Rajawali Hitam 5

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


ada pengemis tingkat satu. "Bagus, kini sudah terkumpul cukup dana untuk
mengadakan pesta menyambutan para tamu yang hendak
mengunjungi kita," terdengar pengemis tingkat satu berkata,
"Pang- cu (Ketua) kita tentu akan girang melihat hasilnya.
Akan tetapi sekali lagi kutanyakan kepada kalian seperti yang juga kutanyakan kepada para pengumpul sumbangan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lain. Dalam mengumpulkan sumbangan ini kalian tidak mempergunakan paksaan dan kekerasan, bukan?"
"Kami tidak berani melanggar perintah pang-cu," kata dua orang itu dan pengemis tingkat satu itu mengangguk-angguk dengan senang.
Tidak, lama kemudian muncul seorang pengemis baju
hitam yang memegang sebatang tongkat hitam pula.
Pengemis ini berusia enampuluh lima tahun dan dia tidak menggendong apa-apa di punggungnya. Ketika dia muncul, semua pengemis dari semua tingkatan bangkit berdiri dan membungkuk dengan hormat kepadanya. Melihat ini,
maklumlah Lee Cin bahwa tentu pengemis bertongkat yang tubuhnya juga tinggi kurus ini ketua mereka atau Hek I Pang-cu sendiri. Maka ia memandang dengan penuh
perhatian dan ingin tahu apa yang akan terjadi.
Hek I Pang-cu itu bersikap sederhana saja. Setelah
semua pengemis memberi hormat dan pengemis tingkat satu menyerahkan bangku kepada ketuanya, dia lalu duduk di atas bangku itu dan mengangkat kedua tangannya ke atas.
Ini merupakan tanda bahwa dia ingin bicara dan semua pengemis yang berada di situ segera duduk di atas tanah berumput sehingga sang ketua yang duduk di bangku
tampak nyata, karena tempat duduknya paling tinggi.
"Apakah semua masakan yang akan dihidangkan kepada para tamu telah siap" Sebentar lagi para tamu datang dan pelayanan
harus dilakukan sebaiknya agar tidak mengecewakan dan membikin malu nama perkumpulan
kita." Beberapa orang yang bertugas mempersiapkan masakan
menjawab, "Sudah siap tinggal menghidangkan!"
"Bagus. Sekarang para murid tingkat pertama, kedua dan ke tiga agar berdiri di depan untuk menyambut para tamu.
Bangku-bangku agar dipersiapkan sebagai tempat duduk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para ketua perkumpulan. Ingat, hanya para ketuanya saja yang dipersilakan duduk di bangku, sedangkan yang Iainnya biar duduk di atas rumput."
Pengemis tingkat pertama yang hanya ada seorang
bangkit berdiri dan ke luar, diikuti tiga orang tingkat dua dan lima orang tingkat tiga. Mereka bertugas menyambut tamu di luar pekarangan yang luas itu.
Lee Cin yang masih mengintai tahu bahwa para pengemis Hek I Kai-pang ini sedang mengadakan pesta dan akan
dihadiri oleh para tamunya. Ia ingin melihat apa yang akan terjadi dan siapa tamu-tamu mereka. Kalau perlu iapun dapat menyelinap di antara para tamu dan menjadi seorang tamu pula.
Tak lama kemudian rombongan tamu mulai berdatangan.
Akan tetapi Lee Cin melihat bahwa mereka yang datang itu adalah rombongan tamu dari perkumpulan pengemis yang lain. Ada pengemis-pengemis yang pakaiannya bermacam-macam akan tetapi semua memakai sabuk merah. Ketika
tiba, belasan orang itu berhenti di luar pekarangan dan seorang di antara mereka berseru, "Mereka dari Ang-kin Kaipang
(Perkumpulan Pengemis Sabuk Merah) datang berkunjung!"
Para tamu itu lalu dipersilakan memasuki lapangan
rumput, dan ketuanya yang bertubuh gemuk pendek
dipersilakan duduk di atas bangku, sedangkan para
anggautanya dipersilakan duduk di atas tanah berrumput.
Berbondong- bondong berdatangan para tamu dan Lee Cin melihat bahwa semua tamu terdiri dari para pengemis
melulu. Ada rombongan pengemis berbaju kembang dari
Hwa I Kai-pang (Pengemis Berbaju Kembang), rombongan pengemis berbaju Biru, dan ada pula rombongan pengemis yang membawa tongkat ular, yaitu tongkat dari kayu yang dibentuk seperti ular dan mereka menggunakan nama Coa-tung Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Tongkat Ular).
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka semua dipersilakan duduk dan masing-masing
perkumpulan berjumlah belasan orang sehingga tempat itu menjadi ramai. Tentu saja Lee Cin t idak dapat menyelinap sebagai tamu karena semua tamu adalah pengemis belaka.
Setelah semua orang berkumpul, Hek I Kai-pang bangkit berdiri dari bangkunya dan berkata dengan suara lantang,
"Selamat datang, kawan-kawan dari berkumpulan masing-masing. Kami mengucapkan selamat datang dan terima
kasih kepada kawan- kawan yang sudah datang untuk
merayakan hari jadi perkumpulan kami Hek I Kai-pang. Hari jadi kami yang ke duapuluh lima. Terima kasih pula atas ucapan selamat dan pemberian sumbangan dari kawan-kawan sekalian. Dan marilah kita menikmati hidangan
sekedarnya dari kami!"
Hidangan lalu di keluarkan dan ditaruh di atas tanah berumput dan pesta makan minum itu dimulai. Karena
mereka adalah para pengemis yang biasanya hanya makan makanan sederhana saja, maka sekarang begitu menghadapi hidangan masakan yang mengepul panas dan bermacam-macam, maka merekapun makan dengan lahapnya.
Tiba- tiba dari luar terdengar seruan, "Sin-ciang Mo-kai dan rombongannya datang berkunjung!"
Mendengar ini, Hek I Kai-pang bergegas bangkit berdiri dan keluar menyambut. Yang muncul adalah seorang
pengemis berusia limapuluh tahun, bertubuh tinggi kurus dan mukanya kuning seperti berpenyakitan, matanya sipit dan dia memegang sebatang tongkat yang ujungnya bersinar kehijauan. Pakaiannya tambal-tambalan pula, akan tetapi terbuat dari kain yang baru dan agaknya sengaja ditambal-tambal. Inilah Sin-ciang Mo-kai (Pengemis Iblis Tangan Sakti) yang terkenal sebagai seorang tokoh sesat. Yang mengikutinya ada sepuluh orang dan para pengikutnya ini tidak ada yang berpakaian pengemis, melainkan berpakaian biasa bahkan seorang di antara mereka mengenakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaian perwira kerajaan! Melihat sikap Hek I Kaipangcu yang demikian hormat terhadap Sin-ciang Mo-kai dapat diduga bahwa ketua ini tentu sudah mengenalnya dengan baik.
Memang demikianlah. Beberapa hari sebelum Hek I Kai-
pang mengadakan pesta ulang tahun atau hari jadinya ini, ketua Hek I Kai-pang sudah mengadakan pertemuan dengan Sin-ciang Mo-kai dan Pengemis Iblis ini telah membujuknya untuk bersatu dengan mereka yang membantu pemerintah untuk memusuhi para pendekar dan para patriot.
Mula-mula Hek I Kai-pangcu menolak. "Kami adalah pengemis-pengemis yang kerjanya hanya minta sedekah dan sumbangan dari orang, kami tidak ingin bermusuhan
dengan siapapun juga," demikian dia menjawab.
Sin-ciang Mo-kai mengerutkan alis nya. "Apakah kalian tidak menginginkan kehidupan yang lebih baik dari pada menjadi pengemis" Kalau kalian membantu pemerintah,
pemerintah tentu tidak akan melupakan kalian. Siapa tahu kalian kelak akan diangkat menjadi perajurit dan engkau sebagai
ketuanya diangkat menjadi seorang perwira" Sebaliknya kalau kalian tidak mau membantu, bisa saja kalian dianggap sebagai pemberontak yang membantu para patriot dan kalian akan dibasmi!"
Sin-ciang Mo-kai membujuk dan menggertak dan ketika
ketua Hek I Kai pang berkeras tidak mau, mereka lalu berkelahi dan akibatnya, dengan mudah Sin-ciang Mo-kai mengalahkannya. Ketua Hek I Kai-pang mengaku kalah dan menaluk, bahkan dia menyetujui untuk bekerja sama
dengan pemerintah. Sin-ciang Mo-kai inilah yang mengusulkan agar Hek I Kai-pang mengadakan pesta
mengundang para pimpinan perkumpulan pengemis lainnya.
Ini adalah siasat dari Beng-cu Ouw K wan Lok yang
berusaha menarik sebanyak mungkin anggauta dari berbagai perkumpulan untuk bekerja sama membantu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemerintah Mancu. Dia tahu bahwa terdapat banyak sekali perkumpulan pengemis dan bahwa para pimpinannya terdiri dari orang-orang yang memiliki ilmu silat tinggi. Kalau para pengemis ini mau diajak bekerja sama, mereka merupakan kekuatan yang besar. Karena itulah, dia mengutus Sin-ciang Mo-kai untuk membujuk para pimpinan pengemis untuk
bekerja sama. Setelah para tamu dari berbagai perkumpulan pengemis itu tiba dan pesta dimulai, muncullah Sin-ciang Mokai dan rombongannya. Rombongannya ini terdiri dari orang-orang kang-ouw golongan sesat dan ada seorang perwira kerajaan yang ikut pula.
Untuk Sin-ciang Mo-kai dan rombongannya disediakan
bangku-bangku oleh Ketua Hek I Kai-pang dan hal ini
membuat banyak pengemis mengerutkan alisnya karena
mereka, kecuali sang ketua, hanya disuruh duduk di atas tanah berumput.
Hek I Kai-pangcu bangkit dan dengan hormat mempersilakan Sin-ciang Mo-kai beserta semua rombongannya untuk duduk di bangku dan diapun berkata lantang kepada semua tamu, "Kawan-kawan sekalian.
Kepada yang belum mengenalnya kami perkenalkan bahwa yang baru tiba adalah Sin-ciang Mo-kai yang terhormat bersama rombongannya. Tentu
semua kawan pernah
mendengar nama besarnya yang amat terkenal di dunia
kang-ouw. Setelah pesta nanti, Sin-ciang Mo-kai berkenan akan memberi petunjuk yang amat penting bagi kita semua.
Sekarang, silakan melanjutkan makan minum sepuasnya!"
Pesta dilanjutkan dan mereka makan minum sampai
banyak di antara mereka yang mabuk. Setelah hidangan mereka sikat habis dan mereka kini hanya minum-minum arak sambil bercakap-cakap, Hek I Kai-pang, kembali
bangkit dan berseru lantang. "Kawan-kawan sekalian, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang tiba saatnya bagi Sin-ciang Mo-kai untuk bicara memberi petunjuk kepada kita sekalian."
Semua orang berhenti bicara dan suasana menjadi
tenang. Sin-ciang Mokai lalu bangkit berdiri dan berkata dengan suara yang tinggi melengking karena mengandung khi-kang yang kuat. "Saudara-saudara kaum kai-pang yang baik! Saya datang sebagai utusan Bengcu kita yang baru untuk mengajak saudara sekalian bekerja sama membantu pemerintah!"
Jilid VIII Baru saja sampai di situ dia bicara, keadaan menjadi riuh kembali berbagai tanggapan dilontarkan oleh para pengemis. Sin-ciang Mo-kao mengangkat tangan kanan ke atas memberi isyarat agar semua orang diam. Setelah
keadaan menjadi tenang kembali, dia melanjutkan kata-katanya.
"Harap jangan memberikan tanggapan dan dengarkan dulu kata-kataku sampai habis! Saudara-saudara sekalian hidup sebagai pengemis, dipandang rendah dan dihina oleh banyak orang, dan kadang dikejar-kejar seperti penjahat. Mengapa saudara sekalian tidak mau mengubah keadaan itu" Kini tiba saatnya untuk mengubah keadaan seperti itu. Kalau saudara mau bekerja sama dengan
pemerintah, saudara akan dilindungi. Para pejabat akan berbaik hati terhadap saudara dan tidak ada orang berani memandang rendah kaum pengemis! Semua itu diberikan
kepada saudara sehingga kalau saudara meminta sumbangan, tidak ada lagi yang berani menghina atau
menolak. Dan apakah yang saudara-saudara
harus lakukan" Bersama pemerintah membasmi para pemberontak! Saudara tinggal pilih. Tidak mau bekerja sama dengan pemerintah berarti mendukung pemberontak dan
dimusuhi oleh pemerintah, atau mendukung pemerintah
membasmi pemberontak yang hanya mendatangkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekacauan. Apa lagi sebagai orang-orang kang-ouw, saudara patut tunduk kepada Beng-cu kita, dan Beng-cu kita yang minta
kepada saudara sekalian untuk membantu pemerintah dan menentang kaum pendekar dan patriot yang memberontak terhadap pemerintah yang sah!"
Semua orang terdiam mendengarkan ucapan itu. Mereka
membayangkan betapa akan susahnya hidup mereka kalau dimusuhi
pemerintah. Pasukan pemerintah akan menangkapi dan mengejar mereka sebagai anggauta pemberontak! Sebaliknya, kalau mereka diakui oleh para pejabat sebagai sekutu, tentu mereka tidak akan dimusuhi, bahkan dilindungi dan siapa yang berani menentang
mereka" Akan tetapi, di antara mereka, terutama para ketuanya, banyak yang ragu-ragu. Bagaimana mereka harus memusuhi para pendekar" Terutama para ketua yang
berpendirian bersih, yang pantang melakukan kejahatan, mereka sangsi apakah benar kalau mereka membantu
pemerintah membasmi para pendekar!"
"Saudara sekalian! Akupun seorang pengemis! Maka, aku hendak mempergunakan kesempatan selagi kita berkumpul ini untuk mengangkat diriku sebagai pimpinan para
pengemis! Biarlah aku yang bertanggung jawab dan aku yang membimbing kalian untuk bekerja sama dengan
pemerintah."
