Pukulan Naga Sakti 24

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 24


jalan darah penting ditubuh Sim ji sinni
(kecuali jalan darah pada alat kelaminnya).
1376 Dalam sekali sambitan dua puluh tiga batang jarum emas
dilancarkan bersamaan, sasaranpun amat tepat, hal tersebut
membuat puluhan jago yang hadir di arena sama sama menghela
napas panjang. Selesai melancarkan ke dua puluh tiga batang jarum
emas tersebut, Hui cun siucay Seng Tiok sian menghembuskan
napas panjang dan menyeka keringat yang membasahi wajahnya.
Kemudian dia mengeluarkan kembali dua belas batang jarum emas
dan digenggam dalam tangannya.
Sementara itu paras rnuka Sim ji sinni dari warna merah sudah
berubah menjadi semu merah lalu berubah menjadi pucat pias,
akhirnya wajahnya benar benar menjadi pucat pasi. Lama, lama
kemudian dari warna semu berubah kembali menjadi warna tua dan
akhirnya pulih menjadi merah.
Sekali pun demikian, dengusan napas Sim ji sinni meski masih
agak memburu namun jauh lebih enteng dan lega. Pada kesempatan
yang selanjutnya, kembali Hui cun siucay Seng Tiok sian
mengayunkan tangannya untuk melancarkan kedua belas batang
jarum emas yang berada ditangannya. Sebenarnya Hui cun siucay
Seng Tiok sian berdiri saling berhadapan dengan Sim ji sinni, tapi
jarum emas yang dilancarkan olehnya justru berkelebat diantara
kilauan cahaya emas dan bersama lama menancap diatas dua belas
jalan darah penting dipunggung Sim ji sinni
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian
tersebut tanpa terasa memuji :
"Benar benar suatu gerakan Hui hong hui hong (Pelangi terbang
angin berpusing) yang hebat!"
Mendadak hatinya bergetar keras cepat tanyanya lagi :
"Sobat cilik, apakah kau pelajari ilmu tersebut dari si Pembenci
raja akhirat Kwik Keng thian?"
"Dia orang tua adalah guru boanpwe!" jawab Hui cun siucay Seng
Tiok sian dengan wajah serius.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak.
1377 "Haaaahh... haahhhh.... haaahhhh.. tahukah kau siapakah aku?"
"Dari nada pembicaraan tadi boanpwe sudah mengetahui tentang
locianpwe hanya belum sempat memberi salam saja."
Kemudian sambil menjura kepada Bu im sin hong Kian Kim siang,
katanya : "Boanpwe Seng Tiok sian menjumpai locianpwe."
Belum habis dia berkata, tiba tiba badannya menerjang maju ke
muka, buru buru Bu im sin hong Kian Kim siang mengayunkan
tangannya melepaskan sebuah pukulan tanpa wujud untuk
mengangkat badannya dari atas tanah.
"Apakah kau sudah banyak mengorbankan tenaga dalammu?"
katanya penuh perhatian.
Paras muka Hui cun siucay Seng Tiok sian berubah menjadi semu
merah, sahutnya cepat :
"Tenaga dalam boanpwe memang cetek, ditambah lagi sedang
merasa tegang, aku merasa rada pusing."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menempelkan telapak
tangannya keatas bahu Hui cun siucay Seng Tiok sian, segulung
aliran hawa panas segera menyusup ke dalam tubuh Hui cun siucay
Seng Tiok sian, pesannya kemudian :
"Cepat kau salurkan hawa murni untuk mengelilingi seluruh
badan, hari ini jika kau sudah membantu saudara cilik Thi untuk
memulihkan kembali tenaga dalam dari ketiga orang locianpwe
tersebut sehingga memberikan kebanggaan untuk sahabat sahabat
persilatan yang berada di wilayan Im kui siang juan, supek pasti
akan baik baik memberi hadiah untukmu."
Kemudian setelah berhenti sejenak dia berkata lebih jauh :
"Bersediakah kau mempelajari ilmu gerakan tubuh Hu kong keng
im milik supekmu ini?"
1378 Mendengar perkataan tersebut Hui cun siucay Seng Tiok sian
menjadi terkejut bercampur girang, hampir saja dia berhenti
bersemedi, buru buru serunya :
"Terima kasih banyak supek!"
Perlu diketahui, Hu kong keng im adalah ilmu gerakan tubuh
andalan dari Bu im sin hong Kian Kim siang, padahal sudah puluhan
tahun lamanya Bu im sin hong Kian Kim siang termashur dalam
dunia persilatan. Bisa dibayangkan betapa gembiranya Hui cun
siucay Seng Tiok sian setelah mendengar kalau Bu im sin hong Kian
Kim siang hendak mewariskan ilmu andalannya itu kepadanya.
Sementara itu Thi Eng khi menyelesaikan pertolongannya dan
membantu Hui cun siucay Seng Tiok sian mencabut keluar jarum
emas dari tubuh Sim ji sinni. Ciu Tin tin yang amat sayang kepada
gurunya, dengan cepat menempelkan kembali telapak tangannya
diatas tubuh Sim ji sinni, dia berharap gurunya bisa memperoleh
kembali tenaga dalamnya secepat mungkin.
Tak lama kemudian Hui cun siucay Seng Tiok sian telah berhasil
memulihkan kembali kekuatannya. Sedangkan Thi Eng khi atas
bantuan dari jarum emas, dalam waktu singkat berhasil pula
menyembuhkan luka dari Tiang pek lojin So Seng pak dan Keng
thian giok cu Thi Keng.
Namun dalam pengobatan itu, berhubung Hui cun siucay Seng
Tiok sian memiliki tenaga dalam terlampau cetek, maka dia harus
menerima bantuan dari Bu im sin hong Kian Kim siang untuk
menyelesaikan tugas itu.
Begitulah, setelah ketiga orang tokoh persilatan tersebut berhasil
mendapatkan kembali tenaga dalamnya, mereka lantas bersemedi
untuk mengatur pernapasan. Akibat dari kejadian ini, semua orang
mulai menganggap Thi Eng khi bagaikan dewa saja.
Pada saat itulah, Hui cun siucay Seng Tiok sian siap hendak
mencabut keluar jarum emasnya dari atas jalan darah Khi juang hiat
dan Thian yu hiat ditubuh Thi Eng khi. Tapi pemuda itu segera
menggelengkan kepalanya sembari berkata :
1379 "Tunggu dulu! Bila jarum emas ini dicabut keluar maka siaute
akan segera roboh lemas tak berkekuatan lagi, keadaanku nanti
seperti orang mati saja, bukan saja hal tersebut tak akan bisa
membantu semua orang di istana Ban seng kiong nanti, malahan
akan merepotkan semua orang untuk mencabangkan pikiran dan
melindungiku, ini jelas tidak leluasa untuk kalian semua, menurut
pendapat siaute, lebih baik jarum emas ini dicabut keluar setelah
kita menyapu rata seluruh istana Ban seng kiong nanti!"
Dengan perasaan sangat kuatir Hui cun siucay Seng Tiok sian
berkata cepat :
"Saudara Thi, aku percaya ilmu pertabibanmu jauh lebih lihay
daripada siaute, rasanya siaute pun tak usah memberi peringatan
lagi kepadamu, tapi bagaimanapun juga kau harus memikirkan juga
masa depan dari semua umat persilatan yang ada di dunia ini."
Namun Thi Eng khi hanya menggelengkan kepalanya berulang
kali dan bersikeras menampik untuk mencabut keluar jarum emas
dari tubuhnya. Hui cun siucay Seng Tiok sian menjadi amat gelisah,
dia lantas memberitahukan hal tersebut kepada Bu im sin hong Kian
Kim siang. Mendengar kabar ini, Bu im sin hong Kian Kim siang
segera melotot ke arah Thi Eng khi sambil menegur :
"Saudara cilik, benarkah kau ingin menyaksikan semua sahabat
dunia persilatan bersedih hati untukmu?"
Thi Eng khi tertawa getir :
"Kau tak usah kuatir Kian tua, siaute cukup tahu diri, sekali pun
diperpanjang setengah atau sehari pun tak bakal menghancurkan
siaute, saudara Seng tidak mengetahui tentang penemuan aneh
yang siaute terima di gua Yang sim tong, Kian tua kau harus percaya
kepadaku."
Bu im sin hong Kian Kim siang menjadi ragu ragu :
"Saudara cilik, bukannya engkoh tua tidak percaya kepadamu,
melainkan tak berani percaya kepadamu, kau tak boleh
sembarangan mengacau!"
Dia segera turun tangan menotok jalan darah Thi Eng khi.
Setelah membantu ketiga tokoh persilatan itu memperoleh kembali
1380 hawa murninya. Thi Eng khi mengalami kerugian yang besar sekali,
sekalipun dia ingin berkelit sayang kemampuannya sudah tidak
memadai lagi. Dalam sekali ayunan tangan saja, tampaknya jari
tangan Bu im sin hong Kian Kim siang tersebut akan segera
mencabut keluar jarum emas ditubuhnya.
Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara dari
Keng thian giok cu Thi Keng :
"Kian lote, apa sih kesalahan anak Eng" Tolong berilah muka
untuk siaute dan ampunilah dia untuk kali ini!'"
Sambil menghela napas panjang, Bu im sin hong Kian Kim siang
menarik tangannya, lalu berkata :
"Dia sendiri yang pingin mampus, coba bayangkan bikin hati
orang menjadi dongkol atau tidak?"
Walaupun kepandaian silat yang dimiliki Keng thian giok cu Thi
Keng baru saja pulih, namun kegagahan serta kewibawaannya sama
sekali tidak menjadi kurang, dengan langkah lebar dia menghampiri
Thi Eng khi, lalu ujarnya :
"Eng khi, kau anggap setelah memiliki tenaga dalam yang tinggi
maka boleh berbuat menurut kehendak sendiri?"
Jilid 43 Sejak kecil Thi Eng khi sudah dididik secara ketat untuk menjadi
seorang anak yang disiplin, sekalipun dia merasa punya banyak
alasan untuk membantah, namun ia tak berani berbuat demikian
dihadapan kakeknya, maka untuk sesaat dia menjadi terbungkam
dan menundukkan kepalanya rendah rendah.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan Keng thian giok
cu Thi Keng benar benar memberi nasehat kepada Thi Eng khi dia
menjadi tak tega, buru buru serunya lagi:
"Thi tua, kau jangan salah menegurnya, perkataan siaute belum
selesai diutarakan."
1381 Keng thian giok cu Thi Keng sendiripun tidak tega setelah melihat
keadaan dari Thi Eng khi maka setelah menghela napas, katanya :
"Moga moga saja kau tidak melakukan perbuatan salah!"
Kemudian sambil berpaling kembali, dia siap mendengarkan
perjelasan dari Bu im sin hong Kian Kim siang. Secara ringkas Bu im
sin hong Kian Kim siang segera menceritakan bagaimana Thi Eng khi
tak segan segan mengorbankan tenaga dalamnya dengan bantuan
rangsangan dari tusukan jarum emas untuk menolong orang bahkan
tak mau menuruti nasehatnya dengan bersikeras hendak berangkat
ke Ban seng kiong tanpa melepaskan jarum emas tersebut.
Keng thian giok cu Thi Keng adalah manusia yang
berpengalaman sangat luas kecuali Hian im Tee kun, tiada orang
kedua yang mampu menandinginya. Selesai mendengarkan
penjelasan dari Bu im sin hong Kian Kim siang, dia baru mengerti
bahwa Thi Eng khi bukanlah manusia tekebur yang suka bersikap
sombong. Maka sambil menarik muka dan airmata bercucuran karena
terharu, katanya :
"Eng khi, apakah kau tak dapat beristirahat lebih awal?"
Dengan semangat berkobar Thi Eng khi segera berkata :
"Jago jago yang berpihak Ban seng kiong banyak sekali,
sedangkan Hian im Tee kun adalah manusia licik yang sangat
berbahaya, cucunda benar benar tak tega membiarkan mereka
bertarung sendiri!"
Keng thian giok cu Thi Keng segera manggut manggut.
"Walaupun ucapanmu benar, namun kau toh tak berkemampuan
lagi untuk melangsungkan pertarungan, sekalipun tak lega hati,
apapula yang dapat kau lakukan?"
"Seandainya Ban seng kiong menurunkan segenap jago lihaynya,
adakah kesempatan bagi pihak jago kita untuk memperoleh
kemenangan.....?"
1382 Sudah cukup lama Keng thian giok cu Thi Keng mengendon
dalam istana Ban seng kiong, terhadap kekuatan yang
sesungguhnya dari pihak lawan boleh dibilang jelas sekali. Dia
memandang sekejap ke arah wajah kawanan jago tersebut, lalu
sahutnya : "Kalau berbicara menurut kekuatan yang kita miliki sekarang,
nampaknya kecil sekali harapan kita."
Tapi setelah berhenti sejenak tiba tiba dia berkata lagi dengan
lantang : "Namun yaya berempat telah bersumpah hendak beradu jiwa
dengan Hian im Tee kun, kami akan melawan terus sampai titik
darah penghabisan, asal Hian im Tee kun sudah mati, walaupun
kekuatan dari para jago sekarang belum mampu mengungguli
mereka paling tidak kita dapat menggempur pihak Ban seng kiong
sehingga terluka parah dan tidak membahayakan dunia persilatan
lagi." "Kalau toh kita berhasrat untuk beradu jiwa dengan musuh,
mengapa cucunda hidup sendiri" Dan apa pula bedanya untuk
mencabut keluar jarum emas tersebut sekarang atau jauh lebih
lambat beberapa saat."
Yaa, berbicara yang sebenarnya, kalau toh mereka sudah
dihadapkan pada situasi untuk adu jiwa bersama sama, kendatipun
jarum emas tersebut dicabut sekarang, begitu pertarungan berkobar,
diapun tidak akan lolos dari tangan keji pihak Ban seng kiong. Alasan
ini sangat sederhana, sudah barang tentu Keng thian giok cu Thi
Keng cukup memahaminya. Bukan hanya begitu, bahkan Ci kay
taysu dan Ci liong taysu dari Siau lim pay, Keng it totiang dan Keng
ning totiang dari Bu tong pay serta Pit tee jiu Wong Tin pak serta
Ngo liu sianseng Lim Biau lim yang belum pulih kekuatan tenaga
dalam nya tak akan lolos pula dari musibah tersebut.
Akan tetapi didalam kenyataan, Thi Eng khi bukannya belum
pernah berpikir sampai ke arah kegagalan, namun setelah
menyaksikan keadaan di depan mata, dia merasa kawanan jago dari
kaum lurus masih mempunyai beberapa syarat baik untuk meraih
kemenangan dengan andalkan jumlah yang kecil. Ditambah pula
1383 rencana matang yang telah dipersiapkan sebelumnya, dia merasa
berkemampuan untuk menghajar pihak Ban seng kiong sehingga
tercerai berai.
Namun berhubung tenaga dalam yang dimiliki ketiga orang tua
itu sudah pulih, dengan hadirnya angkatan tua di situ, tentu saja ia
merasa sungkan untuk mengambil oper kedudukan pemimpin
tersebut, tentu saja diapun merasa sungkan untuk memberitahukan
maksud hatinya itu.
