Pedang Berkarat Pena Beraksara 11

Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D Bagian 11


hanya bwee cu seorang yang memakai pita pedang berwarna kuning emas.
Sekarang, ke empat orang gadis berdandan model keraton itu memakai pedang
dengan pita berwana kuning, tak heran kalau semua jago yang hadir sama-sama jadi
tertegun. Seh Thian yu sendiripun diam-diam merasa keheranan, pikirnya:
"Tak disangka kalau keempat orang dayang kepercayaan Ban kiam hweecu masih
begitu muda, mana cantik jelita lagi."
Tentu saja orang yang berada dalam ruang itu bukan hanya dia seorang yang tahu
kalau mereka adalah empat dayang kepercayaan dari Ban kiam Hweecu.
Ke empat orang gadis cantik itu berjalan menuju kebelakang kursi utama di tengah
ruangan, kemudian berdiri berjajar dibelakangnya dengan sikap hormat.
Pada saat itu dari dalam pintu rahasia berbentuk bulat itu muncul seorang lelaki
berwajah tampan yang mengenakan pakaian perlente.
Tampak dia berjalan dengan langkah lebar langsung menuju ketengah ruangan.
Lelaki berpakaian perlente itu berusia tiga puluh lima tahUnan, berwajah tampan dan
gagah, kalau dilihat dari pedang panjang berpita kuning emas, yang tersoren
dipinggangnya, semua orang segera mengenalinya sebagai Ban kiam hweecu.
Penampilan yang sama sekali tidak terduga ini dengan cepat semua orang yang hadir
menjadi tertegun, siapapun tidak menyangka kalau Ban kiam hwee cu yang termashur
namanya di dalam dunia persilatan itu kenyataannya masih begitu muda.
Waktu itu Wi Tiong hong berjalan mendekati kursi tamu pada deretan sebelah kiri dan
duduk dibawah Sin ci ki Beng Kian hoo.
Tempat duduk para tamu terbagi menjadi samping kiri dan kanan, disebelah kiri
terdapat delapan buah kursi yang ditempati oleh Thia Khi cu dari Bu tong pay. Sip cu
taysu dari siau limpay dan Sin ci ki Beng Kian hoo.
Sedangkan dari delapan kursi yang berada disebelah kanannya hanya ditempati Seh
thian yu dan Lan Kun-pit dua orang.
Ketika Lan Kunpit menyaksikan Su siau hui mengikuti dibelakang Wi Tiong hong,
dengan cepat dia berseru: "Piau moay"
"Enmm. . ." Su Siau hui menyahut dengan wajah hambar, kemudian duduk disamping Wi Tiong hong.
Menyaksikan kesemuanya, itu paras muka Lan Kun-pit yang tampan segera berubah
dari merah menjadi pucat, lalu dari pucat, berubah menjadi hijau membesi, sepasang
matanya merah membara, api cemburu telah membakar didalam dadanya.
Setelah duduk. Su Siau hui sama sekai tidak menengok kearahnya apa lagi pada waktu
itu Ban kiam Hwee cu sedang muncul di arena sudah barang tentu semua orang yang
berada dalam ruangan tak ada yang memperhatikan perubahan mimik wajahnya.
Tidak, rupanya masih ada seseorang lagi yang sempat menyaksikan gejala tak beres
itu, dia adalah Lakjiu im eng Thio Man yane sedari tadi mengamati wajah Wi Tiong
hong. Ban kiam Hwecu langsung berjalan maju ke depan kursi kebesaran yang berlampiskan
kain kuning ditengah ruangan itu, kemudian baru berhenti. . .
Congkoan pasukan pedang berpita hijau Buyung Siu dan congkoan pasukan pedang
berpita hitam Chin Toa-seng segera memisahkan diri kekiri kanan kursi kebesaran dan
berdiri disisi agak depan, dimana tersedia pula dua buah kursi kebesaran beralaskan
kain merah. Tampaknya kedua buah kursi tersebut memang khusus disediakan untuk kedua orang
congkoan tersebut.
Sikap maupun tindak tanduk orang-orang Ban kiam-hwee memang betul-betul
kelewat sok, pada hakekatnya mereka tidak memandang sebelah mata pun terhadap
para jago persilatan kalau tidak. mana ada tuan rumah duduk diatas dan membiarkan
tamunya duduk dibagian bawah "
Setelah suasana hening untuk beberapa saat lamanya, congkoan pita hijau Buyung Siu
baru menjura kepada semua orang sambil berkata dengan suara nyaring:
"Saudara sekalian, hweecu kami merasa sangat gembira dapat berkenalan dengan
kalian semua, dan kabetulan saudara sekalian pun sedang berada dibukit Pit bu-san
pada hari ini, oleh sebab itu dengan harapan yang besar, hwecu kali ini ingin sekali
mengundang saudara sekalian untuk berbincang-bincang disini, tapi sebelum itu, biar
siaute memperkenalkan lebih dulu kepada saudara sekalian."
Berbicara sampai disitu, kepada Ban kiam hwecu segera katanya.
"Yang ini adalah Thian Khi cu totiang dari Bu tong pay, yang ini adalah Sip cu taysu ketua ruang Lo han tong dari siau limpay, sedang yang ini adalah Sin cu ki Beng kiam
ho, Beng tayhiap dari an wan piaukiok kota sang siau. Kemudian ke dua orang ini
sudah Hweecu kenali, yang satu adalah wakil pang dari perkumpulan Thi pit pang Wi
Tiong-hong, Wi tayhiap. sedang yang ini adalah nona Su dari Lam-hay bun . . ."
Ketika Wi Tiong hong mendengar orang itu menyebut dirinya sebagai wakil dari ketua
Thi pit pang, hatinya segera tertegun, dengan cepat pikirnya:
"Dari mana dia bisa tahu kalau aku telah menyanggupi untuk menjadi pang-cu Thi pit pang untuk sementara waktu ?"
Sementara itu ketika para jago mendengar Buyung Siu memperkenaikan Wi Tiong
hong dan Su Siau hui, semua orang pun dibikin tertegun, terutama sekali terhadap si
nona berbaju hijau itu, semua orang memang tak ada yang tahu asal usulnya, mereka
menjadi melongo setelah tahu kalau nona itu berasal dari Lam hay.
Tampaknya Buyung Siu telah memperkenalkan deretan tamu yang berada disebelah
kanan, lanjutnya:
"Yang ini adalah Hek sat kun Seh Thian yu. Seh totiang dari Tok see sia, sedang yang ini adalah Lan Kunpit, Lan tayhiap dari keluarga Lan dipropinsi In lam."
Semua tamu yang berada disebelah kiri maupun kanan, serentak bangkit berdiri.
Sambil tersenyum, Ban kiam hweecu memandang tamunya satu persatu dengan sinar
mata tajam, kemudian sambil menjura katanya berulang kali.
"Selamat datang, selamat datang, silahkan duduk. silahkan saudara sekalian duduk . ."
Belum habis dia berkata, mendadak dari luar ruangan berkumandang suara gelak
tertawa yang amat nyaring.
"Haaah ... haaa ... haaah . . tampaknya kedatangan siaute masih belum terlambat ..."
Ketika semua orang berpaling, tampaklah dua orang manusia berjalan masuk ke dalam
ruangan di ringi gelak tertawa nyaring.
Yang berjalan didepan adalah seorang lelaki beralis mata tebal, bermata besar dan
berwajah merah, dia mengenakan topi pet terbuat dari kulit yang berwarna merah,
memakai jubah panjang berwarna hijau dan sepatu laras terbuat dari kulit.
Dia berdandan seperti seorang saudagar, tapi seperti pula seorang hartawan kaya dari
pinggir perbatasan, sambil berkata, tangannya menjura tiada hentinya kearah semua
orang didalam ruangan.
Dibelakang orang ini mengikuti seorang gadis bergaun hitam yang memakai kain cadar
hitam diwajahnya, ia bertubuh ramping, dilihat dari balik kain cadarnya bisa diketahui mukanya berbentuk kwaci dengan sepasang mata yang jeli.
Kehadiran lelaki perempuan ini sangat mendadak, kecuali Wi Tiong-hong, yang lain
belum pernah bersua dengan mereka.
congkoan pedang pita hijau Buyung Siu nampak tertegun, kemudian sambil menjura
dan tertawa katanya: "Maaf bila Buyung Siu tidak menyambut kedatangan kalian
berdua dari tempat jauh,entah...."
Kata-kata selanjutnya tak sempat dilanjutkan dan segera terbungkam dalam seribu
bahasa. Congkoan pedang pita hitam chin Tay-seng segera, mendehem berulang kali,
mendadak dia menyela:
"Tentunya saudara sekalian belum pernah bersua dengan Kam tayhiap bukan" Dia
adalah Kam Liu cu, Kam tayhiap dari Thian sat bun yang belakangan ini termashur
namanya didalam dunia persilatan."
Ucapan pertama yang masih kedengaran enak. tapi kata selanjutnya yang disertai
ucapan "belakangan ini", jelas menunjukkan suatu penegasan bahwa orang ini baru termashur belum lama.
Agaknya diapun hanya kenal dengan Kam-Liu cu seorang, sebab siapakah gadis
berbaju hitam itu, sama sekali tidak disebutkan keluar olehnya.
Tapi nama Thian sat bun tersebut tak bisa disangkal lagi merupakan guntur yang
menggelegar di liang hari bolong, semua orang yang hadir disitu sama-sama dibikin
terperanjat. Dari sini bisa diketahui pula meski pertempuran yang diselenggarakan hari ini
dilakukan oleh Ban kiam Hwee cu tanpa persiapan yang matang, namun semua orang
diundang datang adalah jago-jago yang mempunyai nama besar.
Bukankah begitu" Selain Siau lim-pay dan Bu tong pay, disini pun hadir jago-jago dari
Lam hay bun, Tok see sia, keluarga Lan di In lam. ditambah Thian sat bun sekarang.
Suasana dalam ruangan menjadi amat hening sepi, tak kedengaran sedikit suara pun,
semua orang masih tetap berdiri tegak ditempat masing-masing.
Akhirnya Ban kian Hweecu yang memecahkan keheningan sambil menjura katanya
dengan tertawa: "Selamat datang, selamat datang, kehadiran saudara Kam sungguh
membuat pertemuan pada hari ini bertambah semarak, entah siapakah nama nona
ini?" "Terima kasih atas ucapan Hwee-cu." Kam Liu-cu tertawa bergelak. "dia adalah ji-sumoay ku Liu Leng-poo "
Ban-kiam hweecu segera menjura, katanya cepat:
"Ooh, rupanya nona Liu, maaf jika siaute kurang hormat, hanya saja siaute mempunyai satu permintaan yang mungkin kurang pantas setelah nona Liu berada disini dapatkah
kau melepaskan juga kain cadarmu, sehingga kami semua dapat menikmati raut
wajahmu itu ?"
Tindak tanduknya lemah lembut dan halus amat sedap didengar.
Sin ci ki Beng Kian hoo dan Keng hian lojin sekalian sudah pernah berhadapan dengan
seorang gadis berkerudung hitam dari Thian sat bun ketika berada dalam perusahaan
An wan piau kiok tempo hari, dimana waktu itu gadis tersebut membawa sebuah
nampan perak yang berisikan pisau terbang. Kalau dipikir kembali, kemungkinan besar
gadis itu adalah perempuan yang berada dihadapan mereka sekarang.
Tak heran kalau mereka pun ingin sekali menyaksikan raut wajah aslinya.
Hian ih lo sat Liu Leng po tertawa dingin, "Bagaimana dengan Hweecu sendiri"
Mengapa kau tak menunjukkan pula wajah aslimu dihadapan para tamu?"jengeknya.
Ternyata wajah yang terlihat dari muka Ban kiam hweecu sekarang bukan wajah
aslinya, ucapan tersebut segera mengejutkan banyak orang.
Serta merta Ban kiam Hweecu meraba wajah sendiri dengan tangannya, kemudian
berkata sambil tertawa nyaring:
"Maaf, semenjak dilahirkan siaute sudah berwajah demikian, apalagi berada di
hadapan jago libay, masa aku berani memalsukannya, haah... haaah haah,,., tapi, kalau
toh nona tak bersedia melepas kain kerudungmu, sudahlah."
Kemudian sambil menjura pada semua orang dia berkata: "Saudara sekalian, silahkan duduk. siaute sengaja mengundang kehadiran kalian karena ada satu persoalan yang
hendak dibicarakan dengan kalian semua."
Selesai berkata, dia lantas duduk lebih dahulu diatas kursi kebesarannya. Buyung Siu
dan Chin Tay-seng turut mengambil tempat duduk.
Semua hadirinpun bersama sama duduk kembali, Kam Liu cu kakak beradik
seperguruan menempati kursi kosong disamping Lan Kun-pit.
Pelan-pelan Kam Liu cu mendongakkan kepalanya, setelah tersenyum dan manggut-
manggut terhadap Wi Tiong-hong, kemudian ujarnya lagi:
"Aku orang she Kam pun hendak mengajukan suatu permintaan yang sekiranya tak
pantas." "Katakan saja saudara Kam " ucap Ban kiam hweecu.
"Tadi, sam sumoayku masuk melalui pintu kematian dari bukit mestika kalian apabila hal ini menyinggung perasaan Hwee cu, harap kau sudi memaafkannya. . ."
"Siapakah sumoay dari saudara Kam ?" tanya Ban-kiam Hweecu dengan wajah
tercengang. Merah padam selembar wajah Wi Tiong-hong, baru saja dia akan buka suara, Kam Liu-
cu sudah keburu menjawab: "Dia bernama Lok Khi . . ."
"Oooh . ."
Ban kiam hwecu segera mengalihkan sinar matanya dan memandang sekejap kearah
Wi Tiong hong, kemudian ujarnya sambil tertawa: "Tadi, saudara Wi juga telah
menanyakan persoalan ini kepadaku, siaute sudah menitahkan kepada Chin congkoan
untuk mengundang setiap orang yang berada dipintu kematian untuk berkumpul
semua diruangan ini, tapi anehnya hanya jejak sumoay mu saja yang tidak nampak.
menurut dugaan Chin congkoan, kemungkinan besar dia sudah mengundurkan diri
dari tempat tersebut."
Buru-buru Chin Tay seng congkoan dari pasukan jago pedang berpita hitam bangkit
berdiri, kemudian berkata:
"Tepat sekali, keadaannya memang demikian siaute sudah menitahkan orang untuk
memeriksa semua jalan tembus yang ada, namun jejak nona Lok belum juga
ditemukan, bisa jadi dia sudah mengundurkan diri melalui jalan semula."
Hian ih losat Liu Leng po segera mendengus dingin. "Hmm, siapa yang percaya dengan ucapanmu itu ?" serunya.
Buru-buru Chin Tay seng menjura lagi seraya berseru: "Apa yang siaute ucapkan
merupakan kenyataan semua, apabila Kam tayhiap sekalian tidak percaya, yaa, apa
yang bisa siaute lakukan lagi?"
"Chin Tay seng, kau tak usah bermain setan di hadapan nonamu, ketika Wi Tiong hong menggunakan lencana Siu lo Ci leng minta kepadamu untuk melepaskan Ting ci kang,
kenyataannya Ting ci kang gadungan yang kau selundupkan keluar, kali ini kau apakan
sam sumoay ku lagi " Terus terang saja kuberitahukan kepadamu, jika kau berani
menyalahi anggota Thian sat bun, nona bisa menyuruh kau mampus seketika, percaya
tidak kau dengan perkataanku ini ?"
