Pedang Berkarat Pena Beraksara 9

Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D Bagian 9


menyikut tubuh Wi Tiong-hong.
Wi Tiong hong segera manggut2 sementara dalam hati kecilnya berpikir: "Kalau
ditinjau dari sini, apa yang dikatakan Tok si cuan Sua Cu memang tidak salah. Setelah ia membuktikan kalau orang yang ma.. ..kan Ting Ci-kang. hal itu berarti permainan
busuk dari Ban Kiam-hwee, atau dengan perkataan lain Lou ban si itu pasti berada
ditangan orang-orang Ban Kiam-hwee. rupanya " pulang dan setelah memberi laporan
ia lantas mengajak Tok Hay-ji untuk mencari " disini."
Sementara itu Tok Hay-ji-pun nampak ter.. selang sesaat kemudian ia baru berkata:
"Yaa betul, kemana larinya rumah gubuk tersebut" Masa dapat lenyap dengan begitu
saja!" "Sudah pasti rumah gubuk itu telah mereka bongkar," kata Tok si cuan kemudian
sambil tertawa.
"Namun sekali-pun rumah gubuk itu dibongkar apakah gunanya?" teriak Tok Hay-ji
dengan marah, 'hmmm, kecuali kalau mereka mengangkut sekalian bukit Pit-bu san
terssbut."
"Betul, mereka membongkar rumah gubuk tersebut hal mana membuktikan kalau
orang2 mereka masih tetap berada di sini."
"Mari kita segera melakukan pencarian, aku masih ingat waktu itu aku harus melalui
banyak sekali anak tangga berbatu sekali-pun sarang mereka amat rahasia tokh sudah
pasti terdapat sebuah jalan masuknya."
"Jika pintu rahasia itu dapat ditemukan secara gampang, terhitung kepandaian macam
apakah itu" Dalam sekilas pandangan tempat ini hanya penuh dengan batu-batu cadas
yang berserakan kita toh tak dapat membongkar sebagian batuan cadas itu bukan?"
"Kau-pun tidak mengerti"' tanya Tok Hay-ji.
Tok Si cuan atau si pencuri beracun, ..saja kepandaiannya hanya terbatas dalam hal
curi mercuri saja, tapi biasanya sebagai seorang pencuri dia-pun mengerti tentang
alat2 rahasia. Sambil tertawa Tok si cuan Sun Cu beerkata: "Kalau cuma yang biasa-biasa saja, tentu
saja aku mengerti, tapi kalau sudah dihadapkan dengan alat-alat rahasia yang dalam,
terpaksa aku hanya bisa melototkan mata belaka."
"Eeeh, mengapa kau memandang mereka sampai sedemikim hebatnya?" seru Tok
Hay-ji dengan perasaan tidak puas.
"Yaa, apa boleh buat" Aku dengar orang sering berkata, alat rahasia dari Ban kiam hwee, beraneka ragam jumlahnya, konon kepandaian itu berasal dari perguruan Lam
hay bun, bisa dibayangkan isinya pasti mendalam sekali lebih baik kita duduk-duduk
dulu sambil beristirahat. Bila Lu suko sudah datang, dia tentu akan berhasil
menemukan pintu rahasia mereka."
"Menunggu Lu suko" Sampai kapan dia akan ke mari?"
"Apakah kau tidak mendengar perkataan dari susiok" Hari ini Lu suko sudah pasti akan
sampai, lagipula kita toh cuma bertugas mengawasi gerak gerik mereka, bila Lu suko
samapi ke mari, tentu saja dia akan menemukan tempat itu."
"Baik, menunggu yaa merunggu ... " seru Tok Hay-ji dengan gemas, "Bila Chin Toa-seng
sudah tertangkap, aku akan menyuruh dia rasakan dulu bagaimana nikmatnya Tok si ci
kut dengan racun peremuk tulang?"
Wi Tiong hong yang mendengar perkataan itu diam2 lantas berpikir: "Apakah yang
dimaksudkan sebagai Tok si ci kut oleh Tok Hay-ji itu" Biasanua perkataan dari orang-
orang Tok Seh-shia sangat kejam tak berperasaan, sudah pasti hal itu-pun tentu
sesuatu yang baik."
oooOooo Bab 35 "Setelah kita berhasil membekuk seorang diantara mereka, masa ia tak akan menuruti
perkatan kita?" kata Tok si cuan Sun Cu sambil tertawa rendah.
Setelah itu terdengar suara langkah manusia bergerak menuju kearah barat, di susul
kemudian tak kedengaran suara lagi, tampaknya mereka berdua sudah mencari batu
besar dan duduk.
Lok Khi segera berbisik: "Engkoh Hong, entah siapakah Lu suko yang mereka katakan
itu" Kalau didengar dari suaranya, dia seperti seseorang yang ahli dalam ilmu alat
rahasia, tapi begitu-pun lebih baik asal mereka sudah berhasil membuka pintu kita-
pun ikut masuk pula ke dalam."
"Enak benar kalau bicara, bila orang2 Tok see sia berhasil membuka pintu rahasia
tersebut, masa mereka akan membiarkan kita ikut masuk ke dalam" Lagi pula dengan
demikian, bukankah kita akan menghadapi musuh dari kedua belah pihak?"
Lok Khi segera tertawa cekikikan.
"Kalau kita harus menghadapi musuh dari kedua belah pihak, apakah mereka juga
tidak sama saja mesti menghadapi musuh dari kebelah pihak?"
Sementara pembicaraan berlangsung, Wi Tiong hong merasakan Lok Khi semakin
menempel diatas tubuhnya, sedemikian menempel hampir boleh dibilang pipi
menempel dengan pipi, napas-pun hampir terjadi bercampur aduk.
Dalam keadaan seperti ini, bukan saja napasnya yang harum dapat terendus, bau
semerbak yang tersebar dari tubuh si nona-pun dapat terendus, kesemuanya itu
secara lamat2 mendatangkan perasaan aneh untuk si anak muda tersebut.
Dalam waktu singkat, pemuda itu merasakan tubuhnya menjadi panas, peluh sebesar
kacang kedele telah bercucuran dengan amat derasnya.
Ketika Lok Khi merasakan napas pemuda mendadak menjadi kasar dan agak memburu,
dengan keheranan ia berpaling; katanya: "Engkoh Hong, apakah kau merasa
kegerahan?"
Karena berpaling, maka topeng kulit manusia yang jelek dan penuh dengan burik itu
telah menyentuh di atas pipi Wt Ttong hong, anak muda itu segera merasakan
wajahnya terasa membentur di atas benda yang tebal lagi kasar, sedemikian kasarnya
hampir saja membuat kulit mukanya sakit.
"Oooh, maaf," Lok Khi segera mengejapkan matanya, "apakah terasa sakit" topeng ini memang kasar, bacokan golok atau pedang tak bakalan mempan ... "
Seraya berkata, tiba-tiba dia melepaskan topeng tadi.
Dengan terkejut Wi Tiong-hong segera berbisik: "Hei. mau apa kau melepaskan
topengmu?"
Dengan wajah bersemu merah Lok Khi tertawa. "Sebentar baru pakai lagi, toh sama
saja. Dengan demikian, bila sampai menggesek kulit di atas wajahmu nati tak akan
terasa sakit lagi."
Ucapan tersebut diutarakan dengan kobaran api cinta yang membara, benar juga, dia
lantas menempelkan selembar wajahnya yang lembut dan halus itu diatas wajah
pemuda tersebut.
Wi Tiong-hong merasa malu sekali, namun dia-pun rikuh untuk menampik, terpaksa
membirakan gadis itu menempel ditubunya.
Semetara kedua orang itu masih dimabuk cinta, mendadak terdengar bunyi lirih
bergetar memecahkan keheningan, sebutir kerikil telah meluncur melalui atas kepala
kedua orang itu dan terjatuh ke atas tanah.
Dengann perasaan terkejut Wi Tiong-hong segera berpaling ke sekeliling tempat itu,
namun tidak ditemukan seorang manusia-pun. Hal ini membuat hatinya keheranan.
Dengan cepat Lok Khi mengenakan kembali topeng kulit manusianya dan
membereskan rambutnya yang kusut, lalu tanyanya pelan : "Engkoh Hong, apakah ada
orang yang telah menemukan jejak kita?"
Wi Tiong hong segera menggeleng. "Bahwa beberapa kaki di sekitar tempat ini tak
nampak ada seorang manusia-pun ..."
Belum habis dia berkata, terdengar Tok si k-n Sun Cu telah membentak dengan suara
rendah. " " ada orang datang, cepat bersembunyi."
Tok Hay-ji segera mendengus. "Hmmm, yang datang berjumlah tiga orang mirip orang-
orang Ban kiam bwee !"
Kemudian terdengar suara gemericik dengan pelan, rupanya kedua orang itu-pun
sedang menyembunyikan diri di balik semak belukar.
Mendadak Lok Khi mendesis lirih: "Sekarang aku sudah tahu, yang melemparkan batu
tadi tentu ji suciku setan alas itu."
"Ji-rucimu" Sekarang dia berada dimana?" tanya Wi Tiong-hong keheranan.
"Siapa yang tahu," jawab Lok Khi manja, "Gara2 kau, hmm, sekarang kelihatan ji-suci malu toh rasanya?"
(Bersambung Jilid 17)
TAK SELANG BEBERAPA saat kemudian, dari bawah bukit situ kedengaran juga suara
langkah kaki manusia yang berjalan makin mendekat, agaknya ada orang sedang
berjalan sambil berbincang-bincang.
Tanpa terasa Lok Khi melongok keluar dan mengintip sekejap. kemudian tanyanya:
"Engkoh Hong, menurut kau siapa yang telah datang" jangan mengintip. kau harus
menebaknya"
Wi Tiong hong segera memasang telinga baik- baik, ia mendengar suara langkah kaki
dari beberapa orang itu sudah berada tujuh delapan kaki dari hadapan mereka.
Tiba-tiba terdengar seseorang berkata dengan suara yang menyeramkan "Tentu saja
mereka tak akan pernah menduga, setelah pinto dibebaskan kini pinto berani datang
lagi, Chin tua seng tinggal di dalam sebuah rumah gubuk di tengah hutan sana." orang yang lain segera tertawa tergelak.
"To-heng memang benar- benar hebat, kalau dibicarakan sebetulnya memalukan
sekali, waktu itu sepasang mata pinceng ditutup juga dengan secarik kain, tapi secara
diam-diam, aku telah menghapalkan jumlah langkah kakinya, siapa tahu setelah
dihitung hitung ternyata hanya sampai ditengah hutan Siong dibawah ciang-siu-nia
sana, kalau dihitung dari sini paling tidak mencapai satu-dua lie lebih."
Pembicaraan yang mereka langsungkan tidak terlalu nyaring, namun dapat terdengar
sangat jelas. Wi Tiong-hong seperti membayangkan kembali pengalaman yang dialaminya tempo
hari, waktu itu dia pun diajak dayang berbaju hijau itu berjalan jalan hingga sampai
setengah harian lamanya, persis seperti apa yang dikatakan orang-orang itu, tanpa
terasa dia tertawa geli.
Kepada Lok Khi katanya kemudian: "Merdka adalah Ma koan tojin serta Thi-lohan
Khong beng hwesio..."
"Kau sudah mendengar suara pembicaraan mereka, tentu saja segera tahu, tidak bisa dihitung. ehm, ayo coba tebak siapa yang lainnya pembicara pembicara itu?" Wi Tiong hong segera tertawa.
"Dua sudah tertebak jitu, kalau masih ada seorang lagi tentu sudah pasti dia adalah sinaga tua berkepala botak To Sam seng."
Baru selesai dia berkata, sinaga tua berkepala botak telah berkata pula: "Sedari tadi siaute kan sudah bilang sudah pasti apa yang kita alami hanya merupakan jebakan
musuh untuk membingungkan pikiran kita, padahal jalan untuk masuk dan keluar dari
bukit ini cuma satu, menurut perhitungan Khong beng taysu, semuanya mencapai tiga
tikungan dan sembilan puluh enam tanjakan, persis seperti jumlah hitungan yang
siaute ingat, hal ini sudah membuktikan kalau perhitungan kita ini tak bakal salah."
"Andaikata saudara To itu harus memasuki lorong rahasia bawah tanah lagi, apakah
kau masih dapat mengingatnya dengan jelas?" Naga tua berkepala botak segera
tertawa. "Soal lain siaute tak berani berbicara, tapi kalau cuma soal jalanan yang pernah siaute lewati, hampir semuanya tentu kutinggali kode rahasia."
Wi Tiong hong yang mendengar ucapan tadi itu diam-diam mengangguk, pikirnya:
"Bagaimana pun juga jahe memang semakin tua semakin pedas, mereka sudah lama
disekap disana, sebelum dibebaskan hanya tinggal disitu terus, kemudian waktu di
bebaskan juga harus berjalan lebih dulu, memang tidak sulit untuk meninggalkan kode
rahasia secara diam-diam."
"Asal kau sudah berbuat demikian, urusan akan lebih muda untuk di selesaikan." seru Khong beng hwesio kemudian.
"Apa bila kita sudah menemui pintu masuknya, biar To lo koko yang membawa jalan."
kata Ma-koan tojin pula, "asal kita dapat membekuk Chin Toa-seng, sehebat-hebatnya jago pedang berpita hitam anak buahnya aku rasa tak perlu dikuatirkan lagi."
"Hek bun-kun Cho Kiu-moay tidak berada disini, kalau cuma untuk menghadapi Chin
Tay seng saja, dengan kemampuan toheng dan pinceng berdua pun aku rasa sudah
cukup untuk menghadapinya." kata Khong beng hwesio kemudian.
"Benda yang diperoleh menjadi milik kita bertiga, asal ilmu silat yang berada diatas benda itu berhasil kita latih, ketua Ban kiam hwee tak nanti bisa berbuat apa apa
terhadap kita."
"Bukan hanya Ban kiam hwecu saja, bahkan pihak Tok See sia maupun Thian-sat nio
juga tak mungkin bisa berbuat apa-apa terhadap kita."
Berbicara sampai disitu, tak tahan lagi mereka berdua segera tertawa terbahak-bahak,
Lok Khi yang mendengar perkataan itu mendengus dingin, bisiknya dengan
mendongkol. "Tampaknya mereka belum puas. Sebelum berhasil mendapatkan Lou bun-si, benar-
benar manusia yang tak tahu diri."
Dalam pada itu Ma koan tojin sudah berkata lagi dengan suara yang dingin
menyeramkan: "Kalian berdua jangan keburu merasa bangga, bila dugaan pinto tak salah, mungkin
bukan cuma kita saja yang datang ke bukit Pit bu san ini. . ."
