Amarah Pedang Bunga Iblis 7

Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long Bagian 7


tidak menggunakan seluruh tenagamu," kata Ren Piao Ling.
"Kenapa kau tidak mencobanya sendiri?"
Ren Piao Ling pasti akan mencobanya, kalau tidak bagaimana mereka bisa keluar dari sana"
Begitu dia mendorong pintu dengan sedikit tenaga, ternyata pintu bisa dibuka.
Zang Hua hampir tidak percaya dengan penglihatan matanya sendiri. Dia hanya bengong dan berteriak, "Pintu ini tadinya dikunci dari luar, mengapa sekali dorong pintu itu bisa terbuka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya ini adalah hal yang menyenangkan, tapi Zang Hua malah marah-marah"
"Bukankah dia merasa tadinya dia akan mati karena kekurangan oksigen atau karena dia dicurigai, itu adalah 2 alasan yang berbeda. Zang Hua tidak ingin dicurigai oleh Ren Piao Ling.
Ren Piao Ling melihat Zang Hua, dia menarik nafas dan berkata, "Kita anggap saja pintu itu tadi dikunci dari luar, sekarang kita bisa keluar dari sini. Ayo kita pergi."
"Aku tidak mau pergi."
"Mengapa?"
"Kau tentu mengira aku telah membohongimu," jawab Zang Hua.
"Siapa yang mengatakan kalau kau telah membohongiku?" tanya Ren Piao Ling, "lagi pula mengapa kau harus membohongiku?"
"Walaupun mulutmu tidak berkata seperti itu tapi hatimu menuduh kalau aku telah membohongimu," kata Zang Hua.
"Tapi pintu itu...."
"Orang itu bisa secara sembunyi-sembunyi menguncinya, juga bisa secara sembunyi-sembunyi membukanya," jelas Ren Piao Ling.
"Untuk apa melakukan hal ini secara sembunyi-sembunyi?"
"Asal kita bisa mencari orang itu, kita bisa bertanya kepadanya."
"Benar, ayo kita cari orang itu."
Kali ini dia tidak menunggu Ren Piao Ling melangkah, dia sudah berjalan terlebih dulu. Begitu sampai di depan pintu, Zang Hua melihat Ren Piao Ling yang masih terpaku di tempatnya.
"Mengapa sekarang kau yang malah tidak mau pergi?" tanya Zang hua, "kau sedang bingung karena apa" Kau berpilar apa lagi?"
Ren Piao Ling tertawa dan menjawab, "Aku sedang berpikir kalau pintu ini tidak bisa dibuka keadaan ini akan menjadi lucu."
"Lucu?" Zang Hua tidak mengerti maksud Ren Piao Ling, "apa yang lucu?"
"Kalau pintu itu benar-benar tidak bisa dibuka, kita akan terkurung di sini, terkurung selamanya."
Wajah Zang Hua memerah seperti pantat binatang.
"Ternyata kau juga bukan orang baik-baik."
"Laki-laki mana ada yang disebut lelaki baik-baik?" Ren Piao Ling tertawa.
Zang Hua melihatnya, tiba-tiba dia berkata, "Kalau kita benar-benar terkurung di sini selamanya, aku tidak akan menikah denganmu."
"Jangan menyakiti hatiku!"
"Kau memang baik, wajahmu pun tampan, tapi kau bukan tipe laki-laki yang kusukai."
"Kau ingin menikah dengan laki-laki macam apa?"
Zang Hua tertawa dan mata dikedipkan. Dia berkata, "Kalau aku sudah bertemu dengan laki-laki impianku, aku akan memberitahukannya kepadamu."
"Kalau begitu, aku tidak mau terkurung bersamamu dalam satu ruangan."
Sewaktu Zang Hua ingin mendorong pintu itu, di luar pintu sudah terdengar suara aneh lagi.
Suara apakah itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau kau pernah sembahyang di kelenteng, kau pasti bisa mendengar suara kecil ini yaitu suara orang yang sedang membaca kitab suci dan suara orang yang berbicara.
Zang Hua mendengar suara seperti itu.
Tempat itu adalah kuil biksuni, terdengar suara seperti itu merupakan hal yang wajar.
Tapi bukankah sejak tadi para biksuni yang tinggal di kuil itu tidak terlihat seorang pun dan bukankah tempat itu sudah menjadi kuil untuk para biksu" Bukankah biksu-biksu tadi sudah pergi dari sana" Sejak tadi kuil itu sudah kosong mengapa terdengar suara itu"
Zang Hua dengan kaget melihat Ren Piao Ling, Ren Piao Ling tampak mengerutkan dahinya sambil melihat Zang Hua.
Pintu dibuka dan Zang Hua melihat-lihat keluar, hampir saja dia meloncat.
Siapa yang mengatakan kalau di luar adalah ruangan yang kosong"
Siapa yang mengatakan kalau di luar adalah kuil untuk para biksu"
Ternyata di luar adalah kuil biksuni, lampunya bersinar sangat terang, di ruangan besar itu terdengar suara kecil yang sedang membaca kitab suci dan ada berbagai macam orang sedang bersembahyang.
Ada banyak orang tapi tidak ada biksu.
Seorang biksu pun tidak ada. Tadinya adalah kuil biksuni yang tiba-tiba menghilang sekarang seperti mujizat muncul kembali. Ada apa ini"
Siapa yang bisa menjelaskannya"
Di kuil Wu Xin An lampu bersinar sangat terang. Dalam ruangan itu dipenuhi dengan berbagai macam orang dan juga biksuni. Sewaktu lampu dipasang adalah saat suasana Wu Xin An paling ramai.
Semua kelenteng atau kuil pun seperti itu.
Zang Hua yang melihat keadaan itu tampak lebih kaget dibandingkan saat dia melihat kuil itu dipenuhi oleh para biksu.
Dia sempat terpana cukup lama, baru saja dia membalikkan kepalanya untuk melihat Ren Piao Ling, mata Zang Hua terbuka dengan lebar, ekspresi wajahnya seperti saat dia melihat nenek-nenek yang berusia 50-60 yang sedang membuka bajunya untuk berdansa.
"Ekspresi apakah itu"
Zang Hua membasahi bibirnya yang terasa kering. Dia dengan gugup dia bertanya, "Apa yang telah kau lihat?"
"...sebuah kuil biksuni."
"Apakah kau benar-benar melihatnya?"
"Aku tidak tahu apakah ini benar atau salah?"
Zang Hua ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba ada seorang biksuni dengan tersenyum mulai mendekatinya.
Seorang biksuni yang terlihat masih muda tapi badannya tinggi besar. Dia berkata,"A Mi Ta Ba."
Tidak menunggu dia selesai berbicara, Zang Hua mulai bertanya, "Permisi Shi Tai, sudah berapa lama kuil ini dibuka?"
Biksuni itu merasa aneh ketika Zang Hua menanyakan pertanyaan ini. Dia melihat Zang Hua dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas. Kemudian dia berkata sambil tertawa, "Wu Xin An sudah dibuka sejak ayah dan ibuku masih belum saling mengenal."
"Apakah hari ini Shi Ti selalu ada di kuil?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar."
"Apakah semenit pun dia tidak pernah meninggalkan kuil ini?"
"Mengapa Nona bertanya seperti itu?" mata biksuni ini bersorot aneh.
Sorot mata ini seperti menganggap Zang Hua adalah binatang aneh yang datang dari tempat jauh.
"Karena...."
Tadinya Zang Hua ingin menceritakan apa yang telah terjadi, tapi tiba-tiba dia sadar sekalipun dia bercerita dengan jelas tetap tidak akan ada yang mempercayainya.
Zang Hua sendiri pun tidak percaya apa yang telah dia alami, apalagi orang lain.
Ren Piao Ling melangkah maju dan bertanya, "Shi Tai, siapa nama Anda?"
"Aku bernama Xin Jing."
"Permisi tanya, Xin Jing Shi Tai, apakah tadi siang ada yang datang ke sini untuk bersembahyang?" Ren Piao Ling bertanya.
"Ada."
"Apakah Shi Tai kenal dengan ketua kantor Biao Wu Zheng Xing?" tanya Ren Piao Ling.
"Aku pernah bertemu 3 kali dengannya," jawab Xin Jing Shi Tai, "dia sering datang ke sini untuk bersembahyang."
"Apakah Shi Tai pernah melihatnya?"
"Sore tadi aku tidak melihatnya," jawab Xin Jing dengan tersenyum, "tapi tadi aku baru saja bertemu dengannya."
"Baru saja?" Ren Piao Ling terpaku, "apakah sekarang dia ada di kuil Wu Xin An?"
"Benar."
Xin Jing Shi Tai menunjuk ke arah utara. Di sana berdiri beberapa orang, mereka sedang mengobrol. Seseorang yang berumur setengah baya dan berperawakan agak gemuk, mengenakan baju panjang berwarna abu dan pinggangnya diikat oleh ikat pinggang berwarna biru. Bukankah dia adalah Wu Zheng Xing"
Melihat dia yang sedang asyik mengobrol, sedikit pun dia tidak seperti sedang dipaksa untuk menjadi biksu, apalagi rambutnya tampak melambai-lambai mengikuti suaranya. Langsung melihatnya saja sudah tahu kalau itu bukan rambut palsu.
Tapi apakah semua ini mungkin"
Tadi sore dia dipaksa mencukur rambutnya untuk menjadi biksu, apakah mungkin dalam waktu singkat rambutnya bisa tumbuh lagi"
Melihat keadaannya yang begitu ceria, sama sekali tidak terlihat seperti keadaannya tadi sore, sangat dikasihani.
Walaupun hidup Ren Piao Ling penuh dengan pengalaman, tapi begitu melihat Wu Zheng Xing, dia pun hanya bisa menjadi bengong.
Apalagi Zang Hua, dia segera maju ke depan Wu Zheng Xing. Dengan mata yang dibuka lebar-lebar dia melihat Wu Zheng Xing, kemudian dia menarik rambut Wu Zheng Xing.
"Kau sedang apa?" Wu Zheng Xing kaget karena perbuatan Zang Hua.
"Apakah...rambutmu asli?" tanya Zang Hua penasaran.
Wu Zheng Xing dengan terpana melihatnya dan menjawab, "Kau ini perempuan atau laki-laki?"
"Aku adalah perempuan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu rambutku bukan rambut palsu," Wu Zheng Xing tertawa.
"Bukankah tadi sore kau sudah mencukur rambutmu hingga botak dan dipaksa untuk menjadi biksu?"
"Aku menjadi biksu?" Wu Zheng Xing bengong lagi. Tapi dia segera tertawa dan berkata,
"memangnya kenapa kalau aku menjadi biksu?"
Teman-teman Wu Zheng Xing ikut tertawa. Salah satu dari mereka berkata, "Kalau Ketua Wu menjadi biksu, matahari akan terbit dari barat."
"Kehidupan Ketua Wu sangat bahagia, kenapa dia harus menjadi seorang biksu?"
"Karena dia dipaksa," jawab Zang Hua.
"Dipaksa" Aku dipaksa oleh siapa?" Wu Zheng Xing masih tertawa.
"Dipaksa oleh Xin Wu Shi Tai."
"Xin Wu Shi Tai" Apakah Xin Wu Shi Tai yang ada di Wu Xin An?" Wu Zheng Xing berhenti tertawa.
"Kau kenal dengannya?"
Tiba-tiba Wu Zheng Xing dengan ekspresi yang aneh melihat Zang Hua dan dengan nada yang aneh pula dia bertanya, "Kau mengatakan kalau aku dipaksa oleh Xin Wu Shi Tai untuk menjadi biksu, kapan hal itu terjadi" Dan di mana?"
"Di sini, tadi sore."
Nada Wu Zheng Xing lebih aneh lagi. Ekspresi wajahnya terlihat dia menganggap Zang Hua seperti seekor binatang aneh yang datang dari tempat jauh.
Wu Zheng Xing melihat Zang Hua kemudian melihat teman-temannya, mereka pun terdiam.
Tapi mereka dengan ekspresi aneh melihat Zang Hua. Karena merasa dilihat terus, Zang Hua menjadi marah, dia berteriak, "Tadi sore kepala botakmu sempat diketok oleh palu pengetok ikan kayu oleh Xin Wu Shi Tai," kata Zang Hua, "apakah kau sudah lupa?"
"Yang Nona maksud Xin Wu Shi Tai, apakah dia adalah biksuni Xin Wu Shi Tai yang di kuil kami?"
Suara yang merdu tapi tidak kurang wibawanya datang dari belakang Zang Hua. Zang Hua segera membalikkan kepalanya, dan Zang Hua melihat ada orang yang begitu mirip.
Orang ini terlihat berusia 40-50 tahun, tapi wajahnya tidak ada kerutan yang biasanya dimiliki orang yang berusia 40-50 tahun.
Wajahnya terlihat lembut, cantik, bersinar, seperti seorang gadis yang berumur 17-18 tahun.
Tapi wajahnya memperlihatkan banyaknya pengalaman yang biasanya hanya dimiliki oleh orang berusia 70-80 tahun.
Matanya tidak besar, tapi sangat hitam. Hitam dan terlihat bersemangat dan penuh dengan daya tarik.
Hidungnya mancung. Sudut mulutnya sedikit ke atas, giginya rata dan putih.
Kulitnya terlihat lembut seperti susu dan madu. Lekukan pinggangnya terlihat lentur seperti air dan payudara keras, besar seperti gunung yang terlihat dari kejauhan.
Dia jenis perempuan yang bisa membuat para laki-laki yang begitu melihatnya maka detak jantung mereka akan bertambah kencang tapi sekarang ini para laki-laki melihat dia dengan sorot mata penghormatan.
Dia cantik, dia pun pengurus Wu Xin An.
"Xin Wu Shi Tai, 30 tahun yang lalu adalah Ikan Duyung yang terkenal di dunia persilatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan sorot mata yang tenang, Xin Wu Shi Tai melihat Zang Hua. Suaranya pun sangat tenang.
"Yang Nona maksud Xin Wu Shi Tai, apakah dia adalah biksuni Xin Wu yang ada di kuil ini?"
"Betul."
"Kapan Nona bertemu dengan Xin Wu?" tanya Xin Wu Shi Tai, "apakah tadi sore?" sorot mata Xin Wu Shi Tai terlihat cahaya, "di sini?"
"Benar," jawab Zang Hua, "di sini dan tadi sore."
Kemudian dengan dingin Zang Hua melihat Wu Zheng Xing dan berkata, "Sewaktu aku bertemu dengan Xin Wu Shi Tai, untung masih ada orang yang ikut bicara dengannya. Orang itu melihat Xin Wu Shi Tai dan kepalanya pun diketok hingga benjol."
"Siapakah orang itu?" tanya Xin Wu Shi Tai.
"Aku," Wu Zheng Xing maju selangkah, "dia mengatakan orang itu adalah aku."
"Kau?" Xin Wu Shi Tai sedikit kaget.
"Benar, orang itu adalah dia," jawab Zang Hua, "dia melihat Xin Wu Shi Tai dan dia dipaksa oleh Xin Wu Shi Tai untuk menjadi biksu."
Xin Wu Shi Tai melihat Zang Hua. Sorot matanya seperti saat Wu Zheng Xing melihat Zang Hua tadi, ekspresi aneh.
