Pendekar Kembar 16

Pendekar Kembar Karya Gan K L Bagian 16


ghantam dengan jurus pertama Im-yangsan-
jiu. Yu Wi tidak tahu kelihaian orang tua ini, seperti cara tadi, kembali ia melangkah maju dengan
hendak mendahului mengatasi lawan lagi. Tak tahunya kungfa Auyang Liong-lian sama tidak dapat
disamakan dengan Auyang Po, sama satu jurus Im-yang-san-jiu, lihainya ternyata berlipat ganda.
Bahkan dengan tenaga dalam Auyang Liong-lian yang hebat, asalkan kaki Yu Wi sedikit merandek
dan terpegang, bukan mustahil patah seketika oleh pukulannya.
Hal ini dapat dilihat dengan jelas oleh si nenek cepat ia membentak, "Berhenti"
Serentak terhamburlah cahaya emas dari tangannya dan mengarah punggung Auyang Lionglian.
Merasakan cahaya emas itu sangat lihai dan sukar ditahan oleh pancaran tenaga dalam sendiri,
terpaksa Auyang Liong-lian menarik kembali serangannya dan meraup kebeLakang.
Cara kedua tangannya meraup ternyata sangat cepat sehingga rumpun cahaya emas itu
tertangkap seluruhnya olehnya, setelah diperiksa, ia berseru kaget. "He, Gu- mo-thian-ong- Cia "
Mendadak si nenek menarik kedoknya yang berupa selapis kulit tipis, seketika tertampaklah
wajahnya yang putih bersih laksana anak gadis, jengeknya, "Sekarang tentunya kau tahu siapa
diriku, bukan?"
"Hah, ternyata benar kau" kata Auyang Liong-lian dengan muka rada pucat.
Sementara itu Yu Wi telah turun ketepi dek kapal itu, tangan kiri yang tersentuh tangan lawan
terasa pegal dan hampir saja tidak sanggup berdiri tegak dan jatuh kelaut.
Ketika mendengar seruan Auyang Liong-lian tentang Gu-mo-thian-ong-ciam atau jarum bulu
kerbau raja langit, lalu melihat pula wajah asli si nenek, serentak iapun berseru kaget, "Ah, Giokbin-
sin-po dari Thian-san"
Memang betul, nenek inilah Giok-bin-sin-po atau si nenek sakti berwajah kemala (kemala disini
sebagai kiasan muka putih dan cantik), yaitu salah seorang diantara lima tokoh maha sakti di
daerah Tionggoan pada masa 40 tahun yang lalu.
"Cio-pocu, kau selundup keatas kapalku dengan menyamar, apakah untuk menjadi matamata?"
tegur Auyang Llong-lian.
"Memangnya kau anggap nenekmu orang macam apa dan perlu menjadi mata-mata" "jengek
Giok bin-sin-po.
"Ketentuan seratus tahun sudah lewat, sekarang beramai-ramai orang sama berusaha mencari
kitab pusaka Hian-ku-cip." kata Auyang Liong-lian. "Tapi kalian tidak paham ilmu pelayaran, dalam
hal ini keluarga Auyang kami saja yang mampu menjelajahi empat lautan, lalu untuk apa kau
datang kesini jika bukan untuk memata-matai kami?"
"Huh, orang yang bermuka tebal tentu bicaranya tidak tahu malu," ejek Giok bin-sin-po.
"Kehendakku sendiri kudatang kemari, kau cari caramu dan kucari caraku pula, memangnya
kudatang kesini untuk minta bantuanmu?"
"Habis untuk apa kau menyamar," tanya Auyang Liong-lian dengan gusar, "Sungguh tak terpikir
olehku bahwa Giok-bin-sin-po bisa berubah jadi seorang nenek keriput yang hampir masuk kubur,
dan mengapa pula sejauh ini tidak kau katakan asal-usulmu padaku?"
"Menyamar atau tidak kan hak kebebasanku," jawab Glok-bin-sin-po. "Soal asal-usulku, jika
tidak penting tentunya tidak perlu kukatakan."
"Hah, tidak perlu, berdasarkan nama dan tingkatanmu, memangnya alasanmu ini masuk
diakal?" jengek Auyang Liong-lian. "Cio-pocu, yang benar sengaja kau tiru cara rendah dengan
main sembunyi-sembunyi, kenapa tidak mengaku terus terang saja agar tidak tambah busuk
perbuatanmu."
Muka Giok-bin-sin-po menjadi merah, pikirnya. "Tujuanku menyamar dan menutupi asal-usulku
memang diam-diam sengaja hendak mengawasi apa yang dilakukan Hay-liong-ong (naga raja
laut) ini, kalau tidak, penemuan di antara kenalan lama sepantasnya memperlihatkan wajah asli
untuk menyatakan ketulusan hatinya." Karena merasa salah, si nenek diam saja dan menerima
ejekan Auyang Liong-lian itu
Merasa diatas angin, Auyang Liong-lian terus mendesak maju lagi, katanya, "Makanya kalau
menurut pendapatku, sebaiknya kau terjun kelaut saja, Cio-pocu. memangnya masih ingin
ngendon di sini untuk memata-matai diriku lagi" Lebih baik kuberitahukan sedikit kabar yang ingin
kau ketahui, mau?"
Giok-bin-sin-po menjadi kikuk sehingga tidak sanggup bicara lagi.
Yu Wi lantas melangkah maju dan memberi hormat kepada Giok-bin-sin-po, katanya, "Maaf
Locianpwe, akulah yang membikin Locianpwe terpaksa harus memperlihatkan asal-usul sendiri
sehingga Locianpwe terhina."
Lalu ia berpaling dan menjura kepada Auyang Liong-lian dan berkata pula, "Losiansing, jangan
kau bicara lagi, biarlah Wanpwe yang minta maaf padamu."
Teringat kepada anaknya yang di desak oleh Yu Wi sehingga terpaksa melompat ke laut,
seketika lenyap kesabaran Auyang Liong-lian. bentaknya dengan gusar, "Enyah, enyah, lekas pergi
Di sini tidak ada tempat bicara bagimu, lekas kau enyah kelaut sebelum kuturun tangan
melemparkan kau"
"Toako marilah kita kembali keperahu," ajak Yap Jing.
Dengan dingin Auyang Liong-lian berkata pula," Kembali keperahu" Hm, masakah masih
kembali keperahumu" Anak busuk. terjunlah ke laut, jika mampu boleh kau berenang sampai
daratan dan dilarang naik ke kapal mana pun juga."
"Auyang Liong-lian. jangan kau terlalu menghina orang," kata Giok-bin-sin-po mendadak.
"Hm, Co-pocu, masakah berani lagi kau ikut bicara di sini?" jengek Auyang Liong-lian.
Dengan gusar Glok-bin-sin-po menjawab, "Sebentar juga aku akan pergi sendiri, tapi sebelum
berangkat, perbuatan busuk anakmu itu harus kubongkar agar semua orang tahu betapa tua
bangka macam kau ini suka membela anaknya sendiri meski tahu anaknya berbuat salah."
"Memangnya anakku berbuat salah apa" Dapatkah kau tunjukkan buktinya?" tanya Auyang
Liong-lian. Sementara itu Auyang Po sudah di tarik keatas kapal oleh para kelasi dalam keadaan basah
kuyup, Giok-bin-sinpo menuding anak muda itu dan berkata, "Bukti" Kau minta bukti" Nah, suruh
anakmu saja bicara sendiri"
Teringat kepada Kan Hoay-soan, berkobar lagi api amarah Yu Wi, segera ia mendekati Auyang
Po dan bertanya dengan bengis, "Coba katakan, sebab apa kaupaksa dia terjun kelaut?"
Sudah pecah nyali Auyang Po oleh langkah ajaib Yu Wi tadi, melihat la wan mendesak maju,
dengan takut ia menyurut mundur beberapa tindak.
"Huh. dasar pengecut" ejek Yap Jing.
Sejak kecil Auyang Po sangat dimanjakan oleh sang ayah, bilakah pernah dicaci maki orang
secara begini. apa lagi yang memakinya adalah seorang nona cantik jelita, seketika timbul
keberaniannya dan berteriak, "Seorang lelaki sejati berani berbuat berani bertanggung jawab.
Lantaran . . . . "
Selagi ia hendak menguraikan sebab musabab Kan Hoay-soan terjun lagi ke laut, Auyang Lionglian
yang merasa malu jika hal itu diungkapkan, cepat ia membentak. "Tutup mulut, anak Po"
Ia merandek sejenak. lalu berkata pula, "Perempuan she Kan itu telah ditolong oleh anak Po
dan kemudian dipaksa terjun lagi ke laut. hal ini juga tidak dapat menyalahkan anak Po, sebab
kalau tidak ditolong, sudah lama nona itu pun sudah mati.Jadi mati lebih cepat atau lebih lambat
kan sama saja."
Giok-bin-sin-po mendamperat sambil menuding Auyang Liong-lian, "Dasar tidak tahu malu,
sungguh tidak punya muka. Pantas anakmu tidak becus begitu, rupanya yang tua tidak lurus,
dengan sendirinya yang muda juga miring, yang menjadi ayah tidak tahu malu, tentu saja
anaknya juga . . "
"Cio-pocu," potong Auyang Liong-lian mendengus "Kau bilang aku tidak tahu malu, baiklah, biar
aku tidak tahu malu sampai detik terakhir, coba apa yang dapat kau lakukan terhadap diriku. Kau
pun sudah kuselamatkan, sekarang tidak ingin kubicara denganmu, lekas kau pergi dari sini
sebelum kuturun tangan mengusir kau dengan kekerasan."
Saking gusarnya sekujur badan Giok-bin-sin-po bergemetar, teriaknya, "Baik, baik, biar kupergi
Yu Wi, ayolah kita pergi semua"
"Kau boleh pergi bersama kedua budak itu dengan menumpang perahu mereka." seru Auyang
Liong-lian, "Tapi bocah she Yu itu sudah kukatakan tadi, dia dilarang menumpang kapal apa pun,
dia, harus berenang sampai daratan."
"Blang", mendadak tongkat Giok-bin-sin-po mengetuk dek kapal dengan keras, katanya dengan
tegas, "Akan kubawa dia pergi, siapa yang berani merintangi aku?"
"Ciu-pocu,"jengek Auyang Liong-lian, "Pertarungan pada pertemuan Hoa-san 40 tahun yang
lalu itu rasanya belum cukup memuaskan, boleh lah hari ini kita bertanding lagi sacara tuntas,
sebelum kalah atau menang tidak boleh berhenti."
"Sejak dulu juga sudah kukatakan bahwa kita masih harus bertempur," kata si nenek. "Cuma
sekarang . . . ."
"Sekarang kau tidak berani karena kuatir kuusir kau dari kapal ini?" ejek Auyang Liong-lian.
"Huh, memangnya kau kira didunia ini hanya kau saja yang sanggup menemukan oh lo-to
(pulau buli-buli)," jengek Giok-bin-sin-po. "Hm, jangan kau mimpi, jangan kau kira kapalmu ini
dapat malang melintang di empat lautan ini. caramu membiarkan anakmu berbuat macam-macam
kejahatan sesuka hatinya, bukan saja oh-lo to tak dapat kau temukan, bahkan pada suatu hari
kapalmu ini pasti akan mengalami petaka, tatkala mana mungkin nasibmu takkan lebih baik
daripada diriku sekarang, mungkin untuk mencari sebuah perahu buat menyelamatkan diripun
sukar." "Hahahaha" Auyang Liong-lian bergelak tertawa, Kau sendiri yang lagi mimpi jika ingin
menyelamatkan diri dengan sebuah perahu yang tidak bertiang layar dan tanpa pengayuh, Banyak
berbuat kejahatan katamu, justeru kuanggap anakku telah berbuat kebaikan."
"Hm, sebelum kita bertanding, biarlah kumampuskan dulu anakmu yang jahat itu," damperat
pula si nenek "Kau berani?" bentak Auyang Liong-lian.
"Segala urusan di dunia ini tidak terlepas dari keadilan, bahwa kubinasakan puteramu yang
jahat ini adalah tindakan yang adii dan setimpal, jauh lebih beralasan daripada caramu paksa Yu
Wi terjun kelaut." kata si nenek.
"Apa alasanmu, coba katakan?" teriak Auyang Liong-lian dengan murka.
"Benar-benar kau ingin tahu?" jengek Giok-bin-sin-po
Auyang Liong-lian menjadi ragu, pikirnya," Memang tidak pantas anak Po memaksa nona Kan
itu terjun ke laut, tapi orang sudah mati mana bisa menjadi saksi, asal tetap kusangkal saja kan
beres segala persoalannya."
Maka ia lantas berkata, "Kata kan saja, yang penting anakku berdiri tegak dan berjalan lurus.."
"Huh, justeru ku males untuk menirukan kata-katanya yang kotor itu," jengek si nenek.
Auyang Liong-lian tertawa, katanya, "Haha, tentunya cerita yang sudah kau karang dengan baik
untuk menista anakku."
Pelahan Giok-bin-sin-po mendekati Auyang Po, tentu saja Auyang Liong-lian merasa kuatir, ia
tahu kungfu si nenek tidak di bawah dirinya, kalau anaknya tertawan dan dijadikan sandera, tentu
urusan bisa runyam. Maka cepat ia berkata, "Kemari, anak Po"
Dengan langkah cepat Auyang Po menuju kesamping sang ayah, terlihat Giok-bin-sin-po tidak
bermaksud jahat padanya, tapi langsung menuju ka dalam kabin kapal.
Diam-diam Auyang Liong-lian merasa heran apa kehendak si nenek. apakah kuatir diusir, maka
ingin sembunyi di dalam kapal" Boleh juga, mengingat persahabatan di masa lampau, biarlah dia
menumpang sampai didaratan.
Maka ia lantas melompat ke depan Yu Wi, jengeknya sambil menengedah, "Nah, terjunlah
kelaut" Yu Wi tidak gentar menghadapi lawan tangguh, ucapnya dengan tenang. "Jing-ji, lekas bantu
Hana turun dulu keperahu."
Yap Jing cukup yakin terhadap kemampuan Kungfu Yu Wi, ia pikir tidak nanti Auyang Liong-lian
dapat merintangi anak muda itu kembali keperahunya, maka tanpa sangsi ia lantas menggandeng
Hana dan diajak turun keperahu.
"Anak dara yang bernama Hana itu tidak perlu ikut pergi," kata Auyang Liong-lian tiba-tiba,
"Aku merasa suka padamu, boleh kau tinggal saja disini dan kupungut sebagai menantuku."
Yap Jing tahu apabila kembali keperahu tak bertiang layar itu, sembilan dari pada sepuluh
bagian adalah jalan kematian, maka dia tidak berani memaksa Hana ikut keperahu, segera ia
lepaskan tangannya.
Tapi Hana lantas berkata dengan tertawa, "Losianseng, kau suka padaku, tapi nona sama sekali
tidak suka kepada anakmu yang kau pandang seperti mestika itu. Nah, Yu-toako, biarlah kami
menunggu kau didalam perahu."
Yap Jing tertawa, Hana terus menarik tangan Yap Jing dan diajak pergi. Tapi baru dua-tiga
langkah, mendadak Auyang Po melompat maju menghadang didepan mereka. "Minggir, Jika kau
ingin kawin, suruh ayahmu mencarikan perempuan lain" teriak Hana.
