Pencarian

Penelitian Rahasia 6

Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Bagian 6


De Kun yang merasa telah berhasil menghilangkan saingan beratnya, segera
mendatangi Gan Soan Lie dan Wangyu. Dengan terang-terangnya ia
menerangkan bahwa ia telah berhasil membunuh musuh besarnya yang telah
merenggut hati Soan Lie. Ia meminta Soan Lie menjadi istrinya dengan sukarela.
Soan Lie yang merasa sangat sakit hati mendengar Lie A Sang terbunuh,
menjadi sangat marah dan nekad. Dengan dibantu oleh Wang Yu, ia menempur
De Kun. Sungguhpun dua orang pendekar itu maju berbareng, mereka tetap
bukan tandingan De Kun. Dengan membawa luka-luka pada dada kirinya, Wang
Yu mengajak Soan Lie melarikan diri ke utara. De Kun boleh tidak tertandingi ilmu silatnya, tetapi ia tidak bisa menandingi ginkang yang dimiliki oleh Soan Lie.
Semenjak peristiwa itu, De Kun melalang buana di rimba persilatan, membunuh tokoh-tokoh hitam atau putih, mengobrak-abrik partai-partai persilatan. Banjir darah di kalangan pendekar terjadi di mana-mana. Namun ia tidak berhasil
menemukan jejak Gan Soan Lie. Hatinya menjadi lebih sakit lagi, karena dengan terang-terangan Soan Lie mengatakan tidak mencintainya bahkan membencinya
sedalam lautan. Kenyataan ini betul menggoncangkan bathinnya yang sudah
lemah, sehingga ia berubah menjadi iblis dunia persilatan yang paling ditakuti.
Bagaimana dengan Lie A Sang" Ternyata ia tidak mati di dasar jurang, ia
diselamatkan oleh seorang kacung yang membersihkan kuburan Zhang
Sanfeng, pendiri dan guru besar Wudangbai. Kacung itu secara diam-diam
membawanya ke puncak Wudangshan dan merawatnya ditempatnya tinggalnya,
kuburan Zhang Sanfeng. Tidak dinyana, di tempat itu secara kebetulan ia
menemukan catatan kecil peninggalan Zhang Sanfeng yang melengket di
punggung orang sakti itu. Mulailah ia memperdalam ilmunya berdasarkan
catatan kecil itu yang berisi dua ilmu Delapan Lingkaran Dewa dan catatan
penting mengenahi analisa Zhang Sanfeng terhadap ilmu-ilmu yang beredar di
Wulin. Ia tidak memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian seperti yang dinyatakan dalam buku catatan itu. Ia hanya mendalami dua ilmu dari delapan lingkaran Dewa dan memperdalam soal pengenalan sifat-sifat ilmu silat.
Sedangkan Wang Yu dan Gan Soan Lie mempelajari banyak ilmu di Istana
Gurun pasir. Wang Yu juga mencintai Soan Lie, tetapi ia tahu shimeinya ini
hanya mencintainya sebatas adik kepada kakaknya. Sungguhpun demikian ia
sudah merasa sangat berbahagia karena bisa hidup bersama-sama dengan
Soan Lie sambil mempelajari ilmu silat tingkat tinggi di gurun pasir.
Dua tahun kemudian, Lie A Sang bertemu kembali dengan Soan Lie dan Wang
Yu. Dari pandangan matanya, ia melihat Wang Yu, pemuda yang sangat ia
kasihi seperti adik sendiri, telah jatuh cinta, bahkan cintanya begitu murni, kepada Soan Lie. Diam-diam ia mengambil keputusan untuk tidak mengganggu
kebahagiaan Wang Yu. Wang Yu sadar dan melihat sikap Lie A Sang. Mereka
bertiga mengadakan kesepakatan mencegah Sima De Kun merajalela di rimba
persilatan dengan tanpa seorangpun berani menentangnya.
Mereka bertiga mencari De Kun dan menemukannya di dekat pantai Bohai.
Terjadilah pertempuran yang luar-biasa hebatnya antara tiga pendekar ini
dengan iblis rimba persilatan yang kesaktiannya sudah sukar diukur. Kekuatan De Kun dan ilmu silatnya ternyata maju pesat. Walaupun ia setengah gila,
namun karena ia adalah seorang yang sangat berbakat, ia terus berlatih dan
menciptakan ilmu-ilmu baru yang tangguh dan ganas.
Pertempuran yang memakan waktu tiga hari itu berakhir sangat tragis.
Gempuran Shen De Bu Fu Tui Dong Yang (Langkah Dewa mendorong
Samudra) dari Lie A Sang tidak bisa ditahan lagi karena pada saat yang sama, Wang Yu melayangkan pukulan Hongyun Xinbazhang (tangan sakti awan
merah) ke arah kaki kanannya, demikian juga secara beruntun Soan Lie
mengedor kaki kirinya dengan Baiyun Xinbazhang (tangan sakti awan putih). De Kun yang tahu dirinya sukar untuk menyelamatkan diri lagi, dengan nekad
menggerakkan sinkang sepenuhnya untuk menyambut serangan tiga pendekar
itu. Karuan saja empat pendekar yang semula harum dikenal sebagai Wulin
Sanshi, sama-sama terjungkal dengan membawa luka yang tidak ringan.
Yang lebih mengenaskan, De Kun kehilangan kedua kaki dan tangannya dan
terjungkal ke dalam jurang yang bentuknya seperti sumur. Betapa terkejutnya hati ketiga pendekar itu, ketika memeriksa lebih teliti, ternyata lubang itu adalah sumur buaya.
Sima De Kun ternyata tidak binasa di sumur buaya, ia tetap hidup dari daging buaya yang entah berapa jumlahnya itu. Di dasar sumur yang luar-biasa
dalamnya itu, ia memperdalam ilmunya dan menciptakan ilmu-ilmu yang sangat
mengerikan. Ia mengambil sifat-sifat buaya yang ganas dan menyerap sifat-sifat itu untuk menciptakan sebuah ilmu yang disebut: E-Qiangjie (jubah buaya) dan Weixian sou Dixian (lingkaran merontokkan bumi). Pengaruh sifat ganas dan
kejih dari ilmu-ilmu ini merubah manusai ini menjadi seperti iblis yang haus darah.
