Panji Sakti 11

Panji Sakti Karya Khu Lung Bagian 11


"Aku tidak tahu," sahut Cit Ciat Sin Kun. "Aku cuma
menyampaikan pesannya."
542 "Baiklah." Ketua Siau Lim manggut-manggut. "Kami pasti
menyambut baik kunjungan Kiu Thian Mo Cun."
"Terimakasih atas keramahan ketua!" ucap Cit Ciat Sin Kun
sambil bangkit berdiri.
"Kami mau mohon diri!"
"Selamat jalan!" ucap ketua Siau Lim.
Cit Ciat Sin Kun membalikkan badannya, dan di saat itulah ia
berpesan pada ketua Siau Lim dengan ilmu menyampaikan suara.
"Ketua harus berhati-hati, Mo Cun ke mari mempunyai niat tidak
baik! Ilmunya sangat tinggi!"
"Omitohud!" Ketua Siau Lim menyebut nama kebesaran Buddha.
"Selamat jalan Sin Kun!"
"Hmm!" Cit Ciat Sin Kun pura-pura mendengus dingin, lalu
melangkah pergi.
"Ketua!" ujar salah seorang pelindung Siau Lim. "Tiga hari
kemudian Kiu Thian Mo Cun akan ke mari, kita harus bagaimana?"
"Tentunya harus menyambut kedatangan mereka," jawab ketua
Siau Lim. "Tapi ..." Pelindung itu mengernyitkan kening. "Kiu Thian Mo Cun
berilmu sangat tinggi, kedatangannya pasti berniat jahat."
"Liau Khong?" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang. "Apa
boleh buat, kita harus mempertahankan Siau Lim!"
"Ketua!" ujar Liau Khong Taysu. "Bagaimana kalau kita
berunding dengan Sam tianglo" "
"Ketiga ketua tidak akan keluar dari ruang meditasi," Ketua Siau
Lim menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi .." ujar Seng Khong Taysu mengingatkan. "Yang akan kita
hadapi adalah Kiu Thian Mo Cun, maka lebih baik kita melapor pada
tiga tetua itu."
"Benar," sambung Hian Khong Taysu. "Mungkin tiga tetua masih
mampu melawan Kiu Thian Mo Cun."
"Ketua!" sela Ulie Khong Taysu. "Masalah ini menyangkut Siau
Lim Pay kita, oleh karena itu alangkah baiknya kalau kita
memberitahukan pada tiga tetua."
"Baiklah" Ketua Siau Lim manggut-manggut. "Kalian berempat
ikut aku ke ruang meditasi untuk menemui tiga tetua!"
Mereka berlima melangkah ke dalam menuju ruang meditasi,
yang merupakan tempat terlarang bagi murid Siau Lim.
543 Setelah berada di depan pintu ruang meditasi, ketua Siau Lim
dan keempat pelindung merapatkan kedua tangan masing-masing di
dada. "Sam uii susiok (Tiga paman guru), kami datang menghadap,"
ucap ketua Siau Lim.
"Masuklah!" terdengar suara sahutan dari dalam.
Liau Khong Taysu membuka pintu ruang, ketua Siau Lim
melangkah ke dalam dan diikuti keempat pelindung itu-
"Kami memberi hormat pada susiok!" ucap ketua Siau Lim.
"Duduk!" sahut salah seorang huieshio yang sudah tua itu.
Ketua Siau Lim dan keempat pelindung segera duduk, tetua
Pertama menatap ketua Siau Lim dengan tajam.
"Engkau ke mari menemui kami, tentunya ada sesuatu penting,
kan?" tanya It tianglo.
"ya, Siau susiok (paman guru kecil)!"
"Usia kami bertiga sudah hampir seratus, kenapa engkau masih
ke mari mengganggu ketenangan kami bertiga?" tanya tetua kedua.
"Maaf, paman guru!" ucap ketua Siau Lim dan memberitahukan.
"Tadi ada utusan dari Kiu Thian Mo Cun ke mari .."
"Omitohud!" Ketiga tetua Siau Lim tampak terkejut bukan main.
"Utusan Kiu Thian Mo Cun?"
"Ya, Paman guru."
"Apakah Kiu Thian Mo Cun masih hidup?" tanya tetua ketiga.
"Kami tidak tahu, tapi sepuluh bulan yang lalu, Kiu Thian Mo Cun
telah muncul dan memukul jatuh Pek Giok Liong ke jurang."
"Siapa Pek Giok Liong itu?" tanya tetua pertama.
"Pek Giok Liong adalah ketua panji Hati suci Matahari Bulan."
Ketua Siau Limmemberitahukan.
"Apa"!" Ketiga tetua Siau Lim tersentak, "pek Giok Liong adalah
pemegang Jit Goat Seng Sim Ki?"
"Betul. Tapi ..." Ketua Siau Lim menarik nafas panjang.
"Omitohud! Jadi Pek Giok Liong sudah mati?" tanya tetua kedua.
"Ya." Ketua Siau Lim mengangguk. "Bagaimana dengan pihak
Pulau Pelangi?" tanya tetua kedua mendadak.
"Belum bertindak apa-apa," jawab ketua Siau Lim. "Karena tiga
hari lagi Kiu Thian Mo Cun akan ke mari, maka ..."
"Baiklah. Sampai waktunya kami bertiga pasti muncul," ujar
tetua pertama berjanji.
544 "Terimakasih, paman guru!" Ketua Siau Lim menarik nafas lega,
karena ketiga paman gurunya bersedia membantu dalam hal ini.
Hari ini suasana vihara Siau Lim agak luar biasa, para hweshio
berbaris di undakan tangga di depan pintu vihara tersebut. Barisan
hweshio itu sampai di depan pintu masuk. Wajah mereka tampak
serius dan tegang
Berselang beberapa saat kemudian, terdengarlah lonceng
berbunyi nyaring sekali, itu pertanda tamu-tamu yang ditunggu telah
datang Tung! Tung! Tung!
Ketua dan empat pelindung Siau Lim segera menuju ke pintu.
Mereka berlima berdiri disitu dengan perasaan tegang, sedangkan
Cap Pwe Lo Han (Delapan belas orang gagah) berdiri di depan.
Tak seberapa lama kemudian, terdengarlah suara musik yang
amat merdu, suara suling membaur dengan suara Pipeh dan khim,
bahkan diiringi pula dengan suara nyanyian yang amat merdu
menggetarkan kalbu.
Muncul barisan Kiu Mo Li yang mengenakan gaun tipis bersama
para gadis pemain musik.
Begitu barisan Kiu Mo Li muncul, seketika juga para hweshio
yang berbaris melotot dengan mulut ternganga lebar.
Sementara Kiu Mo Li berjalan berlenggak-lenggok dan meliukliuk
sambil tersenyum genit pada para hweshio itu.
Tok! Tok! Tok! Tok! Mendadak dari dalam vihara mengalun ke
luar suara bokkie. Begitu mendengar suara bokkie, para hweshio
pun segera membaca doa.
Berselang sesaat, muncul Cit Ti Sat, Ngo Kui, menyusul Thian Ti
Siang Mo dan Kiu Thian Mo Cun.
Kiu Mo Li berhenti, Cit Ti Sat dan Ngo Kui maju, lalu berdiri di
hadapan ketua Siau Lim.
"Kiu Thian Mo Cun telah tiba!" Cit Ti Sat memberitahukan.
"Omitohud! Selamat datang!" ucap ketua Siau Lim.
Thian Ti Siang Mo melangkah ke hadapan ketua Siau Lim, lalu
berdiri di situ dengan wajah dingin.
"Tay Kak Hosiang!" ucap Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa. "Aku
Kiu Thian Mo Cun meluangkan waktu untuk berkunjung ke mari. '
"Omitohud! Terimakasih atas kunjungan Mo Cun!" ucap Tay Kak
Hosiang, ketua Siau Lim.
545 "Silakan masuk!"
"Tay Kak!" sahut Kiu Thian Mo Cun dingin "Kami tidak perlu
masuk, cukup berdiri disini saja!"
"Kenapa?" Tay Kak Hosiang heran.
"Kami ke mari bukan untuk bertamu, melainkan untuk memberi
perintah padamu, ketua Siau Lim!"
"Omitohud!" jay Kak Hosiang merapatkan kedua tangannya di
dada. "Kami pihak Siau Lim tidak di bawah perintah Mo Cun!"
"Tay Kak!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh "Kalau
engkau tidak menerima perintahku, berarti Siau Lim Pay akan
musnah!" "Omitohud!" Tay Kak Hosiang menarik nafas panjang. "Selama
ini kami pihak Siau Lim senantiasa hidup tenang, janganlah Mo Cun
mengganggu ketenangan kami!"
"Tay Kak! Kedatangan kami justru ingin menaklukkan Siau Lim!"
ujar Kiu Thian Mo Cun sungguh-sungguh, "perlukah banjir darah di
sini?" "Apa kehendakmu, Mo Cun?"
"Siau Lim Pay harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Bagaimana kalau kami tidak mau?"
"Pasti banjir darah di sini!"
"Omitohud! Apakah tiada jalan lain?"
"Ada!" Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Mari kita bertanding tiga
babak! Kalau pihakmu menang, kami pasti segera meninggalkan
tempat ini! Tapi kalau pihakmu kalah, harus takluk dan di bawah
perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Omitohud!" Tay Kak Hosiang memandang Empat pelindung.
"Bagaimana menurut kalian?"
"Ketua! Keadaan amat terdesak, itu apa boleh buat!" Jawab Liau
Khong Taysu sambil menarik nafas Panjang.
"Baiklah!" ujar ketua Siau Lim Pada Kiu Thian Mo cun. "Mari kita
bertanding tiga babak!"
"Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Pihakmu siapa yang
akan maju duluan?"
"Cap Pwe Lo Han!" jawab ketua Siau Lim
"Baik! Mereka akan bertanding di halaman ini!" ujar Kiu Thian Mo
Cun. "Mo Cun!" Ketua Siau Lim menatapnya. "Kenapa Mo Cun
memakai kedok iblis?"
546 "Tay Kak. Dari dulu aku sudah pakai kedok iblis, kini pun harus
Pakai kedok ini!" sahut Kiu Thian Mo Cun- "Nah, suruh Cap Pwe Lo
Han bersiap-siap!"
"Cap pwe Lo Han, maju!" Ketua Siau Lim memberi perintah pada
Cap Pwe Lo Han itu.
"Ya, Ketua!" Cap Pwe Lo Han itu segera menuju ke pelataran,
lalu berdiri di situ.
"Kiu Mo Li, maju!" Kiu Thian Mo Cun memberi perintah pada Kiu
Mo Li itu. "Ya, Mo Cun!" sahut Kiu Mo Li serentak, mereka menuju ke
pelataran dengan badan meliuk-liuk menggiurkan.
Kiu Mo Li berdiri di situ sambil tersenyum-senyum. Cap Pwe Lo
Han langsung mengambil posisi mengepung, sekaligus membentuk
Cap Pwe Lo Han Tin (Barisan delapan belas Lo Han), barisan
tersebut amat terkenal dalam rimba persilatan, sebab selama ini
tiada seorang pun yang mampu menjebol barisan itu.
Akan tetapi, begitu melihat Kiu Mo Li itu, mata delapan belas Lo
Han itupun melotot lebar.
"Hi hi hi!" Toa Mo Li tertawa cekikikan. "Lo Han yang baik, kita
akan bertanding ya?"
"Ya," sahut salah seorang Lo Han.
"Kalau begitu, cepatlah mulai!" ujar Toa Mo Li sambil tersenyum
genit. "Lo Han yang baik, badanmu begitu kekar, pasti kuat
bertanding di ranjang!"
"Awas!" bentak Lo Han itu "Kami akan mulai menyerang!"
"Kok buru-buru amat sih" Lebih baik kami menari dulu!" ujar Toa
Mo Li sambil mengerling Lo Han itu. Kerlingan itu membuat Lo Han
tersebut jadi berdebar-debar hatinya.
"Adik! Adik!" ujar Toa Mo Li pada saudara-saudaranya. "Mari kita
menari untuk para Lo Han yang baik hati itu!"
"Baik, Kak," sahut mereka serentak sambil tersenyum genit.
Tak lama terdengarlah suara nyanyian yang amat merdu.
Sembilan wanita iblis itu mulai menari. Bukan main! Mirip tarian
strip-tease jaman sekarang. Begitu merangsang sehingga membuat
delapan belas Lo Han itu berdiri dengan mata terbelalak.
Delapan belas Lo Han itu tidak tahu, bahwa itu Mo Li Mi Hun Tin
(Barisan pembetot sukma wanita iblis).
Tarian itu lebih hot dan merangsang dari pada tarian strip-tease
jaman sekarang. Bayangkan! Sembilan wanita iblis itu menari sambil
547 menyingkap ujung gaun masing-masing, kemudian membuka kaki
mereka lebar-lebar dan bergoyang-goyang. Bahkan di antaranya ada
pula yang telentang sambil membuka lebar-lebar kakinya, sekaligus
menggoyang-goyangkan pantat
Mana tahan! Delapan belas Lo Han itu betul-betul tidak tahan,
bahkan timbul hasrat untuk memeluk Kiu Mo Li itu.
"Serang mereka!" seru Tay Kak Hosiang, ketua Siau Lim.
Delapan belas Lo Han tersentak. Mereka mulai membentuk
barisan, dan mulai menyerang.
"Hi hi hi!" Sembilan wanita iblis itu tertawa cekikikan- "Tega
amat sih kalian menyerang kami! Lo Han yang baik hati, rabalah
dadaku!" Toa M0 Li menghadapi salah seorang Lo Han, lalu mengangkat
dadanya untuk menyenggol lengan Lo Han itu.
"Ouh-ouh!" Hampir saja Lo Han itu berseru demikian. Cepatcepat
ia menjatuhkan diri menyerang Toa Mo Li dengan jurus Lo
Han tidur. Ketika Lo Han itu menjatuhkan diri, Toa Mo Li pun mengeluarkan
jurus perangsangnya, yakni mengangkat sebelah kakinya
menghadap Lo Han itu, sekaligus menyingkap gaunnya, sehingga
yang di dalam selangkangan itu terlihat semua.
Jurus tersebut membuat Lo Han itu tidak mampu berdiri lagi. Ia
terus membaringkan dirinya dalam jurus Lo Han tidur. Namun
sepasang matanya melotot mengarah pada seiangkangan itu sambil
menelan ludah, sehingga membuat Toa Mo Li tertawa cekikikan, dan
mulailah menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Sukma Lo Han itu betul-betul terbetot ke luar, dan ia pun
bergoyang-goyang seakan sedang bermain dengan Toa Mo Li itu.
Bagaimana Lo Han yang lain" Mereka tidak beda jauh dengan Lo
Han itu. Salah seorang Lo Han menyerang Ji Mo Li (wanita iblis
kedua) dengan jurus Lo Han memukul lonceng, sepasang tangan Lo
Han itu memukul ke depan. Ji Mo Li justru pasang dada menyambut
pukulan itu. Ketika melihat sepasang payudara Ji Mo Li yang amat
montok, lweekang Lo Han yang telah disalurkan pada sepasang
tangannya pun buyar entah ke mana. Bahkan sepasang telapak
tangannya melekat pada sepasang payudara Ji Mo Li, sekaligus
meraba-rabanya. Saking asyik meraba, ia menjadi lupa diri, Ji Mo Li
langsung menotok jalan darahnya.
548 "Hi hi hi!" Ji Mo Li tertawa geli, karena melihat Lo Han itu sudah
berdiri seperti patung terkena totokannya.
Barisan delapan belas Lo Han Siau Lim yang sangat terkenal itu,
justru tak berkutik sama sekali terhadap barisan pemikat sukma
sembilan wanita iblis itu.
"Berhenti!" bentak ketua Siau Lim dengan wajah merah padam
saking merasa malu menyaksikan hal tersebut.
"Ha ha ha" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Ketua Siau Lim,
babak ini pihakmu telah kalah!"
"Omitohud!" sahut ketua Siau Lim. "Cap Pwe Lo Han Tin kami


Panji Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang telah kalah."
"Nah, sekarang kita mulai babak kedua!"
"Baiklah!" Ketua Siau Lim mengangguk. "Si Hu Huat, kalian
berempat maju!"
"Ya," sahut Liau Khong Taysu.
