Duel 2 Jago Pedang 2

Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung Bagian 2


kota yang kuno tetapi indah itu, mata Li Yan Bei tiba-tiba dipenuhi oleh perasaan sedih dan nostalgia. "Walaupun aku sekarang hanya seorang penonton biasa, aku tetap ingin tahu hasil duel ini."
Lu Xiao Feng mengangguk dengan perlahan, ia faham perasaan Li Yan Bei saat ini.
"Bila kau pergi nanti, mungkin aku tidak dapat mengantarkanmu. Tapi jika kau datang lagi, tak perduli betapa derasnya hujan, betapa kuatnya tiupan angin, aku tentu akan berada di sana untuk menyambutmu!" Ia memaksakan sebuah senyuman di wajahnya. "Aku tidak pernah menyukai perpisahan."
Perpisahan selalu membuat orang sedih, walaupun ia tidak begitu perduli pada hidup atau mati, ia selalu memandang penting pada perpisahan.
"Aku tahu." Li Yan Bei juga memaksakan sebuah senyuman di wajahnya. "Walaupun aku tak pernah kembali jika aku telah pergi, aku akan selalu menyambutmu kapan saja kau datang ke selatan."
Lu Xiao Feng tidak berkata apa-apa lagi dan hanya berjalan beriringan dengannya selama beberapa saat.
"Tosu Kayu dan kelompoknya, apakah mereka pergi bersama Gu Qing Feng?"
"Ya."
"Menurutmu, ke mana mereka pergi?"
Koleksi Kang Zusi
"Kuil Awan Putih. Masakan sayur dan arak mereka amat terkenal di sini."
------------- Kuil Awan Putih seperti benar-benar berada di awan. Atapnya yang keemasan tampak berkilauan diterpa sinar matahari dan kuil itu berdiri tegak dan megah di atas sebuah gunung. Kabut masih belum buyar, maka dari jauh kuil itu terlihat seperti sebuah istana yang mengambang di antara awan. Pintu-pintunya yang hitam besar dengan pengetuk pintu berbentuk seperti kepala binatang dan terbuat dari perunggu telah dibuka, tapi tidak ada orang yang terlihat. Angin pagi sayup-sayup membawa suara dengungan orang yang membaca doa. Para pendeta Tao tentu sedang melakukan renungan pagi.
Tapi di aula utama pun tidak ada orang, hanya sejumlah daun yang baru gugur terlihat menari-nari tertiup angin di luar sana.
Lu Xiao Feng melangkahkan kakinya ke halaman, melewati aula utama yang dipenuhi oleh asap dupa, dan keluar melalui sebuah pintu kecil di belakang. Di sana ia bertemu dengan seorang pendeta Tao yang mengenakan jubah hijau dan topi kuning dan sedang berdiri di bawah sebatang pohon payung China, memandang padanya dengan tatapan sedingin es. Walaupun daun-daun di pohon itu belum berguguran, warna musim gugur di halaman itu tampak lebih kental.
"Apakah Pendeta Gu Qing Feng berada di sini?" Lu Xiao Feng mencoba bertanya.
Tosu itu tidak menjawab. Matanya yang berkilauan tampak seperti pisau belati yang menembus kabut. Angin berhembus lewat dan rompi kuning di punggung pendeta itu tampak menari-nari. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa di punggungnya terdapat sebatang pedang bersarung hitam.
"Apakah bapak pendeta sendiri Pendeta Gu itu?"
Masih tidak ada jawaban dari tosu itu, wajahnya pun tetap tanpa emosi.
Lu Xiao Feng tertawa canggung untuk mencoba memecahkan ketegangan itu.
"Sepertinya tosu ini tuli, kurasa aku bertanya pada orang yang salah."
Tapi tosu ini tidak tuli, tiba-tiba ia mendengus dengan dingin: "Kau bukan bertanya pada orang yang salah, tapi kau datang ke tempat yang salah."
"Bukankah ini Kuil Awan Putih?"
"Ya."
"Orang tidak boleh datang ke mari?"
"Orang lain boleh, hanya kau yang tidak!"
"Kau tahu siapa aku?" Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak bertanya.
Tosu itu hanya menyeringai dan tiba-tiba ia bergeser selangkah ke samping. Kulit di sisi pohon itu telah terkelupas dan di situ tertulis 8 patah kata dalam tinta hitam: "Phoenix Kecil Terbang Melintas, Mati Di Bawah Pohon Ini!"
"Kau memang tahu siapa diriku!" Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Phoenix mati di bawah pohon, pohon ini akan menjadi nisanmu!"
"Pernahkah kita bertemu sebelumnya?" Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya.
"Belum."
"Apakah ada sengketa masa lalu di antara kita?"
"Tidak."
"Bagaimana dengan sengketa baru?"
"Juga tidak ada."
"Karena kita belum pernah bertemu sebelumnya, dan tidak ada sengketa di antara kita, mengapa kau ingin membunuhku?" Sebuah tawa pertanda jengkel muncul di wajah Lu Xiao Feng.
"Karena kau adalah Lu Xiao Feng!"
"Tampaknya alasan itu sudah cukup!" Senyuman Lu Xiao Feng terlihat semakin menyedihkan.
"Memang!" Dengan sebuah kibasan tangannya, ia telah menghunus pedangnya!
"Pedang yang bagus!" Pedang itu berkilauan seperti banjir bandang di musim gugur. Tosu itu menyentil badan pedang dengan jarinya, terdengar suara denting yang keras. Mendengar suara itu, 6
orang tosu yang berpakaian serupa dengannya tiba-tiba muncul di keempat penjuru. Enam orang, enam pedang, semuanya sama-sama merupakan pedang antik yang amat bagus.
Koleksi Kang Zusi
Rumbai-rumbai kuning di ujung pedang terlihat mengepak-ngepak dihembus angin. Tiba-tiba, mereka bertujuh menyerang pada saat yang bersamaan, yang digunakan tak lain adalah ilmu pusaka Sekte Tao Utara, Formasi Bintang Biduk Besar dari Sekte Quanzhen yang terkenal di seluruh dunia.
Tosu bermuka kayu tadi jelas merupakan orang yang bertanggung-jawab dalam memimpin formasi itu.
Jurus-jurusnya amat cekatan dan mengalir seperti arus, walaupun ia masih belum sehebat XiMen Chui Xue dan Ye Gu Cheng, pedangnya cukup tangkas dan bergerak sekehendak hatinya, membuat dirinya termasuk seorang jago pedang di dunia persilatan.
Belum lagi susunan Formasi Bintang Biduk Besar itu, dengan kerja sama tim yang baik, ketujuh pedang itu seperti memiliki kekuatan 70 buah pedang. Bahkan Lu Xiao Feng pun merasakan kesukaran untuk balas menyerang. Pedang-pedang itu seperti jala di sekelilingnya. Ia merasa seperti seekor ikan yang terperangkap di dalam jala, melompat naik turun, ke kiri dan ke kanan di dalam jala, tapi ia tetap tidak bisa keluar. Jala itu pelan-pelan mulai merapat.
"Pedangnya bagus, jurus pedangnya pun hebat, tapi sayang orang-orangnya keliru!" Lu Xiao Feng tiba-tiba menghela nafas.
Tidak ada yang bertanya: "Keliru di mana?" Bahkan jika ada yang ingin bertanya, ia tidak memiliki kesempatan itu. Dalam sekejap, Lu Xiao Feng mulai bergerak. Hanya dengan sebuah liukan tubuhnya yang sederhana, tangannya telah berhasil mencengkeram pergelangan tangan si tosu kepala dan mendorongnya dengan pelan. Yang terjadi selanjutnya adalah rentetan suara dentingan logam saat pedang-pedang itu berbenturan dan bunga api pun beterbangan. Lu Xiao Feng, kembali dengan sebuah gerakan sederhana, berhasil lolos dari kepungan jala itu.
Tapi dalam sekejap itu juga, sebuah suara tawa yang dingin terdengar saat selarik sinar terbang menghampiri seperti pelangi. Kekuatan dan kecepatan serangan ini jauh di atas tosu tadi. Lu Xiao Feng baru saja lolos dari cengkeraman formasi tadi dan larik sinar itu telah tiba beberapa inci dari tenggorokannya.
Hawa pedang yang dingin membeku telah menyentuh kulitnya. Lu Xiao Feng malah tertawa dan ia tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menjepitkan jari-jarinya.
Musuhnya bahkan belum sempat mendengar tawanya saat pedangnya telah terjepit. Tangannya ternyata lebih cepat daripada suara!
Hawa itu menghilang. Dengan dua jari tangan menjepit pedang, Lu Xiao Feng tersenyum pada laki-laki di hadapannya " seorang laki-laki setengah umur berwajah putih dengan sedikit jenggot dan mengenakan pakaian sutera yang indah. Orang ini balas menatapnya, dengan terperanjat.
Tak ada orang yang bisa percaya bahwa ada orang yang secepat ini di dunia, orang ini tentu saja tidak mempercayainya juga. Ia yakin bahwa ilmu pedangnya setara dengan Ye Gu Cheng dan XiMen Chui Xue, percaya bahwa serangan terakhirnya itu tak akan pernah gagal. Baru sekarang ia menyadari bahwa ia keliru.
Saat itulah sebuah suara tawa bisa terdengar dari bangunan di belakang pohon payung China itu:
"Sudah kubilang kan sebelumnya! Malaikat Luar Langit Ye Gu Cheng dan jari Lu Xiao Feng adalah ilmu kungfu yang tidak ada tandingannya di dunia ini! Sekarang kau percaya padaku?"
"Kita beruntung melihat pertunjukan ini, aku merasa kagum!" Satu orang lagi terdengar menghela nafas.
Laki-laki setengah umur itu pun tiba-tiba menghela nafas: "Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng!"
Suara tawa itu berasal dari Tosu Kayu dan Lu Xiao Feng menduga bahwa orang yang menghela nafas tadi tak lain adalah Gu Qing Feng. Ada orang yang tampaknya selalu memiliki senyuman di wajahnya dan Gu Qing Feng adalah salah satu di antaranya. Dia memang orang yang bersih dan enak dilihat, bila tersenyum maka dirinya terlihat lebih hangat dan ramah.
Sambil tersenyum, ia mendekat dan menghapus tulisan di pohon itu dengan perlahan: "Tuan Lu mungkin sudah tahu bahwa semua ini hanya".."
"Hanya sebuah gurauan." Lu Xiao Feng menyelesaikan ucapannya.
"Kau tahu?" Gu Qing Feng tampak terkejut.
Lu Xiao Feng mengangguk.
Koleksi Kang Zusi
"Karena sudah banyak orang yang bergurau seperti ini sebelumnya denganku."
"Ini memang bukan gurauan yang begitu lucu," tatapan mata tanda penyesalan pun muncul di mata Gu Qing Feng.
"Tidak, tidak begitu lucu, tapi juga tidak jelek!" Lu Xiao Feng meyakinkan dirinya. "Setidaknya, setiap kali seseorang bergurau seperti ini padaku, akhirnya aku selalu merasa amat beruntung."
"Mengapa?"
"Jika aku tidak beruntung, maka gurauan ini tidak menjadi gurauan lagi!" Lu Xiao Feng menjawab terus terang dan ia dengan lembut dan perlahan-lahan meletakkan pedang yang berada di antara jari-jari tangannya, seolah-olah ia khawatir kalau pedang itu akan melukai jarinya.
Laki-laki setengah baya berpakaian sutera itu juga tersenyum, itu juga senyuman pertanda meminta maaf: "Awalnya aku tidak ingin terlibat dalam gurauan ini, tapi mereka semua menjamin bahwa tidak ada orang yang bisa menyentuh tenggorokan Lu Xiao Feng dengan serangan pedangnya, maka aku"."
"Maka kau pun menguji ucapan itu?" Lu Xiao Feng menyelesaikan ucapannya. Ia tertawa kecil dan meneruskan: "Walaupun aku ingin marah, aku tidak berani marah di hadapan Komandan Istana Yang Mulia!"
"Kau tahu siapa aku?" Orang itu tampak terkejut.
Lu Xiao Feng tersenyum.
"Selain dari "Bangsawan Pedang Dewa" Tuan Ketiga Yin Xian, siapa lagi di dunia ini yang mampu melancarkan jurus "Gadis Memintal Benang" tadi?"
Tosu Kayu kembali tertawa terbahak-bahak.
"Bukankah sudah kubilang sebelumnya" Bukan hanya tangannya yang luar biasa, matanya pun begitu pula!"
Setiap orang di dunia persilatan tahu bahwa ada empat orang jago kungfu yang bertindak sebagai Komandan Utama di Istana Kerajaan, tapi hanya segelintir orang yang pernah melihat mereka.
"Matamu benar-benar luar biasa!" Sambil tertawa terbahak-bahak, Yin Xian menepuk pundak Lu Xiao Feng. "Belum sampai sepuluh tahun aku memasuki dunia persilatan, tidak kuduga kalau kau pun tahu siapa aku!"
"Hanya ada beberapa orang yang mampu melancarkan jurus "Gadis Memintal Benang", tapi yang benar-benar mampu mengeluarkan seluruh kekuatan dan tenaga dari jurus itu hanya ada satu orang di dunia ini!" Lu Xiao Feng menambahkan sambil tersenyum, orang ini memberikan kesan yang baik pada dirinya.
Dalam bayangannya, Komandan Istana tentu tipe orang yang selalu melihat ke atas. Setidaknya orang ini terlihat ramah dan memiliki tawa yang amat murni dan menyenangkan serta membuat orang gembira. Maka Lu Xiao Feng pun berharap dapat menghiburnya sedikit.
Mata Yin Xian segera bersinar-sinar dan ia tiba-tiba mencengkeram tangan Lu Xiao Feng.
"Kau mengatakan yang sebenarnya?"
"Aku tidak pernah berdusta."
"Kalau begitu, tolong katakan padaku, bagaimana jurus Gadis Memintal Benang-ku tadi bila dibandingkan dengan Malaikat Luar Langit Ye Gu Cheng?"
