Naga Naga Kecil 3

Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Bagian 3


at-saat yang genting, di markas besar tersebut bisa berada lebih dari
500an anak murid bila perlu, yang didatangkan dan dipanggil dari cabang-cabang
terdekat. Sesepuh yang tinggal disekitar Heng San yang diketahui hanyalah ketua atau
Pangcu Kay Pang sebelumnya, meskipun sudah banyak tahun juga tidak lagi
munculkan dirinya. Di kalangan 12 petugas utusan Kay Pang rata-rata adalah tokoh
muda murid-murid Pangcu, Hu Pangcu dan murid ke dua hu-hoat, ditambah dengan
beberapa anggota lain yang berkepandaian cukup tinggi.
Hari itu, Kay Pang Pangcu Kim Ciam Sin Kay sedang memimpin pertemuan di
markas besar Kay Pang dihadiri oleh semua tokoh Kay Pang, yakni Pangcu, Hu
Pangcu, Hu Hoat dan 3 diantara 12 utusan luar Pangcu. Ketiganya adalah muridmurid
Pangcu bernama Tan Can-peng berusia 35 tahunan, murid Hu Pangcu bagian
dalam bernama Sie Han Cu berusia sekitar 40-an dan murid Pek San Fu Hu Hoat
bernama Can Bu Ti yang baru berusia sekitar 27-an.
Materi pembahasan meliputi 2 hal besar sebagaimana dilaporkan oleh ketiga utusan
tersebut, yakni terjadinya pergolakan atau pembangkangan banyak tancu di utara
Yang Ce, yang kini menjadi daerah Kerajaan Cin. Dan kemudian fakta betapa
beberapa tokoh Pengemis yang hilang atau terbunuh akhir-akhir ini, nampaknya
terkait dengan munculnya perusuh dunia persilatan 2 tahun terakhir.
Kejadian-kejadian tersebut diungkapkan sebagaimana dilaporkan oleh Sie Han Cu
sebagai berikut:
"Pangcu dan para Tetua, tecu bertiga sudah mencermati persoalan-persoalan di
sebelah utara. Banyak tancu yang merasa tidak puas, selain itu muncul seorang tokoh
pengemis asing yang sekarang ditakuti dan banyak diikuti pengemis lainnya dan
bahkan menjadi panutan dari pengemis di sebelah utara. Bahkan santer berita bahwa
mereka mau mendirikan organisasi Pengemis di luar Kay Pang kita. Informasi ini
kami dengan langsung dari sumber-sumber di utara, karena kami selama 2 minggu
berada dan bertugas disana" Demikian informasi Han Cu yang menjadi pemimpin 3
utusan yang baru bertugas ke Utara memberikan laporannya.
"Dan dalam perjalanan kami, baik di utara maupun selatan sungan Yang Ce, kami
menemukan ada beberapa tokoh kita mengalami bencana. Ada beberapa di utara dan
selatan yang hilang dan ada 3 orang tokoh utama kita yang tewas terbunuh di tempat
berbeda. Nampaknya kasus-kasus tersebut terkait dengan memanasnya situas di dunia
persilatan dewasa ini, karena ada banyak tokoh-tokoh pendekar kenamaan yang
hilang dan terbunuh. Entah berasal dari Bu Tong Pay, Thian San Pay, Siauw Lim Pay,
Kun Lun Pay atau bahkan Kay Pang kita. Bahkan semua nampaknya terkait dengan
penyerbuan mereka yang dilakukan secara besar-besaran di Kun Lun Pay dan bahkan
menghancurkan Go Bie Pay di gunung Go Bie beberapa bulan berselang. Bahkan bila
tidak ditolong Kiang Bengcu, Kun Lun Pay juga agaknya akan dapat mereka libas dan
hancurkan" tambah Can Bu Ti.
"Pengemis Tawa Gila, bagaimana laporan dan pengamatanmu dalam kaitan dengan
Perguruan-perguruan sahabat kita" Pangcu berpaling dan bertanya kepada Pengemis
Tawa Gila, karena memang untuk urusan luar dan memanasnya dunia persilatan,
dipastikan tokoh ini banyak tahu dan banyak memperoleh informasi dari kawankawan
dunia persilatan.
"Pangcu dan saudara sekalian, lohu telah menemui Siauw Lim Ciangbunjin, Bu Tong
Ciangbunjin, sudah pula mengunjungi Lembah Pualam Hijau yang sedang ditinggal
pergi Kiang Bengcu. Bahkan juga bertemu banyak tokoh persilatan sahabat yang juga
sangat heran dengan kejadian yang agak misterius dan mencurigakan itu. Khusus
untuk persoalan badai dunia persilatan dewasa ini, menunjukkan kemisteriusan yang
sulit dipecahkan. Lebih 10 partai biasa, ditambah dengan kun Lun Pay dan Go Bie
Pay, hilang dan terbunuhnya banyak pesilat tangguh, dari ciri-ciri pelakunya yang
seakan menunjuk ke Lam Hay Bun. Tetapi, informasi yang lohu kumpulkan dan juga
anggota kita dimana-mana, sangat janggal kalau Lam Hay disalahkan. Ilmu Silat para
perusuh bukanlah gaya dan dasar Lam Hay, justru dasar ilmu silat dari daratan
Tionggoan, dan karenanya banyak yang curiga jika ada kelompok rahasia yang
sedang mengail di atas air keruh" Pengemis Tawa Gila nampak berhenti sebentar,
sebelum kemudian melanjutkan dengan mimik yang sangat serius.
"Bagaimana dengan langkah-langkah yang sudah diambil Kiang Bengcu, apakah
cukup memperlihatkan adanya kemajuan atas kemungkinan tertanggulanginya
keadaan yang buruk ini?" Pangcu bertanya kembali.
"Kiang Bengcu sendiri sudah turun tangan di Kun Lun Pay dan hingga saat ini
sedang mengejar jejak para perusuh. Bahkan belakangan terdengar kabar, Kiang
Bengcu akan mengunjungi Kay Pang, Siauw Lim dan Bu Tong" Jawab Pengemis Gila
Tawa. "Bagus jika demikian. Tetapi, dengan niatnya itu, semakin menunjukkan bahwa
permasalahannya agaknya tidaklah ringan. Apabilah Kiang Bengcu mampu
melakukannya sendiri, pastilah sudah dikerjakannya. Nampaknya benar, dunia
persilatan dan bahkan Lembah Pualam Hijau sedang dalam cobaan berat, bahkan juga
Pang kita dengan pemberontakan di utara. Kita harus berusaha keras meredakan
ketegangan didalam secepatnya, sebab pergolakan dunia persilatan bakal sangat
membutuhkan bantuan dan tenaga kita. Bagaimana pendapat jiwi Hu-hoat?"
Sejak mendengarkan laporan para murid, dan kemudian dilanjutkan oleh Pengemis
Tawa Gila, wajah kedua Hu Hoat sudah sejak tadi mengernyit, tanda bahwa
merekapun sangat serius dan mengkhawatirkan keadaan dunia persilatan. Celakanya,
agaknya Kay Pang juga seperti sedang menghadapi persoalan yang tidak kurang
ruwet dan berbahayanya. Karena itu, mendengarkan pertanyaan Pangcu yang
meminta pendapat mereka, kedua Hu Hoat saling berpandangan, dan saling
menganggukkan kepala dan kemudian terdengar komentar dari seorang diantaranya:
"Pangcu, nampaknya benar bahwa kita harus secepatnya menyelesaikan urusan di
Utara sebagai hal yang harus diutamakan. Bukan berarti mengabaikan masalah rimba
persilatan. Tetapi sangat penting menyelesaikan persoalan dalam tubuh sendiri
sebelum mengurusi hal-hal lain" Ujar Ceng Fang-guan, si Pengemis Sakti dari Pintu
Selatan (Lan Bun Sin Kay).
"Ya, lohu sependapat dengan Ceng Hu-Hoat, kita perlu mengutamakan penyelesaian
masalah dalam Pang kita sendiri, sebelum turun membantu menenteramkan dunia
persilatan. Sementara persoalan rimba persilatan, mungkin bisa diserahkan kepada
Pengemis Tawa Gila untuk sementara" Usul Pek San Fu Han-ciang Tiau-siu
(pemancing dari telaga Han-ciang) menambahkan dan mendukung apa yang
disampaikan oleh rekannya Ceng Fang Guan.
Dalam urusan yang dihadapi Kay Pang, nampaknya mereka berdua memang sepakat
dengan apa yang disampaikan Kay Pang Pangcu, bahwa harus secepatnya mengurusi
persoalan pembangkangan di utara, agar konsentrasi tidak terpecah.
Setelah mendengarkan laporan, analisis dan pendapat semua tokoh pengemis, baik
Hu Pangcu, Hu Hoat, bahkan juga dari pemberi informasi diantara anak murid Kay
Pang, sepertinya Kim Ciam Sin Kay sudah memiliki keputusan.
Karena, diantara semua tokoh yang hadir nampaknya terdapat kesepakatan, bahwa
masalah diutara harus diselesaikan secepatnya agar Kay Pang bisa membantu Lembah
Pualam Hijau dan dunia persilatan dalam menanggulangi persoalan yang dihadapi.
"Baiklah, jika demikian maka aku menugaskan Pengemis Tawa Gila untuk bertemu
dan membantu Kiang Bengcu. Artinya, untuk sementara dalam jangka pendek ini,
bantuan Kay Pang bagi upaya meredakan badai di dunia persilatan ditangani oleh Hu
Pangcu Bagian Luar. Sementara itu, lohu bersama 2 Hu-Hoat akan mengurusi
persoalan pembangkangan para pengemis anggota Kay Pang di Utara. Bersama
rombongan pangcu juga akan ikut beberapa utusan luar kita. Hu Pangcu urusan
dalam, harap memegang kendali Pang kita selama Pangcu berada dalam tugas ke
utara. Sementara 3 utusan, Can Bu Ti, Tan Can Peng dan Sie Han Cu bersama
rombongan Pangcu ke Utara. Kita tetapkan demikian" Demikianlah Pangcu Kay Pang
memutuskan pertemuan apa yang mesti segera dikerjakan.
Dan sesuai rencana, karena seriusnya persoalan yang dihadapi Kay Pang baik
kedalam maupun keluar, maka Kay Pang Pangcu dan rombongannya, tidak akan
menunggu berlama lama, pada malam hari setelah pertemuan langsung dilakukan
persiapan seadanya, dan setelah meninggalkan pesan-pesan yang penting bagi Hu
Pangcu bagian dalam, rombongan itu berjalan menuju ke utara pada keesokan
paginya. Siangnya, setelah Kay Pangcu meninggalkan markasnya pada pagi hari, dari kaki
gunung seorang utusan pengintai mengantarkan berita ke markas Kay Pang dan
langsung diterima oleh Hu Pangcu bagian dalam:
"Hu Pangcu, ada seorang tokoh besar minta ketemu dengan Hu Pangcu" si pembawa
berita nampak melaporkan dengan tergesa-gesa, perihal kedatangan seorang tokoh
besar ke markas mereka.
"Seorang tokoh besar" siapa gerangan yang engkau maksudkan?" tanya Hu Pangcu
Bagian Dalam menjadi sangat penasaran.
"Kiang Bengcu, Duta Agung dari Lembah Pualam Hijau sedang menunggu berita
meminta waktu untuk mohon bertemu" jawabnya terburu-buru memberitahu siapa
yang datang minta bertemu.
Mendengar siapa yang datang, serentak wajah Hu Pangcu menjadi berubah sangat
serius sekaligus senang. Karena yang datang adalah Bengcu dunia persilatan, tentu
sebuah kehormatan menerima tamu agung, yang meskipun masih muda tetapi
sedemikian terkenalnya. Sontak dia berkata:
"Persilahkan secepatnya untuk naik gunung, biar lohu juga melakukan persiapan
persiapan untuk penyambutan bengcu"
"Tidak perlu sungkan Pangcu, tidak perlu penyambutan berlebihan. Kita sedang
berprihatin saat ini" Sebuah suara sayup terdengar dan sesaat kemudian 3 tubuh
nampak berkelabat demikian cepat naik ke gunung, dan sekejap lagi kemudian,
ketiganya sudah berdiri di hadapan Hu Pangcu Bagian Dalam Kay Pang sambil
memberi hormat dan salam pertemuan.
"Hahahaha, siapa bisa mendustai dan menghalangi Kiang Bengcu?" Sambut Hu
Pangcu tergelak gembira menyambut kedatangan Kiang Hong, Tan Bi Hiong dan
seorang Duta Hukum dan juga membalas memberi hormat kepada tamu yang dengan
cepat sudah berada dihadapannya.
"Tidak perlu banyak adat paman, mari kita bercakap seperti biasa saja" Kiang Hong
menolak ketika Hu Pangcu memberi hormat berlebihan kepadanya selaku Bengcu.
Bagaimanapun Kiang Hong masih tetap merasa orang yang lebih muda, dank arena
itu sering terasa kaku baginya memperoleh penghormatan berlebihan dari angkatan
yang lebih tua darinya.
"Hahahaha, siapa yang tidak tahu jika Kiang Bengcu seorang yang rendah hati dan
berilmu mumpuni pula?" sambung Hu Pangcu gembira, benar-benar gembira karena
sudah sekian lama tidak bersua dan bertemu dengan bengcu muda yang hebat ini.
"Kho Sin Kay, selamat bertemu" Suara yang lain, nyaring dan empuk terdengar dari
mulut Bi Hiong memberi ucapan selamat bertemu kepada Hu Pangcu bagian dalam
Kay Pang. "Tidak berani, tidak berani, selamat berjumpa hujin. Nampaknya hujin bertambah
matang dalam gerakan dan dalam kecerdasan" Sambut Kho Tian Ceng, Hu Pangcu
tidak kalah hormat.
"Bukankah lebih baik kita berbicara di dalam, dan biar saling memujinya bisa lebih
panjang?" Bi Hiong berseru sambil berkelakar menambah suasana keakraban diantara
mereka semua. "Ah, lohu sampai lupa mempersilahkan masuk kedalam. Sudah lama tidak bersua
dengan Kiang Bengcu sekeluarga dan kaget mendapat kunjungan kehormatan ini"
berkata Hu Pangcu sambil mempersilahkan Kiang Hong bersama istri dan duta
hukumnya masuk.
Tetapi belum sempat semua melangkah masuk, tiba-tiba terdengar sebuah suara
mengalun seperti dari kejauhan, tetapi yang dengan cepat sekali orangnya sudah
berada di depan pintu masuk ke markas besar Kay Pang;
"Heheheheh, siapa yang menjamin Kiang Bengcu muda ini palsu atau tulen?"
Seorang pengemis tua nampak cengengesan di pintu masuk yang segera membuat Hu
Pangcu Put-pay-sin-kiam (Pedang sakti tak terkalahkan) Kho Tiang-ceng terbelalak
kaget. "Ciu Sian Hiongcu ".. ah selamat bertemu dan salam hormat" Hu Pangcu segera
memberi hormat kepada Pengemis Tua aneh yang baru datang dengan gayanya yang
juga aneh itu. "Huh, siapapun tahu aku muak dengan kebiasaan begitu, sudah bangun sana" Ciu
Sian dengan santai menggerakkan tangannya dan Hu Pangcu Kho Tian Ceng
merasakan sebuah tenaga yang sangat besar menahannya untuk terus memberi
hormat. Dan sungguh dia kagum, tetuanya ini sungguh nampak tambah mumpuni
dalam ilmu kepandaiannya.
"Bagus begitu, kamu tanyalah apakah benar orang muda ini Kiang Bengcu asli, putra
sahabatku Cun Le, dan apakah istrinya itu si bintang kejora cerdas dari Bu Tong Pay
". Ayo cepat. Lohu tidak punya waktu banyak" Si Pengemis aneh mendesak-desak
Put-pay-sin-kiam (Pedang sakti tak terkalahkan) Kho Tiang-ceng seperti anak-anak.
Untungnya baik Kho Tian Ceng dan bahkan Kiang Hong, Bi Hiong dan Duta Hukum
yang hadir disitu sudah maklum dengan tingkah dan adat kakek kukoay yang amat
sakti ini. Karena itu, mereka hanya memandangi kejadian itu dengan senyum-senyum
belaka. "Ciu Sian Sin Kay, Kiang Hong memberi hormat, apakah keadaanmu baik-baik saja"
Kiang Hong maju memberi hormat diikuti Bi Hiong dan juga Duta Hukum dari
Lembah Pualam Hijau.