Melihat sorot Xin Wu Shi Tai, hati Zang Hua mulai mendingin. Dalam waktu satu hari ini, dia sudah menemukan bermacam-macam hal yang aneh. Yang mana benar" Yang mana salah"
Sekarang dia pun menjadi bingung.
Xin Wu Shi Tai melihat Zang Hua dengan lama, dia menarik nafas dan berkata, "Kalau Wu Zheng Xing memang ingin menjadi biksu, mungkin semua orang pun akan menjadi biksu." Dia berkata lagi, "Apalagi kalau Wu Zheng Xing menjadi biksu, bukan Xin Wu yang memaksanya."
"Mengapa?"
"Karena nama Xin Wu tadinya adalah Wu Jing Ling," kata Xin Wu Shi Tai.
"Wu Jing Ling?" tanya Zang Hua, "dia adalah...."
"Adik," lanjut Xin Wu Shi Tai, "dia adalah adik kandung Wu Zheng Xing."
Selapis demi selapis mulai terbuka tapi semakin terbuka lapisan itu, hati Zang Hua semakin terasa dingin. Dia merasa di balik semua itu ada rencana busuk yang sedang dimainkan.
Wu Zheng Xing dipaksa mencukur rambutnya dan menjadi biksu, mengapa sekarang
rambutnya seperti orang biasa"
Sore hari di Wu Xin An tidak ada yang bersembahyang dan juga tidak ada biksuni, hanya ada seorang biksu yang telah mencukur rambutnya. Tapi sekarang mereka mengatakan kalau seharian ini mereka berada di Wu Xin An.
Tadi sore Zang Hua melihat Xin Wu memaksa Wu Zheng Xing menjadi biksu, sekarang dia baru tahu kalau Xin Wu Shi Tai ternyata adalah adik kandung Wu Zheng Xing. Apa rencana busuk di balik semua itu"
Zang Hua tidak tahu jawabannya, wajahnya masih kaget juga tidak percaya.
Ren Piao Ling yang sejak tadi tidak bicara, melihat ekspresi wajah Zang Hua sepertinya dia sudah tahu rencana busuk mereka. Wajahnya terlihat ada sedikit rasa takut dan khawatir.
Apa yang dia khawatirkan" Dia takut apa"
---ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BAB 8 Rencana busuk Hujan angin sudah berhenti, di langit muncul beberapa bintang yang tampak bercahaya terang seperti mata Xin Wu Shi Tai.
"Ketua Biao Wu Zheng Xing sejak tadi selalu bersamaku," jelas Xin Wu Shi Tai, "karena Xin Wu itu sudah menghilang selama sehari semalam, maka aku memutuskan untuk mencari Ketua Biao Wu dan merundingkan hal ini. Itu semua karena Xin Wu itu."
Xin Wu sudah menghilang, mengapa sekarang dia bisa muncul satu Xin Wu lagi" Wu Zheng Xing sejak sore tadi selalu bersama-sama dengan Xin Wu Shi Tai, mana mungkin dia bisa dipaksa menjadi biksu"
"Tadi Nona mengatakan bahwa sore tadi kau pernah bertemu dengan Xin Wu itu, sekarang dimanakah dia berada?" tanya Xin Wu Shi Tai.
"Biksuni itu sudah mati," jawab Zang Hua.
Wajah Xin Wu Shi Tai tidak memperlihatkan ekspresi apa pun, tiba-tiba papan batu di mana dia berdiri terpeta jejak telapak kaki.
Melihat keadaan seperti itu, semua orang dengan pelan menarik nafas, tidak ada yang berani bersuara. Setelah lama baru terdengar suara Xin Wu Shi Tai.
"Dia sudah mati tapi di mana tubuhnya sekarang?"
Ren Piao Ling ingin melarang Zang Hua menjawab, tapi Zang Hua dengan cepat sudah
menunjuk pintu itu.
Melihat keadaan seperti itu sebelum Ren Piao Ling sempat menarik nafas, Xin Wu sudah meloncat tinggi dan menuju kearah yang ditunjuk.
Zang Hua melihat Ren Piao Ling yang wajahnya terlihat sangat serius. Keringat di daninya tampak mengucur.
Dari balik pintu itu Xin Wu Shi Tai menggendong orang yang mirip Xin Wu keluar. Walaupun Xin Wu Shi Tai berusaha menahan diri, tapi sorot matanya terlihat penuh dengan kemarahan. Wu Zheng Xing melihat Xin Wu Shi Tai yang keluar sambil menggendong orang yang mirip Xin Wu, dia segera mendekatinya. Begitu melihat orangnya yang sudah mati, wajahnya pun terlihat penuh dengan kemarahan, "Siapa yang membunuhnya?"
Belum sempat Zang Hua menjawab, dia sudah melihat sepasang mata Xin Wu Shi Tai berkilat-kilat melihat ke arahnya dan Xin Wu Shi Tai berjalan mendekati Zang Hua. Dia bertanya,
"Siapakah namamu?"
"Zang Hua."
Dengan diam Xin Wu Shi Tai melihat Zang Hua kemudian sorot matanya berpindah ke Ren Piao Ling. "Siapa nama Tuan ini?"
"Aku Ren Piao Ling."
Xin Wu Shi Tai dengan pelan mengangguk, kemudian dengan pelan pula dia meletakkan Xin Wu yang sudah mati. Urat-urat hijau di wajahnya bertonjolan satu per satu, tapi suaranya masih terdengar sangat tenang.
"Baiklah, ilmu silat yang sangat hebat," kata Xin Wu Shi Tai, "benar-benar tidak salah mempunyai ilmu silat begitu hebat."
"Bukan dia yang membunuh biksuni itu," jelas Zang Hua dengan suara keras, "kau jangan salah paham!"
"Kalau bukan dia yang membunuh, apakah kau yang melakukannya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa jadi aku" Sewaktu aku masuk ke sana pun, dia sudah mati," jawab Zang Hua.
"Masuk ke mana?"
"Ke tempat yang kau masuk tadi."
"Apakah waktu itu Tuan Ren ada di sana?"
"Tidak ada," jawab Zang Hua, "terakhir dia baru masuk dan itu tidak lama."
"Di dalam sana hanya ada satu ruangan tidak ada jalan lain. Kalau Pendekar Ren baru masuk, mengapa aku tidak melihatnya?" tanya Xin Wu Shi Tai.
"Dia masuk bukan melalui jalan itu."
"Sejak tadi aku sudah menerangkan, kecuali jalan itu tidak ada jalan lainnya."
"Dia...dia keluar dari bawah tanah."
Zang Hua sendiri pun mulai merasa kalau kata-katanya sulit untuk membuat orang percaya, karena itu dia segera menjelaskannya lagi.
"Sore tadi sewaktu kami datang, Xin Wu Shi Tai yang ini belum mati. Sewaktu dia bicara dengan kami, tiba-tiba dia terjatuh ke jalan bawah tanah," jelas Zang Hua, "waktu itu di ruangan besar ini, kecuali ada Wu Zheng Xing, masih ada banyak biksu lainnya."
"Lalu bagaimana?"
"Tiba-tiba di ruangan besar ini hanya tinggal aku sendiri. Aku berjalan pelan-pelan sambil mencari jalan tiba-tiba terowongan itu terbuka kemudian akupun masuk untuk melihat-lihat, ternyata Xin Wu Shi Tai sudah mati di dalam sana. Aku ingin keluar lagi, tapi pintu itu sudah dikunci dari luar."
Zang Hua menceritakan semuanya tapi mata orang-orang di sana terus memelototinya.
Mereka seperti sedang menertawakannya tapi tidak berani secara terang-terangan, tapi mata Xin Wu Shi Tai sama sekali tidak terlihat kalau dia ingin tertawa. Dia berkata, "Apakah sore tadi Nona baru pertama kalinya datang ke Wu Xin An?"
"Betul, waktu itu hari belum begitu sore," jelas Zang Hua, "aku datang ke sini kira-kira 2.5 jam yang lalu."
"Dan ada beberapa orang."
"Apakah yang kau maksud adalah orang-orang ini?" Xin Wu Shi Tai menunjuk orang-orang yang ada di dalam ruangan itu.
"Tidak, di tempat ini penuh dengan para biksu," jawab" Zang Hua, "Ketua Biao Wu Zheng Xing adalah salah satunya."
Wu Zheng Xing tidak tahan lagi akhirnya dia pun tertawa, "Aku belum pernah menjadi biksu, setiap orang bisa membuktikannya."
"Apakah ada orang yang bisa kau jadikan saksi. Satu-satunya saksi yang ada adalah Xin Wu Shi Tai itu, tapi dia sekarang sudah mati."
Yang satu lagi adalah Wu Zheng Xing, tapi dia sekarang benar-benar tidak seperti orang yang pernah menjadi biksu.
"Biksu-biksu yang. dimaksudkan oleh Nona sekarang ada di mana?"
Biksu-biksu yang memenuhi ruangan tadi memang bisa dijadikan sebagai saksi, tapi ke mana dia harus mencari mereka"
"Semuanya sudah pergi."
"Kemana mereka pergi?"
"Aku tidak tahu.:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitu mereka pergi, apakah di ruangan ini masih ada orang yang tertinggal?" tanya Xin Wu Shi Tai.
"Tidak ada," jawab Zang Hua, "satu orang pun tidak ada."
Setelah selesai berkata, Zang Hua melihat orang-orang yang bersembahyang di sana sedang mentertawakannya.
Mata Xin Wu Shi Tai melihat ke sekeliling lalu berkata, "Kalian tadi sore ada di mana?"
"Kami ada di sini."
"Sejak tadi kami sedang bersembahyang di sini."
"Aku tidak ada di sini, aku sedang makan di ruang makan."
Mereka berebut berkata. Setelah selesai berkata, Xin Wu Shi Tai bertanya lagi kepada biksuni-biksuni yang ada di sisinya, "Pernahkah kalian meninggalkan tempat ini?"
"Tidak."
"Begitu kalian masuk ke kuil ini, apakah pernah meninggalkan kuil ini?" "Tidak!"
"Mereka berbohong," Zang Hua marah seakan-akan dia bisa menjadi gila, "tadi sore di sini tidak ada orang. Orang-orang ini semua tidak ada di sini."
Dengan dingin Xin Wu Shi Tai melihatnya dan berkata, "Orang-orang yang ada di sini berbohong, sebaliknya apakah kau tidak?" Dengan suara keras Xin Wu Shi Tai bertanya, "Apakah kau tahu siapa biksuni ini?"
"Dia adalah Xin Wu Shi Tai, adik Wu Zheng Xing."
"Dia juga pengurus di masa yang akan datang," jelas Xin Wu Shi Tai, "dia juga adalah murid yang paling kusayangi."
Sejak tadi Zang Hua hanya marah-marah, tapi begitu mendengar kata-kata Xin Wu Shi Tai dia malah terdiam.
Karena tiba-tiba dia merasa ada udara dingin keluar dari tulang sumsumnya. Seperti pada waktu malam pada saat dia ditendang tiba-tiba dan masuk ke dalam kolam yang sudah membeku.
Apakah di sini adalah kuil Wu Xin atau kelenteng Wu Xin" Apakah Wu Zheng Xing adalah biksu atau bukan biksu" Semua seperti sudah tidak ada hubungannya lagi.
Tapi kalau orang itu sudah membunuh biksuni Wu Xin sama artinya sudah membunuh murid kesayangan Xin Wu Shi Tai yang selalu membela keadilan dan kebenaran, sekarang semua sama sekali tidak ada bedanya lagi.
Sampai sekarang Zang Hua baru merasakan ada rencana yang rahasia, semua adalah rencana busuk yang sudah direncanakan sebelumnya.
Rencana busuk yang sangat menakutkan, dan merengut nyawa manusia.
Dia dan Ren Piao Ling sudah masuk ke dalam perangkap, untuk melepaskan diri sepertinya lebih sulit dari pada mati.
Untuk pertama kalinya Zang Hua merasa dipermainkankan orang lain adalah hal yang begitu menakutkan.
Orang-orang yang ada di ruangan besar itu terus menatap Zang Hua tapi sikap mereka sudah tidak sama sekarang.
Tadi dia hanya dianggap gadis setengah gila dan kata-kata yang keluar pun seperti tidak waras.
Mereka merasa kalau dia itu sangat lucu, tapi sekarang mereka melihatnya seperti melihat orang mati.
Suasana di ruangan besar itu terasa sangat mencekam, tiba-tiba Zang Hua berteriak, "Mengapa aku harus berbohong kepada kalian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pasti kau harus berbohong, siapa pun yang sudah membunuh murid kesayangan Xin Wu Shi Tai, mereka tidak akan pernah mau mengakuinya."
"Di antara kita tidak ada dendam dan permusuhan, mengapa kalian ingin membuatku celaka?"
Zang Hua berteriak.
Ada sebagian orang yang ada di ruangan itu mundur beberapa langkah, sepertinya Zang Hua membawa penyakit menular dan mereka takut tertular.
Tiba-tiba Zang Hua maju selangkah dan menarik baju bagian depan orang itu, "Aku tahu kau adalah orang jujur, mengapa kau tidak mau memberitahu kepada mereka bahwa sore tadi kau ada di sini?"
"Kalau sore tadi aku tidak ada di sini, Wu Xin An tidak akan mempunyai uang lebih 500 tail perak," walaupun wajah orang ini sudah pucat tapi dia masih bisa tetap menjawab dengan meyakinkan.
Xin Wu Shi Tai memang sangat berpengalaman, dalam situasi seperti itu dia masih bisa membaca kitab suci. Dia seperti sedang membacakan kitab suci untuk menentramkan roh Xin Wu yang sudah meninggal.
Dia tidak perlu terburu-buru.
"Orang mati tidak akan lari ke mana pun.
Zang Hua melihat orang-orang yang ada di dalam ruangan itu, mereka tidak menghiraukannya.
Segera dia berlari ke depan Xin Wu Shi Tai, dengan-suara keras dia berkata, "Sekali lagi aku terangkan, aku dan Xin Wu itu tidak ada dendam dan permusuhan, mengapa aku harus
membunuhnya?"
Pelan-pelan mata Xin Wu Shi Tai terbuka dan mengawasinya. Setelah lama dia baru berkata,
"Karena Xin Wu sudah masuk Wu Lei."
"Wu Lei?"
Apakah Wu Lei itu"
"Karena dia sudah masuk Wu Lei (tidak ber-airmata), maka kau harus membunuhnya. Orang yang ingin membunuhnya bukan kalian saja," Xin Wu Shi Tai menarik nafas dan berkata lagi,
"seseorang bila tidak mempunyai air mata, dia seperti masuk neraka."
"Kau benar-benar kurang ajar, Wu Lei itu apa, aku juga belum tahu, mengapa aku harus membunuhnya?"
Bila Zang Hua sudah marah, kata-kata apa pun akan dia keluarkan.
Wajah Xin Wu Shi Tai mulai marah, dia berkata, "Di depan biksuni kau tidak boleh berbuat tidak sopan."
"Kau yang tidak tahu aturan" Atau aku yang tidak tahu aturan?" sekarang Zang Hua benar-benar sudah marah, "meskipun aku memang ingin membuminya, aku tidak akan sanggup melakukannya."


Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak ada gunanya kau bicara lagi."
Sejak tadi Ren Piao Ling hanya berdiri di pinggir, sekarang dia mulai bicara, "Dengan cara apa pun kau menerangkannya tidak akan ada gunanya."
