Anak Berandalan 5

Anak Berandalan Karya Khu Lung Bagian 5


tu pada kedua pipi si kongcu hidung
belang. Gerakannya sangat luwes sekali, seolah-olah seorang ibu yang sangat prihatin kepada
putranya. Liu Eng Lam menyengir, seolah-olah hendak dipaksakan tertawa. Tapi mungkinkah dia dapat
tertawa " Keadaannya lebih menyedihkan dari pada kalau dia menangis. Lebih buruk dari
pada wajah seorang yang menangis.
Setelah selesai mengusap-usap kedua pipi Liu Eng Lam yang matang biru itu, Siao kongcu
menggibrik-gibrikkan baju Liu Eng Lam juga. Dan dibersihkannya dengan baik sekali. setelah
itu dia berkata :
"Nah, dengan memaksakan diri didalam keadaan seperti ini kau dapat bertemu dengan orang.
Tapi lain kali berhati-hatilah jangan sampai terpukul wajahmu sendiri, wajah tampan adalah
modal penting."
Liu Eng Lam menganggukkan kepala, seolah-olah boneka hidup saja. Dia membiarkan
dirinya dikendalikan oleh Siao kongcu.
Liu Eng Lam mempasrahkan diri, Sim Pek Kun juga pasrahkan nasib dia pejamkan kedua
belah matanya dan menunggu tindakan-tindakan selanjutnya.
Melihat kedua mata Sim Pek Kun yang dipejamkan, wajah Siao kongcu berubah, segera dia
membentak : "Buka matamu, dan dengarlah perintahku. Bila ku ajukan suatu pertanyaan, jawablah dengan
terus terang. Jangan kau main gila ! jangan menbuat aku marah, ya ! Bila sampai terjadi
sesuatu, umpamanya kusobek atau kucopot pakaianmu, apakah yang akan terjadi " Disitu
akan timbul suatu manusia cantik jelita telanjang bulat, itulah kau. Berpikirlah baik-baik!"
Sebelum ucapan tadi selesai dikeluarkan, kedua mata Sim Pek Kun dibuka kembali. Betulbetul
ia mendengar perintah. Siao kongcu tertawa girang, dengan sungguh-sungguh dia
berkata : "Nah, inilah baru namanya seorang anak yang baik."
Umur Siao kongcu sebenarnya jauh lebih muda daripada Sim Pek Kun, tapi dia menyebut
nyonya cantik itu sebagai anak baik. Sungguh menggelikan sekali dalam pendengaran umum.
Tapi, rasa geli ini tidak dirasakan oleh Sim Pek Kun, juga tidak begitu meresap dalam
pendengaran Liu Eng Lam, karena mereka sedang dalam kesulitan.
Selesai memperanakan Sim Pek Kun, Siao kongcu menepuk-nepuk pundak Liu Eng Lam dan
berkata kepadanya :
"Inilah Bu-ya-kiam-khek Liu Eng Lam yang ternama, belum lama saja sudah membunuh
orang. Satu kusir kereta, dua wanita berbaju hijau dan satu lagi adalah kawan baiknya sendiri
si Jago Silat Golok Emas Pang Tiauw Hai."
Dan Siao kongcu menoleh kepada Sim Pek Kun seraya bertanya:
"Tahukah kau, mengapa dia melakukan pembunuhan-pembunuhan tadi?"
Sim Pek Kun menggoyangkan kepala.
Siao kongcu mendelikkan sepasang matanya, segera dia membentak keras:
"Kau sudah tidak mempunyai mulut, heh! KAngan cuma goyang-goyang kepala! Jawab
pertanyaanku dengan mulut, bicara segera!"
Dada Sim Pek Kun dirasakan seperti mau meledak, tetapi bertemu dengan manusia seperti
Siao kongcu ini, apa yang bisa diperbuatnya" Kecuali menurut segala perintahnya, tidak ada
lain jalan. Karena itulah dengan menahan butiran-butiran air mata yang sudah berada di ujung
kelopak matanya, ia memaksakan diri berkata:
"Aku....aku.... tidak tahu"
Siao kongcu menggeleng-gelengkan kepala, kemudia berkata lagi:
"Bohong! Kukira kau tidak bisa tidak tahu. Kau tahu, kau pasti tahu mengapa Liu Eng Lam
membunuh kawannya, mengapa Liu Eng Lam membunuh dua wanita berbaju hijau dan
membunuh kusir kereta itu" Kau tahu, bukan?"
Sim Pek Kun terpaksa menganggukkan kepala dan menjawab:
"Betul. Betul.... aku tahu,"
"Tentu saja kau tahu," berkata Siao kongcu.
Sim Pek Kun diam, sementara Siao kongcu sudah nyerocos lagi:
"Dia sudah jatuh cinta kepadamu, cintanya itu sesungguh hati, bukan?"
"Aku....aku.... aku tidak tahu." Sim Pek Kun semakin gugup.
"Bagaimana kau tidak tahu?" berkata Siao kongcu. "Nah, jawab lagi sebuah pertanyaanku:
Pernahkah Lian Seng Pek membunuh orang karenamu?"
Sim Pek Kun berkata:
"Belum"
"Nah," berkata Siao kongcu. "Inilah suatu bukti, bahwa Liu Eng Lam lebih besar cintanya
dari pada Lian Seng Pek."
Inilah suatu siksaan batin, Sim Pek Kun tidak dapat menahan gejolak hatinya, segera dia
mengutarakan ketidak-puasan itu, dengan suara yang sember dan terisak-isak dia berkata:
"Kau.... kau ini manusia dari mana" Begitu kejam!" Dengan maksud apa kau menyiksa orang
sampai begini rupa?"
Siao kongcu menghela napas, seolah-olah tidak mendengar suara gugatan Sim Pek Kun tadi,
dia mengoceh sendirian:
"Oh " angin semakin keras bertiup. Kalau aku telanjang bulat ditempat dan dalam keadaan
seperti ini, tentu akan masuk angin " Oh, aku malu sekali " masakan ditelantarkan ditengah
jalan tanpa selembar benangpun "!"
Tekadnya untuk membunuh diri diurungkan, Sim Pek Kun memejamkan matanya,
menggerentek menjulurkan lidahnya. Banyak orang mengatakan, manusia yang menggigit
lidahnya sendiri bisa mati segera. Ia bersedia mengambil jalan nekad tersebut untuk
menghindari siksaan-siksaan yang lebih hebat lagi.
Tapi gerakan Siao-kongcu terlalu cepat, sebelum Sim Pek Kun berhasil menggigit lidahnya
sendiri, tangan si gadis berpakaian pria sudah menekan gerahamnya. Dicekal begitu rupa,
sudah tentu tidak bisa Sim Pek Kun bunuh diri.
Dengan suara yang dibuat-buat, selembut-lembut mungkin, Siao-kongcu lalu berkata perlahan
sekali: "Seseorang yang mau hidup tidak mudah, mau mati juga tidak gampang-gampang. Barangkali
kau baru dapat membuktikan kenyataan-kenyataan ini sekarang, bukan?"
Geraham Sim Pek Kun tertekan keras, sudah tentu jadi tidak bisa bicara lagi. Maka ia hanya
mengangguk perlahan.
Siao-kongcu berkata lagi:
"Mau kau jawab pertanyaanku?"
Sim Pek Kun mengangguk lagi.
Dalam dunia tidak ada lagi yang lebih susah dari pada seseorang yang tertekan, hati, tertekan
jiwa dan bathinnya. Sim Pek Kun kini mengalami hal seperti itu.
Siao-kongcu tertawa, dia berhasil menekan si nyonya cantik-jelita. Lebih dahulu
dilepaskannya pegangan tangannya, baru berkata:
"Kau adalah seorang pintar, tentu kau tahu bagaimana harus menghadapi orang. Aku kira
tidak bermaksud membunuh diri lagi bukan?"
Sim Pek Kun menganggukkan kepala.
"Betul." Ia berkata. "Biarlah aku mendapat kebebasan bicara lagi."
Siao-kongcu berkata sambil tersenyum:
"Hutang budi harus dibalas dengan budi. Ini adalah salah satu bunyi pepatah kuno. Dapatkah
kau memahaminya" Seperti kau tahu Liu Eng Lam itu sudah sangat cinta kepadamu. Itu
adalah budi. Jadi, seharusnya kau juga harus membalas dengan budi lagi, bukan?"
"Betul." Hati Sim Pek Kun sudah menjadi beku, dia menjawab sekenanya.
"Kau mau membalas budi orang itu?" desak lagi Siao-kongcu.
Pandangan mata Sim Pek Kun tertuju kearah tempat yang jauh sekali, dengan suara datar
menjawab: "Aku wajib membalas budinya."
Siao-kongcu berkata: "Seorang wanita yang hendak membalas budi seorang pria, hanya ada
satu cara yang paling mudah. Kau seorang wanita, tentunya memahami cara-cara terbaik apa
yang kaumaksudkan itu."
Pikiran Sim Pek Kun menjadi kalut sendiri, apapun seperti tidak ada di tempat itu, seolah-olah
dia telah menjadi sebuah patung hidup, yang tidak mempunyai hak bicara dan tidak
mempunyai hak bertindak sendiri. Segala sesuatu harus mengikuti kemauan pembuatnya.
Apa yang diucapkan oleh Siao Kongcu boleh tidak dianggap sama sekali. Dia mendengar, tapi
seolah-olah tidak mendengarnya.
Sementara itu sudah berkata lagi, "Liu Eng Lam hendak kawin denganmu. Maukah kau
membalas budi ini" Maukah kau menjadi istrinya?"
Sejenak Sim Pek Kun tertegun, akhirnya menjawab dengan gugup, "Aku " aku "!"
"Kau tidak mau berdiri di depan orang tanpa pakaian, bukan" Apalagi di tengah malam
seperti ini! Hendaknya kau dapat memahami maksud kata-kataku ini." Berkata Siao Kongcu
pula. Tapi Sim Pek Kun malah bungkam.
"Angin bertiup begini kencangnya, bisa masuk angin kau nanti."
Tanpa menghiraukan reaksi Sim Pek Kun yang sudah berhasil dikuasai oleh Siao Kongcu, dia
berpaling kepada Liu Eng Lam, dan berkata padanya,
"Kau tentunya sangat cinta kepadanya. Maukah kau memperistri dia?"
Liu Eng Lam seolah-olah sudah dijanjikan patung hidup, dia juga seperti tidak mempunyai
hak bicara lagi, segala sesuatu sudah diserahkan Siao Kongcu untuk diaturnya, mendengar
pertanyaan ini, dia menjadi semakin gugup, "Sebetulnya, "aku "." Liu Eng Lam merasa
sulit untuk memberikan jawaban. Apa yang harus dijawabnya"
Sambil tertawa Siao Kongcu berkata, "Mau "mau"tapi bagaimana dengan "."
"Kau takut dia tidak mau?" memotong Siao Kongcu.
Liu Eng Lam menundukkan kepalanya semakin ke bawah.
Siao Kongcu cepat-cepat berkata lagi,
"Betul-betul kau seorang tolol! Dia sudah mau membalas budimu. Dengan suatu pernyataan
yang halus dia sudah mengatakan bersedia menjadi istrimu, apa lagi dia sudah melakukan
malam pengantin, apa yang bisa diperbuat olehnya?"
Mengawini seorang nyonya yang sangat cantik jelita, itulah sudah merupakan maksud tujuan
Liu Eng Lam. Tapi dalam keadaan seperti ini, atas paksaan-paksaan dan tekanan-tekanan
kekerasan Siao Kongcu, bagaimana dia harus memberikan jawaban"
SIAW CAP-IT-LONG datang kembali
Adapun maksud serta tujuan Liu Eng Lam yang berkhianat kepada Siao Kongcu adalah
mendapat sedikit kesenangan dari si nyonya cantik jelita Sim Pek Kun, kini Siao Kongcu
hendak menikahkannya dengan wanita itu, tentu saja dia kesenangan sekali. Sayang
perasaannya masih tertekan, sedikit banyak rasa takut itu masih ada, sepasang matanya
ditetapkan kepada Sim Pek Kun, nyonya itu tetap cantik, tetap jelita, tetap menarik.
Siao Kongcu berkata lagi,
"Inilah suatu kesempatan bagus, mau kaugunakan atau tidak" Bila kau mau, harus
menganggukkan kepala, dan aku akan segera menjadi wali kalian supaya kalian bisa segera
melangsungkan pernikahan di tempat ini"
"Di tempat seperti ini?" Liu Eng Lam semakin terkejut.
Dengan dingin, Siao kongcu berkata,
"Yah! Apakah kau tidak setuju" Ini suatu yang bagus. Bukan saja sebagai kamar pengantin,
juga boleh dijadikan sebagai tempat kuburan. Coba aku mau tahu bagaimana kau hendak
menjawab pertanyaanku?"
Berulang kali Liu Eng Lam menganggukkan kepala, cepat-cepat dia berkata,
"Aku sih senang saja " aku mau " aku mau. Biarlah segala sesuatunya kuserahkan kepada
Siao kongcu saja."
Siao kongcu sangat puas sekali, dia berkata dengan sangat girang, "Nah, begitu baru betul.
Begitu baru dapat dinamakan seorang anak baik. Aku akan segera membuat persiapan kalian.
Baik-baiklah kau menjaga mempelai perempuan. Dia hanya mempuyai sebatang lidah,
bilamana lidah itu digigit dan putus, sebentar lagi apa yang dapat kau mainkan?"
Liu Eng Lam mendapat tugas untuk menjaga Sim Pek Kun.
Siao kongcu sudah menyerahkan tugas pengawasannya kepada Liu Eng Lam, dengan tenang
ia lalu memetik dua tangkai dahan pohon. Dua tangkai pohon itu dibuatnya seperti berbentuk
lilin, ditancapkannya di tanah dan berkata kepada Liu Eng Lam dan Sim Pek Kun,
"Inilah lilin pengantin kalian."
Ditunjukanya lagi kereta yang sudah pecah-pecah itu, dan berkata,
"Itulah kamar pengantin kalian. Nanti kalau kalian berdua sudah memasuki malam pertama,
jangan khawatir, aku akan menjaga kalian di tempat ini. Kuharap saja, setelah menjadi suamiistri
yang sah, kalian tidak akan melupakan aku yang sekarang menjadi mak comblang
kalian." Liu Eng Lam memandang ke arah kereta yang sudah rusak itu, lalu menoleh ke arah Sim Pek
Kun. Kini mengertilah dia sudah, bahwa karena tergila-gila oleh paras cantik dia akhirnya
harus menderita begini. Suatu perjodohan yang dipaksakan!
Tiba-tiba saja dia bertekuk lutut di hadapan si Siao kongcu, dengan separuh meratap berkata,
"Siao kongcu ", aku mohon pengampunanmu"."
Tapi si Siao kongcu dengan cepat berkata, "Kau sudah berkhianat kepadaku. Aku tak menarik
panjang urusan ini, sudah terlalu baik, bukan" Buat kau malah sudah kucarikan seorang
perempuan yang cantik, yang akan kujodohkan kepadamu. Apakah kau masih kurang puas
juga" Apa lagi yang kau mau?"
"jadi, sukakah kongcu mengampuniku?"
"Kalau aku tak suka mengampuni kau, sebatang golok tentunya sudah masuk ke dalam
tubuhmu sejak tadi, kau mengerti?"
Rasa girangnya Liu Eng Lam tidak alang kepalang, ia menarik napas lega, lalu berulang kali
mengucapkan terima kasih.
Jilid 6_____________
Liu Eng Lam belum dapat menangkap tujuan si Siao Kongcu yang sebenarnya, karena itu ia
berani buru-buru mengucapkan terima kasih.