Selain nadanya keras dan mendesak. juga amat tak sedap didengar.
Paras muka Soh hun kuijiu (tangan setan perenggut nyawa) Chin Tay seng berubah
hebat, namun ia masih mencoba untuk menahan diri, katanya cepat-cepat: "Nona Liu, kesemuanya ini hanya salah paham."
"Hmm " tukas Hian ih lo sat kembali, "didepan maupun dibelakang bukit Pit-bu san hampir dipenuhi oleh anggota pedang berpita hitam yang melakukan perondaan,
andaikata Sam sumoay kami sudah mengundurkan diri, masa kau tidak tahu?"
Ucapan tersebut segera membungkam Chin Tay seng dalam seribu bahasa...
Apa yang diucapkan gadis ini memang benar, wilayah seluas sepuluh li dari bukit Pit bu san ini ini sudah berada dibawah pengawasan yang ketat dari anak buahnya, para jago
pedang berpita hitam, padahal selama ini dia tak pernah mendengar laporan yang
mengatakan ada orang telah mengundurkan diri dari pintu kematian.
Namun seluruh lambung bukit dan lorong rahasia sudah diperiksa, bayangan tubuh
Lok Khi tak pernah ditemukan, hal inipun merupakan suatu kenyataan-Dengan kening
berkerut Ban kiam hweecu segera berkata:
"Nona Liu, harap kau jangan marah, apa yang diucapkan Chin congkoan merupakan
kenyataan bahkan siaute sendiripun sedang merasa keheranan dan tidak habis
mengerti . ."
Belum selesai perkataan itu diucapkan mendadak terdengar seseorang menyambung.
"Apanya yang aneh" Berhubung lohu merasa masih punya banyak waktu luang maka
aku telah mengajaknya berpesiar diseluruh lorong, siapa suruh anak buahmu cuma
gentong-gentong nasi yang bermata buta semua. . ."
Suara itu serak dan tua, jelas berasal dari seseorang yang sudah lanjut usia.
Setiap orang dapat mendengar dengan jelas ternyata suara itu berasal dari mulut
patung dewa tanah yang duduk diatas meja altar tersebut. Ban kiam hwee segera
menjadi tertegun.
Congkoan pasukan pita hijau dan congkoan pasukan pita hitam juga turut tertegun.
Patung dewa tanah itu sebetulnya bukan dewa tanah yang sesungguhnya melainkan
merupakan patung dari Kiam cu angkatan pertama dari perkumpulan Ban kiam hwee.
Patung yang terbuat dari besi baja tentu saja tak dapat berbicara, kalau begitu berarti dalam patung itu tersembunyi seorang jagoan yang berilmu tinggi. Tapi suara itu jelas
kedengaran kalau berasal dari patung tersebut"
Mendadak Ban kiam hweecu teringat kembali akan dengusan dingin yang amat berat
sewaktu Wi Tiong hong dan Su Siau hui memasuki ruangan rahasia tadi.
Waktu itu, dia pernah memerintahkan kepada ke empat dayang kepercayaannya
untuk pemeriksaan, alhasil sesosok bayangan manusia pun tidak nampak.
Ditinjau dari sini dapat diketahui bahwa ada seorang jago lihay yang berilmu tinggi
sedang bersembunyi disekitar tempat itu.
Tergerak hatinya setelah berpikir sampai disini, dia segera menjura sembari berseru.
"Siapakah kau" Mengapa tidak segera munculkan diri untuk bertemu dengan kami ?"
Suara yang parau dan tua itu tertawa tergelak.
"Tahukah kau kini lohu berada di mana " Haaah haaah. haaah, tak seorangpun
diantara kalian yang tahu bukan" Hai bocah perempuan ayolah kau turut berbicara
beberapa patah kata."
Tak salah lagi, suara itu memang benar-benar berasal dari mulut patung area tersebut.
Dari balik patung area tadi segera berkumandang suara tertawa cekikikan yang merdu
disusul kemudian suara seorang gadis berkata.
"Kam suko, ji-suci, kalian tidak dapat melihat aku bukan" Tapi aku dapat menyaksikan kalian berdua, oh. sungguh menggembirakan."
Jelas suara itu berasal dari Lok Khi, dan tidak mungkin bisa salah lagi.
Wi Tiong-hong pun merasa berlega hati sesudah mendengar suara dari Lok Khi,
Sebaliknya senyuman cerah segera menghiasi wajah Kam Liu-cu dan Hun-ih-lo-sat.
Berbeda sekali dengan Ban kiam hweecu dan kedua orang congkoannya, paras muka
mereka berubah hebat dan tampak terperanjat sekali.
"Hal ini membuktikan kalau disitu masih terdapat alat rahasia lain, tapi alat rahasia mana sama sekali tidak diketahui oleh setiap anggota Ban-kiam-hwee."
Kedengaran suara kakek itu berkata lagi. "Hai bocah perempuan sekarang kita sudah boleh keluar."
"Tunggu dulu, aku ingin menonton lagi sebentar" seru Lok Khi.
"Aaaai, dilihat lebih lama pun toh sama saja, bila kau tak mau pergi, lohu akan pergi dulu."
Suasana dalam ruangan ituamat hening, yang kedengaran hanya suara tanya jawab
dari dalam patung itu saja.
Menanti mereka telah selesai berbicara, terdengarlah suara langkah manusia yang
berkumandang dari dalam lorong rahasia.
Sementara itu kain kuning didepan mulut gua sudah diturunkan sehingga semua orang
hanya mendengar suaranya tapi tidak dapat melihat apa yang terjadi didalam.
Suara langkah kaki manusia itu segera berhenti didepan pintu, kemudian terdengar
kakek itu membentak lagi: "Hei budak. mengapa tidak menyingkapkan kain tirai buat lohu ?"
Padahal pekerjaan itu amat sederhana dan bisa dikerjakan sendiri, namun orang itu
tetap jual lagak.
Terpaksa dua orang perempuan berbaju merah itu menyingkapkan kain tirai berwarna
kuning itu kearah samping.
Serentak semua orang mengalihkan sorot matanya kearah dalam gua rahasia tersebut.
Tampak seorang kakek cebol berbadan gemuk yang memakai jubah lebar, dengan
senyuman dikulum pelan-pelan keluar, dibelakangnya mengikuti Lok Khi.
Begitu bertemu dengan kakek cebol yang gemuk itu, Wi Tiong hong segera manggut-
manggut, pikirnya:
"Oooh . . . rupanya lagi lagi dia."


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sementara itu Ban kiam hweecu sudah bangkit berdiri dan menyapa sambil menjura:
"Saudara adalah jagoan dari mana " Maaf bila aku menyambut kurang hormat ..."
Kakek gendut itu tertawa terkekeh-kekeh, "Heeh ... heehh .. heeh ... bila kau tidak kenal dengan lohu, lebih baik pulang dan tanyakan dahulu kepada orang tuamu."
Congkoan pedang pita hijau Buyung Siu segera berkerut kening, kemudian serunya
sambil tertawa nyaring: "Saudara, besar amat bacotmu."
"Masa begini pun dianggap besar bacot?"
Sementara itu Lok Khi sudah mengerdipkan matanya berulang kali sambil berseru:
"Empek tua, bukankah kita hendak memancing ikan ?"
Kakek gemuk pendek itu manggut-manggut. "Benar, kita sudah berjanji akan
memancing ikan, tentu saja kita harus memancing sekarang."
Semua orang yang mendengar menjadi keheranan, memancing ikan" ikan apa yang
hendak mereka pancing disini "
Begitu selesai berkata, kakek gemus pendek itu segera mengeluarkan sebuah bambu
tipis yang panjangnya tujuh delapan depa, lalu menyambungkan kembali seruas demi
seruas, lalu mengeluarkan juga segumpal tali senar dan dipasang diujung bambu tadi.
Berbicara sejujurnya, semua orang yang hadir didalam ruangan sekarang, termasuk
orang orang dari-Siao-lim-pay, Bu-tong pay, Lam-hay pay, Thian sat bun, Tok-see-sia
maupun Ban-kiam-hwee ternyata tak seorang pun yang mengetahui asal-usul dari
kakek gemuk pendek ini.
Akan tetapi semua orang yang hadir disitu merupakan jago-jago persilatan yang
berpengalaman, tentu saja semua orang tahu kalau alat pancing yang sedang
dipersiapkan kakek gemuk pendek itu besar kemungkinan adalah senjata andalannya.
Dengan suara dingin, congkoan pasukan berpita hijau Buyung Siu berseru: "Hmm, aku lihat besar amat kegembiraan saudara."
"Oooo, rupanya kau sudah tahu kalau lohu mempunyai kegembiraan yang
menyenangkan?" seru si kakek gemuk pendek itu sambil tertawa.
Buyung siu bukan manusia sembarang, sejak tadi dia sudah tahu kalau orang ini datang
dengan maksud tak baik, serunya kemudian sambil tertawa dingin:
"Bila kau ingin memancing ikan seharusnya pergi memancing diluaran sana."
"Tidak!! hari ini lohu mempunyai kegembiraan yang menyenangkan kuingin
memancing akan disini saja."
"Di depan mata orang ahli lebih baik.."
Belum habis Buyung Siu berkata, kakek gemuk pendek itu sudah menukas, serunya
sambil menggeleng dan tertawa cekikikan:
"Tiada orang ahli atau orang bodoh. hihihi... kau kira lohu hendak memancing siapa"
Lohu dan bocah perempuan ini telah berunding, orang pertama yang harus aku
pancing adalah Buyung Siu, kaukah orangnya?"
"Ya akulah orangnya.,." jawab Buyung Sia sambil tertawa.
Kakek gemuk pendek itu segera memanggut.
"Bagus sekali" serunya.
Begitu selesai berkata, mendadak pancingan ditangan kanannya diayunkan kedepan,
tali senar diujung pancingan dengan membawa sebuah mata kail segera menyambar
ke depan dengan mengancam Buyung Siu.
Gerakannya sama sekali tak berbeda dengan gerakan yang biasa dilakukan para
nelayan, bahkan sedikitpun tidak nampak sesuatu keistimewaan apa-apa pun, tapi
keanehannya justeru berlangsung pada saat itu juga .
-oooOooo- Bab-44 BUYUNG SIU yang berjulukan Pau kiam suseng (sastrawan pemeluk pedang) bisa
diangkat sebagai congkoan pasukan jago pedang berpita hijau dalam Ban kiam hwee,
sudah barang tentu dia memiliki ilmu silat yang luar blisa sekali, tapi kenyataannya dia tak mampu menghindarkan diri dari sambaran pancingan tersebut.
Entah apa yang terjadi, tahu-tahu saja arah baju bagian belakangnya sudah kena
terpancing dan tubuhnya pun tergantung ditengah angkasa.
Sambil tertawa kakek gemuk pendek itu segera berpaling dan ujarnya sambil tertawa:
"Nah. apa yang lohu katakan tadi" bocah keparat ini sudah sepantasnya dilemparkan jauh-jauh dari tempat ini."
Dia segera mengayunkan pancingannya kedepan dan "Weees" tubuh Buyung Siu
segera terlempar keluar dari ruangan itu tanpa mampu melakukan perlawanan.
Peristiwa ini kontan saja membuat Lok Khi sendiripun merasa terperanjat, dengan
mata kepala sendiri dia pernah menyaksikan ilmu silat yang dimiliki Buyung Siu meski
dikolong langit tak dapat dibilang tanpa tandingannya, paling tidak orang tak akan
mampu membuatnya keok secepat ini.
Tapi kenyataan sekarang, dia kena dipancing orang dalam satu gebrakan saja, bahkan
kena terlempar keluar tanpa berkutik barang sedikitpun juga , ini baru aneh dan hebat
namanya. Kakek gemuk pendek itu sama sekali tidak berpaling atau memperhatikan korbannya,
lalu dengan langkah lebar dia berjalan kemuka, lalu duduk ditempat duduk Buyung Siu.
Pau kiam suseng Buyung Siu memang tak malu disebut sebagai seorang jagoan lihay,
dia pun tak malu menjabat congkoan jago pedang berpita hijau dari Ban kiam hwee.
Sekalipun dia kena dipancing orang dan dilemparkan sejauh tiga kaki dari posisinya
semula, namun belum lagi tubuhnya mencapai permukaan tanah, sepasang tangannya
segera mendayung ketengah udara, dan tubuhnya mendarat diatas permukaan tanah
dengan "empuk"
"cri ng.." pedangnya segera diloloskan dari sarung, kemudian sambil menjejakkan kakinya keatas tanah, di ringi suara gelak tertawa yang amat nyaring, tubuhnya
bagaikan serentetan Cahaya pelangi berwarna hijau seCepat kilat menyambar batok
kepala kakek gemuk pendek itu.
Kakek gemuk pendek itu mengulapkan tangannya, lalu membentak dengan suara
nyaring: "Lohu sudah duduk. disini sudah tidak terdapat tempat berpijak buat kau sibocah Cilik lagi, ayo Cepat mundur."
Kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya hal ini sangat aneh, serangan pedang yang
dilancarkan Buyung Siu itu sesungguhnya lihay sekali, namun kakek gemuk pendek itu
cukup mengebaskan tangannya, dimana cahaya pedang berkilauan, lalu seakan-akan
membentur diatas selapis dinding hawa tak berwujud, badannya mencelat sejauh satu
kaki lebih dan tak mampu untuk menyerbu kedepan lagi.
Peristiwa ini dengan capat menimbulkan perasaan terkesiap bagi semua orang yang
hadir didalam arena.
"oooh, rupanya kakek ini sudah berhasil mempelajari ilmu hawa Khi-kang tanpa
wujud." gumam mereka tanpa terasa.
Kakek gemuk pendek itu segera berpaling ke arah Lok Khi dan bertanya sambil
tertawa: "sekarang sudah boleh bukan?"
OOOOooOOOO LOK KHI segera mengangkat jari tangannya dan memperlihatkan jari kelingkingnya
yang kecil, kemudian sambil menggoyang goyangkan tangannya itu dia berseru:
"Empek tua. masih ada seekor ikan kecil?"
"Ehmm, benar, benar, memang masih ada seekor ikan kecil lagi Kini lohu sudah duduk, kau sebagai murid lohu sudah sepantasnya untuk memperoleh tempat duduk juga ,
kalau begitu lohu akan memancing ikan kecil, agar kau pun mendapat tempat duduk."
Semua orang tidak tahu siapa yang dimaksud sebagai ikan kecil, tapi semua orang tahu
bahwa kakek gemuk pendek itu sudah bersiap-siap hendak turun tangan lagi.
"Hei, siapa yang menjadi muridmu ?" seru Lok Khi kemudian dengan perasaan gelisah.
Kakek gemuk pendek itu tertawa tergelak.
"Haaahh . . . haaahh. . . haaah . . sekarang memang belum, tapi setelah lohu pancing ikan kecil itu, kau adalah muridku."
Kemudian sambil memandang kearah Chin Toa seng, congkoan dari pasukan jago
pedang berpita hitam, serunya lagi:
"Hei, yang kumaksudkan sebagai ikan kecil tadi adalah kau si bocah keparat,
bersediakah kau masuk kedalam kailku?"
Padahal Toh hun sat jiu Chin Toa seng sudah berusia lima puluh tahun, tapi nyatanya
masih disebut bocah keparat, bahkan dianggap pula sebagai ikan kecil yang hendak di
pancing, jangankan Chin congkoan adalah seorang kenamaan, sekalipun manusia yang
tak bernamapun akan naik pitam oleh cemoohan tersebut.
