Pencarian

Penelitian Rahasia 2

Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Bagian 2


mulutnya. Ia kelabakan sekali, dan kali ini ia bergerak bukannya ingin mengambil daging ikan, tetapi untuk mengeluarkan kepala ikan itu dari mulutnya.
"Puah".bangsat! " keparat!...cindil "clurut"tikus! Siluman betina kurang ajar, rasakan ini!
Ie Siang yang sangat marah ini segera mengeluarkan pedangnya dan
menyerang kalang kabut ke arah Li Fong.
"Pemuda ceriwis dan kurang ajar, sekarang nonamu yang memberi pelajaran,
supaya lain kali tidak seenaknya menghina orang!"
Ia memapaki serangan Ie Siang dengan sumpit di tangannya. Sekali tangan
kanannya bergerak, sumpit itu mengeluarkan bunyi menderu mengarah ke arah
mulut Ie siang. Mana bisa pemuda berandalan ini menahan serangan Li Fong
yang digerakkan dengan sinkang tingkat tinggi.
"creng"creng"jus?""aduh!"
Semua mata di restaurant melihat betapa sumpit kecil di tangan Li Fong itu
berubah menjadi senjata yang hebat sekali, hanya dengan satu gerakan
sederhana, sumpit itu telah amblas menembus dua sisi mulut Ie Siang.
Karena tidak kuat menahan sakit, Ie Siang membuang pedangnya, dengan
bergulungan di lantai, ia berusaha menarik keluar sumpit itu dari mulutnya.
Melihat ini, teman-teman segera mengeluarkan senjatanya masing dan bergerak mengeroyok Li Fong.
"Iblis betina darimana berani menyombongkan kepandaian di daerah kekuasaan
Hung Hua Bai dan melukai teman kami?" Ayo teman-teman kita tangkap siluman
ini, dan kita bawa ke sarang untuk diadili di depan Kongzhu!"
"Buaya..buaya darat majulah semua, nonamu ingin tahu apa itu Hung Hua Bai!"
Lebih dari delapan orang bergerak mengurung Li Fong dengan senjata di
tangan. Abin, si mata juling, berteriak,
"Tangkap?"?"?""!
Secara serentak mereka bergerak menyerang Li Fong. Li Fong yang semula
masih duduk di tempatnya semula itu, kini berdiri tegak. Ia sudah mengambil keputusan menurunkan tangan kejam kepada orang-orang ini.
Tidak ada satupun senjata yang dapat mengenahi tubuhnya yang bergerak
lincah itu. Sebaliknya, ketika Li Fong balas menyerang, tidak ada satu orang pun yang luput dari sambaran tangannya yang membagi-bagi tamparan.
"Plak .. plak "plak"!"
Delapan orang itu seketika mengaduh-ngaduh sambil memegangi mulutnya
yang berkelepotan darah. Ada yang giginya rompal, ada yang rahangnya retak, dan yang paling parah adalah Asiong, Abin dan A"on, rahang bawah mereka
remuk, dan tampak darah keluar dari kedua telinganya.
Li Fong dengan tenang meninggalkan restaurant itu. Kini semua mata hanya
memandang jerih kepadanya. Ketika ia sampai di dekat pintu keluar, ia dihadang oleh seorang pengemis tua yang menyodorkan mangkok buntutnya.
"Gu niang?"
tiba-tiba si pengemis berkata kepadanya dengan suara lirih.
Li Fong memandang kepadanya. Si pengemis hanya memandang sekilas, dan
kemudian mengalihkan matanya pada mangkoknya. Li Fong mengikuti
pandangan si pengemis itu, dan ia melihat secarik kertas kumal terlipat kecil di dalam mangkok buntut itu. Sambil menaruh sekeping uang perak kecil ke dalam mangkok itu, Li Fong memungut lipatan kertas kecil tersebut.
Ia menaruh kertas itu ke dalam sakunya sambil terus berjalan ke arah losmen yang berdekatan dengan pintu gerbang kota. Ia menyewa kamar yang terletak di sebelah timur. Di dalam kamar itu, ia membuka lipatan kertas dan ia melihat sebuah pesan sederhana.
Semakin cepat meninggalkan kota Henting, semakin baik. Berhati-hatilah
dengan kumpulan rahasia Hung Hua Bai.
Li Fong hanya tersenyum membaca itu.
"Hmm..hendak kulihat seberapa lihai Hung Hua Bai"
Gadis perkasa ini meletakkan buntalannya di kasur. Melihat buntalannya, seolah ia teringat sesuatu. Segera ia mengambilnya kembali, dan dipeluknya buntalan itu. Wajahnya tampak sedih sekali.
"Maafkanlah aku"bagaimana keadaanmu sekarang" Apakah engkau
membenciku?"
Dengan memeluk buntalannya, Li Fong membaringkan tubuhnya. Matanya
memandang langit-langit, hatinya melayang jauh, entah apa gerangan yang
berkecamuk di dalam hatinya.
Dalam keadaan melamun ini, Li Fong tidak menyadari ada sepasang mata
mengintai gerak-geriknya. Sepasang mata ini mencorong tajam sekali.
Gerakannya seperti kapas yang melayang di permukaan tanah, tidak
meninggalkan bunyi apapun, begitu ringan, sehingga tidak tertangkap oleh
telinga gadis gemblengan seperti Li Fong.
Tanpa disadari oleh si pemilik mata itu, begitu ia melihat Li Fong, ia bergumam sendiri
"Sungguh menawan "bung ayang baru mekar " luar biasa indah"hmm."
Sangat pelan ia bergumam, tetapi sudah cukup bagi Li Fong untuk menangkap
getaran suara itu dan membuyarkan lamunannya.
"Siapa mengintai "."
Tangannya menghantam jendela,
"Brak!"
Dan dalam waktu sekejab ia telah berada di wuwungan atas dan melihat
bayangan merah bergerak sangat cepat menuju ke arah selatan pegunungan
Huangshan Bab 6 (B): Terjebak di Tanha Jian
Li Fong dengan gesit mengejar bayangan itu. Ia berusaha memperpendek jarak, namun bayangan itu memiliki gingkang tidak bawah tingkatnya. Ketika memasuki Hung Hua Sen Lin (Hutan bunga merah), mendadak bayangan itu hilang begitu
saja seolah-olah telah menyatu dengan bunga-bunga merah di sekitarnya.
Li Fong menjadi sangat penasaran. Dalam keadaan bingung, ia bukanlah Li
Fong kalau sampai kehilangan akal. Ia segera sadar bahwa ia juga bisa berbuat hal yang sama seperti bayangan itu, karena ia juga mengenakan pakaian
berwarna merah. Dengan cepat sekali, ia melakukan gerakan Gui Beihou Yun
(siluman di balik awan), dirinya mendadak juga hilang dan menyatu dengan
warna merah. Li Fong bersembunyi di balik serumpun hunghua, sehingga dengan bebas ia
bisa mengintai sekelilingnya. Dengan sabar, seperti seekor ular menunggu
mangsa keluar dari sarangnya, ia bersikap menunggu daripada mencari. Kurang dari sepemanakan nasi, Li Fong melihat seorang pemuda tampan keluar dari
tempat persembunyiannya. Pakaiannya berwarna merah, dengan menyandang
pedang yang bersarung dan beronce-ronce merah juga. Rambutnya disisir rapi, dan memiliki mata yang mencorong licik seperti seekor ular piton. Mulutnya
menyeringai seperti mengejek.
"He"he"he bidadari cantik, ternyata cerdik juga engkau. Mari keluarlah dan
berkenalan. Aku tahu di mana kamu bersembunyi, sebab aku dapat
membedakan bau badanmu dengan bau hunghua."
Merah wajah Li Fong mendengar kata-kata ceriwis ini. Segera ia melompat
keluar berhadapan dengan pemuda itu.
"Hendak lari kemana kamu, penjahat pengintai yang tidak tahu malu. Sekarang jawab pertanyaanku, "Apa maumu mengintai orang yang sedang tidur?""
Pemuda itu tersenyum, memang sangat tampan, tetapi di balik senyumnya
mengandung hawa maut yang menakutkan.
"He " he "he"mengintai bidadari yang sedang tidur adalah kesenanganku,
dan menikmati bau badan yang lebih harum dari Hunghua juga impianku selama
ini. Kuperkenlakan namaku ?"
Belum habis ia berbicara, Li Fong sudah memotong.
"Siapa sudi mengenal namamu, dan siapa mau berkenalan dengan laki-laki
ceriwis seperti buaya darat. Engkau laki-laki kurang-ajar yang patut dihajar sampai babak belur!"
Li Fong berdiri menantang dengan senyum yang luarbiasa manisnya. Mulutnya
seolah mengulum senyumnya begitu rupa, membuat pemuda itu terkesiap begitu
memandangnya. "Gu niang, aku, Chu Hung Kiau, ingin mengikat persahabatan denganmu,
masakan tidak boleh. Aku pemuda yang tidak jelek, dan kau gadis yang cantik, kita bisa menjadi pasangan yang serasi!"
Li Fong tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang berkilat bersih itu.
"Laki-laki semacammu itu sama sekali tidak berharga di hadapan nonamu,
bersiaplah menerima hajaran dariku."
Tanpa menunggu jawaban, Li Fong segera melancarkan serangan kilat dengan
tangan kanan terbuka, sedang tangan kiri membentuk siku empatpuluh lima
derajat. "Sambutlah "!"
Hung Kiau juga tidak mau mandah saja dihajar dengan pukulan Li Fong. Ia juga mengeluarkan ilmunya. Ia menyambut serangan Li Fong dengan ilmu yang
sangat aneh. Tubuhnya ditekuk seperti belalang, sedang tangan kanannya
membentuk cakar rajawali dengan tangan kiri membentang seperti sayap.
Serangan pemuda ini mengandung hawa dingin yang kuat sekali.
"Plak " plak " des..!"
Keduanya mundur tiga tindak akibat bentuk dua ilmu yang sama-sama hebat itu.
Tidak ayal lagi keduanya mulai bergebrak dengan mengeluarkan jurus-jurus
serangan. Semula mereka bergerak tidak begitu cepat, lebih banyak saling
menjajaki untuk mengenal sampai dimana kekuatan lawannya. Tetapi lambat
laun, tubuh mereka berkelebatan seperti dua burung walet yang saling mematuk.
Tujuhpuluh delapan jurus sudah berlalu, namun Li Fong merasakan bahwa
lawannya memiliki sinkang yang setarap dengan sinkangnya. Ia menang sedikit di gingkang. Dari penasaran, Li Fong menjadi marah sekali. Ilmu simpanannya mulai dikeluarkan yang mengakibatkan timbulnya angin yang menderu-deru.
"Lau Fo Yikai Yun (Buddha Tua menghalau awan) ?""
"Hunghua sin xuefung (bunga merah angin salju)".."
Tidak dapat dicegah lagi dua ilmu pusaka dunia persilatan beradu dengan
luarbiasa dasyatnya. Tubuh Hung Kiau sempoyongan dan darah segar meleleh
melalui mulutnya, sedangkan Li Fong terpukul mundur dua tindak.
"Anak goblok " menghadapi ilmu picisan begitu saja sudah keok, ayo bangun
dan lawan lagi dia, awas kalau kau kalah, aku bersumpah membuntungi kedua
kakimu!" Tiba-tiba muncul seorang laki-laki tua yang berjenggot dan beralis merah berdiri di belakang Hung Kiau. Perawakannya sangat luar-biasa, kakinya tinggal satu, rambutnya riap-riapan dan matanya bersinar seperti iblis saja. Jubahnya juga berwarna merah, ia memegang sebuah tongkat yang terbuat dari lagom yang
mengeluarkan sinar kehijauan. Ini dia Iblis Tua Bunga merah (Hunghua Laumo).
Salah seorang datuk persilatan yang namanya menggetarkan, karena ilmunya
yang sukar diuukur tinggi dan anehnya. Iblis tua ini adalah seorang yang sangat beracun, selain kejam luar-biasa, ia juga seorang ahli racun yang lihai sekali.
Hung Kiau berdiri sempoyongan, ia mengumpulkan tenaga saktinya untuk
mengatasi luka dalam yang ia derita. Matanya beringas menatap Li Fong.
Segera setelah itu, ia menyerang Li Fong dengan sangat hebatnya. Namun Li
Fong dengan tenang memainkan laufo yikai yun, tenaga saktinya bergerak
lembut, tetapi menggiriskan, karena getaran gempurannya yang bersifat tajam bagai sembiluh. Hung Kiau mulai terdesak lagi kali ini lebih hebat dari semula.
"Hunghua fubao hun (Bunga merah membelai sukma)?"..!!!!!
Hunghua Laumo berseru memberi petunjuk kepada Hung Kiau. Tiba-tiba ilmu
silat Hung Kiau berubah hebat sekali. Semua serangan Li Fong seperti dielus begitu rupa, sehingga daya serangannya lemah. Ilmu yang dimainkan Hung Kiau mulai memberi tekanan yang begitu rupa, dan memaksa Laufo Yikai Yun berada
di bawah angin. Kali ini, Li Fong yang terdesak mundur, sebab jurus Buddha
menghalau awan ini tidak berdaya menghadapi Hunghua Fubao Hun.
Li Fong, tiba-tiba, bergerak dengan Gui Beihou Yun (Siluman di balik awan), dan muncul dengan cepat dengan jurus serangan baru.
"Shouzhang Fo qingchu Zhu (Telapak Buddha membersihkan bamboo)?""!!!"
Serangan Li Fong kali ini membahana begitu cepat. Menderu-deru bagai topan
yang mengamuk. Ilmu ini merupakan ilmu pamungkas yang mengangkat nama
Pengemis Sakti tangan kilat, Hsing Yi Tung, di dunia persilatan. Sangat jarang ada tokoh Wulin yang bisa bertahan lebih dari limapuluh jurus menghadapi
serangan ilmu ini.
Hung Kiau terkejut setengah mati, tetapi sudah terlambat, ilmu Li Fong sudah mengurungnya, tubuhnya terpental kesana-kemari. Karena sebelum tubuhnya
menyentuh tanah digulung oleh dayan serang ilmu ini, Li Fong sudah mencelat dekat dan mengirim pukulan susulan, begitu terus menerus.
Begitu Hung Kiau terpental yang kedelapan kalinya, Li Fong segera mengirimkan serangan terakhir yang akan segera mengakhiri riwayat hidup pemuda itu. Hung Kiau yang sudah pucat pasih hanya dapat memandang terbelalak.
Pada saat yang berbahaya baginya, tiba-tiba ia menggelundung seperti
trenggiling kesakitan, dan melemparkan bungkusan merah ke arah bagian yang
sangat pribadi di sekat selakangannya.
"Aih ". Bangsat curang ". tidak tahu malu!"
Pada saat seperti ini, naluri kewanitaannya bekerja otomatis mendahului
gerakan silatnya. Secara otomatis, Li Fong melindungi bagian tubuh yang sangat pribadi itu dengan cara memukul hancur bungkusan merah itu.
Serbuk warna merah yang berbau harum menyengat berhamburan di udara.
Tidak ayal lagi, Li Fong menghirup serbuk itu. Tidak lebih dari sepuluh detik setelah ia menghirup serbuk itu, kepalanya menjadi pening, dan dia roboh
lunglai, tidak berdaya.
"Kiau Zhi, gadis siluman ini sangat berbahaya sekali, makin cepat dimusnahkan, akan makin baik." Kata Hunghua Laumo
"Thia, aku suka sekali gadis ini, lebih baik kita taruh dulu di Tanha Jian (Penjara Goa Katak), akan kubujuk untuk menjadi istriku!"
"Sampai berapa lama, kamu akan membujuknya" " enam bulan" Setahun"
Dua tahun?"
"Thia, akan kubujuk sampai dia menyerah dengan sukarela, kalau tidak biar
sampai tua dia tinggal di Tanha Jian!"
Segera Hung Kiau menggendong Li Fong dan berlari menuju lereng Huangshan.