Hari ini dia telah dapat keluar dari sumur buaya, itu berarti dunia persilatan lambat atau cepat akan dilanda ketakutan yang hebat karena dendam kesumat
yang berkobar semakin hebat di dalam dada manusia iblis ini.
"Wei Ing, bagaimana kau dan temanmu bisa kehilangan kedua tangan dan kaki
dan menjadi manusia yang tiada guna lagi?"
"Laofu, kami bertempur dengan dua pendekar muda yang mewarisi ilmu-ilmu
sakti yang sukar dilawan."
"Ilmu sakti macam bagaimana?"
"Xing Long guan Shandong Quan dan Fo Fen Da Hai."
"Ha" Xing Long guan shandong Quan, ilmu pendekar Tienshan dan Fo Fen Da
Hai ciptaan si Guci Sakti Wang Ming Mien Dua bergabung menjadi satu lagi"
Seberapa hebat gabungan ilmu itu" Wei Ing dan kau, coba serang aku dengan
ilmu terhebat yang kau miliki, ayo!"
"Baiklah Laofu "."
Dua datuk itu dengan posisi, Hong Hua Laomo duduk di atas pundak Bohai
Toatbeng Laomo, mulai mengeluarkan ilmu-ilmu mereka yang dipersatukan dan
menyerang dengan hebatnya. Sesudah berlatih sekian bulan, kedua orang cacat ini mulai mampu memainkan ilmu silat gabungan yang hebat. Mereka pikir inilah kesempatan yang baik untuk menjajal sampai dimana kehebatannya.
Serangan kedua datukitu tidak bisa dibuat main-main, selain hebat daya
sinkangnya juga racun yang dikeluarkan amat sangat berbahaya. Anginnya saj
sudah mampu membuat orang yang kepandaiannya setengah-setengah mati
dalm keadaan darah membeku keracunan.
Namun, Sima De Kun hanya memandang dengan senyum mengejek. Dia
membiarkan begitu saja serangan-serangan itu menggedor tubuhnya: dada,
pinggang, kepala, leher, dan jalan-darah.
"Bak"bik"buk"duk!"
"Ha"ha"ha"dengan ilmu seperti ini mau melawan Xing Long guan Shandong
Quan dan Fo Fen Da Hai, tentu saja terjungkal"manusia-manusia bodoh"lihat
apakah ilmu itu bisa mengatasi sepersepuluh dari ilmuku."
Begitu selesai bicara, tubuh Sima De Kun yang sudah cacat itu tiba-tiba
menghilang dari hadapan mereka, dan betapa terkejutnya mereka ketika tahu-
tahu tubuh itu sudah meluncur dari atas dengan kecepatan seperti meteor
bergulung-gulung membentuk lingkaran.
"Blaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrr?"..!"
Batu gunung yang menjadi lantai sumur buaya itu hancur berantakan dengan
menciptakan debu setinggi delapan tombak. Untung pukulan maut ini tidak
diarahkan kepada kedua datuk itu, jikalau ini terjadi, tubuh kedua datuk itu akan hancur lebur tidak berbentuk lagi. Inilah ilmu yang dinamakan Weixian sou
Dixian. Dapat dibayangkan betapa gentar kedua orang kosen itu terhadap Sima De Kun.
"Sekarang katakan, apakah Xing Long guan Shandong Quan dan Fo Fen Da Hai
bisa menandingi ilmuku ini!"
Bergedik kedua datuk itu melihat sorot mata Sima De Kun yang menyinarkan
cahaya yang mengerikan. Hawa kekejihan dan dendam memancar dari kedua
mata jalang itu. Mau tak mau kedua datuk yang sudah sangat ditakuti di dunia kangouw menjadi takut dan gentar begitu berhadapan dengan Sima De Kun.
Begitulah Sima De Kun telah bebas dari sumur buaya. Dia mulai mengatur
rencananya untuk memancing ketiga musuh bebeyutannya keluar dari
tempatnya. Dua datuk itu dilatih dengan ilmu khusus yang dimainkan dengan
kondisi seperti mereka. Tidak ayal lagi, kedua orang itu seperti tumbuh sayap, semakin lihai, dan semakin berbahaya. Tiga manusai iblis yang sama-sama
menaruh dendam kepada orang-orang tertentu mulai melakukan aksi
pembantaian kepada tokoh-tokoh persilatan yang tidak mau tunduk kepada
mereka. Kira-kira dua bulan yang lalu, Bupun Ongya mendatangi lembah buaya pantai
Bohai ini. Tujuannya adalah membujuk Sima De Kun untuk menjadi
pembantunya. Dapat dibayangkan betapa marahnya manusia iblis ini ketika
mendengar dua orang berkerundung hitam memintanya menjadi pembantunya
bagi kepentingan politik.
"Hmm"manusia bosan hidup, coba katakan sekali lagi apa maumu?"
"Laofu, maukah Laofu membantu kami untuk menaklukan dunia persilatan di
bawah kaki kami dan mendukung rencana kami menggulingkan pemerintahan
kaisar Yongle?"
"Aku ingin tahu sampai dimana tingginya ilmu orang yang mau membujukku
menjadi pembantunya. Begini, apabila engkau tidak bisa mengalahkan aku,
engkau harus tunduk dan mengikuti kemauanku atau binasa di tanganku. Jika
aku kalah, terserah kalian."
Setelah berkata begitu, dengan muka sedingin golok karatan, Sima De Kun
sudah melayang dari atas kursinya dan berdiri di hadapan dua orang yang
dipanggil Bupun Ongya. Kali ini Bupun Ongya tidak bisa menghindar lagi.
"Laofu, kami sudah siap!"
Sima De Kun hanya tersenyum mengejek, "
"Seranglah aku sesuka hatimu". !"
