Pendekar Latah 25

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Bagian 25


arah lari kearah barat.
"Lari kemana."
se-konyong2 dia disongsong bentakan mengguntur, itulah
Tang- hay- liong yang mengembangkan Toa-cui-pi-jiu, sekali
raih satu tangan satu orang dia cengkram dua orang siangkeh-
po terus dilempar kearah Hwi-liong-tocu.
sudah tentu Hwi-liong-tocu tidak berani melawan dengan
keras, lekas dia dorong kedua telapak tangannya, sehingga
bola manusia segede sapi ini dia lontarkan kembali, Untung
say-ci-hong menubruk maju dari belakang Tang-hay-liong.
serunya tertawa:
"Dosa kedua orang ini tidak setimpal dihukum mati, biar
kutolong jiwa mereka."
dari tengah dia tambahi sekali pukul lagi, Badan besar
kedua laki2 itu segera tertolak berputar kedua arah dan
melayang jatuh.
Nyata pukulan say- ci-hong berhasil memunahkan masing
separo dari kekuatan pukulan Tang-hay-liong dan Hwi-liongtocu
sehingga jiwa mereka selamat, namun demikian mereka
toh sudah tergencet sekarat.
Melihat Tang-hay-liong dan sa y- ci-hong menghadang
disebelah barat, insaf dirinya bukan tandingan mereka, lekas
dia putar haluan lari ke arah selatan.
Karena dua kali putar haluan, siau-go-kian-kun sempat
mengejar tiba, sekali enjot danjejak orang melayang jauh
melampaui kedepannya, sekali kipas bergerak sebagai polot
saja dia menutuk ke Hoa-kay-hiat Hwi-liong-tocu.
Kelandaian siau- go- kian- kun lebih unggul lagi dibanding
Tang-hay-liong dan say- ci-hong, yang dia gunakan adalah
ilmu tutuk tingkat tinggi yang tiada taranya, ganas lagi, sudah
tentu Hwi-liong-tocu takkan mampu lari dari penjagaan orang,
lekas dia putar lagi lari keutara.
siau go-kian-kun gelak2, nyata dia memang biar kan orang
lari kearah utara karena Hong-lay-mo-li memang sedang
berada disana menunggu kedatangannya, Hong-lay-mo-li
menghardik bengis:
" Keparat busuk yang suka se-wenang2 hari ini kubunuh
kau." ceng-kong-kiam berkelebat dengan tipu Giok-li-toh-soh dia
tusuk Ieher orang, Hwi-liong-tocu melangkah minggir sembari
menggeser kedudukan, telapak tangannya terbaik menggetar
pergi pedang lawan, namun Hong-lay-mo-li keburu
kembangkan ilmu kebutnya, tahu2 benang2 kebut sudah
mengepruk kebatok kepalanya.
Kini Hwi-liong-tocu harus kerahkan tenaga kedua pukulan
tangannya untuk menangkis kebutan, secepat kilat pedang
ditangan Hong-lay-mo-li sudah putar balik menusuk secepat
samberan kilat.
Dua tahun yang lalu Hwi-liong-tocu memangnya setingkat
lebih rendah dari Hong-lay-mo-li, kini setelah Hong-lay-mo-li
mendapat tambahan ilmu dari ayah dan gurunya,
kepandaiannya berlipat ganda lebih maju, sudah tentu H2iliong-
tocujauh bukan tandingannya.
Karena nyali pecah dan tenaga sudah lemas, keruan dia
terdesak keripuhan, sebetulnya kalau tenaganya fit, dia kuat
bertahan 30-50jurus, kini sepuluh juruspun tak kuat lagi,
tahu2 pedang Hong-lay-mo-li sudah menembusi jantungnya
dan merenggut jiwanya.
setelah Kongsun Ki pergi, kini Hwi-liong-tocu yang pimpin
anak buah siang-keh-po ajal lagi, sudah tentu mereka menjadi
takut dan dilabrak kocar kacir, serempak mereka lari pontang
panting menyelamatkan diri.
Dalam pada itu Khing Ciau, Cin Long-gioki sansan dan Liok
Bian berempat langsung menerjang kedalam siang- keh-po.
Anak buah Kongsun Ki yang berjaga di siang- keh-po sudah
mendengar kekalahan besar pihaknya yang bernyali kecil
sudah melarikan diri, yang masih bertahan sedang bertempur
melawan anak buah siang- keh-po lama yang masih setia
kepada siang Ceng-hong, maka dengan leluasa Khing Ciau
berempat terus menerjang masuk kedalam
siang- keh-po. Karena memasuki tempat lama yang dahulu pernah dikenal
melalui petunjuk peta lagi dengan mudah Khing ciau
menemukan tempat yang dia tuju, Tiba2 Cin Long-giok
berkata: "Ciau-ko, naiklah kau seorang diri."
Kiranya setelah melewati lorong batu yang cukup dalam,
sebelah depan adalah bangunan berloteng dimana siang cenghong
disekap. Keruan Khing ciau tertegun, tanyanya:
"Kau, kenapa kau tidak ikut","
"Dia hanya mengundang kau. Mungkin ada omongan yang
perlu dia bicarakan secara pribadi, kalau ada orang ketiga
tentu kurang leluasa, jangan kuatir, aku tidak cemburu.
Pergilah."
habis berkata dia tersenyum manis.
setelah mengingat petunjuk peta, segera Khing ciau
melompat tinggi, jari tangannya menggantol jeruji lankan
badannya segera melayang turun dibalik sebuah teras,
menerjang kedalam loteng, Loteng ini seperti petunjuk peta
penuh dipasangi jebakan dan alat2 rahasia, sekali salah tindak
akan membawa akibat yang bisa membahayakan jiwa.
Bangunan gedung ini dinamakan loteng sesat, sesuai
dengan namanya, pintu diatas loteng ini ber-lapis2 dan jalan
lika liku ber-putar2 menyesatkan untung Khing ciau sudah
apal cara jalannya, maka dia tidak sampai masuk perangkap.
Begilulah dengan menuruti petunjuk peta yang dibuat siang
Ceng-hong akhirnya Khing Ciau tiba disebuah serambi panjang
dibilangan sebelah barat laut. sampai disini baru Khing Ciau
menghela napas lega, karena menurut tulisan siang Cenghong
setiba ditempat ini selanjutnya tiada perangkap atau alat
rahasia lagi, asal melampaui serambi panjang ini, pada ujung
yang lain dia akan tiba dikamar tahanan dimana siang Cenghong
disekap oleh Kengsun Ki.
Baru setengah Khing ciau tiba diserambi panjang ini,
sayup2 didengarnya dua kali suara keluhan yang memanggil
dirinya: "ciau-te Ciau-te." suaranya penuh derita, pilu dan merawan
hati, itulah suara panggilan siang Ceng-hong.
Haru dan kecut hati Khing ciaut hampir tak tahan dia
hendak berteriak menjawab, namun kuatir diatas loteng ini
masing ada musuh lain, sedapat mungkin dia tekan emosinya.
Disaat hatinya tenang dan bimbang, se-konyong2 didengarnya
siang Ceng-hong berteriak:
"Aduh sakitnya mati aku." - Khing ciau kaget sekali, dia kira
siang Ceng-hong dicelakai orang, lekas dia memburu maju.
namun sebelum dia sempat bersuara tahu2 didengarnya
tangis orok yang baru saja lahir. Cepat sekali Khing ciau sudah
tiba dibawah jendela kamar itu, agaknya kedatangannya tidak
diketahui oleh orang2 yang ada didalam kamar. Terdengar
seorang perempuan berkata dengan tertawa:
"selamat siocia, seorang putra mungil."
seketika Khing ciau berdiri menjubleki sungguh tidak nyana
kedatangannya begini kebetulan siang Ceng-hong melahirkan
anaki Khing ciau jadi melenggong dan linglung tak tahu apa
yang harus dia lakukan, terpaut jendela ini dia sudah berada
disamping siang Ceng-hong, namun dia tidak punya
keberanian untuk mendorongnya masuki sebagai sieorang
laki2 yang lalui tata krama, Ceng-hong baru melahirkan dan
ibu inangnya juga ada didalam, sudah tentu tidak leluasa
baginya, sampai mcngintippun dia tidak berani. Terpaksa dia
diam mematung dengan pikiran gundah dan kalut.
Rada lama kemudian agaknya Siang Ceng-hong sudah
siuman, Bu inang yang bantu kelahiran putranya segera
bicara: "siocia, coba lihat, putramu mirip benar dengan kau."
"Coba bopong kemari, aku ingin melhatnya." pinta siang
Ceng-hong, ulur sebelah jarinya dia menowel pipi sang orok
dengan tersenyum lega. Tapi cepat sekali dia menarik muka,
katanya: "singkirkan dia, aku tidak mau melihatnya lagi."
kiranya dalam pandangan siang Ceng-hong orok ini
rupanya mirip sang bapak Kongsun Ki. Mau tidak mau siang
Ceng-hong menghela napas rawan, perasaannya teramat
kalut, dia amat membenci Kongsun Ki, namun anak ini adalah
darah daging-nya. apakah karena dia membenci sang ayah
lantas membenci putranya sendiri pula"
Perempuan yang bantu kelahiran putranya ini adalah bu
inang siang Ceng-hong dulu, katanya:
"Ji-siocia, jangan kau banyak pikiran setelah punya anaki
hatimu harus tentram." dia tahu akan isi hati siang ceng-hong.
Siang Ceng-hong menghela napas, gumamnya seorang diri:
"Khing ciau, Khing ci-au, sudahkah kau menerima suratku"
Kenapa kau belum kunjung datang juga?" - Khing ciau yang
mendekam diluar jendela bertambah keras degup jantungnya.
Bu inang geleng2 kepala, ujarnya menghibur:
"Ji-siocia aku maklum akan perasaanmu Tapi ku harap kau
tidak terlalu muluk pikiran, Khing-siangkong jauh berada di
Kang lam, ai, tak usah kau memikirkan dia. Aku kuatir bila
diketahui Pocu..."
"Tiada ganjelan hatiku, aku hanya ingin melihatnya sekali
lagi, Tapi mungkin tak keburu lagi, Bu inang aku hendak
mohon bantuanmu."
"Ada pesan apa silakan siocia katakan, aku pasti
melaksanakan."
Siang Ceng-hong menuding oroknya yang sedang disusui
bu inangnya, katanya:
"Kalau aku sudah mati tolong kau bawa orok ini ke
Kanglam serahkan kepada Khing-siangkong, kuharap dia sudi
memandang hubungan kita yang lalu suka mengasuh bocah
ini. Em, aku belum lagi memberi nama kepadanya, Em, ya, dia
harus tetap menggunakan she siang untuk menyambung
keturunan keluarga kita, Namanya boleh dinamakan Giok saja,
Kau tahu maksudnya bukan" Aku ingin supaya dia membuang
jauh2 kejahatan ayahnya biarlah dia belajar kepada Khingsiangkong
menjadi seorang Kuncu"
mendengar sampai disini baru Khing Ciau sadar dan
mengerti, kiranya siang Ceng-hong hendak titipkan dan
menyerahkan putranya ini kepadanya.
"siocia, kenapa kau bilang demikian, Rawatlah
kesehatanmu lebih penting, hiduplah sampai hari tua, Apa kau
tidak mengharapkan anakmu kelak dewasa dan melihatnya
menikah membopong cucu, jangan kau pesimis hanya
memikirkan mati saja, putramu akan menjadi manusia
berguna juga kalau kau asuh sendiri"
"Tidaki kau tidak tahu, aku tidak akan umur panjang.
Bukan aku kuatir Kongsun Ki bangsat itu mencela kaijiwa ku,
dia, dia sendiripun takkan lama lagi umurnya."
sudah tentu bu inangnya amat kaget namun dia kira siang
Ceng-hong mengigau, disaat dia melongo siang Ceng-hong
malah bertanya:
"Bu inang, tahukah kau selama hidupku ini apakah yang
paling kusesalkan."
Apakah yang membuat siang ceng-hong menyesal"
Menyesal karena tidak bisa menikah dengan pujaan hatinya"
Menyesal karena pendirian sendiri kurang teguh tidak bisa
membalas sakit hati cicinya, malah terima dipermainkan dan
dipersunting pula oleh musuh besarnya" sudah tentu bu inang
ini tidak bisa dan tidak berani menjawab.
Tapi siang Ceng-hong menjawab sendiri pertanyaannya:
"Nasibku pribadi tidak perlu kusesalkan, Tapi aku adalah
bangsa Han, namun selama hidupku ini belum pernah aku
mendarma baktikan tenagaku demi kegentingan nusa dan
bangsa. Lain dengan Khing-siangkong, dia berani melawan
nasib dan menempuh bahaya menuju ke negeri sendiri di
Kang lam, aku sebaliknya terima mencuri hidup ketentraman
sendiri ditanah jajahan musuh, tiada muka untuk muncul
menuntut balas bagi rakyat jelata yang tertindas.
Dibanding orang laki aku memikir diri sendiri, coba katakan
bukankah aku patut malu kepada diriku sendiri oleh karena
itu, aku minta kau bawa orok ini ke Kang lam, serahkan
kepada Khing ciau, Aku tidak ingin anak ini kelak membekal
penyesalan seperti aku."
Mendengar omongan panjang lebar ini, terketuk dan hati
sanubari Khing ciau, dalam benaknya sudah berputar
beberapa pikiran akhirnya dia bertekad untuk menolong jiwa
siang Ceng-hong, aku tidak boleh mengecewakan dia.
sekarang aku harus masuk menemuinya.
Khing ciau memberanikan diri, baru saja dia hendak
mengetuk jendela memberitahu kepada siang ceng liong
bahwa dirinya sudah datang. Tak kira baru saja dia angkat
tangan, tiba2 didengarnya suara gedobrakan, pintu angin
yang terletak di ujung serambi sana dijebol brantakan.
Kongsun Ki memburu masuk dengan muka merah padam,
Keruan Khing ciau terperanjat lekas dia mendekam pula,
Bukan takut Kongsun Ki membunuh dirinya, dia kuatir bila
Kongsun Ki melihat dirinya, jiwa siang Ceng-honglah yang
bakal menjadi korban.
Ternyata Kongsun Ki sudah menghadapi bencana jau-hwejip-
mo yang akan segera kumat, setelah pulang ke siang- kehpo
dia kembali kekamarnya dulu mengendalikan napas
menekan darahnya yang mendidih.
Akan tetapi, walau dia berhasil mengkombinas ikan ajaran
Lwekang dari aliran sesat dan lurus, dia harus kerahkan segala
daya upayanya belum berhasil menekan sementara dan
mengulur bahaya jau-hwe-jip-mo yang bakal menyerang
dirinya. Karena dibakar amarah dan bertekad membuat perhitungan
kepada siang Ceng-hong maka dia tidak melihat Khing Ciau,
sekali tendang dia bikin pintu angin jebol brantakan,
Bentaknya: "Perempuan jalang, kau ingin aku mati, nih aku kan masih
sehat segar, inilah penyesalanmu yang terbesar bukan" Kau
kira dengan menambah sebuah alat rahasia pada pintu angin
itu dapat merintangi aku" Hm, kini bukankah aku sudah
masuk kemari" Aku bisa masuk kemari berarti masih mampu
membunuhmu. Hahaha umpama aku harus mati, kau harus
mati lebih dulu dari aku."
dengan mencaci maki dia memburu masuki namun dikala


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia angkat tangan hendak memukul mampus siang Cenghong,
entah karena kaget oleh suaranya yang keras, orok kecil
itu menangis sekerasnya. sekilas Kongsun Ki melirik, melihat
orok yang baru lahir ini, tangan yang sudah terayun seketika
berhenti di atas kepala.
sedikitpun siang Ceng-hong tidak gentar, serunya:
"Aku sudah siap. hari ini kau akan membunuhku hayo
bunuhlah aku."
Lekas bu inang bopong orok itu kehadapan Kongsun Ki,
Tanpa sadar Kongsun Ki menerimanya, roman mukanya yang
penuh diliputi amarah dan nafsu membunuh itu, ternyata
mengulum secercah senyuman.
Lalu diciumnya sang putra sekali, hatinya yang marah
seketika menjadi lemas, jelek2 siang Ceng-hong telah
memberikan keturunan bagi dirinya. Tapi teringat sebentar
lagi dirinya bakal mengalami derita dan siksa jau-hwe jip-mo,
walau punya seorang putra, bahayapun tidak akan bisa
teratasi, seketika berkobar pula amarah dan bertambah besar
tekadnya hendak membunuh sing ceng-hong.