"Tidak boleh, tidak boleh. Harus dibuktikan dulu kalian benar-benar asli. Banyak
sekali yang palsu bikin onar sekarang" Kakek aneh itu kemudian mundur dan
bersembunyi di belakang Hu Pangcu, bahkan mendorong dan mendesak Hu Pangcu
untuk maju menghadapi Kiang Hong.
"Hiongcu, dia ini memang Kiang Hong bersama Tan Bi Hiong dari Lembah Pualam
Hijau" tegas Kho Tian Ceng.
"Bodoh kau, Tanya dan buktikan dulu biar semua jelas, baru disuruh masuk. Jangan
sembarangan membiarkan masuk orang di markas besar Kay Pang yang megah ini"
Ciu Sian Sin Kay jadi marah-marah.
Tapi Kiang Hong dan Bi Hiong yang tahu betul adat dan kesaktian kakek ini tidaklah
tersinggung, malahan Bi Hiong jadi tertarik untuk meladeni permainan dan keanehan
kakek ini, dan dia bertanya kepada kakek aneh itu:
"Bagaimana menurut Sin Kay membuktikan aku adalah Kiang Hong dan Bi Hiong
yang asli" tanya Kiang Hong tersenyum.
"Atau jangan-jangan, Sin Kay sendiri malah tidak tahu bagaimana caranya
membuktikan keaslian dan keplasuan. Atau, jangan-jangan dia ini juga Ciu Sian Sin
Kay palsu, soalnya banyak yang palsu memalsukan orang dewasa ini" Bi Hiong
sengaja memancing kakek ini dengan menggunakan gaya anehnya. Dan dalam urusan
begini, Bi Hiong memang ahlinya.
"Wah benar juga. Bagaimana mebuktikan aku ini asli?" Ciu Sian Sin Kay nampak
jadi bingung dengan akal Bi Hiong.
"Tapi, Kho Hu Pangcu kan sudah yakin kalau aku Ciu Sian Sin Kay, tetuah Kay
Pang, tidak mungkin salah lagi" jawabnya. Bahkan kemudian dengan gaya dan cara
aneh dia bertanya kepada Bi Hiong:
"Apakah kamu tidak percaya kalau aku Ciu Sian Sin Kay yang asli, dia tadi sudah
percaya lho?" Sambil menuding kepada Kho Tian Ceng yang jadi rada ruwet melihat
keadaan yang menjadi aneh dan tidak biasa ini.
"Mana berani, mana berani meragukan Hiongcu" Hu Pangcu Kho Tian Ceng terbatabata,
karena memang tidak akan dia berani menuduh Ciu Sian Sin Kay sebagai barang
tiruan. "Ah, kamu kurang teliti, harusnya kamu menanyai lohu dan meneliti, apakah lohu
palsu atau tidak" Ciu Sian nampak seperti menyesali Kho Tian Ceng yang percaya
begitu saja kepadanya. Tapi tiba-tiba dia terlonjak:
"Aha, aku ada akal untuk membuktikan mereka asli atau tidak" Mata Ciu Sian tibatiba
bercahaya girang, seperti mendapatkan ide cemerlang untuk mengatasi masalah
yang sebenarnya bukan masalah itu.
"Bagaimana caranya Hiongcu" tanya Kho Tian Ceng dengan cepat, agar keadaan
yang aneh ini cepat berlalu.
"Menyerang mereka. Aku kenal semua perbendaharaan ilmu Lembah Pualam Hijau,
termasuk ciptaan buyut merek Sin Liong dan juga Cun Le. Anak-anak muda, mari
kita bermain sambil membuktikan siapa asli dan siapa palsu" dan belum lagi habis
ucapannya, di tangannya, Ciu Sian sudah memegang buli-buli araknya dan dengan
segera sudah menyerang serampangan.
Sekaligus dia menyerang Bi Hiong dan Kiang Hong yang jadi melongo karena
mereka diharuskan untuk bertempur. Tapi Bi Hiong yang memang juga suka dengan
keanehan-keanehan orang dan mengerti dengan kepolosan Pengemis Sakti ini sudah
melirik suaminya dan kemudian dia maju menandingi dan menangkis bahkan balas
menyerang Ciu Sian Sin Kay, sementara Kiang Hong kemudian menepi.
"Hahahaha, hujin cantik terimalah seranganku ini" Demikian akhirnya Ciu Sian
menyerang Bi Hiong duluan karena Kiang Hong segera menyingkir memberi ketika
buat istrinya untuk maju.
"Ach, ini bukan dari Pualam Hijau, ini pasti dari Bu Tong. Belum semahir
Ciangbunjinnya, tapi sudah hebat. Eh, ini malah lebih sakti, pastilah Thai kek Sin Kun
". Hebat, hebat" Ciu Sian terus menyerang sambil juga terus menerus nyerocos.
Karena dia memang tokoh yang sudah pernah menggempur hampir semua jurus
andalan 4 tokoh gaib jaman itu.
Tidak heran dia mengenal jurus-jurus Bu Tong Pay, Siauw Lim Sie dan juga Lembah
Pualam Hijau. "Benar, tapi nampaknya hampir pasti aku sednag berhadapan dengan Ciu Sian palsu,
belum ada jurus-jurus khas Ciu Sian yang kau keluarkan" Bi Hiong menggoda malah
menggoda kakek sakti ini, yang bukannya marah malah menjadi bersemangat
menemukan lawan yang cukup hebat.
"Ah, kurang ajar kamu, rasakan ini" Ciu Sian penasaran. Benar saja, Cius Sian


Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan segera mulai membuka jurus-jurus perguruannya, dan memang itu yang
dikehendaki Bi Hiong, yakni melatih dengan orang yang tepat apa yang barusan
dipelajarinya di Lautan Timur.
Ciu Sian Sin Kay mulai menggunakan ilmu-ilmu andalan Kay Pang, meskipun masih
dengan tenaga terukur. Mula-mula dia memainkan Hang Liong Sip Pat Ciang yang
membuat tubuhnya menyambar-nyambar bagaikan seekor Naga menyerang
mangsanya. Tapi lawannya adalah salah seorang bintang wanita dunia persilatan, yang malah
sudah digembleng lebih jauh oleh legenda persilatan lainnya Kiang In Hong. Dengan
tangkasnya nyonya ini bersilat dan memang sengaja maju menandingi Ciu Sian Sin
Kay untuk menguji ilmu barunya yakni, Te-hun-thian (mendaki tangga langit).
Hang Liong Sip Pat Ciang yang dimainkan oleh Ciu Sian malah masih lebih berat
dibandingkan Pangcu Kay Pang, jadi bisa dibayangkan bagaimana perbawanya meski
tidak dengan tenaga dan kesungguhan pertempuran. Pengemis aneh ini, sudah diduga
Bi Hiong, bukannya meragukan mereka, tetapi sedang gatal tangan untuk menguji
ilmu masing-masing.
Karena itu, Bi Hiong tidak khawatir akan terluka atau melukai pengemis aneh yang
sangat sakti ini. Sebaliknya, dia mendapatkan kesempatan menguji ilmu-ilmu
barunya, dengan penguji yang sangat luar biasa, dan membuatnya mampu menilai
kemajuannya sendiri.
"ach, ini pasti ciptaan Pendeta Wanita dari timur, hebat-hebat. Tapi tidak cukup
untuk menang bila hanya berlari-lari dan berputar dengan ciptaan pendeta wanita sakti
itu" Ciu Sian berseru penasaran karena dengan gaya ginkang Te hun Thian, Bi Hiong
bergerak-gerak berkelabat kesana kemari sehingga sulit dijangkau dan diserang
olehnya. "Benar, tetapi Sin Kay juga sukar untuk menembusku" balas Bi Hiong terus
menggoda dan memanasi Ciu Sian Sin Kay.
"Belum tentu, coba ini", bersamaan dengan ucapannya itu Sin Kay memainkan
bagian-bagian yang lebih berat dari ilmunya Hap Liong Sip Pat Ciang. Tangannya
menyambar-nyambar bagai naga sementara kakinya gesit sekali mengejar kemanapun
bayangan Bi Hiong menghindar.
Bi Hiongpun sadar, sulit baginya untuk terus menerus berlari dan menghindari ilmu
sakti Kay Pang yang dimainkan salah satu tokoh puncaknya dewasa ini. Karena itu,
dia memutuskan menggunakan Giok Ceng Cap Sha Sin Ciang untuk menahan
gempuran yang membadai dari Ciu Sian. Sebagaimana diketahui, kedua ilmu ini
sudah sering diadu dalam pertandingan tingkat tinggi antara para pencipta dan
ahlinya. Bahkan kemudian diadu oleh para pewarisnya, generasi yang lebih muda. Karena itu,
kedua ilmu ampuh ini boleh dibilang sudah saling mengenal baik kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Karena itu juga, akan tergantung pemakainya dan
kematangan penggunanya untuk menentukan siapa yang lebih unggul.
Dari segi kematangan dan pengalaman, Ciu Sian lebih unggul, tetapi karena Bi Hiong
memanfaatkan kegesitan ilmu ginkang gaibnya Te Hun Thian yang bahkan diakui
sebagai ginkang nomor satu dewasa ini, maka dia bisa menutup dan menambal
kekurangannya. Dan nampaknya keduanya mengerti benar hal ini.
Karena itu, pertandingan menjadi luar biasa seru dan indah, saling serang menyerang
dan menggunakan tenaga terukur sehingga lebih mirip disebut latihan. Baik Kiang
Hong maupun Kho Tian Ceng, terutama Kho Tian Ceng menjadi kagum bukan main
terhadap 2 orang sakti yang sedang mengadu ilmu. Dipelototinya Hiongcunya yang
memainkan ilmu pusaka Kay Pang sampai tidak sadar bahwa disampingnya sudah
berdiri Pengemis Tawa Gila yang ikut tertegun menyaksikan pertandingan hebat itu.
"Duaaaar", tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat, dan nampaknya berasal dari tangan
Ciu Sian yang mengganti ilmunya dengan Pek Lek Sin Jiu yang bahkan ketua Kay
Pang saat ini tidak menguasainya.
"Hati-hati hujin, lohu ingin bermain-main petir. Sebaiknya kau keluarkan Soan Hong
Sin Ciang" Ciu Sian berseru mengingatkan Bi Hiong, padahal Bi Hiongpun maklum
akan peringatan itu. Sementara Kiang Hong masih tetap tenang, karena dia maklum
akan kemampuan istrinya, apalagi setelah digembleng bibinya selama beberapa
minggu beberapa waktu lalu selama berada di lautan timur mengunjungi bibinya yang
sakti mandraguna itu.
Ledakan-ledakan bagaikan guntur kembali terdengar bertalu-talu, tetapi pada saat
bersamaan diseputar Bi Hiong perlahan-lahan terdengar suara gemuruh bagaikan
angin badai sedang mengamuk. Tubuhnyapun seperti bergulung-gulung, bergerak
bagaikan angin puyuh, membuat Pengemis Tawa Gila dan Kho Tian Ceng kedua Hu
Pangcu Kay Pang telinganya jadi sakit dan matanya jadi silau dan kabur.
Dengan cepat keduanya mengerahkan hawa murni melindungi mata dan telinga,
tetapi masih belum sanggup mengeyahkan rasa tidak enak itu seluruhnya. Karena
gelegar Pe Lek Sin Jiu dan gemuruh badai Soan Hong Sin Ciang memang memiliki
pengaruh atas mata dan telinga batin seseorang.
Hanya Kiang Hong yang telah semakin matang yang nampak tenang dan terus
mengikuti pertarungan tingkat tinggi tersebut. Berkali-kali dia nampak kagum atas
kelincahan istrinya, tetapi dia juga mengagumi kemajuan dan kehebatan Ciu Sian
dalam menguasai ilmu-ilmunya.
Petir dan badai susul menyusul dan beberapa kali terdengar benturan, tetapi tidak
sampai mencelakakan salah seorang diantaranya. Bahkan terdengar Ciu Sian berseru:
"Hahahaha, hujin, kamu sudah hampir mendekati kemampuan sahabatku Cun Le
ketika kami bertanding 20 tahun berselang. Padahal waktu itu aku baru mencapai
tingkat 5 Pek Lek Sin Jiu dan sekarang nyaris menamatkan tingkat terakhirnya.
"Hebat-hebat". Seruan Ciu Sian mengejutkan Pengemis Tawa Gila, Kho Tian Ceng
dan juga Kiang Hong. Mereka paham betul kehebatan Pek Lek Sin Jiu atau Ilmu
Halilintar yang luar biasa hebatnya, dan yang hanya Kiong Siang Han yang mampu
memainkannya dengan daya rusak dan daya ledak yang luar biasa hebatnya. Baik
bunyi derak dan bunyi gunturnya, maupun daya ledak dan daya hancurnya yang
mengerikan. Bahkan ledakannya bisa mengikis dan merusak besi dan baja, bahkan
kemudian menghanguskannya, gosong bagai terkena sambaran petir sungguhan.
Untungnya, Soan Hong Sin Ciang yang dimainkan Bi Hong juga sudah cukup
matang, bahkan sudah lebih disempurnakannya ketika 2 minggu berlatih bersama adik
mertuanya, seorang pendeta Wanita sakti di Timur.
"Hujin, gunakan pedangmu, lohu akan memakai buli-buli arak ini sebagai ganti
tongkat hijau" Ciu Sian berseru yang dengan segera diladeni Bi Hiong. "Kebetulan,
ini saat yang tepat melatih Toa Hong Kiam Sut dan Hue-hong-bu-liu-kiam (tarian
pedang searah angin), bukankah menurut Sin Ni, pengemis ini luar biasa lihai dan
hanya setingkat di bawah Sin Ni dan Ayah mertua" desis Bi Hiong sambil kemudian
meloloskan pedangnya dan kemudian langsung memainkan ilmu barunya Hue Hong
Bu Liu Kiam. Tubuhnya seperti menari-nari dan segera menyentak Ciu Sian yang untungnya juga
sudah siap dengan jurus-jurus Tah Kauw Pangnya. Maka pertempuran seru kembali
berlangsung dengan menggunakan senjata, dan ternyata karena Bi Hiong
menggunakan pedang sungguhan dan Ciu Sian menggunakan buli-buli pengganti
tongkat yang tentu kehebatannya berkurang, dan apalagi Bi Hiong menggunakan
gubahan baru lewat ilmunya yang baru diciptakan Liong I Sin Ni, maka Pengemis
Sakti nampak sedikit keteteran.
Untungnya, dia memiliki penguasaan Sinkang yang sedikit lebih baik, selain
pengalaman dan kematangannya memang melebihi Bi Hiong. Dan lagi, Tah Kauw
Pang Hoat memang bukan sembarang ilmu. Tapi untuk mengambil ranting pengganti
sudah tak sempat, sementara jangkauan pedang Bi Hiong melebihi buli-bulinya.
Dengan terpaksa si Pengemis melakukan beberapa langkah perubahan.
"Lihai, lihai. Jurus Sinni benar-benar membuatku repot. Hujin, maaf aku sedikit
mabuk" Pengemis sakti berkali-kali meneguk buli-bulinya dan bersilat dengan gaya
kacau. Inilah jurus sakti ciptaannya sendiri yang dinamainya "langkah-langkah sakti
pengemis mabuk", yang dilakukan mengiringi Tak Kauw Pang.
Tapi jangan dikira langkahnya serampangan, sebaliknya justru meski sangat aneh dan
sebentar seperti sempoyongan mau jatuh, tetapi semua serangan bi Hiong bisa dengan
mudah dipunahkan. Bahkan semakin cepat Bi Hiong menyerangnya, semakin tangkas
dia bergerak mengikuti gerak-gerik seorang pemabuk.
