Pendekar Kidal 11

Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok Bagian 11


ang tidak senang kalau ada orang suka bertanya, apalagi
beliau sudah berhasil meyakinkan Thian-ni-thong, setelah me mbelok
pengkolan gunung itu, semua pe mbicaraan kita akan terdengar
olehnya." Kun-gi manggut2. Langkah mere ka dipercepat, setelah keluar
dari pengkolan gunung, seluas mata me mandang le mbah ini baga i
bertaburkan bunga, beraneka warnanya, di antara bayang2
pepohonan sana ada bangunan rumah bersusur, dengan berbagai
bentuk artistik,
Jauh di atas sana, seperti ada jembatan gantung yang
menghubungkan satu rumah berloteng dengan bangunan megah
yang lain-Sungguh pe mandangan permai yang menyegarkan
semangat dan perasaan. Tak tertahan Kun-gi menarik napas
panjang, katanya memuji: "Bile cayhe tidak tahu tempat ini adalab
tempat semaya m Thay-siang, melihat keadaan lembah yang perma i
dan teratur rapi ini tentu membayangkan bahwa pemiliknya pasti
seorang aneh dan me miliki kepanda ian yang jauh me lebihi orang."
Mendengar Kun-gi buka suara. So-yok tampak kaget, mau
mencegah tapi tak se mpat lagi. Syukurlah yang didengar ada lah
kata2-pujian, barulah lega hatinya. Tapi pada kejap lain ia
mendengar seseorang mendengus sayup2 dari kejauhan.
Suara dengus ini kedengarannya sangat jauh, tapi seperti juga
sangat dekat sehingga sukar orang meraba dari mana datangnya.
Yang terang So-yok berubah air mukanya, seketika dia bergidik,
katanya lirih: "Le kaslah" Bergegas dia masuk ke le mbah sana.
Sudah tentu Kun-gi tahu suara dengus tadi dikeluarkan seorang
yang memiliki Lwekang tinggi dan dia pasti Thay-Siang adanya.
Ucapan Kun-gi tadi juga diutarakan secara spontan karena melihat
panorama le mbah yang me mpesona ini, padahal kata2 pujiannya
diucapkan setulus hati, me mangnya kenapa orang mendengus". Ini
berarti bahwa jiwa Thay-siang rada nyentrik, wataknya, pasti aneh
dan menyendiri, tak heran Pek-hoa-pangcu dan So-yok berpesan
wanti2 dihadapan Thay-siang nanti supaya dirinya tidak banyak
bicara kalau tidak di-tanya.
Cepat sekali mereka sudah tiba di depan sebuah rumah berloteng
yang dibangun a mat megah. So-yok berhenti, katanya menoleh:
"Ikutilah aku." Dia bawa Kun-gi masuk ke sebuah ka mar tamu yang
bentuknya agak kecil, katanya pula: "Ling-kongcu duduklah
menunggu di sini, aku akan masuk me mberi laporan kepada Thay-
siang, sebentar ku-ke mbali."
"Hu-pangcu boleh silakan," ucap Kun-gi.
Tanpa bicara lagi So-yok beranjak keluar. Seorang diri Kun-gi
duduk di kursi, dia kira So-yok akan segera ke mba li, tak tahunya
ditunggu setanakan nasi masih belum keluar, la mbat laun hatinya
menjadi gundah dan tidak tenteram, sa mbil menggendong tangan
dia mondar-mandir melihat lukisan di dinding. cukup la ma juga dia
meneliti setiap lukisan itu baru didengarnya langkah ringan
seseorang mendatangi. cepat Kun-gi me mbalik badan, tampak yang
datang adalah seorang gadis berpaka ian kain ke mbang.
Usia gadis Cilik ini se kitar 12-an, tapi wajahnya tampak ayu
jenaka, rambutnya dikuncir, bagian depannya dipotong poni,
bibirnya yang merah delima ta mpak mungil dan mengulum senyum,
kelihatannya masih kanak2: Waktu dia me langkah masuk kebetulan
Kun-gi me mbalik badan, biji mata yang je li dan bening itu seketika
menatap Kun-gi dengan tajam, langkahnyapun berhenti, pipinya
yang putih halus seketika bersemu merah, cepat dia menunduk
ma lu. Maklumlah, sejak kecil nona ini dibesarkan di le mbah nan sunyi
dan putus hubungan dengan dunia luar, kapan dia pernah melihat
seorang laki2, apa-lagi la ki2 seperti Kun-gi yang ca kap ganteng ini,
karena malu, ha mpir saja dia tidak kuasa berbicara.
Kun-gi ma lah bersuara dulu dengan tertawa: "Apakah Hu-pangcu
suruh nona me manggil cayhe" "
Setelah tenang hatinya baru gadis cilik itu manggut2 dengan
ma lu2, katanya: "Jadi kau ini Ling kongcu" Thay-siang
mengundangmu."
"Silakan nona tunjukkan jalan," kata Kun-gi.
Sambil menunduk gadis cilik itu me mbalik terus melangkah pergi,
katanya: "Marilah Ling-kong-cu ikut aku." .
Keluar dari ruang ta mu dia belok ke kiri adalah serambi panjang
yang menjurus ke le mbah diseberang sana, pemandangan
menghijau permai, air terjun mencurah deras di ujung timur sana,
seluruh pe mandangan didasar le mbah terlihat amat je las.
Pada ujung puncak di atas lembah itulah di-bangun rumah lima
tingkat, yang ditengah merupakan pendopo luas dari besar,
kelihatannya seperti ruang sembahyang, tepat di tengah ada sebuah
meja panjang dengan patung Hud-co yang terbuat dari batu jade
putih. Kiranya Thay-siang yang diagungkan itu beragama Buddha.
Gadis berpakaian ke mbang me mbawa Ling Kun-gi masuk ke
ruang sembahyang, terus menuju ke pintu di sebelah timur dan
berhenti di depan sebuah ka mar, dari luar kerai dia me mbungkuk
serta berseru. "Lapor Thay-siang, Ling-kongcu telah tiba"
Terdengar seorang perempuan tua bersuara dari dalam: "Suruh
dia masuk."
Gadis baju ke mbang segera menyingkap kerai dan berkata lirih:
"sila kan masuk, Ling-kongcu."
Sedikit me mbungkuk badan Kun-gi melangkah masuk. Kiranya di
sinilah Thay-siang bermukim, di sebelah sana adalah sebuah dipan
yang berukir, bantal guling lengkap. serba baru bersih dan rapi, di
atas dipan inilah duduk seorang perempuan berpakaian serba hitam.
Wajahnya berkeriput tua, tulang pipinya sedikit menonjol, kulit
badannya putih, rambutnya bercampur uban, tapi disisir rapi
berminyak. jidatnya terikat selarik kain hitam bersula in indah dan
tepat diantara kedua alisnya dihiasi sebutir mutiara.
Melihat sikap duduk orang yang kelihatan angker berwibawa
meski wajahnya tidak ke lihatan marah, jelas perempuan tua inilah
Thay-siang-pangcu dari Pek-hoa-pang.
So-yok tampak berdiri di be lakangnya, kedua tangan lurus ke
bawah, sikapnya kelihatan amat hormat dan patuh. Di kedua sisi
dipan ada delapan kursi, tepat di tengah ada sebuah meja segi
delapan, di atas meja terletak semangkuk getah beracun dan
sebotol air obat buatan Kun-gi.
Tak heran setelah So-yok masuk sekian la manya baru
mengundang dirinya, kiranya ia hendak mencoba dulu kasiat
obatnya dihadapan-Thay-siang.
Baru saja Kun-gi melangkah masuk. suara So-yok lantas
berkumandang: "Ling-kongcu, inilah Thay-siang dari Pang kita."
Karena dia berdiri di bela kang Thay-siang, maka dengan leluasa dia
bisa me mberi kedipan mata dan monyongkan mulut kepada Ling
Kun-gi, ma ksudnya supaya Kun-gi le kas menyembah.
Kun-gi justeru anggap tidak tahu, ia maju dua langkah dan hanya
menjura dengan me mbungkuk badan, serunya: "cayhe Ling Kun-gi,
menya mpaikan hormat kepada Thay-siang."
Thay-siang duduk dia m saja, kedua biji matanya setajam ujung
pisau menatap Kun-gi le kat2, seakan2 dari wajah orang dia henda k
mene mukan apa2, sesaat lamanya baru dia berkata: "Kau duduklah"
"Di hadapan Thay-siang, mana cayhe berani duduk" "
Terunjuk rasa dongkol pada sinar mata Thay-siang, suaranya
lebih dingin: "Kusuruh kau duduk. maka kau harus duduk, ada
pertanyaan akan ku-ajukan."
Sorot mata So-yok tampa k gelisah dan tidak tenteram, beberapa
kali dia berkedip kepada Kun-gi. Maksudnya menganjurkan supaya
anak muda itu menurut dan le kas duduk.
Kun-gi tertawa dengan tabah, katanya: "Terima kasih."
Ia lantas duduk dikursi sebelah kiri, lalu bertanya: "Thay-siang
me manggil, entah ada keperluan apa, cayhe siap mendengarkan. "
Tertampak rasa dongkol pada rona muka Thay-siang, katanya
tidak sabar, "Kau she Ling" Kelahiran mana" "
"Ya, hamba dilahirkan di cin-ciu dan sejak kecil tinggal di sana."
"Siapa na ma ayahmu" "
Kun-gi heran, agaknya Thay-siang amat me mperhatikan riwayat
hidupnya, malah diwa ktu mengajukan pertanyaan matanya
menatapnya lekat2, mimiknya menunjukkan sikap yang kurang
bersahabat. Memangnya dirinya pernah melakukan kesalahan
terhadapnya" Tapi dengan kale m dia menjawab: "Ayah bernama
Ling Swi-toh." .
"Ling Swi-toh?" Thay-siang mengulang na ma itu dengan suara
lirih, lalu bertanya pula: "Ayah-mu sudah marhum" Berapa tahun dia
meninggal" "
"Waktu ayah wafat aku berumur tiga tahun, sa mpai kini sudah 19
tahun." "Di waktu hidupnya apa kerja ayahmu?" pertanyaannya semakin
aneh dan ber-belit2, So-yok yang berdiri dibelakangnyapun melongo
heran "Ayah hidup bercocok tana m dan belajar me mbaca."
"Siapa pula keluarga mu" "
"Hanya ibunda seorang saja."
"Ibumu she apa" "
Pertanyaan semakin jelas dan teliti, mau tidak-mau timbul
kewaspadaan Ling Kun-gi, maka sekenanya dia menjawab: "ibu she
ong." Setelah menjawab baru hatinya mence los, mendadak ia ingat
pernah me mberitahukan kepada Pek-hoa-pangcu bahwa ibunya she
Thi, untung Thay-siang tida k
Jilid 16 Halaman 17/18 Hilang--
jaman ini, tokoh Bu-Iim yang tiada bandingannya pula, sudah
la ma Losiu mengaguminya, sayang tiada jodoh bertemu, Ling-
siangkong adalah murid kesayangan Taysu, Losiu merasa beruntung
dapat bertemu denganmu."
Ling Kun-gi berdiri dan menyatakan tidak berani dan bersyukur
juga . Dilihatnya So-yok yang berdiri di belakang Thay-siang
menunjuk mimik aneh, kaget, heran, tidak percaya dan berbagai
perasaan yang campur aduk. selamanya belum pernah dia
mendengar Thay-siang bicara seramah ini, apa lagi merendah diri
terhadap orang lain, lambat laun sorot matanya yang menatap Ling
Kun-gi berubah menjadi tatapan mela mun, wajahnyapun berseri
tawa. Lebih lanjut Thay-siang berkata: "Ling-siangkong berhasil
me mbuatkan obat penawar getah beracun itu, sungguh Losin a mat
senang dan berterima kasih." Setelah batuk2 kering dengan sikap
rikuh dia mena mbahkan-. "Bolehkah Ling-s iangkong sekalian
me mberitahu resep obatnya kepada Losin" "
Sebetutnya hal ini sudah dala m pikiraan Kun-gi, cuma sejauh ini
dia belum berhasil mene mukan a lasan apa untuk menolak. apa lagi
dia me mang tida k punya resep segala, sesaat dia jadi ragu2,
sahutnya: "Ini. . . . ."
So-yok segera menyeletuk: "Thay-siang, agak-nya Ling-
siangkong sungkan bicara, biar Tecu saja yang menje laskan."
"Baiklah, coba katakan," ucap Thay-siang sa m-bil menoleh.
Berseri tawa So-yok, Kun-gi dipandangnya lekat2, katanya: "Tecu
pernah tanya soal resep itu kepada Ling-kongcu, katanya
keselamatan jiwa raganya ditempat kita ini susah dira malkan, ka lau
resep obat diserahkan, dia kuatir kita mengambil tinda kan yang
merugikan dirinya."
Ternyata Thay-siang tidak marah, malah manggut2, katanya:
"Liku2 kehidupan Kangouw me mang serba-serbi, penuh kejahatan
dan berbahaya, me mang cukup beralasan kekuatiran Ling-
siangkong, tapi selama hidup ini Los in sudah patuh akan ajaran
agama, Pek-hoa-pang yang kudirikan inipun khusus untuk
menghadapi kelaliman Hek-liong-hwe,mungkinkah sampa i
me lakukan perbuatan sekotor dan sekeja m itu?"
"Tecu juga bilang de mikian," ujar So yok.
Kun-gi menjura, katanya: "Harap Thay-siang tidak salah paham,
sebetulnya tiada maksud apa2 cayhe terhadap Pek-hoa-pang kalian,
cuma. . sebetulnya."
"Ling-siangkong ada kesulitan apa, silakan bicara saja," tatap
Thay-siang dengan mata bersinar.
Dasar otak Kun-gi me mang cerdas, tiba2 berkelebat suatu ilha m
dalam benaknya, seketika terpikir olehnya jawaban atas pertanyaan
orang. Soalnya wajah Thay-siang tadi berubah dan kini sikapnyapun
berganti ramah tamah setelah dirinya menyebut nama kebesaran
gurunya, biarlah soal resep obat ini dikatakan berada ditangan
gurunya. Maka dia lantas berkata sambil sedikit me mbungkuk: "Harap
Thay-siang maklum, resep obat ini diperoleh guruku dari seorang
pendeta asing dari benua barat, me mang khusus untuk
me munahkan segala racun aneh dan jahat di kolong langit ini,
cayhe hanya bisa me mbuat obat itu menurut catatan, soal resepnya
kalau belum me mperoleh iz in langsung dari guru, cayhe tidak berani
me mbocorkan kepada siapapun, untuk ini harap Thay-siang suka
me maafkan-"
Alasannya memang tepat dan dugaan Kun-gi ternyata tidak
me leset. Mendengar resep obat itu milik Hoan-jiu-ji-lay yang dirahasiakan,
Thay-siang tidak tanya lebih lanjut, katanya dengan tertawa lebar:
"Ling-siangkong tidak usah rikuh, setiap aliran me mpunyai ilmu
yang dirahasiakan, Losin takkan main paksa, untung Ling-s iangkong
sudah bikin dua guci besar obat penawar itu, kukira cukup
berkelebihan untuk diguna kan-"
"Thay-siang," sela So-yok, "Ling-siangkong bilang, dua guci obat hasil buatannya itu hanya berkasiat sela ma tiga bulan saja."
"Ya, itu dapat dimengerti," ujar Thay-siang, "kalau obat itu dibuat dari air, maka t idak boleh disimpan la ma2."