Sementara delapan belas Lo Han itu telah bebas dari totokan,
mereka kembali ke tempat, Kiu Mo Li pun kembali ke tempat sambil
melirik delapan belas Lo Han itu sambil tersenyum genit. Wajah
delapan belas Lo Han memerah, cepat-cepat mereka menundukkan
kepala. "Ngo Kui!" panggil Kiu Thian Mo Cun. "Kalian berlima melawan
Siau Lim si Hu Huat itu!"
'Ya, Mo Cun." Toa Tauw Kui memberi hormat pada Kiu Thian Mo
Cun, lalu menghampiri empat pelindung Siau Lim.
"Kita bertanding dengan senjata atau tangan kosong?" tanya
Setan kepala Besar.
"Tangan kosong saja!" sahut Liau Khong Taysu.
"Baiklah!" Setan Kepala Besar tertawa panjang. "Saudarasaudaraku,
mari kita serang keempat kepala gundul itu!"
"Baik!" sahut keempat saudara Toa Tauw Kui.
Mereka berlima langsung menyerang Siau Lim Si Hu Huat, empat
pelindung Siau Lim itu langsung berkelit.
"Omitohud!" Liau Knong Taysu menyebut kebesaran nama
Buddha. "Sungguh hebat serangan kalian!"
"Kepala gundul! Sambut lagi serangan kami!" bentak Toa Tauw
Kui sambil menyerang.
Terjadilah pertarungan yang amat seru. Keempat pelindung Siau
Lim mengeluarkan ilmu andalan mereka, yakni Siau Lim Hok Mo Sin
Ciang (pukulan Sakti Penakluk Iblis).
549 Ngo Kui juga mengeluarkan ilmu andalan, yakni Ngo Kui Ciang
(Pukulan Lima Setan), dan mengurung empat pelindung Siau Lim
dengan Ngo Kui Tin (Barisan Lima Setan).
Tak seberapa lama kemudian, empat pelindung Siau Lim mulai
tampak kewalahan menghadapi Ngo Kui, akhirnya mereka berempat
mengeluarkan ilmu simpanan Siau Lim, yakni Liong Houui Sin Ciang
(Cakar Sakti Naga Harimau).
Ngo Kui terkejut, lalu segera melompat mundur beberapa
langkah. Setelah itu mereka berlima mendadak menyerang serentak
dengan ilmu Ku Lu Ciang (Pukulan Tengkorak) yang amat ganas.
Empat pelindung Siau Lim menyambut pukulan-pukulan itu dengan
Cakar Sakti Naga Harimau, terdengarlah benturan keras.
Ngo Kui termundur tiga langkah, sedangkan empat pelindung
Siau Lim terpental sejauh lima meteran dengan mulut mengeluarkan
darah segar. "Ha ha hal" Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Ketua Siau Lim, babak
kedua dimenangkan pihak kami lagi. Perlukah bertanding lagi?"
"Memang perlu!" Terdengar sahutan tajam dari dalam vihara.
Tampak tiga hweshio tua berjalan ke luar. Mereka adalah tiga tetua
Siau Lim. "Paman guru!" Ketua Siau Lim segera memberi hormat seraya
melapor, "Pihak kita sudah kalah dua babak"
"Omitohud!" Tetua pertama menatap Kiu Thian Mo Cun dengan
tajam. "Engkau adalah Kiu Thian Mo Cun?"
"Tidak salah!" sahut Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa. "Aku tahu
kalian bertiga masih hidup, maka aku harus ke mari!"
"Mo Cun," ujar tetua pertama dengan sabar. "Kalau engkau
benar Kiu Thian Mo Cun, lebih baik engkau pergi bertapa! Jangan
menyia-nyiakan usiamu yang hampir dua ratus itu!"
"Kepala gundui!" Kiu Thian Mo Cun tertata terkekeh-kekeh. "Hui
Beng H0siang, guru kalian itu masih tidak berani berkata demikian
padaku! Tahu?"
"Omitohud! jadi ..." Tetua Pertama tersentak, sebab siapa pun
tidak tahu guru mereka, namun orang berkedok iblis itu justru tahu,
benarkah dia Kiu Thian Mo Cun"
"Kepala gundul, tidakkah kalian yakin bahwa aku Kiu Thian Mo
Cun?" 550 "Omitohud! Setelah engkau dipukul jatuh ke jurang oleh Seng
Sim Tayhiap, tidak mati, malah bisa hidup sekian lama, seharusnya
engkau bertobat!"
"Kepala gundul! Kalian tidak perlu menasehatiku!" bentak Kiu
Thian Mo Cun gusar. "Mari kita bertanding! Kalau kalian bertiga
kalah, maka partai Siau Lim harus di bawah perintah Kiu Thian Mo
Kiong!" "Omitohud! Kenapa Mo Cun mendesak kami?"
"Sudahlah! Jangan banyak omong, mari kita bertanding!"
"Omitohud! Demi nama baik partai Siau Lim, kami bertiga
terpaksa bertanding dengan Mo Cun!"
"Bagus! Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak sambil
melangkah ke pelataran.
"Omitohud!" Tiga tetua Siau Lim juga melangkah ke sana.
"Hati-hati, Paman guru!" pesan ketua Siau Lim.
"Tidak perlu cemas, segala apa pun sudah merupakan takdir,"
sahut tetua pertama
"Betul!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh. "Hari ini pasti Siau
Lim ditakdirkan harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Mo Cun, bagaimana kalau kita mengadu lweekang?" tanya tetua
pertama "Baik!" Kiu Thian Mo Cun mengangguk. "Kalian bertiga boleh
menyerangku dengan tenaga dalam!"
"Kalau begitu, berhati-hatilah!" ujar tetua pertama.
Tiga tetua Siau Lim segera menghimpun Thay Im sin Kang,
sedangkan Kiu Thian Mo Cun mengerahkan Hek Sim Sin Kang
(Tenaga Sakti Hati Hitam). Karena cuma mengerahkan tujuh bagian,
maka badannya cuma memancarkan sedikit cahaya hitam.
"Omitohud!" Tetua pertama tersentak "Hek Sim Sin Kang!"
"Betul!" Kiu Thian Mo Cun mengangguk. "Berhati-hatilah kalian
bertiga!" "Omitohud!" Tiga tetua Siau Lim menyerang serentak dengan
Thay Im sin Kang. Betapa dahsyatnya tenaga sakti mereka, namun
Kiu Thian Mo Cun malah tertawa panjang, sekaligus mengibaskan
tangannya. Bumm! Terdengar suara benturan yang memekakkan telinga.
Kiu Thian Mo CUn berdiri tak bergeming, sebaliknya tiga tetua
Siau Lim terpental beberapa meter dengan mulut mengeluarkan
darah hitam, dan wajah mereka tampak kehitam-hitaman.
551 Mereka bertiga telah terluka dalam, bahkan terkena racun
pukulan lawan. Kalau Kiu Thian Mo Cun menambah satu bagian
lweekangnya, tiga tetua Siau Lim pasti mati seketika.
"Paman guru!" Ketua Siau Lim cemas bukan main "Bagaimana
luka Paman guru bertiga?"
"Ti ... tidak aPa-apa," sahut tetua Pertama sambil memejamkan
matanya untuk mengatur pernafasannya.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Nah!
Mulai sekarang partai Siau Lim sudah berada di bawah perintah Kiu
Thian Mo Kiong!"
"Mo Cun! Kita masih belum bertanding!" Ketua Siau Lim gusar
sekali. "Tay Kak!" Kiu Thian Mo Cun menudingnya. "Ketiga paman
gurumu sudah roboh di tanganku, bagaimana mungkin engkau
mampu melawanku?"
"Tay Kak ..." ujar tetua pertama sambil membuka matanya.
"Kami bertiga telah kalah, maka mulai saat ini pasti Siau Lim berada
di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak.
"Ketua Siau Lim, kalau ada perintah dari Kiu Thian Mo Kiong, kalian
partai Siau Lim harus melaksanakannya dengan baik!"
"Omitohud!" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang.
"Baiklah! Aku mau kembali ke Mo Kiong!" ujar Kiu Thian Mo Cun.
"Mari kita pergi!"
Kiu Thian Mo Cun duduk di kursi kebesarannya, Thian Ti Siang
Mo, Ngo Kui, Cit Ti Sat dan Kui Mo Li duduk berderet di depannya.
"Kami menghatur selamat pada Mo Cun!" ucap mereka serentak.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Terimakasih! Kini
partai Siau Lim telah kita taklukkan. Mengenai partai lain tidak sulit,
maka aku tidak perlu turun tangan sendiri-"
"Mo Cun, partai apa yang perlu kita taklukan lagi?" tanya Thian
Mo. "Partai Bu Tong, Gobi, Hwa San dan Khong Tong," sahut Kiu
Thian Mo Cun memberitahukan.
"Kita harus menaklukkan partai-partai itu juga."
"Betul." Thian Mo manggut-manggut sambil tertawa. "Setelah
kita menaklukkan partai-partai itu, maka Kiu Thian M0 Kiong yang
berkuasa di bu lim."
552 "itu memang tujuan kita." Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Nah,
Thian Mo ke Yang Ulie Kiong menyampaikan perintahku, Cit Ciat Sin
Kun dan bawahannya harus menaklukan partai Gobi!"
"Ya, Mo Cun," sahut Thian Mo.
"Ti Mo harus ke Siau Mo Kiong (Istana Iblis Kecil) menyampaikan
perintahku, Siau Mo Cun Tu Cu Yen dan bawahannya harus
menaklukkan partai Hwa San."
"Ti Mo terima perintah," sahut Ti Mo.
"Mo Cun, siapa yang akan menaklukan Partai Butong dan Khong
Tong?" tanya Thian Mo.
"Partai Butong amat kuat, maka harus kalian berdua dan Ngo Kui
yang ke sana menaklukkannya," jawab Kiu Thian Mo Cun.
"Ya, Mo Cuh," sahut Thian Ti Siang Mo dan Ngo Kui.
"Cit Ti Sat dan Kiu Mo Li ke partai Khong Tong! Kalian harus
menaklukkan Partai itu!"
"Ya, Mo Cun," sahut Cit Ti Sat dan Kiu Mo Li.
"Kalian semua harus tahu, kenapa aku harus turun tangan juga
menaklukkan partai Siau Lim?" ujar Kiu Thian Mo Cun. "Itu
dikarenakan tiga tetua Siau Lim itu masih hidup, kalian bukan
lawannya."
"Betul." Thian Mo mengangguk. "Hek Sim Sin Kang Mo Cun amat
hebat, aku yakin ilmu itu sudah tiada tanding di kolong langit"
"Tidak salah." Kiu Thian Mo Cun manggut-manggut. "Oleh
karena itu, mulai sekarangseluruh bu lim akan menjadi milik kita."
"Betul." Ti Mo tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha! Secara tidak
langsung Mo Cun adalah Bu Lim Beng Cu (Ketua rimba persilatan)!"
"Kami semua mendukung," ujar yang iain dengan sungguhsungguh.
"Pokoknya Kiu Thian Mo Kiong yang menjadi Pemimpin bu lim!"
sahut Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa gelak. "Selama dua ratus
tahun ini, pihak golongan putih yang berkuasa di bu lim. Tapi kini
sudah tidak, golongan hitamlah yang berkuasa!"
"Hidup Kiu Thian Mo Cun! Hidup golongan hitam!" seru mereka
serentak, kemudian terdengar suara tawa Kiu Thian Mo Cun yang
terbahak-bahak bergema ke mana-mana, disusul suara tepuk sorak
yang riuh gemuruh.
Partai Gobi termasuk partai kuat dan terkemuka di bu lim. Ketua
partai tersebut bernama Pek Bie Siang Jin yang amat terkenal ilmu
553 Gobi Sin Kangnya. Yang Yang Siang Jin dan Ngie Yang Siang Jin
adalah adik seperguruannya. Kepandaian mereka berdua juga amat
tinggi, begitu pula para murid.
Hari ini Gunung Gobi kedatangan tamu-tamu yang di luar
dugaan, yakni dari Yang Wie Kiong. Ketua Gobi dan kedua adik
seperguruannya segera menyambut kedatangan mereka. Dalam hati
ketua Gobi dan kedua adik seperguruannya sudah menduga apa
kehendak pihak Yang Wie Kiong, sebab mereka sudah mendengar
berita tentang partai Siau Lim yang telah ditaklukkan Kiu Thian Mo
Kiong. "Maaf!" ucap Pek Bie Siang Jin atau ketua Gobi. "Ada urusan apa
sehingga Cit Ciat Sin Kun berkunjung ke mari?"
"Pek Bie!" Cit Ciat Sin Kun tertawa gelak. "Tentunya engkau
sudah tahu tujuan kami, partai Siau Lim adalah contoh!"
"Jadi .." Pek Bie Siang Jin menatapnya tajam. "Kalian adalah
utusan dari Kiu Thian Mo Cun?"
"Tidak salah!" sahut Cit Ciat Sin Kun. "Oleh karena itu, aku harap
engkau jangan mengadakan perlawanan, agar partai Gobi masih bisa
berdiri di bu lim!"
"Sin Kun!" sela Jin Pin Mo Kun. "Kita tidak perlu banyak bicara,
habiskan saja mereka!"
"Betul!" sambung Ling Ming Cun Cia. "Kita tidak usah membuang
waktu, kalau mereka tidak mau tunduk, mari kita habiskan mereka!"
"Aku setuju!" ujar Ngo Tok Ceng Kun. "Tanganku sudah gatal!"
"Jadi kedatangan kalian untuk menaklukkan kami partai Gobi?"
tanya Pek Bie Siang Jin dingin.
"Tidak salah!" sahut Cit Ciat Sin Kun dingin. "Kalau kalian tidak
mau tunduk, apa boleh buat! Kami terpaksa bertindak!"
"Apakah kalian yakin mampu menaklukkan kami?" tanya Yang
Yang Siang Jin, adik seperguruan ketua Gobi.
"Kalian ingin bertanding dengan kami?" tanya Cit Giat Sin Kun.
"Betul!" Yang Yang Siang Jin mengangguk.
"Baiklah!" Cit Ciat Sin Kun mengangguk. "Bagaiman cara kita
bertanding?"
"Kita bertanding tiga babak! Kalau pihakmu kalah, harus segera
angkat kaki dari sini!" sahut Pek Bie Siang Jin.
"Seandainya pihakmu yang kalah?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Tentunya kami akan tunduk!" jawab Pek Bie Siang Jin.
554 "Baiklah!" Cit Ciat Sin Kun manggut-manggut. "pihakmu siapa
yang maju duluan?"
"Aku!" sahut Yang Yang Siang Jin sambil melangkah ke tengah.
"Aku yang maju duluan!"
"Sin Kunl" ujar Jin Pin Mo Kun sambil bangkit berdiri, "izinkanlah
aku melawannya!"
"Silakan!" Cit Ciat Sin Kun mengangguk.
Jin pin Mo Kun maju ke tengah, matanya memandang Yang
Yang Siang Jin sambil tertawa.
"Kita bertanding dengan tangan kosong atau senjata"' tanyanya.
"Tangan kosong!" sahut Yang Yang Siang Jin.
"Baiklah! Engkau boleh menyerangku sekarang!" ujar Jin Pin Mo
Kun sambil mengerahkan lweekangnya.
"Engkau adalah tamu. silakan menyerang duluan!" sahut Yang
Yang Siang Jin dan mulai mengerahkan lwee kangnya.
"Baiklah!" Jin Pin M0 Kun langsung menyerangnya.
Yang Yang Siang Jin segera berkelit dan balas menyerang Pula,
terjadilah pertarungan yang amat seru.
Tak terasa pertarungan sudah lewat puluhan jurus, Jin Pin Mo
Kun amat penasaran karena belum dapat mengalahkan Yang Yang
Siang Jin. Maka ia berpekik keras sambil menyerang Yang Yang
Siang Jin dengan jurus Lui Tian Son Ti (Kilat Menyambar Bumi),
yakni jurus andalannya. Sungguh dahsyat dan cepat gerakannya-
Yang Yang Siang Jin terkejut bukan main. Ia cepat-cepat
berkelit, namun sudah terlambat, dadanya terpukul telak sehingga
terpental beberapa meter.


Panji Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aaakh ...!" Jeritnya dengan mulut memuntahkan darah segar
dan wajahnya pucat pias.
"Suheng!" Ngie Yang Siang Jin segera mendekatinya, lalu
memapahnya ke tempat duduk.
"Bagaimana lukamu?"
"Tidak apa-apa," sahut Yang Yang Siang Jin lemah.
