Pencarian

Penelitian Rahasia 4

Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Bagian 4


kakinya ke dalam guci-guci itu seperti orang memakai sepatu, dan segera
melepaskan delapan-belas katak-katak besar tersebut.
Begitu dilepas, katak-katak raksaksa itu melompat ke dalam kolam, demikian
juga dengan Li Fong, ia menggerakan gingkangnya mengikuti tarikan tali yang mengikat katak-katak itu. Betapa terkejutnya ia ketika tubuhnya terseret
bukannya ke arah atas, namun justru meluncur turun. Ia merasakan adanya
sebuah terowongan yang penuh dengan lumpur sebesar tubuh manusia. Li Fong
menahan nafas, berusaha tidak melawan ketika katak-katak itu menyeret
kakinya yang terikat guci-guci itu dan terus meluncur ke bawah sumur.
Hampir saja Li Fong tidak bisa bertahan lagi sebab ia merasakan betapa
dalamnya ia memasuki terowongan itu. Ketika katak-katak itu menyeret dia ke dalam, ia merasakan arah agak membelok dan datar, Li Fong sudah tidak bisa
bernafas lagi, karena ketebalan lumpur di tempat berlipat-lipat lebih tebal dari tempat sebelumnya. Ia sudah setengah pingsan dengan tubuh masih diseret-seret oleh delapan-belas katak-katak itu. Tiba-tiba ia merasakan katak-katak itu sudah tidak bergerak lagi, Cuma kedengaran suara-suara mereka yang luarbiasa ramainya, seperti pasukan katak menyambut datangnya bulan purnama.
Segera Li Fong mengucek-ngucek matanya, dan membersihkan lumpur yang
memenuhi wajahnya lebih dulu. Ketika ia bisa melihat lagi, ia merasakan bahwa ia berada di sebuah goa. Dengan cepat ia memeriksa keadaan tempat itu.
"Goa kosong ".di manakah aku saat ini. Aah"sepertinya aku berada di tengah
hutan belantara!" Dengan tetap mengenakan sepatu dari guci-guci yang ia
temukan di kolam katak tadi, Li Fong segera melompat keluar goa. Betapa
girang hatinya, karena ia telah berada di luar Tanha Jian. Karena keadaan sudah gelap gulita, karena mendung tebal tiba-tiba memenuhi langit, Li Fong segera kembali ke dalam goa itu. Benar saja, hujan yang sangat lebat tiba-tiba turun dan membawa suasana yang begitu mengerikan. Belum pernah Li Fong mengalami
hujan yang begitu dasyat sebelum. Segera Li Fong mengambil buntalannya yang masih nongkrong di pundaknya, ia membersihkan tubuhnya dengan air hujan
dan berganti pakaian. Ia memeriksa isi buntalannya dengan teliti, seolah-olah takut ada yang rusak. Ia nampak bernafas lega.
Esok paginya, Li Fong segera akan berkemas untuk meninggalkan goa itu. Ia
sudah memakai pakaian ringkas berwarna merah, dan melepaskan guci-guci itu
dari kakinya untuk mengenakan sepatunya.
"Guci-guci buruk rupa"terima kasih, kalian telah menolong aku keluar dari
nerakaTanha Jian, sehingga kakiku tidak terbentur batu-batu gunung yang tajam ketika merobos terowongan tadi malam."
Ia mengambil guci-guci itu untuk disimpan dalam buntalannya. Kini guci-guci itu sudah bersih karena air hujan, sehingga tampak warna, ukiran, dan bentuk
aslinya. Li Fong tertarik sekali melihat ukiran dan tulisan-tulisan lembut di atas guci tua dan buruk itu. Diambilnya guci itu untuk mengetahui tulisan-tulisan kecil lembut yang tertera seperti ukiran itu.
Aku, Wang Ming Mien, meninggalkan Fo fen da hai (Buddha mengacau lautan) kepada orang yang bisa melihat keindahan dari wujud yang nampak buruk. fo zou chuang shan menerobos lubang yang paling kecil, fo bo bao feng yu seperti api yang membakar segala yang nampak buruk.
Li Fong menjadi sangat terkejut, "Wang Ming Mien, si Guci sakti?" Ia
meninggalkan Fo Fen Da Hai" Ah?".betulkah ini guci terakhir buatan si Guci
Sakti?" Li Fong semakin terheran-heran, karena ia tidak menemukan hal-hal yang luarbiasa selain tulisan itu. Ia tidak jadi meninggalkan goa itu, ia menggunakan waktu berhari-hari untuk mengotak-atik guci-guci itu, namun sudah lima hari usaha tidak membawa hasil apa-apa.
?"melihat keindahan dari wujud yang buruk ".fo zou chuang Shan menerobos lubang kecil " fo bo bao feng yu membakar?"?" Apakah artinya ini"
Aha"..hi"hi..hi" si Guci Sakti betul-betul menguji ketekunan, kesabaran, dan kecerdasan penemu guci ini"hi..hi"hi aku mengerti"ya, aku mengerti."
Li Fong tertawa-tawa seperti anak kecil yang menemukan mainannya yang
hilang. Sekonyong-konyong ia menyambar kedua guci itu, dari sebuah titik kecil yang terletak di tengah-tengah tubuh guci itu itu Li Fong menggerakan tenaga Fo zou chuang shan. Tiba-tiba terdengan suara
"Kraak?"
Lapisan luar kedua guci itu terbuka. Li Fong terbelalak karena rupa guci itu kini betul-betul sangat buruk. Warnanya gelap dan bentuknya tidak karuan. Tiba-tiba Li Fong melompat ke atas, satu guci dipeluk dengan tangan kiri, sedangkan
tangan kanannya membentuk Buddha menghalau sarang burung. Dari tangan
kanannya menyeruak arus hawa panas akibat dari ilmu Fo zou chuang shan.
Selesai satu guci, dilanjutkan dengan guci yang kedua. Demikian seterusnya
sampai enam atau tujuh kali.
Sambil mengusap peluhnya, Li Fong memperhatikan guci itu telah berubah
sama-sekali. Dua guci itu muncul menjadi guci yang sangat indah. Jelas sekali guci itu dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang yang betul-betul ahli. Dari leher kedua guci sampai ke tubuh, penuh dengan ukiran indah yang jikalau
diperhatikan dengan teliti ternyata terdiri dari huruf-huruf halus yang indah dan gagah penulisannya. Mata Li Fong menjadi terbelalak, sebab ia melihat catatan lengkap dari tiga ilmu yang sedang ia latih dengan tekun selama ini.
Terbukalah mata hati Li Fong tentang rahasia tiga ilmu yang ia dalami dan latih selama ini. Dengan membaca tulisan si Guci sakti, ia kini menemukan titik lemah tiga ilmu yang dimiliki oleh Kongkongnya dan diwariskan kepadanya itu. Setiap hari ia berlatih ilmu itu. Dan nampak aneh, setiap satu minggu sebaris huruf itu terhapus dengan sendirinya. Maka Li Fong tidak bisa membuang-buang waktu,
setelah ia betul-betul menghafal setiap kalimat baru ia berani meninggalkan guci itu untuk kemudian melatihnya. Tidak terasa ia menghabiskan waktu di goa itu hampir tiga tahun lamanya.
Demikianlah akhirnya Li Fong dapat menguasahi tiga ilmu itu dengan sempurna, terutama Fo fen da hai (Buddha mengacau lautan) yangmenghilang dari dunia
persilatan bersama dengan menghilangnya si Guci Maut dari dunia persilatan.
"Hsing Guniang, kalau boleh tahu, kemanakah kau akan pergi?"
"Namaku Hsing Li Fong"bukan Hsing guniang!" Kata Li Fong. "Panggil saja
namaku, kenapa?" Saat ini aku tidak tahu kemana akau akan pergi, yang jelas aku ingin berkelana untuk mencari pengalaman. Bagaimana dengan dirimu, Hu
dixiong?" "Aku sedang ada urusan perguruan untuk mencari para datuk sesat yang telah
menghancurkan Tienshanbai dan membunuh shifu dan murid-murid Tienshan."
Mereka berjalan bersama turun dari Emeishan. Sesampai di perbatasan kota
Chengdu, mereka suara pertempuran di dekat sebuah rumah makan.
"Trang".trang"hiaat"iblis bermulut kotor, kalau hari ini aku tidak bisa
membasmi dirimu maka akan percumalah aku hidup." Bentak seoranga gadis
berbaju kuning.
"Ho..ho"ho..di kota raja engkau mengandalkan pasukan jendral Gan Bing untuk mengeroyokku, di tempat ini "ho"ho"jangan harap."
Pemuda ceriwis itu adalah Xue Jia Qiongmo. Kali ini ia tidak sendirian, sebab tampak juga di rumah makan itu Pohai Toat beng lomo, Chu hung Kiau, dan
gurunya, Hunghua Laomo, yang perawakannya sangat luar-biasa, saja.
Jubahnya juga berwarna merah, ia memegang sebuah tongkat yang terbuat dari
lagom yang mengeluarkan sinar kehijauan.
Gan Juen Ai menyerang Xue jia qiongmo dengan ilmunya yang sudah dilatih
secara matang setelah menerima petunjuk dari Yang Jing. Serangan-
serangannya sangt hebat dan semakin lihai. Pemuda ceriwis ini menjadi keteter dan tidak bisa berbuat banyak.
Melihat sahabatnya kewalahan menghadapi gadis cantik berbaju kuning ini,
Hung Kiau segera maju membantu.
"Dasar pemuda-pemuda busuk yang tidak punya malu, main keroyok lagi."
"He"he"he"ada ikan secantik dirimu, tentu saja kami akan saling berbagi,
menikmati kebahagiaan bersama-sama"dan tentu saja nanti di tempat
penginapan juga menikmati dirimu bersama-sama"he..he"!"
Dengan terjunnya Hung Kiau membantu, maka keadaan menjadi sangat
berbahaya bagi Juen Ai. Karena kedua pemuda itu adalah murid-murid datuk
sakti, maka tidak ayal lagi, Juen Ai menjadi kewalahan menghadapi tangan-
tangan kurang-ajar itu.
Pada saat yang berbahaya itulah, De Hu dan Li Fong melihat peristiwa ini.
Segera De Hu melayang, dan sekali tangan buntungnya menyambar, maka
buyarlah pengeroyokan itu.
"Hu Koko"teriak Juen Ai dengan girang, sambil melompat mendekati De Hu."
Wajah Juen Ai bersinar-sinar penuh kebahagiaan melihat De Hu.
Bab 10 C: Cinta yang Membawa Penderitaan
"Hu dixiong, kau urusi Gan Juen Ai, gadis puteri paman Gan yang memanggilmu Hu koko dengan manja itu, sedang pemuda baju merah dan Hung hua Laomo
adalah urusanku. Aku memiliki perhitungan pribadi dengan mereka berdua."
Muka Li Fong tampak tidak senang waktu menyebutkan nama Gan Juen Ai,
walaupun wajahnya tampak tersenyum manis. Senyuman inilah yang menjadi
tanda bahwa gadis jelita ini sedang marah. Matanya mencorong menatap dua
orang yang disebutkan namanya tadi.
"Chu Hung Kiau manusia busuk! Di mana-mana mencelakakan orang!"
"Swiir ".plak"..plak".desssssssss?""..augh".iblis kuntilanak darimana
yang datang-datang menyerangku!"
"Ya, memang aku iblis kuntilanak merah yang akan segera merenggut nyawa
busukmu." Hung Kiau menoleh kepada orang yang menampas pipinya dan sekaligus
menggedor dadanya dengan hawa sakti yang hebat itu. Betapa terkejutnya ia
ketika melihat Li Fong yang ia penjara di Tanha Jian.
"Hei "kau".bagaimana bisa keluar dari Tanha Jian" Apakah kau arwah yang
gentayangan?"
Wajah Hung Kiau pucat pasih melihat Li Fong, pikiran tahyul berkecamuk di
otaknya, sehingga dalam waktu sejenak ia seperti kehilangan ilmu silatnya, dan menjadi ketakutan seperti anak kecil.
"Anak bodoh!! Itu bukan kuntilanak"ia gadis siluman yang bisa lolos dari Tanha Jian, ayo sekarang jangan buang waktu lagi, bereskan gadis siluman itu."
Sekonyong-konyong Hung Hua Laomo sudah berdiri di samping anaknya.
"Baik anak atau bapak sama busuknya, kenapa tidak maju berdua saja supaya
aku tidak usah banyak membuat waktu dan tenaga."
"Gadis bosan hidup rasakan ini!"
Kini Hung Kiau tidak ragu-ragu menyerang Li Fong dengan ganasnya.
"Hmm"pemuda busuk"kali ini jangan mimpi bisa lolos dari tanganku!" Dengan
tenang Li Fong menyambut serangan itu dengan kedua tangan terbuka. Cara dia bersilat jauh berbeda dengan tiga tahun yang lalu. Dari desiran angin kibasan tangannya, dapat dirasakan Li Fong kini memiliki sinkang mujijat akibat dari daging kodok yang hampir tiga tahun menjadi makanan utamanya. Tanpa ia
sadari, Li Fong telah menghimpun Yangkang yang luar-biasa kuatnya.
Begitu kedua tangan Li Fong memapak serangan Hung Kiau, pemuda bermoral
rendah ini terpental sejauh dua tombak. Rasa terkejutnya bukan kepalang! Dari rasa penasaran dan malu berubah jadi kemarahan yang meluap-luap.
Serangannya menjadi ganas dan tidak mengenal malu lagi.
"Hunghua sin xuefung (bunga merah angin salju)"..!!!! mampuslah kau gadis
siluman"hiaaaaaaaaaaaatt!"
Li Fong merobah kedudukan tangannya, gadis ini tidak mau memberi hati
kepada pemuda ini. Gerakannya yang sudah menyatu dengan ilmu fo bo bao
feng yu mendesak Hung Kiau begitu hebat, sehingga pemuda ini menjadi
kalang-kabut. "Cus"cus".!"
Terdengar suara seperti api membakar lapisan es ketika tangan Li Fong
menghajar pemuda ini dengan hebatnya. Pada jurus yang ketigapuluh dua, Li
Fong yang ingin menghabisi hidup pemuda busuk ini, mengirimkan serangan
yang seperti kilat cepatnya dibarengi dengan hawa telapak tangan Dewa yang
bukan kepalang hebatnya.
"Serahkan nyawamu!" Seru Li Fong
"Desssssss?""..ahhh?"ayah toloooooong!!"
Tubuhnya terlempas keras ke arah tembok rumah makan. Untunglah pada saat
yang tepat, Hung Hua Laomo sudah menyambut tubuhnya. Hung Kiau
memuntahkan darah segar, dan dadanya menjadi sesak.
"Huaak".huaakkk".ayah, gadis itu menjadi lihai sekali!"
"Bukan dia yang lihai, tapi kamu yang telah menjadi goblok".plak"plak"!"
Tidak ayal lagi, muka Hung Kiau menjadi merah biru dihajar oleh ayahnya yang marah dan malu itu.
Tanpa bicara lagi ia berdiri berhadapan dengan Li Fong.
"Gadis siluman"engkau sudah melukai anakku, berarti engkau harus mampus
di tanganku!" Seru Hunghua Laomo murka. Iblis berambut riap-riapan dan
berkaki satu itu menyerang Li Fong dengan tongkat besi hijaunya. Serangannya luar-biasa ganas dan dasyatnya.
Kemana tubuh Li Fong berkelebat, tongkat itu seperti memiliki mata yang terus mencecar susul-menyusul luar-biasa cepat dengan kuatnya. Inilah serangan
tongkat yang amat berbahaya. Hawa beracun yang ditimbulkan oleh tongkat itu membuat Li Fong harus berhati-hati.
"Lau Fo Yikai Yun (Buddha Tua menghalau awan) !?""
Li Fong dengan tenang memainkan laufo yikai yun untuk menahan serangan
tongkat yang bertubi-tubih itu. Tenaga saktinya bergerak lembut, tetapi
menggiriskan, karena getaran gempurannya yang bersifat tajam bagai sembiluh.
