Bukit Pemakan Manusia 14

Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 14


engatakan tak becus. tak berguna segala-galanya...?"
"Betul-betul tak becus, betul-betul tak berguna." kembali Mo loji
bergumam. Setelah berhenti sejenak, dia berpaling ke arah manusia berbaju emas
itu dan melanjutkan: "Siapa yang menerima lencana emas itu " Suruh dia kemari, aku
hendak mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya !"
Ternyata manusia berkerudung putih itu bertindak cukup cerdik, tidak
menunggu manusia berbaju emas itu memberikan perintahnya, ia telah
menyahut: "Akulah orang yang menerima perintah lewat lencana emas kepala naga
itu !" Mo loji yang mendengar perkataan itu segera tertawa kepada manusia
berkerudung putih itu, namun tidak mengucapkan sepatah katapun.
Sebentar manusia berbaju emas itu menoleh kearah kakek itu, sebentar
lagi menengok ke arah anak buahnya, tanpa terasa dia bertanya.
"Mo loji, bukankah kau mengatakan ada beberapa pertanyaan akan kau
ajukan padanya?" Mo loji menggelengkan kepalanya berulang kali. "Sudahlah, manusia
kalau sudah pernah bertemu pasti ada
perasaan, banyak bertanya malahan membangkitkan rasa sedih dihati
saja." "Kami bukan teman, bila kau ada perkataan lebih baik tanyalah secara
langsung dihadapan majikan !" sahut manusia berkerudung putih.
Mo loji mengerling sekejap kearah manusia berkerudung putih itu, lalu
menegaskan. "Sungguhkah perkataanmu itu?" "Siapa yang sedang senda gurau
denganmu?" sahut manusia berkerudung putih itu sambil memperlihatkan ketegasannya. Setelah
berhenti sejenak, nada pembicaraannya berubah,
kembali dia berkata. "Cuma, seandainya kau tak berhasil membuktikan
ketidak ada gunaanku. hati-hatilah!" "Hm, rupanya kau mengenal baik lencana
emas kepala naga itu?" Mo-loji mendengus. "Selama ini aku selalu melindungi lencana naga itu,
aku pun sudah beberapa kali melaksanakan tugas dari majikan atas perintah
lencana emas itu, sudah barang tentu lencana itu sangat kukenal!"
"Dan kau tidak melihat kalau lencana itu palsu?" Mo loji
tertawa. "Pada dasarnya lencana emas itu memang tidak palsu!" "Ooooh...
dari mana kau tahu kalau lencana emas itu tidak
palsu...?" Di atas lencana emas itu terdapat ukiran naga diatas awan,
lima cakarnya terpentang lebar, tebal tipisnya juga sama kepala naga dan
tanduk naga dipermukaan sebaliknya juga tak berbeda, tentu saja aku
tahu kalau lencana itu tidak palsu!"
"Sebelum kau si loji digusur kemari, semua persoalan telah aku laporkan
kepada majikan, aku berpendapat sudah pasti kaulah yang bermain
setan dimasa lalu, siapa tahu kalau kau pernah membuatkan lencana
emas kepala naga lagi kepada orang lain, hingga kini..."
"Cukup" kata Mo loji sambil mengulapkan tangannya, "aku mengatakan
kau tidak becus, kini kau berlagak Tie Pat kay berbicara soal senjata
ingin membungkamkan mulutku tetapi tak menjadi soal, pepatah bilang:
Emas murni tak takut di bakar. "Sebenarnya aku ada niat menganggap kau sebagai sahabat dengan
mengurangi pembicaraan yang tak berguna dan melepaskan sebuah
jalan kehidupan bagimu, tetapi kalau toh kau sendiri yang kepingin
mampus, aku tak bisa berbuat lain kecuali bicara sejujurnya..."
Manusia berkerudung putih itu menjadi amat gelisah, cepat-cepat dia
berkata: "Aku merasa tak pernah berbuat kesalahan, katakan saja apa yang
hendak kau utarakan!" Tampaknya Mo loji dibikin naik darah, kepada manusia berkerudung
emas itu dia segera berseru: "Anak buahmu ini telah berhianat..." Berbicara sampai disitu
mendadak kakek itu menghentikan pembicaraannya. Tentu saja manusia berbaju emas itu enggan berdiam diri, dia segera
mendesak lebih lanjut: "Lanjutkan perkataanmu itu, lanjutkan perkataanmu itu!" Sewaktu
mendengar kata "Berhianat", manusia berkerudung
putih itu mau tak mau merasakan juga hatinya tercekat, dia menuding
Mo loji dan saking mendongkolnya sampai tak mampu mengucapkan
sepatah kata pun. Lama kemudian ia baru berseru: "Loji.. . . liangsim .... liangsim mu
kau..." Dalam pada itu, manusia berkerudung emas itu telah
berpaling kembali kearah Mo loji, kemudian ujarnya dengan lembut: "Mo loji,
katakan apa yang hendak kau ucapkan!" Dalam hati kecilnya Mo loji
merasa geli sekali, dia ingin tertawa
tergelak kalau bisa pikirnya: "Haaaahh... haaah... haaaahh... kau
keparat muda, pandai saat merayu orang, Mo loji, Mo loji, tiada hentinya, kau anggap aku bakal
taruh dimana" Kau.,.kau jangan memfitnah orang seenaknya sendiri."
Mendadak manusia berbaju emas itu membalikkan badannya, lalu
bentaknya kepada manusia berkerudung putih itu:
"Tutup mulutmu Yu Seng, bila kau berani mengucapkan sepatah kata
lagi, hati-hati kalau kujatuhkan hukuman kepadamu sebagai seorang
penghianat...!" Manusia berkerudung putih itu berdiri tertegun ditempat dia cukup
memahami peraturan dari majikannya, sekarang majikannya sudah
menyebut namanya secara langsung, itu berarti malaikat elmaut sudah
muncul dihadapan matanya, "aku bakal tertipu lagi seperti dulu" Hmm,
maaf! Tertipu hanya satu kali, locu tak bakal bersikap bodoh lagi!"
Pikir sih pikir. jawaban tetap harus diberikan maka Mo loji berlagak
murung, mula-mula dia menghela nafas lebih dulu, kemudian setelah
memandang wajah Manusia berbaju emas itu dengan pandangan
kasihan dan beriba hati ia baru menjawab:
"Tempo hari aku seperti pernah mendengar kau berkata, orang yang
mengenakan baju warna perak merupakan orang yang berkedudukan
paling tinggi dibawah perintahmu, ilmu silat, yang dimiliki juga paling
bagus, kau menyebut mereka sebagai Gin ih lak yu (enam sahabat
berbaju perak), bukankah begitu?"
"Betul!" sahut manusia berbaju emas itu. "Tentunya mereka sudah
seringkali mempertaruhkan jiwa raganya bagi kepentinganmu bukan?" kata Mo loji lagi sambil menghela
napas panjang. Kembali manusia berbaju emas itu mengiakan tanpa banyak bicara lagi.
Mo Loji menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian:
"Menurut pendapatku lebih baik persoalan ini disudahi sampai disini saja
!" "Tidak bisa !" seru manusia berkerudung emas itu cepat, tentu saja dia
enggan menyudahi masalah tersebut sampai disitu saja. "persoalan ini
harus dibikin jelas dan tuntas !"
Mo Loji memandang sekejap ke arah manusia berkerudung putih itu,
lalu berkata lagi: "Sobat, jangan salahkan aku si orang tua, keadaan sekarang ibaratnya
anak panah yang sudah berada di atas busur, mau tak mau harus
dilepaskan juga." Manusia berkerudung putih itu seperti hendak mengucapkan sesuatu,
tapi niat tersebut kemudian diurungkan, dia hanya mendengus dingin.
Kepada manusia berkerudung emas itu, Mo Loji berkata :
"Apakah dalam sakumu masih terdapat lencana emas kepala naga?"
Manusia berkerudung emas itu membalikkan badan menghampiri meja
baca, lalu menyerahkan ke tiga buah lencana emas kepala naga itu
kepada Mo loji... Setelah menyambut lencana emas itu, Mo Loji segera bertanya kepada
manusia berkerudung putih itu. "Kau bilang selama banyak tahun ini kau selalu mewakili majikan
melakukan banyak perintah dengan membawa lencana naga, karena
pekerjaan yang berulang-ulang maka kau menganggap lencana naga
tersebut sudah amat kau kenal baik?"
"Hmmm, buat apa kau mesti banyak bertanya?" sahut manusia
berkerudung putih itu mendongkol. Mo Loji sama sekali tidak gusar, katanya lagi: "Dapatkah kau
menjawab pertanyaan yang kuajukan?" Berada dalam keadaan
seperti ini, tak mung kin bagi manusia
berkerudung putih itu untuk membungkam terus, sahutnya: "Benar,
aku memang sangat mengenal lencana naga itu" "Ehmm, barusan kau
bilang lencana emas yang kau saksikan itu
persis seperti ke tiga buah lencana emas yang berada dihadapanmu
sekarang, baik dalam soal ukiran naganya, ke lima cakarnya serta tebal
tipisnya, bukan begitu?" " T e p a t s e k a l i " ma n u s i a b e r k e r u d u n g p u t i h i t u
ma n g g u t -ma n g g u t . Mo L o j i s e g e r a t e r t awa , i a
s e r a h k a n l e n c a n a ema s i t u k e p a d a
manusia berbaju emas lalu berkata: "Coba kau serahkan lagi ke tiga
buah lencana emas kepala naga yang tulen itu kepadanya agar diperhatikan lebih seksama." Agak
tertegun manusia berkerudung emas itu setelah mendengar
ucapan tersebut, serunya tertahan: "Apakan lencana emas itu masih ada..." Tidak sampai manusia
berbaju emas itu menyelesaikan katakatanya,
Mo Loji telah menukas lagi: "Coba kau berikan kepadanya agar
diperiksa" Dengan wajah masih termangu manusia berkerudung emas
itu melemparkan kembali ke tiga buah lencana emas kepala naganya ke
hadapan manusia berkerudung putih itu.
Manusia berkerudung putih itu memungut kembali lencana naga itu dari
atas tanah, se telah dipandang sekejap, ujarnya:
"Lencana naga tersebut persis sama dengan ke tiga buah lencana emas
ini!" "Sobat, sobat Yu" ujar Mo loji sambil ter-tawa, "coba kau perhatikan lagi
ke tiga buah lencana naga ini, pertama-tama harap kau perhatikan dulu
pada permukaan lencana tersebut dan carilah ke lima cakar dari naga
emas tersebut !" "Hmm, sudah ketemukan" dengus manusia berkerudung putih itu. ia
menundukkan kepalanya dan memperhatikan lencana emas yang
pertama, kemudian sambil mengangkat lencana tadi, katanya:
"lni dia, aku telah menemukan kelima cakar nya!" "Coba kau terima
lencana naga emas yang telah ia temukan
kelima cakarnya itu!" perintah Mo loji kepada manusia berkerudung
emas tersebut. Anehnya maausia berkerudung emas itu amat menuruti perkataannya,
dia sambut lencana emas tersebut dan diperhatikan sendiri dengan
seksama. Benar juga, ia temukan lima buah cakar pada lencana emas tersebut.
"Coba cari lagi pada lencana berikutnya !" perintah Mo loji kemudian
kepada manusia berkerudung putih itu.
Padahal manusia berkerudung putih iiu sama sekali tidak menganggur
begitu berhasil menemukan kelima cakar naga pada lencana yang
pertama, ia segera memperhatikan lencana berikutnya.
Akan tetapi, walaupun ia sudah perhatikan lencana ke dua tersebut
sekian lama, akan tetapi lima cakar naga itu belum juga ditemukan.
Rupanya pada lencana emas ini dia hanya menemukan empat buah
cakar naga belaka. Manusia berkerudung putih itu menjadi termangu dan berdiri bodoh,
sedemikian tertegun nya sampai tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Sebelum dia sempat selesai menghitung, Mo loji telah berkata lagi:
"Coba kau periksa pula lencana emas yang ke tiga !" Lagi lagi
manusia berkerudung putih itu tak berhasil menemukan
kelima cakar naga itu, sebab pada lencana naga yang ketiga dia hanya
menemukan tiga buah cakar naga. Tampaknya manusia berkerudung emas itu telah menyaksikan gelagat
tidak beres, dia segera bertanya kepada manusia berkerudung putih itu:
"Yu Seng, cepat memberi laporan padaku." Paras muka Yu Seng
berubah sangat hebat, nada suarapun turut
berubah pula, ia menjawab, "Jumlah cakar naga kedua lencana naga
emas tersebut berbeda satu sama lainnya, yang satu berjumlah empat
buah, yang lain hanya berjumlah tiga buah!"
Mendengar itu Mo loji tertawa terbahak. "Hah... haah... haah... tak usah
dibandingkan dengan lencana yang pertama lagi, cukup
memperbandingkan kedua lencana yang berada ditanganmu itu, coba
bandingkan dengan seksama, apakah tebal tipisnya juga sama ?"
Yu Seng memperbandingkan kedua buah lencana itu, kemudian
menggelengkan kepalanya berulang kali, dengan suara yang begitu
rendah sehingga hampir saja sukar didengar ia menyahut.
"Tiii . . . tidak sama!" Mendadak Mo loji menghela napas panjang.
"Aai, sekarang kau boleh mengakui kalau lencana naga emas
yang kau jumpai itu adalah lencana palsu bukan?" katanya. Yu Seng tak
dapat berbicara lapi, dia menundukkan kepalanya
rendah-rendah. Pada saat itulah Mo loji baru berpaling kembali ke arah
manusia berkerudung emas itu, lalu berkata dingin: "Persoalan yang kau ajukan
telah selesai ku jawab, sekarang aku
hendak meninggalkan ruangan ini !" Sementara itu, manusia
berkerudung emas itu sudah tertawa dingin tiada hentinya, dia menyahut: "Mo tua, kau jangan buru-buru
mengundurkan diri lebih dulu, bisa kujatuhi hukuman kepadanya lebih dulu, kemudian aku hendak
mengajakmu merundingkan sesuatu !"
Mo Loji hanya miringkan sedikit kepalanya, dia tidak berbicara apa-apa
lagi, Tiba tiba Yu Seng menimbrung. "Apa yang hamba ucapkan adalah
kata yang sesungguhnya, sama sekali tidak bernadakan..."
"Bawa ke mari ke dua lencana emas kepala naga itu." tukas manusia
berkerudung emas itu dengan dingin.
