Rajawali Hitam 7

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


n tubuh dia sudah meloncat ke depan dan tangannya menampar ke arah Yauw Seng Kun.
Seng Kun terkejut bukan main merasa ada angin yang kuat m enyambar ke arahnya. Dia melempar tubuh ke belakang lalu mengelebatkan tongkatnya untuk menyerang Tin Han yang sudah berada di sampingnya. Tin Han mengelak dan menyerang lagi dengan tamparan tangannya.
Lee Cin kini menghadapi Ban-tok Mo-li seorang. Setelah tidak dikeroyok Lee Cin segera dapat mendesak Ban-tok Mo-li dengan Ang-coa-kiam di tangannya. Sama seperti pedang yang dipegang Ban-tok Mo-li, Ang - coa- kiam juga
merupakan sebatang pedang beracun, warnanya kemerahan dan ampuh sekali. Setelah tidak dibantu Seng Kun, Ban-tok Mo-li menjadi repot dan tahulah ia bahwa sekarang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaannya terbalik. Ia dan Seng Kun yang terdesak hebat dan berada dalam bahaya.
Mendadak Ban- tok Mo-li mengeluaran suara melengking nyaring dan segera muncullah duapuluh lebih pasukan
pemerintah yang tadinya berada dalam hutan di sebelah.
Mereka segera menggunakan golok untuk menyerang Lee
Cin dan Tin Han, dipimpin oleh seorang perwira yang
mempergunakan pedang dan yang memiliki ilmu pedang
yang lumayan. Tin Han maklum bahwa berdua degan Lee Cin, dia akan
mampu menanggulangi pengeroyokan duapuluh lebih orang perajurit itu. Akan tetapi dia tidak ingin melihat Lee Cin membunuh banyak orang, maka dia segera memegang
tangan kiri Lee Cin dan berseru,
"Cin-moi, lari!" Dan dia sudah meloncat sambil menarik Lee Cin. Karena tangan kirinya dipegang kuat, mau tidak mau Lee Cin harus berlari juga untuk mengimbangi larinya Tin Han.
Pasukan itu mengejar, namun sudah kehilangan jejak
karena larinya Tin Han dan Lee Cin cepat bukan main.
Dengan hati mendongkol karena gagal menawan Lee Cin dan Tin Han, Yauw Seng Kim dan Ban-tok Mo-li terpaksa
meninggalkan tempat itu untuk melapor kepada bengcu Ouw Kwan Lok bahwa mereka telah bertemu dengan Cia Tin Han dan bahwa Lee Cin agaknya menawan pemuda itu.
"Lepaskan tanganku!" Lee Cin membentak ketika mereka tiba di tengah hutan. Tin Han melepaskannya dan
memandang kepada gadis itu dengan senyum.
"Kenapa engkau menarikku dan mengajak lari" Aku tidak takut menghadapi pengeroyokan anjing-anjing Mancu itu!
Mengapa pula engkau membantuku"
Aku tidak membutuhkan bantuanmu karena engkau adalah musuh
besarkul" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tin Han tidak tersenyum lagi, melainkan memandang
gadis itu dengan tatapan mata serius dan berkatalah dia,
"Cin-moi, engkau salah paham! Ketahuilah bahwa aku sama sekali tidak pernah menyerang dan melukai ibumu. Kalau aku melakukannya tentu aku akan mengaku. Bukankah aku mengaku juga ketika aku menyerang dan melukai ayahmu"
Akan tetapi sekali ini aku sama sekali tidak melakukannya.
Harap engkau suka mempertimbangkan baik-baik hal ini."
"Siapa percaya omonganmu" Aku, dengan kedua mataku sendiri, melihat engkau sebagai Hek-tiauw Eng-hiong
menyerang ibuku dan melukainya. Apakah aku lebih
percaya kepadamu dari pada kepada kedua mataku sendiri?"
"Akan tetapi siapapun juga dapat menyamar sebagai Si Kedok Hitam dan mengaku sebagai Hek-tiauw Eng-hiong!
Aku yakin bahwa yang kaulihat itu adalah Hek-tiauw Enghiong palsu, karena aku tidak pernah melakukannya."
"Hemm, ada buktinya yang lebih meyakinkan lagi! Ibuku, setelah kuperiksa, terkena pukulan Hek- tok-ciang, ada tanda tapak tangan hitam di bagian tubuhnya yang
terpukul. Siapa lagi orangnya kalau bukan engkau yang melakukan itu?"
Tin Han menghela napas panjang. "Aku sudah berusaha untuk menyadarkan dan menjelaskan, akan tetapi kalau engkau tetap tidak percaya, nah, kau boleh totok dan ikat aku lagi," kata Tin Han dan dia menyodorkan kedua lengannya ke depan agar di belenggu seperti tadi.
Pada saat itu t erdengar suara lantang, "Cin- moi, kenapa engkau masih memakai watakmu yang keras itu?" Dan di situ muncullah Thian Lee !
"Lee- ko......... !" Lee Cin berseru sambil memandang kepada orang muda itu. "Apa maksudnya omonganmu tadi
?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketahuilah, Cin- moi bahwa apa yang diucapkan
saudara Cia Tin Han itu benar semua. Dia tidak melakukan seperti yang kau tuduhkan. Bukan hanya engkau yang kena dikelabuhi orang, bahkan para tokoh Siauw-lim- pai dan Kunlun-pai juga dapat tertipu. Belasan orang hwe- sio Siauw-lim- pai dan dua orang to-su Kun-lun-pai dibunuh oleh seorang yang berkedok hitam dan menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-hiong. Akan tetapi saudara Cia sama sekali tidak bersalah."
"Lee-ko, kenapa engkau membelanya" Aku melihat
dengan mata kepalaku sendiri ketika dia menyerang dan melukai ibuku. Dan dia memang baru saja meninggalkan rumah kami setelah diusir ibu, jadi dia mendendam kepada ibu."
"Bisa saja orang lain yang menyamar sebagai Eng-tiauw Eng-hiong untuk memburukkan namanya seperti yang
dilakukan orang itu ketika membunuhi para hwe-sio dan to-su. Aku yang tanggung jawab kepada para lo-suhu Siauwlim-pai sehingga saudara Cia Tin Han ini tidak jadi mereka tangkap. Saudara Cia diberi waktu dua bulan untuk
menangkap pembunuh itu. Karena itu, akupun minta
kepadamu agar engkau membebaskan Hek-tiauw Eng-hiong yang aseli dan biarlah dia mencari pembunuh dan penyerang ibumu itu. Bukankah demikian kesanggupanmu, Saudara
Cia Tin Han?"
Tin Han tersenyum. "Tadi sudah kujelaskan kepadanya, akan tetapi nona Soauw ini tetap marah kepadaku dan
hendak menyeretku menghadap ibunya agar aku dihukum."
"Tidak, Cin-moi. Ini tidak boleh kaulakukan. Kalau dia yang ditangkap kemudian dibunuh, berarti berhasillah Hektiauw Eng-hiong palsu yang hendak mengadu domba. Aku kira engkau tidak sebodoh itu."
Timbul keraguan dalam hati Lee Cin setelah mendengar semua kata-kata itu, dan timbul pula harapannya bahwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dikatakan Thian Lee itu benar. Karena kalau benar seperti yang dikatakan Thian Lee, berarti Tin Han tidak bersalah, tidak pernah menyerang dan melukai ibunya.
"Baiklah, aku setuju untuk membebaskannya. Akan tetapi kalau selama dua bulan ini dia tidak dapat
menangkap pembunuh itu dan menyeretnya kehadapan ibu, aku tidak akan dapat memaafkan lagi. Karena kalau benar dia yang menyerang dan melukai ibuku, berarti dia telah menghancurkan
harapan dan kebahagiaan hidupku. Sudahlah, Lee- ko, selamat tinggal!" Setelah berkata demikian Lee Cin memandang sejenak kepada Tin Han
dengan mata basah, lalu ia meloncat pergi dengan cepat sekali.
Thian Lee menghela napas panjang. "Gadis yang hebat!
Betapa ia mencintamu, saudara Cia!"
Tin Han memandang wajah Thian Lee yang gagah itu.
"Hemm, bagaimana engkau dapat mengatakan demikian, saudara Song Thian Lee?"
"Aku mengenal baik adik Lee Cin, mengenal pula
wataknya. Ia hendak menangkapmu, tentu saja karena ia mengira bahwa orang yang dicintanya itu telah melukai ibunya. Kalau ia membencimu tentu ia ingin membunuhmu, bukan sekedar menangkapmu. Dan ingat kata-katanya tadi bahwa kalau benar engkau telah melukai ibunya, berarti engkau
menghancurkan harapan dan kebahagiaan hidupnya. Bukankah itu sudah cukup jelas" Dan engkaupun tentu amat mencintanya, saudara Cia."
"Eh, bagaimana pula engkau dapat mengetahuinya?"
"Mudah saja," kata Thian Lee tersenyum. "Kalau engkau hendak melepaskan diri dari tangan Lee Cin, apa sukarnya bagimu"
Akan tetapi tidak, engkau menurut saja ditangkapnya tanpa perlawanan. Apa lagi artinya itu kalau bukan cinta?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha, sudah lama aku mendengar bahwa Song
Thian Lee adalah seorang pendekar yang gagah perkasa, akan tetapi ternyata sekarang aku mendapatkan bahwa
selain gagah perkasa, dia cerdik pula. Saudara Song, engkau tahu
pula bahwa Hek-tiauw Eng-hiong adalah aku. Bagaimana engkau dapat menduganya?"
"Engkau sudah beberapa kali menolongku dan aku
tadinya hanya tahu bahwa engkau Si Kedok Hitam yang
memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dilihat dari gerakan ilmu silatmu, memang ada dasar-dasar ilmu silat Ketuarga Cia, maka tadinya aku hanya menduga bahwa Si Kedok Hitam
tentu seorang anggauta Keluarga Cia. Kemudian timbul geger ketika Hek-tiauw Eng-hiong melakukan pembunuhan-pembunuhan keji dan Cin-moi menangkapmu. Siapa lagi
engkau kalau bukan Hek-t iauw Eng-hiong yang aseli?"
"Bagus. Engkau hebat, saudara Song dan engkau sudah menyelamatkanku. Baik kalau engkau sudah mengetahui
bahwa aku adalah Hek-tiauw Eng-hiong, dan terima kasih kepadamu bahwa engkaulah seorang yang mempercayaiku
bahwa aku tidak melakukan semua pembunuhan itu.
Sekarang tinggal bagaimana nasibku saja. Kalau selama dua bulan ini aku tidak berhasil menangkap Hek-tiauw Enghiong palsu itu, tentu seluruh dunia persilatan akan memusuhiku dan aku tidak dapat menyangkal lagi."
"Jangan khawatir, sobat. Orang yang benar selalu dilindungi Thian. Aku pun akan membantumu untuk
mencari pembunuh itu."
"Ah, betapa gembiranya hatiku. Aku seperti mendapatkan seorang kakak yang baik hati kepadaku."
"Mengapa tidak" Engkaupun dapat kuanggap sebagai adikku, Han- te (adi Han)."
"Terima kasih, Lee-ko. Sekarang hatiku merasa tenteram karena engkau berpihak kepadaku. Aku mohon petunjuk, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lee- ko. Ke manakah kiranya aku harus mencari pembunuh itu?"
"Hemm , aku sendiri belum dapat menduga dengan tepat siapa dia. Akan tetapi, kita sudah mempunyai beberapa pegangan. Pembunuh itu adalah seorang pemuda yang
tubuhnya sebesar tubuhmu dan pembunuh itu memliki ilmu silat yang tinggi dan lihai sekali sehingga dia mampu membunuh In Tong Hwe-sio dan belasan orang hwe-sio lain, bahkan membunuh dua orang to-su dari Kun-lu pai. Selain itu, diapun memiliki ilmu pukulan seperti Hek-tok-ciang."
"Lalu bagaimana kesimpulann Lee- ko" "
"Aku teringat bahwa orang yang memiliki pukulan beracun seperti Hektok- ciang itu adalah Tung- hai- ong Siang Koan Bhok, majikan Pulau Naga. Dia memiliki ilmu pukulan Ban- tok- ciang (Tangan Selaksa Racun). selain itu juga ilmu kepandaiannya tinggi, dapat dibilang merajai di antara datuk sesat:"
"Hebat! Pendapatmu itu sungguh cocok dengan jalan pikiranku. `Ketika engkau diserang rombongan orang dari golongan sesat itu, juga ketika Keluarga Cia di serang, mereka yang menyerang adalah orang-orang yang datang dari Pulau Naga. Bahkan ketika mereka menyerang Keluarga Cia, Siang Koan Bhok sendiri juga ikut dan aku pernah bertanding dengan kakek yang sakti. Barang kali engkau sudah mendengar, Lee- ko, bahwa setelah beng-cu Souw Tek Bun mengundurkan diri sebagai beng-cu, penggantinya
adalah seorang pemuda yang bernama Ouw Kwan Lok.
Ketika mereka memperebutkan kedudukan beng cu, kabarnya tidak ada yang mampu menandingi Ouw Kwan
Lok. Pada hal dia hanya mempunyai lengan kanan saja, yang kiri sudah putus. Aku curiga kepadanya karena kabarnya dia bertekad untuk menalukkan seluruh dunia kangouw dan mengangkat dia sebagai beng-cu semua golongan. Apa lagi sekarang ketahuan bahwa dia menggerakkan tokoh-tokoh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesat dalam dunia persilatan, dan bersekutu pula dengan pemerintah penjajah Mancu. Sangat boleh jadi kaIau Ouw Kwan Lok itu yang menjadi pembunuhnya."
"Akan tetapi, engkau sendiri yang mengatakan bahwa Ouw Kwan ok yang menjadi beng- cu baru itu haya
berlengan satu. Pada hal pembunuh para hwe-sio dan to-su itu mempunyai dua buah lengan yang lengkap. Ini saja sudah menjadi bukti bahwa bukan dia orangnya yang
memalsukan Hek-tiauw Eng-hiong," kata Thian Lee sambil mengerutkan alisnya.
Tin Han menghela napas panjang "Benar juga pendapatmu itu, Lee- ko. Akan tetapi, apakah tidak ada kemungkin yang menyangkal bukti itu?"