Bupun Ongya yang sadar sedang berhadapan dengan orang yang
berkepandaian yang sukar diukur tingginya tanpa sungkan-sungkan lagi
menyerang bareng. Ilmu simpanannya segera dikeluargkan, Yun Xue Liao
Linghun (awan salju merogoh sukma). Pukulan awan salju ini luar-biasa
dasyatnya, sebentar saja ruangan itu sudah dipenuhi oleh awan putih yang
mengandung racun yang ganas tidak kepalang. Namun Sima De Kun hanya
terkekeh-kekeh menanggapi serangan ilmu ini
"Ilmu bagus"ilmu bagus"tapi masih jauh untuk bisa menembus E-Qiangjie
(jubah buaya)."
"Des " des"des?"
Entah berapa kali Sima De Kun membiarkan tubuhnya dihantam oleh ilmu Yun
Xue Liao Linghun yang dikerahkan dengan tenaga sepenuhnya. Namun
jangankan merobohkannya, membuat ia bergeser dari tempat saja tidak.
Bupun Ongya menjadi terheran-heran melihat Yun Xue Liao Linghun menjadi
seperti lumpuh begitu bertemu dengan kulit De Kun.
"He"he"he" serangan seperti tofu yang tidak berfaedah apa-apa"he..he?"
Melihat kedua saudara dan sekaligus junjungannya dipermainkan sedemikian
rupa oleh manusia cacat itu, kedua Lan Wu Kui menyerang dengan luar-biasa
cepat dan dasyatnya.
"Aya " Lan wu po huai gu ge, lan wu shen ling na qu lai (Halimun biru
menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma) ciptaan Chu Jung. Wah "
sudah cukup hebat, tetapi tidak sehebat apabila dimainkan oleh Chu Dung Lin.
Mungkin Chu Dung Lin sendiri yang baru bisa menjadi lawan setimpal bagiku!"
Dengan seenaknya Sima De Kun melayani empat orang jago itu tanpa kelihatan
terdesak. Setelah lewat limapuluh jurus, sekonyong-konyong ia menghilang dari pandangan musuhnya, dan sebelum keempat orang itu tahu apa yang terjadi,
tahu-tahu ada kekuatan dasyat yang melemparkan mereka tunggang-langgang
dihantam oleh pukulan maut yang dilancarkan dengan cara menukik seperti
rajawali menyambar mangsa.
"Wuuumm "..Blaaaar!?"
Betap terkejutnya keempat orang sakti begitu melihat akibat dari serangan Sima De Kun. Mereka berdiri tertegun menatap sesosok manusia cacat dengan ilmu
silat yang luar-biasa tinggi dan dalamnya ini. Selama ini mereka tidak pernah berpikir ada seorang manusia yang memiliki kepandaian seperti ini, diam-diam mereka bergedik. Bupun Ongya berpikir keras, "
"Kalau aku bisa mendapatkan tenaga atau bantuan orang ini, tidak beberapa
lama lagi seluruh kangouw akan berada dalam tali kendaliku, dengan begitu
akan sangat mudah menghantam habis ribuan pasukan jendral Gan Bing dan
membunuh kaisar Yongle, si keparat itu!"
Selagi Bupun Ongya tengah memeras otak, entah darimana munculnya, tiba-tiba di situ telah berdiri seorang yang mengenakan jubah biru. Wajahnya juga
tertutup rapat dengan kain biru. Begitu orang ini muncul tersiar bau bunga Siang yang luar-biasa tajamnya. Ia berkelebat seperti halimun diterjang badai, cepat luar-biasa.
"De Kun, kau sudah keluar dari kubur dan menganggu anak kecil."
Suara orang ini seperti burung hantu kelaparan, dingin, dan menyebarkan hawa kematian di sekitarnya.
"Ha..ha"ha".Chu Dung Lin, kau masih hidup " ha"ha"ha"sudah tidak
betah menahan gelora dendam terhadap keturunan Shi Kuang Ming dan Zhang
Sanfeng. Tetapi ingat, ahli waris Zhang Sanfeng adalah bagianku, dan aku tidak peduli urusanmu dengan ahli waris Shi Kuang Ming."
"Manusia bruntul, sudah kehilangan tangan dan kaki masih tetap sombong. Mari kucoba mengukur tebalnya jubah buaya, dan hebatnya ilmu gali lubang kuburmu yang barusan kau pamerkan didepan anak kecil!"
"Lan Wukui Chu Dunglin, ayolah ?"
Kedua dedengkot rimba persilatan itu tiba-tiba saling menyerang. Serangan
kedua orang ini tidak bisa dibandingkan dengan kedua Bupun Ongya dan kedua
orang Lan Wukui, karena Lan Wukui yang tulen ini memiliki sinkang dan ginkang yang jauh di atas keempat orang itu. Maka tidak mengherankan serangnya
menglegar-glegar luar-biasa dasyatnya.
Maka terjadilah pertempuran yang jarang terjadi di dunia persilatan. Dua raksasa ilmu silat tingkat pamungkas telah saling mengeluarkan ilmunya. Debu-debu
berhamburan laksana diterpa anign badai bergulung-gulung dan di kuti oleh
terbang batu-batu dan benda apa saja disekitar tempat itu. Gerakan kedua
manusai ini sama sekali tidak bisa di kuti oleh pandangan mata, sehingga hanya terlihat bayang-bayang yang saling tumpang tindih tidak karuan.
"Manusai bruntul, ilmumu sudah maju begini luar-biasa " hebat,hebat, tapi
masih belum bisa menjatuhkanku."
"Halimun setan, pui h"ternyata diam-diam engkau juga memperdalam dan
menyempurnakan ilmu nenek moyangmu yang telah mampus di tangan Shi
Kuang Ming dan Zhang Sanfeng, Chu Jung. Luar-biasa hebat, tetapi masih
belum bisa menaklukkan ilmuku. "
Kini kedua orang itu meningkatkan daya serangnya masing-masing. Masing-
masing tampak tidak mau saling mengalah. Pada suatu saat, tiba-tiba dari mulut mereka keluar lengkingan yang sangat nyaring.
"Lan Wu Po Huai Gu Ge, lan wu shen ling na qu lai (Halimun biru
menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma)?"."
"Weixian sou Dixian (lingkaran merontokkan bumi)?"?"