Dengan marahnya Chin Toa seng mendehem keras, kemudian sambil menggenggam
huncweenya kencang-kencang dia melompat bangun.
Tampaknya dia seperti ikan yang mau dipancing, baru saja dia melompat bangun,
tubuhnya seakan-akan kena diseret maju saja. sebelum semua orang sempat melihat
jelas apa gerangan yang telah terjadi, tahu-tahu tubuhnya sudah kena terpancing
sshingga terangkat ke tengah udara.
Mungkin semua kejadian itu berlangsung terlalu cepat, menanti tubuh Soh bun kuijiu
Chin Toa seng sudah terangkat sampai ditengah udara dia baru meraung gusar,
sepasang kakinya berjumpalitan dan tubuhnya bersalto beberapa kali, dia bersalto
menghadap keatas, sementara itu, huncwee ditangan kanannya dengan secepat kilat
mengetuk ke atas tali senar yang lembut, kecil tapi berkilat itu,
"Daaang . . .." tali senar yang tertarik hingga kencang itu hanya memantul pelan kemudian bergetar keras, nyatanya sama sekali tidak patah oleh ketukan tersebut.
Berhubung senarnya bergetar keras, otomatis tubuh Chin Toa seng yang berada
ditengah udara pun turut bergetar keras, keadannya jadi mirip sekali dengan seekor
ikan kecil yang kena
dipancing lalu berkelejitan tak hentinya. Sambil tersenyum kakek gemuk pendek itu
segera berkata:
"Ikan kecil, sudah cukup, sudah cukup, sekarang kau sudah boleh turun kembali ..."
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah Lok Khi sembari berkata: "Bocah perempuan, duduklah sekarang di kursinya Hmmm, kalau dihitung-hitung kembali,
sesungguhnya kami guru dan murid merasa sangat dirugikan bila harus duduk
dibangku seperti ini."
Pancingannya yang terangkat keatas itu segera digetarkan keras, begitu kaitan yang
mengail baju arah belakang Chin Toa seng terlepas, tubuh Chin Toa seng pun terjatuh
dari tengah udara....
Lok Khi menyahut, sambil tersenyum dia segera membuat muka setan terhadap
sukonya Kam Liu cu dan sucinya Liu Leng po, kemudian sambil berpaling, dia
mencibirkan bibirnya kearah Su Siau hui. setelah itu baru berjalan ke tempat duduk
Chin Toa seng dan duduk di sana.
Congkoan pedang yang berpita hitam Chin-Toa seng yang dipermainkan orang
dihadapan orang banyak. segera merasa malu sekali, sehingga selembar wajahnya
berubah menjadi merah padam seperti hati babi, sepasang matanya merah membara,
huncweenya menciptakan selapis bayangan hitam yang segera mengurung badan
kakek gemuk pendek itu.
Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk dikursi sebelah kiri tatkala dia memancing
Chin Toa seng sebagai seekor ikan kecil tadi segera beruntun Pau kiam suseng Buyung
Siu melancarkan serangan pedang tiada hentinya.
Berhubung semua orang sedang memperhatikan Chin Toa seng, maka tiada orang
yang menaruh perhatian terhadap dirinya.
Selembar wajah Buyung siu berubah menjadi merah padam, dalam berapa saat yang
teramat singkat ini, secara beruntun dia telah melancarkan belasan jurus serangan
berantai. Tapi setiap kali dia melancarkan serangan, ancaman itu selalu berhasil dipunahkan
oleh ayunan tangan kiri kakek gemuk pendek itu yang menciptakan selapis hawa
khikang tak berwujud, sehingga sama sekali tak mampu untuk mendesak maju
kedepan. Tentu saja serangan berantai yang dilancarkan Chin Toa seng juga kena terhadang oleh
kakek gemuk pendek itu disebelah kanannya, sehingga tiada yang berhasil ancaman
yang menyentuh tubuhnya.
Kedua orang congkoan dari perkumpulanBan-kiam-hwee ini, sesungguhnya
merupakan jago lihay kelas satu didalam dunia persilatan, tapi sekarang serangan
gabungan dari mereka berdua yang datang dari kiri dan kanan itu tak pernah berhasil
mendekati lawannya lebih dari lima depa, hal mana dengan cepat membuat para jago
yang mengikuti jalannya pertarungan menjadi amat terperanjat.
Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk tak berkutik diatas kursi, meskipun
senyuman masih menghiasi ujung bibirnya, tapi dibawah gencetan dan kerubutan dua
orang jago lihay itu, sesungguhnya tidak enteng baginya untuk menghadapi.
Sementara tangan kirinya dikebaskan ke depan untuk memaksa mundur Buyung siu
yang menyerang dari sebelah kiri, Chin Toa seng yang berada disebelah kanan segera
manfaatkan kesempatan itu untuk maju melancarkan sergapan.
Menanti dia mengangkat kembali tangan kanannya untuk mendesak mundur Chin Toa-
seng maka Buyung Siu yang berada disebelah kiripun segera memanfaatkan
kesempatan itu untuk melancarkan desakan hebat . . .
Tampaknya kedua orang jago yang berada dikiri itu sudah dipengaruhi oleh hawa
napsu untuk membunuh, mereka sama-sama nekad untuk beradu jiwa.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, kedua orang itu memutar pedang dan senjata
huncweenya sedemikian rupa sehingga terasa desingan angin tajam menderu-deru,
mereka maju dan mundur
secara teratur, sementara masing-masing pihak melancarkan serangan maut yang
dahsyat. Kalau dibicarakan sebenarnya amat panjang padahal sejak Buyung Siu kena dilempar
keluar dan Chin Toa-seng kena terpancing, semuanya hanya berlangsung dalam
seperminum teh.
Mendadak kakek gemuk pendek itu tertawa terbahak-bahak. sambil bangkit berdiri
teriaknya keras- keras:
"Kalian berdua apa apaan sih " jika tidak segera menghentikan serangan kalian
sehingga benar2 membangkitkan amarah lohu, jangan harap kalian bisa merenggut
keuntungan dengan begitu saja."
Apa yang dikatakan memang benar dan setiap jago persilatan dapat melihat kalau
kakek gemuk pendek itu memang belum turun tangan secara bersungguh-sungguh,
coba kalau tidak begitu, mungkin Buyung Siu dan Chin Toa-seng sudah keok semenjak
tadi. Dalam pada itu. keempat orang gadis berpakaian ala keraton yang berada dibelakang
Ban kiam hweecu sudah bersiap siaga penuh, tangan mereka masing-masing sudah
menetap diatas gagang pedang masing-masing sudah bersiap untuk melepaskan
serangan. Ban kian hweecu sendiri masih tetap duduk dikursi utama dengan sikap yang anggun,
sejak awal sampai sekarang dia tidak membentak untuk menghalangi jalannya
pertarungan juga tidak mengungkapkan perkataan apapun selembar wajahnya
berwarna kuning emas dan siapa pun menduga bagaimanakah perubahan mimik
wajahnya. Tapi Sepasang matanya yang tajam dan jeli masih saja mengawasi wajah si kakek
gemuk pendek itu tanpa berkedip. dia seakan-akan sedang memikirkan satu hal.
Bentakan kakek gemuk pendek itu sama sekali tidak ditanggapi oleh Buyung Siu
maupun Chin Toa seng, kedua orang jagoan lihay ini tak seorang pun yang bersedia
menghentikan serangannya dengan begitu saja. .
Untunglah disaat yang kritis, Ban kiam hweecu telah buka suara, terdengar dia
membentak keras:
"Harap congkoan berdua segera menghentikan serangan!"
Pau kiam suseng Buyung Siu dan Soh-hun sat jiu Chin Toa seng tak berani membantah
bentakan dari Kiam cu nya, serentak mereka menarik kembali serangannya dan
mundur. Kakek gemuk pendek itu pun mengangkat bahunya dan berjalan menuju ke tempat
duduknya lagi dengan langkah lebar.
Mendadak Ban kiam hweecu bangkit berdiri dari tempat duduknya, lalu menjura
dalam-dalam terhadap kakek gemuk pendek itu, kemudian katanya dengan hormat.
"Rupanya locianpwe yang telah berkunjung kemari, maafkanlah ketidaktahuan
boanpwe." Kakek gemuk pendek itu masih tetap duduk tak berkutik ditempat semula, sambil
memicingkan mata dia berkata sambil tertawa. "Bocah Cilik, apakah kau sudah
teringat siapa kah lohu?"
Mungkin di dunia ini tiada orang lain yang berani menyebutkan Ban-kiam hweecu
sebagai bocah cilik lagi.
Tapi kakek itu menganggap Buyung siu dan Chin Toa seng sebagai seorang bocah
keparat maka kalaupun dia menyebutkan kiam hweecu sebagai bocah, sesungguhnya
hal ini bukan sesuatu yang terlalu aneh.
Benar juga , Ban kiam hweecu sama sekali tak marah atau tersinggung oleh sebutan
itu, malah sahutnya dengan hormat:
"Walaupun boanpwee sudah teringat akan seorang cianpwe, hanya tidak aku ketahui
benar atau tidak?"
Kakek gemuk pendek itu manggut-manggut sambil mengelusjenggot kambingnya dia
menyahut sambil tertawa:
"Tak ada salahnya untuk kau utarakan, haa aah, haaah, haaah, mungkin tiada seorang manusia pun di dunia ini yang mengetahui siapakah lohu ?" Ucapan ini memang cepat sekali.
Buktinya Sim-cu taysu dari Siau-limpay dan Thian Khi-cu dari Bu tong pay sama sekali
tidak kenal dengan orang ini, bahkan Hek sat sang Seh Thian yu yang merupakan su
tok thian ong (empat raja langit beracun) serta Kam Liu cu yang berpengetahuan
sangat luas pun tak ada yang mengetahui asal usul orang ini.
Ketika congkoan pedang berpita hijau Bu yung Siu dan congkoan pedang berpita hitam
Chin Toa-seng menyaksikan Kiam cu mereka bersikap begitu hormat terhadap
tamunya, tanpa terasa mereka saling berpandangan sekejap dengan cepat, sementara
hati kecilnya merasa amat terkejut bercampur keheranan.
Sementara itu Ban kiam bweecu sudah membungkukkan badan memberi hormat
sembari berkata:
"Apabila dugaan boanpwee tidak salah, lo-cianpwee adalah salah seorang dari delapan toa-kong bong dari ruang Thian cu tong tempo dulu."
Walaupun orang luar tidak banyak yang mengetahui tentang delapan toa kong hong
dari ruang Thian cu tong, tapi bagi pendengar jago-jago Ban kiam hwee, hal ini segera
membuat hati mereka bergetar keras sekali karena terperanjat.
Delapan toa kong bong dari ruang Thian cu tong tak lain adalah delapan orang
pelindung hukum pada masa jayanya Ban kiam hwee tempo dulu.
Seperti misalnya It teng taysu, toa supek dari ketua Siau limpay sekarang dan ketua
dan pendiri dari perkumpulan Thi pit pang, yakni Thi pit teng kan kun Tay Pek li,
semuanya merupakan salah satu dari delapan pelindung hukum perkumpulan Ban
kiam hwee tempo dulu, berbicara soal umur, mungkin usianya berada diatas seratus
tahun.

Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak kakek gemuk pendek itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaaa. . . .haaaaa . . . haaaa.. . . bocah cilik, anggap saja ketajaman matamu memang mengagumkan- Haah, haah, haah... Padahal seandainya lohu tidak
memancing dua ekor ikan kecil sehingga alat pancingan Thian san thi tiok klu ciat tiau kan atau pancingan sembilan raut bambu besi dari Thian-san milik lohu berhasil kau
kenali, siapa yang akan menduga kalau Thian ti tiau siu atau kakek pengail dari telaga langit masih hidup di dunia ini?"
Walaupun dia sendiri telah menyebutkan nama julukannya sebagai kakek pengail dari
telaga langit, namun tiap jago yang hadir disitu belum pernah mendengar nama
tersebut. Tapi semua orang dapat menduga kalau kakek itu sudah pasti ada hubungannya
dengan pihak Thian-san-pay. bahkan merupakan seorang angkatan tua dari Ban-kiam-
hwee. Thian-ti-siau-siu mengalihkan sorot matanya kearah Buyung Siu dan Chin Toa seng,
kemudian katanya sambil tertawa:
"Bagaimana " Walaupun lohu guru dan murid telah merebut tempat duduk kalian
berdua, tentunya hal ini tidak terhitung memalukan bukan" Padahal delapan puluh
tahUn berselang, ketika lohu masih duduk dalam kursi kebesaran dengan segala
kemegahannya, kalian masih belum keluar dari perut ibumu."
Setelah mengetahui siapakah lawan, tentu saja Buyung Siau dan Chin Toa seng tak
berani bersikap kurang ajar, buru-buru mereka membungkukkan badan memberi
hormat seraya berseru:
"Hamba benar-benar pantas mati, kami tak tahu kalau lo-huhoat telah datang, harap lo huhoat sudi memaafkan."
Thian-ti-tiau-siu segera tertawa ter-kekeh2.
"Heeeehhh. . . heehhh, , . heeeh. . . disini tiada urusanmu lagi, lohu hanya bergurau saja."
Kemudian sambil berpaling kembali ke arah Ban-kiam hweecu, katanya lebih jauh:
"Mari kita kembali kepokok pembicaraan semula, kau si bocah telah mengundang
begitu banyak orang untuk berkumpul disini, bila ada urusan silahkan saja diutarakan,
lohu hanya akan duduk sebentar saja kemudian akan segera pergi."
Dengan amat hormatnya Ban kian hweecu mengiakan, dengan masih tetap berdiri,
katanya kemudian:
"Dalam pertemuan hari ini, boanpwe mempunyai satu urusan penting yang hendak di
umumkan kepada para hadirin locianpwe adalah seorang tokoh yang berkedudukan
paling tinggi, kehadiran cianpwe tampaknya memang cocok sekali, oleh sebab itu
menurut pendapat boanpwe biar locianpwee saja yang memimpin pertemuan ini agar
terasa lebih serius dan berbobot."
Tampaknya Ban-kiam hweecu benar benar mempunyai suatu masalah penting yang
hendak diumumkan kepada semua orang.
Dengan cepat Thian ti-tiau-siu menggoyangkan tangannya berulang kali sambil
berseru. "Tidak bisa kecuali memancing ikan, lohu sudah tidak mencampuri urusan dalam dunia persilatan lagi, kini untuk memancing ikan saja rasanya sudah malas, maka aku ingin
mencari orang untuk mengirim pergi pancinganku ini, entah ada urusan apa pun boleh
kau utarakan saja, anggap saja lohu tidak hadir ditempat ini."
Buru-buru Ban-kiam hweecu membungkukkan badannya memberi hormat, katanya
kemudian,"Kalau toh locianpwe sudah berpesan demikian, boanpwe akan turut
perintah saja."
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling seraya berkata: "Bawa kemari benda
tersebut."
Seorang gadis berdandan keraton yang berada dibelakangnya segera maju sambil
meletakkan sebuah kotak diatas sebuah meja kecil didepan Ban kiam hweecu.
Para jago tidak mengetahui apa benda yang berada dalam kotak itu, tanpa terasa
semua orang mengalihkan sorot matanya ke atas benda tersebut.
Ban kiam hweecu mendongakkan kepalanya dan menjura kepada para jago, lalu
ujarnya: "Para hadirin semua, aku khusus datang ke Pit bun san ini karena menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, Lou bun si sudah terjatuh ke tangan
perkumpulan kami, itulah sebabnya aku sengaja kesini.. ."