Lee Cin yang mendengarkan ucapan Sin-ciang Mo-kai
menjadi terkejut sekali. Kiranya Ouw Kwan Lok yang telah merebut kedudukan Beng-cu kini bekerja sama dengan
pemerintah Mancu. Dan Ouw Kwan Lok agaknya hendak
mengumpulkan semua tenaga di dunia kang-ouw, baik dari golongan bersih maupun kotor, untuk bersama-sama
menjadi sekutu pemerintah. Hal ini amat berbahaya bagi para pendekar dan patriot kalau usaha itu berhasil. Ia sendiri tahu betapa besarnya kekuatan para perkumpulan pengemis itu kalau dikumpulkan dan dapat dipersatukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu akan menjadi kekuatan yang dahsyat yang terdapat di mana-mana. Agaknya pemerintah Mancu telah berhasil
membujuk Beng-cu Ouw Kwan Lok untuk menjadi antek
mereka dan tentu sudah banyak tokoh sesat di kang-ouw yang menjadi anak buahnya. Ayahnya sendiri ketika menjadi beng-cu, berdiri bebas, tidak menjadi antek Mancu, juga tidak menggerakkan dunia kang-ouw untuk memberontak
terhadap pemerintah. Sekarang ketahuanlah mengapa Ouw Kwan Lok bersikeras untuk mengambil kedudukan beng-cu.
Sekarang, kaum sesat, telah berbalik pendirian. Kalau dulu bersekongkol dengan pemberontak, kini sebaliknya malah menjadi antek pemerintah Mancu. Ia harus memberitahu kepada Song Thian Lee akan hal ini. Kalau kaum sesat bekerja sama dengan pemerintah, sama saja dengan menarik Song Thian Lee menjadi sekutu pula. Lee Cin mengerutkan alisnya.
Merupakan ganjelan dalam hatinya melihat kenyataan bahwa Thian Lee menjadi panglima. Sungguh
suatu kedudukan yang sama sekali tidak cocok dengan
watak dan pendirian Thian Lee. Ia mengenal Thian Lee sebagai seorang pendekar, akan tetapi kedudukannya
sebagai panglima menaruh dia di tempat yang lain bahkan yang berlawanan. Seperti keadaannya sekarang ini, kalau Thian Lee tetap menjadi panglima, berarti dia harus bekerja sama dengan golongan sesat dan harus memusuhi para
pendekar dan patriot! Tidak, ini tidak benar dan ia harus memberitahu kepada Thian Lee tentang pertemuan para
pengemis ini. Ucapan Sin-ciang Mo-kai yang mengangkat diri sendiri menjadi pimpinan kaum pengemis ini mendapat tanggapan bermacam-macam. Akan tetapi para ketua kai-pang banyak yang tidak setuju. Ketua Hwa I Kai-pang yang berpakaian berkembang-kembang itu segera berdiri dari bangkunya dan berkata dengan suara lantang. "Kami dari Hwa I Kai- pang selamanya bekerja bebas dan tidak mengakui pimpinan
orang lain kecuali ketuanya. Kami seluruh kaipang pernah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengakui Pek I Lo-kai sebagai sesepuh, akan tetapi setelah bertahun-tahun dia tidak pernah muncul, kami tidak
mempunyai sesepuh lagi dan tidak ingin mengangkat
sesepuh baru."
"Hemm, aku ingin bertanya. Mengapa dulu kalian mau mengangkat Pek I Lo-kai sebagai sesepuh?"
"Karena ilmu kepandaiannya yang tinggi dan dia patut menjadi pemimpin dan sesepuh kami seluruh kai-pang!"
jawab Hwa I Kai-pangcu.
"Apakah kalian tidak percaya akan ilmu kepandaian kami
" Kalau ada yang meragukan kepandaianku, silakan maju dan kita main-main sebentar!"
Mendengar ucapan yang nadanya menantang itu, Hwa I
Kai- pangcu lain melompat ke depan sambil membawa
tongkatnya yang terbuat dari pada bambu. "Biarlah kucoba-coba sebentar!" katanya, tidak berani berlagak, hanya sebagai jawaban atas tantangan itu karena diapun sudah mendengar akan nama besar Sin-ciang Mo-kai sebagai
seorang tokoh pengemis tunggal yang amat lihai.
"Baik! Akupun sudah mendengar bahwa ilmu tongkat ketua Hwa I Kai-pang sudah mencapai tingkat tinggi!" kata Sin- ciang Mo-kai sambil melintangkan tongkatnya yang beracun itu di depan, dada. "Silakan mulai, Hwa I Kaipangcu!"
Ketua Hwa I Kai-pang juga tidak berlaku sungkan lagi, segera menggerakkan bambunya dan menotok ke arah dada dan perut lawan. Sin-ciang Mo- kai cepat menangkis dengan tongkatnya dan ketika dua tongkat bertemu, keduanya
merasa tangannya gemetar. Sin-ciang Mo-kai menerjang ke depan dan selagi tongkatnya menyambar ke arah kepala lawan, tangan kirinya juga menyambar dan menghantam ke arah dada. Hwa I Kai- pangcu cepat mengelak dan
melintangkan tongkatnya ke depan dada untuk menangkis Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan ke arah dadanya itu. Sin-ciang Mo-kai cepat
menarik kembali tangan kirinya dan kini dialah yang
diserang oleh totokan tongkat bambu. Kembali dia menangkis dan mereka sudah saling serang dengan hebat.
Ilmu tongkat ketua Hwa I Kai-pang cukup hebat, gerakannya cepat dan tenaganya juga besar. Namun dia bertanding dengan Sin-ciang Mo-kai yang bukan saja lihai ilmu
tongkatnya, akan tetapi juga memiliki pukulan tangan yang ampuh sehingga dia dijuluki "Sin-ciang (Tangan Sakti).
Setelah pertandingan berlangsung limapuluh jurus, mulailah ketua Hwa I Kai-pang terdesak karena lawannya selalu menyusul serangan pukulan tangan kiri setiap kali tongkat mereka bertemu.
"Haittt..... ...!" Tongkat Hwa I Kai-pang menyambar lagi, kini menghantam ke arah kepala Sin-ciang Mo-kai. Pengemis berbaju kembang- kembang mewah ini menangkis dengan
tongkatnya dan kembali tangan kirinya memukul dengan dorongan kuat. Ketua Hwa I Kai-pang menangkis dengan dorongan tangan kanan untuk mengadu tenaga.
"Dess. .... !" Ketika dua tangan bertemu tubuh ketua Hwa I Kai-pang terpental ke belakang dan jatuh terjengkang. Dia bangkit duduk dengan napas terengah-engah, lalu dipapah oleh anak buahnya sehingga dia mampu berdiri lagi. Dia memandang
kepada Sin-ciang Mo-kai dengan

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata mengandung penasaran.
"Nah, bagaimana, Hwa I Kai-pangcu" Apakah engkau menganggap aku cukup lihai untuk menjadi sesepuh semua kai- pang " "
"Kepandaianmu memang tinggi, Sin ciang Mo- kai, akan tetapi..... "
?"Akan tetapi apa" Apakah masih ada yang menyangsikan kemampuanku sebagai pimpinan kalian "
Kalau masih ada, silakan maju!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara orang, "Sungguh menggelikan.
Sin-ciang Mo-kai bicara besar untuk mempengaruhi para kai-pangcu!" Tiba-tiba dari luar masuklah seorang pengemis yang usianya tentu sudah mendekati tujuhpuluh tahun.
Kakek yang bertubuh tinggi kurus, rambutnya sudah putih semua dan bajunya penuh tambalan dari kain putih seperti orang berkabung dan tangannya memegang sebatang
tongkat bambu butut. Melihat kakek pengemis berpakaian putih itu, ketua Hwa I Kai-pang berseru girang.
"Lo-cian-pwe Pek I Lo-kai!" katanya dan segera dia menjatuhkan diri berlutut. Juga para ketua kai-pang yang lain cepat memberi hormat kepada Pek I Lokai (Pengemis Tua Berbaju Putih) karena kakek itu dahulu dianggap
sebagai sesepuh kaum kai-pang!
Lee Cin mengintai dari tempat sembunyinya. Iapun
pernah mendengar akan nama julukan Pek I Lo-kai itu
sebagai tokoh besar kaum pengemis yang tergolong bersih.
Pasti akan terjadi bentrokan yang seru, pikirnya, mengingat betapa kedatangan Sin-ciang Mo-kai bermaksud mengajak para pengemis untuk menjadi antek pemerintah penjajah.
Sementara itu, ketika Sin-ciang Mo kai mendengar
ucapan Pek I Lo-kai, dia mengerutkan alisnya dan
melangkah maju menyambut Pek I Lo-kai yang memasuki
lapangan "Hemm, kiranya engkau yang berjuluk Pek I Lo-kai" Aku memang sedang membujuk para kai-pangcu untuk bekerja sama dengan pemerintah menentang kaum pemberontak.
Apakah ini kau anggap keliru?"
"Sin-ciang Mo-kai, sejak kapan engkau menjadi antek pemerintah penjajah" Kalau engkau menjadi antek penjajah, itu hakmu, akan tetapi jangan membujuk para kai-pangcu untuk
mengikuti jejakmu. Para kai-pang adalah perkumpulan pengemis yang kerjanya hanya minta sedekah dari orang-orang budiman, dan di samping itu menentang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejahatan. Demikian aku selalu menganjurkan. Sebagai sesepuh kai-pang aku tidak setuju kalau mereka hendak menjadi antek penjajah Mancu."
"Pek I Lo-kai, kalau begitu engkau juga berjiwa pemberontak!" seru Sinciang Mo-kai marah.
"Aku bukan pemberontak, akan tetapi itu tidak berarti bahwa aku membantu pemerintah penjajah."
Dua orang yang berpakaian perwira kerajaan melompat
ke depan menghadapi Pek I Lo-kai dan seorang di antara mereka menuding dengan telunjuknya. "Orang tua, kalau engkau melarang orang untuk membantu pemerintah, itu menunjukkan
bahwa engkau seorang yang berjiwa pemberontak! Kami sebagai perwira perwira kerajaan berkewajiban untuk menangkap orang sepertimu. Dua orang perwira itu sudah mencabut pedangnya dengan sikap
mengancam. "Hemm, kalian dapat saja menuduh aku pemberontak, akan tetapi mana buktinya" Aku tidak melakukan sesuatu yang sifatnya memberontak, aku hanya tidak ingin melihat para kai-pang dibujuk untuk memusuhi para pendekar."
"Itu artinya sudah memberontak! Hayo menyerah menjadi tawanan
kami atau terpaksa kami mempergunakan kekerasan untuk menangkapmu!"
"Aku tidak bersalah apa-apa, tidak sudi aku menyerah, dan silakan menangkap aku kalau kalian mampu!" tantang Pek I Lo-kai sambil tersenyum. Para ketua kai-pang tidak ada yang berani mencampuri. Bagaimanapun juga, dua
orang itu adalah perwira kerajaan, kalau mereka memihak Pek I Lo-kai, tentu mereka akan dianggap pemberontak dan dimusuhi
oleh pemerintah. Kalau sudah dimusuhi pemerintah, tentu mereka akan celaka dan tidak mempunyai tempat untuk berpijak lagi, ke mana-mana akan dikejar-kejar pasukan pemerintah. Maka, biarpun di dalam hati Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka herpihak kepada Pek I Lo-kai, mereka tidak berani menyatakan dengan terang terangan, dan hanya menonton saja.
"Bagus, kalau begitu terpaksa kami harus membunuhmu, pemberontak!" Dua orang perwira itu menggerakkan pedang mereka dan menyerang dengan
ganas. Ternyata mereka adalah orang-orang yang pandai memainkan pedang dan serangan mereka cukup dahsyat.
Akan tetapi, dengan gerakan cepat dan tenang, Pek I Lokai sudah dapat mengelak dari serangan mereka. Dua orang perwira itu menjadi semakin penasaran dan mereka berdua mendesak maju, mengirim serangan beruntun dengan
pedang mereka. Pek I Lo-kai meloncat ke belakang dan ketika dua orang itu mengejar dengan serangan pedang berikutnya, dia mulai menggerakkan tongkat bambunya untuk menangkis.
"Trang-trangg..... ?" Dua batang pedang itu tertangkis tongkat dan akibatnya, dua orang perwira itu terhuyung ke belakang. Melihat ini, Sin-ciang Mokai melompat ke depan setelah
memberi isyarat kepada rombongan dan menggerakkan tongkatnya mengeroyok Pek I Lo-kai. Delapan orang anggauta rombongannya juga sudah bangkit berdiri dan meloloskan senjata masing-masing. Mereka adalah para tokoh sesat di dunia kang-ouw yang sudah dapat terbujuk untuk membantu gerakan Ouw-bengcu yang mengumpulkan
mereka untuk membantu pemerintah Mancu.
Pek I Lo-kai yang sudah mulai mendesak dua orang
perwira itu, kini dikeroyok oleh sebelas orang yang masing-masing memiliki ilmu kepandaian silat yang cukup tangguh.
Para ketua kai-pang hanya menonton saja dengan muka
berubah pucat. Biarpun dalam hati mereka condong
memihak Pek I Lo kai, namun mereka tidak ada keberanian untuk menentang mereka yang berpihak pemerintah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
khawatir kalau mereka akan dianggap pemberontak dan
dimusuhi pemerintah.
Melihat betapa Pek I Lo-kai dikeroyok sebelas orang, Lee Cin tentu saja tidak membiarkan saja hal itu terjadi tanpa turun tangan. Ia merasa penasaran sekali melihat para ketua kai-pang yang tinggal diam sambil menonton sesepuh mereka dikeroyok. Dengan gemas Lee Cin lalu meloncat ke depan dan berseru dengan suara lantang.
"Hei para kai-pangcu! Apakah kalian telah menjadi begitu pengecut membiarkan yang jahat mengeroyok sesepuh
kalian?" "Kami.,....
kami tidak ingin dianggap sebagai pemberontak!" kata ketua Hwa I Kai-pang dengan muka berubah
merah. Para ketua lain juga mengangguk membenarkan ucapan ketua. Hwa I Kai-pang.
"Kami tidak ingin terlibat....." kata ketua Hwa I Kai-pang dan mereka semua segera menjauhkan diri, tidak ingin terlibat dalam perkelahian itu.
Lee Cin menjadi semakin gemas. Ia mencabut pedang
Ang-coa-kiam dari lilitan di pinggangnya dan melompat ke dalam pertempuran sambil berseru, "Lo cian-pwe Pek I Lokai, aku datang membantumu!" Dan pedangnya lalu menerjang Sin-ciang Mo-kai yang merupakan pengeroyok paling berbahaya bagi Pek I Lo-kai.
