Pukulan Naga Sakti 2

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 2


ong pay terhadap keselamatan dunia persilatan. Atau dengan
perkataan lain, kebangkitan Thian liong pay juga harus ikut
bertanggung jawab pula atas ditegakkannya kebenaran dan keadilan
dalam dunia persilatan.
Kalau ditinjau dari pembicaraan Ban li tui hong Cu Ngo serta
disebarnya undangan Bu lim tiap oleh pihak perkampungan Ki hian
san ceng dibukit Hong san, bisa diduga kalau dunia persilatan
sedang terancam oleh mara bahaya.
Berpikir sampai disitu, Thi Eng khi segera mengambil keputusan
di dalam hatinya, sambil memandang wajah Thian liong ngo siang,
ujarnya dengan suara dalam :
"Lima tahun adalah suatu jangka waktu yang terlalu panjang,
padahal ancaman dunia persilatan telah diambang pintu, untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran, Thian liong pay mana boleh
memisahkan diri diluar garis" Oleh karena itu, siautit bermaksud
untuk berangkat besok juga, aku akan berkunjung ke perkampungan
Ki hian san ceng di bukit Hong san serta ikut menyumbangkan
tenaga kita bagi ditegakkannya keadilan dan kebenaran. Siautit rasa,
dengan kemampuan yang kumiliki sekarang, mungkin masih bisa
mengatasi segala kesulitan yang ada."
Ucapan yang begitu gagah perkasa ini membuat Thian liong ngo
siang tak mampu untuk mengucapkan kata-kata tidak setuju.
63 Semua orang menjadi terbungkam dalam seribu bahasa, akhirnya
Pit tee jiu Wong Tin pak, menghela napas panjang, katanya :
"Bila ciangbun sutit ingin mengubah kekuatan Sian thian bu khek
ji gi sin kang yang berada di tubuhmu dari kekuatan yang tersimpan
menjadi kekuatan sesungguhnya, caranya gampang sekali. Asal kau
mengingat beberapa kata sandi yang penting ini, maka dalam latihan
tiga hari saja semua kehendakmu bisa tercapai, cuma sekalipun
demikian, kamu masih belum bisa beradu kekuatan dengan mereka,
sebab hal ini hanya akan melemahkan kedudukan partai kita saja."
Rupanya ilmu Sian thian bu khek ji gi sin kang yang diwariskan
Kay thian jiu Gui Tin tiong kepada Thi Eng khi tersebut hanya cara
untuk menghimpun tenaga, untuk menghindari kecurigaan Thi hujin,
sengaja dia tidak mewariskan cara untuk mengerahkan tenaga,
meski demikian hal tersebut sama sekali tidak mempengaruhi
latihannya, asal mendapat pengerahan yang tepat maka keadaan
tersebut masih bisa diatasi.
Demikian, ketika Thi Eng khi mendengar perkataan dari Pit tee jiu
Wong Tin pak tadi, sambil tertawa ia lantas menggelengkan
kepalanya berulang kali, ujarnya :
"Kepergianku ke bukit Hong san kali ini hanya ingin menunjukkan
solidaritas partai kita dengan partai-partai persilatan lainnya, kita
hanya akan menyumbangkan kecerdasan kita, dan bukan beradu
kekuatan, jadi soal ilmu silat masih belum diperlukan, harap supek
tak usah kuatir...!"
Sam ciat jiu Li Tin tang mengangguk berulang kali.
"Bila ingin membangun kembali nama besar Thian liong pay, kita
memang tak bisa melepaskan diri dari persoalan dunia persilatan,
tindakan semacam ini memang sangat diperlukan sekali, cuma
persoalannya sekarang adalah partai kita tidak memperoleh
undangan ...."
"Huuuh....! Sangkoan loji itu manusia macam apa?" teriak Sin lui
jiu Kwan Tin see dengan suara lantang, "empat puluh tahun
berselang, ketika mengikuti di belakang Insu hak untuk turut
64 berteriakpun belum punya, sekarang saja lagaknya luar biasa, malah
berani pandang rendah partai kita, benar-benar keterlaluan!"
San tin jiu Oh Tin lam tertawa.
"Losu tak usah marah-marah," katanya, "sekalipun Sangkoan loji
tak punya aturan, dengan mengandalkan keadaan kita yang
setengah hidup setengah mati, apa yang bisa kita lakukan?"
Sin liu jiu Kwan Tin see yang dikatai demikian hanya bisa
melototkan matanya lebar-lebar sambil menghela napas panjang.
"Anak Eng, ibu mendukung tindakanmu ini!" seru Thi hujin Yap
Siu ling sambil tertawa.
"Asal tujuan kita tulus, peduli amat dengan sikap orang lain
terhadap kita, "ucap Pit tee jiu Wong Tin pak pula. "Ciangbun sutit
gagah perkasa dan, baiklah! Harap kau suka menunggu lima hari,
dalam lima hari ini kami akan membantumu sebisanya."
"Terima ksih atas kebaikan para supek dan susiok."
Perkampungan Ki hian san ceng sesungguhnya bukan terletak
diatas bukit Hong san melainkan berada di kaki bukit sebelah utara
dari bukit tersebut, masuk dari mulut bukit lalu berbelok ke kanan.
Di depan pintu perkampungan terdapat sepasang patung siang
yang tinggi dan besar.
Diatas pintu gerbang terpancang sebuah papan nama yang
bertuliskan empat huruf besar : "Ki hian san ceng"
Empat huruf besar yang berwarna keemas-emasan.
Suasana dalam perkampungan waktu itu sangat hening dan sepi,
tak kedengaran sedikit suarapun.
65 Seorang sastrawan berbaju biru yang berwajah gagah berdiri
ditengah lapangan pintu depan, sebilah pedang antik tersoren di
pinggangnya, meski lemah lembut tapi kelihatan amat gagah.
Lama sekali sastrawan berbaju biru itu berjalan bolak balik di
tengah lapangan akhirnya dia berhenti seraya berguman :
"Tampaknya perkampungan ini sama sekali tiada penjagaan,
jangan-jangan aku telah salah mengingat waktu" Masa waktu
pertemuan bukan hari ini....?"
Mendadak terasa ada segulung angin lembut berhembus lewat
dari sisi tubuhnya ketika dia coba mengamati, ternyata ada seorang
kakek bungkuk sedang berjalan berjalan menuju ke dalam
perkampungan. Menyusul kemudian, dari balik perkampungan itu terdengar
seseorang berseru lantang :
"Sin lo tuo (unta sakti) locianpwe telah tiba!"
Mendengar suara itu, tersenyumlah pemuda berbaju biru
tersebut, segera gumannya:
"Oooh .... aku kelupaan bahwa pertemuan ini adalah suatu
pertemuan rahasia, tentu saja penyambutnya tidak akan berdiri
diluar perkampungan sambil memasang aksi."
Berpikir sampai disitu, dia lantas beranjak dan berjalan ke dalam
perkampungan. Di balik pintu perkampungan juga terbentang sebuah lapangan
luas, dua baris lelaki kekar berdiri di kiri kanan pintu, mereka berdiri
dengan senjata terhunus sehingga suasana tampak amat serius.
Disiplin orang-orang itu sangat tinggi, sekalipun berjumlah
banyak tapi suasana amat hening tak kedengaran sedikit suarapun,
karena itulah kalau yang berada di luar perkampungan sama sekali
tak akan menyangka kalau dibalik perkampungan tersebut terdapat
begitu banyak jago yang sedang berdiri dengan senjata terhunus.
66 Baru saja sastrawan berbaju biru itu melangkah masuk ke dalam
pintu perkampungan, seorang pemuda berjubah panjang segera
menyambut kedatangannya dengan senyum dikulum :
"Harap cianpwe memperlihatkan undangan dari perkampungan
kami, agar bisa diberikan laporan ke dalam guna penyambutan."
Sebetulnya sastrawan berbaju biru itu akan menyambut dengan
wajah dihiasi senyuman, akan tetapi setelah teringat kalau dirinya
adalah ketua dari suatu perguruan besar, tiba-tiba dengan wajah
serius sahutnya keren :
"Aku adalah ketua Thian liong pay Thi Eng khi, khusus datang
kemari untuk menyambangi Sangkoan lo cengcu!"
Ia tidak mempunyai surat undangan, itulah sebabnya terpaksa
harus mengutarakan identitasnya.
Tampaknya pemuda itu kena digertak oleh kedudukannya
sebagai seorang "ciangbunjin" ia tak berani menanyakan soal
undngan lagi kepada Thi Eng khi, tapi iapun tidak mempersilahkan
tamunya untuk masuk, sahutnya berulang kali :
"Baik! Baik! Harap Thi ciangbunjin menunggu sebentar!"
Dengan cepat dia menyelinap masuk ke dalam pintu ruang kedua
yang membentang di depan mata itu.
Tak lama kemudian, pemuda itu muncul kembali bersama
seorang lelaki kekar berusia tiga puluh tahunan yang berbaju
parlente. Lelaki berbaju parlente itu memiliki sepasang mata yang tajam
bagaikan sembilu, sekalipun Thi Eng khi tidak cukup berpengalaman,
dia juga tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki orang ini tidak lemah.
Lelaki berbaju parlente itu langsung berjalan ke hadapan Thi Eng
khi, kemudian dengan penuh rasa hormat, katanya :
"Aki bernama Sangkoan Gi."
Lalu sambil menuding pemuda tampan tadi , dia melanjutkan,
67 "Dan dia adalah keponakan kami Sangkoan Beng, tolong tanya
ada urusan apa Thi ciangbunjin berkunjung kemari?"
Thi Eng khi segera berpikir.
"Dengan jelas dia tahu kalau kedatanganku kemari adalah untuk
menjumpai cengcu, mengapa ia musti banyak bertanya lagi?"
Pada mulanya, pemuda ini hanya seorang anak sekolahan, maka
melihat orang berbicara sambil tersenyum , tentu saja dia tak bisa
mencari gara-gara terpaksa dia mengulangi kembali maksud
kedatangannya. "Aku masih muda dan berpengalaman cetek, entah Sangkoan
tayhiap dan Sangkoan cengcu ....."
Sangkoan su kita terdiri dari Sangkoan Tiong, Sangkoan Siau,
Sangkoan Jin dan Sangkoan Gi, mereka semua bukan manusia atas
bernama dalam dunia persilatan, sekalipun Thi Eng khi mengajukan
pertanyaan tersebut karena dia benar-benar tak pernah mendengar
nama Sangkoan Su kiat, tapi dalam pendengaran Sangkoan Gi justru
ucapan tersebut sangat tak sedap didengar.
Dengan kening berkerut tapi masih bsersikap sopan Sangkoan Go
segera menjawab.
"Dia orang tua adalah ayahku!"
Begitu mengetahui kalau Sangkoan Gi adalah sau cengcu dari
perkampungan Ki hian san ceng, Thi Eng khi menjadi girang sekali,
cepat serunya. "Harap Sangkoan tayhiap suka memberi laporan ke dalam,
katakan bahwa aku ada persoalan hendak dibicarakan dengan
ayahmu!" Untuk menjaga nama baik perkampungan Ki hian san ceng
dimata orang, Sangkoan Gi terpaksa menyahut.
68 "Oooh .....! Kedatangan Thi ciangbunjin sungguh sangat tidak
kebetulan, beberapa hari berselang ayahku telah turun gunung dan
sampai sekarang belum pulang, entah Thi ciangbunjin tinggal
dimana" Silahkan meninggalkan alamat, bila ayahku sudah pulang
nanti, pasti akan kusampaikan."
Ucapan tersebut cukup jelas, yakni perkampungan Ki hian san
ceng tidak berniat untuk menyambut kedatangan ketua dari Thian
liong pay ini. Manyaksikan maksud baiknya dibalikin orang, Thi Eng khi
mengernyitkan alis mata nya , kemudian dengan menahan diri
serunya kembali :
"Sesungguhnya aku datang untuk mengikuti pertemuan rahasia
yang sedang diselenggarakan disini, harap Sangkoan tayhiap segera
masuk ke dalam untuk memberi laporan."
Paras muka Sangkoan Gi kontan saja berubah hebat, cepat-cepat
serunya : "Perkampungan kami sama sekali tidak menyelenggarakan
pertemuan apa-apa, mungkin Thi ciangbunjin telah salah
mendengar!"
Pada ssat itulah, tiba-tiba dari luar pintu berjalan masuk seorang
pendeta tua berjubah abu-abu, bersenjata tongkat baja dan
berwajah ramah dan penuh asih.
Begitu menjumpai kemunculan pendeta itu buru-buru Sangkoan
Gi meninggalkan Thi Eng khi untuk menyambut kedatangannya,
setelah memberi hormat katanya :
"Ayah telah menantikan kedatangan taysu di ruang tengah,
silahkan masuk ke dalam taysu!"
Tanpa memeriksa kartu undangannya lagi, dia mempersilahkan
hwesio itu untuk masuk ke dalam ruangan.
Melihat kesemuanya itu, Thi Eng khi selain merasa mendongkol
juga gusar, baru saja dia bermaksud untuk menerjang masuk
69 kedalam ruangan, tiba-tiba Sangkoan Gi telah melayang kembali di
hadapannya. Terpaksa sambil menahan sabar dia menegur :
"Siapakah pendeta agung tadi?"
Dengan perasaan tak sabar Sangkoan Gi menyahut :
"Ci kay taysu dari partai Siau lim!"
"Tolong tanya apa kedudukan Ci Kay taysu didalam kuil Siau lim
si?" kembali Thi Eng khi bertanya.
Sangkoan Gi mengira Thi Eng Khi sudah tahu pura-pura bertanya
dengan maksud untuk menggodanya, sebab didalam anggapannya
setiap umat persilatan pasti mengenali siapakah empat Kim kong
dari kuil Siau lim si, maka sambil menarik mukanya sehingga
berubah menjadi dingin bagaikan es, dia berkata :
"Salah satu seorang Kim kong dari kuil Siau lim si, kedudukannya
adalah seorang huhoat!"
Thi Eng khi bertanya lebih jauh :
"Apakah dia adalah murid pertama dari ketua Siau lim pay?"
Makin didengar Sangkoan Gi merasa semakin tak karuan
perasaannya, kontan saja dengan mata melotot sahutnya keraskeras
: "Empat Toa kim kong dari Siau lim si adalah sute dari ketua
partai Siau lim si, Thi ciangbunjin! Jawabanku ini cukup memuaskan
bukan!" Menyaksikan jawaban Sangkoan Gi makin lama semakin tak tahu
sopan santun, berkobar hawa amarah dalam hatinya, serunya
kemudian dengan suara lantang :
"Aku sebagai seorang ciangbunjin apakah tidak bisa menandingi
seorang huhoat dari Siau lim si" Mengapa aku tak boleh memasuki
pintu gerbang perkampungan kalian" Harap Sangkoan tayhiap
memberi penjelasan!"
70 Sangkoan Gi tak mau mengalah, serunya pula keras-keras :
"Sekalipun Thi ciangbunjin adalah seorang ketua dari suatu
perguruan, bila tiada surat undangan dari perkampungan kami,
jangan harap bisa memasuki ruangan kami."
