Neraka Hitam 4

Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 4


kedatangan pinto adalah untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan mulia."
"Oooh?"..! Pekerjaau mulia ini pastilah suatu usaha untuk
kesejahteraan umat manusia, aku bersedia untuk
mendengarkan penje lasannya lebih jauh" kata Hoa In-liong
tertawa. "Huuh". berlagak main kuasa, bergaya sebagai harimau,
padahal tak lebih hanya seperti sekumpulan lalat atau
sekumpulan semut yang berebut makanan, apakah masih
belum juga mau sadar?" tegur imam beralis putih itu
mendadak. "Aku tidak mengerti apa yang di maksudkan dengan
tootiang?" tanyanya.
Imam itu semakin mengerutkan dahinya, mencorong sinar
tajam dari balik matanya, lalu berkata dengan suara keras,
"Pinto hanya ingin tahu, karena persoalan apa kau
menimbulkan gelombang besar di-kota Si ciu ini" Apakah
perbuatanmu itu tidak lebih hanya ingin menciptakan banjir
saja dalam dunia persilatan?"
Hoa In-liong tertawa tawa.
Sepantasnya jika perkataan tootiang ini di tujukan kepada
pihak Hian-beng-kau, Mo kau atau Kiu lin kau, seandainya
mereka bersedia melepaskan ambisinya untuk merajai dunia
persilatan, secara otomatis akupun akan lepas tangan.
228 Setiap persoalan pasti akan menjadi pertikaian seandainya
ada lawan yang sama tangguhnya, coba kalau keluarga Hoa
mengundurkan diri dari dunia persilatan, bukankah
pertarungan ini bisa terhindari" Setiap kejadian pasti ada
sebabnya, lagipula keluarga Hoa toh sudah hampir dua puluh
tahunan memimpin dunia persilatan"
Hoa In-liong tertawa terkekeh.
"Heeehh" .heeehh"..heeeehh"..perkataan totiang
memang ada benarnya, sayang aku hanya manusia yang tak
punya nama serta kedudukan, mungkin hanya akan menyianyiakan
pula pembicaraan dari tootiang."
Tampaknya imam beralis putih itu dibuat gusar oleh ucapan
tersebut, tiba-tiba ujarnya dengan suara dalam."
"Kalau kau terus menerus tak tahu diri, pinto pun tak ingin
banyak berbicara lagi, bagaimana kalau dengan pertarungan,
kita ten tukan menang kalahnya?"
Hoa In-liong kembali berpikir, "Sudah jelas maksud
kedatangan dari tosu tua ini adalah mencari gara-gara,
memang ada baiknya kalau kucoba dulu sampai dimanakah
taraf kepandaian silat yang dimilikinya."
berpikir demikian, selangkah demi selangkah ia berjalan
menuju kepelataran rumah.
"Bocah muda sambutlah seranganku ini!" imam beralis
patih itu segera membentak nyaring, senjata hud-timnya
dikebut ke muka menyongsong datangnya tubuh Hoa Inliong.
"Tosu ini benar-benar tak tahu adat!" batin Hoa In-liong.
229 Tanpa meloloskan senjatanya lagi dia berkelit ke samping,
begitu lolos dari babatan hud-timnya itu, telapak tangannya
kembali dibacokkan kedepan?""
Tosu beralis putih itu mendengus dingin, tiba-tiba hudtimnya
diputar balik menyerang jalan darah penting dibawah
ketiak si pemuda itu, sementara jari tangan kirinya seperti
tombak langsung menyodok ke lengan musuh, satu jurus
dengan dua serangan, suatu gerakan kombinasi yang amat
lihay. Hoa In-liong sekali lagi miringkan dadanya kemudian
menerjang kemuka, dengan jurus Ji yong-bu-wi (dua
kegunaan tanpa kedudukan) ia lepaskan sebuah serangan
balasan. Karena tak sempat untuk menghindarkan diri dari ancaman
tersebut, terpaksa secara beruntun tosu beralis putih itu
merebah dan jurus serangannya untuk membendung tibanya
ancaman. "Hmm?" memang tak malu menjadi putra Thian cu kiam!"
pujinya dengan suara lantang.
Tiba-tiba ia mundur delapan sembilan depa dari posisi
semula, hud-timnya dibuang ke tanah, se-mentara Hoa Inliong
telah menghentikan serangannya, imam beralis putih itu
telah melololoskan pedangnya sambil berkata dengan tertawa,
"Ilmu pedang keluarga Hoa tiada tandingannya dikolong
langit, pinto dengan tak tahu diri ingin mencoba beberapa
jurus!" Hoa In-liong kembali berpikir "Tampaknya ia lebih
mengandalkan ilmu pedangnya, aku musti berhati-hati".."
Pelan-pelan pedangnya pun diloloskan keluar.
"Silahkan tootiang!" serunya kemudian.
230 Tosu beralis putih itu tidak sungkan-sungkan lagi, ia segera
menerjang maju ke depan, terasa serentetan cahaya tajam
berkelebat lewat dan tahu-tahu ia sudah menyerang tubuh
Hoa In-liong. Si anak muda itu mengeryitkan alis matanya lalu
membentak, "Ilmu pedang bagus!"
Pedangnya diputar sedemikian rupa, lalu melepaskan
serangan balasan ke depan.
"Traaang! Traaang! Traaang!" secara beruntun kedua
orang itu saling beradu senjata sampai tiga kali, sedemikian
kerasnya benturan itu menyebabkan timbulnya serangkaian
suara dentingan yang disertai dengan percikan bunga api.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah terlibat dalam
suatu pertarungan sengit, lima enam puluh jurus lewat tanpa
terasa. Ilmu silat kedua orang itu sama-sama telah mencapai
puncak kesempurnaan, dibandingkan dua bersaudara Kiong
dan Cia Sau-yan sekalian boleh dibilang mereka masih terpaut
jauh sekali. Terlihat dua orang itu bertarung dengan kecepatan luar
biasa, cahaya pedang yang menyilaukan mata, membuat mata
terasa amat ter tusuk, ini semua membuat para penonton
jalannya pertarungan menjadi kuatir dan merasakan hatinya
berdebar keras.
Pertarungan semacam ini boleh dibilang merupakan suatu
pertarungan yang luar biasa, dengan ce-pat kejadian ini
menarik perhatian orang banyak"
231 Sekarang Hoa In-liong telah mengetahui bahwa ilmu silat
yang dipergunakan imam beralis putih itu adalah kepandaian
silat aliran Tong thiao kau, satu ingatan lantas melintas dalam
benaknya. "Waah?"..jangan jangan dia?" pikirnya.
Berpikir sampai disitu, tenaga dalamnya semakin dihimpun
lagi terutama pada ketajaman pen-dengarannya, ia dapat
mendengar suara langkah kaki dari tosu tersebut, sekalipun
langkahnya enteng dan pelan seperti langkah dari seorang
lihay, tapi diantara benturan pedang yang memekikkan
telinga, ia toh sempat menangkap juga suara benturan kayu
dengan batu diantara langkah kakinya.
Hoa In-liong semakin yakin bahwa dugaannya tidak
meleset, tiba-tiba ia membentak keras, "Apakah tootiang
adalah Tong-thian kaucu?"
Mendengar teguran itu, tosu beralis putih itu segera
melepaskan sebuah serangan gencar lalu melompat mundur
ke belakang, gumamnya dengan amat sedih, "Aaai?"sudah
tua, sudah tua, aku memang sudah tak berguna lagi?""
Kepalanya didongakkan, kemudian memberi hormat kepada
Hoa In-liong, katanya lebih jauh, "Enghiong memang selalu
muncul dikala masih muda, dengan usia Hoa kongcu sekarang
ternyata sanggup menandingi pinto dengan posisi seimbang,
pinto merasa bersyukur sekali atas keberhasilan Hoa tayhiap
mempunyai keturunan yang bisa diandalkan!"
Tiba-tiba Bu tim tojin melompat keluar dari kerumunan
orang banyak, lalu teriaknya keras-keras, "Suhu!"
la Segera menjatuhkan diri berlutut di depan tosu beralis
putih itu. 232 Menyusul kemudian muncul kembali dua orang imam
setengah umur yang menggembol pedang, kedua orang
itupun menjatuhkan diri berlutut di depan imam beralis putih
itu. Menyaksikan kesemuanya itu, imam beralis putih itu
menghela napas panjang, sambil ulapkan tangannya, ia
berkata, "Bagaimana kalian semua?"
Setelah memberi hormat Bu-tim totiang sekalian bangkit
berdiri. Sekarang Hoa In-liong sudah tidak sangsi lagi, dia tahu
imam beralis putih yang berada dihadapannya sekarang tidak
lain adalah salah satu diantara tiga besar yang pernah
menggetarkan dunia persilatan pada dua puluh tahun
berselang, yakti Thian Ik-cu, ketua dari perkumpulan Tong
thian-kau. "Kemungkinan besar kedatangannya kali ini adalah
bersahabat bukan bermusuhan". pikirnya.
Maka sambil menyarungkan kembali pedangnya, ia lantas
menjura seraya berkata, "Jalan raya tidak pantas sebagai
tempat bercakap-cakap, silahkan masuk totiang, ijinkanlah
boanpwe memberi hormat kepadamu!"
Thian Ik-cu manggut-manggut, bersama Hoa In-liong
lantas masuk keruang dalam, sementara Bu-tim tootiang
suheng-te beserta dua bersaudara kiong, He lotia dan Cia Sauyan
sekalian mengikuti dibelakangnya.
Setelah masuk ke dalam ruangan dan mengambil tempat
duduk, Thian Ik-cu ternyata menolak untuk menempati
kursinya sebagai seorang angkatan tua, dalam keadaan
233 demikian terpaksa Hoa In-liong harus menerimanya dengan
pembagian atas tuan rumah dan tamu.
Bu-tim tojin suheng-te berdiri mengikuti dibelakang Thian
Ik-cu. Sesudah duduk, Thian Ik-cu mulai berkata, "Pinto pernah
berpesan kepada muridku bahwa aku tiada bermaksud untuk
turun gunung lagi, tapi sekarang aku melakukan apa yang
bertentangan dengan ucapanku itu, mungkin Hoa kongcu
akan menganggap pinto berbuat demikian karena ada rencana
untuk menerbitkan kembali keonaran dalam dunia
persilatan?""
Hoa In-liong segera tersenyum.
"Boanpwe tidak berani menggunakan hati seorang siaujin
untuk menuduh orang yang bukan-bukan!"
Mendadak terdengar seseorang tertawa tergelak sambil
berseru, " Haaahh"..haaahh"..haaahh" hidung kerbau tua
itu berbicara lain diluar lain dihati, lohu tidak percaya kalau
kau betul-betul sudah bertobat dan tak ingin melanjutkan
kembali ambisimu untuk merajai dunia persilatan."
Diantara berkumandangnya perkataan itu, dari balik
ruangan muncullah Ting Ji-san serta Ho-Keh-sian.
Thian Ik-cu segera bangkit sambil memberi hormat,
kemudian katanya sambit tertawa.
"Haaahhh".haahh.. .haaahh". setelah berjumpa dengan
kenalan lama, sekalipun pinto bermaksud jahat, rasanya juga
sulit untuk dilaksanakan lagi.
234 Sebagaimana diketahui, Ting Ji sao serta Ho-Kee sian
adalah musuh bebuyutan dari Tong thian kau dimasa lampau,
kedua orang itu memang tidak percaya dengan niat Thian lk
cu, sebab itu buru-buru mereka menyusul datang setelah
mendapat laporan.
Menanti kedua orang itupun sudah ambil tempat duduk,
Thian Ik-cu baru berkata, "Dengan ular sakti menggigit hati,
pihak Mo kau berhasil menguasai sejumlah jago lihay, apakah
Hoa kongcu telah mengetahui persoalan ini?"
Hoa In-liong segera tersenyum. "Hoanpwe sendiri pun
pernah merasakan akibat dari ilmu ular sakti menggigit hati itu
katanya. Mendengar jawaban tersebut, Thian Ik-cu agak tertegun,
dengan sepasang matanya yang tajam, diawasinya raut wajah
anak muda itu tajam-tajam, kemudian katanya lagi, "Hoa
kongcu sama sekali tidak menunjukkan gejala keracunan ular
beracun itu, apatah ibumu telah berhasil memunahkan
pengaruh racun ular sakti menggigit hati?"
"Ibuku sendiri juga kurang begitu yakin dengan
kemampuannya untuk memunahkan pengaruh racun itu,"
jawab Hoa In-liong secara gamblang dan terus terang,
"adapun boanpwe bisa memunahkannya lantaran secara tidak
sengaja aku berhasil mendesak racun itu ke dalam jalan darah
Keng gwa-khi-hiat, kemudian dari situ racun tadi pelan-pelan
di tempa sampai lenyap"
Ihian lk cu segera menunjukkan perasaan kecewa, katanya,
"Aaai" .padahal ibumu sudah menjadi ahli waris dari Kiu toksian
ci, kalau dia-pun tidak sanggup, rasanya di dunia ini tak
ada orang lain lagi yang sanggup memunahkan pengaruh
racun itu."
235 "Tapi kejadian ini berlangsung kurang lebih tujuh delapan
bulan berselang," sela Hoa In-liong cepat, "sedangkan ibuku
selalu ber usaha untuk menemukan obat untuk memusnahkan
pengaruh racun tadi, siapa tahu kalau sekarang ia telah
berhasil dengan usahanya" Boanpwe mempunyai obat mustika
yang bisa memunahkan pengaruh racun ular -sakti tersebut,"
"Kalau sudah tersedia obat mujarabnya, pinto pun tak usah
kuatir lagi".."seru Thian Ik-cu kemudian dengan kegirangan.
Diam-diam Hoa In-liong berpikir, "Dengan hasil latihan
selama ini, sepantasnya kalau luapan emosi dapat
dikendalikan, tapi terhadap masalah ini ia tak bisa
menyembunyikan rasa murung dan gembiranya, ia
menunjukan betapa seriusnya masalah tersebut, jangan
jangan dikarenakan adanya sekelompok jago lihay yang
keracunan itu?"
ooooOooooo Bab 44 Sementara itu Thian Ik-cu telah termenung beberapa saat
lamanya tiba-tiba ia berkata, "Hoa kongcu, apakah kau
bersedia mempercayai pinto?"
"Maksud tootiang?" Hoa In-liong balik bertanya sesudah
tertegun sejenak lamanya.


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan wajah serius Thian Ik-cu berkata, "Berbicara
sesungguhnya semua perbuatan dan tindak tanduk Tong hian
kau dimasa lalu adalah perbuatan yang menimbulkan
kebencian dan kutukan orang banyak, tiga puluh tahun
berselang dalam pertemuan Pak beng hwe pun pinto pernah
mengerubuti dan melukai leluhur Hoa kongcu, sekalipun atas
keberesan jiwa ayahmu ia memberi sebuah jalan kehidupan
236 untukku, aai".! Siang maupun malam pinto selalu merasa
bahwa perbuatanku ini sangat berdosa".."
Perkataan itu diucapkan pelan-elan dan penuh dengan
perasaan menyesal, bahkan sama sekali tidak menunjukan
kalau ucapan itu hanya pura-pura atau alasan saja.
Andaikata tidak disaksikan dengan mata kepala sendiri,
siapa yang menduga kalau seorang gem-bong iblis yang
pernah di benci orang dulu, sekarang benar-benar telah
bertobat dan menyesali semua perbuatannya"
"Urusan yang sudah lewat biarkan lewat, kenapa tootiang
mesti mengungkapnya kembali?"
Sesudah berhenti sebentar, dengan nada seperti baru
memahami, ia berkata lebih jauh, "Oooh. ..tampaknya karena
boanpwe tidak menjawab langsung pertanyaan tootiang maka
kau berkata begitu, padahal siapa bilang kalau boanpwe tidak
mempercayai dirimu?"