"Apa yang tidak berguna?" tanya Zang Hua.
"Dengan cara apa pun kau berusaha semua akan percuma," kata Ren Piao Ling sambil tertawa kecut, "kau tidak sanggup membunuhnya, tapi aku bisa."
"Tapi kau tidak membunuhnya."
"Kecuali kau, siapa yang bisa membuktikan kalau aku tidak membunuhnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapa yang bisa membuktikannya"
Zang Hua terpaku.
"Bekas luka yang ada di tubuhku ada 200 lebih," Ren Piao Ling tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, "kalau aku yang dituduh telah membunuhnya, itu tidak masalah."
"Kalau yang membunuhnya adalah kau, mengapa kau harus membantah?"
"Kau yang membantah" Atau dia yang membantah?" tanya Zang Hua.
"Kalian harus ingat, pembunuhnya pun harus mati," tiba-tiba Xin Jing Shi Tai berkata seperti itu, "ini adalah aturan negara dan juga aturan dari Tuhan."
"Kau pun jangan lupa kalau kau adalah seorang biksuni, mengapa kau selalu bicara tentang kematian atau hidup?" kata Zang Hua, "di dalam agama Budha tidak diajarkan untuk membunuh, apakah gurumu tidak mengajarkan hal ini kepadamu?"
"Mulut Nona sangat tajam," kata Xin Jing Shi Tai.
"Karena biksuni tua ini tidak mempunyai mata yang bagus, orang baik atau orang jahat pun, dia tidak bisa membedakannya."
"Walaupun mulut biksuni tidak tajam tapi...."
"Diam!" Xin Wu Shi Tai marah, "kau sudah lama menjadi biksuni, mengapa ikut bertengkar?"
"Murid bersalah," Xin Jing dengan cepat mundur dan keluar dari sana.
Sorot mata Xin Wu menatap Zang Hua lagi, "Karena aku tidak ingin membunuh, maka aku harus bertanya dulu dengan jelas."
"Kalau sudah jelas, lalu kau mau apa?" tanya Zang Hua.
"Mengikuti aturan kuil, menjalankan hukuman kepada mereka yang bersalah."
"Dia bukan biksuni, juga bukan orang Wu Xin An. Mengapa kau harus menghukumnya dengan aturan kuil ini?"
"Dia sudah membunuh murid kuil ini, karena itu aku berhak menghukum dia dengan aturan kuil ini," kata Xin Wu Shi Tai.
"Siapa yang mengatakan kalau dia telah membunuh biksuni Wu Xin An?"
"Sudah ada bukti jelas, tidak perlu orang lain yang mengatakannya."
Dia membunuh Xin Wu" Siapa yang bisa membuktikan kalau dia adalah pembunuhnya"
"Waktu itu kalian mempunyai kesempatan jnembunuhnya," kata Xin Wu Shi Tai.
"Lalu mengapa?"
"Karena hanya ada kalian berdua yang bersama dengannya saat itu."
"Waktu itu kau ada di mana?" tiba-tiba Zang Hua bertanya.
Xin Wu Shi Tai belum menjawab, Ren Piao Ling sudah tertawa karena dia sudah tahu apa yang akan ditanyakan oleh Zang Hua.
"Waktu itu kau ada di mana?"
"Aku tentu ada di dalam kuil ini."
"Kau ada di dalam kuil ini, mengapa kau tidak tahu siapa yang telah membunuh Xin Wu?" tanya Zang Hua, "kau ada di dalam kuil lalu mengapa kau mengijinkan orang lain di depan matamu membunuh Xin Wu?"
"Mengapa kata-kata Nona semakin tidak sopan?"
"Karena kau yang terlebih dulu yang tidak tahu aturan, bukan aku," jawab Zang Hua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mulutmu benar-benar sangat tajam," wajah Xin Wu Shi Tai mulai terlihat marah. Dia berkata lagi, "Kalau mulutku tidak perlu tajam hanya aku mempunyai cara jitu untuk menangkap setan."
"Mengapa dia mengucapkan kata-kata itu, itu adalah kata-kata yang tadi dia larang muridnya untuk dikeluarkan.
Zang Hua tertawa.
"Ternyata biksuni tua dibolehkan perang mulut dan mempunyai hati ingin membunuh, sedangkan biksuni kecil tidak...."
"Diam!" kali ini Xin Wu Shi Tai benar-benar marah. Dia berkata lagi, "Kalau ada yang berani berbuat tidak sopan lagi, jangan salahkan aku jika tidak mempunyai perasaan."
"Apakah kau ingin bertarung?" Zang Hua berkata sambil menarik pundak Ren Piao Ling, "dia ingin berkelahi denganmu, apakah kau sudah mendengarnya?"
Ta aku sudah mendengarnya," Ren Piao Ling mengangguk, "ucapannya begitu keras, semua orangpun pasti bisa mendengarnya."
"Apakah kau takut?"
"Aku takut, tapi apa boleh buat?"
"Benar, laki-laki sejati lebih baik kepalanya pecah dari pada dihina," Zang Hua tertawa dan berkata lagi, "kalau dia bukan laki-laki sejati, dia hanyalah sepotong tahu."
"Dia ingin bertarung, apakah kau sudah mendengarnya?" tiba-tiba Ren Piap Ling bertanya kepada Zang Hua.
"Aku dengar, aku pasti dengar."
"Apakah kau takut?"
"Tidak!"
"Kau tidak takut, mengapa?"
"Karena ada kau di sini."
"Apakah bila ada aku, kau tidak merasa takut?"
"Benar!" jawab Zang Hua sambil tertawa dan berkata lagi, "bagianku adalah menggerakan mulut, sedangkan bagianmu adalah bagian menggerakkan tangan."
Kata-kata Ren Piao Ling belum selesai, kepalan tangan sudah keluar dan memukul wajah Wu Zheng Xing yang paling dekat dengannya.
Kepalan tangan bergerak dengan sangat cepat, lebih cepat dari pedangnya. Wu Zheng Xing bukan orang lemah. Tangan kirinya mengangkat tangan kanan siap membalas.
Bisa jadi ilmu silat ketua Biao biasa saja tapi Ren Piao Ling tidak menghindar, dia menerima pukulan keras itu.
Pukulan Wu Zheng Xing mengenai perut Ren Piao Ling.
Orang-orang di sana semua berteriak, tidak ada yang menyangka kalau Ren Piao Ling yang begitu terkenal begitu mudah dipukul.
Walaupun orang-orang di sana berteriak, tapi orang yang terkena pukulan itu malah sepertinya tidak apa-apa. Kepalan tangan Wu Zheng Xing memukul perut
Ren Piao Ling dan kepalan Ren Piao Ling juga sudah memukul perutnya.
Wu Zheng Xing tidak seperti Ren Piao Ling, dia tidak bisa menahan rasa sakit pukulan itu. Rasa sakit membuatnya mundur beberapa langkah dan kedua tangan Wu Zheng Xing memegang
perutnya. Keringat mulai bercucuran. Zang Hua menarik nafas dan berkata, "Ilmu silat apa ini?"
"Namanya adalah ilmu silat kena pukul," Ren Piao Ling tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah dipukul pun termasuk ilmu silat?"
"Betul! kalau ingin memukul orang, dia harus belajar untuk menerima pukulan dulu."
"Benar juga, kau memukulnya, dia pun memukulmu, jadi tidak ada yang kalah atau menang,"
Zang Hua tertawa, "dia hanya kalah karena tidak kuat kau pukul."
"Kau mengerti aturan-aturan seperti ini."
"Baiklah. Aku ingin tahu berapa kali Tuan bisa menahan pukulannya," kata Xin Wu Shi Tai sambil mendekat.
Sesorang yang mempunyai ilmu tinggi, pada saat lawannya mengeluarkan serangan dia akan tahu serangan itu berisi atau tidak.
Xin Wu Shi Tai tidak memasang kuda-kuda, dia hanya berdiri tapi semua orang bisa melihat kalau tubuhnya penuh dengan tenaga dalam.
Dari arah mana pun lawan mengeluarkan serangan, semua akan diatasikan oleh tenaganya.
Ren Piao Ling tidak bergerak. Sewaktu Xin Wu Shi Tai mulai bicara, dia sudah tidak bisa bergerak. Dia pun berdiri tapi semua tenaganya tertahan oleh tenaga dalam Xin Wu Shi Tai.
Di ruangan besar itu sangat sepi. Sepi seperti terasa ada kematian.
Lei Hen ada di tangan Ren Piao Ling, tapi dia tidak bisa mencabutnya.
Karena tenaga dalam Xin Wu Shi Tai seperti beribu-ribu gembok yang mengunci Lei Hen.
Menguncinya sampai mati. Walaupun tangan Ren Piao Ling sangat lincah seperti tangan kera tapi dia tetap tidak bisa bergerak.
Kedua pesilat tangguh yang bertarung seperti berada di antara hidup dan mati, semua harus segera dihentikan.
Tapi semua ini akan berhenti bila telah ada yang mati.
Mereka berdua saling berhadapan, berapa lama kah mereka bertahan" Atau, harus berdiri berapa lama kah mereka" Apakah akan berlangsung seumur hidup" Atau hanya sebentar saja"
Wajah Xin Wu Shi Tai tetap tenang dan kalem, tapi diujung bibirnya seperti ada tawa kecil. Ren Piao Ling sudah sulit untuk bertahan. Sewaktu dia sedang berada dalam kesulitan tiba-tiba diatas atap terbelah sebuah lubang besar.
Begitu atap itu berlubang genting pun berjatuhan, dalam lingkaran tenaga dalam Xin Wu Shi Tai terdengar beberapa kali suara genting pecah, berantakan karena terkena tenaga dalam Xin Wu Shi Tai.
Dan waktu itu juga di atas atap melayang beberapa bintang. Bintang-bintang berkilauan ini memadamkan lampu-lampu yang ada di ruangan itu.
Lampu padam, ruangan menjadi gelap gulita. Dalam kegelapan, kerumunan orang itu menjadi kacau.
Di dalam kegelapan, terlihat bayangan Xin Wu Shi Tai yang melayang keluar melalui lubang besar itu.
Bintang-bintang memenuhi langit.
Bumi yang dibasahi oleh air hujan, basah juga dari terasa dingin.
Zang Hua dan Ren Piao Ling berlari tidak begitu jauh. Mereka hanya lari ke dalam hutan dan berhenti di luar Wu Xin An.
Xin Wu Shi Tai sedang mengejar orang yang memecahkan atap kuil. Dia pasti sudah mengejar jauh. Orang-orang yang di dalam Wu Xin An pasti sudah lari dari sana. Sekarang tempat yang paling aman adalah hutan yang ada di luar Wu Xin An.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tempat yang paling berbahaya sekaligus tempat yang paling aman.
Zang Hua berhenti dan mulai mengatur nafasnya. Baru dia berkata, "Biksuni tua itu benar-benar lihai, tenaga dalamnya sudah terlatih, bisa keluar dan bisa ditarik kembali seenaknya," Zang Hua berkata lagi, "pada waktu genting berjatuhan dia bisa menarik tenaga dalamnya sampai ke titik terendah. Begitu genting pecah, dia segera kembali bisa menghimpun tenaganya.."
Kata Zang Hua lagi, "Kalau bukan orang yang ada di atas atap yang mengeluarkan senjata rahasia untuk memadamkan lampu, mungkin kita tidak akan semudah ini meloloskan diri dari sana."
"Wu Xin An mempunyai puluhan biksuni, tidak ada satunya pun yang gampang kita hadapi,"
Ren Piao Ling tertawa kecut, "Xin Wu Shi Tai adalah salah satu di antara mereka yang paling sulit untuk dihadapi."
Angin malam berhembus, membuat air yang ada di daun berjatuhan.
"Tadi biksuni tua itu pernah mengatakan sebuah kalimat aneh, apakah kau mengerti isi kalimat itu?" tanya Zang Hua.
"Dalam 10 kata yang diucapkan, ada 7-8 kata yang sangat aneh," kata Ren Piao Ling sambil tertawa.
"Tapi kalimat itu tidak sama."
"Kalimat yang mana?"
"Sebenarnya juga tidak termasuk dalam satu kalimat," kata Zang Hua, "hanya ada 2 kata." "Wu Lei."
- Begitu mendengar 2 kata itu, eksprei Ren Piao Ling sudah tidak sama lagi.
"Menurut biksuni tua itu, Xin Wu seharusnya masuk neraka karena dia sudah masuk Wu Lei,"
kata Zang Hua, "apakah kau dengar kalimat itu?"
Ren Piao Ling mengangguk.
"Apa artinya Wu Lei?" tanya Zang Hua, "apakah Wu Lei berarti Xin Wu Shi Tai tidak mempunyai air mata lagi?"
Ren Piao Ling tidak segera menjelaskan apa arti dari kedua kata itu, dia menatap ke tempat jauh dan memandang sambil merenung. Diam dengan lama, pelan-pelan dia berkata lagi, "Wu Lei itu adalah nama dari sekelompok orang."
"Sekelompok orang?"
"Sekelompok teman," kata Ren Piao Ling, "hobi mereka sama karena itu mereka senang berkumpul. Kata Wu Lei menjadi kode rahasia mereka."
"Apa hobi mereka?"
"Masuk neraka."
"Masuk neraka?" ulang Zang Hua, "Masuk neraka dengan tujuan untuk menolong orang?"
"Benar."
"Banyak hal di dunia persilatan ini pernah kudengar, mengapa aku tidak pernah mendengar kata Wu Lei?"
"Karena Wu Lei adalah suatu perkumpulan rahasia."
"Persoalan yang mereka lakukan bukan hal yang memalukan, mengapa harus dirahasiakan?"
Ren Piao Ling melihatnya dan menjawab, "Bila melakukan suatu perbuatan baik dan perbuatan itu tidak ingin diketahui orang lain, itu benar-benar suatu perbuatan yang mengagumkan."
"Tapi untuk melakukan suatu perbuatan baik, bukan suatu hal yang mudah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, memang tidak mudah."
"Biasanya bila ingin melakukan perbuatan baik pasti akan menyinggung banyak orang," Zang Hua tertawa, "banyak orang jahat hidup di luar sana."
"Benar."
"Orang yang berbuat kejahatan adalah orang yang sulit untk dihadapi."
"Karena itu mereka yang melakukan perbuatan baik, akan selalu menghadapi bahaya," kata Ren Piao Ling, "kalau kau tidak berhati-hati maka nasibmu akan berakhir seperti Xin Wu Shi Tai, yang tidak tahu apa-ap;i tapi sudah mati di tangan orang lain."
"Tapi mereka terus melakukan perbuatan baik," kata Zang Hua, "sudah tahu kalau itu berbahaya tapi mereka tetap melakukannya."
"Sesulit apa pun, dan bagaimanapun bahayanya, mereka tidak akan peduli dengan semua itu,"
kata Ren Piao Ling, "Mereka sudah tidak takut dengan kematian."
Sorot mata Zang Hua berpindah ke tempat jauh lagi. Bintang-bintang yang tampak di kejauhan tampak berkedip-kedip. Dia melihat dan menarik nafas, tapi sekarang matanya bersinar seperti bintang.
"Tidak mengenal orang-orang seperti ini benar-benar hal yang patut disayangkan," kata Zang Hua, "hanya saja kita tidak tahu apakah masih ada kesempatan lain lagi untuk bertemu dengan mereka?"
