Senyuman Dewa Pedang 2

Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung Bagian 2


buta, bininya main serong dengan lelaki lain pun sama sekali tak diketahuinya. Kalau dibilang orang ini yang membunuh Liu Ji-kong dari depan, dalam sekali tusukan, itu baru aneh.
Sah-lopan adalah orang yang paling pantas dan mampu membunuh Liu Ji-kong, dia punya duit, bisa kungfu, juga ada orang yang bersedia menjual nyawa baginya, senjata pembunuh pun ditemukan di rumahnya. Tapi penampilannya seperti bos besar.
Yang lebih penting lagi, orang-orang itu adalah penduduk pribumi, mereka tak punya dendam pada Liu Ji-kong, sedikitpun tak ada hubungan. Tidak ada alasan untuk membunuhnya, sialnya Liu Ji-kong justru mati di tempat mereka.
Lalu siapa pembunuhnya" Kenapa dibunuh" Siau-hong tahu, di balik semua ini pasti terdapat kunci rahasia yang belum terpikirkan oleh siapa pun. Kunci rahasia itu pasti tersembunyi di sudut buntu pikiran manusia.
Apa yang dia pikirkan memang benar. Sayang ketika jalan pikirannya memasuki sudut buntu itu, ketika menemukan kunci rahasia itu, dia sudah mati.
Mana mungkin Liok Siau-hong mati"
-00- Bersambung ke bagian 3
Bagian 3 Matahari awal musim semi dengan kemalas-malasan muncul dari balik awan, langit dan udara di kota Ui-sik terasa cerah dan segar.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
54 Dari kediaman Sah Toa-hu menuju toko kelontong Ong Toa-yan, orang harus melewati jalan berpasir yang cukup jauh. Cairan salju membuat tanah berpasir berubah jadi lumpur, bila berjalan di atasnya, kaki akan penuh lumpur. Perasaan semacam ini selalu mendatangkan ketidak-nyamanan bagi siapa pun.
Liok Siau-hong tidak ingin menggunakan Ginkang, dia ingin menikmati suasana hening dan terpencil di tempat ini, udara bersih dan dingin semacam ini sangat membantu menjernihkan pikirannya.
Cepat dicarinya dua potong kayu, dengan menggunakan badiknya ia buat sepasang egrang, lalu diikat di sepatunya, dengan begitu dapatlah ia melewati jalanan berlumpur itu dengan gembira dan bersih. Untuk pertama kali inilah ia memanfaatkan badik itu.
Sekarang sudah tengah hari, angin berhembus terasa hangat dan segar, walaupun pikiran Liok Siau-hong masih dicekam beberapa persoalan, namun ia masih bisa menikmati suasana segar ini.
Ia bukan termasuk jenis orang yang setiap saat selalu menjaga hartanya, juga bukan termasuk orang yang suka memendam segala kegundahan dan keruwetan pikiran. Prinsipnya, segala kegundahan dan keruwetan ibarat harta kekayaan, makin cepat buyar semakin baik.
Angin berhembus, meniup ranting-ranting yang berderet sepanjang jalan, ranting gundul yang belum ditumbuhi daun, menimbulkan suara gemerasak ramai. Siau-hong tidak menghentikan langkahnya, sambil mengangkat kepala ia memanggil, "Kim Jit-liang!"
"Liok Siau-hong!" Kim Jit-liang berdiri di bawah pohon, sepintas mirip kapas seberat tujuh Hang.
Ia memandang Siau-hong sambil tertawa terkekeh-kekeh. "Sepantasnya namamu bukan Liok Siau-hong, karena kau tidak mirip seekor burung, lebih mirip ayam cilik."
Siau-hong tertawa. Ia sendiri pun merasa, dengan memasang dua tongkat panjang di bawah kakinya, memang mirip seekor ayam.
"Kim Jit-liang, mau apa kau kemari" Mengejarku?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
55 "Mengejarmu" Untuk apa mengejar ayam jago, enakan mengejar ayam babon. Aku terdesak dan kehabisan akal, terpaksa aku kabur ke sini."
"Siapa yang memaksamu?"
"Tak ada orang yang bisa memaksaku, hanya kemarahan yang bisa membuat aku menyingkir."
"Siapa yang marah?"
"Tentu saja Sah-lopan, hanya dia yang bisa memaksa orang menyingkir."
"Sah-lopan sedang marah"'
"Bukan hanya marah, bahkan marahhya setengah mati."
"Marah kepada siapa?"
"Tentu saja padamu, dia sudah berpesan ke dapur agar menyiapkan hidangan yang paling lezat untuk menjamumu, tapi kau bersikeras menolak undangannya, coba kalau kau jadi dia, masaah kau tidak marah?"
"Tidak, aku takkan marah, malah gembira setengah mati."
"Gembira?"
"Aku menolak undangannya berarti dia bisa menghemat arak, juga hidangan, kenapa dia tidak gembira" Kenapa mesti marah?"
"Kau bukan dia, maka kau bisa bicara begitu. Kau harus tahu, Sah-lopan gila hormat, sok gengsi, Liok Siau-hong datang ke wilayahnya, tapi menolak makan di rumahnya, penolakan ini adalah penghinaan baginya, rasa jengkelnya mungkin melebihi saat bininya dicuri orang, karena itu aku pun tak tega meneruskan makanku."
"Pantas kau pergi begitu saja dan mencari aku. Jadi kau ingin aku mentraktirmu?"
Kim Jit-liang tertawa. "Akulah yang ingin mentraktirmu, tapi jika kau ngotot, aku perlu memberi muka kepadamu bukan?"
Siau-hong ikut tertawa. "Aku memang benar-benar ingin mentraktirmu, sayang di sini tak ada rumah makan."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
56 "Asal kau bersedia keluar uang, aku bisa mengatur segalanya, jika menghamburkan uang orang lain aku tak sanggup, percuma aku bernama Kim Jit-Iiang, mending jadi Kim Toh-kau saja (Kim si anjing buduk)."
Ternyata dia memang punya akal. Ketika sepuluh tahil perak diserahkan ke tangan Ong Toa-yan, tak sampai satu jam, arak dan hidangan sudah siap di atas meja dalam kamar tidur Liok Siau-hong.
Biarpun kualitas araknya tidak bagus, masakannya ternyata lezat dan sedap, terutama angsio ayamnya, benar-benar menambah selera makan, Siau-hong yang biasanya bawel dalam hal makanan pun puas.
"Tak tersangka, Laopan Nio pandai memasak."
"Kau keliru, ini bukan masakan Laopan Nio, tapi Ong-lopan sendiri yang turun ke dapur."
Kim Jit-liang mengawasi Siau-hong, lanjutnya, "Tampaknya apa saja akan dia makan."
Siau-hong tidak menjawab, sepasang matanya mengawasi angsio ayam.
Kim Jit-liang mengawasinya, tertawa geli dan tiba-tiba menghela napas panjang, "Orang lain mencuri sebutir telur di tokonya dapat dilihatnya dengan jelas, namun ketika bininya dicuri, dia seakan tak melihat. Tahukah kau, apa kata orang di kota ini tentang dirinya?"
"Apa?"
"Si Buta Tio memiliki mata pencoleng yang dapat melihat apa pun, justru si mata besar Ong yang sebetulnya buta."
Kembali Kim Jit-liang tertawa terbahak-bahak, seakan baru saja mengatakan lelucon yang paling menggelikan, sayang ia tak bisa tertawa lagi ketika Siau-hong membungkam mulutnya dengan sepotong paha ayam.
Setiap kali menyinggung Laopan Nio, Siau-hong selalu berharap bisa mengalihkan pembicaraan ke hal lain, tak disangka kali ini vang mengalihkan pembicaraan bukan dia, melainkan Kim Jit-liang.
"Liok Siau-hong, terus terang, walau belum lama kita berjumpa, namun aku sudah menganggapmu sebagai sahabat," kata Kim Jit-liang, "sekalipun kau tidak menganggapku sebagai teman, kau tetap sahabatku."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
57 Tampaknya takaran minum orang ini tidak terlalu hebat, setelah meneguk beberapa cawan, ia mulai mabuk.
"Aku tahu, kau pasti heran, kenapa aku melarikan diri ke tempat ini, dunia begitu luas, aku mampu pergi kemana pun, dimana aku berada, orang menganggapku sebagai tamu agung, melayani aku bagaikan bos besar, tapi kenapa aku kabur kemari dan bergabung dengan si anjing jadah yang sok gengsi, sombong, jumawa dan takabur itu?"
Arak rupanya membangkitkan keberaniannya yang selama ini terpendam, Sah-lopan tiba-tiba berubah jadi anjing jadah. Ucapan semacam ini sudah banyak didengar Siau-hong, kejadian seperti inipun sudah sering dihadapi pemuda itu.
Tiba-tiba ia bertanya, "Kenapa kau kabur kemari?"
"Gara-gara seekor ular, ular beracun yang seratus kali lipat lebih beracun ketimbang ular bergaris merah."
Tentu saja bukan ular sungguhan, tak mungkin ada ular yang lebih beracun ketimbang ular bergaris merah. Tanpa sadar Siau-hong teringat sesuatu, katanya, "Ular beracun yang kau maksud pasti Coa Long-kun (si murid ular)!"
Usia Coa Long-kun tidak muda, dua puluh lima tahun lalu, Congpiautau Lian-eng-piau-kiok yang membawahi tujuh propinsi di selatan dan enam propinsi di utara, In-ji-thay-san (mapan bagai bukit Thay-san) Khong Thay-san pernah menyebar Bu-lim-tiap untuk memburunya, bahkan dengan perintah
"Bunuh tanpa ampun".
Peristiwa besar ini sangat menghebohkan sehingga hampir semua orang persilatan tahu. Yang tidak diketahui adalah mengapa Khong-congpiautau begitu marah dan dendam terhadap pemuda ingusan yang belum lama terjun ke dunia persilatan itu.
Orang yakin dan percaya, Khong-congpiautau tak akan mengambil langkah tegas bila tidak didasari alasan kuat, sekarang dia ingin membunuh Coa Long-kun, berarti dia memang pantas dibunuh.
"Orang ini lebih beracun dari ular beracun, lebih licin daripada ular, aku sudah membuntutinya tujuh delapan bulan, belakangan ini aku baru dengar dia muncul di sini. Aku dengar di sini ada orang bernama Sah-lopan, asal Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
58 ada orang persilatan yang punya sedikit nama tiba di sini, betapa besar dan beratnya kasus yang menimpa orang itu, Sah-lopan bersedia menampungnya."
"Maka kau berpendapat si ular licin itu pasti bersembunyi di rumah Sah Toa-hu?"
"Siapa pun pasti punya pikiran begitu, rasanya begitu juga kau" Sepasang laki perempuan yang sedang kau cari pun rasanya ditampung Sah-lopan."
"Benar."
"Kau salah besar."
"Salah" Darimana kau tahu orang yang sedang kucari bukan buronan yang berada di sini?"
"Mereka mengira aku yang telah membunuh Siau-thian, mengira Thian-toaya bersumpah akan mencabut nyawaku, maka persoalan apapun tak pernah dirahasiakan. Mereka menganggap aku komplotannya, siapa pun tak menyangka aku sebetulnya hanya penonton."
"Jika orang yang ingin kau bunuh adalah si telur busuk, maka kau harus jadi telur busuk dulu, jika kau ingin menyelinap ke dalam rombongan kura-kura untuk menyelidiki rahasianya, ubah dulu dirimu jadi kura-kura."
"Sah-lopan punya kegemaran sok rahasia, sok misterius untuk memberitahu kepada orang lain bahwa di rumahnya bersembunyi para perampok, pembunuh yang sedang buron, bahkan secara tidak sengaja, seakan kurang hati-hati, dia bocorkan nama orang, nama yang dia sebut memang jago-jago yang pernah menggemparkan sungai telaga."
Setelah berhenti sejenak, ia pun meneruskan, "Setiap kali menyaksikan reaksi orang setelah mendengar nama-nama itu, Sah-lopan merasa gembira."
Siau-hong tertawa. "Bisa menyembunyikan pentolan bajingan dan perompak yang tersohor dalam rumah memang memuaskan, bukan saja dia sendiri merasa mantap, orang lain pun akan menganggap dia punya muka dan bergengsi."
"Setiap lopan memang suka cari muka dan gengsi, tapi Sah-lopan sedikit kelewatan," kata Kim Jit-liang sambil menghela napas.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
59 "Kelewatan bagaimana?"
"Nyaris dia kehilangan mukanya."
"Kenapa?"
"Karena kumpulan perampok kenamaan yang bersembunyi di rumahnya tak lebih cuma perampok gadungan. Mereka sangat memahami tabiat Sah-lopan, maka mereka pun memanfaatkan kelemahannya itu. Ada yang mengaku perampok anu di tempat anu, ada yang mengaku pernah membunuh si anu di daerah anu ...."
"Kenyataan?"
Kim Jit-liang tertawa getir. "Kenyataan mereka tak lebih hanya bandit cilik, kaum copet, begal kecil-kecilan yang tak punya nama, jangankan jagoan nomor wahid macam Coa Long-kun, ujung hidungnya pun tak ada."
Setelah berpaling ke arah Siau-hong, sambungnya, "Di tengah kerumunan telur busuk cilik yang sok gagah dan bisanya cuma mendompleng makan minum gratis, mana mungkin kau bisa menemukan orang?"
Siau-hong melengak. Ketika mendengar hal ini, ia merasa geli dan ingin tertawa keras, tapi sekarang justru tak mampu tertawa. Sebenarnya kawanan buronan itu orang-orang yang paling mencurigakan, titik terang utama dan sangat diharapkannya, tapi sekarang ... lagi-lagi petunjuk itu putus di tengah jalan.
Pembunuh Liu Ji-kong seakan lenyap tak berbekas, bahkan seakan tak pernah ada pembunuh gelap itu.