Auyang Po bergelak tertawa, katanya, "Sekali ayahku menyuruh kau jangan pergi, maka kau
tidak boleh pergi."
Hana terlahir di negeri asing di benua barat, adatnya berbeda dengan gadis daerah Tionggoan,
cara bicaranya dengan kaum lelaki tidak likat sedikitpun, maka secara lugu ia tanya, "Apakah kau
suka padaku?"
"Suka, suka sekali" jawab Auyang Po dengan tertawa tengik.
"Mangapa suka" Apakah lantaran wajahku cantik?" tnnya Hana pula.
"Betul, kau memang sangat cantik, makanya siauya (tuan muda) tergiur kepada
kecantikanmu."
Hana menuding Yap Jing dan bertanya pula, "Cici ini jauh lebih cantik daripadaku. apakah kau
pun suka padanya?"
Auyang Po memandang Yap Jing sambil menelan air liur, jawabnya kemudian, "Betul, akupun
sangat suka padanya."
"Ah, setiap nona cantik yang kau lihat pasti kau sukai, jelas kau seorang pemuda mata
keranjang, nona jadi tidak suka tinggal lagi di sini," sindir Hana, lalu ia tarik Yap Jing dan
bermaksud menerobos lewat.
Namun Auyang Po keburu pentang kedua tangannya, ucapnya dengan tertawa bangor, "Jangan
pergi, semuanya saja tinggal disini dan menemani siauya."
Mendengar ucapan orang bernada kotor. Yap Jing sangat gusar hingga tubuh rada gemetar.
Auyang Liong-lian lantas berkata, "Adalah kejadian biasa seorang lelaki berbini tiga atau
bergundik lima, jika kalian suka, bolehlah kalian menjadi menantuku semua."
"Kulit muka anak gadis tentunya terlalu halus untuk menyatakan suka," ujar Auyang sambil
tertawa gembira, "Ayah, jika mereka tinggal di sini, lama-lama tentu menjadi biasa dan dengan
sendirinya mereka akan menyatakan suka."
Selama ini Auyang Liong-lian memang sangat memanjakan anaknya itu sehingga menjadikan
Auyang Po anak yang kolokan dan suka bertindak sesukanya, dengan tertawa iapun menjawab.
"Baiklah, terserah kepada kehendakmu."
Pada saat itulah mendadak Giok-bin-sin-po muncul lagi dari kabin kapal dan menjengek. "Hm,
Auyang Liong-lian, orang bilang kau suka memberi hati kepada anakmu, kupikir tokoh Bu-lim
termashur semacam dirimu masakah tidak dapat mendidik anak, tampaknya sekarang apa yang
tersiar itu memang tidak salah, bahkan boleh dikatakan sengaja kau dorong anakmu berbuat
kejahatan."
"Cio-pocu," kata Auyang Liong-lian, "Kukira lebih baik kau tutup mulut dan masuk saja ke
dalam kabin, mengingat hubungan baik di masa lampau, akan kuantar kau kedaratan, setiba
disana bila mau boleh kita mengadakan pertarungan menentukan."
"Keluarlah, Hoay-soan" seru si nenek mendadak.
Terdengar suara seorang nona mengiakan dan muncul seorang gadis berbaju putih, siapa lagi
dia kalau bukan Kan Hoay-soan yang dinyatakan sudah terjun lagi ke laut" ....
Auyang Liong-lian tahu apa yang terjadi, mukanya menjadi masam, katanya dengan gemas,
"Co-pocu, rupanya sengaja kau sembunyikan dia di dalam kabin untuk membikin malu padaku?".
Giok-bin-sin-po mendengus, "Hm, puteramu tidak punya perasaan, orang lagi tertimpa malang
dan sebatangkara, tanpa sanak tiada kadang, setelah ditolong ke kapal segera akan diperlakukan
dengan tidak semena-mena, perbuatannya tiada ubahnya seperti hewan, orang masih berbadan
suci bersih. mana dia sudi dinodai, maka dia lebih suka membunuh diri dengan terjun ke laut. ... "
Kejadian ini tidak menjadi soal bagi Auyang Po yang memang telah berbuat, tapi Auyang Lionglian
adalah seorang tua terhormat, mana dia tahan, segera ia membentak, "Tutup mulutmu.
dilarang kau kata kan lagi"
Tapi Giok-bin-sin-po tidak peduli, ia masih terus bicara, "Coba kalau tidak kebetulan akupun
hadir disini, seorang nona suci bersih tentu akan menjadi korban perbuatan busuk anakmu.
sebagai ayah kau tidak dapat mendidik anak, bukan saja anakmu yang jahat itu pantas mampus,
tua bangka pikun seperti dirimu ini juga perlu diberi hajaran setimpal."
Saking gusar Auyang Liong-lian jadi tertawa malah, serunya, "Bagus, kalau kau mampu boleh
coba kau hajar diriku, ingin kulihat selama 40 tahun ini nenek bejat macam kau ini telah mendapat
kemajuan apa dan jangan cuma omong besar melulu."
Pada saat itulah, mendadak terdengar Auyang Po bersuara tertahan dan "bluk", tahu-tahu anak
muda itu jatuh terkulai.
Keruan Auyang Liong-lian terkejut, cepat ia tanya "He, anak Po, ada apa?"
Berbareng itu ia terus melompat maju, tapi tongkat Giok-bin-sin-po segera menghantam
sehingga Auyang Liong-lian terpaksa menyurut mundur lagi. Ia tidak balas menyerang, tapi terus
menggeser untuk mendak, ia tahu apabila sampai bergebrak dengan si nenek dalam ribuan jurus
sukar dibedakan kalah dan menang, padahal menolong anak lebih penting. Maka cepat ia
melompat kesamping, segera ia mencengkeram ke dada Yu Wi.
Karena sudah kepepet dan tiada jalan mundur, terpaksa Yu Wi melangkah maju, tapi baru saja
setengah langkah Hui-liong-poh dikeluarkan, tahu-tahu tangan kiri Auyang Liong-lian menyambar
kebawah dan mendahului hendak meraih kaki Yu Wi.
Karena sudah merasa kan kelihaian lawan, Yu Wi tahu apabila kaki sampai terpegang, maka
riwayatnya pasti tamat, cepat ia menarik kaki dan menyurut mundur lagi, Tapi bagian kaki terjaga,
bagian tangan jadi terlena, tahu-tahu telapak tangan kanan Auyang Liong-lian meraih Hu-liong-so
yang mengikat tangannya itu.
Sekuatnya Yu Wi meronta, karena tali itu begitu kencang mengikat tangannya sehingga tidak
mungkin terbetot putus oleh lawan, dalam gugupnya kedua kakinya lantas menendang secara
berantai. Pada saat yang sama. karena ingin menolong anak muda itu, tongkat Giok-bin-siu-po
juga menghantam punggung Auyang Liong-lian.
Sungguh hebat Auyang Liong-lian, kungfunya memang luar biasa, meski satu lawan dua,
sedikitpun ia tidak gugup, tangan kirinya terus membalik untuk menghantam Giok-bin-sin-po dan
memaksa nenek itu menarik kembali tongkatnya, berbareng itu iapun patahkan tendangan
berantai Yu Wi, malahan pada kesempatan itu ia balas tutuk Yong-cong-hiat di bawah kaki anak
muda itu. Yu Wi mamakai sepatu kulit tebal, tapi terkena juga tutukan Auyang Liong-lian yang lihai itu,
seketika ia roboh tak bisa berkutik.
Cepat Giok-bin-sin-po melancarkan hantaman kedua dengan tongkatnya, tapi Auyang Liong-lian
sempat meraih Yu Wi terus melompat ke sana sehingga hantaman tongkat si nenek terhindarkan-
Dua kali tongkat Giok-bin-sin-po menyerang dan sama sekali tidak dapat menghalangi serangan
musuh. sebaliknya Yu Wi malah kena ditawan tentu saja ia merasa kehilangan muka.


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berganti napas, Auyang Liong-lian berkata, "Nenek bejat, ada juga kemajuan
permainan tongkatmu."
Si nenek mengira orang sengaja menyindirnya. muka yang seperti gadis itu menjadi merah. Ia
tidak tahu bahwa Auyang Liong-lian benar-benar memujinya, sebab kedua gerak serangannya tadi
sesungguhnya baru tercipta akhir-akhir ini setelah pertemuan Hoa-san dahulu, yaitu termasuk
dalam ke-13 jurus Im-yang-san-jiu kebanggaannya, itupun digunakannya dengan segenap tenaga
sehingga dapatlah mencapai kemenangan.
Auyang Liong-lian sengaja mengancam ubun-ubun Yu Wi dengan telapak tangan kiri sehingga
Giok-bin-sin-po tidak berani sembarangan bertindak lagi lalu ia berteriak, "Budak itu, lekas bikin
anakku siuman."
Kiranya sejak tadi Yap Jing sudah berniat menghajar adat kepada Auyang Po, terutama karena
kata-kata orang yang kotor itu, kemudian dilihatnya pula Giok-bin-sin-po menguraikan sebab
musabab Kan Hoay-soan dipaksa terjun ke laut, saking gemasnya segera ia keluarkan sapu
tangannya dan merobohkan Auyang Po dengan bau obat bius pada sapu tangannya itu. Waktu
Giok-bin-sin-po menghalangi Auyang Liong-lian yang bermaksud menolong anaknya, segera Yap
Jing injak dada Auyang Po yang tak sadarkan diri itu, asalkan injakannya diperkeras, jiwa Auyang
Po pasti melayang.
Kini dilihatnya sang Toako juga terancam oleh Auyang Liong-lian, asalkan tangan kakek itu
menabok, kepala sang Toako seketika bisa pecah, dalam keadaan demikian terpaksa injakannya
kepada Auyang Pojuga tidak berani diperkeras. "Nah, bagaimana kalau kita tukar menukar?" kata
Auyang Liong-lian.
"Tukar menukar cara bagaimana?" tanya Giok-bin-sin-po.
"Bikin siuman dulu anakku dan lepaskan dia, segera kubebaskan juga bocah she Yu itu dan
kalian boleh pergi." kata Auyang Liong-lian.
Karena sangat cinta kepada anaknya dan kuatir Yap Jing akan menginjak mati anak
kesayangan, maka ia mendahului menambahkan kemauan baiknya, katanya, "Bahkan kutarik
kembali laranganku bahwa bocah she Yu ini dilarang menumpang kapal ke daratan."
Giok-bin sin-po tidak berani mengambil keputusan sendiri, sebab bukan dia yang menawan
Auyang-Po, dia merasa tidak berhak bicara.
Dilihatnya Yap Jing merasa serba susah dan berkata, "Baiklah, boleh kau bebaskan Toakoku
dan segera kusadarkan puteramu."
Jelas nona itu kuatir sekali tabokan Auyang Liong-lian akan membunuh Yu Wi, maka nada
ucapannya juga cukup halus.
Tapi Auyang Liong-lian lantas mendengus, "Hendaklah kau sadarkan dulu anakku." Terpaksa
Yap Jing menurut dan mengangkat kakinya.
"Nanti dulu" tiba-tiba Giok-bin-sin-po membentak.
"Cio-pocu, apakah kau sengaja memusuhi aku?" teriak Auyang Liong-lian dengan gusar.
Tapi Giok-bin-sin-po tidak menghiraukannya, katanya kepada Yap Jing, "Biarkan tua bangka itu
melepaskan dulu Yu Wi, habis itu baru kita sadarkan anak kesayangannya."
Saking gusarnya sampai Auyang Liong-lian menyebul jenggotnya, katanya, "Nenek bejat,
mestinya tidak kupaksa kau ikut pergi bersama mereka, asalkan kau mau tinggal disini dengan
sopan, tentu tidak kubikin susah padamu. siapa tahu terus menerus kau musuhi diriku, sekarang
jangan harap lagi akan tinggal diatas kapalku."
Giok-bin-sin-po menjengek. "Hm, sejak tadi juga aku tidak ingin tinggal lebih lama di kapalmu
ini, umpama kau tahan diriku saja aku tidak mau. Nah, tidak perlu banyak omong, lepaskan Yu Wi
dan segera kami akan pergi."
"Eh, memangnya hendak kau bohongi aku?" sahut Auyang Liong-lian "Sadarkan dulu anakku."
Tapi Giok-bin-sin-po lantas berkata kepada Yap Jing, "Serahkan anak bangor itu padaku, nona"
Tanpa menunggu jawaban Yap Jing, segera ia cengkeram Auyang Po, lalu berkata pula, "Kalian
turun dulu keperahu, aku yang akan bereskan urasan disini."
Yap Jing memandang Yu Wi dengan ragu betapapun ia tetap kuatir.
Meski badan tak bisa bergerak tapi Yu Wi dapat bicara, katanya, "Turut saja pesan Locianpwe
ini dan turun dulu keperahu."
Yap Jing lantas gandeng Hana dan Kan Hoay-soan dan dikerek turun ke atas perahu dengan
bantuan para kelasi
"Nah, tua bangka, sekarang kita boleh tukar menukar," kata si nenek kemudian.
"Cara bagaimana melakukan tukar menukar ini?" tanya Auyang Liong-lian.
"Kita bersumpah tidak boleh main gila, kau serahkan anak muda itu padaku dan kuserahkan
anak bejat ini padamu, keduanya takkan rugi apa pun," kata Giok-bin-sin-po.
"Tidak." jawab Auyang Liong-lian sambil menggeleng, "Anakku tidak sadarkan diri, harus kau
suruh budak itu menyadarkannya lebih dulu, habis itu baru kita mengadakan tukar menukar."
"Dia membikin semaput anakmu, sudah barang tentu ada obat penawarnya, cuma obat
penawarnya tak dapat diserahkan padamu."
Auyang Liong-lian menjadi gusar, teriaknya "Tidak diserahkan padaku, segera kubinasakan
anak busuk ini, bahkan kalian bertiga akan kukubur di dalam laut, betapapun kalian tidak dapat
lolos dari tanganku."
Giok-bin-sin-po menjengek. "Memang sudah kuduga muslihatmu yang piling ampuh adalah
menenggelamkan kami ditengah laut, perahu kami jelas tak dapat lolos dari kejaran kapalmu,
sekali diterjang tentu juga perahu kecil itu akan terbalik."
"Haha, jadi kaupun takut padaku bukan?" ejek Auyang Liong-lian sambil tertawa. "Tua bangka,
coba katakan lagi kehendakmu," ucap si nenek.
Dengan serius Anyang Liong-lian berkata, "Perahu kecil itu tidak berlayar dan tidak berdayung,
Lambat atau cepat kalian pasti akan mati sehingga tidak perlu kuterjang kalian dengan kapalku
sehingga menanggung dosa sebagai pembunuh. Asalkan kau berikan obat penawarnya. segera
kapalku berangkat meninggalkan tempat ini dan pasti takkan mengganggu kalian-"
"Kau pasti pegang janji?" tanya si nenek. Auyang Liong-lian mengangguk.
Giok-bin-sin-po lantas menuju ke tepi kapal dan berseru, "Nona, lemparkan obat penawarmu
kesini." Setelah menerima obat penawar, lalu bersama Auyang Po ditukarkannya dengan Auyang Lionglian
untuk pembebasan Yu Wi. segera nenek itu merangkul anak muka itu dan dibawa melayang
turun keperahu, sedikit berguncang perahu itu lantas meluncur meninggalkan kapal besar itu
Auyang Liong-lian ternyata pegang janji, dalam sekejap saja kapal besar itu sudah jauh
meninggalkan mereka.