Melihat roman muka Kongsun Ki serta sorot matanya yang
berubah tidak menentu, bu inang lekas unjuk senyum
dipaksakan, katanya kepada Kongsun Ki:
" Harap Ko-ya suka pandang anak ini, apapun kesalahan
siocia sukalah Ko-ya memaafkan dia. Bocah ini harus siocia
sendiri yang merawat dan mengasuhnya."
Dengan melirik Kongsun Ki pandang bu inang ini, katanya
dingini "Agaknya kau amat setia terhadap siocia mu, memang
demi bocah ini mungkin aku mengampuni jiwa siocia mu. Tapi
kau tua bangka ini sudah tahu akan keburukan keluargaku,
aku tak bisa biarkan kau hidup,"
Mimpipun bu inang ini tidak pernah menduga Kongsun Ki
malah membunuh dirinya, baru saja mulutnya terpentang dan
suara belum keluar, kepalanya sudah diketuk pecah oleh
Kongsun Ki. "Gagah benar, terlalu keji perbuatanmu nah kejamlah
sekalian, bunuhlah aku, demikian pula bocah itu, bantinglah
biar mampus." demikian olok siang Ceng-hong,
Pelan2 Kongsun Ki turunkan anaknya, katanya dingin:
" Putraku sendiri sudah tentu tidak akan kubunuh, tapi
jangan kira aku tidak berani membunuhmu" Ketahuilah bukan
hanya kau saja yang bisa mengasuh dan membenarkan bocah
ini." "sudah tentu aku tahu, Maka akupun sudah mengaturnya,
hendak kuserahkan dia kepada seseorang untuk
memeliharanya."
"Kau serahkan kepada siapa?"
"Kepada Khing Ciau. Kenapa, kau angkat alis mendelik
kepadaku" Kau tidak senang bila kuserahkan kepada Khing
ciau" Khing ciau adalah orang Baik, lebih baik daripada kau
pelihara sendiri."
siang ceng-hong sudah bertekad untuk gugur, sengaja dia
pancing kemarahan orang.
Memang Kongsun Ki mencak2 marah seperti kebakaran
jenggot, makinya:
"Perempuan jalang, tidak tahu malu, Kau mendampingi
suami, namun hatimu berkiblat kepada laki2 lain, Kubunuh
kau." "Membunuhku" Hahaha, sejak tadi aku sudah siap. Lebih
baik kalau kau lekas turun tangan, Aku tahu kau berdaya
mengerahkan hawa murni memutar balik darah untuk
mengulur waktu datangnya serangan jau-hwe-jip-mo. Tapi
takkan lama, paling setengah jam saja akan segera kumat,
Paling kau hidup setengah jam lebih lama dari aku. Hehe,
haha- lekaslah bunuh."
"Memang kau harus mampus, namun pelan2 akan kusiksa
kau, Hoa-hiat-to dan Hu-kut-ciang akan pelan2 membikin kulit
dagingmu membusuk. waktu akan ku-perhitungkan dengan
tepat, supaya kau selangkah lebih dulu kejalan akhirat dari
aku." sembari mengancam kedua tangannya berderak hendak
mencekik leher siang ceng-hong.
Khing Ciau tidak tahan lagi, "Brak" dia pukul jendela
brantakan terus melompat masuk "sret" pedangnya lantas
menusuk Hiat-to besar dipunggung Kongsun Ki.
Kongsun Ki menyeringai dingin, katanya:
"Tak meleset juga dugaanku, kau bocah ini yang
mendekam diluar jendela."
tanpa berpaling jarinya menjentik ke belakang "Tring" dia
melentik pergi Ceng-kong-kiam Khing ciau.
se-konyong2 siang Ceng-hong ayun tangan mena-burkan
segenggam jarum kearah Kongsun Ki, Kong-sun Ki gelak2
tanpa hiraukan serangan jarum2 ini, sayang setelah
melahirkan tenaga siang Ceng-hong teramat lemahi maka
jarum2 itu semua rontok berjatuhan tergetar oleh Lwekang
pelindung badan Kongsun Ki, tiada sebatangpun yang melukai.
sebat sekali Kongsun Ki sudah memutar badan "Blaar." dia
adu pukulan sekali dengan Khing ciau, sebat sekali Khing ciau
memutar telapak tangan kanan satu lingkaran terus
merangkap jari menutuk Hiat-tonya, Kongsun Ki mengejek:
"Dihadapanku berani kau petingkah dengan Tay-yan-patsek."
punggung telapak tangannya tertekuki dengan jurus Cenghun-
jui-joh dia tuntun telapak tangan Khing ciau kesamping
lalu merubah gerakan secara tiba2 dengan jurus Wan.kiong
sia-tjau, salah satu tipu serangan dari Kim na-jiu-hoat, dengan
mudah Khing ciau sudah kena dia pegang.
Kontan Khing ciau lemas lunglai tak mampu berkutik Tapi
Hiat-to Kongsun Ki juga tertutuk dengan telaki walau dia
sebera kerahkan tenaga memunahkan, tak urung kedua
tenaganya terasa kaku mengejang.
Maklumlah Hiat-to yang tertutuk kebetulan menembus
kepusat siau-yang-king-meh. Lebih celaka lagi setelah adu
pukulan dengan Khing ciau tadi, seketika Kongsun Ki rasakan
hawa murni dan darahnya tidak normal.
Kiranya sejak memperoleh ajaran ilmu mujijat dari seorang
tokoh aneh, Lwekang Khing Ciau masih ketinggalan jauh dari
Kongsun Ki namun pukulannya tadi sedikit banyak juga sudah
merugikan Kongsun Ki.
Kongsun Ki sendiri sedang menghadapi jau-hwe-jip-mo,
dia harus tumpuk segala perhatian untuk kerahkan Lwekang
menekan dan menunda kumatnya bahaya, maka dia kuat
bertahan selama ini, Karena adu pukulan dengan Khing Ciau,
maka bahaya jau-hwe-jip-mo itu dalang lebih cepat lagi.
Tapi betapapun Khing ciau sudah tertawan olehnya Dengan
menyeringai sadis Kongsun Ki jinjing Khing Ciau kedepan
pembaringan. Katanya tertawa seram:
"Nahi kekasihmu telah datang, kau amat senang bukan,
He, he bocah ini akan kubunuh lebih dulu, biar kau melihat
kematiannya yang menyeramkan, baru kutamatkan jiwamu."
siang Ceng-hong menjerit histeris, serunya sesenggukan
"Ciau-ko, tak nyana kau harua ikut menderita."
tapi lekas sekali dia sudah menyeka air mata. dia pantang
unjuk kelemahan dihadapan Kongsun Ki, katanya dengan
tersenyum kuyu:
"Memang aku amat senang, ciau-ko kau datang tepat pada
waktunya, aku bisa mati dengan meram, Tapi kau ikut jadi
korban, kasihan cici Long-gioki namun keparat inipun takkan
hidup Iama, tak usah orang lain menuntut balas bagi kematian
kami" "Berkasih mesralah dijalan keakhirat. Baiklah, bocah she
Khing, biar kubunuh kau dulu."
baru saja Kong-sun Ki hendak turun tangan keji, tiba2
terasa angin kesiur seketika punggung tangannya terasa sakit
seperti tertusuk jarum, lekas dia pukulkan sebelah tangannya
kebelakang seraya berpaling dilihatnya Hong-lay-mo-li tengah
menerjang masak dari jendela. Ceng-kong-kiam yang kemilau
tahu2 sudah mengincar Hian-ki-hiat didepan dadanya.
Lekas sekali setiba di Siang- keh-po Hong-lay-mo-li dan
Siau-go-kian-kun bertemu dengan cin Long-giok yang
menunggu dibawah loteng, sebagai orang yang parnah
melihat peta gambar rahasia dia menunjukan jalan kepada
Hong-lay-mo-li, karena merasa canggung dia bersama siaugo-
kian-kun tetap berada diluar memberantas anak buah
Kongsun Ki yang getia, cepat sekali keributan didalam siangkeh-
po sudah berhasil di-tentramkan.
Kedatangan Hong-lay-mo-li tepat pada waktunya, dengan
kerahkan Lwekangnya dia gunakan benang kebut sebagai
jarum berhasil menolong jiwa Khing ciau.
Karena Hiat-to dipunggung tangannya tertusuk benang
kebut Hong-lay-mo-li, mau tidak mau Kongaun Ki terkejut, itu
menandakan bahwa Lwekang dan kepandaian sendiri mulai
surut dan hampir lenyap. sekaligus mengibaratkan bahaya
jau-hwe-jip-ho tidak akan lama lagi.
semakin mendekati ajalnya Kongsun Ki menjadi kalap dan
menggila, dengan memukul balik dia sampuk pedang Honglay-
mo-li, teriaknya menyeringai seram:
"Bagus, kau tidak pandang aku sebagai saudara
seperguruan malah sekongkol dengan keparat ini hendak
mencelakai aku. sayang kau terlambat sedikit, sekarang aku
masih mampu membunuhmu, kau tahu tidak?"
sembari bicara beruntun dia lontarkan pukulan kedua ilmu
beracunnya, angin amis merangsang hidung, Hong-lay-mo-li
tidak berani bernapas, untung dia mengulum sebutir Pi-siatan.
Lwekang Kongsun Ki sudah susut sebagian besar pula
maka perbawa pukulannya yang beracun ini takkan mampu
mengalahkan Hong-lay-mo-li.
sekali sendai Hong-lay-mo-li bikin benang2 kebut-nya
terkembang terus mengepruk kebatok kepala orang. Dengan
jurus Poat-in-kian-jit (menjibak mega melihat malahan)
Kongsun Ki bikin benang2 kebut itu tertolak pergi buyar
oleh angin pukulannya, mendadak dia rubah pula pukulannya
menjadi tutukan jari "Tring, tring, tring" beruntun tiga kali dia
jentik punggung pedang Hong-lay-mo-li, jurus ini dia
lancarkan untuk mengejar kemenangan disaat dirinya terdesak
dibawah angin. Hong-lay-mo-li rasakan telapak tangannya kesemutan
kemeng, hampar saja pedangnya terlepas Mulut terasa mual
dan dada sesak darah bergolak. Agaknya Kongsun Ki masih
mampu menggunakan ilmu Kek bu- koan- kang (menyalurkan
tenaga melalui benda), kadar racun melalui batang pedang
meresap kedalam badannya.
Lekas Hong-lay-mo-li harus kerahkan Lwekang untuk
membendung racun sehingga gerak geriknya sedikit
merandeki "Lepas." sekonyong2 Kongsun Ki membentaki
jari2nya mencengkram ditengah udara, dia tangkap kebut
Hong-lay-mo-li, gerakan ini dilandasi seluruh sisa tenaga
latihannya yang hebat, telapak dan pergelangan tangan Honglay-
mo-li sakit bukan main, sehingga kebutnya terebut oleh
Kengsun Ki secara mentah2.
sigap sekali Kongsun Ki susuli dengan gerakan menekuk
lengan, dari gerakan pukulan dirubah menjadi jurus Lok yoanhong-
wi (jalan berputar puncak kembali), dia memukul dari
arah yang tak terduga oleh Hong-lay-mo-li, itulah salah satu
tipu pukulan telapak tangan yang lihay dari Tay-yan-pat-sek,
betapa hebat dan lihay permainan Kongsun Ki ini jauh puluhan
kali lebih msnakjupkan dari permainan Khing Ciau, hendak
menangkis dan berkelit juga sudah tidak sempat lagi bagi
Hong-lay-mo-li.
Maka dia jadi nekat, dia sudah bertekat untuk gugur
bersama, secepat kilat pedangnyapun balas menusuk kepada
Kongsun Ki. Pukulan Kongsun Ki jelas lebih dulu mengenai Honglay-moli,
dengan bekal Lwekang Kongsun Ki, menggunakan Hoa-hiatto
lagi, kalau tidak mati Hong-lay-mo-li pasti terluka parahi
Tapi kejadian justru aneh dan mengherankan, telapak tangan
orang memang dengan telak mengenai badan Hong-Iay-mo-li,
tapi yang dipukul seakan telapak tangan orang lemas lungIai
sedikitpun tidak menggunakan tenaga, sekilas Hong-lay-mo-li
melengaki tahu2 dilihatnya Kong-sun Ki sudah tersungkur
jatuh terus melingker lemas tak mampu bergerak.
Ternyata pada detik2 yang menentukan ini, jau-hwe-jip-mo
Kongsun Ki sudah mulai kumat.
Kejadian amat cepat dan gerakan pedang Hong-Lay-molipun
secepat kilat ujung pedangnya sudah menyentuh ulu hati
Kongisun Ki, asal dia kerahkan tenaga, pedangnya akan
menusuk ke dada Kengsun Ki.
Kini Kongsun Ki sudah lumpuh tak mampu melawan,
sebagai seorang ahli silat sudah tentu Hong-Iay-mo-Ii dapat
melihat keadaan orang yang sesungguhnya, Mengingat budi
perguruan setinggi gunung, dan lagi sang guru hanya punya
putra tunggal maka dia menarik pedang dan masukan kembali
kes arungnya, katanya:
"Baiklahi kubiarkan kau memperjuangkan nasibmu sendiri,
aku tidak akan membunuhmu. Adakah pesan apa yang perlu
kau sampaikan kepadaku?"
siapakah yang mengajarkan ilmu mujijad kepada Khing
ciau" Dapatkah Khing Ciau menyelamatkan putra Siang cenghong
dari keturunan Kongsun Ki"
setelah lumpuh, bagaimana nasib Kongsun Ki yeng terjatuh
ke tangan Liu Goan-ka yang sekongkoI dengan mertuanya
Thay Bi" (Bersambung keBagian53)
Bagian 53 "TOLONGLAH bopong anakku kemari," pinta Kongsun Ki,
"aku ingin menciumnya. inilah permintaanku satu2nya."
Hong-lay-mo-li segera bopong putra orang ke hadapannya,
katanya: "Kau tidak usah kuatir putramu pasti akan kita pelihara
sekuat mungkin, biarlah kelak dia menjadi manusia yang
berguna." "Banyak terima kasih akan kebaikanmu tapi adalah pantas
kalau ceng-hong lebih sedikit berat memikul tanggung jawab
ini." demikian ujar Kongsun Ki.
Hong-lay-mo-li kira sebelum ajal timbul kesadaran jiwa
Kongsun Ki, memangnya tiada manusia bajik yang menjadi
ayah bakal membunuh anaknya sendiri, maka sedikitpun dia
tidak berjaga2. Tak nyana mendadak Kongsun Ki menekukjari
tengah menjentik sekali di-pipi anaknya.
Keruan Hong-lay-mo-li kaget, lekas dia rebut orok itu dan
mundur, waktu dia menunduk dilihatnya pipi orok itu sudah
dihiasi bundaran hitam sebesar kuku jari. Karena jentikan jari


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayahnya ini orok kecil itu seketika pecah tangisnya.
Kejut dan gusar Hong-lay-mo-li, makinya: "Kau, apa yang
kau lakukan" Harimau buas pun tidak memakan anaknya
sendiri Kau, kau melebihi binatang liar."
Kongyun Ki geiak2, serunya:
"Anakku sendiri sudah tentu akan kuatur sendiri pula, siapa
bilang aku hendak mencelakai putraku" Haha, LiuJing-yau,
kau tidak mengerti.siang Ceng-hong cukup tahu, Haha siang
Ceng-hong, perhitunganmu agaknya harus batal."
Tanpa hiraukan kesehatan dan badan masih lemahi
bergegas siang Ceng-hong melompat turun dan merebut
anaknya dari pelukan Hong-lay-mo-li, katanya dengan
menunduk: "Baiklahi bocah ini sudah keracunan Hoa-hiat-to, namun
aku masih bisa merawat dan mengasuhnya sampai besar."
lalu dia menarik napas panjang. Hong-lay-mo-li naik pitam,
damratnya: "Masih berani kau bilang tidak mencelakai anakmu" Baik
aku tidak sudi membunuhmu biar Ceng-hong sendiri yang
turun tangan,"
lalu dia lolos pedang diserahkan kepada siang Ceng-hong.
sebelah tangan bopong putranya tangan siang Ceng-hong
yang lain memegang pedang, makinya sambil tuding pedang
keteng gorokan Kongsun Ki:
"Kau bangsat, sebelum ajal kau hendak mencelakai kita ibu
beranak." "Bukan, hanya kau saja yang ingin kubikin celaka. Kau bikin
aku Jau-hwejip-mo, kini aku juga bikin kau menderita selama
18 tahun cukup setimpal bukan, sekarang aku sudah
menuntut balas, nah boleh kau membunuhku saja." habis
bicara dia ter-loroh2.