"Ha ha ha!" Jin Pin Mo Kun tertawa gelak. "Aku sudah
memenangkan babak pertama! Siapa yang akan maju untuk babak
kedua?" "Aku!" jawab Pek Bie Siang Jin, ketua Gobi sambil maju ke
depan. "Jin Pin, mundur!" seru Cit Ciat Sin Kun. "Biar Thian Sat yang
melawan ketua Gobi itu!"
555 "Ya," Jin pin Mo Kun segera mundur.
Thian Sat Sit Kun melangkah ke depan, matanya menatap pek
Bie Siang Jin dengan tajam seraya bertanya.
"Mau bertanding dengan tangan kosong atau senjata?"
"Tangan kosong!" sahut Pek Bie Siang Jin.
"Baiklah!" Thian Sat Sit Kun segera mengerahkan lwee kangnya.
"Berhati-hatilah! Aku akan segera menyerang!"
"Silakan!" Pek Bie Siang Jin sambil mengerahkan Gobi Sin Kang-
"Ha ha ha!" Thian Sat Sit Kun tertawa panjang, lalu mulai
menyerang Pek Bie Siang Jin.
Ketua .Gobi tidak merasa gentar. Disambutnya serangan itu,
sekaligus balas menyerang pula.
Pertarungan yang amat seru pun mulai berlangsung. Kira-kira
dua puluh jurus kemudian, mendadak Thian Sat Sit Kun memekik
keras sambil menyerang Pek Bie Siang Jin dengan jurus Ngo Gak Ap
Ti (Lima Gunung menindih Bumi) yang penuh mengandung tenaga
dalam. Pek Bie Siang Jin tidak berkelit, sebaliknya malah menyambut
serangan itu dengan jurus Kong Ciak Khay Peng (Merak
Mengembangkan Sayap).
Daar! Terdengar suara benturan keras.
Pek Bie Siang jin terdorong mundur beberapa langkah,
sedangkan Thian Sat Sin Kun Cuma terdorong mundur satu langkah.
Untung Thian Sat Sin Kun tidak berniat melukainya, maka Pek
Bie Siang Jin tidak teriuka dalam.
"Aku mengaku kalah!" ujar pek Bie Siang Jin dengan wajah lesu.
"Terimakasih!" sahut Thian Sat Sin Kun .
"Pihak kami telah memenangkan dua babak, kini masih ada satu
babak, pihakmu siapa yang akan maju?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Pertandingan babak ketiga tidak perlu dilanjutkan lagi!" Ujar
Pek Bie Siang Jin sambil menarik nafas panjang. "Pihak kami sudah
kalah ..."
"Kalau begitu ..." Jin pin Mo Kun tertawa gelak. "Mulai saat ini,
partai Gobi sudah berada di bawah Perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Ya," Pek Bie Siang Jin mengangguk.
"Kalau ada perintah dari Kiu Thian Mo Kiong, kalian harus
melaksanakan perintah itu dengan baik!" tegas Ling Ming Cun Cia
sambil tertawa terkekeh-kekeh, matanya menatap Pek Bie Siang Jin
yang tak bersemangat itu.
556 "Ya!" Pek Bie Siang Jin mengangguk lagi
Suasana di Butong San amat tegang mencekam, itu dikarenakan
kehadiran Thian Ti Siang Mo dan Ngo Kui sebagai utusan Kiu Thian
Mo Cun. Hian Beng Tocu, yakni ketua partai Butong berdiri dengan kening
berkerut-kerut seakan sedang mempertimbangkan sesuatu.
"Bagaimana?" tanya Thian Mo sambil menatapnya tajam.
"Engkau tidak mau takluk pada Kiu Thian Mo Cun?"
"Thian Mo!" sahut Hian Beng Tocu. "Kami tidak akan takluk
begitu saja! Lebih baik kita bertanding!"
"Baik!" Thian Mo tertawa gelak. "Mau bertanding berapa babak?"
"Cukup satu babak saja!" jawab Hian Beng Tocu. "Satu babak itu
akan menentukan partai Butong takluk atau kaiian yang harus enyah
dari sini!"
"Bagus!" Thian Mo tertawa lagi. "Kalau begitu, pihakmu siapa
yang akan maju untuk bertanding?"
"Aku!" sahut Hian Beng Tocu.
"Baiklah!" Thian Mo manggut-manggut. "Suheng! Biarlah aku
yang maju bertanding dengan hidung kerbau itu!" ujar Ti Mo.
"Sute!" tegas Thian Mo. "Engkau jangan mempermalukan Kiu
Thian Mo Kiong, dalam tiga puluh jurus, engkau harus sudah
mengalahkan ketua Butong itu!"
"Ya" Ti Mo mengangguk, lalu maju sambil menjura pada Hian
Beng Tosu "Mari kita mulai! Dalam tiga puluh jurus aku pasti
mengalahkanmu!"
"Bagaimana kalau tidak?" tanya Hian Beng Tosu.
"Kami akan segera meninggalkan tempat ini!" sahut Ti Mo.
"Baiklah!" Hian Beng Tosu mengangguk. "Silakan Ti Mo
menyerang duluan!"
"Kalau begitu, berhati-hatilah!" ujar Ti Mo dan langsung
menyerang Hian Beng Tosu dengan jurus-jurus ampuh.
Hian Beng Tosu berkelit, mengelak dan menghindar, bahkan
balas menyerang.
Tak terasa mereka bertanding sudah dua puluh lima jurus,
mendadak Ti Mo berhenti.
"Engkau cukup tangguh!" ujarnya sambil menatap Hian Beng
Tosu. "Kini tinggal lima jurus, maka engkau harus lebih berhati-hati!"
"Terimakasih atas peringatan Ti Mo!" ucap Hian Beng Tosu.
557 Ti Mo mulai menarik nafas dalam menghimpun Ti Mo Sin
Kangnya, sedangkan Hian Beng Tosu juga menghimpun luiee
kangnya, yakni Sam Yang Sin Kang.
"Hiyaaat!" Pekik Ti Mo keras sambil menyerang Hian Beng Tosu
dengan jurus Ti Mo Seng Thian (Iblis Bumi Naik ke Langit). Sungguh
dahsyat jurus itu, membuat Hian Beng T?su harus mundur dua
langkah, sekaligus menyambut pukulan itu dengan jurus Pat Sian
Nau Hai (Delapan Dewa Mengacau Laut).
Bumm! Terdengar suara benturan keras.
Hian Beng Tosu terdorong ke belakang empat langkah,
sedangkan Ti Mo tetap berdiri di tempat, tak bergeming sama sekali.
"Sambut lagi seranganku ini!" seru Ti Mo sekaligus menyerang
Hian Beng Tosu dengan jurus Ti Mo Ban In (Seribu Bayangan Iblis
Bumi). Hian Beng Tosu terkejut bukan main, karena mendadak puluhan
Ti Mo menyerangnya dari delapan penjuru.
Apa boleh buat, Hian Beng Tosu terpaksa menyambut serangan
itu dengan jurus sin Liong Cut Hai (Naga Sakti ke Luar Laut).
Blamm! Terdengar suara benturan yang lebih keras lagi.
Hian Beng Tosu terpental sepuluh meter, sedangkan Ti Mo cuma
termundur tiga langkah.
"Uaaakh ...!" Hian Beng Tosu memuntahkan darah segar, namun
masih bertahan agar badannya tidak roboh.
"Ketua Butong, engkau telah kalah!" ujar Ti Mo.
"Ya!" Hian Beng Tosu mengangguk.
"Ketua Butong!" Thian Mo menatapnya. "Mulai saat ini, partai
Butong berada di bawah Perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Ya!" Hian Beng Tosu mengangguk lagi.
"Baiklah!" Thian Mo tertawa. "Kami sudah harus Pulang ke Kiu
Thian Mo Kiong, kalau ada perintah dari sana. kalian harus
melaksanakannya dengan baik!"
"Ya!"
Setelah Thian Ti Siang Mo dan Ngo Kui pergi, Hian Beng Tosu
terkulai jatuh. Dari tadi ia terus bertahan agar tidak roboh, otomatis
membuat luka dalamnya bertambah parah.
Sementara itu, partai Khong Tong telah ditaklukkan Cit Ti Sat
dan Kiu Mo Li. Namun tiada pertandingan sama sekali. Kenapa
begitu" Ternyata Khong Khong Hoatsu, ketua Khong Tong berotak
cerdas. Ketika rombongan Kiu Thian Mo Cun tiba, ketua Khong Tong
558 menyambut kedatangan mereka dengan penuh keramahan, bahkan
langsung mempersilakan mereka masuk ke ruang dalam, sekaligus
menyuguhkan teh.
"Khong Khong Hoatsu!" ujar Toa Ti Sat (Algojo Akhirat tertua).
"Kami ke mari bukan ingin bertamu, melainkan menyampaikan
Perintah dari Kiu Thian Mo Cun, bahwa partai Khong Tong harus
takluk pada Kiu Thian Mo Kiong."
"oh, itu!" Khong Khong Hoatsu tertawa. "Takluk dalam arti apa?"
"Artinya partai Khong Tong harus di bawah perintah Kiu Thian
Mo Cun, bahwa partai Khong Tong harus di bawah perintah Kiu
Thian Mo Kiong." Toa Ti Sat memberitahukan.
"Khong Khong Hoatsu yang baik, janganlah engkau melawan
kami!" ujar Toa Mo Li sambil tersenyum genit. "Lebih baik kalian
takluk langsung dari pada harus bertanding. Percayalah, pihakmu
yang rugi."
"Betul, Sianli (Dewi)." sahut Khong Khong Hoatsu sambil
mengangguk. "Kami pasti menurut pada Sianli."
"Hi hi hi!" jog Mo Li tertawa cekikikan- "Khong Khong Hoatsu,
aku bukan Sianli (Dewi), melainkan Mo Li (Iblis wanita), panggil saja
Toa Mo Li padaku! Aku tidak akan marah kok."
"Terimakasih atas kebesaran hati Toa Mo Li!" ucap Khong Khong
Hoatsu. Sikap ketua Khong Tong itu membuat tiga adik seperguruannya
terheran-heran dan tak habis berpikir, kenapa kakak seperguruan
mereka itu begitu pengecut, bahkan tampak menepuk-nepuk pantat
para utusan Kiu Thian Mo Cun itu pula.
Karena kakak seperguruan mereka itu adalah seorang ketua,
maka mereka pun diam, tak berani turut berbicara.
"Khong Khong Hoatsu, engkau masih tampak muda dan gagah."
ujar Toa Mo Li sambil menatapnya genit "Perlukah aku menemanimu
tidur?" Ketiga adik seperguruan Khong Khong Hoatsu tampak gusar
sekali ketika mendengar ucapan Toa Mo Li, namun Khong Khong
Hoatsu sendiri malah tertawa gelak.
"Aku sungguh senang kalau Toa Mo Li bersedia menemaniku
tidur, tapi?" Khong Khong Hoatsu menggeieng-gelengkan kepala.
"Usiaku sudah lima puluh lebih, sudah tiada nafsu lagi!"
"Oh, ya?" Toa Ti Sat tertawa. "Aku masih mampu
membangkitkan nafsumu"
559 "Ha ha ha|" Khong Khong Hoatsu tertawa. "Engkau sungguh
pandai bergurau dan menggodai"
"Khong Khong Hoatsu!" Toa Mo Li tampak serius. "Itu
disebabkan penyambutanmu amat ramah, maka kami pun merasa
senang." "Betul." Toa Mo Li tertawa "Kalau terjadi bentrokan, kalianlah
yang celaka."
"Kalian semua adalah utusan Kiu Thian Mo Cun, jelas kami harus
menghormati kalian," sahut Khong Khong Hoatsu sambil menjura.
"Hi hi hi!" Toa Mo Li tertawa cekikikan. "Karena kalian begitu
ramah, maka kami Kiu Mo Li bersedia menari untuk kalian."
"Menari?" Khong Khong Hoatsu terperangah.
"Khong Khong Hoatsu!" Toa Ti Sat tertawa terbahak-bahak. "Itu
tarian yang amat istimewa, aku berani jamin kalian pasti merasa
Puas." "Oh?" Khong Khong Hoatsu terbelalak, begitu pula ketiga adik
seperguruannya.
"Adik-adikku!" ujar Toa Mo Li kepada yang lain. "Mari kita menari
untuk partai Khong Tong!"
"Ya, Kakak." jawab mereka serentak,
Kiu Mo Li melangkah meliuk-liuk ke tengah-tengah ruangan.
Mereka menjura kepada ketua Khong Tong sambil tersenyum, lalu
mengerling genit pada ketiga adik seperguruan ketua Khong Tong.
Setelah itu, mulailah mereka bernyanyi. Suara mereka begitu
merdu, membuat hati ketiga adik seperguruan Khong Khong Hoatsu
berdebar-debar tidak karuan.
Berselang sesaat, Kiu Mo Li mulai menari. Begitu mulai, ketiga
adik seperguruan Khong Khong Hoatsu langsung terbeliak, begitu
pula para murid partai Khong T0ng itu.
Tarian mereka begitu merangsang, membuat ketiga adik
seperguruan Khong Khong Hoatsu tak henti-hentinya menelan air
liur. Itu tak lepas dari mata Khong Khong Hoatsu, dan diam-diam ia
bersyukur telah bertindak benar. Kalau pihaknya melawan. Pasti
celaka dan akan tak berkutik terhadap tarian Kiu Mo Li yang amat
merangsang itu.
Berselang beberapa saat kemudian, barulah Kiu Mo Li berhenti
menari, lalu menjura pada Khong Khong Hoatsu.
"Bagaimana tarian kami?" tanya Toa Mo Li sambil tersenyum
manis. 560 "Bukan main!" sahut Khong Khong Hoatsu sambil tertawa.
Sesungguhnya ketua Khong Tong itu pun terangsang oleh tarian
tersebut, namun tidak sehebat ketiga adik seperguruannya, yang
wajah mereka telah memerah penuh gairah nafsu birahi.
"Apanya yang bukan main?" tanya Toa Mo Li sambil tertawa
cekikikan. "Tarian kalian," jawab Khong Khong Hoatsu. "Kalau tidak salah,
tarian itu merupakan suatu barisan kan?"
"Betul," Toa Mo Li mengangguk. "Sungguh tajam mata Khong
Khong Hoatsu. Tarian kami adalah Mo Li Mi Hun Tin (Barisan
Pembetot Sukma Wanita Iblis)."
"Oh?" Khong Khong Hoatsu tersentak, namun masih tertawa.
"Sungguh luar biasa barisan itu!"
"Bukan cuma luar biasa, bahkan amat merangsang kan?" Toa Mo
Li tertawa genit.
"Betul." Khong Khong Hoatsu mengangguk.
"Baiklah. Sudah waktunya kami kembali ke Kiu Thian Mo Kiong,
sampai jumpa!" ucap Toa Mo Li.
"Khong Khong Hoatsu! Kami mohon diri!" ucap Toa Ti Sat sambil
tertawa "Betul kan, tarian itu telah membuat kalian merasa puas?"
"Terimakasih!" Khong Khong Hoatsu tersenyUm.
Cit Ti Sat dan Kiu Mo Li meninggalkan tempat itu. Begitu mereka
sudah tidak tampak, Khong Khong Hoatsu langsung jatuh duduk di
kursi sambil menarik nafas panjang.
"Kenapa kita tidak melawan?" tanya salah seorang adik
seperguruannya.
"Melawan pakai apa?" Khong Khong Hoatsu balik bertanya.
"Kaiau kita melawan, kita pula yang celaka."
"Tapi ..."
"Maksudmu partai kita akan malu?"
"Ya."
"Malu untuk bangkit, itu tidak masalah."
"Aku tidak mengerti."
"Partai Siau Lim yang begitu kuat pun masih bisa mereka
taklukkan. Nah, pikirkanlah! Apakah kita mampu melawan mereka"
Dari pada harus ada yang terluka, bukankah lebih baik kita
menyatakan takluk" Lagi pula aku yakin, pihak Kiu Thian Mo Cun


Panji Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pun pasti telah menaklukkan partai besar lainnya."
"Tapi kita masih belum bertanding dengan mereka."
561 "Untung belum bertanding," ujar Khong Khong Hoatsu. "Kalau
bertanding, kita yang akan dipermalukan. Apakah kalian bertiga
mampu melawan Mo Li Mi Hun Tin itu?"
"Itu ..."
"Aku sudah bilang, malu untuk bangkit," ujar Khong Khong
Hoatsu. "Kalau kita masih bernafas, tentunya masih punya
kesempatan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Kiu Thian Mo
Kiong. Kalian mengerti?"
