Kisah Pedang Bersatu Padu 19

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Bagian 19


k. "Bagus! Bagus!" serunya. "Hidung kerbau, kau
sebutlah keinginanmu! Aku selalu bersiap untuk
menemani kau!"
"Thio Ibako, hati-hati!" Siu Lan berseru. "Pedangnya
itu pedang beracun!"
1345 Sebagai puterinya Cit Im Kauwcu, Nona Im lantas
dapat melihat pedang orang pedang berbahaya.
"Aku tahu!" menjawab si anak muda. "Senjata hina
dina itu tak menggentarkan hatiku!" -Eh,
hidung kerbau, kau mulailah! Jikalau kau dapat
menikam aku, kau benar lihai!"
Tay Hiong mendongkol bukan main orang membuka
rahasia pedangnya itu.
"Bangsat cilik, perduli apa aku menggunakan senjata
apa!" bentaknya. "Kau lihat saja!"
Kata-kata ini dibarengi dengan tikaman, maka
berbareng dengan itu berkesiurlah angin yang berbau
bacin, suatu tanda atau bukti bahwa pedang itu benarbenar
beracun dan racunnya juga racun istimewa.
Giok Houw berlaku waspada, la mendapatkan imam ini
tangguh lantaran tadi dia dapat bertahan dari
pukulannya, satu jurus dari Liongkun -- Kepalan
Naga. Dengan goloknya ia menangkis serangan itu, hingga
senjata mereka bentrok berisik, sedang tubuhnya
terhuyung dua kali.
"Kena!" berseru Tay Hiong, yang telah mengulangi
serangannya tanpa dia mau mengasi ketika orang
sempat memperbaiki diri. Kali ini dia menyerang ke iga
lawannya itu. Giok Houw terhuyung ke samping si imam. maka itu
tepat tubuhnya untuk menyambut tikaman, akan tetapi ia
sadar dan sebat, sembari terhuyung itu --- suatu tipu
1346 belaka --- ia berkelit. Dengan begitu ia membuatnya
tikaman lewat, pedang tidak mengenai tubuh atau hanya
bajunya saja. Kembali Tay Hiong terperanjat. Dialah seorang yang
berpengalaman bertempur, dia tahu apa artinya gerakan
lawan ini. Dari itu dengan cepat dia menyerang pula,
untuk mengulangi tikamannya yang ketiga. Pedangnya
itu beracun, untuknya cukup asal dia dapat menggores
tubuh orang. Karenanya, meski dia ketahui Giok Houw
lihai, dia mencoba dengan berani. Dia percaya, kalau dia
terbacok, dia cuma akan terluka parah, tetapi kalau
musuh tertikam, musuh bakal terbinasa. Dari itu maka
suka dia mengadu jiwa, dia bersedia berkelahi secara
mati-matian. Giok Houw dapat menerka pikiran orang. Ia berlaku
cerdik. Ia menggunakan kelincahan dari ilmu silat
"Coanhoa jiauwsu," atau "Menembusi bunga, mengitari
pohon," hingga tubuhnya menjadi lemas, licin dan gesit.
Begitulah meski tiga kali sudah Tay Hiong menikam,
dia tak memperoleh hasil.
Sebagai kesudahan dari kegagalannya berulang-ulang
itu, hati Tay Hiong menjadi goncang, sendirinya dia
menjadi bingung.
Giok Houw menggunakan saatnya. Tengah orang
berkuatir itu, ia berseru keras, ia membacok.
Tay Hiong menangkis. Dia menggunakan tipu silat
"Mengangkat obor menyuluhi langit." Dia menggunakan
tenaga sekuatnya. Dia berani berbuat begini sebab dia
merasa dalam hal tenaga, dia menang dari lawannya
yang muda itu. Dia memikir, umpama kata golok lawan
1347 tidak kena dibikin terpental, sedikit dia dapat
membebaskan diri. Tapi dia memikir sendirinya.
Giok Houw menggunakan akal. Ia tidak membacok
terus. Di saat kedua senjata bakal beradu, ia memutar
tangannya, ia menukar arah serangannya. Untuk itu, ia
pun mendak. Cuma sedikit ia mengubah sasaran,
kesudahannya ia dapat memapas kutung jempol serta
telunjuk musuh!
Gerakannya pemuda ini adalah gerakan pedang Hian
Ki Kiamhoat yang menjadi gerakan golok, tentu sekali
Tay Hiong tak menyangka sama sekali, hingga dia tidak
keburu menarik pulang pedangnya atau menggelut
tangannya itu. Sekarang ini pihak benteng airlah yang bersorak riuh.
Hanya, belum lagi orang berhenti bergembira, atau
semuanya menjadi kaget sekali.
Oleh karena kesakitan, gusar dan mendongkol, Tay
Hiong menjadi nekad, tanpa mencaci atau berseru,
mendadak dia menimpuk Giok Houw dengan pedang
pendeknya yang berbisa itu! Itulah timpukan yang
dinamakan "Di muka tangsi memanah tombak." Itu pula
suatu tipu untuk "dari kekalahan merebut kemenangan."
Musuh diserang secara tiba-tiba sedang biasanya, setelah
satu kemenangan, musuh suka kurang waspada. Untuk
Tay Hiong, cukup asal ujung pedangnya menowel tubuh
lawan... le Sin Cu memasang mata, ia terkejut untuk sepak
terjangnya Tay Hiong itu, hingga ia mau menggunakan
bunga emasnya guna merintangi pedang yang beracun
itu, akan tetapi sebelum sempat ia menimpuk, ia
1348 mendengar jeritan yang menyayatkan, ia lantas melihat
satu tubuh roboh ?" bukan Giok Houw hanya tubuh
Tay Hiong si imam!
Giok Houw telah berlaku hati-hati sekali, matanya celi,
gerakannya gesit. Ia melihat bagaimana ia diserang
secara separuh membokong itu. Ia tidak mau berkelit,
sebaliknya, ia lantas menangkis. Syukur untuknya,
karena tangannya sakit disebabkan dua jerijinya terluka,
serangannya si imam kurang kuat dan kurang tepat. Ia
dapat menangkis dengan tepat, bahkan tangkisannya
membikin pedang lawan mental balik, nancap di pundak
lawan tanpa si lawan sempat menghindari diri.
Maka menjeritlah Tay Hiong, bahna sakit dan kaget.
Menyusul jeritannya imam itu. dua tubuh berlompat
masuk ke dalam gelanggang. Yang satu ialah sahabatnya
Tay Hiong, Poan Kimkong Hu Tay Goan, si Arhat
Terokmok, dan yang lainnya Kok Tiok Kun, si tabib yang
pandai silat. Dan Tiok Kun berlompat kepada Tay Hiong.
untuk segera menotok dada orang beberapa kali!
Hu Tay Goan menjadi sangat gusar.
"Kurang ajar!" dia mencaci. "Kau... kau..."
Baharu sahabat ini menyebut "kau" itu, ia melihat Tay
Hiong bergerak bangun, untuk berduduk, lalu terus
mengangguk kepada si tabib, mengangguk memberi
hormat, sedang mukanya mengasi lihat roman
bersyukur, mulutnya yang bergerak sedikit tetapi tak ada
kata-kata yang dapat dikeluarkan. Tapi Tay Goan berada
di sisinya, sahabat ini samar-samar mendengar ucapan
terima kasih. Maka segera dia mengerti. Maka dia
1349 membatalkan caciannya, mukanya menjadi merah saking
malu sendirinya.
Racunnya Tay Hiong racun dahsyat, kalau racun itu
bercampuran dengan darah dan mengalir melulahan.
masuk ke jantung, tamatlah lelakon hidupnya. Tak ada
obat untuk mencegah kematian itu. Itu artinya mau
mencelakai orang berbalik jadi mencelakai diri sendiri.
Untuk menahan napas saja sudah tak ada
kesempatannya. Di luar dugaan, Tiok Kun menotok,
menutup jalan darahnya itu, menyusul mana, tabib ini
juga memberikan dia tusukan jarum guna menyedot
keluar racunnya itu.
"Bagus!" berkata Tiok Kun tertawa habis memberikan
pertolongannya itu. "Sekarang pergilah pulang untuk kau
merawat dirimu terlebih jauh! Pedangmu ini terlalu jahat,
lain kali baik kau jangan menggunakannya pula."
Selagi Hu Tay Goan masih jengah, Tiok Kun memberi
hormat terhadapnya seraya berkata: "Sahabatmu ini
sudah ketolongan, silahkanlah kau mengajaknya pergi!"
Tiba-tiba Tay Goan membuka lebar matanya dan
berkata: "Aku sudah turun ke gelanggang ini, mana
dapat aku balik dengan tangan kosong" Tidak lain,
terpaksa aku mesti minta pengajaran kau!..."
Orang semua heran, bukan Tay Goan menghaturkan
terima kasih, dia justeru menantang. Tiok Kun sendiri
turut menjadi heran juga.
Si Arhat Terokmok ini adalah konconya Tay Hiong
Tojin. Mereka berdua biasa melakukan pekerjaan tanpa
modal di jalan Kamliang. Mereka tidak punya lain
kambrat lagi. Cara kerja mereka juga istimewa. Yaitu
1350 mereka biasa "hitam makan hitam." Umpama mereka
tahu serombongan penjahat lain banyak simpanannya
mereka minta hasil tiga persen. Tay Goan lihai ilmu
silatnya, Tay Hiong lihai pedang beracunnya, dari itu
orang golongan Hitam jeri terhadap mereka, kalau
mereka minta bagian, tidak ada yang berani tidak
meluluskan. Tiok Kun tahu tabiatnya mereka itu, dan ia
tahu juga Tay Hiong belum pernah melakukan perbuatan
yang melanggar peri kemanusiaan, dari itu suka ia
menolongi jiwa imam itu, ia tidak menyangka, Tay Goan
sekarang menantangnya.
Tay Goan sudah lantas menggeraki kedua tangannya,
yang terlihat bercahaya merah, sembari berbuat begitu,
ia berkata: "Sudah lama aku mendengar perihal ilmu
totok kau, Tuan Kok, maka itu sekarang dengan kedua
tangan kosong ingin aku menerima pengajaran dari kau."
"Terima kasih untuk puj ian kau ini, Hu Tocu," kata
Tiok Kun. "Aku si orang tua juga sudah lama mendengar
perihal ilmu Kungoan Peklek Ciang dari tocu. Baiklah, tak
usah tocu sungkan-sungkan lagi, silahkan mulai!"
"Kungoan Peklek Ciang" itu ialah Tangan Geledek.
Hu Tay Goan benar-benar lantas menyerang.
Anginnya itu menderu keras, sampai ujung baju Tiok Kun
berkibar karenanya. Tapi si tabib tidak kena diserang. Ia
sudah lantas menggeser diri ke samping dari mana ia
membalas menyerang. Dengan tongkat bambunya, ia
menusuk ke arah telapakan tangan lawan.
"Bagus!" Tay Goan berseru seraya tangannya ditarik
pulang. Dia tidak mundur, sebaliknya, sebelah kakinya
diajukan setindak, hingga dia bersikap "Menunggang
harimau mendaki bukit," berbareng dengan mana, dia
1351 menyerang pula dengan tangan kirinya. Dengan ini dia
hendak menghajar tongkat si tabib.
Tiok Kun lekas-lekas menarik pulang tongkatnya, ia
turut menggeser tubuh juga, untuk ia terus menusuk ke
pundak penyerangnya itu.
Dengan gerakan "Burung hong mengangguk." Tay
Goan berkelit, ia menyampok tongkat. Secara begitu,
iajadi dua kali meluputkan diri.
Tongkat Kok Tiok Kun, yang dinamakan cheetiok kan,
atau "galah bambu hijau," panjangnya delapan kaki tiga
dim. Tongkat itu kaku, daya mentalnya keras, dari itu
leluasa sekali digunakannya. Sebagai alat menotok jalan
darah, karena panjangnya, tongkat itu alat yang tepat
dan berbahaya. Cacadnya ialah rada sulit untuk dipakai
berkelahi rapat. Alat totok yang umum ialah dua kaki
delapan dim. Pertempuran itu berjalan seru. para penonton sangat
tertarik perhatiannya. Di antaranya cuma Sin Cu seorang
yang melihat sikap Tiok Kun luar biasa, ialah alis si tabib
tegang dan parasnya berubah sedikit. Itulah disebabkan
Tiok Kun merasa lawannya benar-benar tangguh,
tongkatnya saban-saban kena dibikin tidak berdaya,
sedang dengan tongkat itu ia telah berlatih sempurna. Ia
pula dibikin heran, setiap kali ia terancam, lantas
ancaman itu lenyap sendirinya, meski benar ia pun
mendayakan guna menghindarinya. Ia mau membade
maksud orang tetapi ia tetap waspada.
Pertandingan ini tidak seimbang. Hu Tay Goan itu
bertubuh besar gemuk dan kekar, sebaliknya Kok Tiok
Kun kecil dan kurus. Sebaliknya, kegesitan mereka
berimbang, keduanya dapat maju dan mundur dengan
1352 sebat, hingga mata kebanyakan orang kabur
menyaksikan kelincahan mereka berdua.
Habis itu taklah lama pertempuran berjalan. Mendadak
orang melihat keduanya berlompat mencar. Sebelumnya
mereka memisahkan diri, tongkat Tiok Kun mengasi
dengar suara keras, sebab ujung tongkat mengenakan
tubuh Hu Tay Goan, yang lantas terhuyung, bukannya
mundur atau nyamping, justeru terjerunuk ke depan,
hingga dia dapat menyerang lawannya. Hampir
berbareng keduanya roboh!
Semua orang menjadi kaget, tetapi belum sempat
mereka mengambil tindakan, mereka menampak kedua
lawan itu sama-sama berlompat bangun, lantas Tay Goan
memberi hormat pada musuhnya seraya berkata: "Tuan
Kok, ilmu totokmu sangat lihai, aku si orang she Hu
takluk padamu!"
Tiok Kun pun memberi hormat seraya berkata: "Hu
Losu, ilmu Kungoan Peklek Ciang kau ini lihai, aku pun
kagum sekali!"
Tay Goan mengundurkan diri tanpa membilang apaapa,
dia hanya berkata kepada Koan Sin Liong: "Tuan
Koan, menyesal sekali yang hari ini kami berdua saudara
telah menemui kekalahan kami, hingga kami tidak dapat
memberikan bantuan kami sebagaimana layaknya.
Saudara Tay Hiong terluka, dia memerlukan rawatan,
dari itu ingin kami mengundurkan diri." Ia terus menoleh


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada Yap Seng Lim, untuk berkata: "Yap Cecu, dapatkah
aku meminjam sebuah perahu untuk kami berangkat
pulang?" 1353 "Menyambut dan mengantar tetamu adalah keharusan
kami," berkata Seng Lim cepat, "maka itu tak usahlah
sampai tuan memintanya."
Benar-benar cecu ini lantas menugaskan seorang
tauwbak buat menyiapkan perahu dan mengantarkan
kedua orang itu meninggalkan pulau mereka, untuk
pulang ke Hangciu.
"Terima kasih untuk bantuan kamu, sahabatsahabatku!"
berkata Koan Sin Liong sambil tertawa lebar,
kepalanya dilenggaki. Suaranya itu tak sedap
didengarnya. Sebenarnya Hu Tay Goan sangat bersyukur yang Kok
Tiok Kun sudah menolongi Tay Hiong Tojin, konconya
itu, kalau ia toh menempur Kok Tiok Kun. itu cuma
siasatnya untuk menutupi muka, guna membikin Koan
Sin Liong tidak menjadi kecewa. Dengan menantang Tiok
Kun, ia juga bermaksud menolongi tabib itu. la tahu
kawannya Sin Liong lihai semua, bila Tiok Kun menempur
lain orang, dikuatir dia nanti mendapat bahaya. Thio Giok
Houw tidak tahu maksud orang, dari itu ia
menganggapnya keliru, ia menyangka orang tak berbudi.
Koan Sin Liong sebaliknya sangat tidak puas atas
kesudahannya pertempuran itu.
Dengan kepandaiannya, umpama kata Hu Tay Goan
tidak mengalah, untuk mengalahkannya, mungkin Tiok
Kun memerlukan tiga sampai lima ratus jurus. Tay Goan
tahu orang lihai, ia mengalah bukan karena sungkan.
