Pendekar Pemetik Harpa 23

Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Bagian 23


tuk menolong In Hou.
Tapi Tam Pa-kun bukan Kek Lam-wi, sejak tadi juga sudah
dia ketahui bahwa di belakang pintu angin ada jago kosen
yang menyembunyikan diri" Maka sergapan Tang-bun Cong
boleh dikata sudah dia duga sejak tadi. Tampak dengan
1339 tangan kiri dia seret In Hou, telapak tangan kanan menekan
miring dan sekali dorong ke samping, maka terdengarlah
"Blam" pintu angin di seberang sana kembali jebol berantakan
diterjang angin kencang. Suara hancurnya daun pintu malah
jauh lebih keras dari pukulan Bik-khong-ciang Tang-bun Cong
tadi. Ternyata Tam Pa-kun tidak mau adu kekerasan, maka dia
gunakan tenaga 'tuntun', damparan angin pukulan Tang-bun
Cong yang dahysat itu dia tuntun ke samping sehingga pintu
angin yang lain hancur berkeping-keping.
Tang-bun Cong juga seorang jago silat kosen, melihat
lawan memiliki Kungfu meminjam tenaga memunahkan
tenaga, maka dia tahu kalau lawan tidak menuntun tenaga
pukulannya ke arah lain, dia cukup mampu memanfaatkan
kekuatan pukulannya ditambah tenaga sendiri untuk dialihkan
ke tubuh In Hou. Bila hal ini terjadi, umpama jiwa In Hou
rangkap dua belas juga akan amblas seluruhnya seketika itu
juga, sementara Tam Pa-kun tidak akan cidera sedikitpun.
Tahu akan liku-liku ini, sudah tentu Tang-bun Cong tidak
berani pula bertindak gegabah untuk menyerang kedua
kalinya. Bukan saja dia tidak berani menyerang pula, diapun
tidak berani menampilkan dirinya. Di kala pintu angin rohoh
berantakan, cepat-cepat bersama Poyang Gun-ngo dia
melompat sembunyi ke ruang belakang. Bukan lantaran dia
takut menghadapi Tam Pa-kun, soalnya dia dan Poyang Gunngo
sekarang sedang mengemban tugas lain yang penting dan
berat, membantu In Kip hanya kerja samben. Bahwa
sergapannya tidak berhasil, berarti dia tidak akan mampu
membantu In Kip, dalam situasi yang tidak menguntungkan
pihaknya, buat apa pula dia harus mengunjukkan dirinya.
Satu pintu angin bolong, pintu angin yang lain roboh
berantakan. Meski In Kip selicin rase dan banyak akal
muslihat, setelah kejadian ini, berdiri dan melongo, lututnya
bergetar keras.
1340 Di tengah kegaduhan robohnya pintu angin, Tam Pa-kun
menjejak lantai, tubuhnya mumbul, meski dia menjinjing In
Hou, Ginkangnya ternyata tidak kena korting. Secepat kilat,
seperti elang menubruk kelinci saja, tahu-tahu dia sudah
menubruk ke depan ln Kip.
Koan Cong-yau dan Ong Cong-king kira dia hendak melukai
In Kip, tanpa pikir serempak mereka menubruk bersama.
Gaman Koan Cong-yau adalah Boan-koan-pit, menusuk ke
Hong-hu-hiat di punggung Tam Pa-kun, sementara Ong Congking
adalah ahli Tay-lik-eng-jiau-kang jari-jarinya
mencengkram tulang pundak kirinya. Tam Pa-kun mengempit
In Hou di bawah ketiaknya, tangan kiri jelas tidak mungkin
bergerak, berarti pundak dan punggungnya terbuka lebar.
Pimpinan Giam-ong-pang dulu ini cara turun tangannya
ternyata amat keji, sekali turun tangan sudah paksa lawan
untuk menyelamatkan diri lebih dulu.
Gerakan tiga orang sama-sama cepat, sebat sekali Tam Pakun
memutar tubuh, "Cret" jubah In Kip sudah terobek,
dengan memutar tubuh itu secara langsung dia angsurkan In
Hou kemuka Koan Cong-yau, Koan Cong-yau tidak memiliki
ilmu Kek-bu-thoan-kang, mana dia berani melanjutkan
serangannya" Untung permainan Boan-koan-pit yang
dilatihnya cukup mahir hingga sudah terkendali oleh jalan
pikirannya, dalam seribu kesibukannya dia tarik tusukan potlot
besinya yang dilandasi seluruh tenaganya, syukur ujung
potlotnya tidak sampai melukai In Hou.
Dalam pada itu Ong Cong-king merasa pandangannya silau,
sinar kehijauan yang gemeredep tahu-tahu menyambar ke
mukanya, tampak Tam Pa-kun sudah memegang sebatang
seruling, itulah seruling pualam milik Kek Lam-wi. Kiranya
tubrukan Tam Pa-kun menyergap In Kip bukan bermaksud
mencelakai jiwanya, tapi hendak merampas balik seruling
mustika itu. 1341 Padahal ln Kip memiliki ilmu silat cukup baik, meski dia
melompat mundur secepatnya, tak urung mukanya yang
tambun itu terasa panas dan pedas tersampuk oleh tenaga
lengan baju Tam Pa-kun.
Yang paling kaget dan ketakutan sudah tentu adalah In
Hou yang menjadi sandera musuh, dalam gebrakan kilat ini,
saking ketakutan muka pucat mulut megap-megap tidak
mampu keluar suara, sekarang baru kuasa dia berteriakteriak:
"Tolong, tolong."
Tam Pa-kun tertawa dingin, jengeknya: "In-toasiauya, bila
aku menghendaki nyawamu, sejak tadi sudah kubiarkan
tubuhmu dimakan oleh pukulan Bik-khong-ciang tadi,
memangnya aku perlu turun tangan sendiri?"
In Kip suka bergaul, tidak sedikit tamu-tamunya
berkepandaian tinggi, maka pengetahuannya dalam hal ini
cukup matang. Pukulan Kek-bu-thoa-kang yang dilontarkan
Tang-bun Cong berhasil dipunahkan oleh Tam Pa-kun, hal ini
dia ketahui betul, insaf pakai kekerasan pihak sendiri mungkin
bakal menderita rugi lebih besar, sebelum Koan dan Ong
kedua anak buahnya bertindak pula, lekas dia berseru:
"Semuanya berhenti, urusan baik dirundingkan saja."
"Nah kan begitu," ujar Tam Pa-kun tertawa. "Marilah duduk
dan bicarakan jual beli ini In toacengcu, seruling Kek Lam wi
sudah kurebut kembali, sekarang kutunggu kau membawanya
keluar, supaya aku kembalikan serulingnya ini kepada dia."
"Silakan Siansing duduk," ucap In Kip, "kalau jual beli harus
dibicarakan, harap tanya siapa she dan nama besar Siansing?"
Ong Cong-king sudah berdiri terpaku sejak tadi, kini
mendadak menyela: "Maaf, maaf, ternyata Siansing adalah
Kim-to-thi-ciang (telapak besi golok emas) Tam Tayhiap."
Tam Pa-kun tertawa gelak, katanya: "Pandangan Ongjipangcu
memang lebih tajam, kawan-kawan Kangouw
memang menempel emas di mukaku, menjuluki aku Kim-toTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1342 thi-ciang. In-toacengcu, kini kau sudah tahu siapa aku, yakin
kau juga sudah mengerti kenapa aku ingin menjual beli ini"
Selama hidup orang she Tam memang suka mencampuri
urusan orang lain apalagi kau menawan temanku Kek Lam-wi.
Bahwa aku mau jual beli dengan kau secara adil, ini sudah
menguntungkan dan memberi muka kepada kau,"
Merah, pucat dan menghijau wajah ln Kip, sesaat dia
menghela napas lega, katanya: "Aku sudah mengerti, harap
kau tidak mempersulit putraku, mari kita rundingkan persoalan
dengan baik."
Tam Pa-kun berpaling, berkata kepada Ong Cong-king dan
Koan Cong-yau: "Dua puluh tahun yang lalu sudah ada niatku
untuk mohon pengajaran dari tiga pimpinan Giam-ong-pang,
sayang waktu itu tak bisa terlaksana. Hari ini baru kubuktikan
kepandaian kalian memang mengagumkan, tapi aku jadi
gegetun dan merasa sayang bagi kalian. Dengan kedudukan
kalian dulu dan bekal kepandaian setinggi itu, kenapa terima
diperbudak orang" Hehe, perlu kuperingatkan, harap kalian
tidak mengingkari sumpah kalian dulu di hadapan In Tayhiap.
Meski penghidupan selanjutnya akan sepi dan tawar, tapi lebih
berharga dari pada menjadi anjing penjaga pintu orang lain."
Merah padam muka Ong dan Koan, mereka tertunduk
tanpa berani bersuara. Dua puluh tahun yang lalu, penyebab
utama sehingga Giam-ong-pang kocar kacir dan bubar, maka
ketiga pimpinannya menghilang dan tidak pernah
mengunjukkan dirinya pula, bukan lain adalah teman baik Tam
Pa-kun, yaitu In Hou ayah kandung In San.
Waktu menumpas kejahatan orang-orang Giam-ong-pang
dulu, pernah In Hou mengajak Tam Pa-kun untuk
membantunya. Sayang waktu itu Tam Pa-kun sedang sibuk
menyelesaikan tugasnya sehingga tidak bisa memenuhi
undangannya, belakangan karena tanpa memperoleh bantuan
Tam Pa-kun yang amat diandalkan, In Hou hanya kuasa
1343 mengalahkan ketiga pimpinan Giam-ong-pang dan tak berhasil
membunuhnya. Sesaat kemudian baru Ong Cong-king buka suara: "Bukan
kami ingkar janji, soalnya In Tayhiap sudah mati, disini kami
sebagai tamu In-cengcu, di rumah kawan kami hanya
membantu sekedarnya, kan tidak terhitung berkecimpung pula
di Kangouw."
Tam Pa-kun tidak suka urusan berlarut-larut, jengeknya
dingin: "Masing-masing orang punya jalan hidupnya sendiri,
kau suka menjadi anjing penjaga pintu orang lain, ya terserah.
In-toacengcu, perlu kita balik bicarakan persoalan jual beli itu,
sebetulnya kau mau menyelesaikan jual beli ini tidak?"
Apa boleh buat, terpaksa In Kip memberi kedipan mata
kepada Ong Cong-king, katanya: "Ong-koankeh, kau undang
Kek-jithiap kemari."
Ong Cong-king maklum segera dia berlalu, setelah
menemukan Bu-sam Niocu, berdua mereka ke belakang
masuk ke penjara. Kek Lam-wi dijebloskan di penjara bawah
tanah, walau harus melewati beberapa pintu, sepatutnya lekas
sekali sudah bisa digusur keluar, tapi setelah ditunggu hampir
setengah sulutan dupa masih juga belum kelihatan Ong Congking
keluar membawa Kek Lam-wi.
Peristiwa tak terduga ternyata terjadi di penjara bawah
tanah, bukan saja Tam Pa-kun tidak pernah duga bakal terjadi
hal itu. ln Kip dan orang-orangnyapun tidak habis mengerti.
000OOO000 Entah berapa lama Kek Lam-wi tidak ingat diri, dalam
pulasnya dia bermimpi berada di Ji-si-kio di kota Yang-ciu,
dalam mimpinya itu dia bersua dengan Toh So-so yang berdiri
di bawah pohon di pinggir sungai tengah meniup seruling.
Baru saja dia mau keluarkan serulingnya juga, tiba-tiba
hidungnya mencium bau wangi, bayangan Toh So-so lenyap
seketika, tapi dia jelas merasakan ada sebuah tangan halus
1344 lembut tengah mengelus jidatnya. Lapat-lapat dalam pulasnya
itu Kek Lam wi mendadak seperti memperoleh kesadarannya.
Dia masih kuatir dirinya terbuai di alam mimpi, waktu dia
angkat tangan menangkap, tidak salah, terasa dia
menggenggam jari-jari tangan seorang gadis, itulah tangan
manusia tulen, bukan di alam mimpi. Tapi kulit tangan si jari
begitu lembut dan halus laksana sutra sehingga pegangannya
beberapa kali terlepas tapi sekarang dia yakin, dirinya tidak
mimpi lagi. Kejut dan girang Kek Lam-wi, tanpa sadar dia berteriak:
"So-moay, So-moay, apa betul kau?"
Cepat gadis itu mendekap mulutnya sambil mendesis lirih di
pinggir telinganya, katanya lirih: "Jangan keras-keras, lekas
ikut aku keluar."
Itu bukan suara Toh So-so. Kek Lam-wi masih dalam
keadaan setengah sadar, tanpa merasa jari-jari tangannya
merogoh kedalam baju, maksudnya hendak meraba
serulingnya. Menyadari serulingnya telah lenyap, barulah Kek
Lam-wi sadar kembali. Seketika dia ingat dirinya memenuhi
undangan In Kip dan terbius oleh bau wangi Bu-sam Niocu.
Kenapa sekarang dirinya tiba-tiba bisa bergerak"
Pandangannya serba gelap, tempat apakah ini"
Tangan gadis itu terulur lagi menggenggam tangannya
terus menuntunnya pergi. Tapi tetap bungkam seribu bahasa.
Dengan tangan kirinya Kek Lam-wi meraba-raba dinding batu
di sampingnya, kesadarannya bertambah terang, dengan
bekal pengalamannya, dia menyadari dirinya sekarang
mungkin berada di penjara bawah tanah, jadi belum keluar
dari lingkungan villa keluarga In.
Dia sudah mulai curiga bahwa gadis yang menuntunnya ini
bukan Toh So-so, tapi bahwa dia lekas sadar dan mampu
berjalan terang berkat bantuan gadis ini peduli Toh So-so atau
1345 bukan, pendek kata gadis ini telah menolongnya, jelas tidak
mengandung maksud jahat terhadap dirinya.
Mereka seperti berjalan di lorong bawah tanah, di kala Kek
Lam-wi masih bimbang, tiba-tiba sayup-sayup didengarnya
suara percakapan orang. Dia kenal itulah suara Ong Congking.
Ong Cong-king sedang berteriak: "Celaka, penjara bobol,
lekas masuk Kek Lam-wi masih ada didalam?"
Mendengar teriakan Ong Cong-king, gadis yang menarik
tangannya segera berjalan lebih cepat. Dia tahu gadis ini
berusaha menolong dirinya, tapi dirinya dilarang bersuara,
maksudnya sudah tentu supaya jejak mereka tidak konangan
orang. Dalam keadaan demikian, meski besar hasratnya ingin
tahu siapa gerangan gadis ini, terpaksa dia tekan
perasaannya, diapun percepat langkahnya.
Agaknya gadis ini amat hapal segala seluk beluk dan
rahasia di bawah lorong ini, entah berapa jauh telah mereka
tempuh dengan belak belok kian kemari di bawah tanah,
akhirnya dia dibawa merangkak keluar dari sebuah mulut
lobang. Pandangannya kini terasa benderang, malam itu putri
malam memancarkan cahayanya yang cemerlang, dikala
rembulan tepat bercokol di tengah cakrawala.
Kek Lam-wi kucek-kucek matanya, di bawah penerangan
sinar bulan, baru sekarang Kek Lam-wi sempat mengawasi
gadis yang menolongnya. Ternyata dia mengenakan cadar
sehingga tak kelihatan wajahnya.
000OO000 Tam Pa-kun sudah tidak sabar menunggu. In Houpun
gugup setengah mati.
"Kenapa begini lama, ayah lekas suruh orang lain
menyusulnya," pinta In Hou.
1346 Waktu In Kip suruh Koan Cong-yau menyusul, tampak Ong
Cong-king sudah berlari keluar, tapi hanya seorang diri tanpa
membawa Kek Lam-wi. In Hou kaget setengah mati, tanyanya
lebih dulu: "Ong-koankeh, kenapa hanya kau seorang diri?"
Setelah mengatur napas, Ong Cong-king berkata tergagap:
"In-cengcu, ce... celaka."
Tahu gelagat tidak baik, lekas In Kip bertanya: "Apa yang


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

celaka?" "Kek Lam-wi, dia, dia sudah pergi," sahut Ong Cong-king.
Sudah tentu Tam Pa-kun tidak mau percaya, katanya:
"Kalian masih bersandiwara apa" Baiklah, kalian tidak mau
membebaskan Kek Lam-wi boleh terserah, In-toakongcu ini
biar kubawa pergi saja."