Lu Xiao Feng menghela nafas. Kebenaran tidak selalu ingin didengar orang.
"Kau yakin kalau kau ingin aku mengatakannya padamu?"
"Aku tahu kalau kau juga pernah menghadapi Malaikat Luar Langit sebelumnya, maka kau adalah satu-satunya orang di dunia ini yang pantas untuk menilai!"
"Waktu aku menangkap pedangnya, di belakangku ada sebuah dinding," Lu Xiao Feng menjawab sambil berfikir. "Aku tidak perlu mengkhawatirkan bagian belakangku. Saat aku menangkap pedangmu, di belakangku masih ada 7 buah pedang!"
Sinar di mata Yin Xian kembali meredup.
"Jadi aku tidak sehebat dia?"
"Sejujurnya, tidak!"
"Setidaknya aku akhirnya bisa menyaksikan engkau beraksi, tapi Malaikat Luar Langit"."
Tawa Gu Qing Feng tiba-tiba menghentikan mereka.
Koleksi Kang Zusi
"Kau akan segera menyaksikan Malaikat Luar Langit!"
"Benarkah?"
"Tentu saja!"
Mata Yin Xian kembali bersinar-sinar.
"Karena besok malam adalah malam bulan purnama!"
"Dan di "puncak Zi Jing" sekarang menjadi "puncak Zi Jin"!" Gu Qing Feng tersenyum. "Jadi jika orang lain tidak, kau pasti akan menonton."
Tinju Yin Xian mengepal di pedangnya. "Di puncak Kota Terlarang, mereka memilih tempat seperti itu" Dari mana mereka mendapat keberanian itu!" Ia bergumam.
"Tanpa kungfu yang amat hebat, dari mana lagi bisa mendapatkan keberanian itu?" Gu Qing Feng menjawab.
Yin Xian terdiam sebentar.
"Seharusnya kau tidak memberitahukan hal ini padaku." Tiba-tiba ia berujar.
"Mengapa tidak?"
"Jangan lupa bahwa aku adalah seorang Komandan Pengawal Istana, bagaimana mungkin aku bisa membiarkan mereka memasuki istana?"
"Kau bisa membuat pengecualian!"
"Mengapa aku harus membuat pengecualian?"
"Karena aku tahu bahwa kau tentu sangat ingin menyaksikan Malaikat Luar Langit yang tiada tandingannya itu!"
Yin Xian menghela nafas dan sebuah senyuman tanda menyerah lalu muncul di wajahnya.
"Kau tahu masalahmu yang terbesar" Kau tahu terlalu banyak!"
"Benar-benar terlalu banyak!" Lu Xiao Feng pun menghela nafas.
"Kurasa kau tidak mengira kalau aku akan tahu tentang hal ini, kan?"
"Ini memang sebuah rahasia!"
"Rahasia," Gu Qing Feng tersenyum. "Di ibukota ini, tidak ada yang benar-benar rahasia!"
"Jadi kau pun tahu kalau aku akan datang?"
"Kau adalah sahabat Li Yan Bei. Jika bukan karenamu, dia mungkin sudah mati di tangan Du Tong Xuan!"
"Sebenarnya, kami memang sedang mencarimu," Tosu Kayu tiba-tiba memotong. "Tapi akhirnya kami malah menjadi saksi transaksi itu!"
"Bagaimana dengan Hwesio Jujur?"
"Aku yang mengajaknya. Aku tahu kalau kau sedang mencari dirinya."
"Sayangnya kami terlambat tiba di sana," Gu Qing Feng menambahkan. "Tidak sempat merasakan daging kambing Nyonya Ke-13 yang terkenal itu!"
"Seorang pendeta boleh makan daging kambing?"
Gu Qing Feng tertawa.
"Jika seorang pendeta tidak boleh makan daging kambing, mengapa dia mau menghabiskan uang satu juta sembilan ratus lima puluh ribu tael perak untuk membeli sesuatu dari Li Yan Bei?"
"Mungkin karena dia amat yakin kalau dia tidak akan kalah?" Tatapan Lu Xiao Feng seperti menembus wajah Gu Qing Feng.
"Jika itu adalah taruhan yang tidak mungkin bisa dimenangkan, maukah kau membayarnya?" Gu Qing Feng menjawab dengan santai.
"Tidak."
"Dan jika kau setuju untuk menanggung taruhan itu, bukankah itu berarti bahwa kau setidak-tidaknya cukup punya keyakinan?"
Lu Xiao Feng tertawa.
"Tampaknya kau persis seperti aku, tidak tahu bagaimana caranya berdusta!"
"Bagaimana seorang pendeta bisa berdusta?"
"Tapi sayangnya, sepertinya juga sukar bagiku untuk memintamu mengatakan yang sebenarnya!"
"Seorang pendeta harus menguasai seni menghindar," Gu Qing Feng bergurau. "Orang harus dapat berdiri pada garis antara kejujuran dan dusta. Tidak jujur, juga tidak berdusta!"
Koleksi Kang Zusi
Yin Xian tiba-tiba menepuk pundak Lu Xiao Feng lagi.
"Sebenarnya kau telah mempelajari sesuatu yang kecil darinya," ia bergurau. "Sekali-sekali, katakan separuh bagian dari suatu kebenaran, dan berdustalah sekali atau dua kali."
"Sayangnya, setiap kali berdusta kakiku terasa kejang dan aku jadi bicara tak keruan." Lu Xiao Feng menghela nafas.
Yin Xian menatapnya tidak percaya.
"Benarkah?"
"Tidak!"
______________________________
Ruang meditasi itu penuh dengan orang. Setiap orang duduk dengan rapi, tenang, dan khusyuk dalam barisannya, seperti sebuah ruangan berisi murid-murid yang baik dan penurut yang sedang menunggu lonceng sekolah. Tentu saja, mereka bukan anak-anak, mereka juga tidak terlalu baik.
Lu Xiao Feng pernah melihat mereka sebelumnya, semuanya. Orang-orang ini telah mengikuti Li Yan Bei berjalan pagi setiap harinya sejak hari saat si "Golok Emas" Feng Kun dilemparkan ke sungai es, tidak seorang pun berani ketinggalan acara jalan pagi itu. Tapi mulai hari ini, tidak seorang pun dari mereka akan mengikuti acara itu lagi.
-- Cuma kau hari ini"
-- Mereka semua ada urusan hari ini!
Ternyata inilah urusan yang sedang mereka lakukan.
"Duduk di sini memang jauh lebih nyaman daripada berjalan kaki," Lu Xiao Feng tertawa kecil dan berujar. "Tapi hati-hati, duduk terlalu banyak akan menyebabkan dirimu sakit perut, dan itu bukanlah pertanda nasib baik."
Mereka semua menundukkan kepala dengan malu, satu di antaranya menundukkan kepalanya lebih rendah daripada yang lain.
"Gan"er Zhao" Gan Zheng Wo. Melihat dirinya, Lu Xiao Feng segera teringat pada kuda putih, mayat di atas kuda, dan Yan Ren Ying muda yang angkuh itu.
"Bagaimana dia bisa mati" Dari mana kuda itu berasal?" Lu Xiao Feng ingin bertanya, tapi tidak bisa. Ini bukan saat yang tepat, bukan tempat yang tepat.
Jika itu orang lain, hal yang terbaik adalah benar-benar mengacuhkannya dan pura-pura tidak ada yang terjadi. Tapi Lu Xiao Feng bukan orang lain.
Gu Qing Feng sedang menikmati araknya saat Lu Xiao Feng tiba-tiba menyerang dan mencengkeram leher baju Gan"er Zhao.
"Kudapat kau! Akhirnya aku menemukanmu!" Ia berseru. "Ayo kita lihat bagaimana kau bisa kabur sekarang!"
Semua orang terkejut, tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi. Orang yang paling terperanjat tentu saja Gan"er Zhao. Ia tidak bisa membayangkan apa yang sedang terjadi.
Gu Qing Feng ingin menengahi, Tosu Kayu hendak bicara untuk menenangkan semua orang. Tapi Lu Xiao Feng menghentikan semua usaha mereka sambil berkata dengan wajah yang kaku: "Aku ada urusan dengan orang ini, urusan yang harus kuselesaikan. Setelah beres, aku akan kembali untuk menikmati arak bersama semua orang. Jika ada yang berusaha menghentikanku"."
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya, juga tidak perlu menyelesaikannya. Tidak ada orang yang ingin berhadapan dengan Lu Xiao Feng hanya demi seseorang seperti Gan"er Zhao. Di depan semua orang, Lu Xiao Feng bisa menyeret Gan"er Zhao ke luar pintu, keluar dari kuil, dan masuk ke sebuah hutan yang letaknya tidak jauh dari kuil.
Matahari telah naik, naik tinggi di angkasa, hari ini adalah hari yang cerah. Tapi di dalam hutan tetaplah gelap. Sinar matahari mengintip melalui dedaunan dan jatuh menerpa wajah Gan"er Zhao.
Wajah Gan"er Zhao telah pucat karena ketakutan.
"Apa" apa salahku pada Pendekar Besar Lu?" Ia tergagap.
"Tidak ada," Lu Xiao Feng tiba-tiba melepaskannya dan tersenyum. "Dan tidak ada urusan lama juga, tidak ada sama sekali."
Gan"er Zhao terkejut untuk kedua kalinya. Tapi setidaknya wajahnya mulai berwarna kembali.
"Jadi semua ini cuma lelucon?"
Koleksi Kang Zusi
"Rasanya ini memang bukan lelucon yang bagus, mungkin lebih buruk daripada lelucon yang mereka lakukan padaku."
"Bukan, bukan lelucon yang bagus," Gan"er Zhao menghela nafas dengan lega dan tertawa. "Tapi setidaknya masih lebih baik daripada "bukan lelucon"!"
Sikap Lu Xiao Feng tiba-tiba berubah lagi.
"Walaupun kadang-kadang lelucon bisa berubah menjadi sesuatu yang amat serius!" Ia berkata dengan dingin.
Gan"er Zhao menghapus keringat dingin dari keningnya.
"Jika aku menemukan informasi yang ingin dicari Pendekar Besar Lu, apakah lelucon ini akan berubah?"
"Tidak," Lu Xiao Feng tertawa. "Tidak mungkin!"
Bab 5: Hwesio Jujur
Empat belas September, pagi. Sinar matahari menerpa sudut barat laut Kota Terlarang. Walaupun matahari sedang bersinar, sudut ini tetap gelap dan sepi. Jika orang tidak pernah pergi ke sana, mungkin ia tak pernah bisa membayangkan bahwa di dalam tembok Kota Terlarang yang indah dan megah ini ada sebuah sudut yang demikian gelap dan terlantar. Setidaknya Lu Xiao Feng memang tak pernah membayangkannya.
Di bawah Tembok Kota yang spektakuler dan megah ini, ajaibnya, ada sebuah kota kumuh dengan bangunan-bangunan kecil yang jelek dan sederhana dan terbuat dari papan kayu serta batu bata kotor. Jalanan di "kota" ini tampak sempit dan berlubang-lubang dengan beberapa rumah makan kecil yang hitam karena asap di satu sisi, serta warung-warung teh dan toko-toko kecil yang halamannya penuh dengan telur dan saus kacang.
Udara dipenuhi oleh bau asap, alkohol, ikan yang digarami, dan tahu busuk, belum lagi bau-bau aneh lainnya yang entah dari mana asalnya, aroma wewangian rambut wanita, serta bau aneh daging rusuk dan daging anjing panggang yang mengundang selera. Semua ini bercampur menjadi satu serangan yang tak dapat dijelaskan dan tak bisa dibayangkan pada hidung setiap orang.
Lu Xiao Feng tak pernah membayangkan kalau aroma seperti ini bisa ada di dunia, ia pun tidak bisa percaya kalau tempat ini berada di dalam Kota Terlarang.
Tapi ia benar-benar sedang berada di dalam Kota Terlarang. Seorang kasim teman Gan"er Zhao yang membawa mereka masuk.
Gan"er Zhao benar-benar orang yang mudah bersahabat, ia memiliki segala macam teman yang aneh-aneh dan menarik.
"Sudut barat laut Kota Terlarang merupakan tempat yang aneh. Aku bisa menjamin bahwa sekali pun kau, Tuan Lu, pasti tidak pernah pergi ke sana. Walau seseorang ingin pergi ke sana, hal itu mungkin mustahil."
"Kenapa?"
"Karena di sanalah rumah-rumah para kasim. Sangat sukar bagi seorang kasim di Istana Kerajaan untuk bisa keluar dari kota. Maka, bila mereka punya waktu luang, mereka akan pergi ke sana. Jadi segala macam hal yang aneh dan gila bisa terjadi di sana."
"Kau ingin pergi ke sana untuk menyelidiki?"
"Aku kenal kasim bernama An-Fu yang bisa membawa kita masuk."
"Tapi kenapa kita harus pergi ke tempat seperti itu?"
"Karena, dari informasi yang kudapatkan, kuda itu berasal dari sana."
"Lalu apa yang kau tunggu" Cepat cari An-Fu!"
"Ada satu hal lagi yang harus kukatakan!"
"Apa itu" Katakanlah!"
"Kasim-kasim itu semuanya gila. Mereka bukan hanya memiliki tingkah yang aneh, mereka pun bau!"
"Dari mana asal bau itu?"
Koleksi Kang Zusi
"Karena walaupun tidak ada masalah yang sedang mereka hadapi, mereka sering sakit kepala.
Mandi, terutama, yang menimbulkan sakit kepala itu. Jadi mereka sering tidak mandi selama berbulan-bulan."
"Apakah kau menghendaki agar aku hanya menyeringai saja dan bertahan sedikit terhadap bau itu?"
"Karena mereka itu gila, mereka amat marah kalau orang lain memandang rendah pada mereka.