Dengan mata kepala sendiri kusaksikan Ci kay taysu agaknya tak
pernah mengeluarkan surat undangannya, apakah Sangkoan tayhiap
sengaja hendak membuat susah diriku?"
Sangkoan Gi tertawa dingin.
"Nama besar Ci kay taysu sudah tersohor di seluruh dunia
persilatan, setiap orang mengenalinya, bila Thi ciangbunjin ingin
dibandingkan dengan dirinya .......... hmm! Masih kelewat pagi."
"Sangkoan tayhiap!" bentak Thi Eng khi dengan suara gusar, "jika
kau tetap bersikeras dengan jalan pemikiranmu itu, terpaksa aku


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan melangkah masuk sendiri!"
Untuk sesaat lamanya Sangkoan Gi terpengaruh oleh
kewibawaannya yang amat besar itu tanpa sadar dia menyingkir ke
samping untuk memberi jalan lewat.
Tapi belum sampai dia menyusul ke depan, tampak
keponakannya Sangkoan Beng telah menghadang jalan pergi Thi
Eng khi dengan senyuman cengar-cengir.
Usia Sangkoan Beng selisih tidak terlalu banyak dibandingkan
dengan Thi Eng khi, tapi berhubung dia dibesarkan dalam
lingkungan keluarga persilatan yang berpengaruh, maka sedikit
banyak sikapnya agak angkuh dan tinggi hati.
Diam-diam ia menyesal mengapa tidak bisa menahan diri ketika
digertak lawannya tadi sehingga dia kehilangan muka dan harus
mengundang paman susioknya untuk menyelesaikan persoalan ini,
dia merasa tindakannya itu berakibat dia kehilangan muka.
Maka ketika dilihatnya Sangkoan Gi agak kewalahan untuk
menghalangi masuknya Thi Eng khi kedalam ruangan, cepat-cepat
dia maju kedepan untuk mengatasinya.
71 Dia telah bertekad untuk menghalangi Thi Eng khi masuk ke
dalam perkampungan Ki hian san ceng, karena kalah pengaruh bila
sama-sama serius, maka dia ambil sikap tertawa cengar-cengir untuk
menghadapi lawannya.
Jilid 3 Begitulah, sambil menghalangi jalan pergi Thi Eng khi, ujarnya :
"Perkampungan Ki hian san ceng adalah tempat berkumpulnya
orang-orang kenamaan dalam dunia persilatan, sekalipun Thi
ciangbunjin adalah seorang ketua dari Thian liong pay, namun
perkampungan kami pun tidak ingin merusak kewibawaan kami
sehingga dijadikan bahan gurauan orang dikemudian hari, maaf,
jalan disini tidak tembus, silahkan pulang saja ke rumah!"
Demi menjunjung nama baik perguruan Thian liong pay setelah
berada dalam keadaan begini tiada pilihan lain baginya kecuali
bertahan terus. Dengan wajah serius katanya kemudian :
"Sangkoan sauhiap! Benarkah kau tidak memperkenakan aku
untuk masuk kedalam?"
Sambil berkata dengan langkah lebar dia melanjutkannya maju
ke depan. Sangkoan Beng segera menarik sikap cengar-cengirnya, dengan
wajah serius katanya pula :
"Kalau toh Thi ciangbunjin begitu tak tahu diri, terpaksa aku
harus membuat dosa kepadamu!"
Seraya berkata, dengan jurus liu soat hong san (awan mengalir
menyelimuti bukit) dia menciptakan selapis bayangan telapak tangan
yang rapat untuk menyerang tubuh bagian atas Thi Eng khi.
Jurusan serangan tersebut merupakan jurus yang sangat tangguh
dari ilmu pukulan kilat Huan im hu yu cap pwe kuay jiu yang paling
diandalkan perkampungan Ki hian san ceng.
72 Sangkoan Beng agak keder oleh nama besar ketua Thian liong
pay, kuatir perbuatannya akan menurunkan gengsi perkampungan Ki
hian san ceng dimata umum, maka begitu turun tangan dia lantas
menyerang dengan menggunakan jurus serangan yang paling
tangguh. Sungguh kasihan Thi Eng khi yang memiliki tenaga dalam Sian
thian bu khek ji gi sin kang yang sempurna itu, didalam menghadapi
serangan lawan, dia hanya memiliki tiga jurus ilmu pukulan Thian
liong ciang hoat, tiga jurus ilmu jari Thian liong ci hoat, tiga jurus
ilmu pedang Thian liong kiam hoat dan tiga jurus ilmu pukulan Thian
liong kun hoat yang diwariskan Thian liong su siang kepadanya.
Sekalipun tiga kali empat dua belas jurus ilmu sakti dari partai
Thian liong pay, yang dimilikinya itu merupakan inti kekuatan dari
ilmu aliran Thian liong pay akan tetapi dengan kematangan yang
terbatas itu secara otomatis kekuatan yang terpancar keluar dari
serangan itupun sangat terbatas sekali.
Dengan perkataan lain, seandainya dia yang membuka serangan
lebih dulu, baik dalam ilmu telapak tangan, ilmu jari, ilmu pedang
maupun ilmu pukulan dalam waktu singkat dia bisa lepaskan
serangan yang maha dahsyat ibaratnya kehebatan Thia Kau kim.
Tapi jika musuh menyerang duluan maka kedua belas jurus ilmu
sakti yang dimilikinya itu akan berubah menjadi satu jurus, jurus
serangan yang sama sekali tak ada faedahnya.
Sebab jurus"jurus serangan itu dipelajarinya secara mendesak,
apalagi tiada berpengalaman dalam menghadapi pertarungan,
otomatis dia tak bisa melakukannya dengan matang.
Dalam pada itu, Sangkoan Beng telah memandang terlampau
tinggi akan kehebatan musuhnya, begitu turun tangan dia lantas
menyerang dengan jurus perguruannya yang paling hebat,
bagaimana mungkin ia mampu untuk menghadapinya"
73 Terasa bayangan telapak tangan menyelimuti seluruh angkasa
dan menekan ke atas batok kepalanya, dengan gugup dia segera
melompat mundur ke belakang.
Sangkoan Beng tertawa bangga, sambil menarik kembali
serangannya ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh ....haaahhh .....haaahhh......ternyata ilmu silat Thian
liong pay tak lebih Cuma begitu-begitu saja! Ciangbunjin mungkin
terlalu awal bagimu untuk berkelana dalam dunia persilatan,
silahkan! Silahkan! Kami tak akan mengantar lebih jauh lagi!"
Ucapan itu penuh dengan nada ejekan sindiran amat tak sedap
untuk ditangkap dengan pendengaran.
Thi Eng khi segera merasakan darah panas dalam tubuhnya
mendidih, tak terlukiskan kemarahan yang berkobar dalam dadanya,
segera membentaknya keras-keras :
"Baik! Aku akan persilahkan kau untuk menyaksikan kelihayan
dari ilmu silat Thian liong pay kami."
Dengan menghimpun dua belas bagian tenaga dalamnya, dia
mengangkat telapak tangannya keudara, kemudian dengan jurus Lak
leng kay san (Lak teng membuka gunung) suatu jurus tangguh
dalam Thian liong ciang hoat, dia lepaskan sebuah pukulan dahsayt
kemuka. Jurus pukulan Thian liong ciang hoat yang dilancarkan dalam
keadaan gusar ini sungguh luar biasa hebatnya, mau tak mau
Sangkoan Beng harus berkelit juga tanpa berani menangkis atau
menyambut secara keras lawan keras.
Secara beruntun Thi Eng khi melepaskan kembali seranganserangannya
dengan jurus Jit pay tiong thian (matahari di tengah
angkasa dan Hun im ki gwat (memisah awan meraih
rembulan).........
Sangkoan Beng terdesak hebat, dengan jantung berdebar karena
kaget bercampur terkesiap buru-buru ia gunakan Giok yan sin hoat
74 (ilmu gerakan tubuh burung walet kemala) untuk berkelit sambil
menyelamatkan diri .....
Selewatnya tiga gebrakan, Thi Eng khi segera menghentikan
serangannya dengan wajah serius dia berkata :
"Sauhiap, bagaimanakah pandanganmu terhadapan ilmu pukulan
Thian liong ciang hoat?"
Padahal selewatnya tiga jurus serangan itu, dia tak sanggup
untuk melanjutkan kembali serangannya, terpaksa ia harus
menghentikannya sampai disana.
Tentu saja Sangkoan Beng tak menduga sampai ke situ, setelah
menghindari ketiga jurus serangan berantai dari Thi Eng khi tadi, ia,
sudah bermandi keringat karena kaget bercampur terkesiap,
disangkanya Thi Eng khi benar-benar berilmu tinggi, untuk
sesaatnya lamanya dia menjadi tertegun dan tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Sangkoan Gi kuatir keponakannya menderita kerugian, dengan
cepat ia melompat kemuka seraya berseru :
"Thi ciangbunjin tenaga dalammu memang cukup sempurna,
jelas keponakanku bukan tandingan, aku yang tak becus bersedia
untuk memohon beberapa petunjuk darimu!"
Setelah mendapat pengalaman yang cukup pahit tadi, Thi Eng khi
sadar jika musuh sampai menyerang lebih dulu, maka dia pasti akan
dibikin keteter hebat dan kehilangan muka.
Maka dia sengaja tertawa nyaring, kemudian katanya :
"Kalau memang Sangkoan tayhiap punya minat untuk bermainmain,
baiklah akan kupertunjukkan tiga jurus Thian liong ci hoat
kami!" Begitu selesai berkata dia lantas melepaskan tiga totokan
berantai dengn jurus Ci thian hua tee (menuding langit mendayung
bumi), Kui seng tiam goan (bintang kejora menotok pusat) serta
Tiang cian ji im (panah panjang menembus awan).
75 Sangkoan Gi adalah seorang jago kenamaan dalam dunia
persilatan, pengalamannya luas dan pengetahuannya matang, ia
segera merasakan betapa dahsyatnya ketiga jurus serangan Thian
liong ci hoat tersebut, tentu saja ia merasa kuat untuk
membendungnya. Untung saja Thi Eng khi belum cukup berpengalaman,
serangannya juga belum bisa digunakan secara matang, maka dari
itu kendatipun ia merasa agak payah, toh masih sanggup
membendungnya. Ketika tiga jurus serangan jarinya sudah lewat tanpa
menghasilkan apa-apa, terpaksa Thi Eng khi harus menarik kembali
serangannya dengan perasaan kaget.
"Ternyata Sangkoan tayhiap betul-betul berilmu tinggi," serunya
"sebagaimana yang telah kukatakan lagi tadi, selewatnya tiga
gebrakan, aku tak akan melancarkan serangan kembali."
"Jika hanya menerima tanpa membalas itu namanya kurang
sopan," kata Sangkoan Gi, "akupun ingin sekali minta beberapa
petunjuk dari Thi ciangbunjin!"
"Aduh celaka!" pekik Thi Eng khi setelah mendengar perkataan
itu. Tapi keadaan sudah meruncing ibaratnya anak panah sudah
diatas busur, mau tak mau dengan keraskan kepala dia harus
berkata : "Aku ingin sekali cepat-cepat menghadiri pertemuan biar dilain
waktu saja, aku akan minta petunjuk lagi dari Sangkoan tayhiap!"
Sangkoan Gi segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh ..... haaahhh...... haaahhh..... Thi ciangbunjin tak perlu
tergesa-gesa, partai anda tidak termasuk dalam undangan, jangan
kuatir ketidakhadiranmu tak bakal sampai mempengaruhi situasi
dalam dunia persilatan, menurut pendapatku, kesempatan baik
76 semacam ini sukar ditemukan, kenapa kita musti menyia-nyiakan
denga begitu saja?"
Berbicara sampai disitu, tanpa menunggu persetujuan dari Thi
Eng khi lagi, dia berseru lebih jauh.
"Silahkan! Aku akan melancarkan serangan lebih dulu."
Telapak tangannya segera diayunkan kemuka melepaskan
sebuah pukulan dahsyat keatas lengan kiri Thi Eng khi.
Ketika dilihatnya suatu pertarungan sudah tak bisa dihindari lagi,
terpaksa Thi Eng khi menyongsong serangan itu dengan jurus Ci
thian hua tee (menunjuk langit mendayung bumi).
Sangkoan Gi tertawa ringan dari serangan pukulan dia merubah
ancamannya menjadi serangan cengkaraman, lengannya diturunkan
ke bawah diimbangi tekukan pinggang, dimana jari tangannya
menyambar ........."Breeeet!" Jubah panjang berwarna biru yang
dipakai Thi Eng khi sudah tersambar sehingga robek sebagian besar,
sementara tubuhnya juga kena didesak mundur sejauh lima langkah
lebih. Sangkoan Gi tidak membiarkan musuhnya kabur begitu saja,
berhasil dengan serangannya yang pertama dia mendesak lebih
jauh, lagi-lagi sebuah pukulan menghajar diatas paha pemuda itu.
Untung saja Thi Eng khi cukup sadar kalau dalam jurus serangan
ia masih kalah jauh dibandingkan dengan Sangkoan Gi maka hawa
sakti Sian thian bu khek ji gi sin kang yang dimilikinya telah
disalurkan untuk melindungi badan.
Selain itu, bagaimanapun juga Sangkoan Gi terhitung juga
seorang anggota dari suatu perguruan kenamaan, betul ia berhasrat
untuk merobohkan musuhnya tapi bukan berarti hendak melukainya
maka ia tidak menggunakan segenap tenaga yang dia miliki.
Walaupun begitu serangan itu cukup membuat kuda-kuda Thi
Eng khi menjadi tergempur dan secara beruntun mundur sejauh tiga
77 langkah ke belakang dengan sempoyongan, untung saja ia tak
sampai jatuh terduduk di tanah.
Dalam pada itu, Sangkoan Gi sendiripun merasa sangat terkejut
setelah pukulannya mampir diatas paha Thi Eng khi, ia merasakan
munculnya suatu tenaga pantulan maha dahsyat dari paha si anak
muda itu yang membuat telapak tangannya bergetar keras dan
kesemutan. Sangkoan Gi cukup punya nama didalam dunia persilatan,
kepandaian silat yang dimiliki tentu saja bukan sembarangan dan
otomatis dia cukup mampu untuk menilai kemampuan orang.
Sekalipun serangan yang barusan dilancarkan berhasil mendesak
mundur Thi Eng khi sejauh tiga langkah, sebaliknya dia malah tak
berani memandang enteng si anak muda itu, dianggapnya pemuda
itu masih kurang hapal dengan jurus serangan yang dimilikinya,
maka dia agak rugi bila terjadi pertarungan, namun soal tenaga
dalam sungguh merupakan seorang jagoan yang tangguh.
Segera timbullah keinginannya untuk beradu tenaga dalam
dengan musuhnya itu.
Sambil mengacungkan jempolnya, dia berseru dengan lantang :
"Thi ciangbunjin, sungguh amat sempurna tenaga dalammu,
bagaimana kalau kita saling beradu tenaga sebanyak tiga
gebrakan?"