Belum habis perkataan tersebut diutarakan, Lok Khi sudah melompat bangun sambil
menukas: "Perkataanmu itu tidak benar, kejadian tersebut merupakan kenyataan, bukan berita sensasi belaka, sudah jelas Lou bun si itu berhasil kalian rampas dari tangan Wi toako dengan menyaru sebagai Ting Ci kang."
"Harao Lok-lihiap mendengarkan dahulu penjelasanku hingga selesai, kemudian baru
berbicara lebih jauh."
Setelah berhenti sejenak, dia pun menyambung lebih jauh: "Aku tak ingin
membohong, Lou bun-si memang merupakan benda yang bertekad hendak kami
peroleh sampai dapat, dan kali ini, gara gara urusan Lou bun si, mungkin partai kami
telah membuat kesalahan terhadap Wi Tayhiap. untuk itu aku mohon agar Wi Tayhiap
sudi memaafkan . . ."
Lok Khi melotot sekejap kearah Wi Tiong hong dengan gemas, kemudian sambil
mencibirnya dia berseru seraya mendengus:
"Hmm enak benar kalau bicara, hampir saja kalian membuat jiwanya melayang, apa
gunanya kalau cuma meminta maaf belaka?"
Ban kiam hwecu sama sekali tak memperdulikan dia, kembali ujarnya lebih jauh:
"Bukan hanya satu dua hari saja perkumpulan kami mencari jejak Lou bun si tersebut, karenanya kemunculan Lou bun si dalam dunia persilatan tentu saja harus dibuntuti
secara ketat dan Ching congkoan harus melakukan penyelidikan dengan sepenuh
tenaga. Tentang bagaimana cara Chin congkoan setelah sampai disini hari ini, itulah
sebabnya pula aku minta maaf kepada Wi tay hiap pada saat ini."
Berhubung tempat duduk buat congkoan pedang berpita hijau Buyung Siu dan
congkoan pedang berpita hitam Chin Toa seng telah ditempati oleh Thian ti tiau siu
dan Lok Khi, maka kedua orang itu mengundurkan diri dari sana dan berdiri dikedua
belah sisi Ban kiam hweecu.
Ketika Chin Toa seng mendengar hweecunya berulang kali menyinggung tentang
jasanya, dia nampak gembira, berseri dan kelihatan merasa bangga sekali. Terdengar
Ban kiam hweecu berkata lebih lanjut.
"Tiga hari berselang, Chin congkoan telah mengirim orang yang secara diam-diam
menghantar Lou bun-si kembali ke markas kami, ketika itu sekeliling Kiam bun san
kami segera ditemukan banyak sekali jago lihay yang secara diam-diam melakukan
pengintaian. Berita itu nampaknya begitu cepat tersiar dalam dunia persilatan
diantaranya sudah pasti ada pihak-pihak musuh perkumpulan kami yang sengaja
menyebar luaskan berita itu kemana-mana, itulah sebabnya aku mengatakan kalau
kalian datang karena mendengar berita yang tersiar dalam dunia persilatan yang
kumaksudkan sebagai berita angin tidak lain adalah hal ini. Setelah aku menerima Lou
bun- si yang di kirim Chin congkoan tersebut, oleh karena tak isgin mengusik
ketenangan ayahku, maka sengaja aku datang kemari dan bermaksud untuk
mengadakan pembicaraan secara terbuka dengan para umat persilatan."
Rupanya Ban-kiam bweecu masih mempunyai ayah, bila didengar dari ucapannya itu,
jelas ayahnya sudah mengasingkan diri dan sama sekali tak pernah mencampuri
urusan keduniawian lagi.
Kini di tempat tersebut hanya hadir congkoan pedang berpita hijau dan congkoan
berpita hitam, itu berarti congkoan pedang berpita merah dan congkoan pedang
berpita putih tidak ikut hadir, tentu saja mereka ditugaskan untuk menjaga Kiam-bun-
san. "Bu-Liang-siu-hud." Thian Khi cu dari Bu-tong pay segera berseru sambil bangkit berdiri, "Hwecu, bolehkah pinto menimbrung sebentar untuk mengungkapkan maksud
kedatangan pinto ?"
Berkilat sepasang mata Ban kiam hwee cu, kemudian manggut-manggut.
"Katakan saja totiang " katanya.
Bab-45 "Terima kasih hweecu, pinto merasa perlu untuk menjelaskan bahwa partai kami sama sekali tidak berminat untuk turut mengincar Lou bun si tersebut, kemudian menurut
apa yang kuketahui, Lou bun si pernah muncul diwilayah Kanglam dan pada mulanya
diperoleh Siau Beng-san, seorang anggota perguruan pinto, Siau Beng-san cukup
mengetahui kalau benda ini sudah lama dianggap sebagai benda mestika bagi umat
persilatan dan akan diperebutkan bila ada yang tahu, oleh sebab itu dia tak berani
bertindak gegabah dan bermaksud untuk mengirimnya kembali keperguruan. Siapa
sangka delapan belas orang rombongan ditemukan di kuil Sik jin tian, padahal partai
kami sama sekali tidak berminat untuk mendapatkan Lou bun si tersebut, namun
setelah ada anggota partai kami menjadi korban ataS periStiwa tersebut, mau tak mau
partai kami pun harus mencampurkan diri dalam masalah ini, sekarang Pinto sudah
datang kemari atas undangan Hwee-cu. pinto harap hweecu sudi memberi petunjuk
dan penjelasan kepada kami."
Dari ucapan mana, bisa didengar kalau pihak Bu tong pay sudah secara resmi menegur
dan menuduh Ban kiam hwee.
Ban kiam hweecu segera berpaling sembari berkata:
"Chin congkoan, coba kau memberi penjelasan kepada Thian khi totiang lantas
kejadian tersebut, dari pada kedua belah pihak harus saling bentrok sendiri."
Congkoan pedang berpita hitam Chin Toa seng membungkukkan badan menerima
perintah, setelah menjura kepada Thian Khi cu, katanya kemudian:
"siaute tak berani mengelabuhi waktu itu orang pertama yang berhasil mendapatkan
berita tersebut adalah pelindung hukum dari Thi pit pang yakni Thi ji tong long atau
belalang bercakar baja Lu Yau cun serta To ciok siu atau makhluk bertanduk tunggal Ku
Tiang siu, kedua orang itu tak lain adalah anggota dan jago pedang berpita hitam kami.
Sewaktu kami mendapat laporan yang mengatakan bahwa Lou bun si sudah terjatuh di
tangan Siau Beng san dari Ban lipiaukiok dan kini Siau Beng sau telah mengerahkan
jago-jago lihay dari perusahaan Ban li piaukioknya untuk mengirim benda itu ke bukit
Bu tong, siaute pun menitahkan kepada kedua orang ini untuk melakukan pengintaian.
Siapa tahu ketika Siau Beng-san sekalian sedang mencapai kuil Sikjin tian, tiba-tiba saja mereka roboh dan tewas, Thi jiau-tong long Lu Yau cun yang berjarak paling dekat
dengan mereka pun pada saat yang bersamaan ditemukan tewas, apa yang menjadi
penyebab dari kematian mereka sama sekali tidak diketahui, tapi siaute menegaskan
bahwa perbuatan ini bukan hasil karya dari perkumpulan kami."
Ketika Wi Tiong hong mendengar apa yang dikatakan orang itu persis sama dengan
apa yang dia dengar, dengan cepat ia bangkit sembari berkata:
"Apa yang diucapkan Chin congkoan memang benar, apa yang boanpwe dengarpun
begitu pula, sesungguhnya orang-orang dari Ban-li-piau-kiok telah mati keracunan
karena menginjak racun tanpa wujud yang sengaja disebarkan orang-orang Tok-see sia
diatas permukaan tanah seputar tempat kejadian."
Mencorong sinar tajam sepasang mata Sah Thian yu sesudah mendengar perkataan
itu, dia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahh . . .haaahh . . .haaahh . . .untuk merebut Lou bun si dari tangan orang lain, kebanyakan jago persilatan telah mempergunakan pelbagai macam cara yang keji
untuk mendapatkannya, kami orang orang dari Tok see sia juga tidak takut menyalahi
perguruan mana pun, tentu saja kami pun tak akan menyangkal atas perbuatan yang
telah kami lakukan."
"Benar, orang-orang Ban li piaukiok memang mati akibat keracunan, tapi lou bun si yang berhasil kami peroleh, akhirnya terjatuh kembali ke tangan orang orang Bankiam-hwee."
Su tok thian ong memang selama ini termashur karena racunnya yang amat keji,
walaupun mereka sudah membunuh orang-orang Bu tong pay, tentu saja peristiwa
tersebut sama sekali tidak dipikirkan didalam hati mereka.
Itulah sebabnya dia lantas mengaku, sebab seperti apa yang dia katakan, orang orang
Tok see sia memang tak pernah takut untuk menyalahi perguruan mana pun.
Thian khi cu sama sekali tidak menyangka kalau Sah Thian yu akan mengakui dengan
berterus terang, bahkan kalau didengar dari nada suaranya dia seperti sama sekali tak
memandang sebelah matapun terhadap pihak Bu tong pay, tanpa terasa wajahnya jadi
tertegun. Tapi selang berapa saat, dia pun menjura seraya berkata kembali:
"Siancay, siancay, kalau toh toheng sudah mengakui atas tanggung jawab tersebut,
kita perhitungkan kembali dikemudian hari saja."
Beberapa patah kata ini di ucapkan tanpa meninggikan diri, tak pula merendahkan diri,
selain luwes juga penuh dengan sopan santun.
Karena pada saat ini dia adalah seorang tamu dari Ban kiam hwee, dengan
kedudukannya tentu saja dia tak bisa bermusuhan secara langsung dengan Seh Thian
yu, disamping itu diapun telah memberikan pendiriannya bahwa Bu Tong pay tak akan
berpeluk tangan belaka atas peristiwa terbunuhnya anggota Bu Tong-pay.
Sebagai seorang jagoan yang berpengalaman sudah barang tentu Seh Thian-yu juga
dapat menangkap nada pembicaraan dari Thian Khi-cu, dia tertawa hambar lalu
menyahut: "Ucapan To heng memang benar, siaute akan menurut perintah saja."
Yang dimaksudkan "menurut perintah" tentu saja setiap saat dia bersedia menantikan pembalasan dendam dari lawan.
Tiga orang anggota Bu tong-pay yang berdiri dibelakang Thian Khi cu segera berubah
muka, sebaliknya Thian Khi cu sendiri sama sekali tidak dibikin gusar oleh kejadian itu, malah sambil tersenyum ia duduk kembali.
Setelah Thian Khi cu dari Bu tong pay duduk kembali, Sip cu dari Siau lim-pay segera
bangkit berdiri lalu sambil merangkap tangannya didepan dada katanya:
"omitohud, pinceng pun harus menerangkan juga kepada Hweecu bahwa sebagai
orang beragama, pantangan yang paling besar adalah mengincar barang milik orang,
dan sekali pun Lou bun-si dianggap oleh sementara umat persilatan sebagai benda
mestika yang tak ternilai harganya, namun pinceng tak berani mengincarnya. Pinceng
dan Beng sute datang kemari karena kami dengar Ting pangcu dari Thipit pang telah
terbunuh di kuil Sik-ji tian. Tapi menurut berita yang kemudian pinceng dengar
ditengah jalan, yang tewas ternyata bUkan Ting pangcu pribadi, melainkan hanya
seorang manusia gadUngan. Antara Ting pangcu dengan kuil kami sesungguhnya
terjalin suatu hubungan yang erat, apa lagi kejadian inipun berlangsung ditempat yang
terletak begitu dekat dengan markas besar jago-jago pedang berpita hitam, itulah
sebabnya pinceng memberanikan diri untuk minta pendapat dari hweecu."
Kali ini rupanya orang-orang Siau lim-pay menampilkan diri untuk menuntut keadilan
buat Ting Ci kang.
Selapis perasaan tak sabar segera menghiasi raut wajah Ban kiam hweecu tampaknya
teguran dan tuntutan dari pihak Bu tong pay dan Siau limpay yang secara beruntun
membUat hatinya merasa tak tenang, sorot matanya lantas di arahkan congkoan
pedang berpita hitam dan manggut-manggut.
Congkoan pedang berpita hitam Chin Toa-seng segera menjura, kemudian ujarnya:
"Tentang yang menyangkut ketua Thi pit pang Ting tayhiap. tadi Wi tayhiap
menurunkan perintah Siu lo Ci leng tempo hari dan menitahkan kepada siaute untuk
membebaskan Ting tayhiap. berhubung siaute mencurigai Loa bun si sudah terjatuh
kepihak Thi pit pang, maka sudah barang tentu kami tak dapat membebaskannya
dengan begitu saja. Terpaksa kami pun mengutus wakil congkoan yakni cu Bun wi
untuk menyamar sebagai Ting tayhiap. menurut pikiran siaute semula, kami hanya
ingin menyelidiki jejak Lon Bun si itu kemudian baru membebaskannya, dalam hal ini
kami telah memperoleh pengertian dari Wi tayhiap tadi."
Dengan tak sabar Thian ti tiau siu segera menukas:
"cukup, Cukup, justeru karena lohu mendapat berita tentang hal inilah maka lohu
menyusul kemari, sekarang sudah seharusnya kita membicarakan tentang masalah
pokoknya."
Ban kiam hweeCu tak banyak berbicara lagi, dia segera merogoh kedalam sakunya dan
mengeluarkan sebuah rantai emas, diujung rantai itu terlihat sebuah anak kunci kecil
yang terbuat dari emas dan dipakainya untuk membuka kotak kecil itu.
Walaupun para jago yang hadir dalam ruangan tersebut tak tahu benda apakah yang
disimpan dalam kotak itu, tetapi kalau dilihat dari perbuatan Ban kiam hweeCu yang
merogoh ke dalam saku hanya untuk mengambil sebuah rantai emas, dan di ujung
rantai emas itu hanya terdapat sebuah anak kunci emas, dengan kunci emas itulah dia
membuka kotak emas mana bisa disimpulkan kalau benda yang tersimpan didalam
kotak itu sudah pasti merupakan sebuah benda yang tak ternilai harganya.
Tanpa terasa timbul ah perasaan ingin tahu dalam hati setiap orang, walaupun mereka
masih tetap duduk tak berkutik ditempat semula namun sorot mata mereka yang
tajam telah tertuju keatas kotak tersebut.
Ban kiam hweecu tersenyum, dengan jari tangannya yang langsing dan putih, dia
mengeluarkan sebuah pena kemala berwarna hijau yang panjangnya hanya enam inci
dari dalam kotak tersebut.
Dalam waktu singkat, mencorong sinar tajam dari balik mata semua orang, diam-diam
mereka berpekik keras:
"oooh, Lou bun-si....!"
Benar, benda yang berada ditangan Ban kiam hweecu sekarang bukan lain adalah Lou
bun-si yang di ncar dan beberapa kali menjadi benda perebutan dari umat persilatan.
Sambil tertawa Ban kiam hweecu segera memperlihatkan Lou bun si tersebut kepada
semua orang, kemudian katanya: "Aku rasa kalian semua pasti sudah tahu bukan
bahwa pena kemala ini tak lain adalah Lou-bun-si . . ."
Belum habis dia berkata, mendadak terdengar suara desingan angin tajam berkelebat
lewat, menyusul kemudian munculnya serentetan bayangan abu-abu yang secepat
sambaran kilat menerobos masuk lewat ruang depan dan melalui atas batok kepala
manusia langsung menerjang kearah Ban-kiam hweecu.
