Pendekar Latah 21

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Bagian 21


bangun, jangan kau ribut2 lagi sampai didengar olehnya"
"Ing-ji, aku tahu, Ai, malam ini hampir saja aku tak mampu
melindungi kalian ibu beranak, sungguh aku amat menyesal.
Nona Liu, rasanya ini kalian banyak membantu, kembali aku
haturkan terima kasih kepada kalian, Maaf akan keteledoran
aku orang tua."
setelah hatinya sadar dan hilang rasa sedihnya, pikirannya
menjadi jernih.
"Bu." kata Ciok Ing,
"aku rada takut, mungkin mereka bisa putar balik, kau
sebaliknya suruh nona Liu pergi-"
"Ji-cim," kata Hong-loy-mo-li,
"ada sebuah hal ingin kurundingkan dengan kau. Ayah
sekarang berada di Kong-bIng-si disana masih ada guruku
Kongsun In. Tiga orang tua sama2 bercokol di Kong-bing-si,
orang jahat mana yang berani petingkah di Kong-bing-si.
Menurut maksud ayah, ingin supaya kalian pindah saja ke
Kong-bing-si, supaya beliau bisa menempatkan diri sebagai
saudara tua bertanggung jawab untuk mengasuh
keponakannya-"
Ciok Ing segera memandang ibunya, kata nya:
"Bu, rumah ini terang tak bisa kita tempati lagi, aku ingin
anak kita mendapat perlindungan yang aman. Bu menurut
maksudmu" si nenek menghela napa2, katanya:
"Aku sendiri terang tidak akan pergi ke Kong-bing-si. Kalian
ibu beranak boleh pergi. Aku, akan kulindungi kalian turun
gunung setiba disana baru lega hatiku."
"Bu, urusan lain boleh kita bicarakan kelak, lebih cepat kita
berangkat lebih baik, nah itu siau Lam sudah bangun." dari
dalam rumah lapatss memang ada suara bocah berteriak
memanggil ibu. setelah tugasnya berakhir segera Hong-lay-mo-li mohon
diri, katanya: "Baiklah kami pun mohon diri lebih dulu."
Berkata Hong-lay-mo-li ditengah jalan:
"sekarang kita perlu mampir ke Teng-ciu untuk menjenguk
keadaan San-San, sayang dia mencintai orang yang tidak
patut dia cintai, sebaliknya orang yang tidak dia cintai selalu
cari gara2."
"orang yang tidak dicintai san san adalah Bing cau"
Kabarku Bing cau malah sudah kawin dengan siang ceng-hong
kukira dia tidak akan cari gara2 pula kepada San-San."
"Kejadian ini justru lebih buruk akibatnya, waktu suso
mangkat dia pernah pesan supaya aku melindungi adiknya,
namun soal pernikahan Ceng-hong justru aku tidak bisa
mencampuri berarti aku menyia2-kan pesan kakaknya.
Ketahuilah Bing cau adalah anak buah kepercayaan Kongsun
Ki bukan mustahil didalam hal ini ada latar belakangnya,
bahwa Kongsun Ki berhasil meyakinkan kedua ilmu berbisa,
mungkin juga atas bantuan Bing cau
yang mencuri belajar ilmu Iwekang dari keluarga siang."
"Memang Kongsun Ki jauh lebih culas dan kejam dari Liu
Goan-ka atau Thay Bi, jikalau kedua ilmu berbisa itu berhasil
dia latih sampai sempurna, lebih sulit kita untuk
memberantasnya "
Begitulah dengan berkelakar dan ber-cakapa panjang lebar,
tak terasa akhirnya mereka tiba di Teng-ciu juga.
Hong-lay-mo-li tahu san san bertempat didusun Bong-layceng,
waktu magrib mereka mulai memasuki dusun itu,
kebetulan diujung kampung ketemu dengan seorang gembala
kerbau Hong-lay-mo-li lantas mencari tahu kepadanya.
Cepat sekali mereka sudah menemukan rumah san san
sesuai dengan petunjuk si gembala. Kata Hong-lay-mo-li
tertawa: "Tak nyana kali ini jauh lebih gampang dari menyirapi
kabarnya Ji- cim. "
Tak nyana setelah mereka ketuk pintu sekian lama tanpa
mendapat penyahutan dan tiada orang keluar membuka pintu.
Terpaksa Hong-lay-mo-li gunakan ilmu mengirim suara
gelombang panjang:
"Adik san san, inilah aku datang."
dia kira san san tinggal dibilangan belakang, namun tentu
sudah mendengar teriakannya- Tapi ditunggu- sekian
lamanya, masih tetap tiada reaksi apa2.
"Aneh, San-San takkan menyingkir dari hadapanku
Memangnya kebetulan dia sudah keluar pintu pula" Hayolah
kita masuk memeriksanya."
Mereka lompat masuk lewat pagar tembok- tampak rumah
disapu dan dirawat bersih, namun tidak kelihatan bayangan
orang, salah sebuah kamar pintunya hanya dirapatkan
setengah saja, dilihat dari jendela, kelambu diturunkan
menurut pajangan pasti kamar tidur san san adanya.
Lekas Hong-lay-mo-li dorong pintu melangkah masuk,
segalanya serba rapi, jelas kamar ini masih ditempati orang,
katanya: "Agaknya SAn-San belum pergi mungkin kebetulan keluar.
Baiklah kita tunggu saja disini, supaya dia kaget dan
kegirangan"
sang waktu berjalan cepat sekali, tanpa terasa bulan sabit
sudah bercokol diatas langit, namun san san belum kembali
juga, Disaat Hong-lay-mo-li gelisah dan tidak sabar lagi, siaugo-
kian-kun tiba2 berkata:
"Coba dengar, dia sudah pulang, Eh, kenapa dia tidak
masuk dari pintu?"
Hong-lay-mo-li memang sudah dengar ada orang
melompati pagar, dari lompatan dan langkah kaki orang Honglay-
mo-li tahu orang bukan san san, maka cepat dia
padamkan pelita dan menyembunyikan diri dipinggir jendela
memperhatikan gerak gerik orang, pendatang ini langsung
menuju kemarin tamu.
siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li ada meyakinkan ilmu
melihat dimalam gelap, setelah dekat baru mereka melihat
jelas pendatang ini ternyata Beng cau, keruan Hong-lay-mo-li
keheranan, katanya berbisik:
"Lho- kenapa dia tidak bersama siang Ceng-hong, seorang
diri berani dia mendatangi rumah san san. Memangnya tidak
takut konangan istrinya?"
"Kedatangannya kebetulan malah bagi kita untuk mencari
tahu jejak Kongsun Ki." kata siau- go- kian- kun.
Kepandaian Beng ciau masih terpaut teramat jauh, maka
scdikitpun dia tidak mendengar percakapan orang didalam
kamar- setiba diruang tamu Bing cau langsung duduk dikursi
besar yang menghadap keluar, tanpa bergerak seperti
melamuni entah apa yang sedang dipikirkan.
Kata Hong-lay-mo-li keheranan.
"Agaknya dia menunggu san san pulang. Aneh, agaknya dia
tahu bila san san tidak dirumah, bagaimana pula bisa tahu san
san pasti kembali?"
Betul juga tak lama kemudian terdengar suara pintu besar
terbuka, seorang gadis beranjak masuk sambil menenteng
sebuah keranjang, memang benar San San adanya.
san san tidak menduga Beng cau duduk diruang tamu
menunggu dirinya, begitu mendadak melihat bayangan orang
bergerak ditempat gelap, dengan kaget sigap sekali tangannya
meraih kedalam keranjang menyekal sebuah benda terus
disambitkan. Terpaksa Beng cau berteriak:
"Jangan pukul inilah aku,"
"cret, erat" sambitan senjata rahasia menancap diatas meja
didepan Bing Cau, kiranya itulah dua batang dupa.
sungguh mangkel dan geli san san dibuatnya, hardiknya
"Bangun, tidak sudi aku melihat tingkahmu yang tengik ini-
Kau berbuat salah terhadap siang Ceng-hong pergilah kau
berlutut dan menyembah padanya, aku tidak punya tempo
mencampuri urusan kalian."
Bing cau tetap berlutut kaku dilantai, katanya:
"Nona Giok- kau harus menolongku, kelihatannya saja aku
ini suaminya Ceng-hong, yang terang dia tidak anggap aku
sebagai suaminya, biasanya kalau tidak dimaki dan dihajar,
aku sudah cukup puas. Kali ini malah dia marah2 hendak
membunuhku."
"o, jadi kau mengadu penasaranmu kepadaku karena
dimarahi istri, Hm. h ayo pergi. kalian suami istri bertengkar
apa sangkut pautnya dengan aku, enyah aku tidak mau tahu-"
Tiba2 Bing cau ayun kedua tangannya menampar pergi
datang pipi sendiri katanya:
"Benar, semula memang aku terlalu kemaruk kedudukan
sampai rela mengawini perempuan siluman itu. Tapi kali ini dia
benar2 hendak membunuhku. Nona Giok. dulu memang aku
berbuat salah terhadapmu mohon kau supaya pandang muka
ayahmu, tolonglah jiwaku."
"Kau masih ingat akan ayahmu?" jengek san san.
"Nona Giok. tadi kaupergi ketanah kubur, sembahyang
dipusara ayahmu dan sembahyang pula dipusara ayahku
semua itu kulihat jelas dari tempatku sembunyi. Aku tahu kau
masih mengingat hubungan kedua leluhur kita, maka malam
ini aku memberanikan diri kemari mohon perlindunganmu.
Memang hanya kau seorang saja yang bisa menolongku."
Haru dan terketuk sanubari san san, katanya:
"Baiklah, kau bangun saja, ada pertanyaan yang ingin
kuketahui."
setelah menyembah sekali ter-sipu2 Bing cau merangkak
bangun, katanya:
"Terima kasih akan kesudian nona menolongku."
"Nanti dulu, ingin aku tanya dan kau harus menjawab
sejujurnya-"
"Silakan nona tanya, Bing cau pasti tak berani membual-"
"Apa benar kali ini siang Ceng-hong hendak mem-bunuh
mu" Aku tidak percaya lantaran dia tidak puas memiliki suami
seperti dirimu"
"Dalam hal ini, memang ada sebabnya-"
"Sebab apa tuturkan sejelasnya-"
Pucat muka Bing cau, roman mukanya jelek sekali akhirnya
dia berkata: "ini, memang akulah yang bersalah. Tidak pantas aku
menipu ajaran Iwekang keluarganya, secara diams pula
kuberikan kepada Kongsun Ki untuk melandasi kedua ilmu
berbisa dari keluarga siang itu. Rahasia ini akhirnya
terbongkar oleh siang Ceng-hong, saking marahnya dia
hendak membunuhku untung sebelumnya aku sudah
mendapat kabar, kalau terlambat mungkin malam ini aku tidak
bisa berjumpa dengan kau pula."
Membesi hijau muka san san, damratnya:
"Konyol, pantas kau mampus, apa kau tidak pikir
kepicikanmu itu membantu kejahatan" Betapa besar kejahatan
yang diperbuat Kongsun Ki setelah dia berhasil meyakinkan
kedua ilmu berbisa itu."
"ya, ya- tapi menyesalkan sudah kasep. Dan, oleh karena
itulah, bukan siang Ceng-hong saja yang ingin membunuhku
kaum pendekar diBulim banyak orang tahu bahwa aku adalah
anteknya Kongsun Ki- merekapun tidak akan mengampuni
jiwaku." San-San naik pitam,jengeknya:
"o,jadi kau sudah kepepet dan menemui jalan buntu baru
lari kesini, sayang aku tak bisa membantumu, kau amat setia
terhadap Kongsun Ki, kenapa tidak kau pergi minta
perlindungannya"
Merah mau muka Bing Gau, katanya:
"Nona Giok- aku tahu bersalah, asal kau mau menolongku
aku tidak akan tunduk kepada perintah Kongsun Ki lagi."
"Jadi kalau aku tidak menolongmu, kau tetap akan
mengekor dan terima diperalat oleh Kongsun Ki?"
"Tidak, tidak, aku kesalahan omong. Leluhurku dari
keluarga pendekar, masakah aku tidak tahu malu sama sekali"
justru aku tidak suka dipandang orang sebagai antek Kongsun
Ki malah aku bertekad mengubah kelakuan dan kembali
kejalan lurus mohon kau suka menolongku."
setelah meletakkan kranjangnya san san menyulut lampu
minyak diatas meja, katanya kalem:
"Paling ditakuti orang tidak punya rasa malu, kau masih
tahu malu, aku masih bisa memaafkan kesalahan yang lalu-
Tapi kau harus bicara jujur dan blak2an, apakah kaupun diusir
oleh Kongsun Ki"
Bing cau kegirangan, katanya:
"Nona Giok- asal kau sudi membantu, aku akan bisa
bertahan hidup, sukalah kau bantu melaporkan tekad
kembaliku kejalan lurus kepada Liu-beng-cu. Aku rela menjadi
seorang jongos dipangkuannya-"
"o kau ingin minta perlindungan Liu-bengcu- sayang aku
sendiri tidak tahu dimana dia sekarang"
Hong-lay-mo-li sedang geli, baru saja dia hendak bersuara,
siau-go-kian-kun tiba2 berbisik ditelinganya-
"Ada tokoh lain yang berkepandaian tinggi mendatangi.
Awas" Terdengarlah suitan panjang melengking memecah
kesunyian malam, Beng Cau sampai gemetar mendengar
suitan ini. Direngah kumandang suitan itulah di-undakun batu
diluar pintu sana sudah kelihatan bayangan Kongsun Ki.
Keruan kejut san san bukan main, lekas dia lolos pedang,
namun belum lagi pedangnya lolos, laksana gledek
menyamber tahu2 Kongsun Ki tutuk Hiat-to san san. Hong-laymo-
li yang sembunyi dikamar tidur san san tidak sempat
keluar. Keruan kagetnya bukan main- sungguh tak nyana bahwa
san san bisa tertawan begitu cepat sebelum sempat melawan
agaknya kepandaian Kongsun Ki sudah selangkah lebih maju
sejak terluka parah dan melarikan diri dari siu-yang-san tempo
harisiau- go-kian-kun menjawil telapak tangan Hong-lay-mo-li
maksudnya supaya jangan gelisah- Maklumlah setelah
Kongsun Ki sempurna mempelajari kedua ilmu berbisa yang
dikombinasikan dengan ajaran murni keluarganya, betapa
tinggi Iwekang dan kepandaiannya sekarang, mungkin lebih
tinggi dari tingkat kepandaian mereka sendiri, maka sekarang
mereka tidak berani bisik2 atau mengeluarkan suara
sedikitpun. seperti tertawa tidak tertawa Kongsun Ki bersuara ngakak,
katanya: "Bing Cau, kau tak nyana akan kebentur aku disini bukan?"


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedapat mungkin Bing Cau tekan rasa takutnya, katanya
sewajarnya: "Memangnya tak nyana malam ini bisa ketemu Toako disini,
sudah lama kami kehilangan jejakmu sehingga putus
hubungan sampai sekarang"
"Apa benar" Apa kau benar masih suka mengikuti aku"
Akupun sedang cari kau, aku malah kira kau sedang
menyembunyikan diri"
"Lho mana bisa begitu, siaute kan selalu tampil didepan
Toako didalam setiap persoalan." suaranya sudah mulai
gemetar- Kembali Kongsun Ki menyeringai seperti tertawa tidak
tertawa katanya sinis:
"o, sungguh setia benar kau kepadaku. Lalu untuk apa kau
berada disini?"
seperti sengaja tidak sengaja Bing cau melirik kearah san
san, katanya: "Toako, masa kau lupakan dia pelayan pribadi Hong-laymo-
li yang terpercaya" jikalau aku bisa menggenggamnya,
bukankah ada gunanya bagi kita?"
Kongsun Ki melirik lebar, katanya:
"o jadi kau punya maksud- tertentu. Apa Ceng-hong mau
menerimamu lagi?"
"Memangnya, Ceng-hong tahu aku salurkan ajaran
Iwekang itu kepadamu, maka dia hend membunuhku. Toako
dapatkah kau menolongku?"