Hong- lay- mo- li bingung dan tidak mengerti, tanyanya:
"Ceng-hong, apa maksud perkataannya" "
saking murka napas siang Ceng-hong memburu sampai tak
kuasa bicara, "Jing-yau," sela Kongsun Ki.
"biar aku yang jelaskan, Anak ini terkena racun selanjutnya
dia harus dijaga dan dirawat baik2. Dalam kolong langit ini
hanya siang Ceng-hong seorang yang tahu cara bagaimana
memunahkan racun dalam badan bocah ini. Bukan saja setiap
hari setiap malam dia harus selalu bersiaga, selalu mentranfusi
darahnya selama 18 tahun baru noktah hitam dipipinya itu
akan lenyap. Ha h a dengan demikian, bocah ini takkan
mungkin dia serahkan kepada Khing ciau."
Baru sekarang Hong-lay-mo-li tahu tujuan jahat Kongsun
Ki, merinding dia dibuatnya, Katanya:
"Selama hidupnya suhu berjiwa besar tak nyana putranya
jahat liar dan buas melebihi binatang, Baiklah, adik Ceng-hong
terserah bagaimana kau hendak membereskan dia."
"Terserah apa kehendak kalian, Hehe, aku memang dekat
ajal, aku tersiksa karena Jau-hwe-jip-ho, tapi Ceng-hong
harus menderita 2 tahun lamanya. Hehe, aku tetap lebih
unggul dalam perang urat syaraf ini. Tak jadi apa kau
membunuhku sayang kau sendiri takkan bisa mati karena
harus menolong jiwa bocah ini. Ceng-hong lekas kau
muntahkan obat racun yang ada dalam mulutmu."
Hong-lay-mo-li kaget, teriaknya:
"Adik Ceng-hong, apa benar kau menelan racun?"
Pucat pias muka siang Ceng-hong, dia buka mulut
memuntahkan sebutir bundaran malam. Kiranya dia sudah
duga Kongsun Ki akan membunuhnya, maka sebelumnya dia
sudah siapkan sebutir racun yang dia buntal dalam bundaran
malam, setelah menyerahkan pesannya kepada Khing Ciau,
dia pikir hendak gigit pecah malam itu dan mati karena
keracunan. "Kongsun Ki." ujar siang Ceng-hong menarik mundur
pedangnya "kau ingin menyiksaku 18 tahun, baiklah kutambahkan tiga
bulan lagi derita Jau-hwe-jip-mo yang harus kau alami, Jadi
tiga bulan lagi baru kau akan mampus setelah tersiksa, kau
tidak akan mampu bunuh diri deritamu sehari kian bertambah
berat. Ha h a, buat apa aku harus membunuhmu kan
menguntungkan kau," tawa Ceng-hong seram dan
menggiriskan, tawa yang lebih menyeramkan dari isak tangis
yang memilukan. Memang dia berhasil menuntut balas, tapi
imbalannya juga terlalu besar bagi dirinya.
Hong- lay- mo- li tidak tega mengawasi keadaan Kongsun
Ki yang mengenaskan, "klontang" pedang ditangan siang
Ceng-hong terjatuhi lekas Hong lay-moli memungutnya terus
dikembalikan kesarung, serta membimbing siang Ceng-hong
naik keatas ranjang, Lalu dia buka Hiat-to Khing Ciau yang
tertutuk. Menyaksikan adegan seram yang mendebarkan jantung ini
sekian lamanya Khing ciau berdiri menjubleki dalam waktu
dekat tak tahu dia apa yang harus dla lakukan.
sementara itu Hong lay-mo-li tengah menghibur siang
Ceng-hong "Dapat mengasuh anak sampai dewasa, betapapun
penderitaanmu selama 18 tahun adalah setimpal Adik Cenghong
kau tidak usah kuatir, kita akan membantumu mengasuh
anak ini. Kuanjurkan jangan kau menetap di siang- keh-po
lagi, ayahku berada ditempat Bing-bing Taysu, demikian pula
suhengmu Bu-lim-thian-kiau dan cicinyajuga benda disana,
lebih baik kau tinggal bersama mereka di Kong-bing-si.
Ayahku pandai ilmu pengobatan mungkin dia bisa membantu
kesulitanmu."
Diluar tahu Hong-lay-mo-li, untuk memisahkan kadar racun
ditubuh anaknya ini, siang Ceng-hong sendiripun harus
meyakinkan kedua ilmu beracun. Dasar latihan Iwekangnya
masih termasuk aliran sesat, kemungkinan besar kelak dia
sendiripun akan mengalami Jau-hwe-jip-mo, itu berarti 2
tahun yang akan datang diapun akan merasakan derita dan
siksa seperti yang dialami Kongsun Ki sekarang.
Tapi demi jiwa dan masa depan anaknya, siang Ceng-hong
dipaksa untuk berani menerima nasib, namun hal ini tak
berani dia jelaskan kepada Hong-lay-mo-li. Katanya menghela
napas: "Entah dulu aku pernah berbuat kesalahan apa pada
hidupku sekarang harus memikul derita ini."
"Kebetulan juga bagiku menetap di Kong-bing-si, disana
aku bisa menyucikan diri berdarma kepada Budha, sekaligus
untuk menebus dosa2 masa lalu."
semula Khing ciau berdiri bingung rikuh dan kikuki kini
setelah siang Ceng-hong ibu dan anak sudah memperoleh
penyelesaian yang melegakan hati, segera dia hendak
mengundurkan diri, tapi belum sempat otaknya menemukan
alasan yang tepat untuk keluar. Tiba2 siang Ceng-hong
berkata: "Khing-toako kemarilah kau."
seketika Khing ciau melenggong, akhirnya dia mendekati
pembaringan, katanya:
"Cici ada pesan apa" Kalau siaute mampu dan bisa
membantu..."
sekilas siang Ceng-hong mengawasi dia, lalu menukas:
"Coba ulurkan tanganmu."
Dengan melongo Khing Ciau ulurkan kedua tangannya,
seketika siang Ceng-hong mengeluarkan suara aneh... Khing
Ciau belum mengerti, Hong-lay-mo-li malah tahu kenapa siang
Ceng-hong bersuara heran, tanyanya kepada Khing Ciau:
"Bukankah tadi kau ada pukulan dengan Kongsun Ki?"
"Ya, adu pukulan sekali." sahut Khing ciau.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Semula dada terasa sesak mual, namun cepat sekali sudah
hilang." sahut Khing Ciau.
"Sungguh terlalu aneh. Adik Ceng-hong, apa kau dapat
melihat dia keracunan tidak?"
"Aku tak bisa mengatakan kalau dia memperlihatkan tandakeracunan."
sahut siang Cengang.
Tiba2 Hong-lay-mo-li teringat sesuatu, katanya:
"Adik Ciau, tadi waktu kau bergebrak dengan sa Yan-liu
kuat menandinginya. sungguh tak nyana dalam sebulan ini
kepandaianmu sudah maju sedemikian pesat. Benar- tak
nyana dan menakjubkan sekali"
"Hal ini memang perlu kulaporkan kepada Bing-cu." ujar
Khing Ciau, "dalam perjalanan menuju ke Hou-loan-san ini, aku pernah
ketemu seorang tokoh aneh. Dia ada mengajarkan ilmu
samadi dengan menyungging sumbelkan jalan darah dan urat
nadi. Kini aku tidak keracunan, apakah mungkin ada sangkut
pautnya dengan ilmu yang kupelajari itu?"
"O, ada kejadian itu?" Hong-lay-mo-li keheranan,
"siapakah tokoh kosen itu?"
"Aku juga tidak tahu siapakah nama dan she ciangpwe itu,
tokoh macam apa pula?"
"Lalu kenapa dia mau turunkan ilmu mujijat itu kepada
kau?" "Apa ilmu mujijat?" seru Khing Ciau kaget,
"waktu dia suruh aku mempelajari ilmu ini dia bilang untuk
mengobati luka2ku."
"llmu cara menyungsang sumbelkan jalan darah dan urat
nadi sudah lama putus turunan, konon ilmu ini diciptakan oleh
seorang padri dari se-ek yang sejajar pada jaman Tatmo Cosu
dulu, belakangan menjadi ilmu tunggal yang dirahasiakan oleh
aliran Mo ciong di Tibet, sejak permulaan dynasti Tong sudah
menghilang dan tak pernah dipelajari manusia, Walau ilmu ini
bukan Iwekang aliran murni tapi karena dia menyungging
sumbel urat nadi, latihannya justru berlawanan dengan ilmu
Iwekang umumnya, oleh karena itu jauh bermanfaat untuk
memunahkan tutukan nadi menawarkan racun, cara
bagaimana tokoh aneh ini mengajarkan ilmu ini kepadamu?"
"Hari itu aku dan Long-giok menempuh perjalanan tanpa
mengingat lelah sehingga malamnya kehilangan tempat
menginap. karena jauh dari pedusunan, terpaksa kita
menginap dibawah pohon dalam hutan, Malam itu bulan
purnama, rasa kantuk kita hilang, Long-giok terlalu iseng lalu
latihan sip-hun-kiam-hoat, selanjutnya dia minta aku
menunjukan Tay-yan-pat-sek kepadanya.
Aku lantas latihan sekali, baru saja aku menyelesaikan
latihanku, sekonyong2 terdengar suara melengking aneh
seperti suara orang banci berkata: "Kau pernah apa dengan
keluarga siang?" tahu2 dihadapanku muncul seorang kakek
bungkuk yang buruk rupa, entah kapan dia datang."
siang Ceng-hong bersuara heran kaget, katanya:
" orang itu pasti sin-tho Thay Bi. Dia kan seorang jahat
yang kejam, mana mungkin mengajarkan ilmu ini kepadamu."
"Adik Ceng-hong," ujar Hong-lay-mo-li heran,
"kau juga kenal sin-tho Thay Bi?"
"Dia kan teman ayahku, waktu aku masih kecil, dia pernah
ke siang- keh-po beberapa kali, Kalau ayahku dimaki orang
sebagai gembong iblis, sebaliknya beliau mengatakan Thay Bi
ini orang jahat, kuduga sibungkuk ini pasti jauh lebih jahat
dari ayahku."
"Tapi bukan si Bungkuk ini yang menolongku." ujar Khing
ciau, "malah si Bungkuk ini hendak membunuhku, Yang
mengajar ilmu ada seorang lain."
"Memangaya siapa dia?" tanya siang Ceng-hong.
"sudah tentu dengan munculnya si Bungkuk secara
mendadak membuatku kaget setengah mati, tanpa pikir aku
lantas menjawab: "Aku bukan keluarga siang." - dia bertanya
pula: "LaIu pernah apa kau dengan keluarga siang?" -
Kujawab: "Tiada sangkut paut apa2".
sampai disini tiba2 merah mukanya, dia merasa malu
terhadap siang Ceng-hong.
"Ai, karena jawabanmu ini, pasti dia lantas tahu akan asal
usulmu," demikian ujar Ceng-hong.
"Benar, setelah mendengar jawabanku, si Bungkuk ini
lantas menyeringai katanya:
"Kau pasti bocah she Khing yang dikatakan Kongsun Ki
itulah." tanpa menunggu aku bersuara pula,, tiba2 dia
memukul kepadaku Waktu aku angkat tangan menangkis,
tahu2 angin dingin laksana anak panah yang menembus
badan meresap ketulang merangsang keseluruh badan
sehingga aku gemetar kedinginan, kontan aku jatuh semaput"
siang Ceng-hong berteriak kaget, tanyanya cepat:
"Bagaimana akhirnya?"
"Aku sendiri sudah tak sadar, waktu aku siuman, si
bungkuk itu sudah hilang, kudapatkan seorang tua yang
bersikap ramah dan welas asih berjubah hijau ada di
sampingku."
semakin heran dan tak mengerti siang Ceng-hong, katanya:
"Kakek tua berjubah hijau yang welas- asih, oya, apakah
Ceng-Iing-cu masih hidup dalam dunia ini?"
"Siapa pula Ceng-ling-cu itu?" tanya Hong- lay- mo- li
"Beliau adalah seorang teman ayahku juga, Tapi aku sendiri
tidak pernah melihatnya. semasa hidupnya ayah sering
menyinggung dia, kabarnya waktu pertama kali ayah
meyakinkan kedua ilmu beracun itu, dia pernah membujuk
supaya ayah membatalkan niatnya, namun ayah tidak terima
bujukannya, belakangan dia lantas tak mau datang
kerumahku, setelah ayah Jau-hwe-jip-mo baru menyesal tidak
mau terima nasehatmu dulu."
"Dari penuturan Long-giok katanya dikala aku jatuh
pingsan, dia hendak membawaku pergi, kebetulan kakek tua
jubah hijau muncul. Agaknya si Bungkuk ini amat takut
tarhadapnya, begitu melihat dia segera angkat langkah seribu.
Kakek jubah hijau inilah yang menolongku" demikian tutur
Khing ciau lebih lanjut.
"Katanya aku terkena racun dingin, namun dia bisa ajarkan
ilmu samadi untuk mengusir hawa dingin dan melindungi
jiwaku, sungguh sedikitpun aku tidak tahu bahwa yang
kupelajari ini adalah ilmu mujijat, kalau tidak masa aku berani
menerima ajarannya. Waktu kutanya nama dan shenya, dia
tidak mau katakan, malah dia sudah tahu keadaanku, sebelum
pergi dia mengatakan beberapa patah yang tidak kumengerti,
katanya: "Aku tahu kau hendak pergi ke siang- keh-po, setelah
berhadapan dengan orang yang hendak kau temui, kau akan
tahu siapa aku ini, ilmu menyungsang urat nadi yang
kuajarkan kepadamu ini, kelak mungkin masih ada
manfaatnya kau harus mempelajarinya baik2." hendak


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kutanya apa manfaatnya, namun setelah berpesan beberapa
patah kata, tahu2 bayangannya sudah menghilang entah kemana."
Kembali siang Ceng-hong bersuara heran mendengar cerita
Khing ciau, katanya:
"Lo-cianpwe ini memang luar biasa, apakah dia sudah
menduga akan peristiwa yang bakal terjadi hari ini?"
semula Khing ciau masih bingung tak tahu apa arti
perkataan siang Ceng-hong, namun lekas sekali dia sudah
maklum katanya:
"Sebetulnya cara untuk menyungsang urat nadi ini juga
amat gampang, aku ada melukis sebuah gambar
penjelasannya, Ceng-hong-cici, boleh kau melihatnya. Kalau
cara ini dapat memunahkan racun Hoa-hiat-to, tentunya amat
berguna bagi kau."
Siang Ceng-hong menerima dan memeriksa sebentar,
seketika matanya bersinar muka berseru senangnya bukan
main. Maklumlah walau dia tidak pernah meyakinkan kedua ilmu
beracun itu, namun seluk beluknya cukup dia ketahui, bahaya
yang tidak bisa dikendalikan oleh sang ayah waktu mengalami
Jau hwe-jip-mo dulu, juga sudah dia ketahui, ilmu
menyungsang urat nadi yang dilatih secara semadi ini,
agaknya dapat membantu dirinya meyakinkan ilmu beracun itu
tanpa kuatir mengalami Jau-hwe-jip-mo lagi.
Dengan berlinang air mata siang Ceng-hong berkata:
"Khing-toako, kau sudi menengok aku kini memberi hadiah
sebenar ini pula, tak terhingga rasa terima kasihku."
Khing ciau tertawa, katanya
"Budi yang kuterima dari kau jauh lebih besar, aku kan
hanya menyampaikan peran orang saja."
siang Ceng-hong pandang sekali lagi kepada Khing ciau,
katanya dengan menyeka air mata:
"Ciau-ko, aku masih ada sebuah permintaan kepada mu."
"Coba katakan." sahut Khing ciau
"apapun tugas yang kau serahkan pasti kulaksanakan."