Mendadak ia seperti teringat sesuatu, katanya pula: "Ada sebuah
permintaan Lo-sin, entah Ling-s iangkong sudi me mberi persetujuan
tidak" "
"Berat kata2 Thay-siang" Kun-gi merendah, "Thay-siang ada
pesan apa, silakan katakan."
Berkata Thay-siang dengan kale m: "Pek-hoa-pang a ku yang
mendirikan, maka seluruh anggota dimulai dari Pangcu sa mpai para
dayang dan semua pembantunya adalah murid-muridku semua, tapi
Pang kita juga ada puluhan Hou-hoat-su-cia, mereka adalah murid2
dari aliran ternama yang berhasil ka mi undang. Ling-s iangkong
didikan Hoan-jiu-ji-lay, soal watak dan kepandaian silat jelas tida k
perlu diragukan lagi, tapi Losin juga tahu, Pek-hoa-pang sebagai
organisasi kecil terdiri dari kaum hawa ini mungkin sukar untuk
menahan Ling-siangkong di sini meski ka mi mengangkatmu sebagai
Hou-hoat-su-cia segala, Tapi terus terang, dalam lubuk hatiku a mat
ingin bantuan Ling siangkong terhadap Pek-hoa-pang, ma ka
menurut he mat Losin, bagaimana kalau Ling-siangkong kita angkat
sebagai kepala dari para Houhoat itu, entah bagaimana pendapat
Ling-s iangkong" "
So-yok yang berdiri di bela kang Thay-siang tertawa lebar,
matanyapun bercahaya.
Ber-ulang2 Ling Kun-gi menjura, katanya: "cayhe sebagai
angkatan muda dari Kangouw a mat bersyukur dan terima kasih
mendapat perhatian Thay-siang, sebetutnya sukar menampik
kebaikan Thay-siang, tentang obat yang diperlukan se mbarang
waktu cayhe masih bisa me mbuatnya pula, soal pengangkatan tadi,
Harap Thay-siang suka menunda-nya saja."
"Losin tahu, Ling-siangkong bak naga di antara sesama manusla,


Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

agaknya sukar Pek-hoa-pang menahanmu: tapi Houhoat yang
kumaksud jauh berbeda dengan kedudukan para Hou-hoat-su Cia,
Houhoat boleh bebas, tidak perlu selalu tinggal dala m Pang,
kedudukan ini a mat cocok dengan Ling-siangkong, dan harap Ling-
siangkong tidak menolak pengangkatan ini."
"Betapa senang dan terima kasih cayhe akan maksud baik Thay-
siang, cuma cayhe masih muda dan Cetek pengala man, sungguh tak
berani menerima kedudukan setinggi dan seberat ini. Malah cayhe
me mberanikan diri mohon petunjuk suatu hal kepada Thay-siang."
Terunjuk mimik aneh pada wajah Thay-siang, tanyanya: "Soal
apa yang ingin Ling-siangkong tanyakan" "
"Mohon Thay-siang suka me mberitahu di mana letak sarang Hek-
Liong-hwe?"
Berubah air muka Thay siang, la ma ia menatap lekat2, tanyanya
pula: "Ling-siangkong ingin mencari sarang Hek-Liong-hwe?" Pe lan2
sorot matanya yang tajam mulai pudar la lu berkata pula:-"Me mang
tepat kalau Ling-siangkong tanya padaku, Hek-Liong-hwe merajalela
di Kangouw, tapi mereka beraksi secara dia m2, kecuali beberapa
pentolan tinggi, meski anggota setia mereka sendiri juga tiada orang
yang tahu di mana letak sarang mereka yang sebenarnya, hanya
aku saja yang tahu paling jelas. Untuk apa Ling-siangkong henda k
pergi ke Hek-Liong-hwe"
Sudah tentu Kun-gi juga merasakan tatapan tajam serta
perubahan air muka orang tadi, "Me mangnya ada hubungan rahasia
yang sukar diketahui orang luar antara Hek-Liong-hwe dengan Pe k-
hoa-pang?" de mikian batinnya, pikiran ini hanya berkelebat dala m
benaknya, sementara mulutnya berkata: "Dari congkoan cayhe
pernah dengar bahwa dua temanku katanya terjatuh ke tangan
orang2 Hek-Liong-hwe, mereka menuntut barter dengan diriku."
"Ya, soal ini So-yok sudah me mberitaku kepada Losin, la lu bagai
mana pendapat Ling-siang-kong sendiri" "
"Kedua te man itu adalah sahabat setia cayhe, demi kesela matan
mereka cayhe rela berkorban, semoga Thay-siang suka
me mberitahu letak sarang Hek-Liong-hwe, menolong orang baga i
menolong kebakaran, maka kupikir harus berangkat secepatnya."
Thay-siang manggut2, katanya tersenyum: "Ling-s iangkong
me mang gagah perwira, keberanian dan kesetiaan diri terhadap
kawan sungguh mengetuk sanubariku, cuma harus diketahui tida k
sedikit jumlah jago2 kosen Hek Liong hwe, meski Ling-s iangkong
murid Hoan-jiu-ji-lay, tapi seorang diri mene mpuh bahaya, bukan
saja mungkin tak berhasil menolong teman ma lah awak sendiri
salah2 bisa cela ka pula . . . . " merandek sebentar lalu ia
menya mbung pula:. "Losin sendiri juga punya denda m kesumat
sedalam lautan dengan Hek-Liong-hwe, sela ma 20 tahun
bersemayam di sini, soalnya racun getah itu amat jahat dan lihay,
sejauh ini sukar me mperoleh obat penawarnya, pula Losin seorang
diri, jelas takkan unggul melawan keroyok-an musuh, tujuan Losin
mendirikan Pek-hoa-pang adalah untuk menghadapi mere ka."
Kun-gi manggut2. Thay-siang berkata lebih lanjut: "Syukurlah,
Thian me mang maha pengasih, hari ini Ling-siang-kong datang dan
telah bikin obat penawar getah beracun itu, selama kuge mbleng 20
tahun ini, tidak sedikit pula kekuatan murid2 perempuan yang
kudidik dala m Pek-hoa-pang. Harap Ling-siangkong suka bersabar
dua tiga hari, setelah Losin me mpersiapkan seluruhnya, akan
kupimpin sendiri seluruh kekuatan kita untuk bikin perhitungan la ma
dengan mereka, kalau Ling-siangkong hendak menolong teman2,
boleh kau ikut bersa ma Losin"
Tanpa menunggu jawaban Kun-gi, dia lantas berpaling kepada
So-yok dan me mberi pesan: "So-yok, suruh Teh-hoa antar Ling
siangkong turun gunung."
"Biar Tecu sendiri yang mengantar Ling-siangkong" kata So-yok,
"Tida k, kau tinggal di sini saja, ada tugas lain untukmu."
Terpaksa So-yok mengiakan lalu beranjak ke pintu me manggil
Teh-hoa. Teh-hoa, si bunga kamelia adalah gadis kecil yang tadi me mbawa
Kun-gi ke mari, segera muncul di a mbang pintu dan me mbungkuk
berkata, "Hu-pangcu ada pesan apa?"
"Atas perintah Thay-siang,
antarlah Ling-s iang-kong turun
gunung." Dia m2 Teh-hoa melirik Kun-gi, pipinya merah seketika, mulut
mengiakan sambil berputar ke arah Kun-gi, katanya, "Silakan Ling-
siangkong ikut ha mba."
Kun-gi menjura kepada Thay-siang mohon pa mit, Thay-siang
manggut2 tanpa bersuara. Setelah Kun-gi pergi, muka Thay-siang
tampak me mbesi dingin, katanya mendesis: "So-yok, bagaimana
pandanganmu mengenai dia" "
Tercekat hati So-yok. katanya: "Tecu rasa kita
jangan me mbiarkan dia meninggalkan gunung de mikian saja."
"Betul" pandangan Thay-siang ta mpak me muji, "sejak pertama
me lihat bocah ini", gurumu sudah bermaksud me lenyapkan dia."
So-yok kaget, serunya terbeliak: "Thay-siang
hendak me mbunuhnya" "
"Sungguh tak nyana bahwa bocah ini adalah murid Hoan-jiu-ji-
lay." So-yok merasakan nada perkataan Thay-siang agak ganjil, se-
olah2 kalau murid Hoan-jiu-ji-lay dia tida k berani me mbunuhnya,
maka hatinya jadi senang, tanyanya: "Apakah Hoan-jiu-ji-lay amat
lihay" "
"20 tahun yang la lu, dia me mbuat onar di Siau-lim si, menjadi
murid murtad dari aliran-hud, padahal pihak Siau-lim-si tiada yang
dapat menandingi dia, maka dapatlah kau bayangkan betapa hebat
kepandaian silatnya. Selama bertahun2 tak pernah dia menerima
murid, kalau se karang telah mendidik bocah she Ling ini, sudah
tentu segala kepandaian telah diturunkan kepadanya, kalau gurumu
bunuh bocah ini, me mangnya Hoan-jiu-ji-lay terima" "
"Lalu bagaimana sikap dan tinda kan Thay-siang" " tanya So-yok.
"Sudah tentu Losin punya perhitungan sendiri," ujarnya sambil
menge luarkan sebutir pil warna putih dari lengan bajunya terus
diangsurkan kepada So-yok, katanya: "Serahkan kepada Toacimu,
suruhlah Giok lan berusaha menca mpurkan di dala m ma kanan
bocah she Ling, hati2, jangan gagal."
"Bi-s in-hiang-wan" (pil wangi penyedap pikiran), tangan So-yok
yang menerima pil itu rada ge metar.
Tajam dan dingin penuh wibawa tatapan mata Thay siang,
katanya: "Asal dia telah telan Bi-sin-hiang-wan ini baru dia akan
tunduk dan patuh selama hidupnya terhadap Pek-hoa-pang, secara
tidak langsung kita tida k akan menyalahi pula pada Hoan-jiu-ji-lay."
So-yok mengiakan dan me muji t indakan gurunya, Thay-siang
mengulap tangan, katanya: "Beritahu pula kepada Toacimu, besok
saat tengah hari, gurumu akan me milih orang2 yang akan di kut
sertakan dalam gerakan di Pek-hoa-tian, maka seluruh Hou-hoat-su-
cia dan anak didik Pang kita harus hadir sebelum waktunya." So-yok
mengiakan dan cepat mengundurkan diri. .
Bahwa Thay-siang sendiri akan pimpin gerakan besar2an ini
sudah tersiar luas ke seluruh Pek-hoa-pang.
Seperti dibakar dan penuh semangat 36 Hou-hoat-su-cia serta
ratusan murid2 pere mpuan Pek-hoa-pang, semuanya mengepa l
tinju dan menggosok tangan serta menyinsing lengan baju siap
tempur. ooo00d w00ooo Cuaca masih re mang2, Pek-hoa-pangcu yang ke mba li dari ruang
pendopo tampak melangkah berat dan lesu, pelan2 dia me masuki
Ing-jun-kuan. Di ruang pendopo dia hanya mengumumkan perintah
Thay-siang, tapi tugas ini serasa beban berat yang menindih
tubuhnya sehingga seperti orang yang baru sembuh dari sakit
parah. Begitu masuk ka mar dia terus menjatuhkan diri di atas kursi
kebesarannya, badannya lunglai, pelan2 dia pejamkan mata.
Dengan mata terbeliak. Bak-ni, si melati bertanya penuh
perhatian: "Pangcu, kenapa kau" Badan kurang sehat" "
Pek-hoa-pangcu menggeleng dan berkata: "Tidak apa2, hanya
sedikit pening."
Lekas Ba k-ni tuang secangkir the terus di bawa ke depan Pangcu,
katanya: "Minumlah teh panas ini, mungkin peningnya akan sedikit
baik." "Taruh saja di meja," ucap Pek-hoa-pangcu.
Dari luar didengarnya langkah enteng yang tersipu2 mendatangi,
cepat sekali Giok sian telah melangkah masuk. Bak-ni me mberi
hormat lalu mundur ke sa mping. Terpentang lebar mata Pek-hoa-
pangcu, tanyanya: "Sam-moay, kau sudah ke mba li."
"Pangcu tadi berpesan, setelah menyelesaikan tugas, harus lekas
ke mari," sahut Giok sian.
"Ya!" Pek-hoa-pangcu manggut2, "ada satu hal ingin
kurundingkan denganmu." La lu dia berpaling kepada Bak-ni
katanya: "Jagalah di luar pintu, siapapun tanpa seizinku dilarang
masuk ke mari."
Si me lati mengiakan terus beranjak ke luar.
"Duduklah Sa m-moay."
"Pangcu tidak enak badan" Ada soal apa serahkan kepada hamba
saja" "
Dengan lesu Pe k-hoa-pangcu mengeluarkan sebutir pil putih dan
diangsurkan kepada Giok-lan.
Mendelik mata Giok-lan melihat pil itu, mulutpun mendesis: "Bi-
sin-hiang-wan." Lalu dia ulur tangan menerima, tanyanya tak
mengerti: "Untuk apa ini Pangcu" "
Bola mata Pek hoa pangcu yang jeli la mbat laun berkaca2,
suaranya lesu dan putus asa, katanya masguh "Usahakan supaya
diminum olehnya."
Bergetar tubuh Giok sian, serunya heran: "Di-minumkan dia" "
Seperti main teka-teki saja, namun mereka sa ma maklum, apa
artinya. "dia" dan siapa yang dimaksud, cuma mereka tidak mau
bicara terus terang.
"Ya," suaranya sumbang, se-olah2 sukma Pek-hoa-pangcu telah
meninggalkan raganya, badannya tampak le mah sekali.
Gemetar semakin keras tangan Giok sian yang menggenga m pil
putih itu, suaranya tergagap: "Ini .... maksud .... Pangcu .... sendiri"
". . Sedikitmengge leng,lemahsuaraPek-hoa-pangcu,
senyumnyapun pilu: "Sa m-moay, kau salah sangka terhadapku "
"Me mangnya maksud siapa" "
"Inilah perintah Thay-siang."
"Perintah Thay-siang" Pangcu tega?"
"Apa yang dapat kita la kukan" Kita tak ma mpu menolongnya."
"Kalau Pangcu ada ma ksud ......"
"Sa m-moay," tukas
Pek-hoa-pangcu,
"jangan kau
berkata demikian."
"Kurasa dia seorang berbakat, tunas muda punya harapan besar
di ke mudian hari, sayang kalau Pangcu menyia2kan kese mpatan
baik ini."
"Aku. .....". Pek-hoa pangcu menggeleng malu. .
"Siau-moay merasa engkau penujui dia. . Demi tercapainya
keinginan Toaci, aku rela mene mpuh bahaya dan berkorban mala m
ini biarlah dia... . "
Mendadak bercucuran dua baris air mata Pek-hoa-pangcu,
katanya sambil me nggeleng: "Sa m-moay, aku amat berterima kasih
akan keluhuran budimu, tapi ini bukan aka l yang baik."
"Me mangnya Toaci ingin dia betul2 menelan pil penyerap pikiran
ini" "Kukira belum tentu pikirannya bisa terserap oleh pil ini,"
demikian ujar Pek-hoa-pangcu, "sudah lama hal ini ku timang2,
yang terang kita tak mungkin me mbangkang perintah Thay-siang,
sementara biarlah ia ma kan, obat ini ........"
"Tapi Toaci pil ini tiada obat penawarnya" seru Giok-lan. .
Pek-hoa-pangcu tertawa getir, katanya: "Sam-moay jangan lupa,
kitakan juga tak punya obat penawar getah beracun"
Giok-lan menjerit tertahan sambil me mbanting kaki.
"Tadi J i-moay, ada bilang padaku, katanya dia murid Hoan-jiu-ji-
lay, obat penawar itu juga buatan gurunya, bilamana dapat
menawar getah beracun, sudah tentu juga dapat me munahkan
racun dari Bi-sin-hiang-wan ini." Bercahaya mata Giok-lan.