Tiok Kun pun kemudian mendapat tahu orang telah
mengalah padanya, jikalau tidak, di saat berbahaya itu,
keduanya pasti akan sama-sama terluka. Kesudahannya
ialah mereka seri.
1354 Koan Sin Liong adalah satu ahli, maka itu beda
daripada kebanyakan orang, ia mengerti sandiwaranya
Hu Tay Goan itu. Itu sebabnya mengapa ia menjadi
sangat tidak puas.
Maka juga sambil menghadapi rombongannya, ia kata:
"Sahabat yang ingin mengundurkan diri, dia boleh
mundur sekarang, temponya masih belum kasip! Tak
perduli orang membantu atau tidak, aku si orang she
Koan bersyukur karenanya! Tak usahlah orang
menggunakan alasan lagi!"
"Biarlah orang she Hu itu!" berkata Lek Hiong. "Lain
kali sajakita cari dia untuk membuat perhitungan! Tak
usahlah kau bergusar, toako! Hari ini kita akan mendapat
tahu siapa-siapa sahabat sejati! Untukku, biarlah aku
maju lebih dulu!"
Lantas jago dari pulau kosong ini mengajukan diri. Dia
membuatnya orang gentar. Dia benar pecundang dari Sin
Cu dan In Hong akan tetapi untuk menempur dia satu
lawan satu sebenarnya sulit, melainkan Hok Thian Touw
atau Cio Keng To yang dapat menandinginya. Sulitnya
ialah mereka ini telah berjanji dengan Koan Sin Liong
untuk bertempur satu sama satu dan janji itu tak dapat
diubah kecuali kedua pihak berbicara dan menyetujuinya
dulu. Selagi Cio KengTo bimbang, Yap Seng Lim bertindak
maju. "Sudah lama aku mendengar hal kepandaian luar yang
mahir sekali dari Sat Locianpwee," ia berkata, sabar,
"meski begitu aku yang rendah tak tahu harga diriku,
suka aku memohon mencobanya untuk beberapa jurus."
1355 Sat Lek Hiong tertawa bergelak.
"Yap Cecu sendiri sudi memberi pengajarannya,
sungguh tak ada yang terlebih baik daripada itu!" ia
berkata. "Silahkan!"
Di pihak tuan rumah orang heran melihat Seng Lim
mengajukan diri. Itulah berbahaya. Umumnya hati orang
tak tenang. Seng Lim muridnya Kimkong Ciu Tang Gak si
Tangan Arhat, ia pun mengutamakan kepandaian luar, --
gwakang, ?" ia memang tepat menandingi Lek Hiong,
tetapi ia kepala, sebagai kepala tak selayaknya ia yang
lantas maju. Tapi ia sudah berada di depan, tak dapat ia
diminta mengundurkan diri.
"Silahkan locianpwee yang mulai!" berkata Seng Lim
merendah. "Aku yang muda tuan rumah dan locianpwee
ialah tetamu, tidak berani aku melancangi!"
"Kalau begitu, maaf!" berkata Lek Hiong seraya lantas
ia menggeraki kedua tangannya, hingga terdengar
bersuara meretak pada sambungan tulang-tulangnya,
menyusul mana mendadak sebelah tangannya meluncur.
Lek Hiong bertubuh lebih tinggi daripada Seng Lim,
maka itu ketika ia menyerang ini, tangannya dari atas
turun kebawah, umpama kata seperti gunung Taysan
menindih kepala!
Seng Lim pun dengan cepat menggeraki tangannya.
Dengan tangan kiri ia menangkis, dengan tangan kanan
ia membarengi menyerang. Ini dia yang dinamakan keras
lawan keras, maka beradulah tangan mereka. Sebagai
kesudahan daripada itu, tubuh Seng Lim mundur tiga
tindak, lantai yang diinjak menjadi celong, bertapakkaki.
Tapi juga Lek Hiong terhuyung dua kali, dia mesti lompat
1356 ke kiri satu tombak, baru dapat dia membikin tubuhnya
berdiri tegak pula.
Seng Lim merasa orang bertenaga seperti raksasa,
bahwa ia mungkin tak dapat bertahan, akan tetapi ia
tidak takut, ia tidak kekurangan daya. Beda daripada Lek
Hiong, ia mahir ilmunya tenaga dalam dan tenaga luar,
maka untuk melawan musuh tangguh ini, ia
menggunakan dua-dua kepandaiannya itu. Ia menangkis
dengan tangan kirinya dengan ilmu pukulan Bianciang
Kanghu, atau Tangan Kapas, ialah dengan tenaga lunak.
Sebaliknya dengan tangan kanannya ia menghajar
dengan Kimkong Ciu, tenaga keras. Sayang untuknya, ia
belum mencapai puncaknya Bianciang Kanghu, kalau
tidak, celakalah Lek Hiong. Itu sebabnya kenapa orang
she Sat ini melainkan terhuyung.
Bentrokan pertama ini meyakinkan kedua pihak akan
lihainya mereka masing-masing. Yap Seng Lim segera
mengerti bahwa ia perlu menggunakan siasat. Lek Hiong
sebaliknya kagum karena lawannya masih muda sekali,
usianya baru lebih kurang tiga puluh tahun, dia tidak
menyangka sekali pukulannya itu dapat dilawan secara
demikian bagus.
Ketika keduanya maju pula, lebih dulu mereka
berputaran. Habis itu Seng Lim yang merasa terlebih
dulu. Ia menggeraki keduatangannya ke kiri dan kanan,
tangan kiri dalam sikap menjaga atau menangkis, tangan
kanan terus menyerang. Dari kepalan, tangan kanan itu
dibuka, untuk jerijinya dipakai menotok ke pinggang di
mana ada jalan darah kwicheng.
Lek Hiong tidak mundur atau berkelit, dia menangkis
sambil membalas menyerang juga, maka lagi sekali
1357 mereka itu bentrok. Tubuh Seng Lim mundur sambil
mencelat tinggi. Lek Hiong mundur tiga tindak sambil
terdengar suaranya, "Hm!"
Nyata mereka kembali tak menang dan tak kalah.
Penonton dari kedua pihak sama-sama menyusut
peluh tanpa merasa.
Ie Sin Cu terkejut berbareng girang. Ia terkejut untuk
hebatnya lawan itu. Ia berkuatir, kalau lama-lama
mereka bertempur, Seng Lim mungkin kalah ulet.
Sebaliknya ia girang sebab ia mendapat bukti Kimkong
Ciu suaminya itu demikian mahir, suami itu memperoleh
kemajuan di luar sangkaannya.
Semua mata lantas mengawasi dengan tajam.
Kedua pihak lantas maju pula, untuk melanjuti
pertempuran mereka. Bisalah dimengerti jikalau mereka
menjadi sama-sama penasaran, hingga pertempuran
berlangsung dengan dahsyat. Penonton kedua pihak
pada mengundurkan diri, untuk menyingkir dari
samberan angin mereka itu.
Lewat sekian lama, orang melihat Seng Lim mandi
keringat sedang Lek Hiong bernapas mengorong. Itulah
bukti kedua pihak sudah mengobral tenaga mereka,
hingga mereka menjadi letih sekali.
Di pihak Seng Lim, bukan cuma Sin Cu sang isteri,
juga In Hong dan Giok Houw menguatirkannya, kuatir
kalau-kalau dia salah bergerak...
Tengah bertempur hebat itu tiba-tiba terdengar
bentakannya Sat Lek Hiong, yang tangan kirinya
1358 memutar mengancam dan tangan kanannya menyerang
hebat. Seng Lim menutup dadanya dengan tangan kanannya
tetapi tangan kanan itu kena tertolak ke samping,
tubuhnya turut tertolak mundur juga. Itu berarti
tubuhnya telah terbuka, tinj unya Lek Hiong tinggal
menghajar dadanya itu.
Cio Keng To kaget hingga dia berteriak "Celaka!"
sambil terus lompat maju, untuk melindungi ketua dari
benteng air Hokpo To itu. Tapi belum lagi ia tiba kepada
orang-orang yang lagi mengadu jiwa itu, segera terlihat
tubuh Seng Lim bergeser ke samping kanan, tangan
kirinya dipakai menangkis, tangan kanannya yang
tertolak diteruskan dipakai menyamber. Nampaknya ia
menggeraki tangan lambat, akan tetapi akibatnya itu,
tubuhnya Lek Hiong yang besar itu kena dibikin
terpental. Hanya habis itu, dengan mengasi dengar suara
napas tertahan, tubuh ketua benteng pulau ini roboh
terjengkang! Majunya Cio Keng To tepat sekali, hingga ia dapat
menanggapi tubuh ketua itu, hingga tubuh itu tak usah
jatuh terbanting.
Di pihak sana baik Koan Sin Liong atau lainnya, tidak
ada yang keburu menolongi kawannya maka itu Lek
Hiong roboh terjungkal, kedua kakinya menjulang ke
langit! Seng Lim tahu ia terancam bahaya maka itu ia
menggunakan kesehatannya untuk berkelit, untuk segera
membarengi menyerang dengan pukulan Tangan Kapas,
benar ia agaknya bergerak lambat tetapi serangannya
1359 dahsyat. Buktinya tubuh raksasa musuhnya itu terpental
keras. Lek Hiong menyerang dengan bernapsu, ia tidak
menyangka lawannya demikian lincah, tetapi walaupun ia
roboh, serangannya mengenai juga, hanya itu tidak
tepat, dari itu Seng Lim cuma kena tertolak dengan
napasnya dirasai tertutup.
Coba keduanya sama-sama terguling, mereka
seimbang, pertempuran mereka seri. Tetapi Seng Lim
ditolongi Keng To, dia dapat segera mempertahankan
diri. Di lain pihak. Lek Hiong terhitung cianpwee, orang
dari tingkat terlebih tua dan tinggi, dia keteter terhadap
seorang muda --- siauwpwee --- ia kalah sendirinya
karena derajatnya itu, maka meski mereka seri. ia toh
terhitung kalahjuga.
"Terima kasih locianpwee suka mengalah," kata Seng
Lim. Lek Hiong jengah, mukanya merah.
Ketika itu, dengan pedang terhunus, seorang
mengajukan diri seraya berkata dengan dingin: "Yap
Cecu, kau benar-benar lihai! Baiklah tunggu sebentar,
setelah kau beristirahat, suka aku si orang she Koan
menerima pengajaran dari kau!" Ia tidak menanti
jawaban, ia terus memandang Cio Keng To, untuk
meneruskan: "Orang tua she Cio, kau sudah maju ke
gelanggang, kau baiklah jangan mengundurkan diri
pula!" Orang itu ialah Koan Sin Liong, sebagaimana ia telah
menyebut-nyebut she-nya. Ia nampak gusar sekali. Ia
1360 melihat KengTo menolongi Seng Lim. Ia mendongkol
tanpa bisa 788 berbuat apa-apa, sebab perbuatan orang she Cio itu
tak menyalahi aturan Kangouw. Maka ia cuma dapat di
satu pihak menyindir Seng Lim dan di lain pihak
menantang Keng To.
"Memang aku telah memikir untuk tidak pulang!"
berkata Keng To sambil tertawa nyaring. "Asal kau dapat
menahan aku maka beberapa potong tulang-tulangku
dapatlah dipendam di sini!"
Kata-kata ini ditutup dengan dihunusnya pedang yang
terus diluncurkan ke depan lawan yang jumawa itu.
Koan Sin Liong sudah lantas menyambut.
Keng To ahli pedang kaum lurus, sudah menjadi
kebiasaannya walaupun di depan musuh lihai, tak dapat
ia melupai aturan. Begitu ketika ia meluncurkan
pedangnya, ia bukan lantas menyerang, hanya ujung
pedangnya itu lantas ditunduki ke bawah. Itulah tanda
menghormat. Koan Sin Liong bangsa sesat, dia sebaliknya, dia tidak
mengambil mumat aturan kehormatan, begitu melihat
pedang lawan meluncur, begitu dia menyambut. Dia
menangkis keras, sambil menangkis, sebelah kakinya
diajukan. Kedua pedang bentrok satu dengan lain, pedang Keng
To kena dibikin mental, sebaliknya ujung pedang Sin
Liong meluncur terus ke lengan lawan, sebab dia
menangkis sambil diteruskan menikam.
1361

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keng To terkejut. Inilah ia tidak sangka. Syukur ia
lekas mengegosi tangannya itu, jikalau tidak, celakalah ia
hanya dalam sejurus itu.
Gagal serangannya yang licik itu, Sin Liong mendesak,
ia menyerang pula.
Keng To menangkis sambil mendak. Pedangnya tidak
bentrok, karena Sin Liong menarik pulang senjatanya.
Karena ini ia dapat meneruskan membabat ke bawah, ke
kaki. "Bagus!" Sin Liong berseru memuji seraya tubuhnya
mencelat tinggi, berkelit dari ancaman bahaya itu, hingga
pedang lawan lewat di bawahan kakinya. Ia berlompat
sambil terus menjumpaiitkan diri, hingga kakinya berada
di atas, kepalanya berada di bawah, dengan begitu selagi
turun itu, ia dapat menggunakan ketika meneruskan
menyerang. Keng To cepat-cepat menangkis. Maka lagi sekali
pedang mereka beradu nyaring.
Baru setelah ini keduanya memisahkan diri.
Keng To menjadi gusar, hampir pundaknya tertikam,
sedang pedangnya sendiri lewat di atasan pundak
musuh. "Kau telengas, jahanam!" ia mendamprat di dalam
hati. "Nyata aku keliru memandang kau sebagai jago!"
Karena ini. ia lantas maju pula untuk menyerang lagi. Kali
ini ia bersilat dengan "KengTo Kiamhoat," ilmu "Pedang
Bergelombang," yang menjadi peryakinannya. Sekarang
ia tidak mau berlaku sungkan lagi.
1362 Cio Keng To terkenal berbareng dengan Thio Tan
Hong dan Ouw Bong Hu, ilmu pedangnya itu telah
diyakinkan selama beberapa puluh tahun, maka itu bisa
dimengerti serangannya ini seperti gelombang saling
kejar. Koan Sin Liong bertindak dalam garis Kiukiong Patkwa.
ia main mundur dengan rapi. Ia terdesak tetapi ia tidak
menjadi repot. Untuk sehirupan teh, pertempuran berlangsung hebat.
Satu menyerang, satu menjaga. Tidak ada pihak yang
terlebih unggul.
Cuma di dalam hatinya, Koan Sin Liong berkata: "Tua
bangka ini benar-benar hebat. Dia terlebih tua daripada
aku. toh dia masih gagah mirip anak muda!" Ia menjadi
waspada. Dalam pertempuran seperti itu, meski KengTo
mendesak, sebenarnya Sin Liong yang mesti
mengerahkan tenaga dan perhatian lebih banyak. Kalah
tenaga atau alpa berarti kekalahan. Sin Liong lihai, dia
dapat bertahan.
Mau atau tidak, Keng To mesti puji lawannya ini.
Katanya dalam hati: "Pantas dulu hari, paman gurunya
telah menantang Hian.Ki Itsu! Ilmu pedangnya ini, untuk
kaum sesat, benar ilmu pedang kelas satu!" Oleh karena
ini, ia tidak mau berlaku teledor.
Dengan cepat pertempuran itu sudah berjalan seratus
jurus. In Hong menonton sambil berdiri berendeng dengan
Sin Cu, diam-diam keduanya memuji. Tapi Nyonya Yap
rada berkuatir, ia kata perlahan kepada kawannya: "Cio
1363 Locianpwee sudah berusia lanjut, kalau dia mesti
bertempur lama, tenaganya dapat berkurang lebih cepat.
Aku kuatir dia rugi pada tenaganya..."
Baru nyonya ini berkata demikian, lantas ia melihat
satu perubahan yang sangat cepat. Keng To menyerang,
Sin Liong ayal menangkis. Ia menjadi girang. Tapi In
Hong berseru: "Celaka!"
Perubahan telah terjadi dengan sangat cepat.
Bukannya Sin Liong yang terluka, justeru Keng To yang
kena ditikam. Ujung pedang si orang she Koan
menggores lengan kiri panjangnya lima dim!