"Nanti dulu!" Tiba-tiba Thian Le berseru. "Aku teringat bahwa di kota raja terdapat seorang pandai besi yang terkenal dengan kepandaiannya membuat lengan dan tangan palsu, bahkan kaki palsu. Banyak para hartawan dan
bangsawan yang karena suatu sebab kehilangan lengan atau kakinya, membeli kaki tangan palsu itu darinya. Tentu saja mungkin sekali kalau Ouw Kwan Lok menggunakan tangan palsu yang tidak kentara karena tertutup pakaian."
"Bagus! Engkau memang hebat, Lee- ko! Makin tebal kepercayaanku bahwa Ouw Kwan Lok yang menyamar
menjadi Hek- tiauw Eng- hiong itu. Aku pernah mengalahkan Siang Koan Bhok ketika dia ikut menyerbu Keluarga Cia dan mungkin karena itu aku dianggap sebagai musuh berbahaya yang harus dilenyapkan. Mungkin dengan memburukkan namaku mereka itu akan dapat melenyapkan aku dari permukaan bumi. Dan memang usaha mereka itu hampir berhasil. Aku pernah terancam oleh para hwe-sio Siauw-lim-pai, kemudian terancam oleh Cin- moi sendiri.
Siapa tahu pada suatu waktu Kun- lun-pai juga mencariku untuk
membalas dendam. Aku harus melakukan penyelidikan ke Pulau Naga!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tepat sekali. Akan tetapi engkau harus berhati-hati sekali, Han-te. Kalau Pulau Naga menjadi tempat tinggal beng-cu dan kalau beng-cu mengumpulkan tokoh-tokoh
sesat di dunia kang-ouw di sana, maka tempat itu menjadi amat berbahaya. Sebaiknya kita kini berpencar dan mencari jalan masing-masing sambil melakukan penyeledikan di sepanjang jalan. Kita bertemu kelak di Pulau Naga karena akupun akan melakukan penyelidik an di sana."
"Ada urusan apakah engkau hendak pergi ke sana, Lee-ko?"
"Selain untuk membantu mencari pembunuh akupun
mempunyai perhitungan dengan Siang Koan Bhok. Ketika Thian-te Mo-ong dan kawan-kawannya hendak menangkap
kami dahulu itu, ini jelas ada hubungannya dengan
persekutuan antara beng-cu, para tokoh sesat, dan pasukan pemerintah. Agaknya beng cu itu telah berhasil menghasut Kaisar
sehingga Kaisar juga menyuruh pasukannya menangkap aku dengan tuduhan memberontak. Aku ingin
membuat perhitungan dengan biang keladi ini semua yang kuduga berada di tangan beng-cu Ouw Kwan Lok itu."
"Baik, Lee-ko. Kita bertemu di sana."
-oo(mch)oo- Lee Cin meninggalkan Tin Han dan Thian Lee dengan hati tidak karuan rasanya. Benarkah ucapan Thian Lee bahwa yang menjadi pembunuh para hwe-sio dan to-su, juga yang menyerang dan melukai ibunya itu, bukan Tin Han,
melainkan orang lain yang menyaru setegai Hek-tiauw Enghiong" Memikirkan kemungkinan ini, hatinya menjadi
semakin tidak karuan. Ada rasa lega dan gembira, akan tetapi juga ada rasa penyesalan dan malu. Ia telah
memperlakukan Tin Han sebagai tawanannya dan diseretnya seperti seekor anjing! Ia tahu bahwa ia, bagaimanapun juga, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih amat mencinta Tin Han. Kalau ia bersikap seperti itu terhadap Tin Han, hal itu adalah karena tadinya ia yakin bahwa Tin Han yang menyerang ibunya. Akan tetapi
sekarang baru ia menyadari kemungkinan adanya pihak ke tiga yang sengaja mengadu domba antara keluarganya dan Tin Han! Kalau dipikirkan secara tenang dan mendalam, kini iapun sangsi apakah Tin Han yang demikian lembut dan bijaksana,
yang demikian baik hati sehingga berani menentang keluarga sendiri karena dia mempunyai pendirian yang teguh sebagai seorang pendekar patriot sejati, apakah pemuda yang demikian baik itu dapat berbuat demikian rendah untuk menyerang dan melukai ibunya"
Diam-diam hatinya yang tadinya merasa tertindih kini menjadi lega. Ah, alangkah senangnya kalau ternyata bukan Tin Han yang melakukan hal itu. Akan tetapi ia sudah terlanjur bersikap demikian galak dan membenci terhadap Tin Han!
"Ah, apakah sikapku itu tidak amat menyakiti hatinya dan membuat dia membenci aku?" Bibir Lee Cin gemetar dan tak terasa beberapa tetes air mata menuruni kedua pipinya.
Ia berhenti di bawah pohon, berlindung dari terik
matahari. Ia teringat akan apa yang baru saja terjadi.
Kembali Yauw Seng Kun, si keparat itu, bersama Ban-tok Mo-li hampir mencelakainya. Kalau tidak ada Tin Han yang membantunya, maka pengeroyokan duapuluh lebih orang
perajurit dan dua orang jahat itu tentu dapat membahayakan dirinya.
Setelah mendengar pendapat bahwa ada musuh rahasia
yang sengaja menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-hiong untuk mengadu domba, Lee Cin teringat akan musuh-musuhnya.
Selama ini ia selalu bentrok dengan golongan sesat yang dahulu membantu pemberonrak akan tetapi yang sekarang bahkan menjadi sekutu pemerintah penjajah. Orang-orang seperti Thian-te Mo-ong, Siang Koan Bhok, Hek-bin Mo-ko, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin-ciang Mo- kai, Yauw Seng Kun dan Ban-tok Mo-li itu selalu menyerangnya kalau bertemu dengannya. Orang-orang itu juga menjadi musuh Tin Han. Tentu saja mereka itu memusuhi pula Siauw- lim- pai, Kun- lunpai dan lain-lain partai persilatan besar yang menjadi tempat para pendekar. Ia sekarang teringat. Kalau ada orang yang hendak mengadu domba Hek- tiauw Eng- hiong dengan
keluarganya, dengan Siauw-lim- pai dan Kun- lun- pai, maka besar sekali kemungkinannya orang itu adalah seorang di antara mereka yang memusuhinya itu. Yauw Seng Kun!
Bukankah yang menyamar sebagai Hektiauw Eng- htong
palsu itu seorang muda yang badannya sebesar Tin Han"
Yauw Seng Kun juga memiliki kepandaian tinggi.
Ia tidak boleh tinggal diam. Ia merasa kasihan kepada Tin Han yang hanya diberi waktu dua bulan untuk dapat
menangkap pembunuh itu. Bagaimana kalau selama dua
bulan itu pencarian Tin Han gagal " Tentu semua tuduhan akan kembali kepada pemuda itu! Ah, ia tidak boleh tinggal diam. Ia harus membantu Tin Han, melakukan penyelidikan dan mencari pembunuh yang menyamar sebagai Hek-tiauw Eng- hiong itu.
Pusat para tokoh sesat itu sekarang berada di Pulau
Naga, dipimpin oleh beng-cu baru itu. Ouw Kwan Lok! Tiba tiba saja seperti sinar kilat menerangi otaknya. Benar! Ouw Kwan Lok itu sekarang telah menjadi seorang yang lihai bukan main. Mengalahkan Im Yang Seng-cu ketua Kun-lunpai bahkan mengalahkan Nenek Cia. Ouw Kwan Lok menjadi beng-cu dan dia yang memimpin golongan sesat. Mungkin Ouw Kwan Lok yang amat lihai itu yang menyaru sebagai Hek-tiauw Eng- hiong. Akan t eapi, tuduhan itu menjadi lemah kembali ketika ia teringat bahwa lengan kiri Ouw Kwan Lok buntung. Ia sendiri yang membuntungi lengan itu.
Bagaimana mungkin Ouw Kwan Lok dapat menyaru sebagai Hek-tiauw Eng-hiong kalau lengannya hanya satu" Tentu akan ketahuan semua orang. Tidak, Ouw Kwan Lok tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin menyamar sebagai orang lain. Cacat lengan
buntungnya tidak memungkinkan dia melakukan hal itu.
Akan tetapi, andaikata bukan Ouw Kwan Lok sendiri,
agaknya pembunuh itu seorang di antara para tokoh kang ouw yang telah bergabung dengan bengcu baru itu. Atas perintah Ouw Kwan Lok; Benar, tidak dapat salah lagi. Kalau hendak mencari pembunuh itu, tempatnya tentu di Pulau Naga. Dengan pikiran ini, Lee Cin lalu melanjutkan
perjalanannya ke selatan dan timur, untuk pergi ke Pulau Naga.
Ketika dua hari kemudian memasuki kota Teng-lok yang cukup ramai, dan mengambil keputusan untuk bermalam di kota itu, di sebuah rumah makan merangkap rumah
penginapan ia melihat Cia Tin Siong sedang duduk
menghadapi meja makan dengan seorang pria setengah tua dan seorang gadis cantik. Sebelum Lee Cin mengambil
putusan harus mengambil sikap bagaimana, Tin Siong
sudah melihatnya dan pemuda itu segera bangkit berdiri.
"Souw-lihiap!" Tin Siong memanggil dan terpaksa Lee Cin menghampiri meja mereka. Bagaimanapun juga, Tin Siong adalah kakak kandung Tin Han.
Ia membalas penghormatan Tin Siong. "Siong-twako, engkau di sini'?" Lee Cin bertanya sambil memandang kepada gadis yang masih duduk menghadapi meja itu.
"Paman Kwe dan adik Li Hwa, perkenalkan. Nona ini adalah pendekar wanita Souw Lee Cin, puteri dari mantan beng-cu Souw Tek Bun di Hong-san. Souw-lihiap, ini adalah Paman Kwe Ciang bersama puterinya, adik Kwee Li Hwa.
Mereka ini adalah murid-murid

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bu- tong-pai yang segolongan pendekar.
Lee Cin saling memberi hormat dengan ayah dan anak
itu. Tin Siong menggunakan kesempatan itu untuk nempersilakan Lee Cin duduk di meja mereka dan makan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama. Karena sikap Tin Siong yang sopan dan lembut, Lea Cin merasa tidak enak untuk menolak karena iapun masuk ke rumah makan itu untuk makan siang.
Sambil makan mereka bercakap-cakap. "Souw-lihiap, apakah engkau sudah nendengar tentang fitnah yang
dilontarkan orang terhadap keluarga Cia kami?"
Tentu saja Lee Cin mengerti, akan tetapi ia pura-pura bertanya, "Fitnah yang bagaimana, Siong-twako?"
Dengan suara lirih agar jangan terdengar orang lain di rumah makan itu, Tin Han berkata. "Ada seseorang yang menyamar
sebagai Hek-tiauw Eng hiong membunuhi belasan orang hwe-sio Siauw-lim-pai dan dua orang to-su Kun lun-pai. Karena orang berkedok itu membunuh dengan pukulan yang mirip Hek- tok-ciang, maka orang-orang
sudah menuduh keluarga kami yang melakukan. Terutama sekali adik Cia Tin Han yang dituduh sebagai pembunuh itu."
"Itu benar sekali," kata Kwe Ciang kepada Lee Cin. "Kami sendiri ketika pertama kali bertemu Cia Tin Siong, mengira dialah pembunuh itu dan kami melaporkan kepada para
hwe-sio di Siauw-lim-pai."
"Dan para tokoh Siauw-lim-pai segera datang kepadaku dan mereka hendak menangkap aku. Ketika aku tidak mau karena merasa tidak bersalah, mereka memaksa sehingga terjadi pertandingan. Pada saat itu, Hek-tiauw Enghiong muncul. Dia itu bukan lain adalah adikku Cia Tin Han.
Adikku juga menyangkal bahwa dia melakukan pembunuhan, akan tetapi para hwe-sio tidak percaya
sehingga terjadi perkelahian antara kami berdua dan
mereka. Selagi keadaan kami terdesak, muncullah pendekar Song Thian Lee, bekas panglima itu dan dialah yang melerai, bahkan dia yang menanggung bahwa adikku Tin Han tidak bersalah. Akhirnya, setelah Tin Han berjanji bahwa dalam dua bulan dia akan menangkap pembunuhnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-hiong itu, atas tanggungan Song Thian Lee, kami dibebaskan. Sungguh
membuat orang merasa penasaran sekali!"
Tentu saja Lee Cin sudah mengetahui semua itu. Akan
tetapi ia tidak ingin menceritakan betapa orang berkedok itupun menyerang dan melukai ibunya sehingga iapun
pernah menangkap dan menyeret Tin Han. Hanya kemunculan Song Thian Lee yang membuat ia sadar dan
meragu akan kesalahan Tin Han.
"Aku sudah mendengar tentang pembunuhan itu, bahkan akupun sedang ikut melakukan penyelidikan tentang
pembunuhan itu. Apakah engkau sudah dapat menduga
siapa adanya pembunuh yang menyamar sebagai adikmu itu Siong-ko?"
"Aku belum dapat menduga siapa yang melakukan
perbuatan keji itu. Aku pun hendak menyelidiki, akan tetapi tidak tahu harus mulai dari mana."
"Siong- ko, jelas bahwa orang yang melakukan itu tentu seorang yang menjadi musuh dan amat membenci Keluarga Cia. Tentu engkau dapat tahu siapa kiranya orang yang membenci dan niemusuhi keluargamu, orang yang memiliki ilmu silat yang amat tinggi."
Tin Siong mengingat-ingat, kemudian dia mengepal
tinjunya dan berkata "Ahh, benar juga! Kenapa aku tidak memikirkan sebelumnya" Keluarga kami pernah didatangi Siang Koan Bhok dan Thian-te Mo- ong bersama kawan-kawan mereka. Mereka membujuk agar kami mau bersekutu dengan mereka dan membantu pemerintah Mancu. Tentu
saja kami tidak setuju sehingga terjadi perkelahian antara kami dan mereka. Untung adik Tin Han muncul dan berhasil mengalahkan mereka. Tenth mereka itu yang membenci
kami dan tentu perbuatan yang mencemarkan Keluarga Cia ini datang dari mereka!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang semua sudah jelas. Beng-cu baru Ouw Kwan Lok kini telah menjadi antek Mancu dan dia berusaha untuk mempengaruhi semua orang kang-ouw agar mau bekerja
sama. Yang tidak mau lalu di musuhi. Keadaan mereka kuat sekali karena selain banyak tokoh sesat mendukung mereka, kini mereka dilindungi oleh pasukan pemerintah. Hemm, sungguh menyesal aku mengapa tempo hari bukan lehernya yang kubikin buntung, melainkan hanya lengan kirinya!"
