Legenda Kematian 1

Legenda Kematian Karya Gu Long Bagian 1


Legenda Kematian
(Shi Hun Yin)-1961
Karya: Gu Long Kiriman Lavilla
Ebook by : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ & http://dewi-kz.info/
Dewi KZ http://kangzusi.com/
DAFTAR ISI : DAFTAR ISI : BAB 1 : Penemuan yang mengejutkan
BAB 2 : Lengan baju hijau dan putih
BAB 3 : Ru Yi Qing Qian
BAB 4 : Asli dan palsu
BAB 5 : Budi dan perasaan, sulit untuk memilih
BAB 6 : Taruhan
BAB 7 : Pesilat tangguh ada di mana-mana
BAB 8 : Tamu aneh yang meminta nyawa
BAB 9 : Bertemu teman perempuan
BAB 10 : Rahasia di bawah kereta
BAB 11 : Orang pintar di puncak gunung
Dewi KZ http://kangzusi.com/
BAB 1 : Penemuan yang mengejutkan
Senja yang tampak di langit sangat indah, tapi
semakin lama semakin biasa. Matahari yang akan
terbenam sudah menghilang di balik gunung yang
hijau. Bulan mulai muncul di atas langit, muncul dari
bawah gunung kemudian naik ke atas pohon.
Angin meniup pepohonan, sehingga tampak bayangan pohon seperti sedang menari- nari, tiba-
tiba terdengar seseorang yang sedang membaca
puisi, "Bulan terang bintang sedikit,
angin berhembus lembut seperti air mengalir,
Aku baru kembali dari tamasya,
melihat gunung-gunung dan hamparan tanah
yang luas, tapi sekarang melihat keindahan gunung ini,
belum tentu Tai Shan tampak lebih aneh,
Hua Shan tampak lebih indah dibandingkan
dengan gunung itu."
Suara itu terdengar seperti menyusuri hutan
kecil itu lalu berhembus keluar dari gunung,
tampak seorang pemuda mengenakan baju mewah,
tubuhnya tampak agak lemah, di pinggangnya
tergantung sebuah pedang panjang berwarna hijau
dan terbungkus dengan sarungnya yang terbuat
dari kulit ikan hiu. Di bawah sinar bulan tampak
Dewi KZ http://kangzusi.com/
bajunya tertiup angin, berkibar seperti daun-
daunan yang ada di pepohonan yang tertiup angin.
Pemuda itu melihat sekelilingnya kemudian
berjalan beberapa langkah, terdengar dari hembusan angin ada suara air mengalir, tampak
pemuda itu mengerutkan alisnya, kemudian dia
mulai membaca lagi dengan pelan, "Tubuh berjalan
ke arah gunung, angin yang berada di sini meniup
patah-patah suara air mengalir...."
Tiba-tiba dia membalikkan
badannya dan berteriak, "Nang Er, cepat bawa kuas dan tempat
tinta ke sini!"
Dia berkata lagi, "Kalau kau berjalan begitu
lambat, lain kali kalau aku main ke gunung, lebih
baik kau tinggal saja dengan Guan Fu menunggu
di bawah gunung."
Dari dalam hutan itu muncul seorang remaja,
satu tangannya memegang tempat tinta berwarna
hijau, sedangkan tangan yang lainnya memegang
kuas, masih harus menggendong sebuah tas besar,
dengan berlari-lari dia menghampiri pemuda itu.
Nafasnya terengah- engah, lalu dia memberikan
kuas itu sambil berkata, "Tuan Muda, aku sudah
mengikuti Anda berjalan dari He Nan ke Jiang Nan
supaya pengetahuanku bisa bertambah. Kalau
Tuan Muda ingin meninggalkanku bersama dengan
A Fu yang bodoh itu, aku akan kesal."
Pemuda berbaju mewah itu tersenyum, diambilnya sehelai kertas dan dia segera menulis,
Dewi KZ http://kangzusi.com/
"Kami berjalan ke dalam gunung, angin musim
semi meniup patah-patah suara air mengalir." Lalu
kertas itu dimasukkannya ke dalam tas besar yang
dibawa oleh Nang Er.
Mata Nang Er yang hitam tampak berputar,
sambil tersenyum dia berkata, "Tuan Muda, hari
ini suasana hati Anda sedang bagus, sejak naik
gunung sampai sekarang, Anda sudah menulis
banyak puisi, semuanya berjumlah 30 baris, lebih
banyak dibandingkan sewaktu kita berada di Tai
Shan, tapi?" dia berhenti sebentar, lalu dia
melihat ke sekeliling, "Lebih baik Tuan Muda
membawa Nang Er turun gunung sekarang, karena
hari sudah mulai gelap dan di depan sana tampak
sepi juga gelap, kalau tiba-tiba muncul binatang
buas, binatang itu akan menggigit Nang Er dan
Tuan Muda?"
Pemuda berbaju mewah itu berjalan di depan,
mendengar perkataan Nang Er dia mengerutkan
dahinya lalu melotot, karena
takut dengan pelototan tuan mudanya, kata-kata berikutnya
tidak diucapkan, dia hanya cemberut lalu mengikuti pemuda berbaju mewah itu dari
belakang. Lalu pemuda itu berkata dengan nada ramah,
"Kau tidak perlu takut bila bersama denganku,
walaupun malam ini kita tidak turun gunung,
asalkan ada pedang ini, aku tidak akan membiarkanmu dimakan binatang buas."
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Nang Er tertawa, tampak lesung pipit di
wajahnya, dia menundukkan kepalanya, seperti
takut tawanya akan tampak oleh tuan mudanya.
Di depan mereka sejauh beberapa puluh meter
terdengar suara air mengalir dengan kencang,
pemuda itu melihat ada dua sisi jurang yang terjal
seperti yang telah diiris oleh pisau, dan di bawah
jurang itu terdapat sebuah sungai dengan lebar
kurang lebih 25 meter.
Pemuda itu berlari ke sisi jurang dan melihat ke
bawah, jurang itu sangat dalam, mata air mengalir
ke bawah sana, air terjun seperti naga yang sedang
terbang, air jatuh memercik batu-batuan seperti
mutiara yang terjatuh dari atas dan seperti awan
yang sedang menari. Membuat pemandangan di
sana tampak sangat indah. Suara air dan suara
pepohonan yang dihembus angin menggetarkan
gunung dan menghasilkan irama yang kuat.
Pemuda berbaju mewah itu berdiri di sisi jurang,
jalan itu buntu, dan air terus memercik ke
tubuhnya, dia terpaku melihat keadaan itu, tiba-
tiba dia melihat di sebelah kanan ada sebuah
jembatan kecil, dari jurang yang miring di
depannya bisa diseberangi lewat jembatan itu.
Di depan jembatan itu, di balik daun- daunan
tampak ada sebuah lampu merah tergantung di
tempat tinggi. Lampu itu bergerak- gerak tertiup
angin. Tampak wajah pemuda itu sangat senang,
dia membalikkan kepalanya dan tertawa, "Sekarang kau tidak perlu takut, tempat yang ada
Dewi KZ http://kangzusi.com/
lampu biasanya menandakan ada orang yang
tinggal, hari ini kita menginap disini, besok kita
baru turun gunung, bukankah itu lebih baik?"
Tiba-tiba Nang Er mengerutkan dahinya, "Tuan,
jika ada orang tinggal di gunung yang begini
terpencil, pasti orang itu bukan orang baik-baik,
mungkin orang itu lebih menakutkan dari pada
binatang buas, lebih baik Tuan Muda membawa
Nang Er turun gunung sekarang."
Pemuda itu tertawa, "Bukankah biasanya kau
seorang pemberani" Mengapa sekarang menjadi
penakut seperti ini" Kita tidak membawa uang juga
tidak membawa benda berharga, apakah kau takut
bila ada yang merampok kita?"
Pemuda itu memegang pedangnya dan berkata
lagi, "Selama 7 tahun aku sekolah lalu 3 tahun aku
belajar ilmu silat, kalau bertemu dengan perampok
kacangan"He
he! Mungkin pedangku akan menjadi berguna."
Sambil memegang pedang tampak wajahnya
menjadi gagah, dengan langkah besar dia melangkahkan kakinya ke jembatan kecil itu,
sambil cemberut Nang Er mengikuti tuan mudanya
dari belakang, sepertinya dia tahu akan terjadi
musibah yang menimpa mereka.
Hutan lebat yang berada di sebuah jurang yang
terjal, jembatan kecil itu seakan-akan menggantung di tengah-tengah langit. Lebar jembatan itu hanya 2 kaki lebarnya dan di bawah
Dewi KZ http://kangzusi.com/
jembatan adalah jurang yang dalam. Begitu dipakai
berjalan tubuh terasa terayun- ayun naik turun
seperti sedang menaiki seekor kuda yang sedang
berlari, kalau dia bukan seorang yang pemberani,
bila berdiri di atas jembatan itu pasti akan merasa
pusing, apalagi kalau harus menyeberang.
Pemuda berbaju mewah itu berkata, "Aku
menyeberang dulu, kalau kau tidak berani
menyeberang kau boleh tinggal di sini." Dia mulai
berjalan menyeberangi jembatan itu.
Walaupun pemuda itu adalah anak orang kaya,
tapi sifatnya sangat keras dan tidak mau kalah, dia
lebih berani dari orang lain, melihat jembatan kecil
yang tampak berbahaya, dia sama sekali tidak
merasa takut, dia melihat ke bawah sebentar lalu
segera berjalan menyeberangi jembatan itu, langkahnya tampak mantap, memang kelihatan
kalau dia menguasai ilmu silat.
Angin gunung berhembus begitu kencang,
membuat baju panjangnya berbunyi terus. Di
bawah terdengar suara air mengalir dengan
kencang, dia melihat ke bawah, dia berjalan
dengan hati-hati, sedikit pun tidak tampak gelisah.
Hanya dalam waktu sekejap dia berhasil
menyeberangi jurang
itu, tampak di depan
jembatan adalah sebuah hutan lebat, ada sebuah
rumah kecil di sana, dan di dalamnya ada sebuah
lampu yang menyala, lampu itu berwarna merah.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Dia ingin membalikkan kepalanya dan berpesan
kepada pelayan yang membawa bukunya, ternyata


Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anak itu pun sudah menyeberangi jembatan dan
berada di sisinya.
"Tidak disangka, ternyata kau juga berani
menyeberangi jembatan ini." dia berkata sambil
tertawa. "Tuannya seorang pemberani, mana mungkin
pelayannya penakut" Jika aku seorang penakut
pasti akan ditertawakan orang lain."
Pemuda berbaju mewah itu mengangguk dan
menepuk-nepuk pundaknya memuji.
Terdengar Nang Er berteriak, "Tuan mudaku
tersesat di gunung ini, kami ingin beristirahat di
tempat Anda, apakah tuan rumah mengijinkan?"
Terdengar gema suaranya, "....apakah
mengijinkan.... mengijinkan...."
Suara itu datang terus menerus, tapi rumah
kecil yang terbuat dari batu itu tidak terdengar ada
jawaban. Tuan muda itu mengerutkan dahi, dia berjalan
ke arah rumah itu. Begitu melihat dengan dekat
rumah itu, wajahnya menjadi pucat, dia terus
mundur, badannya tampak limbung dan hampir
jatuh. Ternyata di dalam rumah itu, di sisi meja
tampak ada 2 sosok mayat yang terbaring,
kelihatan mereka adalah laki-laki berbadan tegap
Dewi KZ http://kangzusi.com/
tapi kepalanya sudah hancur, bagian mata atau
hidung sudah tidak bisa dibedakan lagi, cahaya
lampu yang menyorot dari lampu yang ada di meja
itu, menyinari kedua mayat, membuat suasana
gunung yang sepi dan sunyi itu bertambah seram.
Tiba-tiba ada seekor jengkrik terbang kemudian
berbunyi. Nang Er menjadi gemetar dengan takut
dia berkata, "Tuan Muda, mari kita cepat pergi dari
sini." Pemuda itu mengerutkan dahinya, dia tidak
menjawab tapi dia tampak sedang berpikir,
"Sebenarnya dimana letaknya tempat ini" Mengapa
mereka disini bisa mati begitu mengenaskan"
Lampu di atas meja belum padam, berarti mereka
belum lama mati, kemanakah pergi pembunuhnya"
Mengapa sewaktu aku naik gunung tidak tampak
ada orang yang turun gunung atau apakah setelah
orang itu membunuh, dia langsung lari ke tempat
lain?" Tangan kanannya memegang pedang, tapi
telapak tangannya sudah berkeringat dingin. Dia
berpikir, "Aku belajar ilmu pedang selama 3 tahun
meskipun belum lulus, tapi di ibukota jarang ada
pesilat yang bisa menandingiku. Kebanyakan
mereka bukan lawanku, sewaktu aku belajar ilmu
silat, guruku pernah berkata kepadaku, 'Pendekar-
pendekar di dunia persilatan tidak boleh egois,
harus siap membantu orang lain memecahkan
masalah, juga harus membantu pihak yang lemah,
itu baru bisa dikatakan pendekar. Sekarang
Dewi KZ http://kangzusi.com/
setelah bertemu dengan hal seperti ini, apakah aku
harus lari" paling sedikit aku harus tahu apa
penyebab semua ini?"
Terpikir hal ini, pemuda itu menjadi bersemangat, dia melihat di sebelah rumah batu
itu terdapat sebuah jalan berundak, jalan ini
berliku-liku sampai ke bawah jurang.
Di bawah jurang, percikan air membuat bintang-
bintang di langit tampak terang dan bisa dihitung
dengan jari. Bayangan yang terpantul di air itu
tampak ada sawah, di belakang sawah tampak
rumah dan lampu.
Nang Er sangat ketakutan, dia melihat tuan
mudanya, dia berharap mereka segera pergi dari
tempat ini, meninggalkan tempat misterius ini.
Tapi pemuda itu malah tampak sedang berpikir,
kemudian dia melangkah ke undakan jalan itu,
sambil menarik nafas, Nang Er dengan terpaksa
mengikuti tuan mudanya dari belakang.
