Pendekar Latah 23

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Bagian 23


"setelah berada disini, sebelum bertemu dengan Siang
Ceng-hong-sungguh tidak tentram hatiku" Kok-ham.
bagaimana kalau kita kesana mencari berita dan melihat
keadaan saja" Umpama kewalahan, kita tetap gampang
melarikan diri?"
"Baiklah, kemanapun kau pergi aku selalu mengiringi
keinginanmu." sahut Hoa Kok-ham. Karena Hong-lay-moli
sudah kukuh pendapat, siang-keh-su-lo tidak berhasil
membujuknya untuk membatalkan niatnya meski sudah
dijelaskan situasi yang sudah banyak berubah di siang-keh-po-
Kira2 kentongan ketiga malam kedua, secara diam2 siaugo-
kian-kun dan Hong-lay-mo-li kembali menyelundup
kedalam siang-keh-po- Kali ini karena sudah apal jalan tanpa
menemui banyak rintangan, Gin-kang mereka tinggi pula
meski tukang ronda diperbanyak juga tidak berguna lagi untuk
mencegah mereka masuk-
Mereka sudah mencari tahu tempat tinggal Kongsun Ki
tetap ditempat semula, maka dari taman belakang mereka
terus menggeremet maju dan sembunyi dibelakang gunungan,
dari kejauhan loteng merah tempat tinggal Kongsun Ki sudah
kelihatan Tapi tidak nyana dikala mereka berputar dari
gunungan ini, tiba2 kaki Hong-lay-mo li menginjak jebakan
tahu2 dibawah kakinya sudah terbuka sebuah lobang, untung
Ginkang dan gerak-geriknya amat langkas, begitu merasa
ganjil segera enjot kakinya melompat tinggi sehingga tidak
terjeblos kedalam perangkap- Tapi karena menginjak alat
rahasia na sehingga menimbulkan suara.
Tepat pada saat itu pula, dari loteng tempat tinggalnya
Kongsun Ki terdengar bersuara:
"Bong Thian-bi, LauThiun-hut lekas kalian periksa, dua
maling kecil siapa yang berani kelayapan ditempatku" Bekuk
atau bereskan mereka, aku sih tidak punya waktu."
Jarak loteng dengan tempat Hong-lay-mo-li berada masih
ratusan langkah, namun Kongsun Ki yang sedang meyakinkan
ilmunya didalam kamar segera tahu akan apa yang terjadi
disini, mendengar suara orang yang menggunakan mengirim
suara gelombang panjang, bercekat hati Hong-lay-mo-li dan
Siau-go-kian kun, nyata bahwa Iwekang Kongsun Ki sudah
maju berlipat ganda. Mungkin sudah setingkat dengan
ayahnya. Lebih mengejutkan cula karena Kongsun Ki langsung
memanggil nama Kong tong-ji-ki-Maklumlah kedua gembong
iblis ini setingkat dengan siang Kian-thian dan Liu cvan-cong
bahwa Kongsun Ki memanggil langsung namanya, berarti
memandangnya sebagai anak buah.
bahwa sebagai gembong silat yang sudah kenamaan
puluhan tahun rela diperbudak sudah tentu hal ini amat diluar
dugaan orang. Belum habis seruan Kongsun Ki, maka terdengarlah suara
serak yang mengiakan bersama betul juga Kong-tong-ji-ki
sebera muncul dari depan sana terus menubruk kcarah
gunungan. siau-go-kian-kun tertawa dingin, ejeknya:
"Bong Thian-bi, Lau Thian-hut, bukankah kalian enak diagungkan
di Kong-tong-san. kenapa rela menjadi kacung
penjaga pintu Kongsun Ki di siang-keh-po Hehe, sungggh
patut diberi selamat, selamat kalian telah memperoleh majikan
baru" Kong-tong-ji-ki berjingkrak gusar serunya:
"Apa-pun yang kami inginkan persetan dengan kau. Berani
kau memanggil namaku?"
mereka tidak tahu siapa ke-dua lawan muda ini, begitu tiba
serempak mereka berpencar menyerang dengan sengit.
Bong Thian-bi yang tua menyerang siau-go-kian-kun,
begitu cepat terjangan orang, disaat kedua pihak hampir saja
saling bentrok- tiba2 siau-go-kian-kun melangkah minggir
sambil menggeser kedudukan, berbareng dua telapak
tangannya bekerja, dua jari tangan kiri terang kap tegak
dimainkan sebagai Ngo-hing-kiam mengincar Thay-yang hiat
dipelipis lawan sementara telapak tangan kanan terbalik
merubah gerakan dengan tipu Kim-tiong-sip-cui (naga mas
main air), laksana guntur menggelegar kilat menyambar tahu2
menabas kelutut Bong Thian-bi.
sebagai ahli silat, sebelum tahu tingkat kepandaian lawan,
siau-go-kian-kun tidak mau kerahkan kekuatannya tapi sejurus
dua tipu gerakannya ini mengandung variasi dan perubahan
yang rumit sekali, didalam jurus ada jurus, tipu ada tipu,
mantap dan cepat.
kalau lawan berkepandaian rendah tentu tidak akan tahan
menghadapi serangan kilat ini.
Tapi Bong Thian-bi memang tidak bernama kosong, ilmu
silatnya aneh dan luar biaya memang tidak malu dia diagulkan
sebadai tokoh aneh dari Kong-tong pay.
terjangan tadi sebetulnya secepat kuda membedaL kencang
namun begitu menghadapi sergapan siau-go-kian-kun, dia
bisa segera menghentikan luncuran badannya, malah disaat2
gentong secepat kilat itu, dia tarik badannya mundur satu
kaki, sehingga telapak tangan dan seranganjari siau-go-kiankun
mengenai tempat kosong di depan badannya.
sigap sekali, gerakan kedua telapak tangan Bong Thian-bi
laksana gelang- bundar, menggelundung maju, siau-goTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
kiankun yang luas pengalaman pun belum pernah melihat dan
menghadapi ilmu pukulan seaneh ini-
Akan tetapi siau-go-kian-kun tidak gentar, gerakan pukulan
lawan isi kosongnya bercampur aduk tidak menentu,
tujuannya mengelabui dan mengaburkan pandangan matanya,
sehingga dirinya tidak bisu membedakan kearah mana
serangan telak yang diincar musuh.
Hakikatnya siau-go-kian-kun tidak hiraukan rangsakan
orang, Tiba2 dia mencelat keatas, secara kekerasan dia
menabas ke tulang pundak lawan, tenaganya dilandasi
sembilan bagian kekuatannya, bagai gugur gunung yang
menindih turun, tulang pundak merupakan tempat penting
yang fital pula bagi manusia, kini siau-go-kian-kun menyerang
dengan pukulan dahsyat pula, meski lawan memikili Hu-dehsin-
kang (ilmu pelindung badan) juga tidak akan tahan.
Apalagi kalau tulang pundak terpukul remuk meski memiliki
ilmu silat setinggi langitpun takkan berguna lagi, menjadi
cacad untuk selamanya.
Ternyata Bong Thian-bi tidak berani melawan secara
kekerasan untuk gugur bersama. Tingkat kepandaiannya
sudah mencapai taraf tinggi, gerak serangan-nya sudah
terkendali oleh jalan pikirannya sehingga se-waktu2 dapat
ditarik menurut nalarnya, maka gulungan telapak tangan yang
membundar kedepan itu dia rubah naik menyambut keatas.
"Blang" Bong Thian-bi merangkap kedua telapak tangannya
menggencet telapak tangan siau-go-kian-kun. namun begitu
siau-go-kian-kun kerahkan Iwekangnya, Bong Thian-bi
menjerit kaget dan telapak tangan terasa pedas kesakitan,
lekas dia lepas gencetannya dan mundur selangkah.
gebrak sejurus secara kilat ini. Hasil permainan jurus
tipunya Bong Thian-bi menang unggul seurat, namun dinilai
fwekangnya dia kalah setingkat mafah sedikit dirugikan
sementara siau-go-kian-kun diam2 mengucap syukur, untung
belakangan ini dia mendapat petunjuk dari tiga tokoh maha
guru silat dalam hal Iwekang, kalau tidak malam ini tentu dia
sudah terjungkal.
Kalau disini siau-go-kian-kun sedikit unggul, di sebelah sana
Hong-lay-mo-li sama kuat alias setanding, lawannya LauThianhut
yang bergama n sepasang jit-gwat-siang-lun (gelang
matahari dan rembulan) ditengah malam gelap, senjatanya ini
tampak kemilau memancarkan sinar kuning keemasan,
Jit-gwat-siang-lun adalah senjata peranti mengunci pedang
dan golok- begitu Hong-lay-mo-li menusuk. Lau Thian-hut
lantas katupkan kedua gelangnya terus menariknya keluar
pula secara kekerasan dia hendak merebut pedang lawan.
Hong-lay-mo-li mandah tertawa dingin, kebutnya segera
berkembang menggepruk kepala orang, untuk menolong diri
Lau Thian-hut gertakan kedua lengannya keatas, lengan
bajunya menimbulkan getaran angin yang menolak pergi
kebutan lawan, namun karena usahanya sedang merebut
pedang lawan maka kekuatan kebasan lengan bajunya kurang
kuat. ujung kebut Hong-lay-mo-li masih kuasa menyabet
pundaknya walau yang kena bukan tempat berbahaya, namun
rasanya sakit sekali, sementara pedang Hong-lay-mo-lipun
gumpil sedikit karena terkunci sepasang gelang lawan.
gebrak pertama ini terhitung sama2 dirugikan. Lau Thianhut
menggerung keras, kedua gelangnya terangkat naik
digerakkan secara berantai menyerang dengan gencar,
sepasang gelangnya ini bisa bekerja secara menggantol,
merebut, menangkap, mengunci, mendorong menindih,
menggulung, memutar, menjojoh, memukul sepuluh tipu yang
lihay merupakan landasan ilmunya yang hebat.
Karena kalah seurat barusan Hong-lay-mo-li tidak pandang
enteng lawannya lagi, ilmu kebut dan pedang dikombinasikan
menyerang dengan gencar. Tak mungkin lagi Lau Thian-hut
berusaha mengunci dan merebut pedangnya. Terutama kebut
Hong-lay-mo-li, Tiba2 berkembang tahu2 terkumpul laksana
potlot besi kerasnya selalu mengincar Hiat-to yang
mematikan. Kalau gelang Lau Thian-hut peranti mengunci pedang
lawan, kini gelangnya malah yang justru selalu harus
menghindar dari gubatan ke-but Hong-lay-mo-li, lekas sekali
puluhan jurus telah berlalu, kedua pihak masih kuat dan
serang menyerang, Hong-lay-mo-li paling hanya unggul dalam
permainan tipu2 silatnya belaka.
se-konyong2 suara Kongsun Ki yang dingin kumandang dari
dalam loteng: "He he, kukira siapa" Kira-nya Liu-sumoay yang datang Hoa
Kok-ham bocah keparat itu yang temani kau bukan" Dua kali
sudah kalian lolos dari sini, kali inijangan harap kau bisa lolos"
Bukan kepalang kejut Hong-lay-mo-li bahwa dari tempat
kejauhan Kongsun Ki sudah dapat membedakan permainan
silatnya, walau tahu kepandaian orang sudah jauh lebih tinggi
namun dia tidak gentar sedikitpun makinya.
"Benar, Liu jing-yau kemari hendak wakili guru mencuri
bersih nama baik perguruan, Kongsun Ki keluarlah kau"
Kongsun Ki gelak2, katanya:
"sumoay mengundangku masakah aku tidak akan keluar?"
Belum lenyap gelak tawanya, tiba2 terdengar suara siang
Ceng-hong yang halus membujuk lembut:
" Kong-tong-ji-ki cukup berkelebihan menghadapi mereka.
Latihanmu sendiri lebih penting janganlah sia2-kan
kesempatan baik ini. Lekas kau himpun semangat pusatkan
pikiran, tembus dulu dua belas jalan darahmu. em, nah
dengarlah petunjukku dengan sepenuh perhatianmu."
suara sang ceng liong lirih, namun Hong-lay-mo-li masih
bisa mendengar dengan jelas hatinya menjadi hambar dan
karena sedikit pecah perhatian ini, hampir saja pedangnya
terkunci oleh sepasang gelang lawan, waktu itu, orang dalam
siang-keh-po sudah kaget dan berbondong2 keluar karena
kegaduhan pertempuran di sini.
" yau-moay." seru siau-go-kian-kun.
"tidak perlu diteruskan hayolah pergi"
memang dia sedikit unggul menghadapi Bong Thian-bi,
tiba2 dia lancarkan tipu2 lihay yang mematikan. Bong Thian-bi
terdesak mundur beberapa tindak, sigap sekali siau-go-kiankun
melesat terbang ke arah sana seraya mengetuk kipas-nya,
sepasang gelang Lau Thian-hut dia dorong minggir
kesamping, sudah tentu Lau Thian-hut kaget dan menyurut
mundur. Begitu Kong-tong-ji-ki mundur, dengan mengembangkan
Ginkang siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li terus lari ke
jurusan barat yang jarang orang mencegat. Kalau kesamplok
musuh lantas digasaknya.
setelah mereka melewati dua buah gunungan, tibaR dijalan
sempit didepan sana ada dua orang mengadang ditengah
jalan, mereka bukan lain adalah dua laki2 yang kemaren
bentrok di Hou-loan-san.
siau-go-kian-kun lantas gelak2, dengan Iwekang
perguruannya yang tinggi dia kuncupkan dulu nyali lawan.
Belum lagi lenyap suara gelak tawanya, tahu2 dia sudah
menubruk tiba didepan kedua laki2 jangkung dan pendek itu.
Agaknya kedua orang ini sudah kapok dan merasakan
kelihayan mereka tanpa banyak tingkah mereka lekas
menyelinap mundur kedua arah sembunyi ke-dalam semak2
kembang, sebetulnya kalau mereka tidak jeri dengan bekal
kepandaian mereka sedikitnya kuat melawan sepuluhan jurus,
saat mana Kong tong-ji- kipun pasti sudah mengejar tiba.
Dengan gabungan empat orang, untuk menjebol kepungan
musuh, rasanya siau-go-kian-kun berdua harus berjuang
matikan. Lega juga Hoa dan Liu setelah lewat dari baais
pertahanan musuh yang cukup tangguh ini, ginkang mereka
jauh lebih unggul dari Kong-tong-ji-ki, cepat sekali, mereka
jauh ketinggalan dibelakang.
Tak nyana tidak jauh mereka berlari, Tiba2 terdengar dari
tempat gelap disebelah depan ada suara dingin menyeringai
berkata: "Liujing-yau, kau budak busuk ini kemari lagi" Hehe,
pamanmu sudah menjodohkan kau kepadaku, kau suka jadi
biniku atau ingin mampus di tanganku?"
itulah suara Hwi-liong tocu Cong Cui-pay.
"orang she Cong" bentak Hong-lay-mo-li murka,
"jangan kau lari"
Hwi Liong-tocu bukan tingkatan Kong-tong ji-ki, kalau
mereka berdua mau bekerja sebelum Kong-tong-ji-ki tiba
sudah pasti dapat membunuhnya.