Perahu ini tidak besar, tapi cukup panjang, ditumpangi lima orang juga masih cukup enteng
sehingga tidak kuatir akan terbalik oleh damparan ombak. Dalam pada itu Giok-bin-sin-po sudah
membuka Hiat to Yu Wi yang tertutuk.
Seketika Yu Wi belum dapat bergerak meski Hiat-to sudah terbuka, sungguh lihai tenaga
tutukan Auyang Liong-lian, kalau tidak tertahan oleh sol sepatu yang cukup tebal, bisa jadi telapak
kaki Yu Wi akau berlubang oleh tutukannya.
Hana merasa kuatir, katanya, "Tanpa penggayuh cara bagaimana kita menjalankan perahu ini?"
"Penggayuh sudah ada," kata Giok-bin-sin-po, lalu dikeluarkannya empat batang penggayuh
dari bawah papan perahu.
"He, dari mana datangnya penggayuh sebanyak ini?" tanya Hana heran-
"Pada waktu kalian berbicara dengan bangsat tua tadi, dari pintu samping kukeluarkan
penggayuh ini serta air minum dan rangsum seperlunya, cukup bagi kita untuk berlayar selama
sebulan," tutur si nenek.
"Wah, tindakan Locianpwe sungguh sangat cepat, benar-benar hebat" puji Hana dengan
gegetun- "Toako dan Enci Jing," kata Hoay soan, "Semula kukira tidak dapat bertemu lagi dengan kalian,
untung kurangkul tiang yang patah itu seeratnya dan kemudian diselamatkan oleh orang di atas
kapal Itu, budi pertolongan ayah dan anak Auyang itu sungguh sukar kulupakan selama hidup ini."
"Bicara sejujurnya, ayah dan anak Auyang itu pun berbudi menolong diriku," kata Giok-bin-sinpo.
"Cuma sayang, putera sulung Auyang Liong-lian terlalu busuk sehingga semua budi kebaikan
terhapus tanpa sisa sedikitpun."
Dengan muka merah Hoay-soan berkata, "Sungguh tidak kusangka anak Auyang-losiansing itu
sedemikian busuknya, karena takut, aku terus terjun kelaut. Apabila tidak ditolong Locianpwe
secara diam-diam, saat ini tentu aku sudah menjadi isi perut ikan."
"Sebenarnya si tua bangka Auyang itu bukan orang busuk. dia hanya tidak dapat mendidik
anak." kata Giok-bin-sin-po
"Putera sulungnya dibunuh oleh siapa?" tanya Yu Wi.
"Oleh para ketua dari jit-tay-kiam-pay," tutur si nenek.
"Hah, dan Auyang cianpwe juga telah membunuh para ketua Jit-tay-kiam-pay itu untuk
menuntut balas kematian anaknya?" seru Yu Wi kaget.
Giok-bin-sin-po mengangguk. katanya, "Ya, justeru lantaran inilah, maka Hay-liong-ong telah
dimusuhi setiap tokoh Bu-lim dari aliran yang baik, Ia merasa tindakannya keterlaluan, maka sejak
itu iapun mengasingkan diri dan tidak pernah bergerak lagi di dunia Kangouw."
"Sesungguhnya apa kesalahan putera sulungnya sehingga menimbulkan tindakan bersama dari
para ketua Jit-tay-kiam-pay dan membunuhnya?" tanya Yap Jing.
"Kesalahannya sungguh sukar dihitung," tutur Glok-bin-sin-po. "Apa lagi putera sulungnya itu
membanggakan diri karena sudah mendapat ajaran seluruh kungfu sang ayah, seketika tiada
orang Kangouw yang mampu mengatasi dia, jika ketujuh ketua Jit-tay-kim-pay tidak bergabung
membinasakan dia, entah betapa banyak lagi kejahatan yang akan dilakukannya. Ai, nama
kebesaran Auyang Liong-lian di masa lalu justeru hanyut oleh karena tingkah-ulah anaknya sendiri
sekarang anaknya yang kedua juga telur busuk, untung belum mendapatkan ajaran seluruh
kungfu Auyang Liong-lian, sekalipun kelak juga berbuat kejahatan didunia Kangouw, tentu takkan
malang melintang dan berbahaya seperti perbuatan kakaknya dahulu."
Begitulah pelahan Giok-bin-sin-po, Yap Jing, Hana dan Hoay-soan mendayung perahu itu,
kedua tangan Yu Wi terikat dan juga belum bebas bergerak. terpaksa ia hanya berbaring saja.
Diantara kelima orang itu hanya Yap Jing saja yang rada paham ilmu pelayaran, ia lantas
mengeluarkan kompas dan menyuruh mereka mendayung ke arah selatan, jadi mereka tidak
berlayar tanpa arah tujuan-
"Dengan cara begini, pada suatu hari kita pasti akan mencapai daratan " kata Yap Jing.
"Daratan Tionggoan terletak di sebelah selatan. bila mujur tentu kita dapat mencapainya dengun
selamat." "Dan kalau kurang mujur?" tanya Hoay-soan.
"Daerah selatan banyak pulau, bila kurang mujur, dalam sebulan tentu juga akan menemukan
sesuatu pulau, kita dapat singgah kesana untuk mengambil air minum dan makanan, lalu berlayar
lagi," tutur Yap Jing.
"Hah, jika demikian, akhirnya masakah kita takkan sampai di daratan?" ujar Hana dengan
tertawa. Mendadak Yu Wi bertanya, "Apakah Locianpwe mempunyai murid?"
Dangan heran Giok-bin-sin-po menjawab, "Mengapa mendadak kau tanya hal ini?"
"Konon Giok-bin-sin-po dari Thian-san selamanya tidak pernah menerima murid, tapi senjata
rahasia Locianpwe yang khas, yakni Gu-mo-thian-ong-ciam pernah kulihat digunakan satu orang,
hal inilah yang membuatku sangsi, makanya kutanya Locianpwe, jangan-jangan memang ada
orang lain yang mahir menggunakan jarum tersebut."
Giok-bin-sin-po menggeleng, katanya, "Tidak. didunia ini hanya ada dua orang yang mahir
menggunakan senjata rahasia ini, yang seorang ialah diriku, yang lain adalah satu-satunya
muridku." Dengan girang Yu Wi menukas, "Murid Locianpwe itu apakah anak perempuan dan bernama
Lau Yok ci?"
"Ya, memang, pernah kudengar nama Gu-mo-thian-ong-ciam dari Liu-cici," seru Hoay-soan-
"Sebenarnya aku tidak suka terima murid, akhirnya toh tetap menerima Yok-ci sebagai murid
ku," tutur Giok-bin-sin-po dengan tersenyum. "Kejadian itu juga ada sebab musababnya.
Kedatanganku ke lautan ini juga mendapat pesan sesuatu dari muridku itu."
"Urusan apa?" cepat Yu Wi tanya.
Giok-bin-iin-po tertawa dan berkata, "Dia bilang ada seorang pemuda she Yu membawa adik
perempuan suaminya berobat ke Mo-kui-to, dia sendiri tidak enak untuk ikut, tapi juga merasa
kuatir, kebetulan aku hendak mencari sesuatu pulau ditengah lautan ini dan sekalian diminta
memperhatikan adik perempuannya."
Kan Hoay-soan menghela napas pelahan, katanya, "Ai, Lau-cici sungguh sangat baik, selalu
memperhatikan diriku."
Mendengar kata "suami", Yu Wi menjadi sedih, sampai saat ini dia belum lagi melupakan Lau
Yok-ci. tapi apa daya, orang sudah punya bakal suami, betapapun dirinya tidak boleh
menaksirnya. Sekarang pahamlah dia siapa yang menghamburkan Gu-mo-thian-ong-ciam tempo hari dan
siapa yang menghela napas diluar jendela, kiranya Lau Yok-ki selalu mengikuti jejak Hoay-soan
dan melindunginya, maka apa yang dialaminya setelah bertemu dengan Yok-ong-ya tentu juga
dilihat seluruhnya oleh nona Lau.
Yu Wi termenung-menung, dia tidak berani lagi mengenangkan Yok-ci, ia coba mengenangkan
masa kecilnya, pikirannya jadi melayang-layang. Belasan hari kemudian, ditemukan sebuah pulau.
Sebuah pulau yang kecil, sejauh mata memandang terlihat dengan jelas kedua ujung pulau
yang membentang di depan mata itu, panjangnya paling-paling cuma satu li (500 meter) saja.
Tentu saja mereka sangat girang. Tapi Yu Wi tetap duduk termenung saja, selama belasan hari
ini dia jarang bicara, juga tidak dapat bantu mendayung perahu, maka dia hanya berduduk
mengelamun saja, sampai saat ditemukan pulau dia masih tetap mengenangkan kehidupannya di
masa lampau. Hoay-soan menggoyang-goyang pundak Yu Wi, serunya dengan tertawa, "Lihatlah Toako,
bentuk pulau itu mirip sebuah Ho lo (buli-buli, berbentuk buah labu)."
Seruan Hoay soan itu mengagetkan Giok-bin-sin-po, dengan suara rada gemetar ia menegas,
"Apakah betul mirip Ho-lo?"
"Ya, betul, sungguh mirip sekali" seru Yap Jing dan Hana berbareng.
Giok-bin-sin-po berhenti mendayung, tapi menyuruh orang lain mendayung terlebih cepat.
sesudah semakin dekat dengan pulau itu barulah ia tahu bahwa saking gembiranya sehingga
dirinya lupa ikut mendayung lagi.
Ia mengomeli dirinya sendiri, segera ia angkat penggayuh dan mendayung lagi, tapi terlalu
bernafsu sehingga menimbulkan debur air.
Yu Wi dapat melihat jelas kelakuan si nenek. dengan tertawa ia tanya, "Locianpwe, ada apa di
pulau itu sehingga membuatmu sedemikian gembira?"
"Di sana berdiam seorang tokoh kosen, yaitu guru oh It to," sahut si nenek tanpa pikir.
"Hah, guru oh It-to?" seru Yu Wi berkejut.
Ia tahu oh It-to adalah jago nomor satu di dunia ini, gurunya bahkan terlebih hebat daripada
dia.Ia coba tanya pula, "Guru oh It-to. bukankah sudah berumur lebih seratus tahun?"
"Ya, sedikitnya berumur 120 tahun," jawab Giok-bin-sin-po.
"Apakah mungkin masih hidup?" tanya Yu Wi.
"Tidak. sudah lama mati," ujar si nenek.
Sementara itu perahu sudah menepi, pulau itu benar-benar teramat kecil, panjangnya tidak
sampai satu li, lebarnya bahkan cuma belasan tombak saja, bentuknya memang benar-benar
serupa buah labu, yakni sempit di bagian pinggang.
Giok-bin-sin-po mendahului melompat keatas pulau, ia coba memandang sekeliling pulau yang
gundul tanpa tetumbuhan apa pun sehingga tidak terlihat sesuatu napas kehidupan. Berturut-turut
Yu wi, Hoay-soan, Yap Jing dan Hana juga mendarat.
Setelah memperkirakan keadaan setempat, Yu Wi lantas tanya, "Cio-locianpwe, apakah dulu
pernah ada orang tinggal dipulau ini?"
Giok-bin-sin-po mengiakan secara samar-samar, ia sedang memandang langit, lalu memandang
lagi sekeliling pulau, tampaknya sedang merenungkan sesuatu.
Setelah sunyi sebentar, kembali Yu Wi tanya lagi, "Menurut dugaanku, sekalipun pulau ini
pernah ditinggali orang, tentu juga takkan berdiam terlalu lama disini."
"Apa dasar dugaanmu ini?" tanya Giok-bin-sin-po sambil berpaling.
"Sebab untuk tinggal lama di sini, yang pertama harus diatasi adalah masalah air minum dan
rangsum, hal maka nan mungkin bukan soal karena di lautan ada ikan, mengenai air minum, pulau
sekecil ini dan dapat dilihat dari ujung ke ujung mana ada sumber air tawar?"
Giok-bin-sin-po mengangguk pelahan, katanya, "Ya. akupun merasa sangsi, tapi guru oh It-to
jelas tinggal disini sampai akhir hayatnya."
Ia merandek sejenak. lalu menyambUng dengan menyesal, "Jangan-jangan oh It-to sengaja
bohong." "Apakah oh It-to sendiri yang mengatakan gurunya tinggal disini sampai meninggalnya?" tanya
Yu Wi pula. "Empatpuluh lima tahun yang lalu, setelah pertemuan besar di Hoa-san, dengan tegas oh It-to
mengatakan gurunya berdiam di Ho-lo-to, cara bicaranya waktu itu kelihatan sungguh-sungguh,
kalau kupikirkan sekarang juga tetap percaya kepada katerangannya. Tapi kalau melihat keadaan
pulau ini, cara bagaimana mungkin dijadikan tempat kediaman dalam jangka waktu sekian lama?"
Dengan penuh harapan Yap Jing dan lain-lain berharap setiba dipulau ini akan mendapatkan air
tawar, siapa tahu pulau mini ini ternyata tidak ada sumber air tawar, padahal sisa air dalam
perahu mereka tinggal sedikit, beberapa hari lagi akan habis bilamana tidak ada tambahan air,
bisa jadi mereka akan mati kehausan.
Karena itu mereka lantas berduduk dengan lesu sehingga tidak memperhatikan apa yang
dipercakapkan antara Yu Wi dengan Giok-bin-sin-po.
"Dari percakapan Cio-locianpwe dengan Auyang- losiansing, kudengar kalian menyinggung
pertemuan besar di Hoa-san, sesungguhnya pertemuan apa di gunung Hoa itu, dapatkah
Locianpwe memberi keterangan lebih jelas?" tanya Yu Wi.
"Pertemuan di Hoa-san itu disebut Hoa-san-bu-hwi (pertemuan mengadu silat di Hoa-san),
istilah yang diberikan pada waktu itu, dengan usiamu yang masih muda tentu saja kau tidak tahu,
biarpun orang Kangouw sekarang juga jarang yang tahu," demikian tutur Giok-bin-sin-po. " Untuk
bercerita, marilah kita duduk saja." sang surya sudah terbit dan memancarkau cahayanya yang
hangat. Yap Jing bertiga merasa lelah, mereka tidak menghiraukan kulit badan akan hangus oleh sinar
matahari, tanpa pikir mereka terus berbaring di atas tanah pasir.
Padahal selama hampir sebulan ini kulit badan mereka sudah terjemur hingga hitam, meski
pembawaan anak perempuan suka akan kecantikan, tapi dalam keadaan demikian, nyawa saja
setiap saat bisa melayang, mana ada yang memikirkan lagi soal kecantikan segala.
Melihat ketiga nona itu tertidur, sungguh Yu wi juga ingin berbaring dan tidur, betapapun tidur
di atas tanah jauh lebih enak daripada tidur di atas perahu yang selalu terombang-ambing oleh
gelombang laut. Akan tetapi kisah dunia persilatan dimasa lalu sungguh sangat menarik. maka ia
mencurahkan segenap perhatian untuk mengikuti cerita Gioks bin-sin-po.