"Bukan tugas berat dan menyusahkan." ujar siang Cenghong
tertawa, "Setelah bocah ini berusia 18, kuminta kalian datang
menengok kami ibu beranak, aku ingin bocah ini kelak
mengangkatmu sebagai guru, ditilik arti kataknya ini dia mau
mengatakan sebelum bocah ini berumur 2 tahun, lebih baik
Khing ciau dan cin Long giok tak usah bertemu dengan
dirinya. MakIum selama 18 tahun ini tentu Khing ciau berdua sudah
menikah dan punya anak. Kalau anaknya mengangkat Khing
ciau menjadi guru, kelak tentu anaknya tidak sampai
menyeleweng mengikuti jejak ayahnya.
" Usia ku muda pengalaman cetek kepandaian rendahi
bagaimana bisa menerima murid?"
ujar Khing ciau ragu2.
Hong-lay-mo-li tertawa selanya:
"sepuluh tahun yang akan datang, kau pasti sudah menjadi
Tayhiap besar yang kenamaan, kenapa tidak boleh menerima
murid" Kau sudah mempelajari ilmu dari keluarga siang, dan
saat manalah tiba kesempatanmu untuk membalas budi ini.
Kukira putusan ini akan menguntungkan bagi kedua pihak"
Apa boleh buat terpaksa Khing ciau menerima.
sudah tentu siang Ceng-hong amat senang, kata-nya.
" Khing toako, mendapat janjimu, aku ibu beranak amat
berterima kasihi Apakah nona cin sudah datang."
"Dia menunggu aku diluar."
"Apa yang ingin kuperbincangkan dengan kau sudah tiada
lagi, urusan disinipun boleh dianggap selesai, lekaslah kau
keluar supaya nona Cin tidak menunggumu dengan gelisah."
"Baik 2 tahun yang akan datang aku akan datang ke Kongbing-
si menjenguk kalian."
Entah terhibur, duka atau lega perasaan siang ceng-hong
mengantar punggung Khing ciau yang beranjak keluar, segala
budi dendam, derita selama setengah hidup ini se-akan2
sudah lenyap hanya dalam waktu sekejap ini, semuanya turut
luntur dan sirna mengikuti pandangan sorot matanya itu.
setelah Khing Ciau pergi, Hong-lay-mo-li maju
menggenggam tangan siang Ceng-hong katanya:
"Adik Ceng-hong, sekarang kau sudah bebas dari segala
belenggu dan ikatan, selanjutnya tak perlu kau berduka lagi.
Aku ngin memberi tanda mata kepada anakmu ini, sebetulnya
barang ini adalah milik kalian juga," lalu dikeluarkan sempritan
tanduk badak hitam itu.
"Siang-kehip sementara biarlah dijaga dan diatur oleh
siang-keh-su-Io, setelah anak ini tumbuh dewasa boleh kalian
kembali kekampung halaman."
Berlinang air mata siang Ceng-hong, katanya:
"Hari ini aku bisa menuntut balas, jikalau cici tahu dialam
baka tentunya bisa istirahat dengan tentram dan me-ram, Liucici,
kalian bantu aku merebut kembali siang- keh-po, biar kini
aku wakilkan Giok mengucapkan terima kasih kepadamu."
seperti diketahui putranya ini dia beri nama "siang Giok".
-ooo00000ooosetelah
Jau-hwe-jip-mo Kongaun Ki kumat, panas dingin
merangsang badannya, deritanya setengah mati, betapapun
dia mengeraskan kepala, tak urung akhirnya tak tahan dan
mengeluarkan rintihan. siang Ceng-hong merasa senang dan
mual serta jijik, katanya mengerut kening:
"Liu cici tolong kau bantu aku membuangnya keluar, aku
tidak senang mendengar suaranya"
Dengan me-rintih2 Kongsun Ki berkata:
"Sumoay, pandanglah muka ayah, berbuatlah baik,
tusuklah aku biar mati,"
"Bagaimana adik Ceng?" Hong-lay-mo-li tidak tega turun
mangan. "Dia bikin aku begini menderita, tak bisa aku memberi
keuntungan kepadanya, Liu-cici tolong kau panggil sulo
kemari, biar bangsat ini disekap dipenjara air, sedikitnya aku
akan siksa dia tiga bulan lagi."
Kongsun Ki menyeringai sambil menahan sakit makinya:
"Perempuan jalang, kejam amat hatimu, tapi keinginanmu
takkan terlaksana,"
"Kau sudah bikin aku begini rupa, kini kau masih punya
kepandaian apa pula untuk lolos dari siksaanku?"
tiba2 terdengar oleh Hong-lay-mo-li diluar ada suara,
bentaknya: "Siapa diluar?" dia kira orang- siang- keh-po yang
mendatangi hendak menolong majikan mereka, maka dia tidak
terlalu menaruh perhatian lebih lanjut.
Pada saat itu, dari luar jendela tahu2 melayang masuk
seutas tali panjang tepat sekali men-jirat badan Kongsun Ki
terus disendai dan ditarik keluar, perubahan terjadi mendadak
dan cepat sekali, tujuan Hong-lay-mo-li melindungi siang
Ceng-hong, gerakan orang diluar jendela agaknya terlatih
sekali menggunakan tali laso begitu Hong-lay-mo-li sadar apa
yang telah terjadi, Kongsun Ki sudah tertolong keluar.
siang ceng-hong berteriak:
"cici, lekas kejar, tak usah hiraukan aku."
pada saat itu cuIa terdengar langkah ramai mendatangi
berbareng suara siang-keh-su-Io berteriak bersama:
"Jisiocia, kau tidak apa2 bukan?"
Tanpa banyak pikir lagi dengan mengobat abitkan kebutnya
sementara pedang menggunakan Ya-oan-pat-hong, dengan
pedang dan badan bersatu padu Hong-lay-mo-li menerjang
keluar jendela, ingin dia tahu siapa yang menggondol Kongsun
Ki. Tak nyana baru saja badannya menerobos keluar, sekonyong2
segulung tenaga dahsyat menindih turun kearahnya
orang yang menyergapnya ini kiranya seorang jago kosen.
untung Hong-lay-mo-li memang sudah siaga, dengan
menaburkan benang kebutnya dia punahkan separo tenaga
raksasa yang menyerang dirinya, berbareng jurus pedang
yang dia mainkanpun berkembang melindungi badan sekaligus
balas menyerang sehingga membokong ini dapat dipukul
mundur. Namun demikian tak urung Hong-lay-mo-ij harus bersalto
dua kali ditengah udara baru bisa hinggap ditanah.
Tapi sebelum Hong-lay-mo-li berdiri tegak pembokong itu
sudah lontarkan pukulannya pula malah gelak2 lagi:
"Bagus, keponakanku, kalau bisa ampuni orang biarlah
jiwanya hidup, apalagi Kongsun Ki kan suhengmu."
Bersamaan dengan itu tampak seorang Bungkuk yang
berperawakan tinggi besar menggendong Kongsun Ki
bergegas lompat turun kebawah loteng dan tiba ditengah
taman, Dari kejauhan si Bungkuk ini tertawa lantang serunya:
"Ada aku disini, mana keinginan kalian bisa terIaksana?"
Kiranya yang melaso Kongsun Ki dengan tali panjang tadi
adalah si Bungkuk Thay Bi, sedang pembokong yang
menyergap Hong-lay-mo-li diluar jendela adalah Liu ,Goan-ka.
Liu Goan-ka adalah pembunuh ibunya, malah kini
pengkhianat bangsa yang menjual negara, dosa kejahatannya
tidak dibawah Kongsun Ki, keruan terbakar amarah Hong-laymo-
li, bentaknya: "siapa sudi jadi keponakanmu, ayah dapat mengampuni
kau, akulah yang akan merengut jiwamu."
dengan jurus Loan-in-hwi-toh (mega serabutan
beterbangan) salah satu tipu dari ilmu kebutnya yang lihay dia
punahkan pukulan Liu ,Goan-ka, berbareng pedang ditangan
kanan melancarkan Yo-hun kiam-hoat dengan tipu Tun-in-kacan
(mega semi baru berkembang) sinar pedang bagai rantai
menusuk ko Jian-kihiat Liu ,Goan-ka.
Liu ,Goan-ka gelak2, ujarnya:
"Kalau begitu kita kan satu keluarga, aku sih tidak ingin
membunuh kau, tapi kau takkan mampu membunuhku"
sembari bicara diri lancarkan Bian-ciang dan ca n- liongciu,
semua serangan ilmu kebut dan ilmu pedang Hong-laymo-
li dia punahkan seluruhnya.
Hong-lay-mo-li bersuit panjang dan melengking nyaring, dia
memanggil siau-go-kian-kun untuk membantu. Baru saja
sultannya kumandang, lantas terdengar gelak tawa siau-gokian-
kun, serunya: "Bagus, kau bangsat tua ini hendak mengiringi Kongsun Ki
masuk liang kubur, biar aku bereskan sekalian. coba kemana
kau bisa lari?"
kiranya sebelum mendengar suitan Hong-lay-mo-li, siau-gokian-
kun sudah memergoki si Bungkuk Thay Bi.
Dan lagi dia sudah tahu bila Kongsun Ki sudah kehilangan
kepandaian silat, cuma tidak tahu kalau Kongsun Ki sudah
Jau-hwe-jip-mo.
Mendengar siau-go-kian-kun pergi mencegat musuhi
legalah hati Hong-lay-mo-li, kini dia tumplek semua perhatian
menghadapi Liu Goan-ka, kebut dan pedang bekerja dengan
dahsyat kebut melindungi badan sementara pedang bergerak
menurut ajaran ayahnya, yaitu Keng sin-kiam-hoat, ilmu
pedang ini dirubah dan diciptakan menurut ilmu tutuk tingkat
tinggi yang tiada taranya, dengan pedang menggantikan jari,
maka jurus tipunya jauh lebih ganas dan dan lihay.
Kebetulan rangkaian ilmu pedang ini merupakan serangan
mematikan bagi perlawanan Liu ,Goan-ka. Bercekat hati Liu
Goan-ka, tak terkira olehnya selama setengah tahun ini
setelah mendapati gemblengan ayahnya Hong-lay-mo-li sudah
maju sedemikian jauh. Tapi betapapun latihan Liu Goan-ka
lebih ulet Lwe-kangnyapun tinggi walau permainan silatnya
bukan tandingan lawan, tapi Hong-lay-mo-li tidak gampang
untuk merobohkan dia.
Tapi Liu Goan-ka tidak yakin bisa mengalahkan lawan apa
lagi tujuannya kemari hanya hendak menculik Kongsun Ki, kini
tujuan sudah tercapai, sudah tentu Liu Goan-ka tidak mau
buang tenaga, maka dengan Bian-ciang beruntung dia pukul
Hong-lay-mo-li mundur-serunya:
" orang sendiri kenapa harus berkelahi?"
tahu2 badannya menjungkir balik kebelakang, gerakannya
seperti panah melesat, sebelum serangan pedang Hong-laymo-
li sempat dilancarkan dia sudah lompat turun kebawah
loteng. Dengan kencang Hong-lay-mo-li mengejar turun, namun
Liu Goan-ka menginjak tanah lebih dulu, begitu membalik dia
lontarkan Bik-khong-ciang. "pletak" lankan yang terbuat dari
kayu keras itu dihantamnya berantakan, celaka adalah pada
lankan ini ada dipasang alat2 rahasia, begitu lankan putus
panah seketika berhamburan.
setelah melontarkan pukulan Liu Goan-ka lantas angkat
langkah seribu, sebaliknya badan Hong-lay-mo-li masih
terapung diudara, terpaksa dia obat abitkan kebut dan
memutar pedang menyapu rontak anak2 panah.
Begitu dia turun ke tanah sementara Liu ,Goan-ka sudah
lari sekitar puluhan tombak jauhnya.
Kebetulan dari arah depan ada suitan panjang pula,
suaranya kumandang tinggi laksana pekik naga. suitan ini
jelas dilandasi hawa murni yang kokoh dan tinggi, betapa
tinggi Iwekang orang ini agaknya masih lebih unggul dari siaugo-
kian-kun, Kontan Liu Goan-ka kaget, waktu dia berpaling
dilihatnya yang mendatangi adalah Kaypang pangcu Bu sutun.
orang mendatangi bersama calon istrinya Hun Ji yan.
Liu ,Goan-ka cerdik dan licik serta licin, tahu2 dia memukul
kepada Hun Ji yan. Begitu pukulannya dilontarkan sayupseperti
diselingi suara guntur. Lekas Bu su-tun menyelinap
maju kedepan Hun Ji yan, kedua tangan dia dorong lempang,
"Pyaarrr." kekuatan kedua pihak setanding tiada sepihak yang
beruntung namun demikian Hun Ji yan terdorong juga
sempoyongan akibat tenaga benturan dahsyat ini.
Lekas Bu su-tun memayangnya, Hun Ji yan berkata:
"Aku tak apa2, lekas kejar dia."
namun Liu toa ka sudah lari 2-an tombaki kekang Bu su-tun
memang lebih unggul, namun Ginkangnya jauh ketinggalan
meski dia sudah kerahkan setaker tenaga mengejar, Liu
,Goan-ka tetap tak bisa dia candak.
untung dari arah lain Hong-lay-mo-li keburu datang,
serunya: "Bu-pangcu, tolong kau bantu Kok-ham bekuk Bungkuk
keparat itu, Kongsun Ki sudah Jau-hwe-jip-nio, si bungkuk itu
hendak menculiknya, Lekas kau cegat dia."
Tatkala itu siau-go-kian-kun sudah memburu tiba dibela
kang Thay Bi karena menggendong satu orang, sudah tentu
Ginkangnya menjadi terpengaruhi setelah melihat ituasi yang
dihadapi sambil mengakan Bu su-tun segera putar badan


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejar kearah Thay Bi.
Mulut bicara namun kaki Hong-lay-mo-li tidak menjadi
kendor, dengan kencang dia mengudak Liu Goan-ka, jarak
mereka semakin dekat. Kebetulan mereka melompati sebuah
gunungan, tiba2 dia pukul membalik bikin sebongkah batu
besar dipucuk gunungan itu mencelat menindih ke arah Hong
lay-mo-li. sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak gampang tertindih, sebat
sekali dia menyingkir sehingga batu ini melayang dari
sampingnya. Namun karena sedikit hambatan ini jarak Liu
Goan-ka semakin jauh, cepat sekali orang sudah lompat ke
atas tembok dan lolos dari lingkungan siang-keh-po.
Ginkang Hong-lay-mo-li lebih unggul dari Busu-tun,juga
unggul dari Liu Goan-ka, tapijuga hanya setingkat lebih tinggi,
Tenaga Liu Goan-ka lebih kuat dan tahan lama, kalau kejar
mengejar ini berlangsung sampai puluhan li, jelas Hong-laymo-
li tidak akan bisa menyandaknya.
Yakin dirinya tidak akan bisa menyandak orang, apa lagi
belum tentu bisa mengalahkan orang, terpaksa dia telan rasa
penasarannya putar balik mengejar kearah si Bungkuk.
Melihat siau-go-kian-kun mengejar datang Thay Bi angkat
jarinya menutuki sejalur angin dingin seketika menerjang.
siau-go-kian-kun gelak2, ejeknya:
"Hian im-cimu dapat mengapakan aku?" - sekali kipasnya
mengebas dan menyampuki terdengar angin menderu, dua
kekuatan angin saling bentur dan bergolaki tiada satu pihak
yang dilukai. sebat sekali siau-go-kian-kun menyelinap maju, kipasnya
terkatup menutuk Ci teng-hiat dipunggung Thay Bi. Terpaksa
Thay Bi merubah tutukan jari menjadi pukulan telapak tangan,
terus mencengkram, kali ini dia kerahkan Tay-lik-eng-jiaukang,
sekali raup dia kena-pegang kipas siau-go-kian-kun.
Beberapa kali pernah bentrok dengan siau- go- kian- kun,
Thay Bi yakin Iwekangnya masih lebih unggul maka dia berani
menangkap kipas siau- go- kian- kun dengan Tay-lik.-eng-jiaukang,
tak nyana baru saja dia gelak2 kegirangan, tahu2 suara
gelak tawanya berubah menjadi jeritan kaget, kiranya jar2
tangannya tiba2 seperti menyentuh aliran stroom tegangan
tinggi, lekas dia lepas tangan terus melompat kebelakang
beberapa tombaki
Kiranya sejak mendapat petunjuk Liu Goan-cong dan
Kongsun In, dua maha guru silat dia berhasil meng
kombinasikan tiga ajaran Iwekang tingkat tinggi termasuk
warisan keluarganya, Iwekangnya sudah maju berlipat ganda,
demikian juga gerakan tutukan Hiat-to yang dia mainkan
adalah Keng-sin-ci-hoat ajaran Liu Goan cong yang tiada
bandingannya, begitu kipasnya tertangkap Thay Bi sekaligus
dia dorong dan tutuk Lau-kiong-lnat ditengah telapak tangan
Thay Bi. Walau Thay Bi pandai menggunakan ilmu menutup
Hiat-to, tak kuat juga dia menahannya.
