Kisah Pedang Bersatu Padu 11

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Bagian 11


kan, kepusingan
lainnya mesti ada. Dari itu, paling benar dia segera
diberangkatkan pergi.
Tan Hong berdiam, tetapi tangannya bekerja, untuk
menguruti tubuh Keng Sim, untuk membikin semua jalan
darahnya tersalurkan, supaya darahnya jalan dengan
baik, agar dia lekas mendusin.
Benar, selang tidak lama, Keng Sim mengasi dengar
suaranya yang pertama seperti seruan, dia
memuntahkan darah, sedang kedua matanya ditutup
rapat. "Keng Sim, jangan berbicara!" berkata Tan Hong. "Kau
sabar, akan aku menyalurkan nadimu, supaya kau
mendusin dan sehat seperti biasa. Cuma kau mesti
bertahan untuk sedikit penderitaan."
Dengan telapakan tangannya, Tan Hong lantas
menekan punggung di mana ada jalan darah kwichong
hiat. Dengan cepat Keng Sim merasakan hawa hangat,
yang terus menjadi panas, hingga ia mengeluarkan peluh
yang menetes besar.
Tan Hong melanjuti menekan atau mengurut-urut,
akan kemudian dengan menggunakan ilmu silat Itci
Siankang, ia menyalurkan semua tiga puluh enam jalan
darah. 751 Dengan pertolongan soatlian, teratai salju, dari
gunung Thiansan, jiwa Keng Sim dapat dipertahankan,
tetapi ia telah terluka pada nadinya, maka itu dia
membutuhkan pertolongan tersebut dari Tan Hong. Ia
merasakan hawa sangat panas, ia mencoba melawannya,
meski begitu, saking sakitnya, ia merintih. Tadinya ia
menutup rapat matanya, satu kali ia membuka itu, di
antaranya ia melihat Sin Cu, dan ia mendapatkan si nona
terharu. Ia merasa lega hatinya. Sekarang ia tidak
tergila-gila lagi terhadap Nona Ie itu, yang telah menjadi
Nyonya Yap Seng Lim, tetapi ia terhibur. Dulu-dulu
belum pernah ia menyaksikan sinar mata, atau roman,
demikian dari Sin Cu. Maka itu ia kata di dalam hatinya:
"Asal dia mengetahui aku bersengsara ini untuknya, ada
harganya aku menderita begini..." Karena terhibur itu,
penderitaannya seperti berkurang sendirinya. Ia malah
bersedia Tan Hong memperlambat atau memperpanjang
tempo pertolongannya itu..."
Lewat lagi sekian lama, sesudah jalan darahnya
tersalur sempurna, hilang rasa sakit dan hawa panasnya
Keng Sim, sebaliknya, ia merasakan tubuhnya lega sekali.
Ia seperti telah sembuh seseluruhnya.
"Bagus !" kata Tan Hong tertawa. "Kau bangunlah!"
Keng Sim benar-benar berbangkit, lantas ia merapikan
pakaiannya, sesudah itu, ia menjura pada Tan Hong,
untuk memberi hormat, guna menghaturkan terima
kasihnya yang hangat. Ia melihat bajunya tayhiap itu
bermandikan keringat, ia menyangka orang telah
mengeluarkan terlalu banyak tenaga, ia tidak tahu,
berbareng dengan itu, Tan Hong sudah kehilangan
latihannya sekira satu tahun.
752 "Sekarang pergi kau ke kamar istirahat, kau harus
meyakinkan ilmu dalammu," kata Tan Hong. "Coba kau
lihat, tenagamu telah pulih atau belum."
Sebenarnya Keng Sim ingin bicara sama Sin Cu,
banyak yang ia hendak perkatakan, akan tetapi karena
titahnya Tan Hong ini, terpaksa ia membatalkannya, lalu
ia meminta diri kepada semua kawan itu, untuk ia
mengundurkan diri bersama Bhok Lin ke ruang dalam.
Cit Seng Cu juga perlu beristirahat, maka itu ia pun
mengundurkan diri bersama kedua keponakan muridnya.
Dengan begitu Tan Hong jadi berada bersama kedua
muridnya serta Kiam Hong, jumlah mereka menjadi
tinggal berempat.
"Hebat Keng Sim kali ini," kata tayhiap itu. "Dibanding
sama dulu hari dia menolongi tentara rakyat, ia sekarang
lebih menderita."
"Untuknya, penderitaan ini ada baiknya." Sin Cu
bilang. "Katanya gurunya, Cio Losianseng, telah pulang dari
luar negeri," kataTan Hong.
"Benar. Sekarang Cio Losianseng lagi membantui Seng
Lim." "Keng Sim cerdas, jikalau dia bisa buang cita-citanya
mencari pangkat dan ia tukar itu untuk meyakinkan
sungguh-sungguh ilmu silat gurunya. KengTo Kiamhoat,
dia bisa manjat tinggi."
Tan Hong berhenti sejenak, lantas ia memandang In
Hong. 753 "Bagaimana dengan Thian Touw selama yang
belakangan ini?" ia tanya Nona Leng. "Apakah dia telah
berhasil menciptakan ilmu pedangnya. Thiansan
Kiamhoat?"
Ditanya begitu, mata In Hong menjadi merah.
"Selama yang belakangan ini ia telah berhasil
menciptakan pelbagai tipu silat baru, hanya karena itu,
.tabiatnya jadi makin menyendiri..." ia menyahut.
"Begitu?" kataTan Hong tertawa "Tetapi inilah tidak
aneh. Kamu tinggal menyendiri di gunung yang sunyi,
tidak aneh tabiatnya itu."
"Dia bertujuan satu, dia bertekad bulat, untuk menjadi
guru besar dari suatu ilmu pedang tersendiri, karenanya
segala urusan lain, urusan luar, ia lantas tidak perdulikan
lagi!" "Pikirannya itu bukannya pikiran jelek," Tan Hong
bilang. "Hanya kalau semua-semua ia tidak mengambil
mumat urusan luar, itulah berlebihan. Siapa hidup di
dalam dunia, yang pertama-tama diutamakan ialah
bagaimana kita harus menjadi manusia. baru kemudian
mengutamakan pelajaran."
"Suhu benar," kata Giok Houw. turut bicara. "Lihat
Kiauw Pak Beng! Dia demikian lihai tetapi terhadap lain
orang, dia membahayakan, tidak menolong. Tentu sekali
aku tidak membandingkan dia dengan Hok Toako. aku
cuma mau menunjuk tak ada harganya dia hidup sebagai
manusia pandai. Ya suhu, mengapa kau tidak mau
mengajarkan enci Leng semacam ilmu pedang yang
istimewa, supaya ia pun dapat membangun suatu partai
baru hingga ia bisa menindih suaminya itu?" Tan Hong
754 tertawa. "Kamu anak-anak muda, kamu lucu!" ia kata.
"Kamu selalu mau main pemenang menang, lantas kamu
berkelahi!"
Mukanya In Hong menjadi merah, ia membungkam.
Sin Cu lantas menuturkan kepada gurunya tentang
perbedaan pendapat dari Leng In Hong dengan Hok
Thian Touw, suami isteri itu, bahwa si isteri mau belajar
pedang tapi tanpa melupakan kawan dan tugas
menolong negara dan sesamanya sebaliknya sang suami
ingin belajar dulu hingga berhasil cita-citanya
menciptakan suatu partai baru, baru dia mau
mencampuri urusan umum, karena mana mereka itu jadi
berselisih dan pada membawa maunya sendiri.
Tan Hong berpikir, memikirkan soal itu. Suami isteri itu
memang mempunyai masing-masing kebenarannya.
"In Hong," katanya sesaat ke mudian, "coba kau
menjalankan ilmu silat Thiansan Kiamhoat untuk aku
lihat." In Hong suka mengasi lihat ilmu silatnya, bahkan ia
girang sekali. Ia lantas pergi ke paseban, untuk mulai
bersilat. Di antara berkeredepannya sinar pedangnya. Ia
mempertontonkan kegesitannya.
Tan Hong menonton, lantas ia mengangguk-angguk.
"Memang ilmu silat ini belum mencapai kemahirannya"
ia berkata, "tetapi benar dia telah menggenggam sarinya
ilmu silat pelbagai partai lainnya, maka di belakang hari
pastilah ini akan menjadi suatu sinar terang dalam
kalangan persilatan!"
755 In Hong bersilat sekian lama, baru dia berhenti.
Setelah menyimpan pedangnya, ia menghampirkan Tan
Hong. "Aku mohon sukalah tayhiap memberi petunjuk
padaku," ia minta.
"Untuk memberi petunjuk, itulah aku tidak berani,"
sahut Tan Hong bersenyum. "Bicara terus terang, kalau
nanti kamu sudah berhasil meyakinkan ilmu silat
kamu ini, kamu pasti akan dapat mengatasi Hian Kee
Kiamhoat dari guruku. Cuma sekarang masih ada
bagiannya yang belum terperinci." Ia berhenti sebentar,
lantas ia tertawa dan kata dengan sungguh-sungguh:
"Ilmu silat kau ini mengutamakan jurus-jurus yang aneh
gerak-gerakannya. Pernah aku melihat Thian Touw
bersilat, maka dapat aku bilang, di antara kamu berdua,
banyak persamaannya, sedikit perbedaannya. Ruparupanya
ini disebabkan kau tidak selamanya menuruti
ajarannya Thian Touw, kau rupanya juga mempunyai
angan-angan untuk menciptakan suatu ilmu pedang
tersendiri, guna membangun suatu partai baru seperti
cita-citanya Thian Touw itu. Baiklah, mari aku
menyempurnakan cita-citamu! Cuma, jikalau nanti kau
sudah berhasil, ilmu pedangmu ini berlainan dengan ilmu
pedangnya Thian Touw, sebaliknya, apabila kamu
menggunakannya bersama, bergabung, maka faedahnya
tak terkira-kirakan besarnya."
Sin Cu tertawa mendengar perkataannya guru itu, ia
girang sekali. "Itulah bagus!" murid ini memuji. "Cuma aku harap
janganlah itu sampai menindih semangatnya Hok Toako.
756 Dengan begitu pastilah Hok Toako tidak bakal dapat
meninggalkan enci InHong!"
Sin Cu tetap hendak melindungi keakuran In Hong
dengan Thian Touw, ia tidak menghendaki perpecahan
di antara suami isteri itu. hingga ia tidak memikirkan apa
yang bakal terjadi kelak di kemudian hari.
Tan Hong lantas berdiam, la berpikir keras. Selang
sekian lama, baru ia berbicara.
"Thian Touw bersama ayahnya telah bekerja keras
sekali mengumpul sarinya pelbagai macam ilmu pedang,
sekarang usaha itu dilanjuti Thian Touw sendiri dan ia
telah berhasil, untuknya tinggallah saat mencapai
kemahirannya, oleh karena itu. tidak dapat aku tidak
berlaku tahu diri, tidak berani aku lancang memberi
petunjukku, maka itu, aku ingin minta seorang guru
besar yang nanti memberi petunjuk itu kepadamu." kata
ia. In Hong heran, juga yang lainnya.
"Di jaman ini, siapakah yang dapat melebihkan
tayhiap?" tanya Nyonya Thian Touw.
"Dunia ini luas sekali, di dalamnya ada banyak orang
pandai," berkata Tan Hong. "Sekarang ini, yang aku
hendak minta bantuannya, ialah seorang yang telah
meninggal dunia. Leluhurku, yaitu Thio Su Seng, serta Cu
Goan Ciang, kaisar yang membangun Kerajaan Beng ini,
semua pernah belajar silat di bawah pimpinannya. Ialah
PhengHweeshio. Aku telah berhasil mendapatkan sebuah
kitab Hiankong Yauwkoat peninggalannya guru besar itu.
kitab itu dapat aku pinjamkan kepadamu untuk kau
pahamkan. Pada dasarnya.
757 ilmu silat semua sama saja. demikian kitab ini, yang
tidak mengutamakan melulu ilmu pedang. Jikalau kau
telah membaca dan memahamkannya, setelah kau
berhasil, maka besar faedahnya itu untuk ilmu
pedangmu."
In Hong girang sekali, buru-buru ia menghaturkan
terima kasih. Tan Hong tidak cuma memberi pinjam bukunya itu. ia
juga memberikan pelbagai petunjuk lainnya, maka itu,
pertemuan mereka itu berjalan sampai jam tiga.
"Sekarang aku mesti pergi ke kuil Hianbiauw Koan."
katanya kemudian. "aku mesti memberitahukan Hek Pek
Moko untuk dia membebaskan semua orang kurungan
kita itu. Karena besok kita mesti berangkat pagi-pagi,
sekarang kamu baiklah beristirahat."
Thio Giok Houw mau turut gurunya pergi ke kuil, maka
itu, Sin Cu lantas berkemas berdua In Hong, untuk besok
pagi tak usah mereka repot lagi. Mereka tidak dapat
tidur, sedang In Hong lantas membeber Hiankong
Yauwkoat, untuk dibaca.
Sin Cu tidak mau mengganggu kawannya itu. sebab ia
tidak berniat tidur, ia lantas pergi keluar kamar, terus ke
paseban. Segera kupingnya mendengar, di antara angin
malam, suaranya cabang-cabang bergoyang-goyang dan
daun-daun rontok. Ia heran. Itulah bukan suara wajar,
hingga ia mau menduga pada yahengjin, ialah orang
yang bisa keluar malam. Tidak bersangsi lagi, ia lompat
ke tembok pekarangan, maka lantas ia melihat, di antara
sinarnya si Puteri Malam, Keng Sim tengah berlatih silat
seorang diri di dalam taman bunga. Keng Sim beda
daripada In Hong, tetapi ilmu silatnya juga menarik hati,
758 mempunyai keistimewaan sendiri. Kalau dia berlatih rajin
dan sungguh-sungguh, dia pasti bakal memperoleh
kemajuan berarti.
"Kau baru sembuh, apakah kau tidak letih?" ia
menanya sambil menghampirkan. Ia bicara sambil
tertawa. Keng Sim menoleh dengan terkejut, silatnya lantas
dihentikan. Melihat Sin Cu. ia girang dan heran dengan
berbareng. "Sudah jauh malam, apakah kau juga belum tidur?"


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanyanya. "Gurumu menolongi aku, dia hebat sekali,
hingga sekarang ini kesehatanku telah pulih dan
tenagaku rasanya bertambah banyak."
"Itulah bagus," berkata Sin Cu. "Di dalam peristiwa ini,
kami semua berterima kasih kepadamu."
"Itulah tidak berarti apa-apa," kata Keng Sim
merendah. "Aku tidak mau dipaksa Chian Tiang Cun, aku
juga tidak sudi ditawan dia. Bukankah kau masih ingat
perkataan dulu hari, untuk kau. tak perduli urusan apa,
meskipun menerjang api. suka aku melakukannya. Di
dalam kejadian ini aku melainkan mau menunjuki bahwa
aku ialah seorang sahabat yang dapat diandalkan."
"Aku bersyukur terhadapmu, tetapi aku mengharap
kau tidak hanya menunjuki itu kepadaku satu orang," Sin
Cu bilang. "Di dalam dunia ini banyak sahabat yang
nyalinya besar, mata kita harus dipentang lebar. Asal kau
berbuat baik pada orang, orang tidak nanti melupakan
budimu." Keng Sim berdiam. Ia lantas ingat halnya ia
mengantar bingkisan dengan tidak kurang suatu apa
759 semua itu karena bantuannya Sin Cu beramai, sedang
sekarang, ia baru sajaditolongi Tan Hong, bahkan
kesehatannya, dan tangannya sembuh dan bertambah
tenaga melebihkan peryakinan silat lima tahun. Benar ia
menderita tetapi kesudahannya ia memperoleh kebaikan,
sekarang ia pun mendapatkan persahabatannya Sin Cu.
"Karenaku kau kehilangan pangkatmu, apakah kau
tidak menyesal?" Sin Cu tanya. Ia tertawa dan
mengawasi orang, sedang orang tengah mengangkat
kepala memandang kepadanya.