Jadi jika An"zi Kecil berbuat sesuatu yang mungkin tidak disukai Pendekar Besar Lu, kuminta agar Pendekar Besar Lu tidak memperdulikannya."
"Jangan khawatir, asalkan aku bisa menemukan XiMen Chui Xue, aku tidak akan perduli jika kasim kecil itu menaiki kepalaku."
Saat mengatakan hal itu, Lu Xiao Feng pun tertawa. Ia merasa situasi ini bukan hanya lucu, tapi juga menarik.
Tapi sekarang ia tidak tertawa lagi. Tiba-tiba ia menyadari bahwa seluruh situasi ini bukan hanya tidak lucu, menarik juga tidak.
Kasim bernama "An"zi Kecil" ini memang tidak menaiki kepalanya, tapi ia memegang tangannya erat-erat, seperti menunjukkan semacam perasaan kasih sayang, kadang-kadang juga mengelus-elus kumisnya sambil tertawa. Lu Xiao Feng merasa seluruh tubuhnya hampir saja menggigil tak tertahan.
Tak seorang pun bisa membayangkan bagaimana rasanya disentuh oleh seorang kasim jika tidak mengalaminya sendiri.
"Dan berapa banyakkah orang di dunia ini yang pernah disentuh oleh seorang kasim?"
Lu Xiao Feng tiba-tiba merasa seluruh mulutnya dipenuhi oleh ludah yang masam dan pahit yang hampir membuatnya muntah-muntah. Kenyataan bahwa ia belum muntah-muntah hingga saat ini adalah sebuah keajaiban.
Terakhir kali, setelah ia menghabiskan waktu 10 hari untuk menggali cacing tanah, ia mengira bahwa ia telah menjadi makhluk yang paling bau di dunia ini. Baru sekarang ia menyadari bahwa, dibandingkan dengan seorang kasim, bau tubuhnya itu seperti aroma lilin yang wangi. Dan sepertinya An"zi Kecil memang hendak memperlakukan dirinya sebagai sebatang lilin wangi.
Kasim ini bukan hanya menggenggam tangannya, tampaknya dia juga ingin meraba sedikit di sana-sini. Dia bukan hanya menyentuh kumisnya, sepertinya dia juga menahan diri untuk tidak mencoba meraba tempat-tempat lain di tubuhnya.
Melihat raut wajah Lu Xiao Feng, Gan"er Zhao hanya bisa menahan tawanya. Kenyataan bahwa ia belum tertawa hingga saat ini juga merupakan sebuah keajaiban.
Bau di dalam warung teh itu tampaknya malah lebih menyengat daripada di luar. Pelayannya adalah seorang yang bertampang aneh, seperti laki-laki juga seperti perempuan, selalu melirik ke arah Lu Xiao Feng atau mengedipkan matanya pada si An"zi Kecil. Lu Xiao Feng pun merasa sebal melihat orang ini.
Ia datang ke warung teh ini karena An"zi Kecil mengundang dirinya untuk minum teh dengan setengah memaksa. Tak perduli apa, minum secangkir teh tentu lebih baik daripada diseret-seret oleh seorang kasim mengitari tempat itu. Di samping itu, teh yang disediakan ternyata merupakan teh yang bermutu tinggi. Dan An"zi Kecil pun akhirnya melepaskan tangannya.
"Aku sendiri yang menyelundupkan teh ini keluar dari Istana, kalian tidak mungkin bisa mendapatkannya di luar sana."
"Aku belum pernah merasakan teh yang begini enak!" Lu Xiao Feng mengakui.
"Jika kau mau, kau boleh datang kapan saja kau ingin minum." An"zi Kecil tersenyum begitu lebar sehingga matanya menyipit. "Mungkin ini memang takdir, saat aku melihatmu, aku merasa yakin bahwa kita bisa menjadi sahabat baik."
"Aku" aku" aku tentu saja akan sering datang bertamu nantinya!" Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa ia sedang menghadapi masalah yang pelik, untuk sesaat ia merasa seperti orang yang gagu.
Untunglah bagi Lu Xiao Feng, seorang kasim tua tiba-tiba masuk saat itu, memaksa An"zi Kecil melepaskan tangannya lagi dan menghampiri kasim itu untuk menyapanya. Para kasim memiliki cara berjalan yang aneh, kaki mereka lebih renggang daripada orang biasa.
Koleksi Kang Zusi
Cara berjalan kasim tua ini malah lebih buruk daripada kasim-kasim lain, tapi pakaiannya jauh lebih indah. Ia terus menggerak-gerakkan tangannya saat bicara dengan seseorang, di mana ia merapatkan ibu jari dan jari tengahnya seperti seorang penari. Hanya saja, bila ia yang melakukannya, hal itu membuat dirinya terlihat seperti seorang wanita tua. Lu Xiao Feng terpaksa memalingkan mukanya agar tidak muntah.
"Ini bos kami, Tuan Wang," An"zi Kecil tiba-tiba datang kembali. "Sekarang Tuan Wang telah pulang, permainan judi Kakak Ke-enam Ma akan segera dimulai, kalian ingin bermain?"
Lu Xiao Feng segera menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat.
"Sebenarnya aku punya urusan denganmu!" Ia berusaha memaksakan sebuah senyuman di wajahnya.
"Oh, tanya saja!" An"zi Kecil tampaknya hendak memegang tangan Lu Xiao Feng lagi. "Tak perduli apa, asal kau yang bertanya, aku akan menjawabnya!"
"Aku ingin tahu apakah kau mau bertanya pada orang-orang di sekitar sini dan mencari tahu apakah baru-baru ini ada orang lain yang berkunjung ke sini!"
"Tentu! Aku akan bertanya sekarang juga!" An"zi Kecil tersenyum dan menambahkan. "Aku bisa mengambil kesempatan ini untuk pergi dan mengunjungi isteriku juga."
Dan dengan itu, ia akhirnya pergi, tapi sebelumnya ia sempat menggenggam tangan Lu Xiao Feng sebentar. Selama itu Gan"er Zhao terus menatap ke bawah dan menyembunyikan mukanya dan dengan sembunyi-sembunyi menahan tawanya lagi.
Lu Xiao Feng meliriknya dengan jengkel.
"Bagaimana mungkin seorang kasim memiliki isteri?" Akhirnya ia tak tahan untuk tidak bertanya.
"Itu cuma pura-pura dan sandiwara belaka," Gan"er Zhao menjawab. "Tapi memang ada beberapa orang isteri kasim!"
"Oh?"
"Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh kasim dan dayang di Istana Kerajaan, maka mereka kadang-kadang hidup berpasangan. Beberapa kasim yang lebih "kaya" malah mau menghabiskan uang dan membeli perempuan dari luar untuk dijadikan isteri."
"Menjadi isteri seorang kasim bukanlah hidup yang menyenangkan." Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Sama sekali tidak menyenangkan," Gan"er Zhao juga menghela nafas. "Sebenarnya, para kasim sendiri pun menjalani hidup yang menyedihkan. Sepertinya hari-hari mereka tidak menyenangkan lagi."
Lu Xiao Feng tiba-tiba merasa amat tidak enak hati.
"Kurasa tidak mungkin XiMen Chui Xue akan bersembunyi di sini." Ia segera mengganti pokok pembicaraan.
"Mungkin ia memperhitungkan kenyataan bahwa tidak ada orang yang akan mengira bahwa ia mungkin tinggal di sini!"
"Semula aku pun berfikir begitu, tapi sekarang"." Lu Xiao Feng tersenyum pertanda kalah.
"Sekarang aku telah melihat tempat ini. Aku tahu kalau aku bisa gila jika aku harus tinggal di sini satu hari saja, apalagi XiMen Chui Xue!"
XiMen Chui Xue selalu lebih rapi dan bersih daripada dirinya.
"Tapi kuda putih itu memang berasal dari sini!"
Lu Xiao Feng terdiam.
"Dan Zhang Ying Feng mungkin tewas di sekitar sini juga!" Ia menebak-nebak, sambil memandang jalanan yang sempit dan bangunan-bangunan kecil di luar sana. "Hampir mustahil untuk menyembunyikan sesosok mayat di sini setelah kau membunuh seseorang!"
"Jadi yang harus dilakukan adalah mengirimnya ke luar di atas punggung kuda."
Lu Xiao Feng mengangguk, tapi segera mengerutkan keningnya.
"Tapi, jika XiMen Chui Xue tidak ada di sini, lalu siapa yang membunuh Zhang Ying Feng" Siapa lagi orang yang memiliki serangan secepat itu?"
Itu adalah pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh Gan"er Zhao.
Koleksi Kang Zusi
Mereka berdua lalu minum teh dan menatap kosong untuk beberapa lama sebelum An"zi Kecil kembali, dengan membawa informasi tentunya.
"Dua malam yang lalu, Kakak Ke-enam Ma membawa seseorang ke sini, seorang pemuda yang tampan."
Semangat Lu Xiao Feng segera tergugah.
"Siapa namanya" Apakah itu Zhang Ying Feng?"
"Itu belum kuketahui!"
"Di mana dia sekarang?" Lu Xiao Feng terus mengejar.
"Siapa yang perduli!" An"zi Kecil tertawa. "Kakak Ke-enam Ma adalah seorang bajingan tua, ia mungkin telah menyembunyikan pemuda yang kuat dan bersemangat itu di suatu tempat rahasia."
Matanya terlihat menyipit saat ia menatap Lu Xiao Feng lagi, seakan-akan ia sedang berencana untuk menyembunyikan Lu Xiao Feng di suatu tempat juga. Orang-orang ini, di tempat seperti ini, apa pun tampaknya mungkin saja terjadi.


Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi di mana tempat judi Kakak Ke-enam Ma?" Lu Xiao Feng tiba-tiba bangkit. "Tiba-tiba aku merasa gatal untuk mencoba!"
"Tentu, aku akan membawamu ke sana!" An"zi Kecil tersenyum dan menggenggam tangannya lagi.
"Jika kau tidak punya cukup uang untuk ikut main, aku akan meminjamkan. Kau hanya cukup mengatakannya saja."
Lu Xiao Feng tiba-tiba menghela nafas.
"Aku memang ingin meminjam sesuatu darimu, tapi kurasa kau tidak mungkin memilikinya." Ia bergumam dengan perlahan.
Satu-satunya yang ia inginkan saat ini adalah sebuah belenggu untuk menyingkirkan tangan orang ini darinya.
______________________________
Marga Kakak Ke-enam Ma bukanlah Ma, dia juga bukan seorang kasim. Ia adalah seorang laki-laki bertubuh jangkung, kekar, dan penuh otot dengan dada yang penuh bulu dan wajah yang bopeng. Di wajahnya selalu tersungging sebuah senyuman yang sombong dan angkuh.
Berdiri di tengah kerumunan para kasim, ia mirip seperti seekor ayam jantan yang sedang berjalan di antara sekelompok ayam betina, angkuh dan puas diri.
Para kasim yang berada di sekelilingnya pun memandang padanya seperti selir yang memandang pada tuannya, dengan tatapan yang diliputi oleh perasaan hormat, takut, dan kagum.
Lu Xiao Feng menganggap hal itu sebagai kejadian yang lucu, menyedihkan dan memuakkan.
-- Orang-orang yang paling menyedihkan dan mengibakan selalu punya sesuatu yang agak memuakkan.
Ruangan itu seperti sebuah sarang binatang atau gua, udaranya penuh dengan asap dan baunya menyengat hingga ke langit ketujuh. Di antara orang-orang yang berkumpul di sekitar meja judi, 9
dari setiap 10 orang tentulah seorang kasim, yang sedang menggenggam dadu, memutar-mutar telinganya, mencubit kakinya, mengendus-endus jarinya setelah mencubit kaki, mencubit kakinya lagi setelah selesai mengendus jarinya, dan sesekali meraba sini atau menyentuh sana.
Rumah itu tentu saja milik Kakak Ke-enam Ma. Sambil berdiri di tengahnya, ia terlihat begitu angkuhnya sehingga sebuah lampu merah seperti bersinar-sinar dari setiap bopeng di wajahnya.
Gan"er Zhao tidak ikut masuk. Setelah tiba di pintu, ia segera menyelinap keluar.
"Aku hendak melihat-lihat apakah aku bisa menemukan informasi lain di sini, akan kembali dengan segera."
Ia memang seorang ahli menyelinap kabur, bahkan Lu Xiao Feng pun tidak berhasil mencegahnya.
Maka Lu Xiao Feng terpaksa masuk sendirian.
An"zi Kecil mengiringinya dengan membuka jalan di depannya.
"Beri jalan, beri jalan! Minggirlah sedikit. Aku punya teman yang ingin mencoba juga!"
Saat melihat Lu Xiao Feng, mata Kakak Ke-enam Ma tampak terbelalak. Tatapan matanya terlihat dipenuhi oleh kebencian, seperti seekor ayam jantan yang tiba-tiba melihat seekor ayam jantan lainnya menyelinap ke daerah kekuasaannya.
Koleksi Kang Zusi
Ia mengamat-amati Lu Xiao Feng beberapa kali dengan matanya yang tajam sebelum akhirnya, dan dengan dingin, berkata: "Kau ingin bermain apa" Kau ingin bermain sesuatu yang besar atau cuma kecil-kecilan" Sesuatu yang nyata atau hanya pura-pura?"
Kasim-kasim itu semuanya tertawa, suara tawa mereka seperti suara sekelompok ayam betina yang berkotek, membuat Lu Xiao Feng merasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Temanku ini tidak main-main, tentu saja ia ingin memainkan sesuatu yang besar, lebih besar lebih baik!" An"zi Kecil berkata sebelum Lu Xiao Feng sempat.
"Kau ingin bermain besar?" Kakak Ke-enam Ma menatap Lu Xiao Feng. "Berapa banyak uang yang kau punya?"
"Tidak banyak, juga tidak sedikit!"
"Sebenarnya ada berapa banyak?" Kakak Ke-enam Ma mendengus. "Coba kita lihat sebelum kita mulai bermain!"