Bagaimana juga Iwekang Thay Bi memang sudah teramat
ampuh, walau jari2 tangannya terpaksa harus melepaskan
pegangannya beruntung tutukan siau- go- kian- kun tidak
tidak sampai melukai urat nadinya, dengan mengerahkan
tenaga dalamnya, cepat sekali dia sudah bisa punahkan
tutukan yang meng hambat saluran pernapasan dan hawa
murninya. Ternyata dia masih bebas berlompatan dengan
enteng dan gesit.
"Lari kemana?" siau- go- kian- kun membentak seraya
mengejar dengan ketat.
Hanya dua jurus dia bergebrak dengan siau-go kian- kun,
namun sedikit hambatan ini, memberi kesempatan kepada Bu
su-tun untuk memburu tiba dari arah depannya, Bu su-tunpun
memapak dengan hardikan keras:
"Lari kemana?" belum orangnya tiba dari kejauhan dia
sudah lontarkan pukulan lebih dulu, pukulannya malah bagai
gugur gunung menerpa kearah
Thay Bi. Thay Bi cukup licin menghindarkan diri dari bentrokan
secara berhadapan, dia ayun tangan sehingga pukulan beradu
ditengah jalan mengeluarkan deru angin yang membumbung
tinggi keudara, dengan badan sedikit limbung Thay Bi lompat
menyingkir setombak diam2 hatinya mencelos.
Kiranya Kim-kong ciang Bu su-tun memang teramat
dahsyat, kalau tadi dia melawan secara berhadapan, mungkin
dirinya sudah tergentak luka parah.
Pukulan susulan Bu su-tun dilontarkan Thay Bi sempat
menyelinap kebelakang batu besar, batu besar inilah yang
menjadi hancur lebur. Dasar licik sebelum hamburan debu dan
pecahan batu mereda Thay Bi menjentik beberapa kali
melontarkan tiga gelombang tenaga tutukan dingin jarinya.
Kebetulan Bu su-tun baru melompat, tak terduga lagi,
tersipu2 dia masih sempat melindungi bagian atas, tahu2
Hoan-tiau-hiat dilututnya seperti disusup sejalur hawa dingin
menembus keka kiknya. seketika badannya anjlok turun, cepat
sekali Thay Bi sudah lari puluhan tombak pula bebas dari
jangkauan pukulan jarak jauh Bu su-tun.
Untuk sementara Bu su-tun harus kerahkan tenaga untuk
mengusir hawa dingin yang menyusup ke lututnya, karena itu
dia tidak bisa mengejar musuh.
Tapi siau- go- kian- kun kembali berhasil menyandaknya,
betapapun Ginkang Thay Bi terpengaruh karena dia harus
menggendong satu orang, beberapa jurus dia berhasil
punahkan serangan siau- go- kian- kun. Bu su-tun sudah
memburu tiba pula, bentaknya:
"Bangsat tua, lihat pukulanku, hari ini harus dibereskan
siapa lebih unggul."
Thay Bi tertawa dingin, jengeknya:
" Kalian keroyokan, terhitung orang gagah macam apa"
Apalagi aku menggendong orang."
Pukulan Bu su-tun belum dilancarkan, tantangnya:
"Turunkan Kongsun Ki, aku melawanmu seorang diri"
"Kau ngumong seenak udelmu, mana boleh aku serahkan
teman baikku kepada kalian?" demikian ejek Thay Bi.
Tatkala itu Hong-lay mo-li sudah mengusir Liu toa ki dari
siang-keh-po, waktu dia putar balik kebetulan mencegat Thay
Bi yang malang melarikan diri, Bersama Hoa dan Bu mereka
jadi mengepung segitiga. Hong lay- mo-li berseru lantang:
"Hari ini kita menangkap pengkhianat bangsa yang menjual
negara, terhadap bangsat durhaka buat apa bicara soal
peraturan segala."
"Benar" ujar Bu su-tun sadar
"bangsat tua ini hendak membawa Kongsun Ki. jangan kita
melepasnya pergi." berbareng sebelah tangannya bergerak
melingkar, dimana kekuatan pukulannya menerjang, Thay Bi
tersurut mundur beberapa langkah, sekuat mungkin dia
berusaha punahkan pukulan lawan. "plak" tak urung
pundaknya keaa diketuk oleh kipas siau- go- kian- kun. Walau
ilmu pelindung badannya lihay, tak urung sakitnya bukan
buatan. Dengan memutar pedang laksana sekuntum kembang
bercahaya Hong-lay-mo-li membelah pedangnya terus
menusuk kedatangan lawan, Kebetulan Thay Bi baru saja
berhari menyampuk pergi pedang orang dengan Bik-khongciang.
Hoa dan Bu tahu2 sudah merangsak tiba dari dua
samping dia tetap terkepung dari arah segi tiga.
Mau tak mau bergidik bulu kuduk Thay Bi, dia insaf dirinya
hari ini terancam bahaya hanya karena memburu keserakahan
hatinya hendak menculik Kongsun Ki. pedang Hong-lay-mo-li
berputar laksana anginpuyu, demikian pula kipas siau- gokian-
kun bergerak cepat menutuk Hiat-to, dalam beberapa
gebrak saja, Thay Bi sudah dibuat mencak2 seperti joget kera,
untung melihat kedua kawannya sudah mengurung lawan,
pukulan Bu su-tun tidak dikerahkan seluruhnya kalau tidak
Thay Bi tentu takkan tahan selama ini.
Thay Bi benar- mengeluh dalam hati, tahu2 kipas siau- gokian
kun sudah menutuk datang mengincar Thay-yang-hiatdipelipisnya.
Thay Bi baru saja mematahkan serangan padang
Hong-lay-mo-li, jelas takkan sempat menangkis atau
meluputkan diri lagi.
Thay-yang-hiat merupakan jalan darah yang mematikan,
dengan kekuatan Iwekang siau- go- kian- kun lagi, pasti jiwa
Thay Bi tidak akan tertolong lagi.
Tak nyana pada detik2 yang menentukan pada serangan
yang hampir merenggut nyawa Thay Bi, tiba2 sesosok
bayangan hijau berkelebat, segulung tenaga berbareng
menerjang pergi kipas siau-go-kian-kun.
Mendadak seorang kakek jubah hijau mumcul, "Tring"
pedang Hong lay-mo-li kena di jentiknya pergi juga.
Bu su-tun kaget sekeili, cepat dia lontarkan pukulan
menghantam kearah kakek jubah hijau, kakek jubah hijau
sendal lengan bajunya seraya berseru memuji:
"Kim-kong-ciang dari Kaypang memang tak bernama
kosong." tapi kalau kakek tua ini hanya tergeliat sedikit, sebaliknya
Bu Su-tun tertolak mundur tiga langkah.Jelas Iwekang kakek
tua jubah hijau setingkat lebih unggul.
"Thay Bi," ujar kakek tua jubah hijau,
"kau tidak mendengar nasehatku, kini sudah menyesal
belum" Aku hanya bisa menolongmu sekali saja, lekas pergi."
Thay Bi mengiakan katanya:
"Terima kasih Ceng-ling suheng."
Karena dihadang kakek jubah hijau ini, siau- go- kian- kun
tak mampu menerjang kesana, Cepat sekali Thay Bi
menggendong Kongsun Ki lompat keatas tembok terus lari
keluar. Keruan siau- go- kian- kun gusar, damratnya:
"Bagus, peduli kau ini siapa, karena kau melepas bangsat
itu pergi, maka kau harus bertanggung jawab."
kipas terkatup dia menyelinap maju seraya menyerang dari
dekat. Tadid ia sudah menjajal sekali, tahu lawan adalah Bulim
cianpwe yang pasti mempunyai kedudukan tinggi, maka
serangan susulan yang ber-tubi2 dilancarkan dengan penuh
semangat, boleh dikata dia sudah kembangkan seluruh
perbendaharaan ilmu silatnya.
Dengan dilandasi Iwekang ajaran Kongsun ln, kipas
ditangannya itu memainkan Keng-sin-ci hoat yang tiada
taranya, sekaligus dia lancarkan gabungan tiga aliran ilmu silat
maha sakti pada jaman ini, sekilas kakek jubah hijau itu
melengak heran, dia cukup mengebut dan menyendal dengan
lengan jubahnya yang bergerak selincah dan selihay ular sakti,
tahu2 kipas siau- go- kian- kun kena ditindihnya.
Yang terang kekuatan Iwekangnya setingkat lebih tinggi
dari siau go- kian- kun, kontan kipasnya itu seperti ditindih
batu besar ribuan kati, tiga macam ilmu kebanggaannya
seketika tak mampu dikembangkan.
Terpaksa dia himpun meluruh tenaganya pada batang
kipas, menggentak lepas gubalan lengan baju lawan yang
tergetar melambung seperti dihembus angin badai.
" Kepandaian hebat." Bu su-tun berseru memuji,
"aku mohon petunjuk sejurus lagi."
telapak tangannya memukul berbareng dengan serangan
kipas siau-go kian-kun yang dia lancarkan adalah jurus
tunggal yang terlihay dari Kim-kong-ciang ajaran Kaypang,
yaitu Liong-bian-sam-koh-long (tiga kali menabuh ombak di
pintu naga), tiga gelombang kekuatan raksasa melanda
laksana amukan gelombang samudra raya, gelombang kedua
lebih hebat dari gelombang pertama, demikian pula
gelombang ketiga lebih dahsyat lagi dari gelombang kedua.
Kembali kakek jubah hijau bersuara heran, terpaksa dia
gunakan telapak tangan kiri untuk memapak jurus Liong-bunsam-
koh-long ini kali ini karena dia harus pecah perhatian dan
membagi tenaga untuk melayani dua sasaran, maka dia hanya
mampu memunahkan dua gelombang terdahulu, duki duki duk
dia tergetar mundur tiga tindak.
Terlepas dari tindihan lengan baju lawan sebat sekali Siaugo
kian-kun merangsak maju, kipasnya mengincar Toa cu2hiat
dipunggung si kakek perubahan jurus tutukkan ini
mengandung gerakan yang beragam variasinya, jikalau musuh
melawan dengan membalikan telapak tangan, sekaligus kipas
ini bisa beralih sasaran menutuk Ke It hiat, Yang-kok-hiat dan
Lau-kiong-hiat.
Apalagi langkah kakek tua belum tegaki umpama dia
mampu menangkis terang dia akan terdesak dibawah angin,
Apalagi kalau Bu su-tun susuli dengan sekali pukul lagi, terang
kakek jubah hijau ini takkan kuat melawan.
sebetulnya Hong-lay-mo-li mengadang didepan kakek itu,
dengan kebut melindungi badan, diapun tengah melancarkan
sejurus Keng-sin-kiam-hoat, dengan ujung pedang menusuk
Hiat-to. Soal Iwekang memang tidak setang uh tutukan kipas Siaugo-
kian-kun, namun keganasan perubahan serangannya jauh
lebih hebat, karena sejurus serangan sekaligus dia incar
sembilan Hiat-to dibadan si kakek.
Keruan bukan main kaget kakek jubah hijau, kembali dia
bersuara heran, batinnya:
"2 tahun aku tidak turun gunung, tak nyana dalam Bulim
sudah bermunculan generasi muda yang begini lihay
kepandaiannya."
baru saja dia hendak menyerempet bahaya menjentik
pedang Hong-lay-mo-li dengan Tam-c2sin-thong, tahu2 Honglay-
mo-li menggeser kesamping, pedangnya bukan menusuk si
kakek tahu2 malah menyamber lewat disamping dan "Tang"
dia tangkis kipas siau-go-kian-kun, malah serunya:
"Ko ki ham. jangan kurang ajar terhadap Ceng-ling
cianpwe" dengan melongo kaget lekas siau-go-kian-kun tarik
kipas, Pukulan ketiga Bu su-tun baru saja dilontarkan, maka si
kakek cukup berkelebihan untuk menghadapinya, dengan
mengebut lengan baju, dia punahkan dampara kekuatan
pukulan Bu su-tun.
"Ceng-ling cianpwe," kata Hong-lay-mo-li.
"Maafkan keteledoran kita yang tidak tahu akan kesalahan
dan kekurangg ajaran kami. Adik Ciau, lekas kemari"
Kiranya Hong-lay-mo-li mendengar Thay Bi memanggil
kakek jubah hijau Ceng-ling- cu, maka dia tahu bahwa orang
adalah penolong Khin-ciau, maka dia batal menyerang malah
menangkis kipas siau-go-kian-kun.
Kalau tidak betapapun tinggi ilmu silat Ceng-ling- cu, jelas
dia tidak akan kuat menghadapi keroyokan tiga lawan


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mudanya yang berkepandaian hebat.
Ceng-ling- cu menghela napas, ujarnya: "gelombang sungai
dibela kang mendorong yang didepan, patah tumbuh hilang
berganti sebetulnya Lohu lebih cocok menjadi orang gunung,
kenapa aku sudi turun ke dunia ramai mencari kesulitan
sendiri" Bergegas Khing ciau lari mendatangi, serunya dari kejauhan
"Ceng-ling cianpwe, kau menolong jiwa dan memberi
ajaran ilmu mujijat, harap tunggu sebentar, biar aku
menghaturkan terima kasih kepada- mu."
"Kau hanya kebetulan berjodoh untuk memperoleh rejeki
ini, aku meminjam tanganmu untuk membayar hutang budiku
kepada keturunan sahabat lama. Kau tak usah berterima kasih
kepadaku, akupun tidak akan menerima hormatmu."
mulut bicara namun kaki tidak berhenti, bayangan hijau
hanya sekali berkelebat pada kata2 terakhir suaranya sudah
kumandang dipuncak gunung.
"siapakah kakek jubah hijau ini?" tanya Bu su-tun tak
mengerti, "kenapa dia menolong Thay Bi, pernah menolong jiwa
Khing-toako lagi?"
nanti berganti Khing Ciau tuturkan pengalamannya lalu
ditambahkan oleh Hong-lay-mo-li menurut apa yang dia tahu
dari penuturan siang Ceng-hong.
Tengah mereka bicara, orang- lama siang-keh-po-dan
orang- gagah yang datang bantu sudah berdatangan
memenuhi siang- keh-po. Maka malam itu mereka
mengadakan pesta besar. Dalam pesta ini Hong-lay-mo-li
mengumumkan bahwa siang-keh-po selanjutnya berada
ditangan siang-keh-su-lo,18 tahun kemudian baru akan
dikembalikan kepada siang ceng-hong ibu beranak.
Tak lupa Hong-lay-mo-lipun mengajak seluruh hadirin turut
angkat senjata melawan infasi Mon-gol dan menjadikan siangkeh-
po salah satu pusat pangkalannya, seluruh hadirin
menyambut dengan tampik sorak dan tepuk tangan riuh.
setelah Hong- lay- mo-li memberikan sambutan
pengarahan yang menjelaskan pula situasi waktu itu, tak lupa
dia ajukan sarang yang berguna pula, Akhirnya Bu su-tun
angkat bicara: "Murid Kaypang tersebar luas diseluruh pelosok dunia, kita
siap menjadi kurir atau penghubung bagi seluruh gerakan
untuk membela tanah leluhur."
Apa yang dihasilkan dalam perundingan besar malam ini
sungguh diluar rencana dan tak terpikir serta tak terduga
sebelumnya, namun hasilnya sungguh amat besar dibanding
rapat- resmi yang pernah diadakan.
Hari kedua seluruh orang- gagah berpencar pulang
kepangkalan masing2, bekerja menurut rencana tanpa
melupakan komando dari pusat. Bu su-tun bersama Hun-Ji-
Yan menempuh perjalanan ke barat laut untuk menginspeksi
semua cabang yang ada disana, tujuan terakhir hendak
meminta bantuan dan mengharap He-tiang-lo sesepuh
Kaypang satu2nya yang masih hidup turun gunung untuk
membantu gerakan ini.