"Tapi.....dikemudian....bagaimana...bagaimana aku dapat hidup dikemudian hari...?"
Siao kongcu tertawa girang. Dia memang terlalu banyak akalnya. Juga sangat kejam sekali.
Mendengar itu ia lalu berkata dengan suara perlahan sekali:
"Dikemudian hari " itu urusanmu, bukan urusanku. Apakah aku harus memberi petunjuk terus
menerus ?"
Siao kongcu lalu tersenyum kecil, kemudian berkata lagi dengan suara lebih perlahan :
"Kukira kau sudah mengerti. Tapi tak apalah, akan kuberitahu caranya "
"Silahkan kongcu omong saja"
sepatah demi sepatah Siao kongcu lalu berkata :
"Kau si Bu yu kiam khek Liu Eng Lam sudah cukup punya nama, dan calon istrimu Sim Pek
Kun lebih terkenal lagi. Kalian berdua adalah merupakan tokoh-tokoh ternama. Bekas
suaminya Sim Pek Kun yaitu Lian Seng Pek, kukira lebih tenar namanya daripada Sim Pek
Kun sendiri. Tapi boleh dibilang, kalian bertiga merupakan tiga tokoh silat atau tokoh-tokoh
jutawan yang cukup mempunyai kedudukan tinggi. Dalam sekejap mata perkawinan yang
sangat mendadak ini dapat tersebarluas kemana-mana. Kalau Lian Seng Pek sampai dapat
tahu istrinya kawin lagi, tahukah kau apa akibatnya " kalian adalah kawan-kawan karib,
bukan " kukira kau cukup mengerti, bahwa kehidupanmu masih belum cukup terjamin."
Wajah Liu Eng Lam berubah pucat pasi,keringat dingin mengucur keluar membasahi sekujur
badannya. Sementara itu Siao kongcu sudah berkata lagi :
"Karena itulah kuanjurkan kepadamu, setelah kalian melangsungkan upacara perkawinan
ditempat ini, cepat-cepatlah kalian mencari suatu tempat yang terpencil dan tersembunyi.
Lebih baik lagi kalau tak ada orang lain atau hewan sekalipun disana. Ditempat itulah kalian
boleh hidup tenang sedikit, jangan sampai diketahui orang, lebih-lebih jangan sampai kawankawan
atau kaki tangan Lian Seng Pek tahu. Kau tahu sendiri bukan " apa akibatnya "
Bagaimana perasaan Lian Seng Pek, kalau dia tahu istrinya sampai direbut orang ?"
Butiran-butiran keringat mulai menetes turun. Liu Eng Lam begitu takut sekali.
Itulah kiranya itikad baik si Siao kongcu dalam menghadapi para anak buahnya yang
berkhianat. Dia tidak merasa perlu harus segera turun tangan, tapi cukup banyak cara-cara
penyiksaan berat dapat dijatuhkan olehnya untuk para pengkhianatnya itu.
Masih dengan tertawa-tawa, Siao kongcu meneruskan bicaranya :
"kau tidak dapat mengabaikan peringatanku tadi. satu macam peringatan lagi yang akan
kuberikan ialah tentang pengantin perempuan ini. Kau harus bisa menjaga dirinya baik-baik.
Jangan sampai dia lari. Apalagi ditengah malam, tidak boleh kau tidur terlalu pulas, sebab,
setiap saat, setiap waktu, setiap menit, setiap detik, bisa saja dia membebaskan dirinya. malah
salah-salah lengah sedikit saja belati tajam bisa bersarang dalam dadamu. Ini peringatanku
yang kedua."
Liu Eng Lam tertegun ditempat. Apa yang dapat dikerjakannya sekarang " sampai pada detikdetik
ini, barulah dia mengerti,apa maksudnya Siao kongcu. Ternyata cara-cara nya Siao
kongcu menyiksa orang jauh lebih hebat daripada cara apapun juga.
Sioau kongcu benar-benar seperti bukan manusia, cara-cara penyiksaan seperti itu benarbenar
hebat sekali. rasanya, kecuali dia tidak mungkin ada manusia keduanya yang dapat
menyamai kekejamannya.
memikirkan hari-hari berikutnya, sesudah menempuh hari perkawinan ini, Liu Eng Lam
malah jadi merasa sedih sekali, sukmanya serasa telah terbang meninggalkan raganya.
Penyakit yang dicarinya sendiri.
Siao kongcu menggendong tangan, bertindak bolak-balik dihadapan Liu eng Lam. Dia tidak
perlu lagi merasa takut kepada orang bawahannya yang sudah berani berkhianat ini. Dengan
tenang sekali, seolah-olah mengoceh kepada dirinya sendiri ia berkata :
"Untuk menghadapi kesulitan-kesulitan itu, aku mempunyai cara yang baik buat
mengatasinya. Mau kau dengar apa tidak ?"
Satu pengharapan baru timbul dalam alam pkiran Liu eng lam, dengan cepat ia lalu bertanya :
"kami membutuhkan sekali petunjuk dari Siao kongcu"
Siao kongcu menoleh kepadanya, dia menganggukkan kepalanya seraya katanya "
"Baik, aku akan mulai memberi satu petunjuk baik kepadamu."
"Untuk menyembunyikan diri disuatu tempat yang sunyi yang tiada manusia sama sekali, itu
mudah. Untuk menghindari kejaran Lian Seng pek dan orang-orangnya, itupun tidak sulit.
Yang masih dikuatirkan ialah bagaimana caranya kau bisa menjaga supaya si perempuan
tidak membocorkan rahasia tempat sembunyi kalian. Tentang ini, sudah juga kupikirkan
masak-masak, kukira boleh saja kau mencoba merusak ilmu silatnya, boleh saja kau totok
pusat jalan darahnya, tanpa memiliki kekuatan dia tidak mungkin lari. Atau, bila kau tidak
percaya lagi dengan sebuah rantai besi kau rantailah kakinya. Lebih baik lagi kalau kau dapat
menelanjanginya. Seorang wanita tanpa pakaian kemanapun dia takkan berani keluar."
Bukan saja hendak menyiksa Liu Eng Lam kalau begini, Siao kongcu ini ternyata masih
mempunyai cara lain untuk menyakiti Sim pek Kun. Dia hendak menyiksa kedua orang


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didepannya ini sekaligus.
Tangan Liu Eng Lam dikepal-kepalkan dari sana mengucur keluar keringat yang bagaikan air
bah, tangan itu menjadi basah sekali.
Kebijaksanaan Siao kongcu lebih luar biasa lagi, hati Siao kongcu benar-benar sangat kejam,
betul-betul dia seorang manusia iblis yang sukar dicari tandingannya.
Siao kongcu benar-benar kejam, Liu Eng Lam digunakannya sebagai senjata untuk menyiksa
diri sim Pek Kun, dan nyonya Lian Seng Pek ini dipakainya buat menghukum Liu Eng Lam
Itu waktu Sim Pek Kun sudah hampir kehilangan ingatan, semua ucapan Siao kongcu dan Liu
Eng Lam tidak sepatahpun yang masuk ketelinganya. Suatu penderitaan lahir batin yang maha
hebat. kawin macam apakan yang akan dilangsungkan ditempat seperti ini "
Iman Liu Eng Lam masih cukup kuat, toh masih tidak sanggup menanggung derita yang
datangnya secara mendadak ini. tak bedanya sebagai boneka hidup, segala sesuatunya harus
dijalankan menuruti kemauan dalangnya.
Sang dalang dalam urusan ini, adalah Siao kongcu. Dia senang sekali, dengan tertawa-tawa
dan bertepuk tangan berkata pula :
"Ayo mengapa kalian menyia-nyiakan waktu yang amat berharga ini " kamar pengantin sudah
tersedia, silahkan masuk."
Sungguh keterlaluan !
Kereta yang sudah bobrok dan rusak itu dikatakan oleh Siao kongcu sebagai kamar pengantin,
Suatu penghinaan yang amat besar !
tapi Liu Eng lam sudah kena pengaruh. Dia menoleh kearah Sim pek Kun. Dan begitu dia
menyaksikan kecantikan si nyonya yang luar biasa, lantas tergiur hatinya.
Tanpa pikir panjang lagi digandengnya lengan wanita itu. begitulah,dua orang tanpa
kesadaran telah meninggalkan tempatnya semula, dengan tujuan kereta yang dikatakan Siao
kongcu sebagai kamar pengantin.
Pikiran Sim Pek Kun kosong melompong, ia membiarkan dirinya diseret orang, kakinya
bergerak jalan, juga menuju kearah kereta yang sudah rusak tersebut.
Liu Eng Lam dan Sim Pek Kun menuju kearah kereta.
Menyaksikan kedua boneka buatannya sudah mulai terpengaruh, Siao kongcu menjadi girang,
denga kerlingan mata yang nakal dia tertawa sendiri.
Walaupun dengan gerakan-gerakan yang lambat, setapak demi setapak, dengan pasti sekali
Sim Pek Kun dan Liu Eng Lam bergandengan tangan, menuju kearah kereta.
Siao kongcu mendongakkan kepala, dan tertawa sendirian.
Sementara itu, langit sudah mulai hitam, awan beriring-iring menandakan hari akan hujan.
Siao kongcu seakan-akan mau melupakan suasana yang buruk seperti itu, mulailah ia menarik
suara dengan membawakan sebuah sair yang kira-kira begini :
Cuaca mulai gelap. Hujan akan segera turun. Dalam suasana seperti itu, Dua mempelai
memasuki peraduannya.......
Mendadak, ya mendadak sekali, wajah Siao kongcu tiba-tiba berubah.
Ia lantas menghentikan sair yang dinyanyikannya, karena pada saat itulah dia sudah dapat
merasakan bahwa seseorang sudah berada dekat sekali dibelakang dirinya.
Adanya orang yang dapat muncul seperti bayangan iblis ini benar-benar sangat mengejutkan
sekali. Gerakan orang ini begitu lincah dan cepat, tahu-tahu sudah berada dibelakang diri si
Siao kongcu. Ini merupakan suatu bukti betapa hebatnya kepandaian orang itu.
Reaksinya Siao kongcu tidak lambat, toh masih kalah hebat sedikit. Dia baru sadar setelah
keburu didatangi dekat sekali oleh orang itu. Waktu orang itu sudah berada tepat di
punggungnya sekali.
Siao kongcu menyedot nafasnya dalam-dalam, sementara sarafnya mengatakan kepadanya,
harus hati-hati, ada orang yang paling kau takuti berada dibelakangmu !.
"Siaw Cap It Long ?". Dengan begitu saja pertanyaan itu terhambur keluar dari mulut si Siao
kongcu. "Berdiri ditempat, dan jangan coba-coba bergerak !. Juga jangan coba-coba menoleh
kebelakang !"
Benarlah kiranya suara Siaw Cap It Long itu !, tak salah lagi ! Inilah suara Siaw Cap It Long !
Kejam Siaw Cap It Long, tidak ada orang yang dapat menandingi kecepatan pendengaran
Siao kongcu. Kecuali ilmu meringankan tubuh Siaw Cap It Long belum ada orang yang dapat berdiri
dibelakang gadis kecil jahat tanpa diketahui olehnya.
Biji mata Siao kongcu yang hitam dan jeli itu berputar, dengan suara yang merdu sekali ia
berkata " "Aku paling senang mendengar suaramu. Aku paling taat kepada perintahmu. Baik, aku tidak
bergerak. Aku tidak menoleh dan ketawa."
Terdengar kembali suara Siaw Cap It Long, kali ini ditujukan kepada Liu Eng Lam "
"Hei, kongcu dari keluarga Liu, kau juga turut kemari."
Didalam mata Liu Eng Lam, sigadis berpakaian pria Siao Kongcu adalah manusia yang
terpandai didalam dunia, rasa takutnya kepada kongcu itu sangat luar biasa sekali, kini orang
yang paling ditakuti ternyata masih takut kepada seseorang, tentu saja dia merasa heran,
hanya sebentar saja, rasa herannya itu lenyap mendadak, setelah itu ia tahu bahwa orang yang
berada dibelakang Siao kongcu itu adalah si jago berandalan Siaw Cap It Long.
Mengetahui bahwa orang yang hendak menyiksa dirinya itu dibuat sudah mati kutu, Liu Eng
lam agak terhibur, dia berbalik, dan mengikuti perintah Siaw Cap It Long, ia berjalan.
Siaw Cap It Long berkata "
"Kau kenal kepadanya?"
Kata-kata ini diarahkan kepada Liu Eng Lam, jari Siaw Cap It Long menunjuk kepada Siao
kongcu. Liu Eng Lam menundukkan kepala, berkata pada saat itu juga "
"kenal, namanya Siao kongcu."
Siaw Cap It Long bergoyang kepala, ia berkata dan memberi penjelasan :
"Salah."
"Orang memanggilnya dengan sebutan Siao kongcu. Entah apa nama yang sebenarnya. Kami
tidak tahu." cepat-cepat Liu Eng Lam berkata.
"seharusnya kau memanggil dia dengan panggilan nona Siao kongcu." Berkata Siaw Cap It
Long sungguh. Hanya Siaw Cap It Long seorang yang telah membuka kedok penyamaran Siao kongcu, itu
adalah seorang anak gadis yang masih perawan.
"Nona Siao kongcu ?" Liu Eng Lam mengerutkan sepasang alisnya.
"Betul". berkata Siaw Cap It Long lagi.
"Mungkinkah kau tidak dapat membedakannnya ?"
Sepasang sinar mata Liu Eng Lam diarahkan kepada Siao Kongcu dan terpakulah disana.
Siaw Cap It Long berkata lagi :
"Bagaimana penilaianmu, tentang nona Siao kongcu ini ?"
"Penilaian ?" berguman Liu Eng Lam.
"Cukup cantikkah ?" bertanya Siaw Cap It Long.
Liu Eng Lam menganggukkan kepala, seraya berkata :
"Betul, memang cukup cantik."
Siaw Cap It Long tertawa geli, ia berkata lagi :
"Bagaimana bila dibandingkan dengan kecantikan nyonya Lian ?"
Yang diartikan nyonya Lian ialah Sim Pek Kun, si nyonya cantik jelita dari keluarga Lian
Seng Pek. Liu Eng Lam menjilat-jilat lidahnya, membasahi kerongkongannya, setelah itu lalu ia berkata
" " Kukira....kukira....dimisalkan betul, ia masih gadis, kukira...kukira...nona ini lebih cantik
dari nyonya Lian"
lagi-lagi Siaw cap It Long tertawa,dan berkata :
"Biar bagaimana, penilaiannya seorang kongcu tentu lebih tepat."
Siaw Cap It Long menepuk pundak Siao kongcu, dan berkata kepada gadis itu :
"Bagaimana penilaianmu tentang Liu Eng Lam kongcu ?"
Sepasang biji mata Siao kongcu yang hitam jeli berputar, dengan tersungging senyum manis
ia berkata: "Seorang kongcu yang tampan dan berkepandaian tinggi, tentu saja sangat cakap sekali."
Siaw Cap It Long berkata :
"Bersediakah kau kunikahkan dengannya ?"
Siao kongcu menganggukkan kepala, seraya berkata :
"ingin sekali."
Siaw Cap It Long berkata :
"Baik. Aku hendak menjadi mak comblang kalian, dan hari ini juga menikahkan kalian,
maukah melangsungkan upacara pernikahan dengannya ?"
"Tentu saja mau," berkata Siao kongcu
Tanya jawab tadi terjadi diantara Siaw Cap It Long dengan Siao kongcu, pokok persoalannya
adalah pernikahan antara Siao kongcu dengan Liu Eng Lam.