Yu Seng mengiakan, dia segera mengangsurkan lencana emas tersebut
ke depan. "Letakkan keatas meja!" kembali manusia berbaju emas itu menuding ke
meja bacanya. Sekali lagi Yu Seng mengiakan, dia letakkan kedua buah lencana naga
emas itu keatas meja. Sewaktu meletakkannya disitu, sorot matanya sempat menyaksikan
tonjolan sebesar berapa inci yang berada diujung meja baca tersebut,
dengan cepat ia menjadi mengerti, rupanya disitulah letak alat rahasia
yang mengendalikan kedua belah pintu baja diruang depan maupun
ruangan belakang tempat itu. Baru saja lencana tersebut diletakkan dimeja, sambil tertawa manusia
berkerudung emas itu telah berkata lagi:
"Yu Seng, apa lagi yang hendak kau katakan sekarang ?" "Hamba
sama sekali tidak berbohong" kata Yu Seng sembari
menjura, "aku hanya mengakui kurang hati-hati sehingga khilaf dan
salah melihat lencana emas tersebut."
"Aku tidak mengajukan pertanyaan soal-soal seperti itu." bentak
Manusia berkerudung emas itu dengan gusar, "aku hanya bertanya
kepadamu, apakah ingin menyampaikan kata-kata terakhirmu ?"
Mendengar perkataan tersebut. Yu Seng menjadi terperanjat sekali,
serunya tertahan:

Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Majikan hendak menjatuhkan hukuman mati kepada hamba ?"
"Heeeh, heeeh, heehh, kenapa " Memangnya aku tidak boleh
menjatuhkan hukuman tersebut kepadamu ?" Dengan dorongan emosi
yang meluap, Yu Seng berseru: "Hamba sebagai salah seorang dari
Gin-ih lak-yu. selama banyak tahun telah mempertaruhkan jiwa ragaku demi kepentingan majikan
kali ini meski ada orang yang datang dengan membawa lencana emas,
namun kesalahan tersebut bukan terletak pada diri hamba."
"Lantas kesalahan itu berada di tangan siapa?" sela manusia
berkerundung emas itu dingin. "Maaf atas kelancangan hamba, kesalahan tersebut sesungguhnya terletak
pada diri majikan sendiri, majikan menitahkan setiap orang menutupi raut
wajah masing-masing dengan kerudung, kemudian melarang
masing-masing anggota saling mengenal, kami tidak mengetahui nama
rekan-rekan yang lain, kecuali perintah yang diturunkan majikan. Setelah melihat
kemunculan lencana emas tersebut, sebagai Iencana naga emas yang
berkekuasaan paling tinggi tentu hamba tak berani membangkang
menurut peraturan, kecuali menuruti perintah, tiada pilihan lain buat
hamba untuk berbuat Kali ini, justeru lantaran hamba merasa curiga
sekali, maka sengaja kukirim surat lewat burung merpati untuk
melaporkan kejadian ini sambil meminta petunjuk, bahkan kukuntil jejak
lawan tapi jejak lawan telah hilang, seharusnya perbuatan hamba ini
dinilai sebagai jasa, bukan suatu dosa yang besar."
"Tapi nyatanya sekarang, bukan saja majikan tidak menilai budi dan
kesetiaan hamba selama banyak tahun, bahkan malahan sebaliknya
hendak menjatuhkan hukuman mati kepada hamba kenyataan ini
sungguh membuat hatiku tak puas."
Manusia berkerudung emas itu hanya duduk tenang sambil
mendengarkan perkataan anak buahnya, begitu Yu Seng telah selesai
berkata dia baru berkata: "Sudah selesai perkataanmu?" Sekarang Yu Seng sudah tahu kalau
ia tak bakal lolos dari hukum keji majikannya, maka timbul niatnya untuk beradu jiwa, dengan suara
lantang ia lantas berseru: "Belum selesai, masih banyak perkataan yang hendak kuutarakan
keluar." "Bagus sekali." manusia berkerudung emas itu tertawa seram,
"heeeehh... heeeehh... heeeeh... kalau begitu berbicaralah sepuasnya!"
Yu Seng menggertak gigi kencang-kencang, katanya kemudian dengan
suara dalam. "Kau tidak bijaksana, membunuh anak buah sendiri dengan
semena-mena, pada suatu ketika anak buahmu pasti akan berhianat dan
meninggalkan dirimu seorang diri!"
Waktu itu dia berdiri disisi meja baca, begitu selesai berkata telapak
tangan kanannya segera dihimpun tenaga, setelah itu sekuat tenaga
dihantamkan ke arah dua buah tonjolan yang berada diujung meja baca
tersebut... Yu Seng sebagai salah seorang dari Gin-ih lak-yu dibawah pimpinan Lok
hun pay benar-benar memiliki kepandaian yang sempurna, tenaga
dalamnya pun terhitung pilihan dalam dunia persilatan, serangan yang di
lancarkan olehnya sekarang paling tidak bisa menghancur lumatkan
ujung meja baca itu... Pada umumnya, meja baca yang di hantam dengan pukulan penuh pasti
akan hancur berantakan, tapi nyatanya suatu keajaiban telah terjadi
pada hari ini, hanya satu ujung saja dari meja baca itu yang melesak ke
dalam tanah. Ternyata meja baca yang antik dan berwarna merah itu sesungguhnya
bukan terbuat dari bahan kayu, melainkan terbuat dari selembar besi
baja yang kuat sekali. Menggunakan baja sebagai meja baca, sudah barang tentu kejadian ini
sama sekali di luar dugaan Yu Seng, itulah sebabnya serangan yang
dilancarkan Yu Seng dengan sepenuh tenaga itu bukan saja gagal
menghancurkan me ja tersebut, malah sebaliknya tangan kanannya
menjadi terluka. - ooo0dw0ooo- ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jilid 28 SAKING sakitnya air mata sampai bercucuran membasahi pipi Yu Seng,
dia mengobat-abitkan tangannya tiada hentinya.
Sekalipun tangan kanan Yu Seng sudah terluka, namun kedua buah
pintu rahasia diruang depan maupun ruangan belakang itupun segera
terbuka Iebar, apa lagi karena tombol kendali pintu rahasia itu sudah
melesak kedalam tanah akibatnya pintu-pintu rahasia tersebut tak dapat
menutup rapat kembali. Tindakan anak buahnya itu sama sekali di luar dugaan manusia
berkerudung emas itu, tanpa terasa dia turut tertegun.
Dalam tertegunnya itu, nampak lima dari Gin ih lak yu telah menyerbu
masuk kedalam ruangan. Dalam pada itu, Yu Seng telah melepaskan iain kerudung mukanya yang
berwarna putih, kepada kelima orang rekannya dia berseru dengan
wajah amat sedih. "Siaute Yu Seng, bersama saudara sekalian disebut Gin-ih lak-yu, hari ini
tanpa kesalahan apapun majikan bersikeras hendak menghukum mati
siaute, atas hukumannya itu siaute tidak akan memberi perlawanan, tapi
sebelum hukuman dilaksanakan terlebih dahulu aku harus menerangkan
keadaan yang sebenarnya !" Namun baru saja dia menyelesaikan perkataannya manusia berkerudung
emas itu telah menuding ke arah lima orang jagonya sembari berbisik:
"Yu Seng berniat menghianat, bukti nyata sudah berada didepan mata,
kalianpun tak usah banyak bertanya, segera mundur dari sini."
Menghadapi kejadian semacam ini, ke lima orang jago itu menjadi serba
salah, mau mundur tak bisa, maju juga tak berani hingga akibatnya
untuk sementara waktu menjadi ragu.
Menggunakan kesempatan inilah Mo Loji segera berseru kepada kelima
orang jago itu: "Saudara berlima, menurut penglihatanku, lebih baik kalian berlima turut
perintah dan segera mengundurkan diri dari sini, lebih baik jangan
mencari penyakit sendiri hingga mempengaruhi mangkuk nasi
masing-masing..." Lima sahabat berbaju perak itu menundukkan kepalanya rendahrendah
kemudian nampak salah seorang diantararya maju dua langkah
kedepan dan ujarnya kepada manusia berkerudung emas itu.
"Majikan, bolehkah hamba mengucapkan sepatah dua patah kata?"
Manusia berkerudung emas itu mendengus dingin, sambil menuding
pintu rahasia bagian belakang, serunya:
"Lohu perintahkan kepada kalian agar segera mengundurkan diri dari
sini...!" Saat itulah Yu Seng tertawa getir dia berkata lagi: "Saudara berlima,
lebih baik kalian pergi saja dari sini, daripada
ia jadi malu dan naik darah sehingga kalian semua dibunuh pula, cuma
sebelum saudara berlima meninggalkan tempat ini, terlebih dahulu
siaute mempunyai sebuah permintaan !"
Kelima orang manusia berbaju perak itu tidak menanggapi atau
mengucapkan sepatah katapun, akan tetapi merekapun tidak pergi
meninggalkan tempat iiu, dari sini dapat terbukti bahwa mereka tidak
leluasa untuk menjawab pertanyaan rekannya, akan tetapi mereka pun
bersedia mendengarkan permintaan Yu Seng.
Mo Loji yang menyaksikan ada kesempatan kembali menghasut mereka
dengan perkataan, katanya. "Semenjak dalam dunia persilatan muncul lencana Lok hun pay, hampir
seluruh jagad telah dibikin bergetar dalam dunia persilatan tak ada
orang yang berani melawan, bila kalian tidak segera mengundurkan diri
lagi, hati-hatilah dengan keselamatan kalian sendiri !"
Manusia berbaju perak yang ketanggor batu nya dari Lok hun pay tadi
segera mencela: "Mo Kiau jiu, persoalan ini adalah kami dengan majikan, lebih baik tutup
saja bacotmu itu !" Ternyata Mo Loji adalah Mo Kiau jiu yang dicari Sun Tiong lo sekalian
namun tak berhasil ditemukan rupanya dia berada disitu, tak heran
kalau perkampungan keluarga Mo telah punah menjadi puing-puing
yang berserakan. Mo Kiau jiu sudah menduga kalau perselisihan tersebut sukar dibereskan
dengan baik, padahal selama ini dia sulit mendapat kesempatan untuk
pergi meninggalkan tempai itu, tak heran kalau ia merasa gembira sekali
sesudah mendengar perkataan itu. Sekalipun demikian, diluaran wajahnya dia berlagak seperti mendongkol
katanya: "Baik, aku si orang tua memang enggan mencari banyak urusan, aku
hendak pergi dari sini, pergi meninggalkan tempat ini, aku tak mau
melihat kejadian disini lagi. Orang bilang: Kalau mata tidak melihat, hati
tak akan murung, lebih baik aku pergi saja dari sini"
Selesai berkata, dia lantas membalikkan badannya dan pura-pura
hendak berlalu dari situ dengan mendongkol.
Walaupun orangnya sudah sampai dibelakang, namun perasaan dan
telinganya belum mening galkan ruangan itu.
Tak lama kemudian, dari dalam ruangan berkumandang datang suara
jeritan ngeri yang memilukan hati. Menyusul kemudian suasana berubah menjadi hening, sepi, tak
kedengaran sedikit suarapun. Mo Ioji yang mendengar suara itu,
diam-diam mengangguk pikirnya: "Lok-hun pay wahai lok hun pay, keluargaku telah kau bantai, putri
kesayanganku telah kau nodai, perkampunganku telah kau bakar, kau
anggap sekarang aku sudi menjadi kerbau atau kuda yang menuruti
perintahmu ?" "Kini... haah... haaah... dari sembilan orang penggantimu, sudah ada
tiga orang yang berkhianat, sedangkan Gin-ih-Iak yu yang paling dekat
denganmu pun mulai sekarang sudah berhati cabang, tampaknya aku
mesti berhati-hati sedikit, siapa tahu dia masih dapat menyaksikan
dengan mata kepala sendiri datangnya hari pembalasan baginya. Benar,
aku harus berhati-hati, aku harus hidup lebih lanjut"
Sementara dia masih melamun, lima orang berbaju perak itu sudah
meninggalkan ruangan tengah, dari enam sahabat, kini
tinggal lima orang, sebab salah seorang diantara mereka, Yu Seng,
telah mati dihajar oleh manusia berkerudung emas itu sehingga isi
perutnya hancur lebur. Mayatnya di gotong ke lima orang rekannya untuk dikebumikan di
belakang sana. Ke lima orang manusia berbaju perak itu masih mengenakan kain
kerudung putih menutupi raut wajah aslinya, namun dilihat dari
sepasang tangan mereka yang gemetar keras serta dadanya yang naik
turun, dapat disimpulkan kalau mereka merasa sedih campur gusar.
Mo Loji segera memutar biji matanya, lalu maju menyongsong
kedatangan mereka, katanya: "ToIong tanya saudara berlima, apakah majikan masih berada didalam
ruangan ?" Ke lima manusia berbaju perak itu tidak menjawab, mereka hanya
menggelengkan kepala sambil menghela napas.
Dalam helaan napas itulah, dari balik ruangan terdengar Lok-hun pay
sedang berseru: "Kiau-jiu. kemari kau !" Diam-diam Mo Loji merasa geli, dari sebutan
Mo tua, kini dia telah memanggilnya sebagai "Kiau-jiu" lagi seperti dulu. Tertawa tinggal
tertawa, namun orangnya harus menyahut dan
melangkah masuk kedalam ruangan. Sementara itu Lok hun pay telah
berdiri di depan pintu rahasia bagian muka, sambil menuding kearah meja baca itu, katanya: "Aku
ada urusan dan hendak segera kuselesaikan, besok pagi
baru aku kembali, perbaiki meja ini!" Selesai berkata dia lantas berlalu
dari situ dengan langkah lebar.. "Tidak bisa, tidak bisa..." Buru-buru
Moo Kiau jiu berseru dengan cepat. Mendadak Lok hun pay menghentikan langkahnya sembari membalikan
badan lalu berseru. "Jika kau berani mengatakan tidak bisa lagi, hati-hati kukuliti tubuhmu!"
"Mengapa tak tahu aturan begitu." seru Mo-Kiau jiu setengah
merengek, "jalan darahku telah kau totok, sehingga tenaga dalamku tak
berfungsi lagi, padahal meja ini terbuat dari baja, tolong tanya
bagaimana caraku untuk memperbaikinya?"
Lok hun pay berpikir sebentar lalu berjalan mendekati Mo Kiau
jiu.katanya kemudian. "Baik, aku akan menepuk bebas jalan darahmu, cuma kau jangan
mencoba-coba bermain gila, kalau tidak percaya silahkan saja dicoba,
saat itu tanggung ada orang yang akan mewakili aku menyiksamu
hingga matipun tak bisa hiduppun tak dapat!"