"Sebenarnya aku tidak menemahai pangkat," berkata
Keng Sim menjelaskan. "Aku cuma ingin memangku
pangkat untuk memenuhkan angan-anganku. Sekarang
aku mengerti bahwa tujuanku itu keliru. Belum lama aku
hidup dalam kalangan kepangkatan tetapi buahnya aku
merasai banyak sekali hingga di luar dugaanku. Kalau
dunia kepangkatan, atau dalam pemerintahan,
keadaannya demikian macam, mana bisa aku
mewujudkan cita-citaku. Ah, memang, hidup kamu di
tempat yang luas dan bebas memang lebih
menyenangkan!"
Senang Sin Cu mendengar pengutaraan itu.
"Berubah sudah pandangannya Keng Sim," katanya di
dalam hati. Lantas ia kata: "Penghidupan kita memang
merdeka, tetapi kau juga, sepulangnya kau ke Inlam,
dengan Bhok Kokkong sebagai pelindung, kau pasti nanti
akan mencapai cita-citamu itu. Ya, jangan lupa kau
tolong menyampaikan salamku kepada enci Yan." Ia
tertawa, ia hening sejenak, lantas ia menambahkan:
"Dengan kau tidak memangku pangkat di kota raja ini,
tentulah enci Yan girang sekali!"
760 "Kau pun menolongi aku menanyakan kesehatannya
Yap Toako," berkata Keng Sim. "Ah, sungguh beruntung
kamu sepasang .suami isteri, yang hidup bercita-cita
sama dan rukun!"
Sin Cu tertawa.
"Juga enci Yan dan kau sama-sama muda-mudi yang
cerdas," ia kata, "kamulah pasangan yang sukar dicari
keduanya! Sebenarnya, di antara suami isteri itu, asal
orang saling mengerti dan menghormati, itulah yang
dinamakan jodoh yang mempuaskan."
Keng Sim lantas mengingat Bhok Yan. Isterinya itu
memang menyintai ia, cuma ia yang tak dapat
melupakan Sin Cu. Maka itu, ia merasa jengah
sendirinya. Pertemuan ini memuaskan Keng Sim. Setelah berpisah
pada sepuluh tahun yang lalu dalam pasukan suka rela
benar mereka pernah bertemu pula beberapa kali tetapi
tidak demikian lama dan merdeka seperti kali ini,
keduanya dapat berbicara secara terbuka. Dengan
pertemuan ini, Keng Sim girang bisa mengetahui jelas
hati Sin Cu, sedang Sin Cu puas bisa mendapatkan
pulang ini sahabat yang seperti sudah hilang...
Demikian mereka memasang omong hingga tanpa
merasa sang fajar tiba, lalu di luar terdengar suaranya
kelenengan kereta, berikut suaranya roda dan tindakan
kuda. Itulah Tan Hong yang kembali bersama Giok
Houw, untuk mengangkut "layonnya" TiatKeng Sim...
"Kamu bangun pagi-pagi!" kata Giok Houw gembira
melihat dua orang itu.
761 "Aku mati dan hidup pula, hari ini aku bakal
menyelundup keluar dari kota raja, hatiku tidak
tenteram," berkata Keng Sim. "Karena itu semalaman
aku tidak dapat tidur. Apakah sekarang aku mesti tidur
pula di dalam peti mati?"
"Jikalau kau tidak mau, tidak apa, aku telah
mengaturnya!" kata Tan Hong tertawa.
Ketika itu ada datang lagi lain orang, ialah Hek Pek
Moko bersama Tie Goan, ketua muda Kaypang.
"Hek Pek Moko mau pergi ke Inlam, kamu boleh
berjalan bersama-sama," Tan Hong bilang. "Tie Pangcu
yang bakal mengantar kamu hingga di luar kota. Tie
Pangcu kenal baik semua penjaga pintu kota. Setelah
keluar, kamu menantikan Bhok Lin di Louwkauw kio."
Senang Sin Cu mendengar kata-kata gurunya, yang
nyata telah mengatur segala apa dengan baik untuk
Keng Sim. Dengan adanya Hek Pek Moko sebagai
pengantar, tidak ada kekuatiran apanya lagi, tidak perduli
umpama kata raja mengirim wisu-wisu-nya yang terlihai.
Untuk Hek Pek Moko, perjalanan ini juga ada
perjalanan sambil lalu. Mereka mau membawa pulang
semua bingkisan ke India, untuk dijual di negerinya.
Mereka mau mengambil jalan dari Inlam menembus ke
Birma. Bhok Lin dan Kiam Hong muncul dari dalam, maka Tan
Hong kata pada pangeian muda itu: "Sekarang angkatlah
peti mati ke atas kereta kuda. Cihu menantikan kamu di
Louwkauw kio."
"Cihu, kenapa kau tidak bersamaku naik kereta?" Bhok
Lin tanya. 762 "Dia tidak kerasan tidur lagi di dalam peti mati," Tan
Hong mewakilkan Keng Sim menjawab. "Pula, walaupun
raja sudah menjadi jeri hatinya, ia toh mesti mengirim
wakilnya mengantar layon hingga di luar kota, maka itu
siapa bisa ketahui jikalau antara pengiring-pengiringnya
ada wisu pilihan yang menyamar yang dapat mendengari
suara napas di dalam peti mati" Benar peti kosong dan
Keng Sim tidak ada di dalamnya, tetapi dengan kau
mempunyai firman raja, siapa berani membuka tutup
peti?" Bhok Lin berdiam, sedang Keng Sim kagum. Nyata
Tan Hong telah mengatur segala sesuatu dengan teliti.
Di luar gedung berada dua buah kereta. Kereta yang
satu lantas dipakai Keng Sim bersama Hek Pek Moko
serta Tie Goan. Kereta yang lain akan dipakai Bhok Lin
diiringi busu yang ia bawa dari Inlam. Keng Sim sudah
lantas naik atas keretanya, ia memberi selamat tinggal
pada semua orang. Ia terharu hingga air matanya
berlinang. "Sampai kamu keluar pintu kota, Yang Cong Hay
masih belum mendusin dari tidurnya," kata Giok Houw,
yang ingat kepada bekas congkoan dari Taylwee itu.
Lantas dia tertawa. Sebab kejadian kemarin itu dia
menganggapnya lucu.
"Nah, mari kita pun berangkat!" kata Tan Hong
kemudian. "Suhu mau menuju ke mana?" Giok Houw tanya
gurunya. "Sudah delapan tahun aku belum pernah pergi ke
Kanglam, aku ingin pesiar kesana," menyahut sang guru.
763 "Entah bagaimana keadaannya Tayouw Sanchung,"
berkata Sin Cu. "Suhu. baik aku turut kau pesiar ke
Souwcioc dan Hangciu, habis itu aku minta sukalah kau
pergi ke pulau kecil kita untuk berdiam di sana beberapa
hari." "Aku sendiri mau pergi kepada Kimto Cecu?" berkata
Giok Houw. "Aku mesti memberi laporan. Kau. enci Leng,
bagaimana dengan kau?"
In Hong mengawasi Sin Cu. mau ia menjawab tetapi
bersangsi. "Enci Leng, pergilah kau pulang ke Thiansan," kata Sin
Cu tertawa. "Urusan merampas bingkisan sudah selesai,
jikalau kau tidak pulang, pasti Hok Toako bakal
mengatakan dan menyesali kami sudah menahan kau!"
"Kamu tidak menghendaki aku, baiklah, aku pulang ke
Thiansan." kata In Hong.
"Aku akan berangkat bersama kau!" kata Kiam Hong.
In Hong tertawa.
"Enci Sin Cu tidak menghendaki aku, aku juga tidak
menginginkan kau!" katanya.
Kata-kata itu mengandung dua maksud, maka itu
Kiam Hong mendongkol dan mengangkat tangannya
mengancam untuk memukul, tetapi Sin Cu sembari
tertawa menarik tangan orang seraya berkata: "Siauw
Houw Cu mau pergi kepada Kimto Cecu kamu berdua
turutlah dia. nanti sampai di luar kota Ganbunkwan baru
kamu berpisahan. Di sana kau. Nona Liong, kau boleh
mengambil keputusan kau ingin mengikut siapa."
764 Demikian pembicaraan mereka selesai, mereka
berangkat dengan berpisahan. dalam rombongan
masing-masing. Cuma Sin Cu dan In Hong, yang merasa
sangat berat, dari itu banyak mereka saling memesan.
Perjalanan Leng In Hong bertiga Thio Giok Houw dan
Liong Kiam Hong menyenangi mereka. Mereka tidak
menemukan sesuatu. Hanya selang belasan hari, tiba
sudah mereka di luar kota Ganbunkwan, tiba di
Cengliong Kiap, selat di mana baru ini mereka menempur
tentera negeri. Tentaranya Ciu San Bin pun berada di
atas gunung Cengliong San.
Selama perjalanan ini. In Hong telah mengambil
ketetapannya untuk menciptakan sendiri sebuah partai
persilatan. Dengan meyakinkan bersama suaminya, Hok
Thian Touw, ia telah memperoleh kemajuan, lalu dengan
dapat petunjuknya Thio Tan Hong, selain kemajuan,
pikirannya pun makin terbuka. Maka itu. selama di
tengah perjalanan ini, banyak ia omong sama Giok Houw
tentang ilmu pedang, dan di mana yang ia kurang jelas,
ia tanya pemuda she Thio itu.
Ketika mereka mulai memasuki lembah Cengliong
Kiap, In Hong lantas ingat peristiwa ia bersama suaminya
mengepung Kiauw Pak Beng. Di sana mereka bentrok
pendapat tetapi di akhirnya Thian Touw mengalah dan
suka membantu sungguh-sungguh padanya melawan Pak
Beng, hanyalah di luar sangkaannya, habis itu. mereka
suami isteri jadi semakin renggang.
"Thian Touw terlalu kegilaan ilmu pedang," In Hong
berpikir. "Sekarang aku memperoleh sedikit kemajuan,
aku harap ini dapat dipakai untuk menambal keretakan
765 kami. Meski begitu, kalau aku mesti terlalu merendah,
tidak, tidak dapat."
Karena ini. ia terus bersangsi.
In Hong ingin lantas berpisahan tetapi Giok Houw
mengundang ia mendaki gunung, untuk mampir
beberapa hari. Kata Siauw Houw Cu: "Bibi Ciu sangat
kangen terhadapmu. Ketika itu hari kau pergi tanpa
pamitan, dia menyesalkan aku!"
In Hong kena dibujuk. Ia memang menghargai
Nyonya Ciu San Bin.
Kiam Hong tidak ingin berpisahan dari Giok Houw, ia
juga tidak tidak mau berpisah dari In Hong. In Hong bisa
menduga hati orang, maka waktu ia diajak mendaki
gunung bersama, ia menerima baik ajakan itu.
Tauwbak yang bertugas menjaga hari itu melihat
datangnya rombongan Giok Houw. dia lantas lari ke
dalam, untuk memberi laporan kepada cecu. ialah
ketuanya. Giok Houw merasa aneh kapan ia telah melihat
romannya tauwbak itu dan yang lain. Biasanya, kalau ia
datang, ia lantas dirumung. untuk ditanyakan ini dan itu,
mereka biasanya tertawa menyambutnya.
tetapi kali ini mereka berdiam, meskipun ada yang
bersenyum tetapi nampaknya seperti dipaksakan.
Teranglah orang berduka, seperti juga ada terjadi
sesuatu yang hebat.
Tengah anak muda ini heran dan bercuriga, hingga ia
menduga-duga, San Bin muncul menyambut mereka.
766 Juga cecu itu kelihatannya berduka seperti sekalian
tauwbak. Giok Houw beramai diundang berduduk di Cigi thia.
ruang berkumpul. Ia lantas menutur perihal
perjalanannya ke kota raja dan bertemu sama kaisar. Ia
bicara dengan gembira sekali. Beberapa kali San Bin
memuji dan bertepuk tangan, tetapi roman kedukaannya
tetap tidak lenyap.
"Setelah kami berangkat dari sini, apakah ada terjadi
sesuatu?" akhirnya Giok Houw menanya. Tidak dapat ia
menahan sabar lebih lama pula.
San Bin memerintahkan seorang tauwbak membawa
datang sebuah kotak dalam mana ada termuat sehelai
kartu nama, sembari menunjuk kartu itu, ia berkata:
"Thio Hiantit, gurumu luas pengetahuannya, apakah kau
pernah mendengar ia membicarakan tentang ini dua


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang?" Giok Houw tidak lantas menyahuti, ia hanya membaca
dua nama di atas kartu itu. suaranya seperti mendumal:
"Couw Thian Yauw-Cio Keng Ham. Belum pernah aku
mendengar suhu menyebut-nyebut dua orang ini.
Apakah artinya ini?" ia terus menanya.
"Pada enam hari yang baru lalu," menyahut Ciu San
Bin. "pagi-pagi bibimu bangun dan pergi ke ruang ini,
lantas di atas meja bundar ia mendapatkan ini kotak
berikut kartu namanya. Di samping itu pun ada sepucuk
surat yang singkatnya berbunyi bahwa mereka telah
mendapat tahu aku bersama Yap Seng Lim telah
mengirim Lioklim Cian mengundang orang-orang gagah
untuk bersama merampas bingkisan pelbagai propinsi,
maka itu mereka minta supaya dibagi separuh dari
767 semua bingkisan yang telah kita rampas itu. Katanya
pula apabila semua barang itu sudah dijual, mereka
minta separuhnya dalam emas..."
Giok Houw heran sekali.
"Begitu?" katanya. "Kita yang bersusah payah
merampasnya, mereka yang duduk enak-enakan hendak
mendapat bagiannya!"
"Inilah rada aneh." In Hong turut bicara. "Mereka tahu
perampasan dilakukan umum, pada itu ada ambil bagian
sekalian orang gagah, tetapi toh mereka masih bernyali
demikian besar berani meminta bagian, apakah yang
mereka buat andalan" Mungkinkah mereka itu terlebih
lihai daripada si siluman tua she Kiauw itu?"
"Memang rada aneh." San Bin bilang. "Maka juga
begitu mendapatkan kartu dan suratnya, bibimu menjadi
heran dan segera dia memanggil aku dan Ci Hiap."
"Apakah sekarang bibi dan koko Ci Hiap ada di sini?"
Giok Houw memotong. Dengan Ci Hiap, ia ada seperti
tangan dan kaki, sangat erat persahabatannya, maka
kalau Ci Hiap ada di rumah, tidak harusnya dia tidak
lekas keluar menemui. San Bin pun tidak menyebutkan
tentang isteri dan anaknya itu, hanya dia menyebut
isterinya dalam hubungan dengan itu kartu nama dan
surat yang datangnya di luar tahu siapa juga.
Atas pertanyaan itu, Ciu Cecu menyeringai.
"Bibi dan saudaramu itu?" katanya. "Mereka ada di
dalam, lagi sakit, besok baru mereka sembuh... Umpama
kata kau datang kemarin, aku juga tentu masih rebah di
pembaringan..."
768 Giok Houw semua heran. Suami isteri itu serta
anaknya sakit berbareng! Tidakkah itu heran" Pula,
tidakkah lebih heran, kesembuhan mereka dapat
diketahui harinya" Tapi sekarang ia mengerti kenapa
romannya San Bin kucai, kiranya dia baru sembuh dari
sakitnya dan berduka karena sakitnya isteri dan
puteranya. "Siokhu dapat sakit apa?" anak muda ini tanya itu
ketua, yang ia panggil siokhu, atau paman.
San Bin menggeleng kepala.
"Aku tidak tahu," sahutnya. "Di sini pun ada beberapa
sahabat Rimba Persilatan, yang mengerti ilmu
ketabiban, mereka juga tidak tahu. Apa yang diketahui
ialah sakit kita disebabkan perbuatannya dua orang yang
namanya tertera di sini."
Benar-benar Giok Houw tidak mengerti.
"Mungkinkah mereka nelusup ke dalam sini dan
menaruh racun secara diam-diam?" ia tanya. "Ah, itulah
tidak pantasnya terjadi!"
"Itulahjusteru anehnya!" San Bin bilang. "Kami semua
tidak dapat menerka bagaimana mereka itu bekerjanya.