"Kalau begitu, pinto lah yang sudah terlalu banyak curiga,"
kata Thiao Ik-cu tertawa lirih.
Kemudian dengan wajah serius katanya lebih lanjut, "Kalau
toh Hoa kongcu mempercayai pinto, baiklah pinto berbicara
secara terus terang, dapatkah Hoa kongcu membawa obat
obat mustika itu dan mengikuti pinto untuk menyelamatkan
kawan jago lihay yang keracunan itu"..?"
Ketika ucapan tersebut diutarakan keluar, dua bersaudara
Kiong dan Cia Sau-yan masih tidak merasa seberapa mereka
mengira kebusukan hati Tang thian kaucu sesungguhnya tidak
seperti apa yang disiarkan dalam dunia persilatan selama ini.
237 Berbeda dengan Ting Ji san dan Hoa Kee si-an yang
termasuk orang "Lama" mereka tertegun dan saling
berpandangan sekejap dengan wajah ragu-ragu.
Dalam anggapan mereka tak nanti, Thian Ik-cu akan
mempunyai pikiran untuk menolong orang, kedua orang itu
justru kuatir kalau tosu tua itu hanya mempergunakan katakata
manis untuk membohongi Hoa In-liong, kemudian di
tengah jalan membunuhnya serta merampas obat mustika
miliknya. Tiba-tiba Tiang Ji san berkata, "Diantara kawanan jago
lihay kena dikendalikan musuh itu, sesungguhnya terdapat
jagoan macam apa saja, sehingga tootiang begitu
memandang serius pada urusan ini?"
Thian Ik-cu bukan orang kemarin sore, sudah barang tentu
diapun mengetahui akan kecurigaan Ho Kee sian serta Ting Ji
san, iapun tertawa hambar.
"Menurut apa yang pinto ketahui, diantaranya terdapat
ciangbunjin dari keluarga Wi di kota Wan ciu?". sam suan ni
(tiga singa sakti) Can Kian-liong dan sebagainya, sekalipun
secara dipaksakan masih bisa terhitung jagoan kelas satu,
pinto masih belum tergerak hatinya tapi pinto justru
menemukan bahwa salah seorang diantaranya justru memiliki
ilmu silat jauh di atas kepandaian pinto sendiri."
Agak tergerak perasaan semua orang setelah mendengar
perkataan itu, sebagaimana diketahui kedudukan Thian Ik-cu
Pek Siau thian dari perkumpulan Sin-ki-pang, Jin Hian dari
Hong im hwee disebut tiga kekuatan besar dalam dunia
persilatan tempo dulu, ilmu silat mereka boleh dibilang sudah
mencapai tingkatan yang amat tinggi.
238 Dalam pemunculan untuk kedua kalinya muski kepandaian
mereka masih belum sanggup me-nandingi kehebatan dari
Tang Kwik siu maupun ketua dari Hian-beng-kau, namun
boleh dibilang juga cukup hebat.
Tapi kenyataanya sekarang, pihak Mo kau berhasil
menguasai begitu banyak jago lihay dari dunia pesilatan, boleh
dibilang kejadian ini sangat mengejutkan siapa pun.
Diam-diam Hoa In-liong berpikir.
"Jangan-jangan yang dimaksudkan adalah Coa" Hanya dia
seorang yang memiliki kepandaian se-dahsyat itu, apalagi
sebagai keturunan dari Bu seng (malaikat ilmu silat)?""
Berpikir sampai disitu, diapun lantas bertanya, "Tootiang,
macam apakah raut muka orang itu?"
Ketika kesana, pinto saksikan orang itu penuh bercambang
lebat, jelas tampaknya sudah terkurung lama sekali mukanya
kurang begitu jelas, tapi kalau dilihat dari rambutnya hitam
pekat serta nada suaranya, ia jelas ia masih muda."
"Kalau dilihat dari usianya, memang rada mirip dengan
empek Cou?" pikir Hoa In-liong.
Sekalipun ia tidak tahu berapakah usia Coa Go-an hau
tahun ini, tapi atas dasar usia Kwan bun sian, ia tahu kalau
umurnya kira kira setengah baya?"
Ketika Thian Ik-cu menyaksikan pemuda itu lama sekali
membungkam, sambil menghela napas lantas katanya,
"Apakah Hoa kongcu merasa penjelasan pinto kurang
lengkap".."
239 "Oooh tidak, harap tootiang jangan salah paham," buruburu
Hoa In-liong menukas, "sebenarnya Boanpwe bermaksud
menitipkan obat mustika itu kepada tootiang, tapi setelah
mendengar uraian tadi terpaksa aku harus mengunjunginya
sendiri, entah lang Kwik siu menyekap kawanan jago lihay itu
dimana?" "Tempat itu terletak di sebelah kiri kota Thong-shia,
letaknya termasuk diwilayah Ci.
"Tidak heran kalau beberapa kali kuselidiki kebun keluarga
Can yang dihuni Tang Kwik-siu sama sekali tidak
menempatkan hasil apapun, rupanya Tang Kwik-siu telah
menyembunyikan kawanan jago itu di atas bukit Cian
sani?"."
"Lohu juga ingin ikut!" tiba-tiba Ho Kee-sian menimbrung.
Dengan kening berkerut Hoa In-liong berpaling ke arahnya,
lalu berkata, "Empek Ho, bekas anak buah Sin ki-pang berada
dibawah pimpinanmu, dalam menghadapi perserikatan tiga
perkumpulan aku sangat mengandalkan kekuatan kalian
semua, mana boleh bertindak secara sembarangan dan
gegabah?" "Lohu seorang diri tanpa sanak tanpa keluarga, apapun
urusannya bukan menjadi tannggunganku, biar aku saja yang
menemanimu," sela Ting Ji san pula dengan suara dingin.
Kembali Hoa In-liong gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku sangat membutuhkan bantuan cian-pwe untuk
mengadakan kontak dengan kawanan agar locianpwe tak
boleh sembarangan bertindak," katanya dengan cepat.
Ting Ji san segera mendengus dingin.
240 "Kau"..! Kau sebagai komandan yang memegang tampuk
pimpinan, kenapa pula boleh sembarangan bertindak?"
Perlu diterangkan di sini, sekalipun Hoa In-liong adalah
seorang pemuda yang binal dan nampak aneh, kendatipun
para cian-pwe menatap keren dan tegas kepadanya, padahal
mereka semua amat menyayanginya, hakekatnya pemuda itu
merupakan naga diantara manusia, sudah barang tentu
mereka tak akan tega membiarkan, ia pergi seorang diri
mendampingi seorang jago lihay yang sudah tersohor karena
kelicikan serta kekejiannya.
Hoa In-liong tertawa, katanya, "Tiang locianpwe terlalu
menyanjung diriku, padahal sekalipun kehilangan boanpwe
seorang tapi begitu banyak jago lihay berhasil dilepaskan,
bukankah hal ini justru lebih menguntungkan?"
Diluar ia berkata begitu, sementara dengan ilmu
menyampaikan suara ia berbisik, "Thian Ik-cu benar-benar
ada maksud untuk bertobat, tidak seharusnya kita selalu
mencurigainya sehingga menggusarkan hatinya dan malah
membuatnya berpikiran jauh, kalau sampai begitu jadinya kita
menyesal sepanjang masa. Lagipula locianwee juga tak akan
bertindak sembarangan, bukan suatu pekerjaan, yang
gampang bagi Thian Ik-cu jika ingin mencelakai aku!"
Thiang jisan dan Ho Kee sian lalu terbungkam dalam seribu
basa, sebabnya mereka masih kuatir kalau Thian Ik-cu
menaruh maksud jahat terhadap pemuda itu, tapi bila
teringat akan kecerdasan serta, kemampuan ilmu silatnya,
hati merekapun menjadi lega.
Hoa In-liong segera bangkit berdiri, katanya, "Persoalan ini
tak bisa ditunda-tunda lagi, harap tootiang beristirahat
sejenak, bila hari sudah gelap nanti kita baru berangkat"
241 Lain kepada Cia Sau-yan dan dua bersaudara Kiong,
katanya pula, "Kepergianku ini harus dilakukan diluar dugaan,
jejakpun musti dirahasiakan, makin sedikit orang tahu semakin
baik, dengan de mikian dalam lima sampai tujuh hari, belum
tentu Tang Kwik-siau akan tahu kemanakah aku telah pergi."
Cia Sau-yan berpikir sebentar, lalu ujarnya, "Kalau memang
begitu, lebih baik aku berangkat lebih dulu dan membawa
kuda tersebut keluar kota, kau boleh berganti kuda di kota
Siok sian, Luciu serta Hway-wan, di mana berada kantorkantor
cabang kami. Sekalipun menunggang kuda agak pelan
sedikit, jika dibedal secepat-cepatnya pun tidak akan sampai
lambat sekali, apalagi sepanjang jalan pasti ada orang yang
coba menyergapmu, menjaga keselamatan diri adalah penting
sekali." Hoa In-liong diam-diam merasa kagum sekali dengan
kecermatan jalan pemikirannya, ia manggut-manggut.
"Kalau begitu laksanakanlah!"
Thian ik cu melirik sekejap wajah Cia Sau-yan, tiba-tiba
dengan paras muka berubah, katanya dengan suara dalam,
"Nona cilik, apa hubunganmu dengan Ku Ing ing?"
Cia Sau-yan amat terkejut, pikirnya, "Tajam benar
sepasang mata orang ini, tidak malu ia disebut, salah seorang
pimpinan jago persilatan."
Karena sadar bahwa tak mungkin persoalan itu
dirahasiakan lagi, dengan ketenangan hati ia memberi hormat
lalu jawabnya, "Guruku adalah Pui Che giok, boanpwe Cia
Sau-yan menjumpai cianpwe!"
242 "Kini Ku Ing ing ada dimana" Tentunya kau tahu bukan?"
kembali Thian Ik-cu bertanya.
Cia Sau-yan tertawa genit.
Dengan memberanikan diri boanpwe ingin berkata, bahwa
cianpwe meski sudah lama hidup mengasingkan diri, ternyata
jiwa keduni awianmu belum juga hilang, kalau memang
begitu, tak ada salahnya kalau kau membalas sakit hati itu di
atas diri cianpwe.
Tiba-tiba Thian Ik-cu menghela nafas panjang, kepada Hoa
In-liong, Ting Ji-san dan Ho Kee sian ia memberi hormat, lalu
katanya "Bila pinto sudah bertindak kasar, harap saudara sekalian
jangan mentertawakannya."
Aaah?" sudah sewajarnya kalau manusia bersikap
demikian," kata Hoa In-liong sambil tertawa.
Thian Ik-cu gelengkan kepalanya berulang kali, ia lantas
berpaling ke arah Cia sau-yan sambil katanya, "Nona ciiik,
tajamm amat selembar mulutmu yaa, pinto memang masih
sangat terpengaruh oleh keduniawian tapi tak nanti aku akan
me nyulitkan seorang cianpwe seperti kau. Lagi pula Hoa tay
hiap telah memberi sebuah jalan hidup baru kepadaku, bila
pinto masih ingat terus dengan sakit hati lama, bukankah aku
betul-betul tak pantas menjadi manusia?"
Sesudah berhenti sejenak, ia menambahkan lebih jauh,
"Tolong sampaikan kepada Giok teng hu Jin, semua hutang
piutang dimasa lampau ku hapuskan sampai disini saja."
Berbicara sampai disini, ia pun tidak berkata-kata lagi dan
duduk dikursi sambil memejamkan mata.
243 Ketika Ling Ji san dan Hoo kee sian mendengar ketulusan
hatinya dalam pembicaraan tersebut, kecurigaan mereka pun
jauh berkurang banyak.
Tempo dulu, Giok teng hujin Ku Ing ing mendapat perintah
dari Kiu im kaucu untuk menyusup ke dalam perkumpulan
Thong thian kau sebagai mata mata, kemudian ia pun
merintahkan Pui Che giok dengan jalan menyaru membunuh
putra Jin Hian serta mencuri pedang emas yang
mengakibatkan per-pecahan diantara tiga perkumpulan besar.
Kemudian dalam pertemuan, thian ciau tay hwee, Thian Ikcu
menanam obat peledak dalam lembah Cu bu kok dengan
maksud jika kemenangan gagal diraih, dia akan menyulut
sumbu bahan peledak dan meledakkan seluruh anggota
persilatan yang berkumpul disana.
Tapi kemudian, rencana besarnya itu berhasil digagalkan
oleh Giok teng hujin, sudah barang tentu dendam sakit hati ini
luar bi asa besarnya, jadi seandainya Thian Ik-cu dapat
melepaskan niatnya untuk membalas sakit hati ini, berarti pula
hatinya benar-benar sudah bertobat.
Menjelang malam, Hoa In-liong dan Thi an Ik-cu segera
menggunakan ilmu meringan kan tubuhnya berangkat ke kota
sebelah selatan dimana He lotia dan Cia Sau-yan telah
menyiapkan kuda, air minum serta rangsum kering?".
Setelah mengucapkan terima kasih, berangkatlah kedua
orang itu melakukan perjalanannya.
Sepanjang jalan menuju keselatan, mereka selain memilih
jalanan yang sepi dan terpencil, yang mereka lewati sebagian
besar adalah dusun kecil, tak seorang jago persilatan pun
yang dijumpai. 244 Malam ketiga, mereka telah tiba diluar kota Lu-ciu, setelah
berganti kuda di kantor cabang Ci li kau, mereka tidak masuk
kota melainkan menginap di sebuah rumah penginapan diluar
kota. Penginapan itu mencakup pula rumah makan kecil,
ruangannya tidak terlampau luas dan terdiri dari empat lima
buah meja, dua orang itu memilih tempat yang jauh dari
keramaian dan memilih hidangan.
Sementara sedang bersantap, tiba-tiba Hoa In-liong
mendengar Thian Ik-cu sedang berbisik dengan ilmu


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyampaikan suara.
"Hoa tiongcu, sudah kau perhatikan dua orang yang baru
masuk ke warung itu?"
Hoa In-liong segera memperhatikan secara diam-diam, ia
dengar langkah kaki dua orang itu amat lirih jelas merupakan
seorang persilatan yang berilmu tinggi
karena ia duduk membelakangi pintu, maka pemuda itu
lantas berpalingg sekejap ke belakang, terlihat dua orang
kakek sedang melangkah masuk ke dalam warung.
Orang di sebelah kanan adalah seorang kakek bermuka
merah dengan jidat yang menonjol tinggi, pipinya sempit dan
rambutnya digulung menjadi satu di atas kepala, jubahnya
berwarna abu abu.
Sedang orang di sebelah kiri adalah seorang yang bercodet
dipipi kirinya, jidat maupun dagunya melengkung ke dalan,
matanya hitam kosong sehingga wajahinya tampak
mengerikan. 245 Setelah menyaksikan orang yang berada di sebelah kiri itu,
Hoa In-liong merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya,
"Menurut cerita Ci Soat cu dari Hian-beng-kau dikatakan
bahwa salah satu jago yang ikut serta dalam pembunuhan
atas diri Suma siok ya terdapat manusia dengan bentuk wajah
semacam ini, jangan-jangan memang dialah orangnya,"..?"
Karena ingin tahu, tak tahan lagi ia bertanya dengan ilmu
menyampaikan suara, "Apakah kau tahu asal usul diri kedua
orang ini?"
Sambil tundukkan kepala pura-pura bersantap, jawab Thian
Ik-cu dengan ilmu menyampaikan suaranya, "Kalau
dibicarakan sebenarnya, kedua orang ini mempunyai
hubungan permusuhan yang sangat mendalam dengan
ayahmu, orang yang ada di sebelah kiri itu bernama Sui sim
jin (tangan sakti penghancur hati) Gui-Gi-hong, codet pada
pipi kirinya diperoleh dari bacokan pedang kakekmu ketika
berlangsungnya pertemuan Pak-beng-hwee.
kemudian setelah berhenti sejenak, terusnya, Walaupun
pukulan penghancur hati dari Gui Gi hong sangat lihay, pinto
masih sanggup menangkan dia, tapi orang yang ada di
sebelah kanan itu memiliki ilmu silat yang jauh berada di atas
kepandaian pinto.