"Ayah," teriak In Hou ketakutan, "Ong-koankeh, tolonglah
tuntutannya, tukarlah diriku dengan apa yang dimintanya."
Ong Cong-king tertawa getir, katanya meringis: "Kongcu,
Tam Tayhiap tidak percaya kepadaku, kenapa kaupun tidak
percaya pula?"
"Tam Tayhiap, sabar, jangan marah dulu," lekas In Kip
tampil kemuka, "biar kutanya dulu persoalannya" Ongkoankeh,
bagaimana Kek Tayhiap bisa hilang?"
"Aku juga tidak tahu bagaimana dia bisa pergi" Penjaga
semaput semua diluar pintu. Aku tidak sempat periksa
mereka, apakah tertutuk Hiat-tonya atau terkena racun?"
Tergerak hati In Kip, tanyanya: "Dimana Bu-sam Niocu?"
maklum dalam keadaan gugup dan gelisah, tanpa sadar dia
sudah membongkar sendiri bahwa Bu-sam Niocu ada di
rumahnya. "Bu-sam Niocu sedang mengejar dan menyelidiki kejadian
ini. Dia suruh aku kembali memberi laporan kepada Cengcu."
1347 Melihat sikap In Kip yang gelisah dan kuatir, jelas bukan
pura-pura, menurut pengalaman dia berpikir: "Agaknya
mereka bukan sedang main sandiwara. Tapi siapa yang bisa
menolong Kek Lam-wi?" Padahal Tan Ciok-sing dan In San
belum menyusul kemari, orang lain jelas tidak akan mampu
melakukannya. "Tam Tayhiap, persoalannya sudah jelas, seseorang telah
membawa Kek-jithiap pergi, tujuanmu sudah tercapai, boleh
kau membebaskan putraku, bukan?"
Tam Pa-kun masih setengah percaya, tiba-tiba dia ingat
sesuatu, katanya: "Tentang Kek Lam-wi apakah kalian sedang
main sandiwara, aku tidak peduli lagi, tapi aku tidak sudi
melakukan jual beli yang merugikan."
"Baik, asal kau membebaskan putraku, apa kehendakmu,
bila bisa kulaksanakan semua tuntutanmu kuterima."
"Kek Lam-wi tidak bisa kalian keluarkan, baiklah ditukar
seorang lain saja."
ln Kip melenggong, katanya: "Tam Tayhiap, siapa pula
yang kau kehendaki?"
"Barusan Bu-sam Niocu mengejar seorang diri bukan."
In Kip mengiakan.
"Baiklah. Aku tahu calon istri Kek Lam-wi yaitu Toh So-so
tertawan oleh Bu-sam Niocu, bahwa Bu-sam Niocu ada disini,
yakin Toh So-so juga disekap di rumahmu. Kalau dia tidak
membawa Toh So-so, maka sekarang lekas keluarkan Toh
Lihiap." In Kip tampak bingung, katanya kemudian: "Bahwasanya
aku tidak tahu menahu soal itu."
"Dia berlindung disini, apa yang dia lakukan mana mungkin
kau tidak tahu?" damprat Tam Pa-kun, "hm, kalau kau tidak
tahu kenapa kaupun pancing Kek Lam-wi kemari" Ketahuilah
1348 bagaimana pesanmu kepada Koan Cong-yau untuk
mengundangnya kemari semua sudah kuketahui dengan jelas.
Bila kalian tidak gunakan Toh So-so untuk memancing
kedatangannya, memangnya Kek Lam-wi sudi memenuhi
undanganmu?"
In Kip masih bingung, In Hou sudah tidak sabar lagi,
teriaknya: "Tam Tayhiap, biar aku yang bicara sejujurnya.
Bahwasanya tiada kejadian itu."
Tam Pa-kun melenggong, tanyanya: "Jadi bukan
sesungguhnya?"
"Itu hanya akal bulus Bu-sam Niocu untuk menipu dan
menjebak Kek Lam-wi. Yang benar Toh So-so tidak pernah
terjatuh di tangannya. Tam Tayhiap, aku bicara sejujurnya,
harap kau membebaskan aku."
"Kalian ayah dan anak bicaranya berbeda, aku tidak mau
percaya obrolan kalian," dengus Tam Pa-kun.
"Tam Tayhiap, kali ini aku bicara sesungguhnya," teriak In
Hou. Lekas In Kip juga berkata: "Omongan putraku memang
bukan bualan. Tam Tayhiap, maafkan kecerobohanku, tidak
pantas aku menuruti kemauan Bu-sam Niocu, aku
membantunya mengatur muslihatnya itu."
Karena ingin menolong putranya, apa boleh buat terpaksa
In Kip membeberkan seluruh persoalannya. Meski ayah
beranak bersumpah pada bumi dan langit, Tam Pa-kun masih
ragu-ragu. Di kala kedua pihak masih bersitegang leher, tibatiba
terjadi keributan diluar.
Suara seorang gadis melengking: "In Kip keparat tua
bangka itu dimana, lekas suruh dia keluar menemui aku."
Mendengar suara gadis ini, Tam Pa-kun dan In Kip samasama
tertegun. Gadis ini bukan lain adalah calon isteri Kek
Lam-wi, yaitu Toh So-so. Setelah kaget, sikap In Kip tenang
1349 malah, teriaknya: "Jangan kalian merintanginya, biarkan dia
masuk menemui aku."
Tanpa dipesan oleh In Kip, anak buahnya memang tidak
mampu merintangi Toh So-so. Dua Busu yang berjaga di pintu
kena disapu jungkir balik dengan Sau-tong-tui oleh Toh So-so.
Begitu melangkah ke ruang tamu, sudah tentu Toh So-so
lantas melihat Kim-to-thi-ciang Tam Pa-kun. Kejut campur
girang. Toh So-so berjingkrak: "Tam-sioksiok, kaupun
datang?" "Nona Toh, kau selesaikan dulu urusanmu, nanti kita bicara
lebih lanjut," sapa Tam Pa-kun tersenyum.
Toh So-so berpaling dengan tawa mengejek, katanya
kepada In Kip: "Kenapa aku meluruk kemari, tentunya kau
sudah mengerti sendiri. Mana Kek Lam-wi" Apa yang kalian
lakukan atas dirinya?"
In Kip berkata: "Tam Tayhiap sedang bicarakan soal itu
dengan aku. Kek-jithiap sudah pergi masa kau tidak tahu?"
Seorang pesuruh masuk, katanya: "Nona ini sudah pergi
memeriksa ke penjara bawah tanah. Tapi dia tidak mau
percaya bahwa Kek-jithiap sudah pergi, tanpa banyak bicara
langsung dia melabrak kita sampai disini."
In Kip tertawa getir, katanya: "Kau sudah memeriksa ke
penjara, tentu melihat juga orang-orangku semaput di tanah.
Kami juga tidak tahu kau bakal datang kemari, percayalah
bukan kami sengaja mengatur muslihat lagi."
"Siapa tidak tahu kau banyak akal bulus, aku sendiri sudah
merasakan kelicikanmu," jengek Toh So-so, "kalau ingin aku
percaya, kecuali..."
"Kecuali apa?" ln Kip menegas.
"Kecuali aku melihat sendiri dan bertemu dengan Kek Lamwi,
atau beri kesempatan aku berbicara dengan putri
angkatmu."
1350 "Putri angkatku" Em, ya, aku memang punya putri angkat,
tapi entah yang mana yang ingin kau temui aku punya belasan
putri angkat."
Toh So-so menjengek: "Bu-san-pang Pangcu Bu-sam Niocu
punya seorang putri, tiga bulan yang lalu kau mengangkatnya
menjadi putri angkatmu, betul tidak?"
Tahu tak mungkin mungkir lagi, ln Kip berkata: "Toh Lihiap,
kau pandai memperoleh berita, kagum sungguh kagum,
memang dia adalah putri angkatku yang terbaru, apa kau mau
menemui dia?"
"Jangan banyak ngomong, lekas suruh dia keluar," sentak
Toh So-so. In Kip tahu gelagat tak menguntungkan, katanya dengan
menyengir: "Toh Lihiap, kalau kau tidak mencarinya, akupun
ingin memanggilnya."
Tak lama kemudian, kacung yang disuruh memanggil putri
angkatnya itu sudah kembali memberi laporan: "Lapor Loya,
Kan-siocia (putri angkat) sudah tiada lagi."
Berubah air muka Toh So-so, bentaknya: "Sudah tidak ada"
Kapan dia pergi" Kemana?"
Pesuruh itu menyengir, katanya: "Kami sudah memeriksa
tempat kediamannya. Orang-orang disana tiada satupun yang
tahu kapan dan kemana dia pergi.'
Toh So-so menjengek dingin: "Siapa mau percaya
obrolanmu. Kalau kalian tidak bebaskan Kek Lam-wi, Bu Siuhoa
harus kalian serahkan kepadaku, kalau tidak, hm..." tibatiba
matanya melirik mengawasi In Hou yang masih
dicengkram Tam Pa-kun, katanya: "Paman Tam, pinjamkan
putra kesayangan In-cengcu ini kepadaku, boleh?"
Tam Pa-kun tertawa, katanya: "In-toacengcu, kau dengar,
bila kau masih ingin main-main mengapusi aku, maaf bila aku
berlaku kasar pada putramu. Akan kubuat enam lobang dan
1351 tiga bacokan di tubuhnya baru mencabut nyawanya. Nah,
boleh kau pilih, putramu atau putri angkatmu?"
Serasa terbang arwah ln Hou, ratapnya ketakutan: "Ayah
lekas kau cari Bu Siu-hoa dan serahkan kepada mereka."
"Toh Lihiap," kata In Kip gopoh, "sabar, jangan marah,
dengar dulu penjelasanku."
"Aku hanya menuntut orangnya, siapa sudi mendengar
ocehanmu," sindir Toh So-so.
"Toh Lihiap, sekarang aku sendiri lebih gugup untuk
mencarinya, dengar dulu penjelasanku."
"Baiklah, lekas katakan," sentak Toh So-so sambil bertolak
pinggang. "Kek-jithiap memang sudah melarikan diri, bukan kami
sengaja mengatur tipu daya untuk ngapusi kau, untuk ini
harap kau percaya padaku. Siapa yang membantu Kek-jithiap
melarikan diri, sekarang juga sudah kuketahui."
"Siapa?" sentak Toh So-so.
"Yaitu putri angkatku Bu Siu-hoa yang ingin kau temui.
Karena kecuali dia, siapapun tiada yang bisa keluar masuk
secara leluasa dan menolong Kek-jithiap yang masih semaput
tanpa konangan orang, dia membawa Kek-jithiap keluar dari
lorong penjara."
Toh So-so masih setengah percaya, katanya dingin: "Dia
kan putri angkatmu, mungkinkah dia menolong tawananmu
dan mengajaknya lari" Kau kira aku mau percaya obrolanmu"
Hm, yang jelas dia membantu kau untuk memancing Kek Lamwi
dan menangkapnya, benar tidak?"
"Maklum kalau kau tidak percaya," ujar In Kip, "aku juga
tidak tahu kenapa dia mau berbuat demikian. Tapi semua ini
kenyataan yang tak bisa dipungkiri, kecuali dia, aku yakin
1352 tiada orang lain yang mampu menolong Kek-jithiap dari
tempat kediamanku ini."
Sejak tadi Tam Pa-kun mendengarkan dari samping, tibatiba
dia menyela: "Baik, untuk ini sementara biar aku percaya.
So-so mari kita keluar mencari Lam-wi, bila tidak bisa ketemu,
nanti kita kembali membuat perhitungan dengan mereka."
Saat mana sayup-sayup Toh So-so mendengar irama
seruling di tempat jauh yang terbawa angin, lagu tiupan
seruling Kek Lam-wi boleh dikata sudah teramat hapal bagi
Toh So-so. Meski tidak mendengar jelas, namun dia yakin
peniup seruling itu pasti Kek Lam-wi adanya.
Lekas In Kip berkata: "Biar kubantu kalian mencarinya, tapi
sudilah kau bebaskan dulu putraku."
Irama seruling itu hanya sayup-sayup sampai dan terputusputus
sekejap saja, agaknya In Kip dan Ong Cong-king tidak
ada yang ambil perhatian.
"Tak usah kalian bantu mencarinya..."
"Lalu putraku..."
Tam Pa-kun tertawa tergelak gelak, katanya: "Buat apa
gugup, putra mustikamu ini kau berikan kepadakupun aku
emoh. Setiba diluar pintu, aku akan membebaskan. Kalian
siapapun kularang beranjak dari tempat ini"
Lega hati In Kip, dia yakin Tam Pa-kun tidak akan ingkar
janji, maka dia berkata: "Baiklah, kita patuh kehendak Tam
Tayhiap, bila kalian juga berhasil menangkap Bu Siu-hoa
tolong serahkan kepadaku, biar kuhukum dia."
"Apa betul ocehanmu aku belum tahu, setelah kutemukan
orangnya baru akan kupertimbangkan bagaimana
mengurusnya, kami tidak akan menerima segala usulmu."'
1353 Setelah keluar dari lingkungan villa, sesuai janji Tam Pakun
bebaskan In Hou, katanya sinis: "In-toasiauya,
menguntungkan kau saja, lekas enyah."
Toh So-so berkata: "Barusan aku seperti mendengar
seruling Lam-wi, tapi dari mana arahnya sukar ditentukan.
Paman Tam, apa kau juga dengar?"
"Karena mendengar suara seruling itu maka aku mau beri
kelonggaran kepada mereka. Kedengarannya dari balik
gunung di sebelah timur sana. Mari kita periksa kesana."
Cepat sekali mereka berdua sudah berada di balik gunung
sebelah sana, tapi jejak Kek Lam-wi sudah tidak ketemu lagi.
Tam Pa-kun berkata: "Kemarin aku sudah janji dengan Lam-wi
dan Tan Ciok-sing serta In San untuk berkumpul di Ham-sansi,
walau dia tidak datang, dia juga tidak tahu bahwa yang
mengundang mereka adalah aku, tapi setelah lolos dari rumah
keluarga In, bukan mustahil dia akan mencari kita ke Hamsan-
si. Marilah kita kembali dulu ke Ham-san-si."
Di tengah perjalanan pulang ke Ham-san-si ini baru Toh Soso
sempat ceritakan pengalamannya.
Sejak dia pulang dari Pakkhia dengan perasaan kecewa dan
putus asa, hari itu dia tiba Yang-ciu, sebelum masuk kota di
tengah jalan kebentur suatu peristiwa, serombongan
perampok merampas secara kekerasan seorang gadis. Maka
dia turun tangan, dua rampok dipukulnya roboh, kawanan
rampok itu baru lari tunggang langgang. Tak pedulikan
kawanan rampok yang melarikan diri, dia tolong si gadis lebih
dulu, untung gadis itu hanya terluka sedikit.
Paras gadis iui memang lumayan, dia mengaku sebagai
tukang ngamen bersama ayahnya hidupnya terlunta-lunta di
Kangouw, ayahnya telah dibunuh oleh kawanan rampok,
melihat parasnya yang cukup ayu, kawanan rampok itu
hendak menculiknya pula, terpaksa dia melarikan diri dan
hampir memasuki kota Yang-ciu dicandak, di jalan raya
1354

Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

banyak orang lalu lalang, tapi tiada seorangpun yang berani
menolongnya. Siang hari bolong, diluar kota Yang-ciu terjadi pembunuhan
dan penculikan, seharusnya merupakan peristiwa yang patut
dicurigai akan kebenarannya, tapi Toh So-so percaya saja
akan cerita gadis itu.
Tam Pa-kun berkata: "Gadis itu pastilah Bu Siu-hoa, putri
Bu-sam Niocu itu?"
"Betul," ujar Toh So-so.
Tam Pa-kun tertawa, katauya: "Karangan ceritanya
ternyata tidak begitu baik, kenapa waktu itu sedikitpun kau
tidak curiga?"
"Sebetulnya aku juga merasa kawanan rampok itu terlalu
besar nyalinya, agak curiga, kutanya apa dia tahu asal-usul
kawanan rampok itu" Dia bilang dari logat percakapan
kawanan rampok itu, kelihatannya orang-orang dari Hoayyang-
pang, dia akan diculik dan dipersembahkan menjadi
isteri Pangcu mereka. Kekuasaan Hoay-yang-pang cukup
besar di Kanglam, Bak Bu-wi sang Pangcu adalah laki-laki
kemaruk paras ayu, itu sudah lama kuketahui. Bahwa yang
melakukan kejahatan orang-orang Hoay-yang-pang, mau tidak
mau aku jadi percaya."