Seraya berkata, ia benar-benar menepuk bebas jalan darah diatas
badan Mo Kiau jiu. Mo Kiau jiu sama sekali tidak mengucapkan terima kasih, malah sambil
menuding meja baca itu katanya. "Besok tengah hari meja ini baru bisa selesai kuperbaiki!" Lok hun
pay segera mendengus dingin. "Hmm, bila aku pulang besok pagi,
meja ini harus selesai diperbaiki kalau tidak jangan harap kau bisa hidup terus didunia ini!" Mo
Kiau jiu segera tertawa. "Bila kau membunuh aku, siapa pula yang akan
melakukan pekerjaan tersebut untukmu?" Lok-hun-pay tertawa seram. "Heeeh,
heeeh, heeeh, paling banter akan kulakukan sendiri.
mengerti ?" Mo Kiau jiu merasakan hatinya terkesiap, tapi sebuah akal baru segera
muncul kembali sahutnya kemudian: "Baik, baik, baik, cuma harus ada orang membantu pekerjaanku ini."
"Hal itu adalah urusanmu sendiri, kau boleh menyuruh siapa saja
membantu pekerjaanmu itu." Mo Kiau-jiu menjadi gembira sekali, ujarnya kemudian. "Kalau begitu
kau tak usah kuatir, sebelum fajar besok, meja ini
pasti sudah selesai ku perbaiki !" Lok-hun pay mendengus dingin, dia
membalikkan badan dan berlalu dari situ dengan langkah lebar. Memandang hingga bayangan
panggung Lok hun pay lenyap dari pandangan mata. diam-diam Mo Kiau jiu tertawa dingin, ia pun kembali
ke ruang belakang. Pertama-tama dia kembali dulu ke kamar tinggalnya untuk mengambil
alat perkakas. Padahal dia sedang memikirkan suatu persoalan yang amat besar
sekali. Tempat ini merupakan sarang rahasia dari Lok bun pay dalam kota
Seng tok, jago-jago yang berada di sini pun tinggal lima orang sahabat
berbaju perak dan tiga orang pengganti berbaju emas.
Selain itu, delapan orang pelayan berbaju hitam yang berada disana
masih belum terhitung seorang jagoan.
Dengan kemampuan yang dimiliki Mo Kiau jiu sekarang, apabila ia
harus bertarung satu lawan satu dengan ketiga orang pengganti
berbaju emas, ia tak akan merasa takut, bahkan dia berkeyakinan
dalam seratus gebrakan saja, pihak lawan pasti dapat dirobohkan.
Tapi jika dia harus bertarung melawan lima sahabat berbaju perak,
maka ia akan ketinggalan jauh. Bila harus bertarung satu lawan satu, dalam lima puluh gebrakan saja,
salah seorang dari lima orang sahabat tersebut sudah sanggup untuk
membinasakan dia. Sekarang jalan darahnya yang ditotok sudah dibebaskan, dalam hal ini
belum ada seorang manusia pun yang tahu, andaikata dia hendak


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melarikan diri maka inilah kesempatan yang paling baik baginya.
Tatkala ia berpikir lebih mendalam lagi, tanpa terasa Mo Kiau jiu
tertawa bangga. Bila tangan seseorang liehay, hatinya pasti tak akan bodoh, manusia
bodoh tak bisa melakukan perbuatan yang liehay, Mo Kiau jiu
termasyhur karena hasil karyanya yang liehay dan luar biasa,
kepandaiannya disebut nomor wahid dikolong langit, tentu saja tidak
gampang untuk membohonginya. Sesudah memahami persoalan yang sedang dipikirkan olehnya, dia pun
membawa perkakasnya pergi menjadi Gin ih ngo yu.
Waktu itu Gin ih ngo yu baru saja mengubur jenazah Yu Seng
dihalaman belakang sana, mereka semua dalam keadaan sedih sekali.
Mereka duduk termenung dalam ruangan tengah siapapun seperti
enggan berbicara. Pintu dibuka dan Mo Kiau jiu melangkah masuk ke dalam ruangan
tersebut. Salah seorang Gin ih ngo yu segera melompat bangun, lalu bentaknya
keras-keras. "Enyah, enyah dari sini!" Mo Kiau jiu tidak menggubris seruannya
dengan berlagak sok rahasia dia merentangkan tangannya seraya berkata:
"Barusan saja majikan pergi!"
Gin ih ngo yu tidak bersuara, seakan-akan mereka beranggapan
"kepergiannya adalah urusannya."
Sekali lagi Mo Kiau jiu berkata. "Sebelum pergi majikan telah
berpesan agar kalian berlima membantuku memperbaiki meja baca itu!" Mendengar ucapan mana,
salah seorang manusia berbaju perak
itu segera melompat bangun lalu serunya: "Locu lagi mangkel tahu"
Lebih baik kau cepat-cepat enyah dari
hadapan kami!" Sambil merendahkan suaranya Mo Kiau jiu berbisik:
"Aku cukup memahami perasaan kalian cuma persoalan itu
terpaksa, dengarkanlah nasehatku, sekarang paling baik bersikaplah
sedikit gembira, mari ikut aku memperbaiki meja di ruang depan sana !"
Orang berbaju perak yang sudah berdiri itu mendadak menerjang ke
muka lalu menghantam bahu Mo Kiau jiu.
Mereka semua tahu kalau jalan darah Mo Kiau jiu tertotok dan sama
sekali tak berkekuatan untuk melawan, mereka pun tahu kalau Mo Kiau
jiu sedang membuatkan suatu benda yang amat penting artinya bagi
Lok hun pay, tentu saja mereka tak berani turun tangan kelewat berat
hingga meIukai dirinya, walaupun dibilang tidak berat namun
seandainya terhajar diatas bahu Mo kiau jiu, niscaya orang itu akan
terpelanting. Siapa tahu Mo Kiau jiu segera membalikkan pergelangan tangannya dan
berbalik mencengkeram urat nadi berbaju perak itu, kemudian
tangannya mendorong dan melemparkan tubuh manusia berbaju perak
itu sehingga mundur beberapa langkah.
Menyaksikan kejadian ini lima orang manusia berbaju perak itu menjadi
tertegun dan berdiri bodoh. Mo Kiau jiu tidak memberi kesempatan kepada orang untuk berbicara,
dengan suara rendah katanya lagi serius:
"Barusan saja majikan menepuk bebas jalan darahku, sekarang
tentunya kalian sudah mengerti bukan, meskipun diluarnya majikan
bilang hendak pergi, padahal apa yang sebenarnya dia lakukan?"
"Turutilah nasehatku, aku seperti juga kalian, dalam hati ada persoalan
namun tak berani diutarakan keluar, agar orang lain jangan menaruh
curiga kepada kalian sekarang apa salahnya kalau kau membantu diriku
memperbaiki meja baca itu?" Kelima manusia berbaju perak itu segera memahami apa yang telah
terjadi, serentak mereka bangkit berdiri dan manggut- manggut ke arah
Mo Kiau jiu. Sambil tertawa Mo Kiau jiu lantas berkata dengan suara rendah:
"Selanjutnya bila ingin merundingkan sesuatu, jangan lupa untuk
mengirim orang untuk berjaga-jaga." Berbicara sampai disitu, dia lantas
menggotong-perkakasnya dan berlalu dari sana lebih dulu. Ke lima orang manusia berbaju perak itu
mengikuti dibelakangnya, bersama-sama pergi ke ruang tengah. Maka dalam
ruangan itupun terdengar suara ting, tang, ting,
tang tiada hentinya, mereka telah mulai bekerja. Apa yang diduga Mo
Kiau jiu ternyata tepat sekali, secara diamdiam
Lok hun pay telah kembali ke situ. Dengan tenaga dalam yang
dimilikinya, tentu saja dia tak usah
kuatir ditemukan jejaknya oleh ke lima orang manusia berbaju perak
itu, tatkala dilihatnya kelima orang itu sedang membantu Mo Kiau jiu
bekerja, diam-diam ia tertawa bangga.
Setelah membunuh Yu Seng tadi, sebetulnya ia merasa kuatir, dia takut
kelima orang manusia berbaju perak itu bekerja sama dan bersama-sama
memberontak, sekalipun kepandaiannya lihay, namun terasa agak rikuh
juga bila harus bertarung melawan anak buahnya.
Tapi sekarang dia sudah berlega hati, bahkan memperoleh suatu kesan
yang salah. Dia salah mengerti pembunuhan sadis dan kekuatan besar yang
dimilikinya bisa mendatangkan hasil disaat dan kepada siapa saja,
bahkan tak seorang manusia pun berani melawan.
Padahal, bencana besar sudah berada di depan mata, hanya saja orang
lain sedang menunggu datangnya kesempatan baik.
- ooo0dw0ooo- ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng *** PADA halaman keempat dari kitab kecil, ditangan
Sun Tiong lo, terlukiskan. "Kunjungi He he koancu di kuil Tong thian koan, kota Gak
yang propinsi Sam siang." Kota Gak yang di propinsi Sam siang merupakan
suatu tempat yang sangat termashur, Ioteng Gak yang to merupakan tempat yang
sangat ternama dikolong langit. Sun Tiong Io serombongan berempat telah berangkat menuju ke kota
Gak yang. Setelah menempuh perjalanan sekian waktu, mereka telah memasuki
daerah kota Gak yang. Malam itu, mereka pun menginap disebuah
rumah penginapan dikota kecil Siang can tin sepuluh li diluar kota Gak
yang. Sepanjang jalan mereka tidak banyak berpikir, kini setelah tiba ditempat
tujuan dan menginap dirumah penginapan dengan sikap yang amat
santai mereka mencari tahu letak kuil Tong thian koan.
Siapa tahu, begitu pertanyaan diajukan, mereka berempat menjadi
tertegun dan berdiri bodoh. Menurut pemilik penginapan itu, Tong thian koan dari kota Gak yang
merupakan kuil yang amat termashur sekali karena kemegahannya,
sayang sekali dua puluh tahun berselang,
kebakaran hebat telah memusnahkan kuil tersebut, Kuil Tong thian koan
tidak terletak didalam kota Gak yang, melainkan dua li disebelah ti mur
"Ou cian ihi" dekat telaga Tong ting ou.
Terlalu banyak kuil kenamaan yang tertimpa bencana banjir atau
kebakaran selama ini, tapi kebanyakan dibangun kembali jauh lebih
megah dari yang dulu, biasanya orang yang berziarah pun semakin
banyak. Tapi semenjak terbakar dua puluh tahun berselang, kuil Tong thian
koan tak pernah dibangun lagi"
Tentu saja Sua Tiong lo keheranan, diapun bertanya apa sebabnya tidak
dibangun lagi" Alhasil dia telah menemukan jawaban yang justru
merupakan kebalikannya. Menurut pemberitahuan pemilik penginapan itu: Terbakarnya kuil Tong
thian koin bukannya tanpa sebab, juga bukan lantaran bencana tapi
kalau dibilang api dari langit, maka ucapan mana tepat sekali.
Perkataan dari pemilik penginapan ini sudah barang tentu
mencengangkan hati orang dan membuat orang tidak habis mengerti.
Namun waktu Sun Tiong lo mendesak lebih jauh, pemilik penginapan itu
hanya tertawa tidak menjawab. Maka Sun Tiong lo dan Hou ji pun mempunyai suatu pendapat baru,
sembilan puluh persen kuil Tong thian koan pasti merupakan kuil Sam
cing koan yang tidak benar jalannya, mereka bertekad untuk
menyelidiki persoalan itu sampai jelas.
Keesokan harinya untuk menyelidiki latar belakang dari kuil Tong Thian
koan, Sun Tiong lo telah menyusun rencana matang, karena Bau ji tak
suka banyak berbicara maka ia diminta menemani nona Kim bermain
sampan di telaga. Sedangkan dia dan Hou ji bertugas menyelidiki persoalan tersebut.
Dalam soal selidik menyelidiki, kepandaian Hou ji jauh lebih
mengungguli kemampuan Sun Tiong lo.
Untuk menyelidiki peristiwa yang telah terjadi pada dua puluh tahun
berselang, mereka harus mencari keterangan dari rakyat yang berusia
lanjut, tapi orang yang berusia lanjut pengalamannya pasti lebih
banyak, cara mereka berbicarapun lebih berhati-hati dan tahu diri.
Oleh karena itu Hou ji memilih orang tua dari keluarga miskin yang
gemar berbicara untuk melakukan penyelidikannya.
Tengah hari itu mereka tidak memasuki rumah makan kenamaan, tapi
justru memasuki warung makan sederhana yang penuh dengan rakyat
dari golongan bawah. Dengan susah payah mereka berhasil pula berkenalan dengan seorang
sahabat yang telah berusia agak lanjut.
Dengan keahlian Hou ji dalam pergaulan, tak sampai berapa cawan arak
masuk perut, mereka telah bersahabat karib.
Suatu ketika Hou ji menyumpit sepotong daging dan mengunyahnya
dengan pelan, seakan-akan ia ingat akan sesuatu mendadak ujarnya:
"Saudaraku, selesai bersantap nanti bagaimana kalau kita berkunjung ke
kuil Tong thian koan?" "Tentu saja" sahut Sun Tiong-lo cepat, "dengan susah payah kita telah
berkunjung ke kota Gak yang, tentu saja kita harus berpesiar ke kuil
kenamaan tersebut" Kakek kenalan mereka itu she Nyoo bernama Nyoo Ci gan, pada
dasarnya dia adalah seorang yang gemar berbicara, barhati hangat dan
cepat berbicara, apa yang dibicarakan biasanya pasti akan dibicarakan
hingga selesai. Oleh karena itu orang-orang yang isengpun merubah namanya dari "Ci
gan" menjadi "It-yan" yang artinya begitu ia buka mulut maka semuanya
akan diutarakan sampai habis. Tatkala dia
mendengar kalau Hou-ji dan Sun Tiong lo hendak berpesiar ke kuil
Tong thian koan, ia meletakkan sumpitnya sembari bertanya: "Lote
sekalian hendak berpesiar kekuil Tong thian koan?"
Hou ji manggut manggut "BetuI, kami dengar orang bilang, didalam
kuil Tong thian koan terdapat seorang He he-koancu yang berhasil mencapai setengah dewa,
konon ia liehay dan luar biasa.."
Nyoo It yan tak kuasa menahan rasa gelinya dia segera tertawa.
"Siapa yang mengatakan hal tersebut kepada kalian?" Begitu ia buka
suara, ternyata memang mulutnya seperti tak bisa
direm lagi, tak menanti sampai Hou-ji dan Sun Tiong lo menjawab, ia
sudah menggebrak meja sambil melanjutkan!
"Orang yang berkata demikian pada hakekatnya merupakan telur busuk
ngaco belo belaka!" Hou ji dan Sun Tiong lo saling berpandangan sekejap, mereka berlagak
seolah-olah tercengang oleh ucapan itu.