"Keadaan ini gawat sekali," kata Kwee Ciang yang sejak tadi bersma puterinya hanya mendengarkan saja. "Kita kaum pendekar harus bertindak, kalau tidak, mereka tentu akan lebih berani mencoba untuk membasmi golongan
pendekar yang tidak mau menjadi antek Mancu. Aku sendiri akan pergi ke Butong-pai dan memberi kabar ini kepada para suhu di sana agar Bu-tong-pai tidak tinggal diam namun bekerja sama dengan semua pendekar untuk
menghancurkan kekuatan jahat yang disusun oleh beng-cu baru di Pulau Naga itu."
Tin Siong mengangguk dengan gembira. Dia merasa
senang bahwa ayah Li Hwa mau dengan aktip membantu
gerakan untuk membasmi persekongkolan jahat itu.
"Dan aku sendiri akan pergi ke Pulau Naga untuk melakukan penyelidikan dan mencoba untuk mencari di
mana adanya pembunuh yang telah mempergunakan nama
Hek-tiauw Eng-hiong itu."
Tiba-tiba Kwe Li Hwa berkata kepada ayahnya, "Ayah, aku ingin ikut dan membantu Siong-ko. Engkau setuju, bukan?"
Kwe Ciang tersenyum dan sebelum menjawab dia
menatap wajah pemuda itu. Selama beberapa hari melakukan perjalanan bersama, memang terdapat keintiman antara kedua orang muda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika dia melihat bahwa Tin Siong hanya tersenyum dan kelihatan girang dengan ucapan yang dikeluarkan Li Hwa, dia berkata, "Li Hwa, engkau hanya akan mengganggu Tin Siong. Dia sedang melakukan pekerjaan penting."
"Aku tidak akan mengganggunya, bahkan membantunya, ayah!" bantah Li Hwa.
Kwe Ciang menoleh kepada Tin Siong. "Bagaimana
pendapatmu, Tin Siong" Apakah engkau tidak berkeberatan kalau Li Hwa ikut pergi bersamamu?"
Tin Siong tersenyum. "Saya tidak berkeberatan dan merasa gembira sekali mendapat bantuan adik Li Hwa."
"Baiklah kalau begitu. Li Hwa, engkau boleh ikut pergi dengan Tin Siong dan membantunya. Akan tetapi kalian berdua harus berhati-hati sekali. Pulau Naga merupakan tempat yang amat berbahaya bagi kalian."
Tentu saja Li Hwa merasa girang bukan main. Wajahnya yang cantik manis itu berseri- seri, sinar matanya juga seperti menari- nari ketika ia memandang kepada Tin Siong.
"Ayah, dengan Siong- ko tentu akan bersikap hati- hati.
Kuharap saja kami akan dapat membongkar rahasia orang yang menyamar seba gai Hek- tiauw Eng- hiong dan yang melakukan pembunuhan-pembunuhan it u."
Melihat sikap kedua orang muda itu, Lee Cin dapat,
menduga bahwa tentu ada hubungan batin antara Tin Siong dan Li Hwa. Ia diam-diam merasa gembira sekali.
"Kalau begitu, kita mengambil jalan masing- masing dan mudah- mudahan kelak kita dapat bertemu di Pulau Naga untuk bersama-sama membasmi komplotan golongan sesat yang dihimpun oleh berg- cu Ouw Kwan Lok itu!" kata Lee Cin.
Setelah selesai makan dan bercakap- cakap dengan suara lirih namun bersemangat, Tin Siong lalu membayar harga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makanan dan Lee Cin minta diri untuk pergi dari situ.
Mereka semua berpencar. Kwee Ciang juga pergi meninggalkan puterinya dan sepasang orang muda itu, Tin Siong dan Li Hwa, juga pergi meninggalkan kota Teng- lok.
-oo(mch)oo- Senja itu indah bukan main. Cahaya kemerahan dari
langit barat mengecat permukaan bumi dengan warna
keemasan yang. cerah. Burung- burung beterbangan pulang ke sarang mereka dan berkicau riang setelah sehari lelah bekerja kini kembali ke sarang mereka yang hangat. Dari jauh tampak seorang anak remaja menggiring sekumpulan kerbau kembali ke dusun. Punggung kerbau-kerbau itu
tampak bersih mengkilap karena habis dimandikan di
sungai setelah kenyang makan di padang rumput. Para
petani juga berjalan menuju pulang sehabis bekerja sehari di sawah ladang. Langit di barat merupakan keindahan
tersendiri untuk dinikmati. Awan-awan yang membentuk bangunan-bangunan aneh berwarna kemerahan, seperti
istana-istana sorga tempat tinggal para dewa.
Tin Han terpesona dan dia berhenti melangkah di lereng bukit itu dan memandang ke arah barat. Alangkah
indahnya, menakjubkan! Dari lereng yang agak tinggi itu dia dapat melihat kesibukan di dusun bawah bukit. Agaknya semua mahluk sudah siap untuk menanti datangnya malam yang menggantikan siang. Agaknya Sang Raja Matahari
hendak meninggalkan kesan yang indah sebelum dia
menghilang ke balik gunung di barat. Sebentar lagi semua keindahan di langit itu akan lenyap dan terganti oleh kegelapan yang pekat.
Tin Han teringat. Dia harus bersicepat kalau tidak ingin kemalaman di jaIan. Kakinya mulai bergerak, akan tetapi sukar baginya untuk tidak memandang ke arah langit di barat itu. Awan-awan yang membentuk bermacam bangunan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu demikian indahnya. Lekuk lengkung dengan garis lembut itu demikian sempurna, seperti lukisan Tangan yang Maha Sakti. Kembali dia menahan langkahnya. Lambat laun
pemandangan di langit barat itu mulai memudar dan cuaca menjadi semakin remang. Tanda bahwa malam telah hampir tiba.
Ketika memandang dan menikmati semua keindahan itu
tanpa berpikir, rasanya dia seperti menjadi satu dengan segala keindahan itu, menjadi bagian tak terpisahkan dari alam. Akan tetapi begitu dia teringat akan keadaan diri dan kebutuhannya, dia merasakan perpisahan dirinya dengan alam.
Karena cuaca sudah mulai remang dia bergegas menuruni lereng bukit itu menuju ke dusun di kaki bukit.
Penduduk itu miskin, tampak dari rumah mereka yang kecil-kecil dan butut sehingga Tin Han merasa tidak tega untuk mengganggu dan merepotkan mereka. Di luar dusun itu dia melihat sebuah kuil dan ke sanalah dia berjalan.
Kuil itu sudah tua sekali dan tidak dipergunakan lagi, tidak terawat sehingga dindingnya dari tembok itu penuh lumut.
Pohon-pohon rambat memenuhi jendela dan pintunya.
Sebagian dari atapnya sudah ambruk, akan tetapi bagian belakangnya masih utuh sehingga tempat itu lumayan untuk dipergunakan sebagai tempat melewatkan malam. Dia
menguak daun pintu dan terdengar bunyi berkeriyet
nyaring, lalu memasuki kuil itu. Hawa dingin menyambutnya dan Tin Han bergidik saking dinginnya dan juga karena sedikit banyak ada rasa was- was melihat tempat yang tampaknya angker, seolah-olah tempat itu lebih pantas dihuni setan dan iblis.
Terdapat beberapa buah arca di ruangan belakang, arca dari iblis penjaga pintu neraka. Buatannya halus sekali. Di ruangan belakang ini tempatnya masih lumayan, atapnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak rusak dan tempat itu masih mempunyai dinding yang dapat menahan serangan angin malam yang dingin.
Tin Han menemukan sebuah sapu dan -menyapu
lantainya sehingga bersih. Dia lalu duduk dan mengambil dua batang lilin dari buntalan pakaiannya, menyalakan lilin itu
sehingga keadaannya menjadi terang dan tidak menyeramkan lagi. Akan tetapi ketika dia duduk di atas lantai, dia seperti mendengar suara gerakan dan tiba-tiba dia seperti melihat dua pasang mata mengintainya dari balik arca-arca itu. Dia terkejut dan cepat melompat mendekat, akan tetapi dua pasang mata itu lenyap. Sungguh
keadaannya menjadi menegangkan dan menyeramkan.
Manusia atau ibliskah yang telah mengintainya"
Tin Han merasa betapa tengkuknya meremang. Dia tidak takut, akan tetapi merasa ngeri juga. Perasaan ini
dilawannya dengan anggapan bahwa tidak ada iblis dapat mengganggu manusia, kecuali kalau iblis itu manusia juga dan kalau ada manusia jahat yang mengganggunya, dia
sudah siap siaga dan tidak merasa takut.
Malam semakin larut. Tin Han mengumpulkan kayu
bakar dan membuat api unggun. Selain dapat mendatangkan kehangatan, api unggun itupun memberi
cahaya yang lebih terang dan mengusir nyamuk. Akan tetapi api unggun itu juga menimbulkan bayang-bayang yang besar dan panjang, menari-nari di sekelilirignya, seolah-olah dia dikepung oleh banyak hantu.
Tiba-tiba tampak banyak sekali nyala api disekelilingnya.
Nyala api itu seperti obor akan tetapi pemegangnya tidak tampak dan perlahan-lahan obor itu mulai bergerak
mengitarinya, makin lama semakin cepat sehingga akhirnya hanya tampak sebagai sebuah lingkaran besar dari api dan kelihatan indah sekali.
Tin Han mengerutkan alisnya dan menjadi tak senang.
Dia merasa dipermainkan. Dia yakin bahwa obor-obor itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu dipegang oleh manusia, bukan sebangsa iblis.
Tangannya meraih ke depan, mengambil sepotong kayu
bakar dan segera dia melontarkan kayu bakar itu ke arah lingkaran api sambil mengerahkan tenaga dalamnya.
" Wuuuuuttt......... dukkk!" Terdengar suara mengaduh ketika kayu bakar itu mengenai sasarannya. Tiba-tiba dari sekelilingnya menyambar benda-benda hitam dan ketika benda-benda itu jatuh ke atas lantai, terdengar ledakan-ledakan dan asap berwarna warni mengepul tebal. Tin Han terkejut. Dia meloncat bangun dan siap melawan. Akan tetapi dia segera terbatuk-batuk. Asap itu berbau keras, memasuki hidungnya seperti merica bubuk sehingga dia terbatuk-batuk. Tin Han tidak dapat menghindarkan diri lagi karena di dalam ruangan itu telah penuh dengan asap. Dia menerjang hendak keluar dari ruangan itu, akan tetapi kepalanya menjadi pening dan dia terhuyung-huyung lalu roboh tak sadarkan diri di atas lantai.
Setelah asap mulai memudar, tampaklah duapuluh lebih orang yang berpakaian serba hijau dan muka mereka
dicoreng-moreng dengan cat berwarna warni sehingga sukar sekali untuk mengenal mereka. Akan tetapi dari gerakan mereka yang gesit, mudah diduga bahwa mereka adalah
orang-orang yang memiliki ilmu silat yang lihai.
Tanpa banyak cakap lagi, dua orang di antara mereka
lain menghampiri Tin Han dan melibat- libatkan tali kain sutera ke tubuh bagian atas Tin Han sehingga kedua tangan pemuda itu sama seka li tidak dapat di gerakkan, dilibat-libat kain sutera itu dengan kuat.
"Cepat bawa dia menghadap Kui-bo (Biang Hantu)!" kata seorang di antara mereka yang agaknya menjadi memimpin dan dari suaranya dapat diduga bahwa ia seorang wanita.
Orang-orang itu memang sukar dikenal karena wajah yang dicoreng moreng, bahkan sukar untuk menentukan mana
yang pria dan mana yang wanita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empat orang lalu menggotong tubuh Tin Han yang masih pingsan dan mereka lalu berjalan dengan cepat keluar dari hutan itu, membawa obor dan menujli ke utara, mendaki sebuah
bukit dan keluar masuk hutan. Pemimpin rombongan, wanita itu, berulang kali melihat apakah Tin Han masih belum sadar dari pingsannya. Setelah melihat pemuda itu sadar dan membuka matanya, ia berkata kepada orang- orangnya, "Lepaskan dia, biar dia jalan dengan kakinya sendiri!"
Empat orang itu melepaskan Tin Han. Pemuda ini ketika sadar menjadi bingung melihat dirinya digotong orang dan berada di tengah- tengah banyak orang yang mukanya
dicoreng- moreng dan pakaian mereka serba hijau. Akan tetapi dia segera teringat peristiwa di dalam kuil tua itu dan maklum bahwa dia telah ditawan sekelompok orang aneh.
Dia mendapatkan dirinya dibelenggu dan tubuhnya dibelit-belit kain sutera yang amat kuat sehingga tidak mampu membebaskan kedua tangannya. Kain pengikat dirinya itu dapat mulur seperti karet maka sukar sekali untuk dibikin putus. Tidak, dia harus sabar mencari kesempatan baik, pikirnya. Membebaskan diri sekarang, selain sukar, juga berbahaya karena dia berada di tengah- tengah duapuluh lebih orang aneh itu.
Ketika dia dipaksa melangkah bersama mereka, pemimpin gerombolan itu berjalan mendekatinya dan
terdengar suaranya yang merdu, suara seorang wanita
muda, bertanya kepadanya.
"Siapa namamu?" Pertanyaan itu diajukan seperti orang bertanya kepada seorang teman saja sehingga Tin Han
merasa akrab pula.
"Namaku Cia Tin Han," jawabnya pendek.
"Namaku Siauw Leng Ci," kata pula orang itu dengan suara wajar. Tin Han diam-diam merasa heran. Melihat sikap dan suara orang ini, agaknya ia bukan dari golongan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesat, akan tetapi mereka itu demikian aneh, mencoreng-moreng muka mereka dan mengapa pula dia ditawan"
"Senang sekali berkenalan denganmu," katanya.
"Akan tetapi mengapa aku kalian tawan" Apa kesalahanku terhadap kalian?"
"Hemm, engkau telah menemukan tempat rahasia kami, karena itu engkau ditawan."
Tin Han tertegun. Kiranya kuil tua itu tempat rahasia orang-orang aneh ini.
"Akan tetapi aku tidak sengaja!"
"Hal itu harus dibuktikan dulu nanti."
"Ke mana aku akan dibawa?"
"Engkau akan kami hadapkan kepada ketua kami yang akan menentukan apa yang harus kami lakukan terhadap dirimu."