Dengan menempuh jalan pendek yang berliku-liku, sampailah Hung Kiau di
sebuah istana kuno yang dibangun di lereng puncak Sinlu Tao. Ia membawa Li
Fong menuju ke ruang bawah tanah yang berdinding batu gunung yang sangat
kokoh dan tebal. Di ruang bawah tanah, tepatnya perut gunung, terdapat sebuah goa. Goa inilah yang disebut Tanha Jian, karena dihuni oleh katak-katak besar berwarna hijau tua. Ukuran katak-katak Tanha Jian luar-biasa besar, kira-kira tiga kali lipat ukuran katak besar pada umumnya. Goa ini dipisahkan dari dunia luar oleh sebuah pintu batu. Lima kaki dari pintu goa, terdapat sebuah sumur besar dengan kedalaman tujuhbelas kaki, di sumur inilah, Li Fong di penjara.
Racun bunga merah ciptaan Hunghua Laumo jenis yang satu ini seperti obat
bius, yang mengikat kurbannya seperti orang mati. Pernafasannya menjadi
sangat lemah, begitu lemahnya, sehingga orang yang tidak menginal sifat racun ini segera menyangka kurbannya telah mati. Hampir enam jam Li Fong
tergeletak pingsan.
Sore harinya, Li Fong baru sadar. Ia merasakan tubuhnya masih lemah dan
terasa sakit di sana-sini. Begitu sadar, ia cepat-cepat menggerakkan hawa
saktinya. Ia lega, hawa sakti di dalam tubuhnya bergerak normal. Ia berdiri dan memeriksa dinding goa itu, ia memukul di bagian-bagian tertentu untuk mencari kemungkinan ruang kosong di balik dinding goa.
Ia tahu bahwa dirinya telah dipenjarakan oleh tokoh Hunghua Bai. Di dalam Goa tidak terdapat apa-apa yaang bisa menolongnya keluar dari tempat itu. Ia melihat makanan yang masih panas dan nampak enak disodorkan melalui lubang kecil
di bawah pintu goa. Tetapi ia tidak berani menyentuh makanan itu, walaupun
perutnya dirasakan sangat lapar. Tetapi ia berpikir cerdik,
"Kalau akau tidak mengisi perutku dengan makanan, tubuhku akan menjadi
lemah dan akan sulit mempertahankan diri dari serangan musuh." Pikirnya.
Segera ia menyambar makanan itu, dan dimakannya dengan cepat. Setelah
makan, kembali ia memeriksa dinding goa tersebut, namun semuanya adalah
batu gunung yang ketebalannya sulit diukur.
"Gu niang, bolehlah mencoba menjebol dinding goa ini, tokoh yang paling sakti sekalipun tidak akan sanggup keluar lagi dari Tanha Jian. Hanya aku seorang yang sanggup menolongmu keluar. Asal engkau bersedia menjadi istriku
tercinta, segera kukeluarkan, dan kita akan hidup berbahagia. Jikalau engkau menolak, dengan terpaksa aku membiarkanmu hidup di dalam goa ini bersama-sama katak-katak raksasa seumur hidupmu."
Li Fong tidak menjawab bahkan tidak menggubris omongan Hung Kiau. Cuma
matanya mulai melirik kiri kanan, atas bawah. Dia melihat di dalam sumur yang lebar itu terdapat banyak sekali katak-katak besar. Kepalanya, matanya, dan kakinya luar-biasa besarnya. Li Fong merasa bergedik melihat katak-katak besar itu.
"Sudah kau lihat, betapa banyak dan besarnya katak-katak itu bukan" Sudahlah
" bidadariku, bersedialah menjadi istriku tercinta, segera kukeluarkan kau dari lubang itu. Aku tidak mau memaksa atau sampai merenggut kehormatanmu
dengan paksa, aku bukan Cai hua Zuifan (penjahat pemetik bunga)."
Li Fong menggertakkan giginya,
"Jangan mengira aku takut katak-katak, tidak ada suatu pun yang membuat aku takut. Kamu..jahanam pengecut " yang takut kepadaku. Mari kita bertanding
lagi, kujamin, kali ini akan kucopot nyawamu!"
"He..he..he kau akan menjadi perawan tua di goa itu, dan selamanya akan
ditemani oleh katak-katak itu " he"he"he?"
Begitulah, hampir setiap hari, Hung Kiau datang membujuk Li Fong, dan Li Fong selalu tidak menggubris. Mula-mula ia rajin membujuk, tapi karena Li Fong tetap tidak pernah menggubrisnya lagi, ia semakin jarang datang ke Tanha Jian.
Li Fong sendiri tidak pernah berhenti memeriksa dinding goa itu. Tapi ia selalu tidak melihat satu celahpun untuk dapat ditembus. Hanya sumur lebar itu saja yang belum dicobanya. Pada hari yang keduapuluh satu, ia sudah mengambil
keputusan untuk terjun ke sumur lebar itu.
Li Fong tidak bisa membedakan siang atau malam di dalam Tangha Jian, setiap hari ia hanya melihat lampu kecil dari minyak di luar pintu yang terus menerus menyala. Sinarnya bisa menerobos ke lubang makanan. Li Fong yang sudah
bertekat turun ke sumur lebar itu, sudah mengambil ancang-ancang. Ia sadar
begitu ia terjun ke sumur itu, akan sangat sukar untuk naik kembali. Tetapi ia sudah tidak mempedulikan lagi, ia segera terjun tanpa ragu-ragu lagi.
Begitu sampai di dasar sumur, katak-katak besar itu terkejut dan berloncatan ke dalam kolam air kecil dan menghilang di situ. Dari dasar sumur inilah, Li Fong dapat mendengar gema orang bercakap.
"Heran sekali, kenapa Kongzhu menyenangi gadis galak itu. Sudah dualupuh
satu hari ia dikurung di Tanha Jian. Kalau aku jadi dia, diberi saja obat bius bunga bunga, pasti ia akan segera tergila-gila kepada Konzhu."
"Selera konzhu sih nggak kayak seleramu, buaya juling, dia ingin gadis galak itu menyerah dengan sukarela."
Li Fong mulai melakukan penyelidikan. Dia mengeluh, di dasar sumur ini
ternyata dindingnya jauh lebih tebal dari yang di atas. Dan dia sudah tidak bisa kembali ke atas. Li Fong akhirnya duduk di tepi kolam. Dia sedikit bingung, karena ia tidak dapat lagi mengambil makanan dari atas lagi.
Dua hari di dasar sumur, membuat Li Fong menderita kelaparan, dan celakanya, tidak ada yang bisa dimakan di tempat ini. Ketika ia sedang melamun itu, tiba-tiba melompatlah seekor katak yang besar sekali. Li Fong melirik, si katak juga melirik kepadanya, diam-diam Li Fong membathin, "Kenapa tidak makan swiekie saja?"
Begitu mendapatkan ilham seperti itu, dengan sangat cepatnya, ia menangkap
katak itu, mengulitinya. Ia membuat api dari dua batu gunung yang ia pukul-
pukulkan satu sama lain. Mulai hari itu, hampir setiap hari ia makan swieke bakar.
Di dasar sumur inilah, Li Fong mulai merenungkan tiga ilmu yang sudah
dihafalkannya dengan baik, terutama fo zou chuang shan (langkah buddha
membela gunung). Ia merasa heran sekali menyadari tenaga sinkangnya
meningkat hebat setelah tinggal lebih dari tiga bula di dasar sumur itu. Matanya menjadi sangat tajam, dan tiga ilmu silat itu dilatihnya setiap hari.
Mari kita tinggalkan dulu Hsing Li Fong yang terjebak di Tanha Jian, kita beralih ke Tien Shan untuk melihat kejadian hebat di Tienshan bai.
Catatan kecil sebelum memasuki bab 7:
Berhubung banyaknya permintaan agar penulis banyak menggunakkan istilah Hokkien daripada Mandarin karena sudah lazim dipakai dalam penulisan cersil, maka mulai bab delapan ini, penulis akan mempergunakan keduanya. Kiranya pendekatan dua bahasa ini lebih berkenan di hati pembaca. Selamat menimati!
BAB 7: RENCANA JAHAT DI DEKAT GEDUNG PERPUSTAKAAN KAISAR
YONGLE "Hiat"ciat"trang"trang." Dua pasang pedang beradu menimbulkan suara
nyaring. Dua orang muda, kakak-beradik, menjual permainan kungfu di dekat
pintu gerbang utara ibukota Peking. Dari gerakan kungfu yang mereka
perlihatkan, semuanya berdasarkan lima unsur gerakan binatang, seperti kera, harimau, ular, naga, dan belalang yang diubah sedemikian rupa menjadi
semacam kiamhoat yang indah dipandang.
Peluh membasahi dahi dan tubuh mereka. Sungguhpun demikian, harus diakui
peluh yang merembes keluar dari pori-pori mereka menambah kegagahan bagi
yang laki-laki dan kecantikan asli bagi si gadis muda. Telah lebih dari limapuluh jurus mereka bersilat pedang, gerakan mereka cepat , tangkas, dan menarik
untuk ditonton.
"Plok"plok"plok"!" penonton yang berkerumun di pinggir jalan memberi
semangat. Yang menarik perhatian orang banyak, bukan saja permainan silat
mereka, tetapi juga ketampanan dan kecantikan mereka berdua. Si pemuda, Lin Nan Thao, mengenakan pakaian berwarna kuning mudah, memiliki perawakan
yang tegap dengan tarikan dagu seperti kuda Mongol, gagah dan berwibawa.
Sedangkan si gadis, Lin Sui Lan, mengenakan baju biru dengan kombinasi putih.
Wajahnya bulat telur, hidungnya sangat indah, dan berkulit putih bersih.
Keduanya adalah murid-murid Hausin Hwesio dari Shaolinshi (biara Shaolin).
"Cuwi sekalian, kami kakak beradik, memperlihatkan kebodohan dengan menjual silat yang buruk agar bisa membawa ibu kami yang lagi sakit ke tabib dan
membeli obat. Memohon kebaikkan hati cuwi sekalian untuk bisa menolong
kami." Setelah berkata demikian, Nanthao menyodorkan sebuah mangkok di
depan kaki para penonton. Kurang lebih delapan orang melemparkan uang yang
lumayan jumlahnya.
Di antara penonton yang berkerumun mengelilingi mereka berdua, nampak dua
orang pemuda juga turut melemparkan uang ke mangkok itu. Yang menarik
perhatian dari dua orang muda ini, yang satu nampak masih muda sekali, tetapi tubuhnya sudah nampak seperti pemuda dewasa, tinggi tegap, dengan alis
berbentuk golok, dan mata yang mencorong tajam walaupun sinarnya begitu
lembut menyejukkan. Yang satunya lagi, berbadan tinggi tegap, rambutnya
dibiarkan bagitu saja terurai panjang. Dadanya bidang, dan memiliki ketampanan seorang laki-laki sejati. Matanya bersinar tajam, dan yang sangat menarik pada diri pemuda ini, ialah, ia berlengan tunggal. Lengan baju sebelah kiri kosong.
Mereka melemparkan lima tail perak ke dalam mangkok kecil. Jumlah yang lebih dari lumayan. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan, lemparan perak itu
tidak menimbulkan suara, jatuh begitu saja seperti seekor capung berdiri di permukaan daun bunga lotus, ringan, dan tidak mengakibatkan gerakan apapun


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di sekitarnya. Sui Lan yang mengambil mangkok itu mengangkat kepalanya dan memandang
kepada si pemberi lima tail perak. "Terima kasih." Katanya. Hatinya mencelos ketika memandang wajah pemuda berlengan tunggal itu. Ia melihat seraut wajah yang begitu tampan dan gagah berdiri tegap dengan lengan baju sebelah kiri
berkibar tertiup angin. Pemuda itu tersenyum ramah. Sui Lan menjadi tidak
mengerti mengapa hatinya menjadi berdebar-debar melihat senyum orang itu.
Dengan wajah bersemu merah, ia pergi sambil menganggukan kepalanya tanda
terima kasih. "He..he..he..gadis secantik dirimu, mengapa menjual silat di pinggir jalan. Mari tunjukkan di mana ibumu, kujamin ia pasti mendapatkan tabib terbaik di Peking."
Tiba-tiba seorang siucai berkata kepada Sui Lan, seraya berusaha mencolek
pinggulnya. Sui Lan melompat cepat sekali mengelak dari sambaran si siucai.
"Laki-laki kurang-ajar, apa maumu!" Sui Lan menjadi marah sekali. Ia berdiri berhadapan dengan laki-laki yang berpakaian sastrawan.
"Mengapa marah" Bukankah aku menunjukkan rasa cinta dan ingin
menolongmu keluar dari kesusahan" Sayang sekali, gadis yang secantik dirimu, dengan kulit yang putih mulus akan menjadi layu dan kotor karena debu jalan raya. Khan lebih baik tinggal bersamaku di gedung sebelah Timur itu untuk
menikmati hidup" He"he"he" betul tidak kawan-kawan?"
"Betul"betul"seharusnya begitu!" Sahut gerombolan berseragam prajurit
pengawal kota kekaisaran Ming.
Sui Lan sudah tidak bisa mengendalihkan dirinya lagi, ia menyambar
pedangnya, dan siap menyerang siucai itu. Nan Thao bergerak mendekati ribut-ribut itu. "Lan Mei (adik Lan) sabar dulu." Katanya.
"Mengapa saudara menganggu adikku" Apakah ia melakukan kesalahan?"
Dengan sabar Nan Thao bertanya kepada siucai itu.
"Tiga kesalahan yang dilakukan kalin berdua! Satu, mengadakan pertunjukkan
silat dan memungut derma tanpa ijin. Dua, tidak membayar pajak, dan tiga,
karena adikmu terlalu cantik untuk menjual silat di pinggir jalan!" Kalian berdua harus ikut kami menghadap Hong Taijin untuk diadili.
"Maafkan kami berdua, saudara! Kami tidak berdagang. Kami hanya mencari
pertolongan dengan menjual sedikit kebodohan kami. Dan kami tidak merasa
berbuat salah terhadap pembesar setempat. Maaf kami tidak bisa mengikuti
ajakan saudara!" Kata Nan Thao dengan suara tegas.
Siucai itu menjadi marah sekali. Tiba-tiba ia menggerakkan tangannya, dan "
plak..plak..tanpa dapat dielakkan, kedua pipi Nan Thao menjadi bengkak-
bengkak. Ternyata siucai itu berilmu tinggi.
Nan Thao menjadi marah," Ada urusan apa sehingga kamu berbuat jahat
kepada kami berdua?"
"Manusia bosan hidup, nih rasakan! Tubuhnya melayang bagai elang
menangkap mangsanya, menyerang Nan Thao dengan gerakkan yang telengas
sekali. Nan Thao tidak mandah saja tubuhnya digebuk, ia balas menyerang
dengan ilmu tangan kosong Shaolinshi. Namun tidak sampai duapuluh jurus,
Nan Thao sudah terkurung oleh serangan siucai yang bertubi-tubi mengarah
kepada bagian-bagian tubuh yang berbahaya. Melihat ini, Sui Lan tidak ragu-
ragu mencabut pedangnya dan menyerang si siucai.
Orang banyak yang tadinya berkerumun, begitu melihat siapa yang menyerang
dua kakak-beradik penjual silat itu, satu-demi satu pergi meninggalkan tempat itu dengan tergesah-gesah. Hanya tinggal pemuda berlengan tunggal dan
temannya yang masih tinggal.
Tidak mengherankan apabila orang-orang banyak itu pergi meninggalkan
keributan dengan tergesah-gesah, karena mereka mengenal siapa siucai itu. Dia adalah tokoh sakti murid terkasih Sastrawan Iblis Pencabut Nyawa, dari pantai Pohai. Keberadaannya dan tujuannya berada di ibukota Peking tidak diketahui.
Ia bekerja bagi tokoh rahasia dengan missi rahasia pula. Tokoh rahasia yang dipanggil Bupun Ongya (tuan yang tidak berkepandaian) ini memiliki pengaruh dan kekuasaan yang sangat besar. Banyak tokoh-tokoh golongan hitam bekerja
baginya. Siapa Bupun ongya ini, tidak ada seorangpun yang tahu. Yang jelas
ilmunya sangat hebat dan kekuasaannya di kalangan pemerintahan juga tidak
main-main. Gerombolan ini banyak mengacau sistem pemerintahan kaisar Yongle dan
berusaha menanamkan kebencian di dalam hati rakyat terhadap pemerintahan
kaisar ini. Pekerjaannya adalah merampok, memperkosa, dan merusak banyak
sendi hidup rakyat dengan berkedok prajurit dinasti Ming. Siucai ini adalah salah satu tokoh pandai yang dipakai oleh Bupun Ongya. Ia berjuluk Xue Jia Qiongmo (satrawan tampan berhati iblis), namanya Coa Ming Hong. Sesuai dengan
julukannya, ia berwajah tampan, namun hatinya beracun seperti iblis. Orang ini sangat berbahaya, karena selain cerdik, penuh tipu muslihat, ilmu silatnya juga lihai
Nan Thao dan Sui Lan sudah terkurung rapat dan dipermainkan kalang kabut
oleh kuanpit di tangan Xue Jia Qiongmo. Sekali-kali tangannya menowel pinggul, pipi, dagu, dan terus mendesak untuk menowel bagian dada Sui Lan.