Kecepatan gerak orang itu benar-benar luar biasa, sedemikian banyak jago lihay yang
hadir dalam ruangan itu, ternyata tiada seorang manusiapun yang sempat melihat
jelas raut wajah dari bayangan manusia tersebut.
"Tunggu dulu!" suara itu berasal dari mulut Thian ti tiau siu.
Menyusul suara teguran tersebut dari tengah udara segera berkumandang suara
benturan yang amat keras.
"Blaaammm ..." ditengah bentrokan yang nyaring, hawa pukulan menggulung ke
empat penjuru, keadaannya mengerikan sekali.
"Tua bangka celaka." terdengar suara seorang kakek mendengus dengan suara dalam.
"cring " empat cahaya pedang berwarna keperak-perakan pada saat yang bersamaan menyambar sekeliling tubuh Ban kiam hweecu,
Empat orang dayang perempuan yang berada dibelakang Ban kiam hweecu tahu-tahu
telah bertindak. meski serangan yang mereka lancarkan tak bisa di bilang amat cepat,
tapi sekarang mereka sudah merupakan benteng pertahanan terakhir, paling tidak
tindakan yang mereka ambil tidak sampai lebih lambat dari orang lain.
Tapi mereka toh terlambat selangkah juga, tidak, bukan hanya selangkah, buktinya
orang itu sudah saling beradu kekuatan satu kali dengan Thian ti tiau siu, bahkan
sekarang tubuhnya sudah melayang mundur sejauh satu kaki lebih dari tempat
semula. Bayangan manusia begitu turun kepermukaan tanah, segera muncul ah seorang kakek
berbaju coklat yang berpunggung bungkuk. sepasang matanya yang tajam dan
menggidikkan hati kini sedang mengawasi wajah Thian ti Tiau siu lekat-lekat,


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian sambil tertawa katanya:
"Sungguh tak kusangka kalau dalam dunia persilatan di daratan Tionggoan ini masih terdapat jagoan yang hebat seperti kau."
"Huh, selama lohu hadir disini, memangnya aku akan memberi kesempatan kepadamu
untuk merebutnya ?" jengek Thian-ti-tiau-siu dengan suara dingin.
Ucapan ini memang tidak salah, bagaimana pun juga Ban-kiam Hweecu merupakan
seorang jagoan pedang yang disebut sebagai jagoan nomor wahid di kolong langit, tapi
percuma saja kepandaian tersebut pada saat ini.
Dalam ruanganpun hadir Kam Liu-cu bersaudara dari Thian-sat-bun, disana hadir juga
Seh Thian-yu salah seorang dari Su-tok-thian-ong, tapi kenyataannya kepandaian silat
mereka yang amat lihaipun seolah-olah sama sekali tak berguna.
Hari ini seandainya disitu tidak hadir Thian ti tiau siu, kemungkinan besar Lou bun si sudah berpindah ke tangan orang lain.
Sekalipun semua orang kemudian meningkatkan kewaspadaannya namun siapakah
yang mampu menghalangi perbuatannya itu"
"Benda itu merupakan benda milik majikan tua kami, siapa yang mengatakan kalau
aku sedang merampas ?" seru kakek baju coklat itu.
"Sret, sret, sret sret" kembali muncul empat bayangan manusia didepan ruangan, mereka adalah enapat orang lelaki kekar yang mengenakan pakaian ringkas berwarna
coklat. Tapi berhubung baru saja terjadi peristiwa perampasan Lou-bun-si oleh kakek berbaju
coklat itu, maka keempat orang jago pedang berpita hijau yang berdiri didepan pintu
ruangan segera mencabut keluar pedang mereka dengan gerakan cepat kemudian
menghadang jalan pergi orang-orang itu.
Pada saat itulah So Siau-hui yang duduk di samping Wi Tiong hong telah bangkit berdiri kemudian sambil menggapai teriaknya: "Empek Ou, jangan ribut lagi dengan mereka."
Kakek berbaju coklat itu segera berjalan mendekati Su Siau-hui, kemudian katanya
sambil tersenyum:
"Nona besar, mengapa kau datang kemari seorang diri" Kau bikin budak tua harus lari kesana kemari untuk mencarimu."
So Siau hui duduk kembali, lalu sambil menepuk kursi disampingnya dia berkata:
"Empek Ou, kau pun boleh duduk disisiku kemari."
"Nona besar lagi duduk disitu, mana ada tempat duduk buat budak tua." sahut kakek berbaju coklat itu dengan suara lirih.
Sorot matanya segera dialihkan kesekeliling tempat itu, sewaktu melihat Lan Kun-pit
berada dideretan bangku sebelah depan, buru-buru dia membungkukkan badannya
sembari berkata:
"oooh, rupanya Siau sauya juga berada disini."
Jangan dilihat Lan Kun-pit dihari hari biasa selalu bersikap sombong dan tinggi hati,
tapi setelah berjumpa dengan kakek berbaju coklat itu sikapnya segera berubah
menjadi amat menghormat.
"orang tua Ou, baik-baikkah kau?" serunya pula sambil membalas hormat.
So siau hui segera mendongakkan kepalanya memandang Ban kiam hwee cu kemudian
sambil tertawa: "sekarang sudah tak ada urusan lagi, harap hwee cu jangan
menyalahkan kami."
Suasana dalam ruangan berubah menjadi tenang kembali, ke empat jago pedang
berpita hijau yang berada didepan rua nganpun segera menyimpan kembali
pedangnya dan mundur ketempat semula.
Ke empat orang lelaki berbaju coklat itu segera masuk kedalam ruangan dan berdiri
dibelakang kakek berbaju coklat itu.
Sambil tersenyum dan manggut-manggutkan kiam hwee cu berpaling kearah Su Siau-
hui kemudian katanya:
"Sudah lama kudengar kalau ilmu silat aliran Lam hay bun lihay sekali, baru hari ini sepasang mataku benar benar terbuka."
Kakek berbaju coklat itu berdiri disamping su Siau hui, sambil mengelus jenggotnya
yang warna putih, katanya angkuh: "Kalau dilihat dari gerak seranganmu itu,
nampaknya kau pun tidak lamban, serangan jari tanganmu itupun sudah memiliki
hawa pedang sebesar tiga empat bagian, coba kalau berganti orang lain, sudah pasti
mereka tak akan tahan."
Semua orang hanya mengira Tian ti tiau siu saja yang telah beradu kekuatan
dengannya, siapa tahu Ban kiam hweecu pun telah melancarkan pula serangan
dahsyatnya. Dengan suara lembut Su Siau hui berkata:
"Empek ou harap kau jangan berbicara lagi, aku adalah tamu agung dari Ban kiam
hwecu, mari kita mendengarkan pembicaraan dari Ban kiam hwee cu lebih dulu."
Maka semua orang pun mengalihkan kembali sorot matanya kearah Ban kiam hweecu.
Selembar wajah Buyung Siu, congkoan dari pasukan jago pedang berpita hijau nampak
sangat suram, sedangkan sikap Chin Toa seng, congkoan pedang berpita hitam pun
berubah menjadi amat lesu dan lemas.
Sekali lagi Ban kiam hwecu mengeluarkan Lou bun si itu, kemudian berkata dengan
suara nyaring: "Lou bun si ini baru kuterima pada tiga hari berselang ketika cin congkoan mengutus orang untuk menyampaikannya kepada kami, setelah pena ini diperlihatkan kepada
ayahku, benda tersebut kukunci terus di dalam kotak ini dan tiada orang ketiga yang
pernah melihatnya. Sekarang, aku ingin sekali mengundang dua orang saksi untuk
memeriksa benda ini dan membuktikan apakah benda ini benar-benar merupakan
benda yang asli atau bukan."
Semua orang tidak tahu siapakah kedua orang saksi yang dimaksudkan oleh sebab itu
siapa pun tidak bersuara.
Sesudah berhenti sejenak. Ban kiam hwe cu mendongakkan kepalanya dan berkata
lagi: "Menurut apa yang kuketahui pada mulanya pena ini ditemukan lebih dahulu oleh
Siau Beng san dari Bu tong pay di wilayah Kang lam, akan tetapi berhubung Siau Beng
san telah tewas, maka dimanakah dia berhasil menemukan benda tersebut, hingga kini
tiada seorang pun yang mengetahuinya secara jelas."
Sewaktu mengucapkan perkataan itu, sorot matanya seperti sengaja tak sengaja
dialihkan kearah Thian Ki-cu dan perkataan itupun sengaja dihentikan artinya tentu
saja mempersilahkan Thian Khicu untuk membuka suara.
Jika dilihat dari tindakan Siau Beng san setelah menempatkan "Lou-bun-si" tersebut dan menghantarnya sendiri pulang gunung, disamping itu Keng hian dan Keng jin
totiang telah diutus untuk turun gunung dan menyambut kedatangannya, tentu saja
hal ini bukan merupakan suatu kejadian yang kebetulan saja.
Ditinjau dari sini, bisa jadi Siau Beng san telah mengirim orang untuk melaporkan
kejadian ini kepartainya, itu berarti Thian Ki cu mengetahui juga dari manakah siau
Beng san berhasil mendapatkan benda mestika tersebut.
Akan tetapi Thian Khi cu hanya duduk saja sambil memejamkan mata, mulutnya
membungkam dalam seribu bahasa.
Tampaknya dia enggan untuk memperbincangkan tentang persoalan tersebut.
Terdengar Ban kiam hweecu berkata lebih jauh:
"Rombongan yang dipimpin siau Beng-san akhirnya tewas di kuil Sik jin tian karena di atas permukaan tanah diseputar tempat itu sudah diberi racun tanpa wujud, sehingga
barang siapa yang menginjak racun itu maka tanpa disadari mereka tewas. Setelah
peristiwa itu terjadi, maka Lou bun si pun segera berpindah tangan dan terjatuh ke
tangan Tok Hay ji dari perguruan Seh to tiang. Tapi belum lama setelah Tok Hay ji
berhasil mendapatkan pena mestika tersebut, dia telah dikejar-kejar dua orang
manusia berkerudung yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, haaah . . .haah . . .kalau dipikirkan kembali sekarang, ternyata manusia berkerudung itu tak lain adalah Kam
tayhiap dan nona Liu dari Thian sat bun."
"Haah.. . haaah... haaah ....Hweecu benar-benar amat lihay." Kam Liu cu tertawa.
Terdengar Ban kiam hweecu berkata lebih jauh.
"Tok Hay ji menyembunyikan diri didalam perusahaanan Wan piaukiok dalam kota
Sang siau, dibawah pengawasan Kam tayhiap yang amat ketat, ta tak berani
munculkan diri, maka benda itu pun segera di sembunyikan di atas tiang rumah..."
Diam-diam Sim cu ki Beng kiam ho manggut-manggut, pikirnya: "oooh, rupanya
demikian."
Terdengar Ban kiam hweecu berkata lebih lanjut:
"Kemudian tanpa sengaja Wi Tayhiap telah mendapatkannya, akan tetapi Wi tayhiap
yang berjiwa besar telah memberitahukan hal ini kepada saudara angkatnya Ting ci
kang, tadi aku sudah menyatakan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya, karena
Ting ci kang yang hadapi sesungguhnya bukan lain adalah hasil penyaruan dari Hu
congkoan perkumpulan kami. Maka pena mestika inipun terjatuh kembali ke tangan
orang orang perkumpulan kami, Nah, begitulah kisah terjadinya Lou bun-si sejak di
temukan hingga bertukar tangan berulang kali, aku percaya sekali pun kalian belum
pernah mengalami sendiri. paling tidak pasti sudah mendengarnya bukan" Ada pun
tujuan dari penuturanku tadi tak lain adalah ingin meminta bantuan dari Tok Hay-ji
dan Wi tayhiap untuk membuktikan kebenaran dari benda tersebut, sekarang harap
kalian berdua tampilkan diri dan cobalah diperiksa dahulu apakah benda ini benar-
benar merupakan benda yang berhasil kalian berdua temukan."
Mendengar perkataan tersebut, Wi Tiong hong benar-benar segera bangkit berdiri.
Tok Hay-ji tak berani maju secara sembarangan karena disitu hadir gurunya.
Ketika Seh Thianyu sudah menganggukkan kepalanya, dia baru beranjak dan maju ke
depan. Ban kiam Hwecu menyerahkan Lou bun-si itu kepada Wi Tiong-hong lebih dulu,
katanya: "Wi tayhiap silahkan kau periksa."
Wi Tiong-hong menerima benda tersebut dan diamatinya beberapa saat, kemudian
sambil mendongakkan kepalanya dia berkata:
"Menurut apa yang kudengar, benda ini semuanya berjumlah tiga buah, dua buah
yang palsu dan yang satu asli..."
Ban kiam Hwe cu tertawa ringan.
"Apa yang diucapkan Wi tayhiap memang benar, Lou bun si memang terdiri tiga buah
dua yang palsu dan satu yang asli, bentuk dari ke tiga benda tersebut sama antara
yang satu dengan lainnya hingga siapapun tak dapat membedakan palsu dan aslinya,
kini, aku bukan meminta kepada Wi tayhiap untuk membuktikan asli dan tidaknya, aku
hanya mohon kepada Wi tayhiap agar memeriksa benda ini, apakah benar benda ini
merupakan benda yang berhasil kau temukan tempo hari."
Sekali lagi Wi Tiong hong memeriksa benda itu beberapa saat, akan tetapi ia tidak
berhasil menemukan sesuatu yang aneh, maka katanya kemudian:
"Aku tak berani memastikan, kalau dilihat dari bentuknya, aku pikir tak bakal salah lagi."
"Baik. kalau begitu silahkan Wi tayhiap ke tempat duduknya semula."
Wi Tiong hong menyerahkan kembalipena mestika itu, kemudian membalikkan badan
dan mengundurkan diri dari situ.
Kemudian Ban kiam Hweecu menyerahkan Lou bun si tersebut ke tangan Tok Hay ji
seraya berkata: "Wi tayhiap tak bisa menentukan, sekarang giliranmu yang harus
memeriksanya."
Tok Hay ji menerima benda itu dan diamatinya sejenak, kemudian sahutnya. "Benar,
memang pena ini."
"Sudah kau periksa dengan seksama?" seru Seh Thian yu tiba-tiba dengan suara lantang.
Tok Hay ji tertawa bangga. "Tecu telah memeriksa dengan jelas sekali, waktu itu tecu telah melumurkan segumpal lumpur diatas huruf "it" dari tulisan "Thian hee-tit it"
yang ada diatas tubuh pena tersebut, sampai sekarang lumpur tersebut masih melekat
diatas pena, jadi aku berkesimpulan kalau hal ini tidak bakal salah lagi."
Ban kiam hweecu tertawa gembira, katanya kemudian sambil mengangguk berulang
kali: "Bila kau dapat membuktikan akan kebenaran dari pena ini, hal mana akan jauh lebih baik lagi dan ku ucapkan banyak terima kasih atas kesediaanmu ini."
"Kaiau hanya berterima kasih saja apa gunanya?" jengek Tok Hay ji cepat.
Dia meletakkan kembali pena tersebut kemeja, kemudian mengundurkan diri ke
belakang Seh Thian yu.
Sambil mengangkat Lou bun si tersebut ke-atas, Ban kiam hwee cn kembali berkata:
"Setelah mendapat kepastian dari Tok Hay-ji, anak murid Seh totiang bahwasanya
pena yang diperolehnya adalah pena tersebut, maka hal ini membuktikan pula kalau
pena yang kemudian terjatuh ke tangan Wi tayhiap kemudian terjatuh kembali
ketangan perkumpulan kami adalah pena tersebut, berarti perkumpulan kami tidak
membuat benda palsu untuk menukar benda yang asli tersebut."