Didengarnya si nenek lagi berkisah, "Hoa-san-bu-hwe itu sungguh tiada bandingannya baik di
masa lampau maupun pada jaman kini, pertemuan itu hanya diketahui oleh kaum Cianpwe saja,
ada juga tokoh Bu-lim yang tahu pertemuan itu, tapi lantaran urusannya tidak menyangkut
kepentingan mereka, maka jarang yang memberi keterangan hasil pertandingan itu."
"Pertandingan besar demikian adalah kejadian yang menggemparkan, masa tidak ada orang


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain yang tertarik?" tanya Yu Wi.
"Hoa-san-bu-hwe itu berbeda daripada pertandingan di dunia persilatan umumnya,
pertandingan itu tidak ada penonton juga tidak ada pemain yang turun ketengah kalangan satu
persatu. yang ada cuma berkumpulnya lima orang. Dan hanya gara-gara hasrat seorang
diantaranya saja sehingga terkumpul lima orang dalam pertemuan itu. Menurut maksud tujUannya
hanya untuk bertukar pikiran saja, untuk mendiskusikan ilmu silat pada umumnya dan tiada
maksud saling berebut gelar jago nomor satu segala, sebab itulah ketika hal ini kemudian tersiar di
dunia Kangouw juga jarang yang tahu duduknya perkara. Mula-mula, pada suatu malam musim
panas pada 45 tahun yang lalu kuterima sepucuk surat singkat, surat itu tertulis: Diharap dengan
hormat kehadiran Anda dipuncak barat Hoa-san pada lohor hari Toan-yang, sebagai pengundang
tertulis nama oh It-to."
"O, jadi oh It-to yang mengundang akan pertemuan Hoa-san itu?" kata Yu Wi.
Giok-bin-sin-po mengangguk. katanya. "surat sesingkat itu mestinya tidak dapat mengundang
kutinggalkan Thian-san, sebab Thian-san dengan Hoa-san ada ribuan li jauhnya, mana ada
hasratku untuk hadir kesana dari tempat sekian jauhnya, Tapi nama oh It-to siang dan malam
selalu berkecamuk dalam benakku, sampai hari kelima, aku tidak tahan, akhirnya kuberangkat
juga memenuhi Undangan itu . . .."
"Sebab apa?" tanya Yu Wi.
"Sebab nama oh It-to waktu itu sangat menggemparkan dunia Kangouw, sudah banyak
kudengar ilmu goloknya tiada tandingannya di dunia ini, maka ingin kulihat berdasarkan apa dia
merajai dunia persilatan"
"Apakah sebelum itu Cia npwe tidak pernah bertemu dengan oh It-to?"
"Tidak. tidak pernah," sahut Giok-bin-sin-po sambil menggeleng, "Biarpun ketiga orang lain
yang ikut hadir juga belum pernah kenal dia. hal ini disebabkan oh It-to baru menonjol akhir-akhir
ini, sedang kan aku dan ketiga orang lainnya sudah lama terkenal, justeru lantaran tidak pernah
melihat dia, makanya kami jadi tertarik ingin tahu dan sama hadir dari jauh "
Diam-diam Yu Wi berpikir, "Cio- locianpwe dan ketiga tokoh lainnya tentu tidak cuma tarkenal
saja, tapi pasti tokoh yang berkuasa pada daerah masing-masing, sedang kan oh It-to adalah
tokoh muda yang baru menonjol tentu saja ingin mengundang mereka untuk bertanding "
Didengarnya Giok-bin-sin-po berkata pula, "Sepanjang jalan kurasakan kehadiranku itu
mestinya tidak perlu kulakukan, kupikir kungfuku mempunyal keunggulannya sendiri, masakah
hanya diundang seorang muda lantas hadir begitu saja, kan menurunkan derajatnya sendiri
-Beberapa kali aku bermaksud putar balik, tapi ilmu golok oh It-to yang tiada tandingannya itu
sungguh daya tarik yang kuat, betapapun berat bagiku untuk tidak hadir. Akhirnya tiba juga
hariToan yang dan kuhadir tepat pada waktunya dipuncak barat Hoa-san- sambil naik ke Hoa-san
kupikir bila oh It to hanya bernama kosong saja, maka percumalah perjalanaaku ini, tapi kalau oh
It-to benar-benar tiada tandingannya di dunia dan dalam pertandingan nanti akupun kalah, lalu
apa yang harus kulakukan" waktu kusampai di atas puncak. kulihat dipuncak yang datar itu sudah
dibangun sebuah barak yang tinggi, di dalam barak itu berduduk seorang tua berumur 50-an, aku
tidak kenal dia, kukira dia juga salah seorang undangan, diam-diam kupuji persiapan oh It-to yang
rapi, sudah dibangunkan barak itu untuk bertanding dengan baik.
-Kumasuk kedalam barak. segera orang tua yang berduduk di dalam itu menyambut
kedatanganku, setelah memperkenalkan diri baru kuketahu ialah oh It-to sendiri. Sungguh tak
kuduga oh It-to adalah seorang kakek berumur 50- an- semula kukira umur oh It-to paling-paling
baru 30-an, siapa tahu dia malah lebih tua daripada diriku,
-Kemudiau berturut-turut hadir pula Hay-liong-ong Auyang Liong-lian, lalu Wi-san-tayhiap Tan
It-kong." "Wi-san-tayhiap itu apakah suheng seng-jiu-ji-lay-Yok-ong-ya yang termashur itu?" tanya Yu
Wi. "Kaupun tahu Wi-san-tayhiap adalah suheng Yok-ong-ya?" tanya Giok-bin-sin-po.
"Pernah kudengar dari Yok-ong-ya bahwa gurunya ialah Wi-san-ya-so (si kakek pertapa di Wisan)
dan seorang suhengnya dengan kungfu yang mendapat warisan seluruh kepandaian sang
guru, namanya termashur di dunia Kangouw dan mendapat predikat Tayhiap."
"Tan It-kong memang pantas mendapat sebutan Tayhiap." tutur Giok-bin-sin-po. "pada waktu
termashur, Yok-ong-ya sendiri belum lagi terkenal. Kemudian berkat ilmu pengobatannya barulah
nama Yok-ong-ya menggemparkan dunia Kangouw, tapi entah mengapa dia meracun mati
suhengnya, peristiwa ini sebegitu jauh masih menjadi teka-teki, semua orang menganggap tidak
pantas Yok-ong-ya meracun mati suhengnya sendiri "
Yu Wi tahu sebab musabab kejadian itu, teringat olehnya cerita tentang kedua orang itu samasama
bertanding dengan minum racun, tanpa terasa ia meraba kitab Pian-sik-sin-bian dalam
bajunya, "Nama Tan It-kong pada jaman itu jauh lebih gemilang daripada namaku," tutur pula Giok-binsin-
po. "Melihat kedatangannya. kurasakan perjalananku ini cukup berharga mengingat orang
yang diundang ternyata ada yang lebih terhormat daripada diriku. Malahan orang terakhir yang
tiba juga mempunyai nama lebih tinggi dari padaku, yaitu Tiong-ciu-sin-kiam Liu Tiong-cu,
sipedang sakti dari Tiongciu."
"Ah, Toa-supekku," seru Yu wi.
"Apa katamu" Jadi Lau Tiong-cu adalah Toa-supekmu?" tanya Giok-bin-sin-po.
"Betul, beliau memang paman guruku, tapi Wanpwe tidak tahu paman guru berjuluk Tiong-ciusin-
kiam. " "Pantas kau tidak tahu," kata Giok-bin-sin-po. "sejak muda dia berkelana dan mendapat
predikat sebagai Tiong ciu-sin-kiam, tapi setelah pertemuan di Hoa-san, dia mengumumkan
kepada khalayak ramai bahwa sebutan itu tidak digunakan lagi, dan selanjutnya juga tiada orang
menyebutnya dengan nama itu.
Bagian 28 "Sebab apa Toa supek menghapuskan sebutan kehormatan itu?" tanya Yu Wi.
Giok bin-sin-po menggeleng, tuturnya dengan gegetun, "Setelah pertemuan Hoa-san, dia
dikalahkan oleh kedelapan jurus ilmu golok oh It-to, ia merasa malu untuk disebut sebagai Tiongciu-
sin-kiam, maka tidak mau lagi memakai gelar tersebut"
Ia berhenti sejenak, katanya kemudian sambil memandang Yu Wi, "Tak tersangka paman
gurumu ialah Tiong-ciu-sin-kiam. Selama hidupku hanya mengagumi dua orang, seorang adalah
Wi-san-tayhiap Tan It-kong, yang lain ialah Supekmu itu. Aku tidak pernah menerima murid,
akhirnya menerima juga Lau Yok-ci sebagai murid hanya lantaran dia adalah keturunan Toa
supekmu." Giok bin-bin-po tidak tanya siapa guru Yu Wi, maklumlah, nenek ini sangat tinggi hati, selama
hidup kecuali Tan It-kong dan Lau Tiong-cu memang tiada orang lain yang dikaguminya, maka ia
malas untuk tanya siapa guru Yu Wi, biarpun diketahuinya kungfu Yu Wi tidakLah rendah.
Mendengar nama Lau Yok-ci, diam-diam Yu Wi berduka, mestinya hendak dijelaskannya bahwa
Toa supeknya tidak punya keturunan, sebab isteri Toa supek seteiah melahirkan anak perempuan,
ibu dan anak lantas meninggal semuanya. Lalu Toa supek tidak berkeluarga lagi, jadi tidak
mungkin Lau Yok-ci adalah keturunan Toa supeknya.
Tapi ia merasa berat untuk menyebut nama Lau Yok-ci, rasanya lantas sedih bila menyebut
nama nona itu. "Apakah kau tidak enak badan?" tanya Giok-bin-sin-po.
"o, ti . . . tidak," jawab Yu Wi gugup,
Giok-bin-sin-po melihat sikap Yu Wi rada aneh dengan sendirinya ia tidak tahu urusan
menyangkut muridnya sendiri, yaitu Lau Yok-ci.
Nenek itu menengadah memandang sang surya di angkasa, secara di bawah sadar ia mengipas
dengan tangannya, padahal saat itu matahari tidak tepat di tengah cakrawala, dengan kekuatan
Lwekangnya tentu tidak terganggu oleh sedikit hawa panas ini.
"Kemudian bagaimana setelah Toasupek tiba, lalu pertandingan dimulai?" tanya Yu Wi.
Giok-bin-sin-po bercerita pula, "Ya, dimulai. Begitu Toa supekmu tiba, oh It-to lantas memberi
hormat kepada para hadirin, katanya dengan tenang, "sungguh beruntung orang she oh dapat
mengundang kehadiran Anda berempat. Pada dunia persilatan jaman ini, hanya Anda berempat
saja yang terhitung tokoh utama, dengan hormat Wanpwe mohon dengan sangat sudilah kalian
memberi petunjuk seperlunya."
"Ucapannya itu membikin senang hati kami, apalagi oh It-to menyebut dirinya sendiri sebagai
Wanpwe, kupikir orang ini cukup rendah hati, padahal usia oh It-to lebih tua daripada kami
berempat, bahkan lebih tua beberapa tahun daripada Wi-san-tayhiap yang paling tua di antara
kami berempat. Pertemuan itu lantas dibuka dengan ramah tamah, benar-benar seperti orang
yang sedang berdiskusi tentang ilmu silat.Babak pertama dimulai dengan oh It-to menghadapi
diriku, dengan ilmu goloknya yang memang hebat itu, sampai jurus keseribu barulah dia
mengalahkan aku. Meski kalah, tapi aku menyerah dengan lahir batin, tidak ada sesuatu yang
perlu kusesaLkan. Hanya saja dalam hati kecilku timbul semacam perasaan yang tidak enak,
seharian itu aku tidak lagi bicara sepatah kata pun.
-Babak berikutnya adalah Lau Tiong-cu lawan Auyang Liong-lian, meski sama kuat dan berakhir
dengan seri, tapi sama sekali aku tidak berniat untuk menonton pertandingan mereka. Besoknya
pertandingan dilanjutkan, babak pertama oh It-to melawan Auyang Liong-lian. Hasilnya tetap oh
It-to lebih unggul, setelah ribuan jurus Auyang Liong-lian juga menyerah kalah, Melihat Auyang
Liong-lian juga mengalami kekalahan, perasaanku ya tidak enak itu barulah terasa rada berkurang.
Babak kedua giliranku pula menghadapi Wi-san-tayhiap. sesudah ribuan jurus, wi-san-tayhiap
melompat mundur dan menyatakan pertarungan itu berakhir dengan seri. Padahal kutahu
bilamana diteruskan tentu aku yang akan kalah,jelas Wi-san-tayhiap sengaja mengalah padaku,
Hatiku sangat berterima kasih padanya. Kemudian waktu aku bertanding dengan Lau Tiong-cu, dia
juga mangalah dan menyatakan pertandingan kami berakhir seri. Inilah sebabnya kukagumi
mereka berdua sampai sekarang.
-Dalam pertandingan itu, setiap hari tentu oh It-to mulai terjun dalam babak pertama. Pada
hari ketiga, kembali dengan ilmu goloknya ia mengalahkan lagi LauTiong-cu pada jurus keseribu.
sampai disini barulah kami merasa heran, mengapa berturut-turut dalam tiga babak selalu
dimenangkan dia setelah seribuan jurus, tidak lebih dan tidak kurang Jangan-jangan hal ini
memang sengaja diaturnya. Padahal tidak perlu sampai seribu jurus sebenarnya dia mampu
mengalahkan kami" Mengingat hal itu bukan mustahil, maka pada hari keempat ketika pada babak
pertama dia bertanding dengan Wi-san-tayhiap.
kami menaruh perhatian khusus terhadap pertandingan mereka. Pribadi Wi-san-tayhiap
memang rendah hati tapi di antara kami berempat, tidak dapat disangkal kungfunya terhitung
paling kuat, namun dia tidak mau kelihatan lebih unggul daripada kami secara terang-terangan. -
Kupikir apabila Wi-san-tayhiap juga dikalahkan oh It-to, maka gelar jago nomor satu di dunia ini
dengan sendirinya akan dimilikinya. Kulihat sebelum seribu jurus, oh It-to bertempur dengan
teratur dan seenaknya, tapi setelah lewat seribu jurus, mendadak Wi-san-tayhiap juga
dikalahkannya. Wi-san-tayhiap mengaku kalah lahir dan batin, tapi menurut pandangan kami,
sebenarnya tidak sampai seribu jurus oh It-to dapat mengalahkan wi-san-tayhiap. ini berarti tidak
perlu seribu jurus juga dapat mengalahkan kami bertiga.