Angin berhembus melewati lembah, gunung ini
seperti tertutup oleh rasa dingin yang menyedihkan. Dengan cepat pemuda itu berjalan melewati
sawah, tampak di sebelah kiri terdapat sungai yang
lebarnya kira-kira 6 meter, air mengalir sangat
deras, di bawah sinar matahari, gunung batu dan
hutan itu tampak misterius dan berwarna ungu.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Di kaki gunung sana hanya terdapat sebuah
rumah, begitu berjalan mendekat, maka bayangan
rumah itu tampak sangat jelas.
Di luar rumah itu terdapat pagar yang tingginya
sekitar 3 meter lebih, pintunya dicat dan tampak
berkilauan, rumah itu menghadap ke arah selatan,
pintunya terbuka, gelang yang terpasang di pintu,
di bawah sinar bulan tampak seperti es.
Pemuda itu berdiri di depan pintu, dia mengetuk
dengan gelang pintu itu, suaranya menggema yang
terdengar terus menerus.
Dari dalam rumah tetap sepi, tidak ada yang
menjawab, pemuda itu mengerutkan dahi, baru
saja dia bersiap-siap melangkah masuk, di
belakangnya terdengar suara GE.
Dia kaget, lalu segera meloncat sejauh 3 kaki
kemudian mencabut pedangnya dan memasang
kuda-kuda, di bawah sinar bulan, hanya tampak
seekor kodok yang meloncat ke sawah. Nang Er
melotot melihat tingkah lakunya, di sekeliling
mereka tetap sunyi dan sepi, rasa sepi yang
menakutkan. Pemuda itu menertawakan dirinya sendiri, dia
merasa malu kemudian masuk ke dalam rumah
itu. Di balik pintu yang dicat hitam itu, tampak
banyak mayat yang bergelimpangan, keadaan
mereka sama seperti kondisi 2 orang laki-laki tegap
yang mati di rumah batu itu. Di tubuh mereka
Dewi KZ http://kangzusi.com/
tidak tampak ada bekas luka tapi kepala mereka
semua hancur, sinar bulan menyinari darah yang
tergenang di bawah dan sudah berubah warna
menjadi ungu. Cahaya redup keluar melalui kertas
jendela yang tipis, walaupun pemuda itu sangat
berani tapi setelah melihat keadaan seperti ini,
keringat dingin terus menetes dari dahinya.
Di belakang Nang Er menepuk-nepuk bajunya,
dia tidak bisa bicara juga karena ketakutan.
Pemuda itu memegang pedang dan berdiri
dengan sikap waspada, angin malam meniup pada
tubuhnya, udara terasa semakin dingin, kakinya
sudah merasa ingin kembali. Tapi setelah dia
berpikir sejenak dia berkata pada dirinya, "Guan
Ning, Guan Ning, kau sudah berada di sini,
walaupun bagimu ini merupakan keberuntungan
atau bencana, kau harus siap menghadapinya,
biasanya kau paling tidak menyukai cara kerja
orang lain. ada kepala tidak ada ekor, apakah kau
juga sekarang ingin sama seperti orang lain?"
Segera dia membusungkan dadanya, pedang
diangkat, dia melewati pekarangan yang dipenuhi
dengan mayat tapi tidak berani melihat keadaan
mayat-mayat itu.
Dari pintu gerbang sampai pintu ruangan
jaraknya hanya beberapa puluh meter, tapi dalam
pikirannya sekarang seperti menempuh jarak
ribuan kilometer.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Dengan perlahan dia menaiki tangga, menggunakan ujung pedangnya dia mendorong
pintu yang tertutup setengah itu, kemudian dia
berteriak, "Apakah di dalam ada orang" Mohon
jawab!" Dari dalam rumah tidak ada yang menjawab,
pintu ruangan pun dibukanya, di dalam tidak
tampak ada bayangan seorang pun.
Dia menghembuskan nafas lega, membalikkan
kepalanya untuk melihat Nang Er, tampak anak itu
masih ketakutan mengikutinya di belakang, tangan
kirinya yang membawa tempat tinta tampak
bergetar, tinta yang masih memenuhi tempatnya
menjadi bercipratan ke bawah.
Dia memegang pundak anak ini, lalu melewati
ruangan dan melihat keadaan di dalam ruangan
itu, cangkir-cangkir masih tertutup dan tersusun
rapi di atas meja. Dia berpikir, "Air teh masih ada,
di mana orang yang meminum teh ini" Dilihat dari
kondisi mayat, mereka seperti para pelayan, orang
yang meminum teh ini pasti tuan rumah ini."
Diam-diam dia menghitung cangkir teh yang ada
di atas meja, semuanya berjumlah 17. Dia berpikir
lagi, "Tadi di sini pasti ada banyak tamu tapi ke
mana tamu-tamu itu sekarang" Di depan hanya
ada mayat pelayan, apakah pelayan-pelayan itu
dibunuh oleh para tamu?" Dia mengangguk dan
menyetujui kesimpulannya sendiri, dia merasa
semua perkiraannya masuk akal tapi dia tidak
tahu apa penyebabnya.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Dia melewati ruangan besar itu, kemudian
keluar dari pintu samping.
Di luar ada pekarangan yang ditata dengan
sangat bagus, di luar pekarangan terdapat sebuah
jalan kecil yang disusun dari batu kecil yang
bertumpuk, jalan ini menuju pekarangan dalam.
Sambil membawa pedangnya yang panjang, selangkah demi selangkah dia berjalan, dia melihat
di sisi jalan itu ada sesosok mayat seorang laki-laki
berjanggut dan berbaju mewah, golok yang terselip
di pinggangnya baru dicabut separuh, di tubuhnya
tidak terdapat luka, tapi kepalanya hancur, darah
yang mengalir sudah merembes masuk ke dalam
tanah. Pemuda yang bernama Guan Ning benar- benar
terkejut, tapi dia terus berjalan, baru beberapa
langkah berjalan, dia melihat ada 2 bilah pedang di
jalan itu. Kedua pedang itu masih mengeluarkan
cahaya berkilau.
Langkahnya terhenti menyelidik, di sisi jalan
lainnya tampak lagi 2 sosok mayat, tubuh orang
yang mati kali ini agak gemuk. Yang satu tangan
kirinya sedang memegang pedang, sedangkan yang
lain, tampak tangan kanannya memegang pedang,
kedua ujung pedang saling beradu, tapi jarak
kedua mayat itu tidak terlalu dekat dan mereka
dalam keadaan tertelungkup, luka mereka masih
sama seperti mayat-mayat yang dilihat Guan Ning
tadi. Dewi KZ http://kangzusi.com/
Pemuda ini terus melihat mayat-mayat yang
bergelimpangan, dia tidak hanya terpana, dia juga
merasa pusing dan kaget.
Beberapa langkah dari tempatnya berdiri ada
mayat seorang pak tua yang berjanggut panjang, di
depan sana ada 3 mayat pendeta berbaju biru,
kemudian ada 2 mayat biksu tua, keadaan mereka
masih sama seperti itu, tidak ada bekas luka, tapi
kepala mereka semua hancur.
Baru saja melewati jalan berbatu ini, walaupun
sekarang adalah musim semi yang agak dingin tapi
baju panjangnya tampak sudah basah.
Di ujung jalan terdapat sebuah pondokan
berbentuk segi enam, tempat itu berdiri di atas
batu gunung. Guan Ning terus berjalan ke
pondokan itu, tampak ada darah yang mengalir
dari tempat itu, tidak perlu dilihat lagi di dalam
pondokan itu pasti banyak mayat dan keadaan
mayat-mayat itu pasti sama seperti mayat-mayat
yang dilihatnya tadi.
Diam-diam dia berpikir, "Laki-laki berjanggut,
laki-laki gemuk yang memegang pedang, pak tua,
pendeta berbaju biru, biksu, semua berjumlah 10


Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang, sedangkan cangkir yang ada di ruang depan
berjumlah 17, berarti masih ada 7 mayat lagi yang
belum kutemukan."
Begitu dia melihat lagi mayat yang pertama,
kecuali kaget dan takut, perasaannya bercampur
dengan marah dan sedih. Siapa pun jika melihat
Dewi KZ http://kangzusi.com/
kondisi mayat seperti itu, dia pasti akan merasa
sedih. Tapi dia malah merasa mati rasa"karena dia
terlalu shok dan juga terlalu marah, di lain pihak
dia masih bisa memikirkan tragedi berdarah ini.
Menginjak tangga terakhir, dia melihat, di dalam
pondokan itu ada seorang pengemis pincang
berbaju compang-camping, keadaannya terbaring
di atas tangga, kepala dan rambutnya yang
berantakan berada di luar pondokan, darah yang
keluar dari kepalanya terus mengalir ke tangga lalu
menetes ke bawah.
Seorang, pak tua kurus berbaju hitam berada di
sisi pengemis itu, tongkatnya yang berwarna hitam
mengkilat menancap sangat dalam, panjang
tongkat itu ada setengah meter, papan batu
dipukul hancur hingga berantakan, kelihatannya
sebelum pengemis yang pincang ini mati dia
menancapkan tongkatnya dengan tenaga yang
sangat kuat. Tapi Guan Ning tidak memperhatikan hal ini lagi
karena sorot mata tertumbuk pada sosok perempuan cantik berbaju pengantin merah, di sisi
mayat perempuan ini ada seorang mayat laki-laki
berbaju merah dan berumur setengah baya, di
bawah sinar bulan kepala mereka pun hancur,
suatu pemandangan yang begitu menyeramkan,
tidak tertutup oleh ketampanan dan kecantikan
pasangan pengantin ini.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Guan Ning menarik nafas, Nang Er yang ada di
belakangnya ikut menarik nafas tapi dia tidak bisa
membedakan apa arti tarikan nafas ini"
Apakah karena takut, kaget atau kemarahan
yang bercampur menjadi satu"
Pedang yang dipegangnya terarah ke bawah,
ujung pedang mengenai papan batu yang ada di
bawah dan mengeluarkan suara TANG.
Matanya mengikuti ujung pedang, sorot matanya
melihat mayat sepasang laki-laki dan perempuan
itu, mereka mengenakan sepasang sepatu yang
bertuliskan huruf 'Fu' (rejeki).
Dia hampir tidak berani menggeser pandangan
matanya ke atas karena sepasang kaki yang
mengenakan sepatu bertuliskan huruf 'Fu' itu
berdiri tegak. "Apakah di sini masih ada seseorang yang
hidup?" Dengan kaku dia melangkah mundur, tapi sorot
matanya pelan-pelan melihat ke atas"
Seseorang dengan badan kurus tinggi dan
berbaju putih, menempel di tiang pondok yang
berwarna merah, sepasang telapak tangannya yang
kurus, kelima jarinya seperti kaitan mencengkram
ke tiang itu, jari-jarinya menancap ke tiang kayu
berwarna merah tapi kepalanya tertunduk dengan
lemas ke sisi pundaknya.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
"Dia juga sudah mati," Guan Ning menarik
nafas, "Hanya dia yang tidak jatuh dan roboh ke
bawah." Melihat mayat yang tidak roboh itu, dia bengong
dan tidak sadar sepasang sepatunya menginjak
genangan darah itu.
Awan menutupi sinar bulan, membuat bumi
yang gelap bertambah gelap dan sedih.
Sinar bintang berwarna putih, cahaya bulan
putih seperti angin, hanya genangan darah di
tanah.... Seharusnya genangan darah berwarna apa"
Tangan Nang Er tetap memegang erat wadah
tinta, sorot matanya mengikuti gerakan tuannya,
dia bengong melihat mayat yang belum roboh itu,
melihat baju putih yang melekat di badannya, di
pinggangnya tampak tali pinggang berwarna putih
terbuat dari sutra.
"Mungkinkah sebelum orang ini mati dia adalah
laki-laki tampan" Sayangnya kepalanya menunduk, sehingga aku tidak bisa melihat
dengan jelas wajahnya." Guan Ning pun tidak
berani mendekati mayat itu untuk melihat dengan
jelas seperti apa wajah laki-laki itu.
Guan Ning memikirkan masalah lainnya.
".... pendeta berbaju biru, pengemis pincang,
pasangan pengantin berbaju merah, ditambah
dengan pelajar berbaju putih, semuanya berjumlah
Dewi KZ http://kangzusi.com/
15 orang, sedangkan cangkir yang ada di ruangan
itu berjumlah 17.... berarti masih ada dua mayat
yang belum kutemukan, apakah kedua orang itu
adalah pembunuhnya" Siapakah mereka" Apakah
pembunuhnya adalah tuan rumah ini" Ataukah
tamu yang bertandang ke sini" Hai"sekarang
mereka semua sudah mati, tidak ada seorang pun
yang bisa menjawab pertanyaan ini."
Dia melihat lagi keadaan sekeliling dan berpikir,
"Mayat-mayat yang ada di sini pasti jago-jago dunia
persilatan, mereka mati tanpa sebab di sini,
sekarang orang yang menguburkan mayat mereka
saja tidak ada"kelak kalau aku bisa mencari tahu
siapa yang telah membunuh mereka dan alasannya
membunuh mereka, entah siapa yang benar dan
siapa yang salah" orang itu adalah orang yang
kejam." Walaupun semua ini tidak ada hubungannya
dengan Guan Ning tapi pemuda jujur ini merasa
sangat marah, dia terus memikirkan hal yang tidak
ada hubungan dengannya.
Bulan semakin tinggi bayangan pondok itu
semakin gelap, angin malam berhembus dari timur
dan berhembus ke belakangnya, tiba-tiba"
Bersamaan datangnya angin itu terdengar tawa
seseorang yang dingin dari tempat gelap, suara
tawa ini seperti ujung jarum yang menusuk
punggungnya, begitu dingin menusuk tulang,
hanya dalam waktu singkat menyerang ke seluruh
tubuhnya. Dewi KZ http://kangzusi.com/
Dia merasa kaget tiba-tiba dia membalikkan
badan, dia melihat di luar pondokan di atas tangga
tampak ada seorang pak tua pelan-pelan berjalan
ke arahnya, pak tua itu sangat kurus seperti tiang
bambu, rambutnya disanggul dan ditusuk oleh
sebuah tusuk konde, tulang pipinya tinggi,
wajahnya cekung ke dalam, sepasang matanya
seperti mata burung elang, dia menatap lurus ke
arah Guan Ning.