Li Fong yang kini memiliki tenaga sinkang tarap yang sangat tinggi itu dengan berani menyambut tongkat itu dengan tangannya. Setiap tongkat itu bertemu
dengan tangannya, terdengat suarta "blum"blumm?" seperti tongkat masuk ke
dalam air. Memang laufo yikai yun itu melunak ketika digempur, namun akan
berubah menjadi sangat tajam ketika dipakai untuk menyerang.
"Siuuut"jrees"jrees?"
Entah sudah berapa kali tongkat hijau tua bertemu dengan telapak tangan Li
Fong. Semula Hunghua Laomo sangat gembira ketika telapak tangan yang putih
halus itu menyambut tongkatnya, namun setelah ia menunggu, tetap tidak ada
reaksi apa-apa, manusia beracun sangat terkejut. Ternyata racun mahakuat
yang membungkus tongkatnya itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap diri Li
Fong. Apakah yang sesungguhnya terjadi"
Hal ini tidak mengherankan. Li Fong sebenarnya sudah makan racun dari segala racun jahat pada masa itu, yaitu racun katak lumpur hijau. Di dalam darah katak lumpur hijau itu terkandung racun yang sangat ditakuti. Namun pada saat yang sama, di dalam tubuhnya tertanam antibody terhadap racun jenis itu ketika ia makan daging dan kulit katak-katak itu. Oleh sebab itulah, tidak mengherankan apabila racun bunga merah yang berada di seluruh tubh tongkat itu tidak
berpengaruh apa-apa terhadap diri Li Fong.
Melihat racun tongkatnya tidak berfaedah, iblis tua itu kini mengeluarkan ilmu simpanannya. Sekonyong-konyong tubuhnya bergerak sempoyongan, seperti
pohon yangliu tertiup angin. Seperti ia sudah loyoh dan kehabisan tenaga,
namun sesungguhnya ia sedang menggerakkan ilmu dasyat yang disebut
Hungxie dai feishuang (Kalajengking merah menyergap elang terbang). Sebuah
jurus silat yang sangat berbahaya karena penuh dengan tipu muslihat kejih.
Li Fong memang sudah mewarisi ilmu silat yang sangat tinggi dan mujijat,
namun ia masih miskin dan hijau soal tipu muslihat kejih di dunia kangauw.
Begitu ia melihat si Iblis tua itu sempoyongan, dengan secepat kilat, ia
melancarkan jurus ke limapuluh tujuh dari Lau Fo Yikai Yun.
Namun betapa terkejutnya, ketika hawa maut yang tajam seperti pisau hendak
mengena di perut lawan, tiba-tiba lawannya bergerak meliuk seperti kalajengking menyengat. Serangannya begitu dasyat dan sangat cepat menyerang uluh-hati
Li Fong. Li Fong yang tidak menduga akan diserang begitu rupa menjadi tidak siap, tidak ayal lagi dadanya kena pukulan kejih itu. Tubuhnya terjengkang
dengan keras, dan muntah darah.
"Li Fong "..!!"
Tiba-tiba De Hu melompat menerjang si Iblis tua itu ketika ia melayangkan
serangan maut untuk mengakhiri hidup Li Fong.
"Plak..plak".desss..!!"
Tubuh Iblis itu terlempas empat tombak ketika De Hu menahan serangannya
sambil menggerahkan tenaga sakti Xing Long guan Shandong Quan. Akibatnya
sungguh luar-biasa, tubuh datuk sesat itu terlempar seperti pohon tumbang
dihantam angin badai. Tubuhnya terlempar ke dalam dapur rumah makan,
sehingga menimbulkan kerusakkan. Hunghua Laomo melompat keluar sambil
menghapus lelehan darah dari mulutnya. Ia menatap De Hu dengan tajam
"Xing Long guan Shandong Quan ". Siapakah kau pemuda buntung" Ada
hubungan apakah engkau dengan Shi Kuang Ming, si pendekar Tienshan?"
Tetapi De Hu tidak menjawab pertanyaan.
"Enyahlah dari tempat ini, sebelum habis kesabaranku!" Kata De Hu
mengancam. "He"he"he"pendekar lengan buntung dari Tienshan unjuk kesombongan di
hadapanku, mana boleh kudiamkan begitu saja!"
Pohai Toat Beng Laomo tiba-tiba sudah berdiri di samping Hunghua Laomo. Dari sikap ini saja dapat diketahui ia rada jerih terhadap De Hu sehingga ia tidak langsung menyerang,melainkan menunggu sampai Hunghua Laomo siap.
Tiba-tiba De Hu merasakan lengannya gatal-gatal, dan betapa terkejutnya ketika ia melihat lengannya sudah berubah warna menjadi hitam kemerah-merahan.
Melihat lengan De Hu berwarna seperti itu, Li Fong segera sadar, De Hu terkena racun jahat bunga merah.
"Hu dako," katanya lirih, "Engkau terkena racun manusia jahat itu!"
Ada perasaan bahagia berlari-lari memasuki hatinya ketika ia mendengar Li
Fong memanggil "Hu dako". Ia menatap Li Fong sambil tersenyum.
"Mari kita lawan manusia-manusia busuk itu,walaupun aku terkena racun, tetapi aku masih bisa bertahan. Kita satukan ilmu kita, aku akan menyerang dengan
Xing Long guan Shandong Quan dan kau menyerang dengan Fo Fen Da Hai
(Buddha mengacau lautan)."
Li Fong tersenyum. Ia masih ingat perkataan kakeknya:
"Fong zhi, Fo Fen Da Hai (Buddha mengacau lautan) diciptakan untuk menjadi
mempelai Xing Long guan Shandong Quan. Keduanya tidak boleh saling
berbenturan, namun harus dipersatukan. "
Mengingat itu wajahnya menjadi merah jengah.
"Fong " mengapa wajahmu merah padam, sakitkah dadamu?" Sebenarnya De
hu hampir memanggilnya "Fong Mei-mei" namun lidahnya terasa kaku dan tidak
bisa digerakkan.
"Hu Dako, aku tidak apa-apa, mari kita gabungkan kedua ilmu itu!"
Li Fong mulai memainkan ilmunya,sepasang tangan dan kakinya bergerak
seperti menari-nari di angkasa, seperti tangan pematung yang sedang mengukir patung. Gerakannya sangat indah dan menimbulkan hawa getaran yang luarbiasa dasyatnya. Sedangkan De Hu berada di tempat sebaliknya, ia seperti naga mendekam dengan tangan kanan menekuk sejajar dengan tubuhnya, sedangkan
kaki kirinya menjulur ke belakang untuk mengimbangi kaki kanan yang ditekuk dekat dengan lengannya. Gerakannya seperti naga yang melejit-lejit.
Ketika kedua ilmu bergerak bersama-sama, kedua sifat ilmu ini menjadi sangat harmoni dan kedua hawa sakti seperti menyatu menjadi hawa algnit dan bumi
digabung menjadi satu. Bukan main dasyatnya.
Ketika kedua orang datuk itu melihat gerakan kedua pendekar muda itu, mulut mereka berbisik-bisik.
"Ah" Xing Long guan Shandong Quan bergerak bersama-sama ilmu"ilmu".ah
itu..itu" Fo Fen Da Hai ciptaan Wang Ming Mien, si Guci sakti"mana bisa ini terjadi lagi setelah ratusan tahun ilmu itu tidak pernah bergabung?"
Melihat kedua datuk itu hanya bingung, Chu Hung Kiau dan Xue Jia Qiongmo
mendahului menyerang. Melihat murid dan anaknya sudah mulai menyerang,
kedua datuk itu juga bergerak menyerang dengan senjata masing-masing. De
Hu dan Li Fong diserang dari empat jurusan. Semuanya adalah jurus maut yang jie mengena akan membawa kematian yang mengerikan.
Li Fong membungkus keempat orang itu dari atas, sedangkan De Hu
menggempur dari bahwa. Kedua ilmu mujijat itu merupakan ilmu silat yang sulit dicari tandingnya pada masa itu, mana bisa kedua pemuda busuk itu bertahan
dari hawa sakti yang terpancar tubuh kedua pendekar muda itu.
Sebelum serangan mereka mengenahi sasarannya, tubuh mereke sudah
terlempar jauh-jauh dari arena. Sedangkan kedua datuk sesat itu harus
menggunakan seantero tenaga saktinya untuk mengirimkan serangan kejih
kepada duaorang itu. Namun mereka seperti menghadapi dinding hawa sakti
yang tidak kelihatan, dan kedua ilmu itu menyerang mereka begitu dasyat
sehingga kaki tunggal dari Hunghua Laomo hancur, sedangkan kedua lengan
Pohai Laomo hancur luluh tidak kuat menghadapi daya serang kedua ilmu itu.
Kedua datuk sesat itu jatuh ke tanah hampir bersamaan. Mata mereka mendelik penuh dengan dendam dan kebencian. Hawa kematian menyelubungi kedua
wajah datuk itu.
"Kami sudah kalah"mau bunuh, silahkan bunuh. Jikalau kalian tidak membunuh
kami hari ini, tiga tahun lagi kami akan muncul untuk menjadi iblis bagi hidup kalian "ha"ha"ha"ayo bunuh"ha"ha".."
Kedua datuk itu tertawa-tawa seperti Iblis. Tiba-tiba Xue Jia Qiongmo berteriak dengan suara keras.
"Berhenti ".selangkah saja kalian maju, maka akan kubunuh gadis ini!"
Ternyata ia telah menotok Juen Ai tidak berdaya. Ia mencengkram ubun-ubun
Juen Ai dengan tangannya. Sekali cengkram, maka akan tercerai-berailah isi
kepala Juen Ai.
Juen Ai yang lagi terlolong-lolong melihat keindahan gabungan ilmu silat De Hu dan Li Fong, sehingga ia tidak sadar kedua pemuda bergajul itu menyerangnya dari belakang.
De Hu dan Li Fong menjadi tidak berdaya ketika kedua datuk itu pergi membawa Juen Ai yang tertawan oleh Xue Jia Qiongmo.
Juen Ai menatap De Hu dan Li Fong silih-berganti, seolah ia inging
mengucapkan sesuatu.
"Jikalau engkau mencelakainya, aku bersumpah akan mencari kemana pun
kalian berada, dan kuhancur-leburkan isi perutmu."
Kata De Hu geram atas kelicikkan Xue Jia Qiongmo dan Chu hung Kiau.
"He"he"asal engkau menurut, mempelaimu akan selamat"he"he"sudah
dapat bidadai merah, masih meninginkan bidadari kuning, selamat tinggal!"
De Hu merasa sangat malu mendengar omongan beracun itu.
"Hu Dako kenapa tidak segera menolong mempelaimu?"
Kata Li Fong, tiba-tiba, setelah mereka pergi.
"Fong"..ah.."
"Plak"!" De Hu menampar mulutnya sendiri ketika ia tidak sanggup memanggil


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Fong Mei-mei.
"EEhhh"kenapa marah-marah sama diri sendiri, karena kekasih dibawah lari
orang?" Kata Li Fong sambil tersenyum manis sekali. Melihat ini, De Hu menjadi nekat.
"Biar apapun yang terjadi akan kuhadapi nanti."
Katanya dalam hati.
"Fong Mei-mei ".." Katanya lirih.
Li Fong terkejut setengah mati ketika de Hu memanggilnya "dinda Fong."
Tubuhnya menjadi gemetar, tangannya terasa dingin, dan wajah berubah
sebentar merah sebentar putih pucat. Dia diam dan tidak berani menatap wajah De Hu.
Ia merasa berdebar-debar tidak karuan, sehingga timbul perasaan jengah yang sulit diatasinya. Tiba-tiba ia melesat pergi meninggalkan De Hu. Sayup-sayup De Hu mendengar seduh-sedan ketika Li Fong melesat pergi terburuh-buruh
sehingga meninggalkan buntalannya di dekat De Hu tersungkur.
"Fong Mei-mei".berhenti dulu"maafkanlah kelancanganku tadi ".Fong Mei"!"
De Hu berusaha mengejar, namun ia tidak berdaya karena racun yang ada di
lengansudah menjalar cepat. Kepalanya menjadi pening. Seperti orang gila, ia menyambar buntalan Li Fong dan berlari-lari cepat sekali menuju ke arah
selatan. "Fong Mei-mei maafkanlah aku, aku tidak tahu diri"pemuda cacat, buntung
seperti aku ini, bagaimana layak mencintai gadis cantik jelita seperti dirimu. Oh
"Fong Mei"maafkanlah aku." Ia berlari terus seperti orang gila. Wajahnya
menjadi merah kehitam-hitaman akibat racun bunga merah itu.
Bab 11: APAKAH KEADILAN ITU"
Lie Sian memasuki kota Xining di propinsi Qinghai, suatu daerah yang dikuasai oleh Lama jubah kuning. Limabelas li sebelum memasuki Xining, Lie sian harus melewati sebuah lembah yang berdekatan dengan danau besar. Danau air asin
yang luasnya 4556 meter persegi. Danau besar ini biasa disebut danau Qinghai.
Sebelah selatan danau ini tampak membujur luas hutan liar yang berhawa dingin menusuk. Dengan riang Lie Sian memasuki hutan lebat ini untuk menuju ke kota Xining. Wajahnya yang cantik rupawan itu menyinarkan kejenakaan dan
keluhuran budi. Tubuhnya yang indah itu bergerak sangat gesit menembus
halimun pagi. Walaupun masih remaja, namun bentuk tubuh dan wajahnya
sudah tampak dewasa.
Keangkeran hutan lembah Qinghai ini tidak membuat ciut hati dara remaja
perkasa ini. Ketika ia melewati sebuah sungai yang banyak ditumbuhi pohon-
pohon bambu, ia berhenti dan mengamat-amati keindahan alam.
"Aduh " tempat ini tidak kalah indah dengan tempat kediaman suhu, Rongzhan
Pubu (air terjun permadani)"aduh"aduh"indahnya bambu-bambu itu. Baiklah
kuambil satu yang terbagus untuk suling."
Dengan mata bintang yang berseri-seri, Lie Sian memapras sebuah bambu yang
tampak lurus, kekuning-kuningan, dan berserat indah dengan tangannya.
Tangan yang halus dan putih bersih itu tidak nampak menemui kesulitan
mengambil bambu itu. Dengan cekatan sekali, Lie Sian mengeluarkan sebuah
golok pendek bersinar hijau dari balik bajunya, dan memakainya untuk membuat sebuah suling.
Gerakan tangannya bekerja seperti seorang ahli suling yang berpengalaman.
Dengan sangat hati-hati ia mengukur setiap lubang . Tidak beberapa lama
kemudian, dara cantik ini sudah menyulap bambu itu menjadi suling yang indah bentuk dan buatannya. Dengan tenang Lie Sian duduk di bawah sebuah pohon
yang rindang,dan mulai meniup suling bambu itu. Ia memainkan lagu Chi Re
Jiang Shan Li (Hembusan angin musim semi membawa aroma harum bunga-
bunga dan rumput)
Mula-mula alunan yang keluar dari suling itu merayu-rayu lembut mempesona.
Selang beberapa berubah semakin kuat. Entah mengapa, suara musik tiup itu
tiba-tiba berubah menjadi tajam melengking. Bagi telinga biasa hanya akan
terdengar suara suling seperti dari tempat yang sangat jauh. Tiba-tiba dari atas pohon di mana Lie sian duduk, jatuh sebuah benda panjang dan lemas.
"sraaaaaaaak"..bluk!"
Seekor ular kembang sebesar anak kambing jatuh tepat di dekat kaki Lie Sian.
Dari kedua mata dan mulutnya mengeluarkan cairan berwarna hitam kemerahan.
Ular itu berkelejotan kemudian mati. Apakah yang terjadi.
Ketika Lie Sian sedang memainkan lagu Chi Re Jiang Shan Li, ia mendengar
gerakan binatang melata dari atas kepalanya. Ia menjadi marah karena
keasyikannya menikmati suara suling terganggu. Karena jengkel suara suling itu berubah menjadi tinggi dan menyerang ular yang mengancam dirinya dari atas
pohon. Suara suling yang digerakkan dengan khiekang istimewa ini menyeruak
tajam dan memporak-porandakan isi kepala si ular sial itu. Inilah kehebatan ilmu shen ta lek ling quan yang telah bersenyawa secara alami dengan semua
gerakan tubuh, suara, bahkan gerakan hawa sakti dalam diri Lie Sian.