-Pada hari kelima, pertemuan itu diakhiri, antara empat orang yang diundang tak ada yang
kalah atau menang, tapi semuanya telah dikalahkan oleh oh It-to, mengenai kepandaian Auyang
Liong-lian dia hanya setingkatan denganku, kuberani pastikan bilamana bertanding benar, dia
pasti akan dikalahkan oleh Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu. Tapi dasar kulit muka si tua itu
memang tebal, ia menganggap dirinya dapat bertanding dengan seri bersama kami bertiga,
kecuali oh It-to, apabila beelatih lagi sekian lama tentu tidak sulit untuk mengalahkan kami
bertiga. Karena itutlah, segera ia menghasut agar kami bersekutu dan mengerubut serta
membinasakan oh It-to. Alasan yang dikemukakannya adalah oh It-to tidak cukup jantan, tidak
berlaku terang-terangan. Tenlu saja oh It-to kurang senang, apalagi habis mengalahkan empat
tokoh besar, sikapnya menjadi agak angkuh, tanpa sungkan ia balas bertanya, 'Memangnya kau
tidak terima, dalam hal apa kau anggap aku tidak terang terangan"'
-Auyang Liong-lian bilang, kalau oh It-to sudah mengundang kami untuk saling tukar pikiran
mengenai ilmu silat masing-masing, seharusnya dia berlaku blak-blakan dan tidak boleh
menyimpan rahasia, tidak seluruhnya dia memperlihatkan inti-sari ilmu silatnya. Tanpa
tedengaling-aling ia lantas menunjukkan kemenangan oh It-to yang sebenarnya bisa dilakukannya
sebelum seribu jurus, tujuannya sengaja menghasut, kami tahu hal ini, namun diam-diam kami
juga merasa oh It-to memang sengaja menyimpan kepandaian, seakan-akan undangannya pada
kami sengaja hendak mengalahkan kami satu persatu.
-Apabila waktu itu oh It-to mau memainkan lagi seluruh ilmu goloknya yang telah mengalahkan
kami berempat itu mungkin keributan selanjutnya takkan terjadi, tapi oh It-to justeru berkata
dengan ketus, 'Memang tidak perlu seribu jurus dapat kukalahkan kalian, tapi mengingat kalian
adalah tokoh terkemuka, jika kalah sebelum seribu jurus, kan bisa kehilangan muka"'
-Ucapan ini telah menimbulkan rasa gusar kami, akulah orang pertama yang tidak tahan, aku
berteriak. Bagus,jika demikian harap oh-tayhiap sudi memberi petunjuk lagi
-sungguh memalukan jika diceritakan, padahal sudah jelas diketahui Auyang Liong-lian sengaja
mencari perkara dan ingin mengadu domba, tapi aku toh tidak tahan, berbeda dengan Wi-santayhiap
dan Lau Tiong-cu berdua, mereka hanya mengernyitkan kening saja, sedangkan aku
lantas angkat golok dan membacok oh It-to.
-sekali ini oh It-to juga tidak sungkan-sungkan lagi, segera ia keluarkan ilmu goloknya yang
lihay, hanya lima jurus saja aku sudah dikalahkan. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan, apabila
kejadian ini sampai tersiar bahwa dalam lima jurus saja Giok-bin-sian-li (si dewi cantik) dari Thiansan
telah dikalahkan oh It-to . . . o, kau tahu, waktu itu aku masih muda, dengan sendirinya tidak
berjuluk Giok-bin-sin-po . ." . "
Yu Wi tertawa. pikirnya. "Tentu saja tidak disebut Giok-bin-sin-po, masa perempuan berusia 30-
an di sebut nenek. bukankah sekarang kau pantas di sebut nenek buyut?"
Lalu terpikir pula olehnya, " Waktu mudanya dia digelari sian-li (si dewi) tentu juga pantas,
kalau dipandang sekarang saja wajahnya serupa perempuan setengah umur, berbeda jauh
daripada umurnya yang sesungguhnya, jelas dia pintar merawat muka sehingga awet muda,
sungguh harus dipuji."
"Bahwa aku dikalahkan dalam lima jurus, tentu sukar untuk dipercaya. Akan tetapi fakta
memang begitu, tatkala mana aku sangat berduka dan hampir menangis, sungguh sangat
memalukan, sebesar itu untuk pertama kalinya aku telah mencucurkau air mata, sialan si Auyang
Liong-lian itu, dia malah sengaja berolok-olok, katanya, 'Kenapa menangis, nona cantik" Biar tuan
muda membalas dendam bagimu.' Keparat, dia tidak berkaca lebih dulu masakah dia anggap
dirinya paling jempolan dan hendak membalaskan dendam bagiku . . . ."
Yu Wi ingin tertawa. tapi tidak berani, pikirnya, "Cara bicara nenek ini seakan-akan lupa pada
usianya yang sudah lanjut, jelas itulah nada ucapannya pada masa mudanya."
Didengarnya Giok-bin-sin-po bertutur pula, "Tapi akhirnya dia juga tidak terhindar dan
kekalahan, bukan saja keok dalam lima jurus. bahkan pantatnya terketuk oleh golok oh It-to dan
jatuh tersungkur Jelek-jelek Auyang Liong-lian juga seorang maha guru suatu aliran tersendiri,
tidak seharusnya oh It-to membuatnya malu begitu. Lau Tiong-cu jadi penasaran, segera ia tampil
ke muka dan berkata, 'oh-tayhiap. boleh coba kaupun ketuk aku satu kali'.
-Lau Tiong-cu memang lebih kuat daripada Auyang Liong-lian dan juga diriku, tapi iapun
dikalahkan oh It-to pada jurus ketujuh meski tidak kalah secara memalukan, tapi cukup membuat
sedih Lau Tiong-cu. Melihat ketiga rekannya sudah kalah semua, tanpa bicara Wi-san-tayhiap
lantas tampil ke muka dan menusuk dengan pedangnya, oh It-to tertawa bergelak. serunya,
'Haha, sekalipun kulian maju semua juga aku tidak takut.'
-Ucapan ini membikin kami tambah dongkol, dalam pada itu Wi-san-tayhiap juga dikalahkan
pada jurus ketujuh, kesempatan ini segera digunakan Auyang Liong-lian untuk mengaduk.
serunya, 'Ayolah kita maju sekaligus'
-Aku memang tidak senang terhadap sikap oh It-to, maka begitu Auyang Liong-lian menubruk
maju, tanpa pikir akupun ikut menerjang, baru saja bergebrak. mendadak Wi-san-tayhiap berseru,
'Berhenti dulu, berhenti. Janganlah kita merusak nama baik kita sendiri' Melihat Wi-san-tayhiap
dan Lau Tiong-cu tidak ikut maju, teringat olehku main kerubut bukan tindakan yang terhormat,
akupun tidak berhasrat untuk bertempur lagi, maka begitu Wi-san-tayhiap berseru segera aku
melompat mundur. Tapi Auyang Liong-lian tidak mau mundur, hal ini membikin gemas oh It-to,
sekali serang ia robohknn dia pula, bahkan melukainya.
-Hal ini menimbulkan rasa gusar Wi-san-tayhiap. katanya. 'oh-tayhiap. tindakanmu ini jelas
tidak benar. Kami diundang menghadiri pertemuan ini, tujuan kita adalah berbincang secara baikbaik,
jauh-jauh kami datang dengan maksud baik, mengapa kau lukai Auyang-heng sekarang"'
-Kesempatan itu segera digunakan Auyang Liong-lian unjuk mengambek. serunya, 'orang she
oh, jika memang lihai, ayolah bunuh diriku. Wi-tayhiap dan Lau-tayhiap. kuharap kalian suka
mengurus layonku nanti.' Dengan gusar Lau Tiong-cu juga berkata, 'Jangan kuatir, Auyang-heng,
tidak nanti dia berani membunuhmu, andaikan terjadi begitu, tidak nanti kami tinggal diam.'
-Berturut-turut mengalahkan empat tokoh terkemuka, oh It to tampak sangat senang. apalagi
lawannya tidak ada yang mampu menangkis lebih dari tujuh jurus serangannya, dengan tertawa ia
berkata, 'Haha, anggaplah orang she oh bertindak salah pada kalian, boleh kalian maju saja
sekaligus. coba apakah kalian mampu melayani ketujuh jurus Hay-yan-to-hoatku, bilamana
sanggup baru nanti kita bicara lagi.'
-Melihat orang tidak mau bicara tentang aturan dan tetap hendak pamer ilmu goloknya, Wi-santayhiap
sangat marah, katanya, 'Meski permainan golokmu memang sangat lihai, tapi sayang
tenaga dalammu belum cukup kuat, jangankan kami berempat, cukup aku dan Lau-tayhiap berdua
saja sanggup mengalahkan kau.'
-oh It-to tidak percaya kepada keterangan Wi-san-tayhiap. dengan tertawa ia menjawab, 'Betul,
tenaga dalamku memang belum sempurna, bahkan tidak sekuat salah seorang di antara kalian,
tapi kalau kau bilang berdua saja sanggup mengalahksn diriku, betapapun aku tidak percaya,
bahkan berani kukatakan kau cuma mimpi belaka'
-Agaknya Lau Tiong-cu mempunyai pandangan yang sama dengan Wi-san-tayhiap. dengan
penuh keyakinan iapun berkata . 'Tapi bila secara beruntung kami dapat mengalahkan kau, lalu
bagaimana"' Tanpa pikir oh It to menjawab, 'Apapun permintaan kalian pasti akan kuterima.' Ia
menyangka dalam tujuh jurus saja dapat mengalahkan Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu, apa
artinya biarpun kedua orang itu bergabung dan mengeroyoknya. Ia lupa bahwa dalam hal ilmu
silat, setiap gerak jurus serangan memang sangat penting, tapi soal tenaga dalam adalah unsur
yang terlebih penting untuk mencapai kemenangan.
-Rupanya Auyang Liong-lian dapat melihat hal ini, segera ia berseru, 'Baik, jika kau kalah, kau
harus segera membunuh diri, apakah kau berani"' Pancingan Auyang Liong-lian ini ternyata
berhasil, dengan tegas oh It-to menjawab, 'Baik, jika orang she oh kalah segera akan membunuh
diri' -Pertarungan selanjutnya jelas tidak sama lagi dengan beberapa kali pertarungan sebelumnya,
dalam pertandingan sebelumnya Lau Tiong-cu dan Wi-san-tayhiap hanya berpatokan saling belajar
dengan oh It-to, asal menyentuh lawan segera diakhiri, sekarang mereka berdua bergabung dan
harus menang, maka cara bertempur mereka dilakukan sepenuh tenaga. Mereka menyerang
dengan mantap dan bertahan dengan rapat. Benar juga, meski ilmu permainan golok oh It-to
sangat bagus, sayang kurang kuat dalam hal tenaga dalam, sukar baginya mematahkan serangan
Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu. Tapi kalau satu lawan satu tetap kalah, sebab jurus serangun oh
It-to terlalu lihai, betapa rapatnya pertahanan akhirnya pasti juga akan bobol. Tapi sekarang dua
lawan satu, yang seorang menyerang dan yang lain bertahan secara bergiliran, dengan kerja sama
yang rapat, ratusan jurus kemudian oh It-to mulai gelisah, pada kesempatan itu Wi-san-tayhiap


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat mengetuk jatuh pedang oh It-to. seketika oh It-to berdiri kesima dengan muka pucat. Meski
menang, tapi Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu tidak merasa senang, sebab kemenangan itu
adalah berkat main kerubut, apabila bertempur satu lawan satu, tidak mungkin mereka menang.
-Auyang Liong-lian lantas membonceng keadaan itu untuk mengejek. 'Huh, jangan berlagak
pilon, keberatan untuk menggorok leher sendiri bukan"jika takut mati seharusnya tadi jangan sok
omong besar' -Baru habis ucapannya, mendadak oh It-to memungut goloknya yang jatuh itu,
kukira dia hendak melabrak Auyang Liong-lian, siapa tahu oh It-to benar-benar mengangkat golok
untuk memotong leher sendiri Tampaknya jago nomor satu dijaman itu segera akan mati hanya
karena menepati apa yang sudah diucapkannya, syukurlah mendadak pedang Wi-san-tayhiap
keburu menangkis golok oh It-to, katanya, 'Hanya satu perkataan saja untuk apa harus
mengorbanknn jiwa secara sia-sia'
Lau Tiong-cu juga ikut membujuknya, 'Auyang-heng telah kau lukai, boleh kau minta maaf saja
padanya dan urusanpun selesai. Pertemuan kita ini hanya untuk tukar pikiran dan belajar kenal
dengan ksatria yang namanya menggemparkan dunia Kangouw dan bukan untuk bunuh
membunuh, jika kematianmu sampai tersiar, tentu orang Kangouw akan mengira kami yang
mendesak akan kematianmu. Maka kuharap kaupikir lagi lebih masak dan jangan menuruti pikiran
sesat.' -Perkataan kedua orang itu tidak langsung membujuk oh It-to menghentikan tindakannya akan
membunuh diri, mau-tak-mau oh It-to mengurungkan niatnya, katanya dengan menyesal, 'Baiklah,
kuminta maaf kepada Auyang-heng.' Tapi Auyang Liong-lian ternyata tidak mau terima, ia
berteriak pula, ' Tidak... tidak bisa... Tidak jadi bunuh diri juga boleh, tapi kau sudah janji akan
melaksanakan apa pun yang kami minta. sekarang ada suatu syaratku, kalau tidak kau
laksanakan, bila urusan ini tersiar, cobalah apakah kau oh It-to masih sanggup berkecimpung di
dunia Kangouw"'
-sebagai orang Kangouw kita harus menepati janji, meski sejak mula oh It-to tidak suka kepada
Auyang Liong-lian. tapi terpaksa ia menerima kahendaknya dan bertanya, 'Apa syaratmu"'
-Ternyata Auyang Liong-lian minta oh It-to membeberkan kedelapan jurus ilmu goloknya yang
mengalahkan kami itu. Aku jadi tertarik oleh jalan pikirannya itu, segera aku menyongkongnya,
'Betul, beberkan rahasia kedelapan jurus ilmu golokmu itu dan selesailah segala urusan, kami pun
takkan menyiarkan apa yang terjadi ini.'
-Padahal siapa yang mau menyiarkan peristiwa itu" Memangnya kami tidak malu jika kekalahan
kami diketahui umum" Apakah gemilang mengalahkan oh It-to dangan main kerubut" Tapi oh Itto
tidak melaksanakan apa yang telah diucapkannya, jika tersiar tentu juga dia akan di tertawai
sebagai seorang pengecut, agar bisa tetap berkecimpung di dunia Kangouw mau-tak-mau oh It-to
harus membeberkan rahasia ilmu goloknya. Tak terduga, mendadak oh It-to bergelak tertawa dan
berkata, 'Kan lebih gampang jika kalian menghendaki kematianku saja"' sembari bicara secepat
kilat ia angkat golok dan menabas pula keleher sendiri. Meski cukup cepat Wi-san-tayhiap
mencegahnya. tapi senjata oh It-to sudah melukai leher sendiri, cukup parah lukanya, darah
mengucur dengan derasnya. Untung Wi-san-tayhiap rada mahir ilmu pengobatan. cepat ia
memberinya obat dan membalut lukanya sehingga jiwa oh It-to dapat diselamatkan.
oh It-to masih berusaha membunuh diri pula, tapi Lau Tiong-cu telah merampas goloknya, lalu
mendamperat aku dan Auyang Liong-lian, 'Hm, percuma kalian menganggap diri sendiri sebagai
maha guru suatu aliran, tapi suka mengincar ilmu silat orang lain, apakah kalian tidak malu"' -
Kupikir tindakan kami memang tidak patut, maka aku tunduk kepala dan tidak berani menjawab,
namun Auyang Liong-lian memang tidak tahu malu, ia masih terus berkaok-kaok, Tidak peduli dia
akan membunuh diri atau tidak. yang jelas dia harus mengajarkan ilmu goloknya, kalau tidak, lihat
saja akibatnya nanti, oh It-to
-Wi-san-tayhiap meajadi gusur. damperatnya, "Auyang-heng, jika kau berani mendesak ohheng
lagi, hal itu sama dengan memusuhi diriku, nanti kita boleh mengadakan peryelesaian
tersendiri"
-Lau Tiong-cu juga berkata, 'Kau berani mencemarkan nama baik oh-heng, orang she Lau juga
takkan tinggal diam.'