Kim Jit-liang memahami perasaannya, ia mengangkat cawan araknya dan meneguk habis isinya. "Liok Siau-hong, kau tak perlu sedih," ia menuang penuh cawan Siau-hong, "nasib kita setali tiga uang, daripada menempuh perjalanan sia-sia, lebih baik kita segera pulang saja!"
Tiba-tiba Siau-hong tertawa. "Tempat ini sangat indah dan menyenangkan, aku merasa berat meninggalkannya."
"Tempat ini menyenangkan?" Kim Jit-liang tertegun.
"Tentu saja menyenangkan, bahkan sangat menyenangkan!"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
60 Ucapan Siau-hong memang tidak bohong. Makin berbahaya makin merangsang, semakin menyenangkan, persoalan yang makin sulit diurai biasanya makin menarik perhatian Siau-hong. Begitulah kebiasaan Liok Siau-hong, sudah menjadi prinsip hidupnya.
Ketika ia mengucapkan perkataan itu, mimpi pun ia tak menyangka akan mati di situ. Tentu saja Siau-hong belum tahu kalau ia bakal mati, ia belum putus asa.
"Kecuali rampok gadungan itu, memangnya orang lain adalah penduduk pribumi yang tinggal di sini?"
"Tampaknya begitu," jawab Kim Jit-liang, setelah berpikir sejenak, tambahnya, "rasanya masih ada satu orang lagi bukan?"
"Siapa?"
"Kiong So-so!"
Baru pertama kali ini Siau-hong mendengar nama itu, jelas nama yang indah, anggun dan nama masyarakat tingkat atas, nama yang gampang memancing rasa ingin tahu lelaki, tak mungkin seorang perempuan penjual babi.
Siau-hong segera bertanya, "Manusia macam apa perempuan itu?"
"Perempuan ini anggun, sopan dan menjunjung tinggi tatakrama, ia pintar dan sangat terpelajar, bukan saja pandai bersyair, bernyanyi dan berpantun, ilmu memetik khim, main catur, melukis dan menulis kaligrafi juga hebat."
Sengaja Kim Jit-liang menghela napas panjang, setelah berhenti sejenak lanjutnya, "Hanya ada satu hal yang jelek."
"Hal apa?"
"Dia suka minum arak, suatu hari kulihat ia menghabiskan seguci arak Lian-hoa-pek, ternyata mukanya sama sekali tidak berubah."
Lalu dengan merendahkan suaranya dan dengan lagak amat rahasia, katanya lebih jauh, "Bila kau bertanya kenapa bisa bercokol di tempat seperti ini, maka aku bisa beritahukan bahwa ia bukan datang karena keinginan sendiri dan ia pun tak sanggup pergi meninggalkan tempat ini."
"Kenapa?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
61 "Karena dulu ia adalah selir kesayangan raja muda, lantaran melakukan pelanggaran besar sehingga membuat gusar Ong-ya, akhirnya ia diusir dan diasingkan di sini."
Siau-hong menghela napas panjang, ujarnya, "Aku tahu, aku tahu kau sedang mencelakai aku."
"Sedang mencelakaimu" Kenapa?"
"Kau toh tahu, setiap kali mendengar di suatu tempat ada perempuan macam ini, aku tak bisa tidur sebelum pergi melihatnya, sekarang kau suruh aku bagaimana?"
"Bagaimana" Gampang saja, kalau ingin bertemu, aku akan membawamu ke sana, akan kusuruh ia mengundangmu minum."
Ketika mereka berjalan keluar dari toko kelontong, paras Laopan Nio kelihatan dingin dan kaku, seakan ingin mencekiknya hingga mampus. Siau-hong tidak berpaling, melirik pun tidak.
Pagar bambu berjajar rapi mengelilingi separoh halaman bunga Bwe, ketika mengintip dari balik pagar bambu, lamat-lamat terlihat tiga buah bangunan rumah terbuat dari kayu.
Dalam bayangan Liok Siau-hong, biarpun seorang selir telah dibuang, diasingkan dari pergaulan, paling tidak tempat tinggalnya pasti lebih megah, indah dan mewah daripada tempat ini.
Kelihatannya selir raja ini bukan orang yang terlalu mempedulikan hal itu, tidak seperti Sah-lopan yang mati-matian menjaga gengsi, asal bisa hidup tenang, tenteram, hatinya sudah puas.
Tak heran Liok Siau-hong menaruh perasaan simpatik terhadapnya walau belum pernah bertemu. Seorang selir raja yang dikucilkan, sebuah tubuh halus yang lembut bagai bunga Bwe, sepotong kisah masa lampau yang tak banyak diketahui orang, serta sebuah impian lama yang tak pernah terlupakan, semuanya nampak misterius, romantis.
Siau-hong yang tidak sedang mabuk pun seolah sudah mabuk, Kim Jit-liang mengawasi terus perubahan mukanya, tiba-tiba ia menghela napas dan berkata, "Sekarang aku tahu, tidak seharusnya aku membawamu kemari."
"Kenapa?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
62 "Aku takut kau akan kehilangan kesadaran, lupa diri setelah berjumpa dengannya nanti, bila berbicara di depan dia, sedikit saja salah bicara bisa berakibat orang lain celaka."
"Kau tak usah kuatir, manusia macam apapun pernah kulihat," ujar Siau-hong sambil menepuk bahunya.
Kim Jit-liang masih tetap kuatir, ia masih juga menghela napas.
"Aku pun tahu, kau banyak bertemu orang, bermacam manusia pernah kau jumpai, sayang orang yang akan kau jumpai sekarang sebetulnya bukan manusia."
"Bukan manusia?"
"Seorang bidadari cantik yang turun dari kahyangan."
Di bawah pintu pagar terdapat sebuah keleningan, lama setelah dentingan keleningan baru nampak ada orang membuka pintu. Yang membuka pintu bukan seorang bocah lelaki, tapi seorang nenek tua rambutnya telah beruban, seluruh badannya telah mengering, bahkan gigina paling juga tinggal tiga lima biji.
Dengan sikap sangat hormat Kim Jit-liang menjura ke arah nenek itu, kemudian dengan nada yang amat sopan, ujarnya, "Nenek, aku she Kim, tempo hari pernah kemari, tentunya kau masih ingat bukan" Waktu itu kau juga yang membukakan pintu."
Si nenek mengawasi wajahnya, entah lupa atau tak mendengar jelas apa yang dikatakan, atau tidak melihat jelas siapa tamunya ....
Kim Jit-liang seakan sudah kenal baik nenek itu, sambil merangkul bahu Siau-hong, katanya, "Dia adalah sahabatku, Liok Siau-hong, aku mengajaknya kemari karena ia ingin bertemu Kiongcu, tolong sampaikan kepada Kiongcu kalian, beliau mengundangnya minum, paling tidak harus minum beberapa cawan arak wangi."
Nenek itu masih saja berdiri bodoh, bingung dan tak tahu apa yang mesti dilakukan, sebaliknya Kim Jit-liang berlagak seakan usahanya telah berhasil.
Ia segera berpaling ke arah rekannya dan berseru, "Liok Siau-hong, jaga dirimu baik-baik, kau mesti hati-hati, semoga kita dapat bersua kembali."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
63 Mendadak Siau-hong melompat mundur, seakan ditusuk pantatnya secara tiba-tiba hingga membuatnya terperanjat. "Maksudmu ... kau hendak meninggalkan aku?"
"Benar."
"Kau tak boleh pergi!"
"Kenapa" Bukankah kau ingin bertemu Kiong So-so" Aku telah membawamu kemari, bahkan sudah minta kepadanya agar mengundang kau makan dan minum arak, apa yang kusanggupi telah kulaksanakan, kalau tidak pergi sekarang, harus menunggu sampai kapan?"
Begitu bilang mau pergi ia langsung pergi, malah perginya cepat sekali.
Nenek tua itu masih menghadang di depan pintu dengan wajah murung dan mata sipit, sama sekali tak ada niat membiarkan Siau-hong masuk ke dalam.
Seandainya orang yang menghadang di depan pintu adalah seorang lelaki kekar berperawakan tinggi, berotot dan gagah perkasa, mungkin ia masih bisa menghadapinya, tapi menghadapi seorang nenek yang giginya nyaris habis, ia benar-benar menyerah.
Tampaknya nenek itu sudah mengambil keputusan untuk tidak mengizinkan Siau-hong masuk, perkataan Kim Jit-liang tadi bukannya tidak terdengar olehnya, tapi ia anggap ucapannya itu bagai kentut busuk.
Siau-hong memahami hal ini. Berada dalam situasi seperti ini, setiap orang yang tahu diri pasti akan segera angkat kaki dari situ, sayang Siau-hong bukan saja tak tahu diri, seakan sejak lahir sudah kepala batu, tak menyerah sebelum tercebur di sungai Huang-ho.
Lagi pula ia selalu menganggap dirinya ahli soal perempuan, setiap perempuan asal bertemu dengannya, ibarat siluman babi Ti-pat-kay menelan buah dewa Jim-som-ko, pasti akan mabuk kepayang, bahkan sulit membedakan mana utara, selatan, timur dan barat, dari cewek usia delapan tahun sampai nenek delapan puluh tahun, semua sama saja.
Kini ia sudah menghimpun semangatnya dan siap menghadapi nenek tua ini, ia sudah mempunyai rencana matang. Menghadapi nenek ini, paling baik adalah menganggapnya seperti bocah perempuan, seperti ketika kau Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
64 berhadapan dengan bocah perempuan, jangan sekali-kali mengatakan ia belum dewasa.
Tentu saja ia pun sudah menyiapkan sebuah cerita, cerita yang enak didengar.
Mendadak ia merasa ada seseorang berdiri di ujung kebun, mengawasinya dengan mata melotot dan penuh gusar. Seorang perempuan berusia dua puluh enam tujuh tahun, tidak termasuk muda, sudah jauh meninggalkan batas usia seorang perempuan remaja.
Siau-hong percaya, sekalipun masih berusia lima enam belas tahun, tak ada orang yang tertarik perempuan ini, karena lagaknya, penampilannya sok serius, wajahnya selalu cemberut, keningnya selalu berkerut, seolah seluruh penghuni dunia ini berhutang kepadanya.
Selama hidup, perempuan semacam inilah yang paling ditakuti Siau-hong, tiap kali bersua perempuan jenis ini, kepalanya langsung pusing tujuh keliling. Perempuan itu mengawasinya tanpa berkedip, dari kepala hingga ujung kaki, dari ujung kaki kembali ke kepala, sepasang biji matanya yang bulat berkilat bagaikan dua butir bola gas yang baru keluar dari gua salju, mencorong dan mengawasinya lekat-lekat.
"He, mau apa kau kemari?" tegur perempuan itu dengan logat Pakkhia, nadanya lembut, merdu dan sedap didengar.
Waktu itu seluruh tubuh Siau-hong sudah merinding lantaran diawasi orang, sahutnya, "Aku khusus datang untuk menyambangi Kiongcu, temanku bilang Kiongcu pasti akan menemui aku."
"Temanmu itu barang busuk apaan" Kau sendiri barang apa" Atas dasar apa berani kemari?"
"Aku bukan barang, aku manusia," sahut Siau-hong sambil menghela napas panjang, "perkataan semacam ini sudah sering aku katakan, anehnya kenapa orang belum juga tahu hal ini."
"Untung aku tahu."
"Soal apa?"
"Kau memang bukan barang, karena itu lebih baik cepat pergi sebelum aku marah."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
65 "Aku memang mau pergi, kalau kau adalah Kiongcu sudah dari tadi aku kabur. Sejak tadi aku pun tahu."
"Tahu apa?"
"Kau bukan Kiongcu, dari kepala sampai ke ujung kaki, kau tidak punya gaya seorang Kiongcu."
Merah padam wajah perempuan itu, pancaran api amarah mencorong dari matanya, ia begitu gusar, tampaknya bola gas sudah tersulut dan sebentar lagi akan meledak.
Siau-hong berlagak seakan tidak tahu, kembali ujarnya, "Aku tak berniat menyalahkanmu, biarpun kau berteriak dan berkoar-koar macam anjing gila, sewot seperti perempuan gila, aku bersedia memaafkan dirimu."
Ucapan Siau-hong begitu ramah dan halus, seakan amat memahami lawan hingga menaruh simpatik kepadanya. "Karena aku tahu, bila perempuan seusiamu dan tak laku kawin, api amarah selalu lebih besar ketimbang perempuan lain," lanjut Siau-hong.
Jika reaksi Siau-hong terlambat sedikit, mungkin perkataannya itu akan menjadi perkataannya yang terakhir. Sebilah pisau pendek nyaris menembus hulu hatinya. Serangan itu datangnya cepat sekali, jauh lebih cepat dari yang dibayangkan Siau-hong semula.
Padahal waktu itu ia berdiri beberapa kaki jauhnya di kebun bunga, tak nyana dalam sekejap ia sudah tiba di hadapan Siau-hong, bukan saja tangannya sudah bertambah dengan sebilah pisau, mata pisau itupun tahu-tahu sudah menusuk ke hulu hatinya. Serangan ini bukan saja cepat, bahkan aneh, sasaran yang dipilih pun aneh dan di luar dugaan.
Sulit untuk menghindarkan diri dari serangan semacam ini, karena itu Siau-hong tak sempat lagi berkelit. Ia hanya menggerakkan kedua jarinya, lalu menjepit perlahan. Kedua jari Siau-hong ini sebenarnya jari macam apa"
Apakah pernah diberi jampi-jampi sehingga memiliki kekuatan sihir yang luar biasa" Apakah jarinya memiliki tenaga iblis"
Tidak ada yang tahu.
Tapi setiap orang persilatan tahu bahwa harga kedua jari itu sepuluh kali lipat lebih mahal ketimbang butiran zamrud, konon ada orang berani Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
66 membayar lima puluh laksa tahil untuk membeli kedua jari itu. Karena jepitan kedua jarinya itu sanggup menjepit benda apa saja yang mustahil bisa dijepit di dunia ini, sekalipun mata golok yang cepatnya melebihi sambaran petir pun dapat dijepit olehnya.
