Pencarian

Penelitian Rahasia 3

Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Bagian 3


guan Shandong Quan dapat membawa mereka ke liang kubur.
"Anak muda, ilmu silatmu sungguh dasyat, sekarang layani kami berempat!" Kata He Lang (Srigala hitam) mewakili adik-adiknya.
"Hu Koko, tidak perlu melayani mereka, kita mesti pergi dengan segera"! Kau bawa Hongsiang, biarlah aku mengajak mereka berolah-raga sebentar, nanti aku segera menyusul. " Kata Yang Jing
"Cuwi, kakek kembar empat"mari kita berolah-raga sebentar." Sambil berkata
demikian, Yang Jing sudah melompat menghadang Hek Lang, Huang Lang, Bai
Lang, dan Zi Lang. Sedangkan De Hu mengajak kaisar Yongle meninggalkan
tempat itu. "Hongsiang "perkenankan hamba memegang tangan Hongsiang, karena kita
perlu segera pergi dari tempat ini. Hawa beracun yang akan keluar melalui kuku-kuku Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan) sangat
berbahaya bagi Hongsiang. Percayalah adikku akan bisa mengatasi mereka
dengan baik."
"Baiklah "Shi taihiap membawaku ke puncak pohon siong itu, karena aku ingin nonton pertunjukkan yang diperlihatkan oleh adikmu yang aneh itu!"
De Hu jadi bingung namun sekaligus kagum atas kecerdikan kaisar Yongle.
Maka sekali mengenjot tubuhnya, ia telah membawa kaisar YongLe ke tempat
yang aman. Sementara itu Yang Jing sudah berada dalam kurungan Nanhai Si Lang mo. Hek
Lang membuka serangannya, dan di kuti secara susul-menyusul oleh ketiga
adiknya. Serangan empat kakek kembar itu dasyat, cepat, dan kejih sekali.
Sekali tergores salah satu kuku dari keempat kakek itu, kematianlah yang
diakibatkan. Yang Jing melihat serangan ini dengan mata yang bersinar terang. Kemudian
mulailah ia bergerak dengan Wu wei Y?eh ming bu sa ching (tidak bertindak,
tidak memiliki seperti Candraprabhabodhisattva). Tubuhnya mengikuti rahasia ketenangan, kosong namun bergerak seperti angin. Keempat Kakek itu seperti
menerobos bayangannya sendiri, karena tubuh Yang Jing, kosong seperti angin.
Mereka merasakan dan melihat ia bergerak, namun begitu ingin disentuh,
ternyata sudah tidak berada di situ. Keempat Kakek itu menjadi kebingungan
tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Sudah tigaratus jurus lebih yang mereka lancarkan. Namun anak muda yang
mereka hadapi tidak bisa disentuh.
"Hei pemuda setan " jangan lari-lari seperti ini, ayo perlihatkan kegagahanmu"
kenapa hanya bisa menghindara saja!" Mereka berempat berteriak-teriak
penasaran. Sebab baru kali ini mereka gagal terus, walaupun menggunakan
jurus yang paling dasyat sekalipun. Mulailah peluh membasahi jidat mereka, dan serangannya mulai mengendor.
"Bukan aku yang lari-lari, tetapi serangan-serangan cuwi yang membuat aku
pontang-panting sampai kepala pening. Coba cuwi berhenti menyerang, maka
akupun tidak akan bergerak seperti ini!"
"Huang di, Bai Di, Zi di, berhenti menyerang seperti ini, kita satukan sinkang , dan gempur pemuda setan!"
Keempat kakek itu tiba-tiba mengganti pola bertempurnya, bukannya
mengeluarkan jurus-jurus serangan, melainkan menggunakan kekuatan tenaga
bathin semacam Moshu (hoatsut atau sihir), yang berdasarkan ilmu hitam yang jahat. Mereka menghantam Yang Jing dengan cara membetot , melukai, dan
menghancurkan semangatnya.
Yang Jing merasakan adanya tenaga hawa jahat.
"Kong Men quan (jurus pintu gerbang kehampaan) " " katanya lirih. Dia berdiri dengan tangan kiri di depan dada, sedangkan tangan kanannya lurus ke depan
dengan dua jari mencuat ke depan. Keempat kakek itu terkejtu luar-biasa, sebab mereka merasakan bahwa sasaran gempuran ilmu hitam mereka menghantam
sesuatu yang kosong. Mata mereka terbelalak sebab Yang Jing ternyata masih
tetap berdiri di tengah-tengah mereka. Mereka melihat sorot mata anak muda ini jernih dan sangat dalam. Sepasang mata yang memandang mereka dengan
lembut, tulus, dan tanpa kebencian. Tetapi akibatnya, mereka kehilangan gairah untuk melanjutkan pertarungan. Nafsu iblis yang mendorong mereka ingin
berbuat sekejam-kejamnya, sekejih-kejihnya terhadap musuhnya, menjadi
kehilangan tanduknya. Mereka merasa bersilat dengan bayangan mereka
sendiri, mereka menyerang diri mereka sendiri. Mereka menjadi heran sekali, anak muda yang diserang itu tidak pernah mengeluarkan jurus serangan, tapi
langkah-langkah kakinya sangat ajaib. Mereka tidak tahu, sesungguhnya Yang
Jing tidak berani menyerang mereka secara langsung, karena ia tidak merasa
tidak akan menang dengan sinkang mereka berempat. Yang Jing masih terlalu
mudah untuk bisa memiliki sinkang tingkat tinggi.
Akhirnya, mereka menjadi kehilangan gairah betul-betul untuk
bertempur,kemudian tanpa pamit, berkelebat pergi secepatnya dari tempat itu.
Yang Jing menjadi sangat lega.
"Hmm sungguh berbahaya keempat kakek itu " ilmu silatnya ganas, dan kuku
beracun itu lebih ganas lagi."
"Jing di"akhirnya engkau bisa mengusir mereka" " Hu Koko, tenaga sinkang
mereka luar-biasa sekali. Aku tidak bisa melanggar larangan Kakek Lie A Sang menggunakan ilmu silat lainnya sebelum waktunya. Ah "sudahlah marilah kita
pergi, itu Tong twako, Juen Ai Cici, dan jendral Xu Da sudah dapat menyusul kita."
"Hongsiang "syukurlah"Hongsiang panjang usia?" Demikian Xu Da, Bu Tong,
dan Juen Ai menyembah di depan kaisar Yongle dengan mengucapkan kata-
kata yang sama.
Dengan cepat rombongan ini meninggalkan Jundushan dan kembali ke istana.
Kaisar Yongle mengundang mereka ke istana.
Ketika kaisar memasuki istana lengkap dengan pakaian kebesarannya sebagai
kaisar Ming, di kuti oleh Shi De Hu,Zheng Yang Jing, Gan Bu Tong, dan Gan
Juen Ai, sudah menunggu para taikham dan beberapa pangeran. Hal yang
mengejutkan kaisar adalah nampak duduk dilantai selir kedelapan, seorang selir yang paling ia kasihi. Sedangkan selir ketujuh duduk di sebelah kursi kekaisaran.
Kaisar Yongle menjadi bertanya-tanya, dan matanya tajam memandang seluruh
orang yang hadir di situ. Tampak pula pangeran Hsing Ta Siong hadir di situ.
"Hongsiang panjang usia " panjang usia kaisar Yongle?" Sambil berlutut
semua yang hadir menyembah kaisar.
"Cuwi sekalian dipersilahkan menghadap, jelaskan ada kejadian apa di dalam
istana" Mengapa selir ke delapan diperlakukan secara demikian" Siapakah yang berbuat semua ini?"
Suara kaisar Yongle terdengar lantang, tegas, dan penuh wibawa.
Seorang thaikam yang berjenggot panjang, bermata sipit, yang biasa dipanggil Wang Dong Ming, maju ke depan.
"Ampunkan hamba hongsiang, karena ada peristiwa yang luar-biasa, sehingga
memaksa selir kedelapan menghadap kaisar dengan tuduhan yang telah
terbukti."
"Tuduhan bagaimana, coba bicara "apabila tuduhan itu tidak terbukti, cuwi
sekalian mengetahui, sesuai dengan undang-undang kekaisaran Ming, pihak si
penuduh haru s memikul seluruh tanggunga-jawab dengan hukuman mati!"
"Ampunkan hamba Hongsiang "sabda hongsiang hamba junjung tinggi."
"Cepat sampaikan tuduhanmu Wang Thaikam, dan sebutkan berapa orang yang
menuduh dan berapa orang yang menjadi saksi?"
"Hamba bersama dengan Khu Hong Sin Thaikam, Liang Ming Sin thaikam, dan
Yang Ming Ging thaikam yang menuduh, disertai seorang saksi, yaitu selir
ketujuh. Kami mendapati selir kedelapan berbuat serong dengan seorang
bawahan Hongsiang sendiri, yang paling Hongsiang percaya."
Kaisar YongLe menjadi marah sekali, matanya bagaikan mengeluarkan api
memandang semua yang hadir. Setelah itu ia berdiri dan berkata dengan suara nyaring
"Wang Thaikam, Khu Thaikam, Liang Thaikam dan Yang Thaikam bersumpahlah
bahwa apa yang cuwi tuduhkan itu betul!"
"Ampun Hongsiang "kami bersumpah."
"Selir ketujuh, apakah engkau dengan mata kepala sendiri melihat semua yang dituduhkan itu?"
"Ampunkan hamba Hongsiang "hamba memang melihat dengan mata kepala
sendiri!" Kata selir ketujuh dengan kepada yang tertunduk dan tubuh agak
gemetaran. Kaisar Yongle menjadi semakin murka, pandangannya ditujuhkan kepada selir
kedelapan. "Selir kedelapan "apakah engkau mengetahu hukuman bagi seorang selir yang
berbuat serong?"
"Ampun hamba Hongsiang"hamba mengetahui sejelas-jelasnya bahwa
seorang selir yang berbuat serong akan dihukum mati bersama dengan
pasangannya, dia dan seluruh keluarganya, laki-laki ataupun perempuan."
"Wang Thaikam, sebutkan tuduhanmu dengan siapa selir ketujuh berbuat
serong!" Dengan tegas dan tandas, Wang Dong Ming, menyebutkan:
"Jendral Gan Bing ?"?"..!!
Jendral Gan Bing yang telah diserahi kepercayaan memegang kekuasaan atas
seluruh negara pada waktu hongsiang pergi berburuh, telah menyalah gunakan
kekuasaan dan menghina kaisar dengan jalan berbuah zinah dengan istri
kedelapan."
Kaisar YongLe terkejut bagai disambar geledek mendengar tuduhan Wang Dong
Ming. Wajahnya menjadi keruh dan menakutkan sekali.
"Panggil jendral Gan Bing sekarang juga!"
Gan Bu Tong and Gan Juen Ai menjadi pucat pasih walaupun mereka sudah
mendengar akan siasat ini sebelumnya. Namun mereka tidak menemukan jalan
keluar untuk dapat menyangkal tuduhan itu. De Hu menjadi bingung juga
bagaimana bisa menyangkal tuduhan itu, apalagi selir ketujuh berdiri sebagai saksi mata. Ia melirik ke arah Yang Jing, seolah ingin bertanya apakah anak yang tidak lumrah pandainya ini memiliki cara melepaskan jendral Gan Bing dari tuduhan kejih itu. Tetapi ia melihat, Yang Jing hanya tersenyum, sepertinya sudah bisa menduga apa yang akan terjadi berikutnya.
Suasana menjadi sunyi senyap ketika jendral Gan Bing memasuki ruangan
kekaisaran. Wajahnya tampak tenang. Walaupun ia nampak lemah dan lelah,
tetapi dengan gagah ia menghadap kaisar YongLe.
"Hamba Gan Bing menghadap yang mulia Hongsiang."
Mata kaisar menyala-nyala ketika melihat Gan Bing berlutut di hadapannya.
"Wang Thaikam, ulangi tuduhan terhadap diri Gan Bing dan selir ke delapan.!
Wang Dong Ming dengan suara lantang mengulangi tuduhan. Selesai
mengulangi tuduhan yang memberatkan jendral Gan Bing, suasa tiba-tiba
berubah seperti mati, diam, dan masing-masing menarik nafas dengan sangat
hati-hati. Suasana mencekam ini terjadi karena semua orang melihat tuduhan itu tidak memiliki celah itu bisa disangkal. Apabila tuduha itu dinyatakan terbukti dan benar, maka hukuman yang dipikul jendral Gan Bing dan selir ketujuh akan
sangat berat. "Gan Bing"bagaimana engkau menyangkal tuduhan itu!!?"" Kaisar Yongle
memandang jendral Gan tanpa berkedip, sikapnya sangat berwibawa.
"Hongsiang "hamba tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan kepada
hamba!" "Selir ketujuh, apakah engkau dengan mata sendiri melihat jendral Gan Bing
melakukan apa yang dituduhkan itu?"
"Hamba melihat jendral meninggalkan kamar selir kedelapan dengan baju yang
belum ditutup dan rambutnya awut-awutan, ketika hamba masuk ke kamar selir
kedelapan, hamba mendapati selir kedelapan dalam keadaan telanjang."
"Braaaaak".kaisar menggebrak meja keras sekali, Gan Bing apa jawabmu "
selir kedelapan apa jawabmu?" Kaisar betul-betul murka.
Ruangan itu tampak sunyi sekali , kaisar berjalan mondar-mandir dengan tangan dikepal, menunggu jawaban dari jendral Gan dan selir kedelapan. Namun,
sepertinya mereka tidak bisa berbicara apa-apa. Diam-diam selir ketujuh
tersenyum melihat semua ini.
"Dengarlah sabdaku, sebagai kaisar Ming terhadap selir kedelapan dan Gan
Bing dan keluarganya. Aku memutuskan hukuman ma?""
"Hongsiang, tunggu dulu".!" Tiba-tiba jendral Gan Bing berdiri tegak, matanya menyapu ke semua yang hadir, entah siapa yang ia cari.
"Gan Bing "jangan main-main, sampaikan apa yang hendak engkau jawab,
sebelum kujatuhkan hukuman yang tidak dapat dibatalkan!"
Suasana menjadi gaduh, karena jendral Gan Bing berdiri di hadapan kaisar.
"Hongsiang " sebelum hongsing menjatuhkan hukuman terhadap diri hamba
dan diri selir kedelapan, kiranya Hongsiang bersedia mengambil barang bukti yang hamba taruh di kantong pelana kuda Hongsiang sebelum Hongsiang pergi
berburuh."
Semua orang tercengang, dan tampak selir ketujuh dan empat orang thaikam itu menjadi gelisah.
"Shi Taihiap, ambilkan sebuah barang bukti itu di kantong pelana kudaku." De Hu segera berkelebat dari ruangan itu, dan sudah kembali lagi dengan cepat
sekali sambil membawa sebuah kantong berwarna merah.
"Bukalah "."
Dengan perlahan-lahan De Hu membuka buntalan merah itu, betapa terkejut dan ngeri hatinya, ketika melihat isi bungkusan itu dan memandang wajah jendral Gan dengan pandangan yang luar-biasa anehnya.
"Keluarkan isinya satu persatu Shi Taihiap?" Perintah kaisar yang juga ingin tahu.
Ketika semua isi kantong yang ternyata terdiri dari tiga macam benda itu
dikeluarkan, semua orang sangat terperanjat. Isinya ternyata: sebuah pisau kecil yang sangat tajam, dan "alat kelamin laki-laki lengkap."
Kaisar menjadi pucat mukanya melihat tiga benda itu. Ia memandang kepada
jendral Gan, "apakah artinya semua ini jendral Gan?"
"Hongsiang,hamba tahu, bahwa ada kelompok tersembunyi yang ingin mencoba
mengambil kekuasaan dari tangan Hongsiang. Mereka mengutus datuk-datuk
sesat dan para orang kangouw lainnya dari golongan sesat untuk menghabisi
hidup hongsiang pada waktu Hongsiang sedang berburuh, sedangkan yang di
dalam istana, mereka mencoba menyingkirkan hamba melalui fitnah yang sangat kejih. Mereka mengupah dua penjahat yang diam-diam bekerja sama dengan
selir ketujuh yang tugasnya merusak kehormatan selir kedelapan. Malam itu
sebelum hongsiang pergi berburuh, hamba mengebiri hamba sendiri, sehingga
mereka tidak akan dapat menjebak hamba dengan tuduhan zinah dengan selir
kedelapan. Menjelang pagi hamba memasuki istana dan langsung menuju ke
kamar selir kedelapan untuk membekuk dua penjahat yang mencoba
memperkosa selir ke delapan. Ketika hamba sampai di sana, dua penjahat itu
sudah berhasil memasuki kamar selir kedelapan dan merusaha merenggut
kehormatan selir kedelapan. Hamba membunuh mereka, dan segera menyeret
mayat mereka berdua, Kemudian hamba kembali lagi ke kamar selir ke delapan
untuk membersihkan sisa-sisa darah di lantai, dan waktu itulah hamba melihat selir ketujuh mengintai."