Surat itu, selain berbunyi meminta separuh dari semua
bingkisan, juga ada ditambahkan ini kata-kata: 'Jikalau
permintaan kami ini tidak diterima baik, kami akan
membikin kamu seluruh gunung menjadi terlukadan
musnah. Sekarang ini kami mencoba dulu golok kami
peranti menyembelih kerbau, yaitu Ciu Cecu suami dan
isteri serta anak akan mendapat sakit serintasan --- Ciu
Cecu bakal jatuh sakit lima hari, dan isteri dan anaknya
selama tujuh hari. Nanti, setelah kamu sudah sembuh,
769 baru kami datang pula mengunjungi kamu'. Coba pikir,
apakah itu tidak aneh" Benar-benar kami jatuh sakit!
Obat apa juga kami makan, tidak ada hasilnya. Sampai
pada kemarin, tepat lima hari yang disebutkan, sakitku
sembuh dengan tiba-tiba tanpa kami mengetahui
bagaimana terjadinya. Aneh atau tidak, orang terpaksa
mesti mempercayainya!"
"Mungkinkah keanehan terjadi pada kertasnya surat
itu?" kemudian ia tanya.
"Aku pun pernah mencurigai itu. Surat aku kasihkan
diperiksa beberapa sahabat yang mengerti ilmu obatobatan
dan racun, tetapi mereka itu tidak mendapatkan
apa-apa." "Apakah mereka itu sendiri tidak mendapat sakit?"
"Tidak."
Giok Houw menjadi bertambah heran. Ia menduga
surat ada racunnya, nyata dugaan itu meleset. Taruh
kata benar surat beracun, kenapa yang sakit cuma San
Bin bertiga" Juga. kenapa sakitnya mereka bertiga
ditentukan hari kesembuhannya dan ketentuan itu tepat"
Ia menjadi bingung.
"Biar bagaimana, mereka itu berdua mestinya ahli
racun," kata In Hong kemudian. "Maka tak dapat tidak,
kita mesti berjaga-jaga. Aku masih mempunyai beberapa
butir Pekleng Tan. baiklah kita makan itu di waktu kita
bertemu dengan mereka. Bersiaga tidak ada ruginya."
Pikiran itu mendapat kesetujuan. Meski begitu, tetap
orang tidak mengerti, maka itu. mereka tidak
bergembira. Syukur sang besok datangnya lekas. Itulah
hari yang ditetapkan. Benar saja, Cio Ciu Hong dan Ciu C
770 ie Hiap sembuh dari sakitnya masing-masing, sembuh
tanpa terasa, bahkan tepat setengah jam sebelumnya
tengah hari. Semua orang menjadi berlega hati berbareng berkuatir
juga. Sebab ketua mereka bertiga sembuh, tetapi segera
mereka mesti menantikan "kunjungan" dari dua orang
yang meminta bagian bingkisan itu! Terpaksa mereka
berjaga-jaga. malah penjagaan diperkeras, pos-pos
penjaga dibikin lebih rapat, menjadi setiap lima dan
sepuluh tindak. Inilah supaya, kalau kedua tetamu
datang, laporan bisa di kirim cepat.
Kira tengah hari, San Bin bersama anaknya, In Hong,
Giok Houw dan Kiam Hong, duduk berkumpul di Cigi thia,
untuk menantikan tetamu mereka yang tidak diundang
itu. Sampai sekian lama. mereka menanti dengan sia-sia,
tidak laporan datang dari luar.
"Mungkinkah mereka berdua menggertak saja?" tanya
Giok Houw kemudian. "Mungkinkah mereka tidak berani
datang?" "Jikalau hanya gertakan, sebenarnya tidak perlu
mereka bersusah payah mengancam kita dengan
penyakit!" kata San Bin. "Pula tidak mungkin mereka
cuma bergurau. Tempo yang dijanjikan ini juga tempo
yang mereka tetapkan sendiri..."
Benar baru San Bin mengucap begitu, dari luar
terdengar letusan pertanda. Sedang Hucecu Lauw Wan
Tat, si ketua muda. baru saja tertawa dan hendak
mengatakan sesuatu. Menyusul letusan itu. dari luar
ruang segera terdengar suaranya dua orang: "Dua orang
muda dari Rimba Persilatan. Couw Thian Yauw dan Cio
771 Keng Ham, menepati janji datang menghadap kepada
Kimto Cecu!"
Semua orang terkejut hingga mereka saling
memandang. Tidakkah penjagaan telah diperkuat"
Kenapa orang masih dapat masuk, bahkan lantas berada
di luar Cigi thia"
Biar bagaimana, San Bin menenangkan hatinya. Ia
lantas berbangkit untuk menyambut. Dengan suara
nyaring, ia berkata: "Tuan-tuan benar-benar dapat
dipercaya! Silakan masuk, di sini aku si orang she Ciu
yang tengah menantikan!"
Menyusul suaranya ketua ini, dua orang terlihat
bertindak masuk. Nyata dandanan dan roman mereka
lain dari yang lain. Orang yang memperkenalkan diri
sebagai Couw Thian Yauw, tubuhnya besar dan kekar,
romannya kasar dan keren, akan tetapi kepala dan
tubuhnya ditutup sama kopia dan pakaian kaum pelajar,
hingga dia menjadi beroman luar biasa. Sedang orang
yang menyebut diri Cio Keng Ham, yang paling nyata
padanya ialah kedua kupingnya memakai anting-anting
kuningan, sementara kepalanya lanang. tidak ada
rambutnya sehelai jua. Nyata sekali dia nampak sebagai
orang Biauw, tetapi dia toh memakai nama orang Han,
bahkan pakaiannya juga pakaian bangsa Han.
Orang semua heran. Tidak ada yang bisa membade.
mereka berdua orang dari golongan apa. Keberanian
merekajuga harus dikagumkan.
Couw Thian Yauw merangkap kedua tangannya
memberi hormat.
772 "Ciu Cecu, kesehatanmu tentulah telah pulih!" berkata
dia. "Kami berdua saudara telah berlaku lancang, kami
minta sukalah dimaafkan."
San Bin tahu orang pandai menggunakan racun, ia
tidak mau mendekati mereka itu.
"Tuan-tuan pandai sekali, aku sangat kagum." ia
berkata membalas hormat. "Silakan duduk!"
"Maksud kedatangan kami berdua telah ditulis jelas
sekali di dalam surat kami, dari itu tidak usah kami
menjelaskannya pula," berkata Thian Yauw. "Sekarang
kami minta sukalah cecu memisahkan separuh dari
semua bingkisan, supaya dengan begitu kami dapat
lantas berangkat pergi. Kami tidak ingin cecu bercape
hati melayani kepada kami."
"Syukur tuan-tuan telah datang kemari, aku si orang
she Ciu justeru hendak memohon pengajaran," San Bin
berkata. Ia tidak menyebut tentang bingkisan. "Kalau
tuan-tuan lantas pergi pula, itu tandanya kami tidak
mengenal persahabatan."
"Dengan memandang kepada bingkisan, baiklah, kami
bersedia berduduk dan memasang omong sebentar,"
sahut kata Thian Yauw.
"Entahlah, cecu hendak bicara dari hal apa" Kami
biasa mendengar cecu berhati sangat mulia dan gemar
mengamal, mustahillah cecu berkeberatan untuk itu
sedikit bingkisan" Bukankah kita sama-sama orang
Rimba Hijau?"
San Bin mengasi lihat roman sungguh-sungguh.
773 "Tuan-tuan datang dari tempat jauh, silakan duduk
dulu," ia berkata. "Dengan begitu leluasalah kita
berbicara. Silakan minum tehnya!"
Menyusuli kata-katanya tuan rumah ini, Thio Giok
Houw datang dengan sebuah penampan kuningan. Ia
menghampirkan kedua tetamunya. Ia menelad contoh
gurunya baru-baru ini, menyamar menjadi kacung
pengikut, hanya di sini dia menjadi seorang tauwbak
kecil. Dengan begini ia hendak menguji kedua tetamunya
itu. Penampannya itu bagaikan diputar diangsurkan ke
muka orang. Celakalah siapa tidak dapat menyambuti itu,
jikalau dia tidak terbinasa, sedikitnya dia akan terluka
parah. Couw Thian Yauw bangun sepasang alisnya. Ia
mengajukan kedua tangannya, untuk menyambuti.
Segera juga penampan itu berhenti berputar.
"Terima kasihi" ia kata. Ia menjemput cangkir teh,
untuk segera meminum kering airnya.
Thio Giok Houw telah meyakinkan ilniu Hiankong
Yauwkoat di bawah pimpinan Thio Tan Hong, dengan
menggunakan tenaga dalam, ia membuatnya penampan
berputar. Ia telah mahir menggunakannya, maka kalau
bukan orang kelas satu, sulit untuk dia menghindarkan
diri dari penampan itu. Ia tidak menyangka, Thian Yauw
lihai sekali. Dengan gampang dia ini menekan, lantas
punahlah serangan diam-diam dari Giok Houw itu. Maka
kagetlah anak muda ini, tidak perduli dia lihai dan
nyalinya besar.
Tiba gilirannya Cio Keng Ham, dia ini lain lagi
penyambutannya. Dia tidak menekan nenampan, dia
tidak menyambuti, hanya dia mengibas tangan bajunya,
774 atas mana ujung tangan baju dan penampan beradu,
terdengar suara "bret!" perlahan, lalu ujung baju itu
robek sedikit. Meski demikian, penampan toh berhenti
berputar. Dengan begini Giok Houw jadi mendapat tahu. dalam
tenaga dalam, Couw Thian Yauw menang banyak
daripada Cio Keng Ham, bahwa ilmu silat mereka itu
berdua berbeda. Pula sekarang terlihat semakin tegas
romannya Keng Ham melibat cangkir teh, tulen dan
Thian Yauw seperti orang Shoatang. Maka adalah luar
biasa, dua orang masing-masing dari suku yang
berlainan, satu dari Utara, yang lain dari Selatan, dapat
berada dan bekerja sama.
Dengan tangan bajunya itu, Keng Ham melibat cangkir
teh, untuk diangkat, untuk dia menghirup kering air
tehnya Pada mukanya sama sekali tidak kentara sesuatu
perasaan. Ketika ia mengembalikan cangkir, ia mengibas
pula. Sementara itu Giok Houw telah melirik kepada dua
orang dari pihaknya, dua orang ahli obat-obatan yang


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

termasuk locianpwee. tingkat tertua, ialah Kok Tiok Kin
asal propinsi Hoolam, dan Louw To In asal propinsi
Siamsay. Yang belakangan ini pun pandai dalam ilmu
racun. Ia mendapatkan air muka mereka itu berubah,
tandanya mereka terkejut dan berkuatir, mereka itu pada
melirik Keng Ham. Ia menjadi heran. Pikirnya: "Apakah
yang luar biasa dalam kepandaiannya Keng Ham
mengibas nenampan dan melibat cangkir teh hingga
mereka begini memperhatikannya?" Ia memandang dari
sudut ilmu silat. Menurut ia, ilmu mengibas Keng Ham itu
masih kalah kalau dibandingkan dengan Tiatsiu Sinkang,
ilmu Tangan Baju Besi, dari Liong Kiam Hong.
775 Habis menyambuti cawan. Giok Houw mau
mengundurkan diri, justeru itu Couw Thian Yauw tertawa
terbahak-bahak seraya terus berkata: "Ciu Cecu,
sungguh kau terlalu memandang rendah kepada Thio
Siauwhiap, yang kau telah memberi pekerjaan sebagai
tukang menyuguhkan teh! Sikapmu ini membikin malu
saja pada aku si orang she Couw." Sembari berkata
begitu, ia memberi hormat kepada Giok Houw dengan
setengah kehormatan, tandanya ia membalas hormat.
Giok Houw telah bersiap sedia, segera ia merasakan
dorongan angin ke arah mukanya, lantas ia
mempertahankan diri, tetapi tidak urung, ia mundur dua
tindak. Ia menjadi kaget di dalam hati, bukan melulu
lihainya tetamu ini, juga buat halnya dia mengenali
padanya. Katanya di dalam hatinya: "Kenapa dia kenal
aku?" "Apakah gurumu baik-baik saja?" Couw Thian Yauw
meneruskan menanya si pemuda.
Dalam keadaan begitu, tidak dapat Giok Houw
menyangkal, maka ia berdiri dengan hormat, dengan
menurunkan kedua tangannya.
"Terima kasih, guruku baik!" ia menjawab. "Bolehtah
aku mendapat ketahui ada hubungan apa di antara tuan
dengan guruku" Harap dimaafkan atas perbuatanku
barusan." Couw Thian Yauw tertawa. "Hubunganku
dengan Thio Tan Hong?" katanya, balik bertanya. "Haha!
Kalau nanti kau pulang, kau tanyakan saja gurumu, nanti
kau mendapat ketahui sendiri! Hebat Thio Tan Hong, dia
telah mendidik seorang murid yang jempolan! --- Thio
Siauwhiap, terima kasih banyak untuk tehmu ini!"
776 Kembali Thian Yauw memanggil orang siauwhiap, atau
jago muda. Itulah imbangan panggilan atas Thio Tan Hong, yang
disebut tayhiap, jago tua atau "pendekar besar."
Mukanya Giok Houw menjadi merah. Kata-kata itu
bernada mengejek. Tapi segera ia berpikir pula, katanya
di dalam hatinya: "Jikalau dia benar sahabatnya guruku,
tidak nanti dia bersikap begini..."
Sejenak itu, Giok Houw ingat suatu apa --- ingat
halnya satu orang, yang gurunya pernah menyebutnya.
Di propinsi Shoatang ada hidup seorang tabib yang aneh,
namanya Couw Thay Ce, tetapi dia batal menjadi tabib,
dia mengubah pelajarannya itu dengan pelajaran silat.
Dia pun aneh tabiatnya, meski dia bertubuh kekar dan
romannya kasar, cara dandannya ialah cara kaum
terpelajar. Sebagai senjatanya ialah sebuah kipas yang
panjang, yang diperantikan menotok jalan darah. Ketika
dulu hari itu Tan Hong bersama puteri Iran datang ke
kota raja, ia pernah bertemu Couw Tay Ce di dalam
istana, bersama isterinya, dengan menggunakan ilmu
pedangnya bersatu padu, Tan Hong telah mengalahkan
Tay Ce dalam tiga jurus dan telah melukakan orang
sampai tujuh lubang.
"Bukankah Couw Thian Yauw ini ialah Couw Tay Ce
dulu hari itu?" pikir si anak muda cepat. "Dulu hari itu dia
dapat melayani suhu dan subo tiga jurus, dia sudah luar
biasa, maka sekarang ini dia tentulah telah peroleh
kemajuan... Siapakah orang di pihakku yang dapat
melayani dia?"
Maka itu, sendirinya ia menjadi berkuatir.
777 Ciu San Bin lantas datang sama tengah.
"Oh. kiranya Tuan Couw kenal Thio Tayhiap!"
demikian katanya. "Dengan begitu maka sekarang kita
jadi dapat berbicara dengan terlebih leluasa lagi. Tuan
Couw, apakah tuan ketahui bahwa dalam usaha kami
merampas pelbagai bingkisan itu kami telah memperoleh
bantuannya Thio Tayhiap itu?"
"Justeru karena kami memandang kepada mukanya
Thio Tayhiap maka juga kami cuma meminta bagian
separuh saja!" berkata Thian Yauw, menyahuti.
"Aku menumpang bertanya," berkata pula San Bin,
"kedua tuan ini di gunung apa tuan-tuan mengambil
kedudukan dan atas alasan apakah maka tuan-tuan
meminta separuh bagian?"
Tetamu itu tertawa pula.
"Telah lama aku mendengar bahwa Ciu Cecu ialah
orang gagah dari jaman ini," ia berkata, "maka itu
kenapa sekarang agaknya cecu membawa-bawa mata
yang memandang pengaruh" Apakah mungkin, lantaran
kami tidak mempunyai gunung atau benteng, karena
kami bukannya suatu pangcu atau ketua partai, lantas
cecu hendak memandang kecil terhadap kami?"
Kata-kata ini mempunyai artinya sendiri. Dengan itu
mau dimaksudkan, Thian Yauw dan Keng Ham ini ialah
bangsa begal tunggal, yang bekerja tanpa modal sendiri,
tanpa tempat kediaman yang tertentu juga. Bahwa
mereka berani sekali sudah mengajukan permintaan
kepada suatu perbentengan besar menandakan mereka
menggunakan aturan Jalan Hitam yang tak biasanya.