Dalam keadaan seperti itu, sekalipun Guan Ning
adalah seorang yang pemberani, di dalam hatinya
tetap terasa dingin, tanpa terasa dia mundur
beberapa langkah, ujung pedangnya mengenai
tanah menimbulkan suara yang tidak enak
didengar bercampur dengan sebuah tawa yang
seram, benar-benar sangat menusuk telinga.
Pak tua kurus itu berjalan ke arahnya, tapi dari
tubuh bagian atas hingga ke bawah tidak tampak
ada gerakan, tubuhnya yang kurus berjalan pelan
masuk ke dalam pondokan.
Guan Ning berusaha menahan gejolak hatinya,
dia membentak, "Siapa kau" Apakah kau yang
telah membunuh mereka semua?"
Sudut mulut pak tua itu tampak sedikit
terangkat tampak hawa membunuh dari matanya,
dia siap mencengkram ke dada Guan Ning.
Tampak telapak tangannya hitam dan kering,
ujung jarinya bengkok, dan kukunya yang panjang
tampak menggulung menjadi lingkaran kecil, Guan
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Ning terkejut, tangannya sedikit terangkat, pedang
diletakkan di dadanya. Pak tua itu tertawa dingin
lagi. Tiba-tiba kuku yang menggulung itu secepat
kilat terbuka, kukunya putih seperti giok, dingin
seperti besi, juga seperti 5 pedang pendek yang
sangat menyeramkan.
Guan Ning kaget, dia mundur beberapa langkah,
tampak sepasang tangan itu datang sangat pelan,
tapi tangan ini terus mengikutinya walaupun dia
berusaha untuk menghindar, ke manapun dia
menghindar jari seperti pedang itu terus mengikutinya. Saat mencekam itu, dia memikirkan semua
jurus ilmu silat yang pernah dipelajarinya, tapi
tidak terpikir olehnya jurus apa yang bisa
menahan jurus telapak yang bergerak lambat itu.
Dalam keadaan bahaya itu, tiba-tiba dia
membentak, pedang panjangnya menusuk ke
depan kearah pak tua yang kurus kering seperti
setan itu. Tapi begitu pedang Guan Ning baru saja sampai
di tengah-tengah, dia merasa badan bergetar,
pergelangan tangannya terasa sakit, kemudian
pedang yang dipegangnya tanpa sadar telah
berpindah tangan.
Pak tua yang kurus kering itu sekarang telah
memegang pedangnya, hanya dengan sedikit
gerakan pedang itu patah menjadi dua. Pedang
patah itupun dilemparkannya ke atas dan
Dewi KZ http://kangzusi.com/
menancap ke tiang kayu pondokan itu, hanya
tersisa sedikit bagian pedang dan mengeluarkan
cahaya hijau. Guan Ning selalu iri kepada para pendekar,
beberapa tahun yang lalu dengan bersusah payah
dia berguru pada seseorang, mempelajari ilmu
pedang, dia menganggap ilmu pedangnya sudah
lumayan, tapi sekarang di depan pak tua yang
kurus kering itu, dia baru tahu apa yang selama ini
dipelajarinya hanyalah setitik air yang ada di
lautan, tidak ada satu sepersepuluh ribu dari
kemampuan pak tua itu.
Tapi sayang, dia terlambat mengetahuinya,
sepasang tangan pak tua itu pelan-pelan mencengkramnya, walaupun dia sadar dia tidak
akan bisa melawan pak tua itu, tapi dia juga tidak
mau menutup mata menunggu kematiannya,
karena itu dia berusaha melawan pak tua itu.
Tapi sewaktu dia bersiap-siap mengeluarkan
tenaganya, terdengar dari sisinya ada yang
membentak, kemudian terdengar kelepak angin
yang membawa bayangan seseorang lalu menyerang pak tua yang kurus kering itu.
Pak tua itu tampak mengerutkan alisnya, dia
seperti kaget, kemudian bayangan hitam itu
disambutnya, benda yang dipegangnya terasa
dingin dan basah.
Dia merasa kaget, senjata rahasia jenis apakah
ini" Begitu dia melihatnya, ternyata benda yang
Dewi KZ http://kangzusi.com/
disambutnya adalah sebuah tempat tinta, dia
marah, di depan mata tampak ada telapak tangan
yang menyerangnya, walaupun angin yang dihasilkan telapak tangan tidak begitu kencang
tapi jurus yang dikeluarkan

Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat aneh, walaupun ilmu silatnya tinggi, serangan tadi tetap
harus dihindari.
Perubahan yang terjadi begitu tiba-tiba membuat
Guan Ning juga terkejut, begitu melihat lebih jelas,
dia lebih terkejut
lagi karena orang yang menyerang pak tua itu dengan cepat tidak lain
adalah Nang Er, yang biasa membantunya
membawa buku. Begitu pak tua itu menghindar, lengan bajunya
tampak melambai, dia berhasil menggetarkan
orang yang menyerangnya dan orang ini terpelanting ke atas, begitu melihat orang yang
menyerangnya hanya seorang bocah, dia merasa
aneh dan terpaku.
Serangan Nang Er sudah tergetar oleh angin dari
lengan baju pak tua itu. Nang Er merasa kaget,
"Ilmu silat pak tua ini benar-benar tinggi."
Karena itu dia mundur beberapa langkah,
setelah tubuhnya mantap dia membentak, "Siapa
sebenarnya dirimu! Mengapa kau menyerang tuan
mudaku?" Dia membusungkan dadanya dan
berjalan ke depan pak tua itu. Nang Er tampak
melotot, sikapnya yang penakut tadi sekarang
sudah tidak tampak lagi.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Guan Ning merasa kaget juga malu, tidak
disangka bocah yang ditolongnya dari hujan salju
di ibukota beberapa waktu lalu, mempunyai ilmu
silat lebih tinggi darinya. Tapi Nang Er tidak
pernah menonjolkan keahliannya, sedangkan dia
yang baru belajar beberapa jurus ilmu pedang saja
sudah menganggap dirinya seperti seorang pendekar hebat, dia merasa malu dan membuat
tidak berani mengangkat kepala.
Sorot mata pak tua itu melihat Guan Ning lalu
melihat Nang Er, dia diam tidak bersuara.
Nang Er berkata lagi, "Tuan mudaku hanya
seorang pelajar, tidak ada dendam dengan kalian,
mengapa kau harus membunuhnya" Umurmu
sudah tua, tapi masih ingin membunuh seorang
anak muda, apakah kau tidak merasa malu?"
Pak tua yang kurus kering itu tertawa dingin,
dengan suara tajam dia berkata, "Jurus Long Fei
Feng Wu (Naga terbang Phoenix menari) dari mana
kau mempelajarinya" Ada hubungan apa antara
kau dan Jin Wan Tie Chang Tu Chang?" Suaranya
terdengar tajam seperti teriakan serigala.
Wajah Nang Er berubah, segera dia menenangkan dirinya dan menjawab, "Kau tidak
perlu menanyakan asal usul guruku, walaupun
kau terus bertanya aku tidak akan mengatakannya
kepadamu, yang terpenting tuan mudaku bukan
orang persilatan, dia hanya sedang tamasya ke
gunung ini dan tidak sengaja datang ke sini,
dendam permusuhan di antara kalian tidak ada
Dewi KZ http://kangzusi.com/
hubungannya dengan kami. Walaupun kau membunuh semua orang yang ada di sini, kami
tidak akan mengatakannya kepada orang lain,
kalau hari ini kau melepaskan kami, maka kami
akan merasa sangat berterima kasih, kami tidak
akan menutup mulut untuk masalah ini."
"Bocah, kau benar-benar sangat lucu, tadinya
aku tidak mau melukaimu, tetapi?" kata pak tua
itu sambil tertawa dingin.
Telapak tangan kirinya melayang, wadah tinta
yang tadi disambutnya sekarang secepat kilat
meluncur ke arah Nang Er, Nang Er hanya melihat
ada bayangan hitam meluncur ke arahnya tapi dia
tidak sempat menghindar lagi, wadah tinta itu
tepat mengenai wajahnya. Pak tua yang kurus dan
kering itu tanpa ekspresi melihat Nang Er yang
berteriak kesakitan lalu pelan-pelan ambruk.
"Kalian telah salah memilih tempat," kata pak
tua itu. Pak tua itu melihat ke arah Guan Ning yang
sudah berlari ke arah Nang Er. "Aku harus
bertindak lebih sadis lagi," kata pak tua itu.
Pelan-pelan dia mendekati Guan Ning, telapak
tangannya yang kurus seperti cakar elang itu mulai
terjulur ke depan.
Guan Ning melihat Nang Er yang sedang tumbuh
besar, karena dirinya Nang Er kehilangan nyawanya, dia benar-benar merasa sedih, dia
berdiri dengan tatapan penuh dengan kebencian
Dewi KZ http://kangzusi.com/
dia melihat setan kejam itu. Kalau orang itu
menyerangnya dia akan melawan dengan sekuat
tenaga. Begitu pak tua itu melihatnya, tampak tubuhnya
bergetar, wajahnya tampak menyiratkan ketakutan, pundaknya bergoyang, lalu dia meloncat tinggi dan secepat kilat berlalu dari sana,
hanya tampak baju yang dipakainya tampak
berkibar, tubuhnya yang kurus seperti tiang
bambu dengan cepat menghilang
di dalam kegelapan malam.
Guan Ning terpaku, dia tidak percaya dengan
mata kepalanya sendiri walaupun dia adalah
seorang yang pintar, tapi karena dia baru
berkelana di dunia persilatan dan baru bertemu
dengan hal seperti itu, dia hanya bisa merasa
aneh, jangankan dirinya, orang yang berpengalaman di dunia persilatanpun tidak akan
mengerti apa yang telah terjadi.
Dia hanya berdiri dengan terpana dan merasa
aneh, lalu diapun membalikkan badannya, dia
benar-benar kaget, darah
yang mengalir di tubuhnya sekarang seperti berhenti mengucur.
Mayat yang tadi sempat dilihatnya berdiri
dengan posisi kepala menunduk, sekarang kepalanya terangkat dan telapak tangan yang
menancap di tiang pondok itu sekarang secara
perlahan terlepas dari tiang itu. Di dalam
kegelapan tampak tulang pipi orang itu sangat
tinggi, wajahnya pucat seperti ukiran giok, darah
Dewi KZ http://kangzusi.com/
yang keluar dari rambutnya melewati alisnya yang
hitam, ke kelopak mata, hidung, dan merembes
masuk ke dalam janggutnya.
Wajahnya tampak pucat dan wajah itu seperti
diukir, baju sutranya panjang dan putih, dia
tampak seperti patung orang suci.
Tapi darah merah yang mengalir itu membuatnya tampak sangat menyedihkan.
Mata Guan Ning membelalak sangat besar,
tampak laki-laki setengah baya dan berbaju putih
itu dengan perlahan membuka matanya, kemudian
dia melihat ke sekelilingnya, akhirnya berhenti di
tubuh Guan Ning, lalu dia berjalan menghampiri
Guan Ning. Hati Guan Ning segera menciut, dia sadar kalau
dia sudah masuk ke dalam lingkaran masalah yang
rumit dan misterius. Apakah dia beruntung atau
rugi" Walaupun belum tahu jawabannya tapi
sudah tampak kalau hal ini tidak menguntungkannya,
begitu tersadar dari pikirannya, tampak laki-laki berbaju putih itu
sudah berjalan mendekatinya pasti ini tidak
menguntungkan baginya, dia hanya bisa berdiri
tanpa bergerak menanti apa yang akan menimpa
dirinya. Tapi begitu laki-laki berbaju putih itu hanya
tinggal 2 langkah lagi dekatnya, dia berhenti lalu
menundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu. Guan Ning merasa aneh.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
"Siapakah aku" Siapakah aku...." terdengar dia
berkata pada dirinya sendiri.
Dia menjulurkan tangannya lalu memukul
kepalanya sendiri sambil terus berkata, "Siapakah
aku" Siapakah aku...."
Suaranya semakin membesar, akhirnya dia
berlari keluar dari pondokan itu dan berlari ke
tangga, masih terdengar dia terus berteriak,
"Siapakah aku.... siapakah aku...."
Suaranya semakin lama semakin menjauh,
akhirnya lenyap ditelan kegelapan.
Guan Ning yang tadinya kebingungan sekarang
seperti masuk ke dalam kabut tebal dan hitam,
sedikitpun tidak terpikir olehnya semua kejadian
ini, dia yang biasanya berpikiran tajam sekarang
tidak bisa memikirkan apapun, dia hanya merasa
sedih, menyesal, aneh, dan hatinya diliputi oleh
banyak pertanyaan, semua seperti merobek perasaannya menjadi berkeping- keping.
Sebenarnya apa yang terjadi di sini tidak ada
hubungan dengannya sama sekali tapi sekarang
malah mengubah nasibnya, saat dia menyeberangi
jembatan kecil itu dia tidak menyangka akan
terjadi semua peristiwa ini.
Tiba-tiba"
Terdengar rintihan dari sisinya, segera dia
membalikkan badan dan mulai mencari sumber
suara itu. Dewi KZ http://kangzusi.com/
Nang Er tadi terjatuh di sisi pasangan suami istri
berbaju merah, sekarang dia merintih wajahnya
penuh dengan darah, hidungnya yang mancung
sekarang berdarah dan hancur.
Dia berusaha membuka matanya untuk melihat


Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadaan Guan Ning, dia ingin melihat apakah tuan
mudanya selamat atau tidak, wajahnya berlumuran darah tapi dia tertawa senang dia
merasa senang karena semua pengorbanannya
tidak sia-sia. Perasaan Guan Ning dalam waktu yang singkat
berubah menjadi kesedihan yang sangat dalam,
dua butir air mata keluar dari sudut matanya"
Air mata yang dingin jatuh di wajahnya yang
panas dan mengalir ke dalam hatinya yang panas.
