Seruling Samber Nyawa 16

Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bagian 16


mendelu: "Melihat situasi hari ini, sebenarnya kalian kemari karena
benda pusaka di Rawa naga beracun itu, atau hendak mencari
perkara dengan perguruan kita?"
Dalam keadaan ujang terdesak ini apa boleh buat ia
berusaha hendak memecah urusan besar ini dalam dua
persoalan, supaya pihak sendiri tidak konyol dan rugi besar.
siapa tahu Cukong istana beracun ternyata tak mau
memberi muka, secara langsung ia menantang:
"Dua-duanya boleh kita bicarakan menjadi satu"
Jawaban yang terus terang ini betapa juga Go Beng hui tak
bisa main ulur atau banyak alasan lagi. Keempat muridnya
sudah tak tahan sabar lagi, serempak empat batang pedang
mereka bergerak melingkar mematikan sebuah lingkaran
besar, mereka siaga bertempur, katanya bersama :
"ciang-bun kau tahan sabar, kita tak kuat lagi, meski harus
menentang ajal kita takkan mundur setapakpun"
Belum sempat Go Beng-hui membuka mulut. Cukong istana
beracun I bun Hoat terkekeh kekeh, makinya:
"Keparat, agaknya kalian memang harus diberantas"
"I bun Hoat Kau terlalu takabur"
"Bangkotan tua beracun lihat pedang"
seiring dengan makian mereka empat sinar pedang yang
menyilaukan mata berbareng meluruk ke arah I bun Hoat,
Mereka turun tangan dengan nekad untuk mengadu jiwa,
maka jurus serangan ini dilancarkan cukup lihay dan ganas.
"Hehehehe Cari mampus Hai, hayo maju" -
ternyata I bun Hoat tak balas menyerang cukup dengan
teriakannya ini serta isyarat tangan bergerak lantas terlihat
empat pancaran sinar biru yang menyala meluncur datang dari
belakang-nya. seluruh gelanggang kontan menjadi geger.
"Lan cu tok yam " terdengar teriakan kejut di mana-mana
dari mulut orang-orang sekitarnya, semua melompat mundur
karena gentar menghadapi kehebatan ilmu sesat ini.
Empat pancaran, sinar biru melembung tinggi ke angkasa
lalu menukik turun dengan deras mengeluarkan suara
mendesis yang keras, laksana empat cakar iblis yang ganas
tiba-tiba menyemburkan bara api yang menjilat ke empat
penjuru, seketika hidung semua orang terendus bau hangus,
rumput menjadi kering batu menjadi hangus.
Pancaran sinar pedang ke empat murid Bu-ih pay begitu
keterjang lidah api yang dahsyat itu seketika pudar.
Kini hanya terlihat empat kerangka manusia, bukan saja
pakaian mereka sudah hancur luluh menjadi abu, sampai
daging mereka juga menjadi hangus seluruhnya, tinggal
tulang-tulang kerangka yang memutih bersemu kuning atau
hitam itulah yang masih teaak berdiri diatas tanah
pemandangan ini sungguh mengejutkan dan menakutkan.
Udara pegunungan yang jernih seketika berbau amis dan
busuk serta hangus tercampur aduk. yang terang semua
merasa mual dan kepala pening. seluruh hadirin menjadi melongo dan merinding serta
bergidik Memang Lan ca-tok-yam pihak istana beracun sudah
lama menggetarkan Bulim, akan tetapi banyak diantaranya
yang baru sekali ini melihat dengan mata kepala sendiri
betapa hebat dan mengerikan ilmu ganas ini.
Im-yang-kiam Go Beng-hui terkesima menjublek di
tempatnya seperti orang sinting tanpa bergerak- Matanya
nanar memandang ke depan tanpa berkesipTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ Cukong istana beracun I bun Hoat terliuk-liuk kegelian
dengan senangnya ia mementang mulut menarik suara:
"Hahahahaha----" Tak lama kemudian pelan-pelan kaki Im-yang kiam Go
Beng-hui mulai bergerak beranjak maju, mukanya kaku tanpa
emosi, setindak demi setindak dengan langkah tetap ia
menghampiri kearah I bun Hoat yang masih terloroh itu,
mulutnya mendesis sepatah demi sepatah:
"Kau"- juga" bunuh aku" sekalian?"
I bun Hoat menghentikan gelak tawanya, bentaknya
dengan bengis: "Kau sangka aku tak berani " "
"Kau... berani.... kau..."
"Baik, kau sendiri yang cari penyakit dan minta digebuk
Biarlah Cukongmu ini menyempurnakan keinginanmu "
sembari berkata kedua biji matanya yang kecil itu
memancarkan cahaya biru kelam, mukanya di-rundung hawa
membunuh yang tebal, pelan-pelan dua lengan kecilnya yang
kurus kering seperti kayu bakar itu mulai terangkat.
Asal lengan keringnya ini sedikit terayun saja tanggung jiwa
Im-yang-kiam Go Beng-hui bakal melayang dalam sekejap itu
saja, arwahnya pasti menyusul keempat muridnya yang sudah
mendahului menghadap Giam-lo-ong tinggal tulang
kerangkanya yang masih utuh berdiri
Tepat pada saat itulah sekuntum mega kelabu bergulung
mendatangi. Dua laki-laki kekar berusia pertengahan abad
meluncur tiba di tengah gelanggang, serempak mereka
berseru: " Cukong istana beracun, harap tunggu sebentar "
Melihat kedatangan kedua orang tua ini Giok-liong lantas
membatin: "Ternyata ci-hu-ji-lo juga ikut dalam keramaian ini"
Dalam pada itu, I bun Hoat sedikit tertegun, kedua
lengannya tetap terangkat tinggi, nadanya berkata hina:
"Kalian datang terlambat hendak main kayu juga " Berani
menghalangi Lohu " kedua lengannya mulai bergerak memberi aba-aba kepada
anak buahnya supaya segera turun tangan melenyapkan jiwa
Im-yang-kiam Go Beng huici huji lo mandah tertawa tawa, katanya bersama:
"Mana kita berani. Lihatlah majikan telah tiba "
sinar kelabu berkelebat terbungkus oleh kabut ungu yang
bergulung mendatangi seperti lambat namun cepat sekali
dalam sekejap mata saja Ci hu-sin kun Kiong Ki dengan sikap
angker dan penuh wibawa meluncur turun tanpa
mengeluarkan suara. ci-hu bun sudah angkat nama dan gengsi dalam kalangan
hitam dan putih, selama ratusan tahun sudah malang
melintang dan mendirikan pangkalannya yang kokoh dan
digdaya, sudah tentu kedatangannya ini membuat para hadirin
menjadi ribut dan berbisik-bisik- Cukong istana beracun I bun Hoat, sendiri juga harus
sedikit memberi muka oleh karena itu serta merta tangannya
sudah terangkat itu mulai merandek dan pelan-pelan
diturunkan lagi- Biji mata Ci-hu-sin kun laksana mata api yang berkilau
tajam, sekilas ia menyapu pandang ke seluruh hadirin lalu
berkata dengan suara yang menggeledek:
"Disini berkumpul sekian banyak orang, kalian meluruk
kemari perorangan atau ada pentolannya ?"
Lagi-lagi semua hadirin menjadi gempar, entah berapa
banyak pasang mata sekaligus menatap kearah I bun Hoat.
Meski rada keder, namun sikap I bun Hoat yang congkak
dan takabur masih kelihatan nyata, tiga tindak ia tampil
kedepan sembari angkat kedua tangannya terus digoyanggoyangkan,
katanya dengan lantang: "Aku yang rendah I bun Hoatlah yang mengundang
mereka " Jilid 28 ci hu-sin kun acuh tak acuh, sikapnya tetap kereng,
katanya getir: "cukong istana beracun sebagai pentolannya, sungguh
sangat kebetulan" lalu matanya memandang ke empat kerangka manusia
yang masih berdiri ditengah gelanggang itu, tanyanya sambil
mengerut alis: "Dari aliran manakah mereka ini?"
Ibun Hoat menyeringai puas, katanya:
"Empat murid andelan pihak Bu-ih-pay"
"o " Siapa yang membunuh mereka ?"
"Istana beracun " "Kenapa?" "Karena mereka juga berani mengincar buku catatan
rahasia yang berada di dalam Rawa naga beracun, maka..."
Mendadak ci hu-sin- kun menarik muka, tanyanya serius:
"Apakah buku catatan dalam Rawa naga beracun sudah
muncul ?" "Belum" sela Li Pek yang sambil meIangkah kedepan.
ci hu-sin-kun semakin heran dan tak habis mengerti,
tanyanya: "Kalau belum, kenapa mereka harus mati sebelum
memperebutkan benda pusaka itu ?"
Yu-bing-khek Cu Li Pek yang tertawa geli serunya:
"Bukan karena berebutan pusaka, adalah karena Ibun heng
tidak senang mereka turut campur dalam urusan ini "
Laksana tajam golok sinar mata ci-hu-sin-kun menyapu
pandang kearah Ibun Hoat, katanya tertekan dengan nada dingini
"urusan merebut pusaka setiap orang yang hadir disini
mempunyai bagiannya, semua orang boleh mengandal
kepandaian dan kecerdikan otaknya, Mana bisa secara liar dan
ganas merintangi orang lain turut terjun dalam rimba ini.
Kalau begitu apakah buku dalam mata air didalam rawa naga
beracun itu sudah menjadi milik pribadi seseorang ?"
Hening lelap suasana seluruh gelanggang, air muka Ibun
Hoat berubah bergantian, namun tak berani ia mengumbar
wataknya lagi. Kuatir kedua gembong bangkotan ini terjadi kelahi yang
hebat, cepat-cepat Li Pek-yang tampil kedepan, katanya
tergagap: "Meskipun pusaka itu belum diambil keluar, tapi..."
Tak terkira sekali lagipandangan ci-hu-sin kun menyapu
pandang ke empat penjuru, sembari membentak keras:
" Kalau begitu, siapapun yang bakal dapat menjemput buku
rahasia itu lantas menjadi sasaran utama dari keroyokan
kalian yang goblok dan tak mengenal tata krama ini, Apakah
ini yang dinamakan keadilan ?"
semua hadirin seperti sadar dan mawas diri akan petunjuk
Cihu-sin-kun ini. Memang para hadirin lantas berpikir "betul juga,
seandainya secara mati matian aku berhasil mendapatkan
buku rahasia itu, masakah aku mampu lolos dari kejaran Lamcutoksyam
?" Maklum sebelum ini pikiran dan pandangan seluruh hadirin
sudah buta dan tumpul saking kemaruk mendapatkan pusaka,
semula memang mereka mengikuti arus situasi memberi suara
dan semangat kepada pihak istana beracun.
Sungguh untung kesalahan yang tidak disadari ini telah
dipecahkan dan ditunjuk secara langsung oleh kata-kata Cihu-
sin- kun yang penuh mengandung arti kebenaran. satu
persatu hati mereka lantas menjadi sadar dan mulai goyah
akan kepercayaan terhadap pihak istana beracun.
Tak ketinggalan Yu-bing mo khek Li Pek- yang sendiri yang
semula sehaluan sekomplot dengan istana beracun menjadi
ragu-ragu dan bimbang, serta merta matanya melirik kearah
Ibun Hoat, kakinya juga lantas melangkah mundur.
Mata kecil cukong beracun Ibun Hoat berkedip-kedip
menyipit giginya, berkeriut terang betapa besar rasa gusar
dan dendam hatinya terhadap uraian ci-hu-sin-kun yang
mengecilkan arti intrik nya dengan berbagai pihak itu
Akan tetapi kata-kata Ci hu-sin-kun masih terus
memberondong keluar: "siapa yang mampu boleh silakan menerjang seorang diri
kedalam Rawa naga beracun mengambil buku rahasia itu,
kalau bisa berhasil bolehlah dikatakan beliau seorang gagah
seorang perwira yang harus diagungkan, Lain pula bagi
mereka yang pintarnya mengatur tipu daya dan mengadu
domba mengerjakan tenaga orang lain demi keuntungan diri
sendiri sedang dia sendiri mandah menonton dan berpeluk
tangan, dengan maksud mengambil keuntungan setelah
semua pihak empas empis dan kehabisan tenaga gampang
saja ia merebut dari tangan orang, ini bukan seorang gagah
sebaliknya seorang pengecut, seorang kerdil yang harus
ditumpas dan tak perlu diindahkan dalam kalangan Kangouw."
seketika seluruh hadirin menjadi sadar, berbareng mereka
berseru: " ucapan sinkun memang benar"
"sin-kun silakan tegakkan keadilan dan kebenaran"
Mendadak Ci-hu-sinkun menarik suara, katanya lebih
lantang: " Kedatanganku ini bukan bertujuan hendak merebut atau
memperoleh buku rahasia itu, yang terutama aku hanya ingin
menegakkan keadilan demi kebersihan nama kalangan Bulim.
Malam ini seluruh hadirin tak peduli dari aliran mana besar
atau kecil entah berkedudukan tinggi atau rendah kaya atau
miskin. Entah ada yang suka bergabung atau tampil seorang
diri silakan saja. siapa yang mampu mengambil pusaka dalam
mata air rawa naga beracun itu, pusaka itu menjadi milik
pribadinya" Kata-katanya yang gagahi dan keras penuh wibawa
seketika mendapat sambutan tampik sorak dari seluruh
hadirin. Hanya Cukong istana beracun Ibun Hoat saja yang
berkerutuk giginya menahan gusar yang tak terkendalikan
lagi, matanya beringas buas seperti bara api.
Habis berkata Ci hu-sin- kun berputar sekali sambil
layangkan pandangannya, katanya pula:
"Aku orang she Kiong tentu menepati kata-kataku, siapa
saja yang bisa mengambil pusaka dalam rawa itu, kutanggung
keselamatannya turun dari Bu ih-san ini."
seluruh hadirin berteriak dan bertepuk tangan gegap
gempita. sementara itu Giok- liong yang sempunyi dibela kang pohon
itu menjadi kuatir dan girang pula mendengar kata-kata Cihun-
sin-kun itu. girang karena iblis besar ini ternyata bisa
menegakkan keadilan inilah merupakan setitik penerangan
demi kejayaan kaum cendekia yang berpikir jernih dan lurus.
Kuatirnya seumpama pusaka dalam air ini betul betul di
tangan seseorang saat itu. cara bagaimana dirinya harus
merebutnya. Cihu sin kun sudah berjanji untuk melindungi
siapa saja yang bisa mengambil buku rahasia, lalu bagaimana


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya harus menghadapi tanggung jawab ini"
Tengah ia terlongong tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba
terasa angin berkesiur di belakangnya, lantas dipinggir
telinganya terdengar sebuah suara berbisik
"Tidak ikut keramaian disana, kenapa sembunyi disini
secara plintat plintut?" Karuan kaget Giok liong seperti disengat kala baru saja ia
hendak menggerakkan tangannya, "jangan bergerak" bentaknya lirih tertekan telah mengancam aksinya, terasa
dua jalur angin kencang menutuk kejalan darah di kedua
pundaknya, asal sipenutuk mau tambah tiga bagian tenaganya
lagi sedikit surung jarinya saja, seumpama tidak mati paling
ringan dirinya sudah terluka parah.
