Pencarian

Penelitian Rahasia 1

Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Bagian 1


8 JURUS LINGKARAN DEWA
Penelitian Rahasia
Wulin Xinwen Jishi
Karya : Pahlawan
Bab 1 Runtuhnya Dinasti Yuan, Lahirnya Dinasti Ming
Dinasti Yuan (Boan) - 1279-1368 sudah berada berada di ambang kehancuran
setelah mereka gagal memiliki pemimpin pandai. Keputusan diskriminatif yang diambil oleh Khubilai Khan berakibat panjang dan buruk bagi Dinasti Yuan.
Pengganti-penggantinya yang larut dalam kesenangan kemuliaan dan mabok
kenikmatan sex membuat dinasti ini menjadi dinasti yang paling dibenci di
sepanjang sejarah Tiongkok. Dinasti Yuan membagi populasi orang Tiongguan
menjadi empat kelas, dengan orang Mongol berada di atas. Kelas sosial kedua adalah orang asing yang berasal dari Asia Tengah seperti Uighurs and Turks. Di bawah orang asing ini adalah Hanren, orang-orang dari utara, Jurchen dan
Khitans yang menduduki daerah-daerah yang dulunya diperintah oleh dinasti
Jing. Kelas sosial terendah ditempati oleh Nanren (orang Han dari daerah
Selatan) yang menduduki daerah-daerah yang dulunya diperintah oleh dinasti
Song Utara. Orang Mongol selalu menggunakan dua istilah berbeda, yaitu kitad and nanggiyad, untuk menyatakan ini orang utara dan itu orang selatan
Tionggoan. Orang Han selatan banyak menerima pelecehan dalam soal
pemilihan wakil-wakil rakyat di daerah-daerah kecil.
Ketika sistem seperti ini dirombak sedikit di tahun 1315, quota wakil-wakil rakyat di daerah-daerah kecil untuk orang bukan Han dari utara dan suku Han di
selatan ditentukan seimbang, walaupun jumlah populasi di selatan berlipat-lipat lebih banyak daripada di Tionggoan sebelah utara. Lebih parah lagi, orang
Mongol memakai serdadu-serdadu orang Utara untuk semua daerah di Selatan.
Dinasti Yuan mempertajam permusuhan antara orang bukan Han di utara dan
suku Han di selatan untuk kepentingan pemerintahannya.
Situasi buruk ini semakin meruncing karena posisi penting di roda pemerintahan dipegang oleh orang Mongol bukan orang Han. Banyak orang Persia dan Asian
tengah yang memeluk agama dari Timur Tengah duduk dalam birokrasi.
Keadaan ini ditambah dengan keputusan pemerintah Yuan membuat
Xuanzhengyuan (mengangkat para Lama dari Tibet menjadi pemimpin tertinggi
agama Buddha di Tionggoan). Seorang kepala Lama yang beranama Wangli
Lama memerintahkan membongkar kuburan keluarga raja-raja Sung, dan
menggunakan harta dari kuburan itu untuk membangun kuil-kuil Buddha bagi
kepentingan pendeta Lama.
Penempatan empat status social, pengangkatan para Lama dari Tibet menjadi
pemimpin-pemimpin agama Buddha di seluruh Tionggoan, dan pembongkaran
kuburan keluarga raja-raja dinasti Sung ini jelas-jelas memperlihatkan
penghinaan yang luarbiasa terhadap suku Han. Di semua bidang kehidupan, dari pajak, militer, kepercayaan sampai soal ekonomi, orang Han mendapat
perlakukan tidak lebih dari bangsa budak yang melayani kepentingan bangsa
Mongol. Akibatnya, banyak pejabat-pejabat kerajaan dari kota besar sampai kecil mempraktekan politik perbudakan baik langsung ataupun tidak langsung. Orang-orang Selatan, terutama, dengan terang-terangan disebut sebagai masyarakat
bawah yang kehilangan hak-haknya.
Meletuslah pembrontakan berdarah dan berskala besar dari kelompok pejuang
rakyat, seperti organisasi rahasia Lotus Putih dan Turban Merah. Chu Yuan-
Chang, pemimpin pembrontakan rakyat menungkalkan kaisar terakhir dinasti
Mongol, Toghon Temur, yang dikenal sebagai kaisar Shun-ti.
Keberhasilan Chu Yuan-Chang, selain disebabkan semangat patriotisme suku
Han bangkit secara hebat, sehingga ia bisa membentuk pasukan rakyat yang
berani mati, ia juga diuntungkan oleh situasi alam di Tionggoan. Huang-ho
(sungai kuning) menyebar bencana dimana-mana karena airnya meluap dan
membawa banjir yang sangat dasyat. Banjir dari Huang-ho ini diperkuat dengan banjir hebat dari sungai-sungai Huai yang datang hampir bersamaan.
Kaisar Shun-ti (Toghon Temur) melarikan diri ke Mongolia dan mati di tahun
1370. Zhun Yuan-chang dan pasukan mendesak terus memasuki ibukota
Peking, dan menghancurkan kekuasaan dinasti Yuan. Chu Yuan-chang
mendirikan dinasti baru yang disebut dinasti Ming (Terang), dan ia menjadi
kaisar pertama dengan gelar kaisar Hongwu (kepahlawan yang tidak berbatas)
Kaisar Hongwu membuat kota Nanjing yang berdekatan dengan sungai Yangzi
sebagai ibukota dan memulihkan sistem birokrasi. Ia mencoba membangun
pemerintahn yang baik namun dibawah satu kontrol dan satu kekuasaan tunggal yaitu kaisar. Semua pejabat sipil yang bekerja bagi dinasti Ming harus lulus ujian negara menurut ajaran Khong Hucu. Sekolah-sekolah rakyat dibangun dengan
subsidi pemerintah.
Mulailah Tionggoan berada di bawah kekuasaan Tirani dari dinasti Ming. Kaisar Hongwu, membangun sistem militer yang kuat untuk terus menekan bangsa
Mongol di utara yang mencoba banbgkit dan merebut kekuasaan. Ia merebut
propinsi Yunnan dan menjadi daerah kekuasaan melebar luas dan dikenal
sebagai Kemakmuran Tionggoan. I memerintahkan Song Li, seorang ahli
bangunan, meneruskan pembangunan Kanal Besar.
Meniadakan jabatan perdana menteri, dan memulai sistem menteri kebiri
(thaikam) adalah kesalahan terbesar dinasti Ming. Para thaikam ini menghuni sebagian gedung-gedung strategis di istana kerajaan. Kekuasaan mereka
sangat besar dan sebagian besar menjadi sangat sewenang-wenang.
Setelah kaisar Hongwu meninggal, dan digantikan cucunya, kaisar Jianwen,
mulailah Tionggoan berada dibawa kekuasaan diktator baru yang sangat kejam, para Thaikam.
Bab 2: Chin-shih lu (jalan batu dan tulang)
Orang banyak berjubel-jubel mendatangi gedung pertunjukkan drama di kota
Shian, propinsi Hubei, propinsi yang terletak di sebelah utara danau besar Dong Ting. Daerah ini terkenal sangat subur dan kaya hasil bumi. Dihuni oleh 95.6%
suku Han, Tui Jia 3.7% dan Miao 0.4%. Tidak terlalu heran apabila orang datang dari pelbagai kota-kota kecil untuk nonton, sebab drama kali ini mempagelarkan karya seniman besar Wang Shifu (guru besar Wang). Drama yang diberi judul
Hsi-hsiang chi (The Romance of the Western Chamber) mengisahkan percintaan
antara seorang pemuda suku Han yang jatuh cinta kepada seorang gadis, yang
rumahnya dekat kuil Budha, puteri keluarga kaya-raya. Ia berhasil menjalin cinta dengan dara itu melalui pengasuhnya. Pada saat mereka ketangkap basah
sedang berdua di tepi sebuah kolam dekat kuil itu, orang tua si gadis menolak dengan tegas dan kasar hubungan cinta itu diteruskan. Mereka menuntut syarat si pemuda lulus ujian negara di bidang sastra yang diselenggarakan oleh
pemerintah Yuan, baru diperkenankan mempersunting gadis itu. Banyak
penonton dibuat trenyuh, namun juga tertantang untuk melihat sebuah
kenyataan bahwa hidup adalah sebuah perjuangan.
Di antara sekian banyak penonton, terdapat seorang kakek tua berambut putih dengan cucunya yang berumur sepuluh tahun, Zheng Yang Jing. Wajah kakek
itu bersih, berwibawa karena matanya mengeluarkan sorot lembut yang
menyejukkan hati. Perawakannya tinggi kurus dan mengenakan jubah sangat
sederhana terbuat dari bahan katun. Sedangkan bocah itu memiliki bentuk
kepala bulat telur, berdahi lebar gagah. Matanya bersinar lurus dan tajam
menandahkan wataknya jujur, keras, dan penuh keberanian. Alisnya tebal
membentuk golok. Perawakannya hampir sama dengan kakeknya, tetapi ia
memiliki kelebihan yang cukup mencolok di bagian dada dan kakinya. Dadanya
tegap dan serasi dengan bentuk kepalanya, dan diperlengkapi dengan jalinan
tulang kaki yang tegap-lurus. Tidak ada yang istimewa dari kedua orang itu, mereka sangat sederhana, bersahaja, dan tidak memiliki apa-apa yang dibawah kecuali keranjang sayur.
"Mengapa Kong kong (kakek) memintaku melihat drama karya Wang Shifu?"
Tanya si bocah kepada Kakeknya, Lie A Sang. "Jing Zhi (Anak Jing), Wang Shifu meninggalkan pesan rahasia dibalik karya seni yang ditulisnya di jaman dinasti Yuan (Boan/Mongol) itu. Perhatikanlah percakapan antara si pemuda dengan
guru sastranya. Sang guru mengatakan, "Kata mengejar kalimat, kalimat
merangkai syair. Di dalam syair tersembunyi udara, api, tanah, air, dan besi.
Kadang-kadang lembut merayu, tetapi tidak jarang ia bergerak cepat dan dasyat, menyiram yang menyimpan ying. Mengatur keduanya, dan melepaskan
bersama-sama seperti si Dewa Bongkok menanam sayur dan mencabut
rumput." Jing Zhi, apkah kamu mengerti perkataan guru sastra itu" " Dahi si bocah nampak mengernyit, ia mencoba mengerti maksud perkataan itu. "Kongkong, Jing tidak bisa melihat sesuatu yang rahasia dalam perkataan itu. Sepertinya, Wang Shifu menjelaskan teori perpaduan unsur dari Zhu Xi, bahwa di dalam diri kita terdapat kekuatan dasyat yang melampaui keterbatan dan kelemahan kita."
Jing Zhi, Zhu Xi mengajarkan kita bagaimana melatih kekuatan murni dari dalam, untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan, kelambatan menjadi kecepatan.
Keduanya memang saling berhubungan, tetapi Wang Shifu membisikkan rahasia
lain yang lebih dalam lagi, yaitu cara berjalan menurut Chin-shih lu (jalan batu dan tulang). Wang Shifu menulis karyanya dalam upaya menyadarkan bangsa
Han untuk berjalan bersama-sama menggulingkan pemerintahan Yuan, namun
di samping itu, ia menyelipkan sebuah rahasia yang ia peroleh dari kitab kecil tulisan seniwati sakti Zhao Ming Cheng, Chin-shih lu(Jalan batu dan tulang), sebelum ia mati terbunuh oleh pemerintahan Qin ratusan tahun yang lalu.
Sambil berjalan meninggalkan tempat keramain itu, keduanya menuju sebuah
kedai penjual bakmi di pinggir jalan kota Shian. Terdapat sepuluh meja dalam kedai itu. Mereka memilih duduk di pojok dekat jendela timur. Sambil menikmati bakmi pangsit, Lie A Sang kembali menjelaskan langkah rahasia Chin -shih lu.
"Jing Zhi, jangan dikira Kongkongmu mengerti perkataan Wang Shifu setelah nonton drama itu." Kongkongmu ini menyelami rahasia itu karena mendiang Zhang Sanfeng Tai Shifu yang menjelaskan."
Lie A Sang tidak menjelaskan lebih jauh, karena pada saat itu ia melihat delapan belas orang memasuki kedai. Mereka rata-rata membawa pedang di
punggungnya dengan ronce kuning berbentuk bintang. Wajah mereka kotor dan
penuh keringat, tampaknya mereka baru melakukan perjalanan panjang.
Pelayan menyediakan sepuluh kati arak beruang putih yang dipesan mereka dan tigapuluh enam porsi bakmi.
"Ta Sheko, apakah Wudangpai mau menolong kita?" Aku benar-benar tidak yakin mengingat Chen ta shifu (guru besar chen) terkenal bertabiat sangat keras, dan tidak suka mengalah dalam hal apapun.
Bab 3: Lan Wu Po Huai Gu Ge (Halimun biru menghancurkan tulang)
Shi di (adik ke empat), "Chen ta shifu, ketua Wudangpai, memang beradat
sangat keras, namun hatinya emas." Perguruan kita mengharapkan
pertolongannya, karena ia masih memiliki hubungan dekat dengan Shifu.
Siapakah delapan belas orang itu" Mengapa mereka sampai menempuh jarak
yang begitu jauh dari utara untuk menjumpai Chen Sie Cin Ta Shifu, ketua
Wudangpai" Ada peristiwa apakah di rimba persilatan"
Mereka adalah murid-murid perguruan Tien Shan Pai, dari gunung Tien San.
Sebuah perguruan silat yang berada di dekat utara tembok besar, dekat kota
Xinjiang, dekat perbatasan Turki. Banyak orang dari suku Uyghur. Pegunungan ini jauh menjulang ke atas membawa banyak misteri kehidupan. Bertentangga
dekat dengan Kunlun Shan. Tien Shan Pai terkenal dengan kungfu tangan
kosong dan tendangan Im dan Yang yang sangat termasyur di dunia persilatan pada masa itu.
Kungfu Tien Shan Pai menekankan alur harmoni antara kekuatan dan
keluwesan dalam bergerak. Kombinasi pukulan tangan kosong dan tendangan,
betul-betul telah mengguncangkan dunia persilatan. Apabila delapan belas orang itu bergerak bersama-sama, maka akan terbentuklah sebuah tin yang sukar dilawan. Setiap barisan mengandung satu unsur yang berbeda-beda. Inilah yang disebut lei bao bai dong di din (Barisan halilintar mengguncang bumi) ciptaan Shi De Yuan tai shifu (guru besar shi de yuan, bangzhu (ketua) Tien Shan Pai.
Mereka dipimpin oleh enam bersaudara, Shi Xing long, Shi Xing Lei, Shi De
Qian, Shi Xing Zhang, Shi Xing Jian, dan Shi De Hu. Keenam bersaudara ini
memiliki sifat-sifat kungfu yang berbeda-beda.
Tien Shan Pai sedang menghadapi malapetaka yang hebat. Tiga bulan sebelum
perayaan musim semi, Shi De Yuan bangzhu didapati mati di depan lian bu thia.
Tidak didapati bekas luka di tubuhnya. Tetapi yang mengherankan, Dari mata, hidung, dan telinga menguncurkan darah berwarnah biru tua. Isi dadanya
ternyata hancur luluh dihantam oleh tenaga yang luar-biasa. Seseorang yang
bisa membinasakan Shi Ta Shifu (guru besar Shi) dengan cara yang demikian,
pasti memiliki kungfu yang sangat sukar diukur tinggi dan dalamnya. Dilihat dari permukaan lantai lian bu thia, yang kelihatan hanya dua pasang kaki yang
bergerak menurut unsur sie ping ma (empat derajat kuda).
Shi Xing Long, murid utama Tien Shan Pai, berteriak," Mei hoa quan " mei hoa quan " mei hoa quan (jurus membuka bunga mei hoa)!" Xing Long, berteriak dengan muka pucat pasi. Inilah jurus rahasia dan terakhir dari Tien Shan Pai.
Mei hoa quan adalah sebuah jurus maut yang hanya dipergunakan apabila
lawan diketahui memiliki kepandaian yang berlipat-lipat lebih tinggi. Membuka bunga berarti membuka jiwa, merenggut sukma. Diperkirakan Shi Bangzhu
sadar bahwa lawannya kali ini memiliki kepandaian yang berlipat kali jauh lebih tinggi dari kungfunya. Maka ia mengambil keputusan menggunakan mei hoa
quan dan menghendaki mati bersama-sama.
