Angrek Tengah Malam 5

Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung Bagian 5


ai ketika memikirkan perjalanan hidupnya, kemudian memikirkan kemalangan sebagian
orang yang sepertinya terjadi sejak kelahirannya, lalu mengenang Mu Rong, mempertimbangkan
dirinya, Su Su mendadak merasa sangat marah.
Seorang putera kemujuran yang hanya merasakan kemujuran, malahan mau berpura-pura
mati. Su Su mendadak bekata dengan suara keras: 'Tidak peduli bagaimanapun juga, kalian sudah
berbuat kesalahan."
"Hal apa yang salah"'
"Kalian tidak boleh membiarkan Liu Xian Sheng mati," kata Su Su. "Dia juga manusia, juga
teman kalian, kalau kalian sudah tahu dia akan dijadikan sasaran korban, mengapa masih
membiarkan dia mati di tanganku?"
Dengan menyesal sekali dia berkata: "Aku percaya dan kalian juga tidak bisa menyangkal, jika
kalian mau menolong dia, pasti ada kesempatan, tapi kalian mencobapun tidak untuk
melakukannya."
Jin Lao Tai Tai dengan santai leha-leha malah tertawa.
"Kau memang anak perempuan aneh," katanya. "Kau sendiri yang membunuhnya, malah
berbalik menyesalkan kami."
"Aku cuma ingin bertanya, yang kukatakan ada alasannya atau tidak?"
"Ada alasan, sudah tentu ada alasan yang kuat," kata Jin Lao Tai Tai. "Akan tetapi aku juga
punya beberapa pertanyaan yang ingin ditanyakan kepadamu."
"Tanyalah."
"Mengapa Liu Xian Sheng justru memilih dirimu untuk melakukan serangan mendadak"
Mengapa sebelumnya juga sudah membawamu datang kemari" Mengapa dia juga membuat suatu
kesempatan yang membuat hatinya sendiri jadi kacau?"
Sekali lagi Su Su dibuat terkejut.
Masakah perkara ini juga sebuah perangkap" Masakah Liu Ming Qiu juga salah seorang pelaku
dari rencana mereka ini"
Masakah kematian Liu Ming Qiu juga hanya sebuah pura-pura belaka"
Su Su tercengang.
Dia terkejut memandang mereka.
Orang-orang ini sesungguhnya jenis orang yang bagaimana" Di dunia ini, masakan tidak ada
orang yang bisa mengalahkan mereka"
Jin Lao Tai Tai sepertinya sudah melihat apa yang dipikirkan dalam hatinya, sorot mata nenek
tua ini memancarkan kelembutan kasih yang mampu melihat sesuatu yang tidak terlihat orang
lain. "Aku sepertinya tadi sudah mengatakan, bahkan akupun sudah mulai sedikit tidak puas
terhadap orang-orang kita ini."
"Mengapa?" tanya Hu Tie Hua.
"Karena kita sesungguhnya terlalu canggih," Jin Lao Tai Tai berkata sambil menghela nafas.
"Ada kalanya, bahkan aku berharap ada orang yang bisa menipu diriku satu dua kali!"
Hu Tie Hua jadi ikut tertawa!
Jika di dunia ini ada seseorang yang bisa menipu nenek tua ini, entah bagaimana pula rupa
orang ini"
Sudah pasti orang yang bukan orang, pasti lebih licin dari pada rubah, lebih canggih dari pada
hantu. Hu Tie Hua bukan saja tertawa, bahkan tertawa keras.
Jin Lao Tai Tai ikut tertawa menyertainya, sesungguhnya, nenek tua ini sepertinya setiap saat
juga bisa tertawa.
Orang berbaju biru yang pendiam itu juga mulai mengusap hidungnya, bahkan seolah-olah
hidungnya pun sudah mengandung nada tertawa.
Bahkan dalam mata Zhong Yuan Yi Dian Hong juga mengandung tawa.
Akan tetapi Su Su justru tidak bisa tertawa.
Wajah tertawa orang-orang ini begitu manis dan begitu akrab, akan tetapi mereka, orangnya
begitu menyeramkan.
Begitu tajam, begitu canggih, begitu pemberani, begitu menakutkan.
Apa lagi ketika mereka sedang berkumpul bersama.
Keras dan dinginnya Zhong Yuan Yi Dian Hong, Jin Lao Tai Tai yang berpengalaman dan
bijaksana, Hu Tie Hua yang pandai tapi kelihatan bodoh, segala pengertian bisa dilahap, ditambah
lagi Chu Liu Xiang.
Kekuatan apa yang bergabung menjadi satu ini, jika dengan kekuatan semacam ini menghadapi
satu orang, siapa yang tidak pasti kalah"
Mungkin saja hanya 'LAN HUA' yang menjadi pengecualian.
Karena sampai sekarang, belum ada orang yang tahu siapa itu 'LAN HUA" Bahkan Su Su juga
tidak tahu. "Sayangnya kumpulan kita sebagai rubah tua, masih ada hal-hal yang tidak mampu kita
kerjakan," kata Jin Lao Tai Tai.
"Sampai dengan batas sekarang ini, kami masih belum tahu sesuatu apapun tentang Lan Hua
Xian Sheng ini, bahkan apakah dia laki-laki atau pun perempuan tidak kami ketahui."
Nama lengkap, umur, jenis kelamin, status sosial, riwayat keluarga, Wu Gong, sama sekali tidak
diketahui. Berebut menang di medan peperangan, memerlukan tahu diri sendiri dan tahu pihak lawan,
baru bisa memenangkan setiap pertempuran, (seratus kali perang seratus kali menang), akan
tetapi segerombolan orang seperti mereka ini, menyambut musuh dalam ketidaktahuan sama
sekali, jika bukan dimaksudkan mencari mati sendiri, tentulah terlalu yakin mengandalkan
kemampuan diri sendiri.
Terlalu yakin pada kemampuan diri sendiri, sesungguhnya ialah mencari mati saja, apakah
mereka bisa merupakan gerombolan semacam ini"
Tidak! Pasti mutlak bukan. Mereka bukan terlalu percaya diri, melainkan punya keyakinan
mutlak terhadap diri sendiri.
Jin Lao Tai Tai menyipitkan mata, tertawa dan berkata.
"Kami cuma tahu satu hal," katanya. "Kami pasti bisa menemukannya, tidak peduli bagaimana
orangnya, kami pasti bisa menemukannya."
"Bagaimana dengan sekarang ini?" Su Su tidak tahan untuk tidak bertanya. "Sekarang kalian
siap melakukan apa?"
Chu Liu Xiang pelan-pelan mendatangi.
"Satu-satunya hal yang ingin kukerjakan sekarang, masih tetap hal yang itu," katanya.
"Menolong Mu Rong dan Xiu Mu."
"Dalam situasi seperti sekarang ini kau masih mau pergi menolong mereka?"
"Betul"
Prinsip Chu Liu Xiang belum pernah berubah selamanya.
Su Su percaya. Dia percaya apa yang mau mereka kerjakan pasti bisa terlaksana, akan tetapi
dia tidak mampu membayangkan bagaimana mereka mau mengerjakannya"
Hidup matinya Mu Rong dan Xiu Xiu hubungannya sepertinya bukan lagi cuma urusan mati
hidup dua orang bernyawa, akan tetapi semacam masalah moral dan keadilan, semacam janji
kesetiaan mati hidup.
Su Su menyaksikan keteguhan dari wajah Chu Liu Xiang, yang terpikir dalam hatinya ialah satu
kalimat: Chu Liu Xiang tetap juga adalah Chu liu Xiang.
Sudah barang tentu prinsip Chu Liu Xiang tidak akan berubah, segala kesulitan dan mara
bahaya tidak mungkin bisa menghalangi idealismenya. Sekalipun masuk kuali air mendidih dan
menerjang bara api, asalkan dia memutuskan untuk menempuhnya, kakinya tidak akan ada
setengah keraguan apapun juga.
Apa lagi sekarang, situasi segala hal, hampir semuanya tidak ada yang ditutup-tutupi,
seluruhnya berada di dalam genggaman kelompok orang ini, mereka boleh dengan bebas leluasa
mengalahkan musuh dan meraih kemenangan.
Zhong Yuan Yi Dian Hong, Hu Tie Hua, Jin Lao Tai Tai, ditambah dengan Chu Xiang Shi yang
serba nomor satu dalam kecerdikan, kekuatan, keberanian, siasat dan kekuasaan, dia bisa
memobilisasi kelebihan dan keunggulan seuap orang, untuk bisa menunaikan tugas penyelamatan
ini. Menunggu, bukan saja siasat yang mereka pergunakan, malahan juga rencana mereka.
Menunggu, bukan saja membuat mereka bisa melihat jelas umpannya, yang paling penting ialah,
mereka mungkin sekali mempergunakan masa penantian ini, melengkapi dengan suatu
pengaturan yang lebih teliti dan cermat.
Su Su mendadak punya suatu pemikiran yang aneh.
Chu Liu Xiang dan sekelompok orang ini, sepertinya bukan hanya mau menolong Mu Rong dan
Mu Mu, mereka bahkan sudah berniat mencuri.
Mencuri dua nyawa orang ini dari tangan dewa kematian.
Sekalipun dia tidak tahu mereka akan mulai dari mana, akan tetapi dia percaya dalam kepastian
penuh, mereka tidak akan merebut dengan kekerasan, bahkan mereka akan menyelesaikan
perebutan ini sebagai semacam 'seni'.
Su Su mencecap araknya, dalam hatinya sangat tergetar, sekalipun dirinya berada dalam Jiang
Hu, sekalipun dia sudah mendengar hati setia dan langkah kepahlawanan seorang Chu Liu Xiang,
akan tetapi kisah dan berita yang cenderung kabar angin itu tidak ada kaitannya dengannya.
Tapi tidak demikian dengan keputusan kali ini, orang yang mau ditolong oleh Chu Liu Xiang dan
teman-temannya itu, bukan saja ada hubungannya dengannya, bahkan dia sendiri hampir bisa
dianggap sebagai salah seorang tokoh pelakunya.
Meskipun baginya jelas, aksi yang diatur oleh Lan Hua Man Sheng, hanya untuk membuktikan
satu hasil, ketiga orang yang semuanya berada di dalam proses pembuktian itu sebagai umpan
pancing, suatu tanda baca stop dalam suatu permufakatan busuk, akan tetapi dia sudah
menetapkan tidak bakal menyesal lagi, bahkan di dalam hati kecilnya merasa sedikit puas, karena
dirinya sempat berperan sebagai pelaku yang dijadikan perhatian orang banyak.
Jika dikatakan, ada rasa sesal dan benci, itu adalah karena dia, sekali pun di dalam keseluruhan
masalah memerankan suatu lakon, akan tetapi sedari awal tidak pernah tahu bagaimana lakon
cerita ini dimainkan, dan bagaimana akhirnya ditutup"
"Coba kalian katakan, kematian Liu Ming Qiu, apakah suatu kepura-puraan yang lain" Suatu
perangkap yang dipersiapkan untuk suatu tujuan tertentu?" Su Su bahkan kelihatan agak kesal
dan marah karena dia tidak bisa mengerti situasi keseluruhannya.
"Siapa pun tidak ada yang bisa menjawab pertanyaanmu itu," kata Jin Lao Tai Tai. "Karena Liu
Ming Qiu sudah mati, sedangkan orang mati tidak bisa bicara."
Sudah tentu, orang mati tidak bisa bicara, jawaban ini, sama dengan tidak memberikan
jawaban apapun.
Kematian Liu Ming Qiu, kalau pun mengandung suatu permufakatan busuk, tidak mungkin bisa
dibongkar sekarang ini, karena suatu pertarungan adu kecerdasan masih baru saja dimulai, kedua
belah pihak sedang tegang ibarat anak panah berada di atas busur yang terbentang penuh, malah
setiap orang mengemban banyak rahasia, banyak rahasia yang tidak ada caranya ditebak tembus.
Kartu as ini, sering kali justru adalah tombak pembunuh yang sebetulnya, sambil menunggu
kenyataan sebenarnya terungkap jelas, yang juga adalah saat penentuan menang kalah dan hidup
matinya. BAGIAN KELIMA ORANG DI BELAKANG
Bab 1 Teori Perang - Perang Terbang
Maksud 'orang di belakang', sudah barang tentu bukan mengatakan orang di belakangmu,
maksud orang dibelakang, dalam keadaan biasa, umumnya hanya ada dua macam.
Jika yang kau maksudkan adalah seseorang di belakang Chu Liu Xiang, maka orang yang ini,
jika bukan anak Chu Liu Xiang, pasti adalah cucu, buyut, cicit, piut atau canggah. Dan generasi
ketujuh, delapan, sembilan dan sepuluh yang disebut canggah atau cucu emas.
Yang kita maksudkan dengan 'orang di belakang' sekarang ini, bukan dari jenis ini.
'Orang di belakang' yang mau kita bicarakan sekarang ini, hanyalah orang-orang yang hidup
bertahun-tahun di belakang jaman hidupnya Chu Liu Xiang.
Dua orang. Dua orang ini, ialah orang yang sudah kita sebutkan di depan, seorang tua yang
berpengetahuan dan juga berpengalaman, yang lain ialah seorang remaja yang sangat kaya
dengan keinginan mencari pengetahuan.
Yang tua kurus singset, yang remaja sangat cakap dan sangat menyenangkan.
Sebuah dipan kuno, sebuah ranjang besar, sebuah bangku pendek, seteko teh, segentong arak,
dua buah bantal anyaman bambu hijau, serta dua orang.
Kedua orang ini, sudah tentu adalah kedua orang yang kita sebutkan tadi. Yang tua minum teh,
yang remaja minum arak.
Remaja ini bahkan sama dengan Chu Liu Xiang, minum arak seperti minum teh saja. Siapakah
dia sang remaja ini"
Sang remaja bertanya kepada yang tua.
"Aku tahu pertempuran itu di kemudian hari disebut sebagai 'Perang Terbang', karena aksi
sekali itu adalah 'Aksi Ngengat Terbang', hal-hal lain yang berkaitan dengan pertempuran pertama,
semua orang memiliki mata elang, sayap garuda, gesit walet, tepat anak panah," katanya.
"Elang, garuda, walet, anak panah, semuanya bisa terbang, karena itu pertempuran itu disebut
sebagai Perang Terbang."
Perang Terbang" Bukan Perang"
Yang tua tersenyum.
"Mungkin yang kau ketahui belum cukup banyak," katanya kepada sang remaja. "Terhadap
perang itu, diketahui ada dua macam pendapat"
"Dua pendapat yang mana?"