Melihat sinar pedang putih yang menyilaukan mata
menyambar ke arahnya, Sin-ciang Mo-kai menjadi terkejut sekali dan cepat dia membuang dirinya ke belakang sambil memutar tongkatnya melindungi tubuhnya. Pedang itu
menyambar bagaikan kilat saja. Ketika Sin-ciang Mo-kai yang baru saja lolos dari serangan hebat itu bangkit berdiri, pedang itu sudah menyambar lagi dan cepat Sinciang Mo-kai menangkis dengan tongkatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Trangg..... !" Tongkat itu hampir terlepas dari pegangan tangan Sin-ciang Mo-kai. Dia menjadi semakin terkejut dan maklum bahwa dia berhadapan dengan seorang gadis yang amat lihai dan ketika dia memperhatikan teringatlah dia bahwa gadis ini adalah gadis lihai yang dulu bersama Song Thian Lee pernah dia keroyok bersama rekan-rekannya di timur. Maka dia tahu bahwa dia bukan lawan gadis itu dan dia
segera berseru kepada kawan-kawannya untuk membantunya. Para pengeroyok Pek I Lo-kai terkejut dan sebagian dari mereka meninggalkan kakek pengemis baju putih itu untuk mengeroyok Lee Cin.
"Nona yang baik, jangan sembarangan membunuh
orang!" Pek I Lo-kai berseru kepada Lee Cin ketika melihat betapa ganasnya pedang Lee Cin menyambar-nyambar. Lee Cin cemberut. Kakek itu dikeroyok orang-orang secara curang dan kini malah melarangnya membunuh para
pengeroyok! Sama seperti pendirian ayahnya yang tidak memperbolehkan ia mudah membunuh orang! Maka iapun
mengubah gerakan pedangnya dan kini ia hanya ingin
merobohkan mereka tanpa membunuh.
Sementara itu, sebenarnya Pek I Lo-kai tidak membutuhkan bantuan Lee Cin. Dengan ilmu kepandaiannya yang tinggi kakek itu akan mampu mengalahkan semua pengeroyoknya. Kini, setelah sebagian pengeroyoknya meninggalkannya, lebih mudah baginya
untuk mengalahkan para pengeroyok yang hanya tinggal lima
orang itu. Berturut-turut mereka itu roboh berpelantingan terkena tendangan atau hantaman tongkat bambu Pek I Lo-kai.
Demikian pula Lee Cin, dengan ilmu pedangnya yang
hebat, ia telah membuntungi senjata-senjata
para pengeroyoknya, bahkan ia berhasil menendang Sin-ciang Mo-kai sehingga roboh terguling-guling. Namun Sin-ciang Mo-kai tidak terluka parah dan setelah melompat berdiri, dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu berseru kepada kawan-kawannya untuk lari meninggalkan gelanggang perkelahian. Sebelas orang itu lalu melarikan diri, ada yang terpincang-pincang dan ada yang saling papah. Pek I Lo-kai dan Lee Cin tidak melakukan pengejaran.
"Ha-ha-ha, nona yang lihai! Engkau mengingatkan aku akan muridku Tang Cin Lan!"
Lee Cin terbelalak. Jadi inikah guru Cin Lan" "Lo-cianpwe, kebetulan sekali aku mengenal baik enci Tang Cin Lan.
Ia kini telah menjadi isteri Panglima Song Thian Lee."
"Bagus, siapakah namamu, nona?"
"Namaku Souw Lee Cin, lo-cianpwe."
"She Souw" Masih adakah hubunganmu dengan Beng-cu Souw Tek Bun?"
"Dia adalah ayahku, lo-cian-pwe, akan tetapi sekarang dia bukan beng-cu lagi."
"Aku sudah mendengar bahwa ayahmu telah mengundurkan diri. Sayang ketika itu aku tidak sempat datang ke Hong-san."
"Lo-cian-pwe,
para ketua kai-pang ini sungguh menjemukan. Melihat lo-cian pwe dikeroyok, mereka hanya menjadi penonton saja. Bukankah lo-cian-pwe menjadi
sesepuh mereka?"
Pek I Lo-kai menghela napas panjang dan memandang
kepada para pengemis yang menjauhkan diri karena tidak mau terlibat. "Jangan salahkan mereka. Mereka tentu takut melawan orang-orangnya pemerintah. Kalau pemerintah
sudah memusuhi para pengemis, akan celakalah mereka, di mana-mana mereka akan ditangkap dan dikejar. Mereka
tidak seharusnya membantu pemerintah, akan tetapi juga tidak perlu memusuhi pemerintah. Mereka harus berdiri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bebas dan bekerja mengumpulkan sumbangan sehari-hari untuk keperluan hidup mereka."
Pada saat itu, para ketua kai-pang berdatangan memberi hormat kepada Pek I Lo-kai. Mereka merasa bersalah dan malu.
"Mohon pengertian dan maaf lo-cian pwe bahwa kami para ketua kai-pang tidak berani membantu melihat lo-cian pwe dikeroyok mereka," kata ketua Hek I Kai-pang.
Pek I Lo-kai tersenyum dan mengangguk-angguk. "Aku sudah mengerti. Memang tidak perlu kalian dianggap musuh oleh pemerintah, akan tetapi kuperingatkan kalian semua, jangan
sekali-kali mau diperalat pemerintah untuk memusuhi para pendekar dan patriot."
"Kami mengerti, lo-cian-pwe."
"Sudahlah, sekarang kalian boleh pergi, pulang ke tempat masing-masing dan bekerjalah seperti biasa. Kami ber duapun harus pergi dari sini. Mari, Nona Souw, kita bicara di tempat lain!" Kakek itu lalu meloncat dan pergi dari situ.
Melihat kakek itu mempergunakan gin-kangnya, Lee Cin juga berkelebat lenyap dari situ, mengagumkan para ketua kai-pang yang kemudian memimpin anak buah masing-masing untuk meninggalkan hutan itu.
Setelah mengerahkan ilmunya berlari cepat, barulah Lee Cin dapat menyusul kakek itu. Pek I Lo-kai memang sengaja hendak menguji kepandaian gadis itu dan melihat betapa gadis itu mampu menyusulnya, dia tertawa kagum dan
berhenti berlari. Lee Cin juga berhenti.
"Hebat, ilmu kepandaian hebat, nona. Apakah engkau mendapatkan semua ilmu ini dari ayahmu Sin-kiam Hok-mo (Pedang Sakti Penaluk Iblis) Souw Tek Bun?"
"Dari ayahku, juga dari ibuku dan dari In Kong Thai-su."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"In Kong Thai-su ketua Siauw-limpai" Hebat sekali kalau engkau dapat mempelajari It-yang-ci darinya."
"Memang It-yang-ci yang telah diajarkan kepadaku, locian-pwe."
"Hebat! Dan siapa ibumu?"
"Ibuku pernah berjuluk Ang-tok Mo li," kata Lee Cin agak ragu karena maklum bahwa nama julukan ibunya itu tidak terlalu harum, melainkan julukan seorang datuk sesat!
"Aha! Jadi Ang-tok Mo-li itu isteri Souw Tek Bun" Betapa anehnya dunia kang-ouw."
"Akan tetapi sekarang ayah dan ibuku telah hidup bersama di Hong-san. Lo-cian-pwe, sekarang kaum pendekar dan patriot terancam bahaya besar. Agaknya beng-cu yang sekarang,
Ouw Kwan Lok itu, telah menjadi antek pemerintah Mancu dan melakukan gerakan baru. Mereka
hendak menarik orang-orang kang-ouw untuk membantu
pemerintah Mancu dan memusuhi para pendekar dan
patriot! Sin-ciang Mo-kai tadipun merupakan orangnya Ouw-bengcu. Kalau sampai semua kai-pang terpengaruh dan
memusuhi para pendekar dan patriot, sungguh berbahaya, lo-cian-pwe."
Kakek itu mengelus jenggotnya dan menggeleng kepalanya. "Ahh, belum tiba saatnya untuk memberontak.
Kerajaan Ceng terlampau kuat. Akan tetapi aku percaya bahwa orang-orang kang-ouw yang masih mempunyai
perasaan mencinta tanah air, tidak akan sudi menjadi antek pemerintah penjajah. Yang dapat mereka tarik tentu hanya tokoh-tokoh kang-ouw yang sesat saja. Aku tidak dapat membayangkan bahwa para kaipang akan menjadi antek
penjajah. Mungkin mereka pura-pura tunduk karena takut, akan tetapi jarang di antara mereka yang mau memusuhi para pendekar. Tentu saja ada kecualinya, yaitu kai-pang yang memang sudah menjadi golongan sesat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku juga prihatin memikirkan keadaan panglima Song Thian Lee dan isterinya, enci Tang Cin Lan. Kalau


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemerintah merangkul golongan sesat memusuhi para
pendekar patriot, berarti Panglima Song harus bekerja sama dengan golongan sesat dan memusuhi kaum pendekar."
"Ha-ha, apakah engkau belum mendengar, nona Souw"
Song Thian Lee telah mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai panglima dan dia bersama isteri dan puteranya telah meninggalkan kota raja dan tinggal di Tung-sin-bun."
"Ah, benarkah, lo-cian-pwe" Ah, aku ikut gembira mendengar ini!"
"Akan tetapi, baru saja aku pergi ke sana untuk mengunjungi
mereka dan mendengar bahwa mereka sekeluarga terpaksa melarikan diri setelah rumah mereka diserbu
serombongan orang jahat. Menurut para tetangganya, mereka dituduh pemberontak dan didatangi pasukan untuk menangkap mereka. Song Thian Lee dan
anak isterinya telah melarikan diri meninggalkan Tung-sinbun dan aku tidak tahu ke mana mereka pergi." Pek I Lo-kai menghela napas panjang. "Sebetulnya, aku sudah merasa rindu kepada muridku Cin Lan. Kasihan sekali mereka, begitu Song Thian Lee mengundurkan diri sebagai panglima muda, langsung saja dia dicap pemberontak dan dikejar-kejar."
Lee Cin mengepal tinjunya. "Jahanam benar penjajah Mancu! Siapa yang tidak mau menjadi antek mereka,
langsung saja disebut pemberontak! Kita harus hancurkan penjajah, lo-cian-pwe."
"Ho-ho, tidak begitu mudah, nona muda! Pemerintah memiliki pasukan yang besar dan kuat. Mempunyai
panglima-panglima yang lihai, apa lagi dibantu oleh para tokoh sesat yang berilmu tinggi. Apa yang dapat kita lakukan" Sekarang belum tiba saatnya untuk memberontak.
Kita harus bersatu padu menyusun kekuatan, terutama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan seluruh lapisan rakyat, baru kita mempunyai kekuatan
dan kesempatan untuk menumbangkan kekuasaan penjajah. Sekarang, untuk sementara ini, kita hanya
dapat bertindak sebagai golongan pendekar, menegakkan kebenaran dan keadilan, membela si lemah
yang tertindas dan menentang si kuat yang menindas."
"Akan tetapi, penindasnya adalah para pembesar penjajah, lo-cian-pwe."
"Pembesar bangsa Mancu atau bangsa Han, kalau dia
menindas rakyat harus kita tentang, kita kaum pendekar berkewajiban untuk menentang si jahat siapapun dan dari golongan atau bangsa apapun mereka itu. Dan kita semua harus bersiap-siap untuk mendukung kalau waktunya tiba untuk mengadakan perjuangan melawan penjajah."
"Lo-cian-pwe benar," kata Lee Cin yang kemudian teringat bahwa kakek ini agaknya mengerti akan apa yang terjadi di seluruh tanah air, lalu bertanya, "Bagaimana pendapat lo-cian-pwe dengan para patriot seperti Keluarga Cia di kaki bukit Lo-sian itu" Atau lo-cianpwe tidak pernah mendengar tentang mereka?"
"Keluarga Cia" Ah, tentu saja aku pernah mendengar tentang mereka. Mereka adalah keluarga patriot, akan tetapi mereka itu melakukan perjuangan secara membuta, mau
bersekutu dengan golongan sesat untuk memusuhi penjajah.
Gerakan seperti itu adalah keliru, dan gerakan mereka yang bersekutu dengan pasukan pemberontak, golongan sesat dan para bajak laut Jepang telah menderita kegagalan dan kehancuran. Perjuangan seperti itu tidak akan dilakukan oleh para pat riot sejati. Patriot sejati tidak akan mengotori perjuangan dengan hubungan persahabatan dengan para
golongan sesat. Betapa banyaknya sekarang ini muncul perkumpulan-perkumpuIan pejuang seperti itu. Mereka
merangkul tokoh-tokoh sesat yang lihai untuk memperkuat diri
mereka. Mereka memang mengganggu pasukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemerintah, akan tetapi mereka juga merampok dan
melakukan kejahatan lain lagi. Mereka hanya mencemarkan perjuangan yang suci."
"Siapakah mereka, Lo-cian-pwe?"
"Yang aku ketahui hanya tiga yang terbesar, yaitu Thian-li-pang, Pek-lianpang dan Pat-kwa-pang. Karena sepak terjang mereka yang tidak pantang melakukan kejahatan, para pendekar juga menentang mereka. Mereka menutupi kejahatan mereka dengan kata perjuangan, mereka minta derma dengan paksa atas nama perjuangan. Pek-lian-pang bergerak di wilayah barat, Thian-lianpang bergerak di wilayah Utara dan Pat-kwa-pang bergerak di wilayah selatan.
Perkumpulan-perkumpulan seperti itu berjuang melawan pemerintah penjajah dengan tujuan mencari kemuliaan dan kedudukan untuk diri sendiri. Sedangkan para patriot sejati berjuang dengan satu tujuan, yaitu membebaskan tanah air dan bangsa dari belenggu penjajahan, tanpa pamrih apapun untuk diri sendiri. Itulah bedanya."
Mendengar ucapan ini, Lee Cin teringat akan Cia Tin
Han. Betapa sama pendapat Pek I Lo-kai ini dengan
pendapat pemuda yang dicintanya itu. Tin Han adalah
seorang patriot sejati! Jantungnya terasa pedih begitu ia teringat akan pemuda itu.
"Tahukah lo-cian-pwe di mana adanya Keluarga Cia sekarang?" Tentu saja yang dimaksudkan Lee Cin adalah untuk mencari tahu di mana adanya Tin Han. sekarang.
"Aku tidak tahu, nona. Aku hanya mendengar setelah mereka
yang bersekongkol dengan pasukan yang memberontak di timur digagalkan oleh Song Thian Lee, mereka menghilang dan tidak terdengar lagi beritanya. Dan sekarang, engkau hendak pergi ke manakah, Nona Souw?"
"Aku hendak melanjutkan perjalananku merantau, locian-pwe. Dan lo-cianpwe hendak ke manakah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan mencari di mana adanya Song Thian Lee dan Tang Cin Lan."