"Apakah Lou bun si itu bukan benda palsu?" tiba-tiba Seh Thian yu bertanya.
Ban kiam Hwee cu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tentang soal ini, aku
merasa kurang tahu."
Seh Thian yu segera melirik ke arah Su Siau hui, kemudian katanya lagi. "Nona ini kalau toh berasal dari Lam hay, tentunya kau bisa membedakan mana yang palsu dan mana
yang asli bukan?"
"Tadi, bukankah Wi siauhiap sudah bilang bahwa Lou bun si semuanya terdiri dari tiga buah dengan dua yang palsu dan satu asli, sampai sekarang aku toh belum pernah
menyaksikan benda itu sendiri, bagaimana mungkin aku bisa mengetahuinya?" jawab
Su Siau hui dengan suara yang dingin sekali.
Seh Thian yu yang terbentur batunya hanya bisa tertawa kering dan tidak berbicara
lagi. Wi Tiong hong segera buka suara katanya: "Menurut apa yang kuketahui, pada tiga
puluh tahun berselang Tou lopang cu dari Thi-pit-pang pernah mendapatkan sebuah,
waktu itu konon terjadi suatu badai kekalutan yang kacau dan perebutan mestika yang
ramai sekali. Akhirnya karena Tau lo pangcu merasa gusar sekali atas kerakusan orang-
orang pada waktu itu, dia telah menghancur lumatkan pena tersebut, waktu itulah
semua orang baru tahu kalau benda itu palsu, kalau dilihat dari sini dapat berarti kini hanya tinggal satu palsu dan satu asli."
Seh Thian-yu mendehem beberapa kali lalu tertawa seram.
"Heeeh, heeeh, heeeh menurut cerita orang persilatan tempo dulu, pihak Ban-kiam-
hwee pernah menyerbu ke Lam-hay dan ke tiga batang Lou bun-si tersebut telah
didapatkan semua oleh Toa lotou."
Tampaknya dia bermaksud untuk menghasut memancing terjadinya suatu pembalasan
dendam antara Lam hay bun dengan Ban kiam hwee, maka sembari berkata sorot
matanya dingin dan licik itu memandang sekejap ke arah Su Siau hui. Kemudian
setelan berhenti sejenak. lanjutnya:
"Konon di dalam serbuan Ban kiam hwee ke Lam hay waktu itu, kedua belah pihak
sama-sama jatuh korban banyak. kawan jago lihay yang dibawa Ban kiam Hweecu
untuk melancarkan serbuan pun hanya tiga orang yang berhasil mundur dalam
keadaan utuh. Dari ke tiga orang itu dan si toa Too, rupanya mereka sembari mundar
sambil menyambar barang dengan merampas Lou bun-si dari tangan orang orang Lam
hay, tentu saja yang lain tak akan membiarkan dia mengangkangi benda tersebut
seorang diri. Untung saja Lou-bun si itu terdiri dari tiga batang dan satu sama lainnya berbentuk sama, karena siapa pun tak dapat membedakan mana yang asli dan mana
yang palsu, akhirnya masing-masing orang mendapatkan seorang sebatang. Tentu saja
persoalan ini merupakan suatu peristiwa yang teramat rahasia, hingga tiga puluh
tahun berselang, dalam dunia persilatan baru mulai tersiar kembali kabar berita
tentang Lou bun si, banyak orang berbondong-bondong mulai datang mencari benda
tersebut, dalam keadaan terpaksa akhirnya dia menghancurkan lumat pena kemala
tersebut, padahal dia sudah tahu semenjak lama kalau benda yang diperolehnya hanya
benda palsu belaka."
"Ehmmm, cerita mu itu memang ada yang benar" kata Thian ti tiau siu kemudian.
"hubungan lohu dengan si tua Tau sudah berlangsung puluhan tahun lamanya, aku
paling memahami tentang wataknya, Ya, betul. si tua Tau memang berhasil
mendapatkan sebatang Lou bun si dari pihak Lam-hay, tapi tidak berjumlah tiga
batang, juga tiada orang yang memaksanya untuk membagi benda tersebut
dengannya sebab Lou bun si tersebut tak lain adalah benda palsu belaka. Berbicara
dari watak si tua Tau, benda itu akan dibuangnya semenjak dahulu, akhirnya dia bisa
menyimpannya didalam saku tak lain tak bukan adalah atas anjuran lohu, sebab
walaupun lou bun si itu palsu, bahan kemalanya justru merupakan kemala hijau yang
amat bagus. Itulah pena kemala yang pada akhirnya dia hancur lumatkan itu, tapi
benda tersebut dihancurkan olehnya setelah tiga puluh tahun lamanya dia simpan
secara baik-baik, benda itu
dihancurkan karena seperti apa yang kau katakan tadi, ada orang mulai mengincar
benda tersebut secara terus menerus."
Seh Thian yu segera tertawa hambar, "Ah. siaute sendiripun hanya mendengar dari
cerita orang saja." katanya.
"Huuuh." si kakek pamancing dari telaga langit kembali meludah sambil melotot besar,
"Kaupun berani menyebut saudara dengan lohu " Kau masih selisih amat jauh bila
dibandingkan dengan lohu, mengerti ?"
Lok Khi segera tertawa cekikikan kegelian, Seh Thian-yu cukup menyadari akan
kehebatan ilmu silat lawannya, dia takut mencari gara-gara dengannya karena kuatir
akan dipanclng seperti ikan pula olehnya dihadapan orang banyak.
Maka sembari mengelus jenggotnya dia lantas berpaling kearah lain dan tak berani
banyak bicara lagi.
Dalam pada itu, terdengar Ban kiam Hweecu telah berkata lagi:
"Aku sengaja mengundang kehadiran saudara sekalian kemari, pertama, ingin
menentukan asli atau tidaknya pena tersebut, kedua, aku pun ingin mengungkap
rahasia dunia persilatan yang beredar selama banyak tahun ini."
"Heeeh, heeeh, heeeh, Hwee-cu, kau tak akan berbicara lain dimulut lain dihati
bukan?" sindir Seh Thian-yu sambil tertawa seram.
Ban kiam Hweecu tertawa hambar.
"Sekarang, Lou bun si sudah berada dihadapan kalian, dan lagi muridmu sudah
membuktikan sendiri kalau benda tersebut adalah benda yang pernah dldapatkan
olehnya, dari mana kau bisa menuduh aku berbicara lain dimulut lain dihati ?"
"Aku tahu kalau kedatangan Seh Tootiang dibukit Pit bun san ini untuk mendapatkan Lou bun si, oleh sebab itu kupersilahkan kepada Seh tootiang untuk duduk beberapa
saat lagi, asal aku sudah dapat menentukan asli atau tidaknya pena kumala ini serta
mengungkapkan rahasia dibaliknya, kita boleh segera berunding untuk
mendapatkannya, baik secara kekerasan atau pertandingan untuk menentukan siapa
yang berhak mendapatkan pena ini. Bagaimana menurut pendapat tootiang?"
Seh Thian yu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh . . haahh. . .haahh. . . bagus.. Bagus sekali! Mari kita laksanakan dengan begitu saja."
"Bu liang siu hud." Thian Khi cu turut angkat bicara, katanya, "Usul dari hweecu sangat bersimpatik sekali, selama seratus tahun ini, dunia persilatan sudah dipenuhi oleh
berbagai macam cerita tentang Lou bun si tersebut, semua orang menganggap berita
dan cerita mana tak dapat dipercaya, malah ada yang mengatakan barang siapa
berhasil mendapatkan pena ini maka dia menjadi seorang jagoan yang tiada
tandingannya dikolong langit. oleh sebab itulah setiap umat persilatan selalu berusaha untuk mendapatkan pena itu dan akibatnya terjadilah pertikaian, perebutan dan
pertarungan untuk saling mendapatkan benda mana. Apabila Hweecu bersedia untuk
mengungkap rahasia dari pena tersebut hari ini dan melenyapkan suatu pertikaian
diakibatkan benda mana tindakan yang terpuji."
"Terima kasih banyak atas perkataan dan to-tiang, dalam dunia persilatan terdapat dua versi cerita yang berbeda satu sama lainnya. Menurut versi cerita yang pertama,
dikatakan kalau diatas pena Lou bun si tersebut terukir serangkaian ilmu silat yang
maha dahsyat konon barang siapa berhasil mempelajari ilmu silat tersebut, dia akan
menjadi manusia nomor wahid di kolong langit. Dalam hal ini, aku rasa saudara


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekalian sudah melihat sendiri, diatas pena Lou bun si sama sekali tiada ukiran ilmu
silat seperti apa yang di beritakan kecuali empat huruf besar yang berbunyi: "THIAN
THE TI IT" (Nomor wahid dikolong langit), oleh karena itu berita yang pertama sudah tak bisa diterima dengan begitu saja.
-Menurut cerita kedua, konon di dalam pena Lou bun si ini tersimpan selembar kertas
yang berisikan catatan ilmu silat, dalam hal ini sulit rasanya untuk dikatakan, namun
pena ini berbentuk polos, sekalipun didalamnya terdapat rahasia, apabila kita tidak
mengetahui cara untuk membukanya, jangan harap rahasia tersebut bisa diperoleh."
Seh Tian yu tertawa seram, timbrungnya, "Siaute pernah mendengar orang berkata,
konon ditengah pena tersebut sebetulnya terdapat ruang kosong yang digunakan
untuk menyimpan lembaran kertas yang berisi catatan ilmu silat, dibilang serangkaian
ilmu silat, padahal cuma satu jurus ilmu pedang saja, namun di balik jurus pedang
mana tercakup seluruh intisari dari semua ilmu pedang yang terdapat di dunia ini.
Perkumpulan Ban kiam hwee menyebut diri sebagai perkumpulan yang memiliki ilmu
pedang nomor wahid di kolong langit, oleh sebab itu kalian kuatir jika jurus pedang itu sampai terjatuh ke tangan orang lain, Hwecu mengapa kau tidak menambahkan
keterangan mengenai hal ini."
Ban kiam hweecu tersenyum, "Setiap orang persilatan, bisa saja berkata demikian,
cuma berita yang tersiar belum tentu kebenarannya, aku pun pernah mendengar kalau
Lou bun si bisa memunahkan berbagai macam racun keji yang ada di kolong langit,
benda itu sesungguhnya merupakan satu-satunya benda yang bisa menandingi
keampuhan Tok se sia kalian, mungkin itulah yang menyebabkan kalian bertekad
untuk mendapatkannya ?"
Begitulah, ke dua orang itu saling menyerang dengan menggunakan kata-kata yang
tajam, tapi dengan demikian pula terungkap sudah apa yang menyebabkan kedua
belah pihak sama sama ngotot untuk mendapatkan Lou bun si tersebut.
Rupanya pena mestika itu mempunyai pengaruh yang besar sekali atas hidup atau
matinya perkumpulan mereka, Seh Thian yu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaa . . haaa . , haa ..hah .. Hweecu terlampau memandang rendah kepada kekuatan Tok see sia kami, kendatipun Lou bun si itu juga dapat memunahkan racun, belum
tentu dia merupakan tandingan dari Tok seh sia kami."
"Makanya kita tak usah ribut dahulu disebabkan masalah yang sepele itu." seru Ban siam Hwee cu lagi, "menurut pendapatku, lebih baik kita berdaya upaya untuk
membuktikan dulu asli atau tidaknya pena mestika tersebut, kemudian baru
menyelidiki kegunaan yang sesungguhnya dari pena itu . . ."
"Asal bisa ditentukan asli atau tidaknya, secara otomatis akan diketahui pula kegunaan dari pena tersebut" sela Su Siu hui tiba-tiba dengan suara dingin.
Mendadak Ban kiam hweecu berseru tertahan lalu buru-buru menjura dan berseru
sambil tertawa:
"ooooh, hampir saja aku lupa kalau nona Su berasal dari Lamhay, tentu saja kau tahu tentang rahasia Lou bun si tersebut apakah nona Su bersedia memberi petunjuk?"
"Tentu saja aku tahu." sahut Su Siau hui cepat.
Kakek berbaju coklat yang berdiri disampingnya, mendadak menimbrung dengan suara
lirih: "Toa siocia, Lou bun si merupakan benda milik kita, mengapa kita harus
memberitahukan kegunaannya kepada mereka?"
"Tidak!! masalah ini tidak terhitung suatu rahasia yang terlampau besar, aku pikir tak ada salahnya untuk memberitahukan kepada mereka agar bisa dicoba asli atau
tidaknya pena itu."
Berbicara sampai di situ, dia lantas mendongakkan kepalanya memandang kearah Ban
kiam hwee cu dan bertanya: "Ingin dicoba atau tidak?"
"Apabila nona bersedia memberi petunjuk. tentu saja harus dicoba untuk dibuktikan dihadapan umum asli atau tidaknya."
-ooOoo- Bab-46 "MENURUT apa yang tercatat dalam buku, Lou bun si adalah sejenis benda yang
terbuat dari logam keras, bukan saja dapat memotong emas membelah kemala, dapat
pula menghindari api dan memunahkan racun, oleh sebab itulah ular beracun atau
benda beracun lainnya yang berada setengah li darinya akan hilang lenyap dan kabur
terbirit-birit."
"oooh... rupanya mempunyai kegunaan sejauh itu" Seru Ban kiam Hwee cu sambil manggut- manggut.
Lok Khi tak mau kalah, sembari mencibirkan bibirnya dia turut berseru keras:
"Makanya semua orang menggunakan siasat yang paling licik dan perbuatan paling keji untuk mendapatkan benda tersebut rupanya benda tersebut mempunyai kasiat yang
luar biasa."
Pelan-pelan Ban kiam Hwee cu memandang sekejap wajah para yang hadir disana,
kemudian pelan pelan ujarnya:
"Lou bun si dikatakan bisa memotong emas membelah kemala tidak takut api dan bisa memunahkan racun, apakah kita akan mencobanya satu per satu " Aku mohon
diantara saudara sekalian sudi menampilkan dua orang wakil untuk menyelenggarakan
percobaan ini, entah bagaimanakah menurut pendapat kalian?"
"Menurut pendapat lohu." kata sin ci ki Beng Kian hoo cepat, "lebih baik kita memohon kepada Wi lote dan nona Su berdua untuk mewakili segenap hadirin yang
ada untuk mencoba Lou bun si tersebut."
Begitu ucapan tersebut diutarakan serentak usulnya itu memperoleh dukungan dari
beberapa orang.
Dalam waktu singkat, sorot mata semua orang pun bersama sama dialihkan kewajah
Su Siau-hui. Sambil tersenyum Ban-kian Hwee-cu menjura dan berkata:
"Kalau toh semua orang memilih dua orang saudara ini, sekarang kumohon kepada
kedua orang itu untuk segera tampil kedepan."
Wi Tiong-hong dan Su Siau-hui segera bangkit berdiri dan bersama-sama menuju
kemuka. Lok Khi yang menyaksikan hal tersebut kontan saja mencibirkan bibirnya,
dengan wajah hijau membesi dia segera melengos kearah lain.
Sementara itu Wi Tiong-hong telah menjura sembari bertanya: "Hweecu entah
bagaimana cara mencobanya ?"
Ban-kiam Hwee cu tertawa ringan, sahutnya:
"Tentang soal ini, lebih baik nona Su saja yang mengambil keputusan ... ."