"Mengingat dia kini sebatangkara, terluka lagi, maka
kuterima dia ke rumahku dan mengobati luka-lukanya. Dia
pandai membaca bisa tulis, mengenal not-not lagu pula, aku
jadi berat berpisah dengan dia, lekas sekali luka-lukanya,
sudah kusembuhkan, ternyata diapun berat berpisah dengan
aku, selalu dia bilang supaya aku sudi menerima dia sebagai
pelayannya. Aku bersyukur mendapat teman, apalagi
mengingat seorang diri bila berkelana di Kangouw salah-salah
diincar orang Hoay-yang-pang pula, maka aku mengikat
persaudaraan sebagai kakak adik."
1355 "Suatu malam bulan purnama, aku duduk menikmati bulan
sambil minum-minum sama dia, hanya dua cangkir, entah
kenapa secara tak terduga aku jatuh mabuk. Malam itu aku
pulas sampai'esok hari. Setelah terang tanah, ternyata dia
telah menghilang."
"Pasti dia mencampur obat bius dalam minuman itu," kata
Tam Pa-kun, "Aneh, dia tidak mencelakai kau dalam
kesempatan sebaik itu. Apakah kau merasakan dirimu
keracunan?"
"Setelah bangun tiada tanda-tanda yang mencurigakan.
Kini sudah hari kelima, aku tetap sama seperti sedia kala, aku
yakin tidak pernah keracunan."
"Dari sini dapat kita simpulkan, meski Bu Siu-hoa adalah
putri Bu-sam Niocu, namun hatinya tidak jahat, tindak
tanduknya belum menunjukan kekejaman hatinya. Tapi
apakah kau tidak kehilangan apa-apa?"
Toh So-so melengak, katanya: "Betul, aku kehilangan
sebatang tusuk kondai, aku ingat malam itu tusuk kondai
kuselipkan di atas sanggul, Paman Tam dari mana kau tahu?"
"Dengan tusuk kondai itulah dia menipu Kek Lam-wi
sehingga dia terjebak," ujar Tam Pa-kun. Lalu dia ceritakan
apa yang dia dengar dari penuturan Tan Ciok-sing, lalu
bagaimana In Kip bersekongkol dengan Bu-sam Niocu
mengundang Kek Lam-wi setelah menyerahkan tusuk kondai
itu. "Aku sudah mendapat firasat, dengan tusuk kondai itu pasti
dia akan melakukan sesuatu, sungguh tidak nyana bahwa
Lam-ko akan ketipu mereka."
"Lalu kapan kau tahu asal-usulnya?"
"Karena hanya kehilangan tusuk kondai, semula aku tidak
menarik persoalan. Tapi hatiku amat heran, setelah kami
angkat saudara, umpama dia memintanya juga akan
1356 kuberikan, kenapa dia justeru mencekok arak dan mencuri
tusuk kondai itu" Apalagi dia bilang hidup sebatangkara, tiada
sanak tiada kadang, hanya karena sebatang tusuk kondai
apakah setimpal bila dia harus hidup terlunta-lunta di luaran"
Aku tahu dia cukup cerdik, kenapa mau juga melakukan
perbuatan kotor dan memalukan itu, kupikir-pikir tidak masuk
akal?" "Tak nyana secara kebetulan, di kala aku berusaha mencari
tahu asal-usulnya, seseorang yang tahu asal-usulnya sudah
datang mencariku dulu,"
"Siapa dia?"
"Ma-thocu dari Kaypang cabang Yang-ciu. Sepulang di
Yang-ciu, sepantasnya aku pergi menyambangi dia, karena
hatiku gundah gulana, aku jadi malas keluar pintu. Tak nyana
hari kejadian itu, dia suruh seorang murid Kaypang
mengundangku ke markas cabangnya."
"Begitu berhadapan dia lantas bilang: 'Sepantasnya aku
bertandang ke rumahmu, tahukah kau kenapa justru kau yang
kuundang kemari"'-Tergerak hatiku, diam-diam sudah kuduga
dalam hati, betul juga dia lantas berkata lebih lanjut:
'Kabarnya kau berkenalan dengan seseorang teman baru,
gadis itu masih berada di rumahmu bukan"'"
"Aku maklum, aku dipanggil kemari lantaran kuatir
pembicaraan diketahui Bu Siu-hoa. Maka aku tanya:
'Bagaimana asal-usul gadis itu"'"
"Setelah mendengar penjelasanku bagainana aku sampai
berkenalan dengan dia. Ma-thocu menghela napas, katanya:
'Nona Toh, kau ketipu. Gadis itu bukan tukang ngamen yang
tidak pandai main silat, asal-usul yang sebenarnya adalah putri
Bu-sam Niocu. Pangcu dari Bu-san-pang, nama aslinya adalah
Bu Siu-hoa. Kemarin baru kuketahui dia datang ke Yang-ciu
dan sembunyi di rumahmu. Tapi aku tidak habis mengerti
bagaimana dia bisa berkenalan dengan kau, untuk menjaga
1357 sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, maka kuundang kau
kemari untuk membicarakan hal itu.'"
Toh So-so bercerita lebih lanjut. "Kujelaskan kepadanya,
semalam Bu Siu-hoa sudah minggat mencuri sebatang tusuk
kondaiku. Ma-thocu juga heran kenapa Bu Siu-hoa tidak
gunakan racun mencelakai jiwaku?"
"Lalu dia memberitahu dua berita kepadaku. Berita pertama
ialah, jejak Bu-sam Niocu diketahui berada di Kanglam. Berita
kedua, kabarnya Kek Lam-wi sudah berada di Soh-ciu."
"Diapun memberitahu kepadaku, Bu-sam Niocu sejak jauhjauh
hari sudah mengutus putrinya ke Soh-ciu langsung ke
rumah In Kip. Hal itu terjadi kira-kira tiga bulan yang lalu,
setelah berada di rumah keluarga ln, Bu Siu-hoa segera
angkat In Kip sebagai ayah angkat."
"Menurut dugaan Ma-thocu, Bu-sam Niocu mengutus
putrinya sebagai kurir untuk mengikat hubungan lebih intim
dengan In Kip, maka dia berani datang ke Kanglam. Agaknya
Bu-sam Niocu bermaksud memindah pangkalan Bu-san-pang
di Kanglam, atau mungkin juga ada muslihat atau rencana keji
lainnya." "Bu-sam Niocu bersama Kek Lam-wi hampir bersamaan tiba
di Soh-ciu, secara kebetulan putri Bu-sam Niocu mencuri tusuk
kondaiku, apakah beberapa kejadian ini tiajda sangkut
pautnya satu dengan yang lain" Mau tidak mau Ma-thocu
merasa curiga."
"Mendengar Lam-ko datang ke Kanglam dan tiba di Sohciu,
aku tidak peduli apakah beberapa kejadian itu ada
sangkut pautnya, aku harus menyusulnya ke Soh-ciu
menemuinya."
Tiba-tiba Tam Pa-kun ingat sesuatu, katanya: "Maaf,
sementara kuputus ceritamu. Berapa usia Bu Siu-hoa?"
1358 "Kira-kira sebaya dengan aku, lebih kurang berusia likuran
tahun." "Walau aku tidak pernah bertemu dengan Bu-sam Niocu,
tapi kudengar dia berusia kira-kira lebih dari tiga puluh tahun
belum genap empat puluh, mungkinkah dia punya putri
sebesar itu?"
"Hal itu pernah juga Ma-thocu bicarakan dengan aku.
Menurut yang dia ketahui Bu Siu-hoa bukan putri kandungnya.
Ayahnya Bu San-hun setelah kematian isterinya sejak belasan
tahun yang lalu, lalu mempersunting Bu-sam Niocu. Ternyata
Bu-sam Niocu cerdik pandai, dua tahun sejak dia menikah
dengan Bu San-hun, kekuasaan terbesar daiam Bu-san-pang
sudah tergenggam di tangannya. Tahun ketiga secara aneh
tahu-tahu Bu San-hun juga mati, sejak itu secara resmi dia
mengangkat diri sebagai Pangcu perempuan. Tapi meski Bu
Siu-hoa bukan anak kandungnya, kabarnya mereka ibu
beranak bisa hidup akur."
"O, kiranya begitu, pantas."
"Apanya yang pantas."
"Hubungan mereka ibu beranak, kukira tidak sebaik yang
diperlihatkan di hadapan umum. Maka bila sang ibu
bersekongkol dengan In Kip menjebak Kek Lam-wi, sang putri
justru menolong tawanan ibunya diluar tahu orang lain."
"Paman Tam, apa kau percaya Bu Siu-hoa betul-betul mau
menolong Kek Lam-wi" Kenapa pula dia mencuri tusuk
kondaiku, bukankah langsung atau tidak langsung dia telah
membantu ibunya melakukan kejahatan?"
"Aku hanya merasa sedikit curiga, sekarang aku belum
yakin bahwa Bu Siu-hoa benar bermaksud baik menolong Kek
Lam-wi. Nah, teruskan ceritamu."
"Kemarin kira-kira menjelang kentongan ketiga, aku baru
tiba di 1359 Soh-ciu, langsung aku ke rumah seorang familiku. Ternyata
kemarin Lam-ko pernah mencariku ke rumah familiku itu. Dari
mulutnya aku tahu Lam-ko menginap di Say-cu-Iim. Hotel
didalam Say-cu-lim juga milik In Kip, aku kuatir Lam-ko
mengalami sesuatu, sebelum terang tanah langsung aku
menyusulnya ke Say-cu-lim. Tak kira tiba di Say-cu-lim, aku
bertemu dengan kenalan baik."
"Apakah Kanglam Sianghiap."
"Ya, Kwik Ing-yang dan Ciong Bin-siu. Mereka sedang siap
berangkat ke Tong-thing-san di Thay-ouw barat. Karena
kedatanganku, mereka menunda kira-kira satu jam baru
mereka berangkat."
"Dari cerita mereka baru aku tahu Lam-ko pergi memenuhi
undangan In Kip. Mereka membujuk aku supaya tidak usah
pergi ke Say-cu-lim, aku dianjurkan langsung ke rumah In Kip
menemui Lam-ko serta membongkar muslihat mereka.
Diberitahu juga bahwa Tan Ciok-sing dan In San sudah siap
membantu Lam-ko secara diam-diam. Tapi mereka belum tahu
bahwa kaulah yang mengundang Lam-ko dan lain-lain untuk
bertemu di Ham-san-si."
Cerita Toh So-so amat jelas dan terperinci tapi ada juga
satu hal yang dia sembunyikan dan tidak diceritakan kepada
Tam Pa-kun. Pertunangan Toan Kiam-ping dengan Han Cin dan kini
sudah pulang ke negeri Tayli telah diceritakan oleh Kanglam
Sianghiap kepada Toh So-so. Ditegaskan pula oleh Kanglam
Sianghiap bahwa Kek Lam-wi sengaja minta tugas kepada Lim
Ih-su sebagai wakil Kanglam Pat-hiap untuk memberi selamat
ulang tahun kepada Ong Goan-tin, sekaligus untuk pulang ke
kampung halaman mencari dia. Setelah tahu betapa murni
dan suci cinta Kek Lam-wi terhadap dirinya, ganjalan hati
selama beberapa hari seketika sirna tak berbekas.
1360 Setelah habis mendengar ceritanya, Tam Pa-kun segera
berkata: "Ternyata urusan berbelit-belit, lalu dari mana kau
tahu letak villa In Kip dan menyusulnya kesana?"
"Aku sendiri yang menduga. Aku tahu bahwa In Kip punya
villa disini, kupikir In Kip adalah rase tua yang licin
kemungkinan pertemuan tidak diadakan di rumahnya."
Toh So-so menutur lebih lanjut: "Aku juga berpikir, jikalau
dugaanku meleset dan Kek Lam-wi memenenuhi undangan itu
di rumah ln Kip, disana ada Tan Ciok-sing dan In San yang
membantunya, tanpa bantuanku juga tidak usah dibuat kuatir.
Kurasa membagi tugas menyelesaikannya dengan baik adalah
paling tepat, maka aku berkeputusan kemari dengan mengadu
nasib." Jalan pikirannya ini ternyata sama dengan dugaan Kiau-jan
Taysu. Tam Pa-kun berkata dengan tertawa: "Kau memang
pintar, sekali tebak ternyata tepat."
Toh So-so berkata rawan: "Tapi aku belum menemukan
Kek-toako."
Tam Pa-kun menghiburnya: "Sedikitnya kau sudah
mendapat tahu duduk persoalannya. Lam-wi lolos dari
cengkeraman In Kip peduli apa rencana dan maksud Bu Siuhoa
menolongnya, yang terang kini dia sudah tidak mengalami
bahaya." Tanpa terasa mereka sudah berada di Hong-kio.
Ham-san-si sudah kelihatan di kejauhan di atas bukit.
Tam Pa-kun tertawa, katanya: "Kau begini pintar, nah
sekarang coba kau terka, apakah Lam-wi dan Bu Siu-hoa
sudah berada didalam biara?"
Toh So-so berpikir sejenak, katanya: "Sulit aku
menerkanya, paman?"
"Kukira mereka sudah berada didalam biara?" ujar Tam Pakun
tertawa. 1361 Toh So-so geleng-geleng, katanya: "Kukira perempuan
siluman itu takkan sebaik itu hatinya. Lam-ko tentu ditipunya
ketempat lain."
"Baik, bagaimana kalau kita bertaruh?"
"Aku tidak mau bertaruh, karena aku lebih suka kau
kalahkan."
Dengan perasaan kebat-kebit Toh So-so manjat ke atas
memasuki Ham-san-si. Tebakan siapa yang betul"
000OOO000 Sekarang mari kita ikuti pengalaman Kek Lam-wi setelah
keluar dari lobang gua, di bawah terang bulan, dia kucek
mata, kini dia melihat jelas gadis yang menuntunnya keluar
dan menyelamatkan dirinya. Tapi gadis ini mengenakan cadar.
Walau mukanya tertutup rapat, namun dia dapat merasakan
bahwa gadis ini jelas bukan Toh So-so. Karuan Lam-wi kaget,
tanyanya: "Siapa kau" Kenapa kau berani menolongku?"
Kedengaran rawan suara si gadis: "Kek-siangkong, lebih
baik jangan kau tanya siapa she dan namaku."
"Lho, kenapa?"
Gadis itu tidak menjawab, tapi berkata lebih lanjut: "Aku


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menolong kau lantaran demi diriku sendiri, kaupun tidak usah
berterima kasih kepadaku."
Gadis itu menggandeng tangannya serta menyeretnya
pergi, tanpa kuasa Kek Lam-wi terseret lari begitu saja. Dia
coba kerahkan hawa mumi terasa tenaganya kira-kira sudah
mulai pulih tiga puluhan persen, dengan tenaga yang ada
sekarang, walau dapat berlari namun masih belum mampu
mengembangkan Ginkang untuk berlari di pegunungan yang
tidak rata. Maka terpaksa dia mandah saja diseret oleh gadis
penolongnya itu.
1362 Kira-kira setengah sulutan dupa kemudian si gadis telah
menyeretnya sampai di atas gunung. Kira-kira ada beberapa li
dari villa In Kip, baru si gadis menghentikan langkah, katanya
dengan tersenyum: "Kek-siangkong, semangatmu belum pulih
tentunya kau teramat letih, sementara boleh kau istirahat."
Kek Lam-wi duduk di sampingnya, katanya: "Nona, kau
menolongku dengan menyerempet bahaya, entah bagaimana
aku harus membalas budimu. Walau kemungkinan kau tidak
mengharap balas budiku, tapi aku, aku jadi..."
Gadis itu tertawa cekikikan, katanya: "Kek-siangkong, kau
ingin membalas kebaikanku bukan" Baiklah, aku mohon
sesuatu kepada kau."
"Nona ada pesan apa, boleh lekas katakan terjun ke air
mendidih atau gunung berapi sekalipun akan kulakukan."
"Kenapa harus terjun ke air mendidih atau menerjang
gunung berapi segala, aku hanya ingin mendengar lagu
serulingmu. Aku tahu kau adalah peniup seruling terbaik pada
masa ini, maka aku ingin menikmati lagu serulingmu."