Bokongan yang secara tiba-tiba dan menggelap ini betulbetul
membuat Giok- liong mati kutu dan mengucurkan
keringt dingin. Tatkala mana para hadirin dilapangan depan sana sudah
banyak yang tahu bahwa di belakang pohon siong besar ini
ada orang sembunyi, pandangan semua orang lantas tertuju
kemari. ci-hu-ju-lo siap menubruk kearah sini.
"siapa" Hayo keluar" terdengar bentaknya Cihu sin- kun
yang menggeledek. "Yah Inilah aku Hihihihi" meluncurlah sesosok bayangan
abu- abu diiringi dengan kumandang suara tawanya yang
terkikik nyaring. Terasa tekanan tenaga dibela kang punggungnya lepas
Giok- liong melihat Ci hu giok li Kiong Ling-ling melesat
setombak lebih dari atas kepalanya melesat ke depan sana.
Dalam keadaan demikian tempat sembunyi Giok liong
menjadi kenangan, terpaksa ia harus keluar dari tempat
persembunyiannya, membuntut di belakang Kiong Ling ling
iapun menukik turun ketengah geleng gang.
Meskipun mereka bergerak beruntun satu didepan dan
yang lain dibelakang, tapi waktu meluncur hinggap ditanah
dalam waktu yang bersamaan. Begitu melihat yang muncul
bersama putrinya ini adalah Giok-liong seketika Cihu sin kun
memicingkan mata, air mukanya bersemu ungu terang ia
teringat akan dendam lama. Melihat gelagat yang meruncing ini cepat-cepat Kiong Ling
ling memburu kehadapan ayahnya, mulutnya dimonyongkan
dan berteriak "Yah " Agaknya Ci- hu-sin kun dapat menahan gejolak hatinya,
sikap marahnya berangsur hilang warna ungu dimukanya juga
mulai sirna. sekenyong-kenyong sesosok bayangan hitam melekat
disertai gerungan keras: "Bocah keparat, kembalikan putriku "
Kiranya Yu-bing khek-cu Li Pek- yang menerjang kearah
Giok liong dengan mata mendelik dan muka beringas,
cengkeraman tangannya mengancam dada dan lambung Giok
liong. Giok liong berkelit kesamping, merunya tertawa.
"Apa kau serahkan putrimu kepadaku?"
ci hu giok-li Kiong Ling Ling menjadi tertawa geli
mendengar banyolan Giok liong, Para hadirin sebagian turut
bergelak tawa, mereka merasa lucu dengan kedudukan dan
ketenaran Li Pek-yang begitu berhadapan muka lantas
menyerang orang dan minta putrinya kepada orang lain, ini
menurunkan derajat dan sangat memalukan sekali, apalagi
mendengar banyolan jawaban ,Giok- liong yang lucu lagi
keruan mereka terpingkel-pingkel. Li Pek yang menjadi murka saking malu, giginya gemerutuk
menahan amarah yang tak terkendali, sambil membanting kaki
ia menghardik keras: "Hayo maju, ringkus dia "
dia memberi aba-aba kepada anak buahnya, seketika
delapan belas Hek-i Tong cu bergerak diikuti para rasul
berpakaian abu-abu, dengan sikap mengurung berbentuk
setengah lingkaran seperti kipas lempit mereka meluruk
kearah Giok liong. situasi menjadi tegang, semua menahan napas akan terjadi
pertempuran besar main keroyok ini.
Kalau ganti orang lain mungkin saat itujuga sudah
berlangsung pertempuran besar-besaran yang serabutan tak
karuan. sebab biasanya dibawah perintah Li Pek-yang para
Tong-cu dan rasul itu pasti serempak beramai-ramai
menerjang maju seperti lomba untuk membinasakan
musuhnya dengan sekali grebek untuk menunaikan tugas
sekaligus menunjukkan wibawa supaya menggetarkan nyali
para hadirin lainnya. Tapi kali ini musuh yang mereka hadapi adalah Giok- liong,
Mereka sudah kenal siapa Giok-liong ini bukan saja gerak
tubuhnya lihay, Iwekangnya tinggi, kepandaian apa saja
mereka sudah pernah belajar kenal, insaf mereka bahwa
musuh muda yang dihadapi ini bukan sembarang tokoh yang
gampang dilayani meskipun mereka main kerubut.
Maka dengan membentuk barisan melingkar setengah
bundaran pelan-pelan mereka mendesak maju, Delapan belas
Tongcu rata-rata membekal kepandaian tunggal masing
masing yang tinggi dan lihay. Buat tokoh-tokoh silat kalangan
Kangouw tiada yang tidak tahu bahwa mereka merupakan
gembong- gembong silat yang kenamaan, sampaipun para
rasul dari tingkat rendah juga tak boleh dipandang ringan.
sebanyak seratusan orang semua siaga dan mendesak siap
menerkam maju, betapa situasi gawat ini takkan mengejutkan
nyali orang. Namun bagi Giok- liong mandah tersenyum simpul saja
dengan sikap tenang dan wajar ia berkata:
"Nanti dulu sabar sabar "
"Kunyuk " hardik Li Pek-yang sambil berjingkrak gusar.
"Takabur dan congkak benar ya"
Giok-liong tidak menunjukkan reaksi apa-apa, tetap berdiri
tegak kedua tangannya dilebarkan katanya:
"Dalam hal apa aku takabur dan congkak sejak datang aku
tiada menantang arau mencari perkara kepada siapapun yang
hadir disini " sikapnya yang wajar dan kata katanya yang tenang ini
diam-diam membuat para hadirin yang biasanya bertabiat
kasar berangasan itu menjadi kagum dan memuji dalam hati,
benar-benar mereka tunduk lahir dan batin.
Ci hu-sin-kun Kiong Ki sendiri sebagai iblis bangkotan juga
diam-diam manggut-manggut merasa kagum.
saat mana ratusan jago lihay dari Yu-bing-mo-khek sudah
siap melancarkan serangannya, jarak mereka tidak lebih
tinggal setombak lebih, semula sudah menggerakkan lengan
serta mengerahkan tenaga tinggal melancarkan pukulan.
Melihat keadaan yang gawat ini Giok liong tak berani ayal,
segera ia memasang kuda-kuda dan bergaya dengan
mengerahkan hawa jilo melindungi badan, sepasang
tangannya sudah dilandasi seluruh kekuatan Iwekangnya.
serunya lantang: "Kalau betul-betul mendesak orang, jangan salahkan aku
berlaku kejam tanpa sengaja membunuh kalian"
Maklum ia memberi peringatan dulu sebelum bergebrak
karena sangsi dan takut larangan suhunya.
Tapi kata-kata peringatan yang bermaksud baik ini dalam
pendengaran Yu-bing-khekscu, seperti pelita disiram minya ki
ia berjingkrak murka, geramnya: " Keparat, takabur betul, serbu,,"
"Haaaaiiit..." Para Tonscu dan rasul baju abu abu serentak
bergerak sembari berteriak panjang, tubuh mereka melenting
dan berloncatan seperti anjing kelaparan yang
memperebutkan sekerat tulang saling berlomba menerjang
kearah Giok liong. Tergetar kedua tangan ,Giok- liong, kontan tiga kelompok
mega putih bergulung ke luar menerpa kedepan memapak
para musuh yang menyerbu datang. sedetik sebelum rangsekan kedua belah pihak saling bentur
itulah mendadak Cihu-sin-kun menghardik keras:
"Tahan " gelombang kabut ungu bergulung maju terus menerjang di
tengah seperti dinding baja layaknya secara kekerasan
menahan dan mendorong ,Giok- liong dan para Tongcu kedua
belah pinggiran, begitu hebat tenaga pemisah ini sehingga
masing-masing pihak terdesak surut tiga kaki jauhnya.
Kedua belah pihak sama tidak tahu maksud tujuan sepak
terjang Cihu-sin-kun ini, keruan mereka menjadi kaget dan
beringas, semua siap dan siaga menanti perkembangan
selanjutnya. Demikianjuga Giok liong menjadi kaget dan berubah air
mukanya, Tahu dia bahwa Cihu sin-kun mempunyai dasar
latihan Lwe-kang yang sangat ampuhi kepandaiannya bukan
seolah-olah hebat, ci-hu giok-li sendiri juga menjadi kuatir,
lekas ia berteriak memanggil: "Ayah" Li Pek-yang segera tampil maju, wajahnya serius tanyanya:
"Harap tanya sin-kun . . ."
Ci hu-sini kun angkat sebelah tangannya, menghentikan
kata-kata Li Pek- yang selanjutnya, katanya menunjuk Giok
liong: "Aku sendiri juga punya persengketaan dengan bocah ini "
Giok liong merasa serba sulit, timbul rasa was-was dalam
benaknya, maka seluruh kekuatan Iwekang terkerahkan di
kedua lengannya, bawa jilo juga terhimpun sampai tingkat
tertinggi menyelubungi seluruh tubuhnya.
Perasaan Li Pek- yang menjadi sedikit lega, katanya
menyeringai " Kalau begitu, biarlah anak muridnya yang mewakili sinkun
meringkus bocah ini, silakan siu-kun menonton saja
sambil berjaga-jaga supaya bocah ini tidak melarikan diri"
Tak diduga, Ci hu-sini kun menggeleng kepala
menggoyangkan tangan ujarnya: "Tak perlu, maksud baik Khek cu kuterima dengan setulus
hati" Keruan Yu-bing-khek cu semakin tembarang batinnya kau
sendiri turun tangan itu lebih baik, Kita tinggal berpeluk
tangan menonton pertarungan. Dua harimau itu berkelahi
tentu salah satu bakal terluka atau cidera, tak peduli pihak
mana yang menang dan kalah, situasi kelak urusannya pasti
menguntungkan pihak kita. Karena ketetapan pikirannya ini, diam-diam ia geli dalam
hati segera tangan diulapkan memberi tanda kepada delapan
belas Tongcu dan para rasulnya serunya
" Kalian boleh sebera mundur"
Melihat gerombolan orang-orang Yu bing-mo-khek
mengundurkan diri, legalah hati Giok liong. Bukan ia takut
karena musuh terlalu banyaki adalah karena banyaknya orang
bertempur pasti berlangsung dalam keadaan kacau balau, ini
menyusahkan dirinya dalam gerak gerik penyerangan, siapa
tahu kalau kesalahan tangan dirinya melanggar pantangan
gurunya, kalau hal ini terdengar oleh gurunya, bukankah
dirinya bakal konyol karena berdosa melanggar pantangan
gurunya. Adalah lain persoalannya kalau seorang diri ia menghadapi
pertarungan dengan ci-hu-sin-kun. Maka hilanglah
kekhawatiran hatinya, semangatjuga lantas bangkit sembari
menggerakkan lengannya ia berkata: " Kalau Cianpwe memang menghendaki aku turun tangan,
terpaksa aku mengiringi keinginan sin-kun"
Tak sangka air muka Cihu-sin-kun tiba-tiba merengut naganaganya
tiada niat untuk berkelahi setelah mendengus hidung
berkata: "Hm buyung Akan datang suatu hari aku membuat
perhitungan dengan kau tunggu saja waktunya"
lalu ia mendongak berkata lantang kepada hadirin.
"Perhatian diBusan hari ini adalah karena kepancing oleh
barang pusaka dalam Rawa naga beracun itu. segala dendam
permusuhan sebelum ini silakan dikesampingkan dulu, ini
adalah pendapatku pribadi sebab, permusuhanku dengan
buyung kurang ajar ini juga tak ku singgung lagi"
Pernyataan ini benar-benar diluat dugaan para hadirin.
Keruan para iblis besar itu melongo. Cihu gio ki li Kiong Lingling
berjingkrak kegirangan berloncat- loncat seperti burung
gereja sambil bertepuk tangan, teriaknya:
"Yah, sungguh baik kau" Adalah Yu-bing-khek cu Li Pe ki yang sendiri yang merasa
dikibuli, hatinya dongkol dan penasaran. Tapi apa yang dapat
ia lakukan, menurut situasi gelanggang saat itu pihak Yu-bingmo
khek keluar tiba waktunya untuk berhadapan langsung di
medan lagi dengan pihak Ci hu sin kun bukankah tadi Cihu
sin-kun sendiri sudah memberikan pernyataan terbuka yang
mempunyai kekuatan terpendam dalam sanubari setiap
hadirin tentang perebutan pusaka di Rawa naga beracun.
Yang terang dan nyata hati setiap orang gagah yang hadir ini
sebagian besar sudah takluk dan tunduk kepihak Cihu sin-kun.
Dalam keadaan yang kepepet dan apa boleh buat ini, ia
mandah mengertak gigi dan melampiaskan kedongkolan
hatinya kepada Giok liong, serunya:
"Buyung, kupandang muka sin kun, biarlah .kuampuni kau
hidup beberapa hari lagi " Kata-kata menjual muka bagi kebaikan ci hu-sin- kun ini
hakekatnya adalah untuk memuluskan jalan mundurnya saja,
memang biasanya dikatakan lombok semakin tua semakin
pedas, semakin tua pengalaman dalam kelana di Kangouw
semakin luas. Giok liong mandah tertawa tawar katanya:
"Aku tiada minat bertentangan dengan siapapun, maka
kalian juga jangan mencari perkara dengan aku, ini akan
banyak mengurangi pertikaian yang tiada manfaat-nya "
"Anak muda bau ingusan." semprot ci hu-sin kun dengan
menggeram. " mulutmu tajam ya " Baru Giok liong hendak menyahut, Kiong Ling ling sudah
menyelak: "Yah Memang dia benar " Cihu sin-kun menjadi melengak, tanyanya:
"siapa yang berkata benar ?"
"Dia"

Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia siapa ?" Meiahjengah selebar muka Kiong Ling- ling, lari sambil
menubruk kedalam pelukan ayahnya tangannya memukulmukul
dada sang ayah, mulutnya mengoceh aleman:
"Yah Kau menggoda aku " serta merta Ci hu-sin- kun melirik kearah Giok- liong semula
memang ia tidak sengaja baru sekarang ia maklum dan
menyelami perasaan putrinya, Pikirnya, putriku sudah besar
sudah saatnya aku mencarikan jodoh baginya.
Pada saat itulah mendadak meluncur datang dua sosok
bayangan orang, ditengah udara terdengar mereka berseru:
" Lapor ciang bun. . ." setelah hinggap ditanah seketika mereka berdiri kesima
menghadapi sekian banyak gembong-gembong iblis.