Su Siau hui yang ada bersama-sama Wi Tiong hong merasa gembira sekali, wajah yang
semula nampak murung dan kesepian, kini tersungging sekulum senyUman yang amat
manis. Mendengar ucapan tersebut, dia melirik sekejap kearah Wi Tiong hong, lalu sahutnya
sambil tersenyum: "Lou bun si merupakan benda yang bisa memotong emas
membelah kemala, sekali pun pedang atau golok yang terbuat dari baja aslipun tak
akan tahan menghadapi guratannya. lebih baik kita menggunakan pedang dan golok
dan sebagai barang percobaan."
Congkoan dari pasukan jago pedang berpita hijau Buyung siau segera mengulapkan
tangannya, seorang jago pedang berpita hijau tampil ke depan dan menyodorkan
sebilah pedang panjang.
"Berikan kepadanya." perintah Su Siau hui sambil menuding kearah Wi Tiong hong.
Mendengar suara si nona yang begitu mesrah terhadap Wi Tiong hong, paras muka
Lok Khi segera berubah menjadi kehijau-hijauan, tak tahan dia segera mendengus
berat-berat. Wi Tiong hong menerima pemberian pedang tersebut dari jago pedang berpita hijau
itu, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia bertanya: "Nona, bagaimana cara
kita untuk mencobanya?"
Su siau hui tertawa, dia mengambil Lou bun si tersebut untuk membuat guratan diatas
tubuh pedang tersebut, hasilnya kan ketahuan.
Wi Tiong menurut dan menggunakan Lou-bun si itu untuk membuat suatu guratan
diatas tubuh pedang tersebut.
Kini semua sorot mata para jago telah tertuju keatas tubuh pedang itu, semua orang
ingin cepat cepat tahu apakah pena kemala itu yang tulen atau bukan.
Tampak ujung pena tersebut menggurat diatas tubuh pedang tersebut dan lewat
dengan begitu saja, sama sekali tidak nampak sesuatu gejala yang aneh. Wi Tiong hong
segera mendongakkan kepalanya memandang kearah Su Siau hui.
Sebelum dia mengeluarkan sesuatu Seh Thian yu sudah tak sanggup menahan diri lagi
segera tanyanya. "Nona Su sudah berhasil kau coba ?"
"Tentu saja telah kucoba "
"Asli atau tidak ?" tanya Ban-kiam hwee cu.
Su Siau hui memandang sekejap kearah nya, kemudian menjawab, "Tentu saja asli."
"Yang asli ?" seluruh badan Ban kiam hweecu nampak tergetar keras sekali.
Kontan saja Su Siau hui tertawa dingin.
"Heeeh, heeeh, heeh. asli atau tidaknya Lou bun si tersebut seharusnya hweecu sudah mengetahui sedari tadi bukan ?" jengeknya.
"Seandainya aku sudah tahu, tak bakal kurepotan kalian berdua."
Su Siau hui mendengus dingin. "Hmm. Hweecu lebih pantas kalau mengatakan sudah
merepotkan semua orang."
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah Wi Tiong hong sambil ujarnya lagi.
"Wi siauhiap. kau harus mundur sekarang."
Dari pembicaraan nona tersebut, Wi Tiong hong merasa Lou bun si tersebut seperti
bukan yang asli, hal mana membuat hatinya bingung dan merasa tidak habis mengerti.
Menyaksikan Su Siau-hui sudah membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ,
terpaksa ia letakkan kembali pedang dan Lou bun si itu keatas meja, kemudian turut
mengundurkan diri.
"Kalau begitu benda tersebut palsu." seru Seh Thian yu tiba-tiba sambil tertawa kering,
"Heeh, heeh. heeeh, sudah siaute duga, seandainya benda yang asli sudah terjatuh
ketangan pihak Ban kiam hwee, masa dia akan bersikap begitu terbuka dan sosial
untuk mengundang kehadiran semua orang ?"
"Tapi hari ini, bagaimanapun juga kita sudah membantu pihak Ban kiam hwee,"
sambung Su Siau hui kemudian.
Kam Liu cu tertawa terbahak-bahak, katanya pula setelah berhenti dari tertawanya:
"Benar, dalam dunia persilatan dewasa ini sudah tersebar berita yang mengatakan
kalau Lou- bun si telah terjatuh ketangan orang orang Ban kiam hwee, dan sekarang
Ban kiam hweecu telah mengUmpulkan kita semua disini, tentu saja maksudnya untuk
menghilangkan berita sensasi tentang Ban kiam hwee mereka melalui mulut kita-kita
ini." "Sesungguhnya kenyataan memang demikian, tapi Ban kiam hweecu sebagai seorang
pemimpin dari suatu perkumpulan besar tentu saja tak akan mengakui begitu,"
Buru-buru katanya sembari menjura: "Apabila kalian semua menuduh begitu, aku pun
tak bisa berbicara apa-apa lagi."
Kakek pengait dari langit tertawa terbahak-bahak.
"Haaah . . . haaahh . . . haaah . . . tiga puluh tahun berselang, lohu mendapat undangan dari si tua Tau, meskipun waktu itu aku sudah tahu kalau pena kemala yang
diperolehnya cuma barang palsu, namun aku toh menghadiri juga pertemuan besar
Lou bun si tersebut, tiga puluh tahun kemudian ternyata muncul kembali kejadian
yang sama dengan munculnya sebatang pena gadungan lagi, padahal lohu sama sekali
tidak berminat untuk turut memperebutkannya, aku datang karena rasa ingin tahu,
aku ingin melihat benda macam apakah Lou bun si tersebut, mari Mari. berikan benda
palsu tersebut untuk kuperiksa."
Ketika tangannya menggapai sungguh aneh sekali pena kemala yang terletak diatas
meja tersebut mendadak melayang ke tengah udara dan meluncur ketangannya.
Setelah menangkapnya, Kakek pengawal dari telaga langit itu menggosok dan
memandangnya beberapa saat, akhirnya sambil menggeleng dia berguman:
"Yaa benda ini tak berbeda sedikitpun bentuknya dengan pena yang diperoleh si tua Tau pada tiga puluh tahun berselang, benda ini benar-benar sudah mencelakai banyak
orang, lebih baik lohu memusnahkannya saja,,."
Rupanya dia masih belum percaya kalau Lou bun si itu palsu, maka ingin dicobanya
sendiri untuk membuktikan keasliannya.
Begitu selesai berkata, ke dua jari tangannya segera menyentil kuat kuat . .
"Pleetak!" pena kemala yang berwarna hijau itu seketika itu juga hancur dan berubah menjadi bubuk.
Sambil menghela napas panjang Kakek pengail dari telaga langit berkata:
"Aaai . .. ternyata memang benar-benar palsu. Tapi begini pun ada baiknya, setelah dua batang pena palsu remuk semua, maka bila dalam dunia persilatan muncul sebuah
Lou bun-si lagi, sudah dapat dipastikan benda itu yang asli Aaaai . .. sayang sekali lohu sudah tak berjodoh untuk menyaksikannya kembali."
Selesai berkata, dia lantas bangkit berdiri dan menggapai kearah Lok Khi sembari
berkata. "Muridku mari kita pergi."
"Siapa yang menjadi muridmu " ooh.... sekarang kau belum boleh pergi dulu, paling tidak kau harus mengajarkan dahulu kepadaku bagaimana caranya mengail ikan"
"Hei anak perempuan!" seru kakek pengail dari telaga langit dengan mata melotot besar, "kau bilang apa " Kau bukan murid lohu?"
"Tentu saja bukan."
"Kau hendak mengingkari janji" Kita sudah saling bertepuk tangan tadi.?"
"Kau sendiri yang telah mengingkar janji, aah benar, soal bertepuk tangan malah aku yang mengusulkan, waktu itu aku kuatir kau ingkar janji, kenyataannya sekarang kau
memang mau mengingkar janji, hmm. . . tak tahu malu."
Senyuman yang menghiasi wajah si Kakek pengail dari telaga langit itu segera lenyap
tak berbekas, dengan marah dia mendesis.
"Siapa yang hendak mengingkar janji" Bocah perempuan. bagaimana janji kita tadi"
coba katakan, bagaimana janji kita tadi?" seru Lok Khi sambil tertawa lebar.
"Kau jangan licik, biar lohu pikirkan dulu ehmmm, lohu bilang hendak memancing dua orang siaupwiee tersebut seperti memancing ikan, kau pun bilang. . ."
"Waktu itu aku bilang: "Kalau begitu ajarkanah kepandaian memancing ikan itu kepadaku, bukan begitu ?"
Kakek pengail dari telaga langit manggut2.
"Yaa, dan lohu berkata lagi: Kalau begitu kau angkatlah aku sebagai gurumu."
"Itu kan kau sendiri yang bilang dan aku sama sekali tidak menyatakan mengiakan atau tidak?" seru Lok Khi.
Kontan saja kakek pengail dari telaga langit bertolak pinggang, kemudian serunya
dengan mata melotot. "Kau masih bilang tidak mengiakan ?"
Menyaksikan keadaan si kakek yang begitu lucu, Lok Khi menjadi semakin bergairah
untuk mempermainkannya, sambil tertawa dia lantas berkata:
"Tentu saja, waktu itu aku toh cuma bertanya: 'Apakah kau bersedia mengajarkan
kepada ku"'
-Kau lantas bilang begini; 'Baik, kita berjanji begini,' Aku pun berkata lagi; 'Empek tua, kalau sudah berjanji kau tak boleh mengingkarinya lagi, mari kita bertepuk tangan
sebagai tanda setuju.' Kau bertanya; 'Buat apa kita mesti bertepuk tangan"' jawabku;
'Bila sudah bertepuk tangan maka siapapun tak boleh mengingkarinya...' Kau lantas
berseru. 'Betul, betul, mari kita bertepuk tangan, mari kita bertepuk tangan.'
-Nah. aku toh tidak mengurangi atau menambahi perkataanmu barang sepatah
katapun bukan ?"
"Masa semuanya itu belum cukup?" sahut kakek pengail dari telaga langit cepat.
Lok Khi tertawa. "Sekarang kau pikirkan kembali, aku toh mengajakmu bertepuk
tangan karena kau hendak mewariskan ilmu mengait ikan kepadaku" Kapan aku
pernah membicarakan soal pengangkatan guru ?"
Kakek pengait dari telaga langit itu bergumam sambil mengulangi kembali kata-kata
tersebut mendadak paras makanya berubah hebat, kemudian serunya dengan gusar:
"Baik, hei budak cilik, rupanya kau bermaksud untuk membohongi lohu ?"
"Kau sendiri toh yang setuju untuk bertepuk tangan" Siapa yang membohongi dinmu"
Kau toh sudah punya jenggot yang telah memutih semua, memangnya kau masih
seorang bocah berusia tiga tahun yang gampang ditipu?"
"Lohu tidak ambil perduli, pokoknya kau harus mengangkat diri lohu sebagai gurumu."
seru kakek pengait dari telaga langit dengan penuh kegusaran.
"Kalau mau mengingkar yaa sudahlah, siapa sih yang kesudian dengan ilmu mengait
ikanmu itu" Hmm kau hendak menyuruh aku mengangkat dirimu menjadi guruku "
Huuh, dengan sedikit kepandaian yang kau miliki itu, untuk menjadi tukang pembersih
sepatu guruku pun belum cukup."
Hawa amarah benar-benar telah menyelimuti seluruh wajah kakek pengait dari telaga
langit, segera bentaknya.
"Budak cilik, kau berani bersikap kurang ujar kepada lobu., . ."
Belum habis dia berkata, terdengar dari atas ruangan tersebut telah berkumandang
suara tertawa aneh yang amat menyeramkan menyusul kemudian terdengar suara
perempuan tua berkata dengan nada melengking.
"Anak Khi, jangan kurang ajar, Thio locianpwe bisa tertarik kepadamu, hal ini sudah merupakan rejeki yang besar sekali untukmu."
Dengan perasaan kejut dan girang Lok Khi segera berteriak: "Ooh. suhu. .."
Kam Liu cu dan Liu Leng poo yang duduk di kursi tamupun serentak melompat bangun.
Sekujur badan si kakek pengait dari telaga langit bergetar keras, sambil
membelalakkan matanya dia berseru: "Kau adalah Thian Sat nio" Dari. . . dari mana kau bisa mengetahui nama margaku?"
Kembali Thian Sat nlo tertawa ter-kekeh2
"Tentu saja aku tahu, Thio-loji kalau toh kau ingin merebut muridku itu, baiklah, aku akan menjual muka kepadamu dengan memberikan anak Khi untukmu."
Dengan perasaan gelisah Lok Khi berseru: "Jangan, jangan suhu, . tecu tak mau
mengangkat dia Sebagai guruku."
"Anak pintar, kepandaian silat yang dimiliki Thio-loji lihay sekali, dia bersedia menerimamu sebagai muridnya, hal ini merupakan kemujuranmu. dengarkan
perkataanku dan cepat memberi hormat kepadanya."
Tiba-tiba Kakek pengait dari telaga langit mendesis, dan serunya:
"Bagus sekali, rupanya kalian guru dan murid telah bersekongkol Untuk membohongi
orang" Lohu tak bakal terperangkap oleh siasat kalian itu..."
Lok Khi mendengus dingin.
"Hmm Kita sudah berjanji lebih dulu, bahkan diperkuat dengan saling bertepuk tangan yang pasti aku tidak akan mengangkat dirimu sebagai guruku dan kaupun harus
mewariskan mewariskan kepandaian itu kepadaku. Apa yang diucapkan guruku
sekarang tak lalu karena hendak memberi muka untukmu, coba kalau tidak, aku tak
akan sudi memanggilmu sebagai suhu. Nah, sekarang ayo jawab, kau ingin tidak aku
memanggil kau sebagai suhu?"
Suara dari Thian Sat-nio segera berkumandang lagi: "Anak Khi, jangan kurang ajar, ayo cepat maju dan menyembah kepadanya. . ."
Sembari mencibirkan bibirnya Lok Khi segera maju kedepan, sahutnya sambil
mengomeli. "Menyembah yaa menyembah, nah duduklah kau."
Selesai berkata ternyata ia benar-benar menjatuhkan diri berlutut dan menyembah.
Kakek pengail dari telaga langit kegirangan setengah mati, sambil mencak-mencak
seperti orang gila, dia menangkap tangan Lok Khi erat-erat latu sembari memicingkan
matanya ia bertanya:
"Kau benar benar hendak mengangkat lohu menjadi gurumu ?"
"Kali ini sudah barang tentu sungguh2."
Kakek pengail dari telaga langit segera memandang sekejap wajah semua orang, lalu
sambil tertawa terbahak-bahak serunya: "Haaah, haaah, haaah, kalian sudah
mendengar semuanya bukan" Mulai saat ini. si bocah perempuan ini adalah murid
lohu." "Locianpwe, kiong-hie atas keberhasilanmu mengangkat seorang ahli waris." seru Bankiam Hweecu cepat.
Kakek pengail dari telaga langit tidak menggubris ucapan itu, dia segera menjura ke
udara sembari berseru: "Thian Sat nio, terima kasih banyak atas kerelaanmu."
Thian Sat nio tertawa terkekeh-kekeh.
"Thio-loji, kalau berbicara yang jelas, aku hanya mengalah dalam soal murid, dalam soal ilmu silat, aku tak pernah mengaku kalah kepada siapapun."
"Benar, benar. haaah, haaah, muridku mari ikut lohu pergi dari sini."