Konon kedua jarinya sudah sehati dengan pikiran dan perasaannya, entah sudah berapa banyak senjata jago lihai yang terjepit patah di tangannya, entah sudah berapa kali menyelamatkan jiwanya.
Kali inipun tidak terkecuali. Tentu saja mata pisau yang menusuknya berhasil dijepit olehnya.
Perempuan yang melancarkan tusukan itu dengan jelas melihat pisaunya bersarang telak di hulu hati Siau-hong, ia sangat yakin dan percaya pada kecepatan tusukan pisaunya itu, tak mungkin tusukan pisau itu meleset.
Tapi kenyataan tusukan itu tak berhasil mengenai sasaran, tiba-tiba ia merasa seperti sedang menusuk sebuah batu cadas, lalu senjatanya sudah dijepit lawan. Seketika itu juga paras mukanya berubah pucat pias.
Selama hidup ia tak pernah menyangka tusukan pisaunya bakal dijepit lawan dengan kedua jarinya. Kejadian seperti ini sebetulnya tak mungkin terjadi.
Dengan sekuat tenaga ia mencabut pisaunya, tapi gagal, ia coba menusuk ke depan lebih kuat, pisaunya juga tetap tidak bergeming. Pisaunya seakan sudah mengakar di jari tangan Liok Siau-hong, seolah sudah menyatu dengan tangan lawan.
Ia mencoba menendang dengan kaki kiri, ketika menendang, bahunya tak bergerak, mata pun tak berkedip, serangan dilancarkan tanpa pertanda apapun dan menggunakan jurus serangan Bu-im-tui (tendangan tanpa bayangan) yang maha sakti.
Hasilnya" Lagi-lagi kaki kirinya tercengkeram oleh Siau-hong. Kakinya mengenakan sepatu lunak terbuat dari kulit tipis, bila ada yang mencengkeram, maka akan terasa seolah sedang menggenggam sebuah kaki telanjang.
Paras mukanya yang semula pucat kini berubah merah jengah, bukan cuma pipinya yang merah, dengus napasnya pun ikut tersengal-sengal, seakan baru saja berlari jauh.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
67 Tiba-tiba Siau-hong merasa penampilan perempuan ini tidak memuakkan, bahkan terasa menggoda, merangsang dan menarik.
Sayang nada bicaranya galak sekali, galak seperti anjing yang baru melahirkan.
"Mau apa kau?"
"Aku tidak mau apa-apa."
"Kenapa kau pegangi kakiku?"
"Karena kau menendangku."
"Lepaskan!"
"Tidak, aku tak mau melepaskan."
"Kenapa?"
"Karena aku tak ingin mati."
Selama ini si nenek ompong hanya mengawasi mereka berdua dengan tersenyum, seolah sedang menonton sandiwara, Siau-hong semula mengira nenek itu bisu, tak disangka tiba-tiba ia bertanya, "Kau enggan melepaskan kakinya, memangnya kaki itu mau kau pegangi terus?"
Paras muka perempuan itu semakin merah, detak jantungnya semakin berdebar.
Pada saat itulah dari balik rumah kecil di tengah tanaman bunga itu terdengar seseorang berseru, "Kiong Peng, jangan bergurau lagi dengan Liok-kongcu, cepat persilakan ia masuk!"
Suara itu anggun dan berwibawa, halus, lembut dan manis didengar, tak usah melihat orangnya pun dapat membayangkan bagaimana wajah orang itu.
Lamat-lamat Siau-hong merasa wajah sendiri tiba-tiba ikut berubah merah.
Bagaimanapun situasinya, memegangi kaki seorang gadis di depan umum memang bukan perbuatan yang pantas dilakukan seorang lelaki sejati.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
68 "He, anak muda," terdengar nenek ompong itu berseru sambil tertawa,
"kalau aku jadi kau, tak akan kulepaskan cengkeraman itu, sebab begitu kau lepas, aku jamin perutmu bakal ditendang orang."
Tapi Siau-hong tetap melepaskan tangannya. Baginya bukan masalah perutnya ditendang orang, sekalipun ditendang tujuh delapan kali juga tak akan mematikan, sebaliknya kalau dipandang rendah seorang perempuan anggun, cantik dan pandai minum arak, itu baru mematikan!
Nenek ompong itu masih mengawasinya, kerutan di bawah matanya nampak lebih dalam, katanya, "Liok Siau-hong, ternyata memang tak becus, aku si nenek yang sudah tua dan hampir buta pun dapat melihatnya."
Kiong Peng bukan saja tidak menendang perut Siau-hong, bahkan ia seakan tak berani memandang sekejap pun ke arahnya, kepalanya tertunduk terus sepanjang langkahnya menuju ke dalam.
Siau-hong mengikut dari belakang.
Di dunia ini terdapat dua jenis perempuan, pertama adalah perempuan yang sewaktu berjalan lurus kaku bagaikan peti mati, kedua adalah perempuan yang selalu meliukkan pinggulnya saat berjalan hingga mirip sekuntum bunga segar yang dihembus angin lembut.
Kiong Peng termasuk jenis perempuan kedua, tapi ia justru berusaha mengendalikan goyangan pinggulnya, sengaja berlagak seolah berjalan kaku dan lurus bagai peti mati, ia tidak membiarkan pinggulnya meliuk, ia tak ingin orang yang berada di belakangnya melihat goyangan itu.
Gerak-gerik seseorang memang sudah merupakan ciri khas yang sukar diubah, tak seorang pun dapat mengubah gaya berjalannya yang kaku bagaikan peti mati menjadi lembut, begitu juga tak ada orag yang bisa mengubah sekuntum bunga menjadi peti mati.
Hal ini membuat Siau-hong yang mengintil di belakangnya gembira, semenjak tiba di kota kecil dimana burung pun tak dapat bertelur, belum pernah perasaannya seriang ini.
Ketika bertemu Kiong So-so, penderitaan yang dirasakan jauh lebih sakit ketimbang perutnya betul-betul ditendang orang. Dalam ruangan tak ada bunga, juga tak ada dupa, tapi terendus bau harum semerbak yang dipancarkan dari pepohonan yang seolah baru ditebang di dalam hutan.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
69 Seorang perempuan berbaju ungu bergaun panjang warna biru berdiri membelakangi pintu, berdiri di depan sebuah lukisan yang terbentang di dinding. Lukisan itu menggambarkan seorang raja sedang menunggang kuda putih tinggi besar, tangannya memegang busur, anak panah tergantung di pinggangnya, burung elang bertengger di bahunya, sementara para pengawalnya berteriak di belakang kudanya dan anjing pemburu sedang menggonggong di sisinya.
Langit terlihat cerah, raja itu nampak angkuh berwibawa semua kegagahannya seolah terpantul dari balik lukisan itu. Sementara orang yang sedang menikmati lukisan itu justru mengenakan pakaian tipis.
Siau-hong menghela napas panjang. Tentu saja ia dapat menebak siapa gerangan raja dalam lukisan itu, sementara perempuan yang sedang menikmati lukisan itu tak lain adalah Kiong So-so, perempuan yang ingin dijumpainya.
Kedua orang itu, satu dalam lukisan, satu dalam impian, Kenangan lama bagai segulung asap, belai kasih sayang seolah terjadi kemarin ....
Siau-hong menegur diri sendiri, haruskah ia muncul di saat seperti ini mengganggu lamunannya" Tapi ia harus bertemu dengannya. Perasaan itu membuat ia benci pada diri sendiri, ingin sekali ia tampar muka sendiri.
Menanti perempuan itu membalikkan tubuh, dalam hati Siau-hong hanya tersisa satu perasaan, merasa dirinya tak beda dengan seekor burung tolol.
Kiongcu ini sudah jelas bukan orang yang sedang dicari. Biarpun rambut perempuan itu hitam berkilat, badannya terawat bagus, gaya dan tingkah lakunya anggun dan indah, walau usianya sudah lanjut. Bicara usianya, ia masih pantas menjadi ibu Siau-hong.
Terhadap perempuan semacam ini, siapa pun takkan curiga ia tersangkut pembunuhan yang menghebohkan itu. Kini Siau-hong bagai orang bodoh telah menerjang masuk ke dalam ruangan, bahkan lagaknya seakan harus bertemu dengannya, karena kalau tidak bertemu seolah ia bakal mampus.
Tapi sekarang ia tak berani mengangkat wajah, keberanian untuk melirik pun tak ada.
Kiong So-so sedang memandangnya, sekulum senyuman yang sangat anggun tersungging di ujung bibir.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
70 "Liok-kongcu, kita tak pernah kenal dan berhubungan, tapi memaksa bertemu aku, apakah ada suatu persoalan istimewa yang hendak kau sampaikan?"
"Tidak ada," lekas Siau-hong menggeleng, "sama sekali tak ada persoalan apapun."
"Lantas mengapa kau memaksa bertemu aku?"
Siau-hong tertawa getir. Tentu saja ia tak dapat memberitahu orang bahwa ia ditipu kemari oleh sahabatnya, terlebih tak dapat mengatakan maksud kedatangannya untuk menyelidiki kasus pembunuhan, ada kalanya bicara bohong pun ia tak dapat. Dia hanya bisa berdiri bodoh di situ, tingkah lakunya tak beda dengan bocah yang baru saja ketahuan melakukan kesalahan.
Tiba-tiba dari balik sorot mata Kiong So-so terpancar sinar simpatik serta pengertian. "Kini kau pasti sangat kecewa karena tak mengira aku sudah setua ini," senyumannya begitu halus dan lembut, "perempuan yang sudah tua, seperti arak yang sudah kehilangan bau harumnya, Liok-kongcu pasti tidak tertarik."
Saat ini Siau-hong ingin sekali menggali sebuah lubang dan menerobos masuk ke dalamnya, atau mencari tempat yang tak ada penghuninya dan membenturkan kepalanya di dinding. Seandainya pada saat itu Kim Jit-liang berada di sisinya, ia pasti akan menggantungnya dengan seutas tali sampai mampus.
Kembali Kiong So-so berkata sambil tertawa, "Aku pun sudah lama mengagumi nama besar Liok-kongcu, kini setelah berkunjung kemari, aku ingin mengundangmu minum secawan dua cawan arak, tapi aku pun tahu, arak ini pasti akan kau tenggak dengan perasaan amat menderita."
Perempuan ini benar-benar memahami lelaki, perempuan semacam ini pada dasarnya memang tak banyak jumlahnya, rasanya makin lama semakin sedikit.
Tiba-tiba Sau-hong mendongakkan kepala, lalu dengan berat ujarnya, "Aku ingin sekali mengucapkan beberapa patah kata, tapi tidak tahu harus kuutarakan atau tidak?"
"Katakan saja."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
71 "Terlepas usiamu sudah lanjut, kau adalah perempuan paling halus, lembut dan hangat yang pernah kujumpai," kata Siau-hong sambil menatap wajahnya, "aku bicara jujur, apakah kau percaya?"
"Tentu."


Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah tertawa, kembali Kiong So-so menambahkan "Sekalipun kau ucapkan perkataan itu hanya untuk menghiburku aku tetap akan menganggapnya sebagai ungkapan jujur."
Siau-hong tertawa, senyumannya telah pulih seperti sedia kala, gembira dan cerah. "Aku pun berharap ucapan Kiongcu tadi adalah ucapan yang jujur, kau memang berniat mengundangku minum arak."
"Kalau jujur kenapa?"
"Aku berharap Kiongcu bukan cuma menyuguh secawan arak saja, bisa minum arak bersama perempuan cantik macam Kiongcu, paling tidak aku harus minum tiga ratus cawan."
Wajah Kiong So-so merah jengah, sinar matanya seakan ikut berbinar. "Tak heran orang mengatakan Liok Siau-hong seorang lelaki yang menyenangkan, aku pun menyukainya, apalagi nona-nona cilik."
Minum arak sangat menyenangkan, tak heran selalu ada orang minum arak, bahkan jumlahnya tak lebih sedikit daripada mereka yang tidak minum.
Orang yang minum arak terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah mereka yang begitu minum lantas mabuk, begitu mabuk lantas muntah, bicara tidak keruan, bergulingan di lantai, berlari sambil telanjang, bahkan membakar rumah, perbuatan apapun sanggup mereka lakukan.
Kedua adalah mereka yang tidak gampang mabuk, sekalipun mabuk, orang lain tidak tahu, berapa pun banyaknya arak yang telah diminum, bukan saja tidak muntah, tidak membuat onar, tidak gila bahkan mukanya pun tidak berubah, bukan saja kesadarannya masih baik, reaksi tubuhnya juga lebih cepat ketimbang keadaan biasa.
Siau-hong termasuk jenis kedua.
la sendiri pun tidak menyangkal, ketika tiba di sana, otak serta kesadarannya tak jernih, bahkan agak kalut.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
72 Sebuah badik mestika dari Persia yang tak ternilai harganya, kasus pembunuhan yang aneh, ditambah selir yang dikucilkan .... otaknya seakan dipenuhi sebaskom kuah amis yang memusingkan kepala.
Tapi setelah ia meneguk tujuh delapan cawan arak Tiok-yap-cing, semua kebingungan dan kekalutan seakan tersapu bersih dari benaknya. Pikirannya tiba-tiba menjadi jernih dan bersih, persoalan yang tadinya sama sekali tak diperhatikan, tiba-tiba melintas, bahkan secara tiba-tiba menjadi hal yang penting.
Mula-mula yang teringat olehnya adalah paha Kiong Peng. Ketika memegang kakinya tadi, dirasakan tenaga pantulan yang muncul dari pahanya, ia merasa otot dan kulit paha itu sangat kenyal dan kencang. Seharusnya saat itu ia menghubungkan dengan paha mulus dan kenyal yang pernah dilihatnya dari balik gaun panjang berwarna ungu itu. Seharusnya pada waktu itu juga ia mesti mencari akal untuk memeriksa paha Kiong Peng.