"Mengerti," sahut ketiga adik seperguruannya. "Memang untung
kita tidak melawan mereka. Kalau kita melawan mereka ..."
"Tentunya kita yang celaka." Khong Khong Hoatsu menarik nafas
panjang, kemudian bergumam, "Entah bagaimana nasib partai lain
..." Yang paling parah adalah partai Hwa San, sebab Buiee Hoa Sin
Kiam, ketua Hwa San itu amat keras hatinya, begitu pula muridmuridnya.
Mereka sama sekali tidak mau menyerah, bahkan siap
bertarung sampai titik darah penghabisan.
"Ketua Hwa San!" Tu Cu Yen menatapnya dingin. "Jadi engkau
betul-betul tidak mau takluk pada Kiu Thian Mo Kiong?"
"Pokoknya tidak!" sahut Buiee Hoa Sin Kiam.
"Engkau ingin melihat para muridmu mati?" tanya Tu Cu Yen
dingin. "Kami semua siap mati demi menjaga nama baik partai Hwa
San!" sahut para murid Hwa San Pay.
"Baik!" Tu Cu Yen manggut-manggut. "Empat pelindung dan Lak
Mo dengar perintah, bunuh mereka semua!"
"Ya, Siau Mo Cun!" sahut empat pelindung dan enam iblis itu
serentak, lalu mencabut senjata masing-masing, dan sekaligus
menyerang para murid Hwa San.
"Hiyaat!"
"Aaak"
"Aaakh "!"
Dalam sekejap sudah belasan murid Hwa San tergeletak jadi
mayat. Buiee Hoa Sin Kiam marah bukan main, dan langsung maju
untuk membantu para muridnya. Tapi mendadak Tu Cu Yen
melompat ke hadapannya.
"Mau bertarung?" ujarnya sambil tersenyum.
"Ya!" Bwee Hoa Sin Kiam mengangguk, lalu segera menghunus
pedangnya. "Mari kita bertarung dengan senjata!"
562 "Ketua Hwa San!" Tu Cu Yen tertawa gelak. "Aku cukup dengan
tangan kosong!"
"Baiklah!" Bwee Hoa Sin Kiam menatapnya dengan mata berapiapi,
kemudian mendadak menyerangnya dengan jurus Bwee Hoa
Sen Knay (Bunga Bwee Memekar), yakni salah satu jurus ampuh dari
Bwee Hoa Kiam Sut (Ilmu Pedang Bunga Bwee).
"Ha ha ha!" Tu Cu Yen tertawa panjang, lalu segera berkelit dan
balas menyerang Bwee Hoa Sin Kiam dengan jurus Swat Hoa Phiau-
Phiau (Bunga salju berterbangan), salah satu jurus dari Han im
Ciang (Pukulan hawa dingin), yakni ilmu andalan Kiu Thian Mo Cun
yang diajarkan pada Tu Cu Yen.
"Plaakh ...!" jerit Bwee Hoa Sin Kiam terkena pukulan itu. Ia
termundur-mundur sambil mendekap dadanya, lalu memuntahkan
darah segar dan sekujur badan menggigil kedinginan.
"Guru! Guru ..." Beberapa murid mendekatinya "Bagaimana
keadaan Guru?"
"Ti ... tidak apa-apa," jawab Bwee Hoa Sin Kiam. Mulutnya
memuntah darah segar lagi, dan wajahnya pucat pias seperti kertas.
"Ha ha ha!" Tu Cu Yen tertawa gelak. "Bagaimana ketua Hwa
San" Engkau takluk atau tidak pada Kiu Thian Mo Kiong?"
"Ba ... baik! Aku ... aku takluk!" Bwee Hoa Sin Kiam
mengangguk. Kalau tidak demi murid-muridnya yang masih tersisa
itu, mungkin Bwee Hoa Sin Kiam akan membunuh diri seketika juga.
"Bagus!" Tu Cu Yen tertawa. "Mulai sekarang, partai Hwa San
sudah berada di bawah Perintah Kiu Thian Mo Kiong! Siapa berani
membangkang, pasti dibunuh!"
Usai berkata begitu, Tu Cu Yen meninggalkan Hwa San, diikuti
empat pelindung, enam iblis dan belasan orang berkepandaian tinggi
dari golongan hitam.
Bagian ke 57. Mulai Berkelana
Ketika lima partai besar ditaklukkan Kiu Thlan mo Kiong, pada
waktu bersamaan, Pek Giok Houw telah berhasil menuntut ilmu Bu
Kek sin Kang, Bu Kek Ciang Hoat. Bu Kek Kiam Sut dan ilmu yang
ada di dalam Kitab Ajaib.
Akan tetapi, setelah berhasil menuntut ilmu-ilmu tersebut, ia
menjadi impoten, namun tidak mempengaruhi sifatnya sebagai anak
lelaki. 563 Hek Ai Lan amat prihatin mengetahui hal tersebut, tapi karena
itu atas kemauan Pek Giok Houw sendiri, maka wanita yang menjadi
ibu angkatnya itu cuma bisa menarik nafas secara diam-diam.
Se Ciang Cing dan istrinya sudah mengetahui akan keberhasilan
Pek Giok Houw. Walau mereka merasa girang, tapi juga merasa iba
dan simpati padanya.
"Anak Houw" Se Ciang Cing menatapnya.
"Kini engkau telah berhasil, lalu apa rencanamu?"
"Paman, Giok Houw harus segera ke Tiong Goan untuk
membalas dendam Kakak Liong," jawab Pek Giok Houw yang telah
mengambil keputusan.
"Anak Houw, bukankah lebih baik engkau menunggu swat San
Lojin" Sebab orang tua itu pernah berjanji akan ke mari."
"Paman, Giok Houw sudah tidak sabar lagi- Giok Houw ingin
cepat-cepat berangkat ke Tiong cioan."
"Kalau begitu " se Ciang Cing menatapnya dalam-dalam.
"Engkau boleh berangkat, se Pit Han akan menunggu swat san
LoJin, nanti mereka akan menyusulmu."
"Terima kasih, Paman" ucap Pek Giok Houw dan menambahkan,
"Setelah Giok Houw berhasil membalas dendam, Giok Houw pun
akan akan mengasingkan diri di suatu tempat terpencil."
"Nak " Hek Ai Lan menatapnya dengan mata bersimbah air.
"Ibu" Pek Giok Houw tersenyum. Jangan mencemaskan Giok
Houw, pokoknya Giok Houw harus berhasil membunuh Kiu Thian mo
Cun" "Nak, bolehkah ibu menyertaimu?" tanya Hek Ai Lan.
"Itu akan merepotkan Giok Houw, lebih baik ibu tetap di sini,"
jawab Giok Houw tegas.
"Tapi"
"Hek BiJin" ujar Nyonya se Ciang Cing.
"Nanti engkau berangkat bersama se Pit Han saja"
"Baiklah" Hek Ai Lan mengangguk
"Adik Houw" se Pit Han menghampirinya.
"Biar bagaimana pun engkau harus berhati-hati."
"Ya. Kakak Han." Pek Giok Houw menatapnya.
"Kakak Han jangan terus menerus memikirkan Kakak Liong,
badan Kakak Han sudah semakin kurus."
"Aaakh " se Pit Han menarik nafas panjang.
564 "Adik Houw, mudah-mudahan engkau dapat membalas dendam
Adik Liong"
"Pokoknya aku pasti mengadu nyawa dengan Kiu Thian mo Cun"
ujar Pek Giok Houw.
"Aku bersumpah itu"
"Adik Houw " Mata se Pit Han mulai bersimbah air.
"Adik Liong pasti girang mendengarnya."
"Kakak Houw diri baik-baik Besok aku akan berangkat ke Tiong
Goan." Pek Giok Houw memberitahukan.
"Adik Houw pun harus berhati-hati, sebab Kiu Thian mo Cun
berilmu amat tinggi."
"Ya" Pek Giok Houw mengangguk
"Setelah sampai di daratan tengah, aku akan memakai nama Pek
Giok Liong "
Ketika hampir tiba di kota Wie An, mendadak Pek Giok Houw
mendengar suara langkah yang amat ringan terus mengikutinya, itu
membuatnya mulai waspada
Ia pura-pura tidak tahu, dan tetap berjalan dengan santai-
Kemudian ia mempercepat langkahnya, tetapi langkah ringan yang
mengikutinya juga bertambah cepat
Pek Giok Houw tersenyum dingin, berselang beberapa saat
kemudian, ia berhenti seraya berkata
"Sobat Aku sudah tahu engkau terus mengikutiku Kalau engkau
lelaki, cepatlah memperlihatkan diri"
Tiada seorang pun yang muncul, Pek Giok Houw mengernyitkan
kening dan tampak penasaran.
"Hai banci. Kenapa engkau tidak berani memperlihatkan diri?"
teriaknya dengan keras.
Namun tetap tiada seorang pun yang muncul. Akhirnya ia
mengayunkan kakinya dengan santai. Pek Giok Houw betul-betul
penasaran karena suara langkah ringan itu terdengar lagi.
"Aku tahu, engkau pasti pengecut, maka tidak berani
memperlihatkan diri" seru Pek Giok Houw.
"Aku bukan pengecut" terdengar suara sahutan yang amat
nyaring dan merdu, lalu tampak sosok bayangan ramping berkelebat
ke hadapan Pek Giok Houw.
Pek Giok Houw tertegun, karena yang muncul itu ternyata
seorang gadis cantik yang lincah berusia sekitar enam belas. Gadis
565 itu terus menatap Pek Giok Houw dengan mulut cemberut, lalu
menegurnya dengan wajah tidak senang.
"Kenapa engkau mengatai aku pengecut?"
"Engkau memang pengecut," sahut Pek Giok Houw.
"Kenapa tadi engkau tidak berani muncul?"
"Bagaimana mungkin aku muncul?"
"Memangnya kenapa?"
"Engkau bilang kalau lelaki cepat memperlihatkan diri. Aku bukan
lelaki, bagaimana mungkin aku muncul?" ujar gadis itu sambil
tertawa, dan tawanya sungguh menawan hati.
"Lagi pula aku pun bukan banci"
"Eh" Nona " Pek Giok Houw menatapnya terbelalak.
"Engkau gadis liar dari mana" Kenapa dari tadi terus menerus
mengikutiku?"
"Kok tahu?" gadis itu tertawa geli
"Tahu apa?" Pek Giok Houw yang terheran-heran.
"Tahu bahwa aku gadis liar," sahut gadis itu sambil tersenyum-
"Engkau gadis liar?" Pek Giok Houw menatapnya. Padahal tadi
Pek Giok Houw mencacinya, namun gadis itu justru mengaku benar
pula, itu sungguh di luar dugaannya.
"Kok malah bertanya lagi?" gadis itu menatap heran pada Pek
Giok Houw, sekaligus memberitahukan,
"Sejak kecil aku sudah yatim piatu, hidup terlunta-lunta,
sehingga nyaris mati lantaran tiga hari tidak makan, untung ditolong
oleh seorang nenek tua, kemudian aku diterima jadi muridnya."
"Oooh" Pek Giok Houw memandangnya simpati.
"Dulu aku amat jelek, dekil dan ingusan," ujar gadis itu sambil
tertawa. "Tapi sungguh mengherankan, setelah aku berusia sepuluh
tahun di bawah asuhan guruku, diriku pun mulai berubah cantik.
Nah, engkau sudah lihat sekarang, bukankah aku cantik sekali?"
"Betul." Pek Giok Houw mengangguk. Ia amat senang pada
keluguan gadis itu
" Engkau memang cantik, tapi kenapa dulu engkau jelek?"
"Dulu aku jarang mandi, sebulan cuma mandi sekali" gadis itu
memberitahukan.
"Lagi pula aku sering kelaparan, setiap aku minta nasi semang
kok pada orang kaya, tidak pernah diberi, sebaliknya malah diusir
seperti anjing, oleh karena itu, aku amat benci pada para hartawan,
566 setengah tahun yang lalu, aku mulai berkelana. Kalau aku kehabisan
uang, aku pasti mencuri di rumah para hartawan."
"Pantas pakaianmu begitu indah" Pek Giok Houw tertawa.
"Akujuga mencuri pakaian para putri hartawan." gadis itu
tertawa geli "Nah, kini aku tidak pernah kelaparan lagi, selalu makan enak
dan memakai baju bagus."
"Tapi " Pek Giok Houw menggelengkan kepala.
"Tidak baik mencuri"
"Mencuri di rumah hartawan, itu tidak apa-apa," sahut gadis itu
"Lagi pula hasil curianku sering kuberikan pada fakir miskin."
"Jadi engkau ingin menjadi maling budiman?" tanya Pek Giok
Houw sambil tersenyum.
"Tidak juga." ciadis itu menarik nafas panjang,
"Oh ya, namaku Ling Ling, julukanku Thian san sianli (Bidadari
Thian san)"
"Engkau memang pantas memperoleh julukan itu," ujar Pek Giok
Houw sungguh-sungguh.
"Sebab wajahmu secantik bidadari."
"oh, ya?" Ling Ling tertawa gembira.
"Ei" Kenapa engkau belum memberitahukan namamu?"
"Namaku Pek Giok Liong." Pek Giok Houw menggunakan nama
tersebut. "Pek Giok Liong?" Ling Ling terbelalak
"Engkau Pek Giok Liong?"
"Engkau kenal Pek Giok Liong?" Pek Giok Houw heran.
"Aku tidak pernah bertemu maupun kenai Pek Giok Liong, tapi
pernah dengar tentang dia," ujar Ling Ling.
"Dia ketua partai Hati suci, pemegang panji Hati suci Matahari
Bulan, namun dia telah mati di dasar jurang, karena terpukul
kejurang oleh Kiu Thian Mo Cun."
"Engkau" Pek Giok Houw menatapnya tajam.
"Kalau begitu, engkau tahu tentang Kiu Thian mo Cun?"
"Tahu." Ling Ling mengangguk
"Belum lama ini lima partai besar telah ditaklukkan pihak Kiu
Thian mo Kiong."
"oh?" Pek Giok Houw terkejut.
"Kiu Thian mo Kiong?"
567 "Kiu Thian mo Kiong adalah istana Mo Cun." Ling Ling
menjelaskan. "Juga ada yang Wie Kiong dan Siau Mo Kiong."
"yang Wie Kiong dan Siau Mo Kiong" Kedua istana itu punya
hubungan dengan Kiu Thian Mo Kiong?"
"Tidak salah"
"Siapa pemimpin yang Wie Kiong dan Siau Mo Kiong?"
"Cit Ciat Sin Kun pemimpin yang Wie Kiong, sedangkan Siau Mo
Kiong dipimpin Siau Mo Cun."
"Siau Mo Cun" siapa dia?"
"Aku tidak tahu namanya, dia murid tunggal Kiu Thian mo Cun."
"oh?" sepasang mata Pek Giok Houw menyorotkan sinar tajam.


Panji Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkau tahu di mana yang Wie Kiong dan Siau Mo Kiang?"
"Tahu." Ling Ling mengangguk-
"Yang Wie Kiong dulunya adalah ekspedisi yang Wie, sedangkan
Siau Mo Kiong adalah rumah keluarga Siauw, tapi keluarga Siauw
telah musnah dibantai oleh Siau mo Cun."
"Dari sini mana yang lebih dekat, yang Wie Kiong ataukah Siau
Mo Kiong?" tanya Pek Giok Houw mendadak.
"Lebih dekat yang wie Kiong."
"Kalau begitu, aku harus ke sana."
"Ke sana" Engkau tahu jalannya?"
"Tidak tahu."
"Kalau tidak tahu, bagaimana mungkin engkau ke sana?"
"Itu " Pek Giok Houw mengernyitkan kening sambil berpikir.
"Engkau sudi membawaku ke sana?"
"Sudi sih sudi, tapi aku punya syarat," sahut Ling Ling serius.
"Apa syaratmu?"
"Engkau harus beritahukan namamu."
"Aku Pek Giok Liong."
"Ei" Ling Ling menatapnya melotot.
"Aku paling tidak senang orang yang berbohong"
"Aku memang Pek Giok Liong."
"Engkau tidak bisa membohongiku Kalau engkau Pek Giok Liong,
kok tidak tahu di mana Yang Wie Kiong dan Siau Mo Kiong?"
"Itu" Pek Giok Houw menundukkan kepala.