"Sejak banyak orang mengetahui kalau benda itu sudah terjatuh ke tangan orang
orang Ban Kiam hwee, banyak diantara mereka yang tahu susah dan mengundurkan
diri, ada pula yang langsung menuju ke bukit Kiam bun san, siapa yang bakal kemari ?"
"Apa yang ingin kita dapatkan, tentu saja di nginkan pula oleh orang lain." kata Ma koan tojin sambil tertawa, "kita bisa sampai disini, tentu saja orang lain juga dapat sampai disini."
Berbicara sampai disitu, mendadak dia mendongakkan kepalanya sambil berseru. "Ma
koan tojin dari Hong san, Khong beng taysu dari kui Thi hud si dan Naga tua berekor
botak To tayhiap dari Huan yang berada disini, aku harap sobat tak usah
menyembunyikan diri lagi."
Wi Tiong hong yang mendengar perkataan itu menjadi terperanjat sekali, dia tak tahu
yang berhasil ditemukan jejaknya oleh orang itu adalah mereka berdua ataukah pihak
Tok Hay-ji"
Tiba-tiba Lok Khi berbisik:
"Engkoh Hong. mari kita keluar, siapa yang takut kepada mereka?"
Buru-buru wi Tiong hong menarik tangannya sambil berseru: "TUnggu dulu..."
Belum selesai dia berkata, terdengar Tok Hay ji sudah berseru sambil mendengus:
"Hmm, kalau hanya mengandalkan papan nama emas dari kalian bertiga mah masih
belum dapat menyulitkan aku, siapa yang bilang kalau kami sedang bersembunyi?"
"sreet" Sreet." dua sosok bayangan manusia segera melompat keluar dari balik batu.
Begitu sinaga tua berekor botak To Sam-seng mengetahui kalau yang muncul adalah
Tok Hay-ji dengan cepat dia menggeserkan tubuhnya berdiri searah dengan angin,
kemudian sambil menggelus jenggotnya dia tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh .
,haaahhh...haaaahh.. rupanya kaupun sampai disini juga."
Ma-koan tojin dan Thi-lohan Khong beng hwesio adalah jago jago persilatan yang
berpengalaman luas, serentak mereka menggeserkan tubuh masing masing berdiri
kearah dengan hembusan angin, dengan demikian mereka tak usah kuatir Tok Hay ji
menggunakan racunnya lagi.
Tok Hay-ji segera mendengus dingin.
"Hmmm. tadi, bukankah lo tosu sudah bilang, kalian bisa datang tentu saja orang lain juga bisa datang."
Ma-koan tojin maju selangkah ke depan lalu menjura dalam-dalam. "Siancay, siancay, siau sicu telah datang apakah Seh Toheng juga bakal datang."
"Buat apa kau menanyakan tentang soal ini ?" seru Tok Hay-ji dengan angkuhnya.
Dengan senyum tak senyum Ma koan tojin berkata: "Dimasa yang lampau, pinto
mempunyai kesempatan untuk bertemu beberapa kali dengan Seh toheng, hampir kini
sudah banyak tahun kami tak pernah bersua, berhubung pinto teringat akan sahabat
lama, oleh sebab itu aku lantas menanyakannya."
Ma koan tojn dari bukit Hong san mempunyai nama yang termashur dalam dunia
persilatan, kalau dia bilang kenal dengan Seh Thian yu, sudah barang tentu hal ini tak bakal salah. Mendengar perkataan tersebut, mau tak mau Tok Hay-ji harus
mempercayai juga. dia mendongakkan kepalanya hendak berbicara, tapi secara tiba-
tiba dia menyaksikan sekulum senyuman aneh menghiasi wajah Ma-koan tojin, meski
kecil orangnya tapi otaknya besar,jadi orang pun cekatan, satu ingatan pengan cepat
melintas dalam benaknya.
Dengan suatu gerakan cepat, bocah itu segera melompat mundur ke belakang
kemudian bentaknya keras-keras: "Kau mau . . . ."
Tidak memberi kesempatan kepada musuhnya untuk mundur, Ma-koan tojin segera
melompat ke depan sambil melakukan terjangan serunya dengan suara menyeramkan:
"Seh toheng belum juga datang tapi tak apalah, menahan kau disini pun sama saja."
ujung bajunya dikembangkan, lalu tapak tangannya yang kurus kering tak berdaging,
dan berwarna putih keabu abuan itu melepaskan sebuah pukulan secepat kilat,
Rupanya d isaat pembicaraan dengan Tok Hay ji tadi, secara diam-diam ia telah
menghimpun ilmu Pek kut ciangnya dengan tujuan membunuh lawannya dalam sekali
pukulan. Bicara soal ilmu silat tentu saja Tok Hay-ji bukan tandingan dari Ma kom tojin, apa lagi dalam keadaan tak slap. kendatipun demikian ia merasakan adanya ancaman bahaya,
namun waktunya sudah terlambat.
Tampaknya Tok Hay ji akan segera terluka oleh pukulan Pek kut ciang tersebut.
Tiba-tiba ia menjatuhkan diri dan berguling diatas tanah. Tentu saja dia berusaha keras untuk menghindar namun dibawah kepungan serangan Pek kut ciang dari Ma koan
tojin, tampaknya sulit bagi bocah itu untuk meloloskan diri.
Ditengah kepungan musuh yang amat mengerikan inilah, tiba-tiba ia tertawa ringan,
kemudian tangan kirinya diayunkan keatas dan menyentil beberapa kali.
Sentilan jari tersebut tidak menimbulkan gerakan angin, juga tidak nampak suatu
benda yang disentilkan.
Tapi anehnya Ma koan tojin yang siap melancarkan bacokan itu mendadak menarik,
serangannya, dia buru-buru lompat ke samping.
Menggunakan kesempatan inilah Tok-hay-ji segera menggelinding sejauh tujuh
delapan depa dari posisi semula menanti ia sudah melompat bangun, ditangannya
telah bertambah dengan sebuah senjata berwarna hitam pekat yang mirip cambuk
bukan cambuk, mirip ruyung bukan ruyung.
"Haaaahhh,.. haaah....haahhh... tosu tua padahal aku tidak menyentilkan apa2
kepadamu, mengapa sih kau kelihatan ketakutan setengah mati?" serunya sambil
tertawa tergelak. "memang kuatir keracunan" Lebih baik tak usah mencari gara2
dengan orang Tok-see sia. bila sampai mengusik kami, tanggung kau bakal kerepotan
sendiri nantinya..."
Rupanya didalam keadaan tadi timbulnya akal ciliknya dengan manyentilkan jari
tangannya ke udara, padahal tiada suatu yang disentilkan.
Ma koan tojin bisatermakan oleh tipuan tersebut oleh karena dia memang menaruh
perasaan was- was terhadap orang-orang Tok-Seh sia. tahu kalau dibohongi kontan
saja dia menjadi mendongkol, serunya sambil tertawa, "Bocah keparat, kau berani
bermain gila dihadapan aku Ma-koan lojin dari bukit Hong-san ?"
Tiba-tiba ia menerjang ke muka sepasang telapak tangannya diayunkan bersama
melepaskan serangkaian serangan gencar. Tok Hay ji mendengus dingin.


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmm, bajingan tua. kau anggap aku benar-benar takut kepadamu ?" sambil memutar senjatanya, selapis bayangan tajam segera menyelimuti seluruh angkasa, bagaikan
titiran air hujan dia mendesak musuhnya habis-habisan.
Bersamaan waktunya ketika Ma koan tojin turun tangan, tubuh Khong beng hwesio
yang gemuk ikut bergerak pula mendesak kebelakang Tok-si cuan Sun oh, kemudian
bentaknya. "Sicu, kau pun harus tetap berada di sini."
Sebuah pukulan yang maha dahsyat dengan cepat dilontarkan ke belakang punggung
Tok-si cuan Sun oh.
Tok si cuan Sun oh lebih berpengalaman kalau dibandingan dengan Tok Hay-ji,
semenjak ia menyaksikan ketiga orang musuhnya bergeser keposisi searah dengan
hembusan angin, ia sudah menduga kalau orang orang itu tidak bermaksud baik.
Sewaktu Ma-koan tojin berjalan menghampiri Tok-i Hay ji ketika mengajak bocah itu
berbicara, dia sudah tahu kalau musuh akan-berbuat licik, sebenarnya dia hendak
memberi peringatan kepada rekannya.
Namun sayang Ma-koan tojin telah melancarkan serangan lebih dulu, disamping pada
saat yang bersamaan dari belakang tubuhnya menyambar pula hembusan angin
pukulan. Rupanya Khong beng hwesio dengan mengandaikan Hek sat jiunya telah melepaskan
sebuah bacokan kilat.
Tok si cuan Sun oh sama sekali tidak berkutik, sambil meringkukkan badan ia
membuang badannya ke bawah.
Padahal Thiloh an Khong beng hwesio menerjang ke muka dengan kecepatan luar
biasa, tapi dia tak mengira kalau musuh akan meringkukkan badan ke bawah, dengan
gerakan mana maka...
"Weeesss " angin pukulan itu menyambar lewat dari atas kepala Tok si cuan dan mengenai sasaran yang kosong.
Kenyataan ini segera mengejutkan lawan, buru-buru hweesio itu menghentikan
gerakannya sambil menunduk.
Ternyata Tok si- cuan telah memasukkan kepalanya ke bawah dan muncul kembali dari
selangkangan, malah dengan wajah yang mengejek sedang memandang kearahnya
sambil tersenyum. Keadaannya sekarang tak berbeda dengan permainan seorang
akrobatik diatas panggung, sama sekali tak ada model kalau seorang yang bertarung
akan menunjukkan gaya seperti ini.
Selama ini Thi-lo han Khong Beng hwesio sering menjumpai banyak jago lihay di dunia
persilatan, tapi setelah menyaksikan gaya Tok si cuan yang sangat aneh itu, dia
menjadi tertegun.
Thi-lohan Khong beng hwesio bukan seorang gadis cantik yang menawan hati seperti
bidadari dari kahyangan, apalagi dia menerjang kemuka sambil melepaskan sebuah
pukulan dahsyat dengan ilmu Heks sat- ciang, tentu saja Tok-sicuan Sun ou tak bakal
melemparkan sekulum senyuman kepadanya.
Tapi dia tertawa sekarang, itu berarti dibalik senyuman itu pasti ada sesuatu yang tak beres.
Rupanya disaat sapuan Thi lohan mengenai sasaran kosong inilah, mendadak dari
mulut Tok-si-cuan Sun oh yang tersenyum menyembur keluar serangan cahaya biru
yang secara langsung menyambar ke atas tenggorokan hwesio tersebut.
Cahaya biru tersebut merupakan jarum racun yang amat lembut, jumlahnya bukan
hanya sebatang, secara beruntun dari mulutnya segera menyembur keluar tujuh
delapan belas batang jarum lembut.
Thi-lohan Khong beng hwesio dapat menyaksikan semua peristiwa tersebut secara
jelas, ia menjadi amat terperanjat, sambil mengebaskan ujung bajunya buru-buru dia
melompat mundur kebelakang.
"Haaah, haaah, haaah..."
Tok-si cuan Sun oh tertawa terbahak-bahak sepasang telapak tangannya segera
menepuk permukaan tanah keras keras, setelah itu berjumpalitan dan melompat
bangun, ketika tubuhnya dilejitkan ke muka, "Blaamm " sepa sang kakinya telah menjejak di atas perut Thi lohan Khong beng hwesio yang buncit, kemudian tubuhnya
secepat anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur datar ke depan.
Thi-lohan Khong Beng hwesio tidak menyangka kalau musuhnya akan mengeluarkan
jurus seaneh itu, seketika itu juga badannya terjejak secara telak.
Andaikata orang lain yang terkena jejakan itu, paling tidak dia pasti akan menderita
luka dalam yang cukup parah, untung saja dia adalah Thi lo han yang Cukup
termashyur, kepandaiannya boleh dibilang tangguh. sedang kekebalan tubuhnya
sudah mencapai dua belas bagian, jejakan mana sekali tak berarti baginya.
Tapi, disaat tubuhnya yang gemuk sedang melompat mundur kebelakang, mendadak
tubuhnya kena ditendang orang lagi, untuk sesaat dia menjadi tak sanggup
mengendalikan diri lagi, seperti bola daging, tubuhnya kontan mencelat setinggi satu
kaki lebih dari posisi semula.
Untuk diceritakan semua peristiwa itu tampaknya memang panjang, padahal semua
kejadian beriangsung pada saat yang bersamaan, tiba-tiba saja orang melihat ada dua
tubuh yang mencelat dan saling berpisah, yang satu menyusup ke depan, sementara
yang lain mencelat kebelakang.
Dalam dunia persilatan Thi-lohan Khong Beng hwesio tersohor karena kebuaSannya,
dia pun termaSuk seorang jagoan kelaS satu, siapa tahu hanya menghadapi seorang
anggota perguruan dari Tok see sia pun harus mengalami kekalahan berulang kali.
Lama kelamaan timbul juga kebuasannya, tubuh yang mencelat seperti bola daging itu
secepat kilat melayang kembali ke tempat semula kemudian....
"Cri ingg . . ." dari balik sakunya mencabut keluar dua bilah golok yang panjangnya dua depa.
"Bocah keparat." serunya sambil menyeringai seram, "Hud-ya akan segera
mengirimmu pulang ke akhirat."
cahaya golok berkilauan di angkasa, diantara kilauan sinar yang luar biasa tajamnya,
dia telah membacok tubuh Tok si cuan Sun ou keras-keras.
Tok si cuan Sun ou segera melejit kesamping dengan gesit, begitu lolos dari ancaman,
dia lantas berkata sambil tertawa:
"Oooh . . . rupanya kau juga menggunakan golok, kalau begitu sungguh kebetulan
sekali." Sambil berkelit ke kiri kanan dengan menggunakan gerakan gerakan yang lincah,
tangan kanannya cepat- cepat merogoh ke dalam bajunya mengeluarkan sebilah
sarung golok berwarna hijau sepanjang dua depa.
Dengan tangan kiri memegang sarung, tangan kanan menggenggam golok. sreet . . .
Dia telah mencabut keluar golok itu.
Begitu golok itu diloloskan maka segera terlihatlah mata golok yang memancarkan
cahaya biru yang berkilauan, dalam sekilas pandangan saja semua orang dapat
mengetahui kalau golok itu sudah direndam dalam racun yang sangat ganas.
Sarung golok yang berada di tangan kiri Tok si cian Sun ou ternyata digunakan sebagai
senjata, pelan-pelan dia mengayunnya ke samping, sementara golok beracun ditangan
kanannya menciptakan selapis cahaya berwarna biru.
"Berhati-hatilah hwesio gede." dia segera memperingatkan sambil tertawa keras.