Lu Xiao Feng tertawa. Bila ia telah cukup banyak mendapatkan hukuman batin, ia juga akan tertawa.
"Apa ini cukup?" Ia mengambil sehelai cek yang kumal dari saku baju sebelah dalam dan melemparkannya ke atas meja.
Semua orang di ruangan itu kembali tertawa terbahak-bahak. Cek itu terlihat seperti sehelai kertas wc. Salah satu kasim yang bertubuh kecil pun ikut tertawa, membuka gumpalan cek itu dengan sepasang jarinya yang baru saja digunakan untuk mencubit kakinya. Ia melicinkan cek itu dan membaca nilai yang tertera di situ. Matanya hampir melompat keluar dari kelopaknya.
"Sepuluh ribu tael!"
Ajaib, cek yang terlihat seperti kertas wc itu ternyata bernilai sepuluh ribu tael perak. Bukan hanya itu, cek tersebut ternyata berasal dari "Empat Besar Abadi" yang tentu saja bisa menjamin pembayarannya.
Sekarang giliran An"zi Kecil yang tertawa.
"Seperti yang kubilang tadi, temanku ini tidak main-main." Ia membusungkan dadanya dengan bangga.
Keangkuhan Kakak Ke-enam Ma segera lenyap separuh bagian, sikapnya juga berubah.
"Cek sebesar itu, bagaimana kita bisa membaginya dalam berapa kali putaran?" Sebuah senyuman dipaksa pun muncul di wajahnya.
"Tidak perlu," Lu Xiao Feng menjawab dengan santai. "Aku menaruhnya untuk satu lemparan saja."
"Sepuluh ribu tael untuk satu lemparan dadu?" Keringat mulai mengucur di wajah Kakak Ke-enam Ma, setetes keringat untuk setiap lubang burik di wajahnya.
"Hanya satu."
Kakak Ke-enam Ma bimbang dan menatap uang beberapa puluh tael perak yang ada di hadapannya.
"Kami tidak bermain sebesar itu di sini!" Ia bergumam.
"Aku tahu kau tidak akan dapat melayani taruhan ini, jadi jika kau kalah aku hanya akan meminta dua potong kalimat darimu."
"Dan jika kau yang kalah?"
"Jika aku kalah, cek sepuluh ribu tael ini menjadi milikmu!"
Mata Kakak Ke-enam Ma kembali memancarkan sinarnya.
"Dua kalimat apa yang kau inginkan dariku?"
Lu Xiao Feng menatap langsung ke matanya, dan berkata dengan perlahan, sambil menekankan setiap patah katanya: "Apakah orang yang kau bawa ke sini dua malam yang lalu adalah Zhang Ying Feng" Bagaimana dia bisa tewas?"
Ekspresi wajah Kakak Ke-enam Ma tampak berubah, ekspresi wajah para kasim pun ikut berubah.
"Bajingan kecil ini bukan datang ke sini untuk berjudi, dia ke sini untuk menimbulkan keributan, ringkus dia untukku!" Sebuah suara yang dingin tiba-tiba terdengar dari arah pintu.
Suara ini bernada tinggi dan melengking, tidak lain berasal dari kasim yang terlihat seperti seorang wanita tua, Tuan Wang.
Koleksi Kang Zusi
"Bunuh bajingan kecil ini!" Kakak Ke-enam Ma adalah orang pertama yang melompat untuk menyerang, tapi semua kasim segera mengikutinya, menggigit, mencakar, memukul, merobek.
Tentu saja Lu Xiao Feng tidak membiarkan dirinya digigit oleh mereka, tapi ia pun tidak berniat menyakiti makhluk-makhluk aneh ini.
Satu-satunya pilihan baginya adalah memburu satu orang " bila ingin menangkap pencuri, carilah pemimpinnya. Jika ia bisa menguasai Kakak Ke-enam Ma, mungkin itu bisa menakut-nakuti para kasim.
Tapi, yang mengejutkan, Kakak Ke-enam Ma ini ternyata tahu sejurus dua jurus kungfu. Dia bukan hanya mempelajari ilmu Kaki Naga dan Tinju Bandang dari Sekte Utara, ia pun cukup mahir memainkannya. Serangan-serangan pertamanya cukup keji dan kuat. Sayang baginya, orang yang ia hadapi adalah Lu Xiao Feng.
Dengan sebuah dorongan lunak tangan kirinya, Lu Xiao Feng berhasil menangkis serangannya dan, dengan amat perlahan menggunakan tangan kanannya, memukul dadanya. Hanya dengan begitu saja, tubuhnya yang amat besar dan kekar itu telah terguling ke belakang. Saat ini ruangan tersebut telah dipenuhi orang.
Maka waktu ia terguling ke belakang, ia mendarat di atas tubuh beberapa orang. Saat ia bangkit kembali, wajahnya telah pucat pasi dan terlihat noda darah di sudut mulutnya.
Hal ini menghentikan langkah Lu Xiao Feng. Ia tidak mengerahkan banyak tenaga dalam pukulan tadi, seharusnya orang ini tidak akan terluka sedemikian rupa.
Bagaimana ini bisa terjadi" Tenggorokan Kakak Ke-enam Ma mengeluarkan suara parau tak jelas dan matanya mulai melotot keluar.
Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari apa yang telah terjadi.
-- Seseorang telah menusuknya tepat di bawah rusuk sebelah kiri. Pisau itu masih tertanam di tubuhnya dengan hanya gagangnya saja yang menonjol keluar.
Tidak ada yang bisa selamat dari tusukan seperti itu. Siapa yang melakukannya" Ruangan ini begitu ramai dan begitu kacau sehingga Lu Xiao Feng pun tidak melihat siapa yang melakukannya. Satu-satunya bukti yang ia miliki hanyalah pisau itu sendiri.
Ia bergegas maju dan menarik pisau itu, darah pun menyembur ke mana-mana. Sekali lagi Kakak Ke-enam Ma roboh. Tampaknya ia ingin mengatakan sesuatu saat ia roboh, tapi tidak ada yang tahu apa yang hendak diucapkannya itu.
Kasim-kasim itu pun menjadi panik.
"Tolong! Tolong! Ada pembunuh di sini!" Mereka menjerit-jerit sambil berlari keluar dari pintu dengan kacau.
Walaupun Lu Xiao Feng tidak akan membiarkan dirinya ditangkap oleh kasim-kasim ini, ia pun tidak tahu apa yang hendak mereka lakukan padanya.
Ia juga tidak ingin terlalu memusingkan hal itu. "Tiga puluh enam strategi bertempur, melarikan diri adalah yang terbaik". Sambil mengangkat bahu dengan cepat, ia pun melayang.
"Brak!" Dengan suara benturan yang keras, ia menerobos melalui atap.
Saat melompat ke atap, ia bisa melihat bahwa orang-orang sedang berkumpul di sekeliling bangunan itu dari segala penjuru, ada yang membawa tongkat, ada pula yang membawa pisau.
Satu-satunya pilihan bagi dirinya untuk kabur adalah dengan melompati tembok. Tapi tembok ini adalah Tembok Kota Terlarang. Tingginya mungkin paling sedikit 40 m. Tidak ada orang di dunia ini yang mampu melompatinya. Bahkan jika orang yang telah mengejutkan dunia dengan ilmu meringankan tubuhnya, Chu Liu Xiang, lahir kembali, ia pun tak akan mampu melakukannya.
Untunglah bagi Lu Xiao Feng, ia masih memegang pisau tadi. Tiba-tiba ia melayang lagi. Saat tubuhnya telah melesat sejauh 15 m, ia pun mengangkat pisau itu di atas kepalanya dan menusuk dengan kuat hingga pisau itu menghilang ke dalam tembok.
Tubuhnya sekarang mepet ke dinding. Ia menarik kembali pisau itu dan memanjat dinding seperti seekor cicak. Ketika sudah dekat ke puncak tembok, ia pun menjejakkan kakinya ke tembok dan bersalto di udara. Dengan gerakan yang sederhana, ia mendarat dengan perlahan di atas tembok.
Tiba-tiba, dari atas tembok terdengar suara tertawa dingin.
"Masih berusaha kabur" Kau bisa lari tapi kau tidak bisa sembunyi!"
Koleksi Kang Zusi
Lu Xiao Feng hanya mendengar suaranya, tapi tidak bisa melihat orangnya, ia juga tidak tahu apakah orang ini telah menyerang.
Maka dengan menjejakkan kakinya kembali ke tembok, ia melayang dan bersalto lagi. Barulah ia bisa melihat orang itu. Ajaib, orang ini sedang berjemur di antara pos-pos penjagaan di tembok kota. Ia mengenakan sebuah jubah hijau yang kotor dan compang-camping, sepasang sandal jerami yang benar-benar usang, dan kepalanya begitu licin hingga tampak berkilauan di bawah sinar matahari.
Orang ini adalah seorang hwesio.
"Hwesio Jujur!" Lu Xiao Feng hampir berteriak, dan hampir terpeleset jatuh dari atas tembok.
Hwesio Jujur tertawa terbahak-bahak, tawa yang keras dan tulus.
"Tenanglah, hwesio tidak akan menangkapmu, aku sedang bicara tentang si kecil ini." Ia mengangkat dua buah jarinya, di antara jari-jari itu ada seekor kutu kecil. Ia tertawa lagi dan meneruskan. "Kedua jariku ini mungkin tidak sekuat jarimu, tapi tidak ada kutu di dunia ini yang bisa meloloskan diri darinya."
Dengan sedikit tambahan tenaga, ia membinasakan kutu itu.
"Tuhan menganugerahkan kehidupan," Lu Xiao Feng mengejek dengan dingin, "mengapa kau harus membunuh?"
"Jika aku tidak membunuh, maka kutu ini yang akan memakanku hidup-hidup."
"Seorang hwesio yang telah mendapat pencerahan tentu rela mengorbankan tubuhnya sendiri untuk memberi makan elang, maka apa salahnya membiarkan kutu itu memakan dirimu?"
{Catatan: Lu Xiao Feng menyinggung tentang sebuah dongeng agama Budha yang terkenal. Dalam dongeng itu, seorang hwesio menyelamatkan seekor burung kecil dari seekor elang. Tapi elang itu mengeluh pada si hwesio bahwa ia sekarang akan mati kelaparan karena si hwesio. Hwesio itu lalu memotong sebagian daging dari tubuhnya yang bobotnya sama dengan bobot burung kecil tadi.
Tentu saja si hwesio akhirnya tewas, tapi elang itu selamat.}
"Sayangnya aku hanya punya darah yang banyak dan tidak bisa digunakan untuk memberi makan kutu."
"Maka kau pun membunuhnya?"
Hwesio Jujur tidak menjawab.
"Dan jika kau telah membunuh, maka kau mungkin telah membunuh orang juga sebelumnya."
Hwesio Jujur masih tidak menjawab.
"Mengapa kau tidak bicara?" Lu Xiao Feng mengejek.
"Aku tidak bisa berdusta, maka aku tak akan bicara." Hwesio Jujur menghela nafas.
Tatapan mata Lu Xiao Feng seperti sebatang pisau saat ia memandang Hwesio Jujur: "Kau tidak pernah berdusta?"
"Setidaknya aku tak pernah berdusta pada orang yang malang dan menderita."
"Aku ini malang dan menderita?"
"Kau telah mengangkat ekormu dan berlarian ke sana ke mari sepanjang hari," Hwesio Jujur menghela nafas, "bagaimana keadaanmu bila dibandingkan dengan keadaan diriku yang sedang santai dan asyik berjemur ini?"
"Kudengar kau pun sedang sibuk!" Lu Xiao Feng berkata dengan dingin.
"Siapa yang mengatakannya?"
"Aku." Lu Xiao Feng tertawa pahit dan meneruskan. "Dua hari yang lalu kau berada di Zhang Jia Kou, kemarin kau baru saja tiba di ibukota. Sejak kedatanganmu, kau telah sibuk menyebar kabar burung dan berita untuk Ye Gu Cheng, ikut menjadi saksi sebuah transaksi bisnis, dan sekarang kau telah memasuki Kota Terlarang. Seorang hwesio seperti itu tampaknya tidak menjalani keadaan yang santai dan tenang."
Hwesio Jujur tertawa.
"Mungkin aku memang selalu punya kegiatan, tapi setidaknya hati dan fikiranku bebas dari perasaan khawatir." Ia membalas.
"Mungkin kau tidak menghadapi masalah, tapi kau seperti sedang melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi."
Koleksi Kang Zusi
"Aku tidak pernah berbuat sesuatu secara sembunyi-sembunyi!"
"Lalu apa yang sedang kau lakukan di tempat seperti ini?"
"Karena aku tahu di sini ada seseorang yang sedang mencari seekor kuda putih yang membawa mayat!"
"Tampaknya kau bukan hanya orang yang cerdik, kau pun suka ikut campur dalam urusan orang lain!" Lu Xiao Feng tertawa pahit.
"Aku harus perduli pada urusan ini!"
"Mengapa?"
"Karena walaupun aku tidak punya putera, aku punya seorang keponakan!"
"Maksudmu Zhang Ying Feng adalah keponakanmu?"
Hwesio Jujur mengangguk.
"Sekarang aku bahkan tidak punya keponakan lagi." Ia menghela nafas.
Lu Xiao Feng tidak bicara apa-apa lagi, karena ia terperanjat mendengar ucapan tadi. Hari ini memang penuh dengan kejadian-kejadian aneh, setiap kejadian tampaknya memiliki hubungan dengan kejadian lainnya, tapi semuanya masih kabur. Ye Gu Cheng, Nyonya Pertama Gong Sun, si Untung Besar Sun, OuYang Qing, Li Yan Bei, Zhang Ying Feng, semua ini adalah korban dan dilihat dari permukaan, tidak ada sesuatu apa pun yang menghubungkan mereka semua.
Tapi Lu Xiao Feng merasa ada satu kesamaan, satu hubungan tertentu di antara mereka semua.