Sedangkan kuanpitnya menyerang Nan Thao dengan maksud membunuh.
Kekurangajaran Xue Jia Qiongmo ini membuat Sui Lan sangat terhina, sehingga ia berlaku nekad. Dengan tidak memperdulikan keselamatannya lagi, gadis ini menyerang kalang kabut.
"Kalau aku tidak bisa mengadu jiwa dengan manusia jahanam semacam dirimu,
percumalah aku hidup..........hiat............!!" Sui Lan menyerang uluh hati Xue Jia Qiongmo dengan tidak memperdulikan serangan kuanpit yang mengarah
dadanya. "Lan Mei"awas!" Teriak Nan Thao sambil berusaha melindungi adiknya dari
ancaman kuanpit maut itu. Namun sungguh terlambat. Xue Jia Qiongmo tidak
mau membiarkan uluh-hatinya ditembus pedang. Ia mengimbangi serangan Sui
Lan dengan serangan yang sangat kejih dan kurang ajar. Kuanpit dibelokan,
bukan mengarah ke dada, tetapi bagian tubuh yang paling rahasia dari seorang gadis. Dalam situasi seperti ini, naluri kegadisan Sui Lan lebih banyak bereaksi untuk menanggapi serangan daripada menggunakan taktik kungfu. Dengan
gerak reflek seorang gadis, ia menutup bagian itu dengan kedua tangannya.
Pada saat itulah, tangan kiri Xue Jia Qiongmo bergerak menuju bagian dadanya.
"Manusia-manusia jahanam kembali mengganas dan mengganggu kehidupan
rakyat, rasakan ini!" Tiba-tiba sebatang piauw berbentuk bintang meluncur cepat sekali ke arah tangan Xue Jia Qiongmo. "Trang?" Kuanpit di tangan siucai ini menangkis. Betapa terkejutnya dia ketika merasakan tangannya kesemutan.
Tetapi ia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lama lagi sebab dengan cepat sekali Xiong Jia Qiongmo harus mengerahkan gingkangnya yang istimewa ketika merasakan hawa pedang yang dingin menyerang bagian keningnya.
"Manusia bosan hidup darimana berani berurusan dengan Xue Jia Qiongmo!?"
"Ini aku, memangnya hanya kau yang bisa menakut-nakuti orang. Manusia
kurang-ajar semacam dirimu mana ada harganya mengenal aku!"
Sahut seorang gadis yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan si siucai. Seorang gadis berbaju kuning berusia kira-kira delapan belas tahun.
"Kawan"kawan, ayo tangkap pemuda itu kalau melawan bunuh saja,
sedangkan yang gadis ringkus saja dan akan kita bawa menghadap Hong Taijin, biar aku sendiri yang menaklukkan bidadari cantik baju kuning ini!"
Belum habis ia berucap, ia telah melancarkan tiga serangan yang sangat
berbahaya dan curang.
"Manusia curang, buaya kurang-ajar, rasakan ini!"
Maka terjadilah pertarungan sengit antara Xue Jia Qiongmo dengan gadis itu.
Namun sungguh diluar dugaan si gadis, ternyata Xue Jia Qiongmo memiliki
kungfu yang jauh lebih tinggi dari kepandaiannya. Tidak sampai duapuluh lima jurus, si gadis baju kuning sudah terdesak hebat sekali. Ia hanya bisa melindungi tubuhnya dari serangan-serangan cabul, dan tidak memiliki kesempatan untuk
menyerang. "Ha"ha"ha hari ini sungguh hari yang penuh keberuntungan, sekali jaring, bisa mendapatkan dua bidadari yang cantik-cantik."
Nan Thao sudah mendapat luka di sana-sini, sedangkan adiknya tidak memiliki daya untuk melawan ketika tangan-tangan kasar memakai kesempatan
mengerayangi tubuhnya. Sedangkan si gadis baju kuning, juga dipermainkan
begitu rupa oleh Xue Jia Qiongmo, sehingga kehabisan tenaga dan hampir
roboh. Ketika tangan Xue Jia Qiongmo hendak menggerayangi bagian dada si gadis
baju kuning yang sudah tidak berdaya itu, tiba-tiba ia merasakan sambaran
hawa yang sangat kuat menghalau tangannya.
"i h?""." Ia berseru terkejut. Belum habis pengaruh arus hawa sakti yang
menyerang Xue Jia Qiongmo, tiba-tiba di samping gadis baju kuning itu telah berdiri seorang pemuda berlengan satu. Wajahnya angker berwibawa, dan sorot matanya mencorong bagaikan pedang pusaka.
"Nona beristirahatlah, biarlah aku menghadapi buaya gila ini."
"Xue Jia Qiongmo, hatimu benar-benar busuk dan kotor seperti iblis. Manusia semacam dirimu layak untuk dibasmi supaya tidak mengotori bumi lagi!"
"Bangsat buntung, berani kau menganggu kesenanganku!" Dengan ganas, ia
menyerang. Tetapi entah bagaimana, sebelum ia dekat dengan tubuh orang itu, tiba-tiba"
"Plak "plak"plak!" Ia merasakan pipinya panas seperti terbakar ketika
dihantam dengan lengan buntung pemuda itu. Ia menjadi beringas, dan dengan
menggunakan kuanpitnya, menyerang dengan ilmu simpanannya. Ia bergerak
seperti orang menulis huruf-huruf di angkasa, dan setiap gerakan mengeluarkan bunyi seperti pisau ukir yang menyentuh batu-batu granit. Inilah ilmu silat yang dinamakan ho bi chuan shu (pena api menembus awan). Ilmu yang telah
mengangkat namanya menjulang di dunia persilatan, dan selamanya ini hanya
segelintir orang yang dapat bertahan melawan ilmu ini.
Pemuda berlengan buntung itu berdiri seenaknya. Matanya berkeredepan
menatap perkembangan ilmu ho bi chuan shu. Rambutnya yang dibiarkan terurai itu berkibar-kibar tertiup angin.
"Hmm "." Dan dengan sebatang ranting kering di tangan kanan, pemuda ini
bergerak menghadapi serangan ilmu ho shi qi shan. Sedangkan lengan kiri yang kosong itu, bergerak seperti kebutan dan kadang-kadang menjadi seperti toya pendek, sebentar kaku, dan di lain saat berubah lemas. Lengan kosong ini
digerakkan dengan pengaturan tenaga sinkang yang bukan main hebatnya,
menjadi ancaman serius bagi ilmu Xue Jia Qiongmo, sebab ia bergerak seperti bayangan yang mengikuti kemana saja kuanpit si siucai itu bergerak.
Melihat ilmu ho bi chuan shu yang dimainkan oleh Xue Jia Qiongmo, pemuda
buntung ini sangat kagum. Perkembangan gerakannya sangat lihai dan dasyat.
"Ilmu silat yang bagus! Sayang tidak di mbangi dengan tenaga murni dan moral yang cukup "sayang "sungguh sayang!" Kata pemuda buntung itu
menyesalkan. "Banyak bacot, bersiaplah untuk mampus!" Katanya marah sekali.
Maka terjadilah pertempuran yang dasyat. Benturan tenaga sakti dari kuanpit dan ranting itu menimbulkan suara runcing yang menusuk telinga. Kuanpit di
tangan si siucai bergerak seperti ular yang gesit sekali dan luar-biasa hebatnya.
Tetapi ranting di tangan si pemuda buntung itu dapat menguasahi dengan baik, sedangkan lengan kosong kerap-kali membuyarkan desakan tenaga sakti yang
disalurkan diujung kuanpit.
Memang Xue Jia Qiongmo adalah buaya yang suka mengumbar hawa nafsu di
mana-mana. Tidak terhitung sudah berapa banyak wanita yang menjadi
kurbannya. Tidak peduli itu istri orang lain, perawan, wanita sedang
mengandung, bahkan anak-anak gadis di bawah umur, asal ia mau, ia akan
berusaha mendapatkan dengan cara apapun.
Tetapi kali ini, ia menemukan batunya, karena yang dihadapi adalah seorang
pendekar gemblengan, yang sudah matang dan tinggi ilmu silatnya, pendekar
lengan tunggal Shi De Hu.
"Blaar "..! Untuk sekian kalinya, lengan kosong De Hu membuat Xue Jia
Qiongmo terhuyung-huyung. Ia semakin lemah dan pening menghadapi
gempuran pendekar lengan tunggal ini.
"Kawan"kawan, ayo cepat bantu aku menghabisi manusia buntung ini!"
Serunya kalang-kabut.
Tetapi ia terperanjat, karena tidak ada seorangpun yang maju membantunya.
Ketika ia menengok ke samping, nampak pemandangan yang sangat
mengejutkan hatinya, seluruh orang-orangnya tertotok seperti patung hidup. Dan lucunya, semua tertotok dengan posisi yang berbeda-beda, ada berdiri sambil memegang golok dengan posisi menyerang, ada yang menggeletak di tanah
sambil menyeringai, ada pula yang seperti kera menari.
Dia tahu keadaan. Pemuda buntung ini saja tidak bisa dia atasi, apalagi masih ada pemuda remaja, teman si buntung, yang berdiri di samping Nan Thao, Sui
Lan, dan gadis berbaju kuning menonton ia dipermainkan oleh si pendekar
buntung. Melihat sinar mata pemuda remaja itu saja, ia dapat menduga bahwa ia bukan manusia sembarangan. Ia berpikir, agaknya pemuda remaja ini yang
membereskan teman-temannya.
"Siapakah kau, mengapa usil menganggu urusan prajurit-prajurit pemerintah
Ming yang sedang menjalankan tugasnya" Apakah kamu sekalian ingin
memberontak?"
"Prajurit-prajurit pemerintah tidak ada yang menjalankan tugas untuk
mengurang-ajari gadis-gadis! Dibawah pimpinan komandan yang mana kamu
bekerja, hei buaya darat?" Tiba-tiba gadis baju kuning itu maju ke depan sambil bertolak pinggang dan mendamprat Xue Jia Qiongmo habis-habisan.
"Ingin memberontak apa" Dasar penjahat berkedok prajurit, asal buka mulut dan omong tidak karuan!"
Tiba-tiba si gadis bersuit nyaring memberi tanda. Dan dari kejauhan terdengar derap kaki kuda yang berjumlah besar mendekati tempat itu. Kagetlah Xue Jia Qiongmo ketika melihat gerakan Pasukan Kuda Langit jendral Gan Bing
mendekati tempat itu. Tidak ayal lagi ia membebaskan totokan teman-temannya, dan secepatnya mengajak mereka melarikan diri dari tempat itu.
"Aku tidak ada waktu berurusan dengan pasukan kota jendral Gan Bing, tapi
urusan ini tidak akan berhenti sampai di sini, tunggulah pembalasan kami!"
"Hei, jangan lari"!" Si gadis baju kuning mau mengejar, tetapi De Hu
mencegahnya. "Nona, musuh sudah melarikan diri, amat berbahaya bagi keselamatan nona
apabila nona memaksa mengejarnya."
Dara ini tidak jadi mengejar, dan begitu menoleh ke samping kiri, ia melihat seorang komandan prajurit kota datang mendekatinya.
"Gan Siocia, apakah ada sebuah tugas penting yang hendak siocia sampaikan?"
"Song ciangkun, segerombol orang yang mengaku dan menyamar sebagai
prajurit-prajurit pemerintah Ming mengacau, menganggu anak gadis orang, dan merusak ketentraman kota Peking. Mereka mengaku memiliki hubungan dengan
seorang pembesar yang dipanggil: Ho Taijin. Apakah Song Ciangkun mengenal
pembesar ini?"
"Maaf Gan siocai, saya tidak mengenal dan tidak pernah mendengar ada
seorang pejabat istana yang dipanggil Ho Taijin. Dimanakah mereka saat ini?"
"Mereka melarikan diri ke jurusan selatan!"
"Baiklah siocia, saya akan mengejar dan memeriksa keadaan di daerah itu!"
Dengan tangkas, komandan setengah tua itu melompat ke atas pelana kudanya,
dan larilah pasukan berkuda itu dengan cepat untuk mengejar gerombolan
"prajurit pemerintah Ming" ke arah selatan kota Peking.
"Cuwi taihiap dan Gan lihiap, terima kasih atas pertolongannya. Saya, Lin Nan Thao dan adikku Lin Sui Lan, berhutang budi kepada cuwi, kami akan ingat dan mencoba untuk membalasnya."
De Hu tersenyum melihat kegagahan dan kesopanan Nan Thao
"Sudahlah saudara Nan Thao, jangan berbicara soal budi, sudah sepantasnya
kita orang-orang petualang saling membantu bilamana diperlukan. Jangan
panggil kami taihiap, panggil saja namaku: Shi De Hu dan ini adik angkatku, Zheng Yang Jing. Kami berharap ibumu akan segera mendapatkan pengobatan
dan sembuh dengan cepat"
. "Sekarang kami akan melanjutkan perjalanan, sampai jumpa!" Kata De Hu.
"Taihiap, ".!" Sui Lan mendekat De Hu dan Yang Jing, matanya agak gugup
memandang kepada mereka berdua, terutama kepada De Hu. Beberapa detik ia
tidak tahu apa yang hendak ia ucapkan. Hatinya dipenuhi oleh perasaan aneh
ketika bertatap muka dengan De Hu, dan perasaan ini membuatnya tambah
gugup dan tidak sanggup berbicara untuk beberapa detik.
"Nona Sui Lan, apakah ada sesuatu yang bisa saya tolong?" Tanya De Hu
sopan. "Terima kasih untuk pertolongannya." Katanya lirih dan hampir tidak terdengar.
Sedangkan gadis baju kuning yang dipanggil Gan siocia itu memandang De Hu
dan Yang Jing kagum. Ia menyaksikan sendiri betapa Yang Jing bergerak-gerak dengan langkah yang aneh dan membagi-bagi totokan ke arah puluhan "prajurit"
yang mencoba membekuk dirinya dan kakak-beradik itu. Semua bacokkan
pedang, golok, dan tombak tidak ada satupun yang bisa menyentuh tubuh
pemuda remaja ini. Ia seperti melangkah perlahan dan seenaknya, namun
betatapun cepatnya sabetan senjata tajam yang mengarah dirinya, semuanya
menyabet angin. Kemudian entah dengan cara bagaimana dan dengan ilmu apa,
tiba-tiba seluruh prajurit palsu itu berhenti bergerak dengan posisi-posisi yang mengundang tertawa, karena lucu dan mengelikan.
"Cuwi taihiap, terima kasih untuk pertolongannya. Memang akhir-akhir ini banyak gerombolan yang mengaku prajurit pemerintah merongrong ketentraman kota
dan menghasut rakyat untuk membenci pemerintahan kaisar Yongle. Ayahku,
jendral Gan Bing, akan sangat bergembira apabila cuwi bisa menyumbangkan
tenaga untuk membantu kami."
"Ah " Gan siocai puteri jendral Gan Bing, maafkan apabila mata kami buta dan tidak melihat puteri jendral besar yang datang menolong dua kakak-beradik itu."
Kata De Hu dengan sikap menghormat.
"i h"memangnya yang jendral itu aku" Pakai hormat menghormat segala!
Panggil saja aku, Gan Juen Ai. Tidak pakai, siocia "siocai an. Memangnya aku tidak layak berteman dengan orang-orang wulin?"
Yang Jing tersenyum melihat tingkah jenaka dan keterbukaan Gan Juen Ai.
Matanya memandang seperti orang dewasa melihat anak bengal di depannya.
"Gan Ci Ci "jendral Gan Bing sudah terkenal di seluruh pelosok negeri,
bagaimana kami bisa bersikap sembrono terhadap puterinya?"