Bertemunya kedua ilmu ini mendatangkan suara yang amat-sangat tajam
"Sraaat?"?"?".!"
Akibatnya luar-biasa, beberapa anak buah Bohai Toatbeng Laomo mati dengan
darah meleleh keluar dari mata, hidung, telinga, dan mulut mereka terkena
hempasan tenaga sakti yang menyeruak ke segala arah seperti siluman haus
darah. "Ha".Dung Lin, mungkin kita perlu bertempur tujuh hari lamanya baru tahu
siapa yang menggeletak mati berkalang tanah. Namun karena kita memiliki
dendam kepada ahli waris dan keturunan yang sama, saat ini aku usul. Akan
lebih hebat apabila kita menyatukan kekuatan."
"De Kun, itu sangat baik."
Kedua orang sakti itu segera berkumpul, dan Lan Wukui melambaikan
tangannya memanggil ke-empat orang.
"De Kun, empat orang ini adalah murid-muridku, satu diantaranya adalah cucu buyutku. Satunya lagi adalah?"
Tampak Lan Wu Kui berbisik-bisik di telinga De Kun. De Kun memandang salah-
satu Bupun Ongya yang berkerudung biru, kemudian dia mengangkat kedua
tangannya di depan dada sambil menganggukan kepalanya.
Lan Wu Kui juga menganggukan kepalanya, dan berkata, "Ongya. silahkan
membeberkan rencana."
"Sima Laofu, tempat dimana kita berdiri saat ini memiliki kandungan minyak yang tidak terukur banyaknya. Di dekat sumur buaya, dapat kita galih terowongan
menuju ke dalam laut di pantai Bohan. Minyak-minyak itu akan kita pakai untuk membakar kanal besar dan Kota Larangan yang dibangun oleh pemerintahan
Ming. Pada saat kita mengalih sumur itu, kita segera mendatangi partai-partai persilatan dan memaksa mereka membantu gerakan kita. Jikalau mereka
menolak, kita binasakan ketuanya dan rebut kekuasaannya. Aku sudah
mengetahui dimana musuh-musuh Shifu dan Laofu. Lie A Sang bersembunyi di
puncak Wudangshan, Wang Yu bersama shimeinya, Gan Soan Lie, bersembunyi
di Istana Gurun Pasir. Sedangka ahli waris pendekar sakti Tienshan adalah
pendekar Lenggal Tunggal, Shi De Hu. Kita pancing semua-semua musuh-
musuh shifu dan Laofu di dekat Kanal Besar."
"Ha"ha"ha".rencana yang bagus, rencana yang bagus"namun aku tidak
akan membiarkan musuh-musuhku binasa di tangan orang lain, aku sendiri,
dengan tanganku sendiri, yang membinasakan dan menghirup darah mereka!"
Mata manusia buaya ini tampak merah membara ketika mendengar nama Lie A
Sang, Wang Yu, dan Gan Soan Lie disebutkan oleh Bupun Ongya tadi. Sejenak
ia menjadi beringas menakutkan.
Mari kita melihat di penjara bahwa tanah tempat para tawanan yang setiap
minggu dilempar ke lembah buaya untuk menjadi makanan buaya-buaya buas
itu. Gan Juen Ai menjadi salah satu penghuni penjara itu. Hampir setahun ia berada di tempat itu. Ia mulai putus-harapan untuk bisa meloloskan diri dari tempat itu. Tubunya menjadi kurus, dan semangat hidupnya hampir habis. Gadis cantik ini menjadi berbeda dari Gan Juen Ai setahun yang lalu. Dulu tawa dan suaranya yang riang-gembira selalu menandingi kicau burung yang menyambut
terbitnya sang surya. Gadis yang sangat cerdas dan ahli ilmu strategi perang, kini, seperti pelita yang hampir padam. Hanya karena tubuhnya terus mengurus dan wajahnya kotor penuh debu dan lumpur, membuat ia selamat dari
cengkraman orang-orang yang bernafsu rendah. Dan ia masih belum memenuhi
syarat untuk menjadi makanan buaya.
Pagi itu seperti biasanya, ia duduk termenung di dalam ruangan pengap tempat ia dikurung. Wajahnya memandang keluar seperti ingin menembus kabut yang
menutupi lembah buaya di depannya. Ia sudah tahu, lembah buaya itulah satu-
satunya jalan keluar dari penjara bawah tanah ini. Hari ini ia telah mengambil keputusan menempuh jalan ini untuk melarikan diri dengan segala resiko. Ia
lebih mati di moncong buaya, daripada mati di kurung seperti kera.
Begitu pagi berganti malam, Juen Ai dengan mengenakan pakaian ringkas
melompat keluar dari penjara itu. Ia sudah mempelajari lembah buaya itu dengan seksama. Ia melihat adanya batu-batu menonjol yang bisa dipakai untuk
melompat. Dengan gesit ia melompat dari satu batu ke batu yang lain. Semakin jauh ia jauh ia meninggalkan lembah, semakin banyak mata-mata mencorong
kelaparan bergerak mengikuti gerakan kakinya. Ia tidak berani menengok, dan terus melompat-lompat semakin cepat. Ketika ia akan sampai di tepi hutan liar, ia melihat puluhan orang yang dipimpin oleh Chu Hung Kiau dan Xue Jia Qiongmo
sedang menantinya dengan senjata terhunus.
"Hmm"gadis tidak tahu diuntung, mau coba-coba melarikan diri "jangan
bermimpi. Malam ini kau harus melayaniku dan Kiau Ko baru boleh pergi "he"
he"he?"
Juen Ai sudah mengambil keputusan nekad, aku lebih mati di ujung pedang
daripada menjadi permainan mereka kemudian dilempar sebagai makanan
buaya. "Manusia busuk rasakan pembalasanku!" Dara cantik ini menyerang dengan
nekad. Pedangnya yang hilang entah kemana telah diganti dengan sebatang
tongkat bambu runcing. Dengan ilmu silat pedang pelanginya ia menyerang
bagian-bagian berbahaya pada diri orang-orang itu.