Tiba2 tergerak pikiran siau-go-kian-kun, teriaknya: "Jangan
terpancing oleh muslihat musuh" namun gerakan Hong-lay-mo
li secepat anak panah, tidak hiraukan nasehat siau-go-kiankun
lagi- Maklumlah bencinya terhadap Hwi-liong-tocu sudah
meresap ketulang sung-sum, kini mendengar ejekannya lagi,
jiwa orang sudah tentu takkan dia ampuni lagi-
Disaat Hong lay-mo-ii hampir menerjang masuk ke tempat
gelap dipojokan sebuah gunungan dimana tadi suara
kumandang, tiba2 didengarnya samberan senjata rahasia ya


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meluncur kearah dirinya- Tapi sebagai seorang ahli kelas
tinggi, mendengar samberan angin senjata rahasia ini, dia jadi
heran karena sasaran timpukannya meleset terlalu jauh- Lekas
sekali senjata rahasia ini melayang lewat tiga kaki dari
sampingnya jatuh disebelah depan maka terdengarlah "Blaks
pada ujung gunungan di sebelah depan tahu2 rimtuh, jelas
bahwa tumpukan senjata rahasia tadi persis mengenai alat
rahasia, namun hal ini terjadi kebetulan atau memang orang
penimbuk senjata rahasia itu sengaja memberi petunjuk cara
untuk memecahkan alat2 rahasia disini"
untunglah gunungan itu runtuh lebih dulu sebelum Honglay-
mo-li tiba disana kalau tidak tentu dia tertindih guguran
gunungan tadi, mau tidak mau men-celos juga hatinya,
betapapun tabah hatinya tak urung bercucuran juga keringat
dinginnya- Tengah dia ter-longong itulah, kembali didengarnya
samberan senjata rahasia seperti yang terdahuu, sasarannya
meleset terlalu jauh- kini melesat lewat dari sebelah kiri Honglay-
mo-li. Betapa cerdik Hong-lay-mo-li, diam2 dia sudah yakin
bahwa secara diam2 ada orang memberi bantuan dengan
petunjuk timpukan senjata rahasia ini.
Lekas sekali Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun bergerak
menurut petunjuk timpukan senjata rahasia itu, betul juga
seterusnya mereka tidak sampai menginjak alat rahasia pula
sebelum musuh mengejar tiba mereka sudah berhasil lolos
naik keatas gunung. Anak buah Kongsun Ki tidak berani
mengejar keluar dari lingkungan siang-keh-po.
Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun langsung pulang
ketempat kediaman siang-keh-yu-lo, waktu mereka
membicarakan pengalaman tadi, mereka amat curiga akan
sikap siang Ceng-hong, sungguh sulit untuk menentukan
juntrungan itikadnya.
Tapi satu hal dapat disimpulkan dengan pasti bahwa dia
tidak sepenuh hati bekerja demi kepentingan Kongsun Ki,
kalau tidak- tak mungkin didalam saat2 gawat tadi dia
mencegah Kongsun Ki keluar. Demikian pula siang-keh-su-lo
tidak habis mengerti, siapakah orang yang membantu HongTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
lay-mo-li berdua dengan timpukan senjata rahasia menunjuk
jalan. siang ci tertua dari siang-keh-su-lo berkata:
"Jite sudah berangkat ke siau-lim-si. Liu-bengcu semalam
kau berkata hendak mengundang beberapa kawan kosen
untuk membantu, silakan kau keluarkan Loklim-cian besok
pagi2 akan kusuruh orang untuk menyebarkan."
"Maksudku mengutamakan tuntutan Kaypang, terhadap
mereka tidak usah pakai Lok-lim-cian, demikian pula terhadap
tokoh- kosen kaum Lok-lim tidak enak aku menggunakan Loklim-
cian untuk memanggil mereka "
"Kau tinggal disini membantu siang-keh-su-fo, biar aku
yang pergi mengajak Bu su-tun kemari, bagaimana?" tanya
siau-go-kian-kun.
"Lebih baik kita tunggu lagi dua hari. Bahwa kita sudah
yakin siang ceng-hong tidak sepenuh hati rela dikawini
Kongsun Ki, kuharap didalam dua hari ini kita bisa mendapat
kesempatan untuk mencari hubungan dengan dia,"
Persoalan tidak ada kepastiannya, terpaksa mereka
menuruti usul Hong-lay-mo-li untuk sementara bersikap
tenang dan melihat gelagat. Disamping itu merekapun
mengharap selekasnya tahu siapakah orang yang bantu
mereka dengan timpukan senjata rahasia itu" Bahwa dia tahu
jelas semua alat rahasia dan jebakan yang ada didalam siangkeh-
po pasti adalah anak buah kepercayaan Kongsun Ki yang
terdekat, melalui orang ini bukan mustahil mereka akan
mendapat keterangan rahasia Kongsun Ki dengan siang-ceng
hong. semula mereka menyangka harapan ini terlalu tipis untuk
tercapai, tak nyana hari kedua sudah menjadi kenyataan,
siapakah orang yang membantu mereka secara diam2" Tekateki
inipun lekas sekali terjawab.
Pagi hari itu, baru saja siang-keh-sam-lo bangun tidur siang
ci sedang mengganti obat pada luka2 siang Gi tiba2 terdengar
suara ribut diluar, katanya berhasil membekuk seorang
perempuan yang lari keluar dari siang-keh-po, entah apakah
dia mata2. Bergegas siang ci lari keluar, dilihatnya galah seorang anak
buahnya memanggul seorang perempuan, gadis ini berlepotan
darah sekujur badannya mukanya pucat pias.
Melihat gadis ini siang ci menjerit kaget:
"Inikan Bik Ciam Wah, celaka, apakah dia sudah mati" Liu-
Bengcu, Hoa Tayhiap- lekas kalian kemari"
Anak buah yang memanggul Bik Ciam memberi laporan:
" Waktu hamba meronda dibawah gunung kulihat gadis ini
lari masuk ke hutan diatas gunung, ada beberapa orang siangbeh-
po yang mengejarnya. Lekas kita memapaknya dan
memukul mereka mundur, gadis ini hanya sempat berkata:
"Lekas bawa aku menemui Liu-lihiap" lantas jatuh pingsan.
Entahlah apakah sudah meninggal?"
siau-go-kian-kun, dan Hong-lay-mo-li tersipu2 datang,
langsung Bik Ciam dipondongnya turun lalu menempelkan
telapak tangan kepunggungnya menyalurkan segulung hawa
murni, lekas sekali Bik Ciam mulai normal pernapasannya dan
sedikit bergerak. Hong-lay-mo-li berbisik dipinggir telinganya:
"Bik Ciam, inilah aku, apa kau masih mengenalku?"
Pelan2 Bik Ciam membuka mata, melihat wajah Hong-laymo-
li, seketika dia unjuk rasa girang, dengan suara ter-putus2
dia berkata: "siocia ada tulis sepucuk surat didalam bajuku untukmu,
siocia sudah tahu maksud kedatanganmu, dia amat berterima
kasih kepadamu"
Payah sekali Bik Ciam mengeluarkan suaranya, namun
wajahnya tetap mengulum senyum, setelah menyampaikan
beberapa patah katanya tadi, seperti berhasil menunaikan
tugas berat dia menghela napa2 lega, pelan2 dia pejamkan
mata dengan tentram. Waktu Hong-lay-mo li meraba
pernapasannya-ternyata sudah berhenti-
Pilu dan duka hati Hong-lay-mo-li, segera dia merogoh
keluar surat yang diperuntukkan dirinya, pelan- merebahkan
jenazah Bik Cian lalu bersama siang ci dan siang Hong bertiga
membaca surat itu-
Kejut" girang siang-kehrji-lo, katanya:
"Memang ini tulisan ji siocia-"
Tampak surat itu hanya ada beberapa baris tulisan pendek
yang berbunyi: "Dalam sebulan ini jangan datang pula. Terlampir sebuah
peta, semua alat rahasia sudah ada tanda petunjuknya,
sebulan kemudian cita2 pasti terlaksana, persoalan lain boleh
dirundingan dengan Bik Ciam."
Entah apa pesan siung ceng-hong kepada Bik Ciam,
menyatakan kebersihan diri nya" Atau untuk melengkapi saran
dan pendapat yang tidak sempat dia tulis dalam suratnya"
Ataukah ada persoalan lain yang tidak leluasa dia singgung"
sayang Bik Ciam sudah mati, persoalan yang merupakan teka
teki ini tidak bisa terjawab lagi.
Hong-Lay-mo-li menghela napa2 dengan gegetun, sebera
dia suruh orang untuk mengurus jenazah dan mengebumikan
Bik Ciam, mereka lanjutkan perundingan untuk menelaah isi
surat siang ceng-hong.
Pernyataan siang ceng-hong sudah jelas melalui suratnya
yang pendek itu. secara tidak langsung dia mau mengatakan
ingin membantu secara diam2 untuk menggempur siang-kehpo,
sekaligus teka teki yang lainpun sudah terjawab secara
langsung bahwa betapapun dia tidak rela kawin dengan
Kongsun Ki. Tapi kembali muncul suatu pertanyaan lain melalui
datangnya surat itu yaitu kenapa dia pesan wanti2 supaya
dalam sebulan ini orang banyak diharap tidak menggempur
siang-keh-po"
siau-go-kian-kun lantas menyatakan pendapatnya:
"Kukira didalam jangka sebulan ini mungkin dia sudah bisa
menemukan cara untuk mengekang dan membekuk Kongsun
Ki. Dan hal ini justru membuatku bingung dan tidak mengerti
malah, dalam sebulan ini bukankah kedua ilmu berbisa
Kongsun Ki semakin sempurna, masakah bisa ditundukkan?"
"Memang hal ini sulit diraba." ujar Hong-lay-mo-li
"marilah kita periksa dulu gambar peta ini." didalam peta
dimana letak alat2 rahasia ada diberi tanda panah, dimana
ada perangkap dimana ada tindihan batu, dimana ada alat
rahasia yang bisa menimbulkan hujan panah dan senjata
rahasia, semua tertanda dan dibubuhi keterangan dengan
jelas sekali kalau apal akan seluk beluk peta ini pasti tidak
akan gampang terjebak didalam siang-keh-po-
Hari itu juga mereka mengutus orang untuk mencari kabar
situasi dan keadaan siang-keh-po sejak kejadian Bik Ciam
melarikan diri. Kira2 hari menjelang magrib utusan itu berhasil
pulang setelah mengadakan kontak rahasia dengan salah
seorang Thaubak yang dulu merupakan anggota lama warga
siang-keh-po, bahwa peristiwa Bik Ciam yang melarikan diri
sudah menggemparkan siang-koh-po.
Lantaran peristiwa ini maka siang Ceng-hong kumpulkan
para dayang dan kacung yang ada, dia maki Bik Ciam
habiskan serta memberi peringatan kepada yang lain, tanpa
mendapat idzinnya siapapun dilarang meninggalkan tugas dan
kewajibannya. siang ci lantas menambahkan:
"sejak menduduKi siang-keh po, Kongsun Ki ada membuat
undang2, semua orang atau penghuni siang-keh-po ada
dibawah perintah siang ceng-hong. namun setiap menghadapi
persoalan harus pula memberi lapor dan minta idzin kepada
congkoan jelas bahwa Cong Cau-tay yang menjadi congkoan
mempunyai hak dan kekuasaan ya lebih besar dari siang cenghong."
Thaubok itu menambahkan
"Apakah kelakuanji-siocia itu sungguh2 atau pura2 aku
tidak tahu. Tapi setiap saat dia selalu mendampingi Kongsun
Ki hubungan mereka begitu intim
dan mesra. Menurut dayang yang melayani mereka,
hubungan mereka suami istri kelihatannya jauh lebih dekat
dan mesra dari dulu,"
Hasil dari kabar yang diperoleh dari siang-keh-po
membuktikan bahwa untuk sementara waktu jiwa siang Cenghong
tidak akan berbahaya, maka legalah hati semua orang,
maka Hong-lay-mo-li lantas berkata:
"Kok-ham sudah kupertimbangkan dengan baik, lebih baik
kau saja yang tinggal disini, Besok juga aku akan turun
gunung." "o, sebagai Loklim Bengcu kau hendak menyambangi
sendiri Kaypang pangcu yang baru, baiklah aku tidak akan
berebutan dengan kau." ujar siau-go-kian-kun tertawa.
"Bukan begitu maksudku, ilmu silatmu lebih tangguh lebih
cocok kau membantu mereka disini, hatiku-pun lebih lega,
Disamping menemui Busu-tun, akupun ingin menengok Huyan
cici, entah mereka sudah menikah belum?"
setelah segalanya diatur beres, hari kedua pagi2 Hong-laymo-
li lantas menempuh perjalanan seorang diri Kaypang
merupakan organisasi atau sindikat terbesar di seluruh jagat
namun tidak mempunyai markas besar yang tetap, untunglah
sebagai Loklim Beng-cu dimanapun Hong-lay-mo-li dengan
gampang mengikat hubungan, hari ketiga dia sudah berhasil
menemui seorang murid Kaypang tingkat kantong tujuh yang
mengepalai suatu cabang, dari mulutnya dia mendapat
kepastian bahwa Bu su-tun dan Hun- ji-yan berada di
Lamyang. seperti diketahui Lamyang adalah tempat kelahiran Hun Ji
Yan, walau kedua orang tuanya sudah meninggal, namun
sanak kadangnya masih ada disana, kemungkinan mereka
hendak melangsungkan pernikahan ditempat kelahirannya itu.
Lain hari Hong-lay-mo-li sudah tiba di Lamyang, sejak pagi
sampai menjelang lohor itu Hong-Lay-mo-li sudah menempuh
seratus li perjalanan, mulut terasa dahaga kebetulan dipinggir
jalan ada warung minuman, segera dia mampir minta air teh
tumben istirahat melepaskan lelah-
Didalam warung sudah ada dua tamu mereka adalah nenek
tua ubanan dan seorang pemuda beralis tebal bermata besar,
berbadan tegap kekar. Disamping tempat duduk si nenek
ubanan ditaruh tongkat hitam berkepala naga yang hitam
mengkilap, agaknya terbuat dari besi tulen.
Mau tidak mau keadaan kedua orang ini menari perhatian
Hong-lay-mo-li maka berulang kali dia melirik kearah sana,
tampak olehnya meski sudah tua ubanan, namun sorot mata
si nenek masih berkilat tajam, terang orang adalah tokoh
kosen yang memiliki Iwekang tingkat tinggi.
Kalau Hong-lay-mo-li diam2 perhatikan mereka, demikian
pula si nenek sedang perhatikan dirinya. Begitu pandangan
mereka bentrok- wajah si nenek seketika mengunjuk rasa
heran dan rada gusar. Tampak orang mengetuk cangkirnya
diatas meja, mulutnya lantas mengomel:
"Anjing2 liar dijalanan raya memang banyak, untung aku
nenek tua ini ada bawa pentung yang khusus untuk
menghajar anjing. Anjing jantan tidak gentar kuhadapi apalagi
anjing betina."
sudah tentu Hong-lay-mo-li merasakan caci maki si nenek
tua sengaja ditujukan kepada dirinya. Keruan dia naik pitam.
Tapi pemuda itu agaknya tidak bisa menangkap arti perkataan
si nenek, katanya:
"Bu, mana ada anjing" Kenapa aku tidak melihat?"
si nenek mencebir bibir, katanya:
"Anak bodoh, kau punya mata tak bisa melihat"
Akhirnya si pemuda baru sadar, katanya:
"Bu, maksudmu bahwa gembong iblis itu tidak akan
membiarkan kita hidup tentram."
"Kabarnya sarangnya sudah diobrak abrik orang, entah
dimana dia sekarang berteduh memangnya masih ingat
hendak membuat perhitungan dengan kita, Ai, kukira dunia
sudah aman, sudah saatnya kita pulang kerumah."
Dari pembicaraan ibu dan anak ini baru Hong-lay-mo-li
mengerti, kiranya mereka tengah menyingkir dari kejaran dan
intaian musuh, dan sangka dirinya kaki tangan musuh yang
ditugaskan menguntit mereka, ilmu silat nenek tua ini amat
tinggi, gembong iblis yang di-maksud tentu berkepandaian
tinggi, memangnya siapakah dia?" Demikian dia ber-tanya2


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam hati, ingin dia maju memberi penjelasan, namun kuatir
orang salah paham terpaksa dia tangsel perut lebih dulu dan
menghabiskan beberapa cangkir teh, setelah tenaganya pulih
dan semangatnya bangkit, dia siap berangkat. Tiba2 tampak
dari luar melangkah masuk dua orang.