"Hmm "Gan Ci Ci "hmm, ini baru enak didengar dan akrab, tidak pakai siocia.
Kamu memanggilku Cici, berarti kamu lebih mudah dariku. Kuduga umurmu
sudah enambelas tahun, dan aku lebih tua duatahun, maka aku harus
memanggilmu, Jing ti."
"Gan cici, bukan enambelas, tapi tigabelas tahun." Kata Yang Jing yang menjadi merah mukanya.
Juen Ai terbelalak tidak percaya bahwa Yang Jing baru berumur tigabelas tahun.
Memang Yang Jing sudah seperti seorang pemuda, pembawaannya sederhana,
nampak dewasa, dan badannya tegap.
"Sio "eeh"Juen Ai, bukannya kami tidak menghargai ajakanmu untuk berbakti
bagi negara, tetapi kami memiliki keperluan lain saat ini. Hari ini kami harus menlanjutkan perjalanan."
"Kalian sepertinya datang dari jauh ke ibukota Peking. Dan kelihatannya kalian tidak paham betul dengan ibukota. Kalau boleh saya bantu, akan kutunjukkan
tempat atau tujuan yang kalian cari." Kata Juen Ai.
"Jing Ti ingin mengunjungi beberapa tushuguan (perpustakaan) negara yang
menyimpan buku-buku kuno, baik sastra ataupun sejarah. Dia ingin
menggunakan waktunya untuk membaca di sana. Entahlah, kami tidak tahu
apakah ada tushuguan semacam itu di ibukota Peking.
" "Ada beberapa yang bisa dikunjungi, seperti shanlungguan, Hongtiguan,
Sungmingguan, dan Kwangmingguan. Tetapi sebuah tushuguan yang paling
terkenal dan paling rahasia adalah Wenyuandian (Ruang sastra agung). Yang
satu ini terlarang bagi semua orang, karena tushuguan ini dikhususkan untuk Hongsiang (kaisar) yang terletak di antara qiangqinggong (Istana kemurnian
surga) dan Qiangqingmen (gerbang kemurnian surga).
Yang Jing sangat tertarik sekali mendengar keterangan Juen Ai, hatinya menjadi berdebar-debar, karena ingin sekali melihat tushuguan milik kaisar Yongle.
Wenyuandian inilah yang menjadi tujuan Yang Jing pergi ke Peking.
Mengapa De Hu dan Yang Jing ingin pergi ke Wenyuandian" Ada apakah di
dalam perpustakaan kaisar Yongle, dan apakah sesungguhnya yang dia cari"
Untuk menjawab semua pertanyaan ini, kita perlu mundur tiga tahun ke
belakang. Sudah diceritakan dibagian depan, bahwa De Hu yang luka parah dibawah oleh
Lie A Sang naik ke tempat kediamannya, kuil tempat makam Zhangsanfeng,
pendiri Wudangbai. Di tempat inilah De Hu dirawat oleh Lie A Sang dan Yang
Jing. Sesungguhnya Yang Jing inilah yang merawat De Hu sampai sembuh dari
luka-lukanya. Sedangkan, Lie A Sang dengan segenap kekuatan dan
pengetahuannya berusaha memulihkan ketua Wudangpai yang terluka sangat
parah. Ketua ini dirawat khusus di suatu tempat yang disebut zhizhuyuan (taman bambu ungu), yang terletak berhadapan dengan makam Zhangsanfeng.
Dengan bantuan sinkang, obat-obatan, dan tusuk jarum, setelah lebih dari tiga bulan, Chen taisifu berhasil ditolong. Kungfunya tidak sampai musnah
tigaperempat bagian. Bulan keempat, setelah sebulan ia berlatih besama Lie A Sang untuk menyempurnakan kungfunya, Chen Taisifu baru turun gunung dan
kembali ke Wudangbai.
Demikian suatu pagi Lie A Sang memanggil De Hu dan Yang Jing.
"De Hu, tahukah kau mengapa aku menghendaki kamu dirawat di sini"
"Tecu, tidak mengerti Lie Pek Pek (Paman Lie), Cuma tecu berasakan bahwa
tecu sudah sembuh betul dan sudah mulai biasa menggunakan lengan kanan
saja." "De Hu, apakah kamu pernah mendengar sifat-sifat ilmu gabungan yang
diciptakan oleh Zhangsanfeng, guru besar kami, dan Shi Kuang Ming Taihiap
dari Tienshan, guru besar perguruanmu ketika mengakhiri riwayat Chu Jung, si pencipta Lan wu po huai gu ge?"
"Tecu, tidak paham sama sekali, Lie Pek Pek, karena peristiwa itu menjadi
rahasia besar di Tienshanpai yang tidak pernah terkuak."


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lie A Sang mulai menjelaskan,
"ilmu gabungan antara Kong Men quan (jurus pintu gerbang kehampaan) dan
Xing long guan shandong quan (naga sakti membuka goa) bersifat merusak,
memusnahkan, dan membinasakan. Ketika ilmu itu dipergunakan, lawan akan
mengalami kebinasaan secara mengerikan dengan isi dada luluh-lantak dan
otaknya berhamburan karena gelombang tenaga sakti seperti naga mengamuk
yang keluar dari pintu kehampaan dan menghancurkan segala sesuatu yang
ditemui. Sifat kedua dari ilmu gabungan ini, seluruh tenaga sakti dan
perkembangan jurusnya, akan menjadi sempurna apabila dimainkan dengan
tangan kanan saja. Oleh sebab itu, pada waktu menempur Chu Jung, baik
Zhang Sanfeng maupun Shi Kuang Ming Taihiap hanya mempergunakan tangan
kanan secara silih berganti. Zhang Sanfeng membuka goanya, Shi taihiap
mengeluarkan naga saktinya. Sangat dasyat, namun tersembunyi sifat liar dan ganas, seperti naga sakti yang liar dan penuh dengan nafsu membunuh."
"Tiga tahun setelah Chu Jung binasa, Zhang taisifu dan Shi taihiap mengetahui bahwa salah satu keturunan Chu Jung yang disebut-sebut sebagai yang
terpandai dari seluruh keturunan Chu Jung bahkan konon dikatakan lebih pandai dari Chu Jung sendiri, telah berhasil menyempurnakan Lan wu po huai gu ge.
Cuma, sayangnya, keturunan yang satu ini lebih jahat dari Chu Jung. Ia tidak bisa muncul di dunia persilatan, karena ia belum berhasil membuat Lan wu po huai gu ge lebih lihai dari ilmu gabungan ciptaan Zhang taisifu dan Shi taihiap.
Dia melatih cucu buyutnya dengan ilmu Lan wu po huai gu ge yang sudah
mencapai taraf pamungkas."
"De Hu, sebelum Zhang Taisifu dan Shi Taihiap meninggal dunia, mereka
menyimpan sebuah kitab kecil yang ditulis oleh Shi Taihiap yang berisi ilmu gabungan yang sudah disempurnakan oleh mereka dan menjadi ilmu yang
disebut: Shenlong Qiangxing Kongmen (Dewa naga mendobrak pintu
kehampaan). Pesan mereka adalah ilmu ini harus diturunkan kepada salah
seorang murid Tienshanbai atau Wudangbai, seorang yang memiliki tulang yang bagus dan berbakat, dan hanya memiliki lengan tunggal."
"De Hu, inilah Shenlong Qiangxing Kongmen, masuklah ke zhizhuyuan, baca
dan renungkanlah. Tiga hari kemudian, aku akan membantumu berlatih ilmu itu."
Mendengar penuturan Lie A Sang dan penentuan dirinya sebagai ahli waris
Shenlong Qiangxing Kongmen, membuat mata De Hu berkaca-kaca. Kalau ia
tidak cepat mengerahkan sinkangnya, kemungkinan ia akan menangis tersedu-
sedu karena saking terharunya.
Tiga hari kemudian, Lie A Sang dan Yang Jing sudah menunggu De Hu keluar
dari Zhizhuyuan, tempat menyepinya selama tiga hari tiga malam tanpa air dan makanan. De Hu keluar dari ruangan itu, wajahnya nampak berbeda dari tiga
hari yang lalu, dan matanya mencorong lebih tajam daripada tiga hari yang lalu.
Apa yang terjadi"
Selama tiga hari tiga malam itu, pengaruh ilmu Shenlong Qiangxing Kongmen
sudah berada di otaknya, dan tanpa ia sadari, ia telah menjiwai sinkang tingkat tinggi melalui penyerapan dari ilmu yang ia renungkan.
"De Hu berlututlah, engkau harus bersumpah bahawa engkau akan
mempergunakan Shenlong Qiangxing Kongmen untuk membela keadilan dan
menentang kejahatan, bukan untuk berbuat jahat, bersumpahlah!" Kata Lie A
Sang sangat berwibawa.
De Hu berlutut, "Hari ini aku De Hu, demi Thian, akan mempergunakan Shenlong Qiangxing Kongmen sebagai ilmu untuk membelah yang lemah dan
menegakkan keadilan, menentang kejahatan. Apabila, aku, De hu
mempergunakannya untuk tujuan kejahatan, terkutuklah aku, dan seluruh
keturunanku."
Lie A Sang tersenyum mendengar sumpah itu. Dan mulai saat itu, De Hu di
bawah bimbingan Lie A Sang, tekun memperlajari Shenlong Qiangxing
Kongmen. Sedangkan Yang Jing, setiap pagi, sebelum matahari terbit, Lie A Sang
mengharuskannya duduk bersilah telanjang bulat dengan posisi seperti Zhang
Sanfeng berbaring di makamnya. Pada saat matahari mulai memancarkan
sinarnya, Lie A Sang, menyuruh bocah itu mencabuti rumput-rumput yang
tumbuh disekitar makam. Namun cara mencabutnya berbeda dengan cara biasa.
Zheng Yang Jing harus menggunakan dua jari kakinya untuk mendorong sebuah
rumput tanpa mengeluarkan akarnya apabila ia bergerak ke arah timur laut, dan mencongkel dengan dengan kelingking kiri apabila bergerak ke arah barat laut tanpa menyentuh daun rumput. Ada lima unsur gerakan dengan perkembangan
seratus empatpuluh tujuh langkah yang memiliki kecepatan, perubahan dan
tenaga yang berbeda-beda. Dilihat sepintas, gerakan mencabut rumput tanpa
menggunakan tangan ini seperti langkah-langkah biasa.
Sebentar-sebentar Lie A Sang berkata," wu wei Y?eh ming bu sa ching (tidak
bertindak, tidak memiliki seperti Candraprabhabodhisattva), biarkan kakimu
bergerak menurut rahasia ketenangan, kosong namun bergerak seperti angin.
Bocah itu bergerak mengikuti petunjuk itu. Dan lihat, ia seperti tetap di tempat semula (wu wei). Kong men quan! Seru si Kakek, " arahkan pikiranmu ke pintu gerbang kekosongan, dan Yu men quan, ikutilah ke dalam inti gerakan di
sekitarmu. Yangjing membuat gerakan seperti seekor belut di pusaran air,
tubuhnya nampak diam, namun terdengar suara, "Wus"sst"wus". Dalam
waktu kurang dari empat detik, ia telah melakukan delapanbelas gerakan yang kecepatannya sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Waktu tubuhnya berhenti pada posisi tulang belakang mendongak ke langit, si Kakek melanjutkan dengan perkataan, "taiyi wuxing qinpu, ambil dan menyatulah dengan lima unsur terbesar yang bergerak di sekitarmu! Kali ini gerakan
Yangjing terlihat lamban, kadang kaki kiri melebar ke belakang dan kaki kanan ditekuk sejajar dengan dengan tanah, sedangkan tubuhnya berada pada satu
garis lurus dengan badannya, sehingga seperti seekor naga bertapa. Tiba-tiba ia melesat sejauh tiga tombak, dan bergerak membentuk bintang. Tubuhnya tetap
dalam posisi seperti itu, tetapi kakinya bergerak ringan seperti kapas tertiup angin. Lie A Sang menangguk-anggukkan kepalanya, tanda dia puas sekali.
Tiba-tiba si Kakek berseru nyaring, "jiu gong shi ba tui, delapan belas tiang sembilan istana. Yangjing menatap matahari, kaki kanan diangkat , tiba-tiba tubuhnya melesat ke sembilan arah membentuk lingkaran-lingkaran kecil
sebanyak sembilan kali. "Jing zhi, berhenti sejenak!" Salurkan tenaga kearah pinggul. Demikian si Kakek menjelaskan.
Inilah intisari Beng Pao Heng Bi Juan ciptaan Zhang Sianfeng. Ilmu langkah
ajaib ini menjadi unsur inti ilmu silat Zhang Sanfeng yang belum muncul didunia persilatan, karena ia menjiwai ilmu ini pada waktu usianya sudah sangat tua.
Seratus empatpuluh tujuh langkah dewa ini disebut Shen De Bu Fu Tui Dong
Yang atau Langkah Dewa Mendorong samudra. Inti pokok ilmu ini terletak pada pemahaman bahwa apabila seseorang melepaskan diri dari gerakan, ia berada
dalam posisi intentional actions. Ia memiliki kemampuan untuk mengambil
benefit dari segala sesuatu yang bergerak disekelilingnya. Mengambil perubahan gerakan untuk mencapai harmoni secara wajar. Zheng Yang Jing seolah tidak
bergerak, pada saat menggunakan Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, diam di
tempat, tetapi sesungguhnya ia telah bergerak secepat perubahan angin dan
menyatu dengan perubahan lima unsur di sekitarnya. Menyatu dan harmoni
dengan gerakan di sekitarnya.
Jing zhi, demikian suatu pagi Lie A Sang berujar, setiap engkau melangkah
menurut Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, ingatlah bahwa semua gerakan harus
harmoni dan menyatu dengan gerakan di sekitarmu. Yang Jing memandang
wajah Lie A Sang, matanya bersinar begitu terang menandakan ia memiliki otak yang luar-biasa cerdas. Dengarkanlah apa yang dikatakan Zhang Sanfeng:
Meletakkan tigapuluh jeruji menjadi roda
Ada ruang kosong ditiap-tiap jeruji,
kosong, diam, bersatu dengan gerakan angin yang dihempaskan roda-roda.
Meletakkan tanah liat, membuat guci;
Ada ruang kosong diantara tangan tukang guci dan guci.
Kosong, diam, bersatu dengan gerakan angin membentuk guci
Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, langkah dewa mendorong samudra
Tidak bergerak, diam, kosong membuka samudra
Membentuk lingkaran, mengejar ombak
Jing zhi, mengertikah kamu?"
Kongkong, "apakah artinya "Tidak bergerak, diam, kosong membuka samudra,
membentuk lingkaran, mengejar ombak.
"Seperti naga yang mendekam. Seolah ia diam, kosong dan tidak bergerak.
Namun sesungguhnya di dalam seluruh tubuhnya sedang terpancar kekuatan
maha dasyat yang bisa mencuat bagai gulungan ombak yang menggulung
samudra." Demikian Lie A Sang menjelaskan.
Tiga tahun mereka berada di puncak Wudangshan menggembleng diri. Suatu
hari Lie A Sang memanggil mereka berdua.
"De Hu, Jing Zhi ". Tiba saatnya kalian harus turun gunung. De Hu perlu pergi ke Tienshan untuk melihat bagaimana keadaan perguruan saat ini. Carilah
kesempatan untuk menyelidiki, di mana Sifumu menyembunyikan Shen Ta lek
ling quan, aku kuatir kitab itu terjatuh ke tangan orang jahat. Jika sudah begitu, maka akan gegerlah dunia persilatan karena kemunculan penjahat satu lagi
yang berilmu sukar dilawan."
"Jing Zhi, betapa inginnya Kongkongmu ini menemanimu ke Wenyuandian,
gurun Gobie dan ke Shaolinshi untuk sekedar membaca buku. Tetapi kali ini,
kongkong sudah tidak bisa turun gunung karena aku sudah terikat sumpah.
Pergilah dengan De Hu, biarlah ia menemanimu ke tempat-tempat itu. Ingat baik-baik pesan Kongkong. Nah sekarang, pergilah!"
Lie A Sang tiba-tiba berkelebat dan tahu-tahu pintu masuk ke zhizhuyuan
terkunci rapat.
