Pukulan Naga Sakti 13

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 13


ng siancu So Bwe leng kepada si anak muda tersebut.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang mendengar perkataan itu,
dengan cepat menimbrung.
"Asal lohu bisa berjumpa denngan Thi Eng khi, tak usah disuruh
sinniipun aku bisa segera turun gunung sendiri."
Ditinjau dari perkataan tersebut, tampaknya kedua orang itu
sama sama tidak bersedia untuk pergi meninggalkan tempat itu. Sim
ji sinni segera berkerut kening, mendadak serunya :
"Tin ji, antar tamu kita!"
Tiang pek lojin So Seng pak segera mendengus, dengan
mencorong sinar tajam yang menggidikkan hati dia mengawasi
wajah Bu im sin hong Kian Kim siang tanpa berkedip. Bu im sin hong
Kian Kim siang pun mendongakkan kepalanya dan tertawa seram :
"Heeehhhh..... heeehhhh...... So Seng pak, kau memang betul
betul hebat, terutama sekali kepandaianmu untuk mengadu domba,
betul betul luar biasa, lohu bersedia meminta petunjuk beberapa
jurus ilmu silat darimu!"
Mendengar suasana semakin menegang, dengan cepat Ciu Tin tin
menyelinap kedepan dan berdiri diantara kedua orang itu, kemudian
sambil menjura kekiri kekanan serunya berulang kali :
742 "Boanpwe menanti locianpwe berdua untuk turun dari gunung
....." Sebetulnya kedua orang itu sudah berniat untuk melakukan
pertarungan adu jiwa, tapi lantaran Ciu Tin tin berdiri di tengah
arena dan lagi untuk menjaga "gengsi", tentu saja mereka tak bisa
turun tangan secara gegabah.
Terpaksa sambil tertawa kering, mereka berdua saling
berpandangan dengan mata melotot. Sim ji sinni tertawa dingin, tiba
tiba selanya : "Kalau toh kalian berdua sama sama tak pandang sebelah
matapun terhadap yang lain, terpaksa pinni harus menghantar
sendiri kepergian kalian berdua dari sini!"
Kemudian dengan wajah serius, dia menghimpun tenaga Boan
yok sinkangnya hingga dua belas bagian, kemudian selangkah demi
selangkah menghampiri mereka berdua.
Baru saja dia berjalan dua langkah, mendadak dari sisi arena
muncul kembali sesosok bayangan manusia dan melayang turun
diantara tiga orang itu, serunya dengan lantang :
"Sinni, dalam peristiwa ini terdapat kecurigaan yang maha besar,
bagaimanapun urusan harus diperiksa dulu!"
Kehadiran orang itu ternyata sama sekali tidak dirasakan oleh
ketiga tokoh persilatan tersebut, dari sini dapat diketahui kalau
tenaga dalam yang dimiliki pendatang itu benar benar luar biasa
hebatnya. Tanpa terasa semua orang menjadi terperanjat dan bersama
sama mendongakkan kepalanya. Ternyata pendatang itu adalah
seorang kakek berambut perak berjubah biru dan berwajah penuh
senyuman, dengan sorot mata tajam ia memandang sekejap kearah
mereka bertiga lalu menjura kepada masing masing orang.
Begitu mengetahui siapa yang datang, Tiang pek lojin So Seng
pak segera bersorak gembira :
"Toako! Siaute sungguh rindu kepadamu."
743 Jilid 23 Bu im sin hong Kian Kim siang dengan wajah berseri turut
berseru pula dengan lantang :
"Thi tayhiap, setelah kau datang kemari, urusan akan lebih
gampang untuk diselesaikan."
Sedangkan Sim ji sinni segera merangkapkan tangan didepan
dadanya sambil berbisik :
"Omitohud .... Thi tayhiap tak pernah berbicara sembarangan,
pinni mohon petunjuk darimu. "
Kemunculan Keng thian giok cu Thi Keng secara tiba tiba di
puncak Sam yang hong selain berhasil menghindari meletusnya
suatu pertempuran besar, bahkan membuat jantung Ciu Tin tin
berdebar keras sehingga hampir saja melompat keluar dari rongga
dadanya. Kakek kekasih hatinya berarti pula kakek sendiri, kalau
dipikirkan kembali dia menjadi tersipu sipu malu.
Keng thian giok cu Thi Keng tidak segera menjawab perkataan
dari Sim ji sinni, dia hanya tertawa kemudian mengalihkan sorot
matanya yang tajam keatas wajah Ciu Tin tin. Dipandang secara
begini rupa, Ciu Tin tin segera merasakan tubuhnya menjadi gatal,
seperti ada beribu ekor semut yang berjalan diatas tubuhnya, ia
menjadi sangat tidak tenang.
Sambil tertawa Sim ji sinni segera berseru :
"Anak Tin, mengapa kau tidak segera memberi hormat kepada
Thi locianpwe?"
Ciu Tin tin semakin gugup sehingga tak berani mendongakkan
kepalanya tapi dia toh maju juga dan menjatuhkan diri berlutut dan
memberi hormat kepada Keng thian giok cu Thi Keng.
"Anak Tin menjumpai Thi yaya!" bisiknya lirih.
744 Keng thian giok cu Thi Keng menerima penghormatan dari Ciu
Tin tin tersebut, kemudian entah apa yang terjadi tahu tahu muncul
segulung tenaga yang amat besar membimbing gadis itu bangun.
"Apakah ayahmu adalah Gin ih kiam kek Ciu tayhiap?" tegurnya
dengan mata berkaca.
"Benar!" sahut Ciu Tin tin sambil sesenggukkan menahan isak
tangisnya. Dengan penuh kasih sayang, Keng thian giok cu Thi Keng segera
membelai rambut Ciu Tin tin yang halus, katanya pelan :
"Nak, kau baik sekali!"
Ciu Tin tin segera merasakan titik air mata jatuh bercucuran
dengan derasnya membasahi seluruh wajahnya, dia merasa Thi yaya
ini baik sekali kepadanya. Mendadak rasa malunya lenyap tak
berbekas, sembari menubruk kedalam pangkuan Keng thian giok cu
Thi Keng, serunya sambil tersedu :
"Yaya, adik Eng terlalu menderita!"
Keng thian giok cu Thi Keng merasa dia telah berbuat salah
kepada cucu kesayangannya, maka setelah mendengar ucapan dari
Ciu Tin tin tersebut untuk sesaat lamanya dia tak sanggup untuk
mengeluarkan sepatah katapun.
Berbareng itu pula, suara helaan napas segera berkumandang
dari empat penjuru di sekeliling tempat itu. Tampaknya hubungan
mesra antara kakek dan cucu ini, membuat Tiang pek lojin menjadi
teringat kembali dengan musibah yang menimpa cucu
kesayangannya Pek leng siancu So Bwe leng, dia menggelengkan
kepalanya berulang kali dengan perasaan amat sedih.
Sewaktu kejadian itu diketahui oleh Keng thian giok cu Thi Keng,
sambil tertawa orang tua itu segera berkata :
"Saudaraku, aku sudah pernah bersua dengan Bwe leng si bocah
itu, aku amat menyukainya, kau tak usah kuatir!"
745 Ucapan itu bermaksud ganda dan amat jelas sekali artinya,
kontan saja Tiang pek lojin menjadi girang dan wajahnya kembali
berseri-seri......
Kemudian pelan pelan Keng thian giok cu Thi Keng mendorong
tubuh Ciu Tin tin, katanya lembut :
"Nak, berdirilah dulu di samping, yaya lupa menjawab pertanyaan
dari gurumu."
Dengan berat hati Ciu Tin tin segera meninggalkan pelukan Keng
thian giok cu Thi Keng dan kembali kesisi Bu naynay, sementara
sepasang matanya yang jeli dan lembut tak pernah beralih
sekejappun dari tubuh kakek itu.
Paras muka Keng thian giok cu Thi Keng segera pulih kembali
pada sikapnya yang perkasa seperti dulu, kepada Sim ji sinni
katanya sambil tertawa :
"Sinni, kau sendiripun belum lama pulang gunung, hal ini berarti
kaupun wajib untuk mencuci bersih dirimu dari segala kecurigaan."
Sim ji sinni segera tertawa, seperti memahami sesuatu diapun
segera berkata :
"Thi sicu, rupanya kaupun menganggap pinni telah takluk dan
bergabung dengan Ban seng kiong?"
"Lohu pernah menyaksikan keempat tongcu muncul bersama
sama dalam istana Ban seng kiong."
"Haaaah....!" perkataan itu kontan saja disambut tiga orang
lainnya dengan jeritan kaget.
Ciu Tin tin juga tak kuasa menahan diri, dengan cepat diapun
menimbrung dari samping.
"Maksud yaya, ada empat orang yang berwajah mirip dengan
yaya sekalian telah muncul di istana Ban seng kiong?"
Keng thian giok cu Thi Keng segera manggut manggut.
746 "Benar! Aku menjumpai mereka berempat telah menyaru dan
mencatut nama kita berempat!"
Setelah berhenti sejenak, diapun menyahut lebih jauh :
"Oleh karena itu, mau tak mau kita harus berpikir dan menduga
kalau salah seorang diantara kita berempat besar kemungkinan ada
yang gadungan ...."
Bu im sin hong Kian Kim siang tidak percaya dengan ucapan
tersebut, dengan cepat dia berseru :
"Tapi untuk mencari empat orang yang berwajah agak mirip
dengan kami dan menyaru sebagai kita berempat, rasanya hal ini
mustahil bisa dilakukan ...."
Mendengar perkataan itu, Tiang pek lojin segera tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhhh..... haaahhhh..... haaahhhh..... ilmu menyaru muka
yang dimilik Huan im sin ang tiada keduanya didunia ini, jangankan
baru empat orang, sekalipun seratus orang juga bukan kesulitan
baginya!" Tentu saja Bu im sin hong Kian Kim siang tidak percaya dengan
kenyataan tersebut, akan tetapi setelah dijelaskan pula oleh Sim ji
sinni dan Keng thian giok cu Thi Keng, dia baru tak sanggup untuk
berkata apa apa lagi.
Sebagaimana diketahui, dia belum lama lolos dari kurungan,
tentu saja dia pun kurang mengenal terhadap kemampuan dari Huan
im sin ang untuk mengubah raut wajah, tak heran kalau rekan rekan
lainnya harus berbicara banyak untuk menyakinkan dirinya.
Di dalam kenyataan, empat orang tongcu yang berada dalam
istana Ban seng kiong sekarang, tak seorang pun yang asli.
Berbicara yang sebetulnya, hal mana tak lebih hanya merupakan
semacam siasat keji dari Hian im Tee kun belaka.
Rupanya Hian im Tee kun selain bermaksud merusak nama besar
dan kepercayaan orang terhadap pamor Keng thian giok cu sekalian
747 berempat, diapun punya rencana busuk untuk mengadu domba
kaum persilatan dari golongan lurus.
Dia menitahkan kepada Huan im sin ang untuk mempergunakan
ilmu menyarunya yang lihay merubah empat orang gembong iblis
anak buahnya menjadi Keng thian giok cu Thi Keng, Tiang pek lojin
So Seng pak, Sim ji sinni serta Bu im sin hong Kian Kim siang.
Perbuatan ini dilakukannya dengan sangat rahasia sekali, kecuali
Huan im sin ang seorang, boleh dibilang kawanan iblis lainnya tak
ada yang mengetahui, bahkan mereka bergembira karena mengira
keempat orang tongcu tersebut benar benar dijabat oleh Keng thian
giok cu Thi Keng sekalian berempat.
Perlu diketahui, nama besar Keng thian giok cu Thi Keng di dalam
dunia persilatan dewasa ini amat termashur dan jarang sekali ada
yang bisa menandingi, asal keempat tokoh utama ini berhasil
dibereskan, maka kawanan jago lainnya bukanlah merupakan suatu
ancaman yang serius.
Tindakan yang dilakukan Hiam im Tee kun kali ini memang
sangat lihay sekali, kendatipun Keng thian giok cu Thi Keng sekalian
tak sampai diperalat olehnya, tapi atas tindak tanduk yang dilakukan
oleh penyaru penyaru tersebut, akibatnya nama besar mereka akan
rusak, umat persilatan tak akan percaya lagi kepada mereka, dan
akhirnya mereka tak bisa menancapkan kaki lagi dalam dunia
persilatan. Apakah hasil dari rencana yang disusun oleh Hian im Tee kun ini
bisa berhasil sukses seperti apa yang diharapkan, baiklah kita
nantikan perkembangan selanjutnya.
Sementara itu, ketika Keng thian giok cu Thi Keng menyaksikan
Bu im sin hong Kian Kim siang sudah mempercayai apa yang
dikatakan semua orang, sambil mengangguk ia baru berkata :
"Oleh karena itu, pertama tama yang harus kita lakukan adalah
bagaimana membuktikan keaslian diri sendiri kemudian baru
bersama sama merundingkan cara yang terbaik untuk
menanggulangi musibah tersebut."
748 Tiang pek lojin yang pertama tama menyanggupi usul itu paling
dulu, dengan cepat serunya :
"Apa yang dikatakan toako memang benar, tapi dengan cara
apakah kita membuktikan keaslian kita masing masing?"
"Omitohud" bisik Sim ji sinni, "menurut pendapat pinni,
bagaimana kalau kita pergunakan ilmu silat simpanan masing masing
perguruan untuk membuktikan keaslian dari diri sendiri?"
"Bagus sekali," seru Tiang pek lojin So Seng pak dengan cepat,
"kendatipun Hiam im Tee kun bisa menyaru wajah kita namun dalam
hal ilmu silat mustahil mereka bisa menirukan secara persis,
terutama dalam soal kematangan, bagi mata seorang ahli hal
tersebut mudah untuk membedakan mana yang asli dan mana yang
palsu, pendapat dari sinni ini memang tepat sekali."
"Sinni!" ujar Bu im sin hong Kian Kim siang kemudian, "ilmu Boan
yok sinkangmu sudah mencapai puncak kesempurnaan dan bisa
dipergunakan menurut jalan pikiran, dalam seratus langkah dapat
melukai orang tanpa berwujud. Kami sekalian akan menggunakan
kesempatan ini untuk menikmati kelihayanmu itu."
Sim ji sinni tertawa.
"Ilmu Sian thian bu kek ji gi sinkang dari Thi sicu merupakan ilmu
yang maha dahsyat di dunia ini, mengapa kita tidak minta
kepadanya untuk mendemonstrasikan kelihayannya agar membuka
mata kita semua?"
Keng thian giok cu Thi Keng segera berkata :
"Ilmu Kiu coan hian kang dari So lote dan ilmu gerakan Hu kong
keng im dari Kian tayhiap semuanya merupakan ilmu silat utama
dalam dunia persilatan, sudah sepantasnya kepandaian kepandaian
yang hebat lebih dulu menunjukkan kelihayannya masa lohu berani
mendahului?"
Tiang pek lojin memandang sekejap kearah Keng thian giok cu
Thi Keng, kemudian ujarnya sambil tertawa :
749 "Biarlah burung yang bodoh terbang lebih dulu, siaute akan
mendemonstrasikan kejelekanku lebih dulu untuk membuka upacara
ini." Kemudian setelah berhenti sejenak lanjutnya :
"Bilamana ada kesilapan harap kalian semua jangan
menertawakan."