Ketika jubahnya kena tersambar sampai robek tadi, Thi Eng khi
sudah merasa tak senang hati, apalagi sesudah dipaksa mundur
sejauh tiga langkah, api amarahnya sudah makin berkobar, maka
ketika mendengar tantangan tersebut, tanpa pikir panjang lagi dia
menyahut dengan wajah sedingin es :
"Aku akan melayani keinginamu!"
Dengan cepat tenaga dalam Sian thian bu khek ji gi sin kang
yang dimilikinya dihimpun mencapai dua belas bagian, ia sudah
bertekad untuk beradu kekuatan dengan musuhnya itu.
78 Sangkoan Gi mengawasi terus lawannya itu dengan seksama,
ketika dilihatnya hawa sakti Thi Eng khi sudah terhimpun dan
wajahnya berubah menjadi serius, ia semakin tak berani
memandang enteng lawannya, buru-buru diapun menghimpun
tenaga dalamnya mencapai dua belas bagian pula.
Tampaknya dua ekor harimau segera akan bertarung, sudah
barang tentu akibatnya akan fatal sekali .....
Di saat yang amat kritis inilah, tiba-tiba dari luar pintu
perkampungan berkumandang suara gelak tertawa yang amat
nyaring. Tjhi Eng khi segera berpaling, tampak tiga orang tosu sedang
berjalan mendekat dengan langkah lebar, seorang berjalan dimuka


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedang dua orang lainnya mengikuti dari belakang.
Tosu yang berjalan dipaling muka merupakan tosu berusia tujuh
puluh tahunan, rambutnya telah beruban tapi wajahnya ramah dan
lembut, dialah yang memperdengarkan gelak tertawa nyaring tadi.
Dua orang tosu yang mengikuti dibelakangnya itu telah berusia
diatas enam puluh pedang antik tersoren dipunggung dengan gaya
yang lembut, cukup memberikan kesan baik bagi siapapun yang
melihatnya. Thi Eng khi tidak kenal dengan ketiga orang tosu tapi setelah
menjumpai sikap mereka yang anggun tapi ramah itu, serta merta
dia membuyarkan tenaga dalamnya dan berdiri termenung disitu.
Sangkoan Gi tampak sangat terkejut, dengan wajah merah
jengah buru-buru ia maju menyambut, katanya sambil memberi
hormat : "Boanpwe Sangkoan Gi menyongsong kedatangan dari
locianpwe!"
Tosu tua yang berjalan dimuka itu tertawa ramah, sahutnya :
"Sau sicu tak perlu banyak sungkan, rupanya kedatangan pinto
bukan pada saaatnya sehingga mengganggu kesenangan kalian!"
79 Sementara berbicara, dengan sorot matanya yang tajam dia
awasi wajah Thi Eng khi.
Mula-mula keningnya tampak berkerut, menyusul kemudian
terlintas rasa kaget diwajahnya, dengan perasaan tercengang dia
menegur : "Sauhiap menggembol pedang sakti Thian liong pay kim kiam,
tolong tanya apa hubunganmu dengan Thian liong pay" Bolehkah
aku mengetahuinya?"
Sekalipun nada ucapannya lembut dan ramah, akan tetapi dibalik
keramahan itu justru terkandung sesuatu kekuatan yang membuat
orang tak dapat menampik permintaannya.
Dengan serius Thi Eng khi menjawab :
"Boan ...."
Sebenarnya dia hendak menbahasai dirinya sebagai "boanpwe"
tapi ketika teringat olehnya bahwa sebagai seorang ciangbunjin dari
partai Thian liong pay, dia seharusnya mempunyai kedudukan pula
dalam dunia persilatan maka segera mengurungkan niatnya itu, dia
tak ingin akibat dari sebutan itu berakibat tercemarnya nama baik
Thian liong pay.
Maka dia segera menjawab.
"Aku Thi Eng khi adalah ciangbunjin angkatan kesebelas dari
Thian liong pay! Entah siapakah nama totiang" Apakah akupun boleh
mengetahuinya ...........?"
Ketika tosu tua itu menyaksikan Thi Eng khi sama sekali tidak
mengetahui gelarnya, meski ia merasa pengetahuan yang dimiliki
ciangbunjin dari Thian liong pay ini terlalu cetek, namun ia tak
sampai merasa gusar, sesudah tertawa hambar sahutnya.
"Pinto adalah Keng hian berasal dari Bu tong pay."
80 Kemudian sambil menuding kearah dua orang tosu pengiringnya
dia melanjutkan.
"Kedua orang ini adalah sute pinto yang seorang bernama Keng
ik sedangkan yang lain bernama Keng leng."
Sekalipun Thi Eng khi belum memiliki pengalaman dalam dunia
persilatan, bukan berarti Keng hian totiang itu ciangbunjin dari partai
Bu tong paypun tidak dikenalinya, mendengar ucapan tersebut, dia
menjadi amat terperanjat.
Buru-buru dia menjura, kemudian katanya :
"Aku masih muda dan cetek pengalaman didalam dunia
persilatan, bila tidak mengenali akan kehadiran ciangbunjin dari Bu
tong pay, harap kau suka memaafkan."
Selain daripada itu dalam hati kecilnya juga segera timbul suatu
perasaan, bagaimanapun juga dia sendiri adalah seorang ciangbunjin
dari suatu perguruan dalam dunia persilatan, bila dibandingkan
maka kedudukan mereka adalah berimbang dan tiada yang lebih
tinggi dan tiada pula yang lebih rendah.
Akan tetapi sesudah menyaksikan sikap hormat pihak Ki hian san
ceng terhadap Keng hian totiang kemudian dibandingkan dengan
sikap sinis pihak lawan terhadap dirinya, segera timbul perasaan
sedih dan malu dihati kecilnya.
Pikir punya pikir tanpa terasa ia menjadi melamun sendiri
sehingga berdiri termangu.
Keng hian totiang sebagai seorang ciangbunjin dari Bu tong pay
tentu saja memiliki pengalaman yang cukup luas, sesudah
menyaksikan sikap-sikap Thi Eng khi macam orang yang kehilangan
sukma itu, dengan cepat dia dapat memahami perasaan orang.
Maka sambil tersenyum segera ujarnya menukas lamunan dari
sianak muda itu :
"Bolehkah aku tahu apa hubungan ciangbunjin dengan Keng
thian giok cu Thi locianpwe?"
81 "Dia adalah mendiang kakekku!" sahut Thi Eng khi dengan sikap
yang hormat kembali.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Keng hian totiang,
ciangbunjin dari Bu tong pay itu sambil menggenggam tangan sianak
muda itu, katanya dengan gembira :
"Oooh....! Jadi Thi ciangbunjin adalah keturunannya, tak heran
kalau kegagahanmu jauh berbeda daripada manusia-manusia lainnya
lagipula berbakat dan memiliki kecerdasan yang luar biasa ......
kemunculan ciangbunjin sungguh merupakan suatu keberuntungan
bagi umata persilatannya pada umumnya!"
Oleh perkataan dari Bu tong cainagbunjin itu, Thi Eng khi
merasakan semangat dalam tubuhnya serasa berkobar kembali,
dengan suara lantang dia lantas berseru:
"Thian liong pay sebagai sesama anggota dunia persilatan sudah
merasa berkewajiban untuk bersama-sama dengan anggota dunia
persilatan lainnya untuk menegakkan keadilan dan kebenaran bagi
kita semua!"
Ketua dari Bu tong pay itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh .... haaahhh.... haaahhh.... pinto bisa berkenalan
dengan manusia semacam Thi ciangbunjin tidak sia-sia perjalananku
kali ini."
Kepada kedua orang sutenya yang berada di belakang sambil
berpaling dia lantas berkata lagi :
"Tampaknya kemurungan serta kekuatiran kita di masa lalu cuma
suatu kekuatiran yang tanpa dasar."
"Pendapat ciangbunjin suheng memang tepat sekali, sute
berduapun berpendapat demikian, " dengan serius Keng ik dan Keng
leng totiang menjawab.
Dipuji-puji oleh tiga jago dari Bu tong pay, Thi Eng khi segera
merasakan hatinya menjadi lega dan semangat kembali, tentu saja
diapun tidak terlalu teringat dengan peristiwa kecil yang tidak
82 menyenangkan hati tadi, setelah membenahi pakaiannya yang
dirobek oleh Sangkoan Gi tadi, dengan kepala terangkat dan dada
dibusungkan dia berdiri gagah disitu.
Sekali lagi Keng hian totiang, ketua dari Bu tong pay
memperhatikan Thi Eng khi sekejab, kemudian sambil menepuk
bahu pemuda itu katanya :
"Ciangbunjin, silahkan!"
Thi Eng khi segera mundur selangkah seraya berkata :
"Totiang lebih tua, sudah seharusnya berjalan duluan!"
Ciangbunjin dari Bu tong pay itu kembali tertawa terbahak-bahak
serunya : "Ciangbunjin terlampau merendah, mari kita masuk bersamasama
....!" Sambil tersenyum, Thi Eng khi manggut-manggut, kemudian
dengan mendampingi ketua dari Bu tong pay itu mereka masuk
bersama-sama ke dalam perkampungan Ki hian san ceng.
Tiba-tiba terdengar Sangkoan Gi berteriak keras :
"Thi ciangbunjin sebelum mendapat persetujuan dari ayahku
harap kau menunggu dulu sebentar!"
Thi Eng khi segera berkerut kening, dia berpaling dan
memandang sekejap ke arah Sangkoan Gi, bibirnya bergetar seperti
hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut kemudian
diurungkan. Keng hian totiang, ciangbunjin dari Bu tong pay telah berkata
lebih dulu : "Apa sebabnya Thian liong pay tidak mendapat undangan?"
Sangkoan Gi agak tertegun, kemudian sahutnya dengan cepat :
"Alasan sederhana sekali, apakah locianpwe tidak
mengetahuinya?"
Keng hian totiang berpikir sejenak kemudian menggangguk :
83 "Baik, kalau begitu anggap saja Thi ciangbunjin sebagai tamu
yang pinto undang, apakah Sangkoan tayhiap bersedia untuk
memberi muka kepadaku?"
Ciangbunjin dari Bu tong pay ini mempunyai kedudukan yang
sangat tinggi di dalam dunia persilatan, setelah dia menampilkan diri
untuk menanggung hal tersebut, sekalipun Sangkoan Gi terhitung Su
Cengcu (kepala kampung keempat) dari perkampungan Ki hian san
ceng, toh dia tak berani juga untuk mengatakan kata "tidak".
Maka dengan mulut membungkam dia menyaksikan Thi Eng khi
beserta ketua dari Bu tong pay itu berjalan masuk lewat pintu
tengah. Menanti bayangan tubuh mereka berdua sudah lenyap dari
pandangan mata, dia baru mendesakkan kaikinya dan secepat kilat
meluncur ke dalam ruang dan lenyap di pintu samping.
Dihantar oleh seseorang, Thi Eng khi serta Keng hian totiang
sekalian diantar menerobosi sebuah ruangan tamu yang luas dan
bisa menampung tamu sebanyak ratusan orang untuk menelusuri
sebuah lorong sempit yang sempit dan memanjang, diujung lorong
tersebut terdapat sebuah pintu gerbang yang terbuat dari batu hijau.
Sepasang gelang tembaga yang bercahaya tajam masing-masing
menempel diatas pintu besar yang terbuat dari batu hijau tersebut
...... Penunjuk jalan itu segera mendekati pintu dan membunyikan
gelang tembaga tersebut tiga kali panjang dan sekali pendek,
sejenak kemudian pintu itupun dibuka orang.
Dalam pintu terdapat sebaris undak"undakan batu yang
menembus ke ruang bawah tanah, mereka segera menuruni anak
tangga tersebut menuju ke bawah.
Di ujung tangga batu tadi kembali terdapat sepasang pintu baja
yang besar sekali menghadang jalan pergi mereka.
84 Menyaksikan kesemuanya itu, Thi Eng khi lantas berpikir :
"Tak nyana kalau Sangkoan cengcu adalah seorang yang begini
berhati-hati, cukup dilihat dari penjagaan disini pun boleh dibilang
cukup ketat."
Sementara dia masih berpikir, pintu baja itu sudah dibuka orang.
Sesudah melewati pintu baja itu sampailah mereka didalam
sebuah ruangan batu yang dua kaki lebarnya.
Didalam ruangan itu terdapat sebuah meja bulat yang terbuat
dari batu hijau, disekelilingnya terjajar dua puluh empat buah kursi
kebesaran, kurang lebih sudah ada lima belas orang jago persilatan
yang hadir disana.
Ketika semua jago yang hadir di dalam ruangan itu menyaksikan
kemunculan Keng hian totiang, ketua dari partai Bu tong berjalan
masuk kedalam ruangan, serentak orang-orang itu bangkit berdiri
dan menyambut kedatangannya dengan sikap yang hormat.
Pada kursi tuan rumah berdiri seorang kakek berwajah merah
ynag memakai jubah lebar berwarna kuning telur, tak usah ditanya
lagi orang itu bukan lain adalah lo cengcu dari perkampungan Ki
hian san ceng, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong adanya.
Yang lebih mengherankan lagi, ternyata Sangkoan Gi sudah
sampai didalam ruangan itu lebih duluan.
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong segera tertawa nyaring
serunya : "Kehadiran ciangbunjin ditempat kami ini, sungguh merupakan
suatu kebanggaan bagi kami siaute. "
Keng hian totiang tertawa, lalu katanya :
"Sudah lama pinto tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi,
kebetulan hari ini kutemukan seorang pendatang baru dari dunia
persilatan, dia adalah Thian liong ciangbunjin Thi siauhiap adanya,
jika kedatangannya agak lancang, harap kau jangan menjadi
marah!" 85 Dengan sikap yang amat menghormat Thi Eng khi segera
memberi hormat, kemudian katanya :
"Aku Thi Eng khi dari Thian liong pay merasa sangat beruntung
sekali bisa berkenalan dengan Sangkoan cengcu."
Dibalik senyuman yang menghiasi wajah Cang ciong sin kiam
segera terlintas perasaan marah dan tak senang hati, ia mendengus
dingin dan menunjukan sikap seperti tak senang atas kehadirannya
disitu. Thi Eng khi yang diperlakukan orang secara dingin terpaksa harus
menahan diri, sebab dia tahu nama perguruannya selama ini
memang tidak menggembirakan.
Sementara dia masih murung, tiba-tiba terdengar Keng hian
totiang berbisik dengan ilmu menyampaikan suara :
"Sebetulnya Sangkoan loji adalah seorang manusia yang
berdarah panas, satu-satunya kelemahan yang dimilikinya adalah
terlalu angkuh dan tinggi hati, dia suka mencari muka dan nama,
kedatangan Thi lote tanpa membawa surat undangn itu sudah pasti
telah dilaporkan orang kepadanya, maka dengan dasar pikirinnya
yang sempit, ia menjadi tak senang hati. Semoga saja lote mau
memikirkan keadaan dunia persilatan dengan tidak mempersoalkan
hal itu." Tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi masih belum cukup
sempurna, ia belum dapat mengemukakan maksud hatinya lewat
ilmu menyampailkan suara, maka dia hanya tersenyum saja
terhadap Keng hian totiang, sementara wajahnya dengan cepat pulih
kembali menjadi tenang.