Liu Eng Lam turut mengikuti percakapan itu, ia tertegun, matanya terbelalak.Entah mengimpi
menginjak tahi apa, Liu Eng Lam juga tidak mengerti, mengapa rejekinya begitu bagus sekali.
Entah rejeki entah peruntungan, hari ini secara tiba-tiba dan mendadak saja menjadi raja
pujaan dunia, semua orang mengantarkan wanita-wanita dan gadis cantik kepadanya semua
hendak dinikahkan kepadanya.
Siaw Cap It Long memandang kearah Liu Eng Lam, dan berkata kepada kongcu itu :
"Hei, kau toh dari keluarga Liu maukah kau kawin dengan gadis kecil ini ?"
Liu Eng lam menundukkan kepalanya kebawah, ia memandang tanah, entah disengaja entah
tidak kerlingan matanya melirik ketempat Siao kongcu, dengan gugup ia berkata "
"AKu......aku....."
Siaw Cap It Long berkata "
"Kau tidak perlu takut kepadanya, perempuan ini walaupun sangat galak dan telengas, seperti
apa yang tadi sudah dikatakan kepadamu, bahwa kau bersedia merusak ilmu kepandaiannya
terlebih-lebih menelanjangi dirinya, tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya, tidak
mungkin dia berani berontak kepadamu, gunakanlah cara apa yang telah dikatakannya
kepadamu itu untuk menghadapi dia sendiri."
Sebelum Lie Eng Lam dapat berbicara sama sekali, Siao Kongcu sudah cepat-cepat
memotong: "Bilamana aku mempunyai rejeki untuk dikawinkan dengan Lie Eng Lam kongcu itulah suatu
keberuntungan yang besar sekali. Aku tidak berkepandaian, walaupun aku sudah tanpa
pakaian, kukira cukup puas sekali.
Dan reaksi Siao kongcu memang tepat sekali, disaat itu juga tubuhnya sudah menubruk ke
depan, sruk, ia berada di dalam pelukan Liu Eng Lam, tangannya merangkul pundak kongcu
hidung belang itu dengan suara yang sangat manja dan kolokan berkata :
"Oh, darling, mengapa kau diam saja " Aku sudah tidak sabaran, aku sudah tidak sabaran lagi,
hayo lekas gendong aku ke dalam ranjang pengantin."
Pikiran Liu Eng Lam masih di ombang-ambingkan keluar biasaan, disaat ini bau harum yang
keluar dari tubuh seorang gadis merangsang hidungnya, dia semakin mabok.
Siaw Cap it long segera memberi peringatan, ia berteriak keras :
"Awas!"
Liu Eng Lam dapat mendengar peringatan itu, tapi suaranya seperti sangat jauh sekali,
sebelum dia mengerti apa yang harus diperhatikan olehnya, tubuhnya sudah tercekik,
tubuhnya terpelanting, dan kini ia menjadi satu tameng yang di hadapi ke arah Siaw Cap it
long, tubuh itu terdorong keras menubruk ke arah si jago berandalan.
Mata Liu Eng Lam berkunang-kunang, bak ..... satu pukulan lagu hadiah pemberian Siao
kongcu, tubuhnya ngusruk ke arah Siaw Cap it long.
Sesudah mengerjai Lie Eng Lam, sepasang kaki Siao kongcu yang keicl mungil meledit
tinggi, wing.... dia mundur lari.
Sedari pertama kejadian itu, Sim Pek Kun telah menjadi butek pikiran, karena itu semua
perubahan-perubahan tidak terlihat olehnya, juga tidak pernah dirasakan olehnya, otaknya
seperti batu. Siaw Cap it long selalu bersikap siaga, kepandaian dan permainan-permainan Siao Kongcu
terlalu banyak, maka itu di saat Siao Kongcu mengeluarkan jawaban yang menyenangkan Lie
Eng Lam, ia sudah memberi peringatan, toh masih terlambat.
Tubuh Liu Eng Lam menjorok ke arah Siaw Cap it long, si jago berandalan menyingkir
kekiri, maksudnya hendak membikin pengejaran beberapa jarum rahasia menyerang ke arah
Sim Pek Kun. Sim Pek Kun sudah kenal segala macam bahaya, tidak sadarkan lagi akan datangnya maut
tersebut, dia masih diam.
Siaw Cap it long berganti haluan menolong orang lebih penting dari segala apa karena itu
tangannya di dorong kedepan, memukul senjata rahasia Siao Kongcu, dengan demikian ia
berhasil menolong jiwa Sim Pek Kun.
Karena keterlambatan itulah Siao Kongcu mendapat banyak kebebasan, sebentar saja gadis
kecil yang jahat itu sudah melarikan diri jauh-jauh, lapat-lapat terdengar suaranya yang
garing. "Siaw Cap it long, aku tidak mau di jadikan kambing hitam, aku tidak perlu mak comblang,
terlebih-lebih lagi mak comblangnya seperti dirimu, setiap saat bilamana aku hendak nikah
dengan orang, tentu memilih dirimu, sudahlah aku hendak memilih dirimu."
Terdengar suara jatuhnya benda, itulah tubuh Liu Eng Lam yang membentur tanah, dipukul
oleh Siao Kongcu, isi dalam Liu Eng Lam sudah hancur rusak, dia tidak mungkin bisa hidup
lagi. Sim Pek Kun belum bergerak, rasa kaget dan bingungnya yang berulang kali terjadi,
menjadikan dia sebagai suatu boneka hidup, manusia tanpa pikiran.
Siaw Cap it long mengeluarkan keluhan, betul-betul dia tidak mengerti, mengapa dunia bisa
melahirkan seorang gadis yang seperti Siao Kongcu" kejahatan, kelicikan, kekejaman dan
kecepatannya daya kerja otak gadis tersebut sungguh luar biasa. Betul-betul membuat ia
mengeluarkan pujian. Pujian sesungguh hatinya.
Sesudah berhasil menemukan dan mengejar Siao Kongcu, seharusnya Siaw Cap it long
membunuh gadis tersebut. Yang heran ialah : Sudah jelas diketahui kejahatan Siao Kongcu,
bagaimanapun Siaw Cap it long masih tidak tega membunuhnya segera.
Dia begitu cantik, begitu gesit, begitu lincah, tidak ada sesuatu yang tidak menarik, mengapa
dia mempunyai hati dan kekejaman melebihi orang "
Betul-betul Siaw Cap it long tidak mengertim dia menggelengkan kepalanya.
TIDAK BOLEH PULANG
DISALAH satu kamar kecil dari sebuah rumah penginapan desa berisikan dua orang, mereka
ada lah Siaw Cap it long dan Sim Pek Kun.
Siaw Cap it long duduk di sebuah bangku panjang. Itulah satunya bangku yang berada di
dalam kamar tersebut.
Sim Pek Kin berbaring di sebuah pembaringan kecil, itulah satu-satunya tempat yang ada di
dalam kamar tersebut.
Siaw Cap it long menguap, sudah tiga hari dia duduk seperti itu, selama tiga hari dia
mengurung dirinya di dalam kamar tersebut, Belum pernah dia melangkah keluar dari pintu
kamar, setapakpun juga.
Sim Pek Kun berbaring di tempat tidur tersebut selama tiga hari, selama hari-hari itu dia tidur
tanpa ingat orang sama sekali.
Pikiran Sim Pek Kun mengalami goncangan keras, satu saat ia berteriak berteriak, dan
berteriak atau menangis, menangis dengan keras sekali, kadang juga dia mengeluarkan jeritan,
jeritan yang melengking-melengking dan panjang, sangat menyeramkan.
Selama tiga hari itu, Sim Pek Kun mengalami penderitaan yang sangat luar biasa, dia berada
di dalam ambang pintu kematian, hidup diantara sadar dan tidak sadar, badan panas sekali,
tapi dirasakan sangat dingin dan menggigil keras.
Kini menjelang hari ketiga.
Sim Pek Kun baru dapat tidur dengan tenangnya.
Siaw Cap it long menoleh ke arah kamar-kamar tersebut, dia berduka atas segala sesuatu yang
sudah terjadi. Siaw Cap it long belum melepaskan pandangan sinar matanya dari wajah si nyonya cantik
jelita Sim Pek Kun, wajah itu begitu tenang tertidur dengan nyenyaknya. Ini adalah suatu
wajah yanh belum pernah disaksikan oleh orang kedua kecuali suami Sim Pek Kun, si jago
muda kenamaan Lian Seng Pek.
Tetapi Siaw Cap it long dapat menyaksikannya.
Wanita yang terbaring di tempat tidur kecil itu betul-betul sangat cantik, karena itulah dia
mendapat julukan si nyonya cantik jelita Lian Seng Pek dan si nyonya cantik jelita Sim Pek
Kun, dia mempunyai kepintaran yang cukup, tapi tidak licik. Mempunyai kelembutan yang
sederhana, kelembutan yang diimbangi dengan keberanian serta kekuhuan hati, betapa
penderitaan yang diterima olehnya, akan dipikul dan di beri satu pertanggung jawaban.
Inilah wanita idaman Siaw Cap it long.
Siaw Cap it long pernah memimpikan seorang kawan hidup, dengan syarat-syarat tertentu,
yang seperti apa yang sudah tertera di atas tadi. Dan kini dia berhasil menemukan kawan
hidup wanita yang mempunyai syarat-syarat tersebut.
Tapi mungkinkah dia dapat memajukan lamaran kepadanya " Tidak !
Karena wanita yang terbaring di tempat tidur itu, wanita yang ditongkrongi selama tiga hari
tiga malam itu adalah wanita yang sudah menjadi istri orang lain.
Mau dia segera meninggalkannya, tapi itu tidak mungkin. Keadaan Sim Pek Kun begitu
mengkhawatirkan, bilamana tidak mendapat perawatan yang secukupnya, getaran otak yang
menekan dan mengganggu pikiran orang tersebut, akan membuat akibat panjang, dia akan
menjadi gila, atau sinting karenanya, karena itu Siaw Cap it long memberi perawatan yang
cukup, lebih dari cukup.
Siaw Cap it long menyedot nafasnya dalam-dalam, dihembuskannya kembali ke jalan
pernafasan tadi.
Hari sudah menjadi malam, gelap mengarungi angkasa, dan juga mengarungi suasana kamar
tersebut. Siaw Cap it long mulai bergerak, ia menyalakan lampu pelita.
Penerangan lampu itu berkelap-kelip membuat bayangan-bayangan yang bergoyang-goyang
menerangi wajah nyonya cantik jelita Sim Pek Kun dan juga wajah Siaw Cap it long yang
kotor tidak terawat itu.
Adanya penerangan yang sekecil apapun sudah cukup menerangi kegelapan, perlahan tapi
pasti sinar lampu mencorong kearah wajah Sim Pek Kun, terlihat matanya mulai berkedip,
perlahan-lahan terbuka lebar.
Sim Pek Kin sudah mulai ingat diri.
Biji mata Sim Pek Kun berputar, akhirnya tertatap terhenti di atas wajah Siaw Cap it long.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keadaan kamar itu begitu sempit sekali, jarak diantara mereka tidak terlalu jauh. Sim Pek
Kun mulai mengingat-ingat apa yang telah terjadi, mungkinkah dia sedang berada dalam
impian " Dia mengatupkan sepasang matanya, impian-impian itu terlalu buruk, ia
mengharapkan betul-betul menjadi suatu kenyataan, bahwa apa yang dialami itu bukanlah
suatu kejadian yang sebenarnya, hanya impian hampa belaka.
Beberapa lama Sim Pek Kun membuka kembali sepasang matanya, dan lagi-lagi membentur
wajah Siaw Cap It Long, inilah suatu kenyataan.Bukan impian.
Sim Pek Kun sadar apa yang telah terjadi, orang ini lagi yang menolong dirinya, dengan sinar
pandangan yang penuh rasa syukur berkata :
"Bagaimana aku dapat membalas budi ini, lebih dari satu kali kau menolong diriku."
Siaw Cap It Long memperlihatkan wajahnya yang masam, dia berkata sedih :
"Bukan aku yang menolong."
Suara Siaw Cap It Lng agak ketus, tidak berperasaan.
Sim Pek Kun menghela nafas, dengan suara perlahan dan pendek ia berkata :
"Tidak perlu kau berbohong lagi, aku tahu, dahulupun kau yang menolong aku, kini lagi-lagi
kau yang memberi pertolongan."
Siaw Cap It Long berkata adem :
"Kau sendiri yang menolong dirimu."
"Hm...." Sim pek Kun menggeram. "Aku tahu, dua kali kau merebut diriku dari tangannya."
"Tangan siapa ?" Siaw Cap It Long mengangkat pundak. "Aku tidak mengerti"
"Tidak mungkin kau tidak mengerti," Berkata Sim Pek Kun "Dia sangat jahat sekali, anak
kecil itulah yang terlalu kejam. Kau telah merebut diriku dari tangannya."
Siaw Cap It Long berkata "
"Terlalu banyak sekali anak kecil, aku tidak mengerti siapa yang kau maksudkan sebagi anak
kecil itu."
Inilah suatu sangkalan !
Jelas dan gamblang bahwa Siaw Cap It Long mengerti, siapa yang dimaksudkan dengan anak
kecil itu, kecuali Siaw kongcu tidak mungkin ada orang kedua. Tapi dia belagak pilon, tidak
mau mengakui kenyataan.
Sim Pek Kun berkata lagi :
"Tidak perlu kau kenal kepadanya, sudah cukup bila dia kenal kepadamu, bahkan dia sangat
takut kepadamu, maka dikala aku berada didalam kelenteng yang rusak itu, dia tidak berani
pergi sendiri, dia hanya mengutus Liu Eng Lam dan Pang Tiaw Hui."
Siaw cap It Long berkata dingin "
"Pang Tiaw Hui dan Liu Eng Lam adalah kawan-kawan dari suamimu, mungkin merekalah
yang menolong kau."
"Mengapa dia harus takut kepadaku ?" Berkata Siaw Cap It Long
"Mungkinkah aku mempunyai wajah yang seram, sehingga orang harus takut kepadaku ?"
Sim Pek Kun menghela nafas, dengan penuh penyesalan dia berkata "
"yang harus ditakuti adalah orang-orang yang mempunyai hati serigala itu, sebangsa Liu Eng
Lam dan Pang Tiaw Hui, diwajah mereka terlukis suatu keramah tamahan dan kebaikan dah
dihati merekalah yang mengandung kejahatan serta kebusukan-kebusukan, aku menyesal
karena tidak mendengar peringatanmu."
Siaw cap It Long berkata dengan nada suara sangat dingin :
"Pengalaman dunia kang ouw mu masih terlalu cetek, seharusnya tidak boleh kau berkelana
didunia liar."
"Pengalamanku telah bertambah dengan acara baru," berkata Sim pek Kun rendah.
"Kini aku mengerti, bagaimana harus memperlakukan sesorang, harus diteliti lebih dahulu apa
yang tersembunyi dibalik kebaikan-kebaikan mereka. Dan apa yang terselip dianyara
kejujuran seseorang."
Siaw Cap It Long bangkit dari tempat duduknya, dia menuju daun jendela, membuka engsel
dan daun jendela itu, dengan nada suaranya ia berkata :
"Pengetahuan-pengetahuanmu masih terlalu sedikit sekali, tapi, kata-kata dan pembicaraanmu
terlalu banyak sekali."
Udara diluar jendela sangat sepi dan sunyi, malam gelap gulita, kecuali beberapa butir bintang
dilangit, tidak ada pemandangan lain.