Setelah itu, dia lantas berjalan menuju ke sumur Bu sim cing
tersebut, kemudian sambil menghadap kemulut sumur, telapak


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya ditekan lalu diayunkan keatas sambil membentak keras :
"Naik!"
Air sumur yang berada tiga puluh kaki dibawah permukaan tanah
itu diiringi pancuran yang maha dahsyat mendadak menyembur
keluar dan mencapai ketinggian beberapa kaki, seakan akan ada
sebuah tonggak berwarna putih keperak perakan yang menancap di
tengah sumur yang menjulang keangkasa.
Bila seseorang tidak memiliki tenaga dalam yang sudah mencapai
puncak kesempurnaan, jangan harap dia bisa melakukan tindakan
semacam ini. "Bagus!" teriak semua orang.
Belum lenyap suara tersebut, Tiang pek lojin telah mengalihkan
sorot matanya yang tajam keujung tonggak air tersebut, kemudian
bentaknya lagi. Tampak tonggak air yang menjulang ke angkasa itu
mendadak berputar memenuhi angkasa, keadaan tersebut ibaratnya
naga sakti yang sedang menari nari dengan cepatnya.
Ciri khas dari ilmu Kiu coan hian kang pun segera terlihat pada
sembilan perputaran yang segera tercipta ditengah udara.
"Bagus sekali," tiba tiba Bu im sin hong Kian Kim siang
membentak nyaring, "siaute akan memeriahkan pula acara ini!"
Tampak tubuhnya melayang ke tengah udara, sekilas pandangan
nampaknya amat lamban, padahal cepatnya bagaikan sambaran
750 kilat, tahu tahu dia sudah melayang turun di atas sembilan naga
yang sedang menari itu, kemudian dengan mengandalkan hawa
murninya, dia berdiri tegak di ujung tonggak air tersebut sehingga
seakan akan dia menjadi kepala naga yang tersumbul keluar dari
balik tonggak air.
Ilmu gerakan tubuh semacam ini nampak jauh lebih hebat
setingkat bila dibandingkan dengan ilmu Leng siu poh hoat. Sim ji
sinni segera berkata kepada Keng thian giok cu Thi Keng sambil
tertawa : "Demonstrasi ilmu sakti yang diperlihatkan So sicu dan Kian sicu
sudah membuktikan kalau mereka memang orang yang asli.
Sekarang tiba giliran pinni untuk menunjukkan kejelekanku!"
Selesai berkata dia mengangkat tangannya sambil memuji :
"Omitohud!"
Kemudian sambil memejamkan matanya, dia tidak berbicara atau
bergerak, tidak nampak pula sesuatu gerakan apapun. Ciu Tin tin
sampai setengah harian lamanya mengawasi gurunya dengan
seksama, akan tetapi dia tak berhasil menemukan dimanakah letak
kelihayan dari ilmu Boan yok sinkang tersebut. Tanpa terasa dia
lantas berbisik kepada Bu naynay,
"Bu naynay, Tin ji tidak mengerti!"
Bu naynay segera menggelengkan kepalanya, jelas diapun tidak
lebih bodoh daripada Ciu Tin tin. Sambil tersenyum Keng thian giok
cu segera berkata :
"Sinni sedang menggunakan naga air yang sedang menari
sebagai sasarannya untuk mendemonstrasikan daya kekuatannya
melukai orang dari jarak jauh."
Akan tetapi Ciu Tin tin masih saja kebingungan, jelas dia tidak
berhasil melihat dimanakah letak kelihayan gurunya.
"Tin ji," Keng thian giok cu Thi Keng segera berkata, "tidakkah
kau saksikan dibalik naga air tersebut terdapat sepotong tangkai
pohon berwarna hijau?"
751 Ciu Tin tin mengerahkan tenaganya dan harus mencari sekian
lamanya sebelum berhasil menemukan sebatang ranting pohon
berwarna hijau yang lima inci panjangnya sedang bergerak kian
kemari mengikuti gerakan air di pinggang naga air.
Mendadak ranting pohon itu terbelah menjadi empat lalu
menyusul kemudian ranting pohon yang berwarna hijau itu lambat
laun berubah menjadi kuning, jelas ranting tadi sudah hampir
berakhir masa hidupnya.
Menyusul kemudian suatu peristiwa aneh terjadi, ranting kuning
yang semula terbelah menjadi empat itu menyatu kembali secara
otomatis, sementara warna kuning yang hampir layu itu pelan pelan
pulih kembali menjadi hijau segar. Sekarang Ciu Tin tin baru dapat
menyaksikan kelihayan ilmu sakti gurunya yang benar benar luar
biasa itu. Keng thian giok cu Thi Keng segera berpekik nyaring, baru saja
suara pekikan tersebut melengking, suaranya berubah menjadi
panjang seakan akan terdapat benda yang berwujud yang ikut
tergulung gulung mengikuti gelombang naga air hasil ciptaan Tiang
pek lojin So Seng pak.
Naga air yang semula lincah menari nari itu, mendadak menjadi
lambat laun gerakannya, gulungan dan getaran pun ikut menjadi
pelan. Ternyata keng thian giok cu Thi Keng telah menggunakan
ilmu sian thian bu kek ji gi sinkang yang dirubah dari irama menjadi
suatu kenyataan untuk beradu kekuatan dengan Tiang pek lojin.
Cuma saja serangan itu dilancarkan sekilas lewat dan tidak
mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya.
Keng thian giok cu Thi Keng berpekik nyaring kemudian tertawa
terbahak bahak, serunya :
"Haaahhhh..... haaahhhh.... haaahhhh.....saudara So harap kau
sudi memaafkan kesilapan diriku!"
Dalam waktu singkat, langit menjadi cerah dan pelan-pelan naga
air itu kembali ke dalam sumur. Keempat orang tua itu bersama
sama tertawa tergelak, kemudian katanya berbareng :
752 "Sungguh beruntung diantara kita berempat tak ada yang
gadungan ...."
"Selanjutnya kita harus menentukan suatu kode rahasia atau kata
sandi yang menentukan asal usul kita, daripada jejak kita
selanjutnya dicatut orang," kata Keng thian giok cu Thi Keng lagi.
"Tampaknya saudara Thi sudah memikirkan semua persoalan
dengan seksama, harap kau suka mengutarakan sekalian usulmu,"
ucap Bu im sin hong Kian Kim siang.
Dengan mengerahkan ilmu penyampaikan suara, Keng thian giok
cu Thi Keng saling bertukar pandangan dan usul, akhirnya sambil
tersenyum keempat orang itu tertawa terbahak bahak, sekarang
mereka tak usah kuatir lagi lagi untuk menganggap temen sebagai
lawan dan menganggap lawan sebagai teman.
Terutama sekali antara Tiang pek lojin So Seng pak dengan Bu im
sin hong Kian Kim siang, bila teringat kesalahan paham yang
berlangsung diantara mereka tadi, tak tahan lagi kedua belah pihak
saling berpandangan sambil tertawa tergelak.
Sekarang asal usul mereka berempat sudah jelas, mereka tak
usah kuatir lagi terhadap lawan bicaranya. Sekali lagi Bu im sin hong
Kian Kim siang mengulangi kembali kecurigaannya kalau Thi Eng khi
kemungkinan besar bersembunyi di dalam gua pertapaan Thio Biau
liong. Keng thian giok cu Thi Keng termenung beberapa saat lamanya,
kemudian berkata :
"Biarlah dia pergi! Untuk sementara waktu kita tak usah pergi
mencarinya, sebab bila sampai begitu malah dia akan merasa dirinya
tersudut ....."
"Eng ji pernah bersumpah akan menyusul Leng ji kealam baka,"
kata Tiang pek lojin So Seng pak dengan wajah murung, "jikalau dia
tidak mengetahui kalau Leng ji masih hidup dan sampai dia
menghadapi hal hal yang tidak diinginkan, bagaimana jadinya?"
753 "Eng ji mempunyai ambisi dan cita cita yang tinggi, dia pasti akan
menganggap tindakan lohu menggabungkan diri dengan Ban seng
kiong merupakan suatu penghinaan yang memalukan, sebelum
penghinaan ini dihapus, dia tak akan mengakhiri hidupnya dengan
begitu saja, itu berarti jika dia hendak menyusul Leng ji itupun akan
dilakukan di kemudian hari, atau dengan perkataan lain kita masih
punya kesempatan untuk menyelamatkan jiwanya, aku rasa
persoalan paling penting yang sedang kita hadapi kini adalah
bagaimana menghadapi rencana keji dari Hian im Tee kun!"
Keng thian giok cu Thi Keng adalah kakek dari Thi Eng khi,
setelah dia mengusulkan agar jangan mengusik Thi Eng khi, tentu
saja semua orang tak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya Ciu Tin tin
seorang yang sangat merindukan Thi Eng khi, dengan perasaan
yang tak terkendali dia lantas berseru :
"Yaya..."
"Ada apa anak Tin?" tanya Keng thian giok cu Thi Keng.
Merah padam selembar wajah Ciu Tin tin, tentu saja apa yang
menjadi rahasia hatinya tak berani dikemukakan, sahutnya :
"Mengapa kalian tidak bersama sama masuk ke dalam kuil dan
merundingkan persoalan ini pelan pelan?"
Sim ji sinni segera berseru pula sambil tertawa.
"Aaah, pinni benar benar kurang sopan, untung Tin ji
mengingatkan, mari .... mari masuk!"
Mereka semua lantas bersama sama memasuki kuil Sam sim an
dan mengambil tempat duduk, setelah menghidangkan air teh, Ciu
Tin tin dan Bu naynay mengundurkan diri keluar dari kuil dan
berjaga di empat penjuru kuatir ada orang menyadap hasil
perundingan itu.
Kurang lebih setengah pertanak nasi kemudian, Sim ji sinni baru
memanggil Ciu Tin tin dan Bu naynay untuk masuk kedalam kuil.
754 Sementara itu, dalam kuil sudah tidak nampak Keng thian giok cu
Thi Keng sekalian bertiga.
Padahal Ciu Tin tin dan Bu naynay mendapat tugas untuk
melindungi sekeliling tempat itu tapi nyatanya mereka tidak
mengetahui sejak kapankah ketiga orang itu meninggalkan kuil, hal
mana kontan saja membuatnya menarik napas dingin, pikirnya.
"Tampaknya kepandaian kami benar benar masih ketinggalan
jauh sekali."
Sim ji sinni seperti dapat memahami suara hati Ciu Tin tin,
ujarnya kemudian sambil tertawa :
"Akupun hendak turun gunung untuk melakukan perjalanan, baik
baiklah kau melatih diri!"
Setelah meninggalkan sejilid kitab buat Ciu Tin tin dan
meninggalkan beberapa pesan kepada Bu naynay, dia turut
berangkat meninggalkan bukit itu.
Bagaimana dengan Thi Eng khi"
Berbagai persoalan yang dihadapi si anak muda cukup
memberantakan perasaannya, terutama sekali setelah mendengar
kalau kakek yang paling dihormati dan disayangi pun telah
bergabung dengan Hiam im Tee kun dan menjabat sebagai Tongcu
ruang Cing liong tong dari istana Ban seng kiong. Peristiwa ini benar
benar membuatnya malu dan batinnya terpukul, tanpa bisa dikuasai
lagi dia segera melarikan diri sekuat tenaga tanpa arah tujuan.
Setelah berlarian sekian waktu, dan dikala tubuhnya sudah mulai
penat, kesadarannya mulai pulih kembali dan perasaannya menjadi
tenang. Pelbagai penghinaan dan cemoohan yang dideritanya
selama ini telah membuat anak muda tersebut lebih tabah
menghadapi segala perubahan, semakin besar daya tekanan
lingkungan yang menggencetnya, semakin besar pula ambisinya
untuk berjuang menuju ke atas.
755 Berdasarkan pelbagai alasan tersebut, akhirnya dia mengambil
keputusan untuk balik ke dalam gua yang ditinggalkan Thio Biau
liong untuk memperdalam ilmu silatnya, sebagai persiapan untuk
berduel melawan melawan Hian im Tee kun dan mencuci bersih
penghinaan dan rasa malu yang diberikan kakeknya Keng thian giok
cu Thi Keng terhadap perguruan Thian liong pay.
Begitu keputusan diambil, dia lantas berangkat menuju ke bukit
Bu gi san. Peristiwa itu terjadi sebelum Bu im sin hong Kian Kim
siang sekalian bertiga mengejarnya ke bukit Bu gi san.
Siapa tahu, baru saja akan memasuki wilayah bukit Bu gi san, dia
telah menjumpai suatu penghadangan lagi yang sama sekali berada
di luar dugaan. Tatkala Thi Eng khi berangkat kembali ke bukit Bu gi
san, hari sudah malam dan angkasa diliputi oleh kegelapan.
Dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimiliki, dalam
beberapa lompatan yang lebar, dia bergerak ke depan menembusi
hembusan angin bukit yang kencang. Tenaga dalamnya memang
sudah mencapai puncak kesempurnaan, gerak geriknya cepat
bagaikan sambaran petir.
Dalam keadaan begitulah, mendadak dia menyaksikan dua sosok
bayangan manusia sedang berjalan di depannya dengan kecepatan
luar biasa......
Kalau dilihat dari gerakan tubuh mereka jelas terlihat kalau
tenaga dalam yang dimiliki orang itu sangat lihay, gerak geriknya
sama sekali tidak menimbulkan suara apa apa, andaikata tenaga
dalam yang dimiliki Thi Eng khi tidak memperoleh kemajuan yang
pesat, mungkin sulit untuk menyusul mereka.
Thi Eng khi tidak bernapsu untuk mencampuri urusan orang lain,
dia ingin melewati dari sisi mereka dan langsung naik gunung. Siapa
tahu pada saat itulah, terdengar salah seorang diantara kedua orang
itu berkata : "Dalam perjalanan menuju ke kuil Siau lim si kali ini, siaute benar
benar merasa kuatir bagi nama besar Pencuri sakti yang kau miliki
itu, apa kau yakin pasti berhasil?"
756 Orang kedua segera mendengus dingin.
"Hmm, Phu thian meski merupakan halaman bagian belakang
dari kuil Siau lim si, aku si Pencuri sakti Go Jit masih tidak
memandang sebelah mata pun terhadap mereka, yang kukuatirkan
justru adalah keselamatan saudara sendiri, memancing harimau
tidak berhasil malahan kena terbacok hidup hidup oleh kawanan
hwesio tersebut."
Orang pertama itu segera tertawa seram.
"Haaahhhh..... haaahhhh...... haaahhhhh...... aku Thi tan kim
wan (lempengan baja peluru emas) Ci Ceng lui bukan lagi mengibul.
Berbicara terus terang saja, jangan toh kawanan jagonya,
kendatipun Ci long siansu ciangbunjin dari kuil Siau lim si sendiripun
belum tentu bisa lolos dari lempengan baja peluru emasku dengan
selamat. Sementara pembicaraan masih berlangsung mereka berbelok dan
berputar arah. Ternyata mereka cuma memotong jalan dengan
melalui bukit Bu gi san saja.