Maka diapun memutuskan untuk menghadapi situasi menurut
keadaan waktu itu, kemudian baru melakukan tindakan tindakan
selanjutnya. Tapi, diapun tak bisa tidak untuk menyusun suatu
alasan yang cukup kuat untuk menanggulangi situasi yang sedang
dihadapnya sekarang. Tentu saja tindakan semacam ini akan sangat
merugikan tenaga dalamnya yang sudah berkurang, tapi untung saja
dia berhasil melatih tubuh yang kuat. Paling tidak dia hanya akan
merasakan tersiksa berapa waktu, karena cepat atau lambat tenaga


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalamnya toh akan pulih kembali seperti sedia kala.
Sudah barang tentu Keng thian giok cu Thi Keng bisa menduga
maksud hati Thi Eng khi, setelah mendengar jawaban dari si anak
muda tersebut, sambil tertawa terbahak bahak katanya :
"Kian lote, ucapan anak Eng memang benar dan hanya berbuat
beginilah dia baru bisa disebut anak keturunan keluarga Thi, kau tak
perlu membujuknya lagi."
Kemudian dengan wajah serius dia berkata lagi kepada Thi Eng
khi : "Yaya lebih suka menyaksikan kau mati karena kehabisan tenaga
daripada membiarkan kau hidup tanpa berbuat apa apa, walaupun
kau sudah tak mampu lagi untuk bertarung melawan kaum iblis dari
Ban seng kiong, namun dengan kemampuan yang kau miliki masih
dapat mengawasi keadaan situasi, bahkan setiap saat kau bisa
mempergunakan otakmu untuk menunjukkan kelemahan musuh,
dengan memperbaiki kekurangan di pihak kita dan menunjukkan titik
kelemahan musuh, pihak kita pasti akan beruntung sekali. Moga
moga kau bisa baik baik mengatur diri."
1384 Ucapan tersebut memang cocok sekali dengan tujuan utama Thi
Eng khi, maka dia mengangguk berulang kali :
"Petunjuk yaya memang sangat tepat, cucunda akan
melaksanakannya dengan sepenuh tenaga!"
Mendengar perkataan mana, Keng thian giok cu Thi Keng segera
tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh" haaahhh". Haaahhh". saudara sekalian, kita harus
segera berangkat naik ke atas bukit."
Segenap jago mengiakan dan bersama sama berangkat ke istana
Ban Seng kiong di atas bukit. Tatkala semua orang sampai di depan
pintu gerbang istana Ban seng kiong di puncak Wong soat hong,
tanpa terasa serentak berhenti dan saling berhadapan dengan wajah
tertegun. Rupanya lapangan di depan Ban seng kiong sudah
dipenuhi oleh bayangan manusia yang berlapis lapis, mereka
membentuk lingkaran yang meninggalkan sebidang tanah kosong
tepat menghadap ke depan pintu.
Dengan demikian, apabila orang hendak memasuki pintu gerbang
tersebut, maka mereka harus melalui celah sempit diantara
kerumunan manusia tersebut. Ditinjau dari barisan tersebut,
tampaknya bila para jago berani memasuki lingkaran manusia itu
maka lebih banyak bahayanva daripada keberuntungan. Tapi jikalau
para jago tak berani memasuki lingkaran manusia itu, berarti mereka
sudah dibikin keder oleh orang orang Ban seng kiong, atau dengan
perkataan lain mereka tak akan punya muka untuk bermusuhan lagi
dengan Hian im Tee kun.
Tindakan yang dilakukan pihak Ban seng kiong ini benar benar
menempati posisi yang menguntungkan sekali, baik dalam hal
jumlah orang, tempatnya maupun keadaannya. Sementara para jago
masih saling berhadapan dengan wajah terkejut dan tak tahu
bagaimana harus menghadapi situasi semacam itu, mendadak dari
depan pintu menyelinap keluar Sau tee si bun(sastrawan penyapu
lantai) Lu Put ji.
1385 Dengan sepasang mata memandang ke atas dan hidungnya
seakan akan dirambati ular, dia mendengus berulang kali, kemudian
berkata : "Tee kun ada perkataan yang hendak disampaikan kepada kalian,
bila kamu semua beranggapan kurang kuat untuk menghadapi kami,
tak ada salahnya untuk menunda pertarungan ini sampai lain waktu.
Hari ini kamipun tak akan mencari keuntungan dengan jumlah yang
banyak, kami bersedia memberi sebuah jalan kehidupan untuk kalian
semua." Kalau didengar dari nada suaranya, jelas dia memandang rendah
dan memandang hina terhadap para jago. Padahal kawanan jago
yang berkumpul di situ kalau bukan ciangbunjin suatu partai besar,
tentulah seorang enghiong hohan yang tak pernah memandang
serius soal mati hidup, sebelum datang ke Ban seng kiong bahkan
mereka sudah bertekad untuk tidak kembali sebelum berhasil. Tentu
saja mereka tak akan mendiamkan perkataan dari Sastrawan
penyapu lantai Lu Put ji yang jelas jelas bernada menghina itu".
Memandang sikap tengik dari sastrawan penyapu lantai Lu Put ji,
Keng thian giok cu Thi Keng tertawa dingin tiada hentinya sebelum
ia sempat berbicara, Bu im sin hong Kian Kim siang telah menyelinap
keluar lebih dulu.
Sebagaimana diketahui, ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im
milik Bu im sin hong Kian Kim siang merupakan suatu kepandaian
yang tiada tandingannya di dunia ini, apalagi waktu itu sastrawan
penyapu lantai Lu Put ji sedang memandang ke atas, dia tidak
menyangka kalau musuh akan mendekatinya. la baru terperanjat
setelah di hadapan mukanya tahu tahu sudah bertambah dengan
seorang manusia, dengan cepat dia mundur selangkah ke belakang,
kemudian serunya agak gugup :
"Kau"."
Bu im sin hong Kian Kim siang tidak memberi kesempatan
baginya untuk berbicara, jari tangannya segera menyodok ke muka
secepat kilat menotok jalan darah bisunya. Kemudian lengannya
diputar dan membanting sastrawan penyapu lantai Lu Put ji keras
keras ke atas tanah, bentaknya dengan suara menggeledek :
1386 "Kau harus merangkak di muka kami!"
Sesungguhnya sastrawan penyapu lantai Lu Put ji memiliki
kepandaian silat yang terhitung lumayan namun dibawah serangan
Bu im sin hong Kian Kim siang yang begitu cepat, dia sama sekali
tak berkesempatan lagi untuk mengeluarkannya. Begitu selembar
bibirnya yang lihay terbungkam oleh serangan Bu im sin hong Kian
Kim siang, kontan saja dia mati kutu, sebab kalau dia disuruh
berhadapan secara laki laki, tiada kemampuan yang bisa diandalkan.
Kini, dia benar benar ketakutan, sekujur tubuhnya gemetar keras
karena ketakutan bahkan air mata pun bercucuran dengan derasnya.
Dengan melakukan ancaman dengan telapak tangannya, Bu im sin
hong Kian Kim siang segera membentak :
"Jika kau tak ingin segera mampus, ayo cepat merangkak
didepan kami!"
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji memang seorang pengecut
yang takut mampus, dia benar benar kuatir jika Bu im sin hong Kian
Kim siang benar benar melancarkan serangannya. Dengan gugup dia
menganggukkan kepalanya berulang kali kemudian merangkak
didepan para jago dan menghantar musuh musuhnya memasuki
lingkaran kepungan.
Anggota Ban seng kiong ternyata membawa musuhnya masuk ke
gedung dengan jalan merangkak, jelas peristiwa ini merupakan
suatu penghinaan dan pukulan yang berat bagi pihak Ban seng
kiong. Dalam keadaan seperti ini, kendatipun pihak Ban seng kiong
berhasil membinasakan segenap jago yang hadir disitupun,
kemenangan mereka sudah tidak gagah lagi.
Berbicara sesungguhnya, mungkin dari antara empat tokoh sakti
yang hadir disana, hanya Bu im sin hong Kian Kim siang seorang
yang bisa mempunyai ide dan melakukan hal semacam itu.
Hian im Tee kun yang menyaksikan kejadian tersebut segera
mengerutkan dahinya, kemudian dengan ilmu menyampaikan suara
katanya kepada kakek she Liu yang pernah bertarung mati matian
melawan Bu Im itu :
1387 "Liu bun tongcu, cepat kau binasakan sastrawan penyapu lantai
Lu Put ji, dia terlalu menghilangkan pamor kita, nama baik kita bisa
hancur di tangannya..."
"Baik!" sahut kakek she Liu itu cepat.
Dengan langkan lebar dia segera berjalan menyambut
kedatangan para jago. Thi Eng khi yang menyaksikan kejadian
tersebut segera berbisik kepada Ciu Tin tin :
"Enci Tin, Hiam im Tee kun telah mengirim orang untuk
membinasakan sastrawan penyapu lantai Lu Put ji."
"Buat apa manusia semacam ini dibiarkan hidup terus di dunia
ini" Biarkan saja dia mampus, apakah kematiannya patut
disayangkan?"
Ciu Tin tin tertawa geli. Kembali Thi Eng khi tertawa.
"Kalau kita mempertahankan kehidupannya, maka kita pun bisa
melalui dia untuk membuat malu orang orang Ban seng kiong,
bahkan kalau bisa menyayat kulit muka gembong gembong iblis
tersebut.."
"Adik, kau suruh aku melindungi keselamatan jiwanya?" kata Ciu
Tin tin dengan kening berkerut.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi :
"Mengapa sih kau tidak menyuruh orang lain saja?"
Sudah jelas dia memandang hina sastrawan penyapu lantai Lu
Put ji sehingga tak sudi untuk turun tangan. Thi Eng khi dapat
menebak suara hati gadis itu, maka sambil tertawa dia berkata lagi :
"Saat ini diantara kita dan musuh, selain Hian im Tee kun hanya
kepandaian silatmu seorang yang tiada tandingannya, aku minta kau
turan tangan, bukan hanya untuk melindungi keselamatan sastrawan
penyapu lantai Lu Put ji saja, yang lebih penting adalah
menggunakan kemampuanmu yang lihay untuk memecahkan nyali
orang orang Ban seng kiong agar mereka ketakutan dan ngeri
sebelum bertarung, pukulan batin semacam ini pasti akan
1388 menguntungkan sekali pihak kita bila pertarungan massal sampai
terjadi nanti."
Mendengar ucapan tersebut, Ciu Tin tin segera tertawa.
"Adik Eng, kau tak usah mengumpak diriku, sekalipun kepandaian
silatku tinggi semuanya ini berkat jasamu, kau tak usah kuatir, aku
pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga dan tidak akan
membuat kau kehilangan muka."
Thi Eng khi tertawa.
"Siaute sudah mempunyai perhitungan yang cukup matang, bila
kau bisa membuatku malu, tak nanti aku akan meminta
bantuanmu."
Ciu Tin tin segera beranjak dari tempatnya dan menyelinap ke
belakang tubuh empat tokoh besar dunia persilatan itu. Dalam pada
itu, kakek Liu berlagak tidak menggubris keadaan dari sastrawan
penyapu lantai Lu Put ji, dia berjalan terus sehingga mendekati
orang itu sampai jarak sepuluh langkah. Bu im sin hong Kian Kim
siang tidak mengetahui apa maksud dari kehadiran kakek Liu
tersebut, melihat dia berjalan mendekat, dengan suara lantang
segera tegurnya :
"Hei, orang she Liu, kau bukan tandinganku, kalau tahu diri cepat
cepatlah mengundurkan diri."
"Lohu Kui im cu (si bayangan setan) Liu Biau, sudah lama
kudengar tentang kelihayan ilmu meringankan tubuh Hu kong keng
im dari kau si Kian tua, beranikah kau beradu ilmu meringankan
tubuh denganku?"
Dengan mengandalkan ilmu gerakan tubuh setan gentayangan
atau Kui pok sin hoat, si bayangan setan Liu Biau sudah malang
melintang dalam dunia persilatan selama hampir lima puluh tahun
lamanya, selama ini orang mengakui ilmu meringankan tubuhnya
merupakan kepandaian yang hebat.
1389 Bu im sin hong Kian Kim siang sudah puluhan tahun lamanya
terkurung di atas puncak Sam liu hong, sudah barang tentu tidak
kenal dengan orang ini. Sambil tertawa dingin segera serunya :
"Kepandaianmu belum pantas untuk diadu dengan
kemampuanku!"
Tentu saja si bayangan setan Liu Biau bukan bersungguh hati
hendak beradu ilmu meringankan tubuh Bu im sin hong Kian Kim
siang, sesungguhnya dia hendak memecahkan perbatian Bu im sin
hong Kian Kim siang saja agar dia mempunyai kesempatan yang
baik untuk turun tangan terhadap sastrawan penyapu lantai Lu Put
ji.. Sedangkan terhadap Keng thian giok cu Thi Keng sekalian
bertiga, menurut apa yang diketahuinya merupakan orang orang
yang sudah kehilangan tenaga dalamnya, sehingga tak perlu
dirisaukan lagi.
Oleh sebab itu, pada hakekatnya dia tidak memandang sebelah
matapun terhadap ketiga orang itu. Dia tidak menjawab pertanyaan
dari Bu im sin hong Kian Kim Siang, dengan mengandalkan Kui pok
sim hoatnya dia berputar kencang dari kanan ke kiri. Bayangan
tubuhnya segera berputar kencang mencapai delapan kaki dari
permukaan tanah. kemudian dari kanan bergerak pula ke kiri, dari
kiri ke kanan dengan suatu gerakan yang manis tahu tahu dia sudah
balik kembali ke tempat semula. Dengan wajah tak berubah, katanya
kemudian dengan suara sedingin es :
"Dengan mengandalkan kepandaian semacam ini, masa kau
orang she Kian sanggup melakukannya?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Bu im sin hong Kian Kim
siang setelah mendengar perkataan itu, katanya sembari manggut
manggut berulang kali :
"Betul, gerakanmu ini bernama Im sian yang coan, memang
kepandaian tersebut cukup disebut kepandaian sakti dalam dunia
persilatan dewasa ini, namun tiada harganya sama sekali dalam
kepandaianku."
1390 "Setiap orang bisa berbicara mengibul, kepandaian sakti apa sih
yang kau andalkan" Berani tidak kau perlihatkan kepadaku...?"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa terbahak bahak setelah
mendengar perkataan tersebut.
"Haaahhh.... haaahhhh.... haaahhhh.... kau ingin menyaksikan
kepandaianku" Baik, untuk memberi muka untukmu, kau boleh
mengajukan persoalan."