Bab 8: Shen Yu Xing Quan (Dewa mengatur bintang)
Semenjak peristiwa itu, kaisar Yongle memerintahkan jendral Gan Bing untuk
menangkap dan menginterograsi pejabat-pejabat, pengawal istana, pangeran-
pangeran tua atau muda, yang dicurigai memiliki hubungan dengan Bupun
Ongya. Walaupun demikian, tidak ada keterangan yang didapat, Bupun Ongya
tetap terselubung oleh selimut misteri yang membutuhkan waktu panjang untuk bisa diungkap.
Suatu malam, sehabis makan malam di istana kaisar, Kaisar Yongle
mengungkapkan kehendaknya kepada De Hu dan Yang Jing.
"Shi Tahiap, apakah yang paling pantas diberikan oleh seorang kaisar kepada seseorang yang telah menyelamatkan jiwanya, dan sekaligus menyelamatkan
negara dari tirani kekuatan yang masih terselubung?"
De Hu berpikir kaisar akan memberikan pahala besar kepada jendral Gan Bing
karena jasa-jasanya mengatur suatu cara untuk menyelamatkan kaisar dan
sekaligus menyelamatkan dinasti Ming.
"Hongsiang menurut hamba, orang itu layak mendapatkan posisi yang penting di kekaisaran Ming disamping Hongsiang."
"Ha"ha"ha"tepat sekali, aku juga berpikir seperti itu. Oleh sebab itu aku akan mengangkat Shi De Hu menjadi jendral besar yang menguasahi kekuatan militer dinasti Ming, sedangkan jendral Gan Bing akan kuangkat menjadi orang kedua
setelah kaisar sendiri, sedangkan Zheng Yang Jing akan kunobatkan menjadi
pangerani"ha"ha...!!"
Betapa terkejutnya kedua anak muda itu. Mulut mereka ternganga " dan mata
melotot seolah ini=gin melompat keluar dari pelupuknya.
"Hongsiang ".hamba"hamba".!" Yang Jing tergagap-gagap ingin mengatakan
sesuatu, tetapi maksud hatinya tidak bisa dikeluarkan dengan baik.
"Bicaralah".ha"ha"ha". menerima atau menolak "bicaralah"kalian bebas
mengutarakannya."
"Hongsiang " ampunkan hamba"bukan semata-mata hamba menolak titah
Hongsiang, namun hamba tidak sanggup dan tidak layak menerima pangkat
yang begitu tinggi itu. Hamba adalah orang kangouw yang kasar, miskin
pengalaman, dan buta ilmu strategi perang. Di tangan hamba, kekuatan dan
wibawa kekaisaran Ming akan merosot. Pada saat ini, Hongsiang memerlukan
seorang jendral yang tangguh dan pandai seperti jendral Gan Bing dan jendral Xu Da. Mereka memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin militer yang besar.
Saat ini, selain Hongsiang sendiri, tidak ada seorangpun yang bisa menandingi ilmu strategi perang yang dimiliki kedua jendral itu. Hamb, Shi De Hu,
bersumpah akan membantu bilamana diperlukan asalkan tidak bertentangan
dengan asas keadilan dan kebenaran."
"Selain itu " kaisar Yongle yang mulia"hamba telah bersumpah untuk
memenuhi permintaan Lie A Sang Tashifu menemani adik angkat hamba, Jing
Di, menyelidiki ilmui sastra dan sejarah dari pujangga-pujangga yang hidup di dinasti-dinasti yang lampau yang berlainan masa dan waktu hidupnya, dan yang ketiga hamba mengemban tugas perguruan Tienshan yaitu menyelesaikan
kemelut yang sedang melanda Tienshanbai "ampunkan hamba Hongsiang?"
Kaisar Yongle nampak sangat kecewa, tetapi dia manggut-manggutkan
kepalanya. Sambil tersenyum ia berkata kepada De Hu.
"Hu dixiong, aku kagum akan kejujuran, kegagahan dan jiwa kesatria yang kau miliki, dan aku bisa menerima alasan penolakaamu. Semua yang kau uraikan itu semakin membuka mataku betapa pentingnya memiliki orang pandai, luhur budi, dan gagah di negara ini. Aku akan mengingat tentang jendral Gan Bing dan
jendral Xu Da. Hu Dixiong dan Jing siaudixiong, kalian boleh menolak
tawaranku, namun kalin tidak boleh menolak pemberianku."
Kaisar Yongle mengeluarkan dua pasang lencana terbuat dari emas yang
berukuran sebesar setengah telapak tangan. Pada lencana itu tertera lambang kekaisaran Ming dan setempel kerajaan.
"Shi De Hu dan Zheng Yang Jing, hari ini aku, kaisar Yongle, menganugerahkan lencana ini kepada kalian. Pada saat kalian menerimanya, kalian telah menjadi utusan pribadiku untuk melaksanakan tugas negara bagi kepentingan
kemanusiaan, kebenaran, dan keadilan. Tugas ini adalah tugas rahasia yang
hanya diketahui oleh kalian berdua dan aku sendiri."
"Hamba mendengar dan menerima!"
"Hamba mendengar dan menerima!"
Setelah mereka menerima lencana itu, kaisar mengajak mereka masuk ke ruang
pribadinya, sebuah kamar besar yang terletak di dalam WENYUANDIAN
tushuguan, perpustakaan para kaisar-kaisar dinasti Ming. Seketika, Yang Jing nampak berseri-seri dan sedikit berdebar-debar perasaannya. Tempat inilah
yang di mpikan oleh Kongkongnya, Lie A Sang, untuk sekedar menyelidiki
makna sebuah kalimat yang ditulis oleh Zhang Sanfeng di buku kecilnya:
"Bukan dari roh, bukan dari jiwa, tetapi dari perhitungan yang tepat dan pengertian tentang rahasia pergerakannya, maka engkau akan mengerti rahasia Shen Yu Xing Quan (Jurus Dewa mengatur bintang), bertanyalah kepada Zu
Chongzhi, maka ia akan menunjukkan kelemahan Tai Faxin didalam Taming Rili (Perhitungan hari-hari menurut prinsip sinar)."
Yang Jing masih ingat dengan jelas perkataan kongkongnya,"
"Jing zhi, selamilah perkataan Zu Chongzhi ketika bersengketa dengan
lawannya, Tai Faxin, di dalam kitab Taming Rili, maka engkau akan mengerti
Shen Yu Xing Quan, karena Ilmu ini diciptakan oleh Liu mian guaiyi (Pemabuk aneh she Liu) berdasarkan perhitungan bintang menurut petunjuk Zu Chongzhi, di jaman dinasti Sung, kemudian diramu menjadi ilmu silat yang mujijat oleh Zhang Sanfeng Tashifu."
"Jing Siaudixiong, De Hu tadi menjelaskan bahwa engkau sangat tertarik
mempelajari Wenxue (sastra ). Adakah kitab-kitab di ruangan ini yang menarik perhatianmu untuk dibaca atau dipelajari?" Kata kaisar sambil berjalan menuju ruang pribadinya.
"Hongsiang ". Jika hongsiang bermurah hati, hamba ingin membaca kitab
Taming Rili."
"Apa " Taming Rili tulisan Zu Chongzhi"...Hmm" kitab itu adalah sebuah kitab yang membuat pembacanya menjadi pusing, karena selain membosankan, juga
berisi ilmu perhitungan menurut gerakan-gerakan bintang di angkasa yang
sangat sulit untuk dimengerti"hmm"sungguh aneh "engkau sungguh bocah
yang aneh."


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kaisar Yongle melangkah mendekati sebuah rak besar di mana berisi deretan
buku-buku yang bersampul depan terbuat dari bahan kulit binatang. Dan ia
mengambil sebuah buku yang berwarna kuning mangkak.
"Inilah Taming Rili! Engkau boleh membaca sesuka hatimu, dan taruhlah di
tempatnya setelah selesai."
"Terima kasih Hongsiang ".hongsiang sangat murah hati."
Kaisarmenutup pintu ruang pribadinya, dan wajahnya berubah serius dan ada
sedikit guratan kesedihan di dalamnya.
"Jiwi dixiong, terima kasih"kalian telah menyelamatkan jiwaku dari kematian, dan sekaligus bersama dengan jendral Gan Bing dan keluarganya, kalian telah menyelamatkan negara dari kemelut yang mengerihkan! Aku, sebagai kaisar
bisa merasakan rencana jahat yang diatur oleh orang yang ahli ilmu strategi perang dan memiliki orang-orang sakti yang berilmu tinggi untuk menggulingkan pemerintahan. Aku mempercayai kalian, kakak-beradik, sebagai orang-orang
jujur dan cinta kebenaran, aku memberikan tugas khusus untuk kalian berdua, apakah kalian bisa mengerjakan dan menyimpannya seperti menyimpan hidup
kalian sendiri" Dengarlah baik-baik?"?"?"?"
Kaisar Yongle menjelaskan sebuah rahasia dan tugas yang diberikan olehnya
kepada De Hu dan Yang Jing. Dari wajah mereka, dapat dilihat bahwa rahasia
itu besar dan penting sekali. Wajah mereka berdua sebentar terheran-heran, dan tidak jarang ikut menjadi sedih seperti wajah kaisar. Ketika menjelaskan urusan ini, gurat-gurat kesedihan semakin dalam menghias wajahnya, ada tanda kaisar menahan air-matanya yang hampir jatuh.
"Hongsiang " kami berdua akan menyimpan rahasia ini dengan jiwa raga kami,
dan kami bersumpah untuk melaksanakan tugas ini sampai tuntas!" Kata De Hu, setelah kaisar selesai berbicara, sambil menyembah di kuti oleh Yang Jing.
Malam itu, mereka bertiga menghabiskan waktu di Wenyuandian. De Hu duduk
melakukan siulan, sedangkan Yang Jing berbincang-bincang tentang wenxue
dengan kaisar Yongle. Kaisar dibuat terheran-heran oleh pengetahuan Yang
Jing soal WenXue.
"Jing dixiong, pengetahuanmu soal wenxue dan wuxue membuat aku takluk."
"Ah "hongsiang terlalu memuji, padahal pengetahuan Hongsiang luar-biasa
dalamnya."
"Jing dixiong, selesai membaca Taming Rili, maukah kau menjelaskan kepadaku pengertian dasar dari buku itu?"
"Hamba akan menguraikan menurut pengertian hamba hongsiang.."
Demikianlah Yang Jing menghabiskan waktu hampir tiga hari membaca kitab
tulisan Zu Chongzhi. Buku ini mengupas rahasia gerakan bintang, penuh dengan nagka-angka dan hitungan-hitungan yang sangat rumit. Hanya seorang yang
pandai luar-biasa saja yang sanggup menyelami isi tulisan Zu Chongzhi ini.
"Bu linghun, bu po "jishu shouzhu (bukan roh bukan jiwa"menghitung
gerakan), seperti ini?"
Yang Jing melakukan gerakan berputar ke delapan penjuru, dengan bentuk
gerakan kaki dan tangan berubah-ubah tidak menentu. Saat ia bergerak seperti itu, tubuhnya diselimuti oleh sinar yang berubah-ubah, sebentar terang dan dilain saat redup. Yang luar-biasa adalah kekuatan mujijat yang diakibatkan oleh ilmu ini, entah apa yang dilakukan oleh Yang Jing, delapan pot bunga yang terletak hampir enambelas kaki dari dirinya, tiba-tiba tersedot oleh kekuatan yang maha dasyat, dan berputar-putar bergerak begitu cepat ke arah dirinya, dan tidak selang lima detik setelah itu, delapan pot bunga seperti dihempaskan oleh
tangan yang tidak kelihatan meluncur bagai peluru kembali ke tempatnya semula tanpa menimbulkan suara.
"Kongkong "legakanlah hatimu, Jing Zhi sudah mengerti intisari Shen Yu Xing Quan, kini tinggal melatih dan mematangkannya." Bisik Yang Jing lirih, sambil duduk bersilah diatas salah satu pot bunga. Yang Jing asyik memusatkan
perhatiannya pada titik-titik jalan darah penting di tubuhnya, sehingga telinga dan perasaannya menjadi luar-biasa tajamnya. Ia bisa merasakan dan mendengar
gerakan sepasang kaki beberapa tombak jauhnya.
"Juen Ai Cici, selamat malam "katanya lirih, tetapi terdengar jelas di telinga Juen Ai yang sedang berjalan seperti mencari sesuatu.
"Jing Di, di mana kamu, aku ingin berbicara." "Datanglah, aku berada di taman belakang sebelah utara!"
Juen Ai menggerakkan gingkangnya, dan sebentar saja ia sudah berdiri di
samping Yang Jing. "wah"Ai cici, gingkangmu sudah maju saja selama
beberapa hari ini. Kenapa malam-malam begini masih di luar?" Sapa Yang Jing.
"Iiih"bagaimana dengan kau, Jing di, kenapa malam-malam begini melamun di
taman?" "Hi"hi"hi?" Keduanya tertawa geli.
"Jing Di, kenapa tidak pernah nongol keluar setelah bertemu dengan Hongsiang.
Kamu dan Hu Tako menghilang tidak ada khabarnya lagi. Saya pikir sudah pergi meninggalkan kota raja begitu saja tanpa meninggalakan pesan!" Jengek Juen
Ai, sambil membanting-banting kaki kirinya, jengkel.
"Eh..Cici, jangan marah dulu "yang menghilang bukan kami, tapi Juen Ai Cici dan Tong Tako, karena sudah hampir empat hari tidak kami tidak melihat."
"Jing Di, bolehkah aku tahu sesuatu?" "Ai Cici, sesuatu apa" Di mana"
Bagaimana" Maksud Cici, Hu Koko berada dimana, gitu?"
Merah wajah Juen Ai seperti udang direbus. "Iiih"anak kecil ceriwis! Rasakan ini?"
Juen Ai menyerang Yang Jing kalang kabut. "Eeh..luput lagi Cici"aya"kurang
cepat, gerakan siku kurang selaras dengan tendangan kaki kiri"hiat"luput lagi.
Nah " begitu baru benar."
"Jing Di, aku tidak berlatih "aku akan pukul kamu sebelas kali baru bisa lega."
Juen Ai terus menghujani Yang Jing dengan ilmu Hongmo-Bo-Wu (pedang
pelangi merobek halimun).
"Wow " Hongmo-Bo-Wu yang sudah hampir matang! Gan Cici, perhatikan
Hongmo-Bo-Wu harus di kuti langsung oleh Hongmo Tao-Peng (pedang pelangi
menghalau suara petir), seperti ini."
Yang Jing menyerang JuenAi dengan menggunakan gabungan Hongmo-Bo-Wu
dan Hongmo Tao-Peng. Juen Ai menjadi silau melihat gerakan Yang Jing yang
cepat laksana awan membungkus gelombang petir. Jeun Aimengikuti gerakan
ilmu ini dengan seksama dan mengulangi terus-menerus hampir sebanyak lima
kali. "Cici, sudah cukup bagus " mari kita beristirahat!"
"Jing Di, bagaimana kamu bisa menyelami ilmu shifu Luliang Sinshuang dan
Lanhoa Sin niang begitu baiknya, apakah kamu memiliki ikatan perguruan
dengan mereka?"
"Tidak Gan Cici, aku hanya mengetahui sejarah ilmu itu dari Kongkongku. Pada dasarnya, ilmu kedua pertapa itu bersumber dari Wudangbai, sedangkan aku
dapat dikatakan murid generasi ketujuh dari Zhang Sanfeng Tashifu."
"Jing Di, bolehkah aku mengetahui sesuatu?" Hi"hi"hi"apakah itu Hu Koko!"