He-tiang-lo adalah sute siang kun-yang pejabat Pangcu
yang terdahulu. Karena Bu su-tun menyinggung He-tiangIo,
maka Hong-lay-mo-li teringat akan pengalaman masa lalu
dimana dia pernah menolong muridnya Kiong Hou yang
disergap Busu Kim dipadang rumput dulu. Katanya: "Apakah
penyakit He-tianglo sudah sembuh" Kaypang adalah Pang
terbesar di seluruh kolong langit, setelah menjadi Pangcu baru
perlu kau menemui beliau mohon bantuannya untuk
menyelesaikan tugas- berat dalam Pang kalian."
"Kabarnya He-tianglo sudah sembuh, Tiga Hiangcu yang
berada dicabang Taytoh adalah murid beliau, Bicara soal
pembantu diantara generasi muda tidak sedikit yang bisa
kumanfaatkan tenaganya, Menurut rencanaku aku ingin
gunakan tenaga He-tianglo untuk balik ke Taytoh bantu aku
mengatur apa2 disana, Kurasa perlu kita menanam pion2 yang
paling diandalkan didalam Taytoh."
Hong-lay-mo-li tertawa katanya:
"sebetulnya kau hendak menikah di Lamyang dengan Hun
Ji-Yan cici, karena tugas dan perjalanan ini, pernikahan kalian
harus tertunda sampai entah kapan lagi."
Watak Bu su-tun jujur terbuka dan lapang dada, katanya
tertawa: "Aku sih meniru cara kalian saja, kalian mendahulukan
kepentingan umum baru menyelesaikan persoalan pribadi
bukan" Aku sudah tahu pernikahan kalian tiga bulan lagi baru
akan diadakan sekembali kita kebetulan bisa ikut pesta pula,
setelah itu, baru kita akan undang kalian menjadi tamu agung
pernikahan kami."
Hong-lay-mo-li ingat sesuatu, tanyanya:
"oh ya, aku belum tanya kepadamu, dimanakah tempat
tinggal He-tianglo?"
"Dia tinggal di Thian-longnia dalam wilayah Ko-wan." sahut
Bu su-tun. Hong-lay-mo-li senang, katanya:
"Bagus, kebetulan sekali."
"Apanya yang kebetulan?"
"Jarak antara Thian-long-nia dengan Kong-bing-si hanya 5-
6 ratus li. siang Ceng-hong dan putranya hendak menetap di
Kong-bing-si, ayah dan guruku berada disana, demikian pula
Bu-lim-thian-kiau kakak beradik danJilian ceng-hun beramai
bisa merawat dan membantunya mengayuh anak. Memangnya
aku kuatir ditengah jalan mereka tiada yang mengantar dan
mengawalnya, kalian hendak pergi ke Thia-long-nia, kebetulan
kalian saja yang menjadi pengawal mereka."
"Memang aku ingin pergi ke Kong-bing-si untuk menghadap
tiga maha guru silat jaman ini, sekaligus menengok keadaan
Bu-lim-thian-kiau, entah penyakitnya sudah sembuh belum?"
"Karena ajakan say- ci-hong. Tang- hay- liong hendak ikut
ke luar perbatasan bertamasya, kebetulan harus lewat Kongbing-
si juga, kalian berdua dengan mereka jadi empat orang
mengantar siang Ceng-hong umpama kepergok lagi dengan
hiu Goan-ka dan komplotan-nya, kukira cukup berkelebihan
untuk melawannya."
setelah istirahat satu malam, roman muka siang ceng-hong
kelihatan jauh lebih segar, Maklumlah sebagai perempuan
yang mempunyai dasar silat tinggi, setelah bebas dari
belenggu Kongsun Ki, perasaan hatinya sudah lega dan
lapang. kini dia kuat turun ranjang berjalan sendiri
Hong-lay-mo-li bantu membenahi segala keperluan siangkehisu-
lo sudah menyiapkan kereta besar yang ditarik empat
ekor kuda. Khing Ciau, Cin Long-giok dan lain2 ikut mengantar
keberangkatan mereka, setelah siang Ceng-hong berpamitan
kepada Hong-lay-mo-li dan lain2 hari itu juga kereta
berangkat. "Adik ciau," kata Hong-lay-mo-li setelah kereta siang Cenghong
pergi jauhi "Kau tidak ter-gesa2 pulang ke Kang lam bukan?"
"Aku sudah tidak punya ikatan tugas lagi dengan sin-toako
(sin Gi-cik), Kini aku boleh bebas mau pergi kemana." sahut
Khing Ciau, Maka Hong-lay-mo-li, ajak mereka pulang ke pangkalannya
untuk bantu meringankan tugasnya, san san tarik tangan cin
Long-gioki katanya:
"cin-cici, aku ingin kumpul lebih lama dengan kau, marilah
kau ikatjuga ke pangkalan kita."
Memangnya sudah beberapa bulan Hong-lay-mo-li
meninggalkan pangkalannya, maka dia perlu buru2 kembali.
Hari itu juga mereka meninggalkan siang-keh-po.
Bahwa siang-keh-po dapat direbut dan menolong siang
ceng-hong dari cengkraman Kongsun Ki sudah tentu Hong-laymoli
amat senang apa lagi berhasil merundingkan daya upaya
dan kerja sama dengan seluruh orang- gagah untuk
membendung serbuan musuh dari luar, lebih girang pula
hatinya. Tapi lolosnya Kongsun Ki yang ditolong Thay Bi masih
merupakan ganjelan hatinya juga, dikuatirkan bila dia akhirnya
bisa menyembuhkan Jau hwe-jip-mo atas pertolongan Thay Bi
dan Liu Goan-ka, hal ini akan merupakan ancaman bagi kaum
persilatan umumnya.
Apakah Kongsun Ki akhirnya dapat menyembuhkan diri dari
bahaya jau hwe-jip-Mo" Marilah sekarang kita ikuti
pengalaman dan nasibnya.
Atas bantuan Ceng-ling-cu yang menghadang siau- gokian-
kun bertiga, maka dengan leluasa Thay Bi melarikan diri
dari Siang-keh-po, dengan langkah cepat dia terus berlatih
menggendong Kongsun Ki sebelum matahari tenggelam diuruk
barat, dia sudah lari tiga ratusan li dan tiba pada sebuah
gunung. Baru sekarang Thay Bi menghela napas lega dan
memperlambat kakinya, tiba2 dia mencebur bibir bersuit
panjang, cepat sekali daripuncak gunung segera dia mendapat
sambutan suitan panjang pula, Menurut datangnya suara
suitan Thay Bi panjat ke atas dan menemukan sebuah kuil,
dilihatnya Liu Goan-ka sudah menunggu kedatangannya.
Kiranya sebelumnya mereka sudah berjanji untuk bertemu
disini. Liu ,Goan-ka segera menyapa:
"Tak kira Kongsun-siheng ketimpa bahaya Jau-hwe-jip-mo,
namun dapat lolos dari tangan musuh boleh terhitung
beruntung besar "
setelah disiksa kesakitan luar biasa sehari lamanya keadaan
Kongsun Ki sudah payah sekali, ratap-nya merintih:
"Harap Liu-locianpwe suka menolong- ku."
Liu Goan^ka menghela napas, segera dia pegang urat nadi
dipergelangan tangan Kongsun Ki. sebelah telapak tangan dia
tempelkan dipunggung orang, dengan hawa murni sendiri dia
coba salurkan tenaganya mengurut dan menembus jalan
darah Kongsun Ki.
sejak meyakinkan kedua ilmu beracun, Iwekang Kongsun Ki
sudah lebih tinggi dari Liu ,Goan-ka, celaka adalah aliran
Iwekang mereka berbeda, maka saluran tenaga murni Liu
,Goan-ka selalu menghadapi rintangan keras dari getaran
tenaga dalam Kongsun Ki.
Keringat gemerobyos membasahi sekujur badan kedua
orang, Kongsun Ki lebih tersiksa. Lekas Liu Goan-ka tarik
kedua tangannya.
"Bagaimana?" tanya Thay Bi.
" Kurasa sulit untuk menyembuhkan" sahut Liu ,Goan-ka
Dengan menahan sakit Kongsun Ki bersuara gemetar:
"Thay Bi Cianpwe, Apakah Ceng-ling cu cianpwe itu adalah
suhengmu?" Thay Bi mengiakan.
"Dia punya ilmu cara menyungsang urat nadi ilmu ini dapat
menolong bahaya Jau-hwe-jip-mo yang kualami. Dapatkan
cianpwe minta tolong kepadanya?" "Darimana kau bisa tahu?"
tanya Thay Bi. " Kudengar percakapan Khing Ciau dan Siang Ceng-hong,
kukira hal ini tidak akan salah."
Karena buka mulut, tak tertahan Kongsun Ki merintih pula.
tiba2 Liu ,Goan-ka menyela bicara:
"Kongsun-si-heng, biar kubantu mengurangi rasa sakit yang
menyiksamu."
mendadak dia tangkap dua jari terus menutuk Hiat-to
Kongsun Ki. Thay Bi kaget, serunya:
"Lote, bukankah kau menutuk Hi-at-to kematian Kongsun
Ki?" Liu Goan-ka iertawa, ujarnya:
"Dengan susah payah kita menolongnya, mana aku bikin
dia mati demikian saja?"
"Katamu mengurangi rasa sakitnya, kukira kau hendak
merenggut jiwanya, Yang benar dia tersiksa atau tidak aku
tidak peduli, cukup mending kalau tidak mampus saja."
(Bersambung keBagian 54)
Bagian 54 Liu Goan-ka seperti menyadari sesuatu, katanya:
"Karena Jau-hwe-jip-mo Kongsun Ki sudah menjadi orang
cacad, kau menempuh bahaya menolongnya perbuatan luhur
dan baik ini sungguh mengagumkan."
Thay Bi gelak2, ujaruya:
"Apa tujuanku tentunya kaupun sudah tahu, Haha, Lote,
sudah lama kita berkenalan, biar aku blak2an dengan kau,
keuntungan yang akan kuperoleh tentu kubagi rata dengan
kau. oleh karena itu kuharap Lote suka membantu." lalu dia
padang kuping sejenak, lalu menambahkan.
"sebelum ceng-ling-cu kemari, biarlah kujelaskan dulu
rencanaku kepadamu." lalu dia bisik2 dipinggir kuping Liu
Goan-ka. Liu Goan-ka manggut2 dan mengiakan, lekas dia
menyingkap kain gordyn penutup patung pemujaan terus
menyembunyikan diri.
Setelah Liu Goan-ka sembunyi, Thay Bi lantas bersuit
panjang. Tak lama kemudian tampak seorang tua jubah hijau
ber-lari2 muncul dimuka kuil gunung yang tak terurus ini, dia
bukan lain adalah ceng-ling-cu.
Ter-sipu2 Thay Bi menjura hormat, sapanya:
"Banyak terima kasih akan pertolongan Suheng, Demi
siaute Suheng sampai sudi turun gunung."
ceng-ling-cu mengerut kening, katanya:
"Bukan lantaran kau aku turun gunung, urusan apa yang
ingin kuselesaikan tak perlu kubicarakan aku ingin tanya
kepadamu, kenapa kau bersusah payah mau menolong
Kongsun Ki?"
"suheng, tahukah kau siapa Kongsun Ki sebenarnya?"
"Kenapa aku tidak tahu" Dia babah mantu siang-Kian thian,
anak durhaka Kongsun In yang diusir dan tidak diakui
bapaknya."
Puluhan tahun Ceng-ling-cu tidak turun gunung, kejahatan
apa yang pernah dilakukan Kongsun Ki dia hanya tahu kulitnya
saja, sebaliknya Thay Bi memang pandai bicara, dengan
kelincahan lidahnya di tutupi semua kejahatan Kongsun Ki
dengan dalih2 yang cukup beralasan.
Walau Ceng-ling-cu tahu watak sutenya namun dia sedikit
tergerak dan kena dipedayai oleh uraian Thay Bi yang
panjang lebar. Lebih lanjut Thay Bi berkata:
"Apapun kesalahan Kongsun Ki, suheng kuharap kau
pandang dia sebagai menantu keluarga siang, sukalah kau


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menolong jiwanya."
Ceng-ling-cu diam tak berbicara. Kepalanya menunduk
seperti menepekur, naga2nya dia sudah terbujuk oleh obrolan
Thay Bi . Perlu diketahui ceng-ling-cu adalah anak yatim piatu, sejak
kecil dia diasuh dan dididik oleh ayah Thay Bi , usianya
sepuluhan tahun lebih tua dari sutenya yang satu ini, diwaktu
gurunya meninggal dia mendapat pesan gurunya untuk
menjaga sutenya baik2, mengajarkan silat dan mengasuhnya
sampai besar. sayang setelah Thay Bi dewasa kumpulannya dengan
orang- yang jahat maka akhirnya dia terjerumus kejalan sesat
Karena Ceng-ling-cu hutang budi kepada guru-nya, maka dia
tidak enak bertindak keras kepada sutenya.
Waktu mudanya Ceng-ling-cu pernah dikerubut sekawanan
perampok, untung mendapat pertolongan siang Kian-thian,
sejak itu mereka bersahabat kental. Ceng-ling-cu paling
mengutamakan budi pekerti, maka budi pertolongan siang
Kian-thian masih tetap terukir dalam sanubarinya.
Walau siang Kian-thian kini sudah meninggal, namun
keinginan Ceng-ling-cu membalas budi masih tak terlupakan.
Kali ini disamping untuk mencari sutenya, dia pUn ingin
mencari tahu keadaan siang- keh-po, pikirnya hendak
menurunkan ilmu menyungsang urat nadi kepada anak2
temannya itu. Tak nyana ditengah jalan dia ketemu Khing ciau yang
tengah melatih Tay-yan-pat sek yang diketahuinya betul
sebagai ilmu tunggal siang Kian-thian maka dia turun tangan
menolong Khing ciau yang hampir dibunuh sutenya serta
mengajarkan ilmu mujijat ciptaannya.
Kini Thay Bi menekan dirinya dengan budi guru-nya,
teringat akan kebaikan perguruan selama ini, mau tidak mau
dia harus memberi muka kepada Thay Bi , apalagi Thay Bi
memancing supaya dia memandang muka Siang Kian-thian,
tergerak pula hatinya, jelek2 Kongsun Ki memang babah
mantu siang Kian-tian.
Betapapun kejahatan Kongsun Ki membuat dia ragu2
setelah berpikir sebentar, dia berkata:
"Aku bisa menolong Kongsun Ki, namun kau harus
menerima dua syaratku."
girang Thay Bi bukan main, cepat dia bertanya: "Dua
syarat apa?"
"Pertama, kau harus ikut aku pulang, selanjutnya dilarang
turun gunung dan mencari perkara, Ketahuilah Bing-bing
Taysu seorang tokoh kosen yang takkan mampu kau lukai
dengan Hian-im-cimu, apa lagi Busu-tun, siau-go-kian-kun dan
lain2 ksatria muda toh belum tentu kau kuat mengalahkan
mereka. Kuharap kau batalkan niat semula dan membina diri
kembali menjadi manusia baik2."
Ceng-ling-cu belum tahu bahwa Thay Bi sebenarnya sudah
pergi ke Kong-bing-si menuntut batas kepada Bing-bing
Taysu, namun gagal.
Dasar keliwat jahat, Thay Bi tidak insaf pun tidak terharu
oleh nasehat suheng-nya, dalam hati dia malah membatin:
"Memang kepandaian silatku sekarang bukan tandingan Bingbing
Taysu. Tapi kalau kau ajarkan menyungsang urat nadi itu
kepadaku, setelah aku berhasil meyakinkan kedua ilmu
beracun keluarga siang, coba saja siapa lebih unggul."
"Dan hal yang kedua, bukan kau yang harus melakukan
namun aku sendirilah yang akan menyelesaikan." demikian
ujar Ceng-ling-cu lebih lanjut.
"Aku bisa menolong Kongsun Ki, namun ilmu menyungsang
urat nadi ciptaanku itu hanya mengurangi derita Jau-hwe-jipmo
saja, apakah bisa memulihkan Iwekangnya-aku sendiri
belum tahu."
"Begitupun baik dan sudah cukup," sahut Thay Bi , dalam
hati dia membatin: "sia2 kau hidup bersaudara puluhan tahun
denganku, masakah watakku tidak kau selami, memangnya
aku ingin Kongsun Ki pulih kesehatan dan Iwekangnya?"