"Menurut apa yang kutahu, bukan Ceng-hong saja yang
hendak membunuhmu."
"Benar, kaum pendekar di Kangouw juga bertekad
membunuhku, Toako terpaksa aku harus mohon
perlindunganmu. "
"Kau kan tahu mereka begitu banyak aku seorang diri,
jiwaku sendiripun selalu terancam mara-bahaya,"
Bing cau tahu orang hanya memancing dirinya, katanya:
"Toako, kedua ilmu beracun itu sudah berhasil kau
yakinkan bukan?"
"Lha untuk apa kau tanyakan hal ini?"
"Maksud siaute ingin mohon kemurahan hati Toako, sudilah
menerimaku sebagai pembantumu untuk menghadapi kaum
pendekar itu. kepandaian siau-te tidak becus, maka kuharap
Toako sudi..."
"oh jadi kaupun ingin mempelajari kedua ilmu berbisa itu?"
"Kalau tak salah dulu Toako pernah janji kepada siaute,
asal Toako berhasil meyakinkan kedua ilmu itu, siaute akan
diberi petunjuk pula."
Kongsun Ki ngakak lagi, katanya:
"Benar, hampir saja aku lupa. Memangnya selama ini aku
belum sempat memberi imbalan akan jasa2mu-"
"Siaute tiada maksud minta balas jasa, cukup asal Toako
suka membagi sedikit berkah saja, harap toako maklum."
"Bagus, bagus sekali. Akalmu ini memang bagus, jikalau
kaupun berhasil meyakinkan kedua ilmu berbisa itu, kami
berdua sama2 jadi tokoh kosen nomor satu dikolong langit
dengan adanya dua tokoh kosen nomor satu dikolong langit
haha, buat apa takut terhadap musuh, kita terang akan
bersimaharaja di dunia." demikian ujar Kongsun Ki ter-loroh2-
Bing cau merasakan nada Kongsun Ki yang sinis, lekas dia
berkata: "siaute tiada maksud hendak berjajar dengan Toako, cuma,
cuma..." "Cuma untuk menunjukan kesetiaanmu kepadaku saja
bukan?" tukas Kongsun Ki,
"Berapa banyak dan seringnya aku mendengar ucapanmu
ini namun aku belum tahu apakah kau benar-setia" Beng cau,
sekarang kau terhitung setengah majikan dari Siang-keh-po,
membahasakan engkoh dan adik, kukira jauh berlainan
dengan tempo dulu, apakah benar kau tetap setia kepadaku?"
Merah maka Bing cau, katanya:
"Berkat budi majikan yang sudi mengangkatku, dulu
majikan sendiri yang minta aku mengubah bahasa sebutan ini,
yang benar Bing cau sekali-tidak berani nanjak keatas."
"Ah itukan urusan kecil, asal kau memang setia terhadapku,
apa halangannya saling membahasakan saudara" Tapi untuk
mencoba kesetiaanmu aku ingin mencobamu- Aku ingin kau
melakukan suatu hal bagiku-"
Kebat kebit hati Bing cau, terpaksa dia keraskan kepala
katanya: "silakan majikan memberikan petunjuk, menerjang lautan
api Bing cau pasti tidak menolaknya-"
Kongsun Ki menarik muka, katanya serius:
"Baik, nah wakilkan aku bunuh budak ini-" jarinya
menuding kepada san san.
Tak terbilang kejut Bing cau katanya tergagap:
"lni, harap majikan suka pertimbangan dulu. Dia adalah
pelayan pribadi sumoaymu, mempertahankan hidupnya
bukankah membawa manfaat yang lebih besar?"
"Soal menghadapi Liu Jing-yau adalah urusanku, kau tak
usah turut campur. Kusuruh kau bunuh budak ini kau dengar
perintahku tidak?"
gemetar sekujur badan Bing cau, akhirnya dia
memberanikan diri, katanya:
" Aku tanpa sebab aku tiada alasan membunuhnya Apalagi
dia adalah temanku sejak kecil, dan lagi dia takkan bisa
mencelakai kau, buat apa dibunuhnya?"
seketika berubah hebat muka Kongsun Ki, katanya dingin:
"Ternyata kelihatan belangnya hanya sekali coba, kau
memang manusia kerdil yang rendah martabatnya."
"Majikan, kau, apa maksudmu?"
"Maksud apa" Tentunya kau sendiri sudah tahu untuk apa
kau kemari" Bukankah kau hendak mengkhianati aku" Hehe
biar kubicara laksan denganmu percakapan kalian tadi
kudengar seluruhnya."
Betapapun cerdik pandai dan licin serta licik Bing Cau, kali
ini serasa terbang arwahnya saking takut dan kaget mukanya
pucat pias, sebetulnya Kongsun Ki hanya menggertaknya saja
untuk memancing kesetiaannya jadi bukan benar- sudah
mendengar percakapan mereka.
Melihat perubahan air mukanya Kongsun Ki lantas tahu
dugaannya memang tidak meleset segera dia mendengus
hidung, jengekny a:
"Bing cau, jangan kau kira aku sudah terpencil dan
menemui jalan buntu, sehingga harus menarikmu sebagai
teman seperjuangan" Ketahuilah
aku sudah berhasil meyakinkan ilmu mujijat yang tiada
bandingannya, aku akan mendirikan aliran dan membuka
perguruan, akupun ada Thay Bi sibungkuk sakti yang baru
diangkat jadi Koksu baru negeri Kim sebagai tulang
punggungku."
Bing cau lemas lunglai, katanya:
"Aku tahu setelah kau memperoleh ajaran Iwekang
keluarga siang, jelas tenagaku tidak akan diperlukan lagi-"
Kongsun Ki menyeringai sadis katanya:
"Masa baru sekarang kau mengerti, sudah terlambat. Hm,
hm memangnya kau kira orang macam apa Kongsun Ki" Kalau
tidak ingin memiliki ajaran Iwekang itu masakah aku sudi
membahasakan saudara dan mengangkatmu sebagai
setengah majikan siang-keh-po?"
semakin bicara mimik muka Kongsun Ki berubah semakin
beringas, sorot matanya sudak metiunjukan nafsu membunuh.
tiba2 Bing caupun menyeringai dingin, katanya-
"Kongsun Ki apa benar kau kira sudah berhasil meyakinkan
ilmu mujijat tanpa tandingan?"
Tangan Kongsun Ki yang sudah terayun berhenti ditengah
udara, sekilas dia tertegun, katanya:
"Bing cau apa maksud perkataanmu ini" Betapa tinggi
kepandaian silatmu, dari mana kau bisa tahu apakah ilmuku
sudah sempurna?"
"Benar, ilmuku terlalu cetek untuk menilai kepandaianmu
yang maha tinggi, tapi aku tahu satu kunci pemecahan yang
tidak kau ketahui."
" Kunci pemecahan apa?" sentak Kongsun Ki bengis-
"Tentunya kunci pemecahan ajaran Iwekang keluarga
siang. Kau tidak tahu akan kunci ini, kelak kau pasti akan
termakan sendiri oleh kedua ilmu beracun yang kau yakinkan."
Dasar licik dan licin, sekilas Kongsun Ki menjublek, lekas
sekali dia sudah merubah sikapnya yang bengis menjadi seri
tawa dan ramah tamah, katanya gelat2:
"Bing-hiante, hebat memang kau ini, sungguh
mengagumkan Marilah kita bicara baik,"."
"Tidak sulit untuk kau tahu kunci pemecahan ini. Asal kau
beritahu cara mempelajari kedua ilmu berbisa itu kepadaku,
setelah aku berhasil meyakinkan, baru kuberitahu kunci
pemecahannya kepadamu."
Terdengar Kongsun Ki gelak2, serunya:
"Bing-hiante sungguh tak nyana kaupun bisa main gertak
segala. Bagus sekali, aku setuju akan transaksimu ini" belum
habis gelak tawanya, tiba2 telapak tangannya memukul.
Terdengar Bing cau menjerit ngeri:
"Kongsun Ki, kejam benar kau" dadanya remuk terpukul
oleh hantaman telapak tangan Kongsun Ki kontan badannya
terpental terbang dan rebah didalam genangan air darahsebat
sekali Kongsun Ki memburu maju serta merobek baju
didepan dada Bing cau, dari balik pakaiannya dia merogoh
keluar sejilid buku tipis, seringainya dengan girang:
"Tak meleset dari dugaanku, ternyata kau memang
memiliki duplikatnnya, hehe, kunci pemecah ajaran Iwekang
segala, memangnya perlu kau memberitahu kepadaku?"
sungguh diluar dugaan Kongsun Ki meski dalam keadaan
sekarat Bing cau masih keras kepala suara serak dan
menyeringai seram:
"Kongsun Ki, kausalah, Kun-ci pemecahan ini selamanya
takkan bisa kau peroleh Akan datang suatu ketika kau akan
jau-hwer jip-mo, deritamu akan ratusan kali lebih
mengenaskan dari kematianku Hehehe hahaha"
suara tawa seperti menangis bagai tertawa, suaranya
seram dan beringas amat menakutkan dan memilukan pula,
betapapun besar nyali dan kejam hatinya tak urung dia
merinding dan berdiri bulu kuduknya, dalam keadaan kaget
dan gusarnya dia menjadi kalap, sekali tendang dia bikin
mayat Bing cau terguling2, makinya:
"Kau ngoceh apa" Keparat, setelah mampus, jadilah setan
gentayangan untuk menggertakku lagi-" ?"
Pada saat itulah Hong-lay-mo-li dan siau-go-kiau-kun sama
berlari keluar dari kamar tidur, namun sudah terlambat karena
ditambah tendangan jiwa Bing cau melayang seketika.
Begitu kembangkan kipasnya siau-go-kian-kun langsung
menubruk kearah Kongsun Ki, sementara Hong-lay-mo-li lari
kearah san san, sebelumnya mereka sudah berunding didalam
kamar, satu menyerang musuh yang lain menolong orang.
sebat sekali Kongsun Ki kebaskan lengan bajunya
menyampuk pergi kipas siau-go-kian-kun, tangkas sekali dia
sudah membalik badan memapak Hong-lay-mo-li, waktu itu
Hong-lay-mo-li baru saja berhasil meraih San-San, karena
getaran pukulan Kongsun Ki, tanpa kuasa dia tergentak
mundur tiga langkah, sebat sekali Kongsun Ki menubruk maju
dan berhasil menangkap san san.
Waktu kipas siau-go-kian-kun menutuk Hiat-to dipunggungnya,
sementara Kongsun Ki sudah sempat cabut
pedangnya sekali putar kebelakang, dia punahkan tutukan
kipas orang, berbareng dia acungkan san san sebagai tameng
seraya membentak:
"Liu Jing-yau, berani kau turun tangan, hayolah tusuk
Hehe, kalian sembunyi dikamar hendak membokongku, aku
siang2 sudah tahu."
Ternyata walau mereka menahan napas, namun diwaktu
Kongsun Ki adu mulut dengan Bing Cau barusan tanpa sadar
deru napas Hong-lay-mo-li yang ikut jadi tegang rada berat
demikian pula tangannya meraba gagang pedang sedikit
mengeluarkan suara, setelah berhasil meyakinkan Iwekang
kombinasi dari aliran lurus dan sesat, pendengaran Kongsun Ki
memang tajam luar biasa, sedikit geseran saja sudah didengar
olehnya. sebagai manusia yang culas jahat dan banyak muslihatnya,
begitu tahu ada tokoh kosen sembunyi didalam kamar,
sekaligus dia pura2 bersandiwara dengan Bing cau lalu secara
tiba2 dia membunuhnya sehingga orang tidak sempat
menolongnya. Kepandaian Kongsun Ki sekarang sudah mampu
mengalahkan Hong-lay-mo-li, namun untuk menghadapi
keroyokan dua orang, dia sendiri belum begitu yakin, setelah
berhasil menangkap san san sebagai sandera baru
ketabahannya lebih mantap, sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak
berani sembarangan bergerak, lekas dia tarik pedang
melompat mundur.
"Kongsun Ki, apakah kau ini manusia?" damrat Hong-laymo-
li, "dengan pukulan beracun kau melukai ayahmu kini kau
menganiaya perempuan yang tak berkutik lagi. Termasuk
perbuatan apa ini?"
"Jangan terlalu muluk pikiranmu, kalian ingin aku lepaskan
san san lalu hendak mengerubutku sampai mampus" Hm, h
m, masakah ada urusan begini gampang dalam dunia ini"
Kalian maki aku manusia rendah, memangnya kalian orang
gagah" sebagai Bulim Bengcu dan pendekar besar kalian main
kerubut memangnya ini perbuatan apa. Begini saja, kalau
berani hayo lawan aku satu persatu"
Tegak alis siau-go-kian-kun, katanya keren:
"Baik, Kongsun Ki, lepaskan dulu san san, kutandangi
tantanganmu satu lawan satu"
"Kongsun Ki," maki Hong-lay-mo-li
"Ketahuilah aku dan Kok- Ham mendapat perintah dan
restu ayahmu untuk mencuci bersih nama baik perguruan, kau
ini manusia durhaka dan pengkhianat bangsa setiap manusia
pantas membunuhmu, kau punya hak apa bicara soal aturan
Kangouw segala?"
"Liu Jing-yau, aku tidak perlu adu mulut denganmu, kau
ingin membunuhku bersama Hoa Kok-ham, silakan saja kalau
kalian mampu, sayang kalau sebelum kau bisa merenggut
nyawaku, pelayanmu ini harus mati lebih dulu."
"Kunyuk keparat," maki Hong-lay-mo-li kewalahan


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"lepaskan san san, kita akan lepas kau pergi-"
"Imbalan ini terhitung adil, tapi bagaimana aku bisa
percaya pada kalian, coba tunggu biar kupertimbangkan dulu."
"Tidak adik yau, jangan lepas dia- Kongsun Ki, tadi kau
tantang satu lawan satu, hayoLah, aku terima tantanganmu
lepaskan dulu san san."
"Hoa Kok-ham, memang kau masih punya sedikit pambek
orang gagah, baik kau berani melawanku seorang diri, aku
boleh menerima syaratmu"
"Kongsun Ki, jangan kau kuatir, apa yang telah kukatakan
takkan diingkari jing-yau tidak akan membantuku."
maklumlah sebagai pendekar besar yang berjiwa luhur dan
bacik, meski tahu dirinya tiada keyakinan mengalahkan lawan,
namun dia pantang mundur, supaya tidak menjadi buah
tertawaan orang.
"Liu Jing-yau, bagaimana sikapmu?" tanya Kongsun Ki.
"Aku seia sekata kalau kau lepaskan san san, aku tidak
akan turut campur."
"Baik, ucapan seorang kuncu laksana kuda sekali lecut Hoa
Kok- Ham marilah kau ikut aku kepuncak gunung untuk
menentukan siapa jantan siapa betina."
"Nanti dulu," cegah Hong-lay-mo-li
"lepaskan dulu san san dan biar kuperiksa apakah dia
terluka, jikalau kau diam2 membokongnya, aku tidak akan
berpeluk tangan."
"Baiklah begini saja dilamping gunung terdapat sebuah
kapel, san san akan kutaruh didalam kapel itu, Liu Jing-yau
setelah kami tiba di puncak baru kau boleh menyusul kesana
tapi kau dilarang melampaui kapel itu. Aku tanggung san san
tidak akan kurang suatu apa cuma terserah kepada
pertolonganmu saja untuk membebaskan tutukan Hiat-tonya.
jikalau kau terlambat menolongnya, jadi bukan salahku, yang
kugunakan adalah ilmu Tiam-hiat ajaran keluargaku, dan kau
sendirijuga paham akan ilmu ini."