Yang mencelakai Ye Gu Cheng, OuYang Qing, dan si Untung Besar Sun jelas adalah orang yang sama, bahkan dia pun menggunakan metode yang sama. Tapi tidak ada alasan kenapa mereka bertiga ada hubungannya.
"Zhang Ying Feng memang mati di sini!" Lu Xiao Feng memecahkan kesunyian.
"Apakah hasil penyelidikanmu telah membuatmu yakin?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Kematiannya ada hubungannya dengan seseorang di sekitar sini yang telah membunuh "Kakak Keenam Ma"!"
"Kau telah bicara dengan Kakak Ke-enam Ma?"
"Saat aku hendak melakukannya, seseorang membunuhnya untuk membungkam mulutnya!"
"Tapi kau tidak tahu siapa yang membunuhnya!"
"Yang kutahu adalah kematiannya itu amat erat hubungannya dengan seorang Tuan Wang!"
"Dan siapakah Tuan Wang itu?"
"Seorang kasim tua yang terlihat seperti seorang wanita tua."
"Mengapa mereka ingin membunuh Zhang Ying Feng?"
"Aku tidak pernah mengatakan kalau mereka yang membunuh Zhang Ying Feng." Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Lalu siapa yang membunuhnya?"
"Tak perduli siapa yang melakukannya, yang pasti dia bukan XiMen Chui Xue."
"Mengapa bukan?"
"Karena aku bisa menjamin bahwa XiMen Chui Xue tidak ada di sini, dan tidak pernah datang ke sini!"
Walaupun ucapannya terdengar amat yakin, di hatinya ia masih menyisakan keraguan. Selain XiMen Chui Xue, tampaknya tidak ada alasan bagi orang lain untuk membunuh Zhang Ying Feng.
Selain XiMen Chui Xue, siapa lagi yang memiliki pedang setajam dan secepat itu"
Hwesio Jujur tiba-tiba menghela nafas lagi.
"Setelah kau bicara beberapa lama, aku akhirnya menyadari sesuatu."
"Dan apakah itu?" Lu Xiao Feng tentu saja tidak tahu apa yang telah ia sadari.
"Bahwa aku benar-benar telah kehilangan akalku sebagai seorang hwesio, dan kau telah kehilangan akalmu sebagai seorang Lu Xiao Feng!"
Lu Xiao Feng tertawa mendengar ucapan itu, tawa yang letih dan jengkel. Matahari perlahan-lahan naik semakin tinggi di langit, langsung menyinari kepala Hwesio Jujur yang botak itu.
Lu Xiao Feng menatapnya, menatapnya untuk beberapa lama.
Koleksi Kang Zusi
"Sepertinya aku terus-menerus bertemu dengan hwesio dan tosu di semua tempat dalam dua hari terakhir ini!"
"Kau memang orang yang beruntung, hanya orang-orang beruntung yang selalu bertemu dengan hwesio dan tosu!"
"Bagaimana tiba-tiba aku bisa menjadi orang yang demikian beruntung?"
"Itu terjadi begitu saja, kau saja yang tidak tahu!"
"Sebenarnya aku tahu," Lu Xiao Feng tertawa dingin. "Karena aku ikut campur dalam urusan ini, itulah sebabnya aku menjadi orang yang demikian beruntung."
"Oh?"
"Hwesio seharusnya tinggal di biara dan menutup diri dari dunia luar, dari kejadian-kejadian di dunia luar. Tapi urusan ini tampaknya telah menarik perhatian begitu banyak hwesio!"
Hwesio Jujur, Tosu Kayu, Gu Qing Feng, dan Sheng Tong dari kuil kecil itu, semua tampaknya ada hubungannya dengan seluruh urusan ini.
"Hwesio semuanya memakai kaus kaki putih," Lu Xiao Feng meneruskan. "Jika ada organisasi yang semua anggotanya menggunakan baju hijau dan sepatu merah, maka bisa saja ada yang menggunakan Kaus Kaki Putih."
Hwesio Jujur kembali tertawa.
"Kau mungkin memang sudah kehilangan akal, tapi daya khayalmu masih bekerja dengan baik." Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan termenung.
"Walaupun demikian, aku tetap mempunyai perasaan bahwa ada seorang hwesio di balik semua ini, melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi." Lu Xiao Feng membalas dengan dingin.
"Oh?"
"Kau adalah seorang hwesio."
Hwesio Jujur tiba-tiba mengangkat kakinya yang penuh lumpur itu ke udara.
"Sayangnya hwesio ini tidak memakai kaus kaki putih, tapi kaus kaki daging!" Ia bergurau.
"Kaus kaki daging tetaplah kaus kaki putih."
"Tapi kulitku tidak putih!"
Sekali lagi Lu Xiao Feng terdiam.
-- Tentu saja ada banyak hal yang belum bisa ia bicarakan. Maka ia bersiap-siap untuk pergi. Tapi baru saja ia hendak melangkah, tiba-tiba ia menyadari bahwa ia tidak bisa pergi lagi.
Jika ia menuju ke arah Timur, ada dua orang laki-laki di pos penjagaan, dengan tangan berada di balik punggung, perlahan-lahan menuju ke sini. Jika ia menuju ke arah Selatan, juga ada dua orang laki-laki yang sedang menuju ke arahnya saat ini. Jika ia melompati tembok, di satu sisi adalah pusatnya para kasim, dan di sisi lain ada belasan orang pemanah dan serdadu sedang menunggunya.
Sebuah senyuman tanda menyerah pun muncul di wajahnya.
"Ternyata Kota Terlarang bukanlah tempat yang tepat untuk berbincang-bincang dengan hwesio."
______________________________
Tembok itu amat lebar, cukup bagi dua orang untuk berjalan berdampingan tanpa harus bersempit-sempitan. Di antara dua orang laki-laki yanag datang dari arah Timur, yang satu adalah seorang laki-laki tua dengan wajah yang tirus dan terang serta memiliki sikap yang angkuh dan agung; orang yang satunya lagi memiliki wajah yang pucat dan terlihat sebuah seringai dingin di wajahnya.
Di antara dua orang laki-laki yang mendekat dari arah Selatan, yang satu memiliki mata yang tajam seperti mata rajawali, bahkan hidungnya pun bengkok seperti paruh rajawali; dan orang yang satunya lagi tidak lain dari Yin Xian.
Mereka berempat mengenakan pakaian yang paling mahal, dan membawa sikap yang angkuh, tampaknya amat sesuai dengan kedudukan mereka. Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Para Komandan Utama Pengawal Istana telah berada di sini, menurutmu apa yang harus kita lakukan?"
Hwesio Jujur tertawa.
"Untunglah bagiku, aku tidak membunuh siapa-siapa, aku juga bukan seorang tersangka," ia melompat bangkit dan, masih sambil tertawa, tiba-tiba bertanya, "Boleh aku bertanya siapa di antara kalian ini "Jago Pedang dari Hunan", Tuan Wei Zi Yun."
Koleksi Kang Zusi
"Itu aku." Laki-laki tua yang berwajah tirus dan terang itu menjawab.
"Dan siapa di antara kalian ini "Dewa Rajawali dari Padang Rumput" Tuan Tu Fang?"
"Aku." Laki-laki setengah umur bermata tajam tadi menjawab dengan singkat.
"Yang berada di samping Tuan Wei di sana itu adalah "Tangan Pemetik Bintang" Ding Ao. Namaku Yin Xian." Yin Xian memotong. "Selamat siang, Tuan Hwesio!"
"Aku bukan Tuan Hwesio, hanya seorang hwesio tua biasa, seorang hwesio yang jujur." Hwesio Jujur menunjuk Lu Xiao Feng dan meneruskan. "Tapi, orang ini, sama sekali tidak jujur. Ia adalah orang yang kalian cari-cari, bukan aku!"
"Kami memang sedang mencarinya." Ding Ao menjawab dengan dingin.
"Apakah kalian hendak mengundangku minum?" Lu Xiao Feng bergurau.
"Kau masuk tanpa izin ke Kota Terlarang, melakukan pembunuhan, masih berani minta minum?"
Wajah Du Fang terlihat semakin bersungguh-sungguh.
Ia memang orang yang tidak suka bergurau. Bila berhadapan dengan orang seperti ini, yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng hanyalah memaksakan sebuah senyuman dungu.
"Masuk tanpa izin ke Kota Terlarang, bagian itu memang benar. Tapi melakukan pembunuhan itu tidak."
"Golok di tanganmu itu kan nyata!" Ding Ao tertawa.
"Orang yang membawa pisau belum tentu pembunuh, dan pembunuh belum tentu membawa pisau di tangannya!"
"Kau bukan si pembunuh?" Du Fang mendesak.
"Bukan."
"Jika ia mengatakan tidak, maka dia tidak melakukannya." Yin Xian segera berkata. "Aku tahu pasti kalau orang ini tidak akan pernah berdusta!"
"Aku belum pernah bertemu dengan orang yang tidak pernah berdusta!" Ding Ao memotong dengan dingin.
"Kalau begitu, kau bertemu dua orang hari ini!" Wei Zi Yun tersenyum.
Ding Ao tidak berkata apa-apa lagi.
"Jika Yin Xian mengatakan dia tidak pernah berdusta, maka dia bukanlah pembunuh itu!" Wei Zi Yun berkata.
Du Fang ingin mengatakan sesuatu, tapi ia akhirnya memutuskan untuk membatalkannya.
"Di samping itu, jika ada sepuluh orang Ma lagi yang mati, itu tetap tidak ada hubungannya dengan kita," ia menambahkan. "Tuan Lu mungkin telah menduga bahwa kita datang ke mari bukan untuk itu!"
"Untuk kejahatan memasuki Kota Terlarang tanpa izin, kau bisa dimaafkan kali ini, karena kau harus melanggar larangan itu lagi besok malam!" Yin Xian menambahkan sambil tersenyum.
"Majikan Benteng Awan Putih dan XiMen Chui Xue adalah jago-jago pedang yang abadi dan tiada bandingannya," Wei Zi Yun berkata. "Duel mereka besok malam tentu merupakan kejadian yang mengguncangkan dunia."
"Aku yakin tidak ada orang yang persilatan yang mau ketinggalan duel ini!" Yin Xian menambahkan.
"Bahkan walaupun kami ini pejabat, kami tetaplah orang persilatan. Kami ingin melihat dua jago pedang ini di masa jayanya, ingin melihat ilmu pedang mereka yang tiada tandingannya."
"Sebenarnya, karena kami telah mengetahui hal ini, seharusnya kami melipat-gandakan keamanan dan memasang perangkap untuk mencegah mereka masuk!" Yin Xian meneruskan.
"Tapi kami tidak ingin menjadi orang yang merusak kesenangan dan mengganggu rencana semua orang. Kami juga tidak ingin menyinggung perasaan semua pendekar dunia persilatan!" Wei Zi Yun menerangkan. "Jika seseorang telah keluar dari dunia persilatan, maka ia sebaiknya tidak melupakan asal-usulnya. Aku yakin Tuan Lu sangat memahami hal ini!"
"Ya." Sikap Lu Xiao Feng tiba-tiba berubah menjadi amat serius dan hormat, karena ia menyadari bahwa Jago Pedang dari Hunan ini memang seorang laki-laki yang bersungguh-sungguh dan tulus.
Koleksi Kang Zusi
"Walaupun demikian, kami masih punya tanggung-jawab dan tidak boleh lengah dari perlindungan kami terhadap Paduka Kaisar, Kota Terlarang juga tidak boleh menjadi taman bermain dunia persilatan di mana orang-orang datang dan pergi seenaknya."
"Aku pun sangat memahami hal ini!"
"Sejujurnya, tujuan pertemuan kita sekarang ini adalah agar Tuan Lu benar-benar memahami hal ini."
Bahkan Lu Xiao Feng pun harus mengakui ucapan ini. Di bawah mereka, di kaki tembok, kapak dan golok tampak berkilauan diterpa sinar matahari, anak panah pun telah ditarik pada busur-busur yang terpentang penuh; di atas tembok, ada 4 orang laki-laki yang kemampuan dan kemasyurannya telah mengguncangkan dunia persilatan sejak 10 tahun yang lalu. Jika mereka menyerang secara serentak, tidak ada orang di dunia ini yang mampu bertahan terhadap serangan pertama sekali pun!
"Semua pembicaraan ini mengarah pada satu hal, kami benar-benar berharap bahwa Tuan Lu mau melakukan sesuatu untuk kami!" Wei Zi Yun mengakhiri.
"Jangan bimbang untuk memintanya!"
"Kami hanya berharap agar tidak terlalu banyak orang yang datang besok malam; kalau bisa jumlahnya tidak lebih dari 8 orang!"
Lu Xiao Feng akhirnya faham. Mereka mungkin telah menghitung-hitung, dengan kekuatan dan kemampuan Pengawal Istana, walaupun nantinya terjadi masalah, mereka masih mampu mengatasi keadaan jika hanya 8 orang yang datang.
Tapi masih ada satu hal yang membingungkan Lu Xiao Feng.
"Tapi mengapa hal ini diminta dariku" Aku tidak bisa mengambil keputusan untuk orang lain, aku juga tidak mungkin tahu berapa banyak orang yang akan datang."
"Kami ingin Tuan Lu yang mengambil keputusan untuk yang lainnya!"
Lu Xiao Feng semakin bingung.
"Selain dari Majikan Benteng Awan Putih dan XiMen Chui Xue, kami ingin Tuan Lu yang bertanggung-jawab untuk memilih enam orang lainnya." Wei Zi Yun menerangkan lagi sebelum Lu Xiao Feng sempat bertanya.
"Maksudmu, besok malam, hanya 6 orang yang kupilih yang boleh masuk?"
"Itulah yang kami maksud!"