778 "Maaf, maaf," kata San Bin dengan suara merendah,
"aku si orang she Ciu cuma mau minta keterangan tuantuan
mempunyai keperluan yang sangat bagaimana
maka tuan-tuan sampai perlu meminta separuh bagian?"
Kembali Thian Yauw tertawa.
"Inilah aneh!" katanya. "Semenjak dulu hingga
sekarang belum pernah aku mendengar bahwa penjahat
memerlukan uang dulu baru dia melakukan
perampasannya. Bagi kami ialah: Kamu merampas dari
tangannya pelbagai busu yang melindungi bingkisan,
karena kamu dapat berbuat demikian, maka itu dapat
juga kami pun merampasnya pula dari tangan kamu,
hanya kami meminta cuma separuh dan kami
memintanya juga lebih dulu menggunakan aturan, baru
kemudian dengan kekerasan. Tidakkah perbuatan kami
ini sangat tepat dan telah memberikan muka kepada
kamu" Apakah cecu masih hendak menggunakan aturan
lainnya lagi?"
Begitu rupa Thian Yauw mendesak, ia membuatnya
orang mendongkol dan gusar.
San Bin masih dapat menguasai dirinya.
"Tuan Couw, masih ada apa-apa yang kau belum
ketahui," ia berkata, sabar. "Kami merampas bingkisan
itu bukan untuk diri kami sendiri. Di samping kami masih
ada Tocu Yap Seng Lim di Selatan. Seperti kami, Yap
Tocu juga mempunyai banyak saudara-saudaranya. Kami
di sini bertugas menjaga penyerbuannya bangsa Tatar
dan Yap Toc oe di Selatan itu bertugas menangkis
gangguan kawanan perampok kate. Kami kedua pihak
berjumlah besar, untuk hidup kami, tidak membegal atau
merampok, kami hidup atas ichtiar kami yang sah.
779 Sekarang ada itu pelbagai bingkisan. Itulah lain sifatnya.
Maka kami bertindak, kami mengambilnya, untuk
kepentingan rangsum kami. Di dalam usaha kami ini,
kami memperoleh bantuan semua orang gagah dari
pelbagai kalangan dan pihak. Mereka itu telah membantu
kami tetapi tidak ada satu saja di antaranya yang
menagih bagian."
Couw Thian Yauw juga berlaku tenang. Katanya
dengan adem: "Kami tidak mengambil mumat segala
urusan besar dari negara itu. kami cuma tahu bahwa
kami menjadi begal dan sebagai begal kami mesti
membegal. Kami ketahui kamu telah memperoleh harta
karun yang besar sekali, dari itu kami menghendakinya!
Jikalau kamu tidak membagi separuhnya kepada kami,
maka janganlah kamu mengharap bahwa kami mau
sudah saja!"
Dia bersikap adem akan tetapi kata-katanya itu keras.
"Tuan-tuan, ingin aku memberitahu kepada kamu!"
berkata San Bin, sekarang suaranya pun keras. "Di dalam
urusan ini, aku tidak dapat berkuasa seorang diri! Semua
bingkisan telah dirampas bukan olehku seorang hanya
dengan bantuannya semua orang gagah, inilah kau harus
mengerti. Aku pula hendak memohon tuan-tuan
memandang kepada rakyat yang bersengsara itu, jadi
janganlah tuan-tuan cuma ingat kepentingan diri sendiri!"
Couw Thian Yauw melirik tuan rumahnya, ia tertawa
dingin. Ia tidak menjawab tuan rumah, hanya lantas
berkata kepada kawannya: "Cio Toako, pembicaraanku
dengan Ciu Cecu ini tidak mendapatkan kecocokan! Kau
dengar sendiri, dia menyebut-nyebut entah Thio Tayhiap
apa, dia membawa-bawa segala orang gagah di kolong
780 langit ini! Di sini tidak ada soal muka lagi! Bagaimana kau
pikir, toako. apakah kita dapat menerima baik?"
Selagi orang berbicara, sikapnya Keng Ham tenang
seperti biasanya. Dengan tidak mengasi kentara sesuatu
pada romannya, dia menjawab singkat: "Tidak!"
Thian Yauw lantas tertawa.
"Ciu Cecu. kau tidak dapat berkuasa sendiri, begitu
juga aku!" dia berkata. "Kau dengar, Cio Toako aku ini
tidak dapat menerima baik pertimbanganmu itu!"
Sampai di situ. habis sudah kesabarannya San Bin.
"Sahabat-sahabat, oleh karena kamu tidak dapat
menimbang, kami pun tidak mau meminta apa-apa lagi
dari kamu!" ia berkata, keras. "Bingkisan ini bukan
bingkisanku sendiri, jikalau kamu mau minta aku sendiri
yang mengangsurkan dengan kedua tanganku, sungguh
tak dapat! Jikalau tuan-tuan mempunyai kepandaian,
nah, pergilah ambil sendiri!"
Couw Thian Yauw tidak gusar, sebaliknya, dia tertawa
lebar. "Bagus ini baru omong terus terang!" dia kata. "Jikalau
tahu bakal jadi begini, omong banyak-banyak itu hanya
obrolan belaka! Baiklah, sekarang aku si orang she Couw
yang bodoh, aku mohon pengajaran dari kau, Ciu Cecu!"
Belum lagi San Bin memberikan jawabannya. Leng In
Hong sudah berbangkit untuk terus berkata: "Mengenai
bingkisan ini, aku telah memberikan banyak tenagaku,
maka itu jikalau kau menghendakinya. Tuan Couw,
silakan kau memintanya kepada pedangku ini!" Dan ia
menunjuki pedangnya.
781 Giok Houw telah melihat gelagat, tahulah ia. untuk
menghadapi Couw Thian Yauw. di pihaknya cuma ada In
Hong satu orang, oleh karena itu diam-diam ia
memberikan isyarat kepada Nyonya Hok Thian Touw.
dengan cerdik ia telah memberitahukan nyonya itu
tentang siapa adanya tetamu she Couw ini. dari itu, In
Hong lantas bertanggung jawab.
Couw Thian Yauw berpaling kepada Nona Leng, ia
mengawasi dengan tertawanya yang aneh, lantas dia
berkata: "Oh, kiranya Leng Lihiap dari Thiansan! Kau
berdua dengan suamimu, ialah kamu berdua biasanya
sangat saling menyinta, maka itu kenapa sekarang kau
berada sendirian di sini?"
Mendengar itu, Giok Houw terkejut. Ia tidak
menyangka sekali, orang pun mengenali In Hong seperti
orang mengenali ianya. Di lain pihak -- ia menyesal -- ia
tidak ketahui jelas tentang kedua tetamu itu. lebih-lebih
tidak tentang Cio Keng Ham si orang Biauw yang aneh
kelakuannya itu.
In Hong menjadi tidak senang, sepasang alisnya
bangun berdiri.
"Tidak perlu kau omong yang tidak keruan!" ia
menegur. Thian Yauw tidak gusar, kembali dia tertawa.
"Kau benar!" katanya, "benar! Memang sebegitu jauh
aku ketahui. Hok Thian Touw ialah orang yang biasa tak
suka mengambil tahu segala urusan sampingan! Cuma
aku tidak mengerti kau, kenapa di sini kau menjadi usilan
mau campur urusan lain orang?"
782 "Ngaco!" bentak In Hong gusar, dengan pedangnya
dia menuding. "Tidak sempat aku mendengari
ocehanmu! Lekas hunus senjatamu!"
Masih saja Thian Yauw tertawa -tertawa dingin.
"Apakah kau kira aku cuma ngoceh saja?" katanya. "Di
belakang hari kau nanti mendapat tahu bahwa sekarang
ini aku bermaksud baik terhadapmu! Jikalau kau tetap
usilan, kau bakal tidak dapat mengurus lagi suamimu!
Memang kata-kata jujur tidak sedap untuk telinga, dari
itu, jikalau kau tetap tidak mempercayainya, terserah
padamu!" In Hong gusar hingga mukanya menjadi merah
padam, tanpa mengucap sepatah kata lagi, ia
menggeraki pedangnya menikam orang di depannya itu.
Ia menggunakan jurus "Pengcoan kaytong" atau "Sungai
es lumer," maka itu, sebelum pedang meluncur lempang,
lebih dulu sedikit diputar, menanti sampai lawan
mengeluarkan senjatanya, ialah kipas besinya.
"Bagus!" para hadirin berseru karena kagumnya
melihat lincahnya gerakan pedang itu.
"Bagus!" Thian Yauw pun memuji. "Benar-benar ilmu


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedang Thiansan tidak sembarang!" Sambil berkata itu,
dengan kipasnya ia menangkis. Tidak perdu1i serangan
itu sangat berbahaya, dia dapat membebaskan diri. Dia
tidak nampak gugup, hingga orang pun mengaguminya.
Serangan dan tangkisannya itu mengakibatkan
sesuatu yang membuat orang heran, kagum dan kaget.
Dengan tangkisannya itu, Couw Thian Yauw
memperlihatkan kelihaiannya. Bukan melainkan orang
luar, In Hong sendiri pun heran. Ketika kedua senjata
783 bentrok, pedang lantas seperti tertempel kipas, tempo In
Hong menarik, tubuhnya seperti terbawa terputar, ia
bagaikan tidak dapat menancap kakinya.
"Kena!" Thian Yauw berseru. Dia merangkap kipasnya,
dia menusuk ke arah jalan darah hunbun hiat dari si
nyonya muda. Kembali orang kaget. Itulah gerakan sangat bagus dan
cepat. In Hong pun terkejut, tetapi dengan pedangnya lolos
dari tempelan, ia pun dapat bergerak dengan cepat dan
lincah. Menyingkir dari totokan itu, ia menjejak lantai,
berlompat mengapungi diri, ketika tubuhnya turun, ia
membarengi menyerang, dari atas kebawah!
Thian Yauw bermata tajam dan sebat gerakannya, ia
telah bisa menduga gerak-gerik si nyonya muda. maka
itu, tanpa ayal, ia berkelit sambil ia menangkis, hingga
serangan nyonya itu gagal dan ia selamat. Ketika si
nyonya menaruh kaki di lantai, dia telah memisahkan
dirinya cukup jauh.
Selelah gebrakan ini, kedua pihak sama-sama
mengetahui lihainya lawan masing-masing, dari itu,
keduanya lantas tidak berani memandang enteng satu
pada lain. Habis itu, mereka hendak mulai bergebrak pula.
Lebih dulu Thian Yauw mengipas dua kali, sembari
tertawa, dia berkata: "Kiranya cuma sebegini saja ilmu
pedang Thiansan Kiamhoat yang diciptakan Keluarga Hok
selama dua turunan! Benarkah cuma sebegini?"
784 Itulah ejekan untuk Hok Thian Touw dan ayahnya.
Dengan itu maka telah dihinakan, suami dan pamannya
In Hong itu. Tentu sekali, panas hatinya nyonya muda
ini. "Baiklah, kau sambut lagi ini ilmu pedang dari
Thiansan!" ia membentak seraya menyerang dengan
pedangnya, pedang Cengkong kiam. Sebab itu ada tipu
pedang "Bidadari melempar torak," maka ujung pedang
meluncur ke dada di mana ada jalan darah soanki hiat.
Serangan In Hong ini berbahaya akan tetapi Thian
Yauw menyambutnya dengan tenang tetapi sebat. Dia
seperti juga telah menduga si nona bakal menyerang
secara demikian terhadapnya. Inilah tidak heran, karena
ejekannya itu pun untuk mengundang kemarahan
lawannya. Dia tidak menangkis, hanya sambil mundur
sedikit, dia membikin dada dan perutnya kempes. Dia
telah menggunakan tipu silat "Menelan dada. menyedot
perut." Dengan begitu, ujung pedang hanya mendekati
dadanya kira-kira dua dim. Adalah setelah itu, atau
hampir berbareng, dia melakukan serangan membalas.
Dia mengipas, niatnya menempel pula pedang lawan
seperti bermula tadi.
In Hong juga seperti telah menduga bahwa orang
hendak menempel pula pedangnya, ia telah berjaga-jaga,
ketika pedangnya itu dikipas, ia segera menarik pulang.
Hanya ia tidak menyangka akan kelicikan orang. Thian
Yauw masih memain dengan siasatnya.
Mendadak Thian Yauw tertawa dingin dan berkata:
"Biarlah kau pun belajar kenal dengan ilmu totokku!"
Kata-kata ini disusul sama serangannya, dengan
totokannyayang saling susul!
785 Hebat serangan ini. karena kipasnya orang she Couw
ini luar biasa. Yaitu tulang-tulang kipas tajam, di waktu
dipakai menyerang dengan kipas dibeber, ujung tulang
itu bekerja seperti pusut atau tempuling, mencari setiap
jalan darah. Jadinya kipas itu, rapat dapat dipakai
menotok, dibeber pun dapat dipakai menotok juga, rapat
hanya satu, dibeber, banyak. Pula tipu menotok itu diberi
nama istimewa, yaitu "Cuisian kongcauw" atau "Dewa
mabok mengacau rumput." Sebenarnya, jalan darah
yang di arah ialah tujuh buah.
In Hong terkejut, terpaksa ia main mundur. Ia berkelit
dan menyabet, untuk melindungi dirinya.
Juga Thian Yauw terkejut. Dia hanya disebabkan
kegagalannya menotok si nyonya. Dia tidak menyangka,
lawan ini demikian waspada dan gesit, hingga
serangannya yang Iiehay itu tidak memberi hasil.
Dengan main mundur itu, In Hong dapat
membebaskan diri. setelah berlompat ke samping, ia pun
mencoba membalas menyerang. Dengan demikian,
mereka jadi bergebrak pula. Tanpa merasa, mereka telah
melewatkan tiga puluh jurus.
Biar bagaimana, Thian Yauw nampaknya lebih unggul
sedikit, lebih sering dia merangsak, menutup pedang si
nyonya muda. hingga In Hong seperti juga, tidak dapat
menggunakan pedangnya dengan merdeka. In Hong
dibikin repot dengan gerak-geriknya menyingkirkan diri
dari tempelan kipas besi yang Iiehay itu.
Di waktu bertempur seru itu, Thian Yauw masih dapat
kesempatan untuk kadang-kadang tertawa mengejek.
Demikian satu kali. habis tertawa, dia merangsak seraya
berseru: "Kena!" Kipasnya, yang tadinya dibuka dan
786 dikipas-kipaskan, mendadak ditutup, dipakai menotok ke
kepala di mana ada jalan darah pekhwe hiat.
Thio Giok Houw pun terperanjat menyaksikan gerakan
bagaikan kilat dari orang she Couu yang Iiehay itu, ia
berkuatir sekali In Hong nanti kalah hati dan gagal
menjaga dirinya.
Selagi terancam bahaya itu, mendadak In Hong juga
berseru: "Kena!" Luar biasa lincahnya ia berkelit, sangat
sulit untuknya lolos dari bahaya, tetapi begitu ia bebas,
begitu ia menyontek, guna satu penyerangan membalas.
Thian Yauw terkejut. Dia menarik pulang tangannya!
Tidak perduli dia bergerak sangat cepat, ujung tangan
bajunya kena juga dirobek ujung pedang!
Para hadirin terpesona, dari kaget mereka kagum dan
heran. Tentu sekali, hati mereka menjadi lega dan
girang, sebab pahlawan mereka selamat dan menang
sejurus. Thian Yauw sendiri heran tak terhingga. Ia tidak
menyangka lawannya bisa lolos. Sedang ia tahu betul, ia
sudah menutup diri dan serangannya itu Iiehay luar
biasa. Ia tidak bisa mengerti, mengapa orang bebas dan
akhirnya berhasil dengan pembalasannya itu.
Leng In Hong tidak mau mengasi ketika orang
berpikir. Ia menyerang pula. Ia ingin dapat membalas
mendesak. Thian Yauw menangkis.
Nyonya Thian Touw mengasi lihat kelincahannya. Baru
ia menyerang di kiri, atau segera ia menikam pula dari
sebelah kanan. Luar biasa gesitnya, ia bergerak dari kiri
787 ke kanan itu. Ia menginsafi, tanpa kegesitan, sukar ia
menandingi ini musuh lihai. Di kanan itu, iamenikamjalan
darah cengciok hiat.