Tanpa merasa Kek Lam-wi lantas merogoh kedalam
bajunya, namun lekas dia teringat bahwa serulingnya sudah
dirampas oleh Bu-sam Niocu dan diberikan kepada In Kip.
Seketika dia duduk mematung dengan perasaan hambar.
Gadis itu tertawa, katanya: "Nah sudah kusiapkan sebatang
seruling yang lain. Walau tidak sebagus serulingmu itu, namun
bisa juga kau tiup."
Belum habis Kek Lam-wi meniup serulingnya, tiba-tiba
lapat-lapat kedengaran ada orang berjalan naik ke atas bukit.
Gadis itu segera berkata: "Seperti ada orang datang. Keksiangkong,
coba kau sembunyi dulu, peduli siapa yang datang
biar aku yang menghadapinya. Jangan kau unjukkan dirimu."
Sudah tentu Kek Lam-wi tidak menurut, katanya: "Kau
telah menolong jiwaku, kini tenagaku sudah pulih beberapa
1363 bagian, mana boleh aku berpeluk tangan. Betapapun kita
harus senasib sepenanggungan."
"Senasib sepenanggungan" sebetulnya adalah kata umum
yang sering digunakan bagi kaum persilatan, tanpa sadar Kek
Lam-wi mengucapkannya, hakikatnya dia tidak pikir apakah
perkataannya itu tepat dalam keadaan seperti ini, karuan si
gadis menjadi merah jengah mukanya.
"Tidak. Kau harus dengar nasehatku, lekas kau sembunyi,"
desak si gadis.
Pada saat itulah, orang yang tengah berlari naik di lereng
bukit sana sudah memperdengarkan tawa panjang yang
bernada sinis. Orangnya belum kelihatan, tapi dari suaranya
Kek Lam-wi sudah tahu bahwa yang datang adalah Bu-sam
Niocu. "Perempuan siluman ini liehay betul, aku begini juga
lantaran gara-garanya. Lekas kau sembunyi saja, biar aku adu
jiwa dengan dia," demikian kata Kek Lam-wi. Tahu yang
datang adalah Bu-sam Niocu, sudah tentu dia tidak akan
membiarkan gadis ini mengalami bahaya.
"Baiklah..." mendadak jari tengahnya menjulur. Hiat-to
pelemas Kek Lam-wi ditutuknya. Si gadis adalah penolongnya,
nada perkataannya seperti sudah setuju akan saran Kek Lamwi,
umpama dia sendiri tidak mau sembunyi, Kek Lam-wi juga
tidak akan dipaksa sembunyi. Sudah tentu tak pernah terpikir
dalam benak Kek
Lam-wi bahwa dirinya bakal dikerjain, seketika dia tidak
mampu berkutik lagi.
Setelah menutuk Hiat-tonya, buru-buru si gadis mendorong
tubuh Lam-wi kedalam semak rumput, lalu berbisik di pinggir
telinganya: "Maaf, kau rebah sebentar. Semoga kau bisa
selamat dari mara bahaya di depan mata, kesalahan apapun
yang kau limpahkan kepadaku akan kuterima dengan senang
hati." 1364 Kek Lam-wi rebah miring di belakang batu yang teraling
semak-semak rumput tinggi, terdengar tawa Bu-sam Niocu
yang dibuat-buat, katanya: "Kukira siapa yang mampu
menawarkan obat biusku menolong tawanan, ternyata adalah
putri kesayanganku sendiri."
Mendengar ucapan Bu-sam Niocu, sungguh bukan kepalang
kaget Kek Lam-wi.
"Ternyata gadis ini adalah putri Bu-sam Niocu. Kenapa dia
mau menolongku, apakah ada jebakan lainnya pula?"
Maka didengarnya gadis itu berkata: "Bu, maaf bila anak
tidak berbakti, tapi apa yang anak lakukan juga demi kebaikan
ibu." Bu-sam Niocu tertawa dingin, katanya: "Demi kebaikanku,
kebaikan apa" Coba jelaskan."
"Bu, umpama betul Bu-san-pang kita tidak mampu lagi
bercokol di Sujwan, dunia seluas ini masakah tiada tempat lain
untuk berteduh. Untuk apa kita berlaku sejauh ini hingga
menanam permusuhan dengan musuh tangguh" Coba kau
pikir, Kek Lam-wi adalah salah satu dari Kanglam-pat-sian, bila
kau serahkan dia kepada In Kip, dan In Kip serahkan dia
kepada Tang-bun Cong terus digusur ke kota raja. Sebagai
buronan raja, apakah dia bisa tetap hidup" Apakah Pat-sian
yang lain tidak akan menuntut balas kepada kau?"
Bu-sam Niocu tertawa dingin, katanya: "Ternyata
pembicaraanku dengan mereka sudah kau curi dengar semua.
Apa betul kau sudi memikirkan diriku?"
"Benar, justru aku tahu rencana kalian, aku tidak ingin
kalian mencelakai orang baik terutama aku tidak ingin kau
ditipu orang lain, maka pikiranku berobah."
"Memangnya berapa sih pengetahuanmu, berani kau turun
rembuk segala kepadaku. Baik buruk adalah tanggunganku,
tak usah kau turut campur dan bertindak diluar tahuku. Hm,
1365 kalau menurut rekaanku, mungkin kau sudah kepincut
tampang bocah itu."
Malu dan dongkol Bu Siu-hoa sambil membanting kaki,
katanya: "Bu, kenapa kau bilang demikian" Coba pikir, bila
benar seperti apa yang kau katakan, kenapa aku tidak
membawanya minggat ke tempat yang jauh, kusuruh dia
meniup seruling supaya kedengaran olehmu?"
Diam-diam Kek Lam-wi berpikir: "Tak heran dia suruh aku
meniup seruling, ternyata untuk didengar ibunya dan
menyusul kemari. Tapi kenapa dia tidak mau menyerahkan
aku kepada ibunya?"
Timbul sepercik harapan dalam benak Bu-sam Niocu
katanya: "Baiklah, bahwa kau memanggilku kemari dengan
tiupan seruling itu maka serahkan dia kepadaku."
"Bu, kuundang kau kemari, maksudku bukan seperti apa
yang kau duga."
"Lalu apa kehendakmu, lekas katakan saja."
"Aku harap kau meninggalkan In Kip, Tang-bun Cong dan
lain-lain."
"Jadi Bu-san-pang yang didirikan ayahmu harus dibuang
begitu saja?"
"Maaf bila anak berkata blak-blakan, beberapa tahun
belakangan ini, sepak terjang Bu-san-pang sudah
menimbulkan rasa kurang senang kaum persilatan umumnya,
dibubarkan juga tidak perlu dibuat sayang."
Yang benar kejahatan yarg dilakukan orang-orang Bu-sanpang
memang sudah keliwat takaran, perkataan Bu Siu-hoa
boleh dikata sudah terlalu lunak.
Tapi Bu-sam Niocu justru naik pitam, serunya: "Kurang
ajar, berani kau memberi pelajaran kepadaku. Sejak bapakmu
1366 mati, aku yang jadi Pangcu, jadi menurut pandanganmu, tidak
benar aku menjabat kedudukan Pangcu ini?"
"Anak tidak berani berpikir begitu. Tapi soal benar atau
salah, biar sementara dikesampingkan saja. Dalam situasi
seperti sekarang bila Bu-san-pang dibubarkan, kurasa akan
lebih menguntungkan para anggota dan membawa manfaat
bagi dirimu."
"Manfaat apa?" desak Bu-sam Niocu.
"Orang-orang yang hendak menuntut balas kepada kita,
kebanyakan adalah kaum pendekar dan orang-orang gagah,
bila mereka tidak menemukan kau, coba pikir bukankah anak
buah kita yang berkepandaian rendah itu akan mendapat
ganjaran."
"Lalu bagaimana dengan diriku?"
"Selanjutnya kau boleh cuci tangan mengundurkan diri dari
percaturan Kangouw, hidup tentram dan bahagia, bukankah
begitu lebih baik?"
"Hidup tentram dan bahagia" Memangnya orang lain mau
membiarkan aku hidup aman dan tentram?"
"Hal itu sudah kupikirkan. Kanglam-pat-sian adalah tokohtokoh
yang kenamaan dan disegani di dunia persilatan, bila
Lim lh-su mau tampil memberikan pengampunan, semua
musuh yang lain pasti juga akan memaafkan kau. Setelah aku
menolong Kek Lam-wi, aku akan berikhtiar mohon bantuan
Lim lh-su, aku yakin dia akan setuju dan menerima
permohonanku."
Kini Kek Lam-wi sudah paham beberapa bagian, pikirnya:
"Kiranya lantaran itu. Gadis ini memang pandai menggunakan
akal, tujuannya juga boleh dipuji, terang hatinya jauh lebih
luhur dari sang ibu, Entah Bu-sam Niocu apakah sudi
menerima bujukannya?"
1367 Maka didengarnya Bu-sam Niucu berkata: "Kenapa aku
harus memohon kepada orang lain, kau takut terhadap
Kanglam-pat-sian, aku tidak. Tulang punggungku jauh lebih
kuat dari Kanglam-pat-sian."
"Bu, aku tahu kemana kiblat hatimu, kau kira di belakang
In Kip adalah Sri Baginda yang berkuasa sekarang, maka
tulang punggung ini pasti kokoh dan tak tergoyahkan dan kau
bakal memperoleh apa yang kau inginkan" Tapi apakah Sri
Baginda mau menerimamu ke istana supaya kau bisa
menyembunyikan dirimu disana" Umpama kau bisa sembunyi
di istana, bila Pat-sian tetap akan membuat perhitungan
dengan kau, kukira Sri Baginda tetap takkan bisa melindungi
kau. Apakah kau tidak dengar, kira-kira dua bulan yang lalu,
keributan yang dilakukan Kanglam-pat-sian beserta orangorang
Kaypang di istana terlarang?"
"Tak usah aku mengambil contoh jauh-jauh, katakan saja
yang di depan mata. Sekarang In Kip sendiri sulit
menyelamatkan jiwanya, putranya terjatuh ke tangan Tam
Tayhiap, dia toh kewalahan dan munduk-munduk tak mampu
berbuat apa-apa" Jangan kata bila Kanglam-pat-sian meluruk
bersama, seorang Tam Pa-kun saja kalian sudah kocar kacir."
"Biar aku berterus terang kepadamu. Kuminta Kek Lam-wi
meniup seruling juga supaya didengar oleh Tam Tayhiap. Bila
dia mendengar, sementara mungkin dia tidak akan membuat
kesulitan dan memperpanjang perkara dengan kalian. Walau
aku tidak menunjang perbuatan In Kip, betapapun aku pernah
memanggilnya 'ayah angkat', semoga seperti apa yang
kuharapkan, Tam Tayhiap membebaskan putranya, terhitung
aku telah membalas budinya."
Mendengar perkataannya panjang lebar ini, sungguh kejut
dan girang hati Kek Lam-wi bukan main.
"Kecuali Kim-to-thi-ciang Tam Pa-kun, siapa pula yang
disebut Tam Tayhiap di kalangan Bulim" Tam Tayhiap yang
dimaksud pasti adalah paman Tam. Agaknya paman Tam juga
1368 meluruk ke villa In Kip, kalau tidak putra In Kip mana mungkin
terjatuh ke tangannya?" setelah reda rasa senangnya. Lam-wi
berpikir pula: "Sayang sekali, umpama benar Tam Tayhiap
telah datang, air jauh takkan bisa menolong kebakaran. Naganaganya
Bu-sam Niocu tidak akan terpengaruh oleh bujukan
putrinya, bila mereka ibu beranak bentrok dan berkelahi, tak
mungkin Tam Tayhiap bisa menyusul kemari tepat pada
saatnya. Aku sendiri tidak mampu bergerak, mana bisa
membantunya?"
Betul juga didengarnya Bu-sam Niocu tertawa dingin,
jengeknya: "Sempurna juga akal sehatmu memikirkan diriku,
sayang aku tidak terpengaruh oleh bujukanmu. Kejadian hari
ini kaulah yang harus tunduk kepadaku."
"Bu, rejeki atau bahaya tiada pintu, hanya kau sendirilah
yang bisa meraihnya. Kuharap berpikir lagi dengan tenang."
"Sudah kupikir jelas. Kau bilang demi kebaikanku,
anggapmu aku ini sebodoh yang kau kira" Genta di depan
mata tidak kupukul, kenapa aku harus ' memukul kelintingan
di tempat lain?"
Bu Siu-hoa melenggong, tanyanya: "Bu, apa maksud
perkataanmu?"
"Apa maksudnya" Kau begitu pintar, memangnya tidak
paham" Coba pikir kau adalah putriku, kaupun menentang
diriku, Lim Ih-su dan lain-lain mengagulkan diri sebagai kaum
pendekar, apakah mereka bisa memaafkan aku" Ya, aku tahu
diri, setelah aku mewarisi jabatan Pangcu, nama Bu-san-pang
memang sudah buruk dan dicap sebagai golongan hitam,
memangnya aku harus munduk-munduk kepada aliran ksatria
supaya diampuni?"
"Bu. pepatah kuno ada bilang, manusia siapa tidak pernah
salah, tahu salah bisa merubah adalah budi pekerti yang
paling luhur. Anak percaya, bila kau mau meninggalkan In Kip
dan komplotannya, membina diri menjadi manusia baik, kaum
1369 ksatria pasti akan memaafkan dan menerimamu. Apalagi Kekjithiap
akan bantu memberi penjelasan kepada mereka."
Bu-sam Niocu mendengus, katanya tertawa dingin: "Kau
boleh percaya, aku tidak mau percaya. Tam Pa-kun dan
Kanglam-pat-sian adalah orang-orang yang tidak boleh
diganggu, memangnya In Kip, Tang-bun Cong, Poyang Gunngo
boleh diabaikan?"


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bu," teriak Bu Siu-hoa. masih ingin dia membujuk ibunya.
Kkembali Bu-sam Niocu mendengus geram, serunya: "Katamu
demi kebaikanku, akupun punya perhitungan untuk dirimu."
Apa boleh buat, terpaksa Bu Siu-hoa berkata: "Bu, apa
kehendakmu atas diriku?"
"Demi masa depanmu, aku akan kawinkan kau dengan In
Hou." "Apa" Kau hendak kawinkan aku dengan putra mustika In
Kip itu?" "Memangnya In Hou jelek" Memang Kungfunya bukan
tandingan Kek Lam-wi, tampangnya juga tak seganteng Kek
Lam-wi, tapi kau harus tahu. Kek Lam-wi sudah punya
simpanan, umpama kau menyerahkan dirimu, dia juga tidak
akan mempersunting dirimu. Kan lebih baik kau kawin dengan
In Hou, keluarganya adalah hartawan terkaya di Kanglam,
setelah kau menjadi menantunya, hidupmu tidak akan kapiran
seumur hidupmu."
Malu dan dongkol bukan main Bu Siu-hoa dibuatnya,
terisaknya: "Siapa bilang aku mau menikah dengan Kek Lamwi"
Kau ini, kau... ai, kau kira siapa putrimu ini, aku hanya
tidak senang melihat sepak terjang kalian, baru aku berusaha
menolongnya. Untuk melicinkan jalan mundur bagi kau pula."-
-Sebetulnya dia mau bilang kau mengukur jiwa seorang Kuncu
dengan hati seorang rendah, untung dia masih kuasa
1370 mengekang emosi, kata-kata yang hampir dilontarkan ditelan
kembali. Tapi Bu-sam Niocu sudab berkobar amarahnya, jengeknya:
"O, jadi kau ingin jadi pendekar perempuan yang menegakkan
keadilan" Tapi jangan kau lupa kau ini adalah putri Bu-sanpang
Pangcu, di pandangan orang lain, kau tetap adalah
perempuan siluman."
"Tidak peduli bagaimana anggapan orang terhadapku, aku
hanya mengejar ketentraman batin sendiri."
"Apa itu ketentraman batin sendiri, sementara aku tak usah
berdebat dengau kau. Baiklah jawab pertanyaanku, apa betul
kau tidak ingin kawin dengan Kek Lam-wi?"
"Aku tidak akan menikah dengan Kek Lam-wi. Tapi aku
juga tidak akan tunduk padamu, apalagi menikah dengan
putra mustika In Kip."