Baru pertama kali bertemu seorang perempuan, ternyata pahanya yang diperhatikan lebih dulu, mesti tindakan semacam ini agak keterlaluan, namun demi kematian sahabat karibnya, sekalipun ia harus melakukan perbuatan yang keterlaluan pun semestinya tindakan itu dapat dimaafkan.
Tanpa terasa Siau-hong teringat suara Kiong So-so. Nada suaranya lembut, halus dan penuh sopan santun, rasanya hanya seorang perempuan yang berpendidikan tinggi saja yang bisa berbicara begitu menawan hati. Ketika mendengar suaranya untuk pertama kali, Siau-hong masih berada di jalan setapak di luar halaman bunga, sementara suaranya berasal dari dalam ruangan rumah kayu itu, "Kiong Peng, jangan bergurau lagi dengan Liok-kongcu, cepat persilakan ia masuk".
Waktu itu mereka belum bertemu, darimana ia tahu orang yang datang adalah Liok Siau-hong" Antara rumah kayu dengan jalan setapak itu berjarak cukup jauh, suara yang lembut, halus dan manis itu sudah pasti bukan diucapkan sambil berteriak. Biarpun ia berbicara dengan suara lembut, namun Siau-hong yang berada di kejauhan dapat menangkap setiap perkataannya dengan sangat jelas, seakan orang berdiri di sisinya.
Tiba-tiba Siau-hong sadar, teman yang sebenarnya bukan teman itu sengaja menipunya datang ke sini.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
73 Walaupun minum sedikit arak kadang dapat membuat orang lebih jernih dan tajam pikirannya, namun waktu tidak banyak. Bila seorang telah minum arak hingga mencapai keadaannya semacam ini, biasanya jarak waktu mabuk sudah tak lama. Kadang walau ia merasa pikirannya amat jernih bagai pikiran Han Sim yang pandai mengatur strategi perang, dapat menduga gerakan musuh, tapi tak lama kemudian ia akan mabuk berat hingga tak tahu apa yang telah diucapkan dan diperbuatnya barusan.
Keadaan Siau-hong persis seperti itu.
Selama ini Kiong Peng berdiri di samping Kiong So-so, ketika melihat Siau-hong mengawasi terus pahanya, lama kelamaan paras muka gadis itu berubah pucat, pucat karena menahan rasa gusar dan dongkol.
Sebaliknya Siau-hong masih tetap memandang ke arahnya sambil cengar-cengir tertawa tengik, lalu katanya, "Nona Peng, aku rasa kau akan lebih menarik bila memakai gaun daripada celana, tanpa memakai apa-apa tentu akan lebih menarik lagi."
Perkataan tahi anjing apaan ini" Tiba-tiba Kiong Peng turun tangan, dari balik ikat pinggangnya ia cabut sebilah golok tipis yang segera digetarkan di udara dan langsung menusuk mata Siau-hong.
Banyak orang berpendapat sepasang mata Siau-hong pantas ditusuk hingga buta. Jika buta, maka ia takkan mampu lagi menjepit senjata orang dengan kedua jari mautnya. Jika buta, banyak rahasia orang lain yang akan terjaga untuk selamanya, rahasia mereka yang enggan diketahui orang lain pun tak nanti bisa dilihat olehnya.
Sayang tiada hal yang sempurna di dunia ini, Thian pun seringkali tak mengabulkan harapan serta permintaan orang banyak. Sepasang mata Siau-hong belum buta. Oleh karena itu ia dapat melihat sebuah batu kemala terjatuh dari pinggang Kiong Peng ketika melolos golok tadi. Begitu melihat batu kemala itu, paras mukanya seketika berubah hebat, seakan tubuhnya benar-benar ditusuk orang dengan sebilah golok tajam, bahkan tertusuk tepat pada bagian tubuh yang mematikan.
Jurus serangan golok yang digunakan persis seperti jurus serangan badik, perubahannya cepat, serangannya buas, memang inilah tujuan utama penyerangan memakai pisau pendek.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
74 Kiong Peng membalikkan tangan menggenggam pisaunya, dengan ibu jari menekan gagang pisau, ketika gagal dengan tusukan pertama, mata pisau segera mencungkil sambil membabat dari samping, kali ini mengarah wajah lawan.
Ditinjau dari kecepatannya perubahan jurus, terlalu gampang baginya untuk membuat garis 'X' di wajah musuh, sementara kalau ingin menusuk jantung musuh, hal inipun tidak sukar baginya.
Sayang serangan yang dilancarkan olehnya gagal mencapai sasaran, bahkan keinginannya untuk menggeser senjata pun tidak mungkin. Karena secara tiba-tiba goloknya sudah dijepit kedua jari Siau-hong. Padahal selama melancarkan serangan, Kiong Peng sudah mewaspadai kedua jari lawan, setelah mendapat pelajaran satu kali, ia yakin tak akan mengalami kejadian untuk kedua kalinya.
Tapi entah darimana, tiba-tiba saja kedua jari itu muncul dan tahu-tahu sudah menjepit senjatanya, jari itu seakan muncul dari tengah udara saja.
Yang lebih celaka, ternyata kali ini Siau-hong tidak bersikap sungkan lagi kepadanya. Bukan saja ia telah menjepit senjatanya dengan dua jari kanan, tangan kirinya juga mencekik tengkuknya. Sementara itu kakinya secepat kilat menginjak kaki gadis itu, membuat Kiong Peng benar-benar mati kutu.
Tak terlukiskan rasa gusar Kiong Peng menghadapi perlakuan seperti itu, matanya berapi-api lantaran marah, tapi tubuhnya sama sekali tak mampu berkutik.
Mendadak terdengar Kiong So-so menghela napas panjang, "Liok-kongcu, selama ini aku dengar orang mengatakan kau sangat pandai menyayangi perempuan, tapi melihat perbuatanmu sekarang ... rasanya kau tak pantas dihargai."
Kemudian setelah menghela napas lagi, terusnya, "Aku sangat kecewa melihat ulahmu itu."
Siau-hong ikut menghela napas panjang, katanya pula, "Terus terang, aku sendiri pun kecewa terhadap ulahku ini."
"Menurut pendapatku, sikap pemikul tahi manusia jauh lebih baik ketimbang sikapmu."
"Ya benar, memang jauh lebih baik."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
75 "Kenapa kau berbuat begitu, memangnya kau sudah mabuk?"
"Tidak, aku berani jamin, aku masih lebih sadar ketimbang pemikul tahi mana pun."
"Sebenarya apa yang kau inginkan?"
Siau-hong tertawa menyeringai. "Aku tak ingin berbuat apa-apa, cuma ingin ia menggulung celananya agar aku bisa melihat kemulusan pahanya."
Perkataan kentut anjing macam apa pula itu" Pada hakikatnya jauh lebih bau ketimbang kentut anjing. Apa orang ini sudah gila" Ia tidak gila, justru Kiong Peng yang hampir gila dibuatnya.
Kiong So-so sangat terkejut, ia pun mengawasi wajahnya, memandang dari ujung kaki hingga kepala, lalu menghela napas panjang. "Sekarang aku baru tahu apa yang sebenarnya terjadi."
"Oya?"
"Liok Siau-hong tak akan melakukan perbuatan semacam ini, perbuatanmu menyebalkan, maka aku yakin kau bukan Liok Siau-hong yang sebenarnya."
"Aku bukan Liok Siau-hong" Mainan apa lagi aku ini?"
"Kau pun bukan mainan, kau tak lebih cuma orang sinting yang menyebalkan."
Sesudah berhenti sejenak, katanya pula, "Jika ada perempuan sinting menyebalkan, mungkin kaum lelaki akan menyukainya, beda jika lelaki yang sinting, kaum perempuan biasanya hanya ada satu cara untuk menghadapinya."
"Cara bagaimana?"
"Inilah caranya!"
Begitu selesai bicara, ada lima jenis benda melesat ke depan dan menghajar tubuh Siau-hong.
Kelima jenis barang itu adalah sepasang sumpit, cawan arak, piring kecap kecil serta mangkuk besar berisi kuah panas. Mangkok datang lebih dulu sebab masih berisi separuh kuah ayam masak lobak, ketika mangkuk meluncur datang, kuah panas muncrat kemana-mana, walau tidak Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
76 membasahi mata Siau-hong, paling tidak menghalangi pandangannya.
Dengan begitu ia tak akan melihat jelas benda lain yang menyusul datang menyerangnya.
Jurus serangan yang digunakan lawan memang tak mungkin bisa dihindarkan oleh mereka yang tidak punya pengetahuan hebat. Menyusul cawan arak meluncur datang, namun cawan itu sudah hancur menjadi tujuh delapan puluh keping, seakan hujan senjata rahasia berhamburan.
Dua batang sumpit bagaikan paku terbang, sebatang meluncur ke tangan Siau-hong yang menggenggam pisau, sementara yang lain meluncur ke arah pinggangnya.
Piring yang masih berminyak bercampur kecap berputar kencang, tak tahu sasaran mana yang dituju dan bagian tubuh Siau-hong mana yang diancam.
Piring bundar itu berputar seperti gasing, siapa yang bisa memastikan sasaran yang diarah"
Ternyata Siau-hong tidak salah menilai, bekas selir raja muda yang kelihatan lemah lembut tak bertenaga itu ternyata benar adalah seorang jago silat berilmu tinggi.
Sudah jelas orang itu berbicara dari jauh, tapi setiap kata terdengar jelas seakan diucapkan dari sisi telinganya, kemampuan ini jelas tak mungkin dilakukan oleh kebanyakan orang.
Kini setelah ia melancarkan serangan, semakin membuktikan perempuan ini bukan sembarang orang.
Lima jenis alat makan yang sederhana ternyata telah berubah menjadi senjata pembunuh yang menakutkan, ketika serangan dilancarkan, semua jalan mundur lawan ditutup dan dikunci mati.
Kalau ia hanya bekas selir raja muda yang dikucilkan, kenapa memiliki kepandaian silat yang begitu dahsyat dan menakutkan" Mengapa jurus serangannya begitu rapat, dahsyat dan mematikan"
Mungkin hal ini disebabkan pengalamannya dalam membunuh orang sudah matang, bahkan di luar dugaan siapa pun"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
77 Ditinjau dari caranya melancarkan serangan, bisa diduga setiap pembunuhan yang dilakukannya di masa lalu pasti jarang meleset, kali ini ia pun yakin akan keberhasilan serangannya.
Segalanya telah ia perhitungkan secara cermat, tapi ada yang lupa diperhitungkan.
Ia sama sekali tidak memperhitungkan kuah ayam dalam mangkuk besar itu.
Pandangan orang terhadap kuah ayam berbeda-beda, tapi sikap kuah ayam terhadap manusia adalah sama. Ketika kuah ayam disiramkan ke wajahnya, tentu saja kuah itu akan menghalangi pandangan Siau-hong, bahkan mempengaruhi pandangan Kiong
So-so sendiri. Ketika kuah ayam mulai berjatuhan ke tanah, tiba-tiba Kiong So-so sudah tidak melihat bayangan Siau-hong. Lenyapnya Siau-hong tidak terlalu penting, ternyata Kiong Peng pun ikut hilang, bahkan batu kemala yang semula terjatuh di lantai pun ikut lenyap.
Yang lebih menakutkan adalah keinginan Siau-hong untuk menyingkap gaun Kiong Peng serta melihat kemulusan pahanya.
OooOOooo0 Bila seseorang hendak pergi, ada banyak barang yang tidak harus dibawa, bahkan telinga, hidung, mata dan lengan boleh saja ditinggal, namun kedua kaki mau tak mau harus dibawa. Tanpa kaki bagaimana bisa berjalan"
Kali ini tentu saja Kiong Peng dibawa pergi beserta kedua kakinya, hanya keadaannya berbeda. Biarpun ia tak berkaki pun tetap dapat berjalan, karena ia digendong oleh Siau-hong. Tentu saja Siau-hong takkan meninggalkan sepasang kakinya. Perempuan itu boleh meninggalkan bagian tubuh yang lain, tapi kedua kakinya harus ikut bersamanya.
Bagi perempuan ini, sepasang kakinya jauh lebih penting ketimbang kepala.
Kepala merupakan bagian penting tubuh manusia, di dalamnya terdapat otak, mata, hidung, mulut dan telinga. Tetapi dalam pandangan perempuan, bagian tubuh yang paling berharga tidak terletak di kepala.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
78 Kiong Peng merapatkan sepasang pahanya dengan kencang, ia putuskan untuk melindungi tempat itu mati-matian, ia lebih suka mati ketimbang membiarkan orang lain mengusik bagian tubuhnya itu, ia lebih suka mati daripada celananya dilepas orang. Namun tenaga untuk mempertahankan bagian tubuhnya itu sudah tidak banyak.
Ketika ia mendengar majikannya mengucapkan "Inilah caranya!" tadi, ia merasa empat lima buah Hiat-to di tubuhnya sudah dikuasai oleh Siau-hong, meski bukan Hiat-to mematikan.
Perempuan macam dia, bila secara tiba-tiba kehilangan tenaga perlawanan, perasaannya waktu itu pasti amat sakit dan sedih.
Tatkala mendengar majikannya menyebut kata "Inilah" tadi, badannya sudah terjatuh di bawah kendali lawan. Ketika perkataan "Inilah caranya"
lengkap diutarakan, tubuhnya sudah dikuasai penuh oleh Siau-hong, bahkan sudah dipanggul di atas bahunya.
Waktu itu ia merasa seolah sedang duduk di atas punggung seekor burung hong dan terbang melayang di tengah udara.
la pernah mendengar bahwa orang yang memiliki Ginkang paling hebat di kolong langit adalah si pencuri sakti, Sukong Ti sing, pencuri yang setiap saat dapat mengubah diri dengan penampilan berbeda-beda. Pernah pula didengarnya Gin-hu dari Thay-soat-san yang baru muncul dalam dunia persilatan, dengan Ginkangnya berjalan di atas salju tebal, bisa melesat ringan tanpa meninggalkan jejak kaki, seakan dewa yang sedang melayang di atas permukaan tanah.