Keenam bersaudara itu menangis dengan hati yang hancur-luluh, "shifu "
shifu"siapakah yang membunuhmu?" Shi De Hu yang paling dekat dengan
gurunya, menjadi sangat penasaran dan marah. Sungguhpun demikian ia
nampak berpikir dingin. Dengan teliti ia memperhatikan mayat gurunya. Tidak ada bekas luka memar, semuanya nampak bersih, Ia menjadi sangat penasaran.
"Siapakah iblis itu" Gerakannya tidak meninggalkan bekas dan pukulannya
seperti halimun meremukkan tulang"sungguh lihay." Lan Wu Po Huai Gu Ge
".halimun biru penghancur tulang" sangat berbahaya."
"Xing Long tako," tanya De Qian. "Musuh Shifu kali ini adalah musuh yang sukar dilawan baik oleh Shifu sendiri apalagi oleh kita." Apakah upaya kita untuk membalas dendam dan kepada siapa kita harus membalas dendam?" Xing Long
hanya diam, karena ia tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Diantara sekian seratus delapan belas murid Tien Shan Pai, terdapat murid
termuda. Ia berusia sepuluh tahun pada waktu Shi Bangzhu meninggal. Seorang dara yang lincah, cekatan, dan memiliki paras yang elok cemerlang. Tubuhnya tinggi lurus, dan dihiasi dengan bentuk pinggang yang ramping, gagah, dan
nampak serasi dengan wajahnya yang segar. Dua buah kuncir selalu menjadi
model rambutnya.
Hari ini ia nampak seperti sebuah pelita kehabisan minyak. Wajahnya pucat, dan air-mata mengucur deras tiada hentinya. "Kongkong "kongkong"kenapa
meninggalkan Lie Sian?" Kongkong "jangan mati kongkong." Kata-kata itu yang ia terus ucapkan sepanjang hari. Ia tidak pernah berpisah dari mayat Shi Banzhu barang sejenak. Seolah-olah ia ingin melengketkan tubuhnya dengan mayat itu.
Tengah malam, ketika para murid sudah banyak yang tertidur, Shi De Hu
mendekati Coa Lie Sian. "Shimei, tidurlah " biarlah aku menjaga Shifu." Tidak!...
Lie Sian mau sama Kongkong! Shimei, apakah yang kamu lihat atau mendengar
sesuatu sebelum Shifu meninggal?" "Hu koko (Kakak Hu) Kongkong berhadapan
dengan seorang yang berdiri di luar itu dan mukanya menghadap kea rah
tembok. Wajahnya tidak kelihatan." Suaranya seperti burung hantu kelaparan. Ia mendesak Kongkong menyerahkan catatan Shen Ta lek ling quan (Gerakan Dewa memukul lonceng) milik laksamana Zhenghe (The Ho)." "Kongkong
tampak terkejut, dan ia bertanya, "siapakah kamu?" Ia mendengus, "Lan Wu Po Huai Gu Ge, lan wu shen ling na qu lai (Halimun biru menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma) "serahkan catatan itu! Tiba-tiba Kongkong
bergerak sebanyak duabelas kali, sambil berteriak, "Tien shan shi er tui " zou xian fei chuei (dua belas tendangan Tien Shan " Bola baja terbang ke
angkasa). Gerakan Shifu sangat cepat, dan aku tidak sanggup melihat gerakkan itu!" Tetapi, gerakan orang itu jauh lebih cepat lagi " tidak bersuara "
berkelebat seperti halimun diterjang badai"dan dalam waktu sekejab mata,
Kongkong sudah jatuh kembali di tempat semula, dengan telinga dan hidung
mengalirkan darah biru." Kongkong memintaku bersembunyi terus, apapun yang
terjadi, ia melarangku keluar!"
Tiba-tiba aku mendengar lengkingan nyaring dari mulut Kongkong, "Mei hua quan "..!" Dan juga mendengar suara, shuut"des! Tubuh-tubuh Kongkong mencelat ke atas seperti sebuah piauw terbang yang jatuh dengan posisi bersilah." Kongkong melancarkan satu gerakan terakhir, tapi orang itu sudah bergerak lebih dari dua belas jurus dalam tempo tidak kurang dari deheman
kuda. Dan aku tidak melihat bayangan orang itu lagi." Suasana menjadi hening.
Aku mengigil sebab gerakan orang itu seperti setan halimun yang dingin dan
cepat sekali."
"Shimei, apakah kamu melihat ciri-ciri tubuh, suara, atau bau tertentu dari orang itu?" Tidak, Hu koko. Gerakannya ratusan kali lebih cepat dari gerakan
Kongkong." Lie Siang hanya mencium bau bunga siang. De Hu berpikir keras,
namun ia tidak dapat memecahkan misteri kematian gurunya. Ia betul-betul
terpukul dengan kenyataan ini. Shi Bangzhu adalah salah satu jago rimba
persilatan yang sukar dicari tandingannya. Tetapi menghadapi setan misterius ini, hanya dalam satu gebrakan, gurunya sudah dapat dibinasakan. Begitu luarbiasa dan sangat mengerikan.
Kematian Bangzhu Tien Shan Pai ini dirahasiakan oleh para murid-muridnya.
Mereka mengambil keputusan untuk melakukan penyelidikan. Maka
berangkatlah mereka ke Selatan untuk melakukan penyelidikan.
Siapakah pembunuh misterius yang sangat lihai itu" Dan ada hubungan apa
antara Shi De Yuan dengan laksamana ZhengHe. Rahasia apakah yang
terdapat dibalik catatan Shen Ta lek ling quan" Mengapa Iblis biru itu sangat menghendaki catatan titipan laksaman ZhengHe (The Ho) itu"
Bab 3B: Telapak Tangan Buddha
Delapan belas pendekar Tien Shan makan bakmi tanpa banyak berbicara.
Kemarahan, kesedihan, dan kegelisahan tampak jelas menghias wajah-wajah
mereka. Kira-kira sepemanak nasi, Xing Long sudah berdiri dan mengajak para sidi (sute) nya berangkat. Tujuan mereka saat itu hanya satu, yaitu: Wudangpai.
Selagi mereka hendak beranjak meninggalkan kedai itu, terdengar suara orang melantunkan syair dengan suara rendah dan nada penuh penyesalan. Suara itu
begitu jelas sehingga dapat didengar oleh semua orang yang lagi makan bakmi.
Lahir dan tinggal di antara langit dan bumi
Mengasingkan diri jauh di Utara
Melatih Biao Bu Lian Huan Yuen Yiang Tui
Merenungkan Xing Long guan Shandong Quan
Rahasia tetap bertapa di balik gunung, pengertian bersembunyi di balik awan Belum sempat menggunakan Leibao baidong di quan
Mei hua quan sudah mencurat ke depan
Sungguh sayang"sungguh sayang".
Memeluk Shen Ta lek ling quan, jiwa dilepas melayang hilang
"Ha"! Syair itu " syair itu! Diakah pembunuh Shifu?"
Syair pendek yang diucapkan orang di luar pintu kedai itu selain menyebutkan ilmu rahasia Tien Shan Pai yang paling sulit, juga memberitahukan secara detail apa sesungguhnya yang terjadi di dalam tubuh partai Tien Shanpai. Biao Bu Lian Huan Yuen Yiang Tui adalah jurus tendangan berantai khas Tien Shan Pai.
Memiliki daya serang yang mujijat, sebab ilmu ini didasarkan pada kekuatan
hawa murni yang dipadukan dengan gerakan memeluk awan yang sangat
masyur di jaman dinasti Han, Xing Long guan Shandong Quan (naga sakti
membuka goa) lebih dasyat lagi. Jurus ini digerakkan dengan tubuh yang
melengkung sejajar dengan bumi seperti naga terkurap. Kaki kanan dilonjorkan ke depan di kuti gerakan kedua tangan seperti Buddha menyembah. Kedua ilmu
ini adalah ilmu pusaka peninggalan leluhur Shi De Yuan, ketua Tien Shan Pai.
Kedua ilmu ini belum bisa dikuasai oleh Shi De Yuan, karena membutuhkan
bakat yang luarbiasa hebat.
Wajah mereka diliputi keheranan besar mendengar nama ilmu pusaka perguruan
disebut begitu rupa oleh orang luar. Selain itu mereka juga amat sangat
terguncang, sebab syair itu dengan jelas sekali menjelaskan bahwa kematian
Shi De Yuan Ta Shifu sudah tersebar di dunia persilatan. Bergegas mereka
melompat keluar laksana rajawali mengejar mangsa. Dalam waktu sekejab
mereka telah berdiri membentuk lei bao bai dong di din (Barisan halilintar
mengguncang bumi).
"Silahkan tuan berbicara, kami delapanbelas pendekar Tien Shan mendengar!"
seru Xing Long.
Mereka tidak menjumpai orang yang diharapkan pantas mengucapkan syair itu.
Hanya seorang pengemis kotor sedang makan bakmi bersama seorang gadis
cantik berusia limabelas tahun.
Shi Xing Lei, yang paling cepat naik darah berteriak, "Kalau tuan mempunyai urusan dengan kami, anak murid Tien Shan Pai, silahkan menampakkan diri,
kami siap melayani!"
"Menyombongkan diri hanya dengan mengandalkan barisan bebek, apa
gunanya!" Tiba-tiba gadis itu berbicara. "Kamu benar cucuku, memang mereka
tidak lebih dari tikus-tikus kecil yang hanya tahu dunianya sendiri! Gurunya saja tidak akan bersikap seperti itu dihadapanku, si pengemis kudisan!"
"Jahanam! Jadi kau yang mengucapkan syair itu untuk menghina Tien Shan Pai!
Tanya Shi Xing Lei sengit. "Ho...ho"ho"apakah Din bebek ciptaan Shi De
Yuan bisa bertahan dua jurus di hadapan pengemis kudisan! Hmm " ingin
kulihat!" "Jangan salahkan kami!" Xing Long menerjang kedepan. Namun sebelum
kepalan tangannya kurang dua depah dari si pengemis itu, tubuh Xing Long
sudah terlempar bagai dihempaskan angin topan.
"Hmm " Lau Fo Yikai Yun (Buddha Tua menghalau awan), siapakah pengemis
ini" guman Lie A Sang. "Tenaga sinkangnya sudah mencapai taraf yang tinggi
sekali!" "Siapakah Lau qienbe (orang tua gagah), mengapakah engkau orang-tua
menurunkan tangan jahat kepada kami!" Tanya De Hu penasaran, karena
Shihing nya (kakak seperguruan) dijatuhkan hanya dengan segebrakan saja.
"Kalau ingin pergi dengan nyawa masih tinggal, serahkan Shen Ta lek ling quan kepada tuanmu! Ha " ha" ha"kalau tidak, ha"ha"ha" tuanmu akan
sungkan untuk tidak mengambil nyawa tikusmu!"
"Shen Ta lek ling quan!" " Shen Ta lek ling quan!" " apakah yang dimaksud
Shen Ta Lek Ling Quan peninggalan Shen Du, dari kuil Buddha Juesheng, utara ibukota Peking." Jing Zhi, ingatkah kamu tentang cerita Shen Du menulis
tigapuluhdua sutra pada Lonceng maha besar di kuil Buddha Juesheng?" Jing
ingat Kongkong, Bukankah Shen Du tidak dapat meneruskan duabelas sutra
yang menjelaskan tentang meditasi menghadap sang Buddha. Banyak orang-
orang persilatan mencari catatan asli Shen Du untuk mendapatkan duabelas
sutra yang hilang itu. Konon Shen Du mendapatkan teori menghimpun sinkang
berdasarkan hukum suara yang diciptakan oleh Han Feizi dan dikembangkan
oleh Li Si menjadi semacam chigong tingkat tinggi. Seratus tahun berikutnya, ilmu ini disempurnakan oleh Xunzi menjadi ilmu sejati yang disebut Jurus Dewa memukul lonceng, karena kekuatan pukulan itu mengalir seperti gelombang
suara yang lembut tetapi mengeluarkan daya yang luarbiasa mujijat. Semacam
perpaduan sinkang dan kiekhang yang disalurkan melalui suara. Suara itu bukan keluar dari mulutnya, tetapi dari gerakan tubuh, tangan, kaki, bahkan sekujur tubuhnya"
"Jing Zhi, apakah engkau memperhatikan gerakan tangan kanan pengemis tua
itu menghantam dada pendekar Tien Shan tadi?" "Ya, kongkong. Itu Lau Fo


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yikai Yun Ciptaan To Kak Siansu dari Bukit Menara Hijau di jaman dinasti Sung."
Tapi pengemis itu menggunakan gerakan kaki yang berbeda dari aslinya."
"Kongkong, Jing ingat bahwa Zhang Shitai-gung (Mahaguru Tio Sam Hong)
menyebutkan: Langit terlihat seperti salju
Awan bergerak seperti danau api
Tangan dewa bergerak memisahkan salju
Kaki berputar membentuk sui lung shouzhang (kepalan naga air)
"Bagus! tepat sekali! Jing Zhi, engkau juga melihat itu. Gerakan kakinya
seharusnya berlawanan dengan sifat hawa murni yang dikerahkan " ini yang
dinamakan langit terlihat seperti salju. Apabila ia menggunakan biankun (tenaga lembek), maka gerakan kaki harus membentuk Yang shengshu (the vital
principle of realising Yang) " Zhang Tai shifu menyebutkan sebagai awan
bergerak seperti danau api. Apabila tangan kanannya membentuk Chun Tin Choi (kepalan mengarah ke langit), maka gerakan kaki harus membentuk Ying
shengsu."- Kaki berputar membentuk sui lung shouzhang.
Delapanbelas pendekar Tien Shan telah bergerak membentuk lei bao bai dong
di din mengurung si pengemis. Si pengemis hanya berdiri diam acuh-tak-acuh.
Matanya masih tertuju kea rah bungkusan bakmi dan menikmatinya dengan
sangat lahap. Si gadis yang berdiri di sampingnya juga menunjukkan sikap yang sama.
"Li Fong, cucuku, coba perhatikan kongkong mengalahkan delapanbelas tikus
bandel ini hanya dengan satu jurus saja.! Coba terka, jurus apakah yang cocok untuk mengalahkan barisan bebek bandel ini!
Hmm "si gadis membalikkan kepalanya dan matanya ditujukan ke arah formasi
barisan itu. Wajahnya yang putih bersih dihias dengan mata yang mencorong
begitu tajam, berani, tapi juga nakal. Menandakan ia biasa memandang rendah orang lain. Rambutnya lebat itu terurai begitu saja tanpa perhiasan satupun menghias di kepalanya.
Tidak kurang dari sepeminuman the, ia tersenyum dan berkata kepada pengemis tua itu. "Kongkong, Fong yakin Shouzhang Fo qingchu Zhu (Telapak Buddha
membersihkan bamboo) dapat memporak-porandakan formasi barisan itu dalam
satu jurus!" Hore"betul khan Kongkong! Fong yakin"hi"hi..kali ini kongkong
pasti akan memainkan Shouzhang Fo qingchu Zhu!"
"Li Fong, cucu sang raja, kecerdikanmu tidak kala dengan kecerdikan mendiang ibumu. Otakmu memang otak Qitien Dasheng (setara di surga, besar di tengah
para dewa)!"
Setelah berkata begitu, tiba-tiba ia bergerak dengan kecepatan yang sulit
dijelaskan dengan kata-kata karena amat sangat cepat. Terdengar jeritan
mengerikan keluar dari mulut delapan belas orang tersebut.
"Aduh"ouw"ahhh ai".!!! Tubuh delapanbelas orang itu beterbangan seperti
daun kering kemudian jatuh dan menimbulkan suara gedebukan yang susul
menyusul. Tujuhbelas pendekar Tien Shan dalam waktu sekejab telah kehilangan lengan
kanannya, kecuali lengan Shi De Hu. Dikutungi dengan tenaga yang dasyat
seperti pisau belati. Darah mengucur deras dari masing-masing lengan yang
kutung itu. "Telapak tangan Buddha! Ilmu yang langkah dan luar-biasa! Siapakah pengemis ini" Hanya satu atau dua orang yang mampu menguasahi ilmu ini sampai tingkat tujuh. Konon ilmu ini diciptakan oleh Jan Teng Fo. Kungfu yang sangat powerful karena digerakkan oleh kekuatan tenaga murni yang terfocus pada satu titik.