Bayangan setan Liu Biau segera memutar otaknya sebentar,
kemudian sambil membungkukkan badannya memungut sebutir
batu, dia rnengerahkan tenaganya dan menghancurkan batu
tersebut sampai dua puluhan butir, setelah dihitung sebentar, katanya
kemudian : "Dalam genggaman lohu sekarang terdapat dua puluh lima biji
hancuran batu, dengan ilmu Boan thian hoa yu (hujan bunga
memenuhi angkasa) lohu akan menyebarkan batu ini ke angkasa,
bila batu tersebut sudah kusebarkan dan kau dapat mempergunakan
ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im untuk menangkap kembali ke
dua puluh lima biji batu tadi, lohu akan mengakui dirimu sebagai
jago berilmu meringankan tubuh nomor wahid di kolong langit ....!"
Setiap orang dapat menduga, disaat menyebarkan batu nanti si
bayangan setan Liu Biau pasti akan mempergunakan segenap
kekuatan yang dimilikinya dan gerakan meluncurnya pasti cepat
sekali. Untuk mengejar sebutir batu saja sukarnya bukan kepalang,
apalagi dua puluh lima biji sekaligus dan dipancarkan dengan ilmu
Boan thian hoa yu, bisa dibayangkan betapa sukarnya untuk
menangkap semua batu ini.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa hambar, katanya :
"Silahkan kau melempar batu batu tersebut!"
Dengan demikian, bukan cuma para jago saja yang terkejut,
bahkan segenap orang yang hadir di sana pun bersama sama
membelalakkan matanya lebar lebar. Diantara sekian orang, hanya


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciu Tin tin seorang yang menaruh perhatiannya ke atas tubuh si
Bayangan setan Liu Biau. Bayangan setan Liu Biau memang
1391 bertujuan untuk memancing pergi Bu im sin hong Kian Kim siang
agar dia berkesempatan untuk turun tangan membinasakan
sastrawan penyapu lantai Lu Put ji.
Sambil tertawa seram, ke dua puluh lima biji batu kecil itu segera
disebarkan ke arah timur. Bersama dengan disebarkannya batuan
tersebut, bayangan tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang turut
lenyap tak berbekas. Menanti semua orang memasang mata baik
baik, ternyata Bu im sin hong Kian siang sudah melampaui hancuran
ba?tu itu dan menerjang balik.
Berada ditengah udara, bagaikan ular emas yang berkelebat saja,
tahu tahu kedua puluh lima biji batu kecil tersebut sudah ditangkap
semua. Disatu pihak, Bu im sin hong Kian Kim siang menangkapi
batuan kecil tersebut, dipihak lain si bayangan setan Liu Biau telah
tertawa seram sambil miringkan badannya dia menubruk ke arah
jalan darah Hong yan hiat ditubuh sastrawan penyapu lantai Lu Put
ji. Sebagaimana diketahui, sastrawan penyapu lantai Lu Put ji masih
merangkak di atas tanah, ketika menyadari kalau gelagat tidak baik,
jari tangan bayangan setan Liu Biau sudah tinggal berapa depa saja
diatas jalan darah Hong yan hiatnya. Bagaimana mungkin tenaga
dalam yang dimiliki sastrawan penyapu lantai Lu Put ji bisa
menandingi si bayangan setan Liu Biau" Ditambah lagi dia memang
pengecut dan takut mati, saking kagetnya seluruh badannya menjadi
lemas tak tertenaga untuk menghindarpun tidak bertenaga lagi.
Betapa senangnya si bayangan setan Liu Biau setelah
menyaksikan rencana busuknya hampir berhasil, dari tertawa dingin
dia segera tertawa terbahak bahak. Siapa tahu, baru saja gelak
tertawanya berkumandang dan si sastrawan penyapu lantai Lu Put Ji
belum lagi mampus, seseorang telah menegur secara tiba tiba.
"Nonamu sudah menduga akan maksud hatimu itu!"
Segulung angin serangan yang tajam langsung menerjang ke
arah jalan darah Hong yan hiatnya. Walaupun bayangan setan Liu
Biau mempunyai kesempatan untuk menotok mati si sastrawan
1392 penyapu lantai Lu Put ji, namun bila hal ini dilanjutkan juga niscaya
dia sendiripun tak akan hidup. Tentu saja dia tak akan
mengorbankan diri hanya demi mencabut nyawa sastrawan penyapu
lantai Lu Put ji. Tak sempat meneruskan serangan mautnya lagi,
dengan cepat dia berkelebat dan melayang mundur sejauh lima depa
dari tempat semula.
Sekalipun tubuhnya sudah mundur, bukan berarti rasa kagetnya
turut hilang malah sebaliknya rasa kaget dan ngerinya semakin
bertambah tambah. Rupanya dia merasa orang yang menyergap
dirinya itu seperti bayangan setan saja menempel terus di
belakangnya sedangkan jari tangannya telah menempel diatas jalan
darah Hong yan hiatnya, cuma belum sampai mengerahkan tenaga
serangannya. Ilmu gerakan tubuh Kui pok sin hoat yang diandalkan ternyata
tak mampu menghindari serangan lawan, kejadian tersebut tak
pernah diduga sebelumnya, tidak heran kalau rasa terkejutnya
bukan alang kepalang. Pada saat itulah orang yang berada di
belakang tubuhnya telah menarik kembali jari tangannya sambil
berkata : "Kau tak usah takut nonamu tak akan melukai orang secara diam
diam, balikkan dulu tubuhmu, nonamu akan menyuruh kau
menyaksikan kepandaian silatku yang sebenarnya?"
Bayangan setan Liu Biau menarik napas dingin, ketika
membalikkan tubuhnya dan melihat Ciu Tin tin yang berada di
hadapannya, berubah hebat paras mukanya :
"Ooooh, rupanya kau!"
Sampai dimanakah kelihayan Ciu Tin tin rasanya si bayangan
setan Liu Biau sudah pernah menyaksikannya sendiri, sekarang bulu
kuduknya pada bangun berdiri. Dengan wajah serius Ciu Tin tin
berkata : "Bila dalam tiga gebrakan kau berhasil lolos dari cengkeramanku
maka nona akan mengampuni dosamu yang telah menyergap
sastrawan penyapu lantai Lu Put ji secara diam diam!"
1393 Ketika bayangan setan Liu Biau mendengar Ciu Tin tin hanya
menyuruh dia menerima tiga jurus serangannya belaka, dalam hati
kecilnya segera berpikir :
"Walaupun tenaga dalamku masih belum mampu menandingi
lawan, masa dengan gerakan Kui pok sin hoat yang kumiliki tak
mampu untuk menghindari ketiga jurus serangannya?"
Berpikir demikian, keberaniannya semakin bertambah, sambil
tertawa dingin katanya kemudian :
"Jangan lagi cuma tiga jurus, tiga ratus jurus pun tak akan
membuat lohu menjadi jeri!"
"Bagus, kalau begitu berhati hatilah nonamu akan segera turun
tangan!" Sembari berkata pelan pelan dia mengangkat lengannya ke atas,
namun tenaga serangannya tidak dilepaskan, sedangkan tubuhnya
tidak pula menyerang ke depan, dia hendak menanti si bayangan
setan Liu Biau menghindarikan diri lebih dahulu. Bayangan setan Lui
Biau segera bergerak ke samping kiri, tapi begitu tiba di kiri dia
melompat pula ke sebelah kanan. Bersamaan waktunya sambil
tertawa dingin, dia berseru :
"Kau bisa mengapakan aku ...."
Belum habis dia berkata, kata kata selanjutnya sudah putus
sampai di tengah jalan. Rupanya telapak tangan Ciu Tin tin sudah
tinggal lima inci dari depan dadanya, bagaimanapun dia
menggerakkan tubuhnya, ternyata tidak berhasil meloloskan diri dari
intaian Ciu Tin tin tersebut. Bukan cuma gagal meloloskan diri dari
kejaran gadis tersebut, bahkan telapak tangan Ciu Tin tin yang
berada di depan dadanya selalu berada lima inci saja di depan
dadanya. Cukup berbicara tentang hal tersebut, si bayangan setan Liu Biau
sudah tak mampu berkata kata lagi. Kebetulan sekali waktu itu Bu
im sin hong Kian Kim siang sedang berjalan balik di tengah tempik
sorak yang gegap gempita, menyaksikan kejadian tersebut, serunya
sambil tertawa terbahak bahak :
1394 "Haaahhh.... haaahhh.... haaahhhh.... coba kau rasakan sendiri,
bagaimanakah ilmu Hu kong keng im yang dipergunakan nona Ciu
itu bila dibandingkan dengan gerakan tubuh Kui pok sim hoatmu?"
Sementara itu, Ciu Tin tin merasa tujuannya sudah tercapai maka
dalam telapak tangannya dia hanya menggunakan tenaga dalam
sebesar tiga bagian saja, dengan cepat dia berhasil menghajar tubuh
si bayangan setan Liu Biau sejauh tiga kaki lebih sehingga muntah
darah dan mengundurkan diri. Inipun berkat kebaikan hati Ciu Tin
tin sehingga cuma melenyapkan daya kemampuannya untuk
bertarung, coba kalau gadis ini lebih keji, niscaya selembar jiwa
tuanya ikut melayang.
Berhasil melukai si bayangan setan Liu Biau, Ciu Tin tin segera
berseru dengan lantang :
"Masih ada siapa lagi yang ingin mencabut nyawa si sastrawan
penyapu lantai Lu Put ji?"
Ketika sastrawan penyapu lantai Lu Put Ji mendengar jiwanya
sudah ada yang menjamin, dia lantas menyembah berulang kali
dihadapan Ciu Tin tin, tapi berhubung jalan darah bisunya sudah
tertotok sehingga tak mampu berbicara, terpaksa dia hanya bisa
menyembah berulang kali untuk menarik rasa belas kasihan orang.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian
tersebut segera mengerutkan dahinya rapat rapat, kemudian dengan
suara nyaring bentaknya :
"Babi, mengapa tidak selekasnya menghantar kami masuk ke
dalam...?"
Kali ini sastrawan penyapu lantai Lu Put ji tak berani berayal lagi,
dia segera merangkak kembali menuju ke tengah lapangan. Dalam
pada itu barisan para jago yang semula kacau balau, oleh karena
petunjuk dari Thi Eng khi, maka kini sudah mengalami perubahan
yang sangat besar. Suatu bentuk barisan yang sangat aneh sudah
terwujud dalam waktu singkat. Tapi berhubung barisan ini masih
tetap mempertahankan wujud kacau balau dari bagian luarnya,
maka Hian im Tee kun yang begitu lihay pun tak sempat menduga
sampai ke situ.
1395 Secara garis besarnya, para jago mengambil posisi sebagai
berikut : Ciu Tin tin tetap berdiri di belakang sastrawan penyapu lantai Lu
Put ji yang sedang merangkak diatas tanah. Di belakang Ciu Tin tin
adalah Bu im sin hong Kian Kim siang, di belakang Bu im sin hong
Kian Kim siang adalah tiga sesepuh yang berdiri berjajar, Keng thian
giok cu Thi Keng berada di tengah, Sim ji sinni di sebelah kanan
sedangkan Tiang pek lojin So Seng pak di sebelah kiri.Di belakang
ketiga orang sesepuh tersebut adalah Sam ku sinni ditengah, Bu Nay
nay di sebelah kanan dan Pek leng siancu So Bwe leng di sebelah
kiri, merekapun berdiri berjajar.
Sedangkan sisanya seakan akan berdiri semaunya sendiri tanpa
beraturan dengan menempatkan Thi Eng khi serta enam jago yang
belum pulih kekuatannya ditengah tengah barisan.
Sejak bayangan setan Liu Biau yang diutus untuk membunuh
sastrawan penyapu lantai Lu Put ji mengalami kegagalan total, Hian
im Tee kun mulai jeri terhadap keampuhan Ciu Tin tin, dia tidak
mengutus orang lain lagi. Berhubung Ciu Tin tin sudah menunjukkan
kelihayan silatnya, maka walaupun jagoan dari pihak Ban seng kiong
sangat banyak, namun bila harus bertarung satu lawan satu, kecuali
Hian im Tee kun turun tangan sendiri, mungkin tiada orang yang
sanggup menandingi kehebatanya.
Sementara itu, Hian im Tee kun juga sedang mempergunakan
saat para jago memasuki lapangan untuk berunding dengan Hian im
ji li yakni Cun Bwee dan Ciu Lan tentang bagaimana caranya
menghadapi serbuan para jago. Diantara sekian jago yang hadir
sekarang, yang dianggap Hian im Tee kun sebagai musuh yang
tangguh tentu saja Thi Eng khi, sedang Ciu Tin tin menempati
urutan kedua. Diantara empat tokoh besar yang hadir, Hian in Tee kun
menganggap tenaga dalam yang dimiliki Keng thian giok cu Thi
Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng pak sudah buyar,
maka hanya kekuatan Bu im sin hong Kian Kim siang seorang tidak
perlu dikuatirkan. Sisanya seperti Sam ku sinni, Bu Nay nay dan Pek
1396 leng siancu So Bwe leng dikirim dua jago lihay rasanya tidak sukar
untuk diatasinya ".
Sedangkan mengenai kawanan pendekar yang berhasil dibekuk
Hian im li Cun Bwee itu, dengan jago jago dari Ban seng kiong yang
berilmu tinggi rasanya masih dapat menandingi mereka, atau paling
tidak mereka dapat meraih kemenangan dengan mengandalkan
jumlah banyak .....
Maka dari itu, Hian im Tee kun tidak terlalu memikirkan mereka
di dalam hati. Dalam pandangan Hian im Tee kun, musuh tangguh
yang terutama adalah Thi Eng khi serta Ciu Tin tin. Hian im Tee kun
kuatir Thi Eng khi akan bekerja sama dengan Ciu Tin tin untuk
menghadapinya, maka dia tidak berniat untuk turun tangan sendiri
menghadapi sepasang muda mudi itu, dia telah berencana hendak
mempergunakan kekuatan dari puluhan jago lihay untuk bersama
sama menghadapi Thi Eng khi dan Ciu Tin tin....
Begitu para jago memasuki ke tengah kerumunan kaum iblis dari
Ban seng kiong, pintu masuk tadi segera merapat kembali dan
mengurung seluruh jago di dalam kepungan. Sementara kawanan
jago persilatan yang datang hanya untuk melihat keramaian
semuanya tertahan di pintu luar dan harus menahan rasa kecewa.
Padahal tindakan semacam ini bukan tindakan yang keterlaluan
bagi Ban seng kiong, sekalipun mereka jahat, toh bagaimana pun
jua tetap sebagai manusia tentu semuanya ingin menjaga nama baik
sendiri. Bagaimanapun jua tentu saja mereka tak dapat membiarkan
dirinya kehilangan muka dengan membiarkan orang lain
menyaksikan semua kejelekan sendiri.
Dalam arena, Bu im sin hong Kian Kim siang segera menuding ke
arah sastrawan penyapu lantai Lu Put ji yang sedang berlutut di
tanah lalu sambil tertawa sinis ejeknya : "Terima kasih banyak atas
penyambutan yang begitu besar dari utusan kalian!"