"Siapakah ketua kalian?"
"la adalah.......... ibuku!"
Tin Han terkejut. Jadi gadis ini, ia dapat menduga bahwa Siauw Leng Ci tentu seorang gadis muda yang tidak lebih dari duapuluh tahun usianya, puteri ketua gerombolan orang aneh itu.
"Siapa nama ibumu?"
"Ibu hanya dikenal nama julukannya saja, yaitu Te-tok Kui-bo (Biang Hantu Racun Bumi)."
Mendengar nama julukan yang menyeramkan itu, Tin
Han tertegun. Nama julukan seperti itu membayangkan
seorang yang sakti dan kejam.
"Akan tetapi, Leng Ci. Engkau sendiri tahu bahwa aku tidak bersalah apa-apa. Aku menemukan tempat rahasia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian tanpa kusengaja. Apakah untuk itu aku harus
menerima hukuman" Itu tidak adil sekali namanya!"
"Jangan khawatir, Tin Han. Ibuku adalah seorang yang bijaksana walaupun ia dapat mengambil keputusan tegas.
Engkau tadi telah merobohkan dua orang anggauta kami dengan lemparan kayu, karena itu engkau dianggap orang yang berkepandaian. Dan ibu memerlukan bantuan orang-orang yang berkepandaian. Tenanglah saja, aku tidak akan tinggal diam kalau engkau diperlakukan tidak adil."
Tin Han merasa lega. Penglihatannya ternyata benar.
Gadis ini baik hati dan agaknya tertarik kepadanya. Maka tadi dia sengaja menyebut namanya begitu saja dan agaknya panggilan yang intim itu menyenangkan hatinya, buktinya iapun menyebut namanya begitu saja seolah mereka telah menjadi seorang sahabat baik. Berada di tengah-tengah sekumpulan


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang aneh ini, menghibur juga kalau mempunyai seorang sahabat. Dia harus mencari tahu,
perkumpulan macam apakah mereka itu.
"Leng Ci, engkau begini baik budi, maka aku yakin bahwa perkumpulanmu tentu perkumpulan baik dan bukan termasuk golongan sesat. Sebetulnya, perkumpulan apakah yang dipimpin oleh ibumu itu?"
"Perkumpulan kami namanya Te-kwipang (Perkumpulan Iblis Bumi) dan jangan salah sangka, biarpun kami memakai nama seram itu, sebetulnya kami adalah segolongan patriot yang menentang pemerintah penjajah Mancu. Bahkan mata pencaharian kami untuk membiayai perkumpulan kami
adalah dari hasil merampok harta para pembesar Mancu."
"Bagus!" seru Tin Han dengan gembira. "Kalau begitu aku merasa aman, tidak terjatuh ke tangan perkumpulan sesat dan jahat." Dia memandang wajah gadis itu dengan penuh perhatian, berusaha untuk memandang wajah aselinya di balik coreng moreng itu. Matanya tajam bening, hidungnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mancung. Gadis ini tentu seorang yang cantik jelita, pikirnya.
Pada saat itu mereka tiba di sebuah puncak bukit yang tertutup hutan yang penuh dengan pohon besar. Di tengah-tengah
hutan itu terdapat puluhan pondok bambu mengelilingi sebuah pondok kayu yang besar. Dan tampak banyak sekali orang yang mukanya dicoreng-moreng kurang lebih seratus orang jumlahnya.
Jilid XII Siauw Leng Ci memegang tangan Tin Han dan dibawanya
pemuda itu memasuki rumah besar. Di ruangan dalam yang cukup luas, dia melihat seorang nenek duduk di kursi besar, dihadap lima orang laki-laki yang tubuhnya tinggi besar dan juga muka lima orang laki laki ini dicoreng- moreng. Hanya wajah nenek itu saja yang tidak dicorengi, dan melihat nenek itu, Tin Han teringat akan neneknya sendiri, mendiang Nenek Cia! Ada persamaan di antara keduanya. Usia
sepantar dan keduanya memiliki sikap tegak dan angkuh yang sama pula. Bahkan senjata merekapun serupa, yaitu tongkat berkepala naga!
"Ibu.......... " Leng Ci berseru dan membungkuk sebagai pemberian hormat kepada ibunya. Tin Han berdiri dengan kedua tangan masih terikat.
Nenek itu memandang wajah Tin Han penuh selidik, lalu ia berkata kepada puterinya. "Hemm, engkau membawa seorang tawanan! Mengapa dia?"
"Dia telah menemukan tempat rahasia kita di kuil, walaupun tidak disengaja. Akan tetapi dia merobohkan dua orang anggauta kita dengan lontaran kayu bakar. Maka aku menangkapnya dan membawanya ke sini untuk mendapat
keputusan ibu. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nenek itu kembali memandang wajah Tin Han penuh
perhatian. Agaknya ia merasa senang dengan wajah itu, dan ia bertanya dengan suara lirih namun mengandung desakan atau perintah untuk dijawab. "Siapa namamu, orang muda?"
"Nama saya Cia Tin Han."
"Cia?" Nenek itu memandang lebih tajam penuh selidik,
"Apanya dengan Keluarga Cia di Hui-cu?"
Cepat Tin Han berpikir dan dia melihat persamaan antara nenek ini dan neneknya. Keduanya juga patriot-patriot yang membenci pemerintah penjajah Mancu. Maka dia berani
berterus terang. "Saya adalah anggauta Keluarga Cia di Hui-cu."
"Ah- ah..... ! Bagus sekali. Leng Ci, lepaskan ikatan kedua tangannya. Dia bukan orang lain, masih segolongan sendiri."
Dengan wajah berseri, biarpun yang tampak hanya sinar matanya saja yang berseri, Leng Ci segera membuka ikatan yang membelit tubuh bagian atas Tin Han. Setelah terbebas dari ikatan, Tin Han menggerak- gerakkan kedua lengannya yang terasa agak kaku.
"Cia Tin Han, aku ingin sekali melihat kemajuan ilmu kepandaian Keluarga Cia. Leng Ci, engkau boleh mencoba ilmu silatnya!"
Leng Ci tersenyum lebar lalu menghampiri Tin Han "Nah, engkau mendengar sendiri, Tin Han. Ibu menghendaki kita bertanding untuk menguji ilmu."
"Akan tetapi , Leng Cui, aku tidak mau bermusuhan denganmu"
"Bertanding menguji ilmu bukan berarti bermusuhan, Tin Han. Kita hanya melihat sampai di mana keunggulan
masing-masing. Marilah, kehendak ibuku jangan dibantah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tin Han berpikir. Kalau dia menolak, tentu nenek itu akan menjadi tidak senang hati. Nenek itu hanya ingin melihat kemajuan ilmu Keluarga Cia, bukan bermaksud lain.
"Baiklah, harap engkau banyak mengalah, Leng Ci,"
katanya dan diapun berdiri tegak di depan gadis itu.
"Mulailah!"
"Awas seranganku, Tin Han!" Leng Ci sudah menerjang dan ternyata gerakan gadis ini cepat bukan main, juga tamparan tangan kirinya didahului angin pukulan yang kuat. Tin Han diam-diam kagum. Gadis ini lihai juga! Dia mengelak dan ketika gadis itu menyerang secara bertubi-tubi, semua serangan itu dapat dielakkan dan ditangkis.
Untuk menjaga agar dia jangan dikira mempermainkan,
diapun membalas dengan tamparan tangannya, tidak
terlampau kuat dan tidak terlampau cepat sehingga dapat pula
dielakkan dan ditangkis gadis itu. Terjadilah pertandingan yang seru. Hal ini memang disengaja oleh Tin Han. Dia melawan hanya untuk mengimbangi tingkat
kepandaian gadis itu sehingga seolah mereka itu memiliki tingkat yang sama. Pada hal kalau dia menghendaki, tentu saja dia sudah dapat mengalahkan Leng Ci kurang dari tigapuluh jurus.
Kini lima orang laki-laki tinggi besar yang duduk di situ memandang kagum. Mereka adalah para pembantu utama
dari Te Tok Kui-bo, akan tetapi dibandingkan dengan puteri ketua mereka, tingkat masih kalah tinggi. Dan pemuda itu ternyata mampu mengimbangi kepandaian nona mereka!
Te-tok Kui-bo sendiri memandang dengan wajah berseri.
Penglimatannya yang tajam memberitahu kepadanya bahwa pemuda itu banyak mengalah dan ia percaya bahwa
sebetulnya kepandaian Tin Han lebih tinggi dari tingkat puterinya.
Setelah dua orang itu bertanding melewati limapuluh
jurus, iapun berseru, "Tahan serangan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tin Han merasa lega hatinya dan dia melompat ke
belakang. Leng Ci juga melompat ke belakang dan gadis ini memandang kepada ibunya dengan sinar mata bercahaya, penuh kegembiraan mendapatkan kenyataan bahwa Tin Han dapat mengimbanginya!
"Leng Ci, sekarang coba ilmu silatnya dengan menggunakan senjata!" kata Te-tok Kui-bo kepada puterinya.
Leng Ci kembali menghampiri Tin Han dan berkata. "Tin Han, keluarkanlah senjatamu, atau kalau engkau tidak mempunyai, engkau boleh memakai senjata kami, tinggal pilih," katanya sambil menuding pada sebuah rak di sudut yang penuh dengan bermacam senjata. Tin Han mengambil buntalan pakaiannya dan mengeluarkan Pek- kong- kaim dari dalam buntalan pakaiannya, ketika dia mencabut
pedang itu, terdengar lima orang pembantu Te-tok Kui-bo berdecak kagum. Tampak sinar kilat menyilaukan mata
ketika pedang yang bersinar putih itu digerakkan.
Leng Ci terkejut dan kagum sekali melihat pedang itu.
Pedangnya sendiri adalah sebatang pedang pusaka, akan tetapi tidak mengeluarkan sinar kilat seperti yang berada di tangan Tin Han. Ia lalu mundur mengambil jarak dan
berkata, "Mari kita mulai, Tin Han."
"Silakan, Leng Cin, aku sudah siap," jawab pemuda itu sambil melintangkan pedangnya di depan dada.
"Lihat seranganku!" Leng Ci membentak dan mulai menyerang. Ternyata serangan pedangnya juga cepat dan dahsyat sekali. Tin Han mengelak sampai tiga kali dan serangan ke empat dari gadis itu dia tangkis dengan
pedangnya. "Trangg......... !" api berpijar ketika dua pedang bertemu dan Leng Ci merasakan tangannya agar seimbang dengan tenaga gadis itu. Dia memang harus menang, akan tetapi meninggalkan kesan ramai atau seimbang agar tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangkan kecurigaan pada Tek-tok Kui-bo. Kemudian dia balas menyerang dan terjadilah perkelahian dengan pedang yang lebih seru dari pada perkelahian dengan pedang yang lebih seru dari pada perkelahian tangan kosong tadi.
Tin Han sejak tadi mainkan ilmu silat Keluarga Cia sehingga mampu menandingi Leng Ci dengan seimbang.
Kini, setiap mengadu pedang Tin Han menambahi sedikit tenaganya sehingga setiap kali pedang bertemu, Leng Ci terhuyung.
Setelah pertandingan pedang berlangsung limapuluh jurus, beberapa kali Leng Ci terhuyung ke
belakang. "Cukup, tahan senjata!" teriak Te-to Kui-bo dengan wajah cerah.
Tin Han melompat ke belakang dan Leng Ci juga
menahan gerakan pedangnya.
"Bagus sekali. Engkau ternyata telah mampu menandingi ilmu silat dan ilmu pedang Leng Ci. Eh, Tin Han, berapa usiamu sekarang?"
Ditanya demikian, Tin Han tertegun, akan tetapi dia
menjawab juga, "Duapuluh dua tahun, lo-cian-pwe."
"Dan engkau belum menikah, belum bertunangan?"
Merah wajah Tin Han mendengar pertanyaan ini, akan
tetapi terpaksa dia menjawab sambil menggeleng kepaIa.
"Belum."
"Bagus sekali! Kalian cocok satu dengan yang lain.
Tingkat kepandaian kalian juga sebanding. Tin Han, aku ingin menjodohkan engkau dengan puteriku Siauw Leng Ci."
Suara nenek itu demikian tegas dan mantap, seolah tidak dapat dibantah lagi, mengingatkan Tin Han akan watak neneknya. "Leng Ci, pergi engkau membersihkan mukamu.
Tin Han harus melihat wajah aselimu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa menjawab Leng Ci lalu pergi dari situ setengah berlari. Tin Han segera membantah, "Akan tetapi, lo-cianpwe......... ?"
"Akan tetapi apa" Apakah engkau nenolak niatku
menjodohkanmu dengan Leng Ci?"
Walaupun hatinya membenarkan, Tin Han tidak berani
terang-terangan menolak. Seorang locian-pwe seperti nenek itu tentu amat keras hati, seperti juga neneknya dan dia akan mengalami banyak kesulitan kalau membikin ia marah atau kecewa.
"Bukan begitu, lo- cian- pwe. Akan tetapi bagaimana saya dapat memutuskan sendiri urusan perjodohan saya. Masih ada ayah dan ibu di sana, tanpa persetujuan mereka, mana berani aku mengikatkan diri ?"
"Aah, itu urusan mudah. Aku sendiri yang akan bicara dengan orang tuamu kelak. Hei, Leng Ci, engkau sudah membersihkan mukamu" Ke sinilah, jangan main- main!"
Gadis itu muncul dan berdegup juga rasa jantung Tin
Han ketika dia melihat gadis itu. Sungguh cantik jelita dan manis sekali, melebihi yang dia bayangkan semula. Akan tetapi hatinya yang sudah memiliki dan di miliki Lee Cin tidak begitu mudah untuk jatuh cinta kepada gadis lain.
Gadis itu memandang kepadanya dan diapun balas memandang. Dua pandang mata bertemu, bertaut sejenak dan Leng Ci lalu menundukkan mukanya yang menjadi
kemerah-merahan.
"'Tin Han, urusan orang tuamu, biarlah aku yang akan bicara. Bagaimana dengan keadaan Nenek Cia sekarang"
Aku mengenal baik nenekmu itu!"
Rasa duka menyelinap ke dalam hati Tin Han. "Nenek telah meninggal dunia, lo-cian- pwe."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Te-tok Kui-bo terbelalak dan memukulkan tongkatnya ke atas lantai. "Apa" Bagaimana orang seulet dia begitu mudah meninggal dunia " Apa yang menyebabkan kematiannya?"