Daya tembusnya tidak kepalang tajamnya. Kedua buah telapak tangan
membentuk sikap menyembah dan sambil melompat ke atas, tubuh berputar,
dan ketika dekat dengan sasaran tiba-tiba kedua telapak tangan dikembangkan, yang satu menghantam, yang kedua menyerap hawa kekuatan lawannya.
Konon, Jan Teng Fo melatihnya di dalam sebuah goa terletak di provinsi
Guangdung, yang disebut Goa Seribu Buddha. Ia menuliskan seluruh teknik
Telapak Tangan Buddha ini dalam selembar kertas kuno yang diselipkan
menyatu dengan syair tulisan seorang pujangga yang hidup dijaman dinasti
Sung. Para ahli wushu di dunia persilatan saling berebut ilmu hebat ini, namun sejauh ini tidak satu orangpun yang dapat menemukan tulisan asli Jan Teng Fo.
Ilmu telapak Tangan Buddha yang pernah mengguncangkan dunia persilatan di
jaman dinasti Sung itu bersumber dari Zhang Guolao dan Han Xianzi dari biara Shaolin di provinsi Fujian. Sebelum Jan Teng Fo mati, ia menggunakan jurus
Telapak Tangan Buddha ini untuk menggempur Iblis Awan Api. Kemudian jurus
ini dikabarkan hilang dari dunia persilatan."
Siapakah pengemis tua ini" Ilmunya berasal dari aliran putih, namun mengapa ia memiliki jiwa yang begitu kejam dan jahat?" Sungguh sangat berbahaya!" Lie A Sang berpikir keras dan mencoba menerka identitas si pengemis sakti tapi ganas ini.
"Shihing, kita harus mengadu jiwa dengan si keparat itu!" seru Shi Xing Lei penasaran. "Lei Ti, kita bukan tandingan orang itu. Ilmunya sangat dasyat" Guru kita pun tidak akan sanggup berbuat seperti itu. Kita tunggu saja
perkembangannya, apa yang hendak ia lakukan terhadap kita."
"Ayo, serahkan Shen Ta Lek Ling Quan! Kuhitung sampai sepuluh hitungan, jika tidak diserahkan, kalian harus menyerahkan nyawa tikusmu!"
"Kami tidak tahu menahu dengan Shen Ta Lek Ling Quan, apa yang harus kami
serahkan! Kalau mau bunuh cepat bunuh, siapa takut mati!"
"Tunggu Kongkong, sekarang giliranku memberikan hajaran!" Hayo, tikus-tikus Tien Shan, majukan jagomu untuk melawanku, siapa saja. Jika ia menang dalam tiga jurus, maka kalian semua boleh pergi dengan dengan bebas, kalau tidak
serahkan Shen Ta Lek Ling Quan atau mati! Seru Li Fong, gadis berumur
limabelas tahun, dengan suara ketus."
Lie A Sang berpikir, "Gadis ini masih sangat muda, tetapi ia telah memiliki kepercayaan diri yang besar dan memiliki gerakan mantap dan lincah. Ia pasti memiliki kepandaian yang tidak boleh dipandang enteng."
Lie A Sang berkata lirih di telinga Yang Jing, "Jing Zhi, perhatikan gerakan gadis itu dengan baik, ingat baik-baik pula gerakan tangan dari Buddha menghalau
Awan dan Shouzhang Fo qingchu Zhu (Telapak Buddha membersihkan
bamboo), dari si pengemis tua itu, walaupun engkau tidak perlu menaruh
perhatian mendalam pada gerakkan kakinya. Nanti waktu kita kembali ke
Wudangshan, kita bicarakan dan membandingkan dengan catatan kecil Zhang
Sanfeng Ta Shifu."
Li Fong berdiri bertolak pinggang di hadapan delapan belas pendekar Tien shan.
Matanya dimainkan nakal sambil cengar-cengir menggodah.
"Ayo, majukan jagomu! Nonamu minta pelajaran, bisa satu, dua, tiga, atau
semuanya maju, aku tidak peduli. Kujamin, dalam tiga jurus saja, jagomu keok!"
Delapan belas orang itu saling pandang satu sama lain. Xing Long berkata
kepada De Hu: "Hu di, hanya kamu yang masih memiliki tangan lengkap,
bersediakah kamu maju mewakili kita semua!" Baik, da shihing (Kakak
seperguruan tertua)!"
Shi De Hu memiliki empat ilmu yang menjadi ciri khasnya:Tienshan Mizong
Quan (Jurus mengacau awan dari Tienshan), Tien Shan Damo Quan (Gerakan
bodishatva), yang ketiga adalah Paihu zhiu dui Quan (sembilan tendangan
harimau putih), dan yang terakhir adalah Tienshan Luohanquan (Gerakan Lohan Tienshan). Sebenarnya, disamping Coa Lie Sian, cucu terkasih ketua Tien
Shanpai, De Hu adalah murid yang paling pandai dan berbakat baik yang pernah dimiliki oleh Tien Shanpai. Ia telah menguasahi hampir semua kepandaian
gurunya. Pemuda gagah, yang memiliki wajah seorang pahlawan tulen, jantan,
dan tidak mengenal arti takut atau mundur terhadap siapapun.
Sekali lompat, ia telah berhadapan dengan Li Fong. "silahkan nona memulai,"
katanya lirih. Li Fong memandang pemuda berusia delapanbelas tahun yang
berdiri gagah di hadapannya, dengan pandangan memandang rendah tetapi
juga kagum. "Apakah kamu akan maju seorang diri melawanku?" tanyanya.
"silahkan nona memulai, aku sudah siap!" kata De Hu dengan suara datar. "Jaga seranganku!" teriak Li Fong. Ia melancarkan jurus yang dilihat sangat aneh oleh De Hu. Kaki kanannya ditekuk seperti bangau, sedangkan kedua tangannya
membentuk sikap seperti menyembah. Tubuhnya berdiri lurus membentuk sudut
sembilanpuluh derajat dengan bumi.
Belum habis suara teriakannya, De Hu sudah merasakan himpitan tenaga dasyat memancar keluar dari empat penjuru tubuh gadis dan mengarah ke bagian
dadanya. De Hu mencoba menghindar dengan gerakan Tienshan luohanquan,
sambil melancarkan pukulan balasan dengan tenaga sinkang sekuatnya. Tetapi
kekuatan ilmu gadis itu telah menguasihi sembilan bagian pusat penggerak
hawa murni di tubuhnya. Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya menjadi tidak
terkontrol lagi, dan hawa murninya menjadi buyar begitu saja. Tubuhnya
terguncang hebat sekali, namun ia tidak mau menyerah begitu saja. Dalam saat yang kritis, ia cepat melepaskan seluruh sinkangnya, dan mengosongkan dirinya.
Dalam waktu kurang dari tiga detik, De Hu sudah dapat menguasahi lagi
sinkangnya dan dengan cepat ia melancarkan Paihu zhiu dui. Lagi-lagi
serangannya berhenti di udara, karena secara tiba-tiba si gadis melompat tinggi, dan menukik dengan kedua kepalan dikembangkan untuk menghantam dirinya.
Gerakannya cepat sekal, dan tenaga saktinya melabrak hawa murni di semua
bagian tubuh De Hu. Karuan saja De Hu kelabakan, dan tubunya terbanting
hampir delapan kali jauh dari hadapan Li Fong.
Yang Jing memperhatikan dengan seksama, " Wow " inikah Fo wan yangliu
(Buddha bermain yangliu), jurus ketujuh Telapak Tangan Buddha! Betul-betul
lihai dan dasyat!" Nona itu jelas dapat sekali pukul mengambil nyawa De Hu, tapi ia sengaja tidak ingin menyudahi perkalian dengan darah. Hebat "hebat"!"
Gumam Yang Jing berkali-kali.
"Fong Zhi, jangan main-main, habisi dia dengan cepat!" kata si pengemis tua itu.
Li Fong memandang De Hu sambil tersenyum seperti harimau mempermainkan
kelinci dalam terkamannya. "Bagaimana, apakah kamu mau mengaku kalah?"
"sebelum jiwa melayang meninggalkan tubuhku, jangan berharap aku akan
mengaku kalah!" kata De Hu kalem.
"Jaga seranganku, Nona! " De hu bergerak dengan jurus Tienshan Mizong Quan
di tangan kanan, Tien Shan Damo Quan di tangan kiri. Kedua ilmu murni
peninggalan nenek moyang Tien Shanpai dimainkan dengan baik sekali oleh De
Hu. Gerakan tangan kanannya mengeluarkan suara berciutan, sedangkan
tangan kirinya membentuk lingkaran besar-kecil seolah tidak mengeluarkan
tenaga, kosong. Tapi jangan dipikir tangan kiri itu lebih ringan dari tangan kanan, sebab justru tangan kiri inilah yang amat berbahaya. De Hu adalah satu-satunya orang Tien Shanpai yang bisa memainkan kedua jurus ini dalam saat yang
bersamaan. Kelihaiannya tidak dapat diragukan lagi.
Li Fong sadar bahwa dirinya sedang dikepung oleh dua ilmu yang memiliki sifat berbeda. Satu bersifat menghancurkan, sedangkan yang lain meremukkan dari
dalam. Serangan De Hu bergerak cepat dan bertubi-tubi. Serangannya ditujukan ke jalan darah terpenting di tubuh Li Fong. Li Fong sejenak terpanah oleh
serangan ini. Tapi itu hanya dalam tempo sejenak, ia sudah bereaksi dengan
jurus baru untuk mengatasi serangan De Hu, dan sekaligus melancarkan
serangan balasan.
Kali ini ia bergerak seperti orang menari, sambil tangannya bergoyang
membentuk segitiga. Begitu lembut dan nampak tidak memiliki bobot. Sambil
menari begitu rupa, ia memapaki serangan De Gu, terdengar suara, "blaar!" yang memekakan telinga. Dan "tubuh De Hu terlempar hampir tujuh kaki dari tempat pertempuran. Tampak darah mengucur dari dari mulutnya. Ia terluka di bagian dalam tubuhnya karena guncangan hawa sakti yang membalik menghantam
dirinya sendiri. Inilah keistimewaan ilmu gadis itu, menggunakan tenaga lembut dan kosong untuk membungkus tenaga lawan, setelah itu membalikkan seluruh
tenaga itu ditambahkan dengan kecepatan dorongan yang menghasilkan tenaga
sentripetal yang sulit dibendung oleh De Hu.
Tubuh De Hu terlempar jauh dekat tempat di mana Yang Jing berdiri bersama
kongkongnya. Yang Jing memegang tangannya, sambil berbisik, "Ta Ko, serang
bagian kaki kirinya dengan menggunakan Paihu zhiu dui Quan, jangan biarkan
tubuhmu berdiri sejajar dengan lengannya, usahakan tekuk tubuhmu serendah
mungkin sejajar dengan bumi. Gunakan tenaga mendorong dari Tien Shan
Damo Quan di tangan kanan, kemudian jalankan jurus Tienshan Mizong Quan di
tangan kiri, cuma jangan merubah pole bergerak. Biarlah ia menduga bahwa
tangan kiri memiliki tenaga Tien Shan Damo Quan."
De Hu menoleh ke arah Yang Jing sambil tersenyum, "terima kasih Siau ti (adik kecil)."
Dengan darah masih meleleh dari mulutnya De Hu maju lagi ke depan. Ia
menatap tajam mata Li Fong yang masih tersenyum-senyum. "Masih belum
mengaku kalah?" De Hu berkata halus, "Nona, engkau sungguh sangat lihai.
Kuakui dengan jujur bahwa aku bukan tandinganmu. Sungguhpun demikian, aku
harus bisa bertahan sampai tiga jurus demi melepaskan jiwa saudara-saudaraku dari cengkraman tangan kakekmu. Aku berharap Nona tidak akan menjilat lagi
ludah sendiri!" Lidahku tidak akan terlepas liar seperti seekor ular, sekali berbicara, tidak mungkin aku mengingkarinya!" Sekali ini, apabila engkau tidak menyerah kalah, jurus ketiga ini mungkin akan menamatkan riwayat hidupmu."
Kata Li Fong dengan suara dingin.
Sementara itu saudara seperguruan De Hu tampak cemas sekali melihat
kedasyatan ilmu cucu pengemis tua itu. Xing Long menatap wajah adik
seperguruan yang sangat ia kasihi dengan pandangan yang berkaca-kaca. Xing
Long tidak pernah menangis dalam keadaan yang paling mengenaskan
sekalipun. Tapi kali ini, ia merasa sangat kuatir akan nasib De Hu. "Hu di " oh Hu di."
"Mari Nona, aku sudah siap." Li Fong berdiri tegak dengan tangan kiri
menghadap ke langit, sedangkan tangan kanannya berada di dadanya dengan
telapak tangan sejajar dengan telapak tangan kirinya. De Hu terpesona dengan cara bersilat Li Fong, begitu gagah seperti Lohan menerjang pintu penguji
kungfu sejati. "Awas serangan!" Li Fong mulai membuka serangannya. Terdengar suara
bergulung-gulung mengarah tujuhpuluh dua titik li hua shuang jian (buah pear sepasang pedang), yaitu titik-titik jalan darah yang paling berbahaya di tubuh De Hu. Sekali tersentuh dengan ilmu serangan itu, tamatlah riwayat De Hu.
De Hu segera tidak berlaku ayal lagi, tubuhnya ditelungkupkan seperti seekor naga mengintai mangsanya, dan tiba-tiba melesat menyerang kaki sebelah kiri Li Fong. Tangan kanan bersilat Tien Shan Damo Quan, tangan kiri berkibar-kibar mengerahkan sinkang Tienshan Mizong Quan. "Aih?" Li Fong kelabakan ketika
diserang secara demikian. Dia sangat terkejut, namun sudah sangat terlambat ketika tangan kanan De Hu yang berisi tenaga sakti Tien Shan Damo Quan kena menutul lutut kirinya. Karuan saja ia berteriak kesakitan, "Aduh ?"
Seusai melancarkan serangan "aneh" itu, De Hu berteriak, "Sudah tiga jurus, silahkan nona beristirahat!" Li Fong berdiri dengan muka merah padam menahan hawa amarah dan malu yang mulai mewarnai wajahnya.
Tiba-tiba terdengar suara berciutan menerobos ke arah jantung De Hu. Karuan Li Fong berteriak dengan suara nyaring, "Kongkong jangan bunuh dia!"
Si Pengemis tua tidak menghentikan serangannya, suara berciutan seperti tikus tercepit itu berhenti. Ketika semua orang memandang ke arah De Hu, darah
mengucur deras dari tangan kirinya. De Hu telah kehilangan tangan kirinya
dalam waktu sekejab saja.
"Shouzhang fo xiao To shu (Jurus buddha memotong pohon To), Telapak tangan
Buddha tingkat lima. Pengemis itu berdarah dingin, sangat kejam, tapi ilmunya memang sudah mencapai taraf yang tinggi sekali." Lie A Sang bertanya dalam
hatinya, "siapakah dia ini sesungguhnya?" Pakaiannya seperti pengemis, tapi sikapnya seperti pembesar di istana kaisar, sungguh mengherankan!"
Bab 3C: Pengemis Sakti Tangan Kilat
"Kongkong, mari kita pergi!" kata Li Fong singkat. Wajahnya menunjukkan rasa sedih yang mendalam, dahinya berkernyit, entah apa yang sedang dipikirkannya dan perasaan apa yang bergejolak di hatinya. Tetapi terdapat sedikit keanehan pada sinar matanya. Sinarnya matanya menunjukkan perasaan sebentar sedih
namun di satu saat yang lain terbersit perasaan gembira. Benar-benar gadis
yang aneh. Perlahan-lahan pengemis tua dan cucunya meninggalkan tempat itu. Suasana
menjadi sunyi senyap, semuanya merasa sangat takjub dan gentar melihat
kedasyatan ilmu pengemis tua dan cucunya itu.