Nenek tua segera berbisik lirih:
"Thing-ji, nah itulah anjing liarnya datang sebentar akan
kuhajar anjing- liar ini dengan pentungku ini, kau hati2
perhatikan perempuan itu kalau dia menyergap"
Niat Hong-lay-mo-li hendak berangkat segera dia batalkan,
begitu dia meletakan cangkir dan angkat kepala dilihatnya dua
orang laki2 melangkah masuk, mereka berpakaian seragam,
dari dandanan serta raut muka mereka terang bukan suku
Han. Kedua laki2 ini langsung menuju kemeja si nenek, sekilas
mereka mengawasi dengan teliti lalu bersuara:
"Bing-toanio janganlah main kucing2an lagi, kita tidak akan
mempersulit kalian, cukup asal kalian ibu beranak ikut kami
menghadap cukong. Kalian suka arak suguhan atau minta
dipaksa?" si nenek menyeringai dingin, tantangannya:
"Apa suguhan atau main paksa segala aku tidak peduli."
"Begini saja, terimalah lencana tembaga ini danpatuh
menjalankan perintah Cukong selama 3 tahun. Kalau ingin
dipaksa h eh e, terpaksa kita akan membekukmu pulang."
" Nenek tua ini selama hidupnya malang melintang tak
pernah diperintah orang belum pernah dibawah Cukong segala
siapa sih Cukong kalian?"
salah seorang lakis itu mengeluarkan panah yang terputus
jadi dua potong, ditancapkan diatas meja, katanya:
"Bing-toanio dua tahun yang lalu kau menentang perintah
mematah panah ini kalau kali ini kembali kau berani
membangkang, hukumanmu akan diperhitungkan sekaligus.
Tentu kau masih kenal panah ini bukan?"
si nenek tak acuh, melirikpun tidak, cemoohnya:
"Memangnya dua tahun yang lalu kupatahkan panah inijadi
kalian anak buah Hwi-Hong-to?"
"siapa kami kau tidak perlu tahu." sahut kedua laki"
"Kini kutanya kau mau terima perintah tidak?"
"Kedatangan kalian hari ini terlalu tidak kebetulan" ejek si
nenek- "Apa maksud perkataanmu?" tanya kedua laki2 itu
mendelik, " Nenek tua ini sudah lama mencuci tangan, kalau sepuluh
tahun yang lalu, dengan senang hati akan kuterima lencana
tembaga ini. Kini h eh e, kalau dua tahun yang lalu aku berani
patahkan panah ini,apa lagi sekarang?"
" Nenek tua, ketahuilah keadaan sekarang tidak seperti dua
tahun yang lalu. Dulu kau berani membangkang dan patahkan
panah, Hwi-liong-to tidak sempat membereskan kau. sekarang
kalau berani merusak lencana tembaga ini, elmaut akan
segera merenggut jiwa tuamu."
Baru sekarang Hong-lay-mo-li tahu bahwa musuh si nenek
adalah Cong Cau-tay. Tapi dia curiga, pikirnya:
" Kedua laki2 ini kelihatannya orang se-ek- masa mereka
bekerja untuk Hwi-liong-lo?"
si nenek tidak perdulikan gertakan mereka, sikapnya tetap
tak acuh: "Apa ya, tapi menurut hematku, kini bukan saatnya yang
tepat" "Kenapa tidak tepat saatnya?" seru laki2 itu gusar.
" Walau cupat pandanganku tapi aku tahu bahwa Hwiliong-
toou sekarang sudah terima menjadi anjing penjaga
pintu orang lain. Kalau ingin aku menerima lencana ini, boleh
setelah dia menjadi Loklim Bengcu."
"Pandanganmu memang cupat ini kenyataan, cong Cau-tay
kini menjadi congkoan di siang-koh-po, wibawanya lebih tinggi
dan angker dari pada jadi Hwi-liong-tocu dulu lencana yang
harus kau terima hari ini adalah perintah dari siang-keh-po,
hayolah ikut kami ke siang-keh-po minta ampun kepada
congkoan" si nenek tertegun katanya:
"Jadi Cukong kalian bukan Hwi-liong-tocu?"
" Cukong kita adalah siang-kee-po Pocu Kongsun Ki- Kita
mendapat perintah dari Cong-congkoan lekas kalian periksa,
inilah lencana dari siang-keh-po"
saking murka rambut ubanan si nenek kelihatan bergetar
jengeknya dingini
"o, kiranya Hwi-liong-to-cu kinijadi budak keluarga siang,
dan kalian adalah budak yang diperbudak Bing-toanio
memangnya sudi digertak oleh budak yang diperbudak"
Persetan dengan lencana siang-keh-po"
sembari bicara tangan si nenek terulur meraih lencana
tembaga itu- sekali remas dan "Tang" dia gabrukan keatas
meja. Tampak tembaga itu sudah berubah menjadi bundar
yang bersegi. Kedua laki2 itu melongo namun sikap mereka tidak
berubah, yang lebih tua malah gelak2, katanya:
"Kiranya memang punya sedikit kepandaian Tapi dengan
bekal kepandaian cakar kucing seperti ini berani menentang
perintah siang-keh-po, sungguh menggelikan"
Beringas muka si nenek-
"Jangan menghina nenek seperti aku, hayolah keluar
rasakanlah kelihayanku nanti-"
"Baik, memangnya diluar kau bisa lolos dari tangan kita."
lenyap suara mereka maka terdengarlah beruntun dua kali
suara gemuruh, tahu2 tembok dibe-lakang mereka sudah jebol
dan berlobang persis dengan perawakan kedua orang laki2 ini,
kiranya secara kekerasan mereka membelakangi tembok terus
menerjangnya jebol, agaknya mereka aengaja hendak pamer
kepandaian kepada si nenek-
Mencelos juga hati si nenek, setelah memberi pesan
kepada putranya, si nenek terus angkat tongkatnya, katanya:
"Tiam-keh, lencana ini berharga dua tiga tail perak cukup
untuk ongkos ganti kerusakan disini,"
sekali tutulkan tongkat dilantai, badannya lantas melayang
keluar dan turun ditengah jalan.
Kali ini dia tidak ingin pamer, namun Ginkangnya yang
hebat ini cukup mengejutkan kedua laki2 itu. Bergegas si
pemuda ikut memburu keluar pula.
"Bagus Bing-toanio, kau tidak mau terima perintah kami"
Biarlah hari ini kau rasakan kelihatan seorang budak dari
siang-keh-po"
agaknya laki2 ini penasaran karena dipandang rendah,
segera dia keluarkan gamannya, sepasang gelang bulan dan
matahari- Dari tempat duduknya dipinggir jendela Hong-lay-mo-li
melihat senjata laki2 ini seketika tergerak hatinya- Cepat sekali
gebrakan sudah dimulai diluar, maka terdengarlah suara
berdering nyaring
si nenek mengayun pentungnya dengan jurus jiang-liongjut-
hay (naga liar keluar lautan) menjojoh kedada musuh,
namun laki2 itu merangkap gelangnya sehingga ujung
tongkatnya tidak sampai mengenai dadanya serta tertolak
minggir. namun usaha laki2 hendak menggencet tongkat
lawancun gagal.
Laki2 yang lain segera menubruk kearah si pemuda yang
sudah siaga sambil melintangkan golok sejurus Kim-ping-tin-ci
(rajawali mas menggetarkan sayap) menabas miring.
Laki2 musuhnya tidak bersenjata, dengan tangan kosong
melayani permainan goloknya, namun serangannya tidak
kalah lihaynya, yang dia mainkan adalah Khong-jiu-jip-pek-tot
namun permainannya jauh berbeda dengan pelajaran silat dari
aliran Tiong-goan. Bacokan golok si pemuda amat tangkas dan
gesit, hampir saja goloknya menabas kutung jari musuh, tapi
laki2 itu tiba2 merangkap kedua jarinya terus mendorong
kepunggung golok sambil mendorong dia merangsak maju,
doroangn ini cukup kuat sehingga golok si pemuda hampir
saja menabas jidatnya sendiri.
Hanya sejurus melihat permainan kedua laki2 ini, Hong-laymo-
li lantas tahu asal usul kedua orang ini. Kiranya mereka
adalah murid Kong-tong-ji-ki, kira2 sudah mendapat tujuh
delapan bagian ajaran guru mereka.
Karena ingin menyaksikan kepandaian Bing-toa-nio, maka
Hong-lay-mo-li tidak akan segera turun tangan, dilihatnya
permainan ilmu tongkat orang memang hebat dan lihay tipu2
dan Iwekangnya memang tidak rendah-
Aneh dan garang permainan sepasang gelang laki2 itu,
setiap serangan tongkat Bing-toanio selalu dapat dia
punahkan. Tapi Bing-toanio tetap unggul diatas angin.
Kalau Bing-toanio diatas angin, disebelah sana, putranya
sebaliknya terdesak dibawah angin, maklumlah ilmu silatnya
jauh ketinggalan dibanding ibunya, maka dia dicecar mencak
keripuhan. Tapi dia patuh akan pesan ibunya, tahu gelagat tidak
menguntungkan segera dia kembangkan ilmu golok peranti
pelindung badan serta melangkah mundur mendekati ibunya.
se-konyong2 Bing-toania menghardik keras, berbareng
tongkat berkepala naga ditangannya mencelat naik dan
disendai, dia tinggalkan laki2 bersenjata gelang, dia tolong
putranya yang terdesak lebih dulu, karena diserang laki2
lawan putranya itu lekas merangkap kedua telapak tangan
dengan gaya Thay-khek-sip, tenaga pukulannya tertuntun dan
bergolak sehingga ujung tongkat tertolak minggir.
Tapi Iwekangnya masih bukan tandingan Bing-toanio,
walau berhasil mematahkan serangan lawan tak urung dia
terhuyung tiga langkah-
Ibu beranak kini berdampingan permainan tongkat Bingtoanio
lebih lincah dan hebat.
kelincahannya cukup menghadapi tujuh bagian serangan
kedua musuhnya, sudah tentu si pemuda yang berkepandaian
dangkal tak mampu membantu kerepotan ibunya, berarti
seorang diri Bing-toanio harus menghadapi kedua musuhnya
dan selalu hati2 melindungi putranya pula.
30 jurus kemudian, Bing-toanio mulai kewalahan permainan
tongkatnya semakin kalut tenaga semakin terkuras dan tak
memadai dengan tekad juangnya-
Karena jengkel dimaki sebagai anjing betina dan dicurigai
sebagai antek musuh sengaja Hong-lay-mo-li lambati turun
tangan membantu mereka. Tiba2 "Tang" laki2 bertangan
kosong itu menyelinap maju menggantol jatuh golok ditangan
si pemuda sembari menabas dada orang dengan sebelah
tangannya yang lain.
Keruan si nenek kaget lekas dia tarik putranya dan
menggeser maju mengadang serta menyerampang lawan
dengan tongkat besinya.
Baru saja Hong-lay-mo-li mau turun tangan, tiba2
dilihatnya debu mengepul diujung jalan raya sana. tampak
dua kuda tunggangan dibedal sekencang angin mendatangi
penunggangnya adalah sepasang muda mudi, semakin dekat
baru terlihat jelas bahwa kedua muda mudi ini adalah Khing
ciau dan cin Long-giok.
sejak meletakan jabatan dan membuang pangkat-nya,
bersama cin Long-giok, Khing ciau mengembara di Kang lam
mendarma baktikan tenaganya bagi rakyat jelata, sudah lama
Hong-lay-mo-li tidak berhubungan dengan mereka, sudah
tentu amat diluar dugaan mereka tiba2 muncul disini-
Berhasilkah usaha Hong-lay-mo-li mengumpulkan kekuatan
untuk menggempur siang-keh-po" siapa pula yang bikin Bu
su-tun terjungkal dengan akal liciknya" siapakah Hwesio
utusan siau-lim si"
Tang-hay-liong dan say-ci-hong kontra Kong-tong-ji-ki
siapa menang" sampai dimana kehebatan kepandaian ilmu
beracun latihan Kongsun Ki" Apa pula peranan siang Cenghong
dibalik kesuksesan latihan ilmu beracun ini"
(Bersambung keBagian 49)
Bagian 49 KEDATANGAN Khing Ciau dan cin Long-giok memang tepat
pada waktunya, serempak mereka lolos pedang, menolong
keripuhan Bing-toanio sekaligus menolong jiwa Bing Thing.
Cin Long-giok malah sempat berteriak:
"Bu, istirahatlah bersama Toako, Kalau kita kurang becus,
nanti kalian membantu lagi."
Bing Thing tetap bandel, dia tidak suka dibantu oleh Khing
Ciau, Tapi karena goloknya tadi tergantol jatuh oleh lawan,
pergelangan tangannya sedikit cidera, saat mana sudah
membengkak biru, maka dengan sebelah tangan yang lain dia
masih tetap bertahan dengan mati2an.
Bing-toanio melotot kepadanya, katanya
"Anak Thing, jangan keras kepala. Marilah kuobati
luka2mu" segera dia tarik putranya mundur.
Khing ciau tarikan pedang mestikanya membentur pergi
sepasang gelang musuh, kiranya Khing Ciau kerahkan ilmu
Tay-yan-pat-sek yang dulu diajarkan oleh Siang Ceng-hong,
kini latihannya sudah mendapat banyak kemajuan, maka
dengan keras dia dapat menandingi sepasang senjata lawan.
sementara Cin Long-giok mainkan Sip-hun-Kiam-hoat
warisan keluarganya. Sejak Hong-lay-mo-li secara diam2
membantu menembus urat nadi besar serta memberi petunjuk
ajaran Iwekang kepadanya, selama dua tahun belakangan ini,
kepandaiannya sudah maju berlipat ganda.
laki2 lawannya itu sudah mewarisi Loan-hoan-ciang-hoat
ajaran Kong-tong-ji-ki, namun Cin Long giok kuasa
menghadapinya sama kuat dan setanding.
Tapi Khing dan cin toh harus kerahkan setaker tenaga dan
boyong seluruh kepandaian baru terhitung seri alias sama kuat
menghadapi murid- Kong-tong-ji-ki ini, puluhan jurus dengan
cepat telah berlalu, Hong-lay mo-li jadi tidak sabar menunggu,
sekenanya dia samber sebatang sumpit dia diatas meja lalu
dipatahkan menjadi dua potong, sekali ayun tangan dia
timpukan sebagai senjata rahasia.
Betapa kebat Iwekang Hong-lay-mo-li, potongan sumpit ini
menyambar tanpa mengeluarkan suara, namun mengandung
tenaga yang dasyat-
Kepandaian murid Kong-tong-ji-ki memang tidak rendah,
lekas sekali merekapun tahu bahwa dirinya diserang senjata
rahasia- Namun untuk berkelit sudah tidak keburu lagi,
terutama laki2 yang bertangan kosong dan memainkan Loanhoan-
ciang-hoat karena mendengar samberan senjata rahasia


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang menyerang dirinya tidak bersuara, dalam hati dia
memandang rendah maka dia ulur tangan hendak
menangkapnya. Begitu tangan terangkat dan meraih mulutnya masih
sempat mengejek:
"Mutiara sebesar beras masa memancarkan cahayanya
didepan ahli. Aduh"
Tiba2 terasa telapak tangannya sakit bukan main, kiranya
walau dia berhasil menangkap kutungan sumpit, itu namun
telapak tangannya tertusuk luka, kutungan sumpit itu setajam
dan sekuat anak panah karena di-landasi Iwekang Hong-laymo-
li, karena kesakitan tak urung laki2 temberang ini
menjerit2. laki2 bersenjata gelang rembulan dan matahari
berkepandaian lebih rendah, maka dia gunakan gamannya
untuk memukul jatuh kutungan sumpit yang menyerang
dirinya, namun kedua gelangnya toh tertotok pergi sehingga
Khing Ciau berkesempatan merangsak maju dan menggores
luka2 panjang lima dim dilengan orang.
Karena sama2 terluka, kedua orang ini tanpa hiraukan
siapa penimpuk senjata rahasia, segera lari pontang panting
menyelamatkan diri
"Liu-cici" teriak cin Long-giok,
"Wah, kiranya kau"
Dengan tersenyum lebar Hong-lay-mo-li melangkah keluar,
katanya: "Tidak perlu mengejar mereka. Adik Ciau, bagaimana kalian
bisa berada disini?"