Ternyata Kongsun Ki memang pandai memperhitungkan
situasi dan mengatur muslihat ilmu Tiam-hiat tunggal warisan
keluarganya harus lekas atau dibebaskan tutukannya dalam
jangka satu jam kalau terlambat itu berarti si korban akan
mampus, menjadi cacad seumur hidup,
sejak tertutuk sampai sekarang waktunya sudah hampir
satu jam, maka untuk menolong san san Hong-lay-mo-li harus
bertindak cepat mengejar waktu, dan lagi cara memberi
pertolongan membuka Hiat-to yang tertutup ini sedikitnya
memerlukan setengah sulutan dupa, Kongsun Ki sudah
memperhitungkan temponya dengan tepat, dalam jangka
waktu selama ini dia yakin sudah berkecukupan untuk
membinasakan siau-go-kian-kun, umpama Hong-lay-mo-li
tidak menepati janji untuk mengeroyoknyapun sudah tidak
keburu lagi. Begitu meletakan san san didalam kapel dilamping gunung
Kongsun Ki lantas manjat kepuncak bersama siau-go-kian-kun.
Waktu Hong-lay-mo-li tiba di kapel itu merekapun sudah tiba
dipuncak. Disamping memberi pertolongan dengan cara
perguruannya Hong-lay-mo-li pasang kuping dan mendongak
memandang kepuncak dari kejauhan.
Terdengar Kongsun Ki gelatos, serunya:
"Hayo maju" begitu kedua telapaknya digosokkan, telapak
tangannya seketika berubah hitam legam, seketika Siau-gokian-
kun mengendus bau busuk yang amis, keruan bercekat
hatinya. Lekas siau-go-kian-kun kerahkan hawa murninya, katanya:
"Aku tidak akan ambil keuntungan silakan kau turun tangan
lebih dulu."
Dengan ter-loroh2, Kongsun Ki berkata:
"siau-go-kian-kun memang tidak bernama kosong,
sombong sekali-"
ditengah gelak tawanya telapak tangannya ditepukan.
Kipas siau-go-kan-kun berbareng terkembang, memapak
pukulan beracun lawan.
Hebat memang pukulan beracun Kongsun Ki yang dahsyat,
Iwekangnyapun sudah tiada taranya, begitu pukulan
dilontarkan sungguh bagai gugur gunung hebatnya.
Bagian 44 Keruan mencelos hati Siau-go-Kian-kun, lekas kipasnya
terputar balik, dengan memapak dan menabas serta mengiris,
seketika dia rasakan Koan-goan-haut ditelapak tangannya
bergetar, namun badannya sedikit pun tak bergeming.
sebaliknya Kongsun Ki tidak bisa berdiri tegaki dia tergetar
minggir kesamping.
Hasil gebrak pertama ini benar2 amat diluar dugaan
Kongsun Ki, keruan tersirap darahnya. Maklumlah betapa lihay
pukulan beracun Kongsun Ki, dengan bekal kepandaian silat
Siau-go-Kian-kun, asal tidak langsung bentrok atau tersentuh
dengan pukulan orang, dirinya tidak kurang suatu apa, oleh
karena itu didalam hal Iwekang Kongsun Ki harus lebih unggul
dari lawan baru bisa mengembangkan pukulan lurus dan
sesat. Kongsun Ki yakin dia pasti dapat mengalahkan siau-go-
Kian-kun, tak nyana sesudah gebrakan pertama, baru dia
sadar keadaan tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan.
"Bagus," seru Kongsun Ki
"Ingin aku tahu berapa pukulanku yang kuat kau hadapi."
segera dia putar badan menubruk maju pula, kali ini dia
lontarkan dua telapak tangannya sekaligus menggunakan Hoahiat-
to dan Hu-kut-ciang, serangannya lebih ganas, telengas
dan beringas. Walau sudah kerahkan hawa murninya, tak urung setelah
sedikit menyedot bau amis pukulan beracun Kongsun Ki Siaugo-
Kian-kun rasakan kepala pening dan mual.
Sudah tentu siau-go-Kian-kun pantang dirinya tersentuh
oleh pukulan orang, namun dia tetap gunakan cara semula,
yaitu pinjam tenaga memunahkan kekuatan namun demikian
tak mungkin dia sekaligus punahkan kekuatan dua macam
pukulan dahsyat musuh.
Hebat memang kepandaian siau-go-kian-kun, didalam
keadaan gawat itu, mendadak dia tertawa panjang, bukan
saja tidak gugup menghadapi saat2 kritis, malah dia lontarkan
serangan balasan yang amat berbahaya untuk
mempertahankan diri.
Kedua telapak tangan Kongsun Ki bergerak membundar
telapak tangan kanan memukul turun lebih dulu, tidak berkelit
dan tidak mundur siau-go-kian-kun lempit kipasnya menutuk
Lau-Kiong hiat ditelapak tangan orang, ini ilmu tutuk tiada
taranya ajaran Liu Goan-cong, kalau sasarannya kena
tertutuk. umpama pukulan telapak tangan kiri Kongsun Ki
mengenai siau-go-kian-kunpun tidak akan membawa
pengaruh yang fatal karena Iwekang sendiri sudah punah dan
ilmupun lenyap.
Tujuan Kongsun Ki mempelajari kedua ilmu beracun
keluarga siang adalah untuk menjagoi dan bersimaharaja
diBulim, sudah tentu dia tidak sudi adu jiwa dan gugur
bersama siau-go-kian-kun" sebat sekali dari pukulan telapak
tangan ia robah menjadi selentikan, "creng" dia jentik minggir
kipas siau-go-Kian-kun sehingga pukulan telapak
tangannyapun mengenai tempat kosong.
gebrak selanjutnya siau-go-kian-kun gunakan kegesitan
dan kelincahan gerak geriknya merangsak musuh didalam
jarak tertentu, kipasnya tiba2 terkembang mendadak
terlempit, kadang2 digunakan sebagai Ngo-hing-klam, tahu2
digunakan sebagai potlot baja peranti menutuk Hiatto, jurus
serangannya berubah tidak menentu rumit sekali.
sementara Kongsun Ki lancarkan kedua macam ilmu
berbisa yang dilandasi Tay-yan-pat-sek menggempurnya
dengan seru, Kedua pihak sama boyong keahlian sendiri2,
setanding sama kuat, seru sekali pertempuran ini.
sementara itu Hong-lay-mo-li sedang sibuk menolong san
san, ada tujuh buah Hiat-to san san yang tertutuk oleh Jiongjiu-
hoat Kongsun Ki, untuk membebaskan ketujuh Hiat-to ini
terlalu makan waktu juga menguras tenaga. saking sibuk dan
keripuhan Hong-lay-mo-li sampai mandi keringat, dengan
susah payah akhirnya dia berhasil juga melancarkan semua
nadi dan jalan darah san san yang tersumbat namun setengah
sulutan dupa sudah berselang.
Begitu bisa bersuara san san segera bersuara:
"Liu cici Apa kau tidak tega membunuh Kongsun Ki" sayang
kepandaianku tidak becus, kalau tidaki aku takkan berpeluk
tangan." "Bukan tidak tega, soalnya aku harus menepati janji, aku
dilarang melampai kapel ini untuk membantu Hoa Kok- ham."
Tatkala itu, Kongsun Ki dan siau-go-kian-kun sudah
bergebrak ratusan jurus semakin tempur semakin sengit,
karena harus kerahkan hawa murni melawan hawa beracun
siau-go-kian-kun harus memeras keringat dan tenaga lebih
banyaki lama kelamaan kepalanya sudah mengeluarkan uap
putih. setelah bertempur selama ini, Kongsun Ki sendiripun
semakin gelisahi semula dia kira dalam setengah sulutan dupa
dirinya pasti sudah membereskan lawannya, tak nyana setelah
sekian lamanya, keadaan masih tetap setanding.
Tatkala itu Hiat-to san san sudah bebas keadaan sudah
normal, Hong-lay-mo-li sudah bisa memburu datang untuk
mengeroyoknya, dasar manusia yang tidak seia dengan kata
dan perbuatannya, sudah tentu Kongsun Ki menilai Hong-laymo-
li sama rendah dan hina seperti dirinya kuatir orang
datang mengerubut dirinya, terpaksa dia kerahkan setaker
tenaganya berharap dalam waktu singkat merobohkan siaugo-
Kian-kun. Dilain pihak siau-go-iian-kun sendiripun bukan main
kagetnya, untuk menghadapi pukulan beracun Kongsun Ki dia
harus bersenjata kipas, kipas ini terbuat dari besi murni,
biasanya dingin, kini rasanya panas seperti dibakar diatas
tungku, siau-go-kian-kun insaf bila pertempuran
berkepanjangan, bukan mustahil membawa akibat yang
membahayakan bagi dirinya, maka diapun pergencar
serangannya. Disaat kedua pihak sama2 pergencar serangan berlomba
merobohkan lawan dengan serang lebih sengit, tiba2
terdengar derap lari kuda mendatangi dibawah gunung,
seorang gadis menunggang kuda lewat jalan raya dibawah
gunung. Waktu Hong-lay-mo-li angkat kepala memandang kebawah
sungguh kaget dan girang hatinya, kiranya gadis penunggang
kuda ini bukan lain adalah siang Ceng-hong yang dicarinya.
Kiranya siang Ceng-hong mengejar kemari untuk menangkap
Bing Cau. Mendengar suara pertempuran dipuncak gunung, siang
Ceng-hong segera tarik kendali waktu dia angkat kepala
melihat Kongsun Ki, keruan naik pitam. dampratnya:
"Kau keparat jahat ini berani mencelakai orang, aku takkan
peluk tangan melihat kau bunuh orang menggunakan ajaran
silat keluargaku."
Lekas Hong-lay-mo-ii tarik suara berteriak:
"Nona siang, lekas kemari saja."
setelah tiba dipengkolan gunung baru siang ceng-hong
melihat Hong-lay-mo-li yang menonton pertempuran dari
dalam kapel, sudah tentu dia heran dan tak mengerti
tanyanya: "Kau melihat Bing cau tidak?"
Hong-lay-mo-li memberitahu: "Bing cau sudah dibunuh
Kongsun Ki. Eh Ceng-hong, kemana kau" jangan keatas, lekas
kemari" siang Ceng-hong tidak mau dengar panggilan Hong-lay-moli,
segera dia keprak kudanya maju lebih lanjut.
Kongsun Ki gelak2 menyambut kedatangan nya.
"Adik iparku kau harus berterima kasih kepadaku.
Bukankah kau menyesal kawin dengan Bing cau" Kubunuh dia
kau menepati cita2mu" Ha h a, sekuntum kembang mekar
masa tertancap digundukan tahi kerbau." mulut bicara namun
gerak g erik kaki tangannya tidak menjadi kendor, dengm
gencar dia tetap menyerang siau- go- kian- kun.
setelah jarak lebih dekat siang Ceng-hong tiba2 berteriak:
"Menuju Kan-bun. putar ke siau-wi tutuk Hiat-hay-hiatnya"
"Ai, sayang tidak kena. ulangi, lekas rebut kedudukan cui-li
tutuk Ih-khi-hiat"
"Nah itu benar, Hiat-hay-hiat dan Ih-khi-hiat adalah dua
titik kelemahannya, serang terus kedua titik kelemahannya,
serang, hantam."
siang Ceng-hong sendiri memang tidak meyakinkan kedua
ilmu berbisa ajaran ayahnya, namun dia tahu betuljuga seluk
beluk dan intisarinya. Dari pertempuran yang sedang
berlangsung dia dapat berkesimpulan bahwa latihan Kongsun
Ki dalam Iwekang ajaran ciptaan ayahnya masih kurang
setengah saja untuk mencapai kesempurnaan maka kedua
ilmu beracun ini masih mempunyai ciri2 kelemahan yang bisa
digempur, asal seorang lawan yang setanding dengan
Iwekang yang tinggi bisa menutuk kedua Hiat-to
kelemahannya dengan Jiong-jiu-hoat, jiwanya pasti melayang
kalau tidak luka parah.
Namun betapa lihay kepandaian Kongsun Ki untuk menutuk
kedua Hiat-to ini siau-go-kian-kun harus benar- memeras
keringat. Tapi setelah tahu titik kelemahan musuh serangan
siau- go- kian- kun memang dipusatkan pada kedua sasaran
ini, sehingga dari pihak terdesak berbalik dia bisa mendesak
lawan. Keruan baikan kepalang gusar Kongsun Ki, dengan
kedatangan siang Ceng-hong dia insaf dirinya bisa celaka
kalau bertempur terlalu iama, tiba2 timbul maksud jahatnya,
Kebetulan siau-go-kian-kun sedang memutar ujung kipasnya
denganJiong-jiu-hoat menutuk Ih-khi-hiat dibawah ketiak
Kungsun Ki, dengan gaya menekuk pinggang menancapkan
dahan pohon tiba2 Kongsun Ki ulur tangan mencengkram
tepat mengenai ujung kipas2 siau- go- kian- kun, sebat sekali
telapak tangan kiri ikut menepuk turun siau-go-kian-kun
dipaksa menangkis dengan pukulan telapak tangan pula
secara kekerasan "BIang" kedua tangan beradu dengan
dahsyatnya. Jurus permainan Kongsun Ki ini dilakukan dengan
menyerempet bahaya, maklumlah Lau-kiong-hi dipusat telapak
tangannya meski bukan titik kelemahan yang mematikan


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jiwanya, namun Hiat-to ini merupakan kunci yang penting juga
bagi mempertahankan kedua ilmu beracunnya itu, disaat
Kongsun Ki menangkap ujung kipas, kebetulan siau- go- kiankun
mendorongnya kedepan dan telak menutuk Lau-kionghiat-
nya ini. Berbareng adu pukulan pula, sudah tentu kedua pihak
sama2 terkuras hawa murni dan cidra.
Tapi karena Kongsun Ki menggunakan pukulan beracun,
maka siau- go- kian- kun terluka lebih parahi Malah segera dia
hnrus kerahkan hawa murni untuk mencegah supaya racun
tidak menjalar keseluruh badan terutama jangan sampai
merembes kejantung.
Maka terdengar suara "Tang" kipas siau- go- kian- kun
jatuh sekali jejak kaki badan melambung lompat bersalto
kebelakang beberapa tombak jauhnya, Kongsun Ki malah
menggerung seperti singa ketaton lekas dia putar badan
melarikan diri.
sudah tentu bukan kepalang kaget Hong-lay-mo-li, tanpa
hiraukan janji segala segera dia lari keatas memberi
pertolongan kepada siau- go- kian- kun.
Tapi maksud Kongsun Ki bukan hanya melarikan diri saja,
namun dia lari menuju kearah siang Ceng-hong, tak terbilang
kaget siang Ceng-hong, lekas dia putar kuda dan keprak
melarikan diri, sekenanya Kongsun Ki meraih sebutir batu
dijentiknya mengincar kaki kuda kuda itu meringkik kesakitan
terus menekuk keempat kakinya kuda siang Ceng-hong ini
tunggangan pilihan yang lari seribu li seharinya, bahwa dia
berani maju mendekat karena mengandal kekuatan kudanya
ini, sewaktu bisa saja melarikan diri.
Tak nyana setelah berani menggunakan cara licik dan
berbahaya melukai siau- go- kian- kun Kongsun Ki putar balik
mengejar dirinya sedikit lena, kudanya tertimpuk roboh.
Cepat sekali dengan beberapa kali lompatan dari atas
kebawah laksana panah tahu2 Kongsun Ki sudah meluncur
tiba didepan siang Ceng-hong, baru siang Ceng-hong lompat
berdiri dan hendak lari, namun sudah terlambat sekali raih dan
tangkap Kongsun Ki jinjing badan orang, Meski hawa murni
terkuras, namun kepandaian sejati Kongsun Ki masih jauh
lebih unggul dari siang ceng-hong.
Ternyata selentikan batu Kongsun Ki menggunakan tenaga
yang diperhitungkan kuda itu hanya kesemutan sebentar pada
ruas tulangnya, kini sudah berdiri tegak dan bergerak bebas
pula tanpa terluka sedikitpun.
Dengan mencangklong siang Ceng-hong, Kongsun Ki lantas
cempIak kepunggung kuda, sekali tepuk pantat kuda terus
mernerjang ke bawah bagai terbang. Kalau Hong-lay-mo-li
hendak mengejarpun sudah terlambat.
Baru saja Hong-lay-mo-li tiba disamping siau- go- kiankun.
sementara siang Ceng-hong kena ditangkap Kongsun Ki,
keduanya sama kaget dan beradu pandang dengan melongo.