"Terbang melayangnya terbang adalah terbang, bukannya terbang yang bukan-bukan," kata
yang tua. "Peperangan itu adalah perang terbang dan bukan perang, sampai dengan hari ini
belum pernah ada orang yang bisa memberikan suatu kesimpulan tetap."
"Bukan perang?" sang remaja terkesima. "Maksud bukan perang, apakah dimaksudkan perang
itu bukan perang."
"Betul."
"Yang diartikan Tidak Perang', sudah tentu ialah 'Bukan Perang'".
"Pertempuran yang menggetarkan langit dan menggemparkan bumi itu, diketahui seluruh
dunia, bagaimana bisa dikatakan bukan perang?" tanya sang remaja.
"Maksud perang ialah, saling berhadapan ketajaman, saling berebut menang kalah," kata yang
tua. "Akan tetapi perang itu, sama sekali tidak memperebutkan menang kalah."
"Mengapa?"
"Karena perang itu masih belum dimulai, nyatanya sudah ada satu pihak yang terkalahkan."
"Pihak yang terkalahkan itu seharusnya bukan pihak Xiang Shi?"
"Sudah tentu bukan," yang tua tertawa. "Kau harus mengingat satu hal, ada orang tertentu
yang selamanya tidak pernah terkalahkan, waktu hidup tidak kalah, waktu mati juga tidak kalah."
Sudah tentu Chu Liu Xiang adalah orang yang demikian itu.
Yang tua memberitahu sang remaja lagi.
"Di dalam rencana Lan Hua Xian Sheng, Chu Liu Xiang sudah dalam posisi orang yang pasti
mati, muncul mati, tidak muncul pun juga mati."
"Aku juga tahu memang demikian adanya."
"Akan tetapi dia salah."
"Ooohhh?"
"Rencana ini secara keseluruhan mengalami kegagalan to?tal sampai ke dasar-dasarnya."
"Mengapa?"
"Karena di dalam aksi kali ini, jika saja Chu Liu Xiang betul sudah mati, maka aksi ini sama saja
dengan tidak melakukan aksi," kata yang tua. "Aksi yang tidak melakukan aksi, dikatakan apa?"
"Ya babi," kata si remaja. "Seekor babi yang gagal."
Yang tua tertawa.
"Yang kau katakan sangat bagus," dia tertawa besar. "Apa lagi tahun ini tahun babi."
Tawa di wajah yang tua cepat berubah menjadi semacam sikap serius.
"Akan tetapi di dalam aksi kali ini, jika Chu Liu Xiang belum mati, tidak usah diragukan lagi dia
sudah pasti menang."
"Mengapa?"
"Karena ada satu butir kunci kecil," yang tua berlagak misterius, tidak membiarkan sang remaja
mendahuluinya. "Satu butir masalah kunci kecil, yang kecil dan sangat kecil sekali, untuk
sementara aku tidak akan memberitahukanmu."
Sang remaja tidak memberikan reaksi, hanya bertanya: "Setelah itu, apakah Xiang Shi berhasil
menolong dan menyelamatkan kedua orang itu?"
"Sudah tentu berhasil menyelamatkan mereka," kata yang tua. "Akan tetapi apakah berhasil
menolong dan menyelamatkan keduanya, bukanlah kunci penentu yang pal?ing penting dari
peristiwa ini."
"Kalau demikian, kunci penentu yang paling penting ada di mana?"
"Pada seseorang."
"Lan Hua Xian Sheng?" tanya sang remaja. "Apakah betul Lan Hua Xian Sheng?"
"Sudah tentu betul."
Ini baru benar titik butir yang paling penting.
Mau menolong dan menyelamatkan Mu Rong dan Su Su bukan hal yang sangat sulit, yang sulit
justru ialah, sesudah menolong dan menyelamatkan mereka, harus memakai cara apa untuk
menemukan siapa sesungguhnya Lan Hua Xian Sheng itu.
Apabila Aksi Ngengat Terbang ini gagal, bukan mustahil Lan Hua Xian Sheng segera tahu dan
segera juga memutuskan hubungan dengan organisasi ini.
"Bukan saja besar kemungkinan, bahkan suatu keniscayaan besar!" kata yang tua. "Andaikata
dia dan organisasi yang ada hubungannya dengan peristiwa ini lepas hubungan, maka orang ini
serta merta akan lenyap dari dunia ini selamanya, dan akan sepertinya tidak pernah ada sejak
dahulu." Akan tetapi dia memang pernah ada, bahkan pernah melakukan banyak kejadian yang sangat
menyeramkan masyarakat.
"Karena itu, kita tidak boleh membiarkan dia lenyap selamanya, dan harus menemukan dan
menggali dia keluar sampai ke akar-akarnya."
"Betul," kata yang tua. "Apa yang kau katakan biasanya memang sangat beralasan."
Dia tersenyum melihat sang remaja.
"Masalahnya sekarang tinggal dengan cara bagaimana kita baru bisa menggali sampai ke akarakarnya
itu" Sang remaja terdiam.
Dia tidak bisa menjawab, karena memang suatu hal yang tidak bisa dijawab.
Kata yang tua: "Lan Hua Xian Sheng berupaya sangat keras sekali, menutup-nutupi jejak
kegiatannya, dengan tujuan untuk melindungi dirinya sendiri, dan seandainya dia mengalami
kegagalan dengan rencana sempurnanya, yang seharusnya tidak bakal meleset itu, dia masih


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetap bisa meloloskan diri dengan suatu keutuhan."
"Kelihatannya, tidak bisa diragukan lagi, dia memang seorang yang sangat berhati-hati dan
cermat." "Itu sudah pasti," kata yang tua kepada si remaja. "Semua tokoh yang paling hebat di kolong
langit ini hampir semuanya memang demikian."
"Akan tetapi dia masih punya titik kelemahan"
"Ooohhh."
Orang yang punya titik kelemahan, tidak bisa dihindarkan pasti juga berbuat kesalahan,
sekalipun bukan kesalahan fatal, paling sedikit masih juga ada sebuah jalur untuk penyelidikan,"
kata si remaja. "Jika ada jalur untuk penyelidikan, maka sudah pasti bisa ditemukan."
"Masuk akal," kata yang tua. "Hanya yang disayangkan, aku belum tahu di mana titik
kelemahannya."
"Ada di Tengah Malam, ada di Lan Hua."
"Ada di tengah malam, ada di Lan Hua." Yang tua menghela nafas.
"Kau mengutarakan dengan baik sekali, sayangnya aku masih belum mengerti."
"Tengah malam artinya sekitar Zi Shi (jam 23.00 - 01.00)."
"Ini kumengerti", yang tua juga tertawa.
"Arti Lan Hua sudah tentu aku juga mengerti. Semua ini mudah dimengerti, hanya yang tidak
kumengerti, mengapa kau sampai mengatakan itu titik kelemahan bagi orang misterius itu?"
Sekalipun ada sedikit nada suara yang menunjukkan teguran dan cemoohan orang yang lebih
tua yang penuh kasih sayang kepada generasi lebih muda, tapi sang remaja tidak terlalu ambil
pusing. Sang remaja itu tidak melakukan kesalahan bicara ataupun, kesalahan bertindak di hadapan
yang lebih tua. Kecuali dia tidak bicara dan tidak melakukan sesuatu apa pun.
Siapa orangnya yang tidak berbicara dan tidak melakukan sesuatu di hadapan yang lebih tua"
Jika dia bukan Jun Zi (kuncu = orang budiman) palsu yang sangat luar biasa cerdas, maka dia
tentu hanya orang dungu, atau orang bebal.
"Kabar angin dunia Jiang Hu mengatakan, semua mengatakan dia baru akan muncul saat
tengah malam di bulan purnama, waktu muncul, selalu membawa kesiur bau bunga anggrek,"
katanya. "Sama dengan Xiang Shi yang waktu hadir selalu membawa bau harum sejenis bunga tulip (Yu
Jin Xiang)."
"Betul," kata yang tua. "Kabar angin Jiang Hu, betul begitu, bau wangi semacam Lan Hua ini,
bahkan belakangan sudah mendekati ketenaran harum bunga tulip Xiang Shi."
"Maka justru milah titik kelemahannya," kata sang remaja.
"Waktu namanya tenar, akan menjadi beban yang harus dipikul, namanya makin terkenal,
makin berat buntalan beban yang harus dipikul," katanya. "Yang paling menakutkan ialah, di
dalam buntalan tersebut segala macam juga ada."
Ada ketenaran, ada harta kekayaan, ada posisi kedudukan, ada teman sahabat, ada gaya dan
penampilan, ada arak wangi, akan tetapi juga ada beban yang harus dipikul, halangan dan
rintangan, pembokongan, adu domba, komplotan tersembunyi, dan pembantaian.
Karena itu orang semacam ini biasanya juga paling mengerti satu kalimat:
Orang di Jiang Hu, badan diatur orang.
Hal ini, yang tua sudah tentu juga memahami.
Sepanjang hidupnya, sudah tidak terhitung berapa banyak pekerjaan yang dilakukannya tanpa
kehendaknya sendiri, namun dia juga tidak menyesal atau dendam.
Karena dia tahu...
Seseorang sepanjang hidupnya harus memaksa diri sendiri melakukan sesuatu pekerjaan yang
dia sendiri tidak mau melakukannya, barulah hidupnya menjadi berarti.
Inilah juga yang dimaksudkan kalimat "Ada yang tidak mesti dilakukan, ada juga yang harus
dilakukan".
Dalam musim salju yang dingin, siapa yang mau terjun ke dalam air laut, akan tetapi apabila
kau melihat ada orang yang hampir mati tenggelam dalam air laut, apakah kau bisa tidak terjun ke
laut dan menolongnya"
Sang remaja kemudian melanjutkan dan berkata: "Sebagian besar orang di Jiang Hu juga tahu,
Lan Huan Xian Sheng yang ini, biasanya sangat ramah dan sopan, akan tetapi jika sudah tiba
tengah malam bulan purnama, dia segera berubah menjadi orang lain."
Hal ini yang tua juga tahu.
Pada tengah malam di saat bulan purnama, banyak orang menjadi gila, ada yang bangkit nafsu
birahinya, ada yang melakukan perbuatan kekerasan melanggar hukum, bahkan ada yang
membunuh orang.
"Akan tetapi orang-orang di Jiang Hu juga tahu, waktu Lan Hua Xian Sheng muncul, sama
seperti Chu Xiang Shi saja"
Mengapa bisa sama seperti Chu Xiang Shi saja"
"Sebab ketika Chu Xiang Shi muncul, selalu akan membawa semacam bau harum yang ringan,"
kata sang remaja. "Lan Hua Xian Sheng yang ini, tidak peduli muncul dalam kesempatan waktu
apapun dan di manapun, selalu akan membawa bau harum semacam bunga anggrek."
Yang tua jadi tertawa.
"Harumnya anggrek adalah harum raja kembang, lalu apakah dia itu raja?"
"Paling sedikit dia sudah beranggapan demikian."
"Aku kira kau juga seharusnya sudah tahu asal usul nama Chu Xiang Shi."
"Sudah tentu aku sudah tahu."
Sesungguhnya, dalam hal ini, setiap orang juga sudah tahu, Xiang Shi dinamakan sebagai Xiang
Shi, hanya karena setiap kali dia muncul, selalu akan ada bau harum yang romantis dan anggun,
semacam bau harum yang sangat mendekati bau harum bunga tulip.
Kata yang tua: "Akan tetapi aku percaya, kau tidak bakal tahu, mengapa setiap kali dia muncul,
selalu membawa sedikit bau harum."
Sang remaja mengakui dia tidak tahu.
Seorang lelaki jantan, seorang laki-laki seperti Chu Liu Xiang, mengapa sampai membuat
dirinya berbau harum wangi begitu" Tidakkah ini juga suatu hal yang aneh"
Sang remaja bdak tahan bertanya: "Mengapa dia mau melakukan begitu?"
"Karena dia seseorang yang sangat mencintai diri sendiri, bahkan punya kegemaran pada
kebersihan," kata yang tua. "Bagaimana pun dia tidak akan membiarkan orang meninggalkan
kesan jelek atas dirinya."
"Ini adalah suatu keniscayaan," kata sang remaja.
Seseorang harus menghormati diri sendiri, baru mungkin orang lain menghormati dirinya.
"Satu hal yang paling tidak disukai Xiang Shi, ialah bau tidak sedap pada badan orang lain."
"Orang macam ini siapa tidak benci?"
"Karena itu Xiang Shi paling takut ada bau badan pada dirinya yang tidak disukai orang lain,"
kata yang tua. "Dia takut soal ini, karena dia sendiri tidak tahu apakah badannya sendiri ada bau
yang membuat orang lain kurang senang bau badannya, karena itu dia mendatangkan dari negeri
jauh semacam bibit parfum bunga tulip."
Sang remaja mendadak menghela nafas, bertanya kepada yang tua: "Ini memang sebuah
cerita yang aneh."
Kata yang tua: "Cerita ini menerangkan cinta dan sayang seorang manusia terhadap kehidupan
dirinya sendiri."
"Aku paham."
"Cerita sejenis ini, biasanya hanya membuat orang bergairah, mengapa kau menghela nafas?"
"Karena Xiang Shi."
"Ooohhh!"
"Waktu dia masih hidup, dia sudah menjadi seorang yang legendaris, bukan saja seluruh dunia
tahu, bahkan namanya masih dikenang hingga sekarang," kata sang remaja. "Sekarang aku baru
tahu bagaimana ini terjadi."
Bab 2 Kisah Aneh Lan Hua
Bagaimana sebuah kisah aneh dibuat" Bagaimana seorang pahlawan dibentuk" Berapa banyak
penderitaan yang dialami" Berapa banyak air mata dan darah yang dikucurkan" Berapa banyak
menahan derita nestapa" Berapa banyak menahan diri"
Sekalipun semua orang tahu peperangan berdarah itu apa, akan tetapi menahan diri dan
mengendalikan diri barangkali juga agak sulit dipahami.
Sekarang kita kembali lagi ke titik paling penting.
Mengapa Lan Hua Xian Sheng setiap kali kemunculannya selalu disertai semacam bau harum
yang menyita perhatian orang.
Dengan wataknya, dengan kepribadiannya, dengan pekerjaan yang mau dilakukan, dia
seharusnya sudah menghindarkan diri untuk tidak disoroti orang.
"Ini adalah titik kelemahannya," kata sang remaja. "Juga jelujur petunjuk bagi kita"
Baru muncul ketika bulan purnama.
Ini mempersempit wilayah pencarian terhadap dirinya, dan harum Lan Hua, semakin
menjadikan sasaran sangat spesifik dan jelas.
Karena itu sang remaja bisa mengatakan dengan begitu pasti.
Ini adalah kelemahannya, juga jelujur petunjuk bagi kita.