Hoa In-liong merasa terkejut sekali, pikirnya,
"Waah?"kalau gembong-gembong iblis itu sudah
bermunculan semua, bahaya sekali posisiku kini."
"Orang itu bernama Kiong Hau, lantaran masa
kemunculannya dalam dunia persilatan amat singkat, maka
sekalipun ilmu silatnya sangat lihay, tidak banyak yang
mengetahuinya sejak tiga kali pertarungannya dengan
kakekmu, dengan kesudahan tiga kali menderita kekalahan
246 total, ia mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan
dan tidak diketahui jejaknya lagi."
Sementara pembicaraan berlangsung, Kiong bun dan Sui
sim jiu (tangan sakti penghancur hati) Gui Gi Hong telah
duduk disamping sebuah meja dan memesan sebuah
hidangan. Oleh karena Hoa In-liong dan Thiao Ik-cu duduk di tempat
kegelapan, lagi pula mereka bersantap dengan tertunduk,
senjata yang digembolkan tersembunyi dibalik pakaian, serta
susah ditemukan, maka Kiong Hao maupun Tangan sakti
penghancur hati Gui Gi bongg tidak menyangka kalau di dalam
warung yang, terpencil ini bakal menjumpai jago-jago lihay.
Sejak masuk ke dalam warung sampai ambil tempat duduk,
kedua orang itu sama sekali tidak memperhatikan keadaan di
sekelilingnya. Ketika sang pelayan menyaksikan raut wajah Gui Gi bong
menyeramkan, ia meresa agak takut, tapi tak berani pula
bertindak lancang, terpaksa sambil tertawa paksa katanya,
"Yaya berdua, entah kalian ingin pesan apa?"
Kiong Hou dan tangan sakti penghancur hati Gui Gi-hong
adalah dua orang gembong iblis yang berilmu tinggi, tapi
terhadap rakyat kecil mereka tidak menunjukkan
kebengisanya. Dengan hambar Gui Gi hong berkata, "Ada apa saja
hidangkan keluar tak usah banyak cerewet lagi!"
Pelayan itu menghembuskan napas lega, buru-buru
memberi hormat dan mengundurkan diri untuk menyiapkan
hidangan. 247 Lewat beberapa Saat kemudian tiba-tiba kedengaran
Tangan sakti penghancur hati Gui Gi hong berkata, "Menurut
pendapat saudara Kiong bagaimana anggapanmu dengan apa
yang dikatakan Jin Huan?"
"Rasa takut Jin loji terhadap Hoa Thian-hong sudah
terlampau mendalam, sikapnya yang ragu-ragu tak menentu
dan tiada tujuan, jelas bukan suatu tindakan yang tetap,
jawab Kiong Hou hambar.
Diam-diam Thian Ik-cu berbisik dengan ilmu
menyampaikan suaranya, "Ambisi Jin loji untuk merajai kolong
langit belum padam, tampaknya ia bermaksud membangun
kekuatan kembali untuk melanjutkan cita-citanya yang tempo
hari terbengkalailai di tengah jalan!!"
Hoa In-liong hanya teersenyum dan tidak menjawab.
Terdengar Gui Gi-hong berkata lebih jauh, "Jin Hian
memang sudah lemah dan tak bersemangat lagi, tapi
kekuasaan keluarga Hoa justru kian lama kian meluas
kendatipun Hian Kiu im kau dan Seng sut pay bekerja
samapun belum tentu sanggup menumbangkan
kekuasaannya, menurut penilaianku lebih baik biarkan saja
mereka saling bertarung sampai sama-sama terluka kemudian
kita baru mendobrak diri tengah, ini baru suatu tindakan yang
sangat bagus"
"Aaahh".aku rasa belum tentu demikian," kata kiong Hau
dengan suara hambar, "tempo hari bukankah Kiu im kau juga
munculkan diri dari isolasi disaat kaum pendekar dengan
Tong-thian-kau Sio ki pang dan Hong im hwee sudah menjadi
lemah karena saling bertemu, kejadian ini sudah pernah
berlangsung satu kali tak boleh sampai berlangsung untuk
kedua kalinya, tidak mungkin mereka tanpa persiapan apalagi
248 bagaimanapun juga Kiu-im kau toh akhirnya kalah juga di
tangan Hoa Thian-hong."
"Kalau memang begitu, lebih baik kita tak usah munculkan
diri kembali dalam dunia persilatan kata Sui im sim jiu Giu Gi
hong. "Itupun tidak perlu," jawab Kiong Hau dengan suara ketus,
"siasat adalah hasil pemikiran manusia, semua makhluk adalah
sama semua, kenapa kitapun tidak manfaatkan kelebihan kita
masing masing?"
"Hmm..tampaknya mereka adalah sekelompok manusia
yang enggan hidup tenang"." pikir Hoa In-liong.
Terdengar Tangan sakti penghancur hati Gui Gi hong telah
berkata kembali, "Aku rasa saudara Kiong tentu mempunyai
siasat bagus, dapatkah kudengarkan rencaramu itu?"
Tanpa terasa Thian Ik-cu dan Hoa In-liong sama-sama
pasang telinga untuk menyadap pembicaraan tersebut, sebab
jika rencana mereka sampai diketahui, maka sewaktu
melakukan pembersihan nanti merekapun tak usah
membuang tenaga terlalu banyak.
"Saudara Gui, kenapa kau demikian tololnya?" kata Kiong
Hiu segera, "Tempat apakah ini" Dinding bertelinga, kau kira
tempat semacam ini cocok untuk dipakai membicarakan
semacam itu?"
Di tengah pembicaraan tersebut, sinar matanya yang biru
dan tajam mendadak memandang sekejap ke arah Hoa Inliong
serta Thian ik cu.
Hoa In-liong tahu bahwa musuhnya sudah mulai waspada,
ia tersenyum sambil menahan pinggiran meja dan bangkit
249 berdiri, bisiknya kepada Thian Ik-cu, "Dalam berapa gebrakan
tootiang bisa membentak manusia she Gui itu?"
Mendengar perkataan itu, Thian Ik-cu segera tahu bahwa
Hoa In-liong ada niat untuk bertarung melawan Kiong Hiu,
sahut-nya, "Bukan pinto tiada keyakinan untuk membekuk
orang itu, tapi menolong orang lebih penting, lebih baik kau
berangkat duluan, biar pinto yang menghadang mereka
sebentar, segera kususul dirimu nanti."
Ia mengibaskan ujung bajunya, lalu bangkit berdiri.
Agaknya Tangan sakti penghancur hati Gui Gi-hong
merasakan juga bahwa ke dua orang itu berilmu tinggi, ia
tertawa seram lalu mengangkat lengan kanannya.
Kiong Hou sendiri sama sekali tidak menunjukkan reaksi
apa-apa, seakan-akan tak pernah terjadi suatu kejadian
apapun, ditekannya lengan kanan Gui Gi hong, kemudian
ujarnya kepada Thian ik cu dan Hoa In-liong, "Sahabat
berdua, mengulur waktu tiada kegunaan untuk kalian berdua,
apa salahnya kalau berbicara secara terus terang saja" Hey
sobat yang memukai jubah pendeta, mengapa tidak kau
perlihatkan tam- pangmu?"
Buru-buru Thian Ik ci berseru dengan ilmu menyampaikan
suara, "Hoa kongcu harap merahasiakan dulu asal usulmu,
pinto akan mencoba untuk mengatasi masalah ini, seandainya
tidak dapat di rahasiakan lagi, belum terlambat rasanya untuk
bertarung lebih jauh"
Hoa In-liong pun diam-diam berpikir, "Kedua orang itu
bukan lawan enteng, bila sampai bentrok tak mungkin
pertarungan itu bisa
250 diakhiri dalam waktu singkat, kalau sampai kejadian ini
meng-akibatkan rencana ku untuk menolong orang menjadi
gagal, wah sudah pasti tindakanku ini bukaan suatu tindakan
yang cerdik"
Ia bukan termasuk seseorang yang terlampau keras
mempertahankan pendapatnya maka setelah berpikir sebentar
dia pun mengangguk. Thian ik cu tidak banyak berbicara lagi
sambil memutar tubuhnya ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh?"..haaahh?""haaahhh?". saudara Kiong,
saudara Gui, sudah lama kita tak berjumpa, masih ingat
dengan pinto?"
Sui sim jiu Gui Gi-hong melototkan sepasang matanya
lebar-lebar, lalu serunya, "Oooh?"".rupanya kau adalah
Tong-thian kaucu, sungguh tak disangka kita dapat berjumpa
kembali di kedai ini. Haaahhh".. haaahhh?"". haahhh,
selama dua puluh tahun terakhir ini to-heng telah tersembunyi
di mana?"?""
Diam-diam Thian Ik-cu agak girang, sahutnya, "Kejadian
yang sudah lewat tak akan berulang lagi, lebih baik tak usah
kau singgung kembali. Justru dari pembicaraan saudara Gui
dan saudara Kiong dapat kudengar bahwa kau ada niat untuk
membangun kembali kejayaan tempo hari, teringat sampai
kepersoalan tersebut hatiku gatal, aku jadi ingin pula
mengikuti jejak kalian. Cuma?"".aku pikir tenaga yang
diandalkan saudara Kiong dan saudara Gui masih terlampau
minim." Kalau masa jayanya tiga perkumpulan bessar dulu,
sekalipun pekerja kasar juga mengetahui nama mereka tapi
setelah mengalami masa damai selama dua puluh tahunan,
nama besar mereka hampir boleh dibilang sudah dilupakan
251 orang, maka pembicaraan antara kedua orang itu sama sekali
tidak menarik perhatian para tamu lain-nya dalam warung.
"Bila to-heng bersedia membantu, masalah besar ini pasti
tak sulit untuk diselesaikan!"
Setelah berhenti sebentar, katanya lagi sambil tertawa,
"Terus terangnya saja to-heng, aku dan Kiong heng telah
bersekutu."
"Tunggu sebentar saudara Gui!" tiba-tiba Kiong Hui
menukas. Dengan wajah tertegun Gui Gi-hong menatap wajah
rekannya. Sementara itu Kiong Hau telah alihkan sinar matanya
kewajah Hoa In-liong, lalu tegurnya dingin, "Siapakah orang
yang berjalan bersama-sama to-heng itu?""
Agak tercekat juga perasaan Hoa In-liong ketika dilihatnya
sampai saat itu Kiong Hau masih tetap duduk tak berkutik
dengan wajah tanpa emosi, pikirnya, "Orang ini benar-benar
luar biasa?""
Setelah berpikir sebentar, ia merasa jika dirinya
membungkam terus hal ini malah akan menimbulkan
kecurigaan orang, diapun tak ingin Thian Ik-cu mencari nama
palsu baginya maka sambil tertawa ujarnya, "Bila kau ingin
mengetahui siapakah aku, apa salahnya kalau dicari dari
kepandaian silat yang dimiliki?"
Maksud lain dari ucapan itu jelas adalah menantang Kiong
Hau untuk berduel.
252 Menyaksikan ulah pemuda itu, Thian Ik-cu lantas
mengerutkan dahinya dan berpikir, "Dasar anak muda, kau
anggap Kiong Hau adalah seorang manusia yang gampang
dilayani?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ki ong Hau, katanya,
"Anak muda, semangatmu memang cukup boleh dipuji, tapi
biar lohu periksa dulu apakah kau pantas untuk berduel
denganku aku tidak?"
"Silahkan!" kata Hoa In-liong sambi! tersenyum.
Sepasang alis mata Kiong Hau yang tebal berkerut kencang
lalu sambil tertawa dingin sepasang tangannya disodok
kedepan. Dua buah cawan arak dengan cepat melayang ke arah Hoa
In-liong seakan akan ada orang yang membawanya.
Ketika menyaksikan adegan tersebut, semua tamu dalam
warung hampir seluruhnya menjerit kaget kemudian suasana
menjadi hening dan sepi, sinar mata semua orang tertuju
pada dua buah cawan tadi bahkan ada pula yang berdiri
dengan mata terbelalak dan mulut melongo sehingga
keadaan-nya lucu sekali.
Sesaat kemudian kedua buah cawan arak itu sudah
melewati dua buah meja ketika tiba pada jarak lima enam
depa dari Hoa In-liong, mendadak cawan yang ada di sebelah
belakang mempercepat gerakannya meluncur ke depan dan
menyusul cawan yang berada di depan.


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seandainya kedua cawan arak itu sampai dibiarkan saling
membentur antara yang satu dengan lainnya, niscaya cawan
itu akan pecah dan akibatnya arak akan berhamburan
membasahi tubuh Hoa In-liong.
253 Sejak awal tadi Hoa In-liong sudah tahu kalau kepandaian
yang dipergunakan Kiong Hau adalah Yen yang siang bui
(sepasang burung meliwis terbang bersama) pada dasarnya
dia memang ada minat untuk unjukkan kehebatannya, maka
hawa murninya dihembuskan lewat tiupan?"..
Cawan arak yang sedang melayang dibelakang itu segera
tersambar bagaikan termakan oleh segulung tenaga pukulan
yang dahsyat, mendadak berubah menjadi serentetan cahaya
putih dan meluncur keluar dari pintu kedai lalu lenyap tak
berbekas. Sementara sisa cawan yang terakhir dikebut dengan ujung
bajunya, dengan suatu gerakan yang pelan dan tenang, tahutahu
sudah melayang turun di atas meja tanpa tumpah barang
setetespun. Gui Gi hong menjerit kaget, sementara sinar mata Kiong
Hau semakin tajam, bahkan Thian Ik-cu sendiripun tidak
menyangka kalau Hoa In-liong memiliki tenaga dalam
sedemikian sempurnanya.
Terdengar Hoa In-liong berkata dengan wajah serius,
"Kalau toh engkau telah unjukkan kepandaian, dengan
menggunakan kesempatan ini aku yang tak becuspun ingin
pula menjajal kepandaian sakti saudara?""
Tidak menanti jawaban dari Kiong Hau, lagi ia menjepit
sebuah piring kosong lalu di lemparkan ke arah orang itu.
Dibalik piring kosong tersebut tersembunyilah tenaga murni
yang sangat kuat, secepat kilat dengan gerakan berputar
meluncur ke muka.
254 Menyaksikan hal tersebut, Kiong Hau segera menyentilkan
segulung desingan angin tatam ke depan, dengan cepat angin
tajam itu menghantam bagian tengah piring.
Karena penggunaan tenaganya dilakukan sangat cepat,
maka ia bermaksud mementalkan kembali piring tersebut,
kemudian sekalian diberi sedikit permainan busuk agar
pemuda tersebut kehilangan muka.
Siapa tahu, justru Hoa In-liong telah melakukan pula sedikit
permainan busuk pada piring tersebut, begitu termakan angin
pukulan dari luar "..
"Praaak"..!hancurlah piring itu menjadi hancur berkeping
keping, lalu seperti hujan gerimis langsung mengurung
sekujur badan kiong Hua malah Gui Gi hong yang berada di
sampingnya ikut pula terkena hancuran piring itu.
Tampaknya Kiong Hua sulit menghindarkan diri lagi, tibatiba
ia menggulung ujung bajunya ke depan, hancuran piring
itu menjadi berubah arah, seperti ikan paus menghisapp air,
selaksa kambing kembali kesarang, serentak semua hancuran
piring itu terhisap kebalik ujung baju kiri Kiong Hau.
Padahal d antara hancuran piring tersebut Hoa In-liong
telah menyertakan tenaga dalamnya yang amat sempurna,
tentu saja dalam keadaan tergesa-gesa tak mungkin bagi
kiong Hau untuk menghisap seluruh pecahan piring itu, salah
satu diantaranya dengan telak menghantam di atas bahu
kanannya. Tenaga dalamnya cukup sempurna, sekali pun pecahan
piring itu menembusi jubahnya tapi tidak sampai menimbulkan
luka, tapi dengan kedudukannya yang tinggi ternyata kena
dipecundangi oleh seorang angkatan muda, sedikit banyak hal
ini sangat menurunkan martabatnya.