"Kalau engkau mau berteman denganku, lebih baik jujur" tegas
Ling Ling. "Jangan membohongiku"
"Aku" Akhirnya Pek Giok Houw memberitahukan sejujurnya.
568 "Namaku Pek Giok Houw, sedangkan Pek Giok Liong adalah
kakak kembarku."
"oh?" Ling Ling menatapnya penuh perhatian.
"Jadi kalian serupa?"
"ya." Pek Giok Houw mengangguk-
"Tapi aku lebih pendek sedikit dan punya tanda merah di
belakang telinga "
"Oooh" Ling Ling manggut-manggut, kemudian tanyanya.
"Jadi engkau baru mulai berkelana?"
"Betul. Aku ingin menuntut balas pada Kiu Thian mo Cun."
"Apa?" Ling Ling terbelalak
"Engkau ingin menuntut balas pada Kiu Thian mo Cun?"
"ya" Pek Giok Houw mengangguk
"Apakah kepandaianmu sudah setinggi Kiu Thian mo Cun?" tanya
Ling Ling sambil menatapnya dalam-dalam.
"Mungkin kepandaianku masih lebih rendah dari Kiu Thian mo
Cun, tapi aku harus menuntut balas padanya."
"Itu namanya nekad dan ingin cari mati." Ling Ling menggelenggelengkan
kepala. "Lebih baik kau pertimbangkan lagi"
"Sebelum berangkat, aku sudah mempertimbangkannya," ujar
Pek Giok Houw dan menambahkan,
"Maka kini tidak perlu dipertimbangkan lagi."
"Ei Kakak Houw, engkau datang dari mana?"
"Pulau Pelangi."
"Pulau yang amat terkenal Tapi kenapa tiada seorang pun
menyertaimu?"
"Tidak lama lagi mereka akan menyusul."
"oooh" Ling Ling manggut-manggut.
"Ling Ling" Pek Giok Houw memandangnya seraya bertanya,
"Engkau tahu di mana Kiu Thian mo Kiong itu?"
"Aku tidak tahu."
"Kalau begitu, aku harus ke Yang Wie Kiong bertanya pada Cit
Giat Sin Kun. Dia pasti tahu," ujar Pek Giok Houw dan mendadak ia
melompat pergi sambil mengerahkan ginkangnya.
"Sampai jumpa "
"Kakak Houw Kakak Houw " teriak Ling Ling. gadis itu pun
segera mengerahkan ginkangnya untuk mengejar Pek Giok Houw.
569 Kenapa Pek Giok Houw pergi mendadak" Ternyata ia tidak mau
berdekatan dengan Ling Ling, sebab ia pemuda impoten.
-ooo00000ooo- Pek Giok Houw sudah tiba di Kota Wie An. keadaan sudah gelap,
maka ia menginap di rumah penginapan An An.
Ketika ia baru mau merebahkan dirinya ke tempat tidur, tiba-tiba
pintu kamarnya diketuk orang.
"Siapa?" tanyanya kesal. Tiada sahutan.
Pek Giok Houw mengernyitkan kening, terdengar lagi suara
ketukan. Pek Giok Houw segera membuka pintu kamar itu, seketika
juga ia terbelalak, karena yang mengetuk pintu itu ternyata Thian
san Sianli Ling Ling.
"Eeeh?" Pek Giok Houw mengernyitkan kening.
"Kenapa engkau masih mengikutiku?"
"Engkau pergi tanpa sebab, tentunya aku amat penasaran,"
sahut Ling Ling sambil melangkah ke dalam, lalu duduk dengan
wajah cemberut.
"Kenapa engkau meninggalkanku begitu saja?"
"Aku.." Pek Giok Houw tergagap.
"Kalau engkau merasa tidak senang padaku, berterus teranglah
Jangan pergi seakan merasa jijik padaku" ujar Ling Ling sengit.
"Engkau merasa malu jalan bersamaku?"
"Ling Ling, tidak baik "
"Tidak baik kita jalan berduaan?"
"ya."
"Apa alasanmu" Kalau engkau tidak berikan alasan yang tepat,
aku pasti membencimu seumur hidup,"
"Lho?" Pek Giok Houw terbelalak, kemudian menarik nafas
panjang. "Ling Ling, kelak aku pasti beritahukan padamu."
"Kalau begitu, sekarang kita boleh jalan bersama kan?" wajah
Ling Ling mulai berseri
"Itu.." Pek Giok Houw tampak ragu.
"Tidak mau?" Ling Ling langsung melotot-
"Ling Ling " Pek Giok Houw menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku.."
570 "oooh" Ling Ling manggut-manggut dan wajahnya tampak
kecewa "Engkau sudah punya pacar kan?"
"Aku tidak punya pacar."
"Kalau engkau tidak punya pacar, kenapa berusaha
menghindariku" Apakah aku kurang cantik?"
"Engkau cantik sekali. Tapi aku"
"Heran?" Ling Ling menatapnya.
"Kenapa sih engkau" Tidak mau berteman denganku?"
"Ling Ling "
"Kalau engkau bilang tidak mau berteman denganku, aku pasti
segera pergi" ujar Ling Ling dan suaranya pun kedengaran mulai
terisak "Seumur hidup aku tidak akan berteman denganmu lagi"
"Ling Ling " Pek Giok Houw ingin memberitahukan tentang
dirinya yang impoten, namun merasa malu dan tidak pantas, maka
dibatalkannya "Baiklah, Aku mau berteman denganmu."
"oh?" Ling Ling girang bukan main.
"Engkau sungguh baik, aku aku gembira sekali."
"Ssst" Mendadak Pek Giok Houw memberi isyarat agar Ling Ling
diam. "Di luar ada tiga orang berendap-endap menuju ke mari"
"oh?" Ling Ling mengernyitkan kening.
Pek Giok Houw tersenyum dingin, tangannya menyambar
beberapa biji kacang tanah yang di atas meja, lalu disambitkan ke
arah jendela. "Aduuuh" Terdengar suara jeritan kesakitan di luar.
Pek Giok Houw segera ke luar dan diikuti Ling Ling dari
belakangnya. Tampak tiga orang berbaju hitam mengaduh-aduh
kesakitan dekat jendela.
"Siapa kalian bertiga?" bentak Pek Giok Houw.
"Kami kami anak buah yang wie Kiong " sahut salah seorang
berbaju hitam. "Jadi kalian menguntitku?" tanya Pek Giok Houw dingin.
"Ya." orang baju hitam mengangguk.
"Kenapa kalian menguntitku?"
"Karena engkau engkau mirip Pek Siau hiap yang telah mati itu."
"Aku memang Pek Giok Liong"
571 "Apa?" Ketiga orang berbaju hitam itu terbelalak-
"Engkau engkau tidak mati di jurang itu?"
"Ha ha" Pek Giok Houw tertawa dingin.
"Aku tidak begitu gampang mati. Beritahukan pada cit Giat Sin
Kun, bahwa aku akan berkunjung ke yang wie Kiong"
"ya, ya." Ketiga orang berbaju hitam mengangguk
"Hayo, kalian boleh pergi" bentak Pek Giok Houw.
"Terima kasih, Pek Siau hiap" ucap ketiga orang berbaju hitam,
lalu pergi dengan langkah tertatih-tatih.
Pek Giok Houw kembali ke dalam kamar, lalu duduk sambil
berpikir. Ling Ling duduk di hadapannya, memperhatikan Pek Giok
Houw, lama sekali barulah bertanya.
"Kapan Kakak Houw berangkat ke yang wie Kiong?"
"Besok Kita berangkat bersama"
"Itu sudah tentu" Ling Ling tersenyum.
"Tapi kita tidak perlu bertempur dengan pihak yang wie Kiong,
kita ke sana cuma ingin bertanya berada di mana Kiu Thian mo
Kiong itu, kan?"
"Ng" Pek Giok Houw mengangguk-
"Tapi kalau terpaksa, aku harus bertarung dengan mereka-"
"Kakak Houw, alangkah baiknya engkau menghindari
pertarungan yang tak perlu" pesan Ling Ling.
"Aku sudah bilang, kalau terpaksa."
" Kakak Houw" Ling Ling tersenyum manis.
"Aku siap membantumu dan selalu mendampingimu."
"Ling Ling " Pek Giok Houw mengernyitkan kening.
"Kakak Houw" Ling Ling cemberut.
"Kenapa engkau mengernyitkan kening" Tidak senangkah aku
menyatakan begitu?"
"Sesungguhnya aku senang sekali, tapi "
"Kenapa?"
"Ling Ling" Pek Giok Houw berusaha senyum.
"Kelak aku pasti beritahukan padamu."
"Heran?" Ling Ling cemberut lagi.
"Kenapa sih engkau begitu misterius" Tidak boleh beritahukan
sekarang?"
"Tidak boleh, memang harus kelak"
"Baiklah" Ling Ling tersenyum
572 "Yang penting engkau tidak punya pacar, jadi apa yang akan
engkau beritahukan kelak, tentunya tidak akan membuat hatiku
remuk" "Eh" Ling Ling "
"Aku" Wajah Ling Ling langsung memerah, gadis itu cepat-cepat
menundukkan kepala-
Menyaksikan itu, diam-diam Pek Giok Houw menarik nafas
panjang, Ia sungguh tak menyangka, baru sampai di daratan
tengah, justru bertemu gadis tersebut.
-ooo0000ooo- Pek Giok Houw dan Ling Ling berdiri di depan yang wie Kiong.
Berselang sesaat tampak dua belas orang dengan pedang
bergantung di punggung berjalan ke luar menghampiri mereka. Tak
lama kemudian, muncul lagi empat orang yang berusia cukup lanjut,
mereka adalah Cit Giat Sin Kun, Thian sat, Thian sua n dan Ti Kie Sin
Kun. Keempat orang itu menatap Pek Giok Houw dengan tajam dan
penuh perhatian.
"Betulkah engkau adalah Pek Giok Liong?" tanya Git Ciat Sin
Kun. "BetuL" Pek Giok Houw mengangguk.
"Kenapa engkau ke mari" Bukankah kita sudah tidak punya
urusan lagi?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Aku ke mari ingin bertanya, berada di mana Kiu Thian mo Kiong
itu?" Pertanyaan tersebut membuat Cit Ciat Sin Kun dan lainnya saling
memandang, kemudian Cit Ciat Sin Kun tersenyum.
"Engkau bukan Pek Giok Liong, melainkan Hek Siau Liong"
Pek Giok Houw tersentak, sebab Cit Ciat Sin Kun sudah tahu
tentang dirinya, maka ia pun tersenyum dingin.
"Aku Pek Giok Liong, aku tidak mati di dasar jurang"
"oh?" Cit Ciat Sin Kun menatapnya,
"jadi engkau ke mari cuma ingin menanyakan Kiu Thian mo
Kiong?" "Tidak salah"
"Baiklah" Cit Ciat Sin Kun manggut-manggut.
"Aku pasti beritahukan. Kiu Thian mo Kiong itu berada di Kah
Lan san" 573 "Terima kasih" ucap Pek Giok Houw.
"Gadis itu temanmu?" tanya Cit Ciat Sin Kun mendadak-
"Betul," sahut Ling Ling.
"Aku teman baiknya, dan selalu mendampinginya."
"oooh" Cit Ciat Sin Kun manggut-manggut, kemudian berpesan
pada gadis itu dengan ilmu menyampaikan suara.
"Nona, engkau harus mencegahnya ke Kiu Thian mo Kiong,
sebab di sana banyak jebakan. Kalau dia ke sana pasti mati."
"Kakak Houw." panggil Ling Ling sambil manggut-manggut.
"Mari kita pergi"
"Baiklah" ucap Pek Giok Houw.
"Terima kasih Sin Kun"
Pek Giok Houw dan Ling Ling segera meninggalkan tempat itu
Cit Ciat Sin Kun masuk ke dalam dan diikuti Thiat sat, Thian suan
dan Ti Kie Sin Kun dari belakang. Mereka duduk di ruang dalam,
Thian sat terus menerus memandang Cit Ciat Sin Kun.
"Apa yang dilaporkan ketiga anak buah itu memang benar, kini
Pek Giok Liong telah muncul. Maka kemarin aku menyuruh jin pin
mo Kun, Ling Ming Cun cia dan Hgo TOk Ceng Kun ke Siau Mo Kiong
untuk melapor."
"Tapi " Thian sat mengernyitkan kening.
"Pemuda itu memang serupa dengan Pek Giok Liong, menurutku
dia bukan Pek Giok Liong."
"Dia Hek Siau Liong, namun kenapa dia mengaku dirinya Pek
Giok Liong" Apakah dia punya hubungan dengan Pek Giok Liong
itu?" "jangan-jangan mereka saudara kembar" ujar Thian suan Sin
Kun. "Aku pun berpendapat begitu," sela Ti Kie Sin Kun.


Panji Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cit Ciat" Mendadak Thian sat menatapnya tajam.
"Tadi Cit Ciat berbicara pada gadis itu dengan ilmu
menyampaikan suara kan?"
"Jadi engkau sudah tahu?" Air muka Cit Ciat Sin Kun berubah-
"Ya" Thian sat mengangguk
"Bolehkah kami bertiga tahu apa yang engkau bicarakan pada
gadis itu?"
"Hmm" dengus Cit Ciat Sin Kun.
"Kalian bertiga ingin melapor pada Kiu Thian mo Cun?"
"Cit Ciat" Thian sat tersenyum getir.
574 "Kami tidak akan berbuat begitu, terus terang, sebelum Pek Giok
Liong mati, aku pernah berbicara padanya dengan ilmu
menyampaikan suara. Mungkin karena itu, maka dia pun tidak
membunuh kami bertiga."
"oh?" Cit Ciat Sin Kun menatapnya heran.
"Sudah lama kami bertiga mengikutimu. Pada waktu itu engkau
dikenal sebagai Cih seng Tay Tie. sungguh di luar dugaan, ternyata
engkau masih dikendalikan Kiu Thian mo Cun," ujar Thian sat.
"Itu tidak salah" Cit Ciat Sin Kun menarik nafas panjang.
"Akhirnya akupun yang menyebabkan kematian Kian Kun Le siu.
Gara-gara Kiu Thian mo Cun menghendaki panji Hati suci Matahari
Bulan untuk menundukkan pihak Pulau Pelangi."
"Jadi mengenai pembantaian ciok Lau san cung itu bukan atas
kemauanmu?" tanya Thian suan mendadak.
"Itu atas kemauan siang Hiong sam Kuai. kemudian kebetulan
Kiu Thian mo Cun memberi perintah padaku untuk memunahkan
ciok Lau san cung. Maka aku mengutus siang Hiong sam Kuai dan
Tu Cu Yen ke Ciok Lau san cung."
"Ooooh" Thiat suan manggut-manggut.
"Cit Ciat, tadi engkau berbicara apa pada gadis itu?" tanya Ti Kie
Sin Kun mendadak.
"Agar gadis itu mencegah Hek Siau Liong ke Kiu Thian mo Kiong.
Kalian tahu kan, di sana banyak jebakan, kalau Hek Siau Liong ke
sana pasti mati."
"Betul" Thian sat manggut-manggut.
"Tapi apakah gadis itu akan berhasil mencegahnya?"
"Gadis itu amat cerdik, aku yakin dia pasti berhasil" sahut Cit Ciat
Sin Kun dan menambahkan,
"Oh ya Tentang ini semua, kita harus berusaha mengelabui Jin
pin, Ling Ming dan Hgo Tok Ceng Kun. sebab mereka bertiga cukup
dekat dengan Kiu Thian mo Cun, kalau mereka melapor pada Kiu
Thian mo cun tentang ini semua, nyawa kita pasti melayang."
"Ya." Thian sat mengangguk
"Engkau sebagai pemimpin yang wie Kiong ini, apakah tiada
jalan untuk menyingkirkan mereka?"
"Tiada jalan. Lagi pula masih ada Hui Eng Cap Ji Kiam." Cit Ciat
Sin Kun memberitahukan,
"Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. Aku telah menduga Hek
Siau Liong yang mengaku Pek Giok Liong pasti ke mari, maka
575 kemarin aku mengutus jin pin, Ling Ming dan Hgo Tok Ceng Kun ke
Siau Mo Kiong."
"Oooooo" Thian sat, Thian suan dan Ti Kie Sin Kun manggutmanggut.