-Karena kedua orang itu membela oh It-to, seketika Auyang Liong-lian mengkeret dan tidak
berani bicara lagi. Kalau oh It-to saja tidak mampu melawan kerubutan kedua orang itu. mana
Auyang Liong-lian sanggup"
-oh It-to sangat berterima kasih kepada pembelaan Wi-san-tayhiap dan Lau Tiong-cu itu,
ucapnya dengan gegetun, 'sebenarnya bukan aku sengaja tidak mau membeberkan rahasia
kedelapan jurus ilmu golokku ini, soalnya orang yang mengajarkan ilmu golok kepadaku itu
dengan tegas-tegas telah menyatakan bahwn ilmu golok ini dilarang diajarkan lagi kepada siapa
pun, untuk itu aku sudah bersumpah akan mentaati pesan beliau.Jika sekarang kubeberkan ilmu
golokku akan berarti kulanggar sumpahku sendiri, jadi permintaan ini tidak mungkin kupenuhi.
Tapi jika kalian menghendaki kulakukan urusan lain, apa pun akan kulaksanakan, sekalipun terjun
kelautan api atau masuk kolam mendidih juga tidak kutolak.'
-Wi-san-tayhiap lantas berkata, 'sudahlah, urusan ini jangan disebut-sebut lagi, tidak ada yang
menghendaki kau berbuat apa pun. sungguh memalukan jika diceritakan, kami sudah dikalahkan
semua olehmu, masakah kami yang menyuruh kau berbuat sesuatu, hanya orang yang tidak tahu
malu saja yang dapat bertindak demrkian.'
-Ucapan Wi-san-tayhiap itu jelas-jelas ditujukan kepada Auyang Liong-lian dan memakinya
sebagai orang yang tidak tahu malu. Tapi dasar bermuka tebal, Auyang Liong-lian berlagak tidak
mendengar. orang ini memang licik dan licin, ia tahu jika banyak bicara lagi mungkin akan
menimbulkan rasa gusar orang banyak. Agaknya Lau Tiong-cu sangat mengagumi kedelapan jurus
ilmu golok oh It-to itu, ia coba tanya siapa gurunya dan menyatakan hasratnya ingin menemui
beliau, -oh It-to menjawab bahwa siapa orang yang mengajarkan ilmu golok itu, baik she atau
namanya, ia sendiri pun tidak tahu. Kuatir dituduh berdusta, ia lantas bercerita pengalamannya
waktu mendapat ajaran ilmu golok itu. Kiranya peristiwa oh It-to mendapat ajaran ilmu golok itu
baru terjadi lima tahun sebelumnya, pada satu hari bentengnya kedatangan seorang tua, yang
tidak dikenal, esoknya mendadak kakek itu jatuh sakit dan terpaksa tinggal sampai setengah tahun
di tempatnya. selama setengah tahun itu oh It-to meladeni orang tua itu dengan hormat. segala
keperluannya dicukupi. setelah sembuh, orang tua itu sangat berterima kasih atas budi kebaikan
oh It-to, maka ia telah mewariskan padanya delapan jilid kitab ilmu golok. itulah pengantar latihan
kedelapan jurus ilmu golok yang hebat.
-oh It-to berlatih menurut petunjuk kitab pusaka itu, lima tahun kemudian selesailah
pelajarannya. setelah berhasil melatih kungfu yang tinggi, tentu saja ia getol mencobanya. Ia
mului mengembara dan mendatangi berbagai perguruan untuk menguji kepandaiannya, ternyata
ilmu goloknya . memang sangat lihai, selama itu belum pernah ketemu tandingan, bahkan tiada
seorang pun mampu melawannya lebih dari tiga jurus. Akhirnya tidak ada lagi yang berani
bertanding dengan dia. Maklumlah, bila seorang sudah tidak ada tandingannya dan tidak dapat
bertempur sepuas-puasnya, hal ini justeru dirasakan sangat tidak enak. Maka dia lantas berusaha
mencari kabar dan akhirnya mengetahui nama kami, lalu mengirim kartu undangan. Kami juga
sudah mendengar nama orang she oh itu, tapi tidak menyangka ilmu goloknya yang tidak ada
tandingannya itu baru dilatihnya selama lima tahun, padahal kalau oh It-to tidak mendapatkan
ajaran ilmu golok itu, paling-paling dia hanya jago silat kelas dua atau tiga saja, seorang jago
kelas menengah dengan usia sudah setengah umur, lalu mulai berlatih kungfu baru, tapi baru lima
tahun berlatih sudah mampu mengalahkan empat maha guru terkemuka dunia persilatan, hasil
yang dicapainya ini sungguh suatu keajaiban. Dan unsur pokok yang menjadikan keajaiban ini
hanya kedelapan kitab ilmu golok pemberian seorang kakek tak terkenal, apabila kakek tak
terkenal itu menambahi sedikit pelajaran kungfu yang lain, bukankah kelihaian oh It-to akan lebih
hebat lagi. -Begitulah setelah mengetahui kisah oh It-to mendapatkan ajaran ilmu golok itu, kami tambah
ingin bertemu dengan kakek tak bernama itu, ber-ulang2 kutanyai oh It-to pula dimana tempat
kediaman kakek itu" semula oh It-to tidak mau menjelaskan. tapi kemudian Wi-san-tayhiapjuga
bertanya, 'Ya, dapatkah kami menemukan beliau" Apabila dapat, sungguh akupun sangat ingin
menemui tokoh kosen semacam ini.'
-Karena Wi-san-tayhiap sudah ikut bicara, terutama mengingat dia adalah penyelamat oh It-to,
betapapun oh It-to sudah hutang budi dan tidak enak untuk tutup mulut lagi, akhirnya ia berkata,
'Menurut keterangan Bu-beng-lojin (kakek tak bernama), katanya kedelapan kitab pusaka
pelajaran imu golok ini hanya berisi ilmu golok biasa saja.'
-serentak kami berempat merasa heran, sungguh sUkar untuk dipercaya bahwa ilmu golok
selihay itu dikatakan cuma ilmu golok biasa saja. bila empat tokoh terkemuka seperti kami telah
dikalahkan kedelapan jurus ilmu golok itu, dan ilmu golok itu dikatakan kungfu biasa, lalu kungfu
macam apakah baru terhitung kungfu sejati"
-Maka oh It-to menutur pula, katanya, ^'Menurut ceiita Bu-beng-lojin, ilmu silat beliau yang
sejati dipelajarinya dari sejilid kitab pusaka yang disebut Hian-ku-cip. barang siapa, asalkan
berhasil mempelajari salah satu macam kungfu yang termuat dalam kitab pusaka Hian-ku-cip itu,
maka cukup baginya untuk menyapu habis setiap jago silat tanpa tandingan.'
-Mendengar ceritanya ini, tanpa, terasa kami hanya menelan air liur, semuanya terpikat oleh
keterangannya itu dan ingin menemukan kitab pusaka semacam itu, kupikir asalkan dapat
membaca kitab itu, biarpun mati juga tidak menyesal. Maka tanpa menunggu oh It-to bicara lagi
segera kudesak. 'Ayolah lekas ceritakan, di mana tempat tinggal Bu- beng-lojin"'
-Dengan kereng oh It-to menjawab, 'Dapat kuterangkan tempat kediaman Bu-beng-lojin, tapi
kalian harus bersumpah akan menerima syaratku setelah selesai mendengar ceritaku.'
-Kami terdiam dan merasa sangsi. setelah berpikir sejenak. Wi-san-tayhiap bicara lebih dulu, ia
tanya, 'Apa syaratmu"'
-Tidak sulit syaratnya menurut oh It-to, katanya, 'Wi-san-tayhiap, jika sampai kuberikan syarat
yang sulit, biarlah orang she oh mati tak terkubur.' -Dengan tegas Wi-san-tayhiap lantas
menjawab, 'Baik, aku bersumpah'
-setelah kami sama mengucapkan sumpah akan taat kepada syaratnya nanti, lalu oh It-to
berkata pula, setelah menyebut Hian-ku-cip. dan melihat aku tidak tertarik oleh kitab pusaka itu,
Bu beng-lojin berkata pula dengan tertawa, 'sekarang kitab Hian-ku-cip tidak menarik
perhatianmu, tapi nanti setelah kedelapan jilid kitab ilmu golok sudah selesai kau pelajari, tentu
timbul hasratmu ingin membaca Hian-ku-cip. bahkan hasrat membaca terus berkobar sehingga
membuat kau lupa makan dan tidak dapat tidur.
-Apa yang diuraikannya itu memang tidak salah, hal ini terbukti setelah oh It-to
memberitahukan kepada kami tempat kediaman Bu-beng-lojin selama 45 tahun ini hampir siang
malam senantiasa timbul hasratku ingin mencari Bu- beng-lojin, bila teringat kepada kungfu maha
sakti dalam kitab pusaka itu, sungguh makan terasa tidak enak tidur pun tidak nyenyak. Menurut
cerita oh It-to setelah mendengar keterangan Bu-beng-lojin itu, ia hanya tertawa saja tanpa
menghiraukannya. sebab dia benar-benar tidak percaya kepada Bu- beng-lojin yang jatuh sakit
dan hampir mati itu bisa memiliki kungfu maha sakti, menurut ceritanya, semula kedelapan jilid
kitab ilmu golok itu pun diremehkan olehnya. Akan tetapi Bu- beng-lojin masih juga berkata
padanya, pada suatu hari kelak, apabila kau ingin menemui diriku, boleh kau datang saja ke Ho-loto.
Ho-lo-to yang dimaksudkan ialah pulau yang kita diami sekarang ini . . . ." Bercerita sampai di
sini barulah Giok-bin-sin-po berhenti.
Yu Wi memandang sekelilingnya dan berpikir, "Ho-lo-to ini sedemikian kecil dan tandus, hampir
tidak ada tempat untuk berteduh, jangankan bertempat tinggal disini dalam jangka waktu
panjang, hanya berdiam satu hari saja disini mungkin akan mati terjemur oleh terik sinar
matahari" Maklumlah, pulau kecil ini memang betul tandus, gundul, datar, lapang, sepotong batu yang
agak besar saja tidak ada, cara bagaimana orang akan dapat berteduh dari panas sinar matahari.
Padalal saat ini tepat lohor, sang surya berada di tengah cakrawala, Yu Wi merasakan hawa
sangat panas, rasanya seperti dipanggang, lebih- lebih batu karang yang didudukinya, rasanya
pantat bisa hangus terbakar.
Anehnya, dilihatnya Yap Jing bertiga yang berbaring di tanah berpasir itu iusteru dapat tidur
dengan sangat nyenyak, diam-diam Yu Wi merasa kasihan Kepada ketiga nona itu, selama sebulan
ini mereka benar-benar kelelahan dan tidak pernah tidur nyenyak seperti sekarang ini.
Ia berbangkit dan menuju ke perahu, mengambil satu ember air tawar. Mungkin sudah haus
karena sibuk bercerita tadi, Giok-bin-sin-po lantas menceduk satu gayung air dan diminum hingga
habis. setelah membasahi kerongkongan, lalu nenek itu bertutur lebih lanjut,
" Waktu oh It-to menyebut nama Ho-lo-to, diam-diam kami heran HHo-lo-to macam apakah,
mengapa tidak pernah kami dengar nama pulau demikian" serentak pandangan kami lantas
terpusat kearah Auyang Liong-lian. Maklumlah, Auyang Liong-lian adalah raja laut (Hay liong-ong)
yang terkenal, pengalamannya berlayar sangat luas, boleh dikatakan segenap pelosok samudera
raya pernah dijelajahinya, hanya dia saja yang kenal nama pulau aneh ini. Tapi Auyang Liong-lian
kelihatan gugup karena pandangan kami, cepat ia menggoyang tangan dan berkata. 'Jangan
kalian tanya padaku, akupun tidak tahu dimana letak Ho-lo-to, setahuku di dunia ini tidak ada
pulau bernama demikian.'
-Dengan sendirinya kami tidak percaya, tapi kami pun tidak bertanya lagi melainkan cuma
tersenyum saja. Kami pikir tak apalah jika kau tidak mau bicara. siapa lagi yang tidak tahu Hayliong-
ong merajai lautan dan pasti tahu setiap pulau. hanya saja tidak kau katakan terus terang.
Agaknya Auyang Liong-lian tahu jalan pikiran kami, cepat ia bersumpah, 'Aku benar-benar tidak
tahu, jika kutahu dan tidak kukatakan, biarlah aku keparat, anak jadah.'
-Wi-san-tayhiap dan Lau Tiocg-cu lantas percaya padanya, tapi aku tetap tidak percaya. Aku
lantas memberi macam-macam sindiran, kutuduh dia ingin mendatangi HHo-lo-to sendiri, maka
tidak mau menerangkan di mana letak pulau itu agar kami tidak mencari lagi. Lantaran urusan ini,
dia telah ribut denganku, karena kedua pihak sama ngotot, hampir saja kami berkelahi. Kalau
kupikirkan sekarang, kejadian itu memang bukan salahnya, hanya setan yang tahu di mana letak
Ho-lo-to ini. Rupanya pulau ini meundapatkan nama Ho lo berbubung bentuknya terupa Ho lo.
Apabila tadi kalian tidak bilang pulau ini berbentuk serupa Ho-lo, mungkin tidak kuperhatikan
bahwa pulau sekecil ini adalah tempat kediaman guru oh It-to, akan tetapi, ai . . . . "
Yu Wi tahu apa sebabnya nenek itu menghela napas, meski pulau ini sudah ditemUkan, tapi
tidak ada tanda-tanda pulau ini pernah didiami manusia,jadi percuma saja meski sudah ditemukan,
kitab pusaka Hian-ku-cip tidak mungkin tersimpan di pulau tandus ini.
Terdengar Giok-bin-sin-po berkata pula, " Karena dilarang oleh Wi-san-tayhiap. maka aku dan
Auyang Liong-lian tidak jadi berkelahi. Lalu oh It-to menyambung ceritanya, 'Dari nada ucapan Bubeng
lojin itu, kutahu beliau berharap kupergi mencarinya di pulau yang disebutkan itu, maka
dengan tertawa kunyatakan kelak pasti akan mencari beliau. Cuma tujuanku mencarinya bukan
untuk belajar kungfu yang tertera dalam kitab pusaka Hian-ku-cip melainkan hanya untuk
menjenguknya saja sebab apa pun juga beliau terhitung guruku. setelah belajar kungfunya. adalah
pantas jika kuakui beliau sebagai guru.'
-Tapi Bu- beng-lojin lantas menjengek dan menjawabnya, 'Hm,justeru kalau sudah timbul
keinginanmu untuk mencari diriku, kukira tujuanmu bukan untuk menyambangi sang guru, tapi
cuma ingin mencari dan belajar kungfu dalam kitab Hian-ku-cip.'