255 Tampak Kiong Hau bangkit berdiri, ujung bajunya
dikebaskan kemeja dan hancuran piringpun segera
berhamburan kemeja, matanya memancarkan sinar merah,
hawa nafsu membunuh menyelimuti wajahnya.
Thian Ik-cu dan Hoa In-liong kuatir dalam malunya ia
menjadi gusar dan melancarkan serangan mematikan,
serentak tenaga dalam yang mereka miliki di himpun menjadi
satu untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan.
Sementara itu Sui sim jiu Gui Gi hong berbuat pula
menghindarkan diri dari pecahan piring, serunya, "Toheng,
sungguh lihay ke pandaian silat yang kau miliki, aku orang she
Gui dengan tak tahu diri ingin memohon beberapa petunjuk
darimu. Saudara Gui akulah yang telah salah tangan, sudah
sepantasnya aku pula yang menghadapi mereka harap
saudara Gui jangan mencampuri urusan ini, tiba-tiba Kiong
Hau berka. Gui Gi hong tertegun, terpaksa ia menghentikkan langkah
kakinya sambil menjawab, "Kalau memang begitu, siau te
akan menjadi penonton yang baik saja?"
Sementara itu, para tamu yang ada dalam warung telah
merasakan pula hawa pembunuhan yang menyelimuti
sekeliling tempat itu, tapi karena Kiong Hui dan Gui Gi hong
duduk dekat pintu kedai, maka tak seorangpun diantara
mereka yang berani melewati dari sampingnya, terpaksa
sambil mengeluh mereka semua berkumpul disudut ruangan.
Hoa In-liong mengerling Ik-cu, kemudian sambil perpaling
katanya, "Kiong Hau, jika kau ingin beradu kepandaian
256 denganku lebih baik kita langsungkan pertarungan diluar
dusun, jangan karena ulah kita mengakibatkan orang lain
yang terluka."
Jubah yang dikenakan Kiong Hau bergoncang keras meski
tidak berhembus angin, jelas Kemara-hannya sudah
memuncak tapi sejenak kemudian wajahnya telah putih
kembali menjadi tenang, ia berkata, "Hari ini lohu mengaku
kalah lain kali dimana kita berjumpa, distu kita bikin
perhitungan, nama saudara, kita persoalkan lain kali saja."
Lalu sambil berpaling ia berseru, "Saudara Gui, hayo
berang kat!"
Ujung bajunya dikebaskan iapun putar badan dan berjalan
keluar dari ruangan kedai. Menyaksikan sikap rekannya itu Sui
sim jiu Gui Gi hong agak tertegun kemudian setelah melirik
sekejap ke arah In-liong dan Thian Ik-cu, ia tertawa dingin,
setelah melemparkan sekeping uang perak ke atas meja dan
menekannya pada permukaan, iapun putar badan dan
menyusul rekannya.
Sesungguhnya suatu pertarungan sengit tak akan
terhindarkan, tapi secara aneh telah batal dengan begitu saja,
sekarang para tamu dalam warung, baru bisa
menghembuskan napas lega.
Sebaliknya Hoa In-liong pun merasa amat kagum dengan
cara Kiong Hau yang berani mengaku kalah secara terus
terang tanpa berusaha bermain curang.
Cuma dengan terjadinya peristiwa ini, mereka berdua pun
tak berani menginap disitu lagi, selesai membereskan rekening
kedua orang itu segera menitahkan pelayan untuk menyiapkan
kuda. 257 Tampak ciangkwe kedai itu dengan wajah bermandi peluh
sedang berusaha mengorek keluar uang perak yang ditekan
masuk ke dalam permukaan meja oleh Gui Gi hong itu, tapi
sudah mengorek setengah harian pun tidak ada hasilnya.
Melihat itu Hoa In-liong segera tersenyum, di hampirinya
orang itu, kemudian tangannya menekan pinggiran meja dan
hawa murni disalurkan keluar, secara tiba-tiba saja uang perak
itu melompat keluar dengan sendirinya?"
Kejadian ini malah mengakibatkan ciangkwe ketakutan
setengah mati, dengan sempoyongan dia mundur tiga langkah
dari posisi semula.
Keluar dari kedai, dua orang itu melompat naik ke atas
kuda dan membedalnya meninggal tempat itu.
Sesudah keluar dari wilayah kota Lu ciu, Thian Ik-cu baru
berkata sambil tertawa terbahak-bahak,
"Haaah"..haaahh"..haaahh".selama hidupnya Kiong loji
selalu latah dan tinggi hati tapi berulang kali pula dia musti
jatuh pecundang di tangan orang-orang keluarga Hoa, dulu
kakeknya kini cu cunya, kalau dia sampai mengetahui tentang
persoalan ini, entah bagaimanakah jalan pemikirannya waktu
itu?" Hoa In-liong gelengkan kepalanya berulangkali.
"Kekalahan yang dialami Kiong Han barusan adalah akibat
dari kegegabahannya sendiri, coba kalau kita bicarakan dari
caranya melepaskan senjata rahasia tadi, bisa diketahui bahwa
ilmu silatnya betul-betul sudah mencapai setingkatan yang
luar biasa, andaikata sampai betul-betul terjadi pertarungan
mungkin bonnpwe masih bukan tandingan-nya.
258 Thian Ik-cu termenung sebentar, kemudian ujarnya, "Kalau
begitu sewaktu bertarung melawan pinto tempo hari, Hoa
kongcu belum menggunakan segenap kekuatan yang kau
miliki?" Hoa In-liong tersenyum.
"Dan tootiang sendiri" Masa kau telah menggunakan
seluruh kekuatanmu"..?" ia balik bertanya.
Setelah berhenti sejenak, katanya lebih lanjut, "Kalau
diperhatikan paras muka Kiong Hau dan Gui-Gi hong ketika
pergi tadi, tampaknya bahkan tootiang pun ikut dibenci, bila
tootiong sampai berjumpa lagi dengan mereka dikemudian
hari, harap kau bersikap lebih hati-hati."
"Aaah".. pinto tak akan sampai jeri kepada mereka," jawab
Khian Ik-cu angkuh, "Untuk satu lawan satu, Kiong Hau tidak
berani kukatakan, tapi kalau orang she Gui sudah jelas tak
akan mampu menahan seratus jurus seranganku, sekalipun
mereka turun tangan bersama, pinto juga masih sanggup
untuk angkat kaki dari situ."
"Tootiang, tahukah kau semasa masih hidupnya dulu
apakah Suma siok ya pernah terlibat dalam suatu pertikaian
atau hubungan dendam sakit hati dengan Kiong Hau atau Gui
Gi hong?" tiba-tiba Hoa In-liong bertanya secara serius.
Thian Ik-cu termenung sejenak, kemudian sambutnya,
"Sudah terlalu banyak jago kalangan hitam yang dibunuh
Suma tayhiap semasa masih hidupnya, ia boleh dibilang
merupakan sumber pembunuh nomor satu dari golongan para
hiap khek, sudah barang tentu permusuhan tak bisa dihindari,
mungkin saja mereka pernah terikat oleh suatu dendam?"
259 Setelah berhenti sebentar, terusnya, "Apakah Hoa kongcu
menaruh curiga bahwa Suma tayhap tewas di tangan Kiong
Hau dan Gui Gi hong sekalian?" Hoa In-liong mengangguk.
"Kok See-piau telah cuci tangan bersih-bersih dari
keterlibatannya dalam peristiwa pembunuhan Suma siok-ya,
sekalipun boanpwe tidak mempercayainya seratus persen,
persoalan inipun musti di selidiki sampai jelas, agar putri Suma
siok ya dapat secara langsung membalas sendiri sakit hatinya.
"Sebagai seorang anak yang berbakti, nona Suma memang
sepantasnya berbuat demikian, kalau tidak bagaimana
mungkin sukma Suma tayhiap suami-istri yang ada dialam
baka bisa beristirahat dengan tenang?"
"Yaa?"tampaknya bila ada kesempatan berjumpa lagi
dengan Kiong Hau, aku musti menanyakan persoalan ini
secara langsung ke padanya, aku rasa mereka sebagai
seorang jago kelas satu dalam dunia persilatan pasti tidak
akan bohong, sebaliknya kalau menyangkal, salah seorang
diantara mereka tentu adalah pembunuhnya, asal diselidiki
secara seksama, rasanya tidak sulit untuk menemukannya."
"Pada akhirnya persoalan ini, pasti akan menjadi beres
dengan sendirinya, waktu itu mungkin saja pinto masih hidup
mungkin juga telah berpulang ke alam baka, aku tak lain
hanya bisa mengucapkan sela-mat kepada nona Suma,
semoga saja ia berhasil menuntut balas bagi sakit hatinya"."
"Boanpwe mewakili Jin Kokoh mengucapkan banyak terima
kasih!" Setelah memeriksa cuaca sejenak, ia lebih jauh, "Kiong Hau
dan Gui Gi-hong tampaknya tak ada hubungan dengan ketiga
buah perkumpulan besar, sekalipun belum mengenali asal usul
boanpwe, tapi kitapun harus sedia payung sebelum hujan,
260 lebih baik menggunakan keadaan gelap untuk melanjutkan
perjalanan, menolong orang lebih penting dari segala galanya,
entah bagaimana menurut pendapat tootiang?"
"Segala sesuatunya terserah pada keputusan Hoa kongcu,
pinto tidak mempunyai usul lain."
Hoa In-liong tahu bahwa tosu tua ini selalu teringat dengan
budi kebaikan yang pernah diterima dari ayahnya, maka ia
selalu berusaha membalas budi kebaikan itu.
Maka tanpa banyak berbicara lagi dia mengempit perut
kuda dan melarikan binatang tunggangnya cepat-cepat ke
depan. Malam itu mereka berdua sudah memasuki daerah
pegunungan, karena harus melakukan perjalanan ratusan li
jauhnya non stop, kuda-kuda itu sudah mulai berbuih putih,
napasnya ngos -gosan dan sukar untuk meneruskan
perjalanan lagi, dalam keadaan demikian terpaksa mereka
turun dari kuda dan melanjutkan perjalanan naik bukit dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya.
Thian Ik-cu berjalan di paling depan diikuti Hoa In-liong
dari belakangnya, di tengah jalan ia sama sekali tidak
bertanya kepada Thian Ik-cu, dimanakah Tang Kwik siu
menyekap jago-jago lihay yang berhasil ditawannya itu, atas
kepercayaan pemuda itu kepadanya Thian Ik-cu merasa
sangat berterima kasih.
Setelah mendaki bukit melewati jeram, mendekati fajar
sampailah mereka di atas sebuah puncak gunung.
Sambil menunjuk ke lembah bukit di sebelah bawah sana
Thian ik cu lantas berkata, "Kawanan jago lihay itu mereka
sekap dalam lembah tersebut"
261 Hoa In-liong coba menengok ke bawah, ia saksikan lembah
dibawah bukit situ bentuknya seperti sebuah kupu-kupu,
tengah lebar dengan kedua buah mulut lembahnya sempit,
pada tiap mulut lembah berdirilah sebuah pagar kayu yang
tingginya mencapai lima kaki.
Dalam lembah, setiap jarak tertentu berdiri pula sebuah
pagar kayu yang banyaknya mencapai empat lapis, di atas


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pagar kayu tadi ber dirilah kawanan jago Mo kau yang
berjubah kuning sedang melakukan perondaaan, sementara
bagian tengah lembah dekat tebing curam berdirilah
serangkaian bangunan rumah.
Setelah memandang sekejap dengan terburu-buru, sambil
berpaling katanya, "Tampaknya penjagaan disana ketat sekali,
tempo hari dengan cara apa tootiang berhasil masuk ke
dalam?" "Tempo hari pinto berhasil masuk ke dalam karena
menguntit di belakang serombongan murid Mo kau yang
ditugaskan keluar gunung untuk membeli bahan makanan,
karena orang-orang itu tengah malam buta baru kembali ke
dalam lembah, maka pinto menyembunyikan diri dalam
sebuah kereta. "Lantas kawanan jago lihay itu disekap dimana?" tanya Hoa
In Liong lebih lanjut.
Jilid 7 Sambil menunjuk ke arah rangkaian bangunan rumah
dibawah sana, jawab Thian Ik-cu, "Dibelakang bangunan
rumah itu terdapat sebuah gua yang tembus ke lambung
262 bukit, didalam gua itulah kawanan jago tersebut di sekap,
dalam gua terdapat dua buah pintu masuk"
Meminjam sinar fajar yang hampir menyingsing, Hoa Inliong
mencoba untuk memeriksa keadaan disana, sekalipun
ketajaman matanya melebihi orang lain, sayang gua itu tidak
tertampak karena tertutup oleh bangunan rumah, maka diamdiam
pikirnya, "Kalau dilihat dari penjaga yang berlapis-lapis,
rasanya bukan suatu pekerjaan yang gampang bila ingin
menolong orang dalam gua tanpa diketahui para penjaga"
Sementara ia masih termenung, Thian Ik-cu telah berkata
lagi, "Ketika tempo hari pinto berhasil menyusul ke dalam gua,
hal itu sesungguhnya lantaran nasibku yang sedang mujur dan
akhirnya pada pintu gerbang kedua jejakku ketahuan, setelah
berlangsungnya suatu pertarungan seru, akhirnya aku baru
berhasil kabur dengan selamat"
Hoa In-liong mengerutkan dahinya rapat-rapat, katanya
kemudian, "Kalau toh totiang berhasil mengetahui rahasia
mereka, mungkinkah Tang Kwik-siu masih akan
menyembunyikan tawanannya disini?"
Thian Ik-cu kembali termenung sejenak, lalu sahutnya,
"Menurut dugaan pinto, bangunan markas semacam ini bukan
bisa dibangun dalam sehari semalam, tidak mungkin Tang
Kwik-siu akan melepaskan bangunan tersebut dengan begitu
saja, karena pernah munculnya jejak musuh disitu, aaai?"".
kalau Tang Kwik-siu benar-benar telah mengangkut pergi
semua orang orang itu, hingga kedatangan kita hanya sia-sia
belaka, pintolah yang akan menjadi orang berdosa"
"Tidak perlu totiang terlalu menyesali diri sendiri, bila
kedatangan kita hanya sia-sia belaka, anggap saja hal ini
263 sebagai nasib, maka kalau ingin menyalahkan, kita hanya bisa
menyalahkan akan kelicikan Tang Kwik-siu"
Lalu setelah memeriksa sekali lagi seluruh lembah tersebut,
ia berkata lebih jauh, "Entah jago-jago lihay darimana saja
yang berada dalam lembah ini?""
"Sekalipun ada jago lihay disitu, dengan andalkan kekuatan
kita berdua rasanya masih cukup untuk menghadapinya, yang
kutakuti justru adalah kelicikan orang-orang Mokau bila
mereka tahu bukan tandinganmu lalu menutup pintu gua dan
melawan secara nekad, kitalah yang bakal kesulitan bahkan
yang lebih ku kuatirkan lagi adalah seandainya mereka bunuh
jago-jago yang terkurung itu".."
Ketika berbicara sampai disitu, mendadak ia membungkam.
Agaknya Hoa In-liong juga mendengar suara yang
mencurigakan, ia lantas berbisik, "Hayo kita menyingkir dulu"
Thian Ik-cu mengangguk, dengan posisi tak berubah
mereka melompat keatas dan mencari tempat persembunyian.