"Kalau begitu, selamat jalan dan selamat berpisah, locian-pwe. Kalau bertemu dengan Lee-ko dan enci Cin Lan, sampaikan salamku kepada mereka."
"Selamat berpisah, nona Souw. Aku senang sekali dapat bertemu denganmu."
Mereka lalu berpisah dan Lee Cin kembali ke kota Liok-bun. Malam itu ia bermalam di rumah penginapan Hoktiam dan dapat tidur pulas karena ia merasa lelah sekali.
-oo(mch)oo- Pada keesokan harinya, pagi-pagi Lee Cin sudah
meninggalkan rumah penginapan Hok-tiam di kota Liok-bun dan ia melanjutkan perjalanannya ke timur.
Pada suatu hari, di luar sebuah dusun di lereng Bukit Awan, selagi Lee Cin berjalan seorang diri seenaknya di tempat yang sunyi itu, tiba-tiba dari belakang terdengar derap kaki kuda. Seorang penunggang kuda membalap di sebelahnya dan tiba-tiba penunggang kuda itu menahan kudanya dan dia menoleh, memandang kepada Lee Cin
dengan pandang mata tajam penuh selidik. Lee Cin balas memandang dengan penuh perhatian akan ia merasa tidak mengenal laki-laki itu. Dia seorang laki-laki yang berusia kurang
lebih tigapuluh tahun, mengenakan pakaian berwarna serba hijau, bertubuh sedang dan berwajah
tampan. Rambutnya yang di kuncir panjang melibat
lehernya, membuat dia tampak lebih gagah lagi. Di
punggungnya terselip sebatang tongkat bambu kuning. Lee Cin tidak mengenal laki-laki ini dan ia mengerutkan alisnya ketika orang itu mengamatinya seperti itu. Sebelum ia menegur marah, laki-laki itu telah meloncat turun dari atas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kudanya dan bertanya, suaranya lembut dan so-pan, "Maaf, nona. Apakah nona She Souw ?"
"Benar, siapa engkau dan mengapa engkau bertanya demikian?"
Wajah laki-laki itu berubah berseri. "Kalau begitu, nona tentu bernama Souw Hiang, bukan " "
"Bukan, namaku Souw Lee Cin. Engkau siapakah?"
"Ah, maafkan aku kalau begitu aku salah sangka, nona.
Wajah nona mirip nona Souw Hiang, maka aku bertanya
padamu. Aku Yauw Seng Kim, tentu tidak nona kenal. Sekali lagi maafkan kekeliruanku, nona."
Laki-laki itu meloncat ke atas kudanya lagi dan
membalapkan kudanya ke depan. Lee Cin tersenyum geli.
Mengapa begitu kebetulan" Wajahnya mirip dan she-nya sama pula. Ia tahu bahwa banyak terdapat orang she Souw maka hal itu dianggapnya biasa saja dan ia sudah
melupakan lagi laki-laki itu setelah kuda dan penunggangnya lenyap di sebuah tikungan. Sama sekali ia tidak tahu bahwa baru saja ia bertemu dengan seorang musuh besar yang mengancam keselamatannya. Pemuda
tadi adalah Yauw Seng Kun, pemuda yang ingin membalas dendam atas kematian gurunya, yaitu mendiang Jeng ciang-kwi yang tewas di tangan Lee Cin. Ketika melewati Lee Cin, dia teringat bahwa gadis itulah Lee Cin yang dicarinya maka dia menggunakan akal menanyakan she gadis itu. Begitu mengetahui bahwa gadis itu benar musuh besarnya, maka dia lalu bersiasat, pura-pura mencari gadis she Souw yang lain lagi namanya, akan tetapi dalam hatinya dia mencatat bahwa gadis ini yang dicarinya. Karena pernah mendengar betapa lihainya musuh besarnya itu, dia tidak mau
sembrono dan langsung menyerangnya, maka dia segera
meninggalkan gadis itu dan membalapkan kudanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah hari mulai condong ke barat Lee Cin tiba di lereng bukit yang berhutan. Dari lereng itu ia dapat melihat ke kaki bukit dan melihat genteng-genteng rumah penduduk dusun di bawah. Ia lalu mempercepat jalannya agar dapat tiba di dusun itu sebelum senja.
Tiba-tiba ia mendengar jerit wanita. "Tolooongg..... !"
Mendengar ini, Lee Cin berhenti berlari dan menoleh ke arah kiri.. Dari hutan itulah suara tadi datang.
"Tolonggg....
lepaskan aku, ahh...... lepaskan...... toloooong..... !"
Mendengar ini, Lee Cin cepat melompat ke dalam hutan dan lari ke arah datangnya suara itu. Tak lama kemudian ia melihat seorang laki-laki sedang bergumul dengan seorang wanita. Wanita itulah yang menjerit-jerit tadi. Melihat laki-laki itu hendak memperkosa wanita naiklah darah Lee Cin.
Ia melihat bahwa laki-laki itu adalah si penunggang kuda yang berpakaian serba hijau tadi. Tanpa banyak cakap lagi ia segera melompat dekat dan tangannya men cengkeram leher baju orang itu dan menariknya keras-keras. Laki-laki itu terkejut dan setelah leher bajunya dilepaskan, dia langsung menyerang Lee Cin dengan pukulan tangan
kanannya. Pukulan itu kuat sekali dan ilmu silatnya juga hebat. Lee Cin mengelak dan mereka segera saling serang dengan serunya. Ilmu silat orang itu berdasarkan pat-kwa (segi
delapan) dengan perubahan-perubahan
yang membingungkan, akan tetapi ketika Lee Cin menggunakan it-yang-ci, terbalik orang baju hijau itulah yang terkejut dan berulang kali terpaksa menjauhkan diri agar jangan sampai terkena totokan yang amat lihai itu.
Laki-laki itu bukan lain adalah Yauw Seng Kun! Setelah mengerahkan tenaga dan ilmu silatnya untuk menyerang Lee Cin tanpa hasil, bahkan setelah lewat limapuluh jurus dia terdesak, Seng Kun lalu mencabut tongkat bambu kuning Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari punggungnya dan menyerang Lee Cin dengan senjatanya yang ampuh.
Lee Cin mengelak ke sana sini dan maklum bahwa
lawannya memang tangguh. Maka iapun cepat melolos
pedang Ang-coa-kiam dan kini balas menyerang dengan
ganas. Terjadilah pertandingan mati-matian karena Seng Kun berniat sungguh-sungguh untuk membunuh musuh
besarnya. Akan tetapi ternyata benar yang dikhawatirkan tadi, ilmu kepandaian Lee Cin amat hebat dan sama sekali dia tidak mampu mendesak bahkan lewat puluhan jurus dia mulai terkurung sinar pedang yang putih berkilauan itu.
Maklum bahwa dia tidak akan mampu menang, Seng
Kun melompat ke kiri di mana kudanya berada dan langsung dia membalapkan kudanya meninggalkan tempat itu.
Lee Cin tidak mengejar dan mendengar isak tangis, ia lalu cepat menghampiri wanita tadi. Ia seorang wanita yang usianya kurang lebih duapuluh lima tahun, cantik manis dan pakaiannya mewah. Ia menangis terisak-isak dan
airmatanya membasahi kedua pipinya.
"Diamlah, enci. Penjahat itu telah pergi. Engkau siapakah enci, dan tinggal di mana" Bagaimana engkau bisa berada di sini dan diserang orang tadi?"
"Aku..... aku Siu Lan.... seorang janda yang tinggal di dusun sana itu. ....." Wanita itu berkata sambil terisak-isak dan ketika ia mencoba melangkah, tubuhnya terguling.
Tubuh itu tentu akan terpelanting kalau saja Lee Cin tidak cepat-cepat merangkulnya.
"Hati-hati, enci..... " Tiba-tiba wanita itu mengeluarkan sehelai saputangan merah dan mengebutkan saputangan itu ke muka Lee Cin. Karena sedang merangkul dan sama sekali tidak menduga akan serangan itu, Lee Cin tidak sempat mengelak lagi. Ia mencium bau keras yang menyengat
hidungnya. Ia cepat meloncat ke belakang, akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandang matanya menjadi gelap dan iapun roboh pingsan karena menyedot bau racun pembius yang amat ampuh
Tubuh Lee Cin memang sudah kebal racun, akan tetapi
racun yang masuk ke tubuh melalui mulut atau melalui luka, ia tidak kebal. Bahkan ibunya sendiripun tidak kebal terhadap racun yang masuk melalui penciuman ini....
Muncullah Yang Seng Kun dari balik semak belukar.
Kiranya pemuda ini tadi hanya berpura-pura saja melarikan kudanya, padahal dia berhenti lagi dan kembali dengan berlari dan mengintai apa yang terjadi. Kini dia muncul dan berseru, "Bagus sekali Mo-li (Wanita Iblis), sandiwaramu bagus sekali sehingga kita berhasil!"
Wanita yang mengaku bernama Sui Lan itu menoleh dan
tertawa. "Hi- hik, engkau juga pandai bermain sandiwara menjadi tukang perkosa, agaknya engkau memang sudah
biasa memperkosa wanita!" ia menggoda.
"Serahkan ia kepadaku, Mo-li "
Wanita itu memang
bernama Teng Sui Lan,
akan tetapi lebih terkenal
dengan julukan Ban-tok
Mo-li (Wanita Iblis Selaksa Racun). Ban-tok
Mo-li Teng Siu Lan adalah seorang tokoh baru dalam kalangan sesat di dunia kangouw.
Ia datang dari selatan
dan sejak lama ia telah
menjadi sahabat baik Yauw Seng Kun. Karena
sama-sama dari satu golongan, mereka segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi akrab, bukan hanya sebagai teman melainkan juga sebagai kekasih. Sen Kun segera membawanya ke Pulau
Naga untuk bergabung dengan beng-cu Ouw Kwan Lok.
Kemudian mereka berdua mendapat tugas untuk membujuk orang-orang kang-ouw agar mau bergabung dengan beng-cu Ouw Kwan Lok di Pulau Naga.
Pada siang hari itn, Seng Kun melakukan perjalanan
untuk menyusul kekasihnya yang berada di dusun bawah bukit itu. Secara kebetulan dia bertemu dengan Lee Cin di tengah perjalanan dan setelah yakin bahwa gadis itu Souw Lee
Cin musuh besar yang dicari-carinya,
dia lalu membalapkan kudanya menuju ke dusun. Setelah bertemu dengan Bantok Mo-li, dia segera mengatur siasat untuk menjebak Lee Cin. Tadinya dia yang berpura-pura menjadi pemerkosa itu menguji kepandaian Lee Cin, akan tetapi kemudian dia tahu bahwa gadis itu benar-benar amat lihai dan tak dapat dikalahkannya. Karena itu dia melarikan diri, kemudian kembali dengan, berlari untuk membantu Ban-tok Mo-li kalau-kalau wanita iblis itu gagal membius Lee Cin.
Akan tetapi ternyata Ban tok Mo-li berhasil baik dan dengan girang Seng Kun lalu muncul dan memuji kekasihnya itu.
"Serahkan kepadamu untuk kauperkosa?" Ban-tok Mo-li bertanya dengan alis berkerut. "Kau hendak mengkhianati cintaku" "
Wajah Seng Kun berubah merah. 'Tidak, aku akan
menyiksanya dulu lalu membunuhnya!" katanya dengan geram, teringat akan gurunya yang tewas di tangan Lee Cin.
Dia mendekati tubuh Lee Cin, lalu menotoknya untuk
membuat gadis itu tidak dapat menggerakkan kedua
tangannya kalau sadar nanti kemudian dia masih mengeluarkan tali yang kuat untuk membelenggu kedua
tangan Lee Cin ke belakang tubuhnya.
Pada saat itu Lee Cin membuka matanya. Tubuhnya yang kuat itu hanya sebentar saja terpengaruh bius. Akan tetapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah ia sadar dan hendak bangkit, ia tidak dapat
menggerakkan kedua tangannya dan selain lumpuh tertotok, juga terbelenggu. Dengan susah payah ia dapat bangkit dan bangun berdiri karena ia masih mampu menggerakkan
kedua kakinya. Ia memandang kepada laki-laki dan wanita itu.
"Seng Kun, aku tidak sudi melihat engkau memperkosanya dan akupun tidak ingin engkau membunuhnya." Le Cin yang berdiri dengan kedua tangan terbelenggu
memandang mereka dan mendengarkan

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

percakapan itu.
"Hemm, ia musuh besarku, mengapa aku tidak boleh membunuhnya, Mo-li?"
"Seng Kun, lupakah engkau akan pesan Beng-cu" Dia berpesan kepada kita untuk mencari tiga orang, yaitu Song Thian Lee, Tang Cin Lan, dan Souw Lee Cin. Sekarang kita sudah mendapatkan seorang di antara mereka, tidak boleh membunuhnya, harus dihadapkan kepada Beng-cu. Kalau
Beng-cu tahu bahwa engkau membunuhnya, apa yang akan dilakukannya terhadapmu, terhadap kita" Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya!"
"Akan tetapi ia musuh besarku yang telah membunuh guruku!" bantah Seng Kun.
"Oleh Beng-cu ia akan dibunuh juga, atau engkau nanti boleh
minta kepada Beng-cu agar engkau yang membunuhnya. Bukankah itu sama juga" Pendeknya, aku
tidak mau engkau membunuhnya sekarang dan kita harus membawanya menghadap Beng-cu. Ingat, akulah yang
menangkapnya, bukan engkau!"
Lee Cin yang mendengarkan percakapan itu lalu
tersenyum mengejek. "Hemm, kalian sungguh orang-orang pengecut yang tidak tahu malu. Kalau memang kalian
memiliki kegagahan, mengapa menjebakku dengan cara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang demikian curangnya" Kalau berani, lepaskan aku dan kalian boleh mengeroyokku, kita bertanding sampai seorang di antara kita menggeletak tak bernyawa lagi!"
"Hemm, perempuan sombong! Engkau sudah terjatuh ke tangan kami, nyawamu berada di telapak tangan kami dan engkau masih berani bersikap sombong?" bentak Ban-tok Mo-li dengan muka merah. Baru sekarang ada orang berani menghinanya seperti itu, mengatakan ia pengecut dan
curang, tanpa ia dapat berbuat sesuatu karena ia tahu bahwa kalau dilepaskan, Lee Cin merupakan lawan yang amat berbahaya dan ia sangsi apakah ia dan Seng Kim
berdua akan mampu mengalahkannya.