Mereka menempatkan satu kamar didalam rumah penginapan, terlalu sepi sekali, rumah
penginapan itu lebih tepat kalau dikatakan sebagai pondok kecil, tidak cukup persyaratan
untuk dinamakan rumah penginapan. Kotor, jarang sekali orang yang mau menggunakannya."
Siaw Cap It Long menggunakan pondok itu untuk memelihara penyakit Sim Pek Kun didalam
keadaan terpaksa , apa boleh buat.
Siaw Cap It Long berdiri kedepan jendela, ia membelakangi sang nyonya cantik jelita Sim
Pek Kun. Tiba-tiba.............................
Beberapa air hujan menetes turun, gerimis.
Keadaan seperti itu sangat mengerikan bagi Siaw Cap It Long, mulutnya dikecilkan
mendengungkan satu lagu tanpa nama, lagu kesepian yang sering mengimbangi kesepian
hatinya. Siaw Cap It Long lupa mengikuti pembicaraan-pembicaraan Sim Pek Kun, sebagai seorang
wanita, Sim Pek Kun juga memiliki sifat-sifat kebawelannya. Ia mencerocos terus.
Siaw cap It Long masih menyerukan suara lagu tanpa nama.
Sim Pek Kun kewalahan, dia hilang sabar , menggerak-gerakkan tangan dan tubuh, nyonya itu
sudah kuat untuk duduk, memandang kearah sijago berandalan dan berkata kepadanya :
"Apa nama lagu yang kau dengungkan itu."
Siaw Cap It Long diam, tidak memberi jawaban.
Beberapa waktu berlalu, Sim Pek Kun tertawa mendadak dan dengan suara yang agak tinggi
ia berkata : "Agak lucu untuk dikatakan, aku kurang percaya, beberapa orang menganggap kau sebagai
Siaw Cap It Long."
"Ow........." reaksi Siaw Cap It Long sangat biasa saja.
Sim Pek Kun berkata lagi :
"Aku tahu bahwa kau bukan Siaw Cap It Long, kau tidak memiliki wajah manusia buas itu."
Siaw Cap It Long masih memandang jauh keluar jendela, dengan nada suara yang sangat
tawar ia berkata :
"Sangat buas sekalikah Siaw Cap It Long ?"
Sim Pek Kun berkata :
"Mungkinkah kau belum mendengar cerita Siaw Cap It Long ?"
Siaw Cap It Long bertanya :
"Kau banyak mendengar cerita-cerita Siaw Cap It Long " berapa banyak yang kau ketahui
tentangnya ?"
Dengan gemas Sim Pek Kun berkata :
"Terlalu banyak sekali. Terlalu banyak sekali. Manusia buas Siaw Cap It Long adalah kejam
dan telengas. Ada juga yang menyebutkan sebagai anak berandalan. Ada juga yang
menyebutnya sebagai kepala penyamun. Ada juga yang menyebutnya sebagai kepala garong,
dan entah beberapa sebutan lagi."
"Tentang urusannya ?" berkata Siaw Cap It Long.
"Urusan apa ?" bertanya Sim Pek Kun.
"Segala sesuatu yang mempunyai hubungan dengan Siaw Cap It Long tidak ada yang baik,
segala sesuatu yang dilakukan olehnya cukup untuk memanaskan hati orang, keganasankeganasannya
Siaw cap It Long sungguh keterlaluan, satu perbuatan saja, sudah dapat
membuat ia menerima hukum pancung kepala."
Siaw cap It Long tidak mendapatnya, juga tidak memberi reaksi lain, seolah-olah ia sedang
berpikir, betulkan fitnah-fitnah itu " matanya masih memandang lurus kedepan kupingnya
dipanjangkan ini waktu dia dapat menangkap sesuatu persoalan, tapi tidak diutarakannya
sama sekali. "Hei...." Sim Pek Kun memanggil.
Keadaan hening yang seperti itu berlangsung lama juga.
Terdengar suara Siaw Cap It Long :
"Kau juga hendak memancung kepalanya."
Sim Pek Kun berkata :
"Bila aku berhasil menemukannya, tidak akan kubiarkan ia merajalela lagi, akupun ingin
memancung kepalanya. setidak-tidaknya membunuh."
Siaw cap It Long dan sim Pek Kun membicarakan persoalan Siaw Cap it Long. Sang wanita
cantik jelita tidak tahu bahwa orang yang sedang dipercakapkan itu adalah orang berada
didepannya. terdengar suara Siaw Cap It Long yang mengeluarkan suara dengusan dari
hidung : "Hm......bilamana kau bertemu dengannya, orang yang mati bukannya dia tapi kau sendiri."
Wajah Sim Pek Kun berubah menjadi merah, dia malu kepada diri sendiri. Dengan ilmu
kepandaian yang dimiliki, mungkin dapat menandingi Siaw Cap It Long yang ternama, ia
maklum karena itu ia menjadi jengah merah.
Disaat ini terdengar suara gerakan dua orang yang mendatangi, dari jauh terlihat pelayan
rumah penginapan yang membawa obor lampu, direndengi oleh seorang tua berbaju hijau
bertudung topi putih, dengan dandanan yang seperti pelayan rumah.
Dua orang itu berjalan kearah kamar Siaw Cap It Long, tepat-tepat menghadap kearah
jendela, terlihat sipelayan rumah penginapan menunjuk dan berkata sesuatu kepada orang tua
berbaju hijau dan bertopi putih, setelah mengangguk-angguk dua kali pelayan rumah
penginapan itupun berjalan pergi membiarkan tamunya langsung menghadap kepada orang
yang bersangkutan.
Orang tua berbaju hijau itu mendekati Siaw Cap It Long, memberi hormat sebentar dan
berkata : "Bolehkan kami menumpang tanya, nyonya Lian Seng Pek berdiam ditempat inikah ?"
Sebelum Siaw Cap It Long memberikan jawabannya, Sim Pek Kun sudah dapat mengenali
suara orang tersebut, matanya menjadi bersinar terang, itulah suara Sin Jie, orang yang
menjadi pengurus gedung keluarga Lian Seng Pek dan dan suaminya.
"Sin Jie yang didepan " Aku disini. Lekas masuk." berkata Sim Pek Kun segera.
Orang tua berbaju hijau bertopi putih adalah pengurus gedung keluarga sim, dia bekerja disitu
sebelum Sim Pek Kun lahir, karena itulah kedudukannya cukup tinggi pengurus gedung.
Mendapat panggilan suara Sim Pek Kun, tanpa menghiraukan Siaw Cap It Long, serta
tergesa-gesa sekali, menerobos kearah pintu, didorong cepat dan memasuki kamar tersebut. A
pa yang terbentang didepan matanya adalah sang nyonya majikan yang sedang terbaring
ditempat tidur, dan tidak jauh darinya berdiri seoarng laki-laki dengan wajah berewok yang
bersender pada ambang jendela.
Sin Jie tidak butuh kepada Siaw Cap It Long, karena itu tidak memberi perlakuan yang
berlebih-lebihan, langsung menjatuhkan dirinya kedepan Sim Pek Kun, setelah memberi
hormat berkata cepat :
"Hamba meminta maaf atas kesalahan hamba yang tidak dapat melakukan perawatan
sebagaimana mestinya, hamba tidak tahu bahwa nyonya berada ditempat ini, karena ini
hamba meminta maaf."
Rasa girangnya Sim Pek Kun sulit dilukiskan segera ia berkata cepat :
"Sungguh kebetulan, kedatanganmu ini tepat pada waktunya. Hee, dimana nyonya tua " kau
tahukah tentang apa yang kualami ?"
Sin Jie berkata sambil memberi keterangan "Kecelakaan kereta nona muda sudah tersebar luar
didalam rimba persilatan, nyonya tua sudah tahu. Karena itu segera beliau memberi perintah
kepada semua orang untuk mendapat keterangan yang lebih jela, menyelidiki jejak nyonya,
hamba beruntung tiba ditempat ini, dari keterangan pelayan rumah penginapan, ia
mengabarkan ada seorang nyonya yang menderita sakit keras, cantiknya luar biasa, hamba
segera menduga siapa yang dimaksudkan olehnya, maka itu segera hamba datang dan tiba
disini" Setelah bercerita panjang lebar, orang berbaju hijau itu menarik napasnya seolah olah
bersedih, ia berkata dengan napas tersendat sendat:
"Beruntung Tuhan masih melindungi kau, hamba berhasil menemukan nyonya muda,
bilamana nyonya tua tahu tentang keselamatan nyonya muda di tempat ini, tentunya girang
sekali... "
Pada suara yang terakhir, kedua kelopak mata Sin jie sudah basah dengan air mata, butiran
putih dan bening jatuh berceceran, ia menangis.
Sim Pek Kun juga mengeluarkan air mata kegirangan, Sin Jie mengucek ucek matanya,
menghilangkan air mata itu dan berkata: "Bagaimana kesehatan nyonya muda?"
Sim Pek Kun menganggukan kepala: "Masih baik" dia berkata cepat.
Keadaan hamba tersebut tidak menjadi sedih lagi. Sin Jie berkata: "Sukur, berterima kasih
besar kepada Tuhan yang Maha Esa. Silahkan nyonya muda berkmeas kemas untuk mebali
agar nyonya tua tidak terlalu menguatirkan diri."
Sim Pek Kun menoleh kearah Siau Cap It Long, ternyata tampak laki laki tersebut masih
memandang jauh lurus ke depan, keadaan dalam kamar sangat gelap sekali itulah malam hari.
Sim Pek Kun menjadi ragu ragu, dia mengoceh seorang diri: "Sekarang?"
"Betul" Sin Jie menganggukkan kepala. "Sekarang juga kita berangkat"
"Apa tidak terlalu malam?" Sim Pek Kun masih ragu ragu.
Orang tua berbaju hijau bertopi putih Sin Jie tertawa, dan dia berkata memberi keterangan:
"Di musim rontok seperti sekarang agak banyak hujan, tapi malampun pendek,s ebentar
lagipun mnejadi pagi. Hamba sudah mneyediakan kereta di depan, silahkan nyonya berganti
pakaian, kita harus segera kembali pulang"
Lagi lagi Sim Pek Kun melirik kearah Siau Cap It Long, hendak meminta pendapat tahu
musuh laki laki tersebut.
SIau Cap It Long tidak menoleh ke belakang, juga tidak memberikan reaksi. Sampai disaat
ini, Sin Jie tidak bisa berpura pura lagi, seolah olah dia baru tahu bahwa di dalam kamar itu
masih ada seorang lainnya, dengan tertawa dia berkata: "Tuan ini..."
Sim Pek Kun memberi keterangan: "Dia adalah orang yang menolong diriku lekas ucapkan
terimakasih kepadanya!"
Sin Jie maju tiga tapak, di hadapan Siau Cap It Long dia mnejatuhkan dirinya berlutut seraya
berkata: "Hamba Sin Jie atas nama keluarga Sim mengucapkan terima kasih kepada tuan.
Atas bantuan tuan yang sudah menolong nyonya muda kami. Hal ini akan kami beritahukan
kepada seluruh keluarga Sim dan akan dikenal sepanjang masa"
Baru sekarang Siau Cap It Long menoleh memeprhatikan wajah Sin Jie beberapa saat, dari
atas kepala hingga ke ujung kaki, dan dari ujung kaki ditatapnya balik kembali sehingga
sampai ke atas kepala.
"Kau juga orang dari keluarga Sim?" kini Siau Cap It Long membuka mulut.
Sin Jie tertawa, dan cepat cepat berkata: "Hamba sedari kecil telah merawat segala kebutuhan
nyonya tua sehingga kini sudah berselang empat puluh tahunan, Tuan ini tentunya..."
Sebelum Sin Jie mneyelesaikan keterangannya, Siau Cap It Long bergerak, dengan tangan kiri
mengankat bahu orang tua berbaju hijau itu, dan dengan lain tangannya yang digerakkan
cepat Siau Cap It Long menampar hingga beberapa kali, .... pang...pang... pang...
Terdengar jerit Sin Jie yang menggeliat keras, beberapa butir gigi depannya rontok jatuh
berserakkan di lantai kamar.
Sim Pek Kun juga sangat terkejut, segera dia mengajukan pertanyaan: "Hai, mengapa kau
begitu galak " Dia adalah orangku namanya Sin-Jie, jangan kau memperlakukan keterlaluan
kepadanya"
Sim Pek Kun masih belum tahu nama Siauw Cap it-long, karena itu dia selalu menggunakan
istilah hei, kapada jago berandalan kita.
SIauw Cap it-long tidak menghiraukan ucapan SIm Pek Kun tubuh SIn-jie diangkat dan
dilemparkannya ke luar jendela sehingga meyalang jauh sekali. "Lekas beritahu kepada orang
yang menyuruh kan ketempat ini, harus dia sendiri yang datang tahu ?" Siauw Cap it-long
memberi ancaman "Beritahukan kepadanya bahwa aku selalu menunggu "
SIn-jie jatuh ngusruk, cepat cepat ia bangun dan bangkit, tangannya menyusut darah yang
berceceran dimulutnya, dengan suara yang hampir tidak dapat keluar ia berteriak :
"Nyonya tua yang memberi perintah padaku untuk mencari jejak nyonya muda, dengan alasan
apa kau boleh sembarang memukul orang ?"
Siauw Cap it-long mempelototkan matanya, membentak keras : "Memukul kau "
membunuhpun bboleh. Masih kau tidak mau mengerti " Hendak menunggu aku menurunkan
tangan yang lebih kejam lagi ?"
SIn ji tidak berani memdekati orang yang sedang kalap itu, ia berdiam dan mundur beberapa
langkah kebelakang, membalikkan badan dan cepat cepat lari. Dair jauh terdengar lapat lapat
suara omelan orang tua berbaju hijau itu.
SIm Pek Kun sangan marah sekali, sebentar sebantar wajahnya berubah, dadanya dirasakan
mau meledak, dengan bertahan sedapat mungkin di menghadapi Siauw Cap it-long.
"Hei" sang nyonya jelita mulai membuka suara. "Sin jie bekerja kepada keluarga kami, telah
puluhan tahun, hatinya jujur sekali, pekerjaannyapun baik, mengapa kau curiga kepedanya "
Jangan kau menduga yang bukan bukan, tidak mungkin SIn jie mau melakukan sesuatu yang
merugikanku"
Siauw Cap it-long mengatup mulut, ia tidak melakukan perdebatan. Sekecap katapun tidak
keluar dari mulutnya.
SIm Pak Kun berteriak lagi :
"Kau telah menolong aku, untuk bantuan ini aku sangat berterima kasih. Tapi bukan berarti
kamu menekan kebebasanku. Dengan alasan apa kau menekan aku di dalam kamar ini" Tidak
memperbolehkan Sin-ji membawa aku pulang?"
Siauw Cap-it-long mengirim satu kerlingan yang tajam sekali, sifatnya sangat dingin, dan ia
berkata: "Kau salah paham."
Bagaimanapun pandainya Siauw Cap-it-long menyembunyikan perasaannya, toh tidak dapat
menyembunyikan perasaan yang penuh cinta kasih kepada nyonya tersebut, dengan suaranya
yang bernada sedih, Sim Pek Kun dapat menangkap hal tadi.
Kemarahan sang nyonya itu agak mereda, dia berkata sabar:
"Mengapa kau pukul Sin-jie?"
Siauw Cap-it-long mengangkat pundak. Ia tidak dapat memberi penjelasan yang lebih terang.
"Hei", Sim Pek Kun berteriak lagi, "Mengapa?"
Siauw Cap-it-long mengepalkan kelima jarinya dan berkata:
"Apakah kau mulai menaruh curiga kepadaku?"