Lu Xiao Feng tersenyum, senyuman pertanda sakit, menyerah dan letih. Tiba-tiba ia menyadari bahwa Jago Pedang dari Hunan ini bukan hanya seorang laki-laki yang bersungguh-sungguh dan terlihat tulus, ia juga seorang rubah liar yang pandai berhitung dan licik. Jika ia yang memilih siapa saja yang boleh masuk, maka jika terjadi masalah, jelas dialah yang harus bertanggung-jawab dan terpaksa harus ikut mengatasi keadaan.
"Di sini ada 6 buah sabuk sutera," Wei Zi Yun meneruskan. "Jika Tuan Lu memilih seseorang untuk ikut menyaksikan duel tersebut, maka berikan sehelai untuknya dan suruh dia memakainya saat datang!"
"Sutera ini diimpor dari Persia dan merupakan salah satu harta Istana Kerajaan," Yin Xian menjelaskan lebih lanjut. "Di bawah sinar bulan, ia akan berubah warna, jadi mustahil untuk dipalsukan!"
"Kami telah menginstruksikan orang-orang kami untuk menyebarkan informasi ini pada sahabat-sahabat kita di dunia persilatan!" Wei Zi Yun meneruskan.
"Yang tidak membawa sabuk ini, tak perduli siapa pun orangnya, akan dieksekusi di tempat jika tertangkap saat memasuki Istana Terlarang tanpa izin!" Ding Ao menekankan dengan dingin.
"Jadi begitulah, kami meminta Tuan Lu mau menerima ini." Wei Zi Yun mengeluarkan sebungkus sabuk sutera dan menyerahkannya pada Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng menatap sabuk-sabuk sutera itu, yang tampak berkilauan terkena sinar matahari, seperti setumpuk batu-bara yang sedang menyala dan amat panas. Ia tahu pasti bahwa menerima sabuk-sabuk ini tentu akan membawa banyak masalah bagi dirinya sendiri.
Jelas Wei Zi Yun melihat keraguan di wajahnya.
Koleksi Kang Zusi
"Jika Tuan Lu tidak mau menerimanya, kami tidak akan memaksamu, hanya saja"." Ia berkata dengan tenang.
"Hanya saja apa?"
"Hanya saja, demi tanggung-jawab kami terhadap keamanan Yang Mulia, kami tentu akan menutup Istana Terlarang dan meminta Majikan Benteng Awan Putih dan XiMen Chui Xue untuk memindahkan lokasi duel mereka ke tempat lain."
"Kalau begitu, akulah yang harus bertanggung-jawab. Kalau orang lain ingin menyalahkan seseorang, tentu mereka akan menyalahkan diriku!"
"Maka kami meminta Tuan Lu mempertimbangkan ini lagi." Wei Zi Yun menawarkan dengan santai.
"Tampaknya aku tidak punya banyak pilihan." Lu Xiao Feng menghela nafas dan menertawakan nasibnya sendiri.
Wei Zi Yun tidak berkata apa-apa dan hanya tersenyum.
"Mengapa kalau ada sesuatu masalah yang sulit, maka masalah itu dilemparkan padaku?" Lu Xiao Feng kembali menghela nafas dan bergumam pada dirinya sendiri.
Hwesio Jujur tiba-tiba tertawa.
"Karena kau adalah Lu Xiao Feng."
Dan tampaknya alasan itu sudah cukup.
______________________________
Dengan sabuk-sabuk di atas pundaknya, Lu Xiao Feng perlahan-lahan menuruni tembok. Para serdadu yang menunggu di bawah tembok tiba-tiba telah menghilang dengan sama cepatnya seperti saat muncul tadi. Para Pengawal Istana di Kota Terlarang tentu saja merupakan prajurit yang paling terlatih di dunia.
Walaupun ilmu kungfu mereka secara perseorangan tidaklah hebat, tapi busur-busur mereka yang kuat dan pedang mereka yang tajam, serta pengambilan posisi dan pergerakan mereka yang taktis, akan membuat sangat sukar, jika tidak bisa dibilang mustahil, bagi jago kungfu mana pun untuk menghadapi mereka. Selain itu, di samping Wei Zi Yun dan para Komandan Utama lainnya, mungkin ada banyak lagi jago-jago kungfu di antara para Pengawal Istana.
"Selain dari 6 orang yang kau pilih, orang lain yang kedapatan memasuki Kota Terlarang tanpa izin akan dieksekusi di tempat tanpa pengecualian!"
"Kau percaya pada apa yang mereka katakan?" Tiba-tiba ia bertanya.
Hwesio Jujur sedang berjalan di depannya, kepalanya terangkat dengan tiba-tiba saat mendengar pertanyaan itu.
"Bagian yang mana?"
"Jika kau tidak punya sabuk, beranikah kau memasuki Kota Terlarang besok malam?"
Hwesio Jujur tersenyum.


Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak punya keberanian itu, tapi aku punya sabuk."
"Kau punya sabuk" Di mana?"
"Di atas pundakmu."
Lu Xiao Feng pun tersenyum.
"Mengapa aku harus memberimu sehelai sabuk?"
"Karena aku seorang hwesio, hwesio yang jujur."
"Sepertinya itu alasan yang cukup bagus," Lu Xiao Feng mengangguk sambil tertawa.
"Lebih dari cukup."
Lu Xiao Feng mengambil sehelai sabuk dan meletakkannya di atas pundak Hwesio Jujur.
"Mungkin kau seharusnya menukar pakaianmu!" Ia termenung.
"Mengapa?"
"Warna sabuk ini tidak sesuai dengan pakaianmu!"
"Tak apa, kami para hwesio tidak perduli dengan hal itu. Di samping itu, warna sabuk ini nantinya akan berubah!"
"Aku hanya ingin mengingatkan dirimu bahwa biarpun kau bisa menukar pakaianmu, kau tidak bisa menukar sabuk itu." Lu Xiao Feng berkata terus terang.
Koleksi Kang Zusi
Hwesio Jujur kembali tertawa.
"Kau memberiku sesuatu, aku akan balas memberimu sesuatu," tiba-tiba ia menawarkan. "Karena kau memberiku sabuk ini, aku pun akan memberimu sesuatu."
"Apa itu?"
"Sebuah kalimat."
"Aku mendengarkan."
Hwesio Jujur melirik Lu Xiao Feng sekilas dan mulai berkata: "Matamu gelap, warna mukamu seperti debu, nasehatku padamu adalah cepat-cepatlah temukan sebuah tempat untuk tidur, tidurlah dengan nyenyak sampai besok malam. Kalau tidak"."
"Kalau tidak, apa?"
Hwesio Jujur menarik nafas.
"Walaupun orang mati punya 5 sabuk, ia tetap tidak bisa masuk ke Kota Terlarang."
"Apakah itu ancaman" Atau peringatan?"
"Itu hanya kebenaran yang sejujur-jujurnya, semua yang kukatakan adalah hal yang sebenarnya."
Hwesio Jujur pun pergi. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa cara berjalannya pun terlihat amat ganjil, seperti kasim-kasim itu.
-- Apakah hwesio tidak berbeda dengan kasim"
-- Tapi hwesio masih bisa mendatangi pelacur secara diam-diam!
-- Jika kasim punya isteri, mengapa hwesio tidak boleh mendatangi pelacur"
Lu Xiao Feng menghela nafas dan memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu lagi, masih banyak persoalan mendesak yang harus ia renungkan.
Tosu Kayu, Gu Qing Feng, Pertapa Cemara Kuno, Li Yan Bei, Hua Man Lou, Yan Ren Ying, keluarga Tang, para pendeta lhama, jago-jago pedang yang misterius itu, belum lagi jago-jago lainnya dari 7 sekte pedang utama.
Tidak seorang pun dari mereka yang mau ketinggalan acara duel besok malam, tapi sekarang hanya tersisa 5 lembar sabuk. Bagaimana cara yang tepat untuk membagi-bagikan sabuk ini" Mungkin tidak ada.
Lu Xiao Feng kembali menghela nafas.
"Yang tidak mendapatkan sabuk mungkin akan mengincar jiwaku," ia bergumam pada dirinya sendiri. "Tampaknya aku benar-benar harus tidur nyenyak sampai besok malam!"
Bab 6: Lolos Dari Kematian
Hanya ada dua jenis orang yang bisa tidur selama 40 jam terus-menerus " orang yang mujur dan orang yang sakit. Lu Xiao Feng tidak sakit, ia juga tidak mujur. Saat ini OuYang Qing telah tak sadarkan diri selama sehari semalam. Saat ia melihat warna di wajah perempuan itu, semakin mustahil bagi Lu Xiao Feng untuk tertidur lelap.
Nyonya Ke-13 pun terlihat amat cemas.
"Sejak tadi malam, dia hanya bangun sekali, dan hanya mengucapkan satu kalimat!" Ia berbisik.
"Apa yang ia katakan?"
Sebuah senyuman kaku muncul di wajah Nyonya Ke-13.
"Ia bertanya padaku apakah kau menyukai rumah siput lapis menteganya."
Hati Lu Xiao Feng seperti tenggelam. Sambil memandang piring berisi rumah siput berlapis mentega di atas meja itu, tiba-tiba ia merasa bahwa ia benar-benar seorang bajingan yang tidak punya perasaan.
"Aku yakin aku menyukainya," ia juga memaksakan sebuah senyuman kaku di wajahnya. "Aku yakin aku akan memakan semuanya."
"Bila telah dingin, rasanya tidak akan renyah lagi, ayo kita hangatkan dulu untukmu."
"Tak perlu, dia yang membuat ini, aku akan memakannya seperti ini!"
Nyonya Ke-13 menghela nafas.
"Akhirnya kau memperlihatkan sedikit tanda kalau kau mempunyai hati."
Lu Xiao Feng duduk dan, dengan satu gerakan, melemparkan dua butir ke dalam mulutnya.
Koleksi Kang Zusi
"Di mana Li Yan Bei?" Sekonyong-konyong ia bertanya.
"Ia telah pergi."
"Ke mana dia pergi?"
"Tak tahu," senyumannya bahkan terlihat makin kaku. "Dia punya rumah lebih dari satu."
Lu Xiao Feng hendak memasukkan satu butir rumah siput lagi ke dalam mulutnya. Tiba-tiba ia melihat ekspresi wajah Nyonya Ke-13 seperti menyembunyikan air mata dan kesedihan.
Kesepian yang dialami seorang wanita yang harus menghabiskan 29 hari sebulan dalam kesendirian bukanlah hal yang mudah untuk ditahan.
Tapi ia berhasil menahannya, karena ia terpaksa. Ini adalah takdirnya, sebagian besar wanita memiliki kemampuan dan kemauan untuk menerima takdirnya. Dengan cara ini, mereka jauh lebih kuat daripada laki-laki. Ia memahami Nyonya Ke-13, tapi ia tak bisa memahami OuYang Qing.
"Aku seharusnya tidak menanyakan ini," ia bimbang sebelum meneruskan. "Tapi aku harus bertanya."
"Silakan bertanya kalau begitu."
"Kau dan OuYang Qing adalah sahabat baik, dan seharusnya tidak ada rahasia di antara sahabat, di samping itu"."
"Di samping itu kami adalah perempuan, semakin sedikit rahasia yang tidak disimpan di antara sesama perempuan." Nyonya Ke-13 menyelesaikan kalimatnya untuknya.
Lu Xiao Feng memaksakan sebuah senyuman kaku lagi di wajahnya.
"Maka kau mungkin tahu banyak tentang urusan pribadinya!"
"Sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan?"
"Kudengar Nyonya Pertama Gong Sun pernah berkata bahwa ia masih perawan," Lu Xiao Feng akhirnya mengumpulkan cukup keberanian untuk bertanya, "apakah itu benar?"
"Memang benar." Nyonya Ke-13 bahkan tidak ragu saat menjawabnya.
"Ia bekerja di bidang seperti itu, bagaimana mungkin ia masih perawan?"
"Ada banyak perempuan baik-baik di bisnis tersebut," Nyonya Ke-13 mendengus dengan dingin.
"Dia bukan hanya seorang perempuan yang baik, ia bahkan seorang yang amat istimewa!"
Lu Xiao Feng kembali menutup mulutnya dengan rumah siput. Sekarang, ia pun bisa menduga bahwa Nyonya Ke-13 pun terlibat di bisnis seperti itu juga. Dari situlah mereka bisa menjadi sahabat baik.
Wanita-wanita seperti mereka akan sangat jarang bersahabat dengan perempuan dari "keluarga baik-baik". Bukan karena mereka memandang rendah pada orang lain, tapi karena merekalah yang amat takut bila dipandang rendah.
Lu Xiao Feng menghabiskan sepiring penuh rumah siput itu, seolah-olah ia tidak akan punya muka jika ia menyisakan satu potong pun.
Nyonya Ke-13 mengawasi dirinya makan sampai habis sebelum bertanya dengan tiba-tiba:
"Mengapa kau begitu perduli tentang hal itu" Apakah ia perawan atau tidak" Apakah itu ada hubungannya dengan orang lain?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Empat atau lima bulan yang lalu, aku bertemu dengan Hwesio Jujur." Ia menjelaskan dengan lambat. "Ia mengatakan bahwa ia menghabiskan waktu malam sebelumnya bersama dengan OuYang"."
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba ia roboh dan tidak sadarkan diri. Kenapa Nyonya Ke-13 hanya menatap dengan begitu dingin saat ia roboh seperti itu" Apakah senyuman sinis di wajahnya itu benar-benar nyata"
Sesungguhnya Lu Xiao Feng memang tidak memahami wanita, apalagi wanita seperti Nyonya Ke-13. Ia hanya mengira bahwa ia tahu banyak tentang wanita.
Tak perduli siapa pun orangnya, jika seorang laki-laki mengira bahwa ia benar-benar memahami wanita, maka ia telah ditakdirkan untuk bernasib buruk. Sekalipun dia adalah Lu Xiao Feng.