"golok darahku ini bukan golok sembarangan yang boleh dianggap sebegai barang
mainan, asal merobek kulit manusia maka dalam setengah jam tubuh sang korban
akan berubah menjadi segumpal darah kental, sekalipun Ji lay hud datangpun jiwanya
tak bakal tertolong lagi."
Sudah lama Thi-lohan Khong Beng hwetlo menyadari akan kelihayan orang-orang Tok
see sia didalam menggunakan racun, ia benar-benar kena tergertak oleh ucapan
tersebut, sambil meningkatkan kewaspadaan, pikirnya.
"Jelas tenaga dalam keparat ini tak akan melebihi aku, namun jurus yang barusan
digunakan luar biasa, ditambah lagi golok beracunnya itu, dia betul-betul seorang
musuh yang tak boleh dianggap enteng."
Berbicara yang sesungguhnya, baik ilmu silat maupun tenaga dalam yang dimiliki Thi-
lohan Khong beng hwesio masih jauh melebihi musuhnya, permainan sepasang
goloknya juga jauh lebih dahsyat daripada permainan musuh, tapi dengan demikian
berhubung seluruh perhatiannya hanya tertuju kearah golok beracun itu, maka
pikirannya menjadi makin bercabang, otomatis kelihayannya pun merosot.
Akibatnya Tok si cuan merasakan serangan musuh jauh lebih enteng dan kendor,
dengan sarung golok ditangan kiri golok ditangan kanan, ditambah lagi dengan
kepandaian lainnya ia berhasil memaksa Thi lohan untuk bertarung seimbang
dengannya. Wi Tiong hong dan Lok Khi mengikuti terus jalannya pertarungan antara keempat
orang itu dari balik semak belukar.
Tok Hay ji sudah barang tentu bukan tandingan dari Ma koan Tojin, namun setiap kali
keadaan menjadi kritis, dia lantas mengayUnkan tangan kirinya, kadangkala dari jari
tangannya menyemburkan asap kuning atau asap hitam, kadangkala hanya gertak
sambal belaka. Ma-koan tojin memang seorang yang berwatak banyak curiga, sekali menyaksikan Tok
Hay-ji mengayunkan tangannya, dia selalu cepat- cepat mundur ke belakang, oleh
karena itu Tok Hay-ji pun secara dipaksakan masih sanggup mempertahankan diri.
Tiba-tiba Lok Khi berbisik sambil tertawa.
"Engkoh Hong, Tok Hay-ji benar-benar licik dan nakal, coba kalau aku menggantikan kedudukan Ma koan tojin, niscaya dia akan ku bacok sampai mampus."
"Kalau begitu, maka kau bakal keracunan."
Lok Khi tertawa lirih.
"Tak usah kuatir, topengku ini tidak takut terhadap serangan racun atau sebangsanya."
Suara tertawanya kali ini bernada agak keras, dengan cepat hal ini menarik perhatian
orang orang yang berada disebelah sana.
Tiba-tiba si Naga tua berekor botak To Sam seng membentak beras: "Siapa disitu?"
"Lohu."
Sesosok bayangan manusia menerjang turun dari atas pohon, ditangannya membawa
sebuah senjata berwarna hitam pekat, bentuknya seperti sebuah penggaris besi.
Dengan membawa suatu kekuatan yang amat keras, penggaris besi itu langsung
menghajar ke atas batok kepala naga tua berekor botak.
Gerakan tubuh orang itu cepat sekali, rupanya semua orang hanya memperhatikan
musuh yang berada ditanah, sedang dia datang lewat atas pohon, ditinjau dari ilmu
meringankan tubuhnya yang begitu sempurna, dapat diketahui kalau dia adalah
seorang manusia yang luar biasa.
Lok Khi segera menjulurkan lidahnya kepada Wi Tiong hong, bisiknya lagi sambil
tertawa ringan:
"Untung saja ada orang lain yang mewakili kita, coba kalau tidak kita bakal repot..."
Dalam pada itu si Naga tua berekor botak sedang merasa terkejut sekali, pada
hakekatnya dia tak sempat melihat jelas bayangan orang ketika angin tajam telah
menyambar tiba dan senjata penggaris besi itu sudah berada tiga depa diatas
kepalanya. Dengan cepat dia mendengus lirih, tangan kanannya menyambar ke balik pakaian lalu
diayunkan keatas, tahu-tahu dalam genggamannya telah bertambah dengan sebilah
senjata yang mirip cakar bukan cakar untuk menyambut ancaman tersebut.
"Traaang" suatu benturan nyaring bergema memecahkan keheningan, kedua belah
pihak sama-sama berdiri tegak ditempat masing-masing.
Setelah terjadi bentrokan itu, si Naga tua berekor botak baru merasa betapa beratnya
senjata penggaris baja lawan, bahkan tenaga dalamnya tidak berada dibawah tenaga
dalam sendiri. Cepat-cepat dia menggerakan lengannya untuk menarik kembali senjata cakarnya itu,
siapa tahu senjata IHek Liongjiau (cakar naga hitam) andalannya itu seakan-akan
menempel rapat-rapat diatas senjata penggaris lawan, bagaimanapun dia membetot,
senjata tersebut tak berhasil ditarik kembali.
Tak terlukiskan rasa terkejut naga tua berekor botak menghadapi kenyataan itu, cepat-
cepat dia mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, setelah bersusah
payah akhirnya senjata cakar naga hitam itu baru bisa dipisahkan dari penggaris raja
tersebut. "Hm, rupanya senjata penggarismu itu terbuat dari besi sembrani." serunya dingin.
"Senjata ku itu amat beracun, kau mesti berhati-hati " kata orang itu cepat.
Yang muncul lagi-lagi anggota Tok seh sia, nampaknya mereka semua memang pandai
menggertak orang dengan mengandalkan kelihayan racunnya. Tok Hay ji segera
tertawa terbahak-bahak.
"Haahh . . haahh . . hnahh. . Lu suko telah datang, Lu suko, cepat kau lepaskan racun tak berwujud untuk merobohkan ke tiga orang itu."
"Saudara To, cepat hadang orang itu " Ma koan Tojin membentak pula dengan suara dingin.
Tampaknya si Naga tua berekor botak juga kuatir kalau musuhnya benar-benar
melepaskan racun, sahutnya dengan suara dalam.
"Tak usah kuatir, siaute tak akan memberi kesempatan kepadanya untuk melepaskan
racun." Seusai berkata, senjata cakarnya kembali diputar secepat angin lalu menyerang orang
itu, senjata cakar naga hitamnya diputar makin lama semakin cepat sehingga seluruh
angkasa dilapisi oleh bayangan cakar yang amat tebal. Hanya kali ini, dia tak berani
saling beradu senjata lagi dengan penggaris lawan.
**** Bab-36 DALAM pada itu, Tok Hay-ji sudah terdesak sehingga berada dibawah angin, dia benar-
benar dibikin kalut sehingga gelagapan setengah mati, senjata ruyung lemasnya kena
terkurung oleh angin pukulan Ma koan tojin sehingga tak mampu dikembangkan
sebagaimana mestinya.
Tangan kirinya sudah diayunkan berulang kali, namun ayunan tangannya tak pernah
mendatangkan hasil, jelas bubuk beracun yang tersedia telah habis dipakai.
Senyum menyeringai telah menghiasi bibir Ma koan tojin, kini hawa pembunuh telah
menyelimuti wajahnya, sementara serangan yang dilancarkan juga makin lama
semakin bertambah berat.
Dengan keringat bercucuran mendadak Tok Hay-ji mengayunkan kembali tangan
kirinya, "Tosu tua, roboh kau" bentaknya keras. Lagi lagi serangannya kosong dan tidak mendatangkan hasil apa-apa. Ma koan tojin tertawa seram.
"setan cilik, kau masih mempunyai permainan kembangan apa lagi" Weees, weees,.,"
Secara beruntun dia melancarkan lagi dua pukulan dahsyat.
Tok Hay ji menjatuhkan diri ketanah dan bergelinding diatas tanah. teriaknya keras2.
"susiok, cepat tolong aku."
Setelah terhindar dari pukulan dan cambuk lemas itu ditarik ke belakang, dia
melompat bangun, setelah itu sambil tersenyum dia menengok ke belakang tubuh Ma-
koan tojin. Dengan perasaan terkejut Ma-koan tojin segera berpaling,
Tok Hay-ji kontan saja tertawa terbahak-bahak. "Haaahh . . . haaaahh . . . haaahh. , .
tosu tua, tertipu kau kali ini."
Mendadak tampan kanannya diayunkan ke muka, asap berwarna abu-abu segera
menyelimuti daerah seluas satu depa dan mengurung seluruh tubuh Ma koan tojin.
Padahal dalam perkiraan Ma koan tojin, racun milik musuhnya ini sudah habis terpaka
sesudah beberapa kali ayunan tangannya tidak memberikan reaksi apapun, setelah
menyakslkan kabut berwarna abu-abu menyambar keatas wajahnya dia terkejut dan
buru-buru menjatuhkan diri ke belakang, kemudian sambil menahan napas dia
melompat pergi.
Siapa tahu pada saat itulah terdengar Tok Hay ji membentak keras: "Tosu tua, roboh kau."
Ma koan tojin melejit ke udara, sewaktu bentakan tersebut menggelegar disisi
telinganya, tahu-tahu dia merasa kakinya terjirat sesuatu benda, tak ampun dia kena
dijerat oleh senjata cambuk Tok Hay ji dan jatuh terpelanting diatas tanah.
Dalam keadaan seperti ini, dia lebih- lebih tak berani berayal lagi, masih tetap
menahan napas, ujung kakinya segera menutuI permukaan tanah kemudian
menyelinap kesamping. Tok Hay ji tertawa semakin panas, "Haah . . . haahh . . . haahh .
tosu tua, pelan sedikit, tidak mengapa."
Sudah puluhan tahun lamanya Ma koan tojin malang melintang dalam dunia
persilatan, tapi sekarang dia harus jatuh terpelanting oleh permainan Tok Hay ji yang
masih ingusan, kejadian ini boleh dibilang benar-benar memalukan jagoan ini.
Setelah berhasil berdiri tegak. paras mukanya yang di hari-hari biasa telah nampak
menyeramkan, kini berubah jadi pucat karena marahnya, selangkah demi selangkah
dia berjalan maju mendekati lawannya.
Siapa sangka, baru berapa langkah tiba-tiba dari muka sana muncul sesosok bayangan
manusia yang secepat sambaran kilat menerjang kearahnya.
Gerakan tubuh orang itu sangat cepat, sedemikian cepatnya sehingga dalam waktu
singkat telah berada dihadapan mereka berdua.
orang itu adalah seorang kakek berbaju pendek warna coklat yang bertangan kosong
jenggot putihnya sepanjang setengah depa sedang punggungnya bungkuk.
Melihat kehadiran orang itu, Tok Hay ji segera menarik kembali senjata ruyungnya dan
mundur beberapa langkah.
Dari tindakanaya ini, jelas dia hendak menyerahkan Ma koan tojin kepada orang itu,
agar orang itulah yang memberi pelajaran kepada tosu tersebut.
Tadi Ma koan tojin pernah mendengar Tok Hay ji memanggil orang itu sebagai susiok,
kini setelah menyaksikan kelihayan musuhnya ia baru merasa terperanjat.
Seingatnya, di dalam dunia persilatan belum pernah dijumpai seorang jagoan yang
bertampang seperti ini, hal yang mana menunjukkan kalau orang itu adalah jagoan
dari Tok see sia.
Sebagai seorang jagoan yang sudah termasyur selama banyak tahun dalam dunia
persilatan, tentu saja dia tidak berhasrat untuk mengundurkan diri dengan begitu saja.
Walaupun paras mukanya tidak menunjukkan perubahan apa-apa, padahal secara
diam-diam dia telah menghimpun segeaap tenaga dalamnya untuk bersiap siaga
menghadapi segala kemungkinan yang tak di nginkan-Kepada Tok Hay ji serunya
sambil tertawa seram.
"Dia adalah susiokmu ?"
"Siapa bilang " Aku malah mengira dia adalah susiokmu " jawab Tok Hay-ji cepat.
Sementara itu si kakek berbaju coklat itu sudah semakin mendekat, ketika orang itu
menyaksikan Tok Hay-ji sudah mundur sedangkan Ma koan tojin masih menghadang
dihadapannya, tanpa terasa bentaknya keras-keras. "Minggir kau."
Sambil mengayunkan tangan kirinya, sebuah pukulan segera dilontarkan ke tubuh Ma
koan tojin. Mimpipun Ma koan tojin tidak mengira kalau orang itu sekali tidak manggubris tentang
peraturan dunia persilatan, bahkan begitu ingin bertarung, sebuah pukulan langsung


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilontarkan kearahnya.
Satu-satunya yang ditakuti olehnya adalah ilmu beracun dari orang-orang Tok see sia,
bagaimana mungkin ia berani menyambut serangan mana dengan kekerasan"
Tubuhnya dengan cepat melejit ke samping untuk menghindarkan diri dari ancaman
mana. Siapa sangka serangan tangan kiri kakek berbaju coklat itu tidak dilanjutkan
lebih jauh, baru tiba ditengah udara tahu-tahu dia sudah dia sudah merubahnya
menjadi serangan cengkeraman.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat dia cengkeram belakang baju Ma-koan tojin,
lalu serunya: "Aku toh sudah menyuruh kau menggelinding pergi, sekarang juga kau harus
menggelinding pergi dari sini."
Diantara getaran tangannya, dia sudah melemparkan tubuh Ma koan tojin ke depan.
Sungguh terperanjat hati Lok Khi setelah menyaksikan kemampuan si kakek berbaju
coklat yang berhasil membekuk dan melemparkan tubuh Ma-koan tojin hanya dalam
sekali gebrakan saja, segera bisiknya lirih:
"Engkoh Hong, gerak serangan yang dimiliki orang ini sangat aneh, entah siapakah
dia?" Tentu saja Wi Tiong-hong lebih-lebih tidak tahu, dia hanya menggelengkan kepalanya
berulang kali dengan mulut tetap membungkam. Tok Hay ji segera bertepuk targan
sambil bersorak-sorai.
"Tosu tua setelah berjumpa dengan susiokmu, mengapa kau sama sekali tak mampu
berkutik ?"
Kakek berbaju coklat itu melotot sekejap kearah Tok Hay ji kemudian secara tiba-tiba
ia berpaling ke arah empat orang yang sedang bertarung disebelah depan sana, dan
membentak keras.
"Mengapa kalian tidak segera menghentikan pertarungan?"
Oleh bentakan yang menggeledak itu Thi lo han Khong Beng, Naga tua berekor botak
To Sam-seng, Tok si cuan dan lelaki yang bersenjatakan penggaris besi sama-sama
menghentikan serangan.