Thi Eng khi adalah seorang pendekar yang berjiwa besar,
seandainya dia tidak mengetahui persoalan ini, tentu saja tak bisa
dikatakan. Sekarang setelah tahu kalau pihak Siau lim si menghadapi
kesulitan, dia menjadi tak tega untuk berpeluk tangan belaka.
Dengan cepat dia kesampingkan persoalan pribadinya dan secara
diam diam melakukan pengejaran dari belakang. Sekalipun dia
menguntil di belakang kedua orang itu secara diam diam dan sudah
melihat jelas raut wajah mereka namun sepanjang jalan tidak
melakukan penghadangan apapun.
Pertama, dia kuatir menggebuk rumput mengejutkan ular
sehingga membuat urusan besar terbengkalai.
Kedua, karena dia hanya tahu bahwa kedua orang itu hendak
menuju ke kuil Siau lim, sedangkan apa maksud tujuannya masih
757 belum jelas, sebab itu dia merasa enggan untuk sembarang


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertindak. Begitulah seterusnya, hingga sampai di kota Lam peng,
dia masih belum mengetahui jelas tujuan dari kedua orang itu.
Nampaknya mereka sangat cerdik dan cekatan, itu berarti
selanjutnya akan sulit untuk menemukan suatu jejak apapun dari
mereka. Berpikir demikian, dia mengambil keputusan untuk
berangkat dulu ke kuil Siau lim si untuk melaporkan kejadian ini,
dengan begitu pihak Siau limsi mempunyai kesempatan untuk
mengatur persiapan dan tak sampai kecolongan.
Berpendapat demikian, dia lantas berangkat dulu menuju ke Phu
thian ..... Tiba di kota Phu thian, hari sudah malam, terpaksa dia
memperlambat langkah kakinya dengan harapan bisa menemukan
sebuah rumah petani untuk menginap semalam, kemudian pada
keesokan harinya baru berangkat ke kuil Siau lim si untuk memberi
laporan. Di depan sana, di balik tumbuhan bambu yang rindang terdapat
tiga buah rumah petani, didepan rumah terbentang sebuah kolam
dengan air yang jernih, begitu tenang suasana di situ membuat
orang merasakan hatinya amat nyaman.....
Setelah menelusuri sebuah jalanan kecil, belum lagi dia sempat
menyapa, mendadak dari dalam rumah melompat keluar dua ekor
anjing besar dan menubruk kearahnya sambil menggonggong.
Tujuan Thi Eng khi adalah mencari tempat pemondokan, tentu
saja dia segan untuk memukul anjing tersebut, terpaksa dia harus
berkelit ke samping untuk menghindarkan diri.
Sementara itu dari dalam rumah muncul seorang bocah berusia
sepuluh tahunan, sambil berlari keluar, dia berteriak keras keras :
"Kembali!"
758 Kedua ekor anjing itu menurut sekali, sambil mengebaskan
ekornya mereka berjalan kembali. Thi Eng khi segera maju dua
langkah kemuka, kemudian sambil tersenyum disapanya bocah itu :
"Engkoh cilik, aku adalah Thi Eng khi dan ingin berbicara dengan
orang tuamu."
Sambil menengadah bocah cilik itu melototkan matanya bulat
bulat, kemudian seraya mengawasi wajah Thi Eng khi dia menegur :
"Kau datang dari luar?"
Thi Eng khi merasa bocah ini bukan seorang manusia yang
sederhana, karena sewaktu dia masih kecil dulu belum pernah
memiliki jalan pemikiran seperti ini. Dia tidak menyangka kalau dari
dandanan maupun caranya berbicara, seakan akan bocah itu bisa
membaca kalau dia berasal dari luar desa.
Maka setelah mendengar pertanyaan itu, cepat cepat dia
mengangguk. "Aku adalah seorang yang sedang melakukan perjalanan."
"Ada urusan apa kau mencari orang tuaku" Katakan saja
kepadaku, toh sama saja."
Thi Eng khi agak sungkan untuk mengemukakan keinginannya
untuk mencari tempat pemondokan kepada bocah cilik itu, untuk
sesaat dia menjadi termangu dan berkerut kening.
"Aku mempunyai sebuah permohonan, apakah Engkoh cilik bisa
mengambil keputusan?"
Bocah cilik itu segera memperlihatkan sikap seorang dewasa
sambil mengangkat kepala dan membusungkan dada dia menyahut :
"Siapa bilang kalau aku tak bisa mengambil keputusan?"
Thi Eng khi segera tertawa getir, ujarnya :
"Aku sedang kemalaman di tengah jalan, kini aku bermaksud
untuk menumpang semalam saja disini, apakah engkoh cilik bersedia
mengabulkan permintaanku ini?"
759 Dengan kening berkerut, bocah itu segera menggeleng.
"Soal ini ..... aku pikir kurang begitu leluasa. "
"Aku hanya memohon menumpang semalam sajam harap engkoh
cilik sudi mengabulkan."
Namun bocah itu kembali menggeleng,
"Tak bisa, lebih baik kau mencari tempat lain saja ". "
Thi Eng khi tak bisa mengemukakan alasannya kepada bocah cilik
itu, terpaksa dengan wajah murung dia membalikkan badan siap
berlalu dari tempat tersebut. Mendadak dari dalam rumah
berkumandang suara teguran seorang perempuan dengan suara
halus dan lembut :
"Yun ji, kau sedang berbicara dengan siapa?"
"Ibu!" bocah itu segera berseru dan membalikkan badan berlari
masuk, "ada orang hendak menumpang semalam disini, anak telah
mempersilahkannya pergi."
Tatkala Thi Eng khi mendengar didalam rumah terdapat orang
dewasa, meski sudah membalikkan badan namun tidak segera pergi,
dia masih tetap berdiri di tempat semula.
Benar juga dari dalam rumah segera terdengar seseorang
menghela napas panjang :
"Orang yang sedang melakukan perjalanan memang sering kali
menjumpai banyak kesulitan, menolong orang lain berarti menabung
amal kebaikan buat diri sendiri. Nak, cepat kau persilahkan orang
untuk masuk ke dalam rumah."
Thi Eng khi segera membalikkan badannya, tampak didepan pintu
sudah berdiri seorang nyonya muda berusia dua puluh lima enam
tahunan, mukanya putih bersih dengan panca indra yang sempurna,
pokoknya perempuan itu memiliki seraut wajah yang cantik jelita.
760 Dengan riang gembira, bocah itu segera melangkah keluar sambil
berseru keras :
"Kek koan, silahkan duduk!"
Melihat hal itu, Thi Eng khi segera berpikir :
"Mungkin ayah si bocah sedang bertani di sawah dan belum
pulang..... "
Dengan langkah tegap dia lantas berjalan masuk ke dalam
ruangan. Ruang tamu itu tidak begitu besar namun bersih sekali, hal
ini menunjukkan kalau keluarga tersebut bukan keluarga
kampungan. Nyonya muda itu segera menitah si bocah untuk
menghidangkan air teh.
Thi Eng khi sendiri pun melaporkan namanya. Kepada Thi Eng
khi, nyonya muda itu menerangkan kalau di rumah mereka sekarang
tinggal mereka ibu dan anak, dua orang, suaminya she Kwik tapi
semenjak tahun berselang tak diketahui lagi kabar beritanya,
sementara si bocah bernama Kwik Yun.
Ketika Thi Eng khi mendengar Kwik toanio adalah seorang janda,
dia segera merasa kalau memondok disitu memang kurang leluasa,
sekarang dia baru mengerti apa sebabnya bocak cilik itu tidak
bersedia menerimanya untuk memondok disitu, tapi kini dia sudah
berada di dalam ruangan, jika dia bilang hendak pergi, rasanya
kurang baik pula.
Untung saja Kwik toanio adalah seorang perempuan yang lemah
lembut, dia segara menitahkan kepada bocah itu untuk menghantar
Thi Eng khi masuk ke ruangan depan dan tidak berbicara lagi
dengan Thi Eng khi, sedang makan malamnya pun dihantar oleh
Kwik Yun kedalam kamarnya sehingga Thi Eng khi bisa bersantap
seorang diri. Dengan begitu Thi Eng khi baru bisa berlega hati dan menutup
pintu untuk mengatur pernapasan. Tenaga dalamnya memang amat
sempurna, begitu hawa murninya diatur, dia segera berada dalam
keadaan lupa segala galanya.
761 Menanti dia selesai bersemedi, rembulan sudah berada di
angkasa, waktu sudah menunjukkan kentongan dua lewat. Suasana
di luar sana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun,
memandang rembulan yang terang dan membayangkan asal usul
sendiri, tak kuasa lagi dia menghela napas.
Mendadak terdengar suara ujung baju terhembus angin
berkumandang dari puluhan kaki di depan sana. Kesempurnaan
tenaga dalam yang dimiliki sekarang sudah mencapai puncak
kehebatan, apalagi berada dalam keheningan malam yang
mencekam, jangankan suara manusia yang berjalan malam,
sekalipun ada sebatang jarum terjatuh di wilayah sejauh sepuluh
kaki dari tempat dimana dia berada pun jangan harap bisa lolos dari
pendengarannya.
Yang datang berjumlah lima orang dan arah tujuan mereka
adalah rumah tersebut. Tampaknya tenaga dalam yang dimiliki
pendatang itupun cukup tangguh, andaikata dia tidak memperoleh
penemuan diluar dugaan sehingga berhasil menguasai ilmu Heng
kian sinkang, jangan harap ia dapat menemukan gerak gerik orang
itu dari jarak puluhan kaki.
Dia tidak habis mengerti apa sebabnya ibu beranak dua orang
yang mengenaskan itu, bisa terikat tali permusuhan dengan orangorang
persilatan"
Dalam pada itu, para pendatang telah menyebarkan diri keempat
penjuru, jelas mereka tidak bermaksud membiarkan ibu dan anak
dua orang itu melarikan diri atau dengan perkataan lain, mereka
berniat untuk melakukan pembunuhan secara besar besaran.
Dengan kening berkerut, hawa amarahnya segera berkobar dan
menyelimuti seluruh wajah anak muda tersebut. Dalam pada itu,
seseorang telah berjalan mendekati pintu depan rumah tersebut.
Menyusul dua kali dengusan tertahan nampaknya dua ekor anjing
penjaga pintu itu sudah terbunuh.
Diikuti suara pintu depan didobrak orang dan pendatang itu
sudah memasuki ruangan tamu.
762 "Heeehhhh..... heeehhhhh........ heeehhhhh......." setelah tertawa
dingin tiada hentinya, orang itu berkata,
"Janda muda! Cu toaya khusus datang kemari untuk
menghadiahkan lencana kesucian hidup menjanda selama banyak
tahun, mengapa kau tidak membuka pintu untuk menyambut
kedatanganku?"
Kwik toanio yang berada di dalam kamar segera menjerit kaget
seperti baru mendusin dari impiannya, kemudian tanya dengan
suara gemetar. "Siapa yang datang?"
"Siapa?" Kwik Yun turut bertanya.
Orang itu segera tertawa seram.
"Heeehhhh..... heeehhhhh...... heeehhhh...... perempuan rendah,
masa suara dari Cu toaya pun tak bisa kau kenal?"
Kemudian sambil menggebrak meja keras keras serunya dengan
lantang, "Cepat menggelinding keluar, toaya masih ada persoalan yang
hendak ditanyakan kepadamu!"
Kwik toanio yang berada di dalam kamar menjadi semakin
ketakutan, serunya :
"Hari ini sudah terlalu malam, kami ibu dan anakpun sudah tidur,
jika Toaya ada persoalan, bagaimana kalau dibicarakan besok saja?"
Sekalipun ia berkata demikian namun terdengar juga suara orang
mengenakan pakaian dan berjalan menuju ke pintu.
"Ibu!" Kwik Yun segera menjerit keras, "Kau tak boleh membuka
pintu, dia bukan manusia baik baik!"
Cu toaya yang berada di luar kamar kembali berteriak keras :
"Anak jaddh, tutup mulut anjingmu! Sungguh perbuatan baik
telah kalian lakukan sehingga wajah saudara Kwik turut kalian jual!
763 Hmm, kalian berdua dapat menggelinding keluar, toaya selain
hendak menangkap kalian berdua juga akan menangkap gendaknya,
akan kulihat kau si janda muda bisa berbicara apa lagi!"
Rupanya perbuatan Kwik Toanio menerima Thi Eng khi untuk
mondok semalam telah diketahui oleh kawanan pencoleng tersebut,
mereka lantas memanfaatkan peluang ini untuk melakukan
kejahatan. Kwik Toanio segera berseru tertahan, niat untuk membuka pintu
pun segera diurungkan, mati matian dia menutup pintu kamar
kemudian serunya :
"Aku takkan membuka pintu!"
"Tidak akan membuka pintu?" seru Cu toaya tersebut dengan
suara dingin, "memangnya kau bisa berbuat seenak hatimu sendiri?"
Dengan telapak tangannya yang besar, dia siap menghajar pintu
kamar tersebut. Mendadak dari sisi telinganya terdengar seseorang
menegur dengan suara yang amat berwibawa :
"Cu toaya, harap hentikan ulahmu itu!"
Dari samping muncul sebuah tangan yang segera mencengkeram
persendian tulang sikut kanan Cu toaya. Sungguh cepat gerakan
tangan orang itu, hakekatnya seperti sambaran petir, bukan saja tak
diketahui sedari kapan dia sudah berdiri dibelakang sana bahkan jari
tangan yang mencengkeram tulang persendiannya pun sangat kuat
seperti jepitan baja, sakitnya sampai merasuk ke tulang sumsum .....
Cu toaya amat terperanjat, dengan cepat dia berpaling
kebelakang ....
Terasa cahaya lampu menusuk pandangan mata, ternyata orang
itu dengan tangan sebelah mencengkeram lengannya tangan yang
lain menyulut lentera diatas meja. Diantara kilatan cahaya lampu,
tampak orang mengenakan jubah berwarna biru langit dengan
sebuah tali rami mengikat di pinggannya (inilah pertanda rasa
berkabung Thi Eng khi atas kematian Huang oh siansu).
764 Wajah orang itu amat tampan dan halus, hanya sayang diliputi
oleh kewibawaan yang menggidikkan hati. Cu toaya mencoba untuk
meronta, ternyata dia berhasil meloloskan diri dari cengkeraman,
kontan saja keberaniannya memuncak, segera katanya :
"Siapakah kau" Berani benar mencampuri urusan toayamu!"
"Aku adalah Thi Eng khi dari Thian liong pay! Manusia yang hidup
di dunia ini mengurusi persoalan persoalan yang tak adil di dunia ini,
apalagi berbicara tentang perbuatanmu yang terkutuk, hmmm, aku
sudah bertekad untuk mencampuri."
Sekalipun nama besar Thi Eng khi sebagai ciangbunjin baru
perguruan Thian liong pay bukan terangkat oleh kepandaian silat
yang lihay namun semua tindak tanduk serta perbuatan yang
dilakukannya selama ini sudah tersebar di seantero jagad, terlepas
bagaimanakah pandangan serta penilaian orang terhadap dirinya,
yang pasti dia adalah seorang manusia yang amat ternama.
Betul juga, Cu toaya agak tertegun, rupanya kejadian tersebut
sama sekali diluar dugaannya.
