Pendekar Setia 8

Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Bagian 8


ya secara singkat saja dan sebisanya menahan perasaan girangnya yang meluap itu.
Walaupun cuma pertanyaan singkat, namun Pek-ling yang licin itu dapat melihat betapa besar hasrat Lau Yok-ci yang berharap akan disembuhkan itu. Ia tahu dalam keadaan demikian, lwekang nona itu dapat dipulihkan, nona itu pasti tidak sayang membayar dengan imbalan apapun.
Tiba-tiba semacam pikiran jahat terkilas dalam benak cin Pek-ling, diam-diam ia mencari kesempatan akan mengadu domba dan memecah belah. Dia menaruh prasangka terhadap Yu Wi, setiap kesempatan yang mungkin akan menghantam anak muda itu sedapatnya akan dipergunakan-
Selagi Yu Wi menimbang apakah mesti bercerita tentang Ko Bok-cing atau tidak- sebab ia kuatir bilamana nama Ko Bok-cing sudah diceritakan,jangan2 nona itu tidak mau mengobati Lau Yok-ci, kan urusan bisa menjadi kikuk, maka lebih baik tidak diceritakan lebih dulu agar Lau Yok-ci tidak terlalu banyak menaruh harapan dan akhirnya akan kecewa. Ia pikir Ko Bok-cing harus dibujuk lebih dulu agar tanpa syarat nona itu mau menolong Lau Yok-ci.
Setelah menunggu dan Yu Wi belum lagi mengatakan siapa orang yang dapat menolongnya, Yok-ci lantas mendesak. "Toako, dapatkah kau katakan siapa dia?"
"orang ini ... orang ini ...." Yu Wi menjadi ragu.
Melihat sikap Yu Wi yang serba sulit itu, Yok-ci tertawa, dia salah paham atas sikap Yu Wi itu, disangkanya Yu Wi merasa serba susah sebab orang yang dapat menolongnya itu adalah seorang lelaki. Maklumlah, untuk menyembuhkan Lau Yok-ci seluruh badannya harus terbuka bagi orang yang akan menolongnya itu. Bilamana yang menyembuhkan itu seorang lelaki, jadinya kan serba susah"
Biasanya, menurut peraturan Bu- lim. untuk belajar ilmu Tiam-hiat saja guru lelaki tidak mau mengajarkan kepada murid perempuan, juga guru perempuan tidak mengajar kepada murid lelaki, hal ini adalah untuk menghindari persentuhan tubuh menurut adat kuno menjadi pantangan besar.
Maka menurut perkiraan Yok-ci sebabnya Yu Wi sukar mengatakan orang itu adalah karena persoalan antara lelaki dan perempuan. tentunya Yu Wi tidak senang bila tubuh Yok-ci disentuh lelaki lain, karena itulah Yok-ci tertawa geli.
Tertawa ini jangankan membingungkan Yu Wi, cin Pek-ling yang cerdik itupun tidak memperhati isi hati si nona.
Dengan muka agak merah Yok-ci lantas berkata, "Toako, adat kuno tidak perlu kita kukuhi. bagiku asalkan lwekangku dapat pulih seperti sedia kala, urusan apa pun tidak kupikirkan- cuma entah....Toako...."
Meski kurang lengkap ucapan Lau Yok-ci, tapi jelas artinya. Maka tahulah cin Pek-ling sebab apa si nona tertawa. Rupanya nona she Lau ini sangat mencintai Yu Wi, hal ini terbukti dari ucapan Yok-ci yang terakhir dengan terputus-putus itu.
Padahal pulihnya lwekang bagi orang Bu-lim dipandang soal besar yang tidak kurang pentingnya daripada jiwa sendiri. Bahwa keputusan ini diserahkan oleh si nona kepada Yu Wi, bukankah sudah cukup jelas dan tidak perlu ditanya lagi.
Dengan sendirinya Yu Wi juga bukan anak tolol, mustahil dia tidak tahu. Tapi setelah paham maksud si nona, ia jadi melongo malah. Sungguh tak tersangka olehnya Lau Yok ci yang dahulu bersikap dingin itu kini dapat memperlihatkan sikapnya yang mesra itu secara terang-terangan-
Kesempatan ini segera digunakan oleh Pek-ling, dengan tertawa ia berkata, "Saudara cilik, jlka engkau merasa serba sulit, mengapa tidak kau sembuhkan ssndiri penyakit nona ini?"
Yu Wi terkejut, serunya gugup, "Aku ... aku. ^ .."
"Hehe. kukira saudara cilik jangan rendah hati," jengek cin Pek-ling, "siapa yang tidak tahu bahwa segenap urat nadimu sudah berjalan lancar, untuk menyembuhkan lwekang nona ini kenapa mesti susah-susah mencari orang lain" Daripada tubuh nona yang suci bersih ini tercemar oleh orang lain, kan lebih baik kau sembuhkan dia, toh akhirnya dia tetap akan menjadi milikmu, kenapa mesti memikirkan urusan lain?"
Seketika muka Lau Yok-ci menjadi pucat, serunya dengan air mata beriinang, "Toa ... Toako, apakah benar engkau sudah ...."
"Betul, memang segenap urat nadiku sudah berjalan lancar, namun ...." ucap Yu Wi dengan menggosok-gosok tangan dan entah apa yang harus dikatakan-
Meneteslah air mata Lau Yok-ci. pikirannya sekarang menjadi sangat terang. sekata demi sekata ia berucap. "Ai, memang betul, akulah yang terlalu kekanak-kanakan-Keterangan Suhu memang benar, di dunia ini mana ada orang yang mau mengorbankan tenaga murni sendiri bagi orang lain" Wahai Yu Wi, memang tidak pantas kupanggil engkau Toako. Sebutan Toako bukankah terlalu mesra bagimu...."
Sampai di sini, ia tidak tahan lagi pergolakan emosi sendiri, ia mendekap muka dan berlari pergi.
Yu Wi menjadi gugup, serunya, "He. nona tunggu, nona Lau, dengarkan penjelasanku ..
"Penjelasan apa?" bentak cin Pek-ling dalam gusar. "Lekas kau susul dia"
Tapi Yu Wi tidak bergerak satu langkah pun, ia termaugu-mangu, lalu menggelang kepala dan berkata, "Sudahlah, biarkan dia pergi, Toh aku tidak dapat memulihkan lwekangnya, menyusulnya juga percuma."
cin Pek-ling sangat kecewa, "Ai, apa artinya ucapanmu ini" Memangnya kau tidak mau mengorbankan tenaga sendiri untuk menolongnya" Kenapa sedemikian tipis budi pekertimu" Jangankan
nona itu memang menyukaimu, melulu soal anakmu telah diselamatkan olehnya, budi inipun pantas kau balas menyembuhkan dia tanpa syarat."
Yu Wi menghela napas menyesal, ucapnya, "Aku memang pantas menyembuhkan dia, apa artinya sedikit tenaga murni bagiku" Biarpun setengah nyawaku dicabut juga kurela. Akan tetapi...."
Tiba-tiba teringat sesuatu, ia ganti pokok persoalan dan bertanya, "Eh, cin-siansing, dari mana kau tahu seluruh urat nadiku sudah barjalan lancar?"
Rupanya mendadak teringat olehnya cin Pek-ling sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai dirinya, kenal saja belum lama, jelas maksudnya tadi sengaja hendak memecah belah.
Tapi cin Pek-ling menjawab dengan tenang, "Apa sulitnya mengetahui kekuatanmu" Memangnya cuma berapa orang di dunia ini yang segenap urat nadinya dapat dihubungkan dengan lancar" Tentunya saudara cilik masih ingat waktu pertama kali kita bertemu tempo hari, waktu itu aku telah menguji ginkangmu, jelas ginkangku lebin tinggi daripada mu, tapi kau terus mengejar tanpa berhenti, dalam hal ketahanan jelas aku jauh ketinggalan-Jika bukan disebabkan lancarnya segenap urat nadimu, mana bisa begitu kuat daya tahanmu."
Yu Wi pikir jawaban orang memang cukup beralasan. Semula ia sangka cin Pek-ling sengaja hendak memecah belah mereka, sekarang lenyaplah prasangkanya itu, malahan ia mengira cin Pek-ling benar-benar bertujuan baik menghendaki dia menyembuhkan Lau Yok-ci.
Padahal mana cin Pek-ling bermaksud baik tujuannya justeru sengaja memecah belah hubungan Yu Wi dan Lau Yok-ci, retaknya hubungan baik mereka sebenarnya tidak mendatangkan keuntungan baginya, tujuannya melulu membikin Yu Wi menolong Lau ok-ci, dengan demikian sedikitnya tenaga akan banyak surut daripada kekuatan semula dan berarti berkurang seorang lawan maha tangguh.
Sekarang cing Pek-ling sudah memandang Yu Wi sebagai lawan, sebab ia percaya Yu Wi berdiri di pihak Goat-heng-bun, bilamana Thay- yang- bun lahir kembali, setiap orang yang ada hubungannya dengan Goat-heng-bun seluruhnya adalah musuh.
Selain itu cin Pek ling juga masih ada rencana lain, semula dia sengaja memperalat Yu Wi agar menjual bayangan untuk mendapatkan ilmu yang dapat mematahkan Sian-thian-ciang, supaya sumpah Ji-bong Taysu batal, lalu setuju Thay-yang-bun dilahirkan lagi kedunia persilatan, cuma sama sekali tak terduga olehnya bahwa Yu Wi bisa berdiri di pihak Goat-heng-bun.
Setelah tahu sekarang, ia menjadi kuatir, sebab ilmu silat Bu-eng-bun sangat ajaib dan maha tinggi, tidak tergolong pada perguruan mana pun melainkan berdiri sendiri, meski dia tidak takut akan dimusuhi Bu- eng- bun, tapi bila Yu Wi memusuhi dirinya, sedangkan bayangan anak muda itu sudah dijual kepada Bu-eng-bun, hal ini berarti dia sudah terhitung orang Bu-eng-bun dan dirinya tidak berani lagi membikin susah anak muda itu, kalau terjadi apa-apa terhadap Yu Wi, tentu Bu-eng-bun akan membelanya, dan ini tentu tidak menguntungkan Thay- yang- bun.
Sebab itulah ia pikir mumpung sekarang Yu Wi belum ada hubungan resmi dengan Bu-eng-bun- lebih dulu akan diadu domba, asalkan Yu Wi berhubungan rapat dengan Lau Yok-ci, tentu cinta lama akan berkobar lagi, tatkala mana Yu Wi pasti tidak sudi lagi dikuasai oleh Pek-yan, dan hal ini berarti akan terjadi pertengkaran di antara Pek-yan dan Yu Wi.
cuma sayang. kelakuan Yu Wi sangat aneh, sedemikian tegas dia menolak cinta Lau Yok-ci, meski persoalan kedua muda-mudi itu sudah di-bongkarnya, Yu Wi lebih suka membikin keki Lau Yok-ci dan tidak mau menyusulnya untuk menolong memulihkan lwekangnya.
Sungguh ia tidak habis mengerti sebab musababnya. padahal Yu wi pasti bukanlah pemuda tak berbudi biarpun dipandang dari sudut mana pun-
Selagi cin Pek-ling merasa beran, diam-diam Yu Wi juga merasa menyesal, sebenarnya bukan maksudnya bersikap dingin begitu, tapi Lau Yok-ci berlari pergi dengan sakit hati. betapa pun hal ini membuat hatinya tidak tenteram.
Begitu pula kedua orang berdiri berhadapan dan masing-masing merenungkan urusannya sendiri.
Lama juga keduanya termenung, tiba-tiba cin Pek-ling berkata dengan tertawa, "Saudara cilik, coba katakan terus terang. sebab apa tidak mau kau-sembuhkan nona Lau itu?"
Yu Wi tidak suka kepada keculasan cin Pek-ling, tapi lantaran anaknya masih berada dalam Cengkramannya, terpaksa ia menjawab dengan ramah, "Yang sudah lalu untuk apa dibicarakan lagi. cin-siancing, harap kembalikan anakku."
Tapi cin Pek-ling lantas menyurut mundur sambil meraba kepala Ki-ya, katanya. "Ai, sungguh anak montok. anak menyenangkan, tidak menangis, juga tidak ribut. Anak sebaik ini sukar dicari di dunia ini. Makin kupandang jadi makin kusayang, berat rasanya untuk kulepaskan-"
Keruan Yu Wi terkejut, ia kuatir cin Pek-ling mengerahkan tenaga dalam dan menggetar mati anak bayi itu, terpaksa ia tidak berani main rampas, dengan suara gemetar ia tanya, "cin-siansing. sesungguhnya apa ... apa kehendakmu?"
"Saudara cilik," jawab cin Pek-ling dengan tertawa, "anakmu sangat menyenangkan, biar kugendong sebentar memangnya kenapa, masa kuatir kubikin celaka dia" Jangan kuatir, matipun tidak nanti kuganggu dia seujung rambut pun. Marilah kita berbincang lagi."
"Berbincang apa?" tanya Yu Wi.
Dengan licin cin Pek-ling berkata, "Umpama-nya, mengapa tidak mau kau sembuhkan nona Lau yang cinta padamu itu."
Terpaksa Yu Wi menjawab, "Sebab aku tidak tahan berdekatan dengan dia."
Kiranya pada waktu Yu Wi merangkul Lau Yok-ci untuk menghindari bacokan Yau Tiong tadi, tiba-tiba tercium olehnya bau badan Lau Yok-ci yang sama bacinnya seperti bau badan Ko Bok-ya. Bau ini membuat dia tidak berani lagi mendekati Yok-ci. Dan kalau tidak dapat berdekatan, cara bagaimana dia mampu menolong nona itu untuk memulihkan tenaga dalamnya"
Tiba-tiba cin Pek-ling bergelak tertawa dan berkata, "Aha. ternyata tidak salah, jarum jenis ketiga."
"Apa katamu, cin-siansing?" tanya Yu Wi.
"Saudara cilik, apakah tidak kau ketahui sebab apa engkau tidak tahan berdekatan dengan dia?" tanya cin Pek-ling dengan tertawa.
"Tidak tahu," jawab Yu wi, "Memangnya apa sebabnya?"
"Kau sendiri tahu apa sebabnya, bagaimana rasanya tentu juga sudah kau ketahui," kata cin Pek-ling.
Yu Wi tahu orang sengaja tidak mau menjawab terus terang, dengan tidak senang ia berkata pula. "Kau bilang jarum jenis ketiga, jarum apa yang kau maksudkan itu?"
"Untuk persoalan ini kita harus kembali kepada pokok pembicaraan semula," ujar cin Pek-ling. "Kita tetap harus bersahabat, urusan ini akan kujelaskan padamu, hanya kuharap kelak harus kau bantu diriku."
Yu Wi menjadi prnasaran, katanya, "Bicara atau tidak terserah padamu, jika hendak kau peralat diriku, lebih baik jangan kau ceritakan-"
cin Pek-ling tertawa licik, "Tentu akan kukatakan- tentu akan kujelaskan- Apa salahnya kita bersahabat. Eh, saudara cilik, masa tidak kau ketahui bahwa pada orang yang suka membeli bayangan itu mempunyai tiga jenis jarum?"
"Tiga jenis jarum?" Yu Wi menegas. "Ketiga jenis jarum apa?"
"Jarum pertama di sebut Tui hun-ciam (jarum pemburu nyawa)," tutur cin Pek-ling. "Yang kedua adalah Sit-bun-ciam (jarum
kehilangan sukma) dan ketiga Liap-hun-ciam (jarum pembetot sukma). Yang dialami oleh saudara cilik adalah jarum ketiga yang disebut Liap hun-ciam itu. Bilamana sukma sudah dibetot oleh jarum jenis ketiga ini, maka seterusnya saudara cilik, sungguh kasihan dirimu, kecuali terhadap Pek- yan, tidak dapat lagi engkau berdekatan dengan perempuan lain."