Kata Yang Jing sambil memperlihatkan wajah menggoda. JuenAi memandang
Yang Jingsambil tersenyum, cantik sekali, kalau sudah begini. "Jing Di, ada dua hal yang ingin kutanyakan kepadamu, maukah kamu berjanji untukmemberi
jawabannya?"
"Kalau aku bisa, tentu saja akan kujawab, silahkan Ciciku yang cantik?" "Hei"
kecil-kecil sudah pandai merayu"!" "Loh " Cici, memangnya aku salah, Gan
cici memang cantik jelita, masa aku harus bilang "silahkan ciciku yang buruk!"
Juen Ai tersenyum geli melihat tingkah dan lagak Yang Jing.
"Jing di, akau mulai dengan pertanyaan pertama, " sesungguhnya apakah yang
terjadi dengan jurus Sinshuang kuo-lu-xie (Elang sakti membuka jalan darah) yang dimainkan oleh Bu Tong Koko tempo hari?"
Wajah Yang Jing, tiba-tiba menjadi suram dan mengambil nafas dalam-dalam
beberapa kali. "Jing Di, maukah kau menjelaskannya kepada Cicimu ini?" Yang Jing menengok wajah Juen Ai, dan ia melihat ada air mata menggenang di
matanya. "Gan Cici, ilmu Sinshuang kuo-lu-xie itu sebenarnya adalah ilmu yang sangat lihai bila dilatih dengan cara yang benar, namun ilmu ini telah meracuni seluruh peredaran darah Tong Tako. Jikalau ia tidak memperoleh latihan yang benar dan pengobatan yang baik, umurnya tidak akan lebih dari setahun lagi."
"Jing Di " betulkah itu?"" Yang Jing menatap Juen Ai lekat-lekat, "Gan Cici, aku mengatakan yang sebenarnya."
"Bagaimana ia bisa diselamatkan dari kematian Jing Di?" Mata Yang Jing
menatap jauh ke langit. "Hanya ada dua cara, pertama ia harus rela kehilangan kaki kirinya sebatas lutut, atau ia pergi menemui Sin Zhitou Yaowang (Raja obat jari sakti). Cuma, tidak mudah menemui Sin Zhitou karena ia tidak memiliki
tempat tinggal yang tetap. Menurut Kongkongku, ia banyak berkeliaran di sekitar pegunungan Kunlun."
"Bu Tong Tako " Hu Koko, marilah datang lebih dekat!"
Tiba-tiba Yang Jing seperti berbicara sendiri. Juen Ai menjadi bingung. Namun kebingungannya hanya sebentar, karena ia sudah melihat dua bayangan
berkelebat mendekati tempat mereka berbicara.
"Jing Di"sinkangmu semakin meningkat pesat selama lima hari ini. Betapa
kagum hati kakakmu ini."
De Hu berkata sambil memandang sinar mata Yang Jing. De Hu yang sudah
mengenal Yang Jing luar-dalam dapat melihat perubahan pada sinar mata dan
wajah Yang Jing. Mata yang tetap bersinar lembut ini itu kini menjadi semakin bening mengkilat sinarnya, seperti batu yang baru diasah. Sedangkan wajahnya yang tampan itu diselimuti oleh lapisan tenaga sakti yang hampir tidak dilihat oleh mata biasa.
"Ai mei-mei, kenapa engkau menangis?" Bu Tong dan De Hu menatap Juen Ai
bingung. Yang ditanya cuman bisa mengguguk tanpa kuasa untuk menjawab.
"Tong Tako, Gan Cici baik-baik saja, ia hanya terkejut saja. Mumpung kita masih punya waktu, maukah Tong Tako memainkan Sinshuang kuo-lu-xie (Elang sakti
membuka jalan darah) sekali lagi tanpa mengerahkan tenaga sinkang?"
Bu Tong menjadi girang sekali, dengan cepat ia memainkan ilmu Sinshuang kuo-lu-xie sebaik-baiknya. Yang Jing dan De Hu menatapnya lekat-lekat.
Pada jurus ke enampuluh sembilan, tiba-tiba Yang Jing mengerakkan lengan
kirinya luar-biasa cepat kearah titik jalan darah di dekat bahu bagian atas. "Tong tako, sekarang gerakkan sinkangmu!" Tanpa ragu-ragu lagi, Bu Tong
memainkan Sinshuang kuo-lu-xie dengan pengerahan sinkang sepenuhnya. Di
saat itulah Yang Jing mengerakkan tenaga Shen Yu Xing Quan (Dewa mengatur
bintang). Tubuhnya yang berputar ke delapan penjuru itu diselimuti oleh sinar putih yang menyilaukan mata. Sinar putih inilah yang menerobos ke titik-titik jalan darah penting di hampir sekujur tubuh Bu Tong membuat tubuh ini
terangkat seperti disedot oleh tenaga mujijat yang tidak kelihatan. Bu Tong berusaha menolak sedotan itu dengan ilmunya, tetapi tenaganya semakin
merembes keluar melalui titik-titik jalan darah tersebut. Pada detik selanjutnya, tiba-tiba sinar redup menghempaskannya jauh dari tempat Yang Jing, sehingga tubuhnya berputar-putar tidak karuan, tetapi ia mendarat dengan lunak. Ketika ia berdiri, ia memuntahkan darah berwarna kehitam-hitaman dari mulutnya dan
berbu busuk menyengat hidung.
"Jing Di, apakah artinya semuanya ini?" Tanya De Hu terheran-heran. "Hu Koko, maukah kamu membantuku menotok jalan darah dekat jantungnya, sinkangmu
sudah lebih dari cukup untuk berbuat tepat dan aman!"
Tanpa menunggu lebih lama, De Hu mendekati Bu Tong dan mengirim totokan
ke arah jalan darah dekat jangung anak muda itu.
"Tuk"aah"!" Tanpa dapat dicegah lagi, Bu Tong jatuh lunglai di rangkulan De Hu.
"Hu Koko, sekarang salurkan sinkangmu ke arah lutut sebelah kiri, gunakan
tenaga Yang."
De Hu melakukan apa yang diminta Yang Jing. Bu Tong menjadi terengah-
engah, keringat berketel-ketel membasahi dahinya. Ia seperti menahan
kesakitan yang hebat, walaupun tidak terdengar adanya keluhan keluar dari
mulutnya. "Selesai, sudah cukup "!" Yang Jing kemudian, menuntun Butong di sebuah
kursi. "Butong tako, darahmu keracunan akibat latihan Sinshuang kuo-lu-xie.
Jikalau, tidak mendapatkan pengobatan yang tepat dan latihan Sinshuang kuo-
lu-xie yang benar, umurmu tidak lebih dari setahun. Hanya ada dua jalan untuk bisa menghindarkan Tako dari kematian, pertama, Tako bersedia kehilangan
kaki kiri sebatas lutut, atau tako pergi mencari Sin Zhitou Yaowang (Raja obat jari sakti)."
"Jing Di, bagaimana aku bisa mengenal tabib itu?"
"Ia biasa berkeliaran di sekitar pegunungan Kunlun. Berpakaian seperti gembel, bermata tajam bagai sembilu, dan tangan sebelah kanannya, hanya memiliki dua jari. Apa yang barusan kulakukan bersama Hu Koko adalah menghentikan
pergerakan racun ke arah jantung dan mengikatnya disekitar lutut kebawah di sebelh kiri. Sekarang lihatlah " dan latihlah Sinshuang kuo-lu-xie dengan cara seperti ini."
"Yang sinkang berputar mengikuti arah gerakan sinshuang, Ying sinkang
menerobos keluar mengatur sinshuang jue yunanzhe (elang sakti mengambil
mangsa)." Demikianlah Yang Jing menunjukkan pengerahan sinkang yang semestinya.
Butong melihat gerakan ilmu Sinshuang kuo-lu-xie yang diperlihatkan Yang Jing dengan pengaturan tenaga YingYang yang berganti-ganti .
"Sekarang tiba saatnya kami berdua akan melanjutkan perjalanan, semoga kita bisa berjumpa kembali dalam suasana yang lebih baik!" Kata De Hu tiba-tiba.
Juen Ai menjadi terperanjat mendengar perkataan De Hu. "Hu Tako "kau "
Jing Di ?"
Ia ingin mengucapkan sesuatu, tapi lidahnya sangat sulit untuk digerakkan.
Melihat gelagat ini, Yang Jing, sambil tersenyum meninggalkan De Hu dan Juen Ai berdua, sedangkan dia berlalu mengajak BuTong keluar dari taman itu.
"Jing Di " mau kemana kau!! " Tanya De Hu dengan mata melotot. Yang Jing
hanya memandang sambil tersenyum, kemudian pergi begitu saja.
De Hu dan Juen Ai tiba-tiba merasakan betapa sepi dan gelapnya taman itu. De Hu menatap wajah Juen Ai yang tertimpa sinar bulan itu lekat-lekat. De Hu
melihat seraut wajah yang cantik sekali, mata yang bagaikan bintang itu seperti mata kelinci yang kebingungan. Tangannya yang berjari-jemari lentik itu saling remas, seperti ia mencoba mencari pertolongan dari kedua tangannya.
Juen Ai sendiri merasakan adanya perasaan aneh menerobos di hatinya. Ia
memandang wajah De Hu dan ia melihat seraut wajah yang gagah dan tampan
tersenyum memandangnya. Ia menjadi kikuk luar-biasa.
"Gan Mei-mei " aku mohon pamit, mudah-mudah kita bisa bertemu lagi."
"Hu tako"bolehkah aku ikut merantau dengan kalian" Aku " ingin sekali
mencari pengalaman!"
"Ai mei-mei, ayahmu sangat membutuhkan engkau saat ini, demikian juga kaisar Yongle. Sedangkan kami hendak melaksanakan tugas perguruan yang sangat
besar bahayanya, bagaimana tanggung-jawab kami nantinya apabila terjadi
sesuatu atas dirimu?"
"Hu koko " aku sudah dewasa,aku bisa menjaga diriku sendiri. Percayalah"
aku tidak akan merepotkan kalian."
"Ai Mei " aku harus melaksanakan tugas perguruan Tienshan dengan
menghadapi manusia iblis yang luar-biasa kejam dan jahatnya. Aku dan Jing Di akan segera pergi malam ini menuju ke Tienshan. Selamat tinggal Ai Mei,
sampaikan hormatku kepada ayahmu."
Segera De Hu meninggalkan Juen Ai, dan berkelebat menyusul Yang Jing.
"Hu koko"." Juen Ai menjerit lirih, dan dia berlari-lari menuju bayangan De Hu berkeleba
Ah "cinta"cinta"kembali bangkit mengobra-abrik hati seorang dara jelita
seperti Gan Juen Ai. Cinta semacam ini seperti bunga yang aneh, dia tidak
memerlukan pupuk, tidak memerlukan cahaya matahari, juga tidak memerlukan
setetes air, dalam keremang-remangan bunga cinta ini akan berseri, mekar, dan bercahaya terlebih indah.
Bab 9: PENYERBUAN KE TIENSHANBAI
Tienshan memang sebuah pegunungan yang menyimpan banyak misteri
disamping keindahannya yang sulit dicari bandingnya. Dari dinasti ke dinasti yang memerintah Tionggoan, orang sudah mengenal Tienshan sebagai gunung
tempat tinggal roh-roh. Sesuai dengan namanya, Tienshan (gunung langit),
gunung ini memiliki ketinggian 2414 Km dengan lebar mencapai antara 320
sampai 480 Km. Suku terbesar yang tinggal di kaki gunung ini adalah suku
Uighur, sehingga bahasa Uighur banyak dipakai di sini.
Karena Tienshan berdekatan dengan Kunlunshan dan Himalaya, tidak heran
gunung ini dipakai oleh tokoh-tokoh sakti yang menyembunyikan diri di goa-goa pertapaan yang jarang didatangi oleh manusia biasa. Konon ratusan tahun yang lalu tokoh-tokoh sakti Tienshan menghilang begitu saja meninggalkan
perguruannya dan menyembunyikan diri di goa-goa pertapaan. Kebanyakan
para murid Tienshan hanya mengenal mereka sebagai tokoh-tokoh dongeng
karena kesaktiaannya yang tidak lumrah manusia lagi.
Di salah satu puncaknya, berdiri megah Tienshanbai, sebuah tempat bukan saja untuk menggembleng para murid Tienshan dengan kungfu dalam yang hebat,
tetapi juga untuk mempelajari agama To.
Pagi-pagi sekali, nampak dua bayangan berkelebat di selah pohon-pohon.
Jurang-jurang dilompatinya seperti terbang saja. Mereka nampaknya bergerak
menuju Tienshanbai. Begitu melihat bangunan perguruan itu, dua bayangan ini bergerak semakin cepat. Hanya selah beberapa waktu mereka telah sampai di
pelataran Tienshanbai. Wajah pemuda berlengan tunggal itu sangat terpanah
melihat Tienshanbai hampir musnah separoh lebih dilalap oleh api. Tembok-
tembok hancur luluh seperti dihantam oleh tenaga ribuan kati beratnya.
De Hu jatuh tersungkur dan menaruh jidatnya di tanah yang ditimbuni oleh
puing-puing itu.
"Sifu, ampunkan tecu yang tidak berbakti ini. Siapakah yang berbuat ini,
dimanakah tujuh saudara kandungku, dan dimana murid-murid yang lain?"
De Hu mengepal tinjunya dan saat itu ia berdiri, wajahnya mengeras dan
matanya mencorong seperti naga murka menatap di sekeliling bangunan, dan
tiba-tiba ia berteriak dengan suara nyaring,
"Shenlong Qiangxing Kongmen (Dewa naga mendobrak pintu kehampaan)
".wuuut".blaar!"
Tubuhnya yang menekuk seperti naga yang menkerut itu, tiba-tiba bergerak
dengan membawa tenaga yang sukar dilukiskan kedasyatannya. De Hu bersilat
seperti naga sakti yang murka, sebentar tubuhnya menghilang dari pandangan
mata saking cepatnya, dan di lain saat bergerak lambat. Tanah di mana ia berdiri berlubang sebesar goa yang berdiameter tigapuluh enam kaki. Semua benda
yang berdekatan dengannya menjadi hancur berkeping-keping dan berterbangan
seperti dilanda angin badai. Mata De Hu menjadi merah menyala, dan hawa
membunuh yang sangat menakutkan terpancar dari wajahnya. Karena
perasaannya dilanda kedukaan dan kemarahan yang hebat, membuat ilmu
Shenlong Qiangxing Kongmen (Dewa naga mendobrak pintu kehampaan)
menjadi liar dan bersifat meluluh-lantakkan semua yang dilandanya.
Melihat keadaan De Hu yang tertekan jiwanya ini, Yang Jing berupaya untuk
menyadarkan. "Hu Koko, berhentilah "..!"
Tetapi De Hu seolah tidak bisa mendengar lagi. Gelombang tenaga Shenlong
Qiangxing Kongmen semakin membahana dan menggetarkan jiwa siapa saja
yang berdiri di sekitarnya. Tenaga sakti yang kini menjadi liar dan luar-biasa ganasnya semakin berbahaya. Udara disekitarnya seolah telah dibakar oleh
hawa sakti ini.
"Hu Koko ". Demi Thian, berhentilah?"?"".!!!!!"
Tetapi De Hu bergerak semakin cepat. Kini dari sepasang lengannya keluar sinar berwarna hijau, dan dalam posisi seperti naga tengkurap, tiba-tiba ia melesat menyerang sebuah genderang yang terbuat dari besi tua di menara tua.
Genderang sebesar kerbau itu melepuh dan selanjutnya berubah menjadi
serpihan-serpihan besi yang berhamburan ke mana-mana secepat pisau
terbang. "Hu Koko, jika engkau tidak mau berhenti, terpaksa aku harus menghentikanmu!"
Seru Yang Jing. Yang Jing sambil melayang ke arah De Hu dan tubuhnya
berputar ke delapan penjuru mata angin. Namun sedetik sebelum Yang Jing
melancarkan ilmunya, tiba-tiba dari arah timur, terdengar bentakan yang disertai tenaga Khiekang yang tinggi.
"Iblis darimana berani membuat onar dan memporak-porandakan
Tienshanbai!!!!"
Sebelum suara itu habis segulung sinar merah menyilaukan sudah menyerang
De Hu dengan luar-biasa dasyatnya. Sinar pedang itu menyambar-nyambar
begitu cepat dan mengeluarkan suara menggaung yang bukan main hebatnya.