"LiuJing-yau," terdengar gelak tawa Kongsun Ki yang
berseru dari kejauhan,
" Hoa Kok-ham kalian mempelajari ilmu silat bapakku
memangnya bisa membekuk aku" Hehe, jangan kalian mimpi
disiang hari bolong selama gunung menghijau dan air
mengalir, kelak kita masih ada kesempatan bertemu, lain
waktu kalian boleh maju bersama. akan kutunjukkan
kelihayanku."
karena berhasil menawan siang Ceng-hong, betapa riang
hati Kongsun Ki.
Dia yakin dengan menawan siang Ceng-hong, latihan
ilmunya pasti akan mencapai kesempurnaannya, jikalau ilmu
silatnya sudah nomor satu diseluruh jagat, siapa pula yang
harus ditakuti" Karena girangnya sepanjang jalang dia
bergelak tawa menggila.
Gelak tawa Kongsun Ki masih bergema ditanah
pegunungan, sementara bayangannya sudah tidak kelihatan.
siau- go- kian- kun berkata dengan gemes:
"Pukulan beracun keparat ini memang lihay. Yau- moay,
kau selalu membawa jarum emas lekaslah kau tusuk
berlubang ujung jariku."
jari tengah tangan kiri Siau-go-kian-kun membengkak
hitam sebesar lobak. Ternyata dengan Iwekang tingkat tinggi
dia desak racun ke- ujung jarinya, Dengan jarum emasnya
lekas Hong-lay-mo-li menusuknya dan meneteslah darah
hitam kental. sementara itu keadaan san san sudah pulih seperti sedia
kala, segera bertiga pulang kerumah san san. jenazah Bing
cau masih menggeletak. mengingat di bawah ancaman
Kongsun Ki orang masih tetap tidak tega mencelakai dirinya,
terhibur juga hati san san, betapapun orang adalah teman
bermain sejak kecil, maka dibela kang taman dia menggali
liang lahat dengan bantuan Hong-lay-mo-li dan siau-go-kiankun
jenazah Bing Cau dikubur ala kadarnya.
setelah kerja berat semalam suntuki haripun sudah terang
tanah, kata Hong-lay-mo-li sambil menyiapkan sarapan pagi:
"Kali ini kami sedikit kena dirugikan, namun pesan Hui-siok
sinni terhitung sudah kulaksanakan."
"Hah kau sudah bertemu dengan guruku" Beliau ada pesan
apa?" tanya san san.
"Hui-siok sinni tidak akan memungutmu sebagai muridnya,
dia suruh aku membujukmu kembali preman saja."
setelah tahu gurunya sudah punya tempat tinggal yang
tetup, lega juga hati san san katanya:
"Terima kasih bahwa guru masih ingatpada diriku, tapi aku
memang sudah preman."
"Memangnya, semula kukira harus putar lidah untuk
membujukmu Adik san san, soal apa sih yang membuat gairah
hidupmu bangkit kembali?"
Merah muka san san, sesaat kemudian baru dia menjawab:
"Bingcu hamba memang ingin melaporkan sesuatu hal"
tiba2 dia merubah panggilan seperti waktu di pangkalan
setiap dia melaporkan sesuatu persoalan.
"Kau suka jadi perampok perempuan pula mengikuti
jejakku" Bagus sekali, namun disini bukan di pangkalan,
jangan gunakan tata tertib itu. Tetap kau memanggilku cici,
ada urusan apa yang hendak kau sampaikan kepadaku?"
"soal ini harus dibicarakan mulai tiga tahun yang lalu waktu
kau suruh aku mengantar Khing-kongcu turun gunung."
Hong-lay-mo-li melengaki namun dilihatnya mimik san san
tidak menunjukan rasa sedih akan pengalaman lama, maka
dengan tersenyum dia mendesak:
"Ya, kenapa?"
" Waktu aku menunaikan tugas, Tai Mo cici juga minta
tolong kepadaku untuk mencari tahu kabar adiknya."
"o jadi Tai Mo masih punya adik, aku kok belum tahu."
"Ayah bunda Tai Mo adalah kaum tani yang miskin, jaman
peperangan lagi, kuatir tak mampu melindungi putrinya maka
dia dijual kepada keluarga kaya. Belakangan keluarga kaya ini
dirampok habiskan sejak itu Tai Mo berkecimpung dikalangan
Loklim. setelah mengalami berbagai peristiwa baru terakhir dia
ada kesempatan bertemu dan ikut kepada Bengcu.
Waktu Tai Mo dijual usianya baru 7 adiknya 5. setelah
sekian tahun dan peperangan belum berakhir Tai Mo tidak
tahu apakah ayah bundanya masih menetap didesa
kelahirannya maka dia minta tolong aku untuk menyirapinya.
Kebetulan desa itu hanya 200 li dari sini, tahun lalu
setelah mengantarkan Khing-kongcu dalam perjalanan pulang
akujadi mampir kesana, Tai Mo cici hanya tahu keluarganya
she Liok, ayahnya orang miskin, sampai na mapun tidak
punya. Biasanya orang sering memanggilnya Liok-toasiok atau Loliok2
sudah tentu bukan soal gampang hendak menemukan
keluarga miskin yang bersahaja.
"Kau berhasil menemukan tidak?" tanya Hong-lay-mo-li.
"Dengan susah payah aku temukan desa kecil itu, namun
dimana sudah menjadi belukar, agaknya desa ini juga dilanda
perang, rumah2 rakyat sudah terbakar habis yang ada tinggal
dua gedung milik tuan tanah setempat, namun aku belum
putus harapan, aku ubek2an mencari tahu ke kampung
sekitarnya, katanya keluarga she Liok dikampung itu ada
puluhan setelah dilanda perang, ada yang mati, ada yang
ngungsi ada pula yang ditawan dijadikan tukang pikul atau
kuli, tidak diketahui kabar beritanya."
"Tai Mo memang harus dikasihani, jadi kau tidak berhasil
menemukan adiknya." ujar Hong- lay- mo- li.
"sebaliknya aku yakin dia sudah menemukannya." timbrung
siau- go- kian- kun,
" kalau tidak tak mungkin dia sengaja memperbincangkan
soal ini."
" Kalian masing2 menebak benar separo" ujar san san
" waktu itu aku tidak berhasil, namun kali ini aku
menemukannya."
"Nah sudah ketemu, cara bagaimana kau menemukan dia"
Dimana dia sekarang" Tai Mo sudah tahu belum ?"
"Kali ini aku sengaja mampir pula ke desa Tai Mo, kali ini
kulihat dalam desa itu dibangun sebuah rumah. laki yang baru
waktu aku tiba disana kebetulan pemilik rumah baru pulang
dari berburu, maka aku lantas maju bertanya. "
"Kebetulan dia itulah adik Tai Mo?" tanya Hong- lay- mo- li.
"Benar semula aku belum yakin, namun setelah kami tanya
jawab dan kukisahkan perpisahan mereka diwaktu kecil,
ternyata Lapat2 masih diingatnya dengan baik maka aku yakin
orang yang kucari tidak akan salah lagi"
"Dimana dia sekarang?"
"Dia sudah berada disini. Ternyata setelah menanjak
dewasa, dia kelana di Kangouw berhasil mempelajari
kepandaian silat pula, belakangan dia terjun ke-dalam laskar
gerilya, maka selama ini tidak berani pulang desa. Kini situasi
rada lain, maka dia ingin menjenguk kampung halamannya."
"siapa namanya?"
"Dia bernama Liok Bian"
Hong-lay-mo-li seperti sudah kenal nama ini, namun tak
ingat dimana dia pernah dengar nama ini.
san san menjelaskan lebih lanjut:
"Setelah tahu keadaan cicinya, girangnya bukan main, dia
mengharap bisa membaktikan diri bagi kepentingan pangkalan
kita aku memberanikan diri, mewakili Bing cu menerimanya."
"Baik sekali Hayolah sekarang kau tunjukan dia kepadaku,
biar dia pulang ikut kami saja."
" Kukira tidak perlu. Dia berjanji hari ini akan kemari
menjengukku, tunggu lagi sebentar, dia pasti datang"
setiap membicarakan soal Liok Bian, san san selalu
mengunjuk rasa simpatik dan mesra baru sekarang Hong-laymo-
li mengerti katanya:
"ohi jadi lantaran si dia ini maka kau mengubah tekadmu
untuk menjadi Nikoh"
Merah muka San San, beium sempat dia menjawab tiba2
terdengar ketokan pintu, terdengar seorang bertanya:
"Apakah san san cici ada dirumah?"
"silakan kau masuk sendiri" seru san san.
Tampak seorang pemuda mendorong pintu serta
melangkah masuki Dia bukan lain adalah adik Tai Mo yang
bernama Liok Bian, Melihat dalam rumah ada orang lain.
sekilas dia metengak dan tertegun diambang pintu.
san san tertawa, katanya:
" Kebetulan kau datang, cici ini adalah Liu-bengcu kita, Dan
inilah Hoa Kok-ham Hoa Tayhiap"
Liok Bian kegirangan, ter-sipu2 dia memburu maju seraya
memberi hormat.
sebagai ahli silat sekilas pandang Hong- lay- mo li
mendapatkan sorot mata Liok Bian tajam mengandung cahaya
terang, suaranyapun berisi dan mantup, terang mempunyai
dasar latihan Iwekang yang kuat, jelas lebih unggul dari san
san, maka dia bertanya:
"siapakah gurumu?"
"suhu she rangkap yaitu sebun bernama Ya. orang2 bulim
menjulukinya say-ci-hong"
"Tak heran aku seperti pernah dengar namamu, kiranya
kau murid say- ci-hong. Dua tahun yang lalu, aku pernah
bertemu dengan guru dan Toa-supekmu Tang Hay- liong
mereka membicarakan murid masing2, gurumu pernah
menyinggung namamu,"
"Mana aku berani dibanding murid Toa-su-pek" Toasuko
adalah enghiong yang sudah kenamaan di kolong langit, aku
paling hanya domba yang baru keluar kandang."
"Agaknya kau belum pernah bertemu dengan Toa-supek
dan Toa-sukomu" setahun yang lalu dalam peperangan diJayciok-
ki, aku pernah berjuang berdampingan dengan mereka
tidak sedikit bantuan yang mereka curahkan"
"Dalam peperangan diJay-ciok-ki, akupun menggabungkan
diri pada barisan rakyat, pimpinan kami bernama Lau Kan."
"o Lau Kan" seperti pernah kudengar namanya. Tapi waktu
itu dia tidak dalam peperangan diJay-ciok-ki."
" Waktu itu kita memang terputus diselatan Hway-say.
Tujuan Lau Kan hendak bawa kita untuk bergabung dengan
Liu-bengcu, sayang situasi waktu itu tidak mengidzinkan, Lalu
aku diutus menjadi kurir untuk cari hubungan dengan
TOhisuko, sayang sebelum aku tiba ditujuan peperangan
besar itu sudah berakhir."
Lalu Liok Bian ceritakan nasib dari barisan rakyat yang
dipimpin Lau Kan, terpaksa harus bubar sesuai yang
diperintahkan oleh pihak kerajaan waktu itu
" Kalian kakak beradik berpisah sepuluhan tahun, bolehlah
kau pulang bersamaku menemui cicimu."
Memang Liok Bian ingin sekali lekas bertemu dengan
cirinya sahutnya msnunduk:
"Terserah akan putusan Beng-cu"
Hari itu, mereka berempat berangkat, hubungan dengan
Liok Bian semakin dekat dan intim, sudah tentu Hong lay-mo-li
ikut girang, Tanpa menemui aral rintang akhirnya mereka tiba
di pangkalan. Mendapat laporan, Tai Mo segera pimpin anak
buahnya keluar menyambut.
Dengan suara lirih san san berkata:
"Kau tidak mengenal cicimu lagi" Tuh dia datang, lekas kau
perkenalkan dirimu"
maksudnya hendak membuat Tai Mo kegirangan diluar
dugaan maka sebelumnya tidak mau bicara.
Tak nyana dilihatnya Liok Bian seperti terlongong,
pandangannya kaku membundar, seiring pandangan orang


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didapati oleh san san, dibelakang Tai Mo ada pula seorang
pemuda yang belum dikenalnya.
Hong-lay-mo-li yang jalan didepanpun sudah me lihat
pemuda ini, dia kira seorang Thaubak baru yang baru masuki
maka dia tidak ambil perhatian Dengan tertawa segera dia
menyapa: "Tai Mo, coba lihat siapa yang kubawa kemari?"
sudah tentu yang dimaksud Hong-ay-mo-li adalah Liok
Bian, dia ingin tahu apakah Tai Mo masih kenal adiknya. Tapi
bagi penerimaan TaiMo, dia sangka yang dimaksud Hong-laymo-
li adalah san san.
seru Tai Mo girang,
"san san cici, kau sudah kembali" Perlu kuberi kabar
gembira kepadamu, adikku sudah ketemu, siau Moh ayolah
memberi hormat kepada Bing-cu dan san san cici."
sudah tentu kata2 Tai Mo amat mengejutkan Hong-lay-moli
dan san san. Teriak san san:
"Kau punya berapa adik?"
Pemuda itu sudah melangkah maju, Tai Mo segera
menudingnya, katanya:
"Kan kau sudah tahu, aku hanya punya seorang adik, dan
dia inilah adikku. Eh, san san cici, kau kenapa?"
Teriak san san:
" Adikmu sudah kutemukan dan kubawa kemari, dari mana
pula kau mempunyai adik yang lain?"
Kini ganti Taj Mo yang terperanjat serunya:
"Apa" siapakah orang ini" Dia juga bilang sebagai adikku"
Berubah muka Liok Bian katanya menuding pemuda itu:
"Kau, kau, apa yang kau lakukan" Kenapa kau menyamar
diriku?" Pemuda itu tiba2 membentak:
" orang ini adalah mata2 musuh"
Kejut dan gusar Liok Bian dibuatnya, teriaknya:
"Kau apa katamu" o, aku mengertilah, kau inilah mata2
musuh" Pemuda itu maju hendak meringkus Liok Bian, lekas Liok
Bian bersiap2. Hong-lay-mo-li segera bertindak:
"jangan bergerak yang tulen takkan palsu yang palsu tidak
bisa tulen. siapa benar siapa palsu, pasti dapat dibikin jelas,
Tai Mo, coba kau amat2i biar jelas yang mana sebetulnya
adikmu?" Kata Tai Mo sambil tuding pemuda itu:
"Aku sudah menanyainya dengan jelas, semuanya cocok
dia adalah adikku."
sudah tentu san san amat terperanjat seperti mengigau
dengan melongo, dia berkata kepada Tai Mo:
" Kukira tidak benar, Aku tak percaya Liok Bian akan
menipuku" Liok Bian segera berkata:
"cici, kau ditipu orang, Apa saja yang dikatakan orang ini
kepadamu?"
Tai Mo gusar, serunya:
"Kau ingin mengorek keteranganku untuk menyarunya"
Memangnya aku gampang kau tipu?"
Pemuda itu berkata:
"Dia adalah penghianat dari barisan rakyat sayang dulu aku
tidak mengenalnya, menyeluruh malah kuanggapnya sebagai
saudara sendiri, Bagus ya, kau tahu aku punya seorang cici
yang menjadi pembantu Bingcu, berani kau kemari hendak
menyaru diriku, ingin aku tanya apa sih tujuanmu?"
Berkobar amarah Tai Mo karena hasutan si pemuda.
semprotnya: "Benar, ringkus dia lebih dulu, baru nanti kompes
keterangannya."
"Tai Mo cici," sela san san,
"berilah kesempatan dia bicara"
"Baiklah kaupunya omongan apa, katakan dihadapan orang
banyak" ujar Tai Mo.
Liok Bian berkata:
"Pada waktu ibu menjual kau kepada ong-toahu sebagai
budak dulu, ibu menyeretku mengantarmu melewati
jembatan, setiba diujung jembatan satu, kau ingin
membopongku, tapi kau tidak kuat membopongku sehingga
terpeleset jatuh. Apa kau masih ingat kejadian itu?"
Pemuda itu gusar, serunya:
"Didalam barisan rakyat kau adalah teman baikku, semua
kejadian itu kau dengar dari penuturanku."