Tentu saja ada juga orang bilang, Bok-tojin dari Bu-tong, Lau-sit Hwesio yang suka berkelana di sungai telaga, Hoa Ban-lau yang buta juga memiliki Ginkang yang tiara tara.
Kemudian Sebun Jui-soat yang mahir ilmu pedang, paling tidak dalam dunia persilatan masih terdapat tiga belas orang yang memiliki ilmu meringankan tubuh kelas wahid.
Semua kabar itu tentu saja bukannya tanpa dasar dan fakta. Sekarang Kiong Peng tahu, kabar yang selama ini ia anggap kabar angin, kenyataan memang bukan omong kosong.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
79 Kini ia tahu siapa jago yang memiliki Ginkang paling top di kolong langit, bahkan ia telah merasakan sendiri dan bukan hanya mendengar cerita orang. Ketika Siau-hong melayang di udara, ia merasa seakan melayang di balik awan tebal. Menembus jendela, melewati halaman kecil, melalui pagar bambu, Kiong Peng merasa semuanya dilewati dengan cepat.
Ia merasa tubuhnya seakan kehilangan bobot, apalagi ketika angin dingin menerpa badannya, ia merasa seakan ujung pisau yang tajam menusuk badannya, merasuk hingga ke tulang, membuat ia terangsang, gembira dan tegang.
Ketika seorang gadis yang penuh percaya diri tiba-tiba kehilangan seluruh kekuatannya, seakan seekor domba yang terjatuh ke mulut serigala lapar, yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah dan terima nasib.
Tentu saja kondisi semacam ini cukup tragis, bahkan sering membuat si gadis gemetar, menggigil karena tegang dan terangsang.
Kecepatan gerak juga merupakan sejenis rangsangan yang menegangkan.
Ketika berada di atas bahu Siau-hong, ketika tubuhnya melesat di udara, setiap perasaan yang dihayati Kiong Peng merupakan rangsangan yang menegangkan, rangsangan itu cukup membuat dinding pertahanannya jebol, bahkan dapat pula menjebol watak sombong, angkuh, keras kepala dan tertutup yang dimiliki seorang perempuan.
Rangsangan yang menegangkan itu dapat membangkitkan dan menggairahkan nafsu birahi paling purba yang terkandung di dasar tubuhnya.
Rangsangan nafsu birahi seperti ini biasanya selalu disimpan rapat oleh setiap perempuan, tak ada yang berharap perasaan itu diketahui orang, bahkan diri sendiri pun sering enggan mengakui.
Kiong Peng telah menggunakan semua kekuatannya untuk merapatkan sepasang pahanya, tapi ia sadar, sekujur badannya saat ini sudah lemas dan pertahanannya mulai kendor.
Tahun ini ia berusia dua puluh sembilan tahun.
Ia adalah seorang gadis yang matang, setiap bagian tubuhnya berkembang amat subur dan sehat, ia pun sudah tahu banyak kehidupan muda-mudi.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
80 Karena itulah ia melatih diri secara ketat agar tubuhnya tetap langsing, singset dan kenyal. Untuk itu setiap malam ia selalu mandi dengan air dingin.
Seorang gadis berusia 29 tahun bila belum punya lelaki, meski di siang hari semua kesepian dapat dihalau dengan mudah, tapi bila senja telah menjelang, bila malam mulai mencekam, saat-saat seperti itu akan terasa amat berat dan menyiksa.
Bersambung ke bagian 4
Bagian 4 Memang perasaan semacam ini biasanya mulai tumbuh ketika seorang gadis berusia 16 tahun, sampai usia 21 tahun merupakan satu periode dan hingga usia 29 tahun merupakan periode berikut, lalu sampai umur 35 tahun terhitung satu periode lagi, bila sudah mencapai usia 45 tahun, maka saat itu bisa dianggap merupakan akhir dari seluruh periode yang ada.
Bila periode-periode itu mesti dilewatkan tanpa didampingi seorang pria yang dapat
menyenangkan hati, berada pada periode mana pun bagi seorang perempuan merupakan saat yang paling hampa, tawar dan paling menderita.
Perasaan perempuan memang susah diraba, ibarat meraba sebatang jarum di dasar samudra, bukan kaum lelaki saja yang beranggapan begitu, kaum perempuan sendiri pun memiliki cara pandang yang sama.
Kiong Peng tidak menyangka pikiran semacam itu dapat muncul di saat ia berada dalam kondisi seperti ini, ia mengharapkan sebuah impian yang tak pernah dirasakan.
Menanti tersadar kembali dari lamunannya, dilihatnya Siau-hong sedang menatapnya dengan pandangan aneh. Tiba-tiba ia merasa pipinya panas lantaran jengah.
Siau-hong sedang tertawa, senyumannya cabul, pipi Kiong Peng semakin panas, debar jantungnya bertambah cepat. Jangan-jangan orang jahat ini telah mengetahui apa yang sedang ia pikirkan" Sebetulnya apa yang hendak dilakukan orang jahat ini terhadapnya"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
81 "Nona Kiong, bila kau anggap aku akan melakukan perbuatan yang tidak sopan, maka kau keliru besar, percayalah kepadaku, aku adalah orang yang mengerti aturan dan sopan santun."
Sebetulnya Kiong Peng sudah mengambil keputusan tak akan bicara lagi dengan orang jahat ini, namun ia justru tak tahan.
"Jika kau tahu aturan dan sopan santun, kenapa menculikku?"
Tempat itu merupakan sebuah tempat yang indah dan nyaman, tak kelihatan manusia, cahaya pun sangat redup. Bila seorang lelaki ingin berbuat tak senonoh terhadap seorang perempuan, tempat ini sangat cocok.
Dalam keadaan seperti ini, perempuan sehebat apapun pasti akan ketakutan. Selain takut, akan terasa pula perasaan gembira, terangsang dan menegangkan.
Hanya seorang lelaki yang amat memahami perempuan yang dapat merasakan betapa menarik dan nyamannya suasana ini.
Oleh karena itu kembali Siau-hong tertawa.
"Nona Kiong, ketika pertama kali melihatmu, terus terang aku tidak merasakan apa-apa, namun setiap kali aku memandangmu setiap kali pula perasaan yang timbul selalu berbeda, makin banyak memandangmu, aku merasa kau semakin menawan, aku percaya, pandangan Liu-sianseng pasti sama seperti pandanganku."
"Liu-sianseng" Siapa dia?"
"Sekarang Liu-sianseng memang hanya sesosok mayat, orang yang telah mati, tapi sewaktu hidup dulu, ia adalah seorang yang luar biasa."
"Luar biasa bagaimana?"
"Paling tidak ia tak bakal mati di dalam lorong gelap dengan sekali tusukan yang datang dari depan, kecuali pelakunya adalah orang yang dicintainya, bahkan sedemikian besar cintanya sampai batu kemala yang selalu digembolnya dihadiahkan kepadanya."
"Maksudmu dia seorang perempuan?"
"Betul."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
82 "Kau maksudkan aku?"
"Ya."
"Batu kemala yang kau maksud apakah batu kemala yang tadi terjatuh dari sakuku?"
Siau-hong menghela napas panjang. "Nona Kiong, bukan aku mengumpakmu, terus terang kau lebih cerdas dari yang kubayangkan semula."
Kiong Peng ikut menghela napas. "Liok-siauya, bukannya aku mengumpakmu, ternyata kau jauh lebih bodoh dari yang kubayangkan."
Napsu, cinta dan birahi memang mudah lenyap dan dingin, apalagi kalau datangnya terlalu cepat, perginya pun amat cepat.
Nada suara maupun sikap Kiong Peng berubah amat dingin, kaku tapi lebih tenang.
"Aku tahu Liu-sianseng yang kau maksud adalah Liu Ji-kong, tentu kau mengira aku memperoleh batu kemala itu darinya, hubunganku dengannya tentu sangat akrab, sangat mesra, lantaran itu ia tidak waswas terhadapku, maka aku punya kesempatan untuk membunuhnya."
Kemudian ia berpaling ke arah Siau-hong, tanyanya, "Apakah kau berpendapat begitu?"
"Benar!"
"Oleh karena itu kau culik aku, kau memang lelaki tolol."
"Oya?"
"Kalau aku yang membunuh Liu Ji-kong, kenapa batu kemala itu mesti kugembol" Memangnya aku tidak kuatir suatu hari nanti kau tahu akulah pembunuh sahabatmu itu?"
Siau-hong terbungkam dan tak mampu menjawab. Apa yang dikatakan Kiong Peng bukannya tanpa dasar.
Kenyataan batu kemala yang selalu digembol Liu Ji-kong saat ini berada di sakunya.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
83 "Baiklah, aku memang tolol, tapi bersediakah memberitahu padaku, kenapa batu kemala itu bisa lari dari saku Liu Ji-kong ke sakumu?"
"Lagi-lagi kau keliru, mana mungkin batu kemala itu bisa lari?" kata Kiong Peng menirukan logat Siau-hong.
Siau-hong tertawa getir, tentu batu kemala tak bisa lari.
"Tapi kenapa bisa berada di tubuhmu?"
"Tentu saja ada alasannya."
"Alasan apa?"
"Batu kemala itu tak mungkin lari sendiri, tak mungkin aku mencurinya, darimana aku mendapatkannya" Mestinya kau paham, asal mau berpikir, kau pasti mengerti."
"Oya?"
"Di saku seorang perempuan yang menawan hati sering ditemukan benda-benda yang tak jelas asal-usulnya, tahukah kau kenapa bisa begitu?"
Kiong Peng segera menjawab sendiri, "Karena ada banyak lelaki, biarpun ia rudin dan pelit jika disuruh mentraktir, ia akan berteriak seperti nyawanya mau dicabut, tapi begitu bersua perempuan yang disukai, biarpun perempuan itu menghendaki nyawanya, dengan suka hati ia akan memberikannya."
"Aku mengerti, kau tentu mendapatkan batu kemala itu lantaran diberi."
"Seorang lelaki memberi hadiah seorang perempuan, hal ini adalah sangat lumrah, aku bersedia menerima pemberiannya saja sudah cukup membuatnya girang setengah mati."
"Betul,tepat sekali! Di dunia ini memang banyak lelaki yang suka berbuat begitu, yang ingin kutahu adalah lelaki mana yang telah menghadiahkan batu kemala itu kepadamu."
"Kau tak bakal tahu."
"Kenapa?"
"Sebab aku tak ingin memberitahu kepadamu."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
84 Siau-hong tidak jengkel atau mendongkol, bahkan ingin marah pun tidak.
"Aku paHam, kau tak ingin memberitahu karena kau tidak bersedia, bahkan merasa tak senang, bukan?"
"Benar."
Jika ada seorang perempuan menolak permintaan seorang lelaki, si lelaki pasti akan melototkan mata dan memandangnya dengan gusar.
"Kuncinya hanya rasa senang, jika seorang perempuan tak senang melakukan sesuatu, jangan harap ada yang bisa memaksanya melakukan secara sukarela."
"Kau keliru, justru lantaran di dunia terdapat perempuan yang tidak pakai aturan dan mau cari menang sendiri, maka muncul lelaki yang ahli menghadapi perempuan macam ini."
Setelah tertawa mengejek, terusnya sembari menunjuk hidung sendiri, "Aku termasuk lelaki jenis ini!"
"Kau?" Kiong Peng tertawa dingin, "apa yang bisa kau lakukan terhadapku?"
"Tentu aku pun tak bisa berbuat apa apa, paling tidak aku masih bisa mencopot celanamu dan menonton kemulusan pahamu."
Sebenarnya cara ini terlalu kuno, cenderung pelecehan, tapi justru paling manjur untuk menghadapi perempuan macam itu.
Berubah hebat paras Kiong Peng, ia berusaha menenangkan hatinya dan berlagak wajar, katanya, "Kau tak usah main gertak, aku tak bakal takut."
"Oya?"
"Kau terhitung lelaki bergengsi, mana berani berbuat begitu."
la menggunakan kata-kata untuk mengendalikan tingkah laku Siau-hong.
"Apa salahnya berbuat begitu" Bila kau seorang tabib dan ingin memeriksa luka pada paha pasien perempuan, memangnya kau tidak membantunya melepaskan celananya lebih dulu?"
Jawaban ini sudah jelas dan tak bisa dibantah lagi, hampir saja membuatnya semaput.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
85 "Begitu pula dengan aku," lanjut Siau-hong.
"Tapi... kau toh bukan tabib, sedang pahaku tidak terluka, kenapa kau memaksa melihat pahaku?"
Sambil menghela napas dan tersenyum Siau-hong menggeleng berulang kali, seperti baru saja mendengar ada bocah bertanya yang kelewat kekanak-kanakan.
"Tadi tak pernah kubilang harus seorang tabib baru boleh memeriksa paha orang?"
Tentu saj ia tak pernah berkata begitu.
"Kau mesti mengerti, bila lelaki ingin melihat paha seorang perempuan, ia tak butuh alasan apapun," dengan riang Siau-hong melanjutkan, "aku bukan seorang lelaki yang tidak pakai aturan."
Kiong Peng nyaris gila saking jengkel dan dongkolnya, sambil menggigit bibir ia mengamati pemuda itu, akhirnya tak tahan tanyanya lagi, "Baik, lalu apa alasanmu berbuat begitu?"
Tiba-tiba sikap serta paras Siau-hong berubah amat kereng dan serius, ujarnya, "Karena aku harus menemukan pembunuh Liu Ji-kong, hingga kini aku baru berhasil menemukan dua petunjuk, batu kemala merupakan satu di antaranya, sedang petunjuk lain adalah sepasang paha perempuan yang putih dan kenyal. Gara-gara urusan ini, kemarin aku nyaris mati satu kali, mati di tangan seorang perempuan yang menyamar hingga tak nampak wajah aslinya, namun secara tak sengaja aku telah melihat pahanya."