"Ia bertanding dengan Siang Koan Bhok dan terluka dalam yang parah lalu meninggal dunia."
"Siang Koan Bhok, si keparat busuk!" tiba-tiba Te-tok Kui-bo memaki. "Pulau Naga itu pusat kekotoran dunia!
Coba ceritakan mengapa Nenek Cia sampai bertanding
melawan Siang Koan Bhok!"
"Siang Koan Bhok dan kawan- kawannya datang
membujuk nenek untuk bersekongkol bersama dia menjadi antek Mancu, akan tetapi nenek tidak sudi dan menolak keras, lalu timbul perkelahian di antara mereka. Nenek terluka parah kemudian meninggal dunia."
"Bangsat! Bangsat benar Siang Koan Bhok! Dia juga hendak mempengaruhi aku, mempengaruhi Te-tok-pang
untuk bersekutu dan menjadi antek penjajah Mancu. Akan tetapi akupun tidak sudi. Kebetulan dia memandang kami dan para perkumpulan kang-ouw untuk berkunjung ke
Pulau Naga atas nama Ouw-beng cu. Beng-cu baru yang
menjadi antek Mancu itu tentu akan membujuk kami semua untuk menjadi antek Mancu. Kami semua akan datang dan beramai- ramai menolak. Hendak kulihat, mereka akan
dapat berbuat apa!"
Tin Han tertarik sekali. "Kapan locian-pwe hendak memimpin anggauta ke Pulau Naga?"
"Minggu depan dan kami semua akan pergi ke sana.
Engkau, sebagai calon jodoh Leng Ci, harus ikut dan
menjadi wakilku bersama Leng Ci, memperkuat lima orang wakilku ini. Perkenalkan, Tin Han, lima orang ini adalah para wakilku yang mempunyai kedudukan paling tinggi
sesudah kami bertiga di Te-tokpang. Ngo-kwi, perkenalkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini Cia Tin Han. Kalian sudah melihat sendiri kehebatan ilmu silatnya, maka kalian harus menjadi pembantunya."
"Baik, Kui-bo!" Sahut mereka serentak, akan tetapi Tin Han yang kebetulan memandang kepada mereka bahwa lima pasang mata di balik coreng moreng muka mereka itu
mengeluarkan sinar tidak senang! Akan tetapi karena tidak ada alasan untuk mencurigai mereka, diapun menganggap bahwa sinar mata mereka itu memang sudah seperti itu, dan tidak memperdulikan mereka lagi. Dia membayangkan
bahwa inilah kesempatan amat baik baginya untuk memasuki Pulau Naga tanpa dikenal, karena dia dapat
membaur dengan para anggauta Te-tok-pang dengan mencoreng moreng mukanya pula.
"Bagaimana, Tin Han. Engkau setuju bersama kami ke Pulau
Naga" Di sana engkau berkesempatan untuk membalas kematian nenekmu dan aku akan membantumu."
"Ah, tentu akan saja, lo-cian-pwe. Aku senang sekali,"
jawab Tin Han cepat- cepat.
Mulai saat itu Tin Han tinggal bersama mereka sambil menanti datanganya saat berangkat ke Pulau Naga. Sore harinya, Te- tok Kui-bo memanggilnya. Tin Han sedang bercakap-cakap dengan Leng Ci. Pergaulan antara mereka akrab dan Leng Ci ternyata seorang gadis yang lincah dan pandai bergaul.
Mendapat pariggilan Te- tok Kui-bo mereka berdua lalu menghadap ke ruangan dalam di mana Te-tok Kui-bo sedang duduk dihadap lima orang Sian- san Ngo kwi.
"Duduklah kalian," nenek itu menyambut. "Tin han dan Leng Ci, baru saja Ngo- kwi memberi laporan bahwa ada rombongan pasukan pemerintah yang akan lewat di kaki bukit ini. Mereka mengawal dua buah peti terisi emas yang akan di kirim ke kotaraja. Nah, ini kesempatan baik sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jumlah mereka hanya limapuluh orang. Kalian harus dapat memimpin para anggauta untuk merampasnya!"
"Baik, ibu," jawab Leng Ci cepat dan dengan nada gembira.
"Bagai mana dengan engkau, Tin Han?"
"Biarpun belurn pernah saya melakukan perampasan harta pasukan Mancu, akan tetapi sekali ini saya akan membantu sekuat tenaga. Harta itu tentu mereka ambil dari rakyat jelata," jawab Tin Han.
"Bagus, sekarang kita atur siasatnya," kata Te-tok Kui-bo yang segera mengatur siasat bersama lima orang Sian-san Ngo- kwi dan ternyata Leng Ci juga lincah dan gagah sekali memberi usul-usulnya. Mereka akan menghadang
barisan itu di kaki bukit sebelah selatan, di mana penuh dengan hutan-hutan lebar sehingga memudahkan mereka
untuk melarikan diri kalau hal itu diperlukan. Akan tetapi mengingat bahwa perajurit itu hanya ada limapuluh orang, sedangkan anggauta Te- t ok- pang ada seratus orang lebih, rasanya mereka tidak perlu melarikan diri. Setelah berhasil merampas dua peti harta, dan memukul mundur pasukan
yang mengawalnya, mereka harus mengundurkan diri
sambil berpencar menjadi empat jurusan. Hal ini untuk membingungkan kalau nanti ada pasukan besar melakukan pengejaran.
-oo(mch)oo- Malam itu, serombongan pasukan pemerintah yang
berkuda mengawal dua peti harta yang dimuat di dalam sebuah kereta, berhenti dan melewatkan malam di sebuah dusun di kaki bukit. Mereka tidak tahu bahwa di antara orang-orang dusun yang menonton rombongan mereka
terdapat beberapa orang anggauta Te-tok pang yang
berpakaian sebagai petani biasa memperhatikan gerak gerik Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka dan menghitung jumlah pasukan yang mengawal
kereta yang berisi dua peti harta itu.
Pada keesokan harinya, setelah matahari mulai menerangi tanah, rombongan pasukan berkuda itu melanjutkan perjalanan mereka, keluar dari dusun itu, menjadi tontonan penduduk dusun. Ketika beradadi dusun, dua orang perwira yang memimpin pasukan itu bermalam di rumah kepala dusun. Kini, dua orang perwira itu dengan pakaian mereka yang mentereng, menunggang kuda di
depan pasukannya, menuju ke timur.
Matahari telah naik tinggi ketika mereka tiba di sebuah jalan yang sunyi, di kaki sebuah bukit yang penuh dengan hutan rimba. Dua orang perwira memberi isyarat agar anak buahnya waspada karena mereka menempuh jalan yang
sunyi dan agaknya berbahaya.
Baru saja dua orang perwira itu memberi isyarat kepada anak buahnya, tiba- tiba terdengar sorak-sorak dan dari empat penjuru bermunculan orang-orang yang mukanya
dicoreng- moreng dan tangan mereka membawa senjata
golok atau pedang.
"Awas, kepung dan lindungi kereta!" Dua orang perwira itu memberi aba- aba dan limapuluh orang perajurit itu segera berloncatan turun dari atas kuda mereka dan
membuat gerakan mengepung kereta barang.
"Hei, kalian yang berani menghadang! Kami adalah
pasukan pemerintah yang sedang melakukan tugas perjalanan. Apakah kalian sudah bosan hidup berani
mengganggu kami?"
"Tinggalkan kereta berisi dua peti itu!" bentak Leng Ci dengan suara dibesarkan seperti suara pria.
"Hei, berani kalian hendak merampok kami, pasukan dari kerajaan" Mundur dan jangan lanjutkan kalau kalian ingin selamat!" teriak pula komandan pasukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sam-sian Ngo-kwi memberi aba-aba kepada anak buahnya. "Serbu.........!"
Seratus orang lebih itu lalu mengeluarkan teriakan
gemuruh dan menyerbu. Para perajurit menyambut mereka dan terjadi pertempuran yang berat sebelah.
Para perajurit itu memang rata-rata memiliki kepandaian silat, akan tetapi demikian pu;a para anggauta Te-tok-pang dan karena jumlah para anggauta perkumpulan itu dua kali lipat lebih banyak, sebentar saja pihak pasukan kerajaan terdesak hebat. Sian-san Ngo-kwi mengamuk. Dengan golok besar
mereka yang tajam, mereka mengamuk dan membunuh banyak perajurit. Demikian pula Leng Ci,


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan permainan pedangnya yang cepat dan indah, para pengeroyoknya berpelantingan.
Tin Han sendiri segera lari ke arah kereta yang dilindungi belasan
orang perajurit. Dengan tangan kosong dia merobohkan beberapa orang perajurit, melompat naik ke atas kereta, memukul roboh kusir kereta sehingga terjungkal ke bawah dan dia sudah menguasai kereta itu.
Pertempuran hanya berlangsung sebentar saja. Para
perajurit berjatuhan dan sisanya melarikan diri cerai berai begitu melihat. dua orang perwira pimpinan mereka telah roboh.
"Mundur! Berpencar!" Leng Ci memberi aba-aba. Para anggauta Te-tokpang yang sebelumnya memang sudah
diatur itu lalu melarikan diri ke jurusan yang sudah ditentukan
kepada mereka masing-masing. Tin Han melarikan kereta barang itu ke arah utara, dan tiba tiba Leng Ci sudah melompat ke atas kereta dan duduk di
sampingnya. "Tin Han, kita berhasil baik!"
"Sukurlah. Ada kawan kita yang tewas?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rasanya tidak ada. Hanya ada yang luka- luka dan mereka sudah di bawa lari teman- teman mereka. Kita
berhasil baik sekali!" Untuk meyakinkan hatinya, Leng Ci masuk ke dalam kereta dan membuka dua peti itu. Isinya memang emas permata yang mahal.
"Hoye, kita berhasil!" Leng Ci kembali ke atas kereta di sebelah Tin Han dan saking gembiranya ia merangkul
pemuda itu. Hampir saja Tin Han terguling roboh dari bangku tempat mengemudi dan dia hanya tersenyum.
Saking girangnya gadis itu bersikap seperti anak kecil saja!
Keberhasilan mereka itu disambut dengan pesta malam
itu. Setelah itu, mereka membuat persiapan untuk berangkat ke Palau Naga. Tin Han ikut dan karena diapun memakai coreng- moreng pada mukanya, tak seorangpun
akan mengenali mukanya.
Malam berikutnya, sebelum pemberangkatan, Tin Han
berada di kamarnya dan jantungnya berdebar tegang kalau dia membayangkan bahwa dia akan menyusup ke Pulau
Naga bersama orang-orang Te-tok- pang. Dia akan dapat menyelidiki dan kalau mungkin menangkap orang yang telah memalsu sebagai Hek tiauw Eng- hiong dan melakukan
pembunuhan besar- besaran di kalangan para pendekar.
Tiba-tiba dia tertegun. Pendengarannya yang tajam dapat menangkap langkah kaki yang ringan di luar kamarnya.
Cepat dia berjingkat turun dan mengintai dari balik jendela.
Seorang laki- laki
tinggi besar melangkah menjauhi kamarnya. Suasana sudah sepi dan Tin Han merasa curiga.
Dengan mempergunakan gin- kangnya, dia bergerak tanpa menimbulkan suara, membayangi orang tinggi besar itu yang menghilang ke dalam sebuah di antara pondok-pondok bambu yang mengelilingi pondok induk tempat t inggal Te-tok Kui-bo dan Leng Ci. Dia cepat mendekati pondok itu dan menempelkan
telinganya diluar jendela. Segera dia mendengar percakapan di sebelah dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pemuda itupun sudah tidur. Semua orang agaknya sudah tidur dan inilah kesempatan baik bagi kita," kata seorang
yang diduga tentu orang yang baru saja meninggalkan kamarnya.
"Twa-ko, sebaiknya kita turun tangan sekarang saja. Kita bunuh nenek tak tahu diri itu, juga si pemuda dan paksa Leng Ci menjadi isteri twa-ko. Kita kuasai harta dan anak buah, dan kita terima uluran tangan Ouw-bengcu untuk bekerja sama membantu pemerintah," kata orang kedua..
"Nenek itu sungguh menggemaskan!" terdengar kata-kata yang penuh kemarahan dan agaknya inilah suara twa-ko (kakak tertua). "Sudah puluhan tahun aku membantunya dan ia tahu bahwa aku merindukan Leng Ci untuk menjadi isteriku. Gadis itu kan bukan puteri kandungnya melainkan hanya anak angkat. Sampai setua ini aku belum menikah karena menunggu Leng Ci. Siapa kira sekarang dengan
mudah saja diberikan kepada orang yang baru saja muncul!
Jangan khawatir, kalau pemuda itu dan Leng Ci nanti tahu dan membantu nenek itu, kalian berempat cukup untuk
menundukkan mereka. Bunuh pemuda itu akan tetapi
jangan lukai Leng Ci. Adapun nenek itu, serahkan saja kepadaku. Dengan ilmu yang kudapat pelajari dari Ouw-bengcu, rasanya aku akan mampu mengalahkan dan
membunuhnya."
Setelah mendengar dengan baik, Tin. Han yang terkejut sekali itu lalu cepat meninggalkan pondok itu tanpa
bersuara dan memasuki pondok- besar tempat tinggal Te-tok Kui-bu dan Leng Ci. Dia sudah tahu di mana kamar Leng Ci dan dia menghampiri jendela kamar gadis itu lalu mengetuk daun jendelanya dengan perlahan.
"Eh, siapa di situ?" terdengar suara Leng Ci. Agaknya gadis itu sudah turun dengan cepat dan bersikap waspada, tidak sembarangan membuka daun jendela.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sssssttt ..... ini aku Tin Han. Buka lah jendelamu aku ada urusan penting sekali denganmu."
Leng Ci cepat membuka daun jendela itu tanpa
menyalakan Iilin. Cuaca remang-remang karena hanya
mendapat penerangan dari luar pondok di mana tergantung sebuah lampu.
"Ada apa, Tin Han?" tanyanya heran.
Leng Ci yang sudah percaya sepenuhnya kepada pemuda
yang menawan hatinya itu, membalik untuk mengambil
pedangnya kemudian meloncat ke luar jendela dan tiba di luar kamar.
"Mari ikuti aku!" bisik Tin Han
Mereka berdua keluar dari pondok dan Tin Han
mengajaknya mendekam dan mengintai. Sambil berbisik dia lalu
menceritakan rencana Sian-san Ngo kwi untuk membunuh dia, Te-tok Kui-bu dan menangkap Leng Ci.