"Jing Zhi, coba bagikan bubuk obat kita kepada delapanbelas pendekar Tien
Shan itu, mudah-mudahan dapat menolong mengurangi rasa sakit dan
mempercepat kesembuhan luka pada lengan mereka." Lie A Sang
mengeluarkan sebuah cepuk obat berwarna merah tua dan dibantu oleh Yang
Jing menolong para pendekar yang terluka itu.
Yang Jing mendekati De Hu, "Hu Ta Ko, bagaimana lenganmu" Obat ini cukup
baik untuk menghentikan aliran darah dan memunahkan racun." Siau di (Adik
kecil), terima kasih atas petunjuknya." Wajah De Hu memperlihatkan rasa heran dan kagum melihat bocah berusia sepuluh tahun tapi mampu memberikan
nasihat sebagai seorang ahli. "Bolehkah kutahu namamu?" "Zheng Yang Jing."
Jawabnya singkat.
Kelima saudara De Hu, Xing long, Xing Lei, De Qian, Xing Zhang, dan Xing Jian datang mendekati De Hu.
"Hu di, kamu hebat sekali!" Jurusmu yang terakhir mengingatkanku pada cerita mendiang shifu tentang ilmu Xing Long guan Shandong Quan (naga sakti
membuka goa) yang menurut cerita shifu harus dengan posisi tubuh yang
melengkung sejajar dengan bumi bagai naga terkurap, seperti yang kamu
perlihatkan tadi. Kemudian menurut legendanya, kaki kanan harus dilonjorkan ke depan di kuti gerakan kedua tangan seperti Buddha menyembah."
"Hu Di, apakah itu jurus Xing Long Guan Shandong quan?" Dari siapakah kau
mempelajarinya?"
De Hu menjadi sangat terheran-heran. Tiba-tiba pandangannya ditujukan
kepada Yang Jing yang masih asyik menolong yang lain. Kelima saudaranya
mengikuti arah pandangan mata Hu Di tertuju.
"Ada apakah dengan anak itu?" tanya De Qian. De Hu diam saja, tetapi bibirnya berbisik lirih, "anak itu yang memberi petunjuk bagaimana aku harus menyerang si nona lihai tadi." Apakah ia menguasahi Xing Long Guan Shandong Quan"
Sungguh mengherankan!" "Pada waktu aku terlembar karena hempasan tenaga
sakti dari Nona itu, kebetulan aku jatuh di tempat ia berdiri di samping Kakeknya.
Tangannya diulurkan dan menolongku berdiri. Saat itulah ia berbisik-bisik
memberi petunjuk agar aku menyerang kaki kiri Nona itu dengan posisi, pukulan tangan kiri, dan kanan seperti yang kalian lihat tadi."
Kelima saudara De Hu menjadi keheranan dan sukar mempercayai
keterangannya. Di mata mereka semua. bocah itu tampak sederhana sekali,
sopan, dan tampak baik hatinya, dan tidak ada yang istimewa. Memang jelas ia adalah bocah yang cerdas otaknya, namun sepandai-pandai seorang, ia tetap
adalah seorang anak, bagaimana mungkin ia memberi nasihat gerakan silat
yang nampak cocok dengan dongeng yang diceritakan oleh Guru Besar Shi Du
Yuan, yaitu ilmu rahasia Tien Shanpai, Xing Long Guan Shandong Quan?"
Siapakh gerangan anak kecil ini?" Apakah ia memiliki hubungan khusus dengan Tein Shanpai?" Banyak pertanyaan berkecamuk di dalam benak para murid Tien
Shanpai. Setelah selesai membubuhi obat pada tangan delapanbelas pendekar Tien Shan
itu, Lie A Sang mendekati keenam saudara itu, "Kalau boleh tahu kemanakah
tujuan saudara-saudara?" Kami hendak ke Wudangpai." Kata Xing Zhang. Lie A
Sang tidak bertanya maksud dan tujuan mereka ke Wudangpai, ia hanya
bertanya, "Apakah saudara-saudara memiliki hubungan khusus dengan
Wudangpai?" "Kami hendak memberitahukan sebuah peristiwa besar dan
menyedihkan yang terjadi di dalam tubuh partai kami, Tien Shanpai, kepada
ketua Wudangpai. Dapatkah paman menunjukkan jalan yang tercepat menuju ke
sana mengingat keadaan kami yang perlu menyembuhkan luka-luka?"
Lie A Sang berpikir sejenak, kemudian ia berkata: "Marilah berangkat bersama kami, kebetulan kami hendak pulang, biren (aku yang rendah) dan cucuku
berasal dari Wudangpai."
Sejenak mereka ragu-ragu. De Hu mendekati Lie A Sang, "Lie pek-pek, apakah
kami sedang berhadapan dengan salah seorang shifu dan murid Wudangpai?"
Lie A Sang tersenyum, "Shi De Hu ta shi (Pendekar besar shi De Hu), kami
hanyalah penjaga kuburan keluarga Wudangpai, bukan seorang shifu."
Siapakah gerangan pegemis tua yang lihai dan cucunya itu" Mengapa ia
menginginkan Shen Ta lek ling quan, titipan laksana Zheng He itu"
Pengemis tua ini bukan sembarang orang. Ia menjadi pengemis bukan karena ia miskin dan tidak memiliki apa-apa, sama sekali bukan kerena demikian. Apabila orang kangouw mengerti siapa sebenarnya pengemis lihai ini, banyak orang
akan sangat terperanjat.
Ia memiliki gedung besar di Yingtianfu atau Nanjing, di provinsi Jiangsu, dekat pantai Laut Kuning. Isi dalam gedungnya tidak kalah dengan istana kaisar
sendiri. Sembilan puluh tujuh dayang bekerja di dalam gedung dan sembilan
puluh tujuh bekerja di kebun, kantor-kantor, dan keamanan. Gedung ini milik seorang pembesar dinasti Ming, yaitu Hsing Ta Siung, putera tunggal pangeran Hsing Yi Tung. Pangeran ini masih paman dari kaisar Zheng Cu atau lebih
dikenal dengan julukan kaisar Yong Le (artinya: kebahagiaan yang kekal).
Sebenarnya, walaupun orang tidak mengenal secara jelas asal-usul keluarga
Hsing ini, namun setelah Kaisar Yongle memindahkan ibukota negara dari
Yingtianfu (Nanjing) ke Jingshi (Peking), kota Nanjing berada dalam kekuasaan keluarga Hsing.
Keberadaannya tidak begitu dikenal oleh orang banyak, karena ia lebih tertarik di bidang sastra daripada soal-soal politik. Koleksi kitab-kitab dari berbagai dinasti, penulis-penulis terkenal, dan dari berbagai macam ilmu menjadi pemandangan
utama di ruangan khusus yang tidak pernah dimasuki oleh orang lain kecuali
keluarganya.Tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa di antara koleksi
kitab-kitabnya itu terdapat banyak salinan kitab yang ditulisnya sendiri, yang terdiri dari kitab-kitab ilmu silat tingkat tinggi. Kitab-kitab itu ia dapatkan dari seorang pujangga istana, Belharya Yong. Ia seorang Nepal yang sangat dalam
pengetahuannya soal kitab-kitab kuno peninggalan dinasti Han, Tang, dan Sung.
Pangeran Hsing Yi Tung inilah yang kita kenal sebagai pengemis tua lihai itu.
Orang-orang pandai di dunia kangouw memberi julukan kepadanya sebagai
Pengemis sakti tangan kilat.
Sejak usia limabelas tahun, Yi Tung telah bergaul akrab dengan kitab-kitab yang ia salin itu. Melatihnya di bawah petunjuk Belharya, sehingga tanpa
sepengetahuan tokoh-tokoh dunia persilatan, ia telah menjatuhkan satu persatu tokoh-tokoh kenamaan dari golongan hitam dan putih. Kemunculannya bukan
sebagai pangeran Hsing Yi Tung, tetapi sebagai pengemis aneh dengan ilmu
tangan kosongnya yang sangat dasyat.
Pengemis sakti ini memiliki putera satu-satunya dari seorang istri keturunan Buthan, Pangeran Hsing Ta Siung. Ilmu silatnya lihai sekali, kerena ia mewarisi sebagian besar dari ilmu ayahnya. Tetapi bakatnya di bidang ilmu perang tidak bisa dipandang remeh. Pangeran inilah yang memberikan nasihat kepada Kaisar Yongle untuk mengadakan hubungan antar negara, sehingga mengutus
Zhenghe (The Ho) menjadi laksamana angkatan laut untuk melakukan ekpedisi
ke pelbagai negara. Mengubah fungsi para thaikam menjadi pejabat mata-mata
yang bekerja untuk memberi informasi politik kepada kaisar. Ia seorang pejabat negara yang luarbiasa cerdik, ahli strategy dan siasat politik dan perang yang jempolan.
Namun yang patut disayangkan ialah, ia memiliki ambisi yang tidak pernah


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padam untuk menjatuhkan kaisar Yongle dan menguasahi kekuasaan. Banyak
datuk-datuk dunia persilatan bekerja dibawahnya, tetapi mereka tidak pernah mengenal dia.
"Fong zhi, mengapa kamu nampak sedih setelah pertempuran di kota Shian.
Apakah engkau masih mendendam kepada Shi De Hu" Kalau memang begitu,
kita balik dan bunuh saja pemuda itu, ayo!" Pengemis ini segera menarik tangan Li Fong untuk balik ke arah Utara. "Fong tidak mau balik ke sana Kongkong!
Fong juga tidak mau mengandalkan Kongkong untuk mengempur Shi De Hu."
"Lantas mengapa engkau tampak sering melamun dan bersedih hati?"
"Ilmu silat apakah yang dimainkan oleh dia waktu menjatuhkanku, Fong ingin
tahu." Gerakan gesit seperti naga yang mengintai mangsanya. Fong belum
sempat berpikir, tahu-tahu cengkeraman jari-jari tangan kanannya telah
membuyarkan sinkangku dan membuatku terjungkal!" "Sungguh penasaran "
sungguh penasaran!" Kata Li Fong berkali-kali.
"Fong zhi, kongkongmu ini sudah mengenal dengan baik ilmu silat gurunya, Shi De Yuan. Ilmu silatnya tinggi sekali, terutama, ilmu silat tangan kosongnya.
Namun aku masih bisa menjatuhkan gurunya dalam waktu kurang dari
tujuhpuluh jurus. Sedangkan jurus terakhir yang dipakai oleh pemuda itu tidak pernah kulihat. Gerakkannya lihai dan tidak bisa ditebak, sangat cepat, dan menyembunyikan gelombang tenaga yang bergulung-gulung." Ilmu apakah itu,
kongkongmu juga belum tahu persis."
"Menurut catatan sejarah, dari kalangan partai Tien Shanpai, pernah muncul
seorang pendekar yang sepak-terjangnya sangat luar-biasa. Konon ilmu silatnya seperti gerakan naga menggugah perut bumi. Pada waktu itu, tidak pernah
didengar ada seorang yang dapat mengalahkannya. Konon juga, ilmu itu tiba-
tiba menghilang dari dunia persilatan, dan tidak ada satu orangpun dari Tien Shanpai yang mewarisi ilmu pendekar itu." Kongkongmu ini tidak yakin kalau
Dehu bisa menguasahi ilmu pendekar Tien Shan itu."
"Kongkong, apakah Shouzhang Fo kita tidak sanggup merobohkan ilmu itu?"
Fong zhi, Shouzhang Fo itu berdasarkan pada ajaran Buddha, sedangkan ilmu
murni Tien Shanpai bersumber dari agama Tao. Ilmu yang digunakan oleh De
Hu itu, kalau kongkong tidak salah duga, bersumber dari pendekar Tien Shan
yang dikabarkan telah musnah itu." Kalau itu memang benar, maka ilmu itu juga bersumber dari ajaran Tao. Ajaran Buddha dan Tao tidak pernah saling
bertentangan, namun saling melengkapi. Apabila kedua ilmu ini telah mencapai titik yang paling sempurna, dan kemudian disatukan, maka terciptalah sebuah ilmu yang susah dikalahkan. Namun apabila kedua ilmu ini dipertentangkan,
maka keduanya akan saling memusnahkan."
"Kongkong, bagaimana gabungan kedua ilmu ini bila dibandingkan dengan Shen
Ta lek ling quan?" Tanya Li Fong. Shen ta lek ling quan memiliki sifat dan unsur yang sangat berbeda dengan kedua ilmu yang Kongkong sebutkan tadi. Shen ta
lek ling quan diciptakan berdasarkan perpaduan antara sinkang dan kiekhang.
Pada saat kita bertempur dengan ilmu ini, suara-suara yang keluar dari gerakan apa saja yang muncul dari ilmu silatmu, asal itu digerakkan oleh sinkang, akan menyatu dengan ilmu ini untuk kemudian bisa dipakai sebagai senjata untuk
menaklukkan ilmu yang kau gunakan." Ilmu yang disempurnakan tokoh
dongeng, Xunzi, ini luarbiasa mujijat." Kongkongmu tidak tahu bagaimana
apabila ilmu pendekar Tien shan digabungkan dengan Shouzhang Fo akan
dapat menaklukkan Shen ta lek ling quan! Hmm " aku betul-betul tidak tahu"
akan sangat dasyat jadinya!" Pengemis sakti ini menengadakan kepalanya ke
atas, seolah-olah ia bertanya kepada langit untuk mencari jawaban pertanyaan Hsing Li Fong itu.
"Sudahlah, Fong zhi, marilah kita cepat menuju kotaraja Peking, untuk bertemu dengan dan ibumu." "Kongkong, Fong tidak ingin pulang ke Peking pada saat ini.
Fong tidak suka kota raja Peking, dan Fong juga tidak menyukai pekerjaan
Ayah!" "Fong zhi, ayah dan ibumu sangat merindukanmu, mereka memintaku untuk
mengantarmu ke Peking di musim semi tahun ini." Sudahlah, jangan banyak
rewel mari kita berangkat!" Setelah mengantarmu, Kongkong mau pergi ke utara, ke markas Tien Shanpai."
"Kongkong, kalau kongkong ke utara, Fong harus ikut!" Mengapa begitu?" tanya si kakek. "Fong juga ingin ke Tien shanpai!" "aya"gadis kepala batu! Tidak
anak, tidak cucu, sama saja!"
Hsing Yi Tung mengerti apabila cucunya sudah mengambil sikap demikian,
biarpun kaisar sendiri yang berbicara, tidak akan ia mau mengalah.
Wudang Shan (Butongsan) adalah sebuah gunung yang terletak di propinsi
Hubei, selatan kota Shian Tiongkok Tengah. Memiliki banyak pegungan dengan
sediment yang berbeda-beda. Dengan ketinggian 3061 meter dari permukaan air laut, gunung ini tampak sombong menjulang tinggi membawa kegaiban penuh
misteri yang sulit ditembus oleh alam pikiran manusia.
Wudangshan sangat kaya tanaman obat. Terdapat paling sedikit enamratus jenis tanaman obat tumbuh di sini. Hampir sepertiga bagian obat-obatan di Tiongguan ditemukan dengan mudah di Wudangshan, sehingga gunung ini seperti toko
obat alam yang tidak pernah kehabisan daun, akar, buah, dan kulit pohon untuk obat.
Puncak-puncak gunung ini menjulang bagaikan bayangan dewa bermain di
angkasa yang berjubah salju abadi. Puncak yang tertinggi mencapai 3000 meter dari permukaan air laut, ynag dikenal orang sebagai puncak Tianzhu. Ia berdiri menjulang seperti tuguh yang menopang langit, teguh, kokoh, dan tidak
tersentuh tangan manusia. Terdapat banyak kuil-kuil agama Tao kuno yang
dibangun oleh pelbagai dynasti. Pegunungan ini memiliki tujuhpuluh dua puncak, tigapuluh enam ngarai dari batu-batu, dan duapuluh empat aliran sungai.
Di salah satu puncaknya terdapat sebuah kelenteng kecil yang dibangun pada
masa dinasti Yuan (Dinasti Boan). Banyak orang berpendapat bahwa itu adalah sebuah kuil biasa. Sesungguhya kuil kecil itu adalah sebuah makam pendiri
Wudang Pai, Zhang Sanfeng (Tio Sam Hong).
Jika diperhatikan dengan lebih teliti, maka tampak bahwa kuburan itu seperti singgasana yang terletak persis di bagian tertinggi dan menghadap Timur laut.