Karena alasan ini sama sederhananya dengan satu ditambah satu sama dengan dua, juga harus
tepat seperti satu ditambah satu sama dengan dua.
Akan tetapi apakah mutlak betul satu ditambah satu sama dengan dua"
Yang tua mendadak tertawa.
"Kelemahan seseorang, seringkah adalah kelebihannya, suatu jelujur petunjuk yang sangat
jelas, seringkah malah bisa membuat kau tersesat," dia memberitahu sang remaja.
"Di dunia ini, sepertinya masih belum ada hal yang bisa dikatakan 'mutlak', hampir tidak
mungkin ada sesuatu yang mutlak benar dan mutlak salah."
Kata yang tua: "Sesuatu itu benar atau tidak, hanya tergantung dari sudut pandang mana kau
melihatnya"
Kata-kata ini sepertinya mengandung filsafat yang mendalam, sekalipun sang remaja belum
menerima, akan tetapi juga tidak berani mendebatnya.
Yang tua sudah barang tentu sudah mengetahui maksud hatinya, maka dia mengatakan lebih
dahulu "Kita pasti beranggapan kedua hal itu adalah jelujur petunjuk yang sangat jelas, tetapi aku
tidak setuju." Dia bertanya kepada sang remaja: "Tidakkah kau merasa aneh?"
"Betul," kata sang remaja. "Aku memang tidak bisa mengerti alasannya."
"Sesungguhnya alasannya juga sangat sederhana," kata yang tua. "Aku tidak beranggapan
keduanya adalah jelujur petunjuk, hanya karena jelujur petunjuk ini terlalu nyata."
Dia memberitahu sang remaja.
"Jelujur petunjuk yang terlalu nyata, ada kalanya adalah perangkap."
Sang remaja masih juga belum sangat mengerti. "Mengapa?" tanyanya.
Sikap bicara yang tua sangat serius. "Karena seorang jagoan setingkat Lan Hua Xiang Sheng,
mustahil meninggalkan suatu jelujur petunjuk jelas di hadapanmu.
Terkecuali dia memang mau memancingmu memasuki jalan sesat, atau dia sudah menjadi
gila." Sudah barang tentu Lan Hua Xian Sheng tidak gila.
"Karena itu sangat mungkin Wu Ye Lan Hua hanyalah sebuah tabir asap yang dilepaskan, agar
kau salah persepsi, agar kau memasuki jalan sesat, dan terperosok ke dalam perangkap."
Yang tua kembali menerangkan kepada sang remaja.
"Misalnya dikatakan, kau menganggap dia hanya muncul pada tengah malam bulan purnama,
dia sedang melakukan apa pada malam-malam lainnya" Sedang menanam bunga, bermain catur
atau memetik kecapi" Ataukah sedang mencuci mangkuk piring, menyapu lantai dan memikul
pupuk kandang?"
Sang remaja tercengang.
Dia sama sekali belum pernah memikirkan hal-hal ini, tapi sekarang dia sudah memikirkannya.
Dalam malam-malam yang lain, yang dikerjakan Lan Hua Xian Sheng ini, mungkin saja lebih
jahat dan lebih menyeramkan daripada yang dilakukannya dalam malam bulan purnama.
Sorot mata yang tua mengandung pemikiran mendalam.
"Dia sengaja membuat kau beranggapan bahwa dia baru muncul pada malam bulan purnama,
sengaja membuat kau beranggapan bahwa dia baru akan muncul pada saat tertentu untuk
membunuh orang, dan pada kesempatan lain jika dia membunuh orang, kau tidak akan
memperhatikannya."
Dia bertanya kepada sang remaja: "Apa kau bisa bilang ini adalah titik kelemahannya?"
Sang remaja mengakui: "Aku salah."
Yang tua bertanya kembali: "Apakah harum lan hua juga bisa menjadi semacam jelujur
petunjuk juga?"
Katanya: "Harum lan hua tidak menetap pada diri seseorang, juga tidak bisa ditetapkan berada
pada badan seseorang tertentu, bahkan seandainya kau menyiramkannya ke badan seekor babi
sekalipun, maka babi itu juga akan punya bau harum lan hua.
Jika yang membawa bau harum itu adalah badan Lan Hua Xian Sheng, maka seekor babi tadi
juga mungkin bisa menjadi Lan Huan Xian Sheng.
Sang remaja tersenyum pahit.
Hal ini dia juga belum pernah memikirkannya, sekarang jelas sesudah dia memikirkannya, dia
hanya merasakan dirinya sering sebagai seekor babi saja.
"Jika kedua titik ini tidak bisa dianggap sebagai jelujur petunjuk, maka jika menunggu Aksi
Ngengat Terbang itu betul-betul gagal, dan Lan Hua Xian Sheng sudah melenyapkan diri, maka
apakah masih ada yang sanggup menemukan dia?"
"Paling sedikit ada satu orang."
"Chu Liu Xing?"
"Tentu saja dia."
Yang tua tertawa: "Tentu saja dia, biar siapapun bisa memikirkannya, di dunia ini jika ada yang
masih bisa menemukan Lan Hua Xian Sheng yang misterius itu, maka orang ini sudah pasti Chu
Liu Xiang."
"Pasti dia", sang remaja mengakui.
"Akan tetapi Chu Liu Xiang juga hanya satu orang saja, dalam kondisi sama sekali tidak tersedia
jelujur petunjuk, bagaimana dia bisa menemukan seseorang yang seolah-olah tidak pernah ada?"
Pertanyaan yang sangat bagus, siapa yang bisa menjawab"
Sang remaja menatap yang tua, mendadak dia tertawa: "Pertanyaan ini sedang mau
kutanyakan, kau kok malah bertanya balik kepadaku."
Yang tua juga tertawa, tapi tawanya cepat berakhir, segera dengan suara sangat sungguhsungguh
dia mengatakan.
"Ini adalah masalah semacam situasi kejiwaan."
"Kejiwaan."
"Arti situasi kejiwaan, ialah cara berpikir dan memandang seseorang terhadap sesuatu, ketika
sedang menghadapi sesuatu masalah tertentu."
Yang tua menjelaskan.
"Satu hal yang sama, jika diselesaikan oleh orang yang berbeda, biasanya hasilnya juga tidak
sama," kata yang tua.
"Karena di dunia ini terdapat bermacam-macam orang yang berlainan, sekalipun dalam
keadaan yang sama, menyelesaikan masalah yang sama, cara yang dipergunakan tidak akan
sama." "Apakah karena situasi kejiwaan mereka tidak sama?"
"Betul."
Seorang anak keluarga kaya raya yang biasa dimanjakan, dibandingkan dengan orang yang
harus berjuang keras dengan tangan kosong membangun keluarganya, dalam suatu kondisi yang
sama menyelesaikan hal yang sama, apakah akan ada perbedaan besar dalam cara
penanganannya"
Apakah seorangyang bodoh dan seorang yang bijak, berbeda juga dalam menangani masalah
yang sama"
Perbedaan demikian sulit bisa dibayangkan orang.
"Perbedaan yang paling penting, adakah perbedaan yang bukan cara berpikir dan cara
memandang mereka terhadap masalah ini, melainkan perbedaan pengaruh yang diterima oleh hati
mereka?" Ini pun merupakan suatu kalimat yang sulit, tapi sang remaja malahan mengerti.
"Ada orang ketika situasi sulit, berani tampil ke depan dan berani berkorban sampai mati, ada
pula orang, segera menghindar dan berlari lebih cepat daripada kuda," kata sang remaja.
"Ada sebagian orang kala mengalami kekecewaan, segera menari, menyanyi dan mabukmabukan,
ada juga orang yang mengacungkan lengan bertempur kembali, ada sebagian or?ang
sama sekali tidak ambil peduli, ada juga orang yang malahan membenturkan kepala sampai mati."
"Mengapa begitu?"
"Karena persepsi dalam hatinya tidak sama satu dengan yang lain."
Sang remaja bertanya kepada yang tua: "Apakah ini semua merupakan suasana kejiwaan?"
"Betul," yang tua mengelus tangan. "Memang demikian inilah. Bahkan rencananya seteliti itu."
Katanya: "Sekalipun Rencana Aksi Ngengat Terbang sudah menurunkan begitu besar tenaga
manusia dan tenaga materi, akan tetapi jika sampai gagal sampai ke hal-hal yang mendasar,
orang yang lain pasti menjadi kebingungan, ya gentar ya marah, bahkan bisa jadi melakukan
taruhan terakhir."
"Sebagian besar orang akan melakukan demikian," kata sang remaja. "Di dunia ini sebagian
besar orang waktu menghadapi kegagalan total, bisa berubah menjadi seperti binatang yang
terpojok."
"Apakah ada kekecualian?"
"Ada, tentu ada, ada dua macam," kata sang remaja. "Semacam yang bijak, semacam lagi
jagoan." Katanya: "Yang bijak tenang saja, jagoan dingin, yang bijak tidak berkeinginan, jagoan tidak
berperasaan, penguasaan antara berhasil dan gagal, tentu ada batas Fen dan Jun nya."
"Kau salah," kata yang tua. "Yang terkecuali bukan dua macam, tapi tiga macam."
"Yang satu macam lagi orang yang bagaimana?"
"Orang bodoh."
Sang remaja berpikir sejenak, kemudian segera mengerti.
"Betul, orang bodoh," kata sang remaja. "Karena mereka sama sekali tidak pemah berhasil,
bagaimana bisa kecewa karena gagal?"
Lan Hua Xian Sheng tentunya bukan orang bodoh.
"Jagoan jenis dia, sekalipun gagal, juga tidak akan memasuki jalan buntu," yang tua berkata.
"Karena mereka tidak peduli bagaimana pun, pasti meninggalkan satu jalan keluar di
belakangnya."
Dia menambahkan lagi: "Ketika dibutuhkan, mereka segera mengambil keputusan, cepat
memutuskan seluruh hubungan dirinya dengan peristiwa yang menyebabkan kegagalan itu, dan
menuju jalan yang sudah dipersiapkan sebagai cadangan itu, untuk melaksanakan pekerjaan yang
lain, bahkan mengubah dirinya menjadi seorang yang lain."


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pada ketika itu, tengah malam juga sudah tidak ada, lan hua juga tidak ada, dan sejak itu dia
segera lenyap."
"Betul."
"Yang dikatakan pahlawan menebas lengan, adalah dengan maksud ini."
"Betul," kata yang tua "Lengannya sudah membusuk, apakah masih mau terus memegangi
tidak mau melepaskan, perkara sejenis ini mereka tidak bakal melakukannya."
"Karena itu kau menyimpulkan, asalkan Aksi Ngengat Terbang gagal, maka Lan Hua Xian Sheng
segera juga bisa menghilang tanpa jejak lagi."
Tidak salah."
"Aksi Ngengat Terbang sudah pasti gagal, bagaimana Xiang Shi bisa menemukan dia kembali?"
Ini adalah simpul masalah sesungguhnya. Yang tua tersenyum.
"Tadi aku sudah memberitahumu, ini adalah semacam masalah kejiwaan."
Masalah sudah kembali ketempat semula, tapi sang remaja masih belum mengerti.
Yang tua menjelaskan lagi.
"Semua tokoh jagoan, jika gagal, pasti pekerjaannya sangat bersih, pasti tidak belepotan segala
macam, karena mereka sangat tahu, masih tersedia kemungkinan untuk bangkit kembali, seperti
matahari terbit setiap hari di Dung Shan (Gunung Timur)."
"Orang semacam ini tentu sangat percaya diri," kata sang remaja. "Itu kiranya juga keadaan
kejiwaan mereka."
"Betul," kata yang tua. "Tentu saja orang jenis ini lebih sering menang daripada kalah."
"Sudah tentu, orang yang sering kalah, bagaimana bisa jadi jagoan?"
Yang tua mendadak bertanya kepada sang remaja: "Bagaimana jika mereka menang" Waktu
mereka menang, bagaimana suasana kejiwaannya?"
Sang remaja tercengang.
Dia belum pernah memikirkan titik ini, sekarang dia baru tahu, titik ini baru merupakan kunci
permasalahannya.
Yang tua berkata lagi kepada sang remaja.
"Kau kira, Aksi Ngengat Terbang itu pasti gagal, karena Chu Xiang Shi dalam aksi itu sudah
berhasil menggenggam seluruh posisi inisiatif?" tanya yang tua. "Akan tetapi apakah kau pernah
berpikir, jika Xiang Shi memang tidak berniat menang, maka apa akibat yang ditimbulkan oleh aksi
itu?" Pertanyaan atas masalah ini juga tidak memerlukan jawaban.
Bahkan tidak perlu diajukan. Kedua belah pihak yang berebut menang, ada satu pihak memang
tidak berniat menang, maka yang menang pasti pihak yang lain.
Yang seharusnya ditanyakan ialah: "Aksi sekali ini merupakan perebutan hidup dan mati, yang
menang hidup, yang kalah mati, karena Itu tidak boleh tidak harus menang, mengapa Xiang Shi
tidak ingin menang?"
Yang tua kembali menyangkali pertanyaan ini, dia memberitahu sang remaja.
"Pertanyaanmu tidak boleh diajukan dengan cara begini, karena jawabannya sejak awal sudah
ada." Kata yang tua: "Kau seharusnya juga bisa memikirkan, jika Xiang Shi sudah menghancurkan
aksi itu sampai tuntas, mengalahkan Lan Hua Xian Sheng sampai tuntas, akan tetapi tetap tidak
tahu siapa Lan Hua Xian Sheng yang dikalahkan itu, maka apa arti kemenangannya atas aksi itu?"
Sang remaja menyetujui titik ini.
"Jika Xiang Shi sepanjang hidupnya tidak juga berhasil menyelidiki siapa sesungguhnya Lan Hua
Xian Sheng Itu, kukira untuk tidurpun dia akan sulit sekali."
"Karena itu dalam aksi sekali ini, hanya boleh kalah, tidak boleh menang," kata yang tua.
"Bahkan dia cuma boleh kalah."
"Mengapa?"
"Karena dia pasti harus menemukan Lan Hua Xian Sheng ini," kata yang tua "Dia harus
bertempur mati hidup dengan muka berhadapan muka menghadapi Lan Hua Xian Sheng."
Sang remaja menghela nafas: "Maka Chu Xiang Shi kali ini malah salah."
"Ooohhh?"
"Dia seharusnya tahu, ada semacam orang yang sama sekali sudah tidak bisa berebut kalah
menang dengan siapapun juga." "Manusia bagaimana" Orang mati?"
"Betul," kata sang remaja. "Dia seharusnya tahu, dalam aksi itu, tidak menang berarti mati."
Yang tua tertawa. "Dalam segi ini, kau berpikir tidak sama dengan Xiang Shi."