"Bagus! Bagus!" demikian pujian dari beberapa
hadirin, yang mengerti baik tentang ilmu pedang. Mereka
kagum bukan main untuk lihai si nyonya muda. Hanya
mereka juga tidak mengerti, bagaimana sebenarnya jalan
pikiran nyonya itu maka ia dapat bergerak demikian
indah. Duduknya hal yang sebenarnya ialah sederhana untuk
In Hong. Ia baru menginsafi satu jurus, yang ia gabung
menjadi satu-dari Thiansan Kiamhoat dan Hian Ki
Kiamhoat, dan baru sekarang ia pergunakan itu.
Nyatanya, percobaannya ini memberi hasil yang
memuaskan. Sayangnya Thian Yauw terlalu gesit, hingga
cuma ujung bajunya yang menjadi kurban.
Selagi In Hong girang atas hasil jerih payahnya itu,
Thian Yauw terkejut untuk lihainya si nyonya muda, yang
sekian lama ia pandang enteng, sebab ia percaya, meski
nyonya itu tangguh, ia toh akan dapat mengalahkannya
Sekarang ia memikir lain, sekarang maulah ia waspada.
Bertempur selanjutnya, mereka menjadi berada dalam
kedudukan berimbang. Sampai lagi tiga puluh jurus,
kekuatan mereka tidak berbeda. Thian Yauw lihai tenaga
dalamnya, yang latihannya cukup, In Hong menang
unggul ringan tubuhnya, yang sekarang dibantu luar
biasanya ilmu pedangnya itu.
Pertempuran yang meminta tempo lama ini, yang
berlarut-larut, hebat untuk In Hong. Ia sudah lantas
bermandikan peluh. Tetapi Thian Yauw juga demikian.
Orang she Couw itu mengorong napasnya.
788 Nyonya Hok Thian Touw berpikir: "Aku tadinya
menyangka cuma kipasnya Kiauw Siauw Siauw yang lihai
sekali, yang luar biasa untuk kalangan Rimba Persilatan,
siapa sangkajahanam ini jauh terlebih lihai dari puteranya
Kiauw Pak Beng itu. Syukur aku telah berhasil menginsafi
ilmu pedang gabunganku, jikalau tidak, siang-siang aku
mestinya telah roboh di tangan orang ini..."
Pertarungan berjalan terus. Ujung pedang in Hong,
bagaikan torak, tidak pernah berpisah jauh dari
anggauta-anggauta tubuh yang berbahaya dari Thian
Yauw. Ujung kipasnya Thian Yauw, sebaliknya, terus
mengintai pelbagai jalan darahnya si nyonya muda. Maka
itu, para penonton menjadi kagum, semua menonton
dengan menjublak, tidak ada yang bersuara.
Sedangnya lain-lain orang merasa tegang sendirinya,
adalah kawannya Thian Yauw, yaitu si orang Biauw she
Ciu, duduk tenang-tenang saja, berulangkah dia
menyedot pipanya. Dia segera menarik perhatiannya San
Bin. Maka cecu ini lantas memberi kisikan kepada Louw
To In dan Kok Tiok Kin untuk memasang mata. Ia
menjadi bercuriga.
Dua-dua To In dan Tiok Kin ahli obat-obatan, bahkan
To In memperhatikan juga segala racun, maka itu, diamdiam
ia mengendus-endus baunya pipa si orang Biauw
itu, akan kemudian ia kata perlahan kepada Tiok Kin:
"Baunya asap pipa ini rada luar biasa akan tetapi aku
merasainya seperti tidak ada campuran racun di
dalamnya..."
Tiok Kin tidak membilang apa-apa, tetapi San Bin
menjadi sedikit lega.
789 "Di saat seperti ini, aneh juga orang dapat menghisap
pipanya cara dia ini." pikir ketua itu, "tetapi dialah
tetamu, tidak ada alasan untuk aku melarang dia..."
Meski To In berbicara demikian terhadap Tiok Kin,
kecurigaannya tidak lenyap. Maka diam-diam ia terus
memasang mata kepada orang Biauw itu.
Pipa Keng Ham besar luar biasa, dengan begitu isinya
pun luar biasa banyak. Ialah tiga lipat dari pipa biasa.
Sudah begitu, To In memasang mata dengan keheranheranan.
Orang senantiasa menyedot, menghisap, akan
tetapi asap sedotannya itu tidak dikeluarkan, tidak
dikepulkan sebagaimana selayaknya. Asap itu seperti
lenyap di dalam perut.
"Dia benar-benar aneh," pikir tabib asal Siamsay itu.
"Dia dapat makan asap pipanya, mungkin asapnya itu
tidak ada racunnya, kalau toh ada, ialah asap yang hanya
dapat membikin pulas..."
Biar bagaimana, tabib ini tetap memasang mata, cuma
kadang-kadang ia memperhatikan jalannya pertempuran.
Semua hadirin berdiam tetapi ada yang hatinya
berdebaran. Pertempuran itu sangat hebat -- pedang berkilauan,
kipas berkelebatan. Keduanya sudah letih tetapi mereka
bertempur terus, sama-sama mencari ketika untuk
merebut kemenangan. Mereka tidak mau memberikan
ketika senjata mereka bentrok, maka itu, suara mereka
sunyi, kecuali berkesiurnya dari gerak-gerik tubuh
mereka. Dalam pada itu, lagi-lagi terdengar seruannya Thian
Yauw, membarengi serangan kipasnya.
790 Ketika itu In Hong baru menyerang dengan jurusnya
"Hengci thian" atau, "Melintang menuding langit
Selatan." Ketika ini dipakai lawannya untuk menyerang,
guna menempel pedangnya itu. Dan lawan itu berhasil.
Maka repotlah ia berdaya ke kiri dan ke kanan, guna
meloloskan pedangnya itu.
Juga Thian Yauw tidak berdiam saja, juga dia
membuat senjatanya bergerak ke kiri dan kanan, guna
menarik pedang si nyonya, akan tetapi dia pun tidak
berhasil merampas pedang orang, sebab In Hong dapat
mencekel terus dengan keras.
Dari berkutat itu, keduanya lantas berdiam, berdiam
untuk menanti saatnya. Thian Yauw hendak membetot,
In Hong mau mempertahankan diri. Lalu terlihat Thian
Yauw menolak. Atas itu, In Hong mundur satu tindak,
kuda-kudanya dipasang. Ketika ia didesak lagi, kembali ia
mundur satu tindak pula.
Giok Houw menyaksikan itu.
"Inilah berbahaya," pikirnya. "Kalau enci In Hong
kalah, siapa lagi yang dapat melayani dia?"
Thian Yauw tidak dapat menggunakan kekerasan, ia
lalu mencoba tenaga dalamnya. Ia menolak dengan
kipasnya, untuk menggempur. Tapi In Hong terus


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertahan, nyonya itu masih sanggup membela diri.
Beberapa puluh tahun sudah Thian Yauw melatih diri,
tenaga dalamnya mahir luar biasa, jauh lebih menang
daripada nyonya yang menjadi lawannya itu, maka juga.
setelah mencoba terus menerus, ia dapat memaksa
nyonya itu mundur sampai tujuh tindak. Desakannya ini
membikin bingung para hadirin, mereka sangat berkuatir
791 In Hong akhirnya kena dirobohkan. Sampai itu waktu,
sia-sia belaka In Hong mencoba meloloskan pedangnya.
Tapi desakan itu tidak berlangsung terus. Nyonya Hok
Thian Touw tidak mau sembarang menyerah. Sambil
bertahan, ia memasang mata. ia mengerjakan otaknya.
Ia cerdas sekali. Tiba-tiba ia mendapat akal. Mendadak ia
mengendorkan tenaganya, lalu mendadak juga ia
menusuk kaget, ujung pedangnya dikutik sedikit. Dan
kutunglah sebatang tulang kipasnya lawan!
Tipu silat Nyonya Hok Thian Touw ini ialah yang
dinamakan "Pauwteng kaygoe" atau "Koki melepaskan
kerbau." Itulah tipu dari "Hiankong Yauwkoat." Ia
mencoba dan ia berhasil.
Walaupun demikian, In Hong belum berhasil
meloloskan pedangnya. Thian Yauw segera bertahan
pula. Untuk sejenak, orang she Couw itu terkejut. Tahutahu
sebuah tulang kipasnya putus. Dengan begitu,
sudah tiga buah tulang kipasnya itu yang terputuskan
lawannya yang cerdik itu. Karena ini, ia mulai mendesak
pula, hingga lagi-lagi In Hong dipaksa mundur.
San Bin dan Giok Houw berkuatir sekali. Terang In
Hong menjadi makin letih. Berbahaya kalau kipasnya
musuh tidak dapat dikutungkan dan dikutungkan pula,
supaya kipas itu tak dapat terus dipakai mendesak,
supaya Thian Yauw tidak bisa menotok lagi. Tapi,
bagaimana" Thian Yauw ada sangat tangguh.
Tengah Giok Houw berkuatir itu, hingga ia
mengeluarkan peluh dingin, mendadak ia mendengar
792 suara berketruk nyaring, lantas terlihat Cio Keng Ham
berbangkit dan bertindak ke arah kalangan pertempuran.
Orang Biauw itu berjalan dengan kepalanya yang gundul
digoyang-goyang.
"Kami datang kemari untuk uang, kami bukan
menghendaki jiwa!" berkata dia dengan bahasa Han
yang tidak lancar. "Pertempuran ini hebat tetapi tidak
ada keputusannya, maka itu baiklah cara bertempur ini
ditukar saja dengan cara lain!"
Kata-kata itu dibarengi sama goyangan kepala.
Mendadak sebelah anting-antingnya melesat, tepat
masuk ke ujung pedang In Hong, atas mana, pedang itu
pun dengan tiba-tiba terlepas dari libatannya kipas Couw
Thian Yauw. Dengan lolosnya pedangnya itu, si nyonya
merdeka untuk lompat mundur, hanya begitu lekas
kakinya menginjak lantai, sekonyong-konyong tubuhnya
terhuyung, terus ia jatuh. Dengan hanya sejenak, ia
merasai kepalanya sangat pusing dan matanya
berkunang-kunang.
Semua orang kaget dan heran. Kenapa In Hong
roboh" Kenapa ia tidak lantas bangun pula, untuk
berlompat bangun" Jikalau ia cuma terhuyung, ia pasti
dapat mempertahankan diri. Biasa saja orang terhuyung
habis menarik keras lain mendadak yang ditarik itu
terlepas. Louw To In pun kaget tetapi dia lantas berbangkit,
untuk mengambil secawan air teh. untuk dibawa kepada
Nyonya Hok Thian Touw.
Thio Giok Houw bergerak lebih sebat daripada tabib
dari Siamsay itu, dengan menghunus goloknya, golok
Bianto, ia lompat masuk ke dalam gelanggang.
793 "Bangsat Biauw tidak tahu malu!" ia berseru.
"Bagaimana kau berani main gila dan berlaku rendah di
sini?" Cio Keng Ham tertawa berkakak menyambut tibanya si
anak muda, dengan mulutnya dibuka, itu, dari situ
mengepul keluar asap huncwee-nya.
Giok Houw telah bersiap sedia untuk sambutan yang
berupa penyerangan mendahului itu, ia hanya tidak
menyangka bahwa ia bakal dipapaki asap. Ia mengibas
dengan tangannya yang kiri, ia menggunakan pukulan
Pekkhong ciang. Meski begitu, tidak Semua asap dapat
disampok, ada juga yang mengepul ke hidungnya,
hingga ia merasa pusing kepalanya dan matanya
berkunang-kunang, tak tempo lagi, ia terhuyung mundur.
Syukur untuknya ia dapat mempertahankan diri dengan
kuda-kudanya yang kokok kuat.
Itu waktu, Louw To In juga sudah tiba kepada In
Hong, muka siapa ia sembur dengan air yang ia bawa
itu, atas mana Nyonya Hok Thian Touw lantas berlompat
bangun dalam gerakannya Ikan Gabus Meletik, bahkan
untuk segera menikam Keng Ham.
Orang Biauw itu berkelit, sambil menghadapi To In, ia
berkata dingin: "Ha, kiranya kau pun seorang ahli!
Baiklah, kau rebahlah lebih dulu!"
Lalu dia menyembur pula dengan asap pipanya!
To In menduga orang menggunakan asap pulas, ia
tidak takut. Untuk melawan itu, ia sudah makan obat
pemunahnya. Maka ia maju, untuk melawan. Keng Ham
benar-benar lihai. Di samping asap kepulannya itu. diamTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
794 diam tangannya menyentil. Di tangannya itu ia
memegang serupa bubuk beracun lain, yang lihai sekali.
To In kaget sekali dan kesakitan sangat. Ia merasakan
bagaikan puluhan jarum menusuk biji matanya. Begitu ia
menjerit, begitu tubuhnya roboh, sebab Keng Ham telah
menyusuli ia dengan satu serangan tangan kosong!
Atas kejadian itu, yang membikin orang kaget dan
gusar, semua hadirin berlompat bangun, semua maju ke
gelanggang. Mereka sangat penasaran.
"Bagus!" berseru Keng Ham sambil tertawa. "Kamu
mau main keroyok ya" Baiklah, boleh sekalian saja kamu
berkenalan sama aku, Pektok Sinkun!"
Satu-dua orang di antara hadirin itu kaget bukan main.
Mereka itu pernah tinggal di wilayah Biauwkiang dan
mengetahui nama dari Pektok Sinkun, si Malaikat Seratus
Racun. Mereka tidak sangka, inilah jago racun itu.
Keng Ham bersuara seraya membuktikan
ancamannya. Ia mengepul-ngepulkan asapnya, hingga
ruang Cigi thia penuh dengan asapnya yang berbahaya
itu. Sekarang ia mengudal asap yang tadi ia sedot terus
menerus, yang ia bisa simpan di dalam perutnya.
Asap beracun itu luar biasa. Siapa mahir ilmu
menahan napas, ia ketolongan. Obat pemunah yang
umum saja tidak dapat bertahan terhadapnya. Maka itu,
dengan bergantian terdengar blak-bluk dari robohnya
tubuh orang ke lantai. Siapa kuat, dia dapat bangun pula,
untuk roboh kembali, siapa tidak kuat, dia roboh terus.
Giok Houw kaget, gusar dan berkuatir. Ia menutup
rapat dirinya. Ia maju kepada Keng Ham sambil sabansaban
menyerang dengan Pekkhong ciang, Pukulan
795 Udara Kosong, mengusir asap, lalu setelah datang dekat,
ia membacok orang Biauw itu.
Keng Ham pun lihai, atas datangnya serangan, ia
membuat perlawanan. Ia mengangkat pipanya yang
panjang, untuk menangkis. Ia tidak tahu goloknya Giok
Houw ialah golok Bianto, dan Giok Houw sendiri mengerti
Tongcu kang, ilmu Jejaka Sejati, sedang tenaga
dalamnya tidak dapat dipandang ringan. Maka kagetlah
ia ketika ia mendapat kenyataan, pemuda itu tidak
dirobohkan dengan asap. bahkan pipanya kena terbabat!
Giok Houw girang dengan hasilnya penyerangannya
yang pertama itu. tanpa mengasi ketika ia mengulangi
bacokannya Tapi kali ini, goloknya kena ditangkis Couw
Thian Yauw, yang berlompat kepadanya untuk
membantui kawannya, hingga ia jadi menempur orang
yang lihai itu.
Baru beberapajurus, Siauw Houw Cu sudah merasai
dadanya sesak. Rupanya asap toh dapat nelusup. Ia
menahan terus, tidak berani ia membuka mulut, untuk
bernapas. Karena menghadap musuh tangguh, ia
berkelahi dengan keras sekali.
Tiba-tiba terdengar suara di kuping pemuda ini: "Kau
juga rebahlah!"
Itulah suaranya si orang Biauw. Ia kaget. Berbareng
dengan itu, goloknya kena ditahan kipasnya Thian Yauw,
sedang punggungnya, di mana ada jalan darah kwichong
hiat. kena ditinju Keng Ham. Tidak ampun lagi, ia roboh
tak sadarkan diri.
Ketika itu, asap mulai buyar.