Sungai Kuning yang mengaliri kota Shansi sepertinya menjadi daerah
kekuasaannya. Kuburannya terletak di sebelah Barat puncak Tianzhu. Ada
lekukan batu pualam sebesar pintu istana raja terletak di bagian bawah kuburan itu. Di permukaan batu itu terdapat tulisan yang berbunyi: Beng Pao Heng Bi Juan dengan huruf-huruf gagah dan nampak mengkilat tertimpah sinar matahari.
Orang-orang Wudangshan menduga bahwa si penulis adalah Zhang Sanfeng
sendiri. Tulisan ini melukiskan element dasar yang menjiwai ilmu silat Zhang Sanfeng. Sedikit ahli silat yang dapat menyelami element Beng Pao Heng Bi
Juan, termasuk murid-murid Zhang Sanfeng.
Kuburannya menatap matahari terbit, sepertinya ia dibaringkan dengan posisi menghadap matahari dengan punggung bersandar pada puncak
Wudangshan.Tempat dan posisi ini yang diminta oleh Zhang Sanfeng kepada
murid-muridnya pada saat ia belum meninggal. Sebenarnya tempat ini adalah
tempat pertapaan terakhir Zhang Sanfeng yang diubah menjadi kuburannya. Di
bagian dalam masih tetap sama seperti sebelum ia meninggal, tetapi bagian
luarnya dibangun pusara besar menyerupai kelenteng kecil untuk menandai
makam pendiri Wudangshan tersebut. Ia memesan agar tubuhnya tidak diangkat
dan tidak dipindahkan dari tempat dimana ia berbaring pada saat meninggal.
Oleh sebab itulah, murid-muridnya hanya membangun semacam kuil kecil untuk
menguburkannya.
Ditempat inilah Yang Jing, bocah berusia sepuluh tahun ini, dipelihara oleh Lie A Sang, penjaga kuburan tua pendiri Wudangpai.
Sudah lebih dari lima tahun, setiap pagi, sebelum matahari terbit, Lie A Sang mengharuskan Yang Jing duduk bersilah telanjang bulat dengan posisi seperti Zhang Sanfeng berbaring di makamnya. Tiga jam setelah duduk bersilah seperti itu, Lie A Sang, menyuruh bocah itu mencabuti rumput-rumput yang tumbuh
disekitar makam. Cara mencabutnya sangat aneh, ini di luar kebiasaan
sebagaimana lazimnya. Yang Jing harus menggunakan dua jari kakinya untuk
mendorong satu demi satu rumput-rumput liar itu tanpa mengeluarkan akarnya.
Apabila ia bergerak ke arah timur laut, ia menggunakan jari kelingkingnya untuk mencongkel. Apabila ia bergerak ke arah barat laut, ia mencabut tanpa
menyentuh daunnya.
Ada lima unsur yang disatukan dengan 147 gerakan yang memiliki kecepatan,
perubahan dan tenaga yang berbeda-beda. Dilihat sepintas, gerakan mencabut
rumput tanpa menggunakan tangan ini seperti langkah-langkah biasa. Dengan
menggunakan mata yang tidak terlatih, orang tidak akan bisa melihat unsur
keindahan dan keistimewaan langkah-langkah yang dimainkan Yang Jing.
Sebentar-sebentar Lie A Sang berkata," wu wei Y?eh ming bu sa ching (tidak
bertindak, tidak memiliki seperti Candraprabhabodhisattva), biarkan kakimu
bergerak menurut rahasia ketenangan, kekosongan namun bergerak seperti
angin. Bocah itu bergerak mengikuti petunjuk itu. Dan lihat, ia seperti tetap di tempat semula (wu wei).
"Kong men quan"! Seru si Kakek, " arahkan pikiranmu ke pintu gerbang
kekosongan, dan Yu men quan, ikutilah ke dalam inti gerakan di sekitarmu.
Yangjing membuat gerakan seperti seekor belut di pusaran air, tubuhnya
nampak diam, namun terdengar suara, "Wus"sst"wus". Dalam waktu kurang
dari 4 detik, ia telah melakukan 18 gerakan yang kecepatannya sulit
diungkapkan dengan kata-kata.
Waktu tubuhnya berhenti pada posisi tulang belakang mendongak ke langit, si Kakek melanjutkan dengan perkataan, "taiyi wuxing qinpu, ambil dan menyatulah dengan lima unsur terbesar yang bergerak di sekitarmu! Kali ini gerakan
Yangjing terlihat lamban, kadang kaki kiri melebar ke belakang dan kaki kanan ditekuk sejajar dengan dengan tanah, sedangkan tubuhnya berada pada satu
garis lurus dengan badannya, sehingga seperti seekor naga bertapa. Tiba-tiba ia melesat sejauh tiga tombak, dan bergerak membentuk bintang. Tubuhnya tetap
dalam posisi seperti itu, tetapi kakinya bergerak ringan seperti kapas tertiup angin.
Lie A Sang menangguk-anggukkan kepalanya, tanda dia puas sekali. Tiba-tiba si Kakek berseru nyaring, "jiu gong shi ba tui, delapan belas tiang sembilan istana.
Yangjing menatap matahari, kaki kanan diangkat , tiba-tiba tubuhnya melesat ke sembilan arah membentuk lingkaran-lingkaran kecil sebanyak sembilan kali.
"Jing zhi, berhenti sejenak!" Jangan boroskan tenagamu untuk menahan
gerakan kaki kanan, tapi salurkan kearah pinggul." Demikian si Kakek
menjelaskan. Inilah intisari Beng Pao Heng Bi Juan ciptaan Zhang Sanfeng. Ilmu langkah ajaib ini menjadi unsur inti ilmu silat Zhang Sanfeng yang belum pernah muncul
didunia persilatan, karena ia baru dapat menjiwai ilmu ini pada waktu usianya sudah sangat tua. Dengan ilmu ini, walaupun usianya sudah sangat tua, ia
sanggup mendaki puncak Tian Zhu tanpa kesulitan yang berarti. Seratus
empatpuluh tujuh langkah dewa ini disebut Shen De Bu Fu Tui Dong Yang atau
Langkah Dewa Mendorong samudra.
Inti pokok ilmu ini terletak pada pemahaman bahwa apabila seseorang
melepaskan diri dari gerakan, ia berada dalam posisi gerakan yang terpusat. Ia memiliki kemampuan untuk mengambil benefit dari segala sesuatu yang
bergerak disekelilingnya. Mengambil perubahan gerakan untuk mencapai natural harmony. Zheng Yang Jing seolah tidak bergerak, pada saat menggunakan
Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, diam di tempat, tetapi sesungguhnya ia telah
bergerak secepat perubahan angin dan menyatu dengan perubahan lima unsur
di sekitarnya. Menyatu dan harmoni dengan gerakan di sekitarnya.
Jing zhil (anak Jing), demikian suatu pagi Lie A Sang berujar, setiap engkau melangkah menurut Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, ingatlah bahwa semua
gerakan harus harmoni dan menyatu dengan gerakan di sekitarmu. Yang Jing
memandang wajah Lie A Sang, matanya bersinar begitu terang menandakan ia
memiliki otak yang luar-biasa cerdas. "Dengarkanlah apa yang dikatakan Zhang Sanfeng Tai shifu:"
Meletakkan tigapuluh jeruji menjadi roda
Ada ruang kosong ditiap-tiap jeruji,
kosong, diam, bersatu dengan gerakan angin yang dihempaskan roda-roda.
Meletakkan tanah liat, membuat guci;
Ada ruang kosong diantara tangan tukang guci dan guci.
Kosong, diam, bersatu dengan gerakan angin membentuk guci
Shen de bu fu tui dong yang, langkah dewa mendorong samudra
Tidak bergerak, diam, kosong membuka samudra
Membentuk lingkaran, mengejar ombak
Tujuhpuluh tiga memberi, tujuhpuluh empat menghisap
Laksana naga mendekam, menjuluskan lidah, menggoyangkan ekornya
Demikian juga Shen de bu fu tui dong yang.
"Jing zhi, mengertikah kamu?" Kongkong, "apakah artinya "Tidak bergerak, diam, kosong membuka samudra, membentuk lingkaran, mengejar ombak?"
"Seseorang yang ingin mencapai pengertian penuh Shen de bu fu tui dong yang, ia perlu mempelajari sifat-sifat roh! Ia bisa berada di dalam kobaran api, tetapi ia tidak merasa panas. Sungai-sungai di Tionggoan boleh membeku, tetapi ia tidak merasa dingin." Engkau bergerak dalam keharmonbisan yang sempurna dengan
lawan-lawanmu, sehingga menyatu dengan gerakan itu. Pada saat itulah engkau seolah diam dan kosong. Lawan-lawanmu hanya berada di dalam gerakan.
Segala yang bergerak perlu disatukan dengan keberadaan yang kosong dan
tidak bergerak. Jadi Shen De Bu Fu Tui Dong Yang adalah sebuah diskusi,
diskusi antara dirimu sendiri dengan gerakan yang bergerak di luar dirimu, antara pikiranmu dan pikiran lawanmu, antara perubahan dan yang tidak berubah,
antara yang disebut ada yang yang tidak ada." Lie A Sang menjelaskan
Bab 4: Pertempuran di Wudangshan
Delapan belas pendekar Tienshan itu telah tiba di Wudangpai. Mereka semua
duduk bersilah di pelataran depan Wudangpai. Keadaan mereka sangat
menyedihkan, tampak darah masih menetes dari lengan-lengan mereka yang
kutung. Sekali-kali mereka menarik nafas panjang, memang tidak ada keluhan
keluar dari mulut mereka. Namun tampak jelas bahwa jiwa mereka dipenuhi
dengan dendam kesumat, sekaligus keputus-asaan yang dalam.
" Long shihing, apakah Chen Sie Cin Ta Shifu, mau menerima kita?" Tanya Xing Lei. "Lei di, Chen tashifu pasti mau mendengar kita!" Jelas Xing Long.
Sementara itu dari dalam keluar empatpuluh pendeta Tao. Di depan berdiri lima orang pendeta agama Tao. Orang pertama adalah Chen Sie Cin, ketua
Wudangpai, empat orang yang berdiri di sampingnya adalah para murid kepala: Ho Lian Taosi, Liang Hung Taosi, Sima Hung Taosi, dan Koo Pai Taosi.
"Sahabat-sahabat pendekar dari Tienshan, kelihatannya saudara-saudara
sedang menghadapi kesulitan besar sehingga mau menempuh jarak yang begitu
jauh dari utara untuk datang ke Wudangshan."
Inilah suara ketua Wudangpai, keras, kuat, dan tidak mengenal kompromi. Ia
memang seorang yang memegang teguh disiplin, tidak akan segan-segan
menindak para muridnya yang melanggar peraturan partai atau menodai prinsip-prinsip kehidupan pendekar yang harus berpegang teguh kepada kebenaran dan
membela yang lemah.
"Chen Ta shifu, maafkan kami, delapanbelas orang murid Tienshan, yang datang menganggu ketenangan. Kami sedang menghadapi kesulitan dan malapetaka
besar. Karena mengingat hubungan baik antara shifu dengan Chen ta shifu,
kami memberanikan diri datang ke sini untuk memohon nasihat dan
pertolongan."
"Jangan ragu-ragu, katakanlah, kami akan mendengarkannya!"
"Shi De Yuan Ta Shifu telah dibunuh orang!
Bergetar tubuh ketua Wudangpai ini, wajahnya pucat dan gigihnya bermertak.
Dengan suara yang menggelegar karena digerakkan oleh qigong yang tinggi,
"Siapakah yang membunuhnya!"
Ia betul-betul sangat terkejut, sebab ia mengenal dengan pasti siapa Shi De Yuan itu. Bukan saja ketua Tienshanpai itu adalah pamannya sendiri dari garis ibunya, tetapi juga ia mengenal kedalaman dan kesempurnaan kungfunya. Ia
berpikir, apabila ia telah berhasil dibinasakan oleh seorang musuh, maka dapat dipastikan bahwa musuhnya adalah orang yang memiliki kungfu yang luar-biasa hebat.
"Bagaimana cara ia dibunuh, dikeroyok, atau melalui pertarungan satu-lawan
satu!" Apakah orang yang sama juga yang telah membuntungi lengan kalian?"
Xing Long menjelaskan,
"Pembunuhan itu terjadi tiga bulan yang lalu, pada waktu Shifu sedang berada di Lian bu thia seorang diri, ia bertarung dengan seorang musuh yang misterius karena cara dia bergerak adalah sangat cepat dan wajahnya tidak begitu jelas untuk bisa dikenal. Ia mati tanpa tanda-tanda bekas luka di tubuhnya. Tetapi yang mengherankan, dari mata, hidung, dan telinga menguncurkan darah
berwarnah biru tua. Isi dadanya ternyata hancur luluh dihantam oleh tenaga
yang luar-biasa. Dari bekas-bekas di lantai lian bu thia, yang kelihatan hanya dua pasang kaki yang bergerak menurut unsur sie ping ma (empat derajat
kuda)." "Lan wu po huai gu ge " halimun biru menghancurkan tulang!" Ilmu iblis yang pernah ditentang oleh dunia persilatan. Siapakah iblis itu"
"Kongkong, Jing mendengar tindakan kaki orang di belakang gundukan batu itu!"
Tiba-tiba Yang Jing berbisik di telinga Lie A Sang. Lie A Sang tampak
terperanjak, namun kemudian tersenyum.
"Jing zhi , apapun yang terjadi aku tidak menghendaki kamu melakukan gerakan apapun, dengar dan pelajarilah perkembangannya. Beritahu Kongkongmu
apabila kamu menemukan sesuatu yang luar-biasa."
"Baik Kongkong." Kemudian ia duduk di tanah menyatu dengan pendekar
Tienshan. Wajahnya tampak tenang sekali, tetapi alisnya berkerut
"Ilmu itu sudah musnah atau tidak muncul lagi sejak seraturatus tigapuluh tahun yang lalu, bagaimana tiba-tiba mengambil korbannya lagi" Oh...dunia persilatan akan kembali terjadi banjir darah!! Oh". Tien Shen" (Tuhan langit)?"
Wajahnya nampak berduka sekali. "Pendekar mana yang bisa mengatasi
kungfunya?"
Selagi Chen Bangzhu berpikir keras, tiba-tiba saja dari tempat kejauhan
terdengar suara tawa iblis.
"Ha"ha"ha"kelinci-kelinci Wudang masih sedikit punya kepandaian sehingga
bisa mengenal Lan wu po huai gu ge! " Ha..ha"ha" tidak percuma Zhang
Sanfeng mendirikan partai ini. Dulu dia membinasakan salah satu nenek
moyangku, tapi sekarang " sekalipun ia bangkit dari kubur tidak akan bisa
bertahan lebih dari seratus jurus melawanku"ha"ha..ha"
"Manusia berhati iblis, keluarlah dari tempat persembunyianmu!" Teriak Ho Lian Taosi menggeleggar karena memang ia ahli nuegong (tenaga dalam).
Iblis ini tidak melayaninya, ia malah mengancam,
"Kuberi waktu setengah peminuman teh bagi murid-murid Tienshanpai untuk
memberitahukan dimana Shi De Yuan menyembunyikan Shen Ta lek ling quan,
atau mereka mati dengan cara yang sama!"
Kembali Chen Bangzhu terperanjat, "Apa" Shen ta lek ling quan" Ilmu inipun
sudah tidak diketahui siapakah yang mewarisi dari pendekar besar Xunzi."
Dari keheranan, Chen Bangzhu berubah menjadi marah sekali.
"Iblis haus darah sekali ini engkau tidak akan dapat menyentuh kulit murid-murid Tienshan, kerena mereka berada di wilayah Wudangpai, dan aku sendiri yang
akan melindungi mereka!" Jawabnya tegas.
"Ha"ha"ha, akan kubuktikan sebentar lagi, Wudangpai bisa berbuat apa!" ha"
ha"ha"ha?"
Terdengar suara tertawa iblis yang panjang, dan masih sayub-sayup terdengar ketika orang misterius itu pergi dari tempat nya.
"Kongkong, orang itu masih ditempatnya." Kata Yang Jing. Lie A Sang hanya
tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Perlahan-lahan ia mendekati
ketua Wudangbai,
"Cin shidi (adik seperguruan Cin), ilmu orang itu sangat luar-biasa, berhati-hatilah!" katanya.