Keng To pun sependapat dengan Sin Cu. la tidak mau
pertempuran mengambil tempo terlalu banyak. Ia
menjadi ingin mengakhirinya siang-siang, lebih cepat
daripada semestinya. Karena berpikir begitu, meski orang
dihadapinya, ia seperti lupa Sin Liong itu tidak ada
tangan kirinya Ia menyerang dengan tikaman
"Siangliong cuthay"-"Dua ekor
naga keluar dari laut." Serangan itu mengarah kedua
tangan kanan dan kiri dengan bergantian. Hebat ilmu
silat itu. Akan tetapi Sin Liong bertangan satu, tak ada lengan
kirinya maka itu sia-sia belaka tikaman Keng To ke
lengan kiri. Pedang cuma mengenai tangan baju yang
tidak ada lengannya. Baru setelah mengenai tangan baju
itu, KengTo sadar. Tapi sudah kasip. Sin Liong
menggunakan saatnya dengan tepat, pedangnya
meluncur. Syukur Keng To masih cukup gesit, maka ia
cuma tergores sedikit. Meski begitu, darahnya lantas
mengalir. 1364 Sin Cu terkejut, tapi cuma sebentar. Cepat luar biasa,
perubahan lain sudah mengambil tempat. Perubahan ini
menarik perhatiannya. Sin Liong dan Keng To saling
menyerang, pedang mereka beradu. Luar biasa, habis
itu, kedua pedang tak dapat ditarik pulang masingmasing.
Kedua pedang nempel satu pada lain. Dengan
begitu, keduanya pun terus tak bergerak.
Darah di lengannya KengTo turun tetes demi tetes.
Koan Sin Liong sebaliknya, parasnya berubah dan dari
dahinya keluar peluhnya yang sebesar kacang kedele,
jatuh tetes demi tetes juga.
Itulah Keng To yang menempel pedang lawan. Ia
gusar, ia menggunakan siasatnya ini. Inilah siasat yang
akan memutuskan, siapa mati dan siapa hidup. Ia telah
mengerahkan tenaga dalamnya, menempel pedang
lawan hingga tak dapat ditarik pulang.
Dari mengadu pedang, mereka menjadi menguji
tenaga dalam. Walaupun sama-sama tak bergerak, pertandingan ini
lebih hebat daripada pertandingan pedang.
Mau atau tidak, pihak rombongan Sin Cu berkuatir.
Bukankah Keng To sudah terluka" Tidak dapat jago itu
mengeluarkan terlalu banyak darah. Memang darahnya
mengetes perlahan, tapi bagaimana kalau waktunya
berlarut-larut" Sedikit demi sedikit berarti banyak juga...
Juga Koan Sin Liong berkuatir. Ia tidak terluka tetapi
ia kalah tenaga dalam. Ada kemungkinan sebelum Keng
To letih atau habis tenaga disebabkan darahnya keluar
terus menerus, ia akan roboh terlebih dulu lantaran
tenaga dalamnya terkerahkan habis.
1365 Pihak Sin Liong pun turut berkuatir.
"Thian Touw," kata In Hong akhirnya pada suaminya,
"dapatkah kita berdua memisahkan mereka?"
Selagi si nyonya berkata begitu, dari rombongan Sin
Liong terlihat seorang bertindak maju ke gelanggang.
Dialah imam yang bernama Ceng In, yang maju sambil
menghunus pedangnya. Seperti In Hong, diajuga berniat
memisahkan keduajago itu.
Cepat Ceng In bertindak, begitu tiba begitu ia
meluncurkan pedangnya.
"Traang!" suara beradu terdengar.
Pedangnya Koan Sin Liong pedang Siongbun
Kouwteng kiam, pedang itu tergeser sedikit, akan tetapi
kedua pedang tetap nempel. Sebaliknya pedang Ceng In
mental balik juga tubuhnya.
Justeru itu kembali terdengar suara "Traang!" terlebih
nyaring. Kali ini pedang Thian Touw yang menyelak di
antara pedang kedua jago. Jago dan Thiansan bergerak
menyusuli Ceng In.
Pedangnya Sin Liong dan KengTo lantas berpencaran.
Atas itu tubuh KengTo roboh terguling, akan tetapi
segera ia lompat bangun pula. Tubuh Sin Liong
terhuyung enam atau tujuh tindak, lalu berputar, habis
itu baru dia dapat berdiri tetap.
Ceng In memisahkan dengan pikirannya berat
sebelah. Di muka umum seperti itu ia tidak berani
berlaku curang dengan menikam langsung pada Keng
To. Hanya ketika ia memisahkan, pedangnya diberatkan
kepada pedang musuh kawannya. Kalau ia berhasil, Sin
1366 Liong dapat meneruskan menikam. Tapi dia kalah tenaga
dalam, pedangnya terpental dia terpelanting. Meski
begitu, ketika pedang mereka tergerak, Sin Liong dapat
juga meluncurkan terus pedangnya. Akan tetapi dia tidak
dapat menikam KengTo. Tepat di itu waktu, datang
serangannya Hok Thian Touw. Tidak ampun lagi, pedang
mereka bercerai-berai.
Ceng In roboh terguling, dia tidak mendapat luka
tetapi dia malu.
Thian Touw memisahkan secara jujur akan tetapi ia
menyebabkan kemendongkolannya Sin Liong. Jago itu
terhalang maksudnya. Cuma, sebab tidak ada alasan, Sin
Liong tidak berani menegur. Ia pula harus meluruskan
napasnya. Setelah itu In Hong maju ke gelanggang. Inilah
kebetulan buacago tua itu.
"Kamu suami isteri kebetulan maju," katanya,
"sekarang mari kita memenuhkan janji kita!"
Dengan berani Sin Liong menentang.
"Locianpwee," kata Thian Touw tertawa, "apakah kau
tidak ingin beristirahat dulu?"
Sin Liong menyedot napasnya. Ia melihat cuaca, ia
berpikir. Ia merasa ia bakal dapat melayani suami isteri
itu sampai dua ratus jurus. Itu berarti ia akan menang
tempo. Ia ingin memperlambat waktu kira-kira setengah
jam, lantas harapannya timbul. Sebagai seorang manusia
licik, ia sudah mengatur tipu daya. Ia mempunyai bala
bantuan, yang datangnya lagi ditunggu. Thian Touw
sebaliknya tidak berpikir sebagai ia.
1367 "Meski aku bertempur, aku si orang she Koan tidak
menghamburkan tenagaku!" ia kata tertawa, sikapnya
jumawa. "Tak ada perlunya untuk aku beristirahat lagi!
HokTayhiap, kau terlalu memandang enteng kepadaku!"
Thian Touw tidak mau berlaku curang. Ia melirik
kepada Ceng In, yang lagi berdiri dengan masih
memegangi pedang, matanya imam itu mengawasi ia
dengan bengis. Rupanya dia itu masih mendongkol dan membenci
kepadanya disebabkan dia gagal memisahkan, ia
berhasil, dia roboh dari mendapat malu. Ia lantas
tertawa. "Jikalau begitu, locianpwee." katanya, "baiklah,
silahkan toya itu pun maju bersama! Kami berdua,
locianpwee juga berdua, kita jadi seimbang!"
Sin Liong menantang suami isteri itu, benar ia satu
lawan dua, ia anggap itulah pantas. Bukankah ia jago
dan telah terkenal" Bukankah ia lebih tua tingkatnya" Ia
malu satu lawan satu. Tapi sekarang orang meminta
sendiri ia maju berdua, diam-diam ia girang. Ini ada
baiknya. Jadi ada ketika lebih baik untuk ia
memperlambat waktu. Siapa tahu kalau ia justeru akan
dapat merobohkan suami isteri itu" Biar bagaimana,
Ceng In tidak dipandang enteng.
"Toheng, bagaimana pikiranmu?" ia tanya imam itu.
"Mereka ini ialah suami isteri Hok Thian Touw dari
Thiansan yang kesohor untuk ilmu pedangnya Siangkiam
Happek yang bersatu padu, yang pernah bertemur seri
dengan Locianpwee Kiauw Pak Beng."
1368 Ceng In terkejut mendapat tahu orang ialah jago
Thiansan. Ia belum kenal suami isteri itu, ia cuma baru
mendengar namanya. Tapi sudah terlanjur, tidak dapat ia
mundur. Maka ia kata: "Memang telah lama aku
mendengar nama besar dari tayhiap suami isteri. Marilah!
Aku pikir, daripada kita bertempur dalam dua
rombongan, baik kita menjadi satu saja!"
Ketika itu Cio Keng To berdiri mengawasi dari luar
gelanggang. Lukanya luka di kulit, habis diborehkan obat,
darahnya berhenti mengalir. Ia tidak berkuatir melihat
Thian Touw menantang. Bahkan sambil tertawa ia kata
pada Sin Cu: "Meski tua bangka itu belum mensia-siakan
tenaganya melawan aku, melayani Hok Tayhiap berdua
dia bukannya tandingan! Tapi dia berkepala besar, dia
berani menantang! Dia dibantu si hidung kerbau, kendati
begitu, dia cuma akan dapat melawan tiga ratus jurus!"
Sin Cu setuju dengan pandangannya jago tua ini. Tapi
ia heran. Kenapa Sin Liong berani menantang Thian
Touw" Mestinya dia letih, dia perlu beristirahat dulu. Ia
menjadi bercuriga.
Itu waktu ke empat lawan sudah mengambil
kedudukan masing-masing, pedang mereka juga telah
disiapkan. Sebelum mulai. Koan Sin Liong berseru
nyaring, baru habis itu, lengan tunggalnya bergerak.
Thian Touw kagum habis bertempur seru, Sin Liong
masih dapat mengeluarkan suara nyaring itu. Itulah
tanda dari tenaga dalam yang sempurna. Karena ini, ia
tidak mau memandang enteng kepada lawannya itu. Ia
pikir untuk membela diri dulu, baru membalas
menyerang. 1369 In Hong menerjang Ceng In lekas mereka sudah mulai
bergerak, ia menabas ke arah lengan. Itulah jurus
"Burung malam menggaris pasir."
Ceng In pun ahli pedang tetapi belum pernah ia
melihat pembukaan penyerangan cara demikian, ia
menjadi terkejut. Ia tidak menangkis hanya berkelit
seraya memutar tubuh, niatnya buat meneruskan


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membalas menyerang. Tapi ia kalah sebat, lengannya
hampir tergores. Karena itu, gagal niatnya membalas. In
Hong sebaliknya mendesak, gagal serangannya yang
pertama, menyusul yang kedua.
Mendadak terdengar suara bentrok, nyaring dan lama.
In Hong melirik. Sin Liong dan suaminya mengadu
pedang mereka, pedang suaminya itu tertolak ke bawah.
Itulah akibat tenaga dalam Sin Liong lebih unggul.
Menampak demikian, terpaksa In Hong meninggalkan
Ceng In guna menyerang Sin Liong. Justeru itu, Thian
Touw sudah membalas menyerang. Maka bersatu
padulah pedang mereka berdua.
Pedangnya Sin Liong kena terhajar hingga mental,
karena itu terbukalah satu lowongan. Kedua pedang
suami isteri itu meluncur terus, yang satu ke atas. ke
mata, yang lainnya ke bawah, ke dengkul.
Sin Liong tajam matanya dan gesit tubuhnya. Ia
menangkis ke atas sambil lompat membal, dengan begitu
dengan kakinya ia bisa menjejak lengan si nona. Karena
tangannya sebelah, tak dapat ia menangkis ke atas dan
ke bawah hanya dengan sebuah lengan. Itulah jejakan
"Kwec Seng tektauw" atau "Kwee Seng menendang
bintang." 1370 Memang selama meyakinkan ilmu pedang dengan
tangan sebelah, Sin Liong melatih juga kedua kakinya,
untuk bertindak dengan rapi dan tetap, untuk dapat
menendang dan menjejak.
"Bagus!" In Hong berseru seraya ia menyerang pula
ke bawah. Lagi-lagi Sin Liong berlompat lagi-lagi ia menjejak, tapi
sekarang si nyonya berlaku cerdik, ia memutar
tangannya, dengan mana berarti juga ia memutar
pedangnya. Sin Liong melihat bahaya, ia menggeraki kedua
kakinya berbareng. Ia benar-benar gesit. Ia dapat
membikin pedang lewat tepat di bawah sepatunya. Tidak
cuma demikian, ia pun dapat kesempatan guna
meneruskan menjejak pula!
Di dalam keadaan seperti itu, Nyonya Thian Touw
tidak sempat menarik pedangnya, ketika pedangnya itu
terjejak, saking kerasnya jejakan, tubuhnya terhuyung
mundur beberapa tindak, hampir pedangnya terlepas dan
cekalan. Koan Sin Liong juga bukan bebas seluruhnya, ia sudah
lantas diserang Hok Thian Touw, hanya saking lihai,
dengan pedangnya ia dapat membebaskan diri pula.
Setelah ini ia mengeluarkan keringat dingin, hatinya
cemas. Hok Thian Touw lantas mendesak, pedangnya
menikam dan menabas berulang-ulang.
Sin Liong menjadi repot. Ia tidak menyangka suami
isteri itu dapat bersatu padu demikian mahir. Ia sudah
1371 pikir akan dapat melayani sampai dua ratus j urus, siapa
tahu sekarang, baru lima puluh jurus, ia sudah keteter.
Lebih buruk lagi ialah Ceng In. Imam ini berkelahi
lebih banyak berkelit ke belakang kawannya itu, sebab
asal ia berada di depan, ia lantas diserbu kedua
lawannya bergantian.
Menyaksikan jalannya pertandingan itu, pihak Sin Cu
bergirang. Cio KengTo mengurut kumisnya, sembari tertawa ia
kata: "Pantaslah sepuluh tahun dulu Thio Tan Hong telah
memastikan Hok Thian Touw bakal menjadi seorang guru
besar, nyata matanya jauh lebih tajam dari mataku! Tadi
aku menyangka, si bangsat tua dibantu si imam akan
dapat bertahan sampai tiga ratus jurus, sekarang ia
ternyata, tak usah sampai seratus jurus, dia bakal kena
dirobohkan!"
Walaupun Sin Liong terdesak, pertempuran berjalan
tetap seru. Thian Touw dan In Hong merangsak, tetapi
penjagaan kokoh teguh.
Tiba-tiba terdengar jeritan, lantas terlihat Ceng In
terhuyung, tubuhnya berlepotan darah, setelah tujuh
tindak, dia roboh terguling, pedangnya terlepas. Pedang
itu telah terkutung dua!
Rombongannya Sin Cu lantas berseru bersorak.
Justeru itu terlihat kabur datangnya sekor kuda,
penunggangnya dua orang. Penunggang yang satu
sambil mengangkat tinggi sehelai bendera merah.
Yap Seng Lim lantas mengenali, orang itu ialah
orangnya sendiri, tauwbak yang ditugaskan menjaga
menara pengawasan, namanya Ong Tek. Penunggang
1372 yang lain tak nampak nyata, karena dia kealingan
tauwbak ini. Ong Tek datang seperti kilat, mestinya dia mempunyai
berita penting. Mau atau tidak. Seng Lim heran.
Yang lain-lainnya pun lantas mengawasi dua
penunggang kuda itu.
Segera juga kuda yang dikaburkan itu sampai di depan
Seng Lim, begitu sampai, ke empat kakinya lemas, dia
lantas roboh, sedang dari mulutnya, habis ringkikan,
keluar ilar putih yang berbusa. Kedua penunggangnya
turut roboh terguling, hanya lekas merayap bangun,
untuk berlutut di depan ketua itu.
Seng Lim gagah dan berpengalaman, tetapi kali ini ia
kaget. Ia heran hingga ia berpikir: "Apakah artinya ini"
Kabar penting apa mereka bawa" Kenapa agaknya
mereka begini ketakutan" Kenapa berdua mereka naik
sekor kuda" Mungkinkah musuh datang membokong
hingga cuma mereka berdua yang lolos"..." Ia lantas
mencoba menenangkan diri.
Ong Tek sudah lantas mengasi dengar suaranya,
tetapi dia bersuara ah-ah uh-uh. Parasnya menunjuki dia
ketakutan dan kesakitan.
Seng Lim tercengang.
"Ong Tek, kau kenapa?" ia tanya keras, lalu mendadak
ia mendupak tauwbak-nya itu. Segera ia tahu orangnya
itu telah orang totok urat gagunya, maka ia mendupak
untuk membebaskannya.
"Cecu!" Ong Tek berseru. "Musuh..."
1373 Baru saja dapat membuka mulut, tauwbak ini tak
dapat bicara lancar. Tapi keterangannya itu sudah cukup.