Kakek berbaju coklat itu segera mengalihkan kembali sorot matanya ke tempat
persembunyian Wi Tiong hong dan Lok Khi, ke mudian tiba-tiba bentaknya keras.
"Kalian juga segera keluar " Kakek ini benar-benar sangat lihay, tampaknya siapa pun tak dapat mengelabuhi dia.
Tanpa terasa sorot mata semua orang yang hadir di arena pun bersama-sama
dialihkan ke situ.
Sambil tertawa dingin Lok Khi segera berkata.
"Engkoh Hong, keluar ya keluar, siapa yang takut kepada mereka ?"
Kedua orang muda mudi itu segera melompat keluar dari batu-batuan cadas.
Semua orang tidak mengenai siapa kah kakek berbaju coklat itu, semua saja tidak
mengetahui maksud tujuannya.
Dalam pada itu yang bertempur telah menghentikan pertarungan sedang yang
munculkan diri pun sudah muncul.
Diseputar batuan cadas itu segera berkumpul beberapa orang yang saling
mengelompok pada rombongannya masing- masing, tak seorang pun diantara mereka
yang bersuara. Kini, sorot mata kawanan jago itu sudah di alihkan kembali dari wajah Wi Tiong-hong
dan Lok Khi keatas wajah kakek berbaju coklat itu.
Sikakek memandang sekejap wajah orang-orang itu, kemudian tanyanya: "Aku lihat
kalian semua mungkin sudah pernah datang satu kali kemari, apakah pernah melihat
toa-siocia kami datang kemari?"
"Toa siocia kalian?" Tok Hay ji balik bertanya.
Kakek berbaju coklat itu melotot besar-besar, kemudian bentaknya: "Toa siocia kami tentu saja Su toa siocia."
"Su toa siocia."
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Wi Tiong hong, dia jadi teringat kembali
dengan sinona berbaju hijau yang pernah menghadiahkan pil penawar racun
kepadanya itu, di atas botol porselen tempat obat tersebut bukankah pernah terbaca
tulisan yang berbunyi; "Buatan keluarga su."
Mungkinkah Su toa siocia yang dimaksudkan orang ini adalah si nona berbaju hijau itu.
Dalam pada itu Lok Khi telah mencibirkan bibirnya yang tebal sambil tertawa dingin.
"Heeh, heeeh, heeeh, kau bertanya kepada kami, lantas kami harus bertanya kepada
siapa?" Tampaknya maksud kedatangan kakek berbaju coklat itu hanya untuk mencari Su Toa-
siocianya, terhadap sindiran Lok Khi itu sama sekali tidak ambil perduli.
Dengan kening berkerut dia segera termenung sambil berpikir sejenak kemudian
ujarnya lagi: "Kalau begitu, toa siocia tidak datang kemari ?"
Makoan tojin yang kena dibikin keok dalam satu gebrakan saja benar-benar merasa
amat tak puas, dia merasa nama baiknya sebagai Makoan lojin dari bukit Hong san
sudah cukup lama termashur dan dikenal dalam dunia persilatan. jika kenyataannya
dia tak becus, andaikata berita ini sampai tersiar keluar, bukankah dia akan merasa
sangat kehilangan muka"
Maka sambil tertawa seram pelan pelan dia menyongsong kedepan, kemudian setelah
menjura katanya:
"Lo-sicu sungguh berilmu sangat tinggi, dengan memberanikan diri pinto ingin minta petunjuk kepada sicu, siapa gerangan nama dan sebutanmu . . .?"
Secara diam-diam hawa murninya telah di himpun menjadi satu dalam telapak tangan
meminjam kesempatan dikala menjura tadi dia lepaskan sebuah pukulan gelap
ketubuh lawan. Serangan ini boleh dibilang telah disertai dengan tenaga dalam hasil latihannya selama puluhan tahun, walaupun tanpa wujud dan tidak terdengar sedikit suara pun, namun
kekuatannya sanggup menghancurkan batu karang dan melukai orang tanpa terasa.
Kakek berbaju coklat itu memandang sekejap ke arahnya. kemudian menegur dengan
dingin. "Jadi kau masih merasa belum puas?"
Selesai mengucapkan perkataan tersebut- dia tidak menggubris orang-orang itu lagi,
mendadak kepalanya didongakkan dan memperdengarkan suara pekikan nyaring.
Suara pekikannya amat keras hingga menjulang tinggi menembusi awan, kemudian
memancar ke empat penjuru dan mendengung tiada hentinya.
Dalam anggapan Ma koan tojin semula dengan serangannya tersebut, kendatipun
pihak lawan memiliki tenaga dalam yang sempurna. namun tak siap. paling tidak
tubuhnya akan terpental mundur sejauh satu-dua langkah.
Kemudian dia akan menggunakan kesempatan itu untuk mundurkan diri, meminta
maaf dan tak usah kehilangan muka.
Siapa tahu pihak lawan hanya mengucapkan sepatah kata kemudian tidak
menggubrisnya lagi.
Tidak. serangan gelap yang dipancarkan olehnya bukan saja tidak menemukan tenaga
perlawanan juga tidak terasa hadangan apapun, seakan-akan lenyap tak berbekas
dengan begitu saja.
Sekarang dia baru terperanjat, buru-buru dia terperanjat, mundur untuk
menyelamatkan diri. Kakek berbaju coklat itu sama sekali tak acuh, pada hakekatnya
dia tak menganggap peristiwa tersebut sebagai suatu kejadian, bahkan melirik sekejap
pun tidak. Disaat inilah, dari empat penjuru berkumandang suara pekikan panjang yang saling
bersahut-sahutan, suara itu berasal dari tempat kejauhan sana.
Jelas, dengan pekikan panjangnya tadi, kakek berjubah coklat itu sedang
mengumpulkan para jagonya.
Ma koan tojin semakin terkesiap sesudah mendengar pekikan itu, hatinya dag dig dug
tak keruan, sedangkan Thi lo han Khong beng hwesio dan si Naga tua berekor botak To
Sam seng juga turut berubah muka.
Mereka bertiga saling berpandangan sekejap kemudian masing-masing mengundurkan
diri dan bergabung menjadi satu kelompok.
Tok si cuan, Tok Hayji dan lelaki bersenjata penggaris baja itu pun dapat merasakan
situasi yang tak menguntungkan, serentak mereka bersiap sedia pula menghadapi
segala kemungkinan yang tak di nginkan.
Dalam pada itu, Lok Khi telah meloloskan golok tipisnya yang berbentuk bola dan
digenggam dalam tangan, sementara tubuhnya masih tetap bersandar ditubuh Wi
Tiong-hong sembari berbisik:
"Engkoh Hong, nampaknya kita sudah berada dalam kepungan orang lain..."
Wi Tiong-hong manggut-manggut,
"Ya, nampaknya mereka adalah orang-orang dari Lam hay bun " tambahnya pelan.
Sementara berbicara, suara pekikan yang berkumandang disekeliling tempat itu kian
lama sudah kian mendekat, kemudian tampak empat sosok bayangan abuabu yang
meluncur tiba dengan kecepatan tinggi, dalam waktu singkat mereka sudah melayang
turun didepan kakek berbaju coklat itu.
Diatas punggung ke empat orang lelaki berpakaian ringkas warna coklat itu masing-
masing menggembol sebuah senjata yang berbentuk aneh, mereka berhenti dan
berdiri berjejer lebih kurang satu kaki dihadapan Kakek tersebut, tangannya lurus ke
bawah dengan wajah serius sikapnya menghormat sekali.
Kakek berbaju coklat itu manggut-manggut kepada mereka, lalu katanya pelan: "Toa
siocia tak ada disini, mari kira pergi."
Seusai berkata. dia mengulapkan tangannya dan kelima sosok bayangan manusia itu
bersama-sama melompat pergi dengan kecepatan luar biasa. Semua orang yang
berada diarena tak menyangka sama sekali kalau orang-orang itu akan berlalu dengan
begitu saja, padahal semua orang sudah merasakan ketegangan semenjak tadi.
Setelah mengalami nasib sial berulang kali pada hari ini, Ma koan lojin benar-benar
geram sekali, maka begitu sikakek berbaju coklat itu pergi, semua kemarahannya
segera dilimpahkan ke atas tubuh Tok Hay ji.
Dengan sorot mata berkilat dan bibir digertak kencang-kencang, serunya dengan suara
menyeramkan: "Hei, mengapa susiokmu pergi dengan begitu saja?"
Berbareng dengan ucapan itu, pelan-pelan dia bergerak mendekati Tok Hay-ji.
Thi Lohan Khong beng hwesio serta Naga tua berekor botak To Sam seng tak
ketinggalan serentak mereka pun bergerak maju,
Tok Hay-ji mendengus dingin, sahutnya: "Kenapa" Apakah kau masih ingin bertarung?"
Ma koan Tojin menyeringai seram: "Heehh ..heeehh.. heeehh, bila pinto membiarkan
kau berhasil mempertahankan diri sebanyak sepuluh jurus lagi mulai detik ini aku tak
akan bernama Ma koan dari bukit Hong san lagi."
Tok Hay-ji segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh, .haaahh...haahh.. tak usah kuatir, kali inipun aku tak akan membiarkan kau mampu bertahan sebanyak tiga gebrakan
lagi..." Sementara itu lelaki bersenjata penggaris-baja itu telah berkata kepada Tok si cuan
dengan kening berkerut:
"Kita tak punya banyak waktu lagi untuk ribut dengan mereka, siapa sih ketiga orang itu?"
Tok sicuan menuding orang-orang itu sambil menjawab.
"Dia adalah Makoan tojin dari bukit Hong san, dia adalah Thi lohan Khong beng hwesio dan dia adalah Naga tua berekor botak To Sam seng dari kota huan-yang."
"Apakah mereka termasuk manusia manusia yang punya nama?" tanya lelaki yang
bersenjata penggaris lagi.
"Tentu saja, mereka adalah manusia-manusia yang mempunyai nama besar dalam
dunia persilatan."
Pelan-pelan lelaki bersenjata penggaris baja itu mengangguk. "Jadi mereka pun datang lantaran Lou bun si tersebut?"
"Masa ditanya lagi?" sela Tok Hay-ji.
"Kalau begitu, mereka tak boleh dilepaskan dengan begitu saja."
"Yaa. tentu saja, bangsat-bangsat itu memang tak boleh dilepaskan dengan begitu
saja." seru Tok Hay-ji sambil tertawa.
Ma koan tojin adalah orang banyak curiga, selama ini ia dengarkan tanya jawab tiga
orang itu dan menyaksikan sikap mereka yang seolah-olah tidak memandang sebelah
matapun terhadap mereka bertiga, tanpa terasa ia berhenti sambil ucapnya dengan nada
menyeramkan: "Tahukah kalian, apakah kamipun akan melepaskan kalian dengan begitu saja?"
Lelaki bersenjata penggaris besi itu manggut-manggut, kemudian tertawa dingin.
"Heehh. .heeeh.. heeh... bagus, bagus sekali, kalau begitu mari kita mencoba bersama-sama, didalam tiga gebrakan kemudian, bila kalian membinasakan kami, tentu saja
kami tak akan banyak berbicara, sebaliknya bila dalam tiga gebrakan kemudian tak
mampu membunuh kami, heeehh... heehh . aku kuatir, kesempatan bagi kalian
bertiga, untuk melarikan diripun mungkin sudah tak ada."
Dengan kening berkerut kencang, mendadak si Naga tua berekor botak To Sam seng
membentak keras. "selamanya lohu tidak percaya dengan segala macam tahayul"
"Betul." sambung Ma koan tojin sambil tertawa seram, "paling banter, kalian toh akan mengandalkan bubuk beracun saja untuk merobohkan kami..."
"Kalau ingin bunuh, ayo kita bunuh sekarang, apagunanya banyak berbicara?"
sambung Thi lohan Khong beng hwesio pula dengan suara yang lantang sekali.
Tangan kanannya menggenggam dua bilah golok kecil dan menerjang maju kemuka,
sementara telapak tangan kirinya segera diayunkan kedepan membacok lelaki yang
bersenjata penggaris besi itu.
Tenaga pukulan yang dimiliki Thi lohan Khong beng hwesio benar-benar lihay sekali
begitu serangan dilontarkan. "weees" segulung angin serangannya yang dahsyat segera menggulung ditengah angkasa dan menyambar ke-muka dengan kecepatan
tinggi. Lelaki yang bersenjatakan penggaris besi itu tak berani menyambut dengan kekerasan,
cepat dia mengigos kesamping menghindarkan diri dari amukan serangan sedangkan
senjata penggaris bajanya langsung diayunkan kedepan mengetuk sikut hwesio tersebut.
Begitu kedua orang itu bertarung, Ma koan tojin dan Naga tua berekor botak To Sam
seng turut bergerak pula, masing- masing segera melepaskan sebuah pukulan dahsyat,
sementara tubuhnya menerjang kemuka menghantam tubuh Tok si cuan serta Tok
Hay-ji. Enam sosok bayangan manusia saling berpencar, bayangan cambuk. cahaya golok
segera menyelimuti seluruh angkasa.
Untuk saling memanfaatkan kesempatan dan waktu yang tersedia, begitu turun
tangan, ke dua belah pihak sama-sama mengeluarkan jurus serangan yang paling
tangguh. Lok Khi mendengus dingin setelah menyaksikan kesemuanya itu, sambil melengos
katanya. "Huuuh, pada hakekatnya mereka seolah-olah tidak memandang sebelah
matapun pada kita."
Wi Tiong hong segera tertawa lebar, "Ai orang lain tidak mengusik kita kenapa kita mesti marah " Mereka toh tidak mencari gara-gara pada kita bukankah hal ini justru
lebih menggirangkan ?"
Lok Khi segera mencibirkan bibirnya.
"Hmm, kau anggap mereka orang baik?" serunya, "Huh, mereka ingin cepat
membereskan lawannya, hal ini setengahnya dikarenakan kita."
"Apa maksudmu ?"
"Hal inipun tak pernah kau duga. perduli siapakah pihak lawannya, mereka hanya tahu cepat-cepat membereskan musuhnya agar bisa menghimpun kembali tenaga untuk
menghadapi kita."
Tak tahan lagi Wi Tiong hong segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Belum lagi bayangan Lou bun si ditemukan, orang-orang ini sudah saling bertarung mati-matian, betul-betul perbuatan yang bodoh."
Padahal orang-orang dari kedua belah pihak itu yang sama-sama bergunanya untuk
kita, biar aku suruh mereka berhenti bertarung lebih dulu."
"Kau bilang mereka berguna untuk kita?" tanya Wi Tiong-hong dengan wajah
keheranan. "Tentu saja berguna sekali...."