Guan Ning membiarkan air matanya terus
mengalir. "Nang Er, kau.... untuk apa kau berbuat begitu
baik kepadaku, sekarang bagaimana aku bisa
membalas budi kepadamu?" tanya Guan Ning
sambil menghapus air matanya.
Senyum di wajah Nang Er belum menghilang
dengan terbata-bata dia berkata, "Tuan Muda
sangat baik terhadap Nang Er.... Walaupun Nang
Er mati dan tidak sempat membalas budi, ini.... ini,
kalau tidak ada Tuan Muda.... Nang Er dan kakak
sudah mati kedinginan dan kelaparan."
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Dengan menahan sakit dia memutar badannya,
dia merasa hatinya tenang, "Asalkan Tuan Muda
bisa terus hidup, Nang Er matipun tidak apa-apa,
hanya saja.... Nang Er mempunyai keinginan yang
belum tercapai."
Guan Ning menahan rasa sedihnya dan
bertanya, "Apa yang kau khawatirkan, sekalipun
itu adalah hal yang sulit.... tapi Nang Er, kau tidak
perlu merasa khawatir, Nang Er tidak akan mati,
kau orang baik, kalau kau mati dunia ini benar-
benar tidak adil."
Nang Er tertawa dan menutup matanya,
kemudian dengan nada sedih dia berkata, "Kalau
Nang Er mati, aku berharap Tuan Muda bisa
mengurus kakakku, kakak perempuanku sangat
baik, kalau Tuan Muda sudah,menikah suruhlah
kakakku.... membantu istri Tuan Muda, kakakku
sangat baik, tapi Nang Er sudah tidak bisa melihat
kakak lagi, apakah kakak akan sedih?"
Air mata Guan Ning terus menetes.
Kesedihan yang sangat membuatnya tidak bisa
bicara, Nang Er membuka matanya, dia mengangguk dan tersenyum, lalu dengan suara
kecil dia berkata lagi, "Masih ada satu hal yang
ingin Nang Er mohon kepada Tuan Muda, Nang Er
berharap Tuan Muda menyetujuinya, Nang Er
mempunyai...."
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Suaranya berhenti, walaupun tadi dia mengatakannya dengan cepat, tapi baru saja
diucapkan separuh dia sudah berhenti.
Mulut Nang Er masih menyunggingkan senyum,
walaupun hidupnya pendek tapi begitu bercahaya
dan berkilau, walaupun dia hidup sengsara tapi dia
mati dengan tenang dan senang, dia tidak
berhutang kepada kehidupan
ini, melainkan kehidupan ini yang berhutang kepadanya....
Kehidupan. Bukankah hidup ini sering tidak
adil" Dia menelungkupkan tubuh Nang Er, Guan Ning
menangis dengan sedih, apa yang tersimpan di
dalam hatinya keluar bersama dengan air matanya,
siapa yang mengatakan hanya orang lemah yang
menangis" Orang yang kuat tidak akan meneteskan air mata tapi begitu dia meneteskan
air mata, air matanya lebih banyak dari pada orang
lemah! Lama dia menangis, tiba-tiba pundaknya ditepuk
oleh seseorang, dia merasa kaget, tampak laki-laki
berbaju putih tadi sudah berdiri di belakangnya,,
dia masih tampak kebingungan, dia bertanya,
"Siapakah aku" Apakah kau tahu?"
Hatinya terasa kosong, setelah menangis sekarang Guan Ning kebingungan dia hanya
menggelengkan kepala, "Siapa dirimu, aku tidak
tahu, siapapun dirimu, apakah ada hubungannya
denganku?"
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Laki-laki setengah baya yang mengenakan baju
putih itu terpaku lalu mengangguk, "Aku tidak
berhutang denganmu, kalau begitu semua ini
berhubungan dengan siapa?" tanyanya.
"Ada hubungannya dengan siapa" Kau tanya
kepadaku, aku pun tidak tahu jawabannya."
Tiba-tiba laki-laki itu mencengkram leher Guan
Ning dari bawah dan berteriak, "Kau tidak tahu,
akupun tidak tahu, lalu siapa yang tahu" Di sini
hanya ada orang mati, kalau aku tidak bertanya
kepadamu apa aku harus bertanya kepada orang-
orang mati itu?"
Pundak Guan Ning yang dicengkram terasa sakit
menusuk hingga ke tulang, dia memberontak dan
melepaskan diri dari cengkrarnan itu, tapi tangan
laki-laki berbaju putih itu seperti terbuat dari besi.
Walaupun sudah mengerahkan seluruh kekuatannya tetap saja Guan Ning tidak bisa lepas,
dia marah dan membentak, "Siapa dirimupun, kau
tidak tahu, untuk apa kau masih terus hidup di
dunia ini" Lebih baik kau mati saja!"
Kedua alis laki-laki berbaju putih itu tampak
berkerut, dia menunduk dan berkata, "Siapa
diriku, akupun tidak tahu, untuk apa aku hidup di
dunia ini?"
Tiba-tiba dia melepaskan tangannya, Guan Ning
didudukkannya di bawah, "Benar,benar, lebih baik
aku mati saja!"
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Begitu dia membalikkan badan dia melihat
tongkat besi yang menancap di tanah, dia berlari
menghampiri tongkat itu lalu dicabutnya dan dia
berlari ke depan Guan Ning, diberikannya tongkat
itu kepada Guan Ning, "Mohon Tuan memukulku
dengan tongkat ini ke kepalaku hingga aku mati!"
Lalu diberikannya tongkat itu, badannya bergerak secepat setan, Guan Ning merasa sedih
mendengar kata-kata laki-laki itu, dia hanya
terpaku dan berpikir, "Apakah orang ini sudah
gila" Mengapa di dunia ini ada orang yang tidak
tahu siapa dirinya" Kalau dia gila dia tidak akan
berkata seperti itu."
Laki-laki setengah baya itu menunggu dengan
lama, dia melihat Guan Ning masih menunduk dan
sedang berpikir.
"Walaupun tongkat ini sangat berat, tapi kau
mempunyai tenaga 2000-3000 kg untuk mengangkatnya, karena itu aku yakin kalau Tuan
bisa mengangkatnya, mohon Tuan segera bertindak!"
Dia memberikan tongkat itu dengan kedua
tangannya, segera Guan Ning menggelengkan
kepalanya, "Aku tidak bisa membunuh orang,
kalau Tuan benar-benar ingin mati, lebih baik
lakukan sendiri!"
Laki-laki itu melotot dan tampak dia sangat
marah, "Kau menyuruhku mati tapi kau sendiri
tidak mau membunuhku, apakah aku harus
Dewi KZ http://kangzusi.com/
membunuh diriku sendiri" Orang sepertimu begitu
plin plan, lebih baik aku yang membunuhmu!"
Guan Ning berpikir, "Tadi aku hanya memberontak sedikit tapi dia sudah bisa menebak
kekuatanku, berarti dia bukan orang gila!"
Dia berpikir lagi, "Orang ini
ingin aku membunuhnya, pasti dia sedang berpura-pura,
ilmu silatnya begitu tinggi, mana mungkin dia akan
membiarkan ku tanpa alasan membunuhnya?"
Terpikirkan hal ini dengan dingin Guan Ning
berkata, "Kalau Tuan benar-benar ingin mati, aku
akan melakukannya untuk Tuan."
Guan Ning merebut tongkat hitam itu dan
mengangkat tinggi-tinggi, sewaktu dia bersiap
memukul laki-laki itu, dia melihat laki-laki itu
memejamkan matanya, seakan-akan menunggu
maut menjemputnya, tongkat yang sudah terangkat tidak bisa diturunkan lagi.
Pikiran Guan Ning seperti gelombang air, dia
berpikir banyak untuk persoalan ini. Tongkat
hitam masih terangkat tinggi-tinggi, dia berpikir,
"Sewaktu kecil aku pernah membaca sebuah buku
rahasia, di dalam buku itu tertulis seorang
manusia normal karena shok berat terkadang dia
akan melupakan semua peristiwa yang berhubungan dengannya, semua berusaha dilupakannya?"
Dengan pelan dia memperhatikan kepala laki-
laki yang tampak terpelajar itu, tampak di
Dewi KZ http://kangzusi.com/
kepalanya ada bekas luka, itu adalah bekas luka
yang dipukul dengan tenaga besar. Guan Ning
berpikir lagi, "Mungkin karena luka berat itu maka
membuatnya melupakan siapa diri yang sebenarnya. Sepertinya dia bukan sengaja mempermainkanku, tapi dia benar-benar ingin
mati." Tampak wajah pelajar itu kebingungan, seperti
hidup tidak mau mati pun segan, semua * tidak


Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada hubungan dengan Guan Ning.
Guan Ning menarik nafas dan berpikir, "Pak tua
kurus tadi ilmu silatnya tinggi, buat orang lain
tidak akan mempercayainya, saat dia melihat si
baju putih dia langsung ketakutan dan melarikan
diri, artinya laki-laki setengah baya ini adalah
orang penting di dunia persilatan, hidupnya pasti
penuh dengan prestasi, semua pasti didapatkan
dengan usaha kerasnya" dengan keadaan seperti
sekarang apapun tidak akan diingatnya, sampai-
sampai namanya sendiripun tidak ingat. Tentunya
hal ini sangat menyedihkan untuknya, suatu
waktu bila hal ini terjadi padaku, mungkin akupun
akan rela membiarkan orang lain memukulku
hingga mati."
Terpikir sampai di sana tiba-tiba dia merasa
kasihan kepada laki-laki berbaju putih itu, tongkat
besi hitam itupun diturunkannya.
Tiba-tiba laki-laki itu membuka matanya dia
melihat Guan Ning sedang bengong melihatnya, dia
Dewi KZ http://kangzusi.com/
marah dan berteriak, "Untuk apa kau terus
melihatku" Cepat bunuh aku!"
Guan Ning menarik nafas, "Walaupun nyawa
bukan masalah yang penting dan berharga di
dunia ini tapi untuk apa menyia- nyiakan
nyawamu begitu saja?"
Laki-laki itu menarik nafas, "Aku sudah bosan
dengan hidup, aku hanya ingin mati" "Alisnya
berkerut dan dia mulai marah lagi, "Kau sangat
aneh tadi kau menyuruhku mati sekarang kau
menyuruhku jangan menyia-nyiakan hidup, apakah hidup dan matiku diatur olehmu?"
Guan Ning berpikir diam-diam, "Dia masih ,
ingat dengan kata-kataku tadi, walaupun sekarang
pikirannya belum normal tapi belum
mencapai tahap yang tidak bisa diobati, ilmu
silatnya membuktikan kalau dia bukan orang yang
tidak bernama, p 1 banyak orang yang mengenalnya, kalau aku bisa mengetahui masa
lalunya, aku bisa membantunya memulihkan
ingatannya."
Guan Ning sudah mengambil keputusan, dia
akan membantu laki-laki ini, seseorang karena
ingin membantu kesulitan orang lain, dia malah
bisa melupakan kesulitan dan kesedihannya
sendiri. "Walaupun aku hanya seorang yang sederhana,
tapi aku mengerti keadaan Tuan sekarang, kalau
Tuan mempercayaiku, dalam waktu satu tahun
Dewi KZ http://kangzusi.com/
aku akan membantu Tuan mengembalikan ingatan?" Laki-laki berbaju putih itu tampak berpikir dan
berkata, "Apakah kau bersungguh- sungguh?"
Guan Ning membusungkan dadanya, "Walaupun
kita belum kenal tidak ada alasan bagiku untuk
berbohong, tapi kalau Tuan tidak percaya, apa
boleh buat aku tidak akan memaksa, tapi kalau
Tuan memaksaku untuk membunuh Tuan, aku
tidak sanggup melakukannya."
Tongkat besi yang dipegangnya dilemparkannya
jauh-jauh, dia berjalan menghampiri tubuh Nang
Er yang sudah mulai membeku, dia tidak peduli
kepada laki-laki berbaju putih itu lagi.
Laki-laki berbaju putih itu menundukkan
kepalanya, dia terus melihat ke bawah, tidak
bergerak sama sekali, sepertinya dia sedang
memikirkan sesuatu.
Guan Ning menggendong mayat Nang Er.
Setengah hari yang lalu anak ini masih penuh
semangat, tapi sekarang sudah menjadi mayat
yang dingin. Guan Ning benar-benar marah juga
sedih, dia membalikkan badan menuruni tangga.
Di pekarangan suasana sepi juga menyedihkan,
bintang di langit terus berkurang, bulan mulai
tenggelam, Guan Ning menarik nafas dengan berat,
mayat Nang Er diletakkannya di bawah, dengan
bantuan beberapa ranting, Guan Ning mulai
menggali lubang, dia ingin menguburkan Nang Er
Dewi KZ http://kangzusi.com/
dengan cara sederhana, tanah di sana memang
tidak keras tapi ranting-ranting pohon itu sangat
rapuh. Beberapa kali dia mencoba menggali ranting
itu selalu patah, terpaksa dia menurunkan sarung
pedangnya dan mulai menggali lagi.
Tiba-tiba di belakangnya ada yang berkata,
"Tidakkah caranya terlalu sulit?" Ternyata laki- laki
berbaju putih itu sudah ada di belakangnya.
Dia mengambil sarung pedang yang ada di
tangan Guan Ning lalu membantunya menggali,
tanah tergali cukup banyak, hanya dalam waktu
singkat tanah itu sudah tergali.
Guan Ning diam-diam berpikir, "Ilmu silat orang
ini kemanpuannya benar-benar tidak terukur, tapi
siapakah dia" Siapa yang telah memukulnya
hingga terluka parah"luka yang ada di puluhan
mayat itu semuanya sama. Siapakah yang dalam
waktu yang begitu pendek bisa membunuh orang-
orang itu" Benar-benar tidak terbayangkan olehku
dan orang-orang itu datang kemari dan dalam
waktu bersamaan dibunuh, di antara mereka pasti
ada hubungannya dengan hal-hal misterius ini.