Ter-sipu2 Khing ciau dan cin Long-giok memapak maju
dengan berseri girang.
sementara itu Bing-toanio sudah membalut luka2 putranya,
waktu Hong-lay-mo-li menimpukan kutungan sumpit tadi,
kebetulan dia sudah bersiap maju membantu, maka dia
menyaksikan betapa lihay kepandaian Hong-Lay-mo-li, keruan
disamping kaget dia pun heran dan merasa malu lagi. sesaat
dia jadi melenggong ditempatnya.
"Bu" lekas Cin Long-giok menariknya
"jadi barusan kau minum teh didalam warung bernama Liubengcu?"
semakin kejut hati Bing-toanio, serunya tergagap-
"Apa" Dia ini..."
"o, jadi kau belum mengenalnya, Liu-cici adalah Lokslim
Beng-cu. Bu, sudah lama kriu cuci tangan, namun kalau
dikatakan kalian toh masih sehaluan."
Kikuk dan rikuh Bing-toanio dibuatnya ter-sipu2 dia
memberi hormat katanya:
"Nenek tua menang terlalu ceroboh, tidak tahu bahwa
Bengcu berada di-sini, maaf katakku tadi terlalu kasar, harap
Bengcu tidak berkecil hati"
Lekas Hong-lay-mo-li balas hormat, katanya:
"Aku juga tidak tahu kau adalah ibu angkat adik ciiok, kalau
dibicarakan, kau masih terhitung angkatan tua, aku tidak
segera membantumu, kuharap kaupun tidak berkecil hati"
sebera Cin Long-giok tuturkan pengalamannya dulu sampai
dia ditolong Bing-toanio serta mengangkatnya sebagai ibu.
Tak lupa diapun ceritakan juga hubungan Bing-toanio dengan
Bing Cau yang sebenarnya menjadi kekasih san san sejak
kecil, sayang kemaruk harta dan kedudukan, belakangan
terima menjadi antek Kongsun Ki.
Kata Bing-toanio:
"Terus terang selama ini aku sibuk mencari keponakan cau,
namun selalu menemukan tempat kosong"
Terpaksa Hong-lay-mo-li ceritakan persoalan yang
sebenarnya. Keruan Bing-toanio kaget, serunya:
"Apa, katamu Bing Cau sudah" sudah mati..."
"Pasti siang Ceng-hong perempuan centil itu yang
membunuhnya"
"Bukan." sahut Hong-lay-mo-li,
"yang membunuh keponakanmu adalah Kongsun Ki, siang
Ceng-hong-pun diculik olehnya"
Bing-toanio jadi patah semangat, namun putranya Bing
Thing menjadi murka, serunya:
"Budak Kongsun Ki saja tidak kuasa kita lawan, namun
kematian Toa-ko tetap harus kita balas" Walau harus
berkorban kita tetap akan berjuang matikan"
"Menuntut balas tidak boleh gegabah," ujar Bing-toanio.
"akan kuminta bantuan beberapa sahabat ayah-mu semasa
masih hidupnya dulu."
sudah tentu tekad Bing-toanio amat kebetulan bagi Honglay-
mo-li, tanpa diminta secara langsung dia sudah
memperoleh bala bantuan berharga didalam usahanya untuk
menggempur siang-keh-posetelah
Bing-toanio ibu beranak pamitan, Hong-lay-mo-li
lantas ajak Khing Ciau dan Cin Long-giok kembali kedalam
warung. Tidak lupa dia tanyakan pengalaman mereka selama
ini. Lalu dia tuturkan pula bahwa Giok-bin-yau-hou akhirnya
menjadi korban keganasan dan keculasan Kongsun Ki, sudah
tentu disamping girang Khing dan cin merasa kecewa pula,
karena tidak bisa menuntut balas dengan tangan mereka
sendiri Maka bertanyalah Hong-lay-mo-li:
"Ada keperluan apa kalian menuju keutara?"
" Untuk menghadiri jamuan pernikahanmu." godia Cin
Long-giok- Tapi Hong-lay-mo-li cukup berpengalaman, dengan melirik
dia berkata: "Kukira bukan lantaran persoalan ku saja-"
matanya tertuju kepada Khing Ciau, dilihatnya merah muka
orang. Akhirnya Cin Long-giok bicara blak2an:
" Liu-cici, kabarnya San SAn sudah cukur gundul jadi Nikoh,
apa benar" Tapi barusan kau ada mengatakan dia kau angkat
menjadi wakil Cecu."
Hong-lay-mo-li cekikikan katanya:
"Jadi lantaran san san jadi Nikoh, maka sampai sekarang
kalian masih belum menikah" Semula dia memang sudah
cukur rambut, namun kini dia sudah cepat2 ingin jadi
penganten"
Kejut dan girang Cin Long-giok dibuatnya serunya:
"Apa benar?"
Hong-lay-mo-li lalu ceritakan hubungan mesra san san
dengan Liok Bian adik Tai Mo, keruan Khing Ciau dan cin
Long-giok senang dan riang serta lega hati, Khing Ciau lantas
alihkan pembicaraan
"Liu-cici, katamu siang Ceng-hong diculik Kongsun Ki,
sebenarnya apakah yang telah terjadi?"
Maka berceritalah Hong-lay-mo-li akan nasib siang Cenghong
yang jelek dan harus dikasihani. Tak lupa dia jelaskan
pula usahanya didalam menolong jiwa siang Ceng-hong serta
rencana untuk menggempur siang-keh-tio- Lalu dia
menambahkan "siang-Ceng-hong sudah memberitahu kepada kita, dia
menjanjikan supaya sebulan lagi baru kita serempak
menyerbu ke siang-keh-po- Kini masih ada 20 an hari lagi. Aku
mohon bantuan kalian untuk pergi ke Teng-ciu mohon
bantuan song Kim-hong untuk mengundang beberapa kawanyang
boleh diandalkan tenaganya.-"
setelah mereka merundingkan langkah- seperlunya, Honglay-
mo-li lantas berpisah dengan Khing dan cin, langsung dia
melanjutkan perjalanannya, pendek kata sepanjang jalan tidak
mengalami gangguan apa2 lagi, tiga hari kemudian, Hong-laymo-
li sudah tiba di Lamyang.
Dulu dia pernah pergi kerumah Hun Ji Yan, maka kali ini dia
tidak perlu mencaritahu kepada orang lagi. Namun setiba
didepan rumah keluarga Hun pintu besarnya tertutup rapat,
keruan Hong-lay-mo-li sedikit heran.
Tatkala itu hari menjelang lohor, menurut kebiasaan orangkampung
waktu yang seperti itu pintu pasti terbuka lebar, Mau
tidak mau dalam hati dia ber-tanya2:
"Apakah mereka kebentur sesuatu peristiwa?"
sebagai orang yang cermat dan bernyali besar Hong-laymo-
li tidak mengetuk pintu, maka dia kem-bangkan Ginkang,
tanpa bersuara dia melompat masuk dulu. Bu dan Hun berdua
ada dirumah atau tidak dia hendak mengadakan pemeriksaan
lebih dulu, apa lagi mengingat hubungan baiknya dengan Hun
Ji Yan, maka dia tidak perlu sungkan2 lagi.
Begitu melayang masuk kedalam pekarangan dan
melangkah kearah pekarangan dalam, segera pendengarannya
yang tajam mendengar deru napas berat dari kamar sebelah
timur, Hong-lay-mo-li mencelos, batinnya: "Apakah ji-yan
sakit?" maklumlah bagi setiap insan yang membekal
kepandaian silat kelas tinggi, meski dalam keadaan tidur
pulas, pernapasannyapun maisih lembut dan enteng, kecuali
sakit tidak mungkin deru pernapasannya begitu berat dan
keras. Hong-lay-mo li berindaps maju kearah jendela, baru saja
dia angkat kepala hendak melongok keda-lam, masih dua
langkah sebelum tiba dibawah jendela, tiba2 didengarnya
suara 'krak' terali kayu jendela Tiba2 hancur di jebol segulung
angin pukulan dahsyat yang menerjang dari dalam kamar
menindih kearah dirinya, untung Hong-lay-mo-li selalu
waspada dan hati2.
Lekas dia kebas kebutnya memunahkan separo terjangan
damparan angin dahsyat itu, sigap sekali dengan gaya
jumpalitan ditengah mega dia mencelat menyingkir-
Disamping kaget Hong-lay-mo-li kegirangan pula, lekas dia
berteriak: "Bu-pangcu inilah aku"
seperti diketahui kekuatan pukulan Kim-hong-ciang-latBu
su-tun dahsyat sekali, begitu kebentur terjangan pukulan
sedahsyat gugur gunung Hong-lay-mo-li lantas tahu yang
menyerang dirinya pasti Bu Su-tun adanya.
Begitu lontarkan pukulannya Bu su-tun membarengi
membentak: "Bagus, kalau berani kali ini jangan lari. Aduh, kiranya Liubengcu,
maaf maaf, salah paham"
baru sepatah dia memaki lantas mendengar teriakan
Hong-lay-mo-li-
"Bu pangcu," tanya Hong-lay-mo-li heran,
"kau kira siapa yang datang?"
"Silakan masuk bicara saja didalam"
Melihat mimik Bu su-tun kurang wajar, Hong-lay-mo-li tahu
pasti ada gejalayang kurang beres, bahwa gugupnya, segera
dia mendahului melompat masuk lewat jendela. Begitu berada
didalam kamar bertambah kaget hati Hong-lay-mo-li, sekaligus
dia mengerti kenapa Bu su-tun salah sangka terhadap
kedatangan dirinya.
Kiranya sahabat baiknya calon istri Busu-tun yaitu Hun jiyan
tengah rebah diatas ranjang, mukanya kuning dan
napa2nya memburu Melihat Hong-Lay-mo-li matanya kedip2,
mulut bergerak2 seperti hendak bicara namun suaranya tidak
keluar. sebagai ahli silat, selama dua tahun ini diapun banyak
belajar soal pengobatan dari ayahnya, lekas sekali dia sudah
tahu keadaan Hun Ji Yan, tanyanya:
" ji-yan cici terkena senjata rahasia beracun, kau sedang
mengusir racun dengan tenaga dalammu?"
"ya. Racunnya amat lihay, walau aku berhasil menolong
jiwanya namun keadaannya masih cukup gawat."
"Baiklah sekarang kita kerja sama menolong ji-yan cici
lebih dulu, Ambilah segelas air minum, aku membawa Pi-siatan."
Pi-sia-tan adalah buatan Liu cioan-cong menurut resep
rahasia, kasiatnya bisa menolak ratusan macam racun, Hong-
Lay-mo-li sedikit tarik dagu Hun Ji Yan membuka mulutnya. Bu
su-tun lekas jejalkan Pi-sia-tan ke-dalam mulutnya lalu
dicekoki air minum.
sesaat kemudian teng gorokan Hun Ji Yan berbunyi " keokkeok",
Hong-lay-mo-li dan Bu su-tun masing2 ulurkan sebelah
lengannya menekan punggung Hun Ji Yan menyalurkan
Iwekang membantu Pi-sia-tan bekerja lebih cepat.
Tak lama kemudian Hun Ji Yan memuntahkan dua kumur
darah kental hitam yang berbau busuk, maka pernapasannya
mulai enteng. setengah jam kemudian sekujur badan Hun Ji Yan basah
kuyup oleh keringat dingin, kadar racun dalam badannya ikut
menguap hilang lewat keringatnya, air mukanyapun bersemu
merah- Tapi setelah keluar keringat semangatnya masih terlalu
lemah, Hong-lay-mo-li lantas menutuk Hiat-to penidurnya.
setelah Hun Ji Yan bisa tidur nyenyak, maka legalah hati
Busu-tun, baru sekarang dia sempat bercerita kepada Honglay-
mo-li- Kiranya kemaren kentongan ketiga Hun Ji Yan
terbokong oleh orang.
"Apa kalian tidak sekamar?" tanya Hong-lay-mo-li
"Aku ada dikamar sebelah-" sahut Bu su-tun.
"tapi musuh turun tangan serempak kepada kami berdua,
untung aku segera terjaga, maka tidak sampai terluka.
Kasihan ji-yan terkena bokongan mereka secara keji-"
"siapakah orang yang membokong itu" ji-yan sampai
terbokong olehnya" Kaupun tidak berhasil meringkusnya?"
tanya Hong-lay-mo-li-
"sungguh amat menyesal, macam apa tampang
pembokong itupun aku tidak melihatnya. Waktu itu aku
sedang samadi, sekali pukul aku jatuhkan senjata rahasianya,
lalu kususuli dua kali pukul Bik-khong ciang, kudengar
pembokong itu menggerung kepanikan, dan dua buah
genteng terpijak pecah-
Tapi begitu aku mengejar keluar, bayangannya sudah tidak
kelihatan lagi. Karena tidak tahu keadaan ji-yan, maka aku
tidak berani mengejar. Waktu aku masuk kamar kulihat ji-yan
tersambit sebatang jarum berbisa"
Lalu dia keluarkan jarum beracun itu dan diserahkan
kepada Hong-lay mo-li, itulah sebatang jarum lembut seperti
ekor kumbang warna hitam legam, buatannya begitu halus,
sekecil itu, namun jarum ini berlobang bagian tengahnya,
kadar racun keluar dari lobang jarum ini masuk kedalam
badan orang. seluas pengalaman Hong-lay-mo-li, selamanya belum
pernah dia melihat senjata rahasia entah dari golongan mana.
"Sayang aku tidak sempat bergebrak dengan pembokong
itu, entah bagaimana kepandaian silatnya, yang terang
ginkangnya jauh lebih tinggi dari aku, Liu Lihiap- coba kau


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tolong bantu memikirkan, tokoh kosen dari golongan sesat
manakah yang memiliki kepandaian setinggi ini?" demikian
tanya Bu su-tun.
"Jejak tokoh- kosen golongan sesat selamanya tersembunyi
yang kutahupun amat terbatas" sahut Hong-lay-mo-li.
"Katakan saja apa yang kau ketahui, menurut dugaanmu
siapakah kiranya yang patut dicurigai?" tanya Bu su-tun.
"Tokoh golongan sesat yang biasa muncul di Kang-ouw dan
memiliki Ginkang tinggi adalah seorang maling cabul pemetik
kembang bergelar Hoa-ou-tjap sun Ling-hwi, tapi hanya
ginkangnya saja yang tinggi, kepandaian silatnya biasa saja.
Tapi orang itu kuat menahan dua kali pukulanmu, terang
memiliki Iwekang tinggi, kecuali sun Ling-hwi yang membekal
ginkang dan Iwekang tinggi adalah Kongsun Ki. Tapi Kongsun
Ki tengah menyekap diri meyakinkan ilmunya di siang-keh-po-
" Kata Bu su-tun:
" Kalau orang ini sengaja hendak merenggut jiwaku,
setelah gagal yang pertama pasti akan dia lakukan untuk
kedua kalinya dan seterusnya. Biarlah kita tunggu saja bila dia
muncul pula tak usah membuang tenaga untuk memikirkan
siapa dia."
"Baiklah sekarang aku mencari tahu seseorang kepadamu."
kata Hong-lay-mo-li,
" orang ini adalah murid Kaypang, kepandaian Hu-mo-tiohoat
dan Kim-kong-ciang-latnya sama2 tinggi, walau belum
menandingimu namun boleh terhitung kelas satu."
"Apakah seorang tak berusia tiga puluhan, pendek kekar
perawakannya?" tanya Bu su-tun.
Hong-lay-mo-li mengiakan.
"Dimana kau kebentur sama dia?"
"Pertama kali sebagai pengiring Tamse-ing menyerbu ke
pangkalanku, kedua di Hou-loan-san, dia datang bersama
seorang kawan yang berkepandaian lebih tinggi sayang selalu
dia berhasil melarikan diri"
" Kalau demikian sekarang orang ini terima menjadi antek
Kongsun Ki dan berbuat kejahatan dan se-wenang2."