Berbicara sampai disitu, dia segera mendongakkan kepalanya sambil berteriak lantang.
"Hei, kalian semua harap berhenti dulu."
Teriakan yang merdu dan lembut itu tentu saja dapat didengar oleh enam orang yang
berada di arena, akan tetapi mereka ingin menyelesaikan pertarungan tersebut
secepatnya ketika itu, siapapun berhasrat untuk menghabisi lawannya secepat
mungkin, sudah barang tentu tidak ada yang mau menuruti perkataannya.
Melihat teriakannya sama sekali tak di gubris lawan, bahkan orang-orang itu masih
bertempur dengan sengit, mendongkol juga hati Lok Khi dibuatnya.
"Hmmmm, kalian benar-benar tidak memandang sebelah matapun terhadapku."
demikian ia berseru, "engkoh Hong. tunggu saja dahulu di tempat itu." katanya kemudian.
Dia segera menjejakkan kakinya dan sesosok bayangan manusia dengan kecepatan
luar segera menerjang ke tengah arena di mana ke enam orang itu sedang
melangsungkan pertarungan seru.
Belum lagi orangnya sampai "cri ing "dari tengah udara sudah melintas lewat
serentetan cahaya perak yang amat menyilaukan mata kemudian bagaikan tubuh dan
pedang melebur menjadi satu, dia meluncur ke muka dengan kecepatan yang
mengagumkan. "cri ing cri ing!" secepat sambaran petir gadis itu sudah menyambar lewat diantara tubuh ke enam orang itu.
Meskipun Wi Tiong hong sudah tahu kalau Lok Khi memiliki kepandaian silat yang
tinggi akan tetapi selamanya ia belum pernah menyaksikan gadis itu turun tangan
secara benar-benar, tertegun juga hatinya setelah menyaksikan kelihayan Lok Khi,
nona tersebut Diam-diam dia lantas memuji: "Anak murid Thian Sat-ilo benar-benar
luar biasa."
oooOOooo Bab-37 CAHAYA PERAK tiba-tiba sirap. kemudian terlihat Lok Khi telah menarik kembali golok
tipisnya dan melayang turun kembali ke atas permukaan tanah, sambil bertolak
pinggang ia mendengus dingin tiada hentinya.
"Hm, aku toh menyuruh kalian berhenti, sudah kalian dengar belum seruanku itu ?"
Dari enam orang yang bertempur, sebetulnya mereka terbagi dalam tiga bagian
pertarungan yang berbeda-beda, dalam sengitnya pertarungan itulah, mendadak
semua orang merasakan cahaya perak menyilaukan mata, tahu-tahu masing- masing
pihak merasa kena diserobot.
Untuk sesaat mereka menyangka kalau pihak lawan telah mendapat bantuan dari
rekannya sehingga buru buru mereka mengundurkan diri ke belakang.
Begitu ke enam orang i u didesak untuk mundur selangkah, seketika itu juga semua
pertarungan berhenti.
Menanti mereka sudah melihat jelas siapa gerangan musuhnya itu, barulah semua


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang merasa tertegun.
Ma-koan tojin, Thi lohan dan Naga tua berekor botak pernah menyaksikan bagaimana
Wi Tiong hong mematahkan serangan pisau terbang dari Thian Sat nlo ketika berada di
perusahaan An-wanpiaukiok tempo hari, mereka semua sudah tahu kalau pemuda itu
memiliki kepandaian silat yang lihay.
Akan tetapi siapa pun tidak menyangka kalau gadis bertampang jelek yang sama sekali
tidak menyolok disisi Wi Tiong hong, justru memiliki ilmu silat yang jauh lebih hebat
lagi. Lelaki bersenjata penggaris baja itu nampak tertegun. kemudian tanya nya dengan
suara rendah: "Siapa sih ke dua orang itu ?"
"Yang lelaki adalah Wi Tiong-hong, sedangkan yang perempuan itu tidak kuketahui
siapakah dia ?" jawab Tok Hay-ji.
Tok-si cuan yang pernah menyaru sebagai si Makhluk bertanduk tunggal Ku Tian-sun
mengenali siapakah kedua orang itu, buru buru dia menyambung dengan cepat:
"Wi Tiong hong adalah wakil pangcu dari perkumpulan Thi-pit-pang sekarang,
sedangkan yang perempuan adalah adik misannya bernama Lok Khi" Dalam pada itu,
Ma-koan tojin telah menjura sambil menegur.
"Li sicu benar-benar berilmu sangat tinggi, entah ada urusan apakah menyuruh kami berhenti bertarung" Harap sicu sudi menjelaskan, pinto pasti akan mendengarkan
dengan seksama."
Masih tetap bertolak pinggang, Lok Khi berkata: "Aku ingin bertanya kepada kalian, aku dan Piauko ku berdiri disini, sebetulnya sudah kalian lihat atau belum ?" Nadanya amat mendongkol.
Ma koan tojin dibuat tertegun oleh pertanyaan tersebut, tapi sebentar kemudian
sudah tertawa terbahak-bahak. kembali dia menjura kemudian baru ujarnya:
"Sejak Wi sauhiap dan li-sicu menampakkan diri, pinto sekalian sudah mengetahuinya, tentu saja tahu juga akan kehadiran kalian, cuma musuh besar berada di depan mata,
sehingga bila kami tidak menyapa kalian berdua, harap kalian sudi memaafkan "
"Yaa benar, apalagi Wi-lote pun sudah pernah membantu lohu sekalian untuk
meloloskan diri dari kepungan orang sewaktu berada diperusahaan An-wanpiau-kiok
tempo duu. . ." sambung Naga tua berekor botak sambil ketawa.
Tidak menunggu sampai mereka menyelesaikan kata-katanya, sambil tertawa dingin
Lok Khi telah menukas:
"Hmmm, dengan kedudukanmu si Naga tua berekor botak, kalian anggap pantas untuk
menyebut saudara dengan kakak misanku?"
Paras maka Naga tua berekor botak To Sam seng segera berobah hebat, tapi dia tetap
bersabar untuk menahan diri.
Sebaliknya Tok Hay-ji segera memanfaatkan kesempatan itu sambil tertawa terbahak-
bahak ejeknya: "Haaah .. . haaaahh . . . haaah. . . suatu dampratan yang tepat sekali, kau orang she To terhitung manusia macam apa ?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Naga tua berekor botak, tampaknya ia hendak
mengumbar hawa amarahnya lagi.
Lok Khi segera berpaling kearah Tok Hay ji dan mendamprat sambil mendengus.
"Hmmm, kau sendiri pun bukan manusia baik-baik "
"Bagaimana kalau kita berduel satu melawan satu?" tantang Tok Hay ji cepat.
"Hmmm " Lok Khi mendengus sinis, "aku tak akan takut menghadapi racunmu, akupun tak punya kesempatan untuk bertarung melawanku. Terus terang saja, kau masih
belum pantas untuk bertarung melawanku."
"Besar amat nada pembicaraan nona." kata lelaki bersenjata penggaris besi itu cepat,
"sekarang aku ingin bertanya kepadamu- sebenarnya ada urusan apa kau menyurut
kami berhenti bertarung ?"
Lok Khi menendang sekejap ke arahnya, kemudian katanya, "Apakah kau she Lu?"
Lelaki bersenjata penggaris itu tertawa terbahak-bahak. "Haah, haaah, haaah, aku
bukan she Lu, tapi julukanku menggunakan kata Lu."
"Aku tidak ambil perduli apakah she Lu atau julukanmu yang menggunakan kata Lu."
"Aku adalah Tok-lu-pan (Lu-pan beracun), ada urusan apa nona mencari diriku ?" tanya lelaki bersenjata penggaris besi itu.
Diam-diam Lok Khi mengangguk. sedang di luaran serunya setelah mendengus:
"Hmmm. siapa yang mencari kau" Aku hanya ingin bertanya kepada kalian, apa
sebabnya kalian bertarung mati-matian " Sebenarnya dikarenakan apa?"
Lu-pan beracun tertegun. "Pertanyaan dari nona sungguh mengherankan," sahutnya.
"apakah kalian berdua bukan datang untuk mencari orang-orang Ban-kiam hwee ?"
"Tentu saja kami datang untuk mencari mereka" jawab Lok Khi sambil tertawa,
"apakah kalian sudah menemukan orang-orang dari Ban kiam hwee itu ?"
"Aku baru saja datang, masih belum sempat melakukan pemeriksaan yang teliti."
"Hmmm, kalian datang mencari orang-orang Ban kiam bwee tak usah ditanya pun
sudah tahu kalau disebabkan Lou bun si, apakah kalian sudah berhasil mendapatkan
Lou bun si " Hmm, bayangannya saja belum kelihatan, kalian sudah saling beradu
jiwa?" "Menurut pendapat nona, apa yang harus kami lakukan sekarang ?" tanya Ma koan tojin,.
"Tadi, kalian berarti sudah mencari setengah harian lamanya, tapi dimanakah pintu masuk mereka belum juga ditemukan, bukankah demikian . . .?"
"Kalau begitu pembicaraan pinto sekalian sudah didengar semua oleh nona?"
"Buat apa ditanya lagi ?"
Kemudian sambil berpaling kearah Lupan beracun, terusnya. "Kau bernama Lupan
beracun, rupanya pintu masuk mereka sudah kau temukan bukan ?"
Lok Khi segera mendengus.
"Hmm, walau pun pintu alat rahasia yang digunakan Ban-kiam-hwe berasal dari Lam-
hay tapi setelah melewati banyak tahun, sudah dapat dibayangkan banyak perubahan
yang telah mereka lakukan, sekalipun kau berhasil menemukan pintu masuknya,
belum tentu bisa menembusi rintangan-rintangan yang ada."
"Perkataan nona memang benar, aku memang-mempunyai keyakinan yang terlalu
besar." Lok Khi segera menyapu mereka sekejap. kemudian setelah tertawa dingin katanya
lebih jauh: "Itulah dia, belum lagi pintu masuknya ditemukan, apalagi setelah menemukan pintu rahasia itu belum tentu bisa menembusinya, belum lagi harus bertarung melawan
orang orang Ban kiam-hwe dan memaksa congkoan pasukan pita hitam menyerahkan
Lou-bun-si tersebut kepada kalian, tapi sekarang kalian sudah saling bertarung sendiri untuk saling beradu jiwa, benar-benar satu perbuatan yang amat menggelikan."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ma koan tojin, dia saling berpandangan sekejap
dengan si Naga tua berekor botak, kemudian serunya sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaahh . . .haaahh . . . haaahh . . . . jadi nona mengharapkan agar kita saling bekerja sama?"
"Bekerja samakan jauh lebih baik daripada saling beradu jiwa tanpa hasil yang bisa diraih ?" jengek si nona dingin.
Thi lohan Khong beng hwesio tertawa nyaring.
"Bagus, cara ini memang bagus sekali." teriaknya, "bila Lou bun si berhasil kita temukan, kita bertiga rombongan baru saling menentukan siapa yang lebih unggul dan
berhak mendapatkan benda mestika tersebut . ."
Cepat-cepat Wi Tiong hong menjura, katanya: "Harap kalian jangan salah paham, aku dan adik misanku sama sekali tak berniat dengan Lou-bun-si tersebut."
"Lantas mau apa kalian datang kemari?" Tok Hay ji sambil membelalakkan matanya lebar-lebar, seakan-akan tidak percaya.
Dengan wajah serius, si anak muda itu berkata: "Aku hendak mencari congkoan
pasukan pita hitam dari Ban kiam hwee, dan memintanya agar membebaskan Ting ci
kang, Ting toako kami."
Mendengar itu, Thi lo han Khong beng-hwesio segera tertawa terbahak-bahak.
"Hahh . . .haah. . . haahh . . itu mah soal gampang, asal kita telah berhasil membekuk Chin congkoan, masa dia tak akan melepaskan orang ?"
Naga-tua berekor botak juga manggut berulang kali.
"Ya, betul Asal kita berhasil mengetahui pintu masuknya, siaute telah meninggalkan banyak kode rahasia disitu, aku percaya masih mampu untuk membungkam alat-alat
jebakan mereka."
Lok Khi segera berpaling ke arah Tok Lupan sambil bertanya. "Bagaimana dengan
kalian ?" "Soal ini tak bisa kuputuskan sendiri, harus kami rundingkan lebih dulu sebelum
memberi jawaban."
Maka Lu-pan beracun segera menjejak Tok si-cuan dan Tok Hay-ji untuk menyingkir
kesamping dan merundingkan persoalan itu dengan suara rendah, selang berapa saat
kemudian Lu-pan beracun baru berkata.
"Kami setuju"
"Apakah ingin meracuni kami secara diam-diam ?" ejek Naga tua berekor botak sambil tertawa dingin.
"Setelah kami menyatakan kesanggupan kerja sama, tentu saja tak akan melakukan
perbuatan semacam itu, dan lagi apa yang diucapkan tak akan dilanggar."
"Sekalipun dilanggar juga tak menjadi soal, aku punya obat penawarnya..." sambung Lok-Khi cepat.
Dari dalam sakunya dia keluarkan dua buah botol kecil dan segera diperlihatkan ke
semua orang "Kalian tak usah kuatir." cepat Tok si cuan menimbrung. "obat penawar yang berada ditangan Lok lihiap adalah benda milikku."
"Tentu saja kami percaya penuh kepada Li sicu" sahut Ma koan tojin cepat.
"Suduh cukup, sekarang kita sudah selesai berunding, maka Tok Lupan harus mulai
memperlihatkan kelihayannya." seru Lok Khi.
Lupan beracun manggut-manggut, dengan membawa senjata penggaris besinya dia
mundur sampai beberapa langkah, kemudian memperlihatkan sekeliling tempat itu
dengan seksama.
Mendadak dia melompat naik keatas sebatang pohon besar, tangannya menekan
dahan pohon tersebut satu kelilingan, lalu matanya celingukan kesana kemari.
Lebih kurang satu perminuman teh kemudian dia baru menggelengkan kepalanya
beruang kali sambil melompat turun.
Tok Hay ji yang menyaksikan kejadian tersebut, tak tahan lagi segera berseru. "Lu suko, adakah kau telah menemui sesuatu."
Lupan beracun tidak menjawab tapi selangkah demi selangkah berjalan menuju
ketimur, ratusan langkah kemudian berbalik menuju kearah selatan, lalu memasuki
sebuah sekat lebar kearah selatan sana,
Akan tetapi belum sampai berapa jauh, dia telah menggelengkan kepalanya sambil
berjalan kembali.
Kemudian setelah berpikir sebentar, dengan cepat dia berjalan lurus menuju kearah
batu besar di mana Wi Tiong hong berdua menyembunyikan diri tadi, tanpa
mengucapkan Sepatah katapun dia mengukur Sekeliling batu besar tadi dengan
penggaris besinya setelah itu berjalan kembali menuju kepohon besar.