"Sang shihing (kakak seperguruan Sang), ia lihai sekali bahkan kedatangannya saja tidak bisa ditangkap dengan telinga kita. Tapi aku tidak bisa membiarkan murid-murid pamanku dibinasakan di hadapan mataku!"
"Bolehkah aku membantumu, Cin shidi?" "Pada saat aku membutuhkan
bantuanmu, bantulah!" kata ketua ini.
Keadaan menjadi sunyi sekali, semua dicekam oleh ketegangan yang aneh.
Situasi seperti ini pernah terjadi ratusan tahun yang lalu, di mana dunia wulin (rimba persilatan) dibuat tegang dan ketakutan dengan kemunculan seorang iblis tua yang sangat dasyat ilmunya. Satu demi satu jago-jago wulin dibunuh dengan tanda-tanda yang sama, yaitu: dari mata, telinga, hidung mengucur darah
berwarna biru tua, dan isi dadanya hancur luluh. Iblis tua ini mengaku dirinya sebagai Chu Jung. Karena begitu banyak pendekar yang mati secara
mengenaskan, membuat para pendekar menjadi marah. Orang-orang wulin
mendatangi Zhang Sanfeng dan Shi Kuang Ming (pendekar sakti dari Tienshan)
dan mendesak mereka membasmi Chu Jung. Mereka berdua dikalahkan dan
terpaksa melarikan diri. Selama setahun dua pendekar ini menyelidiki dengan teliti titik lemah ilmu Lan wu po huai gu ge. Setelah menggabungkan kedua ilmu mereka dan menciptakan jurus pamungkas untuk melumpuhkan Lan wu po huai
gu ge, mereka berangkat bersama-sama untuk menempur Zhu Jung.
Di pegunungan Kunlun, berdekatan dengan Tienshan, akhirnya mereka
menemukan Zhu Jung. Mereka bertempur dengan dasyat. Melalui pertempuran
di Kunlunshan inilah, Zhu Jung dapat dibinasakan oleh kedua pendekar itu.
Semenjak saat itu, ilmu Lan wu po huai gu ge tidak pernah muncul lagi di dunia persilatan. Dunia wulin menduga, Zhu Jung tidak memiliki keturunan ataupun
ahli waris. Demikian juga ilmu pamungkas ciptaan kedua pendekar itu tidak
pernah muncul lagi di wulin. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila Chen Sie Cin Shifu terperanjat mendengar ilmu iblis ini memakan kurban lagi di jaman ini.
Jarak setengah peminuman the telah lewat, semua orang telah bersiap
menghadapi si iblis. Tidak perlu ditunggu lebih lama, karena tiba-tiba serangkum hawa dingin menerpa orang-orang itu. Dan sesosok tubuh yang mengenakan
jubah biru, dan juga topeng warna biru pula telah berdiri di hadapan mereka entah kapan. Tubuhnya sedang-sedang saja, sorot matanya tajam bagai
sembiluh. Tidak nampak ia membawa pedang ataupun golok. Ia berdiri dengan
jarak duabelas tombak dari hadapan Chen Bangzhu.
Ia berkata dengan suara sedingin salju,
"Waktu telah habis, kalian harus memberitahukanku di mana Shie De Yuan
menyembunyikan titipan laksamana Zheng He, kalau tidak aku bersumpah
membasmi kalian semua termasuk yang melindungi!"
"Manusia berhati Iblis, jagalah serangan kami!"
Ho Lian Taosi, Liang Hung Taosi, Sima Hung Taosi, dan Koo Pai Taosi sudah
tidak sabar lagi, mereka berempat maju dan menyerang dengan ilmu khas
Wudangshan yang menekankan penggunaan sinkang. Jubah yang membungkus
tangan mereka berkibar-kibar mengeluarkan hawa sakti yang bukan main
kuatnya. Ho Lian dan Liang Hung menyerang dari bawah, sedangkan Sima
Hung dan Koo Pai menyerang di bagian atas. Inilah jurus kungfu yang disebut Yin Yang Ba Gua Chang ciptaan Zhang Sanfeng. Serangan ini bergelombang
menimbulkan hawa panas dan dingin yang silih berganti. Pada umumnya orang
yang diserang dengan kungfu semacam ini pernafasannya menjadi sesak
karena pengaruh hawa Yin dan Yang, kemudian tidak memiliki kontrol yang baik dalam hal mempertahankan diri.
"Ho " ho"ho" Yin Yang ba gua chang " sudah kehilangan inti aslinya "


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ho..ho..ho" sudah tidak sedasyat Zhang Songxi and Zhang Cuisan yang
memainkan "Cuma tersisa gayanya saja, sedangkan intinya telah hilang"ho
".ho"tidak berguna sama sekali."
Sekali tangannya bergerak, maka keempat murid utama Chen Bangzhu sudah
terlempar delapan tombak dengan mata, hidung, dan telinga mengucurkan darah berwarna biru, dan tidak beberapa lama, mereka menghembuskan nafasnya
tanpa sempat mengeluarkan suara lagi. Sungguh ilmu yang sangat dasyat tetapi kejih.
Raut wajah Chen Bangzhu menjadi merah padam, seolah-olah api telah
membakar dadanya. Ia melompat maju.
"Hari ini aku harus mengadu nyawa dengan kau, manusia jahanam!"
Chen Bangzhu menyerang dengan ilmu Wudang yang sudah masak dan
sempurna, maka serangannya tidak bisa dibandingkan dengan keempat
muridnya. Ia menggerakkan seluruh kekuatan sinkangnya, dan sambil melompat
tinggi, tiba-tiba tubuhnya meluncur cepat menyerang orang itu.
Maka terjadilah pertempuran yang sangat dasyat. Jurus-jurus simpanan
Wudangpai dikeluarkan semua dan dilepaskan dengan sinkang yang tidak
tanggung-tanggung lagi. Kali ini ketua Wudangpai telah mengambil keputusan
untuk membinasakan Lan wugui (Iblis halimun biru) atau ia sendiri binasa di tangan si iblis.
Sukar untuk dilukiskan jalan pertarungan ini dengan kata-kata, karena masing-masing mempergunakan sinkang yang dasyat dan sekaligus gingkang yang
sudah mencapai tingkat yang sangat tinggi sekali. Serangan-serangan kedua
ahli mencicit-cicit bagaikan suara tikus tercepit dan makin lama makin tajam.
Sementara itu sebagian besar orang yang melihat pertempuran itu menjadi
menggigil, puyeng, bahkan tidak kurang dari duapuluh tujuh orang tergeletak pingsan karena tidak kuat menahan mendengar beradunya sinkang dan
kiekhang. "Jiugong Shibatui (delapan belas tendangan Sembilan pil ar)?" Seru Chen
Bangzhu. Tubuhnya melesat bagaikan burung rajawali yang melepaskan tendangan,
sedangkan tangannya membentuk sembilan lingkaran yang mengeluarkan hawa
mujijat menderu-deru. Ini salah satu ilmu Wudang yang sangat sulit dipelajari, karena membutuhkan ginkang dan sinkang tingkat tinggi.
Lan wugui tidak menjadi keder dengan ilmu ini, dengan sangat cepat dan sigap ia juga melancarkan serangan dengan kuat dan cepatr.
"La wu guan yingzi (halimun biru membuka bayangan)".!"
Duapuluh empat gerakan telah dilancarkan hanya dengan satu serangan.
Semua orang terbelalak menyaksikan kecepatan serangan ini. Karena tubuhnya
seakan-akan berubah menjadi halimun biru yang diterjang badai, sebentar
nampak sebentar hilang. Luar-biasa.
Mata Yang Jing melihat ilmu orang ini tanpa berkedip. Ia berguman,
"Sungguh sangat dasyat "hampir-hampir tidak ada lowongan untuk
mematahkan serangan ini!" Namun Chen su kong (Kakek Chen) dapat
mempergunakan Yuanzhou Fudiquan (monyet memecah, mendekamdi tanah),
karena tidak ada halimun yang menyentuh tanah. Halimun selalu berada di atas permukaan tanah. Begitu ia menyentuh tanah, maka sirnalah halimun."
Demikian Yangjing berpikir. Ia melirik ke arah Kongkongnya berdiri, ia tampak kaget, karena Kongkongnya juga memandang kepadanya sambil tersenyum.
Rupanya Lie A Sang dapat juga menyelami jalan pikiran Yang Jing.
Yang Jing memang anak yang sangat aneh, kungfunya masih belum bisa
mencapai ketinggian ilmu di otaknya. Kemampuan menganalisa dan mencernah
luar biasa, namun karena masih terlalu kecil, maka kungfunya tidak bisa
menandingi otaknya. Daya kemampuan otaknya berkembang jauh lebih pesat
dari pertumbuhan tubuhnya.
" Yuanzhou Fudiquan! " seru Chen Bangzhu.
Secara mendadak tubuhnya mendekam di tanah rendah sekali, dan halimun biru
itu lewat sedikit di atas tubuhnya tanpa bisa menyentuhnya. Sedangkan kedua tangannya disembunyikan di belakang punggungnya. Dua detik setelah halimun
itu lewat, ia kembali melancarkan serangan.
"Kong men quan (jurus pintu gerbang kehampaan) ?" desis Chen bangzhu lirih.
Dan tubuhnya melayang-layang seperti kapas tertiup angin. Seolah-olah dirinya menyatu dengan halimun biru itu. Kemanapun halimun itu bergerak, di situ pula tubuh Chen Bangzhu di dapati. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama.
Pemandangannya seperti pasang kekasih yang bermadu cinta di angkasa,
namun kenyataannya tidaklah demikian. Kedua orang itu sedang menggerakkan
ilmu pada tarap pamungkas. Jika sudah demikian, hanya orang yang benar-
benar memiliki ilmu yang sempurna dan murni yang bisa menghentikan
pertumpahan dari kedua belah pihak.
Dari suasana seperti inilah, mendadak Lan wugui melancarkan ilmu
pamungkasnya. "Lan wu po huai gu ge, lan wu shen ling na qu lai (Halimun biru menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma)." Dengan suara yang sangat nyaring. Tidak kurang dari sedeheman kuda, ia telah melancarkan duabelas serangan
pamungkas yang menggiriskan dan kejih sekali.
"Celaka! Seru Yangjing dan Lie A Sang hampir berbareng. Rupanya, Lan wugui sudah
menunggu-nunggu Chen Bangzhu mempergunakan ilmu Kong men quan,
sebelum ia melancarkan ilmu pamungkasnya lan wu po huai gu ge, lan wu shen
ling na qu lai. Karena Kedua ilmu ini memiliki sifat yang saling bertentangan, yang satu bertahan, dan yang lain bersifat menyerang; demikian juga sebaliknya, bila lawan kong men quan itu bertahan, maka ilmu ini akan berubah menjadi
penyerang yang luar-biasa. Namun, setelah Zhu Jung, pencipta Lan wu po huai gu ge, dibinasakan oleh Zhang Sanfeng dan Sie Kuang Ming, pewaris Zhu Jung
menyerpurnakannya. Pada waktu itu Zhang Sanfeng dan Sie Kuang Ming
menggabungkan Kong men quan dan Xing Long guan Shandong Quan (naga
sakti membuka goa) menjadi ilmu sejati yang bersifat membinasakan. Sangat
dasyat, namun ada kekuatan yang mengerikan di dalam ilmu ini, seperti naga
sakti yang liar. Hanya ada satu cara jika ilmu ini dipergunakan, yaitu: kebinasaan dengan isi dada luluh-lantak.
Tetapi sifat jurus Lan wu po huai gu ge, lan wu shen ling na qu lai telah berubah jauh lebih sempurna dibanding dengan yang dipakai oleh Zhu Jung waktu
menempur kedua pendekar besar itu. Jangankan hanya Kong men quan,
biarpun Xing Long guan shandong quan juga hadir, belum tentu bisa
menaklukkan ilmu ini. Sedangkan ilmu ciptaan yang berdasarkan kedua ilmu
yang disatukan itu tidak diketahui siapa pewarisnya.
Lan wu po huai gu ge, lan wu shen ling na qu lai menyeruat dasyat menggempur daya tahan kong men quan, tersiar bau bunga siang yang keras. Dua detik
sebelum ilmu ini menyentuh Chen Bangzhu, tubuhnya sudah bergetar hebat,
lunglai, dan tenaga sinkangnya buyar begitu saja.
"Blaaaaaaar?"?"".cus?"?"".des?".!" terjadi pertemuan dua tenaga
raksaksa yang luar-biasa hebatnya, kira-kira duabelas kali banyaknya.
Lie A Sang sudah berdiri di samping Chen Bangzhu, menyelamatkan jiwanya
sedetik sebelum ilmu Lan wugui menyudahi riwayatnya. Sedangkan Lan wugui,
telah mencelat pergi sambil berseru, "Ilmu Chen Sie Cin sudah tigaperempat
bagian telah musnah, aku akan datang lagi untuk mengambil nyawa Lie A Sang
yang telah melanggar janjinya untuk tidak berkecimpung lagi di dunia persilatan."
"Sang Shihing kau"...kau".." Kata Chen Bangzhu dengan wajah yang sedih
sekali. "Shidi, mulai saat ini aku tidak bisa zhang zhuang (berdiri tegak) di luar
pertapaanku, Aku haru memenuhi semua sumpahku di hadapan makam Zhang
Sanfeng Ta Sigung."
"Shihing, kenapa engkau selalu menolak menjadi ketua Wudangpai, dan memilih untuk cuci tangan dari dunia persilatan" Kenapa" Shihing "diriku sudah
menjadi manusia yang tidak berguna, masakan shihing masih berdiri kukuh
dengan pendirian itu?"
"Shidi, itu memang jalan hidup yang telah ditetapkan oleh Thien Shen bagiku.
Inilah tao yang harus kuikuti. Aku akan bertapa di samping makam Ta Sigung, selamanya. Soal engkau kehilangan tigaperempat bagian kungfumu, kemudian
menjadi manusia tidak berguna, itu tidak betul."
"Mari ikut aku ke tempat pertapaanku!" Jing zhi ajak Sie De Hu ke tempat kita.
Kita mengobati luka-luka Sukongmu ini dan luka pada lengan De Hu, sedangkan sisanya para murid Wudangpai bisa mengobati sama baiknya."
Bab 5 Buddha menabur Hujan Badai
Banyak orang akan kagum dan hormat bila mendengar nama harum pangeran
Hsing Ta Siong disebutkan. Selain sangat ahli ilmu strategy perang, ia juga memiliki kungfu yang lihai. Tutur-bahasanya halus,juga di mbangi dengan wajah yang gagah tampan dan ramah. Tidak mengherankan bila banyak orang
menghormati dan mengaguminya, bahkan Kaisar Zhu Di (Yongle atau Yunglo)
sangat mempercayainya. Banyak posisi-posisi strategis ditempatkan oleh kaisar dibawah pengaruh dan kekuasaan pangeran ini. Hanya komando militer saja
yang berada di luar jangkauan pangeran Hsing Ta Siong.
Kaisar Zhu Di menaruh kepercayaan penuh kepada jendral Gan Bing untuk
menguasahi kekuatan militer kekaisaran Ming. Seorang jendral yang gagah
berani, jujur, dan keras kepribadiaannya. Ilmu perang yang dikuasahinya tidak bisa dipandang enteng. Karena di bawah kepemimpinannya, suku-suku liar di
utara, terutama orang Mongol, tidak bisa menembus masuk daerah Tionggoan
karena sukarnya membobol keperkasaan pasukan-pasukan berkuda jendral Gan
Bing. Pengaruh kekuatan perang jendral ini meluas sampai ke pedalaman Selat Korea dan Jepang.
Delapan bulan setelah kaisar Zhu Di memindahkan ibukota negara dari Nanking ke Peking, jendral Gan Bing diangkat menjadi jendral besar yang memiliki
kekuasaan sangat besar. Benteng-benteng pertahanan kekaisaran Ming berdiri
angker disegani banyak lawan. Jendral Gan Bing memperlengkapi pasukan
pertahanan kota dengan 40.000 kuda-kuda dari Ferghana yang dikenal sebagai
pasukan kuda langit.