"Sepertinya kesempatan ini sangat jarang terjadi."
"Karena mereka tidak menghiraukan nama baik dan juga tidak ingin mencari keuntungan," Ren Piao Ling sepertinya sangat mengerti tentang mereka, "orang-orang belum tentu mengenal diri mereka."
Zang Hua melihat Ren Piao Ling dan bertanya, "Kau tidak tahu siapa mereka?"
"Sampai sekarang aku hanya tahu Xin Wu Shi Tai saja." jawab Ren Piao Ling, "kalau bukan karena dia mati, Xin Wu Shi Tai asli tidak akan membocorkan identitas mereka."
"Di antara mereka ada biksuni, pasti ada biksu, pendeta, dan semua orang yang ada di lapisan masyarakat."
"Betul!" kata Ren Piao Ling sambil mengangguk, "katanya anggota Wu Lei mempunyai bermacam-macam anggota, tidak ada perkumpulan silat lainnya yang bisa menandingi mereka."
"Dengan cara apa mereka bisa mengumpulkan anggotanya?"
"Dengan hobi mereka," jawab Ren Piao Ling, "karena hobi maka ada kepercayaan."
"Kecuali ini tidak ada lainnya?"
"Ada!" Ren Piao Ling tertawa, "pastinya ada seseorang yang bisa mengumpulkan mereka."
"Orang ini pastinya sangat pintar dan juga berwibawa?"
"Betul!"
"Aku harus berkenalan dengan orang itu," mata Zang Hua bertambah terang lagi.
"Tidak bisa."
"Mengapa?"
"Karena tidak ada seorang pun yang tahu siapa dia sebenarnya," kata Ren Piao Ling, "kalau tidak ada yang tahu siapa dia, bagaimana bisa kenal dengannya?"
"Karena itu bisa jadi dia adalah orang yang kita temui sehari-hari."
"Betul juga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zang Hua melihatnya, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Mungkin kau adalah dia."
"Kalau aku adalah dia, aku pasti akan memberitahukannya kepadamu," Ren Piao Ling ikut tertawa.
"Benarkah?"
"Jangan lupa kita adalah teman baik," Ren Piao Ling tiba-tiba menarik nafas dan berkata, "aku bukan orang Wu Lei, aku tidak pantas."
"Mengapa tidak pantas?"
"Bagaimana denganmu?"
"Aku pun tidak bisa karena aku masih senang menikmati hidup ini."
"Dan kau pun terlalu terkenal," kata Zang Hua, "ke mana pun kau pergi, ada orang yang selalu memperhatikanmu."
"Ini adalah kelemahanku yang paling besar," kata Ren Piao Ling.
"Mereka menuduhmu sebagai si pembunuh, aku katakan karena kau terlalu terkenal," kata Zang Hua, "ke mana kau pergi selalu ada orang mengenalmu. Ingin melarikan diri pun sudah tidak bisa."
"Orang takut terkenal, babi takut terlalu gemuk," Ren Piao Ling tertawa kecut, "kata-kata ini tidak salah."
"Sekarang Xin Wu Shi Tai mencarimu, orang-orang Wu Lei pun pasti ingin mencarimu," kata Zang Hua.
"Orang-orang Wu Lei lebih menakutkan dari pada Xin Wu Shi Tai."
"Kau baru saja pergi, tapi mereka sudah menganggap bahwa kau adalah pembunuhnya," Zang Hua melihatnya dan menarik nafas panjang. Dia berkata lagi, "Sekarang aku baru tahu kalau aku telah melakukan kesalahan."
"Melakukan kesalahan apa?"
"Seharusnya aku tadi tidak menyuruhmu lari," kata Zang Hua.
"Betul, seharusnya itu jangan kita lakukan," Ren Piao Ling ikut tertawa, "tapi bukan kau yang menyebabkan aku lari."
"Bukan aku?" Zang Hua terpaku,
"lalu siapa?"
"Orang yang telah menolongku tadi."
"Apakah kau tahu siapa dia?"
Sorot mata Ren Piao Ling melihat ke tempat yang jauh lagi. Di kejauhan tampak sebuah awan yang sedang bergerak.
"Kecuali dia, tidak ada orang yang bisa membuatku lari dari sana," suara Ren Piao Ling seperti datang dari tempat jauh.
"Mengapa?"
"Karena hatiku hanya kagum kepadanya saja," jawab Ren Piao Ling.
Mata Zang Hua terbuka dengan lebar. Matanya yang besar memancarkan sinar keterkejutan dan berkata, "Tidak disangka kau pun mempunyai seseorang yang dikagumi."
"Orang seperti dia pantas untuk dikagumi," Ren Piao Ling tertawa.
"Seperti apakah dia?"
"Dia bisa membuatku kagum."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah dia?"
Tawa malas Ren Piao Ling muncul lagi. Tapi kali ini tawanya mengandung banyak misteri.
---ooo0dw0ooo---
BAB 9 Kesedihan tumbuh-tumbuhan
"Siapakah dia?"
Melihat tawa Ren Piao Ling, Zang Hua merasa marah. Dia adalah orang yang sangat terburu-buru. Bila ada sesuatu yang belum selesai, maka dia tidak akan tahan dan segera ingin membereskannya apalagi ada orang yang membuatnya menjadi penasaran. Ren Piao Ling sengaja tidak menuntaskan pembicaraannya, dia malah menepuk-nepuk pantatnya seakan-akan ingin pergi dari sana.
"Hai, ada apa denganmu?" tanya Zang Hua, "kau mau ke mana?"
"Aku mau pulang!"
"Pulang?" tanya Zang Hua seperti orang bodoh,
"Pulang ke mana?"
"Ke tempat di mana aku bisa menginap," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa, "pulang ke tempat di mana aku bisa menginap."
"Kau akan pulang begitu saja?"
"Benar! Apakah aku harus digotong dengan tandu?"
"Apakah kau sudah lupa, hari ini banyak yang telah terjadi di Wu Xin An?" tanya Zang Hua,
"sampai hari terang kita masih ada sedikit waktu, kita mencari seseorang pun bukan hal yang mudah. Sekarang Xin Wu Shi Tai tidak ada tapi biksuni-biksuni yang lain pun tidak mudah dihadapi."
Ren Piao Ling tertawa. Dia membalikkan badannya ingin berlalu dari sana, tapi Zang Hua tidak akan mengijinkan dia pergi dari sana. Dia menghalangi langkah Ren Piao Ling. Dengan marah Zang Hua melihatnya dan juga dengan nada ketus dia berkata, "Jadi orang harus bisa dipercaya bila dia melaksanakan semua pekerjaan dengan penuh rasa tanggung jawab," kata Zang Hua,
"bila sudah berjanji dengan seseorang maka kau harus menepatinya, mana boleh melakukan separuh-separuh lalu meninggalkannya begitu saja."
"Sejak kapan aku tidak bisa dipercaya lagi" Kapan aku pernah bekerja setengah-setengah dan meninggalkannya begitu saja?"
"Sekarang, sekarang ini kau sudah tidak bisa dipercaya lagi. Sekarang kau bekerja hanya setengah-setengah," kata Zang Hua, "bukankah kau sudah berjanji sebelum hari terang kau akan menolong Hua Yu Ren" Jangan lupa kau sendiri yang mengatakan kalau Hua Yu Ren berada di Wu Xin An."
"Benar, aku memang telah berjanji seperti itu dan aku yang mengatakan semuanya."
"Kalau begitu apakah kau masih tetap ingin pulang?"
"Tentu saja pulang," Ren Piao Ling tertawa, "aku tetap harus pulang."
"Bagaimana janjimu kepada Jun Wang?" tanya Zang Hua, "bagaimana niatmu untuk menolong Hua Yu Ren?"
"Sudah selesai."
"Sudah selesai?" Zang Hua sama sekali tidak percaya, "kapan kau menyelesaikannnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah selesai, berarti apa yang sudah kujanjikan kepada Nan Jun Wang dan persoalan mengenai menolong Hua Yu Ren sudah kulakukan."
Zang Hua tidak mengerti maksud Ren Piao Ling, kemudian Zang Hua bertanya lagi, "Sudah selesai berarti perjanjian antara kau dan Nan Jun Wang dan persoalan menolong Hua Yu Ren telah selesai."
"Akhirnya kau mengerti juga."
"Aku tetap tidak mengerti," jawab Zang Hua, "apakah di Wu Xin An kita telah melihat Hua Yu Ren?"
"Tidak!"
"Apakah kita sudah menolong Hua Yu Ren?"
"Kita tidak bertemu dengan Hua Yu Ren, bagaimana kita bisa menolongnya?"
"Kalau kita tidak menolongnya, mengapa tadi kau mengatakan kalau kita sudah menyelesaikan semuanya?"
Ren Piao Ling tertawa dengan misterius, semua membuat Zang Hua bertambah marah.
"Kelihatannya jika aku tidak menjelaskan semua ini, kau tidak akan membiarkanku pergi begitu saja," jata Ren Piao Ling sambil tertawa.
"Akhirnya kau mengerti juga," kata Zang Hua.
Dengan cara yang sangat nyaman, Ren Piao Ling berdiri kemudian dia mulai menjelaskan.
"Pada saat sore waktu kita masuk ke Wu Xin An, apakah kita melihat banyak biksu?"
"Betul."
"Apakah kita melihat Xin Wu Shi Tai sedang mengetuk kepala Ketua Biao Wu Zheng Xing?"
"Benar."
"Kemudian apakah kau masuk ke ruang rahasia itu?"
"Benar."
"Kemudian kau melihat Xin Wu Shi Tai yang sudah mati ada di dalam?"
"Kemudian kau keluar dari bawah tanah."
"Benar," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "kemudian kita keluar dari ruang rahasia itu, lalu kita melihat di ruang besar itu semua biksuni baik yang tua maupun yang muda sudah ada di sana."
"Kemudian kita melihat Ketua Biao Wu Zheng Xing yang seharusnya sudah menjadi biksu tapi malah berdiri di sana dan mengobrol," kata Zang Hua, "semua ini sudah kita lewati bersama, mengapa kau menanyakannya lagi?"
Ren Piao Ling tidak menjawab pertanyaan Zang Hua, dia hanya tertawa kemudian berkata lagi,
"Kemudian kita bertemu dengan Xin Wu Shi Tai, lalu ada seseorang yang mengatakan kalau Xin Wu sudah mati di ruang rahasia itu, apakah itu benar?"
"Benar!"
"Kemudian Xin Wu Shi Tai tidak mengijinkan kita pergi dari kuil itu, apakah benar?" "Benar!"
"Kemudian kau dan Xin Wu Shi Tai bertengkar, apakah betul?"
"Kemudian seseorang memecahkan atap genting, membuat lampu-lampu yang ada di ruangan itu padam dan memancing Xin Wu Shi Tai pergi dari sana, lalu sekarang kita ada di sini, apakah betul?"
"Kemudian kau dengan alasan tidak jelas akan pergi dari sini, apakah betul?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benari"
"Lalu?"
"Kemudian aku tetap harus pergi," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa.
"Di mana Hua Yu Ren?" tanya Zang Hua, "kau bicara saja dari tadi, tapi tidak menjelaskan bagaimana caramu menolong Hua Yu Ren?"
Ren Piao Ling tidak menjawab, tapi dia mala tertawa misterius lalu melihat Zang Hua.
"Katakan! Kau belum mengatakannya....."
Tiba-tiba Zang Hua berhenti bicara, karena tiba-tiba saja dia teringat sesuatu. Begitu mengingat hal ini, mata Zang Hua lebih cerah, wajahnya lebih berseri-seri.
"Apakah ketika aku bertengkar dengan Xin Wu Shi Tai ada seseorang yang sudah menolong Hua Yu Ren?"
Ren Piao Ling masih tertawa.
"Orang yang menolong Hua Yu Ren adalah orang yang memecahkan genteng itu dan membantu kita lolos dari bahaya," tawa Ren Piao Ling tampak mulai ada pengakuan.
"Orang ini adalah orang yang kau kagumi, apakah benar?"


Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar!"
"Siapa sebenarnya orang itu?"
Pertanyaan yang dilontarkan kembali lagi ke pertanyaan semula. Kali ini Ren Piao Ling tidak tertawa misterius lagi. Dia berkata, "Kalau kau sudah bertemu dengannya maka kau akan tahu siapa dia sebenarnya." kata Ren Piao Ling dengan santai, "pada saat itu walaupun kau tidak mau tahu pun sudah tidak bisa lagi."
---oo0dw0ooo---
Huang Fu Qing Tian sangat percaya kepada Ren Piao Ling. Dia percaya bahwa Ren Piao Ling bisa menolong Hua Yu Ren tepat pada waktunya, tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau Hua Yu Ren pulang dalam keadaan seperti itu.
Bagaimana keadaan Hua Yu Ren pada saat pulang"
Menjelang hari akan terang, bumi masih tertidur dengan nyenyak. Di kamar itu Hua Yu Ren tiba-tiba terdengar suara rintihan.
Pengawal yang menjaga malam itu mendengar suara itu, segera mereka melaporkan hal ini kepada atasan mereka. Begitu Zai Si mendapat laporan itu, dia segera lari ke kamar Hua Yu Ren.
Semenjak Hua Yu Ren diculik, tidak ada yang tidur di sana, mengapa sekarang terdengar suara rintihan"
Angin malam menyerang orang dengan rasa dingin seperti es dan menusuk hingga ke tulang.
Zai Si berdiri di depan pintu kamar Hua Yu Ren, dia mendengar sebentar. Benar saja suara rintihan itu terdengar lagi dari kamar Hua Yu Ren. Walaupun suaranya kecil tapi tetap terdengar di antara desiran angin malam.
Zai Si tidak berani membuka pintu kamar itu karena ini adalah kamar putri Nan Jun Wang.
Walaupun Hua Yu Ren tidak ada di dalam kamar, tapi suara yang terdengar dari kamar itu sangat mencurigakan. Tapi Zai Si tetap tidak berani membuka pintu kamar dan masuk ke dalam, dia terus menunggu hingga Nan Jun Wang datang.
Huang Fu Qing Tian datang dengan tergesa-gesa dan tampak dia memakai baju malam dia mendatangi kamar Hua Yu Ren. Begitu sampai, di depan kamar dia langsung membuka pintu kamar itu. Pintu terbuka, keadaan di dalam sana membuat Huang Fu dan Zai Si terpaku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di kamar itu tidak ada setan ataupun siluman ataupun orang yang sedang melakukan sesuatu di dalam sana.
Ternyata di kamar ada seseorang.
Ada orang yang terbaring di tempat tidur dan dia sedang merintih.
Dia seorang perempuan.
Perempuan ini tak lain adalah Hua Yu Ren.
Walaupun wajahnya pucat dan dahinya penuh dengan keringat, tapi dia adalah Hua Yu Ren.
Dengan cara apakah dia bisa kembali"
Siapa yang mengantarkan dia pulang" Apakah orang itu adalah Ren Piao Ling"
Kalau Ren Piao Ling yang mengantar Hua Yu Ren pulang, mengapa dia tidak mau menemui Huang Fu Qing Tian"
Kalau bukan Ren Piao Ling, siapakah orang itu"
Bermacam-macam pertanyaan terbersit dalam benak Huang Fu Qing Tian. Satu-satunya orang yang bisa menjawab pertanyaan ini adalah Hua Yu Ren sendiri, tapi melihat keadaan Hua Yu Ren sekarang, tampaknya dia masih belum sadarkan diri.