GoBeng-hui yang bersikap lesu dan berdiri mendelong
tanpa bersuara sejak tadi kini menggerakkan kakinya
melangkah dua tindak dengan lemas, tanyanya lirih:
"Ada kejadian apa ?" Melihat sikap dan semangat Ciang-bun-jin yang sudah
runtuh dan lesu ini kedua murid Bu-ih-san itu menjadi
terbelalaki sikap tegang dan tergesa waktu datang semula
seketika lenyap. kepalanya seperti diguyur air dingin sahutnya
lirih: "Banyak orang telah menyerbu kepandaian gunung
belakang" Agaknya tekad hidup Go Beng bui sudah ludes, mendengar
berita yang mengejutkan ini sikapnya tawar saja, katanya.
"oh, aku sudah tahu" sebaliknya Ci hu-sin- kun melangkah maju tanyanya:
"Siapa mereka yang menerjang di gunung belakang?"
Kedua murid Bu ih san itu memandang kearah Ciang-bunjin,
sesaat mereka tergagap tak berani angkat bicara.
sambil menggendong tangan Im-yang-kiam Go Beng-hui
bertanya: "Adakah saudara-saudaramu yang terluka ?"
"Ya. banyak saudara dari tingkat kelas tiga yang terluka
parah" Wajah Im-yang-kiam Go Beng hui dirundung kekesalan dan
rawan, setelah menghela napas panjang ia berkata.
"suruh mereka mundur semua, seluruh penjagaan dan pospos
rahasia semua harus kembali ke pangkalan"
Kedua muridnya itu seketika menjubleki serunya bersama:
"Ciang-bun..." "Lekas pergi "tukas Go Beng-Hui sambil goyang kepala,
"turutilah menurut pesan- ku"
sesaat lamanya murid itu tertegun lalu menyahut
berbareng: "Murid terima perintah " "Tunggu sebentar" tiba-tiba ,Go Beng-hui berseru
memanggil, katanya kalem: "siapakah yang datang" Bicara secara terus terang saja.
Agaknya sudah menjadi takdir ilahi bahwa malam ini Bu-ih-san
bakal menjadi tempat semacam pasar atas restoran yang
bakal diinjak dan berpeta pora, siapapun boleh berlalu lalang
tanpa rintangan" sebuah cikal bakal suatu aliran kenamaan akhirnya
menemui kenaasan yang mengenaskan. sebagai seorang
ciang bun-jin mengeluarkan kata-kata yang begitu merawan
hati, betapa pedih dan duka hatinya dapatiah dibayangkan.
Kedua murid Bu ih-pay yang baru datang menjadi kesima
memandangi wajah ciangbunjin mereka yang menjadi begitu
loyo dan patah semangat. Tak tertahan lagi mereka
mengalirkan air mata ikut bersedih dan sepenanggungan.
Persoalan yang paling dikhawatirkan dan menarik perhatian
seluruh gembong-gembong silat yang hadir ini adalah siapa
saja para penyerbu dari belakang gunung itu Mereka menjadi
menduga dan menerka-nerka, terjadilah suara ribut dan
gempar, disana-sini terdengar bisikan dan omelan panjang
pendek yang tak menentu. "Kalian harap tenang sebentar " terdengar ci-hu sin-kun
berseru lantang: "Dengar apa yang mereka katakan"
Im yang-kiam Go Beng-hui juga ikut tertarik, tanyanya
lemah: " Katakan kepada mereka "
Terpaksa kedua murid Buta-ih-pay itu berkata:
"Yang menerjang paling depan dalam kelompok pertama
adalah Tocu dari Pek-bun-to yaitu Ham-kang-it-ho Pek su-in"
ci-hu sin kun mandah tertawa tawar, ujarnya:
" kiranya diapun gemar keramaian, sedemikian jauh ikut
meluruk datang " seorang murid Bu-ih-pay itu berkata lagi:
"To-ou-cin-kui Ang To bok juga ikut menerobos masuk "
Tergerak hati Giok-liong, cepat ia bertanya :
"siapa lagi yang ikut datang bersama mereka ?"
"seorang la galaki pertengahan umur yang telanjang
setengah badan" Memicing mata Ci-hu sin- kun, bertanya mengawasi Giokliong:
"Jadi Ang To-bok sekomplotan dengan kau ?"
Giok-Hong menjengek dingin, ujarnya:
"selamanya aku malang melintang seorang diri belum
pernah bergabung dengan orang lain"
Merah wajah Ci hu-sin- kun, "Mulutmu tajam betul " Takut sang Ayah menjadi jengkel dan bertengkar terus
dengan ,Giok- liong cepat-cepat Kiong Ling ling menukas:
"Yah masih ada siapa lagi yang datang biar mereka katakan
" Memang seorang lain dari kedua murid Bu-ih-pay itu
tengah berseru keras: "Masih ada lagi empat orang tua yang belum pernah kita
lihat, Kepandaian mereka rata-rata sangat lihay, Iwekangnya
tinggi bersikap gagah dan angker, gerak gerik mereka gesit
cara turun tangannya secepat kilat, untung mereka tidak
berlaku terlalu kejam cara turun tangannya punya perhitungan
" Bicara sampai disini tak terasa muka mereka menjadi
merahi malu serta saling pandang dengan kikuk. Tak perlu
dijelaskan lagi terang sekali bawah pihak Bu-inisan sudah
runtuh total. Berkerut alis Ci hu-sin-kun, tanyanya:
"siapa mereka " Adakah mereka menyebut namanya?"
"Tidak, tapi Lwekaag mereka betul- betul jarang dicari
tandingannya di dunia ini." Para gembong iblis itu mendengarkan dengan cermat tiada
satucun yang ikut bicara. Giok liong sendiri juga menerka-nerka dan was was. sebab
para gembong iblis yang dihadapi ini saja sudah sulit dilayani,
jikalau masih ada lagi tokoh silat kenamaan lain ikut campur
dalam urusan ini, siapa bakal menang dan kalah benar benar
susah diramalkan. Terdengar Li Pek- yang membuka kata dengan berangasan
"Peduli siapa mereka Tak mungkin seorang tokoh yang
punya tiga kepala dan enam tangan, kenapa kita takut dan
khawatir " Belum hadirin menunjuk reaksinya, Tiba-tiba ci-hu-giok-li
Kiong ling-ling berteriak " Ai, yah celaka " seluruh hadirin termasuk Giok liong terkejut entah apa yang
menyebabkan Kiong Ling-ling berteriak ketakutan.
ci-hu sin-kun mendelik, tanyanya gugup:
"Ada apa anak Ling ?" Kiong Ling ling menunjuk kepada seluruh hadirin, katanya:
"Kapan lbun Hoat telah pergi ?"
Memang dalam gelanggang sudah tidak kelihatan cukong
istana beracun Ibun Hoat, malah seluruh anak buah istana
beracunpun entah kapan sudah hilang semua.
Li Pek-yang sendirijuga berkeringat dingin, teriaknya:
"Tentu dia sudah bolos pergi ke Toksliong-tam lebih dulu "
habis berkata ia memutar menghadap ke delapan belas
Hek-i Tongcu danpara rasulnya, makinya:
"Kalian ini manusia kayu semua ya " Hayo kejar "
Bayangan hitam seketika berlomba melejit jauh dan berlari
kencang serabutan, dalam sekejap saja ratusan anak buah Yu
bing-mo khek sudah pergi jauh menghilang di pedalaman
gunung yang berhutan lebat sana. Giok-liongpun tidak mau ketinggalan sekali melejit
setombak lebih terus meluncur kedepan.
Tiba-tiba ci-hu-sin-kun Kiong Ki berteriak keras:
"Kim pit jan hun Berdiri "
Mendengar teriakan ini kontan ,Giok- liong menghentikan
tubuhnya terus jumpalitan balik hinggap kedalam gelanggang
lagi, dengan rasa ragu dan curiga ia bertanya tak mengerti:
"cianpwe Ada apakah ?" Serius sikap Ci hu-sin kun katanya:
" golongan Jibun kalian adalah alitan lurus dan murni
pelajaran kalianpun lain dari yang lain dibanding golongan
atau aliran lain, Kau sebagai murid tunggal dari Teji, sebagai
tunas muda yang punya harapan besar pada masa depan
menggembel senjata-senjata sakti mandraguna macam
seruling samber nyawa lagi, kenapa kaupun mengincar buku
catatan dalam Rawa naga beracun itu Apakah tidak
memalukan sifat tamakmu ini ?"
Giok Liong hanya tertawa getir saja, ujarnya:
"ohi jadi hanya karena omongan ini Cian-pwe memanggil
aku ?" "Ya Lohu merasa heran " "sebetulnya Wanpwe punya kesukaran yang tak dapat
kujelaskan " "Kesukaran " Kesukaran apa ?"
"Tentang ini . . . ." sebetulnya Giok Liong hendak
menceritakan pesan ibunya sebelum berpisah dan tentang
riwayat hidup,nya, namun terasa masih terlalu pagi untuk
membeber semua itu. sebab apa saja yang berada di dasar
mata air Rawa naga beracun itu sampai saat ini masih belum
diketahui apakah betul mempunyai sangkut paut dengan
dirinya masih merupakan tanya besar " Atau-kah mungkin
catatan sejilid buku ilmu silat. Maka kata-kata selanjutnya lantas ditelan kembali, sekian
lama ia tergagap tak kuasa bicara. Ci hu-sin kun menjadi tak enaki katanya pula:
"Menurut pendapat Lohu, lebih baik kau segera tinggalkan
Bu-ih-san, semakin jauh semakin jauh semakin baik jangan
kau ikut menggagap di air keruh ini "
Giok liong tertawa hambar sahutnya:
"Terima kasih akan nasehat Cian-pwe, tapi sebetulnya
Wanpwe sungguh punya kesukaran yang tak mungkin
kujelaskan sekarang " "Apakah tak boleh dituturkan kepadaku?"
"Untuk sementara ini tak bisa "
" Kalau begitu, coba Lohu tanya sebuah hal lagi"
"Silakan cianpwe katakan "
"seumpama buku catatan rahasia di mata air Rawa naga
beracun itu terjatuh ketangan orang lain, lantas apa yang
hendak kau lakukan?" " Wanpwe sudah bertekad harus mendapatkan buku itu "
"Apa katamu ?" "Betapa juga harus dapat kurebut"
"o peringatan Lohu tadi apakah kau sudah dengar?"
"Tentang apa ?" "Begitu buku itu muncul, siapa yang mendapatkan dialah
menjadi pemiliknya, siapa dilarang merebutnya " kata ci-husin-
kun ini diucapkan dengan tandas dan tegas
"tiada tawar menawar lagi bagaimanapun kejadiannya nanti
kata-katanya ku takkan bisa diubah lagi."
Alis lentik Giok liong lantas berjengkit, katanya:
" Cian-pwe, kenapa pula kau begitu banyak petingkah" "
Hakikatnya Giok- liong sendiri tidak mengetahui jalan
pikiran ci hu-sin kun. Apakah benar kalau dia tidak ingin ikut
dalam lomba perebutan ini, lalu kenapa ia meluruk ke Bu-ihsan
yang letaknya jauh dan sukar ditempuh ini.
Memang dia sudah punya perhitungan masak menurut
rencananya sendiri, maka ia berani membuat peringatan itu,
gampang saja alasannya, satu hal sebagai Congcu dari Ci-hu
bun yang kenamaan sejak ratusan tahun dulu, dengan
kedudukannya yang agung secara terang-terangan ikut
merebut pusaka dengan lawan-lawan yang kuat lagi,
seumpama gagal bukankan memalukan bagi pendengaran
para sahabat Kangouw. sekali jatuh selamanya nama dan
gengsi perguruannya pasti runtuh total.
Pertimbangan kedua: Dalam mata air di dasar Rawa naga
beracun ada tersimpan sejilid buku rahasia, ini hanya siaran
luas dari mulut di halangan Kangouw, sebetulnya bagaimana
duduk perkara atau kenyataan masih belum jelas.
Ketiga : Dia sendiri, tak mampu terjun ke dalam air yang
dapat menyedot amblas bulu burung, malah katanya dingin
menembus tulang dan membekukan lagi.
Maka kalau dikatakan kedatangannya ini adalah demi
menegakkan keadilan, ini betul-betul merupakan suatu tipu
daya yang jangat tepat dapat mengelabui pandangan mata
orang lain. sebab peduli siapapun nanti yang bakal memperoleh buku
itu, paling tidak bakal ada orang lain yang secara nekad
hendak merebut pusaka itu, dengan dirinya unjuk muka
memandang, secara terang ia melindungi pemilik pusaka itu,
namun hakekatnya tujuannya adalah memikat pemilik pusaka
itu supaya utang budi kepadanya secara tak sadar, bukankah
sepak terbangnya ini sangat gamblang dan bakal mendapat
puji orang. Dengan mendapat perlindungannya, si pemilik pusaka nanti
tentu menjadi orang yang terbelenggu dalam tangannya,
sampai pada suatu ketika apa yang dinamakan pusaka itu tak
lain bakal menjadi benda miliknya dalam kantongnya sendiri.
oleh berbagai alasan inilah maka secara wanti-wanti ia
memberi peringatannya tadi, menurut perhitungannya seluruh
gembong-gembong iblis yang hadir selain empat orang tua
yang dituturkan murid Bu ih-pay tadi hanya Giok liong
seoranglah yang benar benar tandingannya yang setimpal dan
paling sukar dilayani. Maka dengan ketus dan cermat ia tanya maksud


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedatangan Giok liong dengan kata-kata sindirannya yang
pedas tadi. sekarang setelah mendengar jawaban ,Giok-liong yang
terang-terangan, berkerut alisnya, katanya.
"Agaknya kau memang sengaja hendak berlawanan dengan
Lohu ?" Giok liong tertawa lagi, sahutnya " cianpwe salahi waktu Wanpwe menuju ke Bu ih san ini,
sebelumnya tidak tahu bahwa cianpwe bakal datang "
ci-hu sin kun semakin berang, dengusnya:
"sekarang kau sudah tahu bukan ?"
Melihat sikap orang yang menjadi gugup geli hati Giokliong,
maka tanyanya: "Wanpwe ada sebuah pertanyaan bolehkah aku
mengetahui " "Pertanyaan apa ?" Tanpa keder dan takut-takut Giok liong bertanya dengan
kalem: " Kedudukannya Cian-pwe sangat tinggi dan terpandang
diBulim. ci-hu-bun kalian juga sudah mengguncangkan seluruh
dunia persilatan, kepandaian kalian merupakan ilmu tunggal
yang jarang mendapat tandingan, sebagai seorang cong cu
seorang cikal bakal, buat apa meluruk keBu-ih-san sini turut
campur dalam keributan, bukankah akan menyia-nyiakan
latihan dan semedi cian-pwe?" Terlebih dulu ,Giok- liong meng umpaknya setinggi langit,
lalu menyindirnya pula sebagai seorang tua yang menindih
dan menekan yang kecil, punya tujuan tamak lagi, namun
kata-katanya diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menghalangi tata krama sebagai seorang muda yang bicara
terhadap seorang tua. Keruan ci hu-sin-kun menjadi serba runyam, tak enak
mengumbar amarah tak bisa balas menjawab. Mukanya
menjadi merahi mulutnya tersekat. "Ini... dalam Bu lim ini betapa juga harus ada seseorang
yang berani tampil menegakkan .... menegakkan keadilan
bukan " Memang Giok-liong tidak tahu apa yang dikandung dibalik
kata-kata manisnya tadi, tapi dari sikapnya sekarang dapatlah
diraba bahwa orang tua ini tentu juga punya sesuatu tujuan
tersembunyi yang tak enak dikatakan terus terang.