Hoa In-liong melompat naik ke atas sebuah batang pohon
yang lebar, sementara Thian Ik-cu bersembunyi diatas pohon
siong. Tak selang beberapa saat kemudian, muncul dua orang
imam setengah umur yang mengenakan jubah kuning, mereka
langsung berjalan lewat sambil membicarakan sesuatu dengan
suara rendah. Dari sorot mata mereka berdua yang tajam dan berkilat,
Hoa In-liong tahu bahwa tenaga dalam mereka tidak lemah,
diam-diam segera pikirnya dalam hati, "Yang meronda gunung
saja sudah merupakan jago-jago sehebat ini, apalagi yang
264 menjaga gua?"..tampaknya urusan ini memang rada
gawat?".. aku musti lebih berhati-hati."
Karena berpikir demikian maka diapun pasang telinga baikbaik
untuk menyadap pembicaraan kedua orang itu.
Terdengar anggota Mokau yang ada di sebelah kiri itu
sedang berkata dengan suara nyaring, "Ciu suheng, siaute
rasa cingnbun suhu terlalu bertindak hati-hati, padahal toasupek
sudah selesai dengan semedinya, dengan tiga
perkumpulan besarpun kita sudah bersekutu, menjagoi dunia
persilatan hanya soal gampang untuk kita dewasa ini, kenapa
musti jeri terhadap seorang manusia yang bernama Hoa
Thian-hong?"
Terdengar Ciu suheng menjawab dengan suara dalam.
"Wan sute, lantaran kau tidak turut serta dalam peristiwa
penggalian harta di bukit Kiu ci san, maka kau tidak tahu akan
kehe batan dari Hoa Thian-hong?"."
Tiba-tiba ia rasakan ucapannya terlalu menyanjung
kehebatan orang dengan merendahkan kedudukan sendiri,
maka cepat-cepat ujarnya lagi, "Selama dua puluh tahun
belakangan ini, pengaruh dan daya kekuasaan keluarga Hoa
sudah mengakar dan mendarah daging dalam dunia
persilatan, cukup dengan perbuatan putra Hoa Thian-hong di
kota Si-ciu pun segera berdatangan begitu banyak orang yang
bersedia menjual nyawa kepadanya, dari pada terjadi sesuatu
yang tidak dingin kan kita memang musti bersiap lebih hatihati"
Tampaknya Wan sute seperti dapat merasakan pula makna
dari ucapan itu, segera ujarnya pula.
265 "Hwesio tua yang kita jumpai sewaktu di kota Kim Leng
dulu juga hebat sekali, ilmu silatnya tiada tandingan bahkan
toa supek sendiripun dipaksa berada dibawah angin, apa mau
dibilang sampai ini hari Coa Goan hau belum juga mau
tunduk, kalau ia sampai bekerja sama dengan keluarga Hoa,
wah! Semakin silit untuk menghadapi mere ka"
Hoa In-liong semakin menaruh perhatian lagi setelah
mendengar orang orang itu membicarakan soal Coa Goan hau.
Terdengar Ciu suheng berkata dengan dingin, "Aaah?"
belum tentu demikian, asal Tok liong wan (pil naga beracun)
berhasil dibuat, hemm"..hemm".. lihat saja hasilnya
nanti?"!"
"Ciu suheng, benarkah Tok liong wan itu manjur sekali?"
Wan sute bertanya.
Co suheng tertawa angkuh.
"Resep yang diwariskan Cosu ya mana mungkin bisa salah,
asal orang-orang yang bandel itu sudah dicekoki, ditanggung
mereka akan tunduk seratus persen dibawah perintah Kita"
Mendengar ucapan tersebut, Hoa In-liong merasa amat
tercekat, hampir saja dia hendak turun tangan untuk
membekuk kedua orang itu, tapi niat tersebut kemudian
ditahan, ia merasa bukan kesempatan yang baik baginya
untuk melakukan segala tindakan yang diluar perhitungan.
Sementara itu, kedua orang anggota Mokau itu makin lama
sudah semakin jauh dari sana, akhirnya bayangan tubuh
mereka lenyap dibalik tikungan jalan sana.
Dengan seksama Hoa In-liong mengawasi kembali
sekeliling tempat itu, setelah ia yakin kalau sepuluh kaki
266 disekeliling tempat itu tiada seorangpun, ia baru memanggil
Thian Ik-cu untuk turun dari atas pohon.
Ketika Thian Ik-cu sudah berada disisi Hoa In-liong, dengan
perasaan tak sabar pemuda itu lantas bertanya, "Totiang,
tahukah kau benda apakah Tok liang wan itu?"
Dengan wajah serius Thian Ik-cu menggelengkan
kepalanya. "Belum pernah kudengar tentang obat tersebut, tapi kalau
didengar dari nada pembicaraan mereka berdua, jelas obat itu
merupakan sejenis obot pemabuk yang membuat orang hilang
pikiran, aaai" kalau dibicarakan kembali sungguh memalukan,
tempo dulu perkumpulan kamipun pernah membuat orang
semacam itu?""
"Kalau begitu, bukan terhitung satu hal yang aneh" tukas
Hoa In-liong kemudian. Thian Ik-cu tertawa.
"Hoa kongcu, kau musti tahu bahwa obat penghilang
pikiran itu beraneka ragam banyaknya, obat pemabuk biasa
hanya bikin orang hilang ingatan tapi ilmu silat yang
dimikilinya bagaimanapun hebat dan tingginya tak bisa
dipergunakan lagi, para korban biasanya menjadi lambat
dalam gerak-gerik, sama sekali tak berpendirian dan pada
hakekatnya adalah seorang manusia yang tak berguna.
Hoa In-liong seperti menyadari akan sesuatu, segera
serunya, "Yaa, seandainya terdapat sejenis obat pemabuk
yang dapat menghilangkan pikiran orang, bisa memerintahnya
sekehendak hati dan ilmu silatnya tidak terpengaruh"."
"Itulah yang pinto takuti" sambung Thian Ik-cu agak kuatir,
Tok liong wan adalah obat pemabuk dari jenis ini"
267 Hoa In-liong menjadi sedih dan murung dengan perasaan
kuatir serunya, "Waaah"..kalau sampai mereka berhasil
membuat obat tersebut, umat persilatan pasti akan terancam
marah bahaya, kita harus berusaha untuk membasmi mereka
dari muka bumi"
"Tapi darimana kau tahu obat-obat tersebut di bikin
dimana?" kata Thian Ik-cu dengan wajah yang murung pula.
"kalau ingin tahu, terpaksa kita harus menangkap seseorang
untuk ditanyai!"
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya, "Untungnya hari ini
kita akan menolong orang-orang itu. sekalipun Tang Kwik-siu
bermaksud tidak menguntungkan terhadap kawanan jago itu,
aku pikir dia bakal dibuat gelagapan juga"
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Hoa In-liong,
diam-diam pikirnya, "Kalau begitu ditangkapnya empek Yu
pasti di maksudkan untuk membuat obat tersebut tapi dengan
sifat empek Yu yang jujur dan gagah perkasa, mana ia sudi
membantu mereka untuk membuat obat racun seperti itu"
Cuma beberapa bulan berselang anggota Hian-beng-kau telah
mencuri sebuah botol porselen dari rumah empek Yu, kalau
bukan empek Yu yang memberitahukan tempat
penyimpannya, siapapun tak akan mendapatkannya, janganjangan
ia telah melakukan suatu persetujuan dengan
gembong-gembong iblis itu" Sewaktu dilembah bukit Siong
san, akupun sempat mendengar nama-nama seperti Su bok
thian wi sekalian, mungkin saja itulah bahan-bahan penting
untuk pembuatan bahan obat Tok liong wan?""
Sementara ia masih termenung, mendadak terdengar Thian
Ik-cu berkata, "Hoa kongcu, kini udara masih terang
benderang, suasana semacam ini tidak cocok untuk menolong
orang, mari kita atur napas dulu untuk pulihkan tenaga,
menanti hari sudah gelap nanti kita baru mulai bekerja?"
268 Hoa In-liong menarik kembali lamunan-nya dan
memandang sekeliling tempat itu, betul juga dalam cuaca
terang benderang be gini, seluruh benda yang berada dalam
lembah itu dapat terlihat dengan jelas, itu berarti bukan suatu
hal yang mungkin terjadi untuk menyusup kedalam lembah
tanpa di ketahui orang.
Sudah barang tentu, jangankan menolong orang dalam
gua, untuk berdiri disana tanpa ketahuan orang pun mustahil.
Karena itu dia lantas mengangguk. Bersama Thian Ik-cu,
kedua orang itu melampaui puncak bukit dan mencari sebuah
gua yang kering dan tinggi untuk atur pernapasan sambil
menanti tibanya malam hari.
Kurang lebih pukul lima sore, kedua orang itu
menyelesaikan semedinya, untuk mengisi waktu, Thian Ik-cu
mengisahkan kembali pengalaman tempo hari, lalu
merundingkan cara penyergapan nanti serta menentukan jalan
mundurnya. Tebing-tebing karang dilembah itu kebanyakan menjulang
tinggi keangkasa, yang paling rendah mencapai empat lima
puluh kaki, malah dibagian tengah sana mencapai enam tujub
puluh kaki lebih.
Bagi jago-jago biasa, mungkin mereka akan keder dan
ketakutan, tapi tidak sampai menyusahkan Hoa In-liong,
muski demikian untuk menghindari segala sesuatu yang tak
diinginkant, mereka toh membuat juga seutas rotan yang
panjangnya mencapai enam puluh kaki lebih.
Dinding tebing karang itu curam dan amat terjal, ditambah
pula gersang tiada tumbuhan apapun, sungguh merupakan
suatu tempat yang berbahaya.
269 Untungnya malam itu udara berawan dan tiada cahaya
bintang serta rembulan, pelan-pelan kedua orang itu
merambati rotan dan meluncur turun ke bawah. Baru saja Hoa
In-liong hendak meloncat turun, mendadak dalam jarak dua
kaki dibagian bawah tubuhnya secara lamat-lamat kedengaran
suara lirih, ia menjadi teperanjat dan segera berpikir, Sungguh
berbahaya! Ternyata dibawah dinding tebing sanapun ada
orang yang menyembunyikan diri.
Dengan sinar mata tajam, diapun memeriksa letak tempat
persembunyian orang itu.
Kemudian ia memberi tanda kepada Thian Ik-cu yang
berada diatas, dan dengan suatu gerakan cepat, tubuhnya
melayang tiga kaki jauhnya ke depan, kebetulan tubuhnya tiba
disudut pojok dari antara tempat persembunyian orang.
Terdengar hembusan angin lirih berkumandang dari arah
belakang, ia tahu pasti Thian Ik-cu yang telah menyusul itu.
Penjagaan dalam lembah memang amat ketat dan keras,
Thian Ik-cu sendiripun merupakan bekas ketua dari suatu
perkumpulan besar sudah barang tentu pengetahuan serta
pengalamannya luar biasa tidak mengalami kesulitan, selang
sesaat kemudian sampailah mereka didepan gua yang


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimaksudkan. Dibawah dinding tebing tersebut sebuah mulut gua yang
pintunya terturup rapat, disebelah kanan pintu batu itu
terbuka sebuah lubang kecil seluas setengah depa, di depan
gua berderet rumah-rumah batu, lampu lentera tergantung
disudut ruangan dan menerangi wilayah seluas beberapa kaki
disekitar tempat itu.
270 Beberapa orang anggota Mokau dengann senjata lengkap
mondar-mandir melakukan penjagaan, sedemikian ketatnya
penjagaan disitu membuat seekor burungpun sukar
melewitinya. Sementara Hoa In-liong masih termenung sambil
memikirkan cara untuk menembusi penjagaan itu, tiba-tiba
kedengaran Thian Ik-cu berbisik dengan ilmu menyampaikan
suaranya, "Bila pinto melakukan sesuatu gerakan di sebelah
sana untuk menarik perhatian mereka, harap Hoa kongcu
segera mulai bertindak, bilamana perlu kita lukai mereka
tanpa ampun!"
Hoa In-liong manggut-manggut tanda mengerti, pikirnya,
"Satu-satunya cara untuk mengatasi keadaan ini memang
memancing harimau turun gunung?"?""
Betul juga, tak lama kemudian dari jarak seratus langkah
disebelah kiri terdengar suara lirih, agaknya ada batu
disambit, pemuda itu segera bersiap sedia untuk menerjang
masuk ke dalam ru mah batu tersebut"..
Mendadak terdengarlah gelak tertawa nyaring, Tang Kwiksiu
berkata dengan suara langlang, "Hoa Yang, kau tidak
menyangka bukan, jauh-jauh datang kemari ternyata tak lebih
hanya mengantarkan dirimu sendiri" Haaahh".
haaaahh".haaah"..Thian Ik-cu, lohu musti mengucapkan
banyak terima kasih kepadamu atas jasamu membawa orang
she Hoa itu datang kemari"
Terkejut dan merah muka Hoa In-liong menghadapi
kejadian ini, segera pikirnya, "Heran, darimana Tang Kwik-siu
bisa tahu kalau malam ini aku bakal datang kemari", Janganjangan
Thian Ik-cu sengaja menipuku?"
271 Berpikir sampai disitu, ia pun lantas berseru, Tang Kwik-siu,
kata-kata yang bersifat mengadu domba lebih baik jangan
dibicarakan, kalau toh aku orang she Hoa sudah terjatuh ke
tanganmu, kenapa kalian tidak segera menampakkan diri?"
"Pasang lampu!" bentaknya.
Suara mengiakan berkumandang dari sekeliling tempat itu,
mendadak cahaya api berkelebat lewat seluruh tempat,
sekeliling tempat itu menjadi terang benderang.
Hoa ln liong mencoba untuk memeriksa keadaan
disekeliling tempat itu, dia jumpai Thian Ik-cu sedang berdiri
kurang lebih tujuh delapan kaki disampingnya dengan wajah
gugup dan kaget, sementara sekeliling tempat itu sudah
dipenuhi oleh jago-jago Mokau yang mengangkat obornya
tinggi-tinggi. Tang Kwik-siu yang berikat pinggang naga emas berdiri
ditengah arena, sementara Leng hoa ki dan Lenghou yu,
kakak beradik yang memakai ikat pinggang naga perak berada
di kedua belah sisinya, selain itu masih ada juga Huyan Kiong
serta Hong Liong.
Thian Ik-cu menghela nafas panjang, tiba-tiba ia
meloloskan pedangnya sambil berkata kepada Hoa In-liong,
"Hoa kongcu, pinto tak sanggup memberi penjelasan
kepadamu, tampaknya hanya ada satu jalan"..
"Haaahhh?".haahhh?""haahh?"..buat apa to-heng
mengelabuhi si bocah dari keluarga Hoa lagi?" tiba-tiba Tang
Kwik-siu berseru sambil tertawa tergelak, "siaute telah
mengambil keputusan untuk mengajak bocah itu bertarung
secara adil, kami tidak akan melakukan tindak penyergapan.."
272 Tak terlukiskan rasa gusar Thian Ik-cu menghadapi
kejadian tersebut, bentaknya penuh kegusaran.
"Tutup mulutmu!"
Tang Kwik-siu segera pura-pura tercengang, katanya,
"Sekarang siaute toh sudah terlanjur membongkar perasaan
to-heng, apa gunanya to-heng musti berlagak terus?"
Kemarahan Thian Ik-cu tak terbendungkan lagi, kalau bisa
dia ingin menerjang ke depan dan beradu jiwa dengannya.
Rasa sedih dan sesalnya kali ini boleh dibilang belum
pernah dialami sebelumnya, dia tak menyangka kalau cerita
tentang di sekapnya kawanan jago disana sesungguhnya
hanya suatu tipu muslihat belaka, apa lacur, dimasa lampau ia
memang bernama busuk, ditambah lagi dia pula yang
mengajak Hoa In-liong kesitu, dengan keadaan seperti ini
sekalipun ia hendak memberi penjelasan, belum tentu orang
akan mempercayainya.
Tiba-tiba Hoa In-liong berkata dengan suara dalam,
Boanpwe percaya kepada totiang, buat apa kita musti
menggubris taktik Tang Kwik-siu yang hendak memecah belah
kekuatan kita" Harap totiang pusatkan pikiran untuk
menghadapi musuh.