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong mempersilahkan ciangbunjin
dari Bu tong pay itu untuk menempati kursi utama sedangkan Keng
ik dan Keng leng totiang meski terhitung juga seorang jago
kenamanan didalam dunia persilatan, akan tetapi berhubung
ketuanya sudah menempati kursi utama, otomatis mereka duduk di
kursi berikutnya.
86 Diam-diam Thi Eng khi merasa kagum juga atas kemampuan
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong didalam mengatur tamunya. Ia
memang tak malu disebut seorang pemimpin dunia persilatan yang
berbakat. Ia jadi ingin tahu, bagaimana caranya orang itu akan
mengatur temapat duduk baginya.
Ternyata Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong menitahkan
Sangkoan Gi untuk menyiapkan sebuah kursi lagi jauh diluar meja
bundar tersebut, setelah itu sambil tertawa paksa katanya :
"Maaf! Kedatangan Thi ciangbunjin sungguh jauh diluar
dugaanku, kami tak sempat untuk menyiapkan tempat duduk lagi,


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maka silahkan kau duduk di situ saja."
Sekalipun Thi Eng khi merasa gusar setelah mendengar ucapan
itu, apalagi ketika dilihatnya disekeliling meja bundar itu masih bayak
terdapat kursi kosong tapi sebuah pikiran segera melintas didalam
benaknya, pikirnya :
"Tempat duduk yang disediakan di sekeliling meja bundar itu
terbatas sekali, tempat dudukpun diatur menurut tingkatan, mungkin
saja kursi-kursi kosong itu telah dipersiapkan untuk para undangan
yang belum datang, yaaa.... bagaimanapun juga aku memang
seorang tamu yang tak diundang, tidak seharusnya kutunjukkan
kesempitan jiwaku hanya ribut lantaran soal tempat duduk saja."
Karena berpikir demikian diapun menjadi tenang kembali, malah
sambil tersenyum segera menempati tempat duduknya itu.
Waktu itu para undangan belum datang secara lengkap,
perundingan juga belum dimulai secara resmi kebanyakan tamu
sedang bercakap-cakap membicarakan aneka persoalan.
Thi Eng khi yang tidak kebagian tempat di kursi utama ia merasa
enggan untuk turut menimbrung maka selama ini, dia hanya sebagai
seorang pendengar belaka.
Keng hian totiang kuatir pemuda itu merasa terlalu diasingkan,
maka dengan ilmu menyampaikan suara dia lantas memperkenalkan
semua tamu yang hadir disana.
87 Menurut urutannya maka disamping kiri Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong sebagai tuan rumah adalah Keng ik totiang dan
Keng leng totiang, kemudian orang yang ketiga adalah seorang
kakek ceking berusia lima puluh tahunan yang disebut orang sebagai
Tay pek it khi (manusia aneh dari bukit Tay peng san) Ku Kiam ciu.
Orang keempat adalah seorang nenek berambut putih yang
wajahnya penuh dengan keriput, tapi sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam yang mengerikan sekali, dia she Li
bernama Kek ci dengan julukan Giok koay popo (si nenek bertongkat
kemala). Bangku kelima dan keenam masih berada dalam keadaan
kososng. Di tempat yang ketujuh adalah seorang sastrawan berusia
pertengahan yang disebut Im tiong hok (bangau ditengah awan)
Teng Siong adanya.
Kursi kedelapan dan kesembilan masih kosong.
Tempat yang kesepuluh adalah si kakek bungkuk yang pernah
dilihat Thi Eng khi ketika masih berada di luar pintu gerbang
perkampungan Ki hian san ceng tadi, dia bernama Sin tua (bungkuk
sakti) Lok It hong.
Tempat kesebelas masih kosong.
Tempat yang kedua belas, persisi di tengah-tengah meja
ditempati oleh ketua Bu tong pay Keng hian totiang.
Tempat yang ketiga belas adalah Ci kay taysu dari Siau lim pay.
Tempat yang kempat belas masih kosong.
Tempat yang kelima belas adalah seoarang nyonya setengah
umur, dia adalah Ciang hong wancu yang berjulukan Hui hong li
(perempuan sakti pelangi terabang) Lu Ciang lian.
88 Tempat yang keenambelas ditempati seorang kakek ceking dan
jangkung dia adalah ketua dari Tiong lam pay Ku tiok siu (kakek
bambu kurus) Yap Han san.
Tempat ketujuh belas adalah seorang nyonya tua berambut putih
yang berwajah cantik, dia adalah Tocu dari pulau Soh sim to yang
berjulukan San hoa siancu (Dewi penyebar bunga) Seng Cay soat
adanya. Tempat kedelapan belas ditempati olegh seorang kakek yang
bertubuh kekar, dialah Hong im siu (kakek angin mega) Seng Thong
dari bukit Bong san.
Sewaktu Thi Eng khi mendengar Keng hian totiang
memperkenalkan diri Hong im siu Sang thong tersebut, dia merasa
terperanjat sekali, pikirnya :
"Heran, padahal Ban li tui hong Cu Ngo tidak sampai
mengirimkan undangan itu kepadanya, kenapa dia bisa hadir dalam
pertemunan ini tepat pada waktunya" Sudah pasti dibalik
kesemuaannya ini masih ada rahasia lain ...."
Karena berpikir demikian, dia lantas mengambil keputusan untuk
menyelidiki persoalan ini sampai jelas.
Sementara Thi Eng khi masih melamun, Keng hian totiang dari Bu
tong pay telah melanjutkan keterangannya untuk memperkenalkan
orang-orang yang lain.
Tempat yang kesembilan belas ditempati oleh seorang ahli
senjata rahasia dari wilayah Suchwan yang bernama To pit thiang
ong (raja langit berlengan banyak) Tong lian hoat.
Tempat yang kedua puluh adalah Tiang siau mi lek (Mi lek
tertawa panjang) Kongsun Cong.
Tempat yang ke dua puluh satu adalah Pu thian toa tiau (rajawali
raksasa penubruk langit) Kay Poan thian.
89 Tempat ke dua puluh dua adalah Ku bok long tiong (si penjual
obat bermata buta)
Nyoo Cun. Tempat kedua puluh tiga adalah Tam ciang kay thian (telapak
tangan tunggal pembelah bukit) Coh Eng.
Menyusul kemudian pangcu dari Kay pang Hou bok sin kay
(pengemis sakti bermata harimau) Cu Goan po masuk kedalam
ruangan dan menempati kursi keempat belas, tempat itu hanya
selisih satu kursi dengan tempat duduk Keng hian totiang, ini
menunjukkan bahwa kedudukannya cukup tinggi.
Tak lama kemudian muncul kembali seorang sastrawan yang
lemah lembut menempati bangku kedelapan, dari pembicaraan yang
berlangsung kemudian, Thi Eng khi mendapat tahu kalau orang itu
adalah Tiang cun siusu Li Goan.
Dengan demikian, selain bangku kelima, enam, sembilan dan
sepuluh yang masih kosong tanpa penghuninya, disekeliling meja
bundar itu sudah hadir dua puluh jago perslatan yang paling
tersohor namanya dalam dunia persilatan waktu itu.
Tidak! Harus dikatakan ada duapuluh tiga orang, sebab Ciang
cong sin kiam Sangkoan Yong, sangkoan Gi dan Thi Eng khi belum
masuk hitungan.
Pada saat itulah ada orang bertanya.
"Saudara Sangkoan apakah jumlah undangan sudah hadir
semua?" Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong mengeluarkan selembar
daftar dan mencocokkan sebentar dengan mereka yang hadir,
kemudian sahutnya :
"Tampaknya Ting Kong ai ciangbunjin dari Cing sia pay serta
Beng seng Sutay dari kuil Ci tiok an belum datang."
90 Karena jumlah yang diundang belum komplit, agaknya mereka
harus menunggu lebih lanjut.
Tapi pada saat itulah tiba-tiba Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong bangkit berdiri, kemudian katanya :
"Siaute mempunyai suatu masalah yang amat mencurigakan
hatiku ingin sekali kuajukan secara terbuka di depan sidang ini."
Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan :
"Sebelum permasalahannya diajukan, terpaksa aku ingin mohon
pengertian lebih dahulu dari Bu tong ciangbunjin Keng hian totiang
...." Mendengar perkatan itu, Keng hian totiang segera berkerut
kening, dia sudah bisa menebak kalau Sangkoan Yong kembali akan
menyusahkan Thi Eng khi.
Maka sahutnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.... haaahhh..... haaahhh....... Sangkoan tayhiap terlalu
sungkan!" Setelah memberi hormat kepada ketua dari Bu tong pay,
Sangkoan Yong lantas berpaling ke arah Thi Eng khi seraya berkata :
"Lohu ingin sekali memohon keterangan dari Thi ciangbunjin,
lohu harap kau sudi memberi petunjuk kepada kami semua."
Sesungguhnya semenjak tadi Thi Eng khi sudah ingin sekali
menerangkan soal dirampasnya surat undangan yang dibawa oleh
Ban li tui hong Cu Ngo, maka ketika dilihatnya Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong mencarinya untuk berbicara, ia merasa hal ini malah
kebetulan sekali baginya.
Sambil tersenyum dia lantas memberi hormat kemudian sahutnya
lembut : "Lo cengcu ada persoalan apa yang hendak ditanyakan" Silahkan
saja diajukan!"
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong mendehem pelan kemudian
ujarnya: 91 "Berhubung pertemuan yang kami selenggarakan kali ini
menyangkut soal keselamatan seluruh dunia persilatan maka
pertemuan yang diselenggarakan hari ini sengaja kami atur secara
rahasia sekali, tolong tanya darimana Thi ciangbunjin bisa
mengetahui akan hal ini?"
"Aku mengetahui akan pertemuan ini dari mulut Ban li tui hong
Cu Ngo, sebagai salah satu anggota dunia persilataan, partai kami
merasa berkewajiban untuk turut serta menanggulangi mara bahaya
yang sedang mengancam umat persilatan, karena itu aku datang
tanpa diundang, untuk itu harap Sangkoan tayhiap tidak menjadi
marah atau tak senang hati!"
Mendengar perkataan itu, Cang ciong sin kiama Sangkoan Yong
segra mengernyitkan sepasang alis matanya yang tebal, katanya:
"Ban li tui hong Cu Ngo adalah seorang jago kawakan yang cukup
tahu akan pentingnya pertemuan ini, tak nanti dia akan
sembarangan buka mulut membicarakan masalah ini, hingga
sekarang orangnya belum kembali ke sini, sehingga urusan ini susah
diselidiki, apakah Thi ciangbunjin bersedia untuk menerangkan
dengan lebih seksama lagi?"
Secara ringkas Thi Eng khi lantas mengisahkan pengalamannya
ketika menyelamatkan jiwa Ban li tui hong Cu Ngo yang terluka,
kemudian menambahkan :
"Menurut pendapatku, ada baiknya Sang tayhiap yang
seharusnya tak sampai menerima surat undangan tersebut memberi
keterangan tambahan, asal ia bersedia menerangkan rasanya tidak
sulit buat kita untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya."
Hong im siu Sang Thong dari bukit Bong san segera tertawa licik
dan aneh, serunya cepat :
"Lohu datang kemari lantaran mendapat kartu undangan, aku
sama sekali tidak tahu kalau Cu tayhiap telah mengalami musibah di
tengah jalan, jadi akupun tak bisa berkata apa-apa!"
Dengan ucapannya itu, maka sama halnya dengan menuduh
ucapan Thiu Eng khi bohong.
92 Thi Eng khi menjadi amat gelisah sekali, maka teriaknya keraskeras
: "Sudah jelas kalau kartu undangan yang dibawa Cu tayhiap telah
dibegal orang dekat markas partai kami, mana mungkin undangan
itu bisa dihantar sampai ke bukit Bong san" Sang tayhiap, kau
jangan bergurau!"
Hong im siu Sang thong menarik muka dan menatapnya dengan
bersunguh-sungguh katanya :
"Lohu tidak pernah kenal dengan Thi Ciangbunjin, mengapa aku
mesti mengarang cerita bohong untuk menfitnah dirimu?"
Pembicaraan yang ramai segera berkumandang di dalam ruang
itu, bahkan beberapa pasang sinar mata yang tajam dan penuh
kecurigaan telah dialihkan ke tubuh Thi Eng khi.
Menyaksikan susana tersebut, Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong segera mendehem pelan kemudian katanya :
"Empat puluh tahun berselang, kakekmu Keng thian giok cu Thi
cianpwe pernah memimpin umat persilatan menanggulangi ancaman
berdarah yang melanda dunia persilatan waktu itu, kegagahan serta
kejantanannya sudah dipuji semua orang , aku minta Thi ciangbunjin
suka menjaga nama baik kakekmu dan jangan memasuki jalan yang
sesat!" Dengan gelisah bercampur cemas, Thi Eng khi segera berseru :
"Dengan semangat yang tinggi dan keinginan yang tulus aku
khusus datang kemari untuk bersama-sama kalian menanggulangi
ancaman maut yang sedang melanda dunia persilatan, kenapa aku
mesti membohongi kalian?"
Keng hian totiang Bu tong pay segera menimbrung dari samping
: "Menurut pendapat pinto Thi ciangbunjin bukanlah seorang
manusia jahat! Di balik kesemuanya ini adalah pasti ada rahasia lain,
pinto harap kalian jangan emosi dan harus menghadapi persoalan ini
dengan seksama!"
93 Cepat-cepat Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong menyambung
dari samping : "Lohu pun sudah merasa kalau didalam menyebar surat
undangan kali ini telah melupakan Thi ciangbunjin, itulah sebabnya
aku minta maaf kepada Thi ciangbunjin atas kelalaian ini. Untung
saja Bu tong ciangbunjin telah mengajak Thi ciangbunjin untuk
menghadiri pertemuan ini, semoga saja jangan disebabkan
keteledoran lohu sehingga mengakibatkan masalah keselamatan
dunia persilatan menjadi terlupakan."
Pu thian toa beng Kay Poan thian segera menyambung pula :
"Menurut pendapatku, tindakan Sangkoan tayhiap yang tidak
mengundang kehadiran Thoi ciangbunjin di dalam pertemuan ini
adalah suatu tindakan yang benar, jadi aku pikir tak perlu masalah
ini dirisaukan."
Cang ciong sin kiam Sangkoan tayhiap segera tersenyum.
"Mendapat dukungan dari Kay loko, lohu benar-benar merasa tak
tentram." Pu thian toa beng Kay Poan thian segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh .... haaahhh..... haaahhh..... Sangkoan tayhiap adalah
seorang manusia yang berbudi luhur karena itu dihati kecilmu baru
muncul perasaan demikian, padahal kedudukan yang dimiliki setiap
umat manusia dalam dunia persilatan dinilai dari jaya atau tidaknya
orang itu didunia ini, tiga puluh tahun yang lalu tentu saja berbeda
sekali dengan tiga puluh tahun kemudian, entah siapapun orangnya
dan entah partai dari manapun jika ingin menjagoi dunia persilatan
dia harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri, mereka
yang mempunyai kemampuan yang lebih baru akan mendapat
penghormatan orang."