Setelah mendengus, kembali Nyoo It yan melanjutkan: "Pada dua
tiga puluh tahun berselang, kuil Tong thian koan
memang boleh di bilang termasuk kuil paling ternama dan paling besar
diwilayah Sam siang dan sekitarnya, tapi kini, huuuh, sudah hancur
ludas tak ada wujud!" "Aah... bagaimana mungkin bisa begitu?"" Hou ji berseru tertahan.
"Kenapa tidak bisa" Dua puluh tahun berselang, Thian telah melepaskan
api membakar kuil Tong thian koan, walaupun tak bisa dikatakan sudah
terbakar ludas namun yang tersisa pun tak seberapa..."
"Peristiwa ini pernah pula kami dengar, tapi bukankah kemudian telah
dibangun lagi?" seru Sun Tiong lo cepat.
Mendengar kata "di bangun kembali", tidak tahan Nyoo It yan segera
tertawa terbahak-bahak. "Hah... haaaah... haaah .. .. di bangun kembali" Lote sekalian, jangan
harap kuil itu dapat dibangun kembali!"
"Eeeh, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Hou Ji berseru tertahan
Nyoo It yan mengalihkan sinar matanya memandang sekejap
sekeliling ruangan warung itu, lalu sambil merendahkan suaranya ia
berbisik. "Tempat ini terdapat banyak orang, kurang leluasa bagi lohan untuk
berbicara secara blak-blakan, bila lote berdua ingin mengetahui keadaan
yang sesungguhnya, seusai bersantap dulu, bagaimana kalau kita
berbicara di warung teh tepi telaga sana ?"
Mendengar perkataan itu, diam-diam Sun Tiong-lo dan Hou-ji merasa
girang, tentu saja mereka mengiakan cepat.
Seusai bersantap mereka berjalan menuju ke warung teh ditepi telaga,
Nyoo It-yan memilih sebuah tempat yang sepi dan terpencil, begitu air
teh dihidangkan sambil minum teh wangi, ia mulai membuka
pembicaraan. "Lote berdua benar-benar sudah ditipu orang habis-habisan. masih
untung baru sekarang kalian mencari tahu kabar berita kuil Tong thian
koan, coba kalau peristiwa itu berlangsung pada delapan sembilan tahun
berselang, hm, hm, bisa jadi memancing datangnya kesulitan bagi kalian
sendiri !" Hanya disebabkan mencari tahu letak suatu tempat apalagi tempat itu
adalah kuil kenamaan, ternyata bisa berakibat datangnya kesulitan,
kejadian seaneh ini pada hakekatnya belum pernah terdengar kenyataan
tersebut membuat Hou ji dan Sun Tiong-lo semakin berambisi untuk
mengetahui duduk persoalannya sampai jelas.
Dengan merendahkan suaranya Nyoo It-yan berkata "Lote berdua,
tahukah kau kuil Tong-thian-koan itu merupakan tempat macam apa?"
"Bukiinkah sebuah Too-koan ?" tanya Sun Tiong lo tertegun. Sesudah
mengiakan Nyoo It yan manggut-manggut. "Betul, Too koan tersebut
meski sebuah Too koan, namun Tookoan ini berbeda sekali dengan Tookoan biasa !" Sun Tionglo dibikin
makin kebingungan, ia tak mengerti arti dari
ucapan Nyo It-yan itu. Hou-ji berusia lebih besar, pengalamannya juga
lebih banyak, tergerak hatinya setelah mendengar perkataan itu. "Lotiang, apakah
Tong-thian-koan adalah kuilnya kaum wanita ?"
serunya tiba-tiba. Nyoo It-yan segera bertepuk tangan sambil tertawa.
"Tepat sekali, kuil itu memang sebuah kuil dari Li too-koh." Sun Tioag lo
baru mengerti sekarang, tanpa serasa dia melirik
sekejap kearah Hou-ji. Setelah menepuk setegukan air teh, Nyoo It yan
mulai menuturkan kejadian masa lampau... Dua puluhan tahun berselang,
nama kuil Tong thian-koan sudah amat tersohor dikolong langit. Bangunan Tong thian-koan sendiri
mencapai ratusan bau luasnya dengan bangunan yang berlapis-lapis, indah dan megah. Koancu dari
kuil Tong-thian koan itu bernama Sang sang koancu,
dia mempunyai sepuluh orang murid yang semuanya menggunakan
hurup "lm" sebagai nama akhirnya.
Menurut urutan, mereka adalah: Hui Im, Cuan-im, Hong-im, Pek im.
Seng im, Cuim, Cing im, Siong im dan Toan im.
Dengan kekuatan sebelas orang saja, tentu saja mereka tak mungkin
bisa merawat kuil yang begitu megah dan besar.
Oleh sebab itu bocah-bocah perempuan dari keluarga miskin yang


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada tiga sampai lima puluh li disekitar tempat itu menjadi
orang-orang yang bisa dimanfaatkan tenaganya untuk mengurusi kuil
tersebut. "Kuil Tong-thian koan mempunyai harta kekayaan yang amat besar,
mereka menanam sayur dan gadis gadis dari keluarga miskin itulah
yang mengurusi kesemuanya. Sang-sang Koancu berusia paling banter tiga puluh tahunan, namun
wajahnya yang cantik mungil amat menarik hati orang, seandainya dia
bukan seorang pendeta, niscaya ia boleh dibilang sebagai seorang
perempuan cantik. Sepuluh orang muridnya, selain tidak berdandan dan bergincu,
sesungguhnya mereka terhitung perempuan-perempuan cantik, jubah
pendeta mereka yang berwarna biru sama sekali tidak mengurangi
kecantikan serta keanggunan mereka.
San-san Koancu berusia tidak besar, namun kepandaiannya luar biasa
sekali, terutama ilmu pertabibannya yang mendapat warisan orang
kuno, hal mana membuat nama kuil Tong-thian-koan makin lama
semakin termasyur di mana-mana. Koancu mengkhususkan diri dalam penyakit perempuan setiap penyakit
perempuan yang diperiksa olehnya, tak ada yang belum sembuh setelah
meminum obatnya tiga kali. Kota Gak yang terletak ditepi telaga Tong ting-ou, sejak dulu kala sudah
menjadi tempat kaum pembesar dan kaum hartawan berekreasi,
terutama mereka yang sudah pensiun, kebanyakan lantas pindah kesana
dan menetap di sini sampai akhir hayatnya.
Sejak ilmu pertabiban Sang-sang Koancu yang lihay tersiar keluar, kuil
Tong-thian-koan menjadi termasyur dan banyak pengunjung untuk
meminta pengobatan. Akhirnya Sang sang Koancu menyuruh orang membantunya memberi
pengobatan, selama pekerjaan itu berlangsung, ia tak pernah memungut
balas jasa, akibatnya banyak keluarga hartawan pembesar yang bergilir
mudik dalam kuil itu. Akhirnya karena pengunjung yang meluap, mau tak mau Sang- .cang
koancu harus menurunkan sebuah peraturan, yaitu kecuali beberapa
keluarga kaya dan orang-orang yang sangat di kenal olehnya, ia tak
akan turun tangan sendiri. Setiap pagi sampai malam, ruang tunggu kuil Tong-thian-koan selalu
penuh dengan pasien, bahkan untuk pesan tempatpun harus di lakukan
sepuluh hari sebelumnya. Perlu diketahui, Sang-sang koancu bekerja untuk amal, hingga selama
ini tak pernah terjadi penyakit sekecil apapun.
Tapi suatu hari telah muncul sebuah penyakit, penyakit itu bukan
muncul dari pihak Tong-thian-koan, melainkan muncul dari selembar
surat pengumuman yang dikeluarkan pihak kota Gak-yang, bicara soal
surat pengumuman tersebut, maka kita harus berbicara dulu tempat
posisi atau letak dari kuil Tong thian koan tersebut.
Pintu gerbang dari kuil Tong thian koan terletak berhadapan dengan
sebuah muara telaga, pintu depan bukan jalan raya, jadi untuk menuju
pintu gerbang kuil Tong thian koan baik hendak pergi kekota Gak yang
maupun menuju ke kebalikannya, orang harus berjalan berapa li dulu
dari jalan raya, tidak heran kalau orang yang berlalu lalang disitu tidak
banyak jumlahnya. Jalan yang membentang disebelah kiri pintu gerbang Tong thian koan
dapat langsung berhubungan dengan jalan raya menuju kekota Gak
yang. Sebaliknya jalanan yang membentang disebelah kanan pintu gerbang
menghubungkan perkampungan keluarga Li yang berada tiga li-dari situ,
bila berjalan sejauh dua li lagi maka orang akan tiba diperkampungan
keluarga Ong. Penduduk perkampungan keluarga Li dan perkampungan keluarga Ong
berjumlah ribuan keluarga, kebanyakan mereka berdagang kecil-kecilan
atau menanam sayur dan menangkap ikan, oleh sebab itu setiap hari
mereka harus berangkat ke kota Gak yang untuk berjualan dan sore
pulang kerumah. Sebenarnya penduduk perkampungan keluarga Li dan penduduk
perkampungan keluarga Ong bisa melalui jalan raya, jalan raya terletak
di belakang Tong thian-koan, tapi lebih jauh tiga empat li, sebaliknya
jika melalui jalan setapak yang melewati pintu gerbang kuil Tong-thian
koan maka mereka akan lebih dekat empat li.
Untuk mengejar waktu pasar, tentu saja rakyat memilih jalanan kecil
yang melalui depan kuil Tong thian koan.
Bila sedang musim dingin, keadaan masih mendingan, tapi kalau sudah
musim panas maka akan timbul hal-hal yang kurang serasi.
Rakyat desa biasanya tidak berpendidikan, setiap kali sesudah pulang
dari pasar dan melalui telaga di muka kuil Tong thian koan, dari sepuluh
orang ada delapan sampai sembilan orang yang turun ke air untuk
membersihkan badan. Jalan pemikiran orang desa selamanya memang sederhana, untuk turun
ke air, mereka hanya mencari tempat yang tak ada orangnya dan lantas
terjun, begitu berada di air maka segala sesuatunya terlupakan.
Akibatnya seringkali keluarga pembesar atau hartawan kaya yang
kebetulan lewat dimuka kuil Tong thian koan menjadi tersipu-sipu di
buatnya karena sering melihat rakyat berada dalam keadaan bugil
sedang mandi di telaga. Itulah sebabnya, suatu hari pihak kota praja Gak yang memasang dua
buah papan pengumuman yang didirikan satu dikiri dan yang lain di
kanan pintu gerbang Tong thian koan hingga mencapai ujung dinding
pekarangan bangunan tersebut. Isi pengumuman sederhana "Mulai hari ini, terkecuali bocah lelaki dan kaum wanita, dilarang melalui
jalan ini!" Begitu pengumuman dikeluarkan rakyat desa keluarga Li dan keluarga
Ong merasa sangat tidak puas. Tidak puas tinggal tidak puas, namun yang jelas tak ada orang yang
berani mencari gara-gara dengan pihak penguasa, selain menggerutu,
terpaksa setiap hari mereka harus berjalan tujuh delapan li lebih jauh.
Cuma saja setelah pengumuman itu muncul pengunjung yang datang
kekuil Tong thian koan lebih berkurang, lebih-lebih mereka tak bisa
melihat lagi kaum lelaki yang berbugil.
Tak lama sesudah pengumuman itu dipasang wali-kota Gak yang pun
diganti. Wali-kota baru ini she Gan bernama Wan-sim, konon tayya ini berhati
lurus dan bijaksana, semua perhatiannya hanya dicurahkan pada
kesejahteraan penduduk Gak yang. Sejak hari pertama memangku jabatan, ia sudah beranggapan bahwa
pengumuman tersebut tidak sesuai namun berhubung pejabat lama baru
pergi, untuk memberi muka ia merasa enggan untuk langsung merubah.
Kendati begitu begitu ia telah menyelidiki duduknya persoalan itu dari
para anak buahnya dan mengetahui alasannya.
Ia pernah memberi pernyataan bahwasanya pengumuman tersebut
terlalu merugikan orang desa. Menurut pendapatnya alasan yang dipakai kurang cocok, sebab dengan
alasan apapun tak seharusnya melarang orang melalui jalanan yang
lebih dekat dan pendek. Menurut pejibat baru ini, asal isi pengumuman dirubah menjadi Barang
siapa diketahui mandi telanjang dalam telaga akan dijatuhi hukuman
berat, seharusnya masalah tersebut sudah dapat diatasi.
Tak selang berapa saat kemudian, pendapatnya itu telah disebar
luaskan oleh anak buahnya keseluruh pelosok kota.
Suatu pagi, ketika ia berada diruang sidang telah menerima belasan
lembar surat undangan, surat-surat undangan tersebut kalau bukan dari
saudagar kaya, tentu hartawan berpengaruh, atau kalau bukan berasal
dari bekas-bekas pejabat lama. Akhirnya terjadi suatu dialog langsung antara pejabat baru dengan
tamu-tamunya, ternyata kedatangan mereka hanya dikarenakan soal
pengumuman tersebut. Bahkan mereka semua bersepakat agar pengumuman lama tetap
dipertahankan dan jangan di rubah. Gan tay ya segera menerangkan sudut pandangannya meski pendapat
mana tak bisa diterima pihak lawan, kendatipun demikian Tay-ya
mempunyai kekuasaan sebagai seorang Tay ya, ia telah bermaksud
untuk melaksanakan keputusan menurut pendapatnya itu dalam
beberapa hari mendatang. Belumlah keputusan mana dilaksanakan mendadak Gan Tay ya diundang
oleh atasannya untuk mengadakan pertemuan, dalam pertemuan mana
atasannya kembali menandaskan bahwa pengumuman itu tak boleh
dirubah, bahkan secara diam diam disertai pula dengan semacam
pemecatan. Walaupun Gik Tay ya tak senang hati, namun berhubung atasan ada
perintah, ia tak bisa membangkang, apalagi dia belum terbiasa dengan
pekerjaan tersebut, maka diapun tidak bersikeras dengan pendapatnya
lagi. Belum lama setelah peristiwa itu, suatu senja dikali Gan ya sedang
berbincang bincang dengan dua orang anak buahnya dikamar baca, Lim
Tiong kepala opas kota telah datang menghadap dengan langkah
tergesa-gesa, sambil mengetuk pintu terdengar ia berkata.
"Lapor Tay ya, diluar ada seorang penduduk desa ingin bertemu dengan
tayjin, konon dia mempunyai masalah besar yang amat penting artinya
hendak dilaporkan kepada tay ya !"
Gan wan sim adalah seorang pembesar jujur, seorang pembesar
bijaksana, dia segera mengundang penduduk desa itu agar menghadap.