Si penyerang adalah seorang pemuda berbaju putih dengan rambut panjang
terurai. Wajahnya walaupun sangat tampan namun diselimuti oleh mendung
kedukaan yang dalam. Serangan pedang di tangan kirinya membuat De Hu
terkejut dan sejenak ia dibuat kalang-kabut dan mundur. Sedangkan lengan
kanannya bergerak seperti kebutan yang melepaskan pukulan-pukulan maut
berhawa dingin menusuk tulang.
Detik selanjutnya terjadi pertempuran yang luar-biasa hebat antara dua orang pemuda, sama-sama berlengan satu, sama-sama berambut panjang terurai, dan
sama-sama gagah.
De Hu yang sedang dikuasahi oleh hawa liar dari ilmu Shenlong Qiangxing
Kongmen, menjadi sangat marah ketika melihat seorang menyerangnya begitu
rupa. Pedang pusaka berwarna merah itu disampoknya begitu saja, kemudian
tubuhnya melejit-lejit seperti naga bermain di angkasa, kemudian balik
menyerang pemuda itu. Karuan saja, pemuda baju ptuih dibuat kebat-kebit dan dengan seluruh kepandaiannya ia berusaha menahan serangan De Hu. Namun
usahanya sia-sia, sebab kekuatan Shenlong Qiangxing Kongmen yang susul
menyusul itu semakin ditekan akan menjadi semakin dasyat itu menghempaskan
ilmu pedangnya.
"Bresss ".ciuut?"?"?"
Tubuh pemuda itu terjungkal dan kemudian terpental sejauh tujuh tombak. Darah merembes keluar dari mulutnya. Ia bangkit perlahan dan meramkan matanya,
detik selanjutnya ia menyerang De Hu kembali dengan cara yang sangat
berbeda. Kali ini serangannya seperti sebuah pedang dewa yang memporak-
porandakan padang-rumput. Dengan suara melengking nyaring ia mulai
menyerang. "Shen Qi Cao Quan (dewa membabat rumput)"..Hiaaaaaaaaaaaaaaaattttttt!!"
Namun sebelum serangan ini melebar ke arah De Hu, terdengar suara nyaring
dari jauh. Sebuah suara yang leuar-biasa jelas dan beningnya. Sepertinya suara itu berada di dekat telinga orang-orang yang berdiri di situ.
"Long Koko?"?""tahan serangan?""..jangan serang dia, dia adalah De


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hu koko?"!
Suara nyaring merdu itu keluar dari mulut seorang dara remaja yang luar-biasa cantiknya menghentikan serangan maha dasyat yang akan dilancarkan oleh
pemuda baju putih itu. Kulitnya putih bersih dengan wajah seperti bulan.
Rambutnya yang hitam lebat itu dibiarkan begitu saja, sehingga tampak
kecantikannya yang asli. Gadis remaja itu sudah berdiri disamping pemuda baju putih itu.
"Long Koko"jangan menyerang De Hu Koko." Katanya, lirih sambil menatap De
Hu lekat-lekat.
"Sian shimei " oh Thian ". Ya, engkau Coa Lie Sian ".!"
Pemuda baju putih itu dengan gemetar memegang pundak dara remaja itu. Ia
tampak sangat terharu, sampai titik-titik air-matanya jatuh berderai.
"Sian Mei" bagaimana engkau bisa selamat?" Apa yang kau katakan tadi,
pemuda gila itu De Hu"betulkah itu?"
Pemuda baju putih mendekati De Hu. Matanya tajam menatap De Hu. Pada
waktu itu, De sudah mulai sadar ketika mendengar suara Lie Sian yang tidak
asing di telinganya.
"Hu di"."
"Long Koko"!"
"Hu Di, apakah kamu sudah gila"!" Mengapa engkau menghancurkan
Tienshanbai yang tinggal puing-puing ini seperti orang kesurupan!"
Pemuda ini membentak De Hu dengan suara yang sangat berpengaruh.
"Xing Long Koko "oh"Koko engkau ternyata masih hidup, dan dimanakah Xing
Lei, De Qian, Xing Zhang, dan Xing Jian" Maafkan aku "aku lupa diri, hawa
amarah dan kesedihan mengcengkram jiwaku begitu dalam, sehingga dengan
tidak sadar, aku menambah kehancuran Tienshanbai."
"Sian shimei"engkau sudah besar, betapa bahagianya hatiku bisa berjumpa
denganmu lagi."
De Hu dengan terharu, menatap wajah Lie Sian lekat-lekat.
Sementara itu Yang Jing melihat kejadian di depannya dengan tersenyum,
walaupun dahinya berkernyit menandakan ia habis berpikir keras. Memang ia
sedang berpikir keras karena ada dua hal yang luar-biasa yang tidak bisa lepas dari pandangan matanya yang jeli dan tajam itu.
Ia melihat serangan Shi Xin Long yang digagalkan oleh Lie Sian tadi dengan hati yang dipenuhi tanda besar.
"Hmm" catatan Guru besar Zhang Sanfeng tentang delapan jurus Lingkaran
Dewa menjelaskan bahwa Jurus Shen Qi Cao Quan (dewa membabat rumput)
dimiliki oleh seorang ahli yang sudah ratusan tahun yang lalu menghilang dari dunia persilatan yang berjuluk Qicao Mowang (Raja Pedang pembabat rumput).
Ia masih kakak seperguruan dari pendekar Tienshan, Shi Kuang Ming Taihiap.
Bagaimana, tahu-tahu, Shi Xin Long bisa mewarisinya?"
Yang Jing yang memiliki otak yang tidak lumrah manusia ini, telah menjiwai sifat-sifat ilmu ini menurut ulasan dari kitab Zhang SanfengTashifu. Sebagai seorang remaja yang normal, Yang Jing juga dihinggapi rasa ingin tahu ilmu ini apabila dimainkan oleh pewaris tunggalnya pada masa ini. Karena ia sudah menjiwai
sifat-sifat ilmu ini, maka sekali ia melihat, ia akan mengerti ilmu ini dengan baik.
Demikian juga ketika ia melihat Lie Sian muncul dari arah selatan gunung
dengan menggunakan Khiekang dan ginkangnya, ia mengenal dengan jelas
bahwa gadis itu menggunakan ilmu Shen Ta Lek Ling Quan peninggalan Shen
Du, dari kuil Buddha Juesheng. Shen Du mengembangkan teori menghimpun
sinkang berdasarkan hukum suara yang diciptakan oleh Han Feizi dan digubah
oleh Li Si menjadi semacam Khiekang tingkat tinggi. Seratus tahun berikutnya, ilmu ini disempurnakan oleh Xunzi menjadi ilmu sejati yang disebut Jurus Dewa memukul lonceng, karena kekuatan pukulan itu mengalir seperti gelombang
suara yang lembut tetapi mengeluarkan daya yang luarbiasa mujijat. Semacam
perpaduan sinkang dan kiekhang yang disalurkan melalui suara. Suara itu bukan keluar dari mulutnya, tetapi dari gerakan tubuh, tangan, kaki, bahkan sekujur tubuhnya.
Yang Jing yang sudah mempelajari unsur-unsur, sifat, dan sejarah ilmu ini dari kitab kecil Zhang Sanfeng, sangat terkejut ketika merasakan gelombang ilmu ini dari gerakan tubuh Coa Lie Sian.
"Hmm"dua ilmu yang sangat rahasia dan dasyat telah muncul lagi di dunia
persilatan: shen Ta Lek Ling Quan (dewa memukul lonceng) dan Shen Qi Cao
Quan (dewa membabat rumput)!"
Yang Jing berkata dalam hatinya, "Kongkong, belum Jing membaca duabelas
sutra yang ditulis oleh Shen Du pada sebuah lonceng kuno yang dibawa lari oleh tentara Mongol ke gurun Gobie, Jing sudah melihat seorang pewaris dari ilmu ini.
Haruskah Jing tetap melakukan perjalanan ke istana Gurun Gobie?"
"Jing Di, kemarilah!" Tiba-tiba De Hu memanggilnya. "Mari kuperkenalkan
dengan adik seperguruanku, Coa Lie Sian Shimei!"
Yang Jing datang mendekat.
"Long dako"betapa senang hatiku berjumpa denganmu lagi"ilmu silat Long
dako sangat dasyat, aku sangat kagum dan takluk." Katanya merendah.
"Jing Di " kamu tampak sudah dewasa dan gagah, bagaimana khabarnya Lie
Pek-pek?" "kongkong lebih senang tinggal di Wudangshan, ia baik-baik saja."
"Sian shimei, ini Zheng Yang Jing, adik angkatku!"
De Hu memperkenalkan.
Kali ini Yang Jing silau oleh kecantikkan Lie Sian. Biasanya ia pandai menggoda, kali ini ia hanya bisa tersenyum dan berkata pendek.
"Nona Lie Sian" terimalah salamku!"
"Aku bingung, bagaimana memanggilmu..usiaku sudah tigabelas tahun,
sedangkan kamu mungkin sudah enambelas tahun."
"Nona, kita sebaya, mungkin aku lebih tua beberapa bulan, karena aku hampir berusia empatbelas tahun."
"Ooh.. kita sebaya, kalau begitu kamu panggil saja aku ". Lie Sian, dan aku akan panggil kau Yang Jing, gitu" Hi"hi"hi"kamu kayak remaja tua,
bagaimana kalau aku panggil Zheng dashu (paman Zheng)." Kata Lie Sian
sambil cengar-cengir.
"Gitu juga bagus kedengarannya, dan aku, tentu saja akan memanggilmu Coa
Yiyi (bibi coa), ha"ha..ha?"
Mereka semua tertawa mendengar kelekar kedua pemuda remaja itu.
"Long Ko, kemana Xing Lei, De Qian, Xing Zhang, dan Xing Jian" "
Mendengar pertanyaan De Hu, baik Xin Long ataupun Lie Sian tampak sangat
sedih dan penasaran.
"Hu Di, mereka semuanya, termasuk murid-murid lainnya binasa di tangan
sepuluh datuk sesat yang menyerbu Tienshanbai tiga tahun yang lalu. Mereka
menghendaki kitab ilmu shen Ta Lek Ling Quan (dewa memukul lonceng) titipan laksamana ZhengHe diserahkan. Padahal kita semua tahu shifu tidak pernah
menyinggung-nyinggung soal kitab itu. Lagipula walaupun harus mati berkalang tanah, kita juga tidak akan menyerahkan kitab itu kepada para datuk sesat."
Kemudian Xin Long menceritakan peristiwa besar yang menimpah Tienshanbai
tiga tahun silam.
Semenjak meninggalnya Shi De Yuan bangzhu, ketua Tienshanbai, perguruan
ini selalu diselimuti kedukaan, penasaran, dan sakit hati yang sangat dalam. Shi Xing Long benar-benar memendam perasaan penasaran dan marah, sehingga
tubuhnya nampak jauh lebih kurus.
Pagi hari itu, pegunungan Tienshan memancarkan keindahannya yang alami.
Burung-burung yang tidak dapat ditemukan lagi di kotaraja Peking, berkembang biak bebas di pegunungan ini. Binatang-binatang hutan juga menemukan tempat tinggal yang aman tentram di pegunungan ini. Mereka seolah-olah tidak
menggubris datangnya beberapa orang dari jurusan yang berbeda-beda ke
puncak Tienshan. Mereka tidak menaruh curiga kepada orang-orang itu.
Padahal apabila binatang-binatang itu bisa mengenal mereka, mereka akan
terbang secepatnya menjauh.
Dari arah selatan, terdengar suara parau melafalkan syair karangan Du Fu.
Suaranya parau dan besar, dan tekanan-tekanan dalam melafal syair tidak enak didengar. Sebentar-sebentar menarik nafas panjang seolah-olah ada beban
besar di dalam dadanya.
Feng ji tian gao yuan xiao ai (angin menyapu langit tinggi,kera menangis sedih) Zhu qing sha bai niao fei hui (padang pasir cerah, burung putih terbang berputar) Wu bian luo mu xiao xiao xia (tidak ada pohon jatuh berserakan)
Bu jin chang jiang gun gun lai (sungai besar yang tak berujung, mengalir terus) Wan lie bei qiu chang zuo ke (10 ribu li penderitaan musim dingin selalu tinggal) Orangnya tinggi kurus dan mengenakan kashaya (jubah seorang hwesio).
Wajahnya dingin, kaku, dan tampak bengis. Ada sinar kekejaman yang luar-
biasa terpancar dari matanya. Sebuah tongkat dengan ujung berhiaskan kepala bayi berada di tangan kanannya. Jangan dipandang remeh tongkat buntut ini,
karena di dalamnya terdapat sebuah golok yang satu sisinya luar-biasa
tajamnya, dan di sisi lainnya bergigi tajam seperti gergaji. Kecil dan tipis sekali, namun tajamnya bukan kepalang. Di dunia wulin, orang ini dijuluki Bao Gui Xi Dao (Iblis sadis golok maut).
Ilmu goloknya disebut Mizong Luohan, ilmu golok yang berdasarkan perpaduan
dua unsur ilmu rahasia dari Shaolinbai : Mizongquan dan Luohanquan. Konon si pencipta ilmu ini, TatMo Cosu, menuliskannya dalam bahasa Hindu kuno yang
sulit dimengerti. Selama ratusan tahun, tidak ada satu pewaris ilmu-ilmu shaolin yang mampu memecahkan ilmu ini. Kira-kira delapanpuluh tahun yang lalu,
Wang Ming Taysu, seorang ketua shaolin yang luar-biasa pandainya berhasil
memecahkan rahasia ilmu ini. Di luar dugaan, beberapa tahun kemudian Wang
Ming Taysu didapati mati diracun oleh jongosnya sendiri. Jongos inilah yang kemudian muncul di dunia persilatan dengan ilmu goloknya yang sukar dilawan.
Kejamnya luar-biasa, namun ilmu silatnya juga sangat tinggi.
Ketika ia sampai di depan pintu gerbang timur Tienshanbai, ia telah disambut oleh puluhan murid Tienshan. Sikap mereka gagah dan tidak nampak rasa takut.
"Silahkan tuan turun gunung, karena tidak ada sesuatu yang patut diambil dari Tienshanbai!" Kata seorang murid,
Baogui Xidao mendengus, dan entah kapan ia mengeluarkan golok, tiba-tiba
terdengar jeritan melengking dari puluhan orang itu untuk kemudian
berkelejotan, dan diam untuk selamanya. Puluhan murid Tienshan itu tidak
kurang dari dua detik telah binasa dengan leher hampir terpisah dari tubuhnya.
Baogui Xidao tidak menggubris mayat-mayat yang bergelimpangan mandi darah
itu, segera ia memasuki gedung perguruan itu.
"Iblis kejam, ada permusuhan apakah kami dengan kau sehingga kamu
membunuhi puluhan murid Tienshan?"
Kini Shi Xin Long bersama dengan adik-adiknya sudah muncul menyambut.
Bao Gui Xi Dao kembali mendengus,
"serahkan shen Ta Lek Ling Quan (dewa memukul lonceng) atau seluruh mahluk
hidup di Tienshan akan binasa di tanganku!"
Katanya, dingin, tanpa ekspressi.
"kami tidak tahu menahu soal shen Ta Lek Ling Quan!"
"Ha".ha".ha".Bao Gui Xi Dao mau menyerakahi shen Ta Lek Ling Quan
sendirian"jangan mimpi sebelum merasakan jurus Hung Hua Quan."
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki tua yang berjenggot dan beralis merah berdiri di belakang Bao Gui Xi Dao, di kuti seorang pemuda berbaju merah, Chu Hung
Kiau. Perawakannya sangat luar-biasa, kakinya tinggal satu, rambutnya riap-
riapan dan matanya bersinar seperti iblis saja. Jubahnya juga berwarna merah, ia memegang sebuah tongkat yang terbuat dari lagom yang mengeluarkan sinar
kehijauan. Ini dia Hunghua Laomo (Iblis Tua Bunga merah).
"Hei"tikus-tikus Tienshan, serahkan kitab shen Ta Lek Ling Quan kepadaku,
atau akan kubuat seluruh Tienshan menjadi merah (artinya dicekoki racun
bungan merah)."
"Eeehh"perlahan dulu, iblis tua bunga merah yang mau mampus!!"