Itu artinya ada musuh.
"Beberapa besar jumlahnya musuh yang datang?" ia
tanya penunggang kuda yang lainnya. Percuma akan
menanya Ong Tek. "Lekas bilang!"
Tauwbak itu tidak lantas menyahuti, hanya dia
berlompat bangun.
"Seng Lim, awas!" Sin Cu berteriak. "Dia!..."
Belum berhenti suaranya isteri ini, atau tauwbak itu
sudah menyerang Seng Lim dengan totokannya.
"Kau!... Kau!..." berseru Seng Lim. Tapi cuma sebegitu
ketua ini dapat membuka mulutnya. Mendadak ia
merasakan hatinya dingin, tubuhnya dingin juga, sedang
giginya lantas bercatrukan, tanpa ia dapat
mempertahankan, tubuhnya itu terhuyung mau jatuh.
Tauwbak itu tidak berhenti dengan hanya serangannya
itu, sambil tertawa mengejek, dia maju pula, untuk
mencekal tangannya Seng Lim.
Ketua ini berseru, dengan tangannya ia mencoba
menyerang. Sayang karena tubuhnya beku, tidak dapat
ia mengerahkan tenaga dari Taylek Kimkong Ciu, meski
begitu penyerangnya itu tertolak juga mundur dua
tindak. Setelah itu, sendirinya ia roboh terguling.
Ketika itu Sin Cu sudah menyerang dengan tiga buah
kembang emasnya.
Tauwbak penyerang itu lihai sekali. Dia menjejak
tanah, tubuhnya lantas mencelat tinggi, berkelit dari
serangan senjata rahasia itu, sedang tangannya yang
1374 sekarang terlihat memegang sebatang kipas, menangkis
pergi pulang, hingga ketiga bunga emas kena tersampok
runtuh. Dia gesit dan lincah sekali. Lompatannya itu pun
lompatan "Angsa es terbang ke langit." Ketika dia turun
pula, tubuhnya meluncur ke depannya Kiam Hong.
"Kiauw Siauw Siauw!" Nona Liong berteriak kaget.
"Ya, budak hina!" tauwbak itu menjawab, tertawa
dingin. Dia benarlah puteranya Kiauw Pak Beng.
"Kiranyakau masih mengenali aku!" Kata-kata tajam
itu disusul dengan serangan dengan kipas.
Liong Kiam Hong menangkis,
tetapi pedangnya berbalik kena disampok, menyusul
mana, jari tangan anak muda itu menotok.
Nona Liong terkejut, ia berkelit, tapi gagal, totokan
datang sangat cepat, maka seperti Seng Lim, tubuhnya
terasa dingin, hingga ia menggigil, terus tubuhnya itu
roboh! Sin Cu berlompat dengan lompatan "Patpou kansian,"
sambil berlompat, ia menyerang. Kiauw Siauw Siauw
tengah menghadapi Kiam Hong, maka punggungnya
menjadi sasaran pedang itu. Akan tetapi dia tahu adanya
serangan, dia menangkis ke belakang, terus dia tertawa
berkakak dan berkata nyaring: "Kamu semua ikan-ikan di
dalam kwali! Masihkah kamu bandel?" Perkataan itu
disusul dengan suara bergelegar di kejauhan " suara
meriam! Sin Cu terkejut akan tetapi ia menyerang terus. Tiga
kali beruntun pedangnya menikam dan menabas.
Dengan Kiauw Siauw Siauw ia memang seimbang, hanya
1375 kali ini ia tengah gusar dan berkuatir, ia menyerang
seperti tanpa pembelaan diri.
Kiauw Siauw Siauw menjadi repot, sampai tak sempat
dia menggunakan ilmu silatnya yang lihai jaag baru saja
selesai diyakinkan.
Suara meriam tidak terdengar cuma satu kali. lantas
datang susulannya, suaranya pun makin dahsyat, lalu
terlihat dari pelbagai arah untuk menyampaikan lapangan
pertandingan ada debu mengepul, ada terdengar seruseruan.
Itulah tanda dari datangnya pasukan tentera,
bahkan yang menjadi pemimpin sudah lantas muncul,
sambil tertawa berkakak dia berkata: "Pecundang dari
Ciatkang Timur dari sepuluh tahun yang lampau, hari ini
kamu tak akan lolos lagi dari jaringan!"
Dialah Yang Cong Hay si orang kosen yang licin! Dan
dia terlihat diiring Law Tong Sun, Kiok Ya Ciauw dan
Tonghong Hek! Sin Cu tercengang melihat datangnya rombongan itu.
Justeru itu Siauw Siauw menyampok pedangnya sambil
terus menotok jalan darah kinceng. Totokan itu didului
hawa dingin. Sin Cu berkelit, terus ia lompat mundur beberapa
tombak. Ia menggunakan kelincahan dan tipu silat
"Menembusi bunga mengitari pohon." Karena ia ingin
menolongi Seng Lim dan Kiam Hong, ia lantas
meninggalkan anaknya Kiauw Pak Beng itu.
Kiauw Siauw Siauw tertawa pula, lantas dia berlompat
maju, untuk menyerang. Dia menyerbu kawanan
tauwbak yang berkumpul menonton pertandingan.
Dengan cepat dia merobohkan dua puluh orang lebih.
1376 Dia lihai sekali. Semua tauwbak yang roboh itu pada
menggigil dan merintih, tubuh mereka bergulingan.
Mereka seperti diserang demam dingin yang luar biasa.
Puteranya Kiauw Pak Beng ini dapat bergerak dengan
leluasa karena tangannya yang patah, sudah disambung
dan diobati sembuh oleh ayahnya, bahkan ilmu silatnya
menjadi bertambah, sebab dia telah berhasil mempelajari
semacam ilmu silat baru.
Kiauw Pak Beng telah maju pesat sekali begitu lekas ia
sudah mengerti teori dari ilmu tenaga dalam yang lurus,
hingga ia dapat mencampurnya dengan kepandaiannya
sendiri dari ilmu sesat, sudah begitu ia dibantu dengan
tenaganya obat-obatan. Tidak lama sehabisnya
pertarungan di Kunlun San, ia telah menyampaikan
tingkat ke sembilan dari Siulo Imsat Kang.
Kiauw Siauw Siauw belajar terus akan tetapi dia tidak
bisa menyusul atau menyamai ayahnya. Pak Beng sangat
menyayangi puteranya ini, ia mengambil jalan singkat
untuk membikin sang putera menjadi lihai. Demikian ia
menciptakan ilmu totok "Hian-im Ci" dan mewariskan itu
kepada puteranya itu. Lihainya ilmu itu ialah sebab
digabungnya dengan Siulo Imsat Kang, hingga setiap
totokan diiringi dengan hawa sangat dingin.
Demikianlah Yap Seng Lim dan Liong Kiam Hong,
karena terdesak, mereka roboh sebagai kurbannya Siauw
Siauw. Siauw Siauw ini dititahkan ayahnya pergi ke Hangciu
untuk bergabung dengan Yang Cong Hay. Cong Hay
yang pintar lantas mengatur tipu dayanya. Demikian
Koan Sin Liong disuruh menantang berkelahi dengan
memakai aturan Rimba Persilatan. Sebaliknya diam-diam
1377 dia mengatur bala bantuan, untuk menyerbu dengan
membawa tentera negeri.
Siauw Siauw diajari harus menyamar jadi tauwbak,
karenanya dia dapat nelusup ke benteng air, hingga Ong
Tek menjadi kurbannya, lalu Ong Tek dipaksa kabur ke
gelanggang pertandingan, sebagaimana kesudahannya
Seng Lim kena terbokong.
Di ranggon pengawas, semua orangnya Seng Lim
telah dibunuh mati kecuali Ong Tek seorang, tauwbak ini
ditotok dibikin gagu, supaya dia tak dapat berteriakteriak
dan bicara, lalu dia dipaksa melarikan kudanya
mencari Seng Lim semua, hingga Seng Lim kena tertipu
dan terobohkan Siauw Siauw, yang lihai ilmu totoknya


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Yang Cong Hay bersama Law Tong Sun dan lainnya
telah maju dengan berbareng, hingga mereka menempur
secara kalut pihak benteng air. Kiok YaCiauw dengan
sepasang gembolannya menghampirkan Bouwyong Hoa
dan Tiangsun Giok, dengan murka dia berteriak:
"Bangsat cilik, orang yang menagih barang rampokanmu
sudah datang! Jikalau kamu tidak membayar pulang
gembolan emasku, aku menghendaki jiwa kamu!"
Tiangsun Giok melirik, ia tertawa terkekeh.
"Kau menghendaki gembolan emasmu?" ia
menegaskan, mengejek. "Maaf! Gembolanmu itu sudah
dilebur sampaikan tainya sudah tidak ada lagi! Eh,
gembolanmu ini terbuat dari apa" Gembolan ini berharga
tidak?" Bouwyong Hoa tertawa dan berkata: "Adik, jangan
menjadi temaha! Gembolan itu gembolan besi, taruh kata
1378 dilebur juga tidak ada harganya lagi, tak cukup untuk
dipakai belanj a kita tiga hari!"
Bukan main mendongkolnya Kiok Ya Ciauw. Selama
menjadi berandal, ia telah mengumpulkan dan membuat
gembolan emasnya yang berat tujuh puluh dua kati itu,
ketika gembolannya dirampas Bouwyong Hoa berdua,
bukan main sakit hatinya, maka itu, tidak tempo lagi, ia
menyerang dengan sengit.
Yang Cong Hay sendiri maju langsung ke tempatnya
Yap Seng Lim. Dia disambut Ie Sin Cu dengan timpukan
kimhoa, senjata rahasia yang berupa bunga emas. Dia
menghajarnya hingga kimhoa itu jatuh.
Dia tertawa dan kata: "Nona Ie! Kaulah nona dari
keluarga berpangkat dari terhormat, mengapa kau begini
berkeras hati menghamba kepada orang jahat" Apakah
kau tidak takut nanti merusak nama baik leluhurmu" Baik
kau lekas mengubah pendirianmu, kau menghamba
kepada pemerintah, dengan memandang kepada
mendiang ayahmu, mungkin Sri Baginda nanti memberi
keampunan kematian!"
Sin Cu gusar dan mendongkol sekali, tetapi ia mesti
melindungi Seng Lim, suaminya, tidak mau ia melayani
orang yang licin itu.
Justeru begitu. Yang Cong Hay mendengar suara
menggeledek: "Bangsat tidak tahu malu, bagaimana kau
bertingkah! Lihat pedang!" Bentakan itu diikuti suara
menyambernya angin. Dia kaget, tetapi dia tabah, dia
segera menangkis ke belakang. Berbareng dengan itu,
dia memutar tubuh, maka di depannya dia melihat Cio
Keng To, si jago tua yang romannya sangat bengis,
1379 sebab orang she Cio ini murka tak kepalang. Dengan
pedangnya, Keng To menyerang ke tenggorokan.
Di antara sutay kiamkek --- empat jago pedang
terbesar --- Keng To termasuk yang nomor tiga, meski ia
sudah bertempur letih dengan Sat Lek Hiong, ia tetap
jauh terlebih lihai daripada Yang Cong Hay, maka itu.
Cong Hay menjadi keder dan repot.
Habis menangkis serangan yang pertama itu, Cong
Hay repot membela diri dari serangan susul menyusul
dari lawannya yang tua itu. dia cuma dapat membela diri,
tidak dapat dia membalas menyerang. Keng To
menyerang sengit dengan "Keng To Kiamhoat", ilmu
pedangnya "Gelombang Dahsyat."
LawTong Sun melihat kawannya terdesak, dia maju
untuk membantui. Sebagaimana biasa, dia maju dengan
kedua tangan kosong, sebab dia bersilat dengan ilmu
silat "Khongciu Jippek Jin," atau "Tangan kosong
menyerbu senjata." Dengan berani dia hendak merampas
pedangnya Ken*7 To.
Sebagai seorang berpengalaman, KengTo tidak
mengijinkan senjatanya dirampas, tetapi karena majunya
orang she Law ini, ia jadi terkepung berdua, maka itu,
dari pihak penyerang, ia menjadi terpaksa mesti
membela diri. Lihai ilmu silat "Hunkin Coku Ciu" dari
Tong Sun, ilmu silat "Memisah otot, menggeser tulang."
Siapa terkena serangan ini, dia patah tangannya atau
sedikitnya terkeseleo.
Kiauw Siauw Siauw maju terus tanpa tandingan yang
berarti. Sudah kira tiga puluh tauwbak roboh di
tangannya, dari itu dia maju sambil tertawa terbahakbahak
sampai mendadak dia melihat Im Siu Lan sedang
1380 bertempur bahu membahu dengan Ciu Ci Hiap. Dengan
jarum bweehoa ciam. Nona Im telah merobohkan tak
sedikit serdadu negeri. Dia maju menghampirkan, sambil
tertawa besar dia kata: "Inilah namanya keadilan! Wet
Tuhan itu tak ada yang bolong! Akhir-akhirnya kau toh
bertemu juga denganku!"
Belum berhenti suaranya itu, tubuh Siauw Siauw
sudah melesat ke depan si nona.
Siu Lan berkelit dari serangan, sembari berkelit dia
menimpuk dengan sebatang Tokbu Kimciam Hweeyam
Tan, ialah peluru bercampur jarum emas yang beracun
yang mengeluarkan asap.
Dengan lihai Siauw Siauw menangkis dengan
kipasnya, membikin peluru mental balik dan pecah,
asapnya terpencar buyar. Dia tertawa dan menanya:
"Budak hina dina, kau masih mempunyai senjata apa
lagi" Kau keluarkanlah semua! Semakin kau galak,
semakin ingin aku memberi kau rasa, supaya kau
menderita hebat!"
Mulanya Siauw Siauw tampan sekali akan tetapi ketika
ia kena diserang pelurunya Nona Im. separuh mukanya
terbakar hingga menjadi terluka dan rusak, meski benar
dia berhasil diobati hingga sembuh, hanya tetap sebelah
mukanya itu berbekas. Karena mukanya menjadi jelek,
dia menjadi sangat gusar dan sakit hatinya dia membenci
sangat pada Siu Lan. Dia ingin membalas sakit hati,
untuk itu. dia mengharap dapat membekuk hidup pada si
nona. guna disiksa.
Kiam Hong tahu Siu Lan terancam bahaya hatinya
cemas. Ia sendiri sudah tidak berdaya karena totokan
Hian Im Ci dari Siauw Siauw, benar ia masih merasakan
1381 dingin, tetapi pikirannya sadar seperti biasa. Maka ia kata
pada Giok Houw: "Lekas kau tolongi enci Siu Lan!"
Pemuda itu bersangsi. Kalau ia meninggalkan nona ini,
si nona bakal terancam bahaya
"Jikalau kau tidak mau pergi menolongi, nanti aku
yang pergi!" kata Kiam Hong melihat kesangsian orang.
Thio Giok Houw menghunus goloknya-golok Biantco.
"Adik Hong, jaga dirimu baik-baik!" katanya menoleh,
lantas ia lompat ke arah Kiauw Siauw Siauw.
Anaknya Pak Beng melihat datangnya musuh, dia
tertawa lebar. "Bagus!" dia berseru. "Sekalian saja kamu semua
menyerahkan jiwa kamu!"
Kata-kata itu ditutup dengan gerakan kipasnya,
menangkis goloknya Giok Houw.
Di dalam ilmu silat, Giok Houw kalah seurat dari Siauw
Siauw, maka itu tempo goloknya ditangkis, goloknya itu
mental balik, setelah mana Siauw Siauw maju
merapatkan diri, untuk menotok!
Hampir Giok Houw menjadi kurban, syukur dia gesit,
dia dapat berkelit. Dia lantas merasakan hawa angin.
Tapi dia tidak takut, dia melawan terus. Dia
menggunakan ilmu yoga serta ilmu kelincahan "Coanhoa
jiauwsi" untuk menyingkir dari setiap totokan, saban ada
saatnya. seru dia membalas menyerang.
Siu Lan melawan terus pada Kiauw Siauw Siauw. Ia
segera dihantui Ciu Ci Hiap. la bersenjatakan sepasang
golok Liuyap Siangto dan Ci Hiap golok besarnya.
Keduanya mendesak.