Kelebat bambu runcing di tangannya menjadi ancaman yang menggiriskan bagi
anak buah Xue Jia Qiongmo. Beberapa orang sudah terjungkal mandi darah
karena amukan dara perkasa ini. Tidak ayal lagi Xue Jia Qiongmo dan Chu Hung Kiau turut mengepung gadis ini.
Karena kondisi tubuhnya yang lemah dan juga sangat lelah, Juen Ai mulai
terdesak hebat. Bajunya sudah mulai robek di bagian tempat-tempat pribadi,
sehingga membuat gerakannya bertambah kaku. Saat seperti inilah, tiba-tiba


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chu Hung Kiau telah berhasil menotok jalan dara di dekat tengkuknya, amak
tidak ayal lagi, Juen Ai menjadi tidak berdaya.
"Anak-anak pergilah sekarang, karena tuanmu akan menghisap madu manis
malam ini"he"he"he."
Dengan sangat kurang ajar sekali, Xue Jia Qiongmo mulai menowel pipi, buah
dada, mengelus paha dan dekat daerah pribadi Juen Ai. Juen Ai hanya bisa
memejamkan mata. Tampak air-matanya mulai menetes-netes. Ia sudah
mengambilkeputusan, apabila kegadisannya akan direnggut oleh manusai busuk
ini, ia telah mengambil keputusan untuk menggigit lidahnya sampai mati.
Begitu melihat paha dan bagian buah dada Juen ai yang putih mulus itu sedikit terbuka, nafsu binatang yang mengeram di hati kedua manusia iblis itu menjadi tidak terkendali lagi. Dengan buas mereka mulai menciumi dengan sangat rakus.
Pada saat tangannya hendak merobek habis kain yang menutup daerah yang
sangat pribadi milik Juen Ai, sekonyong-konyong ada desiran angin dingin
mendekati leher kedua orang itu. Dengan tergesa-gesa mereka menggelinding
untuk menghindarkan diri dari serangan itu.
"Jahanam, keparat siapa yang berani menganggu kesenangan kami, ayo keluar!"
"Aku di sini, manusia busuk dan layak mampus!"
Tampak disitu seorang pemuda berambut panjang terurai dengan lengan
sebelah kanan buntung berdiri persis di hadapan mereka berdua. Tangannya
mengenggam pedang yang mengeluarkan sinar merah membarah dan kontras
dengan bajunya yang berwarna putih bersih.
Sejenak Juen Ai tercenung begitu melihat pemuda baju yang datang
menolongnya. Hampir ia berteriak memanggil "Hu koko." Tetapi begitu ia amati, ia jadi heran
"Hu koko tidak pernah menggunakan pedang bersinar merah. Memanga sama
persis wajah dan perawakannya dengan Hu Koko, namun pemuda ini tampak
lebih dewasa. Siapakah dia, kenapa sama persis dengan De Hu Koko?"
BAB 18: Dua Pendekar Lengan Tunggal Menggetarkan Lembah Buaya
"Hei buntung, mengapa usil mengganggu orang lagi bersenang-senang, tidak
tahu sedang berhadapan dengan siapa" Dan tidak sadar kau sedang berada di
mana?" "Cacat tubuh masih bisa hidup dengan baik, tetapi cacat moral seperti kalian ini yang sulit untuk hidup di dunia. Manusia semacam dirimu lebih baik
dimusnahkan agar tidak mengotori bumi."
Shi Xing Long berkata dengan suara dingin, sorot matanya tajam bagai sembilu seolah merasa jijik melihat manusia busuk penyebar maksiat seperti Chu Hung Kiau dan Xue Jia Qiongmo. Pedang merah yang sudah terhunus di tangan
kirinya bergetar.
"Hari ini kau sungguh sangat sial bertemu dengan Shi Xing Long, karena aku
tidak biasa memberi ampun kepada manusia busuk seperti diri kalian berdua.
Bersiaplah!"
Xue Jia Qiongmo dan Chu Hung Kiau dengan kemarahan melua-luap
merangsek ke depan sambil mengarah serangan ke arah leher dan uluh hati
pemuda ini. Siucai berhati kotor ini melancarkan Jurus-jurus maut yang penuh dengan tipu muslihat , sedangkan Chu Hung Kiau mulai mengeluarkan pukulan-pukulan beracun sambil melepaskan jarum-jarum yang telah direndam dengan
racun bunga merah.
Xing Long mendengus melihat dirinya diserang dengan cara yang begitu tidak
tahu malu. Pedang merah segera bergerak menyambar sambil mengirimkan
serangan bertubi-tubi luar-biasa cepatnya. Gelombang sinar merah dalam waktu singkat sudah mengurung rapat dua pemuda itu.
Mendengar suara orang bertempur, anak buah Xue Jia Qiongmo segera kembali
ke tempat itu sambil mengirimkan suara-suara seperti bunyi kokok-belok untuk memberi isyarat lainnya untuk datang. Tidak beberapa lama, puluhan orang
dengan senjata tajam menugurung Shi Xing Long.
"Jangan hanya mengurung, cepat serang dan cincang orang buntung itu!!"
Puluhan orang serentak menyerang Xing Long dengan ganasnya. Sementara itu
Juen Ai yang melihat keadaan yang tidak menguntungkan segera menyambet
seorang di antara mereka dengan golok yang terlempar ke arahnya, orang itu
seketika binasa dengan leher hampir putus. Segera ia menyambar jubah orang
itu untuk tubuhnya kemudian ikut menyerbu ke gelanggang pertempuran.
"Nona, bergeraklah di belakang punggungku, karena musuh terlampau banyak
dan hari sudah begini gelap, sehingga keadaan akan menjadi sangat berbahaya.
Kita harus mencari jalan keluar dari kepungan ini."
Dengan jalan darah, mereka berangsek ke tengah orang-orang yang menyerang
itu. Mereka tidak sadar bahwa mereka ingin menggiring dua orang itu ke arah lembah buaya yang terkenal sangat berbahaya. Tidak kurang dari lima tombak, tiba-tiba terdengar sorak-sorai orang-orang itu.