Entah kapan datangnya, tiba-tiba di halaman itu sudah berdiri sebelas orang yang berperawakan aneh-aneh. Tampak Lan wugui (Iblis halimun biru) berdiri
berjajar dengan seorang yang misterius sekali. Wajahnya ditutup topeng
tengkorak hitam yang mengerikan. Tubuhnya tinggi besar. Dan tampaknya Lan
Wugui sangat menghormati orang ini. Dia bukan lain adalah tokoh misterius yang berjuluk Bupun Ongya. Hek Sin Lama (Hek Du Quanzi (Lingkaran racun hitam),
Pohai Toatbeng Lomo (Iblis tua pencabut nyawa dari teluk Pohai) bersama
dengan mruidnya Xue Jia Qiongmo (satrawan tampan berhati iblis), Coa Ming
Hong. Chong Du Wan (Ulat seribu racun) juga sudah berada disitu, tokoh sesat yang tubuhnya kecil pendek, rambutnya riap-riapan seperti iblis kuburan. Ia berdiri sambil asyik dengan ulat-ulat besar berwarna hijau tua, yang menjadi makanan kesukaannya. Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai
selatan. "Belum melihat kitabnya, sudah mau saling mencakar seperti anjing gila"
sungguh goblok, cari kitabnya dulu, kemudian, kita menentukan siapa yang lebih unggul ilmunya, itulah yang berhak mendapatkan kitab itu.! Periksa semua
ruangan, geledah dan bunuh semua mahluk hidup!"
Tiba-tiba Bupun Ongya berkata. Suaranya digerahkan dengan Khiekang yang
sudah mencapai tarap yang sukar diukur tingginya.
Tanpa banyak bacot lagi, mereka mulai memeriksa semua yang ada di
Tienshanbai, maka banjir darah terjadi secara mengerihkan di tempat ini. Setiap orang yang digeladah tubuhnya, berakhir dengan matinya orang itu dengan cara yang kejam sekali.
Golok maut Bao Gui Xi Dao membinasakan paling banyak jiwa orang. Iblis yang satu ini kejamnya betul-betul mengerikan. Sedangkan Chong Du Wan,
membunuh korbannya dengan cara mencoblos dadah orang tersebut dengan
tangannya, dan kemudian mengeluarkan jantung yang bergerak itu dan dimakan
bersama dengan ulat-ulat beracunnya.
Karena tidak menemukan kitab itu dari tubuh murid-murid Tienshan, makapara
datuk sesat itu menjadi marah dan menghancurkan apa saja yang mereka temui.
Dalam waktu tidak kurang dari setengah jam, Tienshanbai menjadi puing-puing dengan ratusan mayat yang bergelimpangan mandi darah di sana-sini termasuk: Xing Lei, De Qian, Xing Zhang, dan Xing Jian.
Pada waktu terjadi peristiwa pembantaian ini, Coa Lie Sian, hilang seperti ditelan bumi. Xin Long yang sudah mandi darah itu, mencoba mencari Lie Sian sambil
melarikan diri dari tempat itu.
"Aku harus dapat hidup".aku harus hidup"kalau tidak siapakah yang
membalaskan sakit hati ini." Serunya seperti orang gila sambil melarikan diri ke hutan belukar. Namun, sungguh malang, Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan, mengetahui dia melarikan diri,dan mengejar terus sampai di dalam hutan.
"Mau lari kemana kau, serahkan kitab itu, maka kami akan membiarkan nyawa
tikusmu terus menempel.!"
Xin Long menjadi nekad, dengan sisa tenaga yang dia miliki, ia menggempur
empat srigala itu dengan tidak mengenal takut. Namun, ilmunya sangat kurang dari cukup untuk menahan gempuran empat srigala iblis itu. Tubuhnya menjadi bulan-bulan mereka.
Dalam keadaan yang sudah sangat menderita itulah tiba-tiba ia mendengar
sebuah suara berbisikdi telinganya.
"Xin Long, dengarlah ".berdirilah tenang dan ambil ah sebatang ranting kering yang ada di depanmu, lawanlah mereka dengan ranting itu."
Tiba-tiba ia merasakan adanya hawa yang hangat sekali memasuki tubuhnya.
Dan tubuhnya menjadi segar. Tidak sampai di situ, ia sadar ada orang sakti yang menggunakan kaki dan tangannya untuk bertempur dengan Nanhai Si Lang mo.
Ranting bergerak begitu luar-biasa dan mengeluarkan angin yang tajam sekali.
Nanhai Si Lang Mo dibuat kalang-kabut, karena yang diserang adalah bagian
mata, hidung, tenggorok, telinga, pipi, dan tengkuknya.
Karuan saja, mereka menjadi pontang-panting menghindari serangan Xin Long
yang tiba-tiba menjadi sangat lihai itu. Tidak sampai tigapuluh jurus, bagian-bagian tubuh yang peka itu mulai bengkak-bengkak di sana-sini. Akhirnya
mereka segeraangkat kaki dan kabur secepat dari tempat itu.
Xin Long menjadi terheran-heran. Cepat-cepat ia berlutut, "Inkong (tuan
penolong), wanpwe, Shi Xin Long, berterima kasih atas pertolongan inkong dari kematian."
"Xin Long, bangunlah "aku bukan orang lain bagimu, aku adalah penunggu
makam Qicao Mowang (Raja Pedang pembabat rumput)."
"Qicao Mowang Dashifu ?"".....betulkah itu?"
"Xin Long, marilah ikut aku " engkau berjodoh dengan dia, aku sudah lama
menunggu-nunggu kejadian seperti ini"mari ikutlah aku."
Tanpa menunggu jawaban Xin Long, kakek tua rentah ini memegang tangannya,
dan tiba-tiba ia merasakan seperti dibawa terbang oleh angin. Ketika menjelang sore, mereka telah sampai di salah satu puncak Tienshan yang berdekatan
dengan Kunlunshan. Kakek itu mengajak Xin Long memasuki sebuah goa
pertapaan. Di tempat itu Xin Long melihat sebuah makam yang bertuliskan Qi
Cao Mo Wang. Dengan rasa hormat yang mendalam, ia berlutut sambil
membenturkan dahinya di tanah sebanyak tuju kali.
Kakek itu memandang Xin Long sambil tersenyum. Kemudian ia mengajak Xin
Long memasuki goa itu lebih dalam. Di dalamnya terdapat sebuah meja batu
yang berwarna hitam legam. Di atasnya terdapat sebilah pedang yang
mengeluarkan sinar merah darah. Di samping pedang itu terdapat sejilid kitab tipis yang tampak sudah mulai lapuk.
"Xin Long, engkau berjodoh menjadi pewaris tunggal Qi Cao Mo Wang.
Ketahuilah, nenek moyangmu ini, adalah pendekar sakti yang memiliki satu
lengan, yaitu lengan kiri, seperti dirimu. Ilmu pedangnya diciptakan memang khusus bagi orang yang berlengan satu, seperti tangan kidal. Inilah kitab itu."
Xin Long menerima kitab itu sambil berlutut. "Qi Cao Mo Wang Shifu, mulai hari ini, wanpwe, Shi Xin Long telah menjadi murid shifu. Wanpwe bersumpah
memakai ilmu dari shifu untuk membela keadilan, menegakkan kebenaran, dan
menentang kejahatan. Apabila wanpwe menyeleweng dari kebenaran, biarlah
roh shifu dengan Hung Sin Kiam akan manamatkan riwayat hidup tecu.!"
Mulai hari itu, dibawah bimbingan kakek tua rentah penunggu makam itu, Shi Xin Long mempelajari Shen Qi Cao Quan (dewa membabat rumput).
Bab 9B: Shen Ta Lek Ling Quan (Jurus dewa memukul
Kemanakah gerangan Coa Lie Sian" Apakah benar ia ditelan bumi begitu saja,
atau tubuhnya turut terkubur dalam tumpukkan mayat-mayat yang mandi darah
itu" Bagaimanapun juga kekuasaan Thian sangat besar. Manusia
bagaimanapun kuat dan kejamnya tidaklah bisa mengubah kehendakNya. Sekali
Thian menghendaki manusia itu terus hidup, walaupun sudah berada diujung
maut sekalipun, maut pun tidak memiliki kuasa untuk merenggut hidupnya.
Pada waktu itu, Lie Sian turut juga bertempur dengan datuk-datuk sesat itu. Xue Jia Qiongmo, Coa Ming Hong dan Chu Hung Kiau, yang tergila-gila akan
kecantikkan anak kecil itu, sudah merangsek ke depan untuk membekuk Lie
Sian. Lie Sian, walaupun anak kecil berusia sepuluh tahun, namun ia sudah
mewarisi kepandaian ketua Tienshanbai, kakeknya dengan baik. Kedua orang
itu mengalami kesulitan untuk bisa menawannya hidup-hidup.
"He..he..mari nona cilik yang cantik, ikut aku, nanti kalau sudah dewasa, engkau pasti muncul menjadi seorang bidadari yang memiliki kecantikkan yang sulit ada bandingnya. Marilah?""
Sambil mencoba menowel dagu Lie Sian, Xue Jia Qiongmo berusaha melakukan
totokan dengan kuanpoan pitnya.
Dengan sekuat tenaganya Lie Sian bercoba berkelit, namun dari jurusan lain
memapak sepasang tangan yang dengan sangat kurang-ajar sekali mencoba
menggapai pahanya. Lie Sian menjadi nekat!
"Serahkan gadis itu kepadaku ".!"
Tiba-tiba serangkum tenaga yang luar-biasa kuatnya melemparkan kedua
pemuda busuk menjauhi Lie Sian.
"Gadis cilik, engkau pasti cucu Shi De Yuan bangzhu. Engkau pasti tahu dimana kakekmu menaruh kitab itu. Nah, kau serahkan kitab itu, dan kau ikut aku untuk menjadi muridku!"
Bupun Ongya telah berdiri dihadapan Lie Sian. Wajah tengkorak yang sangat
mengerikan itu seolah-olah berubah menjadi setan yang ingin merenggut jiwa
Lie Sian. Namun gadis kecil ini memiliki watak dan jiwa yang tidak mengenal takut.
"jangan harap engkau bisa mengorek keterangan soal kitab itu dari mulutku, mau bunuh silahkan bunuh. Ayo "manusia-manusia iblis, ini aku Coa Lie Sian, tidak akan mundur setapakpun"!"
Lie Sian, gadis kecil berusia sepuluh tahun ini, sudah berdiri bertolak-pinggang di hadapan Bupun Ongya. Matanya yang bagaikan bintang timur itu bersinar-sinar penuh kemarahan. Bupun Ongya dibuat kagum melihat keberanian gadis kecil
ini. "Hmm " bernyali naga, bertulang bagus, dan gagah seperti rajawali"sayang
kalau dibunuh. Bakatnya tidak kalah dengan puteriku, namun ia bernyali lebih hebat dari dia." Katanya lirih.
"Hei " gadis bernyali naga, mari ikut aku, akan kuwariskan seluruh
kepandaianku kepadamu asal kau mau memberitahukan dimana kakekmu
menyembunyikan kitab shen Ta Lek Ling Quan."
"Siapa sudi menjadi murid gembong penjahat semacam dirimu, lebih baik tidak berkepandaian, atau mampus!" Kata Lie Sian dengan mata yang berapi-api
tanpa rasa takut atau gentar sedikitpun.
"Anak tidak tahu disayang, terimalah kematianmu"!"
Bupun Ongya yang sudah marah itu, tiba-tiba melancarkan serangan dengan
tangan kanan yang mengeluarkan uap berwarna putih seperti salju. Pukulan ini menyeruak begitu ganas ke arah tenggorokan Lie Sian. Ia ingin sekali pukul
mematikan gadis kecil ini. Apabila Lie Sian terkena pukulan ini, maka anak ini akan mati seketika dengan tubuh masih utuh tetapi isi dalamnya hancur. Karena pukulan Yun Xue Liao Linghun (awan salju merogoh sukma) adalah semacam
pukulan bayu purba yang merusak bagian dalam. Ilmu kejih yang sangat ditakuti di dunia persilatan.
"Sungguh manusia iblis yang sangat kejih!!!"
Sebelum pukulan kejih itu menyentuh diri Lie Sian, sesosok bayangan hitam
menangkis pukulan Bupun Ongya.
"Desssssssssss?"?".aahhhhhh?"?""."
Bupun Ongya terkejut sekali melihat orang berani menangkis pukulannya
dengan tangan terbuka begitu rupa.
Sebelum habis rasa terkejutnya, bayangan hitam itu menyambar Lie Sian dan
dengan secepat terbang dipondongnya Lie Sian ke arah puncak Gunung
Tienshan ke arah utara.
Bupun Ongya merasakan tangannya kesemutan ketika beradu pukulan dengan


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayangan hitam itu.
"Orang itu berilmu tidak dibawa tingkatku, siapakah dia" Gingkangnya sangat istimewa."
Bupun Ongya berpikir keras dan matanya menjadi liar karena hawa amarah
yangmemenuhi dadahnya.
"Dia sudah terluka dalam." Bupun Ongya melihat ceceran darah tepat disamping tempat Lie Sian berdiri.
Karena marah dan penasaran, Bupun Ongya mengumbar tangan maut di
Tienshan. Hampir sebagian besar bangunan dihancurkan dengan pukulan yang
luar-biasa dasyatnya. Debu membubung tinggi di kuti dengan terlemparnya batu-batu sebesar kerbau. Para datuk sesat lainnya sangat terperanjat melihat
kedasyatan ilmu Bupun Ongya. Hanya Lan Wugui saja yang tampak diam tanpa
mengambil pusing melihat kedasyatan ilmu Bupun Ongya.
"Si Heng (Kakak seperguruan), mari kita kejar gadis kecil itu." Kata Lan Wugui (iblis halimun biru) dengan suara sangat dingin.
Kedua manusia seperti iblis itu berlalu dengan cepat kearah utara. Para datuk lainnya turut mengejar sambil melempar api untuk membakar sisa-sisa
bangunan Tienshanbai. Mereka tampak sangat puas telah berhasil
menghancurkan sebuah perguruan besar yang selama ratusan tahun sangat
disegani di dunia persilatan.
Sementara itu, bayangan hitam itu memondong Lie Sian menuju puncak
Tienshan di bagian utara. Semakin ia mendaki, semakin liar hutan di situ. Pohon-pohon raksasa tampak tumbuh menjulang bagaikan raksasa hitam berdiri
mengelilingi puncak gunung itu. Separoh badan pohon-pohon itu tertutp oleh
awan abadi yang sangat tebal, sehingga pohon-pohon itu sekilas tampak seperti kaki-kaki raksasa yang berdiri berjajar.
Orang itu membawa Lie Sian ke suatu tempat yang luar-biasa hebatnya. Sebuah air terjun yang berbuih putih karena muncratan air dari jurang yang menganga lebar seperti mulut srigala putih, kemudian air itu berbalik ke atas setelah yang berton-ton kubik itu dijatuhkan dari tempat yang tinggi terus menerus.
Ia berkelebat memasuki sebuah goa kecil yang terletak di balik badan air terjun itu. Goa itu tidak tampak dari luar, sehingga orang luar tidak akan pernah tahu adanya sebuah goa kecil di balik badan air terjun itu. Sekali berkelebat, hilanglah bayangan orang itu di balik air terjun.
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila Bupun Ongya dan Lan Wu Gui
tidak berhasil menemukan jejak orang itu, karena hilang begitu saja begitu
sampai di air terjun.
Lie Sian memejamkan matanya ketika orang yang memondongnya itu melompati
jurang besar dan menerobos di sela air terjun. Ia merasakan arus hawa yang
dingin sekali menceruat keluar dari mulut goa. Ketika orang itu terus
membawanya ke dalam, goa itu semakin lebar, dan begitu sampai di tengah-
tengah perut goa, ia melihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Goa itu
sangat terang benderang, karena mendapat pantulan sinar matahari melalui
dinding-dinding air di sebrang goa. Dinding goa itu putih kehijau-hijau bagaikan mutiara hijau yang luar-biasa indahnya. Di dalam goa itu juga terdapat tempat tinggal yang sangat enak, indah, dan berhawa segar.
Lie Sian menjadi clingak-clinguk seperti kera kebingungan. Ia duduk di sebuah kursi terbuat dari batu giok hijau tua yang sangat besar. Baru saja ia mau duduk, ia melompat kaget, karena ia merasakan batu itu panas bagai barah api. Tidak kepalang terkejutnya, karena ia tidak melihat adanya api atau asap keluar dari batu itu. Dengan mata yang diliputi tanda tanya besar, ia memandang orang
yang memondongya.