"Memangnya" Maka perlu kuberitahu kepadamu, siapakah
dia?" "Dia adalah putra Cu Tan-ho- sebelum menyelundup ke
Kaypang menjadi Tianglo, cu Tan-ho pernah kawin dan punya
anak. Kabarnya secara diam2 Cu Tan-ho ada ajarkan
kepandaian silat Kaypang kepada putranya, malah dokumen
rahasia yang penting dari Kay-pangpun dia serahkan kepada
putranya pula, putranya itu menggunakan nama bangsa
Nuchen yaitu Ma Toa-ha, sebagai kurir antara persekongkolan
ayahnya dengan kerajaan Kim.
Kini dia menjadi gerombolan Kongsun Ki tentulah menjadi
kurir pula untuk mengikat Kongsun Ki dengan pihak kerajaan
Kim, Memang sudah lama aku bermaksud menyikat bisul dari
Kaypang ini. terima kasih kau memberi kabar ini kepada-ku."
"Maksud kedatanganku memang minta bantuanmu untuk
menggempur siang-keh-po dan melenyapkan Kongsun Ki,
sekaligus kau bisa melaksanakan keinginanmu."
lalu Hong-lai-mo-li menjelas ikan seluk beluk persoalan ini
kepada Bu su-tun.
"luka2 ji-yan belum sembuh, apakah tidak mengganggu
urusan ini?"
"Waktu yang dijanjikan masih setengah bulan, dalam tiga
hari ji yan cici pasti sudah sembuh dalam jangka sepuluh hari
kita pasti sudah bisa tiba di Hou-loan-san."
"Baiklah, kebetulan waktu aku pulang kemari, ada
beberapa kawan memberi kuda2 pilihan yang bisa lari ratustan
li sehari. Kita manfaatkan kuda2 itu untuk kembali ke Hou-lousan."
lalu Bu su-tun bertanya
"Tadi kau bilang seorang lebih lihay yang berada sama Ma
Toaha, siapakah dia?"
"Tauj-lik,kim-kong-ciang orang ini cukup lihay, dia kuat
menandingi Kok-ham sepuluhan jurus, walau kewalahan
namun tidak sampai terluka agaknya dia murid preman dari
siau-lim-pay, siang-loji sudah diutus ke siau-lim-si membeli
kabar." "oh,jadi murid murtad Siau- lim pay. Bulan lalu yang
melukai Toh Eng- liang pasti juga orang ini."
Toh Eng-liang adalah murid tertua Tang-hau-liong,
kepandaian silatnya amat tinggi, mendengar dia terpukul luka2
Hong-lam-mo-li kaget, dia lantas mencari tahu.
"Bulan yang lalu Toh Eng-liang menerima tugas pergi
kesuatu tempat untuk menyirapi sebarisan laskar rakyat yang
tidak diketahui jejaknya, ditengah jalan kesamplok dengan
orang ini, dalam perkelahian dia kena dipukul sekali, kabarnya
sekarang masih merawat luka2nya."
Begitulah mereka ber-cakapi sampai hari menjadi petang.
Malam itu Hong-lay-mo-li berjaga dikamar Hun- ji-yan, namun
selamat tidak terjadi apa2- Hari kedua Hun ji-yan siuman
semangatnya sudah pulih, sebagai orang yang pernah
dipermainkan Kongsun Ki, mendengar siang Ceng-hong
terjatuh ketangan Kong-sun Ki, sungguh geaetun, dendam,
ingin rasanya cepat- terbang ke siang-keh-po untuk menuntut
balas. selama tiga hari Hong-lam-mo-li danBusu-tun bergiliran
menjaga Hun Ji Yan namun kesiap siagaan mereka sias
belaka, karena pembokong itu tidak datang pula. Hari ketiga
kesehatan Hun Ji Yan ternyata benar- sudah sembuh, maka
hari itu juga mereka meninggalkan Lam Yang, langsung
menuju ke Hou-loan-san.
Bu su-tun pilih tiga ekor kuda yang dapat menempuh jarak
jauh, untuk menjaga kekuatan dan kesehatan kuda2 itu,
setiap hari mereka hanya menempuh tiga atau empat ratus li-
Menurut perhitungan sebelum sepuluh hari, mereka pasti
sudah tiba di Hou-loan-san.
Beruntun tiga hari mereka tidak menemui rintangan dan tak
pernah terjadi seauatu, tapi hari keem-pat terjadilah disuatu
diluar dugaan. Pada sebuah penginapan kecil mereka dikibuli
pula oleh musuh licik itu namun bukan menyerang orang tapi
pembokong itu mengerjai kuda2 mereka. Karena kuda mereka
mati keracunan, maka mereka berjalan kaki menempuh
perjalanan. Untunglah kesehatan Hun ji-yan sudah pulih seperti sedia
kala. namun Ginkangnya masih belum ungkulan dengan Honglay-
mo-li, tapi setingkat masih lebih tinggi dari Bu su-tun.
Hong-lay-mo-li paling hanya mengerahkan enam bagian
kepandaiannya untuk mengiringi perjalanan mereka.
Tapi perjalanan mereka sudah lebih cepat berlipat ganda
dibanding orang biasa.
Hari itu mereka menempuh lima puluh li lebih, hari
menjelang lohor terik matahari amat panas, maka mereka
mampir ke warung dipinggir jalan untuk minum, penjual air
teh adalah seorang perempuan tua yang bungkuk, mungkin
karena suasana peperangan belum mereda jarang orang
keluar jajan maka warung ini sepi2 saja.
Perempuan tua itu keluar menyuguhkan air teh, katanya
tertawa: "Dagangan amat sepi namun daon tehku pilihan dan
kuseduh dengan air hujan pilihan."
Tanpa membuang waktu Busu-tun raih satu cangkir terus
ditenggaknya lebih dulu, baru satu teguk, Tiba2 berubah air
mukanya, jengeknya dingin:
"Benar, daon teh pilihan, sayang kau tambahi dengan
beberapa macam racun maka rasa air teh ini tidak enak-"
Hun Ji Yan berjingkrak, serunya:
"Teh ini beracun?"
Perempuan tua itupun kaget sampai melongo mendelik,
katanya tersekat:
"Tuan tamu, kau, apa katamu" Daon teh ini aku sendiri
yang petik dan menyeduhnya, Thian maha pengasih,jangan
kau memfitnah orang baik"
Bu su-tun tidak hiraukan ocehan orang, dia malah tonggak
habis secangkir teh itu, lalu katanya pula tertawa dingin:
"Biar kau tahu kepandaianku secangkir teh beracun bisa
mengapakah diriku"
"prang", dia banting hancur cangkirnya, tampak dia
acungkan jari tengahnya, mendadak sejalur benang air
menyemprot keluar dari ujung jarinya mengepul panas,
terendus bau teh yang wangi.
Kiranya Bu su-tun selalu waspada, sengaja dia minum lebih
dahulu untuk menjajal apakah suguhan air teh ini
mengandung racun lalu dengan Iwekang tingkat tinggi dia
desak air teh ini menyembur keluar dari jari tengahnya.
sudah tentu perempuan tua itu semakin kesima dan
mematung tak bergerak, Hong-lay-mo-li menjengek dingin:
"Perempuan siluman,jangan pura2 pikun lagi. Kita tidak
bermusuhan dengan kau, kenapa kau menaruh racun dalam
minuman?" Masih kejut dan ketakutan perempuan tua itu berteriak:
"Apakah yang terjadi" Kalian pandai main sulap" jangan
menggertak dan menakuti aku orang tua"
kapan perempuan tua ini pernah melihat air teh yang sudah
diminum bisa menyemprot keluar pula dari tangan, maka dia
kira Bu su-tun bermain sulap dihadapannya, semakin dipikir
badan menjadi gemetar dan ingin melarikan diri, namun kedua
kaki lemas lunglai akhirnya dia meloso terus berlutut ratapnya.
"Koan-im Posat sukalah lindungi jiwaku, ampunilah jiwaku"
Hong lam-mo-li sudah berdiri dan mendelik kepadanya,
pedang dia ayun tangan dan bergerak melingkar terus
menepuk kebatok kepala perempuan tua. Hun Ji Yan segera
berteriak: "Liu-cici, jangan Kukira kejadian rada ganjil"
Belum habis dia bicara Hong- lam-mo-li sudah papah
perempuan tua ini bangun, katanya:
"Benar, bukan perbuatan nenek ini. Keparat itu pasti belum
lari jauh, biar kukejar dia"
Kiranya pukulan Hong-lay-mo-li hanya menjajal nenek tua
ini, gerakannya tadi memang serangan lihay yang mematikan,
kalau nenek tua ini pandai silat, tak mungkin tidak melawan.
Begitu tahu orang tidak bisa silat lekas Hong-lay-mo-li tarik
pukulannya dan memapahnya bangun malah.
setelah serahkan si nenek yang lemas ketakutan kepada
Hun Ji Yan, Hong-lay-mo-li segera mengejar ke-belakang
rumah, urusan sudah bisa diraba, kalau buka n perempuan
tua ini yang menaruh racun, sudah tentu ada seseorang lain
yang melakukan peracunan ini kemungkinan musuh selalu
menguntit dan mengawasi gerak a erik mereka, sehingga
orang berkesempatan menaruh racun didalam minuman waktu
air teh itu masih diseduh didapur tadi.
Ginkang Hong-lay-mo-li sudah teramat tinggi, untuk
mengejar musuh pembokong lagi, terpaksa dia tinggalkan Bu
dan Hun berdua mengejar seorang diri dengan tancap gas,
cepat sekali dengan mengembangkan Pat-pau-kan yian
sekaligus dia mengejar 2 li, dikejauhan akhirnya dilihatnya
bayangan seorang yang mengenakan mantel hitam bertubuh
kecil tengah lari seperti segumpal asap hitam.
Begitu jarak semakin dekat Hong-lay-mo-li lantas
membentak: "Berbuat licik danpicik termasuk orang gagah macam apa"
Kalau berani kayo lawan aku secara berhadapan?"
orang itu tertawa cekikikan, dengan suara melengking
tajam dia berkata:
"Bukankah sekarang sedang bertanding" Kalau berani
ikutilah aku-"
mulutnya bicara, tapi langkah kakinya seperti meluncur
dipermukaan salju yang berminyak, melesat cepat bagai
terbang, Hong-lay-mo-li mengejek:
"Baik, marilah kita bertanding Giinkang."
keduanya mempercepat langkah, seperti angin lesus
layaknya mereka saling kejar beberapa Li lagi, selama ini
Hong-lay-mo-li tetap berada puluhan tombak dibelakang
orang, agaknya ginkang orang didepan itu tidak lebih asor
dibanding dirinya.
Akhirnya orang itu lari kedalam hutan, namun Hong-laymo-
li yang berkepandaian tinggi bernyali besar tidak takut
sedikitpun terus menerjang masuk, setiba ditempat yang
lebat, baru orang itu menghentikan langkah dan berpaling
katanya tertawa:
"Baiklah, Ginkang kita kira2 setanding, sekarang kau ingin
jajal kepandaian apa, boleh kau katakan, pasti kulayani"
Baru sekarang Hong-lay-mo-li melihat jelas tampang muka
orang yang sebenarnya kiranya orang yang dikejarnya ini
seorang gadis, yang berusia sebaya dengan dirinya-bermuka
bulat telur, beralis lentik dan bermata jeli, kelihatannya
tingkahnya seperti ugalsan dan galak serta centil.
Bahwa pembokong adalah seorang gadis, ini benar- diluar
dugaan Hong-Lay-mo-li-Tanyanya setelah melengak:
"siapa kau" Dari aliran mana" Ada permusuhan apa dengan
Kaypang" Kenapa kau membokong Bu su-tun dan Hun ji-yan?"
Gadis itu cekikikan katanya:
"Kau tidak tahu aku, sebaliknya aku kenal kau. sebagai
Loklim Bengcu 5 propinsi daerah utara memang hebat
kepandaianmu, Hari ini kebetulan kebentur ditanganku,
umpama kau tidak ingin menjajal aku, malah aku yang ingin
mencoba kau. Nah, sekarang kita mulai gebrak dulu, tak perlu
kau tahu asal usulku."
Hong-lay-mo-li naik pitam melihat sikap congkak orang,
katanya dingin:
"Ketahuilah apakah seseorang berjiwa besar dan gagah
perkasa tidak dinilai dari ilmu silatnya. Tapi kau hanya
mengenal ilmu silat dan ingin bertanding dengan aku, marilah
silakan" "Bagus biar aku mencoba yo-hun-kian-hoat-mu lebih dulu."
Tiba2 dia copot mantelnya sekali kebut dan s-ondal laksana
segumpal awan menungkeup keatas Hong-lay-mo-li-
Bahwa orang mengenal asal usul dan tahu ilmu pedangnya,
sebaliknya Hong-lay-mo-li tidak tahu seluk beluk lawan maka
dia tidak berani gegabah- Maklum-lah bagi tokoh silat didalam
setiap pertandingan harus mengutamakan tahu diri dan
menilai tingkat serta kelemahan musuh, maka dia gunakan
jurus jun-in ka-can (mega musim setni berkembang), jurus ini
hanya pancingan untuk meraba ini kosong serangan lawan.
Dimana sinar pedang berkeredep "cret" ujung pedangnya
menusuk kemantel lawan, tapi sekali tarik dan kebas, ujung


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedangnya kena disampuk miring ke-samping oleh samberan
mantel lawan. Mantel itu hanya berlobang sebesar jarum,
namun tidak sampai tertusuk tembus. Tapi kekuatan sendalan
dan tarikan mantel itu menimbulkan deru angin yang kencang
dan bergolak laksana badai.
"sayang, sayang" seru Hong-lay-mo-li menghela napa2
sebat sekali dia berkelit dan berkelebat, sehingga kebasan
mantel sigadis mengenai tempat kosong.
"Apanya yang harus dibuat sayang?" tanya gadis ini-
"llmu silatmu lumayan, sayang tidak belajar dengan baik,".
Dinilai dengan semua perbuatanmu, betapapun tinggi ilmu
silatmu, takkan setimpal kau disebut srikandi."
Gadis itu menyeringai jengeknya:
" Aku justru benci orang- gagah yang hanya mencuri nama
dan meremehkan orang lain. Aku tidak sudi mendengar
ocehanmu aku hanya tahu yang menang dialah yang kuat"
"Kau kira aku takut kepadamu?" seru Hong-lay-mo-li, kebut
dia sapukan keatas memunahkan tekanan tenaga mantel
lawan, sementara pedangnya berputar laksana angin lesus,
didalam sekejap laksana kilat dia menusuk tujuh serangan
pedang secara berantai.
Tujuh tusukan ini boleh dikata dilontarkan didalam waktu
yang teramat singkat dan cepat luar biasa. Tapi tutulan
pedangnya se-olah2 tidak mengandung kekuatan, tak ubahnya
pantulan dahan pohon yang tertiup angin saja.
Mantel sigadispun, terbang berkembang bolak balik ujung
pedang Hong-lay-mo-li menempel mantel lawan, namun
sedikitpun seperti tidak menggunakan tenaga, demikianjuga
mantel sigadis tidak bisa menggubat pedang Hong-lay-mo-liTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Lama kelamaan si gadis bercekat dan kaget, cepat sekali 30
jurus telah berlalu, namun belum ada kepastian siapa bakal
menang, akhirnya dia tertawa dingini
"gebrak seperti ini sampai kapan akhirnya" Kalau punya
simpanan hayolah tunjukan kepadaku"
se-konyong2 Hong-lay-mo-li membentak:
"gantilah dengan mantel yang lain"
sinar pedang Tiba2 berubah memanjang laksana rantai
maka terdengarlah suara koyak yang keras, mantel sigadis
tahu2 sudah tertusuk berlobang dan sobek tepat ditengahi-
Kiranya sejak permulaan Hong-lay-mo-li sengaja gunakan cara
tempur main petak untuk menjajal tingkat kepandaian dan
aliran silatnya, setelah tahu Iwekang dan taraf kepandaian
orang masih belum setingkat dirinya kembali dia gunakan
gerakan kelincahan ilmu pedangnya untuk menguras tenaga
permainan mantel lawan, sehingga mau tidak mau lawan
harus kerahkan tenaganya dan bertempur dengan sengit
barupada babak terakhir dia lancarkan jurus yang
menentukan. "Bagus katamu yang menang itulah yang kuat bagaimana?"
bentak Hong-lay-mo-li.