-oh It-to hanya tertawa saja atas ejekan kakek tak bernama itu, ia tak membantah atau
memberi penjelasan, sebab saat itu sama sekali tak terpikir olehnya betapa memikatnya kungfu
ynng tertera dalam Hian-ku-cip itu, sama halnya seperti dia tidak berminat terhadap kedelapan
jilid ilmu golok pemberian si kakek waktu itu. Kemudian Bu-beng-lojin berkata pula kepada oh It-to
dengan serius, 'Kelak boleh saja kau datang menemui aku, tapi ada satu peraturan, yaitu. bila kau
sudah berusia seratus tahun baru boleh kau datang ke Ho-lo-to, tatkala mana tentu aku sudah
lama kumati, jadi bukan maksudku menyuruh kau jenguk diriku kesana. Akan tetapi kau harus
tetap ingat, baru boleh datang ke Ho-lo-to setelah kau genap berumur seabad.'
-oh It-to tidak mengerti apa maksud Bu-beng-lojin itu, ia coba tanya alasannya. setelah
mendapat penjelasan barulah diketahui bahwa kungfu dalam Hian-ku-cip itu terlalu lihai, kakek itu
kuatir setelah oh It-to menguasai kungfu dalam kitab pusaka itu, lalu digunakannya untuk malang
melintang di dunia Kangouw dan disalah gunakan sehingga tidak ada orang lain yang mampu
mengatasinya, Tapi kalau dia sudah berumur satu abad. sudah kakek-kakek. tentu hasratnya
untuk unggul sudah hilang. lalu mulai belajar kungfu dalam Hian-ku-cip. hasilnya tentu tidak akan
digunakan untuk membikin susah sesamanya.
-Waktu itu Bu-beng-lojin mengharuskan oh It-to bersumpah bahwa dia akan taat kepada pesan
kakek itu Menurut pikiran oh It-to, apabila dirinya nanti berumur seratus tahun, berjalan saja
sudah susah, mana ada hasrat lagi untuk mencari Ho-lo-to, padahal umpama dia mau mencari
pulau itu juga sukar dan bergantung pada nasib atau secara untung-untungan, buktinya seperti
Auyang Liong-lian yang sudah berpengalaman di bidang pelayaran saja, sudah hampir 50 tahun
dia berusaha mencari dan sampai sekarang belum juga menemukan pulau ini. Maka oh It-to
menutur pula, 'selesai Bu-heng-lojin mendengarkan sumpahku. tampaknya dia merasa puas, tapi
diam-diam aku merasa geli, kupikir usiamu sekarang masih jauh dari seratus tahun dan sudah
jatuh sakit begini dan hampir mati, tapi kau suruh aku bersumpah baru boleh mencari dirimu bila
sudah berumur seabad. Andaikan kungfu yang terkumpul di dalam Hian-ku-cip itu benar bisa
membuat orang awet muda dan panjang umur. mengapa kau sendiri tidak berlatih supaya sehat
dan kuat"'
-Dengan sendirinya rasa sangsinya tidak diucapkan, sebelum berangkat Bu-beng-ojin berkata
lagi kepada oh It-to, 'setelah perpisahan ini kutahu hidupku tidak tahan lama lagi, sukar bertemu
pula bagi kita, kelak bila kau datang ke Ho-lo-to aku sudah berubah menjadi seonggok tulang
belaka, mungkin dalam hatimu kaupikir mengapa aku tidak bisa panjang umur, padahal aku
memiliki Hian-ku-cip dengan isinya yang ajaib itu" setelah menghela napas menyesal kakek itu
berkata pula kepada oh It to, supaya kau tidak penasaran, biarlah kujelaskan bahwa persoalan ini
memang ada sebabnya, kelak bila kau datang di Ho-lo-to tentu segalanya akan kau ketahui,
tatkala mana asalkan kau latih kungfu dalam Hian-ku-cip. jangankan umurmu sudah seratus
tahun, untuk hidup lagi beberapa puluh tahun tentu juga tidak menjadi soal.'
-setelah oh It-to mengantar kepergian Bu-beng lojin, pesan orang tua itu tidak diperhatikannya.
Dilihatnya isi kedelapan jilid kitab ilmu golok itu memang rada menarik, maka bila ada waktu luang
ia lantas melatihnya.
-Menurut cerita oh It-to, begitu ilmu golok itu mulai dikuasainya, tanpa terasa ia jadi tenggelam
dalam keasyikan berlatih, selama lima tahun tanpa kenal lelah ia berhasil meyakinkan ilmu golok
itu. setelah itu, segera teringat olehnya akan kungfu yang tertera dalam Hian-ku-cip seperti
ceritera si kakek. la tidak tahu kungfu macam apakah yang dikatakan bisa membikin awet muda
dan panjang umur itu" Masakah bisa lebih lihai daripada ilmu golok"
-sang waktu terus berlalu, hasratnya mengunjungi Ho-lo-to untuk mencari Hian-ku-cip
bertambah mendesak, ia bilang, kalau saja dia tidak bersumpah. tentu dia sudah berangkat
mencari pulau itu. sekarang, hanya dengan beberapa jurus ilmu goloknya itu dapatiah dia
mengalahkan empat tokoh besar ilmu silat, maka secara terus terang ia berkata kepada kami
bahwa dia benar-benar tergila pada kungfu yang tertera dalam Hian-ku-cip. kalau bisa ia ingin
segera mendatangi Ho-lo-to.
-Maka aku lantas berkata, Jika demikian, 'ayolah kita berangkat sekarang juga untuk
mencarinya, harus kita baca kungfu mujizat apa yang tercantum dalam kitab pusaka itu.'
-Tapi oh It-to lantas menjengek, 'Biarpun aku keranjingan untuk mendapatkan kitab pusaka itu,
tapi aku tidak berani melanggar sumpah, tahun ini umurku baru 55, harus 45 tahun lagi, setelah
umurku genap seratus baru dapat kupergi mencari Ho-lo-to.'
-Auyang Liong-lian mengejek kebodohan oh It-to itu, 'kalau tunggu sampai berumur seratus,


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

andaikan berhasil menemukan kitab itu lalu apa faedahnya" sumpah juga harus dibedakan,
apakah masuk di akal atau tidak"'
-Mendengar olok-olok Auyang Liong-lian itu, air muka oh It-to seketika berubah, serunya, '
orang she oh memang bukan manusia baik-baik, tapi selama hidup tidak pernah mengingkari janji,
apa lagi melanggar sumpah. sekali sudah sumpah, betapapun tidak menyesal. sebagai seorang
maha guru suatu aliran tersendiri, masakah Auyang-heng malah memandang ringan sumpah"'
-Ucapan Auyang Liong-lian memang bertujuan memancing oh It-to agar mau berangkat untuk
mencari Ho-lo-to, supaya dia melanggar sumpah lebih dulu. sebab meski kami juga sudah disuruh
bersumpah, tapi oh It-to belum lagi mengemukakan syaratnya, tahulah kami maksudnya
menyuruh kami bersumpah, dan sekarang kalau dia melanggar sumpah sendiri, dengan sendirinya
kami pun tidak perlu mematuhi sumpah dan boleh ikut pergi mencari Ho-lo-to.
-Benar juga, segera oh It-to menyuruh kami mematuhi syaratnya tadi, katanya. 'Mengingat
kedudukan kalian yang tinggi dan terhormat, tentunya kalian takkan melanggar sumpah sendiri,
kalau tidak. apa bedanya kalian dengan kaum pengecut yang rendah dan kotor"'
-Padahal di antara kami berempat, kecuali keparat Auyang Liong-lian saja yang tidak bisa
pegang janji, kami bertiga tidak nanti melanggar sumpah, mestinya dia tidak perlu bicara
demikian. -oh It-to menambahkan pula, "Tempat kediaman Bu-beng-lojin telah kukatakan kepada kalian,
tapi sekarang kuharuskan kalian mematuhi dua syaratku sebagaimana kalian sudah janji tadi.
Pertama, urusan ini hanya diketahui kalian berempat saja dan tidak boleh lagi diceritakan kepada
orang kelima tentang adanya Ho-lo-to segala. Kedua, siapa pun dilarang pergi mencari Ho-lo-to . .
. -Mendingan syarat yang pertama, tapi syarat kedua ..."
Tiba-tiba Yu Wi menghela napas dan berkata. "Padahal syarat pertama saja tidak dipatuhi oleh
Cianpwe sendiri"
"Kenapa tidak kupatuhi?" tanya Giok-bin-sin-po dengan kurang senang.
"oh It-to minta kalian jangan diceritakan lagi kepada orang kelima tentang Ho-lo-to, maksud oh
It-to adalah supaya tempat kediaman gurunya itu tidak lagi diketahui orang lain. Tapi sekarang
cianpwe telah bercerita padaku. bukankah ini berarti telah melanggar sumpah?"
"Memang betul, akan tetapi oh It-to telah berdusta pada kami, untuk apa kami harus patuh
pada sumpah ingi?" teriak Giok-bin-sin-po dengan gusar.
"Cara bagaimana oh-tayhiap dustai kalian?" tanya Yu Wi.
"Sudah 45 tahun Auyang Liong-lian berusaha mencari," demikian tutur Giok-bin-sin-po,
"berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya yang luas apabila di dunia ini benar ada suatu
pulau semacam Ho-lo-to ini, dia pasti mampu menemukannya. Akan tetapi dia tidak berhasil
menemukannya, sebaliknya malah dapat kita temukan secara tidak sengaja. Bilamana keterangan
oh It-to itu betul, Ho-lo-to yang dimaksudkannya pastilah pulau tandus ini, sekarang pulau ini jelas
tidak ada penduduknya, bukankah oh It-to telah membohongi kami, bisa jadi pulau yang dikatakan
Bu-beng-lojin itu bukanlah Ho-lo-to.'
"Tapi menurut peikiraanku. oh-tayhiap tidak mungkin berdusta," kata Yu Wi.
"Akupun berpikir demikian," ujar Giok-bin-sin-po dengan gegetun, "waktu itu oh It-to bicara
dengan jujur dan setulas hati, siapa pun tidak menyangka dia akan berdusta. Tapi sekarang fakta
terpampang di depan mata, apakah ada yang percaya lagi kepada keterangannya" "
setelah menggeleng kepala dan menghela napas, lalu nenek itu menyambung lagi, "setelah dia
menerangkan syaratnya yang kedua, kami menjadi sangat kecewa.Jika sumpah tidak boleh
dilanggar, maka siapa pun tidak berani lagi berusaha mencari Ho-lo-to. Padahal orang yang belajar
silat seperti kita siapa yang tidak keranjingan ingin mendapatkan kungfu ajaib"Jika oh It-to bisa
menjadi jago nomor satu didunia hanya dengan kedelapan jurus ilmu goloknya. maka kungfu yang
tersimpan dalam Hian-ku-cip sukarlah dibayangkan hebatnya, coba, siapa yang tahan untuk tidak
mencarinya" Biarpun WUsan-tayhiap adalah seorang pendekar besar yang paling jujur, tidak urung
beliau juga menggeleng dengan menyesal, katanya, 'sayang, sungguh sayang, bila mana Hian-kucip
dapat kubaca, biarpun mati juga tidak menyesal.'
-Lau Tiong-cu juga berkata,'Tampaknya Hian-ku-cip akan terpendam untuk selamanya di Ho-loto.
dan kalau kitab pusaka dengan ilmu maha sakti ini sampai terbuang begitu saja, sungguh hal
ini harus disesalkan dan disayangkan. Maka dari itu, kuharap semoga oh-tayhiap dapatlah panjang
umur dan hidup sampai seratus tahun. lalu dapat berkunjung ke Ho-lo-to dan menemukan kitab
pusaka Hian-ku-cip serta diwariskan kepada angkatan yang akan datang, walaupun juga ada
kemungkinan ilmu maha sakti itu akan dipelajari oleh orang jahat sehingga akibatnya bisa
membikin susah sesamanya, akan tetapi seperti halnya air yang dapat menenggelamkan kapal,
tapi air juga dapat dilayari kapal, jadi bagaimana jadinya nanti, apakah akan mendatangkan
bencana atau keberuntungan bagi sesamanya masih belum dapat dipastikan'
-Selagi semua orang merasa bimbang. oh It-to berkata pula. 'Aku sendirijuga tidak tahu apakah
sanggup hidup sampai berumur seratus, kiasan Lau-tayhiap memang betul, air dapat
menenggelamkan kapal juga dapat mengapungkan kapal. Maka kukira syaratku yang kedua perlu
diubah sedikit.'
-Rupanya hati oh It-to tergerak juga oleh perkataan Lau Tiong-cu tadi dan tidak sampai hati
membiarkan Hian-ku-cip terpendam hilang di Ho-lo-to, maka dia bersedia melunakkan syaratnya
yang kedua yaitu kami diperbolehkan datang ke Ho-lo-to untuk mencari kitab pusaka tersebut.
Akan tetapi larangan itu tetap berlaku untuk sementara, larangan itu baru batal bila dia sudah
berumur satu abad. baik dia sudah meningga dunia atau belum pada waktu itu, Dengan
perubahan syaratnya yang kedua itu, maka Hian-ku-cip ada harapan akan beredar dijaman baru
nanti dan tidak sampai hilang begitu saja, sebab usia Wi-san-tayhiap dan kami rata- rata lebih
muda daripada oh It-to, umpama oh It-to tidak dapat hidup sampai berumur seratus tahun, kami
juga tidak pasti akan cekak umur dan mati lebih dulu, dengan demikian tentu di antara kami
berempat ada yang sempat mencari Hian ku- cip.
-Lalu oh It-to berkata pula, Bu-beng-lojin telah memberi batas umur seratus tahun pad aku,
pada waktu itulah baru diperbolehkan mencari kitab pusaka itu, tapi orang lain kan di luar
pembatasan tersebut, setiap saat kan boleh pergi mencarinya. Maka bila umurku sudah lewat satu
abad, silakan kalian berangkat mencarinva, hal mana tidak dapat dianggap melanggar sumpahku
lagi.' -Dan begitulah kami telah bersepakat, semuanya menyatakan setuju. Waktu itu umur oh It-to
sudah 55 tahun, maka kami berjanji lewat 45 tahun lagi akan bersama-sama pergi mencari Hianku-
cip. -secara berkelakar oh It-to berkata pula, 'Mudah-mudahan aku dapat hidup sampai seratus
tahun, lalu pergi mencari Hian-ku-cip bersama kalian, berbareng itu akupun berziarah ke makam
Bu-beng lojin di Ho-loto.'
-Tapi sayang seribu sayang, oh It-to ternyata tidak berumur panjang, hanya lima tahun
kemudian setelah pertemuan di Hoa-san itu, kami lantas menerima berita kematiannya.
Dengan menyesal Yu Wi manukas. "Ya, dia mati diracun oleb sumoay Toa supek."
Giok-bin-sin-po merasa heran, tanyanya, "Dari mana kau tahu Thio Giok-tin yang meracun mati
oh It-to?"
"Kudengar dari keturunan lurus oh It-to sendiri, yaitu Pek-po-pocu oh Ih-hoan," tutur Yu Wi.
Giok-bin-sin-po manggut-manggut, katanya, "Pantas kalau begitu. sebab sedikit sekali orang
yang mengetahui hal ikhwal kematian oh It-to itu, kecuali kami, memang cuma keturunan
keluarga oh sendiri saja yang tahu. Kasihan, sesudah mati, kedelapan jilid kitab ilmu golok yang
diterima oh It-to dari Bu-beng-lojin itu telah dicuri oleh Thio Giok-tin, sejak itu keluarga oh lantas
runtuh dan sukar bangun kembali. Kejayaan leluhur mereka yang gilang gemilang di dunia
Kangouw pada jamannya tidak pernah kembali lagi pada keluarga oh mereka."