"Baik, asal kau tidak ingin kawin dengan Kek Lam-wi.
Sekarang kau serahkan Kek Lam-wi kepadaku."
"Bu, apa yang hendak kau lakukan terhadap dirinya?"
"Kau tidak perlu tahu. Bahwa kau masih memanggilku 'ibu',
maka kau harus tunduk kepadaku, urusan lain kau tak usah
turut campur. Nah sekarang buktikan bahwa kau tunduk
kepadaku."
Bu Siu-hoa menghela napas, bentrok ibu dan anak jelas
tidak mungkin didamaikan lagi. Terpaksa dia bilang: "Aku
menolong Kek Lam-wi, tentu sudah lepas dia pergi.
Bagaimana aku harus mencarinya pula untuk kuserahkan
kepada kau?"
"Orang lain bisa kau tipu dengan obrolanmu, memangnya
kau mau menipu ibumu juga" Kek Lam-wi terkena obat
biusku, meski kau bisa menawarkan kadar racunnya,
tenaganya juga tidak akan pulih selekas itu. Berani kau
1371 melepasnya pergi seorang diri tanpa melindunginya. Dia pasti
kau sembunyikan dimana, lekas serahkan dia kepadaku."
"Ada orang melindunginya. Dia betul-betul sudah pergi. Bu,
kau tidak percaya, apa boleh buat."
"Aku justru tidak percaya, kini biar kutegaskan walau kau
bukan anak kandungku jelek-jelek sejak kecil kau kuasuh dan
kubimbing sebesar ini, apakah kau masih pandang aku ini
ibumu?" "Bu, terlalu berat kata-katamu. Sejak kecil aku sudah
kematian ibu, mana berani aku melupakan budi
bimbinganmu?"
Di tempat sembunyinya diam-diam Kek Lam-wi membatin:
"Ternyata perempuan siluman ini adalah ibu tirinya, tak heran
mereka tidak mirip ibu beranak."
"Bagus, bila kau masih punya rasa cinta kasih terhadap
orang tua, lekas serahkan dia. Sampai disini saja
perkataanku."
Bu Siu-hoa kertak gigi, katanya: "Jangan kata dia benarbenar
sudah pergi, umpama belum pergi, anak juga takkan
tunduk akan perintahmu."
"Kau tidak mau serahkan, memangnya aku tidak bisa
menemukan?" mulut bicara, diam-diam dia sudah genggam
Bwe-hoa-ciam terus ditimpukkan. Senjata rahasia sekecil itu
tersebar luas melesat ke semak rumput-rumput. Untung
tempat persembunyian Kek Lam-wi dialangi batu besar,
jaraknya juga jauh tak mungkin tercapai oleh daya luncuran
jarum kecil itu.
Tiba-tiba Bu-sam Niocu tertawa dingin, katanya: "Lantaran
Kek Lam-wi, kau terima membangkang perintahku aku jadi
ingin tahu apakah dia juga punya hati terhadap kau" Kek Lamwi,
kau dengar kalau tidak segera kau keluar, biar kubunuh
dia." 1372 Tersirap darah Bu Siu-hoa serunya: "Bu, kau hendak
membunuhku?"
"Tadi sudah kukatakan, kau tidak tunduk pada perintahku,
hubungan ibu dan anak sudah putus, Seharusnya kau tahu.
bila aku tidak bertangan ghpah dan berhati kejam,
memangnya sejauh ini aku mampu menjadi Pangcu?" di
tengah tawa dinginnya, kembali dia ayun tangannya, tapi
arahnya ditujukan kepada Bu Siu-hoa. Sebatang paku
menyamber lewat di pelipis Bu Siu-hoa.
Habis menimpuk senjata rahasia Bu-sam Niocu menubruk
maju pula, bentaknya: "Hubungan sudah putus, hayo lawan
aku." Sembari menghindar Bu Siu-hoa berteriak: "Bu, boleh kau
bunuh aku, tapi lepaskan Kek Lam-wi."
"Sundel, karena cinta kau tidak setia lagi terhadapku
sayang Kek Lam-wi justeru tidak mau keluar menolong
jiwamu. Hm, apa yang telah kuucapkan tak pernah kujilat
kembali, kecuali Kek Lam-wi berhasil kutangkap, aku boleh
mengampuni jiwamu. Kalau tidak kalian akan sama-sama
kubunuh, pertama kubunuh kau baru kubunuh Kek Lam-wi.
Memangnya aku tidak bisa menemukan dia?"
"Cret" baju Bu Siu-hoa tercengkram robek oleh jari Bu-sam
Niocu, pundaknya sampai terluka lecet, untung tulang
pundaknya tidak cidera. Pada hal dia sudah nekad mau adu
jiwa, tak urung dia menjerit kaget.
Pada saat itulah, mendadak seorang membentak: "Kek
Lam-wi disini, perempuan siluman, kemarilah."
Baru saja Bu-sam Niocu menoleh, tiba-tiba terasa kesiur
angin menerjang tiba. "Plok" dadanya telak tertimpuk sebutir
batu, sakitnya seperti ditusuk pisau.
Walau Kek Lam-wi tertutuk jalan darah pelemasnya oleh Bu
Siu-hoa, tapi karena dia takut mengganggu kesehatan Kek
1373 Lam-wi, maka tutukannya tidak menggunakan Jong-jiu-hoat.
Tenaga Kek Lam-wi sudah mulai pulih, dengan bekal tenaga
yang sedikit ini ternyata cukup untuk kerahkan hawa murni
menjebol tutukan Hiat-to. Kebetulan di saat genting itu,
tutukan Hiat-tonya bebas dan dapat bergerak dan bersuara.
Bu-sam Niocu kira Kek Lam-wi tidak punya tenaga untuk
melawannya, siapa sangka orang masih mampu melancarkan
Tam-ci-sin-thong dari Kungfu tingkat tinggi.
Melihat Kek Lam-wi menerjang keluar, kejut Bu Siu-hoa
melebihi waktu jiwanya terancam cengkraman ibunya. Untuk
melindungi Kek Lam-wi juga demi keselamatan diri sendiri, dia
tidak pikir lagi, di waktu Kek Lam-wi menjentik sebutir batu,
diapun menimpukkan sebuah senjata rahasia.
Begitu menerjang keluar, baru saja Kek Lam-wi hendak
memburu kearah Bu Siu-hoa, tiba-tiba
"BUM" terjadi sebuah ledakan, pandangan menjadi gelap,
asap mengepul api menjilat, kontan dia jatuh semaput.
Bila Kek Lam-wi siuman pula didapati dirinya rebah didalam
sebuah gua. Bu Siu-hoa duduk di sampingnya, membelakangi
dinding, pakaiaan bagian atas tersingkap, tangannya
memegang sebuah benda seperti kepingan besi ditekan di
dada. Melihat Kek Lam-wi membuka mata lekas dia melengos
sambil memutar tubuh, tersipu-sipu dia membetulkan
pakaiannya. Kek Lam-wi kaget, katanya: "Nona Bu kau terluka?"
Getir tawa Bu Siu-hoa, katanya: "Syukur aku hanya terkena
jarum beracun, jarumnya sudah kusedot keluar. Bagaimana
kau?" Kek Lam-wi menarik napas, pelan-pelan dia bergerak
hendak berdiri, namun terasa tubuh lemas lungfai, mulut getir
dada mual ingin muntah. Katanya: "Tidak apa, cuma rasanya
mual seperti keracunan, tapi tidak terluka bagian dalam."
1374 Melihat orang bicara seperti biasa, lega hati Bu Siu-hoa,
katanya: "Kau terkena tiga batang jarum beracun, semua
sudah kukeluarkan dengan besi semberani. Kau sedikit
menghirup asap beracun, kukira tidak jadi soal. Tadi kau
pingsan setengah hari."
"Terima kasih, kembali nona menolong jiwaku."
"Berkat Lwekangmu sendiri yang tangguh, aku punya jasa
apa" Kalau dibicarakan sepantasnya aku harus minta maaf
kepadamu. Karena menimpuk pelor asap itu, sehingga kau
terkena racun berganda."
Keluarga Bu memiliki sejenis senjata rahasia yang
dinamakan Tok-bu-kim-ciam-liat-yam-tam, untuk melindungi
Kek Lam-wi melarikan diri, walau tidak berani menimpukkan
Bwe-hoa-ciam melukai ibunya di tengah kepulan asap, tapi
asap tebal itu memang beracun. Di kala Bu Siu-hoa
menimpukkan pelor asapnya diapun tersambit oleh jarum
beracun Bu-sam Niocu.
"Mana ibu tirimu?" tanya Lam-wi.
"Kupanggul kau dan lari terbirit-birit, untung dia tidak
mengejar, mungkin dia juga terluka. Sungguh berbahaya,
jikalau jentikan batumu itu tidak tepat mengenai sasarannya,
mungkin kita sukar lolos dari renggutan elmaut?"
"Tempat apakah ini?"
"Lobang batu di atas Thian-ping-san. Siang tadi waktu aku
keluyuran di atas gunung, tanp.i sengaja kutemukan lobang
ini Di depan lobang penuh ditumbuhi semak berduri, yakin
mereka takkan menemui tempat ini "
Kek Lam-wi diam saja, coba-coba dia kerahkan hawa
murni, betapapun tenaganya tak mampu dikerahkan. Kiranya
beberapa bagian tenaganya yang berhasil dipulihkan setelah ia
berhasil menjebol tutukan Hiat-to, karena dia harus
mengembangkan Tam-ci-sin-thong, tenaga sedikit yang telah
1375 pulih itu seketika ludes pula, maka dia harus mulai dari
permulaan pula.
Bu Siu-hoa tertawa pahit, katanya: "Sekarang tentunya kau
maklum, kenapa semula aku tidak mau memberi tahu namaku
kepada kau" Kau membenciku tidak?"
"Teratai tumbuh dalam lumpur tapi tidak kotor, apalagi kau
bukan anak kandungnya. Kau menolong jiwaku, berterima
kasih juga belum sempat, kenapa aku harus membencimu."
Melihat sikap bicaranya tulus dan sungguh-sungguh,
seketika cerah wajah Bu Siu-hoa, senyum manis menghias
mukanya. Tapi hanya sekejap saja, tiba-tiba dia menghela
napas rawan. Kata Bu Siu-hoa setelah menghela napas: "Ada
satu hal belum kau ketahui, bila sudah tahu, mungkin kau bisa
membenciku setengah mati."
Bercekat hati Kek Lam-wi, katanya: "Ada sebuah hal
memang ingin kutanya kepadamu. Toh So-so apakah sudah
jatuh ke tangan ibu tirimu, apa pula yang dilakukan atas
dirinya" Kurasa kau tahu jelas tentang hal ini?"
"Yang ingin kubicarakan dengan kau memang urusan ini?"
kata Bu Siu-hoa.
Jantung Kek Lam-wi jadi deg-degan, pikirnya: "Mungkin Soso
mengalami nasib jelek, kalau tidak kenapa Bu Siu-hoa
kuatir untuk membicarakan hal ini dan takut aku
membencinya?"
Seperti meraba isi hatinya, Bu Siu-hoa berkata: "Kekjithiap,
kau tidak usah kuatir, nona Toh itu tidak terjatuh ke
tangan ibu tiriku, mereka hanya menipu kau."
Terbelalak girang Kek Lam-wi, katanya: "Apa betul" Lalu
dimana dia sekarang?"
"Tiga hari yang lalu dia masih di Yang-ciu, tapi sekarang
dimana, aku tidak tahu," yang benar Bu Siu-hoa tahu, namun
dia tidak ingin segera memberi tahu kepada Kek Lam-wi.
1376 Lega hati Kek Lam-wi, tanyanya: "Lalu dari mana In Kip
bisa memperoleh tusuk kondai itu sehingga dia memancing
aku untuk memenuhi undangannya bersama Ouw-tiap-piau
milik ibu tirimu. Sikap dan perkataan mereka membuat aku
mau tidak mau percaya, sebetulnya apakah yang telah
terjadi?" "Tusuk kondai itu akulah yang mencurinya. Akulah yang
membantu mereka sehingga kau
ketipu. Kau sudah jelas?" Setelah kejadian sesungguhnya
dia ceritakan kepada Kek Lam-wi, Siu-hoa menambahkan:
"Setelah mereka tahu Toh So-so juga sudah pulang ke
kampung halamannya, sebetulnya ada maksud In Kip hendak
mencelakainya. Dia suruh orang Hoay-yang-pang membantu
aku mengatur tipu daya sehingga Toh So-so tertipu olehku, In
Kip bilang nona Toh adalah putri seorang saingannya, dia
suruh aku meringkus pulang setelah mencekok dia dengan
racun, kalau tidak bisa hidup matipun boleh. Tapi umpama
nona Toh sampai mati, aku harus membawa suatu benda
sebagai tanda bukti, kalau tidak mereka tidak mau percaya
kepadaku."
"Lalu kenapa kau tidak turuti kehendak mereka" Apakah
setelah kau bertemu dengan So-so, kau lantas tahu asalusulnya?"
"Bukan begitu. Kungfu nona Toh amat tinggi, sudah tentu
sejak lama aku tahu dia bukan perempuan sembarangan. Tapi
sampai kemarin baru aku tahu, dia dan kau adalah sepasang
kekasih didalam Pat-sian."
Kek Lam-wi berpikir: "Jadi bukan karena dia jeri terhadap
Pat-sian maka dia tidak berani mencelakai So-so. Walau


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbuat salah, betapapun dia masih memiliki benih-benih
kebaikan."
Bu Siu-hoa bicara lebih lanjut: "Kanglam-pat-sian baru saja
menimbulkan keributan besar di kota raja, sudah tentu nona
1377 Toh tidak mau menerangkan asal-usulnya kepadaku. Tapi
sikapnya terhadapku justru seperti kakak beradik baiknya,
kumpul beberapa hari, sungguh aku jadi tidak tega turun
tangan kepadanya. Akhirnya kucuri tusuk kondainya dan
pulang memberi tahu In Kip, kukatakan lantaran Kungfunya
teramat tinggi, aku jauh bukan tandingannya. Begitu minum
arak yang kucampur obat bius segera tahu perbuatanku. Aku
bukan lawannya, terpaksa hanya berhasil merebut sebatang
tusuk kondai saja."
"Apa mereka tidak curiga akan cerita bohongmu?"
"Yang kuceritakan bukan semuanya bohong, Toh-cici
berkepandaian tinggi, memangnya In Kip tidak tahu" Kalau
ceritaku lima puluh persen bohong, tapi tusuk kondai itu
barang tulen."
"Waktu itu kau berada di Soh-ciu, In Kip tahu kau
menginap di hotel dalam Say-cu-lim miliknya sendiri. Segera
dia mengatur tipu daya, menggunakan tusuk kondai itu dia
hendak menipumu masuk perangkap, bahwa kau ternyata
kena ditipu terbukti bahwa tusuk kondai itu memang bukan
palsu, sudah tentu obrolanku tidak dicurigai lagi."
"Setelah percaya kepadaku. Baru mereka membiarkan aku
tahu rahasia mereka. Semalam otakku bekerja hingga terang
tanah, hatiku amat menyesal, tidak sepantasnya aku
mencelakakan engkau, kuharapkan pula lantaran peristiwa ini
bisa memperoleh imbalan, supaya ibu tiriku sadar akan
kesalahannya dan bertobat untuk kembali ke jalan lurus,
karena itu aku berkeputusan untuk menolong kau."
"Percakapanmu dengan ibu tirimu tadi, aku mendengar
semuanya, tahu salah dapat merubahnya adalah perbuatan
bijaksana, aku tidak menyalahkan kau."
"Kau tidak salahkan aku, aku sudah amat berterima kasih,
bila kau bicara sungkan lagi, hatiku akan lebih tak tenteram
lagi. Tapi, apakah dalam hatimu tiada ganjalan sedikitpun?"
1378 Seperti terkorek isi hati Kek Lam-wi, katanya dengan suara
guram: "Yang kukuatirkan adalah So-so, dia tidak menemukan
aku, entah betapa gelisah batinnya. Aku mati tidak jadi soal,
tapi sebelum melihat dia, si..." ternyata hati kecilnya kira-kira
sudah menerka, apa sebab Toh So-so minggat meninggalkan
dirinya tanpa pamit, kemungkinan karena sedikit salah paham.