"He, apa artinya itu?" seru Yu Wi kuatir, "Jangan-jangan bau busuk badan meraka sebenarnya ... sebenarnya bukan ...."
"Ya, bau badan mereka memang bukan sungguh-sungguh berbau busuk. tapi lantaran kau sendiri sudah kena racun Liap-hun-ciam, asalkan ada perempuan muda mendekati dirimu, segera akan menimbulkan semacam bau yang kau rasakan sebagai bau busuk. Sebaliknya Pek-yan sendiri bukan saja tidak...."
"Tidak. salah," potong Yu Wi sambil menggeleng, "Pek-yan juga berbau busuk. cuma kemudian ...."
"Belum selesai penuturanku, kau tahu apa?"jengek cin Pek-ling. "Kemudian tubuh Pek-yan tidak lagi berbau busuk. sebaliknya malah mengeluarkan bau harum, betul tidak?"
"Betul," jawab Yu wi dengan menahan rasa dongkolnya. "Kemudian pada badannya memang, tercium semacam bau harum yang sangat merangsang."
"Mereka adalah keturunan Hiang-sin (dewa harum), dengan sendirinya mereka sendiri dapat menghindari bau busuk itu," tutur cin Pek-ling. "Ada pun mengenai sebab musabab bau harum yang timbul pada badannya, aku sendiri juga tidak tahu. Yang jelas bau harum itu bila sudah banyak tercium orang yang tidak suka lambat-laun menjadi suka juga padanya dan akhirnya sukar lagi dipisahkan-"
"Jika betul demikian, asal selanjutnya kuhindari bertemu dengan dia, kalau tidak mencium bau harum badannya, kan tidak bisa terpikat?"
"Hm, omong sih gampang, memangnya boleh tidak kau temui dia?" jengek Pek-ling.
Setelah berpikir, Yu Wijadi bungkam. Pikirnya, "Sudah kujual bayanganku kepnaanya, asalkan Pek yan minta kudampingi dia, mau-tak-mau harus kulakukan menurut perintahnya sesuai sumpah yang sudah kuucapkan- Apalagi melulu satu malam saja tidak kucium bau harum badannya. sekujur badan lantas merasa tidak enak.Jika beberapa hari lagi tidak tercium baunya, mungkin aku bisa lemas dan tidak sanggup berjalan. Tatkala mana, jangankan hendak menghindari dia, mungkin saking tidak tahan terpaksa aku harus merangkak dan mohon bertemu dengan dia."
Karena sudah apal membaca isi Pian-sik-tin-bian, dengan sendirinya ia dapat memperkirakan kemungkinan yang akan timbul atas dirinya. Kalau cin Pek-ling tidak mengungkit urusan ini masih mendingan, kini setelah tahu duduknya perkara, malam nanti bila jadi tak bisa tidur nyenyak. Baru sekarang dia menyadari dirinya telah keracunan yang sangat dalam selama hidup ini sukar lagi berpisah dengan Pek-yan-
Diam-diam cin Pek-ling merasa senang melihat kecemasan Yu Wi, selang sejenak ia berkata pula, "Salah satu macam jarum Be-eng-jin itu sama-sama dapat membuat hidupmu ini merana dan tak bebas. Hehe, kalau saja aku tidak tahu betapa lihainya Be-eng-jin, mana aku sendiri tidak pergi minta bantuan padanya" Aku sudah tua dan tidak tahan Liap-hun-ciam, tapi kedua jenis jarum yang lain rasanya aku masih tahan."
Ia berhenti sejenak. lalu menyambung pula, "Mungkin belum kau ketahui betapa lihainya jarum jenis pertama, yaitu Tui-hun-ciam.Jika Bu-eng-jin tidak penujui dirimu dan menganggap dirimu tidak sesuai baginya, bibitmu takkan baik, maka permohonan menjual bayanganmu harus diterima dengan memberi kedua jenis jarum bagian depan itu."
"Memangnya bagaimana pula akibatnya bila terkena kedua jenis jarum itu?" tanya Yu Wi dengan masgul.
"Tui- hun-ciam akan bekerja satu kali setiap bulan." tutur cin Peksiing, "bila tidak mendapatkan obat penawar dariBe-eng-jin, sebulan kemudian jiwamu akan melayang .jika kau ingin hidup sebulan demi sebulan, hm, terpaksa kau harus bekerja mati-matian baginya. Apa yang diperintahkannya mau-tak-mau harus kau laksanakan dan tidak mungkin kau bantah. Adapun jarum jenis kedua, yaitu Sit- hun-ciam, khasiat jarum ini jauh lebih mengerikan lagi. orang yang tertusuk jarum ini, berubahlah dia menjadi orang linglung. Selama hidupmu hanya kenal pada Be-eng-jin yang menjadi satu-satunya majikanmu, satu-satunya dalangmu. orang yang terkena jarum Sit- hun-ciam akan berubah serupa seekor anjing, duduk dan menggoyang ekor. jika majikan memerintahkan kau gigit siapa, segera harus kau gigit orang itu. Sekarang saudara cilik cuma terkena jarum jenis ketiga, hal ini boleh dikatakan beruntung bagimu. Padahal kalau dipikir lebih jauh, orang yang terkena jarum jenis ketiga ini harus merasa bahagia. Haha, tidak lama lagi kukira saudara cilik akan merasakan senangnya. Kelak jika bibitmu sudah bersemi, putri yang lahir akan menjadi calon Be-eng jin pula dikemudian hari, maka jangan sekali-kali bibitmu mekar menjadi anak lelaki."
Makin dipikir makin gemas Yu Wi, mau-tak mau ia menyesali diri sendiri yang salah perhitungan, tanpa pikir menjual bayangan sendiri begitu saja sehingga menimbulkan akibat seperti sekarang ini. Dia juga gemas terhadap kelicikan dan kekejian cin Pek-ling, sudah tahu Be-eng-jin memakai syarat keji bila ada orang minta bantuan mereka tapi dia justeru mendorongnya minta bantuan kesana. Saking gusarnya ia lantas tuding cin Pek-ling dan memaki.
"Tua bangka, ken ... kenapa dahulu tidak kau katakan terus terang kelihaian ketiga macam jarum itu. tapi senjaja kau bujuk diriku untuk minta bantuan kepada Be-eng-jin. apakah tidak terlambat jika sekarang baru kau jelaskan seluk-beluk ketiga jarum itu?"
"Jangan marah dulu, saudara cilik Jika kau anggap tidak cocok menjadi suami Be-eng-jin, sekarang juga dapat kuberi jalan keluar lagi."
"Hm. suami kentut anjing" damperat Yu Wi. "Ada lelaki, hilang bayangan- Baru sekarang kutahu arti kedua kalimat ini. Bu-eng bun mereka juga terlalu. memangnya lelaki bukan manusia dan harus tunduk kepada perintah mereka" Huh, suami budak demikian siapa yang mau?"
"Kalau bisa mengeloni si cantik. jarang yang mau berpikir urusan lain." kata cin Pek-ling dengan tertawa. "Ai, saudara cilik, janganlah terlalu keras."
"cin Pek-ling," teriak Yu Wi pula. Jika kau ejek diriku lagi, jangan menyesal. jika kelak kutindak dirimu,"
cin Pek-ling memberi hormat dan minta maaf, "Ah, jangan marah, jangan marah Tidak berani lagi kusindir dirimu, marilah kita bicara urusan yang benar."
Sedapatnya Yu Wi menenangkan diri, ia pikir urusan sudah kadung bagini. biarpun ribut juga tidak ada gunanya. jalan paling baik adalah berdaya mengubah keadaan yang tidak menguntungkan ini.
segera ia tanya, "Kau bilang ada jalan keluar apa?"
cin Pek-ling sengaja jual mahal, ia berdehem, lalu berucap. "Apakah benar keberatan kau pinjamkan bibitmu kepada Be-eng-jin" Hendaknya kau tahu, tidak sembarangan Be-eng-jin meminjam bibit kepada setiap orang. Pihak yang dipilihnya harus gagah dan cakap. cerdas dan perkasa, semuanya harus pilihan- Bilamana sudah terpilih tentu takkan dilepaskannya lagi. Maka perlu kau pikirkan betapa serius akibatnya bila kau telah menjadi suami Pek-yan-"
Tapi dengan tegas Yu Wi menjawab, "Tidak perlu kupikir dan timbang lagi. Perjodohan laki perempuan harus berdasarkan suka rela kedua pihak. mana boleh ditentukan begitu saja oleh pihak
perempuan- Pula, akupun tidak berharap putriku kelak akan menjadi Ba-eng-jin yang tidak terpuji itu."
"Baik, jika demikian ucapanmu, segera kuberi petunjuk jalan keluarnya padamu," seru cin Pek-ling.
"Nanti dulu," kata Yu Wi, "harus kuperingatkan dulu padamu, apabila engkau bermaksud memperdayai diriku, asalkan orang she Yu tidak mati, aku bersumpah pasti tidak akan melepaskan dirimu."
cin Pek-ling mengangkat pundak^ "Ai, ucapanmu ini sungguh menusuk telinga.Jika kau takut kubikin celaka dirimu. lebih baik jangan kita bicara lagi urusan ini."
Yu Wi tahu betapa jahat racun Liap-hun-ciam, jika dirinya sendiri yang telah menguasai Pian-sik-cin-bian saja tidak mampu menyembuhkannya, apalagi orang lain-sekarang cin Pek-ling ternyata sanggup memberi petunjuk. tentu saja Yu Wi tidak mau kesampingkan begitu saja, bahkan ia percaya cin Pek-ling tidak berdusta, buktinya orang tua ini sedemikian paham terhadap Bu-eng-bun, dengan sendirinya dia juga tahu cara menyembuhkan racun Liap-hun-ciam.
cuma Yu Wi juga rada heran, jelas-jelas Bu-eng-bun adalah sebuah perguruan yang sangat dirahasiakan dan jarang diketahui orang, mengapa cin Pek-ling dapat mengetahuinya sedemikian terang"
Dalam pada cin Pek-ling berlagak hendak melangkah pergi, cepat Yu Wi memburu maju, ia memberi hormat dan berkata, "Tunggu sebentar, cin-Siansing, marilah kita bicara lagi dengan lebih baik."
Dengan sendirinya cin Pek-ling tidak benar mau pergi, ia lantas berhenti dan menjawab, "Jika kau perca yapadaku, boleh kita bicara lagi, tapi ada syaratnya."
Mendengar "syarat", segera kening Yu Wi berkerut. Keadaannya sekarang justeru dibikin celaka oleh syarat Be-eng jin, sekarang cin Pek-ling juga pakai syarat, mau-tak-mau timbul rasa was- was dalam hati Yu Wi.
cin Pek-ling juga pandai melihat arah angin dan ganti haluan, segera ia bersikap lunak dan pura-pura mendengus, "IHm. tentang syarat boleh dibicarakan nanti. Biarlah kuceritakan cara menyelamatkan dirimu. Nah .Ji- bong TaySu, tentunya saudara cilik sudah kenal dia. bukan?"
Melihat ada kesempatan, segera Yu Wi menyindir, "tentu saja kukenal dia. Nenek moyangmu itu adalah tokoh maha termashur, masa aku tidak tahu."
cin Pek-Ling berdehem kikuk, ucapnya kemudian- "Aha, saudara cilik, janganlah kau pandang rendah Ji-boog Taysu. Usianya paling sedikit sudah diatas satu abad, jika kupanggil beliau sabagai nenekkan juga pantas. Lagipula, meski sekarang dia tidak dikenal umum, tapi ratusan tahun yang lalu beliau adalah tokoh yang sangat menonjol didunia persilatan- Apalagi, ketahuilah saudara cilik, racun Liap-hun-ciam yang mengeram dalam tubuhmu itu hanya dia saja yang mampu memunahkannya."
"Oo, apa betul" Yu Wi menegas, tergerak juga hatinya.
"Masa kudusta?" ujar cin Pek-iDg. "Di dunia ini ada semacam buah aneh yang bernama Jit-yap-ko (buah tujuh daun), pernah kau dengar tidak?"
Yu Wi sekarang sudah terhitung ahli obat-obatan, dengan sendirinya juga menyangkut segala macam tetumbuhan yang merupakan bahan obat. Maka dengan serius ia menjawab, "Tentu saja kutahu. jit-yap ko berbunga tujuh kelopak, sepuluh tahun berbunga satu kali, warna bunganya bersemu merah, ratusan tahun baru berbuah satu kali. BaiK bunga maupun buahnya sama merupakan obat ajaib yang sukar dicari. Lebih-lebih buahnya,jauh lebih berharga dan sukar diperoleh mengingat pohon itu hanya berbuah satu kali selamanya habis berbuah, bunga pun layu, pohon itupun kering dan mati."
"Haha, dari cerita nona Lau tadi, katanya engkau ini murid Yok-ong-ya, ternyata engkau memang tidak malu sebagai murid si tabib sakti dan raja obat itu."
Yu Wi tidak mengacuhkan pujian orang, katanya pula, "Meski di dalam kitab kuno juga ada catatan mengenai Jit-yap-ko, tapi menurut keterangan catatan itu, katanya buah ini sangat sulit ditanam, Sejak jaman dahulu hanya pernah ada satu orang yang mampu menanamnya, tapi juga cuma sebatang saja yang dapat hidup lebih dari itu sukar lagi dibesarkan- Apakah mungkin Ji-bong Taysu juga dapat menanam dan membesarkan Jit-yap-ko?"
"Tepat juga keteranganmu," seru cin Pek-ling. "Pantas Ji- bong Taysu memandang Jit-yap-ko itu seperti mestika ajaib, rupanya sedemikian sulit untuk menanam dan merawatnya. Aha, saudara cilik, bilamana dapat kau curi buah Jit-yap ko itu, bukan mustahil nenekku itu akan mati kaku saking kekinya."
"He, darimana kau tahujit-yap-ko yang ditanam Ji-bong Taysu itu telah berbuah?" tanya Yu Wi.
"Dari mana kutahu?"jengek cin Pek-ling dengan pongahnya. "Percuma saja bicara denganmu secara bertele-tele. Pendek kata, jika kau ingin memunahkan racun Liap hun-ciam dalam tubuhmu harus kau makan buah ajaib itu."
"Tapi setahuku..." ucap Yu Wi setelah berpikir, "bunga jit-yap-ko juga dapat menawarkan segala macam obat bius di dunia ini .... "
"Hah. apa gunanya bunga?" jengek cin Pek-ling. "Belum lama ini buru kuketahui Jit-yap-ko yang ditanam Ji-bong Taysu telah berbuah. Maka menurut pendapatku, saudara cilik, kesempatan baik ini janganlah kau sia-siakan, bilamana buahnya sudah rontok. maka racun Liap- hun-ciam dalam tubuhnya juga tak dapat dipunahkan untuk selamanya. Memangnya perlu kau tunggu lagi Jit-yap-ko lain yang berbuah lagi seratus tahun kemudian- tatkala mana, hahaha, jelas kita sudah menuju akhirat."
Yu Wi masih juga ragu-ragu, ucapnya, "Tapi ... tapi mungkin Ji-bong Taysu sendiri juga ingin makan buah itu. Dengan susah payah dia menanamnya selama ratusan tahun dan buru kelihatan hasilnya sekarang, jika kuserobot begitu saja, betapapun tidak dapat dibenarkan perbuatanku ini."
"Huh, manusia hidup didunia ini kalau tidak memikirkan kepentingan sendiri, maka dia sendiri yang akan binasa," jengek cin Pek-ling. "Saudara cilik, tampaknya kau takut membelai janggut harimau, kau jeri terhadap ilmu silat Ji-bong Taysu bukan" Haha, memang, bukan sengaja kunilai rendah dirimu, bicara tentang kungfu memang engkau masih selisih jauh dibandingkan dia."