"Mengapa dia beranggapan, dalam situasi semacam itu bisa terjadi tidak menang tapi juga
tidak mati?" tanya sang remaja "Apakah dia beranggapan dalam situasi seperti itu, Lan Hua Xian
Sheng masih bisa membiarkan jiwanya?"
"Betul."
"Mengapa dia bisa berpikir demikian?"
"Hanya karena satu titik." kata yang tua. "Hanya karena dia sangat mengetahui keadaan
kejiwaan Lan Hua Xian Sheng."
Yang tua menanyai sang remaja.
"Apa kau pernah menyaksikan kucing cerdik menyergap tikus" Apa kau pernah melihat labalaba
menangkap serangga?"
Sang remaja pernah melihat.
Dia juga tahu sesudah tikus tertangkap kucing, tidak bakal langsung dimakannya, karena
sesudah memakan seekor tikus itu, hanya terpenuhi nafsu makannya saja, bagi si kucing, ini
masih belum cukup memuaskan. Laba-laba juga sama.
Sesudah laba-laba berhasil menjaring seekor serangga juga suka menjadikannya permainan,
baru pelan-pelan sedikit demi sedikit dimakan.
Karena bagi mereka ini dianggap sebagai suatu kenikmatan. Mereka pasti tidak akan
membiarkan kenikmatan ini begitu saja.
Dalam alam kehidupan serangga dan tikus, laba-laba dan kucing tidak perlu diragukan adalah
jagoannya. Sang remaja mengerti segi ini, maka dia bertanya kepada yang tua.
"Apakah Xiang Shi juga menganggap Lan Hua Xian Sheng juga sama dengan laba-laba dan
kucing itu setelah berhasil menaklukkan, pasti tidak segera mengambil jiwanya."
"Betul," kata yang tua. "Dia percaya ketika menjelang kematiannya, Lan Hua Xian Sheng sudah
tentu terlebih dahulu menikmatinya."
"Karena dia tahu keadaan kejiwaan Lan Hua Xian Sheng pasti juga begitu."
"Betul."
"Apakah dia sangat yakin akan demikian?"
"Dia tidak," kata yang tua. "Akan tetapi dia akan mempertaruhkan, pasti harus menempuh
sekali bahaya semacam itu."
Sang remaja tidak mengerti. "Aku betul-betul tidak mengerti, mengapa Xiang Shi harus berbuat
demikian."
"Karena dia yakin Lan Hua Xian Sheng jika menang dalam aksi sekali ini, juga pasti tidak akan
membunuh dia."
"Mengapa?"
Yang tua menjelaskan. "Bunuh, ya pasti dibunuh, seperti halnya kucing memakan tikus, juga
pasti dimakan, jika dia tidak memakan dan tidak membunuh, sudah tentu ada sesuatu alasan
mereka." "Alasan apa?"
Jawabannya juga semacam jawaban yang pasti.
"Karena Lan Hua Xian Sheng juga sama dengan kucing dan laba-laba tadi, dalam suatu
keadaan tertentu, akan berada dalam suatu keadaan kejiwaan tertentu.
"Kemudian?"
"Bukan kemudian, melainkan akhirnya." "Yang ingin kutanyakan ialah akhirnya." Yang tua
tertawa, tertawa panjang, tertawa tidak putus-putusnya.
Karena akhir peristiwa ini sama sekali tidak lucu.
Selamanya semua tidak ada yang lucu. Selamanya tidak.
Biarpun masalah yang paling menggembirakan, yang paling membahagiakan, yang paling lucu,
waktu tiba pada akhirnya, menjadi sesuatu yang tidak menggembirakan dan tidak lucu lagi.
Kehidupan itu menggembirakan, begitu kaya, begitu ramai, bahkan mungkin kehidupan
beberapa orang tidak memiliki kegembiraan sedemikian membahagiakan, juga akan terasa adanya
suka cita yang nikmat.
Akan tetapi apa akhir dari kehidupan"
Kematian. Tidak peduli orang macam apapun, akhir dari kehidupannya pasti adalah kematian. Apa
kematian itu"
Jika kau pernah memikirkan masalah ini dengan baik, kau akan mengerti betapa kehidupan
manusia Itu adalah sebuah tragedi besar, dan jika kau memahami ini, maka kau akan menghadapi
semua masalah dengan sikap lebih tawar dan datar.
Sikap lebih tawar dan datar bukan pesimistis, juga bukan melepaskan, melainkan semacam
sikap yang sedikit lebih lapang dada.
Akan tetapi banyak cerita di dunia ini berakhir dengan keberhasilan dan kegembiraan.
Orang yang bekerja keras dan berjuang tekun, pasti berhasil, orang yang mencintai pasti
akhirnya menjadi pasangan.
Yang disayangkan sekali ialah akhir ini masih bukan suatu akhir sesungguhnya, dia masih baru
sebuah tanda koma. Waktu tiba pada akhirnya, masih akan tetap sama saja.
Oleh karena itu, ketika sang remaja menanyakan kepada yang tua akhir dari situasi ini, yang
tua jadi tertawa, karena dia hanya bisa tertawa.
Pertanyaan ini diajukan dengan cara bodoh sekali" Menggelikan sekali"
"Jika seseorang mau mengerjakan sesuatu pekerjaan, pal?ing baik jangan menanyakan
akhirnya," kata yang tua. "Karena semua akhir, ketika betul-betul tiba pada akhirnya akan tetap
sama saja"
Katanya: "Karena itu, jika kita mau mulai mengerjakan sesuatu, cukup menanyakan, apakah ini
harus dikerjakan, apakah ada nilai untuk dikerjakan, waktu mengerjakan pekerjaan ini, apakah
bisa memberikan kegembiraan bagi or?ang lain! Membuat diri sendiri bergairah! Karena nyawa
kehidupan hanya berlangsung dalam suatu periode saja." Sang remaja mengerti.
"Jika seseorang bisa mengerti hal ini, maka kehidupannya akan gembira, dan sepanjang
hidupnya tidak dilewati dengan sia-sia."
Katanya: "Aku percaya Chu Liu Xiang pasti orang yang pal?ing mengerti masalah ini, karena
itu, tidak peduli dia mengerjakan apa saja, pasti dilakukannya dengan sekuat tenaga."
Karena itu kehidupannya selamanya jauh lebih berarti.
Akan tetapi di dunia ini, segala sesuatu apapun masih memerlukan akhir, jika sudah ada
permulaannya, maka harus ada akhirnya, tidak peduli apapun juga tidak ada kekecualian.
Karena ada nyawa kehidupan, maka sudah ada awal permulaan, ada awalnya maka ada
akhirnya. Bagaimana jika tidak ada awal permulaannya"
Tidak ada awal permulaan, berarti tidak ada segalanya, tidak ada nyawa, tidak ada suka duka,
tidak ada manusia, juga tidak ada akhirnya.
Apakah tidak ada akhir akan lebih bergembira"
Bukan juga. Tidak ada akhir sendiri juga semacam akhir. Mungkin juga titik inilah yang paling menyedihkan.
Tidak peduli bagaimanapun, dunia ini sudah mempunyai wujud bentuk, sudah ada nyawa
kehidupan, sudah ada awal permulaan, sudah ada manusia, sudah ada suka duka dan jumpa
cerai. "Karena itu, setiap masalah selalu harus ada akhirnya. Aksi Ngengat Terbang kali ini juga tidak
terkecuali."
"Tentu."
Kata yang tua: "Sebagian besar di dunia ini tidak terkecuali." "Lalu, mengapa perisuwa ini
seperti tidak punya akhir?" "Akhirnya, hanya kau saja yang tidak mengetahui," kata yang tua. "Di
dunia ini barangkali hanya beberapa orang yang terbatas yang mengetahui bagaimana akhir dari
perisuwa ini."
"Mengapa?"
"Karena ini adalah suatu rahasia dari yang paling rahasia"
"Rahasia apa?"
Tidak tahu," kata yang tua. "Kecuali beberapa orang terkait yang terbatas, di Jiang Hu, sampai
dengan hari ini, sepertinya tidak ada yang tahu."
Dia menambahkan:
"Setiap orang dalam Jiang Hu semua tahu aksi sekali ini, akan tetapi tidak ada orang yang tahu
akhirnya."
"Karena itu, dia bisa disejajarkan menjadi salah satu dari empat peristiwa besar dalam sejarah
selama seratus tahun terakhir."
"Betul."
"Aku ingat anda pernah memberitahuku, peristiwa ini hampir bisa disejajarkan dengan peristiwa
aneh atas Chen Lang."
"Betul."
Peristiwa aneh yang menyangkut Chen Lang, sudah lama beredar luas di kalangan Jiang Hu.
Pendekar ternama Chen Lang, dari masih usia remaja sudah bisa hidup dengan mendapatkan
hadiah bonus menangkap tokoh bandit, maling dan pembunuh kejam yang terkenal, sudah
mengalami ratusan pertempuran, dan selalu menang, pengalamannya sangat muskil, dan pasti
tidak dibawah Chu Liu Xiang.
Dia berjumpa dengan Zhu Qi Qi di Zherig Yi Zhuang, mengalami kegundahan emosional yang
luar biasa dan belum pernah dialami sebelumnya, kemudian bertemu dengan Wang Lian Hua di
Bai Yun Shan Zhuang, dan mengalami tipu muslihat yang belum pernah dialami sebelumnya,
elanjutnya bertemu dengan Kuai Huo Wang di Lou Lan Gu Cheng, mengalami perjuangan dan
pertempuran yang paling ganas dan jahat yang belum pernah dialaminya sebelumnya.
Dia tetap masih hidup.
Cinta asmara yang dahsyat sering lebih meminta nyawa daripada pembunuhan yang paling
telengas, akan tetapi dia juga masih tetap hidup.
Kemudian dia jadi terkenal.
Kekasihnya yang emosinya sangat tidak stabil. Zhu Qi Qi, bahkan sudah berubah jadi stabil, dan
sudah bisa mengikuti dia dengan patuh, ibarat sambil menyukuri bumi.
Bahkan musuh bebuyutannya juga sudah berubah menjadi sahabatnya, karena mereka sudah
bisa mencapai saling pengertian yang sangat mendasar.
Waktu itu umurnya baru tiga puluh lebih, masa usia seseorang paling berprestasi. Akan tetapi,
dia mendadak menghilang.
Kekasihnya, saudaranya, temannya, semuanya ikut dia menghilang.
Di Jiang Hu sampai dengan hari ini, masih belum ada seorang pun yang tahu kepergian dan
keberadaannya. Waktu itu dia sudah menjadi tidak terkalahkan di dunia, dan tidak ada musuh lagi, sama sekali
tidak perlu menghindari perburuan musuhnya.
Sudah tentu dia tidak punya hutang kepada orang lain.
Dia juga tidak punya simpul cinta ataupun simpul masgul.
Orang sudah seperti ini, seharusnya sudah bisa hidup dengan sangat luar biasa gembira di
dunia ini. Akan tetapi dia malahan mendadak menghilang sama sekali dari dunia ini, tidak ada orang yang
tahu kemana dia pergi" Juga tidak ada orang tahu karena apa"
Apakah karena dia terlalu bergembira"
Chen Lang berbuat begitu, semua orang masih bisa mengira-ngira apa sebabnya"
Demi ketenaran namanya, demi orang-orang Jiang Hu yang dilecehkan oleh Zhu Qi Qi, demi
dosa-dosa terdahulu dari Wang Lian Hua yang kemudian menjadi temannya, semua itu
menjadikan dirinya cukup alasan untuk mengundurkan diri dari Jiang Hu.
Namun bagaimana dengan Chu Liu Xiang"
Mengapa justru Chu Liu Xiang sampai memendam akhir dari seluruh cerita ke dalam bumi
selamanya"
Tidak ada orang yang bisa membayangkan alasannya.
Sang remaja terdiam, merenung cukup lama, mendadak dia melompat bangkit.
"Sudah kutemukan," dia bicara keras. "Sudah kutemukan."
"Kau menemukan apa?"
"Sudah kutemukan alasan mengapa Xiang Shi tidak mau akhir masalah ini disiarluaskan ke
seluruh dunia."
Yang tua terkejut memandangi dia, sepertinya belum bisa percaya orang muda ini bisa
membongkar rahasia ini.
Wajah sang remaja menjadi merah karena kegembiraan.
"Masalah ini sudah diketahui seluruh dunia, bahkan tidak merugikan nama baik Xiang Shi
selembar benang sutera pun, mengapa dia harus menutupinya?"
Sang remaja mengajukan pertanyaan, dan menjawabnya sendiri.
"Ini hanya ada satu alasan untuk menjelaskannya," katanya. "Jika dia ungkapkan akhir jalan
ceritanya, meskipun tidak bisa melukai dirinya sendiri, namun akan bisa melukai seseorang yang
lain." Katanya: "Orang ini sudah tentu adalah seseorang yang dalam segala kondisi apapun bdak
bakal dia rela sampai melukainya."
Yang tua juga terdiam, juga termenung, juga lewat cukup lama baru bertanya kepada sang
remaja: "Apakah yang kau maksudkan ialah orang tersebut adalah Lan Hua Xian Sheng "
"Betul."
"Jadi Chu Liu Xiang tidak mau mengungkapkan akhir dari peristiwa ini, hanya karena dia tidak
bermaksud membongkar siapa identitas sesungguhnya dari Lan Hua Xian Sheng itu."
"Betul."
Sang remaja jadi ragu, dan dia segera mengatakan: "Bukan dia tidak mau membongkar siapa
sesungguhnya identitas Lan Hua Xian Sheng, akan tetapi dia juga tidak mau masyarakat
mengetahui orang tersebut adalah Lan Hua Xian Sheng."
Dua macam cara mengungkapkan ini sepertinya sama saja, akan tetapi, di antaranya juga
terdapat suatu perbedaan.
Yang tua mengerti hal ini, sang remaja masih mau menjelaskan, katanya: "Oleh karena itu, aku
beranggapan, Lan Hua Xian Sheng ini pasti juga seseorang yang punya hubungan sangat istimewa
dan sangat akrab."
"Pasti juga?" tanya yang tua. "Dalam peristiwa ini, masih ada siapa saja yang berhubungan
dengan dia?"
Sang remaja ingin mengatakan, tapi segera dia menutup mulut kembali, karena dia tahu dia
tidak sampai hati menyebutkan nama tersebut.
Seorang yang begitu pintar, begitu lemah lembut dan cantik jelita, begitu patut dihormati dan
patut disayang.
Dalam mata dan hati orang Jiang Hu, orang ini sudah menjadi personifikasi kecantikan, apakah
masih ada orang yang rela merusak dan menghancurkannya"


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka sang remaja cuma bisa mengatakan kepada yang tua:
"Tidak peduli bagaimanapun, orang ini pasti adalah seseorang yang paling memahami Chu Liu
Xiang di dunia ini, oleh karena itu, akhirnya baru bisa menipu Chu Liu Xiang datang ke
hadapannya."