Liok Bian menyeringai dingin, katanya:
"Kau memang tidak tahu malu, kupandang kau sebagai
saudara, maka segala kesengsaraanku diwaktu kecil
kuceritakan kepadamu, kau justru menggunakan bahan- ini
kemari menipu ciciku Cici, coba kaupikirkan secara cermat dan
lihatlah dengan teliti apa benar kau sedikitpun tidak
mengingat dan kenal kepada adik kandungan sendiri?"
Kedua orang bicara dalam nada yang sama, keruan
suasana menjadi ramai perdebatan dua orang.
"Kalian jangan ribut" segera Hong-lay-mo-li tampil
kedepan, "biarkan Tai Mo memperhatikan dengan seksama."
Waktu Tai Mo meninggalkan rumah usianya baru 7 tahun,
adiknya berusia 5 tahun, Kini keduanya sudah tumbuh
dewasa, bentuk muka pada waktu kecilnya sudah berubah.
sama sekali pandang kekanan lihat kekiri,lapat2 terasa
olehnya kedua pemuda ini sangat mirip bayangan adiknya
diwaktu kecil. Tapi yang datang dulu lebih meyakinkan maka
dia masih lebih percaya kepada pemuda yang datang duluan
sebagai adiknya.
Liok Bian garuk2 belakang kupingnya, katanya dengan
rawan: "cici, kau tidak mengenalku lagi" Tapi aku punya omongan"
tiba2 teringat oleh Tai Mo akan bayangan adiknya diwaktu
kecil yang punya kebiasaan suka meng-garuk2 kepala bagian
belakang kupingnya. Tapi seorang dikala menghadapi
persoalan pelik secara tidak sadar bisa saja melakukan gerak
gerik aneh ini, tidak bisa lantaran hal ini Tai Mo lantas yakin
siapa benar siapa salahi maka dia berkata:
"Baik, kau ada omongan apa, lekas katakan"
"Hal ini hanya bisa kukatakan denganmu seorang, marilah
ke tempat sepi yang tiada orang lain." ajak Liok Bian.
Pemuda itu kembali beriingkrak:
"Kau hendak main muslihat apa, cici, jangan kau kena
ditipunya."
sekilas Tai Mo berpikir, sorot matanya ragu2, namun
berkata: "Baik, ayolah kami bicara disana."
tangannya mengulap2 anak buahnya segera menyingkir
jauh, Pemuda itu seperti ingin menentang, tapi akhirnya
diapun tidak bicara lagi.
setiba membawa Liok Bian dipinggir hutan Tai Mo berhenti
dan mendengar orang bicara dengan suara perlahan.
Dengan memegang kebutnya, Hong- Lay- mo-li perhatikan
kearah sijii, maklumlah kepandaian silat sejati Liok Biak masih
lebih tinggi dari Tai Mo, dia harus hati2 berjaga bila Liok Bian
mempunyai maksud tertentu, menawan Tai Mo sebagai
sandera. soalnya persoalan ini cukup sulit dan aneh untuk dibedakan
karena Tai Mo sendiri yang bersangkutanpun tidak bisa
membedakan mana adiknya mana yang palsu. Bahwa Liok
Bian mengajak bicara ditempat sepi, mau tidak mau Hong-laymo-
li harus meningkatkan kewaspadaannya .
seorang lagi yang kebat kebit hatinya adalah san san.
Disaat Tai Mo bicara dengan Liok Bian, telapak tangannya
basah oleh keringat dingin Jikalau Liok Bian adalah palsu...
hampir tidak berani dia membayangkan.
Maklumlah diarena asmara dia pernah patah hati sekali
dengan susah payah akhirnya baru saja dia berhasil
menyembuhkan luka2 hatinya dulu, apakah dia kuat
mengalami pukulan batin sekali lagi "
Pembicaraan Tai Mo dan Liok Bian hanya sebentar saja,
namun san san seperti menunggu ber-tahun2. Tampak Tai Mo
dan Liok Bian sudah beranjak balik dengan muka gelap dan
prihatin jantung san san seperti gelombang pasang yang
mendamparpantai, tak berani dia mengajukan pertanyaan.
Pemuda itu berseru:
"cici, apa saja yang dikatakan keparat ini dengan kau..."
tiba2 Tai Mo membentak dengan menuding dia:
"siapa sudi jadi cicimu, mulutmulah yang mengobrol tidak
karuan." sungguh girang san san bukan main sampai dia bersorak
seperti putus lotre. teriaknya dengan napas tersengal:
"Bagaimana" Memangnya aku tahu Liok Bian tidak akan
salah." sebaliknya pemuda itu berubah hebat mukanya, tiba2 dia
taburkan segenggam senjata rahasia, maksudnya hendak
melukai beberapa orang untuk menjebol keluar melarikan diri,
Tapi Hong-lay-mo-li sejak tadi sudah siaga. sekali kebut dia
jaring semua senjata rahasia orang didalam gulungan
kebutnya. sigap sekali Tai Mo dan Liok Bian sudah menubruk maju.
pemuda itu jadi kalap, bentaknya:
"Kau bocah ini pakai bujuk rayu apa, berani kau menipu
ciciku?" suaranya gemetar, muka pucat, jelas dia sudah
membayangkan akibat dari perbuatannya.
Telapak tangan kiri Liok Bian menyampuk kepalan orang,
sementara jari2 tangan kanan bagai cakar garuda
mencengkram kedada orang, sekali renggut dia tarik badan
orang. bentaknya:
"justru aku yang hendak tanya kau"
sebagai murid say- ci hong jurus tipu permainan Liok Bian
cukup matang dan lihay, dilandasi tenaga pembawaan yang
keras dan kuat, kepandaian aslinya memang lebih tinggi dari
pemuda inii ketambah orang tahu akan perbuatan sendiri yang
sudah terbongkar kedoknya, keinginannya hanya melarikan
diri sudah tentu tiada semangat bertempur, dalam dua gebrak
saja tangannya sudah tertelikung dan dijambak oleh Liok Bian.
Tai Mo lekas maju, "plak" dia tampar pipi orang sekeras2nya,
makinya: "Berani kau menyaru jadi adikku?"
Dengan berseri tawa san san memburu maju menarik
tangan Tai Mo, katanya
"selamat cici, akhirnya kau mengenali adikmu sendiri, Liok
Bian. apa sih yang kau katakan kepada cicimu" Masa hanya
beberapa patah kata saja sudah bikin dia maupercaya?"
"Aku hanya bilang sepatah kata." ujar Liok Bian tertawa
menyengir. "Apa benar?" san san semakin riang
"Kau memang hebat omongan apa yang kau kaatakan?"
Merah muka Tai Mo, katanya:
"Yang dia katakan kepadaku orang lain tidak boleh tahu."
Ternyata seperti anak2 keluarga miskin lainnya, waktu
berusia tujuh lima tahun dulu Tai Mo dan adiknya kalau
dirumah tidak pernah mengenakan pakaian.
Kebetulan tepat ditengah2 dadanya terdapat sebuah
andeng2 (tahi lalat besar) warna hitam, adiknya yang kecil
dan tidak tahu urusan merasa anehi dia kira sang taci ada
mempunyai tiga putik payudara, Pernah suatu ketika dia tanya
kepada sang ibu, tapi malah dia dimaki habiskan oleh ibunya,
saking sedihnya sang ibu sampai menangis gerung2 menyesali
keluarganya yang miskin tidak mampu membeli baju untuk
dipakai putri putranya.
sejak berusia 5 tahun Liok Bian lantas berpisah dengan
sang taci, kejadian diwaktu kecil sebetulnya sukar dikenang
Tapi peristiwa itu sendiri memang meninggalkan kesan
mendalam dalam benaknya, maka sampai sekarang dia masih
segar mengingatnya. Dan apa yang dia katakan kepada Tai
Mo adalah: "Cici masihkah kau ingat waktu kecil aku pernah
mengatakan kau punya tiga putik payudara, sampai aku
dimaki ibu habiskan?"
Pemuda itu masih coba membela diri katanya:
"Dulu orang ini kuanggap sebagai temanku sendiri,
hubungan antara kakak dan adikpun sampai kuberitahu
kepadanya, Cici, masakah kaupercaya hanya sepatah dua
patah katanya."
saking marah kembali Tai Mo persen beberapa kali
tempelengan Katanya:
"Sekali lagi kau panggil cici, kubunuh kau."
maklumlah antara sahabat karib mungkin saja saling
menceritakan apa saja namun keadaan tubuh sang cici yang
terahasia tidak mungkin diberitahu kepada orang luar.
"Sudah cukup, Kini tiba saatnya mengompes
keterangannya." kata Hong-lay-mo-li.
"siapakah bedebah ini?"
Liok Bian segera menerangkan
"Dia adalah adik pimpinan barisan rakyat kita Lau Kan
namanya Lau Tao. Ai, sungguh tidak kuduga dia berbuat
begini memalukan"
Lau Tao cukup cerdik, dilihatnya sikap Liok Bian masih rada
ragu2 dan menaruh belas kasihan terhadapnya, cepat dia
berkata: "Liok-toako perbuatanku kali ini memang tidak pantas, tapi
maksud tujuanku adalah baik,"
"Coba kau terangkan sejelasnya,"
"Barisan rakyat kita telah dibubarkan kau dengan puluhan
saudara2 yang kebetulan sekampung halaman pulang kedesa
bukankah ditengah jalan kalian kepergok oleh barisan ronda
negeri Kim?"
"Benar, puluhan kawan- kita itu semuanya gugur dimedan
laga, hanya aku sendiri yang ketinggalan hidup,"
"Tidak, masih ada seorang kawan yang terluka parah belum
ajal, belakangan dia lari balik melaporkan peristiwa tragis itu-
Dia tidak tahu bahwa kau berhasil lolos, disangkanya kaupun
sudah mati."
"Lalu bagaimana?"
Lau Tao mengunjuk sikap kikuk dan risi, katanya.
" Aku percaya begitu saja, kukira kau memang sudah mati
Aku, timbullah kenakalan dalam pikiranku untuk menyaru jadi
dirimu untuk kemari mencari cicimu, Karena cicimu sedang
pegang jabatan mewakili kekuasaan Loklim Bing-cu, karena


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak ingin menjadi serdadu keroco, kukira dengan mengaku
sebagai adik-nya, tentu, tentu dapat diangkat jadi seorang
Thau-bak. Aku dalam hal ini mengakui ada sedikit ambisi
pribadi, tapi tujuanku adalah untuk melawan musuh penjajah."
Liok Bian tertawa dingin, katanya:
"Lalu sekarang aku sudah kembali kau, kau malah
menudingku sebagai mata2 musuh" Bukaukah kau sengaja
hendak mencelakai aku?"
Lau Tao tekuk lutut menyembah, serunya:
"Mohon Liok-toako sudi pandang muka engkoh ku
ampunilah sekali kesalahanku ini, aku aku memang ceroboh.
memang aku tidak pantas, Karena kuatir Toakoku tidak
mengampuni kesalahanku terpaksa aku menista kau."
"Hm. bangun tidak sudi aku melihat cecongormu yang
memalukan ini. Hm, kau melakukan perbuatan yang tidak tahu
malu seluruhnya bertentangan dengan azas tujuan perjuangan
kaum pendekar memangnya dosamu cukup diampuni hanya
karena kau mengaku ceroboh saja?"
"Ya, ya, aku melakukan kesalahan, aku rela dihukum oleh
Liok-toako" Lau Tao pura2 meratap. terasa olehnya meski
kata2 Liok Bian pedas, namun nadanya rada lembek dan ada
maksud mengampuni kesalahannya.
selama setahun menjabat wakil Bengcu, Tai Mo jauh lebih
cerdik dibanding adiknya, selanya dingin:
"orang she Lau bicaramu kurang jujur, Kau ingin
menyembunyikan dosa besarmu, hanya mengakui dosa2 kecil,
ya bukan?"
LauTao pura2 bersikap rikuh dan penasaran katanya:
"Semua kesalahanku bukankah sudah kuakui"
"Yang terang adikku takkan tahu bahwa aku disini
menjabat wakil Bengcu segala, memangnya dari mana kau
bisa mengetahui" Bukankah hal ini menunjukkan borokmu?"
"Aku sendiri yang berhasil mencari tahu ditengah jalan."
"Cari tahu kepada siapa" siapa yang tahu akan hal ini?"
desak Tai Mo. Tergagap Lau Tao dibuatnya,
"lni, ini, em kudengar kau asal seorang budak teringat
olehku riwayat hidup Liok-toako, maka aku kemari
mencobanya." jawabannya ngelantur dan ter-putus2, jelas dia
tidak kuasa menerangkan alasannya.
Mencelos hati Hong-lay-mo-li, katanya:
"Dalam persoalan ini pasti ada latar belakangnya yang amat
berbahaya" lalu dengan alis tegak dia membentak:
"Keparat ini tak mau bicara jujur gusur keluar dan penggal
kepalanya"
Dua Thau-bak segera mengiakan dan tampil kedepan,
golok baja besar segera ditekan keleher Lau Tao.
Kejut Lau Tao serasa hampir terbang arwahnya, teriaknya
ter-sipu2: "Baiklahi aku bicara terus terang"
Hong-lay-mo-li menjengek dingin:
"sepatah kata kau bohong, tetap kucabut nyawamu, lekas
katakan" setelah menentramkan napasnya baru Lau Tao ber-kata:
"Setelah semuanya bubar, engkoh ku bermaksud
mengasingkan diri, menyusun kekuatan untuk bangkit
kembali, aku sebaliknya tidak rela hidup menyepi bercocok
tanam didesa, Maka aku berpisah dengan engkoh ku, kubawa
sebarisan saudara2 kita yang tidak punya tinggal tetup,
melakukan kerja tanpa modal. Tak nyana suatu ketika kita
digeropyok oleh pasukan Kim, aku, aku akhirnya tertawan oleh
mereka." "Bagaimana setelah kau tertawan?" tanya Hong-ay-mo-li.
"Mereku tahu aku adalah Thaubak maka aku dikompas
sendirian, aku diperas dengan siksaan, yang mengompes aku
adalah seorang Han."
"Lho, orang Han" siapa namanya?" tanya Hong-lay-mo-li.
"Usianya kira2 tiga puluhan, kulit mukanya putih tanpa
brengos dan jenggot, aku tidak kenal siapa dia, namun
kudengar banyak orang memanggilnya Hu-ma sikapnya amat
hormat dan patuh terhadapnya."
Hong-lay-mo-li kaget dan mengerti katanya:
"o, kiranya Kongsun Ki. Bagaimana Kongsun Ki mengompes
keteranganmu, katakan."
Lau Tao melanjutkan
"Begitu ia tahu aku adalah adiknya Lau Kan, semakin getol
dia mengompes aku. Dia suruh aku memberi daftar nama para
pemimpin laskar rakyat, peduli untuk persoalan dinas atau
urusan pribadi, semuanya harus kusebutkan satu persatu."
"Kau katakan tidak?" desak Hong-lay-mo-li.
"Karena disiksa, apa boleh buat, terpaksa aku mengaku
terus terang."
"Keparat kau" damrat Liok Bian,
"jadi hubungan pribadi antara kami kakak beradikpun kau
paparkan kepada Huma anjing itu?"
Lau Tao tidak berani bercuit dengan menunduk diam dia
mengakui tuduhan ini. saking penasaran dan muntap
amarahnya "Plak?" Tai Mo menamparnya pula.
"setelah kau memberikan keteranganmu, bagaimana sikap
Kongsun Ki?" tanya Hong-lay-mo-li lebih lanjut.
"Huma anjing itu lantas membebaskan aku-" sahut Lau Tao
ber-sungut2 sambil mendekap kedua pipinya yang bengkak
membiru. "Ehi mau menipu ya" Baik kau tidak bicara secara blak2an"
Kongsun Ki bisa menggunakan siksaan, memangnya aku tidak
bisa?" ancam Hong-lay-mo-li dengan bengis.
Sekali kebutnya dia sendai kearah punggung orang, Lau
Tao seketika rasanya seluruh badan seperti ditusuki jarum
sakitnya, sungguh tak tertahankan deritanya jauh lebih
menderita dari kompes yang manapun.