Kesan Yu Wi terhadap Ji-bong Taysu kurang baik, segera ia menjawab, "Meski kutahu kepandaianku jauh dibawahnya, tapi ucapanmu memang benar, manusia harus memikirkan keselamatan diri sendiri lebih dulu. Demi diriku, janggut harimau ini harus kubelainya."
Serentak cin Pek-ling memperlihatkan ibu-jarinya dan memuji, "Bagus, beginilah baru sikap seorang lelaki sejati. Saudara cilik. kubilang harus mengadu akal dan jangan bertanding kungfu. biarlah kakak tua berdoa bagi kesuksesanmu. Selain itu, kesempatan ini juga dapat kau gunakan untuk bertemu dengan si cantik Soh-sim. Hehe, betul tidak?"
Yu Wi menjadi kurang senang, "Memangnya kau kira aku sangat merindukan Soh-sim"Jika dia sudah bertekad bulat menyerahkan dirinya kepada agamanya, terpaksa harus kuturuti kehendaknja, cuma .... "
"cuma ikut pada ji- bong Taysu yang berwatak aneh itu, pengawasannya ketat, disiplinnya ketat, betapapun tidak leluasa baginja, maka lebih baik mencari suatu tempat bebas agar kau ..."
Ketika dilihatnya air muka Yu Wi memperlihatkan rasa tidak senang, segera ia berhenti bicara, cepat ia ganti haluan dan berkata pula, "Saudara cilik mengenai syaratku itu sangat sederhana, asalkan urusan disini sudah selesai, aku cuma berharap engkau suka mengadakan perjalanan keTiangkang."
"Kau minta kupergi ke Tiangkang" Untuk apa?" tanya Yu Wi.
"Tujuanku serupa dengan guru si nona Lau tadi," jawab cin Pek-ling.
"He jadi kau mintai kupergi ke Tiangkang, untuk menipu kitab pusaka Hian-ku-cip yang berada pada orang Thi-bang-pang itu?"
"Ah, jangan keras-keras saudara cilik. kan malu?" ujar cin Pek-ling. "Kakak tua berharap engkau suka melaksanakan tugas ini. Terus terang, ratusan tahun- yang lalu Thay- yang- bun selalu bermusuhan dengan Goat-heng-bun, selama itu pihak Thay-yang-bun selalu terdesak. sebab ilmu silat Goat-heng-bun ternyata tidak di bawah Thay- yang- bun. Hian-ku-cip adalah ikhtisar Ilmu silat Goat heng-bun secara lengkap. perguruan kami pernah menugaskan murid perempuan dengan menyamar dan diselundupkan kedalam Goat-heng-bun dengan tujuan hendak mencuri Hian-ku-cip itu. Akibatnya. hah, bukannya untung, tapi malah buntung. Sekarang Thay- yang- bun akan muncul lagi, bila Hian-ku-cip tidak kami dapatkan, tentu selamanya kami tidak bisa hidup tenteram."
Yu Wi geleng-geleng kepala, katanya, "Tidak tidak boleh jadi Jangankan aku tidak sudi berbuat serendah itu, kalau mmpu harus kita lakukan secara terang-terangan menurut kepandaian masing-masing. Kalau main mancuri dan menipu, memangnya terhitung kesatria macam apa" cin-siansing. engkau adalah calon pimpinan Thay-yang bun yang bakal lahir kembali itu, bila engkau takut padagoat-heng-bun. seharusnya kau pelajari lebih mendalam kungfu perguruan sendiri untuk melawan musuh. Maksudmu akan mencuri Hian-ku-milik orang, betapapun tidak nanti kulakukan bagimu."
"IHm, memang sudah kuduga kau pasti tak mau," jengek cin Pek-ling. "Memangnya kau tidak...^"
Belum lanjut ucapannya, sekonyong-konyong dari luar hutan sana berkumandang suara lari kuda, kedangarannya cuma seekor kuda tunggangan saja Tapi suara keleningan kuda yang juga bergema itu tiba-tiba mambuat air muka cin Pek-ling berubah pucat.
cepat ia berkata, "Itu dia kekasihmu datang, kakak tua tidak enak tinggal disini. ingat, berusaha meninggalkan dia. Setahuku, kau tahan berpisah dengan dia selama tiga hari, dalam waktu tiga hari sedapatnya berusaha mencuri Jit-yap-ko ...."
Belum habis ucapannya, segera ia angkat kaki dan berlari pergi dengan ginkang yang maha tinggi.
segera Yu Wi menyusulnya sambil berteriak^ "He, tinggalkan anakku"
Tapi ginkang cin Pek-ling terlalu cepat baginya, dalam sekejap saja bayangannya sudah menghilang dalam hutan.
Tentu saja Yu Wi kelabakan dan mengejar dalam hutan. Didengarnya suara cin Pek-ling berkumandang dari jauh, "Putramu berada padaku sebagai sandera boleh kau tukar dengan Hian-ku-cip...."
Yu Wi mengejar kearah sana, tapi sudah terlambat. meski dia mengitari hutan tetap tidak melihat bayangan orang. Ginkang cin Pek-ling sungguh terlalu hebat. Akhirnya Yu Wi berlari kembali ketempat semula.
Di tengah hutan situ masih menggeletak tiga sosok mayat ketiga budak jahat tadi dan tidak ada orang lain, untuk menyusul cin Pek-ling jelas tidak sanggup lagi. terpaksa Yu Wi menghela napas dan berpikir dengan lesu, "Rasanya tidak pantas membiarkan ketiga sotok mayat ini tergeletak di tempat terbuka, biarlah kukubur mereka."
Selagi dia hendak menggali sebuah liang kubur, dilihatnya seorang perempuan muda muncul dengan menuntun seekor kuda berkeleningan emas. Perempuan itu memakai mantel bulu warna putih, punggung menyandang pedang, tangkai pedang yang berwarna hijau muda menongol keluar mantelnya.
Waktu Yu Wi berpaling, ia merasa kulit badan perempuan muda ini putih halus, berwajah bersih dan beralis lentik, sungguh model gadis cantik yang tiada taranya. cuma kecantikannya tetap kalah setingkat dibandingkan Pek-yan-
Dari ucapan cin Pek-ling tadi jelas ia menyangka yang datang ini ialah Pek-yan, ternyata keliru dugaan cin Pek-ling yang licin sekali
ini, yang datang adalah seorang perempuan cantik lain yang tidak pernah dikenalnya. Tampaknya kungfu parempuan ini tidak lemah.
Betapapua cantiknya seorang perempuan, bagi Yu Wi sekarang boleh dikatakan tidak ada gunanya, tidak menimbulkan rangasangan apa pun, bahkan membuatnya jemu dan muak. coba kalau perempuan ini tidak datang, tentu cin Pek-ling tidak lari, dan karena larinya cin Pek-ling, ikut juga anaknya dibawa kabur.
Karena tidak dapat menyusul cin Pek-ling, rasa gemas Yu Wi lantas tertumpah atas dari perempuan pendatang ini. Sebab itulah setelah meliriknya sekejap. segera terunjuk rasa tidak senang, ia lantas asyik menggali liang kubur pula.
Perempuan cantik itu menjadi heran bahwa ada lelaki di dunia ini baru untuk pertama kali memandangnya hanya memberinya sekali lirikan saja. lalu tidak acuh lagi padanya. Padahal menurut pengalamannya, setiap lelaki yang pertama kali melihatnya rata-rata pasti memperlihatkan rasa kagum dan kesemsem.
Mau-tak-mau ia menyangsikan jiwa Yu Wi mungkin abnormal, atau bisa jadi cacat fisik. Maka ia berhenti dikejauhan dan menegur "Hai, kau she siapa?"
Yu Wi tidak menoleh dan juga tidak menggubris, ia asyik menggali liang sendiri.
Karena pertanyaannya tidak mendapat jawabaan, perempuan cantik itu tambah curiga terhadap Yu Wi yang tidak sehat. Padahal lelaki siapa pun bila melihat dirinya biasanya berharap akan mendekati dan mengajak bicara padanya, lelaki yang tidak mau berbicara dengan dirinya pastilah ada kelainan jiwa.
Setelah mennggali liang sekian lama dan rasanya sudah cukup untuk mengubur ketiga sosok mayat, barulah Yu Wi berdiri tegak dan dilihatnya perempuan cantik itu masih berada di belakangnya, ketiga sosok mayat budak jahat itu juga berada disampingnya, untuk menyeret mayat itu kedalam liang mau-tak-mau harus berdekatan dengan perempuan cantik itu.
Tanpa terasa Yu Wi berkerut kening. Melihat sikap Yu Wi itu perempuan itu menjadi gusar, ucapnya, "Memangnya mukaku jelek sehingga kau perlu mengernyitkan dahi segala" Kalau tidak sudi pandang boleh kau pejamkan matamu."
Padahal sebabnya Yu Wi berkerut kening adalah karena kuatir mencium bau busuk pada badan orang, sebab sekarang diketahuinya perempuan muda mana pun tidak dapat didekati. dengan sendirinya perempuan ini pun tidak terkecuali.
Kini didengarnya orang salah paham terhadap sikapnya yang berkerut kening, ia pikir kebetulan jika kau suruh aku memejamkan mata, bukan cuma mata akan kupejamkan, bahkan hidung juga akan kututup untuk sementara.
Maka ia benar-benar memejamkan mata, dengan menahan napas ia melangkah ketempat menggeletak ketiga sosok mayat itu. Di tariknya dua sosok mayat itu sambil mundur.
Melihat Yu Wi benar-benar memejamkan mata hal ini berarti menganggap dia memang bermuka jelek dan tidak sedap dipandang, tentu saja perempuan cantik itu menjadi gusar sekali.
Maklumlah, pembawaan orang perempuan pasti sayang kepada kecantikan, lebih-lebih perempuan yang memang ayu, bilamana ada orang berani bilang mukanya jelek, muttahil dia tidak marah setengah mati.
Dengan sendirinya sifat khas perempuan itu tidak terkecuali bagi gadis cantik bermantel putih ini. Meski Yu Wi tidak berucap. tapi sikap memejamkan mata jelas-jelas sangat menyinggung perasaannya.
Membayangkan kemungkinan dalam hati Yu Wi akan bilang mukanya jelek. perempuan molek itu menjadi gusar, segera ia membentak. "Berhenti"
Tapi Yu Wi telah menahan napas, ia perlu menjauhinya agar dapat bernapas lagi, maka bukannya berhenti, sebaliknya ia melangkah terlebih cepat ke tepi liang yang digalinya, lalu membalik
tubuh sambil menggoyang tangan, katanya, "Wah, nanti dulu, nona?"
Karena Yu Wi tidak mau berhenti, selagi nona itu hendak mengejar, dilihatnya sikap Yu Wi yang agak kelabakan itu, ia mengentak hati dengan mendongkol, "Sialan Sesungguhnya kau ini manusia atau bukan-"
"Aku bukan manusia, nona juga bukan," jawab Yu wi.
"Kau ... kau berani memaki orang?" damperat nona cantik itu sambil menuding.
"Aku tidak memaki orang, tapi memaki diriku sendiri," ujar Yu Wi dengan tertawa.
"Kita sama-sama punya hidung, punya mata, jika kau bilang aku bukan manusia, bukankah sama dengan memaki dirimu sendiri?"
Dengan gemas nona cantik itu berseru. "Apabila manusia, kenapa kau tidak punya perasaan?"
"Aneh," Yu Wi berlagak bodoh, "justeru aku sangat berperasaan. coba pikir, ketika nona minta kututup mata, aku lantas tutup mata, aku suka manurut permintaan orang, masa kau bilang aku tidak berperasaan?"
Nona itu menjadi tidak membantah lagi, tapi ia mengada-ada. "Jika kau manusia. manusia adalah makhluk yang suka hidup berkelompok. mengapa aku hendak mendekat ke situ, tapi kau larang."
"Nona datang kemari untuk mengganggu pekerjaanku, secara bijaksana aku tidak mau cekcok denganmu, mengapa kau bilang kularang kedatangan-mu, bukan mustahil akan kau pukul diriku"
Melihat sikap Yu Wi yang serius itu, nona cantik itu tertawa geli, katanya, "Selamanya kita tidak bermusuhan apa pun, masa kupukul dirimu tanpa sebab?"
"Tapi badanku berbau, kukuatir nona tidak tahan mengendus bau ini, sebab itulah..."
Yu Wi bicara secara terbalik, tapi nona itu tidak tahu, ia lantas menggoyangkan tangan dan memotong^ "Baik, tidak perlu bicara lagi, biarlah aku tidak jadi mendekat kesitu. Aku cuma ingin tanya sasuatu padamu."
"Silakan nona tanya, akan kudengarkan dengan hormat," jawab Yu wi.
Nona cantik itu menuding mayat ketiga budak jahat itu dan bertanya, "Mengapa kau kubur ketiga orang ini."
"Mayat harus dikubur, aku tidak sampai hati mrlihat mayat mereka tergelesak di tempat terbuka begini."
"Hm. aku tidak parcaya kebaikanmu ini," jengek si nona cantik.
"Aku tidak berani bilang maksudku ini baik, yang penting demi tenteramnya hati."
Menjengkit alis si nona, jengeknya, "Kalau tidak dikubur, apanya ang membuat hatimu tidak tenteram?"
Karena pertanyaan orang yang terus mendesak iiu. Yu Wi jadi malas untuk menjawab, ia masukan kedua mayat tadi ke dalam liang, lalu kembali kesana untuk menyeret mayat yang ketiga. Setelah didorong juga kedalam liang, mulailah dia menguruknya dengan tanah.
"Kau tidak bicara, suatu tanda berbuat salah," kata pula si nona.
"Jika nona berkeras ingin tahu, biarlah kujelaskan terus terang. Di antara ketiga mayat ini ada seorang terbunuh olehku. Hanya lantaran inilah, kan pantas jika kukubur mereka bertiga."
"Lantas dua orang yang lain dibunuh oleh siapa?" tanya si nona dengan melengak.
"Untuk apa nona menanyakan hal ini?"
"Suruh kau bicara, lekas bicara, apa yang kau rewelkan?" omel si cantik,
Yu Wi tersenyum getir, berhadapan dengan perempuan yang tidak tahu aturan, lebih baikjangan digubris, maka ia lantas mulai menguruk kuburan lagi. Setelah menjadi gundukan, Yu wi menegak dan mengulet pinggang.
Mendadak si cantik berkata, "Tidak perlu istirahat, lekas gali lagi sebuah liang."
"Untuk apa, mana ada mayat lain?" ujar Yu Wi dengan heran-
"Ada, kau" si cantik memandang Yu Wi.
Yu Wi menggeleng dan menjawab, "Ah, nona jangan bergurau, aku kan tidak mati, untuk apa menggali liang?"
Dengan bengis noda cantik itu membentak. "Nona tidak suka bicara, pokoknya segara kau akan mati, jika tidak kau gali liang kubur sendiri, siapa yang akan menggali bagimu?"
Yu Wi baru mengerti maksud si nona, ucapnya dengan tertawa, "o, tampaknya nona menghendaki kematianku?"
"Kenapa tertawa, apanya yang lucu?" damperat si nona dengan gusar. "Kematianmu sudah di depan mata, pura-pura tertawa juga tidak berguna."
"Apakah ketiga budak jahat tadi adalah kaum hamba nona?" tanya Yu Wi.
"Tidak perlu urus, pokoknya membunuh orang harus ganti nyawa, nah, lekas gali liang," bentak si nona.