Dan anehnya, semua serangan yang demikian cepat dan pesat dari Bi Hiong bisa
dimentahkan dan dipatahkan oleh si Pengemis. Semakin cepat Bi Hiong bergerak,
semakin aneh gerakan si pengemis, dan semakin seru juga pertarungan antara
keduanya. "Baiklah hujin, keaslianmu sudah kupastikan. Aku ingin menguji keaslian suamimu"
Ciu Sian berkata saat keduanya saling melibas, dan kemudian dengan aneh Ciu Sian
merosot kebelakang. Ketika itu Bi Hiongpun maklum bahwa keduanya sulit saling
mengalahkan dengan gerakan-gerakan mereka yang bisa saling melibas menjadi
begitu rumit. "Baiklah, terima kasih untuk latihan hari ini bersama Sin Kay, ilmumu sungguh aneh
pada bagian terakhir" Bi Hiong berseru untuk kemudian meloncat ke samping
suaminya. Pada saat hampir bersamaan, Sin Kay juga lompat mengejar tetapi bukan
menyerang Bi Hiong tetapi menyerang Kiang Hong sambil berkata dengan lucu:
"Nah, sekarang buktikan bahwa kau ini benar adalah Kiang Bengcu, Duta Agung
Lembah PUalam Hijau" Cecar Sin Kay.
Kiang Hong maklum, bahwa hanya alasan saja bagi Sin Kay untuk menyelidiki
keasliannya. Yang benar adalah, Pengemis aneh yang gila bertanding ini sedang
mengajaknya bermain-main atau bahkan menurut istrinya berlatih.
Dan dia melihat belaka, meskipun istrinya mampu mengimbangi pengemis ini dari
segi ginkang atau bahkan sedikit melebihinya, tetapi dalam hal tenaga iweekang dan
kematangan, pengemis ini jelas melebihi istrinya. Diapun sadar, bukan sedikit
keuntungan yang ditarik istrinya dari pertempuran tadi, karena sesungguhnya mereka
sedang berlatih dan bukannya bertempur.
Karena itu, bukannya menyingkir, Kiang Hong justru menyambut serangan Pengemis
Aneh itu dengan menyambut serangan tersebut lewat sebuah pukulan dari Soan Hong
Sin Ciang. Dan sebagai kesudahannya, keduanya tergetar dan membuat pengemis itu
terkekeh-kekeh. "Benar, ini asli Soan Hong Sin Ciang, tidak mungkin tiruan, sudah
pasti asli"
"Kiang Bengcu, lohu akan menggunakan Ciu Sian Cap Pik Ciang, kudengar sobatku
Cun Le juga melatih ilmu barunya yang bernama Khong in loh Thian, jangan pelit
menunjukkan padaku" setelah berteriak demikian, Pengemis Aneh ini kemudian
merubah ilmunya.
Ilmu baru yang dimaksudkannya Ciu Sian Cap Pik Ciang memang belum setenar Pek
Lek Sin Jiu dan sangat jarang dipergunakan pengemis aneh ini. Karena seranganserangannya
yang berat dengan mencampurkan ilmu gurunya Hang Liong Sip Pat
Ciang dan Pek Lek Sin Jiu sementara langkah kakinya mengikuti ilmu ciptaannya
"Langkah Sakti Pengemis Mabuk".
Seperti tadi, kakinya bergerak-gerak bagaikan orang mabuk, kadang terhuyung,
kadang melompat tanggung, kadang tegap kokoh, bahkan kadang terjatuh sendiri dan
melenting berdiri dengan kaki tegak, tetapi tangannya sungguh kokoh dan nampak
sangat kuat melontarkan pukulan berganti ganti.
Sesekali mengambil gaya Pek Lek Jiu dengan bunyi gunturnya yang menggelegar
dan sesekali dengan gaya Naga dari ilmu pukulan Hang Liong Sip Pat Ciang.
Perbawanya sungguh hebat, sampai-sampai Bi Hiongpun bergidik dan tidak yakin
apakah sanggup menandinginya. "Pengemis ini memang sungguh-sungguh lihay,
nampaknya hampir berimbang dengan Hong Koko" desisnya kagum.
Di Tempat terpisah, kedua Hu Pangcu Kay Pang sampai terngangah-ngagah
menyaksikan bagaimana Hiongcu terakhir mereka yang baru kali ini mereka lihat
memainkan ilmu yang sangat luar biasa itu. Mereka seperti melihat kembali Kiong
Siang Han sedang membawakan ilmu gunturnya dan Hang liong sip pat ciang.
Tetapi dengan gaya mabuknya, Sin Kay ini membuat kedua ilmu yang
dicampurkannya justru membawa perbawa yang menakutkan. Kiang Hong sadar
bahwa dibalik penggunaan kedua ilmu tersebut, juga terselip kuat kekuatan batin yang
mampu merusak konsentrasinya. Karena itu, dia harusnya bisa melawan dengan Soan
Hong Sin Ciang ciptaan Sin Liong, tetapi karena Sin Kay meminta Khong in loh
Thian, meski belum sempurna benar, dia kemudian bergerak-gerak lemas dan
membiarkan gerakannya seperti hanyut oleh tarikan kekuatan Pengemis Aneh ini.
Pemandangannya sungguh ganjil, Pengemis Sakti bergerak-gerak aneh dengan
tangan yang kokoh luar biasa dan membawa suara meledak-ledak yang memekakkan
telinga, sementara Kiang Hong bergerak-gerak seirama dengan gerakan Pengemis
Sakti. Cukup lama keduanya bergerak-gerak seperti itu dan nampaknya masing-masing
mencari ketika untuk melontarkan serangan, tetapi keduanya sadar kesempatan itu
sulit. Kiang Hong akhirnya sadar, bahwa nampaknya Ciu Sian Sin Kay mengenal inti
kekuatan Khong in loh Thian dan karenanya tidak pernah mau membenturkan
langsung pukulannya supaya tidak menerima pentalan balik tenaganya. Hal yang
wajar, karena pengemis ini memang bersahabat erat dengan Kiang Cun Le ayahnya.
"Hebat, hebat, anak harimau memang tidak melahirkan anak babi" Ciu Sian berseru
seenaknya yang disambut senyum oleh Bi Hiong yang nampaknya mengerti jiwa Ciu
Sian ini. Maka dia juga menambahi seloroh Ciu Sian:
"Ciu Sian, anak babi juga tidak akan melahirkan anak harimau".
"Hahahaha, hujin memang pintar menyelami hatiku" Ujar si pengemis sambil
kemudian menghentakkan tangannya dan membiarkan terjadi benturan dengan Kiang
Hong, tetapi sejenak setelah benturan, tubuhnya bergoyang-goyang aneh dan
bagaikan belut menyiasati tenaganya yang berbalik akibat benturan dengan tenaga
kosong Kiang Hong. Kemudian pengemis itu berhenti bersilat dan kemudian tertawa
terkekeh-kekeh:
"Hahahahaha, kamu benar-benar asli Kiang Bengcu, maafkan pengemis mabuk ini
kurang hormat" Ciu Sian Sin Kai memberi hormat kepada Kiang Hong tanpa sanggup
di tolak Kiang Hong karena baru bisa tegak kembali dengan jurus "Dewa
Menunjukkan Jalan". Sambil menarik nafas dia berkata:
"Ciu Sian Sin Kay memang tidak bernama kosong. Ciu Sian Cap Pik Ciang benarbenar
handal, tecu benar-benar terkejut dengan kehebatannya" Puji Kiang Hong.
"Hahahaha, Kiang bengcu, bila kamu berlatih 1 tahun saja lagi, aku tidak bakal
sanggup menandingimu sebagaimana ayahmu itu" rutuk si Pengemis Sakti dengan
gayanya yang aneh.
"Lohu heran, lembah kalian itu tidak henti melahirkan pahlawan" nada iri dalam
suara si Pengemis.
"Ciu Sian Hiongcu, Kiang Bengcu, Hujin dan Duta Hukum, masih lebih baik kita
berbicara didalam, mari" Pengemis Tawa Gila memotong percakapan mereka sambil
mengundang semua untuk masuk melanjutkan percakapan dalam Gedung markas
Pusat Kay Pang.
"Baiklah, Kiang Bengcu, Hujin, mari kita bicara didalam, lohu sendiri tidak punya
banyak waktu dan ingin mendengar keadaan Kay Pang" Ciu Sian Sin Kay ikut
mengundang bersama Hu Pangcu Kho Tian Ceng.
Kiang Hong dan rombongan, bersama Ciu Sian Sin Kay serta kedua Hu Pangcu Kay
Pang kemudian membahas kondisi terakhir dunia persilatan. Kepada Ciu Sian Sin
Kay, Pengemis Tawa Gila menceritakan kembali kondisi di utara sungai Yang Ce,
dimana mulai nampak gejala terjadinya pembangkangan karena ada seorang tokoh
sesat yang sakti menghasut kelompok pengemis disana. Juga diinformasikan bahwa
Kay Pangcu Kim Ciam Sin Kay sudah menuju ke utara untuk memadamkan
pemberontakan disana disertai beberapa tokoh Kay Pang termasuk 2 hu-hoat Kay
Pang. Pengemis Tawa Gila dan bahkan Kho Tian Ceng tidak merasa segan dan malu
menceritakan kondisi kedalam Kay Pang, karena dihadapan mereka adalah Kiang
Hong yang dikenal sebagai Kiang Bengcu dari Lembah Pualam Hijau. Selain itu,
keduanya mengerti benar, kondisi Kay Pang ini bakal menyulitkan dunia persilatan,
terutama Siauw Lim Sie, Lembah Pualam Hijau dan Bu Tong Pay dalam menangani
pergolakan dunia persilatan yang sedang bergejolak.
Sebagaimana diketahui, pada dewasa ini, ke-4 tempat yang menjadi gantungan masa
depan dunia persilatan termasuk dalam meredakan badai di dunia persilatan adalah,
Lembah Pualam Hijau yang diakui Ketua atau Pemilik Lembah sebagai Bu Lim
Bengcu, kemudian berturut-turut ditopang oleh Siauw Lim Sie sebagai Perguruan
Silat tertua bersama dengan Bu Tong Pay dan Kay Pang sebagai Pang atau
perkumpulan terbesar di seluruh Tionggoan.
Ke-4 tempat itu dikeramatkan dan dihormati oleh seluruh dunia persilatan sejak 100
tahun sebelumnya. Terutama ketika ke-4 tempat tersebut mewakili Tionggoan dalam
pertempuran menentukan dan menegangkan menghadapi jago-jago dari Lam Hay,
Bengkauw dan Jagoan dari India. Selain itu secara kebetulan ke-empat tempat dan
perguruan tersebut memang dalam 100 tahun terakhir menghadirkan pesilat-pesilat
kelas wahid yang selalu menjagoi dunia persilatan.
Kondisi ini, secara otomatis menghadirkan rasa solidaritas dan saling mendukung
antara ke-empat Perguruan tersebut. Termasuk dalam menghadapi persoalan dunia
persilatan belakangan ini.
Itu juga sebabnya maka baik Pengemis Tawa Gila maupun Kho Tian Ceng tidak
merasa risih membicarakan persoalan benih pemberontakan di wilayah kerajaan Cin
sebelah utara sungai Yang Ce. Apalagi karena hal ini akan terkait dengan solidaritas 4
perkumpulan besar dalam memerangi atau berusaha mendamaikan kondisi dunia
persilatan yang sedang goyah.
Apabila Kay Pang larut demikian lama dalam persoalan kedalam, maka
kontribusinya bisa mengecil dalam ikut menertibkan dunia persilatan. Atau bahkan,
bisa mengurangi kekuatan melawan para perusuh yang nampaknya juga punya
kekuatan besar dan sangat misterius tersebut.
"Kedua Hu-Pangcu, Ciu Sian Hiongcu, sebetulnya kami sedang dalam rencana untuk


Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langsung bertanya kepada Ketua Lam Hay Bun. Sayangnya, Kay Pang nampaknya
harus berusaha menyelesaikan urusan dalamnya terlebih dahulu" Kiang Hong berkata.
"Dan menurut siauwte, nampaknya persoalan Kay Pang harus ditangani secepatnya.
Bila tidak, akan sangat berpengaruh terhadap kesanggupan Tionggoan dalam
menenangkan badai persilatan dewasa ini" Tambah Bi Hiong.
"Maksud hujin?" Ciu Sian bertanya
"Selama ini, ke-4 Perguruan, Lembah Pualam Hijau, Siauw Lim Sie, Kay Pang dan
Bu Tong Pay, selalu diandalkan dalam menertibkan badai di dunia persilatan. Lembah
Pualam Hijau baru disatroni orang dan menderita kerugian, Kay Pang digedor dari
dalam. Bila kedua tempat keramat ini tidak cepat bertindak, banyak kalangan akan
merasa kurang percaya diri dan mempengaruhi moril dalam perjuangan nantinya"
terang Bi Hiong.
"Hmmm, hujin benar sekali. Hebat, hebat, betul-betul bintang cerdas dari Lembah
Pualam Hijau" Ciu Sian yang memang tertarik kepada Bi Hion karena dianggapnya
mampu menyelami dirinya berseru memuji.
"Bukan demikian Ciu Sian Hiongcu, siapapun akan beranggapan demikian. Sebab,
bukan tidak mungkin juga, ini cara untuk meruntuhkan rasa percaya diri pesilat
Tionggoan dengan menggoyang langsung pusat kebanggaan pesilat Tionggoan. Jika
benar demikian, maka peristiwa di Lembah Pualam Hijau dan di Kay Pang pasti
memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Alias tidak berdiri sendiri tetapi saling
berkaitan dan direncanakan dengan matang oleh sebuah kekuatan rahasia" jelas Bi
Hiong. "Celaka, bila demikian, hampir bisa dipastikan Siauw Lim Sie dan Bu Tong Pay juga
akan mengalami kesulitan tertentu" tiba-tiba Kiang Hong tersentak dengan logika
lanjutan dari penjelasan Bi Hiong.
"Benar sekali, bila uraian hujin tidak keliru, maka dalam waktu dekat, Siauw Lim Sie
dan Bu Tong Pay pasti akan mengalami kerugian atau peristiwa tidak mengenakkan"
tambah Kho Tian Ceng yang tiba-tiba menjadi ikut bertambah cemas dengan
perkembangan yang semakin tidak menentukan ini.
"Dengan menganalisis peristiwa di Lembah Pualam Hijau, Kun Lun Pay, Go Bie Pay
dan Kay Pang, maka sangat mungkin dalam waktu kedepan Siauw Lim Sie dan Bu
Tong akan mengalami gangguan. Karena nampaknya, kelompok rahasia yang
menggunakan simbol Lam Hay, memang berkeinginan langsung menyerang di pusat
kekuasaan dan pusat kekuatan Tionggoan" tambah Bi Hiong lagi.
Semua menjadi tercenung dan mengagumi daya analisis Bi Hiong yang memang
nampak sangat masuk di akal. Secara tajam Bi Hiong menganalisis keseluruhan
persoalan dunia persilatan dewasa ini, dan bisa merangkaikannya dalam sebuah
penjelasan masuk akal dengan peristiwa yang terjadi di banyak tempat.
Bahkan kemudian menunjukkan tali temali yang nampak sulit diuraikan tetapi yang
dicerna dan bisa diuraikannya. Dan bila memang benar analisis Bi Hiong, dan
nampaknya mereka semua cenderung sepakat dengan analisis Bi Hiong tersebut,
maka benarlah bahwa sebuah badai dahsyat sedang terjadi di Tionggoan. Dan baik Bu
Tong Pay maupun Siauw Lim Sie sedang natre untuk diganggu kelompok rahasia
tersebut. "Nampaknya kita perlu bergerak lebih cepat" Tiba-tiba Pengemis Tawa Gila menyela
keheningan ketika semua orang sedang berpikir dan sedang larut dalam angan dan
pemikiran yang biarpun berbeda tetapi dalam kepedulian yang sama.
"Benar, kita seperti mengikuti gendang yang ditabuh orang. Kita seperti pontang
panting kesana kemari dipermainkan orang dari balik kegelapan, kita perlu lebih
bersiap diri" Kiang Hong bergumam.
"Hujin, apa saranmu saat ini" Ciu Sian yang sangat mengagumi kecerdasan Bi Hiong
bertanya. Bi Hiong berpikir sejenak pada saat semua mata mengarah kedirinya, dan kemudian
dengan tenang dia berkata:
"Kita menghadapi persoalan di banyak medan. Persoalan di Lembah Pualam hijau
sudah ada yang ditugasi dan cukup bisa diandalkan. Kedua, masalah kedalam Kay
Pang, nampaknya sudah sedang ditangani oleh Kay Pangcu sendiri, semestinya sudah
cukup memadai. Tetapi, mesti ada yang menjelaskan kepada Pangcu atas nama Bengcu bahwa
persoalan tidak semudah melihat keadaan Kay Pang sebagai persoalan Kay Pang
semata. Bahwa ada keterkaitannya dengan pergolakan Dunia Persilatan secara
keseluruhan. Maka, harus ada yang cukup sepuh dan terpandang untuk menyusul Kay
Pangcu dan rombongan untuk menjelaskan kondisi ini sekaligus sebagai tenaga
bantuan cadangan.