Xing Long dan Juen Ai menjadi heran, ada apa" Namun mereka tidak bisa
berpikir terlalu lama, karena begitu mereka menengok ke belakang, ternyata
ratusan ekor buaya sedang menanti daging segar untuk dimangsa. Karuan saja
Juen Ai melompat ke belakang Xing Long dan merapatkan tubuhnya ke
punggung pemuda ini dan mukanya tampak pucat pasih diliputi kengerian yang
hebat. Gadis mana yang tidak merasa ngeri begitu melihat moncong-moncong
buaya dengan gigi besar diarahkan kepadanya.
"Nona, keadaan sudah sangat berbahaya sekali, karena buaya-buaya itu biasa
bergerak di tempat gelap, sedangkan kita mulai tidka bisa melihat apa-apa. Di sisi, buaya-buaya darat di seberang sana tidak kalah berbahayanya, karena
mereka sudah mengenal daerah ini, maka dengan mudah akan dapat menjebak
kita." "Aku mengikuti apa saja yang hendak tuan lakukan."
"Nona maafkan aku, aku harus menaruh dirimu di atas pundakku, baru kita bisa menyelamatkan diri."
Merah wajah Juen Ai mendengar ini, ia memandang wajah pemuda ini
"Hmm"persis betul dengan Hu Koko, dan aku tidak melihat adanya tanda-tanda
maksud yang tidak baik dari pancaran matanya."
"Inkong, silahkan." Katanya lirih sambil memjamkan matanya.
Xing Long segera bergerak cepat, ia menyambar tubuh Juen Ai dan ditaruh di
atas bahunya, kemudian ia melompat-lompat secepat terbang dengan
menggunakan kepala-kepala buaya itu sebagai batu sontohan. Buaya-buaya itu
tidak memiliki kesempatan menyerang dengan mulutnya, karena Xing Long
bergerak dengan luar-biasa cepatnya.
Entah sudah berada dimana Xing Long bergerak ia tidak tahu karena cuaca
sudah sangat gelap, Cuma ia merasakan bahwa mereka memasuki lembah
belantara yang berbau amis. Ia segera memperlambat larinya, dan menurunkan
Juen Ai dari gendongannya.
"Nona, untuk sementara kita aman."
Menjelang pagi mereka sudah bisa melihat keadaan di sekitarnya. Baru mereka tahu, saat ini mereka berada di tengah-tengah lembah buaya. Samar-samar
Juen Ai bisa melihat bangunan tempat ia dipenjarakan.
"Inkong, kita berada dekat dengan markas gerombolan Bohai Toatbeng Laomo,
lebih baik kita segera pergi ke arah barat menjauhi gedung itu, karena tempat ini sangat berbahaya. Selain penuh dengan jebakan maut, juga di gedung itu diam tokoh-tokoh sesat yang berilmu tinggi."
"Nona, namaku Shi Xing Long."
"Ah"xing Shi"mendengar marga twako, aku jadi teringat pendekar Lengan
Tunggal Shi De Hu temanku, apakah twako mengenalnya?"
"De Hu, nona maksud Shi De Hu dari Tienshanbai?"
"Iya benar, Shi De Hu dari Tienshanbai."
"De Hu itu adikku yang paling kecil."
"Aah"pantas"pantas"!"
"Apanya yang pantas nona?"
"Begitu aku melihat twako, aku langsung teringat kepada Hu Koko karena mirip sekali. Long twako, karena twako kakaknya berarti kita juga teman, namaku Gan Juen Ai, tidak memakai nona."
Tersenyum Xing Long melihat cara Juen Ai bertutur. Bibir, tangan, dan badan, bahkan kakinya turut bergerak. Lucu dan tampak manis sekali. Hal ini membuat Xing Long yang telah kehilangan senyumnya selama bertahun-tahun dibuat
kembali tersenyum.
"Dara ini luar-biasa sekali." Pikirnya. "Baru saja terhindar dari ancaman yang lebih mengerikan dari kematian sendiri, kini sudah bisa tersenyum begitu rupa."
"Gan guniang, apakah yang terjadi dengan dirimu sehingga malam-malam bisa
tersesat di tempat berbahaya ini?"
Juen Ai menceritakan bagaimana De Hu dan Li Fong menggempur dua datuk
sesat sehingga mereka kehilangan tangan dan kaki mereka. Begitu De Hu dan Li Fong akan mengakhiri hidup dua penjahat itu, Chu Hung Kiau dan Xue Jia
Qiongmo tiba-tiba menotok dirinya untuk dijadikan sendera sehingga dua
pendekar itu tidak berani menyerang.
"Long twako, semenjak saat itu dan berjalan kurang lebih setahun, aku dijadikan tawanan di ruang bawah tanah yang berdekatan dengan lembah buaya. Hampir
setiap hari aku mendirikan giliran untuk mengisi perut binatang melata yang ganas itu. Hanya saja Tuhan masih melindungiku dari tangan-tangan orang
jahat. Setiap hari aku mengambil lumpur yang berbau busuk dan kupoleskan
pada seluruh tubuhku, sehingga orang-orang itu merasa jijik berdekatan
denganku. Hal ini kulakukan untuk menghindarkan diri dari nafsu binatang
penjaga penjara dan terutama Chu Hung Kiau dan Xue Jia Qiongmo."
"Gan Guniang aku dapat merasakan betape menderitanya kau. Sudahlah, mari
kita mencoba mencari jalan keluar dari lembah yang sangat berbahaya ini."
Dengan menyusup-nyusup dua orang ini menerobos hutan ke arah barat.
Semakin ke barat semakin lebat hutannya. Hutan ini banyak dihuni oleh ular-ular berbisa yang panjangnya ada yang mencapai duabelas kaki. Dengan
mengandeng tangan Juen Ai, Xing Long bergerak cepat keluar dari hutan
belukar itu. Begitu melihat sebuah rumah kecil di tepi hutan, Xing Long mengajak Juen Ai ke tempat itu. Udara waktu itu dingin sekali, dan dibarengi hujan gerimis sehingga tanah menjadi becek. Ketika mereka sampai di halaman pondok itu,
terdengar dua orang bercakap-cakap.