Sementara itu, Pek Giok Houw dan Ling Ling sudah sampai di
rumah penginapan Peng An, mereka duduk berhadapan di dalam
kamar. "Kakak Houw mau berangkat ke Kiu Thian mo Kiong?" tanya Ling
Ling mendadak "ya." Pek Giok Houw mengangguk-
"Itu amat menempuh bahaya, maka engkau tidak boleh ikut"
"Engkau sudah tahu itu amat menempuh bahaya, kenapa masih
mau ke sana?" Ling Ling mengernyitkan kening.
"Aku harus membalas dendam kakakku."
"Itu memang harus, tapi kalau ke sana cuma untuk cari mati,
apa gunanya ke sana?"
"Ling Ling, biar bagaimana pun aku harus ke sana untuk
membasmi Kiu Thian mo Cun."
"Kakak Houw" Ling Ling tetap berusaha mencegahnya.
"Itu percuma, oh y a, bukankah engkau bilang tidak lama lagi
pihak Pulau Pelangi akan menyusulmu?"
"Betul."
"Nah" Wajah Ling Ling berseri.
"Lebih baik kita menunggu mereka, lalu berunding dengan
mereka." "Itu"
"Kakak Houw, kalau ingin bertindak sesuatu, terlebih dahulu
harus dipertimbangkan dengan seksama, jangan bertindak ceroboh,
pergunakan akal sehat"
"Engkau" Pek Giok Houw menatapnya, kemudian tertawa seraya
berkata, "Engkau merupakan penasihatku"
"Demi keselamatanmu, sebab kalau engkau mati, aku
bagaimana?" Ling Ling menundukkan kepala.
"Ling Ling " Pek Giok Houw berkeluh dalam hati. Ia memang
suka pada gadis itu, namun dirinya".
576 Bagian ke 58. Pendekar Misterius
Bagaimana dengan Pek Giok Liong yang sedang belajar jit Goat
Seng Sim Sin Kang" Ternyata ia telah berhasil mencapai tingkat
kesepuluh, termasuk jit Goat seng sim Cit Ciang dan ilmu-ilmu dari
lima partai besar yang tercantum di halaman belakang buku jit Goat
seng sim Pit Kip tersebut.
Setelah berhasil, ia menyembah di hadapan tulang belulang seng
sim Tayhiap, lalu meninggalkan tempat itu melalui goa kecil yang
dilaluinya ketika masuk.
Satu hal yang membuatnya kecewa, yakni mukanya tidak bisa
sembuh walau ia telah makan pil mujarab peninggalan seng sim
Tayhiap. Ketika meninggalkan tempat itu, ia membawa obat tersebut
yang berada di dalam botol porselin.
Keluar dari goa kecil itu, ia langsung mengerahkan ginkangnya
meluncur ke atas. Bukan main. Tubuhnya meluncur begitu cepat
bagaikan kilat, dalam sekejap ia sudah berada di atas.
Pek Giok Liong menengok ke sana ke mari, mendadak sepasang
matanya bentrok dengan dua gundukan tanah segeralah ia
mendekati dua gundukan tanah itu, dan seketika ia pun terbelalak
dengan wajah pucat pias-
Ternyata dua gundukan tanah itu adalah kuburan Siauw Hui Ceh
dan cing ji, se Pit Han yang memakamkan mereka di situ.
"Hui Ceh Cing ji Hui Ceh Cingji" teriak Pek Giok Liong histeris
dengan air mata berderai.
"Aaakh Kalian berdua telah mati"
Pek Giok Liong menangis sedih, berselang sesaat ia
mengepalkan tinju seraya berkata:
"Kiu Thian mo Cun, aku pasti membunuhmu"
Pek Giok Liong mengambil sehelai kain putih, kemudian ia
menutup mukanya dengan kain putih itu, lalu segera meninggalkan
tempat tersebut.
Ia tidak langsung menuju Li Mo Kiong, melainkan menuju vihara
Siau Lim. Ia harus melaksanakan amanat seng sim Tayhiap, yakni
mengembalikan ilmu-ilmu itu pada beberapa ketua partai.
Dalam perjalanan menuju Siau Lim, ia sudah mendengar bahwa
pihak Kiu Thian mo Kiong telah menaklukkan lima partai besar,
bahkan beberapa hari yang lalu, partai Kun Lun dan Tiam Ceng pun
telah ditaklukkannya pula.
577 Pek Giok Liong tidak begitu terkejut ketika mendengar berita
tersebut, karena sebelumnya ia sudah tahu bahwa Kiu Thian mo Cun
ingin menguasai seluruh rimba persilatan. Dalam perjalanan ini, ia
memakai topi rumput yang lebar, dan menutup mukanya dengan
kain putih Dua hari kemudian, Pek Giok Liong sampai di vihara Siau Lim. Ia
berdiri di depan pintu vihara itu, dua hweshio menghampirinya
dengan sikap takut-takut.
"Maaf tuan ke mari mau sembahyang?" tanya salah seorang
hweshio itu. "Aku ke mari bukan mau sembahyang, melainkan mau bertemu
ketua kalian," jawab Pek Giok Liong.
"Apakah tuan utusan dari Kiu Thian mo Kiong?" tanya hweshio
itu dengan suara bergemetar.
"Kalian berdua tidak usah tahu siapa aku, yang penting kalian
berdua harus segera ke dalam melapor"
"ya." Kedua hweshio itu segera berlari ke dalam.
Berselang beberapa saat kemudian, muncul empat pelindung
Siau Lim, yakni Liau Khong Taysu, seng Khong Taysu, Hian Khong
Taysu, dan wie Khong Taysu
"omitohud Apakah Anda utusan dari Kiu Thian mo Kiong?" tanya
Liau Khong Taysu-
"Betul. Cepat panggil ketua kalian, ada perintah dari Kiu Than
mo Cun" sahut Pek Giok Liong. Kalau ia tidak menyatakan demikian,
tentunya sulit baginya bertemu ketua Siau Lim.
"ya" Liau Khong Taysu mengangguk
"Silakan masuk"
Pek Giok Liong melangkah ke dalam, dan Liau Khong Taysu
cepat-cepat pergi memanggil ketua Siau Lim.
"Silakan duduk, utusan Kiu Thian mo Cun" ucap seng Khong
Taysu. "Terima kasih, Taysu" Pek Giok Liong duduk.
Tak seberapa lama kemudian, muncullah ketua Siau Lim
bersama Liau Khong Taysu
"Maaf, maaf" ucap ketua Siau Lim
"Aku terlambat menyambut kedatangan Anda"
"Tidak apa-apa" Pek Giok Liong tertawa.
"Ketua Siau Lim, aku ingin bicara empat mata."
"oh?" Ketua Siau Lim melirik empat pelindung.
578 "Kami berempat akan meninggalkan ruang ini," sahut Liau Khong
Taysu cepat. "Tidak usah" ujar Pek Giok Liong.
"Ketua Siau Lim, di mana ruanganmu" Aku ingin bicara di dalam
ruanganmu."
"Itu " Ketua Siau Lim tampak ragu.
"Tay Kak Hosiang, engkau berani melawan perintahku" bentak
Pek Giok Liong mendadak
"Baik, baik Mari ikut aku ke dalam"
"Terima kasih" ucap Pek Giok Liong, lalu mengikuti ketua Siau
Lim menuju sebuah ruangan. Empat pelindung juga ikut ke dalam
dengan hati berdebar-debar.
Setelah berada di dalam ruangan itu, mereka semua duduk
bersila, begitu Pek Giok Liong, Ia duduk bersila di hadapan ketua
Siau Lim dan empat pelindung itu.
"Maaf, ada perintah dari mo Cun?" Tanya ketua Siau Lim.
"Tidak ada perintah apa pun," jawab Pek Giok Liong.
"oh?" Ketua Siau Lim dan empat pelindung saling memandang,
kemudian bertanya pada Pek Giok Liong.
"Kalau begitu, ada urusan apa Mo Cun mengutus Anda ke mari?"
"Aku bukan utusan mo Cun," Pek Giok Liong memberitahukan.
"Aku mengaku sebaaai utusan mo Cun, itu agar gampang
menemuimu, ketua Siau Lim"
"Jadi..." Ketua Siau Lim menatapnya. Bagaimana mungkin ketua
Siau Lim melihat wajah Pek Giok Liong, sebab muka pemuda itu
ditutup dengan kain putih, bahkan memakai topi rumput yang lebar-
"Anda siapa?"
"Aku ke mari khususnya untuk mengembalikan ilmu Tat Mo sing
Kang, Kiam sut dan cian Hoat padamu, ketua Siau Lim"
"Apa?" Ketua Siau Lim terbelalak, begitu pula keempat pelindung
itu. "Anda jangan bercanda Kitab pelajaran itu telah diserahkan pada
seng sim Tayhiap ada ratusan tahun yang lalu."
"Tidak salah" Pek Giok Liong mengangguk-
"Oleh karena itu, kini sudah waktunya dikembalikan pada Siau
Lim." "Mana kitab itu?" tanya ketua Siau Lim tegang.
"Kitab itu telah rusak," sahut Pek Giok Liong.
"Kalau begitu " Ketua Siau Lim menarik nafas panjang.
579 "Aku akan mengajarkan ilmu itu pada kalian," ujar Pek Giok
Liong. "Tapi ilmu itu sangat tinggi, maka aku harap kalian belajar
dengan sungguh-sunggu-"
"Apakah Anda telah berhasil mempelajari Tat Mo sin Kang itu?"
tanya ketua Siau Lim kurang percaya, sebab selama ratusan tahun
ini, tiada seorang pun yang berhasil mempelajarinya.
"Kalau tidak, bagaimana mungkin aku mengajar kalian?" sahut
Pek Giok Liong.
"Kalau begitu, bolehkah aku tahu siapa Anda?" tanya ketua Siau
Lim. "Itu tidak perlu," jawab Pek Giok Liong.
"Nah, kalian berlima dengar baik-baik, aku akan mulai
menurunkan ilmu itu"
Ketua Siau Lim dan empat pelindung itu segera mencurahkan
perhatian, walau mereka masih kurang percaya.
"Tat Mo sin Kang berdasarkan ketenangan " Pek Giok Liong
mulai menurunkan ilmu tersebut.
Ketua Siau Lim dan empat pelindung mendengarkan dengan
penuh perhatian, semakin mendengarkan hati mereka semakin
girang dan terkejut. Kira-kira dua jam kemudian, Pek tiiok Liong
berhenti dan bertanya.
"Apakah kalian sudah mengerti?"
"Masih kurang mengerti,"jawab ketua Siau Lim.
"Kalian harus ingat baik-baik, setelah itu dicatatlah" pesan Pek
Giok Liong dan memulai menjelaskan tentang Tat Mo sin Kang.
sesudah itu, ia menurunkan Tat Mo Kiam sut (Ilmu Pedang Tatmo)
dan Tat Mo Ciang Hoat (Ilmu pukulan Tatmo).
"Bagaimana?" tanya Pek Giok Liong.
"Kalian sudah ingat semua?"
"Sudah ingat, hanya kurang mengerti," jawab ketua Siau Lim.
"Memang tidak begitu mudah belajar ilmu itu, lebih baik kalian
catat, lalu mohon petunjuk pada tiga tetua "
"Tiga tetua kami masih dalam keadaan luka dalam, sekujur
badan mereka pun mulai kehitam-hitaman." Ketua Siau Lim
memberitahukan.
"Tiga tetua kalian terluka oleh pukulan Hek sim Tok Ciang. Ilmu
pukulan itu memang amat beracun, untung tiga tetua kalian memiliki
580 Iwee kang tinggi, maka masih bisa bertahan hingga sekarang" ujar
Pek Giok Liong.
"omitohud Anda kok tahu?" Ketua Siau Lim heran.
"Bawa aku ke ruang meditasi mereka" Pek Giok Liong bangkit
berdiri.

Panji Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ya." Ketua Siau Lim mengangguk, lalu bersama empat
pelindung membawa Pek Giok Liong ke ruang meditasi tiga tetua
Siau Lim. Pintu ruang meditasi tidak ditutup. Ketua Siau Lim melangkah ke
dalam, kemudian melapor tentang kehadiran Pek Giok Liong.
"Persilahkan dia masuk" ujar Toa tianglo dengan suara lemah-
"Tayhiap" ucap ketua Siau Lim-
"Silakan masuk"
Pek Giok Liong melangkah masuk lalu duduk bersila di hadapan
tiga tetua Siau Lim itu.
"Aku memberi hormat pada tiga tetua" ucap Pek Giok Liong
sambil menjura "Bagaimana keadaan kalian bertiga?"
"omitohud sudah waktunya kami menghadap pada yang Mulia
sang Buddha," sahut Toa tiang lo.
"Ngoh Beng, jangan berkata begitu" ujar Pek Giok Liong.
Betapa terkejutnya Toa tianglo, karena Pek Giok. Liong tahu
gelarnya. Begitu pula ketua Siau Lim dan empat pelindung, mereka
memandang Pek Giok Liong dengan mata terbelalak
"omitohud Bolehkah aku tahu nama Anda?" tanya Toa tianglo.
"Ngoh Beng, matahari terbit di timur, bulan memperlihatkan diri
di malam purnama, hati suci rimba persilatan damai," jawab Pek
Giok Liong. "omitohud omitohud omitohud" ucap tiga tianglo itu serentak,
kemudian Toa tianglo melanjutkan,
"Maaf kami bertiga tidak bisa member hormat, karena kami
bertiga telah terluka oleh Hek sim Tok ciang"
Pek Giok Liong manggut-manggut, lalu mendadak dalam
keadaan duduk bersila ia bergerak menepuk punggung tiga tianglo
Siau Lim itu. Ketua Siau Lim dan empat pelindung terbelalak, mereka
terheran-heran dan tidak tahu apa gerangan yang telah terjadi
Setelah menepuk punggung tiga tetua itu, Pek Giok Liong
bangkit berdiri, lalu mengambil sebuah botol kecil dari dalam
581 bajunya, kemudian menuang enam butir obat yang ada di dalam
botol kecil itu.
"Ngoh Beng, Ngoh In, Hgoh Hun Makan obat ini, kalian bertiga
pasti sembuh dalam waktu singkat" ujar Pek Giok Liong sambil
memasukkan dua butir obat itu ke dalam mulut tiga tetua Siau Lim.
"omitohud Terima kasih" ucap Toa tiang lo.
"Ngoh Beng, rahasiakan semua ini" pesan Pek Giok Liong.
"omitohud" sahut Toa tiang lo.
"Baiklah Aku mohon diri" ucap Pek Giok Liong lalu melangkah ke
luar. Ketua Siau Lim dan empat pelindung mengantarnya sampai di
depan pintu vihara
"Selamat jalan Tayhiap" ucap ketua Siau Lim.
"Sampai jumpa" sahut Pek Giok Liong dan berpesan.
"Mulai sekarang kalian harus giat belajar Tat Mo sin Kang,
jangan memperlihatkan sikap yang tidak patuh terhadap pihak Kiu
Thian mo Kiong, sebab akan mencelakakan kalian semua"
"Ya." Ketua Siau Lim mengangguk
"Oh ya bolehkah aku tahu nama besar Tayhiap?"
"Kelak kalian akan mengetahuinya," jawab Pek Giok Liong.
Mendadak ia mengerahkan ginkangnya, seketika juga tubuhnya
meluncur pergi secepat kilat.
Mulut ketua Siau Lim ternganga lebar. "Bukan main"
Pek Giok Liong menuju Butong. Ia menemui ketua Butong, juga
mengaku dirinya sebagai utusan Kiu Thian mo Cun. setelah bertemu
ketua partai Butong, barulah berkata sejujurnya.
"HianBeng tosu, sesungguhnya aku bukan utusan Kiu Thian mo
Cun." "oh?" HianBeng tosu menatapnya dengan mata redup, ternyata
luka dalamnya masih belum sembuh
"Lalu siapa Anda?"
"Aku ke mari untuk mengembalikan ilmu simpanan partai kalian."
Pek Giok Liong memberitahukan.
"Ilmu simpanan apa?" tanya HianBeng tosu heran.
"Hian Thian sin Kang" sahut Pek Giok Liong.
"Hah" Apa?" HianBeng tosu terbelalak
"Hian Thian sin Kang" Apakah Anda tidak bercanda?"
"Aku tidak bercanda," ujarPek Giok Liong.
"HianBeng tosu, cepat pusatkan perhatian untuk mendengarkan"
582 "ya." HianBeng tosu segera memusatkan perhatiannya,
sedangkan Pek Giok Liong mulai menguraikan Hian Thian sin Kang,
termasuk ilmu pedang dan ilmu pukulan.
"Bagaimana" sudah ingat semua?"