"Aku tidak bercuriga." berkata Sim Pek Kun, "Tapi kau harus memberi keterangan yang lebih
terang dan jelas, bilamana kau tidak mempunyai maksud jahat, lekas antar aku pulang ke
rumah." Siauw Cap-it-long menggelengkan kepala, "Belum waktunya." ia berkata singkat.
Sim Pek Kun membelalakkan mata.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa?" nyonya jelita ini semakin heran.
Siauw Cap-it-long sudah menggerakkan bibirnya hendak memberikan keterangan yang jelas,
tapi suaranya tertelan kembali, ia diam.
Sim Pek Kun menggigit bibir, dan mendesak lagi:
"Hayo, katakan apa alasanmu?"
Dengan secara singkat Siauw Cap-it-long berkata:
"Tidak mungkin hari ini."
Sim Pek Kun bertanya:
"Bila?"
Siauw Cap-it-long berkata: "Kukira harus menunggu tiga atau lima hari lagi."
Siaw Cap It Long menggunakan satu kamar dengan Sim Pek Kun, karena kedaan nyonya itu
yang sangat mengkhawatirkan sekali, kini Sim Pek Kun sudah sadar dan pikirannya sudah
menjadi tenang untuk menghindarkan dari kecurigaan orang, dia wajib segera
meninggalkannya, setelah berkata tadi, melalui pintu yang masih terbuka dia meninggalkan
kamar rumah penginapan tersebut.
Sim Pek Kun belum mengerti jelas atas tindakan Siaw Cap It Long yang sudah memukul
orang kepercayaannya Sin Jie, karena itu dia penasaran sekali, teruaknya keras :
"Hei, jangan kau pergi dahulu."
Siaw Cap It Long tidak menghentikan langkahnya, dia berjalan pergi dan meninggalkan Sim
Pek Kun seorang diri.
Sepasang tangan Sim pek Kun menjadi gemetaran karena panas hatinya. Banyak sekali
kejadian-kejadian yang tidak dapat dimengerti olehnya. Terakhir adalah kejadian yang sudah
diperlakukan oleh Siaw Cap It Long kepada Sin Jie.
Sim Pek Kun menyesal akan tindakannya yang sudah tidak percaya kepada Siaw Cap It Long
tentang peringatan-peringatan yang sudah kepadanya tentang kedatangan Liu Eng Lam dan
Pang Tiaw Hui dan itu sudah menjadi kenyataan, bahwa Lie Eng Lam dan Pang Tiaw Hui
adalah dua pengkhianat, hampir dia celaka karenanya.
Kejadian berikutnya menyusul, kini Sin Jie datang, dan Siaw Cap It Long menaruh
kecurigaan besar kepada orang kepercayaannya itu.
Seharusnya Sim Pek Kun percaya kepada Siaw Cap It Long. Tapi kenyataan tidak, dia lebih
percaya kepada Sin Jie, karena orang yang terakhir adalah orang yang menjadi kepercayaan
dari ibu dan ayahbundanya, sedangkan Siaw Cap It Long adalah laki-laki asing yang belum
lama dikenal, belum diketahui namanya.
Bayangan Siaw Cap It Long sudah lenyap tidak terlihat.
Sim Pek Kun ditinggalkan seorang diri olehnya, mendiami satu kamar itu.
Lampu penerangan dalam kamar masih berkelap-kelip, menerangi meja, disana terdapat
makanan dan minuman keras, itulah arak.
Sim Pek Kun mengulurkan tangannya yang putih dan halus itu mengangkat cawan arak
ditenggaknya cepat.
Sim Pek Kun menenggak arak. Dengan cara ini dia hendak melampiaskan semua kekesalankekesalannya,
dengan cara ini dia hendak meredakan kemarahan dirinya.
Berita buruk Sim Pek Kun adalah seorang nyonya yang arif bijaksana, sesudah menikah denga Lian Seng
Pek, selalu menurut kemauan suaminya itu, sedari kecil hingga dewasa belum pernah
menghadiri pesta-pesta, karena itu jarang sekali meminum-minuman keras.
Pernah juga Sim Pek Kun menyertai suaminya mengikuti perjamuan-perjamuan makan untuk
menyesuaikan diri atas ajakan toas tuan rumah atau tamu-tamu itu, dia mendapat kehormatan
memegang cawan arak, sebagai penghormatan yang lazim, dia hanya mengecup minuman
keras itu untuk membasahi bibirnya.
Belum pernah Sim Pek Kun menenggak minuman keras seperti apa yang kini telah
dilakukannya. Minuman keras yang tersedia dimeja adalah arak Siauw Cap-it-long, untuk menungkuli dan
memberi perawatan yang secukupnya selama tiga hari tiga malam kepada si cantik jelita, agar
diri tidak mengantuk sekali, Siauw Cap-it-long menenggak arak yang sudah disediakan oleh
pelayan rumah makan.
Kini arak keras itu sudah diminum oleh Sim Pek Kun.
Mengikuti arus tenggorokannya, rasa hawa panas yang merangsang, seolah-olah ada api yang
mulai membakar dirinya. Sim Pek Kun mulai merasakan betapa hebat dan kerasnya arak
tersebut. Didalam sekejap mata arak itu sudah buyar dan kandas ke dasar perut, kepala Sim Pek Kun
menjadi berat. Orang yang belum pernah menenggak minuman keras, tentu tidak tahu pengalaman
pengalaman atau akibat sesudah minum arak tadi, kini Sim Pek Kun dapat merasakan
akibatnya. Kecuali kepalanya yang agak menjadi berat, pikirannya pun sudah agak menjadi butek,
keadaannya limbung.
Kepintaran, kecantikan si nyonya jelita secara mendadak saja lenyap sama sekali. Dia pandai
menguasai dirinya, itulah disaat yang biasa, disaat normal. Bukan ini waktu. Kini Sim Pek
Kun betul-betul sudah menjadi mabuk.
Untuk menghilangkan rasa berat kepala tadi, Sim Pek Kun membaringkan dirinya di tempat
tidur. Untuk beberapa waktu nyonya itu dapat menenangkan diri, hanya sebentar, tiba-tiba
terbayang wajah Siauw Cap-it-long.
Sim Pek Kun mulai berpikir, orang ini sangat mengherankan sekali. Tindak tanduknya
misterius, mengapa ia memukul dan mengusir Sin-Jie" Mengapa dia tidak mau mengantarkan
aku kembali" Mungkinkah ada sesuatu yang tidak beres" Selembar wajah muka Sim Pek Kun
menjadi merah. Mengingat keadaan dirinya, Sim Pek Kun tahu bahwa dia belum lepas dari bahaya. Dia wajib
segera kembali ke rumah. Disana masih ada nyonya besar, disana masih ada suami dan
kawan-kawannya.
Dia berpikir lagi :
Dia tidak mau mengantarkan aku pulang kembali mungkinkah aku sudah tidak mempunyai
kaki " Tidak bisa jalan sendiri "
Yang diartikan dengan dia tentu saja Siauw Cap-it-long.
Semakin terasa ketepatan dari putusan ini. Sedetikpun tidak boleh terlambat. Dengan
kepalanya yang masih berat, Sim Pek Kun berusaha bangun dengan sekuat tenaga dia
meninggalkan tempat tidur mulutnya dipentang dan berteriak :
"Hei, pelayan.... pelayan rumah penginapan.... dimana kau ?"
Setelah mengucapkan panggilan itu, baru Sim Pek Kun sadar bahwa suaranya ini terlalu keras
sekali. Belum pernah dia membuka mulut seperti apa yang kini sudah dikoar-koarkan tadi.
Seperti dari dasar tanah saja, mendadak sontak seorang pelayan rumah penginapan sudah
berada di depannya.
"Nyonya ada perintah ?" bertanya pelayan rumah penginapan itu.
"Lekas sediakan aku kereta. Aku hendak kembali, Cepat." Sim Pek Kun memberi perintah.
Pelayan itu ragu-ragu, memandang kearah malam gelap dan berkata gugup :
"Sekarang " Di malam gelap yang seperti ini " Hamba kira tidak mudah mencari kereta."
Sim Pek Kun membentak :
"Lekas. Mengapa tidak bisa " Harus kau dayakan berapa mahalpun uang sewa akan kubayar tahu ?"
Sifat sifatnya Sim Pek Kun itu yang halus lenyap mendadak, sebagai gantinya dia
membentak-bentak dengan kasar sekali.
Pelayan rumah penginapan tidak berani membantah, dia menoleh kebelakang, disana berdiri
seorang laki-laki yang berewokan, ini Siauw Cap-it-long. Pelayan rumah penginapan itu
meminta putusan Siauw Cap-it-long.
Mengikuti tolehan kepala si pelayan rumah penginapan, barulah Sim Pek Kun sadar bahwa
disana masih ada orang ketiga, itulah laki-laki asing bermata liar yang berandalan, orang yang
tidak dikenal olehnya orang yang tidak dikenal namanya olehnya.
Adanya Siauw Cap-it-long didepan mata Sim Pek Kun tidak berhasil meredam amarah sang
nyonya, kebalikan dari reaksi itu Sim Pek Kun menjadi marah besar, dadanya dirasakan mau
meledak, ia membentak keras :
"Bukan urusannya. Sudah jalankan perintahku."
Kata kata ini ditujukan kepada pelayan rumah penginapan. Sim Pek Kun memberi perintah
untuk melayani menyediakan kereta untuknya. Dia hendak keluar, ada atau tanpa kawalan
Siauw Cap-it-long.
Siauw Cap-it-long mengggoyang-goyangkan kepala, menarik nafas dalam-dalam dan berkata
perlahan : "Kau mabuk!"
Kata-kata itu ditujukan kepada Sim Pek Kun
Sim Pek Kun mendelikkan mata, bentaknya keras:
"Siapa kata aku mabuk" Hanya arak sedikit ini bisa memabukkan aku?"
Kemudian dengan menggoyang goyangkan tangannya Sim Pek Kun memberi perintah kepada
pelayan rumah penginapan untuk segera menjalankan perintahnya disertai juga oleh suara
nyonya cantik jelita itu yang sudah menjadi marah:
"Lekas. Lekas sediakan aku kereta, jangan ladeni dia. Dia sendirilah yang sudah mabuk."
Yang diartikan dia olehnya adalah Siauw Cap-it-long.
Pelayan rumah penginapan memandang bergiliran, sebentar kearah Sim Pek Kun sebentar ke
arah Siauw Cap-it-long. Entah apa yang harus dilakukan olehnya. Siauw Cap-it-long
bergoyang kepala perlahan.
Dalam malam gelap itu, didaerah pegunungan yang sepi dan sunyi, mana bisa mencari kereta
secara cepat" Karena itulah pelayan rumah penginapan lebih suka mendengar perintah Siauw
Cap-it-long. Dia diam.
Sim Pek Kun membanting-banting kaki teriaknya keras sekali :
"Hei, kau tidak mau mengantarkan aku pulang. Mengapa tidak membiarkan aku pulang
sendiri?" Kata-kata ini bukan ditujukan kepada pelayan rumah penginapan, tapi ditujukan kepada
Siauw Cap-it-long yang diam dalam seribu bahasa.
"Hai" Sim Pek Kun berteriak-teriak lagi "Kau mempunyai hubungan apa denganku" Kau
pernah apa denganku" Mengapa melarang aku" Dengan alasan apa kau menekan
kebebasanku?"
Siauw Cap-it-long selalu diam. Dibentak dan dimaki demikianpun tetap diam.
Inilah sifat khas Siauw Cap-it-long!
"Aku hendak pulang" Berkata lagi Sim Pek Kun.
"Tidak bisa." Berkata Siauw Cap-it-long tegas.
"Mengapa?"
"Sudah kukatakan tidak bisa. Tentu saja tidak bisa."
Sim Pek Kun menjadi sangat marah dia membentak keras :
"Dengan alasan apa, kau hendak mengekang kebebasanku ?"
"Aku tidak mengekang kebebasanmu, kuanjurkan agar kau tidak kembali kerumah di hari
ini." "Mengapa ?"
"Seseorang yang percaya tidak perlu mengajukan pertanyaan "Mengapa" itu."
"Huh, kau kira aku tidak tahu " Kau mempunyai maksud tujuan tertentu. Sengaja menahan
diriku. Aku dianggap apa " Hendak memiliki aku " Mengimpi ! Kau mengimpi ! Jangan kau
mengimpikan sesuatu yang bukan menjadi hak milikmu, aku tidak membutuhkan bantuanmu,
aku tidak membutuhkan pertolonganmu. Pergi ! Lekas pergi ! Atau kau bunuh saja aku."
Sim Pek Kun berteriak teriak, dan tubuhnya ditubrukkan kepada laki-laki kasar yang berada
didepannya. Siauw Cap-it-long berkata dengan tenang :
"Kau sudah mabuk."
Tubuhnya disingkirkan sedikit, maka terjadi tempat hampa, badan sang nyonya hartawan
nubruk tempat kosong, dia bergeliat.
Disaat itu, Siauw Cap-it-long sudah menyosorkan tangannya, dengan maksud tujuan
menyanggah tubuh Sim Pek Kun.
Disaat ini, Sim Pek Kun berteriak :
"Tolong.... Tolong.... Ada rampok...... Rampok...."
Cepat cepat tangan Siauw Cap-it-long ditarik kembali, begitu cepat sekali, dia cepat
menjulurkan tangan dan cepat pula menarik tangan yang bersangkutan.
Seperti seekor anjing betina yang sudah gila, Sim Pek Kun menarik tangan itu,
dilemparkannya ke mulut, dan grogot.... dia menggigit tangan Siauw Cap-it-long.
Seorang wanita agung bisa menggigit tangan seorang laki-laki yang belum dikenal" Inilah
suatu kejadian yang hampir tidak bisa dipercaya orang.
Siauw Cap-it-long juga tidak percaya.
Gigi-gigi Sim Pek Kun mendarahi kulit tangan Siao Cap-it-long, dia menggigit kulit tangan
jago berandalan itu, gigitan ini meresap kedalam tulang, inilah suatu kejadian yang sangat
melukai hatinya.
Terempas-empis Sim Pek Kun memaki lagi:
"Kuanggap kau sebagai orang baik, menolong diriku dari kesusahan. Ternyata kau
mempunyai maksud tertentu, tujuanmu tidak beda dengan apa yang dikandung oleh mereka."
Siao Cap-it-long mengeluarkan elahan napas panjang.
Sim Pek Kun membentak lagi:
"Pergi! Aku tidak membutuhkanmu."
Siao Cap-it-long membalikkan badan, dia meninggalkan nyonya agung itu.
Betul-betul Siao Cap-it-long pergi.
Sim Pek Kun mendapat kemenangan. Kini dia menerima hasil dari apa yang sudah
dicetuskan, memaki lebih hebat dari memukul, menggigit lebih hebat dari menusuk, sungguh
suatu hasil yang luar biasa, sungguh suatu hasil yang sangat gemilang sekali.
Hanya mengucapkan beberapa patah kata yang "Luar Biasa", hanya mengerahkan sedikit
tenaga pada gigi-giginya, dia berhasil mengusir pergi laki-laki asing itu.
Suatu kejadian yang berada diluar dugaan.
Dimisalkan dia tidak menenggak arak, belum tentu Sim Pek Kun mempunyai itu keberanian,
inilah manfaatnya seorang yang menenggak arak.
Putusan Sim Pek Kun adalah:
Dia harus sering-sering dan banyak meminum arak.
Arak itu bisa menambah keberanian seseorang, bisa melakukan sesuatu yang belum tentu dia
berani lakukan, bilamana dia tidak berada didalam keadaan terjepit.