"Tidak bagaimana, secara beruntung kau menang sejurus,
memangnya kau kira lebih pandai dari aku?" jengek sigadis
sambil lempar mantelnya.
"Baik, kau belum tunduk, gunakan senjata lain, maju lagi"
gadis itu tepuk sepasang tangannya, serunya:
"Baik, aku gunakan tangan kosong untuk mengadu
kepandaianmu. Buat apa pakai senjata."
sembari bicara dia terus menyerang lebih dulu, begitu
bergerak dia berusaha merebut pedang ditangan Hong-laymo-
li. Pedang panjang ditangan Hong-lay-mo-li berputar
melingkar sekali tapi bukan menusuk lawan, tahu2 malah
masuk kembali ke serangkanya. Malah kebut di-tangan
kirinyapun dia tancapkan dipunggungnya pula.
Tanpa bersenjata Hong-lay-mo-li mengalah sejurus baru
dia balas bergerak melayani serangan lawan, katanya tawar
"Baiklah, aku ingin berkenalan dengan ilmu pukulanmu."
Gadis itu tertawa dingin,
"Baik, kau ingin pamer kepandaian,jangan menyesal nanti
kalau kalah"
sigap sekali sebelum suaranya lenyap gadis itu sudah
menubruk pula, gerak geriknya lincah dan tangkas, Hong-laymo
li menghardik seraya berkisar dengan langkah siaga
membelit badannya berkelit miring, sementara tangan
bergerak dengan tipu sip-koa-tan-pian, dia tabas keurat nadi
ditangan lawan.
Gadis itupun halus menghardik gerak telapak tangannya
seperti menutup laksana mengunci, Tiba2 dengan gerakan
menekuk sikut mengayun palu, kiri kepalan kanan telapak
tangan, sekaligus dia kombinasikan kekerasan dan kelunakan
untuk memunahkan jurus serangan Hong-lay-mo-li-
Dengan perubahan permainannya ini, disamping menjaga
diri sekaligus dia balas menyerang pula, bahwa telapak tangan
Hong-lay-mo-li tidak berhasil menebas urat nadi lawan,
kepalan sigadis malah mengancam tulang rusuknya.
sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak mandah diserang, lekas
kaki kiri mengajar dan mengubah posisi, disamping berkelit
diapun merubah gerakan tangan balas menyerang pula kedua
jari tangannya terangkap seperti pedang menjojoh Ki-ti-hiat
diujung sikut lawan.
Tapi gerak perubahan sigadispun cukup cepat, begitu
pukulannya mengenai tempat kosong segera dia rubah
dengan tabasan telapak tangan laksana golok balas membabat
ke lutut Hong-lay-mo-li. Kedua pihak serang menyerang saling
berlomba mematahkan serangan lawan, masing2 pihak tiada
yang cidra, dari berkutet keduanya lantas berpencar mundur
selangkah- Walau dalam gebrak dua jurus ini masing2 pihak tidak
sampai cidra, namun Hong-lay-mo-li harus berkelit sekali,
kalau dinilai secara jujur didalam permainan tipu2 pukulan ini
dia sudah setengah jurus dikalahkan lawan. Maka gadis itu
tertawa, serunya:
"Liu-toabengcu, kuanjurkan lebih baik kau gunakan pedang
saja" Hong-lay-mo-li tidak hiraukan cemoohan orang, dia tetap
gunakan sepasang telapak tangannya menghadapi serangan
lawan sepenuh hati. Begitu gebrak pula gadis itu menyerang
lebih gencar telapak tangannya serabutan seakan2 kiri kanan
berlomba sendiri untuk mengenai musuh, namun isi
kosongnya siukar di-raba. aneh benar permainan ini.
Kejap lain, sekeliling gelanggang se-olah2 penuh bayangan
sigadis bayangan telapak tangan ber-lapis2, sampaipun Honglay-
mo-li yang membekal kepandaian silat sedemikian tinggi
pun sukar membedakan dari sasaran mana sigadis menyerang
secara telak. Akan tetapi Hong-lay-mo li sedikitpun tidak terpengaruh
oleh gerakan cepat lawan, dia tetap berdiri tegak sekokoh
gunung berdiri, yang dia mainkan adalah siau-kim-najiu yang
peranti untuk bertarung jarak dekat, setiap jurus setiap tipu
yang menyerang selalu dapat dia punahkan dengan baik,
Ilmu pedang dan ilmu kebut Hong-lay-mo-li memang
merupakan kepandaian tunggal yang tiada taranya diBulim,
namun kepandaian ilmu pukulannya jauh tidak sematang
kedua ilmu andalannya itu Ilmu pukulan gadis ini aneh dan
seperti orang main sulapan saja, jauh berbeda dengan ilmu
pukulan dari aliran silat di Tionggoan, Hong-lay-mo-li tidak
kenal ilmu pukulannya dan tak mampu mematahkannya, maka
didalam seratusan jurus permulaan, tidak heran kalau
kelihatan dia dipihak yang terdesak- Tapi seratus jurus
kemudian lambat laun dia sudah berhasil meraba dan
menyelami gerak perubahan ilmu permainan lawan.
se-konyong2 Hong-lay-mo-li bersuit panjang, ben-taknya:
"Begini saja kepandaianmu" Nah sekarang lihat punyaku"
gadis itu sedang menepukan telapak tangannya kemuka
Hong-lay-mo-li, maka dia tegakkan jari tengahnya mengincar
Dau-kiong-hiat ditengah telapak tangan orang.
Namun sebat sekali telapak tangan sigadis mengepal
seraya diabitkan turun menghindari tutukan Hiat-tonya, Maka
Hong-lay-moli berkesempatan menyerang lebih gencar, jari
dan telapak tangan bergerak ganti berganti memukul dan
mengincar Hiat-to- pukulan telapak tangannya sih tidak begitu
hebat namun tutukan jarinya sungguh hebat menakjupkan
beruntun jarinya menuding beberapa kali, namun Hiat-to
besar lawan selalu menjadi
bulan2an jarinya, sebagai seorang ahli silat, sudah tentu
gadis itu amat kaget.
Kiranya Hong-lay-mo-li melancarkan Keng-sin-ci-hoat
ajaran ayahnya, Keng-sin-ci-hoat merupakan ilmu tutuk jalan
darah nomor satu yang tiada taranya diseluruh jagat.
Begitu melancarkan Keng-sin-ci-hoat dari terdesak Honglay-
mo-li sekarang berbalik balas menyerang, semula karena
belum mengenal seluk beluk permainan serangan lawan Honglay-
mo-li bertahan dan membela diri saja. Kini sebaliknya pula
si gadis tidak bisa mematahkan serangan Keng-sin-ci-hoatnya,
terpaksa dia malu mundur secara teratur, namun lambat laun
dia menyadari untuk bertahan membela diripun teramat sulitTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Dari sorot mata orang Hong-lay-mo-li tahu sigadis ada niat
melarikan diri maka dia mengejek dingini
"Bukankah kau ingin menentukan menang kalah denganku"
Kenapa hendak lari?"
tangannya menabas, menutuk dan memukul bergantian
semakin gencar, seumpama hujan badai derasnya, sehingga
jalan mundur sigadis terputus karenanyagadis
itu ter-kekeh2:
"Aku ingin datang mau pergi boleh sesuka hatiku, siapa
bisa merintangiku" Maaf, kalian berjumlah banyak, aku tidak
mengiringi lebih lanjut"
Belum habis dia bicara- tampakBu su-tun dan Hun ji-yan
tengah berlarik mendatangi Belum tiba Hun Ji Yan sudah
membentak: "Perempuan siluman kejam, kau melukai orang dengan
senjata berbisa, beruntung aku tidak mampus, kini sengaja
aku ingin berkenalan dengan senjatamu Kita tidak akan
mengeroyok-mu- kalau berani jangan lari"
Bu su-tun ikut membentak:
" orang she Bu ada bermusuhan apa dengan kau, sebelum
kau jelaskan, jangan harap kau bisa lari"
Gadis itu Tiba2 menggunakan gerakan aneh, tahu2
menyelinap selicin belut dari samberan pukulan Hong-lay-moli-
gerakannya ini teramat berbahaya, dimana jari Hong-laymo-
li bergerak, "Bret" pakaian sigadis tertusuk berlobang,
namun gadis itu sempat jumpalitan sejauh tiga tombak-
Lekas Hong-lay-mo-li mengejar. Bu su-tunpun menubruk
datang, Gadis itu segera ayun tangan seraya membentak:
"Kau ingin berkenalan dengan senjata rahasia, nah
rasakan." terdengar "Dar" sebuah ledakan Hong-lay-mo-li
berkelit miring meluputkan samberan senjata rahasia dan
begitu jatuh ditanah lantas meledak dan menimbulkan
segumpal asap tebal yang cepat sekali memenuhi udara,
ditengahi tebalnya asap hitam itu tampak sinai emas
berkelebatan. Kiranya senjata rahasia ini dinamakan Toke Bu-kim ciamliat-
yam-tam, sinar emas yang menyamber adalah jarumemas
yang melesat keluar dari senjata rahasia itu.
ginkang Hong-lay-mo-li amat tinggi, sekali enjot tubuhnya
melompat setombak lebih, sebaliknya Bu su-tun harus
lontarkan dua kali pukulan Bik-khong-ciang, sehingga asap
tebal dan jarum- yang menyamber disapunya rontok-
Ditengah ber-gulunganya asap tebal terdengar gadis itu
berseru lantang:
"Kalian sibuk apa- setiba di siang-keh-po aku akan
menunggu kedatangan kalian. Waktu itu pasti aku akan
membuat perhitungan dengan Bu-toa-pangcu"
Begitu Bu su-tun menyapu bersih asap tebal, dan keadaan
menjadi terang pula, namun bayangan gadis itu sudah
menghilang tak keruanparan.
"Agaknya perempuan siluman ini sudah tahu maksud
tujuan kita," demikian kata Hong-lay-mo-li,
"biarlah kita cari tahu asal usulnya setelah tiba di siangkeh-
po" "Benar" ujarBu Su-tun,
"biarlah setiba di Hou-loan-san kita bereskan persoalan ini."
selanjutnya selama beberapa hari perjalanan, gadis itu
tidak muncul pula, dengan selamat hari itu merekapun tiba di
Hou-loan-san, kebetulan persis satu bulan seperti yang
dijanjikan. Waktu manjat gunung, samping gunung terlihat
oleh Hong-lay-mo-li disebelah depan ada 3 orang tengah
menempuh perjalanan, waktu mereka mengejar dekat baru
jelas, kiranya bukan lain adalah song Kim-kong dan Toh Engliang
sudah tentu kedua pihak sama2 girang.
Berkata song Kim-kong:
"Begitu mendapat kabar dari Khing ciau aku lantas
berangkat bersama Toh-hiante, Tak nyana baru hari ini kalian
pulang." Hong-lay-mo-li bertanya kepada Toh Eing-liang:
"Kabarnya kau dilukai oleh murid murtad siau-lim-pay.
Bagaimana keadaanmu sekarang?"
"luka2ku sudah sembuh." sahut Toh Eng-liang dengan
muka merah- "Aku adu pukulan secara kekerasan dengan keparat itu,
Gun-goan-khi-kangku dipecahkan oleh pukulan Kim-kongciang-
lat keparat itu. Tapi diapun sedikit terluka maka tidak
berani mengejarku-"
perlu diketahui sebagai murid Tang-hay-liong yang tertua,
latihan Gun-goan-it-sat-kang Toh Eng-liang sudah mencapai
delapan bagian tingkat kepandaian gurunya- Lalu dia
bertanya: "Kiranya Bengcu sudah tahu bahwa keparat itu murid
murtad dari siang-lim-pay?"
"Kabar Kaypang paling cepat dan boleh dipercaya, Bupangculah
yang memberitahu soal kejadianmu. Tapi, aku
sendiripun pernah bentrok dengan dia."
"Memangnya aku hendak menuntut balas kepada keparat
itu, Dimana Liu-bengcu kesamplok sama dia?" tanya Toh Engliang.
"Sekarang dia berada di siang-keh-po-" lalu secara ringkas
Hong-lay-mo-li ceritakan duduk persoalannya,
"Kalau begitu menghemat tenagaku untuk mencarinya."
ujar Toh Eng-liang girang.


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana keadaan gurumu sekarang?" tanya Hong-laymo-
li- "Tahun lalu aku pernah kumpul ditempat ong lh-ting di
Thayouw, apakah dia sekarang masih disana?"
"Belakangan suhu kelana di Kanglam, kabarnya
berhubungan intim sekali dengan Thi-pit-su-sing Bun yathoan,
yang sudah diangkat jadi Bulim Beng-cu daerah
Kanglam, Belakangan ini ada kirim kabar bahwa secepatnya
akan balik ke Tionggoan dan kumpul dengan susiok say-cihong."
Kata Hong-lay-mo-li:
"Tadi siang aku bertemu Bing-toanio, kepadanya aku minta
bantuan untuk mengundang Bun yat-hoan. Kalau gurumu
berada disana pasti akan datang bersama."
Membicarakan say-ci-hong Toh Eng-liang lantas ingat
sesuatu tanyanya:
"suhu pernah memberitahu bahwa susiok punya seorang
murid bernama Liok Bian. Tapi aku sendiri belum pernah
ketemu, LiuBeng-cu kabar Bu-pangcu amat cepat dan tajam,
apakah benar dikalangan Kangouw ada muncul tokoh muda
yang bernama Liok Bian?"
"Ketahuilah sutemu yang satu ini kini berada dipangkalanku
tak lama lagi dia malah akan menikah dengan wakil Cecuku,
setelah urusan di siang-keh-po beres boleh kau mampir
kepangkalanku untuk hadir dalam perjamuan pernikahan
mereka-" Sudah tentu girang Toh Eng-liang bukan main, tanyanya:
" Wakil Cecu yang mana" Nona san san atau nona Tai Mo?"
"Perlu juga kau ketahui bahwa Liok Bian adalah adik
kandung Tai mo dan akan menikah dengan san san."
Begitulah sembari mengobrol, tanpa terasa mereka sudah
sampai di Hou-loan-sian, Langsung Hong-Lay-mo-li bawa
orang banyak menemukan tempat persembunyian siang-kehsu-
lo. Kebetulan siang-keh-su-lo juga sedang menunggu
kedatangan Hong-lay-mo-li dengan cemas, bahwa akhirnya
dia pulang tepat pada waktunya malah membawa Bu su-tun,
Hun ji-yan dan song Kim-hong serta Toh Eng-liang, sudah
tentu girang mereka bukan main.
Kata Hong-lay-mo-li:
"Ternyata siang-jipek (Siang Hong) sudah kembali dari
siau-lim-si. Tentunya luka2 sam-pek dan sipek sudah sembuh
semuanya."
siang ci lantas berkata:
"Liu-Bengcu silakan kalian duduk, biar aku undang Hoa
Tay-hiap- Loji, pergilah kau undang Padri agung siau-lim-si
untuk bertemu dengan Bengcu."
Hong-lay-mo-li bertanya:
"Apakah Khing Ciau dan cin Long-giok sudah datang" Boleh
undang mereka keluar sekalian."
"Khing-ciangkong dan nona Cin belum datang" sahut siang
ci. Hong-lay-mo-li merasa diluar dugaan, song Kim-kong yang
diberitahu sudah tiba, masa mereka belum sampai, namun
menduga ditengah jalan mereka mungkin terlibat sesuatu
persoalan maka dia tidak ambil perhatian tanyanya:
"Padri agung siapakah yang datang dari siau-lim-si?"
Maka terdengarlah sebuah suara latang kumandang disertai
gelak tawa: "Lolap datang terlambat."
tampak siang Hing mendatangi bersama seorang Padri tuasiang
Hing lantas memperkenalkan
" inilah Liu-Bengcu dan ini Kaypang Pangcu-"
Padri tua ini ternyata amat supel dan bersikap gagah meski
sudah berusia lanjut, segera dia memperkenalkan diri sendiri:
"Lolap Mi-toh, walau baru pertama kali berjumpa dengan
Liu Lihiap, sebetulnya ada sedikit hubungan diantara kita- 30
tahun yang lalu sebelum ayahmu pergi keistana Kim pernah
berkunjung ke siau-lim si.