"Sudah Terima kasih" ucap HianBeng tosu, namun kemudian
menarik nafas pamjang.
"Sayang sekali, aku tidak bisa melatih, sebab "
"Jangan khawatir" Pek Giok Liong memberikannya sebutir obat.
"Makanlah obat ini, dalam waktu singkat lukamu pasti sembuh.
Ingat, jangan bersikap melawan pada pihak Kiu Thian mo Kiong,
bersabarlah"
"Terima kasih, Tayhiap" ucap HianBeng tosu.
Setelah meninggalkan Butong San, Pek Giok Liong langsung
menuju Gobisan. Ia mengajarkan ilmu Bu siang sin Kang pada Pek
Bie siangjin. Betapa girangnya ketua partai itu. Ia sama sekali tidak
menyangka ilmu simpanan partainya bias kembali padanya.
"Terima kasih, Tayhiap" ucap PekBie siangjin.
"Siangjin" pesan Pek Giok Liong.
"Untuk sementara ini, partaimu lebih baik berdiam diri, jangan
coba-coba melawan perintah dari Kiu Thian mo cun."
"Ya." PekBie siang jin mengangguk.
Pek Giok Liong lalu berpamit. Ia lalu mendatangi partai Khong
Tong untuk mengembalikan Khong Tong Bie Lek sin Kang pada
ketua partai tersebut, tentunya amat menggirangkan Khong Khong
Hoatsu ketua partai itu.
"Terima kasih, Tayhiap" ucapnya.
"Ketua Khong Tong" ujar Pek Giok Liong sambil manggutmanggut.
"Engkau sungguh cerdik, begitu pihak Kiu Thian mo cun muncul,
langsung menyatakan takluk jadi kalian terhindar dari suatu
bentrokan, aku kagum padamu"
"Tayhiap" Khong Khong Hoatsu menarik nafas panjang.
"Kalau aku tidak bertindak begitu, partaiku ini pasti sudah
celaka. Pihak Kiu Thian mo Kiong memang lihay, termasuk Kiu Mo Li
itu, mereka membentuk suatu barisan yang amat merangsang "
"Ngmm" Pek Giok Liong manggut-manggut lagi.
"Ilmu Bie Lek sin Kang itu tidak gampang dipelajari, mungkin
harus memakan waktu setahun, itu pun cuma bisa sampai ketingkat
empat." 583 "Maaf, apakah Tayhiap telah berhasil mencapai tingkat
kesepuluh?" tanya Khong Khong Hoatsu.
"Sudah." Pek Giok Liong mengangguk
"Kalau tidak, bagaimana mungkin aku mengajar padamu?"
"Tayhiap sungguh hebat. Padahal selama ratusan tahun ini, tiada
seorang ketua pun yang berhasil mempelajari ilmu itu"
"Kalau engkau tekun, dalam waktu lima tahun pasti berhasil
mencapai ketingkat itu"
"Terima kasih, Tayhiap" ucap Khong Khong Hoatsu.
"Oh ya Aku tidak perlu berpesan apa pun, sebab engkau amat
cerdik" Pek Giok Liong menatapnya.
"Mengertikah engkau apa maksudku?"
"Maksud Tayhiap agar kami jangan melawan perintah Kiu Thian
mo cun, kan?"
"Betul. Engkau betul betul cerdik," Pek Giok Liong manggutmanggut,
lalu berpamit. "Tayhiap, bolehkah aku tahu nama besarmu?"
"Kelak engkau akan mengetahuinya," sahut Pek Giok Liong
sambil mengerahkan ginkangnya meninggalkan tempat itu.
"Haah?" Khong Khong Hoatsu terbelalak ketika melihat tubuh
Pek Giok Liong meluncur pergi bagaikan kilat.
"Luar biasa, sungguh luar biasa"
Terakhir Pek Giok Liong menuju Hwa san. Partai Hwa san masih
dalam keadaan berkabung. Kali ini Pek Giok Liong tidak mengaku
sebagai utusan dari Kiu Thian mo Kiong, hanya mengatakan mau
melawat, setelah itu, ia pun pergi menengok Ketua Hwa san yang
terluka parah itu.
"Siapa Tayhiap?" tarnya Bwe Hoa sin Kiam, Ketua Hwa san
dengan wajah yang masih pucat pias.
"Aku bukan musuhmu," jawab Pek Giok Liong.
"Aku ke mari dengan maksud dan niat yang baik,"
"Terima kasih" ucap Ketua Hwa san.
"Maaf, aku tidak bisa bangun untuk menyambut kedatangan
Tayhiap" "Tidak apa-apa." Pek Giok Liong menatapnya.
"Engkau terluka oleh Han Im Ciang, siapa yang menggunakan
Han Im ciang itu?"
"Siau Mo Cun."
584 "Siau Mo Cun?" Mendadak sepasang mata Pek Giok Liong
menyorotkan sinar yang membara.
"Siau Mo Cun yang membantai Siauw Keh Cung itu?"
"ya." Ketua Hwa san mengangguk.
"Hmm" dengus Pek Giok Liong dingin.
"Apakah Siau Mo Cun itu Tu Cu Yen?"
"Maaf Aku tidak tahu" Ketua Hwa san menggelengkan kepala.
"Ketua Hwa san" Pek Giok Liong menarik nafas panjang.
"Engkau terlampau keras hati. sudah tahu pihakmu tidak kuat
melawan pihak Kiu Thian mo Kiong, tapi masih mengadakan
perlawanan, itu konyol. Akhirnya puluhan muridmu yang menjadi
korban." "Tayhiap, itu menyangkut nama baik Hwa san."
"Lalu bagaimana dengan nama baik Siau Lim dan partai lainnya"
Bukankah partai-partai itu juga takluk pada pihak Kiu Thian mo
Kiong" Ketua Hwa san, bertindak sesuatu haruslah dipikirkan baikbaik,
jangan ceroboh"
"Yaah" Ketua Hwa san menarik nafas panjang.
"Kini rimba persilatan telah dikuasai golongan hitam, banyak
golongan putih yang dibunuh "
" Ketua Hwa san" Pek Giok Liong menatapnya, kemudian
memberikannya sebutir pil mujarab.
"Makanlah pil ini, engkau pasti sembuh dalam waktu singkat."
"Terima kasih, Tayhiap" ucap Ketua Hwa san, ia menerima obat
tersebut dan langsung ditelannya. Tak seberapa lama kemudian, ia
sudah tidak merasa dingin lagi, bahkan merasa badannya segar
sekali. "Ketua Hwa san" tanya Pek Giok Liong.
"Apakah Hwa san punya ilmu sakti?"
"Ilmu sakti?" Ketua Hwa san heran akan pertanyaan tersebut.
"Memang ada, tapi telah dihadiahkan pada seng sim Tayhiap
kira-kira hampir dua ratus tahun yang lampau, lagi pula pihak Hwa
san tiada satu ketua pun yang mampu belajar ilmu sakti itu"
"Hwa san Taay yang sin Kang (Ilmu sakti sang surya) kan?"
"Kok Tayhiap tahu?"
"Aku ke mari justru ingin mengembalikan ilmu itu pada Ketua.
Harap dipelajari baik-baik,"
"Itu percuma." Ketua Hwa san menggelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin aku bisa mempelajari ilmu sakti itu?"
585 "Aku akan mengajarkan padamu."
"Apa?" Ketua Hwa san terbelalak.
"Tayhiap akan mengajarkan padaku?"
"Betul" Pek Giok Llong mengangguk
"Kalau engkau mempelajarinya dengan tekun, dalam waktu lima
tahun, pasti bisa mencapai keberhasilan ilmu sakti itu"
"oh?" Ketua Hwa San tampak ragu, namun wajahnya berseri-seri
"Dari mana Tayhiap memperoleh ilmu simpanan partai kami itu?"
" Ketua Hwa san, engkau tidak perlu mengetahuinya yang
penting sekarang curahkanlah perhatianmu, aku akan mulai
menguraikan ilmu Tay yang sin Kang itu-"
"ya" Ketua Hwa san segera mencurahkan perhatiannya
"Thay yang sin Kang mengandung unsur panas " Pek Giok Liong
mulai menguraikan inti pelajaran ilmu sakti tersebut.
Ketua Hwa san mendengarkan penuh perhatian, sedangkan Pek
Giok Liong terus menguraikan ilmu sakti itu, sekaligus
menerangkannya Kira-kira dua jam kemudian, usailah Pek Giok Liong
menguraikan dan menerangkan ilmu sakti tersebut.
"Sudah mengerti?"
"Cukup mengerti"
"Lebih baik dicatat agar tidak lupa" Pesan Pek Giok Liong.
"Dan ingat, jangan coba-coba melawan perintah dari pihak Kiu
Thian mo Kiong, itu demi keselamatan partaimu"
"Ya, Tayhiap" Ketua Hwa san mengangguk
"Terima kasih Bolehkah aku tahu nama besar Tayhiap?"
" Kalau sudah waktunya, engkau akan mengetahuinya"
"Maaf, Tayhiap" Ketua Hwa san menatapnya.
"Kenapa Tayhiap memakai topi rumput yang lebar dan menutup
muka dengan kain putih?"
"Tentu ada sebabnya. Kelak engkau pun akan mengetahuinya,"
sahut Pek Giok Liong lalu berpamit.
Ketua Hwa San mengantarnya sampai di depan pintu, Itu
sungguh mengejutkan murid-murid Hwa san, karena kini ketua
mereka tampak sehat dan segar.
Pek Giok Liong menuju ke yang wie Kiong. sesungguhnya ia
ingin langsung menuju Siau Mo Kiong, namun harus melewati yang
wie Kiong tersebut, maka ia pun mampir sebentar.
"Siapa engkau?" Hui Eng Cap Ji Kiam menghadang di hadapan
Pek Glok Liong.
586 "Mau apa engkau ke mari?"
"Siapa pemimpin yang wie Kiong ini?" tanya Pek Giok Liong
dengan stueye. parau.
"Cit Ciat Sin Kun"
"Kalau begitu, suruh dia keluar menemuiku"
"Apa?" salah seorang Hui Eng Cap Ji Kiam itu melotot-
"Engkau tahu apa" Berani mengatakan begitu?"
"Jadi kalian tidak mau ke dalam menyuruh Cit Ciat Sin Kun
keluar?" tanya Pek Giok Liong dingin
"Tidak salah"
"Kalian melihat sepasang mata singa batu itu?"
"Kenapa?"
"Tentunya badan kalian tidak sekeras singa batu itu kan?" Pek
Giok Liong tertawa, lalu menyentilkan jari telunjuknya ke arah
sebuah singa batu itu.
"Ha ha ha" salah seorang Hui Eng cap Ji Kiam tertawa gelak
"Engkau ingin memamerkan kepandaian" singa batu itu sama
sekali tidak bergeming"


Panji Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkau boleh coba meraba singa batu itu" sahut Pek Giok
Liong. Orang itu mengernyitkan kening, kemudian mendekati singa
batu itu dan sekaligus merabanya.
"Haah ?" orang itu terkejut bukan main, sebab singa batu itu
telah roboh dan berubah jadi tepung.
"Bagaimana" Maukah kalian ke dalam menyuruh Cit Ciat Sin Kun
keluar menemuiku?" tanya Pek Giok Liong dingin.
Hui Eng Cap Ji Kiam saling memandang, lalu berlari ke dalam.
Berselang beberapa saat, tampak mereka berjalan ke luar, dan
disusul oleh jin pin mo Kun, Ling Ming Cun Cia, Ngo Tok Ceng Kun,
Thiat sat Sin Kun, Thian Suan Sin Kun, Tie Kie Sin Kun dan Cit Ciat
Sin Kun. Begitu sampai di luar, mereka pun berdiri mengurung Pek Giok
Liong, Cit Ciat Sin Kun menatapnya tajam. Namun karena Pek Giok
Liong memakai topi rumput yang lebar dan memakai kain putih
penutup muka, maka Cit Ciat Sin Kun dan lainnya sama sekali tidak
mengenalinya. "Siapa engkau?" tanya Cit Ciat Sin Kun membentak.
"Ada urusan apa engkau ingin menemuiku?"
"Cit Ciat Sin Kun" Pek Giok Liong tertawa.
587 "Kini kedudukanmu telah diturunkan menjadi pemimpin yang wie
Kiong, tidak menjabat sebagai cih seng Tay Tie lagi?"
"Diam" bentak Cit Ciat Sin Kun.
"Buka kain penutup mukamu itu, agar kami tahu siapa engkau"
"Cit Ciat Sin Kun, aku ke mari cuma ingin bertanya, siapa Siau
Mo Cun itu" Apakah dia Tu Cu Yen?"
"Engkau tidak berhak mengetahuinya" sahut Cit Ciat Sin Kun.
"Sin Kun" ujar jin pin mo Kun.
"Tidak perlu banyak bicara dengannya, mari kita habiskan saja
dia" "Habiskan?" Pek Giok Liong tertawa.
"Kalian ingin membunuhku?"
"Betul" sahut jin pin mo Kun.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa terbahak-bahak, namun
secara diam ia berbicara pada Cit Ciat Sin Kun dengan ilmu
menyampaikan syarat.
"Cit Ciat, aku Pek Giok Liong."
"He he he" Cit Ciat Sin Kun tertawa terkekeh-kekeh.
"Engkau berani mengacau di sini, berarti cari mampus" usai
berkata begitu, ia pun bertanya pada Pek Giok Liong dengan ilmu
menyampaikan suara pula
"Betulkah engkau Pek Siau hiap?"
"Kalian yang harus mampus di tanganku" sahut Pek Giok Liong
dan berbicara lagi dengan ilmu menyampaikan suara.
"Aku memang Pek Giok Liong, aku tidak mati di jurang"
"Syukurlah" sahut Cit Ciat Sin Kun dengan ilmu menyampaikan
suara. "Siau Mo Cun adalah Tu Cu Yen, dia dan orang-orangnya yang
membantai Siauw Keh Cung"
"Hei" bentak Ling Ming Cun cia.
"Engkau tidak tahu tempat apa ini?"
"Yang wie Kiong, aku sudah tahu," sahut Pek Giok Liong dingin.
"Cabang dari Kiu Thian mo Kiong kan?"
"Engkau sudah tahu, kok masih berani mengacau di sini?" Hgo
Tok Ceng Kun menatapnya tajam.
"Siapa engkau, beritahukan namamu"
"Aku ke mari untuk membasmi kalian" sahut Pek Giok Liong,
kemudian bertanya pada Cit Ciat Sin Kun dengan ilmu
menyampaikan suara.
588 "Bagaimana sifat ketiga orang ini?"
"Pek Siau hiap, mereka bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam harus di
bunuh" ujar Cit Ciat Sin Kun dengan ilmu yang sama. setelah itu ia
pun terkekeh-kekeh
"Engkau ingin membasmi kami" Hmm Engkaulah yang harus
dibasmi" "Oh" Kalau begitu, kalian boleh maju bersama" tantang Pek Giok
Liong. "Tidak perlu maju bersama, cukup kami dan Hui Eng Cap Ji Kiam
saja" sahut jin pin mo Kun.
Pek Giok Liong memang menghendaki begitu, maka ia pun
tertawa panjang seraya berkata,
"Baiklah Kalian bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam boleh maju"
"Mari kita maju" seru jin pin mo Kun.
Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam
langsung maju, sedangkan Cit Ciat Sin Kun, Thian sat, Thian Suan
dan Ti Kie Sin Kun mundur beberapa langkah
"Bersiap-siaplah engkau" ujar jin pin mo Kun.
"Kami akan mulai"
"Silakan" Pek Giok Liong tetap berdiri di tempat,
"Serang" seru jin pin mo Kun.
Seketika juga mereka bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam dengan
pedang penyerang Pek Giok Liong.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa panjang, kemudian
mendadak tubuhnya berkelebat ke sana ke mari bagaikan kilat
menyambar. Terdengarlah suara jeritan yang menyayat hati di sana
sinu "Aaakh" "Auuh" "Aaaakh"
Dalam waktu sekejap jin pin Mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok
Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam telah tergeletak menjadi mayat.
Bukan main terkejutnya Cit Ciat, Thian sat, Thian Suan dan Ti
Kie Sin Kun, mereka berempat menatap Pek Giok Liong dengan mata
terbelalak Setelah membunuh lima belas orang itu, Pek Giok Liong lalu
menghampiri Cit Ciat Sin Kun.
Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun langsung bersiap-siap,
namun Cit Ciat Sin Kun segera menggoyangkan tangannya.