"Kau perempuan tak tahu malu!" bentak Lee Cin marah sekali mengingat betapa wanita ini yang menjatuhkannya dengan cara yang amat curang.
"Plakk!" Ban-tok menampar pipi Lee Cin, keras sekali, akan tetapi Lee Cin menerima tamparan itu tanpa berkedip dan memandang dengan mata bernyala penuh kemarahan.
"Manusia tidak tahu diri! Aku dapat menyiksamu sampai mati!"
"Hemm, apa artinya menyiksa orang yang tidak mampu melawan" Itu hanya dilakukan orang-orang yang berwatak rendah dan pengecut. Setidaknya, katakan kenapa kalian menangkap aku!"
Yauw Seng Kun menyeringai di depan Lee Cin. "Engkau mau tahu mengapa aku menangkapmu" Ingatkah engkau
akan kematian suhu Jeng-ciang-kwi?"
"Hemm, kiranya engkau ini murid Jeng-ciang-kwi"
Pantas engkau tidak pantang melakukan kecurangan yang memalukan ini. Engkau hendak membalas kematian Jeng-ciang-kwi" Memang dia mampus di tanganku. Kalau engkau hendak membalas kematiannya, bunuhlah aku, aku tidak takut mati!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seng Kun yang masih memegang bambu kuningnya,
menggerakkan bambu itu untuk menyerang Lee Cin yang
sudah tidak berdaya.
"Plakk!" dari samping Ban-tok Mo-li menangkis tongkat bambu kuning itu.
"Tidak boleh, Seng Kun! Gadis ini harus dihadapkan kepada Beng-cu!" bentak wanita itu dan Seng Kun hanya dapat
cemberut. Kalau menurut hatinya, dia ingin mempermainkan Lee Cin, memperkosanya sampai puas,
menghinanya lain membunuhnya. Baru akan puas kalau
sudah membalas secara begitu. Akan tetapi dia tidak berani melakukan hal itu karena ancaman Ban tok Mo-li. Dia tidak ingin wanita itu marah dan menjauhkan diri darinya. Apalagi kalau sampai Ban-tok Mo-li melapor kepada Ouw Beng-cu, dia bisa celaka. Dia tidak berani menentang beng-cu yang memiliki ilmu kepandaian amat tinggi itu. Terpaksa dia harus menahan diri dan bersabar.
"Souw Lee Cin, engkau sudah berada di tangan kami dan kami hendak membawamu ke Pulau Naga. Kalau engkau
mau ikut dengan baik, kamipun tidak akan mengganggumu, akan tetapi kalau engkau tidak menurut, terpaksa kami akan menggunakan kekerasan menyeretmu ke Pulau Naga."
Lee Cin tersenyum. Ia mengerti. Tentu ia akan dihadapkan kepada bengcu baru Ouw Kwan Lok itu. Dan
dari orang macam Ouw Kwan Lok ia tidak dapat mengharapkan yang baik. Orang itu pernah menjebaknya dan nyaris memperkosanya karena ia dianggap musuh
besar, di samping Song Thian Lee dan Tang Cin Lan. Kalau ia terjatuh ke tangan Ouw Kwan Lok, keadaan dirinya tidak akan menjadi lebih baik. Akan tetapi perjalanan menuju ke Pulau Naga masih jauh dan selama dalam perjalanan ia diperlakukan dengan baik, masih ada harapan baginya
untuk meloloskan diri dari tangan dua orang jahat ini. Kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia tidak menurut dan berusaha memberontak, dan mereka menggunakan kekerasan, akan lebih buruk keadaannya.
"Seng Kun, cepat cari seekor kuda lagi untukku. Biar ia berboncengan dengan aku sehingga setiap saat aku dapat menjaga agar ia tidak sempat meloloskan diri," kata Ban-tok Mo-li. Seng Kun mengangguk dan pergi, menunggang kuda yang ditinggalkan agak jauh kemudian dia pergi membeli seekor kuda di dusun bawah lereng. Tak lama kemudian dia sudah kembali menunggang kuda dan menuntun seekor
kuda lain. Ban-tok Mo-li memeriksa ikatan pada kedua tangan Lee Cin lalu berkata kepada tawanannya itu, "Naiklah ke atas kuda itu!"
Lee Cin tidak membantah. Masih mending diajak
menunggang kuda berboncengan dengan wanita iblis itu, dari pada diseret atau disuruh menunggang kuda bersama Seng Kun. Nasibnya masih baik karena wanita iblis yang cantik itu agaknya cemburu kepadanya dan tidak mau
membiarkan Seng Kun memboncengkannya.
Demikianlah, tiga orang itu melakukan perjalanan. Kalau berhenti di sebuah kota, Ban-tok Mo-li menotok dulu tubuh Lee Cin sehingga gadis ini tidak dapat menggerakkan kedua tangannya, lalu melepaskan ikatan kedua tangan Lee Cin dan menggandeng tangan gadis itu memasuki rumah
penginapan. Juga mereka memesan makanan dalam kamar
sehingga tidak melihat betapa mereka menawan seorang gadis yang tentu oleh orang luar dianggap sebagai kawan juga. Setelah berada dalam kamar, mereka mengikat kedua tangan Lee Ciri kembali dan membebaskan totokan. KaIau tiba waktunya makan, mereka mengikat kedua tangan Lee Cin di depan tubuhnya sehingga dengan kedua tangan
terikat itu ia dapat makan sendiri.
-oo(mch)oo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah sepekan Lee Cin menjadi tawanan dua orang itu.
Ia sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk dapat meloloskan diri. Kalau tidak tertotok, kedua tangannya tentu dibelenggu dan ia tidak mendapat kesempatan untuk
melepaskan ikatan kedua tangannya karena dijaga ketat dan terus diawasi penuh perhatian. Bahkan di waktu malam, dua orang itu bergiliran menjaganya, pedang Ang-coa-kiam telah dirampasnya dan kini melingkar di pinggang Ban-tok Mo-li.
Pada suatu hari, pagi-pagi sekali Seng Kun dan Ban-tok Mo-li sudah meninggalkan sebuah rumah penginapan di
kota Hui-an. Seperti biasa, kalau hendak membawa Lee Cin di tempat umum, mereka menotok jalan darah di tubuh Lee Cin sehingga gadis ini tidak mampu menggerakkan kedua tangannya. Ikatan kedua tangan itu dibuka dan Lee Cin digandeng oleh Ban-tok Mo-li keluar dari rumah penginapan.
Akan tetapi ketika mereka tiba di pintu depan rumah
penginapan itu mereka berpapasan dengan seorang pemuda.
Hampir saja Lee Cin menjerit ketika ia mengenal pemuda itu yang bukan lain dari Cia Tin Han! Pemuda itu juga
memandang wajah Lee Cin dan sedetik dua pandang mata itu saling tatap. Tin Han terheran-heran dan Lee Cin mengedipkan sebelah matanya. Isyarat itu cukup bagi Tin Han. Dia melihat betapa Lee Cin bergerak dengan kaki di bagian tubuh atasnya, dan di pergelangan kedua tangannya terdapat tanda merah bekas ikatan. Dia memperhatikan dua orang itu. Dia memandang kepada Ban-tok Mo-li dan tidak mengenalnya, akan tetapi ketika dia memandang kepada Yauw Seng Kun, dia terkejut! Dia mengenal pemuda itu sebagai pemuda yang pernah menculik The Kiok Hwa.
Akan tetapi sebaliknya Seng Kun tidak mengenal Tin
Han. Sama sekali dia tidak tahu bahwa pemuda itu adalah Hek tiauw Eng-hiong, Si Kedok Hitam yang pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerangnya dan membebaskan Kiok Hwa dari cengkeramannya.
Jantung Lee Cin berdebar-debar dan wajahnya berubah
kemerahan dan berseri-seri. Hatinya berbahagia sekali melihat Tin Han. Pemuda yang dicintanya itu tidak mati! Tin Han masih hidup dan baru saja ia melihatnya! Ia merasa gembira luar biasa. Ingin ia bersorak dan bernyanyi, dan iapun yakin bahwa tentu Tin Han akan membebaskannya.
Ban-tok Mo-li melihat perubahan pada wajah Lee Cin dan ia menjadi curiga. Diperiksanya totokannya pada diri Lee Cin. Gadis itu masih tidak mampu menggerakkan kedua
tangannya! Akan tetapi kenapa tersenyum-senyum dan
wajahnya berseri kemerahan seperti seorang yang berbahagia sekali"
"Kenapa engkau tersenyum-senyum?" tanya Ban-tok Mo-li kepada Lee Cin setelah mereka menunggang kuda dan keluar dari kota Hui-an. Lee Cin tersenyum.
"Aku sedang membayangkan dan memikirkan apa yang akan kulakukan terhadap kalian setelah aku terbebas dari tangan kalian."
"Hemm, engkau tidak akan dapat bebas dari tangan kami sebelum
tiba di Pulau Naga. Di, sana kami akan menyerahkan engkau kepada Ouw Beng-cu dan dia boleh
melakukan apa saja atas dirimu. Akan tetapi mengingat betapa engkau adalah salah seorang musuh besarnya, aku yakin engkau akan dibunuhnya!"
"Yang jelas aku tidak akan membunuh kalian. Kalian tidak membunuhku dan di sepanjang jalan bersikap baik ke padaku, untuk itu, aku hanya akan menghajar kalian, tidak akan membunuh kalian. Aku masih mengharapkan agar
kalian bertaubat dan kembali ke jalan benar!"
Mereka sudah tiba di luar kota dan Ban-tok Mo-li
menghentikan kudanya, diturut oleh Yauw Seng Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita Iblis itu lalu mengikat kedua tangan Lee Cin ke belakang tubuhnya, dan melanjutkan perjalannya.
Lee Cin menunggu dengan sabar. Ia yakin bahwa Tin Han tentu akan membebaskannya. Ia hanya menunggu waktu.
Di depan ada segerombol hutan, mungkin di tempat itu Tin Han akan turun tangan. Ia percaya bahwa sekarang Tin Han tentu telah mendahului mereka dan menghadang di
jalan. Perkiraannya memang tepat sekali. Setelah mereka
memasuki hutan yang sunyi itu, sebuah batu kerikil
menyambar cepat dan mengenai pundak Lee Cin. Seketika Lee Cin merasa betapa totokannya terbuka dan ia sudah dapat menggerakkan kedua tangannya. Akan tetapi ia
berada di atas kuda, di depan Ban-tok Mo-li sehingga kalau ia mengerahkan tenaga untuk membikin putus tali yang mengikat kedua tangannya, tentu akan ketahuan dan wanita iblis itu akan turun tangan lebih dulu. Karena itu ia tinggal diam saja menanti kesempatan baik.
Tiba-tiba tampak bayangan hitam berkelebat dan di
depan dua ekor kuda itu telah berdiri Si Kedok Hitam! Lee Cin
tersenyum. Engkau tidak perlu berpura-pura terhadapku lagi, Cia Tin Han. Aku tahu bahwa engkaulah Si Kedok Hitam, Lee Cin bersorak dalam hatinya.
Sementara itu, Ban-tok Mo-li dan Seng Kun terkejut
bukan main ketika melihat Si Kedok Hitam tiba-tiba berdiri di depan mereka. Terutama sekali Seng Kun amat terkejut ketika mengenal orang yang dulu pernah membebaskan Kiok Hwa dan dia sudah merasakan betapa lihatnya Hek- tiauw Eng-hiong ini! Akan tetapi, mengingat bahwa di situ terdapat Ban-tok Mo-li, dia tidak takut dan cepat melompat turun dari atas kudanya.
"Mo-li, dia ini musuhku, mari kita bunuh dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ban-tok Mo-li juga melompat turun dari atas kudanya
meninggalkan Lee Cin. Gadis itu tertotok dan terbelenggu, tentu tidak akan mampu melakukan sesuatu, pikirnya.
"Jahanam, siapa engkau" Kenapa engkau menghadang kami?" bentak Ban tok Mo-li sambil mencabut pedangnya.
Tampak sinar pedang kehijauan karena pedang itu beracun.
"Hemm, kalian hendak mengetahui siapa aku" Sobat ini sudah mengenalku!" Dia menuding ke arah Seng Kun.
"Sebut saja aku Hek-tiauw Eng-hiong!"
"Kenapa engkau menghadang kami?"
"Kalian menangkap seorang gadis yang tidak bersalah.
Aku minta kalian membebaskannya!"
"Serang..... ...!" Seng Kun sudah membentak dan dia sudah menyerang dengan tongkat bambu kuningnya.
Melihat ini, Ban-tok Mo-li juga menggerakkan pedangnya menyerang. Menghadapi dua, serangan yang dahsyat itu, Hektiauw Eng-hiong mencelat ke belakang sambil mencabut pedangnya. Tampak sinar putih berkilauan ketika dia
mencabut Pek-kong- kiam. Ban-tok Mo-li menerjang lagi.
Sekali ini Si Rajawali Hitam menggerakkan pedangnya
menangkis. "Tranggg..... !" Kedua pedang bertemu di udara dan bunga api berpijar menyilaukan mata. Ban-tok Mo-li terkejut dan melangkah ke belakang. Ia merasa betapa lengan
kanannya tergetar hebat seolah-olah pedangnya bertemu dengan dinding baja yang keras dan kuat. Maklumlah ia bahwa Rajawali Hitam ini memang lihai sekali maka iapun membantu
Seng Kun yang sudah menghujankan serangannya. Yauw Seng Kun bernafsu sekali untuk mengalahkan
Rajawali Hitam, untuk menebus kekalahannya ketika
pendekar itu membebaskan Kiok Hwa. Dia mainkan Pat-
kwa-sin-kun dengan tongkat bambu kuningnya. Bambu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuning itu menyambar-nyambar
dengan dahsyatnya, merupakan gulungan sinar kuning melingkar-lingkar.
Semua serangan yang dahsyat ini ditambah lagi oleh
serangan pedang beracun di tangan Ban-tok Mo-li, maka dapat
dibayangkan betapa hebat dan berbahayanya serangan kedua orang itu. Akan tetapi Hek-tiauw Eng-hiong bersikap tenang, pedangnya diputar merupakan perisai putih berkilauan yang tidak dapat ditembus tongkat bambu dan pedang beracun.
"Hyaaattttt ...... !" Seng Kun membentak dan tongkatnya meluncur dengan tusukan ke arah tenggorokan Tin Han.
"Syatttt ..... !" Pedang beracun membarengi gerakan tongkat itu menusuk ke arah perut Tin Han.