Tak nyana kalau keturunan keluarga Hoa pun sangat
bijaksana dan berjiwa besar, sekalipun harus mati pinto tak
akan menyesal. Sesungguhnya dia hendak bunuh diri untuk membuktikan
kebersihan dirinya, tapi sekarang ia berubah pendapat, ia rela
beradu jiwa dengan musuh demi menyelamatkan jiwa Hoa Inliong.
273 Sementara itu Hoa In-liong sendiri masih tetap tenang dan
seakan-akan tak pernah terjadi suatu kejadianpun, ditatapnya
Tang Kwik-siu sekejap kemudian katanya, "Sekarang aku
orang she Hoa belum dibekuk, lebih baik kaucu jangan keburu
merasa senang!"
Setelah berhenti sejenak, kembali katanya, "Sampai kini
aku orang she Hoa cuma merasa keheranan, darimana kaucu
bisa tahu kalau aku bakal berkunjung kemari?"
Ketika dilihatnya pemuda itu masih tetap tenang dan
tertawa, sekalipun keadaannya sudah terkepung dan untuk
kabur sudah tak mungkin lagi, timbul juga perasaan sayang
dihati Tang Kwik-siu.
Wajahnya yang berseri segera berubah menjadi serius,
katanya sambil tertawa, "Hal ini kami musti berterima kasih
kepada Tong thian kaucu!"
Hoa In-liong tertawa dingin.
"Buat apa kaucu berusaha mengadu domba terus" Bocah
berumur tiga tahun pun tak akan percaya, apa kau tidak kuatir
kehilangan ke-wibawaanmu sebagai seorang ketua?"
Diam-diam Tang Kwik-siu menyumpah dalam hati,
"Bajingan terkutuk, akan kulihat sampai kapan kau dapat
bersilat lidah terus?"
Dia lintas memberi tanda, lalu bersama dua bersaudara
Lenghou, Huyan Kiong dan Hong Liong melompat turun ke
bawah. Seluruh anggota Mokau lainnya tetap memperketat
pengepungan disekeliling tempat itu"
274 Setelah melompat turun dari atas atap rumah, Tang Kwiksiu
berpaling ke arah Thian Ik-cu, kemudian ujarnya sambil
tertawa, "Keadaan situasi yang terbentang didepan mata
sekarang sudah cukup jelas, jika To heng bersedia untuk
bekerja sama dengan kami, siaute akan menyambutnya
dengan senang hati, kalau enggan bekerja sama, kamipun
mengingikan to-heng untuk pergi jauh ke ujung dunia, buat
apa kau musti melakukan perjalanan bersama-sama bocah
dari keluarga Hoa ini?"..?"
Dengan kukuh Thian Ik-cu menggelengkan kepalanya.
"Pinto sudah bersumpah akan mati atau hidup bersama
Hoa kongcu!" katanya serius.
"Hidung kerbau tua!" teriak Hong Liong dari samping
dengan wajah menyeramkan, "tak kusangka kalau kau dapat
begitu setia mengabdi untuk orang lain, Hmm! Rupanya cara
keluarga Hoa dalam membohongi orang memang cukup
hebat!" Thian Ik-cu berpaling dan memandang sekejap kearah Hoa
Liong dengan pandangan dingin.
Menyaksikan sikapnya itu, Tang Kwik-siu segera tahu
bahwa dibujuk lebih jauh pun tak ada gunanya, maka sambil
berpaling lagi ke arah Hoa In-liong, ujarnya sambil tertawa,
"Dengan mengandalkan kepandaiannya Hoa Thian-hong
mengangkangi seluruh dunia, lohu merasa sangat tidak puas
kepadanya, tapi kau dengan usia yang begitu muda teryata
bisa menaklukan Tong thian kaucu yang tersohor namanya
sehingga bersedia menjual nyawa untukmu, untuk
keberhasilan ini lohu merasa kagum sekali"
275 Hoa In-liong segera menjura, katanya hambar, "Aku binal
dan bodoh, tingkah lakuku hanya menambah kerisauan orang
tuaku saja, Tang Kwik kaucu terlalu memuji"
Tang Kwik-siu tertawa angkuh, katanya, "Hoa Yang, kalau
meninjau situasi yang terbentang dihadapan matamu
sekarang, bagaimanakah penilaianmu"
Hoa In-liong tertawa hambar.
"Bila hari ini aku orang she Hoa ingin mundur dari sini
dengan selamat, rasanya memang teramat sulit, cuma
anggota kaucu pun pasti akan banyak yang jatuh korban,
mungkin juga diantara sutemu ada satu dua orang yang akan
mengiringi kepergianku menuju ke sorga atau neraka"
Huyan Liong teramat gusar melihat cara pemuda itu
berbicara, apalagi senyuman yang selalu menghiasi bibirnya,
kendatipun keadaan jiwanya sudah terancam.
Sambil tertawa dingin segera ujarnya.
"Bocah cilik dari keluarga Hoa, kali ini tak akan ada
bajingan baju putih yang akan menolongmu lagi, ada pesan
terakhir tidak" Kalau ada lekas diucapkan, memandang pada
wajahmu mungkin saja aku bersedia merawat mayatmu!"
Yang dimaksudkan sebagai bajingan baju putih adalah
sastrawan baju putih Swan Wi yakni hasil penyamaran dari
Coa Wi-wi. Oleh serangan racun ular keji yang dilepaskan Huyan Kiong
tempo hari, tidak sedikit penderitaan yang telah di alami Hoa
In-liong selama ini, mendengar ia buka suara, amarahnya
segera berkobar. sambil marah serunya, "Huyan Kiong, keluar
kau! Dengan mengandalkan sepasang kepalanku ini, aku
276 orang she Hoa ingin melayanimu, jika dalam lima puluh
gebrakan tidak berhasil menangkapmu, aku rela kau jatuhi
hukuman" Huyan Kiong tidak tahan menerima tantangan tersebut,
dengan langkah lebar ia segera maju ke depan.
Ketika mendengar perkataan itu, Tang Kwik-siu merasa
amat girang, pikirnya, "Untuk menangkap bocah diri keluarga
Hoa dalam keadaan hidup, jelas merupakan suatu pekerjaan
yang sulit, untuk membinasakannya merupakan suatu
perbuatan yang terpaksa, kalau aku bisa menawannya hiduphidup,
hemm"..hehhm?"..waktu itu Thian Ik-cu pasti akan
menyerah juga, bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk
menangkap dua orang jago lihay sekaligus?"."
Berpikir sampai disitu, karena kuatir Hoa In-liong menyesal,
ia lantas berseru lantang, "Hoa Yang, seandainya dalam lima
puluh gebrakan kau dapat menangkan sute ku, lohu ijinkan
kau keluar dari lembah ini"
oooooOooooo 46 Baik, kita berjanji dengan sepatah-kata ini, kalau aku gagal
menangkan sutemu dalam lima puluh gebrakan, aku akan
menyerahkan diri kepadamu!"
Huyan Kiong benar-benar amat gusar, sambil tertawa
dingin serunya, "Orang she Hoa, masuk hitungan tidak
perkataanmu itu?"
"Belum pernah keturunan keluarga Hoa bicara menclamencle,
apa yang pernah diucapkan tak pernah akan diingkari
lagi!" 277 Sambil tersenyum, Tang Kwik-siu segera menyela, "Janji
dari orang keluarga Hoa bisa diandalkan, Ngo sute tak perlu
sangsi lagi!"
Sebaliknya Thian Ik-cu merasa amat murung, sebab
ucapan seorang kuncu bagaikan sebuah cambukan diatas
tubuh kuda, sekali sudah lari sukar ditarik kembali, andaikata
Hoa In-liong gagal menangkan Huyan Kiong dalam lima puluh
gebrakan, untuk mempertahankan nama baik keluarganya
terpaksa ia harus memenuhi janji.
Kini urusan telah berkembang jadi begini sekalipun dia ada
maksud untuk beradu jiwa juga tak ada artinya.
Diam-diam ia merasa murung sekali, tapi dalam
pergaulannya selama beberapa hari, diapun tahu kalau Hoa
In-liong bukan seseorang yang bertindak gegabah, tanpa
keyakinan yang masak tak mungkin anak muda itu akan
mengambil tindakan tersebut.
Sementara itu para anggota dari Mokau rata-rata
menganggap Hoa In-liong pasti akan kalah dalam pertarungan
itu. Sebagaimana diketahui, Huyan Kiong adalah adik
seperguruan dari Tang Kwik-siu, tentu saja ilmu silat yang
dimiliki olehnya sangat hebat sekali, jangankan orang lain,
Tang Kwik-siu sendiripun tidak berkeyakinan bisa meraih
kemenangan dalam lima puluh gebrakan.
Semua orang tahu bahwa keluarga Hoa mengandalkan ilmu
pedangnya yang tiada tandingan, tapi Hoa In-liong sekarang
melepaskan kesem-patannya untuk menggunakan pedang dan
malah memilih menggunakan ilmu pukulan, hal ini sangat
tidak menguntungkan posisinya.
278 Yang penting lagi dalam pertarungan dibukit Yan san
setengah tahun berselang, sekalipun dalam ratusan gebrakan
Hoa In-liong berhasil menangkan Huyan Kiong dengan sebuah
serangan jari, bicara soal tenaga dalam sesungguhnya mereka
seimbang, mustilah kalau Hoa In-liong dapat peroleh
kemajuan yang pesat hanya didalam tujuh delapan bulan.
Tang Kwik-siu adalah seorang manusia licik yang banyak
tipu muslihatnya, dari sikap Hoa In-liong yang tenang dan
mantap, diam diam ia lantas berpikir, "Sebodohnya bajingan
ini, tak mungkin ia memilih jalan kematian untuk diri sendiri,


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jangan-jangan ia memang punya pegangan?"
Sekalipun demikian, ia toh cukup merasa bahwa Hoa In
Iiong telah melangkah diatas jalan kematiannya sendiri.
Semenjak tadi Huyan Kiong sudah tak tahan untuk
menghadapi sikap pandangan enteng musuhnya, sambil
tertawa seram segera teriaknya, "Hoa loji, lohu ingin tahu
kepandaian sakti apakah yang belakangan ini berhasil kau
latih?" Sambil maju ke depan, sebuah pukulan dahsyat segera
dilontarkan ketubuh anak muda itu.
Hoa In-liong berkelit kesamping sambil membacok
pergelangan tangan musuh, sebuah tendangan dikirim
menghajar pusar Huyan Kiong sambil serunya dingin, "Ilmu
silat mah cuma seperti dulu, tapi ini sudah lebih dari cukup
untukmu!" Diam-diam Huyan Kiong merasa amat gusar, badannya
berkelebat dan ganti menyerang sayap kiri anak muda itu,
tubuhnya bergerak maju mengikuti gerak pukulan, makin
279 menyerang semakin ganas, suatu pertarungan sengit pun
segera berkobar.
"Beruntun beberapa gebrakan kemudian, suatu bentrokan
tak dapat dihindari lagi, dua orang itu sama-sama saling
beradu sekali, a-kibatnya Hoa In-liong tetap berdiri ditempat
semula, tapi Huyan Kiong terdorong sejauh tiga langkah ke
belakang. Kejadian ini cukup menggemparkan orang-orang Mokau,
paras muka semua orang hampir saja berubah hebat, lebihlebih
Huyan Kiong sendiri, saking kagetnya ia sampai tertegun,
ia tak habis mengerti mengapa tenaga dalam Hoa In-liong bisa
peroleh kemajuan sepesat itu.
Hoa In-liong mendengus dingin, sepasang bahunya
bergerak, sekali lagi ia menerjang ke muka.
Huyan Kiong merasa mendongkolnya bukan kepalang,
terpaksa sambil menggertak gigi ia layani serangan musuh.
Mendadak terdengar Tang Kwik-siu berseru, "Sute, perketat
posisi pertahanan layani serangan-serangan dengan hati yang
tenang" "Mendengar seruan itu, Hoa In-liong berpikir pula dalam
hati. Sebagai ketua dari Seng-sut pay yang merupakan aliran
sesat, Tang Kwik-siu termasuk seorang jago yang licik dan
banyak tipu mus lihatnya, sekalipun aku dapat ungguli Huyan
Kiong dalam lima puluh gebrakan, belum tentu ia bersedia
pegang janji. Berpikir sampai disitu, timbullah niatnya untuk satu lawan
satu dan baik buruk menghancurkan dulu sebagian dari
tenaga inti pihak Mokau.
280 Berpikir sampai disitu, berkobarlah hawa nafsu
membunuhnya, dia memutuskan untuk menyelesaikan
pertarungan secepat mungkin, dengan wajah sedingin es, Hoa
In-liong segera merubah gerakan pukulannya dan meneter
Huyan Kiong habis-habisan.
Selama tinggal dikota Si ciu, boleh dibilang Hoa In-liong
telah mendalami ilmu Thian-hua cahi ki serta melatihnya
dengan tekun, karenanya setiap jurus serangan yang ia
pergunakan selalu berhasil mematahkan serangan dari Huyan
Kiong ditengah jalan.
setelah berulang kali menghadapi mara bahaya, Huyan
Kiong merasa terkejut bercampur takut, jurus serangannya
segera dirubah, dengan mengandalkan ilmu Ngo-kui-im
hongjiau (cakar angin dingin lima setan) dan Tong pit mo
ciang (ilmu pukulan iblis lengan panjang) dari perguruan, ia
berusaha memperbaiki posisinya.
Hoa In-liong tertawa tergelak, ilmu Ci-yu jit ciat (tujuh
kupasan dari Ci yu), Hu im ciang hoat (ilmu pukulan naga
tunggal) serta Su siu hua heng ciang (pukulan empat gajah
berubah bentuk) dari keluarga Coa di pergunakan silih
berganti, jurus-jurus aneh digunakan tiada habisnya dengan
perubahan perubahan yang tak terhitung banyaknya.
Dalam waktu singkat, napas Huyan Kiong sudah terengahengah
dibuatnya, ia semakin payah dan keteter hebat.
Tempo hari sewaktu Hoa Thian-hong berjumpa dengan
Tang Kwik-siu untuk pertama kalinya di kota Lok-yang,
dengan mengandalkan aneka macam ilmu pukulan dari Thianhua-
cha-ki itulah Tang Kwik-siu pernah diserang, mendadak
Hoa Thian-hong sehingga tak punya tenaga untuk
281 melancarkan serangan balasan dan kini sejarah terulang
kembali cuma posisinya justru kebalikan.
Menyaksikan hal tersebut, Tang Kwik-siu lantas jadi
teringat kembali dengan peristiwa lama dibukit Kiu ci san
tempo hari, ia teringat dengan dendam sakit hatinya ketika
dipaksa Hua Thian Hong untuk menyerahkan kitab Thian hua
coa ki kepadanya,
Sekalipun demikian, sebagai seorang jago yang berhati
licik, ia dapat menekan rasa dendamnya yang membara itu,
pikirnya, "Bila Huyan sute dapat menahan sepuluh gebrakan
lagi, lima puluh jurus akan segera tercapai, akan kulihat apa
yang bisa dikatakan lagi oleh bajingan dari keluarga Hoa!"
Sementara itu kedengaran Hoa In-liong sedang membentak
dengan suara berat, "Huyan Kiong, coba akan Kulihat kau bisa
bertahan beberapa gebrakan lagi?"
Diantara seruan tersebut tangan kirinya mendadak
melancarkan sebuah serangan dahsyat, jari tangannya
menotok jalan darah Ki bun hiat di tubuh Huyan Kiong,
sementara tangan kanannya dengan mengandung tenaga
penuh melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke muka.