Bila dia tidak bisa bertemu dengan So-so, salah paham itu
akan selalu bersemayam dalam sanubarinya, bukankah akan
menimbulkan penyesalan seumur hidup"
Tapi Bu Siu-hoa memang ada budi pertolongan terhadap
dirinya, betapapun gadis yang baru dikenalnya, bagaimana isi
hatinya, rikuh untuk dituangkan kepada Bu Siu-hoa.
Walau dia tidak menuangkan perasaan hatinya, namun
sebagai gadis perasa, tanpa dijelaskan lagi Bu Siu-hoa sudah
tahu apa yang dia pikirkan. Dengan tawa paksa dia berkata:
"Aku sedang berpikir ke arah yang paling buruk, namun
urusan kukira tidak sampai sefatal itu. Orang baik pasti
dikaruniai oleh Thian. Kek-jithiap, aku percaya suatu ketika
kau pasti bisa bertemu lagi dengan Toh-cici."
Kek Lam-wi juga tertawa dipaksakan, katanya: "Ya, semoga
seperti yang kau doakan."
Bu Siu-hoa menghela napas panjang sambil melengos
kesana. Dalam keadaan sama mengalami kesulitan ini,
sepantasnya keduanya memerlukan hiburan. Tak tahan Kek
Lam-wi bertanya: "Nona Bu, kaupun ada ganjalan hati apa,
boleh beritahu kepada aku?"
"Ah tidak, aku hanya iri terhadap Toh-cici."
Kek Lam-wi melengak, tiba-tiba dia teringat olok-olok Busam
Niocu kepada putrinya tadi. "Benarkah dia menaksir aku,
jatuh cin..."
Belum lanjut pikiran Lam-wi, tiba-tiba didengarnya Bu Siuhoa
berkata: "Aku iri terhadap Toh-cici karena ada orang yang
1379 mau memperhatikan dia. Tapi aku kini sebatang kara. Bila kau
tidak merasa..." tegak alis Bu Siu-hoa.
"Usiaku lebih tua, bila kau sudi, boleh kita angkat saudara,
bagaimana?" "
Sejenak Bu Siu-hoa terpaku, mendadak dia terkial-kial
sambil menengadah, serunya: "Bagus, bagus sekali. Kau tidak
anggap diriku rendah, itulah rejekiku. Pada hal aku ini
dianggap perempuan siluman oleh orang lain, hari ini bisa
memperoleh seorang kakak segagah kau umpama aku gugur
nanti juga aku akan mati dengan meram," nada tawanya
kedengaran agak getir dan pilu.
Melihat tawanya kurang normal, cepat Kek Lam-wi berkata:
"Jangan ngomong yang kurang baik, seperti apa yang kau
katakan tadi, orang baik pasti dikaruniai Thian, yakin kita akan
bisa lolos. Oh, belum aku memberitahu kepada kau, aku
punya dua teman yang berkepandaian tinggi..."
"Maksudmu Tan Ciok-sing dan In San?"
"Ya, benar, ternyata kau sudah tahu."
"Dari cerita In Kip aku tahu, Tang-bun Cong dan lain-lain
sedang mengikuti jejaknya, maka merekapun menguntit
sampai di Soh-ciu."
"Kemarin mereka sudah berjanji hendak membantu aku, di
rumah kediaman In Kip mereka tidak menemukan aku, pasti
masih terus mencari jejakku. Karena itu kemungkinan kita bisa
kepergok orang In Kip, tapi juga mungkin ketemu mereka."
"Biarlah kita mengadu nasib. Tapi peduli bagaimana nasib
kita, sekarang aku tidak merasa kuatir lagi. Aku sudah menjadi
adikmu, apa yang kuinginkan sudah terkabul, Thian Yang
Maha Kuasa cukup banyak memberi kepadaku, apa lagi yang
kuharapkan?"
1380 Maka didalam lobang batu itu mereka jongkok berjajar,
menyembah dua belas kali kepada langit dan bumi
mengangkat saudara sebagai kakak adik.
000OOO000 Tan Ciok-sing dan In San sudah pulang ke Ham-san-si.
Begitu Tam Pa-kun dan Toh So so melangkah masuk,
mereka lantas berlari keluar menyongsong dengan tawa riang.
Kata Tan Ciok-sing "l.im Tayhiap, aku memang ingin
menyusulmu ke villa In Kip ternyata kau sudah pulang, mana
Kek-toako."
Sementara In San memeluk Toh So-so kencang-kencang
dengan perasaan haru, sesaat dia pegang lengan So-so serta
bertanya: "Toh-cici, akhirnya kita bertemu lagi. Kau bertemu
Kek-toako tidak" Lantaran kau Kek-toako ditipu In Kip untuk
memenuhi undangannya, kau sudah tahu akan hal ini bukan?"
"Aku sudah tahu," sahut Toh So-so, "tapi aku belum
bertemu dengan dia. Dia digondol pergi seorang perempuan
siluman," sampai disini dia berpaling ke arah Tam Pa-kun dan
menyengir, "Paman Tam, tidak nyana akulah yang menang
taruhan." Tan Ciok-sing saling pandang, tanyanya bersama: "Apa
yang telah terjadi?"
"Panjang ceritanya, mari bicara didalam," ujar Toh So-so.
Waktu itu baru saja terang tanah, Toh So-so menyatakan
ingin menghadap Kiau-jan Taysu. Tan Ciok-sing berkata:
"Kiau-jan Taysu sedang sembahyang pagi."
Terpaksa Toh So-so batalkan niatnya setelah diberi
penjelasan oleh Tam Pa-kun pula. Lalu Toh So-so ceritakan
pengalaman dan apa yang dia ketahui kepada Ciok-sing dan
In San. 1381 Dengan tertawa In San berkata: "Paman Tam, taruhanmu
dengan Toh-cici, menurut pendapatku hanya kalah separo."
Toh So-so melengak. "Lho, koh begitu?"
"Walau nona Bu tidak membawa Kek-toako ke Ham-san-si,
jelas dia tidak bermaksud jahat kepadanya."
"Ya, aku percaya. Walau dia mencuri tusuk kondaiku dan
mengatur tipu daya membantu In Kip sehingga Kek-toako
tertipu. Tapi dia tidak mencelakaiku mumpung ada
kesempatan, dari sini dapat kusimpulkan bahwa hatinya
memang tidak jahat."
"Apalagi menurut ceritamu tadi, pertolongannya terhadap
Kek-toako dari penjara bawah tanah jelas bukan permainan
sandiwara yang sekongkol dengan In Kip. Asal dia punya
maksud baik menolong orang, jadi tanpa ada muslihat, cepat
atau lambat Kek-toako pasti dapat pulang mencari kau."
Toh So-so bilang, "Yang tidak kumengerti justru kenapa dia
berbuat demikian" Bu-sam Niocu memang bukan ibu
kandungnya, tapi mereka kan segolongan. Kenapa lantaran
Lam-wi, dia rela mengkhianati mereka?"
In San cekikikan, katanya: "Toh-cici, jadi lantaran itu kau
masih tidak lega hatimu" Pada hal cinta kalian tumbuh sejak
masih kecil, seharusnya kau percaya padanya bahwa dia tidak
akan mengalihkan cintanya kepada perempuan lain."
Merah wajah Toh So-so, katanya: "Siapa pingin, kalau aku
kuatir, kali ini memangnya aku tak bisa meninggalkan dia."
"Sesama manusia logis bila terjadi kesalahan paham.
Sampaipun manusia yang paling dekat sekalipun, suatu ketika
juga demikian. Oh, ya, ada berita gembira belum sempat
kuberitahu kepadamu. Toan Kiam-ping dan Han Cin cici sudah
bertunangan, tak lama setelah kau meninggalkan Pakkhia,
merekapun pulang ke Tayli."
1382 Mendadak ln San menyinggung pertunangan Toan Kiamping
dengan Han Cin, dua persoalan ini tiada sangkut pautnya
satu dengan yang lain, tapi Toh So-so maklum kemana arah
tujuan perkataannya. Tak urung jengah mukanya, katanya:
"Kemarin aku sudah mendengar berita ini dari Kwik Ing-yang
dan Ciong Bin Siu," dalam hati dia membatin: "Salah pahamku
terhadap Han Cin memang kekeliruanku. Tapi putri Bu-sam
Niocu mana bisa dibanding Han Cin keturunan genah dari
keluarga ternama." Namun setelah mendengar penjelasan In
San, paling tidak mau percaya bahwa Bu Siu-hoa tidak punya
maksud mencelakai Kek Lam-wi. Kek Lam-wi pun takkan
mengalihkan cintanya, tentramlah hatinya.
Tam Pa-kun berkata: "Untuk sementara yakin Lam-wi tidak
akan mengalami bahaya, yang kukuatirkan justeru persoalan
lain." "Persoalan apa?" tanya Tan Ciok-sing.
"Tang-bun Cong dan Poyang Gun-ngo jelas berada di Sohciu,
tadi mereka juga berada di rumah In Kip, tapi tidak
pernah menunjukkan diri."
Toh So-so berkata: "Mungkin karena kau telah membekuk
In Hou, mereka keluar juga tidak akan merubah situasi."
"Mungkin itu salah satu sebab, tapi kukira urusan tidak
semudah itu."
Toh So-so tersentak sadar, "Betul?" katanya, "waktu aku
menerjang ke rumah keluarga In mereka juga tiada yang
merintangi. Paman Tam tidak perlu heran bahwa mereka jeri
padamu, tapi terhadapku sebetulnya mereka tidak perlu
kuatir, hal ini jadi membingungkan."
"Kedua orang itu punya latar belakang yang luar biasa,
agaknya mengemban suatu tugas khusus yang serba rahasia,
maka mereka tidak mau unjuk diri di muka umum. Walau kita
tidak tahu apa rencana dan muslihat mereka, lapi kita harus
berusaha memberitahu hal ini kepada Ong Cecu."
1383 "Paman Tam," kata Toh So so. "bukankah kau hendak ke
Tong-thing-san barat memberi selamat ulang tahun Ong
Cecu?" "Sebetulnya kami dan Kek Lam-wi juga akan kesana
memberi selamat ulang tahun kepada Ong Cecu," demikian
timbrung Tan Ciok-sing, "tapi ulang tahun Ong Cecu pada
tanggal dua puluh dua bulan ini, masih ada sepuluh hari lagi"
"Kalian bisa berangkat dini, kan tidak jadi soal. Biar aku
tinggal disini mencari Kek-toako, kalian tidak usah
menguatirkan diriku."
"Tam Tayhiap ada sebuah janji lain, waktunya sudah
ditentukan tanggal delapan belas bulan ini, alamatnya di Hayling,"
kata Tan Ciok-sing.
"Aku justru sedang menguatirkan hal ini, yang
mengundang aku adalah It-cu-king-thian Lui Tin-gak maka
aku harus memenuhi undangannya itu. Walau kali ini In Kip
menderita rugi yang berakibat cukup fatal dari kita, kukira
nyalinya sudah pecah dan jera. Tapi kita tidak boleh puas diri,
harus tetap siaga dan waspada. Lalu siapa yang harus diutus
ke markas Ong Cecu memberitahukan hal ini, calonnya harus
kita pikirkan dengan baik dan tepat."
Sampai disini pembicaraan mereka, seorang hwesio cilik
datang memberitahu: "Cong-piauthau Ceng-lam Piaukiok Seng
Tay-coan dengan seorang pengemis tua datang minta
bertemu dengan Tam Pa-kun."
Tam Pa-kun berkata: "Yang datang bersama Seng Taycoan,
pasti adalah sahabat dari Kaypang." Lekas dia suruh
hwesio cilik menyilakan tamunya masuk.
Dugaan Tam Pa-kun memang tidak meleset yang datang
bersama dengan Seng Tay-coan bukan saja orang Kaypang
malah sebagai Thocu cabang Soh-ciu bernama Kiau Tiong.
Kiau Tiong sudah kenal baik dengan Tam Pa-kun dan Toh SoTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1384 so. Tapi baru pertama kali ini bertemu dengan Tan Ciok-sing
dan In San. Setelah sama memberi hormat. Kiau Tiong berkata dengan
tertawa: "Toh Lihiap, kiranya kau juga ada disini sungguh
kebetulan. Aku memang sedang mencarimu. Sebetulnya apa
yang terjadi dengan penculikan dan pencurian, itu, apakah
tusuk kondaimu sudah kau temukan?" ternyata Kaypang
cabang Yang-ciu telah mengirim kabar kepadanya, maka dia
tahu bahwa Toh So-so kehilangan tusuk kondai di Yang-ciu
kini kedatangannya ke Soh-ciu adalah untuk menyelidiki
kejadian ini. Sebagai penduduk setempat, adalah menjadi
kewajibannya untuk bantu memecahkan persoalan pelik ini.
Sementara Seng Tay-coan sudah memperoleh laporan
muridnya yang menyaru jadi kacung di perhotelan dalam Saycu-
lim, begitu ada kesempatan segera dia tanya kepada Tan
Ciok-sing: "Kabarnya, Kek-jithiap kemarin telah memenuhi


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

undangan In Kip, apakah dia sudah pulang?"
"Tam Tayhiap dan nona Toh justru baru pulang dari villa In
Kip itu," sahut Tan Ciok-sing.
Tahu gelagat jelek, lekas Seng Tay-coan bertanya: "Jadi
kalian belum menemukan Kek-jithiap?""
Toh So-so tertawa getir, katanya: "Orangnya belum pulang,
barangnya juga belum ketemu."
Habis mendengar cerita, Kiau Tiong berkata: "Toh Lihiap
tidak usah kuatir, asal Kek-jithiap masih di Soh-ciu, orangorang
Kaypang kita pasti dapat menemukan dia. Tam Tayhiap,
tugas mengirim kabar kepada Ong Cecu boleh serahkan
kepadaku?"
"Begitu memang lebih baik," ujar Tam Pa-kun tertawa.
"Sesama kawan sendiri, akupun tak perlu sungkan
terhadapmu."
1385 "ln Lihiap," kata Kiau Tiong pula, "dan Toh Lihiap kurang
leluasa tinggal di Ham-san-si, bagaimana kalau kalian pindah
ke tempat kediamanku?"
"Aku ada perjanjian lain, sebentar juga akan berangkat ke
Hay-ling," kata Tam Pa-kun. Tan Ciok-sing, In San dan Toh
So-so terima undangan Kiau Tiong.
Sebelum hari menjadi petang merekapun berpencar
menuju ke arah tujuan masing-masing.
Orang-orang Kaypang tersebar luas, mereka bisa
mengirimkan kabar secara kilat ke berbagai penjuru, setelah
mendapat bantuan Kiau Tiong, legalah hati Toh So-so. Tapi
apakah bisa menemukan Kek Lam-wi masih jadi persoalan,
sehari sebelum Kek Lam-wi ditemukan, betapapun hatinya
tidak bisa tentram.
000OOO000 Bagaimana keadaan Kek Lam-wi"
Setelah tidur nyenyak, begitu dia siuman, mentari ternyata
sudah doyong ke sebelah barat. Sambil kucek-kucek mata dia
berteriak: "Nona Bu."
Setelah diulang tiga kali tetap tidak mendengar jawaban Bu
Siu-hoa, seketika hatinya bercekat. Sejenak dia tentramkan
hati, lobang batu itu remang-remang karena hanya
memperoleh secercah cahaya dari celah-celah batu, dengan
seksama dia perhatikan sekitarnya, bayangan Bu Siu-hoa
memang tidak kelihatan, tapi di sampingnya terdapat sebuah
tempurung yang berisi air jernih Tempurung ini ternyata jauh
lebih besar dari tempurung yang biasa pernah dia lihat,
agaknya Bu Siu hoa memperolehnya secara darurat.
Dalam hati Kek Lam-wi berpikir: "Batu besar itu semula
tidak ada, mungkin Siu-hoa takut orang menemukan lobang
batu ini maka dia ambil batu besar menyumbat mulut lobang.
Kalau begitu, luka-lukanya ternyata sudah sembuh dan lebih
1386 baik dari aku. Air dalam tempurung ini juga dia yang
menyiapkan. Entah karena dia merasa rendah diri sehingga
menyingkir dari depanku" Atau sedang keluar mencari
makanan?" Begitulah dengan menahan sabar Kek Lam-wi menunggu
sampai hari menjadi gelap, dalam gua tak bisa melihat ke lima
jari sendiri, namun Bu Siu-hoa yang ditunggu-tunggu masih
juga belum pulang.