Dia masih menjelaskan.
"Xiang Shi mengira dalam permainan catur bidak terakhirnya, dia bisa melakukan suatu tipu
muslihat, baru mungkin menemukan identitas sesungguhnya dari "Lan Hua Xian Sheng",
bagaimana dia tahu bahwa yang dilakukannya itu sudah dalam perkiraannya juga"
Apakah 'Lan Hua Xian Sheng' ini bukan Xian Sheng, apakah dia tidak tahu watak pembawaan
Chu Liu Xiang yang gemar sekali berpetualang, dan sudah tahu sejak awal dia bisa memainkan
bidak catur dengan menempuh bahaya, dan sudah tahu sejak awal dia bisa muncul di
hadapannya. Dia menjuluki aksi kali ini dengan sebutan 'Aksi Ngengat Terbang'.
Tidakkah karena dia sudah memperhitungkan dengan tepat Chu Liu Xiang akan terbang seperti
ngengat menubruk ke dalam nyala bara api pelukannya"
"Karena itu, tidak peduli bagaimana proses terjadinya, akhir dari episode ini tetap sama saja!"
sang remaja membuat kesimpulan.
"Kau menganggap akhir ini adalah akhir macam apa?"
"Suatu akhir yang cantik."
"Bagaimana orang yang mati konyol dalam aksi ini?"
"Yang mati adalah memang orang yang wajar harus mati," kata sang remaja. "Ini juga bagian
paling menarik dalam seluruh rencana kali ini."
Yang tua mengakui: "Sudah tentu Lan Hua Xian Sheng tidak bakal membiarkan ada siapapun
juga bisa melukai Chu Liu Xiang, dan puteri kaisar Lang Ge Si pada kesempatan paling akhir hanya
bisa pulang dengan kekecewaan!"
Dia tersenyum. "Sepanjang apa pun kaki puteri, juga tidak bakal bisa mengalahkan Lan Hua Xian Sheng, paling
banter dia bisa berlari lebih cepat saja."
"Bagaimana dengan Tie Da Ye?"
"Orang itu sebetulnya bukan manusia, hanya sebuah boneka boneka yang dibuat dari besi.
Sekali pun lebih keras daripada boneka lain, akan tetapi boneka adalah boneka, tidak peduli
terbuat dari bahan apa pun juga, akan tetap sama saja."
"Betul juga."
"Yang paling menarik adalah si setan kecil pemotong kepala itu."
Bab 3 Epilog Cerita Mengenai si setan kecil pemenggal kepala yang tidak diketahui jejaknya itu, dalam Jiang Hu
tersiar kabar begini.
Suatu hari, ada beberapa orang pendekar terkenal berhasil menangkapnya, dan diperiksa
dengan keras. "Mengapa kau memotong kepala orang?"
"Yang kupotong bukan kepala orang," si setan kecil menjawab serius. "Aku hanya memotong
kepala orang terkenal."
"Apakah orang terkenal bukan orang?"
"Orang terkenal dan orang ada sedikit perbedaan," kata si setan kecil. "Orang terkenal adalah
semacam orang yang istimewa. Karena itu aku pasti menyelidikinya setelah memotong kepala itu."
"Ada perbedaan apa?"
"Paling sedikit, selalu ada sedikit yang berbeda dengan or?ang lain," kata si setan kecil "Mereka
selalu bisa memiliki rasa sakit yang tidak dialami orang lain."
Para pendekar terdiam.
Juga tidak tahu apakah harus dibunuh atau tidak si setan kecil ini, atau melepaskan dia, si
setan kecil sendiri menemukan satu cara.
"Kalian boleh mengikatku dengan kawat dan urat sapi, memborgol tangan dan menggari
kakiku, lalu memasukkan ke dalam sebuah peti besi dan digembok, dan melemparkan ke dalam
sungai," kata si setan kecil. "Jika aku mati, aku tidak akan menyesal, tapi jika aku masih belum
mati, itulah kemujuran ku."
Sepuluh hari kemudian, ada orang yang akhirnya tidak tahan, lalu mengangkat peti itu dari
dalam sungai, untuk bisa melihat apakah si setan kecil sudah mati atau belum.
Begitu peti dibuka, semua orang hanya tercengang. Dalam peti ternyata kosong.
Sudah tentu tidak bisa dikatakan kosong sama sekali, sekalipun tidak ada orangnya, tapi ada
selembar kertas memo, tertulis di atasnya :
"Arak dalam gelas tak habis diminum, tak akan habis dipotong kepala orang terkenal"
TAMAT Di depan Cun tersedia gelas,
Dalam gelas ada araknya,
Dalam rumah jabatan ada orang terkenal,
Orang terkenal ada kepalanya.
Cun tempat arak jaman dulu.
Lampiran : WAWANCARA DENGAN GU LONG Mengenai Cerita Baru
"Chu Liu Xiang"
Chu Liu Xiang dan kawan-kawannya
Saya kira, seharusnya Chu Liu Xiang merupakan seorang tokoh yang cukup terkenal. Sekali pun
dia tokoh fiktif, seorang tokoh dalam cerita fiksi, namun nama itu pernah 'naik' dan dimuat dalam
artikel-artikel berita sosial dari berbagai koran harian besar yang terbit di Taiwan, bahkan pernah
ditempatkan pada posisi sangat mencolok.
Namanya juga menimbulkan guncangan cukup besar di berbagai negara lain.
Bagi seorang tokoh fiksi di dalam cerita silat, keadaan seperti ini terbilang cukup istimewa.
Pada umumnya, hanya seorang tokoh nyata yang hidup dalam masyarakat, dan bahkan, tokoh
yang cukup menggemparkan dalam kehidupan aktual, yang bisa memasuki halaman ketiga suatu
koran berprestasi. Chu Liu Xiang, sangat mungkin merupakan satu-satunya pengecualian.
.....Mengapa orang ini bisa menjadi suatu kekecualian, dan apa sesungguhnya keistimewaan
yang dimilikinya"
Saya kira, masalah ini semestinya bukan sesuatu yang bisa dimengerti setiap orang. Karenanya,
sebelum saya mulai menulis 'Kisah Baru Chu Liu Xiang", paling tidak, saya perlu memperkenalkan
siapa dia tokoh Chu Liu Xiang itu serta kawan-kawannya.
Jika mau memperkenalkan Chu Liu Xiang, mustahil juga tanpa memperkenalkan kawankawannya.
Tanpa memiliki teman, mustahil ada Chu Liu Xiang.
Tidak peduli apa dan bagaimana pun juga, kita harus memperkenalkan Chu Liu Xiang.
Tentang Chn Liu Xiang
Dalam sebuah cerita pasti ada tokohnya, dan di antara tokohnya tentu ada yang utama. Tidak
peduli menulis cerita apapun kiranya pasti sama, mustahil ada pengecualian. Bahkan menulis kisah
seekor bangau pantai, dengan personifikasi sebagai manusia, tentu memiliki pikiran dan perasaan.
Tokoh di dalam cerita silat yang tanpa ragu, khusus, wujud dan watak yang tampil tentu juga
sangat khusus pula.
Sebab, yang diceritakan di dalam cerita silat, merupakan semacam masyarakat yang khusus.
Berbagai peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya, bukan sesuatu yang bisa dan biasa bagi orang
kebanyakan. Bahkan, seringkali, justru 'diangkat' untuk mencapai suatu 'ekstrim' yang sangat
tajam, serta membiarkannya mengambil suatu pilihan dalam situasi yang sulit, hidup atau mati,
menang atau kalah, berhasil atau gagal, mulia atau hina. Dan seringkali, justru diputuskan dalam
suatu pemikiran yang singkat dan pendek.
Mengorbankan hidup untuk membela kebenaran, atau mengorbankan kebenaran untuk memilih
kemuliaan. Seringkali pula, tidak ada peluang untuk menemukan suatu pilihan. Karena, para
pengarang cerita silat, lebih suka memilih dan membentuk tokohnya dengan ujian dan tempaan
keras, sehingga terbentuk wujud seorang ksatria sejati yang mengungkapkan keberanian tegar
dengan polos. Jika saja seseorang sering mengalami ujian sejenis ini, laksana sebongkah besi yang dilontarkan
ke dalam tungku pembakaran yang membara apinya, dan hanya sesudah mengalami penempaan
dalam api berulang-ulang, tentulah akan wajar jika bongkahan besi itu akan berubah menjadi
lempengan baja murni.
Oleh karena itulah, tokoh utama dalam cerita silat pada umumnya adalah seorang tokoh luar
biasa yang sangat tegar dan kokoh kepribadiannya. Dan apa pun yang terjadi, dia takkan bisa
ditaklukkan, takkan mau damai dengan menyerah. Di mana kebenaran berada, takkan pernah
berkhianat berbalik muka. Dia tidak peduli, bagaimana wajah penampilannya, dan bagaimana
wujudnya. Dia akan tetap bertekad dengan keberaniannya ini, selamanya takkan berubah.
Bahkan, sekalipun tubuhnya sudah lusuh dan rusak, disakiti dan terluka, berpenyakit dan
teraniaya, segalanya, takkan bisa mengubah dirinya. Atau, jika tidak demikian, tokoh ini takkan
pernah muncul dalam cerita silat, bahkan tidak ada artinya untuk menuliskannya sebagai cerita
silat lagi. Namun demikian, mereka tetap juga manusia biasa, yang punya darah dan punya daging,
punya pikiran dan punya perasaan, karenanya pula, mereka bisa hadir dalam aneka jenis
penampilan yang berbeda-beda. Ada kalanya, dingin beku seperti karang cadas, ada pula yang
sangat hangat bagaikan bara api, ada saatnya kaku seperti kayu tanpa reaksi. Lain kali, perlente
dan romantis. Lain kesempatan, dalam kesehariannya, kelihatan biasa, lemah dan tanpa pendirian.
Namun, di kala mereka menghadapi masalah besar dan peristiwa besar, dia segera mampu tampil
sebagai orang yang tidak biasa di dalam jangkauan pemikiran dan ketetapan hati, serta
menunjukkan keberanian sesungguhnya.
Manusia memang banyak macamnya. Ketika pengarang menciptakan berbagai tokoh cerita,
sudah barang tentu memerlukan sangat banyak bentuk berlainan, atau, jika bukan cerita sejenis
ini, sesungguhnya tidak perlu dan tidak ada nilainya dituliskan sebagai cerita.
Sekalipun di antara para tokoh di dalam cerita silat, tidak perlu ragu terhadap Chu Liu Xiang ini,
yang sudah seharusnya termasuk bilangan seorang tokoh sangat istimewa. Ada hal-hal yang
menjadikannya sangat patut disukai dan dikagumi orang, bahkan dirindukan orang.
Dia tampak tenang, tapi bukan dingin. Lurus, tapi tidak terlalu serius. Dan, selamanya tidak
berlagak sebagai pengikut ajaran moralis palsu, selamanya tidak banyak tingkah, atau bergaya
yang dibuat-buat. Dan, selama itu pula, belum pernah bertindak selaku seorang ksatria besar.
Karenanya juga, saya menyukainya.
Dan karena itu pula, saya selalu ingin terus menuliskan beberapa kisah lanjutannya lagi. Agar
orang lain juga bisa ikut menikmati cinta kasihnya yang hangat dan merasakan kegembiraan
dalam kehidupan sebagai manusia.
Sepanjang hidupnya, dipenuhi berbagai kisah-kisah menarik. Dan, cerita mengenai dirinya,
memang masih banyak yang belum dituangkan menjadi cerita. Setiap cerita selalu penuh dengan
petualangan yang merangsang, penuh kecerdikan dan humor. Sekaligus bisa menyatakan
penuhnya rasa cinta kasih dan rasa percayanya terhadap sesama manusia.
Dan, tentunya akan menimbulkan penyesalan dan rasa tidak senang di hati, jika cerita seperti
ini tidak dituangkan dalam tulisan.
Karena itu, saya putuskan untuk kembali meneruskan cerita itu.
Sebelum kembali meneruskan cerita ini, sudah barang tentu saya mengharapkan anda semua
bisa memahami dia, sesungguhnya manusia jenis apakah dia itu.
Chu Liu Xiang sesungguhnya jenis manusia yang bagaimana.
Guru maling memang cuma satu
Semua orang dari dunia Jiang Hu (kang ouw) tentu tahu Chu Liu Xiang.....'Guru Pujaan Chu',
namun, sedikit saja orang yang tahu dia ada di mana" Berapa umurnya" Bagaimana wujud wajah
penampilannya"
Karena dia sudah sangat lama dikenal orang, maka wajar ada orang yang mengatakan dia
sudah "tua renta menjelang ajal". Tapi, ada juga yang mengatakan dia masih berusia muda.
Bahkan, ada yang mengatakan dia sudah menguasai "ilmu awet muda, agar wajahnya tetap muda
belia". Karena dia juga dijuluki "GURU MALING", maka ada orang menyebutnya cuma maling besar
yang berkemampuan agak lebih saja. Namun, ada juga orang yang menganggap dia jadi "maling"
sebagai suatu cara mencapai tujuan tertentu, semacam cara di kalangan masyarakat manusia,
cara paling masuk akal untuk membuat keadilan lebih merata. Dan dia sudah mengubahnya
menjadi suatu seni.
Semacam kesenian yang anggun dan modis.
Banyak teman beranggapan, adanya selembar memo.......
yang paling mampu mengungkapkan sifat istimewanya, yang sudah saya ungkapkan, pada
waktu awal menuliskan ceritanya.
"Saya mendapat kabar bahwa anda memiliki satu arca wanita cantik dari yade (yu :giok) putih,
karya pemahat bertangan ajaib, yang sangat mengekspresikan segala kemolekan wujud
perempuan. Membuat saya benar-benar mendambakannya dari kedalaman hati. Pada tengah
malam ini, dengan diantar cahaya bulan purnama, saya akan datang mengambilnya. Biasanya
anda sangat murah hati, sudah barang tentu tidak akan membiarkan saya datang dan pulang
dengan sia-sia saja."
Ini sekedar pemberitahuan terlebih dahulu, sebelum dia pergi "mengambil" arca wanita cantik
dari batu yade (giok) putih itu kepada pemiliknya.
Sebelum dia mengambil suatu barang, dia tentu memberitahu pemiliknya, dan meminta
pemiliknya berjaga-jaga dengan sebaik-baiknya.
Bahkan, dia masih bisa memberitahu anda, dia akan mengambil barang ini, hanya karena anda
sudah tidak pantas memilikinya.
Ini perkara yang keterlaluan, sangat keterlaluan.