"Kau benar benar adalah ciangbunjin dari Thian liong pay?"
tegurnya kembali.
Thi Eng khi tertawa nyaring.
"Haaahhh".. haaahhhh". Haaahhhhhh".. aku rasa, belum ada
kepentingan mendesak yang memaksaku untuk bertukar nama!"
"Jadi kau berdiam di dalam rumah ini?"
Satu ingatan melintas dalam benak Thi Eng khi, sahutnya :
"Mencari tempat pemondokan di rumah penduduk merupakan
sebuah kejadian yang lumrah bagi orang yang melakukan
perjalanan, entah apa maksud Cu toaya bertanya demikian?"
Bukan cuma keberaniannya telah pulih kembali, agaknya Cu
toaya berhasil menangkap alasan dibalik kejadian itu, sikapnya
kembali jumawa dan sok, sambil dia berseru :
765 "Huuh, mentang mentang seorang ketua dari perguruan besar,


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyatanya berani tidur sekamar dengan janda muda yang masih
cantik jelita, hmmm".. bagaimanakah jalan pemikiran orang lain,
aku pikir tentunya kau bisa menduga sendiri bukan!"
Mendengar ucapan tersebut, kontan saja hawa amarah Thi Eng
khi berkobar serunya:
"Kau jangan berbicara sembarangan, apakah kau tidak tahu kalau
kami tidur berlainan kamar."
Cu toaya kontan saja memincingkan matanya kemudian sambil
menarik muka dia berkata :
"Kau berada serumah dengan janda muda, apalagi dalam
suasana gelap gulita, siapa yang tahu apa yang telah kau kerjakan?"
Agak tertegun Thi Eng khi menjumpai kejadian tersebut.
"Jadi Cu toaya pun tidak percaya?"
"Heeehhhh.... heeehhhhh..... heehhhh..... dengan mata kepalaku
sendiri toaya melihat segala sesuatunya terjadi, tentu saja aku
mempercayainya seratus persen cuma..... cuma...."
Dia segera berhenti berbicara dan tidak melanjutkan ucapan
selanjutnya sementara sepasang matanya melirik wajah Thi Eng khi
dengan senyuman aneh menghiasi ujung bibirnya. Tercekat
perasaan Thi Eng khi, buru buru dia bertanya :
"Cuma ..... kenapa?"
Dengan langkah lebar Cu toaya berjalan kedalam ruangan dan
duduk di kursi, lalu katanya :
"Thi ciangbunjin, silahkan duduk! Mari kita berunding secara
pelan pelan ....!"
"Aku akan berdiri saja, persoalan apa yang hendak kau
rundingkan?"
Sekali lagi Cu toaya tertawa kering.
766 "Thi ciangbunjin, mari kita berbicara secara blak blakan, sebagai
seorang ciangbunjin tentunya kau sayang bukan dengan kebersihan
dan nama besarmu" Sedang aku ..... aku Hoa tiong long (serigala di
tengah bunga) Cu It kay adalah orang yang menyukai keindahan
bunga, bagaimana kalau kita bekerja mengikuti selera masing
masing tanpa saling merugikan pihak yang lain?"
Tentu saja Thi Eng khi tak dapat menerima ucapan semacam itu,
paras mukanya kontan berubah menjadi dingin membesi, katanya :
"Kau telah menganggap diriku sebagai manusia macam apa?"
"Bersedia atau tidak, terserah kepadamu," seru Serigala di tengah
bunga Cu It kay sambil melompat bangun, "buat apa sih kau marah
marah" Maaf toaya mohon diri lebih dulu!"
Baru saja berjalan sejauh dua langkah, dia telah berguman
seorang diri. "Toa ciangbunjin berilmu silat sangat lihay, siapa tahu kalau kau
baru saja melompat keluar dari jendela kamar si janda muda itu!
"Kau bilang apa?" bentak Thi Eng khi dengan suara keras.
Dengan suatu hisapan tenaga yang maha dahsyat dia membetot
tubuh serigala di tengah bunga Cu It kay dan menariknya masuk
kedalam ruangan. Serigala di tengah bunga Cu It ka hanya
merasakan tubuhnya kaku dan kesemutan, jangan toh berbicara soal
pertarungan, dengan mengandalkan jurus ini biarpun ada sepuluh
orang serigala di tengah bunga Cu It kay juga tak akan sanggup
memberikan perlawanan.
Sebetulnya dia ada niat melancarkan sergapan kilat setibanya di
depan pintu nanti, tapi sekarang setelah menghadapi kejadian
tersebut, dia lantas berubah pikiran, serunya sambil tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhhh.... haaahhhh...... haaahhh..... sungguh tak kusangka
Ciangbunjin dari Thian liong pay pun pandai melakukan perbuatan
membunuh orang menghilangkan saksi, bagus! Bila kau memang
767 mempunyai keberanian, lakukanlah perbuatanmu dengan segera.
Setelah terjatuh ketanganmu, Toaya lebih baik mengaku bernasib
jelek." Benarkah Thi Eng khi dapat melakukan pembunuhan untuk
membungkam saksi" Jangankan untuk berbuat, mungkin ingatan
semacam itu belum pernah terlintas dalam benaknya. Apalagi
setelah serigala di tengah bunga meneriakkan ucapan tersebut. Thi
Eng khi saking mendongkolnya sampai sekujur tubuhnya gemetar
keras dan ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
"Kraaakk....!" dalam pada itu Kwik toanio dan Kwik Yun telah
berpakaian dan keluar dari kamar. Thi Eng khi segera mengulapkan
tangannya mencegah mereka untuk keluar dari kamarnya, ia berkata
: "Harap kalian berdua menunggu dalam kamar saja, jangan
keluar!" Berdiri diambang pintu, Kwik toanio melotot sekejap kearah
serigala di tengah bunga Cu It kay dengan penuh kebencian,
serunya sambil menahan geram :
"Kubunuh kau! Manusia laknat macam dirimu hanya bisa
melakukan kejahatan bagi umat manusia, sudah cukup penghinaan
dan aniaya yang kuterima darimu, aku akan beradu jiwa denganmu
kini!" Ia bersiap siap untuk menubruk kearah serigala di tengah bunga
Cu It kay .....
Sebagai seorang perempuan lemah yang tak pandai bersilat,
bagaimana mungkin dia bisa menembusi hawa khikang yang
disalurkan Thi Eng khi untuk melindungi tubuhnya. Bersama itu pula,
Kwik Yun telah memeluk paha Kwik toanio sambil merengek :
"Ibu! Ibu ....."
Kwik toanio tak berdaya untuk banyak bertingkah, dia hanya bisa
bersandar di pintu sambil menangis tersedu sedu. Mendadak .....
dari luar pintu bergema suara bentakan keras :
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?"
768 Sungguh besar wibawa pendatang itu, orang orang yang sedang
berjaga di empat penjuru serentak melarikan diri terbirit birit setelah
mendengar bentakan itu. Serigala di tengah bunga Cu It kay yang
berada di dalam ruangan pun segera berubah muka, tapi hanya
sebentar kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala! Bahkan
sekulum senyuman licik segera menghiasi ujung bibirnya.
Suara langkah kaki yang berat bergema di ruangan itu, tahu tahu
seorang hwesio yang tinggi besar dan bertubuh kekar telah muncul
di depan pintu. Serigala di tengah bunga Cu It kay memang betul
betul licik, belum sempat pendeta itu mengucapkan sesuatu, dia
sudah pura pura marah sambil berseru :
"Gho beng taysu, sungguh kebetulan sekali kedatanganmu,
hampir saja Kwik toanio dinodai keparat itu!"
Gho beng taysu segera mendengus dingin.
"Hmm, kaupun bukan manusia baik baik," serunya "cepat enyah
dari sini!"
Serigala di tengah bunga Cu It kay melotot sekejap kea rah Thi
Eng khi, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun segera
melarikan diri meninggalkan tempat itu.
Gho beng taysu memandang sekejap kearah Thi Eng khi, baru
saja pemuda itu akan memberi penjelasan, Gho beng taysu telah
berpaling lagi kearah Kwik toanio sambil berkata :
"Omitohud, silahkan toanio kembali kekamar untuk beristirahat,
persoalan disini biar pinceng yang selesaikan!"
Kwik toanio menundukkan kepalanya tanpa berbicara, diapun
tidak masuk kembali ke kamar. Melihat itu, Gho beng taysu
menggelengkan kepalanya berulang kali, ia lantas membalikkan
badan kearah Thi Eng khi dan membentak lagi :
"Pinceng menyayangi jiwa manusia dan berharap umat manusia
bisa berbuat kebajikan, kali ini aku akan melepaskan dirimu, cepat
enyah dari sini!"
769 Mula mula Thi Eng khi tertegun, kemudian paras mukanya
berubah hebat, sepasang alis matanya kontan berkenyit kencang.
Thi Eng khi yang menumpang tidur dirumah Kwik toanio, tapi telah
dianggap Gho beng taysu dari Siau lim pay sebagai seorang
pemerkosa bahkan mencaci maki dirinya, hal mana kontan saja
membuat dia berkerut kening dan naik darah.
Perasaan malu dan gusar yang bercamput aduk membuat
pemuda itu benar benar amat geram, segera serunya :
"Taysu adalah seorang pendeta beragama yang saleh, mengapa
kau hanya mempercayai perkataan sepihak lantas menuduh aku
sebagai manusia yang tak genah, apakah kau tidak kuatir
tuduhanmu itu salah alamat?"
Walaupun Gho beng taysu adalah seorang pendeta namun
wataknya sangat angkuh dan tinggi hati, dengan kedudukannya
sebagai anggota Siau lim sim, ia merasa tak senang Thi Eng khi
membahasai diri sebagai "aku" yang menunjukkan kedudukan tinggi,
hal mana segera menimbulkan perasaan antipatik dalam benaknya.
Kontan dia tertawa dingin, serunya :
"Mengapa sicu dapat munculkan diri di dalam rumahnya Kwik
toanio....?"
Rupanya dia tak sudi untuk mencari tahu nama besar dari Thi
Eng khi..... Melihat sikap yang begitu kasar dari lawannya, kontan saja Thi
Eng khi menarik mukanya lalu berseru :
"Apa salahnya kalau aku menumpang semalam disini?"
Gho beng taysu segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh..... haaahhhh..... haaahhhh.... sicu berwajah tampan,
gagah, masih muda lagi ...."
Mendadak ia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan :
"Aaai,,,, perkataan selanjutnya tak ingin pinceng lanjutkan, aku
rasa kau pasti mengetahui sendiri bukan?"
770 Bukan saja perkataan itu telah menyinggung perasaan Thi Eng
khi, bersamaan itu pula telah membuat paras muka Kwik toanio
berubah hebat, dengan serius dia berkata :
"Taysu sebagai seorang pendeta dari kaum beragama mengapa
begitu percaya dengan perkataan dari serigala di tengah bunga Cu It
kay" Perbuatanmu itu sudah keterlaluan, sekarang berani pula
mengucapkan kata kata yang seolah olah menuduh aku berbuat
serong. Taysu! Aku harap kau suka berbicara yang benar."
Gho beng taysu sesungguhnya cuma kasar dan berangasan, dia
bukan seorang manusia yang tak berotak, begitu salah berbicara
sehingga menimbulkan protes dari Kwik toanio, kontan saja
mulutnya terbungkam dalam seribu bahasa.
Ia tahu seandainya sampai terjadi percekcokan sehingga
diketahui orang lain, sebagai seorang pendeta beragama, dia akan
kehilangan mukanya, apalagi ribut seperti ini juga sama sekali tak
ada manfaat baginya.
Setelah mendengus, segera serunya :
"Tak nyana kau memiliki selembar mulut yang tajam, pinceng
segan untuk banyak ribut dengan manusia semacam kau! Hmm,
hmmm.... pinceng jadi ogah untuk mencampuri urusan kalian lagi!"
Sambil mengibaskan ujung jubahnya, dia lantas melompat keluar
lewat jendela. Thi Eng khi benar benar merasa amat mendongkol,
karena tidak tempat pelampiasan, telapak tangannya segera
diayunkan kedepan menghantam ujung ruang sana.
Kwik toanio yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat
terperanjat, buru buru serunya :
"Thi siangkong, buat apa kau mesti marah marah" Di atas kepala
kita ada roh suci yang mengawasi perbuatan manusia, asal kita
bersih dan tak pernah melakukan perbuatan apa apa, mengapa
mesti kuatir perkataan orang lain" Malam ini, terima kasih banyak
atas bantuanmu, dan kuucapkan banyak banyak terima kasih.
Siangkong, silahkan kembali ke kamar untuk beristirahat!"
771 Setelah menjura kepada Thi Eng khi, dia lantas menggandeng
tangan Kwik Yun dan mengundurkan diri ke dalam kamarnya. Thi
Eng khi tidak menyangka kalau Kwik toanio berjiwa bebitu besar,
sama sekali tak kalah dengan perbuatan seorang lelaki sejati.
Perasaan hatinya segera berubah menjadi tenang kembali,
katanya dengan suara lantang :
"Terima kasih banyak atas petunjuk toanio!"
Diapun segera kembali kedalam kamar sendiri. Setelah peristiwa
tersebut, Thi Eng khi tak dapat tidur lagi dengan tenang, hingga
keesokan harinya dia hanya duduk melamun sambil memikirkan
pelbagai persoalan yang dialaminya selama ini.
Mula mula dia berpikir tentang musibah tak terlupakan yang
dialaminya di istana Ban seng kiong. Waktu itu, dalam sedihnya dia
merasa seperti kehilangan pikiran dan tiada ketenangan lagi dalam
benaknya, apa yang dipikirkan hanyalah membawa jenasah ayahnya
meninggalkan tempat kejadian,
Bukan saja dia tidak membantah terhadap dampratan dari
siluman perempuan kecil itu bahkan selain melepasakan Huan im sin
ang si manusia laknat itu, diapun pergi tanpa menggubris Ciu Tin tin
lagi. Kesemuanya ini membuktikan kalau dia tak cukup tangguh untuk
menerima pukulan batin yang menimpa dirinya. Kemudian diapun
teringat akan kekuatiran yang dibawanya dalam perjalanannya
menuju ke kuil Siau lim si. Ia merasa persoalan kecil kelewat dibesar
besarkan jadinya, andaikata di tengah jalan dia melenyapkan
manusia manusia bermaksud jahat itu lebih dulu, mana tindakan
tersebut lebih cekatan juga tak perlu membuang waktu dengan
percuma sehingga maksudnya untuk mengasingkan diri dalam gua
Thio Biau liong menjadi terbengkalai .....
Sekarang manusia laknat belum lagi dilenyapkan, dia sudah
dituduh lebih dahulu oleh Gho beng taysu dari Siau lim si sebagai
manusia cabul, kalau dipikir kembali kejadian ini benar benar tak
bisa diterima dengan begitu saja.
772 "Aaai.... perjalananku kali in sebenarnya dikarenakan apa ....?"