Begitu masuk kedalam ruangan, penduduk desa siap menjatuhkan diri
berlutut. Gan Wan Sim segera menitahkan kepada Lim Tiong agar
membangunkan penduduk desa itu, kemudian diperhatikannya wajah
penduduk itu dengan seksama, diam-diam dia lantas mengangguk,
orang itu mempunyai wajah yang sangat jujur.
MenyusuI kemudian, Gan Wan sim lantas berkata pada penduduk desa
itu sambil tertawa. "Tempat ini adalah kamar bacaku, bukan ruang sidang, maka kaupun
tak usah melakukan penghormatan besar, silahkan duduk !"
Lim Tong segera menyiapkan sebuah bangku batu untuk penduduk itu.
Tentu saja orang itu tak berani duduk, sikapnya menunjukkan perasaan
yaa takut yaa menghormat. Dengan ramah Gan Wan sim berkata lagi: "Duduk sajalah, mari kita
berbicara secara baik-baik, siapa namamu...?"
"Hamba she Li bernama Li Hong, orang-orang memanggil siaujin
sebagai Li Lo si (si jujur Li)"
"Li Hong, kau bilang ada urusan besar yang sangat penting hendak
dilaporkan kepadaku, persoalan apakah itu?"
Li Hong memandang dua orang tamu yang ada disana, lalu memandang
pula ke arah Li Tiong, setelah itu ujarnya.
"Tay ya, persoalan ini tak boleh di dengar orang lain"
Dilihat dari ucapan tersebut, sudah cukup membuktikan kejujuran dan
kepolosan Li Hong. Dua orang anggota pejabat itu segera mohon diri dari sana hingga kini
tinggal Li Hong dan Gan tayjin berdua.
Setelah Gan tayjin bertanya lagi, Li Hong baru berkata sambil tertawa
bodoh. "Tay ya, konon kau adalah seorang pembesar bijaksana, pandai
bekerja, tapi . .. . tayya sudah banyak hari kau memangku jabatan,
mengapa kau masih membiarkan pengumuman itu menempel di tepi
jalan ?" Gan tayya segera memahami apa yang di maksudkan, sahutnya sambil
tertawa pula: "Li Hong, kau maksudkan surat pengumuman yang ditempelkan di
depan kuil Tong thian koan itu ?"
Li Hong manggut-manggut, maka Gan tayya pun memberikan
penjelasannya dengan gamblang. Siapa tahu, dengan wajah serius Li Hong berkata lagi: "Tayya, tahun
ini siaujin berusia lima puluh delapan tahun, sudah
banyak kejadian yang kujumpai, terus terang saja tayya, semenjak
surat pengumuman itu dipasang, hamba tak pernah menganggur lagi.
"Setiap kentongan ke dua, hamba selalu memanjat ke atas sebatang
pohon besar di muka kuil Tong thian koan, selama sebulan lebih, sudah
banyak kejadian aneh yang telah hamba saksikan..."
Menyinggung soal kejadian aneh, paras muka Gan Wan sim segera
berubah hebat. Selang berapa saat kemudian, dengan sorot mata yang tajam dan
wajah berwibawa dia berseru: "Li Hong, kejadian aneh macam apa itu ?"
"Thay-ya. setiap tengah malam, pasti ada kereta yang tiba didepan
pintu kuil, serombongan gadis muncul dari dalam kuil dan menggotong
masuk barang barang yang diangkut lewat pedati tersebut..."
"ltu mah kejadian umum, bukan terhitung suatu peristiwa yang sangat
aneh." kata Gan Wan sim dengan kening berkerut.
Li Hong tidak menanggapi perkataan itu, sebaliknya berkata lagi:
"Tay-ya harap kau dengarkan dulu baik-baik, siaujin maksudkan
ada serombongan gadis yang sedang mengangkut "barang" Gan
Wan-sim tertawa. DaIam sebuah kuil tookoan yang dihuni kaum rahib, memang seringkali
menggunakan tenaga perempuan untuk mengangkuti barang, masa
mereka akan mencari kaum lelaki untuk membantu pekerjaannya ?"
Li Hong turut tertawa, tertawa dari seorang yang jujur, katanya
kembali: "Soal ini hamba sudah tahu, apalagi kuil Tong thian koan mempunyai
banyak pekerjaan bercocok tanam yang di garap anak- anak gadis
keluarga miskin yg tinggal disekitar tempat itu..."
?"Yaa, betu!, buat apa kau mesti merasa heran bila kaum wanita pun
mengangkat barang?" Li Hong kembali tidak menjawab pertanyaan tersebut, katanya:
"Siaujin telah bilang, waktu itu siaujin memanjat sebatang pohon
besar yang tumbuh berapa kaki didepan pintu gerbang Tong thian koan
dekat tepi telaga, segala sesuatunya dapat terlihat jelas.
"Tayya, setiap kereta mereka lewat dan barang barang dalam pedati
diangkut turun, me ngikuti hembusan angin aku pun turut mengendus
bau yang sangat aneh langsung menyusup kelubang hidung hamba !"
"Bau aneh apakah itu !" tanya Gan Wan sim dengan kening berkerut.
"Ada bau arak, ada bau daging, ada bau amisnya ikan laut serta
udang..." sahut Li Hong setengah berbisik.
Gak Wan siu memandang Li Hong sekejap, lalu berkata: "Li Hong,
dari beberapa macam bau itu kau telah berhasil
membuktikan apa ?" Li Hong segera menggeleng: "Siaujin hanya
melaporkan apa yang telah hamba saksikan
kepada tayya !" - ooo0dw0ooo- ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng *** DENGAN wajah serius Gan Wan sim
berkata "Li Hong, kuil kecil, too-koan, kuil hweesio semuanya adalah
tempat para pendeta hidup mengasingkan diri, namun sebagai pendeta
bukan diharuskan mereka tak makam barang berjiwa, aku percaya kau
pasti memahami perkataanku ini !"
Kembali Li Hong tidak menjawab apakah dia memahami atau tidak,
sebaliknya melanjutkan. "Bahkan ada kalanya datang tandu, ada kala nya datang kereta, yang
turun semuanya adalah kaum wanita, nona, mereka semua disambut
para Tokoh masuk ke dalam kuil..."
Gan Wan sim enggan bersilat lidah kelewat lama dengan Li Hong,
kembali tukasnya dengan suara dalam.
Lalu sekalian masuk kuil, tentu saja di sambut para tokoh, kejadian ini
lumrah dan tak aneh !" Berbicara sampai disitu, Gan Wan sim segera mengulapkan tangannya
sambil menambahkan.

Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bila kau tak ada urusan yang lain, sekarang boleh segera pulang saja."
"Tidak tay ya" kata Li Hong menggeleng, "apa yang siaujin katakan tak
lebih baru seperduanya saja !"
Sekali lagi G,in Wan sim berkerut kening, dia ingin memanggil Lim
Tiong untuk menggusur keluar Li Hong, tapi sebagai pejabat yang baik
ia berusaha menahan hawa amarahnya.
Li Hong memang terlalu jujur, ia tak dapat menilai perubahan wajah
orang, terutama perubahan pada mimik muka tayya tersebut, itulah
sebabnya tanpa ragu dia melanjutkan kem bali pertanyaan yang belum
selesai: "Sikap, tindak tanduk maupun cara berbicara para tokoh tersebut
sewaktu menyambut-kedatangan perempuan perempuan terhormat itu
benar-benar amat tak sedap di pandang, sama sekali tidak mirip
seorang pertapa yang suci bersih, lebih lebih tidak mirip dengan
keluarga dari orang-orang yang berpendidikan tinggi."
Perkataan tersebut kelewat serius, juga terasa punya isi yang gawat
artinya. Oleh karena itu Gan Wan sim segera mengiakan Kembali Li Hong
mendengus dingin dengan nada sinis, katanya
lebih lanjut: "Siaujin mempunyai seorang ponakan yang tak becus,
dahulu seringkali terjerumus dalam rumah rumah pelacuran, terhadap sahabat
mudanya ia seringkali menceritakan adegan adegan porno dalam
rumah-rumah pelacuran itu." "Tutup mulut" mendadak Gan Wan sim itu membentak gusar,
"Perumpamaanmu itu sungguh amat keterlaluan!"
Li Hong nampak agak tertegun lalu ujarnya: "Tayya, seandainya
perkataan siaujin keterlaluan tayya mau
memenggal kepalaku juga boleh, mau mencincang juga boleh, tapi yang
kuminta bila tayya tidak percaya, besok malam silahkan tayya memanjat
pohon sendiri dan mendengarkan suara hiruk pikuk disitu.."
Gan Wan-sim tertawa geli, dan suara tertawa inipun segera memotong
ucapan Li Hong yang belum selesai. Agaknya Li Hong telah menyadari kekeliruannya dalam berbicara tadi,
seorang wali kota masa disuruh memanjat pohon hanya untuk melihat
dan mendengarkan sekelompok tokoh bergurau cabul dengan
sekawanan tamu pria, tentu saja peristiwa ini merupakan suatu lelucon
terbesar di dunia ini... Namun Gan Wan-sim tidak menukas pembicaraan dari Li Hong, sebab
ditinjau dari ucapan mana, ia sudah dapat membuktikan kalau Li Hong
adalah seorang desa yang seratus persen polos dan jujur.
Sementara itu Li Hong telah mengalihkan pokok pembicaraan kesoal
lain, katanya lagi. "Tayya, tahukah kau, nona-nona serta nyonya nyonya itu pun telah
menganggap kuil Tong thian-koan sebagai rumah kediamannya, setelah
tinggal disana mereka lantas enggan untuk pulang ke rumah lagi."
Gan Wan sim sebagai seorang pembesar yang jujur dan bijaksana, tentu
saja harus meneliti setiap persoalan secermat mungkin, sudah barang
tentu dia tak bisa menerima laporan dengan begitu saja tanpa
melakukan pemeriksaan sendiri. Maka dia pun manggut manggut seraya berkata: Tentang soal ini
aku memang sudah tahu, hal ini dikarenakan
koancu kuil Tong thian koan memiliki ilmu pertabiban yang sangat
liehay, lantaran pasiennya kelewat banyak maka untuk menunggu
sampai gilirannya terpaksa mereka harus tinggal di kuil itu sambil
menunggu pengobatan." Mendengar ucapan mana, Li Hong segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh. . , haaahhh . . . haaahhh ,. . tahu kah Tayya berapa banyak
orang yang tinggal di kuil itu ?"
Gan Wan sim agak tertegun, ia menggeIeng. "Berhubung masalah itu
menyangkut soal kaum wanita, maka aku merasa kurang leluasa untuk melakukan penyelidikan cuma
menurut keadaan pada umumnya, kalau ada delapan atau sepuluh
orang yang mohon menginap disitu untuk memperoleh pengobatan, aku
rasa hal ini masih belum terhitung seberapa."
Dengan wajah serius Li Hoog segera berkata "Delapan, sepuluh orang"
Tayya, jika kau dapat mengambil keputusan dan tindakan. kirimlah
pasukan tentara dan kepunglah kuil Tong thian koan, siaujin jamin
sudah pasti kau akan berhasil menemukan seratus orang lebih !"
Mendengar laporan itu, paras muka Gan Wan sim berubah hebat, dia
menjadi tak tenang lagi untuk duduk disana.
Kembali Li Hong berkata: "Tayya, bagaimana lihaynya seorang tabib,
mustahil dalam sehari semalam tanpa makan tanpa tidur ia bisa memeriksa pesien sebanyak
seratus orang lebih, tayyi, apakah kau tidak merasa kalau peristiwa ini
sangat aneh dan mencurigakan. Tanpa terasa Gan Wan sim manggut-manggut. Kini, perkataan dari
Li Hong makin gawat, "Tayya, sudah siaujin katakan tadi, setiap hari
pada kentongan kedua, hamba pasti naik keatas pohon untuk mengintip kedalam kuil,
bukan saja kusaksikan kejadian kejadian aneh tersebut, bahkan akupun
berhasil menemukan suatu persoalan yang istimewa!"
"Ooooh, persolan istimewa apakah itu?" "Setiap manusia yang
makan biji bijian sudah pasti akan jatuh
sakit tetapi dua puluh li disekitar tempat ini termasuk perempuan
perempuan yang tinggal dikota Gak yang, justru menderita suatu
penyakit luar biasa!" Gan Wan sim tidak memahami ucapannya itu, maka dia bertanya:
"Menderita penyakit yang luar biasa" Apa maksudmu?" Li Hong
terttwa terkekeh, lalu ujarnya: "Perempuan yang tinggal disekitar
tempat ini, dari umur empat lima belas tahun ke-bawah dan empat puluh tujuh delapan tahun keatas
sama sekali tidak menderita sakit apa-apa, justru yang terkena penyakit
adalah perempuan perempuan yang berusia delapan-sembilan belas
tahun sampai tiga puluh delapan sembilan tahun, coba bayangkan tayya,
bukankah penyakit yang mereka derita itu luar biasa sekali ?"
Gan Wan sim segera memahami apa yang dimaksudkan, mendadak ia
beranjak sambil berkata: "Li Hong, kau bilang didalam kuil sekarang berdiam seratus orang
perempuan?" "Yaa, mungkin lebih banyak, jeias tak bakal lebih kurang..." "Kau
mengatakan didalam kuil itu tertimbun arak dan minuman
berjiwa dalam jumlah besar?" kembali Gan Wan sim bertanya. Li Hong
mengangguk. "Menjawab pertanyaan tayya, siaujin jamin makanan yang
mereka timbun cukup untuk menjamu seratus orang lebih dan cukup
untuk mengisi perut mereka selama setengah tahun, bahkan mungkin
juga lebih!" Sepasang alis mata Gan Wan sim berkenyit makin kencang, katanya
kemudian: "Menurut apa yang kuketahui, Tong thian koan hanya terdiri dari dua
buah ruangan penerima tamu tanpa ruangan lain, kau adalah penduduk
dari dusun keluarga Li, jaraknya dengan Tong thian koan sangat dekat,
benarkah apa yang kukatakan tadi?"
Li Hong manggut-manggut, "Benar" semasa kecil dulu siaujin pernah
mengikuti ibuku berkunjung ke kuil Tong thian koan, gedung penerima
tamu memang terdapat dua buah dengan masing masing gedung
mempunyai sepuluh kamar, hal ini tak mungkin bisa salah.