Bahkan, lawan-lawannya pun tidak mungkin tidak mengakui, bahwa orang ini memang tidak
ada duanya. Di dalam dunia Jiang Hu, selamanya tidak bakal ada Chu Liu Xiang kedua, sama halnya dengan
Si Golok Terbang Li Kecil di dalam dunia Jiang Hu, selamanya tidak bakal ada yang kedua, dan
cuma satu. Romantis meninggalkan harum semerbak di mana-mana
Namun Chu Liu Xiang berbeda dengan Li Xun Huan.
Dia tidak punya rasa rindu atau rasa sakit, juga tidak ada kemasgulan seperti yang dipunyai Li
Xun Huan. Dalam pikirannya, di atas dunia ini sama sekali tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan.
Maka juga, tidak ada masalah yang betul-betul bisa membuatnya masgul.
Akan tetapi dia juga cuma manusia, yang mempunyai sisi baik sebagai manusia, dan
mempunyai sisi buruk sebagai sisi lainnya.
Akan tetapi dia senantiasa mampu mengendalikan dengan baik sisi buruk itu.
Ada kalanya, dia juga bisa melakukan perbuatan bodoh.
sebegitu bodohnya, hingga dia sendiri bingung, dan tidak bisa mengerti asal mulanya. Ada
kalanya, malah terperangkap muslihat orang.
Mujurnya, dia cepat dan segera menyadari kesalahan itu, malahan, sekalipun sudah
terperangkap, dia akan bisa melupakannya dengan sebuah senyum saja.
Dia selalu beranggapan, dalam situasi sesulit apa pun juga, senantiasa bisa sangat bermanfaat
bagi kita, jika kita mampu tersenyum.
Pada waktu senggang, Chu Liu Xiang senantiasa suka berdiam di atas sebuah perahu.
Sebuah perahu yang istimewa. Layarnya putih bersih, badan kapalnya panjang ramping,
geraknya lincah dan gesit, dan geladaknya halus mengilat seperti kaca. Biasanya, ditambatkan di
pantai laut. Di lambung kapalnya selalu digantungi satu botol anggur dari Persia, agar terendam
air laut sehingga jadi sejuk dan cocok dengan selera.
Jika dia tidak berada di atas-kapal, tetap ada petugas yang mengurus kapal ini. Ada tiga orang
gadis, yang pintar dan manis.
Su Rong Rong, hangat dan penuh perhatian, dialah yang berkewajiban mengurusi
kebutuhannya sehari-hari. Li Hong Xiu yang cerdik cendekia, seorang yang menguasai
pengetahuan tentang tokoh-tokoh serta riwayatnya dalam dunia persilatan. Song Tian Er yang
sangat pandai menggoyang lidah selera, ahli yang handal memasak sajian. Keduanya, Su Rong
Rong dan Li Hong Xiu paling takut dia, takut dia bercakap-cakap dengan "bahasa pejabat".
"Tidak takut langit, tidak takut bumi, tapi takut orang Guang Dong yang berbicara dalam
bahasa pejabat."
Bahasa pejabat yang diucapkan Song Tian Er memang betul-betul sulit ditangkap telinga siapa
pun. Akan tetapi, jika ada suatu hubungan batin antara orang yang satu dengan yang lain, maka
bercakap-cakap itu untuk apa lagi"
Hidung Chu Liu Xiang sejak kecil sudah berpenyakitan, dari sudut pandang ilmu kedokteran
modern, kira-kira penyakitnya sejenis sinusitis.
Karenanya dia suka mengelus-ngelus hidungnya itu.
Namun penyakit ini tidak membuatnya jadi masgul. Jika jalan ini buntu, dia bisa memilih jalan
yang lain. Jika hidung buntu, dia bisa berlatih menggunakan cara lain untuk bernafas.
Sepanjang perjalanan hidup manusia, banyak hal yang demikian ini. Mata pelukis kenamaan
sering tidak baik, musisi besar seringkah telinganya sangat terganggu, bahkan Beethoven di usia
tuanya adalah tuna rungu.
Hidung Chu Liu Xiang tidak baik, tapi dia justru paling suka bau harum.
Setiap kali dia berhasil mengerjakan satu pekerjaan yang memuaskan, dia akan meninggalkan
secercah bau harum yang ringan tipis saja, sejenis bau harum bunga tulip. Inilah asal muasal
nama "Chu Liu Xiang" itu.
Cerita yang ke delapan
Orang yang bertipe seperti Chu Liu Xiang ini, sudah barang tentu punya banyak teman,
berbagai tipe dan rupa teman.
Di antara temannya juga terdapat Bhikhu Ketua Vihara dari Vihara Sao Lin. Juga ada rahib
miskin yang biasa pindatapa sepanjang jalan. Ada juga pembunuh bayaran berdarah dingin yang
kejam, dan juga seorang remaja yang emosinya berkobar-kobar dan meledak-ledak. Ada
cendekiawan cerdik yang kenyang belajar, tapi juga ada penduduk desa yang tidak kenal satu
huruf pun. Hu Tie Hua juga orang yang unik.
Dia suka mencari Chu Liu Xiang untuk beradu kuat minum arak, suka menirukan Chu Liu Xiang
mengelus hidung. Bahkan, tanpa penyebab jelas, sering suka "mengendus" beberapa kalimat Chu
Liu Xiang, mencari-carikan kesukaran untuk Chu Liu Xiang.
Seperti halnya Chu Liu Xiang, dia gemar minum arak, gemar perempuan, gemar cari perkara,
suka membela kebenaran dan melawan kezaliman.
..........Perempuan yang menyukainya, semuanya dia tidak suka. Perempuan yang disukainya,
tidak ada yang menyukainya.
Sepanjang hidup, Chu Liu Xiang pernah mengerjakan bermacam-macam pekerjaan, urusan
yang baik sudah barang tentu banyak, perkara yang bodoh juga tidak sedikit. Hampir semua
pekerjaan pernah dilakukan, kecuali satu perkara saja.
......Betapapun dia tidak bakal mengerjakan sesuatu yang dia sendiri tidak suka. Di dunia ini,


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mutlak tidak bakal ada siapa pun yang bisa memaksa dia.
Inilah dia Chu Liu Mang.
Sepanjang hidupnya, betul-betul sangat kaya variasi, penuh kisah petualangan aneh.
Mungkin justru karena dia adalah manusia jenis ini, maka ke mana pun dia pergi, pasti akan
berjumpa dengan jenis orang-orang yang tidak sama dengan orang kebanyakan, dan terjadi pula
berbagai peristiwa yang sangat tidak biasa.
Asalkan ada cerita tentang dirinya, tentu dipenuhi dengan berbagai sensasi yang tidak lazim.
Kisah menyangkut Chu Liu Xiang, total saya hanya menuliskan tujuh cerita, yakni: "Semerbak
Wangi di Lautan Darah", "Padang Pasir Raya", "Burung Hua Mei (Ketilang)", "Kisah Kelelawar",
"Kisah Bunga Tao (Bunga Buah Persik)", "Pinjam Jenazah untuk Hidup Kembali" dan "Kisah Bulan
Baru', dan andai ada kisah yang kedelapan, agaknya patut dikuatirkan itu karya orang lain yang
mencuri nama saya.
Untuk para pemalsu nama Gu Long, dan yang menulis cerita Chu Liu Xiang, sekalipun bisa
membuat saya mau menangis atau mau tertawa, tetap membuat saya serba salah. Tapi saya juga
sangat berterima kasih atas niat baiknya. Paling tidak, mereka masih menghargai nama Gu Long,
paling sedikit juga seperti saya, merasa orang bernama Chu Liu Xiang ini sangat menarik.
Hanya saja, sayang sekali, cara menulis dan bertindaknya agak tidak menyenangkan.
Cerita tentang Chu Liu Xiang, setiap babnya merupakan bab yang berdiri sendiri sepenuhnya.
Sekarang saya mau menuliskan cerita yang kedelapan. Kelak di kemudian hari, semua cerita Chu
Liu Xiang, akan saya rangkum ke dalam kisah baru Chu Liu Xiang.
Ada musuh dan ada juga sahabat
Setiap pengarang, dalam menuliskan naskah bisa saja mengalami perubahan. Gayanya
berubah, kalimatnya berubah, pemikirannya berubah, ketenaran namanya juga berubah, honor
pengarangnya pun juga berubah.
Di dunia ini, pengarang yang mampu bertahan hidup, hanyalah mereka yang bisa mengikuti
perubahan dan perkembangan. Mereka itulah yang hidup terus. Yang tidak mampu berubah, jika
ada, sekalipun terhitung belum mati, juga sudah tidak mungkin bisa dianggap masih hidup lagi.
.....Seperti halnya seorang pengarang yang sudah menulis sebuah novel yang sukses. Dia
masih ingin menulis novel yang sejenis lagi, bahkan menulis jilid kedua, jilid ketiga, jilid keempat.
.....Jika seorang pengarang tidak mampu menembus keterbatasan dirinya sendiri, dia cuma bisa
menulis novel atau cerita sejenis dengan satu langgam gaya, maka, pengarang ini, sekalipun
belum mati, di hadapan pembacanya, juga sudah dianggap sebagai "pengarang yang sudah mati".
Berlayar menentang arus, bukannya maju malah mundur, dan mundur itu berarti mati.
Baru itu berarti berubah.
Ketika saya menulis kisah "baru" Chu Liu Xiang, sudah barang tentu harus ada yang berubah.
Akan tetapi, dalam menulis "Kisah Baru Chu Liu Xiang", yang saya ceritakan masih tetap adalah
"Chu Liu Xiang".
.....Yang saya ceritakan ialah Chu Liu Xiang dan kawan-kawannya.
Chu Liu Xiang adalah orang yang sangat menyenangkan. Sudah barang tentu dia punya banyak
teman. Orang yang banyak temannya, sudah pasti, dan tidak bisa tidak, banyak musuhnya
juga......Bagaimana mungkin, orang yang selalu sering melindungi teman-temannya, malah jadi
tidak punya teman"
Musuh bebuyutan, ada kalanya bisa memberikan pukulan keras dan sakit yang paling
mematikan, akan tetapi, seorang teman tetap juga seseorang yang paling penting dalam
kehidupan seseorang.
Tidak punya teman dan tidak punya musuh. Orang bisa hidup tenang tenteram. Mungkin
sehari-harinya santai gembira. Namun, apakah dia bisa betul-betul gembira, sungguh bahagia"
Sulit dikatakan.
Yang boleh dipastikan hanyalah, "Guru Junjungan" kita, Chu Liu Xiang, bagaimana pun juga
tidak bakal mau hidup seperti ini.
Dia "punya teman", juga "punya musuh".
Temannya banyak, musuhnya juga banyak.
Untuk mendalami orang ini, saya bukan saja harus jadi temannya, juga harus jadi musuhnya.
Seharusnya jadi teman dulu, atau jadi musuh bebuyutan dulu"
Teman. Dengan urutan apa pun juga, teman, selalu menduduki posisi nomor satu.
Para sahabat Chu Liu Xiang
Hu Tie Hua Mau menceritakan Chu Liu Xiang, sudah barang tentu tidak bisa tanpa menceritakan Hu Tie
Hua. Biarpun di depan sudah saya ceritakan, akan tetapi, apa manfaat "yang cuma sedikit" itu"
Untuk bisa menulis kisah Chu Liu Xiang, sudah barang tentu tidak bisa tidak harus menulis Hu
Tie Hua. Biarpun di depan sudah saya tuliskan, tapi yang "sedikit" pasti tidak cukup.
Karenanya, sekarang saya akan menulis beberapa "sedikit".
Hu Tie Hua bukan Chu Liu Xiang, bahkan kita boleh mengatakan, dia dan Chu Liu Xiang adalah
dua orang yang sama sekali berlainan.
Di atas dunia ini, ada kalanya banyak hal memang demikian Pasangan suami isteri yang mesra,
sahabat yang karib, ada kalanya juga bukan dari satu jenis yang sama.
Mereka melanglang buana, jejaknya tidak menentu, empat samudera dunia dijadikan
rumahnya. Akan tetapi, Chu Liu Xiang ini, bukan penyelingkuh pengembara, justru Hu Tie Hua yang
bertipe itu. Chu Liu Xiang adalah ksatria pengelana, pendekar kelana.
Ksatria pengelana tidak merasakan kesepiannya mengembara, tidak pula mengalami kerisauan
mengembara, tidak punya keputus-asaan seperti "piatu tanpa ibu" yang dimiliki seorang
pengembara, juga tidak ada kemasgulan tanpa daya dan tanpa alasan yang dimiliki pengembara.
Ksatria pengelana, amat tinggi dan mulia sekali. Yang dipuji dan dipuja segenap anggota
masyarakat, dijadikan dambaan masyarakat, menjadi tujuan bagi pergaulan pemuka dan pendekar
dunia Jiang Hu. Merupakan idola "pangeran berjubah kulit rubah emas, yang menunggang kuda
panca warna" dan Gong Zi (kong cu) jaman keruh yang "menunggang kuda sambil bersandar di
jembatan miring dan dia yang senangnya melambaikan tangan mengundang puteri berlengan baju
merah dan satu loteng untuk pesta pora".
Apakah dia seorang pengelana yang gemar berkeliaran"
Hu Tie Hua bukan ksatria pengelana, tapi pengelana yang gemar berkeliaran.
Kelihatannya, meskipun dia selalu 'hi hi ha ha, si li hua lah' ramai suaranya, langit runtuh pun
tak peduli. Jika kepala jatuh lepas dari batang leher, tak lebih dari terbukanya lubang sebesar
mangkok. Akan tetapi, di kedalaman lubuk hatinya, ada kepedihan yang tidak terungkapkan.
Suatu kepedihan tanpa daya dengan ratapan terhadap langit dan tangisan atas manusia, suatu
kepedihan dalam bentuk 'yang tidak suka lagi melihat dan mengetahuinya'.
.....Di dunia ini, banyak sekali orang dan kejadian, yang dia sudah tidak suka lagi melihat dan
mengetahuinya. Malahan sangat, sangat tidak adil. Akan tetapi, dengan potensi dirinya seorang
saja, apa pula yang mampu dilakukan lagi"
Dia cuma bisa duduk dan minum dan menenggak araknya.
Sudah barang tentu, suasana batinnya yang semacam ini, bukan sesuatu yang bisa dipahami
orang lain. Dan semakin dia tidak dipahami orang lain, semakin penuh kepedihan hatinya, dan
semakin banyak pula dia menenggak arak kerasnya.
Semakin banyak dia menenggak arak, semakin penuh keanehan kelakuannya. Dan semaian
pula orang lain tidak memahaminya. Dan akhirnya, sementara orang sudah beranggapan, dia
sudah berubah menjadi "pengemis pemabuk" atau "pengemis gila" atau manusia lain sejenis itu.