Sebagai seorang nyonya yang teragung dan terhormat, Sim Pek Kun mempunyai pribudi
pekerti yang halus sekali, sedapat mungkin, dia menjaga kewibawaannya.
Kini, dia telah melakukan sesuatu yang seperti perbuatan anak kecil.
Nyonya cantik jelita itu tertawa, dia tertawa seorang diri.
Siao Cap-it-long sudah pergi.
Disana telah bertambah seorang, inilah pelayan rumah penginapan. Adanya teriakan-teriakan
Sim Pek Kun tadi, tentu saja memanggilnya datang.
Apa yang telah dilakukan oleh Sim Pek Kun atas diri Siao Cap-it-long, juga masuk kedalam
matanya. Pelayan itu tertegun ditempat, dia bingung juga.
Sim Pek Kun dapat menyaksikan hadirnya pelayan rumah makan tersebut.
"Kau tidak percaya?" Tiba-tiba dia membentak kearahnya.
"Per " Percaya ?" Pelayan rumah penginapan menjadi gugup. Dia sendiripun tidak tahu,
apa yang harus dipercaya olehnya. Mengingat adanya seorang langganan yang patus
dihormati, dia mengiringi semua kehendak hatinya.
Laki-laki tadi kurang ajar sekali, bukan?" bertanya lagi Sim Pek Kun.
Be " Betul " Ku " Kurang ajar sekali." Pelayan rumah makan tadi sudah dibiasakan untuk
mem-beo. Sim Pek Kun mengelah napas, katanya lagi:
"Aku muak bertengkar dengannya."
"Ng " Ng ?" Pelayan rumah penginapan mengiyakan segala kata-kata tamunya.
Pelayan rumah penginapan bukan mendukung kebijaksanaan Sim Pek Kun, kewajiban
seorang pelayan adalah menghormat setiap tamu, karena itu, dia mengiringi semua kemauan
si nyonya. Sim Pek Kun salah terima, anggapnya pelayan itu mendukung dibelakang dirinya. Inilah
kebenaran. Kebenaran dan keadilan berada dibelakang dirinya.
Hatinya terhibur, langkahnya tepat. Tidak salah.
Biar bagaimana, didalam dunia ini, masih ada orang yang mendukung dirinya.
Hati Sim Pek Kun terhibur.
Tapi, si pelayan rumah penginapan yang menyaksikan kemabukan nyonya cantik itu sudah
mulai memuncak, tentu saja tidak berani terlalu dekat, secara diam-diam, dia hendak
menyingkirkan dirinya, kakinya sudah mulai digeser kebelakang. Siap meninggalkan sang
tamu. Tiba-tiba Sim Pek Kun membentak:
"Hei, tahukah kau, letak tempat perkampungan Sim-kee-tjhung?"
Cengar-cengir, pelayan itu berkata:
"Untuk daerah ini, siapakh yang tidak tahu letak tempat kampung Sim-kee-tjhung?"
"Kau juga tahu?"
Pelayan itu menganggukkan kepalanya.
"Kau tahu, siapa aku?" bertanya lagi nyonya tersebut.
Kini, pelayan tersebut menggoyangkan kepalanya.
"Baru pertama ini nyonya bermalam dirumah penginapan kami, lain kali, pasti hamba tahu."
Setiap orang tentu takut kepada orang mabuk. Pelayan rumah penginapan itupun tidak
terkecuali. Walaupun Sim Pek Kun seorang wanita, karena ada perubahan yang nyata pada wajah nyonya
ini, siapapun tahu, bahwa dia telah menenggak arak.
Sang pelayan hendak menjauhkan diri dari kerewelan-kerewelan, maka dia sudah bergegasgegas
pergi. Adanya pertanyaan-pertanyaan Sim Pek Kun memaksa dia membatalkan niatan tadi, dia tidak
berani lari begitu saja, lari berarti mencari penyakit, entah perlakuan apa yang diperbuat oleh
tamu mabuknya. Sim Pek Kun tertawa puas, dia berkata:
"Kuberi tahu kepadamu, aku adalah nona muda dari kampung Sim-kee-tjhung. Bila kau bisa
mengantarkan aku kembali kerumah itu, akan kuberi hadiah yang banyak."
Pelayan itu tertegun. Dia mulai memperhatikan sang nyonya cantik jelita.
Sim Pek Kun mendelikkan mata. "Kau tidak percaya?" dia mulai membentak.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pelayan itu menjadi ragu-ragu, dengan bergoyang kepala, dia berkata:
"Nona dari kampung Sim-kee-tjhung" Ach lebih baik, tidak pergi ketempat itu."
"Mengapa?" bentak Sim Pek Kun keras.
"Kampung Sim-kee-tjhung sudah menjadi rata dengan bumi, sudah terjadi kebakaran yang
melanda Sim-kee-tjhung, terjadi pertempuran-pertempuran berdarah, yang mati dan yang luka
tidak terhitung lagi. Kini, tidak seorangpun yang berada ditempat itu."
Dunia dirasakan seperti melekah, Sim Pek Kun bungkam untuk beberapa waktu. Setelah itu,
tiba-tiba dia berteriak:
"Bohong! Bohong! Aku tidak percaya. Tentunya kau memberi keterangan palsu. Kau sudah
makan sogokan orang tadi."
Dengan wajah yang dipaksakan tertawa, pelayan tersebut berkata:
"Hamba tidak berani melakukan kebohongan, apa lagi kepada seorang tamu, lebih-lebih tidak
berani lagi." "Kalian tentu sudah bersekongkol lebih dahulu. Sudah tentu dia memberi uang
kepadamu. Maka kau tidak berani menentang kemauannya. Tidak seorangpun dari kalian
yang baik. Semua orang jahat! Semua orang berlaku jahat kepadaku."
Suara Sim Pek Kun sudah hampir menangis.
Pelayan itu berkemak-kemik.
"Nona tidak percaya" Hamba tidak bisa memberi keterangan yang lebih terperinci."
Sim Pek Kun menelungkupkan kedua tangannya, dia menangis sesenggukan.
Pelayan rumah penginapan itu sudah siap pergi, mendengar isak-tangisnya si cantik jelita, dia
menghentikan langkahnya.
Air mata seorang wanita adalah senjata terampuh bagi kaum lemah itu. Betapa kuatnya
seorang laki-laki, dia akan gugur dibawah tangisan wanita. Sejarah bisa mengajukan seribu
bukti, tentang kebenaran dalil ini.
Pelayan rumah penginapan itu tidak terkecuali, hatinyapun terbawa oleh arus kasihan.
Dengan menghela napas, dia berkata:
"Baiklah. Apabila tidak percaya bahwa kampung Sim-kee-tjhung sudah dilanda oleh api
kekacauan, biarlah hamba antar ketempat tersebut."
PUTUSAN SIAO CAP-IT-LONG
SIAO CAP-IT-LONG sudah meninggalkan Sim Pek Kun, dia menenggak arak lagi, terusmenerus
menenggak araknya.
Yang heran, sesudah berguci-guci arak ditenggak kering, masih juga dia belum mau mabuk.
Hari itu, Siao Cap-it-long tidak bisa mabuk.
Pada hari-hari terakhir ini, sudah terjadi perubahan-perubahan yang nyata. Sifat-sifat Siao
Cap-it-long sudah banyak berubah.
Siao Cap-it-long adalah laki-laki yang jenaka, periang dan tidak mengenal susah.
Hanya dihari-hari inilah sifatnya berubah, pendiam dan dilingkungan oleh kebingungankebingungan.
Sim-kee-tjhung sudah dibakar orang, seharusnya, dia memberi tahu hal ini.
Tapi, dia tidak memberi tahu kepada Sim Pek Kun, takut menimbulkan kesedihan yang
bertumpuk-tumpuk.
Karena itu, dia dimaki dan digigit.
Sim Pek Kun salah terima, menduga kearah yang buruk.
Siao Cap-it-long diusir pergi.
Dengan adanya pelayan rumah penginapan itu, toh dia akan mengetahui hancurnya Sim-keetjhung.
Siao Cap-it-long sedang membayangkan apa yang menyebabkan perubahan dirinya"
Didalam hati, ia berpikir:
"Mengapa aku tidak berani memberi tahu pembakaran Sim-kee-tjhung kepadanya" Mengapa
harus menutupinya" Bisa atau tidaknya, dia menerima berita2 buruk itu tergantung dari
kekuatan hati orang, mengapa aku harus banyak pusing?"
Siao Cap-it-long tertawa dingin, lagi-lagi mengeringkan cawan araknya.
"Kita tidak mempunyai hubungan keluarga, mengapa harus memikirkan kesulitankesulitanmu?"
demikian pikiran kecil si jago berandalan.
Dia mengusir Sim Gie, karena tidak mungkin orang tua itu datang dengan maksud baik.
Sim-kee-tjhung sudah dibakar orang, dirusak dan dihancurkan, dengan alasan apa, Sim Gie
hendak menjemput majikan mudanya"
Siao Cap-it-long tidak memberi keterangan yang lebih jelas dan lebih terperinci, karena itu,
Sim Pek Kun salah paham.
Tujuannya membekukan berita hancurnya Sim-kee-tjhung adalah menghindari tekanan bathin
yang lebih hebat, derita-derita yang menimpa Sim Pek Kun sudah terlalu banyak, nyonya itu
tidak boleh menerima berita buruk lagi, hal ini bisa membuatnya menjadi gila.
Betulkah Sim Pek Kun bisa gila"
Siao Cap-it-long tidak akan membiarkan terjadi kejadian yang seperti itu, maka dia sulit
memberi keterangan yang bisa memuaskan hati si cantik-jelita.
Demikianlah salah paham diperbesar.
Lagi-lagi Siao Cap-it-long menenggak arak, pikirnya: "Dia tidak percaya kepadaku. Ach,
mengapa aku harus banyak menyusahkan diri" Apa gunanya aku memikirkan
kepentingannya?"
Siao Cap-it-long sudah mengambil putusan untuk meninggalkan nyonya itu. Maka dia bisa
bergerak bebas kembali.
Pelayan rumah penginapan sudah membawa kereta, siap mengajak Sim Pek Kun kekampung
Sim-kee-tjhung.
Tidak lama kemudian "
Dernyitan roda-roda kereta seperti menggelinding dipermukaan hati Siao Cap-it-long.
Timbul rasa khawatirnya, pikirannya lagi:
"Siao-kongcu tidak akan melepaskannya, dia tentu masih berada disekitar daerah ini. Bila dia
tahu bahwa Sim Pek Kun pergi tanpa pengawalanku, tentu jiwanya terancam."
Siao Cap-it-long sudah siap bangkit dari tempat duduknya, dengan maksud mengawal
keamanan Sim Pek Kun.
Teringat lagi kepada sikap nyonya itu, hatinya menjadi dingin, dia membatalkan maksudnya
tadi. Dia duduk kembali.
Katanya didalam hati:
"Sudah kukatakan tidak mau usil dengan perkaranya. Mengapa harus banyak menyusahkan
diri." Terbayang kembali wajah Sim Pek Kun yang merah mabuk itu.
"Aaaaaa " Dia berada didalam keadaan mabuk, bagaimana dia bisa menjaga diri" Ilmu
kepandaian Siao-kongcu begitu hebat, tipu-tipunya terlalu banyak, mana sanggup dia
mempertahankannya?"
Mengetahui bahwa Sim Pek Kun berada didalam keadaan mabuk, Siao Cap-it-long
mengemukakan lain alasan:
"Dia sudah lupa diri. Aku harus bisa memaafkan kesalahan orang. Apa lagi kesalahannya
yang tidak disengaja. Belum tentu dia tidak percaya kepadaku, dia mengusirku, karena
tekanannya air kata-kata."
"Baiklah. Sekali lagi kutolongnya. Mungkin bisa menghindari kesalah-pahaman. Biar dia
sadar, bahwa aku tidak mempunyai tujuan yang jahat."
"Tapi " Tapi " Dia tidak tahu, bahwa dia sedang berjalan dengan Siao Cap-it-long, bila saja
dia tahu, tentu terjadi lain perubahan, begitu bencinya kepada nama Siao Cap-it-long, entah
apa yang dilakukan kepadaku?"
"Ach " Jangan memikirkan sampai ketempat itu. Kau sudah menolongnya dua kali, mengapa
tidak mau memberi pertolongan yang ketiga kalinya" Bisakah aku berpeluk tangan,
bila sampai terjadi, dia diringkus oleh Siao-kongcu itu?"
Satu guci arak lagi telah dikeringkan olehnya.
Pikiran Siao Cap-it-long begitu kusut, hatinya bimbang sekali.
Akhirnya, diapun mengambil putusan:
"Biar bagaimana, aku harus menolongnya."
Dia bangkit, hanya dua kali enjotan badan, dia menyusul kereta yang membawa Sim Pek Kun
kearah kampung Sim-kee-tjhung.
jilid 7_________________
RODA-RODA kereta bergelinding sangat cepat.
Derap langkah kaki Siauw Tjap-it Long lebih cepat lagi, dia membayangi adanya kereta di
depan itu. Kereta dan bayangan itu meluncur kearah kampung Sim Kee Chung yang sudah hancur
menjadi puing. Keritannya roda-roda kereta membawakan irama lagu yang mengalun.
Terayun oleh goyangan kereta, terserang oleh daya letih yang terus menerus, Sim Pek Kun
tertidur. Ia bermimpi, ada sepasang sinar mata yang besar, dengan biji hitamnya yang bersinar
menatap tajam, tiba-tiba wajah itu menangis, kemudian tertawa, ia benci kepada wajah itu, ia
sangat benci kepada tertawa Siauw Cap-it long, seolah-olah pisau belati yang tajam merobekrobek
dadanya. Dari sakit hati, Sim Pek Kun berubah menjadi marah, ia membacok, orang itu tidak
mengelakkan, mengenai perutnya, isi perut itu terkoyak-koyak.
Tiba-tiba terjadi perobahan, orang itu adalah suaminya sendiri, Lian Seng Pek.
Darah membanjiri tempat itu, mengalir terus-menerus, tidak berhenti, semakin lama semakin
banyak. Kini menganak sungai, menjadi lautan darah, perlahan-lahan memendamkan lututnya
hingga perut, sehingga leher, akhirnya mulai kehidung, terus meningkat kearah mata.
Sim Pek Kun hendak menjerit, tapi tidak bisa mengeluarkan suara.
Tubuhnya gemetaran, mengejang keras.
Sayup-sayup seperti terdengar suara orang berbicara, semakin lama semakin dekat, dan tibatiba
ditelinganya. Sim Pek Kun sadar dari impian buruk.
Kereta pun sudah terhenti, pintu bisa terbuka, angin dingin bertiup masuk menggigilkan
dirinya. Sim Pek Kun menggigil dingin karena adanya serangan angin itu.
Si pelayan rumah makan sudah menghentikan kereta, berdiri didepan Sim Pek Kun, dengan
wajah yang penuh iba, ia berkata.
"Nona sudah bangun" Kampung Sim kee Chung sudah berada didepan."
Sim Pek Kun menatap wajah pelayan rumah yang baik hati itu, ia masih belum bisa
menyelami arti kata-kata darinya, kepalanya dirasakan sangat berat, berat sekali, sulit untuk
didongakkan. Kampung Sim Kee Chung telah berada didepan mata! Ia telah kembali ke rumahnya.
Sim Pek KUn hampir tidak percaya pada kenyataan.
Dengan mulut berkemak-kemik, sipelayan rumah penginapan itu berkata lagi:
"Inilah Sim Kee Chung. Tapi............. ada lebih baik nona tidak turun dari kereta."
Sim Pek Kun tertawa.
"Nona tidak mau turun dari kereta?"