Hal ini bisa diserahkan kepada Hu Pangcu entah Kho Tian Ceng atau Pengemis Tawa
Gila. Tetapi, markas Kay Pang tidak boleh dibiarkan kosong dan tidak terjaga
secukupnya. Karena itu, sebaiknya kekuatan utama Kay Pang tersisa dibawah Hu
Pangcu melakukan persiapan. Selanjutnya, kami akan berjalan menuju Siauw Lim
Sie, baik untuk membahas kondisi ini sekaligus mengingatkan Siauw Lim Sie akan
bahaya gangguan semacam ini, juga untuk membicarakan maksud Kiang Bengcu
untuk menuju Lam Hay bertanya langsung kepada Ketua Lam Hay Bun.
Seharusnya kami akan juga menuju Bu Tong Pay, tetapi nampaknya hal ini butuh
waktu panjang, karena itu, bila diperkenankan, tugas ini diberikan kepada Ciu Sian
Sin Kay, karena Ciangbunjin Bu Tong Pay juga masih rekan seangkatan Ciu Sian,
sehingga penjelasan Ciu Sian juga akan mudah dicerna Ciangbunjin Bu Tong Pay"
Demikian Bi Hiong dengan sangat rinci menjelaskan usulannya.
"Hahahaha, tidak percuma lohu memujimu sangat cemerlang. Usulanmu malah
sangat teliti dan nampaknya sudah kau hitung dengan sangat cermat dan detail
sehingga menunjuk orang dengan sangat tepat dan cermat. Baiklah, lohu bersedia ke
Bu Tong Pay mengemban tugas dari Bengcu, dan sebaiknya Pengemis Tawa Gila
menuju ke utara Yang Ce memberitahu keadaan kepada Kay Pang Pangcu" Tegas
Pengemis Ciu Sian Sin Kay.
"Hiongcu, bagaimana dengan markas besar kita" Apabila tinggal lohu ditambah
dengan sembilan duta, apakah memadai untuk menghempang serangan dari luar?"
Kho Tian Ceng menyela khawatir. Bukan karena takut, tetapi betapapun dalam
keadaan yang tidak menentu, membiarkan markas pusat kosong seakan tidak terjaga,
akan sangat berbahaya.
"Menilik keadaan genting bagi kita, baiklah untuk sementara kuserahkan medali
tanda kepercayaan suhu kepadamu. Di Daerah Terlarang kita ada sebuah gua tempat
Sai-cu Lo-Kay (Pengemis Tua Bermuka Singa) sute dihukum oleh suhu. Apabila
sangat terpaksa, undang Sai Cu sute dengan medali tersebut dan katakan bahwa ada
perintah suhu melalui medali ini untuk menjaga markas besar.
Tapi ingat, jangan sekali-kali bertanya sebab Sai Cu Sute dihukum, karena akibatnya
bisa sangat merugikan kalian dan juga jangan sebutkan kalau medali ini berasal dari
lohu. Katakan berasal dari suhu dan digunakan bila sangat mendesak sesuai pesan
suhu" Demikian Ciu Sian sambil menyerahkan sebuah medali perak yang matanya
berukiran naga melingkar, sebuah tanda pengenal dari Kiong Siang Han.
"Dan sekarang, biarkan lohu pergi, sudah cukup lama berdiskusi dengan Kiang
Bengcu dan hujin, biarlah kita bertemu lagi sebelum ke Lam Hay, lohu akan
menemani kalian menemui si tua Ouwyang di Lautan Selatan" Selesai bicara Ciu Sian
Sin Kay berjalan keluar diiringi tatapan bingung dari kedua hu-pangcu.
"Tapi Hiongcu, mengapa tidak menunggu kita bersantap bersama?" Belum habis
upaya Kho Tian Ceng menahan Ciu Sian tubuhnya sudah berkelabat lenyap.
Kuil Siauw Lim Sie dalam sejarahnya didirikan oleh seorang Pendeta Budha yang
berasal dari India, seorang Pendeta Sakti yang kemudian dikenal dengan nama Tat
Mo Couwsu. Pendeta Sakti inilah yang dipercaya sebagai pendiri Kuil Siauw Lim Sie
di Gunung Siong San dan sudah memiliki sejarah yang sangat panjang dalam dunia
persilatan. Nama besarnyapun sudah mengangkasa, bahkan mendahului menjulangnya nama
Lembah Pualam Hijau dan Bu Tong Pay. Meskipun kejayaannya turun naik di dunia
persilatan, tergantung bakat dan pengembangan ilmu silat dari murid-muridnya, tetapi
soal kedudukan kuil itu sendiri sudah merasuk kuat sebagai sebuah kuil Budha yang
keramat. Salah satu puncak keemasan Siauw Lim Pay adalah ketika dipimpin oleh Pendeta
Sakti Kian Ti Hosiang, salah satu Pendeta Sakti yang sanggup meyakini Ih Kin Keng
secara sempurna. Kesempurnaannya itulah yang kemudian membuat Ilmu Berat
Siauw Lim Pay lainnya seperti Tay Lo Kim Kong Ciang dan Tay Lo Kim Kong Sin
Kiam, Ilmu Jari Kim Kong Ci, Ilmu Berat Budha lainnya yakni Selaksa Tangan
Budha, bisa disempurnakannya.
Bahkan, meski hampir tidak diketahui banyak tokoh Siauw Lim, Kian Ti Hosiang
juga mampu mengerahkan tenaga sakti menuruti Ilmu Sai Cu Ho Kang, yang sudah
sarat kekuatan Batin saking sempurnanya Tenaga Dalamnya. Di puncak
kesempurnaannya, Sai Cu Ho Kang bisa digunakan untuk menangkal dan bahkan
menusuk langsung sasaran penyerang yang menggunakan Ilmu Hitam, terutama yang
menggunakan kekuatan suara untuk menyerang dan mengelabui.
Ke-4 tokoh gaib yang dianggap dewa dunia persilatan tetapi sudah lenyap dewasa ini,
tahu belaka kemampuan-kemampuan gaib yang dimiliki Pendeta Sakti Siauw Lim ini.
Untuk diketahui, tidak semua Ketua Siauw Lim Sie mampu meyakini dan mendalami
Ih Kin Keng hingga ke puncak kesempurnaan dan kematangannya, bahkan ada
beberapa yang tidak mampu meyakini ilmu tenaga sakti yang satu ini.
Padahal, kesempurnaan Ilmu Siauw Lim Sie dan bahkan jamak dikenal Gudang Ilmu
di Tionggoan, tergantung penguasaan Tenaga Sakti yang dipupuk perlahan-lahan ini.
Salah satu keistimewaan Siauw Lim Sie adalah semakin terkoleksinya kumpulan
Ilmu Saktinya di Kamar Penyimpan Pusaka yang khusus dijaga oleh Hwesio Tingkat
tinggi. Kumpulan buku pusaka Siauw Lim Sie terus bertambah karena pendalaman
Pendeta-Pendeta Sakti yang mampu menembus kesempurnaan ilmu dari generasi ke
generasi. Karena itu, selain Ih Kin Keng yang mujijat, di perpustakaan Siauw Lim Sie juga
sudah ada buku-buku pusaka lain yang memuat Ilmu semisal Lo Han Kun, Kim Kong
Ci, Tay Lo Kim Kong Ciang dan sejumlah besar Ilmu Rahasia Siauw Lim Sie lainnya.
Bahkan paling akhir, gubahan praktis mempelajari Tay Lo Kim Kong Sin Kiam sudah
ditulis dan disumbangkan oleh Kian Ti Hosiang kira-kira 40 tahun sebelumnya.
Perpustakaan Siauw Lim Sie memang terbagi atas buku-buku keagamaan, buku
sejarah, buku pengobatan dan kitab Ilmu Silat yang tentu banyak diidam-idamkan
kaum persilatan. Hanya saja, dari generasi ke genarasi, penjaga kamar penyimpan
pusaka pastilah seorang Pendeta Sakti yang sudah sepuh di kuil tersebut.
Dan dengan adanya penjaga yang demikian sakti, maka ciut jugalah nyali banyak
orang untuk menyatroni ataupun menyusup ke kuil untuk mencuri buku silat tersebut.
Pada generasi cerita ini, penjaga ruang penyimpan kitab adalah dari generasi Thian,
masih satu generasi di atas angkatan Kong yang dewasa ini menjadi generasi Ketua
Siuaw Lim Sie. Bahkan penjaga Ruang Kitab masih terhitung Susiok (Paman Guru)
dari Ketua Siauw Lim Sie yang menjabat saat ini.
Pendeta Sakti penjaga kitab saat ini bernama Thian Ki Hwesio yang merupakan adik
seperguruan dari Thian Ho Hwesio guru dari Kong Hian Hwesio yang muncul
menolong Pangeran Liong pada awal cerita ini dan sutenya Kong Sian Hwesio yang
sekarang menjabat Ciangbunjin Siauw Lim Sie.
Hwesio Pengembara Kong Hian Hwesio merupakan salah satu Pendeta terkenal yang
dimiliki oleh Siauw Lim Sie karena gemar bertualang dan membaktikan ilmunya baik
agama maupun ilmu silat. Namanya ikut mengharumkan kebesaran Kuil Siauw Lim
Sie karena perbuatan-perbuatannya yang mulia dalam enolong banyak sesamanya.
Meskipun berkali-kali Kong Sian Hwesio memanggilnya membantu di kuil, tetapi
Kong Hian Hwesio lebih tertarik untuk berkelana.
Selain tempat penyimpan pusaka, Siauw Lim Sie juga memiliki ruangan rahasia
lainnya yang terpisah dari kuil, tetapi berada di belakang gunung, dan hanya mungkin
dicapai dengan melewati Kuil Siauw Lim Sie. Tempat ini adalah tempat terlarang
bahkan bagi para murid Siauw Lim Sie dan biasanya hanya Ketua Kuil yang memiliki
wewenang, itupun bila dengan sangat terpaksa, untuk memasuki tempat terlarang
tersebut. Dan dalam 30 tahun terakhir, bahkan Ketua Siuaw Lim Sie tidak pernah menginjak
tempat terlarang ini. Disinilah terdapat 2 ruangan terpisah yang tidak terhubungkan
kecuali melalui mulut ruang terlarang. Ruangan-ruangan sebelah kiri adalah ruang
penyesalan yang merupakan tempat menyiksa diri ataupun tempat menyesali diri dan
diperuntukkan bagi para tokoh besar Siauw Lim Sie yang dihukum karena melakukan
pelanggaran. Dewasa ini, bahkan Ketua Siauw Lim Sie tidak tahu apakah ada penghuninya atau
tidak, karena dijamannya hampir tidak ada petinggi Siauw Lim Sie yang melakukan
pelanggaran serius. Tapi entah kalau generasi sebelumnya. Sementara ruangan
lainnya adalah ruangan menyepi atau ruangan menyucikan diri bagi tokoh besar
Siauw Lim Sie yang telah memilih untuk mengasingkan diri.
Ruangan-ruangan ini biasanya tembus ke tebing tak berdasar di belakang gunung
Siong San dan karenanya mustahil untuk memasuki dunia ramai jika melalui tebing
nan tinggi tersebut. Di salah satu ruangan ini, seingat Kong Sian Hwesio tinggal dan
mengasingkan diri beberapa tetua dan sesepuh Siauw Lim Sie, diantaranya adalah
Generasi Ketua Siauw Lim Sie di atas Kong Sian Hwesio yakni Thian Kok Hwesio
dan 2 orang lainnya dari generasi Thian yang salah satunya adalah murid Kian Ti
Hosiang yang tidak pernah bersentuhan dengan dunia luar.
Murid tersebut adalah keturunan keluarga Kiang di lembah pualam hijau yang sejak
menjadi pendeta memilih untuk menyucikan diri di ruangan terlarang tersebut
mengikuti Kian Ti Hosiang, dan sampai puluhan tahun tidak pernah ada yang
melihatnya keluar dari ruangan tersebut.
Bahkan Ketua Siauw Lim Sie dewasa ini tidak tahu dan tidak lagi pernah bertemu
Kian Ti Hosiang sejak Pendeta Sakti tersebut mengasingkan diri di ruangan terlarang
tersebut, seperti juga tidak lagi pernah mendengar dan bersua dengan kedua sesepuh
lain dari generasi Thian kecuali Thian Kok Hwesio.
Siang itu gunung Siong San sedang cerah-cerahnya, pemandangan alamnyapun
sedang dalam waktu yang tepat untuk menikmati keindahannya. Barisan pohon yang
menjaga kerindangan dan kesenyapan sekitar Kuil Siauw Lim Sie nampak kokoh
ditempatnya dan menghasilkan semilir angin yang meniup kearah kuil.
Kuil Siauw Lim Sie sendiri nampak berdiri kokoh dan kuat di Gunung Siong San,
dan tangganya yang meliuk-liuk mulai dari tatakan tangga terbawah, hingga
memasuki pertengahan yang sudah dipasangi pegangan dan pagar karena semakin
curam, menghasilkan pemandangan bagaikan ular meliuk melingkari bumi dari
bawah. Di beberapa tempat nampak beberapa bhiksu yang menjadi penjaga jalan
masuk berada di postnya masing-masing, tetapi di beberapa tempat, meski kelihatan
lengang, meskipun sebetulnya juga dijaga oleh Pendeta Siuaw Lim dari tingkatan
yang lebih tinggi.
Semakin ke atas, semakin kuat penjagaannya tetapi semakin tidak kelihatan
penjaganya karena semakin tinggi ilmu dan tingkatan pendeta Siauw Lim yang
menjaganya. Demikian seterusnya sampai ke pintu masuk kuil Siauw Lim Sie,
berjejer penjagaan dari murid terbawah sampai ketingkat yang lebih tinggi.
Udara yang cerah dan kebisuan yang melenakan itu tiba-tiba dipecahkan oleh bunyi
genta dari Puncak Gunung, tepat dari Kuil Siauw Lim Sie. Genta dipukul 2 kali dan
diselingi jedah beberapa detik untuk kemudian terdengar lagi dengan nada dan
ketukan yang sama 2 kali. Apabila genta dibunyikan dengan nada dan irama yang
demikian, itu adalah pertanda bahwa Siauw Lim Sie sedang kedatangan tamu
terhormat. Menjadi tradisi bagi Siauw Lim Sie, apabila kedatangan tamu kehormatan atau tamu
terhormat, maka Ciangbunjin sendiri yang harus menyambut di pintu masuk utama
kuil. Tetapi pada saat itu Ketua Siauw Lim Sie sedang bersemadhi dan menutup diri,
dan oleh karena itu yang menyambut kedepan adalah wakil ciangbunjin Kong Him
Hwesio, sute Kong Sian Hwesio sendiri.
Kong Him Hwesio menyambut tamu tersebut bersama beberapa sesepuh dari Siauw
Lim Sie, 3 orang Pendeta Tua dari angkatan Kong, serta beberapa murid utama dari
angkatan di bawah angkatan Kong yakni murid angkatan "Pek", yang bila tradisi
berjalan normal akan mewarisi kedudukan Ketua Siauw Lim Sie nantinya. Mereka
nampak bergegas menyambut tamu tersebut di pintu masuk kuil untuk selanjutnya
dipersilahkan memasuki kuil utama.
"Omitohud, Siauw Lim Sie sungguh beruntung menerima kedatangan Kiang Bengcu.
Mari, mari Kiang Bengcu, maafkan Kong Sian Ciangbunjin suheng yang sedang
menutup diri dan maaf pinto yang kemudian menyambut Kiang Bengcu dan
rombongan" Kong Him Hwesio menyambut dengan suara lembut diikuti rombongan
penyambut tamu mereka.
Meskipun hanya sebagai wakil Ciangbunjin, tetapi kong Him Hwesio nampak sangat
berwibawa, karena sudah terbiasa dengan tugasnya untuk menggantikan Ciangbunjin
Suhengnya ketika berhalangan.