Tidak mengherankan apabila kaisar Zhu Di menaruh kepercayaan yang begitu
besar kepada jendral Gan bing, karena di tahun 1408, ia menjadi salah satu
tulang punggung kekuatan pasukan kaisar Zhu Di ketika kaisar ini memimpin
sendiri penyerangan terhadap gabungan pasukan utara di bawah pimpinan suku
Mongol dan menghancurkan mereka.
Pangeran Hsing Ta Siong memiliki hubungan yang akrab dengan jendral ini.
Acapkali mereka bertukar-pikiran soal ilmu perang.
"Jendral Gan, ilmu perang yang kukuasahi masih lebih rendah tiga tingkat
dibandingkan dengan ilmu yang kau kuasahi. Aku sungguh-sungguh kagum!"
"Ha"ha"ha" pangeran Hsing pandai merendahkan diri, semua orang tahu
gabungan ilmu perang dan ilmu silatmu sulit ditandingi oleh siapapun. Pangeran seorang ahli strategi yang sulit dicari duanya di kolong langit ini"ha"ha..aku betul-betul takluk! Ilmu perang yang kupelajari tidak ada seperempat bagian dari ilmu perang Yongle Hong Chu (Kaisar Yongle) yang telah menguasahi ilmu
perang Sun Zi dengan sempurna. Hong Chu kita betul-betul seorang arsitek
perang yang luar-biasa hebat!"
"Hong Chu juga seorang pemburuh yang cakap!" Tambah Pangeran Hsing. "Aya
" hal berburuh ini yang betul-betul merisaukan hatiku. Setiap kali Hong Chu berburuh, urusan tanggung jawab negara selalu ditaruh di pundakku. Dan setiap Hong Chu berburuh, selalu muncul pula pemburuh-pemburuh liar yang ingin
menjadikan Hong Chu sasaran buruhannya. Selain itu tidak jarang, justru pada saat Hong Chu berburuh, srigala-srigala negara selalu menyerang dengan tiba-tiba untuk mengambil alih kekuasaan Hong Chu"aya"ini yang betul-betul
merisaukan hatiku!" Keluh jendral Gan Bing.
Selagi mereka asyik berbicara, masuklah seorang gadis berumur lima belas
tahun. Matanya menyinarkan kecerdikan sekaligus kebengalan. Bajunya biasa
saja, tidak terlalu mewah, gabungan warna biru dan putih. Wajahnya cantik
sekali. Mata dan bibirnya memiliki daya tarik yang luas-biasa kuat. Sinar
matanya begitu jernih, tajam, sedikit bengal dan galak. Bibirnya berbentuk indah, merah dan nampak selalu basah segar. Terdapat sebuah lesung pipit di sebelah kanan pipinya manakala ia tersenyum. Rambutnya dibiarkan begitu saja, tanpa perhiasan. Tubuhnya tinggi semampai, dengan buah dada yang tampak mulai
menonjol indah.
"Paman Gan, selamat siang, bi ren (saya yang rendah), Li Fong, memberi
hormat. Apakah Paman baik-baik saja selama ini?"
"Fong zhi, wa " wa " sudah semakin dewasa, tampak bertambah gagah dan
cantik jelita. Sudah berapa tahun usiamu sekarang?"
Jendral Gan menatap Li Fong lekat-lekat. Rasa kagum terpancar dari pandangan matanya. "hampir enambelas tahun, paman!" jelas Li Fong dengan hormat.
"Ilmu silatmu pasti sudah meningkat pesat! Betapa inginnya aku melihat kamu melakukan pibu dengan keponakanku, Gan Bu Tong. Pasti akan ramai sekali.
Kalian akan menjadi pasangan yang setimpal dari berbagai banyak hal!"
Li Fong menatap mata jendral Gan penuh selidik. Masih segar dalam
ingatannya, betapa jendral Gan berusaha mendekatkan keponakannya itu
dengannya. Dalam hati Li Fong, ia mengakui bahwa Bu Tong adalah seorang
pemuda yang gagah dan berilmu tinggi. Ia adalah murid tunggal dari Xing Dao Xuezhe (sastrawan golok sakti), Lin Taokang. Pernah sekali ia menyaksikan ilmu goloknya. Gerakannya sangat indah. Kadang-kadang bergerak seperti orang
melukis, namun tiba-tiba bergerak begitu cepat membentuk huruf-huruf tertentu yang tidak bisa diduga arah gerakannya. Ilmu yang sangat halus tetapi
mengeluarkan sinar-sinar kilat yang dapat membinasakan musuhnya dalam jarak yang tidak terlalu dekat. Gingkangnya sangat istimewa. Ia bisa bergerak jauh lebih cepat dari burung walet.
Li Fong sempat berkenalan dengan pemuda ini. Ia memiliki kesan, pemuda ini
pendiam, dan memandang terlalu tinggi diri sendiri sehingga cenderung
memandang rendah orang lain. Bersikap acuh-tak- acuh. Namun, Li Fong
mengetahui, Bu Tong seringkali mencuri pandang dan menatapnya lama sekali.
Sikap seperti ini tidak disukai oleh Li Fong.
"Fong Zhi, usiamu sudah limabelas tahun, tidak ada salahnya bersahabat
dengan Bu Tong." Demikian kerapkali jendral Gan membujuknya."
Siang itu, ia baru tiba ke rumah ayahnya, bersama dengan Kongkongnya.
Wajahnya tidak gembira, lebih banyak cemberut daripada senangnya pulang
rumah. Ia langsung saja masuk ruang depan istana ayahnya, sehingga tidak bisa menghindari pertemuan dengan Jendral Gan Bing.
"Bi ren berusia hampir enamtahun. Ada apakah paman?"
Jendral menatapnya lekat-lekat sambil tersenyum, "Aku ingin mengundangmu
dan ayahmu makan malam bersama di rumah paman, apakah Fong zhi
bersedia?"
"Li Fong baru saja datang, paman. Ingin melepas rindu kepada ibu."
"Ibumu juga bisa ikut, kita bisa berbincang-bincang bersama sambil menikmati xie rou yu mi geng (Kepiting masak jagung manis), Sechuan huntun (Soup
wonton Sichuan), la jiao chao ming xia (udang goreng pedas), dan tidak
ketinggalan Beijing kao ya (Bebek Peking) masakan koki istana Hongchu."
Li Fong sadar undangan ini pasti tidak dapat ditolak. Ia mengerti, tujuan jendral Gan adalah mempertemukannya dengan Gan Bu Tong. Li Fong menjadi serba
salah dan bingung. Menurut adatnya yang bengal, ingin ia mengatakan tidak
kemudian pergi begitu saja.
"Fong Zhi, di mana kongkongmu?"
"Kongkong ada di ruang perpustakaannya ayah, katanya ia tidak mau diganggu
selama tiga hari."
"Paman, Li Fong masuk dulu ingin ketemu ibu." Tanpa menunggu jawaban, Li
Fong meninggalkan ruang tamu untuk menjumpai ibunya.
"Niang" Fong zhi datang!
"Oh.. Fong zhi, anakku, kenapa baru sekarang datang?" Ayah dan ibumu sangat rindu dan menguatirkan dirimu." Bersiaplah, malam ini kita makan malam di
rumah jendral Gan. Ibu berharap, Fong zhi bisa berkenalan lebih erat dengan Bu Tong."
"Niang "Fong Zhi tidak mau pergi ke rumah jendral Gan, Niang dan Tia-tia saja yang pergi, Fong ingin istirahat." Li Fong meninggalkan ibunya dan bergegas menuju kamarnya sendiri.
Menjelang sore hari, nampak seorang gadis memakai pakaian ringkas dan
membawa buntalan di punggungnya melompat keluar dari jendela kamar
Pangeran Hsing Ta Siong. Gadis itu adalah Hsing Li Fong. Jiwa penggembara
yang sudah tertanam begitu dalam di hidupnya mendorongnya untuk pergi dari
istana orang tuanya. Tidak ada satu pengawal istana yang bisa melihat
gerakannya. Ia berlari cepat meninggalkan gedung itu.
Tiga li sudah dilewati dengan sangat cepat. Ayahnya pun tidak akan sanggup
mengejarnya. Ketika ia sedang berlari melompati kebun seorang saudarang
pedagang textil, ia merasakan serumpun hawa sakti menerjang punggungnya. Ia berkelit, namun hawa sakti itu terus mengejar tanpa dapat ditolaknya. Tanpa dapat dicegah lagi, kekuatan hawa sakti itu menghantam punggungnya dengan
keras. "Buk ", ia jatuh di kebun itu! Keadaan membangkitkan amarahnya. Ia cepat
berdiri, mengatur pernafasannya, kemudian dengan menggunakan jurus Fo Jing
Xin kai kong (Buddha meditasi membuka hawa), ia menerjang orang bertopeng
yang menyerangnya itu.
"Fo Jing Xin Kai Kong ?"..!!!
Orang bertopeng itu memapaki serangannya dengan tangan terbuka lebar,
sehingga terjadi pertemuan dua ilmu sakti yang menimbulkan goncangan di
sekitarnya. "Des..!"
Pertemuan dua ilmu sakti itu berakibat sangat luar-biasa. Bunga-bunga dan
pohon di sekitar kebun itu menjadi layu seperti terbakar dalam waktu sekejab.
Lie Fong menjadi sangat terkejut dan tertegun, sebab ia merasakan betapa
hebat tenaga sakti orang bertopeng itu. Isi dadanya terguncang, sehingga ia harus mengumpulkan hawa sakti dari Diantan, agar isi perusnya tidak
terguncang. Ia menatap orang itu dengan terheran-heran. Ia berpikir keras,
siapakah gerang orang ini. Ia sanggup menahan jurus ketiga dari Telapak
Tangan Buddha. "Siapakah kau! Ada urusan apakah denganku?"
Orang itu tidak menjawab sepatah-katapun, ia cuman mendengus. Detik
berikutnya, orang bertopeng ini kembali menyerang. Serangannya sangat
istimewa, telapak tangan kirinya mengarah ke langit dan tangan kanannya
menyeruak ke depan membentuk gerakan segitiga lancip.
Li Fong menjadi gelagapan melihat serangan ini. "Fo Bo bao Feng Yu (Buddha
menabur hujan badai), jurus ke delapan Telapak Tangan Buddha tingkat
sembilan." Li Fong menjadi pusat pasih, dengan sekuat tenaga ia berusaha
menghindar dari serangan ini. Namun ilmu ini telah mengurungnya ke segala
penjuru mata angin. Tanah di sekitarnya menjadi porak-poranda seperti
dihantam badai dari atas dan membentuk seperti corong tengkurap. Li Fong
menjadi tidak berdaya, ilmunya seakan-akan telah melebur menjadi satu dengan ilmu orang bertopeng itu, dan menyerang dirinya secara bersamaan.
Li Fong berdiri lunglai, sementara itu serangan orang bertopeng itu sudah
mengarah ke arah jantungnya. Li Fong merasa hidupnya segera tamat, ia
meramkan matanya, dan mencoba menerima kematian dengan berani.
Ia mendengar deru serangan orang itu sudah sangat dekat dengan jantungnya.
Ia merasakan gelombang yang susul-menyusul mengarah jantungnya sebelah
kiri. Namun tiba-tiba hawa serangan itu berubah menjadi sejuk dan membuat
nafasnya berjalan normal kembali. Ia membuka matanya, ia sangat terkejut
sekali, sebab orang bertopeng itu masih berdiri di dekatnya sambil tersenyum, Bab 5B: Hsing Li Fong mulai menjelajah dunia persilatan
"Fong Zhi, Fo Bo Bao Feng Yu tidak bisa dilawan dengan mata tertutup, harus dengan jurus serangan yang semestinya lebih tangguh dari ilmu ini!"
"Kongkong "ah" kongkong"kaukah itu"!"
Li Fong menjerit lirih, hatinya lega sekali. Ia merasa telah terbebas dari
kebinasaan. Pengemis sakti tangan kilat, Hsing Yi Tung membuka topeng yang
menutupi mukanya. Dengan pandangan matanya yang sangat tajam, si
pengemis sakti ini menatap Li Fong. Ada hawa marah menyelubungi pupil
matanya. "Fong Zhi, mengapa kamu minggat dari rumah ayahmu!" Apakah kamu sudah
mulai melupakan Kongkongmu"! Ayo jawab, anak manja, bengal, minta dihajar!"
Li Fong tidak menjawab. Ia hanya menatap langsung pada mata si Pengemis
sakti ini. Ia berusaha menahan air-mata yang mulai jatuh bercucuran. Ia
menangis tanpa mengeluarkan suara. Betapa keras hati gadis ini. Tidak
terdengar seduh-sedan. Ia telah mengerahkan hawa murni melalui dian-dan
sedemikian rupa agar tidak menangis tersedu-sedu. Namun ia gagal
membendung air-matanya. Ia menatap wajah pengemis sakti itu dengan air mata memenuhi kelopak matanya.
Sedikit demi sedikit, hawa amarah yang memancar dari mata pengemis sakti
tangan kilat ini mulai sirna. Tangannya memegang pundak Li Fong dengan
lembut. "Fong Zhi, cucuku, sudahlah " Kongkong tidak marah lagi. Mari kita duduk di bawah pohon itu, sambil berbicara."
Di bawah pohon rindang itu, kakek dan cucu ini mulai berbicara.
"Fong Zhi, kongkong tidak akan mengijinkanmu pergi sebelum menguasahi fo bo bao feng yu, fo zou chuang shan (langkah buddha membela gunung), dan Fo fen da hai (Buddha mengacau lautan)."


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi Fong tidak ingin tinggal di rumah! Fong tidak suka dipaksa-paksa
mengadakan ikatan dengan Gan Bu Tong!" Fong tidak mau!"
"Mari ikut kongkong!"
Digandengnya tangan Li Fong menuju ke kuil Wulongci (Kuil lima naga) yang
terletak limabelas li dari ibukota Peking. Kuil ini kosong, karena pemerintah daerah melarang kuil ini dipergunakan lagi, karena kuil ini pernah dipakai
sebagai tempat untuk pelesir pasukan berkuda bangsa Mongol.
Di ruang tengah dekat tempat sembayang, terdapat sebuah ruangan yang cukup
luas. Si pengemis sakti mengajak Li Fong duduk di tengah-tengah tempat
sembayang itu. "Fong Zhi, catatlah baik-baik di benakmu semua yang kukatakan dan
kupraktekan hari ini, jangan ada satupun yang hilang! Camkan baik-baik
perkataan kongkong hari ini! Sanggupkah kamu Fong zhi?"
"Fo bo bao feng yu, fong zou chuang shan (langkah buddha membela gunung),
dan Fo fen da hai (Buddha mengacau lautan) adalah tiga macam ilmu yang
berbeda-beda unsur dan sifatnya, tetapi satu jiwa. Ketiganya seperti air yang murni. Ketiganya dapat membersihkan semua kotoran, sama seperti air sifatnya.
Tetapi, yang pertama bergerak seperti api, ganas dan bersifat memusnahkan
segala sesuatu di sekitarnya. Yang kedua bersifat seperti sinar yang bisa
menerobos semua lubang yang paling kecil sekalipun. Dan yang ketiga bersifat seperti gelombang arus chi yang meremukkan semua unsur di dalam tubuh,
tanpa merusak luarnya.
Perhatikan baik-baik!"
Pengemis sakti ini mulai membeberkan seluruh teori yang diajarkan itu dalam gerakan kungfu. Pada waktu ia bersilat dengan Fo bo bao feng yu, dari telapak tangannya keluar serangkum tenaga mujijat yang menderu-deru seperti air bah yang ditumpahkan begitu saja dari langit ke seluruh penjuru mata angin. Tanah di sekitarnya menjadi porak-poranda seperti dihantam badai dari atas dan
membentuk seperti corong tengkurap " inilah Buddha menabur hujan badai "
luar-biasa bagaikan air bah yang mengempur tanggul besar.
"Shuuut".blaar."
Batu sebesar kerbau yang terletak disamping arca buddha hancur luluh akibat pukulan langsung dan menghasilkan debu yaang membubung setinggi
empatpuluh dua kaki.
Hsing Li Fong meleletkan lidahnya begitu melihat kedasyatan jurus fo bo bao feng yu.
"Sekarang perhatikan baik-baik jurus Fo Fen Da Hai (Buddha mengacau lautan).