Sesudah diperiksa nadinya oleh Zai Si, Zai Si tampak berpikir sebentar lalu berkata, "Nadi Hua Yu Ren sangat lemah, dia terkena racun."
"Terkena racun?"
"Benar," jawab Zai Si.
"Apakah bisa diketahui dia terkena racun apa?"
"Dia terkena racun yang hanya terdapat di perbatasan, racun ini bernama Guan Ji. Tu Si yang ada di Tian Li, Wu Mei yang ada di Jepang."
"Apa?" mata Huang Fu Qing Tian membesar, "racun-racun ini termasuk jenis racun apa"
Mengapa aku belum pernah mendengarnya?"
"Di perbatasan udara di sana lebih kering, hawanya lebih panas, orang-orang di sana sulit untuk buang air besar," jelas Zai Si, "Qian Ji adalah obat untuk mengobati orang yang sulit buang air besar."
"Obat untuk mengobati orang yang sulit buang air besar, mengapa obat ini menjadi racun"
Huang Fu Qing Tian tidak bertanya kepada Zai Si, tak lama kemudian dia bertanya lagi,
"Apakah Tu Si berasal dari Tian Li?"
"Tian Li adalah negara yang udaranya lebih panas lagi dibandingkan di perbatasan negara kita, tapi kehidupan rakyat di sana sangat sengsara. Barang apa pun asal bisa dimakan, benda yang enak atau tidak enak, mereka tetap akan memakannya," Zai Si tertawa dan berkata lagi, "karena itu mereka sering buang air, begitu buang air besar tidak akan berhenti kecuali mereka makan Tu Si."
"Tu Si adalah obat untuk mengobati orang yang buang air besar, mengapa bisa disebut sebagai racun?"
Huang Fu Qing Tian tidak menanyakankan pertanyaan ini. Dia bertanya lagi, "Bagaimana dengan Wu Mei" Apakah Wu Mei berasal dari Jepang?"
"Orang Jepang biasanya sangat pendek dan kecil tapi mereka lebih kejam, lebih ganas, lebih jahat, dan lebih beracun dari orang-orang yang tinggal di perbatasan negara kita," kata Zai Si,
"racun yang dibuat mereka biasanya adalah raja segala racun."
Tiba-tiba Zai Si tertawa, setelah selesai tertawa dia berkata lagi, "Racun Wu Mei adalah racun orang-orang pendek dan kecil ini tapi racun ini termasuk termasuk racun yang lebih lembut."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh ya?" Huang Fu Qing Tian merasa aneh, " "mengapa lebih lembut?"
"Obat ini bermanfaat bagi laki-laki, biasanya obat ini tidak diperuntukkan kepada laki-laki," kata Zai Si, "mereka selalu memberikannya kepada perempuan."
"Perempuan?"
"Betul dan selalu diberikan kepada perempuan cantik," kata Zai Si, "racun ini tidak akan membuat orang mati, hanya akan membuat kaki dan tangan orang itu merasa lemas."
"kalau sepasang kaki dan tangan dari seorang perempuan terasa lemas, apakah yang akan dia alami"
Pasti Huang Fu Qing Tian tahu begitu kaki dan tangan seorang perempuan cantik terasa lemas akan terjadi apa" Hanya dia yang tidak mengerti, 3 macam racun itu dicampur menjadi satu, apa yang akan terjadi pada orang ini"
Dia tidak bertanya lagi kepada Zai Si, karena dia tahu Zai Si akan menj awabnnya. Zai Si benar-benar tidak mengecewakannya. Dengan cepat Zai Si memberi jawabannya.
"Ketiga macam obat itu dicampur dan diberikan kepada orang dan ini akan membuat orang itu menjadi...menjadi orang berbentuk tumbuhan."
"Orang berbentuk tumbuhan?" Huang Fu terpaku, "apa arti dari orang berbentuk tumbuhan?"
"Artinya sesudah dia memakan 3 macam ramuan racun ini, di sekujur tubuh kecuali otaknya yang masih hidup, semua organ dalam tubuh sudah mati," jelas Zai Si, "walaupun orang itu masih hidup, tapi dia hidup seperti sebatang tumbuhan."
"Hidup seperti tumbuh-tumbuhan?" Huang Fu terus mengingat kata-kata ini.
Apakah pohon bisa merasa sedih"
Walaupun pohon merasa sedih, manusia tetap tidak akan bisa mengerti karena manusia bukan tumbuhan. Mana bisa dia mengerti kesedihan tumbuhan"
Tapi ada satu hal yang tidak bisa dipungkiri yaitu sebagian orang selalu menganggap bahwa tumbuhan adalah makhluk yang patut dikasihani.
Pohon tumbuh dari tunas hingga menjadi besar kemudian pohon itu akan menjadi tua dan mati, dan pohon itu tetap ada di sana, kecuali ada yang memindahkan dia. Kalau tidak seumui hidup dia selalu berada di sana.
Manusia berbeda dengan tumbuhan, manusia bisa pergi ke sini dan ke sana, mreka bisa memakan makanan yang mereka sukai. Bisa memainkan apa yang mereka inginkan atau
mengerjakan apa yang mereka ingin lakukan.
Walaupun ada yang mengerjakan pekerjaan yang tidak mereka diinginkan, makan yang tidak ingin mereka makan, tapi paling sedikit manusia masih bisa bergerak, bisa berjalan.
Bagaimana dengan pohon"
Kalau dia tidak menyukai sinar matahari, apakah dia bisa bersembunyi"
Bila dia tidak senang dengan tanah di mana dia tumbuh, apakah dia bisa mencari tanah yang lebih baik"
Tidak bisa! Karena itu bila manusia berubah menjadi pohon itu adalah suatu kesedihan dan patut untuk dikasihani.
Kalau pohon saja bisa dikasihani, bagaimana dengan manusia pohon"
Orang yang tumbuh seperti pohon apakah dia merasa lebih sedih, lebih dikasihani.
Ketiga macam obat dicampur lalu dimakan, mengapa bisa berubah menjadi manusia pohon"
Pertanyaan ini benar-benar membuat Huang Fu Qing Tian penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena Guan Ji adalah obat yang bersifat dingin, Sedangkan Tu Si adalah obat yang bersifat panas. Kedua obat itu bila masuk ke dalam perut, apa yang akan terjadi"
Zai Si tidak menunggu jawaban Huang Fu Qing Tian, dia langsung menjawab.
"Pasti obat itu akan merusak organ dalam manusia," jelas Zai Si, "kalau organ tubuh rusak, tapi dia masih bisa bergerak, bisa bicara, semua karena ditambahkan Wu Mei yang didatangkan dari Jepang."
"Setelah memakan campuran obat ini, apakah ada obat penawarnya"*"
"Tidak ada."
"Tidak ada?"
Kali ini Huang Fu Qing Tian kaget. Dia segera melihat Hua Yu Ren yang terbaring di tempat tidur.
Zai Si mengerti maksud Huang Fu Ging Tian yang melihat Hua Yu Ren, karena itu dia segera tertawa dan berkata lagi, "Racun yang ada di dalam Hua Yu Ren sudah ditawarkan."
"Sudah ditawarkan?" Huang Fu Qing Tian melihat Zai Si, "bukankah kau tadi mengatakan tidak ada obat penawarnya?"
"Memang tidak ada obat penawarnya, tapi ada suatu cara bisa membuang racun itu," jawab Zai Si, "harus mengumpulkan 3 orang yang mempunyai tenaga dalam yang tidak sama. tapi mereka harus mempunyai tenaga dalam dengan dasar yang kuat. Mereka bertiga secara bersama-sama mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuh tapi sama sekali tidak boleh mengalami kesalahan."
"Apakah ketiga orang itu yang mempunyai 3 macam tenaga dalam?" tanya Huang Fu, "macam bagaimana tenaga dalam itu?"
"Guan Ji adalah obat yang bersifat dingin, dia harus dilawan tenaga dalam yang jauh lebih dingin baru bisa memancing racun itu keluar dari dalam tubuh."
"Apakah harus menggunakan jurus dari gunung Sheng Mu yang bernama ilmu Han Ye Bing Xin baru bisa menetralkan racun itu (malam dingin, hati es)?" tanya Huang Fu.
"Benar, hanya dengan ilmu Han Ye Bing Xin lah kita baru bisa memancing Guan Ji keluar dari dalam tubuh."
Kata Zai Si lagi, "Tu Si adalah obat yang bersifat panas, harus menggunakan tenaga dalam yang jauh lebih panas baru bisa mengeluarkan racun itu."
"Bukankah dulu ada agama Ming yang mempunyai ilmu sakti Chun Yang?"
"Ilmu sakti Chun Yang sudah menghilang selama ratusan tahun, apalagi sudah lama tidak terdengar ada ilmu sakti ini lagi," suara Zai Si ada sedikit rasa menyayangkan.
"Kalau begitu dengan tenaga dalam apa baru bisa memancing Wu Mei keluar dari dalam tubuh?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Bila orang itu mempunyai tenaga dalam yang sudah terlatih selama 30 tahun, itu saja sudah cukup," jelas Zai Si, "Wu Mei hanya membuat kaki dan tangan terasa lemas. Orang yang mempunyai tenaga dalam yang kuat baru bisa mengeluarkan racun ini."
Walaupun hari sudah terang, tapi sinar matahari belum muncul.
Huang Fu Qing Tian mengangkat cangkir teh panasnya. Sedikit demi sedikit diminumnya teh itu. Begitu teh itu mengalir ke tenggorokannya, dia baru melihat Zai Si.
Tempat itu adalah perpustakaan Huang Fu Qing Tian. Setelah merawat Hua Yu Ren, mereka langsung ke sana.
"Racun Hua Yu Ren sudah bisa ditawarkan, siapakah yang membantu menawarkan racun itu?"
tanya Huang Fu Oing Tian, "kita harus mencari orang yang sudah melatih ilmu Han Ye Bing Xin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gong, dan ini sangat sulit tapi tetap bisa kita temukan. Kemudian kita masih harus mencari orang yang mempunyai tenaga dalam terlatih selama 30 tahun, itu pun tidak sulit. Tapi ilmu sakti Chiu Yang yang sudah berumur ratusan tahun, orang yang sudah terlatih selama 30 tahun, aku belum pernah mendengarnya. Siapakah yang mempunyai ilmu silat seperti itu?"
Zai Si tidak bersuara. Sepasang matanya seperti burung elang tiba-tiba bersorot aneh. Dia tidak melihat Huang Fu Qing Tian. Sorot matanya mendarat pada sekuntum bunga mawar yang berada di luar kebun.
Di atas bunga mawar itu ternyata masih tersisa embun yang tampak berkilauan. Seperti mata Zai Si.
Hari masih pagi, dengan ringan angin berhembus melewati taman bunga. Embun yang berada di atas bunga mawar segera tertiup angin dan terjatuh ke tanah. Embun terjatuh, kilauannya pun menghilang. Sorot mata Zai Si kembali seperti sediakala. Sekarang dia membuka mulut, walaupun dia sedang bicara tapi kepala tidak berbalik. Matanya pun masih terpaku pada bunga mawar itu.
"Walaupun Chiu Yang Shen Gong sudah tidak ada selama 100 tahun, tapi masih ada satu orang yang menguasai ilmu sakti ini," kata Zai Si, "Dia adalah satu-satunya pesilat yeng bisa ilmu sakti ini dalam kurun waktu 50 tahun ini."
"Siapakah dia?" tanya Huang Fu Qing Tian, "siapakah dia?"
"Perempuan ini bisa ilmu silat Chiu Yang Shen Gong, bahkan dia lebih mahir ilmu Han Ye Bing Xin," jelas Zai Si.
"Kalau begitu dia pasti salah satu pesilat tangguh yang ada di dunia persilatan ini."
"Bukan hanya sebagai pesilat tangguh. 50 tahun yang lalu yang bisa bertarung dengannya hingga mencapai 20 jurus tidak terlalu banyak," Zai Si tersenyum.
"Siapakah dia?"
"Zhou Chun Yu."
"Zhou Chun Yu?"
"Dulu dia adalah nyonya ketua dari perkumpulan Zhou Chun Yu," jawab Zai Si, "Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu."(Mendengar rintik hujan di tengah malam disebuah loteng kecil) Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu.
Ketujuh kata ini mengandung arti yang lain.
Ketujuh kata ini pun menggambarkan dua orang, dua senjata yang tidak ada tandingannya.
Bai Xiao Lou adalah orang sakti yang tidak ada tandingannya di dunia ini. Sebilah golok sakti yang tidak ada bandingannya di dunia ini.
Si cantik yang tidak ada keduanya yaitu Zhou Chun Yu. Sebilah pedang Chun Yu yang tidak ada bandingannya.
Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu. Ketujuh kata ini mewakili perkumpulan setan. Perkumpulan setan(
Mo Kau). Waktu itu kekuatan perkumpulan setan sedang naik daun tapi jarang ada orang yang pernah melihat
ketua perkumpulan setan itu, Bai Xiao Lou, apalagi istrinya yang bernama Zhou Chun Yu.
Perkumpulan setan adalah perkumpulan yang datang dari luar. Mereka melebarkan sayapnya ke Tiongkok, secara otomatis mereka dilawan oleh orang-orang dunia persilatan Zhong Yuan.
Tapi pengaruh perkumpulan setan ini terlalu kuat. Untuk dapat melawan mereka, orang-orang Zhong Yuan banyak yang terluka dan bahkan ada yang mati.
Untung Wisma Shen Jian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tuan Muda Ketiga, Xie Xiao Feng akhirnya ikut membantu membasmi perkumpulan setan ini, karena kelima perkumpulan terkenal yang ada di Zhong Yuan terus memaksanya.
Hanya pedang saktinya yang bisa menahan pedang setan dan golok sakti.
Pertarungan waktu itu berlangsung di puncak Qi Lian Shan. Bagaimana serunya pertarungan itu sangat sulit dilukiskan dengan pena, dan pertarungan seru seperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Hingga setan dan dewa pun meneteskan air mata melihat pertarungan itu.
Pertarungan itu membuat ketua perkumpulan setan terjatuh ke dalam jurang yang dalamnya ribuan meter.
Jatuh dari tempat yang begitu tinggi, tidak ada yang percaya kalau seandainya dia masih bisa hidup.
Setelah kejadian itu perkumpulan setan pun menghilang dari Zhong Yuan.
Sebenarnya jika tidak ada yang menjadi pengkhianat dalam perkumpulan itu maka
perkumpulan setan itu tidak akan begitu cepat dimusnahkan dari Zhong Yuan.
Semua orang pun tahu tentang hal ini.
Tapi jarang ada yang tahu siapa yang telah mengkhianati ketua perkumpulan setan itu, kecuali mereka sendiri.
Siapakah dia"
---ooo0dw0ooo---
Di taman bunga itu ada seekor burung ytttfl terbang ke sana dan kemari. Dia berkicau, matahari pagi telah melewati awan, sinarnya masuk melewati jendela dan dengan pelan naik ke wajah Zai Si.
Matahari pagi terasa sangat lembut, lembut seperti angin musim semi. Sorot mata Zai Si pun tampak lembut seperti angin musim semi. Dia melihat Huang Fu Qing Tian.