"Kongkong"Yang Jing menitikkan air mata." Ia maju mendekati pintu
zhizhuyuan dan berlutut di depannya. "Kongkong, Jing tidak akan
mengecewakan Kongkong, Jing akan memenuhi cita-cita Kongkong. Mulai hari
ini cita-cita kongkong menjadi cita-cita Jing, akan Jing ingat pesan Kongkong dan kusimpan hati Jing yang terdalam. Selamat tinggal kongkong!"
De Hu tidak kuat menahan air matanya, ketika mendengar apa yang dikatakan
Yang Jing dalam usianya yang masih sangat mudah itu, tigabelas tahun.
Demikianlah dalam pengembaraan, sampailah mereka di ibukota Peking, dan
pada saat yang tepat bisa menolong Nan Thao, Sui Lan, dan Juen Ai dari
malapetaka. Setelah mengucapkan terimakasih, De Hu mengajak Yang Jing meninggalkan
tempat itu untuk menuju ke tempat yang tidak akan pernah diduga oleh Juen Ai, Wenyuandian tushuguan, perpustakaan pribadi kaisar Yongle.
Mereka berjalan perlahan-lahan seperti seorang pelancong saja. Ketika sampai di dekat Qiangqinggong (Istana kemurnian surga), De Hu mengajak Yang Jing
mencari penginapan karena hari sudah menjelang malam. Mereka menyewa
sebuah kamar. Penginapan itu sangat ramai, banyak orang datang bukan hanya
menyewa kamar tetapi sekedar untuk mampir di ruang tengah untuk berjudi. Di bagian samping hotel, terdapat gedung yang terpisah yang berbentuk buah apel yang terbelah dua. Lampunya tidak terlalu terang, tetapi ramai pengunjungnya.
Terdengar suara musik darisana. Inilah gedung yang dinamakan Tian Mi
Gongdian (istana madu). De Hu dan Yang Jing menjadi tertarik untuk melihat-
lihat. Mereka masuk, disambut oleh banyak wanita cantik dengan wewangian
yang menusuk hidung. Mereka menyambut dengan lemah gemulai,
"Apakah kongcu membutuhkan hiburan malam ini" Tian Mi Sianghui, Tian Mi
Hongli, dan Tian Mi Siauniau masih belum ada yang menyewa"
Yang Jing menjawab, "aku mau melihat Tian Mi Siauniau (Burung madu kecil)."
"Oh Kongcu ternyata pandai memilih!" "Bagaimana dengan koncu ini?" kata
gadis berbaju kembang-kembang hijau kepada De Hu. "Sama, aku juga mau
Tian Mi Siauniau."
"Hi"hi"hi"satu untuk dua?" Wah " bisa repot si Siauniau malam ini!"
Mengapa tidak memilih Tian Mi Hongli (Bunga madu li merah)" Ia juga bagus
dan pandai?"
"Baiklah, berikan aku Hongli itu," kata De Hu sambil tersenyum.
"Kongcu tinggal di kamar nomer berapa?" "San wu wu (tiga lima-lima)."
Kembalilah De Hu dan Yang Jing ke kamar mereka. "Hu Koko, kalau sudah
bosan dengan Hongli, kita tukaran, bisa kuberikan siauniau." Kalau sudah begini, muncul sifat kanak-kanak Yang Jing. Tidak sabar mereka menunggu pesanan
mereka. Tidak lebih dari sejam, pintu kamar ada yang mengetok. Buruh-buruh
Yang Jing melompat dan membukakan pintu.
Dia melihat dua perempuan cantik berdiri di depan pintu. Yang satu berpakaian merah dan yang satunya berpakaian kuning emas. Bajunya tipis-tipis saja tanpa baju dalam sehingga tampak seperti telanjang saja.
Yang Jing melongo melihat mereka, dan sekali pandang ia membalikkan muka
dan tidak berani menengok lagi. De Hu menjadi terheran-heran, "Mana burung
kecilnya, dan mana yang berbuluh merah?" Yang Jing tidak menjawab, tetapi
telunjuknya menuding ke arah pintu. De Hu cepat melompat dan menuju ke pintu masuk. Begitu melihat, ia menjadi terkejut, dan dengan cepat membalikkan
tubuhnya dan tidak berani menengok lagi.
Kedua perempuan itu masuk ke kamar dan menutup pintunya. Dengan suara
yang lemah lembut salah seorang berkata, "Selamat malam kongcu, namaku
siauniau, dan ini Hongli!"
Mendengar ini, seperti dihantam oleh sejuta senjata, De Hu dan Yang Jing
menyambar pakaiannya dan secepat angin mereka menghilang dari kamar itu
melalui jendela.
Dua perempuan menjadi terkejut dan berteriak-teriak, "hantu "hantu"hantu
buntung"." Kedua bayangan itu berkelebat makin cepat, gerakan seperti
siluman malam, cepat sekali dan menuju di bawah kolong jembatan dekat sekali dengan Qiangqinggong.
"Hu Koko, kenapa burungnya seperti itu?" De Hu tertawa terpingkal-pingkal
melihat Yang Jing gugup dan mukanya merah seperti udang direbus. "i h"
perempuan-perempuan itu sungguh tidak tahu malu, masuk kamar laki-laki
dengan pakaian seperti siluman." Kata yang Jing.
"Ha"ha"ha"bukankah kamu memesan burung kecil. Yang baju kembang-
kembang itulah si burung kecil!" Kata De Hu sambil tertawa terpingkal-pingkal sampai tubuhnya menungging seperti kelajengking.
"Hi " hi"hi..bukankah Hu koko juga mau burung Li merah, nah yang baju
merah itulah si Hongli." Keduanya tertawa terbahak-bahak, merasa geli atas
kejadian di kamar hotel itu.
Akhirnya, mereka mengambil keputusan untuk tidur di bawah kolong jembatan.
Tengah malam, mereka bangun karena mendengar dua orang berbisik-bisik.
Suara itu pelan sekali, namun sudah keras di telinga De Hu dan Yang Jing.
"Ada pertemuan dengan Bupun Ongya dan Selir ketujuh, kita harus ke sana,
karena ada tugas khusus yang akan diberikan Bupun Ongya kepada kita."
"Di mana" Di mana apanya" Pertemuannya" Di samping Wenyuandian."
Yang Jing saling pandang dengan De Hu. Dengan gingkang yang luarbiasa
hebatnya, mereka mengikuti dua bayangan yang bergerak cepat menuju gedung
Wenyuandian. Dua bayangan itu gesit sekali, menandakan mereka bukan orang
sembarangan. Di tempat yang gelap, dua bayangan itu menanti kedatangan orang yang mereka sebut Bupun Ongya dan selir ketujuh. Yang Jing dan De Hu, berkelebat masuk
ke dalam Wenyuandian Tushuguan, perpustakaan pribadi kaisar Yongle.
Keduanya mendekam di antara kitab-kitab yang berjajar rapi di situ dekat jendela yang tinggi.
Keduanya melihat seorang yang berkelebat mendekati ruang samping
Wenyuandian yang gelap gulita itu. Sebentak kemudian, sorang wanita cantik
sekali juga berada di tempat itu.
"Sst"waktu kita sangat singkat. Dengarlah, kita harus menjalankan dua
rencana. Rencana pertama kalau gagal, maka rencana kedua harus dijalankan.
Aku sudah meminta Pohai Toatbeng Lomo (Iblis tua pencabut nyawa dari teluk
Pohai) dan Chong Du Wan (Ulat seribu racun) untuk menghabisi hidup kaisar
Yongle yang sedang berburuh besok. Apabila ini gagal, rencana kedua yang
harus dijalankan. Kalian berdua pergi ke kamar selir ke delapan, nanti selir ketujuh akan membantu masuk, kemudian perkosalah selir kedelapan. Pada
saat kaisar Yongle pulang berburuh, para thaikam akan memberi laporan bahwa jendral Gan Bing melakukan hubungan gelap dengan selir ke delapan. Demikian, kerjakan dan pertemuan bubar.!"
Tiga orang itu berkelebat pergi dengan cepat meninggalkan selir ketujuh yang berjalan masuk ke istana.
De Hu dan Yang Jing terkejut mendengar rencana licik yang dijalankan oleh
orang bernama Bupun Ongya itu. Keduanya berpikir cepat.
"Hu Koko, kita perlu memberitahu Juen ai cici tentang rencana jahat.
Bab 7B: Pibu di rumah jendral Gan Bing
Dua bayangan bagaikan kucing hitam melintas wuwungan Wuzhuang Fangwu
(Gedung militer). Walaupun banyak penjaga di sekitar gedung berjalan mondar-mandir, namun tidak ada seorangpun yang dapat menangkap gerakan di atas
wuwungan. Mereka menuju ke sebelah barat Wuzhuang Fangwu di mana
terdapat sebuah rumah yang paling besar bercat biru. Dua bayangan itu
"hinggap" di atas wuwungan kamar yang lampunya masih menyala, walaupun
sudah larut malam.
Dua orang di atas wuwungan itu mengintai dari jendela. Mereka melihat seorang gadis sedang duduk melamun menghadap ke bulan. Wajahnya yang cantik itu
tampak kurang bersemangat, sebentar-sebentar ia menghela nafas dalam-
dalam, sambil matanya terus menerawang ke tempat yang jauh. Pakaian ringkas berwarna kuning masih dipakainya, demikain juga pedang beronce merah masih
berada di punggungnya. Pada saat matanya menerawang ke atas itulah, tiba-
tiba ia melihat sebuah benda putih kecil meluncur ke arahnya.
"Hei " berhenti, siapa di atas wuwungan!" Sekali meloncat ia sudah berada di atas wuwungan dengan pedang sudah keluar dari sarungnya. Matanya melirik
ke sana-kemari, tapi ia tidak melihat sesuatu yang patut dicurigai. "Hmm"
jangan-jangan ia menggunakan siasat harimau meninggalkan sarang! Lebih baik aku kembali!" katanya di dalam hati.
Ia memeriksa benda putih yang dilemparkan seperti piauw itu. Ia sangat
terperanjat, karena benda putih hanya selembar kertas yang berukuran kecil
sekali dan ringan. "Orang itu pasti memiliki sinkang yang luarbiasa tingginya, karena suhu sendiri tidak akan sanggup mempergunakan kertas sekecil dan
seringan ini sebagai piauw yang meluncur dengan kecepatan yang
menakjubkan." Juen Ai dipenuhi oleh tanda tanya besar. "Apa maunya orang
itu?" Ketika ia memeriksa kertas kecil itu lebih teliti, ia melihat tulisan halus dan indah tertera di atas kertas itu.
"Gan Juen Ai Cici, kami ingin berbicara tentang hal yang sangat penting dan mendesak. Mohon Cici pergi ke taman belakang." " Yang Jing
Seketika itu juga wajah Juen Ai berseri-seri, dan sirnalah mendung yang
menutupi wajahnya. Dengan tanpa ragu-ragu ia menggunakan gingkangnya
menuju ke taman belakang. Ketika ia tiba di tengah taman, ia tidak melihat
bayangan Yang Jing dan De Hu di sana. Ia menjadi kuatir dan waspada, karena ia tidak mau terpedaya oleh tipu muslihat musuh-musuh pemerintah Ming. Ia
segera duduk di kursi, dan menanti.
"Apakah Gan Cici yang duduk di situ?" Juen Ai, tiba-tiba, mendengar suara
orang berbisik di belakangnya, dekat sekali. Ia terkejut, karena ia tidak
mendengar tindakan kaki atau helahan nafas sebelumnya. Ia segera melompat
dan menghunus pedang yang segera dilintangkan di depan dadanya, nampak
gagah sekali. "Siapa"!" Ia membentak
"Gan Cici, jangan keras-keras, ini aku Yang Jing dan De Hu Koko." Juen Ai
melihat De Hu dan Yang Jing berdiri di belakang serumpum bunga dekat kursi di mana ia duduk. Ia tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang nampak berseri
ketika menyadari bahwa yang datang betul-betul De Hu dan Yang Jing, dua
pemuda dan remaja yang menanamkan kesan begitu dalam di hatinya.
Terhadap Yang Jing, ia merasakan kehangatan seorang kakak kepada adiknya,
tapi dengan De Hu, ia merasa hal yang berbeda. Sebuah perasaan aneh yang
tidak ada sebelumnya, seperti ingin dekat terus.
"Ada apakah?" Tanyanya sambil menahan debar jantungnya.
"Gan siocia ?" De Hu tidak meneruskan bicaranya, karena ia melihat wajah
Juen Ai, sedikit berubah ketika dipanggilnya siocia. "Kenapa ada siocia " siocia segala, memangnya Shi twako tidak tahu namaku!" Ia menghentak-hentakkan
kaki kirinya, kesal.
"Maaf, aku lupa ". Begini"begini." De Hu jadi serba salah. "begini "begini"
gimana?" Desak Juen Ai. De Hu kemudian menceritakan tentang apa yang
mereka dengar. Juen Ai sangat terperanjat. Waktu sudah sangat mendesak.
Maka ia segera mengajak De Hu dan Yang Jing menemui jendral Gan Bing,
ayahnya. Jendral Gan Bing yang sedang berbincang-bincang dengan keponakannya, Gan
Bu Tong pada saat Juen Ai, De Hu, dan Yang Jing memasuki ruangan tengah
gedung besar itu. Jendral Gan yang cerdik ini, sekali pandang saja sudah dapat membaca bahwa sedang terjadi sesuatu yang luar-biasa.
"Ai Zhi, ada apakah gerangan" Dan siapakah kedua saudara yang datang
bersamamu?"


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayah, celaka! Ayah harus segera mengambil tindakan!"
"Ai Zhi, tenanglah. Ayo katakan kepada ayahmu apa sesungguhnya yang
sedang terjadi"
"Hu twako, maukah kau ceritakan apa yang kamu dengar dan lihat di dekat
Wenyuandian?"
De Hu dan Yang Jing segera memberi hormat kepada jendral Gan. "Gan
Goanswe, maafkan saya, Shi De Hu, dan adikku Zheng Yang Jing datang
menghadap tanpa dipanggil."
"Silahkan saudara Shi berbicara, saya mendengar!" Kata jendral Gan tegas
tanpa tedeng aling-aling.
"Ada persengkongkolan antara seorang yang penuh rahasia dan dipanggil
sebagai Bupun Ongya, bekerja sama dengan selir ketujuh dan datuk-datuk Wulin golongan sesat, untuk mengambil alih pemerintahan dengan cara membunuh
kaisar Yongle yang akan pergi berburuh, besok dini hari. Pembunuhan di dalam hutan itu akan dilakukan oleh dua datuk sesat: Pohai Toatbeng Lomo (Iblis tua pencabut nyawa dari teluk Pohai) dan Chong Du Wan (Ulat seribu racun).
Jikalau rencana ini gagal, maka sasaran berikutnya adalah mengambil alih
kekuasaan militer dari tangan Jendral Gan Bing dengan menyingkirkan Gan
goanswe. Selir ketujuh akan membawa masuk dua orang penjahat untuk
memperkosa selir kedelapan, dan sekembalinya kaisar Yongle dari perburuhan, Gan goanswe akan dituduh oleh para thaikam telah berselingkuh dengan selir ke delapan, dan selir ketujuh akan berdiri sebagai saksi."
Betapa terkejut dan murkanya jendral Gan mendengar berita yang disampaikan
De Hu. Ia menggebrak meja, sehingga meja marmer di dekatnya menjadihancur
berkeping-keping.
"Tong Zhi " segera panggil Kam Jianzhang (panglima Kam) menghadap malam
ini juga!"
"Ayah " tungguh dulu! Saat ini kita tidak mengetahui siapa yang merencakan
pembrontakan, siapa pemimpinnya, siapa lawan dan siapa kawan, kita tidak
jelas! Dan siapa dalangnya" "semuanya masih tidak jelas. Tidak ada
seorangpun yang layak dicurigai saat ini." Kata Juen Ai sambi mendekati
ayahnya. Gan Goanswe membenarkan pikiran Juen Ai. Ia duduk termenung dan dahinya
berkernyit, tanda bahwa ia sedang memeras otaknya untuk mencari jalan
menyelamatkan kaisar Yongle.
"Dua datuk sesat dengan beberapa orang pandai dari golongan sesat ".orang
wulin harus dilawan dengan orang wulin"tapi, siapakah yang dapat menandingi dua datuk yang sudah terkenal sekali kejahatan dan kelihaiannya itu?" Gan
goanswe seolah-olah berbicara kepada dirinya sendiri.