Sembari berkata dia mengebaskan ujung bajunya dan
membebaskan sastrawan penyapu lantai Lu Put ji dari pengaruh
totokan. Oleh karena sastrawan penyapu lantai Lu Put ji tidak
1397 mengetahui apa maksud tujuan Bu im sin hong Kian Kim siang yang
sebenarnya, maka walaupun jalan darah bisunya sudah dibebaskan,
ia belum berani berdiri dari tempat semula, masih tetap berlutut dan
menyembah berulang kali, katanya:
"Terima kasih banyak atas kesudian Kian tua melepaskan aku....."
Bu im sin hong Kian Kim siang menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya kemudian sambil menghela napas :
"Enyahlah kau dari hadapanku!"
Mendengar Bu im sin hong Kian Kim siang melepaskan dirinya,
tanpa membuang waktu lagi sastrawan penyapu lantai Lu Put ji
segera ngeloyor pergi dari situ. Belum mencapai berapa kaki,
mendadak Pek leng siancu So Bwe leng membentak keras.
"Lu Put ji, jangan lari dulu! Nona masih ada perkataan hendak
disampaikan kepadamu!"
Waktu itu sastrawan penyapu lantai Lu Put ji sudah berapa kaki
jauhnya meninggalkan para jago, dalam anggapannya para jago
sudah tak mampu berbuat apa apa lagi dengannya, oleh sebab itu
wajah bengisnya segera diperlihatkan kembali. Sambil menghentikan
langkahnya, dia mencaci maki dengan penuh amarah :
"Kentut busuk apa yang hendak kau lepaskan" Toaya sudah tidak
sabar lagi untuk menunggumu!"
Pek leng siancu So Bwe leng tidak menjadi marah, dia malahan
tertawa cekikikan, katanya :
"Hei, ngapain kau pulang lagi ke istana Ban seng kiong untuk
menghantar kematian?"
Setelah diperingatkan sastrawan penyapu lantai Lu Put ji baru
teringat kembali akan hal itu, berubah hebat paras mukanya
seketika, dengan wajah pucat pasi, bibir gemetar keras, peluh dingin
segera jatuh bercucuran membasahi tubuhnya. Pek leng siancu So
Bwe leng memang berniat mempermainkannya, dia berkata lebih
jauh : "Kau memang tak becus sehingga menghilangkan wajah orang
orang Ban seng kiong, coba kalau enci Tin tidak menyelamatkan
1398 selembar jiwamu tadi, mungkin kau sudah dihantar pulang oleh si
bayangan setan Liu Biau."
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji memang sudah berpikir
sampai disitu, apalagi disinggung kembali oleh Pek leng siancu So
Bwe leng, dia semakin ketakutan setengah mati. Sambil
menjatuhkan diri berlutut, serunya sambil menangis tersedu sedu :
"Nyonya muda oooh..... nyonya mudaku, orang yang budiman


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak akan mengingat ingat kesalahan orang rendah, bila ucapan
hamba kurang sedap didengar tadi, anggaplah sebagai kentut busuk
saja, harap kau sudi berbuat baik dengan mengijinkan hamba
melepaskan jalan sesat kembali ke jalan yang benar, biar hamba
menjadi kerbau atau kuda pun pasti akan berterima kasih tiga
keturunan kepada tayhiap sekalian!"
Dengan wajah yang begitu mengenaskan, sungguh membuat
siapa pun yang memandang merasa beriba hati. Di pihak lain, Hian
im li Ciu Lan segera berseru pula sambil tertawa dingin :
"Manusia yang tak tahu diri, mereka adalah patung lumpur yang
hendak menyeberang sungai untuk melindungi diri saja tidak
mampu, sekalipun kau menjadi kerbau atau kuda mereka selama
delapan belas keturunan pun tak nanti mereka dapat melindungi
keselamatan jiwamu, mengapa kau tidak tahu kembali dan mohon
pengampunan dari Seng li (perempuan suci)?"
"Aduuuuh celaka, mengapa aku tidak sempat berpikir ke situ...?"
pikir sastrawan penyapu lantai Lu Put ji secara diam diam.....
Berpikir sampai ke situ, dia lantas melompat bangun kemudian
sambil membusungkan dada katanya kepada Pek leng siancu So Bwe
leng dengan suara lantang :
"Aku Lu Put ji adalah seorang lelaki sejati, hidup sebagai manusia
Ban seng kiong, setelah matipun harus menjadi setannya Ban seng
kiong, aku bukan manusia pengecut yang takut mampus, Cuuuh!
Cuuuhh...! Bila suatu ketika kau sampai terjatuh ke tangan lohu,
sudah pasti lohu akan membeset kulit tubuhmu!"
Kemudian dia membalikkan badan dan lari menuju ke arah Hian
im li, baru saja dia berseru :
1399 "Seng li .... "
Belum habis dia berkata, Hian im li Ciu Lan sudah melepaskan
sebuah totokan atas jalan darahnya. Sastrawan penyapu lantai Lu
Put ji menjadi sangat terperanjat, segera rengeknya :
"Seng li, bukankah kau berjanji akan mengampuni selembar jiwa
hamba?" Hian im li Ciu Lan tertawa licik.
"Aku memang pernah berkata hendak mengampuni selembar
jiwamu, tapi toh tak pernah berjanji tidak akan memberi hukuman
hidup untukmu?"
Luka totokan yang diderita sastrawan penyapu lantai Lu Put ji
segera kambuh, sambil menjerit lengking dia roboh ke tanah dan
berguling guling diatas tanah penuh penderitaan. Selang berapa saat
kemudian dia sudah membuat sebuah lubang besar diatas tanah
suara jeritannya parau dan tak sedap didengar, jelas siksaan yang
dideritanya membuat dia sangat menderita sekali.
Ciu Tin tin yang menyaksikan kejadian tersebut segera berkerut
kening, mendadak dari jarak dua kaki dia lepaskan sebuah pukulan
udara kosong ke atas jalan darah kematian ditubuh sastrawan
penyapu lantai Lu Put ji, maksudnya untuk melepaskan dia dari
penderitaan. Hian im li Ciu Lan yang menyaksikan kejadian tersebut segera
tertawa merdu, serunya :
"Lu Put ji arwahmu dialam baka pasti tahu, yang tak mau
mengampuni jiwamu bukanlah orang Ban seng kiang!"
Ciu Tin tin yang mendengar perkataan tersebut menjadi gusar
sekali, dengan wajah membesi bentaknya keras keras :
"Perempuan siluman, ayo cepat keluar, nonamu harus memberi
pelajaran dulu atas kekejianmu itu!"
Hian im li Ciu Lan mengerling sekejap ke atas kepala Ciu Tin tin
dengan sikap menghina, lalu sembari mendengus katanya :
1400 "Orang bilang si pembawa bendera maju duluan, aku mah bukan
si pembawa bendera, bila kau ingin bertarung, pasti akan muncul
orang dari seangkatan denganmu untuk melayani kemauanmu
tersebut!"
Hian im li Ciu Lan tahu kalau kepandaian silatnya masih belum
mampu untuk menandingi Ciu Tin tin, tapi untuk menjaga nama baik
sendiri selain untuk melaksanakan rencana pengepungan yang telah
direncanakan Hian im Tee kun, maka dia sengaja memandang hina
Ciu Tin tin dengan maksud untuk memberi malu anak gadis tersebut.
Siapa tahu Ciu Tin tin selain berilmu tinggi, imamnya pun cukup
tebal, setelah tertawa hambar katanya :
"Berbicara soal usia dan kedudukan, aku memang hanya seorang
prajurit kecil dihadapan para locianpwe tapi aku jadi ingin tahu selain
Hian im Tee kun, siapa sih di antara kalian manusia manusia Ban
seng kiong yang sanggup menerima tiga jurus serangan nonamu?"
Dia telah mengembalikan penghinaan tersebut langsung kepada
Hian im li Ciu Lan. Hian im li Ciu Lan betul betul bermuka tebal, dia
segera berlagak seolah olah tidak mendengar perkataan itu, dari
sakunya diambilnya selembar panji segitiga berwarna merah
kemudian dikibarkan ke tengah udara serunya :
"Dimana Thian lam pat koay (delapan manusia aneh dari Thian
lam)..?" "Seng li ada perintah apa?"
Delapan kakek yang tangan kirinya telah kutung segera tampilkan
diri. Ke delapan Kakek ini merupakan delapan jagoan lama dari Ban
seng kiong yang kena dikutungi sebuah lengan kirinya ketika Hian im
Tee kun menjajah Ban seng kiong tempo hari. Setelah peristiwa
tersebut, Hian im Tee kun segera memanjakan mereka dengan cara
diam diam mewariskan banyak sekali kepandaian ampuh dan
serangkaian ilmu kerja sama yang tangguh.
Kemampuan ke delapan orang tersebut sekarang, dalam
pandangan Hian im Tee kun kecuali dia sendiri yang mampu
mengendalikan mereka karena dirinya cukup memahami titik
kelemahan orang orang tersebut, sukar rasanya untuk mencari
1401 seseorang dalam dunia persilatan ini yang sanggup menandingi kerja
sama kedelapan orang tersebut.
Berhubung tenaga dalam yang dimiliki Thian lam pat koay telah
bertambah dengan pesat kendatipun sudah kehilangan sebuah
lengan kirinya namun boleh dibilang gara gara bencana mendapat
rejeki, maka rasa benci dan dendamnya kepada Hian im Tee kun
pun turut memudar. Menyaksikan sikap hormat dari Thian lam pat
koay, Hian im li Ciu Lan tersenyum, sambil mengangkat panji
segitiga berwarna merahnya itu dia berseru :
"Hian kun ada perintah, harap kalian berdelapan segera
membekuk budak tersebut!"
Baru pertama kali ini Thian lam pat koay bersua dengan Ciu Tin
tin, walaupun barusan mereka dapat melihat kalau kepandaian gadis
itu sewaktu menghadapi bayangan setan Liu Biau tidak lemah,
namun mereka beranggapan belum cukup pantas untuk menyuruh
mereka berdelapan turun tangan bersama sama.
Tidak heran kalau wajah mereka segera menunjukkan sikap acuh
tak acuh. Hian im li Ciu Lan dapat menebak isi hati Thian lam pat
koay, dengan ilmu menyampaikan suara segera bisiknya :
"Budak tersebut memiliki kepandaian silat yang luar biasa, jago
jago lihay kita pernah merasakan kelihayannya sewaktu di kuil Thian
ki bio tempo hari, harap kalian berdelapan hilangkan sikap
memandang rendah musuh, yang penting harus bertindak lebih
berhati hati."
Mendengar ucapan mana, Thian lam pat koay segera tertawa
terbahak bahak :
"Haaahhh...haaahhh...haaahhh... Seng li tak usah kuatir, lohu
sekalian sudah tahu!"
Delapan orang itu memutar badannya bersama sama dan
beranjak bersama pula, mereka maju berjajar dan berdiri dihadapan
Ciu Tin tin tanpa menimbulkan sedikit suarapun, sikap mereka yang
begitu angkuh dan tinggi hati membikin hati orang menjadi gemas
rasanya. 1402 Ciu Tin tin masih tetap mempertahankan senyuman diatas
wajahnya, pelan pelan dia berkata :
"Delapan cianpwe hendak turun tangan bersama" Ataukah
hendak maju satu per satu?"
Sebutan "cianpwe" tersebut segera melenyapkan sikap ketus
yang semula menghiasi wajah Thian lam pat koay, akhirnya siluman
pertama berkata :
"Kau anggap dirimu sudah cukup berharga bagi kami delapan
bersaudara untuk turun tangan bersama sama?"
Hian im li segara menggeleng, kepada Hian im Tee kun katanya
tiba tiba : "Seandainya harus bertarung satu lawan satu, mungkin Thian lam
pat koay akan dikeokkan semuanya oleh Ciu Tin tin!"
"Budak itu tinggi hati, ucapan dari Thian lam pat koay telah
membuatnya naik darah apakah kalian tidak melihat kalau keningnya
telah berkerut?"
Betul juga, Ciu Tin tin segera berkata sambil tertawa nyaring :
"Gabungan kalian berdelapan hanya bisa dianggap empat orang,
titik kelemahan atas gabungan inipun lebih banyak dari empat
orang, jelas hal tersebut merupakan kerugian yang amat besar bagi
kalian. Apalagi ilmu meringankau tubuhku berasal dari ajaran Kian
locianpwe yakni ilmu Hu kong keng im, jelas ini menguntungkan
sekali bagiku, aku rasa kalau ingin bertarung secara adil, lebih baik
kalian berdelapan maju bersama sama saja!"
Selesai berkata, Ciu Tin tin lantas mencabut keluar senjatanya,
jelas hal ini merupakan suatu tindakan memberi muka untuk Thian
lam pat koay, sebab paling tidak ia tak berniat menghadapi lawan
dengan tangan kosong belaka. Senjata yang dipergunakan Ciu Tin
tin sekarang tak lain adalah seutas angkin atau ikat pinggang
berwarna putih yang semula melilit dipinggangnya. Ikat pinggang
tersebut hanya lima depa panjangnya dengan kedua ujungnya
berbentuk simpul terbuat dari perak.
1403 Ketika berkibar terhembus angin, cahaya perak yang memancar
keluar amat menyilaukan mata, coba kalau benda tersebut tidak
diloloskan siapa pun tak akan mengira kalau benda tersebut
merupakan senjata andalan Ciu Tin tin.
Sebagai anak gadis yang berperasaan halus, Ciu Tin tin memang
tidak senang membawa senjata tajam apalagi semenjak tenaga
dalamnya memperoleh kemajuan yang pesat, dia telah menguasai
betul betul ilmu pedang Gin kong liu soat kiam (pedang cahaya
perak lintasan bianglala) warisan keluarganya.
Ikat pinggangnya itu pada dasarnya bukan termasuk sejenis
senjata, karena sesungguhnya merupakan hiasan saja bagi Ciu Tin
tin. Dengan ujung jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya
menjepit bagian tengah ikat pinggang tersebut, Ciu Tin tin segera
menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam senjata tersebut. Tak
selang berapa saat kemudian, ikat pinggang yang semula lemas
tersebut segera menegang keras, sudah jelas tenaga dalam yang
dimiliki gadis tersebut benar benar telah mencapai pada
puncaknya.... Demonstrasi tenaga dalam semacam ini hanya dianggap sesuatu
yang biasa tiada keanehan bagi pandangan kawanan iblis tersebut,
semua orang hanya memandangnya sembari tertawa geli, terhadap
Ciu Tin tin pun segera timbul perasaan memandang rendah. Siapa
tahu, dalam sekejap mata inilah kedua ujung angkin bersimpul perak
tadi mulai bergerak seperti ular lincah yang mencari mangsanya,
simpul perak tersebut berputar ke atas bawah, kiri kanan tiada
hentinya. Sekarang orang baru dapat merasakan betapa hebatnya si anak
gadis tersebut, sebab kepandaian seperti ini sepuluh kali lipat lebih
sukar dilakukan daripada melakukan tindakan tadi. Sebagaimana
diketahui kawanan iblis yang tergabung dalam istana Ban seng kiong
rata rata adalah kawanan iblis diantara iblis, kecuali terhadap Hian
im Tee kun seorang yang tampak selisih jauh sekali, boleh dibilang
tenaga dalam maupun kepandaian silat mereka sudah mencapai
tingkatan yang luar biasa.