Tanpa merasa Kek Lam-wi jadi mereka-reka dan bimbang,
apakah dirinya harus keluar mencari makan, atau tetap tinggal
dalam lobang batu saja menunggu Siu-hoa pulang"
000OOO000 Tatkala itu Bu Siu-hoa sendiri juga sedang gundah gulana
sukar mengambil keputusan.
Rekaan Lam-wi akan dua hal itu boleh dikata tepat sekali.
Memang Siu-hoa merasa rendah diri, secara diam-diam tadi
dia sudah siap tinggal pergi. Tapi selama hidup sampai
sebesar ini belum pernah dia mendapat teman sejati, apalagi
dia tahu bahwa Kek Lam-wi tidak mungkin mencintai dirinya,
namun dia merasa berat untuk meninggalkan teman lelaki ini.
Dan lagi belum lama mereka baru saja angkat saudara.
"Cepat atau lambat Kek-toako kan akan rujuk kembali
dengan Toh So-so, bila aku selalu mengikuti dia, berarti aku
menyusup di tengah mereka, lalu apa artinya" Umpama Kektoako
tidak membenciku, lama kelamaan Toh So-so pasti
bosan dan sebal melihat tampangku."
"Tadi aku sudah memeriksa urat nadinya, besok pagi
sedikitnya Lwekangnya sudah bisa pulih lima puluh persen.
Aku sudah mendapatkan makanan untuk dia, semoga dia
masih belum siuman, setelah meninggalkan makanan ini, baru
aku pergi masih belum terlambat," dia tidak berani turun
gunung, pegunungan ini banyak ditanami pohon-pohon teh, di
sekitarnya pasti petani yang tinggal di atas gunung, kepada
1387 mereka dia akan membeli penganan apa saja yang bisa dibuat
mengisi perut. Apakah di atas Thian-ping-san dia bisa menemukan petani
yang diharapkan, dia tidak tahu. Walau Thian-ping-san bukan
gunung tinggi dan berbahaya, namun bukan soal gampang
untuk menemukan rumah petani di pegunungan ini.
Tiba-tiba dia menemukan jejak manusia.
Didengarnya seorang berkata: "Toako, kau melihat
pengemis itu tidak?" suaranya seperti sudah amat dikenal.
Ternyata dia bukan lain adalah pengurus rumah tangga In Kip,
yaitu Ong Cong-king.
Sudah tentu kagetnya bukan main, lekas dia sembunyi di
semak-semak. Suara Ong Cong-king tidak jauh dari tempat
dimana dia berada, untung di antara mereka teraling batu
gunung raksasa. Bu Siu-hoa lekas sembunyi pula sehingga
jejaknya tidak konangan mereka. Namun tak urung keringat
dingin membasahi jidatnya. "Ong Cong-king tentu ditugaskan
mencari aku, entah siapa yang dia panggil 'toako' itu?"
Tengah dia menduga-duga, orang yang dipanggil Toako
sudah berkata: "Sudah kulihat, kenapa sih?"
"Di atas pegunungan yang belukar ini, masa pengemis
kemari mau minta sedekah, apakah tidak aneh dan
mencurigakan?" apa yang dia curigai tepat seperti apa yang
dipikirkan Bu Siu-hoa.
Toako itu berkata tawar: "Kita urus tugas kita, jangan
mencampuri orang lain."
Maka terdengar Ong Cong-king dengan seorang lagi
bertanya bersama: "Lho, kenapa" Kukira pengemis yang satu
ini bukan pengemis sembarangan," suara orang ketiga
ternyata juga dikenal baik oleh Bu Siu-hoa, dia bukan lain
adalah kuasa hotel di Say-cu-lim -Koan Cong-yau.
1388 Toako itu berkata: "Kalau hanya pengemis biasa tidak ambil
perhatian. Jikalau murid Kaypang, pada hal Kaypang dengan
Giam-ong-pang kita umpama air sungai dengan air sumur,
buat apa kita cari permusuhan dengan mereka" Kecuali
mereka berani mengusik kita. Kalau tidak menurut
pendapatku, lebih baik kita tidak usah peduli pada seorang
pengemis."
Mendengar penjelasan masuk akal, Ong dan Koan berkata:
"Pendapat Toako memang benar dia sudah turun gunung,
agaknya belum tahu akan jejak kita disini."
Mendengar pembicaraan mereka sampai disini, Bu Siu-hoa
lantas sadar dan tahu siapa 'Toako' yang ajak mereka bicara.
Dengan kaget Bu Siu-hoa berpikir: "Agaknya orang ini adalah
Giam Cong-po, Pangcu dari Giam-ong-pang, tak heran mereka
memanggilnya 'Toako', sejak tadi seharusnya aku sudah
menduga akan dirinya."
Sejak Giam-ong-pang bubar secara misterius dua puluh
tahun yang lalu, tiada orang tahu dimana jejak Giam Cong-po
selanjutnya. Tak nyana mendadak dia muncul disini bersama kedua
wakilnya, karena itu semula Bu Siu-hoa tidak berani menduga
akan dirinya. Giam Cong-po berkata: "Bicara soal tugas, tadi belum
dibicarakan sampai selesai, apa yang telah kalian persiapkan?"
Koan Cong-yau menghela napas katanya: "Bu Siu-hoa
budak keparat itu bikin kapiran orang saja. Aku dan Jiko kali
ini ketimpa sial gara-gara perbuatannya."
Tidak meleset dari dugaan Bu Siu-hoa, ternyata mereka
sedang mencari dirinya. Siu-hoa sendiri mendengar
jantungnya berdegup keras.
Giam Cong-po berkata: "Budak yang kau maksud apakah
putri Bu-sam Niocu?"
1389 "Betul," ucap Koan Cong-yau, "toako belum pernah melihat
budak itu, masih muda jelita lagi, tapi ternyata amat licin.
Sebelum kejadian kami tiada yang menduga, sebesar itu
nyalinya berani menolong Kek Lam-wi."
"Memangnya Bu-sam Niocu tidak bisa ngurus putrinya itu?"
jengek Giam Cong-po.
"Walau Bu-sam Niocu marah-marah, tapi sekarang dia
tinggal minggat begitu saja, celaka adalah kita yang harus
menanggung akibatnya," demikian kata Ong Cong-king.
"Akibatnya justru sukar dibereskan," kata Koan Cong-yau,
"walau dia tidak memberi pernyataan jelas, terserah
bagaimana kita akan membereskan budak itu, tapi mau tidak
mau kita harus berpikir dua belas kali sebelum bertindak."
"Kenapa harus berpikir dua belas kali?" tanya Giam Congpo.
"Nyali In Kip sudah pecah karena kedatangan Tam Pa-kun,
Kek Lam-wi adalah salah satu dari Pat-sian, kini budak itu
sudah sehaluan dengan Kek Lam-wi, bila ketemu mereka, kita
jadi serba salah, main kasar atau menggunakan akal."
"Oo, jadi kalian jeri terhadap Tam Pa-kun dan Kanglam-patsian?"
tanya Giam Cong-po.
Ong Cong-king menghela napas, katanya: "Bila Giam-ongpang
kita belum bubar, kukira tak perlu takut terhadap
mereka, sekarang jelas takkan mampu menandingi mereka."
"Hiante jangan mengagulkan orang lain merendah diri
sendiri. Kedatanganku kali ini adalah untuk membangkitkan
kembali Giam-ong-pang kita. Aku sih ingin membekuk budak
itu dan akan kuserahkan kepada Bu-sam Niocu."
"Begitupun baik, biar Bu-sam Niocu memberikan
hukumannya sendiri, kita tidak usah mencampuri urusan
rumah tangganya," kata Ong Cong-king.
1390 "Bukan begitu maksudku, tujuanku adalah merangkul Busan-
pang. Bu-sam Niocu kini sudah kehilangan tulang
punggung, kini saatnya untuk mencaplok Bu-san-pang. Coba
katakan betul tidak?"
"Benar," Koan Cong-yau menyokong. "Tang-bun Cong dan
Poyang Gun-ngo sudah ke tempat lain. In Kip sudah jera
menghadapi Tam Pa-kun dan orang Pat-sian, kini putri
angkatnya sehaluan pula dengan Kek Lam-wi. maka Bu-sam
Niocu kuatir In Kip takkan bisa melindungi keselamatan
jiwanya pula."
Giam Cong-po tertawa gelak, katanya: "Biar In Kip takut
Tam Pa-kun. aku tidak takut, In Kip tak mampu melindungi
dia, akulah yang akan melindunginya. Bila Kek Lam-wi berhasil
kubekuk, aku bisa mengadakan kontak jual beli dengan Tangbun
Cong, bila kejadian ini tercapai, Bu-sam Niocu tak usah
kuatir disalahkan karena gara-gara putrinya buronan raja
sampai terlepas."
Ong Cong-king berpikir: "Terlalu muluk perhitungan
Toako," tapi dia tidak berani utarakan pendapatnya ini,
terpaksa secara lunak dia berkata: "Bu-sam Niocu sekarang
memang kepepet, sudah tentu dia mengharapkan bantuan,
cuma Giam-ong-pang kita sekarang juga hanya tinggal
namanya saja..."
Sebelum dia bicara habis Giam Cong-po sudah tertawa,
katanya: "Kalian kira perhitunganku terlalu muluk" Aku kan
belum menjelaskan, kau kira selama dua puluh tahun ini aku
hanya makan tidur melulu" Sejak lama anggota kita yang
bubar sudah kukumpulkan, yang belum kumpul juga sudah
kuhubungi dan sering mengadakan kontak, sekarang hanya
tunggu saatnya saja, sekali mendapat kabar mereka akan
datang, bangkitlah Giam-ong-pang setelah tidur selama dua
puluh tahun."
"Apa betul?" teriak Ong dan Koan bersama, "Sungguh
menyenangkan."
1391 Giam Cong-po berkata tawar: "Kukira kalian sudah kemaruk
harta dan kedudukan, suka rela menjadi pegawai hartawan
besar di Kanglam ini, berat untuk meninggalkan kedudukan
yang sekarang."
"Kenapa Toako bilang demikian, meski hidup serba
berkecukupan juga tetap sebagai yang terima gaji. Aku hanya
kuatii Toako tidak mau menerimaku lagi "
Lekas Koan Cong-yau juga bilang: "Toako sudah turun
gunung dan hendak membangkitkan Gimn ong-pang kita pula,
Siaute akan tetap setia kepadamu "
Giam Cong-po tertawa tergelak-gelak, katanya: "Hanya
waktunya yang belum menguntungkan, tapi aku yakin usaha
kita pasti berhasil, tinggal bagaimana aku menggarap Bu-sam
Niocu sehingga dia terpelet olehku."
Timbul ingin tahu Koan Cong-yau. tanyanya: "Dengan cara
apa, Toako boleh memberi tahu."
"Kita kan masih sesama saudara,' apa halangannya
kuberitahu kalian, tapi kalian harus simpan rahasia."
Ong dan Koan menjawab bersama: "Itu sudah tentu.
Memangnya Toako tidak percaya pada kami."
"Sudah tentu aku percaya, soalnya hal ini menyangkut
rahasia pribadi orang lain, aku kuatir akibatnya cukup fatal
maka aku tegaskan hal ini kepada kalian. Hal apa yang dapat
menyebabkan Bu-sam Niocu tunduk kepadaku" Karena dia
punya suatu kesalahan yang hanya diketahui olehku."
Ong Cong-king agak teliti, dia tidak berani tanya lagi, tapi
Koan Cong-yau agak bodoh, dia tanya: "Kesalahan apa"'
"Kalian tahu bagaimana kematian Bu San-hun?" kata Giam
Cong-po. Bu San-hun adalah pejabat Pangcu Bu-san-pang yang
terdahulu, yaitu ayah kandung Bu Siu-hoa. Bu Siu-hoa
1392 sembunyi di semak-semak, mendengar percakapan
menyinggung ayahnya hatinya amat kaget, segera pusatkan
perhatian mendengarkan dengan seksama. Ong dan Koan
sama kaget, Ong Cong-king berkata: "Tidak tahu,"-Koan


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cong-yau berkata: "Apakah Bu-sam Niocu yang
membunuhnya?"
"Betul," kata Giam Cong-po, "dialah yang sekongkol dengan
orang luar membunuh suami sendiri."
Saking kaget keringat dingin membasahi tubuh Bu Siu-hoa,
pikirnya: "Dari perkataan Giam Cong-po, kematian ayah
agaknya ada sangkut pautnya dengan ibu tiri, kalau bukan dia
pembunuhnya, pasti dia biang keladinya. Selama belasan
tahun ini, sikapnya terhadapku ternyata munafik, baik di lahir
benci di batin, hakikatnya aku tidak tahu kalau dialah
pembunuh ayahku, sungguh amat berbahaya."
Keadaan diluar tiba-tiba menjadi sunyi.
Bu Siu-hoa tidak bisa melihat keadaan diluar, mendadak
suasana menjadi senyap, hatinya menjadi heran, pikirnya:
"Kenapa mereka tidak bicara lagi?" lalu dia mendekam
menempelkan telinga ke tanah, mendengarkan dengan
seksama. Didengarnya di lekuk bukit sebelah sana sayup-sayup
seperti ada dua orang sedang bicara, suaranya tidak keras,
tapi mendengar dengan mendekam di tanah, percakapan
mereka bisa terdengar jelas.
"Gua yang kau katakan tadi kenapa tidak ketemu juga,
apakah kesasar?"
"Aku masih ingat tempat itu, pasti tidak salah."
"Tapi tempat yang kau katakan itu hanya batu-batu gunung
yang berserakan, lobang kecil juga tidak ditemukan."
"Tak usah kau mendesakku, coba biar kupikir. Ha,
kutemukan sesuatu yang mencurigakan."
1393 "Apa yang kau temukan?"
"Batu besar itu. Batu besar itu agak aneh."
"Batu itu jauh lebih besar dari batu lain yang ada disini, tapi
batu itu bentuknya ya begitu, apanya yang aneh, kenapa kau
katakan batu itu aneh?"
"Batu besar itu seperti pintu angin. Masih segar dalam
ingatanku, waktu aku kemari kemarin aku pernah melihatnya
dan duduk istirahat di atas batu besar itu."
"Kalau memang sudah ada disini, apanya, lagi yang kau
buat heran."
"Kau tidak tahu, aku masih ingat kemarin batu besar itu
tidak berada disini. Itu berarti letak batu itu telah tergeser dari
tempatnya semula."
"O, itu berarti perbuatan manusia, entah siapa yang
memindahkannya kemari."
"Memangnya, tanpa sebab buat apa orang itu memindah
batu besar ini" Jikalau bukan untuk menjadi aling-aling atau
penutup, memangnya dia mau memeras keringat menggeser
batu?" Sudah tentu Bu Siu-hoa amat kaget dan kuatir karena
entah siapa telah menemukan lobang batu yang dia tutup
dengan batu besar, tengah dia memeras otak, tiba-tiba
didengarnya Giam Cong-po tertawa lirih, katanya berbisik:
"Dicari susah payah tidak ketemu, diperoleh tanpa membuang
tenaga. Hehe, biarkan pengemis itu menemukan
persembunyian Kek Lam-wi dan budak itu, baru nanti gasak
mereka." Karuan jantung Bu Siu-hoa berdebar-debar, dengan cara
apa dia harus melindungi keselamatan Kek Lam-wi"
1394 Agaknya pengemis itu menghadapi kesulitan, setelah
istirahat seorang berkata: "Tapi dengan kekuatan kita berdua,
belum tentu mampu menggeser batu besar ini."
Pengemis yang lain tiba-tiba tertawa.
"Toako, kenapa kau tertawa?"
"Kau kuatir tidak mampu menggeser batu ini memangnya
kita tidak bisa mengundang bala bantuan!"
"Betul, kalau begitu begini saja, aku pulang mengundang
bantuan, kau berjaga di mulut lobang, kuatirnya bila
perempuan siluman itu membawa lari Kek-jithiap, tentunya
kau juga maklum ke arah mana mereka akan pergi."
Terdengar Koan Cong-yau berkata lirih di
persembunyiannya: "Bagaimana kita?"
"Jite," kata Giam Cong-po, "kau sikat pengemis yang
pulang memanggil bantuan, bersama Samte, aku akan kuntit
pengemis yang satu pergi ke tempat sembunyi Kek Lam-wi."