Waktu itu Huyan Kiong sudah bermandi keringat karena
kepayahan, ketika secara tiba-tiba ia jumpai titik kelemahan
diatas iga kiri lawan, tanpa berpikir panjang lagi, dengan jurus
Siau kui tui mo (setan cilik mendorong gilingan), ia menyergap
ke depan. Tiba-tiba pandangan matanya terasa kabur, bayangan
tubuh Hoa In-liong lenyap tak berbekas, sebagai gantinya
segalung desingan angin tajam meluncur ke bawah ketiak
kirinya. 282 Huyan Kiong sadar bahwa ia tak sanggup menghindarkan
diri lagi, dengan mempertaruhkan keselamatan jiwanya ia
maju sambil menyodok, lalu telapak tangannya dibalik
menghantam bahu kanan lawan.
Dengan mengandalkan ilmu Gi hiat ki khi ceng han
(menggeser jalan darah menghimpun tenaga pantulan) yang
dimilikinya, dalam keadaan terpaksa ia dapat menggeserkan
letak jalan darahnya ke samping lain, selain daripada itu iapun
bisa memantulkan tenaga serangan musuh yang bersarang
ditubuhnya. Semakin keras pukulan musuh semakin besar pula tenaga
pantulan yang akan dihasilkan, cuma kalau berjumpa dengan
jago yang memiliki kekuatan melebihi dirinya, sekalipun dapat
memukul balik serangan musuh, akibatnya ia sendiripun akan
terluka. Oleh karena itulah sengaja dia menjajal kekuatan tenaga
dalam lawan, kemudian setelah mengetahui taraf kepandaian
yang di miliki musuhnya baru mengambil tindakan berikutnya.
Sekarang keadaan sudah mendesak sekali, diapun tahu
bahwa tenaga pukulan musuhnya sangat kuat, dengan
perasaan apa boleh buat ia bersiap sedia untuk beradu jiwa,
dalam pemikirannya asal kedua belah pihak terluka itu berarti
pertarungan seri.
Siapa tahu sejak pertarungan dibukit Yan san tempo hari,
Hoa In-liong telah menyelidiki secara khusus cara untuk
memecahkan ilmu Gi-hiat ki khi ceng itu, ia merasa
kepandaian tersebut ada miripnya dangan ilmu Hui sin kang
dari keluarga Hoa, maka dengan dasar kecerdasan otaknya
tak lama kemudian ditemukanlah cara penang-gulangannya.
283 Kedengaran Hoa In-liong tertawa dingin, lalu serunya,
"Akan kucoba kepandaian saktimu yang tidak mempan tenaga
pukulan itu".!"
Totokan yang hampir bersarang ditubuh lawan mendadak
berubah menjadi serangan kebasan, ia menyapu bahu kiri
Huyan Kiong. Kontan saja Huyan Kiong merasakan desingan hawa murni
yang menyusup kedalam tubuhnya dan langsung menyerang
jalan darah Tay yang sam ciau, Yang beng tay cong serta Tay
yang sing cong, tiga buah nadi penting didalam tubuh.
Tidak ampun lagi ia mendengus tertahan dan roboh tak
sadarkan diri. Dengan cepat Hoa In-liong menyambar tubuhnya dan
mengempit Huyan Kiong dibawah ketiak.
Bayangan manusia secara berkelebat lewat, dengan suatu
gerakan yang sangat cepat, Tang Kwik-siu menerjang ke
muka, kelima jari tangannya seperti cakar setan langsung
mencengkeram tubuh Hoa In-liong,
Thian Ik-cu membentak marah sambil mengeluarkan
pedangnya, ia ikut menerkam pula ke depan.
Lenghou Ki bersuit nyaring, sebuah pukulan dahsyat
dibacokkan ke tubuh Thian Ik-cu, sementara Lenghou Yu, dan
Huyan Liong menerjang ke arah Hoa In-liong.
Thian Ik-cu mendengus dingin, pedangnya digerakkan
keatas lansung merotok jalan darah Tay yang-hio ditubuh
Huyan Liong, ditengah jalan, mendadak serangan itu berubah
menyambar tubuh Leng Hoa ki, lalu serangannya ditarik dan
gantian membacok Lenghou Yu.
284 Lenghou Yu dan Hong Liong seperti didesak balik ke posisi
semula, sedangkan Lenghou Ki pun terpaksa buru-buru
menghindari serangan.
Thian Ik-cu sebagai bekas ketua Tong thian kau dimasa lalu
memang memiliki pengalaman yang cukup luas dalam
pertarungan, dalam satu gebrakan dengan tiga gerakan,
ternyata dalam waktu singkat ia berhasil memaksa tiga orang
jago lihay seng sut-pay sama sekali tak mampu berkutik.
Sementara Hoa In-liong sudah melompat tiga depa ke
samping untuk menghindarkan diri dari sergapan Tang Kwiksiu,
lalu dengan gusar ia membentak, "Tahan!"
Tang Kwik-siu pura-pura tidak mendengar, secepat kilat ia
menubruk ke depan sambil melepaskan sebuah pukulan.
Dengan ilmu Hu-im ciang hoat, Hoa In-liong menyambut
serangan dahsyat itu dengan tangan kanannya.
"Plaaak?""..!" meminjam tenaga dorongan yang sangat
kuat itu badannya melompat, mundur sejauh beberapa kaki,
setelah berhasil menekan pergolakan hawa darah didalam
dada, bentaknya keras, "Tang Kwik-siu! Kau sudah tidak mau
nyawa sutemu lagi?"
Mendengar ancaman tersebut, terpaksa Tang Kwik-siu
harus menghentikan serangannya, sambil tertawa serak ia
berkata, "Hoa kongcu, kalau ada persoalan mari kita bicarakan
secara baik baik, tolong lepaskan dulu suteku!"
"Hoa In-liong melirik sekejap kearah Thian Ik-cu, ketika
dilihatnya tosu itu terdesak hebat dibawah kerubutan dua
bersaudara Lenghou dan Hong Liong, sambil tertawa dingin ia
lantas berkata, "Harap kaucu perintahkan dulu orang-orang
285 untuk menghentikan serangan, setelah itu kalau mau bicara
baru berbicara lagi!"
Tang Kwik-siu termenung sejenak, akhirnya ia berpaling
sambil membentak keras, "Berhenti!"
Sesungguhnya Hong liong dan dua orang bersaudara
Lenghou ada maksud untuk menyingkirkan Thian Ik-cu lebih
dulu, tapi sesudah mendengar bentakan itu terpaksa mereka
menarik kembali serangannya sambil mundur, menggunakan
kesempatan itu Thian Ik-cu segera melompat ke depan dan
berdiri berdampingan dengan Hoa In-liong.
Menanti Thian Ik-cu sudah berdiri disampingnya, Hoa Inliong
baru berkata dengan hambar, "Tang Kwik-siu apakah
perjanjian kita barusan sudah dibatalkan?"
Tang Kwik-siu segera tertawa hambar.
"Lohu bukan seorang manuusia yang mengingkari janji,
silahkan saja pergi dari sini!" katanya, Tapi setelah berhenti
sebentar, sambil tertawa licik ia menambahkan
"Cuma Thian Ik-cu terpaksa muski tinggal disini, sebab ia
tidak terhitung dalam perjanjian kita tadi"
Hoa In-liong berpikir sebentar, betul juga, apa yang
dikatakan memang tidak salah, diam-diam ia lantas
menyumpah dihati, "Tua bangka sialan, kau memang betulbetul
licik sekali!"
Tiba-tiba terdengar Thian Ik-cu berkata, "Hoa kangcu,
harap kau keluar dulu dari tempat ini, pinto segera akan
menyusulmu!"
286 Tentu saja Hoa lu liong tahu bahwa ia cuma menghibur
hatinya belaka, dengan jumlah anggota Mokau yang begitu
banyak sementara Thian Ik-cu hanya seorang diri, mana
mungkin ia dapat meloloskan diri"
Sementara itu Tang kwik Siau telah menegur, "Hoa Inliong,
bagaimana denganmu?"
"Seandainya aku bersikeras hendak melakukan perjalanan
bersamanya, bagaimana pendapat kaucu?" Hea In liong balik
bertanya dengan alis mata berkedip,
kontan saja Tang kwik Siau tertawa dingin.
Kalau begitu, berarti kau hendak mengingkari janji, tentu
saja lohu akan berusaha untuk menghalanginya!"
Menyaksikan keadaan yang terbentang di hadapan
mukanya, Thian Ik-cu segera menghela nafas panjang, Hoa
kongcu, silahkan kau pergi seorang diri, pinto merasa masih
sanggup untuk menjaga diri.
Hoa In-liong berpikir kembali, "Jika aku menggunakan
keselamatan Huyan Kiong sebagai sandera, takutnya Tang
Kwik-siu akan menyerangku tanpa memperdulikan
keselamatan sutenya, sekalipun aku hendak pergi seorang diri,
dengan keganasan wataknya, Hemm! Mungkin juga akan
turun tangan, saat ini paling juga ia sedang memancingku
masuk jebakan!"
Meskipun usianya masih muda, tapi otaknya encer dan ia
cukup memahami segala kelicikan serta kebusukan hati orang,
kalau tidak karena kelebihan tersebut, tak mungki Bu Tay-kun


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berani mengutusnya turun gunung untuk menyelidiki sebab
sebab kematian Suma liang cing dan melimpahkan tanggung
jawab itu diatas bahunya.
287 Begitulah, setelah berpikir sejenak dia memutuskan untuk
coba menyerempet bahaya dengan mencobanya.
Dengan ilmu menyampaikan suara ia berbisik kepada Thian
Ik-cu, "Totiang. Ingat baik baik! Jika kau tidak berhasil
meloloskan diri, selembar jiwa boanpwe pun akan ikut
berkorban!"
Thian Ik-cu tertegun.
Sebelum ia sempat berbuat sesuatu, Hoa In-liong telah
berkata kepada Tang Kwik-siu.
"Boleh saja kulakukan seperti yang dijanjikan, cuma
sutemu itu baru akan kulepaskan setelah sampai dimulut
lembah nanti!"
Semua orang menjadi tertegun, siapapun tidak menyangka
kalau dia akan berkata demikian.
Dengan marah Lenghou Yu berkata.
"Huuh! anggota keluarga Hoa ngakunya saja seorang
pemimpin persilatan yang gagah perkasa, tak tahunya cuma
manusia-manusia yang takut mampus"
Tiba-tiba Hoa In-liong membentak keras, "Totiang, serbu!"
Badannya berkelebat lewat dan melompat naik keatas atap
rumah. Thian Ik-cu tak berani bertindak gegabah, cepat-cepat dia
menyusul dari belakangnya.
288 Kawanan jago Mokau disekitar gelanggang yang
menyaksikan kejadian itu serentak menggerakkan senjata dan
pukulan mereka untuk menyerang Hoa In-liong, untuk sesaat
lamanya bentakan nyaring menggelegar diangkasa, hembusan
angin pukulan dan bayangan senjata tajam berkilauan
dimana-mana, keadaan sungguh mengerikan.
Hoa In-liong cukup mengerti, andaikata dia sedikit teledor
saja akibatnya Tang Kwik-siu pasti sudah menyusul kesitu,
waktu itu kesempatan untuk kabur tentu sulit sekali.
Sebab itulah tidak berayal lagi ia gunakan tubuh Huyan
untuk menghadapi serangan-serangan itu.
Akibat lantaran kuatir melukai tubuh Huyan Kiong, kawanan
jago dari Mokau itu tak berani sembarangan berkutik, buruburu
mereka buyarkan serangan dan melompat kebelakang.
Hoa In-liong dan Thian Ik-cu segera manfaatkan
kesempatan itu sebaik-baiknya, secepat kilat mereka
menerobos keluar dari kepungan.
Setelah berlangsungnya pertarungan, kedudukan Tang
Kwik-siu, dua bersaudara Lenghon dan Hong Liong berubah
jadi membelakangi rumah batu, waktu itu Tang Kwik-siu
mengira ikan yang masuk jaring tak akan terlepas lagi, maka
mereka kurang begitu merasakan kuatir.
Siapa tahu justru keadaan semacam itulah telah
dimanfaatkan Hoa In-liong dan Thian Ik-cu dengan sebaikbaiknya.
Kemarahan Tang Kwik-siu betul-betul memuncak, segera
bentaknya keras keras, "Hoa Yang, mau kemana?"
289 Ia berusaha melakukan pengejaran, tapi jalan perginya
justru terhalang oleh anak buahnya yang bersiap-siap diatas
atap rumah. Lenghoa hengte dan Hong Liong ikut membentak keras
sambil melakukan pengejaran.
Tampaklah Hoa In-liong dan Thian Ik-cu dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat meluncur ke arah mulut lembah.
Anak murid Mokau yang berada disepanjang jalan buruburu
berusaha menghadang jalan pergi mereka, tapi
semuanya dapat di halau oleh Hoa In-liong yang berjalan
dipaling muka sambil memutar tubuh Huyan Kiong.
Jangankan melancarkan serangan secara langsung, senjata
rahasiapun tak berani di lepaskan secara sembarangan.
Kenyataan tersebut semakin mengobarkan kemarahan
Tang Kwik-siu, ia berteriak-teriak seperti orang kalap, "Orang
she Hoa kau punya muka tidak"
Dengan garangnya ia menerjang ke muka.
"Jangan ribut dulu!" seru Hoa In-liong sambil mencibirkan
bibirnya, "pokoknya setelah sampai dimulut lembah nanti, sute
mu pasti akan kulepaskan".."
Dalam waktu singkat, suasana dalam lembah itu menjadi
kacau balau, kawanan jago dari Mokau bersama-sama
melakukan pengejaran dan penghadangan-penghadangan,
suara bentakan dan makian bersimpang siur, bayangan
manusia berkelebat, bayangan golok berkilauan?".
Apa lacur semua murid kepercayaan Tang Kwik-siu
ditugaskan menjaga gua, padahal ilmu silat mereka terhitung
290 lihay dan luar biasa, kini yang tergabung dalam penjaga
lembah hanya mereka yang berilmu kelas dua, sudah barang
tentu tiada kegunaan sama sekali kekuatan mereka ini.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah melewati dua
buah pos penjagaan, asal melewati dua pos penjagaan lagi,
niscaya mereka sudah akan tiba diluar lembah.
Waktu itu naga telah kembali ke samudra, burung terlepas
dari sangkarnya, Tang Kwik-siu hanya bisa menggigit jari saja.
Untunglah ia tak malu disebut seorang pemimpin dari suatu
perguruan besar, dalam kejut dan marahnya ia berusaha
mengendalikan golakan emosi itu dengan suara lantang
segera teriaknya, "Semua anggota perkumpulan, dengan cara
apapun hadang jalan pergi bujingan licik dari keluarga Hoa
serta Thian Ik-cu si tosu bangsat, kalian tak usah
mamperdulikan lagi keselamatan jiwa Huyan susiok sekalian.
"Sreet?"! Sreet?"! Sreet"..!" berbareng dengan
turunnya perintah dari Tang Kwik-Siu, serentak orang orang
Seng sut-pay mulai turun tangan, senjata rahasia
berhamburan ke arah mereka berdua ibaratnya hujan badai
yang menderu-deru.
Dalam keadaan demikian, sekalipun Hoa In-liong
menyandera Huyan Kiong yang juga tak ada gunanya, maka
tubuh huyan Kiong yang lemas tak bertenaga itu dibuang
keatas tanah, setelah itu sambil tertawa terbahak-bahak
ejeknya, "Haaah".. haaah?" haaah".. Tang Kwik-siu
tampaknya hubungan persaudaraan kalian kurang akur" Maka
sudah tidak memper-dulikan keselamatan dari Huyan Kiong
lagi" Setelah merontokkan senjata rahasia yang menuju
ketubuhnya, ia melayang kemuka melampaui pagar kayu
291 ketiga, bentaknya garang, "Siapa berani menghadang jalan
pergiku, mampus!"
Kawanan jago dari Mokau yang berdiri berderet diatas
pagar kayu tak berani kabur dari situ, kendatipun mereka tahu
kelihaiyan musuhnya, penghadangan toh tetap dilakukan.