1382 Siauw Siauw melawan dengan kipasnya, sebab
dikepung berdua, dia repot juga. Begitu satu kali, habis
menangkis goloknya Siu Lan dan Ci Hiap tengah terdesak
itu, pundaknya kena terhajar tinjunya Ci Hiap. Tentu
sekali dia menjadi sangat mendongkol. Sementara itu dia
melihat Kiam Hong tak jauh daripadanya, mendadak dia
ingat cara keji. Demikian habis menangkis pula goloknya
Siu Lan, dia lompat ke arah Nona Liong!
Thio Giok Houw terperanjat, ia lompat menyusul, guna
merintangi anak muda itu, dengan begitu mereka jadi
bertempur di dekat Kiam Hong. Inilah berbahaya untuk si
nona, yang tak dapat berkisar dari tempatnya itu.
Siu Lan dan Ci Hiap menyusul, tetapi Siauw Siauw
tetap menang di atas angin.
Hok Thian Touw dan In Hong telah berhasil mengusir
Koan Sin Liong tetapi orang-orangnya jago tua itu
mengurung mereka mengurung dari jauh saja lantaran
mereka itu jeri.
In Hong melihat suasana buruk untuk pihaknya, ia
mengertak gigi.
"Thian Touw, mari turut aku!" ia berseru seraya terus
ia mengamuk, guna membobol kurungan. Ia membikin
setiap golok dan pedang yang merintang menjadi
terpental. Thian Touw heran, hingga ia pikir: "Mungkinkah dia
mengajak aku menyingkir dari sini! Tak mungkin dia
bersifat demikian!" Tengah ia berpikir itu, ia mendengar
isterinya berkata pula: "Biar bagaimana, kita mesti
menangkap hidup-hidup pada Kiauw Siauw Siauw!"
1383 Tatkala itu matahari sudah turun ke barat. Tentera
negeri sudah berhasil memukul pecah garis pembelaan
pulau dan sedang maju terus ke tengah, ke arah markas.
Debu mengepul tinggi, burung-burung kaget dan terbang
serabutan. Sinar layung seperti mengutarakan kesedihan.
Dalam keadaan seperti itu, Yap Seng Lim masih
memberikan titah-titahnya untuk pihaknya mundur. Sin
Cu bersama Cio Bun Wan serta beberapa tauwbak yang
mewakilkannya. Ia telah mesti bicara banyak, ia telah
mengerahkan sisa tenaganya, maka itu, habis
memerintah, ia letih sampai ia tak dapat bicara lagi.
In Hong dan Thian Touw dapat keluar dari kepungan,
mereka lari ke arah Giok Houw bertiga. Nyonya Hok
sudah lantas berteriak: "Siauw Houw Cu, serahkankan
bangsat itu padaku! Pergi kamu melindungi Yap Cecu
mundur dari sini!"
Kiauw Siauw Siauw kaget tidak terkira mendengar
suara In Hong dan melihat orang datang berdua
suaminya. Justeru itu Ci Hiap membacok padanya lantas
ia menutup kipasnya dan menangkis dengan keras untuk
dapat meminjam tenaga Ci Hiap buat ia berlompat
melewati kepala orang she Ciu ini, guna menyingkir dari
tempat yang berbahaya itu.
"Ke mana kau hendak lari!" berteriak In Hong sambil
ia menyerang ke punggung.
Masih sempat Siauw Siauw menangkis ke belakang.
Kipasnya itu dipakai sebagai pedang dan ia
menggunakan tangkisan pedang Ngoheng Kiam.
1384 Tadinya tak beda banyak kegagahan Siauw Siauw dan
In Hong tetapi In Hong telah maju pesat sekali, ia
melombai jauh. maka itu sekarang Siauw Siauw bukanlah
tandingannya. Maka itu juga, walaupun bisa menangkis,
dia toh tertolak keras hingga dia terhuyung-huyung.
Sat Lek Hiong melihat Siauw Siauw terancam bahaya,
dia maju untuk membantui, akan tetapi dia dipegat Hok
Thian Touw, ketika dia menyerang dengan sepasang
gembolannya, Thian Touw menangkis dengan
pedangnya. Maka bertempurlah mereka berdua.
Yang Cong Hay dan Law Tong Sun pun melihat Siauw
Siauw sangat terancam, mereka meninggalkan Cio Keng
To untuk menolongi. Tapi In Hong mendesak hebat,
sesudah berulang kali menikam dan menabas, akhirnya
ujung pedangnya mengenai juga pundak pemuda she
Kiauw itu, hanya syukur karena sebatnya dia berkelit,
tulang pipanya tidak terlobangkan.
Habis itu, In Hong menghampirkan suaminya, guna
membantu Thian Touw.
Sat Lek Hiong pecundangnya In Hong, melihat
datangnya si nona, terpaksa dia meninggalkan Thian
Touw. seraya memutar gembolannya, dia berlompat ke
samping, guna menyingkir, meski begitu, dia kaget
bukan main sebab pedangnya In Hong berdua
menghajar senjatanya itu. Dia kabur terus tanpa
menantikan datangnya Cong Hay atau Tong Sun.
Habis itu, Thian Touw bersedia memegat, sedang In
Hong mengejar pula Siauw Siauw.
Cong Hay mengerutkan alis melihat ancaman bagi
Siauw Siauw itu, tetapi ia segera mendapat akal. Ia
1385 segera berteriak-teriak: "Jangan kasih diri kita kena
dipedayakan musuh yang menggunakan akal mengurung
negara Goei untuk menolongi negara Tio! Lekas semua
kembali pada kedudukan masing-masing! Tangkaplah
Yap Seng Lim! Aku bersama Law Tongnia akan
menolongi Kiauw Kongcu! Kamu jangan bingung!"
Di mulut Cong Hay mengatakan demikian, di hati dia
cemas sekali. Dia tahu bersama Tong Sun dia tidak dapat
melawan Thian Touw tetapi dia bakal menang tempo,
asal mereka berdua dapat bertahan sampai lima puluh
jurus, tentera negera tentu bakal sampai di situ. Dengan
datangnya pasukan besar, dia percaya, musuh bakal
kena diringkus semua. Pula teriakannya itu ada artinya
untuk Siauw Siauw, ialah supaya anaknya Pak Beng itu
lari memapaki tentera negeri!
In Hong mengejar terus. Sebentar saja ia telah keluar


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari sekitar gelanggang piebu. Ia lari ke ujung timur laut
dari pulaunya di mana ada sebuah gunung kecil. Ke sana
Siauw Siauw kabur sekeras-kerasnya.
Di waktu itu, cuaca sudah mulai remang-remang.
Suara pertempuran terdengar hebat sekali. Mungkin
tentara rakyat dari markasnya sudah maju semua
menyambut musuh, karena mana buat sementara waktu
tentera negeri sukar nerobos seluruhnya.
Bukit kecil itu menjadi garis ketiga dari Seng Lim,
tentera rakyat di situ sudah ditarik pemimpinnya, maka
itu, di situ keadaannya sunyi dan kosong.
Dengan luka-lukanya, Kiauw Siauw Siauw menyingkir
ke gunung ini. Sebenarnya dia tidak terlukakan parah
akan tetapi luka-lukanya itu menyebabkan dia kurang
1386 gesit, sedang yang mengejar dia ialah In Hong. Makin
lama si nyonya menyusul makin dekat. Dia takut bukan
main, dia menjadi bingung.
Di situ mereka tidak cuma berdua saja -?" Siauw
Siauw dan In Hong. Di situ masih ada seorang lain. ialah
Yang Cong Hay, yang turut berlari-lari karena dia ingin
dapat menolongi puteranya Pak Beng. Cong Hay
berteriak-teriak: "Kiauw Kongcu, kau bertahan terus!
Hanya sebentar lagi, ancaman bahaya akan sudah
lenyap!" Sembari lari Siauw Siauw menoleh, maka ia melihat
juga Cong Hay yang suaranya ia telah dengar. Di
belakang orang she Yang itu terlihat juga Law Tong Sun
menyusul. Hanya mereka itu berdua terpisah kira-kira
setengah li. Tapi ia lega juga hatinya. Maka ia mengertak
gigi dan mendamprat: "Perempuan bangsat, akan aku
adu jiwaku denganmu!" Ia berhenti berlari, hingga
segera ia dicandak ln Hong, yang terus menikam
padanya. Dengan nekad ia menangkis.
"Traangg!" demikian pedang dan kipas bentrok keras.
In Hong tertawa.
"Aku kuatir kau tidak sudi mengadujiwa denganku!" ia
kata pada musuhnya itu. Terus ia berkata pula: "Thian
Touw, kau pegat dua bangsat itu! Sebentar aku pun
hendak membuat perhitungan dengan mereka!"
Memang, Thian Touw pun telah datang menyusul.
"Baik!" menjawab suami itu. "Asal kau berhati-hati
untuk senjata rahasianya yang beracun!"
1387 Thian Touw mengatakan demikian karena ia tidak tahu
Siauw Siauw lihai dengan totokannya jeriji Hian Im Ci. ia
menyangka Seng Lim dan Kiam Hong terkena senjata
rahasia beracun hingga mereka itu kehabisan tenaga
mereka. Habis menyahuti isterinya ia lantas mempegat
Cong Hay dan Tong Sun.
"Yang Toacongkoan!" katanya tertawa dingin. "Sudah
sepuluh tahun kita berpisah, rasanya sang tempo lewat
cepat sekali!"
Pada sepuluh tahun dulu itu Thian Touw membuat
Cong Hay kabur dengan meninggalkan pedangnya,
hingga dengan demikian, julukan salah satu sutay
kiamkek telah berpindah orang.
Mukanya Cong Hay menjadi merah.
"Aku dengar kau berdiam di gunung Thiansan
meyakinkan ilmu pedangmu," ia kata, "mengapa
sekarang kau datang kemari mencampuri urusan usilan
ini" Suka aku memberi nasihat padamu, baik kau jangan
turut menyeburkan diri dalam air keruh! Jikalau kau suka
dengar nasihatku ini. aku si orang she Yang akan
melupai permusuhan kita, dari musuh kita menjadi
sahabat! Jikalau tidak --- Hm! Jangan kau terlalu
mengandalkan ilmu pedangmu yang lihai! Kau harus
mengerti, sang cengcorang tak dapat melawan kereta!
Maka kau pikirlah masak-masak!"
Kata-kata itu tepat mengenai hati Thian Touw yang
tidak usilan, hanya Cong Hay tidak tahu. di samping
mengutamakan ilmu pedangnya, Thian Touw toh
mempunyai keangkuhannya, sedangkah ini ia telah
dibikin mendongkol, hingga tak senang ia mendengar
nasihat diberikuti ancaman.
1388 "Sudah sepuluh tahun kita tidak bertemu," katanya
keras, "aku menyangka kau telah memperoleh kemajuan,
siapa nyana kau masih tetap menjadi si anjing yang
mengandalkan pengaruh orang!"
Kata-kata itu ditutup dengan serangan pedang
Cengkong Kiam. "Dengan baik hati aku memberi nasihat padamu, kau
tapinya jadi si anj ing yang menggigit Lu Tong Pin!" kata
Cong Hay. "Kau tidak kenal..."
Ia mau meneruskan menyebut "kebaikan orang,"
tetapi ujung pedang sudah menyerang ke arahnya,
terpaksa ia melintangi pedangnya guna menutup diri,
akan tetapi lihai pedangnya Thian Touw, kelihatannya
menyerang ke kiri sebenarnya menikam ke kanan.
Hampir ujung pedang itu mengenai lengan, syukur ia
sebat, maka cuma tangan bajunya yang dibikin
berlobang. Cong Hay kaget. Sepuluh tahun ia sudah berlatih pula,
siapa tahu ia tetap ketinggalan jauh dari Thian Touw,
yang maju pesat sekali.
Thian Touw bersilat dengan "Twihong Lakcapsi Si."
ilmu pedang "Mengejar Angin." yang terdiri dari enam
puluh empat jurus, ialah ilmu pedang yang ia baru
ciptakan. Baru lima jurus Yang Cong Hay sudah kena
dibikin tertutup, sampai dia tak berdaya Tepat dia lagi
terancam tenggorokannya, mendadak Thian Touw
mendengar suara angin. Itulah perbuatan Law Tong Sun
si licik, yang baru maju sesudah lewat beberapa jurus itu.
Diserang secara membokong itu, Thian Touw terpaksa
menarik pulang serangannya dan berbalik menangkis ke
1389 belakang. Tong Sun tidak dapat dipandang enteng,
lantaran siapa tertangkap tangannya olehnya, tangannya
itu bisa patah dan ringannya salah urat.
Tong Sun cepat menarik pulang tangannya. Dengan
begitu Cong Hay ketolongan. Tapi Cong Hay telah
menangkis, pedangnya bentrok dengan pedangnya Thian
Touw, karena mana ia merasakan telapakan tangannya
sakit sekali. Telapakan tangannya itu pecah
mengeluarkan darah.
Sampai di situ, Thian Touw dikepung berdua. Inilah
ada baiknya untuk Yang Cong Hay. Dia dapat bernapas
hingga mereka jadi sama imbangannya.
In Hong sebaliknya mendesak hebat kepada Kiauw
Siauw Siauw. Tanpa ada yang membantui, puteranya Pak
Beng menjadi kelabakan.
"Lepas tanganmu!" terdengar si nyonya berseru.
Siauw Siauw kaget, sia-sia belaka dia mencoba
berkelit, lengannya kena tertikam di dekat nadinya,
dengan begitu kipasnya terpaksa dilepaskan, ketika
tangan kiri In Hong diluncurkan, dia kena disamber
tulang di pundaknya, sedang ujung pedang mengancam
punggungnya! Yang Cong Hay dapat melihat keadaannya Siauw
Siauw. Sembari berkelahi dia turut memasang mata. Dia
kaget hingga dia mengeluarkan seruan tertahan. Ketika
itu Thian Touw lagi mendesak Tong Sun, dia
menggunakan kesempatan untuk menjejak tanah, guna
lompat mencelat ke samping, hingga dia menjadi bebas,
setelah mana, sebelah tangannya lantas diayun.
Satu sinar terang kuning emas berkelebat.
1390 "In Hong, hati-hati!" Thian Touw berseru.
Membarengi seruan itu, di sana terdengar jeritan yang
menyayatkan hati. In Hong pun terhuyung, seperti yang
mau jatuh. Thian Touw terkejut. Ia sebenarnya sudah
mengundurkan Tong Sun, tapi melihat keadaan isterinya,
ia batal mendesak terus.
Itu waktu Cong Hay juga berseru pula: "Angin keras!"
Lantas dia melarikan diri, menyusul Tong Sun, yang
kabur terlebih dulu.
Thian Touw lari terus pada isterinya. la mendapatkan
Kiauw Siauw Siauw rebah di tanah, punggungnya
berlepotan darah.
"In Hong, kau kenapa?" ia tanya isterinya.
"Coba periksa dulu, bangsat itu terkena senjata apa!"
kata In Hong sebelum menjawab suaminya.
Hati Thian Touw lega juga. Itu berarti yang terkena
senjata rahasia ialah puteranya Kiauw Pak Beng. Ia
lantas memeriksa, untuk mana ia mesti merobek bajunya
si anak muda. Akhirnya ia terkejut. Senjata rahasia itu
senjata yang tak disangka-sangka sekali.
Itulah kimhoa atau bunga emas. yang nancap di
punggung! "Ini toh kimhoa-nya Sin Cu?" kata Thian Touw.
"Kecuali Sin Cu di sini di mana ada lain orang yang
kedua yang menggunakan kimhoa?" kata In Hong
tertawa. Akan tetapi tertawanya itu tak wajar,
menggetar. 1391 Yang Cong Hay sangat licik. Dia melihat Kiauw Siauw
Siauw telah kena dibekuk In Hong, dia kuatir si nyonya
nanti menggunakan anak muda itu sebagai senjata untuk
menindih Kiauw Pak Beng, hingga Pak Beng tidak bisa
berbuat apa-apa. Inilah berbahaya untuk siasatnya
membokong Yap Seng Lim. Lantas timbul pikirannya
yang jahat. Dia mau memindahkan bahaya kepada lain
orang. Begitulah dia menimpuk Siauw Siauw. Senjata
rahasia yang dia gunakan ialah kimhoa. bunga emasnya
Sin Cu, yang tadi dia pungut ketika dia diserang Nyonya
Seng Lim. Dalam hal menggunakan senjata rahasia dia
mahir, sedang itu waktu orang pun tidak bersiaga. Siauw
Siauw, yang ditangkap In Hong, lagi membaliki belakang.