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tunggu dulu!" seru Lok Khi cepat, "aku jadi muridmu karena ingin mempelajari ilmu mengait ikan, apakah kau menjamin aku bisa mengait mereka semua ?"
"Haah . . haah .. haah ., lohu justru tertarik kepadamu karena kau nakal, kenakalanmu itulah yang mencocoki seleraku, coba kalau tidak . . . hmm, lohu tak bakal sudi."
Lok Khi segera tertawa manis kepada toa-suko dan sucinya, setelah itu sambil
mencibirkan bibirnya dia berseru kearah Wi Tiong-hong:
"Sekarang kau sudah mempunyai piau moay lain, aku tak sudi menjadi piau moaymu
lagi." Selesai berkata, dengan kepala tertunduk dia berlalu dari ruangan tersebut dengan
cepat. Walaupun beberapa patah kata itu diucapkan dengan suara yang pelan, namun setiap
orang yang hadir dalam ruangan dapat mendengarnya dengan jelas sekali.
Paras muka Wi Tiong hong kontan saja berubah menjadi merah padam karena jengah,
belum sempat dia mengucapkan sesuatu, si nona sudah lari keluar dari sana.
Sebaliknya paras muka Lan Kun-pit berubah menjadi hijau membesi, tiba-tiba dia
melompat bangun, kemudian sambil menuding dengan kipas peraknya dia membentak
keras-keras: "Wi Tiong-hong, berdiri kau!"
Dengan wajah tertegun dan tidak habis mengerti Wi Tiong hong bangkit berdiri, lalu
katanya sambil menjura: "Saudara Lan, apa urusan apa kau ?"
Sambil menggertak gigi menahan rasa gusarnya Lan Kunpit berseru:
"Pun kongcu bersumpah tak akan hidup berdampingan denganmu, sekarang
mumpung berada dihadapan para enghiong dari seluruh kolong langit, mari kita
beradu kepandaian sampai titik darah penghabisan!"
"Aku toh sama sekali tak ada hubungan denganmu atau sakit hati denganmu, apa
maksudmu menantangku berkelahi ?" kata Wi Tiong hong dengan kening berkerut.
Mencorong sinar tajam penuh hawa napsu membunuh dari balik mata Lan Kun-pit,
setelah tertawa menyeringai dengan seramnya. ia menyahut:
"Aku tidak bermaksud apa- apa, pokoknya di antara kita berdua, hanya ada seorang
yang boleh keluar dari pintu ruangan ini dalam keadaan hidup, mengerti kau?"
Sementara perkataan tersebut diutarakan, sambil menggenggam kipas peraknya
selangkah demi selangkah dia berjalan mendekati Wi Tiong hong.
Menghadapi situasi seperti ini, tanpa terasa Wi Tiong hong mundur selangkah
kebelakang, kemudian tegurnya: "Mau apa kau?"
Lan Kun-pit mendesak maju satu langkah lagi, kemudian bentaknya keras-keras:
"Berhenti, orang she Wi, bila kau merasa punya kepandaian marilah bertarung mati
hidup dengan Pun kongcu."
Hawa amarah sudah menyelimuti wajah Wi Tiong hong, namun dia tetap mundur
selangkah, ucapnya dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Kita belajar silat bukan untuk berkelahi, melainkan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, membantu kaum lemah dan menumpas kaum
durjana, kalau soal tantang menantang hanya bermaksud untuk gagah-gagahan saja
seperti kau . .. hmm, maaf! Aku orang she Wi sama sekali tak berminat untuk
melayaninya."
Berkilat tajam sepasang mata Lan Kunpit mendadak ia tertawa tergelak, kemudian
sambil menuding hidung lawannya dengan kipas peraknya, dia berkata dingin:
"Lelaki banci, kau anggap pun kongcu akan melepaskan dirimu dengan begitu saja
karena kau mengucapkan beberapa patah kata itu. Hmmm. bila kau tidak meloloskan
pedangmu lagi, jangan salahkan jika pun-kongcu tak akan berbelas kasihan lagi."
oooooooo Bab-47 UMPATAN "Lelaki banci" tersebut kontan saja mengobarkan hawa amarah dalam hati Wi Tiong hong, keningnya segera berkerut lalu dengan suara lantang teriaknya: "orang she Lan, kau anggap aku orang she Wi takut kepadamu ?"
Lan Kun-pit mendengus dingin.
"Hmm, kalau tidak takut memang lebih bagus lagi, kita bisa mengandalkan kepandaian masing-masing untuk menentukan menang kalah. Siapa yang kalah, dia hanya bisa
menyalahkan kepandaian sendiri yang tidak becus."
Wi Tiong-hong merasa bahwa setiap patah kata yang diucapkan Lan Kun-pit sangat
memojokkan posisinya, terutama sekali sikap lawannya yang begitu sombong dan
tekebur, benar-benar membuat setiap orang yang mendengarnya merasa tak tahan.
Bagaimanapun juga adalah seorang pemuda yang berdarah panas, setelah dipojokkan
terus menerus oleh lawan dihadapan orang banyak. akhirnya meluap juga kemarahan
yang membara didalam hatinya, sambil tertawa nyaring dia berseru:
"Bagus sekali, aku orang she Wi pasti akan melayani keinginanmu itu, cuma sebelum pertarungan di langsungkan kau harus menerangkan lebih dahulu apa vang
menyebabkan kau memaksa aku orang she Wi untuk melangsungkan duel ini?"
Mengejang keras seluruh kulit wajah Lan- Kunpit yang kurus kering itu, kembali dia
tertawa seram. "Heeeh. .heeeh. . Pun kongcu justru merasa tak leluasa menyaksikan kehadiranmu
disini, mau apa kau..."
Mendadak dia mengayunkan kipas peraknya kedepan, lalu sambil menerjang ke
hadapan Tiong hong bentaknya lagi: "Sekarang kau pasti akan mengetahuinya sendiri!"
Dalam pada itu, paras muka Su Siau hui telah berubah menjadi dingin seperti es, tiba-
tiba ia mendengus dingin.
Lak jiu im eng Thio Man yang berdiri dibelakang Thian Khi cu merasa penasaran juga
setelah menyaksikan adegan tersebut, tak tahan tiba-tiba ia berteriak keras: "Wi
toako, cabut keluar pedangmu!"
Sementara itu Wi Tiong hong sudah dibakar hatinya oleh api kemarahan, setelah
berulang kali didesak dan dipojokan lawan, dia menyerbu ke depan dan mencabut
keluar pedang berkarat tak bersinarnya itu, tapi sebelum ia melancarkan serangan
mendadak ia berpaling kepada semua jago yang hadir di arena tiba-tiba tanyanya:
"Siapa diantara kalian yang bersedia meminjamkan pedang untukku?"
Lak-jiu im eng Thio Man dengan cepat mencabut keluar pedangnya dan dilemparkan
ke- depan, serunya: "Wi toako, gunakan saja pedangku ini."
Lan Kun-pit memandang sekejap kearah Thio Man, lalu serunya sambil tertawa dingin:
"Benar, pertarungan ini adalah untuk menentukan mati hidupnya berdua memang
paling baik akan ditukar dengan sebilah pedang yang lebih tajam."
Setelah menerima pedang tersebut Wi Tiong-hong bersenyum: "orang she Lan, kau
telah salah melihat."
"Apakah aku telah salah berbicara?"jengek Lan Kun-pit.
Wi Tiong hong sama sekali tidak menggubris ocehannya, melainkan menyodorkan
kembali pedangnya kehadapan Thio Man, lalu berkata: "Nona harap kau menyimpan
kembali pedangmu itu."
"Mengapa begitu?" seru Thio Man sambil menatap wajah si anak muda itu lekat-lekat.
"Pedang ini merupakan pedang milik nona, kurang baik jika kugunakan sampai rusak, maka dari itu aku hanya ingin mencari sebilah pedang yang tak dipakai lagi."
"Apa sih artinya sebilah pedang" Kalau memang rusak yaa sudahlah, toh tidak menjadi soal?"
Wi Tiong hong segera menjura. "Kalau memang begitu, ku ucapkan banyak terima
kasih dulu atas kebaikan nona."
Merah padam selembar wajah Lakjiu im eng Thio Man karena jengah, bisiknya lirih:
"Mengapa harus berterima kasih?"
Dalam pada itu Kun-pit sudah tak sabar lagi, tiba-tiba dia menimbrung: "Sudah selesai belum pembicaraan kalian?"
Wi Tiong hong berkerut kening, dengan tangan kiri memegang pedang Thio Man,
tangan kanan menggenggam pedang berkarat milik sendiri, dengan cepat dia
membalikkan tubuhnya.
Ketika semua orang menyaksikan dia membawa sepasang pedang, segera disangkanya
anak muda itu hendak bertarung menggunakan sepasang pedang tersebut.
Dengan sikap yang angkuh dan jumawa, Lan Kun-pit segera mengejek lagi dengan
dingin: "Sekalipun kau menggunakan sepasang pedang memangnya bisa bertarung berapa
jurus saja diujung kipas pun-kongcu?"
Berkilat sepasang mata Wi Tiong hong, mendadak serunya dengan suara keras:
"Perhatikan baik-baik."
Mendadak pedang karat ditangan kanannya diayunkan ke atas ujung pedang milik Thio
Man tersebut sembari melancarkan sebuah tebasan tajam.
"Sreet .. " begitu pedangnya diayunkan, ujung pedang yang berada ditangan kirinya itu segera terpapas kutung satu bagian.
Kejadian ini kontan saja membuat semua orang tertegun, sekarang semua orang baru
tahu kalau pedang karat yang sekali jelek dan tak menarik itu sebetulnya adalah
sebilah pedang mestika yang ampuh sekali. Sambil tertawa terbabat bahak, Wi Tiong
hong berseru lagi :
"Haaa .. haaaa... haaa.... tentunya kau sudah melihat dengan jelas bukan" Berhubung aku tak ingin mencari keuntungan melalui ketajaman senjataku maka aku sengaja
berganti menggunakan sebilah pedang yang lain."
Berbicara sampai disitu, dia lantas menyarungkan kembali pedang berkaratnya, lalu
memindahkan pedang dari tangan kiri ke tangan kanannya dan berdiri dengan angker.
"Sekarang, kau boleh melancarkan seranganmu!" bentaknya sambil menatap wajah Lan Kun-pit.
Mula-mula Lan Kun-pit dibikin tertegun juga oleh kegagahan serta kewibawaan orang,
mendadak hawa pembunuhan yang amat tebal menyelimuti seluruh wajahnya,
sembari melancarkan sebuah totokan dengan kipas peraknya, ia membentak keras-
keras: "Kau tak usah tekebur dulu, kalau ingin membacot, silahkan berkoar-koar setelah
menyambut tiga puluh jurus serangan dari pun kongcu."
Pada dasarnya dia memang memiliki ilmu silat yang sangat lihay, ditambah pula hawa
napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajahnya, tak heran kalau totokan yang
dilontarkan dengan kipas peraknya itu disertai dengan tenaga serangan yang kuat.
Sekilas cahaya perak. dengan membawa suara desingan angin tajam langsung
menyambar kedepan. Ketika berada diluar kota Sang siau dahulu, Wi Tiong hong
sudah pernah bertarung melawannya, dan tahu kalau ilmu silat yang dimiliki lawannya
ini lihay sekali, karena itu dia berusaha keras untuk menghindari suatu bentrokan
keras lawan keras.
Pedangnya lantas digetarkan ke atas, dengan jurus Thian-to Tiong- hoo (alur langit
bertabung ditengah) menciptakan sebuah lingkaran cahaya pelangi berwarna keperak-
perakan. Tubuhnya bergerak mengikuti gerakan pedangnya, secara lincah dan gesit dia
meloloskan diri dari serangan Lan Kun-pit tersebut, lalu dari posisi bertahan berubah
menjadi posisi menyerang.
Jurus serangan yang digunakan ini tak lain adalah ilmu pedang Ji gi kiam hoat dari Bu
tong pay. Dari Kenghian totiang, Thian Khi cu sudah tahu kalau Wi Tiong hong adalah murid toa
suhengnya, maka dia menaruh perhatian khusus terhadapnya.
Terdengar Lan Kun-pit mendengus dingin, kipas peraknya dicukil keatas kemudian
membabat pergelangan tangan Wi Tiong hong.
Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, kipas yang sudah jelas mencukil
keatas untuk membabat pergelangan tangan Wi Tiong-hong, ketika sampai ditengah
jalan tahu-tahu sudah berubah menjadi tiga kuntum bunga pedang yang sekali
berkelebat telah sampai disasaran, ternyata kali ini dia mengancam tiga buah jalan
darah penting disekitar tulang.
Selain ganas dan buas, serangan itu juga lihay sekali.
Kembali Wi Tiong-hong bergerak mengikuti pedangnya, secara beruntun dia berganti
tiga tempat, lalu sambil menggetarkan pergelangan tangannya melepaskan serangan
dengan jurus It goan bu si (Sumber hawa berpusat satu).
Ujung pedangnya yang menjangkit ke atas, segera digetarkan kemudian dengan
menciptakan sebuah lingkaran kecil sebesar mata uang, dengan cepat menumbuk
kipas dari Lan Kan pit.
Serangan ini dilancarkan disaat dia sedang menghindari serangan musuh, hingga
kelihatannya cepat sekali.
"cri ing..." suatu bentrokan nyaring segera berkumandang memecahkan keheningan.
Tampaknya Lan Kun-pit sama sekali tidak menyangka sampai ke situ, seluruh tuhubnya
bergetar keras, mendadak ia melejit lalu secepat kilat melompat mundur satu langkah
kebelakang. Dalam pada itu. sepasang mata Thian Khi cu tak pernah lepas dari tubuh Wi Tiong
hong, keningnya segera berkerut setelah menyaksikan peristiwa tersebut, pikirnya.
"Berbicara soal gerakan tubuh, gerakan langkah dan gerakan tangan sewaktu dia
menggunakan jurus It goan bu si tadi, semestinya benar semua dan tak ada yang
berbeda, tapi heran mengapa gerakan pedangnya justru berbeda jauh dengan gerakan
aslinya" Mengapa toa suheng merobah jurus It goan bu si yang begitu bagus dengan
penuh perubahan ini menjadi jurus serangan yang ganas dan mengerikan?"
Perlu diketahui, jurus It goan hu si tersebut merupakan himpunan dari seluruh jurus
inti Ji gi-kiam hoat dari Butongpay, gerakan pedangnya hampir semua membentuk
gerakan Thay kek, lingkaran yang tercipta seharusnya berada diluar badan.
Tapi lingkaran Thay kek yang diciptakan oleh Wi Tiong hong sekarang bukan cuma
sebesar mata uang, bahkan tenaga pantulannya, sangat kuat dan besar.
Tak heran kalau Thian Khi cu yang menyaksikan kejadian ini diam diam harus berkerut
keras. Pada benturan ke dua Lan Kunpit sudah digetarkan oleh serangan Wi Tiong hong
sehingga tanpa terasa tubuhnya mencelat setinggi tiga depa lebih, benar saja kipas
yang berada di tangannya tak mampu dipegang kencang.
Kenyataan ini segera mengejutkan hatinya, buru-buru melompat mundur, kemudian
pikirnya. "Tak kusangka kalau kepandaian silat yang dimiliki bocah keparat ini benar benar
sangat lihay."
Ingatan untuk memandang enteng musuhnya segera menjadi jauh berkurang,
bentaknya dengan suara dingin:
Bara Naga 13 Sepasang Pedang Iblis Karya Kho Ping Hoo Suling Emas Dan Naga Siluman 15
^