"oleh karena itu, maksudku biar se mentara dia telan pil ini,
setelah persoalan lewat, belum terla mbat kita berusaha lagi pe lan2."
Berkedip2 mata Giok-lan, katanya sambil keplok tangan: "Kiranya
Toaci sudah punya perhitungan-"
"Tapi hal ini harus kurundingkan dulu dengan kau baru berani
kua mbil putusan"
"Apa yang Toaci pikir me ma ng tida k salah."
"Kalau perintah sudah kita terima dari Thay-siang, tak boleh tidak
dilaksanakan, biarlah persoalan ini berlalu sa mpa i besok pagi,
untung kadar racun Bi-sin-hiang wan ini bekerja lambat dan lunak.
kecuali tunduk dan patuh lahir batin, setia terhadap junjungan, tiada
pengaruh sa mpingan terhadap kesehatan urat syaratnya, besok
akan kita pikirkan lagi tindakan selanjutnya."
"Sa m-moay, kau me mang dapat menyela mi pikiranku, sungguh
mengharukan."
"Toaci, jangan kau berkata demikian, sesama saudara sendiri
pakai terima kasih segala" cuma kuharap ...... "
"Sa m-moay," ucap Pek-hoa-pangcu dengan lembut, "kau tak
usah kuatir, apa yang dapat kumiliki berarti menjadi milikmu juga ."
Seketika merah jengah selembar muka Giok-lan, suaranya lirih
sambil me nunduk: "Ah, Toaci."
"Sa m-moay, hal ini tak usah diragukan lagi, Waktu a mat
mendesak, le kaslah kau kerjakan."
Giok-lan mengiakan, setelah me mberi hormat terus berlari keluar.
Tapi dika la dia melangkah keluar pintu tiba2 dia berhenti dan
bersuara heran dan kaget.
Sudah tentu Pek-hoa-pangcu mendengar seruan kaget ini,
seketika mencelos hatinya, lekas dia me mburu maju, tanyanya:
"Sa m-moay ....." begitu dekat dan mata melihat, seketika wajahnya berubah, teriaknya "Bak-ni, kenapa kau" "
Ternyata si melati yang ditugaskan jaga di luar pintu entah
mengapa badan tampak lunglai bersandar dinding dengan mata
terpejam, lagaknya seperti orang t idur pulas. Waktu itu hari baru
saja gelap. belum saatnya tidur, meski capai dan mengantuk juga
tak mungkin tidur sa mbil bersandar begitu.
Giok lan sudah coba meraba dan mengurut beberapa Hiat-to
ditubuhnya, tapi Bak-ni tetap tidur pulas, ia jadi heran, katanya:
"Kelihatannya bukan tertutuk Hiat-tonya."
Pek-hoa pangcu mendekatinya ia me mbalik ke lopak mata si
me lati dan diperiksa kanan-kiri, ia meraba tangan kiri Ba k-ni,
me meriksa nadinya, lalu katanya: "Darah berjalan normal, napas
teratur, me mang bukan tertutuk Hiat-tonya, kelihatan me mang
mirip tidur nyenyak. "Sembari bicara kedua tangannya menepuk pipi


Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

si melati seraya me manggil: "Bak-ni, hayo bangun "
Kepala Ba k-ni tetap le mas lunglai, tetap tidak me mberi reaksi.
Tiba2 tergerak hati Giok-lan, lekas dia lari balik ke ka mar dan
menga mbil secangkir air teh dingin terus diguyurkan ke muka Ba k-
ni. Bak-ni tampa k gelagapan, badannya bergetar serta membuka
mata. Giok-lan menggeram, katanya gemas: "Kiranya terbius oleh
obat wangi musuh,"
"Bagaimana perasaanmu" Adakah kau me lihat siapa dia" " tanya
Pek-hoa-pangcu.
Bak-ni terbeliak. sahutnya: "Tiada kulihat apa2, sejak tadi aku
berdiri di sini, cuma, tiba2 kurasa mengantuk. tahu2 jadi begini."
"Lekas kau periksa keluar," suruh Giok-lan "Apakah Sui-hiang dan
Jiang-hwi juga kecundang" " Kedua orang yang disebut mala m ini
bertugas jaga dipintu besar bagian luar, Bak-ni mengiakan,
bergegas dia lari keluar. Bertaut alis Pek-hoa-pangcu, katanya:
"Sa m-moay, mungkin tidak ... ."
"Kukira bukan Ji-ci," tukas Giok-lan, "dia sudah pergi sejak tadi, tak mungkin dia bisa menggunakan obat bius segala" Setelah
menepekur lalu mena mbahkan: "La lu siapa orangnya yang bisa
menggunakan obat bius ini, bahwa dia beroperasi di Ing-jun-koan
ini pasti berma ksud tujuan tertentu, jadi jelas dia bukan anggota
Pang kita."
Tampak Bak-ni melangkah masuk, Swi-hiang dan Jiang-hwi ikut
di bela kangnya. .
"Swi-hiang," tanya Giok lan, "ma la m ini kau berdua yang tugas dipintu luar, adakah me lihat orang masuk ke mari" "
"Lapor congkoan," seru Swi-hiang., "kecuali engkau, tiada orang kedua yang masuk ke mari."
Rada berubah air muka Giok-lan, katanya sambil mengulap
tangan: "Baiklah, kalian boleh pergi, tiada urusan ka lian di sini."
Swi-hiang berdua me mberi hormat dan mengundurkan diri.
"Toaci," ucap Giok-lan sa mbil mengawasi Pek-hoa-pangcu,
"kuduga orang itu masuk dari jendela bela kang, agaknya dia sudah
apal seluk-be luk ke luarga "bunga" kita ...."
Pek-hoa-pangcu manggut2, katanya: "Sa m-moay, lekaslah kau
pergi, jangan menunda urusan, kejadian di sini a kan kusuruh orang
menyelidiki." Giok-lan me ngiakan terus mohon diri.
o0dw0o Hari kedua pagi2 benar, mentari baru raja menongol. Di tengah
pekarangan luas di depan pendopo keluarga Hoa (bunga) sudah
berkumpul sekian banyak ke mbang2 nan molek. Me mang tida k
berkelebihan kalau gadis2 cant ik dan ayu itu di baratkan ke mbang
yang mole k dan mekar, karena mereka semua adalah anggota Pek-
hoa-pang, gadis2 belia jelita, pakaiannya berwarna-warni, paka ian
ketat dan me manggul senjata, dandanannya ringkas tapi juga
sederhana, di sanggul mereka masing2 terselip se kuntum bunga
yang beraneka warna dan berbeda pula jenisnya untuk
me mbedakan na ma dan julukan mere ka.
Umumnya di mana berkumpul sekian banyak gadis belia dan
cantik2, ada berbisik, tapi ratusan gadis2 berpakaian ringkas yang
berdiri teratur dipelataran ini se muanya berdiri tegak tanpa
bersuara. Maklumlah karena "apel" pagi hari ini a kan langsung
dipimpin oleh junjungan besar mereka. Thay-siang-pangcu simbol
junjungan mereka yang termulia dan agung bagai dewata, hanya
dapat dipandang tak boleh disentuh. Bahwa Thay-siang sendiri yang
akan pimpin pertemuan besar ini, betapa besar arti dan khidmat
pertemuan ini, me mangnya siapa pula yang berani ribut, berkelakar
atau bisik,"
Pandangan semua hadirin lurus kedepan, di atas undakan batu
yang tinggi di depan ruang pendopo sana ditaruh sebuah kursi
kebesaran yang berlapis kain sutera mengkilap. itulah tempat duduk
Thay-siang. Di kedua siai kursi kebesaran ini masing2 ditaruh pula
dua kursi yang sama bentuknya, cuma lebih kecil dan dilapisi sutera
warna lain, itulah tempat duduk untuk Pangcu dan Hu-pangcu. Tapi
di sebelah kursi kiri itu ditaruh pula sebuah kursi yang sama.
Perhatian hadirin justeru tertuju pada kursi ketiga di sebelah pinggir
ini, timbul herbagai pertanyaan dala m benak mereka, diperuntukan
siapakah kursi yang satu ini"
Selain Pangcu dan Hu-pangcu, jabatan congkoan me mang cukup
tinggi didala m Pek-hoa-pang, tapi dihadapan Thay-siang, dia masih
belum setimpa l duduk berjajar di antara deretan kursi itu. Malahan
didala m rapat besar yang langsung dipimpin Pangcu sendiri
congkoanpun hanya boleh berdiri di sa mping kursinya.
Tak la ma ke mudian, dari kanan-kiri pintu beriring keluar
serombongan orang. Kedua rombongan ini dipimpin dua orang laki2
tua berjubah biru. di belakangnya berbaris laki2 muda berseragam
hijau pupus, jumlahnya ada 32 orang, dengan derap langkah rapi,
teratur mereka berjajar dan berdiri di sebelah kiri unda kan. Mereka
inilah Hou-hoat-su-cia dari Pek-hoa-pang yang berjumlah 36 orang
itu, dua diangkat sebagai pimpinan mereka. Seperti diketahui, dua
orang Hou-hoat-su-cia telah dibunuh oleh So-yok dengan alasan
lalai menjalankan tugas sehingga jumlahnya sekarang tingga l 34 . . .
Waktu berlalu tanpa terasa, sementara itu sudah menjelang
tengah hari. Terdengar tiga kali bunyi lonceng dari dala m pendopo.
Semua hadirin se ketika berdiri tegak dan khidmat, begini banyak
hadirin di tengah iapangan ini, tapi suasana begitu sunyi, napas
merekapun tertahan.
Dari serambi kiri di mana terdapat pintu bundar, dibawah iringan
Congkoan Giok-lan beranjak ke luar seorang pemuda berjubah
panjang warna biru. Usia pe muda ini baru likuran tahun, kulit
mukanya putih cakap, bibirnya merah, matanya terang bercahaya,
di tengah pancaran sinar matahari pagi tampak gagah dan
berwibawa. Sudah tentu munculnya pemuda ini menarik perhatian seluruh
hadirin, terutama para anggota Pe k-hoa-pang, semuanya masih
muda belia, tiada sepasang mata mereka yang terkesip mengawasi
pemuda ganteng ini. Tapi 34 Hou-boat-su-cia itupun tak kalah tajam
pandangannya mengawasi pemuda yang satu ini. cuma sorot mata
mereka me mancarkan perasaan lain, disamping kaget heran,
merekapun merasa iri dan ce mburu.
Semua orang sudah dengar bahwa Pang mereka kedatangan
tamu agung, katanya seorang pemuda she Ling yang berwajah
tampan kabarnya pemuda inilah yang berhasil me mbuat obat
penawar getah beracun itu. Sebagai tamu terhormat adalah
selayaknya kalau dia mendapat tempat duduk di bawah kursi
Pangcu mereka. Tapi Hou-boat-su-cia itu tiada yang tahu siapakah pe muda
berjubah biru ini" Sebetulnya mereka terdiri dari orang2 yang cukup
luas pengala man dan punya na ma di kalangan Kangouw, tunas2
muda dari berbagai a liran yang berkepandaian tinggi, tapi belum
pernah mereka lihat atau dengar adanya pemuda seperti yang ada
dihadapan mereka, sudah tentu mereka merasa kaget dan
keheranan. Kaget dan heran karena Giok-lan atau si Cong-koan sendiri yang
mengiringi pe muda ta mpan ini malah sikapnya tampa k ra mah dan
hormat, orang dipersilakan duduk di kursi ketiga yang disedia kan-
Hadirin juga tahu bahwa Thay-siang pendiri Pek-hoa-pang yang
mereka agungkan adalah tokoh kosen yang punya kedudukan tinggi
dan disanyung hormat di Bu-lim, padahal kedua pemimpin Hou-hoat
itu juga sudah beken di kalangan Kangouw, termasuk orang kosen
kelas satu dala m dunia persilatan, tapi mereka toh cukup berdiri di
bawah undakan saja.
Me mangnya siapa dan bagaimana asal-usul pe muda yang
mendapatkan kedudukan yang tinggi dan terhormat di dala m Pe k-
hoa-pang. Tamu terhormat Ling Kun-gi telah berduduk, Cong koan Giok-lan
segera mengundurkan diri berdiri ke sebelah kanan.
Menyusul empat perempuan berpakaian dayang terbagi menjadi
dua pasangan berpakaian serba kuning beranjak keluar dari
pendopo, dua orang di depan masing2 me meluk sebatang mistar
dari batu jade warna hijau, dua orang di belakangnya, seorang
me megang kebutan bergagang batu jade warna putih, seorang lagi
me mbawa pedang kuno yang gagang dihiasi tujuh butir mutiara
warna-warni, sesampai di belakang kursi kebesaran ditengah itu,
keempat dayang ini lantas berdiri berjajar.
Melihat kee mpat dayang ini, hadirin lantas tahu sebentar Thay-
siang pasti a kan ke luar, maka para hadirin sa ma tahan napas
menatap ke depan, tapi sikap mereka tetap tegak dan hormat.
Demikian Ling Kun-gi yang duduk di kursi ta mu juga pelan2 berdiri.
Sementara itu dari pintu pendopo yang besar itu muncul pula tiga
orang. Yang di tengah mengenakan gaun panjang warna hitam,
kepalanya berbalut kain sari, bagian depannya menjuntai turun
menjadi cadar muka, itulah nyonya tua dan bukan lain Thay-siang
adanya. Pek-hoa-pangcu disebelah kiri, Hu-pangcu So-yok berada
disebelah kanan, mereka me mbimbing Thay-siang berjalan ke luar
pelan2. Hari ini Pek-hoa-pangcu mengenakan pa kaian warna kuning
seperti bulu angsa, di depan dadanya bersulam sekuntum ke mbang
Bok-tan sebesar mangkuk berwarna merah dadu bergaris benang
emas. Sedang So-yok juga mengena kan mode l pakaian yang sa ma
cuma warnanya merah delima, bagian depan dadanya juga disula m
sekuntum bunga warua kuning yang sedang mekar, pinggangnya
ramping ge mulai.
Mereka bimbing Thay-siang menuju ke kursi tengah, lalu masing2
mundur mene mpati kursi yang telah disedia kan untuk mereka.
Kedua laki2 tua jubah biru segera pimpin ke 32 Hou-hoat-su-cia
me mbungkuk seraya berseru: "Hamba co houhoat (pelindang kiri
agama) Leng Tio-cong. Yu houhoat (pelindang kanan aga ma) coa-
Liang bersama seluruh Hou-hoat-su-cia menyampa ikan se mbah
sujud kepada Thay-siang."
Disusul seratusan gadis yang berada di sebelah kanan sere mpak
berlutut dan menye mbah, suaranya nyaring merdu berpadu: "Para
Tecu menya mpaikan se mbah sujud kepada Thay-siang."
Thay-siang duduk tegak di kursinya, sorot matanya yang tajam
seolah2 mene mbus cadar laksana sinar matahari pagi, dingin
laksana kilat menyapu pandang ke seluruh hadirin, akhirnya sedikit
mengangguk sebagai jawaban. Lalu tangan kiri sedikit diangkat
sambil menoleh kepada Hupang-cu yang duduk di sebelah kanan-
Hu-pangcu So-yok segera berdiri, matanya yang jeli berputar,
suaranya merdu: "Thay-siang suruh aku me mperkenalkan seorang
tamu agung kepada hadirin . . . . " nada suaranya sengaja
diperpanjang, sementara tangan menunjuk kearah Ling Kun-gi,
suaranya semakin lantang,
"Inilah Ling Kun-gi, Ling-kongcu, murid kesayangan Put-thong
Taysu dari siau-lim."