Ingatan tersebut begitu melintas lewat, hampir saja dia segan
mencampuri urusan dari pihak Siau lim si dan siap berlalu saja
meninggalkan tempat itu. Tapi ingatan lain dengan cepat
memperingatkan dirinya :
"Untuk menegakkan keadilan kebenaran sekalipun harus
mengorbankan jiwa, perbuatan itu harus dilakukan tanpa pamrih,
sebab mengurusi hal-hal yang tak adil merupakan tugas dan
kewajiban dari setiap anggota persilatan di dunia ini.Tapi nyatanya
sekarang kau begitu tak tahan uji, mana mungkin dengan jiwa
semacam ini kau bisa membangkitkan kembali nama baik perguruan
Thian liong pay dan melenyapkan segala kejahatan dan ancaman
bahaya maut dari dunia persilatan?"
Terketuk hatinya oleh suara hati tersebut, dengan cepat Thi Eng
khi merasa semangatnya berkobar kembali. Tatkala fajar telah
menyingsing, Thi Eng khi meninggalkan sekeping uang perak disitu
kemudian tanpa mengusik Kwik toanio berdua lagi, ia berangkat
meninggalkan keluarga Kwik dan menuju ke kuil Siau lim si ....
Siau lim si aliran Phu thian merupakan suatu cabang Siau lim
yang berpusat di bukit Siong san, anggota kuil tersebut merupakan
saudara seperguruan dengan para hwesio di Siau lim si aliran bukit
Siong san. Ketuanya Ci sian taysu adalah adik seperguruan ketua
Siau lim si aliran bukit Siong san saat ini Ci long siansu.
Di samping itu, masih terdapat empat orang pendeta dari


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

angkatan "Ci" yang duduk dalam kuil itu mengurusi segala macam
urusan kuil dan memimpin anggota lainnya. Di bawah sinar matahari
fajar yang berwarna keemas emasan, dengan langkah yang amat
santai Thi Eng khi melanjutkan perjalanannya naik ke atas bukit, kuil
Siau lim si aliran Phu thian secara lamat lamat sudah nampak dibalik
pepohonan siong di depan sana.
Sewaktu pertama kali terjun ke dalam dunia persilatan, Thi Eng
khi pernah bersua muka dengan Ci kay taysu dari Siau lim pay aliran
773 bukit Siong san diperkampungan Ki hian san ceng milik Cang ciong
sin kiam Sangkoan Yong.
Waktu itu hubungan mereka terasa amat cocok sekali hingga
sikap anak muda tersebut terhadap kuil Siau lims si pun menaruh
rasa kagum dan hormat. Tiba dihadapan hutan pohon siong,
pemuda itu menghentikan sebentar langkah tubuhnya, kemudian
setelah membenarkan letak pakaian, dia baru melangkah maju
dengan tindakan lebar.
Sesudah melalui sebuah jalan raya beralaskan batu hijau yang
menembusi hutan pohon siong, didepan situ berjajar ratusan buah
undak undakan batu yang menghubungkan pintu gerbang kuil Siau
lim si yang megah.
Selangkah demi selangkah Thi Eng khi berjalan menaiki undak
undakan batu itu hingga habis, sekarang dia dihadapkan pada
sebuah tanah lapang yang luas dimuka pintu gudang.
Setelah melewati tanah lapang itu dan siap memasuki pintu kuil,
mendadak dari balik pintu terdengar suara pujian kepada sang
Buddha : "Omitohud"
Empat orang hwesio bertubuh tinggi besar berjalan keluar dari
balik pintu dan menghadang jalan pergi Thi Eng khi, kemudian
sambil menjura, katanya :
"Kuil kami tertutup untuk sementara waktu dari kunjungan para
jemaah, entah sicu ada urusan apa datang kemari?"
Thi Eng khi memperhatikan sekejap keempat orang pendeta itu,
kemudian menjawab sambil tertawa :
"Aku Thi Eng khi ciangbunjin dari partai Thian liong pay, mohon
berjumpa dengan hongtiang kuil ini karena ada persoalan yang
hendak dirundingkan, harap taysu sekalian bersedia melaporkan
kedatanganku ini."
Setiap umat persilatan sudah mengetahui kalau Thi Eng khi
menjabat sebagai ketua Thian liong pay, meskipun ia belum pernah
774 menampilkan ilmu silat yang luar biasa, dalam pandangan orang
lainpun tidak yakin jika pemuda ini sanggup mengembalikan masa
kejayaan partai Thian liong pay seperti dahulu, paling tidak dia
adalah seorang ciangbunjin.
Dengan kedudukan Siau lim pay dalam dunia persilatan, tentu
saja mereka tak akan menganggap enteng pihak lawannya sehingga
akan mengurangi kewibawaan sebuah partai besar.
Empat orang hwesio tersebut segera saling berpandangan
sekejap, lalu dengan wajah serius pendeta yang ada di sebelah kiri
mengulapkan tangannya. Empat orang pendeta itu serentak
menyingkir kesamping kemudian sambil membungkuk badan
memberi hormat katanya :
"Silahkan Thi ciangbunjin menunggu dalam ruangan Ka Tia si,
biar siauceng sekalian melaporkan kepada hongtiang sehingga
dilakukan penyambutan sebagaimana semestinya."
Thi Eng khi tersenyum, mengikuti dibelakang seorang pendeta ia
melangkah masuk ke ruang tamu sebelah kiri. Tampak ruangan
tersebut amat bersih, meskipun perabotnya sederhana namun terasa
anggun dan sepi.
Seorang pendeta kecil muncul menghidangkan air teh, kemudian
mengundurkan diri dari situ. Dalam ruangan Ka Tia si tinggal
seorang hwesio yang menemani. Dua orang itu saling berpandangan
sambil tersenyum. Thi Eng khi yang masih muda merasa tak tahu
bagaimana mesti membuka pmbicaraan, sedangkan hwesio itupun
seperti tidak terbiasa berbincang bincang, sehingga kedua belah
pihak sama sama membungkam.
Selang sesaat kemudian pendeta kecil itu muncul kembali seraya
berkata pelan :
"Susiok penerima tamu akan menemani Thi ciangbunjin sebentar,
selesai berdoa pagi hongtiang akan menyambut sendiri kedatangan
Thi ciangbunjin."
Beberapa saat kemudian, dari luar ruangan muncul seorang
hwesio setengah umur. Ketika kedua belah pihak saling bersua
775 muka, mereka sama sama berseru tertahan. Thi Eng khi segera
berpikir : "Tampaknya kalau sudah menjadi musuh, jalanan di dunia terasa
sempit, lagi lagi aku bersua denganmu."
Sedang hwesio itupun turut berpikir :
"Huuuh, masa manusia macam kaupun bisa menjadi ketua dari
Thian liong pay" Jaman sudah kacau tampaknya, banyak orang yang
sengaja mengaku ngaku saja, aku tak boleh sampai tertipu, kalau
tidak akan ditaruh kemanakah pamor Siau lim pay?"
Berpikir sampai disitu, dia lantas mendapatkan sebuah ide bagus.
Ternyata pendeta penerima tamu itu tak lain adalah Gho beng taysu
yang pernah bersua dengan Thi Eng khi sewaktu berada di rumah
Toanio tempo hari.
Kedua orang itu sama sama tertegun, lalu masing masing tertawa
jengah. Thi Eng khi segera menjura, katanya :
"Aku datang kemari untuk bersua dengan hongtiang kuil kalian,
ada urusan penting yang hendak dibicarakan harap taysu suka
memaafkan kelancanganku semalam."
Senyuman di wajah Gho beng taysu segera lenyap tak
membekas, sahutnya dingin :
"Harap sauhiap menunggu sebentar, pinceng akan segera
mengundang kehadiran hongtiang!"
Diapun tidak menemani Thi Eng khi sebagaimana mestinya
melainkan segera mengundurkan diri dari situ.
Jilid 24 Thi Eng khi dapat mendengar nada suara yang tak beres dari
pembicaraan pendeta itu, dia menghela napas, kuatir Gho beng
taysu sudah menaruh rasa sentimen kepadanya hingga usahanya
untuk bersua dengan hongtiang kuil tersebut batal.
776 Betul juga walau sudah ditunggu sepertanak nasi lamanya, Gho
beng taysu belum juga menampakkan diri. Setelah ditunggu sekian
waktu lagi, hwesio cilik tadi baru munculkan diri lagi, kali ini tiada
senyum yang menghiasi wajahnya.
"Hongtiang kami bilang, berhubung ia masih ada urusan penting
lainnya, harap Thi sauhiap kembali dulu ke rumah penginapan, lain
waktu baru berjumpa lagi." katanya.
Ucapan tersebut sebenarnya sudah diduga Thi Eng khi sejak
bersua dengan Gho beng taysu tadi, maka dia tidak menjadi heran.
"Sungguhkah perkataan siau suhu?" tegurnya kemudian sambil
tertawa hambar.
Merah padam selembar wajah hwesio kecil itu, tanpa menjawab
dia membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ. Thi Eng khi
segera tertawa terbahak bahak, dengan mengerahkan ilmu jari
Thian liong ci miliknya, dia lantas mengukir beberapa huruf di atas
meja yang berbunyi :
"Bencana atau rejeki bagi manusia ibarat perubahan cuaca di
langit, camkan kata kata ini! Camkan kata kata ini!"
Begitu selesai menulis, sambil tertawa tergelak, ia beranjak dan
meninggalkan pintu gerbang kuil Siau lim si. Setelah Thi Eng khi
pergi, Gho beng taysu baru memunculkan diri dalam ruangan
penerima tamu, ketika sorot matanya membentur dengan tulisan
peringatan di meja. Dimana tulisannya membekas tujuh cun dalam
kayu, diam diam ia memuji akan kesempurnaan tenaga dalam
lawan. Tapi setelah selesai membaca tulisan tersebut, sambil tertawa
dingin ia berguman :
"Heeehhh". Heehhh".. heeehhh".. pada hakekatnya kau adalah
seorang manusia tekabur yang tidak tahu diri, tunggu saja tanggal
mainnya nanti."
Lalu sambil berpaling serunya :
"Persilahkan hongtiang memasuki ruangan Ka pia si!"
777 "Baik!" seseorang menyahut dari luar.
Tak lama kemudian dalam ruangan Ka pia si telah kedatangan
lima orang hwesio berusia lanjut. Empat orang berjalan di belakang,
seorang berjalan di depan, mereka adalah Ci kong taysu, ketua kuil
tersebut disusul keempat orang pelindungnya yakni Ci tin taysu, Ci
san taysu, Ci bi taysu dan Ci wan taysu.
Selesai membaca peringatan diatas meja, dengan wajah serius
hongtiang kuil tersebut berkata :
"Gho beng, bagaimanakah tingkat tenaga dalam yang dimiliki
orang ini bila dibandingkan kepandaianku?"
"Tecu tak berani membanding bandingkan kepandaian suhu,"
jawab Gho beng taysu cepat cepat dengan wajah memerah. Dengan
suara dalam Ci kong taysu berseru :
"Kau bilang watak orang ini jelek, karena kurang teliti aku telah
percaya dengan perkataanmu begitu saja."
Sesudah berhenti sejenak, lanjutnya :
"Bila orang itu benar benar adalah Thi sauhiap ciangbunjin dari
Thian liong pay, berarti perbuatan yang kita lakukan terhadapnya
merupakan suatu tindakan yang kurang hormat, apa lagi jika
kedatangannya disebabkan suatu masalah yang betul betul penting
artinya, tindakanmu yang sangat gegabah tersebut sudah pasti akan
merosotkan pamor kuil kita sendiri."
Gho beng taysu sama sekali tidak menyangka kalau rasa
sentimennya bisa mendatangkan kegusaran dari ketua kuilnya, dia
menjadi ketakutan setengah mati dan tak berani membantah barang
sepatah katapun.
Apalagi setelah ia membayangkan kembali kisah yang dialaminya
semalam makin dipikir dia merasa makin curiga, makin dipikir diapun
semakin merasa kalau dirinya sudah tertipu oleh ucapan Hoa tiong
long Cu It kay.
778 Mendadak sambil menjerit keras, ia menjatuhkan diri berlutut
sambil berseru :
"Karena kurang teliti tecu sudah tertipu oleh hasutan Hoa tiong
long Cu It kay, silahkan suhu menjatuhkan hukuman yang setimpal
kepada tecu ...."
"Manusia tak tahu diri, kau telah mengacaukan urusan besar
saja," bentak Ci kong taysu marah, "cepat pergi dari sini dan undang
kembali Thi ciangbunjin. Selesai dengan tugasmu segera melaporkan
diri ke ruang hukuman .... "
Dengan terburu buru Gho beng tasysu mengejar keluar kuil tapi
bayangan tubuh Thi Eng khi sudah lenyap tak berbekas. Maka
Hongtiang kuil tersebut pun menitahkan anak buahnya untuk
mencari Thi Eng khi di empat penjuru.
Siapa sangka Thi Eng khi tak berhasil dijumpai, pada senja hari di
luar kuil justru kedatangan seorang seorang kakek bermuka hitam
yang bertubuh kekar dan perawakan tinggi besar mencapai lima
depa lebih. Kakek itu mempunyai alis mata yang sangat lebar
sehingga satu kali lipat lebih dari pada matanya, begitu menyoloknya
wajah orang ini, sehingga mudah menarik perhatian orang.
Dengan langkah lebar, dia berjalan ke depan pintu gerbang kuil
Siau lim si dan melangkah ke lapangan Pek si cong. Kemudian
sambil merangkap tangannya di depan dada, dia melepaskan sebuah
pukulan dahsyat menghantam pintu gerbang tersebut.
"Blaaammm...!" begitu keras hantamannya sampai huruf "lim" dari
kata Siau lim si diatas pintu rontok keatas tanah. Perbuatannya yang
menghina nama baik Siau lim si ini boleh dibilang belum pernah
terjadi sepanjang sejarah, kontan saja seluruh pendeta dalam kuil
menjadi sangat marah.
Dalam waktu singkat, ada puluhan orang pendeta yang
munculkan diri dan mengurung kakek itu rapat-rapat. Sembilan kali
dentangan bunyi genta bergema, dari ruangan kuil lalu tampak
bayangan manusia berkelebat lewat, kawanan pendeta yang
berkumpul di luar lapangan pun kian lama kian bertambah banyak.
779 Meskipun kawanan pendeta dari Siau lim si itu sudah mengepung
si kakek beralis mata lebar itu rapat rapat, namun tak seorang
manusiapun yang membuka serangan lebih dulu.
Dari sini dapat disimpulkan betapa ketatnya peraturan kuil Siau
lim si cabang Phu thian ini, bahkan tak kalah dengan kuil Siau lim si
dari bukit Siong san. Sesudah melepaskan gempuran keras yang
merantakkan huruf "lim" tadi, kakek beralis lebar tersebut tidak
melakukan gerakan apa-apa lagi, diapun berdiri dengan berpejam
mata, terhadap kawanan pendeta yang berada di sekelilingnya ia
berlagak acuh, seakan akan tak pandang sebelah matapun terhadap
pengepungan tersebut.
Tak selang berapa saat kemudian, dari dalam kuil muncul
serombongan hwesio berusia lanjut yang dipimpin langsung oleh
ketuanya Ci kong taysu, serentak kawanan pendeta di arena
memisahkan diri ke samping dan memberi sebuah jalan lewat.
Setelah berjumpa dengan kakek beralis lebar itu, Ci kong taysu
berkerut kening kemudian tertawa paksa.