"Bengcu ampun." teriak Lau Tau dengan suara seraki
"Baiklah aku mengaku"
"Lekas bicara," ancam Hong-lay-mo-li pula.
"ma-sih ada delapan belas macam siksaan, kalau tidak
bicara sejujurnya, biar kau rasakan satu persatu."
setelah menenangkan napasnya Lau Tao bicara lebih
lanjut: "Mendengar kisahku tentang persaudaraan Liok-toako,
Huma anjing itu amat prihatin, Bahwa nona Tai Mo menjabat
wakil Bengcu disini adalah dia yang memberitahu kepadaku.
Katanya bahwa Tai Mo pasti adalah saudara tua Liok-toako,"
Kata Hong-lay-mo-li kepada Tai Mo:
"Kiranya tidak meleset dugaanku, semua ini adalah
muslihat Kongsun Ki."
Liok Bian menimbrung:
" Kongsun Ki suruh kau menyaru aku mengakui ciciku, apa
tujuannya" Lekas katakan"
Merah padam muka Lau Taoi mulutnya sudah terbuka
beberapa kali, namun dia takut2. Terpaksa Hong-lay-mo-li
angkat kebutnya pula mengancam:
"Apa kau ingin rasakan siksaan?"
Apa boleh buat Lau Tao mengaku terus terang:
"Dia suruh aku kemari jadi mata2. Mereka mendapat tahu
bahwa Bing cu belum pulang pangkalan, maka mereka
merencanakan untuk kerahkan pasukan besar hendak
menyerbu pangkalan ini, tiba waktunya aku harus kerja dari
dalam menawan Tai Mo cici sebagai sandera dan diserahkan
kepada mereka."
Hong-lay-mo-li gusar, damratnya:
"Keji benar, muluk benar rencana mereka, hm hm, semena2,
berjiwa kerdil, Apa gunanya manusia rendah martabat
seperti kau hidup di dunia."
Keruan Lau Tao ketakutan, teriaknya
"Bengcu, aku sudah mengaku kau harus ampuni aku. Liok
toako, sukalah kau pandang muka engkoh ku, ampunilah
jiwaku." "Baik, hukuman mati tidak usah siksaan hidup harus kau
rasakan" ujar Hong-lay-mo li, "wut" tangannya menepuk
kearah punggung Lau Tao, dengan menggerung kesakitan Lau
Tao tersungkur jatuh dan semaput.
Hong-lay-mo-li tahu akan perasaan Liok Bian katanya:
"jangan kuatir, aku hanya punahkan ilmu silatnya. setelah
sehat kembali, keadaannya seperti orang biasa."
lalu dia perintahkan orang untuk menyeret Lao Tao
kebelakang, setelah diobati suruh kerja paksa, Kelak biar
diserahkan kepada engkohnya supaya dijatuhi hukuman
setimpal. Malam itu Hong-lay-mo-li mengadakan perjamuan untuk
merayakan pertemuan yang menggembirakan ini. Bahwa san
san kembali preman, Tai Mo menemukan adiknya pula. Maka
Hong-lay-mo-li menambahkan.
"Tai Mo, masih ada sebuah hal yang menggembirakan kau
belum tahu?"
"soal menggembirakan apa?" tanya Tai Mo tidak tahu.
"Tahukah kau kenapa san san kembali preman?" Tai Mo
geleng2. "Nahi adikmu tahut tanyalah kepadanya."
Keruan san san dan Liok Bian ter-sipu2 malu.Baru sekarang
Tai Mo mengerti, serunya:
"o, kiranya begitu, san san cici selanjutnya kau akan jadi
adik iparku" Haha hubungan kita semakin dekat sungguh
menggembirakan sekali."
Perjamuan terus berlangsung sampai larut malam, sebelum
bubar, seorang serdadu datang memberi laporan, berhasil
menawan seorang mata2 musuh ternyata seorang bangsa
Nuchen yang menyaru jadi orang Han, datang hendak
menemui Lao Tao.
Cuma yang disebut adalah adik dariBingcu kalian, seluruh
penghuni pangkalan ini sudah tahu bahwa Lau Tao adalah
mata2, maka orang ini sebera dibekuk dan digusur kehadapan
Hong-lay-mo-li.
setelah dikompes baru diketahui orang diutus kemari untuk
menjadi pembantu Lau Tao, bersama menjadi musuh
terpendam didalam pangkalan, setelah tawanan digusur
keluar, Hong- lay- mo- ajak Tai Mo, san san, siau- go- kiankun
dan lain2 orang berunding:
" Kebetulan kita bisa menggunakan tipu daya ini, pancing
pasukan Kim kemari, lalu kita sapu mereka habiskan. Mereka
kira ada mata2 terpendam disini, pasukan besarnya terang
takkan dikerahkan, apa lagi hanya menghadapi sebuah
pangkalan brandal, maka mereka pasti menyergap secara licik,
Kita harus atur sedemikian rupa, sehingga seluruh musuh kita
jaring." segera mereka atur rencana dan mengambil langkah2 yang
penting, Beruntun beberapa hari berdatangan pula beberapa
orang mata2 musuhi semuanya kena diringkus oleh pasukan
ronda. Dari sekian orang tawanan musuh Hong-lay-mo-li
ancam seorang yang penakut dan bernyali kecil namun
berilmu silat lumayan, memaksanya minum racun, diancamnya
bahwa dalam tujuh hari kadar racun akan bekerja tanpa obat
penawar tunggal dari Hong-lay-mo-li takkan mungkin diobati
dan akhirnya mati dengan badan membusuk.
Karena ketakutan dia menyerah mentah2, lalu Liok Bian
diutus untuk menyaru jadi pengawalnya, menggusurnya
kebawah gunung menuju kesuatu pos rahasia untuk memberi
kabar kepada musuh. Dikatakan bahwa segala persiapan Lau
Tao diatas gunung berjalan baiki setelah semua persiapan
selesai pasukan pemerintah dipersilakan menyerbu saja pada
malam hari, malah diberikan juga sebuah peta mengenai seluk
beluk pangkalan diatas gunung, sudah tentu peta inipun palsu.
sebetulnya peta itu palsu, laporan itupun palsu, satu hal
yang tidak pernah diketahui oleh tawanan itu, bahwa obat
yang dipaksa dia minum bukan pula racun, cuma obat buatan
ayah Hong-lay-mo-li untuk menghilangkan rasa sakit dan
menimbulkan kepala pusing saja, namun orang menyangka
dirinya betul- menelan racun.
sudah tentu tugas Liok Bian sebagai pengiringnya cukup
berbahaya namun orang ini takut mati. maka rencana Honglay-
mo-li berjalan dengan lancar.
Hari yang ditunggu2 akhirnya tiba, Malam itu cuaca gelap
angin meniup kencang, kira2 kentongan ke-dua, sebarisan
pasukan Kim mulai bergerak memasuki pegunungan. Barisan
serdadu Kim ini berjumlah seribu orang, namun semua adalah
serdadu pilihan, dibawah pimpinan Tam Si-Ing yang baru saja
diangkah jadi wakil komandan Gilim-kun, dari Taytoh yang
jauhnya ribuan li datang untuk memimpin gerakan rahasia ini.
sudah tentu diantara mereka terdapat beberapa orang kosen
yang tinggi ilmu silatnya.
sebagai keturunan panglima perang sedikit banyak Tam Si-
Ing tahu strategi perang, sejauh itu pasukan mereka naik
kegunung, malah pangkalan dialah sudah kelihatan dari
kejauhan, namun musuh belum kelihatan aksinya, mau tidak
mau dia jadi curiga, tapi yakin bahwa anak buahnya yang
terpendam didalam pangkalan sudah bertindak cepat dan
sempurna, lega juga hatinya, maka dia perintahkan.
"Sesuai rencana semula, coba lepaskan panah bersuara,
adakah orang kita yang memberi jawaban" sementara jangan
bergerak."
Karena bidikan panah bersuara ini. dari atas pangkalan
tampak keluar sebarisan pasukan ronda namun mereka
digasak habiskan oleh pasukan Kim dan lari porak peronda.
Tak lama kemudian tampak sejalur panah api yang
menyala biru menjulang tinggi ke angkasa, itulah tanda
rahasia yang sengaja dilepas oleh mata2 yang ada diatas
gunung sebagai jawaban. Anak buah Tam Si-Ing kegirangan,
katanya: "Nah, mereka sudah menjawab."
"Entah mereka sudah berhasil kerja sesuai rencana tidak?"
kata Tam Si-Ing.
Kejap lain tampak kobaran api besar menyala2 dipuncak
gunung, Tam Si-Ing kegirangan serunya:
"Bagus, orang kita sudah berhasil, hayolah serbu ke-atas"
Ternyata Lau Tao ada janji dengan Kongsun Ki bila dia
berhasil menawan Tai Mo, segera dia akan bakar gedung
sebagai pertanda, sudah tentu pasukan Gi lim kun dibawah
gunung ini tidak tahu bahwa Hong-lay-mo-li sengaja
menumpuk kayu dan membakarnya ditengah lapangan.
Menurut petunjuk yang tertera diatas peta pasukan Gilim-kun
dibawah pimpinan Tam Si-Ing segera menyerbu kcatas
gunung.

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jalan yang mereka tempuh adalah sebuah lembah yang
bentuknya menyerupai trompet mulutnya lebar dalamnya
sempit, merupakan lereng bukit yang miring terjal lagi, disini
pepohonan tumbuh lebat dengan a karanya yang berkembang
laksana lautan permadani menghijau.
Dengan semangat tempur yang tinggi pasukan Gilim-kun ini
dibawah aba2 tiupan tanduk yang bersemangat berderap
menyerbu masuk kedalam lembah, tak nyana sejauh mereka
berada didalam lembah, seorang musuhpun tidak kelihatan
keluar melawan, keruan sorak sorai mereka yang menambah
gigihnya semangat perang menjadi pudar didalam lembah.
Tam Si-Ing menggerutu
"Aneh benar. Kenapa moncong brandal seorangpun tidak
kelihatan?"
----------------
Bagaimana nasib siang- ceng-hong yang diculik Kongsun
Ki" Dapatkah siau-go-kian-kun dan Hong-fay-mo-li
menghancurkan siang- kehipo yang telah diduduki Kongsun Ki
sebagai pangkalan kejahatannya"
Bagaimana pula nasib Bu-lim-thian-kiau yang meraya kan
pernikahannya di onghu dengan sebala kebesaran dan
kemewahan yang diselenggarakan oleh rajanya"
(Bersambung ke Bagian 45)
Bagian 45 SEMULA mereka menyerbu dengan semangat perang yang
tinggi, namun begitu tiba diujung lembah, akar pohon
merintang jalan, tanah miring lagi untuk maju beberapa
langkah saja cukup makan tenaga, untung Tam Si-ing cukup
cerdik, segera dia saeiaf akan kesalahan dan cepat
berkeputusan bentaknya:
"Barisan belakang jadi kepala, tiup, Aba2 mundur, lekas,
lekas" sekarang sudah terlambat baru saja perintah
mengundurkan pasukan diumumkan seketika terdengarlah
suara gegap gumpita dari sorak sorai serbuan- orang banyak
yang menggetarkan tanah pegunungan.
Musuh yang terpendam didalam hutan diatas gunung
serempak menyerbu keluar, ada yang sembunyi dibelakang
serakan batu, dari semak2 rumput ada pulayang berlompatan
dari atas pohon, Malam kelam tampak bayangan orang
berseliweran, dicampur sinar golok,tombak dan pedang.
Suatu pertempuran akan segera berlangsung didalam
lembah sunyi itu karena dibokong dan terjebak, semangat
tempur pasukan Kim menjadi luluh, laksana tikus yang
terkepung, mereka lari porak peronda tanpa menentukan
arah, secara membabi buta meng gerakan senjata peduli
kawan atau lawan di-gasaknya.
Gusar dan kaget bukan main Tam Si-ing dibuat-nya:
"Kongsun Ki keparat itu apa kerjanya" Persetan dengan
rencana mata2 yang terpendam di pangkalan musuh, hm, hm.
bukankah ini menjebak kita malah?"
seorang laki2 baju hitam disebelahnya menimbrung:
"Kongsun Ki keparat itu sendiri tidak berani datang, sejak
mula aku sudah curiga kepadanya. Tapi brandal2 ini
memangnya bisa berbuat apa terhadap kita, Tam-ciangkun,
hayolah kita serbu keluar, nanti kita buat perhitungan dengan
Kongsun Ki"
Baru saja orang ini bicara habis tiba2 kumandang sebuah
bentakan nyaring:
"Kim-lojat kebetulan kau datang, masa mau lari?"
kiranya laki2 baju hitam ini adalah Kim Cau-gak yang dulu
diangkat sebagai Kok-su negeri Kim.
Mendengar suara Hong-lay-mo-li, bukan kepalang kejut Kim
cau-gak, teriaknya:
"Kurang ajar, kita benar- telah ditipu mentah- oleh Kongsun
Ki." belum habis dia bicara Hong-lay-mo-li sudah menyerbu
datang. Dengan adanya Hong-lay-mo-li, paling dia hanya bisa
menyelamatkan jiwa sendiri, mati hidup Tam si-ing tidak
dihiraukan lagi. Mengandal ilmu silatnya, meski tidak yakin
dapat mengalahkan Hong-lay-mo-li, tapi untuk melarikan diri
lebih dari cukup,
Tak kira, baru saja dia putar badan lari beberapa fangkah,
didengarnya gelak tawa panjang, tahu2 siau-go-kian-kun
muncul dari arah lain, mencegat jalan ke-luarnyasiau-
go-kian-kun menyapa dengan gelak tawa:
"Kesorga ada jalan, kau malah menyerbu keneraka yang
tiada pintu Hehehe, jaring langit dan jala bumi sudah
terkembang, siapapun diantara kalian jangan harap bisa lari"
Kim Cau-gak pernah merasakan kelihayan siau-go-kian-kun,
kepandaian silatnya malah lebih tinggi dari Hong-lay-mo-lisetelah
melihat siau-go-kian-kun muncul didepannya. mana
dia berani menerjang maju"
Dalam waktu mendesak baru saja dia hendak pilih arah
yang menentukan, betapa tinggi ginkang Hong-lay-mo-li,
cepat sekali orang sudah mengejar tiba di-belakangnya.
Kontan Kim Cau-gak tepukan telapak tangannya kebelakang,
menyampuk pergi kebut orang, cepat sekali siau-go-kian-kun
pun sudah memburu tiba dengan gelak2.
Pada saat itulah seorang Busu hitam disamping Tam si-ing
tiba2 menerjang keluar sereya membentak:
"Aku ada dendam sedalam lautan dengan budak kurcaci ini,
kebetulan kita ketemu disini, rasakan pukulanku"
gempuran telapak tangannya membawa angin badai yang
menerbangkan batu pasir, seperti beledek mengguntur,
keruan Hong-lay-mo-li terperanjat, sebat sekali dengan
gerakan Hong-biau-loh-hoa (angin menghembus kembang
rontok) Hong-lay-mo-li berkelit kesamping.
Maka terdengar "Blang" disini Hong-lay-mo-li meluputkan
diri dari gempuran telapak tangan Busu hitam disebelah sana
siau-go-kian-kun yang datang tepat pada waktunya mengadu
pukulan keras dengan Kim Cau-gaksejak
mendapat ajaran ilmu tingkat tinggi dari Liu Goancong
dan Kongsun In, kepandaian siau-go-kian-kun sudah
lompat kedepan, kini sengaja dia ingin menjajal Iwe-kang
sendiri meski tahu Im-yang-ngo-hing-ciang Kim Cau-gak lihay
dan khusus melukai Ki-king-pat-meh, namun dia
menyambutnya dengan kekerasan seketika siau-go-kian-kun
bergidik kedinginan, tapi Kim Cau-gu malah memuntahkan
sekumur darahsebelum
ini Kim Cau-gak pernah beberapa kali bentrok
dengan siau-go-kian-kun, walau selalu dikalahkan oleh lawan
yang satu ini, tapi pertempuran berjalan ratusan jurus
kemudian baru dia kecundang tak nyana kali ini baru gebrak
pertama saja, dirinya sudah terpukul muntah darah sehingga
isi perut seperti dipelintir- Darah muntah langkah
sempoyongan. siau-go-kian-kun bergidik kedinginan dia rasakan siu-lo-imsat-
kemg Kim Cau-gak setingkat lebih maju, namun Iwekang
dirinyapun bertambah beberapa lipat. Katanya dengan gelak
tawa: "Kejahatanmu sudah keliwat takaran Giam-lo-ong sudah
ingin mengundangmu berpesta dineraka, mau lari kemana
kau?" sekali lompat dia kembali mengadang didepan Kim Cau-gak
seraya ulur tangan hendak menelikung orang.