1404 Sudah barang tentu mereka pun dapat menyaksikan betapa
dahsyat dan lihaynya kepandaian silat Ciu Tin tin bahkan selain Hian
im Tee kun seorang, tiada seorang pun yang mampu
menandinginya. Seketika itu juga paras muka mereka yang semula memandang
hina dan rendah, berubah menjadi kaget dan amat terkesiap. Paras
muka Thian lam pat koay berubah pula menjadi amat serius, masing
masing orang meningkatkan kewaspadaan masing masing dan tak
berani bertindak secara gegabah.
Tujuan Ciu Tin tin memang ingin memecahkan nyali kawanan
iblis tersebut sehingga sikap mereka terhadap pihak pendengar tak
memandang hina, maka setelah mendemonstrasikan kelihayannya
tersebut, pelan pelan dia berjalan maju sejauh lima langkah
kemudian katanya :
"Silahkan saudara!"
Sikapnya yang anggun tapi santai membuat siapapun tak berani
memandang enteng dirinya lagi. Sekarang, Thian lam pat koay tak
berani lagi memandang rendah Ciu Tin tin serentak mereka
meloloskan senjata tajam. Empat bilah senjata yang mereka
pergunakan hampir sama bentuknya, yakni sebuah huncwee yang
panjangnya mencapai dua depa delapan inci. Empat siluman yang
membawa senjata dan empat siluman yang bertangan kosong
belaka, berdiri berselang seling, sehingga dengan demikian masing
masing pihak saling mengisi kekurangan dari rekannya.....
Terdengar siluman pertama tertawa terbahak bahak, kemudian
serunya dengan lantang:
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh... tenaga dalam nona Ciu amat
sempurna, ketenanganmu bagaikan batu karang, jelas
kesempurnaan tenaga dalam nona sudah mencapai tingkatan yang
sangat luar biasa, rasanya kami berdelapan memang cukup berharga
untuk turun tangan bersama sama."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh
dengan suara dalam : "Saudara saudara sekalian, ayo rnaju!"
1405 Bayangan manusia berkelebat kian kemari, delapan manusia
tersebut segera menyebarkan diri dengan posisi barisan Pat kwa....
Ciu Tin tin tahu bahwa orang orang itu bersikap sok tua dan jelas
tak akan turun tangan lebih dahulu, maka dengan suara lantang
segera bentaknya :
"Lihat serangan!"
Angkin berwarna perak yang berada di tangannya itu langsung
diayunkan ke muka menyambar jalan darah Jit kan hiat di tubuh
siluman pertama, ujung simpul perak tersebut membentuk seperti
payung dan segera mengurung sebagian besar dada siluman
pertama. Siluman pertama tidak membawa senjata apa apa, dia
berdiri dengan telapak tangan disilangkan didepan dada.
Segulung angin pukulan segera dilepaskan menghantam bagian
tengah dari ikat pinggang Ciu Tin tin yang sedang menyambar tiba,
bersamaan waktunya dia bergeser dua depa kesamping. Diantara
gerakan mana, ji koay menerobos maju ke depan secara tiba tiba,
senjata huncweenya langsung dihantamkan ke ujung angkin dari
gadis tersebut. Hampir bersamaan waktunya angin pukulan dari toa
koay dan huncwee dari ji koay menghantam bersama diujung ikat


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pinggang Ciu Tin tin....
Ikat pinggang Ciu Tin tin masih tetap tenang seperti sedia kala, ia
tidak berkelit pun tidak berniat untuk menghindarkan diri...
Sebaliknya Toa koay maupun ji koay sama sama terkena pentalan
tenaga yang amat kuat sehingga kuda kudanya gempur dan
dadanya terasa sesak. Untung saja mereka semua sedang sama
sama bergerak memutar, sehingga orang lain tak sempat melihat
dengan jelas, padahal dalam jurus pertama saja mereka sudah
menderita kerugian yang sangat besar....
Menyusul kerugian yang dideritanya, Toa koay segera berpekik
nyaring, delapan orang yang mengurung Ciu Tin tin segera mulai
berputar, bahkan makin berputar semakin bertambah cepat. Ciu Tin
tin masih tetap berdiri tegak ditengah arena, walaupun demikian dia
dapat merasakan kalau segulung pusaran hawa serangan yang
1406 dipancarkan ke delapan manusia aneh itu makin lama menekan
tubuhnya semakin berat.
Ciu Tin tin hanya tersenyum saja dengan mengerahkan tenaga
sedalam enam bagian dia mencoba untuk melawan aliran hawa
serangan yang menekan datang dari empat arah delapan penjuru
itu. "Kalian terlalu memandang rendah aku," demikian ia berpikir
dihati. Belum habis ingatan tersebut lewat, mendadak terasa olehnya
tenaga tekanan dari aliran udara disekeliling tubuhnya kian lama
kian bertambah berat. Ciu Tin tin segera berseru tertahan, satu
ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya :
"Aduh celaka, inilah yang disebut pusaran hawa sakti penghancur
jagad!" Ciu Tin tin bukan hanya sempurna di dalam tenaga dalam, atas
petunjuk Thi Eng khi, dia pun sudah banyak membaca buku buku
yang disimpan dalam gua Yang sim tong sehingga pengetahuan
yang dimilikinya selain Thi Eng khi, boleh dibilang tiada orang kedua
yang dapat menandingi. Perlu diketahui pusaran hawa penghancur
jagad merupakan suatu gejala alam yang bisa terjadi di alam jagad
ini, tentu saja kekuatan yang dipancarkan luar biasa sekali.
Walaupun pusaran hawa sakti penghancur jagad yang dilakukan
oleh Thian lam pat koay merupakan gejala yang diciptakan manusia,
namun tidak terlepas dari gejala alam, sehingga akibat yang
dihasilkan juga turut menjadi hebat.
Ciu Tin tin harus mengerahkan tenaga dalamnya mencapai
delapan bagian sebelum secara berat dapat menahan aliran hawa
pusaran yang mendesak ke arah tubuhnya. Saat ini, bila Thiam lam
pat koay melancarkan serangan ke arah Ciu Tin tin, oleh karena
bertumpuknya kekuatan maka asal mereka menambah tenaga
serangannya dengan dua bagian saja, niscaya kekuatannya akan
mencapai sepuluh bagian.
1407 Bila delapan manusia aneh itu baru melancarkan serangan
bersama disaat pusaran hawa sakti itu sudah sempurna, maka
kendatipun Ciu Tin tin memiliki kepandaian silat yang luar biasapun
sulit rasanya untuk menyambut satu dua jurus serangan mereka.
Tapi sayang sekali mereka tidak turun tangan pada saatnya, disaat
mereka hendak turun tangan, Ciu Tin tin sudah keburu memahami
rahasia dibalik kesemuanya itu sehingga berkelit dengan
menggunakaa ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im bahkan berputar
berlawanan arah dengan aliran pusaran tersebut.
Dengan berbuat demikian maka tekanan akibat pusaran tersebut
menjadi jauh berkurang. Dengan bantuan dari tenaga pusaran yang
maha sakti itulah, delapan manusia aneh tersebut sudah dapat
melangsungkan suatu pertarungan keras lawan keras. Tampak
bayangan manusia berputar seperti angin, debu beterbangan
memenuhi angkasa, Thian lam pat koay telah bertarung seru sekali
melawan Ciu Tin tin.
Dengan makin mantapnya pertarungan dipihak ini, Hian im li Ciu
Lan segera tertawa licik, kemudian berseru :
"Thi Eng khi! Beranikah kau tampilkan diri untuk merasakan
kelihayan dari Im kek toa tin kami?"
Lagi lagi dia hendak menggunakan jumlah orang yang banyak
untuk mengerubuti Thi Eng khi. Untuk memulihkan tenaga dalam
rekan rekannya, hampir boleh dibilang Thi Eng khi sudah kehilangan
banyak tenaga dalamnya, sekarang dia bisa bertahan karena
bantuan tusukan jarum emas, sudah barang tentu dia tidak
berkekuatan lagi untuk melakukan pertarungan melawan orang lain.
Dengan teriakan dari Hian im li Ciu Lan ini, sama artinya dengan
menusuk langsung ke titik kelemahan para jago. Apakah Thi Eng khi
harus menampilkan diri" Saat ini siapapun berkemampuan untuk
membinasakan Thi Eng khi seketika. Kalau Thi Eng khi tidak
menampilkan diri, hal ini tidak masuk diakal, bahkan bisa jadi Hian
im li Ciu Lan akan mengetahui rahasia bahwa Thi Eng khi sudah
kehilangan daya kemampuannya untuk bertarung lebih jauh.
1408 Dalam keadaan serba salah, Tbi Eng khi tertawa nyaring, sambil
menampilkan diri dari rombongan serunya kepada Hian im Tee kun
dengan suara lantang :
"Di dalam pertarungan kita tempo hari menang kalah belum
ditentukan, bagaimana kalau kutantang dirimu sekarang untuk
melanjutkan sisa pertarungan kita yang belum selesai dulu?"
Hian im Tee kun dibuat tersipu sipu oleh ucapan tersebut, namun
hanya sebentar saja sudah hilang kembali, dia tertawa seram lalu
berkata : "Jago jago kami banyak tak terhitung dengan jari, kalau aku
mesti melayani tantanganmu itu. Hmmm, bukankah hal ini akan
menurunkan pamorku saja" Ciu Lan! Gerakan barisan Im kek toa tin
untuk membekuk bajingan cilik itu!"
Hiam im li Ciu Lan segera mengibarkan panji merahnya tiga kali
ke atas kepala. Empat puluh sembilan orang kakek segera
munculkan diri dari empat arah delapan penjuru dan menerjang ke
arah Thi Eng khi. Serentak para jago menyerbu ke depan pula serta
melindungi Thi Eng khi.
Keng thian giok cu Thi Keng membentak pula dengan suara
biasa. "Tunggu dulu!"
Walaupun tenaga dalam yang dimilikinya telah pulih kembali,
namun berhubung ingin merebut suatu kemenangan tak terduga
sehingga memberi pukulan batin yang di luar dugaan bagi Hian im
Tee kun maka hal tersebut untuk sementara waktu tetap
dirahasiakan secara ketat.
Empat puluh sembilan orang yang menerjang keluar dari Ban
seng kiong segera menghentikan pula gerakan tubuhnya sambil
menantikan perintah terakhir dari Hian im Tee kun. Dengan cepat
Hian im Tee kun mengulapkan tangannya memberi tanda kepada
kawanan kakek tersebut agar menunda serangan mereka, kemudian
sambil mengangkat kepalanya memandang ke arah Keng thian giok
cu Thi Keng dia berseru :
"Thi Keng! Apalagi yang hendak kau katakan?"
1409 Jilid 44 Berbicara soal kedudukan, Hian im Tee kun tidak lebih tinggi
dari Keng thian giok cu Thi Keng, namun caranya berbicara
semacam itu sungguh amat tak sedap didengar. Adapun tujuan
dari Keng thian giok cu Thi Keng adalah ingin melenyapkan
gembong iblis tua tersebut dari muka bumi dia tidak gusar
malah ujarnya sambil tertawa hambar :
"Apakah maksud hati kami berempat, rasanya kaupun sudah
tahu dengan pasti, beranikah kau bertarung dengan kami
berempat?"
Hian im Tee kun yang hadir hari ini benar benar sangat aneh,
ternyata dia tak berani bertarung melawan Thi Eng khi, tapi
tidak menampik tantangan dari Keng thian giok cu Thi Keng
sekalian berempat. Seharusnya tindakan yang diperlihatkan
olehnya sekarang mengandung dua kemungkinan :
Ke satu! Sejak pertarungannya melawan Thi Eng khi tempo
hari hingga sekarang dia masih belum memiliki suatu
keyakinan untuk merenggut kemenangan dari Thi Eng khi,
maka dia tak berani menyerempet bahaya.
Ke dua! Dia menganggap Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji
sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak sekalian bertiga masih
terkena bubuk Hua kong san sehingga tenaga dalamnya masih
punah, mustahil kekuatan mereka bisa pulih seperti sedia.
Maka dia beranggapan dengan kemampuan yang dimilikinya
sekarang meski tampaknya dia harus menghadapi empat jagoan
tangguh namun dalam kenyataan hanya menghadapi Bu im sin
hong Kian Kim siang seorang. Dengan kemampuan yang
dimilikinya ini sudah barang tentu dia pasti akan
1410 memenangkan pertarungan tanpa bersusah payah, maka dengan
senang hati diterimanya tantangan mana.
Dalam pada itu, Pek leng siancu So Bwe leng telah munculkan
diri pula, sambil menuding ke arah Hian im li Ciu Lan serunya
dengan suara lantang :
"Siluman perempuan, beranikah kau tampilkan diri untuk
bertarung sebanyak tiga ratus gebrakan dengan nonamu?"
Hian im li Ciu Lan dengan Pek leng siancu So Bwe leng sudah
menjadi musuh bebuyutan, siapa memandang siapa pasti akan
menjadi gusar. Maka Hian im li Ciu Lan segera memberi tanda
kepada Hian im li Cun Bwee, kemudian sambil melompat ke
hadapan Pek leng siancu So Bwe leng, serunya sambil tertawa
dingin : "Dalam pertarungan hari ini, aku tak akan melepaskan dirimu
lagi!" Mendadak dia mengeluarkan sebilah senjata tangan setan Hian
im li kui jiu dan dicekal ditangan kirinya, senjata ini persis
seperti senjata yang pernah dihancurkan oleh Thi Eng khi
tempo hari, mungkin dia telah membuat sebuah lagi. Pek leng
siancu So Bwe leng sudah pernah merasakan kelihayan senjata
Hian im kui jiu tersebut, memandang senjata cakar setan yang
berada di tangan Hian im li Ciu Lan tersebut, dia segera
berkerut kening, lalu dengan gusar dicabutnya senjata Hua boa
giok ci (jari kemala pemisah bunga) miliknya, kemudian
membentak keras :
"Lihat serangan!"
Senjata berikut tubuhnya dengan menciptakan selapis cahaya
hijau langsung menerjang ke arah Hian im li Ciu Lan. Dengan
demikian, pertarungan antara Pek leng siancu So Bwe leng
melawan Hian im li Ciu Lan malahan berlangsung jauh
1411 mendahului pertarungan antara empat tokoh sakti melawan
Hian im Tee kun...
Disaat Pek leng siancu So Bwe leng melangsungkan
pertarungan melawan Hian im li Ciu Lan, Keng thian giok cu
Thi Keng, Sim ji sinni, Tiang Pek lojin So Seng pak dan Bu im
sin hong Kian Kim siang telah mengambil ancang ancang pula
siap melangsungkan pertarungan.
Sambil membuka posisi serangan, Bu im sin hong Kian Kim
siang berseru lantang : "Kami berjumlah jauh lebih banyak
darimu, silahkan kau si gembong iblis tua harus membuka
serangan lebih dahulu!"
Siapa tahu Hian im Tee kun merubah rencananya secara tiba
tiba, sambil berkerut kening katanya :
"Aku rasa pertarungan kita ini seharusnya diundur sampai pada
urutan yang terakhir nanti, dengan begitu baru cocok
namanya..."