"Haaahhhh...... haahhhh..... haaahhhh...... Yu sicu, baik baikkah
selama perpisahan. Maaf bila lolap tidak menyambut kedatanganmu
sedari tadi ...."
Sementara berbicara, dia mengebaskan ujung bajunya, serentak
para pendeta yang berada disekeliling tempat itu bersama sama
mengundurkan diri dari sisi arena. Thi tan kim wan (peluru baja
butiran emas) Yu Ceng hui mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhhh...... haaahhhhh...... haaahhhh..... hwesio tua, sudah
hampir dua puluh tahun lamanya kita tak pernah bersua muka, kau
memang bernasib baik tampaknya, kini sudah menjadi ketua dari
suatu kuil besar. Masih teringat dengan janji kita dahulu?"
"Mana, mana....., " kata Ci kong taysu sambil merangkap
tangannya di depan dada, "Janji lolap dengan sicu selalu kuingat
780 didalam hati, apalagi sicu khusus datang kemari dari tempat
kejauhan, sudah sepantasnya lolap mengiringi keinginanmu itu."
Berbicara sampai disitu, dengan ilmu menyampaikan suara dia
berpesan kepada para pendeta tua di belakangnya :
"Manusia laknat ini sangat buas dan kejam, tenaga pukulannya
amat dahsyat dan mengerikan, dahulu aku pernah menderita
kekalahan ditangannya, andaikata Ci kay suheng tidak datang pada
waktunya, hampir saja aku mati di tangannya. Kedatangannya lagi
kali ini sudah pasti tidak bermaksud baik, bila masih ada orang lain
yang membantunya, akan sulit buat kita untuk menghadapinya.
Kalian setiap saat siapkan barisan Lohan toa tin untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tak diinginkan."
Dengan langkah cepat Ci tin taysu mengundurkan diri ke
belakang. Ci bi taysu berbisik kemudian dengan ilmu menyampaikan


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suara pula. "Ciangbunjin suheng adalah seorang ketua dari sebuah kuil,
bagaimana kalau biar aku saja yang menghadapinya?"
"Tidak boleh," tukas Ci kong taysu cepat.
"Nama baik perguruan adalah masalah penting, kecuali aku telah
tertimpa sesuatu musibah, kalian tak boleh turun tangan secara
sembarangan."
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi :
"Dengan taraf kemajuan yang lolap miliki belakangan ini, meski
tiada keyakinan untuk menangkan dia, paling tidak masih sanggup
untuk melindungi diri, kalian tidak usah kuatir."
Ketika Thi tan kim wan yu Ceng hui menyaksikan kawanan
pendeta itu hanya berdiri dengan wajah serius tanpa berkata kata, ia
segera mengetahui kalau lawan sedang berunding dengan ilmu
menyampaikan suara. Tapi ia tidak gentar, karena ia yakin
rencananya lebih bagus. Setelah ditunggunya beberapa saat, ujarnya
sambil tertawa:
"Sudah selesaikah perundingan kalian?"
781 Ci kong taysu maju selangkah lebar kedepan, setelah merangkap
tangannya di depan ia menyahut :
"Bila Yu sicu tidak sabar menunggu, lolap siap menerima
petunjuk."
Diam diam hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh badan,
kemudian sambil memejamkan mata dia siap menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan. Ternyata Thi tan kim wan Yu
Ceng hui tidak segera turun tangan, sembari menggoyangkan
tangannya berulang kali, ia berkata :
"Tunggu dulu hwesio tua, lohu ada persoalan yang hendak
dibicarakan denganmu."
Ci kong taysu segera merasa seakan akan dirinya sedang
dipermainkan, dia mengenyitkan alis matanya dan melotot besar
dengan wajah tidak senang hati tegurnya :
"Yu sicu hendak membicarakan soal apa" Lolap siap
mendengarkan perkataanmu itu!"
Dengan wajah sedingin es, Thi tan kim wan Yu Ceng hui berkata
: "Seandainya dalam pertempuran hari ini, kau si hwesio tua
berpulang kealam baka apakah lohu harus mengeluarkan tenaga
dengan percuma saja ...."
Mula mula Ci kong taysu agak tertegun, kemudian ujarnya sambil
tertawa : "Lolap betul betul sudah pikun seandainya sicu tidak
menyinggungnya kembali hampir saja lolap lupa dengan benda yang
menyangkut hasil pertarungan hari ini. Tak usah kuatir, asal sicu
sanggup mengalahkan kami, dengan rela kami akan menyerahkan Jit
kiau kim lian (tujuh teratai emas) kami kepada sicu."
Ternyata pertarungan antara Ci kong taysu melawan Thi tan kim
wan Yu Ceng hui dahulu pun disebabkan Yu Ceng hui mengincar
teratai emas Jit kiau kim lian tersebut. Waktu itu Jit kiau kim lian
masih berada dalam kuil Siau lim si di bukit Siong san, Ci kong taysu
juga belum menjabat sebagai ketua kuil Siau lim si cabang Phu
thian. 782 Ketika ia sebagai ketua ruang Lo han tong dari Siau lim si,
bertugas menghantar Jit kiau kim lian tersebut ke kuil Siau lim si
cabang Phu thian sebagai mestika kuil. Di tengah jalan ia dihadang
oleh Thi tan kim wan Yu Ceng hui.
Ci kong taysu tak sanggup menghadapi kelihayan musuh dan
terluka parah, sedang Jit kiau kim lian tersebut sudah terjatuh ke
tangan Thi tan kim wan Yu Ceng hui, andaikata Ci kay taysu tidak
muncul tepat pada waktunya dan merampas kembali teratai emas
tersebut, mungkin Ci kong taysu tak jadi memangku jabatan ketua
Kuil Siau lim si cabang Phu thian.
Ketika menderita kekalahan tempo hari, Thi tan kim wan Yu Ceng
hui pernah sesumbar hendak mendatangi kuil Siau lim si cabang Phu
thian lagi untuk merebut teratai emas tersebut.
Biasanya sesumbar semacam begitu hanya diutarakan oleh
kawanan jago liok lim yang menderita kalah dan dipakai untuk
menutupi kekalahannya belaka, siapapun tak memikirkannya
didalam hati. Sekalipun Thi tan kim wan Yu Ceng hui sendiripun tidak pernah
menyangka, kalau bakal datang kembali ke kuil Siau lim si. Sebab
berbicara soal tenaga dalam, dia memang yakin bisa memanangkan
Ci kong taysu tapi kalau ingin mengandalkan kekuatannya seorang
untuk merampas teratai emas jit kiau kim lian tersebut dari dalam
kuil Siau lim si cabang Phu thian, hal ini bukan suatu pekerjaan yang
terlalu gampang.
Dengan kemampuan yang dimiliki Siau lim si jangankan hanya dia
seorang, kendatipun ada sepuluh orang yang berkepandaian setaraf
dengannya pun belum tentu mengalahkan barisan lo han toa tin
yang amat termashur dari kuil Siau lim si itu.
Tapi sekarang keadaannya sama sekali berbeda, dia tak lebih
hanya memegang sebuah peranan kecil saja dalam rencana Hian im
tee kun merebut teratai emas Jit kiau kim lian tersebut.
783 Padahal Hian im tee kun telah melakukan persiapan yang amat
matang disekitar kuil Siau lim si, tindak tanduk mereka yang kadang
kadang nyata kadangkala tidak membuat pendeta dalam kuil
tersebut merasakan sebuah tekanan batin yang berat, itulah
sebabnya kemunculan Thi Eng khi dalam kuil Siau lim si cabang Phu
thian ini segera memancing perhatian orang banyak.
Perlu diketahui, teratai emas Jit kiau kim lian merupakan lambang
kekuasaan tertinggi dalam kuil Siau lim si setelah lencana Lik giok
leng pay, begitu tinggi dan terhormatnya lencana tersebut
diibaratkan dengan kehadiran Siau lim pay cabang bukit Siong san.
Atau dengan perkataan lain teratai emas Jit kiau kim lian tersebut
berfungsi sebagai lambang kekuasaan tertinggi dari ketua Siau lim si
cabang Phu thian untuk menguasai segenap anggotanya. Tentu saja
hal ini berlaku hanya terbatas bagi anggota Siau lim belaka.
Sedangkan nilai benda itu bagi sementara umat persilatan" Bukan
setiap umat persilatan dapat mengetahuinya.
Walaupun begitu, yang pasti nilainya pasti luar biasa sekali,
buktinya manusia seperti Thi tan kim wan Yu Ceng hui pun sudah
mengincarnya sedari dulu.
Sementara itu Thi tan kim wan Yu Ceng hui telah tertawa seram
sesudah mendengar perkataan dari Ci kong taysu, katanya :
"Hwesio tua, kau pandai sekali bebicara, andaikata lohu tidak
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, aku mana percaya kalau
teratai emas Jit kiau kim lian tersebut berada di Phu thian?"
Ucapan tersebut merupakan bagian dari rencana licik yang
disusun Thi tan kim wan Yu Ceng hui untuk menipu lawan-lawannya.
Dia berniat memancing perhatian orang agar lawan mengira dialah
pencolengnya padahal si pencuri sakti Go Jit telah menyelinap
kedalam untuk mulai bekerja.
Tentu saja semua orang tak akan menyangka akan perbuatan
busuk dari Thi tan kim wan Yu Ceng hui itu, apalagi Ci kong taysu
pribadi. Dalam anggapan ketua Siau lim si cabang Phu thian,
784 dibawah perlindungan sekian banyak anggota kuil, mustahil Thi tan
kim wan Yu Ceng hui bisa banyak berkutik.
Maka sambil tertawa nyaring, serunya :
"Sute berempat harap kalian undang keluar teratai emas Jit kiau
kim lian tersebut dari dalam kuil."
Keempat pelindungnya, yakni Ci wan taysu, Ci tin taysu, Ci san
taysu dan Ci bi taysu saling berpandangan sekejap. Ci wan taysu
seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut kemudian
diurungkan, setelah tertegun sekejap, akhirnya dengan wajah serius
dia menjura seraya berkata :
"Terima perintah hongtiang!"
Dengan langkah berat keempat taysu itu berlalu dari situ dan
lenyap dibalik pintu gerbang. Sementara itu, Thi Eng khi yang
bersembunyi di tempat kegelapan pun turut menghembuskan napas
panjang, dia menganggap setelah teratai emas Jit kiau kim lian
dibawa keluar, berarti diapun tak usah mencabangkan pikiran di
kedua tempat yang berbeda lagi.
Maka ia memutuskan untuk berada di tempat semula tanpa
bergerak, dia kuatir sepeninggal keempat jago lihay dari Siau lim si
cabang Phu thian tersebut, Thi tan kim wan Yu Ceng hui akan
melakukan permainan busuk yang bakal merugikan para hwesio Siau
lim si. Sementara itu, keempat pelindung kuil sudah menembusi ruang
tengah, melalui tiga buah gedung lain dan masuk kedalam sebuah
hutan pohon siong yang lebat. Hutan pohon siong itu lebat sekali,
berakar ranting menjulang sampai dimana mana, sebab pepohonan
disana sudah berusia tua.
Sebuah jalan setapak berwarna putih menembusi hutan dan
terbentang jauh ke dalam sana, setelah berjalan sekian lama tiba
tiba keadaan medannya terbentang lebar dikelilingi pepohonan yang
lebat terlihatlah sebuah tanah lapang seluas empat lima kaki, lalu
785 tampak sebuah pagar dinding yang sangat tinggi mengelilingi
sebuah bangunan rumah batu.
Setibanya di kaki dinding pekarangan, keempat huhoat itu
menghampiri pintu baja berwarna hitam yang tertutup rapat dan
menyentil tujuh kali keatas pintu tersebut. Tak lama kemudian, dari
dalam ruangan terdengar suara langkah manusia lalu pintu terbuka
dan seorang hwesio tua yang kurus dan bermuka kuning muncul
didepan mata. Dengan hormat sekali Ci wan taysu memberi hormat, lalu ujarnya
: "Kami mendapat perintah dari hongtiang untuk mengundang
keluar teratai emas Jit kiau kim lian!"
Hwesio tua yang kurus lemah itu membuka matanya lebar lebar,
mencorong sinar tajam penuh hawa pembunuhan dari balik
matanya, sahutnya dengan berat :
"Ci sin menerima perintah!"
"Blaaammmm!" ia menutup kembali pintu gerbang berwarna
hitam itu. Jangankan menegur, mempersilahkan keempat pelindung kuil itu
masuk kedalam juga tidak. Anehnya keempat orang pendeta itupun
tidak ambil peduli, mereka masih tetap berdiri di tempat dengan
sikap yang tenang.
Tak selang beberapa saat kemudian, pintu gerbang dibuka lagi,
hwesio kurus itu muncul dengan membawa sebuah kotak kayu yang
ditutup dengan sebuah kayu berwarna merah. Katanya dengan
serius : "Huhoat berempat! Silahkan memeriksa tongkat kekuasaan ini."
Mula mula keempat hwesio itu memberi hormat dulu kearah
teratai emas Jit kiau kim lian kemudian dibawa oleh Ci wan taysu,
mereka mengundurkan diri dari sana. Sebelum mereka berangkat,
hwesio kurus itu menjura lagi kearah teratai emas seraya berkata :
"Ci sin menghantar keberangkatan tongkat kekuasaan!"
786 Keempat huhoat dengan melindungi teratai emas Jit kiau kim lian
membalikkan badan dan berlalu dari situ. Upacara penyerahan
tongkat kekuasaanpun berakhir. Pada saat itulah si hwesio kurus tadi
baru memberi hormat lagi kepada keempat huhoat sambil berkata :
"Suheng berempat, peristiwa besar apakah yang telah terjadi di
luar sehingga memerlukan datangnya teratai emas Jit kiau kim lian?"
"Aaah, cuma urusan lama yang sudah berlangsung sejak dua
puluh tahun berselang," sahut Ci tin taysu, "Thi tan kim wan Yu
Ceng hui telah datang mencari gara gara!"
"Kurang ajar," bentak Ci sin taysu dengan gusar, "biar pinceng
yang keluar dan memberi pelajaran kepadanya."
"Jangan bertindak gegabah," cegah Ci tin taysu, "Hui im kek
merupakan tempat penting untuk menyimpan semua kitab dan
benda berharga dari kuil kita, tugas sute sangat berat, tak boleh
sembarangan meninggalkan tempat tugas!"
Begitu mendengar soal "tugas" seperti bola yang kehabisan udara,
Ci sin taysu menghela napas panjang, dia lantas membalikkan badan
dan masuk kembali kedalam ruangan lalu menutup pintu gerbang itu
rapat rapat. Keempat huhoat tersebut segera berjalan kembali ke depan, baru
berjalan keluar dari hutan pohon siong, mendadak dari ruang
belakang kompleks kuil tersebut muncul gumpalan asap hitam yang
sangat tebal. Dengan perasaan terperanjat, keempat pendeta itu segera
berseru : "Aduh celaka, ruang belakang terjadi kebakaran!"
Ci bi taysu dan Ci san taysu dengan cepat menerjang ke ruang
belakang untuk memberi pertolongan sedangkan Ci tin taysu dengan
melindungi Ci wan taysu tetap berada di tempat semula.