"Liang Di (adik Liang), bahan bakar yang telah digali di sumur pantai Bohai itu berjumlah banyak sekali. Malam nanti, Ongya menyuruh serombongan prajurit
pilihan yang terdiri dari prajurit-prajurit Khitan yang dikirim Yelu Abahai, empatpuluh pendeta Lama dari Tibet yang berkepandaian tinggi, serta Chu Hung Kiau dan Xue Jia Qiongmo sebagai penunjuk jalan, akan bergerak menuju dua
tempat. Satu ke Kanal Besar dan satu ke Kota Larangan. Ongya di kota raja
Peking akan bersekutu dengan selir ketujuh menggempur dari dalam.
Sedangkan Ongya di Utara akan memimpin orang-orang kangouw
menghancurkan kekuatan Jendral Gan Bing, mulai dari utara kemudian bergerak ke arah Barat. "
"Sin Ko, bagaimana dengan pendekar-pendekar muda yang kabarnya memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, terutama pendekar lengan tunggal Shi De Hu,
ilmu sukar dilawan."
"Liang Di jangan lupa, ayah kita telah memiliki sekutu yang paling ditakuti oleh dunia persilatan. Empatpuluh tahun yang lalu ia dipanggil sebagai Wulin Mogui (Iblis rimba persilatan), karena kejam dan saktinya. Ilmunya tidak berada
dibawah ayah kita. Ayah akan menghabisi musuh keluarga kita yaitu keturunan atau ahli waris Pendekar Sakti Tienshan Shi Kuang Ming dan Zhang San Feng.
Sedangkan Sima De Kun Wulin Mogui akan menghirup darah musuh-musuhnya:
Lie A Sang, Wangyu, dan Gan Soan Lie. "
"Sssst"Sin Ko ada orang!"
Kedua orang itu berkelebat keluar pondok. Dua orang berjubah biru dan
memakai topeng biru sudah berada di luar pondok dalam waktu sekejab. Mata
mereka menjadi jalang dan mencari kiri-kanan, kerena mereka mendengar ada
tamu yang tidak diundang sedang nguping pembicaraan mereka.
Shi Xing Long yang bersembunyi di balik alang-alang menjadi mendidih
darahnya ketika melihat siapa yang berdiri di depannya, Lan Wugui, iblis yang telah membunuh shifunya dan membunuh banyak anak murid Tienshanbai.
Melihat kemunculan iblis ini, ia segera melompat keluar
"Iblis biru haus darah, ternyata engkau bersembunyi di sini. Hari ini aku harus mengadu nyawa denganmu untuk menuntut balas kematian shifu dan saudara-saudaraku!"
"Si ing"!" Sinar berwarna merah darah menyorot keluar begitu pedang pusaka
dicabut dari sarungnya oleh Xing Long.
"Siapakah kau, datang,datang mencaci maki dan ingin mengadu jiwa dengan
kami!" "Tidak perlu banyak aturan, menghadapi manusai iblis macam dirimu aturannya hanya satu, yaitu: darahmu atau darahku yang tertumpah!"
Setelah berkata begitu, Xing Long segera menggerahkan pedangnya dengan
mengeluarkan deru angin, pedang itu secara bergelombang menyerang dua
orang anak Lan Wugui yang berpakaian sama persis dengan pakaian ayahnya.
Begitu menyerang Xing Long sudah memainkan ilmu pusaka Tienshan yang
disebut ilmu pedang Shen Qi Cao Quan (dewa membabat rumput). Ilmu ini
merupakan salah satu ilmu terlihai di dunia persilatan. Dapat dikatakan rajanya ilmu pedang.
Kedua orang itu dibuat kalang-kabut mengelak dari kilatan pedang yang luar-
biasa cepat dan kuatnya itu. Hawa yang keluar dari sinar pedang itu membuat jantung mereka berdebar-debar. Begitu mengelak, pedang itu membelok
mengirimkan serangan susulan yang tidak bisa diduga kemana larinya. Kedua
orang itu mau tidak mau melemparkan tubuhnya ke belakang. Namun begitu
mereka mau berdiri, sinar pedang itu sudah sangat dekat dekat dengan dahinya.
"Liang Di, kita serang secara berbareng dengan Lan wu guan yingzi (halimun
biru membuka bayangan)!"
Begitu dua orang itu menggerakkan ginkangnya, wow, hebat luar-biasa.
Tubuhnya seperti bersatu dengan halimun pagi yang turun setelah hujan
mereda. Sekali bergerak sudah melancarkan delapanbelas kali serangan yang
mematikan. Sehinnga total serangan yang dilakukan dua manusia seperti
kembar ini sebanyak tigapuluh enam dalam satu gebrakan. Sangat
menakjubkan"
Namun xing Long yang sudah mewarisi ilmu-ilmu Qicao Mowang (Raja Pedang
pembabat rumput), bukanlah sasaran yang mudah didekati. Ilmu pedang yang
dikuasahi sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali, sehingga kelihaiannya
bukan kepalang.
Bagaikan memiliki mata, sinar pedang itu mendesing-desing membuyarkan
halimun akibat Ilmu Lan Wu guan yingzi. Mata pedang itu selalu bergerak seperti bianglala mengincar jalan darah kematian dari kedua orang itu. Sungguhpun
demikian, anak kembar si iblis biru ini juga sudah menguasahi lebih dari
tigaperempat kepandaian keluarga Chu, maka dengan tenang mereka dapat
mengimbangi permainan pedang Xing Long.
Pertempuran ini berjalan sangat hebatnya menimbulkan suara-suara yang
memekakan telinga ketika sinar pedang itu bertemu dengan kedua hawa
pukulan halimun biru. Sudah ratusan jurus berlalu, tetapi masih tidak ada tanda-tanda siapa yang keluar dalam keadaan hidup atau mati.
Gan Juen Aimenjadi kuatir sekali melihat jalannya pertempuran itu. Ia melihat tangan kanan Xing Long yang kosong itu hanya diam tidak memberikan gerakan
berarti. Ia ingat pada saat De Hu bertempur, lengannya yang kosong bisa kaku dan lemas, ketika menghantam batu besar, batu itu hancur berhamburan
kemana-mana. "Xing Long twako, gunakan juga tangan kananmu!" serunya.