Siapakah dia" Siapakah orang-orang yang telah
mati itu" Rumah ini berdiri di tempat yang begitu
terpencil, tuan rumahnya pasti bukan orang biasa.
Siapakah tuan rumahnya" Apakah dia ada di
antara mayat-mayat itu" Apakah tamu-tamu itu
memang sengaja diundang oleh tuan rumah dan
bersama-sama datang kemari" Ada 17 cangkir teh,
sedangkan mayat yang kuhitung hanya ada 15,
Dewi KZ http://kangzusi.com/
kemanakah dua orang lagi" Jika aku bisa
menemukan dua orang ini, mungkin aku bisa
mengetahui apa yang telah terjadi di sini, tapi
sekarang aku tidak tahu siapa kedua orang itu"
Orang yang ada di sini semua sudah menjadi
mayat. Keadaan pelajar berbaju putih ini juga tidak
bisa diharapkan. Hai"apakah
masalah ini selamanya tidak akan bisa terungkap" Apakah
orang-orang yang sudah dibunuh itu hanya akan
terkubur begitu saja di dalam tanah?"
Guan Ning terus memikirkan
pertanyaan- pertanyaan itu. Semakin dipikir semakin kacau,
semakin tidak bisa dijelaskan"di sebelah sana
tampak pelajar berbaju putih sudah selesai
menggali lubang, dengan dingin dia melihat Guan
Ning. Guan Ning menarik nafas lagi. Mayat Nang Er
dikuburkannya, kemudian dia membakar puisi-
puisi yang dibuatnya tadi pagi. Abu kertas
berjatuhan di atas jenasah Nang Er. Tiba-tiba dia
merasa sangat benci kepada puisi-puisi yang
tersimpan di dalam tas, saat menurunkan tas itu,
air matanya mengalir lagi.
Bersujud di undakan tanah yang agak tinggi,
dengan sedih dia melihat gundukan tanah itu,
diam-diam dia bersumpah kalau dia akan terus
mencari pembunuh yang telah membunuh Nang Er
dan membalaskan dendamnya.
Walaupun ilmu silatnya berada di bawah pak
tua yang kurus kering dan misterius itu, tapi
Dewi KZ http://kangzusi.com/
tekadnya sangat kuat dan keras, semua masalah
akan menjadi mudah kalau seorang manusia
sudah bertekad keras.
Pelajar berbaju putih itu dengan diam berdiri di
sisi Guan Ning, wajahnya tampak sedih, begitu
Guan Ning berdiri, dengan suara berbisik dia
berkata, "Sekarang kemana kita akan pergi?"
Kaki Guan Ning dengan berat berjalan, dia
berjalan keluar dari semak-semak, dia juga tahu
maksud laki-laki ini bertanya, yang pasti laki- laki
itu akan mengikuti dirinya, mencari tahu pertanyaan-pertanyaan
yang sulit dijawab. Sekarang mereka akan ke mana, dia sendiripun
tidak tahu. Setelah keluar dari semak-semak, di ufuk timur
mulai tampak cahaya terang, mengusir kegelapan
yang pekat, membuat pekarangan yang gelap itu
mulai tampak sedikit terang, angin subuh terasa
lebih dingin dan meniup ke tubuhnya.
Di jalanan kecil berwarna putih dan berliku
tampak banyak mayat yang bergelimpangan,
situasi ini terasa lebih mencekam dan dingin.
Dia hanya diam berdiri, dia ingin membuat
otaknya yang kacau itu sedikit sadar dan dia
membalikkan kepala bertanya, "Apakah Tuan
mengenali mayat-mayat ini?"
Suara Guan Ning berhenti, dia melihat pelajar
berbaju putih itu tampak bingung dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak ingat."
Dewi KZ http://kangzusi.com/
"Walau bagaimanapun kita tidak bisa membiarkan mayat-mayat ini terjemur matahari
dan terkena hujan, kalau keluarga mereka tahu
bagaimana cara mati mereka, tentunya mereka
akan sedih, sayangnya, aku tidak tahu nama
mereka, kalau tidak aku akan memberitahukan
kepada mereka, mereka akan ke sini untuk
mengambil mayat-mayat ini," kata Guan Ning
sambil menarik nafas.
Nada suara Guan Ning terdengar sedih.
Pelajar berbaju putih terpaku, dia menundukkan
kepala dan bicara kepada dirinya sendiri, "Siapakah keluargaku" Aku tidak tahu apakah aku
masih mempunyai keluarga atau tidak."
Mereka terdiam dan hanya saling memandang,
matahari mulai muncul dari ufuk timur.
Guan Ning tampak sedang menggotong mayat-
mayat itu, benda-benda yang tertinggal di balik
baju mereja dikeluarkannya lalu dibungkus dengan
sobekan kain dari baju mereka, walaupun itu
hanya barang-barang tidak berharga tapi untuk
keluarga mereka tentunya benda-benda ini sangat
besar artinya. Guan Ning berharap suatu hari dia
bisa mengantarkan benda-benda ini kepada keluarga mereka. Karena dia tahu hal kecil seperti
ini sangat menghibur keluarga yang ditinggalkan.
Ilmu silat pelajar berbaju putih ternyata betul
sangat tinggi, dia

Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membantu Guan Ning menguburkan mayat-mayat itu, sampai tampak
Dewi KZ http://kangzusi.com/
matahari mulai tenggelam di barat, menandakan
bahwa pekerjaan yang mereka lakukan sangat
berat. Walaupun mereka menguburkan mayat- mayat
itu tapi Guan Ning dan pelajar berbaju putih tidak
tahu siapa saja nama-nama mereka, dan hal ini
sangat menyedihkan.
Mereka diam tanpa berkata-kata karena merasa
sangat sedih, tapi hubungan mereka sekarang
terasa lebih dekat, walaupun hanya sekedar
bertukar pandang tapi mereka mulai saling
mengerti. Persahabatan di antara mereka mulai tumbuh!
Mereka tidak sengaja menginjak genangan darah
yang terdapat di jalan kecil itu, mereka kembali ke
ruangan besar yang ada di depan
Begitu melihat keadaan di sana, hati Guan Ning
terasa dingin, karena kaget dia sampai tidak bisa
bicara. Laki-laki berbaju putih itu tampak bingung
melihat sorot mata Guan Ning, Guan Ning melihat
kursi dan meja sudah tersusun rapi, lukisan
terpasang di dinding, pintu ruangan setengah
terbuka, kertas jendela berwarna kuning muda,
tidak tampak ada keanehan, laki- laki berbaju
putih itu merasa aneh melihat Guan Ning hanya
diam membeku. Dewi KZ http://kangzusi.com/
Karena sekarang dia kehilangan ingatan, kalau
dia masih ingat dengan peristiwa yang dulu
tentunya diapun akan merasa lebih kaget lagi
dibandingkan dengan Guan Ning.
Ternyata benda-benda yang ada di atas meja
yang,pertama kali dilihat oleh Guan Ning sudah
tidak ada, begitu pula dengan 17 cangkir teh.
Hati Guan Ning diliputi olefa banyak pertanyaan,
dia hanya berdiri dengan diam dan bengong
melihat semua yang terjadi di ruangan itu. Lalu dia
berpikir, "Siapa yang telah mengambil cangkir-
cangkir itu" Mengapa orang itu mengambilnya"
Apakah di dalam cangkir teh itu tersimpan rahasia
yang tidak boleh diketahui orang lain?"
Pertanyaan itu terus berkutat di otaknya, Guan
Ning sadar dengan cara apapun dia berusaha
mencari jawabannya, tetap tidak akan mendapatkannya. Karena itu dia berjalan keluar
dari ruangan itu.
Di dalam ruangan itu tampak ada mayat, Guan
Ning melihat laki-laki itu dan mereka tertawa
kecut, kemudian merekapun memindahkan mayat-
mayat itu ke kamar kosong.
Guan Ning berkata dengan suara kecil, "Apakah
di kamar lain ada orangnya?"
"Tadi aku sudah memeriksa kamar-kamar yang
ada di sini, selain kita tidak ada orang lain lagi,"
jawab laki-laki itu.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Harapan Guan Ning pupus lagi.
Keluar dari pintu bercap hitam, Guan Ning
melihat ke sekelilingnya. Tampak padi yang baru
ditanam dan keadaannya masih tetap seperti tadi
hanya saja orang yang telah menanam padi itu
tidak bisa menunggu padinya bertumbuh.
Tiba-tiba terdengar suara jernih mengikuti arah
angin, mereka berdua terkejut dan segera menaiki
tangga untuk melihat, tampak di seberang jurang
berdiri seorang gadis berbaju hijau, tangan kirinya
memegang sebuah lonceng sebesar kepalan tangan,
dia terus menggoyang- goyangkan lonceng itu,
tangan kanannya membereskan rambutnya yang
berantakan, matanya terus melihat atap rumah ini.
"Aneh, mengapa lampu-lampu yang telah terbakar masih terpasang di tempat yang sama,
bukankah pelayan-pelayan yang ada di sini semua
sudah mati?" tanya gadis itu penuh dengan
kecurigaan. Di bawah sinar matahari tampak rambut gadis
itu panjang, dan kecantikannya seperti bunga,
pinggang yang kecil, hanya selebar dua telapak
tangan orang dewasa, suaranya merdu seperti
kicauan burung nuri, sangat enak didengar.
Melihat keadaan itu, Guan Ning merasa terkejut,
dalam waktu satu malam dia selalu menemukan
hal misterius, kejam, dan menyedihkan, sekarang
dia melihat seorang gadis muncul di gunung
Dewi KZ http://kangzusi.com/
terpencil seperti ini, apakah dia harus merasa
kaget atau aneh"
Tapi wajah laki-laki berbaju putih itu tampak
biasa-biasa saja, setelah mengalami goncangan
berat dan kehilangan ingatan, perubahan perasaan
yang terjadi pada dirinya tidak sama seperti orang
lain. Segera Guan Ning berlari ke jembatan dan ingin
bertanya pada gadis berbaju hijau, dia ingin
menanyakan dari mana datangnya gadis itu.
Baru saja dia berjalan, tampak gadis itu mulai
menyeberangi jembatan kecil itu, dan dia sudah
berada di depan Guan Ning, dia menggoyangkan
lonceng emasnya dan berkata, "Minggir kau!"
Lebar jembatan itu hanya 1 kaki lebih, di bawah
jembatan adalah jurang terjal, tidak ada tempat
untuk dua orang. Guan Ning terpaku, "Mengapa
gadis ini begitu galak" Aku lebih dulu menyeberang, seharusnya aku yang lewat dulu,
mengapa sekarang dia menyuruhku minggir,
apakah dia adalah tuan rumah itu?"
Tampak gadis itu mulai marah, "Apakah kau
tuli" Aku menyuruhmu minggir!"
Gadis berbaju hijau itu menunjuk Guan Ning
dengan jarinya yang lentik, "Mundur kembali ke
tempatmu tadi"kau sudah dewasa, apakah kau
tidak mengerti dengan aturan ini?"
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Guan Ning terpaku, dalam hati dia berpikir,
"Gadis ini begitu cantik, tapi sekali bicara sangat
galak dan tidak masuk akal."
Guan Ning merasa sangat marah, dia ingin balas
membantak, tapi jari gadis itu telah menunjuk
hidungnya. Dia lahir dari keluarga pelajar, seumur hidupnya
kecuali keluarganya, belum pernah dia bicara
dengan perempuan,
sekarang ada gadis di
hadapannya, dia mencium bau harum seorang
gadis, walaupun dia marah tapi dia berpikir,
"Untuk apa aku ribut dengan perempuan ini?"
Pelan-pelan dia membalikkan badan dan berjalan ke tempatnya tadi, tampak laki-laki
berbaju putih itu seperti sedang menertawakan
dirinya. Gadis berbaju hijau itu tersenyum, dari sorot
matanya tampak kalau dia merasa senang, satu
tangannya menggoyangkan
lonceng, lalu dia
berkata, "Apakah orang-orang yang ada di sini tuli
semua" Mendengar suara lonceng ini tidak
seorangpun yang menyambut Shen Jian Niang
Niang (Nyonya berpedang sakti)?"
Guan Ning berpikir, "Siapa yang disebut Shen
Jian Niang Niang" Apakah diapun adalah orang
dunia persilatan yang diundang oleh tuan rumah
di sini" Mungkin karena terlambat datang ke sini
dia bisa terhindar dari bencana ini?"
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Dia berpikir lagi, "Gadis ini pasti tahu mengapa
tuan rumah ini mengundang orang- orang dunia
persilatan datang ke sini, dan mungkin juga dia
tahu siapa laki-laki berbaju putih itu."
Terpikirkan hal ini diapun bertanya kepada gadis
itu, "Yang mana Shen Jian Niang Niang" Apakah
aku boleh?"
Ucapan Guan Ning belum selesai, gadis berbaju
hijau itu suda menyela, "Siapa Shen Jian Niang
Niang" Kau ternyata tidak tahu?" dia menunjuk
hidungnya sendiri dan berkata lagi, "Shen Jian
Niang Niang berada di depanmu, aku katakan
kepadamu, nona ini adalah Shen Jian Niang
Niang." Guan Ning terpaku, kalau bukan karena banyak
urusan mungkin sejak tadi dia sudah tertawa.
Umur gadis itu paling-paling hanya 17-18 tahun,
masih tampak polos, tapi dia menamakan dirinya
sendiri Shen Jian Niang Niang, benar- benar
kurang ajar. Tapi melihat gadis itu sangat serius, sepertinya
namanya memang seperti itu, tangannya terus
membunyikan lonceng, dan dia melihat laki-laki
berbaju putih itu, lalu melihat Guan Ning, "Siapa
kau" Cepat beritahu nyonya rumahmu, bahwa
Shen Jian Niang Niang sudah datang dari Huang
Shan, sengaja datang ke sini untuk melakukan
kunjungan. Tidak disangka Wisma Si Ming yang
sangat terkenal tidak tahu sopan santun, Dewi KZ http://kangzusi.com/
menyuruh seorang anak kecil yang tidak tahu apa-
apa menyambut kedatangan tamu."