787 Pada saat itulah dari sisi jalan melompat keluar seorang pendeta
yang membawa sebaskom air, mungkin lantaran terburu napsu
hendak menolong kebakaran ia memotong jalan dan tidak melihat
kalau Ci wan taysu yang membawa teratai emas berdiri disitu.
Ketika pendeta tersebut hampir menerjang tubuh mereka,
dengan cekatan Ci wan taysu segera mengegos ke samping.
Walaupun tubuhnya tidak sampai kena tertumbuk, namun ia merasa
dadanya seperti kena tersentuh. Sesudah sampai dibelakang tubuh
Ci wan taysu, agaknya pendeta tersebut baru menyadari
kecerobohannya, buru buru dia membalikkan badan hendak minta
maaf. Dengan suara dalam Ci wan taysu segera membentak :
"Mengingat kau baru melanggar pertama kali ini, kuampuni
kesalahanmu itu, cepat pergi menolong api!"
Pendeta tersebut segera melompat ke depan dan kabur ke
ruangan belakang. Tiba tiba Ci tin taysu berseru :
"Suheng, hwesio itu sangat mencurigakan tampaknya bukan
anggota kuil kita!"
Ci wan taysu merasa amat terkejut sesudah mendengar
perkataan itu, tanpa terasa dia menundukkan kepalanya dan melihat
teratai emas Jit kiau kim lian yang berada ditangannya sekejap.
Melihat benda itu tiada sesuatu yang mencurigakan, dia baru
menyahut : "Perkataan sute memang benar, aku ..... "
Belum habis dia berkata, tampak Ci san taysu dan Ci bi taysu
telah melompat datang dari depan sana. Begitu sampai mereka
lantas berseru :
"Entah bagaimana terjadinya, selembar tirai telah tergulung
diatas sebatang hio sehingga menimbulkan api, untung saja tak
sampai terjadi kebakaran besar, api yang mulai berkobar dapat kami
padamkan segera."
788 "Apakah sute berdua berjumpa dengan seorang anggota kuil
yang pergi menolong api?" tanya Ci tin taysu.
"Tidak!" Ci san taysu dan Ci bi taysu bersama sama
menggelengkan kepalanya.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Persoalan ini kita bicarakan nanti saja," tukas Ci wan taysu
kemudian, "yang paling penting sekarang, kita tidak boleh
membiarkan hongtiang menunggu kita kelewat lama ...."
Begitu selesai berkata, dia lantas beranjak pergi lebih dulu
meninggalkan tempat tersebut. Rekan rekannya pun tak berani
membuang banyak waktu lagi, mereka segera mengikuti pula
dibelakangnya. Padahal sekalipun mereka menghentikan perjalanan dan
melakukan pencarian terhadap pendeta yang membawa air tadi,
usaha tersebut tidak akan menghasilkan apa-apa, apalagi ingin
membekuknya. Begitulah, sambil melindungi teratai emas Jit kiau kim lian,
keempat pelindung hukum itu berjalan keluar dari pintu gerbang kuil
Siau lim si .....
Segenap pendeta yang hadir di arena sama sama berdiri dengan
serius, suasana amat hening tapi hikmat, bisa diketahui betapa
hormatnya para anggota Siau lim pay terhadap tongkat kekuasaan
lambang tertinggi dari kuil mereka.
Pada saat itulah Thi tan kim wan Yu Ceng hui memperdengarkan
suara tertawa yang amat nyaring.
"Hwesio tua, lohu percaya dengan kalian, tak usah diperiksa lagi,
lihat serangan!"
Begitu berkata hendak menyerang, ia lantas melancarkan
serangan. Sebuah pukulan yang dahsyat membawa desingan angin
tajam langsung membabat tubuh Ci kong taysu. Terkesiap hati Ci
kong taysu setelah dilihatnya tenaga serangan lawan jauh lebih
789 tangguh daripada kekuatan yang dimilikinya dua puluh tahun
berselang. "Tak heran kalau ia berani mencari gara gara, tampaknya hebat
sekali kepandaian yang dimilikinya," demikian ia berpikir.
Berada dalam keadaan demikian, Ci kong taysu tak berani
menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan,
tangan kirinya segera direntangkan kemuka, tubuhnya berputar ke
samping menghindarkan diri dari serangan yang datangnya dari
muka, lalu melayang enam tujuh depa ke samping ....
Thi tan kim wan Yu Ceng hui membentak keras, dia membalikkan
telapak tangannya dan menyusul tubuh lawan seperti bayangan
setelah itu tenaga pukulan yang telah disiapkan tadi dilepaskan
keatas tubuh Ci kong taysu.
Walaupun Thi tan kim wan Yu Ceng hui hanya mempergunakan
satu jurus dengan dua gerakan tapi lantaran tenaga dalamnya sudah
dapat dikerahkan menurut kehendak hati sendiri serta merta para
pendeta dari kuil Siau lim si cabang Phu thian ini sama sama
menguatirkan keselamatan dari ketua mereka.
Kali ini Ci kong taysu sudah membuat persiapan lebih dulu,
tangan kanannya dengan jurus Sia ci im ki (menghentikan kibaran
bendera) melepaskan sebuah pukulan Tay lek kim kong ciang yang
maha dahsyat ke depan untuk menyongsong terjangan dari
serangan Thi tan kim wan Yu Ceng hui tersebut.
"Blaaammmm...!" satu benturan dahsyat yang memekikkan
telinga tak dapat dihindari lagi, gulungan angin berpusing segera
melanda seluruh permukaan tanah. Akibat dari bentrokan tersebut,
kedua belah pihak sama sama berdiri tegak ditempat semula,
tampaknya kekuatan mereka seimbang.
Tapi Thi Eng khi dapat melihat kalau kepandaian silat yang
dimiliki ketua kuil Siau lim si cabang Phu thian tersebut masih bukan
tandingan Thi tan kim wan Yu Ceng hui, meskipun tubuhnya tak
sampai tergetar mundur akibat benturan tersebut, namun
790 ketenangan yang ditampilkan diatas wajahnya merupakan suatu
penampilan yang dipaksakan.
Hal ini jauh berbeda dibandingkan dengan sikap Thi tan kim wan
Yu Ceng hui yang betul betul amat santai sepertinya belum seluruh
tenaga yang dimilikinya digunakan semua.
Ci kong taysu memandang sekejap kearah Thi tan kim wan Yu
Ceng hui, kemudian ujarnya dengan sedih :
"Tenaga dalam sicu betul betul memperoleh kemajuan pesat,
lolap merasa belum sanggup untuk menyusul dirimu."
Tapi dihati kecilnya, ia mempunyai perhitungan, dia tahu hasil
latihannya yang tekun selama dua puluh tahun masih belum berhasil
menyusuli kemampuan lawan. Tapi demi mempertahankan nama
baik Siau lim pay, tentu saja dia enggan menyerah kalah dengan
begitu saja. Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya :
"Tapi lolap adalah seorang manusia yang tak tahu diri, lolap
bertekad hendak menghadapi sicu sampai dimanapun juga!"
Tubuhnya melejit satu kaki enam tujuh depa tingginya ke udara,
sepasang telapak tangan diluruskan kedepan melancarkan serangan
berbareng .....
Cukup memandang telapak tangan lawan, Thi tan kim wan Yu
Ceng hui segera mengenali serangan tersebut sebagai ilmu Kim kon
ciang mo lek, salah satu diantara tujuh puluh dua macam ilmu sakti
aliran Siau lim pay yang telah disertai dengan kekuatan dahsyat.
Serangan yang dilepaskan dengan tangan tunggal saja dapat
menghasilkan tenaga pukulan yang satu kali lipat lebih dahsyat dari
biasanya, apalagi jika serangan dilepaskan dengan sepasang tangan
berbareng bisa dibayangkan sampai dimanakah kelihayannya.
Thi tan kim wan Yu Ceng hui sendiri walaupun ia cukup tahu
kalau ilmu silatnya lebih hebat daripada Ci kong taysu namun
kehebatannya hanya setengah tingkat saja. Sesungguhnya walaupun
Ci kong tasyu mempergunakan ilmu sakti tersebut juga belum tentu
sanggup menghadapi kelihayan Thi tan kim wan Yu Ceng hui tapi
791 berhubung Ci kong taysu menyerang dari atas menuju ke bawah,
sudut serangannya meliputi daerah seluas beberapa kaki maka
bukan suatu hal yang gampang baginya untuk meloloskan diri.
Thi tan kim wan Yu Ceng hui memang tak malu disebut seorang
jagoan dari golongan hitam meski menghadapi bahaya dia tak
sampai gugup, telapak tangannya disilangkan di depan dada dan
berdiri tak berkutik di tempat semula.
Menanti tubuh Ci kong taysu sudah mencapai satu kaki dari batok
kepalanya, ia baru membentak nyaring :
"Sebuah serangan yang amat bagus sekali."
Menyambut datangnya serangan dari Ci kong taysu, dia lepaskan
pula sebuah ancaman dengan tangan kiri yang disusul pula dengan
tangan kanan. Sepintas lalu serangan itu dilancarkan hampir
berbareng, padahal dalam kenyataan dua gulung angin pukulan
yang meluncur tiba dalam waktu yang berbeda.
Serangan yang depan dipakai untuk memancing musuh,
sedangkan serangan yang belakang digunakan untuk melindungi
badan. Ci kong taysu tertawa tergelak.
"Haaahhhh..... haaahhhh..... haaahhh..... belakangan ini lolap
memang khusu mempelajari taktik untuk menghadapi serangan ini,
berhati hatilah sicu."
Telapak tangannya didorong kemuka dan tenaga serangannya
langsung dihantamkan kebawah. Tatkala serangannya saling
membentur dengan tenaga serangan dari Thi tan kim wan Yu Ceng
hui, ia merasa tenaga serangan yang dipergunakan lawan tidak lebih
hebat daripada kekuatan lima bagian yang digunakan lawan tadi.
Siapa tahu baru saja ingatan tersebut melintas lewat, mendadak
terasa ada segulung tenaga serangan yang menerjang datang
dengan hebatnya. Serangan yang datang secara beruntun ini kontan
memaksa Ci kong taysu membuyarkan segenap tenaga serangannya
dan balas menekan ke bawah.
792 Tapi saat itulah Thi tan kim wan Yu Ceng hui telah menggunakan
tenaga pantulan dari serangan keduanya untuk melayang sejauh
satu kaki dari posisi semula.
"Tampaknya ilmu pukulan Kim kong ciang mo ciang tidak mampu
banyak berbuat apa apa terhadapku," jengeknya sambil tertawa.
Waktu itu Ci kong taysu masih menyerang dengan sepenuh
tenaga, menanti ia sadar kalau Thi tan kim wan Yu Ceng hui
meloloskan diri dengan menggunakan akal, ia sudah terlanjur
menyerang dan tak bisa menarik kembali ancamannya. Selain itu,
Thi tan kim wan Yu Ceng hui pun sudah berdiri satu kaki dari posisi
semula, dihitung dari jaraknya, mustahil bagi Ci kong taysu untuk
melancarkan tubrukan lagi dari tengah udara.
Menanti tubuhnya sudah mencapai tanah dan siap melakukan
tubrukan untuk kedua kalinya, Thi tan kim wan Yu Ceng hui telah
merendahkan tubuhnya, menekuk pinggang dan menyiapkan
serangan. Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, sebuah terjangan
kilat telah dilancarkan bahkan sama sekali tidak memberi
kesempatan lagi buat Ci kong taysu untuk melancarkan tubrukan
dari tengah udara.
Ci kong taysu kena terdesak sampai apa boleh buat, terpaksa
mesti mengerahkan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk
melangsungkan pertarungan jarak dekat melawan musuhnya. Ilmu
pukulan aliran Siau lim pay sudah termashur di jagad dan terkenal
karena keampuhannya, meski begitu kelihayannya baru bisa terlihat
bila dipakai untuk melangsungkan pertarungan jarak jauh.
Mengenai taktik dan kelincahan untuk suatu pertarungan jarak
dekat justru hal ini merepotkan sekali. Ditambah pula tenaga dalam
Thi tan kim wan Yu Ceng hui menang satu dua tingkat lebih hebat
daripada Ci kong taysu. Tak selang sepertanak nasi kemudian, Ci
kong taysu sudah dipaksa berada di bawah angin.
793 Bagi suatu pertarungan sengit antara jago jago lihay menang
kalah sering kali hanya terjadi karena perbedaan selisih yang tipis
ini, walaupun para pendeta dari Siau lim si dibikin terkesiap oleh
adegan di depan mata meski mereka menguatirkan keselamatan Ci
kong taysu, namun sebelum mendapat perintah, tak seorang pun
yang berani turun tangan memberi bantuan.
Thi Eng khi yang bersembunyi di tempat kegelapan dan
menyaksikan kejadian tersebut, dengan cepat ia menyadari kalau
saat baginya untuk turun tangan telah tiba. Agaknya Thi Eng khi
memang sudah bersiap sedia untuk turun tangan, dengan sorot
mata yang tajam seperti sambaran kilat, dia mengawasi dua orang
yang sedang bertarung di arena lekat-lekat.
Siapa tahu Thi tan kim wan Yu Ceng hui yang telah berhasil
menduduki posisi diatas angin itu mendadak melepaskan pukulan
mendesak mundur Ci kong taysu, bukan maju lebih kedepan, tahu
tahu dia malah melompat mundur sejauh satu kaki, bentaknya :
"Hwesio tua, bagaimana kalau berhenti dulu untuk sementara
waktu?" Ci kong taysu memang sangat berharap mendengar seruan
mana, dengan napas terengah katanya :
"Yu sicu, perkataan apa yang hendak kau ucapkan?"
Dengan sikap yang latah, Thi tan kim wan Yu Ceng hui berkata :
"Hwesio tua, kau bukan tandinganku sekarang, aku ingin
memeriksa dahulu teratai emas Jit kiau kim lian tersebut."
Dilihat dari ucapan mana, agaknya dia sudah merasa curiga
terhadap teratai emas tersebut. Ci kong taysu merasa malu sekali,
serunya dengan gusar :
"Ci wan sute, buka kotak teratai emas dan perlihatkan
kepadanya!"
Dengan wajah serius Ci wan taysu maju selangkah kedepan
dengan diluruskan kemuka, ia hembuskan kain merah yang
menutupi teratai emas tersebut. Dengan cepat kain merah tadi
tersingkap dan jatuh ke tangan Ci bi taysu yang berada di sebelah
794 kirinya. Serentak sorot mata semua orang ditujukan keatas kotak
kayu itu. "Haaahhhh..."!" tiba tiba semua orang menjerit kaget.
Ternyata benda yang berada ditangan Ci wan taysu itu bukan
teratai emas Jit kiau kim lian melainkan sebatang ranting pohon. Thi
tan kim wan Yu Ceng hui tertawa tergelak, tanpa mengucapkan
sepatah katapun dia melewati atas kepala para hwesio Siau lim si itu
dan berlalu dari situ.
Thi Eng khi yang menyaksikan adegan itupun diam diam
menggebrak tanah sambil berpikir :
"Aduh celaka, entah sejak kapan teratai emas Jit kiau kim wan
tersebut telah mereka dapatkan" Benar benar mengemaskan!"