Jangankan seekor ular yang hanya berjarak dua kaki, seekor harimau yang
mengaum dari jarak enam kaki dapat dibinasakan dengan getaran shen ta lek
ling quan yang sudah terlatih.
"Hi..hi..ular kembang sialan, menganggu orang berlatih"hukuman seperti ini
pantas kau terima. Tapi"karena kau juga mengejutkan nonamu dengan jatuh
seenaknya dari atas pohon, maka kau juga pantas menerima hukuman kedua"
dagingmu harus menjadi pengganjal perutku yang lapar, dan kulitmu bagus
menjadi sarung sulingku yang baru"nah" ini baru adil namanya"!!!
"Bah".kuntilanak cilik, enak saja kalau ngomong ". Itu keadilan macam apa!"
Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja muncul di depan Lie Sian seorang
kakek yang tubuhnya kecil. Tangan dan kakinya kecil-kecil, namun kepalanya
besar. Rambutnya sudah putih semua, namun tidak nampak adanya kerut-merut
pada wajahnya. Ia muncul seperti mumbul begitu saja dari dasar bumi. Matanya mendelik marah menatap Lie Sian.
"Eeh"kakek cilik, memangnya si ular itu apamukah sehingga engkau menuntut
keadilan dengan mengatakan aku tidak adil. Jelas, ular sialan ini yang
mengangguku lebih dulu, menganggu orang lagi bersuling, kemudian aku
menghukumnya"engkau kakek cilik datang-datang memakiku "kuntilanak cilik"
dan mengatakan aku tidak adil!"
Lie Sian mencak-mencak sipat kuping ketika dimaki "kuntilanak cilik."
"Enak saja ngomong, aku melihat ular itu lagi tidur di atas pohon ketika kau, kuntilanak cilik, tiba-tiba datang dan meniup suling menganggu tidurnya. Yang tidak adil siapa?" Kau menganggu, kemudian membunuh " ayo jawab siapa
yang tidak adil"!!"
Aku juga bisa mengatakan si ular itu yang terganggu suara sulingmu sehingga menjadi marah "dan kau, kuntilanak cilik, mengaku ular itu yang menganggumu yang lagi bersuling. Iiih"kuntilanak edan, enak saja bicara keadilan, kemudian membunuh " ini namanya pembunuhan yang berjubah keadilan."
Lie Sian nampak menggaruk-nggaruk kepalanya yang tidak gatal mendengar
tuntutan si kakek kate aneh yang datang-datang marah-marah seperti
kesetanan. Ia jadi bingung, mana yang tidak adil, si ular kembang itu, atau dirinya sendiri.
"Siapa yang menyuruh dia tidur di atas pohon" Tidur ya di dalam goa, atau di kamar " bukannya di atas pohon " kalau dia terganggu suara sulingku itu
salahnya sendiri, kenapa mesti marah kemudian mencoba menggangguku dari
atas pohon. Kalau aku tidak tahu, si ular sialan ini yang akan membunuhku"ayo katakan siapa yang tidak adil?"
"Kau " kau"kuntilanak kecil ".ngomong ngaco-belo tidak karuan ".dia itu
ular, ular bisa tidur di atas pohon, bukan di kamar?"
"Sedangkan aku" Hei " siluman cilik " aku ini manusia, bukan ular. Kalau aku duduk di bawah pohon kemudian menikmati musik, itu normal. Kenapa si ular itu tidak duduk diam dan menikmati suara sulingku!"
"He"he"he" aku memang Xiao Guihun (Siluman cilik) dan kau kuntilanak cilik
yang bicara soal keadilan seenak perutnya, aku berani bertaruh, pasti kau yang tidak adil!"
"Mau bertaruh" ayo!" Kata Lie Sian menantang "Kalau aku bisa membuktikan,
tindakanku terhadap ular itu adalah adil!"
"Aku terima tantanganmu kuntilanak, nah apa yang kau pertaruhkan?"
"Aku mempertaruhkan hal yang kupandang paling berharga yang aku punya saat
ini, sedangkan kau, kulihat kau tidak punya apa-apa, tidak punya kemampuan
apa-apa, juga tidak punya ilmu apa-apa " hi ..hi .. apa yang akan kau
pertaruhkan, Xiao Guihun?"
"Huh " jangan bicara sembarangan, coba lihat "ini yang aku punya!"
Dengan gerakan yang hampir tidak nampak oleh mata, Xiao Guihun
mengeluarkan sebuah suling berwarna merah dari balik jubahnya yang
kedodoran. Dan dengan cepat ia melakukan gerakan silat yang luar-biasa
cepatnya, suara sulingnya menggaung-nggaung seperti mencoba membelah
bumi. Gerakannya cepat, indah, dan kuat. Lie Sian memandang kagum melihat
ilmu silat suling yang diperlihatkan oleh si kakek kate tua-rentah itu. Ia sadar itu adalah ilmu silat suling yang dasyat.
"Wah " ilmu silat sulingmu itu hebat, namun barang yang kumiliki masih jauh lebih hebat dibandingkan dengan ilmu silat suling itu." Kata Lie Sian sambil tersenyum-senyum menjengkelkan.
Xiao Guihun menjadi penasaran melihat reaksi dara bengal di depannya.
"Ayo " cepat perlihatkan"barang taruhanmu?"
Dengan adem-ayem, Lie Sian mengangkat suling bambunya tinggi-tinggi.
"Ha"ha"ha" dara bengal, kuntilanak cilik, suling buntut itu yang akan kau
pakai sebagai taruhan ". Dan kau katakan itu lebih bagus yang barang
taruhanku" Kamu tahu atau tidak, sulingku ini terbuat dari tanduk menjangan merah yang hanya ada di kutub utara, sudah berumur ratusan tahun. Dengan
memegang suling ini, kau akan tahan segala macam racun, dan juga bisa
dipakai menyembuhkan segala bentuk keracunan. Memiliki suara yang tiada
bandingnya, karena ia dibuat oleh seorang ahli suling, Sima Huang."
Lie Sian terkejut sekali mendengar keterangan ini. Gurunya pernah menyebut
suling jenis ini yang dimiliki oleh seorang pendekar aneh. Seorang pendekar sakti, namun perangainya sangat aneh, yang malang-melintang di daerah utara.
"jangan memandang enteng suling bambu yang kupegang ini. Dengan
mencurahkan seluruh cinta-kasih dari dalam lubuk hatiku, kusalurkan lewat
tanganku, maka jadilah sejenis suling yang langkah di dunia. Walaupun engkau memiliki segala sesuatu, tidak akan mungkin dapat membeli suling jenis yang kumiliki ini. Lubang pertama, yang kutaruh di bibirku setiap menyuling, kubuat dengan cara mencurahkan cinta-kasih seorang anak kepada orang-tuanya.
Setiap kali kau menyuling, aku bisa merasakan ibu dan ayahku masih hidup dan membelaiku dengan penuh kasih sayang. Lubang kedua, kubuat dengan
mencurahkan cinta-kasih dari lubuk hatiku kepada kongkongku. Sehingga setiap aku menyuling, aku selalu ingat budi kongkong yang setinggi langit. Lubang ke tiga, kubuat dengan memeras seluruh rasa hormat dan kasih kepada guruku
yang tinggal di Rongzhan Pubu (air terjun permadani). Lubang keempat, kubuat dengan menekan sedalam-dalamnya rasa rinduku kepada saudara
seperguruanku, Lubang ke lima untuk negara, negara yang harus menjunjung
tinggi keadilan, lubang ke enam untuk bangsaku. Lubang ketujuh, kubuat
dengan penuh rasa penyesalan dan penasaran karena kehancuran Tienshanbai
dan sebuah tekad kuukir dalam lubang ini, yaitu tekad untuk membangun
kembali " Sampai di sini, Lie Sian menengadah ke atas, ada butiran-butiran air-mat
menetes, sinar wajahnya sulit dijelaskan ada apa dan mengapa"
Xiao Guihun terbawa larut oleh gelombang perasaan yang dilukiskan Lie Sian
melalui lubang-lubang suling itu. Wajahnya menyinarkan kesedihan yang sangat mendalam. Ia merabah-rabah suling merahnya.
"Lubang pertama, yang selalu menempel di bibir, untuk ibu dan ayah".oh"
anakku, ampunkan ayahmu ini".."
Dia mendekati Lie Sian, kemudian mengamat-amati wajah Lie Sian.
"Kau persis anakku yang mati tujuhpuluh delapan tahun yang lalu"suling merah ini miliknya, ia mati karena sakit. Betulkah kau memiliki perasaan seolah-oleh ibu dan ayahmu hidup ketika engkau meniup suling itu?"
Lie Sian menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Bolehkah aku mencobanya?" "Mainkan lagu kesukaan anakmu." Kata Lie Sian
sambil menyodorkan sulingnya dengan ramah.
Tidak beberapa lama, terdengar alunan suling yang luar-biasa indah, karena
ditiup oleh seorang ahli dengan segenap perasaannya. Terkesiap hati Lie Sian melihat keahlian bersuling Xiao Guihun. Dan hatinya menjadi tercenung ketika menyadari Xiao Guihun memainkan lagu yang sama seperti yang barusan ia
mainkan, Chi Re Jiang Shan Li (Hembusan angin musim semi membawa aroma
harum bunga-bunga dan rumput).
Wajah Xiao Guihun berubah luar-biasa cerahnya ketika meniup suling itu.
Matanya terpejam, dan ada butiran-butiran air-mata deras mengalir dari pelupuk matanya.
Tiba-tiba suara sulingnya berhenti karena tangan Lie Sian tiba-tiba bergerak menyentuhnya dengan Yang Sinkang. Ia terkejut sekali dan menghantikan
sulingnya. Wajahnya nampak diselimuti oleh rasa penasaran.
"Kakek yang baik, tidak adilkah sikapku ini yang mengganggumu bersuling?"
"Tentu saja, tidak adil, karena bukan sekedar engkau menggangguku bersuling, tetapi secara tidak sadar engkau telah memusnahkan kehadiran anakku melalui suara suling itu."
"Itulah yang kualami ketika si ular menggangguku. Si ular bukan saja
menggangguku, tetapi ia telah memusnahkan kehadirang ibu dan ayahku,
kongkongku, kakak seperguruanku bahkan tekadku. Tidak adilkah kalau akau
marah dan kemudian menghukum ular itu?"
"Engkau menang bertaruh, kun ". Eeh..siapa namamu?" "Coa Lie Sian."
"Kau benar Lie Sian, tindakanmu itu cukup adil terhadap ular kembang itu. Kau menang, sekarang apa yang harus kuberikan?"
Lie Sian tersenyum, "mengapa kakek memainkan Chi Re Jiang Shan Li" Apakah
itu lagu kesukaan putri kakek?"
Xiao Guihun tersenyum, "Aku juga terkejut ketika kau memainkan lagu ini.
Memang lagu ini kesukaannya sejak kecil, hampir setiap hari ia memainkan lagu ini untukku."
"Kek " aku tidak ingin apa-apa darimu . Sudahlah, taruh-bertaruh sudah selesai.
Aku menang, dan aku sudah mendapatkan taruhannya, yaitu diri kakek sendiri
yang kini menjadi temanku, dan seperti menjadi kakekku juga, maukah kek?"
"Lie Sian, engkau mau mengangkatku menjadi temanmu" Menjadi kakekmu"
Benarkah itu?"
Lie Sian mengangguk. Entah mengapa, sejak pertemuan pertama dengan kakek
kerdil ini, ada perasaan suka dalam hatinya. "Benar Kek, tentu saja apabila kakek mau?"
Xiao Guihun berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil. Menari-nari sambil menarik tangan Lie sian berputar-putar. Makin lama semakin cepat. Terpaksa Lie Sian menggerakkan gingkangnya dan mencoba mengikuti gerakannya. Namun ilmu
gingkang Lie Sian bukan apa-apa dibandingkan dengan gingkang istimewa yang
dimiliki oleh Xio Guihun. Ia dijuluki Xiao Guihun karena ginkangnya. Ilmu
gingkangnya disebut Buyingzi (tanpa bayangan), karena gerakannya cepat
seperti siluman.
"Sian Zhi (anak Sian), sebagai cucuku, engkau harus mempelajari Buyingzi. Dan juga tidak boleh menolak ilmu sulingku yang disebut: Hongchi Chuangdi (suling merah membelah bumi). Dua ilmu ini yang menjadi keistimewaanku. Engkau
sudah memiliki intisari Yang sinkang, dan gelombang tenaga Khiekang yang
dasyat yang keuperlihatkan pada saat membunuh ular kembang itu. Jika engkau menguasahai gerakan Hongchi Chuangdi, ilmu itu akan mencapai puncaknya."
"Nanti dulu Kek, kita jangan bicara soal ilmu silat, karena perutku sudah sangat lapar. Itu ada daging ular kembang kembang yang terkenal harum dan gurih.
Nah, sebagai kakekku yang baru, engkau harus menikmati masakan pertamaku."
Tanpa ragu-ragu, Lie Sian menguliti ular kembang itu, menjemur kulitnya, dan tidak beberapa lama, dagingnyajuga sudah berubah menjadi panggang ular
yang luar-biasa harum dan gurihnya. Lemaknya yang berwarna kuning membuat
daging untuk tampak mengkilat mengundang selera. Ia mengambil bagian yang
paling empuk, kemudian diberikan kepada Xiao Guihun. Kakek kerdil makan
dengan lahapnya, sehingga mukanya berkelepotan minyak. Lie Sian yang
pandai menyulap daging menjadi masakan Sechuan yang enak, membuat si
kakek kerdil puas makan daging ular.
Bab 11B: JEMBATAN BAMBU YOUSING XING
"Sungguh aneh, punya kakek baru, namun namanya saja tidak tahu. Aku tidak
mau memanggilmu "Kakek siluman" hi"hi"hi akan jadi lucu. Jikalau kakeknya
siluman, bagaimana dengan cucunya " hi..hi..hi "kuntilanak. Siluman
bercucukan kuntilanak itu baru cocok."
"Huus"engkau bukan kuntilanak, aku juga bukan siluman. Panggil saja aku
"kakek Tuan Qing" karena namaku Kho Tuan Qing. Nah, sekarang bersiaplah ikut ke gubukku barang tiga hari, ayo!"
Tanpa menunggu jawaban Lie Sian, Xiao Guihun sudah menyambar lengan
kirinya, dan dengan ilmu Buyingci, ia sudah melesat tanpa meninggalkan
bayangan sedikitpun. Benar-benar gingkang yang membuat manusia kerdil ini
menjadi siluman yang pandai menghilang saja. Lie Sian meleletkan lidahnya
melihat kehebatan Buyingci.
Sesampainya di tengah hutan yang dipenuhi ribuan bambu, Lie Sian melihat
sebuah pondol mungil yang terletak di tengah-tengah hutan bambu itu. Sebuah pondok yang dikelilingi oleh sungai kecil yang berair jernih bagai kaca. Tampak ikan-ikan Oi yang berwarna-warni berenang seperti mengeliling pondok itu.
Pondok itu sendiri terbuat dari bambu yang diatur sedemikian rupa menurut
gerakan Yousing Xing (barisan bintang).
"Sian Zhi, jangan pandang remeh barisan bambu yang membentuk pondok
mungil itu. Hanya orang yang sudah menguasahi Buyingci yang mampu
menerobos masuk ke dalam pondok. Cobalah."
Gadis remaja rupawan ini memperhatikan sebuah jembatan bambu yang
lebarnya hanya dua kaki dan berlekuk tujuh yang menjadi jalan satu-satunya
jalan ke arah pondok. Dengan melompat seringan seekor tupai, ia telah sampai hampir seperempat bagian jembatan bambu itu. Ia tersenyum ketika bisa
mendarat dengan sangat mudahnya.