"Ketiga budak nona itu tidak ada seorang pun orang baik-baik, mati pun tidak perlu disayangkan- Sungguh menyesal, tak dapat kuganti nyawa mereka."-
"Hm, tidak mau ganti nyawa, memangnya boleh sesukamu?" jengek si nona. "Biar kuberitahu, setelah kau mati, tidak nanti kugali liang kubur bagimu.Jika kaurasa akan lebih aman dikubur setelah mati, maka sekarang juga lekas kau gali liang kubur sendiri, nanti nona akan bantu mengurukkan tanah bagimu."
"Terima kasih," ucap Yu Wi sambil menjura. "jika nona ingin membunuhku boleh silakan saja. cuma perlu kukatakan lebih dulu, aku pasti akan melawan."
Dengan angkuh nona itu menjawab, "cahaya kunang-kunang masakah berani berlomba terang dengan sinar rambulan" Hm, jika hendak kubunuh dirimu, apanya yang sukar?"
Meski mendongkol, Yu Wi tetap menjawab dengan tenang, "Jika tidak dapat menandingi dirimu. nanti akan kujulurkan leherku untuk dipenggal nona."
"Aku tidak sembarangan membunuh orang," ucap nona cantik itu. "Jika kau ingin hidup, harus kau jawab dua pertanyaanku."
Yu Wi tidak percaya kepandaian si nona bisa melebihi dirinya, dengan tertawa ia menjawab, "Dari pada mati kan lebih baik hidup, silakan nona tanya saja, jika dapat kujawab kan tidak perlu saling gebrak." ,
"Siapa yang membunuh dua budak yang lain tadi?" tanya si nona.
Tanpa pikir Yu Wi menggeleng, "Entah"
"Kemana perginya perempuan yang dikejar ketiga orang ini?" tanya pula si nona.
Dengan tegas Yu Wi menjawab, "Tidak tahu."
Ia pikir "bila kau memusuhi nona Lau, terpaksa harus kulabrak dirimu."
Nona itu tidak bertanya lagi, segera ia melolos pedang dan berseru, "Biasanya, tak peduli lawan bersenjata atau tidak. nona tetap menggunakan pedang."
Yu Wi membentangkan kedua tangan, katanya, "Biar kulayani nona dengan cara begini saja."
Tanpa bicara lagi nona cantik itu terus menusuk. serangan ini dilakukan dengan tak acuh, sebab dirasakan kurang terhormat
apabila menyerang sacara sungguh-sungguh terhadap seorang lawan yang tak bersenjata.
Sekali menyerang segera akan diketahui lawan berisi atau tidak. Maka begitu si nona menusuk. segara Yu Wi tahu serangan orang lihai sekali dan sukar dilawan dengan bertangan kosong. cepat ia maraba baju, cahaya dingin berkelebat, "creng", ia melolos Hi-jong-kiam untuk menangkis serangan lawan-
cepat si nona menyurut mundur, waktu ia periksa pedang sendiri, ternyata ujung pedang telah tertabas putus sebagian.
"Pedang bagus" puji si nona.
"Ilmu pedang si nona juga sangat hebat," Yu Wi balas memuji.
Dalam gebrakan tadi Yu Wi telah mengeluarkan jurus Bu-tek-kiam dari Hai-yan-kiam-hoat.Jurus serangan ini mestinya sukar untuk ditandingan siapa pun, Yu Wi pikir serangannya pasti akan melukai si nona.
Tapi bahu si nona yang diincarnya ternyata tidak kena, hanya ujung pedang lawan saja yang tertabas putus sebagian. Maka mau-tak mau Yu Wi harus memuji kehebatan ilmu pedang si nona yang dapat menandingi Hai-yan-kiam-hoat.
Ia tidak tahu bahwa si nona menyerangnya dengan acuh-tak-acuh. sebaliknya ia sendiri menggunakan jurus yang jarang ada yang dapat menangkisnya, serangannya toh tidak mencapai sasarannya.Jadi sesungguhnya ilmu pedang si nona bahkan di atas Hai-yan-kiam-hoat yang belum lengkap dilatihnya itu.
Nona itu juga tidak tahu ilmu pedang Yu Wi itu belum lengkap dipelajari, sekali gebrak itu telah mengejutkan dia. Ia merasa malu karena pedangnya tertabas putus.
diam-diam ia mengerahkan tenaga, akan dilancarkan serangan berikutnya dengan segenap Kemahirannya tanpa meremehkan musuh lagi.
Sebaliknya Yu Wi tidak tahu persis kekuatan lawan, setelah berhasil menangkis satu kali. ia merasa yakin akan kemampuan sendiri. Ia tidak tahu bahwa serangan berikutnya si nona sangat lihai, biarpun keenam Jurus Hai-yan-kiam-hoat yang dikuasainya tetap tidak sanggup menandinginya.
Tampaknya Yu Wi pasti akan kalah di bawah si nona cantik, bahkan bisa kalah dengan konyol, sebab si nona menyesali pedang kesayangan dipatahkan oleh Yu Wi, maka serangannya sekarang tidak kenal ampun, andaikan tidak mati pasti jugayu Wi akan terluka parah.
Pada saat genting itulah, sekonyong konvong dari luar hutan sana berlari datang seorang sembari berteriak. "Jangan,jici (kakak kedua)" Waktu Yu Wi memandang ke sana, ia berseru kaget "Ha, dia datang"
---ooo0dw0ooo---
Bab18 Dalam pada itu serangan si nona cantik tetap dilontarkan, apalagi Yu Wi agak meleng, tentu saja lebih sukar untuk menghindar. Tampaknya dia pasti akan mati konyoL
Untunglah pada detik terakhir itu, pendatang itu melayang tiba secepat terbang pundak Yu Wi ditariknya dan keduanya terlempar jatuh terguling ke bawah.
Terdengar suara gemuruh, tiga pohon besar dibelakang Yu Wi tertabas kutung dan tumbang.
Yu Wi melongo kaget menyaksikan kejadian luar biasa ini. seketika ia hanya berbaring di tanah dan lupa untuk bangun.
Pendatang ini ternyata Pek-yan adanya, dia melompat bangun dan memberi hormat kepada si nona cantik. ucapnya, "Hebat benar ilmu pedang Jici,jika tidak memberi kelonggaran, tentu kepala adik sudah putus."
Waktu Yu Wi memandangnya, ternyata sebagian rambut Pek-yan yang putih seperti perak itu terpapas secomot, keruan kejutnya tak terkatakan. sungguh tidak kepalang kagumnya terhadap ilmu pedang si nona mau-tak-mau ia harus mengakui ilmu pedang sendiri masih jauh untuk dibandingkan dia.
Sebenarnya jalan pikiran Yu wi ini juga kurang tepat, ia sendiri belum lengkap mempelajari Hai-yan-kiam-hoat yang meliputi delapan jurus itu sehingga betapa dahsyat ilmu pedang itu belum mengeluarkan segenap daya serangnya. apabila ke delapan jurus Hai-yan-kiam-hoat dapat dikuasainya dengan baik, lalu bertempur lagi, biarpun si nona mengeluarkan segenap kemahirannya juga belum tentu dapat mengalahkanya.
Karena dilukai Yu Wi, si nona cantik menjadi marah. dengan alis menegak ia mendamperat, "Simoy (adik keempat), untuk apa kau bela lelaki liar ini?"
Pek-yan menjawab dengan tersenyum, "Dia adalah kenalanku, terpaksa kutolong dia."
Lalu ia berpaling dan mengedipi Yu Wi, katanya, "Lekas memberi hormat kepada Jici Tho-kin, Yu Wi"
cepat Yu Wi merangkak bangun, dengan jeri katanya, "Dia....dia.. "
"Jangan banyak omong, lekas memberi hormat," seru Pek-yan. Dengan menahan napas Yu Wi mendekati si nona.
Tapi Tho-kin lantas menggoyangkan tangan dan berseru "Tidak. tak mau kutemui dia."
Yu Wi pikir kebetulan jika demikian, sebab dia memang takut kepada bau busuk badan Tho-kin. Bau busuk itu tercium olehnya ketika saling gebrak tadi, baunya serupa benar dengan bau busuk yang pernah tercium sebelum ini, cepat ia menyurut mundur ke belakang Pek-yan, habis itu barulah mulai bernapas.
Sekali bernapas, terenduslah bau harum badan Pek-yan yang sangat sedap, serupa orang yang ketagihan, segera ia menyedot
napas sepuas-puasnya, rasa tidak enak semula lantas tersapu bersih.
"Jici," kata Pek-yan kemudian, "ada permusuhan apa antara kawanku ini denganmu" Mengingat diriku, sudilah engkau menyudahi urusan ini."
"Dia cuma kawanmu saja?" tanya Tho-kin dengan kereng.
"Ya," jawab Pek-yan terpaksa.
"Hm, jika cuma kawan saja tidak boleh kulepaskan dia," jengek Tho-kin "Pendek kata dia harus mati. bukan maksudku sengaja melanggar peraturan perguruan, soalnya dia telah menggunakan bisnisku, adalah pantas jika kubunuh dia."
"Bisnis Jici apa yang digagalkan olehnya?" tanya Pek-yan dengan kuatir.
"Bisnis itu kan atas perantaraanmu," tutur Tho-kin- "Sudah kuterima dan telah kubeli bayangan Yau ce-sing, tapi dengan syarat harus kubantu menjadikan perjodohannya dengan seorang nona Lau. Nona itu sudah kuberi Hoa-goat-yau sehingga tenaga dalamnya dapat kubuyarkan, dia sudah menjadi kura-kura dalam tempurung. asalkan kubujuk lagi beberapa waktu tentu dia akan menurut dan menikah dengan Yau ce sing. Tapi sayang, dia berhasil kabur, mestinya dapat kubekuk kembali dengan mudah, tapi kawanmu ini telah ikut campur dan nona Lau itu sempat kabur lagi."
Dengan gusar Yu Wi lantas berteriak^ "Bagus, kiranya kau yang meracuni nona Lau sehingga hilang tenaga dalamnya. Sungguh brengsek Yau ce-sing, dia menjual bayangan hanya karena ingin mendapatkan nona Lau, jika nona Lau tidak suka padanya, mana boleh dia bertindak dengan cara rendah begini?"
Sama sekali tak terpikir oleh Yu Wi bahwa syair yang ditulis Yau ce-sing secara berulang-ulang pada secarik kertas yang tersalip pada kitab yang pernah dibacanya itu ditulis karena merindukan Lau Yok-ci. Betapapun Yu Wi tidak suka cara Yau ce-sing menjual bayangan karena urusan cinta, apalagi sekarang diketahui gadis
yang diincarnya ialah Lau Yok-ci, tentu saja ia tambah gemas dan benci kepada pemuda itu.
Ia tidak tahu betapa tinggi hati Lau Yok-ci, seorang gadis cantik dengaan ilmu silat yang tinggi. Meski Yau ce-sing pernah menolong jiwanya, tapi seorang pelajar lemah begitu mana terpandang olehnya apalagi sebelumnya cintanya sudah bersemi, dengan sendirinya Yau ce-sing tambah tidak digubrisnya.
Sebaliknya Yau ce-sing memang tergila-gila kepada Lau Yok-ci, melihat si nona bersikap dingin padanya, ia tambah kasmaran, makan tidak enak. tidur tidak nyenyak. Demi cinta, apa pun berani diperbuat, sepantasnya tindakan Yau ce-sing yang bodoh ini dapat dimaklumi, ada berapa lelaki di dunia ini yang mampu bebas dari godaan cinta"
Tho-kin lantas mendengus, "Hm, Simoay, kawanmu sudah mengaku terus terang, tentu tidak perlu kau rintangi lagi maksudku akan membunuhnya. coba, kau dengar sendiri, dia malah menyesali aku menggunakan Hoa-goat-yau, bukan mustahil nona Lau itu adalah sahabat karibmu?"
Dengan gelisah Pek-yan lantas bertanya, "Yu-siangkong, benarkah engkau yang melepaskan nona Lau itu" Meng ... mengapa kau lepaskan dia" ..."
"Tidak meng apa- apa," sahut Yu Wi dengan bandel, "Jangankan nona Lau memang kenalanku, biarpun tidak kenal juga tidak dapat kusaksikan dia diganggu oleh Bu-eng-bun kalian-"
"Nah, kau dengar sendiri, Simoay." seru Tho-kin dengan gemas, "orang ini tidak tahu kebaikan, dia tidak tahu Bu-eng-bun tidak pernah merecoki urusan yang tidak bersangkutan, tapi siapa pun yang berani merintangi urusan Bu-eng-bun kita pasti akan mati tak terkubur."
Habis berkata, pedang kutung terangkat, segera ia incar leher Yu Wi. Tapi Yu Wi sudah siap siaga. jelas iapun nekat dan siap mengadu jiwa.
Pek-yan tahu Yu Wi bukan tandingan Tho-kin, dengan kuatir ia berseru, "Jici, jangan kau bunuh dia, sebab dia adalah bayanganku"
Tho-kin melengak. mendadak ia tarik kembali pedangnya dan tertawa terkikik-kikik, katanya, "Ah, kiranya Moayhu (suami adik), jika demikian tentu harus dikecualikan- Kitakan tidak boleh geger dengan anggota keluarga sendiri. Simoay, kenapa kau jadi pelit dan bermaksud mengangkangi dia sendiri, masa tidak kau bagi sedikit agar dapat kucicipi dia juga."
Habis berkata ia terus main mata kepada Yu Wi.
Muka Pek-yan menjadi merah jengah. Sebaliknya Yu Wi menjadi bingung dan tidak tahu apa maksud percakapan mereka itu.


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiranya dalam Bu-eng-bun ada suatu peraturan, yakni asalkan bayangan yang akan dijadikan pembibit (atau pamacak), maka saudara yang lain kalau menaksir juga boleh ikut mencicipinya, dan saudara yang membeli bayangan pembibit itu tidak boleh menolak.
Pek-yan sendiri baru pertama kali membeli bayangan Yu Wi dengan menggunakan Liap-hun-ciam, sebelum ini dia tidak pernah membeli bayangan pembibit bagi dirinya sendiri, juga tidak pernah ikut mencicipi sisa makanan saudara-saudara yang lain-
Di antara keempat taci beradik Bu-eng-bun sekarang usia Pek-yan paling kecil, ketiga kakaknya sudah lama mempunyai bayangan pembibit sendiri, malahan entah sudah berapa kali berganti pemacak.
Sedangkan Pek-yan sendiri masih perawan suci, lelaki pertama mana boleh dibagi kepada orang lain- Biarpun Bu-eng-bun memang ada peraturan aneh begitu, tapi perempuan tetap perempuan- egois.
Semula Pek-yan tidak mau mengatakan Yu Wi adalah bayangan pembibit yang telah dibelinya, ia cuma mangaku sebagai kawan saja, soalnya dia kuatir Tho-kin akan minta bagian makanannya.
Siapa tahu Yu Wi telah melanggar pantangan besar Bu-eng-bun dan Tho-kin berkeras akan membunuhnya, terpaksa Pek-yan
membeberkan keadaan yang sebenarnya, sebab bayangan pembibit yang telah dibeli sama dengan anggota keluarga Bu-eng-bun sendiri, kalau orang sendiri yang melanggar pantangan perguruan tentu takkan dihukum terlalu berat.
Watak Tho-kin memang cabul, gasang, doyan begituan. Sudah sering dia berganti bayangan pembibit. Kini mengetahui Yu Wi adalah calon bayangan pembibit Simoay, kesempatan ini segera digunakan untuk berolok-olok kepada Pek-yan, diam-diam juga timbul hasratnya akan ikut mencicipi makan-baru ini. Bilamana kehendak ini sudah dikemukakannya, terpaksa Pek-yan tidak dapat menolak.