Sesudah berhenti sebentar, kembali dia melanjutkan :
"Lima belas tahun belakangan ini, boleh dibilang perguruan Thian
liong pay sudah kehilangan pamornya dan lenyap dari dunia
persilatan, perguruan tidak mirip perguruan, partai tidak mirip partai,
keadaan yang terbengkalai semacam ini apa gunanya musti
94 diundang datang" Toh kedatangan mereka bukan saja tak
bermanfaat apa-apa, malahan sebaliknya bisa jadi akan
menyusahkan saja."
Mendengar orang itu mencemooh partai Thian liong pay, Thi Eng
khi segera mengerut dahinya, lalu serunya dengan gusar :


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kurang ajar, kau berani memandang rendah partai Thia liong
pay kami?"
Pu thian toa beng Kay Poan thian mendesis sinis, katanya sambil
berkerut kening.
"Aku hanya berbicara menurut kenyataan, apakah Thi ciangbunjin
beranggapan bahwa ilmu silat yang dimiliki partai kalian luar biasa
sekali?" Saking khekinya paras muka Thi Eng khi bahkan menjadi hijau
membesi katanya :
"Ilmu silat dari perguruan kami luas bagaikan samudra, mana
bisa diperbincangkan dengan pengetahuan Kay tayhiap yang cupat
seperti katak dalam sumur itu" Betul, kepandaian yang kumiliki
sekarang belum sempurna, tapi suatu ketika pasti akan kubuat kau
merasa takluk!"
Pu thian toa beng Kay Poan thian segera tertawa terpingkalpingkal
sahutnya : "Setiap saat lohu akan menantikan petunjuk darimu itu, semoga
saja Thi ciangbunjin bisa jaga diri baik-baik!"
Nada itu sinis dan menghina, jelas dia tak pandang sebelah
matapun terhadap lawannya.
Thi Eng khi meraung gusar, tapi sebelum dia mengucapkan
sesuatu, mendadak terasa bayangan manusia berkelebat lewat,
tahu-tahu Keng hian totiang dari Bu tong pay sudah berdiri di
hadapannya, dengan suara lirih dia berbisik :
"Sebagai lelaki sejati harus pandai melihat gelegat, harap Thi
ciangbunjin suka menahan diri."
95 Kemudian dengan ilmu menyampaikan suara terusnya :
"Semenjak mendiang kakekmu tiada, dunia persilatan sudah
mengalami perubahan besar, tanpa seorang pemimpin yang cakap,
masing-masing orang berusaha untuk menonjolkan dirinya sendiri,
ini membuat rasa iri hati mereka kian hari kian bertambah besar. Di
masa lampau nama besar partai anda terlalu besar dan tersohor,
padahal orang itu berambisi besar untuk merebut kedudukan
pemimpin dunia persilatan, tenu saja dia enggan membiarkan Thi
ciangbunjin menampilkan diri dalam dunia persilatan, bila Thi
ciangbunjin bisa menitik beratkan pada masalah besar, harap kau
jangan bertikai hanya disebabkan urusan sekecil ini!"
Thi Eng khi memang seorang yang cerdas, begitu pikirannya
terbuka, hawa amarahnya segera ditekan di dalam hati.
Sementara itu, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong telah berkata
pula : "Harap Kay tayhiap jangan gusar dulu, lebih baik kita kembali ke
pokok pembicaraan sebenarnya, harap Thi ciangbunjin suka
menerangkan kepada kami sehingga kesalah pahaman semua orang
bisa diatasi!"
Sekarang Thi Eng khi baru mengerti, walaupun dimulut Cang
ciong sin kiam Sangkoan Yong mengakui atas kehilafannya karena
tidak mengundang partai Thian liong pay, sesungguhnya dia
bersikap sebaliknya dari pada apa yang dikatakan, tujuan yang
sesungguhnya dari orang itu adalah tetap inigin menyingkirkan Thian
liong pay dari ruang pertemuan sehingga ingin membuktikan kepada
semua orang bahwa tindakannya tidak mengundang pihak Thian
liong pay adalah suatu tindakan yang benar.
Betul ilmu silat yang dimiliki Thi Eng khi waktu itu masih cetek,
pengalaman soal dunia persilatan juga sangat minim, tapi bukan
berarti dia itu tolol, sudah barang tentu diapun bisa memahami
maksud yang sesungguhnya dari Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong dengan kata-katanya itu.
Mencorong sinar tajam dari balik mata anak muda itu segera
serunya : 96 "Sangkoan tayhiap, suruh aku berbuat bagaimana untuk
menjelaskan masalah ini?"
Sesungguhnya Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong bukan
termasuk seorang manusia berhati busuk, dia hanya merasa tidak
puas karena kehadiran Thi Eng khi tanpa diundang itu sudah
menodai nama baiknya, selain itu, setelah masalahnya diungkap
diapun banyak menemukan hal-hal yang mencurigakan ditubuh Thi
Eng khi, maka baik demi kepentingan umum maupun demi
kepentingan pribadi ia bertekad untuk mneyelidiki persoalan ini
sampai tuntas. Maka ketika ia mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Thi
Eng khi serta menyaksikan sorot mata orang yang lebih tajam
daripada sembilu itu, hatinya kontan saja bergetar keras, pikirnya :
"Mungkinkah perbuatanku ini sedikit kelewatan?"
Tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang jagoan yang
kenamaan didalam dunia persilatan, ia malu untuk menarik
masalahnya ditengah jalan, maka sembari keraskan hatinya dia
berkata lagi dengan suara dalam :
"Ini mah harus dilihat dari ketulusan hati Thi ciangbunjin sendiri!"
Dengan marah, Thi Eng khi segera berseru :
"Jika kalian sudah mempunyai pandangan tertentu kepadaku,
meski aku benar-benar bertulus hati juga percuma!"
"Thi ciangbunjin apakah kau tidak merasa ucapanmu itu sedikit
kelewat kasar" Bayangkan saja, setiap orang yang hadir dalam
ruangan ini rata-rata adalah jago nomor wahid didalam dunia
persilatan, asal kau berbicara jujur, keadilan sudah pasti akan kau
dapatkan."
"Tadi kalian semua tak ada yang percaya dengan perkataanku
sebaliknya sama sekali tidak menaruh kecurigaan apa-apa terhadap
ucapan Sang tayhiap, hal ini merupakan suatu bukti dari ucapanku
barusan." 97 Baru selesai dia berkata, sambil menggebrak meja Hong im siu
Sang thong berteriak:
"Thi ciangbunjin menurut pendapatmu apa yang mencurigakan
dengan lohu?"
"Aku merasa curiga sekali akan kebenaran dari identiatasmu!
Mengapa kau tidak mengaku terus terang saja dihadapan orang
banyak ....?" seru Thi Eng khi sambil menatapnya lekat-lekat.
Hong im siu Sang thong segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh..... haaahhh..... haaahhh..... memangnya lohu bisa
gadungan" Tahun ini lohu sudah berusia enam puluh tiga tahun dari
sekian banyak orang yang hadir sekarang, separuh diantaranya
adalah sobat lamaku, mengapa tidak kau tanyakan kepada mereka,
apakah aku adalah Hong im siu Sang thong atau bukan?"
"Tentu saja dia adalah Sang tayhiap, siapapun tak akan menaruh
curiga lagi kepadanya!" seru semua orang hampir berbareng.
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Thi Eng khi, pikirnya
: "Sesungguhnya Hong im siu Sang Thong masih mempunyai cara
lain untuk menjawab perkataanku itu, mengapa ia membawa
masalahnya ke soal asli dan gadungan" Jangan-jangan ia memang
benar-benar Hong im siu Sang Thong gadungan" Siapa yang telah
melakukan kesalahan biasanya akan timbul kecurigaan didalam
hatinya terhadap setiap orang karena kuatir rahasianya ketahuan,
teori kejiwaan semacam ini sudah merupakan suatu teori yang
umum , yaa.... siapa tahu kalau dia memang gadungan?"
Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata dengan suara yang
dingin : "Aku dengar didalam dunia persilatan terdapat sejenis
kepandaian ilmu menyaru muka yang sangat hebat, Sang tayhiap,
kau tak boleh membuat orang merasa curiga."
98 "Kurang ajar!" teriak Hong im siu dengan teramat gusarnya, "Thi
ciangbunjin, kau harus memberi suatu pertanggungan jawab kepada
lohu!" Waktu itu Keng hian totiang, ketua dari partai Bu tong sendiripun
merasa tuduhan Thi Eng khi itu kekurangan bukti, bahkan mendekati
suatu fitnahan, baru saja dia akan mengemukakan pendapatnya,
tiba-tiba terdengar olehnya Tam ciang kay san Coh Eng telah
membentak keras :
"Darimana datangnya bocah keparat yang tak tahu diri, ngaco
belo berbicara tak karuan, aku lihat kedudukannya sebagai
ciangbunjin dari Thian liong pay juga amat mencurigakan."
"Apa susahnya untuk membuktikan hal ini?" seru Giok koay popo
Li Kek ci dengan cepat, "asalkan dia bisa memperlihatkan ilmu sakti
Thian liong pay, bukankah hal ini segera membuktikan
identitasnya?"
Soh sim tocu, San hoa siancu Leng Cay soat yang selama ini
berada dalam keadaan membungkam tanpa emosi, tiba-tiba
memandang kearah Thi Eng khi , kemudian ujarnya :
"Empat puluh tahun berselang, ketika aku mengikuti kakekmu
Keng thian giok cu Thi tayhiap membasmi kaum iblis dari muka bumi
dulu, aku paling mengagumi dengan kelihayan ilmu pedang Thian
liong kiam hoatnya, terutama sekali jurus Jit teng tiong thian
(matahari tepat diatas angkasa) itu, jurus tesebut benar-benar
mengandung kelihayan dan perubahan yang luar biasa sekali, malah
orang menyebutnya sebagai ilmu yang paling lihay dalam dunia
persilatan dewasa ini. Thi ciangbunjin, kau sebagai ahli waris dari
kakekmu itu, sudah pasti menguasai jurus Jit teng tiong thian itu
bukan" Bagaimana kalau kau mendemonstrasikannya sehingga kami
semua bisa turut menikmatinya?"
"Bagus, bagus sekali." Sambung Tiang siau li lek Kongsun Cong
sambil tertawa tergelak, "silahkan Thi ciangbunjin mendemostrasikan
kelihayannya, agar kami semua bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman!"
99 Sampai detik itu Thi Eng khi hanya menguasai tiga jurus pedang
Thian liong kiam hoat, jurus Jit teng tiong thian tersebut justru
merupakan jurus yang paling tangguh dan dalam bahkan San tian jiu
Oh Tin lam yang mengajarkan ilmu pedang kepadanya pun tak
mampu mempergunakannya, mana mungkin ia bisa mengajarkan
jurus itu kepada sang pemuda"
Kontan saja paras muka si anak muda itu berubah murung
bercampur kesal, untuk sesaat lamanya dia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Kay pang pangcu Hou bok sin kay Cu Goan menyeka ingusnya
lebih dulu dengan ujung bajunya kemudian berkata pula :
"Jit teng tiong thian merupakan inti sari dari ilmu pedang Thian
liong kiam hoat, dengan usia Thi ciangbunjin yang masih demikian
muda mana mungkin bisa meleakukannya" Buat apa sih kalian musti
menyusahkan orang" Aku lihat lebih baik kita suruh dia mainkan satu
jurus ilmu pedang Thian liong kiam hoat yang lain saja, toh hal itu
sudah lebih dari cukup."
Agaknya Pu thian toa beng Kay Poan thian sengaja hendak
menyusahkan Thi Eng khi segera teriaknya keras-keras :
"Siaute rasa bila ingin menyaksikan ilmu sakti dari Thian liong pay
maka kita harus menyaksikan jurus Jit teng tiong thian tersebut,
kalau tidak maka kita tak usah terlalu merepotkan Thi ciangbunjin
lagi!" Thi Eng khi tak tahan untuk bersabar lagi, segera teriaknya
keras-keras ; "Jurus Jit teng tiong thian dari Thian liong kiam hoat memang
belum sempat kupelajari akan tetapi aku mempunyai suatu benda
yang dapat membuktikan akan kebenaran dari identitasku ini."
Berbicara sampai disitu, dia lantas merogoh ke sakunya dan
mengeluarkan sebuah lukisan sambil dibentangkan lebar-lebar
katanya : "Tentunya kalian semua juga tahu bahwa lukisan semacam ini
hanya dimiliki oleh partai Thian liong pay saja bukan!"
100 Ketika semua orang"orang mengalihkan perhatiannya ke tengah
arena maka perasaan mereka segera bergetar keras.
Ternyata diatas lukisan itu tertera sembilan buah lukisan wajah
orang, kesembilan wajah manusia itu semuanya merupakan wajah
dari kawanan jago lihay yang paling termashur namanya pada emapt
puluh tahun berselang.
Diantara sekian banyak orang, Soh sim tocu San hoa siancu Leng
Cay soat paling emosi, bagaikan sedang mengigau dia berseru
dengan suara gemetar :
"Coba kalian lihat! Coba kalian lihat! Siapakah gadis termuda
yang berada disebelah kiri itu?"
Tidak menunggu orang lain menjawab, ia telah berkata lebih jauh
: "Dia .... dia adalah diriku pada empat puluh tahun berselang ...."
Sangkoan Yong segera menunjuk kearah seorang kakek kurus
diantara lukisan itu seraya berseru :
"Yang itu adalah mendiang ayahku!"
Ci kay taysu dari Siau lim pay yang selama ini tak pernah
bersuara segera merangkap tangannya kedepan dada sambil memuji
keagungan Buddha :
"Omitohud! Mendiang guruku Tong sian sangjin juga berada satu
diantaranya!"
Tiong lam ciangbunjin Ku tiok siu Yap Han san segera berkata
pula dengan serius :
"Kakek yang berwajah bersih itu adalah mendiang guruku It sim
Kisu." Menyusul kemudian, Keng hian totiang dari Bu tong pay juga
menunjukkan ciangbunjin generasi yang lalu Jut tim totiang, lalu
Ciang hong wancu hui hong li Lu Cing lian menunjukkan gurunya
Sam biau hujin Song Ting ting, sedang Kay pang pangcu Hou bok sin
kay Cu Goan menunjukkan lo pangcu Jin Hua.
101 Dua orang yang lain seperti tak ada yang menerangkan, tapi Soh
sim tocu San hoa siancu Leng Cay soat segera menerangkannya
untuk semua orang :
"Sastrawan muda yang berada di samping ini adalah ketua Hoa
san pay saat ini Pek ih siusi Cu Wan mo, sedangkan nikou tua itu
adalah Ci tiok ancu generasi yang lalu Bu wo sutay ...."
Sementara itu puluhan pasang mata yang penuh dengan
pandangan kagum telah tertuju semua diatas lukisan tersebut.