Salah seorang diantaranya, sambil mengayunkan goloknya
dengan gaya Thay-san-ya-ting (gunung Thay san menindih
kepala) langsung membacok batok kepala anak muda itu
dengan buasnya.
Hoa In-liong segera memutar telapak tangan kanannya,
dengan jurus "menyerang sampai mati" ia melancarkan
sebuah serangan dari Ci yu jit ciat tersebut, dua orang itu
langsung termakan serangan dan mampus seketika itu juga.
Dipihak lain Thian Ik-cu telah bertindak pula dengan
garang, pedangnya kembali membacok mampus seorang
musuh. Dalam repotnya Hoa In-liong sempat berpaling kebelakang,
ia saksikan Tang Kwik-siu sudah makin mendekat tiga kaki
dari jarak mereka karena penghadangan tersebut, matanya
mencorong sinar tajam, rupanya merasa gusar sekali.
Dua bersaudara Lenghou dan Hong Liong justru berada dua
kaki dibelakang ketuanya.
Hoa In-liong tidak berani berayal lagi, dia mengeluarkan
sekeping uang perak, memencetnya sampai remuk lalu
disebarkan ke be lakang, kemudian tubuhnya melompat turun
dari pagar kayu dan bersama sama Thian Ik-cu kabur menuju
ke mulut lembah.
292 Dalam beberapa kali lompatan saja mereka telah tiba di pos
penjagaan pertama, baru saja Hoa In-liong enjatkan badan
untuk melewati pagar kayu itu, mendadak terdengar suara
bentakan dari Tang Kwik-siu yang menyeramkan itu telah
berkumandang dari belakang, "orang she Hoa, mau kabur
kemana kau?"
Sambil berkata, Hoa In-liong merasakan tibanya segulung
angin pukulan yang sangat digin bagaikan es menyergap
punggungnya. Sianak muda itu merasa sangat terkejut, berada ditengah
udara tanpa berpling lagi pedangnya diputar lalu ditusuk ke
belakang, ke tika ujung pedang mencapai jarak tiga empat
depa dari tubuh Tang Kwik-siu, segulung desingan angin
tajam menyerang alis matanya.
Sungguh bebat serangan hawa pedang dari Hoa In-liong
ini, serangan tersebut merupakan salah satu hasil ciptaan Hoa
Thian-hong selama dua puluh tahun belakangan ini.
Dalam kejut dan ngerinya Tang Kwik-siu tidak menjadi
gugup, buru-buru badannya menyingkir ke samping untuk
menghindarkan diri, tapi dengan demikian angin pukulan yang
ia lepaskan pun ikut miring ke samping dan menyambar lewat
dari atas bahu kanan Hoa In-liong.
Akan tetapi justru lantaran Hoa In Iiong harus
mempergunakan serangan hawa pedang yang belum berhasil
dikuasainya dengan sempurna itu untuk menghalau serangan
lawan, hawa murninya menjadi buyar, tubuhnya yang sudah
berada lima kaki dari ujung pagar kayupun gagal dilewati,
"Aduuh celaka!" pekik si anak muda itu dalam hatinya,
293 Padahal Thian Ik-cu melompat bersama-samanya, tapi oleh
karena Tang Kwik-siu amat membenci Hoa In-liong hingga
merasuk ketulang sum sumnya, hal ini malah justru
menguntungkan dirinya, dengan mudah ia berhasil melampaui
pagar kayu itu.
Tosu itu agak kaget juga melihat tubuh Hoa In-liong
merosot kebawah karena kehabisan tenaga, dengan suatu
gerakan cepat ujung bajunya segera dikebaskan kebawah kaki
Hoa In-liong, meminjam tenaga sapuan tersebut anak muda
itu segera melompati pagar kayu dan kabur menuju ke luar
lembah, Thian Ik-cu menghimpun tenaga murninya dan ikut
melompat turun, mendadak kaki kanan-nya terasa kaku
menyusul kemudian terdengar seseorang mengejek sambil
tertawa seram, "Heeehh"..heeehh"..heeehh".. Thian Ik-cu
tosu bajingan, kau sudah terkena jarum Ngo-tok-ci at mia
ciam (jarum lima racun pencabut nyawa) dari perguruan Kami,
nyawamu sudah tak akan berta han lebih lama lagi?"!"
Sambil menggigit bibir, Thian Ik-cu melompat turun dan
siap memutar badannya untuk beradu jiwa, tapi tiba-tiba saja
ia teringat dengan pesan Hoa In-liong pikirnya, "Kalau aku
yang mampus masih mendingan tapi kalau gara-garaku
sampai menyeret pula dia". wah, akulah yang akan menjadi
orang paling berdosa didunia ini!"
Karena berpikir demikian diam-diam dia mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melawan daya kerja racun jahat itu,
kemudian buru-buru menyusul si anak muda itu kabur keluar
lembah. Ketika Tang Kwik-siu sekalian menyaksikan rencana mereka
mengalami kegagalan total, tentu saja tak rela melepaskan
musuhnya dengan begitu saja, dengan sinar mata berapi-api,
ia memerintahkan Lenghou hengte dan Hong Liong sekalian
untuk melakukan pengejaran terus secara ketat.
294 Akan tetapi bukit itu penuh diliputi hutan yang lebat, ketika
Hoa In-liong dan Thian Ik-cu berhasil menyusup kedalam
hutan itu, jejak mereka seketika itu juga lenyap tak berbekas.
Makin dipikir Tang Kwik-siu semakin naik darah, sekalipun
ia tahu harapannya untuk mengejar ke dua orang itu tipis
sekali, tapi ia toh memerintahkan juga segenap anak murid
Seng sut-pay dengan lima orang membentuk satu kelompok
untuk melakukan penggeledahan secara besar-besarn di
sekitar lembah.
Sementara itu Hoa In-liong dan Thian Ik-cu sedang
menyusup ke dalam hutan lebat, mendadak tosu tua itu
mendengus tertahan dan roboh diatas tanah.
"Totiang, bagian mana dari tubuhmu yang kurang enak?"
Thian Ik-cu membuka matanya sambil tertawa getir.
"Sungguh hebat racun itu, tampaknya pinto sudah tak
dapat bertahan lebih lama lagi!"
"Dimanakah letak lukamu itu?" tegurnya Thian Ik-cu segera
menuding kearah kaki kanan-nya seraya tertawa.
"Tuh dikakiku! Pinto sudah termakan oleh permainan busuk
tua bangka tersebut!"
Dengan sangat hati-hati Hoa jubah pendeta Thian Ik-cu,
tampaklah bagian bawah lututnya telah disambung dengan
kayu, tapi pada pahanya tertancap sebatang jarum yang
setengah bagian diantaranya masih berada diluar.
Jarum itu berwarna kebiru-biruan, jelas mengandung
sejenis racun yang jahat sekali.
295 Diam-diam ia lantas berpikir"
"Sepasang kakinya sudah cacad, tapi gerak geriknya masih
tetap lincah dan gesit, bagi orang yang tidak mengetahui latar
belakangnya, mereka pasti tak akan percaya kalau dia itu
seorang yang cacad!"
berpikir sampai disitu, diapun Lantas bertanya, "Siang
locianpwe sudah tewas banyak tahun, sampai sekarang
apakah totiang masih mendendam kepadanya?"
Thian Ik-cu segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahh?"haaahh?"..haah sayang sekali kaki yang
dilenyapkan Siang lo ji dimasa lampau adalah kaki kiriku dan
bukan kaki kanan, coba kalau kebalikannya, hari ini akupun
pasti akan terhindar pula dari bencana ini"
Hoa In-liong kembali berpikir, "Sekalipun nyawanya sudah
berada diujung tanduk, ia masih bisa bergurau secara wajar,
kebesaran jiwanya benar-benar amat mengagumkan,
siapapun tidak akan percaya kalau manusia semacam ini
sesungguhnya adalah bekas ketua Tong thian kau yang
tersohor itu!"


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Karena berpikir demikian, rasa hormatnya semakin
meningkat beberapa bagian, katanya sambil tertawa, "Aku
pikir kalau cuma racun dari Seng-sut-pay sih masih terhitung
luar biasa hebatnya"
Dari sakunya dia lantas mengeluarkan dua botol porselen
setelah jarum racun itu dicabut keluar, dengan cepat ia
taburkan bubuk Pah-tok-san disekitar mulut luka, lalu
menggeluarkan pula dua butir Cing-hiat wan dan menyuruh
Thian Ik-cu menelannya.
296 Begitu bubuk Pah-tok san ditaburkan di sekitar mulut luka,
Thian Ik-cu segera merasakan tubuhnya menjadi segar
kembali, buru-buru Cing-hiat Wan ditelan ke dalam perut,
kemudian ujarnya, "Obat ini betul-betul mujarab sekali, yaa
lagi-lagi selembar nyawaku berhasil direbut kembali"
Karena harus mengerahkan segenap tenaganya untuk
kabur, ia tak bisa menggunakan sepenuh kekuatannya untuk
melawan racun, ketika itu hawa racun ada sebagian yang
sudah menyusup ke dalam isi perut maka setelah menelan pil
mujarab buru-buru ia pejamkan matanya untuk mengatur
pernapasan. Mendadak Hoa In-liong mendengar suara dedaunan yang
disingkap orang ditempat kejauhan sana, alis matanya kontan
berkeryit, bisiknya, "Sungguh tak kusangka Tang Kwik-siu
masih juga melakukan pengejaran tiada hentinya, mari
boanpwe menghantarmu untuk mencari sebuah tempat yang
sepi dan aman!"
Tidak menunggu jawaban dari Thian Ik-cu lagi, ia segera
membopong tosu tua itu dan kabur menuju ke tenggara.
Tak lama kemudian ia berhasil menemukan sebuah gua
yang tersembunyi letaknya, setelah meletakkan Thian Ik-cu
diatas tanah untuk mengatur pernapasan, si anak muda itu
sendiri segera duduk bersila pula di mulut gua itu.
pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, ketika
terbayang kembali petualanganya ketika kabur dari kepungan
tadi sekalipun ia bernyali besar tak urung hatinya merasa
terkejut juga. Padahal ia tahu ilmu silat yang dimiliki Tang Kwik-siu jelas
berada diatas kepandaiannya, dua bersaudara Lenghou, Hong
297 Liong serta Huyan Kiong juga terhitung jago-jago silat yang
berilmu tinggi, coba kalau Huyan Kiong tidak terlalu
mengandalkan ilmu Gi-biat-ki-khi ceng-han tay-hoat tersebut,
mungkin agak sulit bagi Hoa In-liong untuk berhasil
membekuknya. Selain itu, diapun tahu diantara kawanan jago Mokau masih
terdapat banyak sekali jago-jago kelas satu, maka kalau
dibilang ia bisa lolos dengan selamat dari kepungan mereka
kali ini, hal tersebut benar-benar merupakan suatu
keberuntungan. Berpikir sampai disana, iapun mulai merenungkan kembali
kecurigaannya terhadap Tang Kwik-siu yang tahu akan
jejaknya sehingga sebelum itu mengadakan persiapan dahulu
untuk menjebaknya, ia berpikir, "Tidak mungkin kalau rahasia
kepergianku ini dibocorkan oleh Ting Ji-san, Ho Kee-sian, Cia
Sau yan atau dua bersaudara Kiong, yaa, dipikir pikir maka
kecurigaan terbesar berada pada murid-murid Thian Ik-cu
sendiri!" "Ia pun berpikir juga bahwa kehadiran Thian Ik-cu tempo
dulu disarangnya telah mempertingkat ke waspadaan Tang
Kwik-siu, atau mungkin juga lantaran jejaknya sewaktu
melakukan perjalanan telah diketahui mereka, maka Tang
Kwik-siu lantas menduga arah kepergian mereka berdua.
Sementara ia masih terpikir tiba-tiba dari luar gua
berkumandang suara teguran seseorang dengan suara yang
menyeramkan, "Hoa yang, keluar kau!"
Hoa In-liong sangat terkejut, ia mencoba untuk berpaling
memandang keadaan thian Ik-cu, tampak asap putih dengan
mengepul dari atas batok kepalanya, itu menandakan
semedinya sedang mencapai pada keadaan yang paling kritis.
298 Terpaksa sambil menggigit bibir, ia meninggalkan beberapa
tulisan diatas dinding gua, kemudian baru melompat keluar
dari gua itu. Dibawah cahaya bintang, tampak seorang kakek berjubah
kuning yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang,
dengan lengan yang panjang melewati lutut dan mengenakan
ikat pinggang naga perak telah berdiri dihadapannya bagaikan
sesosok sukma gentayangan.
Hoa In-liong berusaha keras untuk menenangkan hatinya
sambil berpikir.
"Ketika ada di lembah Yu, kok tadi aku tidak berjumpa
dengan kemunculan Seng Tocu. Tidak disangka kalau
gembong iblis inipun telah datang pula disini"
Kedengaran Seng Tocu dengan suaranya yang mengerikan
sedang berkata, "Hoa Yang, tahukah kau bahwa pada malam
ini lohu pun berada didalam lembah?"
Hoa In-liong tertegun lalu berseru dengan nada keheranan,
"Kalau remang begitu, kenapa kau tidak ikut turun tangan"
Asal kau munculkan diri, niscaya aku sulit untuk melepaskan
diri diri kepungan orang banyak"
"Mengembut dengan mengandalkan jumlah banyak bukan
perbuatan lohu!" kata Seng Tocu dingin
"Ooooh"! Kalau begitu kau menang lebih berjiwa ksatria
dari pada sute-sutemu itu!"
Setelah terhenti sejenak, ia melanjutkan, "Sekarang kau
telah datang seorang diri, apakah kau bermaksud hendak
mengajakku untuk berduel satu lawan satu?"
299 Seng Tocu mengangguk.
"Sebenarnya lohu belum sampai memandang sebelah mata
kepadamu, tapi sejak kemunculan di markas besar kami
didaratan Tionggoan malam ini, tiba-tiba saja aku merasa
bahwa membiarkan kau tetap hidup didunia ini sesungguhnya
merupakan suatu tindakan yang keliru"
Suara pembicaraannya sangat hambar, seakan-akan
baginya pekerjaan untuk membunuh Hoa In-liong adalah
suatu pekerjaan yang gampang sekali.
Hoa In-liong mengerutkan dahinya ia bermaksud untuk
balas mengejek lawannya, tapi setelah berpikir sebentar tibatiba
ia mengangguk. "Berbicara dari dasar kepandaian yang kau miliki, ucapan
semacam itu memang pantas kau ucapkan cuma seandainya
aku tak mampu untuk menandingimu, toh aku masih dapat
melarikan diri!"
Seng Tocu menjadi tertegun sesudah mendengar perkataan
itu, sebab bagi kebiasaan orang persilatan, mereka lebih suka
mati dimedan pertarungan dari pada angkat kaki untuk
melarikan diri, tapi sekarang Hoa In-liong telah mengucapkan
kata-kata tersebut secara wajar, bahkan sama sekali tidak
merasa malu, tak heran kalau hal ini malah mencengangkan
jago lihay tersebut.
Setelah termenung sejenak, katanya kemudian dengan
hambar, "Jika akau ingin kabur dengan hutan belantara yang
terdapat disekitar tempat ini, tentu saja lohu tak akan bisa
berbuat apa-apa, tapi Thian Ik-cu belum selesai dengan
semedinya, aku pikir kau pasti tak akan kabur dengan
meninggalkan kawan bukan?"
300 Mendadak ia menyingsingkan ujung bajunya, lalu
melemparkan sebilah pedang pendek ke arah Hoa In-liong
seraya berkata, "Lohu telah berhasil juga menangkap seorang
majikan dan seorang pelayan dari keluarga Si, apakah kau
hendak menjumpai mereka?"
Dalam sekilas pandangan saja Hoa In Hong telah kenali
Elang Pemburu 3 Pukulan Si Kuda Binal Karya Gu Long Harpa Iblis Jari Sakti 19
^