Pek-yan juga kuatir Tho-kin akan minta bagian makanannya, sekarang dilihatnya Tho-kin main mata terhadap Yu Wi. ia tahu keadaan rada gawat, cepat ia membelokkan pokok pembicaraan, "jici, kan belum kau laksanakan syarat Yau ce-sing yang telah kau terima itu?"
Yau ce-sing bagi Tho-kin adalah seperti sepotong daging yang berada didepan mulut, tinggal dicaplok saja. Lahiriah Yau ce-sing memang tidak dibawah Yu Wi, apalagi Bu-eng-bun selalu memegang teguh perjanjian yang telah diterimanya, nama baik perguruan harus dijaga dan tidak boleh kehilangan kepercayaan pihak langganan-
Maka sedapatnya Tho-kin menahan nafsu berahinya yang berkobar, ia pikir syarat Yau ce-sing itu memang harus lekas diselesaikan- kalau tidak, bila jadi daging yang tinggal dicaplok itu akan kabur, bahkan merusak kepercayaan langganan kepada Bu-eng-bun.
Maka ia lantas tertawa dan berkata, "Aha, memang betul, kuselesaikan pekerjaanku lebih dulu. Biarpun nona Lau itu lari keujung langit juga akan kususul dia kembali."
Habis berkata, kembali ia memicingkan mata ke arah Yu Wi, lalu melayang pergi secepat terbang.
Tanpa bicara Yu Wi terus mengejar ke arah lari Tho-kin itu.
cepat Pek-yan melompat maju untuk merintangi jalan Yu Wi, tanyanya, "Hai, kau mau apa?"
Dengan gelisah Yu Wi menjawab, "Tidak dapat kubiarkan Bu-eng-bun kalian mengganggu nona Lau, dia adalah sahabatku, kungfunya sudah musnah, bila dia tertangkap oleh kalian dipaksa kawin dengan Yau ce-sing. kan urusan bisa runyam. Tidak- tidak boleh jadi, harus kubela dia."
"Berdasarkan apa kau bela dia?" jengek Pek-yan-
Dengan gusar Yu Wi berteriak. "Dia sahabatku, adalah menjadi kewajibanku membelanya, biarpun mati juga tidak menjadi soal bagiku."
"Ai, ternyata tidak sedikit kekasihmu," ujar Pek-yan sambil menghela napas gegetun. "Di cu-pi-am ada Soh-sim, disini ada lagi seorang nona Lau."
"Jangan sambarangan omong, nona Lau bukan Kekasihku," kata Yu Wi.
"Jika bukan kekasihmu, mengapa kau kelabakan seperti ini?" ujar Pek-yan sambil menggeleng kepala.
"Yau ce-sing cinta padanya dan tidak segan-segan menjual bayangannya, jelas cintanya sangat mendalam, mengapa tidak kau biarkan Bu-eng-bun kami bantu melaksanakan keinginannya . "
Yu Wi menjawab, "Jika nona Lau mau menikah dengan Yu ce-sing secara sukarela, tentu aku setuju. Tapi Yau ce-sing menggunakan cara licik dan kotor, hal ini tidak boleh jadi, selama Yu Wi masih bernapas tidak nanti kubiarkan dia mencapai maksud tujuannya."
"Jika demikian, jadi kau pasti akan merintangi tindakan Jici?"
"Ya, hanya cara demikian, kalau tidak berarti aku berdosa terhadap nona Lau." sahut Yu Wi tegas.
"Jika engkau berkeras pada pendirianmu, Yu-siangkong, terpaksa aku harus bertindak berdasarkan kekuasaanku sebagai pembeli bayanganmu," kata Pek-yan.
Mendengar Pek-yan hendak melaksanakan haknya, Yu Wi menjadi lesu, pikirnya, sekali salah langkah kacaulah langkah seterusnya. "Salahku sendiri, jika semula tidak kujual bayanganku untuk mematahkan Sian-thian-ciang. tentu takkan terjadi seperti sekarang ini."
"sebenarnya aku tidak ingin melaksanakan kekuasaanku atas dirimu," kata Pek-yan pula.
Pedih hati Yu Wi, tapi diluar ia tenang saja dan menjawab, "Karena sudah kujual bayanganku padamu. terpaksa kutunduk kepada perintahmu. Sian-thian-ciang sudah dapat kupatahkan, cita-citaku sudah terkabul, dan sekarang harus kutepati janjiku, cuma, bolehkah kumohon sesuatu pula padamu?"
Pek-yan menyukai Yu Wi, dengan lembut jawabnya. "Urusan apa, katakan saja, kecuali merintangi tindakan Jici, urusan lain dapat kuterima menurut keadaan-"
"Ingin kumohon kelonggaran lagi tiga hari sesudah tiga hari akan kuturuti segala perintah, nona, dalam tiga hari ini hendaknya aku diperbolehkan bergerak sacara bebas."
Tanpa ragu Pek-yan menjawab, "Baik. Dan dapatkah kau beritahukan padaku, selama tiga hari ini kau hendak pergi kemana?"
Yu Wi menerima kebaikan orang, dengan jujur ia menjawab, "Aku akan menerjang cu-pi-am pula . "
"Jika kau pergi ke cu-pi-am, aku menjadi rada Kuatir," ujar Pek yan. "Hendaklah kau tahu, semalam lantaran kutunggu dan belum nampak kau pulang, maka kususul kesini. untung lalu dihutan ini, kalau tidak pasti kau sudah terbunuh oleh Jici. Sekarang kau hendak pergi lagi ke cu-pi-am, sungguh hatiku tidak tenteram."
Yu Wi tertawa, "Mati dan hidup sudah ditakdirkan, jika kau kuatir akan terjadi apa-apa atas diriku sehingga engkau akan kehilangan
satu jiwa yang berguna bagimu, sekarang juga masih dapat kau tarik kembali janjimu memberi kebebasan tiga hari padaku."
"Meski seorang perempuan juga kutahu apa artinya pegang janji, takkan kurintangi lagi maksudmu, silakan kau berangkat saja."
"Pegang janji." kata-kata ini seakan-akan palu yang menghantam kepala Yu Wi. Diam-diam ia merasa malu sendiri, pikirnya, "Seorang perempuan saja dapat pegang janji, masakah seorang lelaki sebagai diriku tidak dapat pegang janji?"
Tujuan kepergian Yu Wi ke cu-pi-am adalah untuk mencuri Jit-yap-ko untuk menawarkan racun Liap-hun-ciam, sesudah racun dipunahkan, dia tidak perlu lagi terkekang oleh Pek-yan- Kini timbul pikirannya untuk mengingkari janji penjualan bayangannya, maka ucapan "pegang janji" membuatnya merasa malu.
Tapi Yu Wi sudah bertekad bertindak demikian, betapapun ia tidak ingin terjeblos terlebih dalam, soal janji, taat dan tidak perlu juga melihat keadaan, meski dia menjual bayangan, mana boleh dijadikan pemacak bagi Pek-yan dan orang-orang Bu-eng-bun yang lain-
Yu Wi tahu racun Liap-hun-ciam dapat ditahan selama tiga hari, sebab itulah dia tidak minta lebih lama daripada tiga hari, kalau lebih dari tiga hari, tentu dia akan ketagihan bau harum badan Pek-yan dan terpaksa akan merangkak kesana lagi untuk mencari Pek-yan-
Jadi waktu bagi Yu Wi untuk mencuri Jit-yap-ko hanya tiga hari saja, lebih dari tiga hari tentu tidak ada kesempatan pula, maka waktu tiga hari harus dipergunakannya dengan baik.
Setelah berpisah dengan Pek-yan, setiba di kota Yu Wi makan sekenyangnya, lalu mencari penginapan untuk tidur senyenyaknya.
Waktu mendusin, hari sudah gelap, badan terasa segar dan penuh semangat. Ia berganti pakaian peranti jalan malam, setelah berdandan dengan baik. segera ia berangkat menuju cu-pi-am.
Pada saat mulai mendaki gunung, dilihatnya depan sana ada sasosok bayangan. Diam-diam ia heran, "Siapakah yang mendaki Siau-hoa-san pada waktu malam demikian, jangan-jangan juga hendak menuju ke cu-pi-am?"
Dugaannya memang tidak salah, bayangan itu jelas menuju ke cu-pi-am. kalau tidak. tentu orang bukan menuju ke cu-pi-am, memangnya hanya pesiar saja di Siau-hoa-san pada tengah malam buta begini" kan aneh jika bukan orang sinting"
Dari pada bayangan itu dikatakan sedang berjalan atau berlari. lebih tepat dikatakan sedang melayang, gerak melayang bayangan itu sangat aneh. tampaknya seperti semacam ginkang yang khas.
Makin dipandang makin tertarik Yu Wi, ia merasa ginkang ini sudah sangat dikenalnya, untuk membuktikan apa yang terpikir olehnya, segera ia mangejar dengan cepat.
Walaupun ginkang bayangan itu sangat aneh, tapi dia tidak menggunakan kecepatan sepenuhnya, maka dalam waktu singkat Yu Wi dapat menyusulnya. Bayangan punggungnya kini dapat terlihat jelas di bawah cahaya rembulan-
terlihat rambut panjang sebatas pinggang, perawakan ramping kaum wanita. Ah, rasanya potongan badan ini sudah sangat apal baginya.
"Ah, ibu, kiranya engkau ..." jerit Yu Wi dalam hati.
Dia tidak bersuara, tapi terus menguntitnya secara diam-diam. Ia tidak mengerti untuk apakah ibundanya menuju ke cu-pi-am" Adakah sesuatu urusan yang perlu diselesaikan" Tidak lama kemudian, terlihatlah cu-pi-am berada di depan sana.
Setiba di depan biara itu, si wanita berambut panjang dan berbaju hitaro, Tan siok-cin, ibu Yu wi, berhenti dan berdiri termenung-menung serupa orang yang sedang menunggu sesuatu.
Yu Wi tidak berani mendekati sang ibu, ia tahu bila berdiri disana pasti akan diketahui oleh penjaga cu-pi-am, dan hal ini berarti tujuannya mencuri Jit-yap-ko akan gagal total.
Diam-diam ia mengitar kesana dan melompat ke wuwungan cu-pi-am, ia mendekam di atas dan mengawasi keadaan didepan biara, ingin diketahuinya apa maksud kedatangan ibundanya.
Tidak lama kemudian, tiga buah pintu besar cu-pi-am mendadak terbuka, dari dalam terpancar cahaya lampu yang terang, tertampak berpuluh nikoh berbaris keluar melalui kedua pintu samping. semuanya membawa obor yang terang benderang.
Sikap para Nikoh tampak sangat Khidmat, mereka terus berbaris melingkar sehingga Tan Siok-cin terkepung di tengah.
Barisan nikoh ini kelihatan jelas di bawah penerangan obor, semuanya berjubah putih, jadi semuanya serba putih, hanya tidak terdapat rambut putih. Apabila mereka pun berambut perak serupa Pek-yan- pemandangan ini akan mirip barisan dewi kayangan turun ke bumi.
Walaupun begitu, topi nikoh mereka yang bundar putih itu kan juga menimbulkan pemandangan yang angker. Mereka keluar dengan teratur, pakaiaannya juga seragam, jelas sudah bersiap-siap sebelumnya dan bukan terjadi secara mendadak.
Jika demikian, jadi sebelumnya cu-pi-am sudah mengetahui bakal kedatangan tamu, sebab itulah menyambutnya dengan adegan yang aneh ini. Lantas siapakah tamu itu"
Segera terpikir oleh Yu Wi, "Sekarang yang kelihatan cuma ibu saja seorang dan tidak ada orang lain-Jangan-jangan tamu yang ditunggu pihak cu-pi-am adalah ibu. Mereka sudah memperhitungkan kedatangan ibu pada malam ini?"
Berpikir demikian, ia tambah heran apakah mungkin pertemuan ini sudah dijanjikan sebelumnya oleh kedua pihak"
Waktu ia pandang ke arah ibunda dibawah cahaya terang seperti siang hari kelihatan wajah sang ibu dengan jelas, sampai bulu alisnya saja hampir dapat dihitung.
Sejak terbukanya ketiga pintu biara hingga munculnya barisan nikoh itu, sejauh itu Tan siok-cin tidak bergerak sedikit pun.
Sesudah barisan nikoh itu menempati posisinya masing masing, dia tetap diam saja seakan-akan tidak melihat datangnya barisan nikoh itu.
Hal ini menandakan adegan ini sudah biasa terlihat olehnya, meski otaknya tidak waras, bilamana mendadak melihat adegan luar biasa ini tentu juga akan merasa heran dan kaget, tapi dia tidak memperlihatkan emosi apa pun, hal ini semakin menguatkan dugaan Yu Wi bahwa ibunya sudah lama ada janji pertemuan dengan pihak cu-pi-am, sekarang yang masih ditunggu hanya munculnya ji- bong Tay-su saja.
Pintu tengah belum digunakan sejak tadi, akhirnya muncul dua orang, yang di depan Ji-tiau Taysu, menyusul barulah Ji- bong Taysu, keduanya lantas menuruni undak-undakan batu. Baru sekarang air muka Tan siok-cin tampak bergerak dan menyongsong maju dua-tiga langkah.
Dengan tegang Yu Wi memandangi sang ibu dan Ji-bong Taysu, ia pikir pertemuan kedua orang dalam adegan demikian tentu akan terjadi sesuatu yang luar biasa, akibatnya bagaimana belum diketahui, namun cukup membuat Yu Wi merasa prihatin-
Dilihatnya ji- bong Taysu berdiri di depan sang ibu dalam jarak dua tombak. lalu memberi hormat dan menyapa, "Li sicu, setahun tidak bertemu ternyata tambah segar. selamat, selamat"
Basa-basi Ji- bong Taysu ternyata bukan omong kosong, sejak pertama kali Yu Wi bertemu dengan ibunya, selama sekian tahun wajah Tan siok-cin memang tidak berubah sedikit pun. Tidak kelihatan bertambah tua. Mungkin lantaran kehilangan ingatan, tidak pikir dan tidak ada sedih. makanya tidak tambah tua,
Tan siok-cin ternyata tidak tahu basa-basi segala, dengan singkat dia hanya berkata, "Kembalikan"
Diam-diam Yu Wi merasa heran apa yang diminta kembali sang ibu dari Ji-bong Taysu"
Dilihatnya ji- bong Tay-su agak kikuk, jawabnya, "Selama ini Lisicu ternyata tidak pernah melupakan pohon Jit- yap ko itu dan senantiasa ingin minta kembali, sungguh aku merasa sangat kagum. Hendaknya kau maklum bahwa Jit-yap-ko itu adalah barangku, mana dapat kukembalikan kepadamu...."
"Kembalikan Ayo kembalikan ...." sela Tan siok-cin dengan sabar.
ji- bong tampak serba susah, ucapnya pula, "Entah sudah berapa kali kuberi penjelasan padamu selama sekian tahun dan selalu tidak kau hiraukan, memangnya engkau hanya dapat berucap kembalikan- saja dan tidak ada kata lain?"
Tapi dengan tegas Tan siok-cin berucap pula "Kembalikan"
Setiap tahun pada hari yang sama Ji-bong selalu serba susah manghadapi Tan siok-cin seperti sekarang ini, ia tahu otak Tan siok-cin kurang waras, maka sambil menggeleng kembali ia berkata. "Lisicu. biar aku jelasken satu kali lagi. Meski Jit-yap-ko itu dapat kurampas dari tanganmu, tapi barang ini asalnya adalah milik keluarga Kan, waktu hidup leluhur mereka Kan Yok-koan, pohon ini dihadiahkan padaku. Tapi lantaran aku kurang mengerti cara menanamnya. pohon ini hampir kering di tempatku, terpaksa kukirim kembali dan minta Yok-koan merawatnya lagi. Seterusnya belum sempat lagi kuambil kembali pohon itu. Beberapa puluh tahun kemudian- waktu kau datang lagi kesana untuk mengambil kembali pohon ini, Kan Yok-koan ternyata sudah meninggal dunia. Malam itu kupergoki kau bawa pohon ini, kupikir biarpun kukatakan pohon ini sudah menjadi milikku. pasti juga takkan kau pecayai, maka kugunakan kekerasan dan merebutnya. Bisa jadi engkau tidak percaya kepada keteranganku ini, namun seorang Jut-keh-lang pasti tidak berdusta. Nah, biar kutegaskan lagi. Lisicu,Jit-yap-ko ini adalah milikku, apabila Kan Yok-koan masih hidup tentu dia dapat menjadi saksi bagiku, tapi sayang, dia sudah meninggal dunia, Ai, sesungguhnya kau percaya tidak?"