796 In Hong bersama San Bin maju menyerang. San Bin
dengan Kimto, Golok Emas-nya, menyerang Thian Yauw
dengan bacokan "Tokpek Hoasan" --- "Membelah gunung
Hoasan." Thian Yauw menangkis dengan kipasnya. Inilah
keras lawan lemas. San Bin mempunyai latihan dari
beberapa puluh tahun, hebat bacokannya itu, maka mau
atau tidak, Than Yauw kena terpukul mundur.
In Hong sendiri maju kepada Keng Ham, segera ia
menikam. Orang Biauw itu terdesak, dia berkelit sambil mundur,
atas mana si nyonya merangsak, habis membabat,
tangan kirinya menyamber ke pundak, untuk
menyengkeram tulang selangka
Biar bagaimana, Keng Ham kalah gagah dari Thian
Yauw, maka itu, menghadap In Hong tanpa
perlindungannya orang she Couw itu, ia tidak berdaya.
Untung untuknya, nyonya muda itu tidak ingin lantas
meminta jiwanya, jikalau tidak, disebelah hancur tulang
selangkanya itu, jiwanya pasti akan sudah melayang!
Sebenarnya In Hong ingin menawan hidup-hidup ini
musuh yang berkepandaian luar biasa, kesatu ia ingin
mengorek asal-usul orang, dan kedua ia ingin memaksa
minta obat pemunahnya guna menolongi semua kurban
asap beracunnya itu. Tapi justru karena keinginannya ini,
ia telah menjadi kurbannya si orang Biauw.
Keng Ham itu, kecuali persediaan di tangannya, juga
seluruh tubuhnya sudah dilabur racun. Begitu ketika
pundaknya kena diraba In Hong, dalam tempo yang
cepat sekali, Nyonya Thian Touw menjadi kaget sekali.
Hampir mendadak, ia merasakan tangannya panas dan
sakit, terus tangannya itu sesemutan dan kaku. Itu waktu
797 sia-sia belaka niatnya menghancurkan tulang selangka si
musuh, ia sudah tidak dapat menggunakan tangannya
lagi. Keng Ham sebaliknya, sambil memperdengarkan
seruan aneh, ia mengangkat pundaknya, untuk
menyundul, maka di lain pihak, tubuh In Hong yang
terpelanting jatuh!
Juga San Bin itu waktu, meski tangguh tenaga
dalamnya, dadanya mulai terasa sesak, hingga ia
menjadi merasa tubuhnya tidak leluasa lagi,
kesehatannya seperti terganggu secara mendadak, tetapi
ia terus menguatkan hati. ia terus melawan Thian Yauw
yang gagah itu. Hanya, ketika ia melihat robohnya In
Hong, kagetnya tidak terkira, tanpa merasa, ia berseru!
Tepat ia membuka mulutnya, tepat asap beracun
menyerang masuk, maka sedetik itu juga, ia terhuyung!
Thian Yauw menggunakan saatnya yang baik, dengan
kipasnya ia menyampok goloknya raja gunung itu,
hingga Kimto terpental, membarengi mana, Keng Ham
maju dengan serangannya tangan kosong. Maka tidak
ampun lagi, robohlah cecu itu!
Thian Yauw lantas tertawa bergelak-gelak, terus ia
kata dengan nyaring: "Bukankah barusan kamu telah
mendengar terang jelas perkataannya Cio Toako kami
ini" Kami menghendaki uang, bukannya jiwa! Tetapi,
jikalau kamu tidak suka memberikan uang yang kami
inginkan itu, kami tidak mempunyai daya lain, terpaksa
kami menghendaki jiwajuga! Sekarang begini: Kami
memberi waktu sepuluh hari kepada kamu, jikalau lewat
waktu itu tetap kamu belum menyerahkan separuh
bingkisan, maka jiwanya Ciu San Bin, Thio Giok Houw
dan Leng In Hong ini, jangan kamu harap dapat hidup
pula!" 798 Selagi Couw Thian Yauw mementang mulutnya ini, Cio
Keng Ham mengambil kesempatan mengisi pula pipanya,
untuk disulut, untuk terus disedot berulang-ulang, maka
di lain detik, ia sudah mengepul-ngepulkan asap lagi,
membikin asap yang sudah hampir buyar habis menjadi
banyak dan tebal pula, bagaikan awan mendung!
Semua berkuatir, semua pada menutup mulut mereka.
Tidak ada yang berani membuka mulut, sebab itu artinya
mereka bakal roboh seperti San Bin semua. Meski begitu,
mereka bukannya berdiri diam saja. Dalam murkanya,
mereka itu maju menyerang, hingga sinar pelbagai
senjata tajam menjadi berkelebatan.
Dengan memutar kipasnya, Thian Yauw menyerbu di
antara banyak orang itu. Hebat serbuannya ini, sebab itu
saban-saban disusul sama suara robohnya tubuh orang,
dibikin tambah berisik dengan jeritan-jeritan dan
berkontrang jatuhnya pelbagai senjata mereka itu.
Mereka itu roboh disebabkan tak tahan tak bernapas,
lantaran mereka kena tertotok, atau karena senjata
mereka tersampok terlepas dan jatuh. Siapa yang kaget
dialah yang menjerit.
Di antara pengeroyok itu, siapa yang ilmu silatnya
lihai, dia tidak gampang-gampang kena dirobohkan,


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetapi senjata mereka kena dibikin tidak berdaya, mata
mereka mesti keluar air karena terserang asap yang
membikin mata perih dan sakit, hingga akhirnya mereka
pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Di dalam kekalutan itu. Liong Kiam Hong berlompat
menyerang kepada Couw Thian Yauw. hingga orang she
Couw itu menjadi terkejut, kata dia di dalam hatinya:
"Aku tidak sangka nona muda ini begini lihai tak di
799 bawahnya Thio Giok Houw." Ia lantas mengasi bergerak
kipasnya, untuk membuat perlawanan. Atau segera ia
diserang pula dari kiri dan kanan, hingga ia menjadi
kaget sekali. Terpaksa ia berkelit seraya menangkis.
Gerakannya Thian Yauw ini menurut gerakan
"Poanliong papou," atau, "Naga melingkar memindah
tindakan," akan tetapi ia toh masih kurang sebat, benar
ia lolos dari serangan kiri kanan, tidak urung ujung
pedangnya Nona Liong telah menembuskan ujung
bajunya. Syukur untuknya, ia tidak sampai terluka.
Cio Keng Ham bekerja sama, ia lantas menyembur ke
arah si nona yang gagah itu.
Kiam Hong melihat datangnya asap, ia lantas berkelit,
sambil berkelit, tangannya mengibas. Dengan itu ia
menggunakan kepandaiannya Tangan Baju Besi, atau
Tiatsiu Sinkang. Inilah tidak disangka Keng Ham, dia
tidak dapat meloloskan diri, tahu-tahu dia merasakan
sakit hingga dia berkaok "Aduh!" Untung untuknya,
pedang si nona, yang menyusuli kibasannya itu, telah
kena ditangkis Thian Yauw, siapa pun menotok nona itu.
Kiam Hong kaget, lekas-lekas ia membebaskan diri,
hingga ia tidak usah roboh karena kepalanya pusing. Ia
lantas lompat mundur, hatinya terus memikirkan Giok
Houw, keselamatan siapa ia kuatirkan.
Thian Yauw dan Keng Ham melihat tidak ada lagi
serangan untuk mereka, mereka lantas mengundurkan
diri dari gumpalan asap, keluar dari Cigi thia, di sini dia
tertawa lebar dan berkata nyaring: "Hari ini kami tidak
menghendaki jiwa kamu! Maka kamu ingatlah! Jikalau
sampai pada batas waktu yang kami berikan kamu masih
tidak menyerahkan bingkisan, bukan cuma cecu kamu
800 bakal tidak tertolong lagi jiwanya, juga gunung kamu ini
akan kami bikin habis!"
Lantas berdua mereka mengangkat kaki tanpa ada
yang berani merintangi, kecuali beberapa orang, akan
tetapi mereka ini lantas kena disembur roboh oleh Keng
Ham, yang menggunakan jimat asapnya itu.
Di dalam Cigi thia, asap jahat itu sudah lantas buyar,
maka tertampaklah segala apa dengan nyata. Kok Tiok
Kin yang telah lantas mementang lebar semua pintu dan
jendela, hingga angin bertiup masuk, la lantas
memeriksa orang-orang yang roboh. Tiga belas orang
masih rebah tak sadarkan diri. Ketika ia memeriksa nadi
mereka, ia terkejut. Ia sekarang mendapat tahu, asap itu
asap yang dibuat dari kimsi kiok, atau seruni emas. dari
wilayah Biauwkiang. Bunga itu memang beracun,
hidupnya di lembah-lembah, warnanya kuning emas
mengkilap dan indah, maka sayang sekali ada racunnya.
Syukurnya, racun dari perantaraan asap, jadi kurangan
hebatnya. Dengan lantas Tiok Kin menggunakan obat bubuk
Hoanhun San, tetapi ia tidak berani menanggung
kesembuhan seluruhnya. Iakuatir, setelah jiwanya
tertolong, kurban-kurban itu bakal mendapat sakit
peparu serta ilmu silatnya sukar terharap terpulihnya.
Sekalipun orang yang dapat menahan napas dan yang
mahir tenaga dalamnya, ada kemungkinan dia jatuh sakit
sebelumnya dia sembuh betul.
0oo0 801 Masih ada enam atau tujuh orang kurban totokannya
Couw Thian Yauw. Mereka ini mempunyai dasar tenaga
dalam yang baik, maka mulanya mereka masih dapat
bertahan, untuk tidak menyedot asap beracun, hanya
kemudian, sesudah tertotok, buyarlah tenaga melawan
mereka, akhirnya mereka menyedot juga. Syukur
untuk mereka, pertolongan datang cepat, mereka luput
dari penyakit peparu. walaupun demikian, mereka mesti
roboh sekian lama juga disebabkan penyakit yang berat
akibat keracunan itu. Yang membikin orang kaget dan
berkuatir adalah Ciu San Bin bertiga Leng In Hong dan
Thio Giok Houw. Muka mereka itu menjadi hitam. Ketika
Kok Tiok Kin menekan jalan darah kwangoan hiat di
tubuh mereka masing-masing, kerongkongan mereka
mengasi dengar suaragerijukan, lantas mereka
memuntahkan reak kental yang bercampur darah,
sedang mata mereka tetap masih dirapatkan.
"Aneh, aneh!" berkata Tiok Kin sesudah ia meraba
nadi mereka itu.
"Bagaimana?" menanya Kiam Hong, bergelisah.
"Dapatkah mereka ditolong?"
"Mereka keracunan hebat sekali," menyahut Tiok Kin.
"Aku tidak mengetahui racun itu racun apa. Menurut
biasanya, dalam keadaan seperti ini, nadi mereka mesti
lemah sekali, akan tetapi sekarang ternyata nadi mereka
berjalan seperti biasa. Aku percaya, andaikata mereka
dapat dibebaskan dari racun ini, juga ilmu silat, atau
tenaga dalam mereka, tidak bakal terganggu
karenanya... 802 "Mungkin mereka dapat bertahan karena lebih dulu
mereka sudah makan Pekleng Tan," Kiam Hong
mengutarakan dugaannya.
"Adakah itu Pekleng Tan yang terbuat dari soatlian?"
Tiok Kin tanya.
"Benar! Ketika enci Leng turun gunung, ia membekal
belasan butir, sekarang tinggal beberapa butir saja.
Marilah kita mencobanya terhadap mereka itu yang
keracunan juga."
"Pantas kalau begitu!" berkata Tiok Kin girang.
"Hanyalah, meskipun Pekleng Tan tidak dapat
membebaskan mereka dari keracunan. Ini menandakan
lihainya racun itu. Aku kuatir kecuali Cio Keng Ham. di
kolong langit ini tidak ada lain orang lagi yang dapat
menolongnya..."
Mendengar itu, Kiam Hong menjadi gusar.
"Mungkinkah kita benar-benar mesti dipengaruhkan
dia?" ia berkata. Ia berdiam sejenak, atau mendadak ia
nampaknya kaget, lantas ia berseru: "Ah, luka ini mirip
luka yang disebabkan keracunan Cit Im Tokciang!"
"Apakah itu Cit Im Tokciang?" Kok Tiok Kin tanya.
Kiam Hong memberikan keterangan lihainya tangan
Cit Im Ciang, bagaimana dulu hari Ciu Ci Hiap pun
pernah mendapatkan luka itu.
"Aku lihat luka mereka ini mirip lukanya Ciu Ci Hiap
itu," ia menambahkan kemudian. "Orang Kaypang
mengetahui pengobatan luka semacam ini, mari kita
lekas mencari Pit Keng Thian!..."
803 Baru si nona berkata begitu atau ia lantas menunduki
kepala dengan roman lesu.
Pit Kheng Thian berada jauh --- di propinsi Shoatang,
di dalam tempo sepuluh hari, mana dapat dia
didatangkan kemari"
"Bagaimana caranya orang Kaypang mengobatinya?"
Tiok Kin tanya.
Belum lagi Kiam Hong menjawab, di situ telah datang
Ciu Ci Hiap bersama Cio Cui Hong. Ibu dan anak ini baru
sembuh. San Bin melarang mereka turut dalam
perlawanan terhadap musuh, tetapi ketika musuh sudah
berlalu, dari seorang tauwbak yang datang memberi
warta mereka ketahui kesudahannya pertempuran itu,
maka mereka lantas datang. Mereka kaget dan menjadi
gusar sekali kapan mereka mendapat kenyataan suami
dan ayah mereka terluka demikian parah.
"Legakan hatimu, saudara Ciu," Kiam Hong
menghibur. "Coba kau lihat, apa luka ini tidak sama
dengan lukamu dulu?"
Ci Hiap mengawasi, untuk meneliti.
"Ya, hampir mirip!" katanya kemudian, heran. "Darah
yang dimuntahkan itu berwarna separuh merah dan
separuh hitam, demikian juga darah yang aku
muntahkan."
"Bagus!" berkata si Nona Liong. "Sekarang bilang,
apakah kau masih ingat bagaimana caranya Pit Keng
Thian mengobati padamu?"
"Tentang itu belakangan Pit Pangcu telah memberikan
keterangan padaku," menyahut Ci Hiap. "Dia telah
804 merendam aku di air hangat, tujuh kali dia menukar air
hangat itu, kemudian ketika penukaran tiga yang paling
belakang, aku tersadar. Dia menggunakan beberapa
macam obat, yang bukannya obat-obat yang sukar
didapatkannya."
"Kalau begitu, lekas kau mencatat namanya obat itu,"
kata Kiam Hong. "Kita mesti menyuruh orang lekas
menyiapkannya!"
"Jangan! Jangan!" Sekonyong-konyong terdengar
teriakan berulang-ulang, yang datangnya dari ujung
rumah. Itulah suaranya Louw To In. Dia berbangkit dengan
susah, kedua matanya merah dan bengkak. Dia telah
terkena Kiatcu hun, atau pupur kala, oleh Cio Keng Ham,
hingga matanya itu terluka parah, syukur dia sendiri ahli
racun, dengan cepat dia pergi ke tempat terbuka di mana
dia mengobati matanya itu, baru dia kembali ke dalam
hingga, sambil memeramkan mata, ia dapat mendengar
pembicaraan orang. Dia mengasi dengar cegahannya itu
ketika dia mengetahui Liong Kiam Hong mau
menggunakan cara pengobatannya Pit Keng Thian itu.
"Kenapa tidak boleh?" tanya Cio Cui Hong, yang
mengetahui orang ada ahli obat-obatan dan juga luas
pengalamannya serta banyak pengetahuannya.
"Coba salah seorang tolong membawa aku kepada Ciu
Cecu," berkata To In.
Ciu Ci Hiap menghampirkan, lalu ia memegangi,
menuntun orang kepada ayahnya.
805 Louw To In meraba nadinya San Bin. la memegang
sekian lama ketika mendadak ia mengasi dengar jeritan
kaget dan ketakutan dan tangannya itu disentak pulang.
Semua orang kaget.
"Kenapakah?" tanya Cui Hong.
Louw To In tidak menjawab. Dia lantas mengeluarkan
sebatang jarum, dengan itu dia menusuk jeriji tangannya
yang tengah, yang darahnya dia keluarkan dengan
dipenceti. kemudian dia mengasi lihat jari tangannya itu.