"Ayah ?"
Gan Goanswe memandang wajah puteri angkatnya seolah-olah ia ingin
menjeguk otak puterinya yang sangat cerdik ini. Gan Juen Ai memang bukan
anak kandung jendral Gan, karena jendral Gan belum pernah menikah. Ia adalah seorang anak yang ia pungut sejak bayi dari medan peperangan, yang tidak
diketahui siapa orang tuanya. Jendral Gan sangat mengasih Juen Ai, karena
selain ia berbakat dalam hal ilmu silat, ternyata Juen Ai juga sangat berbakat dalam hal ilmu strategi perang.
"Ai Zhi, apakah engkau memiliki pendapat untuk menyelamatkan Hongsiang?"
Juen Ai berbisik-bisik dengan jendral Gan sambil sesekali melirikke arah De Hu dan Yang Jing.
"Benarkah begitu" Tanya Gan Goanswe. Juen Ai mengangguk-angguk sambil
tersenyum melirik ke arah De Hu dan Yang Jing.
"Shi Taihiap dan Zheng siauhiap, maukah kalian menghibur hatiku yang sedang susah malam ini?" "Silahkan gan goanswe katakan, hamba De Hu dan adik
hamba mendengar."
"Maukah kalain memberi sedikit pelajaran kepada keponakanku, Gan Bu Tong?"
"Maksud Goanswe?" tanya De Hu. "Berilah petunjuk ilmu silat kepadanya." Tong Zhi, bersiaplah menerima petunjuk dari Shi Taihiap!"
Gan Bu Tong yang berwatak jujur dan pendiam itu segera maju ke depan. "Shi
Taihiap marilah kita main-main sebentar di hadapan ayah supaya ayah sedikit terhibur." Katanya sopan. Melihat watak Gan Bu Tong yang rendah hati ini, De Hu segera menyambutnya dengan gembira. "Marilah saudara Bu Tong."
Gan Bu Tong membuka serangannya dengan ilmu YingYang Sinshuang
Quan(Jurus elang sakti im dan yang). Suatu ilmu silat lihai yang diciptakan Luliang Sinshuang (elang sakti dari Luliang), guru Gan Bu Tong. Pemuda ini
sudah mahir sekali dalam menggabungkan dua hawa sakti yang berbeda unsur
ini. Gerakan kakinya ringan seperti seekor elang, dan dari kedua tangannya
mengeluarkan dua kekuatan panas dan dingin silih berganti.
De Hu menjadi tidak sungkan-sungkan lagi, maka ia bersilat dengan Tienshan
Mizong Quan (Jurus mengacau awan dari Tienshan). Ilmu ini sekarang sangat
berbeda kematangan,kesempurnaan dan kelihaiannya dibandingkan dengan
yang dimainkan De Hu tiga tahun lalu waktu menghadapi Hsing Li Fong. Oleh
karena ia telah menguasahi intisari ilmu silat Tienshanbai dari kitab peninggalan Shi KuangMing Taihiap, maka hampir semua ilmu Tienshanbai telah mendarah
daging di dalam dirinya secara sempurna.
Terjadilah pibu yang sangat luar-biasa hebatnya. Kedua-duanya memiliki
gingkang yang hampir setingkat. Namun dari segi sinkang, De Hu masih berada dua tingkat di atas Bu Tong. Ini tidak mengherankan, karena De Hu telah
menguasahi Xing Long guan Shandong Quan (naga sakti membuka goa).
Tangan kirinya yang kosong itu, menghempaskan hawa sakti dari pengaruh
latihan Xing Long guan Shandong Quan. Baik dipakai untuk menyerang ataupun
bertahan selalu mengeluarkan kekuatan hawa yang mendebarkan jantung
lawannya. Limapuluh jurus telah lewat, tiba-tiba De Hu mencelat keatas dan
turun dengan cepat dengan posisi tubuh seperti seekor naga menungging. Hawa sakti yang dilancarkan oleh tangan kanan De Hu bukan main hebatnya. Bu Tong juga bereaksi cepat sekali dengan cara memapak tubuh De Hu seperti seekor
elang mematuk ular. Tidak lebih dari empat detik kedua ilmu itu bertemu, dan ..
"Blaaar ". Des"!" Kedua orang itu sama-sama menelat kebelakang.
"Aku mengaku kalah!" Kata De Hu sambil mendakati Bu Tong. "Kungfu saudara
Bu Tong sangat mengagumkan." "Ah " Shi Taihiap pandai merendahkan diri,
terima kasih untuk pelajaran yang diberikan."
"Plok ".plok".plok?" Jendral Gan sangat takjub melihat ilmu silat kedua
pemuda itu. Tidak ada seorangpun yang tahu kecuali Bu Tong dan Yang Jing,
bahwa pada saat De Hu dan Bu Tong melancarkan ilmunya pada jurus ke
limapuluh satu, tangan kanan De Hu telah menyentil dada Bu Tong. Sebenarnya serangan itu menjadi pukulan telak di dada Bu Tong, tetapi De Hu merubahnya menjadi sentilan.
Bu Tong memandang De Hu penuh kekaguman. Sukar dipercaya De Hu dapat
melancarkan pukulan telak pada dadanya kurang dari enampuluh jurus, padahal kepandaiannya pada waktu itu sudah dapat dikatakan sudah mencapai tingkat
seorang ahli. Ia harus menggunakan sedikit lima tahun untuk menguasahi
YingYang Sinshuang Quan. Ia bertanya kepada dirinya sendiri, "Apakah selama ini ia kurang menggembleng diri karena sibuk membantu urusan pamannya?"
Dari mukanya, jelas sekali bahw Bu Tong merasa sangat kecewa terhadap
kepandaiaanya sendiri.
"Saudara Bu Tong, maafkan aku. Bukan maksudku merendahkan
kepandaianmu, namun kita dikejar waktu, sebelum matahari terbenam kita harus dapat kepastian siapa yang bersedia menolong kaisar, dan tentu saja harus
berhadapan dengan kedua datuk sesat yang terkenal kejam dan berilmu sukar
dilawan. Dalam pertempuran sebenarnya, terus terang, aku harus menggunakan
ratusan jurus untuk dapat menandingimu. Namun malam ini, aku hanya menang
siasat saja."
Bu Tong sangat terhibur dengan keterangan De Hu yang rendah hati itu. Ia tahu De Hu mencoba untuk membesarkan hatinya. Walaupun demikian dia tidak lagi
merasa kepandaiannya tiada guna. Sikap De Hu membuat ia betul-betul takluk, sehingga berjanji pada diri sendiri akan berlatih dan banyak belajar untuk
memperdalam kepandaiannya.
"Aku betul-betul puas menyaksikan pibu antara Bu Tong dan Shi Dixiong
(saudara Shi) " hebat"benar-benar hebat. Puas hatiku "puas hatiku "
ha..ha"ha" Tetapi kepuasan hatiku akan berlipat kali ganda apabila Zheng
siau dixiong (Saudara muda Zheng) juga bersedia memberi pelajaran kepada
putriku yang bengal itu " ayo, orang muda"buatlah mataku melek " buatlah
hatiku besar untuk maju menyelamatkan negara dari malapetaka.! Kata Gan
goanswe penuh semangat berapi-api.
"Jing Ti, ayolah kita main-main. Gunakan ilmu yang kau pakai merobohkan
serdadu-serdadu palsu kemarin!" Ajak Juen Ai tanpa sungkan-sungkan lagi.
Yang Jing dengan kalem berjalan mendekati Juen Ai tanpa menggerakkan
gingkang. "Gan Cici, mohon tidak tertawa melihat kepandaianku yang cetek ini.
Ayo Cici, aku sudah siap."
Juen Ai tahu bahwa Yang Jing adalah seorang remaja yang aneh, jauh berbeda
dengan anak-anak remaja sebayanya. Dari sorot matanya, Juen Ai merasakan
adanya kekuatan yang bisa meruntuhkan perasaan orang lain, terutama apabila orang itu marah. Suatu sorot mata yang bersinar lembut namun membuat orang
lain tunduk. Juen Ai adalah murid dari Luliang Sinshuang juga. Kepandaiannya terutama ilmu pedangnya tidak bisah dipandang remeh, karena memiliki kecepatan gerak yang mengagumkan. Luliang Sinshuang menggembleng gadis ini dengan ilmu pedang
istimewa yang disebut: Hongmo Quan (pedang pelangi). Dengan ilmu pedang
ini, Luliang Sinshuang pernah dibuat pontang-panting oleh Lanhoa Sin niang
pertapa wanita sahabatnya. Setelah bertanding hampir tiga hari dengan pertapa wanita sakti itu, Luliang Sinshuang dan pertapa itu saling bertukar ilmu. Ilmu inilah yang diajarkan kepada Gan Juen Ai. Sebuah ilmu pedang yang indah dan lihai sekali.
Gadis ini tidak memiliki kesempatan menggunakannya pada waktu bertempur
dengan Xue Jia Qiongmo, karena ia dibuat terkejut dan tidak menyangka
musuhnya begitu lihai ilmu silatnya, dan karena terburu nafsu ia sudah terkurung lebih dulu.
Juen Ai tidak sungkan-sungkan lagi, ia segera mainkan Hongmo Quan, "Jaga
seranganku Jing di " sing".!" Ia mencabut pedang yang mengeluarkan sinar
kekuning-kuningan, luarbiasa indahnya.
"Wow"kiamhoat yang bagus dan luarbiasa!" Seru Yang Jing setulusnya, dan
segera ia mainkan Chin-shih lu(Jalan batu dan tulang) ciptaan seniwati sakti Zhao Ming Cheng di jaman dinasti Qin. Suatu ilmu langkah ajaib yang dasar ilmu Shen De Bu Fu Tui Dong Yang atau Langkah Dewa Mendorong samudra.
Kemanapun pedang Juen Ai bergerak, disitu pula tubuh Yang Jing berada.
Seolah-olah, ia telah menyatu dengan perubahan dan gerak yang ada di
sekitarnya. Semakin cepat Juen Ai menggerakkan pedangnya, semakin cepat
pula tubuh Yang Jing mengikutinya. Ilmu ciptaan Zhao Ming Cheng ini membuat tubuh Yang Jing berada dalam titik harmoni yang wajar dan menyatu dengan
perubahan lima unsur di sekitarnya. Menyatu dan harmoni dengan gerakan di
sekitarnya. Luar-biasa dan ajaib. Bagi mata biasa, seolah-olah Yang Jing
berjalan biasa dan seenaknya, namunbagi mata seorang ahli, kecepatan dan
kekuatan gerakan Yang Jing tidak bisa diukur.
"Gan Cici, kaki kiri dan gerakan pedangmu yang membentuk Hongmo Fentian
(pedang pelangi mengacau angkasa) perlu di arahkan ke pusat kelemahan
lawan, salurkan tenaga sinkang ke seantero lengan bagian atas, kemudian
dorong lurus ke depan" Kata Yang Jing.
Juen Ai sangat tercengang-cengang mendengar apa yang dikatakan Yang Jing.
"Jing Ti, bagaimana engkau bisa tahu Hongmo Quan?" Yang Jing tidak
menjawab. "Ai Mei, jangan ragu-ragu, ikutilah apa yang dikatakan Jing Ti!" Seru De Hu, tiba-tiba.
Juen Ai tersenyum, "dia memanggilku, Ai Me, betapa bahagianya." Katanya dalam hati, dan mukanya berubah merah seklai. Sungguhpun begitu, Juen Ai
mulai mengikuti apa yang dikatakan Yang Jing. Kini ia merasakan Jurus delapan belas yang disebutkan oleh Yang Jing tadi beruabh menjadi lebih hebat dan
disertai tenagan sinkang yang terarah dengan baik.
Sambil terus melayani Juen Ai dengan Chin-shih lu, Yang Jing terus menerus
menunjukkan kelemahan Hongmo Quan yang dimainkan Juen Ai, kemudian
menyempurnakannya. Diam-diam Juen Ai yang terheran-heran itu menjadi
girang sekali, karena kini matanya terbuka, betapa bagus dan lihainya Hongmo Quan setelah mengikuti apa yang dikatakan Yang Jing.
"Gan Cici, penyaluran tenaga Ying ke arah pedang pada jurus Hongmo-Bo-Wu
(pedang pelangi merobek halimun), membuat daya serangnya lemah sendiri,
seharusnya Cici menyalurkan tenaga Ying ke tangan kiri, sedangkan pedang di tangan kanan digerakkan dengan tenaga Ying."
Takkala Juen Ai mengulangi Hongmo-Bo-Wu menurut petunjuk Yang Jing,
semua yang hadir disitu merasakan desakan hawa panas membarah bergulung-
gulung keluar dari pedang yang digerakkan oleh Juen Ai dengan kecepatan yang luar-biasa, sedangkan tangan kirinya membagi-bagi pukulan dingin ke arah Yang Jing, begitu silih berganti.
Bu Tong sampai melongo melihat pemandangan ini. Sedangkan Jendral Gan
sampai berdiri di kursinya. Dia berguman,"ajaib "sungguh ajaib"siapakah
pemuda remaja ini" Gerakan silatnya begitu sederhana, tetapi tidak bisa
ditembus oleh mata pedang Juen Ai yangkini menjadi menderu-deru, dan tidak
jarang mencicit-cicit seperti tikus tercepit."
"Ai Mei mundurlah, biar kini giliranku." Kata Bu Tong, tanpa menunggu jawaban iapun kini menyerang Yang Jing dengan YingYang Sinshuang Quan dengan
seantero kemampuannya.
"sinshuang Cui-wochao (elang sakti mengobrak-abrik sarangnya) "..terimalah
Jing Ti!" Seru Bu Tong. Serangan ini terarah ke suluruh penjur mata-angin. Kedua kaki dan tangan meluncur susul-menyusul membentuk cakar yang lihai sekali.
"Lihai sekali Tong Tako! Tubuh Yang Jing berputar-putar searah dengan gerak ilmu sinshuang cui-wochao, yang membuat mata Bu Tong menjadi pusing.
Tubuh Yang Jing seolah telah berubah menjadi semacam kapas yang
mengapung di udara dan bergerak sesuai dengan gerakan di sekitarnya.
"Tong Tako, siku kiri perlu ditekuk sejajar dengan leher, sehingga sinkangyang bergerak dari tiantan tidak terhalang. Bebaskan sinkangmu ke arah kedua
tangan dan kaki, jangan dikekang. Semakin di kekang semakin terbatas gerakan dan tenagamu."
"i h"darimana kau tahu ilmu YingYang Sinshuang Quan! Petunjukmu sama
persisi dengan yang dikatakan suhuku, tetapi aku tetap tidak mengerti."
"sinshuang Cui-wochao ".!" Tiba-tiba Yang Jing berseru dan girislah hati Bu Tong ketika melihat sinshuang Cui-wochao dimainkan oleh Yang Jing begitu
luar-biasa. Ia merasakan gempuran tenaga sinkang meransek ke segala arah.
Siku kirinya ditekuk sejajar dengan leher, sedangkan tangan kanannya
terlentang ke samping seperti rajawali yang mengepak sayapnya. Luar-biasa
daya serang dari ilmu ini ketika dipakai oleh Yang Jing.
"Oh Tuhan"kini terbukalah mataku, kini aku mengerti apa yang dimaksud oleh
suhu." Kata Bu Tong lirih.
Tidak terasa, hampir tiga jam lamanya, Bu Tong menguras seluruh ilmunya.
Demikian juga Yang Jing selalu memperbaiki di sana-sini, dan kadang-kadang
memberi contoh-contoh.
"Sinshuang kuo-lu-xie (Elang sakti membuka jalan darah) "." Inilah jurus
terakhir dari YingYang Sinshuang. Jurus yang mengangkat nama Luliang
Sinshuang di dunia persilatan. Dengan jurus ini pada akhirnya kekalahannya
bisa diubah menjadi seri pada waktu pertapa sakti ini pibu melawan Lanhoa Sin niang.
"Ilmu yang hebat sekali Tong Tako "!"Seru Yang Jing. Sampai di sini Yang Jing hanya melayani Bu Tong tanpa memberi komentar terhadap jurus ini. Matanya
dengan teliti melihat seluruh gerakkan Sinshuang Kuo-ku-xie tanpa berkedip, sedangkan tubuhnya selalu bergerak harmoni dengan gerakan ilmu itu sendiri.