Tapi sejenak kemudian lagi-lagi Tan siok-cin berkata, "Kambalikan"
Ji- bong menunggu jawaban orang, siapa tahu tetap "Kembalikan" yang diucapkannya. Meski ucapan ini tidak memberi jawaban langsung, tapi sama dengan menyatakan tidak percaya atas keterangannya. Kalau percaya masakah perlu omong "Kembalikan" lagi"
Mau-tak- mau Ji- bong Taysu menghela napas. ucapnya, "Karena engkau tetap tidak percaya, terpaksa aturan lama kita gunakan lagi. Nah, Lisicu, silakan mulai"
Habis berkata, sorot matanya setajam kilat menatap Tan siok-cin tanpa berkedip.
Agaknya Tan siok-cin juga tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. iapun balas menatap dengan tajam, dalam sekejap orang linglung ini seolah-olah telah berubah menjadi seorang lain, sorot matanya tidak buram lagi. sikapnya juga tidak kaku pula.
Sampai disini, Yu Wi jadi terkejut.Jelas keadaan ini menunjukkan sang ibu hendak bertanding kungfu dengan Ji-bong Taysu.Jika Ji-bong Taysu menang, mau-tak-mau ibu harus mengakui Jit-yap-ko itu adalah miliknya.
Ia tahu kungfu Ji-bong Taysu sudah mencapai taraf yang tidak ada taranya, boleh dikatakan tidak ada tandingannya di dunia ini, meski ilmu silat ibu juga tidak lemah, rasanya juga bukan tandingan Ji-bong..
Karena kuatir, hampir saja ia melompat turun untuk membantu sang ibu. Tapi baru terpikir demikian, segera pikiran lain mancegah tiadakannya ini. Pikirnya, "ibu pasti tidak akan mengalami bahaya, Ji-bong takkan berani melukai beliau, bisa jadi Ji-bong merasa bersalah, maka cuma menghendaki ibu dihalau pergi saja, masakah setelah merebut Jit-yap-ko ibu akan dilukai pula?"
Kini Yu wi merasa yakin Jit-yap-ko pasti milik ibu, keterangan Ji-hong Taysu tadi hanya karangan kosong belaka. Tiba-tiba terpikir olehnya mumpung sekarang cu-pi-am dalam keadaan kosong, semua nikoh dikerahkan keluar untuk menghadapi ibu. biarlah kucuri Jit-yap-ko dan nanti dikembalikan kepada ibu.
Sudah tentu sebelumnya tidak terpikir olehnya bahwa jit-yap-ko yang hendak dicurinya malam ini asalnya adalah milik sang ibu. Semula hatinya merasa tidak tenteram karena harus mencuri barang orang, sekarang setelah diketahui pohon itu adalah milik ibu, rasa tidak tenteram itu lantas lenyap dan bertekad akan mencuri pohon itu.
Di bawah cahaya obor yang terang benderang, Tan siok-cin dan Ji-bong Taysu tampak berdiri berhadapan, kedua nya saling tatap. tak terlihat siapa yang condong melancarkan serangan lebih dulu.
Muklumlah, pertandingan diantara tokoh kelas tinggi memang berbeda daripada pertarungan antara jago pasaran- Semakin lama saling pandang dengan diam, semakin dahsyat pula bilamana serangan dilakukan, sebab setiap jurus serangan pasti jurus mematikan, kalau bukan jurus maut tidak sembarangan dilancarkan-
Yu Wi cukup mengerti keadaan pertandingan di antara tokoh kelas tinggi, mestinya dia ingin tinggal disitu untuk menyaksikan pertarungan yang jarang terjadi itu, tapi ia pikir bilamana kedua orang sudah saling gebrak. waktunya tentu juga akan terlangsung dengan singkat. Ibu pasti sukar menahan sepuluh jurus serangan Ji- bong Taysu. Dan bila sepuluh jurus sudah berlalu dan ibu merasa kewalahan dan terpaksa mengundurkan diri, tentu Ji-bong dan para nikoh akan segera masuk lagi kedalam kuil. dan ini berarti sulitlah baginya untuk mencuri Jit-yap-ko. Sebab itulah untuk mencuri pohon itu harus dilakukan secepatnya sebelum para nikoh masuk kembali ke cu-pi-am.
Dengan perasaan berat ia memandang sekejap sang ibu sambil berdoa dalam hati, "o, ibu, apabila kau tidak sanggup melawannya, semoga engkau cepat melarikan diri saja, anak akan mencurikan kembali Jit-yap-ko itu bagimu dan jangan sekali-kali teriibat pertarungan dengan Ji-bong yang lihai, sebab engkau pasti bukan tandingannya. Wahai Ji- bong Taysu, hendaknya kau punya perasaan dan menyudahi pertarungan ini pada batas tertentu seperti kejadian tahun-tahun yang lalu, bilamana engkau ini mengganggu seujung rambut ibuku, Yu Wi bersumpah pasti akan
menuntut balas padamu." Habis berdoa ia lantas melayang masuk ke cu-pi-am dengan enteng dan gesit.
Yu Wi tahu jelas sang ibu bukan tandingan Ji-bong Taysu, tapi iapun tidak marasa kualir, ia jakin Ji-bong pasti takkan mencelakai ibunya. Sebab kalau ji- bong Taysu bermaksud melukai ibunya tentu hal ini sudah dilakukannya sejak dulu-dulu dan takkan menunggu sampai sekarang. Padahal janji pertemuan mereka setiap tahun jelas sudah berlangsung sedikitnya belasan tahun-
Padahal dia memang tidak perlu menguatirkan hal-hal itu, lebih-lebih tidak perlu menguatirkan ibunya akan dicelakai Ji-bong Taysu, sebab biarpun Ji-bong ingin melukai Tan siok-cin juga belum tentu mampu.
Yu Wi telah menilai rendah kepandaian ibunya, ia tidak tahu kungfu sang ibu hanya sedikit di bawah Ji-bong saja. Malahan kalau Ji-bong Taysu kurang hati-hati, bukan mustahil juga bisa dikalahkan oleh ibunya.
Apabila Yu Wi mau merenungkan keadaan sekarang tentu tidak sulit untuk menarik kesimpulan seperti itu, Cara ji- bong mengerahkan segenap anak buahnya seperti menghadapi musuh maha tangguh, hakikatnya tidak meremehkan Tan siok-cin dan pertarungan ini dianggap sebagai suatu pertarungan yang sangat penting.
Menurut jalan pikiran Ji-bong Taysu, asalkan Tan siok-cin dapat digempur mundur sudah puas baginya. hakikatnya tidak terpikir olehnya akan dapat melukai Tan siok-cin-
Sama sekali Yu Wi tidak menduga bahwa kepandaian sang ibu hampir tidak ada bandingan jaman ini kecuali Ji-bong Taysu saja.
Begitulah Yu Wi terus menyusup masuk ke dalam cu-pi-am, ia tidak mencari tempat lain, tapi langsung menuju kamar Ji- bong Taysu.
Ia pikir Jit-yap-ko adalah benda mestika yang dicari, tidak mungkin disimpan di tempat lain- jika disembunyikan tempatnya
tentu juga berada diatas kamarnya. Dugaannya memang tidak salah, Ji- bong memandang Jit-yap-ko itu serupa jiwanya, kalau bisa sungguh ingin selalu dibawanya kemana pun dia pergi.
Tapi Jit-yap-ko itu ditanam pada pot bunga, sendirinya tidak dapat dibawa kian kemari setiap waktu, maka oleh Ji-bong pohon itu disembunyikan disuatu ruangan didalam kamarnya. Pintu rahasia itu tidak mudah terlihat, setiba di kamar Ji- bong Taysu, Yu Wi tidak menemukan suatu petunjuk yang menarik. Di dalam kamarnya terdapat sebuah dipan, sebuah meja batu, di atas meja ada anglo dupa dan tidak ada perabot lain-
Tapi Yu Wi yakin Jit-yap-ko pasti disembunyikan di dalam kamar ini, sebab itulah dia tidak putus asa dan masih terus mencari dan menyelidiki keadaan kamar itu. Ia tidak paham teknik alat pesawat, tapi tiba-tiba ia menaruh perhatian terhadap anglo dupa itu.
Sebab dirasakannya anglo itu agak janggaL fungsi anglo itu adalah untuk membakar dupa dan tempat abu, tapi di dalam anglo ini ternyata tidak ada abu dupa.Jelas anglo ini tidak pernah digunakan melainkan cuma sebagai hiasan belaka.
JiKa anglo dupa dibuat barang hiasan dirumah orang biasa tidaklah perlu dicurigai, tapi anglo dijadikan hiasan di kamar seorang nikoh inilah yang aneh, Sebab umumnya setiap hari kaum nikoh tentu membakar dupa, masakah anglo diatas meja melulu digunakan sebagai barang hiasan saja"
Dengan sangsi ia mendekati meja itu dan termangu- mangu memandangi anglo itu, dilihatnya anglo itu sangat resik, sangat bersih, seperti selalu dipegang sehingga tidak terdapat debu sedikit pun, terlalu resiknya anglo ini menimbulkan ilhamnya, ia coba merabanya, setelah dipegang sini dan diraba sana, mendadak terdangar suara keriat-kuriut pelahan- Girang sekali Yu Wi, cepat ia berpaling kearah suara itu, ternyata pada dinding sebelah sana telah terbuka sebuah pintu rahasia.
Tidak perlu disangsikan lagi dibalik pintu rahasia ini tentu tersimpan Jit-yap-ko. Jelas setiap hari Ji-bong Taysu memeriksa
pohon mestika itu, pantaslah anglo itu sangat resik karena setiap hari dipegang, rupanya anglo ini merupakan kunci pintu rahasia.
Dengan girang Yu wi coba melongok kebalik pintu, ternyata tidak kecil tempat ini, ditengah-tengah ruangan tergantung sebuah keranjang bunga2, daun pohon bertebaran diluar keranjang, setiap daun terdiri dari tujuh kelopak. tercium bau harum memenuhi seluruh ruangan-
Yu Wi tidak sangsi lagi, ia yakin di dalam keranjang itu pastilah jit-yap-ko.
Karena senangnya, tanpa berpikir panjang ia terus menyelinap masuk keruangan itu terus melompat kearah keranjang bunga, Pada saat itulah konyong-konyong terdengar suara mendesir di sebelahnya, seorang telah mendahului meraih pegangan keranjang bunga.
Tentu saja Yu Wi kaget. ia tidak sempat melihat jelas penyerobot itu, tapi lebih dulu harus berebut Jit-yap-ko, maka selagi tubuh terapung diatas. tangan terus terjulur untuk merampas pohon dalam keranjang.
"cis, untuk apa berebut denganku" ...." omel orang itu dengan tertawa.
Belum habis ucapannya, mendadak orang itu menjerit, rupanya baru tangannya meraba pegangan keranjang, segera tangan terasa ditusuk beribu jarum, sakitnya tidak kepalang, cepat ia melepaskan keranjang itu sambil menjerit kesakitan-
Jeritannya membikin kaget Yu Wi, sebab segera dikenalnya orang ini ialah Pek-yan-Karena gugupnya,Jit-yap-ko tidak berhasil dibedolnya, hanya segenggam daun saja yang dapat dipetiknya, lalu tidak dapat tahan lagi diudara, ia terus anjlok ke bawah. Pek-yan juga anjlok ke bawah barsama Yu Wi.
Waktu mereka melompat keatas dimulai pada saat melangkah masuk pintu, sekarang tempat anjlok mereka berada ditengah-tengah ruangan. Begitu kaki menyentuh lantai, terdengariah suara
"Blang", kiranya di tengah ruangan dipasang papan putar, sekali injak papan itu lantas terbalik dengan orangnya lantas kejeblos ke bawah.
Sungguh mereka tidak menyangka orang beragama sebagai Ji-bong Taysu juga dapat memasang perangkap keji begini. Tanpa ampun tubuh mereka terus kejeblos kebawah, dalam amat lubang itu, entah meluncur berapa lama barulah terdengar suara "biyurr", suara air.
Untung dibawah adalah air, kalau tanah yang keras dan kejeblos setinggi ini, andaikan tidak terbanting mati juga akan terluka parah atau cacat selamanya.
Kedua orang sama-sama mahir berenang sehingga tidak takut kepada air, sembari mengambang di permukaan air, Yu Wi menggerundel, "Untuk apa kau ikut kesini?"
"Aku menguatirkan dirimu, maka diam-diam mengintil kemari," jawab Pek-yan.
Yu Wi kurang senang, "Tampaknya engkau tidak rela melepaskan diriku. kuatir kukabur. Sudah janji memberi kebebasan tiga hari padaku, tapi diam-diam aku diawasi."
"Huh. dasar orang yang tidak tahu kebaikan," omel Pek-yan, "jika kukuatir kau kabur, untuk apa kuberi kebebasan tiga hari padamu"Justeru aku benar-benar menguatirkan keselamatanmu, maka kuikut kesini, kenapa sembarangan kau tuduh orang?"
"Hm,jika benar kau perhatikan keselamatanku engkau berebut keranjang bunga itu denganku?" jengek Yu Wi. "Tentunya kau kuatir benda mestika ini akan kutelan sendiri."
Muka Pek-yan menjadi merah, debatnya, "Huh, masih berani bicara demikian- sudah kutelan pil pahit bagimu malah kau maki lagi."
Rupanya Pek-yan juga serupa wanita lain, kebanyakan tamak. ia sangka Yu Wi menemukan sesuatu rahasia Ji-bong Taysu dan mungkin akan mendapatkan benda mestika simpanan nikoh tua itu,
maka dia mendahului hendak menyerobotnya. Tapi sekali dia sentuh pegangan keranjang bunga, tangannya lantas kena racun yang dipoles pada keranjang bunga itu, sampai sekarang tangannya masih terasa kesakitan-
Padahal kalau Pek-yan tidak main serobot, tentu Yu Wi sendiri juga akan memegang keranjang bunga itu. Lantaran melihat pegangan keranjang telah diraih oleh tangan Pek-yan, secara taktis dia lantas berebut jit-yap-ko didalam keranjang, jadi ucapan Pek-yan juga ada benarnya, dia telah telan pil pahit bagi Yu Wi.
Dengan sendirinya Yu Wi tidak tahu keranjang bunga itu beracun, ia malah tanya, "Kau telan pil pahit apa, mengapa aku yang disalahkan?"
Tangan Pek-yan masih kesakitan- dengan tidak sabar katanya, "Sudahlah, kita tidak perlu cekcok. kita terendam air, memangnya menunggu agar ditangkap mereka" Ayolah lekas mencari akal untuk naik ke atas"
Tapi lantaran jarak permukaan air dengan atas terlalu jauh, dibawah keadaan gelap gulita, Yu Wi terpaksa harus berenang sekian lamanya baru mencapai tepian, waktu ia meraba, terasa dingin keras, ternyata dinding batu yang sangat kuat.
ia terus merambat mengikuti dinding batu, meski sudah diraba sekeliling, semuanya dinding batu, tiada satu tempat pun yang dapat dibuat pegangan tangan- Karena kedua kakinya harus terus menerus bekerja untuk berenang, sampai sekarang juga sudah pegal dan letih.