Guan Ning melihat gadis itu berdiri dengan tegak
sambil menatap langit, benar-benar seperti seseorang yang sudah tua, dia ingin tertawa tapi
juga ingin memarahi gadis ini, diam- diam dia
berpikir lagi, "Ternyata di sini adalah wisma yang
sangat terkenal di dunia persilatan, mungkin
karena aku jarang berkenalan dengan orang di
dunia persilatan, sampai-sampai tidak tahu ada
wisma yang bernama Wisma Si Ming, juga tidak
mengenal ketua pemimpin wisma ini" -siapakah
pemimpin wisma ini?"
"Siapakah nyonya wisma ini?" Guan Ning
bertanya. Dia belum selesai bicara, gadis itu dengan kaget
berseru, "Apa! Kau tidak mengenal suami istri
pemimpin Wisma Si Ming yang berbaju merah"
Sekarang aku tanya, siapa dirimu yang sebenarnya" Kau harus tahu kalau kau memasuki
Wisma Si Ming tanpa ijin, kau harus siap-siap
kehilangan nyawamu!"
Mata Guan Ning tampak berputar dan berpikir,
"Ternyata sepasang laki-laki dan perempuan
berbaju merah yang cantik dan tampan itu adalah
pemimpin Wisma Si Ming" mereka adalah
sepasang pendekar yang terkenal, tapi sayangnya
mereka berdua sudah meninggal."
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Sikap Guan Ning selalu kasihan kepada orang
lain, walaupun dia tidak mengenal suami istri
pemimpin Wisma Si Ming tapi dia tetap merasa
sedih, kemudian dia berpikir, "Kelihatannya gadis
ini dan pemimpin Wisma Si Ming mempunyai
hubungan teman, kalau dia tahu mreka mati
terbunuh, mungkin dia akan merasa sangat sedih."
Guan Ning menghela nafas panjang, "Ada
keperluan apa Nona mencari nyonya Wisma Si


Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ming" Apakah Nona dan beliau bersahabat" Tapi"
" ucapan Guan Ning baru separuh dikatakan, gadis
itu sudah marah dan berkata, "Kau sama sekali
tidak mengenal mereka tapi kau malah bertanya
kepadaku ada keperluan apa mencari mereka,
benar-benar tidak dewasa!"
Guan Ning memandang gadis yang disebut-sebut
sebagai Shen Jian Niang Niang, dia ingin marah
tapi juga ingin tertawa, dia berpikir, "Gadis ini
menyebut dirinya sebagai Shen Jian Niang Niang,
ilmu silatnya pasti sangat tinggi, walaupun begitu
tapi dia tetap seorang perempuan, melihat keadaan
wisma yang penuh dengan darah dan mayat yang
bertumpuk, apalagi kalau dia melihat ke pekarangan, dia akan terkejut melihat keadaan
yang begitu menyeramkan."
Karena itu Guan Ning berteriak, "Nona, jangan
pergi dulu!"
Nona berbaju hijau itu berhenti melangkah dan
membalikkan badannya, dengan sepasang mata
yang bening seperti air, dia menatap Guan Ning,
Dewi KZ http://kangzusi.com/
tiba-tiba dia maju beberapa langkah sambil
menarik nafas, dia berkata, "Aku tidak mengenalmu, sejak tadi aku sudah bicara denganmu beberapa kata dan itu sudah cukup,
kalau kau ingin terus bicara, awas, aku bisa
membunuhmu!"
Maksudnya tidak lain adalah Guan Ning hanya
seorang pemuda asing baginya dia tidak mau
bicara panjang lebar dengan Guan Ning. Guan Ning
sebagai seorang pemuda pintar dia tahu apa yang
dimaksud dengan gadis itu, Guan Ning benar-
benar marah dan berpikir, "Mengapa gadis ini
begitu galak" Sama sekali tidak tampak kelembutan seorang perempuan, kalau aku menikah dengan perempuan semacam ini, bisa-
bisa hidupku akan tersiksa selamanya."
"Memang kita sama sekali tidak saling kenal,
dan akupun tidak bermaksud ingin bicara terus
dengan Nona."
Dia melihat gadis itu yang tampak sudah
mengangkat alisnya, tampak dia sama sekali tidak
menyangka kalau pemuda itu bisa bicara tidak
sopan kepadanya. Guan Ning merasa sangat puas,
dia merasa senang
karena telah membalas penghinaan nona itu tadi, dengan sikap angkuh
kembali dia berkata, "Nona sudah datang ke sini
dengan tujuan untuk mengunjungi suami istri
pemimpin Wisma Si Ming, aku akan memberi tahu
kepada Nona, Nona datang terlambati"
(Oo-dwkz-lav-oO)
Dewi KZ http://kangzusi.com/
BAB 2 : Lengan baju hijau dan putih
Gadis berbaju hijau itu tadinya sangat marah,
sekarang dia tampak berubah, matanya yang
bercahaya tampak melotot.
"Kau tadi mengatakan apa?" tanyanya dengan
aneh. Tadinya Guan Ning ingin membalas kesombongan gadis dengan sikap yang sama, tapi
setelah dipikir-pikir lagi, tidak baik jika kabar
kematian dijadikan bahan untuk membalas dendam. Karena itu dia merasa menyesal mempunyai
pikiran seperti tadi, "Bagaimanapun juga aku
adalah seorang laki-laki dan dia hanya seorang
perempuan, tidak boleh berpandangan sama
dengannya."
Segera Guan Ning menjawab, "Suami istri Wisma
Si Ming sudah meninggal, kalau Nona...."
Kata-katanya belum selesai, gadis yang berdiri di
tangga itu sekarang sudah berada di depannya'
dan berteriak, "Apakah benar kata- katamu?"
Guan Ning merasa matanya tidak sempat
berkedip tapi dia tidak melihat dengan cara apa
gadis itu begitu cepat berjalan ke arahnya, rupanya
ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi dan
Dewi KZ http://kangzusi.com/
melebihi kemampuan Guan Ning beberapa kali
lipat. Dia merasa malu, dia benar-benar merasa
dirinya tidak berguna. Gadis itu melihat sikap
Guan Ning yang tiba-tiba menjadi bengong, dia
mendesak lagi, "Apakah kata-katamu benar"
Apakah kau dengar pertanyaanku tadi?"
Guan Ning menenangkan dirinya.
"Walaupun aku bukan orang berbakat, tapi aku
tidak akan menjadikan kematian orang lain
dijadikan sebagai bahan gurauan," kata Guan Ling
dengan alis terangkat.
"Apakah kau melihat sendiri suami istri Wisma
Si Ming sudah meninggal?"
"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri
suami istri Wisma Si Ming sudah meninggal dan
aku sendiri yang menguburkan mereka?"
Dia melihat gadis itu kaget dan terpana
kepadanya, alisnya tampak berkerut sepertinya dia
sangat sedih. Guan Ning menarik nafas, "Orang
yang sudah mati tidak bisa hidup kembali, jika
Nona adalah teman mereka, aku harap Nona bisa
menahan kesedihan."
Walaupun Guan Ning bersifat angkuh, tapi
sebenarnya dia orang yang baik, dia tidak
menyukai sikap gadis yang menamakan dirinya
Shen Jiang Niang Niang, tapi dia berusaha untuk
menasehati dan menghiburnya.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Terlihat gadis itu menundukkan kepala sambil
memainkan bajunya. Dia bertanya dengan suara
kecil, "Mengapa suami istri Wisma Si Ming bisa
mati secara bersamaan" benar- benar peristiwa
yang aneh. Apakah kau melihat bagaimana mereka
bisa mati?"
"Suami istri Wisma Si Ming mati dengan
mengenaskan, mereka dipukul di bagian kepala
dan mati di pondokan yang ada di belakang
wisma." Dengan kaget gadis itu bertanya, "Apakah suami
istri Wisma Si Ming secara bersamaan dipukul
hingga mati oleh satu orang?"
Guan Ning mengangguk, terlihat mata gadis itu
berubah, dengan galak dia berkata, "Kau tidak
kenal dengan pemimpin Wisma Si Ming, tapi
sekarang kau sendiri yang mengatakan kalau kau
sudah menguburkan mereka dan mengatakan
kalau mereka mati karena dipukul dengan telapak
tangan seseorang"apa maksudmu" Apakah kau
ingin berbohong!"
Tiba-tiba tangan gadis itu memegang sebilah
pedang pendek yang tampak berkilau, pedang itu
terlihat mengeluarkan hawa dingin. Gadis itu
menunjuk Guan Ning dengan pedangnya dan
membentak, "Siapa kau sebenarnya! Apa maksudmu datang kemari" Lebih baik kau
ceritakan semuanya kepadaku! Hei"jangan kira
aku mudah dibohongi!"
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Pedang itu mulai mendekati wajahnya. Rasa
dingin pedang itu membuat urat syaraf di
wajahnya bergerak-gerak.
Tapi Guan Ning tetap membusungkan dadanya
dan tidak mundur selangkahpun.
"Kata-kata yang kukatakan tadi semuanya
adalah kejadian sebenarnya, aku tidak berbohong
kepadamu, jika Nona tidak percaya, aku tidak
memaksa, Nona boleh melihatnya sendiri."
Dia membalikkan badan dan bersiap-siap akan
pergi. Tapi gadis itu membentak dan pedangnya yang
berkilau sudah terarah ke tenggorokan Guan Ning.
Guan Ning sangat terkejut. Dia berusaha
menghindar ke belakang supaya dia bisa melarikan
diri. Dia belajar ilmu pedang selama 3 tahun,
walaupun belajar bukan pada seorang guru yang
terkenal, tapi karena pada dasarnya, dia sangat
berbakat dengan dasar ilmu silat yang lumayan
kuat, begitu dia lari dia bisa mencapai 5 kaki
jauhnya. Guan Ning tadi berlari supaya bisa menghindari
serangan pedang gadis itu, sekarang dia tidak bisa
lagi mengubah posisi tubuhnya karena dia telah
menjadi mati langkah, kilauan pedang tepat
mengarah di tenggorokannya, dia merasa cahaya
Dewi KZ http://kangzusi.com/
pedang yang berwarna merah membuatnya tidak
bisa menghindar lagi.
Laki-laki berbaju putih dari tadi terus berdiri di
sana dan tidak bicara sedikitpun, diapun tidak
bergerak sama sekali, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, sepertinya apa
yang terjadi di dunia ini sudah tidak ada hubungan
dengannya. Guan Ning merasa kilauan pedang itu datang
dengan cepat seperti kilat, diapun sadar hanya
dalam satu kedipan mata, dia akan mati tertusuk
pedang itu, walaupun sifatnya terbuka, tapi begitu
terpikir dia akan mati, di dalam dadanya timbul
perasaan sedih yang tidak bisa dikatakan, kilauan
pedang yang datang seperti kilat itu, tiba-tiba
berhenti di tengah-tengah.
Guan Ning merasa tenggorokan ada hawa dingin.
Dia menarik nafas.
"Maut sudah menjemputku."
Anehnya ujung pedang itu ternyata ditarik
kembali, urat Guan Ning yang tadinya kencang
sekarang mengendur kembali, dia merasa aneh
dan tidak mengerti apa maksud gadis itu.
Terlihat gadis itu dengan satu tangannya
memegang pedang, sedangkan tangan yang lain
tampak mengepal, kedua tangannya sama-sama
berhenti di tengah udara, lama tidak diturunkan,
dengan wajah penuh keanehan dia melihat Guan
Ning, kemudian pelan-pelan berkata, "Apakah
Dewi KZ http://kangzusi.com/
hanya dengan kemampuan seperti ini, kau berani
masuk ke Wisma Si Ming untuk mengacaukan
keadaan?" Dia berhenti bicara tapi matanya terus melihat
Guan Ning, dia seperti setengah percaya kepada
kata-kata Guan Ning tadi.
Guan Ning menegakkan dadanya, perasaan malu
dan kesal semakin mengental di dalam rongga
dadanya. Dari kata-kata gadis itu, dia tahu kalau gadis itu
tidak berniat membunuhnya karena dia sudah
melihat kemampuan ilmu silat Guan Ning yang


Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih rendah darinya, perlakuan seperti ini bagi
orang yang bersifat tinggi dan keras merupakan
penghinaan besar. Guan Ning melihat sikap gadis
itu, dia kesal, mengapa dia tidak jadi mati di bawah
pedang gadis itu. Sekarang hatinya benar-benar
merasa tidak enak, menangispun rasanya sulit.
Pelan-pelan dia berkata, "Aku bukan orang dunia
persilatan, lebih-lebih aku tidak mempunyai
dendam dengan pemimpin Wisma Si Ming. Aku
bukan orang yang seperti Nona pikirkan, aku tidak
bisa dengan sadis membunuh orang. Tadi...."
Gadis itu terus melihatnya, seperti tidak
mendengar apa yang dikatakannya sejak tadi.
Guan Ning merasa malu dan marah.
"Tadinya aku berniat berteduh dari hujan. Begitu
memasuki wisma, aku baru tahu kalau di sini
penuh dengan gelimpangan mayat, walaupun aku
Dewi KZ http://kangzusi.com/
tidak mengenal mereka, tapi aku tidak tega melihat
mayat-mayat itu kehujanan atau terkena angin,
maka aku memutuskan untuk mengubur mereka
terlebih dulu?"
Dia berhenti sejenak, terlihat gadis itu dengan
teliti mendengarkan semua penjelasannya. Guan
Ning berkata lagi, "Aku tidak tahu apakah di
antara mayat-mayat itu ada pemimpin wisma ini,
akupun tidak tahu siapa pemimpin Wisma Si
Ming" Maka pada saat Nona bertanya kepadaku,
aku benar-benar tidak tahu."
Sorot mata gadis itu mulai terlihat melembut.