Suaranya pun terdengar seperti sinar matahari pagi, "Walaupun perkumpulan itu sudah dibasmi tapi kelima perkumpulan terbesar yang ada di Zhong Yuan tetap tidak merasa puas karena istri ketua perkumpulan setan dan putrinya menghilang," kata Zai Si, "sewaktu mereka memeriksa rumah ketua perkumpulan setan itu, mereka tidak mendapatkan kedua orang itu."
"Zhou Chun Yu dan putrinya?" Huang Fu Qing Tian bertanya.
"Benar!" jawab Zai Si, "setelah berjalan beberapa tahun semua orang sudah melupakan perkumpulan setan yang pernah ada ada di Zhong Yuan. tapi katanya pengkhianat perkumpulan setan masih merasa tidak tenang."
"Dia mengkhawatirkan apa?"
"Karena ketua perkumpulan setan itu walaupun telah masuk ke dalam jurang yang sangat dalam tapi mereka tidak pernah menemukan jenasah ketua perkumpulan setan itu," kata Zai Si,
"ilmu silat Bai Xiao Lou tinggi seperti dewa dan anggota dalam perkumpulan itu pun banyak memiliki ilmu gaib, termasuk mereka yang sudah mati katanya bisa hidup kembali. Mereka mengkhawatirkan jika ketua perkumpulan itu tidak mati, maka dia akan kembali untuk membalas dendam ."
"Dulu di dunia persilatan ada sebuah kalimat, aku pernah mendengarnya," kata Huang Fu Qing Tian, "bermusuhan dengan orang-orang dunia persilatan kecuali kau sudah memenggal kepalanya kau akan merasa tentram kalau tidak jangan menganggapnya sudah mati."
Zai Si mengangguk, "Masih ada lagi, istri ketua itu dan putrinya belum ditemukan hingga saat ini.
Selama beberapa tahun ini putrinya pasti sudah tumbuh menjadi dewasa. Kapanpun dia bisa kembali lagi untuk membalas dendam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Huang Fu Qing Tian menarik nafas dan berkata, "Dendam dunia persilatan kapan baru bisa dihentikan?"
Zai Si melihat Huang Fu Qing Tian, kemudian pembicaraan mereka kembali lagi ke topik Hua Yu Ren.
"Putri Tuan terkena racun, sekarang di dunia persilatan ini hanya istri ketua perkumpulan itu yang bisa membantu."
"Kalau begitu berarti Zhou Chun Yu yang telah menawarkan racun Zhou Chun Yu?"
"Benar," jawab Zai Si, "semua hal yang terjadi sepertinya memang harus seperti itu."
Angin berhembus ke taman bunga, bunga-bunga di sana tampak bergerak seperti ingin memberontak. Di kejauhan tampak awan yang sedang bergerak. Sorot mata Huang Fu Qing Tian walaupun melihat ke luar jendela tapi sorot itu pun seperti awan yang sedang bergerak.
"Aku dan Zhou Chun Yu bukan saudara juga bukan teman, lebih-lebih tidak ada hubungannya dengan perkumpulan, setan, mengapa Zhou Chun Yu sudi menolong putriku?" tanya Huang Fu Qing Tian, "apa tujuannya melakukan semua ini?"
Pertanyaan ini tidak ada yang bisa menjawab. Zai Si pun tidak bisa menjawab, karena itu dia hanya diam saja. Tapi Huang Fu Qing Tian tidak ingin dia terus diam. Tiba-tiba dia menanyakan sebuah pertanyaan, mau tidak mau Zai Si harus menjawabnya.
"Zhong Hui Mie dari Mo Mo kali ini akan kembali untuk memilih 3 raja. Ketiga raja ini kecuali mengantarkan 1 kotak uang untuk membeli nyawa, tapi sampai sekarang mereka belum pernah keluar dan bertemu langsung denganku."
Huang Fu Qing Tian melanjutkan lagi, "Kalau tidak ingin bertemu dengan Zhong Hui Mie itu tidak aneh, karena jika bertemu denganku pasti sudah sampai batas akhir. Tapi ketiga raja itu, mengapa mereka tidak berani muncul?"
Huang Fu Oing Tian melihat wajah Zai Si dan bertanya, "Apakah ketiga raja ini adalah orang yang kukenal?"
Melihat sorot mata Huang Fu Cjing Tian, Zai Si sama sekali tidak gentar. Dia tetap dengan tenang menjawab, "Mungkin juga."
Kata Zai Si, "Aku tidak pernah memikirkan masalah ini, 3 bulan ini kota Ji Nan kecuali Zhou Wu Ji yang pernah muncul, aku tidak melihat ada orang yang patut untuk dicurigai."
"Aku pun pernah menyelidiki masalah ini," kata Huang Fu Qing Tian, "karena itu aku tidak pernah terpikirkan siapa ketiga raja itu" Mungkinkah Zhou Wu Ji adalah salah satunya, mungkin juga ketiga raja itu hanya orang-orang yang sangat tidak terkenal."
"Mungkin juga orang yang terkenal," kata Zai Si.
"Mungkin saja."
Huang Fu Qing Tian tertawa. Dia berdiri sepertinya dia ingin menyelesaikan pembicaraan kali ini.
Dia berjalan ke arah pintu. Begitu sampai di depan pintu, dia berhenti dan meninggalkan sebuah kalimat, setelah itu dia baru melangkah keluar.
Dia meninggalkan sebuah kalimat yang membuat Zai Si mengerutkan dahi.
"Pernah suatu kali aku bermimpi tentang Zhong Hui Mie yang sudah mati dan semua hal yang terjadi pada diriku hanyalah seseorang meminjam nama Zhong Hui Mie dan melakukan semua ini."
---ooo0dw0ooo---
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BAGIAN 4 BAB 1 Masa lalu seperti asap
Di dunia ini banyak bermacam orang, ada yang senang mengenang masa lalu, ada yang hanya melihat kemasa depan tapi ada juga yang menganggap bahwa keadaan pada masa depan belum tentu bisa ditebak.
Hanya keadaan 'sekarang' yang bisa kita lihat dan kita rasakan, maka kita harus menggunakan kesempatan sebaik mungkin menjalankan kehidupan sekarang. Masa lalu berlalu seperti asap.
Mimpi masa lalu sulit dicari, yang hilang, hilang sudah. Yang salah memang salah. Seseorang seharusnya mengambil hikmah dari kesalahan masa lalu, untuk apa memikirkannya lagi.
Dipikir pun apa gunanya"
BAB 1 Bertemu dengan putri
Membawa alat pancing, memakai topi, dari belakang pintu Zui Ge Lou pelan-pelan dia keluar.
Begitu keluar dari pintu belakang, Zang Hua segera berlari. Udara hari ini sangat cerah, ada angin dan udara tidak terasa panas. Saat seperti ini adalah saat yang paling cocok untuk pergi memancing.
Kemarin malam sewaktu dia kembali dari Wu Xin An, dia sudah berjanji dengan Ren Piao Ling akan pergi memancing ke 'danau rumput*. Walaupun saat ini sudah melewati waktu yang telah dijanjikan, tapi Zang Hua sama sekali tidak terburu-buru pergi ke tempat yang mereka janjikan karena mereka berjanji akan bertemu di danau rumput. Siapa yang datang dulu, dia bisa memancing terlebih dulu.
Pagi tadi setelah membereskan pekerjaannya di Zui Ge Lou, dia segera kembali ke kamar dan mengganti baju dengan baju untuk memancing dan mengambil alat pancing yang sejak kemarin malam sudah dipersiapkan. Kemudian dengan sembunyi-sembunyi dia keluar dari pintu belakang.
Dia tentu juga membawa beberapa botol arak. Sambil memancing, sambil membakar ikan, sambil makan, mana bisa kalau tidak ada arak"
Membakar ikan kemudian minum arak adalah merupakan kehidupan yang paling
menyenangkan. Mengingat mereka akan membakar ikan, dahi Zang Hua tiba-tiba terasa sakit, kesedihan yang ada di hatinya selalu ditekannya.
"Membakar ikan, di dunia ini siapa yang bisa membakar ikan sebaik Lao Gai Xian"
"Lao Gai Xian" Pendekar Xiang Si (rindu), nama ini seperti berada di tempat paling jauh di dalam hatinya tapi sepertinya juga selalu ada di dalam benak dan dalam mimpinya.
Masalah Yang Jiang walaupun baru lewat 1-2 tahun, tapi Zang Hua tidak ingin mengingatnya lagi.
Pada peristiwa itu terjadi banyak hal yang membuatnya merasa sedih. Salah satunya adalah Lao Gai Xian. Masih ada Tuan Muda Huang yang rela menolong Zang Hua sehingga mengorbankan nyawanya sendiri. Zang Hua masih ingat pada saat di sudut mulut Tuan Muda Huang terlihat kesedihan. Bagaimana cinta Tuan Muda Huang kepada Zang Hua, dia sudah tahu, tapi dia tidak bisa menerima cintanya karena cinta berbeda dengan merasa kasihan lalu memberikan begitu saja kepada orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun dia bisa melakukannya, tapi hal ini tidak akan bisa menolong Tuan Muda Huang.
Sebilah pisau tipis sudah ditusukkan ke dalam rusuknya. Sekalipun dewa, dia tidak akan bisa menolongnya.
Walaupun angin berhembus dengan lembut, tapi Zang Hua tetap merasa kesal kalau setiap kali teringat peristiwa itu, dia selalu merasa kesal, dia tidak bisa menahan diri.
Menghadapi kekesalan seperti ini cara yang paling baik adalah dengan meminum 2-3 botol arak. Walaupun dalam tas Zang Hua ada arak, tapi dia tidak bisa berjalan sambil minum arak.
Cara yang paling baik untuk minum arak adalah dengan cepat berjalan ke danau rumput, jika ingin segera tiba di danau rumput harus menambah kecepatan berjalan.
Begitu ayunan langkahnya dipercepat, dia melihat di ujung jalan seperti ada banyak orang yang sedang berjalan ke arahnya.
Debu yang terbawa oleh derap kuda dan orang yang berjalan mengikuti tiupan arah angin menerpa wajah Zang Hua. Dalam hembusan angin dan pasir terdengar suara tangisan. Dua ekor kuda menarik sebuah kereta, di dalam kereta ada sebuah peti mati, di belakang kereta kuda itu ada 3 orang yang mengenakan baju duka. Kedua mata mereka tampak bengkak dan merah karena menangis. Walaupun mata mereka merah dan bengkak,- mereka tetap menangis meski tidak begitu keras.
Suara tangisan yang paling keras adalah tangisan dari seorang perempuan setengah baya, yang bentuk tubuhnya seperti ember. Sepasang tangannya memegang peti mati karena mulutnya besar, maka suara tangisannya terdengar paling keras.
Kelihatannya perempuan setengah baya itu adalah ibu dari ketiga orang anak itu dan yang terbaring di dalam peti mati itu pasti suami dari perempuan setengah baya yang sedang menangis.
"Kematian' sejak dahulu merupakan hal yang sangat menyedihkan dan hal yang sangat serius.
Apa pun yang sedang kau sedang lakukan, jika ada barisan dari keluarga orang yang meninggal, maka kau harus memberi jalan kepada mereka.
Karena itu Zang Hua mundur dulu hingga ke pinggir jalan dan dia segera menundukkan kepalanya, membiarkan barisan yang sedang berduka ini lewat dulu.
Jalan kecil ini tidak seperti jalan yang ada di kota, lurus dan rata karena itu pada saat kereta berjalan tampak terus bergoyang-goyang, kadang-kadang kereta itu mengeluarkan suara JIT, JTT, kelihatannya kereta itu termasuk kereta tua.
Zang Hua benar-benar mengkhawatirkan keadaan keluarga yang sedang berduka itu. Apakah kereta tua itu bisa dengan selamat sampai di tujuan.
Sewaktu pikiran ini muncul, Zang Hua sudah tahu kalau itu tidak mungkin.
Karena sekarang dia mendengar suara roda sambungan putus hingga roda itu terlepas dari kereta dan terguling ke sisi jalan.
Roda kereta lepas dari tempatnya, otomatis badan kereta pun menjadi miring. Peti mati yang ada di dalam kereta pun ikut miring, peti mati itu akhirnya terjatuh, suara debuman belum terdengar tapi teriakan Zang Hua sudah keluar. Dia segera menghampiri kereta itu
Begitu dia turun dan bersiap-siap akan menahan peti mati itu, salah satu sudut peti mati itu sudah terkena tanah dan terdengar suara PENG akhirnya peti mati itu pun terjatuh dan tampak bergetar, karena bergetar akhirnya peti itu terbelah.
Tutup mati itu bergetar dan tutup peti itu akhirnya terbuka dan jenasah yang ada di dalam peti mati ikut terjatuh, hal ini terlihat dengan jelas oleh Zang Hua, mana bisa jenasah yang ada di dalam peti mati terjatuh keluar" Segera dia menyambut jenasah yang akan terjatuh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untungnya masih keburu, akhirnya dia bisa menyambutnya. Zang Hua menghela nafas
panjang, tapi belum juga nafas Zang Hua kembali normal dia melihat hal yang membuatnya terkejut.
Karena dia melihat mayat yang disambutnya itu tertawa kepadanya.
Orang mati bisa tertawa juga bisa menotok nadi.
Pada saat dia melihat jenasah itu tertawa kepadanya, tangan kanan orang mati itu sudah menotok nadinya.
Begitu nadinya tertotok, Zang Hua segera merasa lemas. Orang mati itu segera balik menggendong Zang Hua dan menarik Zang Hua masuk ke dalam peti mati.
3 orang yang ceritanya sedang berduka itu segera menutup peti. Begitu peti ditutup, dari arah hutan muncul sebuah kereta kuda yang lain.
Kereta kuda belum berhenti dengan benar, ketiga orang yang sedang berduka itu sudah menggotong peti masuk ke dalam kereta yang baru saja datang. Segera nyonya gemuk itu ikut ke dalam barisan duka dan kembali berjalan. Begitu berbalik untuk melihat kereta yang rodanya terlepas itu, kereta sudah tidak ada lagi di sana. Keadaan jalan itu kembali seperti semula seperti tidak pernah terjadi sesuatu.
Matahari tetap bersinar dengan lembut, angin masih bertiup dengan sepoi-sepoi. Barisan duka itu masih bertangisan dan berjalan menuju ke tempat jauh.
Bumi tetap tampak terang.
---ooo0dw0ooo---
Danau rumput itu sangat luas, airnya bening. Cuaca begitu bagus bisa melihat ikan sedang berenang di dalam air.
Cuaca hari ini sangat bagus, airnya pun sangat jernih. Begitu Ren Piao Ling datang dia langsung memilih tempat yang nyaman yaitu di bawah pohon. Dia membereskan alat pancingnya, kemudian dia memancing duluan.
Walaupun dia sudah berjanji dengan Zang Hua, tapi dia tahu Zang Hua tidak mungkin datang pagi karena Zang Hua banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan dulu. Dia pun harus menghindar dari Hua Man Xue, baru bisa datang kemari.
Ren Piao Ling hanya berharap sebelum Zang Hua datang, dia bisa memancing beberapa ekor ikan besar dan membuat Zang Hua kagum kepadanya. Tapi setelah ditunggu selama 1 jam lebih, jangankan ikan besar, ikan kecil pun tidak terpancing.