Demikian, kalau nanti Kiauw Pak Beng mengetahui
kebinasaan puteranya, dia bakal mendapat tahu
puteranya itu terbinasa di ujung kimhoa, hingga Sin Cu
yang bakal dituduh!
Thian Touw jujur tetapi segera ia mengerti akal
muslihat keji dari Cong Hay itu. Mulanya ia terkejut,
akhirnya ia tertawa dingin dan kata: "Sudah, jangan kita
takut! Sekarang ini, biar bagaimana juga, kita tetap bakal
bermusuh dengan Kiauw Pak Beng! Biarlah Cong Hay
menggunakan akal kejinya ini!"
In Hong tertawa menyeringai.
"Aku... aku mana takut"..." katanya sukar, suaranya
lebih-lebih menggetar.
Thian Touw kaget, hingga ia menatap muka isterinya.
Ia melihat alis isteri itu mengerut, di situ pun ada
nampak warna hitam.
"Kau terkena Siulo Imsat Kang!" katanya, berseru.
1392 "Adakah ini Siulo Imsat Kang?" balik tanya In Hong.
"Aku cuma merasa aku kena ditotok satu kali oleh
bangsat ini selagi aku mencekuk dia" Totokan Hian Im Ci
dari Kiauw Siauw Siauw berdasarkan Siulo Imsat Kang,
cuma itu tak sehebat Siulo Imsat Kang sendiri, maka itu,
In Hong masih dapat bertahan.
Thian Touw periksa nadi isterinya.
"Melihat pertandanya, inilah akibat Siulo Imsat Kang,"
katanya. "Hanya tenaga dalamnya Siauw Siauw masih
lemah, kau tidak terkena hebat. Sekarang kita mesti
lekas menyingkir dari tempat ini, kita membutuhkan satu
tempat yang aman, nanti aku mencoba menghalau
racunnya."
Thian Touw bicara dengan suara tetap. Ia rupanya
percaya betul pada kemahiran tenaga dalamnya. Isteri
itu mengerutkan alis. "Lukaku tidak berarti." katanya,
"yang berbahaya ialah Yap Cecu. Mana dapat kita
mementingkan diri sendiri?"
Tepat itu waktu. Liu Tek Chong berlari-lari
menghampirkan mereka. Jago tua ini datang atas titah
Seng Lim untuk menyambut pasangan suami isteri itu.
Ini pun berarti Seng Lim beramai sudah meninggalkan
pulau, tempat kedudukan mereka, yang sudah tidak
dapat dipertahankan itu.
Tanpa ayal lagi Hok Thian Touw maju di muka, guna
membuka jalan In Hong mengikuti bersama Liu Tek
Thjong. Yang Cong Hay tidak tahu Nyonya Hok sudah tidak
berdaya lagi, ia tidak berani maju untuk menghadang,
dengan begitu Tek Chong dapat membawa suami isteri
1393 itu ke tepian selatan di mana ada sebuah pelabuhan
yang sunyi. Di sana terlihat perahunya Seng Lim sudah
meninggalkan tepian. Di sana-sini terlihat perahu-perahu
kecil tentera negeri.
Sambil berseru Thian Touw berlompat ke sebuah
perahu kecil, pedangnya-diayun, membikin kutung
goloknya seorang opsir yang berada di atas perahu itu.
Ia masih merasa kasihan, kalau tidak, tentulah jiwa opsir
itu telah dirampas. Opsir itu bisa berenang, dia nyebur ke
laut untuk menyelamatkan dirinya. Di dalam perahu itu
ada tujuh serdadu, yang empat kena ditendang roboh ke
air. yang lainnya nyebur sendirinya. Maka perahu itu
kena dirampas dan dibawa ke pinggir, untuk dipakai
menolongi In Hong dan Liu Tek Chong.
Sementara itu Tek Chong maju sambil melindungi
Nyonya Hok. Tidak ada musuh yang berani menyerang,
mereka cuma mengambil sikap mengurung sejauh
belasan tombak.
Thian Touw sampai di tepian, ia lompat ke darat.
Dengan seraup batu ia menyerang pada musuh, hingga
banyak yang terluka borboran darah, hingga mereka itu


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lari kucar-kacir. Dengan begitu ia dapat menyambut
isterinya naik ke perahu.
Liu Tek Chong ketua dan benteng air di Thayouw, ia
pandai berenang dan mengemudikan perahu, maka ialah
yang lantas menjalankan perahu itu, yang ia gayuh laju
sangat pesat. Pihak tentera negeri berkumpul pula, mereka lantas
mengejar. Mereka pun menyerang dari jauh-jauh,
dengan anak panah.
1394 Thian Touw berdiri di atas perahu, dengan pedangnya
ia menghalau setiap jemparing. Dengan begitu ia
melindungi isterinya dan Tek Chong.
Lewat sekian lama, perahu kecil ini mulai sampai di
tengah laut dan pihak pengejar ketinggalan di
belakangnya. Tek Chong mengeluarkan napas lega.
lantas ia meluncurkan panah api hweeyam cian yang
warnanya biru. Cepat sekali, dari kejauhan terlihat meluncurnya api
serupa. Tek Chong girang sekali. "Yap Cecu sudah lolos!"
katanya. "Dia berada di sebelah depan sana!"
Panah api itu ialah isyarat mereka satu pada lain.
Tengah Tek Chong menggayuh terus, tiba-tiba
terdengar suara bersiung di tengah udara. Tajam suara
itu. Ia lantas mengangkat kepalanya atau ia berteriak:
"Celaka!"
Sebuah benda hitam menyamber ke arah perahu
mereka. Jago tua itu mengangkat penggayuhnya, untuk
menangkis, maka sebuah batu besar jatuh ke sisinya,
membikin rusak pinggiran perahu. Kalau tidak ditangkis,
entah bagaimana hebatnya serangan itu.
Ternyata tentera negeri menyerang dengan
menggunakan apa yang dinamai kereta "kiciong cia."
Sebuah batu dimuatkan dalam sebuah alat, kalau
pesawatnya dikasih bekerja, batu itu dapat terlempar
jauh mirip peluru meriam.
Habis itu, menyusul batu-batu yang lainnya. Tek
Chong kewalahan, dia roboh di atas perahu. Thian Touw
pun menyampok beberapa batu, tapi sebuah di
antaranya jatuh tepat di tengah-tengah kendaraan air
1395 mereka. Hebat serangan itu, perahu kena dibikin bolong.
Syukur dua batu yang lainnyajatuh di sasaran kosong.
"Itulah perahunya Yap Cecu!" kata Tek Chong sambil
menunjuk ke depan di mana tampak sebuah perahu
dengan benderanya yang besar.
Sementara itu air sudah memasuki perahu, hingga
tubuh perahu sebaliknya mulai masuk ke dalam air.
Ketika itu mereka terpisah dari perahu besar masih
sepuluh tombak lebih. Dua batu lainnyajatuh pula ke
pinggir perahu.
Liu Tek Chong menunjuk ke bendera besar dari
perahu di depan.
"Benar perahunya Yap Cecu!" ia kata pula.
Selagi jago Thayouw ini berbicara, air sudah
memenuhkan perahu, hingga tenggelamnya perahu itu
makin dalam. Syukur kendaraan itu tidak lantas terbalik
karam dan masih dapat maju sedikit.
Di saat sangat berbahaya itu, Hok Thian Touw telah
mengasi lihat ketabahan hati serta kepandaiannya.
Dengan mendadak ia menyamber tubuh Liu Tek Chong
dengan tangan kiri dan In Hong dengan tangan kanan,
kedua kakinya segera menjejak pinggiran perahu. Cepat
luar biasa, tubuhnya lantas lompat terapung. Selagi
lompat itu, ia melemparkan tubuh Liu Tek Chong ke arah
perahu besar, tubuhnya sendiri mencelat terus. Meski
begitu, masih ada kira-kira dua tombak terpisahnya ia
dari perahu bes"ar itu.
Di kepala perahu besar ada Kok Tiok Kun. Tabib jago
itu telah menyambuti tubuhnya Liu Tek Chong, habis itu
dengan kesehatan luar biasa, ia menyamber sepotong
1396 papan injakan perahu, yang ia lemparkan ke laut, tepat
ketika kakinya Thian Touw hampir mengenai
permukaan air, maka jago dari Thiansan itu dapat
menaruh kaki di atas papan itu. yang dia terus jejak,
hingga dia dapat berlompat pula. karena mana di lain
saat dia sudah berada di atas perahu besar!
Kok Tiok Kun seorang jago tetapi ia ngeri melihat
percobaan berbahaya dari Thian Touw itu, maka setelah
menyaksikan orang berhasil menyelamatkan diri, ia
menjadi kagum bukan main.
"Apakah Nona Leng terluka?" ia tanya.
"Ya, tetapi tidak berarti," menyahut In Hong. "Aku
k?na tertotok satu kali oleh si bangsat, Thian Touw
terlalu berhati-hati maka ia melarang aku berlompat
menggunakan tenaga. Bagaimana dengan Yap Cecu?"
"Mari kita lihat," sahut Tek Chong.
Bersama-sama mereka masuk ke dalam gubuk perahu.
Yap Seng Lim sedang rebah begitu juga Liong Kiam
Hong, Ie Sin Cu dan Thio Giok Houw mendampingi
mereka itu masing-masing. Lukanya Kiam Hong agak
lebih ringan. Seng Lim merah mukanya tetapi waktu
diraba, rasanya dingin.
Di antara Yap Seng Lim, Liong Kiam Hong dan Leng In
Hong, Seng Lim adalah yang lukanya paling berat. Inilah
disebabkan, ia habis bertanding hebat dengan Sat Lek
Hiong, ia telah menggunakan tenaganya berlebihan,
selagi masih letih, ia kena dibokong Kiauw Siauw Siauw.
Sudah begitu, juga hatinya sedang panas sekali lantaran
kecurangan musuh. Maka itu, terluka dan mendongkol, ia
menjadi lelah sendirinya.
1397 Mendengar tindakan banyak kaki, Seng Lim membuka
matanya. "Liu Cecu, apakah anak-anak telah mundur
semuanya?" ia tanya.
"Cio Locianpwee yang mengepalai mereka, meski ada
kerusakan tetapi tidak berarti," Tek Chong menjawab.
"Coba tolong pepayang aku untuk aku melihat." Seng
Lim minta. "Baiklah kau jangan terlalu banyak berpikir," kata Sin
Cu. "Pepayang aku bangun!" Seng Lim kata, suaranya
dalam. Sin Cu heran. Semenjak bersuami isteri, baru kali ini ia
mendengar suara membentak itu. Akan tetapi ia tidak
menjadi tidak senang hati, ia dapat mengerti hati
suaminya itu. Maka ia pegangi suaminya, yang
menguatkan tenaga untuk bangun berdiri.
Berdiri di muka perahu. Seng Lim melihat ke arah
pulaunya. Di muka laut terlihat melulu pasukan air
tentera negeri. Dan arah pulaunya tertampak sinar api
dan asap bergulung-gulung naik. Itulah berarti pulaunya,
yang dibangun selama sepuluh tahun, telah habis ludas,
maka sakitlah hatinya. Mendadak matanya mendelik,
ketika ia menyerukan, "Oh pemerintah yang bijaksana!"
ia lantas muntahkan darah hidup, tubuhnya roboh dan
pingsan. Sin Cu kaget sekali tetapi ia memeluki suaminya kuatkuat.
1398 "Jangan kuatir," berkata Kok Tiok Kun. "Dia cuma
pingsan disebabkan sangat mendeluh. Yang dikuatirkan
ialah racun nanti menyerang ke ulu hatinya..."
"Thian Touw," kata In Hong pada suaminya, "kenapa
kau tidak mau lantas membantui Yap Cecu menghalau
racunnya itu?"
Thian Touw bersangsi selekasnya ia berada di dalam
perahu besar ini. Ingatannya yang pertama ialah segera
menolongi isterinya. Ia pernah memikir akan menolongi
Seng Lim, tetapi kalau ia berbuat begitu, ia kuatir
tenaganya nanti tak cukup lagi untuk mengobati isterinya
itu. Sekarang ia mendengar kata-kata isterinya ini,
bahkan In Hong menatap ia dengan tajam, ia jengah
sendirinya. Tanpa menjawab lagi isterinya itu, segera ia
turun tangan. Tenaga dalam Thian Touw telah mencapai puncaknya
kemahiran, begitu ia memegang punggung Seng Lim,
begitu tenaganya tersalurkan kepada pemimpin besar
dari tentera rakyat suka rela itu. Mulanya ia membuka
jalan darah, lalu menolaknya. Dengan begitu ia menolak
racun, yang keluar bersama keringatnya.
Dengan lekas Seng Lim dapat bernapas pula, dengan
begitu juga mukanya yang pucat pasi terlihat bersemu
dadu dengan perlahan-lahan. Melihat demikian, hati Sin
Cu lega. In Hong girang hingga ia bersenyum, ketika ia
mengawasi suaminya, sinar matanya bentrok dengan
sinar mata suaminya itu. Thian Touw melihat tegas sinar
mata isterinya hidup dan halus, dari situ ternyata bahwa
isterinya itu sangat bersyukur terhadapnya. Hal ini
melegakan hatinya.
1399 Tiba-tiba awak perahu di belakang berseru: "Perahu
bocor!" Itulah akibatnya gempuran gelombang.
"Tadi perahu kita terhajar peluru batu," kata Tiok Kun,
untuk menghibur. "Lobang yang bocor itu sudah
disumbat, rupanya sumbatannya lepas. Nanti aku
periksa!" Lantas ia pergi ke belakang.
Sekarang barulah Thian Touw mendapat tahu bahwa
perahunya Seng Lim ini telah dikejar tentera negeri tetapi
dapat lolos di bawah pimpinan Kok Tiok Kun, karena
keadaan sangat mendesak, mereka bertiga terpaksa
ditinggal pergi, jikalau tidak, ada kemungkinan Seng Lim
semua kena tertawan.
Kiam Hong telah ditolong Giok Houw tetapi tenaga
dalam pemuda ini masih sangat, berbatas, dia kalah jauh
sekali dari Thian Touw, maka syukurlah lukanya si
pemudi tak sehebat luka Seng Lim, ia jadi dapat dibikin
ringan, ketika kemudian ia pulih pula, ia segera bicara
dengan In Hong. Yang pertama kali ia tanyakan ialah ini:
"Enci Hong, apakah kau dapat melihat adik Siu Lan" Dia
dapat lolos atau tidak?"
"Nona Im dan Ban Siauwhiap turut Cio Lunghiong,"
kata Liu Tek Chong. "Aku rasa mereka tidak kurang suatu
apa." Kiam Hong mengerutkan alisnya.
"Giok Houw," katanya, "setelah kita bebas, kau mesti
segera pergi mencari tahu tentang adik Siu Lan itu."
Mendengar kata-kata orang dan melihat sampai
sebegitu jauh, hati Thian Touw tertarik.
1400 "Kiam Hong dengan In Hong serupa sifatnya," katanya
dalam hati kecilnya. "Selagi menghadapi ancaman
bencana, mereka ingat lebih dulu keselamatan lain
orang! Pantas mereka berdua sangat menyayangi satu
dengan lain."
Sementara itu perahu mereka tak dapat laju tepat.
Itulah disebabkan bocor tadi yang perlu segera ditambal
pula. Karena itu mereka kena disusul sebuah perahu
tentera negeri. Di atas perahu pengejar itu, di bagian
mukanya, terlihat tiga pemimpinnya, ialah Koan Sin Liong
bersama Yang Cong Hay dan Law Tong Sun.
Si orang she Yang sudah lantas tertawa terbahakbahak.
"Yap Cecu, kami datang berkunjung pula untuk
menjenguk kau!" demikian suaranya yang jumawa.
Law Tong Sun juga berkata nyaring: "Menurut adat
istiadat maka kehormatan itu harus dibalas hormat! Kami
mengucap terima kasih untuk perlayanan kamu tadi, dari
itu sekarang kami hendak mengundang kamu datang ke
kota raja untuk pesiar!"