Terdengar Guan Ning berkata lagi, "Kemudian
ketika Nona berkata bahwa orang berbaju merah
dari Wisma Si Ming, aku baru ingat kalau di antara
mayat-mayat itu terdapat 2 orang yang mengenakan baju merah, aku tidak tahu apa
alasan Nona mengunjungi mereka, tapi aku
menebak kalau Nona pasti mengenal mereka, aku
takut setelah mendengar bagaimana cara mereka
mati, Nona akan?"
Gadis itu menarik nafas.
"Sebenarnya akupun tidak mengenal suami istri
Wisma Si Ming, aku datang kemari hanya untuk
mencari mereka dan mengajak mereka bertarung."
Sekarang dia tahu kalau pemuda ini tidak
berbohong kepadanya, karena dari pandangan
mata pemuda ini dia telah mendapatkan jawaban
yang membuatnya percaya, orang yang mempunyai
Dewi KZ http://kangzusi.com/
sorot mata jujur jarang bisa membohongi orang
lain. Gadis itu merasa sedikit menyesal karena telah
melontarkan kata-kata pedas kepada pemuda ini,
sekarang sikapnya berobah mulai membaik dan
juga melembut. Guan Ning ingin mengatakan sesuatu tapi gadis
itu sudah berkata sambil menarik nafas, "Tidak
disangka dia mati dengan cara seperti itu. hehh?"
Dia menarik nafas karena merasa sedih dan juga
menyayangkan, "Sampai sekarang orang dunia
persilatan hanya tahu kalau di antara pendekar-
pendekar perempuan ada yang disebut Hong Fen
San Chi (Tiga dewi perempuan). Tapi kesempatanku bertarung dengannya sekarang
sudah tidak ada lagi. Aku benar-benar sial, sudah
mengelilingi Jiang Nan, tidak satu orangpun yang
kutemukan, aku sengaja datang ke Si Ming Shan
Zhuang (Wisma Si Ming) berharap mengajaknya
bertarung. Ternyata?"
Dia menarik nafas lagi, dia merasa sedih dan
menyayangkan, bukan karena kematian nyonya
Wisma Si Ming melainkan karena nyonya wisma
matinya terlalu cepat, dia merasa sedikit terkejut.
Dalam hidup Guan Ning, dia tidak pernah
bertemu dengan seorang perempuan begini aneh.
kelihatan kecuali dirinya, gadis ini tidak pernah
memikirkan kepentingan orang lain.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Tampak gadis itu tersenyum. Dia memasukkan
pedang pendek itu ke dalam sarungnya dan
berkata kepada Guan Ning, "Ilmu silatmu terlalu
rendah, kau pasti tidak akan mengerti bagaimana
perasaanku, perlu kau ketahui?"
Guan Ning merasa marah, dia menyela kata-
katanya, "Aku tahu ilmu silatku tidak bisa
menandingi Nona. Kemampuan ilmu silat yang
tinggi atau rendah, sama sekali tidak ada
hubungannya dengan martabat dan kedudukan
seseorang, walaupun ilmu silatku rendah, tapi aku
bukan orang yang mudah dihina begitu saja."
Guan Ning berhenti sejenak, gadis itu terkejut,
sejak kecil dia selalu dimanja dan disayang, dalam
pikirannya hanya ada kepentingan dirinya, tidak
ada orang lain, kalau ada orang tidak menghormati
dirinya, dia akan menganggap bahwa orang itu
telah berdosa besar kepadanya. Tapi jika giliran dia
menghina orang lain, dia menganggap itu memang
pantas, belum pernah ada seorangpun yang berani
membantahnya. Maka setelah mendengar kata-kata Guan Ning,
dia merasa aneh.
Guan Ning berkata lagi, "Kata-kataku tadi bukan
untuk menjelaskan perasaanku kepada Nona.
Nona harus tahu kalau aku tidak suka berbohong,
kau boleh percaya boleh tidak kepada kata-kataku
tadi, semua terserah Nona."
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Suara Guan Ning sangat rendah dan pelan tapi
semua kata-katanya berat seperti beribu- ribu
kilogram batu. Nada dan logatnya keras, seumur hidupnya
gadis itu belum pernah mendengar perkataan
seperti ini, dia menjadi terpaku dan tidak bisa
berkata apapun.
Guan Ning baru selesai bicara, tangan yang
memegang pedang itu tiba-tiba dibalikkan, dengan
posisi horisontal dia siap memotong ke lehernya
dirinya. Gadis berbaju hijau itu merasa kaget dan dia
berteriak, dengan kecepatan seperti kilat dia berlari
ke arah Guan Ning, walaupun gerakannya sangat
cepat tapi sudah terlambat. Guan Ning akan mati
dengan darah memuncrat.
Tapi begitu pedang sedikit lagi mengenai
tenggorokannya,
tiba-tiba di sisinya terlihat bayangan putih berkelebat kemudian siku tangannya terasa kaku, tangannya menjadi tidak
bisa digerakkan lagi, gadis itu datang dan langsung
memegang pergelangan tangan Guan Ning.
Pemuda angkuh ini ingin mencuci penghinaan
terhadapnya dengan cara mengucurkan darahnya
tapi hal itu tidak bisa dilakukannya. Pedang yang
dipegang Guan Ning terjatuh begitu saja, pegangan
pedang mengenai batu yang ada di bawah dan
mutiara yang terdapat di permukaan pedang itu
Dewi KZ http://kangzusi.com/
terjatuh dan menggelinding masuk ke dalam
jurang. Guan Ning membuka matanya, yang pertama-
tama dilihatnya adalah mata gadis yang bersinar-
sinar, dia memandangnya dengan sorot mata aneh
dan tidak mengerti.
Guan Ning merasa siku tangannya kaku, rasa
itu menyebar ke semua bagian tangannya, tapi
dengan sebentar kemudian menghilang.
Kemudian dia merasa pergelangan tangannya
dipegang oleh sebuah tangan yang hangat juga
lembut, perasaan ini merambat melewati pergelangan dan- menyebar ke seluruh tubuhnya.
Mereka saling mmandang. Guan Ning dengan sedih
berkata, "Untuk apa kau menolongku?"
Pemuda yang dalam hidupnya tidak pernah
dihina itu, perasaannya benar-benar terpukul,
dalam satu hari dia sudah mengalami berbagai
macam cobaan....
Takut, bingung, aneh, putus asa, lapar, dan
lelah semua membuat harga diri dan kepercayaan
dirinya tersiksa dan terpukul.
Begitu gadis itu menghina, hatinya yang lemah
sudah tidak bisa menanggung beban beratnya.
Sekarang dia masih bingung di tempatnya,
pikirannya buntu dan tidak bisa berpikir jauh.
Dia berusaha memberontak, melepaskan pergelangan tangannya dari pegangan gadis itu tapi
Dewi KZ http://kangzusi.com/
dia masih merasa lemas, rasa itu membuatnya
malas bergerak.
Gadis itu merasa masih memegang tangan Guan
Ning, wajahnya langsung menjadi merah.
Segera dia melepaskan tangan Guan Ning dan
dia menurunkan tangannya....
Terdengar suara dingin yang berkata dengan
perlahan, "Mengapa tiba-tiba kau ingin mati" Kau
tidak boleh mati karena kau telah berjanji
kepadaku, dan janji itu belum terlaksana."
Guan Ning membalikkan kepalanya, dia tahu
sikunya kaku karena laki-laki berbaju putih itu
telah menotoknya, dia tahu kalau laki-laki berbaju
putih itu adalah seorang pesilat berilmu tinggi
karena itu Guan Ning tidak merasa aneh.
Sekarang gadis itu baru sadar selain pemuda itu
ternyata masih ada orang ketiga di sana, dengan
aneh dia bertanya kepada dirinya sendiri, "Mengapa tadi aku tidak memperhatikannya?"
Karena itu wajah yang tadinya sudah merah
sekarang bertambah merah lagi. Dia merasa sejak
pandangan i pertama dan dimulainya pembicaraan
dengan pemuda ini, di dalam hatinya timbul
perasan aneh. Perasaan ini belum pernah dia rasakan sebelumnya, karena itu dia merasa sangat terkejut
dengan perasaan hatinya.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Dengan segala keangkuhan dan kesadisannya,
dia pura-pura menutupi perasaannya tapi sekarang dia tahu kalau semua caranya sudah
gagal. Dengan kesal dia melihat laki-laki berbaju putih
itu, dia melihat ada sesuatu yang lebih aneh lagi.
Wajah laki-laki berbaju putih itu seperti ada
yang kurang beres, bentuk wajahnya begitu jelas,
wajahnya tampan seperti diukir tapi ada suatu .
kekurangan yang membuat wajahnya terlihat
dingin dan masa bodoh.
Karena itu sepasang mata gadis yang bercahaya
itu terus melihat bajunya kemudian baru dia
berteriak, "Orang ini sama sekali tidak berperasaan
sebagai manusia!"
Dia mencabut pedangnya, secepat kilat berlari ke
arah Guan Ning. Walaupun jarak antara gadis itu
dan Guan Ning sangat dekat, tapi dia tetap


Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlambat satu langkah dari laki- laki itu.
"Siapa orang itu sebenarnya" Ilmu silatnya
begitu tinggi tapi sikapnya seperti orang bodoh
yang tidak tahu apa-apa."
Gadis itu dengan bingung melihat laki-laki
berbaju putih lalu melihat Guan Ning.
Sorot mata Guan Ning melihat ke bawah dengan
bengong, di bawah tergeletak pedang panjangnya,
sinar matahari menyinari pedang dan mengeluarkan sinar berwarna.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Seharusnya pagi hari adalah dimulainya hari
terang dan dilewati dengan bersemangat tapi ketiga
orang yang berada di bawah siraman sinar
matahari itu seperti 3 patung batu, diam, dan tidak
bicara apapun. Awan putih, langit biru, orang yang terdiam
seperti batu. Tiba-tiba"
Terlihat ada dua bayangan orang berwarna abu
tua memasuki semak-semak rumah batu itu,
kemudian ada senjata yang terbawa angin dengan
cepat meluncur menyerang mereka.
Di bawah matahari setiap suara angin membawa
titik hitam. Wajah gadis itu segera berubah,
walaupun pikiran kacau tapi dari pengalamannya
selama ini, dia langsung mengetahui ada 9 senjata
rahasia yang menyerang pada ketujuh titik nadi.
Walaupun sebelumnya dia pernah melihat
senjata rahasia ini tapi dari suara angin yang tajam
dan menderu, dia tahu kalau senjata rahasia itu
berbentuk kecil dan orang yang menembak
mempunyai tenaga dalam yang kuat. Mereka pasti
termasuk pesilat tangguh di dunia persilatan.
Pikiran itu baru saja melintas dalam otaknya,
dia sudah merasa sangat kaget, segera dia
meloncat seperti asap hijau naik ke atas langit.
Senjata rahasia itu menuju ke arah Guan Ning
dan lelaki berbaju putih yang masih bengong itu.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Gadis berbaju hijau itu meloncat ke atas. Dia
tahu Guan Ning tidak akan bisa menahan senjata
rahasia itu tapi sekarang dia sudah ada di atas,
walaupun dia turun dengan kecepatan tinggi
rasanya sudah tidak sempat untuk membantu
Guan Ning menahan serangan senjata-senjata yang
datang seperti hujan.
Dia berteriak....
Tiba-tiba dia melihat Laki-laki berbaju putih itu
dengan ujung matanya, tampak dia tertawa dingin,
lengan bajunya melambai. Gadis itu merasa ada
angin kencang melewati kakinya dan puluhan
macam senjata rahasia itu mengikuti angin
kencang ini dan berjatuhan.
Waktu itu, pasir dan batu tampak beterbangan,
gadis itu tampak berputar di udara, dia melihat di
balik semak-semak rumah batu ada dua bayangan
orang yang sedang melayang ke atas seperti 2 ekor
bangau berwarna abu-abu, terbang melalui sisi
jurang. Guan Ning masih bingung melihat apa yang
terjadi barusan, tampak peristiwa ini seperti tidak
ada hubungan sama sekali dengannya, dia sudah
tidak peduli dengan hidup dan matinya lagi.
Dalam hati pemuda angkuh ini merasa malu,
untuk menghindari senjata rahasia itu saja dia
tidak mampu. Dia menarik nafas putus asa, dari jauh terlihat
gadis itu sudah turun, tapi segera meloncat lagi,
Dewi KZ http://kangzusi.com/
tampak dia sedang mengejar dua bayangan
berwarna abu-abu itu.
Laki-laki berbaju putih itu dengan pandangan
kosong melihat ke depan, tampaknya dia tidak
melihat ada 2 bayangan abu-abu di balik semak-
semak, dia juga tidak perduli dengan gadis yang
sedang mengejar 2 bayangan itu.
Begitu gadis itu sudah berada di tempat jauh,
wajahnya baru terlihat ada sedikit perubahan.
Tiba-tiba dia melambaikan lengan bajunya, tubuhnya yang kurus seperti panah meluncur ke
depan. Di bawah sinar matahari yang berkilau, bayangan putih seperti asap berlari sejauh 20-30
kilometer. Hanya dalam waktu singkat 2 bayangan itu
sudah menghilang di balik semak-semak. Begitu
melihat bayangan mereka sudah menghilang, Guan
Ning terus bertanya kepada dirinya sendiri.
"Guan Ning, Guan Ning, apa yang sudah kau
lakukan dalam waktu satu malam" Kau mendapat
banyak persoalan yang membingungkanmu juga
mendapat penghinaan besar dalam hidupmu. Nang
Er yang lucupun demi dirimu sudah kehilangan
nyawanya, siapa yang bersalah dalam hal ini?"
Dia menatap langit. Langit bersih seperti baru
saja dicuci, kadang-kadang terlihat awan putih
yang melintas tapi dalam waktu singkat sudah
menghilang. Guan Ning berharap kesulitannya juga
Dewi KZ http://kangzusi.com/
bisa menghilang secepat awan putih itu, hanya
lewat lalu menghilang.