Ia lebih terkejut lagi, karena muka orang itu sudah sangat tua. Rambutnya putih riap-riapan seperti kera putih. Matanya mencorong tajam bagaikan sinar bintang yang tidak pernah redup oleh waktu. Namun tubuhnya, tinggal tulang
membungkus kulit saja. Ia tersenyum melihat Lie Sian terheran-heran.
"Anak baik, syukurlah"engkau selamat dari cengkraman iblis jahat bertopeng
tengkorak merah itu. Pinto tahu, namamu: Coa Lie Sian, cucu luar Shi De Yuan, ketua Tienshanbai."
Setelah ia berkata begitu, ia batuk-batuk, dan Lie Sian melihat darah segar meleleh di bibir yang sudah sangat kriput itu.
"Ah"tubuh pinto yang sudah usang ini sudah tidak sanggup menahan
gempuran Yun Xue Liao Linghun (awan salju merogoh sukma). Untungnya tidak
mengenahi jantung, sehingga pintu masih bisa bertahan hidup sedikitnya empat tahun."
"Lie Sian, pinto dikenal orang sebagai Tienshan guai gu lao (orang tua aneh dari Tienshan), dan pinto adalah shi tai gung (kakek guru) dari Shi De Yuan,
kakekmu." Lie Sian sangat terperanjat mendengar pengakuan orang tua itu. Ia pernah
mendengar cerita dari kakeknya tentang salah satu pendekar Tienshan yang
menghilang begitu saja dari perguruan karena mengasingkan diri di puncak-
puncak gunung Tienshan. Salah satunya adalah: Tienshan Guaigu Lao. Tokoh
sakti tetapi sangat aneh. Ilmu silatnya luar-biasa hebatnya. Pernah ia seorang diri mengobrak-abrik enam datuk sesat persilatan yang menjagoi dunia
persilatan dan ditakuti lawan ataupun kawan pada waktu itu. Namun enam datuk itu sekaligus dalam pertempuran selama tiga hari tiga malam, telah ditaklukkan oleh Tienshan Guaigu lao dan dipaksa mengundurkan diri dari dunia persilatan.
Entah sudah berusia berapa tahun orang aneh ini. Lie Sian memandang wajah
orang itu lekat-lekat, kemudian ia menjatuhkan diri berlutut:
"Jo Shi (maha guru), Teecu. Lie sian, mohon ampun tidak mengenal Jo Shi."
"Sian Zhi, bangunlah " mulai sekarang jangan panggil pinto Jo shi, karena pinto akan mengangkatmu menjadiahli waris tunggal dari seluruh ilmu yang kutekuni selama ini, tetapi dengan satu syarat, pinto melarangmu keluar dari goa ini sebelum tiga tahun. Apakah kamu sanggup!?"
"Lao Shifu, teecu berterima kasih."
"Sekarang, berbaliklah, dan bukalah kutang kulit dibalik bajumu itu. Bukalah, tidak usah malu."
Lie sian membuka kutang kulit pemberian kakeknya, dan menyerahkan kepada
gurunya yang baru.
"Ha"ha"ha". Shi De Yuan memang pandai, ia telah menyalin Shen Ta Lek
Ling Quan dengan lengkap pada kutang kulit ini. Dengan kata lain, ia telah
mewariskan ilmu silat hebat ini kepada murid tunggalku, Coa Lie Sian. Ha"ha"
ha".betapa bahagianya hati pinto. Mata pinto yang sudah tua ini masih diberi kesempatan melihat Shen Ta Lek Ling Quan dimainkan oleh ".murid pinto
sendiri".ha"ha"ha"betapa lucu dan menggembirakan".ha"ha"ha"
Sanfeng"Sanfeng (Zhang Sanfeng, maksudnya), engkau orang tua
rentah..bahkan sudah lamur matamu, tetapi engkau sudah mengalahkan pinto
dengan menggunakan ilmu ini"entah dengan cara bagaimana engkau bisa
mengenal rahasia, sifat, dan unsur-unsur ilmu ini, sungguh heran"sungguh sulit untuk dimengerti ". namun engkau sudah mengalahkan pinto hanya dengan
seratus jurus tambah setengah gerakan"sekarang, engkau tua bangka, yang
sudah pergi mendahului aku menghadap Thian "lihatlah"mulai hari ini, Shen
Ta Lek Ling Quan ditambah dengan ilmu yang sudah kutekuni selama lebih dari seratus tahun, Liu Quan Huo Jiu (enam jurus rajawali api) ha"ha"ha"betapa
bahagianya pinto hari ini."
Begitulah Lie Sian digembleng secara hebat oleh pendekar aneh dari Tienshan ini. Setiap malam ia diharuskan siulan di atas batu giok yang mengeluarkan
hawa panas, tubuhnya dilatih untuk bisa menyedot hawa mujijat yang
dikeluarkan oleh batu hitam kehijau-hijauan itu, sehingga dari dalam Diantan berputar arus hawa panas yang kemudian diubah menjadi Yang sinkang. Pada
saat Lie Sian memainkan jurus-jurus dari Shen ta lek ling quan, Yang sinkang yang disedot dari batu giok itu, khiekang yang menjadi unsur utama dari ilmu ini bergerak semakin dasyat dan menyatu dengan semua gerakan yang ia lakukan.
Perlahan-perlahan, shen ta lek ling quan bersenyawa secara alami dengan
semua jurus yang dipelajarinya.
Pada siang hari bolong, Lie Sian digembleng dengan ilmu Liu quan huo jiu. Ilmu ini luarbiasa indah dan penuh dengan kekuatan mujijat. Di atas air terjun itu, terdapat dataran yang menerima cahaya matahari pada intensitas yang sangat
tinggi. Ia berlatih hanya enam jurus, namun perkembangan jurus ini sangat luas.
Tubuhya bergerak pesat laksana rajawali yang mengembangkan sayapnya.
Daya seranganya mengandung desingan-desingan api yang diakibatkan oleh
Yang sinkang. "Demikianlah Hu Di, apa yang sesungguhnya terjadi di Tienshanbai. Sian Mei
sudah menceritakan bagaimana ia telah ditolong oleh Jo Shi, dan aku telah
ditolong oleh Qi Cao Mo Wang Shifu. Hanya kita bertiga yang tersisa dari
Tienshanbai. Kita berkewajiban membangun kembali perguruan ini dan
mengembalikan kejayaan Tienshanbai."
"Long Koko, kita juga harus meminta pertanggungjawaban dari para datuk sesat yang menghancurkan Tienshanbai serta membunuhi para Shidi dan shiheng. "
"Hu di, Sian Mei, dengarlah perkataanku. Kita perlu berpisah disini dengan
membawa tugas kita masing-masing. Tiga tahun kemudian di bulan dan hari
yang sama, kita bertemu lagi di tempat ini. Duabelas orang yang menghancur-
leburkan Tienshanbai dan membunuh shifu dan saudara-saudara kita harus
mendapatkan pembalasan yang setimpal. Kita harus sangat berhati-hati
menghadapi Lan Wu Gui dan Bupun Ongya, dua datuk ini memiliki kepandaian
yang luar-biasa tingginya. Aku tidak rela Sian Mei pergi sendirian, dia masih terlalu mudah untuk terjun langsung di dunia kangouw yang penuh dengan
kejahatan ini."
Wajah Xin Long tampak bingung memikirkan Coa Lie Sian.
"Long Koko " aku juga tidak bisa meninggalkan Jing Di sendirian, dia juga
masih terlalu mudah untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Lie Pek-
pek." "Hu koko, biarlah aku pergi sendiri yang pergi, Kongkong akan mengerti, lagipula aku khan sudah dewasa. Pergilah "kalau Lie Sian Yiyi bisa pergi sendiri,
kenapa aku sebagai pamannya tidak bisa."
"Hi"hi..hi " Jing Dashu (paman Jing)"kedua Long Shigong (kakek guru Long)
dan Hu shi-tai-gung (Kakek buyut Hu) ini menganggap kita masih kecil saja
sehingga perlu digendong untuk berkelana di Wulin".hihi..hi"hi?"
Yang Jing tidak kuasa menahan geli hatinya mendengar ucapan Lie Sian yang
polos tetapi nylekit itu.
"Long Ko " Hu ko, percayalah shimeimu ini berjanji akan menjaga diri baik-baik.
Sekarang aku berangkat lebih dulu ke arah selatan. Sampai jumpa."
Belum habis bicaranya, gadis muda berusia tigabelas tahun itu sudah berkelebat seperti angin cepatnya. Gerakan tubuhnya mengeluarkan suara khiekang yang
luar-biasa. "Long Ko " Sian Shimei telah menjadi pendekar wanita yang berilmu sangat
tinggi. Tapai kau tetapi kuatir, karena ia belum berpengalaman. Tentang ilmu silat aku tidak kuatir, tetapi ilmu tipu muslihat "ah"ia masih hijau. Hatiku akan lega apabila adikku angkatku Yang Jing bisa pergi bersama-sama Shimei."
"Jing Di"Jing di".di mana kamu".Jing di?"."
Xin Long dan De Hu menjadi terheran-heran, karena tiba-tiba Yang Jing sudah tidak ada ditempatnya.
Xin Long menggeleng-geleng kepalanya.
"Adik angkatmu itu manusia yang sangat aneh "aku tidak seberapa tinggi ilmu silatnya, tetapi gerak-geriknya sudah seperti orang dewasa."
"Long Ko, Jing Di memang bukan orang biasa. Otaknya luarbiasa cerdas.
Pengetahuan soal filsafat dan ilmu silat sangat dalam dan luas. Walaupun
usianya baru tigabelas tahun, aku sendiri belum tentu bisa menandingi ilmunya.
Aku tidak tahu persis kedalaman ilmu silatnya. Konon, kakeknya sendiri tidak bisa menandingi pengetahuan Jing di tentang semua gerakan silat yang ia lihat.
Yang jelas ia sangat berbeda dengan manusia lain. Sayang Long Ko tidak
berkesempatan mengajak dia berlatih barang seratus jurus."
Selagi mereka berdua bingung melihat dua remaja berkelebat hialng begitu saja dari hadapan mereka berdua, Xin Long menemukan selembar kulit pohon yagn
bertulisan. "Hu koko, selamat berpisah ... kita akan bertemu lagi, aku akan datang pula tiga tahun lagi di Tienshan. Laksanakanlah amanat perguruamu, Kongkong akan
sangat menghargaimu apabila Hu koko melakukan itu. Sedangkan aku, aku
akan pergi memenuhi tugas yang diberikan Kongkongsambil membayangi Lie
Sian Yiyi untuk membantu Long Dako dan Hu koko mengawasi Lie Sian Yiyi, aku tahu ia belum mengenal merah atau biru dunia wulin. Jangan kuatir. Sampai jumpa. Zheng Yang Jing."
Bab 10: Pertemuan Dramatis
De Hu memasuki kota Chengdu, ibukota provinsi yang dikenal sebagai Tian Fu
Zhi Guo (propinsi Dewata), propinsi Sichuan. Di perbatasan kota dekat sungai Yang Tze,terdapat tulisan yang berbunyi:
Shi zai zhong guo (makanan tempatnya di Tiongguan)
Wei zai Si Chuan (kelezatan makanan tempatnya di Sichuan)
Tulisan ini menggambarkan betapa enaknya makanan yang dijual di propinsi Si Chuan. Memang bukan ungkapan kosong apabila Sichuan disebut tempat
makanan yang lezat, sebab hampir setiap rumah-makan, selalu menyediakan
menu yang memiliki ciri khas dan citarasa yang berbeda, namun semuanya
lezat. Bahkan makanan yang dijual di pinggir jalan di waktu makan, luar-biasa enaknya. Dari perbatasan kota, sudah tercium bau harum yang mengundang
selera siapa saja yang mempir si propinsi yang satu ini. Sesampai di kota
Chengdu, pelancong biasanya mencari Chong cao yazhi (Bebek dimasak
dengan jamur kepongpong) lebih dahulu sebelum menikmati jenis masakan lain.
Sampai di pinggiran kota, De Hu memasuki sebuah rumah makan. Tiga macam
makanan yang dipesannya: dou huamian (bakmi pedas dengan tahu halus), qing
zheng xian yu (ikan tim Sichuan), dan tang cu pai gu (baikut masak asam
manis). Sambil menunggu masakan yang dipesannya, ia menikmati wu liang ye
(arak lima bulir), arak yang sangat terkenal di Sichuan.
Bau masakan yang luar-biasa harum, membuat perut De Hu semakin merasa
lapar. Kira-kira sepeminuman teh lamanya, masuklah empat orang yang
berpakaian ringkas dengan langkah-langkah yang ringan. Mereka mengambil
tempat duduk di dekat De Hu. Masing-masing menaruh pedangnya di atas meja.
Enam macam masakan yang paling mahal dipesan mereka: Si Chuan kao ya
(bebek panggan Si Chuan), xiang su quan ya (bebek gurih harum), ma yi shang shu (semut memanjat pohon), di Indonesia dikenal sebagai dong fen, wu xiang xun yu (ikan asap bumbu ngohiang), dan dua macam sayur-sayuran, seperti gan bian ku gua (pare goreng kering), dan qiang kong xin cai (tumis bayam dengan cabe dan merica Si Chuan). Mereka makan dengan lahap tanpa berbicara.
Nafsu makan mereka besar, sehingga tidak lebih dari lima menit, enam jenis
makanan itu sudah pindah ke perut mereka. Keringat bercucuran membasahi
dahi mereka, karena masakan yang dipesan rata-rata dilengkapi dengan Sambal naga Si Chuan.
"Pengemis kudisan itu betul-betul mengerikan ilmu silatnya. Hanya dengan satu kibasan tangan kanan, Lin tako yang selama ini tidak ada yang tandingannya
telah binasa dengan kepala retak!" Salah seorang di antara mereka yang
memakai baju hitam berkata sambil mengusap mulutnya yang berkelepotan
minyak dan keringat.
"Sungguh penasaran, pengemis itu tampaknya sudah gila " ia membunuh siapa
saja yang tidak bisa memberi keterangan di mana cucunya yang bernama Li
Fong itu berada."
Berdebar hati De Hu ketika mendengar nama Li Fong disebut-sebut.
"Siapa lagi kalau bukan pengemis sakti tangan kilat, Hsing Yi Tung, yang sedang dibicarakan mereka." Gumannya.
Dengan tergesa-gesa.empat orang itu meninggalkan rumah makan itu dengan
cepat menuju ke arah Emeishan setelah meneguk zhu ye qing cha (teh bambu
hijau) dari Emeishan. De Hu segera bertindak meninggalkan rumah makan itu
juga dan membayangi mereka berempat.
Ketika sampai di kaki Emeishan, terdengar suara bentakan-bentakan bengis dari dalam hutan.
"Ayo katakan..dimana kalian menculik cucuku " katakan, kalau tidak
kuhancurkan kepala kalian!!"
Seorang pengemis compang-camping sedang berdiri mencak-mencak di
hadapan sepuluh orang pendekar yang kelihatannya anak murid Kunlunbai.
Keadaan pengemis sangat menyedihkan. Tubuhnya kurus-kering, tidak terurus,
dan matanya liar seperti orang yang sudah miring otaknya.
"Kami tidak tahu dan tidak mengenal cucumu yang bernama Li Fong itu,
bagaimana kami bisa menunjukkan keberadaannya, sungguh penasaran!"
"Mulut kurang ajar, kuhabisi nyawamu "!"
Pengemis ini menggerakkan tangan kanannya ke arah sepuluh pendekar Kunlun
yang sudah tidak berdaya itu. Serangkum hawa yang berkekuatan dasyat
menyeruak menghantam mereka.
"Blaar?"?"".desssssssssssssssssss!"
Pengemis sakti itu terdorong sampai tiga tindak ketika sebuah tangan
menyambut pukulannya.
"Sabar dulu, pengemis sadis".!"
De Hu datang tepat pada waktunya ketika tangan kurus yang berisi hawa
pukulan telapak Buddha akan meremukkan kepala anak murid Kunlunbai.
"Anak muda "siapakah kau?" Katanya terkejut merasakan sinkang yang begitu
kuat mencuat dari tangan De Hu.
"Pengemis tangan kilat, masih ingatkah kau ketika menebas kutung tangan
pendekar Tienshan tiga tahun lalu di kota Shian, propinsi Hubei" Dan ini aku, Shi De Hu yang juga kehilangan lengan sebelah kiri akibat hempasan tangan mu
yang maha kejih itu!"