Dengan Chin-shih lu(Jalan batu dan tulang) ciptaan seniwati sakti Zhao Ming Cheng ini, Yang Jing seperti seorang seniman kungfu yang bisa menggambar,
mengukir, dan membentuk kungfu yang dilayani oleh Chin-shi-lu.
"Jing Ti "terimakasih." Kata Bu Tong sampai melompat.
Bu Tong melangkah perlahan mendekati Yang Jing. "Jing Ti, adakah petunjuk
untuk jurus terakhir yang kumainkan tadi?" Yang Jing menarik nafas panjang, seperti seorang kakek yang sudah tua sekali. Wajahnya nampak tidak gembira.
"Tong Tako ...aku "aku?" Ia tidakmelanjutkan kata-katanya. Bu Tong jadi
terheran-heran dan perasaannya menjadi sangat tidak enak. Ia melihat mata
Yang Jing memancarkan kekuatiran.
"Jing Ti, demi Thian "katakanlah apa yang kau lihat dari Sinshuang kuo-lu-xie."
Tetapi Yang Jing hanya menghela nafas panjang, dan diam dengan wajah yang
tidak gembira. Bab 7 (c): Pertempuran di Yongle Lie Chang
De Hu yang sudah mengetahui benar watak Yang Jing, mengedipkan mata
kepada Bu Tong. Bu Tong memandang De Hu dengan wajah yang dipenuhi
tanda besar, penasaran, dan sekaligus kekuatiran.
"Tong Dixiong (saudara Gan), berilah kesempatan baginya untuk berpikir, aku tahu ada sesuatu yang tidak beres pada jurus Sinshuang kuo-lu-xie yang kau
mainkan, namun aku sendiri tidak mengetahuinya. Apabila ia bicara sesuatu
tentang sinshuang kuo-lu-xie, ikutilah, karena anak ini memilki pola berpikir dan cara pandang yang tidak lumrah manusia biasa. Tong Dixiong percayalah
padaku, apabila engkau mengikuti apa yang ia katakan, itu pasti sangat berarti bagi ilmu silatmu."
"Cuwi taihiap, saat ini negara membutuhkan kaisar seperti kaisar Yongle yang dapat memerintah dengan baik. Seperti yang cuwi ketahui, kaisar sedang akan menghadapi malapetaka, saya sebagai jendral perang kekaisaran Ming,
memohon, kiranya cuwi taihiap bersedia menjadi utusan saya pribadi untuk
menyelamatkan kaisar dari cengkraman datuk-datuk sesat dan kaum persilatan
lainnya. Kaisar tidak akan membatalkan atau menunda jadual berburuhnya,
karena ini merupakan bagian dari hidup Hongsiang. Bersediakah Shi taihiap dan Zheng siauhiap menerima tugas mulia ini?"
De Hu dan Yang Jing saling pandang, dan hampir berbareng mereka
menganggukkan kepala satu kepada yang lain. Dengan berlutut, mereka
berkata: "Gan Goanswe, hamba, Shi De Hu, dan Zheng Yang Jing, akan menjalankan
tugas yang diberikan Gan Goanswe dengan sungguh-sungguh!"
"Syukurlah, kalau kalian berdua dengan kepandaianseperti ini bersedia memikul tugas yang sangat berat ini. Tong Zhi, dua jam lagi, kamu harus menghadap ke kamar ayah, dan berikan bungkusan kuning ynag akan kutaruh di atas meja,
jangan dibuka, dan taruhlah di kantong pelana kuda Kaisar Yongle. Kerjakan
dengan cepat dan tidak boleh diketahui oleh orang lain! Apakah kamu sanggup?"
"Paman, Bu Tong akan melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang paman
perintahkan!" Katanya tegas dengan dahi berkerut ke atas, tampaknya ia berpikir keras sampai keringatnya menetes keluar.
"Ayah "apakah yang ayah lakukan" Ayah " kau"kau?" Juen Ai menatap
wajah Jendral Gan dengan wajah penuh rasa kuatir.
"Ai Zhi, Tong zhi " aku adalah seorang jendral strategi perang. Aku tahu ada musuh-musuh rahasia sedang memasang jebakan yang sangat berbahaya bagi
negara, dan sekaligus juga berbahaya bagi jiwaku dan jiwa kaisar Yongle. Tentu saja akau tidak bisah tinggal diam. Strategi perang harus dipecahkan dan
dilawan juga dengan strategi perang. Penggunaan datuk-datuk sesat juga harus dilawan dengan pendekar-pendekar yang berilmu tinggi juga. Sudahlah "jangan kalian terlalu menguatirkan diriku. Ai zhi, temanilah shi Taihiap ke daerah perburuan, jangan sampai terlambat. Pertemuan bubar!"
Tanpa menengok lagi jendral memasuki kamar pribadinya dan segera menutup
pintu. "Ayah "ayah ?" Seru Juen Ai, dengan air-mata menetes.
"Ai Mei, apakah yang hendak paman lakukan" Ai Mei, katakanlah"kamu tahu
bukan?" Juen Ai hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tong Koko, aku
tidak tahu persis apa yang hendak ayah lakukan, namun aku mengerti dalam
situasi perang semacam ini, ayah pasti menggunakan siasat perang yang
disebut "membakar rumah sendiri, menghancurkan benteng musuh," yaitu,
upaya menghancurkan musuh-musuh yang tidak kelihatan ini dengan cara
mengumpankan dirinya sendiri.
"Fan ziji, Fen Yulechang (membakar diri sendiri, membakar benteng). " Kata
Yang Jing. Semua menunggu di depan kamar Gan Goanswe. Semua tampak tegang.
Hanya Yang Jing yang kelihatan berpikir dan besikap berlainan. Wajah remaja ini kelihatan tenang seperti air danau Dian Chi di propinsi Yunnan. Tenang dan tidak bergeming terhadap suatu gejolak di luar dirinya. "Jing Ti, apakah kamu bisa menduga apa yang ayahku sedang lakukan?" Tanya Juen Ai.
"Cici, aku kagum dan hormat kepada ayahmu. Ia seorang jendral yang berjiwa
jendral, berotot jendral, dan bernafas murni seorang jendral. Tidak ada satu kekuatanpun saat ini yang bisa membatalkan keputusan perang yang ia ambil.
Pisau bisa memotong kulitnya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap jiwanya." Juen Ai mengerti filsafat perang yang diucapkan Yang Jing, hatinya sangat sedih tetapi sekaligus semakin menghormati ayahnya.
Dua jam sudah berlalu, Bu Tong segera memasuki kamar jendral Gan. Begitu
masuk ia melihat sebuah benda yang ditutup dan dicap dengan tanda angkatan
perang kekaisaran Ming. Tidak ada seorangpun yang diperkenankan membuak
bungkusan ini dengan ancaman hukuman mati kecuali kaisar sendiri. Dengan
tangan gemetar, Bu Tong mengmabil bungkusan itu sambil menoleh ke ruang
pribadi pamannya. Namun, pintu tirai tertutp rapat dan ia tidak mendengar
sesuatu apapun dari sana. Ingin ia masuk melihat keadaan pamannya, namun ia tidak memiliki keberanian berbuat itu. Buruh-buruh Juen Ai juga masukke dalam, dan ".wajahnya pucat pasih ketika melihat tetesan darah yang masih segar di dekat ruang pribadi ayahnya "matnya terbuka lebar dan mulutnya ternga-nga..
"Oh ayah".ayah.."keluhnya lirih sekali dan air-matanya menetes-netes deras
sekali. Sama dengan Bu Tong, ia juga tidak memiliki keberanian untuk
menerobos masuk ruang pribadi jendral Gan.
"Tong koko, cepatlah pergi sebelum kaisar keburuh berangkat ke perburuan,
kemudian susul ah kami di medan perburuan!" Yang Jing mendesak Bu Tong
segera angkat kaki.


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

De Hu mengajak Yang Jing dan Juen Ai segera angkat kaki dan secepat terbang mereka bertiga melesat ke jurusan yang ditunjukkan Juen Ai.
Pegunugan Jundu, sebelah utara ibukota Peking, kerap kali dipilih sebagai
daerah berburu oleh kaisar YongLe. Selain pegunungan ini memiliki
pemandangan yang indah, juga terdapat banyk sekali jenis binatang buruan
yang sengaja dipelihar begitu saja untuk kepentingan berburuh bagi kaisar
Yongle. Banyak pemburuh-pemburuh dari berbagai provinsi menjual hasil
buruan ke pembesar daerah Jundu untuk dibeli, kemudian dilepas kembali di
daerah perburuan kaisar. Sehingga tidak mengherankan apabila didapat begitu banyak binatang buruan di pegunungan ini.
Pagi hari setelah matahari terbit, kaisar Yongle bersama dengan rombongan
memasuki Yongle Lie Chang (daerah perburuan YongLe), di Jundushan. Kuda
Fergana berwarna hitam legam dan tinggi besar menjadi tunggangannya. jendral Xu Da, seorang laki-laki setengah tua yang gagah perkasa, yaitu mertuanya
sendiri, menunggang kuda di sampingnya dengan jenis yang sama berwarna
putih. Rombongan ini dikawal oleh lebih dari duapuluh empat prajurit pilihan yang berilmu tinggi.
Tidak beberapa lama, kaisar sudah melihat seekor kijang berekor putih melintas di hadapannya, dengan sigap ia mengeplak kudanya dan mengejar kijang itu
dengan anak panah terpasang pada busurnya. Kuda Fergana itu melesat cepat
sekali mengejar sasaran buruan. Sudah lebih dari tujuh anak panah yang
dilepas, tetapi nampaknya kijang muda itu tidak mandah begitu sajatubuhnya
ditembus anak panah. Dengan gesit si kijang meninggalkan kuda kaisar dan
berlari menuju lereng yang agak curam dan menghilang di lekukan gunung.
Kaisar Yongle sangat penasaran, segera ia mengeplak kudanya menuju ke
lekukan gunung. Ia tidak sadar pengawalnya tidak berada di belakangnya lagi.
Para prajurit pilihan itu dihadang oleh sekelompok orang yang berwajah bengis dengan golok di tangan. Tanpa banyak cakap, gerombolan yang terdiri dari
duapuluh orang itu menyerang para prajurit. Dari gerakan mereka saja dapat
dilihat bahwa mereka terdiri dari ahli-ahli silat yang berilmu tinggi. Golok dan pedang mereka bergerak cepat menimbulkan angin yang berciutan. Sebentar
saja terjadi pertempuran yang dasyat antara prajurit pengawal kaisar dengan orang-orang kangouw gologan sesat. Walaupun prajurit-prajurit itu orang-orang pilihan yang berilmu tinggu, namun mereka hanya berpengalaman di medan
perang. Sedang yang mereka hadapi adalah orang kangouw yang berilmu tinggi
dan biasa membunuh tanpa berkedip, mereka menjadi terdesak hebat sekali.
Sudah banyak prajurit yang mandi darah, kepala remuk, dan mayat
bergelimpangan tidak karu-karuan.
Jendral Xu Da yang sangat menguatirkan nasib kaisar Yongle, menggerakkan
tombaknya bergitu rupa, sehingga sudah tiga orang kangouw yang tertembus
tombak. Ia mencoba mengeplak kudanya untuk menyusul larinya kaisar Yongle,
tetapi seorang yang menjadi pimpinan gerombolan itu merangseknya dengan
serangan-serangan yang hebat, membuat dia tidak memiliki kesempatan lari
menyusul kaisar Yongle. Pemimpin gerombolan ini adalah seorang pendeta
lama berjubah merah, namanya Hek Sin Lama (Lama berhati hitam), seorang
pendeta sesat yang tinggi ilmu silatnya. Besi-besi berbentuk lingkaran yang dihiasi dengan dua tengkorak bayi menjadi senjata andalannya yang lihai dan beracun. Entah sudah berapa jumlah manusia yang mencjadi korban sentaja
beracun ini. Dengan senjata ini pula ia menyerang jendral Xu Da dengan maksud
membunuh. Serangan-serangannya sangat kejih dan leuar-biasa dasyat dan
berbahayanya. Jendral Xu Da mencoba melawan dengan tombaknya, tetapi
lingkaran-lingkaran besi itu terlalu lihai baginya. Mulailah ia terdesak hebat. Dada sebelah kirinya sudah terluka dan engucurkan darah berwarna kehitam-hitaman.
"Ha"ha"ha"hei anjing tua, umurmu sebentar lagi tamat, demikian juga
seluruh pengikutmu termasuk kaisar jahanam itu juga akan mati tanpa kuburan."
Sehabis berkata demikian, pendeta ini menyerang lebih hebat lagi. Lingkaran-lingkaran besimendesing-desing mengarah kepada tujuhjalan darah kematian Xu Da. Jendral Xu Da yang sudah jatuh dibawah angin itu sudah sangat
kepayahkan. Pelipisnya sudah mengeluarkan darah karena terserempet
pinggiran lingkaran besi itu. Karena ia tahu bahwa ia tidak bisa menolong kaisar Yongle ia menjadi nekad. Ia mendesak dengan sisa tenaganya untu mati
bersama dengan lawannya.
Ia melompat tinggi sambil megirim tusukan maut dengan tombaknya ke arah
ubun-ubun lawan dengan tanpa menghiraukan keselamatan jiwa lagi. Namun
Hek Sin lama tidak menjadi gugup, ia memutar tubuhnya seperti gasing,
kemudian melepaskan dua lingkaran besi itu dari tanggannya, dan meluncur ke arah uluh hati lawannya yang masih melayang di udara. Xu Da sangat terkejut sekali melihat gerak gasing lawannya, sehingga ia terlambat untuk menghindar dari serangan lingaran besi.
Pada detik terakhir sebelum lingkaran besi itu menggedor uluh hatinya, sebuah bayangan memapak senjata maut Hek Sin Lama.
"Paman Xu Da, bantulah yang lain, biar aku menghabisi hidup pendeta sesat ini!"
"Bu Tong " kau, apakah pamanmu datang menyusul?" Tidak paman, Gan
susiok mengutus kami untuk menolong kaisar dari cengkraman musuh yang
dipimpin oleh manusia misterius yang bernama Bupun Ongya ."
"Pemuda bosan hidup, terimalah kematianmu!" Hek Sin Lama menyerang Bu
Tong dengan kemarahan yang meluap-luap, giginya gemeretak dan biji matanya
seolah mau keluar saking marahnya karena usaha membunuh jendral Xu Da
digagalkan oleh pemuda yang berdiri di depannya ini.
Ilmunya yang paling jahat dan mengerihkan, Hek Du Quanzi (Lingkaran racun
hitam), dipergunakan untuk menghabisi hidup Bu Tong. Bu Tong yang sekarang
lebih menguasahi ilmunya YingYang Sinshuang Quan setelah "pibu" dengan
yang Jing, memainkan ilmunya secara luarbiasa sekali. Penggunaan sinkangnya yang diatur menurut unsur YingYang sedemikian baiknya membuat YingYang
Sinshuang Quan sukar dilawan oleh Hek Sin Lama. Hek du Quanzi dibuat
mentah dan tidak memiliki kegunaan karena gempuran sinkang panas yagn
membakar racun, sinkang dingin yang membalikkan racun itu ke arah dirinya
sendiri. Ketika ia melirik ke arah teman-temannya, ia juga terperanjat karena seorang dara berbaju kuning dengan ilmu pedangnya yang sangat lihai membuat teman-temannya kocar-kacir dan banyak yang mati mandi darah. Sedangkan jendral Xu Da dengan gagah perkasa menggilas semua lawan-lawannya tanpa ampun.
"Kawan-kawan " angin besar ". Lari!" Tanpa menghiraukan teman-temannya
yang luka-luka dan binasa, sisa-sisa penjahat itu melarikan diri dengan cepat ke arah selatan meninggalkan Yongle Lie Chang.