Sim Pek Kun memperlihatkan wajah bangga, dengan keras ia berkata:
"Tentu saja aku turun dari kereta. Sudah tiba dirumah. Mengapa tidak turun dari kereta?"
Teringat kepada rumahnya, teringat kepada kampung halamannya, Sim Pek Kun tidak raguragu
lagi, berusaha membebaskan diri dari belengguan sang penyakit, menggerakan kaki,
daging berat itu digusur keluar kereta. Hampir saja ia jatuh terjerembab.
Pelayan penginapan cepat-cepat memegangnya, agar si nona tidak terjatuh, dengan menghela
napas ia berkata:
"Ada lebih baik nona tidak turun dari kereta."
"Mengapa tidak turun?" Sim Pek Kun tertawa. "Mungkinkah hendak menyeret aku
dikendaraan, membiarkan kereta masuk hingga ke rumah?"
Tiba-tiba, suara tertawa Sim Pek Kun terhenti manakala ia telah menyaksikan kampung Sim
Kee Chung yang telah berada didepan matanya. Aapa yang terbentang didepan mata" Hanya
puing-puing kayu yang menghangus. Seluruh tubuhnya menjadi kejang, seperti patung.
Terkenang kembali kejadian lama, kabut terlalu tebal meliputi telaga Tay Beng Ouw.
Telaga Tay beng ouw adalah telaga indah, air jernih dan bening, tidak peduli disiang hari,
walaupun dimalam hari, apalagi diwaktu ada kabut putih, kecantikan telaga itu tidak pernah
luntur. Kamar tempat tinggal Sim Pek Kun dibangun ditepian telaga Tay beng ouw, setiap kali ia
membuka jendela, maka pemandangan indah itu meresap dan berdarah daging di dalam
kesannya. Belum pernah Sim Pek Kun lupa kepada pemandangan yang indah itu, sesudah ia menikah
dengan Lian Seng Pek, masih belum juga Sim Pek Kun kembali ke kampung halamannya. Ia
menempati tempat yang lama, mengenang keindahan-keindahan dimasa mudanya.
Setiap kali Sim Pek Kun membuka jendela, maka dirinya rasa muda kembali. Menjadi anakanak
seperti dulu kala.
Sekarang, apa yang bisa disaksikan oleh Sim Pek Kun.
Bangunan indah dan megah sudah lenyap sama sekali. Hanya kayu-kayu yang sudah menjadi
hitam bersilangan dan saling tumpuk.
Kampung Sim Kee Chung sudah dihancurkan rata dengan bumi.
Pintu depan yang terbuat kokoh dan kekar lambang kejayaan dari keluarga Sim, kini tidak
tampak kembali Hati Sim Pek Kun seperti tenggelam, seperti tenggelam kedasar telaga maut.
Siapa yang membakarnya" Siapa yang menghancurkan kampung Sim Kee Chung" Kemana
kepergiannya orang-orang Sim kee chung itu"
Sim Pek Kun tidak lagi menangis, tekanan-tekanan batin yang lebih hebat dari inipun telah
pernah dialami. Jiwanya telah membeku.
Terpeta satu bayangan yang penuh kasih sayang, itulah bayangan nenek yang sudah beruban,
nenek Sim Pek Kun yang sangat mencintainya. Wajah iut cukup agung, tapi ramah selalu
tersungging senyum.
"Mungkinkah nenek juga sudah tidak ada?" berpikir Sim Pek Kun.
Teringat kebaikan Sim Tay Kun, melupakan luka dikaki, melupakan kepalanya yang pusing
timbul kekuatan yang tak terkira, Sim Pek kun menerjang masuk kedalam tumpukan puing
itu. Si pelayan penginapan hendak menariknya, tapi tidak berhasil.
Sim Pek Kun telah membentur kenyataan, kakinya menendang dan bersentuhan dengan kayuKoleksi
Kang Zusi kayu yang sudah menjadi hitam hangus, itu bukan impian, bukan khayalan. Akhirnya ia
menangis. Pelayan itu menghampirinya, berdiri disamping sisi si nyonya agung, turut berduka, tapi ia
tidak berdaya, beberapa lama kemudian, dengan suara yang agak gugup, berusaha
menenangkan dirinya, pelayan itu berkata:
"Kenyataan tidak bisa disangkal, lebih baik nona balik saja kerumah penginapan biar
bagaimana, membikin perundingan dengan tuan itu."
Sim Pek Kun masih menangis.
Si pelayan menghela napas, baru menyambung pembicaraannya:
Kulihat, tuan itu bukan seorang yang jahat. Tidak mungkin jauh-jauh ia menghantar nona
kemari. Manakala mempunyai maksud tujuan buruk. Ia tidak mau mengantar nona kemari,
tentu mempunyai maksud tertentu, mungkin takut sesuatu, mungkin pula untuk menghindari
kesedihan nona."
Tanpa hiburan si pelayan, rasa sedihnya Sim Pek Kun bisa mereda. Tapi diucapkan kebaikan
Siauw Cap-it-long, Sim Pek Kun semakin bersedih.
Ia hendak menghapus bayangan sepasang mata yang besar dan jeli dari Siauw Cap It long
tidak berhasil.
"Pelayan inipun percaya kepadanya, Mengapa aku tidak bisa percaya ?"
Si pelayan menjadi bengong.
Dengan sedih Sim Pek Kun berpikir, "Bukan sedikit budinya yang ditanam atas diriku,
mengapa masih tidak percaya kepadanya " Mengapa memakinya, mengapa memukulnya ?"
Sim Pek Kun menyesal atas perbuatan-perbuatan yang sudah dilakukan pada Siauw Cap It
long. Dimisalkan, dalam keadaan yang seperti ini, Siauw Cap It long muncul mendadak, Sim Pek
Kun bisa merangkul tubuh laki-laki itu, menangis untuk menjelaskan rasa penyesalannya,
meminta maafnya!
Tentu saja Siauw Cap It long tidak muncul di dalam keadaan seperti itu.
Disana mendatangi sesuatu bayangan, tapi bukan Siauw Cap It long. Untuk membangkitkan
rasa tertariknya dari Sim Pek Kun, orang itu berbatuk-batuk.
Si pelayan bukanlah seorang asing, tetapi terdengarnya batuk ditempat itu cukup
membangunkan bulu roma, ia bergidik takut.
Suara batuk itu mengejutkan pelayan, juga mengejutkan Sim Pek Kun, munculnya tiba-tiba
sekali, tanpa suara, tanpa isyarat lagi.
Hampir Sim Pen Kun tidak berani menengok, betul-betul ia takut, bilamana menyaksikan
seseorang yang sudah hangus terbakar muncul di depannya, ia membentak :
"Siapa ?"
Sim Pek Kun telah menghentikan tangisnya. Memperhatikan orang yang datang.
Orang yang datang dengan suaranya yang rendah itu berbicara :
"Nona menangis di tempat ini, mungkinkah mempunyai hubungan baik dengan keluarga Sim ?"
Suara orang itu sangat panjang sekali, sabar, suatu bukti bahwa ia mempunyai perangai yang
cukup dalam. Sim Pek Kun menganggukkan kepala, ia membenarkan perkataan itu.
"Aku seorang dari keluarga Sim." ia menjawab.
"Bagaimana hubungan nona dengan Sim Thay Kun ?" bertanya orang itu.
"Sim Thay Kun adalah ..... "
Sim Pek Kun menghentikan jawabannya. Katanya, "nenekku" tertahan di tenggorokan.
Sesudah terjadi pengalaman-pengalaman di dalam beberapa hari terakhir ini, Sim Pek Kun
bisa menyelami, betapa jahatnya masyarakat, ia harus berhati-hati.
Dengan sabar orang itu menunggu jawaban selanjutnya, tapi tidak kunjung datang, maka
dengan perlahan-lahan ia bertanya :
"Mungkinkah aku berhadapan dengan Lian Hujin ?"
Lian Hujin berarti nyonya Lian Seng Pek.
Sim Pek Kun ragu-ragu lalu bertanya :
"Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa kau ?"
Dalam anggapan Sim Pek Kun, ia telah memberi jawaban yang paling tepat. Mana diketahui
olehnya, jawaban yang itu yang sangat diharapkan oleh orang yang bersangkutan, ia tertawa
dan berkata : "Betul-betul nyonya Lian Seng Pek, aku yang kurang layak memberi penyambutan."
Si Pelayan rumah penginapan sudah melihat jelas, disana sudah bertambah dua orang, yang di


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depan adalah orang tinggi, yang di belakang adalah orang pendek. Yang tinggi berbadan
besar, yang pendek berbadan kurus, sepintas selalu, bisa saja dianggap seorang.
Orang yang bicara dengan Sim Pek Kun adalah si tinggi besar, wajahnya hitam seperti pantat
kuali, tangannya memegang sebuah tombak panjang, lebih panjang dari tubuhnya yang tinggi
itu, ujung tombak terurai sawir-sawiran merah, berkilat-kilat, tampak gagah sekali.
Orang yang berdiri dibelakangnya sangat kurus dan kecil, bila tidak diperhatikan, tidak
terlihat. Wajahnya sangat kuning, pucat pasi, ia menggunakan senjata yang luar biasa
anehnya, senjata itu berbentuk seperti pacul, tapi bukan pacul, agak mirip dengan linggis, juga
bukannya linggis.
Senjata ini dinamakan Lui-kong-ciok, senjata yang terbuat dari besi yang hampir berupa
gaetan lancip. Si tinggi besar dan si kurus kering tadi segera berendeng, memberi hormat kepada Sim Pek
Kun. Sikapnya sangat hormat sekali.
Sim Pek Kun memperhatikan kedua orang itu, tapi tidak bisa menyebut nama mereka, sekali
lagi ia mengulang pertanyaannya :
"Bagaimana sebutan jiwi yang mulia ?"
Si kurus kering yang berwajah pucat pasi segera memberi jawaban :
"Kami Lie Ban Tong, datang dari telaga Tay-ouw."
Sebelum si kerdil ini membuka mulut, setiap orang yang menyaksikan bentuk tubuhnya
seperti itu, tentu menduga suaranya tidak bisa keras. Tapi di luar dugaannya, suaranya ini
menggeluntur, seolah-olah menganggap sekelilingnya itu pekak semua.
Menyambung pembicaraan sikurus kecil yang mempunyai suara keras seperti guntur itu, si
tinggi besar juga menjawab :
"Kami bernama Liong It San. Juga datang dari telaga Tay ouw."
Bilamana si kurus kecil sangat memekakan telinga, suara si tinggi besar ini yang bernama
Liong It San ini sangat perlahan sekali. Sikapnya tetap tenang, tetap sabar.
Wajah Sim Pek Kin berubah menjadi riang, ia menjadi girang.
"Ternyata Lie Tayhiap dan Liong tayhiap......."
Lie Ban Tong dan Liong It San adalah pendekar silat ternama, mereka tidak pernah
memisahkan diri, mereka mendapat julukan sepasang pendekar kilat dan guntur dari telaga
Tay ouw. Pendekar kilat Liong dan Pendekar guntur Lie Ban Tong.
SIAPA PEMBUNUHNYA
PENDEKAR guntur dari telaga Tay ouw Lie Ban Tong menggunakan sepasang senjata Lui
keng ciok, tipu silatnya sangat luar biasa, dengan sepasang senjata aneh itu ia bersilat di
tanah, dan di dalam telaga, sangat lincah, selalu gesit, tenaganya kuat, tidak mudah untuk
menandinginya. Pendekar kilat dari telaga Tay ouw Liang It San betul-betul mempunyai kecepatan kilat, ilmu
meringankan tubuh kelas satu, Untuk bertanding lari, belum pernah ada yang
memenangkannya.
Kedua jago ini pernah berkelana di rimba persilatan, dan menyebarkan benih-benih kebajikan,
maka mendapat julukan sepasang pendekar dari telaga Tay-ouw.
Yang diartikan pendekar tentu saja mempunyai jiwa yang bersifat ksatria, menolong orang
yang sedang berada didalam kesulitan, menumpas kejahatan. Menegakkan keadilan dan
kebenaran, menghancurkan kebatilan-kebatilan.
Sim Pek Kun belum pernah bertemu muka dengan sepasang pendekar dari telaga Tay Ouw,
tapi nama-nama kependekarannya kedua tokoh tersebut telah mengiang selalu. Kini
mengetahui bahwa kedua orang yang berada di depannya adalah bukan orang jahat, ia
tersenyum riang.
Tapi senyum Sim Pek Kun itu tidak terlalu lama, tiba-tiba terhenti di tengah jalan, ia
menggenggamkan pula wajahnya. Teringat kisah Pang Tiauw Hui dan Liu Eng Lam. Pang
Tiauw Hui dan Liu Eng Lam juga pendekar-pendekar ternama, sifat-sifat ksatria mereka telah
terkenal, tapi apa yang dilakukan atas dirinya" Pang Tiauw Hui dan Lie Eng Lam hanya
berupa serigala-serigala berkulit manusia, dimulut mereka mengaku pendekar, dihati mereka
selalu melakukan perbuatan bajingan-bajingan.
Pengalaman yang di dapat dari Pang Tiauw HUi dan Liu Eng Lam adalah pil [ahit yang
pernah ditelan oleh Sim Pek Kun, perbuatan seorang pendekar yang lebih jahat dari berandal.
Sepasang pendekar telaga Tay-ouw dikisahkan sebagai pahlawan-pahlawan yang mempunyai
prestasi kependekaran-kependekaran, tapi dibalik kisah kependekaran ini, mungkinkah tidak
tersembunyi sesuatu "
Karena mempunyai pikiran yang seperti inilah, tertawanya Sim Pek Kun tidak bisa di
teruskan. Dengan membungkukkan setengah badan, Liong It San berkata :
"Kami sangat gembira bisa bertemu dengan nyonya."
Sim Pek Kun menyengir, ia mengajukan pertanyaan.
"Jiwi berdua sudah menyusahkan diri, dari daerah telaga Tay ouw ke Tay-beng-ouw bukan
jarak dekat, tentu mempunyai tugas penting. Tugas penting yang bagaimanakah yang hendak
dilakukan ?"
Pendekar kilat dari telaga Tay ouw Liong It San menghela nafas, ia berkata perlahan :
"Kami berdua khusus datang kesini mengucapkan selamat ulang tahun kepada Tay hujin,
tidak disangka.... kami terlambat datang."
Yang mendapat panggilan Tay-hujin adalah nenek Sim Pek Kun yang bernama Sim Tay Kun.
Sikap sitinggi kurus Liong It San tetap tenang, tetap perlahan, Sepatah demi sepatah sangat
jelas dan jernih.
Tapi suara itu bagaikan guntur disiang hari memengangkan telinga Sim Pek Kun.
Sukmanya hampir melesat keluar dari tempatnya, ia segara mendapat berita yang lebih buruk
tentang keadaan Sim Thay Kun. Ia hendak membuka mulut, bertanya kepada mereka
bagaimana keadaan sang nenek " tapi mulutnya itu terkatup.
Lie Ban Tong menyambung pembicaraan sang kawan, katanya :
"Kami berdua baru tiba pada dua hati yang lalu"
Kata katanya hanya sampai disini, bilamana hanya mengucapkan keterangan seperti apa yang
ia katakan, keterangan itu tentu saja tidak keomplit, tapi sudah menutup mulutnya. Karena ia
tahu, suaranya terlalu keras, tidak perlu banyak bicara. Selalu ia berbicara secara singkat.