Bahkan ada juga yang sudah beranggapan dia telah menjadi gila.
Cuma Chu Liu Xiang yang tahu, bagaimana pun dia bukan orang gila yang begitu. Karena itu,
Hu Tie Hua bisa melakukan segala sesuatu yang mustahil bisa dilakukan orang lain, bahkan untuk
menerangi jalan bagi perjalanan Chu Liu Xiang, dia bisa rela membiarkan dirinya menjadi bahan
bakar untuk nyala obor yang menerangi jalan itu.
Banyak pembaca beranggapan, jenis Chu Liu Xiang adalah seseorang yang mampu membuat
banyak orang merasakan kebahagiaan. Akan tetapi, saya sendiri melihatnya sebagai orang yang
paling tidak bahagia.
Ji Bing Tan Ji Bing Yan kelihatannya amat tidak bahagia, dingin-dingin saja, wajahnya tanpa mimik. Bahkan
para pemirsa perempuan cilik dari film serial sinetron buatan Hong Kong, suka menyebutnya "
boneka kayu".
Ungkapan seperti ini, sungguh-sungguh keterlaluan lucunya.
Ji Bing Yan bukan boneka kayu, juga bukan arca batu, juga bukan bongkahan es batu. Dia
adalah gunung berapi.
Di bawah lahar panas yang telah dingin membeku bertahun-tahun itu, masih tetap mengalir
suatu arus darah sepanas api yang menyelomot, sama seperti halnya Hu Tie Hua, yang untuk
temannya, setiap waktu bisa menyerahkan segala sesuatu yang dimiliki.
Zhong Yuan Yi Dian Hong
Dari suatu sudut tertentu.ada beberapa persamaan antara cara kerja Zhong Yuan Yi Dian Hong
(Satu Tetes Darah Merah Di Tiong Guan) dengan Ji Bing Yan.
Sekujur badannya terbungkus pakaian hitam, wajahnya putih seperti mayat. Bisa membunuh
dalam sekejap, dengan wajah tanpa berubah.
Dia adalah pembunuh profesional yang minta bayaran pal?ing tinggi di bawah jagat ini. Sekali
kontrak ditandatangani, selamanya tidak ada perubahan apapun. Maka sasaran pembunuhannya
pun sudah pasti mati.
Kemampuannya bermata pedang luar biasa, "membunuh orang tanpa kucuran darah, di bawah
pedang cuma setetes darah merah". Setiap kali pedangnya ditusukkan, dianggap sudah cukup
asalkan bisa merampas nyawa lawan, buat apa lagi mengucurkan lebih banyak darah orang lain.
.....Dia seorang seniman, bukan jagal.
"Kontrak"nya hanya sekali tidak berhasil, karena dia mendadak menyadari korban yang mau
dibunuh kali ini adalah temannya, seorang teman yang patut dia percayai.
Dan teman ini, sudah barang tentu adalah Chu Liu Xiang.
Zuo Qing Hou Zuo Qing Hou adalah pemilik Zhi Bei Shan Zhuang (Villa Lontar Dadu).
Zhi Bei Shan Zhuang berada di luar kota keresidenan Song Jiang (sungai Song), terletak pada
jarak kurang dari tiga Li dari Jembatan Xiu Ye yang sangat terkenal di bawah kolong langit Setiap
tahun, sekitar hari Dong Zhi (solstitium musim dingin, 22 atau 23 Desember setiap tahun), hampir
selalu Chu Liu Xiang berdiam berapa hari di sini. Karena dia, sama juga dengan Ji Ying Xian Sheng
(Si Elang Musim) Zhang Han, begitu angin musim gugur mulai bertiup, segera timbul rindu selera
ingin menikmati kembali rasa masakan sayur Chun dengan ikan Lu. Karena siapa pun tahu, cuma
di bawah Jembatan Xiu Ye dari Song Jiang ditemukan ikan berinsang empat itu. Dan di Jiang Hu
(dunia persilatan), siapa pun juga tahu, pemilik Villa Zhi Bei yakni Zhu Er Ye (Tuan Besar Kedua
Zhu), selain ilmu telapak tangannya tidak ada tandingan di dunia persilatan Jiang Nan, tapi juga,
ilmu memasak ikan Lu-nya, paling luar biasa nikmat di kolong langit.
Orang dari dunia persilatan (Jiang Hu) juga tahu, yang mampu membuat Tuan Besar Kedua
Zhu, turun tangan sendiri ke dapur, cuci tangan memasak, di bawah jagat raya ini, tidak lebih dari
dua orang. Dan Chu Liu Xiang kebetulan merupakan salah satu dari kedua orang tadi.
Tapi, kedatangan Chu Liu Xiang kali ini di Zhi Bei Shan Zhuang, justru tidak memberikan
kesempatan padanya untuk bisa menikmati masakan irisan kecil daging ikan Lu hasil tangan Zhu
Er Ye sendiri. Malahan dia mengalami peristiwa paling gila, paling aneh, paling misterius, dan
paling mengerikan sepanjang perjalanan hidupnya.
Dia menyelesaikan urusan ini untuk Zhu Er Ye. Oleh karena itu, tidak peduli urusan apa dan
betapa merepotkannya, Zhu Er Ye tetap akan menyelesaikannya.
Tokoh dunia Jiang Hu sekaliber Zuo Qing Hou, yang untuk menyelesaikan sesuatu urusan,
biasanya tidak pernah memperhitungkan segala akibat dan tanpa mau memilih-milih cara. Bahkan
tidak sayang dengan korban harta benda atau nyawa diri sendiri sekali pun.
Mungkin ini juga penyebab mereka bisa menjadi tokoh pal?ing besar dari dunia Jiang Hu.
Kawan yang tidak menulis
Teman Chu Liu Xiang memang sangat beragam, aneka warna dan dari segala aliran. Tidak ada
yang tahu, sesungguhnya berapa jumlah teman-teman itu. Tapi, kali ini saya cuma mau
menuliskan hanya beberapa orang ini saja.
Karena sekali ini saya tidak akan menceritakan teman-teman, yang tidak ada kaitan dengan
beberapa cerita, yang akan dilihat di bawah ini.
Yang kaitannya tidak besar, saya pun tidak menuliskannya.
Chu Liu Xiang kenal banyak dan banyak sekali anak perempuan yang berbeda-beda. Ada yang
wajahnya memikat penuh daya tarik, ada yang lembut penuh kehangatan, ada yang galak dan
judes, ada yang manis kekanak-kanakan, ada yang hatinya seperti ular kalajengking, namun,
mereka tetap punya titik persamaan.
Ketika mereka berjumpa Chu Liu Xiang, hati sanubari mereka, segera akan meleleh seperti salju
musim semi di bawah hembusan angin hangat awal musim panas.
Akan tetapi, saya tidak menganggap mereka itu teman-teman Chu Liu Xiang. Sebab, saya selalu
beranggapan bahwa "kasih persahabatan" dan "semangat kebenaran" di antara laki-laki dan
perempuan jarang ada, malah sukar ada.
Karena itu, saya tidak menuliskannya.
Masih ada lagi teman yang sesungguhnya sama sekali bukan teman, yakni yang berkhianat dan
menjual teman semudah pisau memotong tahu. Yang memakan teman seperti kura-kura menelan
cucu buyutnya. Di atas kain brokat bersulam bunga, mengantarkan arang bakar di kala turun
salju, budi dibalas tuba beracun, mulutnya semanis madu dan hatinya siap dengan pedang
pembunuh, mulutnya sedap menyeru abang sayang, namun mencabut senjata dari ikat pinggang.
Bagi "teman" sejenis ini, jika anda mau, apa yang akan saya lakukan"
Pertanyaan dan kabar angin
Jika di muka bumi ini, keberadaan seorang Chu Liu Xiang betul nyata, maka, kala dia masih
hidup, sudah pasti menjadi tokoh legendaris.
Polemik dan masalah yang ditimbulkan dari seorang tokoh legendaris, tanpa peduli di kala
masih hidup maupun sesudah meninggal, lazim sekali akan senantiasa sangat banyak.
Dewasa ini, di pangkal jalan atau ujung gang, baik dijalan besar atau di gang-gang kecil, apa
lagi di Kota Tai Bei, semua orang sedang memperbincangkan Chu Liu Xiang.
Satu masalah yang menjadi pusat perhatian.....
Di antara Chu Liu Xiang dan ketiga "bidadarinya"......Su Rong Rong, Li Hong Xiu dan Song Tian
Er, apa ada hubungan tertentu yang istimewa" Seorang perayu dan pemikat yang romantis seperti
Chu Liu Xiang, menghadapi tiga gadis semanis dan seimut-imut itu, dan berada di atas satu kapal
bersama-sama, lalu apa yang bisa terjadi" Bakal terjadi apa"
Jawabannya ialah:
.......Anda bilang, mestinya bagaimana" Ya begitulah, apa yang anda kehendaki seperti itulah
yang terjadi, kiranya yang akan terjadi seperti itu juga.
Setiap orang tentu punya cara berpikirnya sendiri, jika anda mau berpikir seperti itu siapa pun
juga tidak bisa mencegah anda untuk berpikir seperti itu.
Betul tidak"
Mengenai masalah ini, jawabnya paling mudah, sebab masalah ini memang betul juga tidak ada
jawabannya. Sebab Chu Liu Xiang memang tidak punya masa lampau, dan hanya ada masa sekarang dan
masa mendatang.
Kesimpulan Sangat banyak cerita mengenai Chu Liu Xiang yang tersebar di dunia Jiang Hu, bahkan yang
mendekati cerita mitos.
Ada orang mengatakan, 'dia sudah menguasai ilmu awet muda', ada yang mengatakan 'mampu
berubah menjadi ribuan dan laksaan badan wadak, serta terbang melayang di langit dan
menyusup ke dalam bumi'.
Hanya satu perkara, semua orang sama pendapatnya.
Jika saja Chu Liu Xiang mau mencuri habis semua celana anda, maka, besok pagi, anda
mungkin tidak bakal bisa menemukan secarik apa pun untuk menutupi paha anda, baik kain satin,
brokat, sutera atau kain katun, bahkan kulit atau pun bulu dan segala jenis tekstil apa pun juga.
Bahkan, mungkin tidak bisa menemukan selembar kertas yang tidak tembus cahaya sekali pun.
Malahan banyak orang yang percaya, dia mampu mencuri, tanpa anda sadari baik-baik, batang
otak yang berada di dalam batok kepala anda.
Yang paling unik, dia cuma mencuri celana dan batang otak, dan hanya mencuri barang-barang
yang diharapkan sebagian besar orang, dia sudi mencurinya. Misalnya dikatakan, bahkan hati
jahat pencuri, dan nyali empedu kelompok bandit sekali pun, ini adalah yang dia sukai untuk
dicurinya Apakah 'mencuri' semacam ini adalah semacam 'mencuri'" Atau, hanya semacam seni"
Sekarang, saya mau menulis Chu Liu Xiang lagi, menceritakan 'Kisah Terbaru Chu Liu Xiang",
karena dalam sepanjang kehidupannya, betul-betul dipenuhi kisah-kisah unik, yang tidak bisa tidak
dituliskan, dan juga tidak mungkin tidak dituliskan.
Tidak peduli dia pergi ke mana pun, tentu dia akan bertemu dengan orang-orang yang sangat
luar biasa, terjadi sejumlah cerita yang sangat luar biasa. Asalkan ada cerita mengenai dirinya,
pasti juga dipenuhi dengan sesuatu kegairahan dan rangsangan yang luar biasa.
Di dalam 'Kisah Terbaru Chu Liu Xiang", saya sudah siap menulis kembali empat buah cerita
tentang dirinya.
Keempat cerita itu semuanya baru, bahkan masing-masing terlepas dan berdiri sendiri.
Keempat cerita yang mau saya tuliskan ini, pada cerita pertama, saya yakin kiranya sebuah
cerita yang tidak mungkin diduga anda semua, bahkan bisa membuat semua terkejut. Sebab,
ketika cerita dimulai, Chu Liu Xiang sudah mati.
Jika bisa membuat pembaca terkejut, bukankah ini adalah salah satu tujuan sebetulnya dan
tujuan terbesar bagi seorang pengarang"
Oleh karena itu, seandainya saya tidak berniat menuliskan, pun sudah tidak mungkin.
Maka, sekarang saya menyodorkan cerita pertama dari "Kisah Terbaru Chu Liu Xiang".......WU
YUE LAN HUA. Wawancara dengan Gu Long mengenai Kisah Baru "Chu Liu Xiang"
Lin Wu Chou Berjumpa kembali dengan Gu Long, kelihatannya dia lebih kurus dibanding dulu.
Gu Long tidak boleh tidak lebih kurusan.
Sebab "Chu Liu Xiang" telah menggemparkan Taibei, Zhen Sao Qiu membawakan acara "Lai
Lai", sehabis siaran teve Republik Tiongkok di Taiwan, langsung pindah ke teve Hua Se, bahkan
ketika Departemen Kehakiman juga bicara Chu Liu Xiang, belum ada orang yang menanyai
bagaimana pendapat Gu Long sendiri.
"Chu Liu Xiang" diciptakan oleh Gu Long, ketika semua bicara Chu Liu Xlang, malahan tidak ada
yang ingat dia adalah tokoh di bawah pena Gu Long, menganggap Zhen Sao Qiu adalah Chu Liu
Xiang sejak kelahirannya.
Dalam masyarakat kita ini, sepertinya siapa pun berhak menentukan nasib Chu Liu Xiang,
kecuali Gu Long.


Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kurusnya badan tidak mengurangi semangat ksatria Gu Long, dia masih tertawa menggetarkan
genteng rumah, sekali menenggak segelas besar arak keras bisa dihabiskan.
Akan tetapi katanya: "Sekali ini saya mau membuat Chu Liu Xiang mati!"
"Apakah anda berniat membunuh Chu Liu Xiang" Jangan main main ya! Anda bisa dicaci maki
dan diludahi oleh masyarakat."
"Sekali orang harus mati, pendekar juga tidak terkecuali, pengelana juga sama," kata Gu Long.
"Chu Liu Xiang tidak bakal mati, karena dia pernah hidup di dalam hati beribu-ribu bahkan
berjuta-juta orang," kata saya.
"Sekali ini Chu Liu Xiang dari awal mulanya sudah orang mati."
Gu Long juga tertawa.
Tertawa lantang, juga tawa misterius.
Dalam menulis kembali kisah aneh Chu Liu Xiang "Wu Yue Lan Hua" apakah Chu Liu Xiang
benar mati"
Gu Long menenggak segelas brandy, katanya: "Ini baru diketahui sesudah membaca
ceritanya."