Berkata Ceng-ling cu lebih lanjut:
"Kau serahkan Kongsun Ki kepadaku, mati hidupnya kau
tidak perlu urus. Biar aku kehabisan tenaga setahun akan
kucoba menghilangkan Jau-hwe-jip-mo yang menyiksanya."
"Ah, kan bikin susah suheng. lebih baik kau ajarkan saja
ilmu menyungsang urat nadi itu kepadaku, biar aku saja yang
menolong Kongsun Ki."
"Tidaki ilmu menyungsang urat nadi tiada manfaatnya bagi
kau. Kongsun Ki bukan orang baik, aku tidak ingin kau bergaul
sama dia. Ketahuilah aku mau menolong Kongsun Ki hanya
karena memandang ayahmu dan persahabatanku dengan
siang Kian-thian."
Thay Bi jadi kecewa, namun dia sudah mengatur rencana
maka dia tidak memaksa, katanya:
"Kalau begitu terserahlah bagaimana maksud suheng,
sekarang boleh kau segera menolongnya siuman."
Ceng-ling-cu tidak tahu bahwa Kongsun Ki ditutuk Liu
Goan-ka, maka sambil manggut2 segera dia membungkuk
badan, disaat dia hendak memapah Kongsun Ki, suatu tragedi
yang tak pernah dia bayangkan mendadak terjadi, tahu2 Thay
Bi merangkap dua jari terus menutuk ke Ti-ki-hiat di pinggang
Ceng-ling-cu. Mimpipun Ceng-ling-cu tidak menduga bahwa sutenya
bakal turun tangan keji secara membokong lagi terhadap
dirinya, karena tanpa siaga sedikitpun meski dia membekal
Iwekang tinggi, dalam waktu sesingkat itu tak mungkin dia
mengerahkan tenaga untuk melawan dan menutup hiat-to
sendiri tahu2 segulung-hawa dingin melalui Ti-ki-hiat merembes
kedalam badan, seketika Ceng-ling-cu bergidik kedinginan
dalam waktu singkat itu dia hamcir mematung dan tidak tahu
apa sebenarnya yang telah terjadi.
Begitu Thay Bi lancarkan tutukannya, Liu Goan-ka yang
sembunyi dibela kang gordyn segera melompat keluar dan "
wut" dia memukul dari tempat ketinggian Bian- ciang latihan
Liu Goan-ka mampu menghancurkan pilar, belum lagi Cengling-
cu sempat menegakkan badan kembali punggungnya
kena hantam dengan telak.
"Huuuuaaaah" darah menyembur se-banyak2-nya,
badanpun tersungkur kedepan. Disaat badannya
sempoyongan ini, Liu Goan-ka dan Thay Bi bergerak pula dari
kanan kiri pukulan telapak tangan dan tutukkan jari kembali
menyerang tempat2 mematikan.
Ceng-ling-cu menggerung kalap. sebat sekali badannya
membalik sekaligus sebelah tangannya menghantam, tepat
sekali adu pukulan dengan Liu Goan-ka, dua telapak tangan
beradu mengeluarkan suara "Pyaar" bagai ledakan bom. Liu
Goan-ka rasakan telapak tangannya seperti membentur papan
baja yang membara, tanpa kuasa dia pun membuka mulut dan
"Huuuaaaah" badan tergentak mundur tiga langkah.
sungguh tak nyana dalam keadaan luka parah Ceng-ling-cu
masih begini kuat. Tapi jari Thay Bi sekali lagi kena menutuk
Ku-ciang-hiat suhengnya dibawah ketiak. Kui-ciang dan Ti-ki
merupakan jalan darah mematikan dibadan manusia.
Betapapun tinggi Lwe-kang Ceng-ling-cu, dua Hiat-to sekaligus
ditutuk Hian-im-ci, sudah tentu tidak tahan lagi. seketika
darah dalam tubuh seraya membeku dan berhenti mengalir.
Dua kali Ceng-ling-cu kena ditutuk dengan telaki namun ini
bukan pukulan yang fatal bagi jiwanya, Dia terpukul batinnya
karena sute-nya yang sejak kecil dia didik dan mengasuhnya
mewakili guru ternyata hari ini membokong dua kali dan
hendak membunuh dirinya.
Baru sekarang dia sadar dan mengerti, kuatir bokongannya
tidak berhasil sutenya masih sekongkol dengan Liu Goan-ki,
dengan muslihat dan pukulan dahsyat menyergap dirinya.
seketika sekujur badan menjadi dingin.
Kejahatan manusia memang sukar diramalkan sebelumnya,
rasa kecewa yang merangsang hatinya jauh lebih dingin dari
tutukan jari Hian-im-ci Thay Bi .
Karena Liu Goan-ka terpukul mundur Thay Bi tidak berani
menubruk maju lagi. Maka Ceng-ling-cu bertanya"
"sute, apa sih maksud tujuanmu?"
Thay Bi tertawa senang, sebagai seorang ahli silat, dari
suara suhengnya dia tahu bahwa orang sudah terluka amat
parah, ujarnya:
"suheng, puluhan tahun sudah kau membatasi aku,
sekarang tiba saatnya istirahat, ilmu sifatmu kau peroleh dari
ajaran ayahku, kini kau harus kembalikan seluruhnya
kepadaku."
Terbalik memutih kedua biji mata Ceng-ling-cu, kata-nya:
"o, aku mengerti ternyata kau menginginkan ilmu
menyungsang urat nadiku, baiklah dengan ini aku membalas
budi ayahmu, Ambillah, sute, kuharap kau belajar baik2 dan
selanjutnya menjadi manusia berguna."
sekali lagi matanya terbalik dengan lemas dia meloso
roboh, mukanya mengunjuk mimik duka dan lara, sungguh dia
mati tidak meram.
Agaknya terketuk juga sanubari Thay Bi setelah melihat
suhengnya ajal, tanpa berani mengawasi muka orang dia maju
mendekat serta menggagapi kantong orang meroboh keluar
sejilid buku pelajaran lalu terus menendang jenazah
suhengnya kesamping, lalu ditariknya kain gordyn untuk
menutupi jasad Ceng-ling-cu.
selembar demi selembar Thay Bi membalik2 buku
pelajaran silat itu, dilihatnya semuanya adalah pelajaran silat
warisan ayahnya ditambahi sedikit hasil riset Ceng-ling-cu
sendiri, karena tidak sabar dia melompat kebelakang
membuka dua lembar terakhir, disitulah tertera ilmu
menyungsang urat nadi ciptaan suhengnya itu.
Liu Goan ka tertawa, ujarnya:
"llmu menyungsang urat nadi hanya ada dua lembar, begini
gampang lagi, Dengan dasar ilmu silat kita rasanya dalam
beberapa bulan saja sudah bisa meyakinkan dengan baik, Hm,
dengan sedikit bekal ilmu pengobatan yang kupelajari dulu,
memangnya Kongsun Ki tidak tergenggam ditangan kita?"
agaknya dia ikut membaca dari belakang Thay Bi .
Thay Bi gelak2, menurut rencana mereka, dengan ilmu
menyungsang urat nadi ini hendak memeras Kongsun, Ki
untuk barter dengan kedua ilmu beracun dari keluarga siang
itu, Katanya: "sekarang kau boleh geledah badan Kongsun Ki apa dia
membawa buku pelajaran ilmu keluarga Kiang" Kalau ada
boleh kau membunuhnya saja."
Liu Goan-ka segera bekerja.
"Agaknya dia tidak sempat membawa atau mungkin sudah
dia bakar."
katanya kemudian setelah tak menemukan apa yang ingin
dicari. "Betapapun licik dan licinnya dia, jiwanya sudah berada
ditangan kita, memangnya dia bisa berbuat apa" Lote, coba
kau buka tutukan hiat-tonya."
setelah Hiat-tonya terbuka tak lama kemudian Kongsun Ki
siuman, begitu dia buka mata lantas melihat jenazah Cengling-
cu, seketika dia mengunjuk kaget dan heran.
"Lote" ujar Thay Bi tawar, "kau tahu kenapa suhengku
mati?" "Memangnya cianpwe berdua yang membunuhnya" Tapi
untuk apa kalian membunuhnya?"
sebetulnya Kongsun Ki sudah meraba beberapa bagian,
namun sengaja dia bertanya.
" Karena dia tidak mau menyerahkan ilmu menyungsang
urat nadi itu, maka kami membunuhnya, semua ini adalah
untuk kebaikanmu." ujar Thay Bi .
"Demikian besar budi kebaikan cianpwe kepadaku, entah
dengan apa aku harus membalasnya . "
"Membalas budi sih soal gampang."
"silakan cianpwe jelaskan, aku pasti menurut saja."
"Aku bisa bantu menghilangkan Jau hwe-jip-mo dengan
ilmu menyungsang urat nadi ini dalam tiga tahun, kau bakal
sehat seperti sedia kala. Tapi kau harus tahu dan meyakinkan
kedua ilmu beracun itu baru kita bisa lebih memperdalam
pengetahuan bidang ini unjuk menyembuhkan kau, semua ini
juga demi kebaikanmu"
"Terpaksa kita harus bertindak demikian, Boleh kau anggap
sebagai barter, yang terang hal ini menguntungkan bagi kedua
pihak." demikian timbrung Liu Goan Ka.
"selanjutnya kita bertiga bisa tritunggal, duduk sama
rendah berdiri sama tinggi, ada rejeki dikecap bersama ada
bahaya dipikul berbareng. Bila kita bertiga berhasil
meyakinkan kedua ilmu beracun dari keluarga siang, siapa lagi
yang mampu melawan kita?"
Ter-sipu2 Kongsun Ki manggut2. Katanya:
"sudah tentu Jangan kata menguntungkan kita semua,
umpama Kongsun Ki hanya bisa mempertahankan jiwa ku ini,
aku pasti takkan melupakan budi cianpwe Baiklah. kita
putuskan demikian saja."
Begitulah, kedua pihak sebetulnya mempunyai maksud dan
rencana jahat sendiri2. Kembali Thay Bi menggendong
Kongsun Ki meninggalkan kuil bobrok ini, rencana mereka
pulang kegunung dan berlatih giat selama tiga tahun, baru
akan keluar bersimaha raja pula diBuIim, sekaligus menuntut
balas kepada para musuh.
Waktu merogoh buku silat ciptaan suhengnya Thay Bi
yakin suhengnya sudah putus napas, maka dia tidak
memperhatikan lebih lanjut. Tak nyana Ceng-ling-cn justru
belum mati sesungguhnya.
Luka2 Ceng-ling-cu memang teramat parahi waktu Thay Bi
meraba pernapasannya, memang dia sudah meninggal. Akan
tetapi sebagai tokoh kosen yang tinggi Iwekangnya, napasnya
berhenti lantaran hati dan batinnya teramat pilu dan marah
merangsang hati. Daya hidupnya belum putus sama sekali.
sebelum Thay Bi meninggalkan kuil, napasnya sudah mulai
bekerja pula, namun karena badannya ditutup kain gordyn,
maka Thay Bi tidak mengetahui.
setelah Thay Bi bertiga pergi, lambat laun Ceng-ling-cu
siuman, lama sekali baru kembali daya ingatannya dalam
waktu dekat dia sangka dirinya sedang bermimpi. Tapi waktu
dia hendak bergerak sekujur badan terasa sakit dan dingin,
begitu besar penderitaannya sampai tak kuasa dia merintih2.
Baru sekarang dia benar- sadar bahwa dirinya sudah
dicelakai oleh sutenya.


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kini marilah kita ikuti perjalanan siau- go-kian- kun, Honglay-
mo-li Khing Ciau, Cin Long-giok, Liok Bian dan sansan tiga
pasang kekasih, sepanjang jalan mereka mengobrol panjang
lebar sehingga tidak kesepian. Akhirnya mereka menyinggung
tentang Ceng-ling-cu yang dikatakan sebagai orang baik yang
sukar ditemukan jejaknya.
Kalau mereka tengah memperbincangkan Ceng-ling-cu,
diluar tahu mereka, Ceng-ling-cu saat mana berada disuatu
tempat yang tidak jauh dari tempat mereka berada, malah
dalam keadaan sekarat lagi. Ternyata dalam perjalanan pulang
kep-angkalan Hong-lay-mo-li, kebetulan mereka lewat daerah
gunung dimana kuil beborok itu berada.
"Eh, kedengarannya seperti ada suara orang merintih2."
ujar siau- go-kian- kun tiba2 memutus pembicaraan diantara
enam orang, Iwekangnya paling tinggi. walau rintihan CengTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
ling-cu amat lemahi namun sayup- dia mendengarnya karena
terbawa kesiur angin gunung.
Hong-lay-mo-li segera pasang kuping, sahutnya:
"Benar, di atas gunung memang ada orang merintih."
" Kedengarannya orang itu terluka parah." ujar Liok Bian,
waktu itu mereka sudah memanjat gunung jarak semakin
dekat, maka yang lain2juga sudah dengar rintihan Ceng-lingcu.
Cepat sekali mereka temukan kuil bobrok itu, muka Ceng-
Iing-cu masih tertutup kain gordyn, karena tak punya tenaga
kulit dagingnyapun sudah mengejang kaku maka dia tak
mampu menyingkap kain yang menutup mukanya. Lekas
sekali Hong-lay-mo-li mendaHuiui menerobos masuk dan
menyingkap kain gordyn penutup mukanya, seketika dia
berdiri kaget menjublek.
Malah Khing ciau berseru kaget dan berteriak:
"Bu... bukankah dia Ceng-ling-cu Lo- cianpwe" Kenapa
berubah demikian rupa?"
Lekas siau-go kian- kun memapah badannya, terasa badan
orang sudah kaku dingin katanya tersirap kaget:
"Dia terluka oleh tutukan Hian-im-ci Thay Bi , aneh,
bukankah Thay Bi memanggilnya suheng?"
"Liu Goan-ka keparat tua itu juga membantunya." ujar
Hong-lay-mo-li,
" kecuali tertutuk keracunan, diapun terpukul dengan Bianciang."
dari ayahnya dia pernah belajar sedikit ilmu pengobatan,
segera dia periksa keadaan Ceng-Iing-cu.
"Bagaimana?" tanya Siau- go-kian- kun sesaat kemudian.
Hong-lay-mo-li gelengi sambil papah Ceng-ling cu
berduduki katanya lirih:
" KaLau ayah disini mungkin bisa menolongnya, Tapi mari
kita berdaya upaya."
Dengan ilmu pengobatan tingkat tinggi yang pernah
dipelajari dari ayahnya Hong-laymo-li menutuk tiga Hiat-to Hutho,
Giok-Yan dan Toa-cui, lalu mengurut dan melancarkan
jalan darahnya yang buntu, Tak lama kemudian Ceng-ling-cu
memuntahkan sekumur riak kental.
Masing2- sebelah tangan Hong-lay-mo-li dan Siau- go-kiankun
menempel dipunggung orang menyalurkan hawa murni
ketubuh orang, Tak lama kemudian tiba2 Ceng-ling-cu
menghela napas, ujarnya:
" Kalian tidak perlu bersusah payahi mati hidup bagi Lohu
sudah tidak perlu diperhatikan lagi. Tapi, aku tetap berterima
kasih akan kebaikan ini."
"Kita tak mampu membalas budi luhur Ciangpwe, adakah
pesan apa yang perlu Ciang-pwe sampaikan, kita siap bekerja
sekuat tenaga."
Ceng-ling-cu angkat kepala, tanyanya kepada Hong-ley-moli:
"Apakah ayahmu Liu Goan- cong?" dari cara pengobatan
yang diberikan oleh Hong-lay-mo-li dia dapat membadek asal
uyul Hong lay-mo-li.
"Benar, beliau adalah ayahku."
"Ada sebuah hal belum kumengerti." ujar Ceng-ling-cu,
"aku ada budi apa dengan kau?"
"buruku adalah Kongsun In. Kongsun Ki terlampau jahat,
aku boleh tidak mengakuinya sebagai su-heng, namun suso
tetap harus ku- akui. sebelum ajal siang Pek-hong pernah
pesan supaya aku melindungi adiknya, cianpwe ada budi
terhadap siang Ceng-hong, akupun ikut merasakan kebaikan
ini." "Ah begitu. agaknya kau teramat setia kawan dan
mengutamakan budi, Ayah Ceng-hong dulu menanam budi
kepadaku, kalau begitu sekarang aku boleh lega hati
menitipkan pesan kepadamu."