______________________________
Anehnya, ada orang yang sepertinya selalu diberkahi oleh Tuhan. Walaupun mereka sedang tidak beruntung, mereka tidak selalu berada dalam keadaan seperti itu. Jelas Lu Xiao Feng termasuk jenis Koleksi Kang Zusi
orang seperti ini. Ajaib, ia tidak mati. Waktu ia bangun, ia bukan hanya menemukan bahwa semua anggota tubuhnya masih bisa berfungsi dengan baik, bahkan ia pun menemukan dirinya sedang berbaring di atas sebuah ranjang yang amat nyaman dan bersih.
Ruangan itu amat bersih, dan aroma bunga crysanthenum dan osmanthus menyebar ke seluruh ruangan. Lentera telah menyala di atas meja. Di luar jendela sinar bulan tampak murni seperti air.
Seseorang berdiri dalam diam di luar jendela, menghadap bulan musim gugur, pakaiannya putih seperti salju.
"XiMen Chui Xue!"
Lu Xiao Feng sudah bersusah-payah mencari XiMen Chui Xue, bagaimana dia malah tiba-tiba muncul di sini dan saat ini" Ia melompat bangkit. Ajaib, ia masih bisa melompat bangkit, hanya saja kakinya masih agak lemah. Jelas kekuatannya masih belum pulih sepenuhnya.
"Bangsat kecil, dari lubang mana kau keluar?" Lu Xiao Feng berseru, berdiri di sana dengan bertelanjang kaki. "Di mana kau bersembunyi beberapa hari terakhir ini?"
"Orang seharusnya tidak bicara seperti itu pada tuan penolongnya!" XiMen Chui Xue membalas dengan dingin.
"Tuan penolong?" Ia masih berseru. "Kau menyelamatkan nyawaku?"
"Jika bukan aku, mungkin nasibmu akan sama seperti Li Yan Bei, terbakar hingga menjadi abu!"
"Li Yan Bei mati?" Lu Xiao Feng berteriak.
"Nasibnya tidak sebaik dirimu, tampaknya kau memang terlahir dengan kemujuran yang luar biasa!"
Ia akhirnya berpaling dan balas menatap mata Lu Xiao Feng. Wajahnya masih pucat dan dingin, suaranya pun tetap dingin, tapi matanya menyiratkan kehangatan. Kehangatan yang hanya bisa ditemukan orang di mata seorang sahabat yang telah lama menghilang.
Lu Xiao Feng pun balas menatap matanya.
"Nasibmu pun tampaknya tidak terlalu buruk akhir-akhir ini."
"Kelihatannya satu-satunya orang yang benar-benar bernasib buruk adalah Li Yan Bei."
"Kau tahu bagaimana dia mati?"
XiMen Chui Xue mengangguk.
"Tapi aku tidak tahu sejak kapan kau mulai percaya pada tipe wanita seperti itu!"
"Tipe wanita yang mana?" Lu Xiao Feng kembali berbaring, karena perutnya tiba-tiba mulai terasa sangat tidak enak. "Tipe wanita seperti OuYang Qing?"
"Bukan OuYang Qing."
"Bukan dia" Nyonya Ke-13?"
"Rumah siput berlapis mentega itu memang dibuat oleh OuYang Qing, tapi racun itu dimasukkan oleh Nyonya Ke-13." XiMen Chui Xue memandang pada Lu Xiao Feng, secercah senyuman tampak muncul di matanya. "Apakah itu membuat perasaanmu sedikit lebih baik?"
Lu Xiao Feng benar-benar merasa jauh lebih baik, tapi ia masih agak bingung.
"Sejak kapan kau tahu segalanya tentang perasaan di antara pria dan wanita?"
XiMen Chui Xue tidak menjawab pertanyaannya, ia malah berpaling sekali lagi ke arah rembulan.
Sinar bulan turun dari langit seperti mata air. Saat ini adalah malam hari tanggal 14 September.
"Aku tentu telah lama tertidur!" Lu Xiao Feng menduga-duga.
"Nyonya Ke-13 memang ahli dalam hal obat tidur, ia tidak memasukkan banyak-banyak dalam rumah siput berlapis mentega itu!"
"Karena ia tahu, jika ia memasukkan terlalu banyak maka aku akan tahu."
"Dan karena ia tahu kau tentu akan memakan sepiring penuh masakan itu."
Lu Xiao Feng tertawa tanda mengaku kalah. Jelas Nyonya Ke-13 jauh lebih ahli daripada dirinya dalam hal ini.
"Tapi bagaimana kau bisa tahu tentang hal ini?" Ia bertanya. "Bagaimana kau bisa menyelamatkanku?"
"Waktu kau roboh, aku sedang menonton dari luar jendela."
"Kau melihatku roboh?"
Koleksi Kang Zusi
"Aku tidak mengira kau akan roboh, aku juga tidak tahu kalau ada sesuatu di dalam rumah siput itu!"
"Karena kau sebenarnya datang hanya untuk bicara denganku?"
"Tapi aku tidak ingin orang lain melihatku. Aku bermaksud menunggu sampai Nyonya Ke-13
pergi. Tapi setelah kau roboh, ia lalu mengeluarkan sebilah pisau."
"Apakah Li Yan Bei terbunuh oleh pisau yang sama?"
XiMen Chui Xue mengangguk.
"Apakah kau memaksanya bicara" Apakah kau yakin dia mengatakan yang sebenarnya?"
"Sangat sedikit orang yang berani berdusta di hadapanku!" XiMen Chui Xue berkata dengan dingin.
Semua orang tahu bahwa XiMen Chui Xue tidak akan pernah menarik kembali pedangnya bila ia telah bermaksud untuk membunuh. Tangannya baru saja menyentuh pedangnya sebelum Nyonya Ke-13 mulai membeberkan hal yang sebenarnya.
"Aku benar-benar tidak menyangka kalau wanita seperti dirinya benar-benar mampu membunuh orang!" Lu Xiao Feng menghela nafas dan tersenyum menertawakan penilaiannya yang buruk.
"Mengapa kau tidak bertanya padaku kenapa dia melakukan hal itu?"
"Karena aku tahu mengapa ia melakukannya," Lu Xiao Feng menghela nafas. "Aku masih ingat sesuatu yang pernah ia katakan padaku."
"Apa yang ia katakan?"
"Li Yan Bei memiliki wanita lain selain dirinya. Ia bukanlah seorang wanita yang tahan menderita dan menjalani hidup yang sunyi. Ia tak mau hidup seperti itu, ia juga tidak bisa minggat, maka ia terpaksa membunuh Li Yan Bei." Sambil tersenyum sedih, ia meneruskan: "Ia khawatir kalau aku berusaha menyelidiki apa yang telah terjadi pada Li Yan Bei, itulah sebabnya ia berbuat seperti itu padaku."
"Kau melupakan satu hal!"
"Oh?"
"Cek satu juta sembilan ratus lima puluh ribu tael." Ia mendengus. "Tanpa cek itu, ia tak akan mau melakukannya, ia juga tak akan berani!"
Tapi, dengan cek itu, tidak banyak tempat di dunia ini yang tak bisa dikunjungi oleh seorang wanita seperti dirinya, dan tidak banyak hal yang tak berani ia lakukan.
"Ia hendak pergi dengan cek itu setelah membunuhmu, ia bahkan telah mengemasi barang-barangnya."
"Tentu saja, orang yang punya cek satu juta sembilan ratus lima puluh ribu tael tidak perlu mengemas barang yang terlalu banyak." Lu Xiao Feng tertawa pertanda kalah.
"Mengapa kau tidak bertanya padaku apa yang telah terjadi padanya?"
"Apakah aku perlu bertanya?"
Tidak seorang pun bisa pergi dalam keadaan hidup bila bertemu dengan pedang XiMen Chui Xue.
"Kau keliru," XiMen Chui Xue menjawab dengan santai. "Aku tidak membunuhnya."
Kepala Lu Xiao Feng tersentak dengan terkejut.
"Kau tidak membunuhnya" Mengapa tidak?"
XiMen Chui Xue tidak menjawab, ia memang tidak perlu melakukannya.
Dan Lu Xiao Feng pun telah tahu jawabannya: "Kau telah berubah" dan berubah amat banyak!"
Ia menatap XiMen Chui Xue dengan sebuah senyuman di matanya.
"Bagaimana kau bisa berubah" Merubah orang sepertimu tidaklah mudah."
"Dan kau tetap tidak berubah." XiMen Chui Xue menjawab dengan dingin. "Tidak mengajukan pertanyaan yang seharusnya kau tanyakan dan mengajukan semua pertanyaan yang seharusnya tidak kau tanyakan!"
Lu Xiao Feng tertawa.
"Memang ada satu pertanyaan yang ingin kuajukan padamu." Ia terpaksa mengakui.
"Maka sebaiknya kau mulai bertanya."
"Di mana OuYang Qing berada?"
"Ia ada di sini, seseorang sedang merawatnya saat ini."
"Nona Sun?"
Koleksi Kang Zusi
"Bukan." Kehangatan muncul kembali di mata XiMen Chui Xue. "Nyonya XiMen."
Lu Xiao Feng tidak bisa menahan kegembiraannya.
"Selamat. Selamat. Selamat"." Ia memberi ucapan selamat pada XiMen Chui Xue sebanyak 7 atau 8 kali berturut-turut. Ia benar-benar berbahagia untuk XiMen Chui Xue, untuk Sun Xiu Qing.
Kebahagiaan dan nasib baik seorang sahabat akan selalu terasa sama seperti kebahagiaan dan nasib baik kita sendiri.
-- Lu Xiao Feng benar-benar orang yang menyenangkan. Bahkan XiMen Chui Xue pun tak tahan untuk tidak tertawa kecil dan tersenyum. Ia jarang tersenyum, tapi bila ia melakukannya, rasanya seperti angin musim semi yang meniup daratan.
"Kau tidak mengira kalau aku akan memiliki keluarga?"
"Benar-benar tidak." Lu Xiao Feng masih merasa sukar untuk menghapus senyuman dari wajahnya.
"Sedikit pun aku tidak pernah bermimpi."
Tapi ia telah menduga bahwa hal inilah yang menjadi penyebab atas perubahan yang terjadi pada XiMen Chui Xue.
"Bagaimana denganmu" Kapan kau akan berkeluarga?" XiMen Chui Xue bertanya sambil tersenyum.
Senyuman Lu Xiao Feng segera diselubungi oleh sebuah bayangan " bayangan Xue Bing, dan juga bayangan OuYang Qing.
"Mengapa kau tadi mencariku ke sana?" Ia segera mengganti pokok pembicaraan.
"Aku tahu kau adalah sahabat Li Yan Bei, dan aku juga tahu ia memiliki beberapa orang bawahan yang terpercaya!"
"Mereka pun tidak berani berdusta padamu?"
"Sedikit pun tidak!"
"Dan mereka tidak berani membocorkan keberadaanmu?"
"Aku yang menemukan mereka, tidak ada yang tahu kalau aku tinggal di sini."
Dan inilah pertanyaan yang paling ingin diajukan oleh Lu Xiao Feng.
"Jadi tepatnya di manakah tempat ini berada?"
"Mengapa kau tidak pergi keluar dan melihat-lihat?"
Di seberang kebun yang indah dan terawat rapi itu, ada sebuah toko roti. Di depan pintu, yang merupakan sebuah pintu rangkap, terukir beberapa gambar yang amat halus. Di atas pintu, tertulis dalam tinta emas, tertera: "Toko Vegetarian Harum dan Lezat". Lu Xiao Feng melihat sekilas dan berputar kembali. Ia masih tertawa saat ia kembali.
"Ini sebuah toko roti yang amat tua, dan orang-orang yang bekerja dan lalu-lalang di sini semuanya berasal dari kampung halamanku." XiMen Chui Xue berkata dan sebuah perasaan bangga muncul di wajahnya. "Apakah kau pernah menduga kalau aku akan menjadi seorang pemilik toko roti?"
"Tidak pernah."
"Pernahkah kau melihat orang dunia persilatan membeli tepung?"
"Tidak pernah."
"Itulah sebabnya, jika kau mencari-cari ke seluruh kota di negeri ini, kau tetap tidak akan bisa menemukanku!" XiMen Chui Xue tersenyum.
"Aku tidak akan menemukanmu walaupun kau menghancurkan kepalaku!" Lu Xiao Feng menyetujui ucapannya itu.
"Kau tahu mengapa aku melakukan hal ini?"
"Ya." Lu Xiao Feng tersenyum. "Itulah sebabnya aku bukan hanya akan minum arak untukmu, aku pun tak sabar untuk merasakan telur merahmu!"
{Catatan: Di sini Lu Xiao Feng menyinggung pernikahan XiMen Chui Xue dan kelahiran anaknya.
Mengundang seseorang untuk minum "Xi Jiu", atau "Arak Kebahagiaan", adalah sebuah pepatah yang artinya mengundang orang untuk merayakan pernikahan seseorang. Sedangkan "Hong Dan", atau "Telur Merah", adalah upacara saat kelahiran seorang anak.}
Tapi sebuah bayangan pun muncul dalam senyuman XiMen Chui Xue.
"Aku mencarimu karena aku hendak meminta sesuatu padamu." Sesudah hening beberapa lama, akhirnya ia berkata dengan lambat. Kenapa ia merubah pokok pembicaraan" Mungkinkah karena ia Koleksi Kang Zusi
takut untuk terlalu jauh memikirkan masa depan" Karena ia takut kalau ia mungkin tidak akan hidup sampai hari itu"
"Silakan. Aku berhutang budi padamu."
"Aku ingin kau menemaniku ke Kota Terlarang besok." Tinju XiMen Chui Xue terkepal erat. "Jika aku kalah, aku ingin kau membawa mayatku kembali ke sini."
Senyuman Lu Xiao Feng berubah menjadi kaku.
"Walaupun kau kalah, itu bukan berarti kematian."
"Dalam kekalahan, hanya ada kematian!" Ekspresi wajah XiMen Chui Xue terlihat angkuh, kejam, dan teguh. Ia bisa menerima kematian, tapi tidak bisa menerima kekalahan!