Maka Giok- liong lantas tertawa tawar, katanya menyindir
lagi: "Kalau banyak orang dalam Bulim mempunyai tujuan yang
mulia seperti Cian-pwe ini. Tentu kalangan- Kangouw takkan
terjadi keributan dan geger saling bunuh, seluruh jagat ini
bakal aman sentosa..." sudah tentu sindiran ini bagi pendengaran ci hu sin-kun
sangat menusuk perasaan, seketika air mukanya berubah tak
menentu, merah dan hijau lalu pucat, saking malu akhirnya
menjadi gusar, katanya menggerung: "Apapun yang bakal terjadi, sudah terang Lo-hu harus turut
campur dalam urusan ini, cobalah kau tahu diri dan melihat
gelagat saja " Dalam gelanggang sekarang tinggal Cihu sin-kun dengan
putrinya serta bawahannya Ci hujulo, para gembong iblis
lainnya sudah menghilang semua, Giok- liong menjadi malas
banyak bicara, maka katanya: "Baik-lah kita melihat gelagat saja nanti "
lalu dengan gaya Han- kang- Ih wi- kiu (camar terbang
melintasi sungai) tubuhnya melenting tinggi tiga tombak
laksana anak panah yang lepas dari busurnya langsung berlari
kencang menuju ke hutan lebat di kejauhan sana, kecepatan
tubuhnya laksana meteor jatuh. Tatkala itu sang putri malam sudah tergantung tinggi di
tengah cakrawala, malam sudah sangat larut, deru angin
pegunungan sangat keras sehingga daun pepohonan menderu
dan berkeresek seperti bunyi pekik setan alas, suasana sangat
menggetarkan nyali. "Plaki plok " tiba-tiba terdengar dua kali tepukan tangan
dari rumpun pohon pendek sebelah kiri Badan ,Giok- liong
tengah terapung di tengah udara, cermat sekali ia
memandang ke arah datangnya suara, Rumpun pendek itu
sangat lebat, hanya samar-samar kelihatan ada beberapa
bayangan hitam dan bergerak dan sembunyi disana.
Malam ini Bu-ih san sudah menjadi gelanggang
perkumpulan sekian banyak tokoh silat, tidaklah
mengherankan kalau terjadi sesuatu pemandangan yang luar
biasa. Maka meskipun Giok liong mendengar suara tepukan
tangan itu, serta melihat bayangan beberapa orang, sedikitpun
ia tidak merasa heran, kakinya masih meluncur dengan
kecepatan penuh. "Plakplak plok plok " tepukan tangan
terdengar lagi malah lebih keras dan nyaring.
Tergerak hati Giok- liong, diliriknya sekitar dirinya tiada
orang lain, terang bahwa tepukan tangan ini ditunjukan
kepada dirinya. pikirnya: "siapakah itu?" Karena pikiran terganggu gerak tubuhnya
lantas merandek menjadi lamban. sedikit gerak geriknya menjadi ayal, lantas terdengar kesiur
lambaian baju Ci hu sin kun, terlihat sinar ungu berkelebat
cepat sekali melampaui tubuhnya. Menyusul Cihu-Giok li Kiong
Ling- ling juga meluncur tiba. Melihat Giok liong menghentikan larinya dan berdiri cepat
iapun meluncur turun tak mengikuti ayahnya lagi, dengan
tersenyum simpul ia hinggap dihadapan ,Giok- liong kira-kira
lima kaki. sebetulnya ,Giok- liong hendak menghampiri rumpun
pendek sana untuk menyelidiki terpaksa ia harus unjuk
senyum dan menyapa: "Nona Kiong" cihu-giok li menarik tawanya, sikapnya sungguh-sungguh
sambil mengerutkan kening, katanya lembut:
"siau hiap. aku ada sebuah pertanyaan yang kurang pantas
hendak kutanyakan kepadamu" Giok Liong tercengang batinnya, 'kalau tahu tidak pantas
kenapa kau tanyakan kepadaku" 'Dalam hati ia berpikir begitu
namun tanyanya bersikap manis, sahutnya:
"Ahi nona Kiong terlalu sungkan"
Kiong Ling- ling menghela napas sambil menunduk.
katanya: "Tabiat ayahku sangat jeleki dalam segala urusan kuharap
siau-hiap suka mengalah kepada beliau. Kebaikanmu ini
sungguh akan ku ingat selalu, rasa terima kasih ku ini baiklah
akan kubalas pada lain kesempatan"
Teringat akan kata sindirannya terhadap Ci hu-sin kun tadi,
merah jengah muka Giok Liong, sikapnya menjadi rikuh,
katanya: "Nona Kiong, watakku sendiripun kurang mendapat
penghargaan, untuk kcerobohan tadi kuharap nonapun suka
memaafkan." "siau hiap terlalu merendah diri, sebetulnya ayahku..."
bicara sampai di sini Kiong Ling- ling mendadak hentikan
ucapan selanjutnya. Giok liong tidak tahu juntrungannya, tanyanya.
"Bagaimana dengan ayahmu?"
"sebetulnya ayahku sangat kagum dan memuji kau"
Terdengar ucapan Kiong Ling-ltng ini merupakan rangkaian
kata yang terucapkan secara lahiriah, terang kata-katanya ini
mengandung arti yang mendalam, itu berarti babwa diantara
mereka ayah beranak secara diam diam pernah membicarakan
perihal diri Giok- liong. Mendadak tampak ci-hu ji-lo meluncur tiba, setelah hinggap
ditanak langsung mereka bicara kepada ci-hu-giok-li Kiong
Ling-ling: "cengcu menyuruh hamba berdua kemari melayani siocia"
ci hu giok-li cemberut, katanya jengkel.
"Aku toh bukan anak kecil umur tiga tahun, siapa kesuda n
perlindungan kalian?" "Ya" ci-hujuIo mengiakan sambil melangkah mundur
setindaki "Cepat kalian layani ayah saja. Tak perlu urus aku."
Lagi-lagi Ci hu-ji-lo mengiakan bersama, Tapi tetap berdiri
tanpa bergerak. ci-hu giok li Kiong Ling-ling menjadi gemas, bentaknya
sambil membanting kaki: "suruh kalian pergi" lalu ia memburu maju sembari angkat tangan hendak
memukul desaknya lagi: "Laporkan kepada ayah, katakah bahwa aku segera
menyusul datang." Ci-hujuIo menjadi kewalahan terpaksa mereka baru angkat
kaki, ujarnya sembari membungkuk hormat:
"Terima perintahi harap siocia lekas datang supaya
Cengcu..." "Sudah tahu, pergi, lekas pergi"
Melihat Kiong Ling-ling marah-marah ci-hu-ji lo menjadi
takut, cepat-cepat mereka mengiakan terus menjejakkan
kakinya, tubuhnya meluncur cepat kebelakang terus berlari
kencang laksana terbang. Giok-Iiong berpikir, watak Cihu-sin-kun berangasan dan
ketus, ternyata tabiat putrinya juga keras kepala, Tanpa
merasa Giok-liong menjadi geli, katanya tersenyum:
"sin kun sedemikian prihatin akan keselamatanmu maka
silakan nona cepat kembali" siapa nyana mendadak biji mata Kiong Ling- ling melerok
tajam, mulutnya cemberut, rutuknya:
"Apa" Kau tidak sudi bicara dengan aku?"
"Bukan Bukan" cepat-cepat Giok-liong menyahut,
"Bukan begitu maksudku." " Kalau tidak tentu kau membenci aku?"
"Tidak Tidaki tentu tidak"
"Tidak benci" itu berarti kau suka kepada aku"
serta merta tergetar hati Giok liong seketika merah jengah
mukanya, mulutnya ter- kancing sambil tersenyum getir, tapi
tidak bisa tidak ia harus bicara, terpaksa dengan terlongo ia
manggut-manggut. Dengan mengigit bibir cihu- giok li Kiog Ling- ling tertawa
wajar, katanya pula: "Apa betul?" Terpaksa Giok liong manggut-manggut lagi.
" Kalau begitu, ingin kutanya sesuatu kepadamu, kau tidak
boleh mengapusi aku" "selamanya aku yang rendah belum pernah ngapusi orang,
kalau tidak ya bungkam saja, entah persoalan apa yang ingin
nona tanyakan?" Bibir ci hu giok li Kiong Ling ling sudah bergeraki namun
urung bicara, agaknya sukar dan malu untuk diutarakan kedua
tangannya hanya mengucek-ngucek ujung baju-nya.
Giok Liong menjadi heran, tanyanya:
"Nona, coba katakan" Akhirnya ci-hu-Giok Li Kiong Ling-Iing mau bicara dengan
malu malu: "sebetulnya kan suka Ling soat-yan, Tan soat kiau atau
suka kepadaku?" habis berkata mukanya lantas merah malu sampai
ketelinganya, kepala juga ditundukkan, sikap yang malu dan
kikuk sungguh sangat menggiurkan dan membuat orang iba.
Mimpi juga Giok- liong tidak menyangka orang bakal
menanyakan persoalan ini padanya. Keruan ia menjadi
kemekmek dan bungkam tak tahu cara bagaimana harus
menjawab. Tak nyana meski tak berani angkat kepala terdengar suara
Klong Ling-ling mendesak lagi: "Coba katakan Kenapa takut-takut" sebenarnya kau cinta
kepada siapa?" Giok liong semakin keripuhan, sambil menyengir sekian
lama baru mulutnya bersuara: "semua sama baik " "sebetulnya siapakah yang lebih baik ?"
"Kalian . . bertiga... sama baik "
"Aku tidak tanya siapa baik siapa jeleki yang kutanya ialah
kau suka kepada siapa?" Jantung Giok- liong selincah rusa kecil yang melonjaklonjak
karena kekenyangan berloncatan tiada hentinya, jalan
darahnya mengalir lancar mendebur seperti ombak samudera,
walaupun ia sendiri tidak tahu bagaimana jantungnya bisa
berdetak sebegitu cepat, tapi persoalan yang dihadapi
sekarang sebetulnya sulit untuk dijawab, bagaimana mungkin
ia memberi jawaban suka kepada salah seorang diantara
mereka bertiga. Bicara terus terang, kalau dirinya diteruskan memilih satu
diantara bertiga gadis rupawan ini, semua rata-rata setali tiga
uang sama-sama mempunyai keelokan dan kelebihannya
sendiri-sendiri. Jangan kata secara berhadapan langsung begini ia harus
memberikan perbedaan jawaban, seumpama seorang diri
membatin dalam hati, iapun takkan mudah mengambil ke
putusan yang tetap. "Anak Ling... anak Ling..." terdengar panggilan cihu-sin-kun
dari kejauhan semakin mendekat. Giok Liong seperti mendapat pertolongan dewata, terlepas
dari belenggu kesukaran, cepat ia berkata:
"Nona Kiong, sin-kun tengah memanggilmu "
Ci hu-Giok Li menjadi jengkel, mulutnya cemberut, sembari
membanting kaki mulutnya mengomel gemes:
"Aku tahu Kau tak mau mengatakan itu berarti kau tidak
suka kepada aku. Baik, sudahlah " setelah berkata dengan
laku aleman melangkah mundur terus menjejakkan kaki
melejit ke tengah udara mulutnya menyahut lantang:
"Aku disini " Kepergian Kiong Ling- ling yang marah-marah ini membuat
Giok- liong menjublek ditempatnya sekian lamanya, matanya
mendelong mengantar bayangan orang lenyap di kejauhan,
seketika terasa hatinya menjadi kosong hampa dan rawan, tak
tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
Kini berkecamuk pertanyaan Kiong Ling-liog tadi, siapakah
diantara ketiga gadis rupawan yang dicintainya " persoalan ini
sungguh sangat aneh dan lucu, dirinya tak mampu memberi
jawaban. sebelum ini belum pernah terpikirkan hal ini dalam hatinya,


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang setelah ditanyakan oleh Kiong Ling- ling hal ini lantas
terkesan sangat dalam lubuk hatinya, seperti diatas kertas
putih yang berlepotan tinta hitam yang tak mungkin bisa
dihapus lagi. sekian lama ia terlongong seperti kehilangan semangat
berdiri dihembus angin malam, terlupakan olehnya tujuan
semula yang hendak memeriksa rumpun pohon pendek
didepannya sana, dari mana tadi terdengar tepukan tangan
dan bayangan orang yang mencurigakan.
"siau-hiap, apakah baik-baik saja sejak berpisah ?"
entah sejak kapan disampingnya sudah berjajar empat
orang tua yang bertubuh tinggi kekar. Giok liong tersentak
menjerit kaget. "siau-hiap " Dengan gelagapan Giok- liong mundur selangkah, waktu
matanya melihat ke depan, seketika ia berjingkrak kegirangan
serunya lantang: " Empat orang tua yang gagah perwira, Iwekangnya tinggi
dan lihay, kiranya adalah kalian Pak-hay-su lo "
King-thian-sin Lo Say, Wi thiau-ing Yu Pau, Ka- liong Gi
Hong dan Li Hian menyahut bersama. " Hamba berempat mendapat perintah pribadi majikan
menyusul kemari, sekaligus untuk menanyakan keselamatan
siau hiap" Tersipu-sipu Giok- liong memberi soja, ujarnya:
"Terima kasih, kalian berempat ke-Buh-ih-san..."
Tak menanti Giok- liong bicara selesai, Li Hian sudah
menimbrung : "Kita diperintah oleh majikan "
"Apakah juga karena buku catatan rahasia didasar Rawa
naga beracun itu ?" "Betul." sahut Li Hian sungguh-sungguh.
Diam-diam Giok-Iiong menjadi mengeluh dalam hati. sebab
Iwekang Pakhay-su-lo ini benar-benar sangat tinggi,
latihannya sudah sempurna, jangankan empat orang
bergabung, satu lawan satu saja paling-paling dirinya hanya
lebih unggul sedikit. Umpama tidak membicarakan kepandaian silat, hanya budi
yang ditanam Li Hian terhadap dirinya saja sukar untuk dapat
membalasnya. Dan yang lebih celaka adalah majikan Ping
goan di laut utara itu juga memberi hati dan sangat prihatin
terhadap dirinya, beruntun mengirim undangan, memberi
hadiah Ciam liam lui-siau hwi-soat-ling serta menyembuhkan
racun Lu hwe-bo-cing, betapa banyak dirinya berhutang budi.