Pek-yan juga tidak terkecuali, ia merasa semakin berat kakinya untuk bergerak didalam air, serunya kuatir. "Bagaimana, bisa naik ke atas atau tidak?"
"Ai, tampaknya kita akan terkubur disini,"jawab Yu wi dengan menyesal.
"Apa katamu?" Pek-yan menegas.
Yu Wi tahu keadaan rada gawat, semuanya jalan buntu, sukar untuk mencari jalan hidup, Bilamana kaki sudah tidak kuat bergerak. mau-tak-mau mereka harus tenggelam.
Yu Wi menyadari kematian sukar dihindar lagi, hati Yu Wi menjadi lapang malah, ucapnya dengan tertawa, "Pek-siocia. biasanya orang dikubur di daratan, jarang yang dikubur didalam air, entah bagaimana rasanya, kukira tidak jelek."
"Ai, jangan bicara yang tidak-tidak. ayolah lekas berdaya," ujar Pek-yan,
Dalam keadaan bahaya, orang perempuan selalu menaruh harapan atas diri orang lelaki, meski sesungguhnya kungfu Pek-yan lebih tinggi daripada Yu Wi, tapi dalam keadaan kepepet sekarang iapun berharap Yu Wi akan menyelamatkannya.
"Jika ada akal, silakan kau renungkan, aku tidak berdaya," ujar Yu Wi.
Pek-yan lantas berenang juga sekeliling. setelah memahami keadaan setempat, dengan putus asa ia berkata, "Yu Wi, apakah kita harus menunggu kematian dengan begini saja?"
"Thian menghendaki kematian kita, apa dayaku." ucap Yu Wi dengan angkat pundak.
Pek-yan menjadi takut, omelnya, "Seorang lelaki gagah perkasa seperti dirimu, masa tidak dapat kau peras otak untuk mencari akal dan menolong seorang perempuan?"
"Baiklah, Tuan Puteriku, akan kuperas otak bagimu," ujar Yu Wi sambil menyengir.
Habis berkata ia terus menyelam. dirasakannya air itu sangat dalam, sampai lama sekali baru ia timbul lagi keatas.
Didalam air gelap gulita, tidak kelihatan apa pun- Betapapun Pek-yan tidak berani ikut menyelam. Setelah Yu Wi timbul lagi ke atas, segera ia tanya, "Bagaimana, ada jalan tidak?"
"Jalan apa?" jawab Yu wi dengan tertawa. "Memangnya kau kira di bawah ada jalan daratan" Bukan maksudku hendak menakuti dirimu, ketahuilah di bawah hanya air belaka, dasarnya saja sukar dicapai, Bilamana dapat mencapai dasarnya, kita sudah mati sesak napas lebih dulu."
Muka Pek-yan menjadi pucat, katanya sambil menggigit bibir. "Wah, lantas... lantas bagaimana..."
Mendengar suaranya yang memelas itu, Yu Wi jadi menyesal telah menakut-nakutinya. cepat ia menghiburnya. "Jangan kuatir, meski tidak dapat mencapai dasar kolam, tapi tadi sudah dapat kutemukan sumbernya."
Pek-yan masih juga menggigil ketakutan, "Memangnya apa ... apa gunanya."
"Tentu saja berguna," kata Yu Wi, "semula air disini adalah air diam, air mati. jika air mati jangan harap akan hidup, sekarang diketahui air disini air hidup, berdasarkan kata hidup ini, kitapun ada harapan untuk hidup,"
Pek-yan rada terhibur, dia tidak gemetar lagi, bicaranya juga mulai lancar, katanya cepat, "cara bagaimana bisa hidup, lekas katakan, makin lama kakiku terasa tambah berat dan hampir tidak kuat lagi...."
Selagi Yu Wi hendak bicara, tiba-tiba dari atas sayup-sayup berkumandang suara bicara orang yang lemah, karena tidak jelas terdengar, cepat Yu Wi menghimpun tenaga dalam dan berteriak. "Siapa yang di atas sana" Silakan bicara sekerasnya"
Agaknya orang yang di atas juga tahu jaraknya tarlalu jauh, segera iapun mengerahkan tenaga dan berteriak. "Apakah disitu Yu-toako" Aku Ko Bok-cing"
Sungguh girang Yu Wi tak terpirikan, cepat ia balas berteriak. "Ah, kiranya Ko-cici, cara bagaimana engkau datang kesini?"
Tadinya ia menyangka yang bicara itu adalah musuh, sama sekali tak terduga ialah Ko Bok-cing, pantas si nona tidak berani bicara keras-keras, agaknya kuatir akan didengar oleh nikoh cu-pi-am.
Lwekang Ko Bok-cing sudah mencapai tingkatan yang tidak ada taranya, dengan datangnya penolong ini, rasa putus asa Yu Wi seketika lenyap. dengan gembira ia lantas berkata kepada Pek-yan, "Pek-siocia, sekali ini kita pasti akan tertolong"
Dengan mendongkol Pek-yan menjawab, "Bukankah tadi kau bilang ada akal, biarlah kita menyelamatkan diri dengan akalnya sendiri dan tidak perlu pertolongannya."
"Tapi akalku itu entah dapat digunakan atau tidak belum lagi diketahui," ujar Yu Wi dengan tertawa. "Andaikan dapat digunakan, harapan hidup juga sangat tipis. Sekarang ada penolong, kita tidak kuatir lagi, kuyakin seratus persen pasti akan tertolong. Sabarlah sebentar, kita tunggu"
"Huh, dia kan bukan malaikat dewata," jengek Pek-yan-
Nada Yu Wi terlalu yakin seakan-akan perempuan di atas itu dianggap sebagai malaikat penolong yang maha sakti, hal ini menimbulkan rasa iri Pek-yan sehingga lupa bahwa keselamatannya juga memerlukan pertolongan orang.
Sampai sekian lama lagi belum terdengar suara Ko Bok-cing, segera Yu Wi berteriak pula sekerasnya, "Ko-cici ...Ko-cici .... "
Pek-yan mendongkol, omelnya, "Kenapa bergembar-gembor" Hendak kau kagetkan musuh?" Dengan gemas Yu Wi berkata, "Ai, kemana perginya?"
Pek-yan jadi lupa kepada seramnya kematian, ia masih tetap cemburu, katanya, "Kau kira dia mau menolongmu dengan menyerempet bahaya" Hm, jika dia mau turun kesini untuk menolongmu, tempat setinggi ini apakah dia mampu turun dan naik lagi kesana" Yu Wi, hendaknya jangan berpikir muluk-muluk. dia sudah pargi, biarlah kita mencari jalan sendiri saja."
"Aha, kutahu dia pasti sedang pergi mencari tambang," seru Yu Wi.
"Huh, tinggi tempat ini sedikitnya ratusan tombak, seketika dari mana bisa diperoleh tambang sepanjang ini?" jengek Pek-yan.
"Betapapun Ji-bong Taysu adalah seorang beribadah," ujar Yu Wi. "tentunya beliau mengutama welas-asih, meski diketahuinya Lit- yap-ko pasti selalu diincar orang, makanya dia memasang perangkap ini. tapi tentu juga sudah menyiapkan tali panjang untuk memberi pertolongan bilamana perlu. Maka asalkan Ko-cici dapat menemukan tali panjang itu, segera kita dapat diselamatkan-"
Pek-yan pikir uraian Yu Wi ini memang masuk diakal, betapa keselamatan jiwa lebih penting. maka diam-diam iapun berharap selekasnya Ko Bok-cing dapat menemukan tali panjang itu, bilamana terlambat dan diketahui Ji-bong Taysu, maka tamatlah segalanya.
Ditunggu lagi sekian lamanya, kedua orang menjadi kelabakan, syukuilah dari atas lantas terdengar kumandang suara Ko Bok-cing, "Yu-toako, ini kuturunkan tambang"
"Hah, bagus, lekas turunkan" seru Yu Wi dan Pek-yan hampir berbareng.
Dengan gelisah mereka menunggu turunnya tambang, sekarang bahkan Pek-yan yang berharap ujung tambang lekas jatuh kedepannya, sebab dia merasa sudah kehabisan tenaga, bertahan saja rasanya sangat payah.
Maklumlah sudah lebih satu jam mereka kejeblos kesitu, betapapun mahir orang berenang, jika terus menerus kaki digunakan mengenjot air tanpa berhenti sejenak pun juga pasti akan lelah. Apalagi mereka hanya paham berenang dan bukannya sangat mahir, hanya berkat lwekang mereka yang tinggi untuk bertahan sehingga tidak sampai tenggelam, kalau tidak tentu sejak tadi mereka sudah mati terbenam.
Tunggu punya tunggu, hati mereka jadi berdebar-debar, tapi tambang belum lagi kelihatan terjulur kebawah.
"Mungkin budak itu mampus diatas." maki Pek-yan saking mendongkol.
"Tempat ini sekian tingginya, tentu makan waktu turunnya tambang itu," ujar Yu Wi.
"Ai, tampaknya kau jadi keblingar," kata Pek-yan dengan tertawa, "biarpun sehelai bulu ayam juga sekarang seharusnya sudah jatuh ke bawah sini. Yu Wi, kukira dia sengaja berdusta padamu. pada hakikatnya dia tidak menemukan tambang apapun, dia sengaja membual supaya hatimu tanteram."
Diam-diam Yu Wi menggeleng kepala. ia tidak percaya Ko Bok-cing tidak menemukan tambang, ia pikir mungkin terjadi apa-apa diatas sehingga Ko Bok-cing tidak sempat menurunkan tambangnya.
Setelah ditunggu lagi sebentar, Pek-yan men-jadi tidak sabar lagi, dengan suara keras ia memaki.
"Budak busuk, apakah kau mampus di atas" Kenapa tidak lekas lepaskan talinya ke sini?"
Tiba-tiba ada jawaban dari atas. "Ini, ku-turunkan"
Pek-yan menjadi girang dan berseru, "Ya, lekas, lekas"
Tapi Yu Wi lantas berkata, "He, itu bukan suara Ko-cici, tapi lebih mirip suara Ji- bong Taysu."
Selagi Pek-yan hendak mendamperat karena menganggap ngawur ucapan Yu Wi itu, tiba-tiba terdengar suara "blang" yang keras disertai muncratnya air, cepat ia berenang kesana untuk menyongsongnya, sebab disangkanya yang jatuh itu adalah tambang penyelamat.
Tapi belum lagi mendekat. tiba-tiba terdengar suara tangis orang perempuan. Sekali ini Pek-yan jadi melenggong seperti disamber petir sehingga kaki pun lupa mengenjot air, kontan tubuhnya terus tenggelam.
Yu Wi juga berenang mendekat, serunya dengan suara sedih, "Apakah engkau Ko ... Ko-cici"..."
Yang jatuh ke bawah itu memang betul Ko Bok-cing adanya. Dia masih terus menangis. Yu Wi tidak tahu cara bagaimana menghibur si nona.
Mendadak terdengar lagi suara "blang" yang keras, menyusul lantas terdengar suara "klik" yang pelahan. waktu ia menengadah, tertampak papan putar tadi sudah kembali ketempat semula. Setitik cahaya yang remang-remang tadi kini pun hilang, keadaan sekarang benar-benar gelap gulita sama sekali, apa pun tidak terlihat lagi.
Dengan ketajaman mata Yu Wi yang sudah terlatih, mendingan dia masih dapat melihat dengan samar-samar. tiba-tiba ia merasakan permukaan air kehilangan sebuah kepala, cepat ia berseru, "Hei, Pek-siocia, dimana kau, Pek-siocia...."
Rupanya Pek-yan menjadi putus asa dan tenggelam, sejak tadi belum kelihatan timbul kembali. Yu Wi tahu gelagat tidak baik. cepat ia menyelam sampai sekian lama baru tubuh Pek-yan dapat ditemukan dan dibawa ke atas. Karena cemas dan juga lelah, seketika Pek-yan tidak dapat siuman-
Kini Yu Wi jadi bertambah beban, dia memang sudah terlalu letih, tentu saja semakin payah sekarang. cepat ia berseru, "Lekas kemari, Ko-cici"
Ko Bok-cing berhenti menangis dan berenang kesana, Yu Wi tidak sempat memberi penjelasan dan segera menyerahkan Pek-yan kepada Bok-cing, dengan demikian barulah dia sendiri tidak sampai tenggelam.
cukup mahir kepandaian berenang Ko Bok-cing, katanya sambil mengapung di permukaan air dengan memondong tubuh Pek-yan- "Sungguh aku merasa malu tidak dapat menolongmu."
"Janganlah engkau menyesali diri sendiri, semuanya adalah salahku sehingga membikin susah dirimu ikut terjeblos ke sini," kata Yu Wi dengan menyesal
Bok-cing menjawab dengan menghela napas, "Sejak kau berangkat ke Hoa-san sini, sudah lebih sebulan dan belum pulang,
ayah merasa kuatir dan aku disuruh menjenguk kesini, bilamana perlu supaya dapat membantu ..,."
---ooo0dw0ooo---
Bab19 Padahal mana mungkin Ko Siu menyuruh seorang gadis menempuh perjalanan sejauh ini sendirian, biarpun diketahui puterinya menguasai kungfu maha tinggi juga takkan menyuruhnya ke Hoa-san- apalagi dalam istananya tidak sedikit jago pilihan mustahil tidak bisa diberi tugas.
Ko Siu tidak gelisah karena Yu Wi belum kelihatan pulang, sebaliknya Ko Bok-cing sendiri yang gelisah, maka diam-diam ia berangkat kesini dan secara kebetulan ditemuinya kejadian malam ini.
Sejenak kemudian, Bok-cing berkata pula, "Sebenarnya siang tadi aku sudah tiba disini, cuma terhalang oleh penjagaan yang ketat, terpaksa kuselidiki pada waktu malam, kebetulan pihak cu-pi-am sedang menghadapi musuh tangguh sehingga penjagaan menjadi kendur. Kupikir selama lebih sebulan engksU menghilang, tentu karena tertawan dan terkurnng dipenjara, kebetulan ada kesempatan baik, bila dapat kutemukan dirimu dapatlah kutolong keluar. Tapi sudah kucari semua kamar tahanan didalam kuil ini dan tidak menemukan dirimu, setiba disini, kusangka dibawah sini adalah penjara, tak tersangka adalah sebuah kolam air yang sangat dalam. Dari suaramu tadi kuketahui kolam ini sangat dalam, maka ingin kucari tali yang panjang untuk menolongmu, siapa tahu belum . . . belum lagi sempat kulepaskan talinya . . . ."
Yu Wi menghela napas dan menukas, "Lantas keburu dipergoki Ji-bong Taysu, bukan?"
Bok-Cing mengiakan, "Mungkin bgi apes, kebetulan lawan tangguh Ji- bong Taysu telah digempur mundur dan dia lantas kembali kekamarnya. tentu saja aku dipergoki. ..."
"Sampai sekian lama pertandingan antara ibuku dan Ji-bong Taysu baru dapat ditentukan kalah dan menang?" tanya Yu Wi dengan terkejut.
Bok-cing juga melengak. "Hei, jadi perempuan berambut panjang dan berbau hitam itu ialah ibumu?"
"Ya, ibu kandungku," jawab Yu Wi. "Tak tersangka kungfu ibuku ternyata sanggup menandingi Ji-bong Taysu sampai sekian lamanya."
"Kulihat pertarunganannya Ji- bong Taysu dengan ibumu berlangsung dengan sangat dahsyat, diam-diam aku merasa kuatir bilamana. . . ."