Kira-kira tigapuluh detik setelah ia mendarat dan hendak melanjutkan langkah, betapa terkejutnya ketika ia melihat bambu-bambu yang tumbuh disekitar sungai itu turut bergerak sedemikian rupa dan membentuk barisan yang berliku-liku.
Sedangkan jembatan bambu itu juga berubah menjadi sangat lemas. Begitu ia
mau melangkah, jembatan itu melentur mengikuti bobot tubuhnya, sehingga
sebentar saja, tubuh sudah ambles di tengah-tengah bambu. Karena terkejut, Lie Sian cepat menggerakkan gingkangnya untuk mencoba meloncat ke tempat lain.
Namun, tetap saja ia gagal meninggalkan tempat di mana ia berpijak. Pada saat ia menggerakkan gingkangnya, memang jembatan bambu itu sedikit mumbul
mengikuti bobot tubuhnya yang tiba-tiba lebih ringan.
Menyadari ia tidaklah mungkin mengatasi kelenturan jembatan bambu itu
dengan gingkangnya, maka Lie Sian menggunakan cara kera menyebrang air
terjun, yaitu menggelinding dengan kecepatan tinggi.
Melihat akal Lie sian ini, Xiao Guihun tertawa terpingkal-pingkal sambil
memegangi perutnya.
"Ha"ha".akal bagus, akal bagus " akal anak bengal"."
Lie Sian tidak mempedulikan tawa orang tua kate itu, dengan menggelinding, ia berhasil melewati satu ruas jembatan bambu itu. Ia mengelinding terus untuk berusaha masuk ke dalam pondok. Namun betap terkejut hatinya, ketika
menyadari bahwa ia bukannya maju, namun terus berputar-putar di tempat yang sama.
Keringatnya bercucuran, dan mukanya menjadi merah karena pengaruh hawa
Yang Sinkang di tubuhnya. Ia diam sejenak di tengah-tengah lekungan jembatan bambu itu. Begitu berdiam diri, ia melihat bambu-bambu yang bergerak
membentuk barisan yang berliku-liku itulah yang menyesatkannya. Ia berpikir, tidaklah mungkin menggunakan cara menggelinding, karena dengan bergerak
seperti itu, ia tidak akan mampu memecahkan barisan bambu-bambu hidup itu.
"satu-satunya jalan, aku harus bergeraklebih tinggi dari bambu-bambu itu atau bergerak lebih cepat dari gerakan lentur bambu dan barisan bambu hidup itu."
Pikirnya. Kembali Lie Sian mengepos tenaganya, dan kali ini ia bergerak dengan ilmu Liu Quan Huo Jiu (enam jurus rajawali api). Tubuhya bergerak pesat laksana
rajawali yang mengembangkan sayapnya. Terdengar suara angin menderu
ketika Lie Sian melompat tinggi sambil mengembangkan kedua tangannya
seperti sayap rajawali. Namun tetap saja ia tidak bisa mengatasi kelenturan jembatan bambu itu, sehingga ia seperti bersilat di tempat yang sama.
Xiao Guihun meleletkan lidahnya melihat jurus-jurus ampuh yang dimainkan Lie Sian.
"Wah"ilmu dasyat"ilmu dasyat"mengingatkan aku kepada Tienshan guai gu
lao (orang tua aneh dari Tienshan) ". Ya..benar"itu ilmu orang tua aneh itu!"
Xiao Guihun berjingkrak-jingkrak kegirangan melihat Lie Sian memiliki ilmu yang dasyat dan sangat langkah di dunia persilatan.
Lie Sian yang mulai putus harapan karena tidak mampu menyebrang jembatan
bambu itu, menjadi jengkel. Kini ia menatap cela-cela bambu yang membentuk
lekukan setinggi tubuhnya dengan mata yang mencorong seperti rajawali
mengintai mangsanya. Ia mendengar gerakan seperti karet yang ulet, lemas, dan sangat lentur di setiap ruas-ruas bambu. Suara getaran karet-karet ini
membangkitkan hawa sakti yang diakibatkan oleh ilmu Shen ta lek ling quan.
Karena ilmu ini merupakan gabungan dari kekuatan khiekang yang sangat
dasyat dan sinkang tingkat tinggi, maka sedikit gerakan yang menimbulkan suara sudah cukup bagi Lie sian untuk menggunakan suara-suara itu sebagai kuda
tunggangan arus hawa sakti dari Shen ta lek ling quan. Gerakannya
mengeluarkan getaran-getaran khiekang yang terdengar seperti sebuah suling
tertiup angin. Tiba-tiba ia bergerak lepas dari lenturan bambu-bambu itu, dan seolah-olah ia menunggangi suara gerakan bambu itu sebagai dasar untuk
bergerak menaklukkan kelenturan jembatan yang diatur sedemikian rupa
menurut gerakan Yousing Xing (barisan bintang). Kini Lie Sian benar-benar
dapat menaklukan kelenturan jembatan bambu itu, tubuhnya melesat keluar ruas demi ruas dari bambu-bambu itu.
Melihat pemandangan ini, Xiao Guiyun mengucek-ngucek matanya, seolah-olah
tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Itu "seperti Shen ta lek ling quan".aduh, Thian"benar-benar mataku tidak


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan salah lagi, itu betul-betul Shen ta lek ling quan tulen" betapa dasyatnya.
Lima tahun lagi, Lie Sian akan munculmenjadi pendekar wanita yang sulit dicari tandingannya."
Walapun Lie Sian telah berhasil mengatasi kelenturan jembatan bambu itu,
namun ia tetap tidak bisa keluar dari barisan bambu hidup yang terus bergerak menurut Lohan lingdao Bianxing (Lohan mengatur pasukan).
"Kakek Qing, aku menyerah" katanya dengan lesuh."
"Sian Zhi, kakekmu datang menolong."
Sekonyong-konyong Lie Sian merasakan tangannya lagi-lagi disambar begitu
saja oleh Xiao Guihun. Dengan gerakan yang sangat ringan dan luar-biasa
cepat, seperti bayangan iblis saja, ia telah membawa Lie Sian sampai di pondok.
"Sian Zhi, ilmu yang kau perlihatkan tadi betul-betul ilmu langkah yang sungguh sangat dasyat. Tidak ada lagi yang bisa kau pelajari dariku, kecuali Buyingzi dan Hongchi Chuangdi (suling merah membelah bumi). Dengan menggunakan
Hongchi Chuangdi, Shen ta lek ling quan akan tersalur dengan sempurna.
Sedangkan Buyingci akan membuat ilmu pendekar aneh dari Tienshan itu
seperti rajawali terbang secepat angin, karena Buyingci adalah suatu ilmu yang menggabungkan kecepatan dan keringan tubuh. Pada saat kita bergerak lebih
cepat dari gerakan lentur jembatan bambu, kelenturan itu tidak memiliki
kesempatan untuk mengikat bobot tubuhmu."
Demikian selama tiga hari, Lie Sian mempelajari teori dua ilmu khas Xiao
Guihun, dan pada hari yang keempat ia meninggalkan pondok itu sambil
mengepit seruling merah darah. Pagi ini, Lie Sian telah sampai di tempat ia membunuh ular kembang. Ketika ia hendak duduk di bawah pohon yang sama
sambil meniup suling, ia mendengar benturansenjata tajam dari arah timur, dekat danau Qinghai.
Bab 11C: MISTERI ISTANA PUALAM BIRU
Ia pergi mendekati tempat itu. Dari atas pohon, Lie Sian melihat seorang
pembesar negara dan robongannya diserbu oleh gerombolan perampok
bersenjata tajam. Jumlah gerombolan itu sedikitnya seratus duapuluh orang dan dipimpin tiga orang bersaudara. Pasukan yang mengawal pembesar itu sudah
banyak yang roboh mandi darah. Harus diakui pasukan-pasukan kota itu
memiliki semangat juang yang besar dan berkepandaian rata-rata lebih tinggi dari anggota gerombolan itu, namun kalah jumlah. Mereka hanya berjumlah
duabelas orang, berarti satu orang menghadapi sepuluh perampok. Tidak
membutuhkan waktu terlalu lama, satu demi satu dibabat mati.
"Pembesar korup, tinggalkan semua milikmu, atau kami harus mengantar
jenasahmu!"
Seru kepala perampok yang bermuka penuh bekas luka-luka.
Pembesar kota yang bernama Wang Cia Sin ini tampak tenang-tenang saja
menghadapi perampok itu. Sikapnya berwibawa, karena selain tubuhnya tegap,
tidak gendut seperti pembesar kota pada umumnya, wajahnya juga sangat
ramah. Kira-kira berumur limapuluh empat tahun.
"Apabila cuwi menghendaki semua harta yang kumiliki, silahkan ambil, kenapa harus menganggu dan membunuh para pengawal kota Xining?"
Wajahnya berkerut dan tampak tidak senang.
"Kawan-kawan ayo ambil semua harta benda yang ada di kereta pembesar
korup ini"!"
Tidak ayal lagi, ratusan orang itu mengobrak-abrik seluruh kereta yang berjumlah tiga itu. Namun di dapat hanya pakaian dan makanan kuda. Betapa marahnya
tiga pimpinan gerombolan perampok itu.
"Pembesar edan " dimana kau sembunyikan hartamu" Ayo jawab!"
"Kau mencari apa" Emas, perak, atau mutiara, atau uang" Aku tidak membawa
itu. Yang ada saat ini, pakaian dan makanan kuda, kalau kalian
membutuhkannya, ambil saja mengapa mara-marah?"
Mendengar jawaban pembesar itu, tiga pemimpin perampok itu sudah tidak bisa menahan kemarahannya lagi. "Ayo basmi seluruh pengawal ini, dan kita cincang pembesar edan ini
". Serbu!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Seperti gelombang air bah, ratusan orang itu menyerbu, dan kali ini tiga
pemimpinnya juga ikut mengangkat golok besar ke arah si pembesar kota. Hawa membunuh tampak jelas muncrat keluar dari mata mereka.
Namun gelombang serangan ratusan itu tertahan di tengah jalan, ketika seorang dara cantik jelita dengan suling merah darah menempel di bibirnya yang basah itu berjalan sambil meniup sulingnya. Dan sungguh luar-biasa, ratusan orang itu seperti tertotok jalan darahnya. Mereka hanya bisa memandang dara cantik itu berjalan, namun tidak memiliki daya untuk meneruskan serangannya.
Lie Sian berdiri di tengah-tengah sambil tersenyum simpul. Matanya digerak-
gerakan seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
"Sungguh memalukan menyerang orang yang tidak berdaya melawan " kenapa
cuwi tidak mengambil makanan kuda itu, supaya nafsu kuda liar di dalam hati cuwi menjadi jinak?"
Para pengawal yang tinggal separoh itu tidak dapat menahan gelinya
mendengar omongan Lie Sian, maka meledaklah tawa merekasampai terpingkal-
pingkal. "Ha"ha".ha".!!!"
Para perampok itu sadar bahwa mereka sedang dipermainkan dara cantik jelita yang secara mengejutkan telah menghentikan serangan mereka itu. Apakah
ratusan itu silau oleh kecantikan Lie Sian" Mungkin"tapi yang jelas, suara yang keluar dari suling Lie Sian digerakkan dengan tenaga sakti Shen ta lek ling quan.
Gelombang Khiekang yang berisi sinkang yang tidak lumrah itu menyeruak
begitu saja dan mengikat semua tenaga dalam yang dikerahkan untuk
menyerang. Walaupun Lie Sian masih terlalu mudah untuk bisa menggerakkan
gabungan sinkang dan khiekang yang mujijat itu ke satu sasaran, namun itu
sudah cukup untuk mengikat tenaga dalam para perampok liar itu.
Ketiga pemimpin perampok menjadi murka. Dengan kemarahan yang meledak-
ledak mereka secara berbareng menyerang Lie Sian dari tiga penjuru.
Dengan tenang Lie Sian memapak serangan tiga orang ini dengan tangan
kirinya. Sulingnya dipakai sebagai senjata untuk menangkis bacokan golok besar dan tajam itu. Tubuhnya melayang di atas kepala mereka dalam posisi kepala di bawa. Gerakannya seperti rajawali menyambar mangsanya. Dengan tangan
kirinya ia memainkan gerakan ke tujuh dari jurus pertama Liu Quan Huo Jiu
(enam jurus rajawali api), yang disebut Huo Jiu paibang (rajawali api
mengembangkan sayap).
Ketiga orang itu tidak menyangka akan dibalas dengan serangan secara
demikian. Mereka merasakan adanya serangkum hawa sangat panas
menyeruak di depan dada mereka dan disusul dengan hantaman tangan kiri
gadis itu. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk berkelit atau menyampok
dengan goloknya, karena tahu-tahu tangan gadis cantik itu sudah mengebas
dada mereka dalam waktu hampir bersamaan.
"Ai h"tangan siluman".aduh!"
Gerangan tangan kiri Lie Sian memang seperti tangan siluman api, yang begitu menyentuh mangsanya, mereka merasakan isi dada mereka seperti diguncang
oleh serbuan hawa berapi yang tidak kelihatan.
Karuan saja muka mereka menjadi pusat pasih, dengan bingung mereka
menatap Lie Sian.
"Kawan "kawan"habisi siluman cantik ini"kita beset kulitnya"gunakan Lu
Chuan Bianxing (Pasukan gelang hijau)"..!"
Kini ratusan orang mengepung Lie Sian sambil mengeluarkan benda berwarna
hijau seperti gelang. Betapa terkejut dan ngeri dara perkasa ini ketika
mengetahui bahwa gelang hijau itu adalah ular hijau yang sangat berbisah.
Perlu di ngat Lie Sian masih berusia sangat muda, dan naluri kewanitaannya
masih sangat polos dan murni. Begitu melihat ular-ular hijau itu, ia bereaksi sebagaimana gadis remaja pada umumnya. Merasa jijik dan ngeri.
Saking ngerinya ia melengking dengan suara yang sangat nyaring. Dan pada
saat yang sama tubuhnya bergerak seiring dengan getaran khiekang dari suara itu. Suling merahnya berkelebat-kelebat seperti bianglala di angkasa sambil mengeluarkan suara seperti rajawali murka. Sinar merah dari suling itu membuat ular-ulat hijau itu meronta-ronta ketakutan. Binatang kecil itu seperti mencium bahaya, sehingga dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan diri.
Maka terjadi kegaduhan yang hebat. Yang didekat Lie Sian, tiba-tiba mereka
berjatuhan seperti pohon tumbang, sedangkan di bagian belakang, ada tangan
jahil yang melepas daun-daun perdu menjadi seperti senjata rahasia dan
menotok jalan dara puluhan orang dengan lihai sekali.
Maka dalam waktu yang sangat singkat, gerombolan perampok beserta
pemimpinnya jatuh berserakan seperti pohon tumbang.
"Ada tangan lihai yang membantuku dari belakang, siapakah dia" Hanya dengan daun-daun perdu, ia bisa menotok jalan darah puluhan orang begitu cepat.
Sungguh lihai "hmm"mudah-mudahan ia bukan seorang musuh."
Kata Lie Sian di dalam hatinya.
Wang Cia Sin, si pembesar kota, mendekati LieSian. Dengan merangkapkan
kedua tangannya di dada, ia berkata,"
"Lihiap, terima atas pertolongannya " bolehkah aku tahu nama lihiap?"
Lie Sian hanya tersenyum simpul, dan tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba ia sudah berkelebat pergi meninggalkan rombongan itu.
"Hmm " ada dua orang lihai telah turun tangan menolong kita, yang satu wanita yang masih sangat muda, sedangkan yang satunya, manusia misterius. Ayo kita cepat pulang!"
Kata pembesar itu kepada sisa pengawalnya. Secara tergesa-gesa rombongan
ini meninggalkan hutan, dan membawa jenasah para pengawal di dalam kereta.
-----000---- Kota Xining cukup ramai. Banyak kedai yang menjual masakan jenis ikan
memenuhi tepi jalan kota ini di waktu malam. Dengan berseri-seri, Lie Sian
memasuki sebuah penginapan yang terletak di sudut kota.