"Masakah kau bisa mengenali kembali sepasang paha itu?"
"Tentu saja bisa, paha seperti itu tak bakal dilupakan lelaki mana pun yang pernah melihatnya, terutama lelaki berpengalaman seperti aku."
Sepasang matanya kembali menjelajahi sepasang paha Kiong Peng, seakan sepasang paha itu sudah berada dalam keadaan bugil.
"Lantaran kau enggan menyebut asal-usul batu kemala itu, maka aku harus memeriksa pahamu, jika tak diperbolehkan mencopot celanamu, darimana aku bisa melihat pahamu?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
86 Kiong Peng tidak bicara lagi, sekarang ia baru paham, Siau-hong yang tampak seperti orang sinting ini bukan lelaki hidung belang yang seks maniak, juga bukan sedang bergurau, ia sedang menyelidiki sebuah kasus pembunuhan yang menyangkut nyawa seseorang, yang juga adalah sahabatnya.
Lelaki macam Siau-hong, jika berhasil memegang setitik petunjuk, ia tak bakal melepaskan petunjuk itu begitu saja.
Ia mengamati terus perubahan mimik Kiong Peng, kemudian ujarnya, "Bila kau sudah memahami maksudku, maka semestinya kau pun tahu celanamu tetap harus dicopot."
Ternyata Kiong Peng tidak marah, katanya, "Benar, aku memahami maksudmu, seandainya kau bukan Liok Siau-hong, mungkin sedari tadi celanaku sudah dicopot."
Siau-hong tetegun, seakan tidak percaya perkataan itu keluar dari mulut perempuan ini.
Tentu saja Kiong Peng pun dapat melihat perubahan mimik muka lawan, tak tahan tegurnya, "Kenapa kau mengamati aku seperti itu?"
"Karena aku tidak menyangka kau adalah perempuan yang sangat tahu aturan."
Kiong Peng tertawa.
"Tidak semua perempuan tahu aturan," katanya, "selama kau bicara dengan alasan yang jelas, aku pasti akan menerima dengan ikhlas."
"Bagus, bagus sekali."
Siau-hong memang patut gembira berjumpa perempuan yang pakai aturan, hal ini merupakan kejadian yang patut digirangkan.
"Bila kau bersedia membantuku hingga pembunuh Liu Ji-kong tertangkap, aku pasti akan berterima kasih kepadamu."
"Aku tahu."
"Darimana kau dapatkan batu kemala itu?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
87 "Aku tak ingin memberitahu padamu, juga tak bisa memberitahukan kepadamu."
Mimpi pun ia tak menyangka jawaban Kiong Peng sama seperti jawabannya tadi.
"He, bukankah kau sudah berjanji akan membantuku?" teriak Siau-hong mencak-mencak.
"Betul, kan sudah kukatakan dan pasti akan kulakukan."
Dengan nada suara semerdu kiongcunya tadi, Kiong Peng berkata lembut,
"Rasanya sekarang terpaksa akan kubiarkan kau mencopot celanaku."
Kembali Siau-hong tertegun.
Tiba-tiba ia sadar, gadis yang berada di hadapannya sekarang sudah bukan gadis yang tadi, dalam waktu singkat, ia seakan telah berubah beberapa kali, kadang berubah agak binal, sangat pakai aturan, seperti nenek tua, dan kadang seperti seekor rase kecil yang licin dan licik.
Ketika Siau-hong memandangnya untuk pertama kali tadi, rasanya gadis ini sama sekali tak punya daya tarik, kelebihan gadis ini adalah bagaimana mempermainkan seorang lelaki, sehingga lelaki yang bertemu dengannya pasti akan berusaha melarikan diri secepatnya.
Tapi Siau-hong berbeda.
Bila ada perempuan semacam itu dapat memaksa lelaki seperti Liok Siau-hong menaruh kesan berbeda terhadapnya, perempuan begini sungguh menakutkan. Perempuan ini memang beda dibanding perempuan Iain, perbedaannya bukan hanya dalam satu hal.
Dengan nada seakan menyayangkan kemampuan Siau-hong, kembali Kiong Peng berkata, "Liok Siau-hong, aku tahu semenjak sepuluh tahun lalu kau sudah tersohor di kolong langit, selain hebat Ginkang dan kemampuan kedua jari tanganmu menjepit, dalam hal perempuan pun namamu amat tersohor."
Setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya sambil menghela napas panjang, "Setiap orang beranggapan kau sangat memahami perempuan...
tapi sekarang aku tahu sampai dimana tingkat pemahamanmu atas perempuan, ternyata kau tak jauh beda dengan lelaki pada umumnya."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
88 Alis Siau-hong menegang kaku, ia sewot setengah mati, selama hidup belum pernah ia mendengar ada perempuan berani bicara begitu di hadapannya.
Kiong Peng berkata lebih lanjut, "Aku yakin kau pasti tak puas, mana mungkin Liok Siau-hong yang sudah berpengalaman bisa tidak memahami perempuan?"
Tiba-tiba nada suaranya berubah amat simpati, "Terus terang kukatakan, kau sama sekali tidak memahami perasaan perempuan, aku tidak bohong, kalau tidak, masa kau tetap akan melakukan perbuatan semacam itu terhadapku?"
"Apa yang kulakukan terhadapmu?" tanya Siau-hong.
"Ketika aku enggan bicara, ternyata kau gunakan berbagai muslihat untuk membuat aku percaya bahwa kau akan mencopot celanaku. Aku orang yang sangat tahu aturan, kau pun begitu."
"Ya," sahut Siau-hong seolah tak sadar.
"Itulah sebabnya sekarang aku rela kau mencopot celanaku, eh, kelihatannya kau malah seperti lupa hal ini?"
Meniru gaya Siau-hong, Kiong Peng tersenyum, menghela napas dan menggeleng kepala sambil berkata, "Lalu apa maksudmu berbuat begitu"
Pernahkah kau berpikir, bagi seorang perempuan perbuatan ini merupakan kejadian yang menyakitkan hati, sebuah pelecehan yang amat menghina."


Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ucapan itu memang benar dan beralasan, lelaki mana pun tak bisa membantah.
Yang seharusnya dikerjakan ternyata tidak dilakukan, yang tidak seharusnya dilakukan justru telah dikerjakan, sebenarnya apa yang terjadi"
Bila seorang perempuan mengucapkan kata-kata semacam itu di hadapan lelaki, ibarat mukanya ditempeleng dengan keras. Muka Siau-hong bukan saja tidak mirip orang yang baru kena tampar, malah ia memperlihatkan wajah yang sangat gembira.
"Terima kasih banyak, kau sangat menarik, sudah sepantasnya aku berterima kasih kepadamu."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
89 Kiong Peng kembali dibuat kebingungan oleh sikapnya yang aneh itu, tak tahan ia bertanya, "Apa-apaan kau" Apa maksudmu" Kenapa berterima kasih kepadaku?"
"Sebab kau memberi dorongan kepadaku!"
"Memberi dorongan" Dorongan apa?"
"Mendorong aku agar secepatnya melepas celanamu dan menolong pahamu terbebas dari kurungan."
Perkataan busuk apa lagi ini" Padahal maksud perkataan itu sudah sangat jelas, setiap orang pasti paham, paling tidak perkataan itu jauh lebih sopan daripada "aku segera akan melepas celanamu".
Untuk mengubah ucapan tidak senonoh menjadi perkataan yang lebih berbudaya, memang dibutuhkan pengetahuan yang hebat dan kemampuan yang luar biasa.
"Memang mustahil bagiku melakukan perbuatan ini, bukankah kau sendiri pun mengakui bahwa aku suka gengsi" Berhubung kau berulang kali memberi dorongan dan menambah semangatku, tentu saja keadaan pun berbeda."
Tangannya mulai melakukan gerakan untuk melaksanakan hal "yang berbeda" itu. Dalam keadaan berbeda, setiap perempuan akan merasakan sedikit perbedaan itu ... mungkin bukan hanya satu perbedaan.
Dalam situasi semacam ini, kejadian apapun bisa terjadi. Semua perbuatan yang terpikir, setiap saat bisa terjadi di situ. Kejadian macam apa yang mungkin terjadi dalam situasi seperti ini"
Dapat dipastikan peristiwa yang terjadi adalah kejadian yang merangsang, menegangkan dan menghebohkan. Tapi apa yang akan dilakukan Siau-hong dan Kiong Peng dalam situasi seperti ini"
Bagi mereka, berada dimana pun tetap sama saja keadaannya. Karena mereka tetap bisa melakukan perbuatan yang sama. Karena tempat memang bukan faktor penting! Yang penting mereka melakukan apa"
Bagaimana akhirnya"
Mereka tidak melakukan apa-apa, Siau-hong hanya sempat nyentuh ikat pinggang Kiong Peng, lalu tak dapat melakukan apa-apa lagi. Sebab pada Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
90 saat bersamaan ia mendengar ada orang berkata di pintu, "Dia tak dapat memberitahukan siapa yang telah menghadiahkan batu kemala itu kepadanya, karena akulah yang telah menghadiahkan benda itu kepadanya."
"Siapa kau?"
"Aku percaya sekarang kau sudah tahu siapa aku" Sekalipun kau belum melihat wajahku, semestinya sudah mendengar suaraku bukan?"
Siau-hong tak bisa menyangkal, ia memang sudah mendengar suara orang itu. Suara orang itu halus, lembut dan anggun, lelaki mana pun yang pernah mendengar suara itu pasti takkan bisa melupakannya, persis seperti lelaki yang tak dapat melupakan sepasang paha mulus, halus, panjang dan kenyal yang pernah dilihatnya.
Orang yang telah menyerahkan batu kemala Liu Ji-kong kepada Kiong Peng tak lain selir raja muda yang dikucilkan itu.
Tentu saja Kiongcu hanya sebuah sebutan, mana ada kiong (istana) di sini"
Istana seperti apa yang bisa didirikan di tempat gersang dimana burung pun tak bisa bertelur" Tak ada istana, mana ada pemilik istana" Mana ada Kiongcu" Tapi selir raja muda adalah sebuah kenyataan.
Hubungan rahasia apakah yang sebenarnya telah terjalin antara selir raja muda dengan Liu Ji-kong yang asal-usul serta jejaknya serba misterius itu"
Bila mereka punya hubungan, darimana datangnya hubungan itu"
Tak seorang pun mengetahui jawaban pertanyaan ini, paling tidak bagi Siau-hong, ia telah mengetahui satu hal. Sampai mati Kiong Peng tetap enggan mengatakan asal-usul batu kemala itu, tak lain karena ia ingin melindungi Kiongcunya. Dia tak ingin Kiongcunya terseret dalam kasus pembunuhan ini, tentu saja di antara kedua orang perempuan ini pasti mempunyai hubungan yang luar biasa. Hubungan istimewa ini seperti apa" Bukan saja Siau-hong tak bakal bertanya, dipikir pun tidak.
Orang yang selalu ingin membongkar dan mengetahui rahasia orang lain ibarat seekor anjing yang gemar makan tahi, siapa pun tak tahu siapa yang senang mengetahui rahasia orang, sama seperti tak ada yang tahu anjing mana yang suka makan tahi. Manusia dan anjing macam ini merupakan Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
91 makhluk yang paling dibenci Siau-hong, itulah sebabnya ia bertanya,
"Sebenarnya darimana datangnya batu kemala itu?"
ia hanya mengajukan pertanyaan ini, karena pertanyaan itu merupakan kunci utama untuk mengungkap kasus pembunuhan ini. Kiong So-so tidak keberatan menjawab pertanyaan itu, hanya saja jawabannya jauh di luar dugaan Siau-hong. Jawaban Kiong So-so ternyata sama seperti jawaban Kiong Peng tadi.
"Dalam saku seorang perempuan memang selalu ditemukan barang yang tak jelas asal-usulnya, tentu saja barang-barang itu kebanyakan adalah hadiah dari lelaki."
Sama seperti Kiong Peng, kembali ia menegas, "Lelaki memberi hadiah kepada perempuan, kejadian yang sangat lumrah, bukankah lelaki macam kau pun kadangkala memberi hadiah juga kepada kaum perempuan?"
Siau-hong tertawa getir. Tentu saja ia pernah memberi hadiah, bahkan sering, apapun dihadiahkan. Hanya semacam barang yang tak pernah diberikan kepada orang lain. Barang yang diperoleh dari orang mati tak pernah diberikan kepada orang lain, apalagi jika orang itu tewas di tangannya. Kalau barang semacam ini diberikan kepada seorang perempuan yang menarik, bukan saja tak sopan, bahkan sangat memalukan. Bila kau berikan barang itu kepada seorang perempuan yang membosankan dan kau benci, maka perbuatan itu benar-benar sangat goblok.
Berapa banyak perempuan yang pandai menyimpan rahasia" Setiap lelaki yang berpengalaman tentu paham akan hal ini, orang ang mampu membunuh Liu Ji-kong tentulah bukan perempuan yang tak punya pengalaman. Bila batu kemala itu bukan pemberiannya, berarti Kiong So-so sedang berbohong. Teori itu sebetulnya sangat sederhana, segampang satu tambah satu adalah dua.
Siau-hong sangat jarang membongkar kebohongan seorang perempuan, tapi hari ini ia ingin sekali melanggar kebiasaan itu, walau sekali ini saja.
"Padahal sekalipun tidak kau tanya, sudah menjadi kewajibanku memberitahu kapadamu, batu kemala ini pemberian Liu Ji-kong untukku."
"Oya?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
92 "Begitu tiba di sini, ia langsung mengetahui asal-usulku, kebetulan hari itu adalah hari ulang tahunku, maka ia memberi sedikit hadiah untukku, dan aku pun mengundangnya minum arak."
Kata-kata Kiong So-so ini telah menyumpal mulut Siau-hong sehingga tak sanggup bicara.