Nyatalah tiga jerijinya pada melepuh seperti bekas
tersulut api dan kulitnya hangus. Menyaksikan itu, semua
orang kaget dan heran dan giris hatinya.
"Cit Im Tokciang adalah keracunan yang sifatnya
dingin pada seluruh tubuhnya, dingin bagaikan es, maka
juga, meskipun orang dapat diobati dan sembuh, sampai
lamanya setengah bulan, hawa dinginnya masih kadangkadang
timbul pula."
"Benar, itulah benar." berkata Ci Hiap. "Demikianlah
penyakitku."
"Sekarang ini tubuhnya Ciu Cecu panas." kata To In
pula, "maka itu lukanya bukan disebabkan Cit Im
Tokciang."
Ci Hiap percaya keterangan ini. Buktinya, dengan
cuma meraba saja nadi ayahnya, To In turut terluka
jerijinya. "Habis, luka apakah ini?" tanya Cui Hong.
"Mulanya aku tidak ketahui tentang Cio Keng Ham,"
sahut To In, sampai dia menyebutkan namanya sendiri
806 serta gelarannya, Pektok Sinkun. Melihat luka ini,
mungkin ini disebabkan racun Kiuyang Tokciang."
"Sebenarnya siapa itu Pektok Sinkun?"
"Apakah luka Kiuyang Tokciang dapat disembuhkan?"
Demikian orang bertanya-tanya.
"Ketika dulu hari aku keluar dari rumah perguruan,"
To In memberikan keterangan, "aku telah dipesan wantiwanti
oleh guruku, umpama kata aku bertemu sama
orang atau muridnya Ki Hoan dari wilaiah suku bangsa
Biauw, aku dianjurkan untuk menyingkir jauh-jauh. Untuk
jaman kita ini, Ki Hoan ialah ahli racun nomor satu. Dia
mempunyai dua orang murid, yang seorang pria, yang
seorang lagi wanita --- yang pria bangsa Biauw, yang
wanita bangsa Han. Yang pria itu telah semenjak lama
sudah mendapatkan namanya. Dialah Cio Keng Ham,
yang barusan datang kemari dan gelarannya ialah Pektok
Sinkun, si Malaikat Seratus Racun. Yang wanita itu
kabarnya berasal murid murtad dari Ci Hee Tojin. yang
belakangan berguru pada Keluarga Ki itu. Selama
hidupnya Ci Hee, dia tidak berani keluar dari wilayah
Biauw itu, baru selama dua tahun ini, namanya mulai
terdengar. Dia menyebut dirinya Cit Im Kauwcu. Di
dalam ilmu silat, Pektok Sinkun kalah, tetapi mengenai
racun, dia lebih menang, maka juga kepandaiannya itu,
yaitu Kiuyang Tokciang, lebih lihai daripada Cit Im
Tokciang. Siapa terkena Cit lm Tokciang, dia dapat
diobati dengan direndam dalam air panas, guna
menyingkirkan racun panasnya itu. tetapi Kiuyang ciang
bersifat panas, kalau orang yang terluka karenanya
direndam di air panas, itu artinya mempercepat
807 kebinasaannya. Maka juga, meskipun sifatnya kedua luka
mirip satu dengan lain tetapi cara pengobatannya beda."


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau mengerti perbedaan itu, Louw Sinshe, kau tentu
dapat mengobatinya, bukan?" Cui Hong tanya kemudian.
To In menghela napas.
"Luka disebabkan Cit Im Tokciang masih dapat
disembuhkan," katanya, "tidak demikian dengan luka
Kiuyang Tokciang. Untuk itu, kecuali orang keluaran
Keluarga Ki itu, tidak ada yang dapat menolong. Selama
sepuluh tahun guruku telah memahamkan Kiuyang
Tokciang, ia tetap tidak berhasil menemukan obatnya."
Mendengar keterangan itu, semua orang kaget,
hatinya menjadi kecil. Tapi orang bersyukur juga atas
adanya keterangan itu, kalau tidak, mungkin mereka
menggunakan cara pengobatan yang keliru, yang
akibatnya akan membahayakan.
Tak dapat ditahan lagi, Cui Hong mengalirkan air
mata. Tapi ia ada sangat gusar.
"Jikalau begini, bukankah kita jadi mesti mengasikan
diri kita dipengaruhi musuh?" katanya sengit. "Kalau
nanti telah sampai batas waktu sepuluh hari yang
diberikan itu maka haruslah kita menyerahkan separuh
bingkisan, untuk dihaturkan dengan kedua tangan kita
sendiri!" Semua orang berduka dan bingung, semua tunduk
dan lesu. Mereka pun berpikir sama seperti Nyonya Ciu
itu, ialah mereka mesti menyerah kepada kehendak
musuh. Tapi mereka tidak puas. Tidak sudi mereka
menyerahkan bingkisan itu, yang didapatnya bukan
tanpa pengurbanan.
808 "Syukur Ciu Cecu dan yang lainnya telah makan
Pekleng Tan." kata To In kemudian, suaranya perlahan
dan tenang, "maka di dalam tempo sepuluh hari belum
tentu mereka bakal kehilangan jiwa mereka. Tempo yang
diberikan Pektok Sinkun masih belum habis, aku pikir,
baiklah kita berlaku sabar, perlahan-perlahan saja kita
mendayakannya."
Akan tetapi, daya apa mereka mempunyakan"
Bukankah To ln sendiri, begitupun Tiok Kin. telah putus
asa" Kecuali pihak Pektok Sinkun sendiri, siapa dapat
menolong" Justeru pertolongannya musuh itu tidak
dikehendaki! Dengan lesu Cui Hong lantas menempatkan suaminya,
In Hong dan Giok Houw, di sebuah kamar masingmasing.
Kiam Hong ada sangat berduka dan berkuatir. Dengan
In Hong ia ada bagaikan kakak dan adik. Terhadap Giok
Houw ia telah menaruh cinta. Sekarang ia menyaksikan
mereka itu terluka tanpa ia bisa berbuat apa-apa.
Bagaimana ia tidak menjadi bingung dan kecil hatinya"
Kecuali San Bin. In Hong dan Giok Houw bertiga,
masih ada belasan orang lainnya yang terluka, maka itu,
maka juga, orang semua murung.
Leng In Hong masih mempunyai sisa tiga butir
Pekleng Tan, Kiam Hong ambil itu, ia hancurkan di dalam
air, lantas air obat itu ia bagi rata kepada mereka yang
terluka itu. Louw To In dan Kok Tiok Kin pun membantu
sebisanya, guna mencegah mereka nanti mendapat
gangguan pada peparu mereka.
809 Besoknya In Hong sadar paling dulu. Ia memang
mempunyai tenaga dalam paling mahir. Ia ditolong oleh
obat masak Yanyang Siokbeng thung buatannya Kok Tiok
Kin. Tapi ia tidak boleh banyak omong, maka itu, dengan
suara perlahan dan terputus-putus, ia memberi pesan
pada Kiam Hong. Ialah ia minta Nona Liong pergi ke
Thiansan untuk menemui Hok Thian Touw, guna
memberitahukan perihal sakitnya itu, untuk mendapat
tahu, Thian Touw suka datang menjenguknya atau tidak.
Ia belum tahu hal lukanya yang berbahaya itu, yang
tidak dapat disembuhkan sekalipun dengan Pekleng Tan,
bahkan ia tidak bakal sanggup bertahan sampai dua
puluh hari... Kiam Hong berduka bukan main. Ia tidak mau
membuka rahasia, ia melainkan menjanjikan. Ia
menahan kesedihan hatinya.
San Bin bersama Giok Houw masih belum sadar
sekalipun di hari ketiga.
Selama tiga hari itu, telah di kirim banyak orang ke
pelbagai penjuru, guna mencari tabib yang pandai di
sekitar tempat seratus li, akan tetapi ichtiar itu tidak ada
hasilnya, semua tabib yang datang pada tidak berdaya.
Hanyalah, karena di kirimnya banyak orang, di antaranya
telah didapat keterangan bahwa didusun Bang keepo di
luar pegunungan Patat Leng telah terlihat Cit Im Kauwcu
bersama gadisnya. Kabar ini justeru menambah
kekuatiran orang...
"Cit Im Kauwcu itu ialah saudara seperguruan dari
Pektok Sinkun," demikian orang berpikir, "sekarang dia
berada di tempat berdekatan mestinya dia datang sebab
diundang kakak seperguruannya itu. Pektok Sinkun
810 sendiri sudah sukar dilawan. bagaimana lagi kalau dia
dibantu adik seperguruannya itu yang tidak kurang
lihainya?"
"Apakah kamu tahu di mana Cit Im Kauwcu itu
mengambil tempat mondok?" Kok Tiok Kin tanya
beberapa liauwlo yang membawa kabar itu.
Mereka itu malu sendirinya, muka mereka menjadi
merah. Mereka menggeleng kepala, tandanya mereka
tidak tahu. Hal yang sebenarnya ialah: Mereka melihat Cit Im
Kauwcu itu dan anak tetapi mereka tidak berani
menghampirkan dan tidak berani juga menyelidiki orang
mondok di mana. Sebabnya ialah mereka jeri terhadap
kauwcu itu. "Bang keepo ialah kepunyaannya Bang Thong,"
berkata Cio Cui Hong. "Bang Thong hartawan terbesar di
sekitar sini, biasanya jikalau kami membutuhkan uang
dan rangsum. belum pernah dia menampik, maka itu aku
percaya dia tidak nanti berani ketempatan musuh kita."
Pendapat Cui Hong ini benar, hanyalah ia tidak pikir,
kalau Cit Im Kauwcu toh singgah di rumah Bang Thong,
mana dapat Bang Thong menampik. Pula. di waktu
demikian, mana ada kesempatan akan menegur Bang
Thong itu"
"Baiklah kita jangan putus asa." berkata Kok Tiok Kin
kemudian. "Kita diberi waktu sepuluh hari, kalau
waktunya sudah habis, pasti Pektok Sinkun bakal datang
sendiri. Bagi kita, tambahnya satu Cit Im Kauwcu tidak
berarti apa-apa. Mustahil mereka bisa membunuh mati
kita semua" Bukankah mereka cuma menghendaki
811 bingkisan. Sekarang masih ada waktu tujuh hari. kita
menanti saja...
Semua orang bisa membade hatinya Tiok Kin. Kalau
sang waktu tiba dan mereka tetap tidak berdaya, dia
suka menyerahkan separuh bingkisan yang diminta
musuh. Tentu sekali hal itu membikin semua orang
panas hati dan berduka...
Cuma Kiam Hong seorang yang lantas berpikir: "Cit Im
Kauwcu itu aneh, dia pandai menggunakan racun, orang
menyebutnya dia kepala agama sesat, meski demikian
belum pernah terdengar dia melakukan sesuatu
kejahatan yang berlebihan. Sebenarnya belum lama dia
muncul dalam dunia Kangouw, dia menjadi terkenal
karena racunnya. Kenapa aku tidak mau mencoba
berhubungan dengannya" Menurut enci Sin Cu, ia pernah
menolongi Im Siu Lan, gadisnya Cit Im Kauwcu. Siu Lan
itu katanya jauh terlebih baik daripada ibunya, dia
pernah ditolong enci Sin Cu, mustahil dia tidak
mengingat budi" Bagaimana kalau aku pergi padanya,
untuk minta bantuannya?"
Belum lagi nona ini mengambil putusan, lantas ia ingat
urusan Im Siu Lan menampik lamarannya Kiauw Siauw
Siauw. Kenapa penampikan itu" Bukankah itu disebabkan
Siu Lan telah jatuh hati kepada Giok Houw" Bukankah Cit
Im Kauwcu pernah melamar Giok Houw sendiri untuk
puterinya itu" Tapi Giok Houw telah menampik dengan
getas. Karenanya, bisakah ia pergi minta bantuannya Siu
Lan" Maka ia menjadi ragu-ragu.
"Coba enci Sin Cu ada di sini..." pikirnya pula sesaat
kemudian. "Tentulah enci Sin Cu yang pergi, mungkin
ada harapan. Kalau aku yang pergi, mungkin aku bakal
812 diusir! Bagaimana" Tidak dapat aku pergi kalau aku bakal
dibikin malu..."
Karenanya, ia menjadi bingung lagi, hatinya pepat.
Malam itu, setelah minum dua bungkus obatnya Kok
Tiok Kin, San Bin dan Giok Houw mulai mendusin. akan
tetapi mereka belum sadar seluruhnya, mereka cuma
merasa lapar dan mengeluh atas nyeri lukanya, orang di
sekitarnya tidak ada yang mereka kenali.
Hati Kiam Hong sakit sekali karena ia mendengar
rintihannya Giok Houw. Ia pula pusing mendengar kasakkusuk
sejumlah tauwbak, yang mengatakan bahwa bila
tiba batas waktu, terpaksa mereka mesti menyerahkan
bingkisan mereka yang didapatnya dengan susah payah.
Tengah ia jalan mundar-mandir seorang diri dengan
rasa tidak keruan, sekonyong-konyong Nona Liong ingat
lagi Siu Lan, maka pikirnya: "Im Siu Lan pernah
menyintai engko Houw, apa mustahil dia dapat
membiarkan orang yang pernah ia cintai itu mati
kecewa" Memang dia membenci aku, tetapi kalau aku
bisa menggabungjodohnya denganjodoh engko Houw,
mustahil dia suka berdiam saja tanpa menolong" Baiklah,
biar aku menebalkan muka, aku pergi minta bantuannya,
asal engko Houw ketolongan..."
Cepat nona ini mengambil keputusannya, lantas ia
pergi pada Cui Hong, untuk mengutarakan niatnya
mencari Cit Im Kauwcu, guna meminta obat.
Cui Hong terperanjat. "Itulah berbahaya!" katanya.
"Aku kira tidak," Kiam Hong bilang. "Cit Im Kauwcu ibu
dan anak tidaklah sejahat pembilangan orang banyak.
Pernah beberapa kali aku bertempur sama mereka,
813 rasanya meskipun mereka bangsa sesat, hati mereka
masih mengenal rasa kasihan..."
Kiam Hong tidak mau menjelaskan adanya urusan
asmara di antara Siu Lan dan Giok Houw, asmara segi
tiga karena pada itu dirinya pun tersangkut, ia hanya
memberi keterangan halnya Sin Cu pernah membantu
Siu Lan menentang lamarannya pihak Kiauw.
Heran Cui Hong mendengar urusan itu.
"Mereka ibu dan anak berani menentang Kiauw Pak
Beng, itu benar luar biasa," katanya. "Hanya, biar
bagaimana. Cit Im Kauwcu tetap manusia sesal dan dia
pun adik seperguruannya Pektok Sinkun! Mustahil dia
mau bertindak menentang kakak seperguruannya itu"
Bukankah itu berarti berpihak dan menunjang orang
luar" Aku kuatir, jikalau kau pergi kesana. kau mirip
orang yang mengantarkan diri ke dalamjaring..."
"Aku dapat bertindak dengan melihat gelagat," kata
Kiam Hong. "Jikalau keadaannya tidak baik, aku pun
tidak akan memaksa memintanya. Aku juga tidak merasa
pasti bahwa mereka, ibu dan anak, suka membantu,
hanya aku pikir, untuk kita masih ada sedikit harapannya.
Bukankah ini terlebih baik daripada kita berdiam saja di
sini berpeluk dagu?"
Tetap Cui Hong tidak tenang hatinya, akan tetapi ia
toh pikir Nona Liong ada benarnya juga. Di dalam
keadaan seperti itu, mereka mesti berdaya, segala apa
mesti dicoba. "Baiklah," katanya kemudian. "Jikalau kau tiba di Bang
keepo, kau jenguklah Bang Pocu, untuk mohon
keterangan. Dia bukannya orang golongan kita tetapi aku
814 percaya dia akan suka memberi muka kepada kita. Nona
Liong, kau cerdas, segala apa aku serahkan kepada kau
sendiri!" Nyonya Ciu lantas menulis surat untuk Bang Thong,
surat mana ia pesan kalau sampai terpaksa barulah
diserahkan kepada alamatnya.