Kim Cau-gak menggerung kalap:
"Biar aku adu jiwa denganmu"
"Huuah" kembali dia muntah darah darahnya menyembur
kearah siau-go-kion-kun, lekas dia berkelit minggir Kim Caugak
dorongkan kedua telapak tangannya, tenaga pukulan
kedua tangannya teramat besar dan ganas sebetulnya
cengkram jari siau-go-kian-kun hampir mengenai tulang
pundaknya, ternyata kena tertangkis pergi oleh dorongan
kedua tangan orang malah tak kuat berdiri sampai terhuyung
tiga langkah. sudah tentu siau-go-kian-kun amat heran, memang diluar
tahunya bahwa Kim-cau-gak menggunakan semacam ajaran
Iwekang dari aliran sesat yang dinamakan Thian-mo-kay-dehtay-
hoat, ilmu ini memang hebat perbawanya, namun
sekaligus merusak badan sendiri pula, Iwekangnya seketika
bertambah satu lipat. Karena terpukul luka parah lebih dulu
oleh adu kekerasan tadi sekaligus Kim Cau-gak gigit pecah
lidahnya, lalu melancarkan ilmu aneh yang paling dahsyat dari
aliran sesat ini.
Im-yang-ngo-hing-ciang yang dilontarkan Kim Cau-gak ini
merupakan kombinasi dari siu-lo-im-sat-kang ditangan kiri
yang menimbulkan badai dingin membekukan darah dan
tulang sungsum, sementara tangan kanan menggunakan Luisin-
ciang dari aliran sesat pula, dimana tenaga pukulannya
melandai deru angin yang bersuhu panas tinggi dapat
membakar kulit orang sampai melonyoh.
siau-go-kian-kun ter-bahak2 serunya:
"Kepandaian cakar kucingmu hanya begini saja?"
diantara badai dingin dan deru angin bersuhupanas, kedua
telapak tangannya menari-turun naik sedikitpun dia tidak
memberi hati kepada lawan dengan serangan balasan yang
gencar mendesak maju, sengaja siau-go-kian-kun meminjam
rangsakan Im-yang-ngo-hing-ciang lawan untuk
menggembleng diri sekaligus menyempurnakan latihannya.
Kalau disini siau-go-kian-kun tengah melabrak Kim Caugak,
disebelah sana Hong-lay-mo-lipun sedang berhantam
dengan Busu seragam hitam itu.
Busu ini bersenjata Long-ge-pang, berat dan panjang,
beruntun Hong-lay-mo-li menusuk tiga kali, semua tusukannya
kena disampuk pergi oleh Long-ge-pang lawan, sudah tentu
Hong-lay-mo-li tidak berani memandang rendah lawan segera
dia keluarkan pula kebutnya untuk merabu bersama, dengan
sejurus Thian-lo-te-bong ujung kebutnya terkembang
menungkrup kekepala Busu hitam.
sekali tepukkan tangannya si Busu damparkan angin
kencang menolak pergi kebutsnya, disusul Long-ge-pang
dengan jurus Heng-saue jian-kun (menyapu ribuan serdadu)
lalu diputar pula menjadi Tui-poh-cu-lan (mendorong ombak
membantu tanggul) sekaligus dia gunakan cara menekan dan
memutar ganti berganti saling bersambung, sehingga
seranganan berantai pedang Hong-lay-mo-li kena dipunahkan.
tiba2 Hong-lay-mo-li mengeluarkan suara aneh, bentaknya:
"Pernah apa kau dengan Kaypang, kenapa terima jadi
antek negeri Kim membantu kejahatan?"
Kiranya Long-ge-pang yang dimainkan si Busu ini
menggunakan ilmu Pak-kau-pang-hoat yang biasanya hanya
dipelajari oleh murid2 Kaypang, Pak-kau-pang biasanya
mengutamakan kelincahan dengan perubahannya yang sukar
diraba, Long-ge-pang yang dipakainya ini sedikitnya ada enam
tujuh puluh kati, dengan gaman berat untuk memainkan
jurus2 silat yang enteng lincah- betapa sukar dapatlah
dibayangkan. Tapi si Busu dengan memutar senjata beratnya itu seperti
mainkan sebatang merang bergerak seenak hatinya tanpa
membuang tenaga sedikitpun Karena mengenali permainan
ilmunya, maka Hong-lay-mo-li mengajukan pertanyaan,
Busu itu mendengus geram, makinya penuh kebencian
"Membantu kelaliman apa" Hm hm, kau brandal
perempuan ini tidak paluh akan undang-, kaum kajem
dianggap Enghiong dan orang gagah segala, dalam
pandanganku mereka tidak lebih hanya pengemis busuk yang
se-wenang2 belaka, setiap pengemis busuk yang kebentur
ditanganku pasti tidak kuampuni jiwanya."
Melihat seringainya yang sadis dalam ber-kata2, agaknya
orang menaruh dendam kepada Kaypang, su-dah tentu Honglay-
mo-li curiga dan ragu2. namun Busu ini sudah menunjukan
sikapnya, sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak biarkan orang
menghina Kay-pang. Makinya:
"Peduli kau ini murid pengkhianat atau anjing pemerintah
Kim, kau berani sesumbar, terpaksa aku harus tutup bacotmu
dan cabut jiwamu."
Karena naik pitam maka serangan Hong-lay-mo-li tidak
tang g ungs lagi, pedang dan kebutnya berputar merangsak
dengan dasyatnya. Busu itu masih terus bertahan matikan,
sehingga keringat gemerobyos, untung walau hanya kuat
bertahan tak kuat balas menyerang.
Namun Busu ini membekal kepandaian khusus untuk
menjaga diri dengan rapat. Cepat sekali lima puluh jurus telah
berlalu. Busu ini masih terus bertahan tanpa terkalahkan. Mau
tidak mau Hong-lay-mo-li membatin:
"Kepandaian silat orang ini terang hasil didikan Kaypang,
Walau tingkat kepandaiannya tidak setaraf pangcu Kaypang
yang baru Busu-tun, namun kecuali Busu-tun, didalam
Kaypang rasanya tiada orang lain yang mampu menandingi
dia-" karena merasa ketarik maka dia hanya ingin menawannya
saja sekaligus untuk mengompes keterangannya.
Melihat setitik harapan disaat serangan Hong-lay-mo-li
sedikit mengendor, mendadak si Busu mencelat balik bersalto
ke belakangan, terus menggelundung turun kelereng bawahTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
semak2 rumput dilereng gunung setinggi manusia, duri dan
dahan2 rerumputan yang tajam serta batus berserakan, tanpa
hiraukan kesakitan badannya yang tertusuk luka berdarah-
Busu ini terus melarikan diri-gerak-geriknya memang lincah
dan selicin kelinci, cepat sekali bayangannya sudah
menghilang tak keruan parannya-
Baru sekarang Hong-lay-mo-li rada menyesal setelah kasep
musuhpun sudah melarikan diri- Baru saja dia hendak
mengejar tiba2 didengarnya dengus napas memburu yang
berat dari siau-go-kian-kun dan Kim Cau-gak yang sudah
mencapai babak terakhir Tanpa hiraukan si Busu, lekas dia
memburu kearah sini.
Tampak siau-go kian-kun dengan bersenjata kipas lempit
dengan pakaian melambai2 tengah mengitari Kim Cau-gak,
Kim Cau-gak menggempur dan menubruk kian kemari dengan
kedua lengan terkembang. setiap gerak kaki tangannya
membawa deru panas dingin yang bergelombang bagai angin
lesus. Hong-lay-mo-li yang berada lima enam tombak diluar
gelanggangpun merasakan samberan angin yang dingin
membeku dan panas membakar, itulah im-yang-ngo-hingciang


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim Cay-gak yang tengah dikembangkan dengan
dahsyat. Lahirnya kelihatan siau-go-kian kun dirabunya
terdesak dibawah angin.
Dengan menyendal kebut baru saja Hong-lay-mo-li mau
maju mengerubut Kim Cau-gak, tiba2 didengarnya siau-gokian-
kun bersuit panjang, tiba2 badannya melambung tinggi
kebelakang beberapa tombak jauhnya, diwaktu kakinya
menyentuh tanah, tanpa kuasa badannya sempoyongan
mundur berulang2.
sudah tentu kejut Hong-lay-mo-li bukan main, ter-sipu2 dia
memburu maju serta memapahnya, tanyanya gelisah:
"Bagaimana keadaannmu?"
waktu dia menunduk dilihatnya sekujur badan Kiau-go-liankun
berlepotan darahse-
konyong2 terdengar Kim Cau-gak mengeluarkan jeritan
keras panjang yang menyayatkan hati, darah menyembur
sederas air ledeng dari mulutnya, badannyapun ter-huyung2
akhirnya seperti tonggak kayu yang kaku roboh berdentam
diatas tanah. Kiranya setelah menggunakan ilmu Thian-mo-kay-deh-tayhoat,
badan Kim Cau-gak sendiri sudah rusak isi perutnya
hawa murnipun sudah ludes, dikala terakhir kali dia
menyembur darah mendesak mundur siau-go-kian-kun tadi,
keadaannya tak ubahnya seperti pelita yang sudah kehabisan
minyak- akhirnya dia roboh binasa juga setelah darah tumpah
dan keringlah tubuhnya.
setelah menenangkan napa2s berkata siau-go-kian-kun:
"serangan tua bangka sebelum ajalnya tadi sungguh hebat,
namun untuk melukai aku terang tidak mungkin. Kau tak usah
kuatir." darah dibadannya adalah semburan dari mulut Kim Caugak.
jadi bukan darah karena luka2nya sendiri maka legalah
hati Hong-lay-mo-li-
Dalam pada itu pasukan Kim yang masih ketinggalan hidup
tertawan semuanya jumlahnya juga tiada separo, lebih banyak
yang gugur dimedan laga. Dengan dilindungi beberapa
pengawalnya Tam si-ing mengundurkan diri Liok Bian, Tai Mo
dan san san pimpin sebarisan laskar rakyat sudah memotong
jalan lari mereka.
siau-go-kian-kun segera berseru dari kejauhan:
"Bidik kudanya saja, menangkap rampak bekuk kepalanya
dulu, jangan biarkan dia melarikan diri"
tak kira hanya mulut siau-go-kian-kun saja yang berkaok2,
kakinya tanpa bergeming sedikitpun, malah waktu Hong-laymo-
li hendak memburu kesana lekas dia tangkap tangannya.
sudah tentu Hong-lay-mo-li melengak, didengarnya siaugo-
kian-kun gelak2, katanya:
"Tipu muslihat Kong-sun Ki memang baik sekali, kalian
sudah dijual dan dikhianati olehnya mau lari kemana" Liubengcu,
kali ini terhitung jasa Kongsun Ki yang paling besar,
agaknya dia memang benar- bertobat dan kembali kejalan
lurus." Cepat sekali Hong-lay-mo-li sudah maklum akan tipu daya
siau-go-kian-kun, dengan pura2 dia pun ber-olok2:
"Soal jasa boleh dikesampingkan dulu. Hayolah ringkus
dulu panglima keparat itu-"
lalu dia meninggikan suara berteriak:
"Tai Mo san san, kalian mundur. Biar aku sendiri yang
meringkus keparat ini."
Tai Mo dan San San sedang melabrak musuh mati2an, dia
kira memang Bengcu hendak turun tangan sendiri maka cepat
mereka mundur kesamping demikian Liok Bianpun tarik diri,
Hong-lay-mo-li membentak:
"Lari kemana?"
"sret" dia menyelinap dari samping san san terus menusuk,
Lekas Tam si-ing angkat tombak menangkis. Kepandaian Tam
si-ing memang lumayan, tahu berhadapan dengan Loklim
Bengcu maka dia melawan matikan, gaman tombak sebesar
kepalan itu dapat dimainkannya dengan enteng dengan jurus
u-liong-kiau-cut (naga hitam membelit saka) lalu diganti Tohay-
hoan-kang (menyuntak laut membalik sungai) tiga
tombak sekilas gelanggang disambar angin menderu dan pasir
beterbangan tiada orang yang mampu mendesak maju.
Hong-lay-mo-li mandah tertawa dingin, ejeknya:
"Kim-Liong-ep-pwe-pian ilmu tombakmu memang lumayan,
tapijangan harap bisa tembereng dihadapanku." tiba2 putaran
pedangnya sekaligus menekan gerak gerik tombak lawan
sehingga ujung tombaknya dituntun berputar keluar, secepat
kilat pedang Hong-lay-mo-li sudah menggeris sebuah luka
panjang dilengan Tam si-ing.
Tam si-ing menggerung kesakitan, tombak panjangnya
tahu2 melesat terbang, memang inilah jurus pe-nyelamat dari
permainan tombaknya. Terpaksa Hong-lay-mo-li harus berkelit
kesamping, berbareng kebutnya dia ayun dan sekali gentak
dia bikin Tam si-ing terguling jatuh dari punggung kudanya.
Dengan ter-gulingi tiga tombak jauhnya, Tan si-ing tidak
terluka apa2, Hong-lay-mo-li memang sengaja perhitungkan
tenaganya sehingga Tam si-ing bisa merangkak bangun, dua
tiga kali pukul dan tendang dia robohkan beberapa orang
terus menjatuhkan diri menggelundung kebawah-
Para pengawal Tam si-ing serempak berlari pontang
panting, namun sekali ayun kebut, benang2 kebut Hong-laymo-
li terkembang menimpuk roboh para serdadu itu,
semuanya tertutuk Hiat-to dilututnya, dengan gampang
mereka tertawan semua. Dalam pertempuran ini hanya Tamsiing
saja seorang yang berhasil menyelamatkan diri
Dengan memperoleh kemenangan gemilang ini, Hong-laymo-
li segera perintahkan mengadakan perjamuan besar2an.
Dalam perjamuan ini Hong-lay-mo-li mengumumkan
pernikahan san san dengan Liok Bian, sekaligus dia
mengumumkanjuga secara resmi san san dan Tai mo dia
angkat menjadi wakil Cecu.
SAyang sekali disaat perjamuan hampir bubar, terjadilah
sesuatu yang kurang menyenangkan, seorang Thaubak
dengan telanjang dada dan memanggul sebatang kayu dan
kedua tangan terbelenggu kebelakang masuk kependopo dan
berlutut dihadapan Hong-lay-mo-li-Inilah cara membelunggu
diri mohon hukuman sendiri, supaya Cuce menjatuhkan
hukuman setimpal akan dosa2nya-
Hong-lay-mo-li kenal Thaubak ini adalah kepala Koki yang
berjumlah ratusan banyaknya. Dengan heran Hong-lay-mo-li
bertanya dengan tertawa:
"Perjamuan besar merayakan kemenangan ini kau atur dan
segalanya kau kerjakan dengan baik. Belum sempat aku
memberi anugrah kepadamu, kenapa malah minta dihukum ?"
Dengan berlutut Thaubak itu berkata:
"Mata2 yang tertawan tadi siang dan diserahkan kepada
siaujin oleh Cecu untuk menjaganya ternyata sudah melarikan
diri-Jasa kecil takkan menolong dosa besar, harap cecu suka
menjatuhkan hukuman."
san san kaget, tanyanya
"Apakah mata2 Lau Tao yang menyaru jadi Liok-thauling
itu?" "Benar, Lau Tao adanya. Karena siaujin sibuk menyiapkan
perjamuan besar ini sehingga sedikit teledor, tidak
mengawasinya dengan ketat kapan dia melarikan diri
siaojinpun tidak tahu."