Lekas Kun-gi berdiri dan menjura ke arah hadirin-Hadirin
menya mbut dengan tepuk tangan yang riuh-rendah. Sudah tentu
suara tepuk tangan paling ramai datang dari sebelah kanan,
seakan2 para nona itu ingin berlomba keplok tangan, sementara
para Hou-hoat-su-cia hanya beberapa orang saja yang ikut2an
tepuk tangan-Malah kedua pemimpin Hou-boat yang berdiri di kiri-
kanan, yaitu kedua laki2 tua jubah biru itu, hanya menatap tajam
setengah mendelik kepada Ling Kun-gi, se-olah2 mereka tida k
percaya. Put-thong hwesio alias Hoan-jiu-ji-lay, sudah 10 tahun tak
terdengar kabar-beritanya lagi, mungkinkah bocah semuda ini
betul2 murid didik Hoan-jiu-ji-lay"
Setelah suara keplok tangan tak terdengar lagi baru So-yok
me lanjutkan kata2nya: "Ling-kongcu masih muda tapi penuh bakat
dan serba mahir, kepandaiannya tinggi pengetahuan luas, atas
undangan Pang kita, kali ini dia telah menyelesaikan suatu tugas
yang teramat besar artinya bagi Pang kita semua. Yaitu berhasil
me mbuat obat penawar getah beracun itu demi kesela matan Pang
kita. Maka getah beracun milik He k-liong-hwe itu selanjutnya tidak
perlu kita takuti lagi."
Baru sekarang seluruh hadirin tahu duduk persoalan, tak heran
pemuda she Ling ini bisa me mperoleh tempat kedudukan yang
terhormat di hadapan Thay-siang, ke mbali tepuk tangan di ringi
suara tawa ramai lebih riuh daripada tadi.
So-yok berkata pula setelah tepuk tangan tak terdengar:
"Sekarang akan kami perlihatkan obat penawar dari getah beracun
ini kepada seluruh hadirin." Lalu dia me mberi tanda gerakan tangan
kepada congkoan Giok-lan-Giok-lan mengangguk, dia mengulap
tangan kependopo, dua orang gadis segera keluar masing2
me mbawa sebuah tempayan dan ditaruh di atas undakan batu.
Seorang disebelah kanan segera melolos pedang dan dicelupkan ke
dalam te mpayan terus di angkatnya tinggi2
Hanya sebentar dicelup ke dala m getah beracun, semua hadirin
sudah melihat jelas batang pedang yang semula ke milau cerah itu
kini bagian depannya telah berubah warna hita m legam tak
bercahaya, jelas ujung pedang itu sudah berlumur racun yang amat
jahat, keruan hadirin sa ma terbelalak dan ciut nyalinya.
Maklumlah, biasanya senjata tajam atau senjata rahasia apapun
sukar melumuri racun diatasnya, karena besi bukan benda yang
gampang me nyerap sesuatu cairan, maka untuk melumuri senjata
dengan racun harus dilakukan berulang kali dan me ma kan waktu
yang cukup panjang. Untuk lebih meyakinkan, biasanya senjata
tajam itu dibakar sa mpai menganga berulang ka li serta dicelup
beberapa kali pula ke dala m air yang mengandung racun itu.
Tapi ka li ini gadis ini hanya sekali celup tanpa me mbakar senjata
dan getah beracun itu sudah me mbuat ujung pedang bewarna
hitam lega m, terang kadar racun yang menempel di atas pedang
betul2 amat jahat. Dapatlah dibayangkan betapa ganas dan keras
kadar racun getah hitam ini"
Dengan mengacungkan pedang tinggi2 di atas kepala, gadis itu
mondar-mandir ke kiri-kanan undakan supaya hadirin dapat melihat
lebih je las. Sementara gadis yang lain sudah menga mbil sebuah
papan kayu dan diletakkan di lantai, gadis pemegang pedang segera
tusukkan pedangnya ke papan kayu, hanya ujungnya saja yang
mene mpe l sedikit, tapi ujung pedang yang mengenai papan seketika
menimbulkan suara "ces" dan mengepulkan asap warna kuning.
Seperti terbakar bagian papan yang kena ujung pedang, malah
meninggalkan bekas lubang sebesar mata uang.-Menyaksikan
semua ini, Kun-gi sendiri juga merasa diluar dugaan, batinnya:
"Entah racun jenis apakah getah beracun ini" begitu ganas dan
lihay" "
Melihat ujung pedang yang berlumur getah ternyata begitu ganas
kadar racunnya, semua hadirin sama berubah pucat dan terbelalak
matanya. Gadis pemegang pedang tetap kalem, dia tarik pedangnya
mundur la lu mengha mpiri tempayan la innya disebelah kiri, ujung
pedang yang berlumur racun warna hitam itu segera dia ce lup pula
ke dalam tempayan yang satu ini, hanya sebentar terus diangkat
pula pedangnya.
Hadirin sudah menunggu sambil tahan napas, pandangan semua
orang. tanpa berkedip mengawasi pedang di tangan si gadis. Ujung
pedang yang berlumur racun warna hitam tadi, setelah diangkat
warna hitam hita m tadi kiri telah putih dan la mbat laun warna
itupun sirna sa ma sekali, maka ta mpaklah cahaya cemerlang yang
menyilaukan mata dari ujung pedang tadi maka ge muruhlah tepuk
tangan dan sorak sorai dari ratusan gadis ayu dan puluhan Hou-ho-
at-su-cia itu. Sementara kedua pelayan tadi menjura kearah Thay-


Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siang lalu menje mput te mpayan serta menenteng pedang terus
mengundurkan diri.
Wajah Thay-siang tampak mengunjuk rasa senang, meski
teraling cadar, tapi sorot matanya kelihatan mencorong, katanya
dengan nada tinggi: "Kalian sudah sa ksikan betapa lihay dan ganas
racun getah ini, kita sudah punya obat penawarnya, Hek-liong-hwe
tidak habis2 mengguna kan getah beracun ini, kelak pasti merupa kan
petaka bagi insan persilatan khususnya, dan rakyat jelata pada
umumnya...."
Dia m2 tergerak Kun-gi, pikirnya: "Betulkah Hek-liong-hwe tidak
akan pernah kehabisan getah beracun untuk sela manya.
Me mangnya getah itu sudah tercipta oleh alam dan takkan pernah
kering dan habis dipa kai" "
Sorot mata Thay-siang menjelajah ke muka seluruh hadirin,
semua orang berdiri tegak dan hormat, lalu dia m meneruskan
kata2nya: "Azas tujuan Losin mendirikan Pek-hoa-pang adalah
untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan menunjang yang lemah
me lawan kelaliman, maka Losin berkeputusan dala m waktu dekat ini
akan pimpin kalian untuk bergerak menyerbu Hek-liong-hwe,
me lenyapkan bibit bencana de mi kesejahteraan kaum Bulim ...."
Pidato Thay-siang me mperoleh sa mbutan yang gegap gempita
dari seluruh hadirin.
Lebih lanjut Thay-siang berkata: "Jumlah kita boleh dikatakan
terlalu banyak, tingkat kepandaian kalian juga tinggi rendah sukar
dibedakan, apalagi gerakan besar2an ini adalah meluruk jauh ke
sarang Hek-liong hwe, kita harus beraksi secara mendadak di wa ktu
mereka tida k siaga, ma ka kekuatan kita harus bisa diandalkan,
semua harus bergerak cepat, tegas dan perwira, oleh karena ini
Losin putuskan, mula i hari ini diadakan seleksi untuk me milih orang2
yang akan kubawa serta"
Sampa i di sini, dia berpaling kepada So-yok dan berkata: "So-
yok. umumkan peraturan seleksi ini."
So-yok me mbungkuk dan menerima perintah. Lalu dari dala m
lengan bajunya dia keluarkan sele mbar kertas, ia me mandang
hadirin sejenak lalu terdengar suaranya lantang nyaring
berkumandang "Sejak sekarang Pang kita mengangkat seorang cong-hou-hoat-
su-cia, kedudukannya sejajar dengan Hu-pangcu. Di bawah cong
hou-hoat dibantu dua orang pe mimpin Houhoat, Houhoat ada
delapan orang, semetara Hou hoat-su-cia berjumlah dua puluh
empat, semua calon2 Houhoat ini akan dipilih dari para Hou-hoat-
su-cia yang hadir sekarang."
Sudah tentu dihadapan Thay-siang para Hou-hoat-su-cia yang
berada di bawah undakan tak berani bicara atau berbisik, tapi dalam
hati semua orang menimang2 sa mpai dimana tarap kepandaian
sendiri serta jabatan apa nanti yang a kan dira ihnya"
Terdengar So-yok bersuara lebih lanjut: "Peraturan seleksi babak
pertama, 32 Hou-hoat-su-cia akan dibagi dua barisan, setiap barisan
16 orang, jadi masing2 orang mendapat satu lawan, main kepa lan
atau pakai senjata diperbolehkan, kepandaian siapa lebih tinggi dia
akan maju ke baba k selanjut-nya, diwaktu bertanding hanya
dibatasi saling tutul dan tidak boleh me luka i lawan, 16 orang
pemenangnya, akan mendapat kese mpatan maju ke babak kedua
....." Sampa i di sini dia merandek. menelan ludah lalu meneruskan:
"Babak kedua, 16 pemenang tadi dibagi dua ke lompok. masing2
tetap memperoleh satu lawan, siapa lebih Unggul dialah yang
me masuki baba k kede lapan besar, kedelapan orang ini a kan
diangkat jadi Hou-hoat, para Hou-hoat yang ter-pilih ini boleh
berlomba pula untuk merebut co-yu-hou-hoat, yang berkepandaian
paling tinggi akan diangkat cong-hou-hoat."--Pandangannya tertuju
ke bawah sebelah kanan-
"Di antara para saudara dalam Pang kita, kecuali 12 Tay-cia
(peladen), diserahkan kepada congkoan untuk me milih dua puluh
orang pula untuk ikut, jadi tidak usah diadakan pertandingan-" Giok-
lan berdiri dan menerima tugas.
So-yok berkata lebih lanjut: "Baiklah, pertandingan boleh segera
di mulai, Babak pertama ini seluruh Hou-hoat-su-cia terbagi menjadi
dua baris."
Me mangnya 32 Hou-hoat-su-cia itu sudah terbagi menjadi dua
barisan, maka cepat sekali mereka beranjak ke tengah arena, tetap
dengan formasi barisan yang sa ma.
"Sekarang antara barisan A dan barisan B menghadap ke utara
dan selatan saling berhadapan, masing2 satu lawan satu dan siap."
Tanpa bersuara 32 Hou-hoat-su-cia berpencar mencari te mpat
kosong, semua berdiri satu2 saling berhadapan-So-yok berkata
pula: "Kalian boleh saling tanya pendapat lawan masing2, mau main
kepalan atau adu senjata, kalau kedua pihak tidak tiada kecocokan,
boleh saling tukar lawan-"
Pengumuman ini, me mang menimbulkan sedikit perubahan, bagi
yang ingin main kepa lan segera mencari lawan yang sama, de mikian
pula yang ingin adu senjata mendapatkan lawan yang setimpal, jadi
satu sama lain bertukar lawan bertanding.
Setelah semua mendapatkan lawan dan ke mbali keposisi se mula,
So-yok bersuara pula: "Ba-bak ini ada 16 pasang akan mula i
bertanding, maka diperlukan ena m belas wasit, setiap pasang
seorang wasit untuk menentukan siapa kalah dan menang, supaya
pertandingan ini berjalan secara adil, sekarang persilakan Ling-
kongcu, congkoan dan 12 Tay-cia bersa ma co yu-hou-hoat menjadi
wasit. silakan ke luar. "
Terpaksa Kun-gi ta mpil ke bawah unda kan, berdiri berendeng
bersama Giok-lan dan kedua Hou-hoat berjubah biru. sementara
kedua belas Tay-Cia yaitu Bwe-hoa, Lian-hoa, tho-hoa, Klok-hoa,
Giok" ti, Bir kui, Ci-hwi, Hu-yong, Hong-sian, Giok-je, Hay-siang
dan Loh-bi-jin beruntun keluar pula.
Dengan senyuman manis So-yok mengerling kearah Kun-gi lalu
angkat tangan berseru:
"Pertandingan akan dimula i, silakan para wasit turun gelanggang,
setiap pasang satu wasit."
16 wasit segera beranjak turun ke ge langgang.
Terdengar So-yok bersuara pula: "Perlu ditegaskan seka li lagi,
setiap peserta pertandingan dilarang menggunakan senjata rahasia,
cukup saling tutul dan raba saja, ketentuan kalah menang berada
ditangan wasit, keputusannya tidak boleh di gugat, kecuali me mang
salah tangan melukai orang, dilarang saling denda m"-La lu dia
berpaling menghadap Thay-siang, serunya: "Mohon petunjuk Thay-
siang, apakah pertandingan boleh dimulai" "
Thay-siang mengangguk katanya: "Ya, suruh mereka segera
mulai." So-yok mengiakan, dengan suaranya lantang ia lantas berteriak:
"Pertandingan boleh dimulai, sekarang semua siap. yang pakai
senjata boleh keluarkan senjata masing2 dan dengarkan aba2ku."
Maka terdengar suara "srat-sret dan trang-treng" yang ramai,
ternyata sebagian besar yang bertanding itu menggunakan senjata.
Terdengar So-yok berseru keras: "Satu, dua, tiga. .... ."
Pada hitungan ketiga, 16 pasang Hou-hoat-su-cia yang
bertanding serentak mengembangkan ke mahiran masing2 dan
saling gebrak. 32 orang menjadi 16 pasang mulai serang
menyerang. Lapangan di bawah undakan ini me manga mat luas,
kiranya, cukup buat berdiri seribu orang, untuk bertanding 16
pasang orang ternyata masih cukup luang, suasana amat ramai dan
menarik sekali. Ling Kun-gi menjadi wasit dari dua orang yang
berusia 27-28 tahun, keduanya kebetulan bersenjata pedang.
Seorang bermuka bersih,berperawakan kurus tinggi,
kelihatannya ramah dan lembut. Lawannya bertubuh agakpendek.
tapi badannya kekar, otot-nya merongkol dan dagingnya kencang,
kelihatan amat garang. Begitu kedua orang saling gebrak. Kun-gi
lantas mendapatkan ilmu pedang kedua orang cukup terlatih baik
dan cukup tinggi kepandaiannya.
Gerak-gerik dan gaya permainan pedang si tinggi, ternyata rada
aneh, semula me lancarkan serangan dibarengi dengan tubrukan ke
depan, sekali tubruk terus melabrak dengan gaya seorang yang
hendak menunggang kuda, tapi bukan naik kuda, sementara kedua
matanya mencorong liar dan buas, sedang pedangnya menutul dan
menusuk juga me mapas dan menabas tenggorokan lawan,
permaima n pedangnya yang ganas dan keji ini terang bukan dari
aliran yang baik.
Ilmu pedang sipendek kekar ternyata bergaya mantap dan kokoh
seperti perawakannya, tenang dan kuat, yang dimainkan adalah
Llok-hap-kia m, setiap jurus pedangnya merupakan rangsa kan
terbuka dan sekaligus me mbendung serangan lawan, terang
ke mahirannya cukup meyakinkan-Dala m sekejap kedua orang sudah
saling gebra k belasan jurus.