Pemuda itu bersikap waspada, maklum akan hebatnya
dua serangan yang dilakukan dalam saat yang bersamaan itu. Dia miringkan tubuh untuk mengelak dari sambaran tongkat yang meluncur ke arah lehernya, lalu memutar pedang untuk menangkis pedang yang menusuk perutnya.
"Trangggg......!" kembali bunga api berpijar dan Tin Han menggerakkan kakinya menendang kepada Ban-tok Mo-li, menggunakan kesempatan selagi wanita itu melangkah
mundur ketika kedua pedang bertemu.
"Wuuuuuttt..... ..... Ban-tok Mo-li terpaksa melempar tubuh ke belakang dan berjungkir balik, baru ia terbebas dari tendangan yang mengancam perutnya itu.
Karena tongkatnya dielakkan, Seng Kun menjadi penasaran dan kembali tongkatnya menusuk-nusuk dengan cepat mengarah jalan darah di bagian depan tubuh Tin Han.
Pemuda ini terpaksa memutar pedangnya melindungi
tubuhnya Saat itu kembali pedang Ban-tok Mo-li menyambar, sekali ini membabat ke arah lehernya.
Tin Han yang masih memutar pedang melindungi tubuh
bagian bawah, merendahkan tubuh sehingga babatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang Ban-tok Mo-li meluncur lewat di atas kepalanya.
Dengan memutar tubuh Tin Han menusukkan pedangnya ke dada wanita itu dan kakinya mencuat menyambar ke arah Seng Kun. Dengan tergopoh-gopoh kedua orang itu,
mengelak dari serangan yang cepat dan berbahaya itu.
Kembali mereka saling serang dan kedua orang itu
mengurung ketat, namun gerakan pedang Tin Han tetap
melindungi tubuhnya dan sukar pertahanannya ditembus.
Sementara itu, Lee Cin yang sudah dapat menggerakkan kedua
tangannya, mulai menghimpun tenaganya. Ia mengerahkan selliruh tenaga sin-kangnya ke arah kedua lengannya, kemudian menggerakkan kedua tangannya dan putuslah tali pengikat kedua pergelangan tangannya. Setelah bebas dari belenggu, Lee Cin melompat turun dari punggung kuda. Melihat betapa Tin Han dikeroyok oleh dua orang itu, ia cepat masuk ke dalam gelanggang perkelahian dan
dengan menggunakan Ang-tok-ciang ia menyerang ke arah dada Ban-tok Mo-li.
Pukulan yang dilakukan Lee Cin ini dahsyat bukan main, mengejutkan Ban-tok Mo-li. Ia mengelak dan mencoba
untuk balas menyerang dengan pedangnya, akan tetapi Lee Cin
tidak memberi kesempatan kepadanya untuk menyerangnya. Lee Cin sudah menghujani lawan dengan
totokan It- yang-ci yang amat lihai. Ban-tok Mo-li mengeluarkan seruan kaget dan terpaksa ia mengelak ke sana sini sambil membabatkan pedangnya, mencoba untuk membutungi kedua tangan Lee Cin yang melakukan totokan.
Kini Seng Kun terpaksa menghadapi Tin Han seorang


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diri, dan tentu saja be gitu ditinggalkan Ban-tok Mo-li segera terdesak hebat oleh sinar pedang di tangan Tin Han. Si Kedok Hitam atau Si Rajawali Hitam ini mendesaknya dan ketika Seng Kun sudah mundur- mundur kewalahan,
sebuah tendangan menyambar dan mengenai tangan Seng
Kun yang memegang tongkat bambu kuning. Tongkat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlepas dari tangannya dan terlempar jauh. Dengan tangan kirinya, Tin Han dapat menotok pundak Seng Kun dan
pemuda itupun terguling dan tidak mampu bergerak lagi.
Melihat Seng Kun sudah roboh. Ban-tok Mo-li menjadi
panik. Gerakannya makin kacau dan karena ia suduh
terdesak oleh serangan It-yang-ci, akhirnya ia tidak dapat mengelak dari sebuah totokan jari tangan kiri Lee Cin dan iapun roboh dengan lemas tak dapat menggerakkan kedua tangannya lagi.
Melihat lawannya sudah roboh, cepat Lee Cin meraih ke arah pinggang Ban-tok Mo-li, merenggut lepas pedang Ang-coa-kiam dan memasangnya sebagai sabuk di pinggangnya sendiri. Setelah itu ia memutar tubuhnya, menghadapi Rajawali Hitam dan memandang dengan sinar mata berseri penuh kegembiraan. Tin Han tidak tahu bahwa Lee Cin
sudah mengetahui rahasianya, bahwa gadis itu sudah tahu akan penyamarannya sebagai Kedok Hitam, maka dia tidak berkata apa-apa dan menghampiri Seng kun sambil
menodongkan pedangnya ke arah dada orang itu.
"Jangan ...... ! Jangan bunuh mereka. Betapapun juga, mereka tidak membunuhku. Sekali ini biarlah mereka bebas sebagai balasanku bahwa mereka tidak membunuh atau
menggangguku!' Setelah ia berkata demikian, Lee Cin
menotok ke arah tubuh Ban-tok Mo-li untuk mengembalikan jalan darahnya. Melihat ini, Tin Han juga membebaskan totokannya atas diri Seng Kun. Setelah kedua orang itu bangkit dan menggeliat, Lee Cin berkata kepada mereka dengan lantang:
"Yauw Seng Kun dan Ban-tok MoIi, kalian tidak
membunuhku dan telah memperlakukan aku dengan baik,
maka sekali ini aku maafkan kalian. Kalian boleh pergi.
Akan tetapi kacau lain kali aku bertemu dengan kalian dan kalian masih melakukan kejahatan, aku tidak akan
mengampuni kalian lagi. Pergilah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seng Kun mengambil tongkat bambu kuningnya dan
Ban-tok Mo-li juga memungut pedangnya, kemudian kedua orang ini berlari pergi tanpa sepatahpun kata. Mereka merasa amat penasaran dan juga marah dan kecewa.
Terutama sekali Seng Kun. Kalau tahu akan begini
kesudahannya, tentu sudah kemarin-kemarin
dia membunuh Lee Cin!
JIIid IX Kini Lee Cin dan Rajawali Hitam berdiri saling berhadapan. Rasa haru mencengkeram hati Lee Cin. Ia
berhadapan lagi dengan Cia Tin Han !
"Han-ko, aku gembira sekali bahwa engkau ternyata tidak mati di jurang itu!" katanya dengan suara gemetar.
"Nona Souw, aku...... bukan..... "
"Aih, Han-ko. Apakah engkau
masih bersembunyi
dariku" Aku melihat ketika kedokmu terbuka oleh Nenek Cia dan melihat engkau tertendang jatuh ke dalam jurang! Tidak perlu berpura-pura lagi, Han-ko. Aku tahu bahwa engkaulah Si Kedok Hitam!"
"Ah,..... engkau sudah tahu..."
Lee Cin mengangguk dan berkata dengan terharu. "Aku mengira engkau telah mati, Han-ko. Aku sudah hampir
putus asa...... mencarimu ke mana-mana ...... akan tetapi engkau tetap menghilang..... " Lee Cin tidak dapat menahan keharuan dan juga kebahagiaan hatinya, dan beberapa tetes air mata membasahi pipinya.
Tin Han melangkah maju dan memegang kedua tangan
Lee Cin. "Cin-moi, engkau...... engkau menyedihi kematianku. ..... ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku....... rasanya aku kepingin mati saja, Han-ko. Aku mencarimu di dasar jurang, aku kehilangan engkau, aku menangisi kematianmu akan tetapi aku tetap penasaran karena tidak melihat jenazahmu. Harapanku hanya untuk melihatmu kalau engkau masih hidup, dan kalau engkau sudah mati, aku ingin melihat kuburanmu. Akan tetapi.....
engkau kini masih hidup, di sini.....!"
"Cin-moi, apakah ini berarti bahwa engkau...... juga membalas cintaku kepadamu?"
Lee Cin menengadah dan pandang matanya bertemu
dengan pandang mata yang mencorong dari balik kedok. Ia tersenyum dengan mata basah lalu mengangguk.
"Ahhhhh, Cin-moi..... !" Tin Han mendekap kepala itu ke dadanya dengan kuat, seolah hendak membenamkan kepala itu ke dalam dadanya dan menyimpannya di hatinya agar jangan sampai terpisah lagi.
"Han- ko..... !" Lee Cin balas merangkul, lalu dengan lembut tangan kiri Lee Cin merenggutkan penutup muka Tin Han sehingga tampaklah Tin Han yang tampan. Wajah itu tersenyum
dan kedua matanya juga basah saking terharunya mengetahui bahwa gadis yang amat dicintanya itu juga membalas cintanya.
"Cin-moi..... !" Dia menunduk dan mencium pipi, hidung dan bibir Lee Cin dengan sepenuh perasaannya.
"Han-ko, tadinya aku bingung. Aku mencinta Cia Tin Han, akan tetapi aku kagum kepada Si Kedok Hitam, apa lagi ketika Si Kedok Hitam menyatakan cintanya kepadaku, seperti juga Cia Tin Han mengaku cinta kepadaku. Aku bingung harus memilih yang mana. Sampai aku melihat
Nanek Cia menyingkap kedokmu. Aku berbahagia melihat bahwa engkaulah Si Kedok Hitam, akan tetapi kebahagiaan itu segera terganti hancurnya hatiku melihat engkau
terjungkal ke dalam jurang itu! Seperti gila aku menuruni Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jurang dan mencarimu, Han-ko. Kukira engkau sudah mati, akan tetapi ada juga kesangsianku karena aku tidak dapat menemukan jenazahmu. Ternyata engkau masih hidup
seperti yang kusangka, bahkan engkau telah membebaskan aku dari cengkeraman kedua orang itu" Lee Cin memperkuat rangkulannya di pinggang pemuda itu. "Engkau harus menceritakan apa yang kaualami ketika terjatuh ke jurang itu, Han-ko!"
Tin Han melepaskan rangkulannya dan tersenyum.
"Banyak yang harus kuceritakan, banyak pula yang dapat kauceritakan, Cin-moi. Biar aku menukar dulu pakaianku."
Penuda itu melepaskan pakaian hitamnya dan di sebelah dalam
dia sudah mengenakan pakaian biasa. Dia menggulung pakaian hitam dan topeng itu, menyimpannya dalam buntalan pakaiannya dan dia mengajak Lee Cin
duduk di atas batu. Mereka duduk sambil saling berpegang tangan, dan Tin Han berkata.
"Sekarang, kauceritakan lebih dulu apa saja yang kaualami dan bagaimana engkau dapat terjatuh ke tangan dua orang jahat tadi."
Dengan kedua pipi kemerahan karena dicumbu oleh
pemuda yang ia cinta tadi, dengan sepasang mata yang bersinar-sinar menunjukkan kebahagiaan hatinya, Lee Cin lalu bicara, kedua tangannya masih dipegang oleh Tin Han dan kedua matanya menatap wajah pemuda itu dengan
penuh kasih sayang.
"Han- ko, banyak sudah kualami sejak kita berpisah, sejak engkau membebaskan aku dari tangan keluargamu
itu." Lee Cin lalu menceritakan pengalamannya, betapa ketika ia mencari-cari Tin Han di dasar jurang, ia bertemu dengan Ouw Kwan Lok dan berhasil membuntungi lengan
kiri pemuda jahat itu.
"Ah, dia tentu akan lebih mendendam kepadamu, Cin-moi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja, akan tetapi biarlah, aku tidak takut walaupun kemudian aku menerima kenyataan bahwa kini
dia telah menjadi seorang yang berilmu tinggi dan lihai bukan main." Lee Cin melanjutkan kisahnya, betapa ia kembali ke Hong-san dan melihat ibu kandungnya telah bersatu kembali dengan ayahnya dan mereka hidup
berbahagia di Hongsan. Kemudian ia menceritakan tentang pengunduran diri ayahnya sebagai Beng-cu.
Dalam pemilihan heng-cu baru inilah Ouw Kwan Lok
muncul bersama Siang Koan Bhok, datuk dari timur yang menjadi pemilik Pulau Naga itu. Dan dalam pemilihan itu diadakan
pertandingan. Akhirnya Ouw Kwan Lok menangkan semua pertandingan. Orang itu kini berubah lihai bukan main setelah menjadi murid Siang Koan Bhok dan dialah yang terpaksa dipilih sebagai Beng-cu baru karena memang tidak ada yang dapat mengalahkannya.
Tadinya aku hendak maju menentangnya, akan tetapi
ayahku melarangku, agaknya memang aku belum tentu
dapat menandingirya. Dia benar-benar lihai, Han-ko."
"Hemm, kalau yang menjadi beng-cu seorang yang jahat, akan dibawa ke manakah dunia kang-ouw?" kata Tin Han sambil mengerutkan alisnya yang hitam tebal.
"Benar, dan sekarang yang menjadi pimpinan dunia kang-ouw adalah para datuk sesat belaka. Ketuanya Ouw Kwan Lok dan pembantu pertamanya Siang Koan Bhok
sedangkan pembantu kedua adalah Thian-te Mo-ong."
"Lalu bagaimana kelanjutan ceritamu, Cin-moi" Setelah engkau tinggal di Hong-san bersama ayah ibumu, mengapa engkau berada di sini dan menjadi tawanan kedua orang jahat tadi?"
"Aku tidak betah tinggal di Hong-san, koko. Aku ingin merantau,
ingin mencarimu sampai dapat bertemu denganmu atau dengan kuburanmu. Ketika tiba di sebuah hutan di lereng bukit yang sunyi, aku mendengar jerit tangis Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang wanita. Aku segera memasuki hutan itu dan melihat orang tadi, Yauw Seng Kun, sedang hendak memperkosa
seorang wanita. Tentu saja aku segera menolongnya dan menyerang Yauw Seng Kun. Kami berkelahi dan dia
melarikan diri. Ketika aku menolong wanita yang hendak dipermainkan tadi, merangkulnya karena ia terhuyung, tiba-tiba
saja wanita itu mengebutkan saputangan yang mengandung obat bius. Aku jatuh pingsan dan ketika
tersadar, aku berada di tangan mereka. Mereka menotokku dan mengikat kedua tanganku. Ternyata mereka tadi hanya bersandiwara sehingga aku terjebak."
"Akan tetapi, engkau ditawan dan diajak sampai ke sini, hendak dibawa ke manakah?"
"Ke mana lagi kalau tidak ke Pulau Naga. Ternyata mereka itu menjadi anak buah Ouw Kwan Lok yang menjadi beng-cu dan tinggal di Pulau Naga."