"Apakah guniang mau menginap di sini?" Tanya penerima tamu dari sebuah
rumah penginapan.
"Sebuah kamar yang lengkap dengan kamar mandi."
"Apakah guniang sendirian?"
Tanya orang itu sambil nyengar-nyengir
Lie Sian rada mendongkol mendengar pertanyaan ini.
"Tentu saja sendirian, tidak ada kucing atau anjing datang bersamaku."
Segera Lie Sian memasuki kamar yang disediakan untuknya. Ia agak heran
mengapa penginapan ini banyak didatangi oleh pendeta Lama dari Tibet. Hampir di setiap ruangan yang dilewatinya, selalu ada paling sedikit dua atau tiga pendeta Lama. Rata-rata sikap mereka dingin-dingin. Lie Sian tidak mengambil peduli, segera ia berangkat tidur.
Waktu menjelang pagi, Lie sian dikagetkan dengan suara langkah-langkah
ringan dari banyak orang meninggalkan penginapan.
Hatinya bertanya-tanya,"mengapa begini pagi mereka sudah tergesa-gesa
meninggalkan penginapan. Segera gadis juga meninggalkan kamarnya untuk
melihat siapa gerangan mereka.
Para pendeta Lama itu meninggalkan penginapan dan bergerak menuju sebelah
utara danau Qinghai. Karena rasa ingin tahu, Lie Sian juga turut melangkah ke arah yang sama. Mereka ternyata menuju ke tempat yang sama, yaitu sebuah
istana yang dindingnya dibuat daribatu pualam berwarna biru. Luar-biasa
indahnya istana di tepi danau Qinghai ini, pasti yang memiliki seorang yang kaya raya.
Semakin dekat dengan istana itu, semakin cepat langkah para pendeta itu. Kira-kira berjarak kurang dari seratus kaki, tiba-tiba mereka menghilang di tikungan jalan menuju pintu gerbang sebelah barat istana itu.
Lie Sian menjadi semakin ingin tahu. Dengan mengerahkan gingkangnya ia
berkelebat ke jurusan yang sama. Ia melihat pintu istana itu tertutp rapat, dan temboknya tidak mungkin bisa dilewati tanpa diketahui oleh penjaga karena tidak ada tempat untuk berlindung. Dara pemberani membelok ke timur dan menuju
bagian belakang istana.
Hatinya menjadi berdebar-debar ketika mencium bau-baun yang khas dari
sebelah belakang istana ini. Segera ia melangkah mendekati dinding belakang istana. Bau wangi itu menjadi semakin keras. Tiba-tiba hatinya menjadi
mencelos ketika mengenali bau wangi ini.
"Aahh".bau bunga Siang ".ya ini bau bunga Siang."
Bab 11C: RAHASIA ISTANA PUALAM BIRU (2)
Bau bunga Siang tidak akan pernah terlupakan oleh Lie Sian, karena bau
semacam ini mengingatkannya kepada kematian kongkongnya, Shi De Yuan ,
ketua Tienshanbai, di tangan Lan wugui (Iblis halimun biru) dengan ilmunya yang maha dasyat: Lan wu po huai gu ge (halimun biru menghancurkan tulang). Iblis ini pula yang turut menghancur-leburkan Tienshanbai tiga tahun setelah Shi De Yuan binasa di tangannya.
Lie Sian segera melompati tembok istana itu, dan memasuki taman yang
menjadi sumber bau bunga Siang. Taman itu luas sekali, dengan bunga Siang
menjadi tananam utamanya. Memang indah bunga ini dan baunya sangat harum
menyegarkan. Namun bagi Lie Sian, bau bunga ini menyiarkan hawa kematian,
bau seperti iblis gentayangan.
Di tengah taman terdapat bangunan berbentuk segi delapan, juga berwarna biru.
Bangunan ini memiliki atap lebih rendah dari bangunan utamanya. Seolah-olah terpisah sama sekali, tetapi apabila diperhatikan dengan teliti, akan terlihat bangunan segi delapan ini dihubungkan dengan sebuah dinding yang bentuknya
sangat aneh. Ruas dinding ini licin mengkilat terbuat dari batu pualam biru tua, membentuk sebuah kubah dengan diameter yang hampir sebesar gedung
utama. Yang lebih aneh lagi, dinding ini dihiasi ribuan bunga siang yang berbau sangat keras.
Lie Sian menyelinap mendekati dinding yang berbentuk kubah itu. Selagi ia akan melangkah memasuki rumah segi-delapan itu, ia mendengar seseorang
menegurnya. "Guniang, apakah yang kau cari di taman ini?"
Di hadapannya telah berdiri seorang setengah tua yang berwajah hampir sama
dengan Wang Cia Sin, pembesar kota yang pernah ditolongnya. Bedanya,
apabila Wang Cia Sin berwajah tampan, bersih dan berwibawa, orang ini
tubuhnya kotor, sepertinya ia adalah jurutaman di istana ini.
"Lao bobo (paman), bolehkah aku tahu siapakah pemilik istana biru yang indah ini?"
Penjaga taman ini memandang Lie Sian seperti orang curiga. Sorot matanya
bagai sembilu walaupun disembunyikan di balik senyum yang ramah.
"Guniang, jikalau kau tidak memiliki urusan penting di istana ini, lebih baik datang di lain waktu, karena Ongya sedang menerima banyak tamu."
"Oh " urusan dengan para lama dari Tibet itu?"
Penjaga taman itu hanya mendengus, kemudian meninggalkan Lie Sian. Melihat
gelagat yang tidak menguntungkan, dara perkasa ini berlaku cerdik. Segera ia meninggalkan taman, dan ia sempat melirik tukang kebun itu yang "kebetulan"
juga melirik ke arahnya. Lie sian melambaikan tangannya, dan segera pergi.
Malam harinya, sesosok bayangan berkelebat melompati tembok taman bunga
Siang. Gerakannya sangat cepat, sebab ia mencoba menggunakan ilmu baru
yang sedang ia latih, Buyingzi. Tubuhnya berkelebat-klebat seperti siluman
mengejar arwah. Ketika mendekati dinding yang berbentuk kubah itu, Lie Sian berhenti. Betapa terkejutnya dia ketika melihat banyak orang berkumpul di situ.
Para pendeta Lama duduk bersila membentuk lingkaran. Dan ditengah-tengah
terdapat empat orang yang membuat Lie Sian sangat terkejut. Kepalanya
menjadi pusing, dan wajahnya mencerminkan kebingungan yang luar-biasa.
Mengapa demikian"
Tepat di tengah-tengah kubah yang dipenuhi oleh ribuan bungan Siang itu,
berdiri empat orang secara berjajar. Semuanya mengenakan topeng. Yang dua
mengenakan topeng tengkorak hitam, perawakannya sama-sama tinggi besar,
inilah tokoh misterius yang dipanggil: Bupun Ongya. Yang membuat Lie Sian
terkejut, di situ berdiri dua orang Bupun Ongya. Yang dua lagi, juga dua orang tokoh yang membuat darah Lie Sian bergerak cepat, yaitu Lan wugui. Ia sangat terkesima karena musuh besar yang membunuh kongkongnya dan
menghancurkan Tienshanbai ada empat orang: dua Bupun Ongya dan dua
orang Lanwugui.
Ia berpikir keras, siapakah diantara empat orang itu yang telah membunuh
kongkongnya dan menghancur-leburkan Tienshanbai" Semakin ia berpikir,
semakin bingung dia jadinya.
"Aah"apakah Lan Wugui itu ada dua orang" Demikian juga Bupun Ongya"
Kalau ada empat orang dengan kepandaian setanding Lan Wugui dan Bupun
Ongya,maka pendekar mana yang bisa mengatasi gabungan ilmu silat mereka?"
Dipimpin oleh keempat orang misterius itu, orang-orang itu rupanya
mengadakana rapat rahasia untuk tujuan tertentu.
"Rencana membunuh kaisar Yongle di Yongle Li Chang (Daerah berburuh
Yongle) telah digagalkan oleh dua orang pendekar muda, yang satu buntung
lengan kirinya, dan yang satunya masih remaja. Ini sungguh memalukan dan
membuatku sangat penasaran. Yang lebih menjengkelkan lagi, rencana lapis
kedua juga gagal total, kerena ternyata jendral Gan Bing memiliki strategi yang jauh lebih hebat dari strategi kita."
Kata seorang Bupun Ongya, sambil menggebrak meja batu hitam di dekatnya.
"Kini kekuasaan jendral Gan Bing semakin besar, dan akan sangat sulit untuk menjatuhkannya melalui adu strategi perang. Selama jendral Gan Bing masih
bercokol di istana, akan sangat sulit untuk menghabisi kaisar Yongle. Jalan satu-satunya adalah membunuh jendral keparat itu dulu, baru kemudian
menjungkalkan Yongle dari kekaisaran yang diperolehnya dengan cara kudeta
itu." "Bagaimana kita bisa melaksanakan pembunuhan itu karena jendral Gan Bing
selalu berada di tengah-tengah pasukannya yang berjumlah sangat besar?"
Seorang pendeta lama yang berwajah bengis bertanya dengan suara dingin.
Kedua Lan Wugui sekonyong-konyong melesat ke tempat tumpukan bunga
Siang, keduanya melayang bagai daun kering di atas tumpukan bunga-bunga
itu. Sesaat kemudian mereka bersilat dengan cara yang sangat luar-biasa. Hawa pukulan mereka mendesir-desir sangat tajam,sungguhpun demikian tidak ada
satu bunga pun yang bergeser dari tempatnya. Mereka bersilat dengan gerakan luar-biasa cepatnya. Tubuh mereka seperti berubah menjadi halimun biru yang diterjang badai, sebentarnampak tebal, namun di lain saat hilang, dan kemudian menebal lagi. Inilah demonstrasi gingkang yang sudah mencapai tarap yang
sukar diukur tingginya. Juga, gabungan khiekang yang dikeluarkan melalui
lengkingan-lengkingan suara dari dalam perut mereka dengan sinkang berhawa
maut. Tiba-tiba mereka berdua berseru dengan suara yang nyaring sekali:
"Lan wu po huai gu ge, lan wu shen ling na qu lai (Halimun biru menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma)?"?"?"?"?"?"?"?"
Dalam waktu sekedipan mata, entah berapa jurus yang telah dilancarkan oleh
kedua iblis itu. Orang-orang di sekitar ruangan itu hanya bisa melihat akibatnya.
Bunga-bunga siang itu tiba-tiba berhamburan ke segala penjuru ruangan, dan
begitu jatuh di lantai, bunga-bunga itu berubah menjadi serbuk yang
mengeluarkan bau wangi sekali. Dan ketika kedua iblis biru itu meninggalkan tempat di mana mereka bersilat, tidak nampak selembarpun bunga siang yang
tersisa. Tampak ditempat iu terbentang sebuah kolam yang cukup luas. Ternyata kedua iblis itu bersilat di atas air dan hanya mempergunakan lembar-lembar
kelopak bunga siang sebagai alas kakinya.
"Cuwi sekalian, lihatlah " dalam tempo tiga tahun terakhir ini, Lan Wugui telah berhasil menyempurnakan ilmu ?"Lan wu po huai gu ge, lan wu shen ling na qu lai (Halimun biru menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma)." sampai pada tingkat tertinggi. Dengan ilmu ini, mereka berdua akan memaksa seluruh ketua partai di tionggoan takluk dan bergabung dengan kita, jikalau mereka
menolak, nasibnya tidak akan lebih baik dari bunga-bunga siang itu."
"Cuwi sekalian, datuk-datuk persilatan di Tionggoan sudah bergabung dengan
kita. Rencana selanjutnya, kita akan menggiring dunia persilatan berada di
bawah pimpinan kita ?""."
Tiba-tiba Bupun Ongya menghentikan bicaranya. Mata di balik topeng tengkorak itu mengeluarkan sinar kilat.
"Keluarlah kau"..!" Belum habis suaranya, tubuhnya sudah melayang
melancarkan pukulan yang mengeluarkan uap seputih salju, Yun Xue Liao
Linghun (awan salju merogoh sukma). Semacam pukulan bayu purba yang
merusak bagian dalam. Ilmu kejih yang sangat ditakuti di dunia persilatan.
"Ciuuutttttttttt?"?"".bress"bresss!"
Pukulan Yun Xue Liao Linghun tidak mengenahi sasarannya, karena Lie Sian
dengan gerakan Buyingzi sudah melesat keluar dari tempat itu. Wajahnya yang cantik itu diwarnai dengan rona merah pada kedua pipinya. Matanya bersinar-sinar terang namun mengandung ejekan.
"Manusia"manusia iblis dan pendeta-pendeta siluman dari Tibet bersekutu
untuk melakukan pembrontakan berdarah. Untuk nonamu ini sudah mencium
rencana pembrontakan ini. Tapi sungguh sayang, nonamu tidak bisa tahu siapa manusia pengecut yang bersembunyi di balik topeng maut. Namun nonamu ini
juga tahu bahwa hanya orang-orang berjiwa rendah saja yang bisa berbicara di balik topeng "hi..hi"hi."
Bupun Ongya sangat terkejut begitu mengetahui si pengintai ternyata seorang gadis yang masih sangatmudah sekali. Tanpa banyak cakap ia menoleh ke arah
Lan Wugui. "Shidi".binasakan gadis itu secepat mungkin!"
Salah seorang iblis halimun biru ini, tanpa banyak cincong menyerang Lie Sian dengan pukulan maut yang disebut La wu guan yingzi (halimun biru membuka
bayangan). Dengan gingkang yang sudah mencapai tingkat yang sulit diukur,
tidak ayal lagi hawa pukulannya sudah menyeruak sangat cepat dan dasyatnya
mengarah uluh-hati Lie Sian.
Apabila Lie Sian belum memahami Buyingzi, ia tidak akan sanggup mengelak
dari serangan ini. Dengan tabah ia berkelit dengan mengerahkan seluruh
kemampuannya. Tubuhnya menyelinap lenyap di tengah-tengah gelombang
suara pukulan itu.
Lan Wugui sangat terperanjat melihat lawannya yang masih muda itu bisa
menghindari serangan mautnya tanpa kesulitan yang berarti. Dia menjadi marah sekali. Tanpa sungkan lagi, ia kembali menyerang dengan ilmu yang sama,
namun dengan pengerahan tenaga sepenuhnya.
Lie Sian menjadi sibuk dan kelabakan sekali diserang demikian. Iblis itu bergerak begitu cepat, sehingga setiap gerakan berisi lebih dari tiga gelombang serangan yang rata-rata sangat dasyat dan mematikan. Serangan-serangan iblis ini sangat tajam dan dingin, seperti pedang berkarat.
"Blaar"blaar".siuuuuuuuuuuuuuut."
Lie Sian menjadi semakin terdesak ke sudut ruangan, karena ia sangat kesulitan menghadapi gelombang serangan seperti itu. Tiba-tiba ia menjadi nekad:


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Huo Jiu Ruo Shan Gu (Rajawali api membakar lembah)?"?"
"Iiih".. Liu Quan Huo Jiu (enam jurus rajawali api)".kurang-ajar, siapakah gadis ini?" Lan Wugui mendengus sambil terus melancarkan serangan hebat.
Enam jurus serangan Lan Wugui dapat dipatahkannya, walaupun benturan-
benturan sinkang membuat dia terus terdesak mundur.
"Shidi"cepat habisi gadis berbahaya itu".! Bupun Ongya berseru tidak sabar
melihat jalan pertempuran itu.
"Lan wu baihuai duzi shan (Halimun biru mengobrak-abrik perut gunung)"!!"
Serangan ini sungguh sangat dasyat. Hawa pukulan yang sedingin salju
mengepung tigaperempat bagian jalan darah paling berbahaya di tubuh Lie Sian.
Karuan saja Lie Sian menjadi kalang-kabut dan terpontang-panting menahan
serangan ini. Tidak berhenti di situ, serangan ini diteruskan dengan ilmu pamungkas yang
dimiliki oleh Lan Wugui.
"Lan wu po huai gu ge ". halimun biru menghancurkan tulang?""!!"