Agaknya Gan Wan sim sudah mempunyai pertimbangan sendiri dia
bertanya lagi: "Kapankah suasana kuil itu paling sepi?" "Selewatnya tengah
malam, suasana hening, sepi tak kedengaran
sedikit suarapun!" jawab Li Hong tanpa berpikir panjang. "Kau berada
diatas pohon, apakah suasana dalam kuil dapat
terlihat jelas ...?" "Yaa, sebagian besar memang dapat terlihat jelas!" Li"
Hong manggut-manggut. "Ketika para tamu memasuki ruang penerima tamu,
apakah kau pun dapat melihat dengan jelas?" Gan Wan sim bertanya dengan
sangat berhati-hati dan cermat. Tanpa berpikir panjang Li Hong menyahut "Yang bisa siaujin lihat
adalah ruangan sebelah barat- cuma kejadian ini aneh sekali, pada
hakekatnya dalam ruangan sebelah barat, tidak nampak seorang
manusiapun setitik cahaya lampu pun tak ada, seolah-olah mereka
bukan tinggal didalam sana!" Semakin memahami duduknya persoalan, Gan Wan sim merasa
semakin yakin dengan ja lan pemikirannya.
Setelah termenung sampai lama sekali, ia baru berkata kepada Li
Hong: "Aku percaya setiap perkataan yang kau ucapkan itu jujur dan
merupakan kenyataan." "Jika siaujin berani berbohong hanya setengah patah kata saja, silahkan
tayya menjatuh kan hukuman yang setimpal kepada hamba!" tukas
orang itu cepat. "Baik, mulai sekarang kau adalah tamu kami segera kutitahkan orang
untuk membereskan sebuah kamar untuk kau tempati, namun kau
dilarang meninggalkan gedung ini, walau hanya selangkahpun
sanggupkah kau laksanakan hal ini?"
"Siaujin sanggup, siaujin bersedia ditampilkan sebagai saksi!" jawab Li
Hong dengan suara lantang. Maka Gan Wan sim segera berseru dengan lantang: "Gan Sun, Gan
Sun." Gan Sun, pengurus rumah tangga gedung keluarga Gan
segera mengiakan sambil muncul didalam ruangan. Sambil menunjuk kearah Li
Hong, Gan Wan sim berkata: "Bereskan kamar untuk dia tinggal, sehari
tiga kali makan perintahkan orang untuk menghantar ke kamarnya, suruh Siau suo- ji
menemaninya, tanpa perintahku, ia dilarang meninggalkan gedung ini
barang setapakpun !" Gan Sun mengiakan, bersama Li Hong dia berlalu. Gan Wan sim
segera memanggil Lim Tiong dan menitahkan
kepadanya untuk mengundang panglima pertahanan kota, disamping itu
diapun berpesan agar segera datangkan cuma Panglima pertahanan kota
seorang. Panglima pertahanan kota segera datang, semestinya pangkat panglima
ini tidak lebih rendah daripada pangkat seorang wali kota, tapi
berhubung walikota berkuasa mengatur tata keamanan dalam kota,
maka kedudukan panglima pertahanan kota jadi lebih rendah sedikit
daripada pangkat seorang wali kota.
Sementara itu waktu baru menunjukkan kentongan ke dua. Panglima
pertahanan kota dan Gan ya segera melangsungkan
rapat rahasia selama sepertanak nasi lamanya, kemudian panglima itu
buru-buru memohon diri. Menyusul kemudian Gan Wan sim menitahkan kepada Lim Tiong untuk
mempersiapkan tiga peleton pasukan opas yang bersenjata lengkap
dengan masing-masing membawa sebuah obor, cuma obor itu dilarang
dipasang sebelum ada perintah. Kemudian dipimpin langsung oleh Gan Wan sim, berangkatlah
rombongan yang terdiri dari dua puluh enam orang itu menyelinap
dibalik kegelapan. "Pintu gerbang kota yang sebenarnya telah tertutup, kini dibuka secara
diam-diam. Panglima pertahanan kota dengan membawa tiga ratus prajurit
bersenjata lengkap sementara itu sudah berkumpul dilapangan depan
pintu gerbang kota menunggu perintah.
Begitu mereka bersua, kedua belah pihak saling menganggukan kepala,
kemudian dengan memimpin pasukan masing-masing bergerak keluar
kota. Setelah keluar kota, secara diam-diam mereka menyusup ke arah kuil
Tong thian koan. Sebelum itu Gan Wan sim telan mengirim anak buahnya untuk menjaga
setiap jalan besar dan lorong kecil yang bakal dilalui pasukan inti, atas
perintah wali kita, tiap orang dilarang melalui jaIanan tersebut sebelum
mendapat izin langsung dari wali kota.
Begitulah dalam waktu singkat pasukan besar itu sudah mengepung kuil
Tong thian koan rapat-rapat, tiga ratus prajurit berdiri tiap dua langkah
seorang, segenap kuil itu boleh di bilang sudah terkurung rapat.
Saat itulah Gan Wan sim baru menurunkan perintah untuk memasang
obor dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Lalu di perintahkan untuk mengetuk pintu gerbang kuil Tong thian koan,
tapi sampai lama sekali belum juga adb yang membukakan pintu.
Kenyataan yang terbentang di depan mata ini semakin meyakinkan Gan
Wan sim kalau kuil Tong thian koan telah berubah menjadi tempat
mesum. Akhirnya Lim Tong mendapat perintah untuk melompati dinding kuil dan
membuka pintu gerbang dari dalam. Gan Wan-sim kembali menitahkan anak buahnya tiga orang membentuk
satu regu melakukan penggeledahan terhadap seluruh ruangan dalam
kuil, termasuk juga ruang tamu sebelah timur dan ruangan sebelah
barat. Ui Siu pi panglima pertahanan kota yang sesungguhnya kurang
menyetujui tindakan Gan Wan-sim sewaktu berunding di kantor tadi,
mau tak mau harus merubah pendiriannya setelah menyaksikan kejadian
ini, tanpa terasa katanya kepada Gan Wan sim.
"Gan tayjin, tampaknya kuil ini memang sedikit agak aneh" Gan
Wan-sim tersenyum, "Seandainya dugaan siaute tak
keliru..." Berbicara sampai disini, dia lantas menuding ke arah
semua.opas dan tentara pemerintah yang ada disitu sambil melanjutkan.
"Mereka tak akan berhasil menemukan seorang manusiapun!" Ui
Siu-pi jadi tertegun, "Bukankah tayjin pernah berkata, disini
terdapat seratus orang perempuan...?" Gan wan sim
manggut-manggut. "Benar, siaute memang berkata
demikian" "Lantas mengapa kita tak berhasil menemukan seorang
manusia pun?" tanya Ui Siu pi ke heranan. Padahal semua jawaban akan segera
terungkap, harap Ui tayjin suka menanti sebentar lagi." Benar juga, tak selang berapa saat
kemudian semua orang yang ditugaskan melakukan penggeledahan datang melaporkan bahwa
mereka tidak berhasil menemukan seorang manusiapun.
Dengan suara dalam Gan Wan sim menitahkan. "Kini dengan dua
orang membentuk satu regu menyebarkan diri
di seputar ruangan dan gedung penerima tamu sambil menantikan
terjadinya perubahan selanjutnya. Semua opas dan tentara pemerintah menyahut dan melaksanakan tugas
masing masing. Kepada Gan Wan sim, Ui Siu pi kembali berkata: "Gan tayjin,
sebenarnya kejadian aneh apakah yang telah terjadi
ditempat ini?" "Sederhana sekali." jawab Gan wan sim serius, "dalam
kuil Tong thian koan pasti terdapat lorong rahasia yang menghubungkan ruangan
bawah tanah, semua tokoh serta perempuan yang berjumlah seratus
orang lebih itu kini bersembunyi semua di ruang rahasia bawah tanah!"
setelah mendengar ucapan itu, Ui Siu pi baru menjadi mengerti, katanya:
"Apakah tayjin hendak menjalankan siasat "menjaga pohon menanti
kelinci?" "Tidak, yang akan siaute lakukan adalah memukul rumput mengejutkan
sang ular!" Sambil berkata dia lantas memberi tanda agar Lim Tiong maju
kedepan... Setelah Lim Tiong mendekat, dengan suara lirih Gan Wan sim


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpesan: "Kau segera naik keloteng bagian genta dan bunyikan sendiri genta kuil
ini!" Lim Tiong mendapat perintah dan berlalu, tak selang berapa saat
kemudian suara genta telah dibunyikan bertalu-talu.
Sambil manggut-manggut berulang kali," Ui Siu-pi bergumam tiada
hentinya: "Betul, memang siasat "memukul rumput me gejutkan ular" yang
sangat mujarab !" Begitu suara genta berhenti berbunyi dari ruangan sebelah kanan telab
datang berita. Dua orang yang bertugas menjaga di ruangan sebelah kanan adalah
seorang opas yang bernama Si Seng dengan seorang pengawal dari Ui
Siu pi yang bernama Ui Ci-sin. Tak lama setelah suara genta dibunyikan, patung malaikat yang berada
diruangan sebelah kanan mendadak bergeser ke samping, lalu
muncullah sebuah pintu rahasia yang amat besar dan cukup lebar, pintu
itu cukup untuk di lalui tiga orang yang jalan berjajar.
Sebenarnya Ui Ci sin akan segera bertindak tapi Si Seng si opas
kenamaan itu segera mencegah rekannya bertindak.
Sementara Ui Ci sin masih dibuat keheranan, Si Seng telah berbisik:
"Jangan lupa dengan jaring yang baru saja kita siapkan, mengapa tidak
menunggu saja sampai dia masuk perangkap sendiri ?"
Ui Ci sin segera menjadi sadar kembaii, diapun manggut- manggut
tiada hentinya. Tak selang berapa saat kemudian, tampak dua orang To koh munculkan
diri dari balik pintu rahasia. Baru saja mereka menuruni altar dimana patung malaikat tersebut
berada, Si Seng dan Ui Ci sin telah bertindak cepat dengan
membekuknya dan tanpa ditanya lagi langsung di seret ke ruang tengah.
Sementara itu dalam ruang tengah telah di persiapkan sidang darurat
yang di pimpin Wali kota. Begitu ke dua orang To koh tersebut di gusur masuk ke dalam ruangan,
Si Seng segera memberi laporan: "Dibelakang patung malaikat ruang sebelah kanan terdapat pintu
rahasia menuju ke ruang bawah tanah, hamba dan Ui Ci-sin berhasil
membekuk mereka ketika mereka munculkan diri karena mendengar
suara genta." Gan Wan sin segera mengulapkan tangannya menitankan Si Seng agar
menyingkir ke samping, kemudian tanyanya kepada dua orang To koh
tersebut: "Siapa nama kalian ?" Belum sempat kedua orang Too koh itu
menjawab, dari ruang sebelah kiri telah berhasil pula membekuk dua orang too koh lainnya.
Ketika ditanyakan ternyata keadaannya tidak jauh berbeda dengan
keadaan di ruang sebelah kanan. Secara ketat Gan Wan sirn mengajukan serangkaian pertanyaan dia
baru tahu kalau ke empat orang To koh itu adalah Hui im, pek im" Cing
im dan Toan-im. Ketika Gan Wan-sim menanyakan tentang usia mereka. baru diketahui
bahwa Hui im berusia dua puluh tujuh tahun, Pek im dua puluh empat
tahun, Cing im baru berumur dua puluh tahun, sedang Toan im yang
paling kecil baru berusia tujuh belas tahun.
Gan Wan-sim adalah seorang pembesar yang teliti, dia mulai menyusun
rencana dan pertanyaan untuk mengungkap latar belakang peristiwa itu,
pertama-tama ia bertanya kepada Hui im:
"Sejak kapan kau menjadi pendeta ?" "Pinto mendapat suami yang
tak jujur, akhir nya karena kecewa dan hambar terhadap kehidupan keduniawian, pinto baru menjadi
pendeta." Ketika pertanyaan yang sama diajukan kepada Pek im, maka Pek im
pun menjawab: "Pinto pernah dijual orang ke dalam rumah pelacuran, akhirnya setelah
berhasil melepaskan diri, pinto jadi pendeta"
Sewaktu pertanyaan itu ditujukan kepada Cing im, ternyata pendeta ini
sudah mencukur rambut semenjak kecil.
Jawaban dari Toan im pun sama. Saat itulah Gan Wan sim baru berbisik kepada Ui Siu pi yang duduk
disampingnya. "Ui tayjin, apakah kau berhasil menemukan sesuatu yang
mencurigakan..?" Ui Sin-pi juga sudah lama berkecimpungan dalam bidang ini mendengar
pertanyaan itu ia segera manggut-manggut.
"Pernyataan dari Cing im dan Toan im sudah cukup dijadikan bukti yang
nyata." Dengan serius Gan Wan sim manggut-manggut, dia lantas bertanya
kepada Cing-im dan Toan-im: "Apakah kalian sudah menjadi pendeta di kuil Tong thian-koan
semenjak masih kecil?" Cing-im, Toan im segera mengiakan. Tatkala Gan Wan-sim
menanyakan usia sewaktu mereka menjadi
pendeta, Cing-im mengaku berusia dua belas, sedang Toan im sebelas
tahun. - ooo0dw0ooo- ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jilid 29 KETIKA ditanyakan sesudah menjadi pendeta apakah mereka pernah
pergi jauh dari kuil Tong thian koan, atau mengalami suatu peristiwa
lain, kedua orang itu mengatakan tidak.
Maka semua pengakuan itu dicatat kemudian memerintahkan mereka
memberi tanda tangan. Sewaktu Gan Wan sim bertanya kepada Hui im, dia telah bertemu
dengan tandingannya, Sambil menatap wajah Hui im, Gan Wan sim
berkata: "Kami mempunyai bukti yang nyata menunjukkan bahwa tempat ini
bukan sebuah to koan yang bersih..."
Belum habis dia berkata, Hui im telah menukas: "Tayya, pertama
pinto hendak memberitahukan kepada tayya
bahwa tempat ini adalah kuil tempat tinggal para rahib, tapi
kenyataannya ditengah malam buta Tay ya telah membawa ratusan
orang lelaki menyerbu kemari dengan melewati dinding pekarangan,
pinto rasa cukup didalam hal ini Tay-ya sudah tak mampu memberikan
penjelasan kepada semua penduduk kota."
"Kini Tay ya berulang kali menuduh kuil kami sebagai kuil yang tidak
bersih, sebenarnya persoalan ini sederhana sekali, asal tay ya punya
bukti, silahkan saja diperlihatkan kepada pinto !"
"Hm, dengan mengandalkan kedudukanmu, kau masih belum berhak
untuk meminta bukti dari kami, sekarang aku ingin bertanya kepadamu,
Sang sang koancu, ketua kalian kini berada dalam kuil !"
"Koancti tidak berada dalam kuil !" "Dia berada dimana?" seru Gan
Wan sim sambil menggebrak meja. "Senja tadi, dia telah diundang kegedung gubernur Lau !" jawab
Hui im angkuh. Gubernur Lau adalah pembesar yang berpangkat tinggi
di propinsi Sam-siang, kini Hui im telah menggunakan nama pembesar
tersebut untuk menakut-nakuti walikota Gak yang.