"Celaka!" seru Leng Ci dengan muka berubah pucat.
"Bagaimana mereka dapat berkhianat seperti itu" Akii harus cepat memberitahu ibuku!" Gadis itu lalu berlari menuju ke kamar Te-tok Kui-bo dan menggedor pintu kamarnya.
"Eh, Leng Ci, ada apakah?"
"Ssstt, ibu. Ada bahaya mengancam. Sian-san Ngo-kwi merencanakan membunuh ibu dan merampas kedudukan
ketua. Tin Han yang mengabarkannya kepadaku."
"Hemm, mereka berani, ya" Biarlah, engkau menanti di luar saja, aku akan menghadapi dan menghajar mereka
kalau mereka berani datang ke sini!"
"Harap ibu berhati-hati," pesan Leng Ci yang segera keluar kembali, mengintai bersama Tin Han.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menjelang tengah malam, lima sosok bayangan berkelebat di dalam pondok besar itu. Leng Ci sudah hampir melompat, namun Tin Han memegang engannya_
"Belum waktunya," kata pemuda itu.
Lima orang itu kini sudah tiba di depan kamar Te-tok Kui-bo. Selagi mereka hendak mencokel jendela, terdengar seruan dari dalam kamar. "Daun pintuku tidak terkunci, mengapa pakai cokel jendela?"
Lima orang itu terkejut dan mundur.
Daun pintu kamar itu terbuka dan nenek itu sudah
berdiri di depan pintu dengan senjata tongkat naga di tangannya.
"Kalian berlima hendak membunuhku dan merebut
kedudukan" Pengkhianat kalian. Aku akan mengantar
kalian ke neraka dengan tongkat ini!" Setelah berkata demikian,
nenek itu menggerakkan tongkatnya dan menyerang orang tertua dari lima saudara itu. Giam Su, orang pertama itu, segera menangkis dengan goloknya dan diapun membalas dan berkelahilah kedua orang ini. Diam-diam Te-tok Kui-bo terkejut karena mendapat kenyataan betapa Giam Su tidak seperti biasanya, ilmu goloknya berubah hebat dan tenaganya juga kuat sekali. Dia dapat menduga bahwa bekas pembantunya ini tentu telah
mempelajari ilmu silat golok dari orang lain. Akan tetapi nenek itu tidak menjadi gentar dan menyerangnya dengan dahsyat.
Ketika empat orang yang lain menggerakkan golok
hendak mengeroyok terdengar bentakan nyaring, "Pengkhianat pengkhianat keparat!" Dan Leng Ci sudah muncul dengan pedang di tangan, langsung saja gadis ini menyerang empat orang itu. 'Serangannya di sambut oleh dua orang pengeroyok, dan yang dua orang lainnya langsung saja menerjang Tin Han yang datang bersama Leng Ci.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam Su, orang pertama dari Sian-san Ngo-kwi, baru-
baru ini menerima pelajaran tambahan dari Ouw Kwan Lok yang hendak menarik Te-tok-pang menjadi sekutunya.
Biarpun setelah mendapat petunjuk dari Ouw-bengcu ilmu silatnya maju pesat tetap saja dia masih kewalahan
menghadapi tongkat naga di tangan nenek itu. Dia mulai terdesak mundur dan menggunakan golok besarnya hanya untuk menangkis saja.
Dua orang yang mengeroyok Leng Ci berada dalam
keadaan seimbang. Kalau mereka maju satu demi satu,
mereka memang tidak akan mampu menandingi Leng Ci.
Akan tetapi setelah mengeroyok dua, mereka dapat mengimbangi kekuatan Leng Ci. Namun Leng Ci yang sudah marah sekali mengamuk dan pedangnya menyambar-nyambar dengan dahsyatnya sehingga dua orang lawannya harus
memutar golok mereka dengan cepat untuk melindungi tubuh mereka.
Pertandingan antara Tin Han dan dua orang pengeroyoknya yang paling tidak seimbang. Tin Han hanya melawan dengan tangan kosong, akan tetapi baru belasan gebrakan saja dua orang itu telah terpelanting keras, yang seorang terkena tamparan tangan Tin Han dan yang kedua terkena tendangannya.
Melihat Leng Ci masih belum dapat merobohkan dua
orang pengeroyoknya, Tin Han meloncat ke depan dan sekali kakinya
mencuat, dada seorang pengeroyok terkena tendangannya sehingga dia terjengkang dan terbanting keras. Yang seorang lagi menjadi panik dan sambaran
pedang Leng Ci merobohkannya dengan tusukan yang
mengenai pundak kanannya.
Giam Su yang masih bertanding melawan Te-tok Kui-bo, terkejut bukan main. melihat semua kawannya roboh. Dia telah salah perhitungan! Kalau saja di situ tidak terdapat Cia Tin Han, boleh jadi rencananya akan berhasil. Akan tetapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata pemuda itu menjadi batu sandungan yang besar dan
tidak disangka-sangka.
Dia menjadi nekat dan meaggerakkan goloknya dengan cepat, mengamuk tanpa
memperdulikan keselamatan dirinya.
Sementara itu, para anak buah Te-tok- pang berdatangan ketika mereka mendengar ribut-ribut itu dan mereka
terheran-heran melihat Sian- san Ngo- kwi menyerang ketua mereka. Akan tetapi karena tidak mengerti akan duduknya persoalan, mereka tidak berani berkutik dan hanya menjadi penonton.
"Mampuslah!" teriak Te-tok Kui- bo dan tiba- tiba tongkat naganya menyambar dahsyat. Giam Su masih mencoba
untuk menangkis dengan goloknya, namun goloknya terlepas dari pegangannya dan tongkat itu masih terus menyambar ke arah kepalanya.
"Prok!" Tubuh Giam Su terpelanting dengan kepala retak dan dia tewas seketika! Nenek itu dengan mata liar dan galak masih memandang ke kanan kiri. Melihat empat orang pembantu yang lain masih belum tewas walaupun sudah
roboh, ia meloncat dan tongkatnya menyambar bertubi-tubi mengenai kepala empat orang itu dan tewaslah Sian-san Ngo-kwi dengan kepala retak!
Melihat semua anggautanya sudah memenuhi tempat itu, Te-tok Kui-bo lalu berseru, "Lihatlah, lima orang ini berkhianat
dan hendak membunuhku, maka sebagai hukumannya mereka harus mampus! Agar menjadi pelajaran bagi yang lain, yang mempunyai hati untuk
berkhianat!"
Semua anggauta menjadi gentar dan mereka semua
menjatuhkan diri berlutut menghadap nenek itu dan
terdengar suara-suara menyangkal bahwa mereka hendak berkhianat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, aku percaya kepada kalian. Sekarang bawa mayat-mayat ini dan kuburkan sebagaimana mestinya. Jangan
sampai ada orang luar mengetahui tentang peristiwa
memalukan ini!"
Para anggauta lalu menggotong lima mayat itu dan pergi meninggalkankan pondok kayu, meninggalkan Te-tok Kui-bo, Leng Ci dan Tin Han.
"Tin Han, engkau yang memberitahu, kepada Leng Ci tentang pengkhianatan ini. Jasamu cukup besar dan mulai sekarang, hanya engkau dan calon isterimu Leng Ci.........
"Maaf, lo-cian-pwe. Sebelum ada persetujuan dari orang tua saya, harap lo-cian-pwe jangan menganggap saya
sebagai calon suami Leng Ci, melainkan sebagai sahabat saja."
"Hemm, baiklah. Akan tetapi begitu aku menerima kesanggupan dan persetujuan kedua orang tuarnu kalian harus segera menikah. Kuulangi lagi, mulai sekarang, hanya engkau dan Leng Ci yang menjadi pembantu utama dan
wakilku. Mari kita berangkat secepatnya ke Pulau Naga."
Mereka semua berkemas dan membuat persiapan,
kemudian berangkatlah Te tok Kui-bo, Siauw Leng Ci dan Cia Tin Han, diikuti seratus orang lebih anggauta Te-tokpang. Para anggauta itu tidak ada yang menikah karena pernikahan dan membentuk keluarga dianggap suatu
kelemahan bagi mereka. Kalau ada yang menikah, maka dia harus keluar dari perkumpulan itu. Karena tidak ada yang berkeluarga, hari itu mereka semua meninggalkan sarang mereka dari ptmdak bukit itu yang ditinggalkan kosong sama sekali. Mereka membawa perbekalan secukupnya, dan kelebihan harta yang tidak dibawa, disembunyikan dalam guha yang tersembunyi, jauh di puncak bukit yang liar dan tak pernah didatangi manusia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam Tin Han merasa girang. Dia akan dapat
masuk Pulau Naga dengan mudah dan karena Te-tok-pang mengambil sikap menentang kehendak Ouw-bengcu, maka
dia merasa mendapatkan teman sehaluan.
-oo(mch)oo- Setelah mengangkat diri sendiri menjadi beng-cu dan
mengalahkan semua orang yang dicalonkan sebagai beng-cu, Ouw Kwan Lok lalu tinggal di Pulau Naga sebagai beng-cu dan gurunya sendiri, Siang Koan Bhok dijadikan wakil atau pembantu utamanya. Begitu dia menjadi beng-cu, Ouw
Kwan Lok lalu mengambil cara hidup yang lain dari pada para beng-cu sebelumnya. Kalau para beng-cu sebelumnya adalah pendekar yang tidak mau bergaul dengan golongan sesat, juga tidak sudi tunduk kepada kerajaan penjajah Mancu, beng-cu yang sekarang ini telah dibujuk oleh
Panglima Tua Bouw Kin Sek untuk menjadi sekutu
pemerintah! Dengan janji yang muluk-muluk, Ouw Kwan
Lok mau menjadi pembantu pemerintah untuk membasmi
para pemberontak yang menamakan dirinya pejuang,
kemudian membagi dunia kang-ouw menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendukung dan kelompok yang
menentang Kerajaan Mancu. Mereka yang pro ditarik
menjadi sekutu, sedangkan yang anti lalu dianggap musuh dan kalau perlu dihancurkan!
Banyak sudah perkumpulan-perkumpulan yang dipimpin
tokoh-tokoh sesat menyerahkan diri membantu beng-cu
setelah ketuanya dikalahkan dan ditundukkan. Banyak pula perkumpulan yang dipimpin oleh pendekar yang bersih, di musuhi karena tidak mau bersekutu!
Setelah pengaruh dan kekuasaannya cukup besar, Ouw
Kwan Lok lalu mengirim undangan kepada perkumpulan-
perkumpulan persilatan dan para tokoh dunia persilatan untuk mengadakan pertemuan di Pulau Naga, di mana dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai Beng- cu akan mengumumkan pandangannya
mengenal pergolakan yang ada. Dia tidak takut kalau- kalau para pendekar akan menyerangnya karena dia sudah


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapat persetujuan Panglima Coa Kim, .wakil Panglima Tua Bouw Kin Sek yang berjanji akan mengirim seribu orang perajurit untuk melindungi Pulau Naga pada saat pertemuan diadakan.
Ouw Kwan Lok merasa dirinya kuat karena dilindungi
oleh sekelompok tokoh sesat yang lihai. Selain gurunya sendiri yang kini tingkat kepandaiannya sudah kalah tinggi dibandingkan dirinya, kelompok itu terdiri pula dari Thiante Mo-ong, Kim-to Sam- ong yaitu ketua perkumpulan Kim-to-pang di Liang-cu kaki bukit Lo-sian- san, Hek- bin Mo- ko dan Sin-ciang Mo- kai, Ma Huan, Yauw Seng Kun dan Bantok Mo-li, dan masih banyak tokoh sesat lain yang sudah menjadi kaki tangan Ouw- bengcu. Para tokoh itu tinggal di Pulau Naga bersama para anak buah mereka sehingga di Pulau Naga itu terdapat tidak kurang dari tigaratus anak buah yang kuat.
Setiap beberapa hari sekali ada saja pembantunya yang datang membawa sekutu baru sehingga keadaan Pulau Naga menjadi semakin kuat.
Pada suatu hari. Ma Huan, penyelidik yang paling rajin, datang menggadap Ouw Kwan Lok dan melaporkan bahwa di pantai daratan terdapat kurang lebih seratus anak buah Pek-Lian- kauw yang mengadakan pertemuan dengan para bajak laut Jepang. Mendengar ini, Ouw Kwan Lok segera memanggil para pembantunya untuk berunding.
"Mengapa kita mesti mencampuri urusan mereka?" kata Thian- te Mo-ong kepada bekas muridnya itu. "Mereka bukan dari golongan pendekar. Lebih baik kita diamkan saja dan tidak mencari bibit permusuhan dengan mereka."
"Kalau begitu suhu berpikiran keliru. Kita sudah sepakat untuk membantu pemerintah dan kita mengetahui bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek-lian- kauw, biarpun bukan golongan pendekar, merupakan perkumpulan yang gigih menentang pemerintah Mancu. Kalau kita biarkan saja mereka melewati daerah kita tampa berbuat apa-apa, tentu dunia. kang- ouw akan
menganggap kami bersekutu pula dengan gerombolan Peklian-kauw dan pemerintah juga akan mencurigai kami.
Tidak, kami harus menyerang dan mengusir gerombolan
Pek-lian-kauw dari daerah ini. Juga kalau kita mennusuhi para bajak laut Jepang, kita akan mendapat simpati rakyat dan golongan pendekar sehingga lebih mudah membujuk
mereka bekerja dengan kita untuk mendukung pemerintah Mancu," demikian Ouw Kwan Lok berkata dan pendapat ini dibenarkan pula oeh Siang Koan Bhok dan para tokoh lain.
Demikianlah, pada hari itu juga Ouw Kwan Lok sendiri memimpin dua ratus orang anggauta para perkumpulan
'yang sudah bergabung dengan Pulau Naga untuk menyerbu orang-orang Pek-lian-kauw yang mengadakan pertemuan
dengan para bajak laut Jepang di pantai daratan itu.
Penyerbuan dilakukan mendadak dan karena jumlah para penyerbu amat banyak, maka orang-orang Pek-lian kauw dan para bajak laut Jepang dapat dihancurkan, para
pemimpin mereka dibunuh dan sebagaian anak buahnya
terbunuh dan sisanya melarikan diri cerai berai.