"Sungguh merepotkan Siauw Lim Sie yang sedang menikmati ketenangan yang
menyatu dengan keindahan alam Siong San" Kiang Hong membalas penghormatan
Kong Sim Hwesio bersama-sama dengan Istrinya Bi Hiong, Duta Dalam Lembah
Pualam Hijau dan salah seorang Duta Hukum Lembah Pualam Hijau yang ikut
bersamanya. "Sudah lama Siauw Lim tidak menerima kunjungan Bengcu dari Lembah Pualam
Hijau, jika hari ini kebetulan Bengcu bertamu, bukankah sungguh menjadi hari yang
gembira bagi Siauw Lim?" Kong Him Hwesio pandai berbasa-basi, tetapi selebihnya
memang benar. Bahkan sebelum Kiang Hong menjadi Bengcu dan Duta Agung Lembah, Kiang Cun
Le sendiri sudah lebih dari 5 tahun tidak datang mengunjungi Siauw Lim Sie secara
resmi. Karena itu, terhitung sudah lebih 10 tahun dan sudah cukup lama Siauw Lim
Sie tidak menerima kunjungan dari Lembah Pualam Hijau, tepatnya tidak menerima
kunjungan Bengcu dari Lembah Pualam Hijau.
"Mari Kiang Bengcu, kita sebaiknya melanjutkan percakapan di dalam" Undang


Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kong Him Hwesio yang kemudian mengarahkan rombongan tamu untuk memasuki
ruangan penerima tamu Siauw Lim Sie.
"Mari" Kiang Hong juga beranjak memenuhi ajakan dan undangan tuan rumah dan
bersama Duta Dalam dan Duta Hukum Lembah Pualam Hijau memasuki Kuil Siauw
Lim Sie. Kuil Siauw Lim Sie sendiri sudah banyak mengalami penyesuaian, meskipun bagian
dalam kuil masih tetap terlarang bagi wanita. Tetapi untuk mengatasi kerumitan
tersebut, Siauw Lim Sie sudah membangun Ruang Pertemuan lain yang terpisah dari
bagian utama yang tetap terlarang bagi wanita.
Bi Hiongpun sudah sangat maklum atas aturan ini, dan karena mengenal aturan ini
serta menghormati Siauw Lim, maka Bi Hiong menurut saja. Dan seperti dugaannya,
ke ruangan pertemuan itulah mereka diajak masuk bersama dengan Kong Him
Hwesio dan 3 sesepuh lainnya dari angkatan Kong yang mendampingi Kong Him
Hwesio, yakni masing-masing Kong Tim Hwesio, Kong Si Hwesio dan Kong Ci
Hwesio. Ruangan pertemuan yang dibangun untuk menyesuaikan dengan keadaan rimba
persilatan yang terus berubah, dibangun berdekatan dengan ruangan untuk menginap
bagi para tamu, termasuk ruangan khusus bagi tamu kehormatan. Dan ruangan tamu
inipun, dibangun tidak berbeda dengan ruangan tamu lainnya, yang dulunya sering
digunakan untuk menyambut tamu-tamu Siauw Lim Sie.
"Kiang Bengcu, atas nama Ciangbunjin pinto mohon maaf karena Ciangbunjin masih
menutup diri, dan sesuai pesannya masih 2 ada hari lagi waktu yang dibutuhkan
beliau untuk kemudian menyelesaikan samadinya" Demikian Kong Him Hwesio
memulai percakapan. Dan memang akhir-akhir ini, Ciangbunjin Siauw Lim Sie lebih
banyak menutup diri bersamadhi dan lebih banyak menyerahkan urusan-urusan kuil
kepada sutenya, sekaligus wakil Ciangbunjin Kong Him Hwesio ini.
"Ah tidak mengapa Losuhu, kami bisa menunggu. Sebagaimana losuhu ketahui,
rimba persilatan sudah semakin bergolak, dan karena itu siauwte datang
memberanikan diri berkunjung kepada Kong Sian Hwesio untuk mohon petunjuk dan
berunding soal bagaimana menanganinya. Nampaknya Lembah Pualam Hijau tidak
mungkin sendirian menanganinya" Jawab Kiang Hong.
"Ah, ya, pinto sudah mendengarnya. Bila menilik keseriusan Kiang Bengcu,
nampaknya persoalan ini menjadi semakin serius" Kong Him Hwesio menarik nafas
panjang, karena betapapun dari jaringan murid Siauw Lim Sie, Jong Him Hwesio
sudah mendengar kejadian-kejadian terakhir yang sangat merisaukan dan sangat
mengganggu itu.
"Benar losuhu, Kun Lun Pay sudah menjadi korban, dan beruntung kami masih
sempat memberi bantuan pada saat terakhir. Tetapi, korban puluhan anak murid Kun
Lun Pay tidak terhindarkan. Go Bie Pay malah lebih buruk lagi, hampir semua tokoh
utamanya terbinasakan, dan hanya ada beberapa orang dari mereka yang sempat
menyelamatkan diri, dan ada puluhan murid yang turun dari gunung melarikan diri"
Jelas Kiang Hong
"Jika demikian, masalahnya memang sudah sangat serius. Adakah Kiang Bengcu
sudah menemukan titik terang dari persoalan ini?" Tanya Kong Him Hwesio yang
menampakkan roman yang semakin prihatin atas keadaan dunia persilatan Tionggoan.
Kiang Hong melirik istrinya untuk memberi penjelasan lebih jauh terhadap masalah
dunia persilatan, dan memang dalam menjelaskan dan menganalisis keadaan, Bi
Hiong adalah ahlinya:
"Losuhu, rangkaian kejadian yang kita alami demikian aneh dan banyak sisinya yang
sangat mencurigakan. Baik kejadian penyusupan di Lembah Pualam Hijau,
penyerangan ke Kun Lun Pay, hilangnya dan terbunuhnya banyak pesilat Tionggoan,
perpecahan di Kay Pang, maupun kejadian lainnya, nampak seperti rentetan berurutan
yang tidak teratur. Tetapi, bila diteliti lebih jauh, mulai dari dasar silat perusuh,
symbol Lam Hay Bun yang digunakan, memecah Kay Pang, menyerang Lembah
Pualam Hijau, menjadi sangat mungkin bahwa semuanya bukan kejadian yang
masing-masing yang berdiri sendiri. Jauh lebih mungkin semuanya diatur dengan
siasat jangka panjang yang sangat lihay. Karena itu, sebelum bertemu Ciangbunjin
Siauw Lim Sie, kamipun ingin mengingatkan Siauw Lim Sie untuk agak berhati-hati,
sebab bila perhitungan kami tidak keliru, Siauw Lim Sie juga bakal mengalami
gangguan, juga termasuk Bu Tong Pay. Bukan untuk merusak dan menyerbu Siauw
Lim Sie, karena mereka nampaknya masih cukup tahu diri untuk berlaku demikian,
tetapi untuk menenggelamkan pamor Lembah Pualam Hijau, Siauw Lim Sie, Kay
Pang dan Bu Tong Pay" jelas Bi Hiong.
"Apa maksud mereka jika demikian?" Kong Him Hwesio bertanya lagi dan menjadi
semakin tertarik.
"Mudah ditebak. Untuk memerosotkan semangat perjuangan pendekar Tionggoan
adalah dengan merusak repuitasi 4 tempat utama yang selama ini dianggap tulang
punggung dunia persilatan. Dan apabila 4 tempat itu bisa diganggu, diserang dan
dicederai, maka semangat kaum persilatan Tionggoan akan banyak merosot" jawab Bi
Hiong singkat dan tegas. Hal yang membuat Kong Him Hwesio jadi menganggukangguk
mengerti. "Masuk akal, dan sangat mungkin demikian. Pinto tidak bisa menarik keputusan
dalam hal ini, sangat baik bila Kiang Bengcu dan rombongan menanti di Siauw Lim
Sie sampai Ciangbunjin Suheng menyelesaikan semedinya dan kita membahas lebih
cermat langkah-langkah kedepan yang perlu kita ambil dan kerjakan" Saran Kong
Him Hwesio. "Baiklah, kita tetapkan demikian Losuhu. Kebetulan, kamipun agak penat mengejar
ke Siauw Lim Sie dari Kay Pang" Sambut Kiang Hong atas tawaran tersebut yang
berarti mereka harus menunggu waktu lebih 2 hari lagi di Siauw Lim Sie.
Kong Him Hwesio mengatur ketiga tamunya menginap di sebelah selatan ruangan
utama yang memang menjadi tempat menginap tamu utama Siauw Lim Sie dengan
menempatkan 2 orang pendeta muda untuk melayani kebutuhan tamu-tamunya
tersebut. Sementara Kiang Hong dan Bi Hiong sendiri lebih memanfaatkan waktu luang
mereka untuk memperdalam ilmunya masing-masing. Terlebih karena suasana yang
tenang dan sepi di Siauw Lim Sie memang sangat menunjang pemusatan pikiran
mereka. Kiang Hong sebagaimana disarankan ayahnya Kiang Cun Le diharuskan
banyak memperdalam dan meningkatkan tenaga murninya guna meningkatkan
kemampuannya dalam penggunaan semua ilmu keluarganya, termasuk yang terbaru
Khong in loh Thian.
Kiang Hong juga mencoba untuk memetik banyak keuntungan dari pertarungannya
dengan Ciu Sian Sin Kay, terutama dalam upaya mencari cela memancing lawan
menyerang dan melepaskan Khong in loh Thian. Selain juga dia berupaya untuk
memperdalamn jurus "Dewa Menunjukkan Jalan", yang menurutnya masih harus
terus diperdalam karena belum sepenuhnya dipahaminya. Selebihnya Koang Hong
melakukan siulian (Samadhi) untuk memperkuat tenaga iweekangnya.
Sementara itu, kerja lebih keras dilakukan oleh Bi Hiong. Di Laut Timur, dia
memperoleh banyak sekali kemajuan setelah ditempa dengan sangat serius oleh adik
dari mertuanya yang menjadi Pertapa Wanita Sakti di Timur. Ilmu ginkang Te Hun
Thian boleh dikata merupakan ilmu yang paling mudah dimanfaatkannya, karena
berupa ilmu peringan tubuh yang rahasianya dibuka seluasnya oleh wanita sakti dari
timur tersebut.
Sementara Hue Hong Bu Liu Kiam, meskipun baru tetapi banyak kemiripan dengan
Toa Hong Kiamsut yang sudah dikuasainya dan juga senafas dengan kelemasan yang
dilatihnya sejak kecil di Bu Tong Pay. Karena itu, dengan ilmu ini Bi Hiong juga
tidak mengalami banyak kesulitan dalam menguasai dan mengembangkannya,
meskipun setiap mencobanya, terutama ketika melatihnya dengan Ciu Sian di Kay
Pang, bukan sedikit perkembangan baru yang dilihatnya dan kemudian diperdalamnya
di Siauw Lim Sie.
Dan yang paling berat untuk dilakukannya adalah Hun-kong-ciok-eng (atau
menembus sinar menangkap bayangan), sebuah ilmu yang sarat kekuatan batin dan
harus dilakukan dengan tingkat kematangan Iweekang yang cukup.
Ilmu ini tidak akan menunjukkan perbawa berarti tanpa dilambari kekuatan iweekang
dan kekuatan batin yang memadai. Untungnya, Bi Hiong sendiri sudah pernah
menggembleng dirinya di pembaringan Giok Hijau di Lembah Pualam Hijau selama 3
tahun terakhir menjadi istri Kiang Hong. Dan meskipun belum sematang Kiang Hong,
tetapi tenaga Giok Ceng yang berbasis "Im" dan "lemas" yang mirip Bu Tong Sin
Kang yang dihimpun dengan alrus hawa Liang Gie Sim Hwat membuatnya tidak
kesulitan dalam memperdalam dan meningkatkan iweekangnya di Lembah Puakam
Hijau. lmunya yang terakhir dari Pertapa Wanita Sakti dari Timur tersebut memadukan
kekuatan batin, kekuatan iweekang dan ginkang Te hun Thian, untuk menerobos dan
menembus langsung sumber serangan, baik serangan Ilmu Silat maupun ilmu Sihir.
Pendeta Wanita dari timurpun mewanti-wanti Bi Hiong untuk terus menyempurnakan
ilmu ini dan tidak sembarangan mempergunakannya.
"Perbawanya kuperhitungkan tidak berada di bawah Khong in loh Thian, dan
terpaksa kuwariskan kepadamu karena persoalan yang akan kalian hadapi" demikian
pesan Liong-i-Sinni kepadanya. Karena itu, Bi Hiong mencurahkan banyak
perhatiannya akhir-akhir ini untuk memperdalam ilmu tersebut.
Dan sangat kebetulan, mereka memperoleh waktu 2 hari yang cukup luang untuk
dimanfaatkan mematangkan dan mengendapkan ilmu-ilmu tersebut.
Demikianlah, kedua suami istri sakti tersebut terus menggembleng diri dengan ilmu
masing-masing selama 2 hari di Siauw Lim Sie. Untuk sementara mereka melupakan
suasana Siauw Lim Sie, juga tidak tertarik untuk menikmati keindahan alam Siong
San, tetapi terus tenggelam dalam pendalaman ilmu masing-masing.
Terlebih, karena mereka merencanakan untuk mengunjungi Lam Hay Bun, sesuatu
yang bahkan belum pernah dilakukan oleh pendahulu mereka, bahkan oleh Kiang Cun
Le sekalipun. Karena keseriusan mereka, tidak sedikit kemajuan yang diperoleh
mereka masing-masing, terutama karena keduanya sudah sempat mencoba ilmu baru
mereka menghadapi seorang sakti seperti Ciu Sian Sin Kay.
Diam-diam keduanya berterima kasih kepada Ciu Sian Sin Kay, karena menghadapi
Hang Liong Sip Pat Ciang, Tah Kau Pang Hoat, Ciu Sian Cap Pik Ciang, sungguh
pengalaman luar biasa yang membuka cakrawala baru Ilmu Silat mereka berdua. Dari
pertarungan tersebut mereka memperoleh banyak gambaran mengenai kelemahan
mereka dan mampu melihat cela dari kematangan ilmu masing-masing.
Karena itu mereka sadar, bahwa bukan tanpa maksud Ciu Sian Sin Kay yang
demikian sakti "memaksa" mereka berlatih dan bertanding. Meskipun cara yang
dilakukannya terkesan sangat aneh dan terkesan memaksa, tetapi pada akhirnya
mereka melihat ketajaman mata Ciu Sian Sin Kay.
Siauw Lim Sie sendiri larut dalam aktifitas sehari-hari mereka dan nyaris tiada
sesuatu yang penting terjadi dalam 2 hari terakhir. Kong Sian Hwesio masih
bersemadi dan akan menyelesaikannya baru besok pagi, Kong Him Hwesio
menjalankan tugas sebagai pelaksana Ciangbunjin dan menangani tugas-tugas seharihari.
Baik menyapa Kiang Hong dan Bi Hiong, maupun tugas-tugas peribadatan lainnya,
selain meninjau latihan ilmu silat murid-muridnya dan tugas-tugas lain di kuil.
Semuanya berjalan lancar dan seperti biasanya sampai malam kedua, dan nampaknya
tidak ada orang yang menyadari bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi di Siauw Lim
Sie, di depan hidung Kiang Bengcu dan yang ikut mempengaruhi kejadian di dunia
persilatan kelak.
Bahkan kejadian tersebut meninggalkan tanda-tanya yang sulit dipecahkan,
bahkanpun oleh Kiang Bengcu dan istrinya yang sangat cerdas itu. Karena kejadian
itu, justru seperti membuat mereka "serba salah"
Malam itu, malam terakhir Kong Sian Hwesio, Ciangbunjin Siauw Lim Sie menutup
diri, sudah beberapa waktu lepas dari tengah malam. Tetapi telinga tajam Kiang Hong
dan Bi Hiong sayup-sayup mendengar suara-suara yang tidak biasanya. Agak ramai
dan seperti sedang terjadi sesuatu yang tidak lazim terjadi di Kuil Siauw Lim Sie,
gudangnya Ilmu Silat Tionggoan.