Kiong So-so melemparkan sekulum senyuman manis ke arah Siau-hong, lalu katanya pula, "Biasanya orang yang datang kemari untuk pertama kalinya selalu membawa sedikit hadiah untukku, tak ada pengecualian."
Siau-hong tak mampu bicara, wajahnya merah padam. Ia tak memberi hadiah, malah makan gratis dan melarikan anggota keluarga tuan rumah, jangankan Liok Siau-hong, orang yang paling tebal mukanya di jagad inipun pasti akan rikuh, untung ada orang membantunya lolos dari kesulitan, Kiong Peng seakan sedang membantunya bicara.
Tapi belum sempat gadis itu buka mulut, mendadak dari luar jendela meluncur puluhan titik cahaya terang, tenaga serangan, sasaran dan sudut ancaman berbeda, mengancam puluhan tempat mematikan di tubuhnya.
Cahaya maupun bentuk senjata rahasia itupun bermacam-macam. Keadaan yang dialaminya saat ini persis seperti saat berada di toko penjual peti mati milik si Buta Tio.
Hanya kali ini keadaan Kiong Peng jauh lebih berbahaya, ia sudah dicengkeram orang, untuk bergerak pun tak mampu. Kiong Peng tahu, tak mungkin Siau-hong membiarkannya mati, namun ia tak mengerti, dengan cara apa pemuda itu akan menyelamatkan jiwanya. Ia hanya merasa ada serangkum angin tajam dan kuat menggulung lewat di sisinya, seakan sebuah senjata lembek yang aneh dengan membawa deru angin meluncur lewat, benda itu belum pernah dilihatnya, namun sangat berguna.
Ada berbagai jenis senjata tajam yang menembus masuk lewat jendela tergulung deru angin tajam itu, bahkan terpukul hancur oleh senjata lembek yang aneh itu. Sisanya menyambar ke arah Siau-hong, tapi dengan kedua jari seolah sedang menjepit lalat, tahu-tahu senjata rahasia itu sudah jatuh ke tangannya.
Menyusul Siau-hong menjengek sambil tertawa dingin, "Besi rongsok semacam ini juga dibuat mainan."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
93 Kiong Peng hanya diam.
"Kau tahu siapa yang membokong?"
"Tahu sedikit."
"Apakah orang yang membokong si Buta Tio?"
"Kemungkinan begitu. Bukankah kau sedang mencari jejak mereka"
Sekarang telah muncul lagi, kenapa tidak kau kejar?"
Pertanyaan Kiong Peng ini memang masuk akal dan lumrah.
Siau-hog hanya menjawab hambar, "Biarpun kukejar juga tak bakal tertangkap."
Jawaban yang bagus, tapi seakan bukan keluar dari mulut Siau-hong. Ia memang bukan manusia seperti ini.
Jelas tak mungkin dilakukan, tapi tetap nekat melakukannya, entah sudah berapa kali ia berbuat seperti ini. Tak ada alasan yang dapat mencegahnya"
Kiong Peng tidak mendesak, tiba-tiba matanya melotot dan serunya, "Apa ...
apa yang kau pegang?"
Ia sangat mengenal benda yang berada di genggaman pemuda itu, mana mungkin ada perempuan yang tidak mengenali tali ikat pinggang sendiri"
Siau-hong seperti mendadak berubah jadi orang tolol, seakan belum paham maksudnya, malah katanya santai, "Ikat pinggang ini yang kau maksud" Ya, baru saja aku ambil dari pinggangmu."
Kini ganti Kiong Peng yang tiba-tiba berubah jadi orang tolol, ia tidak menyangka senjata lembek yang dipakai memukul jatuh senjata rahasia itu tak lain adalah ikat pinggangnya, tak kuasa lagi wajahnya jadi merah padam.
Paras Siau-hong lamat-lamat kelihatan bersemu merah juga, bagaimanapun ikat pinggang itu memang ia yang lolos dari tubuh si gadis.
Mendadak terdengar Kiong Peng menjerit tertahan, tiba-tiba ia sadar, dalam ruangan itu sudah berkurang satu orang.
"Mana Kiongcu?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
94 "Rasanya ia sudah pergi."
"Kapan perginya?"
"Tadi!"
"Kapan?"
"Tadi, sewaktu ...."
Siau-hong memandang ikat pinggang dalam genggamannya. Biarpun jawaban itu tak jelas, tapi yang dimaksud adalah saat ia melepas ikat pinggang gadis itu, yakni di saat mati hidup Kiong Peng di ujung tanduk.
"Kau melihat sendiri ketika ia pergi?"
"Ehmm!"
"Kenapa ia pergi?"
"Darimana aku tahu?"
Kiong Peng menghela napas panjang.
"Tentu saja kau tidak tahu, tapi aku malah tahu."
Ia memandang Siau-hong sekejap, sinar matanya sangat lembut dan penuh kehangatan.
Sebenarnya apa yang telah diketahui Kiong Peng" Kiong Peng bukan saja tidak goblok, ia justru sangat pintar, apa yang ia ketahui ternyata jauh lebih banyak daripada apa yang dibayangkan Siau-hong semula.
"Kau sengaja tidak mengejar pembokong itu lantaran kau ingin melindungi aku, bukan saja takut mereka turun tangan sekali lagi, bahkan kuatir orang lain akan mencelakai aku."
"Orang lain" Siapa?"
"Tentu saja Kiong So-so yang selama ini bersikap sangat baik kepadaku."
"Mana mungkin ia mencelakaimu?"
Kembali Kiong Peng menghela napas panjang.
"Semestinya kau sudah tahu."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
95 Siau-hong tidak menyangkal, ia hanya diam saja.
"Sebenarnya aku sendiri tak yakin ia akan mencelakai aku, tapi sekarang
...." kata Kiong Peng pula dengan tersenyum getir. "Sekarang aku malah mulai curiga, jangan-jangan orang yang membokongku tadi punya hubungan khusus dengannya, bahkan kemungkinan besar mereka adalah pembunuh bayaran yang ia beli."
"Apa alasannya membunuhmu?"
"Ada!"
"Apa?"
"Akulah satu-satunya orang yang tahu siapa yang telah menghadiahkan batu kemala itu kepadanya, oleh sebab itu ia hendak membunuhku, untuk membungkam mulutku selamanya."
Hanya orang mati yang bisa menyimpan rahasia, inilah salah satu alasan paling kuat kenapa orang membunuh.
"Kalau toh ia sudah tahu batu kemala itu kemungkinan besar akan menjadi petunjuk penting dalam mengungkap pembunuhan ini, kenapa ia tetap menghadiahkannya kepadamu?"
"Pertama, waktu itu ia tidak menyangka ada orang akan mengusut kasus pembunuhan ini, terlebih tak mengira kalau yang datang adalah kau."
Setelah menarik napas, lanjutnya, "Kedua, karena ia tahu batu kemala yang diperoleh dari jenazah adalah benda yang tidak bagus, kebetulan ia melihat aku amat senang ketika melihat benda itu, maka ia pun menghadiahkan benda itu kepadaku. Bukan saja ia tahu asal-usul batu kemala itu, bahkan bisa jadi mempunyai hubungan dengan pembunuh Liu Ji-kong."
Sekarang tinggal satu pertanyaan lagi. Bagaimana batu kemala itu bisa muncul di tempat ini"
Penyelidikan telah berkembang.
"Tak mungkin batu kemala itu diberikan sendiri oleh Liu Ji-kong, karena sampai mati pun ia tetap menggembol batu kemala itu."
"Lantas siapa yang menghadiahkan batu kemala itu padanya?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
96 "Sah Toa-hu!"
--0o0-- Siapa pun tak ada yang menyangka Kim Jit-liang adalah orang jujur, untuk kedua kalinya Siau-hong telah membuktikan bahwa apa yang ia katakan adalah sejujurnya.
Dari sekian banyak begundal Sah-lopan, ternyata tak satu pun yang berguna, kalau tidak, bukan satu pekerjaan mudah bagi Siau-hong untuk menyusup ke dalam kamar tidur Sah-lopan. Sekarang ia dapat masuk dengan leluasa, seakan memasuki suatu daerah yang tak berpenghuni, andaikata ia mau tidur di ranjang Sah-lopan pun rasanya bukan satu perbuatan yang sulit baginya.
Akan tetapi Siau-hong adalah seorang kuncu sejati, tidak mungkin ia melakukan hal-hal yang tidak sopan, paling tidak ia harus mengetuk pintu lebih dahulu sebelum masuk ke kamar tidur pribadi seseorang. Apalagi dari dalam kamar terdengar dengus napas orang lain, dengus napas seorang perempuan. Bagi Siau-hong, dengus napas semacam ini sudah tak asing lagi. Bagi pria macam Sah-lopan, memang sudah sepantasnya jika dalam kamar tidurnya terdengar dengus napas.perempuan, katau tidak ada malah aneh.
Siau-hong menunggu di depan kamar, menunggu sampai dengus napas dalam kamar itu berhenti, kemudian baru ia mengetuk pintu. Baru dua ketukan, sumpah serapah sudah keluar dari mulut Sah-lopan.
"Enyah dari sini, siapa pun dan apapun tujuan kedatanganrnu, lebih baik cepat menggelinding pergi sebelum aku korek keluar kedua kuning telurmu!"
Siau-hong tidak menggelinding pergi, ia tetap mengetuk pintu. Pintu kamar mendadak dibuka, tahu-tahu Sah-lopan yang telanjang bulat sudah muncul dari balik pintu. Bayangkan bagaimana mimik wajahnya ketika itu.
Siau-hong tak ingin berpikir, juga tak ingin membayangkan, dengan sikap sopan ia membungkukkan badan memberi hormat dan tersenyum ramah.
"Maaf, kedatanganku secara tak sengaja telah mengusik kesenanganmu."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
97 Keadaan Sah-lopan waktu itu persis seorang yang mulutnya dijejali tahi anjing, biarpun ingin disemburkan ke wajah Siau-hong, namun tak berani.
"Maaf, aku bukan telur ayam, juga bukan telur bebek, maka tak memiliki kuning telur yang dapat kau korek, aku khusus kemari karena ada persoalan yang ingin kutanyakan padamu."
"Soal apa?" akhirnya Sah-lopan buka mulut.
Siau-hong menjulurkan tangan, di antara kedua jarinya terjepit seutas tali merah, di ujungnya tergantung batu kemala dari batu pualam yang indah warna dan bentuknya.
"Sebelum ini, pernahkah kau melihat benda ini?"
Tanpa pikir Sah-lopan langsung menjawab, "Tentu saja pernah kulihat, bahkan akulah yang memberikan benda itu pada Kiongcu."
Siau-hong melengak, termangu dibuatnya. Baginya hal ini merupakan petunjuk yang sangat penting, karena menyangkut sebuah kasus pembunuhan yang penuh misteri. Sama sekali tak dinyana Sah-lopan menjawab dengan enteng, bahkan tidak nampak kaget, terkejut apalagi gugup.
Rasa gugup dan kaget memang tak nampak, namun api amarah mulai berkobar.
"Hanya untuk bertanya hal ini saja kau berani menyelonong masuk ke kamarku di tengah malam buta, mungkin sulit bagimu untuk keluar lagi dalam keadaan hidup."
Sambil tertawa getir Siau-hong menghela napas.
"Kalau begitu aku ingin bertanya satu hal lagi."
"Hal apa?"
"Sebenarnya batu kemala ini milikmu atau bukan?"
"Bukan, aku sering memberi hadiah kepada orang lain, orang pun sering memberi hadiah kepadaku."
Dengan jengkel ia pelototi Siau-hong, lalu katanya pula, "Kau ingin bertanya lagi siapa yang menghadiahkan kepadaku?"
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
98 "Benar."
"Kalau aku tak mau menjawab, mau apa kau?"
"Kalau begitu keadaan bakal runyam, bila aku lepas tangan, batu kemala ini segera akan terjatuh ke tanah"
"Lalu kenapa?"
"Tidak apa-apa, perlu kau ketahui, sebelum batu kemala ini hancur, kujamin kau sudah jadi mayat."
Selama ini Siau-hong jarang menggertak orang, jelas ini bukan gertak sambal belaka. Tentu saja Sah-lopan sangat memahami hal ini. Paras mukanya berubah hebat, sementara batu kemala itu segera akan terlepas dari genggaman Siau-hong.
Saat itulah tiba-tiba Siau-hong mendengar ada seorang perempuan berseru,
"Aku yang menghadiahkan batu kemala itu kepadanya."
Seorang perempuan telanjang bulat melompat keluar dari balik selimut di ranjang Sah-lopan, sambil bercekak pinggang ia berdiri di hadapan Siau-hong.
"Itu pemberian suamiku, aku senang menghadiahkan kepada siapa itu adalah hakku, kecuali suamiku yang mirip kura-kura itu, siapa pun tak berhak mengurus aku, sekalipun aku suka main serong, orang lain tak perlu ikut campur."
Kemudian sambil mengerling genit kembali serunya, "Liok Siau-hong, benar tidak perkataanku" Menurut kau, siapa yang berhak mengurus aku?"
Belum habis ia berkata, Siau-hong sudah ambil langkah seribu, seakan baru saja bertemu setan yang amat menyeramkan.
-0O0- Ketika Liok Siau-hong menemukan Ong Toa-yan, lopan toko kelontong yang gemar mengenakan topi hijau ini (maksudnya bininya suka serong) sedang mabuk berat, muntahan yang sangat bau mengotori seluruh tubuhnya, sepatu yang dikenakan penuh lumpur, tapi ia berbaring telentang di ranjang sambil mendengkur keras, ruangan itu benar-benar sangat bau hingga cukup untuk meracuni orang.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
99 Orang bebal mustahil bisa menjadi pembunuh bayaran, apalagi membunuh Liu Ji-kong, pendekar kenamaan dunia persilatan. Siau-hong sendiri pun tidak percaya.
Laopan Nio yang muncul dari balik selimut ranjang orang lain dalam keadaan telanjang bulat jelas mengatakan bahwa batu kemala itu diperoleh dari suaminya, tentu saja Siau-hong tak bisa tidak harus datang dan menanyakan hal ini kepadanya. Terlepas apapun perbuatannya, yang pasti ia cuma punya seorang suami.