Putusan Hong-lay-mo-li cukup bijaksana mengingat
semalam suntuk semua orang memang sibuk akan tugas
masing2, mengingat ilmu silat Lau Tao sudah dipunahkan jelas
orang takkan bisa berbuat jahat lagi, maka Hong-lay-mo-li
hanya mengundang pelaksana hukum katanya.
"Catatlah kesalahan kecil ini, soal hukuman boleh
dibebaskan."
dengan kedua tangannya sendiri dia ambil pentung dan
membuka belenggu tangan kepala Koki itu, lalu suruh dia
menghadiri perjamuan ini.
Kelihatannya putusan Hong-lay-mo-li cukup adil. Tapi tak
terpikir olehnya setelah Lau Tao melarikan diri, suatu rencana
kerja Hong-lay-mo-li secara langsung menjadi berantakan
karena lolosnya Lau Tao ini, buntutnya malah cukup panjang
dan menimbulkan kesukaran pula bagi pangkalan mereka,
biarlah hal ini diceritakan dibagian belakang.
Tak lupa Hong-lay-mo-li pesan kepada Liok Biansupaya
semua tawanan yang terluka diobati dan dilarang menyakiti
mereka, mengingat merekapun rakyat bangsa Nuchen yang
cinta damai. Dalam beberapa hari luka2 serdadu tawanan itu sudah
sembuh seluruhnya, hari itu mereka dikumpulkan di tanah
lapang jumlah mereka lebih dari tiga ratus orang. Tak nyana
tanpa banyak urusan Hong-lay-mo-li lantas ulapkan tangan
serta memberi perintah:
"Lepaskan semua."
Keruan Liok Bian kaget serunya:
"Dengan susah payah mereka berhasil kita tawan,
menyembuhkan luka2nya lagi, kenapa kok dilepaskan?"
"Kita adalah pasukan rakyat yang mengutamakan
kebacikan dan cinta kasih sesama manusia, pantang
membunuh tawanan. Kukatakan lepas mereka, lekaslah
dilaksanakan."
Liok Bian mengiakan, segera dia perintahkan anak buahnya
untuk membebaskan belenggu mereka- sebelum para
tawanan ini diantar turun gunung Hong-lay-mo-li memberi
sekedar wejangan:
"Kalian adalah rakyat jelata, dirumah ada bini ada anak dan
ayah bunda, apakah keluarga kalian tidak merindukan kalian
pulang" Waktu berhadapan dimedan laga memang kita
pandang kalian sebagai musuh, tapi setelah kalian meletakkan
senjata, kami pandang kalian sebagai rakyat jelata- Nah
lekaslah pulang, bagi mereka yang kekurangan ongkos jalan
boleh menerima 5 tail peran untuk sangu. Karena aku tidak
ingin dijalanan nanti kalian main rampok milik rakyat."
Undang- atau tata tertib di pangkalan Hong-lay-mo-li ini
memang amat keras, para tawanan hanya boleh dirampas
senjatanya- tapi tidak boleh merampas harta milik merekasetelah
ratusan tawanan itu dibebaskan kini giliran para
pengawal Tam si-ing itu, maka Liok Bian bertanya pula:
"Pengawal Tam si-ing ini, apakah mereka juga
dibebaskan?"
Hong-lay-mo-li berkata:
"Kukatakan bebaskan seluruhnya, sudah tentu tidak
pandang bulu-"
segera dia pelopori membuka ikatan para tawanan itu.
Tiba2 siau-go-kian-kun ingat sesuatu katanya:
"Aku ingin bicara beberapa patah kata dengan mereka,
boleh tidak?"
"itu terserah mereka." sahut Hong-lay-mo-li lalu berpaling
"maksud kami bukan ingin mengompes keterangan
terserah kalian mau menjawab kami tidak memaksa."
sebagai pengawal Tam si-ing, sudah tentu kedudukan para
pengawal ini lain dari para serdadu biasa, semula mereka
sudah kebat kebit akan nasib jiwa-nya, kini hati mereka
kegirangan, serempak mereka berkata:
"silakan Cecu bertanya, asal kami tahu, pasti akan kami
terangkan"
"Panglima kalian ada punya saudara yang bernama Tam Ihtiong,
apa kalian tahu?"
Para pengawal berebut bicara:
"Tam-kongcu dalam negeri kita dijuluki Bu-lim-thian-kiau,
Busu2 kita tiada yang tidak mengenalnya"
"Bagus sekali. Aku ingin tahu kabarnya belakangan ini siapa
diantara kalian yang tahu."
seorang pengawal yang selalu mendampingi Tam si-ing
segera tampil bicara:
"Hamba pernah dengar pembicaraan Tam-ciangkun dengan
Lo-goanswe (TamTo-hiong) tentang hal ini. Kabarnya Baginda
yang baru atas permintaan Lo-goanswe sudah mengeluarkan
maklumat, membebaskan tuduhan lama atas dirinya dan
memanggilnya pulang keistana."
"Sekarang sudah kembali belum?" tanya siau-go-kian-kun.
"Kabarnya Tam-kongcu sudah menerima panggilan dan
setuju, cuma sudah pulang belum karena aku sudah ikut
pasukan keluar kota raja, bagaimana kelanjutannya hamba
tidak tahu."
sampai disini baru para pengawal itu dilepaskan. Berkata
siau-go-kian-kun kepada Honglay-mo-li:
"Tak nyana Bu-lim-thian-kiau mendapat amnesti dari raja
Dengan demikian dia tidak perlu lari kian kemari."
Tapi Hong-lay-mo-li, sebaliknya masih ragu2, sedikitpun
tidak menunjukan rasa senang, malah merisaukan diri
"Kukira dalam hal ini ada seluk beluk atau latar belakang
yang belum kita ketahui-" demikian Hong-lay-mo-li nyatakan
isi hatinya- "Kau curiga Tam si-ing bersekongkol dengan Tam To-hiong
untuk menimnya kembali?"
" Kalau benar Tam Ih-tiong kena ditipu dan kembali,
jiwanya mungkin terancam bahaya kalau tidak disekap secara
halus mungkin pula diracun-"
Bercekat hati siau-go-kian-kun, katanya:
"Sungguh berbahaya, biar aku pergi ke Tay-toh mencari
kabar, kalau benar Tam Ih-tiong sudah dipanggil pulang, aku
akan berusaha untuk membujuknya segera lari bersamaku-"
"Kau pergi seorang diri?" tanya Hong-iay-mo-li-
"sebagai Lok-lim-beng-cu tidak baik kau masuk ke sarang
harimau menempuh bahaya-"
"Aku pernah kerumah Tam Ih-tiong, asal hatis, kukira tidak
akan terjadi apa2-"
Disaat mereka berunding dan belum mendapat keputusan
tiba2 Tai Mo datang memberi lapor:
"siang-keh-su-lo ingin bertemu"
siang-keh-su-lo dulu adalah pengikut siang Kian-thian yang
setia, sejak Kongsun Ki membunuh istrinya siang Pek-hong,
merekapun sudah mendarma baktikan tenaganya untuk
kepentingan pangkalan Hong-lay-mo-li-
Hong-lay-mo-li segera keluar menyambut. Ternyata su-lo
sudah menunggu diluar pintu sambil berlutut belum sempat
bicara air mata sudah bercucuran. Lekass Hong-lay-mo-li
suruh pelayan pribadinya membangunkan mereka, katanya
balas hormat: "Kenapa kalian berbuat demikian" Lekas silakan bangun,"


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siang ci yang tertua diantara mereka berempat segera
bicara: "Kabarnya Ji-siocia digondol oleh Kong-sun Ki keparat itu,
apa benar?"
"ya, memang benar," sahut Hong-lay-mo-li-
Kata siang ci menyeka air mata:
"Majikan tua sebelum wafat ada pesan, kami berempat
diminta untuk melindungi kedua putrinya. Toa-siocia terbunuh
oleh Kongsun Ki. Kini Ji-siocia digondoInya pula, seluruh
warga siang-keh-po yang lama amat dendam kepadanya.
Kalau sakit hati ini tidak terbalas, sia3 hidup kita didunia ini."
siang Hing orang kedua menimbrung:
"semua warga lama siang-keh-tio sudah pergi seluruhnya,
kami mendapat tahu bahwa Kongsun Ki kini mengumpulkan
banyak kaum brandal, kawanan penjahat dan sampah
persilatan, kini menduduki pula siang-keh-po, mengangkat diri
sebagai Pocu, tiada kejahatan yang tidak dilakukannya.
Harap Bengcu suka menegakkan keadilan memberantas
kawanan bangsat itu, demi sakit hati kedua siocia kami, juga
untuk menolong penderitaan rakyat sekitarnya- Kita oranglama
siang-keh-po bertekad dibawah komando Bengcu untuk
adu jiwa dengan kawanan penjahat itu."
Hong-lay-mo-li berkata:
"Kongsun Ki mengkhianati negara menjadi antek musuh,
bukan saja jadi musuh siang-keh-po kalian, diapun merupakan
musuh bangsa Han kita, kita semua sama2 punya kewajiban
untuk melenyapkan musuh bersama dunia persilatan ini.
Baiklah besok juga aku berangkat untuk menyelidiki keadaan
disana lebih dulu, kalian boleh pulang dan kumpulkan warga
lama siang-keh-po dan menyembunyikan diri disekitar Tiouloan-
san menunggu waktu untuk bergerak-"
setelah siang-keh-su-lopergi Hong-lay-mo-li lanjutkan
perundingan bersama siau-go-kian-kun. Katanya:
" Kedua ilmu berbisa Kongsun Ki sudah hampir sempurna,
kalau tidak lekas dibrantas, jikalau sampai ilmunya sempurna
tentu sukar dilenyapkan. Dan lagi siang ceng-hong berada
ditangannya, selama dia belum bebas, hatiku takkan tentram.
Menurut hematku lebih dulu mengutamakan membrantas
musuh baru menyambangi teman, soal Bu-lim-thian-kiau
terpaksa ditunda belakangan."
"Memang benar namun siang-keh-po sekarang bukan
mustahil sudah menjadi sarang harimau, sebagai Lok-lim-
Beng-cu, betapa besar tanggung jawabmu, seorang diri aku
tidak merelakan kau pergi menyerempet bahaya" demikian
siau-go-kian-kun utarakan pikirannya.
"Kalau begitu begini saja. Kau iringi aku pergi ke siang-kehpo
lebih dulu, baru aku ikut kau pergi keTaytoh menemui Bulim-
thtan-kiau. Kita kerja sama bahu membalut segala
kesukaran bisa dipikul bersama, supaya hatipun sama2 lega."
Hari kedua Hong-lay-mo-li undang san san, Tai mo dan
Liok Bian bertiga, memberitahu akan rencana mereka. Tak
lupa Hong-lay-mo-li membagi tugas serta memberi analisa
situasi pada masa itu, tak lupa diapun mengatur segala
keperluan didalam pangkalan, sehingga san san bertiga
menerima tugas dan memikul tanggung jawab dengan mantap
dan tabah- Maka hari itu juga Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun
turun gunung melanjutkan petualangannya pula di Kangouwsepanjang
jalan tanpa terjadi apa2, hari itu kembali mereka
tiba di Hou-loan-san.
Letak siang-keh-po berada dipunggung gunung ini. Dengan
mengikuti petunjuk peta yang diberikan oleh siang-keh-su-lo,
dengan gampang sekali Hong-lay-mo-li mencari jalan. Mereka
berkeputusan nanti malam kentongan ketiga akan masuk dan
menyelidiki siang-keh-po-
Kebetulan malam itu cuaca gelap gulita, angin
menghembus kencang, orang biasa anggap cuaca seperti ini
amat buruk namun bagi Hong-lay-mo-li berdua justru
kebetulan malah untuk mereka bergerak dengan leluasa-
Dari puncak gunung memandang kebawah, di-bawah sinar
bintang yang kelap kelip, lapatss bentuk bangunan
perkampungan siang-keh-po kelihatan, bunyi kentongan dari
bawah sayup- kumandang terbawa angin.
"Agaknya dibawah usaha dan penilikan Kongun Ki, siangkeh-
po sekarang jauh lebih keras dan ketat penjagaannya."
demikian ujar siau-go-kian-kun.
"Kita jangan menerjang masuk dari arah depan, marilah
kau ikut aku." ajak Hong-lay-mo-li. Hong-lay-mo-li memilih
jalan menuju kearah samping kiri Dengan langkah cepat
akhirnya mereka tiba pada sebuah ngarai yang menonjol
keluar seperti bergantung ditengah udara.
Dari atas ngarai ini mereka kebetulan bisa turun kedalam
taman kembang dibagian belakang siang-keh-po. Bagian
bawah ngarai merupakan tebing dinding yang tinggi dan
curam licinnya sampaipun orang hutanpun tak bisa
memanjatnya, maka penjagaan dibagian belakang tidak
sekeras bagian depan.
Dibagian tengah tebing kebetulan tumbuh mencuat pohon
cemara yang tinggi dan kekar.
kebetulan pohon ini bisa menjadi jembatan lompatan bagi
mereka turun kebawah.
Tanpa banyak pikir dengan mengandal ginkang-nya Honglay-
mo-li lompat kebawah kebutnya diayun menjirat akar
pohon mengurangi daya luncuran badannya lalu dengan gaya
burung dara jumpalitan dia meluncur turun melampaui pagar
tembok dan hinggap didalam taman dengan enteng. Waktu
dia berpaling siau-go-kian-kunpun sudah meniru perbuatannya
dan hinggap disamping
Bagian 46 Untuk menghadapi gabungan kedua lawannya Kongsun Ki
memang sedikit dibawah angin kini karena dicecar dengan
sengit, Kongsun Ki tidak sudi adu jiwa, maka dalam seribu
kesibukannya segera dia mencelat mundur berkelit, "Bret"
namun tak urung ujung lengan bajunya terpapa2 katung oleh
pedang Hong-lay-mo-li. Sebat sekali Hong-lay-mo-li dan Siaugo-
Kian-kun mendapat peluang terus melompat jauh
menerjang keluar.
Baru sekarang Kongsun Ki tersentak saciar tujuan orang
mendesaknya mundur adalah hendak melarikan diri, sedikit
terlambat Siau-go-Kian-kun dan Hong-lay-mo-li yang sama2
mempunyai gerakan cepat dan Ginkang tinggi sudah
menerjang keluar dari arah rindang baris kedua yang dipasang
Kongsun Ki. Pembantu Kongsun Ki yang terpercaya adalah dua saudara
Sek dan Hwi-liong-tocu, mereka kerja sama mempetahankan
penjagaan ketat Siau-go-Kian-kun tiba2 bersuit panjang
katanya: "Gasak yang lemah lebih dulu"
Hong-lay-mo-li tahu maksudnya, gerakan mereka memang
bisa serasi dan kerja sama baik sekali, langsung mereka
menubruk kearah dua saudara Sek tanpa hiraukan Hwi-liongtocu.
Dengan bantuan dua saudara Sek dan Hwi-liong-tocu
sebetulnya kuat bertahan sedikitnya 7-8 jurus. Tapi
sekarang Siau-go-Kian-kun btrdua khusus merabu dua
saudara Sek saja, sudah tentu mereka tidak mampu berbuat
banyak" Dengan mengetuk terus membuka kipasnya Siau-go-kian
kun bikin perpaduan golok kanan kiri dua saudara sek yang
ketat dan rapat terpencar kedua sisi. sehingga pertahanan dan
perpaduan kekuatan mereka pecah dan putus.
Memangnya letak kelihayan ilmu golok mereka terletak
pada perpaduan yang ketat dan rapi serta aneh ini, kalau
dinilai tingkat ilmu silat perseorangan mereka belum mencapai
tingkat kelas satu. Maka dengan usaha siau-go-Kian-kun
membagi kedua lawannya kedua arah yang berlawanan
sekaligus memencar kekuatan pertahanan mereka, sehingga
Hong-lay-mo-Li sempat menyelinap maju, "sret" pedangnya
memetakan tiga kuntum sinar pedang, tahu2 Hoan-tiau-hiat
sekjoh di lutut, Koan-goan-hiat dipergelangan dan Jian-kinhiat
dipundak tertutuk, seketika roboh dengan lumpuh.
Neraka Hitam 10 Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Duri Bunga Ju 12
^