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong segera memberi hormat
kepada lukisan yang berada ditangan Thi Eng khi itu, lalu katanya :
"Silahkan Thi ciangbunjin pindah kebangku utama!"
Keng hian totiang dari Bu tong pay segera menyingkir dari
tempat utama sambil tersenyum.
Thi Eng khi yang dihadapkan dengan tindakan semacam ini
malah dibikin tertegun ia tidak menyangka kalau sebuah lukisan saja
bisa membawa pengaruh yang begitu besar.
Tentu saja perubahan sikap yang diperlihatkan orang"orang itu
bukan karena mereka sudah dapat membuktikan kebenaran dari asal
usul Thi Eng khi , sebaliknya karena lukisan yang dibawa oleh anak
muda itulah yang membuat mereka mau tak mau harus
mempersilahkan Thi Eng khi untuk pindah ke kursi utama.
Bagaimanapun juga, siapa pun tak ingin menyaksikan lukisan dari
leluhurnya berada di bawah orang lain, sebab tindakan itu sama
halnya dengan merendahkan leluhur sendiri.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagi orang lain, bisa saja mereka menghina atau mencemooh
orang lain, tapi tak bisa tidak mereka pasti akan menghormati
leluhur sendiri.
Begitulah, disebabkan Thi Eng khi membawa lukisan tersebut,
maka nilai kedudukan nya berapa ratus lipat lebih berharga, diapun
dipersilahkan untuk menempati kursi utama.
102 Setelah berada di kursi utama, pemuda itu merasa kurang leluasa
untuk membentang terus lukisan itu, dia bersiap-siap akan
meyimpannya ke dalam saku.
Tiba-tiba Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong berjalan mendekat,
sesudah memberi hormat katanya :
"Thi ciangbunjin, silahkan kau pentangkan lukisan Enghiong tu
tersebut diatas ruangan, agar dihadapan pada leluhurnya setiap
orang bisa merasakan semangatnya semakin berkobar serta
bersama-sama menanggulangi mara bahaya yang mengancam dunia
persilatan dewasa ini!"
"Ucapan Sangkoan cengcu memang tepat sekali," kata Thi Eng
khi dengan terharu, "sudah sepantasnya kalau kita semua menirukan
cara kerja leluhur kita untuk bekerja sama serta bersama-sama
menanggulangi mara bahaya."
Sambil mengucapkan perkataan tersebut, dia lantas mengangkat
lukisan itu tinggi-tinggi ke udara lalu tambahnya :
"Merepotkan Sangkoan cnegcu untuk memancangnya sendiri
diatas dinding."
Dengan kepala tertunduk dan sikap yang munduk-munduk, Cang
ciong sin kiam Sangkoan Yong memberi hormat lebih dahulu kepada
lukisan tersebut, kemudian dia baru menyambut lukisan tadi
membalikkan badan serta memancangkan lukisan tadi di atas
dinding dalam ruangan tersebut.
Menyusul kemudian semua orang lantas bangkit berdiri dan
bersama-sama memberi hormat lagi kepada lukisan itu sebelum
kembali ke tempat duduknya masing-masing.
Sementara itu, suasana didalam ruang pertemuan berubah sepi,
hening dan tak kedengaran sedikit suarapun, agaknya setiap orang
sedang terbuai didalam jalan pemikirannya masing-masing.
Ketika Thi Eng khi menyaksikan ada beberapa orang diantara
mereka yang sudah menunjukkan rasa menyesal terhadap dirinya
sambil membungkukkan badan dan tersenyum diapun berkata :
103 "Sekalipun kedatanganku yang tanpa diundang ini merupakan
suatu keteledoran, namun aku harap kalian mau percaya dengan
kesungguhan hatiku ini, aku benar-benar bersedia untuk
menyumbangkan pikiran maupun tenaga demi keadilan dan
kebenaran didalam dunia persilatan."
Keng hian totiang dari Bu tong pay segera tertawa, ucapnya
kemudian : "Thi Ciangbunjin merupakan generasi muda yang menonjol dalam
dunia persilatan, pinto sekalian dengan senang hati akan
menyambut kedatanganmu!"
Selesai berkata, ia lantas bertepuk tangan lebih dulu.
Menyusul kemudian Cikay taysu dari Siau lim pay, Hou bok sin
kay Cu Goan po serta Keng ik totiang dan Keng Leng totiang juga
turut bertepuk tangan memberikan dukungannya.
Sisanya hanya saling berpandang-pandangan muka tanpa
memberikan reaksi apapun juga.
Paling akhir Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong juga terpaksa
ikut bertepuk tangan, tapi tepukan tanganya tidak begitu meriah,
agaknya dia hanya melakukannya demi sopan santun seorang tuan
rumah terhadap tamunya belaka.
Sabaliknya Pu thian toa beng Kay Poan thian dengan membawa
nada yang sinis segera berteriak keras :
"Temen-temen semua, hayo tepuk tangan yang keras!"
Seraya berkata, dia lantas bertepuk tangan lebih dulu sekeraskerasnya.
Betul juga dengan cepat suara tepukan tangan yang gegap
gempita berkumandang didalam ruangan tersebut.
Selesai bertepuk tangan, Hong im siu Sang thong dari bukit Bong
san segera berkata:
104 "Sekarang Thi ciangbunjin sudah menjadi rekan kita semua
didalam menanggulangi kesulitan dunia persilatan yang sedang
dialami kita semua, silahkan Thi ciangbunjin secara terbuka memberi
keterangan kepada semua orang atas terjadinya kesalah paham kecil
yang sudah terjadi tadi!"
Thi Eng khi benar-benar tidak habis mengerti, apa sebabnya
orang"orang itu seperti mempunyai watak yang keras sekali, dengan
wajah agak marah serunya kemudian :
"Apa yang harus kukatakan telah kukatakan semua, jika kalian
tidak bisa menerimanya akupun tak akan terlalu memaksa, tapi aku
berani bersumpah kepada langit dan bumi bahwa aku sama sekali
tidak bermaksud bohong atau menfitnah!"
Dari mana dia bisa tahu kalau kawanan jago yang berada dalam
ruangan sekarang, sebagian besar adalah manusia-manusia
berambisi yang enggan tunduk kepada siapapun, siapa saja diantara
mereka tak ada yang berharap orang lain lebih menonjol atau lebih
hebat daripada dirinya, kalau bisa, seluruh dunia persilatan terjatuh
ditangannya. Oleh sebab itu, perasaan mereka pada waktu itu sangat kalut
sekali. Seperti misalnya saja dengan Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong, pertama dia merasa gusar karena kehadiran Thi Eng khi yang
tanpa diundang sehingga menodai nama baiknya, kedua diapun
merasa merasa marah kepada Keng hian totiang dari Bu tong pay
karena tanpa persetujuannya telah membawa masuk Thi Eng khi ke
dalam pertemuan tersebut.
Akan tetapi karena dia kuatir atau lebih tepatnya takut untuk
mengusir ketua dari partai Bu tong tersebut, otomatis semua
kemasgulan serta kekesalannya dilampiaskan diatas tubuh Thi Eng
khi seorang. Jilid 4 105 Sedangkan Pu thian toa beng Kay Poan thian adalah seorang
manusia yang berambisi bsear sekali, dia tidak termasuk salah
seorang dari kawanan jago yang turut serta didalam pertemuan
besar empat puluh tahun berselang, diapun tidak terhitung seorang
jagoan lihay dalam dunia persilatan dewasa ini, apa mau dikata ia
justru merupakan seorang manusia yang tak tahu diri, tak senang
berdiam diri dan suka menonjolkan diri, dimanapun dan dalam
persolan apapun, dia selalu menampilkan dirinya agar diperhatikan
orang. Disamping itu masih ada pula mereka yang leluhurnya tidak turut
serta dalam deretan lukisan itu, munculnya lukisan tadi tanpa terasa
segera menimbulkan kesan jelek dihati mereka terhadap pemuda itu,
apalagi setelah menyaksikan Thi Eng khi dipersilahkan menempati
kursi utama lantaran mengandalkan lukisan leluhur tersebut, mereka
merasa semakin tidak puas lagi.
Diantara sekian banyak orang, Hong im siu Sang Thong dari Bukit
Bong san tak usah dikatakan lagi, setiap patah kata maupun setiap
tindakan orang ini selalu merupakan bagian-bagian yang penting
didalam rencana busuknya, atau dengan perkataan lain ia memang
berniat menimbulkan kesan jelek Thi Eng khi terhadap umat
persilatan agar niat pribadinya bisa terwujudkan.
Itulah sebabnya dalam keadaan seperti ini, tak mungkin buat Thi
Eng khi untuk merebut simpatik hanya mengandalkan beberapa
patah kata saja.
Baru selesai dia berkata, Pu thian toa beng Kay Poan thian sudah
tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh..... Thi ciangbunjin seandainya
kau tak sanggup menghilangkan rasa curiga kami terhadap dirimu
maka sekalipun kami semua menaruh perasaan kagum terhadap
kegagahan dan kehebatan partai Thian liong pay dimasa lalu, bagi
kepentingan umat persilatan mau tak mau terpaksa kita musti
mempersilahkan ciangbunjin untuk menyingkir lebih dulu dari
ruangan ini."
106 "Pendapat saudara Kay memang tepat sekali, " seru Hong im siu
Sang Thong dengan cepat "siaute nomor satu yang merasa setuju
lebih dulu."
Lainnya pasti tidak buka suara namun kalau dilihat dari mimik
wajahnya itu dapat diketahui bhawa mereka semua merasa amat
setuju dengan pendapat dari Kay Poan thian tersebut.
Betapa kecewanya Thi Eng khi ketika menyaksikan maksud
baiknya malah disambut dengan cemoohan serta penghinaan dari
orang lain, dia memandang sekejap kearah Bu tong pay, tapi ketika
dilihatnya Keng hian totiang pun menunjukkan sikap apa boleh buat,
dia menjadi sedih sekali.
Setelah menghela napas panjang, katanya dengan suara gemetar
: "Kalau toh kalian semua berpendapat demikian, terpaksa aku
harus mohon diri lebih dulu, tapi akupun berharap kalian jangan
melupakan kejadian hari ini."
Berbicara sampai disitu, dia lantas beranjak dan mendekati
dinding ruangan siap menurunkan lukisan tadi dan dibawa pergi
meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, San hoa
siancu Leng Cay soat tahu-tahu sudah melayang turun
dihadapannya. "Thi ciangbunjin, harap tunggu sebentar!" cegahnya, "aku masih
ada persoalan yang hendak dibicarakan!"
"Apa lagi yang tdiak benar dengan diriku!" tegur Thi Eng khi
dengan kening berkerut.
"Aku mempunyai suatu perintah yang tak pantas, harap Thi
ciangbunjin bersedia untuk mengabulkannya!"
107 Thi Eng khi tidak bisa menduga persoalan apakah yang dinggap
begitu penting oleh San hoa siancu Leng Cay soat, terpaksa sambil
mengendalikan hawa amarahnya dia berkata :
"Leng siancu ada urusan apa" Aku bersedia untuk
mendengarkannya!"
"Sauhiap, tolong serahkan lukisan Enghiong to ini kepadaku, agar
akulah yang menyimpankan untukmu."
Semakin membara sepasang mata Thi Eng khi setelah
mendengar ucapan tersebut, teriaknya :
"Dengan dasar apa kau berkata begitu?"
"Dulu kakekmu Thi tayhiap pernah memimpin segenap jago lihay
yang ada didalam dunia persilatan untuk melenyapkan suatu
bencana dari dunia persilatan, setelah kejadian itu, untuk
memperingatkan kejadian tersebut maka dipilihlah sembilan orang
pentolan dunia persilatan waktu itu, masing-masing telah melukis
wajahnya sendiri sebagai kenangan."
"Aaah....!" tiba-tiba seorang berseru, "kalau begitu para
locianpwe yang gambarnya terpampang diatas lukisan itu
merupakan hasil karya mereka sendiri?"
Soh sim tocu San hoa siancu Leng Cay soat mengenang kembali
kejadiannya dimasa lampau, kemudian dengan bangga dia
menyahut : "Betul, padahal dari sekian banyak jago yang mengikuti
berlangsungnya peristiwa waktu itu, yang bisa dianggap sebagai
seorang enghiong yang memimpin dunia cuma tiga puluhan orang,
tapi yang betul-betul berhak untuk mencantumkan lukisannya diatas
lukisan tersebut cuma delapan sembilan orang saja, orang-orang itu
bisa kalian lihat yang lukisannya terpampang disitu."
Sekali lagi semua orang menikmati lukisan tersebut beberapa
saat lamanya, akhirnya mereka baru melihat bahwa lukisan tersebut
bukan berasal dari lukisan satu orang.
108 Suara pembicaraan Soh sim tocu San hoa siancu Leng Cay soat
makin lama semakin keras, kembali serunya :
"Waktu itu, Thi locianpwe adalah pemimpin dari seluruh umat
persilatan maka semua orang menyerahkan lukisan itu untuk
disimpan oleh dia orang tua."
"Sudah sepantasnya kalau kakek kami yang menyimpan lukisan
itu," timbrung Thi Eng khi tiba-tiba.
Pelan-pelan San hoa sinacu Leng Cay soat dari pulau Soh sim to
itu manggut-manggut.
"Yaa, kalau berbicara dari kejadian waktu itu, tindakan tersebut
memang paling tepat, tapi keadaan pada hari ini jauh berbeda."
Berbicara sampai disitu, Thi Eng khi segera memahami kearah
manakah tujuan pembicaraan tersebut, kontan saja matanya melotot
besar. "Oooh ..... mengerti aku sekarang," serunya, "jadi berbicara
sekian lama dan berputar ayun kian kemari, tujuannya tak lain ingin
mengangkangi lukisan tersebut."
San hoa siancu tertawa dingin.
"Aku adalah salah seorang peserta dari peristiwa dimasa lalu
lukisanku juga tertera dalam lukisan itu, tidak berhak kah bagiku
untuk menyimpan lukisan itu?"
"Ucapan dari siancu itu tepat sekali," Hong im siu Sang Thong
dari bukit Bong san segera menyela, "oleh karena Pek ih siusu Cu
ciangbunjin dari partai Hoa san tidak datang, maka dewasa ini
memang cuma Leng siancu seorang yang berhak menyimpan lukisan
tersebut."
"Aku juga berpendapat demikian," sambung Pu thian toa beng
Kay Poan thian pula, "lukisan tersebut memang sepantasnya kalau
disimpan oleh Leng siancu."
109 Menyusul kemudian, kembali ada beberapa orang yang
menyatakan dukungannya atas keputusan dari Leng siancu tersebut.
Hanya ketua dari partai Bu tong, Keng hian totiang yang tidak
berpendapat demikian, segera serunya :
"Menurut pendapat pinto ...."
Baru saja ucapan itu keluar dari mulutnya, mendadak terdengar
ada seseorang yang mencegahnya dengan ilmu menyampaikan
suara. "Ciangbunjin ingin turut berbicara demi keadilan, lolap merasa
kagum sekali, tapi menurut pendapat lolap biarkan saja kejadian itu
berlangsung agar menambah pengetahuan dan pengalaman Thi
ciangbunjin terhadap kebusukan hati manusia. Sekarang Thi
ciangbunjin masih muda, bakatnya sangat bagus, masa depannya
cemerlang, bila kita terlalu melindunginya maka hal ini malah akan
mencelakai dirinya, lebih baik biar hatinya mendapat sedikit pukulan
agar merangsang kecerdasannya makin bekerja ....."