Tetapi, karena berada di Kuil Siauw Lim Sie, serta menghormati tuan rumah, maka
keduanya hanya saling memandang, karena keduanya sebetulnya sedang dipuncak
pengerahan ilmu masing-masing. Tetapi ketika mendengar genta dibunyikan bertalutalu
sebagai tanda ada kejadian luar biasa, dan bahkan diikuti dengan teriakanteriakan
beberapa Pendeta, Kiang Hong dan Bi Hiong dengan cepat mencelat keluar
kamar, dan hanya sepersekian detik, Duta Hukum juga sudah berdiri disamping
mereka berdua. Mereka segera sadar, sesuatu yang luar biasa pasti sedang terjadi di
Siauw Lim Sie. Menyadari keadaan tersebut, dengan cepat Kiang Hong mengambil keputusan dan
mengeluarkan perintah:
"Duta dalam, segera lakukan penyisiran di luar kuil, Duta Hukum dampingi Duta
dalam, aku akan memasuki ruangan dalam Siauw Lim Sie. Cepat bertindak" Secepat
mengeluarkan perintah, secepat itu pula Kiang Hong bertindak memasuki Kuil Siauw
Lim Sie yang nampak sedang sibuk.
Sangat tepat, karena dia memperhitungkan Bi Hiong tidak mungkin memasuki
ruangan dalam tanpa ijin, karena itu dia memerintahkan untuk memeriksa bahagian
luar dari bangunan Kuil. Dan Bi Hiongpun bersama Duta Hukum dengan cepat
melesat keluar kuil untuk melakukan penyelidikan dan penyisiran dari luar, sebab
Kiang Hong memperhitungkan penyusupan dari luar.
Bi Hiong dengan cepat menangkap perintah suaminya sebagai Duta Agung Lembah
yang sedang bertugas sebagai Bengcu dan karena itu akalnya yang panjang segera
menuntunnya kearah yang mungkin sebagai tempat larinya seorang penyusup.
Jikapun benar ada penyusup dalam kuil Siauw Lim Sie.
Sementara itu Kiang Hong dengan cepat memasuki ruangan dalam dan mengikuti
arus para pendeta yang berlarian, dia segera tiba di tempat kejadian yang ternyata
adalah Ruang Penyimpan Kitab. Di sana sudah berkumpul para tetua Siauw Lim Sie,
bahkan pelaksana Ketua Siauw Lim Sie, Kong Him Hwesio sudah juga berada disana
dan sedang mendekati tubuh Thian Ki Hwesio yang nampaknya terluka.
Sekali pandang, meski dari jarak yang cukup jauh, Kiang Hong menyadari bahwa
luka Thian Ki Hwesio nampaknya agak parah, tetapi ketika melihat raut wajah Thian
Ki Hwesio, Kiang Hong menjadi sangat tercekat. Nampaknya Thian Ki Hwesio
seperti tergetar luka oleh sinkang khas keluarganya, nampak dari seri wajah Hwesio
itu yang bersemu kehijauan.
Saking kagetnya, Kiang Hong ikut meloncat mendekati Thian Ki Hwesio dan berdiri
disamping Kong Him Hwesio yang sedang meneliti keadaan Thian Ki Hwesio. Kong
Him hanya memandang sekilas kepadanya dan beberapa saat kemudian sambil
menarik nafas panjang dia memandang Kiang Hong yang juga menjadi tegang karena
keadaan yang sangat ganjil ini.
Bagaimana mungkin Hwesio sakti ini bisa terluka di tangan Giok Ceng Sinkang"
Dan lebih terkejut lagi, ketika memeriksa keadaan Thian Ki Hwesio, dia sadar Hwesio
ini nampaknya tergetar tanpa persiapan menangkis dengan hawa murni yang
memadai. "Kiang Bengcu, sebaiknya Kiang Bengcu melakukan pemeriksaan sendiri lebih
dalam atas luka Susiok Thian Ki Hwesio" ujar Kong Him Hwesio dengan wajah
murung, sangat murung malah.
"Tidak perlu Losuhu, sekali lihat saja bisa dipastikan Thian Ki Suhu tergetar luka
oleh sebuah pukulan Giok Ceng Sinkang, dan bila tidak salah maka jika tidak didada
sebelah kiri, maka pinggang sebelah kirinya pasti terdapat sebuah bekas pukulan"
Desis Kiang Hong.
"Tepat sekali Kiang Bengcu, dada sebelah kiri terpukul oleh pukulan sakti dari
Lembah Pualam Hijau, sungguh aneh karena bersamaan dengan kedatangan Bengcu"
Keluh Kong Him Hwesio ragu.
Kiang Hong maklum dengan keadaan yang ganjil ini, terlalu ganjil malah, dan justru
karena itu sambil menarik nafas panjang dan dengan wajah kebingungan dia berujar:
"Losuhu, sudah dua hari ini kami bertiga mengurung diri di kamar sambil bersiaga.
Duta Dalam, Bi Hiong sudah ditugaskan untuk menyisir bagian luar kuil bersama duta
hukum, sungguh akupun bingung dengan keadaan ini" Desis Kiang Hong.
"Suhu, hanya sebuah kitab pusaka yang sempat tercuri, nampaknya Tay Lo Kim
Kong Sin Kiam yang ditulis sucouw telah lenyap dibawa orang" Seorang pendeta
yang biasa bertugas membantu Thian Ki Hwesio tiba-tiba memberi laporan setelah
keluar dari ruangan penyimpan kitab.
"Apakah sudah bisa dipastikan hanya kitab rahasia itu yang diambil" bertanya Kong
Him Hwesio "Sudah suhu, hanya kitab itu yang lenyap. Bahkan dalam ruangan tidak ada tandatanda
membuka secara paksa ataupun jejak kaki orang. Pencurinya seperti hafal betul
akan ruangan penyimpan kitab, dan dia tidak sedikitpun meninggalkan jejak maupun
tanda yang mengarah kepadanya.
"Ya sudahlah, biar kita menunggu Susiok Thian Ki sembuh untuk mendengarkan
kejadiannya" timpal Kong him Hwesio.
Belum lagi tubuh Thian Ki yang terluka digotong masuk keruangan dalam, dan
belum lagi Kiang Hong bereaksi untuk membantu menyembuhkan Hwesio itu, tibatiba
sebuah suara kembali berseru sambil kemudian menyampaikan laporan:
"Susiok" salah seorang keponakan Kong Him nampaknya yang memberi laporan
sambil ditemani Duta Hukum Lembah Pualam Hijau dan memondong tubuh seorang
pendeta lainnya
"Duta Dalam dan Duta Hukum Lembah pualam hijau bersama tecu menemukan Pek
Khun Suheng di pintu luar bagian tenggara" Demikian lapor seorang murid dari
angkatan Pek lainnya yang kebetulan bertugas meronda di bagian tenggara pada
malam itu. "Coba letakkan di lantai, dan apakah sudah diperiksa keadaannya?" Tanya Kong Him
Hwesio "Duta Dalam sudah memeriksanya dan nampaknya menurutnya sangat
mencurigakan. Karena itu Duta Dalam melanjutkan usaha pemeriksaan dan mengutus


Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tecu bersama Duta Hukum untuk memberi laporan. Menurut Kiang Hujin, Duta
Dalam, Kong Him Susiok dan Kiang Bengcu akan bisa membicarakan keadaan dari
Pek Khun Suheng" Demikian laporan dari Pek Bin Hwesio.
"Duta Hukum, apa yang kalian temukan" Tegur Kiang Hong
"Sungguh aneh Bengcu, pendeta ini tertotok dengan totokan khas Ilmu Tiam Hoat
Pualam Hijau" Desis Duta Hukum masih kaget dan kebingungan menghadapi
kenyataan yang sangat tak terduga ini.
"Sudah kuduga" Kiang Hong juga berdesis dan maklum mengapa istrinya mengirim
tubuh Pek Khun Hwesio kedalam tanpa menyentuhnya sama sekali. Ketelitian istrinya
sungguh mengagumkan.
"Kiang Bengcu, bisakah totokan muridku dibuka sekarang?" Kong Him Hwesio
menatap Kiang Hong sambil bertanya dan meminta.
"Tentu Losuhu" Kiang Hong menghampiri tubuh Pek Khun Hwesio dan menepuk
beberapa kali di jalan bagian tengkuk dan pinggang, dan dengan segera tubuh Pek
Khun memberi reaksi. Tidak seberapa lama, Pek Khun Hwesio sadar dan dengan
bingung memandang sekelilingnya, dan ketika melihat berkeliling dan menyadari
kehadiran Kong Him Hwesio dihadapannya dengan segera dia memberi hormat dan
bertanya: "Suhu, ada apa gerangan, apa yang terjadi denganku?" Gumamnya kebingungan,
seperti tidak mengerti mengapa dia berada di tengah kerumunan orang banyak.
"Pek Khun, hanya engkau seseorang nampaknya yang bisa menceritakan apa yang
terjadi selain Thian Ki Supek yang terluka berat oleh sebuah ilmu pukulan" Sahut
Kong Him Hwesio.
"Maksud suhu?" Pek Khun tetap bingung.
"Kuil kita baru saja kehilangan sebuah pusaka peninggalan sesepuh kita. Di luar
kamar penyimpan pusaka, Susiok Thian Ki ditemukan terluka parah, dan terakhir
Duta Dalam Pualam Hijau menemukanmu di luar dalam keadaan tertotok pula. Nah,
apakah engkau bisa menceritakan apa yang terjadi atas dirimu?"
"Losuhu, bisakah kita menunda percakapan ini sebentar?" Suhu Thian Ki
membutuhkan pertolongan segera. Jauh lebih baik kita menyembuhkan suhu Thian Ki
untuk kemudian bertanya kepadanya dan juga kepada suhu Pek Khun" Saran Kiang
Hong. Dan Kong Him Hwesio tiba-tiba sadar bahwa Thian Ki Hwesio sedang terluka dan
butuh penanganan secepatnya untuk tidak kehilangan jejak dan ketika. Karena itu dia
segera menyetujui saran Kiang Hong dan memerintahkan anak muridnya untuk
menggotong tubuh Thian Ki Hwesio yang terluka ke sebuah kamar perawatan, dan
bergegas dengan Kiang Hong mereka menyusul ke kamar tersebut.
"Silahkan Kiang Bengcu, nampaknya pengobatan atas luka dalam susiok akan
mengandalkan tenaga Kiang Bengcu" Demikian Kong Him Hwesio mempersilahkan
Kiang Hong. "Mari suhu" demikian, kemudian keduanya ikut menyusul untuk memasuki ruangan
perawatan. Sementara hari sudah menjelang subuh, bahkan sinar di timur mulai
merekah, tanda sebentar lagi matahari akan terbit.
Kiang Hong kemudian berinisiatif untuk kembali mendekati tubuh Thian Ki Hwesio
yang telah diberi sebuah pil penguat badan yang berguna dan bermafaat bagi
pengobatan luka dalam dari Siauw Lim Sie. Beberapa saat kemudian Kiang Hong
berkata kepada Kong Him Hwesio,
"Jika tidak keberatan, biarkan siauwte untuk melakukan pengobatan yang cepat bagi
Thian Ki suhu. Tetapi pengobatan ini bakal menyita waktu dan tenaga, jika boleh
selain suhu Kong Him, mungkin yang lain boleh melanjutkan tugasnya. Duta Hukum,
tolong ikut membantu menjaga di luar kamar ini" Demikian Kiang Hong.
Dan Kong Him Hwesio mengerti, bahwa memang dibutuhkan keleluasaan guna
menunjang konsentrasi dan penyaluran tenaga yang akan dilakukan Kiang Hong
untuk mengobati luka Thian Ki Hwesio. Karena itu, dia segera mengeluarkan perintah
bagi pendeta lainnya untuk berada di luar kamar dan melanjutkan pekerjaan masingmasing
karena hari sudah semakin terang. Setelah semuanya bergerak keluar, Kong
Him Hwesio kemudian mempersilahkan Kiang Hong untuk memulai pengobatannya.
"Silahkan Kiang bengcu, pinto juga tidak akan berdiam lama disini karena harus
menyambut Ciangbunjin Suheng dari semadinya" Berkata Kong Him Hwesio.
"Baik suhu" Kiang Hong kemudian mendekati tubuh Thian Ki dan melancarkan
beberapa totokan di tubuhnya untuk memperlancar jalan darah dan menyumbat
pendarahan diseputar jantung. Beberapa saat kemudian dia meminta bantuan Kong
Him Hwesio untuk menegakkan duduk Thian Ki yang masih lemas dan belum
sadarkan diri. Dan dari belakang kemudian Kiang Hong memulai penyaluran Tenaga Dalam jenis
Im dari Giok Ceng Sin Kang untuk melancarkan pernafasan Thian Ki Hwesio dan
kemudian memperkuat Sinkang Thian Ki guna menerima pengobatan melalui
penyaluran Tenaga Dalam Giok Ceng. Untungnya, selama ini Kiang Hong tidak
melalaikan latihan sinkang Giok Cengnya, sehingga dia memiliki kesanggupan untuk
mengobati Thian Ki Hwesio, si penjaga ruang kitab Siauw Lim Sie.
Iweekang Giok Ceng, juga memiliki khasiat lain yang tidak dimengerti oleh banyak
jago rimba persilatan, yakni kemampuan untuk mengobati luka dalam akibat benturan
Tenaga Dalam atau Iweekang. Tenaga Im yang diserap dari pembaringan Giok Ceng
sangat bermanfaat guna penyegaran dan pengobatan menggunakan Iweekang dan
khususnya luka-luka yang disebabkan oleh benturan Iweekang.
Tetapi, hanya mereka yang pernah sedikitnya berbaring dan melatih diri selama
paling kurang 10 tahun di pembaringan itu saja yang mampu melakukannya. Bahkan
Tan Bi Hiong yang telah memiliki Sinkang yang hampir menyamai suaminya, masih
belum sanggup melakukannya.
Terutama karena latihan sinkangnya sudah bercampur dengan aliran Bu Tong Pay.
Tetapi Kiang Hong yang melatih diri sejak kanak-kanak sudah mampu
melakukannya, lebih dari cukup malah. Dan dari ayahnya dia mewarisi pengetahuan
akan kemampuan pengobatan Sinkang untuk luka yang disebabkan tenaga Sinkang
atau Iweekang. Dan saat ini, Kiang Hong akan dan sedang melakukannya untuk Thian Ki Hwesio
dan sebenarnya juga untuk Lembah Pualam Hijau karena Hwesio ini terluka oleh Ilmu
Khas Pualam Hijau.
Setelah beberapa saat, Kiang Hong kemudian sudah mampu menyadarkan Thian Ki
Hwesio yang perlahan memperoleh kesadaran dan kekuatan untuk kemudian
membantu penyembuhan dari dalam. Tetapi dalam bisikannya Kiang Hong meminta
Thian Ki untuk hanya menerima dan tidak mengusahakan penyaluran tenaga
kemanapun, dan karena itu akhirnya Thian Ki hanya menjaga agar kekuatannya
semakin terpupuk dan semakin lama kesadaran dan kekuatannya semakin pulih.
Ketika Kong Him Hwesio melihat bahwa kemajuan yang dicapai Thian Ki Hwesio
sangatlah baik, dan melihat hari semakin terang tanda bahwa sudah waktunya
Suhengnya menyelesaikan semedi, maka diapun meninggalkan kamar itu untuk
menyambut suhengnya. Tetapi sebelum beranjak dia meninggalkan pesan dan wantiwanti
kepada beberapa murid tingkatan Pek untuk berjaga secara ketat di luar kamar
tersebut, meskipun dia melihat Duta Hukum Lembah Pualam Hijau juga berjaga di
depan kamar tersebut, karena Duta Agung sedang melakukan pengobatan yang
beresiko besar itu.
Baru melewati tengah hari, ketika matahari mulai condong ke Barat Kiang Hong
menyelesaikan pengobatan atas diri Thian Ki Hwesio. Itupun setelah dia
menyelesaikan sekitar penyembuhan 70% kekuatan Thian Ki Hwesio yang kemudian
menyambut pengobatan itu dengan pengerahan tenaganya.
Setelah pengobatan tersebut, Thian Ki Hwesio sudah memiliki kembali kesadarannya
100%, hanya masih membutuhkan istirahat untuk memulihkan kekuatannya yang
sempat tergetar itu. Tetapi seri kehijauan di wajahnya sudah lenyap dan bahkan sudah
tidak muram lagi, tenaganya juga sudah bisa disalurkan leluasa, dan rasa nyeri
pengerahan tenaga juga sudah hilang.