Teringat pula akan kata-kata Kim-Iing-cu yang mengatakan
bahwa dirinya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan
Ping- goan di laut utara itu, sekarang demi pusaka itu su-lo
telah diutus kemari, sudah tentu mereka bertekad untuk dapat
merebut pusaka itu, kalau dirinya.... Bukankah dirinya sendiri
juga bertekad untuk mendapatkan pusaka itu, bagaimana
baiknya" Tanpa merasa Giok liong tertawa kecut, ujarnya.
"Majikan Pak-hay kalian kiranya juga senang akan
keributan, sedemikian jauh menyuruh kalian meluruk kemari."
King-thian-sin Lu say berkata: "Bukan itu saja, sebelum berangkat kita ada dipesan wanti
wanti betapa pun dengan cara apa saja harus mendapatkan
barang pusaka didasar Rawa naga beracun."
Giok Liong semakin was- was, tanyanya:
"Jikalau sukar memperolehnya bagaimana ?"
Kata Wi-thian-eng YU PaU dengan serius:
"Majikan ada pesan seumpama harus berkorban juga harus
berhasil merebutnya, dapatlah dibayangkan betapa teguh
keputusannya ini " Keruan ,Giok- liong semakin kwatir dan cemas, mulutnya
hanya mengiakan saja. Sekarang Li Hian membuka kata mengalihkan pokok
pembicaraan: "Sungguh tak kira ternyata siau hiap sudah lebih dulu tiba
diBu-ih san " Giok-liong menjadi heran, tanyanya :
"Majikan Pak-hay tahu kalau kau hendak kemari ?"
Li Hian menggeleng kepala, sahutnya :
"Majikan terima laporan bahwa katanya siau- hiap sudah
beranjak menuju ke utara menepati janji ke Pak-hay, maka
beliau segera mengeluarkan perintah sepanjang jalan ini
supaya melayani dan menjemput siau- hiap. Maka cepat sekali
beliaupun tahu kalau ditengah jalan siau-hiap putar balik
menuju ke Bu-ih-san sini " Giok- liong bersoja lagi, ujarnya: "Majikan kalian terlalu prihatin terhadap aku "
Lahirnya ia berlaku tenang dan angkat bicara, hakikatnya
hatinya semakin was-was dan cemas berpikir keras, Dengan
kepintaran dan kecerdikan otak Giok Liong, sesaat ini rasanya
menjadi bebal dan tak terpikirkan olehnya cara bagaimana ia
harus menerangkan kepada Pak hay-su-Io bahwa ia
sendiripun sudah bertekad hendak merebut pusaka yang
tersimpan di dasar Rawa naga beracun itu.
Pak-hay-su-lo merupakan tokoh kelas wahid yang banyak
pengalaman dalam dunia persilatan sikap Giok liong yang
tidak tenang dan dirundung kecemasan itu siang-siang sudah
dapat diketahui oleh mereka, maka segera Li Kian berkata
sambil tersenyum. "siau-hiap, harap maaf kalau aku terlalu banyak mulut,
naga-naganya kaupunya persoalan yang mengganjal lubuk
hatimu ?" Giok Liong menjadi jengah, sahutnya tersekat:
"Ah Tidak Tidak ada persoalan apa-apa."
Li Hian mengerutkan kening, ujarnya:
"Tidak itulah baik Kalau ada silahkan katakan saja kita
berempat pasti membantu sekuat tenaga dengan kemampuan
kita berempat." Giok liong berpikir: "soal sulit ini kukira kalianpun takkan
dapat menyelesaikan sebab menurut perkiraannya, betapapun
mereka tidak mungkin membantu kepentingan dirinya
sehingga berani mengingkari perintah majikannya," Maka
dengan tersenyum kecut ia berkata: "sebelumnya kuucapkan banyak terima kasih "
lalu ia mendengar melihat cuaca, sambungnya:
"Hari sudah hampir pagi, silahkan kalian pergi ke Tok-liongtam
dulu " segera King-thian-sin menjura, ia tanya :
" untuk memperebutkan pusaka dalam dasar Tokiliong-tam
itu, kami harap siau-hiap suka memberi muka dan mengalah."
Giok Liong tergagap dan mengiakan seadanya, Keadaannya
sungguh serba sulit, tak bisa ia memberikan jawaban yang
pasti, cara yang terbaik adalah melihat situasi dan bertindak
menurut keadaan nanti. Kata Pak-hay-su-Io bersama : " Hamba berempat mendengar siau hiap sudah memasuki
pegunungan Bu- ih, maka sejak tadi kita menanti disini, Kami
kwatir mungkin siau-hiap juga bertekad mendapatkan pusaka
itu maka perlu memberi penjelasan supaya tidak salah
paham." sebetulnya inilah kesempatan terbaik untuk Giok Liong
menuturkan maksud tujuannya yang sebenarnya. tapi sebelum
duduk perkara di Tok-liong-tam menjadi jelas lebih baik tetap
bungkam saja, maka dengan hambar ia berkata :
"Boleh kita bicara pada waktunya saja, kukira diantara kita
jika ada persoalan toh gampang dirundingkan."
"Ya, siau-hiap silakan " ujar pak-hay-su-Io berbareng.
"Maaf aku yang rendah mendahului " tanpa banyak kata
lagi ,Giok-liong langsung melejit menuju puncak di sebelah
depan, dimana tadi para gembong iblis tadi menuju.
Mendadak tergerak hatinya, secepat itu otaknya berputar,
batinnya, kenapa tidak begitu saja, Maka cepat-cepat ia
menghentikan larinya terus melompat balik,
Kebetulan Pak-hay su-lo serempak tengah melejit maju
sudah puluhan tombak jauhnya. Maka Giok- liong lanras
berteriak: "Para sahabat tua, harap tunggu sebentar"
Pak hay-su-lo bersama menghentikan luncuran tubuhnya,
terus melenting balik, tanyanya: "siau-hiap ada urusan apa ?"
"Para jagoan yang meluruk ke Bu ih san malam itu
termasuk Ci hu-sin-kun yang paling digjaya, maka harap kalian
berempat berlaku hati hati " Ucapan Giok- liong ini bermaksud memancing pandangan
pak-hay su-lo terhadap Ci hu sin- kun.
Pak-hay-su-Io menunjukkan sikap prihatin, katanya
bersama: "Memang dia merupakan tokoh yang paling sukar dilayani,
tapi kita berempat tidak perlu gentar menghadapi ci-hu sinkun
itu." Giok liong rada lega, katanya: "Tapi kukira kalian perlu waspada."
"Terima kaiih atas perhatian siau hiap " sahut Pak hay sulo.
"Silakan " lenyap suaranya tubuh Giok Liong lantas
meluncur laksana anak panah melesat.
Pak hay su-lo juga ikut mengembangkan ilmu ringan
tubuhnya terus berlari kencang langsung menuju ke TOkliong-
tam. Dalam pada itu, sekejap saja Giok-liong sudah terbang jauh
sekali, masih tubuhnya terapung ditengah ndara, lapat-lapat
kupingnya sudah mendengar suara gaduh dari percakapan
orang banyak yang berkumpul menjadi satu, tahu dia bahwa
para gembong-gembong iblis itu sudah saling berhadapan dan
tengah berdebat dengan seru. Waktu Giok Liong meluncur turun dan menghinggapkan
kaki di tanah, terasa hawa dingin lantas merangsang
badannya terlihat sebidang rawa yang permukaan airnya
kemilau ditimpa sinar sang putri malam, letak TOk liong-tam
ini memang benar-benar sangat berbahaya, luas rawa tidak
lebih puluhan tombaki airnya berwarna biru kelam,
sekelilingnya dipagari lamping gunung yang curam serta licin
tak gampang kaki berpijak disana karena seluruhnya sudah
lumutan. Dari kejauhan sudah terasa hawa dingin menembus tulang
menghembus dari permukaan Rawa naga beracun ini, betulTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ betuI merupakan tempat yang penuh mengandung mara
bahaya. sekitar pinggir Rawa berkelompok para kawanan iblis,
masing-masing tengah saling bersitegang leher mendebat dan
menarik kawan untuk memperkuat kelompok masing-masing.
Pandangan mata ci-hu-sin-kun laksana bara api tengah
menatap permukaan air yang tenang tak bergeraki
dibelakangnya berdiri ci-hu-Ji lo, sikap mereka serius dan
prihatin agaknya tengah menghimpun tenaga untuk berjaga
menghadapi seggla kemungkinan. Kiong Ling-ling sendiri juga
tidak ketinggalan menahan napas mengawasi permukaan air.
Lambat laun suasana menjadi tenang dan sunyi, perhatian
seluruh hadirin mulai tertuju ke permukaan air rawa.
Giok liong hinggap diatas sebuah dahan pohon tua yang
rimbun di sebelah kanan sana, tanpa mengeluarkan suara
sedikitpun, agaknya tiada seorangpun diantara hadirin yang
mengetahui kehadirannya itu. Tatkala itu permukaan air rawa yang berputar tenang itu
mendadak bergelombang keras mengeluarkan suara seperti
mendidih kemana-mana. "Hah" "sudah keluar... ke.." Hadirin menjadi gempar dan berseru kejut, serempak
memburu maju lebih dekat ke pinggir rawa, tiap bergerak
untuk menubruk. (Bersambung keJilid 29) Jilid 29 sekonyong-konyong seekor burung air yang besar berpekik
kejut dari rumpun alang-alang di pinggir rawa sebelah sana
terus terbang ketakutan. Semua hadirin menjadi menghela napas panjang, mereka
menjadi geli dan mengelus dada. Melihat sikap dan tindak dan tanduk orang-orang itu, Giok
Liong menerka dalam hati, tentu ada orang yang sudah terjun
ke dalam air, kalau tidak masa mereka berlaku begitu gugup
dan tegang. Memang tepat dugaannya, diantara para gembong
gembong iblis itu tampil, keluar seorang laki laki pertengahan
umur berpakaian ala sastrawan umumnya, jubah biru yang
panjang melambai tertiup angin, sembari tersenyum simpul
mulutnya komat-kamit seperti menggumam seorang diri,
suaranya keras: "Suhu air rawa ini sungguh luar biasa, rawa ini merupakan
tempat paling berbahaya dari segala danau laut atau sungai
yang pernah kulihat. Mengandal kepandaian renang Siangkang-
siang-hiong (dua orang gagah dari sungai naga),
kukwatir mereka bakal menemui ajalnya di sini."
Nada bicaranya wajar dan sikapnya acuh tak acuh, terang
bahwa dia sendiri punya pegangan akan kepandaiannya.
"Pek-tocu." terdengar Cukong istana beracun ibun Hoat
membuka kata, "Tuan sebagai majikan dari Ham kang-it-to, ilmu renangmu
tentu mempunyai keistimewaan tersendiri, apa kau ada
maksud mencobanya ?" Laki laki pertengahan umur yang bicara tadi bukan lain
adalah majikan Ham kang-it-to Pek su-in, sembari gelak tawa
ia berkata lantang : "Aku belajar ilmu renang selama empat puluh tahun, Ham
kang merupakan aliran terdingin di seluruh jagad ini, suhu
bekunya kukira tidak lebih rendah dari rawa ini, bukan aku
orang she Pek suka mengagulkan diri, Hehehehe, hanya mata
air semacam ini belum dapat mempersukar diriku "
Tergerak hati Giok- liong, pikirnya: 'Jikalau pusaka rahasia
itu terjatuh di tangannya, tidak sukar aku dapat merebutnya,'
Muka Cukong istana beracun ibun Hoat yang tepos dan
kering itu menyeringai dingin, katanya
"Kalau begitu, kenapa tidak kau tunjukkan kemampuanmu
itu." Ham kang-it-ho Pek su-in semakin takabur karena dieluelukan,
katanya lantang:

Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tak perlu aku malu sungkan dan pura pura, Kalau aku
berani kemari sudah tentu akan kucoba terjun kedalam rawa
nanti tapi..." ia menghentikan kata-katanya sembari tersenyum penuh
arti. Hadirin yang tengah pasang kuping mendengar perca
kapan ini dengan cermat, melihat ia mendadak menghentikan
kata-katanya, seketika banyak yang menjadi ribut dan
menimbrung: "Akan tetapi apa" Kenapa kau tidak segera coba turun ke
air?" sepasang mata ibun Hoat yang bersinar tajam menerawang
ke meluruh hadirin, mulutnya lantas berteriak:
"Ya. kenapa Peksto-cu tidak segera mencobanya."
Ham- kang it-to Pek su-in tertawa dingin, katanya sambil
melebarkan tangan: " Kalian bersitegang leher begini, siapa yang berani terjun
menempuh bahaya." "Terjun menempuh bahaya?"
"Coba pikirkan, suhu dingin air rawa ini dapat membekukan
darah, mengeraskan tulang menghancurkan nadi, bagi orang
yang berani terjun meski betapapun kuat pertahanannya,
setelah keluar dari air tentu akan kehilangan hawa murni dan
kehabisan tenaga, bocah umur tiga tahunpun gampang saja
dapat mencabut jiwanya, apalagi....Hahaha Pek su in bukan
seorang goblok masa harus melakukan pekerjaan orang bodoh
Hahaha... .." gelak tawanya kumandang mengguntur menggetarkan
alam sekitarnya. "Eh" Cukong istana beracun mulutnya mendesir alisnya
berkerut dalam, tiba-tiba dengan langkah enteng ia maju
beberapa langkah mendekati Ham-kang in ho Pek su in,
katanya perlahan: "Pek-tocu Aku ingin merundingkan sesuatu dengan kau"
Ham-kang-it-ho tertawa nyengir serba misterius, ujarnya:
"Ada urusan?" "Ibun Hoat jangan kau mengacau" Belum lagi ibun Hoat
menjawab, Ci-hu-sin-kun Kiong-ki sudah melesat di belakang
Ham-kang-it-ho Pek su-in sembari menggeleng keras,
katanya: "Pek-tocu kalau kau benar-benar mampu terjun ke dalam
rawa ini..." belum habis ia bicara, mendadak putaran air rawa menjadi
semakin keras dan bergelombang mengeluarkan suara
gemuruh, seketika perhatian seluruh hadirin tertuju ke arah
rawa lagi. sekian lama air rawa bergolak seperti mendidih, mendadak
tergulung keluar dua sosok tubuh manusia
"Sudah keluar" "Liong-kang-siang-hiong sudah keluar."
Giok ling yang berada dipuncakpohon melihat paling tegas,
apa yang dipanggil Liong-kang-siang-hiong tidak lebih
hanyalah dua sosok mayat yang sudah kaku, masing-masing
berwarna putih dan merah, pakaian renang mereka masih
melekat di- atas badannya. Mengikuti gelombang air rawa kedua sosok mayat itupun
berputar-putar cepat seperti kitiran, "blup", tiba-tiba tersedot
teng gelam pula kedalam air terus menghilang. seluruh hadirin
mengawasi dengan mata terbuka lebar, napaspun ditahan
saking tegang. Ham kang-it-ho su-in tertawa tawar, ujarnya :
"Bagaimana dugaanku tadi ?"