Semakin terburu-buru, semakin tidak bisa mendapatkan ikan. Ikan-ikan itu hanya bolak balik di sisi umpan, tapi mereka tidak memakan umpannya.
Mungkin kaitannya terlalu kecil. Ren Piao Ling segera mengganti dengan kaitan yang agak besar. Kali ini ikan-ikan itu pasti akan memakan umpannya.
Sangat aneh! Begitu pancingan besar dilempar ke dalam air, ikan-ikan itu malah kabur sepertinya bagi mereka umpan yang dilempar itu adalah racun.
Ren Piao Ling mengerutkan dahinya, mengapa hari ini ikan-ikan itu tidak mau memakan umpannya" Apakah mereka sudah merasa kenyang" Atau umpan ini tidak cocok dengan selera mereka"
Hai! Sudahlah, Ren Piao Ling menancapkan pancingan itu ke tanah, dia ingin beristirahat dulu.
Langit tampak biru, ada beberapa awan yang tampak bergerak, angin bertiup ke atas air dan membuat air danau beriak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gunung yang berada di kejauhan tidak begitu jelas terliihat, seperti gambar yang terdapat di buku yang dilukis dengan tinta tapi bayangan yang terpantul di atas permukaan air tampak sangat jelas.
Di dunia ini banyak hal seperti pantulan yang ada di permukaan air. Jika dilihat langsung, belum tentu bisa melihatnya dengan jelas. Tapi sebaliknya kadang-kadang malah akan terlihat lebih jelas.
Ren Piao Ling tertawa dengan kecut. Di dunia ini banyak hal yang tidak bisa kita
dipertimbangkan dengan aturan biasa, seperti sekarang ini saat dia ingin memancing, dia ingin cepat-cepat mendapatkan ikan tapi ikan-ikan itu malah kabur. Begitu dia malas memancing, malah ada ikan yang terpancing.
Tiba-tiba di permukaan air danau terjadi riak-riak air. Pancingannya terus begerak-gerak. Begitu ditarik, seekor ikan yang lumayan besar terkait di pancingannya.
Melihat ikan itu terus bergerak, Ren Piao Ling tertawa dengan kecut.
Di dunia ini mengapa banyak hal aneh" Semakin ingin mendapatkannya semakin sulit untuk mendapatkan. Begitu kau melepaskannya keinginan kau malah bisa mendapatkannya.
Ren Piao Ling meletakkan ikan itu ke dalam sebuah wadah. Kail dan umpan, sekali lagi dilemparkannya ke dalam air. dengan santai dia menunggu sampai ada ikan lagi yang terpancing.
Awan putih terus bergerak. Angin datang dan pergi lagi. Dengan cepat waktu sudah berganti menjadi sore. Ren Piao Ling melihat langit lalu melihat jalan kecil. Aneh, mengapa bunga kecil itu belum datang"
"Apakah Zang Hua lupa pada janji memancing bersama-sama?" Ren Piao Ling berkata pada dirinya sendiri, "sore akan berlalu, mengapa dia belum muncul juga" Apakah dia terpergok oleh Hua Man Xue dan tidak diijinkan pergi?"
Pertanyaan ini belum terjawab, muncul lagi riakan air. Kali ini lebih besar.
Air berbunyi dan berwarna putih. Putih seperti perak, mengikuti air naik. Sesosok bayangan putih mengikuti air meloncat keluar, tangannya memegang sebuah pisau kecil. Seperti hujan musim gugur, berkali-kali dia menghujamkan pisau itu kepada Ren Piao Ling.
Tidak terdengar bunyi air sama sekali, orang ini memakai baju putih ketat. Tangannya memegang pisau kecil berwarna putih. Jaraknya begitu dekat dan sepasang tangan Ren Piao Ling memegang pancingan. Dalam keadaan seperti itu, menurutmu apa yang harus dilakukan oleh Ren Piao Ling"
Begitu menarik pancingannya, Ren Piao Ling sudah tahu ada sesuatu yang tidak beres, karena kali ini pancingannya sama sekali tidak terasa ada beban. Sekalipun yang terpancing adalah ikan yang sangat kecil, pasti terasa ada beban. Tadi riak air itu begitu besar, mengapa pancingannya sama sekali tidak terasa ada ikan yang memberontak"
Begitu ditarik ke atas, Ren Piao Ling sudah memegang pancingan dan bayangan orang berbaju putih itu muncul dari dalam air. Segera Ren Piao Ling menarik pancingannya dan bayangan orang itu tampak mengayunkan kedua pisaunya kepada Ren Piao Ling.
Ren Piao Ling menghindar ke belakang, kemudian pancingannya digoyangkan. Tali pancingan membentuk lingkaran dan mengikat sepasang tangan orang itu.
Begitu tali pancing itu ditarik, lingkaran itu segera mengunci tangan orang itu. Segera Ren Piao Ling membalikkan badannya, bayangan orang itu seperti ikan yang dilempar ke bawah. Ren Piao Ling segera berdiri dan mengambil pedang yang tersimpan di tangkai pohon. Tiba-tiba puluhan cahaya keluar meluncur di sekeliling pedang Lei Heng. Terpaksa Ren Piao Ling mundur dan tidak jadi mengambil pedangnya.
Begitu mundur, di dalam air tampak 2 bayangan yang membawa jalan ikan dari atas ke bawah menjaring Ren Piao Ling.


Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ren Piao Ling ingin menghindar, tapi tidak sempat lagi. Jala ikan yang kuat dan liat sudah membungkusnya. Dia ingin memancing ikan malah dijala oleh jala ikan. Ren Piao Ling tertawa kecut, sekarang dia berada di dalam jala. Sekarang dia baru tahu bagaimana perasaan ikan jika ada di dalam jala.
Kelihatan orang ini tumbuh besar di perkampungan nelayan, terlihat sekali ketika mereka melemparkan jala seperti sudah ahli dibandingkan dengan nelayan sebenarnya.
"Kalau kalian ingin menjadi nelayan, aku jamin penghasilan kalian pasti lumayan," Ren Piao Ling tertawa, "karena kalian ahli menjala manusia."
"Teknik membunuh kami lebih baik daripada menjala orang, apakah kau percaya?" seorang laki-laki tegap berkata kepadanya.
"Aku percaya, aku percaya sepasang Pan Guan Bi (pena hakim) di tanganmu dalam 5 jurus bisa membunuh seorang pesilat tangguh," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "tapi aku pun percaya kalau kau tidak berani membunuhku."
"Tidak berani?"
"Benar."
"Dengan bukti apa kau menganggap kalau aku tidak berani membunuhmu?" seorang pemuda yang berdiri di sebelah kirinya berkata.
"Kalau kalian ingin membunuhku, mengapa harus menggunakan jala ikan ini?"tanya Ren Piao Ling, "kalian muncul dari dalam air, yang satu melepaskan senjata rahasia, yang lain menyerangku dengan Pan Guan Bi. Tidak perlu 10 jurus, dadaku pasti sudah terluka."
Ren Piao Ling menarik nafas dan berkata, "Kau pasti lebih tahu bagaimana rasanya bila tubuh terkena Pan Guan Bi?"
Laki-laki tegap yang berdiri di sebelah kirinya melihat Ren Piao Ling lalu berkata lagi, "Betul, kami tidak berani membunuhmu tapi kalau kau jatuh ke tangan tuanku, kau akan merasa lebih baik dari pada sekarang aku yang membunuhmu."
"Oh ya?" Ren Piao Ling sengaja merasa takut dan berkata, "siapa sebenarnya tuan kalian?"
"Nanti kalau sudah bertemu- dengan beliau, kau pasti akan tahu."
---ooo0dw0ooo---
Sepulang dari Wang Xia Zi, Bai Tian Yu tidak kembali ke Zui Ge Lou. Awalnya dia tidak tahu dia akan pergi ke mana.
Dia hanya tidak ingin kembali ke Zui Ge Lou. Dia ingin mencari tempat yang sepi dan tenang lalu minum arak. Kemudian dengan tenang kembali memikirku 11 semuanya.
Karena itu dia berjalan tanpa ada tujuan, tidnk terasa dia sudah berjalan ke rumah makan Hu Bu Bui. Dia melihat ke dalam. Di dalam rumah makan itu ternyata sangat sepi hanya ada Hu Bu Bai yang sedang terkantuk-kantuk.
"Masuklah! Di sini ada arak dan tidak ada orang, suasana di sini sangat tenang."
Segera Bai Tian Yu melangkah masuk.
Mungkin karena kebiasaan, begitu ada yang masuk Hu Bu Bai segera bangun dan melihat siapa yang datang. Begitu melihat Bai Tian Yu, segera Hu Bu Bai tertawa.
"Duduklah! Pendekar Muda Bai, Tuan sudah lama tidak datang ke sini."
Segera Hu Bu Bai tertawa dan bertanya, "Tuan ingin memesan apa"
"Arak," jawab Bai Tian Yu, "arak terbaik, aku ingin memesan beberapa botol."
"Apakah Tuan juga ingin memesan sayur?"
"Boleh juga, tapi lebih baik bawa dulu araknya ke sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, arak akan segera diantar."
Kadang-kadang orang yang sedang tidak enak hati, selalu minum dan cepat mabuk, tapi ada juga yang semakin perasaannya tidak enak maka dia akan semakin banyak minum, tapi kadang-kadang sedang merasa senang malah cepat mabuk.
Tapi ada orang, walaupun dia merasa senang atau sedih mereka bisa minum banyak dan entah harus minum berapa banyak baru bisa mabuk. s
Bai Tian Yu adalah orang seperti itu, sampai sekarang dia sudah minum 2 botol arak. Tapi dia tetap tidak bisa mabuk. Kedua matanya masih tampak semangat dan melihat ke tempat jauh dari jendela.
Di kejauhan tampak gunung, awan, juga ada seorang pak tua yang sudah bungkuk dan tampak kesepian. Pak tua yang bungkuk itu mempunyai mata seperti Bai Tian Yu. Sepasang mata pak tua sepertinya juga sedang melihat Bai Tian Yu yang ada di rumah makan itu.
Sudut mulut Bai Tian Yu mencuat ke atas membentuk senyum, begitu tawanya muncul, dia mengangkat cangkir untuk bersulang dengan pak tua yang tampak jauh dan menyendiri itu.
Kita bersulang,walaupun sekarang kita tidak bisa mabuk bersama tapi suatu hari nanti pasti akan kita lakukan. Suatu hari nanti aku akan pulang dan bersahabat denganmu, bersahabat dan mabuk-mabukan.
Bai Tian Yu membersihkan arak yang menetes dari sudut mulutnya, dia menuang arak dan langsung meminumnya. Begitulah yang terus dia lakukan, melihat ke kejauhan lalu minum lagi 3
gelas setelah itu baru berhenti, dan menghembuskan nafas dalam-dalam.
"Jaman dulu ada seorang penyair mengangkat cangkirnya untuk mengajak bulan minum bersama dengannya. Hari ini Pendekar Bai bersulang dengan awan dan minum arak," suara ini datang dari belakang Bai Tian Yu, "apakah bila bersulang akan menjadi 3 orang?"
Suara itu baru saja terdengar, Bai Tian Yu sudah mencium wangi bunga melati, begitu suara itu habis, Bai Tian Yu membalikkan kepalanya untuk melihat. Ada seorang perempuan cantik seperti dewi berdiri di belakangnya.
Rambutnya panjang dan hitam seperti air sungai di musim semi. Sepasang matanya bercahaya.
Tubuhnya dibalut dengan baju dengan bahan seperti bukan dari sutra juga bukan dari katun.
Bajunya berwarna-warni, pundak bagian kirinya terlihat dengan begitu jelas.
Kulit mulus yang tersembul itu sangat putih dan liicn seperti Chun Xue (salju musim semi).
Dia seperti tiba-tiba muncul dan berdiri di sana, tangannya memegang sebuah gelas, gelas kristal yang didatangkan dari luar negeri, di dalam gelas terdapat arak bagus yang berwarna dan kental seperti madu.
Dia mengecapnya sedikit kemudian dengan tuwu seperti madu dia melihat Bai Tian Yu. Dengan suara merdu dia berkata, "Apakah aku boleh duduk di sini?"
Bai Tian Yu melihatnya kemudian berkata, "Kalau ini bukan milikku, tapi pantatmu adalah milikmu. Siapa yang bsa mengurus, boleh atau tidak duduk di sini?"
Perempuan itu tertawa dan berkata kembali, "Dalam menghadapi perempuan, apakah kau selalu bersikap seperti ini?"
Dia duduk di pinggir Bai Tian Yu.
"Aku memang selalu begitu," jawab Bai Tian Yu. Dia minum lagi, "Kau boleh tidak mendengarkan perkataanku."
Suara tawa perempuan itu terdengar seperti lonceng, "Kau sangat mirip dengan ayahmu, logat bicaramu pun mirip dengan ayahmu."
Bai Tian Yu membalikkan kepalanya untuk melihat, matanya sangat terang, cahaya ini menyorot ke arah perempuan ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau pernah bertemu dengan ayahku?" suara Bai Tian Yu panas seperti api, "apakah kau tahu siapa aku ini?"
"Namamu adalah Bai Tian Yu, sekarang kau sangat terkenal di dunia persilatan," dia tertawa,
"aku pernah bertemu dengan ayahmu dan dia pernah memelukku."
"Perkataan apa ini?"
"Jangan galak seperti ini!" dia tertawa dengan senang, "sewaktu aku berusia 3 tahun aku pernah bertemu dengan ayahmu, waktu itu kau baru berumur 9 tahun."
Perempuan itu melihat Bai Tian Yu, dia berkata lagi, "Waktu itu ayahmu ke rumahku dan ayahmu menggendongmu di pundaknya, ayahmu meminta agar nenek moyangku mencabut 3
jarum yang bersemayam di tulangmu, apakah kau sudah lupa?"
Mana bisa Bai Tian Yu melupakannya begitu saja"
Waktu itu ayahnya pergi ke sana sini mencari seseorang yang bisa mengobati penyakitnya tapi mereka tidak berani secara terang-terangan mencari tabib.
Mereka terus menerus dikejar dan akan dibunuh, dalam keadaan seperti itu, setiap kali dia bermimpi di malam hari, tubuhnya seperti ditusuk dengan jarum emas yang pernah menyerangnya dan bersemayam di dalam tulangnya, menusuk hingga ke dalam hatinya. Apakah dia bisa melupakan semua ini"
Sekarang Bai Tian Yu baru dengan benar melihat perempuan yang di ada depannya. Setelah lama dia baru berkata, "Apakah kau adalah Lao Jiu (ke 9) dari keluarga Mu Rong?"
"Benar," perempuan itu tertawa dengan senang, dia berkata lagi, "aku adalah putri Mu Rong, apakah kau masih ingat dengan gadis kecil yang selalu ingusan?"
Perempuan yang datang seperti mimpi itu tak lain adalah putri Mu Rong, dia pernah melihat Bai Tian Yu, dia juga pernah melihat ayah Bai Tian Yu.
Siang sudah lewat, tapi gunung yang ada di kejauhan masih tidak begitu jelas bila dilihat.
Walaupun gunung itu tampak jauh, tapi harum pohon dan daun terbawa oleh angin hingga ke rumah makan ini.