"Ho"ho"ho"pendekar bau kencur dari Tienshan kiranya"jadi kamu yang
telah menculik cucuku Li Fong, karena dendam. Jangan harap kau dapat pergi
dengan selamat dari tempat ini sebelum memberitahukan dimana cucuku kau
sembunyikan!"
"Aku tidak menculik cucumu " akau datang ke sini adalah untuk membalas sakit hati dari saudara-saudara seperguruanku. Apakah kau takut"!"
Pengemis sakti tangan kilat, Hsing Yi Tung, tampak sudah agak setengah gila karena kesedihan yang dalam. Sudah hampir tiga tahun, cucunya yang sangat ia cintai menghilang. Ia mengobrak-abrik banyak perguruan silat, termasuk
Kunlunbai, Thianshanbai, bahkan menantang jago-jago dari biara Shaolin untuk mencari cucunya. Sarang-sarang penjahat di dalam hutan-hutan diobrak-abrik, demikian sarang bajak laut yang sangat terkenal di teluk Pohai juga tidak luput dari amukannya. Namun sejauh ini ia tidak berhasil menemukan cucunya. Akibat rasa kesedihan yang sangat mendalam inilah, ia menjadi setengah gila dan
kekejamannya menjadi semakin menjadi-jadi. Dalam waktu tidak kurang dari dua tahun, pengemis sakti ini muncul menjadi salah satu datuk persilatan yang aneh dan gila. Karena ia bermusuhan dengan semua golongan baik hitam atau putih.
Entah sudah berapa banyak orang Wulin yang binasa di tangannya.
Mendengar kata "takut" dari mulut orang muda seperti De Hu, darah pesilat kelas satu ini terasa mendidih. Ia bisa saja gila, tetapi ia masih memegang teguh harga diri sebagai seorang ahli silat tingkat atas.
"Tikus Tienshan, jangan berlagak di hadapanku. Cepat katakan dimana kau
menahan cucuku, Li Fong, atau kubeset kulit serta dagingmu."
Matanya mengeluarkan sorot seperti mata oran gila, merah dan bergerak-gerak liar. Ada sinar kesedihan yang sangat dalam terbersit dari sorot mata itu.
"Pengemis tua she Hsing, bersiaplah membayar hutang " tangan harus dibayar
dengan tangan. Engkau membuntungi lengan kami, hari ini aku, Shi De Hu
bukannya memandang rendah orang tua, tetapi menagih hutang darah dari
seluruh saudara-saudara dari Tienshanbai. Majulah"..kecuali kau takut!"
Hsing Yi Tung sudah tidak bisa mengendalikan hawa amarah yang membakar
dadanya, maka dengan gerakan yang luar-biasa cepatnya, ia telah menyerang
delapan jalan darah yang paling berbahaya di tubuh De Hu.
De Hu mengenal betul kedasyatan ilmu pengemis sakti ini. Mendiang gurunya,
Shi De Yuan, masih tidak kuat menandingi kelihaian ilmu pengemis, sehingga ia berlaku sangat hati-hati.
Ia memainkan ilmu silat Tienshan yang sudah ia latih dengan matang untuk
melawan serangan ini. Perlu di ngat, De Hu bukanlah De Hu seperti tiga tahun lalu. De Hu sekarang adalah seorang pemuda gemblengan yang sudah
menguasahi intisari ilmu silat Tienshanbai secara sempurna. Semua gerakan
sederhana yang ia mainkan, menjadi ilmu silat yang lihai dan dasyat.
Gelombang tenaga sakti yang berubah-rubah dari gerakan pengemis sakti itu
dapat dengan mudah ditolaknya. Dari segi kecepatan, mereka nampak
seimbang, namun gempuran-gempuran kedua tangan pengemis sakti ini
menekan De Hu dari seluruh sudut, sehingga ia dibuat kelabakan.
Sedangkan Hsing Yi Tung merasa terkejut sekali melihat cara bersilat De Hu. Ia mengenal betul ilmu silat Shi De Yuan, shifu dari De Hu. Ilmu silat Tienshan juga dikenalnya dengan baik, tetapi yang membuat ia terheran-heran, cara bersilat De Hu sangat matang, sempurna gerakannya, dan dibarengi dengan kekuatan
sinkang yang dia rasa tidak berada di bawah tingkatnya sendiri.
"Lao Fo Yikai Yun (Buddha Tua menghalau awan) ?".!"
Sekonyong-konyong pengemis sakti merubah ilmunya. Ia menyerang De Hu
dengan gerakan tangan kanan seperti Buddha memberi berkat, sedangkan
tangan kirinya di taruh di dadanya. De Hu merasakan dadanya menjadi sesak
karena hempasan tenaga sakti seperti angin topan menyapu awan. Ia ingin
mengimbangi dengan ilmu simpanannya, namun ia kalah setengah jurus.
Sebelum ia mengubah ilmunya, tangan kanan pengemis sakti ini sudah
mengurungnya begitu rapat. Saat seperti inilah ia ingat apa yang dikatakan Yang Jing tentang ilmu ini.
"Hu Koko, pada saat engkau ditekan dengan jurus Lao Fo Yikai Yun, ingatlah
syair ini Langit terlihat seperti salju
Awan bergerak seperti danau api
Tangan dewa bergerak memisahkan salju
Kaki berputar membentuk sui lung shouzhang (kepalan naga air)
Pengemis sakti tangan kilat, Hsing Yi Tung, menguasahinya dengan sempurna,
namun Lao Fo Yikai Yun yang dimilikinya berbeda dengan yang aslinya.
Gerakan kakinya seharusnya berlawanan dengan sifat hawa murni yang
dikerahkan " ini yang dinamakan langit terlihat seperti salju. Apabila ia
menggunakan biankun (tenaga lembek), maka gerakan kaki harus membentuk
Yang shengshu (the vital principle of realising Yang), inilah yang disebut awan bergerak seperti danau api. Apabila tangan kanannya membentuk Chun Tin Choi (kepalan mengarah ke langit), maka gerakan kaki harus membentuk Ying
shengsu, dan pada saat yang bersamaan kaki berputar membentuk sui lung
shouzhang. Ilmu Lao Fo Yikai Yun dari si pengemis sakti tangan kilat memiliki kelemahan, yaitu pada kakinya, karena berlawanan dengan jurus asli yang
dicitakan oleh To Kak Siansu dari Bukit Menara Hijau di jaman dinasti Sung."
Ingat akan hal itu,De Hu melihat dengan jelas titik kelemahan ilmu Lao Fo Yikai Yun si pengemis sakti. Maka dengan gerakan yang luar-biasa cepatnya, ia
mengerahkan jurus simpanannya.
"Tienshan Luohanquan ".!" Serangan De Hu mengarah pada kedua kaki si
pengemis sakti. Tubuhnya merendah seperti Luohan mendaki bukit, pada detik


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelimabelas, ia melayangkan tendangan sembilan kali banyak dengan kekuatan
sinkang yang bukan kepalang dasyatnya.
"Paihu zhiu dui Quan (sembilan tendangan harimau putih)"!" Suara De Hu
menggelegar sama dasyatnya dengan tendangannya.
Pengemis sakti sangat terkejut melihat De Hu berhasil mematahkan Lao Fo Yikai Yun. Dan sebelum habis rasa kejutnya, ia sudah merasakan sembilan jalan
darah di bagian tubuhnya dihimpit oleh serangan De Hu. Ia sempoyongan, dan
tidak ada jalan lain selain meloncat sambil menjatuh diri untuk menghindari serangan dasyat itu.
Pengemis sakti itu berdiri dengan mata mencorong tajam sekali. Ada rasa kagum melihat kelihaian anak muda berlengan buntung ini.
"De Hu, ilmumu sudah maju sangat pesat, engkau lebih hebat dari gurumu
sendiri. Hmm "pantas, engkau bisa menculik Li Fong, cucuku. Namun, jangan
berpikir engkau bisa terhindar dari kebinasaan dari tanganku!"
Kini sikapnya serious, dan gerakan tangan dan kakinya berjalan makin lama
makin cepat dan di kuti oleh tubuh yang berputar seperti gasing. dari telapak tangannya keluar serangkum tenaga mujijat yang menderu-deru seperti air bah yang ditumpahkan begitu saja dari langit ke seluruh penjuru mata angin. Tanah di sekitarnya menjadi porak-poranda seperti dihantam badai dari atas dan
membentuk seperti corong tengkurap " inilah Buddha menabur hujan badai.
"Fo bo bao feng yu?""..!!!! Hiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaatttttttttttt?""..!"
De Hu terperanjat melihat serangan yang maha dasyat ini. Dari gelombang yang diakibatkan oleh ilmu, De hu sudah merasakan luar-biasa bagaikan air bah yang mengempur tanggul besar. De Hu cepat mengambil keputusan untuk
melancarkan Xing Long guan Shandong Quan (naga sakti membuka goa).
"Xing Long guan Shandong Quan ?"?"?"..!!!
Si naga sakti mendekam di bumi mulai mengeluarkan kedasyatannya. Gerakan
De Hu ini benar-benar mirip seekor naga sakti yang keluar dari pertapaannya.
Deru badai yang diakibatkan oleh Fo Bo Bao fengyu dipapaknya seperti naga
melejit menggulung lingkaran bara api.
Kontan terjadi ledakan yang memekakan telinga.
"Shuuuuut?"..blaaaaaaaaaaaaaaaarr!"
Gelombang tenaga sakti yang diakibatkan oleh fobo bao fengyu seperti
menembus masuk ke ruang hampa, ya..seperti mulut goa menerima hempasan
angin. "Aya?"?"?"!!"
Pengemis sakti itu terlempar sajauh tujuh tombak dengan tubuh terguncang
hebat. Dari mulutnya meleleh darah segar.
"Ahh" Xing Long guan Shandong Quan"muncul lagi di dunia persilatan"kau
hebat anak muda, namun aku belum kalah."
De Hu menatap mata pengemis itu dengan rasa hormat yang tinggi. Ia berkata di dalam hatinya
"Menurut Lie pek-pek, Sedikit sekali pesilat yang bisa bertahan terhadap
sergapan Xing Long guan Shandong Quan. Pengemis sakti ini sungguh sangat
hebat. Walaupun aku telah menggerahkan dua setengah dari jurus ini, ia masih bisa berdiri dengan segar,walaupun ia tidak bisa terhindar dari luka dalam."
"Hsing Lao qienbe (Orang gagah she Hsing) " sudahlah, aku tidak ingin
membunuhmu, serahkan salah satu tanganmu, kemudian aku pergi!" Kata De Hu
dengan tidak menutupi rasa kagumnya.
"Orang muda, engkau membuat aku sangat bahagia hari ini, bisa menguras
seluruh ilmu silat yang kupelajari dari aku masih kanak-kanak. Tidak mudah
untuk mencari kesempatan seperti ini. Kalau aku mati, aku akan mati dengan
mata tertutup dan senyum lebar. Marilah"!"
"Hsing Lao qienbe, aku dan kau tidak ada hutang jiwa, kenapa harus bertempur sampai salah satu di antara kita tergeletak mandi darah."
"Hmm..De Hu, apakah kau takut mati" Kalau kau takut pergilah"!"
"Hsing Lao qienbe, marilah ".!"
"jagalah! Jangan sekali-sekali menyerangku dengan Xing Long guan Shandong
Quan, jikalau tidak ingin kita berdua mati bersama-sama. Karena Xing Long
guan Shandong Quan diciptakan menjadi mempelai bagi ilmu ini, bukan sebagai lawan, jikalau engkau bersih-keras menggunakan ilmu itu, aku anggap engkau
orang yang paling pengecut yang hanya mau menukar selembar nyawamu untuk
merenggut nyawa orang lain. "
Sepasang tangan dan kakinya bergerak seperti menari-nari di angkasa, seperti tangan pematung yang sedang mengukir patung. Setiap gerakan memukul,
menusuk, memapras, mengkikis, dan mendorong selalu di kuti dengan bunyi
seperti beradunya dua benda keras yang dipukulkan secara bersamaan dan
pakaian pengemis sakti ini berkibar-kibar bagai tertiup angin puyuh.
De Hu tertegun menyaksikan ilmu yang sangat indah dan dasyat ini. Sedetik ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Pikirannya bekerja cepat sekali. Diam-diam ia telah mulai menggunakan ilmu ciptaan Zhang sanfeng, Kong Men quan
(jurus pintu gerbang kehampaan). Ia mempelajari ilmu ini dengan tekun dibawah asuhan Lie A Sang, karena ilmu ini adalah satu bagian murni dari Shenlong
Qiangxing Kongmen.
Tiba-tiba pengemis sakti itu menerjang De Hu, sambil berteriak nyaring:
"Fo Fen Da Hai (Buddha mengacau lautan) ?"?"?".!"
"Kong Men quan?"
De Hu mendesis lirih. Tangan tunggalnya dibuka lebar membentuk lingkaran-
lingkaran kecil. Tidak ada gelombang atau berciutan tenaga sakti yang
dikerahkan oleh anak muda ini. Namun lengan kirinya yang kosong itu, berputar membentuk lingkaran "lingkaran lebar. Pada detik selanjutnya, pertemuan dua tenaga sakti yang berlainan ini bertemu di angkasa. Jurus-jurus maut dan
berhawa luar-biasa kuatnya merembes keluar bagai sinar laser dari kedua
telapak tangan pengemis sakti, sedangkan lengan tunggal De Hu mencoba
menundukannya dengan tenaga lembek.
Makin lama semakin dasyat serangan-serangan pengemis sakti itu. Tanah di
sekitarnya menjadi berlubang dan pohon-pohon bertumbangan dan mencelat ke
segala arah. Pendekar-pendekar Kunlun itu pada lari semburat
menyembunyikan diri di balik batu. Sedangkan empat orang gagah yang dikuntit oleh De Hu sudah jauh-jauh lalu mendekam di bawah bukit kecil.
"Wow pertempuran yang maha dasyat "siapakah pendekar muda berlengan
tunggal itu" Pertempuran yang sering diceritakan tokoh-tokoh silat di dunia dongeng."
Kata mereka. De Hu terdesak hebat sekali, ia menjadi bulan-bulanan Fo fen Da Hai. Memang Fo fen da hai adalah salah satu ilmu yang sangat dasyat di dunia persilatan.
Telah menjadi rebusan orang Wulin pada ratusan tahun yang lampau. Kini,
pendekar muda berlengan tunggal ini mencoba menaklukkan ilmu ini dengan
Kong Men Quan. "Ha"ha"ha". Biarpun Zhang Sanfeng sendiri bangkit dari kematian, tidaklah
mungkin mengalahkan Fo Fen Da Hai dengan Kong Men Quan".!"
De Hu yang dalam terdesak itu mulai menjadi penasaran. Akibat dorongan rasa penasaran ini, sinkang dari ilmu Shenlong Qiangxing Kongmen (Dewa naga
mendobrak pintu kehampaan) bangkit dengan sangat cepat. Matanya mulai
memancarkan kilat yang sangat tajam. Tiba-tiba, tubuhnya sudah menekuk
seperti naga sakti mengkerut. Dalam waktu yang sangat cepat, naga sakti ini melejit-lejit, kadang tampak oleh mata, namun kerap kali hilang begitu saja, karena gerakkannya yang luar-biasa cepat dan dasyatnya.
De Hu masih sadar, sehingga hawa sakti di dalam tubuhnya tidak menjadi liar.
Kini dengan penuh keyakinan akan ilmu, tanpa sungkan ia menerjang pengemis
sakti itu dengan dasyat. Setengah jurus kemudian, De Hu berteriak dengan
suarat seperti naga membuka mulutnya.
"Shenlong Qiangxing Kongmen ?".!!! "
Karuan saja, Fo fen Da hai dihantam balik dengan menimbulkan suara seperti
dua kekuatan raksasa salaing beradu.
"Dessssssssssss?"?"".aahhhhhhhhhhhhhhh?"".!"
Tubuh pengemis sakti tangan kilat terlempar sangat keras sekali. Tubuh tua itu melayang sejauh sembilan tombak jauh ke arah sebuah pohon besar.
"Jangan bunuh kongkongku?"?".!"