"Iblis tua! Kau hendak mengulur waktu untuk menyusun siasat
busuk lainnya?"
Hian im Tee kun tertawa seram :
"Haaahhh". haaahhh...haaahhh". rencana kami untuk
menghadapi kalian sudah kususun secara matang dan
sempurna, tak perlu dipikirkan lagi secara pusing pusing aku
hanya merasa lebih baik mengundurkan pertarungan ini agar
kalian mempunyai kesempatan untuk menolong orang sendiri,
masa kalian tak dapat melihat sendiri bagaimanakah situasi
yang sedang kalian hadapi sekarang?"
Betul juga, empat puluh sembilan orang yang membentuk
barisan Hian im toa tin telah mengepung para jago rapat rapat
1412 bahkan mulai melancarkan serangkaian serangan yang sangat
gencar. Bersamaan waktunya, Bu Nay nay terlibat pula dalam
pertarungan yang amat seru melawan Hian im li Cun Bwee.
Jadi yang belum turun tangan sekarang tinggal empat tokoh
silat bersama Hian im Tee kun.
Disamping itu, dari pihak Ban seng kiong masih terdapat dua
tiga puluh orang kakek yang belum turun tangan, mereka
sedang mengawasi situasi dalam pertarungan dengan sorot
mata tajam, agaknya setiap saat mereka siap terjun ke arena
untuk memberikan bala bantuan...
Keng thian giok cu Thi Keng sekalian berempat menjadi
terperanjat sekali setelah menyaksikan kejadian itu, dalam hal
jumlah orang sudah jelas pihak Ban seng kiong menempati
posisi yang lebih menguntungkan, tapi situasi pertarungan
masih sukar diduga berhubung pertarungan baru saja
berlangsung. Tapi kenyataan sudah terbentang didepan mata,
bagaimanapun ruginya pihak Ban seng kiong, mereka sudah
menyediakan orang yang cukup untuk menggantikan
kedudukan rekannya.
Sedangkan di pihak para jago, selain Keng thian giok cu Thi
Keng sekalian berempat yang belum turun tangan, tinggal
mereka yang belum pulih tenaga dalamnya saja yang belum
terjun, sedangkan sisanya sudah terlibat semuanya dalam suatu
pertarungan yang amat seru.
Setelah mendengar perkataan dari Hian im Tee kun, dan
setelah menyaksikan pula situasi dalam arena pertarungan, Bu
im sin hong Kian Kim siang merasakan hatinya berdebar keras.
Tanpa terasa dia mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya
berbisik kepada Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni serta
Tiang pek lojin So Seng pak :
1413 "Walaupun kami belum mengerti maksud hati dari si gembong
iblis tua itu, namun berbicara dari keadaan situasi yang sedang
kita hadapi, ditundanya pertarungan oleh gembong iblis
tersebut tidak terlalu merugikan pihak kita, entah
bagaimanakah pendapat dari kalian bertiga?"
Dengan kening berkerut, Sim ji sinni segera menyahut dengan
ilmu menyampaikan suara pula :
"Kalau menurut pengamatan pinni atas sorot mata gembong
iblis tersebut, tampaknya dia merasa sangat tidak tenang, apa
kalian bertiga memperhatikan pula akan hal itu" Sekalipun kita
boleh menunda jalannya pertarungan, paling tidak harus
mengawasi gerak geriknya, jangan kita biarkan dia kabur dari
tempat ini".."


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sedangkan Tiang pek lojin So Seng pak lebih setuju untuk
segera turun tangan dan tak usah ditunda tunda lagi. Sebaliknya
Keng thian giok cu termenung sebentar kemudian ia baru
berkata : "Pertarungan antara kita berempat melawan Hian im Tee kun
merupakan suatu pertarungan adu kekerasan, dengan
kemampuan yang dimiliki Hian im Tee kun, rasanya kecil
sekali kemungkinan kita untuk berhasil, padahal posisi para
jago sekarang sedang menguntungkan, bila kita kelewat cepat
nekad beradu jiwa, hal ini justru akan mempengaruhi kejiwaan
para jago sehingga bisa berakibat menimbulkan kegagalan atau
kekalahan. Menurut pendapat siaute, entah bagaimanakah hasil
pertarungan para jago, paling tidak kita harus menghindari
pengaruh dari mati hidup kita ini atas semangat juang mereka."
Dengan ilmu menyampaikan suaranya Sim ji sinni segera
menyatakan kesanggupannya:
"Perkataan dari Thi sicu memang betul dan pinni setuju sekali,
1414 lebih baik kita menanti dulu sebentar sambil melihat perubahan
situasi, kemudian baru mengambil langkah selanjutnya."
Tiang pek lojin So Seng pak serta Bu sin im hong Kian Kim
siang memang mengekor Thi Keng, maka mereka pun tidak
segera bertarung melawan Hian im Tee kun melainkan mulai
menguatirkan keadaan situasi dalam arena pertarungan.
Sementara itu pertarungan antara para pendekar melawan kaum
iblis yang membentuk barisan Hian im toa tin dari Ban seng
kiong berlangsung paling seru, tampak debu dan pasir
beterbangan di angkasa, bahkan jeritan ngeri yang memilukan
hati berkumandang silih berganti. Namun mereka yang jerit
kesakitan dan roboh hampir semuanya adalah kaum iblis dari
Ban seng kiong sedangkan pihak pendekar masih tetap kokoh
seperti batu karang sama sekali tidak terpengaruh oleh serbuan
mana. Padahal kalau dilihat formasi dari para pendekar pun
tidak menunjukkan suatu kelebihan yang terlalu luar biasa.
Thi Eng khi menempati posisi tengah, disampingnya adalah
suata lingkaran yang terdiri dari tujuh orang, diluar tujuh orang
terdapat lagi satu lingkaran yang terdiri dari delapan orang,
kemudian pada lingkaran lapisan terakhir terdiri dari sembilan
orang jago. Namun ke sembilan orang ditempatkan pada
lapisan paling luar adalah kawanan jago yang memiliki tenaga
dalam paling sempurna.
Mereka adalah Sam ku sinni, ketua Siau lim pay Ci long
siansu, ketua Bu tong pay Keng kian totiang, ketua Kay pang si
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, Cang ciong sin
kiam Sangkoan Yong, Beng seng sutay dari kuil Ci tiok an,
Giok koay popo Li Ko ci, pemilik pulau Soh sim to si bidadari
penyebar bunga Leng Cay soat dan si Unta sakti Lok It hong
bersembilan. Malahan mereka semua telah menyimpan
1415 kembali senjata masing masing dan menghadapi musuh dengan
tangan kosong belaka.
Tampak empat puluh sembilan orang iblis yang membentuk
barisan Hian im toa tin, bagaikan banyak setan gentayangan,
mereka maju mundur tiada hentinya sambil melancarkan
serangkaian serangan gencar ke arah para pendekar. Namun
setiap serangan yang dilancarkan orang orang Ban seng kiong
itu entah yang memakai senjata ataupun yang bertangan
kosong, hampir bersamaan waktunya lagi menerjang ke arah
para pendekar, mereka selalu terpental balik ke belakang malah
ada yang tangan atau kakinya patah serta menderita luka parah.
Jeritan ngeri yang bergema berulang kali tadi bukan lain
berasal dari mulut para penderita tersebut.
Walaupun dewasa ini Sam ku sinni boleh dianggap bertenaga
dalam paling tinggi diantara para pendekar yang hadir namun
dengan kemampuannya seorang mustahil dia dapat
mementalkan seorang iblis dari Ban seng kiong hanya didalam
sekali pukulan saja. Sebab setiap gembong iblis yang
tergabung dalam istana Ban seng kiong boleh dibilang
semuanya merupakan jago jago kelas satu dalam golongan
hitam, kepandaian silat mereka pun tidak lebih rendah dari
kepandaian seorang ciangbunjin dari suatu partai besar.....
Kejadian yang sama sekali diluar kebiasaan ini tentu saja
mendatangkan perasaan tercengang dan keheranan bagi siapa
pun yang memandangnya. Bu im sin hong Kian Kim siang
segera tertawa terbahak bahak, serunya :
"Gembong iblis tua! Aku lihat Hian im toa tin mu itu sudah tak
bisa dipertahankan lagi!"
Hian im Tee kun yang melihat hal mana segera membentak
dengan suara keras :
1416 "Gi hoa ciat bok (memindah bunga menyambung dahan), Pek
sui kui goan (beratus aliran kembali ke sumbernya), asal urat
Jin tok dapat ditembusi, siapapun tidak sulit untuk
menaklukkan formasi semacam itu."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menyindir :
"Tapi kenyataannya barisan Hian im toa tin mu tak mampu
berbuat apa apa terhadap mereka!"
Untuk beberapa saat lamanya Hian im Tee kun cuma
membungkam dalam seribu bahasa, jelas dia sedang memutar
otak untuk mencari sesuatu akal. Tergerak hati Keng thian giok
cu Thi Keng menyaksikan kejadian tersebut, segera pikirnya :
"Andaikata kawanan iblis dari Ban seng kiong sudah
mengetahui akan teori tersebut lalu membalas dengan senjata
yang sama yakni memakai cara Pek sui kui goan, dengan
tenaga dalam gabungan empat puluh sembilan orang, sudah
pasti para jago akan terkocar kacir."
Sesungguhnya jalan pemikiran dari Keng thian giok cu Thi
Keng ini bukannya sama sekali tanpa dasar. Akan tetapi Thi
Keng seperti lupa kalau barisan tersebut diselenggarakan oleh
cucu kesayangannya sendiri yakni Thi Eng khi, dengan
kepandaian maha sakti serta pengetahuan yang begitu luas dari
Thi Eng khi bagaimana mungkin si anak muda tersebut akan
membiarkan kawanan iblis dari Ban seng kiong menempati
posisi yang lebih menguntungkan"
Sewaktu Keng thian giok cu Thi Keng berpikir sampai disitu,
diam diam dia merasa terkejut sekali, dia kuatir Hian im Tee
kun berhasil pula menemukan teori tersebut. Maka dia merasa
wajib untuk tidak memberi waktu lagi bagi Hian im Tee kun
untuk berpikir lebih jauh, dengan cepat serunya memberi
1417 peringatan : "Waktu kita sudah tiba.... "
Belum habis dia berkata, kebetulan sekali Hian im Tee kun
sedang berseru sambil tertawa terbahak bahak :
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh aku pun sudah dapat
menemukan... "
Keng thian giok cu Thi Keng adalah seorang manusia yang
berpengalaman sekali, mendengar ucapan mana, dia lantas
mengetahui kalau Hian im Tee kun berhasil pula memahami
teori tersebut, tentu saja dia tak boleh membiarkan dia
menyampaikan hal tersebut kepada kawanan iblis. Maka tidak
sampai Hian im Tee kun menyelesaikan perkataannya, dengan
suara keras bentaknya :
"Gembong iblis tua, sudah tiba saatnya buat kita untuk turun
tangan, lihat serangan!"
Begitu ucapan selesai diutarakan, serangan telah dilepaskan
dengan amat dahsyatnya. Berada dalam keadaan seperti inipun
Keng thian giok cu Thi Keng masih tetap mempertahankan
kebesaran jiwa serta kejujurannya sebagai seorang pendekar
sekali dia enggan melakukan penyerangan secara menggelap
tapi dengan berbuat begini maka Hian im Tee kun pun tak
sempat lagi menyampaikan jalan pemikiran sendiri kepada
kawanan iblis tersebut. Sesungguhnya tujuan dari Keng thian
giok cu Thi Keng adalah untuk menghalangi Hian im Tee kun
untuk berbicara, maka setelah melancarkan serangan, dia tidak
meneter lebih hebat lagi, sebab dia kuatir serangannya yang
kelewat dahsyat akan melukai diri Hian im Tee kun, hal ini
jelas akan mencerminkan kelicikan dan ketidak jujurannya.
Namun Keng thian giok cu Thi Keng bertiga dalam anggapan
Hian im Tee kun masih merupakan manusia manusia yang
1418 sudah kehilangan tenaga dalamnya. Serangan yarg dipancarkan
oleh Keng thian giok cu Thi Keng sekarang sudah cukup
membuat hatinya merasa terperanjat sekali. Sudah barang tentu
dia tak sempat lagi berbicara, buru buru seluruh perhatiannya
dipusatkan untuk menghadapi keempat orang tokoh maha sakti
tersebut. Hian im Tee kun segera menggerakkan sepasang bahunya dan
menghindarkan diri dari serangan Keng thian giok cu Thi Keng
yang sebetulnya tak berharga untuk dihadapi. Menyusul
kemudian, terdengar Bu im sin hong Kian Kim siang
membentak pula :
"Sambutlah sebuah pukulan ini!"
Segulung angin pukulan kembali menyambar ke tubuh Hian im
Tee kun. Kali ini tenaga serangan yang dipancarkan
sedemikian dahsyatnya sehingga terasa mengerikan sekali.
Lagi lagi Hian im Tee kun menghindarkan diri ke samping
namun dia belum juga melancarkan serangan balasan. Secara
bergilir Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng pak
melancarkan sebuah serangan pula, namun semuanya berhasil
dihindari oleh Hian im Tee kun tanpa melancarkan serangan
balasan. Oleh karena keempat orang tokoh sakti kita turun tangan secara
bergilir, maka Hian im Tee kun baru berkesempatan untuk
menghindarkan diri, jikalau mereka bisa memanfaatkan
kesempatan yang terbaik untuk turun tangan, bisa jadi Hian im
Tee kun tak akan semudah ini untuk menghindarkan diri. Tapi
empat tokoh sakti itu turun tangan secara bergilir, hal ini sudah
jelas mengingat kedudukan mereka berempat yang begitu
tinggi, jikalau dengan pamor mereka yang begitu tinggi,
ternyata mereka berempat harus mengerubuti seseorang maka
bila kejadian tersebut sampai tersiar dalam dunia persilatan,
1419 sudah pasti mereka akan ditertawakan orang. Apalagi sebelum
Hian im Tee kun secara resmi melancarkan serangan balasan,
tidak menjaga kedudukan sendiri bisa semakin ditertawakan
orang. Sedangkan mengenai apa sebabnya Hian im Tee kun sampai
tidak melancarkan serangan balasan" Hal ini sukar rasanya
untuk menemukan alasan yang tepat. Sementara itu keempat
tokoh sakti itu pun sedang merasakan keheranan atas sikap
serta tindak tanduk Hian im Tee kun yang sama sekali
berlawanan dengan keadaan biasanya. Keng thian giok cu Thi
Keng segera menghentikan serangannya, lalu berkata :
"Gembong iblis tua! Mengapa kau tidak melancarkan serangan
balasan?" Hian im Tee kun segera tertawa dingin :
"Mau melancarkan serangan balasan atau tidak, toh urusanku
sendiri, buat apa kalian mesti banyak bertanya?"