Setelah menyaksikan sekian gebrak, didapati oleh Kun-gi, setiap
kali si kurus menubruk dan me lompat, salah satu kakinya entah
kanan entah kiri pasti terseret ke belakang, sementara sorot
matanya melirik buas, hatinya berdetak dan ingat sesuatu, diam2 ia
berteriak dala m hati: "Thian-long-kia m" "
Gurunya pernah bercerita, kira2 30 tahun yang lalu, di daerah ce-
pak beliau pernah berte mu dengan seorang Lo-long-sin yang aneh,
dengan meniru gerakan serigala dia berhasil menciptakan Thian-
long-kia m-hoat, dikiranya Ciptaan ilmu pedangnya ini a mat lihay dan
tiada bandingan di kolong langit, wataknyapun angkuh. Tapi sekali
gebrak gurunya berhasil menyengkelitnya jatuh ter-guling2 dengan
gerakan tangan kidalnya.
Gurunya pernah bilang, bahwa Thian-long-kia m-hoat ciptaan Lo-
long-sin ini bukan saja gayanya amat ganas, gerak-geriknya juga
mirip serigala yang liar dan buas itu, seperti serigala yang
kelaparan, berputar kian-kemari mencari kese mpatan menyergap
lawan-Dirinya diperingatkan supaya hati2 bila kelak berkecimpung di
Kangouw, kalau bertemu dengan orang yang main pedang mata liar
berjelilatan dan gayanya seperti serigala hendak menerka m
mangSanya. Kini dilihatnya orang ini menggunakan Thian-long-kia m,
mungkinkah dia murid Lo-long-sin" Pada saat itulah matanya yang
jeli berputar, cepat dia angkat tangan kiri serta menjentik sekali
hingga menerbitkan sejalur angin kencang, mulutpun berseru
tertahan-"Harap kalian berhenti." begitu dia membuka suara, maka
terdengarlah suara "creng", pedang panjang si kurus t inggi
menerbitkan suara getaran-.
Mendengar teriakan "berhenti" dari sang wasit, kedua orang yang
bertanding segera melompat mundur sambil tarik pedang, bahwa
pedang panjang si kurus tergetar dan mengeluarkan suara,
hakikatnya orang lain t iada yang mengetahui atau me lihat je las.
Sebaliknya rangsakan si pendek ta mpak a mat bernafsu, ketika
mendadak mendengar wasit menghentikan pertandingan, hatinya
merasa heran ma ka matanya melirik kearah Ling Kun Kun-gi
tersenyum, katanya:
"Saudara yang kalah"
Melengak heran si pendek. serunya: "Masa aku yang kalah?" Dia
yakin gerak serangan terakhir barusan hampir mengenai sasaran,
sudah tentu ia tak percaya bila dirinya yang ka lah ma lah. . .
Dia m2 Kun-gi berkata, dalam hati: "Thian-long-kia m-hoat
me mang buas dan keji, ka lau pedang orang tidak kujentik pergi
sehingga ujung pedangnya tergetar miring beberapa mili, mungkin
sekarang kau sudah menggeletak di tanah." Tapi lahirnya dia
tersenyum ra mah, sahutnya: "Betul, saudara yang kalah"
Sipendek naik pita m, serunya: "Dala m jurus mana cayhe kalah" "
Kun-gi menuding pinggang kanan sipendek. katanya: "Silakan
saudara periksa pinggang sebelah kanan."
Cepat sipendek menunduk. me mang dilihatnya pakaian di bagian
pinggang sebelah kanan telah tergores robek me manjang beberapa
dim oleh ujung pedang, seketika mukanya merah malu, lekas dia
menjura dan mengundurkan diri.
Sementara si kurus tinggi telah masukkan pedang ke dala m
sarungnya, dengan gaya yang lengang dia menjura kepada Kun-gi,
katanya: "cayhe Keng-sun Siang, selanjutnya harap Ling-kongcu
suka me mberi petunjuk,"
Lekas Kun-gi balas menjura, sahutnya: "Mana berani, silakan
saudara." Kongsun Siang segera memba lik badan dan
mengundurkan diri. Terdengar So-yok berteriak: "Silakan Ling-
kongcu duduk ke mbali." . Kun-gi menjura kearah sana dan ke mbali
ke tempat duduknya.
Sementara itu, sepertiga dari 16 pasangan petanding sudah
berhenti, yang masih gebrak sudah mencapa i babak yang
menentukan, sinar golok dan cahaya pedang saling samber, gempur
mengge mpur Silih berganti a mat Seru. Maklumlah pertandingan ini
bukan saja untuk menaikkan gengsi, tapi juga Sekaligus merebut
kedudukan dan jabatan yang lebih tinggi di dala m Pe k-hoa-pang
Selanjutnya. Sudah tentu Kun-gi bisa menilai bahwa kepandaian silat orang2
itu tiada yang le mah. So-yok me mang tidak bohongi dia, para Hou-
hoat-su-cia Pek-hoa-pang ini me mang murid2 dari berbagai aliran
besar. Dari gaya permainan silat mereka Ling Kun-gi dapat
me mbedakan mere ka ini terdiri dari murid2 siau-lim, Bu-tong, Hing-
san, Hoa-san dan Go-bi, tapi juga ada murid2 dari a liran Kong-tong,
ji-lay, Soat-san, dan aliran lain pula yang dipandang sebagai
golongan luar garis yang aneh2 permainannya. Pendek kata ke 32
Hou-hoat-su-cia itu merupakan kumpulan tunas2 muda dari
berbagai golongan dan aliran baik dan sesat.
Hal ini sungguh me mbuat Kun-gi tak habis mengerti mereka itu
terang adalah perjaka yang belum la ma lulus dari perguruan, cara
bagaimana bisa sekaligus berkumpul dan me ndarma-baktikan diri
pada Pek-hoa-pang" Memangnya dengan cara dan akal apa Pek-
hoa-pang berhasil menjaring tokoh2 muda yang kosen ini"
Mendadak pikirannya jadi jernih, segalanya jadi jelas dan dimengerti
olehnya. Terang tanpa disadari mereka juga kena dikerjai Bi-sin-
hiang-wan yang dica mpur di dala m makanan. Hanya orang yang
telah makan Bi-sin-hiang-wan, lahirnya tetap segar bugar, gagah tak
ubahnya seperti orang biasa, kepandaian silat yang dimiliki-pun
tidak berkurang tapi jiwa danpikiran mere ka seratus persen dapat
diperbudak oleh Pe k-hoa-pang.
Beberapa la ma lagi baru orang2 yang bertanding pada babak
pertama sudah ada yang kalah dan menang, para wasitpun
mengundurkan diri.
So-yok bediri di undakan, dia me mberi petunjuk pada ke-16 Hou-
hoat-su-cia yang kalah di medan laga untuk mengundurkan diri ke
tempat semula. Sementara 16 peserta yang menang disuruh
berkumpul dan berdiri di tengah arena menghadap kearah Thay-
siang. Tanpa diperintah sikap mereka ta mpak patuh dan tunduk.
serempak mere ka me mberi hormat.
Thay-siang sedikit manggut, katanya "Bagus sekali, kalian boleh
berjuang lebih keras."
So-yok segera mengumumkan: "Sekarang pertandingan babak
kedua dimulai, ke-16 pe menang babak pertama tadi dibagi menjadi
dua baris saling berhadapan dan boleh me ncari lawan masing2 dan
tunggu aba2ku lebih lanjut."
cepat sekali ke-16 pemenang babak, pertama lantas berbaris
saling berhadapan ditengah lapangan.
So-yok berpaling kearah kanan, serunya: "sekarang diperlukan


Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

delapan wasit lagi, kita panggil saja Bwe-hoa, Lian-hoa, Tho-hoa,
Giok-li, Bi-kui, Ci-hwi dan Hu-yong berdelapan-" orang2 yaug
disebut na manya beranjak masuk arena.
"Baik, semua siap." teriak So-yok, "mulai kuhitung. satu, dua, tiga ......"
Delapan orang daripada ena m belas petanding ini akhirnya akan
tersisih dan tiada hak maju lagi, mereka a kan tetap sebagai Hou-
hoat-su-cia, sementara delapan orang yang menang diangkat
menjadi Hou-hoat, kedudukan setingkat lebih tinggi. Maka
pertandingan babak kedua ini cukup besar artinya bagi mereka,
karena ini menyangkut masa depan mereka di Pek-hoa-pang, sudah
tentu pertandingan babak kedua ini jauh lebih sengit.
Begitu So-yok mengeluarkan aba2, enam belas orang itu segera
mulai saling labrak. Delapan wasit ikut berlompatan kian ke mari, lari
sana putar sini mencari posisi lebih baik untuk mengawasi
pertandingan. Duduk di atas undakan batu puala m, sudah tentu Kun-gi dapat
menyaksikan dengan jelas di-dapatinya antara kedelapan pasangan
orang yang lagi berbaku bantam itu ada empat orang me miliki
kepandaian yang agak menonjol dari pada yang lain-Pertama adalah
Kongsun siang yang ma inkan Thian-long-kia m-hoat di ujung kiri
sana, gerak-geriknya mirip sekali dengan serigala liar, buas dan
serakah. Lawannya adalah murid Bu-tong-pay, kepandaian Liang-gi-
kia m-hoat yang dima inkan menciptakan lingkaran2 bundar yang
bersusun dan berlapis2, dia hanya bertahan dan jarang balas
menyerang. Dua la innya adalah murid Go-Bi yang ma inkan Loan-poh-hong-
kia m-hoat ( ilmu pedang angin ribut), setiap putaran pedangnya
sekencang angin badai yang ribut, kelihatannya pedangnya
menuding ke timur dan menusuk ke barat, gerakannya seperti
kalang kabut dan tidak teratur, namun sesungguhnya merupa kan
permainan ilmu pedang yang rapi dan mengandung banyak
perubahan, sukar ditebak ke mana sasaran pedangnya. Lawannya
adalah murid Pat-kwa-bun yang melancarkan ilmu Pat-kwa-kia m-
hoat, dia hanya bertahan dengan rapat, tapi lambat laun menjadi
kewalahan me mbendung rangsakan pedang lawan dari berbagai
penjuru. orang ketiga adalah pe muda yang me mainkan Hing-san-kia m-
hoat, kadang kala dia melejit tinggi menubruk maju, di tengah
udara jumpalitan sembari me lancarkan serangan, se-akan2 pedang
dan tubuhnya terbaur menjadi satu, sinar pedang kemilau
me manjang, naga2nya pemuda ini sudah me mperoleh ajaran ilmu
pedang Hing-san-pay murni, lawannya tampak kewalahan dan
terdesak dibawah angin-orang keempat adalah laki2 bersenjata
kipas le mpit, geraknya lincah me layang kesana berkelebat ke sini,
kipas le mpit ditangannya bergerak dengan gaya yang gemulai.
Lawannya bersenjata Kiu-goan-to yang besar dan berat, sinar golok
berkemilau dan menge luarkan suara nyaring dari se mbilan ge lang
pada goloknya. Dahsyat putaran golok berge lang e mbilan ini.
Sudah tentu Kun-gi dapat mengukur sa mpai di mana tarap
kepandaian orang ini, bukan saja gerak-geriknya lincah dan enteng,
Lwekangnyapun cukup tinggi. Apalagi setiap kali kipas le mpitnya
yang berjeruji besi itu saling bentur dengan golok lawan yang
bergelang dan berat itu hanya mengeluarkan suara lirih, ma lah
sekali sendal, lawan yang bertenaga raksasa lantas sempoyongan
dengan golok tersampuk pergi, maka dapatlah dibayangkan betapa
lihay kepandaian silatnya.
Sudah tentu empat partai yang sedang saling labrak juga
berkepandaian lumayan, kalau t idak masakah Pek-hoa-pang ma u
menjaring mereka, cuma kalau kepandaian mereka betul2 diukur
dengan kee mpat orang ini, rasanya masih setingkat lebih rendah.
oleh karena itu perhatian Kun-gi hanya tertuju pada e mpat orang
ini. Dia m2 dia sudah berkesimpulan, empat orang ini nanti pasti
akan lulus dengan angka terbaik.
Dugaan Kun-gi me mang t idak me leset, kejap lain Kongsun Siang
yang melancarkan Thian-long-kia m-hoat tiba2 merangsak maju lalu
menyelinap ke samping kanan murid Bu-tong lawannya, lawan
dipaksa menarik pedangnya, sedangkan pedang Kong-sun Siang
justru sudah menanti, pada saat lawan menarik pedang dan gant i
gerakan, ujung pedangnya menyelinap masuk menusuk iga lawan-
Sang wasit adalah Bwe-hoa, cepat dia berteriak: "Berhent i"
Tapi sudah terlambat, Thian-long-kia m-hoat yang dima inkan
Kongsun Siang me mang ganas, sekali serangan dilancarkan, dia
sendiri tak kuasa mengendalikan diri sendiri. Terdengar murid Bu-
tong itu mengeluh tertahan, langkahnya sempoyongan, darah
mengucur me mbasahi badan.
Terunjuk rasa menyesal pada wajah Kongsun Siang, katanya
sambil me njura: "Ji-heng, harap maaf akan kesalahan tanganku ini."
Lekas Giok-lan me mberi tanda pada dua pe mbantunya yang
berdiri di be lakang, le kas mereka maju me mayang murid Bu-tong itu
serta me mbubuhi obat dilukanya.
Sementara itu, keenam pasangan yang lainpun sudah hampir
mencapai saat2 yang menentukan. Mungkin terburu nafsu ingin
menang dia terla lu yakin akan kekuatan sendiri yang sejauh ini tak
berhasil merobohkan lawan, la ki2 bersenjata golok gelang sembilan
mendadak menghardik, berbareng gerakan goloknya berubah,
dengan gencar dia melabrak dengan seluruh kekuatannya.
Permainan ilmu goloknya yang berbobot berat benar2 sudah
matang, bukan saja gerakannya tangkas, cepat, tapi juga mantap
dan tenang, sinar golok berke mbang laksana tabir ke milau,
me mbacok. me mbabat, semuanya mengincar te mpat2 berbahaya di
tubuh lawan- Ilmu golok yang hebat ini me mang luar biasa perbawanya, laki2
bersenjata kipas le mpit tertawa dingin, berbareng dia imbangi
rangsakan golok lawan dengan kelincahan tubuhnya, kipasnya
berkembang atau mele mpit tak menentu, pakaian hijau yang
dipakainya mela mbai2, serangan lawan sederas itu, tapi dia tak
pernah mundur, malah balas menyerang tak kalah gencarnya, sekali
me mberosot ke sa mping, tahu2 dia malah menerobos masuk ke
lingkaran sinar golok lawan-
Badannya berputar cepat sekali, selincah kumbang terbang
mencari madu berlomba dengan kupu2, badannya berkelebat di
antara samberan sinar golok yang terang itu, betapapun kencang
golok berputar, sejauh itu tak ma mpu menyentuh ujung pa kaiannya,
sebaliknya kipas le mpit itu kadang2 terke mbang dan tahu2
me le mpit pula tipU gerakannya juga aneh.
"Plak ", sekonyong2 terdengar suara keras, karena tak se mpat
menghindar dan menangkia, kipas le mpit lawan tahu2 mengetuk
hiat-to dipundak laki2 bergolok, golok terjatuh dan mengeluarkan
suara keras, sementara laki2 itu ter-huyung2 beberapa tindak.
Gerak serangan laki2 bersenjata kipas lempit yang memang
cepat luar biasa sehingga sang wasit, yaitu Bi-kui yang menyaksikan
dengan penuh perhatianpun
terlambat dan tak sempat menghentikan pertarungan ini.
Laki2 bersenjata kipas menyimpan kipas le mpitnya serta menjura
dengan tertawa: "Terima kasih, saudara sudi mengalah."-cepat
iapun mengundurkan diri.