Mengenai Chu Liu Xiang, sekalipun ada kalanya menjadi merk tempat gunting rambut, ada
kalanya dia menjadi bermacam-macam merk di iklan, Gu Long tetap membanggakannya.
Katanya: "Chu Liu Xiang dalam beberapa tahun ini, merupakan tokoh fiktif yang paling
diperhatikan orang. Ada kalanya dalam suatu periode waktu, hampir setiap hari muncul di iklan
film di koran, bahkan pernah memasuki halaman kedua dan halaman ketiga."
Kata Gu Long: "Beberapa tahun terakhir di kedai-kedai pinggir jalan, masih adakah tokoh cerita
bisa seperti Chu Liu Xiang menjadi bahan perdebatan tiada habisnya?"
Pada hari kita minum arak bersama, para juru masak di dapur rumah makan sedang berdebat
tiada hentinya mengenai Chu Liu Xiang.
Sekelompok mengatakan. Xiang Shi bisa menikahi Rong Rong.
Sekelompok mengatakan, Xiang Shi akan menikahi Shen Hui Lin.
Mereka terus berebut dan tidak mendapatkan kesimpulan, akhirnya direktur rumah makan
mengatakan: "Gu Xian Sheng sedang makan di rumah makan kita, mengapa tidak tanya dia saja?"
Gu Long mendengar itu tertawa terbahak bahak!
Kata seorang teman: "Orang bilang kawin pertama kali karena ingin tahu, kawin kedua kali
karena bodoh, kawin ketiga kali karena sudah gila."
"Chu Liu Xiang memang genius, bukan orang gila." jawaban Gu Long memang agak istimewa.
Orang yang suka Chu Liu Xiang, tidak bisa tidak bisa menanyakan: "Bagaimana Gu Long bisa
menciptakan Chu Liu Xiang?"
"Menciptakan?" kata Gu Long. "Chu Liu Xiang eksis di dunia ini secara alami, setiap masa tentu
ada tipe pendekar kelana"
"Jika dikatakan pemikiran saya adalah kulit telur ayam, Chu Liu Xiang adalah sebuah palu," kata
Gu Long. Sewajarnya ada suatu motivasi"
Motivasi terjadi pada banyak tahun yang silam.
Jaman itu Sean Connery dengan 007 sedang melanda Tai?wan, ibarat sebuah badai
menghunjam Taiwan. Dan yang pal?ing kena pengaruhnya adalah Gu Long ini.
Kelakuan 007 yang kejam tapi anggun.
Tenang, tapi bisa meledak dalam waktu sekejap.
Tegang, namun setiap saat mampu menghibur diri dengan humor.
Senyum, tapi bisa menghadapi kegagalan besar.
Beberapa macam watak ini, membuat Gu Long menciptakan Chu Liu Xiang.
Banyak orang salah menganggap dunia Wu Ma sebagai sebuah dunia kekerasan, darah
muncrat 5 chi, tameng dan tombak hanya dalam tujuh langkah. Chu Liu Xiang adalah suatu
kekecualian, juga kesenian, sedari dulu dia tidak pernah membunuh orang, dia tidak terhindar dari
kekerasan, akan tetapi Gu Long bilang dia merupakan "kekerasan yang anggun".
Apa yang dimaksudkan dengan "kekerasan yang anggun?"
Waktu awal-awal memulai cerita Chu Liu Xiang, selembar memo yang ditulis Gu Long paling
bisa menyatakan ini!
"Saya dengar anda memiliki perempuan cantik dari batu yade (giok) putih, diukir tangan
terampil, sangat menyatakan keelokannya, membuat saya sangat mendambakannya, tengah
malam ini tepat, saya akan datang dengan diantar sinar bulan purnama. Anda biasanya sangat
murah hati, semestinya akan membuat saya tidak pergi dan pulang sia-sia."
Ini adalah "kekerasan yang anggun", "anggun" semacam ini, kurang dimiliki para pahlawan
Tiongkok di jaman kuno. Agar Tiongkok juga memiliki tokoh sejenis ini. Gu Long menciptakan Chu
Liu Xiang. Keanggunan Chu Liu Xiang, menurut Gu Long bukan jenis ganteng, muda dan bebas merdeka.
Dalam hatinya, Chu Liu Xiang, adalah tokoh yang sudah mengalami berlapis-lapis kegagalan,
berlapis-lapis ujian, berlapis-lapis perjuangan, berapis-lapis guncangan cinta yang erotis, yang
secara alami tercermin dari penampilan luarnya yang sudah membaca kehidupan yang "anggun",
karena itu, dia mengajukan persyaratan lebih tinggi pada Chu Liu Xiang yang akan dilayar-kacakan
dibandingkan orang lain.
"Tokoh dalam cerita seringkali lebih kaya dari pada yang ditampilkan dalam televisi, karena dia
bisa dikaitkan dalam pemikiran orang. Seperti kita melihat suatu gambar pemandangan yang jauh
lebih cantik daripada kenyataan sesungguhnya. Ketika Chu Liu Xiang tampil dalam televisi, segera
saja dia kehilangan banyak sekali sifat-sifat istimewanya."
Gu Long juga tidak puas terhadap beberapa tokoh sekitar Chu Liu Xiang, terutama Hu Tie Hua.
Orang yang pernah membaca cerita Gu Long tentu tahu, Hu Tie Hua adalah seorang tokoh
yang menitikberatkan cinta kasih, bahkan tidak kalah dari Chu Liu Xiang. Hu Tie Hua dan Chu Liu
Xiang sama-sama menyukai arak, menyukai perempuan, menyukai ikut campur urusan orang lain,
suka membela yang lemah melawan yang kuat.
Masalahnya ialah, perempuan yang menyukainya, dia tidak suka, dan perempuan yang
disukainya, selalu tidak suka dia.
"Jika dikatakan Chu Liu Xiang adalah pendekar kelana, maka Hu Tie Hua adalah pengelananya,"
kata Gu Long. Karena dalam hati Hu Tie Hua ada semacam perasaan "meratapi alam semesta dan menyesali
nasib manusia, namun juga sangat sedih karena tidak berdaya" kepedihan hatinya yang sering
mendorong dia memasuki jalan ekstrim, dia tidak terbiasa menyaksikan begitu banyak peristiwa di
dunia, dan dia tidak mampu memperbaikinya, sehingga sehari-hari dia bermabuk-mabukan.
Akan tetapi, dalam hati Gu Long, Hu Tie Hua bukanlah seorang bodoh yang tahunya cuma
minum arak saja.
Jika kita katakan, dalam cerita Gu Long tujuan paling utamanya ialah menceritakan
kesetiakawanan antar teman, Menceritakan teman yang kedua pinggangnya tertancap belati.
Menceritakan teman yang berani menghadapi bahaya dan kesukaran.
Menceritakan teman yang sepuluh ribu kali mati pun tidak menyesal.
Menceritakan teman yang menyembah kaisar langit dan ibu suri bumi.
Maka kita bisa mengatakan, Chu Liu Xiang dan Hu Tie Hua adalah sepasang teman yang sulit
dilupakan. "Pendekar Kelana" dan "Pengelana" juga punya banyak persamaan, perjalanannya malang
melintang dan terbawa hidup ke mana saja pergi, keempat samudera dijadikan rumah,
mengendarai kuda sampai ke batas langit dan ujung dunia.
Akan tetapi, "Pendekar Kelana" dan "Pengelana" pada hakekatnya tidak sama, yang satu setiap
pagi hari menyambut fajar menyingsing, yang satu lagi setiap hari suka menikmati indahnya teja
senja. Chu Liu Xiang dan Hu Tie Hua memang begini.
Mereka adalah teman yang paling baik, sekali pun dua or?ang yang sama sekali berlainan, juga
paling baik. Seperti halnya kali dan gunung memang berbeda, namun awan dan bulan masih tetap yang
sama. Teman di bawah pena Gu Long, selalu adalah teman yang bisa membakar diri sendiri untuk jadi
obor penerang jalan bagi diri sediri dan temannya, untuk menyinari jalan di depan, semuanya siap
melintangkan golok membedah perut mengeluarkan hati dan empedu merahnya, berkorban untuk
teman, semua bisa melepas satu kata ya, dan tidak bisa ditukar oleh seribu liang (tail) emas.
Alasannya masih bisa ditelusuri kembali kepada akar budaya tradisional, yakni semangat setia
kawan berani berkorban nyawa untuk sahabat yang paling dekat dalam hati, Yan Ling Qui Zi yang
menggantungkan pedang, sangat romantis, juga Bo Ya dan Zhung Zi Qui yang memutus dawai
kecapi pada akhir lagunya.
Ini adalah bagian paling berharga dari cerita Gu Long.
Sekaligus juga tempat idaman bagi Chu Liu Xiang dan Hu Tie Hua.
Kesetiakawanan tokoh-tokoh Wu Xia tidak terlihat dalam sehari-hari, akan tetapi kala sedang
menghadapi masalah besar, etika besar, pilihan benar dan salah yang menentukan, mereka bisa
bagai gunung api mendadak meletus memuntahkan lava dan lahar panas, yang menyatakan
sesuatu yang bukan dimiliki setiap orang dan menunjukkan ketetapan hati dan keberanian yang
luar biasa. "Ketetapan Hati dan Keberanian" adalah budi pekerti ciri khas orang dunia Jiang Hu, juga budi
pekerti Chu Liu Xiang dan Hu Tie Hua yang sulit dilupakan orang.
Chu Liu Xiang sudah muncul di dunia Jiang Hu-nya Gu Long selama bertahun-tahun.
Akan tetapi Gu Long hanya menuliskan tujuh buah cerita: "Semerbak Harum Lautan Darah",
"Padang Gurun Besar", "Burung Hua Mei", "Kisah Aneh Kelelawar", "Kisah Aneh Bunga Tao",
"Pinjam Mayat Kembalikan Arwah", "Kisah Aneh Bulan Baru". Sekarang ini mau dimuat serial "Wu
Ye Lan Hua" yang merupakan cerita Chu Liu Xiang yang kedelapan.
"Saya masih mau menulis empat buah buku Chu Liu Xiang," kata Gu Long. "Orang seunik Chu
Liu Xiang, banyak centa bisa dituangkan untuk dia, seringkah mau berhenti menulis pun sudah
tidak mungkin lagi."
"Kalaulah dia begitu unik, mengapa berhenti menulis selama beberapa tahun?"
Gu Long merenung sejenak.
Dia selama beberapa tahun tidak menulis Chu Liu Xiang, ada tiga alasan :
1. Karena kerusuhan Nian Song Ge.
2. Karena bercerai, isteri dan kekasih semuanya pergi jauh.
3. Karena hasil penjual tiket filmnya 'Satu Tawa Malaikat Pedang" dan "Reinkarnasi Pahlawan"
kurang bagus. Gu Long adalah orang Jiang Hu.
Orang Jiang Hu juga orang, tidak terlepas suka dan duka, riang dan marah, sehingga dia tidak
punya niat menulis kembali Chu Liu Xiang.
Menuliskan kembali Chu Liu Xiang, suasana hatinya bagaimana "
"Saya menulis dari kematian Chu Liu Xiang, ada maksud terselubung setelah mati dia hidup
kembali. Suasana hati dan kehidupan saya yang mengalami perubahan, mempengaruhi perubahan
suasana hati dan kehidupan Chu Liu Xiang, karena itu cerita ini tidak sama dengan cerita-cerita
terdahulu."
Gu Long beranggapan, seorang pengarang cerita sebelum mampu memecahkan pembatasan
dirinya sendiri, tumbuh kembali dari abu debu, maka pengarang ini segera saja sudah mati. Gu
Long tidak mau menjadi pengarang 'mati', karena itu dia mau hidup kembali bersama dengan Chu
Liu Xiang. Chu Liu Xiang dalam "Cerita Baru", masih tetap menceritakan Chu Liu Xiang dan temantemanya,
hanya saja gaya dan langgamnya sudah berubah.
Satu-satunya yang tidak berubah adalah "Yi Qi" antara teman.
Berbicara sampai pada "Kerusuhan Nian Song Ge" Gu Long menggulung lengan bajunya dan
menunjukkan bekas sebuah luka yang masih merah dari tusukan belati, dia tertawa terbahakbahak,
katanya:" Waktu saya terluka, rumah penuh dengan tamu, semua teman datang
menjenguk, betul-betul suatu masa yang sangat riang gembira."
Ini adalah persahabatan antar teman.
Ini adalah Gu Long, segala sesuatu seperti asap melintas di hadapan mata, dan di hadapannya,
hanya segelas arak, sederet suara tawa.
Jika bisa memandang tawar masalah ini, akan menjadi suatu seni.
Ceritanya juga sama, dia menceritakan Guru Maling Xiang Shi Chu Liu Xiang, yang ditulis bukan
maling kecil, melainkan seniman, dia menceritakan si kucing mabuk Hu Tie Hua, yang ditulis bukan
pemabuk, melainkan seniman, dia menceritakan si pembunuh Yi Dian Hong, yang ditulis bukan
jagal, melainkan seniman, dia menceritakan penggoyang lidah Tian Er, yang ditulis bukan koki juru
masak, melainkan seniman ......dia punya satu ambisi besar, sekali pun orang biasa, juga dikenai
dengan penanganan seniman.
Cerita Gu Long adalah dunia alam impiannya, yang juga dunia alam impian banyak orang.
Berapa lama tidak Jumpa dengan Gu Long, kemampuannya minum arak juga sudah sedikit
berbeda dengan masa lampau. Saya tanya dia apa alasannya"
Katanya: "Dalam badan saya ada 2.800 cc darah, waktu mengalami musibah ditusuk belati di
Nian Song Ge, barang kali yang 2.000 cc adalah darah orang lain, bagaimana mungkin darah
orang lain bisa minum arak sebanyak darah saya?" Sama dengan itu, barang siapa pernah
membaca karya asli Chu Liu Xiang, pasti bisa menemukan Xiang Shi-nya tidak sama dengan yang
ada dalam televisi atau dalam film bioskop layar lebar, karena yang dalam karyanya yang mengalir
adalah darah dari Gu Long sendiri.
Sekali ini, Gu Long berjalan ke dalam deruan angin, mengunjungi sebuah jalan tua yang sunyi
senyap, dia membawa kembali seorang Chu Liu Xiang yang baru. tidak peduli ke mana pun dia
pergi, selalu dia jumpai orang-orang yang tidak sama dengan yang lain, dan terjadi serangkaian
peristiwa yang jauh dari biasa.....Sang Guru Maling Chu Liu Xiang!
)oooo( Pendekar Satu Jurus 14 Balada Pendekar Kelana Karya Tabib Gila Hikmah Pedang Hijau 10
^