Mendengar bisikan tersebut, Keng hian totiang lantas berpaling
kearah Ci kay taysu dan tersenyum kemudian :
"Pinto pikir Thi ciangbunjin memang harus mempertimbangkan
kembali persoalan ini."
"Tapi lukisan tersebut merupakan warisan dari leluhur kami, aku
bersumpah akan mempertahankannya dengan jiwa dan raga, aku
tak akan membiarkan orang lain menyentuhnya sekehendak hatinya
sendiri."

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan ilmu menyampaikan suara, Keng hian totiang segera
berbisik. "Jika manusia sudah dipengaruhi oleh sifat kemaruk, maka
memperebutkan bukan suatu tindakan yang menguntungkan, Thi
ciangbunjin kau bersemangat tinggi dan masih muda memangnya
kau kuatir tiada kesempatan lagi dikemudian hari untuk
mendapatkan kembali benda tersebut" Harap kau suka berpikir tiga
kali sebelum bertindak."
110 Thi Eng khi segera menjadi paham sekali, segera berpikir :
"Buat seorang toa enghiong, seorang toa hau kiat, yang
dipikirkan adalah keberhasilan dimasa mendatang, bukan
keuntungan di depan mata, suatu ketika jika ilmu silatku telah
berhasil, memangnya tak bisa kucuci semua penghinaan ini?"
Berpikir sampai disitu, kemarahannya segera mereda, dengan
nada pedih dia berkata :
"Baik, untuk kali ini aku akan menuruti kehendak kalian! Cuma
akupun hendak berkata dulu, suatu ketika lukisan tersebut pasti
akan kuminta kembali!"
"Siapa yang tahu keadaan, dia adalah orang yang bijaksana, aku
akan selalu menantikan kunjungan dari Thi ciangbunjin!" sahut San
hoa siancu Leng Cay soat sambil tertawa.
Thi Eng khi segera bangkit berdiri dan mendongakkan kepalanya,
dengan lantang dia berseru :
"Cukup banyak petunjuk yang telah kuperoleh dari kalian semua,
budi ini tak akan kulupakan untuk selamanya, aku akan mohon diri
lebih dulu .... "
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong segera menitahkan
Sangkoan Gi untuk membuka pintu ruangan, serunya :
"Silahkan Thi ciangbunjin, maaf kalau aku tidak akan menghantar
lebih jauh lagi!"
Sewaktu datang tadi, Thi Eng khi membawa semangat yang
tinggi, tapi yang diperoleh cuma kepedihan dan penghinaan,
sekarang dia baru menyadari apa sebabnya kakeknya menutup
perguruan Thian liong pay dulu.
Thi Eng khi telah pergi, menyusul kepergian pemuda itu, Keng
hian totiang dari Bu tong pay menggelengkan kepalanya berulang
kali sambil menghela napas, katanya kemudian :
"Peristiwa yang terjadi hari ini merupakan suatu peristiwa yang
sama sekali mengabaikan keadilan dan kebenaran, pinto merasa
menyesal sekali, lebih baik akupun mohon diri!"
111 Dengan membawa kedua orang sutenya, mereka segera beranjak
dan meninggalkan tempat itu.
Menyusul kemudian, Ci kay taysu dari Siau lim pay, Hou bok sin
kay Cu Goan po dari Kay pang serta Sin tuo Lok It hong juga enggan
tinggal lebih lama disitu, serentak mereka beranjak dan mohon diri.
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong hanya merasa menyesal di
hati, dia menghela napas dan tampak murung sekali.
Sebaliknya Pu thian toa beng Kay Poan thian tampak paling
berseri wajahnya, dengan suara lantang dia segera berseru :
"Partai Siau lim pay dan Bu tong pay selalu menganggap dirinya
sebagai suatu perguruan besar, mereka paling tidak pandang mata
kedada orang lain, kepergiannya justru kebetulan sekali, Cu lo hoacu
si pengemis busuk ini bertulang kere dan pandainya cuma menjilat
pantat orang, memang pantas sekali kalau selalu mengekor, sudah
lama aku ingin mencari gara-gara dengannya, si bungkuk itu .....
Huhh! Lebih tak ada harganya untuk dibicarakan, mana otaknya
bebal, goblok lagi, dia tak perlu diajak untuk berkompromi."
Semua orang cuma memandang sekejap kearahnya dan tak
seorangpun yang menjawab, jelas orang-orang itu telah merasakan
ketukan suara hati sendiri.
Sayang sekali, ketukan suara hati itu munculnya sangat lemah,
sehingga dengan cepat tersapu kembali oleh ucapan dari Hong im
siu Sang Thong dari bukit Bong san.
Terdengar Hong im siu Sang Thong dari bukit Bong san tertawa
kering, kemudian katanya dengan suara yang aneh :
"Leng siancu, siaute merasa bahwa tekadmu ingin menyimpan
lukisan Enghiong to tentunya dikarenakan sementara alasan yang
tak bisa dikatakan kepada orang lain bukan?"
112 Seakan-akan ucapan tersebut langsung menyentuh rahasia
hatinya, kontan saja paras muka San hoa siancu dari pulau Soh sim
to itu berubah hebat, serunya sambil tertawa dingin :
"Saudara Sang, mungkin kaupun menganggap aku tidak lebih
cuma manusia seperti Thi Eng khi yang tak becus itu" Hmm,
kuanjurkan kepadamu ada baiknya jangan terlalu gunakan akal
busukmu daripada kita harus saling cekcok sendiri!"
Hong im siu Sang Thong segera tertawa seram :
"Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh.... Leng tocu apabila
tindakanmu ini ibaratnya menyeberangi sungai merusak jembatan,
maka perbuatanmu itu semakin menyalahi bantuan dari sobat
semua!" Saking gusarnya, paras muka San hoa siancu Leng Cay soat telah
berubah menjadi hijau membesi, teriaknya :
"Sang Thong, bila sedang berbicara didepan pun siancu, lebih
baik sedikitlah berhati-hati!"
Hong im siu Sang Thong juga berteriak dengan lantang :
"Selamanya siaute selalu berbicara sepatah tetap sepatah, kalau
memang Leng tocu begini tidak sungkan, aku Sang Thong juga
merasa tidak berkewajiban untuk menyimpan rahasia itu!"
"Kurang ajar! Sekali lagi kau berani bicara sembarangan, aku tak
akan berlaku sungkan-sungkan lagi kepadamu!"
Tampak ujung bajunya berkibar terhembus angin bagaikan
segumpal awan hitam tahu-tahu ia sudah melayang melewati meja
bundar dan melayang turun dihadapan Hong im siu Sang Thong,
tangannya langsung diayunkan untuk menampar muka Sang Thong.
Perempuan ini memang tak malu menjadi salah seorang yang
muncul diatas lukisan Enghiong to tersebut, tubuhnya yang
melayang ke depan enteng bagaikan segulung angin, sedemikian
cepatnya sehingga sukar buat orang lain untuk mengikuti bayangan
tubuhnya. 113 Kelihatannya Hong im siu Sang Thong segera akan kena
digampar oleh ayunan tangannya itu.
Tapi kejadiannya kemudian justru tampak aneh sekali, tidak
melihat bagaimana Hong im siu Sang Thong menghindarkan diri
juga tidak melihat bagaimana caranya dia melancarkan serangan
balasan, tahu-tahu San hoa siancu Leng Cay soat telah menarik
kembali tangannya sambil melompat mundur sejauh beberapa depa,
wajahnya diliputi oleh rasa kaget dan tercengang untuk setengah
harian lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun,
jelas ia sudah terkena sergapan gelap ......
Perlu diketahui, pada empat puluh tahun berselang, dikala San
hoa siancu masih perawan dulu, namanya sudah menggemparkan
dunia persilatan, itulah sebabnya dia baru termasuk juga salah
seorang dari sembilan wajah tyang tercantum dalam lukisan
tersebut. Kehidupannya selama empat puluh tahun tentu saja bukan suatu
kehidupan yang sia-sia saja tenaga dalamnya selain sempurna, ilmu
silatnya juga luar biasa hebatnya, tak seorangpun diantara kawanan
jago yang hadir disana memikirkan masalah lainnya.
Selain daripada itu, semua orangpun tahu kendatipun Hong im
siu Sang Thong adalah jago kelas satu dalam dunia persilatan, tapi
bila dibandingkan dengan San hoa siancu Leng Cay soat, dia masih
ketinggalan jauh sekali.
Oleh karena itu, reaksi yang diperlihatkan perempuan itu
membuat semua orang merasa terkejut bercampur tercengang,
mereka betul-betul merasa tidak habis mengerti.
Hong im siu Sang Thong segera tertawa dingin, katanya :
"Jika dalam hatimu tak ada setannya, kenapa takut orang lain
berbicara ....?"
San hoa siancu Leng Cay soat mengerang marah, teriaknya :
"Bangsat, kau berani melukai orang dengan senjata rahasia,
kubacok dirimu sampai mampus."
114 Sekali lagi dia siap menubruk kemuka.
Dengan suara yang keras menggelegar Hong im siu Sang Thong
segera membentak keras :
"Lohu akan memperingatkan dirimu, kau sudah terkena jarum
sakti Hua hiat sin ciam bila tidak segera memusatkan pikiran dan
menutup ketujuh buah jalan utamamu kemudian menelan obat
penawarku, dalam tiga jam mendatang sekujur badanmu akan
berubah menjadi darah dan tewas, bila sampai demikian
keadaannya, jangan salahkan lohu tidak memberi peringatan lebih
dulu." Tangannya segera diayunkan kedepan, sekilas cahaya kuning
segera meluncur keluar dari balik pakaiannya dan meluncur ke
tangan San hoa siancu Leng Cay soat.
"Cepat telan obat itu, kemudian sembuhkan sendiri luka yang kau
derita itu!"
Hua hiat sin ciam merupakan sejenis senjata rahasia beracun
yang sudah amat tersohor namanya dalam dunia persilatan, paras
muka semua orang yang berada dalam ruangan itu kontan saja
berubah sangat hebat.
Dengan kemampuan yang dimiliki San hoa siancu Leng Cay soat
pun ternyata tak berani berrtindak gegabah, dengan wajah sedih dia
lantas menelan pil pemberian Hong im siu Sang Thong dan segera
duduk bersila untuk mengobati lukanya.
Pelan-pelan Hong im siu Sang Thong menyapu sekejap sekeliling
ruangan itu, lalu berkata :
"Menurut apa yang lohu ketahui, dilapisan paling dalam lukisan
itu masing-masing tercantum tiga jurus ilmu silat yang paling
sempurna dari orang-orang yang lukisannya terpampang diatas
lukisan tersebut, barang siapa bisa mempelajari semua jurus yang
tercantum disana, maka kepandaiannya tiada tandingan lagi di dunia
ini!" 115 "Haaahh... !" seruan tertahan menggema di seluruh ruangna,
suasana disana kontan saja berubah menjadi sangat gaduh.
Sekulum senyuman aneh segera menghiasi ujung bibir Hong im
siu Sang Thong, katanya lagi :
"Lukisan tersebut hanya ada selembar, siapakah yang akan
mendapatkannya, ini tergantung pada kepandaian silat siapa yang
paling sempurna diantara kalian semua!"
Seusai berkata dia lantas melayang naik keatas meja bundar itu
dan sambil berpeluk tangan , ia menjadi seorang penonton yang
baik. "Ilmu silat yang maha sakti" benar-benar merupakan suatu
pancingan yang besar sekali pengaruhnya, kawanan jago yang
dihari-hari biasa selalu menganggap tinggi dirinya itu segera
menunjukkan sinar kerakusan yang amat besar, serentak mereka
bergerak maju menghampiri lukisan tersebut.
Mendadak ada orang berteriak keras :
"Lebih baik kita jangan saling bertengkar dulu, tanya yang jelas
lebih dahulu apa benar terdapat kejadian seperti ini, kemudian kita
baru mengandalkan kepandaian masing-masing untuk menentukan
siapakah yang lebih berhak untuk mendapatkan lukisan tersebut."
Dengan cepat, ada yang bertanya kepada San hoa siancu Leng
Cay soat : "Harap Leng siancu bersedia untuk membuktikan kebenaran dari
itu!" Dengan wajah yang murung Sna hoa siancu Leng Cay soat
menghela napas dan manggut-manggut.
"Benar," sahutnya.
Seketika itu juga seluruh ruangan dipenuhi oleh cahaya golok
bayangan pedang, angin pukulan dan bacokan telapak tangan,
suasana menjadi gaduh dan kalut tidak karuan.
116 Sambil berpeluk tangan, Hong im siu Sang Thong berdiri diatas
meja bundar dan menyaksikan pertarungan massal yang sedang
berlangsung didalam ruangan itu, senyuman bangga yang sangat
aneh, semakin menghiasi wajahnya.
Mendadak terdengar seseorang membentak keras :
"Semuanya tahan!"
Suaranya keras bagaikan geledek yang menyambar disiang
bolong, bentakan tersebut membuat semua merasa terperanjat dan
serentak menghentikan serangannya.
Orang yang berteriak dengan mempergunakan ilmu auman singa
itu tak lain adalah Sangkoan cengcu dari perkampungan Ki hian san
ceng. Setelah menghentikan serangan, semua orang yang untuk sesaat
terpengaruh oleh ketamakan itu segera menjadi sadar kembali,
dengan cepat mereka tahu kalau sudah tertipu orang, segera meja
bundar itu dikepung kemudian melotot gusar kearah Hong im siu
Sang Thong yang masih berdiri diatas meja sambil berpeluk tangan
dan tersenyum itu.
Tiba-tiba Hong im siu Sang Thong mengusap wajahnya sendiri,
kemudian sambil menekuk pinggang dan menghembuskan napas
panjang dalam waktu singkat telah muncul kembali dengan wajah
aslinya yakni seorang kakek berkepala botak.
Tampaknya kakek botak itu sama sekali tak pandang sebelah
matapun terhadap kawanan kjago yang berada disekeliling tempat
itu, sambil tertawa terbahak serunya:
"Haaahhh.... haaahhh... haaahhh.... lohu adalah Huan im sin ang
(kakek tua bayangan setan) aku juga yang telah melukai puluhan
orang jago yang mengerubuti diriku! Aku juga orang yang hendak
kalian hadapi dalam pertemuan kali ini! Haahhh... haaahhh.... hari ini
memang aku sengaja hendak mengajak kalian bergurau, ingin
kulihat manusia macam apakah yang dikatakan sebagai jago"jago
dari golongan lurus haaahhhh.... haaahhh.... tak tahunya cuma
begitu saja, sungguh membuat hati lohu amat gembira.
117 Sebenarnya aku hendak menghadiahkan kalian sebatang jarum
Hua hiat sin ciam untuk setiap orang, tapi mengingat pertarungan
yang kalian lakukan barusan bersungguh hati dan membuat lohu
puas maka untuk sementara waktu aku akan melepaskan kalian
semua dengan selamat.