Dia m2 Kun-gi me mbatin: "Entah siapa sebenarnya laki2 bersejata
kipas le mpit itu" "
Didengarnya wasit ketiga di tengah arena berseru: "Berhenti."
Itulah suara Tho-hoa.
Waktu hadirin me mandang ke sana, lawan laki2 yang mema inkan
Hing-san-kia m-hoat ta mpak tergores dipelipianya, secomot
rambutnya tercukur rontok, dengan merah ma lu laki2 itu segera
mengundurkan diri. Sementara murid Hing-san itu lantas menjura
serta menyarungkan pedang terus me ngundurkan diri pula.
Kejap lain Lian-hoa yang jadi wasit pada pasangan kedua juga
menyerukan berhenti. Pasangan yang saling labrak adalah murid
Gobi pay yang me mainkan ilmu pedang angin ribut itu me lawan
murid Pat-kwa-bun, kekuatan mere ka boleh dikatakan sa ma kuat.
Pat-kwa-kia m-hoat merupakan ilmu silat bertahan yang kokoh dan
meyakinkan, gerakan pedangnya mencakup kedelapan penjuru
angin, setiap jurusan dijaga dan dibendung rapat, sayang sekali dia
berhadapan dengan murid Gobi pay. seperti diketahui ilmu pedang
Go-bi-pay yang bergerak laksana angin ribut ini ternyata biaa
setenang ikan berenang di dalam air, selincah burung melayang di
udara, perubahannya memang me mbingungkan, gerakannya seperti
tidak menentu arah yang pasti.
Begitu sang wasit menyerukan "berhenti", ternyata pundak dan
lengan baju serta tiga tempat lainnya di tubuhnya sudah tergores
robek oleh ujung pedang lawan-Keduanya lantas menjura saling
hormat dan minta maaf, lalu mengundurkan diri.
Dala m pada itu pasangan ketiga dan kedelapan juga sudah
menentukan kalah dan menang, suara sang wasit lantang
menyerukan perte mpuran berhenti. Maka dala m arena kini tingga l
dua pasangan yaitu pasangan kelima dan pasangan ketujuh, kedua
pasangan ini sa ma tingkat kepandaiannya, ma ka mereka masih
tetap bertahan untuk sekian la manya lagi.
Pasangan kelima sama2 mengguna kan senjata yang jarang
digunakan kaum persilatan. seorang mema kai sepasang gelang
besar kecil, dina makan cu-bo-s iang goan (sepasang gelang ibu-
beranak), pada lingkaran luar gelang terpasang gigi runcing
mengkilap. begitu bergerak gelangnya, angin mendesir taja m, gigi
runcing itu me mancarkan cahaya kehijauan.
Sementara lawannya menggunakan sepasang ruyung pendek.
pada batang ruyungnya ini terdapat dua cabang pendek yang
me lintang tegak. batang ruyung kelihatan mengkilap biru, terang di
lumuri racun, anehnya cara dia pegang senjata berbeda dengan
lazimnya, ruyung dia pegang bagian tengahnya, sementara gagang
ruyungnya dia sembunyikan di belakang sikut, kadang2 dia gunakan
gagang ruyung sebagai tongkat penggebuk. tiba2 dia me mba lik
tangan dan dua tangan sekaligus mencecar musuh, gerak dan tipu
permainannya agak aneh.
Baru sekarang Ling Kun-gi se mpat me mperhatikan lebih
seksama, ternyata permainan aneh ruyung pendek orang ini ha mpir
sama ganas dan keji seperti Thian-long-kia m.
Pasangan ketujuh tidak menggunakan senjata, mereka bersilat
tangan kosong, seorang melancarkan pukulan atau tutukan silih
berganti dengan berbagai gerak raga mnya. Tapi lawannya mahir
me ma inkan Pat-siang-ciang (pukulan delapan penjuru angin), luna k
dan keras saling berganti sehingga permainannya semakin mantap
dan kekuatannyapun bertambah. Angin kepa lan dan bayangan
tangan menimbulkan deru angin, tidak kalah ra mainya dari pada
pasangan lain yang adu senjata. Sedikit lena dan keserempet angin
pukulan lawan, jiwa biaa ce laka.
Sang wasit Ci-hwipun terpaksa harus berdiri di luar lingkaran,
sikapnya tampak tegang dan penuh perhatian oleh pertempuran
yang sengit ini.
Terdengar laki2 yang bersenjata gelang me mbentak keras, gigi
gelang kirinya tiba2 berhasil menggantol ruyung lawan, seCepat
kilat gelang di tangan kanan dengan jurus Thay-san ap ting (gunung
Thay menindih kepala) mengepruk batok kepala lawan dengan
me mbawa suara ge muruh.
Menghadapi rangsakan hebat ini, laki2 bersenjata ruyung tertawa
dingin, cepat badan mendak ke bawah sambil miring
menghindarkan serangan lawan tiba2 dia me mberosot ke sa mping
sehingga ruyungnya yang tergantol lawan terlepas, di mana sinar
biru berke lebat, tahu2 gagang ruyung sudah menyodok ke dada
lawan-Me mangnya yang bersenjata elang sudah merasa jeri
terhadap ruyung lawan yang dilumuri racun, cepat dia menyingkir,
sayang dia tidak menduga tatkala kedua ruyung lawan bekerja,
sebelah kaki orang juga ikut menyerampang, begitu dia menyadari
bahaya, untuk berkelit sudah terla mbat "Blang", kontan dia tersapu jatuh jauh, pantatnya beradu dengan lantai.
Untung dia me miliki kepandaian tinggi begitu punggung
menyentuh tanah, dengan tangkas dia melejit berdiri lagi, kedua
gelang terangkat tinggi, dan sudah slap me labrak lawan pula.
"Berhenti" sang wasit Giok-li segera berseru.
Terpaksa orang yang bersenjata gelang me nghentikan
gerakannya, tanyanya: "Belum ada yang kalah atau menang,
mengapa nona menghentikan pertandingan" "
"Kau tersapu jatuh, sudah terhitung kalah" ucap Giok-li.
Orang itu berkata: "Putusan nona tidak adil, yang kita tandingkan
adalah kepandaian menggunakan senjata, walau aku terjatuh, tapi
dalam permainan senjata toh belum kalah, kenapa aku di-putus
kalah" "
Laki2 bersenjata ruyung tertawa, selanya: "Kalau Ho-heng tidak
terima, boleh kita lanjutkan pertandingan ini."
"Me mangnya, sebelum ada yang menggeletak tak bernyawa di
antara kita belum bisa dikatakan kalah dan menang."
Berdiri a lis Gok-li, bentaknya: "Ho Siang, waktu bertanding kau
tersapu jatuh oleh lawanmu, kau tida k mau mengaku ka lah" "
Merah mata laki2 bersenjata gelang, jengeknya: "Nona, kau
sebagai Tay-cia dan aku adalah Su-cia, kedudukan dan jabatan kita
sembabat. belum setimpa l kau ge mbar-ge mbor me manggil na maku,
tadi Hu-pangcu sudah mengumumkan cara dan tata tertib
pertandingan, bagi yang bertanding menggunakan senjata baru
terhitung kalah kalau senjata salah satu pihak menyentuh tubuh
lawan, maka aku ingin minta penjelasan dari nona, kapan ruyung
Yap Kay-sian pernah menyentuh tubuhku" " karena penasaran dia
berani debat dan me lawan putusan wasit.
Lekas So-yok berdiri dan me mbentak: "Ho Siang-sing mundur
kau" Ho Siang-sing, la ki2 bersenjata gelang, sekali-ini tak berani bicara
lagi, dengan menggerutu terpaksa dia mengundurkan diri.
Kini ditengah arena tinggal pasangan yang adu kepalan-Melihat
tujuh pasang yang lain sudah berakhir dan ada yang kalah serta
menang, kini tinggal mere ka berdua yang masih terus berhanta m
tanpa kesudahan, tanpa terasa terbangkit dan berkobar nafsu
mereka, serempak keduanya kerahkan sekuat tenaga berusaha
merobohkan lawan-
Laki2 yang menyerang dengan kepalan diselingi tutukan itu
mendadak melancarkan jurus yang lihay, badan bagian atas
mendadak doyong menubruk ke depan. Tatkala tubuhnya bergerak
maju kini, kepalan kanan mendadak pura2 menghantam, sementara
tangan kiri dengan jari tengah yang terjulur berwarna merah darah,
di ringi hardikan, sejalur angin tutukan menerjang ke tenggorokan
lawan- Menyaksikan jari orang yang menjulur dan mendada k berubah
merah darah, tergerak hati Kun-gi, batinnya: "Ilmu yang diyakinkan
orang ini tidak mirip cu-sa-ci dari perguruan Gan, lebih mirip Hiat-
ing-ci dari aliran liar."
Kejadian berlangsung dala m sekejap seperti percikan api. Laki2
yang mema inkan Pat-sian-ciang mendadak melihat sorot mata
lawan yang buas mengandung nafsu me mbunuh, diam2 ia sudah
siaga. Kini melihat jari lawan yang merah darah menyerang tiba dan
hidangnya telah mengendus bau a mis yang me muakan, keruan ia
terkejut, batinnya: "sebetulnya aku tidak bermaksud me mbunuhmu,


Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ternyata kau malah turun tangan keji lebih dulu padaku." Pikiran ini
berkelebat laksana kilat dala m benaknya, sementara sebat sekali dia
sudah melompat mundur, menyusul tangan kanan terayun, dengan
berani dia balas menyerang.
Pukulannya inipun mengandang maksud jahat, ingin me mbunuh
lawan pula, apalagi dilancarkan dengan kekuatan yang sudah
disiapkan, ma ka angin pukulannya teramat dahsyat.
Begitu tutukan jarinya luput, laki2 yang menyerang dengan Hiat-
ing ci (tutukan jari darah bayangan) tahu2 merasa tubuhnya
diterjang angin puyuh yang bersuhu dingin sekali, dia tak berani
menangkis, cepat2 ia me nggeser ke sa mping.
Me mang terjangan angin yang telah dapat dia hindarkan. Tapi
dikala me ngegos itulah mendadak badannya bergetar keras,
bergidik dan merinding tanpa kuasa langkahnya sempoyongan
mundur ke belakang.
Dipihak la in, laki2 yang menyerang dengan pukulan dingin inipun
telah mengendus bau a mis yang me mualkan tadi, dia m2 iapun
kuatir akan kesela matan sendiri, maka ia tidak meneruskan
serangan, lekas dia kerahkan hawa murni me lindungi badan, diam2
ia atur jalan darah dan tenaga murninya.
Sebelum wasit yaitu Ci-hwi menyerukan berhenti, kedua orang ini
sudah sama berdiri tak bergerak. seluruh hadirin adalah ahli silat,
tapi tiada yang melihat jelas apa sebabnya kedua orang ini
mendadak sa ma berhenti.
Tadi orang me lihat tutukan jari yang merah darah itu
dilancarkan, maka orang banyak mengira dia telah terluka oleh
tutukan itu. Ci-hwi sang wasitpun kira demikian, dia ragu2 dan
hendak mengumumkan ke menangan laki2 yang main tutukan tadi.
Untung dia melenggong sebentar, tahu2 laki2 yang menyerang
dengan tutukan itu roboh terjengkang. Keruan Ci-hwi kaget sekali,
ia melongo tak ma mpu bersuara.
Maklumlah, bukan saja dia, sampaipun So-yok Hu pangCu yang
berdiri di atas unda kan batu juga mendelong bingung.
Laki2 berkepandaian tutukan jari berdarah itu seperti jatuh
semaput, sekian la ma tak na mpak bergerak atau kelejetan. Malah
wajahnya yang semula kuning terang, cepat sekali telah berubah
ungu meng hita m.
Dala m pada itu, setelah mengatur napas, laki2 yang main
pukulan tadi melihat lawan rebah tak bergerak. wajahnya
mena mpilkan rasa bangga dan puas. "Cin Te-khong" terdengar
Thay-siang yang duduk di atas sana berteriak kereng. Ter-sipu2
orang itu maju beberapa langkah seraya munduk2: "Ha mba disini."
Thay-siang berkata: "Losin suruh Hu-pangcu mengumumkan
bahwa dala m pertandingan ini hanya boleh saling ja mah dan
dilarang me luka i lawan, kenapa kau me lancarkan serangan
me matikan, kini dia terluka parah?"
Cin Te-khong munduk2, serunya: "Harap Thay-siang maklum,
waktu bergebrak tadi hamba selalu ingat dan patuh akan larangan
pertandingan, tak pernah melancarkan serangan jahat, dia lebih
dulu menyerang dengan Hiat-ing-ci, untuk me mbela diri terpaksa
hamba balas menyerangnya, Han-si-ciang (pukulan sutera dingin)
yang hamba yakinkan ini sekali dilancarkan, ha mba sendiri tak
kuasa mengendalikan lagi,"
Han-si ciang, hakikatnya hadirin tiada yang pernah dangar na ma
ilmu pukulan dingin ini. Dia m2 Kun gi me mbatin: "Entah ilmu
maca m apa Han-si-ciang itu" Kenapa Suhu tidak pernah bilang
tentang ilmu ini" "
Thay-siang mendengus: "Pertandingan besar kuadakan ini
dilarang me mbunuh sesa manya, hayo lekas keluarkan obat penawar
dan cekokan padanya" "
Ternyata Han-si-ciang ada obat penawarnya, Cin Te-khong
mengiakan dia melangkah mundur kearah la ki2 yang menyerang
dengan Hiat-ing-ci, dia ke luarkan sebuah kotak kecil, mengeluarkan
sebutir pil warna merah terus dijejalkan ke mulut orang.
Sesuai na manya, Han-si-ciang me mang pukulan dingin luar biasa,
tak heran lawan yang terkena pukulannya seketika beku kedinginan,
sampaipun wajahnyapun berubah biru. Setelah dicekoki obat, kira2
semasakan air mukanya yang biru menghitam mulai pudar, tiba2 dia
menarik napas panjang terus me mbuka mata.
Dilihatnya Cin Te-khong berdiri di depannya, seketika dia
menggerung murka, ia melejit berdiri, secepat kilat jarinya menutuk
keulu hati Cin Te-khong. Untung Cin Te-khong waspada, hanya
sedikit berkelit, dengan mudah dia luputkan diri.
Lekas Ci-hwi berteriak: "Berhenti,
ka lah menang sudah ditentukan, kalian dilarang gebrak lagi."
So-yok juga lantas berteriak: "Auw Kiu-ciu, mundur kau."
Laki2 itu tak berani bertingkah lagi, dari segera mengundurkan
diri. Sampa i di sini pertandingan seleksi babak kedua telah berakhir,
setelah dua kali bertandang secara beruntun, delapan orang telah
tersisa dan delapan yang menang diangkat jadi Hou-hoat.
Berdiri di atas undakan batu, So-yok berseru mengumumkan:
"Pertandingan babak kedua telah berakhir delapan orang yang
menang adalah Kong-sun Siang, me ma inkan Thian-long-kia m-hoat,
Ting Kiau menggunakan kipas le mpit beruji besi, Thio La m jiang
dengan Hing-san-kia m hoat, Song Te k-seng menggunakan Loan-
poh-hong-kia m-hoat, Lo-Kin-bun menggunakan pedang berkait, Toh
Kan-ling bersenjata Boan koan-pit, Yap Kay-sian pa kai sepasang
ruyung, Cin Te-khong dengan ilmu pukulan Han-si-ciang, sejak kini
mereka diangkat menjadi Hou-hoat dala m Pang kita."
Tepuk tangan nun menya mbut pengumuman ini..