Lie Sian terkejut sekali ketika ia diserang sekonyong-konyong dengan
gelombang tenaga Khiekang yang luar-biasa hebatnya. Suara melengking yang
keluar dari kerongkongan Lan Wugui yang mendahului pukulan mautnya ini
membangkitkan tenaga mujijat Shen ta lek ling quan yang sudah bersenyawa di dalam diri Lie Sian.
Gadis ini mengeluarkan suling merahnya, dan tiba-tiba tubuhnya melayang
seperti rajawali. Dengan luar-biasa indahnya, ia seolah-olah terbang
menunggangi suara lengking Lan Wugui. Dan pada saat yang sama, sulingnya
bergerak dengan ilmu Shen ta lek ling quan. Setiap gerakan suling itu selalu disertai dengan suara yang menusuk-nusuk bagian pusat tenaga sinkang dan
khiekang di sekujur tubuh lawannya.
Lan Wugui menjadi bingung dan serangannya menjadi tidak terarah. Tenaga
sakti di dalam tubuhnya mulai melemah seperti seekor naga yang jerih
mendengar suara suling itu. Namun sungguh sayang, tingkat Lie Sian masih
jauh daripada cukup untuk bisa menjatuhkan seorang sakti seperti Lan Wugui.
Tenaga sakti gadis ini masih terlalu lemah untuk melancarkan jurus Shen ta lek ling quan.
Tiba-tiba Lan Wugui berhenti menyerang, dan dua kejapan mata setelah itu, ia kembali menyerang dengan serangan yang dua kali lebih dasyat dari yang
sudah-sudah. Kali ini Lie Sian sudah tidak mungkin lagi bisa mengatasi
lawannya, karena tenaga saktinya sudah terkuras habis waktu mengerahkan
Shen ta lek ling quan. Matanya menjadi berkunang-kunang melihat serangan
Lan Wugui yang maha dasyat itu. Tidak ayal lagi, dadanya tergempur dengan
ilmu iblis ini.
"Des".augh!!"
Tubuh Lie Sian melayang bagai pohon ambruk dan dari mulutnya mengalir darah berwarna biru tua. Dia masih sadar dan bisa melihat ketika musuh besarnya itu berdiri di depannya.
"Shidi " binasakan gadis itu, karena lima tahun lagi, ia akan muncul menjadi lawan yang sangat berbahaya sekali." Bupun Ongya berseru.
Lan Wugui menatap Lie Sian dengan tajam. Sinar matanya sejenak
memancarkan rasa kagum melihat Lie Sian, tetapi itu hanya sejenak. Tidak
beberapa lama sinar mata itu berubah menjadi bengis dan kejam sekali.
Dengan beringas ia menghempaskan tangan kanannya ke arah Lie Sian yang
sudah tidak berdaya.
"Mampuslah"..!"
"Blaaar?"".Des?".!"
Lan Wugui terkejut sekali ketika seorang pemuda sudah berdiri di depannya
dengan kedua tangan terbuka menahan serangannya. Tangannya menjadi
kesemutan. Belum sempat ia berpikir lebih lanjut, pemuda itu itu sudah menyambar tubuh Lie Sian dan kemudian dengan kecepatan yang mengagumkan melesar pergi dari
tempat itu. Keempat iblis sakti dan di kuti oleh beberapa pendeta lama yang berilmu tinggi melesat pergi mengejar bayangan pemuda itu. Maka terjadi kejar-mengejar yang menyeramkan di malam hari itu. Seperti bayangan-bayangan iblis pemuda dan
orang-orang itu berkelebat-kelebat dari satu tempat ke tempat lain, kemudian dari pohon satu ke pohon lainnya menuju ke arah hutan lebat di sebelah barat kota Xining.
Pemuda ini cerdik sekali, ia selalu mencari tempat yang gelap dan dipakai untuk membantunya melarikan diri. Pada saat melewati daerah yang bergunung-gunung, pemuda ini membelok ke arah utara. Ketika ia akan membelok ke
sebuah lekukan gunung, tiba-tiba sepasang tangan menyambar tubuh Lie Sian.
"Jing zi, kubawa Lie Sian bersamaku"berlari lah kau ke arah hutan di dekat
gurun Gobie, makin cepat makin baik. Keempat manusia iblis itu sukar untuk
dihadapi, akupun tidak akan sanggup mengatasi seorang saja di antara mereka apalagi keempat-empatnya!"
Bab 12: PERTEMPURAN DI PEGUNUNGAN HELAN
Yang Jing melarikan diri ke daeah Yin Chuan di perbatasan utara. Ia tetap
berada di dalam hutan-hutan karena lebih dari delapan orang, empat
diantaranya adalah orang yang kosen, terus mengejarnya di belakang. Dengan
menyusuri aliran sungai di dekat pegunungan Helan, yang memuntahkan airnya
di Huang Ho (sungai Kuning), Yang Jing menerobos pegunungan ini menuju
terus ke utara. Tubuhnya sudah terasa kejang-kejang karena penatnya, namun
dengan nekad ia terus berlari untuk memberi kesempatan Xiao Guihun aman
dari jangkauan empat iblis.
Yang Jing tidak sadar bahwa delapan orang yang mengejar itu memecah diri
menjadi tiga rombongan. Empat pendeta Lama mengejar dari arah Selatan
pegunungan Helan, kedua Lan Wugui membelok ke barat, kemudian terus
menuju ke jantung Helan, sedangkan kedua Bupun Ongya berkelebat dari arah
Timur baru membelok ke jantung pegunungan Helan. Yang Jing telah dikepung
dari tiga penjuru. Sedangkan utara adalah hutan belantara yang sangat luas dan menembus ke gurun Gobi. Sesampai di suatu tempat yang ditumbuhi pohon-pohon raksasa, anak muda ini merebahkan diri di bawah pohon. Matahari sudah naik tinggi, maka ia mencari pohon yang lebat daunnya, sehingga ia dapat
bersembunyi sambil menunggu terbenamnya matahari.
Selagi ia hendak bersemedi untuk memulihkan tenaganya, ia sangat kaget ketika delapan orang itu tahu-tahu sudah berdiri di depannya dalam waktu yang hampir bersamaan.
"Anak muda bosan hidup, tunjukkan di mana gadis edan yang kau bawa lari?"
Suara Bupun Ongya bergetar penuh kemarahan.
"Dia sudah berada di tempat yang aman, siapapun tidak akan dapat
mencelakainya lagi. Jangan takut, karena persengkongkolan untuk membunuh
jendral Gan Bing dan menjungkalkan Hongsiang dari kekaisaran bukan hanya
diketahui olehnya, tapi aku juga mendengar dengan kupingku sendiri."
Topeng tengkorak yang menempel di muka bupun Ongya berkerudung biru itu
bergetar mendengar omongan Yang Jing, sedangkan yang berkerudung hitam
menjejakkan kakinya yang mengakibatkan tanah padas di depannya melesak
sedalam lututnya.
"Ongya, kita binasakan saja pemuda gendeng ini." Tanpa menunggu jawaban
keempat pendeta lama itu sudah menyerang Yang Jing dengan dasyatnya.
"Pendeta kentut, kepala gundul berjubah pendeta, tapi berhati palsu, kalau bisa menyentuh bajuku saja, aku akan berganti baju dan mencukur rambutku,
kemudian jadi pendeta kentut macam dirimu!"
Dengan menggunakan ilmu Chin-shih lu(Jalan batu dan tulang) ciptaan seniwati sakti Zhao Ming Cheng, Yang Jing bergerak menyusup ke celah-celah serangan
keempat pendeta Lama itu. Bajunya sampai berkibar-kibar tertera hawa sinkang para Lama. Keempat pendeta Lama itu bukan orang sembarangan, karena
keempatnya selain orang kepercayaan Shakya Yeshe, tetapi juga murid utama
pendeta itu. Shakya Yeshe adalah salah satu murid terpandai pemimpin para
lama di Tibet, Tsongkhapa. Konon orang mempercayai bahwa Shakya Yeshe
berkepandaian jauh lebih tinggi dari gurunya sendiri, karena ia mewarisi sejenis ilmu silat rahasia dari delapan Lama yang bertentangan dengan Tsongkhapa.
Diam-diam ia mendirikan kuil rahasia di Nanjing yang diberi nama Da Ci Fawang atau dalam bahasa Tibet disebut Byams Chen Chos Rje.
Sebagai murid-murid utama ShakyaYeshe, Holang Lama, Bulang lama, Sinto
Lama, dan Hongsin Lama adalah empat ahli silat yang sudah matang ilmunya.
Bulang sangat ahli ilmu silat Kodok buduk, seorang ahli lweekeh yang
berbahaya. Holang Lama memiliki ilmu pedang yang lihai yang disebut Mo
leisheng (pedang angin puyuh), Sinto Lama mahir memainkan siangkiam,
sedangkan Hongsin Lama memiliki ilmu tongkat yang sangat lihai.
Begitu melihat Yang Jing bergerak seperti belut, licin dan sukar disentuh,
keempat Lama segera mengeluarkan keahlian masing-masing. Gabungan
serangan empat orang ini benar-benar tidak boleh dibuat main. Sepasang
pedang di tangan Sinto Lama yang bersinar cemerlang, menandakan pedang
bagus, mendesing-desing bagai halilintar menyambar. Sekali pandang, Yang
Jing dapat melihat kelemahan ilmu siangkiam ini, dengan Chin-shi Lu ia selalu bergerak mendahului gerakan pedang, sehingga sepasang pedang selalu
berhenti di tempat yang bukan seharusnya. Begitu melihat serangan Sinto Lama gagal, Holang Lama segera mencecar pemuda ini dengan serangan pedangnya
bertubi-tubih dan ganas luar-biasa, dan hampir dalam waktu yang bersamaan
Hongsin lama dan Bulang Lama menggedor kedudukan Yang Jing dengan
tongkat dan ilmu kodok buduk
"Hiaat"mampuslah kau"pemuda usil"
"Kok..kok..kok"blaaaar!"
Yang Jing berlaku sangat cerdik, ia bukannya lari menjauh, namun justru
menyusup ke celah-celah sinar pedang Holang Lama, sambil mengirimkan
sentilan-sentilan jahil ke muka lama ini. Karuan saja tiga serangan lainnya tidak bisa diteruskan karena takut mengarah ke bagian tubuh Holang Lama. Holang
Lama merasa sangat gemas dan marah melihat kelitan Yang Jing yang
berlindung di balik celah-celah kilatan pedangnya.
Melihat itu, keempat Lama ini berganti siasat, kini Bulang Lama menerjang Yang Jing lebih dulu sambil menggempur pemuda ini dengan ilmu kodok buduk yang
beracun. Tubuhnya yang melompat-lompat sambil mengirimkan pukulan-
pukulan. Pohon-pohon yang menjadi sasaran nyaran menjadi berantakan akibat
daya gempur ilmu ini. Begitu Yang Jing dihujani gempuran-gempuran ilmu kodok buduk, segera ketiga Lama lainnya juga menyerang dengan berbareng.
Kembali Yang Jing berlaku cerdik, seperti tadi, ia tidak menyingkir jauh-jauh, tetapi kali ini ia menyusup justru mendekat ke pusat penggerahan ilmu kodok buduk. Diam-diam ia mengisi ilmu langkah ajaibnya dengan tenaga sakti Shen
Yu Xing Quan (Dewa mengatur bintang) tanpa memainkan ilmu itu. Kakinya
tetap bergerak dengan Chin-shih lu, tetapi kedua tangannya berisi hawa sakti Shen Yu Sing Quan. Sebersit sinar halus yang tidak terlalu menyolok melingkari kedua tangannya, dan dengan cara yang sangat ajaib, ia mengendalikan ilmu
kodok buduk, sepeti Dewa memindah-mindah bintang di angkasa. Gerakkan ini
tidak terlihat oleh siapapun termasuk keempat iblis yang masih berdiri menonton jalan pertempuran. Yang Jing tidak ingin mereka mengenal Shen Yu Sing Quan
sebelum ilmu itu dikuasainya dengan baik. Inilah yang diminta oleh
kongkongnya, Lie A Sang, untuk tidak memperlihatkan semua ilmunya sebelum
terlatih matang. Ilmu kodok buduk ini "diatur" oleh Shen Yu Xing quan melawan serangan tiga lama yang lain. Mereka bertiga terkejut ketika merasakan
hempasan ilmu kodok buduk menghalau pedang dan tongkat di tangan mereka.
Mereka mecoba mengganti-ganti arah serangannya, namun hasilnya tetap
sama. Sementara itu Bulang Lama menjadi semakin lemas, penasaran, dan
gentar melihat cara bertempur anak muda belia ini. Tidak selang beberapa lama, keempat lama itu berhenti menyerang karena keringat berketel-ketel membasahi dahi dan tubuh mereka. Mereka hanya dapat memandang Yang Jing dengan
pandangan terheran-heran.
Melihat empat pendeta Lama itu tidak berdaya membinasakan Yang Jing,
Bunpun Ongya berkerudung biru segera melompat dan tanpa basah-basih
menyerang Yang Jing dengan Yun Xue Liao Linghun (awan salju merogoh
sukma). Segera tangannya mengepul asap berwarna seputih salju. Yang Jing
sadar, begitu tersentuh ilmu ini, maka akan hancurlah isi dalam tubuhnya
dengan cara yang sangat mengerihkan. Ia tidak berani menangkis, ia hanya bisa berkelebat ke sana-sini dengan langkah ajaib Chin-Shi Lu. Akan tetapi, ia
melihat uap putih itu menjadi semakin membesar membentuk awan di sekitar
mereka berdua. Begitu yang Jing merasakan desiran uap itu, ia menjadi
bergedik, karena ternyata Yun Xue Liao Linghun mengandung racun ular putih
yang dapat membekukan darah. Begitu ia melompat ke belakang, Bupun Ongya
juga sudah sampai di tempatnya dengan menambah tenaga gempuran ilmunya.
Tidak terlalu lama kemudian, tempat pertempuran itu sudah dipenuhi uap seputih salju yang bergerak seperti awan tipis ke segala arah.
"Yun Xue Liao Linghun " ilmu iblis yang sangat berbahaya. Ilmu De Hu koko
Shenlong Qiangxing Kongmen (Dewa naga mendobrak pintu kehampaan) dapat
mengatasi ilmu ini. Aku hanya mengetahui sifat, teori, dan bekum pernah
mencobanya. Tetapi tidak ada salahnya, aku memakai dasar-dasarnya untuk
menyelamatkan diri."
Yang Jing sekonyong-konyong menarik lengan kirinya ke dalam bajunya, dan
hanya membiarkan tangan kanannya yang aktif. Ia tiba-tiba mendekam lebih
rendah dari awan putih akibat Yun Xue Liao Linghun. Posisinya seperti naga
terkurap, setelah itu mengkerut sambil melesat membawa tenaga mendorong
bukan dengan Shenlong Qiangxing Kongmen, melainkan dengan Tian Guo Shen
Shou Ji Feng Bao (Dewa Langit menghimpun badai). Dengan ilmu ini,
sebenarnya Yang Jing bisa melihat kelemahan ilmu lawannya, kemudian
mengubah serangan lawannya menjadi terjangan badai yang berkekuatan
berlipat-lipat lebih besar. Namun, anak muda ini tahu bahwa sinkangnya masih jauh di bawah tingkat Bupun Ongya, sehingga ia hanya mampu mengusir uap
beracun jauh dari dirinya.
Hal ini tidak terlepas dari mata Bupun Ongya, ia tidak memberi kesempatan
Yang Jing mengembangkan ilmunya, dengan tenaga sepenuhnya ia
melancarkan Yun Xie Chuo Hengte (Awan Salju menghentikan pemburu),
disusul dengan Yun Xie Huan Fen (Awan salju mengikat sukma), dan kemudian
dibarengi dengan hempasan tangan kiri dengan Yun Xie Chong Chan (Awan
salju menghempaskan bulan). Yang Jing benar-benar berada dalam ancaman
maut yang mengerikan, dan sadar itu. Begitu ketiga serangan ini membahana
susul-menyusul, ia mencelat ke atas, dan dengan melakukan delapan gerak
melingkar, tiba-tiba ia membiarkan tubuhnya dikuasahi oleh kekuatan gabungan tiga ilmu ini. Maka tidak ayal lagi, tubuhnya melayang sejauh duabelas tombak, dan jatuh tersungkur di balik semak-semak belukar.