Pohon dan daun memang harum tapi tubuh putri Mu Rong lebih harum lagi, harum yang dibawanya membuat orang yang tidak minum pun bisa merasa mabuk. Bai Tian Yu tidak mabuk, walaupun saat ini dia sedang minum, dia merasa sedikit mabuk pun tidak. Mata Bai Tian Yu terus-menerus melihat putri Mu Rong tapi sorot matanya tidak begitu tajam lagi, tapi kata-katanya masih terdengar sangat dingin.
"Tiba-tiba kau muncul di sini, ada perlu apa denganku?"
Putri Mu Rong mengecap araknya, setelah itu dia baru menjawab pertanyaan Bai Tian Yu.
"Seseorang ingin bertemu denganmu tapi dia sulit untuk keluar dari tempanya, karena itu aku diminta untuk menjadi perantara dan menemuimu."
"Siapa yang ingin bertemu denganku?"
"Aku ingin memberitahukannya kepadamu, tapi dia sudah berpesan jika aku memberitahukan namanya kau pasti tidak akan bersedia ikut dengaku."
"Apakah orang ini begitu mengerti tentang diriku?" Bai Tian Yu tertawa dengan dingin, "apakah dia pernah memberitahu kepadamu, walaupun kau tidak memberi tahu namanya aku pun tetap tidak akan ikut denganmu."
Kata Putri Mu Rong, "Dia memberitahu kepadaku bahwa kau pasti akan ikut denganku." "Oh ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia paling mengerti bagaimana sifatmu, dia pun sangat mengerti dengan adatmu," kata putri Mu Rong sambil tertawa, "Dia mengatakan kalau kau mengatakan tidak akan ikut denganku tapi dalam hatimu kau pasti ingin ikut pergi."
Siapa yang ingin bertemu dengan Bai Tian Yu" Mengapa dia begitu mengerti bagaimana seorang Bai Tian Yu"
Karena apa dia ingin bertemu dengan Bai Tian Yu"
Bai Tian Yu sangat ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan ini karena itu mau tidak mau dia harus ikut putri Mu Rong pergi.
---ooo0dw0ooo---
BAB 2 Tempat terdalam di samudra
Begitu Zang Hua membuka matanya, dia melihat bulan yang begitu besar dan bulat.
Bukan karena dia belum pernah melihat bulan, tapi sekarang begitu dia melihat bulan, matanya bersinar aneh, antara tidak percaya dan bingung.
"Mengapa malam hari ini bulan begitu besar, begitu bulat dan begitu terang?"
Zang Hua baru ingat kalau sekarang adalah bulan 3 tanggal 4.
Bulan 3 tanggal 4 mengapa bulan bisa begitu bulat"
Zang Hua menggosok mata untuk melihat lagi dengan benar. Betul, bulan tetap begitu bulat. Di langit ada bulan dan juga bintang. Apakah di sini adalah neraka"
Semenjak dia ditarik masuk ke dalam peti mati, Zang Hua tidak sadarkan diri. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia pingsan, atau dia malah sudah mati"
Dia dibangunkan oleh suara ombak, begitu teringat dengan ombak, Zang Hua segera melihat ke sekelilingnya. Ternyata betul, di sini adalah laut dan dia duduk di pasir di pinggir laut.
Tempat ini berada di tengah-tengah laut. Berarti saat ini Zang Hua duduk di atas pasir dan dikelilingi oleh laut biru. Tempat apakah ini" Mengapa dia bisa ada di sini" Kalau di sini memang neraka, mengapa dia tidak terlihat orang-orang berwajah seram seperti yang diceritakan di dalam bayangan" Di sana ada gunung pisau dan kuali minyak yang bergolak.
Apakah sekarang ini dia sedang berada di atas gunung pisau" Dan di sekelilingnya adalah minyak di dalam sebuah kuali besar" Dia tidak melihat wajah-wajah seram, karena dewa kematian belum datang.
Begitu dewa kematian datang semua keadaan di sini akan berubah.
Begitu memikirkan hal itu, tibuh Zang Hua gemetar, dia melihat lagi ke sekelilingnya, matanya bersorot ketakutan, dia takut laut yang tenang itu tiba-tiba mengeluarkan api besar. Di atas langit tampak bulan, ada bintang ada laut yang berwarna biru, seharusnya ini adalah tempat romantis, tapi Zang Hua merasa di sini penuh dengan misteri. Dia memeluk pundaknya sendiri, kedua matanya terus melihat ke sekeliling tempat itu tiba-tiba dia baru sadar ada satu sesuatu yang aneh.
Di sini sangat sepi. Tidak ada ombak tapi suara ombak terdengar sangat keras.
Tidak ada angin, mengapa bisa ada suara gelombang yang begitu keras"
Dan suara gelombang itu seperti datang dari arah langit, tapi mana mungkin"
Zang Hua melihat langit dan mendengarkan dengan lama. Betul saja, suara gelombang itu datang dari arah atas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zang Hua bertemu dengan hal aneh lagi. Walaupun di langit ada bulan dan bintang. Bulan tampak sangat besar, bintang bersinar sangat terang, tapi sinar yang mereka pancarkan adalah sinar kematian.
Sinar seperti itu seperti sinar kematian.
Bulan, bintang walaupun mereka bersinar dengan terang tapi tidak tampak indah dan juga tidak tampak alami.
Dahi Zang Hua berkerut seperti kulit bakpao. Wajahnya tidak terlihat takut lagi tapi penuh dengan rasa bingung dan ragu, dia berdiri, dengan teliti melihat lagi ke atas langit. Kemudian dia melihat ke arah laut sekali lagi.
Setelah lama, dahi Zang Hua yang berkerut perlahan mulai hilang kerutannya, wajahnya sepertu ada tawa.
Kemudian dia memeluk perutnya dan duduk di pasir sambil tertawa terbahak-bahak, tawanya terdengar sangat senang.
"Ternyata seperti ini," kata Zang Hua tertawa dan berkata lagi, "orang ini pasti sangat berbakat, hanya orang yang mempunyai bakat bagus baru bisa menemukan tempat seperti ini dan ditata seperti ini."
Suara Zang Hua baru saja menghilang, di langit yang begitu gelap terdengar suara lain.
"Oh, kau sudah tahu kalau tempat ini tempat apa."
Mendengar suara itu, Zang Hua tidak merasa aneh lagi, dengan nyaman dia berbaring di atas pasir. Kemudian melihat bulan yang begitu besar dan terang. Dengan suara yang terdengar senang dia berkata, "Betul, aku sudah tahu tempat apa ini."
"Tempat apa menurutmu?" tanya suara itu.
"Ini berada di bawah laut."
"Bawah laut" Di bawah laut mengapa ada langit?"
"Di bawah laut tidak ada langit malam. Langit ini kau sendiri yang membuatnya," jawab Zang Hua, "kau mengecat dinding berlubang alam ini dengan warna biru. Kemudian dengan batu seperti batu kristal, kau pasangkan di atas dinding, dari kejauhan seperti bintang-bintang."
"Lubang alam" Mengapa kau tahu di laut ada lubang alam?"
"Aku pernah mendengar seorang bijak yang mengatakan : di bawah samudra di dalam batu-batuan. Karena laut sering bergerak akan menjadi sebuah lubang. Jika lubang ini tepat berada di dalam batu, dia akan menjadi lubang alami dan di sana ada udara," jawab Zang Hua, "apakah perkataanku benar?"
"Benar, kau sangat pintar."
"Terima kasih."
"Kau tahu ini adalah lubang alami, kau pasti senang kalau tempat ini berada di bawah laut yang dalamnya kira-kira ratusan meter. Udara di sini paling cukup untuk 10 hari. Begitu memasuki hari ke-11, kau akan kekurangan udara dan mati secara perlahan-lahan."
Suara ini berhenti kemudian berkata lagi, "Dari sini ke atas laut dalamnya ratusan meter, pasti kau tidak akan bisa berenang ke atas. Sekarang kau harus bagaimana" Walaupun kau tahu bahwa itu adalah satu-satunya jalan untuk bisa bertahan hidup tapi bila berenang jaraknya begitu jauh.
Di dunia ini tidak ada yang bisa berenang dengan jarak begitu jauh. Kau begitu pintar, apakah bisa memberitahuku, harus dengan cara apa kau bisa lolos dari sini?"
Berada di tempat yang begitu aneh, apakah Zang Hua mempunyai cara untuk meloloskan diri"
Meloncat" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu-satunya jalan adalah meloncat ke laut dan berenang ke atas.
---ooo0dw0ooo---
Walaupun sama-sama diculik nasib Ren Piao Ling sepertinya lebih baik sedikit.
Begitu dia sadar, dia baru tahu kalau dia berada di dalam sebuah gua, sama-sama berada di dalam lubang dan ada bintang serta bulan.
Tapi lubang ini tidak berada di bawah laut tapi berada di gunung. Bintang dan bulan yang dia lihat tidak seperti bintang dan bulan yang dilihat Zang Hua karena gua itu berlubang maka masih bisa melihat keadaan di luar gua.
Walaupun Ren Piao Ling berada di dalam gua, tapi sepertinya dia berada di tempat yang paling enak.
Di dalam gua itu dipenuhi dengan bunga-bunga dan rumput yang tampak aneh juga ada buah-buahan langka dan ada bermacam-macam arak.
Masih ada teh dan bermacam-macam perempuan.
Perempuan cantik.
Di dalam gua tidak terlalu banyak perempuan, paling-paling hanya ada 50-60 orang.
Walaupun hari sudah malam tapi di dalam gua tampak terang seperti siang.
26 buah lampu menyinari ke seluruh sudut gua dengan jelas, di sebelah kiri masih ada burung merak yang terbuat dari kristal, air gunung keluar dari mulut merak itu dan mengalir masuk ke sebuah kolam bulat. Di dalam kolam terdapat sepasang Yuan Yang (nama burung) yang sedang bermain air. Di sisi kolam masih ditanami dengan semacam bunga berwarna ungu entah apa namanya.
Di depan masih ada meja pendek yang terbuat dari kristal. Di atas meja itu dipenuhi dengan buah-buahan dan sayur-mayur, masih ada bermacam-macam arak. Sebuah ranjang besar dan empuk berada di tengah-tengah gua itu. Sinar bulan tepat menyinari tempat itu.
Ren Piao Ling berbaring di atas tempat tidur itu. 50-60 perempuan cantik siap melayaninya.
Ada yang menyuapi sayur, ada yang mengu paskan buah-buahan, ada yang menuangkan arak, ada yang memijat kakinya, ada yang memijat punggungnya, ada yang memberikan arak melalui mulutnya ke mulut Ren Piao Ling.
Angin datang dari atas gunung membawa suara gelombang laut yang juga membawa
kesedihan laut.
Suara gelombang datang dari seluruh penjuru. Ren Piao Ling tahu pulau ini adalah sebuah pulau yang berada di dekat laut tapi dia tidak tahu pulau ini bernama apa" Dia ingin bertanya kepada perempuan-perempuan cantik itu.
"Apa nama pulau ini" Dan dimana tempat ini berada?"
Yang dia dapatkan hanya tawa dan senyuman perempuan-perempuan ini.
Kemudian Ren Piao Ling bertanya lagi, "Siapa yang mempunyai tempat ini?"
Jawaban yang dia dapatkan hanya tawa manis saja.
Kemudian Ren Piao Ling tidak bertanya lagi, kalau sudah begitu lebih baik nikmati dulu suguhan yang ada di depannya.
Sewaktu Ren Piao Ling mulai menikmati semua fasilitas yang ada di gua itu, pasti Zang Hua juga mendengar suara yang terdengar dan berkata, "Air begitu dalam, di dunia ini tidak ada yang bisa berenang begitu
jauh. Kau begitu pintar apakah kau bisa memberitahukannya kepadaku, harus berbuat bagaimana supaya bisa lolos dari sini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapa pun yang mendengar kata-kata itu dan mengerti hal ini pasti dia akan. merasa sedih dan khawatir atau terburu-buru, tapi hal itu tidak bagi Zang Hua.
Zang Hua adalah Zang Hua.
Dia tetap tertawa begitu senang.
Suara yang terdengar dari atas, seperti bisa melihat ekspresi wajah Zang Hua. Suara itu berkata lagi, "Aneh! Aneh! Mengapa kau masih bisa tertawa?"
"Aku bisa tertawa," jawab Zang Hua dengan senang, "karena aku mengerti tentang 4 hal."
"4 hal tentang apa?"
"Pertama, kalau benar gua ini begitu dalam, dengan cara apa kau bisa membawaku ke sini?"
"Itu adalah yang pertama."
"Kedua, di dunia persilatan ada yang mengeluarkan suara dengan tenaga dalamnya, tapi tidak ada ilmu dengan tenaga dalam menerima suara, mengapa kau bisa mendengar suaraku?"
"Apa alasan ketigamu?"
"Aku tidak tahu tentang laut tapi aku mengerti suatu hal jika berada di laut yang dalam tidak akan bisa mendengar suara gelombang. Sedalam apa pun suara tidak bisa terdengar dari sini,"
kata Zang Hua sambil tertawa, "tapi aku bisa mendengar suara gelombang, apakah di sini adalah di dalam laut?"
Suara itu tiba-tiba berhenti. Setelah lama Zang Hua mendengar lagi suara itu bicara, "
bagaimana dengan alasan keempat" Apa yang keempat?"
"Meloncat ke laut pasti bisa kulakukan, tapi aku tahu masih ada satu jalan supaya aku bisa keluar."
"Jalan satu lagi" Jalan apakah itu?"
"Jalan itu agak dekat dan tidak perlu jauh-jauh dan tidak perlu sampai bajuku basah."
"Oh ya" Apakah ada jalan seperti itu?"
"Ada."
"Di mana?"
"Di sini."
"Ada pada langit, ada pada bulan," Zang Hua dengan tersenyum melihat bulan besar dan terang itu serta bulat.
"Bulan" Apakah bulan itu adalah jalan keluarnya?"
"Benar," jawab Zang Hua, "bila aku meloncat melewati bulan, aku bisa keluar tanpa basah."
"Baik! Baik Zang Hua sangat pintar," suara itu tertawa.
"Tapi kali ini kau salah." "Aku salah?" "Betul, kau salah."
Memang Zang Hua salah.
Begitu dia meloncat melewati bulan, dia baru tahu kalau dia salah.
Di dunia ini ada semacam orang, entah dia berada di mana dan keluar dari mana, dia tidak akan membuat orang merasa aneh.
Zang Hua adalah orang seperti itu.
---ooo0dw0ooo---
Air gunung keluar dari mulut burung merak lalu mengalir ke dalam kolam. Air kolam itu sangat dingin dan sejuk. Sewaktu Ren Piao Ling ingin masuk ke dalam kolam untuk berendam, tiba-tiba dia melihat seseorang muncul dari dalam air.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu melihat orang yang muncul dari dalam air itu, Ren Piao Ling langsung tertawa.
Perempuanperempuan itu pun tidak merasa kaget. Mereka ikut tertawa, tawa mereka terlihat lebih senang dibandingkan dengan Ren Piao Ling.
"Kalau kau ingin berenang, tidak perlu tergesa-gesa. Masa kau berenang dengan baju yang masih rapi?"
Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "Hai! Kalau aku memberitahu orang lain bahwa di dalam bulan ada air. Aku kira tidak ada orang yang bisa percaya dengan semua ini."
Orang yang muncul dari dalam air itu tak lain adalah Zang Hua.
Suara yang m Hikmah Pedang Hijau 1 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Pendekar Satu Jurus 2
^