"Hemm, aku tahu bahwa beng-cu baru Ouw Kwan Lok itu mengumpulkan para tokoh kang-ouw golongan sesat untuk bergabung dengannya," kata Tin Han.
"Mereka berada itu sengaja tidak membunuhku. Tadinya Seng Kun hendak membunuhku, akan tetapi dia dilarang oleh Ban-tok Mo-li. Mereka tahu bahwa Ouw Kwan Lok
menganggap aku, Song Thian Lee, dan Tang Cin Lan sebagai musuh
besarnya. Kami bertiga memang pernah bertentangan dengan guru-gurunya, yaitu mendiang Pak-thian-ong dan Thian-te Mo-ong. Ban-tok Mo-li berkeras untuk menyerahkan aku sebagai tawanan kepada Ouw
Kwan Lok, maka ia dan Seng Kun memaksa aku mengikuti mereka menuju ke Pulau Naga. Kalau memasuki tempat
ramai, mereka membuka ikatan tanganku, akan tetapi aku ditotoknya sehingga aku tidak dapat memberontak. Untung sekali engkau datang, Han-ko. Kedatanganmu membawa
berkah bagiku, bukan saja membuatku berbahagia melihat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau masih hidup, akan tetapi juga sekaligus menolongku dari ancaman bahaya."
"Mereka jahat sekali, Cin-moi. Kenapa engkau melarangku membunuh mereka?"
"Ada dua hal yang membuat aku ingin membebaskan mereka,
Han-ko. Pertama karena mereka tidak membunuhku dan memperlakukan aku dengan baik dan
tidak menggangguku sepanjang perjalanan dalam beberapa hari ini. Dan ke dua, kuanggap merekalah yang telah berjasa mempertemukan aku denganmu! Kebahagiaanku bertemu
denganmu tidak boleh dikotori dengan pembunuhan dan
saking girangnya hatiku, maka aku membebaskan mereka berdua. Aku berterima kasih sekali kepada Thian yang telah mempertemukan kita berdua!"
Tin Han meraih kepalanya dan mencium dahinya. Lee
Cin gemetar dan memejamkan matanya. Ia merasa betapa mesranya ciuman pemuda yang dikasihinya itu.
"Sekarang giliranmu, koko. Ceritakanlah pengalamanmu sejak engkau terjatuh ke dalam jurang Bagaimana engkau dapat terbebas dari kematian setelah terjatuh dari tempat yang demikian tingginya" Rasanya sukar dapat dipercaya bahwa orang yang terjatuh ke dalam jurang sedalam itu masih dapat lolos dengan selamat."
"Memang, Cin-moi, peristiwa yang kualami betapa Maha Kuasanya Tuhan, betapa tepatnya pendapat bahwa apabila Tuhan menghendaki sesuatu, pasti akan terjadi betapa tidak mungkinpun menurut pendapat manusia. Siapapun di
dalam dunia ini pasti akan berpendapat sama, yaitu bahwa orang yang terjatuh dari tempat yang demikian tinggi tidak mungkin dapat lobos dengan selamat. Akan tetapi terjadilah suatu kemujijatan ketika aku melayang jatuh itu, Cin-moi.
Ketika tubuhku melayang-layang
tanpa aku dapat menguasai diriku lagi, tiba-tiba ada seekor burung rajawali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam yang besar sekali mencengkeram leher bajuku dan membawaku terbang turun dengan selamat."
"Burung rajawali hitam yang besar" Betapa anehnya..... !"
Lee Cin berseru heran sambil memandang kepada wajah Tin Han. Kalau bukan pemuda yang dicintanya ini yang
bercerita, sukarlah mempercaya keterangan itu.
"Ya, nama sebutannya Hek-tiauwko dan dia ternyata adalah burung peliharaan seorang kakek sakti bernama Thai Kek
Cin-jin. Ketika aku dibawa oleh Hek-tiauw-ko menghadap Thai Kek Cin-jin, aku bertemu dengan guruku, Bu Beng Lo-jin."
"Ah, jadi sebelum itu engkau telah memiliki seorang guru, Han-ko" Pantas ilmu kepandaianmu sudah begitu
hebat mengatasi kepandaian keluargamu."
"Benar, Cin-moi. Aku berguru kepada Bu Beng Lo-jin yang tidak mau disebut namanya dihadapan keluargaku
maka aku belajar ilmu secara rahasia kepadanya. Dan
karena itu pula aku terpaksa harus menyamar sebagai Si Kedok Hitam untuk menyembunyikan kepandaianku dari
keluargaku."
"Aih, engkau nakal, Han-ko. Dengan penyamaranmu itu, engkau membuat aku pusing tujuh keliling, harus memilih antara Cia Tin Han dan Si Kedok Hitam yang kedua-duanya menyatakan cinta kepadaku! Kiranya orangnya sama!"
"Aku memang sejak pertemuan pertama telah mencintamu, Cin-moi. Maka ketika bertemu denganmu
sebagai Si Kedok Hitam, aku tidak tahan untuk tidak
mengakui cintaku."
"Lalu bagaimana ceritamu, Han-ko?"
"Aku sempat mendapat kebahagiaan dilatih ilmu oleh Thai Kek Cin-jin selama beberapa bulan. Biarpun hanya tiga bulan, namun petunjuk beliau telah memberi kemajuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pesat kepadaku. Dua ilmu yang dia turunkan adalah Hektiauw kun dan Khong-sim Sin-kang."
"Hebat sekali! Ilmu kepandaian telah demikian hebat, apa lagi setelah mendapat petunjuk seorang sakti. Aku kagum sekali den semakin mencinta padamu!" kata Lee Cin sambil menyandarkan kepalanya di dada kekasihnya itu. Tin Han memeluknya dengan penuh perasaan bahagia.
"Aku juga melihat betapa hebatnya ilmu totok yang kaupergunakan
tadi, Cin-moi. Dari siapakah engkau mempelajari ilmu totok seperti itu?"
"Itu adalah ilmu totok It-yang-ci...."
"Apa" Apakah ilmu totok dari ketua Siauw-lim-pai itu?"
"Benar, In-kong Thai-su telah melatih ilmu totok It-yang-ci kepadaku, Han-ko."
"Ah, pantas engkau demikian lihai, kiranya engkau adalah murid kakek sakti dari Siauw-lim-pai itu."
"Lalu bagaimana kelanjutan ceritamu, Han-ko?"
"Setelah berpisah dari suhu Thai Kek Cin-jin, aku lalu merantau. Mencari keluargaku yang ternyata telah pergi dari Hui-cu setelah persekutuan itu dihancurkan Panglima Song Thian Lee. Aku juga berusaha mencarimu di Hongsan, akan tetapi aku merasa ngeri dan khawatir membayangkan
penyambutan ayahmu terhadapku yang pernah menyerangnya dahulu. Dalam perjalanan itu, kalau aku bertindak terhadap orang jahat, aku selalu menggunakan kedok dan pakaian hitam dan aku mengaku berjuluk Hektiauw Eng-hiong."
"Aha, engkau menggunakan nama Rajawali Hitam itu untuk penyamaranmu" Bagus sekali, Han-ko!"
"Hal ini kulakukan agar aku tidak dikejar-kejar oleh pasukan pemerintah Mancu. Dalam perjalanan aku bertemu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan orang yang bernama Yauw Seng Kun tadi. Dia
menculik seorang gadis dan aku mengejarnya lalu membebaskan gadis itu setelah Yauw Seng Kun melarikan diri dan mengenalku sebagai Hektiauw Eng-hiong. Dia
menculik gadis karena ia mirip sekali denganmu, Cin-moi.
Aku sendiri tadinya juga mengira bahwa gadis itu adalah engkau. Akan tetapi aku segera mengenalnya. Ternyata bukan engkau."
"Mana lebih cantik, gadis itu atau aku, Cin-ko?" tanya Lee Cin dan ia merasa rikuh sendiri. Kenapa ia mendadak menjadi begini manja"
"Tentu saja engkau berlipat kali lebih cantik, Cin-moi.
Nah, setelah itu, aku menuju ke Hong-san. Di dalam
perjalanan itu aku bertemu dengan serombongan perajurit kerajaan. Aku menjadi tertarik dan membayangi mereka.
Ternyata mereka mengadakan pertemuan di sebuah hutan lembah Huang-ho, dan tahukah engkau siapa yang ditemui perwira yang memimpin serombongan perajurit itu" Ternyata perwira itu mengadakan pertemuan dengan Thian-te Moong."
"Ah, wakil ke dua dari Beng-cu" Aneh sekali, kenapa panglima kerajaan mengadakan pertemuan dengannya yang dahulu membantu pemberontakan?"
"Memang aneh sekali, tadinya akupun berpendapat begitu. Akan tetapi setelah mendengarkan percakapan


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka, mengertilah aku bahwa memang mereka itu utusan dari
Ouw-bengcu untuk berhubungan dengan pihak pasukan pemerintah. Ternyata Ouw-bengcu hendak membawa semua orang kang-ouw untuk menjadi antek
penjajah Mancu!" kata Tin Han dan nada suaranya menunjukkan bahwa dia menyesal dan marah sekali "Pihak Mancu agaknya mengubah politiknya, hendak mendekati
kaum kang-ouw terutama golongan sesat untuk memperkuat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedudukannya, untuk menentang para pendekar dan
patriot." "Hemm, rencana yang licik dan jahat!" kata Lee Cin. "Lalu bagaimana selanjutnya, koko?"
"Dari percakapan mereka itu aku mendengar bahwa mereka hendak mencari Song Thian Lee untuk dibunuh. .....
" "Ehhh" Song Thian Lee adalah panglima mereka sendiri!"
"Ternyata tidak, moi- moi. Song Thian Lee telah mengundurkan diri dari jabatannya dan mungkin dia
dianggap orang berbahaya bagi pemerintah, maka komplotan itu berusaha hendak membunuhnya. Juga mereka hendak
membunuh dan membasmi Keluarga Cia yang mereka
anggap juga berbahaya bagi pemerintah!"
Lee Cin terkejut. "Jahat sekali mereka! Lalu bagaimana?"
"Karena mereka menyatakan hendak menuju ke tempat tinggal Song Thian Lee dan menyerbu, aku lalu mengikuti mereka. Ternyata Song Thian Lee yang telah meninggalkan kota
raja bertempat tinggal di kota Tung-sin-bun. Rombongan itu menuju ke sana dan mereka semua yang
jumlahnya banyak, termasuk pula Yauw Seng Kun tadi, dan Hek-bin Mo-ko dan Sin-ciang Mo kai, segera mengeroyok Song Thian Lee dan isterinya yang menggendong seorang anak kecil berusia kira-kira tiga tahun. Kedua suami isteri yang perkasa itu mengamuk dan aku kagum sekali kepada mereka. Keduanya bukan main lihainya, akan tapi karena pengeroyok itu berjumlah sembilanbelas orang, aku khawatir mereka sampai terluka, apa lagi isteri Song Thian Lee yang menggendong anak kecil. Aku lalu melompat dan membantu mereka!"
"Bagus! Aku girang sekali engkau melakukan hal itu, koko. Isteri Song Thian Lee itu adalah seorang sahabat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baikku, namanya Tang Cin Lan. Ia memang lihai..... lalu bagaimana?"
"Kami bertiga mengamuk dan agaknya gerombolan itu tidak dapat bertahan dan melarikan diri. Aku menasihatkan Song
Thian Lee untuk segera meninggalkan tempat kediamannya itu- karena pasukan itu tentu akan mendatangkan bala bantuan dan kalau pasukan besar
menyerbu, bagaimana mereka akan dapat membela diri"
Aku lalu pergi dan dari percakapan mereka yang kudengar tadi,
aku mendapat tahu bahwa keluargaku telah menyembunyikan diri di puncak Bukit Cemara. Aku lalu mendahului mereka pergi ke sana. Akan tetapi aku merasa sungkan sekali untuk bertemu mereka, karena mereka tentu menganggap aku sebagai pembantu musuh. Aku menanti
sampai beberapa hari tanpa berani menemui mereka. ..... "
"Kasihan engkau, Han-ko. Karena engkau menolongku, maka engkau bentrok dan dibenci oleh keluargamu. Maaf kan aku, Han-ko," kata Lee Cin dengan nada suara berduka.
Tin Han merangkulnya. "Jangan bersedih, Cin-moi, karena semua berakhir dengan baik. Ketika aku sedang menanti, datang rombongan Thian-te Mo-ong yang kini
diperkuat oleh Siang Koan Bhok. Mereka itu membujuk
nenekku untuk bergabung dengan mereka membantu
pemerintah Mancu. Tentu saja nenek menolak keras dan terjadilah pertandingan satu lawan satu. Nenek maju
bertanding melawan Siang Koan Bhok dan nenek kalah,
bahkan terluka parah. Aku maju tanpa topeng, sebagai Cia Tin Han aku maju membela nenek sekeluarga. Thian- te Moong dan dia dapat kukalahkan. Lalu Siang Koan Bhok yang maju bertanding denganku dan akhirnya, setelah melalui pertandingan yang sengit, aku dapat pula mengalahkan dia.
Agaknya Thian- te Mo- ong putus asa setelah kekalahan Siang Koan Bhok dan mereka lalu pergi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, engkau dapat mengalahkan Siang Koan Bhok, itu berarti bahwa kepandaianmu telah maju pesat, koko. Jarang ada orang mampu mengalahkan dia, datuk besar dari timur itu.
"Ah, kepandaian manusia itu terbatas dan tentu ada yang melampauinya, Cin- moi. Kita sama sekali tidak boleh berbangga dan sombong karena kepandatan kita, melainkan harus dengan rendah hati siap dan waspada, karena
setinggi-tingginya
kepandaian orang, tentu ada yang menandingi dan melebihinya."
"Engkau lihai dan rendah hati, itulah yang membuat aku kagum kepadamu koko. Kemudian bagaimana?"
"Menyedihkan, Cin- moi. Nenek meninggal dunia karena luka dalam yang parah akibat pukulan Siang Koan Bhok."
"Ah, kasihan sekali. Nenek Cia pernah bersikap baik sekali kepadaku. Engkau tentu mendendam kepada Siang koan Bhok"
"Tidak, moi- moi. Pertandingan itu adil dan kekalahan nenek memang sewajarnya. ilmu kepandaian Siang Koan
Bhok lebih tinggi dari pada ilmu kepandaiannya. Kematiannya wajar dan memang sudah di takdirkan begitu.
Aku inembenci Siang Koan Bhok bukan karena dendam atas kematian nenek itu, melainkan karena..... sekarang menjadi antek penjajah Mancu untuk memusuhi para pendekar dan patriot."