"silakan cianpwe memberi petunjuk."
"sekali ini aku amat menyesal menolong Kongsun Ki, ini
memang kesalahanku sendiri, dan hal ini pulayang
membuatku penasaran, Thay Bi sudah mengambil buku
pelajaran silat ciptaanku, dia bersekongkol dengan Liu Goanka,
kalau mereka berhasil meyakinkan ilmu itu mungkin
seluruh perguruan silat didunia ini tidak akan hidup tentram,
tiada tokoh kosen manapun yang akan mampu menindas
kejahatan mereka."
" Kapan kira2 mereka berhasil meyakinkan ilmu itu?" tanya
Siau- go-kian- kun.
"Dalam setahun kemungkinan Kongsun Ki bisa
menyembuhkan Jau-hwe-jip-mo, itu berarti dia punya harapan
untuk memulihkan ilmu silatnya, Thay Bi dan Liu Goan-ka
harus belajar kepada Kongsun Ki, mereka harus belajar dari
permulaan, maka waktunya lebih lama, kira2 tiga tahun akan
sempurna latihan mereka."
Cing-ling-cu menganalisa jikalau mereka mau kerja sama
dengan baik, sudah tentu tak pernah terpikir oleh Ceng-ling-cu
bahwa tiga orang ini masing2 mempunyai rencana jahat yang
menguntungkan pribadi masing2, satu sama lain mengatur
muslihat untuk menjebak dan menjatuhkan yang lain.
"Demi keselamatan kaum persilatan umumnya, kuanjurkan
kalian lekas memberantasnya dalam jangka setahun, namun
aku harap kalian suka memberi kelonggaran dan mengampuni
jiwa suteku, cukup asal melenyapkan ilmu silatnya saja."
Setelah istirahat sebentar Ceng-ling-cu mengunjuk rasa
kikuk dan risi, katanya:
"Liu Lihiap. masih ada sebuah hal ingin aku mohon
bantuanmu."
"Locianpwe tak usah sungkan2, silakan katakan saja."
"Bicara soal ini, sebelumnya aku harus minta maaf
kepadamu." Hong-lay-mo-li melengaki tanyanya:
"Mohon maaf soal apa?"
"Perlu diketahui bahwa siangkoan Pocu murid Ling-san-pay
itu adalah putriku. Belum lama ini baru kuketahui bahwa dia
bantu Ma Toa-ha mencari setori dengan Kaypang bertindak
kasar pula terhadap Liu Lihiap. Kuharap Liu Lihiap suka
memaafkan keteledoran putriku yang kurang pergaulan,
sukalah mintakan maaf kepada Bu-pangcu pula."
Mendengar bahwa siangkoan Pocu adalah putri Ceng-ling-
Cu, Hong-lay-mo-li merasa diluar dugaan. Beberapa kali
gebrak dengan siangkoan Pocu, Hong-lay-mo-li selalu
menang, tapi dia jelas mengetahui kepandaian orang jauh
berbeda dengan aliran ceng-ling-cu.
Waktu tidak mengidzinkan Hong-lay-mo-li mengadukan
pertanyaan, segera dia menjawab:
"Putrimu tiada permusuhan langsung dengan Kaypang.
kukira sedikit salah paham ini Bu-pangcu pasti suka anggap
tak pernah terjadi, Lo- cianpwe tidak usah kuatir."
Terkulum secercah senyuman lega pada muka Ceng-lingcu,
katanya: "Beruntung mendapat janji Liu Lihiap yang simpatik, biarlah
urusan keluargaku yang serba rumit itu mohon Liu Lihiap suka
bantu membereskan pula."
Hong-lay-mo-li manggut2, dia kira yang dimaksud oleh
Ceng-ling-cu adalah urusan putrinya pula.
Terdengar Ceng-ling-cu berkata lebih lanjut:
"Ku-minta Liu Lihiap pergi memberi kabar, sebagai Bulim
Beng-cu tentunya kau sibuk dengan banyak urusan, hal ini
tidak perlu segera diselesaikan dalam jangka satu tahun, kalau
Liu Lihiap bisa boleh sampaikan kabar beritaku ini, aku akan
amat berterima kusih."
"Entah memberi kabar apa dan kepada siapa?" tanya Honglay-
mo-li. "Dengan ayahmu dulu aku pernah bertemu sekali, sayang
tidak bersahabat kental, Tapi aku tahu sebagai pendekar besar
dia bersahabat akrab dengan Bing-bing Taysu, Tentunya Liu
Lihiap kenal baik dengan Bing-bing Taysu?"
"Ayah sekarang memangnya menetap di Kong-bing si
tempat tetirah Bing-bing Taysu",
"Kebelulan sekali, setelah Losiu ajal, sukalah Liu Lihiap
memberitahu kepada Bing-bing Taysu, Berikanlah separo
pecahan kaca ini kepada Bing-bing Taysu supaya dia serahkan
kepada istriku." dengan tangan gemetar dia merogoh keluar
kaca bundar yang sudah pecah dan tinggal separo saja.
Hong-lay-mo-li terima separo kaca itu dengan hati dibebani
berbagai tanda tanya, namun dia tidak enak tanya urusan
pribadi orang. "Liku2 persoalannya tak sempat kujelaskan." demikian kata
Ceng-ling-cu lebih lanjut.
"Bing-bing Taysu tahu semua persoalanku, Aku, aku kuatir
mereka ibu beranak tersesat jalan, kalau tidak lekas2 diberi
peringatan dan diberi kesadaran, mungkin kelak bisa
menimbulkan bencana."
sampai disini napasnya mulai memburu, suaranyapun
lemah. Hong-lay-mo-li segera memberikan janjinya:
"Permintaan ciangpwe pasti kulaksanakan. Lo-cianpwe
boleh pergi dengan lega hati."
Ceng-ling-cu menarik napas, dengan meronta dia berkata
pula: " Kabarnya Bing-bing Taysu pernah bersumpah untuk tidak
turun gunung lagi, kalau dia tidak bisa pergi."
"Akulah yang akan pergi" lekas Hong-lay-mo-li
menyambung. "Baiki kalau Liu Lihiap sudi pergi ke Ling-ciu-san untuk
menyelesaikan persoalanku, legalah hatiku." pelan- dia
pejamkan matanya.
Dengan suara lirih Hong-lay-mo-li berkata:
"jangan kuatir Lo- cianpwe, pergilah dengan tenang"
baru saja dia hendak berunding untuk mengubur jenazah
Ceng ling-cu dengan Siau- go-kian- kun dan lain2, tak nyana
tiba2 Ceng- ling-cu membuka mata pula, katanya:
"Masih ada sebuah hal hampir kulupakan, Khing-siuhiap.
kau kemarilah."
Ter-sipu2 Khing ciau menjura. katanya:
"Wanpwe mendapat budi besar dari cianpwe, Lo-cianpwe
ada pesan apa harap suka katakan saja, Wanpwe pasti
melaksanakan"
"Tay-yan-pat-sek latihanmu sudah mencapai tingkat tujuh
pada tahap itu baru kau boleh meyakinkan kedua ilmu
beracun itu, kalau tidak meski kau tahu cara menyungsang
urat nadi kau bisa juga mengalami bahaya Jau hwe-jip-mo.
Ingatlah hal ini baik2."
"Lo-cianpwe tak usah kuatir. hakikatnya Wanpwe tiada
minat meyakinkan kedua ilmu beracun itu" sahut Khing Ciau.
"Baik sekali, kalau begitu aku tidak perlu kuatir." habis
bicara kembali Ceng- ling-cu pejamkan mata, kali ini dia
benar- mangkat dengan tenang.
Khing ciau amat haru sampai dia meneteskan air mata
mengingat kebaikan orang, bukan saja mengajarkan ilmu
mukjijat, sebelum ajal orang malah want2 pesan dan
memperhatikan keselamatannya .
Maka mereka berenam kerjasama menggali liang lahat dan
menyiapkan segala keperluan untuk mengebumikan jenazah
Ceng-ling-cu. Memang mereka bukan sanak kadang dari Cengling-
cu, namun melihat kakek tua baik hati bajik dan luhur
budi ini akhirnya meninggal secara penasaran dan terkubur di
pegunungan liar, mau tidak mau mereka merasa haru dan
sedih. setelah mengubur Ceng-ling-cu hari itujuga mereka
melanjutkan perjalanan.
"Kini kita memikul dua tugas." demikian kata siau-go-kiankun
ditengah jalan,
"pertama, dalam jangka setahun kita harus bisa menumpas
Kongsun Ki, Liu Goan Ka dan Thay Bi sebelum ilmu mereka
sempurna dilatih. Kedua, memberi kabar kepada Bing-bing
Taysu." "Kabar untuk Bing-bing Taysu boleh ditunda sementara,
tiga bulan lagi ayah pasti datang kepangkalanku, pulangnya
dia bisa menyampaikan kabar itu, hanya jejak ketiga bangsat
itu yang sukar ditemukan."
"Berita dari Kaypang paling cepat dan tepat masakah
dalamjangka setahun tak bisa menemukan jejak mereka, nanti
kalau ketemu dengan Bu su-tun, boleh kita minta
bantuannya."
"siangkoan Pocu adalah murid Ling-san-pay, Konon Lingsan-
pay pecah menjadi dua sekte utara dan selatan, sekte
selatan dipimpin Beng-ciu siangjin, ciangbun sekte utara
ditangan seorang Nikoh yang bergelar ceng-ling suthay."
"Benar," siau go-kian-kun mengiakan, "memangnya
kenapa?" "Nikoh ini berjuluk Ceng-ling suthay, mungkinkah dia istri
Ceng-ling-cu" setelah mereka suami istri berpisah baru dia
cukur gundul menjadi biarawati?"
"Dugaanmu kemungkinan betul. Hal ini sungguh menarik
perhatianku. Kelak bila Bing-bing Taysu tak mau turun
gunung, biar aku temani kau pergi ke Ling-ciu-san."
Tiga bukan yang lalu waktu Hong-lay-mo-li meninggalkan
pangkalannya adalah musim dingin, tiga bulan kemudian
waktu dia kembali musim semipun tengah menyambut
kedatangannya, setiba mereka dikaki bukit Kim-keh-nia,
melepas mata memandang beratus, kembang warna waru,
berkembang mekar semarak memenuhi lapisan gunung yang
terbentang luas tak berujung pangkal.
Kembali kesarang sendiri, kebetulan disambut musim semi
lagi, seketika bergairah semangat Hong-lay-mo-li, katanya:
"Kok- ham, marilah kita berlomba Ginkang, jangan bikin
kaget para peronda dan penjaga, apakah mereka tahu
kedatangan kita" Adik Ciau, kalian lekas menyusul aku. tahu2


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita sudah tiba dimarkas, supaya Tai Mo kaget dan girang
diluar dugaan."
Memangnya Hong-lay-mo-li seorang ahli Ginkang, setelah
mendapat petunjuk ayahnya lagi maka kemajuannya berlipat
ganda, kini boleh dikata sudah sem-purna, Ginkang Siau- gokian-
kun setingkat masih berada dibawahnya, namun diapun
tidak lemahi dengan mengembangkan Pat-pao-kan-sian
(delapan langkah mengejar tenggeret) sekaligus mereka
melewati belasan pos penjagaan yang berlapis2 tanpa
diketahui. Lekas sekali Hong-lay-mo-li tengah mengitari jurang air
terjun yang terbentang luas mengairi sawah ladang bersusun
dilamping gunung, tak jauh di atas sana markas besar sudah
kelihatan, se-konyong2 terdengar seorang menghardik
nyaring: "Siapa?" dua batang panah kecil tahu2 ditimpuk mengincar
mukanya. suara bentakan perempuan ini rasanya sudah amat
dikenal. Panah kecil ini ditimpuk dari jarak puluhan tombak, namun
daya luncurnya masih begitu kencang, malah tepat mengincar
dua Hiat-to Hong-lay-mo-li.
Hong-lay-mo-li heran, sekali ayun kebut dia pukul jatuh
kedua panah kecil ini. cepat sekali penimpuk panahpun sudah
muncul. Hong-lay-mo-li seketika tertawa sapanya:
"Adik sia, kiranya kau. Kapan kau kemari?"
"Liu-bingcu" ujar perempuan itu,
"kiranya kau telah kembali. Aku yang jadi tamu malah
menyambut kedatangan tuan rumah . "
Cepat sekali siau-go kian-kunpun sadah meluncur tiba,
katanya tertawa:
"Kau juga menggunakan panah timpukan, wah agaknya
luar biasa kepandaianmu."
Perempuan ini bukan lain adalah Jilian Ceng-sia, dulu dia
belum pernah berkunjung kepangkalan Hong-lay-mo-li.
Tengah mereka bicara disini dikejauhan terdengar panah
bersuara melambung ke angkasa cepat sekali disambut tiupan
terompet yang bersahutan. Kata Jilian ceng-2ia:
"Masih ada siapa lagi yang datang sama kalian?"
"Memang masih ada Khing ciau, Cin Long-gioki dan Liok
Bian, Agaknya jejak mereka sudah diketahui oleh peronda
atau penjaga pos." ujar Hong-lay-mo-li.
Cepat sekali tampak dari atas bukit Tai Mo bawa anak
buahnya menyongsong turun menyambut kedatangan
mereka, sudah tentu senangnya bukan main melihat Hoa dan
Liu sudah pulang katanya:
"Cici Jilian sudah datang dua hari, dia menunggu Bingcu
pulang." "Bagus, marilah kita bicara didalam." ujar Hong-lay-moli.
"para saudara tidak usah banyak adat memberi
penyambutan segala."
Setelah duduk Hong-lay-mo-li bertanya:
"Waktu berjalan cepat sekali, bagaimana keadaan cihumu?"
waktu berpisah di Taytoh sembilan bulan yang laiu Jilian
cengsia dan Ya lu Hoan-ih mengantar Bu-lim-thian-kiau
bersama Jilian Ceng-hun ke Keng-bing-si, maka Hong-lay-moli
bertanya tentang cihunya.
"Tiga bulan yang lalu waktu aku menengoknya kesana,
kulihat semangatnya sudah pulih sebagian besar, menurut
Bing-bing Taysu. tak usah setahun ilmu silatnya pasti sudah
pulih seluruhnya." demikian tutur Jilian Ceng-sia
"Cihu tahu aku akan kemari, maka dia titip kabar supaya
disampaikan kepada mu, katanya dia pasti datang menghadiri
pesta pernikahanmu." -
merah jengah muka Hong-lay-mo-li, hatinya amat senang.
"Nah aku belum tanya maksud kedatanganmu?" ujar Honglay-
mo-li. "Kami mohon bantuanmu untuk menolong kesulitan kita."
"Apakah pasukan besar Kim menyerbu kepandaian kalian?"
"Tidak. Tapi mereka sudah menyiapkan pasukan Gilim-kun
dibantu pasukan berkuda dari Yu-ciu. Ai-ciu dan Kiciu untuk
mengepung kita. Kemungkinan dalam sebulan ini, mereka
pasti mulai turun tangan."
"Kedatanganmu amat kebetulan, dengan kaum patriot di
Kang lam aku sudah ada kontaki dalamjangka dua bulan ini
kita akan bergerak secara besar2-an sekaligus dibeberapa
tempat, Kukira kalau sekaligus bergerak digaris belakang
musuh kita saling bantu membantu dengan gerakan serentak
ini pasti sekaligus menguntungkan kedua pihak."
Lalu Hong- lay- mo li bentangkan rencana kerja besar
mereka, serta memberikan petunjuk2 bagi Tai Mo dan san san
untuk menambah pos2 penjagaan, tak lupa dia gunakan alat2
rahasia seperti yang dia lihat di siang- keh-po atas ciptaan
Kongsun Ki di Kim-keh-nia untuk menjaga seggla
kemungkinan. Kepada Jilian cengsia dia menahannya untuk beberapa hari,
Tapi karena Yalu Hoan-ih sedang menunggu kabar baiknya,
maka Jilian ceng-sia hanya tinggal tiga hari di Kim-keh-nia.
Dalam tiga hari ini Hong-lay-mo-li mengadakan inspeksi
ketat ke seluruh pangkalannya, dimana dia memberi petunjuk
dan penambahan pos penjagaan, dimana pula perlu dipasang
Pendekar Panji Sakti 8 Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Cinta Bernoda Darah 1
^