Wi Tiong hong yang menyaksikan orang itu hanya sibuk sambil menghitung tiada
hentinya, diam-diam merasa keheranan, segera pikirnya didalam hati.
"pintu rahasia itu berada disini, mengandalkan hitungan kakimu saja, masa mereka
bisa ditemukan ?"
Tampaknya Tok Hay-ji juga tak sabar lagi, segera dia menegur kembali. "Lu suko,
sebenarnya apa yang terjadi ?"
Tok-si cuan segera mengulangi perbuatan rekannya itu, dia berkata. "Dia sedang
menghitung, jangan kau ganggu jalan pemikirannya."
-oooOOooo- SEMENTARA itu Lu pan beracun telah berjalan balik dari pohon besar itu, dia
menuding kearah batuan cadas tersebut dengan penggaris besinya, kemudian berkata:
"Coba siapakah diantara kalian yang bersedia menyingkirkan batu- batu cadas itu,
coba diperiksa apakah didalamnya terdapat gelang besinya ?"
"Biar pinceng yang mencoba." Khong beng hwesio segera berseru dengan cepat.
Sambil berkata, dia berjongkok dan telapak tangannya pelan-pelan ditolak kearah
depan. Tenaga pukulannya memang hebat sekali, tampak batuan cadas yang besar
kecil bertumpuk menjadi satu itu segera terdorong pergi dari posisinya semula oleh
dorongan pukulan tangannya itu.
Dari atas permukaan tanah muncul pula batuan cadas lain dalam jumlah yang lebih
banyak. Sorot mata semua oraag telah tertuju keatas batu cadas tersebut, tapi kecuali batuan
cadas, disitu tak ditemukan gelang besi macam apa pun. . .
Melihat hal itu, Lu pan beracun bergumam: "Masa keliru" seharusnya disinilah
letaknya."
Dengan mempergunakan penggaris besi itu dia melakukan pemeriksaan lagi disekitar
batu cadas tersebut, tapi kemudian sambil menggelengkan kepalanya dia segera
berlalu dan mendekati pohon besar tersebut.
Dengan penggaris besi, kembali dia mengetuk badan pohon tadi, kembali ujarnya:
"Siapakah diantara kalian yang bersedia untuk mencabut pohon itu dan diperiksa
bawahnya ?"
"Apakah dibawah pohon ada gelang besinya?" tanya si Naga tua berekor botak.
"Harus diperiksa dulu baru ketahuan."
"Baik, lohu akan mencabutnya untuk diperiksa."
Pohon besar itu tingginya mencapai berapa kaki, dengan sepasang tangan memeluk
dahan pohon kencang kencang, dia segera menggoyangkannya beberapa kali, lalu
sambil membentak:
"Naik!" Pohon besar itu berikut akar-akarnya segera tercabut keluar dari atas tanah.
Dengan penggaris besinya Lupaa beracun menggali seputar tanah bekas pohon, tapi
sesaat kemudian dia sudah berdiri, katanya sambil menggeleng gelengkan kepalanya:
"Pintu masuk mereka tidak berada disini."
Dengan amat kecewa Tok Hay ji berseru: "Tidak mungkin salah, tempo hari sudah jelas aku berjalan keluar dari rumah gubuk mereka."
"Rumah gubuk?" Lu pan beracun melototkan matanya, "ditempat ini ada sebuah
rumah gubuknya ?"
"Yaa, benar Rumah gubuk itu berada disekitar sini, tapi sekarang sudah mereka
bongkar dan tak ditemukan lagi bekas-bekasnya."
"Mengapa tidak kau katakan sedari tadi ?"
"Rumah gubuknya sudah dibongkar sehingga sama sekali tak ditemukan lagi bekas-
bekasnya, sekalipun dibicarakan apalah gunanya ?"
"Tentu saja ada gunanya."
Begitu selesai berkata, dia mulai menghitung lagi dengan cermat, lalu sambil
berkemak-kemik menghitung angka, dia berjalan masuk kedalam hutan kecil disisi
bukit, disitulah dia berhenti.
Kemudian dari sakunya dia mengeluarkan sebuah kompas kecil yang diletakkan di
tanah dan diamati setengah harian lamanya. Mendadak ia tertawa tergelak. serunya:
"Haah .. .haah. . . haah . .rumah gubuk itu seharusnya berada disini Kalian segera turun tangan dan mencabut keluar dua baris pepohonan yang ada dideretan paling
belakang."
Yang dimaksudkan dengan dua baris pepohonan itu, paling tidak berjUmlah dua-tiga
puluh batang pohon lebih. Tok Hay ji segera berseru. "Lo suko, kali ini kau tidak bakal salah menghitung ?""
"Kalau tidak percaya, coba saja untuk mencabut salah satu diantaranya "
Tok Hay ji segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau aku mah tidak memiliki tenaga kerbau sebesar itu ?" serunya.
"Asal kau sudah mencobanya sendiri, maka akan segera kau pahami keteranganku
itu." "Baiklah, akan segera kucoba."
Selesai berkata, dia berjalan mendekati sebatang pohon besar yang berada disebelah
kiri, kemudian menyalurkan tenaga dalamnya . ke dalam tangan, sekuat tenaga dia
mencabut keluar batang pohon tersebut.
Siapa tahu pohon besar itu pada hakekatnya tidak membutuhkan tenaga sebesar itu
untuk mencabutnya keluar, bahkan karena kelewat bertenaga sehingga hampir saja
tubuhnya jatuh terjengkang ke atas tanah.
Dengan gugup dia menahan diri sambil menundukkan kepalanya, ternyata akar pohon
tersebut berikut segumpal tanah lumpur ditanam dengan begitu saja disitu, jelas
merupakan batang pohon yang sengaja dipindah dari tempat lain untuk di tanam di
situ. Dengan sangat keheranan dia lantas mengangkat kepalanya seraya bertanya: "Lu suko, tampaknya pohon itu belum begitu lama di tanam di sini ?"
Lu pan beracun tertawa dingin.
"Heeh . .. heehh . . heeh .. .hampir saja kita ditipu mereka habis-habisan, jelas dua baris pohon yang berjumlah dua puluh tujuh batang itu baru saja dipindahkan kesitu
beberapa hari berselang, ini berani rumah gubuk yang kau maksudkan berada disitu
pula pada mulanya."
Seperti baru saja memahami akan sesuatu, Tok Hay ji segera berseru tertahan:
"Tak heran kalau kira tak berhasil menemukan rumah gubuk itu, rupanya bekas
tempat gubuk itu sudah ditanami pohon, Aai . . tapi apakah hubungannya antara
persoalan ini dengan pintu rahasia mereka. .?"
Lu pan beracun tidak menggubris pertanyaan itu, dia mengangkat kepalanya dan
berkata kepada semua orang.
"Sekarang waktu sudah tidak pagi lagi, lebih baik kalau saudara sekalian segera turun tangan untuk mencabuti deretan pepohonan di belakang situ, dengan demikian aku
baru bisa mulai menghitung di manakah letak rumah gubuk mereka."
Mendengar perkataan itu, semua orang segera turun tangan dan mencabuti dua baris
pepohonan pada deretan paling belakang.
Dengan satu tangan memegang kompas untuk menentukan mata angin, tiada
hentinya Lu pan beracun mengukur liang liang bekas pepohonan tersebut dengan
penggarisnya. Sepertanak nasi kemudian, dia mulai melukis bentuk rumah gubuk diatas tanah,
kemudian baru tanyanya.
"Coba kalian perhatikan, apakah rumah gubuk itu berbentuk demikian. .. ?"
Betapa kagumnya Wi Tiong hong setelah di lihatnya letak rumah gubuk. besar kecilnya
maupun bentuknya persis seperti apa yang pernah dia saksikan dengan mata kepala
sendiri. Buru-buru dia mengangguk.
"Benar, rumah gubuk yang siaute lihat memang berbentuk demikian, sama sekali tak
salah." Ma-koan tojin sendiripun berseru dengan wajah kaget.
"Benar, ketika pinto melakukan penyelidikan pada malam itu, memang disinilah letak rumah gubuk tersebut."
Lu-pan beracun segera tertawa ter-bahak2, "Haaahhh .. . haaahhh .. . haahh : .. itulah dia " ia berseru.
Dengan langkah lebar dia berjalan menuju ke salah satu liang tanah, kemudian
merogoh liang tadi dengan tangan kirinya.
Siapa tahu begitu tangannya dirogohkan ke dalam liang, mendadak ia menjerit kaget
dan cepat cepat ia menarik kembali tangannya.
OooooO Bab-38 DENGAN cepat semua orang mengalihkan sorot matanya, ternyata pada jari telunjuk
tangan kiri Lu pan beracun telah membawa sebuah makhluk hidup,
Rupanya makhluk hidup itu adalah kura-kura kecil berwarna coklat, kura-kura tersebut
menggigit jari tangannya kencang- kencang, sementara kepala maupun ke empat
anggota badannya telah ditarik masuk kedalan kulit kerasnya.
"Aaah . . .ci-liantok ku (kura-kura beracun bergaris merah)" jerit Tok si cun kaget, Saking sakitnya paras muka Lu pan beracun telah berubah pula menjadi hebat sekali,
dengan cepat ia menginjak keras kulit keras kura-kura tersebut, kemudian menarik


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan kirinya dengan sepenuh tenaga.
Ternyata kura-kura kecil itupun mengigit jari tangannya mati-matian, sekali pun sudah
kena terbetot keluar, sepasang matanya yang kecil berwarna merah pun sudah
mendelik besar, namun gigitannya sama sekali tidak menjadi kendor.
Tindakan yang diambil Lu-pan beracun amat cepat sekali, sambil menahan rasa sakit
dia menarik tangan kirinya sehingga kepala kura-kura itu turut terbetot keluar,
kemudian penggaris besi ditangan kanannya secepat kilat menghantam leher kura-
kura tersebut hingga putus menjadi dua bagian.
Darah kental segera berhamburan kemana mana, kepala kura-kura itu kena dibabat
sampai putus jadi dua, namun kepalanya yang menggigit jari tangan Lu pan beracun
belum juga mau dilepaskan.
Terpaksa Lu pan beracun menggunakan sebilah pisau kecil dari sakunya kemudian
mencongkel mulutnya dengan gigi yang tajam sebelum berhasil melepaskan diri dari
gigitan. Dalam waktu singkat, mulut lukanya itu telah berubah warna menjadi hitam pekat
sementara jari tangannya makin lima turut membesar berlipat ganda.
Tidak sempat berbicara lagi, Lu pan beracun merogoh ke dalam sakunya dan
mengeluarkan sebuah botol kecil, membuka penutup botolnya dengan gigitan, lalu
menuang bubuk obat tersebut ke dalam mulutnya.
Selesai minum obat, dia baru mendengus dingin seraya berkata:
"Benar-benar suatu perbuatan yang amat keji, rupanya mereka sudah
memperhitungkan kalau aku bakal datang kemari, maka sengaja mereka persiapkan
kura-kura beracun bergaris merah dalam liang pohon itu, hmmm.. sekali pun ada kura-
kura beracun bergaris merah, memangnya mereka mampu mengapa-apakan diriku ?"
Orang-orang yang berasal dari Tok see sia tentu saja tak takut makhluk beracun, tetapi semua adegan tersebut cukup membuat ciut hati Ma koan tojin dan Wi Tiong hong
sekalian. "Lu suko, apakah dibawah situ ada gelang besinya ?" tanya Tok Hay ji kemudian.
"Menurut pendapatmu. mungkinkah ada gelang besinya ?" Lu pan beracun balik
bertanya. "Waah, kalau begitu kitakan tak bakal berhasil menemukan pintu masuknya ?"
Lu pan beracun tidak menjawab, dia hanya termenung sambil membungkam.
Mendadak dari belakang tubuh mereka berkumandang seruan seorang dengan nada
dingin. "Tujuh langkah ke kiri, tiga belas mundur ke belakang melompat sembilan depa,
gelang tersebut akan temukan."
Meskipun suarnya dingin tapi kedengaran merdu, jelas berasal dari suara seorang
gadis. Waktu itu, semua orang sedang memusatkan perhatiannya kearah Lu pan beracun,
siapa pun tidak memperhatikan belakang tubuh mereka, ketika mendengar ada suara
pembicaraan orang, buru-buru dia membalikkan badannya sambil memeriksa.
Lebih kurang dua kaki dibawah pohon, tampak seorang gadis berbaju hijau sedang
berdiri anggun disitu.
Ma-koan tojin Thi-lohan Khong Beng hwesio dan naga tua berekor botak menjadi
terkesiap sekali.
Lu pan beracun membelalakan matanya lebar-lebar dan menatap lawan tanpa
berkedip. sebaliknya Lok Khi segera mendengus dan melengos ke arah lain-..
Kemunculan nona berbaju hijau itu sama sekali tidak mengagetkan atau
mengherankan, sebab berita tentang terjatuhnya Lou bun si ke tangan orang orang
Ban kiam hwe sudah tersebar luas dalam dunia persilatan, tentu saja orang-orang akan
berbondong bondong datang kesitu.
Tapi yang membuat mereka terkejut adalah kemunculan si nona berbaju hijau sampai
pada jarak dua kaki dibelakang mereka, ternyata tidak diketahui oleh siapapun, dari
sini dapat diketahui kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki pihak lawan luar biasa sekali
"Apakah yang kau maksudkan adalah gelang besi untuk membuka pintu rahasia ?"
seru Tok Hay-ji kemudian.
Nona berbaju hijau itu mendengus dingin "Hmm, apakah kalian bukan mencari gelang
besi tersebut ?"
Tok Hay-ji segera berpaling ke arah rekannya sambil berseru, "Lu suko, biar aku pergi mencarinya, coba kita lihat apakah yang dia ucapkan itu benar ?"
Lu pan beracun tidak menjawab, dia hanya menggunakan kompasnya untuk
membetulkan arah, setelah itu serunya dengan terperanjat.
"Seandainya gelang besi tersebut berada disitu, seharusnya tempat itu merupakan
pintu mati."
"Hmmm, kau anggap mereka bisa meninggalkan pintu hidup buat kalian, sebelum
pergi dari sini?" jengek si nona dingin.
Dalam pada itu Tok Hay ji telah mengikuti petunjuk nona berbaju hijau itu berjalan
tujuh langkah ke kiri, tiga belas langkah mundur kebelakang dan persis mundur
dibawah sebatang pohon yang besar.
Dengan suara lantang dia lantas bertanya: "Apakah gelang besi itu berada diatas
pohon?" "Buat apa mesti ditanya lagi?" jawab nona itu lagi dingin.