"Tapi Thio Giok-tin juga tidak menerima manfaatnya setelah berhasil mencuri kedelapan jilid
kitab ilmu golok itu," tutur Yu Wi.
"Setelah pertemuan Hoa-san, kemudian aku lantas mengasingkan diri di Thian-san dan jarang
berkecimpung pula di dunia Kangouw, kabarnya Thio Giok-tin berhasil mengubah kedelapan jurus
ilmu golok itu menjadi ilmu pedang, mengapa kau katakan dia tidak mendapatkan manfaat dari
kitab yang dicurinya itu?"
Yu Wi lantas menceritakan seluk beluk setelah Thio Giok-tin berhasil mengubah ilmu golok
menjadi ilmu pedang, tapi mengakibatkan diri sendiri mengalami kesukaran, iapun bercerita
pengalamannya mendapatkan ajaran keenam jurus Hai-yan-kiam-hoat.
"Sungguh tak tersangka bahwa kaum wanita tidak dapat meyakinkan Hai-yan-to-hoat, jadi yang
beruntung ialah dirimu yang secara kebetulan berhasil belajar enam jurus ilmu pedang itu. Coba
apabila kedua tanganmu tidak terikat, lalu kau mainkan keenam jurus ilmu pedangmu itu, pasti
Auyang Liong-lian akan kau kalah kan"
Tapi Yu Wi lantas menggeleng, katanya, "Tidak bisa jadi, Auyang-losiansing adalah maha guru
suatu aliran tersendiri, biarpun Wanpwe menguasai keenam jurus ilmu pedang sakti itu juga bukan
tandingannya."
"Tapi jangan kau lupakan, dahulu Auyang Liong-lian hanya mampu menahan lima jurus
serangan oh It-to. meski sudah lewat berpuluh tahun tapi kungfunya juga tidak kelihatan banyak
lebih maju, maka kuyakin keenam jurus ilmu pedangmu pasti mampu mengalahkan dia."
"Daya tempur Hai-yan-kiam-hoat yang lihai harus meliputi kedelapan jurus secara lengkap.
meski Wanpwe menguasai enam jurus di antaranya, tapi belum dapat memahaminya secara
mendalam, tentu sangat jauh bila dibandingkan oh It-to, kukira tidak sanggup kulawan Auyangsiansing,"
demikian Yu Wi tetap rendah hati.
"Oo, kalau begitu, kedua jurus Hai-yan-kiam-hoat yang lain tidak boleh tidak harus kau pelajari,
sesudah berhasil tentu kau akan merupakan jago nomor satu di dunia, tatkala mana akupun tidak
dapat menandingi kau."
Yu Wi menanggapi, ia pikir kitab pusaka itu kini berada pada Nikoh bangsat Thio Giok-tin, untuk
mempelajarinya jelas tidak mungkin terjadi. Apa lagi dirinya bertekad akan membunuhnya untuk
membalas sakit hati Ang-bau-kong dan Lam-si-khek. mana mungkin dirinya memohon padanya
agar suka memberikan kitab ilmu pedang itu"
sinar matahari semakin panas sehingga membuat orang tidak tahan berduduk lagi di situ.
"Locianpwe, marilah kita berteduh ke atas perahu saja," ajak Yu Wi.
Perahu itu beratap dan tidak perlu kuatir akan jemuran sinar matahari. Giok-bin-sin-po
menyatakan setuju dan berbangkit. Anehnya dilihatnya Yap Jing bertiga masih tidur dengan
nyenyaknya. "He, kenapa mereka dapat tidur sepulas itu tanpa terganggu oleh terik sinar matahari?" ucap
nenek itu dengan heran-
Yu Wi coba menggoyangi tubuh Yap Jing agar nona itu mendusin, tapi meski sudah didorongdorong
belum juga bangun, Begitu juga Kan Hoay soan, didorong-dorong tetap tidak mendusin.
"Kiranya mereka pingsan terjemur sinar matahari," kata Giok-bin-sin-po dengan tertawa.
Segera Yu Wi menutuk Jin-tiong-hiat Yap Jing dan Kan Hoay-soan, yaitu Hiat-to atas bibir dan
bawah hidung. sejenak kemudian barulah kedua nona itu mendusin, begitu bangun mereka lantas
berkaok-kaok, "Wah, alangkah panasnya" sungguh panas sekali"
"Kalau kalian tak dibangunkan, mungkin kalian akan terjemur hangus," ujar Giok bin-sin-po.
selagi Yu Wi hendak membangunkn juga Hana dengan cara yang sama, tiba-tiba dilihatnya
Hana telah mendusin sendiri, bahkan lantas berseru dengan tertawa, "Wah, nyenyak benar
tidurku. Eh, apakah mau berangkat?"
Yu Wi melengak melihat keadaan Hana yang segar bugar itu Giok-bin-sin-pojuga heran dan
bertanya, "Kau tidak kepanasan?"
"Kukira tidak terlalu panas, kalau tidak terburu-buru mau berangkat, malahan aku ingin tidur
lagi," kata Hana dengan tertawa.
Yu Wi merasa bingung, padahal Hana tidak mahir ilmu silat, mengapa nona ini lebih tahan
panas daripada dirinya dan Yap Jing serta Kan Hoay-soan" sungguh janggal, Giok-bin-sin-po tidak
tahu Hana tidak mahir ilmu silat, disangkanya nona itu memiliki ilmu gaib, dengan tertawa ia
lantas berkata, "Pulau ini tidak ada makanan dan air minum, tiada gunanya kita tinggal disini, lebih
baik cepat pergi saja, mau tidur boleh tidur saja di atas perahu."
" Guncangan perahu terlalu keras, tidak enak untuk tidur," kata Hana.
"Nanti kalau ketemu pulau besar yang banyak pepohonan rindang, boleh kau tidur sepuasnya
disana," ujar Yap Jing dengan tertawa.
Di tengah senda gurau mereka lantas ikut Giok-bin-sin-po menuju ke tempat tambatan perahu
Sudah sekian jauh mereka berjalan, Yu Wi ternyata tidak ikut berangkat, ia malah mendekati
tempat berbaring Hana tadi, ia berjongkok di situ dan meraba tanah berpasir itu, sekali diraba
seketika ia berseru keheranan, "Aneh, sungguh aneh...."
Mendengar suara anak muda itu. Giok-bin-?in-po menoleh dan bertanya, "Aneh apa?"
"Coba Cianpwe kemari dan memeriksanya," seru Yu Wi.
Cepat Giok-bin-sin-po putar balik ke tempat semula dan ikut meraba tempat berbaring Hana
tadi. Merasa tanah yang dirabanya itu dingin segar, ia berseru heran dan girang, "Hah, di bawah
sini ada aliran air di bawah tanah, inilah mata air."
Cepat ia menggaruk tanah pasir itu dengan tangan, segera Yu Wi bantu mengeduk, hanya
sekejap saja sudah segundukan tanah pasir tergali, mendadak terpancurlah air sumber sehingga
badan mereka tersemprot basah kuyup, dengan kaget mereka melompat mundur.
Air yang menyembur keluar itu ternyata sangat dingin melebihi es.
Cepat ketiga nona menyusul tiba, melihat pancuran air sumber itu, mereka coba meraupnya
dengan tangan, tapi tangan segera ditarik kembali demi terasa air itu sangat dingin, serentak
mereka berteriak, "He, sungguh aneh! Air apakah ini?"
Pantas tidurku sangat nyenyak seperti tidur di atas kasur air, kiranya di bawah situ ada mata
air, apabila airnya mendadak menyembur keluar, mungkin aku bisa mati beku," seru Hana dengan
tertawa. Giok-bin-sin-po menggunakan ember untuk menadahi air mancur itu. lalu dijemur sebentar,
ketika air diceduk dan dicicipi, rasanya ternyata tawar. Segera ia berseru kegirangan. "Hah, bagus
sekali! Sekarang kita mendapatkan air tawar, kita isi seperahu penuh dan cukup bagi kita untuk
sebulan lamanya, andaikan sementara sukar menemukan daratan juga tidak menjadi soal lagi."
"Eh, jika betul air tawar, kuyakin Bu-beng-lojin pasti bertempat tinggal di pulau ini," seru Yu Wi
tiba tiba. Giok-bin-sin-po pikir ucapan anak muda itu memang betul, katanya, "Tak tersangka di bawah
pulau kecil ini ada sumber air tawar, bahkan sumber air dingin yang sukar dicari. maka soal Bubeng-
lojin bertempat tinggal di sini tidak perlu di sangsikan lagi."
"Tapi apakah mungkin, di mana dia akan tinggal di pulau setandus ini?" ujar Yap Jing.
"Mungkin kakek itu tinggal di dalam gua yang terahasia," kata Yu Wi.
"Betul," Giok-bin-sin-po berkeplok, "pasti ada gua di pulau ini, bahkan di dalam gua pasti ada
sumber air dingin yang besar, Bu-beng-lojin tidak saja menggunakan sumber air dingin ini untuk
air minum, juga digunakannya untuk berlatih kungfu. Sungguh tempat ini suatu tempat tinggal
yang teramat bagus."
Begitulah kelima orang lantas berpencar untuk mencari dimana beradanya gua karang, tapi
sampai magrib tiada seorang pun menemukan sebuah lubang, apalagi gua. Mereka lantas
berkumpul lagi untuk berunding. tapi tidak dapat menyimpulkan apa pun.
Sementara itu hari sudah gelap. Yu Wi mengambil rangsum dari perabu, habis makan
berkatalah Yap Jing. "'Pulau ini tandus dan datar, tiada sesuatu yang aneh sehingga tidak mungkin
ada gua, kecuali menggali gua di bawah tanah dan tinggal di situ."
"Kan bisa mati sesak napas tinggal di dalam gua bawah tanah?" ujar Yu Wi dengan tertawa.
Kan Hoay-soan juga tertawa, katanya, "Gua galian mudah ditemukan, padahal sekeliling pulau ini
sudah kita periksa dan tidak ada tanda-tanda gua galian. Umpama habis digali, ditutup kembali
tanpa meninggalkan suatu bekas. hal ini sama juga seperti mengubur dirinya sendiri."
"Sekalipun dapat ditutup lagi gua galian itu juga harus dilakukan orang lain, Orang yang sudah
berada di dalam mana bisa mengurung dirinya sendiri lagi dari luar?"
"Hanya tukang batu yang mampu berbuat demikian," ujar Hana seperti anak kecil.
"Walaupun betul, masakan setelah Bu-beng-lojin mengurung dirinya sendiri di dalam, lalu tidak
keluar lagi?" ujar Yu Wi.
Karena tidak masuk akal percakapan mereka, Giok bin-sin-po lantas berkata, "Sudah lelah
semua, ayolah tidur, bicara lagi besok!"
=o- 00O00 " 00O00 -o=
Besoknya. masih remang-remang Yu Wi sudah bangun, dilihatnya yang lain masih tidur dengan
nyenyaknya. Ia berjalan ke ujung pulau sana dan duduk di tanah memandangi lautan luas yang
tak berujung itu.
Selagi Yu Wi termenung sendiri, tiba-tiba seorang menegurnya dari belakang, "Mengelamun
apa Toako?"
"O, adik Soan, kau sudah bangun?" sapa Yu Wi sambil menoleh.
Kan Hoay-soan duduk di samping anak muda itu.
"Pulau sekecil ini terletak di tengah samudera raya ini, pulau ini ibaratnya satu butir pasir di
tengah gurun," ujar Yu Wi.
"Toako," kata Hoay-soan tiba-tiba, "kulihat pulau ini tidak mirip Ho-lo."
"Di mana letak bedanya?" jawab Yu Wi dengan tertawa.
"Ho-lo kan juga ada mulutnya, tapi pulau ini tidak ada mulut," kata si nona.
"O, aku tidak memperhatikan hal ini," sahut Yu Wi.
"Bentuk pulau ini memang serupa Ho-lo muka dan belakang besar, kecil bagian tengah. Bentuk
Ho-lo juga demikian, bagian yang paling luas sana mirip pangkal Ho-lo."
Yu Wi mengiakan saja dengan tak acuh.
"Jadi tempat kita berada sekarang seharusnya letak mulut Ho-lo, tapi coba kau lihat, bagian ini
terputus tidak mirip mulut Ho-lo, kalau memanjang sedikit, lalu mencuat ke atas, jadinya akan
mirip sebuah Ho-lo."
Yu Wi berduduk di tepi laut, ia pandang ke bawah. dilihatnya di bawah memang serupa sebuah
ujung pulau yang terpotong putus.
Ia pandang kedasar laut. tiba-tiba teringat ucapan Hoay-soan yang menyatakan "mencuat
atas', ia pikir kalau "mencuat kebawah" kan juga bisa terjadi"
Kalau sebuah labu yang ujungnya agak serong ditaruh ditempat rata, ujung serong itu akan
mencuat ke bawah. Berpikir demikian, tanpa bicara lagi mendadak ia terjun ke dalam laut.
Keruan Kan Hoay-soan terkejut, ia pikir apakah Toako sudah gila, masakah pagi-pagi buta
tanpa lepas baju terjun ke laut, memangnya mau apa" Ingin berenang kan juga harus membuka
baju" Segera ia berteriak-teriak, "Toako, Toako! Lekas naik! Air laut terlalu dingin!"
Tapi dilihatnya Yu Wi terus menyelam ke dasar laut.
"He. jangan!" teriak Hoay-soan pula dengan kuatir, "ada ikan hiu. lekas kembali!"
Karena teriak-teriakannya itu, Giok-bin-sin-po, Yap Jing dan Hana jadi terjaga bangun dan
beramai-ramai memburu tiba, tanya mereka, "Ada apa?"
Hoay-soan menunjuk ke dalam laut dan berseru. "Entah kenapa, mendadak Toako menyelam
kelaut." Dengan sendirinya Yap Jing dan lain-lain juga tidak berdaya, terpaksa mereka hanya menunggu
saja. Tapi sampai sekian lamanya Yu Wi tetap tidak kelihatan naik kembali, ketiga nona menjadi
gelisah dan berteriak, "Toako! Toako! . . . . "
Akan tetapi tidak ada suara jawaban dan pertanda apa pun, Yu Wi seolah-olah telah ditelan
bulat-bulat oleh samudera raya itu. . . . .
TAMAT Bagian Pertama


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
"Pembaca yang mulia,
= Tugas Yu Wi belum selesai, dia masih mengemban amanat penderitaan keluarga, sakit hati
ayahnya belum terbalas, kewajiban lain juga masih menunggu, misalnya dia masih harus
menyelesaikannya urusan pribadinya dengan para nona yang mengelilinginya.
= Yu Wi adalah pemuda yang berdarah panas, Impati dan penuh rasa tanggung jawab, segala
persoalan pasti diselesaikannya dengan tuntas, oleh kareua itu kisah lanjutannya akan kita berikan
dengan judul: PENDEKAR SETIA =Penemuan aneh apa dibawah pulau tandus itu dan cara bagaimana Yu Wi akan mengatasi
persoalan cinta yang serba kompleks itu, silakan ikuti cerita baru tersebut di atas.
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Jodoh Rajawali 3 Golok Halilintar Karya Khu Lung Pendekar Cacad 6
^