Kiam Hong lantas bersiap. Malam itu juga ia
berangkat. Pikirannya kacau tetapi hatinya keras,
tekadnya bulat. Hebat ia memikirkan dan menduga-duga
sikapnya Im Siu Lan nanti. Hebat untuk ia menyerahkan
Giok Houw pada Nona Im itu! Apakah Siu Lan dapat
mempercayai ia" Bagaimana kalau Siu Lan percaya dan
Giok Houw dapat disembuhkan" Bagaimana sikapnya
Giok Houw nanti" Dapatkah Giok Houw menyintai nona
yang menjadi puterinya Kauwcu sesat itu"
"Biarlah, segala apa terserah kepada sang waktu!"
kata Kiam Hong akhirnya. "Sekarang aku pergi pada Siu
Lan, aku minta obat. Kemudian, kalau Giok Houw sudah
sembuh, tentang jodoh terserah kepada mereka sendiri,
umpama kata Giok Houw masih memilih aku, aku
bukannya menipu Siu Lan..." Meski ia berpikir demikian,
mukanya toh merah sendirinya "Tidak, tidak dapat aku
menipu Siu Lan. aku mesti menyerahkan Giok Houw
padanya..."
Hati Nona Liong berpikir, kedua kakinya bekerja, la
berjalan cepat. Besoknya, lewat tengah hari, ia sudah
sampai di Bang kecpo, yang terpisah kira dua ratus li dari
gunung, la berjalan terus. Lantas ia memasuki dusun.
Orang pertama yang ia ketemui' ialah seorang tua
kepada siapa ia minta keterangan hal rumahnya Bang
Thong 815 Orang tua itu mengawasi, sikapnya tawar sekali.
"Mau apa kau cari dia?" dia tanya sebelumnya dia
menjawab.

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada satu urusan kecil untuk apa aku ingin minta
bantuannya," si nona jawab.
"Hm! Kau pergi cari dia pada Raja Acherat!" kata
orang tua itu, dingin. Kiam Hong melengak. "Apakah
artinya perkataanmu ini?" ia tanya. Benar-benar ia tidak
mengerti. "Orang sudah mampus mana dapat kau mencarinya di
dalam dunia!" kata orang tua itu. tawar. "Pasti orang
mesti cari dia pada Raja Acherat! Inilah maksudnya
perkataanku! Kau mengerti tidak?"
Kembali si nona melengak. "Benarkah itu?" katanya.
"Kapan diamati?"
Kedua matanya orang tua itu mendelik.
"Raja Acherat ketahui BangToaya itu seorang baik
hatinya, maka itu dia diundang siang-siang untuk
membikin pertemuan!" katanya pula. "Apakah kau
menyayangi dia mati siang-siang" Dia mati kemarin!
Nona, kau ketinggalan satu tindak hingga kau tidak
keburu mengambil selamat berpisah daripadanya!"
Habis berkata begitu, lantas orang tua itu ngeloyor
pergi. Mendongkol Kiam Hong diperlakukan demikian, tetapi
kemudian ia pikir: "Mestinya Bang Thong jahat dan suka
mengganggu sesama penduduk maka orang tua ini
sangat membencinya hingga aku turut dibenci pula! Di
816 atas gunung orang membilang dia orang baik, mungkin
itu disebabkan penyelidikan yang keliru."
Lantas nona ini berjalan lebih jauh. Ia masih
menyangsikan si orang tua, maka waktu ia bertemu
orang, ia menanyakan pula. Ia mendapat jawaban yang
serupa ialah benar Bang Thong sudah mati dan matinya
kemarin. Hanya kali ini dia diberitahukan bahwa orang
mati mendadak, matinya secara aneh. Ia juga mendapat
kenyataan, orang-orang yang ditanyakan itu pada
menunjuki sikap membenci pocu dari Bang keepo itu.
Paling belakang Kiam Hong bertemu sama seorang
bocah penggembala, yang suka memberi keterangan
jelas padanya hingga ia dapat tiba di muka pintu
pekarangan rumahnya Bang Thong. Di situ, di pintu
besar, ia lantas melihat tergantungnya sepasang teng
tanda berkabung dan di muka pintu ada beberapa orang
dengan pakaian putih lagi melayani tetamu-tetamu yang
datang menyatakan duka cita mereka. Ia lantas diawasi
beberapa orang yang berkabung itu, sebab mereka itu
heran melihat ia --- seorang nona --- datang tanpa
membawa kertas, hio dan lilin, pula ia bersendirian dan
bajunya dilibat dengan tali pinggang warna merah.
Dengan merasa likat sendirinya, Kiam Hong lantas
berkata: "Aku datang dari tempat yang jauh, aku tidak
tahu bahwa Bang Pocu telah meninggal dunia..."
"Nona she apa dan nama apa?" tanya satu orang.
"Nona tersangkut apa dengan pocu kami" Maaf, nona,
kami tidak mengenali kau..."
Dalam likatnya. Kiam Hong merasa sulit sekali. Pula ia
malu hati untuk menggerecoki orang yang lagi dalam
kesusahan itu. Sebaliknya ia berpikir: "Jauh-jauh aku
817 telah datang kemari, mustahil aku bisa tak memperoleh
kabaran dan pulang dengan tangan kosong?" Maka
dengan terpaksa ia kata: "Baiklah, sebentar kita bicara di
dalam." Lantas dengan cepat ia bertindak masuk.
"Ada seorang tetamu yang tidak sudi memperkenalkan
diri datang menghunjuk duka citanya!" berkata tukang
sambut tetamu, yang tidak dapat mencegah orang
masuk. Mendengar perkataan orang itu, Kiam Hong bercuriga.
Kata-kata itu mesti ada maksudnya. Ia rupanya disangka
sebagai musuh, maka orang di dalam rumah itu diberi
tanda, diperingatkan untuk bersiap sedia. Maka itu mau
ia menyangka mungkin Bang Thong itu pernah
melakukan sesuatu yang menyalahi lain orang.
Benarlah dugaan itu.
Dari dalam lantas terlihat munculnya beberapa orang.
antaranya ada anak tuan rumah, yang mengenakan
pakaian berkabung, ada pula tetamu, dan di antaranya
ialah seorang dengan alis gompiok dan mata gede,
bahkan dia ini segera membentak: "Kau siapa" Mau apa
kau datang kemari?"
Dalam, keadaan seperti itu, Kiam Hong mesti omong
terus terang. "Aku datang kemari untuk bertemu sama pocu, untuk
minta keterangan," ia menjawab. "Aku ingin menanyakan
halnya satu orang. Aku tidak menyangka pocu telah
meninggal dunia."
"Siapa itu yang kau hendak tanyakan?" orang itu
menanya pula. 818 "Dialah Cit Im Kauwcu. Apakah dia pernah datang
kemari?" Begitu mendengar jawaban itu, semua orang itu
kelihatan kaget.
"Kiranya kaulah anak siluman dari Cit Im Kauwcu!"
orang tadi berteriak. "Cit Im Kauwcu sudah meracuni
pocu kami dan kau sekarang berani datang kemari untuk
menyerep-nyerepi kabar!"
"Terang sekali dia datang untuk menantang!" berkata
seorang lain. "Sudah dia meracuni orang hingga mati,
sekarang dia datang pula untuk menghina kami!"
"Dia tidak dapat dibiarkan saja!" berseru orang yang
ketiga. "Baiklah kita bekuk dulu dia ini untuk minta ganti
jiwa!" Kiam Hong kaget bukan main. Jadi Bang Thong mati
diracuni dan yang meracuni ialah Cit Im Kauwcu. Mau ia
menyangkal, untuk memberi keterangan, atau ia tidak
diberi kesempatan. Beberapa orang sudah lantas
menyerang ia dengan golok! Ia mau menyingkir pun
sudah tidak ada saatnya. Ia memikir untuk berlalu karena
ia tahu setelah tuan rumah mati, ia tidak bakal
memperoleh keterangan yang diinginkan. Tapi ia telah
diserang. Segera ia berkelit.
Beberapa orang itu tidak mau mengerti. Rupanya
mereka sangat gusar, tidak berhasil membacok hanya
satu kali, mereka mengulanginya, mereka lantas
mendesak. Masih Kiam Hong main mengelakkan diri. Ia mendapat
kenyataan sekalian penyerang itu bukan sembarangan
orang dan mereka pun cerdik. Demikian, sesudah gagal
819 beberapa kali, satu orang merangsak terus dari depan,
dua orang berlompat ke kiri dan kanan, untuk
mengepung sambil memegat jalan mundur. Juga caranya
mereka menyerang itu rapi sekali, suatu tanda cara
penyerangan itu pernah dilatih.
Demikianlah satu kali, kalau tidak Nona Liong sangat
gesit, pasti kepalanya sudah kena terbacok. Karena ini,
akhirnya ia menjadi gusar. Bukankah ia tidak dapat lolos
lagi" "Pantas semua penduduk desa ini sangat membenci
Bang Thong," pikirnya. "Sampai dia sudah mampus,
orang-orangnya ini masih galak tidak keruan. Maka
bisalah dimengerti kejahatannya semasa hidupnya!"
Karena ini, ketika ia diserang pula, Kiam Hong lantas
membalas menyerang.
"Plok!" demikian satu suara ketika ia berkelit sambil
sebelah tangannya dikasi melayang. Ia telah menghajar
mukanya si penyerang. Ia menggunakan "Tiatsiu
Kanghu," atau ilmu silat "Tangan Baju Besi."
Kurban itu menjerit kesakitan, mukanya bengap,
mulutnya mengeluarkan darah, sebab dua buah giginya
copot dan ikut darahnya lompat keluar.
Yang lain-lainnya menjadi bertambah gusar, sambil
mencaci kalang-kabutan, mereka menyerang terus.
"Aku tidak bermaksud jahat, siapa suruh kamu
menerbitkan onar!" teriak Kiam Hong. Terus ia
menggerak-geraki kedua tangannya, menyampok kesana
kemari, menyingkirkan setiap golok. Di saat ia mau
lompat ke pintu, guna lari keluar, mendadak ia merasai
820 samberan angin ke arah kepalanya. Lekas-lekas ia
menangkis ke belakang.
Ketika itu pun maju seorang lain, ialah orang dengan
baju berkabung, dengan tangannya menyekal tangthung,
dengan apa ia menyerang si nona.
"Bagus!" berseru Kiam Hong, yang segera berkelit
sambil tangannya diulur, untuk menangkap tangannya si
penyerang, untuk terus disempar. Maka terjadilah
bentrokan tangthung itu dengan golok si penyerang tadi,
hingga kutunglah itu tongkat tanda berbakti.
Sekarang Kiam Hong dapat melihat tegas
penyerangnya itu, ialah seorang yang tubuhnya besar,
yang dandan sebagai wisu, atau pengawal, dalam istana
raja, bahkan samar-samar ia mengenali orang sebagai
salah satu wisu dengan siapa ia pernah bertempur di
dalam kuil Hianbiauw Koan. Ia menjadi sangat
mendongkol, maka ia kata dengan nyaring: "Baru-baru
ini Tayhiap merdekakan kamu, sekarang kau berani
datang kemari untuk mengacau!"
Pengawal itu gusar. Ia pun lantas mengenali si nona.
"Kiranya kau, bangsat perempuan!" dia mendamprat.
"Mau apa kau datang kemari" Bagaimana kau berani
mengatakan aku mengacau sedang aku datang kemari
diundang tuan rumah" Kau justeru yang datang
mengacau dalam rumah orang mati ini! Kau mesti
dibekuk untuk digusur kehadapan pembesar negeri!"
Sembari mementang mulut lebar itu, wisu itu
menyerang pula. Dia rupanya menjadi berani sebab di
situ dia melihat banyak kawannya.
821 Kiam Hong lantas merasa bahwa pertempuran tidak
dapat disudahi dengan begitu saja. Maka terpaksa ia
menghunus pedangnya. Ia berteriak: "Siapa tidak mau
mengasi aku lewat, jangan dia menyesalkan yang
pedangku tidak ada matanya!"
Wisu itu masih menyerang, maka itu, ketika ia
dilayani, baru beberapa jurus, goloknya sudah kena
dibabat kutung.
"Yang Tayjin, lekas keluar!" mendadak si wisu
berteriak. Kiam Hong terkejut.
"Entah dia memanggil Yang Tayjin siapa?" pikirnya. Ia
sangsi yang dimaksudkan itu ialah Yang Cong Hay.
Tak usah nona ini menduga-duga, bahkan belum
berhenti ia berpikir, telinganya sudah mendengar suara
tertawa terbahak-bahak yang dikenalnya, tertawa mana
disusul kata-kata ini yang dikenal juga: "Han Laoji,
jangan takut! Aku datang!"
Segera dari ruang di mana ada peti mati terlihat satu
orang berlompat keluar, ketika Kiam Hong menoleh, ia
mengenali orang itu siapa, ialah Yang Cong Hay si bekas
congkoan dari istana.
"Kiranya Nona Liong!" Cong Hay kata sambil tertawa
pula. "Pantas kamu tidak dapat membekuknya! Hahahaha!
Nona Liong, hari ini kita bertemu pula! Dulu hari
kita bertemu di depan peti matinya Tiat Keng Sim,
sekarang di depan peti matinya Bang Pocu! Dulu hari itu
akulah si orang yang datang menunjuk bela sungkawa,
sekarang kaulah yang menggantikan aku! Sungguh
kebetulan! Sungguh menarik hati! Dulu hari itu kau tidak
822 dapat menahan aku, maka sekarang ingin aku memohon
kau sukalah berdiam di sini!"
Hati Kiam Hong bercekat. Cong Hay ada satu di antara
empat jago pedang yang berkenamaan. tidak perduli
dialah jago yang terlemah. Sekarang ini dia telah
berimbang ketangguhannya dengan Ie Sin Cu dan Leng
In Hong. Tentu sekali, dibanding dengan dia, ia kalah
unggul. Karena ini, segera ia berlompat, niatnya untuk
menyingkir. Keluarga Bang itu banyak orangnya, mereka
mengurung dan memegat, tetapi Kiam Hong mencoba
menoblos dari antara mereka. Ia menyerang ke depan,
lalu ke kiri dan ke kanan. Dengan cepat beberapa orang
telah kena dilukakan ujung pedang, hingga mereka
kesakitan, roboh di lantai sambil teraduh-aduh dan
bergulingan, hingga mereka mengganggu kepada Yang
Cong Hay, yang mencoba memburu si nona. Sebab dia
bagaikan terintang, orang yang disusul itu berhasil lolos
dari pintu besar. Tapi dia tidak mau mengerti, dia
mengejar terus.
"Sekarang tidak ada Thio Tan Hong sebagai tulang
punggungmu!" dia berkata nyaring, tertawa mengejek.
"Tidak nanti kau sanggup lolos dari telapakan tanganku!
Maka baiklah kau berlaku manis, kau lemparkan
pedangmu, kau manda aku tangkap, supaya tak usahlah
kau sampai tersiksa!"
Yang Cong Hay ini lihai, dia telah mendapat
keterangan halnya Thio Tan Hong bersama Ie Sin Cu
sudah berangkat pulang ke Selatan, maka dia lantas
muncul pula, untuk bekerja.
823 "Thio Tayhiap berkasihan terhadapmu, kau diberi
ampun. Sekarang kau berani banyak tingkah!" Kiam
Hong membentak. "Kau tahu malu atau tidak?"
Ditanya begitu, Cong Hay menjadi gusar sekali, ia
justeru mendapat malu besar sebab Tan Hong telah
menotoknya hingga ia mesti tidur sehari semalam dan
kejadian itu diketahui oleh bekas orang-orang
sebawahannya. Tanpa berkata-kata lagi ia lompat ke
arah si nona dengan gerakannya "Burung garuda


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyamber kelinci," pedangnya menikam nona itu.
Kiam Hong berlaku cerdik, ia tidak mau melawan keras
dengan keras. Ia tahu musuhnya terlalu lihai untuknya.
Ketika diserang itu. ia berkelit, dan tempo ia didesak,
diserang berulang-ulang, ia melawan selama beberapa
jurus, setelah mana ia mengambil kesempatan untuk
berkelit sambil lompat mundur, untuk lari. Bekas
congkoan istana itu boleh lihai tetapi dalam berapa
gebrakan tidak nanti dia bisa membekuk non
Elang Pemburu 2 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Kesatria Berandalan 4
^