Agar orang yang mabuk berat bagai babi mampus mendusin, cara terbaik adalah mengguyurkan sebaskom air dingin ke atas kepalanya, terutama pada cuaca seperti ini, cara ini pasti berhasil.
Tapi Siau-hong tak tega. Ia tahu, orang yang patut dikasihai sering kali melakukan perbuatan keji, tapi setiap kali bertemu orang seperti ini, perasaannya berubah jadi lembek. Oleh sebab itu ia harus mengeluarkan tambahan tenaga, cara lain untuk menyadarkan Ong-toaya dari mabuknya.
Sebenarnya ia ingin menunggu sampai ia benar-benar sadar sebelum mengajukan pertanyaan, siapa tahu begitu Ong Toa-yan melihat batu kemala itu, ia segera menjerit keras.
"Barang itu telah kuhadiahkan kepada biniku, kenapa bisa jatuh ke tanganmu?"
Siau-hong tertawa getir. Hal ini sulit dijelaskan, ia sendiri pun enggan menjelaskan, akan ia gunakan cara yang paling sederhana, yang biasanya jarang digunakan untuk menghadapi orang yang patut dikasihani ini. Cara itu biasanya sangat manjur, orang mau tak mau harus berterus terang, begitu juga dengan Ong Toa-yan, ia mengakui asal-usul batu kemala itu.
"Aku membelinya."
"Siapa yang menjualnya?"
"Selain si telur busuk itu, siapa lagi" Biasanya telur busuk itu miskin, tapi sejak kematian Liu-toaya, ia jadi kaya, sangat boros dan royal, selama ini aku sudah curiga kepadanya, jangan-jangan ia mendapatkan harta itu dari membunuh."
Benar tidaknya perkataan itu, ia harus mencari si pengemis cilik.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
100 Titik terang sudah mulai tampak, sebentar lagi pasti akan terungkap, dan ia percaya misteri pembunuhan ini segera akan terkuak.
Itulah sebabnya ia harus mencari si pengemis cilik. Ong Toa-yan mengantar Siau-hong mencari pengemis itu.
"Tak ada orang lain yang lebih jelas kemana si telur busuk cilik itu mengendon."
Tapi ia tak berhasil menemukan, sudah beberapa tempat telah ditelusuri, namun tak nampak juga bayangan tubuhnya. Si telur busuk cilik itu seolah lenyap tak berbekas. Mana mungkin orang bisa hilang tak berbekas"
Jangan-jangan ada yang menjadikannya kambing hitam hingga ia telah dibunuh dan dimusnahkan mayatnya" Atau lantaran ia sudah tahu hal ini hingga melarikan diri"
Siau-hong tak dapat memastikan. Hingga kini ia belum berhasil mendapatkan setitik bukti pun. Siau-hong memang tak mau mengambil kesimpulan secara sembarangan, biarpun ia tahu orang itu adalah pembunuhnya, sebelum memperoleh bukti yang jelas, ia tak akan buka suara. la tak ingin menuduh secara sembarangan.
Banyak orang bilang, ia mirip tokoh setengah dewa yan pernah tersohor di masa lalu, Coh Liu-hiang si pendekar harum padahal mereka adalah dua tokoh yang berbeda. Coh Liu-hiang romantis, sementara Liok Siau-hong liar tak pakai aturan, watak kedua orang ini juga berbeda, tentu saja cara kerja mereka pun berbeda. Hanya dalam satu hal mereka mempunyai persamaan.
Mereka sama-sama tahu tata krama, tidak pernah berniat membongkar rahasia orang, tidak pernah mengambil kesimpulan secara gegabah dan tidak membuat orang penasaran atau terfitnah. Itulah sebabnya mereka selalu aman dan tenteram, karena tak pernah membohongi suara hati sendiri.
Bagaimanapun juga kini si pengemis cilik sudah menjadi salah satu tersangka pembunuhan. Kalau orang semacam dia adalah pembunuh bayaran, siapa lagi penghuni di kota kecil ini yang bisa dipercaya" Justru di kota kecil ini tak ada seorang pun yang mempunyai alasan atau niat untuk mencelakai Liu Ji-kong, terlebih tak seorang pun yang memiliki kemampuan untuk melakukan pembunuhan. Terkecuali Kiong So-so!
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
101 Teringat Kiong So-so, terbayang kembali wajah Kiong Peng, paras muka Siau-hong segera berubah. Ketika berpisah dengan Kiong Peng tadi, ia merasa kuatir. Gadis itu harus balik ke samping Kiong So-so, padahal dirinya bersumpah akan menelusuri asal-usul batu kemala itu hingga tuntas, tak seorang pun memiliki alasan untuk mencegahnya. Ia kuatir, karena tahu Kiong So-so sesungguhnya adalah tokoh yang sangat berbahaya.
Maka ia putuskan untuk mencari Kiong So-so.
Mencari seseorang termasuk kejadian yang aneh, kadang kau tak ingin menemui seseorang, tapi tiba-tiba ia muncul, ketika ingin menjumpainya, dicari sampai ke ujung kota pun tidak ditemukan.
Demikian pula keadaan Siau-hong.
Ketika tiba di kediaman Kiong So-so, Siau-hong tidak memukan perempuan itu, bukan saja tidak ditemukan, bahkan Kiong Peng ikut lenyap, si nenek berambut putih yang menerima tamu pun lenyap. Ruangan yang semula tertata rapi, indah dan anggun, kini berantakan dan kacau sekali, seakan baru saja ada puluhan monyet yang berjumpalitan di situ dan memporak-porandakan seluruh isi ruangan.
Hati Siau-hong seakan tenggelam, namun mendadak berbinar sepasang matanya. Ia telah melihat sesuatu benda, biarpun suasana dalam ruangan kacau-balau, namun benda itu tetap menyolok.
Liok Siau-hong menemukan segumpal rambut. Segumpal rambut yang diikat dengan kain belacu, tali yang semestinya berwarna kuning kecoklat-coklatan, kini telah berubah hitam pekat, entah sudah berapa lama dikenakan tanpa pernah dicuci.
Rambut yang semula hitam pekat kini telah berubah kecoklatan, berdebu, berlumpur, berminyak dan berpasir. Siau-hong sangat kenal gumpalan rambut itu. Rambut yang seharusnya berada di kepala pengemis cilik, tapi sekarang telah rontok dan berserakan di antara vas bunga serta lentera kristal yang telah hancur.
Biarpun rambut itu diikat secara acak-acakan, namun bekas potongannya kelihatan rapi dan rata. Rambut yang terurai di kepala tak mungkin rontok tanpa sebab yang jelas. Tentu rambut itu dipangkas dengan 'menggunakan sebilah pisau yang amat tajam.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
102 Ketika Liok Siau-hong memungut rambut itu serta mengamati bekas pangkasannya, tiba-tiba kelopak matanya menyusut kencang.
"Sebuah ayunan pisau yang amat cepat!"
Apakah kecepatan babatan pisau itu cukup untuk menembus jantung Liu Ji-kong hanya dalam sekali tusukan" Siapa pemilik pisau itu" Apakah pengemis cilik itu telah datang ke kediaman Kiong So-so" Apakah benar rambutnya dipangkas putus oleh sebuah ayunan pisau yang sangat cepat dari seseorang" Bagaimana pula nasibnya" Kabar tentang Kiong So-so serta Kiong Peng tak jelas, apa yang sebenarnya telah terjadi" Kecuali mereka bertiga, tak mungkin ada orang lain tahu.
Sambil memegangi kutungan rambut pengemis cilik, Siau-hong berdiri termangu, mendadak ia teringat suatu hal. Jelas bukan tiga orang, tapi empat orang. Selain Kiong So-so, Kiong Peng dan pengemis cilik itu, masih ada lagi si nenek berambut putih. Kenapa si nenek pun ikut lenyap" Seorang nenek yang saking tuanya hingga pinggangnya pun tak dapat ditegakkan, mungkinkah terlibat kasus pembunuhan ini" Ia tahu semua pertanyaan itu tak mungkin segera terjawab.
Pada saat itulah tiba-tiba kelopak matanya kembali menyusut kencang.
Bukan lantaran ia telah melihat sesuatu benda, tapi suara yang amat menusuk pendengaran. Sebetulnya suara itu tidak keras, hanya berupa rintihan yang sangat Iirih dan lemah. Namun bagi pendengarannya justru jauh lebih menusuk ketimbang tusukan jarum, karena ia segera mengenali suara itu berasal dari mulut Kiong Peng. Jadi Kiong Peng masih berada di situ, kenapa ia merintih" Mungkinkah ia terluka parah" Yang membuat ia lega adalah orang masih dapat bersuara, menandakan orang itu belum mati.
Siau-hong menarik napas, berusaha mengendalikan detak jantung dan napasnya yang memburu.
Malam semakin kelam, suasana makin hening ....
Ketika suara debar jantung dan dengus napasnya berhasil dikendalikan, nyaris di sana tak terdengar suara lain. Oleh karena itu ketika suara rintihan itu berkumandang lagi, Siau-hong segera dapat mengenali dari arah mana suara itu berasal.
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
103 Langit menjelang datangnya fajar sangat gelap. Waktu gelap sebelum sinar pertama muncul di ufuk timur, tak ada lentera, juga bintang dan tak nampak rembulan. Halaman mungil yang indah, kini dicekam warna hitam pekat dan rnencekam, apapun tidak kelihatan. Tapi Liok Siau-hong dapat menemukan Kiong Peng dengan cepat, gadis itu tergeletak di sebuah tempat yang tak mudah ditemukan orang.
Di sisi dinding halaman belakang terdapat tujuh delapan buah gentong air yang amat besar, gentong air untuk memelihara ikan emas. Di ibu kota orang gemar memelihara ikan emas, hal ini merupakan kebiasaan, juga trend atau mode. Biarpun kejayaan di masa lampau telah berlalu, tak mudah mengubah kebiasaan, gaya hidup yang sudah telanjur mengakar.
Padahal tidak gampang mendapatkan ikan emas, apalagi mendapatkan air jernih di tempat gersang dimana burung pun tak dapat bertelur, karena itu di halaman milik bekas selir raja muda ini hanya tertinggal sederet gentong kosong.
Tubuh Kiong Peng ditemukan dalam gentong ketiga dari sebelah kiri. Tentu saja bukan atas kemauan sendiri ia bersembunyi di situ, siapa yang rela menyusupkan tubuh sendiri ke dalam gentong ikan emas yang sempit"
Saat paling gelap telah berlalu, setitik cahaya terang mulai muncul di ufuk timur, tampak sebuah jarum perak membiaskan cahaya ketika terlimpa sinar.
Siau-hong mengernyitkan alis. Ia tahu jarum perak yang mengenai jalan darah Kiong Peng dilepaskan dengan ilmu melepaskan Am-gi yang hebat.
Tidak diragukan lagi orang inilah yang telah melepaskan Am-gi dari luar jendela ketika berada di toko peti mati tempo hari. Memang tak banyak jago lihai senjata rahasia yang masih hidup, tapi siapakah dia"
Setelah jarum perak dicabut, Kiong Peng baru dapat berbicara.
"Aku tahu kau pasti menguatirkan keselamatanku, padahal aku sendiri tak pernah kuatir karena aku selalu berpendapat Kiong So-so tak bisa berbuat apa-apa terhadap diriku, tapi mimpi pun aku tak mengira Kho Lo-thay sanggup merobohkan aku dalam waktu singkat."
"Kho Lo-thay" Siapa dia?"
"Nenek peyot yang membukakan pintu itu."
Koleksi KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/
104 Mendadak Siau-hong teringat seseorang, memang tak banyak jago silat dalam dunia persilatan yang mahir menggunakan senjata rahasia, tak lebih dari sepuluh orang, yang perempuan paling dua tiga orang. Seorang di antaranya bukan hanya mahir senjata rahasia. juga mahir menyamar dan pencuri sakti, orang menyebutnya Sam-jiu-sian-ci (nenek Dewi bertangan tiga) Kho Pat, ketika masih muda berjuluk Sian-koh (bibi dewi), nama besarnya menggemparkan sungai telaga.
Apakah benar si nenek peyot yang kempot ini adalah Kho-sian-koh yang dahulu tersohor karena lincah dan cekatan bagai seorang dewi" Kenapa ia muncul di tempat seperti ini" Kenapa bisa menjadi budak bekas selir yang dikucilkan" Dari nama besar, ilmu silat dan kedudukannya dalam dunia persilatan, sepantasnya bekas selir raja yang mencuci kakinya.
Siapa pun tidak mengira, seorang yang tujuh jalan darah pentingnya tertotok bahkan sudah dijejalkan ke dalam gentong ikan mas, ternyata berhasil diselamatkan orang. Kiong Peng belum mampus, Kiong So-so memang tidak berniat membunuhnya, ia hanya menginginkan orang itu merasakan sedikit siksaan. Tapi bagaimana dengan pengemis cilik"
"Apakah kau melihat pengemis cilik?" tanya Siau-hong.
"Ya, aku tak menyangka ia ternyata mau menyerempet bahaya menyelamatkan aku."
"Apakah ia sudah dicelakai orang?"
"Biarpun masih hidup, rasanya hidupnya tak lama lagi."
"Kenapa?"
"Karena ia telah mengetahui dan menyaksikan kejadian yang tidak semestinya ia saksikan."
Rhasia ini tentu saja ada sangkut-pautnya dengan penyebab kematian Liu Ji-kong.
"Kini pengemis cilik berada dimana?"
"Sudah digelandang oleh Kiong So-so dan Kho Lo-thay."
"Kenapa mereka menggelandangnya pergi" Kenapa tidak dibantai di sini saja?"
Harpa Iblis Jari Sakti 35 Pendekar Kelana Karya Kho Ping Hoo Pendekar Laknat 10
^