Satu jurus, dengan limapuluh tujuh gerakan yang saling susul menyusul.
Salurkan tenaga sakti sepenuhnya pada gerakan melingkar.!"
Mulailah Pengemis sakti ini mendemonstrasikan jurus buddha mengacau lautan.
Sepasang tangan dan kakinya bergerak seperti menari-nari di angkasa. Bila
diperhatikan dengan mata yang terlatih, akan terlihat bahwa tangan si pengemis seperti tangan pematung yang sedang mengukir patung yang bermutu tinggi.
Setiap gerakan memukul, menusuk, memapras, mengkikis, dan mendorong
selalu di kuti dengan bunyi seperti beradunya dua benda keras yang dipukulkan secara bersamaan dan pakaian pengemis sakti ini berkibar-kibar bagai tertiup angin puyuh.
Sampailah ia pada gerakan ke limapuluh enam. Tiba-tiba ia mencelat tinggi, dan turun dengan gerakan seperti orang memutar gilingan gandum. Tanah di
bawahnya berhamburan membentuk lubang besar seperti disapu bersih oleh
tangan yang tidak nampak. Sampai pada gerakan terakhir, ia merentangkan
tangannya lebar-lebar dan menghantam dinding tanah berlubang itu. Tidak
nampak akibat apa-apa dari gerakan terakhir.
Li Fong menjadi terheran-heran. Ia melihat dahi kongkongnya basah oleh
keringat, dan nafasnya sedikit tersengal. Namun sungguh mengherankan, ia
tidak melihat hasil yang memuaskan dari jurus Buddha mengacau lautan itu.
"Fong Zhi, jangan terheran-heran seperti itu, kemarilah!"
"Kongkong, Fong tidak melihat sesuatu yang leuar-biasa dari jurus ini. Memang sangat indah sekali, tetapi tidak menghasilkan hasil yang dasyat.!"
"Fong Zhi, Buddha mengacau lautan diciptakan oleh seorang tukang pembuat
guci dari Yangshao, di tepi Huang Ho (Sungai Kuning). Ia hanya bisa
menghasilkan sebuah guci dari hasil karya seninya selama setahun. Ia tidak bisa membuat guci lebih dari dari satu dalam tempo setahun. Semua guci yang ia
buat selalu rusak berantakan. Bukan hanya itu, guci-gucinya hancur berantakan dan tidak berbentuk lagi. Jangan dipikir ia kurang ahli membuat guci. Sama
sekali tidak, semua guci yang hancur berantakan itu sudah selesai
pembuatannya, sangat indah, dan memiliki nilai seni yang sulit dicari
tandingannya. Namun pada proces mengukir, guci-guci itu hancur berantakan,
dan sulit dikenali lagi bentuknya. Sebab-musabab dari kehancuran guci-guci itu diakibatkan oleh pukulan tangannya sendiri. Memang aneh, tetapi memang
begitulah Wang Ming Mien, si guci sakti dari Yangshao, membuat gucinya. Cara ia membuat guci sangat berbeda dengan orang lain. Guci dibuat bukan dengan
tangan, tetapi dengan sinkang yang sangat luar-biasa tingginya. Dari tanah liat sampai proces pembakaran dilakukan dengan tenaga sakti, bukan dengan alat,
api, atau pun barang-barang lain. Pada suatu pagi, di musim semi, ketika Huang Ho mengalirkan airnya begitu jernih, orang dikejutkan dengan suara tawa yang keras dari rumah kecil di tepi Huang Ho . Orang-orang menjadi terheran-heran, sebab tidak biasanya mereka mendengar Wang Ming Mien, si guci sakti, tertawa.
Karena ingin tahu, orang-oran desa Yangshao mendekati rumah Wang Ming
Mien. Keheranan mereka menjadi semakin bertambah, karena mereka melihat Si
Guci Sakti memiluk guci hasil buatannya tahun ini. Tiba ia berdiri dan berkata,
"Lihatlah guci ini, betapa indahnya bukan" Lihat"lihat! Ia berteriak-teriak, lihatlah keindahan guciku." Semua orang ingin tertawa, tetapi tidak berani karena mereka sudah mengetahui keanehan si Guci sakti ini."
"Fong Zhi, mengapa orang kampung Yangshao tertawa ketika melihat guci itu"
Mereka terheran-heran, sebab guci yang dihasilkan oleh Si Guci sakti kali ini adalah guci yang sangat buruk baik dalam bentuk ataupun ukirannya. Pada saat si guci sakti menghasilkan guci yang sangat indah, esok harinya, orang kampung melihat guci itu sudah hancur berantakan dan dibuang di pinggir rumahnya,
sehingga rumahnya penuh dengan pecahan guci. Tetapi kali ini, Wang Ming
Mien tidak menghancurkan gucinya, buruk, tetapi ia katakan guci terbaik dari yang pernah ia buat."
"Fong Zhi, guci terakhir itu dilihat sepintas lalu memang buruk, tetapi guci itu diukir dan dibentuk dengan ilmu khusus yang telah ia latih dan dalami selama bertahun-tahun, yang ia namakan jurus Fo Fen Da Hai (Buddha mengacau
lautan). Bentuk kulit muka guci itu tampak buruk, tetapi Wang Ming Mien telah berhasil mengukir lapisan kedua dari guci itu tampak merusak lapisan luarnya dan tidak menghancurkan bentuk asli gucinya. Ia telah berhasilkan menciptakan sebuah kungfu yang sangat dasyat. Dengan kungfu ini, ia bisa membentuk atau menghancurkan sesuatu tanpa merusak bentuk luar dan kulitnya. Cobalah
sentuh dinding tanah itu."
Li Fong mendekati dinding tanah berlubang itu. Tiba-tiba ia menjerit lirih,
"Aih".biur"."
Begitu ia menyentuh dinding tanah itu, ternyata lapisan tanah di baliknya telah hancur luluh.
"Fong Zhi, itulah kedasyatan ilmu Fo Fen Da Hai. Tingkat kongkong masih
rendah, sehingga tidak bisa melakukan apa yang Si Guci sakti lakukan.
Kongkong hanya mempelajari dari catatan pujangga Liang Zhen, guru sastra si Guci sakti, tetapi itu bukan catatan asli si Guci Sakti. Kabarnya Liang Zhen hanya dapat mencatat duapertiga bagian dari Fo Fen Da Hai, karena si Guci
maut telah menghilang dari dunia Wulin. Konon, si Guci Sakti mengukir ilmunya pada lapisan kedua guci buatannya yang terakhir. Banyak ahli silat mengaduk-aduk kuburannya di desa JiangZhai dekat Xian, tapi sejauh ini tidak ada kabar ada orang yang berhasil menemukan guci itu atau mewarisi ilmunya."
"Kongkong, di manakah kira-kira guci itu berada" Apakah Si Guci sakti telah memusnahkannya?"
"Kongkong tidak tahu! Tidak mungkin si Guci sakti memusnahkan ilmunya begitu saja setelah dengan susah payah diciptakannya. Fong Zhi, tiga ilmu ini
merupakan salah satu ilmu yang paling menggemparkan dunia wulin ratusan
tahun yang lampau. Ingat baik-baik dan berlatihlah sungguh-sungguh. Kongkong tidak bisa menemanimu lagi karena Kongkong juga segera akan meninggalkan
kotaraja Peking. Semua teori kungfu yang kumiliki telah kau ketahui semuanya, sekarang tinggal bagaimana kamu melatihnya. Kongkong yakin, dengan ilmu
yang kau miliki saat ini, tidaklah sulit untuk melatih tiga ilmu terakhir yang kumiliki. Nah, selamat berpisah cucuku, jaga diri baik-baik."
Belum sempat Li Fong berbuat sesuatu, si pengemis sakti tangan kilat telah
melompat jauh meninggalkannya sendiri di dalam kuil Wulongci.
"Kongkong "kongkong, kadang-kadang sikapmu sangat mulia seperti
pahlawan, namun kadangkala amat kejam seperti siluman kepada orang lain.
Entah berapa orang yang binasa secara mengenaskan di bawah gerakan
tanganmu. Orang Wulin menganggapmu sebagai tokoh hitam yang sangat
ditakuti. Tapi bagiku, engkau adalah seorang tua yang kesepian, yang
membutuhkan sahabat" kongkong"kongkong."
Sehari semalam, Li Fong menghafalkan semua teori kungfu dari Kongkongnya,
kemudian merenungkannya.
Bab 6: Perkumpulan Rahasia Hung Hua Bai
Hsing Li Fong meninggalkan Wulongci pada hari ketiga di pagi hari setelah
merenungkan tiga ilmu terakhir: Fo Bo Bao Feng Yu, Fo Zou Chuang Shan
(langkah buddha membela gunung), dan Fo Fen Da Hai yang dimiliki Pengemis
Sakti Tangan Kilat, Hsing Yi Tung, kakeknya. Dari ketiga ilmu itu hanya Fo Zou Chuang Shan yang belum pernah ia lihat, sehingga terasa sulit baginya untuk mencernah inti gerakannya apalagi melatihnya. Sungguhpun demikian, seantero ilmu itu sudah berada di otaknya, sehingga ia yakin tidak akan lupa lagi.
Li Fong tiba di sebuah kota Henting yang terletak duapuluh li dari Huangshan (pegunungan Huang), di sebelah selatan propinsi Anhui. Dara perkasa ini
merasa kagum melihat keindahan kota kecil ini. Tidaklah heran jika ia sangat terpesona sebab Huangshan adalah sebuah pegunungan yang luarbiasa
indahnya. Tanah yang naik-turun, kemudian meliuk begitu manis melintas di
kepanjangan empatpuluh kilometer dari arah utara ke selatan dan tigapuluh
kilometer dari arah barat ke timur. Di tengah-tengah tujuhpuluh puncak yang menjulang tinggi, terdapat tiga danau besar yang sangat indah pemandangan
alamnya. Pohon-pohon yangliu menghias kota Henting menjadi seperti
mempelai alam yang menajubkan bagi siapa saja yang memandangnya.
Udaranya sangat sejuk, dengan bebauan khas yang keluar karena bunga-bunga
lotus merah dan putih menjadikan kota ini terasa segar dan hidup. Bunga sejenis ini banyak tumbuh di danau-danau dekat kaki pegunungan Huangshan dan
dipercaya sebagai simbol kebaikan, keagungan, dan kesucian.
Yang mengherankan Li Fong, kota Henting ini sangat sepi, daerahnya hidup,
tetapi penduduknya tidak nampak bahagia. Di setiap sudut kota banyak didapati manusia-manusia yang berwajah murung dan putus-asa. Tidak terdengar
mereka bersenda-gurau atau bercaka-cakap satu sama lain sebagaimana
lazimnya sebuah kota yang hidup. Li Fong memasuki sebuah restaurant yang
tampak paling ramai dari semua tempat yang dilewatinya. Bau aroma bebek
panggang terasa mengiris-iris perutnya yang sudah lapar dan menggelitik
hidungnya yang sangat paham soal makanan enak. Dengan buntalan yang
selalu menghias punggungnya ini, Li Fong memasuki restaurant itu. Suasananya sangat bertolak-belakang dengan di luar. Hampir di setiap meja banyak orang orang bercakap-cakap dan tertawa-riang. Di setiap meja banyak terdapat paling sedikit lima jenis makanan kelas tinggi. Panggang burung dara Nanjing juga
disediakan di restaurant ini. Belum lagi bauhi saus kepiting Sichuan juga ada.
Pemandangan ini betul-betul membuat selera makan Li Fong tertantang.
Ketika dara cantik ini memasuki ruangan, semua mata tertuju kepadanya. Mata laki-laki yang memandang dengan berbagai macam perasaan. Tetapi rata-rata
dengan nafsu buaya yang rakus. Seorang lelaki yang setengah tua juga
memandang kepadanya dengan jakun yang naik-turun. Bahkan ada yang
memandang begitu rupa sampai air liurnya menetes. Dari kepala sampai ujung
kaki dilahap habis oleh semua mata yang memandangnya.
"Hei, Asiong, lihat itu " lihat tubuhnya, yang jenis ini betul-betul tidak pernah kulihat sebelumnya, betul-betul luar biasa moleknya!"
"A"on bercermin dulu! Dasar katak buduk! Kalau aku ini" baru dia mau. Aku
tergiur dengan bagian dadanya"seperti puncak honglung (naga merah) gunung
Huangshan! Kalau aku tidak bisa mendapatkan dia, akan segera mati menyesal.
Hmm". Aku harus memperkenalkan diri, dia pasti mau jadi istri keduaku."
"i h..tidak tahu malu" kulit sudah hitam gelap, pendek, gendut lagi"kalau aku ini, baru dia kesemsem. Tuh lihat rumahku, kudaku, dan?"
Belum si Abin habis berbicara, yang lainnya lagi sudah menyahut
?"dan matamu yang juling karena terlalu banyak melirik bini orang. Sudah"
sudah .. Ssst lihat kembang lotus merah, calon biniku, ini mendekati tempat duduk kita.!"
Jangan dikira Li Fog tidak mendengar percakapan mereka. Dia sudah sangat
marah. Kedua pipinya merah, dan senyumnya menjadi sangat manis. Inilah ciri-ciri Li Fong yang sedang marah. Semakin manis senyumnya semakin panas
hatinya. Dengan tenang ia duduk di tengah-tengah ruangan. Tiba-tiba, seperti ada yang memberi komando, para pengunjung restaurant itu menggeser tempat duduknya
sedekat mungkin dengannya. Li Fong sangat muak melihat sikap dan tingkah
laku mereka, tetapi ia tetap menunjukkan tindakan seolah tidak mengambil
peduli. Ia memesan dua masakan: bebek panggang, tahu mofu, dan tidak lupa
Hulam Hongciu (arak merah dari Hulam).
Salah seorang teman Asiong yang bertubuh paling besar dengan sebuah
pedang pada punggungnya, namanya Chung Ie Siang, datang ke meja Li Fong.
"Gu niang yang cantik manis, boleh aku memesan lagi beberapa masakan dan
kita makan bersama-sama?"
Tanpa menunggu jawaban Li Fong ia sudah duduk semeja dengannya dan
segera memesan masakan yang termahal di restaurant itu: Sup sirip ikan hiu dan Hung ie lung shan (Ikan dewa naga merah). Li Fong tersenyum semakin manis
dan bibirnya setengah terbuka membuat Ie Siang dan orang-orang yang dekat
dengannya terpesona melihat rongga mulut yang berwarna merah segar dengan
gigih-gigih yang berderet rapi dan indah.
"Oh " Kuan Yin "yang agung, gadis ini benar-benar cantik luar-biasa!"
Kata seorang sastrawan muda yang sedang duduk di pojok ruangan lirih.
Tanpa berbicara sepatah-katapun, Li Fong mengambil makanan mahal itu
dengan sumpitnya dan mulai makan sambil tersenyum semakin manis kepada Ie
Siang. Ie Siang menjadi salah mengerti. Ia berpikir Li Fong tertarik kepadanya, maka dengan berani ia menggeser tempat duduknya lebih dekat sambil mengangkat
sumpitnya hendak mengambil daging ikan.
Tetapi entah bagaimana, sumpitnya selalu bertubrukan dengan cawan arak di
tangan kiri Li Fong. Ie Siang tertawa terbahak-bahak.
"Ha "ha"ha"bidadariku ternyata suka juga bermain-main. Baiklah mari kita
bermesraan dulu dengan sumpit dan cawan!"
Tangannya segera bergerak cepat dan kuat untuk mengambil gumpalan daging
ikan.Li Fong bergerak lebih cepat lagi. Kemanapun sumpit bergerak, cawan di tangan kiri Li Fong selalu dapat menahannya. Sudah lebih dari empatpuluh
gerakkan dilancarkan oleh Ie Siang, namun sambil tetap makan, Li Fong selalu dapat menggagalkannya tanpa banyak kesukaran sedikitpun.
Sedetik sebelum Li Fong menghabiskan daging ikan itu, tiba-tiba ia
mengerakkan sumpitnya begitu rupa ke arah mulut Ie Siang yang terbuka. Tidak dapat dicegah lagi, sebuah kepala ikan penuh dengan saus masuk ke dalam
Pedang Pusaka Buntung 5 Pertarungan Dikota Chang An Seri 2 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Cinta Bernoda Darah 1
^