Bupun Ongya menyusul ke tempat itu, dan melihat tetesan darah membasahi
daun semak-semak itu, tetapi" sungguh mengejutkan, ia tidak menemukan
Yang Jing di tempat itu. Segera ia mencari kesana- kemari, namun tetap saja tubuh Yang Jing seperti hilang ditelan bumi. Kebingungan Bupun Ongya
berkerudung biru mengundang lainnya datang dan beramai-ramai mencari Yang
Jing. Tetapi, walaupun kedelapan orang itu mengobrak-abrik semak-semak
belukar, tetap saja tubuh Yang Jing seperti raib ditelan bumi.
"Setan alas" bangsat" keparat, siapa yang berani bermain gila di hadapanku!"
Bupun Ongya mendengus-dengus bagai kerbau kesetanan.
Kemana gerangan Yang Jing berada" Apakah ada orang yang menolongnya"
Mengapa ia membiarkan dirinya dikuasahi oleh kekuatan ilmu Bupun Ongya
yang dilancarkan susul-menyusul itu" Jawabannya ada di PERJALANAN KE
GURUN GOBI Bab 13: PERJALANAN KE GURUN GOBI
Kemana perginya Yang Jing" Sebenarnya ia tidak berada jauh dari tempatnya
semula. Ketika ia dicecar dengan tiga ilmu yang luar-biasa dasyat dan kejihnya, ia tidak berani menangkis atau mencoba mengelakkan diri karena ia akan
celaka. Dalam tempo yang sangat singkat, ia mengambil keputusan untuk
menggunakan Shen De Bu Fu Tui Dong Yang atau Langkah Dewa Mendorong
samudra. Dengan ilmu ini ia melepaskan diri dari gerakan, sehingga ia berada dalam posisi intentional actions. Ilmu ini membuatnya memiliki kemampuan
untuk mengambil benefit dari segala sesuatu yang bergerak disekelilingnya.
Mengambil perubahan gerakan untuk mencapai harmoni secara wajar. Zheng
Yang Jing seolah tidak bergerak, pada saat menggunakan Shen De Bu Fu Tui
Dong Yang, diam di tempat, tetapi sesungguhnya ia telah bergerak secepat
perubahan angin dan menyatu dengan perubahan lima unsur di sekitarnya.
Menyatu dan harmoni dengan gerakan di sekitarnya. Demikian ketika cecaran
Bupun Ongya dengan ilmunya yang luarbiasa dasyat dan kejih itu, Yang Jing
justru menyatukan gerakan dirinya dengan gerak alur ilmu Bupun Ongya.
Sehingga kemana ilmu itu bergerak, diri Yang Jing seolah berubah menjadi
bayangan ilmu itu sendiri.
Tetapi karena kekuatan sinkang dan ginkangnya belum bisa menunjang
kehebatan Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, ia terlambat setengah jurus dari
akumulasi serangan Bupun Ongya, sehingga ia terkena hempasan ilmu itu.
Hempasan saja berakibat sangat parah terhadap dirinya, karena separoh dari
tubuhnya terasa remuk dan tidak terhindarkan lagi ia terluka dalam yang amat parah. Untung ia jatuh di sebuah lubang, yang secara kebetulan jatuhnya tepat mengenahi alat rahasia pembuka tutup lubang bawah tanah dekat pohon besar
di mana ia terjatuh. Lubang itu tertutup dengan sendirinya setelah Yang Jing terlempar masuk kedalamnya.
Hampir tiga hari tiga malam ia menggeletak di tempat itu tidak sadarkan diri. Ia mulai sadar ketika sekujur tubuhnya menjadi basah kuyub akibat air hujan yang merembes masuk melalui pintu lubang bawah tanah itu.
"Tempat apa ini" Sangat gelap. Licin, dan lembab sekali. Iiih"sepertinya aku terperosok ke dalam sebuah lubang di bawah tanah."
Dengan merayap, Yang Jing mulai memeriksa lubang itu. Lubang itu ternyata
sempit dan panjang. Entah berapa jauh dia merayap, namun lubang yang
didalamnya terdapat lorong itu tidak bisa diterka panjangnya. Yang Jing sangat tersiksa sekali, selain lapar, juga ia kehilangan banyak darah. Tubuhnya sangat lemah, dan ia merasakan dadanya sakit sekali. Karena lorong itu sangat sempit, membuat Yang Jing tidak leluasa bergerak, bahkan bernafaspun terasa sangat
berat. Yang Jing bukan model anak muda yang gampang putus-asa, ketekunan dan
kesabaran melebihi manusia pada umumnya. Kecerdasannya yang tidak lumrah
manusia itu, membuatnya sangat berbeda dengan anak muda lainnya.
Sungguhpun demikian, karena luka yang ia derita dan keadaan lorong yang
sempit, gelap, dan lembab itu membuat Yang Jing kehilangan kemampuan untuk
berpikir lagi. Bayang-bayang kematian memenuhi benaknya, membuat ia
hampir-hampir kehilangan kekuatan untuk merayap keluar dari lubang itu.
Dalam keadaan setengah sadar itu, Yang Jing teringat perkataan Kongkongnya, Lie A Sang
"Jing Zhi, ingatlah baik-baik, Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, langkah dewa
mendorong samudra, Tidak bergerak, diam, kosong membuka samudra,
membentuk lingkaran, mengejar ombak. Seperti naga yang mendekam. Seolah
ia diam, kosong dan tidak bergerak. Namun sesungguhnya di dalam seluruh
tubuhnya sedang terpancar kekuatan maha dasyat yang bisa mencuat bagai
gulungan ombak yang menggulung samudra."
Mengingat itu, pikirannya menjadi jernih. Ia merenungkan ilmu itu dalam situasi yang nyata, di dalam lorong sempit. Seperti naga mendekam, seolah diam,
kosong dan tidak bergerak. Menghimpun tenaga, menyedot dari kekuatan
tenaga bumi. Yang Jing tiba-tiba membalikkan tubuhnya, ia diam dan diam.
Seluruh panca indranya terbuka secara wajar, ia kini merasakan desiran-desiran tenaga Chi di lorong itu. Semakin dia tenggelam dalam gerakan Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, semakin ia merasakan betapa hebatnya tenaga Chi yang
bergerak berputar-putar di lorong bawah tanah itu. Kini ia membiarkan tubuhnya yang sudah lemah, kosong dari kekuatan otot, terluka begitu dalam, sehingga tenaga dari Diantan sudah tidak bisa digerakkan lagi, ia kini bersatu dengan kekosongan di lorong bawah tanah itu. Pada saat ia melepaskan semua "isi"
kekuatan yang terbatas di dalam dirinya, ia merasakan betapa hebat arus
kekuatan tenaga Chi yang menerobos dan mengisi kekosongan itu. Sebuah
sumber kekuatan yang tidak terbatas.
Yang Jing berada keadaan seperti itu, yaitu tenggelam dalam telaga Shen De Bu Fu Tui Dong Yang , hampir tujuh hari tanpa makan dan minum. Bila orang
mendapati dirinya, tentu mereka mengira ia sudah mati, karena denyut nadinya seperti berhenti sama sekali. Namun yang mengherankan, warna kulit di sekujur tubuhnya menjadi begitu cemerlang seperti diselimuti sinar perak, walaupun tipis sekali. Pada hari ke delapan, tiba-tiba lorong bawah bagian atas seperti di dorong oleh kekuatan raksasa. Sebongkah tanah sebesar gajah terlempar ke
atas dan dalam waktu sekejab tercetak sebuah lubang seperti kolam. Rupanya
kekuatan itu mencuat keluar dari tubuh YangJing. Dan kini nampak Yang Jing
yang masih dalam posisi tengkurap mulai bergerak. Seluruh pakaian yang
menempel di tubuh sudah hancur menjadi serpihan-serpihan kain lembut
walaupun tetap melekat di tubuhnya tanpa bergeser. Begitu Yang Jing berdiri, serpihan-serpihan kain itu berguguran dan kini anak muda itu berdiri telanjang bulat.
Warna kulit di sekujur tubuhnya masih diselimuti oleh sinar perak yang
diakibatkan terhimpunnya arus tenaga Chi. Tampak anak muda ini tidak ambil
peduli pada keadaannya yang telanjang bulat. Ia berdiri menatap langit, dan seterusnya ia berlutut.
"Kongkong,Jing kini mengerti sedalam-dalamnya perkataan Zhang Sanfeng Tai
Shigung - "Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, langkah dewa mendorong samudra,
Tidak bergerak, diam, kosong membuka samudra, membentuk lingkaran,
mengejar ombak. Seperti naga yang mendekam. Seolah ia diam, kosong dan
tidak bergerak. Namun sesungguhnya di dalam seluruh tubuhnya sedang
terpancar kekuatan maha dasyat yang bisa mencuat bagai gulungan ombak
yang menggulung samudra.?"
Terdapat perubahan besar dalam diri Yang Jing kali ini, terutama pada sorot matanya. Begitu tajam, bening, dan terbersit sinar perak yang begitu lembut.


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perlahan-lahan warna perak di sekujur tubuhnya sedikit demi sedikit menghilang, dan akhirnya menjadi normal kembali.
Masih dalam keadaan telanjang bulat, Yang Jing berdiri dan ia bergerak dengan Langkah Dewa mendorong Samudra.
"wu wei Y?eh ming bu sa ching (tidak bertindak, tidak memiliki seperti
Candraprabhabodhisattva)."
Kakinya bergerak begitu ringan, seolah-olah bergerak menurut gerakan arus Chi yang tidak kelihatan di tempat ia berpijak. Sedikit demi sedikit tubuhnya mulai diselimuti dengan sinar perak tipis.
" kaki bergerak menurut rahasia ketenangan, kosong, bermuara ke arah gerakan angin."
Seolah ia betul-betul tidak bergerak, hanya diam di tempat, namun terdengar suara seperti gerakan angin di selah-selah daun.
"Kong men quan! Menyusup ke pintu gerbang kekosongan, " Yu men quan,
menyatu dengan gerakan alam, angin, dan chi."
Kali ini Yangjing membuat gerakan seperti seekor belut di pusaran air, tubuhnya nampak diam, namun terdengar suara, "Wus"sst"wus". Dalam waktu kurang
dari empat detik, ia telah melakukan entah berapa gerakan yang kecepatannya sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Yang Jing nampak tersenyum setelah bersilat dengan Shen De Bu Fu Tui Dong
Yang, ia mengambil buntalannya dan mengenakan pakaiannya yang lain. Luka
dalamnya sudah tidak berbahaya lagi. Kemudian ia melesat menuju ke arah
gurun Gobi. Ketika ia menggerakkan ginkangnya, ia merasakan ada perbedaan
yang besar, dan hawa sakti di dalam Diantan juga bergerak lebih kuat di
bandingkan sebelumnya.
Dari Yinchuan, Yang Jing terus berlari secepat terbang menuju Wuhai. Di Wuhai ia mengaso sebentar di dalam desa-desa kecil yang banyak didiami oleh suku
Hui, kemudian menuju ke Linhe. Dari Linhe ia memasuki desa terpencil ,
Taiyangmiao. Hampir tidak didapati orang-orang Han berkeliaran atau
berdagang di desa ini. Kebanyakan penduduk adalah orang-orang Mongol.
Ketika memasuki desa ini, Yang Jing menjadi tertarik melihat penduduk
membuat lubang-lubang besar di perut bukit yang banyak terdapat di desa ini.
Perut bukit digali membentuk terowongan dan menaruh batu-batu besar sebagai pintu masuk dan keluar. Sedangkan di bagian lain, banyak pemuda-pemuda
yang membawa binatang buruan terutama kambing gurun, dibuat dendeng,
kemudian disimpan di dalam daun-daun lebar yang berwarna hijau kehitam-
hitaman. Secara beramai-ramai mereka mengerjakan pembuatan dendenga itu
lalu dibagi-bagikan sesuai dengan jumlah terowongan yang mereka buat.
Yang Jing ingin bertanya kepada salah seorang penduduk tentang apa yang
sedang mereka persiapkan, namun tidak ada seorangpun yang bisa berbahasa
Han. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk meneruskan perjalanannya
menuju gurun pasir Gobi. Tujuannya adalah Istana Gurun Gobi yang terletak
disebelah barat Gurun. Sebuah istana yang menjadi tempat pelarian serdadu-
serdadu Mongol ketika dihantam mundur oleh pasukan rakyat pimpinan Zhu
Yuan Chiang. Pada saat pasukan Mongol itu melarikan diri, mereka membawa
sebagian besar buku-buku perpustakaan negara yang terdiri dari banyak ilmu.
Salah satu buku penting yang hilang dari istana adalah buku penelitian yang ditulis oleh seorang cerdik-pandai yang hidup di jaman dinasti Sung, Lie Bing Zhi. Peneliti berotak luar-biasa pandai ini banyak menulis hasil penelitiannya baik yang menyangkut soal ekonomi, perbintangan, ilmu hitung kuno (seperti
matematika kuno), politik, perang, dan juga ilmu silat. Terdapat tiga penelitian maha besar yang ditulis begitu rinci dan rumit: ilmu perang dan politik,
perbintangan, dan ilmu silat. Ilmu-ilmu tangguh yang ada dari mulai dinasti Sung sampai sebelum diteliti begitu teliti dan ditulis dalam bentuk syair, perbintangan, dan ilmu hitung kuno yang tidak mungkin dimengerti oleh orang yang tidak
mengerti ilmu-ilmu tersebut. Buku penelitian Lie Bing Zhi bukanlah buku yang menarik bahkan boleh dikatakan tidak ada orang yang berminat membacanya.
Penelitian ilmu silat bukan ditulis dalam bahasa dunia kangouw juga tidak
terdapat gambar jurus-jurus yang diperagakan. Penulisannya dimulai dari
sejarah ilmu itu, kemudian sifat-sifat dan kedasyatannya, setelah itu inti sari ilmu-ilmu itu ditulis dalam bentuk rumus-rumus seperti Fisika, matematika,
perbintangan, filsafat, dan masuk juga ke dalam bahasa pertabiban (bahasa
kedokteran di jaman sekarang). Bila seorang ahli silat tingkat tinggi membaca buku ini, juga tidak akan pernah mengerti bahwa Lie Bing Zhi sedang
menguraikan ilmu-ilmu yang maha dasyat. Mereka akan berpikir, buku ini adalah kisah dongeng pergolakan dunia kangouw. Buku penelitian Lie Bing Zhi diberi nama: WULIN XINWEN JISHI (Kisah Dunia Kangouw).
Wulin Xinwen Jishi yang tidak menarik dan sulit dimengerti inilah yang disebut berpuluh-puluh kali dalam catatan kecil Zhang Sanfeng. Yang Jing diminta
kakeknya, Lie A Sang, untuk melakukan perjalanan maha sukar hanya untuk
sekedar membaca buku ini yang tersimpan di Istana Gurun Gobi.
Ketika Yang Jing beranjak meninggalkan desa Taiyangmiao, tiga orang Mongol
tampak memburuhnya. Tiga orang dikenal sebagai orang-orang yang paling
berpengaruh di Taiyangmiao, namanya: Odgerel (artinya sinar bintang), karena wajah orang setengah tua ini memang terang dan memancarkan kebijaksanaan
dan welas asih. Orang kedua bertubuh tinggi besar dan kekar, usianya kira-kira limapuluh enam tahun, namanya: Nyamsuren (artinya Kekuasaan hari Sabtu). Ia dilahirkan pada hari sabtu pada saat ayahnya dengan gagah berani membunuh
binatang sejenis singa gurun yang banyak membunuh anak-anak kecil dari desa Taiyangmiao. Orang ketiga tampak masih muda. Wajahnya persegi dengan alis
mata yang tebal sekali. Kulitnya merah terbakar sinar matahari. Nampak gagah dan menyinarkan kejujuran, namanya: Munkhjargal (artinya rejeki kekal).