"Tapi semua yang terjadi begitu jelas mengukir di
dalam hatiku, mana mungkin aku dengan cepat
bisa melupakannya?"
Tarikan nafas yang panjang, mata yang redup
melihat sekeliling tempat itu, hutan masih seperti
dulu, rumah batu, jurang masih tetap seperti dulu.
Tapi perubahan yang terjadi begitu besar, benar-
benar tidak terbayangkan oleh siapapun.
Sampai kemarin malam dia masih tercatat
sebagai pelajar yang riang dan tidak tahu apa yang
disebut dengan kesedihan. Dia bertamasya dengan
riangnya, begitu keinginan hatinya datang, dia
akan membuat puisi-puisi yang indah.
Bertemu dengan penebang kayu, dia akan
berhenti dan mengobrol dengan mereka, hatinya
selalu merasa tentram. Tentram dan santai seperti
awan dan bangau.
Tapi sekarang hatinya tidak merasa tentram lagi.
Pendekar-pendekar yang mati di Wisma Si Ming
sebenarnya tidak ada hubungan dengannya sama
sekali tapi sekarang dia sudah masuk ke dalam
pusaran ini. Apalagi dia sudah bertekad akan
mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi" Dan
dalam hidupnya selama ini, dia jarang mengubah
keputusan yang sudah diambilnya.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Tapi persoalan ini sangat sulit baginya, dia sadar
dari segi pengalaman atau ilmu silat, dia sangat
kurang, dan keinginannya untuk berkelana di
dunia persilatan tentunya akan sulit baginya,
apalagi bila sampai dia ingin mencari tahu tentang
hal-hal misterius ini, tentunya itu akan lebih sulit
lagi, ditambah lagi dengan identitas mayat-mayat
itu, dia belum tahu sama sekali.
Masih terngiang tawa penghinaan gadis itu dan
sorot matanya yang terus melihatnya. Kata-kata
penghinaan itu membuatnya teringat selalu dan
sulit untuk dilupakan.
Karena itu dia menjadi kehilangan arah.
Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan
sekarang" Laki-laki berbaju putih yang misterius
itu, gadis berbaju hijau yang kelihatan galak
ternyata sudah meninggalkannya. Dia tahu kalau
mengejar mereka benar-benar akan sulit, seperti
memanjat ke atas langit.
"Apakah aku harus menunggu mereka di sini?"
Karena itu dia membalikkan badannya dan
berjalan ke jembatan kecil, lalu dengan hati- hati
dia mulai menyeberang.
Diam-diam dia berkata pada dirinya, "Persoalan
ini begitu misterius dan rumit, mengandung
dendam dan permusuhan dunia persilatan. Bila
hanya mengandalkan tenagaku sendiri, selamanya
aku tidak akan bisa mengetahui peristiwa yang
sebenarnya, apalagi persoalan ini tidak ada
Dewi KZ http://kangzusi.com/
hubungannya denganku. Kelak jika ada kesempatan aku baru akan mencari tahu, lebih
baik sekarang aku melupakan dulu semua
peristiwa ini."
Tapi peristiwa ini seperti sehelai benang laba-
laba yang melilit di dalam otaknya. Walaupun ingin
dibuang tapi tetap saja tidak bisa.
Dengan langkah berat dia berjalan kembali ke
jalan yang kemarin dia pernah lalui ke Wisma Si
Hui. Dia berpikir, "Tidak lama lagi aku bisa turun
gunung dan aku akan bertemu dengan orang-orang
normal lagi, aku bisa melupakan semua peristiwa
yang sudah terjadi di sini."
Tapi" Di belokan jalan gunung itu tiba-tiba terdengar
suara TUK, TUK, TUK yang sangat aneh, seperti
uang logam yang beradu, juga seperti kayu dan
batu saling memukul, suara keras itu terdengar di
telinganya. Matahari masih bersinar dengan terang, angin
pagi berhembus seperti biasa, langit terang dan
awan berwarna putih, mendengar suara itu, Guan
Ning segera menghampiri bunyi itu.
Baru saja dia mengangkat kakinya untuk
melangkah, dia kaget bukan kepalang, ternyata
kakinya tidak bisa diangkat. Jurang menutupi
matahari yang bersinar dan menjadikan tempat itu
menjadi teduh, di tempat teduh itu tiba-tiba
?muncul seseorang.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Bajunya compang-camping, sepasang kakinya
tidak beralas, kaki itu kurus seperti kayu,
rambutnya berantakan seperti rumput liar, hanya
sepasang matanya tampak tajam seperti kilat, dia
melihat Guan Ning, tapi yang membuat Guan Ning
terkejut adalah keadaan pengemis ini, tampak
kakinya pincang dan dia membawa sebatang
tongkat kayu yang diselipkan di ketiaknya.
Dia masih ingat dengan sangat jelas kondisi
mayat pengemis yang ada di Wisma Si Ming, dia
ingat tongkat besi yang menancap di tanah, dia
juga ingat kalau dia sendiri yang menguburkan
mereka dan sewaktu memindahkan mayat pengemis itu, diapun pernah melihat wajahnya
yang penuh dengan darah dan jelas-jelas dia
melihat semuanya.
"Kalau begitu, siapa yang berdiri di depanku
sekarang" Apakah dia adalah...."
Dengan kaget dia bertanya kepada dirinya
sendiri juga dengan kaget dia berhenti berpikir.
Sepasang mata pengemis pincang itu melihat
Guan Ning dari atas ke bawah, tiba-tiba dia
tertawa dan berkata, "Dari mana kau datang?"
Suaranya pelan dan rendah seperti titik air yang
terjatuh dari tempat sangat tinggi, masuk ke dalam
jurang yang sangat dalam, juga seperti suara
tambur yang memukul terus ke dalam jantung.
Guan Ning mengangguk dan menunjuk ke
belakang. Suara pengemis pincang itu seperti
Dewi KZ http://kangzusi.com/
tenaga yang tidak bisa ditolak, dia tidak ingat
mengapa pengemis yang tidak dikenalnya bisa
bertanya seperti itu kepadanya.
Pengemis itu tertawa, seperti berkata, "Baiklah,
baiklah." Terdengar suara tongkatnya. Pengemis itu
berjalan melewati sisi Guan Ning.
Guan Ning hanya berdiri dan tidak bergerak, dia
melihat sesuatu dan berpikir,

Legenda Kematian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul juga, pengemis ini pincang di sebelah kiri, sedangkan
yang satu lagi pincang di sebelah kanan."
Karena alasan itu semua kecurigaan dan rasa
terkejutnya langsung menghilang.
Dia menghembuskan nafasnya, tapi pertanyaan
kedua muncul kembali di kepalanya, "Mengapa dia
bisa begitu mirip dengan pengemis yang sudah
mati kemarin. Apakah mereka adalah kakak
beradik?" Kemudian dia berpikir lagi, "Mungkin dia ingin
pergi ke Wisma Si Ming, aku harus memberitahukan kabar duka ini kepadanya, kalau
benar mereka adalah kakak beradik, aku akan
mengembalikan barang peninggalan pengemis yang
sudah mati itu kepadanya."
Pemuda ini lupa pada masalahnya sendiri, dia
merasa jika bisa membantu orang lain, ini adalah
hal yang sangat menyenangkan, karena itu dia
segera membalikkan kepalanya dan melihat jalan
Dewi KZ http://kangzusi.com/
yang berada di gunung itu, tapi di jalan itu sudah
tidak ada seorangpun, suara tongkat yang datang
dari belakang gunung di sebelah sana, hanya
dalam waktu sekejap pengemis pincang itu sudah
berjalan jauh. Dengan kaget Guan Ning berteriak, dia merasa
semua hal yang ditemukannya benar- benar sangat
misterius, jika bukan dengan mata sendiri melihat
semuanya, diapun tidak akan percaya.
Dia berdiri dengan bengong dan berpikir,
"Apakah aku harus mengejar pengemis itu" Tapi
pengemis itu jalannya sangat cepat, mana mungkin
aku bisa mengejarnya?"
Dia pun berpikir lagi, "Di dalam tas pengemis
pincang itu, kecuali ada sedikit barang tidak ada
barang lainnya, walaupun aku tidak menyerahkan
benda-benda ini kepadanya sepertinya tidak akan
menjadi masalah, apalagi dia berjalan sangat
cepat, mungkin nanti dia akan kembali lagi, jika
nanti aku bertemu dengannya lagi, aku akan
menyerahkan semua barangnya kepada pengemis
itu." Karena itu dia memutuskan untuk meneruskan
perjalanannya, angin gunung meniup bajunya yang
melambai-lambai tertiup. Guan Ning mulai merasa
lelah, walaupun dia bukan pelajar yang lemah, tapi
seharian ini dia belum makan dan minum, semua
terasa menjadi melelahkan, apalagi gejolak-gejolak
yang timbul di dalam hatinya tadi cukup membuat
seseorang merasa cepat merasa lelah.
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Di belokan jalan gunung itu, dia teringat kalau
di sana ada sebuah tempat yang sangat indah, air
sungai yang jernih dari sebelah kiri mengalir
dengan perlahan. Suara air mengalir dengan
kicauan burung ditambah dengan suara daun-
daun yang tertiup angin, benar-benar tersusun
menjadi sebuah suara musik yang sangat indah.
Pada pagi hari kau bisa melihat bayangan
gunung yang berwarna hijau, di bawah pohon kau
mendengarkan musik alam ini, malam hari terlihat
sinar bulan dan sinar bintang, di sini malam hari
mirip seperti yang dilukiskan oleh para penyair.
Jika kau pernah melewati tempat ini satu kali,
maka kau akan selalu teringat selama-lamanya.
Walaupun hati Guan Ning sangat kacau, tapi dia
tetap ingat pada tempat itu, dia berharap bisa
beristirahat di tempat itu juga berharap bisa
berpikir dengan tenang, menyimpan pikirannya
sementara dan dia bisa beristirahat di sana sambil
mencari jalan untuk menentukan ke arah mana
dia harus pergi.
Guan Ning masih muda, dia tidak tahu bahwa
perubahan besar dalam hidup bukan dia sendiri
yang menentukan mengaturnya.
Baru saja dia melewati belokan di sisi jalan
gunung, di bawah pohon terlihat banyak laki-laki
berbadan tegap dan membawa pedang, kelihatannya mereka sangat santai tapi dari wajah
mereka terlihat kalau mereka sedang merasa
cemas juga khawatir, apalagi ada dua laki-laki
Dewi KZ http://kangzusi.com/
yang pendek dan gendut berdiri di baris depan,
mereka tampak mengerutkan dahi, dengan sorot
mata cemas mereka terus melihat ke arah jalan,
seperti sedang menunggu seseorang yang tidak
kunjung datang.
Segera Guan Ning berpikir, "Apakah mereka
masih ada hubungan dengan peristiwa malam yang
terjadi di Wisma Si Ming?"
Kedua laki-laki setengah baya itu berjalan ke
arah Guan Ning, sikap mereka sangat hormat tapi
juga ragu-ragu, membuat sorot mata mereka
terlihat bertambah sedih dan cemas.
Guan Ning berpikir, "Dugaanku mungkin benar,
orang-orang itu datang untuk menanyakan tentang
peristiwa yang terjadi di Wisma Si Ming."
Tapi dia berpikir lagi, "Orang-orang ini terlihat
sangat kasar, kira-kira jenasah yang mana yang
mempunyai hubungan dengan mereka?"
Kedua laki-laki itu sudah sampai di depannya,
mereka memberi hormat, lalu Guan Ning membalasnya, mata kedua laki-laki ini berhenti di
sarung pedangnya yang kosong yang terselip di
pinggang Guan Ning. Mereka bertanya, "Apakah
Tuan dari Wisma Si Ming?"
Guan Ning mengangguk. Laki-laki yang berada
di sebelah kanan berkata, "Aku adalah Yi Juan dan
murid ketujuh generasi Luo Fu Shan. Kedua
paman guru kami berangkat ke Wisma Si Ming
karena mereka diundang oleh pemimpin Wisma Si
Dewi KZ http://kangzusi.com/
Ming, tapi kami tidak berani membawa banyak
orang pergi ke Wisma Si Ming karena takut akan
mengganggu tuan rumah, harap Tuan memaafkan
kami." Guan Ning baru mengerti, "Ternyata mereka
menganggap aku adalah orang dari Wisma Si Ming,
karena itu mereka begitu menghormatiku"baju
mereka terlihat mewah dan gagah tapi sepertinya
mereka sangat takut pada Wisma Si Ming, dari sini
terlihat bahwa Si Ming Hong Pao adalah orang yang
kuat." Karena itu Guan Ning sangat menyayangkan
kematian pemimpin Wisma Si Ming.
Laki-laki ini mengerutkan dahi melihat sikap
Guan Ning, dia tidak mengerti lalu bertanya,
"Kemarin kami diperintahkan oleh kedua paman
guru untuk menunggu di kaki gunung, tapi kami
sudah menunggu cukup lama, kami tidak melihat
paman guru turun ke kaki gunung karena itu kami
sengaja datang ke sini. Tapi kami tetap tidak
berani masuk ke tempat terlarang itu"yaitu
Wisma Si Ming. Apakah Tuan datang dari Wisma Si
Ming" Tolong sampaikan kepada paman guru...."
Guan Ning menghembus nafas panjang, "Siapakah nama paman guru kalian" Apakah
kalian bisa beritahuku?"
Laki-laki itu melihat Guan Ning, dia seperti aneh
mengapa pemuda itu tidak mengenal nama besar
paman guru mereka" Dia bertukar pandang
Dewi KZ http://kangzusi.com/
dengan laki-laki gemuk yang ada di sampingnya,
kemudian berkata, "Kami datang dari Luo Fu.
Paman guru kami dijuluki oleh orang dunia
persilatan sebagai Cai Yi Shuang Jian (Sepasang
pedang berbaju kembang). Jika Tuan adalah orang
Wisma Si Cinta Bernoda Darah 16 Pendekar Sadis Karya Kho Ping Hoo Pendekar Riang 6
^