Mari kita mundur sejenak, mengapa tiba-tiba Bu Tong dan Juen Ai bisa muncul bersamaan di Yongle Lie Chang dan menolong jendral Xu Da pada waktu yang
tepat. Telah diceritakan di bagian depan, De Hu, Yang Jing, dan Juen Ai dengan menggunakan gingkang masing-masing lari seceat terbang ke arah utara menuju Jundushan. Namun Juen Ai tidak bisa mengikuti kecepatan De Hu dan Yang
Jing, sehingga perjalanan menjadi terhambat. Menyadari waktu yang sudah
sangat mendesak, De Hu memperlambat larinya, dan bersanding dengan Juen
Ai. "Ai mei (adik Ai), maafkan aku." Ia berkata kepada Juen Ai. Belum sempat Juen Ai bertanya, mengapa ia meminta maaf, tiba-tiba tubuhnya sudah dibawa lari
secepat terbang oleh De Hu. Ia merasakan sebuah tangan yang kokoh kuat
menggandengnya. Tanpa ia sadari ia tersenyum bahagia. Hatinya berdebar-
debar luar-biasa, bukan karena takut terlambat menolong kaisar Yongle,
melainkan karena perasaan bahagia dan mendesak-desak perasaannya begitu
rupa. Ia melirik ke arah De Hu, ia melihat pemuda berlengan tunggal ini
memandang ke depan dengan sorot mata yang sangat tajam, rambutnya yang
berkibar-kibar tertiup angin menciptakan pemandangan yang luar-biasa
hebatnya di mata Juen Ai. "Betapa tampan dan gagahnya pendekar berlengan
tunggal ini," gumannya lirih. Ingin dia diajak lari terus oleh De Hu dengan car seperti ini.
Yang Jing tersenyum melihat wajah Juen Ai yang tersenyum-senyum sendiri.
"Hu Koko, jari-jari Gan Cici tampak biru karena kau pegang terlalu kuat!" Kata Yang Jing tiba-tiba kepada De Hu. De Hu sampai berhenti saking terkejutnya.
Tanpa ia sadari ia membawa jari-jari Juen Ai dekat dengan wajahnya. Ia melihat jari-jari yang mungil, putih, dan bersih sekali. Kulitnya lembut bagai sutera, dan jari-jemari itu sedikit gemetar.
"Oh " Ai Mei, maafkan aku kalau aku tanpa sengaja menekan jari-jarimu." De
Hu tampak kikuk dan serba salah. "Hu Koko, coba gandeng lengan dekat siku,
itu baru aman dan tidak sakit." Kembali Yang Jing berkata. Mendengar ucapan Yang Jing itu, tangan JuenAi menjadi semakin gemetar dan wajahnya merah
sekali. De Hu tambah terkejut, di a pikir tangan Juen Ai sedikit terluka dan terganggu jalan darahnya sehingga ia menahan sakit. De Hu menjadi serba
salah dan bingung. "Hu Koko, ayo, kita harus segera tiba di Yongle Lie Chang sebelum para datuksesat menghabisi jiwa kaisar Yongle."
Di ngatkan tentang itu, maka tanpa berpikir panjang ia memeluk lengan Juen Ai dekat siku, kemudian dibawa larilah gadis itu secepat terbang. Yang Jing yang berlari dekat Juen Ai melirik kearah gadis itu. Dan kebetulan Juen Ai juga melirik kepadanya. "Gan Cici, tidak sakit lagi khan ?"" katanya sambil tersenyum nakal.
Juen Ai melotot sambil tersenyum, namun tidak berani berkata apa takut
menganggu konsentrasi De Hu.
Ketika sampai di Yongle Lie Chang, mereka mendengar suara beradunya
senjata tajam. "Wah..kita terlambat..mari!" Tanpa melepaskan gandengannya,
De Hu berlari menuju suara pertempuran itu. Tepat waktu mereka tiba di situ, De Hu dan Yang Jing melihat kuda kaisar Yongle meluncur menuju lekuk gunung.
"Ai mei, bantulah para prajurit itu, aku dan Jing TI akan menyusul kaisar."
"Pergilah Hu twako, akan kucoba membantu jendral XuDa. Begitu turun dari
gandengan De Hu, Juen Ai melesat seperti walet terbang untuk menolong
jendral Xu Da yang terancam serangan maut
"Juen Ai Mei Mei, serahkan pendeta sesat itu kepadaku, dan bantulah Xu
goanswe!" Tiba-tiba Bu Tong sudah muncul di situ dengan mengendarai seekor
kuda. Kaisar Yongle yang tidak tahu rombongan pengawalnya bertempur mati-matian
dengan kawanan pembunuh, terus mengejar kijang buruannya. Ketika ia sampai
di lekuk gunung itu, tiba-tiba kudanya melompat tinggi-tinggi sambil mengibas-ngibaskan kakinya, seperti marah.
Kaisar Yongle bukanlah manusia lemah, dengan cepat dan cekatan ia
menenangkan kudanya. Begitu ia turun dari kudanya, ia melihat enam manusia
sangat aneh berdiri di depannya. Yang paling depan bermuka seperti burung
kokok belok. Ia mengenakan baju siucai. Senjatanya sangat istimewa, semacam patkwa kuanpit yang ujung menggunakan besi yang kelihatn tua sekali,
sedangkan gagangnya terbuat dari tulang belakang ular laut. Inilah datuk sesat dari teluk Pohai: Pohai Toatbeng Lomo (Iblis tua pencabut nyawa dari teluk
Pohai). Sedangkan orang kedua, lebih menyeramkan lagi. Tubuhnya kecil
pendek, rambutnya riap-riapan seperti iblis kuburan. Ia berdiri sambil asyik memasukkan segengam ulat-ulat besar berwarna hijau tua. Ulat-ulat itu
berkelejotan ketika digigit dengan giginya yang besar-besar itu. Warna ulat itu hijau tua, tetapi begitu digilas dengan gigi kakek itu, mengeluarkan cairan berwarna merah darah yang berbau busuk luar-biasa. Inilah Datuksesat dari
Utara tembok besar: Chong Du Wan (Ulat seribu racun). Sedangkan empat
orang lainnya seperti saudara kembar. Potongan empat orang itu rata-rata tinggi kurus dengan tulang rahang besar. Muka mereka pucat seperti mayat. Emapt
orang ini merajai daerah pantai selatan. Semua orang di pantai selatan akan menjadi keder dan ketakutan apabila berjumpa dengan empat manusia kembar
yang ganas dan aneh ini. Inilah dia: Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan). Keempatnya memiliki bentuk tubuh dan wajah yang sama,
cuman warna kukunya saja yang berbeda. Yang paling tua dipanggil He Lang
(Srigala hitam), karena kukunya yang panjang itu mengandung racun kelabang
hitam. Orangnya pendiam, tetapi luar-biasa ganas dan kejamnya. Orang kedua, dipanggil: Huang Lang (srigala kuning), karena kukunya mengandung bisah ular gurun Gobie yang berwarna kuning. Racun yang sangat berbisa, hawanya saja
bisa membawa orang kepada maut. Yang ketiga dipanggil: Bai Lang (srigala
putih). Kukunya dilatih dan direndam dengan racun kalajengking putih dari
Manlingho, di Buthan. Racun ini tidak berbau, namun bisa membuat kurbannya
kehilangan ingatan. Orang terakhir: Zi Lang (Srigala ungu). Kukunya berwarna ungu tua dan mengandung racun ulat ungu yang hanya didapat di sebuah pulau
hantu yang biasa disebut pulau neraka. Racun ungu ini membunuh korbannya
perlahan-lahan, pertama-tama yang digerogoti adalah persendian. Tidak lebih dari setengah jam setelah orang itu terkena racun ini, seluruh sambungan tulang di dalam tubuhnya akan lemah dan akhirnya hancur. Ilmu silatnya mereka rata-rata tidak di bawah datuk-datuk rimba persilatan, bahkan mereka jauh lebih
berbahaya, karena selalu maju bersama-sama.
Kaisar Yongle tahu bahwa ia berada dalam ancaman orang-orang jahat yang
berilmu sangat tinggi.
"Ho"ho"ho"kaisar perebut kekuasaan"sudah lama kami ingin mengambil
jiwamu, baru hari ini kami memiliki kesempatan. Kami akan memenggal
kepalamu dan dibawah di hadapan kaki raja Jianwen, kaisar kami yang sejati.
Hari ini, mau atau tidak, kamu harus menyerahkan nyawamu!" kata Pohai Toat
Beng Lomo. Kaisar Yongle walaupun bukan seorang ahli silat yang tangguh, namun kungfu
aliran Shaolin masih mendarah daging dalam dirinya. Selain itu, ia bukan
seorang kaisar yang takut mati.
"Kalian manusia-manusia kasar, ada urusan apa menganggu?" Suaranya
berwibawa sekali. Mau tidak mau, keenam orang itu menjadi keder karena
kewibawaan kaisar Yongle.
Kini tanpa banyak cakap, mereka sudah menghunus senjatanya. Toat Beng
Lomo mengeluarkan kuanpitnya, dengan gerakan yang luar-biasa cepatnya
menyerang leher kaisar Yongle. Dan pada saat yang bersamaan, Chong Du
Wan melesat seperti ulat, menyerang dada kaisar Yongle dengan tenaga
sepenuhnya. Rupanya, mereka mengambil keputusan menghabisi hidup kaisar
Yongle dengan sekali gebrak.
Namun mereka tidak sadar bahwa mati dan hidupseseorang berada di dalam
tangan Thian. Kalaun Thian menghendaki orang itu hidup, walaupun harus
dihujani ribuan senjata, atau tubuhnya diseret oleh empat keempat penjuru, ia juga akan tetap bisa hidup. Sebaliknya, apabila Thian menghendaki seseorang mati, walaupun tidak diserang, ia akan mati dengan sendirinya.
Demikian juga dengan kaisar Yongle, enam orang itu berpikir, sekali labrak maka habislah hidupnya. Tidak demikian, karena pada saat kedua datuk itu
melancarkan serangan mautnya, tiba-tiba berkelebat dua bayangan dengan
kecepatan yang tidak masuk akal, bagaikan bayangan yang muncul begitu saja
dari permukaan bumi, dan menangkis serangan itu.
"Plak "blaaaar?"..aya!!!!!!!!! Dua datuk itu terlempar kebelakang sampai tiga tombak. Mereka bangkit berdiri, dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat dua orang, yang satu berlengan buntung, sedangkan yang satunya, masih
sangat mudah. "Dua cacing busuk, minggir, sebelum kuhancurkan batok kepalamu." De Hu tidak menggubris omongan Toat Beng Lomo, secepatnya ia dan Yang Jing berlutut di
hadapan kaisar, "Hongsiang panjang umur"hongsiang panjang usia, hamba Shi
De Hu dan ini adik angkat hamba Zheng Yang Jing." "Bangkitlah?" Kata kaisar.
"Jing Ti, bawalah kaisar pergi dari sini, biarlah aku menghadapi mereka." "Shi Taihiap, hadapilah mereka, dan aku ingin melihat bagaimana hasilnya." Kata
Kaisar Yongle, membuat De Hu dan Yang Jing tercengang-cengang.
"Toat Beng Lomo, Chong Du Wan"dua manusia sesat, majulah! Kata De Hu.
"Bocah masih hiaju berani menantang Toat Beng Lomo, terimalah ini." Kuan Pit di tangan Toat Beng Lomo melakukan gerakan seperti menulis di udara, tetapi memiliki kekuatan sonkangdan daya serang berlipat-lipat lebih lihat dari yang dilakukan oleh muridnya, Xue Jia Qiongmo (satrawan tampan berhati iblis). De Hu merasakan ini, karena lengan kirinya yang kosong itu melambai-lambai
terkena kekuatan sinkang datuk iblis ini.
De Hu tidak berani memandang enteng, segera ia mengeluarkan ilmu silatnya.
Maka terjadilah pertempuran yang luar-biasa hebatnya. Pohon-pohon di sekitar pertempuran itu menjadi tumbang, debu tanah berhamburan kemana-mana
tergencet dua tanaga sakti yang saling mendesak. Keduanya mengirimkan
pukulan-pukulan dari jurus kungfu yang sudah mencapai taraf tinggi sekali.
"ho bi chuan shu (pena api menembus awan) "!!"
"Tienshan Mizong Quan (Jurus mengacau awan) ".!!
"Blaar"..!!
De Hu terdorong tiga tindak ketika dua ilmu sakti itu bertemu, sedangkan Toat Beng Lomo bergoyang-goyang tubuhnya.
"Apa hubunganmu dengan Shi Kuang Ming, pendekar Tienshan"!" tanya Toat
beng Lomo. "Dia mahaguruku" jelasDe Hu singkat.
"Lomo jangan buang waktu mari kita habisi secepatnya!" Seru Chong Du Wan,
sambil melompat menyerang De Hu dengan serangan yang kejih dan berbahaya
sekali. Kini De Hu diserang sekaligus dengan dua orang datuk yang berilmu tinggi. Dua tenaga ilmu hitam yang ganas merangsek dekat uluh-hatinya. Namun, De hu
tidak menjadi keder, serta merta ia memainkan Tienshan Luohanquan (Gerakan
Lohan Tienshan).
Sebenarnya ilmu silat De Hu sudah mencapai taraf yang tinggi sekali, namun
pengalaman bertempur yang ia miliki masih miskin. Sedangkan yang ia hadapi
kali ini adalah dua datuk sesat yang sudah malang-melintang di dunia persilatan puluhan tahun lamanya. De Hu menang dalam banyak hal, ilmu silatnya lebih
murni dan tenaga sinkang lebih bersih, sehingga tidaklah mudah bagi dua algojo kangauw itu untuk menjatuhkan De Hu.
"Hu Koko, gunakan Xing Long guan Shandong Quan (naga sakti membuka
goa)." Yang Jing menggunakan shengyin yao jiesheng (Mengirim suara jarak
jauh) kepada De Hu.
Bab 7 (d): Geger di Istana Peking
Tebasan-tebasan tangan kiri Chong Du Wan sangat lihai, sedangkan kuan pit
Toat Beng Lomo mendesing-desing bagaikan senjata yang bermata dua.
Kemana saja De Hu bergerak, demikian juga serangan kedua datukitu terarah.
Pertempuran ini benar-benar luar-biasa hebatnya.
Ketika De Hu mulai ditekan oleh serangan-serangan kedua datuk itu, ia mencelat kebelakang sejauh dua tombak, kemudian tubuhnya menelungkup rendah sekali
di tanah. Tangan kanan menekan bumi begitu rupa seolah sedang menyedop
tenaga inti bumi sebanyak-banyaknya . Pada detik selanjutnya tubuh De Hu
melengkung sejajar dengan bumi bagai naga terkurap, dan matanya mencorong
menjadi begitu tajam. Saat itulah, ia membuka serangan yang luarbiasa
dasyatnya. "Xing Long guan Shandong Quan (naga sakti membuka goa) ".!!"
Inilah ilmu rahasia Shi Kuang Ming, pendekar sakti Tienshan. Sebuah ilmu yang hampir hilang dari dunia persilatan, dengan membawa misteri yang besar. Hari ini, dunia persilatan melihat kembali munculnya ilmu ini yang dimainkan oleh murid generasi ketujuh dari pendekar sakti Tienshan, pendekar lengan tunggal Shi De Hu. Justru di dalam diri De Hu Xing Long guan Shandong Quan
mencapai titik kesempurnaannya, karena selain ia sangat berbakat, bertulang bagus, namun juga memiliki hanya satu lengan.
Tidak dapat dibayangkan kedasyatan ilmu ini. Tubuh De Hu terisi penuh dengan tenaga naga bumi. Begitu ia menyerang kedua orang datuk itu, sebelum
serangan itu sampai, getaran tenaga sakti itu sudah menekan isi dada kedua
datuk itu. Mereka sangat kelabakan dan berusaha mengimbangi dengan pukulan
gabungan. "Blaaaarrrrrrrrr?"?"?"des"des".!!!"
Kedua datuk itu terlempar seperti daun kering sejauh hampir sepuluh tombak.
"Huakkk"kau"kau " murid siapa" Bukankah itu " huakk".Xing Long guan
Shandong Quan" !" Toat Beng Lomo memandang terbelalak kepada De Hu,dan
tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena sekita itu darah segar mengalir
keluar dari mulut mereka berdua. Kaki kedua datuk itu gemetaran, isi dadanya terguncang hebat sekali. Cepat bersilah tanpa mempedulikan sekitarnya lagi, sebab mereka mengetahui, luka dalam akibat hamparan tenaga sakti Xing Long
Seruling Samber Nyawa 14 Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung Pendekar Naga Mas 10
^