Gugup, gelisah dan bingung hati Bu Siu-hoa, bagaimana dia
harus melindungi keselamatan Kek Lam-wi" Tiba saatnya dia
harus lekas bertindak. Begitu dia bergerak Giam Cong-po
segera mengetahui jejaknya, dua jarinya segera menjentik
"WUT" sekeping mata uang segera melesat dengan kencang.
Untung Bu Siu-hoa mendengar deru angin dan sempat
berkelit, mata uang itu mengenai batu di sampingnya,
menimbulkan cipratan batu dan letupan api.
Cuma Bu Siu-hoa memang sengaja menampilkan diri,
sambil berbatuk dia menerobos keluar dari semak belukar di
belakang batu. Melihat dirinya, Ong dan Koan sama melengak malah.
"Paman Ong dan paman Koan, kalian baik-baik saja.
Siapakah paman tua ini..." Bu Siu-hoa bersikap wajar seperti
1395 tidak terjadi apa-apa, begitu berhadapan dia lantas menyapa
lebih dulu. Giam Cong-po mendengus, katanya: "Budak ini kenal
kalian, memangnya dia..."
"Lapor Toako," ujar Koan Cong-yau sambil menjura, "Budak
ini memang putri Bu-sam Niocu itu."
Bu Siu-hoa pura-pura kaget, katanya: "Lho, kiranya Toako
kalian, jadi kau ini tentu adalah Giam-pangcu dari Giam-ongpang,
maaf, aku kurang hormat."-sengaja dia meninggikan
suaranya supaya kedua pengemis di lekuk gunung sana
mendengar dan lari.
Sebagai kawakan Kangouw sudah tentu Giam Cong-po tahu
maksud tujuan Siu-hoa. Tapi setelah Bu Siu-hoa muncul disini
kedua pengemis itu boleh tidak usah dihiraukan lagi. "Budak
ini ada disini Kek Lam-wi tentu juga berada di sekitar sini,"
demikian batin Giam Cong-po. "Dari pada mencari perkara
dengan pihak Kaypang, biarkan saja mereka pergi. Meski
mereka akan pulang memanggil bantuan, markas mereka toh
didalam kota, untuk pulang pergi kemari sedikitnya
memerlukan waktu cukup lama, saat mana kita yakin sudah
menggusur Kek Lam-wi dari sini."
Giam Cong-po membentak: "Jangan cerewet, dimana Kek
Lamwi?" "Sudah dibawa pergi oleh Tam Pa-kun," kata Bu Siu-hoa.
Giam Cong-po ngakak sambil mendongak, katanya: "Pintar
juga kau budak ini bila membual, sayang di hadapanku kau
takkan bisa menipu orang lain."
Bu Siu-hoa melengak, katanya mengeraskan kepala: "Aku
bicara sesungguhnya, kalau kau tak percaya ya terserah."
"Masih berani bilang tidak menipu aku," jengek Giam Congpo.
"Mungkin kau memang belum tahu biar aku menjelaskan.
1396 Kemarin Tam Pa-kun sudah meninggalkan Soh-ciu, dia pergi
seorang diri."
Diam-diam Bu Siu-hoa mengeluh dalam hati: "Bila Tam Pakun
sudah pergi, Toh So-so dan teman-teman Kek-toako
lainnya, mungkin tidak akan mampu melawan Giam Cong-po
dan kamrat-kamratnya. Kek-toako akan lebih berbahaya. Tapi
dalam situasi seperti sekarang, mengulur waktu adalah jalan
terbaik sambil menunggu kedatangan orang Kaypang, sekalikali
Kek-toako tidak boleh jatuh ke tangan mereka," demikian
Bu Siu-hoa sudah berketetapan dalam hati.
Pada hal Giam Cong-po kuatir bila mengulur waktu bakal
tidak menguntungkan pihaknya karena bukan mustahil orang
Kaypang datang lebih cepat dari dugaannya. Karena tidak
ingin menambah kesulitan, segera dia membentak:, "Kami
sudah tahu kau sembunyikan dia didalam sebuah gua, lekas
tunjukan tempatnya biar kami menjinjing-keluar."
"Hal itu tidak benar," seru Bu Siu-hoa, kalau kau minta aku
mcnunjukan tempatnya, akan kuajak kalian ke sembarang
tempat." "Budak busuk," damprat Giam Cong-po marah, "berani kau
membangkang, kuputuskan dulu kedua kakimu."
Bu Siu-hoa tertawa: "Kalau kakiku putus mana bisa aku
menunjukkan tempat itu."
"Coba saja asal kau berani," jengek Giam'Cong-po, "aku
punya delapan belas cara untuk menyiksa orang, akan kupilih
satu di antaranya yang cocok untuk dirimu," di tengah tawa
dinginnya mendadak dia melompat maju sambil pentang jarijari
tangannya mencengkram ke arah Bu Siu-hoa.
Bu Siu-hoa menyurut sambil berteriak: "Baiklah, aku
tunjukkan tempatnya, tapi kau jangan menakuti aku bila
hatiku takut, kakiku jadi lemas tak mampu jalan."
1397 Terpaksa Giam Cong-po menarik tangan, bentaknya: "Hayo
jalan." Mendadak Bu Siu-hoa menjejak kaki dengan gerakan Sikhiong-
kiau-hoan-in tubuhnya bersalto ke , belakang sejauh
beberapa tombak, belum lagi kakinya menyentuh bumi
tangannya sudah terayun. Maka terdengarlah suara "BUNG"
yang tidak begitu keras, di tengah ledakan itu asap tebal
seperti dilempar ke empat penjuru, dari dalam asap tebal itu
menyamber pula bintik-bintik sinar kemilau yang lembut dari
jarum-jarum halus sekecil bulu kerbau, itulah senjata rahasia
tunggal warisan keluarganya yang dinamakan Tok-bu-kimciam-
liat-yam-tam. Giam Cong-po menghardik: "Mutiara sebesar beras juga
memancarkan sinarnya," begitu dia kebaskan lengan baju,
asap tebal yang menerjang ke arahnya seketika seperti disapu
angin lesus tersibak balik ke empat penjuru, lebih celaka lagi
sebagian besar dari bintik-bintik sinar disertai asap tebal itu
tertolak balik. Untung Bu Siu-hoa berlari pergi dengan cepat,
maka dia tidak sampai terbakar oleh asap berapi itu.
Kembali Giam Cong-po menggentak lengan bajunya, jarumjarum
kecil yang menancap di lengan bajunya sama rontok
berjatuhan. Kungfu yang dipamerkan ini, boleh dikata sudah
mencapai taraf yang cukup sempurna. Bahwa sebagai ketua
Giam-ong-pang terang amat liehay.
ini sudah dalam dugaan Bu Siu-hoa namun dia tidak
menduga seliehay itu tingkat Kungfunya.
Lekas sekali asap buyar, jarum-jarumnyapun tidak berhasil
melukai musuh, cepat sekali Giam Cong-po telah mengudak
kencang kesana, sekali raih, "Bret" pakaian Bu Siu-hoa
terjambret sobek. Detik lain Bu Siu-hoa jelas tidak akan bisa
lolos lagi, mendadak "Wut" segulung angin pukulan disertai
tubrukan seorang dari atas mendadak menindih ke bawah.
1398 "Awas Toako bocah itu adalah Tan Ciok-sing," terdengar
Ong Cong-king yang ikut mengudak di sebelah belakang
berteriak. Dari atas batu cadas yang tinggi tahu-tahu Tan Ciok-sing
menukik turun laksana malaikat dewata layaknya. Betapa
hebat daya terjangannya dari atas ini, meski Giam Cong-po
sudah mempersiapkan diri, tak urung dia kaget setengah mati.
Dengan jurus Ing-kik-tiang-khong pedang Tan Ciok-sing
menusuk dari atas udara. Giam Cong-po mengandal lengan
bajunya, dengan kebutan keras, dia pikir hendak menggulung
pedang orang, tapi terdengar "Bret" kali ini yang robek adalah
lengan bajunya sendiri, sementara dengan gaya burung dara
membalik Tan Ciok-sing sudah melambung ke belakang dan
hinggap di atas tanah dengan enteng. Waktu Giam Cong-po
menunduk mengawasi lengan bajunya, lengan bajunya sudah
tergores robek satu kaki panjangnya.
Gebrak sekali cukup membuat kedua pihak sama-sama
kaget. Tan Ciok-sing menyerang dari atas dengan tukikan
burung elang, betapa hebat tenaga yang digunakan, tak
nyana lawan mampu mengebut lengan baju untuk
mematahkan jurus pedangnya malah hampir saja dia tidak
kuat memegang kencang pedang, maklum kalau dia kaget.
Tapi Giam Cong-po kini mengagulkan diri diantara jago-jago
kosen yang bisa dihitung dengan jari, Thi-siu-kang (lengan
besi) yang dilatihnya selama dua puluh tahun ternyata bukan
saja tidak mampu merebut pedang Tan Ciok-sing, malah
lengan baju sendiri robek, ini jelas diluar dugaannya, mau
tidak mau mencelos hatinya.
Cepat sekali In San juga sudah melompat turun dari atas
batu cadas. Jengeknya dingin: "Kebetulan, kami memang ingin
mengirim raja akhirat dunia ini ke akhirat di alam baka,
hayolah maju biar kami memproses lebih cepat
keberangkatanmu."
1399 Kekuatan Siang-kiam-hap-pik jelas berlipat ganda. Giam
Cong-po juga menggunakan kedua lengan bajunya, perbawa
Thi-siu-sin-kang dengan sendirinya seratus persen lebih hebat
pula. Tampak dimana sinar pedang berseliweran, maka
terdengarlah rentetan suara yang keras, tahu-tahu kupu-kupu
berterbangan di sekeliling arena tersibak keluar dari cahaya
pedang yang kemilau, itulah kain kecil-kecil dari lengan baju
Giam Cong-po yang hancur luluh oleh tabasan pedang sakti.
Untung Giam Cong-po sempat menarik tangan, kalau tidak
kedua tangannya pasti sudah berpisah dengan tubuhnya, kini
seluruh lengannya jadi telanjang, jelas Thi-siu-sin-kang tidak
mampu dikembangkan lagi.
Bu Siu-hoa yang menyaksikan di sebelah sana sampai
melongo, tak pernah terbayang olehnya bahwa kekuatan
gabungan pedang ternyata begitu hebat, karuan hatinya
senang bukan main. Diam-diam dia membatin: "Kukira
umpama mereka tidak mampu mengalahkan tiga lawan Giamong-
pang, untuk menyelamatkan diri jelas cukup berkelebihan.
Biarlah sekarang aku tinggal pergi saja."
Dengan Siang-kiam-hap-pik, Tan Ciok-sing dan In San
layani tabrakan tiga pentolan Giam-ong-pang dengan sengit,
tanpa terasa sesulutan dupa telah berselang, pertempuran
sudah berjalan ratusan jurus, namun ketiga lawannya satupun
belum ada yang dirobohkan, Giam Cong-po sendiri juga sudah
tidak tetap hatinya.
Tiba-tiba didengarnya seorang berteriak-teriak di puncak
bukit sebelah sana : "Ma-thocu, Kiau-thocu, lekas kemari,"
itulah suara Bu Siu-hoa.
Dalam pertempuran sengit itu, kedua pihak tumplek


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perhatian pada lawannya, maka tiada yang tahu kapan Bu Siuhoa
melarikan diri.
Karuan Giam Cong-po kaget, pikirnya: "Agaknya budak itu
pergi mengundang bantuan, Ma-thocu pasti adalah Ma Tay-yu
ketua Kaypang cabang Yang-ciu, sedang Kiau-thocu adalah
1400 Kiau Hun ketua Kaypang cabang Soh-ciu. Kepandaian kedua
orang ini meski tidak begitu libay, namun kedatangan dua
bantuan ini, jelas pihak kita jadi asor, apalagi Kaypang tidak
boleh dimusuhi bila tidak terpaksa, baiklah aku menyingkir
saja," maka diam-diam dia memberi lirikan mata kepada
kedua saudaranya, beruntun dia menggempur tiga kali
pukulan sehingga Tan dan In terdesak bertahan, begitu ada
kesempatan cepat-cepat dia putar tubuh terus kabur dari
tempat itu. Sambil lari mulutnya mengoceh: "Bocah keparat dan kau
budak busuk, biar kalian hidup beberapa hari lagi, akan
datang saatnya aku membuat perhitungan dengan kalian,"
begitu memperoleh lirikan mata sang Toako, Ong dan Koan
berdua sudah siap-siap dan begitu tiga pukulan dilontarkan,
mereka sudah ngacir lebih dulu.
Dengan tertawa dingin Tan Ciok-sing membentak:
"Memangnya kami juga akan membuat perhitungan dengan
kau. Kapan saja kusambut kedatangan kalian."
In San sudah buka mulut ingin memaki pula, tapi setelah
pertempuran sengit sekian lama, terasa jantungnya berdebar
teramat cepat, meski mulut sudah terbuka, namun napas
masih sengal-sengal sehingga suara tidak keluar. Lekas sekali
ketiga pentolan Giam-ong-pang itu sudah pergi jauh. Setelah
istirahat sejenak baru In San menghela napas lega, Katanya:
"Liehay betul," setelah ditunggu lagi sejenak In San berkata
pula: "Lho, kenapa mereka belum juga tiba."
Sementara itu Tan Ciok-sing juga sudah mengatur napas,
menggunakan ilmu mengirim suara gelombang panjang dia
berteriak: "Ma-thocu, Kiau-thocu, Nona Bu," beruntun tiga kali
tetap tiada reaksi atau penyahutan mereka.
Puncak dimana tadi Bu Siu-hoa berteriak-teriak memanggil
Ma-thocu dan Kiau-thocu jaraknya hanya beberapa li, setelah
1401 berselang sekian lama ini, sepantasnya mereka sudah lari
kemari, namun mereka belum kunjung tiba.
Akhirnya tergerak pikiran Tan Ciok-sing katanya: "Kukira
urusan agak ganjil."
"Apanya yang ganjil?"
"Di lereng bukit kita ketemu kedua murid Kaypang tadi,
mana mungkin secepat itu mereka mengundang Ma-thocu dan
Kiau-thocu kemari?"
"Iya." In San sadar, "waktu kita keluar belum ada kabar
bahwa Ma-thocu dari Yang-ciu sudah berada di Soh-ciu.
Agaknya nona Bu itu sengaja mau menipu dan menakuti
mereka, bantu kami memukul mundur ketiga pentolan Giamong-
pang." "Kukira memang demikian," ujar Tan Ciok-sing, "tapi
anehnya, kenapa nona ini tidak kembali juga?"
In San berpikir sejenak, akhirnya dia cekikikan, katanya:
"Pikiran anak perempuan kau laki-laki mana bisa
menyelaminya."
"Jadi kau mengerti, lalu menurut pendapatmu, dia..."
"Kukira dia jatuh cinta kepada Kek-toako."
"Cinta ya cinta, kenapa harus menyingkir."
"Nah itulah sebabnya kenapa aku katakan kau tidak
memahami hati perempuan. Karena jelus, cemburu maka Tohcici
tinggal minggat."
"Tapi paling tidak nona Bu ini mengunjukkan dimana
tempat sembunyi Kek-toako."
"Aku yakin dia tidak akan meninggalkan Kek-toako begitu
saja, marilah kita mencarinya."
Mereka menuju ke bukit dimana Bu Siu-hoa tadi berada,
hanya puluhan langkah, ln San lantas menemukan sesuatu.
1402 "Toako, coba lihat, ternyata dugaanku tidak meleset," teriak In
San kegirangan.
Di atas dahan sebuah pohon besar yang terletak di depan
lekukan gunung dan mudah terlihat orang, arahnya kebetulan
menuju kemari, dahan pohon itu dikorek kulitnya, walau di
keremangan magrib, namun mereka masih bisa melihat jelas,
di dahan pohon yang dikorek kulitnya itu ada goresan hurufhuruf
dengan ujung pedang. Huruf-huruf itu terdiri dua baris
dan berbunyi: "Kek-jithiap berada di sebuah gua yang terletak tiga li dari
sini ke arah selatan, mulut gua tertutup balu yang bentuknya
mirip pintu angin. "
Jarak tiga li cepat sekali telah dicapai oleh Tan dan
Jodoh Rajawali 11 Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Hikmah Pedang Hijau 16
^