"Lalu bagaimana, selanjutnya, koko?"
"Sebelum nenek meninggal dunia, kami masih sempat bercakap-cakap dahulu dan nenek dengan gagah dan jujur mengakui akan kesalahannya bahwa ia pernah bersekutu dengan golongan sesat, dengan pasukan pemberontak dan bahkan
dengan orang Jepang. Ia mengakui bahwa pendapatku yang benar, bahwa kita berjuang harus secara murni, tidak bersekutu dengan golongan sesat, kecuali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya dengan rakyat jelata untuk menumbangkan kekuasaan penjajah Mancu. Bahkan nenek selanjutnya
berpesan kepada semua keluarganya untuk tidak mengulangi kesalahan itu."
"Lalu bagaimana?"
"Aku mengusulkan kepada keluargaku untuk berpencar karena kami menjadi buruan pemerintah. Ayah pergi
bersama ibu, kedua orang paman pergi bersama, kakak Tin Siong pergi seorang diri dan aku juga pergi seorang diri, melaksanakan tugas sebagai pendekar dan patriot. Nah, dalam
perjalanan terakhir ini, ketika aku hendak melanjutkan perjalanan ke Hong-san untuk mencarimu, aku bertemu dengan engkau yang menjadi tawanan dua orang jahat tadi."
"Agaknya Thian sendiri yang membimbingmu ke sini sehingga dapat bertemu dan menolongku, Han- ko. Dan
sekarang, kita mau ke mana?"
"Engkau sendiri tadinya hendak ke mana, Cin-moi?"
"Sudah kukatakan kepadamu tadi bahwa aku merantau untuk mencarimu."
"Demikian pula tadinya aku hendak ke Hong-san, juga untuk mencarimu. Dan kita sudah bertemu di sini
sekarang."
"Aku tidak ingin berpisah lagi dari mu, Han-ko."
"Demikian pula aku, Cin-moi. Kita tidak akan pernah berpisah lagi sekarang. Suka-duka harus kita pikul bersama.
Maka, marilah kita lanjutkan perjalanan kita ke Hong-san.
Aku ingin menghadap orang tuamu, bukan saja untuk
membicarakan urusan kita berdua, akan tetapi juga untuk minta ma"af atas penyeranganku tempo hari."
"Han-ko, perlukah hal itu kauceritakan" Ayahku tidak mengenalmu, hanya tahu bahwa yang menyerangnya adalah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Kedok Hitam. Apakah tidak sebaiknya kalau hal itu didiamkan saja agar tidak menimbulkan persoalan baru?"
Tin Han memandang kekasihnya dengan sinar mata
tegas. "Tidak, Cin-moi. Di dalam kehidupan kita, kita harus bersikap jujur. Aku akan selamanya merasa bersalah kalau aku berdiam saja terhadap ayahmu, aku merasa telah
berlaku curang kepada calon mertuaku sendiri. Aku harus mengaku terus terang, mengapa aku menyerangnya ketika itu. Aku memang bersalah. Kuanggap tadinya bahwa
ayahmu diangkat menjadi beng-cu atas restu dan pilihan pemerintah penjajah, maka aku tidak senang dan ingin sekedar memberi peringatan."
Lee Cin mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, Han-ko. Aku khawatir sekali, apa lagi mengingat bahwa ibu kini berada di sana. Mungkin ayah dapat memaafkanmu, akan tetapi ibu berhati amat keras. Bagaimana kalau ia menjadi marah?"
"Apapun akibatnya harus kutanggung, Cin- moi. Seorang pencdekar harus berani mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya,
bukan" Biar apapun akibatnya akan kuterima dengan lapang dada."
"Ah, Han- ko..... !" Lee Cin merangkul dan menempelkan mukanya ke dada pemuda itu. Tubuhnya agak gemetar,
"Aku takut, aku khawatir sekali, Han-ko."
"Percayalah,
aku akan sanggup menerima segala akibatnya. Harap engkau tidak khawatir, apapun akibatnya, aku akan tetap mencintamu, sampai mati sekalipun."
"Han- ko, jangan sebut-sebut tentang kematian. Engkau bagiku pernah mati sekali, jangan ulangi lagi hal itu."
Tin Han merangkul dan menghibur. "Sudahlah, tabahkan hatimu dan mari kita berdua menghadapi kenyataan yang tidak dapat diubah lagi. Mari kita berangkat , Cin-moi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan bergandeng tangan, dua orang yang sedang
dimabok asmara itu lalu meninggalkan hutan itu dan
melakukan perjalanan berdua. Biarpun dibayangi kekhawatiran besar, Lee Cin tetap merasa berbahagia bahwa sekarang Ia telah melakukan perjalanan di samping orang yang di kasihinya dan yang telah membuat ia menderita kesedihan dan kerinduan selama berbulan-bulan itu. Entah bagaimana, mendadak saja segala sesuatu yang dilihatnya tampak indah sekali. Pohon-pohon, rumput-rumputan, daun dan bunga, bahkan sawah ladang yang jauh itu tampak
demikian indahnya bagi Lee Cin dan juga bagi Tin Han.
Memang demikianlah pengaruh cinta asmara antara
kedua insan yang sedang dimabok asmara. Hidup rasanya indah bukan main, cerah dan menggembirakan hati. Dunia ini serasa mereka berdua saja yang punya. Semua ingatan terlupakan, yang ada hanya diri mereka masing-masing.
Kalau cinta sudah bertemu cinta, hidup ini serba indah berbunga-bunga.
-oo(mch)oo- Souw Tek Bun dan isterinya, Ang-tok Mo-li Bu Siang,
sedang duduk berdua di beranda depan. Bekas beng-cu dan isterinya ini hidup tenang dan damai dan menikmati
kehidupan di hari tua yang tenteram. Bu Siang sudah sama sekali mencuci tangan tidak lagi mau mencampuri urusan dunia kang-ouw, sedangkan Bun Tek juga tidak ingin pergi merantau sebagai seorang pendekar lagi. Mereka berdua menganggap bahwa kehidupan di dunia persilatan penuh dengan kekerasan dan permusuhan. Mereka tidak ingin
tengganggu ketenangan hidup yang mereka nikmati itu
dengan kekerasan dan permusuhan lagi. Lega hati Souw Tek Bun
bahwa dia sudah mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai beng-cu. Sekarang tidak akan ada lagi orang kang-ouw yang mencarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba mereka melihat dua sosok bayangan orang
datang menuju ke pondok tempat tinggal mereka. Setelah melihat dua sosok bayangan itu semakin dekat, Ang-tok Mo-li berseru gembira, "Itu Lee Cin!"
Mereka bangkit dan Souw Tek Bun tersenyum ketika
melihat bahwa yang datang itu betul Lee Cin bersama
seorang pemuda tampan yang kelihatan lembut. Jantung kedua orang tua ini berdegup tegang melihat ini. Siapakah pemuda itu" Apakah pemuda itu pilihan hati Lee Cin"
Mereka merasa tegang dengan harapan dan kegembiraan.
"Ayah!..... ..... !" kata Lee Cin gembira dan ia segera merangkul ibunya.
Tin Han memberi hormat dengan mengangkat kedua
tangan dan membungkukkan tubuhnya di depan suami
isteri itu. "Paman dan bibi berdua, terimalah hormat saya."
"Eh, Lee Cin, siapakah orang muda ini?" tanya Ang-tok Mo-li Bu Sian sambil menatap wajah yang tampan dan
lembut itu. Ini adalah koko Cia Tin Han, ibu dan ayah. Dia sahabat baikku
yang sudah berulang kali menolong dan menyelamatkan aku dari bahaya maut."
Mendengar keterangan ini, suami isteri itu dapat
menduga bahwa pemuda yang nampak halus ini tentu
memiliki ilmu kepandaian tinggi dan ini mengingatkan Ang-tok Mo-li akan sesuatu.
"She Cia, ya" Apakah ada hubungannya dengan Keluarga Cia di Hui-cu?"
"Benar sekali, ibu! Kak Tin Han adalah cucu kedua dari Nenek Cia Hui-cu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, bagus. Jadi ini cucu Nyonya Cia" Aku pernah bertanding mengadu ilmu dengan Nyonya Cia, dan keadaan kami seimbang. Ingin aku sekali lagi mengadu ilmu
dengannya!"
"Akan tetapi Nenek Cia telah meninggal dunia, ibu. Ia terluka akibat bertanding melawan Siang Koan Bhok."
"Hemm, kalau begitu, boleh juga aku mencoba ilmu kepandaian yang ia turunkan kepada cucunya ini."
"Ibu jangan begitu! Kak Tin Han adalah sahabat baikku yang telah berulang kali menyelamatkan nyawaku."
"Sudahlah, isteriku, untuk apa mencari keributan lagi"
Cucu Nyonya Cia ini tidak tahu apa-apa, jangan libatkan dia dalam pertandinganmu melawan Nyonya Cia. Mari, silakan masuk. Kita bicara di dalam saja." Mereka lalu masuk ke dalam dan duduk di ruangan depan yang cukup luas.
"Lee Cin, inikah pemuda yang kauceritakan dahulu itu"
Yang kausangka mati masuk ke dalam jurang?"
Lee Cin mengangguk dan kedua. pipinya berubah
kemerahan. Agaknya ayahnya tahu apa yang terasa olehnya.
"Benar, ayah. Ternyata dia tidak terjatuh dan mati, melainkan tertolong oleh seorang sakti yang memiliki burung rajawali hitam."
"Rajawali Hitam kau bilang" Hem, aku pernah mendengar tentang seorang manusia setengah dewa yang memiliki burung seperti itu. Kalau tidak salah nama
julukannya adalah Thai Kek Cin-jin, akan tetapi nama itu hanya seperti nama tokoh dalam dongeng."
"Memang dialah orangnya, ayah! Malah dia menurunkan ilmu-ilmu silat kepada Han-ko!" kata Lee Cin gembira.
"Hemm, begitukah?" Souw Tek Bun mengangguk-angguk dan
memandang kepada
pemuda itu dengan penuh perhatian dan kagum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman Souw Tek Bun, saya sengaja ikut dengan Cin-moi datang
menghadap paman dan bibi berdua untuk

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyampaikan dua hal penting. Akan tetapi sebelumnya saya mohon maaf terlebih dahulu."
Ang-tok Mo-li masih memandang dengan penasaran,
akan tetapi Souw Tek Bun menjawab sambil tersenyum,
"Katakanlah, Tin Han, apa yang ingin kau sampaikan kepada kami?"
"Pertama-tama, saya mohon maaf bahwa dahulu saya pernah menyerang paman, bahkan melukai paman dalam
penyamaran saya sebagai Kedok Hitam. Sayalah orangnya, paman dan saya merasa menyesal sekali."
"Ah, itukah" Lee Cin sudah menceritakan kepada kami dan aku sudah melupakan peristiwa itu. Apalagi engkau sudah berulang kali menyelamatkan nyawa Lee Cin, maka perhitungan antara kita sudah impas. Lebih lagi kalau diingat bahwa dalam pertandingan itu akupun telah melukai lenganmu dengan pedangku. Hanya ada satu hal yang masih belum kuketahui benar. Mengapa engkau menantang dan
menyerangku ketika itu, Tin Han?"
"Ampun, paman. Ketika itu, saya masih hijau dan semangat saya menggebu-gebu. Saya membenci semua
orang yang bekerja untuk pemerintah penjajah dan karena paman diangkat sebagai beng-cu atas pilihan dan restu pemerintah, maka saya menganggap paman juga seorang.....
antek pemerintah penjajah. Itulah sebabnya saya menyerang paman."
"Ha-ha-ha, sudah kuduga begitu! Tahukah engkau, orang muda. Penyeranganmu atas diriku itulah yang menyadarkan aku bahwa kedudukanku sebagai beng-cu tidak akan
mengangkat derajat dan kehormatanku sebagai seorang
pendekar. Karena itu aku mengundurkan diri dari kedudukan beng-cu. Seperti kaukatakan tadi, aku memaafkanmu dan bahkan sudah melupakan peristiwa itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum menjadi murid Thai Kek Cin-jin engkau sudah
begitu lihai, apa lagi setelah menjadi murid manusia setengah dewa itu, tentu kepandaianmu telah meningkat tinggi sekali, Tin Han."
"Ah, biasa-biasa saja, paman."
"Dia memang lihai sekali, ayah. Bahkan Siang Koan Bhok pernah dikalah kannya dalam pertandingan," kata Lee Cin yang sudah mendengar tentang pertandingan itu dari mulut Tin Han.
Souw Tek Bun membelalakkan matanya. "Begitukah" Ah, hebat sekali kalau begitu. Pada waktu sekarang ini sukarlah dicari orang yang akan mampu menandingi Siang Koan Bhok kecuali mungkin hanya Panglima...... eh, mak sudku mantan Panglima Song Thian Lee. Lalu, hal apakah yang kedua, yang ingin kausampaikan kepada kami?"
Tin Han memandang kepada Lee Cin seperti ingin minta kekuatan dari gadis itu. Lee Cin balas memandang dan tersenyum menenangkan. Tin Han lalu mengumpulkan
keberanian hatinya dan berkata, "Paman Souw dan bibi, terus terang saja bahwa di antara adik Lee Cin dan saya telah ada persetujuan untuk hidup bersama, untuk menjadi suami isteri. Oleh karena itu, sekarang saya mohon
persetujuan paman berdua. Kalau sudah begitu, saya akan minta kepada orang tua saya untuk mengajukan pinangan."
Souw Tek Bun terbelalak kaget dan heran mendengar
pernyataan yang demikian terus terang dan terbuka, akan tetapi
mulutnya tersenyum karena diam-diam dia menyetujui kalau Lee Cin berjodoh dengan pemuda yang lihai ini. Akan tetapi sebelum dia dapat memberi jawaban, isterinya sudah cepat bangkit berdiri dan berkata dengan suara ketus. "Tidak bisa! Aku pernah bermusuhan dengan Nyonya Cia, dan engkau sendiri pernah menyerang suamiku.
Bagaimana mungkin aku dapat menerimanya sebagai
mantu" Tidak, aku tidak setuju sama sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu..... !" Lee Cin berseru kaget.
"Lee Cin, aku adalah ibumu. Aku lebih tahu dari pada engkau. Pendeknya engkau tidak boleh berjodoh dengan pemuda ini. Hei, Cia Tin Han, engkau sudah mendengar penolakanku" Ja
Pendekar Panji Sakti 25 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Bentrok Rimba Persilatan 5
^