Segera timbul niatnya untuk menahan Thi tan kim wan Yu Ceng
hui dan memaksanya untuk mengakui kemana perginya teratai
tersebut. Namun ingatan lain dengan cepat melintas didalam
benaknya, dia berpikir lagi :
"Seandainya teratai emas Jit kiau kim lian telah dicuri oleh
Pencuri sakti, apa gunanya menahan orang itu disini" Lebih baik
kubuntuti saja orang itu secara diam diam, siapa tahu hal mana
justru ada harapan buatku untuk merebut kembali teratai emas
tersebut."
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, Thi Eng khi segera
mengambil keputusan tanpa berpikir panjang lagi, dikerahkannya
ilmu Hu kong keng im dan melewati diatas kepala kawanan pendeta
dari Siau lim tersebut, dia melakukan pengejaran.
Padahal waktu itu para pendeta dari Siau lim sedang berdiri
terbelalak dengan mulut melongo setelah menyaksikan teratai emas
Jit kiau kim lian mereka berubah menjadi sebatang ranting pohon,
didalam keadaan seperti ini tentu saja tak ada yang memperhatikan
Thi Eng khi lagi.
Sementara itu, Thi Eng khi telah berhasil menyusul di belakang
Thi tan kim wan Yu Ceng hui. Tampaknya peluru baja butiran emas
795 ini betul betul bernyali besar, berada di bawah sinar matahari yang
cerah, dia masuk kekota Phu thian secara terang terangan.
Sesudah berjalan berputar putar mengelilingi jalan raya,
mendadak Thi tan kim wan Yu Ceng hui menyelinap masuk kedalam
sebuah lorong kecil yang sempit. Lorong itu berada diantara dua
buah gedung, selain gelap dan rendah juga kotor sekali, jelas
merupakan tempat tinggal dari rakyat kecil yang miskin dan
berpenghasilan rendah.
Thi Eng khi menguntil terus, dari kejauhan ia saksikan orang itu
berhenti di depan sebuah rumah yang ditancapi tiga batang "hio".
Setelah berjalan mondar mandir sebanyak tiga empat kali akhirnya
dia membuat suatu gerakan seperti bentuk poci dan menegur :
"Sun toako ada di rumah?"
Seorang nenek muncul dari balik rumah, begitu melihat dia
dengan wajah ramah segera menegur :
"Oooh.... rupanya Ong toaya, silahkan masuk! Silahkan masuk!"
Thi tan kim wan Yu Ceng hui pun segera lenyap dari balik rumah
tersebut"..
Thi Eng khi tak berani menyelundup masuk ke dalam rumah
tersebut dengan menggunakan cara yang sama, terpaksa dia harus
melompat naik keatas rumah dan melakukan pencarian sendiri.
Setelah melalui tiga buah rumah akhirnya terdengar olehnya
suara pembicaraan dari Thi tan kim wan Yu Ceng hui dari arah
bawah sana. Dengan cepat dia mendekam diatas atap mencari
lubang kecil dan mengintip ke bawah.
Ternyata tempat itu merupakan sebuah ruangan yang sangat


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersih, Thi tan kim wan Yu Ceng hui serta Pencuri sakti Go jit duduk
berjajar diatas sebuah bangku, sedangkan si nenek duduk dihadapan
mereka. 796 Dari sakunya, pencuri sakti Go jit mengeluarkan sekumtum bunga
teratai emas yang berlapis tujuh, bunganya sendiri sebesar kepalan
tangan dengan putik sepanjang lima inci semuanya berwarna emas.
Agak emosi Thi Eng khi setelah menyaksikan benda itu.
Terdengar pencuri sakti Go Jit sedang berkata dengan bangga :
"Saudara Yu, bagaimana dengan ilmu mencuriku?"
Thi tan kim wan Yu Ceng hui tertawa terbahak bahak, sambil
menepuk bahu pencuri sakti Go Jit, serunya :
"Saudara Go, kau memang sangat hebat, daripada dilawan
dengan kekerasan memang lebih baik dilawan dengan kecerdasan
otak, sekalipun sewaktu menantang mereka untuk bertarung mati
matian, belum tentu aku bisa berhasil merampas teratai emas Jit
kiau kim lian tersebut dari pihak Siau lim si."
"Apa sih teratai emas Jit kiau kim lian itu" Coba perlihatkan
kepada nonamu!" seseorang berseru secara tiba tiba.
Bayangan manusia yang berkelebat lewat, dari pintu samping
telah muncul seorang gadis remaja segera menerima teratai emas
tersebut, sikapnya yang begitu luwes dan bebas tampaknya mereka
memang kenal lama.
Tampaknya Thi tan kim wan Yu Ceng hui dan pencuri sakti Go Jit
sama sama tidak kenal dengan nona itu. Mereka nampak tertegun,
tapi lantaran gerak gerik sinona yang menyakinkan, toh akhirnya
mereka serahkan juga teratai emas Jit kiau kim lian tersebut
kepadanya. Namun sorot mata mereka berdua dialihkan juga keatas wajah
nenek tersebut, seakan akan sedang bertanya kepadanya, apakah
nona ini adalah cucu perempuannya"
Yang paling aneh adalah Thi Eng khi yang berada diatas atap
rumah sesudah melihat nona tersebut, ia merasa pikirannya menjadi
bingung, seakan akan berada dalam alam mimpi saja. Ternyata
nenek itupun tidak kenal dengan nona tersebut, baru saja dia
797 menggelengkan kepalanya dan belum sempat mengucapkan
sesuatu, nona itu sudah berseru sambil tertawa cekikikan :
"Terima kasih banyak atas pemberian kalian!"
Dengan gesit dia lantas menyelinap keluar dari ruangan.
Berhubung kedatangan gadis itu sangat tiba tiba lalu perginya juga
amat mendadak, untuk sesaat tiga orang jogo kawakan dari dunia
persilatan itu dibuat tertegun.
Menanti mereka mendusin kembali dari lamunan, nona tersebut
sudah melompat naik keatas rumah. Bentakan gusar dengan cepat
menggelegar dari dalam rumah. Tiga sosok bayangan manusia
kembali melejit ketangah udara dan naik ke atap rumah untuk
melakukan pengejaran.
Thi Eng khi masih saja melamun seperti orang bodoh, dia merasa
seakan akan sedang bermimpi saja.
"Mungkinkah dia adalah adik Leng" Mungkinkah itu?" tiada henti
hentinya dia bertanya kepada diri sendiri.
"Aaah! Tak mungkin! Adik Leng sudah mati lama! Sudah pasti dia
adalah siluman kecil itu yang menyaru sebagai adik Leng, sudah
pasti dia sedang membawakan peranan lain untuk menipu ".. betul
betul mengemaskan! Benar benar menjengkelkan, aku tak boleh
melepaskannya dengan begitu saja.
Setelah berpikir sampai disitu, ia baru melakukan pengejaran
namun orang yang berada di depannya sudah hampir tak nampak
bayangan tubuhnya. Untung saja ilmu gerakan tubuh Hu kong keng
im yang dimiliki Thi Eng khi sangat lihay, tak lama kemudian ia
berhasil melampaui Thi tan kim wan Yu Ceng hui sekalian bertiga.
Lalu disebuah tebing kecil diluar kota, ia berhasil menyusul sinona
yang berwajah mirip dengan So Bwe leng tersebut.
"Berhenti!" Thi Eng khi segera berseru nyaring.
798 Seperti seekor burung rajawali raksasa, dia melayang ke tengah
udara dan menghadang di depan gadis itu, mukanya dingin kaku
dan sangat menggidikkan hati.
Sewaktu nona berwajah mirip So Bwe leng itu menyaksikan orang
yang menghadang jalan perginya adalah Thi Eng khi, wajahnya
segera berseri seri, sambil merentangkan tangannya menerjang
kearah pelukan pemuda itu, serunya kaget :
"Aaaah".. engko Eng, kiranya kau."
Thi eng khi berdiri dengan telapak tangan disilangkan di depan
dada, segulung tenaga pukulan yang sangat kuat segera
menghadang tubuh si nona yang menubruk datang.
"Berhenti!" bentaknya keras keras.
Nona itu tertegun lalu serunya :
"Engkoh Eng, apakah sudah tidak kenali diriku sebagai adik Leng
mu lagi ".?"
Suaranya memilukan hati, membikin hati orang beriba. Padahal
dia adalah Pek leng siancu So Bwe leng yang sesungguhnya, itulah
sebabnya nona itu nampak gelisah dan tidak tenang. Thi Eng khi
sama sekali tidak menyangka kalau gadis tersebut adalah Pek leng
siancu So Bwe leng yang sebenarnya. Hingga kini, dia masih
menganggapnya sebagai perempuan siluman Ciu Lan.
Sambil tertawa dingin segara serunya :
"Jika kau berani berbuat licik lagi dihadapanku, jangan salahkan
jika aku bertindak kasar kepadamu! Hayo cepat serahkan Jit kiau
kim lian tersebut kepadaku, hari ini kuampuni selembar jiwamu."
Pek leng siancu So Bwe leng tidak mengira kalau Thi Eng khi
bakal bersikap begitu kasar kepadanya, dia menganggap pemuda
tersebut belum mau memaafkan perbuatannya yang berpura pura
mati dulu. Hatinya menjadi sedih dan perih sekali tapi apa boleh buat"
Selembar mulutnya yang dihari hari biasa pandai berbicara sekarang
799 menjadi kaku dan gagu, dia tak tahu bagaimana mesti menjelaskan
persoalan tersebut".
Tentu saja dia pun tidak mengira kalau hingga kini Thi Eng khi
masih belum tahu tentang permainannya yang berpura pura mati,
berbicara dari perhatian dan perasaan Thi Eng khi sekarang,
andaikata dia mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, untuk
bergembirapun tak sempat, mana mungkin membentak secara
kasar" Justru karena pengalaman dan musibah yang menimpa Thi Eng
khi dan So Bwe leng jauh berbeda, hal mana mempengaruhi pula
pandangan seseorang terhadap masalah yang dihadapi, seringkali
justru karena berbeda pandangan inilah berakibat terjadi kesalahan
paham. Kini Pek leng siancu So Bwe leng tak sanggup menjawab, hal ini
bukan dikarenakan dia bodoh atau tak sanggup menjawab
melainkan karena timbulnya perasaan menyesal dan tak tenang di
hati kecilnya. Sekarang dia sedang berusaha keras untuk meredakan suasana
yang serba kaku itu, dia ingin mencari jalan bagaimana untuk
menghilangkan rasa mendongkol anak muda itu terhadapnya.
Siapa tahu Thi Eng khi yang menyaksikan gadis itu hanya
membungkam diri belaka, bahkan tidak menyerahkan pula teratai
emas Jit kiau kim lian tersebut kepadanya, rasa benci dan muaknya
terhadap siluman perempuan Ciu Lan meledak, sepasang matanya
merah membara, ditatapnya wajah Pek leng siancu So Bwe leng
lekat lekat. So Bwe leng yang beradu pandang dengan pemuda itu segera
dapat merasakan kebencian yang terpancar dari balik mata pemuda
itu, hatinya semakin kecut, dia menyangka Thi Eng khi telah
melampiaskan kemarahannya terhadap orang lain kepadanya.
Begitu rasa sedih menyelimuti hatinya, diapun berpikir :
800 "Buat apa kau galak kepadaku" Apakah kau anggap aku benar
benar takut kepadamu?"
Dia menjadi nekad, bukan saja tidak memberi penjelasan apa
apa, malah justru menanggapi dengan jelas pula.
"Teratai emas Jit kiau kim lian berhasil kudapatkan dengan
kepandaianku, mengapa harus kuberikan lagi kepadamu" Katakan
apa yang kau andalkan?""
Thi Eng khi makin naik darah, dia segera tertawa dingin.
"Heeehhh". Heeehhhhh". Heeehhhh".. pandai betul bermain
sandiwara, sayang aku sudah kelewat mendalami watakmu, aku tak
bakal tertipu lagi!"
Dalam pendengaran Pek leng siancu So Bwe leng, ucapan
tersebut seakan akan memakinya kalau pemuda itu sudah tahu
kalau sejak ia berkenalan dengannya, ia hanya mencintai secara
pura pura belaka.
Tak heran kalau So Bwe leng jadi lebih sedih bercampur
mendendam. Yang lebih kebetulan adalah disaat seperti itulah Thi
tan kim wan Yu Ceng hui sekalian bertiga telah menyusul pula
sampai di situ.
Sambil menggertak gigi dan melototkan matanya bulat bulat, Pek
leng siancu So Bwe leng membentak keras :
"Thi Eng khi kau betul betul berhati keji!"
Sambil mendepakkan kakinya ke tanah, dia lantas melompat
bangun dan kabur lagi dari situ.
"Mau ke mana kau!" bentak Thi Eng khi nyaring.
Dia bersiap melakukan pengejaran, tapi pada saat itu kebetulan
sekali Thi tan kim wan Yu Ceng hui bertiga sedang menaiki tebing
tersebut. Mereka dibikin terkejut oleh kecepatan gerakan tubuh Thi
Eng khi, sepanjang melakukan pengejaran tadi tentu saja mereka
801 pun menganggap anak muda tersebut telah berhasil merampas
teratai emas Jit kiau kim lian tersebut dari tangan si nona.
Oleh karena itu, mereka tidak menghalangi Pek leng siancu So
Bwe leng yang sedang melarikan diri, malah sebaliknya bersama
sama menerjang Thi Eng khi, maksudnya mereka ingin merampas
kembali teratai emas Jit kiau kim lian tersebut dari tangan anak
muda itu. Ketika Thi tan kim wan Yu Ceng hui bertarung dengan Ci kong
taysu di kuil Siau lim si tadi, belum semua kepandaian silat
andalannya digunakan. Tapi sekarang, tahu kalau sedang
menghadapi musuh tangguh, dia lantas mengeluarkan jurus
simpanannya. Belum lagi tubuhnya menerjang kemuka, sepasang tangannya
telah diayunkan bersama kedepan, dua titik cahaya emas segera
meluncur, satu di depan yang lain dari belakang menerjang tubuh
Thi Eng khi. Sementara itu, ditangan si nenek telah bertambah dengan
sebuah tongkat berwarna hitam gelap diiringi hembusan angin tajam
dia turut menyerang Thi Eng khi. Sebaliknya si pencuri sakti Go Jit
yang mengandalkan keringanan tubuhnya bergerak kian kemari
seperti gulungan asap ringin, pedang pendek sepanjang satu depa
ditangannya dengan menciptakan serentetan cahaya pelangi
berwarna perak langsung menusuk ke dada Thi Eng khi dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Thi Eng khi melototkan matanya lebar lebar, dengan tangan
kirinya dia melepaskan sebuah pukulan untuk menghantam Pek leng
siancu So Bwe leng yang berada du tengah udara, kemudian
bentaknya gemas :
"Lebih baik kuhajar mampus kau siluman perempuan lebih dulu
untuk menghilangkan rasa mendongkol dalam hatiku."
Sementara tangan kanannya merogoh ke saku dan sekilas cahaya
keemas emasan meluncur dari balik baju panjangnya kemudian
di Jodoh Rajawali 16 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Jodoh Si Mata Keranjang 5
^