Murid murtad siau-lim kita sebaliknya bikin Liu Lihiap
pusing kepala dan sudi memberi kabar sungguh Lolap tidak
enak hati dan harus disesalkan"
Hong-lay-mo-li belum pernah berkunjung ke siau-lim-si,
namun beberapa tokoh padri agung dari siau-lim-si sudah
lama didengarnya, Dibiara siau-lim ada 4 padri agung yang
berkepandaian silat tinggi, yang pertama adalah Pun-si Taysu
sebagai Tianglo yang mengepalai Tat-mo-wan. Kedua adalah
kepala Siau-lim-si Pun-bu Hong-tiang, ketiga yaitu Mi-lan
siansu sebagai penilik biara dan keempat adalah Mi-toh Taysu
ini. Pun-si dan Pun-bu adalah tingkat pertama, sedang Mi-lan
dan Mi-toh adalah generasi kedua. Mi-lan yang berkepandaian
paling tinggi diantara murid2 generasi kedua diangkat sebagai
penilik biara yang berkuasa besar 12 belas murid yang lain
dari generasi kedua dinamakan cap-pwe-lo-han, dan Mi-toh
Taysu adalah pimpinan dari Cap-pwe-fo-han ini, siau-lim-si
adalah golongan tinggi yang merupakan puncak persilatan
pada jaman itu, walau Mi-toh hanya tokoh keempat dari siaulim-
si, namun betapa tinggi tingkat kepandaian silatnya
kiranya cukup setanding dengan maha guru silat kelas wahid
yang ada pada jaman itu.
sudah tentu Hong-lay-mo-li menyambut girang kedatangan
Mi-toh Taysu, ter-sipu2 dia menyapa dan memberi hormat
sebagai angkatan muda. Lalu kata-nya:
"Pohon besar ada dahannya yang kering dan patah, betapa
banyak murid2 preman siau-lim-pay, adalah jamak kalau satu
dua diantaranya menjadi binal. Entah siapakah murid murtad
yang ada di siang-kekepo itu?"
"Sungguh harus disesalkan," ujar Mi-toh Taysu,
"dia adalah murid Kiam-si suheng (Mi-lan siansu). Murid
murtad itu bernama sa yan-liu, sebetulnya dia adalah putra
yatim piatu dari sahabat Mi-lan suheng, tak nyana setelah
tamat mempelajari Kim-kong-ciang dari suheng, begitu keluar
perguruan, belum rangkap 3 tahun sudah berubah watak dan
mengejar pangkat dan kemaruk harta, Mi-lan suheng tidak
tega menghukumnya, terpaksa Lolap akan mencuci bersih
nama perguruan mewakili suheng."
Tengah mereka bicara, siang Hing tengah mendatangi
bersama Hoa Kok-ham. Berpisah sebulan lamanya, sudah
tentu hatinya senang sekali berkumpul pula dengan Hong-laymo-
li. "Bagaimana situasi siang-keh-po selama sebulan ini?" tanya
Hong-lay-mo-li.
"Kongsun Ki giat melebarkan sayapnya dengan
mengundang banyak jago2 silat dari aliran sesat. Tapi selama
ini dia tidak pernah muncul. Anak buahnya tiada yang berani
naik kegunung, kedua pihak bertahan didaerah masing2,
sehingga situasi tetap aman dan tentram selama sebulan ini."
demikian siau-go-kian-kim menjelaskan.
"Apakah mendapat kabar dari siang Ceng-hong?" siau-gokian
kun geleng2. "tiada kabar apa2-"
Kata Hong-lay-mo-li:
"Suratnya tempo hari mengatakan supaya sebulan
kemudian baru kita meluruk ke siang-keh-po lagi. Maka kupikir
nanti malam akan kesana menyelidiki keadaan disana."
"Kuusulkan bekerja tidak usah kepalang tanggung,
disamping melihat situasi disana," demikian ujar Bu su-tun,
"sekaligus kita kirim surat tantangan kepada Kongsun Ki."
"Baik, surat tantangan ini biiar tertanda atas namaku dan
namamu." ujar Hong-lay-mo-li setuju akan usul Busu-tun, Lalu
dia menganalisa kekuatan kedua belah pihak, walau orangundangan
yang diperlukan tenaganya banyak yang belum
datang mengingat kehadiran Mi-toh taysu, diduga tidak akan
kalah menghadapi Kongsun Ki-
Mi-toh Tayyu menimbrung:
"Dikala kalian mengirim surat tantangan, tolong bawakan
pula sepucuk suratku, suratku mewakili siau-lim-pay untuk
minta murid murtad itu dari tangan Kongsun Ki."
setelah segala sesuatunya dirundingkan dan diatur dengan
baik, malam itujuga siau-go-kian-kun Hong-lay-mo-li, Bu sutun
dan Hun Ji Yan berempat bertugas untuk meluruk ke
siang-keh-po, mengirim surat tantangan kepada Kongsun Ki.
sudah tentu dalam seharian itu Bu dan Hun harus
mempelajari situasi dan keadaan Di siang-keh-po melalui peta
yang mereka miliki-
Malam itu Hong-lay-mo-li sebagai petunjuk jalan, dengan
Ginkang mereka berempat yang tinggi, karena datang
ketempat lama yang sudah diketahui jelas seluk beluknya,
maka tanpa mengejutkan orang lain dan tidak diketahui
siapapun mereka menyelundup ke-dalam siang keh-po-
Menurut rencana semula mereka berpencar dalam dua
kelompok- tugas Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li
langsung mengantar surat tantangan itu kehadapan Kongsun
Ki, sementara Bu su-tun dan Hun Ji Yan hanya bertahan
dibagian luar untuk membantu dan menyambut mereka keluar
bila menghadapi bahaya, sekaligus memeriksa dan menyelidiki
keadaan siang-keh-Tio.
Dengan mengembangkan Ginkang Hong-lay-mo-li berdua
langsung menuju gedung berloteng warna merah dimana
Kongsun Ki menyekap diri dalam kamar meyakinkan ilmunya,
Diluar dugaan, bahwa tiga kali mereka selalu menghadapi
sergapan, nrvaun kali ini mereka dapat lenggang kangkung
melewati gunungan dan tiba dibawah loteng namun belum
menghadapi rintangan apapun, suasana diatas loteng sepi
tiada suara apapun.
Mau tidak mau Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun merasa
curiga, namun berkepandaian tinggi membuat nyali besar dan
hati lebih tabah, dengan gerakan burung bangau menjulang
kelangit serempak mereka melompat terbang ke atas loteng,
terus menerobos masuk, sinar pelita bercahaya terang didalam
ruang buku. Dari daon jendela yang tertutup kain sari kelihatan Kongsun
Ki duduk bersimpuh, agaknya tengah latihan Iwekang karena
diatas kepalanya bergulung segumpal uap putih, bayangan
siang Ceng-hong tidak kelihatan.
Kongsun Ki tetap pejam mata menunduk kepala, tanpa
bergerak sedikitpun seperti sebuah patung, se-olah2 keadaan
disekelilingnya tidak dihiraukan sama sekali, Nagasnya latihan
Iwekang Kongsun Ki sedang mencapai taraf yang genting.
Walau permusuhan mereka sudah amat mendalam, namun
dalam situasi yang menguntungkan ini mereka tetap tidak
mau main bokong. Maka sembari membentak Hong-lay-mo-li
merusak jendela lalu melontarkan surat tantangan ke-dalam.
se-konyong2 Kongsun Ki tertawa panjang:
"Apa kalian sudah datang pula" sudah lama aku tunggu
kalian?" Tiba2 dia bersuit nyaring tampak sampul surat yang
dilempar Hong-lay-mo-li belum lagi menyentuh lantai tahu2
hancur lebur melayang ditengah udara.
Betapa berat bobot sepucuk sampul surat, bahwa Honglay-
mo-li bisa melemparnya seperti senjata rahasia sudah
cukup mengejutkan kepandaiannya, tak nyana Kongsun Ki
lebih lihay lagi, hanya sekali tiup dengan sultannya dia bikin
sampul surat itu hancur itu menandakan bahwa Iwekangnya
sudah mencapai taraf Hut-sin-lo-ki tingkatan yang paling ukar
diyakinkan, entah berapa lipat lebih lihay dari Iwekang Honglay-
mo-li- Bagian 50 Betapapun besar dan tabah hati Hong-lay-mo-li, tak urung
dia kaget dibuatnya. Cepat sekali disaat dia tertegun Kongsun
Ki dengan gaya terduduk, tahu2 badannya mencelat mumbul
"Brak" sekali pukul dia bikin jendela hancur, badannya melesat
keluar dari jendela, ditengah udara dia bersalto sekali lalu
menegakkan badannya, belum lagi kakinya menyentuh lantai
kedua telapak tangan sudah terpentang masing2 menyerang
kepada Hong-lay-mo-li dan Siau-go-Kian-kun.
Hong-lay-mo-li tidak berani melawan pukulan beracun,
dalam kerepotannya tak sempat dia mencabut pedang,
terpaksa dia ayun kebut melawan, "Bret" laksana cakar garuda
jari2 tangan Kongsun Ki mencakar sobek lengan baju Honglay-
mo-li, sementara Siau-go-Kian-kun menekan dengan kipas
lempit, menahan pukulan Kongsun Ki.
Karena tergempur oleh kekuatan pukulan Hong-lay-mo-li
tersurut mundur tiga langkah. Lekas Siau-go-Kian-kun
gunakan kepandaian Su-nio-poa-jian-kln, namun dia hanya
mampu punahkan enam tujuh bagian terjangan lawan, tak
urung badannya sedikit tergeliat.
Begitu mengejar datang Kongsun Ki gelak2:
"Setelah kemari kenapa harus pergi" Hehe jangan kira aku
tidak tahu akan kedatangan kalian" yang terang aku hanya
kuatir kalian melarikan diri malah."
sembari bicara beruntun dia menyerang tiga jurus secara
saling susul. Dengan pedang dan kebutnya Hong-lay-mo-li melindungi
badan seraya menyerang sejurus permainan pedangnya
menusuk sembilan Hiat-to Kongsun Ki. Tapi dengan menjentik
kelima jarinya, sekaligus terdengarlah suara rentetan nyaring,
punggung pedang Hong-lay-mo-li kena dijentik sehingga sekali
tusuk mengincar Hiat-to Hong-lay-mo-li patah ditengah jalan.
Bersamaan waktunya telapak tangan kiri dengan gerakan
Toa-kin jian-jiu menyampuk pergi kipas siau-go-Kian-kun,
untung dia bisa merubah permainannya dengan sigap, kalau
tidak tentu kipasnya sudah tercakar robek-
Tempo hari mereka berdua masih lebih unggul, sekarang
didalam jangka sepuluh jurus, terbalik mereka yang terdesak
dibawah angin, hal ini menandakan bahwa Kongsun Ki benarsudah
sempurna meyakinkan kedua ilmu beracun itu, maka
sengaja memancing mereka naik ke atas loteng.
Beruntun pukulan telapak tangan Kongsun Ki semakin keras
bagai gugur gunung, malah baunya yang amis memualkan
bikin napas orang sesak. Terpaksa Hong-lay-mo-li harus
tumplek segala perhatian dan kembangkan kemahirannya
untuk mempertahankan diri Namun demikian mereka terus
mundur keluar pintu sampai mepet lankan.
Tiba2 siau-go-kiam kun membuka kipas mengebas kemuka
Kongsun Ki, jurus ini seperti sengaja mempermainkan dan
menghina, keruan Kongsun Ki naik pitam, pukulan telapak
tangan tiba2 berubah cengkraman, maksudnya hendak
menangkap dan menghancurkan kipas lawan.
Tapi dari samping pedang Hong-lay-mo-li menusuk tiba,
tepat pada waktunya kipas siau-go-kian-kun tahu2 terkatup


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula, ujung kipasnya melingkar mengincar Lau-kiong-hiat
ditengahi telapak tangan Kongsun Kiinilah
jurus perpaduan tunggal yang diyakinkan Hoa dan Liu
berdua khusus untuk menghadapi Kongsun Ki, kerja sama
kipas danpedang amat serasi dan rapat sekali, 13 Hiat-to
besar Kongsun Ki menjadi sasaran utama dari serangan
mereka. sekarang Kongsun Ki sudah terhitung maha guru silat,
melihat kedua lawannya serempak melancarkan ilmu tutuk
tingkat tinggi yang digdaya, didalam waktu segenting itu tak
terpikir olehnya dengan tipu apa dia harus mematahkannya,
terpaksa dia tarik pukulan melindungi dada dengan serabutan
telapak tangannya menderu keras, dia siap untuk adu
kekuatan secara kekerasan dengan kedua lawannya.
Iwekang Kongsun Ki saat mana sudah lebih tinggi dari Liu
dan Hoa dengan kekuatan pukulan telapak tangannya untuk
melindungi badan, itu berarti dise-keliling badannya dia
bangun pagar tembok dari besi baja yang kokoh.
Tusukan pedang Hong-lay-mo-li sampai bergetar keras dan
mendengung seperti menusuk tempat kosong tapi tidak
tembus malah tertolak balik, .....
Kejadian ini sama2 diluar dugaan kedua pihak- Kongsun Ki
tidak nyana bahwa dikala terdesak diba-wah angin, kedua
lawannya masih sempat dan mampu balas menyerang.
Demikian pula Liu dan Hoa tidak menyangka, perpaduan ilmu
tutuk tunggal yang berhasil mereka kombinasi kan setelah
diselami secara sempurna tetap lidak mampu menandingi
kegarangan pukulan Kongsun Ki, paling hanya mendesaknya
mundur setapakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Disaat orang mundur siau-go-Kian-kun sempat menghela
napas, katanya:
" Kongsun Ki, kalau kau agulkan diri berilmu tinggi dan
hendak menguasai dunia, kalau berani tiga hari lagi datanglah
ke Hou-loan-san kita bertanding dalam pertemuan besar,
pangcu dari Kaypang, Padri agung dari siau-lim-si sama2
hendak membuat perhitungan dengan kau" sekarang, kami
mohon diri saja"
Kongsun Ki gelatos,
"o, jadi kalian kirim surat tantangan Hm Kau kira siau-lim-si
dan Kaypang bisa buat menggertak Kongsun Ki" Baik, tiga hari
lagi aku pasti bawa para saudara dari siang-keh-po ke Houloan-
san. Tapi, kalian sendiri jangan anggap gampang mau
pergi begitu saja siau-sumoay, sedikitnya kau berkasih mesra
dulu denganku"
Pada ucapan "mesra", tiba2 Kongaun Ki pergencar
serangannya, kelima jarinya mencengkram dan menangkap
kearah dada Hong-lay-mo-li- sudah tentu Hong-lay-mo-li gusar
pedangnya bergerak melintang memapas jurus orang,
sementara siau-go-Kian-kun tersipu-lancarkan Keng-sin-cihoat
dengan ujung kipas menutuk keurat nadi Kongsun Ki-
"TUrun" tahu2 Kongsun Ki menghardik dimana tenaga
pukulannya dilontarkan sungguh bagai gugur gunung
perbawanya, terdengar "prak - pletaks kayu lankan yang besar
kokoh itu terhantam patah dan ber-hamburan, siau-go-kiankun
tak kuasa berdiri tegak lagi sehingga kakinya terjeblos
terjungkal jatuh darl atas loteng.
Kongsun Ki tambahi dengan jentikan jari tengah, "creng"
pedang mestika Hong-lay-mo-li diselentiknya pergi terus
meraih menangkap kelengan bajunya.
Disaat2 genting dan dalam seribu kerepotan siau-go-kiankun,
kembangkan kepandaian tunggal yang tiada taranya.
ditengah udara dia jumpalian seperti burung dara sehingga
luncuran badannya ke bawah dapat lambat, dimana
tangannya terulur kebetulan dia menarik Hong-lay-mo-li yang
juga tengah melawang jatuh kebawah, Maka terdengar "bret"
lengan bajunya tertarik robek oleh Kongsun Ki, namun
tangannya tidak sampai terpegang.