Berkatalah Ci-hu-sin-kun deagan semangat menyala :
"Ada Lohu disini, Pek Tocu silakan kau terjun saja, setelah
naik kedaratan nanti, biar Lohu membantumu menghadapi
mereka." seketika bersinar biru kelam sepasang biji mata Cukong
istana beracun ibun Hoat, pandangannya mengandung
kebencian dan nafsu membunuh yang tebal, mulutnya
menyeringai dingin. sebetulnya Cukong istana beracun ibun Hoat bukan takut
seratus persen menghadapi Ci-hu-siu-knn, dalam hal adu
Lwekang sedikit banyak cukup untuk bertahan sekian lama,
justru karena perhitungan yang dianggapnya sempurna maka
sejauh ini ia berlaku sabar dan mengalah saja, hakikatnya
yang diincar adalah buku rahasia dalam rawa itu, sebelum
duduk perkaranya dibikin jelas, tak sudi ia paling bentrok
dengan orang sehingga menghabiskan tetaga sendiri, yang
penting harus menghimpun tenaga untuk bergerak pada
babak terakhir merebut pusaka itu. ci-hu-sin-kun tidak memandang sebelah mata kepada
seluruh gembong-gembong iblis yang hadir, maka tiada
sesuatu yang dikwatirkan dengan bengis ia menghardik :
"Ibun Hoat Apa yang kau tertawakan ?"
Acuh tak acuh ibun Hoat berkata : "Lwe-kang sin-kun meski lihay dan menjagoi didalam dunia
persilatan, tapi jangan lupa dua kepelan sukar menghadapi
empat tangan, orang gagah paling gentar menghadapi
keroyokan orang banyak." demikian sindirnya.
Ci-hu-sin-kun menjengek dengan berang:
"Bila hendak main keroyok untuk mencapai kemenangan,
Huh, Lohu tidak akan mundur setapakpun."
ibun Hoat menggoyangkan tangan kecil yang kurus kering
katanya : "Bukan hanya aliran Tok-liong saja. Coba kau buka matamu
lebar-lebar." tangannya menunjuk keseluruh gelanggang lalu tambahnya
lagi: "Mentang-mentang kau tidak pandang sebelah mata
kepada para kawan kangouw ini, apa kau tidak kwatir
menimbulkan angkara murka mereka, ketahuilah orang yang
sudah gugup dapat melompati belandar, anjing yang kepepet
dapat melompati dinding, sampai kelinci yang terdesakpun
bisa menggigit orang, Hehehehehe"
ibun Hoat tua-tua keladi, mulutnya tajam dan licik lagi,
banyak tipu dayanya dengan kata-kata sindiran ini hakikatnya
ia mengobarkan kemarahan hadirin untuk memusuhi Ci-hu
sin-kun. sepihak ia mendesak orang banyak untuk menekan Ci-husin-
kun, lain pihak mengadu domba mereka kepada Cihu-sinkun
menanamkan rasa dendam dan sakit hati.
Betul juga ada berapa banyak gembong-gembong iblis
diantara para hadirin lantas mendelik dengan pandangan
berapi api mengawasi kearah Ci-hu-sin-kun, dari sikap mereka
yang garang ini jelas kelihatan mereka berani berlaku nekad
untuk mengadu jiwa. Melihat hasutannya yang licik ini membawa hasil akan
reaksi yang nyata ini, Cukong istana beracun semakin takabur,
mulutnya lagi-lagi menggumam "Kalau kau Ci-hu-sin-kun sendiri yang terjun ke air dan
berhasil mengambil pusaka itu mungkin orang lain tak berani
sembarangan bergerak tapi..." saking menahan gusar muka Ci-hu-sin kun sudah
berselubung hawa ungu yang tebal, mulutnya mendesis berat:
"Tapi apa?" "Tapi, hehehe orang yang mampu terjun kedalam rawa
bukan kau Ci-hu-sin kun" " Kata- kata Lohu seumpama perintah saja, selalu kutepati
betapa juga akan kulindungi orang yang terjun kedalam air."
"Kalau begitu kenapa kau tidak melindungi Liong-kangsiang-
hiong?" sungguh sangat kebetulan, belum lagi lenyap suaranya,
tampak tubuh Liong-kang-siang-hiong terpental mumbul dari
permukaan air karena tergulung cepat oleh pusaran air yang
dahsyat "Plung " kedua mayat tadi tersembul ke luar dari
permukaan air itu kecemplung lagi terus tenggelam, air
muncrat kemana-mana pemandangan ini sungguh sangat
menggiriskan dan mengerikan. Cihu-sinkun menjadi murka, dengan berjingkrak sambil
melangkah maju: "Ibun hoat, kalau kau tidak terima, boleh silakan rasakan
kemplangan Lohu " Dasar wataknya memang berangasan dan keras, seiring
dengan lenyap suaranya, langsung tubuhnya menubruk maju
berubah segulung kabut abu-abu terus merangsang ke arah
ibun Hoat. Asap biru bergulung mengembang terbang kesamping
setombak lebih, gesit sekali Cukong istana beracun melejit
menyingkir dari rangsekan yang dahsyat ini.
"Byar" tenaga pukulan Ci-hu-sin kun masih terus menerpa
kedepan berubah segulung angin puyuh yang dahsyat
menerjang ke permukaan air rawa yang berputar kencang itu,
air lantas muncrat dan berombak tinggi laksana tonggak perak
mengeluarkan suara gaduh yang mendebarkan hati.
"Plak,plak" Kebetulan kedua mayat Liong-kang-siang-hiong
terbawa arus tonggak air yang muncrat itu sehingga terpental
jauh dan terdampar diatas pasir kuning. Kelihatan seluruh
tubuhnya sudah berobah hitam legam, kaki tangannya kaku,
keadaan sungguh sangat menyedihkan.
Melihat pukulannya tidak mengenai sasarannya, Cihu-sinkun
semakin murka. sebaliknya Cukong istana beracun ibun Hoat semakin
takabur dan bergelak tawa sepuasnya, serunya:
"Coba lihat saudara-saudara bukti pernyataan tadi yang
hendak melindungi siapa saja yang berani terjun kedalam air,
siapa saja yang tidak takut akan Ci-hu sin kuog-ciang, silakan
dengar dan patuhilah petunjuknya tadi"
seluruh hadirin menjadi gempar, berkobar hawa amarah
mereka, seketika yang berdarah panas lantas mencaci maki :
"Tujuan yang keji sekali "
"Tindakan yang ganas licik sekali "
sampai matipun tak diampuni, keterlaluan... begitulah dari
sana sini terdengar umpat caci saling bersahutan serta saling
lomba. semua mencerca dan menista Ci hu-sin- kun.
sebagian besar adalah hasil dari adu domba Cukong istana
beracun ibun Hoat yang bermulut tajam, selebihnya karena
merekapun berwatak tamak mengincar buku catatan rahasia
yang tersimpan di dasar mata air rawa naga beracun ini.
Kemarahan masai sukar dibendung, begitulah menghadapi
caci maki yang ribut itu Cihu-sin- kuo semakin berang seperti
kebakaran jenggot, namun semakin marah napas memburu,
mulutnya sukar bicara. Melihat adegan yang serba runyam bagi tuan dan ayahnya
Ci-hujulo dan Ci-hu-giok-li berubah hebat air mukanya,
masing-masing melejit maju kedua samping Ci-hu sin kun
bersiaga sembari mengerahkan tenaga dalam.
suara makin semakin riuh dan ribut seperti bergolak.
kuping sampai terasa judek. Diantara mereka yang mengudal
ludah dan pentang bacot, terutama pihak anak buah istana
beracun dan Mo khek adalah yang paling keras dan paling
kotor makiannya. Akhirnya tak tertahan lagi kemarahan Ci-hu-sin-kun,
dampratnya dengan berjingkrak: "yang tidak terima silakan tampil kedepan, seorang laki-laki
sejati kenapa mesti mengudal mulut berteriak kesetanan
macam kentut busuk" Dua sosok bayangan meluncur maju ke-tengah
gelanggang, ternyata Cukong istana beracan dan Gu-bingkhek
cu Li Pek- yang tampil bersama maunya berbareng :
"jangan sombong kau, biar kita belajar kenal dan mengukur
sampai dimana kehebatan ilmu sakti tunggal dari aliran Ci-hukalian"
"Begitupun baik" sahut Ci-hu-sin kun. Tanpa banyak kata
lagi tiba-tiba badannya melenting tinggi ketengah udara,
ditengah udara ia goyangkan kepalanya, seketika rambut
panjang yang tergelung diatas kepalanya lantas terurai
melambai, kabut abu abu menyelubungi seluruh tubuhnya,
dimana kedua tangannya bergerak dua pancaran sinar kemilau
yang menyilaukan mata lantas menyibak maju menukik
kebawah. Cukong istana beracun Ibun Hoat berdiri disebelah kiri,
telapak tangannya terkembang pelan-pelan digerakkan
membundar terus didorong kedepan. Demikianjuga Gu-bingkbek
cu yang berdiri disebelah kanan menggerakkan kedua
lengannya sedemikian rupa seperti kupu-kupu beterbangan
menandingi musuh yang menerjang tiba.
Tiga tokoh silat kelas wahid masing-masing sudah kerahkan
seluruh latihan Lwe-kangnya di kedua telapak tangan masingmasing
"Blang" letusan keras menggetarkan bumi sehingga
rumput dan batu beterbangan, begitu keras letusan ini bak
umpama guntur menggelegar, laksana angin lesus menerpa
tiba, betapa hebat danperbawa adu kekuatan ini betul-betul
sangat menakjubkan dan belum pernah terjadi selama ini di
kalangan Kang-ouw. Tengah seluruh hadirin kesima akan kedahsyatan adu
tenaga yang hebat ini, sekonyong-konyong bayangan hitam
bergerak-gerak,puluhan bayangan hitam yang mengenakan
seragam hitam dengan kedok hitam pula tahu-tahu sudah
meluncur tiba mengelilingi Tok Liong-tam, begitu lincah dan
sebat sekali terus berpencar keempat penjuru, diatas baju
depan dada masing-masing tersulam pelangi merah darah
yang menyolok mata. Melihat kedatangan para bandit-bandit dari Hiat hong-pang
ini, seketika merah membara biji mata Giok-Liong, seketika
terkilas kenangan lama dalam otaknya. Terbayang betapa keji
dan ganas sepak terjang kawanan bandit dari Hiat-hong pang
ini sehingga akhirnya dirinya memasuki lembah kematian,
kedua tangannya dikepalkan erat-erat.
Tapi dalam keadaan yang tegang dan gawat ini, tak pernah
ia turun tangan, begitu kawanan Hiat- hong-pang ini muncul,
setelah saling mengadu sebuah pukulan lagi Cukong istana
beracun Ibun Hoat lantas melejit mundur, teriaknya bengis:
"Para muridku dengar perintah, siapapun dilarang
mendekati pinggir rawa sejauh tujuh kaki, bila berani
melampaui ketentuan ini, boleh silakan bunuh dan bikin
hancur lebur " "Terima perintah." gemuruh anak buahnya menerima
perintah, seketika bayangan bergerak serabutan, seluruh anak
buah istana beracun berpencar menjaga sekeliling pinggiran
rawa, dengan membelakangi rawa menghadapi seluruh
gembong-gembong iblis yang hadir, semua bersiaga
menggerakkan tangan melancarkan pukulan, wajah mereka


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biru kelam.. Di sebelah sana Gu-bing-khekscu Li Pek yang juga tidak
mau kalah wibawa berteriak lantang:
"Para Tongcu pimpin rasul masing masing bersama dengan
para saudara dari istana beracun menjaga siapa saja yang
berani mendekati pinggir rawa tujuh kaki bunuh tanpa
kompromi." Delapan belas Tongcu beserta ratusan rasulnya masingmasing
serempak mengiakan dengan suara yang gegap
gempita, segera mereka bergerak menurut perintah yang
berlaku. Wajah tua Ci-hu-sin-kun berubah ungu gelap, badan
sampai gemetar saking menahan gusar, dengusnya sembari
menghentakkan kaki: "Terlalu menghina orang "
Melihat musuh sudah bersiaga melolos pedang menghunus
golok serta segala senjata tajam lainnya, Ci-hu giok-ti menjadi
gelisah, betapa tinggi kepandaian ayahnya kalau harus
seorang diri melawan jago-jago berani mati demikian
banyaknya, tentu akhirnya akan konyol sendiri Maka pelanpelan
ia menghampiri kesamping ayahnya, serta bisiknya
sembari narik baju ayahnya. "Yah, sekarang belum saatnya untuk mengadu kekuatan."
Mendadak sesosok bayangan hitam melesat turun
dihadapan mereka, kiranya Hiat-hong-pangcu yang berkedok
itu telah berkatanya lirih: "Sin kun Tak perlu menggunakan kekerasan terhadap
mereka, urus saja mereka yang berani terjun ke dalam rawa
lebih penting " Dalam keadaan gawat dan terdesak begini, memang Ci-hu
sin-kun perlu bala bantuan tenaga dan pikiran orang lain,
melihat Hiat-hong pangcu berpihak kepada dirinya betapa
girang hatinya, alis tebalnya berjengkit, sahutnya :
"Tepat sekali ucapan Pangcu "
Hiat hong pangcu berkata lagi : "silahkan sin-kun pegang tampuk pimpinan dalam
gelanggang, anak buahku biar berjaga diluar lingkaran, asal
ada orang berani terjun ke air, setelah berhasil para gembong
iblis dari istana beracun dan Mo khek biar dihadapi anak
buahku, sin kun dan aku melindungi orang yang naik kedarat
itu, bukankah cara itu sangat aman, kalau tidak bakal
memperoleh pusaka terbenam itu, buat apa kita membuat
onar dan penghabisan tenaga, kan sia sia belaka."
Berseri girang wajah Ci hu-sin-kun, ujarnya:
"Akal yang cukup cerdik" matanya lantas melirik ke arah Ham-kang-it-ho, tiba-tiba
entah dengan gerakan apa tubuhnya berkelebat cepat sekali
melayang laksana bayangan setan melejit tiba disamping
Ham- kang it-ho Pek su-in, telapak tangannya segede kipas
terus mencengkeram telak sekali pundak orang telah
digenggamnya. Tindakan Ci-hu-sin kun ini dilakukan secara tiba-tiba,
sebelum Ham-kang-it-ho Pek su-in sempat berteriak tahu-tahu
pundaknya sudah kesakitan, sepuasnya ia berusaha meronta
tapi sia sia, maka dengan pandangan sayu ia berkata:
"sin-kun Kau..." suara Ci- hu-sin- kun keras lantang.
"Tocu tak perlu ragu Lohu melindungi kau terjun ke air."
sesaat Ham kang.it-ho menjadi terlongo, sahutnya tersekat
"Tapi.... kalau mendarat..."