Peristiwa ini segera terdengar oleh orang-orang bahwa gerombolan Pek-lian-kauw dan bajak laut Jepang dibasmi oleh orang-orang Pulau Naga dan sebentar saja dunia kangouw juga mengetahuinya. Panglima Bouw Kin Sek juga
mendengar dan panglima tua ini segera mengirim utusan ke Pulau Naga untuk menyampaikan penghargaannya. Juga
banyak tokoh kang-ouw yang memuji tindakan Pulau Naga yang dipimpin beng-cu Ouw Kwan Lok ini.
"Hari undangan kita kepada semua golongan di dunia kang- ouw telah hampir tiba. Kalian semua ingatlah bahwa kita harus bersikap baik terhadap semua golongan, terutama Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap golongan para pendekar. Tidak boleh memperlihatkan permusuhan terhadap mereka selama
mereka menjadi tamu di sini demi menjaga nama baikku sebagai bengcu. Kelak mudah bagi kita untuk membereskan dan membasmi mereka yang benar-benar tidak mau bekerja sama," demikian Ouw Kwan Lok memesan kepada para sekutunya.
Hari yang ditentukau dalam undangan bengcu baru
itupun tiba dan berbondong- bondong mulai berdatanganlah orang-orang kang- ouw dari segala golongan menuju ke Pulau Naga. Selain perkumpulan dan golongan sesat yang berdatangan, juga perkumpulan- perkumpulan atau partai bersih kaum pendekar berdatangan pula. Mereka yang
mengirim wa kil- wakilnya adalah dari Siauw- lim- pai, Kunlun- pai, Bu-tong- pai, Kong-thong pai, Go- bi- pai dan masih banyak lagi perkumpulan para pendekar yang menaruh
perhatian karena undangan ini menyangkut pendirian
mereka terhadap pemerintah Mancu.
In Kong Thai- su sendiri datang dengan empat orang
hwe-sio lain mewakili Siauw-lim- pai, Im Yang Seng-cu mewakili Kun- lun- pai diikuti empat orang to-su lainnya, dan para perkumpulan pendekar lainnya juga mengirim
wakil- wakilnya. Di antara mereka yang tampak hadir
terdapat Song Thian Lee mantan panglima besar pasukan Mancu yang telah mengundurkan diri, yang muncul seorang diri. Cia Tin Siong datang bersama Kwee Ciang dan Kwe Li Hwa sebagai rombongan dari Bu- tong-pai mengikuti tiga orang to-su Bu-tong-pai yang menjadi guru Kwe Ciang.
Dalam rombongan Siauw-lim-pai terdapat pula Thio Hui San murid In Kong Thai-su bersama Lui Ceng murid Thian- tok Gu Kiat Seng. Berdatangan pula sisa Keluarga Cia, yaitu Cia Kun dan isterinya, Cia Hok dan Cia Bhok. Mereka saling berjumpa ketika hendak menyeberangi lautan menuju Pulau Naga dan datang bersama. Tin Han dengan muka coreng
moreng tidak dikenal oleh keluarganya sendiri, apalagi dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang bersama rombongan besar dari Te-tok-pang yang berjumlah seratus orang lebih dengan coreng moreng
mukanya kecuali pemimpinnya yaitu Te-tok Kui-bo. Namun dari penyamarannya ini Tin Han dapat mengenal mereka yang datang menghadiri pertemuan di Pulau Naga itu.
Dengan jantung berdebar girang dan tegang ia melihat pula Lee Cin yang datang seorang diri. Tin Han kagum akan keberanian Lee Cin datang di sarang harimau itu, seorang diri saja. Kekasihnya itu benar-benar seorang wanita gagah perkasa yang tidak gentar menghadapi apa pun juga. Hanya dia yang tahu bahwa kedatangan Lee Cin, juga Thian Lee, bukan semata- mata karena ingin mendengar tentang
pendapat beng-cu mengenai hubungannya dengan pemerintah Mancu, akan tetapi terutama sekali untuk
menyelidiki siapa pelaku pembunuhan terhadap para hwesio Siauw-lim-pai dan to-su Kun- lun- pai yang menyamar sebagai dirinya.
Para tamu yang datang sehari di muka itu mendapatkan rumah pondok di luar perkampungan para anggauta Pulau Naga, di pantai, untuk melewatkan malam. Di situ, berjajar telah dibangun rumah-rumah pondok di pantai yang terbuat dari pada bambu untuk menampung para tamu yang datang sebelum hari pertemuan dibuka. Tin Han diam- diam
meninggalkan rombongannya dan seorang diri dia pergi ke pantai yang sepi, jauh dari perumahan para tamu.
Hari telah menjelang senja, sinar merah matahari yang hendak tenggelam di ufuk barat itu mulai membakar langit.
Matahari sendiri sudah merupakan bola merah yang besar mengambang di permukaan laut sebelah barat. Dia berada di ujung utara pulau itu.
Tiba-tiba dia mendengar suara pekik yang tidak asing lagi baginya. Ketika dia menengadah, dia melihat seekor burung rajawali hitam terbang melayang di atas kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hek- tiauw- ko!" Serunya girang ketika mengenal burung rajawali hitam yang pernah menjadi temannya bermain dan bermain silat. Burung itu mendengar seruannya dan
menyambar turun. Tin Han melihat betapa seorang kakek berambut
dan berjenggot putih menunggangi burung rajawali itu, jenggot dan rambutnya berkibar seperti bendera putih.
"Suhu..........!" Serunya, akan tetapi burung rajawali sudah niengulur kukunya dan mencengkeram punggung
bajunya dan membawanya terbang tinggi! Karena sudah
mengenal burung itu, Tin Han tidak merasa takut dibawa terbang seperti itu. Burung itu ternyata terbang ke sebuah pulau lain yang tidak begitu jauh dari Pulau Naga, sebuah pulau kecil saja yang tidak berpenghuni. Bahkan binatang yang mau singgah di pulau itu hanya burung laut karena tanah pada dan batu karang yang keras dari pula itu hanya menghasilkan tumbuh-tumbuhan laut yang tidak ada
gunanya bagi binatang.
Rajawali Hitam menurunkan Tin Han perlahan di atas
pulau itu dan Thai Kek Cin-jin juga melompat turun dari punggung rajawali hitam. Tin Han cepat maju berlutut di depan kakek Thai Kek Cin- jin dan memberi hormat.
"Apakah suhu dalam keadaan sehat saja selama ini ?"
sapanya. Akan tetapi kakek itu langsung menegurnya. "Tin Han, apa yang kudengar selama ini " Aku mendengar bahwa
engkau sebagai Hek- tiauw Eng-hiong telah membunuhi
belasan orang hwe- sio Siauw- lim- pai dan to-su Kun- lunpai " Aku tidak dapat tinggal diam saja atas perbuatanmu yang jahat itu!"
Tin Han tersenyum. "Kiranya berita itu sudah sampai pula ke telinga suhu" Betapa hebat tersiarnya. Suhu, sesungguhnya karena ada berita itulah maka teecu sampai ke Pulau Naga, menyamar sebagai anggauta Te- tok-pang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk melakukan penyelidikan. Teecu sama sekali tidak melakukan itu, suhu, akan tetapi ada orang lain yang menyamar sebagai Hek- tiauw Eng- hiong melakukan semua itu untuk mengadu domba."
"Hemm, bagaimana pula ini" Mengapa terjadi hal seperti itu" Siapa dia yang menyamar dan memburukkan namamu
sebagai Hek-tiauw Eng-hiong?"
"Siapa dia sesungguhnya belum dapat teecu ketahui, suhu. Akan tetapi mengingat bahwa orang-orang yang
memusuhi teecu juga memusuhi Siauw-limpai dan Kun-lunpai datang dari Pulau Naga, maka teecu merasa yakin bahwa penjahat itu tentu bersembunyi di sana. Ada yang teecu curigai, yaitu bengcu Ouw Kwan Lok sendiri. Akan tetapi karena lengannya buntung sebelah kiri, agaknya bukan dia yang menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-hiong. Biarpun
demikian, dia tentu tahu siapa orangnya, mungkin seorang di antara kaki tangannya.."
"Dan orang-orang dunia kang-ouw itu sekarang berkumpul di Pulau Naga, ada keperluan apakah?"
"Semua ini ulah beng-cu yang baru yang bernama Ouw Kwan
Lok itu, suhu. Setelah menjadi beng-cu,
dia mengambil sikap bersahabat dengan pemerintah Mancu dan menentang para pendekar yang memusuhi penjajah. Pada hal ketika dia pertama kali diangkat menjadi beng-cu, dia menyatakan bahwa penjajah adalah musuh kita semua. Dan dia membujuk para tokoh kang-ouw golongan sesat untuk bekerja sama dengan dia membantu pemerintah penjajah untuk membasmi para pendekar patriot dan membujuk
dunia kang-ouw untuk membela pemerintah Mancu. Sekarang dia mengundang semua orang kang-ouw untuk
datang ke Pulau Naga dan bicara tentang sikap terhadap pemerintah Mancu itu."
"Sian-cai....! Aku sudah terlalu tua untuk mencampuri urusan dunia. Aku sengaja mencarimu untuk bertanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang sepak terjang Hek-tiauw Eng-hiong yang namanya menjadi demikian tercela. Tidak tahunya ada orang yang sengaja memburukkan nama itu. Engkau harus bertindak, jangan sampai nama Rajawali Hitam menjadi kotor. Engkau harus memancing agar Rajawali Hitam yang palsu muncul."
"Baik, suhu. Memang kedatangan teecu ke pulau ini justeru untuk mencari orang itu dan membersihkan nama tee-cu sebagai Hek- tiauw Eng-hiong. Akan tetapi untuk itu, teecu mohon dapat diberi pinjam Hek- tiauw-ko untuk
membantu teecu."
"Baiklah, aku akan beristirahat di pulau kecil ini selama tiga hari, sampai engkau berhasil menelanjangi orang yang memburukkan nama Hek-tiauw Eng-hiong. "
"Terima kasih, suhu. Teecu mohon pamit."
"Pergilah, akan tetapi ingatlah, jangan sampai engkau terjerumus menjadi pembantu penjajah Mancu, walaupun untuk
berjuang menumbangkan pemerintah penjajah sekarang belum tiba saatnya. Kalau saatnya belum tiba, walaupun engkau berusaha juga tidak akan berhasil. Masih harus
ditunggu beberapa puluh tahun lagi sampai kesadaran dan semangat rakyat benar-benar matang untuk mengadakan perjuangan mengusir penjajah dari tanah air."
"Teecu akan selalu mengingat akan semua nasihat suhu,"
kata Tin Han yang segera memberi hormat dan dia
menghampiri Hek- tiauw- ko yang mendekam tidak jauh dari situ.
"Hek- tiauw- ko, sekali ini aku mengharapkan bantuanmu," kata Tin Han sambil merangkul leher burung itu.
Agaknya coreng moreng di muka Tin Han tidak membuat
burung itu asing bagi dirinya dan masih mengenalnya
dengan baik. Burung itu mengangguk-anggukkan kepalanya, seorang hendak menyatakan setuju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang terbangkan aku kembali ke Pulau Naga, turunkan di tempat yang sunyi di mana engkau membawaku tadi." Tin Han segera melompat ke punggung rajawali itu.
Akan tetapi rajawali itu hanya berdiri dan tidak mau terbang, memandang ke arah Thai Kek Cin-jin.
Kakek itu tersenyum dan berkata, "Engkau boleh pergi membantu Tin Han, Hek-tiauw- ko!" kata kakek itu dan setelah mendengar persetujuan kakek itu, barulah burung rajawali itu mengembangkan sayapnya dan mengenjot kedua kakinya lalu terbang ke atas dengan cepat sekali.
Burung itu menukik turun ke arah Pulau Naga dan tak
lama kemudian Tin Han sudah tiba di tempat di mana tadi dia dibawa terbang. Dia melompat turun dari punggung rajawali, merangkul lehernya seperti dulu ketika dia masih tinggal bersama Thai Kek Cin-jin dan burung ini, dan berkata, "Terima kasih, Hek-tiauw-ko. Sekarang harap engkau tunggu aku di tempat ini dan jangan tinggalkan tempat ini sebelum aku datang menjemputmu."
Setelah berkata demikian, dengan keyakinan bahwa
burung itu mengerti akan maksud kata-katanya, Tin Han lalu melompat dan meninggalkan burung rajawali itu.
Tin Han mencari-cari dan akhirnya dia dapat menemukan di mana Lee Cin tinggal. Malam telah tiba dan di pondok pondok para tamu telah digantungi lampu
penerangan. Ternyata Lee Cin menempati sebuah pondok kecil seorang diri saja dan dia menghampiri daun jendela pondok itu dan mengetuknya perlahan.
"Siapa?" terdengar bentakan dari dalam pondok.
"Aku Cia Tin Han, Cin-moi. Bukalah pintu pondokmu dan
keluarlah, aku menantimu di luar dan ingin membicarakan urusan penting sekali denganmu."
Hening sejenak. Lee Cin yang mendengar suara Tin Han ini
terkejut dan juga berdebar jantungnya. Sejak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedatangannya tadi ia memasang mata mencari-cari adanya Tin Han, akan tetapi dengan hati kecewa ia tidak
mendapatkan orang yang dicari. Ia ikut datang ke Pulau Naga karena hampir yakin bahwa penyerang ibunya yang menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-hiong tentulah orang dari Pulau Naga. Maka, menggunakan kesempatan selagi para tokoh kang-ouw berkunjung ke Pulau Naga, dara inipun bertekat untuk memasuki Pulau Naga dan mengadakan
penyelidikan. Dia telah bersikap menuduh, bahkan menghina dan menyeret-nyeret Tin Han yang dianggapnya telah menyerang ibunya. Akan tetapi setelah bertemu
dengan Thian Lee dan mendengar keterangan pemuda
perkasa itu, ia pun menyadari bahwa besar kemungkinannya Tin Han difitnah, penyamarannya sebagai Hek-tiauw Eng-hiong dipergunakan orang untuk mengadu domba dan merusak nama baik Hek-tiauw Eng-hiong. Kini ia harus membantu Tin Han untuk menemukan pembunuh
yang sebenarnya.