"Thi tua!" sela Bu im sin hong Kian Kim siang cepat, "untuk
melenyapkan bibit bencana dari muka bumi, buat apa kita
mesti mempersoalkan masalah yang tetek bengek" Lebih baik
kita berempat turun tangan bersama sama masa dia tak akan
membalas serangan tersebut...?"
"Perkataan saudara Kian tepat sekali, mari kita turun tangan
bersama sama!" seru Tiang pek lojin So Seng pak pula.
Keng thian giok cu Thi Keng melototkan matanya bulat bulat,
kemudian tertawa nyaring. "Haaahhh..... haaahhhh....
haaahhhh.... siau heng bukan sayang dengan nama yang
kumiliki, aku hanya merasa gembong iblis ini belum berhasil
memulihkan kembali tenaga dalamnya sejak menderita getaran
1420 hawa pedang dari Eng ji, kalau toh demikian halnya, kita tak
usah lagi menghadapinya dengan berempat...."
Sebagai seorang ahli yang berpengalaman, dalam sekilas
pandangan saja akan diketahui ada atau tidak. Hian im Tee kun
tidak menerima serangan empat musuhnya bahkan sewaktu
berkelit pun kurang gesit dari ini dapat diketahui kalau tenaga
dalamnya sudah menderita kerugian yang besar sekali.
Sewaktu mendengar ucapan tersebut Hian im Tee kun nampak
terkesiap, kemudian segera bentaknya :
"Thi siaupwe, kau tak usah berlagak sok pintar, sekarang
kalian boleh maju berempat, lihat saja nanti apakah tenaga
dalamku sudah berkurang atau tidak!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa dingin.
"Heeehhh... heeehhh.... heeehhh.... mengapa harus maju
berempat" Cukup dengan mengandalkan Hu kong keng im, aku
pasti dapat memaksamu untuk melancarkan serangan, kalau
tidak, sejak saat ini juga akan kuhapuskan nama besarku
sebagai angin sakti tanpa bayangan."
Begitu selesai berkata, secepat sambaran petir dia lantas
menerjang ke arah Hian im Tee kun. Segulung angin pukulan
yang maha dahsyat ikut menyambar pula ke depan langsung
menghantam bahu kanan Hian im Tee kun. Hian im Tee kun
tertawa sinis :
"Serangan yang sangat bagus!"
Dia segera membuang bahu kanannya ke samping sembari
merendahkan tubuhnya, menggunakan kesempatan mana
tubuhnya berkelebat tiga langkah ke samping untuk
menghindarkan diri dari serangan Bu im sin hong Kian Kim
siang tersebut. Gerakan tubuh dari Bu im sin hong Kian Kim
1421 siang benar benar cepat bagaikan sambaran kilat, semua
gerakannya dilakukan dengan kecepatan luar biasa, gagal
dengan serangan yang pertama, serangan kedua segera
menyusul tiba. Tampak dia menerjang dengan kecepatan luar biasa, kemudian
tiba tiba saja menghindar, dengan menggunakan suatu sudut
yang sukar diduga sebuah pukulan disapukan lagi ke depan.
Kembali terasa segulung angin pukulan yang maha dahsyat
menghantam ke pinggang Hian im Tee kun.
Gerakan tubuh dari Hian im Tee kun memang sukar untuk
mengatasi kelihayan Bu im sin hong Kian Kim siang yang pada
dasarnya memang termashur sekali akan ilmu meringankan
tubuhnya, tak usah menggunakan tiga jurus serangan, pada
serangan yang kedua pun dia telah berhasil memaksa Hian im
Tee kun untuk melancarkan serangan balasan. Seandainya Hian
im Tee kun tak mau melancarkan serangan balasan, terpaksa
dia harus menerima pukulan tersebut, sebab memang sudah
tiada kemungkinan lagi untuk menghindarkan diri.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam keadaan terdesak mau tak mau Hian im Tee kun harus
membela diri, telapak tangan kanannya segera dikebaskan ke
depan, dia tidak memakai tenaga telapak tangan, melainkan
dengan ujung bajunya saja menyongsong datangnya serangan
dari Bu im sin hong Kian Kim siang. Begitu dua gulung angin
serangan saling bertemu, terjadilah suatu ledakan keras yang
memekikkan telinga.
"Blaammmm".!"
Berbicara soal tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun,
paling tidak dia harus berhasil melemparkan tubuh Bu im sin
hong Kian Kim siang sejauh satu kaki lebih. Namun kenyataan
1422 yang terbentang di depan mata jauh berbeda, Bu im sin hong
Kian Kim siang hanya terpukul mundur sejauh tiga langkah,
sedangkan Hian im Tee kun sendiri meski tidak mundur, akan
tetapi permukaan tanah dimana kakinya berpijak telah melesak
masuk sedalam lima inci. Dalam hal ini peristiwa tersebut
benar benar jauh diluar dugaan keempat manusia sakti tersebut.
Kenyataannya tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun
jauh berbeda dengan kesaktiannya dimasa lampau. Keng thian
giok cu Thi Keng segera tertawa terbahak bahak, kemudian
serunya : "Saudara Kian, harap kau mundur dahulu, biar siaute yang
bertarung menghadapi gembong iblis tua ini!"
Diantara keempat tokoh sakti tersebut, tenaga dalam yang
dimiliki Keng thian giok cu Thi Keng boleh dibilang paling
sempurna, dengan kepandaian dari Hian im Tee kun sekarang,
dia masih cukup untuk menarik kembali modalnya. Bu im sin
hong Kian Kim siang segera mengundurkan diri kebelakang,
katanya sembari tertawa :
"Baik! Thi tua, silahkan kau unjukkan kelihayanmu!"
Keng thian giok cu Thi Keng segera mendesak maju ke muka,
sembari mengayunkan telapak tanganuya dia berseru :
"Iblis tua, lihat serangan!"
Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung
dilontarkan ke arah dada Hian im Tee kun. Sejak bentrokan
kekerasan yang terjadi antara Hian im Tee kun melawan Bu im
sin hong Kian Kim siang tadi, sehingga rahasianya terbongkar,
sekarang Hian im Tee kun telah memperlihatkan sepasang
telapak tangannya dari balik ujung pakaian, agaknya dia sudah
bersiap sedia untuk bertarung mati matian melawan Keng thian
giok cu. 1423 Empat orang jago tersebut dapat melihat kalau telapak tangan
kiri Hian im Tee kun masih tetap dibalut dengan kain putin,
nampaknya dia bermaksud untuk menghilangkan perasaan
malunya. Sementara itu tampak Hian im Tee kun berkelit dua
langkah ke samping kanan dan menghindarkan diri dari
serangan Keng thian giok cu Thi Keng, kemudian melepaskan
sebuah serangan balasan dengan sebuah bacokan dahsyat.
Begitu mereka berdua saling bertarung, tampaklah bayangan
telapak tangan saling menyambar ke sana ke mari, hawa
serangan memenuhi seluruh angkasa bayangan manusia saling
bergumul satu sama lainnya sehingga sukar sekali untuk
dibedakan mana musuh mana teman, ini menandakan kalau
pertarungan yang sedang berlangsung benar benar amat sengit.
Dengan tenaga dalam yang dimiliki Keng thian giok cu Thi
Keng ternyata mampu bertarung seimbang melawan Hian im
Tee kun tanpa memperlihatkan tanda tanda kalah, hal ini
membuat ketiga orang tokoh sakti lainnya yang belum turun
tangan menjadi kaget, tercengang dan tidak habis mengerti.
Padahal Hian im Tee kun memiliki kepandaian silat yang luar
biasa sekali, kendatipun sewaktu pertarungannya melawan Thi
Eng khi telah menderita luka dalam, tidak seharusnya luka
tersebut separah ini sehingga mempengaruhi tenaga dalamnya
sampai merosot sejauh ini. Jelas kenyataan yang berada di
depan mata sekarang sukar diterima dengan begitu.
Mendadak terdengar tiga kali pekikan nyaring bergema dari
balik barisan Hian im toa tin. Ketiga orang tokoh sakti itu
segera berpaling. Tampak Hian im toa tin dari Ban seng kiong
sudah berhenti melancarkan serangan, jumlah manusia yang
sudah tak lengkap itu segera dilengkapi kembali oleh kawanan
manusia yang berada disekitar arena. Mereka yang sudah
bertarung cukup lama dengan korban yang cukup parah
1424 tampaknya sudah mulai merasakan titik kelemahan sendiri dan
teringat untuk menggantikan tenaga gabungan empat puluh
sembilan orang guna menghadapi lawannya.
Sekarang mereka sedang menyusun barisan baru siap
melancarkan serangan kembali ke arah kawanan jago. Dalam
pada itu barisan berbentuk bulat dari para jago, kini telah
berubah menjadi suatu barisan berbentuk segitiga. Thi Eng khi
yang pada mulanya berdiri dipusat lingkaran barisan, sekarang
malah berdiri diujung segitiga yang persis saling berhadapan
muka dengan kawanan iblis. Sebaliknya pada dua sudut
lainnya masing masing ditempati oleh Sam ku sinni dan yang
lain oleh ketua Siau lim pay Ci long siansu.
Serangan dari orang orang Ban Seng kiong kembali bergerak,
tampak empat puluh sembilan orang kakek itu dipimpin oleh
seseorang dan berkumpul menjadi satu dengan rapatnya,
tangan bergandeng tangan bahu menempel bahu. Sejak dari
jarak puluhan kaki mereka sudah berpekik nyaring, kemudian
diiringi hamburan debu langsung menerjang ke arah Thi Eng
khi dengan kecepatan yang luar biasa.
Keadaan semacam itu sungguh mengejutkan hati siapapun
yang melihatnya. Tiga tokoh tua yang melihat keadaan tersebut
diam diam mulai menguatirkan keselamatan Thi Eng khi.
Sementara itu selisih jarak antara ke dua barisan tersebut makin
lama semakin bertambah mendekat.
Kemudian ?"?".
"Blaaammm! Blaaaammm...!" pada suatu saat yang sudah
diduga terjadilah ledakan dahsyat yang amat memekikkan
telinga. Menyusul benturan dahsyat ini, debu yang tebal segera
membumbung tinggi ke angkasa dan menyelimuti seluruh
1425 arena pertarungan dan menutupi pula bayangan manusia yang
sedang beradu kekuatan.
Pelan pelan.... ketika angin gunung berhembus lewat
membuyarkan debu terlihat hasil dari bentrokan kekerasan
tersebut"..
Di pihak para jago :
Barisan belum membuyar, tapi semua orang sedang duduk
bersila sambil mengatur pernapasan, di sisi kiri dan kanan
barisan mereka masing masing muncul sebuah liang yang besar
sekali. Sebaliknya di pihak Ban seng kiong :
Bentuk barisan mereka sudah kacau balau tidak karuan
bentuknya, ada yang di kanan ada yang di kiri, ada pula yang
tergeletak di atas tanah sambil merintih, ada pula yang sedang
mengatur napas dengan wajah lesu dan bermuram durja.
Namun tegasnya jumlah mereka yang terluka dan roboh jauh
lebih banyak sedangkan yang masih dapat mengatur napas
tinggal tak seberapa banyak lagi.
Dengan cepat segenap jago lihay dari Ban seng kiong yang
masih berada disisi arena maju ke depan dan mengisi kembali
barisan Hian im toa tin yang sudah terpukul hancur itu. Dalam
pada itu di pihak para jago pun telah membentuk kembali
barisan bulat seperti semula. Tampaknya serangan berikutnya
sudah akan dilancarkan kembali.....
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian
tersebut segera memuji tiada hentinya.
"Thi sauhiap memang benar benar luar biasa, sekalipun dia
sendiri sudah kehabisan tenaga namun masih bisa memakai
ilmu Hua lik hun kong (memisahkan tenaga membuyarkan
1426 kekuatan) untuk menghancur lumatkan serangan gabungan dari
empat puluh sembilan orang gembong iblis dari Ban seng
kiong." Sementara dia baru selesai berkata, mendadak terdengar Keng
thian giok cu Thi Keng membentak keras :
"Kena!"
Dengan jurus Kim liong tham jiu (Naga emas mementangkan
cakar) secepat sambaran kilat langsung mencengkeram bahu
kiri Hian im Tee kun. Dengan cepat Hian im Tee kun
mengeluarkan jurus Siau kui to tho (setan kecil mencuri buah
tho) untuk menghadapinya, bahu kirinya dibuang ke samping
lalu ke lima jari tangan kanannya yang dipentangkan bagaikan
cakar balas mencengkeram pergelangan tangan Keng thian
giok cu Thi Keng.
Sewaktu melancarkan serangan, kedua belah pihak sama sama
mempergunakan ilmu mencengkeram namun sewaktu saling
beradu ternyata dari ilmu mencengkeram mereka telah berubah
menjadi ilmu pukulan, sebuah bentrokan kekerasan pun segera
terjadi. Tujuan Keng thian giok cu Thi Keng adalah
melenyapkan bibit bencana dari muka bumi, maka semua
serangan yang digunakan merupakan serangan serangan beradu
jiwa yang dahsyat sekali.
Hian im Tee kun sendiripun merasa dendam dan benci sekali
kepada Keng thian giok cu Thi Keng, terutama sekali kebuasan
lawannya yang meneter dirinya habis habisan. Maka saat ini
dia menyerang tanpa berbelas kasihan lagi, semua jurus
serangan yang mematikan dipergunakan sehabis habisnya
dengan mengerahkan segenap tenaga dalam yang dia miliki.
Akibat dari bentrokan tadi, Keng thian giok cu Thi Keng
merasa sepasang bahunya bergetar keras sebelum dapat berdiri
1427 tegak sedang kakinya sama sekali tidak bergerak dari posisi
semula. Hian Im Tee kun dengan kedudukannya sebagai
jagoan nomor wahid dikolong langit malahan terdorong
mundur sejauh satu langkah setengah akibat dari bentrok
tersebut. Dengan sebuah pukulan ternyata Keng thian giok cu Thi Keng
berhasil mendesak Hian im Tee kun mundur sejauh satu
langkah setengah, tanpa terasa semangatnya segera berkobar
dan keinginannya untuk melenyapkan gembong iblis itupun
semakin membulat.
Ditengah gelak tertawa nyaring yang memekikkan telinga,
kemball dia terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit
melawan Hian im Tee kun. Dalam waktu singkat napas kedua
belah pihak sudah berubah menjadi berat dan ngos ngosan.
Beberapa saat kembali sudah lewat, ditengah bentakan gusar
dan dengusan tertahan yang bergema bersamaan waktunya, dua
sosok bayangan manusia itu saling berputar secepat petir
kemudian saling berpisah.
Paras muka Keng thian giok cu Thi Keng berubah menjadi
pucat pias seperti mayat napasnya tersengkel sengkal dan
keringat telah membasahi seluruh jubah birunya. Hian im Tee
kun berdiri saling berhadapan dengan Keng thian giok cu Thi
Keng namun paras mukanya sama sekali tidak mengalami
perubahan apa pun. Akan tetapi dadanya naik turun dengan
hebatnya, bahkan berkali lipat lebih parah keadaannya
ketimbang Keng thian giok cu Thi Keng.