Koan Sin Liong sebaliknya dengan mengangkat tinggi
tangan tunggalnya, berkata dengan suaranya yang
seram: "Hok Tayhiap dua kali kita bertanding, dua-dua
kalinya kita terganggu setengah jalan, dengan begitu
menjadi belum terdapat keputusannya! Oleh karena itu
justeru malam ini rembulan permai dan angin sejuk,
selagi kita main perahu di atas laut ini, oleh karena tidak
ada daya penghiburnya, aku si orang tua sengaja datang
kemari untuk memohon pengajaran dari kau dan isterimu
yang terhormat!"
1401 Di dalam hatinya Thian Touw mengeluh. Itu waktu In
Hong belum dapat menggunakan pedang atau
tenaganya. Ia sendiri saja sukar melawan jago tua itu.
Sedang dua orangnya telah terluka parah, di pihak
sana ada Yang Cong Hay dan Law Tong Sun, dua orang
yang tangguh. Dapatkah ia melayani ketiga musuh itu"
Tengah jago Thiansan ini berpikir, perahu musuh,
sebuah perahu kecil dan pesat majunya, telah
menyandak. le Sin Cu, yang telah menghunus pedangnya, berseru
dengan sengit: "Adu jiwa dengan mereka!"
Ketika itu, dari kiri pun menghampirkan sebuah perahu
kecil lainnya. "Hok Toako, kau menjaga di sana!" Sin Cu kata pada
Thian Touw. "Jagalah supaya perahu itu tidak dapat
membokong!"
Habis berkata, Nyonya Yap kedepan, atau ia segera
mendengar siulan yang nyaring yang dibarengi
lompatnya satu tubuh ke arah perahunya. Dan itulah
tubuhnya Koan Sin Liong.
Tidak ayal lagi, Sin Cu menimpuk dengan dua buah
bunga emasnya, menyusul mana, ia menabas. Ia tahu
musuh lihai sekali, maka itu ia menyambut selagi orang
belum sempat menaruh kaki. Ia ingin, kalau tidak dapat
ia melukai, ia membuatnya musuh kecebur ke laut.
Sebat sekali serangannya Nyonya Yap ini, akan tetapi
di pihak sana, Koan Sin Liong yang lihai telah berlaku


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih sebat pula. Sin Liong dapat mendahului menaruh
kaki di pinggiran perahu. Adalah itu waktu, bunga emas
1402 menyamber ke arahnya. Dia lantas mendak, untuk
berkelit, berbareng dengan itu, pedangnya menyambut,
menangkis serangan.
Kedua senjata beradu keras. Sin Cu terkejut. Hampir
ia membikin terlepas pedangnya --- pedang Cengbeng
Kiam Ia pun mesti mundur dua tindak karena kerasnya
tenaga menolak dari musuhnya.
Begitu lekas menangkis itu, Sin Liong lantas membalas
menyerang. Ia menggunakan jurus "Pekhong koanjit,"
atau "Bianglala putih menutupi matahari."
Sementara itu kedua kimhoa dari Sin Cu tadi, yang
lewat di atasan kepalanya Koan Sin Liong, sudah menuju
kepada Law Tong Sun yang berada di belakangnya jago
bertangan satu itu. Tong Sun kaget tetapi ia masih
sempat menangkis dengan tangan baju. Hampir saja ia
menjadi kurban senjata rahasia itu.
Sin Cu menjadi nekad. Tidak dapat ia mundur, maka ia
maju. Tepat ia hendak melakukan serangan yang
berbahaya, yang dapat mengakibatkan mereka berdua
terluka bersama, mendadak ia merasai angin berkesiur
dari sampingnya, tubuhnya kena tertarik satu tenaga
besar. Tepat itu waktu, ia mendengar suara kecebur
yang nyaring, tubuh perahu pun guncang. Air laut
terlihat muncrat. Ia tidak dapat melihat tegas apa
sebabnya suara kecebur itu, tetapi ia menduga mesti ada
orang yang terjun, atau terpaksa dibikin terjun ke air.
"Tentu Thian Touw yang membantui aku." pikir
nyonya ini. Ia lantas mengawasi.
Sekarang terlihat tegas. Di sana Hok Thian Touw lagi
menempur seorang wanita, dari Koan Sin Liong lagi
1403 bertanding dengan seorang pria usia pertengahan. Ketika
ia telah melihat dua orang itu. ia girang luar biasa.
"Hok Toako, orang sendiri!" ia berteriak keras.
Thian Touw mendengar itu, belum suara sirap, ia
sudah mundur, untuk memberi jalan kepada nyonya
lawannya itu. Itulah sebab ia melihat si pria usia
pertengahan sudah memukul Tong Sun kecebur kelaut,
hingga ia menduga kepada kawan.
Siapa sepasang wanita dan pria itu" Mengapa Sin Cu
menjadi demikian girang"
Tak lain tak bukan, merekalah In Tiong suami isteri!
Dan In Tiong itu ialah kakak dari In Loei, guruny Sin Cu.
In Tiong menjadi murid kepala dari Kimkong Ciu Tang
Gak. dan Tang Gak ialah terhitung kakak seperguruan
dari gurunya Thio Tan Hong. Kegagahannyaln Tiong ini
jauh melebihkan Yap Seng Lim.
Koan Sin Liong mencoba merebut kedudukan di atas
angin melayani In Tiong akantetapi dia masih terdesak,
dengan sepasang kepalannya yang mirip besi, orang she
In itu membikin lawannya mundur dua tindak.
Si wanita, atau isterinya In Tiong itu, ialah Tamtay
Keng Beng. Ia sudah lantas mendekati suaminya,
sembari tertawa ia kata: "Sudah lama aku tidak pernah
menggunakan pedangku, bangsat tua ini agaknya lihai,
baik kau serahkan dia padaku! Kau setujukah?"
In Tiong tertawa.
"Ya!" sahutnya. "Tapi di sana datang pula seorang
yang bersenjatakan pedang! Apakah kau kuatir nanti
tidak mendapatkan ketikamu yang baik?"
1404 Tamtay Keng Beng berpaling, maka ia melihat Yang
Cong Hay tengah berlompat keperahu besar. Ia menjadi
sangat girang. Ia tertawa dan kata: "Oh,
YangToakiamkek! Baiklah, lawan ini lebih baik lagi!"
Ketika itu Yang Cong Hay sudah berlompat maju.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi. Tamtay Keng Beng
menyambut dia dengan satu tikaman!
Yang Cong Hay berlompat menyusuli Law Tong Sun. ia
melihat Tong Sun kena dibikin tercebur, ia kaget sekali.
Ia lantas berpikir: "Jadi di perahunya Seng Lim masih ada
orang gagah lainnya" Thian Touw tidak segagah orang
itu!..." Ketika itu ia sudah sampai di perahu, matanya
lantas melihat In Tiong. yang ia kenali, kagetnya
bertambah, ia bahkan ketakutan. Tapi ia sudah menaruh
kaki, tak sempat ia berpikir lagi, Nyonya In Tiong sudah
menyerang padanya.
Tamtay Keng Beng menyerang ke bawah. Itulah siasat
untuk membikin musuh bingung.
Cong Hay lantas menangkis. Karena kaki kirinya belum
menginjak tetap, tubuhnya dimiringkan ke kanan.
Tangkisan itu tidak berhasil seluruhnya. Ujung pedang si
nona meneroboskan celananya, hampir mampir di
betisnya. Ia menjadi nekad, maka juga ia lantas
menyerang. "Bagus!" berseru Tamtay Keng Beng. Ia menangkis,
habis mana, ia menyerang, bahkan beruntun hingga tiga
kali. Ia mendesak untuk membikin lawan tak sempat
memperbaiki kedudukannya. Itulah serangan seumpama
kata badai dan hujan lebat.
1405 Tengah isterinya itu merangsak Yang Cong Hay,
pertempuran di lain kalangan sudah lantas sampai pada
akhirnya. Dengan pukulan Taylek Kimkong Ciang,
Tangan si Arhat Kuat, In Tiong sudah menghajar Koan
Sin Liong sampai tubuh jago tua bertangan satu itu
terlempar tinggi!
Yang Cong Hay kaget, ia lantas lompat untuk
mengundurkan diri, tetapi Nyonya In Tiong menyusul ia,
menusuk dengkulnya, hingga ia tergores sedikit.
Tubuhnya mencelat terus.
Celakajago yang licik ini, ketika ia baru menaruh kaki,
Koan Sin Liong yang terlempar itu justeru jatuh ke
arahnya. Ia kembali kaget. Tapi ia tidak dapat berbuat
apa-apa. Sin Liong sudah menaruh kaki di pundaknya,
untuk menjejaknya, buat dia berlompat pula
menyingkirkan diri ke perahunya sendiri.
Ia berlaku sebat, ia pun terus lompat ke perahunya.
Hanya sayang, ia tidak sampai, ia kecebur ke laut!
Adalah di lain saat, Koan Sin Liong sudah mengangkat
dua kawan yang basah kuyup itu seperti dua ekor ayam
yang kecebur di air. untuk mereka lekas mengaburkan
perahu kecil mereka.
"Sayang! Sayang!" kata Tamtay Keng Beng menyesal.
"Aku sedang bergembira sekali, jahanam itu kabur
dengan meminjam jalan air!"
In Tiong tertawa mendengar kejenakaan isterinya itu.
Thian Touw lantas menghampirkan, buat memberi
hormat, untuk memperkenalkan diri.
1406 "Telah aku mendengar Thio Tan Hong memuji ilmu
pedangmu!" kata Tamtay Keng Beng. "Barusan aku telah
menyaksikan itu, benarlah pujian untuk dirimu itu!"
Yang lainnya pun lantas menemui sepasang suami
isteri itu, setelah mana Sin Cu mengajaknya masuk ke
dalam perahu. Yap Seng Lim sudah mendusin, mendapatkan
datangnya In Tiong berdua, ia girang bukan main.
"Susiok!" ia memanggil pada paman gurunya itu
seraya ia mau berbangkit.
"Jangan bergerak!" kataln Tiong. "Nanti aku
mengobati dulu padamu!"
In Tiong jauh terlebih mahir tenaga dalamnya dari
pada Hok Thian Touw, dalam waktu yang jauh terlebih
singkat, ia dapat menyembuhkan Seng Lim. Lebih dulu
embun-embunannya pemimpin tentara rakyat suka rela
ini menghembuskan uap putih, lantas dia merasakan
tubuhnya nyaman dan segar. Itulah tanda bahwa racun
telah diusir habis.
Berbareng dengan itu Tamtay Keng Beng pun
bergantian menolongi Kiam Hong dan In Hong. Karena
luka mereka ini berdua ringan, mereka tertolong lebih
cepat lagi. Maka ketiga orang itu menghaturkan terima
kasih mereka yang sudah ditolongi dari ancaman maut.
"Susiok, kenapa susiok datang ke mari?" kemudian
Seng Lim menanya. Ia heran paman guru itu berdua
datang dalam waktu yang tepat sekali.
In Tiong tidak menyahuti, hanya menoleh kepada Sin
Cu, ia tertawa dan kata: "Gurumu yang menitahkan kami
1407 berdua datang kemari! Sayang sekali kami datang
terlambat..."
Dari suaranya In Tiong ini teranglah sudah bahwa Thio
Tan Hong sudah mendapat tahu dari siang-siang yang
benteng air di pulau Hokpoo To telah terancam bahaya.
Hal ini mengherankan Seng Lim semua..Rata-rata
mereka berpikir: "Thio Tan Hong memang pandai melihat
sikap musuh akan tetapi dia tinggal jauh di gunung
Chongsan di Tali, terpisahnya dari sini laksaan li,
mungkinkah dia benar-benar pandai ilmu nujum hingga
dia ketahui segala apa yang bakal terjadi" Kalau benar,
sungguh dia lihai luar biasa..."
In Tiong dapat mengerti keheranan orang banyak itu.
Ia tertawa dan kata: "Thio Tan Hong tidak pandai ilmu
meramalkan! Sekarang pun dia sudah tidak tinggal lagi di
gunung Chongsan! Raja yang sekarang hendak membikin
lunak kemarahan rakyat, dia terpaksa membikin bersih
penasarannya le Koklo dan mengakui jasanya Koklo
terhadap negara, begitulah di tepi telaga Seouw di
Hangciu ia telah memperbaik kuburan Koklo dan
membuatkan juga rumah abunya. Bukankah itu kamu
telah mengetahuinya" Oleh karena penasaran Ie Koklo
telah dicuci bersih dan kehormatannya telah dipulihkan,
dengan begitu dengan sendirinya sekalian orang yang
dahulu hari ada sangkut pautnya dengannya menjadi
bebas juga, perkara mereka itu tidak ditarik panjang
pula..." Mendengar sampai di situ, Sin Cu menggeleng kepala.
Dia agaknya masgul.
"Apa maksud yang sebenarnya dari pemerintah, tak
dapat kita mengetahuinya," In Tiong menyambungi,
1408 "akan tetapi singkatnya firman raja demikianlah adanya.
Oleh karena itu milik Tan Hong yaitu Thayouw Sanchung
yang dulu hari telah disita sudah dikembalikan.
Sebenarnya itulah milik dua keluarga Thio dan Tamtay.
Sekarang milik itu dijaga dan dirawat orangnya Keluarga
Tamtay. Ketika di musim dingin yang lalu Tan Hong
kembali dari kota raja, sebenarnya ia tidak pulang ke
Chongsan, ia hanya lantas tinggal di Thayouw Sanchung.
Rombongannya Yang Cong Hay rupanya tidak
menyangka akan kejadian itu, rupanya mereka tidak
menduga Tan Hong demikian bernyali besar, atau
mungkin, meski mereka mendapat tahu tetapi mereka
tidak berani menyateroni Tan Hong, maka selama
beberapa bulan berdiam di sanchung itu, Tan Hong tidak
mendapat gungguan apa-apa. Tatkala kami berdua
mendengar halnya Tan Hong itu, kami juga pulang
kesana dan tinggal bersama. Baru bulan yang sudah
kami pindah."
"Kami justeru berniat pergi ke Chongsan," kata Thian
Touw, "dengan begini tak usah kami membuat
perjalanan jauh dengan sia-sia belaka."
In Tiong mengangguk, terus ia melanjuti
keterangannya: "Benar Tan Hong berdiam di sanchung
dari mana ia tidak pernah ke mana-mana akan tetapi
segala peristiwa di luaran, ia mengetahuinya dengan
baik. Paycu Pit Keng Thian dari Kaypang, Partai
Pengemis, sebenarnya berada di propinsi Shoatang,
ketika dia mendengar kabar Tan Hong berada di
Thayouw, segera dia pergi membuat kunjungan. Dia
menghaturkan terima kasih halnya dia telah diberi ketika
untuk mengubah cara hidupnya yang tersesat. Kebetulan
sekali datangnya Pit Keng Thian ini, dia lantas dipakai
1409 tenaganya oleh Tan Hong guna mencari tahu segala
kejadian di luaran. Demikian terdengar selentingan
gerak-gerik selama setengah bulan ini dari
rombongannya Koan Sin Liong yang telah berkumpul di
kota Hangciu, bahwa sunbu dari propinsi Ciatkang pun
sudah tukar orang. Pula telah dapat diketahui halnya
Yang Cong Hay dan Law Tong Sun, dua orang
kepercayaannya raja, sudah berkumpul juga di kota
Hangciu itu. Mengumpul semua berita itu, Tan Hong
lantas mengambil kesimpulan. Ia percaya pemerintah
bakal mengambil sesuatu tindakan yang pasti tidak baik
untuk pihak tentera rakyat, maka kami berdua lantas
diminta berangkat kemari guna memberi kisikan kepada
kamu, hanya sayang Yang Cong Hay sudah bertindak
demikian cepatlcedatangan kami terlambat sedetik."
"Kenapa suhu tidak datang sendiri?" tanya Giok Houw
tentang suhu --- gurunya itu.
Sepasang alisnya In Tiong terbangun.
"Di sana masih ada suatu urusan penting yang
memerlukan tenaganya sendiri," ia menyahut. "Itu pula
urusan paling penting yang kami hendak sampaikan
kepada kamu! Kamu tahu, Kiauw Pak Beng dan Koan Sin
Liong, dua hantu itu, telah hendak mengadakan satu
pertemuan di gunung Laosan..."
Hati Thian Touw bercekat.