SIm Pek Kun menahan gejolak hatinya yang sangat sedih, dengan suara sember ia bertanya :
"Dua hari yang lalu " ... Mungkinkah telah terjadi sesuatu di... "
Pendekar Kilat Liong It San menganggukkan kepala : ia membenarkan dugaan Sim Pek Kun
itu katanya : "Dikala kami berdua tiba, Sim Kee Chung telah dilanda api, mayat bergelimpangan disana
sini. Sayang sekali, kami terlambat. Betapapun kami berusaha untuk memadamkan apinya,
walau berhasil juga menolong kebarakan ini, tapi tidak berhasil menolong banyak orang"
Sesudah itu, ia menolehkan pandangannya kearah baju sendiri, baju ini masih penuh dengan
kotoran, cipratan air masih terpeta, suatu bukti bahwa ia telah memberi pertolongan untuk
memadamkan api yang membakar Sim kee chung. Suatu tanda bahwa sampai saat ini, sudah
dua hari ia tidak bertukar pakaian, dua hari ia berusaha memedamkan kebarakan dan
kehancuran yang melanda SIm kee chung. Sehingga tidak sempat berganti pakaian.
Istilah kata kata mati mayat bergelimpangan itu membuat Sim Pek Kun semakin marah. Tapi
hatinya semakin sedih, Yang diartikan dengan mayat bergelimpangan, tentu terjadi banyak
korban. Kini harapan masih tipis sekali Sim Pek Kun bertanya :
"Berapa orangkah yang terluka ?"
Pendekar Kilat Liong It San berkata : "Itu waktu, Lu Tong Su Gie berampat turut hadir,
pendekar pertama san pendekar ketiga sudah mengalami hari naas, pendekar kedua Sin Thia
Tiok dan pendekar keempat Sin Thia Ciok menderita luka hebat"
Lu Tong Su Gie adalah empat pendekar dari daerah Bu Tong, semua itu terdiri dari keluarga
keluarga SIm. Atas pesta ulang tahun nenek Sim Thay Kun, ampat pendekar Lu TOng SU Gie
juga berkunjung datang, tentu dengan maksud memberi selamat ulang tahun. Tidak disangka,
pendekar pertama Sim Thian Song mempunyai kegagahan luar biasa juga binasa.
Keempat pendekar Lu TOng Su Gie sangat dikenal baik oleh SIm Pek Kun, hubungan mereka
juga sangat erat sekali, kematian mereka menambah kesedihan siratu rimba persilatan.
MEnggigit ujung bibir, Sim Pek Kun bertanya lagi :
"Yang menderita luka, kecuali paman Sim Thian Cok dan SIm Thian Ciok siapa siapa lagikah
yang menderita cidera "
Perlahan sekali perdekar Liong It San menggoyang kepala, perlahan juga ia berkata :
"Kecuali dua orang itu, tidak ada orang lain lagi yang terluka"
Gerakan pedang kilat ini tidak seperti kilat, perlahan lahan sekali, lambat lambat sekali, yang
diartikan dengan TIDAK ADA ORNAG LAIN LAGI YANG TERLUKA. itu berarti semua
orang sudah mati.
Sim Pek Kun tidak bisa menahan lagi, dengan suara sember ia bertanya :
"Maka, Nenekku itu... "
Kata kata yang selanjutnya tersumbat ditenggorokan, ia segera jatuh celentang.
Pekdekar kilat dari telaga Tay ouw yang tinggi besar berkata :
Sim Thian Ciok dan SIm Thian Tiok berada diperahu itu, maukah hujin merundingkan cara
cara selanjutnya "
"Sin Thian Ciok adalah pendekar kedua dan empat pendekar Lu Tong Su Gie, Hanya kedua
orang ini yang nyaris dari kematian yang melanda bencana kampung Sim kee chung.
Betul saja, tidak jauh dari telaga berlabuh sebuah perahu, terbayang besarnya perahu itu. SIm
Pek Kun memandang kearah tempat jauh. perlahan lahan menganggukkan kepala. Ia setuju
untuk bertemu dengan Sim Thian Ciok dan Sim Thian Tiok, ia setuju untuk diajak keperahu
itu. "Hujin masih sanggup berjalan ?" bertanya Liong It San memandang kearah Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun memandangi kakinya, ia menghela napas panjang.
Pendekar guntur dari telaga Tay ouw Lie Ban Tong berkata : "Umurku sudah hampir
mencapai enampuluh tahun. Bilamana Hujin tidak keberatan aku bersedia menggendong"
Ia sudah membungkukkan badan, betul betul siap untuk menggendong Sim Pek Kun, menuju
keperahu yang mereka tunjuk.
Tiba tiba Sim Pek Kun membentak :
"Tunggu dulu !"
Suaranya tidak keras seperti suara Lie Ban Tong, tapi sikapnya yang agung tidak lepas dari
penilaian semua orang. Sangat keren sekali.
Pendekar guntur Lie Ban Tong menghentikan gerakan, menatap dengan mata tanpa berkedip,
agaknya sangat heran.
SIm Pek Kun menggigit bibir, perlahan lahan ia berkata.
"Betulkah Sim Thain Ciok dan SIm Thian Tiok berada diperahu itu ?"
Wajah Lie Ban Tong yang pucat pasi itu menjadi merah, agaknya ia tersinggung, agaknya ia
marah. Suaranya yan mengguntur itu menggema kembali.
"Mungkin Hujin tidak percaya kepada kami ?"
Sim Pek Kun menjadi kikuk. "Bukan tidak percaya... " ia tidak melanjutkan keterangannya.
SIm Pek Kun juga merasakan, wajahnya menjadi merah, ia malu kepada diri sendiri, mengapa
begitu banyak curiga " Mengapa tidak percaya kepada orang " tidak percaya kepada orang
yang hendak memberikan pertolongan, adalah sipat yang sangat memalukan. Bilamana tidak
ada terjadi perobahan perobahan drama yang terus menerus, tidak mungkin Sim Pek Kun bisa
memperhatikan rasa penuh curiga. Tapi lain dahulu, lain sekarang, perobahan jaman yang
sudah menjadi begitu tua, membikin penilaian lain, setiap sesuatu harus dicurigainya.
Pendekar guntur Lie Ban Tong cepat naik darah, pendekar kilat Liong It San tidak cepat
marah, ia masih bisa menahan kemarahan itu lambat lambat katanya :
"Hujin telah banyak mengalami penderitaan penderitaan, sudah tentu harus berhati hati, tapi,
kami bukan orang jahat. Walau hujin belum pernah bertemu muka, toch pernah mendengar
nama kami, bukan ?"
Kata kata ini seperti belati tajam yang menusuk hati Sim Pek Kun, dengan wajah merah ia
berkata : Bukan maksudku seperti itu. Bagaimana keadaan paman SIm Thian Ciok dan Sin
Thian Tiok, beratkah lukanya " Bisakah mereka bicara ?"
Lie Ban Tong menekuk wajahnya yang pucat pasi itu ia berkata :
"Mereka Belum mati,bagaimana tidak bisa bicara ?"
Suaranya tetap mengguntur tetap keras dan bergama.
PEndekar kilat Liong IT San menghela napas panjang sekali, baru ia berkata :
"SUdah dua hari Sin Thian Ciok terluka belum pernah ia mengatupkan mata, juga
lemunpernah ia menutupkan mulutnya, mulut itu memanggil manggil nama seseorang, nama
seseorang yang tidak mungkin dilupakan ?"
"Nama Siapa ?" bertanya Sim Pek Kun.
"Tentu saja nama dari si pembunuh ! Nama dari sipengrusaj kampung Sim kee chung"
"Si... siapa... siapakah orang itu ?" bertanya Sim Pek Kun dengan tubuh gemetar.
Siapa pembunuhnya " siapa yang membakar kampung Sim kee chung " nama ini penting
sekali, Sim Pek Kun wajib membikin tuntutan, ia harus mengetahui, siapa yang begitu jahat,
menghancurkan kampung lahamannya.
Dengan sikap yang sangat dingin, Lie Ban Tong berkata :
"Hujin tidak percaya kepada kami berdua, bila nama pembunuh ini keluar dari mulut kami,
toch percuma saja bukan ?"
Liong It San meneruskan pembicaraan sang kawan katanya :
"Ada lebih baik hujin berkunjung keperahu itu, langsung mengajukan pertanyaa kepada orang
yang bersangkutan.
Suara sipendekar kilat tetap perlahan, tapi sangat jelas.
"Tapi... " Sim PEk Kun menghela napas, "Bagimana aku bisa menyusahkan kalian ?"
"Hun !" Lie Ban Tong menyelipkan sepasang senjata Lui-kong ciok, menoleh dan menuju
kearah kereta, tangannya ditempelkan kepada dinding kereta itu, brak... membarengi suara
jeritan kuda yang melengking panjang, papan papan kereta itu terbongkar, ia membongkar
dengan paksa dengan paksa, mengambil selembar diantaranya.
Kuda yang tersentak kaget itu hendak melarikan diri, tapi kekuatan Lie Ban Tong memang
sangat mengejutkan. Betapa kuatpun keempat kaki kuda itu berketoprakan, tidak mungkin
bisa melepaskan tali tali pengikat, Lie Ban Tong menekannya kebawah, demikian
menenangkan kuda tersebut. Sesudah berhasil menguasai situasi itu, dengan selembar papan
ditangan, Lie Ban Tong berjalan balik.
Adanya kekuatan yang seperti raksasa ini sangat mengejutkan si pelayan rumah penginapan,
ia menjulurkan lidahnya, tanpa bisa ditarik kembali, tubuh Lie Ban Tong begitu kurus kecil,
wajahnya begitu pucat pasi, tapi sungguh diluar dugaan, tenaganya hebat sekali.
Sim Pek Kun juga terkejut.
Tenaga Lie Ban Tong adalah tenaga raksasa, bilamana Lie Ban Tong atau Liong It San adalah
orang-orang jahat, bagaimana ia bisa mengelakkan diri " Ah...... ia terlalu banyak curiga.
Bilamana kedua orang itu bermaksud jahat, seolah-olah memitas semut saja, seperti
membalikkan tangan saja mudahnya, mana mungkin ia bisa melarikan diri "
Lie Ban Tong sudah mengambil papan kereta, ia berjalan balik, diletakkan ditanah dan
berkata kepada Sim Pek Kun :
"Hujin, anggap saja sebagai tandu, biar kami berdua yang menggotong."
Sim Pek Kun berhasil meredakan kecurigaan, ia naik keatas papan, digotong oleh Lie Ban
Tong dan Liong It San, diangkut kearah perahu ditepi telaga Tay beng-ouw.
Sim Pek Kun merasa menyesal kepada diri sendiri yang telah memperlakukan sepasang
pendekar guntur dan kilat dari telaga Tay-ouw secara tidak layak, ia menganggap dirinya
penuh curiga, malu kepada diri sendiri, ternyata dua orang itu betul-betul bersifat pendekar,
berjiwa ksatria.
Sim Pek Kun telah ditandu kearah perahu. Perahu itu tidak terlalu besar. Perahu biasa yang
digunakan untuk pesiar.
Perabot didalam perahu juga serba bersih, di kanan dan kiri kedua tepi, terdapat tempat duduk
yang empuk, kini diatas tempat duduk itu masing-masing terbaring seorang, yang dikiri
wajahnya pucat pasi, masih mengerang-erang sakit, tubuhnya tertutup oleh selembar selimut
sutra. Sim Pek Kun tidak bisa melihat pasti hal yang menyebabkan luka jago ini. Inilah salah
satu dari keempat pendekar Lu Tong Su Gie, orang yang menduduki urutan kedua Sim Thian
Ciok. Yang berbaring disebelah kanan lebih pucat lagi, matanya terpentang lebar, hitamnya melotot
keatas penutup perahu, mulutnya mengoceh terus menerus :
"Siauw Cap it long...... kau kejam...... Siauw Cap it long...... kau kejam......"
Inilah Sin Thian Tiok. Hanya kata-kata ini yang diulang pulang pergi. Ia melepaskan
kebenciannya, dengan hawa penuh rasa takut.
Sim Pek Kun duduk disana, sekali lagi didengar, sekali lagi didengar dan seterusnya.
"Siauw Cap it long." Demikian Sim Pek Kun mengertek gigi. "Aku tidak bisa melepas
dendam ini."
Suaranya membuat irama lagu dendam kesumat dengan gumaman suara Sim Thian Tiok yang
masih terus menerus melagukan suara SIAUW CAP IT LONG, KAU KEJAM.
Sim Thian Tiok adalah seorang yang menyaksikan musnahnya kampung Sim kee chung, ia
menderita luka, dan hanya lagu suara SIAUW CAP IT LONG, KAU KEJAM itulah yang
dikatakan bulak balik, tentu ia telah melihat bagaimana Siauw Cap it long sedang mengganas,
maka bencinya tidak terhingga.
Benak pikiran Sim Pek Kun dihasut oleh kebencian Siauw Cap it long kau kejam.
Pendekar guntur Lie Ban Tong juga berkata dengan suara gemas.
"Siauw Cap it long memang betul-betul seorang kejam. Ia anak berandal, anak perampok.
Bagaimana pikiran Hujin, bisakah kita membiarkan ia lenggang-lenggang didalam rimba
persilatan ?"
Suara Lie Ban Tong memang seperti guntur, maka ia mendapat julukan pendekar guntur dari
telaga Tay ouw, sangat keras, mengumandang memenuhi isi perahu itu, tapi semua kata-kata
ini tidak bisa memasuki telinga Sim Pek Kun. Sim Pek Kun sedang dirundung oleh
kemalangan yang tidak terhingga, kebencian yang meluap, matanya diluruskan ke depan,
dengan pikiran kosong, ia bergumam :
"Siauw Cap it long, kau kejam ! Aku tidak akan melepaskanmu."
Lie Ban Tong dan Liong It San saling pandang, mereka memperlihatkan senyum iblisnya,
menyaksikan bagaimana pikiran Sim Pek Kun menjadi linglung mengenang drama
kemusnahannya Sim kee chung.
Sesudah itu, Lie Ban Tong memonyongkan mulut kearah tepian. Liong It San mengerti,
tubuhnya melejit, cepat dan gesit, ia sudah meninggalkan perahu itu. Menuju ke tempat kereta
berhenti. Menggunakan kelengahan Sim Pek Kun yang mencurahkan dendam kesumat, tubuh Liong It
San bergerak, cepat sekali meninggalkan perahu, beberapa saat kemudian terdengar satu
jeritan panjang, jeritan yang sangat menyeramkan.
Itulah jeritan si pelayan rumah penginapan, jeritan itu tertahan, sesudah mana suasana sepi


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sunyi kembali. Lie Ban Tong mengerutkan alis, ia heran, seharusnya Liong It San bergerak cepat, tidak
memberi kesempatan kepada si pelayan rumah penginapan berteriak dan memaki. Mengapa
melalaikan tugas ini "
Sesudah itu, satu bayangan melesat masuk, itulah bayangan Liong It San. Si pendekar kilat
berhasil balik kembali.
Satu bayangan lain menempel di belakang bayangan Liong It San.
Pendekar guntur Lie Ban Tong membentak :
"Siapa yang membayangi dibelakangmu ?"
"Siapa yang bisa membayangi aku ?" berkata Liong It San penuh kepercayaan "Mungkinkah
matamu sudah lamur ?"
Liong It San mempunyai gelar pendekar kilat dari telaga Tay-ouw, suatu bukti bahwa
gerakannya sangat gesit sekali, siapakah yang bisa menandingi gerakannya " Ia yakin, bahwa
tidak mungkin ada orang yang bisa mengikuti tanpa diketahui, tapi dari bentakan suara sang
kawan, mau tak mau ia menoleh kebelakang, hendak d
Jodoh Rajawali 13 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Kesatria Berandalan 5
^