" Kalau Lohu sudah berani menanggung kau terjun ke air,
tentu melindungimu naik ke darat"
Hiat-hong pangcu juga menghampiri, katanja dengan
tekanan berat: "Pek-tocu, silakan berlega hati kau terjun ke air, urusan
naik ke daratan biar sin-kun dan aku yang mengurusnya . "
Disebelah sana Cukong istana beracun dan Tu-bing-khek-cu
mendadak tertawa tawa dingin tak bersuara.
Ham- kang it-ho Pek su in ragu-ragu, ujarnya mendelong:
"Setelah aku mendarat, tentu kehabisan tenaga, saat
mana...." Ci hu-sin kun menjadi tak sabaran, katanya:
"Masa kau tidak percaya pada Lohu..."
lalu ia melangkah lebar ke pinggir Rawa, mulutnya tetap
mengoceh: "Lohu membuka jalan" sebelah tangannya dikembangkan ke-depan, sedang
tangan yang lain melindungi dada, setiap saat siap lancarkan
serangan hebat. Para anak buah istana beracun dan Mo khek yang menjaga
dipinggir rawa serentak merubung maju ke arah sini, meski
mereka takut dan gentar, betapa juga perintah harus
dilaksanakan. untung sebelum mereka bertindak Cukong
istana beracun Ibun Hoat sudah menjebirkan bibir
memdengus memberi isyarat sembari menggoyangkan kedua
tangannya. Gu bing khek-cu Li Pek- yang berkilat matanya, setelah
tangannya diangkat tinggi menyetop aksi bawahannya.
Dua pentolan iblis ini bersama memberi tanda kepada anak
buahnya supaya menyingkir kesamping membiarkan ci hu-sinkun
mengapit Ham kang it-ho diikuti Hiat-hong-pangcu
beranjak ke pinggir rawa. Begitu tiba dipinggir air, mereka bertiga dengan natiap
memandang air yang berputar cepat seperti kitiran
menimbulkan pusaran angin dingin yang menembus tulang,
seketika mereka bergidik, "Pek-tocu" suara Ci-hu-sin-kun berat dan serius.
Air muka Ham-kang-it-ho Pek su-in membeku, pelan-pelan
ia jongkok mengulur tangan menyentuh air, lantas cepat-cepat
ditariknya kembali, air mukanya kontan berubah
hebat,desisnya: "Dingin Dingin Dingin sekali"
Tanya Hiat-hong pangcu: "Bagaimana kalau dibanding Ham- kang kalian"
Ham-kang-it ho Pek su-in menggelengkan kepalanya
sembari melelerkan lidah, katanya: " Kecepatan putaran air inijauh lebih keras, suhu dinginnya
jauh lebih membekukan tulang..."
"Bagaimana?" tanya Ci-hu sin kun.
"Mungkin aku yang rendah juga tidak akan kuat bertahan
dinginnya, tak kuasa mengendalikan diri dari pusaran air yang
kuat itu " Hiat hong pangcu menjengek dingin: "Pek tocu di seluruh Bulim pada jaman ini ilmu renang
dibawah air kecuali kau seorang tiada keduanya lagi, kenapa
kau begitu merendah diri" Waktu itu, beratus pasang mata seluruhnya terpancar
tajam menatap kearah Ham-kang it-ho.
Ci hu sin kunjuga tertawa kering ujarnya:
"Betul Pek-tocu silakan" tangannya diulur menyilakan, naga-naganya kalau dirinya
tidak mau menurut bakal didesaknya terjun ke air.
Ham kong it ho berpaling ke belakang dilihatnya Ci huji lo
sudah menutup jalan mundurnya, di paling belakang adalah
dua belas anak buah Hiat hongpang yang mengelilingi, terang
dirinya sudah terkepung begitu rapat untuk mundurpun tak
mungkin Dan di kedua sampingnya masing-masing berdiri Ci hu sin
kun dan Hiat hong pang-cu, jarak mereke tidak lebih hanya
dua kaki, Keadaan dirinya boleh dikata seumpama naik ke
punggung harimau kalau turun takut dicaplok tidak tiada
tempat untuk pegangan kecuali terjun kedalam air tiada jalan
lain dapat ditempuhnya. Darah menjadi bergolak dan jantung berdebar keras,
kerongkongan terasa kering dan suara menjadi sember,
terpaksa akhirnya ia menyahut: "Baiklah biar kucoba " Lalu ia menjahitkan lengan bajunya melepas kan jubah biru
panjang, maka terlihatlah pakaian dalamnya yang ketat warna
biru berminyak, itulah pakaian peranti berenang dalam air,
dari dalam kantongnya dikeluarkan pelan sebuah topi yang
terbuat dari kulit ikan berbentuk seperti kepala kera terus
dikenakan diatas kepalanya, panjang topi ini sampai ringkas
menutupi leher, setelah diikat dengan kencang hanya
terlihatlah sepasang matanya. setelah semuanya dipersiapkan Ham- kang- it-ho tidak
lantas turun ke air, mulutnya tiba-tiba mengeluarkan gerungan
panjang, seperti lenguh kerbau kelaparan kakinya ditekuk
terus duduk bersila, menghimpun semangat menenangkan
pikiran, mulai semadi. Tak lama kemudian kelihatan diatas kepalanya
mengepulkan uap putih yang panas, uap itu bergulung dan
tersendut-sendut diatas kepalanya sebesar mang kok seperti
kabut tebal yang mengepul keluar dari bara api yang
menganga. Tak lama kemudian uap putih ini semakin melebar dan
membesar seperti baskom membumbung ke atas kita- kira
lima kaki tingginya, seluruh hadirin menahan napas, seluruh
perhatian mereka tertuju kearah Ham-kang-it-ho yang tengah
semadi itu, setupun tiada yang bersuara.
ci-hu sin-kun tahu bahwa orang tengah menghimpun hawa
murni memusatkan suhu badannya ke dalam pusarnya,
Lwekangnya-pun tak ketinggalan dikerahkan untuk melindungi
badan untuk menahan suhu dingin air rawa yang
membekukan itu. Maka iapun tak bersuara supaya tidak
mengganggu. Di tempat sembunyinya diam-diam Giok- liong membatin:
'Naga-naganya Ham-kang-it-ho memang benar benar hendak
terjun ke dalam air, aku harus hati-hati dan waspada, aku
harus sigap bertindak sesaat waktu orang muncul dari air
merebut pusaka itu, kalau terlambat begitu sampai terjatuh ke
tangan Ci-hu sin kun, urusan selanjutnya tentu sukar diatasi.'
Karena pertimbangan ini, diam-diam Giok lioogpun
menghimpun semangat dan memusatkan seluruh
perhatiannya, sekejappun matanya tidak berkedip.
sebentar lagi, sekonyong-konyong dengan gaya Peng-receng
hun badan Ham- kang it-ho Pek Su-in mencelat mumbul
keatas, sepasang biji matinya bersinar tajam mengawasi
permukaan air rawa yang masih berputar kencang itu,
mulutnya mendesis: "Hmm saudara-saudara nantikan dengan sabar, biar aku
yang rendah turun ke air sebentar."
tanpa menunggu penyahutan orang banyak, dengan
gayajiang-liong-jip-hay (ular naga menukik kelaut), "Blang "
kepalanya meluncur dan selulup dulu kedalam air, laksana
anak panah seperti ikan besar terus selulup ke dalam rawa.
Kepandaian renang Ham-king-it-bo memang bukan olaholah
pintarnya, waktu tubuhnya meluncur amblas ke dalam air
sedikitpun air tidak muncrat, airpun tidak bergelombang hanya
terlihatlah riak gelombang yang melebar menjadi bundaran
besar dan terus menghilang. seluruh hadirin menjadi melongo, mata mereka terbelalak
mengawasi permukaan air. Agak lama kemudian baru mereka
berseru memuji bertepuk tangan tanpa berjanji, suara nya
keras dan gegap gempita. Ci hu-sin kun juga berseri tawa dengan senang dan
bangga, katanya kepada Hiat-hong pangcu:
"Pangcu, harap perintahkan kepada anak buahmu, boleh
silakan mereka istirahat sebentar."
Hiat hong-pangcu membalas dengan tertawa riang, katanya
pelan-pelan: "Tidak perlu, anak buahku sudah gemblengan semua tak
perlu istirahat " Kata-katanya ini mengandung arti yang tajam, tak lain
untuk menyindir kepada anak buah dan kamrat-kamrat istana
beracun serta Mo khek. Cukong istana beracun dan Gu bing-khekscu tengah
berdampingan dan berbisik-bisik, entah apa yang tengah
mereka rundingkan. sekonyong-konyong permukaan air bergolak lagi, seluruh
hadirin menjadi gempar semua meluruk semakin dekat ke
pinggir rawa. Terlihat tubuh Ham- kang it ho Pek su-in tiba-tiba melesat
keluar setinggi dua tombak dengan luncuran miring menuju ke
pinggir rawa, tapi mungkin karena kehabisan tenaga sehingga
luncuran tubuhnya di tengah jalan menjadi lamban dan
merandek terus meluncur hampir kecemplung ke air lagi.
Giok-liong tersentak kaget, baru saja ia hendak menerobos
keluar dari tempat sembunyinya tapi sekilas itu dilihatnya
kedua tangan Ham- kang it-ho kosong melompong tak
membawa apa-apa, Lwekangnya juga sudah susut sebagian
besar, besar dugaannya bahwa iapun tak berhasil, karena tak
kuat bertahan dari dinginnya suhu beku air rawa maka lantas
meronta keluar. Maka urung ia melesat keluar tetap sembunyi
lagi menonton dari tempat sembunyi.
Cihu-sin kun yang berdiri dipinggir rawa berjarak paling
dekat, sigap sekali tubuhnya melejit tinggi dengan gaya Liu-in
jut-siu tangannya diulur terus meraih tubuh Ham kang it-ho
terus jumpalitan kembali ke daratan.
Keadaan yang kalut dan geger dari para hadirin dan
merubung maju itu kini menjadi tenang kembali setelah
melihat keadaan ganjil dari tubuh Ham kang- it-ho, tahu
mereka bahwa Pek su-in belum berhasil mengambil buku
catatan rahasia itu, maka seketika suara ribut sirap semua
menonton lagi dengan penuh kesabaran.
Keadaan Hamkang-it ho lemas lunglai dipanggul oleh Ci husin-
kun terus direbahkan diatas tanah, kelihatan sepasang
mata-nya yang berkilat tajam tadi kini sudah guram dan kuyu,
pelan-pelan dengan susah payah ia angkat sebelah
tangannya, seluruh tubuhnya gemetar. Hiat-hong-pangcu memburu maju ikut memayang tubuh
orang, katanya: "Pek tocu, bagaimana keadaan didalam rawa tadi"
Pucat dan membiru muka Ham kang- it-ho saking
kedinginan giginya berkerutuk tak mampu mengeluarkan
suara. Cepat-cepat Ci-hu sin kun mengulur tangan kanannya
memegang tangan kiri Pek su-in, telapak tangan mereka
berhadapan, katanya:

Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pangcu, papah dia berduduk. biar aku mengerahkan hawa
murni membantunya menghilangkan rasa dinginnya."
lalu ia kerahkan lwekangnya disalurkan melalui telapak
tangannya. Kira-kira setengah jam kemudian, wajah pucat seperti
kertas Ham kang-it ho Pek su in mulai bersemu merah, masih
dengan rasa keder dan kedinginan ia berkata:
"Dingin Dingin aku sudah berbuat sekuat tenaga"
seluruh hadirin bungkam, keadaan sunyi senyap. semua
memasang mata mendengarkan. Kata Ham- kang- it-ho Pek su-iu tersendat.
"Disini air rawa ini boleh dikata merupakan nomor satu
diseluruh jagat ini, merupakan pengalaman pertama seumur
hidup aku orang she Pek." Ci-hu-sin-kun lepaskan tangan, katanya:
"Apakah kau sudah melihat pusaka yang terendam di mata
air itu?" Ham kang it ho Pek su in manggut-manggut, katanya rada
keras- "Aku orang she Pek sudah mengerahkan seluruh
kemampuan menyelam sampai ke dasar air, aku menggigit
gigi menahan dingin, kira kira seratus tombak dalamnya, aku
keterjeng sebuah gelombang pusaran air yang dingin dan
besar sekali daya sedotnya menyelubungi sebuah tongkat batu
bundar sebesar meja, begitu cepat dan keras daya
putarannya. Betapa besar daya kekuatan yang terpendam
dalam gelombang pusaran air ini sehingga aku tak kuasa
mendekat, rasa dingin sih boleh dikesampingkan"
"Tongkat batu bundar" "Ya di ujung tongkat batu bundar samar-samar terlihat
sebuah kotak mas persegi panjang satu kaki, sinar mas
kelihatan berkilau menyolok mata."
"Kenapa kotak mas itu tidak hanyut keterjang air bah,
apa..." "Sin kun, maka dinamakan mata air sebab itu merupakan
aliran gelap di dasar bumi, waktu air berputar ditengahnya
kosong tak berair dan tak berhawa, bukan saja kotak mas itu
hakekatnya tidak kena air malah tergantung disana, masa bisa
hanyut." Ci hu sin kun menjadi mengurut kening, ujarnya:
"Kembali alam memang sulit diatasi oleh manusia,
keajaiban ini benar-benar menakjupkan dan sukar
dimengerti." Hiat-hong pangcu menimbrung. "Pek-tocu kenapa kau tidak mengambil kotak mas itu?"
Para hadirin menjadi geger lagi, ada yang ikut berteriak
bertanya: "Yah, kenapa tidak kau ambil?"
Ham kang- it-ho su-in tertawa hambar, katanya kepada
Hiat-hong-pangcu. "pangcu, kau terlalu gampang menilai pekerjaan..."
Berkedip mata Hiat-hong-pangcu tanyanya:
"Kenapa?" " Kenapa" Ham- kang it-ho Pek su in menjadi uring-uringan
mukanya mengunjuk rasa tak senang ujarnya:
"Rasa dingin di dasar rawa laksana badan dicocoki ribuan
jarum, kekuatan putaran air sedemikian dahsyatnya lagi,
betapa besar daya sedotnya sungguh sukar dilukiskan,
seumpama kau Pa ngcu Lwekangmu tinggi menjagoi seluruh
dunia tiada tandingan, mungkin juga hanya mandah melihat
tak dapat mencapainya." Merah muka Hiat- hong-pa ngcu, katanya tergagap:
"Ini... aku... aku tidak bisa berenang, mana bisa...
dibandingkan kau." Kata Ham- kang- it-ho Pek su in lebih keras:
"Bukan soal bisa renang atau tidak, soalnya karena putaran
air yang dahsyat itu cukup bisa membuat orang mati karena
badannya diputar jungkit balikkan."
ci-hu-sin-kun tersenyum getir, ujarnya :
"Kalau begitu, kotak mas itu..."
sampai disini sepasang matanya mengawasi wajah Hamkang
it-ho Pek su-in. Ham- kang- it-ho Pelc su-in menggelengkan kepala,
katanya: "Aku dapat mengukur diriku sendiri takkan mungkin dapat
menerobos ke dalam pusaran dahsyat didasar mata air itu.
aku terima kalah" Hiat- hong-pa ngcu melenggong, ujarnya:
"Tapi entah cara bagaimana orang yang meletakkan kotak
mas itu dapat menerobos masuk kedala m pusaran mata air
itu" Ci hu-sin-kun juga berkata. "Benar, apakah beliau seorang dewata?"