Cuma lukisan tersebut untuk sementara waktu akan lohu bawa
pergi, jika kalian merasa punya kepandaian, silahkan datang sendiri
ke bukit Thian tay san pada bulan enam tanggal enam nanti untuk
memintanya kembali, cuma bila waktunya sudah lewat jangan
salahkan jika lohu akan mengambil keputusan lain tentang lukisan
itu." Dari sekian banyak jago lihay yang berkumpul dalam ruangan ini,
ternyata tak seorangpun yang berkutik atau mengucapkan sepatah
katapun, mereka membiarkan Huan im sin ang mengucapkan katakatanya
sampai selesai tanpa ada yang mengganggu.
Hal ini mereka lakukan sebab barusan titik kelemahan mereka
semua telah teruar keluar, tanpa sebab mereka harus bertarung


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri mati-matian, kejadian itu menimbulkan rasa malu dihati
masing-masing hingga siapapun enggan juga untuk melakukan
sesuatu tindakan.
Menunggu Huan im sin ang telah menyelesaikan kata-katanya,
rasa permusuhan dalam hati mereka semua harus meledak.
Pertama-tama Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong yang
berteriak lebih dulu dengan lantang :
"Keteledoran yang kita lakukan hari ini sungguh memalukan
sekali, mari kita bekerja sama untuk menumpas gembong iblis itu,
jangan membiarkan dia pergi dengan begitu saja ......"
Huan im sin ang segera menyeringai dan tertawa seram.
"Heeehhh... heeehhh.... heeehhhh.... lohu justru ingin sekali
melihat kalian ditertawakan orang, kalau tidak, buat jiwa anjing
kalian musti diampuni?"
118 Ujung bajunya segera dikebaskan ke depan melancarkan sebuah
pukulan yang maha dahsyat, sedemikian hebatnya serangan itu
membuat meja bundar disitu bergetar keras dan para jagoan
merasakan kuda-kudanya tergempur, tak kuasa lagi mereka mundur
ke arah dinding ruangan dengan sempoyongan .
Menyusul kemudian tangannya digapai, lukisan yang tergantung
diatas dinding itu segera otomatis melayang sendiri ke tangannya.
Sementara semua orang masih tertegun bercampur kaget, sambil
tertawa terbahak-bahak orang itu sudah membuka pintu baja dan
melangkah keluar dari situ.
Dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata.
Sementara itu, Thi Eng khi dengan membawa rasa gusar
bercampur sedih melangkah keluar dari pintu gerbang
perkampungan Ki hian san ceng, kemudian sambil berpaling dan
melotot beberapa kejap ke arah perkampungan itu dengan gemas
dan menggertak gigi, diam-diam sumpahnya di dalam hati.
"Suatu ketika, sekalipun kalian menggunakan tandu besar yang
digotong delapan orang untuk menjemputku pun, belum tentu aku
mau datang kemari!"
Mendadak ia menyaksikan ada enam sosok manusia keluar dari
perkampungan itu, ternyata mereka adalah ketua Bu tong pay,
beserta Keng leng dan ik totiang, Ci kay taysu dari Siau lim pay, Hou
bok sin kay Cu Goan po serta si bungkuk sakti Lok It hong.
Thi Eng khi merasa cocok sekali dengan Keng hian totiang,
dengan cepat dia membalikkan badan seraya memberi hormat
katanya : "Terima kasih banyak atas bantuan ciangbunjin selama ini aaai!
Cuma sayang ...."
"Thi ciangbunjin harap kau jangan berkata begitu, "tukas Keng
hian totiang dengan lantang. "Pinto merasa menyesal sekali tak bisa
119 mewujudkan keadilan karena itu kami berkeputusan lebih baik
mengundurkan diri saja."
"Omitohud!" Ci kay taysu pula dari Siau lim pay, "agaknya
kepandaian silat Thi ciangbunjin belum memperoleh warisan
langsung dari ilmu sakti Thian liong pay entah apa sebabnya bisa
demikian?"
Thi Eng khi segera menghela napas panjang.
"Aaai.... kitab pusaka Thian liong pit kip telah dibawa pergi oleh
kakekku dan tidak diketahui kabar beritanya, oleh sebab itu aku tak
bisa mempelajari semua kepandaian perguruanku."
Secara ringkas, ia lantas menceritakan apa yang telah dialaminya
selama ini. Ci kay taysu segera berkerut kening, setelah berpikir sejenak
katanya kemudian :
"Ketika Thi locianpwe masih hidup dulu, beliau merupakan
sahabat karib mendiang guruku, suatu hari ketika sedang pulang
dari bersiar di bukit Tay san, tanpa sengaja telah menemukan sejilid
kitab Hua tin liok, yang hingga kini masih tersimpan dalam pagoda
penyimpan kitab partai kami, apakah Thi ciangbunjin bersedia untuk
mengunjungi Siau lim si dan mempelajari dulu ilmu silat dalam kitab
Hua tin liok sebelum berkelana dalam dunia persilatan sambil
mencari jejak dari kitab pusaka Thian liong pit kip?"
Jelas, Ci kay taysu bermaksud untuk menariknya ke kuil Siau lim
si dan menghadiahkan semua kitab ilmu silat yang pernah dimilikinya
selama ini untuk Thi Eng khi serta membantunya menjadi lihay.
Tapi berhubung Thi Eng khi adalah seorang ketua dari partai
Thian liong pay maka Ci kay taysu pun menggunakan kata yang
lebih halus dan manis untuk menyampaikan maksud hatinya itu.
Keng hian totiang dari partai Bu tong segera tertawa terbahakbahak.
120 "Haaahhh.... haaahhh..... haaahhh..... perkataan dari Ci kay taysu
ada benarnya juga, sudah sepantasnya kalau Thi ciangbunjin
mempertimbangkan kembali."
Usul ini meski sangat menggetarkan hati Thi Eng khi tapi setelah
dipikirkan berulang kali dia merasakan enggan untuk menerimanya
sebab dia sebagai seorang ketua dari partai Thian liong sepantasnya
kalau memperkembangkan ilmu silat Thian liong pay, sebelum
kepandaian itu dikuasai sepenuhnya dia tidak berniat meminjam
kepandaian aliran lain untuk menjaga nama baik Thian liong pay.
Itulah sebabnya keinginan dan pemikirannya menjadi saling
bertentangan, alis matanya berkernyit kencang dan lama sekali tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Tampaknya Hou bok sin kay Cu Goan po dari Kay pang dapat
menebak isi hatinya sambil tertawa tergelak segera bujuknya :
"Semua ilmu silat yang ada di dunia ini sumbernya adalah sama,
justru karena perkembangan dari setiap orang berbeda, maka jadilah
perbedaan antara satu dengan lainnya, harap Thi siauhiap jangan
terlalu memikirkan soal perbedaan aliran."
Semua perkataan itu mengandung arti yang benar dan cukup
menimbulkan kesadaran orang yang dalam.
Sejak kecil Thi Eng khi memang sudah banyak membaca,
kebesaran jiwanya pun boleh dipuji, sudah barang tentu dia bukan
seorang yang kolot dan berpikiran pendek.
Tapi hari ini dia mempunyai alasan untuk bersikap kolot, sebab
orang lain terlalu menghina dan mencemooh dirinya, ilmu silat aliran
Thian liong pay juga mendapat pandangan yang sinis dimata orang
lain, kesemuanya ini membuat dia hampir saja sukar untuk menahan
diri. Oleh sebab itu dia lantas bertekad untuk melaksanakan jalan
pemikirannya kecuali mengalami kegagalan total dikemudian hari,
kalau tidak ia bersumpah akan mengangkat nama partainya dengan
mengandalkan ilmu silat dari aliran Thian liong pay sendiri.
121 Oleh sebab itu, akhirnya ia tetap menggelengkan kepalanya
seraya berkata :
"Terima kasih banyak atas kebaikan taysu, aku sekarang harus
segera berangkat ke puncak Bon soat hong di bukit Wu san untuk
memenuhi janji, bila kesempatan dikemudian hari telah tiba, pasti
akan kukunjungi Siau lim si untuk menambah pengetahuan,
sekarang maaf kalau aku berangkat lebih dulu!"
Sambil mengeraskan hati ia tamapik kesempatan yang sangat
baik ini dan sambil membalikkan badannya berlalu dengan langkah
lebar. Menyaksikan kepergian dari pemuda itu, tiga orang tousu,
seorang pendeta, seorang pengemis dan si bungkuk menjadi
tertegun sampai lama sekali mereka masih berdiri termangu-mangu.
Lama, lama sekali Hau bok sin kay Cu Goan po baru
mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak, serunya :
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... selama ini pihak Siau lim
paling pelit siapa tahu kesupelannya tidak mendatangkan hasil
haaahhh.... haaahhh..... kejadian ini sungguh menggembirakan
sekali, sungguh menyenangkan sekali, aku si pengemis tua tak akan
melepaskan diri dari persoalan ini lagi."
Tanpa menyapa orang lain lagi dia membalikkan badan dan
segera berlalu dari situ.
Si bungkuk sakti Lok It hong yang selama ini cuma membungkam
tanpa mengucapkan sepatah katapun itu, sekarang juga manggutmanggut
lalu berlalu dari situ.
Keng hian totiang dari Bu tong pay dan Ci kay taysu dari Siau lim
pay saling berpandangan sekejap sambil tertawa, kemudian mereka
segera berangkat untuk pulang ke gunung.
Sepanjang jalan Thi Eng khi melanjutkan perjalanannya, setelah
bertanya sana sini maka beberapa hari kemudian sampai juga ia di
bukit Wu san.....
122 Bukit Wu san terletak di sebelah tenggara keresidenan Wu san
sian yang termasuk dalam bilangan propinsi Suchwan dengan
pengunungan Pa san sebagai bukit yang paling tinggi, sungai Tiang
kang yang lebar membelah bukit tersebut serta menciptakan tiga
buah selat yang sangat berbahaya, salah satu diantaranya selat Wu
sia. Konon di atas bukit Wu san semuanya terdapat dua belas buah
puncak, masing-masing adalah puncak Bong soat, Cui peng, Tiau im,
Song luan, Ki sian, Ki hok, Keng tam, Sang sin, Ki im, Hui hong dan
Teng liong. Puncak Bong soat hong terletak disebelah utara bukit Wu san,
tinggi menjulang kjeangkasa dan megah sekali.
Suatu hari, diatas puncak Bong soat hong di bukit Wu san muncul
seorang sastrawan baju biru yang kelihatan sangat letih, orang itu
bukan lain adalah Thi Eng khi dari partai Thian liong pay.
Sejak memangku tugas berat dalam partai Thian liong dan
pengalamannya di dalam perkampungan Ki hian san ceng, membuat
Thi Eng khi banyak mengenali wajah yang sebenarnya dari kawanan
jago persilatan dari dunia persilatan saat ini, cuma dia tidak menjadi
putus asa karena kejadian tersebut, malah sebaliknya makin
menyadari bahwa tugas yang berada di atas bahunya tidak enteng.
Sekarang bukan saja dia harus membangun kembali nama baik
dari Thian liong pay, bersama itu pula dia hendak merubah keadaan
dalam dunia persilatan.
Kedatangannya ke bukit Wu san kali ini adalah demi penyakit
yang diderita oleh keempat orang supek dan susioknya, tapi ia tidak
menaruh harapan yang terlalu besar akan hal itu, terhadap kakek
botak yang mengundang kedatangannya itu dia merasa muak sekali,
dan menganggap orang itu tidak mempunyai maksud baik.
Waktu itu dia sudah berdiri diatas puncak Bong soat hong, untuk
pertama kalinya dia mengerahkan ilmu Sian thian bu khek ji gi sin
123 kang untuk berpekik nyaring dan melampiaskan semua kemurungan
yang mengeram didalam tubuhnya selama ini.
Baru selesai dia berpekik, bagaikan sukma gentangan itu tiba-tiba
kakek botak itu sudah muncul didepan matanya, dia tertawa seram
beberapa kali untuk menarik perhatian, kemudian katanya :
"Thi siauhiap benar-benar seorang yang bisa dipercaya, sungguh
membuat lohu merasa amat gembira."
Thi Eng khi tertawa terpaksa.
"Aku dipaksa oleh keadaaan jadi mau tak mau aku harus datang
juga untuk memenuhi janji!"
Kakek botak itu kembali tertawa terbahak-bahak :
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh..... aku lihat siauhiap berwajah
masam dan tak sedap dilihat, rupanya kau telah menaruh salah
paham terhadap maksud hatiku yang sebenarnya?"
"Dari Huay im sampai bukit Wu san bukan perjalanan yang bisa
ditempuh dalam satu hari," kata Thi Eng khi dengan kening berkerut,
"seandainya lotiang tidak bermaksud menyusahkan orang, mengapa
kau menggunakan keselamatan dari keempat orang susiok dan
supekku sebagai sandera untuk memaksa kedatanganku kemari?"
Dengan wajah yang ramah dan lembut, kakek botak itu segera
berkata : "Siapa yang bersedia menderita, dia akan menjadi lebih dewasa,
tindakan yang kuambil ini sesungguhnya bermaksud untuk melatih
semangat siauhiap, apakah siauhiap tak dapat memahaminya?"
Karena memikirkan keadaan dari Supek dan susioknya, terpaksa
Thi Eng khi harus menahan rasa dongkolnya di hati.
"Urusan yang lewat tak usah dibicarakan lagi, tolong tanya
lotiang sudi memberitahukan kepadaku cara pengobatan tersebut."
Kakek botak itu mengerdipkan matanya :
"Setelah lohu mengundang kedatangan sauhiap tentu saja
akupun dapat memenuhi janjiku, cuma ilmu pengobatanku itu harus
dilakukan dengan tenaga Im kang, padahal tenaga Im kang bukan
124 bisa dipelajari dalam satu dua hari saja, kebetulan lohu tinggal tak
jauh dari sini, bagaimana kalau kupersilahkan siauhiap berkunjung
kesana, tanggung didalam tiga bulan mendatang kau bisa pulang
dengan hati yang puas."
Thi Eng khi sesungguhnya bercita-cita untuk mengangkat nama
perguruannya dengan mengandalkan kepandaian silat dari Thian
liong pay, sebelum kepandaian dari perguruannya berhasil dipelajari,
dia enggan untuk mempelajari kepandaian lainnya, sungguh tak
disangka dia harus dihadapkan kembali dengan suatu persoalan
yang menyulitkan, hal ini membuat pemuda itu menjadi tertegun.
Sebentar ia teringat kembali akan nasib dari supek dan
susioknya, tapi sebentar kemudian dia memikirkan perjuangannya
serta keinginannya untuk membangun kembali nama besar
perguruan Thian liong pay, ia tahu jika sampai dirinya terpaksa
belajar ilmu kepada lawan untuk mengobati supek dan susioknya,
belum tentu hal ini akan memenuhi keinginan mereka.
Berpikir sampai disini
Kesatria Berandalan 4 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Hati Budha Tangan Berbisa 6
^