Pek-hoa-pangcu Bok-tan dan Ling Kun-gi juga ikut bertepuk
tangan menya mpaikan sela mat.
Terdengar So-yok berseru pula: "Sekarang silakan kedelapan Hou
hoat yang baru berdiri ke depan terima lah anugerah medali e mas
dari Thay siang."
Di bawah pimpinan Kongsun Siang, kedelapan Hou-hoat itu
segera tampil ke muka dan berdiri sejajar menghadap ke atas.
Giok-lan, si congkoan segera me mberi tanda dan seorang gadis
beranjak keluar me mbawa na mpan langsung me ndekati Giok-lan-
Nampan itu di-lapisi kain sutera, diatas nampan ini tertaruh delapan
medali e mas tanda pangkat para Hou-hoat. Menerima na mpan itu
Giok-lan lalu me langkah ke tengah. Sementara Thay-siangpun
berdiri dan beranjak turun-Secara beruntun So-yok panggil
kedelapan Hou-hoat menerima meda li dari Thay-siang. Hadirin
keplok tangan serta berteriak2 hiruk-pikuk.
Sorot mata Thay siang menyapu kedelapan Hou-hoat, katanya:
"Losin telah langsung melihat pertandingan kalian, masing2 telah
unjuk ke mahiran dan kalian bukan menang secara kebetulan, tapi
berkat perjuangan yang gagah, jadi merupakan pilihan tulen di
antara ke 32 peserta. Jabatan Hou-hoat dalam Pang kita merupa kan
kedudukan yang tinggi dan mulia, selanjutnya diharap ka lian bekerja
dan berjuang demi kepentingan Pang kita, serta dan berbakti tanpa
luntur, Ciptakanlah pahala yang lebih besar dan rebutlah anugrah
yang lebih t inggi."
Sampa i di sini dia berpidato hadirin menya mbut dengan tepuk
tangan lebih riuh rendah, sampa i sekian la manya keplok ra mai ini
tidak berhenti. Terdengar kedelapan Hou-hoat berseru lantang:
"Berkat anugrah Tay-siang yang berbudi luhur, kami bersumpah
setia me mbe la kepentingan Pang kita sa mpa i titik darah terakhir."
Thay-siang manggut2 pertanda telah menerima sumpah setia
para pengikutnya ini, lalu berkata: "Bagus sekali, kalian boleh
me mberi hormat kepada Pangcu."
Delapan Hou-hoat yang baru serentak menjura kearah Pek-hoa-
pangcu, serunya: "Hamba menyampa ikan hormat kepada Pangcu."
Pek-hoa-pangcu yang sudah berdiri balas menghormat, katanya
dengan suara merdu. "Kuberi sela mat kepada kalian yang telah naik
pangkat jadi Hou-hoat Pang kita, kami ikut ge mbira dan merasa
beruntung bagi Pang kita."
Ditengah sorak-sorai yang riuh rendah itu, Thay-siang beranjak
balik ketempat duduknya. Lalu Pek-hoa-pangcu juga ke mbali ke
tempat duduknya.
Pelan2 Thay-siang menggeser duduk miring kearah Ling Kun-gi,
sorot matanya se-olah2 mene mbus cadar hita m, suaranya kale m:
"Ling-siangkong"
Lekas Kun-gi me mbungkuk, tanyanya: "Thay-siang ada petunjuk
apa" "
"Ke marin Losin telah bicara dengan kau, akan kuangkat sebagai
Hou-hoat Pang kita, entah Ling-s iangkong sudah me mikirkan hal ini
belum" "
Dia m2 senang hati kede lapan Hou-hoat yang baru saja
menduduki jabatannya, semua berpikir: "Ta mu agung yang duduk di
bawah Pangcu betapa sih lihaynya, ternyata juga setaraf Hou-hoat
saja di dala m Pang kita."
Baru saja Thay-siang selesai bicara, Kun-gi lantas dengan suara
lirih seperti berbisik dipinggir telinganya: "Ling-kongcu lekas terima
tawarannya"-
Itulah suara Pek-hoa-pangcu,
Kun-gi dapat me mbedakan suaranya. Kun-gi me mang sudah berdiri, sikapnya amat tunduk dan patuh,
dia menjura kearah Thay-siang serta berkata: "Berkat junjungan
Thay-siang yang maha pengasih, cayhe tak berani menola k tugas
mulia ini" " Itulah pertanda bahwa Bi-sin-hiang-wan telah bekerja di
dalam tubuhnya.
Terunjuk senyuman yang terkulum diujung bibir Thay-siang,
katanya manggut2: "Bagus sekali, Losin tahu ka lau Ling-s iangkong
hanya diangkat sebagai Hou-hoat dala m Pang kita, tentunya rada
merendahkan derajatmu ..... " sengaja dia menarik panjang
suaranya serta berhenti.
Kun-gi baru saja akan duduk. mendengar kata2 Thay-siang ini,
seketika terunjuk rasa gugup dan ge lisah, tersipu2 dia menjura,
katanya: "Hamba sebagai tunas muda kaum persilatan, bahwa
Thay-siang sudi me mupuk ha mba, sungguh me mbuat hamba tida k
tenteram lahir batin, kesetiaanku selama hidup rasanya takkan
setimpal me mba las kebaikan Thay-siang ini."
Kalau ke marin je las dia takkan sudi menge luarkan kata2nya ini,
tapi sekarang dia sudah ma kan Bi-sin-hiang-wan, maka sela ma
hidupnya dia hanya akan setia dan tunduk lahir batin terhadap Pek-
hoa-pang, terutama terhadap Thay-siang.
Thay-siang manggut2, katanya lebih lanjut: "Jabatan Hou-hoat
sebetulnya juga tidak terhitung rendah di dalam Pang kita, terutama
cong-hou-hoat dan coh-yu-huhoat, semuanya merupa kan pilihan
dari para Hou-hoat, maka setiap Hou-hoat mempunyai hak dan
kesempatan untuk menjadi cong-hou-hoat, apalagi selamanya Losin
menguta makan kepandaian sejati, bukan saja kepandaian silatnya,
juga kecerdikan dan tindak-tanduknya harus tegas, maka jabatan ini
harus diperebutkan secara adil. Sampai di mana tingkatan yang
dapat kalian jabat" Itu tergantung sampa i di mana pula tarap
kepandaian ka lian yang sejati."
Secara tidak langsung kata2nya ini me mberi kisikan bagi Ling
Kun-gi bahwa sekarang aku hanya bisa mengangkatmu sebagai
Hou-hoat, kalau kau ma mpu dan punya kepandaian boleh kau
berusaha me mperebutkan kedudukan cong-hou-hoat. Secara tidak
langsung pula dia me mberi pernyataan kepada kedelapan Hou-hoat
yang lain bahwa merekapun boleh menca lonkan diri merebut
jabatan itu secara adil.
Habis Thay-siang bicara, Giok-lan segera mendekati sa mbil
me mbawa na mpan. Thay-siang menje mput sebuah medali e mas
dan berkata: "Ling-siang-kong, ke marilah terima
medali e mas sebagai tanda kebesaran Hou-hoat dari Pang kita."
Lekas Kun-gi berdiri dan maju mengha mpiri, sambil menjura dia
terima medali e mas itu dengan kedua tangan. Lalu putar ke mba li,
tapi dia cukup tahu diri dan tidak berani duduk dikursinya semula,
karena kedelapan Houhoat yang lain juga hanya berdiri sejajar di
bawah undakan. Thay-siang sedikit angkat tangan, katanya: "Hari ini kau hadir
dalam pertandingan seleksi ini sebagai tamu kehormatan, meski kau
sudah terima jabatan Pang kita sebagai Hou-hoat, tapi sekarang kau
masih terhitung seorang tamu, boleh silakan duduk saja."
Kun-gi tak berani banyak bicara, lekas dia turut perintah dan
duduk di kursinya. Pek-hoa-pangcu Bok-tan dan Hu pangcu So-yok
dan cong-koau Giok-lan segera me mberi ucapan sela mat kepada
Ling Kun-gi. Tentu saja ke-8 Hou-hoat yang baru merasa sirik dan
terbakar perasaannya .
So-yok segera berseru lantang kearah kedua laki2 tua ber jubah
biru: "Leng-co houhoat dan coa-yu houhoat, pertandingan hari ini
langsung dipimpin oleh Thay-siang, tujuan yang utama adalah
me milih seorang cong-houhoat, oleh karena itu jabatan cong yu-
houhoat harus sekaligus dipilih ulang ke mbali, maka sebelum seleksi
dimula i, kalian harus menyerahkan kemba li mendali e mas tanda
kebesaran itu."
Co houhoat Leng Tia-cong dan Yu-houhoat coa Liang segera
menge luarkan meda li e mas dan diserahkan ke mbali.
Setelah terima medali e mas itu So-yok berseru lebih lanjut: "Tadi
sudah kuumumkan, para Hou-hoat boleh mencalonkan diri untuk
merebut cong-hou-hoat dan co-yu-hou-hoat, maka kalian yang ingin
ikut bertanding boleh mendaftarkan diri."
So-yok me mbetulkan sanggulnya, lalu berseru pula: "Setiap
orang yang didaftatkan atau mendaftar sendiri dianggap Calon
untuk jabalan cong-hou-hoat, maka Calon ini harus menghadapi
beberapa kali tantangan para Hou-hoat, setelah menang beberapa
babak dan nyata kepandaiannya me mang nomor satu, maka dia
diangkat menjadi cong-hou-hoat, nomor dua dan ketiga diangkat
sebagai Yu-co-hou-hoat.
"Bila calon dikalahkan oleh penantangnya, maka dia dianggap
gugur dan penantang yang menang, boleh menerima tantangan
para peserta yang lain sa mpai tiada yang melawannya lagi, cuma
bagi yang gugur tadi masih ada hak me mperebutkan kedudukan co-
yu-houhoat, Caranya seperti yang telah dilaksanakan dala m me milih
para Houhoat tadi."
Dia m2 Kun gi me mbatin: "cara yang diumumkan ini terasa cukup
berat bagi calon cong-hou-hoat, karena dia harus me nghadani 10
kali tantangan malah setiap kali harus menang baru boleh
menduduki jabatan tinggi ini."
Habis me mberi pengumuman, sorot mata So-yok tertuju ke
bawah undakan, serunya pula: "Baiklah, aturan pertandingan sudah
kuumumkan, kalau hadirin tiada pendapat, sekarang kumula i terima
pendaftaran, siapa yang ingin ikut serta boleh me ndaftar padaku"
Lenyap suaranya, tampak co-houhoat Leng Tio-cong angkat
tangan sambil berseru: "Ha mba Leng Tio cong mendaftarkan diri."
"Baik," seru So-yok mengangguk.
Yuhouhoat coa Liang juga ikut acung tangan dan berseru:
"Ha mba coa Liang juga me ndaftarkan diri."
So-yok tersenyum sambil mengangguk. "Masih adakah orang lain


Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mendaftarkan diri" " beberapa kali dia bertanya, tapi
kedelapan Houhoat yang berjajar di depan itu t iada yang bersuara.
Mereka cukup cerdik, ma klumlah, setiap Hou-hoat walau tak
mendaftarkan diri menjadi calon cong-houhoat, tapi mereka punya
hak untuk menantang calon itu, kalau menang, bukankah berarti
mereka sendiri yang akan menjadi calonnya" Apa-lagi dala m situasi
sekarang mereka anggap lebih baik menonton saja sambil
menunggu perke mbangan selanjutnya baru nanti menentukan
pilihan-Sekian la ma So-yok menunggu, tetap tiada orang lain yang
daftar lagi, apa boleh buat, akhirnya matanya mengerling tertuju
kearah Ling Kun-gi, katanya dengan nada ale man: "Bagaimana Ling-
kongcu" "
Lekas Kun-gi menjura, katanya: "Ha mba hanya me miliki
kepandaian beberapa jurus cakar kucing saja, mana berani
mena mpilkan diri" "
Pek-hoa-pangcu tersenyum, serunya: "Ling-kongcu terlalu
merendah diri, pertandingan diadakan secara adil dan terbuka,
siapapun boleh ikut, bahwa Ling-kongcu tidak mau mendaftarkan
diri, baiklah biar a ku yang menca lonkan dia."
"Ha mba tidak berani" lekas Kun-gi berdiri seraya membungkuk
badan. Mendengar Pangcu mereka mencalonkan Ling Kun-gi, para nona
yang hadir seketika menya mbut dengan keplok tangan ra mai,
sebaliknya cohouhoat yang bergetar Kin-cay-poan-koan Leng Tio-
cong dan Yuhouhoat yang bergetar Sam-gam-sin coa Liang mendelu
hatinya, tanpa terasa mereka saling pandang se kilas, keduanya
sama mengulum senyum dongkol.
So-yok menyapu pandang hadirin, suaranya lantang: "Ada lagi
yang mendaftarkan diri" "
Setelah ditunggu sekian la ma tiada reaksi dari hadirin, akhirnya
dia mengumumkan: "Baiklah, pendaftaran ditutup, peserta hanya
tiga orang, yaitu Leng Tio-cong, coa-Liang dan Ling Kun-gi"
Sampa i di sini dan berhenti sebentar, mendongak me lihat cuaCa,
lalu me nyambung:
"sekarang sudah lewat lohor, pertandingan sementara ditunda,
meja perja muan sudah disiapkan dipendopo, seluruh hadirin boleh
tangsel perut dulu."
Thay-siang berdiri lebih dulu dan beranjak ke dala m di ringi Pek-
hoa-pangcu dan Hu-pangcu. e mpat pelayan berpakaian serba
kuning mengikuti langkah mereka. congkoan Giok-lan mengha mpiri,
katanya: "Silakan Ling-kongcu."
"Silakan congkoan," ucap Kun-gi, "sekarang cayhe adalah peserta pertandingan, Layaknya beriring dengan Leng dan coa berdua."
Giok-lan mengangguk. tanpa bicara segera dia mendahului
masuk keda la m.
Tajam dingin sorot mata Leng Tio-cong, dengan sinis katanya:
"Silakan Ling-kongcu." Lalu dia mendahului melangkah ke dala m.
Sudah tentu coa Liang juga tidak mau mengalah, dia mengintil di
belakang Leng Tio-cong, Sudah tentu Kun-gi merasakan sikap
permusuhan kedua orang, tapi dia tidak peduli, dengan tertawa
lebar dia me langkah di belakang mereka.
Meja di tengah pendopo berduduk Thay-siang, Pek-hoa-pangcu
dan Hu-pangcu. Meja di sebelah kiri atas diduduki para calon
peserta, lebih bawah lagi diduduki para Houhoat dan ke-24 Hou-
hoat-sucia. Meja teratas di sebelah kanan diduduki para gadis2 ayu
anggota Pek-hoa-pang.
Arak tersedia dalam perjamuan ini, tapi jarang yang berani
minum banyak. ma klumlah Thay-siang berada di antara mereka,
apalagi sebentar bakal ada pertandingan besar bermutu dari
tingkatan yang lebih tinggi, kalau diri sendiri minum sa mpai ma buk,
kapan mereka akan mendapat kese mpatan menyaksikan
pertandingan ini. Maka hadirin hanya ma kan ala kadarnya secara
tergesa2. Habis makan Pek-hoa-pangcu dan Hu-pangcu me ngiringi Thay
siang ke ka mar sebelah untuk ist irahat. Sementara hadirin yang lain
boleh ist irahat dan bergerak bebas sesukanya.
Karena tidak akrab dengan hadirin yang lain, sendirian Kun-gi
keluar berjalan2 di pelataran luar. Tiba2 didengarnya seorang
menegur di belakangnya: "Ling-kongcu."