Ketika mendengar suara lirih kekasihnya itu, Lee Cin agak gemetar karena tegangnya. Ia cepat meniup padam lilin di atas meja, lalu berindap keluar dan membuka daun pintu, lalu keluar dari pondok itu. Ia melihat bayangan orang berkelebat dan bayangan itu berdiri di bawah lampu gantung di luar pondok. Ia terkejut bukan main melihat muka yang dicoreng-moreng itu. Ia tahu bahwa muka yang dicoreng-morertg itu merupakan tanda sebagai anggauta Te-tok-pang yang datang siang tadi dengan jumlah anggauta lebih dari seratus orang. Karena curiga ia berhenti melangkah dan memandang tajam.
"Cin-moi, apakah engkau tidak mengenali aku" Aku adalah Tin Han," kata Tin Han sambil menghampiri Lee Cin.
Dari suaranya Lee Cin yakin bahwa ia benar berhadapan dengan Tin Han.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari ikuti aku. Kita bicara di tempat yang aman," kata pula Tin Han sambil berlari meninggalkan tempat Lee Cin mengikutinya dengan perasaan heran. Kiranya Tin Han
dapat menyamar sebagai anggauta Te- t ok- pang, pantas saja ia mencari-cari siang tadi tanpa hasil.
Tin Han berhenti di pantai laut yang sunyi. Lee Cin
menghampirinya.
"Ada apakah engkau memanggilku?" tanya Lee Cin.
Suaranya masih kaku karena ia masih merasa sungkan,
mengingat akan perlakuannya terhadap Tin Han beberapa waktu yang lalu.
"Cin-moi, maukah engkau membantu aku untuk menangkap orang yang menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-
hiong dan melakukan pembunuhan- pembunuhan itu, juga telah menyerang dan melukai ibumu"
"Hemm, tentu saja. Lalu apa yang harus kulakukan?"
tanya Lee Cin, kekakuannya agak berkurang.
"Menurut dugaanku, yang mengetahui akan rahasia itu hanyalah beng-cu Ouw Kwan Lok. Dia sendiri yang
menyamar sebagai Hek-tiauw Eng hiong palsu, atau kalau bukan dia, tentu seorang di antara anak buahnya."
"Segala kemungkinan bisa terjadi. Lalu bagaimana?"
"Aku minta kepadamu untuk menemuinya besok pagi-pagi benar sebelum pertemuan dimulai dan engkau katakan kepadanya
bahwa engkau sudah tahu akan semua rahasianya, akan pembunuhan terhadap orang-orang Siauwlim-pai dan Kun- lun- pai dan katakan bahwa engkau akan membuka rahasia itu dalam pertemuan nanti."
"Hemm, apa artinya kata- kataku seperti itu kepadanya"
Apa gunanya?"
"Untuk memancing keluarnya Hek tiauw Eng- hiong palsu. Kalau dia mendengar ancamanmu tentu dia akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa khawatir sekali dan mungkin saja, hal ini yang menjadi harapanku, dia akan berusaha untuk melenyapkan atau membunuhmu sebelum pertemuan dibuka. Dan yang
paling tepat, untuk melakukan hal itu tentu Hek- tiauw Enghiong yang palsu akan muncul agar kembali kesalahan
dijatuhkan kepadaku." .
"Tapi......... tapi ........"
"Aku yakin engkau tidak takut dan mampu menandinginya kalau dia muncul, dan aku akan berada tak jauh dari situ untuk membantu. Bagaimana Cin- moi, masih maukah engkau membantuku menangkap penjahat yang
ingin memisahkan kita itu?" Dalam suara Tin Han terkandung permohonan dan hati Lee Cin tergerak. Tentu saja ia mau melakukan apa yang diminta pemuda itu. Bagai mana pun juga, ia semakin yakin bahwa apa yang ia
tuduhkan atas diri Tin Han tidaklah benar, bahwa memang ada


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang yang memalsukan samarannya kemudian menyerang ibunya. Iapun mempunyai kepentingan untuk
mengetahui orang itu. Kalau Hek-tiauw Eng-hiong benar-benar muncul, yaitu Hek- tiauw Eng- hiong yang palsu, ia akan
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membalas perbuatan penjahat itu terhadap ibunya.
"Baiklah, Han- ko. Akan kulakukan apa yang engkau pesan. Mudah- mudahan berhasil."
Tin Han merasa girang sekali, terutama melihat sikap gadis itu yang sudah lunak terhadap dirinya. "Terima kasih atas kepercayaanmu kepadaku, Cin-moi. Akan kubuktikan bahwa kepercayaanmu kepadaku itu tidak sia-sia. Nah, sekarang kita berpisah dulu, selamat malam." Pemuda itu lalu berkelebat lenyap dalam kegelapan malam dan Lee Cin juga kembali ke pondok kecilnya.
Setelah menemui Lee Cin dan mendapat persetujuan
gadis itu untuk memancing keluar Hek- tiauw Eng- hiong yang palsu, Tin Han lalu berkunjung ke perkemahan para Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
utusan Siauw-lim-pai dan Kun- lun- pai. Kebetulan pondok-pondok yang ditinggali kedua utusan ini berdekatan dan ketika dia mengunjungi In Kong Thai-su, Im Yang Seng-cu juga berada di situ sedang bercakap- cakap dengan ketua Siauw-lim-pai di Kwi- cu itu.
In Kong Thai- su yang pernah bertemu dengan Tin Han
dan pernah pula bertanding dengannya karena mengira Tin Han adalah Hek- tiauw Eng-hiong yang membunuh belasan orang anak buahnya, cepat bangkit berdiri menyambut.
"Omitohud! Engkau juga sudah berada di sini, Cia- sicu"
Bagaimana, apakah engkau sudah memperoleh jejak pembunuh itu?" In Kong Thai- su mengenal Tin Han yang kini sudah menghapus coreng- moreng dari mukanya.
"Kabar baik, lo-suhu. Akan tetapi saya mengharapkan bantuan lo-suhu agar pembunuh jahat itu dapat tertangkap atau setidaknya dapat diketahui bahwa orangnya bukanlah saya."
"Omitohud, tentu saja kami suka membantu. Bukankah begitu, to- yu?" In Kong Thai-su menoleh kepada Im Yang Seng- cu.
"Siancai, urusan apakah yang kalian bicarakan ini "
Pinto belum dapat menang kapnya."
"To- yu, perkenalkan pemuda ini adalah Cia Tin Han."
"She Cia?" Im Yang Seng-cu berseru sambil memandang tajam wajah Tin Han.
"Benar, dialah Hek- tiauw Eng-hiong." Im Yang Seng-cu melompat bangun dengan alis berkerut.
"Omitohud, tenanglah, to- yu. Cia-sicu ini adalah Hektiauw Eng- hiong yang tulen, sedangkan yang telah
membunuhi para murid kita itu adalah Hek-tiauw Eng-
hiong yang palsu. Cia-sicu ini tadinya pun hendak kami tawan, akan tetapi atas usul mantan panglima Song Thian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lee, kami setuju melepaskannya lagi dengan perjanjian bahwa dia akan sanggup menangkap Hek- tiauw Eng- hiong yang palsu itu dalam dua bulan. Sekarang sudah hampir lewat satu bulan dan menurut keterangannya tadi, dia sudah hampir dapat menangkap pembunuh itu. Nah, Cia-sicu, sekarang jelaskan duduk perkaranya dan bagaimana engkau mengatakan bahwa engkau akan dapat menangkap
penjahat itu dengan bantuan kami."
"Begini, lo- suhu. Saya telah melakukan penyelidikan dan yakin bahwa orang palsu itu berada di Pulau Naga ini. Saya telah
minta bantuan nona Souw Lee Cin untuk memancingnya keluar. Kalau usahanya itu berhasil, besok pagi- pagi dia tentu akan keluar untuk membunuh nona Souw Lee Cin. Nah, pada saat itulah saya mengharap agar to-suhu beserta para suhu lain muncul dan melihat sendiri siapa adanya Hek- tiauw Eng- hiong yang palsu itu, dengan menangkapnya."
"Siancai, bagus sekali kalau begitu. Pinto juga ingin turut menangkap penjahat itu besok pagi-pagi. Di mana kami semua harus bersiap siaga?"
"Itu baik sekali, semakin banyak yang menyaksikan semakin baik. Menurut perkiraan saya, penjahat itu akan muncul di dekat pondok kecil yang menjadi tempat tinggal nona Souw Lee Cin. Sebaiknya kalau kita bersembunyi dan mengintai dekat pondok yang ditinggali Nona Souw."
Semua menyatakan sepakat, bahkan Im Yang Seng- cu
hendak mengabari para to-su Bu- tong- pai untuk ikut menyaksikan dan menangkap penjahat yang telah banyak melakukan pernbunuhan itu.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Lee Cin pergi ke rumah induk dimana tinggal keluarga Siang Koan Bhok dan juga Ouw Kwan Lok. Secara kebetulan sekali ia melihat Kwan Lok sedang berjalan seorang diri di taman bunga di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
samping rumah induk dan bergegas ia menghampiri pemuda itu.
"Eh, Nona Souw Lee Cin, kiranya engkau juga sudah berada di sini" Sungguh pertemuan yang menyenangkan
sekali," kata Ouw Kwan Lok sambil memandang tajam.
Dalam hatinya timbul kebencian yang besar. Nona di
depannya ini telah menjadi musuh besar guru-gurunya, dan bahkan telah membuntungi lengan kirinya. "Aku mendapat kesempatan untuk membalas budi kebaikanmu!" Kata- kata terakhir ini tentu saja mengandung sindiran, bukan
membalas budi melainkan membalas dendam. Dia akan
membalas dendam secara berlipat ganda, akan mempermainkan dan menghina gadis itu habis-habisan
lebih dulu sebelum menyiksa dan membunuhnya.
"Hemm, aku juga menyesal mengapa dulti aku tidak memenggal lehermu, hanya memenggal lengan kirimu.
Orang macam engkau ini layak seratus kali mati. Ouw Kwan Lok, jangan dikira aku tidak tahu akan semua rahasia busukmu. Engkau menyamar sebagai orang lain untuk
membunuhi banyak orang. Akan tetapi aku sudah mengetahui rahasiamu, dapat pula membuktikan dan
tunggulah, nanti akan kubongkar semua rahasiamu itu di depan para lo-cian-pwe dari Siauw- lim- pai dan Kun-lunpai!" Setelah berkata demikian, Lee Cin membalikkan diri dan tanpa memberi kesempatan kepada orang itu untuk
menjawab ia sudah berlari cepat kembali ke pondoknya.
Ouw Kwan Lok tertegun mendengar ucapan ini dan
wajahnya berubah pucat. Dia lari memasuki rumah dan
mengambil sepasang pedang yang diselipkan ke punggungnya. Tak lama kemudran dia sudah keluar lagi dengan pakaian serba hitam dan sehelai kain sutera hitam menutupi mukanya hanya memperlihatkan dua lubang
mata. Gerakannya cepat sekali ketika dia keluar dari rumah itu melalui pintu samping. Pagi itu masih sunyi dan tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada orang yang melihat dia keluar dalam pakaian sebagai Hektiauw Eng- hiong itu. Dia mengambil keputusan untuk membunuh Souw Lee Cin sebelum gadis itu membongkar
rahasianya dan untuk melakukan pembunuhan itu, sebaiknya dia menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-hiong
sehingga kalau ada yang melihatnya, maka akan menjadi saksi bahwa pembunuhnya adalah Hek tiauw Eng- hiong!
Lee Cin yang berlari menuju pondoknya, sengaja tidak masuk ke dalam pondok. Ia berdiri di belakang pondok itu,di mana terdapat sebuah taman bunga. Ia berdiri termenung seperti memikirkan sesuatu.
Tiba- tiba ia mendengar desir angin dan tiga batang pisau terbang bergagang hitam menyambar ke arah paha, perut dan dadanya. Serangan mendadak dengan senjata rahasia itu amat berbahaya karena datangnya cepat seperti anak panah. Namun, sejak tadi Lee Cin telah waspada karena maklum bahwa kemungkinan besar Oaw Kwan Lok akan
muncul dan menyerangnya seperti yang diperhitungkan oleh Cia Tin Han. Begitu mendengar desir senjata pisau terbang itu dan melihat tiga sinar menyambar ke arahnya, tubuhnya sudah melompat jauh ke samping sehingga tiga batang pisau itu terbang lewat di sisi tubuhnya.
Hek- tiauw Eng- hiong yang melepaskan senjata rahasia namun gagal itu lalu melompat dan menerjang Lee Cin
dengan sepasang pedangnya! Melihat betapa orang berkedok hitam itu menggunakan sepasang pedang, Lee Cin terkejut.
Kalau begitu orang itu bukan Kwan Lok, pikirnya. Sudah jelas bahwa Kwan Lok hanya memiliki sebelah tangan kanan saja, bagaimana mungkin kini memainkan siang- kiam
(sepasang pedang)" Akan tetapi ia tidak mau memusingkan kepalanya dengan hal ini.
Serangan sepasang pedang itu dahsyat sekali, maka
iapun cepat melolos Ang-coa- kiam dari pinggangnya dan begitu ia memutar Ang- coa- kiam, tampak sinar merah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergulung-gulung menyambut sepasang pedang yang di
mainkan Hek-tiauw Eng- hiong. Terjadilah perkelahian pedang yang amat seru dan seimbang.
Pada saat itu, bermunculanlah para hwe- sio Siauw-lim pai, para to- su Kun-lun-pai din Bu tong-pai.
Jilid XIII "Tangkap pembunuh!" Mereka berteriak-teriak. Melihat ini, Si Kedok Hitam yang mengaku sebagai Hek-tiauw
Enghiong itu melompat jauh ke kiri. Lee Cin yang berada paling dekat dengannya, cepat mengejar dengan lompatan jauh. Si Kedok Hitam berlari terus dengan cepatnya, keluar dari taman menuju ke padang rumput di depan. Lee Cin tidak mau berhenti mengejarnya. la harus dapat menangkap Si Kedok Hitam itu. Para hwesio dan to-su sambil berteriak-teriak juga ikut mengejar. Teriakan mereka membangunkan semua orang yang menjadi tamu di Pulau Naga sehingga sebentar saja di situ penuh orang yang masih merasa
bingung karena tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Mau lari ke mana engkau, jahanam keparat?" Lee Cin molompat ke depan ketika melihat Si Kedok Hitam melompat ke serumpun semak-semak. Akan tetapi ketika kakinya tiba di balik rumpun, rumput yang berada di situ menyambut kakinya dan kedua kakinya terjeblos ke dalam lubang yang disembunyikan di bawah rumput tebal.
Pendekar Laknat 6 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Harpa Iblis Jari Sakti 28
^