Seorang walikota yang berjabatan kecil tentu saja tak akan mungkin
berani mencari gara-gara dengan atasannya kendatipun dia bernyali
besar, sebab hal ini ibaratnya sebutir telur yang hendak diadu dengan
sebutir batu cadas. Siapa tahu Gan Wan sim memang seorang pembesar yang berbeda
dengan kebanyakan pembesar lainnya, selama kebenaran tetap ada
kendatipun harus berkonfrontasi dengan kaisar pun dia berani.
Maka setelah mendengar nama "gubernur Lau" disinggung, dia hanya
tertawa hambar, lalu ujarnya kepada Lim Tiong yang berada di sisinya:
"Lim Tiong, segera membawa kartu namaku dan berkunjung ke gedung
Lau tayjin, katakan kepadanya kalau ada urusan penting hendak
dibicarakan diharapkan ia segera datang bersama Sang- sang koancu!"
Lim Tiong menerima perintah dan membalikkan badan siap berlalu dari
situ, namun belum lagi melangkah berapa tindak, Hui im, teIah berkata
lagi: "Aku masih ingat, Pek tayjin dikota selatan juga telah mengundangnya,
Chin lo siangya di kota timur juga mengutus orang kemari, maka kini
koancu berada dirumah siapa, sulit rasanya untuk dikatakan !"
Gan Wan-sin tertawa terbahak-bahak, kepada Lim Tiong serunya:
"Kemarilah kau !" Lim Tiong mengiakan, dia segera berjalan
mendekati. Sambil menuding kearah Hui-im, Gan Wan sim berkata:
"Gusur dia kesudut luar ruangan kuil, perintahkan delapan orang
prajurit menjaganya dengan golok terhunus, sebelum mendapat
perintah dariku, jika ia berani banyak bicara lagi, Segera cincang
tubuhnya berkeping-keping !" Agak tertegun Ui Ci-sin setelah mendengar perkataan itu, buru- buru
cegahnya: "Tayjin, aku rasa hal ini kurang sesuai !" Gan Wan-sin tidak memberi
banyak penjelasan, dia mengulapkan tangannya dan Lim Tiong menggusur pergi Hui im dari situ. Selang
berapa saat kemudian, Gan Wan sim baru berkata kepada
Pek im: "Dengarkan baik-baik, kini aku sudah mengetahui penyakit kalian. jika
kau bersedia bicara jujur, aku akan menghapus dosamu serta
mengembalikan kedudukanmu sebagai perempuan baik-baik.
"Tapi, jika kau berani bicara sembarangan atau menipu, Aku percaya
kau belum pernah merasakan bagaimana enaknya dipantek diatas
lempengan besi yang membara, apalagi kau bisa dihukum seumur hidup
sehingga hidupmu sengsara, mengerti ?"
Pek im menjadi ketakutan setengah mati, buru-buru dia mengiakan
berulang kali. Pada saat itulah Hui im yang berada di sudut luar kuil berteriak keras:
"Pek im, tutup mulut, jangan bicara apa apa. d!a tak akan mampu
berbuat apa apa terhadap kita, jika kau sampai berbicara, bukan cuma
kami saja yang bakal celaka, orang-orang itu..."
"Lim Tiong, cincang tubuhnya !" bentak Gan Wan sim ke arah luar,
Menyusul perintah itu dari luar ruangan kedengaran suara bacokan
golok yang bertubi-tubi disertai jeritan jeritan ngeri dari Hui im yang
menyayatkan hati, sampai lama kemudian suasana baru berubah
kembali menjadi hening. Menyusul kemudian, Lim Tiong dengan membawa sebilah golok yang
penuh berpelepotan darah berjalan masuk ke ruang dalam dengan
langkah lebar, sambil berlutut dia mengangkat tinggi-tinggi goloknya
sambil berseru. "Hukuman telah dilaksanakan, silakan tayya memeriksa golok hukuman
!" Gan Wan sim menyahut, lalu sambil menuding ke arah Pek im
katanya: "Sekarang gusur juga dia, bacok sampai mampus !" Lim Tiong
segera menarik pula Pek im ke luar dari ruangan, Ui
Ci-sin yang menyaksikan kejadian itu segera berubah muka. Tanpa
pengakuan, tanpa bukti, jangankan cuma seorang
walikota, sekalipun seorang Bubernur pun tak boleh
membunuh orang tanpa sebab, apalagi membunuh secara sewenang- wenangnya.
Tapi Gan Wan-sim sedikitpun tidak takut, hal ini benar- benar
merupakan suatu kejadian yang aneh.
Gan tayjin tidak takut, Pek-im justeru takutnya setengah mati, ia duduk
diatas lantai tak mau berkutik. Lim Tiong mendengus dingin, ia segera
mencengkeram bahunya dan berseru "Hmm, kau tak bisa seenaknya
sendiri, ayo jalan !" Dengan gugup Pek-im segera berteriak keras. "Pinto bersedia untuk
mengaku !" Maka semua pertanyaan yang diajukan segera dijawab
cepat, tak selang berapa saat kemudian pengakuan dari Pek-im, Cing-im dan Toan
im telah dicatat, ditanda tangani pula oleh Oi Siu-pi sebagai saksi.
Selesai pengakuan, Pek-im sekalian bertiga diperintahkan untuk digusur
pergi, sedang Gan Wan sim yang kuatir Ui Siu pi merasa tak tenang,
segera berkata sambil tersenyum. "Harap Ui tayjin jangan kuatir, Hui im sebenarnya tidak mati !" Ui Siu
pi menjadi tertegun. "Aaah, bagaimana mungkin" Darah yang
bercucuran dan suara jeritan yang memilukan hati itu.. "Semuanya cuma pura pura !" tukas
Gan Wan sim. Ui Siu pi segera tertawa, mau tak mau dia harus
mengagumi kecerdasan pembesar itu. Setelah urusan diluar selesai, dibawah
komando Gan Wan sim dan mengikuti apa yang diakui Pek im, tiga buah pintu rahasia yang
menghubungkan ruangan bawah tanah segera dipentang lebar- lebar,
lalu duapuluh orang opas dan empat puluh orang tentara pemerintah
bersama-sama menyerbu ke dalam... Keadaan dibawah tanah sana benar-benar membuat orang menghela
napas panjang. Ternyata disitu terdapat puluhan buah kamar yang indah dengan
sebuah dapur besar dan ruang penyimpanan bahan makanan yang
besar. Begitu masuk keruang bawah tanah, sudah terdengar suara tetabuhan
yang merdu merayu. Para prajurit dan opas segera melakukan penggeledahan kamar demi
kamar, sebuah pemandangan anehpun segera ditemukan.
Dari dalam ruangan pertama ditemukan beberapa orang perempuan
berparas cantik. Ada diantaranya sedang menyulam, ada yg sedang bermain catur, ada
pula yang sedang minum teh sambil berbincang-bincang.
Setelah dilakukan penggeledahan terhadap separuh bagian dan
bangunan tersebut, kendatipun tak ditemukan hal-hal yang kotor, tapi
terbukti sudah kalau perempuan perempuan itu adalah perempuan sehat
yang tidak menderita penyakit apa-apa.
Sejak penggeledahan dilakukan, para wanita itu sudah dibikin kaget,
apalagi setelah Gan Wan-sin menurunkan perintah yang melarang setiap
wanita yang ditemukan dslam kamar di larang keluar, bahkan
ditempatkan penjagaan secara ketat, suasana makin bertambah
gempar. Akhirnya dalam sebuah kamar yang indah ditemukan Sang-sang koancu
sedang bergembira dengan dua orang perempuan, menurut Iaporan
Sang sang koancu berada dalam keadaan bugil.
Yang dimaksudkan bugil disini bukan telanjang bulat, melainkan tubuh
bagian luarnya di tutup dengan jubah pendeta yang longgar, tapi jubah
itu tidak dikancing, sedang dibalik jubah tanpa busana barang
secuilpun, seorang rahib ternyata berada dalam keadaan begitu, tentu
saja hal tersebut merupakan suatu berita besar yang cukup
menggemparkan. Ketika gudang rangsum diperiksa, seperti apa yang dilaporkan Li Hong,
daging dan sayur serta beras dan arak yang disimpan disitu cukup
untuk menghidupi ratusan orang dalam setengah tahun.
Dari sebuah regu kecil yang melakukan penggeledahan, dilaporkan pula
secara rahasia bahwa mereka bukan saja menemukan benda yang tidak
seharusnya ditemukan dalam kuil Sang sang-koan, bahkan dikeluarga
biasapun jarang sekali ditemukan. Sepintas lalu, benda itu mirip kain pembalut wanita. Padahal bukan
begitu, benda itu tak lain adalah benda rahasia yang seringkali dipakai
para dara ketika menghadapi malam pertamanya.
Tanpa menggubris tempat itu kotor atau tidak, dalam ruangan dimana
Sangsang koancu ditemukan itulah Gan Wan sim membuka sidang.
Belum lagi Gau Wan sim membuka suara, Sang-sang koancu sudah
tertawa dingin tiada hentinya sambil berseru:


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus bagus sekali, besar amat nyalimu !" Gan Wan sim memperbaiki
tempat duduknya. Baru saja akan menegur, tiba-tiba datanglah kabar buruk. seorang
datang memberi laporan, sepuluh orang datang memberi
laporan, suara orang yang memberi laporan semakin lama semakin
banyak, suasanapun makin hiruk pikuk
Dari awal sampai akhir isi laporannya sama semua, yakni ada orang
bunuh diri. Begitu mendengar ada orang bunuh diri, Gan Wan sim mulai merasa tak
tenteram. Peristiwa bunuh diri berlangsung secara beruntun. ketika akhirnya
diperiksa dengan jelas dalam sekejap mata inilah sudah ada tiga puluh
empat orang perempuan dengan menggunakan pelbagai cara yang
berbeda, bunuh diri dalam kamar tahanan mereka.
Paras muka Ui Siu-pi seketika berubah menjadi pucat pias karena
terperanjat. Paras muka Gan Wan sim pun turut berubah. Bahkan keringat sudah
mulai membasahi jidatnya. Sesungguhnya hal ini merupakan keteledorannya, ia tak pernah berpikir
sampai kesitu, menanti perintah diturunkan untuk mengawasi
perempuan-perempuan itu lebih ketat, kembali ada tiga orang menemui
ajalnya. Dengan demikian seluruhnya ada tiga puluh tujuh orang
perempuan yang melakukan bunuh diri di dalam ruang bawah tanah kuil
Tong thian-koan. Ketika suasana kacau itu sudah mulai mereka, dengan lantangnya
Sang-sang koancu menuntut kepada Gan Wan sim untuk mengembalikan
baju dalam serta kaos kakinya. Sementara Gan Wan sim masih mempertimbangkan apakah akan
mengembalikan atau tidak, sambil tertawa dingin Sangsang koancu
telah berkata lagi: "Gan tayjin. lebih baik kembalikan saja kepadaku, kecuali kalau kau pun
ingin membawa aku menghadiri sidang pengadilan !"
Setelah berhenti sejenak, sambil tertawa dingin kembali ujarnya:
"Andaikata sampai terjadi kejadian semacam ini, heehhh...
heeehhh... aku kuatir hal mana tak akan memberikan manfaat apaapa
untuk Gan tayjin pribadi." Gan Wan-sim adalah seorang pembesar yang tidak takut menghadapi
ancaman maupun gertak sambel, namun sebagai seorang pembesar
bijaksana, tentu saja ia tak dapat menyeret Sang-sang koancu
menghadap kesidang dalam keadaan bugil.
Maka Gan Wan-sim menitahkan anak buah nya untuk mengembalikan
pakaian dalam serta kaos kaki Sang-sang koancu dan membiarkan ia
mengenakannya kembali. Sementara itu semua benda bukti yang kotor itu sudah dikumpulkan dan
diletakkan didalam kamar tidur Sang-sang koancu.
Gan Wi,n-sim dan Ui Siu-pi juga telah mempersiapkan sidang untuk
melakukan pemeriksaan. Sambil menuding kearah barang bukti yang berserakan diatas meja,
Gan Wan-sim berkata: "Sang-sang, kuanjurkan kepadamu untuk membicarakan secara jujur
saja, darimana datang-nya barang-barang itu ?"
Sang-sang koancu mendengus dingin. "Hmm, tayya ! Usiaku sudah
cukup dewasa, kalau dibilang aku tidak mengetahui benda apakah itu, setiap orang tak akan percaya, tapi
kalau ditanyakan darimana datangnya benda-benda itu, hal mana harus
ditanyakan ke pada Tay-ya sendiri!"
"Apa maksud perkataanmu itu ?" bentak Gan Wan sim dengan gusar.
Seakan akan tak pernah terjadi sesuatu apapun, jawab Sang seng
koancu dengan tenang: "Benda benda semacam ini hanya akan ditemukan bagi perempuan yang
akan menginjak dewasa atau dalam malam pengantin mereka."
"Tong thian-kau merupakan tempat pertapaan para rahib, tolong tanya
tayya, darimana pun koancu bisa tahu darimana datangnya
barang-barang kotor yang memuakkan itu ?"