Tok Hay ji segera melompat setinggi sembilan depa. dimana persis merupakan cabang
dahan pohon yang tertutup rapat oleh ranting maupun dedaunan. Sambil menerobos
masuk kedalam, Tok Hay ji segera berteriak dengan suara lantang: "Lu suko, disini benar- benar terdapat gelang besinya."
Lu pan beracun segera mendongakkan kepalanya sambil berseru.
"Kanan berputar tiga kali, terbuka pemandangan seram. berputar lima kali ke kiri, tidak luka tentu mampus."
"Hei, Lu suko, apa yang kau katakan?"
"Putarlah tiga kali ke kanan, lalu putar lagi kesebelah kiri."
"Baik" sahut Tok Hay-ji.
Dia segera melakukan apa yang diperintahkan.
Mendadak dari tujuh delapan kaki di arah barat laut segera berkumandang suara
gemerincing nyaring.
Suara gemerincingan itu berasal dari dalam dasar tanah saja, tidak begitu keras tapi
dapat terdengar nyata.
Tapi Ma koan lojin dan Lu pan beracun sekalian memiliki ketajaman pendengaran yang
luar biasa, begitu mendengar suara tersebut, sorot mata mereka segera dialihkan
kearah mana berasalnya suara tersebut.
Ternyata suara itu berasal dari semak belukar diatas sebuah tumpukan batu cadas.
Waktu itu tumpukan batu cadas yang berada dibagian tengah itu sedang pelan-pelan
bergeser kebelakang, kemudian muncul ah sebuah lapisan batu cadas.
Wi Tiong hong yang menyaksikan kejadian itu diam diam merasaamat kagum, pikirnya:
"Pintu masuk menuju keperut bukit ini benar-benar dibuat amat sempurna seandainya tidak ada petunjuk dari nona berbaju hijau itu, mungkin Lu pan beracun sendiripun
tidak mudah untuk menemukannya. . oooh, sewaktu aku dibawa keluar dari dalam
tanah dengan mata tertutup dulu, apakah tempat ini juga yang telah kulewati ?"
Sementara itu Naga tua berekor botak To sam seng telah tertawa terbahak-bahak,
kemudian serunya:
"Benar, benar, menurut ingatan siaute tak bakal salah lagi, malam itu seharusnya aku memang keluar dari situ."
Selesai berkata dia lantas maju lebih dulu.
Ma koan tojin, Thi lohan Khong-beng hwesio serentak turut maju kedepan, tapi baru
saja mencapai dua kaki dari lapisan batu besi itu, mereka berhenti sendiri.
Tok Hay-ji yang berada di pohon juga segera melompat turun kuatir ketinggalan dia
berebut didepan naga tua berekor botak dan slap menerjang lebih kemuka.
"Cepat berhenti" mendadak Lu pan membentak.
Dalam tertegunnya Tok Hay-ji berdiri melongo, untung Lu pan beracun yang berada
dibelakangnya segera menariknya dari situ, kemudian dengan cepat dia mengambil
sebutir batu, ditimpuk kearah batu datar tadi dan cepat-cepat menjatuhkan diri
menggelinding ke samping.
Batu itu menggelinding kemuka menimbulkan suara nyaring, ternyata perhitungan Lu
pan beracun tepat sekali, ketika menggelinding sampai dimuka lapisan batu cadas
tersebut daya mengglindingnya habis dan berhenti dengan sendirinya.
Didalam anggapan Tok Hay-ji, Lu sukonya hendak menggunakan batu besar itu untuk
membuka pintu, maka melihat batu itu berhenti tepat diatas pintu, diapun berseru:
"Lu suko, biar aku..."
Belum selesai dia berkata, kembali terdengar suara gemerincingan nyaring
berkumandang memecahkan keheningan, mendadak batu besar itu menyusup
kedalam tanah dan muncul ah sebuah mulut gUa.
Begitu mulut gua itu muncul, suara desingan angin tajam pun bergema memecahkan
keheningan, segulung panah beracun segera berhamburan keluar dari balik pintu itu
dan meliputi wilayah seluas satu kaki lima enam depa lebarnya.
Seandainya ada orang yang mendekat secara gegabah, dibawah terjangan panah-
panah beracun yang meluncur cepat itu, sudah pasti jarang ada yang berhasil
meloloskan diri.
Saking terkejutnya Tok Hay-ji sampai mundur sejauh beberapa langkah, teriaknya
tertahan: "Maknya, tak heran kalau pintu ini di namakan pintu kematian."
Sementara itu, Lok Khi yang menyaksikan Ma-koan tojin sekalian bertiga berhenti
sendiri setelah tiba dua kaki dari lapisan batu cadas itu, seakan-akan mereka sudah
tahu kalau dari balik mulut gua bakal menyembur keluar senjata rahasia,
kecurigaannya segera membara, dengan suara lirih dia berbisik:
"Engkoh Hong, tampaknya si hidung kerbau sekalian seperti telah tahu kalau disitu terdapat alat rahasianya."
"Mungkin mereka menyaksikan lapisan batu itu belum juga membuka, maka tak
berani sembarangan bergerak."
Dalam pada itu, Lu-pan beracun telah beranjak maju lebih dulu, sepanjang jalan dia
menyingkirkan panah panah beracun itu dengan mempergunakan senjata penggaris
besinya, kemudian setelah meneliti sekejap sekeliling gua itu, dia baru berpaling
sambil berkata:
"Sekarang kalian boleh masuk. bukankah kalian sudah bilang kalau sepanjang lorong telah ditinggali tanda rahasia ?"
"Benar" sahut Naga tua berekor botak To Sam seng, "ketika siaute keluar dari lorong rahasia, diam-diam telah kutinggalkan tanda rahasia disitu, biarlah siaute yang akan
membawa jalan untuk kalian."
Selesai berkata, dia lantas memandang sekejap ke arah Ma koan tojin dan Thi lohan
sekalian, kemudian tanpa sangsi lagi dia berjalan-lebih dahulu memasuki gua tersebut.
Ma koan lojin dan Thi Lohan tanpa ragu-ragu segera mengikuti di belakangnya masuk
ke dalam gua. Tiba-tiba sekulum senyuman menghiasi wajah Tok Hay-ji, tapi Lu-pan beracun melotot
sekejap ke arahnya dan turut menuruni anak tangga gua tersebut.
Ketika Lok Khi menyaksikan semua orang sudah masuk ke dalam lorong rahasia
tersebut buru-buru dia berseru.
"Engkoh Hong, mari cepat kita menyusul mereka."
Belum sempat Wi Tiong hong beranjak pergi, mendadak terdengar gadis berbaju hijau
itu berseru: "Tunggu sebentar."
Dengan tanpa terasa anak muda itu berhenti. "Nona, kau masih ada petunjuk apa
lagi ?" tanyanya.
Dengan sorot mata yang hangat dan mesra gadis berbaju hijau itu memandang
sekejap ke wajah Wi Tiong hong lalu tertawa.
"Biarkan mereka masuk lebih dulu, sebentar akupun hendak masuk ke dalam, aku
akan menjadi petunjuk jalan bagi kalian."
Lok Khi yang mendengar perkataan itu segera mencibirkan bibirnya, kemudian
mendengus. "Hmmm, engkoh Hong, orang lain toh sudah siap menemani dirimu, kalau
begitu biarlah aku pergi dulu."
Selesai berkata seperti segulung hembusan angin dia sudah lari menuju ke mulut gua.
Wi Tiong hong tahu, gadis berbaju hijau itu menyuruh dia menunggu sebentar pasti
disebabkan suatu persoalan, maka cepat-cepat dia berteriak keras. "Adikku harap
tunggu sebentar."
Waktu itu Lok Khi sudah tiba di mulut gua ketika dilihatnya Wi Tiong-hong masih ragu
dan sama sekali tidak menyusulnya dia menjadi semakin mendongkol serunya
kemudian dengan gemas.
"Baik biar aku saja yang menyingkir agar kalian punya kesempatan untuk berduaan,
aku... aku tak usah kau urusi lagi..."
Selesai berkata, dengan cepatnya dia sudah menyelinap masuk kedalam gua tersebut.
"Adikku adalah seorang gadis yang berwatak kasar, harap nona sudi memaafkan."
buru-buru Wi Tiong hong berseru kemudian.
Seusai berkata, dia pun membalikkan badan dan siap menyusul kedalam gua tersebut.
Merah padam selembar wajah gadis berbaju hijau itu karena jengah, mendadak
bentaknya lagi dengan suara dingin: "Eeeh, tunggu sebentar."
Ketika Wi Tiong hong lihat Lok Khi sudah turun ke dalam gua, hatinya makin gelisah
akan tetapi setelah mendengar suara bentakan dari gadis berbaju hijau itu, mau tak
mau dia berhenti juga , katanya seraya berpaling.
"Nona..."
Selangkah demi selangkah nona berbaju hijau itu berjalan mendekat, tidak menanti
pemuda itu berbicara, sambil tertawa dia telan mendongakkan kepalanya sembari
berkata: "Aku mengetahui kalau hatimu sangat gelisah, bukan demikian ?"
"Adikku sudah masuk ke dalam lorong rahasia, kemungkinan besar jiwanya akan
terancam, tentu saja aku harus menyusulnya."
Nona berbaju hijau itu segera menarik kembali senyuman, lalu berkata dengan sedih.
"Tampaknya kau si kakak misan baik juga hatinya "
Setelah berhenti sejenak. mendadak paras mukanya berubah menjadi dingin,
kemudian bayangan hijau berkelebat lewat, ia sudah melewati disamping Wi Tiong
hong dan menuju ke depan pintu gua, katanya dingin.
"Mari, ikut aku."
Sambil menjinjingnya dengan cepat dia telah menuruni lorong rahasia tersebut.
Memandang wajah si nona yang sebentar tertawa ringan, sebentar dingin dan kaku,
diam-diam Wi Tiong hong menggelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya. "Watak
nona ini gampang berubah-ubah, tampaknya sukar amat untuk menghadapinya."
Sementara ia masih tertegun, nona berbaju hijau itu sudah menuruni sepuluh undakan
lebih, dari dalam gua terdengar dia sedang menegur dengan suara dingin: "Hei,
mengapa kau tidak turun ?"
Buru-buru Wi Tiong hong membungkukan badan dan menerobos masuk ke dalam
lorong rahasia tersebut, baru beberapa langkah, ia sudah menyaksikan gadis berbaju
hijau itu dengan membawa sebutir mutiara yang memancarkan cahaya tajam sedang
berdiri menanti di situ.
Di dalam gua yang gelap terpancar segulung mutiara yang lembut dan melapisi nona
berbaju hijau itu dibalik lingkaran sinar mutiara, hal ini membuat gadis itu nampak
lebih cantik dan menawan hati, sedemikian cantiknya sehingga terasa agak misterius.
Wi Tiong hong tak berani memandang terlalu lama, cepat-cepat dia menuruni anak
tangga lorong tersebut.
Pelan-pelan cahaya mutiara itu bergeser, gadis berbaju hijau itu bagaikan bak
sekuntum awan sedang pelan-pelan bergerak turun kebawah.
"Sudah kau lihat namaku yang tercantum dalam botol kemala yang kuberikan
kepadamu tempo hari?" mendadak gadis berbaju hijau itu bertanya memecahkan
keheningan. Wi Tiong-hong tidak menyangka kalau gadis itu bakal menanyakan tentang botol
perselen tersebut, terutama nama yang terukir di atasnya, dengan wajah memerah
karena jengah segera sahutnya: "Melihat sih sudah melihat."
"Tapi kau tidak tahu kalau itu namaku bukan" sekalipun demikian kau toh sudah tahu bahwa aku she Su .. . Hmmm." Di tengah ucapan tersebut, mendadak dia mendengus
dingin lalu mendamprat keras: "Benar-benar bedebah."
Wi Tiong hong tertegun, baru saja bicara secara baik-baik, mengapa gadis itu
mendengus secara tiba-tiba.
Sementara itu Su Siau-hui telah mendekatkan mutiaranya ke atas dinding gua,
kemudian katanya:
"coba kau lihat, bukankah tanda tersebut merupakan tanda rahasia yang ditinggalkan tua bangka she To itu ?"
Mengikuti arah yang ditunjuk. Wi Tiong-hong segera menyaksikan sebuah guratan
kuku diatas dinding batu tersebut, guratan itu melengkung seperti Cacing, tapi kalau
diperhatikan lebih seksama, bentuknya persis seperti seekor naga terbang.
Sebagaimana diketahui To Sam-seng berjulukan Naga tua berekor botak, tentu saja
naga terbang itu merupakan kode rahasianya. Terdengar nona Su Siau hui berkata lagi.
"Kalau bukan dia yang sengaja hendak memancing semua orang masuk jebakan, sudah
pasti orang lain yang sengaja membiarkan dia meninggalkan kode rahasia tersebut
agar dia masuk perangkap."
"Kini mereka sudah menuju keperangkap?" seru Wi Tiong-hong dengan perasaan
terperanjat, "kalau begitu Lu-pan beracun sekalian juga sudah terangkap?"
Kembali Su Siau hui mendengus dingin, "Kau maksudkan manusia yang membawa
penggaris besi itu" Hmm. dari mana dia bisa menduga akan perubahan yang terdapat
di balik kesemuanya ini ?"
Wi Tiong hong menjadi teringat kembali akan perkataan dari Tok si cuan tentang
peralatan rahasia yang dipakai orang orang Ban-kiam-hwee, konon peta lukisannya
berasal dari Lam-hay-bun seandainya ucapan itu benar, berarti gadis inipun
mengetahui tentang peralatan rahasia tersebut.
Terdengar Su Siau hui berkata lebih jauh.
"Bukankah tadi sudah kukatakan bahwa pintu ini adalah pintu mati " Bila dia mengikuti cara lewat pintu kematian untuk masuk dari sini, dari pintu ini, tentu saja hal tersebut tak salah lagi. Tapi alat rahasia yang dipasang ditempat ini justeru saling berlawanan meski satu sama lainnya saling berkaitan bagaimana mungkin dia bisa menghitungnya
menurut cara perhitungan itum . , ." kalau orang lain memang sengaja hendak
memancingmu masuk jebakan, sekalian menurut perhitunganmu jalan yang dilalui
benar, toh disiapkan memang sengaja diatur demikian."
"Apakah kita masih dapat menyusulnya?" tanya Wi-Tiong hong dengan perasaan
gelisah. Su Siau-hui mendengus, "Hmm, ikutilah diriku."
Tempat itu merupakan sebuah lorong sempit yang luasnya cuma berapa depa,
jalannya berliku-liku dan menjulang terus ke dalam.