"Itulah justeru urusan untuk mana aku hendak
menemui Thio Tayhiap," ia campur bicara. "Hanya,
menurut apa yang aku dengar, waktu pertemuan kedua
hantu itu mungkin di bulan ke delapan nanti..."
1410 "Bukan!" berkata In Tiong. "Menurut keterangan yang
diperoleh Pit Keng Thian, Kiauw Pak Beng sudah sampai


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di Laosan di mana dia berdiam di kuil Siangceng Kiong.
Mereka telah menggeser maju waktunya pertemuan itu,
mungkin itu hendak dibarengi dengan sepak terjang
mereka membasmi tentara rakyat..."
"Jikalau begitu tidaklah heran Kiauw Siauw Siauw
bersama Yang Cong Hay semua telah muncul di sini,"
berkata In Hong. "Pastilah si hantu tua Kiauw Pak Beng
yang menitahkan mereka bekerja di sini untuk
mendirikan pahala yang pertama!"
"Kiauw Siauw Siauw itu, anak tunggal kesayangannya
Kiauw Pak Beng, baru saja mampus di ujung pedangnya
enci Leng!" menerangkan Sin Cu.
"Bukan!" kata In Hong tertawa. "Dia justeru terbinasa
karena bunga emasmu!"
Sin Cu heran. "Bagaimana, enci?" ia tanya.
"Sebabnya begini, adikku!" sahut In Hong, yang terus
menuturkan kematiannya Kiauw Siauw Siauw disebabkan
Yang Cong Hay hendak memfitnahkan mereka. "Dengan
begitu pasti Kiauw Pak Beng akan sangat membenci kita
dan akan berniat keras membalaskan sakit hati anaknya
itu." "Sungguh keji Yang Cong Hay!" kata Sin Cu. "Memang
benar Kiauw Pak Beng pasti akan memandang kita
sebagai musuh besarnya! Tapi tak apalah, kita justeru
hendak mencari mereka itu!"
Thio Giok Houw gembira sekali.
1411 "Suhu bakal datang, hantu itu tak perlu ditakuti lagi!"
katanya. "Siauw Houw Cu, kau benar si anak kerbau yang tak
takut harimau!" kata In Tiong tertawa. "Kau tahu,
gurumu justeru sedikit berkuatir. Ketika tahun dulu itu
Kiauw Pak Beng tunduk di ujung pedang gurumu, dia
telah bersumpah untuk menuntut balas, dia telah
berjanji, sebelum dia merasa pasti akan dapat
mengalahkan gurumu, tidak nanti dia turun gunung atau
muncul pula! Sekarang dia muncul, maka gurumu
percaya dia telah berhasil menyampaikan Siulo Imsat
Kang tingkat ke sembilan, tingkat terakhir itu, dan pasti
sekali dia juga sudah berhasil meyakinkan dan
menggabung kedua ilmu sesat dan lurus."
"Biarnya dia telah berhasil itu!" kata Giok Houw
nyaring, "pasti suhu tidak jeri terhadapnya!"
"Itulah pasti!" kata pula In Tiong, tertawa. "Akan
tetapi kau harus ketahui, gurumulah seorang yang
sangat sabar dan terliti. Musuh bakal datang dalam
jumlah besar, gurumu tidak berani memandang enteng
pada mereka. Kabarnya Kiauw Pak Beng telah
mengundang banyak orang lihai --- orang-orang dari
kaum sesat. Maka itu gurumu pun melepas undangan
kepada banyak kaum lurus dan undangan itu
disampaikan oleh Pit Keng Thian, yang memakai
tenaganya anggauta-anggauta Kaypang. Selain orangorang
gagah dari beberapa propinsi di Kanglam, gurumu
mau pergi sendiri mengundang ciangbunjin dari Siauwlim
Pay di Siongsan dan Binsan Pay, untuk minta bantuan
mereka itu. Di akhirnya gurumu minta kami
1412 menyampaikan dua hal kepada kamu: Yang pertama
yaitu supaya Yap Seng Lim segera mengundurkan diri,
dan yang kedua supaya kamu segera berangkat ke
Laosan untuk bertemu nanti di Siangceng Kiong, guna
menemui sekalian hantu itu. Sekarang ini markas kamu
sudah musna, soal penarikan mundur bukan soal lagi.
Sekarang tinggal yang kedua, ialah kamu mesti segera
berangkat ke Laosan. Siapa yang suka pergi, dia boleh
turut kami berdua!"
Darahnya semua orang menjadi tegang. Warta itu
hebat dan juga menggembirakan. Cuma Yap Seng Lim
seorang yang wajahnya menjadi guram.
Sin Cu melihat itu, ia dapat membade hati suaminya.
"Seng Lim," katanya, "aku turut pergi, dengan begitu
kau seperti turut bersama. Asal musuh itu dapat
disingkirkan, buat apa kau mesti membinasakannya
dengan tanganmu sendiri?"
Sin Cu kenal tabiat suaminya, maka suka ia
mewakilkan suami itu. Seng Lim masgul karena ia tidak
dapat turut, karena ia mesti memernahkan rakyatnya. Ia
sangat bersakit hati terhadap Koan Sin Liong bertiga
Yang Cong Hay dan Law Tong Sun, sebab merekalah
yang memusnakan markasnya itu yang ia telah bangun
dengan susah payah. Tapi sekarang ia mendengar suara
isterinya, ia tidak bisa berbuat lain, dapat juga ia
menenangkan hatinya.
Seperti diketahui tentera rakyat suka rela di Tanghay,
laut Timur ini, menguasai tiga belas pulau dan pusatnya
ialah pulau Hokpoo To, tetapi sekarang pusat itu kena
dirampas tentera negeri, telah dimusnahkan, maka untuk
mengumpulkan sisa tenteranya, Seng Lim terpaksa
1413 mengambil sebuah pulau kecil di antaranya. Ia mintaLiu
Tek Chong dan Chio Peng Kin membantu pekerjaannya
itu. Yang lainnya semua turut In Tiong dan Tamtay Keng
Beng berangkat ke Laosan.
Berselang setengah bulan tibalah rombongan itu di
kaki gunung yang dituju itu. Di gunung itu bakal
dilakakan satu pertempuran yang dahsyat, tidak heran
apabila hati rombongan itu tegang sekali. Hok Thian
Touw merasa tegang sebab berbareng pikirannya
ruwet... Gunung Laosan itu berada di sebelah belakang Ceng
To, sebelahnya nempel dengan daratan, sebelah yang
lain berbatas dengan Honghay. Laut Kuning. Dan di laut
Honghay itu terdapat pula sejumlah pulau kecil-kecil.
Dilihat dari atas gunung, kepulauan itu mirip suatu
tedeng aling. Di situ terdapat pemandangan alam yang
permai. Akan tetapi di dalam keadaan seperti itu, tidak
ada orang yang ketarik untuk pesiar, buat membuka
mata mereka. "Aku harap inilah badai dan gelombang yang terakhir
untukku," kata Thian Touw dalam hatinya. "Habis ini aku
tidak mau merantau pula dalam dunia Kangouw!" Ia
melirik isterinya, ia mendapatkan In Hong tengah
berjalan dengan asyik dengan Sin Cu, mata mereka itu
diarahkan ke depan. Melihat sikap isterinya itu, hatinya
menjadi tawar, pikirnya pula: "Di saat ini pastilah In
Hong lagi memikirkan caranya untuk mengalahkan
musuh. Ada kemungkinan, sehabisnya ini, ia tidak
bersedia mengikut aku pulang ke Thiansan..."
1414 Thian Touw merasa selama beberapa bulan ini, meski
ia dan Ia Hong menjadi suami isteri tetapi hati In Hong
berada lebih dekat pada Sin Cu...
Mereka berjalan terus. Satu kali angin bertiup ke arah
mereka, lantas mereka menjadi heran. Angin itu
membawa datang bau bacin.
"Ah, apakah itu?" In Hong berseru, terus ia lompat ke
sebelah depan di mana ia menyingkap setumpuk rumput
kering. Untuk kagetnya semua orang, di situ rebah satu tubuh
manusia. "Ah!" Kok Tiok Kun berseru, "inilah Thianloei Kiam In
Bwee Kok!..."
Jago tua ini mengulur tangannya meraba tubuh yang
rebah itu, ia merasakan tubuh yang dingin sekali. Ia pun
memegang nadinya. Lalu ia berkata, heran: "Inilah aneh!
Nadinya belum berhenti seluruhnya, mengapa tubuhnya
sudah kaku begini?"
Ia baru berkata atau ia kaget hingga ia menggertak
pulang tangannya, la merasa hawa dingin dari tubuhnya
In Bwee Kok tersalurkan ke tangannya terus ke tubuhnya
sendiri. Tapi segera ia dapat menduga: Pastilah In Bwee
Kok telah menjadi kurbannya Kiauw Pak Beng!
Selagi Tiok Kun terbenam dalam keheranan itu, yang
lain-lainnya pun lantas menemui beberapa kurban lagi, di
antaranya dikenali sebagai Liokhap Ciang Touw Cu Peng,
Kiu Ku Gi ahli pedang dari Butong Pay, Cecu Tie Leng
Sek dari benteng Imma coan dari Shoatang, dan Tee Lip
Ong, guru silat yang telah berusia lanjut dari Hoolam.
Tubuh mereka beku seperti tubuhnya In Bwee Kok itu. Di
1415 antaranya, nadi Kiu Ku Gi masih berdenyut perlahan dan
jarang seperti nadi In Bwee Kok.
Semua orang berdiri melengak. Mereka heran dan
bingung. Hati mereka, yang tegang, menjadi bertambah
tegang. Teranglah semua orang itu orang-orang undangannya
Thio Tan Hong, tetapi mereka sampai di situ untuk
menerima nasib celaka secara kecewa. Dan terang pula
Kiauw Pak Beng sudah tidak memakai aturan Kangouw,
dia mestinya telah menghajar orang tanpa segan-segan.
Kok Tiok Kun kenal kurban-kurban itu, saking berduka
ia menangis. "Kiauw Pak Beng, kau sangat kejam!" katanya sengit.
"Sekarang ini bukan waktunya berduka," kata Giok
Houw. "Mari kita maju terus! Semua harus waspada,
supaya kita jangan sampai kenadibokong."
Kejadian itu pun membuat orang berpikir bahwa
tentulah Thio Tan Hong belum sampai, jikalau tidak,
tidak nanti ia memberi ijin Kiauw Pak Beng menurunkan
tangan jahat itu.
Sungguh berbahaya keadaan mereka semua.
Berjalan lebih jauh, keheranan mereka bertambah,
hati mereka semakin giris. Masih mereka menemui
beberapa kurban lagi. Ketika mereka tiba di puncak
Tinhay Hong. ialah puncak yang ketiga, jumlah kurban
yang diketemukan itu tujuh belas buah.
Dari tujuh belas kurban itu, kecuali In Bwee Kok dan
Kiu Ku Gi, ada satu orang lagi yang nadinya masih
1416 berdenyut, ialah Liap Tong Ceng, pangcu atau ketua, dari
partai Tinhay Pang di Kanglam.
Kelihatan nyata semua kurban itu kurban-kurban baru
sekali-baru saja terhajar Kiauw Pak Beng.
Thian Touw mencelos hatinya menyaksikan peristiwa
hebat itu. "Kiauw Pak Beng dapat robohkan banyak orang dalam
tempo begini singkat, tidak lain pastilah sebab dia telah
berhasil menyampaikan tingkat ke sembilan dari Siulo
Imsat Kang," pikirnya.
Kok Tiok Kun lantas bekerja. Dengan meminta
bantuan kawan-kawannya, ia menggotong In Bwee Kok,
Kiu Ku Gi dan Liap Tong Ceng ke dalam sebuah guha.
Kepada Thian Touw ia minta tiga butir pel. ia kata: "Asal
mereka masih ada napasnya, aku akan berbuat apa yang
aku bisa untuk menolongi mereka!"
Itulah kata-kata dari harapan yang tak ketentuan...
Ie Sin Cu menahan keluarnya air matanya. Ia
memerintahkan dua tauwbak yang dapat diandalkan
guna membantu ;Tiok Kun. Yang lainnya semua manjat
terus. Tiba di lembah yang sempit, di mana orang dapat
jalan seorang diri, tidak bisa dengan berendeng berdua
sekalipun, sedang di kiri dan kanan ada lamping gunung,
orang mendengar siulan yang panjang dan keras,
menyusul itu sebuah batu besar, jatuh bergelinding dari
atas! In Tiong lantas berteriak, dia memasang kudakudanya
dan mengangkat kedua tangannya. Dia
1417 mengerahkan tenaga Taylek Kimkong Ciu. Ketika batu
besar itu tiba, dia menyambuti untuk dibarengi ditolak
keras. Maka jatuhlah batu itu ke dalam lembah hingga
tanah muncrat menjadi debu.
Ie Sin Cu pun membarengi melepaskan tiga buah
kimhoa, bunga emasnya, atas mana lantas terdengar tiga
kali suara bentrokan nyaring. Kejadian ini membikin
orang tahu, kecuali batu besar itu, ada pula senjata
rahasia yang dipakai menyerang mereka!
Hok Thian Touw bersama Leng In Hong berlompat
maju, untuk menaruh kaki di pinggiran lamping di mana
ada batu munjul keluar, ketika mereka memandang ke
atas, di sana terlihat Le Kong Thian yang justeru mengasi
dengar suaranya yang keras: "Siapa naik kemari, dia
bagian mati, dia tak akan hidup lagi!"
In Hong mendongkol sekali. Ia menjemput dua potong
batu dengan apa ia menimpuk manusia bagaikan raksasa
itu. Kong Thian mengangkat boneka kuningannya, untuk
menangkis. "Aduh!" demikian jeritan di belakangnya.
Itulah seorang yang sembunyi di belakang Kong
Thian, yang terkena salah satu batu. Dialah orang yang
tadi menimpuk dengan tiga buah bandringan, yang
ditangkis bunga emasnya Sin Cu. Dia bertubuh kate dan
kecil, maka itu, dengan berdiam di belakang Kong Thian,
dia tak segera terlihat.
Thian Touw semua maju terus. Sesampainya mereka
di atas, Kong Thian dan kawannya itu sudah tidak ada,
1418 hanya terdengar saja helaan napas perlahan dari orang
she Le itu. Kong Thian berkesan baik terhadap Thian Touw, maka
itu ketika tadi dia melemparkan batu besar itu, dia
mendahuluinya dengan siulannya, baru kemudian dia
mengasi dengar ancamannya. Dengan tindakannya itu
dia mengharap Thian Touw jangan naik terus ke atas
karena dia tidak ingin orang she Hok ini menjadi


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

korbannya Kiauw Pak Beng, gurunya itu. seperti tujuh
belas orang tadi.
In Tiong telah menjemput salah satu bandringan itu,
ia tertawa dingin dan berkata: "Juga Sintwi Cui Poo San
telah datang kemari. Rupa-rupanya Kiauw Pak Beng juga
mengundang bala bantuan yang tak sedikit!"
Cui Poo San itu ialah murid kepala dari Cio Sam Tay,
ahli senjata rahasia di kota Pooteng. Dengan sebelah
tangan. Sam Tay itu dapat melepaskan dua belas potong
bandringannya. Poo San melepaskan hanya tiga buah,
mungkin dia menyangka itu pun tak dapat orang
menghindarinya.
Orang maju dengan hati berdebaran. Mereka masih
belum menampak Kiauw Pak Beng. Maka mereka
mendaki terus. Tanpa rintangan mereka sampai di
puncak terutama dari gunung Laosan, maka tak jauh dari
situ mereka lantas melihat Siangceng Kiong, kuil bangsa
imam (tosu). Justeru itu mereka mendengar siulan
nyaring yang dahsyat sampai telinga mereka dirasakan
ketulian dan nyeri.
Hok Thian Touw terkejut. Ia tahu itulah suaranya
Kiauw Pak Beng.
1419 "Benar-benar hebat kemajuannya hantu itu!" katanya.
In Tiong ialah seorang ahli, dari siulan Kiauw Pak Beng
ia dapat membedakan nada, maka dengan keheranan ia
kata: "Kiauw Pak Beng mesti lagi menempur lawan yang
tak kalah lihainya dengannya! Jikalau dia bukannya
hongthio dari Siauwlim Si, mungkin ketua dari Binsan
Pay! Inilah aneh
Anak Berandalan 8 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Harpa Iblis Jari Sakti 22
^