Maka dengan bergandengan tangan Siau-go-kian-kun dan
Hong-lay-mo-li berbareng melayang turun kebawah diselingi
gelak tawa Kongsun Ki. Tapi Kongsun Ki tidak segera lompat
turun mengejar. Lekas Hong- lay-mo-li jemput pedangnya dan
berdiri jajar siap menunggu tubrukan Kongsun Ki.
Walau kalah sejurus namun, mereka tidak terluka, masih
kuat untuk bertarung dengan gigih.
sikap Kongsun Ki kelihatan amat congkak dan
bersimaharaja, kelihatannya dia tidak akan memberi
kelonggaran lagi kepada dua musuh buyutan ini. Tak nyana
setelah gelak tawanya sirap, tiba2 dia merubah nada bicara:
"Mengingat hubungan perguruan, sekali lagi kuampuni jiwa
kalian. Lekaslah kalian pergi"
sudah tentu pernyataan ini amat diluar dugaan, namun
Hong-lay-mo-li tidak gampang dikelabui oleh kemunafikan
orang namun diapun tak bisa meraba kenapa perubahan sikap
prang begini cepat.
Pada saat itulah tiba2 terdengar suara mendesis, selarik
sinar biru dari kembang api menjulang tinggi keangkasa dari
ujung kanan sana.
Hong-lay-mo-li kaget melihat panah ular berapi itu,
katanya: "Bu-toako dan Hun-cici menghadapi lawan2 tangguh."
kiranya panah ular berapi menjadi tanda diantara mereka
untuk saling minta bantuan mana perlu.
Tak sempat Hong-lay-mo-li membuang waktu dan pikiran,
katanya: "Kongsun Ki, kau pengkhianat bangsa, terima menjadi
antek musuh negara, membunuh istri melukai orang tua, tiada
hubungan apa2 lagi diantara kami, surat tantangan sudah
kusampaikan kami tunggu kedatanganmu di Hou-Loan-san"
Kongsun Ki tidak menjawab, bayangannya pun sudah tidak
kelihatan diatas loteng, tentunya sudah kembali kekamar
latihannya. "surat tantangan sudah kami berikan, terserah dia berani
datang. Marilah kita bantu Bu-toako lebih dulu"
Kini marilah kita ikuti Busu-tun dan Hun Ji Yan yang
mengadakan penyelidikan dibelakang taman. Mereka bergerak
menurut petunjuk peta, namun langkah mereka toh harus
hati2. Dikejauhan ada dua orang ronda, namun tidak melihat
mereka, suasana hening lelap tidak kelihatan bayangan orang,
Dikala mereka mengitari sebuah gunungan, untung jarak
masih beberapa tombak, se-konyong2 puncak gunungan
gugur dengan mengeluarkan suara gemuruh tiba2 sebuah
batu sebesar meja melayang naik menindih kearah mereka.
Bu su-tun kerahkan tenaga raksasa, dengan kedua
tangannya dia hantam dan dorong, sehingga batu besar itu
mencelat kesamping dan jatuh hancur ber-keping2, lebih
celaka lagi tahu2 dari balik gunungan gugur itu melesat hujan
nanah yang tak terhitung banyaknya.
Bu su-tun membentak:
"Kepandaian kunyuk dapat berbuat apa terhadapku?"
dengan melontarkan Kim-kong-ciang, beberapa kali
pukulan dia rontokan semua panah2 itu.
Dari pojokan gunungan tiba2 melompat keluar la kis
pendek kekar bergaman tongkat besi panjang yang besar dan
berat. Begitu menubruk keluar, laki2 pendek itu lantas
mengumpat caci:
"Kau membunuh Baginda, mencelakai ayahku, merebut
kedudukan menjabat Pangcu, bukankah perbuatan kurcaci
rendah Nah, rasakanlah tongkatku "
dengan sejurus ui-liong-pay-hwee (naga hitam
menggerakkan ekor) tongkatnya menyapu melintang. Betapa
dahsyat daya sapuan tongkat ini sampai menerbitkan deru
angin kencang. "oh,jadi kau inilah putra Cu Tan-ho- Ayahmu punya
kepandaian dan diturunkan kepadamu, sayang kepandaian
tunggal Kay-pang belum kaupelajari dengan baik-baik-"
Bu su-tun lontarkan pukulan telapak tangan beradu dengan
tongkat besi lawan. Lengan Bu su-tun bergerak membundar
telapak tangannya memukul, telapak tangannya menghadap
ke dalam, bergerak menuntun dan menarik, dari telapak
tangannya se-olah2 mengeluarkan daya sedot yang keras.
Begitu tongkat lawan menyapu miring kesamping Bu su-tun
lantas menekan dengan telapak tangan, "Tang" tongkat gede
lawan kena ditonjoknya kesamping,jurus yang dimainkan Bu
sutun dinamakan Poat-in-kian-jit (menyingkap mega melihat
matahari), salah satu jurus tunggal yang mematikan dari Kimkong-
ciang-lat. sudah tentu laki2 pendek lawannya ini pernah juga
mempelajari ilmu ini, namun tak pernah terpikir olehnya
didalam permainan Bu su-tun, jurus ini bisa begitu hebat
perbawa-nya, keruan mencelos hatinya, tanpa kuasa dia
tersurut tiga langkah-
Bu sutun berkata:
"Kau dapat belajar sampai tingkat ini sudah lumayan.
Ayahmu menyelundup ke Kaypang membantu kelaliman dan
menjadi mata2 didalam Kaypang, sehingga badan remuk
nama hancur, kematiannya sesuai dengan dosa-dosanya.
Usiamu masih muda, belum banyak kejahatan yang kau
lakukan asal kau mau serahkan dokumen rahasia yang tercuri
oleh ayahmu, aku boleh ampuni jiwamu."
Kiranya laki2 pendek bertongkat ini adalah putra Cu Tan-ho
yang bernama Ma Toa-ha. Rahasia baru terbongkar setelah Cu
Tan-ho mati. Dokumen rahasia yang dimaksud adalah daftar
cabang2 Kaypang diberbagai kota dan kecamatan diseluruh
pelosok negeri.
Bahwa kedua ayah beranak ini berintrik serta bekerja demi
kepentingan musuh bangsa, dosa mereka pantas dihukum
mati, namun Busu-tun cukup bijaksana mau mengampuni jiwa
orang bila mau menyerahkan dokumen rahasia yang tercuri
itu. Tapi sebagai bangsa Nuchen yang sudah gelap mata untuk
setia kepada junjungan sendiri, sudah tentu Ma Toa-ha tidak
akan mau dengar nasehat Bu su-tun, makinya gusar:
"Dendam kematian ayah harus dibalas. Walau aku bukan
tandinganmujuga akan kulawan kau"
tongkat besinya terayun kencang laksana kitiran terus
menghujam Bu su-tun dengan serangan gencar.
Bu su-tun geleng2 melihat kebawdelan lawannya, terpaksa
dia tidak banyak bicara lagi, dengan mengembangkan Khongjiu-
jip-pek-to dengan dilandasi Kim-kong-ciang-lat dia hadapi
rangsakan ilmu tongkat penakluk iblis Ma Toa-ha.
Hanya bertangan kosong Bu su-tun menghadapi rangsakan
tongkat lawan, namun Ma Toa-ha tetap terdesak dibawah
angin. Maksud Bu su-tun hanya ingin membekuknya hidup2,
maka dalam waktu singkat jelas dia tidak akan bisa
mengalahkan lawan.
Dengan menenteng pedang Hun-Ji Yan berdiri di-pinggir
gelanggang. Tiba2 didengarnya suara seorang perempuan
berkata: "Kalian memang boleh dipercaya, baiklah siaumoay sambut
kalian disini-"
dari gerombolan kembang sana muncul seorang gadis, dia
bukan lain adalah gadis yang melukai Hun Ji Yan dengan
jarum berbisanya itu.
"Bagus, kini jangan kau lari" sambut Hun Ji Yan gusar
"sret" segera dia menusuk lebih dulu.
"sudah kubilang akan menunggu kau di siang-keh-po,
kenapa aku harus lari?" olok gadis itu tertawa, Tahu2 kedua
tangannya terkembang dengan jurus seng-liong-mg-hong
(naik naga menyongsong burung Kong), gerakan tangannya
menyanggah sikut lawan.
Waktu pedang Hun Ji Yan menukik turun menabas
tangannya, gadis itu mendesak selangkah, bergerak
belakangan untuk menutuk Ki-lu-hiat, terpaksa Hun Ji Yan
mundur setapak, pedangnya melintang namun gadis itu
gunakan sejurus gertakan untuk memancing pedang Hun Ji
Yan bergerak ke samping, sebat sekali badannya mendoyong
miring terus menyerang dengan jurus jiu-hwi-bi-ba (jari
memetik gitar), jarumnya menjojoh gagang pedang Hun Ji
Yan. Kembali Hun ji-yan dipaksa mundur selangkah, terdengar
"creng" dari mencengkram gadis itu rubah gerakan menjentik,
sehingga pedang Hun Ji Yan kena diseleatik pergi-
Didalam gebrakan singkat itu kedua pihak sudah saiiing
labrak 4 jurus. Walau Hun ji-yan tidak cidra, namun dia
terdesak dua langkah. Keruan hatinya mencelos, untunglah
sejak ayahnya meninggal Hun Ji Yan masuk kembali
keperguruan dan mendapat gemblengan 5 tahun dari gurunya
Bu siang sinni di Go-bi-san, kalau tidak hari ini pasti dia sudah
terjungkal ditangan gadis lawannya ini.
"Ilmu pedang bagus" puji si gadis, tiba2 dia rubah
permainan pukulan tangannya, isi kosong sukar diraba,
langkah kakinya sebat dan lincah lagi, sehingga bayangannya
berkelebat disekitar gelanggang. Beruntun Hun-Ji-Yan
menghadapi serangan berbahaya musuh, hampir saja
pedangnya terampas lawan.
Kalau disini Hun-Ji-Yan terdesak tak mampu melawan
telapak tangan si gadis, disana Bu su-tunpun bikin Ma Toa-ha
mencatos seperti kera berjoget. Suatu ketika gadis itu
timpukkan segenggam Bwe-hoa-ciam kearah Bu su-tun,
namun Busu-tun tengah kembangkan permainan Kim-kongciangnya,
sudah tentu jarum itu rontok berhamburan
terdampar angin pukulannya.
Ma Toa-ha sempat tarik napas, serunya-
"Pocu, jangan hiraukan aku. Lekas kau ringkus lawanmu
lebih dulu."
Ma Toa-ha yakin dirinya masih kuat bertahan beberapa
kejap, asal Hun Ji Yan tertawan, dari terdesak mereka akan
berbalik mendesak-
Kalau sigadis menguatirkan keselamatan Ma Toa-ha, Bu Sutunpun
menguatirkan keadaan Hun-Ji-Yan.
Tahu waktu amat berharga dan situasi amat mendesak,
segera dia lolos keluar golok pusakanya. "sret" dimana
goloknya menyambar "Trang" kembang api berpijar, hampir
saja tongkat Ma Toa-ha mencelat lepas, dengan pucat dia
melompat mundur.
Bu su-tun menerjang bagai banteng ketaton, golok dia
pindah ketangan kiri dengan jurus Pekswan-tam-pun (lutung


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

putih ulur cakar), jurus tangan kanan laksana gaitan
mencengkeram ke punggung si gadisseperti
dibelakang kepalanya tumbuh mata saja, gadis ini
miringkan tubuh berkelit kesamping luputkan diri dari
cengkraman. "Adik yan kau mundur" seru Busu-tun,
"biar kuringkus dia."
"Kepandaian silat Kaypang Pangcu memang hebat," seru
sigadis- "tapi mau menawan aku kukira tidak begitu gampang"
begitu dia membalik badan, tahu2 tanGannya sudah
memegang sebuah senjata. Kiranya dia melolos ikat pinggang
sutranya yang panjang lemas sebagai senjata.
"Baik mari kita bertanding" seru Busu-tun, kembali
goloknya membacok- selendang sutra sigadis lemas laksana
naga menari ditengah udara berputar, terus menekuk dan
menyusup kearah muka Bu su-tun. Maksud Bu su-tun hendak
menabas kutung selendang orang, namun menyentuhpun
goloknya tidak bisa mengenai gaman lawan.
Jelas Iwekang sigadis bukan tandingan Bu su-tun, namun
kepandaiannya cukup tinggi, selendang sutra yang lemas itu
ada kalanya bisa menjadi lempang keras laksana pentung
kayu dilandasi oleh Iwekangnya sehingga menderu keras
menerbitkan sambaran angin, jikalau sampai tersapu dan
tertusuk matanya, tentu cidra buta.
sudah tentu Bu su-tun tidak berani ayal tangan kiri
menutup muka terus jari terkembang menangkup. Namun
selendang sigadis laksana ular melalaikan lidah, sebelum
mematuk lawan tahu2 menyurut mundur.
Dimana golok cepat Bu su-tun menabas, selendang sutra
sigadis menyerempet lewat diatas punggung goloknya tetap
tak berhasil menabas.
Lama kelamaan Bu su-tun naik pitam, ditengah tabasan
goloknya dia selingi dengan pukulan beruntun tiga kali, Kalau
gadis itu tidak gentar menghadapi permainan goloknya, tapi
tak kuasa menahan pukulan Kim-kong-ciang,
" Hebat benar" ter-sipu2 dengan gerakan ui-hou-jong-siau
(bangau kuning menjulang keangkasa) tahu2 badannya
melambung tiga tombak tingginya, sekaligus meluputkan diri
dari damparan pukulan Bu su-tun.
Tapi golok Bu Su-tun selalu membuntuti dengan tipu Khweliwi-
thian (angkat obor menerangi langit) si gadis dipaksa
bersalto ditengah udara, dengan gerakan indah menakjupkan
seperti burung kenari hinggap diatas dahan, seringan kapas
dia meluncur turun dibelakang Bu su-tun.
Kembali Bu su-tun membacok tiga kali, semuanya luput,
telapak tangan memukul balikpun berhasil dihindarkan
olehnya. Dinilai kepandaian sejati, jelas sigadis bukan tandingan Bu
su-tun, namun dinilai ginkangnya. Bu su-tun kalah jauh- Maka
didalam waktu singkat Bu su-tun tidak akan mampu berbuat
apa2 terhadapnya.
sementara ituMa Toa-ha setelah istirahat dan mengatur
pernapasan, segera dia menubruk maju membantu
"Baik, kau berani maju lagi" bentak Bu su-tun, tiga kali
pukulan dia desak mundur si gadis sejauh tiga tombak.
Dengan langkah lebar segera Bu su-tun papaki kedatangan
Ma Toa-ha dengan menabaskan gerakan golok cepatnya, dia
cecar Ma Toa ha laksana hujan badai derasnya.
ginkang Ma Toa-ha tidak setinggi gadis itu, terpaksa dia
angkat tongkat besinya menangkis. Kedua pihak jadi adu
kekuatan, trang, tang, tang Tiga kali benturan keras yang
memekak telinga.
setelah melawan tiga kali bacokan golok tak tertahan lagi
Ma Toa-ha buka mulut menyemburkan darah segar,
tongkatnyapun terpental terbang.
Baru saja Busu-tun hendak memburu maju menabas
kepalanya, Tiba2 didengarnya suara serak tua berkata:
"Biarlah aku belajar kenal dengan Kaypang Pangcu." lenyap
suaranya orangnyapun- tiba itulah dua laki2 tua yang sudah
ubanan, kiranya Kong-tong-ji-ki yang datang.
Dengan pukulan tenaga lunak yang diperhitungku dan
samping si gadis memukul kearah Ma Toa-ha mendorongnya
kesamping sehingga dia terluput dari tubrukan Bu su-tun.
Karena tak berani adu kekerasan dengan Bu su-tun, begitu
Sepasang Pedang Iblis 17 Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung Kesatria Berandalan 2
^