Yu Wi sangat berterima kasih atas perhatian Ko Bok-cing terhadap ibunya, katanya dengan tertawa, "Biarpun kalah juga tidak berbahaya bagi ibu, jika beliau mampu menempur Ji- bong Taysu Sampai sekian lamanya andaikan kungfunya bukan tandingan Ji-bong Taysu, untuk mengundurkan diri tentu bukan soal sulit."
Baru sekarang ia tahu ilmu silat ibunda ternyata lain daripada yang lain, di dunia sekarang mungkin cuma Ji-bong Taysu seorang saja yang sanggup menandingi beliau.
Semula ia menyangka karena Ji-bong Taysu telah merebut Jit-yap-ko dari ibunya dan tentu tidak sampai hati lagi mencelakainya, kalau dipikir sekarang, jelas Ji- bong Taysu seorang nikoh keji dan berjiwa sempit, tentu tidak punya kebaikan hati sebagaimana dibayangkannya. Bahwa dia sungkan kepada ibu jelas lantaran dia memang tidak mampu melukai ibu, kalau belasan tahun yang lalu tidak dapat melukainya, tentu juga sekarang tidak dapat berbuat apa-apa.
Maka sekarang Yu Wi tidak perlu lagi menguatirkan keselamatan sang ibu, segera ia berkata pula, "Setelah Ji- bong Taysu mempergoki dirimu, tentu dia melarang kau turunkan tali, apakah engkau lantas bertempur dengan dia?"
Dengan gemas Bok-cing menjawab, "Nikoh siluman itu melarang Kutolong dirimu, bukankah berarti dia sengaja hendak membunuhmu supaya mati tenggelam disini. Seorang Jut-keh-lang berhati sekeji itu. sia-sia dia bertapa sampai tua. Saking gusarnya meski aku tidak paham jurus serangan, ingin juga kugampar dia beberapa kali . . . ."
"Dan berhasil kau pukul dia?" tukas Yu Wi cepat.
"Dalam hati aku bersumpah akan menggampar mukanya, maka tanpa menghiraukan betapa tinggi kungfu lawan segara kupukul dia, tentu saja berhasil kupukul dia, tapi akupun tergetar oleh pukulannya dan jatuh kesini . .. ."
"Bagus sekali telah kau hajar dia" puji Wu Wi.
"Tapi sayang tidak sempat kugunakan tenaga dalam, hanya kugampar dan tidak melukainya, kalau tidak- tentunya aku tidak sampai tergetar masuk ke kolam ini," tutur Bok-cing dengan gemas. "Ai, nikoh siluman tua itu memang sangat keji, kita tidak ada permusuhan apa pun dengan dia, tapi dia ... dia sengaja hendak membikin kita mati tenggelam."
"Dia sengaja menutup lagi papan putar di atas, jelas dia memang sengaja hendak membunuh kita. Mendingan jika kita mati tenggelam, sebab kedatanganku sengaja hendak mencuri Jit-yap-ko dan tentu dipandang sebagal musuh olehnya. Tapi engkau tidak ada permusuhan apapun dengan dia, memang tidak pantas dia memperlakukan dirimu sekejam ini."
"Aku tidak tahu Jit-yap-ko itu buah mestika macam apa," kata Bok-cing, "biarpun benda mestika yang tidak ada bandingannya juga tidak pantas dia menenggelamkan diriku disini hanya gara-gara pohon yang hendak kau curi itu. Percuma dia menjadi orang beribadah dan sudah bertapa berpuluh tahun, mengapa masih juga punya pikiran jahat untuk membunuh orang?"
"Apakah kau tahu sebab apa dia juga hendak membikin kau mati tenggelam disini?"tanya Yu Wi dengan menyesal.
Dengan menggreget Bok-cing menjawab, "Dari mana kutahu, pendek kata dia adalah nikoh tua siluman yang jahat, hanya lahirnya saja kelihatan alim dan suci. Sungguh aku merasa penasaran bagiJimoay, mengapa dia jut-keh (cukur rambut dan meninggalkan rumah) di biara yang diketuai orang semacam ini?"
"Tapi bila engkau tidak menampar mukanya, mungkin sekali dia takkan menutup papan putar di atas dan bertekad membinasakan dirimu," kata Yu Wi pula.
"Masakah cuma muka ditampar orang lantas timbul pikiran jahatnya untuk membunuh orang?" tanya Bok-cing dengan tercengang.
"Persoalannya tidak begitu sederhana," tutur Yu Wi sambil menggeleng, "Justeru lantaran tamparanmu itulah tetah membuat dia mengenali dirimu sebagai ahli waris Goat-heng-bun. Hendaknya kau maklum, apabila engkau tidak berhasil meyakinkan ilmu sakti Su-ciau-sin-kang yang merupakan kungfu tertinggi perguruan Goat-heng-bun, mana mungkin dapat kau tampar mukanya, padahal engkau sama sekali tidak paham jurus serangan- Dan setelah diketahuinya engkau sudah menguasai Su-ciau-sin-kang, bilamana mau setiap saat dapat merobohkan dia, maka tidak bisa lagi engkau dibiarkan hidup olehnya."
"Memangnya merugikan dia hanya lantaran aku menguasai Su-ciau-sin-kang?" kata Bok-cing dengan penasaran-
"Tentu saja sangat besar akan merugikan dia," ujar Yu Wi. "Masa engkau tidak tahu dia adalah anak murid Thay-yang-bun?"
"Hah, dia . . . benar dia anak murid Thay- yang- bun" "jerit Bok-cing kaget.
"Ya, bukan saja dia anak murid Thay yang-bun, bahkan terhitung tokoh yang berkedudukan sangat tinggi dalam perguruannya."
"Wah, jika begitu, akulah yang membikin susah padamu, akulah yang membikin celaka Toako," keluh Bok-cing berulang-ulang.
Yu Wi diam saja tanpa bersuara pula, ia tahu apa arti "akulah yang membikin susah padamu" ucapan Bok-cing itu.
Bok-cing lantas menyambung pula ceritanya, "Nikoh siluman itu sungguh sangat keji hanya lantaran aku ini ahli waris Goat-heng-bun yang merupakan musuh bebuyutan Thay-yang-bun mereka sampai.... sampai Toako juga mesti ikut terkubur bersamaku di sini."
"Jangan kau bicara demikian," ujar Yu Wi, "mati atau hidup sudah ditakdirkan-biarlah kucari akal untuk mencari jalan hidup . ..."
"Tidak- tidak- harus kukatakan, akulah yang membikin susah padamu, Toako," kata Bok-cing pula dengan menangis. "Apabila aku tidak datang, betapa kejam nikoh siluman itu juga takkan membunuh kalian dan tentu kalian akan ditolong naik ke atas. Tadi . . .tali panjang itu memang . . .memang sudah disiapkannya untuk menolong setiap pencuri Jit-yap-ko yang kejeblos kesini . . . ."
Yu Wi tidak tega mendengarkan kata-kata Ko Bok-cing yang mencela dan menyesali dirinya sendiri itu. Ia pikir mumpung belum kehabisan tenaga, harus selekasnya mencari jalan hidup, Meski sangat kecil harapan akan menemukan jalan hidup ini, tapi setiap kesempatan tidak boleh disia-siakan-
Karena itulah dia terus melejit dan menyelam lagi ke bawah.
Gelap gulita keadaan di dalam air, tapi mata Yu Wi cukup tajam untuk melihat dalam kegelapan, berulang-ulang ia terus merambati sekeliling dinding batu itu untuk mencari. Sampai ketujuh kalinya, waktu menyelam lagi, akhirnya ditemukan sebuah tempat tembus air.
Rupanya setelah tadi Yu Wi menemukan air kolam itu adalah air hidup, air yang bergerak dan mengalir, ia yakin di sekitar itu pasti ada lubang pembuangan air, kalau tidak. mana bisa terbentuk penjara air alam yang aneh dan berbahaya ini"
Jika ada lubang tembus air, bukankah orangnya juga dapat lolos melalui lubang tembus ini"
Berdasarkan kesimpulan ini, makanya.Yu Wi berusaha mati-matian dengan menyelam untuk mencari lubang pembuangan air itu. Dan syukurlah usahanya itu akhirnya tidak tersia-sia, dapatlah ditemukan sebuah gua karang yang tingginya setengah tubuh manusia, melalui gua karang itulah air mengalir ke luar.
Pada gua karang di bawah air inilah terletak harapan mereka untuk hidup
Meski belum diketahui betapa bahaya yang harus mereka hadapi, tapi inilah kesempatan baik satu-satunya yang berharga untuk dihadapi dengan menyerempet bahaya.
Mestinya Yu Wi kuatir lubang tembus air itu terlalu dalam letaknya sehingga sukar menyelam kebawah untuk menemukannya, bilamana betul demikian, maka tamatlah segala sebab betapa dalamnya kolam air ini tidak dapat dijajaki, dengan tenaganya yang terbatas pasti sukar menyelam sampai ke dasarnya.
Untung lubang tembus air itu dapat ditemukan oleh Yu Wi pada titik akhir ketika napasnya sudah tidak tahan untuk menyelam terlebih dalam. Tentu saja penemuan ini membuatnya girang setengah mati, maka begitu dia timbul lagi ke permukaan air, dengan gembira ia lantas bersorak. "Aha, sudah kutemukan, kita tertolong, kita bakal tertolong"
Pada saat itu juga mandadak terdengar suara "Kletak" di atas, papan putar kembali terbuka muncul cahaya remang-remang di atas, menongol pula kepala Ji-bong Taysu yang kelihatan sangat kecil, maklumlah, saking tingginya.
"Hai, sispa yang datang mencuri Jit-yap-ko?" demikian terdengar Ji-bong berteriak di atas.
"Aku, Yu Wi" jawab anak muda itu.
"o, kiranya kau" seru Ji-bong Taysu. "Baik, tunggu sebentar, akan kutolong kau naik ke atas."
Hanya sebentar saja, pelahan terjulur seutas tali panjang dari atas.
Dengan heran Bok-cing berkata, "Aneh, nikoh siluman ini mengapa mendadak berubah baik hati dan mau menolong kita."
"Hm, urusan tidak sedemikian sederhana," jengek Yu Wi, "Semula dia sudah menutup papan putar di atas. jelas dia bertekad akan membinasakan kita.Jadi sekarang dia berubah pikiran, tentu ada sebabnya atau maksud tujuan tertentu."
Pelahan tali panjang itu terjulur sampai kebawah dan dapat dipegang, terdengar Ji bong berseru di atas, "Yu Wi, naik lebih dulu dengan merambat tali ini"
Tergerak hati Yu Wi, segera ia berteriak "Apakah boleh kedua nona di sini dibiarkan naik lebih dulu?"


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak- tidak boleh, harus kau naik lebih dulu." jawab Ji-bong Taysu tegas.
"Taysu," seru Yu Wi dengan tertawa, "jika engkau memang mau menyelamatkan jiwaku, hendaknya kedua nona ini ditolong lebih dulu."
Tapi Ji-bong tetap menjawab dengan ketus. "Tidak, yang kutolong cuma dirimu seorang, yang lain tidak"
"sebab apa?" tanya Yu Wi dengan suara mendongkol.
"Masakah perlu kau tanya lagi?" sela Ko Bok-cing. "Lekas kau naik dulu, jangan sampai dia berubah pikiran lagi, urusan bisa runyam. Pokoknya seorang bisa diselamatkan biarlah seorang lolos lebih dulu"
"Jangan kuatir." ujar Yu Wi, "dia pasti ingin mendapatkan sesuatu dariku, tidak nanti dia bermain gila. Kalau hidup biarlah kita hidup semuanya."
Dalam pada itu Ji-bong sedang berteriak. "Yu Wi, sesungguhnya kau mau naik ke sini tidak?"
"Aku akan naik sebentar lagi, biarlah nona yang menampar mukamu itu naik lebih dulu" sahut Yu Wi.
"Apa katamu" Dia berani?" tariak Ji-bong gusar. "Begitu dia pegang tali, segera kulepas tangan- Ingat, tali panjang cuma ada satu, untuk membuatnya lagi sedikitnya makan waktu sebulan."
"Nah, Toako. lekaslah. naik saja, jangan ditunda lagi." ujar Bok-cing, "bawalah nona ini keatas dan jangan pikirkan diriku, dia cuma melarang aku saja ikut naik ke atas."
"Hm, jika dia menghendaki Jit-yap-ko, tapi tidak mau menolong dirimu, tidak nanti kuterima," jengek Yu Wi.
"Ha, Jit-yap-ko dapat kau curi?" tanya Bok-cing.
"Ehm, kukira tidak dapat dikatakan kucuri barangnya, sebab Jit-yap-ko ini asalnya milik ibuku," tutur Yu Wi.
Kiranya tadi waktu tangan Yu Wi menyambar tumbuhan didalam keranjang bunga itu, meski pohonnya tidak kena dibadolnya, tapi satu biji buahnya berikut daunnya dapat dipetiknya. lalu buah itu sudah disimpannya didalam baju.
Selama hidup Jit-yap-ko hanya berbuah satu kali dan tidak mungkin berbuah lain lagi, bila buahnya sudah masak dan jatuh, pohon itu lantas layu dan mati juga.
Dengan susah payah Ji-bong Taysu menunggu sekian lama dan akhirnya Jit-yap-ko berbuah. buah itu sudah hampir masak. tidak lama lagi akan dipetiknya untuk dimakan sebagai obat kuat yang dapat membikin panjang umur dan awet muda. Setelah makan buah ajaib itu, meski usia Ji-bong sekarang sudah seratus tahun, tentu dia dapat hidup lagi beberapa puluh tahun.
Tak tersangka buah yang telah ditunggunya dengan susah payah itu sekarang telah dipetik oleh Yu Wi, tentu dirinya kelabakan setengah mati.
Semula disangkanya buah ajaib itu masih berada di tempatnya ketika dilihatnya keranjang bunga itu tidak rusak. Siapa tahu waktu diperiksa dan dicari, buah ajaib itu ternyata sudah terbang tanpa sayup, Sedangkan si pencuri buah itu diketahui kejeblos ke dalam
penjara air, maka ia yakin buah itu pasti juga masih berada padanya.
sebenarnya dengan hati keji Ji-bong Taysu sudah bertekad akan membuat Ko Bok-cing dan lain-lain mati tenggelam, maka papan putar lubang jebakan itu telah ditutup rapat. sekarang terpaksa ia membuka kembali papan putar itu dengan harapan si pencuri buah belum lagi mati terbenam. Tak terduga si pencuri ternyata Yu Wi yang sudah dikenalnya, malahan sekarang Yu Wi berkeras minta agar Ko Bok-cing dibiarkan naik lebih dulu ke atas, tentu saja hal ini membuatnya serba salah.
Karena sayang akan kehilangan buah ajaib. mestinya ada maksud Ji-bong akan membiarkan Ko Bok-cing naik ke atas sesuai permintaan Yu Wi, tapi dasar wataknya memang kepala batu, sekali dia sudah menyatakan tidak. terpaksa ia tidak dapat menjilat kembali ludahnya sendiri. Maka sekali lagi ia melarang Yu Wi menaikkan Ko Bok-cing.
Tak terduga pendirian Yu Wi terlebih keras daripada dia, dengan tekad "lebih baik hancur sebagai ratna daripada utuh sebagai genting", mendadak ia berkata keppda Bok-cing dengan tegas, "Mari kita menyelam ke bawah."
Melihat anak muda itu membelanya tanpa reserve, saking terharunya Ko Bok-cing mencucurkan air mata, ucapnya, "Masakah hendak kau tinggalkan jalan hidup yang tersedia ini?"
"Kan ada jalan hidup lain, jadi bukan soal ditinggalkan atau tidak jalan hidup yang ini," ujar Yu Wi.
"Apakah tidak berbahaya jalan hidup sa
Jodoh Rajawali 24 Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Kekaisaran Rajawali Emas 2
^