yang sangat besar.
Dua jam kemudian, bulanpun telah berada diatas kepalanya
nampak dari kejauhan Ngo liong menaiki puncak itu ber-
sama2, dia lihat wajah lima orang itu diliputi suasana yang tegang setelah memperhatikan keadaan batu-batu liar
disekitar tempat itu, masing2 memeriksa senjatanya sendiri-
sendiri Senjata yang digunakan lima orang itu berbeda-beda, "chin Liong Su" atau Sitangan penyambar naga, ong Kong adalah seorang yang melatih ilmu pukulan, sehingga senjatanya
adalah kedua belah telapak tangannya. "Lu Yun Liong" atau sinaga menembus mega, cie chen menggunakan dua bilah
golok lengkung yang satu panjang dan yang satu lagi pendek.
"Thiat Liong" atau si naga besi oei Pauw karena tubuhnya tinggi besar ia menggunakan sebilah pedang panjang sedang
Siauw Hek Liong atau sinaga hitam, Hoa Suan menggunakan
sebuah senjata cakar terbang.
Lima orang itu setelah memeriksa senjata masing2,
kemudian memandang sekeliling tempat itu.
Angin gunung sepoi2 dan membawa
^