"Dia Pek Giok Liong." bisik Cit Ciat Sin Kun.
"oh?" Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun tertegun, tapi
kemudian wajah mereka tampak berseri.
589 "Aku tidak akan membunuh kalian berempat, karena kalian telah
bertobat," ujar Pek Giok Liong.
"Terima kasih" ucap Cit Ciat Sin Kun sambil menjura.
"Kami amat girang, sebab Pek Siau hiap masih hidup,"
"Pek Siau hiap, ilmu apa yang engkau pergunakan tadi?" tanya
Thian sat Sin Kun.
"Siau Lim Tat Mo sin ciang." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Haah?" Thian sat terkejut.
"Itu"
"Thian sat, tentang ini engkau tidak perlu tahu. yang penting
kalian harus merahasiakan tentang kemunculanku. Kalian boleh
lapor pada Kiu Thian mo cun, bahwa aku mahir ilmu Tat Mo sin
ciang, Butong Hian Thian ciang Hoat, Gobi Bu siang sin Kang, Hwa
san Thay Yang ciang Hoat dan Khong Tong Bie Lek sin Kang."
"Pek Siau hiap " Cit Ciat Sin Kun terbeliak.
"Semua ilmu itu dapat menandingi Hek Sim TOk Ciang, ilmu
rahasia Kiu Thian mo Cun itu?"
"Boleh dikatakan setanding, namun belum tentu dapat
mengalahkannya," jawab Pek Giok Liong.
"Kalau begitu " Wajah Cit Ciat Sin Kun tampak kecewa.
"Bagaimana mungkin Pek Siau hiap dapat membasmi Kiu Thian
mo Cun?" "Aku masih memiliki ilmu lain yang dapat membasmi Kiu Thian
mo Cun." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Ilmu apa itu?" tanya Cit Ciat Sin Kun girang.
"Jit Goat seng sim sin Kang," jawab Pek Giok Liong.
"Ilmu tersebut khusus untuk melawan ilmu Hek sim sin Kang."
"Syukurlah" ucap Cit Ciat Sin Kun.
"Oh ya, belum lama ini muncul seorang pemuda mengaku dirinya
adalah Pek Siau hiap, dia didampingi seorang gadis yang cantik
manis." "Engkau tahu siapa dia?" tanya Pek Giok Liong heran.
"Dia memang mirip Pek Siau hiap. Kalau tidak salah dia bernama
Hek Siau Liong yang ditolong swat san Lo Jin." Cit Ciat Sin Kun
memberitahukan, "Sungguh mengherankan, Pek Siau hiap dan dia
seperti pinang dibelah dua."
"Oh" Mau apa dia ke mari?"
"Menanyakan tentang Kiu Thian mo Kiong. Aku memberitahukan
berada di mana Kiu Thian Mo Kiong itu, tapi juga berpesan pada
590 gadis yang mendampinginya dengan ilmu menyampaikan suara,
agar gadis itu mencegah Hek Siau Liong pergi ke istana Mo Cun itu"
"Engkau memang baik hati." Pek Giok. Liong manggut-manggut
dan bertanya. "Kenapa engkau berpesan begitu pada gadis itu?"
"Kalau Hek Siau Liong itu ke Kiu Thian mo Kiong, dia pasti mati,"
sahut Cit Ciat Sin Kun.
"Oh" Kenapa?"
"Sebab di istana mo Cun itu telah dipasang berbagai jebakan."
"Engkau tahu jelas mengenai semua jebakan itu?"
"Sama sekali tidak tahu."
"Cobalah selidiki semua jebakan itu"
"Ya." Cit Ciat Sin Kun mengangguk
"Oh ya, rumah keluarga Siauw telah dijadikan Siau Mo Kiong.
Siauw Mo Cun adalah Tu Cu Yen, anak angkatku juga murid
kesayangan Kiu Thian Mo Cun. Dia dan para anak buahnya
membunuh semua marga Siauw, bahkan mereka sering membunuh
para pendekar dari golongan putih dan memperkosa pula, maka Pek
Siau hiap harus membasmi mereka."
"Itu sudah pasti" sahut Pek Giok Liong.
"Baiklah Aku harus segera berangkat ke Siau Mo Kiong"
"Pek Siau hiap tunggu" seru Cit Ciat Sin Kun.
"Ada urusan apa?" tanya Pek Giok Liong.
"Pek Siau hiap harus melukai kami berempat." Cit Ciat Sin Kun
memberitahukan dengan sungguh-sungguh.
"oooh" Pek Giok Liong manggut-manggut mengerti
"Kalau begitu, aku harus melukai kalian sampai parah sekali"
"Memang harus begitu" Cit Ciat Sin Kun mengangguk
"Baiklah" Pek Giok Liong mengibaskan tangannya ke arah empat
orang itu, dan seketika juga terdengar suara jeritan.
"Aaakh"
Cit Ciat, Thiat sat, Thian suan dan Ti Kie Sin Kun terpental, lalu
terkulai dengan mulut mengalirkan darah segar. Mereka berempat
telah terluka dalam.
"Terima kasih" ucap Cit Ciat Sin Kun lemah-
"Engkau harus melapor pada Kiu Thian mo Cun dalam keadaan
luka parah, dan cukup engkau seorang diri yang pergi lapor," ujar
Giok Liong. "Ya." Cit Ciat Sin Kun mengangguk
591 "Aku telah menaruh obat ke dalam saku baju kalian, seusai
melapor, barulah kalian makan obat itu, dan dalam waktu singkat
kalian pasti sembuh"
"oh?" Cit Ciat Sin Kun dan lainnya saling memandang, kemudian
Cit Ciat Sin Kun bertanya,
"Kapan Pek Siau hiaup menaruh obat itu ke dalam saku baju
kami?" "Ketika aku mengibaskan tanganku ke arah kalian." Pek Giok
Liong memberitahukan.
"Bukan main "ujar Cit Ciat Sin Kun takjub.
-ooo00000ooo- Pek Giok Liong berdiri di depan pintu Siau Mo Kiong, seketika
juga bayangan Siauw Hui Ceh muncul di pelupuk matanya, begitu
cantik dan lembut. Namun kini, gadis itu telah tiada.
Itu adalah rumah keluarga Siauw, tapi kini telah dijadikan Siau
Mo Kiong yang juga menyerupai tempat maksiat.
"Hei" bentak empat orang yang menjaga di situ.
"Mau apa engkau berdiri di situ?"
Pek Giok Liong menatap mereka, itu merupakan wajah asing,
berarti bukan mantan orang-orang Siauw Keh Cung.
"Aku mau ke dalam," sahut Pek Giok Liong sambil mengayunkan
kakinya. "Sebutkan namamu Kalau tidak, engkau tidak boleh masuk"
Keempat orang itu menghadang Pek Giok Liong.
"Hmm" dengus Pek Giok Liong dingin sambil mengibaskan
tangannya. "Akhh " terdengar suara yang menyayatkan hati, keempat orang
itu terpental sejauh belasan meter, terkulai dan nafas pun putus
seketika. Pek Giok Liong melangkah ke dalam, salah seorang menyaksikan
kejadian tersebut, langsung berlari ke dalam untuk melapor.
"Berhenti" bentak lima orang bersenjata golok.
"Siapa engkau" Kok begitu berani masuk"
Pek Giok Liong mengibaskan tangannya, kelima orang itu
terpental dan mati seketika tanpa mengeluarkan suara jeritan.
"siapa berani mengacau di Siau Mo Kiong" Mau Cari mampus ya"
Muncul empat pelindung dan enam iblis, setelah itu Tu Cu Yen pun
592 muncul, Ia menatap Pek Giok Liong tajam, lalu mengarah pada
mayat-mayat itu seraya bertanya.
"Engkau yang membunuh mereka?"
"Tidak salah" sahut Pek Giok Liong dengan suara parau, agar Tu
Cu Yen tidak mengenali suaranya,
"Siapa engkau?"
"Aku adalah aku"
"Hm" dengus Tu Cu Yen dingin
"Kenapa mukamu ditutup dengan kain putih" Takut dikenali
orang?" "Itu urusanku" sahut Pek Giok Liong.
"Engkau dan orang-orangmu yang membunuh semua marga
Siauw?" "Betul" Tu Cu Yen mengangguk
"Engkau siapa" Ada hubungan apa dengan keluarga Siauw?"
"Engkau tidak perlu tahu yang jelas hari ini kalian semua harus
mati" "Kami semua harus mati" Tu Cu Yen tertawa terkekeh-kekeh
"Hehe he, engkaulah yang akan mampus"
"SiauMo Cun, kita tidak perlu banyak bicara dengannya" ujar
empat pelindung.
"Habiskan saja dia"
"Ng" Tu Cu Yen manggut-manggut.
"Kalian berempat dan enam iblis harus segera membunuhnya "
"Ya." sahut mereka serentak
"Apakah para anak buahmu sudah berkumpul di sini?" tanya Pek
Giok Liong mendadak
"Sudah" sahut Tu Cu Yen.
"Bagus Bagus" Pek Giok Liong tertawa.
"Nah, kalian boleh maju bersama"


Panji Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Serang" seru Tu Cu Yen
Empat pelindung, enam iblis dan para anak buahnya langsung
menyerang Pek Giok Liong.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa panjang. Tiba-tiba tubuhnya
berkelebat kian kemari, dan seketika juga terdengar suara yang
menyayat hati di sana-sini. "Aaakh" "Aaakh "
Hanya dalam waktu beberapa detik, empat pelindung, enam iblis
dan para anak buah Tu Cu Yen itu semuanya telah menjadi mayat.
593 Menyaksikan kejadian itu, wajah Tu Cu Yen langsung berubah
pucat, Ia sama sekali tidak menyangka, bahwa orang itu memiliki
kepandaian yang begitu tinggi, sehingga membuat nyalinya jadi ciut.
"Engkau siapa" Aku murid Kiu Thian mo Cun" Tu Cu Yen
menyebut nama gurunya, agar membuat orang tersebut mundur.
"Aku sudah tahu bahwa engkau murid Kiu Thian mo Cun,
kepandaianmu dipulihkan olehnya. Engkau mantan murid almarhum
Siauw Thian Lin, anak angkat Cit Ciat Sin Kun, kan?"
"Kok engkau tahu?" Tu Cu Yen terkejut.
"Kini cuma tinggal engkau seorang diri, lagi pula engkau pun
harus mati" ujar Pek Giok Liong sepatah demi sepatah.
"Maka kuberitahukan pada mu siapa diriku ini"
"Beritahukalah"
"Aku Pek Giok Liong"
"Apa?" Tu Cu Yen tersentak
"Engkau Pek Giok Llong?"
"Tidak salah" Pek Giok Liong mengangguk
"Aku tidak mati terpukul kejurang, maka aku ke mari untuk
mencabut nyawamu"
"Pek Pek Giok Liong?" Tu Cu Yen masih kurang percaya
"Siauw Hui Ceh dan cingji mati di tangan gurumu, oleh karena
itu aku pun harus membunuhnya "
"Itu urusan guruku, tiada kaitannya dengan diriku" sahut Tu Cu
Yen yang mulai ketakutan.
"Engkau pun harus mati sebelumnya aku telah mengampunimu,
namun engkau malah membantai semua marga Siauw yang ada di
rumah ini Tu Cu Yen" bentak Pek Giok Liong.
"Nah, bersiap-siaplah untuk mati"
"Hm" dengus Tu Cu Yen dingin. "Kalau engkau berani, lawanlah
guruku" "Sekarang aku membunuhmu, setelah itu barulah aku
membunuh gurumu" sahut Pek Giok Liong.
"Karena engkau sudah begitu jahat, maka engkau harus mati"
"Engkau pengecut, tidak berani melawan guruku" ejek Tu Cu
Yen, itu agar Pek Giok Liong melepaskannya.
"Begini saja Kalau engkau bisa menahan satu jurus seranganku,
aku pasti melepaskanmu"
"Sungguh?" Tu Cu Yen bergirang dalam hati.
"Sungguh" sahut Pek Giok Liong dan menambahkan.
594 "Bahkan engkau pun boleh menyerang diriku"
"Baiklah" Tu Cu Yen segera menghimpun Han Im sin Kang
(Tenaga sakti Hawa Dingin), ia ingin menyerang Pek Giok Liong
dengan Han Im ciang.
"Oooh, Han Im sin Kang"
"Betul" Tu Cu Yen tertawa dingin.
"Engkau takut?"
"Takut?" Pek Giok Liong tertawa gelak-
"Ha ha ha Engkau boleh menyerangku dengan jurus Han Im
ciang, aku tidak akan balas menyerangmu"
"Baik Bersiap-siaplah" Tu Cu Yen langsung menyerang dengan
Han Im ciang jurus swat Hoat Phiau-Phiau (Bunga salju
Berterbangan). Pek Giok Liong tertawa panjang, secepat kilat ia mengelak
mematahkan jurus itu.
Tu Cu Yen penasaran sekali, cepat-cepat ia menyerang lagi
dengan jurus Leng Thian Hong Khi (Hembusan Angin Dingin).
Betapa dinginnya hawa pukulan itu, namun Pek Giok Liong sama
sekali tidak merasakan itu. Mendadak tubuhnya meluncur ke atas
sehingga Tu Cu Yen menyerang tempat kosong. Ketika tubuh Pek
Giok Liong mulai melayang turun, Tu Cu Yen tidak mau menyianyiakan
kesempatan, ia langsung menyerang Pek Giok Liong dengan
jurus Man Thian swat Hoa (Bunga salju di Langit).
Terjadi sesuatu yang amat mengejutkan Tu Cu Yen, karena
mendadak tubuh Pek Giok Liong kembali meluncur ke atas, sehingga
membuat serangan Tu Cu Yen terluput.
"Tu Cu Yen, sudah tiga jurus" ujar Pek Giok Liong yang tubuhnya
mulai melayang turun.
"Kini aku akan menyerangmu satu jurus. Kalau engkau dapat
mengelak, aku pasti melepaskanmu"
Usai berkata begitu, Pek Giok Liong pun menyentilkan jari
telunjuknya ke arah Tu Cu Yen. Itu adalah ilmu Ceng Thian sin ci
(Telunjuk sakti Penggetar Langit)
Tu Cu Yen merasa heran dan ketika ia baru mau melompat ke
belakang, tahu-tahu sekujur badannya sudah kaku, sama sekali tidak
bisa bergerak dan merasa dadanya seperti tertusuk ribuan jarum.
"Aaaakh" Tu Cu Yen mengerang sambil mendekap dadanya,
kemudian memuntahkan darah segar. "uaaakh"
"Tu Cu Yen" Pek Giok Liong tertawa dingin.
595 "Nyawamu cuma tinggal beberapa detik lagi, engkau mau pesan
apa?" "Betulkah engkau Pek Giok Liong?" tanya Tu Cu Yen lemah
"Betul" Pek Giok Liong mengangguk
"Kenapa mukamu ditutup dengan kain putih?"
"Mukaku telah rusak terhantam pukulan Hek sim Tok Ciang, ilmu
rahasia gurumu, Kiu Thian mo Cun"
"Engkau, engkau " Mendadak sepasang mata Tu Cu Yen
mendelik dan tak lama nafasnya pun putus.
Pek Giok Liong memandang mayat Tu Cu Yen, ia menggelenggelengkan
kepala sambil menarik nafas, lalu melangkah pergi.
Bagian ke 59 Menggemparkan
Kematian jin Pin mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun,
Hui Eng Cap ji Kiam, Tu Cu Yen, empat pelindung, enam iblis dan
para anak buah Tu Cu Yen, itu sungguh menggemparkan rimba
persilatan. Para pendekar dari golongan putih bersorak penuh kegembiraan,
sedangkan para penjahat dari golongan hitam mulai ketakutan.
Tiada seorang pun tahu siapa orang yang memakai topi rumput
lebar dengan wajah ditutup kain putih, oleh karena itu, maka ia
dijuluki Pendekar Misterius.
Tentang peristiwa tersebut juga telah sampai di telinga beberapa
ketua partai besar. Para ketua itu merasa girang bukan main,
terutama Ketua Siau Lim. yang paling murka adalah Kiu Thian mo
Cun. Ketika menerima laporan dari Cit Ciat Sin Kun yang terluka
parah itu, ia langsung memukul meja sehingga meja itu hancur
berkeping-keping.
"Siapa pendekar misterius itu?" tanya Kiu Thian mo Cun pada Cit
Jodoh Rajawali 33 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Kisah Sepasang Rajawali 18
^