Giok-liong juga berpikir : "Benar, ayahkujuga berdiri dari darah daging, malah tak
bisa renang lagi, mungkin..." Tenaga Ham kang it-ho sekarang sudah pulih sebagian
besar, suaranya terdengar lebih lantang :
" orang itu tentu dibekali sinkang murni dari aliran cincong
( lurus) yang kuat bertahan dari serangan air dan api, bukan
saja latihannya sudah sempurna, kepandaiannya tentu juga
sangat lihay, gampang saja dia menerobos masuk kedalam
pusaran serta meletakkan kotak mas itu di-sana, mungkin
pekerjaan yang bagi orang lain ini dianggap sukar dan
mustahil baginya hanya seperti membalikkan tangan
gampangnya." gembong gembong iblis yang ikut hadir menjadi bergidik
dan melelerkan lidah mendengar cerita yang sulit dipercaya
ini. Demikianjuga Cihu-sin- kun yang selamanya mengagulkan
kepandaiannya saat inijuga tersumbat mulutnya tak berani
banyak komentar lagi. sebab walaupun semua hadirin dari gembong iblis ini meski
kepandaian dan Lwe-kang mereka ada yang tinggi dan
sempurna, namun tiada seorangpun yang pernah mempelajari
sinkang dari aliran lurus itu, boleh dikata mereka seluruhnya
dari perguruan sesat dan liar, maka tiada seorangpun yang
berani banyak bertingkah lagi. Tergerak hati Giok-Liong, batinnya:
" Kalau orang membekal Lwekang dari aliran lurus kuat
bertahan terjun kedasar rawa Jilo merupakan pelajaran dari Ji
bun yang lurus juga, entah apakah kuat bertahan dari
serangan dingin dan pusaran air dahsyat itu?"
karena pikirannya ini hatinya lantas tertarik dan timbullah
niatnya, pikirnya: "Naga-naganya terpaksa aku harus terjun sendiri keair,
demi pesan peninggalan ayah bundaku, meskipun harus
menemui ajal juga berharga pengorbananku."
setelah dipikirkan hatinya menjadi mantup, sembari
membetulkan pakaiannya ia siap hendak terjun kedalam air.
sekonyong-konyong dipinggir sebelah sana terjadi
keributan lagi, kiranya pada saat yang gawat ini Pekshay su lo
telah muncul bersama, begitu datang Kiong-thian-sin Lu say
lantas berdiri diatas onggokan tanah yang tinggi serta serunya
lantang: "Para sahabat Bulim sekalian, Pak hay-su-lo bersama
menyampaikan selamat bertemu kepada kalian."
setelah berkata sepasang matanya berkilat menatap ke
sekelilingnya. Muka ci-hu-sin-kun cemberut, mulutnya
menyeringai dingin. King thian-si Lu say berseru lagi: "Ketahuilah, bahwa pusaka dalam dasar rawa ini ada
pemiliknya, benda yang tersimpan disana itu bukan buku
catatan rahasia silat, pokoknya tiada bermanfaat bagi kalian,
maka janganlah kalian timbul rasa tamak hendak merebutnya,
silakan lekas pergi, tinggalkan tempat ini supaya tidak
menimbulkan banyak pertikaian diantara sesama kawan Bulim."
suaranya keras lantang laksana guntur, setiap kata
sangatjelas, terang ia kerahkan Lwekangnya untuk berkata,
tujuannya memang hendak memamerkan tenaga dalamnya
yang hebat sehingga alam sekelilingnya mendengung,
suaranya bergema diatas pegunungan.
Sudan tentu kata kata Lu say ini menimbulkan berbagai
reaksi, disana sini menjadi ribut, namun tiada seorangpun
yang berani tampil kedepan memberi jawaban.
Tak lama kemudian King-thian-sin Lo say berseru lagi lebih
keras: "Kalian sudah dengar belum ?"
Cukong istana beracun ibun Hoat terkekeh, ujarnya:
"Dengar sih sudah dengar, tapi kata-katamu tentang
pusaka itu sudah ada pemiliknya, itu apa maksudnya, apakah
benda di dasar rawa itu adalah orang pihak Ping-goan di Pakhay
sana yang meletakkan disana?" Giok- liong bersorak dalam hati, tergerak benaknya, betul
dan tepat sekali pertanyaan ini. Tak duga King-tian-sin Lu Say menjadi tak senang, ujarnya:
"Ibun Hoat, apa pedulimu tentang ini."
Tu-bing-khekscu Li Pek- yang sebera menimbrung,
"Ping-goan dilaut utara bisa turut campur urusan di Tionggoan
sini, kenapa pihak Tionggoan kita tidak boleh mengurus
urusan kita sendiri" Li Hian menjadi murka bentaknya sambil mengacungkan
kedua kepalannya, "Li Pek yang, perhitungan antara kita dulu masih belum
diselesaikan tutup mututmu, lekas cawat ekormu dan kabur
pulang ke sarang iblismu, kalau tidak hm"
Gu bing-khekscu Li Pek- yang menyeringai sahutnya:
"Kau ini pesakitanku yang ku kurung selama puluhan tahun
berani bertingkah disini, kalau Lohu tidak berbelas kasihan,
mungkin..." "Kau kentut apa." sebat sekali sosok tubuh Li Hian berkelebat tahu-tahu ia
menerjang tiba dihadapan Gu-bing-khekscu, jarak mereka
tidak lebih hanya lima kaki. Cukong istana beracun Ibun Hoat seorang bandot tua yang
licik penuh akal muslihatnya, mana sudi pihaknya cakarcakaran
lebih dulu dengan pihak Ping-goan di laut utara yang
dipelopori oleh Pak hay-su-lo bukankah melemahkan pihak
sendiri juga menguntungkan bagi Ci hu-sin- kun dan Hiathong-
pang. Maka cepat-cepat ia tampil ke depan sembari melirik ke
arah Gu bing-khek cu Li Pek- yang memberi isyarat, katanya:
"Nanti dulu Hari ini kita datang karena pusaka dalam dasar
rawa itu, pertikaian pribadi yang lain lebih baik
dikesampingkan dulu." Lalu ia memutar tubuh menjura kepada King thian-sin
serunya: " urusan terjun kedalam rawa adalah menjadi tanggung
jawab Ci husin kun kita beramai hanya sebagai penonton
belaka, harap kalian suka berunding dengan siu-kun seorang
cikal bakal yang di agungkan."
Kata-kata terakhir bernada menyindir, tujuannya adalah
hendak memutar tujuan pokok menimpahkan kesulitan kepada
orang lain, dalam hal ini adalah aliran Ci-hu dan Hiat- hongpang
lah yang di maksud. Betul juga segera King thian-sin Lu say turun dari gugusan
tanah tinggi pelan-pelan beranjak ke pinggir rawa, katanya
sembari soja kepada Ci-hu-sin kun: "Ci-hu-bun sudah menggetarkan BuIim selama puluhan
tahun, apakah sin- kun sudi menanamkan diri dalam
pertikaian malam ini?" serius wajah Ci-hu-sin-kun, katanya:
"pusaka dunia persilatan yang sudah turun temurun
merupakan tradisi bagi kaum persilatan untuk
memperebutkannya, aliran Ci-hu-bun tidak akan ketinggalan
dalam kebiasaan umum ini, dapat atau tidak memperolehnya
nanti merupakan persoalan kedua, adalah keadilan dan
kebenaran kaum persilatanlah yang harus ditegakkan dan
dilindungi." Ucapannya ini tiada juntrungannya yang menentu bukan
mendebat tapi juga tidak mengakui. Malah setelah berkata Cihu-
sin-kun lantas membalik tubuh menghadap Ham- kang- itho
Pek su in katanya: "Pek-tocu, silakan kau menyibukkan diri sekali lagi."
Ham-kang-it ho Pek su in mengunjuk rasa keberatan sesaat
mulutnya terkancing. Dari samping Hiat- hong pangcu ikut membujuk:
"Pek-tocu sesudah sampai pada tahap sekarang lantas
mengundurkan diri, bukankah sia sia belaka energi yang telah
kita buang, sayang sekali," Akhirnya Ham- kang it-ho terbujuk juga, katanya
mendehem sembari menghela napas: "Menurut kebenarannya bukan hanya membekal Lwekang
dari aliran lurus saja yang mampu terjun ke dalam air yang
disayangkan..." "Bagaimana?" tanya Ci hu-sin kun cepat-cepat.
"sayang sekali aku bukan jaka tingting, sebetulnya dengan
kepandaian renang aku orang she Pek dan ketahanan dalam
kebekuan dingin itu sekuatnya masih bisa mencapai tujuan,
sayang aku tidak membekal TOng-cu kang (latihan lwekang
seseorang yang belum pernah kawini, hawa murniku kurang
kuat, mungkin aku akan mengecewakan belaka."
Mendengar penjelasan ini ci hu-sin-kun dan Hiat hong
pangcu lantas mengunjuk seri tawa girang sebab harapan
mereka menjadi bertambah tebal akan kemampuan Hamkang-
it-ho terjun kedua kalinya ini. Desak ci-hu sin-kun Kiong Ki: "Kalau begitu, silahkan Pek-tocu mencoba sekali lagi, kalau
benar benar tidak mampu, aku orang she Kiong tidak berani
memaksa supaya Pek-tocu tidak menderita."
sudah menjadikan kodrat alam bahwa watak manusia itu
selalu lobha dan moha, kadang-kadang manusia menjadi
korban akan ketamakan sifatnya sendiri tanpa disadari, sedari
dulu kala entah sudah berapa banyak manusia yang hancur
dan konyol karena rakusnya ini. Demikianlah keadaan Ham- kang it ho Pek su-in, hatinya
tergerak dan kecantol akan bujuk manis ini, sambil manggutmanggut
ia menyahut: "Baiklah aku orang she Pek secara suka rela mendharna
baktikan tenaganya lagi." Lalu ia bersila dan mulai semadi menghimpun tenaga dan


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semangat, hawa murni di pusatkan di pusar terus
menimbulkan tenaga dalam yang mulai gairah.
Melihat dengan beberapa kata saja Ci-hu-sinkun tanpa
menghiraukan dirinya. King-thian-sin menjadi dongkol, apalagi
orang tinggal bicara saja dengan Ham kang- it-ho, tanpa
perdulikan mereka, keruan gemes dan jengkel hatinya,
dengusnya: "Siapa yang tidak tahu diri, silakan cicipi pukulan geledek
kita bersama." lalu tanpa pandang kepada orang lain ia berkata kepada
tiga saudaranya : "Para adikku, berjaga masing-masing satu jurusan, begitu
ada orang berani terjun ke air pukul saja dengan tenaga
pukulan jarak jauh." "Kami paham." sahut tiga saudara muda yang lain.
serempak mereka bergerak bersamaan masing-masing
menduduki satu kedudukan yang menguntungkan, nyata PakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ hay-su-lo sudah bertekad merintangi siaoa saja yang berani
terjun ke air, dilihat dari sikap mereka nyata takkan segansegan
mereka turun tangan sesuai dengan ancaman tadi.
Dengan kedipan mata Ci-hu-sin-kun memberi isyarat
kepada Hiat- hong-pa ng-cu, Hiat- hong-pangcu manggutmanggut,
paham akan maksudnya, pelan pelan ia angkat
sebelah tangannya memberi aba-aba kepada anak buahnya
yang berpencar di empat penjuru. Di lain pihak atas kepala Ham- kang- it-ho sudah
mengepulkan segulung uap putih yang semakin melebar dan
meninggi, Para gembong-gembong iblis yang mengelilingi
rawa naga beracun seiring dengan situasi yang meruncing
gawat ini hati masing-masing semakin tebang.
Sekonyong-konyong diketahui oleh Giok liong di sela- cela
semak gunung yang gelap di sebelah sana kelihatan rumput
dan daun-daun pohon bergerak pelan dan lirih sekali, kalau
tidak didengarkan dan diawasi secara cermat hampir tidak
diketahui. Bukan saja kejelian mata dan kuping Giok liong jauh
melebihi orang lain, apalagi dari tempat gelap melihat ke
tempat yang nyata, tempat sembunyinya diatas memandang
kebawah lagi maka ia dapat melihat sangat jelas, diam diam ia
membatin tentu ada seseorang yang menggeremet sembunyi
disana. Mendadak terdengar ci hu sin kun berteriak keras:
"Pakhay su lo, bagaimana juga biarlah Pek-tocu
mencobanya sekali lagi" King thian-sin Ln say menyahut lantang dan tegas:
"Tidak bofeh." "yang terakhir saja." "Betapapun tidak bisa" Hiat hong pangcu tampil ke depan serta timbrungnya :
"Kalau kalian sendiri tidak mampu terjun ke air mengambil
pusaka itu, kenapa merintangi orang lain, tindakan kalian
bukankah keterlaluan dan tidak punya aturan."
Ka liong gi Hong menyeringai tawa, ujarnya :
"Dari mana kau tahu kita tidak mampu selulup ke air ?"
Jawaban Gi Hong ini kontan membuat seluruh hadirin
terkejut. Tergetar jantung ci hu sin kun, seketika berubah air
mukanya. sebab salah seorang Pak-hay-su-lo yang berjuluk Ka- liong
Gi Hong justru melupakan seorang ahli bermain dalam air
sesuai dengan nama julukannya, Ka- liong (ular naga)
Lwekang dan latihan kepandaiannya nampaknya tidak
dibawah kemampuan Ham- kang- it-ho Pet su-in. Apalagi su lo
berempat sama-sama jaka ting-ting belum pernah kawin,
maka latihan Lwekang mereka adalah TOng-cu kang, syarat
paling tepat untuk menyelam ke dasar rawa tanpa kwatir
kedinginan atau tak kuat bertahan diri pusaran air besar itu.
Kepandaian mereka yang lihay dan tinggi ini sudah puluhan
tahun kenamaan di seluruh dunia persilatan sebagai empat
tokoh lihay seperti saudara sekandung sendiri.
Kalau menurut tutur kata Ham- kang- it-ho Pek su-in tadi.
justru Ka liong Gi Hong adalah calon yaag paling tepat untuk
terjun ke air rawa mengambil kotak mas di mata air itu,
seumpama segampang mereka mengambil sesuatu barang
dari dalam kantongnya saja. Kalau Pak hay-sulo sekarang tidak mau bekerja terang
karena kwatir begitu Ka- liong Gi Hong berhasil dan keluar dari
rawa bukan saja Lwekang dan tenaganya sudah
Bentrok Para Pendekar 1 Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Bara Naga 6
^