Ketika menyelesaikan pengobatan tersebut, Kiang Hong seakan kehilangan seluruh
tenaganya, dan karena itu segera setelah pengobatan selesai, dia membutuhkan waktu
beberapa lama lagi untuk memulihkan tenaga dan semangatnya. Sementara itu, Thian
Ki Hwesio yang sudah sembuh segera menyadari bahwa di kamar itu ada 2 orang lain,
Ciangbunjin Siauw Lim Sie Kong Sian Hwesio dan wakil Ciangbunjin Kong Him
Hwesio. "Ciangbunjin, maafkan kelalaian hamba, nampaknya sesuatu hilang dari ruang
penyimpan kitab kita" sesal Thian Ki Hwesio atas kejadian yang selain melukainya,
tetapi juga menghilangkan salah satu kitab rahasia milik Siauw Lim Sie itu.
"Susiok sudahlah, bukan hal hilangnya kitab yang penting, tetapi kesehatan Susiok"
Kong Sian Hwesio dengan suara lembutnya. Pendeta Sakti ini mnemang sudah sangat
matang dan sudah sangat hebat penguasaan diri dan kekuatan batinnya.
"Adakah sesuatu petunjuk yang bisa didapatkan dari Susiok dengan kejadian
semalam?" tanya Kong Him Hwesio
"Entahlah, tetapi pembokong itu sungguh lihai. Bahkan nampaknya masih lebih kuat
tenaga Giok Cengnya daripada Kiang Bengcu. Dia menyamar sebagai murid Siauw
Lim Sie, sehingga mampu mengcoh pinto dan bahkan dari belakang menyerang
dengan hebatnya. Beberapa kali kucoba mengikuti alur tenaga pengobatan Giok Ceng
dari Kiang Bengcu, tetapi aku sadar tenaga Giok Ceng pembokong masih lebih kuat"
Jelas Thian Ki Hwesio
"Bocah ini, Kiang Bengcu memang hebat luar biasa, tapi nampaknya pembokongku
masih lebih kuat" tambah Thian Ki Hwesio
Kong Him Hwesio kaget. Masih ada rupanya kekuatan lain dari Lembah Pualam
Hijau yang bahkan melampaui Duta Agungnya dan telah berkunjung ke Siauw Lim
Sie. Sementara Kong Sian Hwesio yang lebih dalam dan tenang mengelus-elus
janggut putihnya, sambil kemudian berkata:
"Biarlah kita bahas bersama Kiang Bengcu nantinya, biarlah kita menanti beberapa
saat, nampaknya Kiang Bengcu akan segera menyelesaikan pemulihan tenaganya"
Dan beberapa saat kemudian Kiang Hong menyelesaikan pemulihan kekuatannya.
Wajahnya sudah segar kembali, meskipun belum semua kekuatannya pulih seperti
sediakala. "Hebat, Kong Sian Ciangbunjin mampu mengukur penggunaan tenagaku untuk
menyelesaikan pemulihan tenagaku. Selamat bertemu Kong Sian Ciangbunjin yang
terhormat" Kiang Hong melompat dari pembaringan untuk memberi hormat kepada
Pendeta Sakti Ketua Siauw Lim Sie yang baru saja selesai menutup diri dan sudah
disambut dengan sebuah persoalan besar.
"Omitohud, tenaga muda dari Lembah Pualam Hijau sehebat Kiang Bengcu sungguh
mengagumkan. Biarlah pinto mewakili Siuaw Lim Sie dan Susiok Thian Ki
mengucapkan terima kasih kepada Bengcu" balas Kong Sian Hwesio.
"Tapi biarlah, karena Kiang Bengcu sudah pulih, lebih baik kita berbicara di ruangan
pertemuan nanti" tambah Ciangbunjin Siauw Lim Sie.
"Tapi Lo Suhu, bisakah Duta Dalam Tan Bi Hiong ikut bersama kita dalam
pertemuan itu?" Usul Kiang Hong
"Hm, sebaiknya memang, dan kita akan bertemu di ruangan pertemuan bagian luar,
dekat penginapan tamu. Kong Him Sute, tolong dipersiapkan ruangannya, sekaligus
kemudian undang Kiang Hujin untuk datang kesana" perintah Kong Sian.
"Baik Ciangbunjin Suheng" dan Kong Him kemudian berjalan keluar meninggalkan
ruangan pengobatan, demikian juga Thian Ki Hwesio ikut meninggalkan ruangan
tersebut untuk bergabung dalam pembicaraan di ruangan pertemuan.
----------------------------
"Dewasa ini, tinggal Ayahanda Kiang Cun Le dan Bibi Kiang In Hong yang
memiliki kemampuan melampauiku dalam kekuatan tenaga Giok Ceng Sinkang"
Bergumam Kiang Hong ketika disampaikan bahwa menurut Thian Ki Hwesio,
penyerangnya bahkan memiliki tenaga sakti Pualam Hijau yang melebihi Kiang
Hong. "Selain itu, nampaknya Thian Ki Suhu tidak terlindung cukup tenaga sinkang ketika
menerima pukulan tersebut. Artinya, Thian Ki Suhu kena bokong" tambah Kiang
Hong. "Kedua orang tua itu tidaklah mungkin melakukan perbuatan menghina kuil Siauw
Lim Sie. Bahkan keduanya sangat menghormat Kuil Siauw Lim Sie yang punya
kenangan khusus bagi mereka" Bi Hiong juga menambahkan bahkan melanjutkan:
"Di keluarga Kiang, memang masih ada Kakek Buyut Kiang Sin Liong, tetapi sudah
terlampau tua bila masih hidup, dan sudah puluhan tahun menghilang. Kemudian
masih ada Kiang Siong Tek yang menjadi Pendeta di Siauw Lim Sie dan lebih senang
pelajaran agama Budha dan tidak terlampau meyakini Ilmu Pualam Hijau. Kemudian,
masih ada juga Kiang Tek Hong yang menghilang puluhan tahun silam bersamaan
dengan masuknya Kiang Siong Tek menjadi pendeta Budha. Keduanyapun teramat
sulit untuk dikategorikan penyerang Siauw Lim Sie. Terakhir adalah Kiang Liong,
yang memiliki kemampuan seimbang dengan Kiang Hong Bengcu. Hmmm, amat sulit
untuk melacak siapa kiranya yang menyerang Thian Ki Hwesio dan Pek Khun
Hwesio" Kong Sian Hwesio yang jauh lebih sabar dari semua, karena juga dia adalah
Ciangbunjin Siauw Lim Sie, juga mengerutkan kening memikirkan peliknya
persoalan yang dihadapi.
"Anehnya" masih sambung Bi Hiong
"Setelah menelusuri hampir semua jalan yang mungkin dilalui oleh penyerang itu,
nyaris tiada seorangpun Pendeta penjaga yang mendengar. Serta, nyaris tidak ada
jejak yang ditinggalkan oleh penyerang itu dimanapun, baik di tembok, rumputtumputan
maupun pepohonan. Penyerang itu, seperti mampu menghilang atau
terbang". "Maksud hujin" Bertanya Kong Him Hwesio menjadi sangat tertarik atas uraian Bi
Hiong. "Kejadiannya terlampau aneh, terlampau dikesankan bahwa pelakunya adalah Kiang
Bengcu, Duta Agung. Dan lebih aneh lagi, tiada jejak yang ditinggalkan penyerang
kecuali Pek Khun Hwesio tertotok di tenggara dengan tiada satupun jejak kaki di
bagian tenggara, baik di tembok atas, tembok bawah, rerumputan dan semua jalan
yang mungkin dilalui penyerang yang kutelusuri" Tegas Bi Hiong
"Apa maksud Hujin bahwa ada kemungkinan penyerangnya berasal dari dalam atau
masih berada di dalam Siauw Lim Sie?" Kong Him bertanya kembali, dan tiba-tiba
tersentak dengan kemungkinan yang coba ditolaknya itu.
"Kemungkinan tersebut bukannya tidak ada, berdasarkan fakta. Meksipun
kemungkinan pelakunya Kiang Bengcu, juga sama terbukanya" Bi Hiong bicara blakblakan.
"Ah, tidak mungkin pinto berani menuduh Kiang Bengcu yang sudah lama
membuktikan siapa dirinya dan bahkan Susiok Thian Ki juga percaya kepadanya"
Kong Sian Hwesio berupaya meredakan rasa tidak enak yang muncul akibat analisis
yang cukup tajam dari Bi Hiong. Tetapi analisis itu, betapapun tajamnya memang
sangat masuk akal.
"Apa lagi, menurut Duta Agung, Thian Ki Losuhu ternyata terbokong karena
terkecoh oleh orang yang dianggapnya sebagai anak murid Siauw Lim Sie. Artinya,
setidaknya si penyerang jika bukan menyaru sebagai anak murid Siauw Lim Sie
pastilah anak murid Siauw Lim Sie sendiri yang menyusup untuk suatu agenda atau
tujuan tertentu" lanjut Bi Hiong yang emmbuat kembali banyak orang terperangah.
"Kong Sian Suhu, biarlah kami selaku Lembah Pualam Hijau dan bahkan selaku
Bengcu yang bertanggungjawab atas hilangnya kitab Siauw Lim Sie. Terlebih, karena
nampaknya masalah ini melibatkan Lembah Pualam Hijau" Tiba-tiba Kiang hong
menyela. Tetapi pada saat Kiang Hong berbicara, tiba-tiba telinganya seperti
memperoleh kisikan, tetapi dengan suara bening yang hampir tidak pernah
didengarnya sebelumnya. Suara itu seperti sangat mengenalnya dan apa yang
disampaikan bisikan itu yang membuat Kiang Hong tersentak dan berhenti bicara.
Melalui ilmu menyampaikan suara dari jarak jauh suara itu berbunyi:
"Hong Jie, cari dan teliti keberadaan Kiang Tek Hong sute. Bertanyalah kepada
Ayahmu atau bibimu untuk menelusuri Tek Hong Sute, biarlah keadaan dan perasaan
Siauw Lim Sie pinto yang menjaminkan, meskipun pinto sudah puluhan tahun tidak
mencampuri urusan duniawi. Hati-hatilah, cari ayah dan bibimu, bicarakan dengan
mereka karena tanpa mereka sulit menyelesaikan masalah dengan Siauw Lim Sie.
Jaga dirimu baik-baik dan jaga Lembah Pualam Hijau" demikian suara itu memberi
kisikan kepada Kiang Hong.
Segera setelah bisikan tersebut tidak terdengar lagi dan karena pengirim suaranya
tidak diketahui berada dimana, Kiang Hong kemudian dengan mantap berkata:
"Kong Sian Suhu, Lembah Pualam Hijau bertanggungjawab atas kejadian ini. Berilah
kami waktu 3 bulan untuk berusaha menyelesaikan masalah ini dan
mempertanggungjawabkannya kepada Siauw Lim Sie selewat waktu 3 bulan tersebut"
"Jika Kiang Bengcu sudah berkata demikian, maka masalahnya kita anggap selesai
untuk hari ini" demikian keputusan Kong Sian Hwesio, dan nampaknya Ciangbunjin
inipun sudah memperoleh bisikan jaminan dari seorang sesepuh Siauw Lim Sie yang
berasal dari Lembah Pualam Hijau.
Dan lagi pula, memang tidaklah mungkin menuduh Kiang Hong, karena bahkan
Thian Ki sendiri sudah memastikan bukan Kiang Hong yang melukainya.
Persoalannya adalah, siapa orangnya yang malah menyaru atau menyamar sebagai
anak murid Siauw Lim Sie untuk membokong Thian Ki Hwesio. Dan, bahkan bila
benar laporan anak murid yang memeriksa ruangan penyimpan kitab bahwa si pencuri
seperti sangat mengenal keadaan Ruangan Penyimpan Pusaka.
Jika benar demikian, dugaan Bi Hiong bahwa pelakunya adalah orang dalam menjadi
sangat masuk di akal, betapapun mau ditolak, tapi fakta menguatkan dugaan itu.
"Karena kita mempertaruhkan banyak hal, maka Pinto melarang siapapun anak murid
Siauw Lim Sie untuk membicarakan masalah ini ke dunia luar. Kamipun berharap
pihak Kiang Bengcu untuk melakukan hal yang sama" Tambah kong Sian Hwesio
"Benar suhu, sebab efeknya akan menambah kekalutan dunia persilatan. Karena
nampaknya kitab yang dicuri bukan kitab sembarangan, terlebih karena itu pusaka
Siauw Lim, yang bakal mengundang banyak orang untuk berusaha memilikinya" Bi


Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hiong menyela. Demikianlah, akhirnya dicapai kesepakatan antara Siauw Lim Sie dengan Lembah
Pualam Hijau, bahwa Kitab Pusaka Tay Lo Kom Kong Sin Kiam yang tercuri akan
dipertanggungjawabkan oleh Lembah Pualam hijau. Dan selanjutnya dipercakapkan
pula rencana Kiang Hong yang akan mengunjungi Lam Hay Bun, serta seluruh
persoalan dunia persilatan yang terjadi berentetan.
Kong Sian Hwesio yang biaranya memiliki banyak murid, baik murid preman
maupun murid pendeta, tentu saja sudah mendengar pergolakan di dunia persilatan.
Bahkan, hampir sama dengan analisis Bi Hiong, dia sendiri paham bahwa Siauw Lim
Sie pasti akan menderita serangan gelap dari kelompok perusuh, dan kehilangan kitab
sudah dia duga berasal dari kelompok tersebut.
Hanya, suatu hal yang tidak terduga ditemukan di Siauw Lim Sie adalah, ternyata
Ilmu dari Lembah Pualam Hijau mulai terlibat, justru pada pihak yang berlawanan
dengan tradisi kependekaran Lembah Pualam Hijau. Tan Bi Hiong yang cerdas mulai
menduga-duga adanya keterkaitan salah seorang tokoh yang hilang dari Lembah
Pualam Hijau yang mungkin terlibat dalam kerusuhan dunia persilatan kali ini.
Sungguh ngeri dia membayangkan jika benar hal tersebut menjadi kenyataan. Tetapi
yang pasti, salah seorang sesepuh Lembah Pualam Hijau yang sudah menyepi menjadi
Pendeta Budha sudah mengingatkan kemungkinan buruk ini. Tambahan, kekuatan
sinkang Pualam Hijau yang melukai Thian Ki memang menunjukkan keterlibatan
Ilmu Pualam Hijau dari kelompok yang mengacaukan rimba persilatan.
Baik Bi Hiong maupun Kiang Hong menjadi semakin berdebar-debar menemukan
kenyataan yang semakin rumit, membingungkan serta juga mulai melibatkan tokoh
dan ilmu dari lembah mereka.
Akhirnya, kepada Kong Sian Hwesio, Kiang Hong kemudian memohon masukan dan
bantuan berkenaan dengan maksud kedatangan Kiang Hong ke Lam Hay Bun di
Lautan Selatan. Dan bahkan dijelaskan juga bahwa informasi soal rencana Kiang
Hong juga sudah disampaikan kepada Bu Tong Pay melalui Ciu Sian Sin Kay Gila
yang kemudian nantinya akan menyertai Kiang Hong menuju ke Lautan Selatan
menemui Kauwcu Lam Hay Bun.
Dan nampaknya Kong Sian merespons baik permohonan Kiang Hong dan karenanya
memberikan tanda perintah supaya Kong Hian Hwesio, Pendeta Pengembara yang
menjadi suheng Kong Sian Hwesio untuk menyertai Kiang Hong menuju ke Lautan
Selatan. Tanda perintah itu kemudian diperintahkan kepada murid-murid Siauw Lim
Sie untuk disampaikan secepatnya kepada Kong Hian Hwesio guna berkumpul
dengan rombongan Kiang Hong di dusun Ke Chung, yang nantinya dari sana mereka
akan berlayar menuju atau tepatnya mencari markas Lam Hay Bun di Lautan Selatan.
Kiang Hong dan rombongannya masih menghabiskan waktu 2 hari lagi berbincang
dengan Kong Sian Hwesio sambil berharap akan ada informasi baru dari Kiang Siong
Tek yang bertapa di Siauw Lim Sie dengan nama Budha Thian Kong Hwesio.
Sekaligus juga selama 2 hari, Kiang Hong dan Bi Hiong terus memperkuat diri,
terutama karena menemukan kenyataan bahwa salah seorang tokoh di pihak lawan
menguasai dengan baik Ilmu Pualam hijau, sesuatu yang sangat mengejutkan.