Jelas dalam pertarungan yang barusan berlangsung,
keadaannya jauh lebih parah dari pada Keng thian giok cu Thi
Keng, hanya yang tidak mengerti adalah mengapa paras
1428 mukanya sama sekali tidak berubah menjadi pucat pias seperti
keadaan Keng thian giok cu Thi Keng.
Sementara Sim ji sinni masih tidak habis mengerti, tiba tiba
tampak Hian im Tee kun membungkukkan badannya dan
memuntahkan darah segar. Keng thian giok cu Thi Keng segera
menghembuskan napas panjang, katanya :
"Hian im Tee kun sudah terkena sebuah pukulan siaute yang
amat berat, isi perutnya sudah hancur dan tak mungkin bisa
hidup lebih lama lagi, tampaknya bibit bencana mungkin sudah
dapat kita lenyapkan."
Dengan cepat dia menotok tiga buah jalan darah ditubuh Hian
im Tee kun agar tidak kehilangan banyak darah serta
mempertahankan hidupnya untuk sementara waktu. Sim ji
sinni, Tiang pek lojin So Seng pak serta Bu im sin hong Kian
Kim siang yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi sangat
gembira, serunya dengan cepat :
"Thi tua! Sekali lagi kau berhasil menyelamatkan dunia
persilatan dari bencana besar, hal ini benar benar suatu
peristiwa yang patut digembirakan!"
Keng thian giok cu Thi Keng tertawa :
"Berkat jasa dan bantuan saudara sekalian tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik kalau tidak, siaute pun merasa sukar
untuk berhasil seperti sekarang ini."
Tiba tiba Bu im sin hong Kian Kim siang berseru :
"Biar siaute mengumumkan tentang kekalahan yang diderita
Hian im Tee kun ini kepada semua orang, agar kawanan iblis
dari Ban seng kiong tahu kalau keadaan sudah berubah dan
pertarungan sengit tak usah dilanjutkan lagi."
1429 "Saudara Kian, kalau begitu tolong kau lakukan dengan
segera!" ucap Keng thian giok cu Thi Keng. Selesai berbicara,
dia lantas duduk bersila diatas tanah dan mulai mengatur
pernapasan. Dengan suara keras bagaikan geledek Bu im sin hong Kian
Kim siang segera berteriak lantang :
"Hian im Tee kun sudah berhasil dihajar oleh Keng thian giok
cu Thi Keng sehingga terluka parah dan tertawan, harap kalian
dari Ban seng kiong segera menghentikan serangan dan
menyerahkan diri."
Begitu berita tentang tertawannya Hian im Tee kun tersiar
keluar, Ban seng kiong menderita pula kekalahan secara total,
maka para iblis tersebut tak berani tinggal lebih lama lagi di
situ, serentak mereka melarikan diri terbirit birit meninggalkan
tempat tersebut. Hanya kawanan iblis yang terluka dan tak
mampu kabur saja tetap tinggal ditempat, mereka kuatir para
jago pendekar membunuh mereka, namun tak dapat menahan
rasa sakit yang sedang diderita, sehingga suasana menjadi
kacau balau dengan jeritan dan erangan kesakitan.
Selain daripada itu, ditengah arena masih ada dua pasang
manusia melangsungkan pertarungan dengan sengitnya, satu
pasang terdiri dari Bu Nay nay melawan Hian im li Cun Bwee,
sedangkan yang lain adalah Pek leng siancu So Bwe leng
melawan Hian im li Ciu Lan. Sesungguhnya Hian im ji li
bukannya tidak berniat untuk kabur meninggalkan tempat


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut, akan tetapi Bu Nay nay dan Pek leng siancu So Bwe
leng mengurung mereka secara mati matian, hai ini membuat
mereka sama sekali tak berkutik lagi.
Bu Nay nay mengurung Hian im li Cun Bwee dan
menyerangnya habis habisan karena pada dasarnya dia
1430 memang sangat membenci segala bentuk kejahatan dia
menganggap Hian im li sebagai anteknya Hian im Tee kun
sebagai otak dari semua kejahatan, maka dia tak rela
membiarkan antek dari segala kejahatan ini lolos dengan begitu
saja. Itulah sebabnya dia mengurung dan mengepungnya terus
secara ketat sekali.
Sebaliknya antara Pek leng siancu So Bwe leng melawan Hian
im li Ciu Lan disamping karena dendam secara umum juga
masih terselip sakit hati pribadi. Pada hakekatnya Pek leng
siancu So Bwe leng sudah membenci Hian im li sampai
merasuk ke tulang sumsumnya, sudah barang tentu dia tak akan
membiarkan musuhnya itu kabur dari sana.
Sementara itu, kawanan pendekar telah turun tangan menolong
kawanan iblis yang tak mampu kabur karena luka yang parah.
Oleh sebab itu ditengah arena masih nampak bayangan
manusia yang berkelebat kian kemari. Sim ji sinni yang
menyaksikan Bu Nay nay masih bertempur seru macam orang
kesurupan, dia segera menggelengkan kepalanya berulang kali
sambil menghela napas katanya :
"Nay nay, pentolannya sudah tertangkap, buat apa sih kau
merecoki terus orang ini" Lepaskan saja dia! Adikmu toh
tertawan oleh musuh, kita harus segera mencarinya."
Teringat akan nasib adiknya Bu lm, semangat tempur Bu Nay
nay segera pudar, dengan cepat dia menghentikan serangannya
lalu berseru kepada Hian im li Cun Bwee.
"Aku mempunyai seorang saudara bernama Bu Im, kalian telah
menyekapnya di mana?"
Hian im li Cun Bwee yang menyaksikan situasi telah berubah
segera memberitahukan tempat Bu Im disekap, setelah itu dia
sendiri cepat cepat melarikan diri meninggalkan tempat
1431 tersebut. Bu Nay nay pun tidak ambil diam, dia segera melesat
ke depan untuk mencari Bu Im.
Hanya pertarungan antara Pek leng siancu So Bwe leng
melawan Hian im li Ciu Lan masih berlangsung terus dengan
serunya. Pek leng siancu So Bwe leng sudah terbiasa menuruti
adat sendiri pada hakekatnya dia tak mau menuruti perkataan
dari Sam ku sinni maupun kakeknya Tiang pek lojin So Seng
pak, dia bersikeras hendak bertarung habis habisan melawan
Hian im li Ciu Lan. Akhirnya Keng thian giok cu Thi Keng
yang maju ke depan dan memberitahukan kepadanya kalau Thi
Eng khi sudah hampir tak mampu menahan diri. Berita itu
membuat Pek leng siancu So Bwe leng jadi terperanjat dan tak
sempat melanjutkan pertarungan melawan Hian im li Ciu Lan
lagi, cepat cepat dia kabur mencari Thi Eng khi.
Keng thian giok cu Thi segera memperingatkan Hian im li Ciu
Lan agar tidak berbuat kejahatan lagi dan menganjurkan
kepadanya untuk kembali ke jalan yang benar. Berhasil lolos
dari kematian, Hian im li Ciu Lan nampak sangat terharu,
beberapa kali dia seperti hendak mengucapkan sesuatu namun
selalu tiada kesempatan dan tak berhasil mengutarakan isi
hatinya. Menanti Keng thian giok cu Thi Keng sudah selesai
berkata dan berlalu dari situ. Hian im li Ciu Lan berdiri sambil
termenung beberapa saat, dia merasa bila isi hatinya diutarakan
kepada para pendekar, tindakan tersebut bisa jadi akan
memancing pandangan hina orang lain kepadanya. Terpaksa
dia menghela napas sedih dan segera berlalu pula dari situ.
Thi Eng khi yang menyaksikan usaha mereka telah sukses,
semangatnya pun mengendor, dia setuju untuk mencabut keluar
jarum emas dari tubuhnya dan segera tertidur pulas. Hui cun
siucay Seng Tiok sian dengan peluh membasahi seluruh
tubuhnya mengurut tiada hentinya disekujur badan Thi Eng
1432 khi, kalau dilihat dari sikap tegang yang menghiasi wajahnya
dapat diketahui kalau tertidurnya Thi Eng khi bukan suatu
gejala yang wajar....
Pek leng siancu So Bwe leng buru buru lari mendekat, melihat
keadaan dari Thi Eng khi tersebut, tanpa berpikir panjang lagi
dia lantas menjerit :
"Engkoh Eng!"
Dia hendak menubruk ke atas tubuhnya. Untung sekali Ciu Tin
tin bertindak cepat dan menghalanginya, sehingga tidak sampai
kejadian tersebut mengganggu Hui cun siucay Seng Tiok sian
yang sedang melakukan pengobatan. Setelah berhasil
menghalangi Pek leng siancu So Bwe leng, Ciu Tin tin segera
menariknya ke samping dan ujarnya :
"Adik Leng, jangan gelisah, adik Eng tidak apa apa, seandainya
dia terjadi sesuatu, coba lihatlah masa cici dapat bersikap
tenang seperti ini?"
Bicara punya bicara suaranya menjadi parau dan tak
terbendung lagi air matanya segera jatuh bercucuran.
"Enci Tin!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera berseru lirih. Mereka
saling bergenggaman tangan erat erat, dua hati seperti
mempunyai perasaan yang sama, seakan akan menghadapi
perubahan cuaca yang tak menentu sehingga napasnya terasa
menjadi sesak sekali. Lama sekali Hui cun siucay Seng Tiok
sian bekerja keras sampai sekujur tubuhnya basah oleh
keringat, akhirnya sekulum senyuman mulai menghiasi ujung
bibirnya, dia berkata:
1433 "Saudara Thi memang benar benar memiliki bakat yang luar
biasa sekali, sekarang kesempatannya untuk hidup sudah
tumbuh dan pelan pelan kekuatannya akan pulih kembali,
sekarang biarkan saja dia tidur barang sepuluh atau setengah
bulan lamanya!"
"Apa" Tertidur sampai sepuluh hari atau setengan bulan"
Apakah dia tak akan mati kelaparan?" seru Pek leng siancu So
Bwe leng dengan terkejut.
Ciu Tin tin segera memperingatkan Pek leng siancu So Bwe
leng : "Adik Leng, jangan lupa orang yang menggunakan ilmu Ku si
toa hoat hun bisa bertahan untuk hidup selama setengah tahun
tanpa dahar, sepuluh hari atau setengah bulan masih belum
terhitung seberapa... "
"Tenaga dalam yang dimiliki engkoh Eng sudah punah,
bagaimana mungkin dia dapat mempergunakan ilmu Ku si toa
hoat lagi?"
"Seng tayhiap telah melaksanakan ilmu Ci liong jiu hoat diatas
tubuh Adik Eng, kasiatnya tidak berbeda jauh dengan ilmu ku
si toa hoat, cuma yang satu secara otomatis sedangkan yang
lain dilakukan orang."
Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu Thi Eng
khi yang tertidur ditemani oleh Pek leng siancu so Bwe leng
dan Ciu Tin tin. Tatkala Keng thian giok cu Thi Keng sekalian
menyaksikan persoalan tentang Thi Eng khi sudah beres,
mereka lantas meminta kepada Hui cun siucay Seng Tiok sian
untuk menolong Hian im Tee kun dengan maksud agar
menyelamatkan selembar jiwanya yang sedang kritis...
1434 Waktu itu Hian im Tee kun memang sudah bernafas lemah
sekali, jaraknya dengan kematian pun sudah tidak jauh lagi.
Secara beruntun Hui cun siucay Seng Tiok sian menotok tujuh
buah jalan darah Hian im Tee kun dan mencecoki sejumlah
obat obatan ke dalam mulutnya, kesempatan hidup dari Hian
im Tee kun pun lambat laun pulih kembali.
Hui cun siucay Seng Tiok sian memeriksa dahulu denyutan
nadi kanan Hian im Tee kun, kemudian memeriksa pula
denyutan nadi sebelah kirinya. Dengan tiga jari tangannya
menempel di nadi sebelah kiri Hian im Tee kun, dia segera
merasakan denyutan nadinya menunjukkan gejala aneh. Sebab
dia pernah mendengar orang berkata lengan kiri Hian im Tee
kun sudah terpapas sebagian oleh sambaran pedang terbang Thi
Eng khi, namun sewaktu memeriksa denyutan nadinya
sekarang, dia menemukan sebuah lengan kiri yang masih utuh.
Begitu timbul perasaan curiganya, untuk membuktikan
kebenaran dari kecurigaannya tersebut Hui cun siucay Seng
Tiok sian segera melepaskan balutan tangan kiri Hian im Tee
kun. Apa yang diduga ternyata benar, dia berhasil menemukan
sebuah lengan yang utuh. Ketika semua orang menyaksikan hal
tersebut, maka timbullah kecurigaan kalau orang ini bukan
Hian im Tee kun yang sesungguhnya.
Hui cun siucay Seng Tiok sian mencoba untuk memeriksa raut
wajah Hian im Tee kun, akan tetapi tidak dijumpai pula topeng
kulit manusia atau sebangsanya disitu, hal mana semakin
membingungkan para jago. Tapi, kalau toh lengan kirinya tetap
utuh bagaimana mungkin dia adalah Hian im Tee kun yang
asli" Perasaan heran, kaget dan curiga segera meliputi seluruh
wajah para jago bahkan mereka lupa untuk memikirkan suatu
kenyataan yang sesungguhnya mudah untuk membuktikan hal
tersebut. 1435 Pelan pelan Hian im Tee kun sadar kembali dari pingsannya,
dengan lemah tak bertenaga dia memandang sekejap ke wajah
empat tokoh sakti itu dan akhirnya berhenti diwajah Keng thian
giok cu Thi Keng, setelah menunjukkan senyuman getir yang
lemah, bisiknya dengan lesu :
"Thi lojin, lohu sudah melatih diri selama empat puluh tahun
namun nyatanya belum berhasil menangkan dirimu, apa artinya
bagiku untuk hidup lebih jauh?"
Selesai berkata dia lantas mengerahkan tenaga dalamnya yang
baru pulih untuk memutuskan urat nadi sendiri tak ampun dia
segera muntah darah segar dan tewas seketika. Sekarang para
jago baru teringat akan seseorang, serunya kemudian tertahan:
"Ooh" rupanya Hian im Tee kun gadungan ini hasil
penyaruan dari Huan im sin ang Ui Sam ciat!"
Keng thian giok cu Thi Keng menghela napas pula sembari
berkata : "Ilmu menyaru muka dari Huan im sin ang Ui Sam ciat
memang betul betul sangat lihay, seandainya dia tidak
mengungkapkan sendiri identitasnya, lohu benar benar tidak
habis mengerti apa sebabnya tenaga dalam yang dimiliki Hian
im Tee kun tak mampu menandingi lohu..."
Rupanya semenjak istana Ban seng kiong nya dirampas dan
diduduki Hian im Tee kun, Huan im sin ang Ui Sam ciat sadar
kalau dia tak akan berhasil merebut kembali istana dari tangan
musuh maka dengan mewujudkan suatu sikap yang sangat
hormat dan berbakti, Hian im sin ang Ui Sam ciat berusaha
untuk bek Seruling Samber Nyawa 9 Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Pendekar Kelana 9
^