"Anak muda berhenti sebentar!" Seru Odgerel sambil berlari mendekati Yang
Jing. "Kalau boleh tahu, mau kemanakah kau anak muda?" bahasa Han sangat lancar
dan bagus. Dengan terus terang Yang Jing mengatakan," aku hendak menuju istana Gurun
Gobi, paman."
Betapa terkejutnya ketiga orang itu.
"Anak muda, kunasihatkan kau mengurungkan niatmu, karena lambat cepat
dalam beberapa hari ini akan terjadi badan gurun yang amat sangat hebat! Tidak ada satu mahlukpun yang bisa bertahan dari gulungan badi itu tanpa
perlindungan.!"
Sedang Taiyangmiao menerangkan akan adanya badai gurun, sekonyong-
konyong terdengar teriakan-teriakan nyaring dari arah utara.
?"?"?" ?"?"?" "..?"?"" ?"?"?""..?"?"" ?"?"?"!" (bahasa Mongol)
Para pemuda Mongol yang sedang berburuh kambing burun tampak berlari
secepat-cepatnya sambil meneriakkan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
Yang Jing. Para penduduk tiba-tiba memisahkan diri menurut kelompok tertentu dan serempak masuk ke lubang-lubang perut bukit dan segera menutupnya
dengan batu-batu sebesar kerbau.
Ketiga orang itu tiba-tiba menyeret Yang Jing
"mari anak muda, ?"?"" ?"?"?" sudah datang, mari berlindung di tempat kami!"
Dengan sangat cepat ketiga orang itu setengah menyeret Yang Jing memasuki
perut bukit dan menutup lubangnya dengan batu.
Tidak beberapa berselang, Yang Jing mendengar suara bergemuruh yang
memekakan telinga, dan terdengar juga suara-suara pohon-pohon, rumah-
rumah, batu-batu berhamburan seperti dihantam tangan Iblis yang lagi murka.
Bab 13B: PERJALANAN KE GURUN GOBI (BAGIAN KEDUA)
Badai gurun yang disebut oleh penduduk desa Taiyangmiao, ?"?"" ?"?"?", kali ini sungguh sangat dasyat. Menurut kepercayaan tradisi penduduk desa ini,
badai seperti ini hanya terjadi seratus tahun sekali. Dalam waktu yang sangat singkat berjuta-juta kubik pasir halus bergerak seperti gunung raksasa dan
menghantam apa saja yang ditemuinya. Desa Taiyangmiao tertimbun pasir dan
lenyap tidak lebih dari satu penanak nasi lamanya. Hampir semalaman angin
kencang yang diselumuti pasir bergerak kencang menuju sebelah timur laut
gurun Gobi. Malam harinya angin sedingin es bertiup luar-biasa kencang.
Daerah ini berubah menjadi seperti gurun yang tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi. Binatang-binatang yang biasanya berkeliaran di waktu malam sekedar
mencari makanan sudah tidak ada lagi, bahkan seekor nyamuk pun tiba-tiba
lenyap begitu saja.
Angin dingin yang menderu-deru itu seperti arwah-arwah gentayangan yang
berpesta porah karena rasa penasaran mereka dipuaskan. Manusia mana yang
bisa berdiri menyombongkan hartanya, kedudukan, kecantikan atau
kegagahannya di tengah-tengah alam yang seolah-olah bosan dengan tingkah
laku manusia. Semua dimensi kehidupan ditaklukan di bawah kuasa alam yang
diatur oleh satu tangan yang tidak kelihatan, tangan Sang Pencipta. Betapa
kerdilnya seseorang apabila melupakan kekuasaan tangan Tuhan yang
mengatasi segala sesuatu.
Terowongan atau lebih tepat disebut bunker-bunker yang dibangun di perut bukit atau gunung-gunung itu, juga turut tertimbun lautan pasir putih. Dari luar, penduduk desa Taiyangmiao seperti menghilang, sehingga terhindar dari
amukan badai. Namun, tidak semuanya demikian. Entah disebabkan karena kelalaian atau
tergesa-gesa, rombongan Odgerel harus memperjuangkan hidup mati-matian.
Beberapa saat setelah mereka memasuki bunker, tiba-tiba batu yang menutup
pintu keluar bergeser dan kemudian terguling. Tidak ayal lagi, angin yang maha kuat yang berselimut pasir bergerak seperti jutaan tangan siluman menyedot apa saja yang ada di bunker itu. Barang-barang termasuk ransum makanan lenyap
tersedot oleh angin itu.
"Celaka " " seru Odgerel
"Toloongggggg".!"
Tiba-tiba, sesosok tubuh yang ada di dalam bunker tersedot keluar dengan
kecepatan tinggi. Yang Jing juga merasakan kulit di sekitar tubuh seolah mau copot dari kerangkanya karena daya sedot angin badai di luar bunker itu.
"Aduh ". Tolong"mati aku"tolong?"
Tubuh yang tersedot keluar itu menghantam Munkhjargal.
"Yamami " pegang tanganku kuat-kuat",
seru anak muda ini dengan muka menunjukkan kepanikan hebat.
"Aduh " aku sudah tidak kuat lagi Munkhjargal"!"
Yamami, anak gadis Odgerel, sudah hampir telanjang bulat, karena seluruh kain yang menutup tubuhnya sudah melayang entah kemana. Melihat keadaan ini,
Yang Jing melompat, dan dengan dengan berani ia berdiri tepat di pintu bunker, sambil menahan dua orang yang berjuang mati-matian untuk melepaskan diri
dari daya angin itu.
"Paman Odgerel, tariklah mereka ke sebelah samping, jangan pikirkan diriku."
Yang Jing berseru dengan suara sangat nyaring.
Odgerel dengan tergesa-gesa menyeret Munkhjargal dan Yamami ke arah yang
berlawanan dengan arah pintu bunker. Mereka jatuh menghantam dinding
bunker. "Anak muda, melompatkan ke arah kami."
"Paman, jikalau aku turut melompat ke sana, kita semua akan binasa.
Bertahanlah sebentar, aku akan mencoba menarik batu penutup!"
"Anak muda jangan biarkan dirimu berdiri diluar pintu!" Seru Nyamsuren, Kuatir.
"Paman berdua, dan twako itu sudah rela menerimaku di tempat ini, masakan
aku akan diam saja sementara seluruh isi keluarga akan binasa dihantam badai.
Biarlah aku mencoba menarik batu itu!"
Yang Jing bergerak mendekat pintu bunker. Hatinya mencelos, karena ia
merasakan betapa luar-biasa kekuatan sedot angin di luar. Ia menggerakan
kekuatan sinkangnya untuk menahan agar kulitnya tidak terlepas atau copot.
Dengan segenap kemampuannya, ia mencoba menarik batu sebesar kerbau
untuk menutup pintu bunker. Namun apa artinya kekuatan Yang Jing, walaupun
ia memiliki kekuatan sakti yang mengeram di tubuhnya. Ia tidak mampu menarik batu itu, bahkan batu bergeser semakin menjauh dari pintu bunker, akibatnya daya arus sedot itu bertamba kuat pengaruhnya di dalam bunker itu.
Mendengar suara histeris dan teriakan ketakutan dari dalam bunker yang keluar dari mulut anak-anak, Yang Jing menjadi semakin cemas.
"Kalau aku tidak bisa menutup pintu lubang ini dengan batu itu, maka entah
berapa banyak orang yang akan binasa, dan aku tidak akan pernah dapat
mengampuni diriku sendiri. Biarlah aku melompat keluar dan menutup tempat ini dari luar. Biarlah aku sendiri yang binasa, tapi banyak orang akan selamat.
Kongkong"maafkan Jing yang tidak bisa memenuhi harapan Kongkong."
Setelah berpikir demikian, Yang Jing segera melompat keluar.
"Anak muda " aah"celaka".! Banyak orang berseru kaget ketika melihat Yang
Jing melompat keluar.
Beberapa kemudian detik Yang Jing tidak bisa menggunakan matanya, karena
terjangan angin pasir itu. Namun sekilas ia sudah melihat letak batu dan pintu lubang itu. Dengan berani, ia merangkak mendekati batu itu, dan dengan
menggunakan tenaga dorong ilmu Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, ia berhasil
menutup lubang itu.
Detik selanjutnya, Yang Jing sudah merasakan bahwa ia tidak mungkin bisa
bertahan menghadapi terjangan badai yang maha dasyat ini. Maka ia mengambil keputusan untuk menggerakkan ilmu Shen De Bu Fu Tui Dong Yang pada
tingkat yang paling akhir yang disebut: Yuan Jin Wuzhi (seperti ulat memasuki kehampaan). Jurus ini belum pernah dipraktekkan sebelumnya, karena ia tidak memiliki tempat yang cocok untuk melatihnya. Ia berpikir, sebelum binasa
digulung badai pasir, lebih baik mencoba ilmu ini.
Kini ia tidak melawan, bahkan membiarkan dirinya menyatu dengan kekuatan
maha dasyat yang diperlihatkan oleh badai gurun. Dirinya betul-betul seperti seekor ulat yang lunak dan elastis. Kemanapun badai itu membawanya, ia
seperti ulat yang mandah saja ditekuk, dihempas, digulung, dan dipontang-
pantingkan oleh angin badai itu. Saat itulah Yang Jing betul-betul bergerak menjadi satu dengan gerakan angin badai itu.
Yang mengherankan, Yang Jing bisa tersenyum tenang di tengah-tengah
gulungan badai pasir bahkan ia semakin mengerahkan seluruh poros Yuan Jin
Wuzhi sampai pada tingkat yang benar-benar kosong. Jikalau dilihat dari jauh, ia tampak seperti Dewa pasir yang sedang menggulung bumi. Perlahan-lahan
namun pasti, Yang Jing dapat mulai mengikuti gerakan angin badai. Dengan
mata bathinnya ia dapat merasakan gerakan angin yang silih berganti saling
dorong-mendorong dan melengkapi begitu harmoni dan sempurna. Ia tidak
melihat bentuk atau warna gerakan angin badai itu, namun ia mendengar dan
merasakan dengan baik. Dengan Yuan Jin Wuzhi, ia mengikuti keharmonisan
dan kesempurnaan gerakan yang tidak kelihatan itu. Dan sungguh luar-biasa,
dari dalam dirinya mencuat kekuatan dasyat yang menjadi satu dengan kekuatan angin badai itu.
Pada saat tubuhnya digulung, dipluntir, dihempaskan oleh angin badai itu, tubuh Yang Jing pontang-panting dengan kecepatan yang sama dengan angin itu. Ia
sudah berada dalam poros Yuan Jin Wuzhi, sehingga kekuatan dan kecepatan
angin itu seolah-olah telah menjadi bagian dari kekuatan dan kecepatannya.
Jurus terakhir dari ilmu Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, yaitu Yuan Jin Wuzhi
telah mencapai titik yang sempurna di dalam diri Yang Jing, sehingga hempasan angin itu tidak membuatnya menderita. Ia tidak lagi bergerak menurut unsur
gerakan yang tampak oleh mata, tetapi bergerak mengikuti Da Qi (Chi yang
besar). Pad saat ia membiarkan Da Qi bergerak bebas di dalam dirinya, ia telah berada dalam poros Yuan Jin Wuzhi.
Hari kedua setelah badai pasir dan angin dingin, bumi kembali memberi sinarnya yang ramah dan penuh kemesraan. Gunung-gunung seolah-olah sedang dipeluk
oleh tangan yang lunak, lembut, dan sangat halus. Demikian juga sungai-sungai dan danau seperti beralasan permadani putih yang maha luas membawa
keajaiban yang tidak tertuturkan.
Burung-burung dari segala jenis mulai bermunculan dari segala tempat. Entah di mana mereka menyembunyikan diri pada saat badai mengganas. Mengandalkan
sayap-sayap mereka untuk terbang lebih tinggi dari ketinggian, ah, pasti tidaklah demikian. Mengandalkan kekuatan untuk bertahan diri di cabang-cabang pohon, jugalah tidak mungkin. Sulit untuk diuraikan bagaimana mereka
menyembunyikan diri. Walaupun sukar untuk dijelaskan bagaimana mereka
menyelamatkan diri, kenyataannya, mereka bisa muncul lagi dengan suara yang tetap merdu dan tetap menari-nari di hamparan lautan pasir itu sambil mencari makanan.
Sementara itu, gundukan-gundukan pasir itu tempat bekas desa Taiyangmiao,
juga tampak menunjukkan adanya gerakan-gerakan tertentu. Tampak orang-
orang desa berhasil membuka pintu batu dan mereka mulai bekerja keras
membereskan pasir-pasir yang menutup jalan keluar. Siang harinya, orang-orang desa itu sudah pada keluar. Anak-anak mulai berlari-larian di hamparan pasir itu dengan riang gembira. Para ibu-ibu sudah mulai menyalahkan api dapurnya.
Rombongan Odgerel tampak keluar juga dari bunkernya. Wajah-wajah mereka
tampak lelah walaupun menunjukkan rasa lega. Odgerel, Nyamsuren,
Munkhjargal, dan Yamami nampak menoleh ke kiri dan ke kanan seperti mencari sesuatu.
"Ayah, apakah inkong itu (tuan penolong) masih hidup?" Yamami bertanya
kepada Odgerel, ayahnya.
"Yamami, manusia mana yang bisa hidup di tengah kekuasaan ?"?"" ?"?"?",
tidak seorangpun. Aah"anak muda itu sungguh berjiwa mulia."
"Paman, aku melihat mata anak muda menyinarkan cahaya keagungan.
Sehingga menjadi seperti sudah takluk dan hormat kepadanya." Munkhjargal
menjelaskan. "Marilah kita mencari tubuhnya, kita kuburkan baik-baik sebagai malaikat
penyelamat keluarga kita, ayolah."
Tanpa menunggu jawaban, Odgerel segera berjalan menuju Timur laut untuk
mencari Yang Jing yang dianggapnya sudah mati. Mereka berjalan menuju
padan gurun besar yaitu Gurun Gobi yang menurut kepercayaan orang-orang
desa Taiyangmiao sebagai istana ?"?"" ?"?"?" atau badai gurun. Sebagai suku Mongol yang dilahirkan di desa yang berdekatan dengan Gurun Gobi, mereka
tidak asing lagi dengan keadaan Gurun Gobi.
Hampir setengah hari lamanya mereka berjalan, akhirnya mereka benar-benar
menyerah, karena tidak ada tanda-tanda tubuh Yang Jing terhempas di gurun
itu. Dengan rasa sedih yang mendalam mereka mengambil keputusan untuk
kembali. "Sang Dewa Gurun mungkin telah menamatkan riwayat hidupnya" ah"kita
berhutang nyawa kepada pemuda pembrani itu!"
Orang Mongol sangat menyukai dan menjunjung tinggi kegagahan.
Pengorbanan yang diberikan oleh Yang Jing benar-benar membekas sangat
dalam di dalam lubuk hati mereka.
"Inkong " inkong"kalau engkau masih hidup, berikanlah kami tanda"apabila
engkau sudah mati, tuntunlah aku kepada jenasahmu!" Sekonyong-konyong
Yamami berteriak dengan suara sekeras-kerasnya.
Entah kebetulan atau memang suara gadis ini berkumandang begitu rupa
sehingga mengagetkan burung-burung yang secara tiba-tiba berterbangan dari
tempat di dekat sebuah gundukan besar. Keempat orang itu segera berlari ke
arah asal burung-burung itu.
"Aah"itu pohon-pohon khargana dan tamarisk " pasti burung-burung itu
bersembunyi di lubang-lubang bawah tanah tepat di bawah pohon-pohon itu.
Ayo kita ke sana!"
Nyamsuren, setelah berkata begitu, segera berlari menuju tempat yang banyak ditumbuhi pohon-pohon khargana dan tamarisk itu. Setelah menggali sebuah
lubang dimana burung-burung itu berasal. Mereka segera menemukan lubang
yang cukup besar yang membentuk terowongan. Dengan memasuki terowongan
Lencana Pembunuh Naga 4 Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Rahasia Ciok Kwan Im 5
^