Su Siau-hui dengan membawa mutiara ditangan berjalan amat cepat sekali di muka,
sedangkan Wi Tiong hong mengikuti dibelakangnya, sekalipun dia telah mengerahkan
segenap kemampuannya untuk memandang, apa yang dilihatpun cuma memandang
sebatas dua kaki saja.


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lorong sempit itu amat sepi seperti sebuah lorong buntu, tiada cabang atau
persimpangan jalan lainnya.
Mereka berdua sudah berjalan sekian lama dengan kecepatan tinggi, namun dari
depan sana belum nampak juga bayangan tubuh dari rombongan yang telah masuk
lebih dulu tadi, kenyataan ini membuat Wi Tiong-hong merasa gelisah sekali.
Sementara perjalanan masih berlangsung dengan cepat, tiba-tiba Su Siau hui berhenti.
Wi Tiong-hong tidak menyangka kalau gadis itu akan berhenti secara tiba-tiba, hampir
saja dia menubruk tubuh gadis tersebut.
Mendadak Su Su Siau hui menarik tangannya sambil berbisik. "cepat kemari."
Dia lantas menyelinap ke samping dan menyembunyikan diri kebalik celah-celah batu.
Wi Tiong hong tertegun lalu cepat-cepat ikut menyelinap ke samping, ternyata di balik
tikungan sana terdapat sebuah lorong kecil yang bercabang ke samping, andaikata Si
Siau hui tidak menyelinap kesana lebih dulu, siapa pun tak akan menyangka kalau
disana ada lorong kecil yang menyabang.
Pada saat itulah dari depan situ berkumandang suara bentakan nyaring: "Siapa
disana ?" Sesosok bayangan manusia menghadang di tengah jalan, dibalik kegelapan tampak
setitik cahaya pedang berkelebat lewat langsung menusuk ke dada Su Siau-hui.
"Hati-hati nona " seru Wi Tiong hong cepat. Sambil tertawa Su Siau-hui berpaling, lalu sahutnya:
"Tidak mengapa, aku sudah menduga kalau ditempat ini bakal menjumpai
penghadangan."
Belum selesai dia berkata, tangan kirinya sudah menyentil pelan ke muka, "cring"
sentilan tersebut persis menghajar di atas pedang orang itu sehingga tusukannya
miring ke samping dan melesat sampai beberapa depa jauhnya.
Wi Tiong-hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi terperanjat, pikirnya:
"Kepandaian apaan itu" sementara masih berpaling dan bercakap-cakap denganku, dia bisa menyentil secepat itu. tampaknya ilmu silat Lam hay bun tidak boleh dianggap
enteng" . 000oooo000 Bab-39 YANG melakukan penghadangan itu seorang lelaki berbaju hitam yang bertubuh kecil
dan pendek. ketika tusukan pedangnya berhasil disentil oleh Su Siau hui sehingga
miring kesamping, dia nampak agak tertegun, tapi kemudian sambil tertawa dingin,
pergelangan tangannya digetarkan kembali, tusukan kedua secepat sambaran petir
kembali dilontarkan ke muka.
Tiga titik cahaya tajam segera berkelebat lewat dan lenyap dari pandangan mata.
Sungguh cepat serangan yang dilancarkan orang ini, kalau berbicara dari kepandaian
yang dimilikinya, boleh dibilang dia seorang j ago- kelas satu didalam dunia persilatan.
Dengan nada sinis Su siau-hui segera berseru: "Huuh, rupanya cuma seorang jago
pedang berpita hitam."
Tangan kirinya dikibaskan, kali ini dia menyambut datangnya ancaman tersebut
dengan sebuah kebasan kilat. Tindakannya kali ini benar- benar cepat sekali, bahkan
Wi Tiong-hong pun tak sempat melihat jelas gerakan tubuhnya, diantara ayunan
tangannya, tahu-tahu dia sudah merampas pedang milik manusia berbaju hitam itu.
Bukan, bukan begitu. sewaktu gagang pedangnya disodok ke depan, terdengar orang
itu mendengus tertahan lalu roboh terduduk ke atas tanah. "cepat pergi" seru Su Siau hui kemudian sambil tertawa.
Begitu selesai berkata, dia segera berjalan lebih dahulu menuju kedalam dorong
sempit itu. "Ilmu silat yang nona miliki lihay sekali, aku merasa benar-benar amat kagum." puji Wi Tiong hong.
Su Siau hui mendengus manja, sambil mengerling katanya pula sambil tertawa: "Ilmu silat yang dimiliki adik misanmu juga lumayan, kau mengaguminya tidak ?"
Ditanya demikian, Wi Tiong- hong tertegun dia tak mampu menjawab pertanyaan
tersebut. Mendadak Su Siau hui seperti teringat akan sesuatu hal, dia lantas membalikan badan
sambil bertanya.
"Aku ingin bertanya kepadamu, bukankah adik misanmu itu mengenakan topeng kulit
manusia ?"
Tampaknya dia benar-benar amat menaruh perhatian terhadap Lok Khi yang memakai
topeng atau tidak.
Wi Tiong hong sangsi sejenak. kemudian menjawab:
"Setelah nona menanyakan hal tersebut aku pun tak baik untuk merahasiakannya.
Benar, adik misanku memang mengenakan topeng kulit manusia."
Su Siau-hui tertawa manis.
"Jujur sekali jawabanmu ini, sudah kuduga semenjak semula kalau dia pasti
mengenakan topeng kulit manusia."
Berbicara sampai disitu, biji matanya segera berputar, kemudian ujarnya dengan
sedih: "Wajahnya amat cantik bukan ?"
"Soal ini. ." Wi Tiong hong menjadi ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Su Siau-hui segera mendengus dingin.
"Hmmm, kalau cantik katakan cantik, sekalipun tidak kau katakan aku juga tahu "
selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari tempat itu.
Gerakan badannya kali ini dilakukan dengan kecepatan luar biasa, selain ringan, juga
cepat dalam sekali kelebatan saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan
mata. Mendadak dari depan sana terdengar lagi seseorang membentak dengan suara dingin:
"Siapa?"
"Aku." Su Siau hui menyahut.
"Aaah, yang datang apakah nona Hong?" seru orang itu terkejut.
"Aku adalah aku." jawab Su Siau hui dingin.
"Kau adalah..."
Menanti Wi Tiong hong memburu ke situ, orang tersebut sudah jatuh terduduk
dilantai. Sambil mendengus dingin Su Siau hui bergumam:
"Hmm, hanya mengandalkan kepandaian yang dimiliki jago-jago pedang yang berpita
hitam mereka juga ingin menghalangi kepergianku?"
Wi Tiong hong yang mengikuti dibelakangnya diam-diam merasa terperanjat sekali,
pikirnya: "Kepandaian dan cara kerja nona ini benar-benar cepat sekali."
Berpikir demikian, tak tahan lagi dia segera bertanya. "Nona Su, apakah merekapun datang kemari melalui jalan ini ?"
"Bukan." sahut Su Siau-hui sambil menggeleng, "mereka berjalan melalui pintu kematian, sedangkan kita sudah bergeser kepintu Siu bun?"
"Jika kita tidak melalui jalanan yang sama dengan mereka, bagaimana mungkin bisa
menyusul mereka ?"
Tiba-tiba Su Siau-hui berkata lirih:
"Aku tahu kalau kau selalu rindu akan adik misanmu itu " setelah berhenti sejenak dan mendengus, katanya lebih jauh: "Bila kita masuk melalui pintu mati, mana mungkin
bisa menyusul diri mereka lagi?"
Sementara pembicaraan berlangsung, lorong sempit itu sudah berakhir diujung sana,
dia segera menyelinap berjalan keluar dari celah dinding, seketika itu juga pandangan
menjadi terang, didepan situ terbentang scbuah lorong yang jauh lebih lebar.
Bahkan pada kedua belah sisi dinding lorong dipasang lentera, sehingga suasana
menjadi terang benderang.
Seandainya lorong yang mereka lalui ketika masuk tadi adalah jalan lurus, maka jalan
sempit yang baru dilalui adalah jalan melintang, kini jalan lorong yang terbentang
didepan mata adalah jalan lurus kembali.
Baru saja mereka berjajan keluar, dua orang lelaki berbaju ringkas yang berwarna
hitam telah muncul dengan senjata terhunus.
"Siapa kalian" Ayo cepat berhenti!" bentak mereka kemudian.
Su Siau hui berseru tertahan, sambil berpaling tiba-tiba bisiknya lirih: "Kali ini harus berhati-hati, yang datang adalah jago pedang berpita hijau."
Wi Tiong hong sudah pernah mendengar kalau dalam perkumpulan Ban-kiam-hwee
terdapat jago pedang yang terbagi menjadi pita hijau, pita merah, pita putih dan pita
hitam, kini yang muncul adalah jago pedang berpita hijau, tentu saja hal ini merupakan sesuatu yaig luar biasa, tanpa terasa tangan kanannya meraba gagang pedang sendiri.
Dengan wajah sedingin es, pelan-pelan Su Siau hui berjalan menghampiri mereka,
katanya dingin: "Aku ingin berjumpa dengan Chin Tay-seng."
Jago pedang yang berada disebelah kiri itu segera mengulapkan tangan sambil
membentak: "Chin congkoan tidak berada disini, ayo kalian segera mengundurkan diri dari sini."
"Oooh, galak amat kau, aku justeru mau berjalan kemari, mau apa kau. . .?"
"Cari mampus rupanya kau!" bentak jago pedang itu dengan kemarahan yang meluap.
Cahaya pedang berkilat, tahu-tahu dari balik dinding berkelebat serentetan Cahaya
hijau yang langsung menyambar ke tubuh Su Siau hui.
Wi Tiong hong telah mempersiapkan diri dari tadi, serta merta dia maju selangkah ke
muka, pergelangan tangannya diputarkan dan pedang berkaratnya telah diloloskan
dari sarung. Secepat petir dia melepaskan tiga kuntum bunga pedang yang secara cepat
menyongsong datangnya serangan pedang lawan.
"Nona, harap mundur dulu, biar aku yang menghadapi orang ini." serunya lantang.
Ketika bunga pedang bercahaya hijau itu saling membentur dengan pedang berkarat
tersebut, kedua belah pihak sama-sama mundur sejauh satu langkah dari posisi
semula. Sekulum senyuman manis segera menghiasi wajah Su Siau hui begitu melihat pemuda
itu menghadang dihadapannya, ia segera menarik kembali serangannya dan
melangkah mundur.
Dalam pada itu, jago pedang tersebut telah mendengus dingin selesai beradu
kekerasan dengan Wi Tiong hong, jengeknya: "Hmmm, satu ilmu pedang yang amat
bagu." Pedangnya secepat samberan petir diayunkan kembali ke muka melepaskan sebuah
tusukan kilat. Orang itu memang tak malu disebut jago pedang kelas satu dalam
perkumpulan Ban kiam hwee, bersamaan dengan menyambarnya senjata tersebut,
segera terciptalah bertitik-titik bunga bintang yang dengan cepat menyebar kemana-
mana. Berpuluh-puluh bunga- bunga bintang yang beterbangan di udara itu tentu saja
berupa ujung pedang semua, hampir boleh dikata seluruh jalan darah penting di tubuh
bagian depan Wi Tiong hong telah terkurung rapat.
Wi Tiong hong benar-benar sangat terkesiap. pedangnya segera dirubah dan secara
beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai.
"Tri ing, tri ing. tri ing, . ." diantara tiga kali getaran nyaring kedua orang itu sama-sama tergetar mundur sejauh dua langkah dari tempat semula.
Didalam bentrokan kekerasan kali ini Wi Tiong hong merasakan pergelangan tangan
kanannya linu dan kaku, terutama sekali pedang yang dipergunakan itu walaupun
nampaknya berkilat dan tumpul, padahal yang betul merupakan senjata mestika yang
tajamnya bukan kepalang.
Tapi kenyataannya, pedang lawan tidak terpapas kutung akibat bentrokan kekerasan
itu, dari sini bisa diketahui kalau lawannya pun mempergunakan sebilah pedang
mestika. Sesudah mundur sejauh dua langkah, dengan cepat jago pedang berpita hijau itu
menundukkan kepalanya untuk memeriksa senjata sendiri, ternyata mata pedangnya
telah gumpil tiga bagian oleh papasan pedang Wi Tiong hong barusan.
Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam perasaannya sekarang, dengan wajah
berubah hebat dia membentak:
"Hei bocah keparat, kau anggap dengan mengandalkan tiga jurus kan sam ceng (tiga
getaran maut) dari Siau-soat-bun, maka kau lantas tidak memandang sebelah mata
pun terhadap lohu" Hmmm, lihat pedang!"
Begitu kata "pedang" diutarakan cahaya senjata bagaikan rantai perak yang sudah menggulung ke atas dengan kecepatan luar biasa.
Wi Tiong hong hanya merasakan kiri, kanan serta bagian muka tubuhnya dalam waktu
singkat telah terkurung oleh cahaya pedang musuh.
Untuk sesaat pemuda itu menjadi bingung dan tak tahu bagaimana harus menghadapi
ancaman itu bahkan sekalipun dia ingin menangkis pun rasanya tak tahu bagaimana
caranya menangkis, kini hatinya baru betul-betul terkesiap.
Tiba-tiba ia teringat kembali akan kesombongannya sewaktu menyuruh Su Siau-hui
mundur dan dia yang hendak maju menghadapi lawan, bila membayangkan kembali
sikap sinona yang mundur sambil tertawa, jelas dia telah menaruh kepercayaan penuh
atas kemampuannya.
Bila kenyataannya sekarang dia hanya mampu menerima dua jurus serangan lawan
tapi tak mampu menghadapi serangan yang ke tiga bukankah ketidak mampuannya
ikut bakal ditertawakan orang"
Berpikir sampai disitu, semangatnya segera berkobar kembali sambil membentak,
tangan kirinya melakukan suatu gerakan aneh sementara pedang ditangan kanannya
melakukan gerakan melingkar ia tak menggubris apakah tangkisannya bakal berhasil
atau tidak. dengan jurus Hu im-jat-siu (awan mengapung keluar dari poros)
menyongsong datangnya ancaman dengan sepenuh kekuatan.
Daya pikat seorang perempuan kadang kala memang bisa mendatangkan sesuatu
pengaruh. Sebenarnya Wi Tiong hong sudah tidak berkemampuan untuk mematahkan serangan
lawan tapi berhubung ia terbayang kembali akan senyuman manis Su Siau-hui ketika
mengundurkan diri tadi, hal mana segera menimbulkan daya rangsangan yang besar
dalam hatinya untuk melakukan penangkisan sedapat mungkin, dan akibatnya
terjadilah suatu keanehan yang belum pernah terjadi sebelumnya didalam dunia
Bentrok Para Pendekar 5 Pendekar Kembar Karya Gan K L Pendekar Laknat 1
^