Tiba-tiba sebuah bayangan merah menyambut tubuh si pengemis tua sebelum ia
membentur pohon besar. Bayangan merah itu mendarat dengan ringan sambil
menurunkan tubuh pengemis sakti yang tampak sudah sangat lemah dan darah
mengucur dari mulut dan hidungnya.
"Kongkong".kongkong".kongkong".kasihan sekali kau"kongkong, ini aku, Li
Fong!" Gadis baju merah itu yang ternyata adalah Li Fong itu menangis sedih melihat keadaan kakeknya yang kurus-kering.
"Oh Thian"maha adil"akhirnya aku bisa bertemu kembali dengan cucuku.
Fong zhi"kau sudah tampak matang dan dewasa"kemana saja kau" Aku tidak
apa-apa"pendekar muda itu sangat hebat"dia hebat"aku puas, bisa
menguras seluruh ilmuku, walaupun aku dikalahkannya, tapi aku puas."
Hsing Yi Tung tersenyum bahagia melihat Li Fong.
"Kongkong,"akan kubalas perlakuan orang itu terhadap kongkong.!"
"Jangan Fong Zhi, engkau bukan lawannya!!"
Tetapi Li Fong tidak mempedulikan larangan kakeknya. Dengan langkah lebar ia mendekati De Hu. Dua orang muda itu kini berdiri berhadap-hadapan. De Hu
yang berwajah sangat tampan dan gagah itu tertegun melihat Li Fong. Entah
kenapa, ia merasa sangat senang dapat bertemu kembali dengan gadis ini.
Sedangkan Lie Fong, seeorang gadis yang luar-biasa cantiknya. Matanya yang
bagaikan bintang itu juga nampak kaget melihat De Hu, pipinya menjadi sedikir merah.
"Kau"..kau".."
"Kau?"".."
"Mengapa engkau melukai kongkongku" Kenapa?"
"Nona, maafkan aku, kakekmu yang memaksaku untuk terus bertanding. Aku
hanya meminta salah satu tangannya saja, setelah itu aku akan pergi. Namun, kini, aku kagum terhadap kegagahan dan kehebatan Kongkongmu."
"engkau melukai kongkongku, aku sebagai cucunya akan menjadi cucu yang
tidak berbakti apabila aku tidak bisa membalasnya."
Tanpa menunggu jawaban De Hu, ia sudah menyerang De Hu dengan jurus-
jurus yang sama dengan ilmu si pengemis sakti.Tentu saja De Hu dengan
mudah bisa melawannya. Melihat De Hu yang ilmu sudah begitu matang, Li
Fong menjadi tidak sungkan-sungkan lagi.
Kini ia memainkan Fo Fen Da Hai dengan cara yang jauh lebih dasyat dari
pengemis sakti. Gerakannya lebih sederhana, namun kekuatan sangat hebat
sekali. Tanah dan pohon-pohon di sekitarnya tidak terkena pengaruh, namun
begitu De Hu bersentuhan dengan salah satu jari tangan Li Fong, ia merasakan tenaga sakti yang luar biasa hebatnya.
"Fo Fen Da Hai"tingkat pamungkas, oh Thian, Fong Zhi sudah menguasahinya.
Inilah Fo fen da Hai asli ciptaan Wang Ming Mien, si guci sakti. Wah "akan
celakalah kedua orang itu apabila ilmu itu beradu satu sama lain, kedua-
keduanya akan terluka parah, karena ilmu De Hu yang tadi masih satu sumber
dengan Xing Long guan Shandong Quan. Aku harus mencegahnya."
"Fong zhi, De Hu"kumohon berhentilah"jangan meneruskan pertempuran ini!!"
Mereka berdua kaget sekali mendengar teriakan pengemis sakti yang seperti
orang menangis itu. Tanpa terasa keduanya melayang cepat ke arah pengemis
sakti itu. Yang satu bersilah di samping kiri, dan yang satunya di samping kanan.
"Fong zhi, dengarlah " De Hu, tidak bersalah. Dia justru membawa Kongkong
pada kepuasan sebagai seorang pendekar sejati. Bertempur dengan De Hu tadi, kongkong jauh dari rasa benci, dendam, dan marah. Demikian juga De Hu, tidak memiliki rasa benci, dendam, ataupun amarah. Dari latar-belakang itulah kami pibu sebagai dua orang kesatria yang mencintai ilmu silat. Fong zhi, kongkong puas "kongkong bahagia. Kongkong lebih berbahagia lagi setelah bisa
berjumpa dengan kau kembali, dan kau sudah menguasahi Fo Fen Da Hai
sampai tingkat pamungkas"ha"ha"ha".betap puas hatiku."
"De Hu, maafkanlah aku, yang telah membuntungi lenganmu dan saudara-
saudaramu. Aku menyesal".maukah kau memaafkan aku orang tua ini De Hu?"
"Hsing Lao Qienbe, wanpwe " menerimanya. Wanpwe juga sangat kagum akan
kegagahan dan ilmu Loa Qienbe."
"Fong Zhi, De Hu maukah kalian mengabulkan permintaanku" Aku sudah lama
sakit, dan sakit itu semakin parah menggerogoti jantungku, aku sudah tidak kuat lagi bertahan hidup. "
"Kongkong "Kongkong, engkau akan sembuh?"
"Fong zhi, hapus air matamu, tidak baik gadis segagah dirimu menangisi aku
yang sedang dalam keadaan bahagia. Selama hidupku, aku tidak pernah
merasakan kebahagiaan, hanya hari ini, ketika berjumpa dengan De Hu dan
dirimu akan berbahagia"oh Thian ".terima kasih."
"Dengarlah".De Hu, maukah kau menyelidiki apakah yang sesungguhnya
terjadi pada diri anakku, pangeran Hsing Ta Siung. Ketahuilah, aku masih
paman dari kaisar Yongle, sedangkan anakku masih saudara misan dengan
Hongsiang. Maukah kau menyelidiki keadaannya bagiku?"
"guk..gukk" Pengemis sakti inibatuk sambil mengeluarkan darah segar.
"Kongkong"beristirahatlah?" kata Li Fong dengan mata berkaca-kaca.
"Fong Zhi, De Hu, kemarilah lebih dekat".aku"aaugh".aku"." Pengemis sakti
ini tidak bisa melanjutkan kata-katanya, keadaannya sudah sangat lemah sekali.
Cuman mukanya tampak tersenyum, dan dengan sekuat tenaganya ia menarik
tangan Li Fong dan De Hu, kemudian dipersatukan di dadanya. Sambil
tersenyum ia menatap kedua orang muda itu.
De Hu merasakan tangan Li Fong menjadi panas, walaupun wajahnya
mengucurkan air-mata, namun pipinya nampak berseri merah sekali. De Hu pun
juga demikian, tangan yang dibuat saling meremas dengan tangan Li Fong,
membuat dadanya berdebar-debar tidak karuan.
Tidak beberapa lama. Pengemis sakti tangan kilat, Hsing Yi Tung,
menghembuskan nafasnya. Kedua orang itu tercenung. Tanpa sadar mereka
dengan masih saling berpegang tangan, mereka membaringkan tubuh si
pengemis sakti perlahan-lahan.
Bab 10B : Fo fen da hai kembali muncul di Wu Lin
Begitu sadar bahwa sepasang tangan itu masih saling memegang satu sama
lain, Li Fong menjadi malu sekali. Dengan halus ia menarik tangannya dari
genggaman tangan De Hu.
"Hsing guniang, maafkan aku yang tidak sopan" Kata De Hu perlahan sembil
melepaskan tangan yang mungil halus itu. Warna merah, jengah, menjalar
hampir menutup seluruh wajahnya. Hatinya berdebar-debar tidak karuan.
Li Fong tidak menjawab sepatah-katapun karena kesedihan yang mencekam
jiwanya akibat kematian kakeknya yang sangat ia cintai. Ia tidak bisa
membendung lagi air-matanya, karena tiba-tiba runtuh begitu saja. Wajahnya
tampak menahan tangis. Bibirnya yang merah basah itu digigitnya keras-keras sehingga menimbulkan berkas tiga buah gigi di bagian bawah bibir itu.
De Hu merasa kasihan sekali. Karena didorong oleh perasaan menyesal karena
secara tidak langsung ialah yang menyebabkan kematian si pengemis sakti, ia mendekati Li Fong.
"Hsing guniang, kakekmu merindukan dirimu, siang dan malam. Menurut berita
yang kudengar, ia mengobrak-abrik sarang-sarang penjahat, perampok, bajak-
bajak laut, bahkan partai-partai besar di dunia Wulin karena menguatirkan
dirimu. Bahkan,kudengar ia menantang jago-jago Shaolin yang dituduh terlibat dalam penculikan dirimu. Kunlunbai, Gobibai juga tidak luput dari tangannya.
Jiwanya menjadi terguncang karena kesedihan yang sangat mendalam. Kita
dapat lihat juga dari kondisinya yang kurus, akhirnya,kakekmu terkena serangan jantung yang parah."
Maksud De Hu adalah menghibur Li Fong, tapi kata-katanya justru membuat Li
Fong bertambah sedih sehingga, karena, tidak tahan, ia menangis terisak-isak sampai sulit untuk bernafas.
"Kongkong"huk"huk"huk"kasihan sekali kau " ampuni Fong yang
meninggalkan Kongkong begitu lama. Kongkong".kongkong"!"
Kini tangisnya menjadi semakin mengharukan, membuat De Hu bingung tidak
karuan. "Hsing guniang"Hsing guniang"sudahlah, mari kita bahwa tubuh kakekmu ke
puncak Emeishan untuk dikuburkan di sana!"
"Tidak!...jangan sentuh kongkongku"tidak"kongkong tidak
mati".tidaaaaaaaaaakk".kongkong tidak mati?"tidaaaaaaaaaaaaak..!!!"
Sambil berdiri, ia menatap De Hu lekat-lekat, matanya dibanjiri dengan air-mata.
Keadaannya sungguh sangat mengenaskan. Wajahnya nampak sayu
dibungkusawan kesedihan yang sangat dalam.
"Tidak"kongkong tidak mati"huk"huk".huk"kongkong tidak mati?"
Tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas. De Hu cepat menyambar Li Fong yang
karena kesedihan yang berlebih-lebihan membuat ia pingsan. De Hu mengapit
tubuh Li Fong dengan tangan kanannya setelah menaruh mayat si pengemis
sakti di atas bahu kirinya yang buntung. Dengan bergerak secepat terbang, ia menuju ke puncak Emeishan di sebelah utara.
Ia menatap wajah jelita yang berbaring di atas jubahnya yang ia beber di atas rumput. Ia memandang bibir, hidung, telinga, dan dagu Li Fong. Ia sangat
terpesona melihatnya. Ingin ia mengusat tetesan air mata yang membasahi pipi gadis itu,dan menghibur dengan segenap jiwa-raganya. Sekonyong-konyong ia
menarik nafas dalam-dalam. Kemudianie menempeleng pipi kiri dan kanan keras sekali, sampai tampak empat buah jarinya membekas di kedua pipinya.
"Plak"plak".dasar De Hu manusia cacat yang tidak tahu malu " sudah
membunuh kakeknya, masih bermimpi muluk-muluk tentang seorang gadis
secantik Li Fong"iihh, dasar tak tahu diri"cacat buntung, dan tidak
berharga".plak"plak..!"
Ia tidak sadar, ketika ia menempeleng pipi kiri dan kanan untuk kedua kalinya, Li Fong menatapnya sambil terheran-heran.
"Hu dixiong, apakah yang terjadi dengan dirimu" Mengapa kamu memukul
dirimu sendiri. Aku dan kongkong tidak menyalahkan engkau. Aku tahu
kongkong sudah sakit parah pada waktu pibu dengan dirimu."
Li Fong berdiri di hadapannya, rambutnya tampak kusut, dan matanya menjadi
cekung, namun ia tidak menangis lagi. De Hu semakin terpesona melihat Li Fong demikian. Rambut-rambut kecil halus di pinggiran dahinya bergerak-gerak nakal tertiup angin, meciptakan pemandangan yang luar-biasa di wajah cantik itu.
"Hsing gunian, marilah kita mengubur jenasah kakekmu, jangan pikirkan diriku, aku tidak apa-apa." Katanya, lirih.
Li Fong menganggukkan kepalanya. Dengan menggunakan ranting pohon,
kedua orang muda sakti itu menggali lubang. Tidak kurang dari sepemanakkan
nasi, siaplah sebuah makam yang cukup dalam bagi si Pengemis Sakti tangan
Kilat, Hsing Yi Tung.
Dengan khidmat, De Hu dan Li Fong membaringkan tubuh yang masih
tersenyum itu. Dengan air-mata bercucuran Li Fong terpaksa meninggalkan
jenasah itu setelah untuk sekian kalinya De Hu mengingatkan perlunya
mengubur mayat kakeknya dengan cepat sebelum membusuk.
Akhirnya, selesailah proses penguburan itu. De Hu melemparkan sebuah batu
yang kebetulan berbentuk seperti bongpai, sebesar kerbau, dan di dirikan tegak di makam itu. Dengan satu jarinya yang berisi hawa sakti, ia menuliskan:
Hsing Yi Tung dashi zhun (kubur pendekar besar Hsing Yi Tung)
Wo bin yi duo bai (Kuil-kuilku sudah memutih)
Ci Shen ning jiu quan (tubuh telah berakhir saat ini)
Zhong dang yu tong xue (pada akhirnya kita akan berbagi kubur)
Wei si lei lian lian (waktu belum mati airmata terus berderai)
Mari kita kembali ke belakang untuk melihat bagaimana Li Fong tiba-tiba bisa muncul di Sichuan. Telah diceritakan dibagian depan bahwa gadis perkasa ini terjebak di Tanha Jian (penjara Goa Katak). Di dasar sumur inilah, Li Fong mulai merenungkan tiga ilmu: fo bo bao feng yu, fo zou chuang shan (langkah buddha membela gunung), dan Fo fen da hai (Buddha mengacau lautan)," yang sudah
dihafalkannya dengan baik, terutama fo zou chuang shan (langkah buddha
membela gunung). Dan betapa ia menjadi girang karena Ia merasa tenaga
sinkangnya meningkat hebat setelah tinggal lebih dari tiga bula di dasar sumur itu. Matanya menjadi sangat tajam, dan tiga ilmu silat itu dilatihnya setiap hari.
Pada bulan yang keempat, Li Fong melihat sesuatu yang menarik hatinya.
Hampir setiap hari ia menikmati daging katak hijau yang bukan main besarnya itu. Sungguhpun demikian, katak-katak itu bukannya berkurang, tetapi justru semakin banyak. Li Fong bisa membedakan siang hari atau malam hari melalui
tingkah-laku katak-katak hijau itu. Dia memperhatikan, pada waktu malam tiba, katak-katak itu pergi meninggalkan sumur tersebut, dan kembali pada waktu
siang hari. Kembalinya mereka ke dalam sumur bukannya satu persatu, tetapi
mereka bermunculan hampir bersamaan waktunya.
Li Fong terus meneliti dinding sumur itu untuk mencari kemungkinan adanya
lubang besar yang membawa katak-katak itu masuk kedalam sumur. Namun, ia
tidak menemukan tanda-tanda adanya lubang karena sumur itu terbuat dari batu yang besarnya memenuhi seperempat markas Hung Hua Bai. Li Fong mulai
putus harapan untuk bisa keluar dari lubang sumur itu.


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saking lelahnya ia berlatih dan mencari jalan untuk keluar dari sumur itu, Li Fong jatuh tertidur tidak jauh dari kolam. Ia dibuat terbangun ketika seekor katak besar melompat dan hinggap di atas kepalanya. Karuan saja kepalanya melepot
lumpur yang berbau amis. Li Fong bangun dan melihat katak-katak itu
bermunculan melalui kolam cetek yang penuh lumpur itu. Tidak ayal lagi, Li Fong berkesimpulanbahwa dibalik lumpur di kolam cetek pasti ada sebuah lubang.
Namun kemana arahnya"
Li Fong berpikir keras. Suatu malam, ia menangkap delapan belas katak yang
paling besar dan di kat dengan tali yang biasa dipakai untuk mengerek makanan.
Ia juga mengambil dua buah guci yang berisi lumpur dari kolam itu, dan di katnya guci-guci itu dengan tali-tali itu. Tepat pada saat katak-katak lain mulai melompat ke dalam kolam kemudian menghilang, Li Fong kemudian menaruh sepasang
Harpa Iblis Jari Sakti 18 Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung Pedang Ular Mas 17
^