Gan Wan-sim segera menggebrak meja sam bil membentak: "Paling
tidak ada belasan orang yang membuktikan kalau bendabenda
tersebut berhasil ditemukan ditempat ini !" "Siapakah saksinya
?" tanya Sang sang koan cu dingin. "Para opas dan tentara pemerintah
yang menemukan bendabenda tersebut..!" Sang-sang koancu tidak menjawab pertanyaan itu,
sebaliknya berkata secara tiba-tiba: "Tay-ya, tahukah kau penghasilan kuil ini
besar sekali, jemaah yang memasang hio disini tak terhitung banyaknya, paling
tidak, setiap tahun kami bisa memperoleh lima ribu tahil perak sebagai uang
dupa." Sambil mendengus dingin Gan Wan sim menukas: "Sekalipun kau
menghadiahkan semua kuil Tong thian koan ini
kepadaku pun jangan harap bisa memperoleh pelayanan yang lebih
baik dariku, apa lagi aku paling benci dengan segala macam bentuk
suap!" Sang-sang koancu segera menggelengkan kepala berulang kali. "Tay
ya, kau keliru" ujarnya, "sudah jelas kau tahu, aku tak
mungkin akan menyerahkan penghasilan kuil kami kepadamu, maka
sekarang kau membawa orang datang mencelakai diriku ditengah
malam buta begini!" Gan Wan sim jadi naik darah, serunya kepada Lim Tong dengan suara
dalam: "Lim Tiong, hadiahkan tempelengan kepada nya!" Dua puluh kali
tempelengan keras seharusnya akan membuat
mulut Sang sang koancu berdarah tapi kenyataannya rahib itu masih
tetap tenang saja, seolah-olah sama sekali tidak merasakan akan hal itu,
bahkan mengeluh sedikitpun tidak! Kejadian ini benar-benar aneh sekali! Setelah kena ditempeleng,
tentu saja Sang sang koancu tak akan
menyudahi persoalan sampai disitu saja, sambil menyeringai seram
katanya. "Orang she Gan, bagus sekali tempelengan mu itu! Kini aku berada di
bawah kekuasaanmu hingga tak bisa banyak berkutik, tapi ingat saja,
cepat atau lambat suatu ketika aku pasti akan memberikan pembalasan
yang cukup setimpal kepadamu. "Bila hari semacam itu telah tiba, hmm orang she Gan, kecuali kau
benar-benar bisa mem buktikan kalau kuil kami adalah sebuah kuil yang
cabul, kalau tidak, dua puluh kali tempelengan pada hari
ini ditambah dengan beberapa kali rentennya pasti akan kutuntut
kembali!" Walaupun Ui Siu pi adalah seorang panglima perang, ia tak tahan juga
menyaksikan kejadian seperti ini, segera bentaknya:
"Didalam operasi yang dilancarkan kali ini aku dan Gan sian leng belum
pernah berpisah barang setengah langkahpun, percuma saja segala
siasat busuk mu itu, aku berani bertindak sebagai saksi untuk
membuktikan kenyataan dari kesemuanya itu!"
Sang sang koancu sama sekali tidak ambil perduli, katanya dengan
hambar: "Siu pi tayjin kau tak usah kuatir, dalam surat pengaduanku nanti pasti
akan mencantum-kan pula namamu!"
Ui Siu pi tertawa dingin. "Siapa benar siapa salah, mana yang hitam
mana yang putih semuanya sudah tertera jelas kau bisa berbuat apa lagi?" Sang sang
koancu mendengus dingin, lalu mengucapkan kata
kata yang cukup menggetarkan sukma: "Siapa benar siapa salah bisa
mempengaruhi apa" Benda kotor itu kalian yang temukan, siapa bilang hitam dan putih tak dapat di
bedakan" Asal bisa ditemukan bukti, itulah bukti nya, Dan bukti yang
jelas sekarang tayjin berdua adalah orang lelaki!"
Setelah berhenti sejenak kembali lanjutnya: "Asalkan kalian bisa
menemukan orang lelaki di dalam kuil Tong
thian koan ini, sekalipun hanya satu orang, aku akan segera
menyerahkan diri, tapi bila tak berhasil ditemukan hmm, hmmm!"
Gan Wan sim dan Ui Siu pi menjadi tertegun, terpaksa mereka turunkan
perintah untuk sekali lagi melakukan penggeledahan
Seluruh ruang bawah di geledah, segenap ruangan kuil Tong thian koan
di periksa tetapi laporan yang datang berulang kali
semuanya mengatakan tidak ada, bahkan seorang bocah lelaki pun tak
pernah ditemukan. Sang sang koancu segera tertawa, senyuman licik yang penuh dengan
kekejian. Kemudian dengan sikap seakan akan tidak pernah terjadi sesuatu
apapun, dia berkata: "Tiga puluh tujuh orang gadis telah melakukan bunuh diri karena malu,
marah dan juga merasakan gemas lantaran dimalam buta ada
serombongan orang Ielaki menyerbu masuk ke-dalam kamarnya,
kejadian ini merupakan kenyataan fakta.
"Kenyataan ini tak mungkin bisa di pungkiri lagi, sekalipun bisa di
pungkiri belum tentu keluarga sang korban mau menyudahi persoalan
sampai disini saja, hmm, hanya sebuah kota kecil saja penjagaan
keamanannya sudah begitu rapih, ingin aku lihat sampai di manakah
tanggung jawab kalian terhadap peristiwa berdarah ini?"
Berbicara menurut keadaan yang sebetulnya jangankan tiga puluh tujuli
lembar nyawa, sekalipun ada selembar nyawa yang melayangpun
panglima keamanan kota harus memikul tanggung jawab yang berat itu.
Maka penggeledahan dilaksanakan segera. Hingga fajar menyingsing,
mereka tak berhasil mendapatkan suatu apapun.
Dalam keadaan demikian, perasaan hatinya Gan Wan sim mulai tak
tenteram, sedangkan Ui Siu pi merasakan hatinya selalu murung dan
kesal. Para perempuan yang belum mati itu segera diperiksa dengan seksama,
mereka disuruh menulis namanya termasuk nama suami
masing-masing, usia dan tempat tinggal.
Dari pemeriksaan yang dilakukan kali ini, Gan Wan sim kembali
mendapatkan hal-hal yang membuat hatinya makin yakin.
Dia lantas menitahkan orang untuk mendatangkan peti mati, guna
membereskan layon ketiga puluh tujuh orang gadis yang bunuh diri dan
menjajarkan peti mati mereka diruang samping pengadilan, sementara
Sang sang koan cu sekalian digusur kedalam pengadilan.
Tatkala peristiwa ini tersiar keluar, siang nya hampir semua keluarga
hartawan kaya, saudagar kaya dan pembesar tingkat tinggi berdatangan
ke ruang pengadilan. Keluarga ketiga puluh tujuh orang gadis yang bunuh diri pun datang
menuntut keadilan sambil mencari tahu duduk persoalan yang
sebenarnya. Sambil menekan kobaran amarah dalam hatinya, Gan Wan-sim
menghadapi semua persoalan dengan sewajarnya dan makin
meyakinkan pandangan dalam hatinya.
Yang paling jelas mencurigakan dalam peristiwa ini adalah kematian dari
ketiga puluh tujuh orang gadis itu, menurut keterangan yang berhasil di
kumpulkan, disebutkan bahwa ke tiga puluh tujuh orang gadis itu masih
berstatus perawan. Gan Wan-sim segera mencari dukun beranak dan memerintahkan
kepada mereka untuk melakukan pemeriksaan terhadap gadis-gadis
yang mati bunuh diri itu. Alhasil diketahui bahwa semua gadis yang bunuh diri itu sudah berada
dalam keadaan tidak perawan lagi. Setelah bukti berada di depan mata, Gan Wan-sim semakin memahami
lagi sebab-sebab kematian gadis-gadis tersebut.
Ketika seratus orang perempuan lainnya di teliti kembali, ternyata
diantara mereka tak seorangpun berstatus gadis, jadi peristiwa ini
makin menjadi jelas. Seorang perempuan yang sudah tidak perawan lagi memang sukar
dibuktikan apakah ia ternoda atau tidak, sebaliknya kalau gadis perawan
yang ternoda maka hal itu dapat terbukti dalam sekali periksa saja.
Namun, bagaimanapun lengkapnya bukti-bukti tersebut, bila tanpa bukti
yang paling penting yakni orang lelaki, peristiwa ini bisa mengakibatkan
Gan Wan sim dan Ui Sia pi kehilangan batok kepalanya.
Barang-barang kotor sudah ditemukan. Jumlah rangsum yang
ditemukan sudah mencurigakan Status perempuan perempuan itupun
sudah jelas. Bahkan didalam kuil Tong-thian-koan telah ditemukan
ruang bawah tanah yang sama sekali diluar dugaan setiap orang. Tatkala Gan
Wan sim menerangkan pelbagai persoalan ini
kepada para keluarga hartawan dan saudagar kaya itu, pertanyaannya
memang menghasilkan pengaruh yang besar, membuat orang orang itu
tak bisa berkutik dan ber bicara banyak.
Tapi tanpa ada pengakuan dari Sang sang koancu dan tidak berhasil
ditemukannya seorang yang ditangkap oleh Gan Wan sim pun tak bisa
membaurkan masalahnya menjadi berlarut-larut.
Sementara itu, peristiwa tersebut telah menggusarkan panglima perang
yang ditempatkan di kota itu. Tat heran kalau pembesar ini menjadi naik darah, karena selirnya yang
ketiga merupakan salah seorang yang ditangkap oleh Gan Wan sim.
Ia lantas menghadap gubernur dan menekankan kepadanya untuk
segera menyelesaikan peristiwa ini.
Tatkala peristiwa itu telah berlangsung, Gubernur telah mengundang Gan
Wan sim untuk menghadap serta mencari keterangan tentang peristiwa
itu maka tentu saja Gubentur tidak ingin mencari penyakit dengan
mencampuri masalah itu. Kini Tiga puluh tujuh lembar nyawa sudah melayang, bila Gan Wan sim
salah bertindak, hal ini bisa berakibat sang wati kota dipenggal
kepalanya sebagai orang yang pintar tentu saja dia tak ingin mencari
penyakit buat diri sendiri. Maka ketika sang panglima perang memerintahkan kepadanya untuk
membereskan persoalan ini, dengan cepat dia menjawab.
"Peristiwa ini sudah ditangani oleh wali kota dan lagi batas waktu pun
sudah ditetapkan untuk segera menyelesaikan masalahnya, menurut
pendapat hamba, keliru besar jika masalah ini diserah terimakan kepada
orang lain" Dengan perasaan tak senang panglima perang itu berseru: "Aku
tidak memahami perkataan itu!" "Harap tayjin mengerti, Gan Wan
sim diangkat langsung oleh Sri Baginda, ia telah di beri wewenang untuk bertindak sekehendak
hatinya, jika bukan begini, tak mungkin ia begitu bernyali berani
mendatangi kuil Tong thian koan. "Sekarang ia dan Ui Siu pi sedang berusaha melakukan pemeriksaan
meski berakhir tiga puluh tujuh orang gadis bunuh diri, namun aku pikir
dia pasti mempunyai persiapan yang cukup matang sebelum berani
bertindak memikul resiko yang besar ini.
"Andaikata persoalan pada akhirnya menjadi terang dan terbukti Tong
thian koan tak terlibat dalam perbuatan mesum, aku pikir ... Gan Wan
sim harus bertanggung jawab atas kematian ketiga puluh tujuh jiwa itu
dan aku rasa dia tak akan lolos dari kematian."
"Sebaliknya bila pada akhirnya terbukti jika dalam kuil Tong thian koan
terdapat pendeta gadungan, di tambah barang bukti sudah lengkap,
maka bukan saja tiga puluh tujuh orang yang sudah mati itu memang
sudah sepantasnya mati, keluarga mereka pun harus ikut bertanggung
jawab atas peristiwa ini." "Coba bayangkan saja betapa besar dan seriusnya masalah ini, kini Gan
Wan sim sedang menangani masalah itu, bagaimana akhirnya sudah
pasti akan terungkap, karerna itu kuharap tayjin suka bersabar diri dan
tunggulah keputusan akhir dari masalah itu."


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena merasa perkataan itu masuk diakal maka dengan perasaan apa
boleh buat dia harus memohonkan diripun, sebelum pergi ia
memerintahkan orang untuk menyampaikan pesan nya
kepada Gan Wan sim bahwa peristiwa itu harus sudah diselesaikan
dalam sepuluh hari. Dalam surat balasannya Gan Wan-sim minta waktu selama sebulan,
karena tak bisa menampik akhirnya panglima perang itu mengabulkan
tapi di tambah, waktu yang diberikan tak bisa diundur lagi walau sehari
pun. Sejak saat itulah Gan Wan-sim melakukan sidang dan penyelidikan yang
seksama siang malam tiada hentinya.
Setiap hari para keluarga kaum saudagar dan hartawan kaya hadir di
sidang dan mengikuti pemeriksaan tersebut dengan seksama.
Setengah bulan kemudian, berita yang tersiar ditempat luaran mulai
tidak menguntungkan posisi Gan Wan-sim.
Karena menurut hasil penyelidikan sebelas orang murid dari Tong thian
koan semuanya berkelamin perempuan.
Sejak peristiwa itu meletuk hingga saat ini mereka belum berhasil
menemukan seorang lelaki pun. Maka berita yang tersiar makin santar, orang bilang apa yang dikatakan
Sang-sang koancu bisa jadi benar, tentu Gan Wan-sim dan Ui Siu-pi
kemaruk harta, karena itu mereka sengaja berkomplot untuk merusak
nama baik Tong-thian koan. Orang bilang, dari pada difitnah lebih baik mati saja, itulah sebabnya
tiap hari Gan Wan sim dan Ui Siu pi harus menekan batin sambil
bermuram durja. Akhirnya dalam keadaan apa boleh buat, mereka mengundang Li Hong
dan melakukan pemeriksaan secara diam-diam.
Jika tidak melakukan pemeriksaan masih mendingan, begitu pemeriksaan
dilakukan, hampir meledak dada kedua orang pembesar ini saking
mendongkolnya. Menurut Li Hong. ia berkata begini, "Waktu itu siaujin berkata bahwa di
dalam kuil disimpan arak dan daging yang cukup di santap
seratus orang selama setengah tahun, dalam hal ini, kini sudah terbukti.
Kedua, siaujin pernah pula bilang bila kuil Tong tong thian koan
diperiksa, maka paling tidak akan ditemukan ratusan orang perempuan
yang berdiam disitu, dan kini ucapan siaujin pun sudah terbukti siaujin
tokh tidak berbohong barang sepatah katapun.
"Yang telah kukatakan tadi merupakan laporanku, tapi siaujin toh tak
pernah memberi laporan kalau dalam kuil Tong thian koan bersembunyi
orang laki-laki, maka perkembangan sampai keadaan sekarang ini bukan
tanggung jawab siaujin." Benar, Li Hong memang berkata demikian, namun siapapun yang
mendapat laporan tersebut sudah pasti akan menghubungkan peristiwa
itu dengan persoalan lainnya. Kini persoalannya sudah berkembang menjadi makin besar, bahkan
sudah jatuh korban tiga puluh tujuh orang tewas karena bunuh diri.
Waktu masalahnya ditanyakan lagi kepada Li Hong, dia justru mencuci
tangan bersih-bersih, dapat dibayangkan siapa yang sanggup menahan
diri ?" Gan Wan sim masih dapat menahan diri, namun Ui Sio-pi tak sanggup
mengendalikan diri lagi, sambil menuding Li Hong, serunya dengan
suara dalam dan berat. "Rakyat celaka, rakyat celaka, kau hanya mendatangkan bencana buat
kami..." Sambil tertawa getir Gan Wan sim segera mencegah, katanya: "Ui
tayjin, percuma menghukum dia, malam itu dia memang
cuma berkata begitu, semuanya ini harus salahkan kecerobohanku
sendiri,tapi Ui tayjin toh membuktikan sendiri bahwa semua penyelidikan
kita sekaran Bentrok Para Pendekar 2 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Bentrok Para Pendekar 5
^