Apalagi karena konon penguasaan sinkangnya tidak berada di sebelah bawah Kiang
Hong, bahkan masih sedikit mengatasinya menurut Thian Ki Hwesio. Hal tersebut
telah mendorong Kiang Hong dan Bi Hiong untuk meningkatkan kemampuan mereka,
sambil juga melakukan perbincangan perbincangan penting lainnya termasuk
perbincangan Ilmu Silat dengan Ketua Siauw Lim Sie.
Episode 6: Raibnya Kiok Hwa Kiam
Jika Kiang Hong bergegas ke Siauw Lim Sie, maka Ciu Sian Sin Kay yang terkenal
angin-anginan justru mencapai Bu Tong Pay hampir sebulan setelah berangkat dari
Kay Pang. Padahal saat yang sama, Kiang Hong sudah dalam perjalanan menuju ke
Selatan, ke sebuah dusun nelayan yang diperkirakan sebagai tempat yang tepat untuk
menyebrang atau berlayar mencari markas Lam Hay Bun.
Tetapi, Ciu Sian Sin Kay bukan orang bodoh. Dia sudah memperhitungkan melalui
informasi anggota Kay Pang yang menyebar dimana-mana kapan saat terbaik
berlayar. Selain itu, dia berpikir bahwa ke Bu Tong Pay hanyalah sekedar meyakinkan
Ketua Bu Tong Pay bahwa keadaan sudah gawat dan Bu Tong Pay perlu berjaga-jaga.
Karena itu, Ciu Sian Sin Kay lebih banyak menikmati perjalanan dengan keanehankeanehannya
yang khas. Mencuri makanan enak di rumah hartawan, mabuk-mabukan
dan terkadang tidur seharian di atas pohon. Bahkan Ciu Sian Sin Kay pernah tinggal
seminggu disebuah loteng hartawan di kota di dekat kaki gunung Bu Tong untuk
menikmati makanan-makanan di rumah seorang hartawan, yang ternyata mencocoki
seleranya. Baru setelah puas menikmati makanan disana, akhirnya Ciu Sian Sin Kay
memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke gunung Bu Tong San guna
menjumpai dan berbiucang dengan Ciangbunjinnya.
Bu Tong Pay, meskipun lebih muda usia perguruan itu dibanding dengan Siauw Lim
Sie, tetapi keterkenalan dan kemasyhurannya kini tidaklah tertinggal dari Siauw Lim
Sie. Salah satu kemasyurannya dicapai Bu Tong Pay di bawah Wie Tiong Lan yang
kemudian bergelar Pek Sim Siansu.
Wie Tiong Lan adalah seorang tunas Bu Tong Pay yang berhasil memecahkan
rahasia Liang Gie Sim Hwat yang diciptakan pendiri Bu Tong Pay Thio Sam Hong.
Kemunculan Wie Tiong Lan kebetulan berbarengan dengan masa kejayaan dari Siauw
Lim Sie di bawah Kian Ti Hosiang dan Kiong Siang Han di Kay Pang serta
kemunculan Kiang Sin Liong dari sebuah Lembah Keramat yang sama terkenalnya
dengan Kay Pang, Siauw Lim Sie dan Bu Tong Pay, yakni Lembah Pualam Hijau.
Wie Tiong Lan yang gemar membaca, menemukan rahasia Liang Gie Sim Hwat
justru disebuah kitab sastra. Kitab tersebut menggambarkan keindahan dan juga
sejarah Bu Tong Pay dan gunung Bu Tong yang disisipi rahasia untuk meyakinkan
Liang Gie Sim Hwat.
Dan justru rahasia Liang Gie Sim Hwat itu memang terkait dengan unsure-unsur
keindahan dan kelemasan yang tergambar dalam kitab sastra dan bahkan merupakan
sari dari buku itu. Tanpa kunci sisipan yang hanya berjumlah sekitar 4 halaman di
dalam kitab sastra tersebut, Wie Tiong Lan tidaklah akan sanggup memecahkan dan
menyempurnakan peyakinannya atas Liang Gie Sim Hwat.
Dan belakangan, dia menyadari bahwa hampir semua ilmu khas Bu Tong Pay,
terutama ciptaan couwsu mereka atau pendiri mereka, hanya mungkin disempurnakan
dengan meyakinkan Liang Gie Sim Hwat.
Berbeda dengan Ih Kin Keng dari Siauw Lim Sie yang memupuk secara perlahan
lahan kekuatan Iweekang, maka Liang Gie Sim Hwat justru mengatur cara penyaluran
Iweekang sedemikian rupa. Dengan mengerti tehnik pengaturan hawa dan sinking,
maka Liang Gie SIm Hwat memiliki khasiat yang hamper sama dengan Ih Kin Keng,
yakni bagaikan mengganti tulang dan daging sehingga pas dan cocok
menyempurnakan ilmu tertentu.
Inti dari Liang Gie Sim Hwat adalah kemampuan untuk mengatur jalan-jalan hawa
dan lubang hawa manusia, sehingga sebenarnya merupakan ilmu pernafasan tertinggi.
Liang Gie Sim Hwat yang ditemukan dan diyakinkan Wie Tiong Lan adalah
kemampuan untuk mengenali saat yang tepat untuk meningkatkan kekuatan Im dan
Yang dan menyempurnakannya.
Dan karena jenis tenaga Bu Tong adalah "im", maka Wie Tiong Lan kemudian
memanfaatkan informasi dan rahasia Liang Gie untuk meningkatkan kemampuannya.
Bahkan, berdasarkan tumpuan pada tenaga Im dan kemampuan menyalurkan dan
meningkatkannya, Wie Tiong Lan kemudian menemukan cara untuk
menyempurnakannya hingga mencapai keadaan tertinggi yang dilambari kekuatan
batin. Puncaknya adalah pengenalan akan semua tenaga im yang mungkin didalam dan luar
tubuh dan membongkar semua yang semu dari luar tubuh. Sayangnya, karena
pemahaman akan tenaga "Yang" memang kurang bagi Bu Tong Pay, karena itu Liang
Gie Wie Tiong Lan, tidak sanggup mengatur lalu lintas kedua hawa dan menemukan
kesempurnaan perpaduan kedua tenaga tersebut.
Tetapi, toch penemuan Wie Tiong Lan telah mengantarkannya pada puncak
kesempurnaan ilmu-ilmu Bu Tong Pay. Baik Bu Tong Kiam Hoat, Thai Kek Sin Kun
maupun juga ilmu Liang Gi Kiam Hoat dan Pik-lek-ciang (telapak tenaga kilat).
Bahkan pada jamannya jugalah kemudian ia menciptakan Tian-cik-kiam-ceng
(barisan pedang penggetar langit) yang kemudian menjadi barisan ilmu pedang Bu
Tong Pay. Barisan ini di kemudian hari menjadi sejajar kehebatan dan keterkenalannya dengan
barisan Lo Han Kun dari Siauw Lim Sie dan Barisan 6 Pedang Pualam Hijau. Tetapi,
sebagaimana juga Kay Pang dan Siauw Lim Sie, bakat-bakat penerus yang dimiliki
oleh Bu Tong Pay ternyata tidak secemerlang Lembah Pualam Hijau yang masih tetap
terus berkibar.
Berbeda dengan Lembah Pualam Hijau yang kemudian melahirkan Kiang Cun Le
dan Kiang In Hong, di Kay Pang, Bu Tong Pay dan Siauw Lim Sie tidak diketemukan
tunas sepadan dengan keturunan-keturunan Lembah Pualam Hijau yang hebat-hebat
itu. Bersama dengan Siuw Lim Sie dan Kay Pang, Bu Tong Pay memang seperti
kehilangan tunas cemerlang pada kurang lebih 10 tahun terakhir ini yang bisa
dikedepankan. Bahkan belakangan, Tokoh-tokoh puncak ketiga Perkumpulan tersebut yang sudah
berusia lanjut bisa direndengi oleh penerus keluarga Kiang dalam diri Kiang Hong
yang menjadi Bengcu menggantikan ayahnya Kiang Cun Le. Baik Kim Ciam Sin Kay
(Kay Pangcu), Kong Sian Hwesio (Ciangbunjin Siauw Lim Sie) maupun Jit-sing-Kun
(Pukulan tujuh bintang), Ci Hong Tojin Bu Tong Ciangbunjin masih belum sanggup
mengimbangi capaian, prestasi maupun kepandaian tokoh-tokoh cemerlang partainya
pada puluhan tahun berselang.
Ci Hong Tojin sendiri memang bukan murid langsung dari Wie Tiong Lan. Wie
Tiong Lan dikenal hanya mempunyai 3 orang murid yang mewarisi kepandaianya,
yakni 2 orang Pendekar preman atau bukan pendeta dan 1 orang Pendeta di Bu Tong
Pay. Muridnya yang pertama bernama Kwee Siang Le dan menjadi ahli Pik Lek
Ciang dan berjuluk Sin Ciang Tay hiap (Pendekar Tangan Sakti).
Hanya saja hingga saat ini, salah satu tokoh Bu Tong Pay ini tidak ketahuan lagi
jejaknya. Murid yang kedua bernama Bouw Song Kun, yang mewarisi Thai Kek Sin
Kun, Thai Kek Sin Kiam dan Liang Gie Kiam Hoat dan menjadi pendeta Bu Tong
Pay dengan nama Jin Sim Tojin.
Dalam hal penggunaan Thai Kek Sin Kun dan Thai kek Sin Kiam, maka Jin Sim
Tojin adalah tokoh nomor satu di Bu Tong Pay, bahkan kehebatannya masih setingkat
di atas Ketua Bu Tong Pay yang memang masih seangkatan dibawahnya. Pendeta
inipun sekarang lebih banyak bersemadi di Bu Tong San dan memang tidak terlampau
tertarik dengan kedudukan di kuil Bu Tong San.
Jin Sim Tojin dikenal bersahabat dengan seorang tokoh dari Kay Pang, yakni Ciu
Sian Sin Kay. Sementara tokoh ketiga, murid ketiga Wie Tiong Lan dan justru yang
terpandai adalah Tong Li Koan yang juga dikenal suka mengembara dan setanding
dengan Ciu Sian Sin Kay dalam hal kesaktian.
Dialah yang paling banyak mewarisi kepandaian suhunya dan boleh dibilang saat ini
merupakan tokoh Bu Tong Pay yang paling pandai, karena dia mampu meyakinkan
Liang Gie Sim Hwat melebihi kedua kakak seperguruannya.
Tokoh ini berjuluk Sian Eng Cu Tayhiap (Pendekar Bayangan Dewa) dan terakhir
muncul di seputaran gunung Bu Tong San sebelum kemudian menghilang dan diduga
bertapa di salah satu gua rahasia di sekitar Bu Tong San. Tan Bi Hiong, meskipun
menjadi murid dari Ci Hong Tojin, tetapi justru dalam hal Thai Kek Sin Kun dan
Liang Gie Sim Hwat lebih banyak memperoleh petunjuk dari Sian Eng Cu Tayhiap.
Selama 2 tahun terakhir dunia persilatan mulai bergejolak, boleh dibilang Bu Tong
Pay yang juga mengikuti perkembangan dunia persilatan tidaklah ataupun belum
memperoleh gangguan sama sekali. Tetapi, jangan dikira Gunung Bu Tong menjadi
alpa dan sama sekali tidak melakukan persiapan.
Semua murid, baik yang menjadi Pendeta maupun murid yang berkelana di dunia
persilatan, diminta untuk mengikuti secara cermat perkembangan dunia persilatan dan
diminta meneruskan atau melaporkan informasi tersebut ke Bu Tong San.
Karena itu, tidak mengherankan apabila Bu Tong juga mengenal dengan baik dan
mengerti persoalan paling akhir yang terjadi di dunia persilatan, bahkan juga sudah
mengetahui terlebih dahulu rencana Kiang Hong menjumpai Lam Hay Bun. Justru
informasi itu datang duluan mengunjungi Bu Tong Pay dibandingkan Ciu Sian Sin
Kay yang berkehendak untuk datang membahas situasi dunia persilatan dan
mempercakapkan kemungkinan datang ke Lam Hay Bun.
Tetapi karena ayal dan terlambat, justru Bu Tong Pay sudah memiliki persiapa dan
pertimbangan-pertimbangan mereka sendiri, terkait dengan situasi dunia persilatan
dan rencana Kiang Bengcu dari Lembah Pualam Hijau untuk bertemu langsung
dengan Ketua Lam Hay Bun.
Rencana Kiang Hong menjumpai Lam Hay Bun, anehnya sudah menyebar kemanamana
dan bahkan sudah dengan bumbu yang ditambah-tambahi.
Ada versi yang menyebutkan bahwa Kiang Hong pergi untuk bertanding dengan
Ketua Lam Hay Bun; Ada pula yang percaya bahwa Kiang Hong pergi untuk
membasmi penyebab kerusuhan di dunia persilatan dengan langsung mendatangi
markas Lam Hay Bun; Ada lagi yang percaya bahwa Kiang Hong pergi untuk
mengatur pertandingan antara para jago Lam Hay Bun dengan jago-jago daratan
Tionggoan; dan banyak lagi versi cerita lain yang beredar di dunia persilatan dan
semua sudah ditangkap dengan jelas informasinya oleh pihak Bu Tong Pay.
Karena menyangkut masa depan dunia persilatan, maka Ci Hong Tojin yakin bahwa
Kiang Hong pasti akan datang mengunjunginya untuk setidaknya membahas
persoalan kunjungan ke Lautan Selatan ke markasnya Lam Hay Bun. Dan dugaan
tersebut tepat sekali, hanya sedikit meleset, karena bukan Kiang Hong yang datang,
tetapi Ciu Sian Sin Kay yang tidak kurang terkenalnya di dunia persilatan.
Hanya, karena Ciu Sian Sin Kay berjalan dengan lamban dan angin-anginan, maka
dia tiba pada saat Bu Tong Pay sedang kelimpungan. Gunung Bu Tong San yang
damai dan angker dengan kehadiran Bu Tong Pay yang sangat berdisiplin, tanpa
diduga juga kena imbas pergolakan di Dunia Persilatan.
Kiok-hwa-kiam (Pedang Bunga Seruni), sebuah Pedang Pusaka yang menjadi salah
satu Pedang Kesayangan Wie Tiong Lan dan kemudian menjadi Pusaka di Bu Tong
Pay, dan disimpan di ruang penyimpan pusaka, tiba-tiba raib dari tempat
penyimpanannya. Anehnya, tiada seorangpun yang tahu kapan, siapa dan bagaimana
peristiwanya terjadi.
Tidak ada tanda pembongkaran pintu ruang pusaka, tidak ada genteng yang rusak,
tidak ada penyerangan terhadap penjaga ruang pusaka, dan tidak ada keanehan apapun
yang terjadi. Kecuali sebuah "piauw bintang laut merah" yang sengaja ditinggalkan di
tempat penyimpan pusaka tersebut.
Sementara, Ci Hong Tojin tahu belaka bahwa piauw itu adalah ciri atau tanda
pengenal dari sebuah barisan warna yang dimiliki oleh Lam Hay Bun. Hanya saja,
mata dan batin Ci Hong Tojin yang awas, tidaklah gampang terkelabui dan tidak
gampang dipanas-panasi untuk menyimpulkan bahwa Lam Hay Bun harus
bertanggungjawab.
Sontak Bu Tong Pay seperti kebakaran jenggot, kedamaian yang dirasakan tiba-tiba
berubah menjadi ketegangan, ronda dan penjagaan ditingkatkan secara besar-besaran.
Penjaga Ruang Pusaka diganti dan diperkuat, demikian juga semua kemungkinan
masuk ke Bu Tong Pay, dijaga dengan sangat ketat, bahkan tamupun sangat selektif
diterima. Sejak dari kaki gunung, proses pertanyaan dan penyelidikan maksud kedatangan
tamu sudah dilakukan secara teliti. Pendeknya pencurian pedang pusaka bunga seruni
telah merobah keadaan Bu Tong Pay yang damai menjadi bersiaga penuh, meskipun
sayangnya pencurian Pedang tersebut tetap menjadi sebuah misteri yang melahirkan
rasa penasaran yang dalam di kalangan Bu Tong Pay.
Nama baik dan kehormatan mereka sungguh tercoreng, terlebih karena tidak
mengetahui Petualang Asmara 13 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Kisah Si Bangau Putih 12
^