Lu Xiao Feng merasa ragu. Ia tidak ingin memberitahukan rahasia Ye Gu Cheng pada XiMen Chui Xue, karena Ye Gu Cheng pun sahabatnya juga.
Tapi walaupun ia tidak mengatakannya, kenyataan tetap tidak akan berubah. Cepat atau lambat, XiMen Chui Xue pun akan tahu.
"Kau tidak akan kalah!" Ia akhirnya berkata.
"Mengapa tidak?"
"Karena luka Ye Gu Cheng cukup parah."
XiMen Chui Xue tampak terkejut.
"Tapi kudengar kemarin dia telah melukai Tang Tian Rong hingga parah di Paviliun Musim Semi Timur."
"Tang Tian Rong bukanlah XiMen Chui Xue."
"Jadi lukanya itu benar-benar serius?"
"Ya."
Warna wajah XiMen Chui Xue pun berubah. Jika orang lain tahu bahwa musuh mereka satu-satunya menderita luka yang berat, ia tentu akan merasa beruntung dan senang. Tapi XiMen Chui Xue bukan orang seperti itu!
Warna wajahnya bukan hanya berubah, secara dramatis wajahnya pun tampak gelap menakutkan.
"Jika bukan karena aku, kami tentu telah berduel pada tanggal 15 Agustus yang lalu, dan mungkin aku telah mati di bawah pedangnya. Tapi sekarang"."
"Sekarang dialah yang pasti mati?"
XiMen Chui Xue mengangguk.
"Kau tidak bisa membunuhnya?"
"Walaupun aku tidak membunuhnya, ia tentu tetap akan mati!" XiMen Chui Xue menjawab dengan muram.
"Tapi"."
"Mungkin kau tidak memahami orang-orang seperti kami," XiMen Chui Xue memotong. "Kami boleh mati, tapi tidak boleh kalah!"
Lu Xiao Feng menghela nafas panjang. Bukannya ia tidak memahami mereka, ia telah lama tahu bahwa mereka adalah jenis orang yang sama. Jenis orang yang mungkin tidak kau sukai, tapi harus kau hormati! Jenis orang yang hampir seperti dewa.
Tidak perduli seni apa pun, baik itu ilmu pedang, catur, atau musik, agar benar-benar mampu mencapai puncak ilmu itu, orangnya haruslah tipe orang seperti ini. Karena hal tersebut adalah sifat seni itu sendiri, karena ia menuntut seluruh hidup orang itu sebagai pengorbanannya.
"Tapi kau telah berubah!" Lu Xiao Feng keberatan. "Dulu aku berpendapat bahwa kau adalah semacam dewa yang setengah gila dan setengah kerasukan, tapi sekarang kau memiliki rasa kemanusiaan di dalam dirimu."
"Mungkin aku benar-benar telah berubah. Jika demikian, mungkin sekali aku tidak akan mampu menandingi Ye Gu Cheng, jika ia tidak sedang terluka." Sikap XiMen Chui Xue tampak semakin muram. "Tapi sekarang ia tidak punya kesempatan sedikit pun untuk mengalahkanku. Ini tidak adil."
"Jadi kau bermaksud untuk"."
"Aku hendak menemuinya."
"Untuk apa?"
Koleksi Kang Zusi
"Apakah kau benar-benar mengira kalau aku hanya tahu cara membunuh?" XiMen Chui Xue tertawa dingin.
Mata Lu Xiao Feng tampak bersinar-sinar. Ia tiba-tiba teringat bahwa XiMen Chui Xue dulu pernah terluka oleh Pasir Beracun keluarga Tang. Tapi ia jelas masih tetap hidup dan sehat walafiat hingga sekarang.
"Aku akan membawamu." Lu Xiao Feng melompat bangkit. "Jika hanya ada satu orang yang bisa mengobati luka Ye Gu Cheng, itu adalah kau!"
Daerah pinggiran kota yang sunyi, bulan yang dingin. Bulan telah bulat penuh. Sinar bulan yang dingin tampak menyinari halaman yang gelap dan menyeramkan itu. Lampu telah menyala di dalam ruang meditasi.
"Majikan Benteng Awan Putih mau tinggal di sini?"
"Ia seperti dirimu, ia pun tidak ingin orang lain menemukan dirinya!"
"Jadi bagaimana kau bisa menemukannya?"
"Dari hwesio yang tinggal di sini. Dia bernama Sheng Tong."
"Ia yang membawamu ke sini?"
"Aku juga pernah berbuat baik, aku pernah menyelamatkan nyawa beberapa orang." Lu Xiao Feng tersenyum. "Kau tidak pernah tahu kapan seseorang akan membalas budimu karena telah menyelamatkan jiwanya."
Ini mungkin bukanlah segi yang paling menyenangkan bila kita menolong orang, tapi setidaknya ini adalah salah satu hal yang menyenangkan.
"Saudara Ye, ini aku." Ia mengetuk pintu. "Lu Xiao Feng."
Tidak ada jawaban. Walaupun Ye Gu Cheng sedang tidur, tidak mungkin ia tidur selelap ini.
Mungkin kamarnya sudah kosong" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya. XiMen Chui Xue telah menerobos masuk lewat pintu. Di dalam kamar ada seseorang, orang mati! Orang yang tercekik hingga mati!
Dia bukan Ye Gu Cheng. "Ini Sheng Tong."
"Siapa yang membunuhnya" Mengapa dia dibunuh?"
"Tampaknya ia bukan hanya berhutang budi padaku." Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya. "Ia membawa orang lain ke sini, tapi Ye Gu Cheng telah pergi. Orang itu mengira bahwa Sheng Tong telah membocorkan gerakan mereka dengan sengaja, maka ia pun membunuhnya karena marah!"
Penjelasan ini bukan hanya tampak logis, mungkin inilah satu-satunya penjelasan yang masuk di akal.
Lu Xiao Feng menghela nafas lagi.
"Ini adalah orang kedua yang kulihat tercekik sampai mati!"
"Siapa yang pertama?"
"Nyonya Pertama Gong Sun."
"Apakah mereka mati di tangan orang yang sama?"
"Mungkin sekali."
Walaupun Sheng Tong tidak tercekik mati oleh sehelai pita sutera merah, tapi metode pembunuhannya tampaknya amat mirip.
"Apa hubungan Nyonya Pertama Gong Sun dengan urusan ini?"
"Seharusnya ada," Lu Xiao Feng tertawa jengkel. "Tapi aku belum bisa membayangkannya. Aku belum menemukan benangnya!"
"Benang apa?"
"Benang yang menghubungkan semuanya."
"Apa lagi yang kau ketahui?"


Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ye Gu Cheng terluka karena seseorang menjebaknya, kalau tidak Tang Tian Yi tidak akan pernah sempat menyerang."
"Siapa yang menjebaknya?"
"Seseorang yang bisa memikat ular dengan sebuah seruling bambu."
"Racun yang diderita OuYang Qing pun racun ular juga."
Koleksi Kang Zusi
"Orang ini bukan hanya melukai Ye Gu Cheng dan OuYang Qing, ia juga membunuh si Untung Besar Sun, Sheng Tong, dan Nyonya Pertama Gong Sun!"
"Kau yakin?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Karena aku telah membuktikan bahwa orang yang mencekik Nyonya Pertama Gong Sun hingga mati tidak lain adalah si pemikat ular. Ia bermaksud mengalihkan perhatianku dan menimpakan kesalahan pada Nyonya Pertama Gong Sun."
"Tampaknya tidak ada hubungan di antara 5 orang itu."
"Dan itulah sebabnya aku tidak bisa membayangkan kenapa seseorang ingin menyingkirkan mereka semua!"
"Apakah ada orang yang kau curigai?"
"Hanya satu orang yang tingkah-lakunya mencurigakan."
"Siapa?"
"Hwesio Jujur!"
Hwesio Jujur menjebak dan membunuh orang" Siapa yang akan percaya hal itu"
"Aku tahu tidak ada orang yang akan percaya padaku, tapi ia benar-benar merupakan orang yang paling mencurigakan!"
"Kapan kau mulai mencurigainya?"
"Sejak satu kalimat itu."
"Kalimat yang mana?"
"OuYang Qing adalah seorang perawan."
"Apa hubungannya keperawanan OuYang Qing dengan Hwesio Jujur?"
"Ada hubungannya."
XiMen Chui Xue tidak mengerti, tidak ada orang yang akan mengerti.
"Waktu aku sedang mengusut perkara Puteri DanFeng, aku pergi mencari si Untung Besar Sun.
Hari itu si Untung Besar Sun kebetulan berada di tempat pelacurannya OuYang Qing. Dan dalam perjalanan ke sana, aku bertemu dengan si Hwesio Jujur."
XiMen Chui Xue masih belum bisa membayangkan apa yang terjadi.
"Maka aku bertanya padanya, dari mana saja dia" Ke mana ia hendak pergi?"
"Apa yang ia katakan?"
"Ia mengatakan bahwa ia baru dari kamar OuYang Qing!"
"Tapi OuYang Qing adalah seorang perawan."
"Berdasarkan hal itu, kau bisa melihat bahwa Hwesio Jujur tidaklah benar-benar jujur."
"Itu bukan berarti bahwa ia pun membunuh!"
"Setiap orang berdusta untuk suatu alasan, apa alasan dia?"
"Jadi menurutmu, ia tentu telah melakukan sesuatu yang tidak boleh diceritakan pada malam sebelumnya, maka ia berdusta padamu sebagai alibinya?"
"Tentu saja, ia tidak menduga kalau aku kebetulan mengenal OuYang Qing!"
"Mengapa ia tidak menggunakan orang lain" Mengapa ia menggunakan OuYang Qing?"
"Karena OuYang Qing memang berurusan dengan dirinya!"
XiMen Chui Xue kembali terpaku.
"Setelah aku menghancurkan Paviliun Baju Hijau, aku menemukan bahwa ada sebuah organisasi rahasia lainnya di dunia persilatan yang disebut "Sepatu Merah". Tampaknya mereka juga yang mengendalikan Paviliun Baju Hijau secara diam-diam."
"Aku pernah mendengar hal itu."
Lu Xiao Feng adalah sosok yang legendaris. Keberhasilannya menghancurkan Paviliun Baju Hijau, mengalahkan Huo Xiu, menangkap si Bandit Penyulam, dan bersama Nyonya Pertama Gong Sun menjebak Jin Jiu Ling untuk mengorek pengakuannya telah lama tersebar ke seluruh dunia persilatan.
"Setelah mengetahui tentang Sepatu Merah, barulah aku akhirnya menyadari bahwa mereka juga dikendalikan orang!"
"Yang mengendalikan mereka adalah sebuah kelompok rahasia lain?"
Koleksi Kang Zusi
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Paviliun Baju Hijau adalah kelompok yang anggotanya laki-laki, Sepatu Merah semuanya terdiri dari wanita, kelompok rahasia yang satunya lagi bisa jadi seluruhnya terdiri dari hwesio dan mungkin disebut sebagai Kaus Kaki Putih!"
"Dan menurutmu, ketua organisasi ini tak lain adalah Hwesio Jujur?"
Lu Xiao Feng mengangguk lagi.
"Aku sangat jarang bertemu dengannya, tapi waktu aku menangani urusan Paviliun Baju Hijau, ia tiba-tiba muncul. Lalu waktu aku sedang mencari Sepatu Merah, ia pun muncul lagi. Terlalu banyak kebetulan."
"Tapi ia tidak mencegahmu saat kau menghancurkan Paviliun Baju Hijau, ia juga tidak mencegahmu saat mencari Sepatu Merah!"
"Karena ia tahu pasti bahwa aku telah bertekad kuat untuk melakukannya. Walaupun ia berusaha, ia tidak akan bisa menghentikanku."
Bahkan XiMen Chui Xue pun terpaksa mengakui bahwa memang mustahil bagi siapa pun untuk mencegah Lu Xiao Feng melakukan apa yang ia inginkan.
Lu Xiao Feng tertawa dingin dan meneruskan: "Hwesio semuanya memakai kaus kaki putih. Ia mengatakan bahwa kaus kaki yang ia kenakan hanyalah kaus kaki dari daging. Aku mengatakan bahwa kaus kaki dagingnya pun putih, tapi ia bilang bahwa kulitnya tidak putih."
"Kulitnya memang tidak putih."
"Jika ada lumpur di kaus kaki putihmu, apakah kaus kaki itu tetap putih?" Lu Xiao Feng mendengus.
"Ya," XiMen Chui Xue terpaksa mengakui hal itu. "Jadi kau curiga bahwa ia membunuh Nyonya Pertama Gong Sun dan OuYang Qing untuk membungkam mulut mereka?"
"Karena aku bukan hanya mengenal mereka, aku pun telah menjadi sahabat mereka. Maka ia khawatir kalau mereka akan membocorkan rahasianya."
"Malam itu, si Untung Besar Sun pun berada di tempat pelacuran itu."
"Di samping itu, si Untung Besar Sun benar-benar tahu terlalu banyak."
Jika ada seseorang yang tahu terlalu banyak, harapannya untuk hidup panjang mungkin tidak akan terpenuhi.
XiMen Chui Xue merenung sebentar sebelum menarik kesimpulan: "Tak perduli apa, semua ini hanyalah dugaanmu. Kau tidak punya bukti."
"Dugaanku amat jarang keliru!"
"Jadi kau telah menemukan benang yang menghubungkan si Untung Besar Sun, OuYang Qing, dan Nyonya Pertama Gong Sun."
"Ya."
"Bagaimana dengan Ye Gu Cheng" Mengapa Hwesio Jujur memburu Ye Gu Cheng?"
"Karena ia ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperluas kekuasaannya hingga ke ibukota."
XiMen Chui Xue kembali terpaku.
"Ia tahu bahwa Li Yan Bei dan Du Tong Xuan telah memasang taruhan besar untuk kalian berdua karena kedua orang itu pun ingin menggunakan kesempatan ini untu
Dewi Ular 5 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Pendekar Kelana 5
^