Tanpa menoleh Kun-gi kenal suara orang, itulah congkoan Giok-
lan yang memanggilnya, dengan tertawa dia menyahut: "congkoan
tentu amat letih."
Congkoan Giok-lan tertawa, ujarnya: "Memang banyak kerja
untuk menyiapkan pertandingan besar ini, tapi tenaga pe mbantu
cukup banyak, cukup kubuka suara saja." Tiba2 dia me lirihkan
suara, katanya: "sebentar pertandingan bakal dimula i, sikap Leng
Tio-cong dan coa Liang a mat bermusuhan terhadapmu, kau harus
hati2." Kun-gi me ngangguk, katanya: "Terima kasih akan perhatian
congkoan, akupun sudah ma klum."
"Delapan Hou-hoat yang baru diangkat sudah kau selami
kepandaian mereka, tapi terhadap Leng dan coa ini kau belum
pernah menyaksikan perma inan mereka. jiwa mereka Culas dan
keji, kalau dia sudah dengki pada mu, ma ka kau harus selalu
waspada ..... ." sampa i di sini tiba2 dia guna kan ilmu gelombang
suara: "Leng Tio-cong bergelar Kiu-cay-poan-koan, disamping mahir
menggunakan sepasang potlot baja, kepandaian tutukannya amat
lihay, terutama jurus Kwi-cian-siok-hou (panah setan menyumbat
tenggorokan) sembilan jari menutuk bersama, kabarnya belum ada
tokoh Kangouw yang pernah lolos dari jurus ganas ini. Sementara
coa Liang berasal dari Tiang-pek-san di luar perbatasan,
ke mahirannya Bu-ing-sin-kun (pukulan tanpa bayangan), setiap
gerak pukulannya tiada suara sehingga susah dijaga ......." sampai
di sini dia berhenti.
Kiranya Giok-je dan Giok-li ta mpak mendatangi. Sebagai kawan
seperjalanan sudah tentu Giok-je a mat kenal Kun-gi, dengan
tertawa dia lamas menyapa: "Ling-kongcu, kuaturkan sela mat
padamu, obat penawar getah beracun berhasil kau buat, kini
sebagai calon cong-houhoat lagi, seluruh persaudaraan kita dala m
Pang sama mendoakan supaya kau berhasil menduduki jabatan
tinggi itu."
Kun-gi tertawa hambar, katanya: "Terima kasih akan pujian
nona, dengan kepandaianku yang tak becus ini, bagaimana biaa
terpilih nanti" "
Giok-je me liriknya, katanya: "Baru sekarang aku mengerti, orang
berkedok yang me mukul Dian Tiong-pit dan Hou Thi-jiu di atas
perahu itu ternyata adalah Ling-kongcu, sungguh kagum dan terima
kasih ka mi terhadapmu."
Kun-gi hanya tersenyum saja tanpa menanggapi, Giok-li berdiri di
samping tanpa bersuara, tapi sepasang matanya menatap wajah
pemuda ini dengan lekat tanpa berkedip.
"Pat moay, cap sah-moay," kata Giok-lan, "te manilah Ling-
kongcu ngobrol sebentar, aku masih ada urusan." Lalu dia putar
badan dan berlalu.
Melihat Giok-je dan Giok-li datang omong2 dengan Kun-gi, Bwe-
hoa, Tho-hoa, Hay-siang dan nona2 lain segera berdatangan,
sebentar saja Kun-gi sudah dirubung nona2 cantik yang bersendau-
gurau serta menggodanya.
"Ting, ting, ting," suara kelinting berkumandang dipendopo.
"Nah pertandingan dimulai lagi terdengar seorang berseru.
Bagai penganten yang disambut para pemujanya Kun-gi segera
masuk kesana di ringi nona2.
Sudah tentu bertambah iri dan dengki perasaan Leng Tio-cong
dan coa Liang terhadap Ling Kun-gi, dia m2 mereka me ngumpat
dalam hati. Para Hou-hoat dan Sucia juga mende lik ge mas pula.
Kun-gi tidak ke mbali ke te mpat duduknya, dia langsung berdiri
sejajar di samping coa Liang dan Leng Tio-cong di bawah undakan.
Sementara empat pelayan baju hitam sudah ke luar dari pendopo
mengiringi Thay-siang dan Pek-hoa-pangcu, IHu-pangcu. Seluruh
hadirin dia m me matung dan sama me mberi hormat.
So yok langsung tampil ke depan, serunya lantang: "Sekarang
pertandingan ketiga di mulai, babak pertandingan ketiga ini
me mperebutkan jabatan cong-houhoat dan co-yu-houhoat. Atas
perintah Thay-siang, ka mi sendiri yang akan me njadi wasit
pertandingan ini, waktu pertandingan berlangsung, ba ik adu jotos
atau main senjata, tetap hanya saling jamah dan sentuh saja,
dilarang keras melukai atau bermaksud me mbunuh lawan." Hadirin
menya mbut pengumuman ini dengan tepuk tangan.
Suara So-yok lebih keras lagi: "Ba iklah, sekarang persilakan
ketiga calon peserta satu persatu menerima tantangan"
Kiu-cay-poan-koan Leng Tio-cong segera mendengus: "Ling-
kongcu tunas muda yang serba pandai, didikan Put-thong TaysU
yang termashur lagi, bahwa dia rela mengabdi kepada Pang kita,
inilah kesempatan yang sUkar didapat, hamba yang tidak becus ini
ingin mohon petunjuk beberapa jurus pada Ling kongcu."
Kun-gi bersoja, katanya: "cayhe masih muda dan Cetek
pengalaman, masakah berani menandingi co-hou-hoat" "
"Ling-kongcu jangan sungkan," dingin suara Leng Tio-cong,
"jabatanku se mula sudah dicopot, sekarang hanya sebagai calon
biasa, apalagi kita kan sama2 calon untuk me mperebutkan jabatan
cong-hou-hoat, setelah mencalonkan diri, adalah jama k kalau di
antara kita harus mentukan siapa unggul dan asor."
"Apa boleh buat, terpaksa cayhe turuti saja ke mauan Leng-
heng," ujar Kun-gi, sikapnya tetap ramah dan wajar.
Keduanya lantas beranjak ke tengah gelanggang, So-yok sebagai
wasit segera turun dan berdiri disamping. Tanyanya: "Kalian paka i
senjata atau adu kepalan" "
"Sela manya hamba tak pernah pakai senjata," ucap Leng Tio-
cong, "kalau Ling-kongcu suka pakai senjata juga boleh."
Kun-gi tertawa tawar, katanya: "Kalau Leng-heng tidak pakai
senjata, sudah tentu cayhe ingin adu jotos saja."
Agak berkerut alis So-yok, katanya menegas: "Thay-siang
berpesan wanti2, pertandingan ini menguta makan kepanda ian
sejati, kedua pihak hanya dibatasi saling sentuh saja, siapapun
dilarang melancarkan serangan me matikan, untuk ini jangan kalian
lupa diri."
Sebagai kawakan Kangouw sudah tentu Leng Tio-cong
merasakan peringatan ini menyudutkan dirinya, supaya tidak
me lancarhan Siok-hou-bang kebanggaannya, kalau dalam hati
bertambah rasa dengkinya, tapi lahirnya dia bersikap patuh dan
mengiakan. "Baiklah, sekarang kalian boleh mula i," kata So-yok. lalu dia
mundur beberapa langkah.
Kiu-cay-boan-koan tetap mengenakan jubah biru, itu berarti dia
menjaga gengsi dan mere mehkan Ling Kun-gi. Tapi Kun-gi sendiri
juga mengenakan jubah panjang, dia tida k mencopotnya, jubahnya
yang longgar mela mba i tertiup angin, sikapnya gagah.
Sementara hadirin merubung ma ju berke liling setengah
lingkaran, banyak orang belum pernah tahu betapa tinggi pe muda
sekolahan yang lemah-le mbut ini, hanya Giok-je yang yang pernah
menyaksikan kepandaian Ling Kun-gi, ma ka dia tidak ikut merasa
kuatir seperti te man2nya.
Perawakan Leng Tio-cong kurus kecil, tapi sorot matanya
mencorong dingin dan keja m menatap Ling Kun-gi, ka ki kiri maju
setengah langkah, telapak tangan mengatup di depan dada. Jelas
dia sedang mengerahkan tenaga pada kedua tangannya, seumpa ma
panah yang sudah terpasang dibusur dan siap dibidikkan.
Setelah menunggu sekian saat dan melihat Kun-gi tetap diam
saja, Leng Tio-cong hilang sabar, tanyanya: "Ling-kongcu sudah
siap" "
"Silakan mulai Leng-heng," sahut Kun-gi tertawa. Ternyata tanpa
me ma kai gaya segala, dia tetap berdiri tanpa bergerak.
Agakya Leng Tio-cong naik pita m melihat sikap Kun-gi yang tidak
pandang sebelah mata padanya, dia tertawa katanya: "Baiklah, aku
berlaku kasar lebih dulu." Suaranya bagai pe kik lutung ditengah
hutan melengking menusuk kuping.
Lenyap suaranya tiba2 ia menubruk ke arah Kun-gi, gerakannya
lincah secepat kilat,
Sekali berkelebat tahu2 sudah berada di samping kiri Kun-gi,
tangan kiri me lintang kesamping dan telapak tangan tegak seperti
golok me mbelah ke rusuk bawah. Selanjutnya dia me mutar tubuh,
tahu2 sudah berkisar ke belakang Ling Kun-gi, lima jari tangan
kanan terpentang mencengkra m tulang punggung. Gerakan
serempak ini boleh dikatakan dilaksanakan secepat angin, ma lah
satu sama lain sukar di-diraba mana yang serangan betul dan mana
yang gertakan belaka.
Dia meyakinkan Eng-jiau-kang, sejenis kungfu yang keji, setiap
serangan selalu menyembunyikan gerakan licik, tampa knya dia
menyerang dari depan, tahu2 sudah berkisar ke belakang dan
mengincar tempat lawan yang lemah, kalau cengkeraman jari2
tangannya mengenai sasaran dengan telak. punggung Kun-gi pasti
berlubang. Sudah tentu So-yok melihat betapa keji, serangannya ini
dia m2 dia mengerut kening.
Betapapun cepat dan tangkas serangan Leng Tio-cong, tapi Kun-
gi juga tida k la mbat, pada kelima jari lawan ha mpir mengena i
sasaran, tiba2 Kun-gi berputar, tubuhnya kini berhadapan dengan
Leng Tio-cong, berbareng tangan kiri, terangkat dan sedikit
menyanggah, dengan tepat dia tahan ruas tulang pergelangan
tangan lawan, ia pegang tangan orang terus dibetot keluar,
berbareng tangan kanan menutuk ke dada lawan-Tak pernah
terpikir oleh Leng Tio-cong lawan bisa bergerak secepat ini,
terutama tangan kanannya dipegang lawan sehingga dadanya
terbuka, karuan kagetnya tidak kepalang, dalam seribu
kesibukannya lekas dia tarik telapak tangan kiri melindungi dada,
sementara kaki menjeja k tanah dan me lompat ke belakang.
Waktu dia berdiri tegak dan angkat kepala, dilihat Kun-gi tetap
berdiri di te mpatnya sambil tersenyum Simpul. pakaiannya
me la mbai terttiup angin, Sikapnya acuh tak acuh seperti tak pernah
terjadi apa2. Betapa gusar Leng Tio-cong, Sekali mundur segera ia rnendesak
maju pula, tangan menepuk ke muka, tepukan tangan yang
kelihatan enteng ini seketika me mbawa deru angin kencang,
sungguh dahsyat perbawanya.
Wajah Kun-gi tetap mengulum senyum, na mun dia m2 iapun
kaget, batinnya: "Lwekang orang ini ternyata hebat sekali." Segera dia himpun tenaga dan melejit ke sa mping.
Perawakan Leng Tio-cong kurus kecil, gerak-geriknya tangkas
cepat, begitu tangan menepuk orangnyapun menubruk maju dan
mencengkeram miring ke sa mping. Kecepatan permainannya
ternyata sudah diperhitungkan, dia yakin Kun-gi takkan berani
menya mbut pukulannya ini dan pasti akan berkelit ke samping, oleh
karena itu walau tepukan tangannya tadi membawa da mparan
angin kencang, tapi yang dia utama kan adalah cengkermannya ini.
Baru saja Kun-gi berkelit, belum lagi kakinya berdiri tegak, lima
jalur angin kencang tahu2 sudah menerjang pundak. cengkera man
ini t idak kelihatan di ma na letak keiatimewaannya, tapi pada saat
kelima jarinya bergerak ini dia m2 telah menye mbunyikan tiga kali
gerak perubahan susulan, cara bagaimana Kun-gi akan me nangkis
atau berkelit tetap takkan luput dari ketiga gerak serangan susulan
itu. Inilah salah satu jurus Kim-na-jiu-hoat yang lihay sekali dari
aliran Eng-jiu-bun.


Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Penonton me mang tiada yang melihat jelas adanya perubahan
susulan dala m cengkera man ini, cuma terdapat orang dari menepuk
berubah mencengkera m dan tahu2 pundak Kun-gi ha mpir saja
dipegangnya, keruan semua orang berkuatir bagi Ling Kun-gi.
Kejadian berlangsung cepat bagai percikan api, ke lima jari Kiu-
cay-boan-koan bagai kaitan besi tajam, pada detik2 ha mpir
menyentuh pundak lawan, dalam hati dia bersorak girang,
wajahnyapun mengulum senyum sinis.
Tak terduga ketika ujung jarinya menyentuh baju dipundak Ling
Kun-gi, tiba2 Kun-gi mendak sa mbil berkisar dan tahu2 lenyap dari
pandangan. Bukan saja Leng Tio-cong, penontonpun tiada yang
me lihat jelas cara bagaimana Kun-gi berhasil menghindarkan diri.
Bukan saja meluputkan diri dari cengkera man ganas, dia malah
sudah berkisar ke bela kang lawan-
Begitulah pertandingan itu terus berlangsung dan sudah dapat
diduga lebih dulu, akhirnya Ling Kun-gi keluar sebagai juara dan
diangkat sebagai cong-hou-hoat, Sebagai co-yu-hou-hoat masing2
adalah Leng Tio-cong dan coa Liang.
Semua anggota Pek-hoa-pang bersorak ge mbira dan suara
ucapan selamat datang diri segenap penjuru. Para Hou-hoat yang
sudah terpilih juga tunduk kepada pengangkatan itu mengingat Ling
Kun-gi me mang telah me mperlihatkan kepandaiannya yang sejati.
Dala m ucapara pengangkatan jabatan baru itu, Thay-siang
menyerahkan pula sebilah pedang pusaka "Ih-thian-kia m" kepada
Kun-gi dan diputuskan pula ma la m nanti akan diadakan pesta besar.
Petangnya setelah istirahat, datanglah pelayan me mberitahukan
kepada Kun-gi bahwa perjamuan sudah siap dan Pangcu serta Hu-
pangcu telah menunggu. . .
Kun-gi bergegas menuju kependopo disertai para co-yu-hou-boat
dan Hoa-hoat-su-cia.
Ling Kun-gi mengena kan jubah hijau dengan lh-thian-kia m
tergantung dipinggang,mendahului rombongannya masuk
kependopo, para dara kembang yang sudah hadir la ma bertepuk
tangan menya mbut kedatangannya.
Pada meja ujung kanan sana berduduk Pek-hoa pangcu dan Hu-
pangcu, merekapun berdiri menyambut kedatangannya. Dalam
perjamuan besar mala m ini, Pangcu dan Hu-pa
Cinta Bernoda Darah 10 Amanat Marga Karya Khu Lung Pendekar Super Sakti 14
^