Karuan saja Xing Long jadi ingat bahwa ia terlalu terburu nafsu sehingga
melupakan lengan kanannya yang walaupun buntung, namun bisa menjadi
pasangan yang hebat bagi pedangnya.
"Long Zhi, lengan kananmu yang kosong itu jangan dipandang remeh, karena
sebenarnya kekosongan lengan ini menjadi mempelai yang serasi dengan jurus
Kongte baan Caoping (Mengosongkan lumbung rumput)."
Teringat akan hal itu, segera Xing Long menggerakkan lengan kosong itu,
seolah betul-betul kosong seperti kain lemas yang lemah, namun begitu
mengenahi kedua tangan iblis biru itu, terdengar suara getaran yang hebat
"Wi rrr?"
Getaran itu seperti arus listrik yang menyengat kedua tangan mereka sehingga dalam waktu beberapa detik mereka seperti lumpuh. Waktu beberapa detik tiu
sudah cukup bagi pedang merah itu bergerak cepat mengarah kepada uluh hati
salah seorang diantara mereka.
"Blesss".aah"anjing keparat!"
"Liang di, bagaiamana keadaanmu?"
"Sin ko uluh-haitku tertembus pedang, dan mengeluarkan banyak darah."
Salah satu diantara mereka jatuh dengan bagian uluh-hati berlumpuran darah.
Melihat keadaan adiknya yang jatuh terjerambab dengan darah muncrat-
muncrat, si kakak menjadi beringas. Dengan kemarahan meluap-luap ia
menyerang Xing Long dengan ganasnya. Kali ini ia menggerakan ilmu simpanan
keluarganya yang pernah menjadi momok rimba persilatan, Lan wu po huai gu
ge, lan wu shen ling na qu lai (Halimun biru menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma).
Xing Long sadar ia sedang menghadapi ilmu silat yang paling berbahaya di
rimba persilatan, maka dengan hati-hati ia melawan ilmu ini dengan ilmu
pedangnya. Tidak percuma Xin Long dilatih oleh sesepuh Tienshanbai, Qicao
Mowang, karena jiwa pendekar yang penuh ketenangan dan di mbangi dengan
perhitungan yang mantap, pemuda sakti ini dapat mengimbangi kedasyatan ilmu iblis itu. Tetapi ia juga tidak bisa menjatuhkan iblis itu karena ilmunya benar-benar menggetarkan sukma.
Getaran-getaran ilmu yang seolah-olah ingin merogoh keluar sukmanya ini
membuat gerakannya tidak secepat sebelumnya. Sebaliknya, ilmu halimun ini
digerakkan dengan sinkang dan ginkang yang hebat, maka tidak ayal lagi, Xing Long mulai terdesak hebat sekali. Pada jurus yang seratus sebelas, tangan
kanan yang berisi penuh hawa iblis dari ilmu Lan wu po huai gu ge, lan wu shen ling na qu lai tepat mengena pinggang Xing Long, sehingga terlempar dua
tombak dari tempat itu. Dengan cepat ia membereskan kedudukannya,
kemudian menyerang lagi dengan pedang dan lengan kanannya yang kosong.
Serangan Xing Long kali ini menjalankan jurus terakhir dari Dewa Pedang
membabat rumput. Gerakan pedangnya berbentuk lurus ke depan, diam, dan
hanya ujungnya saja yang bergetar luar-biasa hebatnya. Iblis biru ini juga
memapak dengan ilmu pamungkasnya. Namun begitu bergerak sedikit, sinar
pedang itu sudah mendarat di pundaknya, ia menjadi terkejut luar-biasa. Dengan marah ia mengeluarkan suara melengking yang memiliki frekuensi tinggi sambil menggerakan jurus terkahir dari ilmu yang ia kuasahi
"Bleeess"."
Kembali sebelum ia sempat menggerakkan ilmunya, pedang merah sudah
menembus pundak yang satunya dan disusul dengan tusukan ke arah bawah
lehernya. Darah muncrat-muncrat keluar dari bagian tubuh yang luka itu
sehingga menimbulkan pemandangan yang mengerikan.
"Shifu dan adik-adikku, hari ini akan kukirim jiwa musuh besar kita yang telah menghancurkan Tienshanbai dan membunuh banyak orang. Lan Wugui,
terimalah kematianmu!"
Begitu habis kata-katanya, Xing Long menyerang dengan desingan pedang yang
membentuk lingkaran-lingkaran kecil di ujungnya. Pedang itu meluncur dengan kecepatan fantastis, sasarannya adalah jantung lawan.
Namun sebelum ujung pedang itu menembus jantung lawannya, ia mendengar
suara melengking nyaring seperti jeritan kematian. Dan dalam waktu begitu
cepat ia mencium bau bunga siang yang luar-biasa kerasnya.
"Berani benar engkau melukai kedua orang anakku. Siapakah engkau anak
muda!?" Betapa terkejutnya Xing Long ketika melihat sesosok tubuh biru sudah berdiri di depannya. Ia jadi bingung, karena ketiga-tiganya mengenakan pakaian yang
sama. Ketika ia mengamati-amati dengan seksama, ia sadar yang baru datang
inilah si iblis penyebar maur di Tienshanbai dan yang pernah bertempur dengan ketua Wudangbai. Ia tidak bisa melupakan sinar mata dan perawakan iblis
halimun biru ini.
"Iblis biru, aku adalah keturunan orang yang telah kau basmi habis,
Tienshanbai!"
"Manusia bosan hidup, gurunya sendiri bukan tandingan apalagi kau pemuda
yang sudah buntung tangan kanannya. Hari inikau harus mampus di tanganku."
Sehabis berkata begitu, ia menyerang Xing Long. Daya serangannya jauh
berbeda dengan kedua anaknya. Setiap gerakannya menimbulkan angin yang
sangat tajam, sehingga jantung Xing Long terasa mau copot saja. Xing Long
mengambil keputusan untuk mengadu jiwa dengan iblis ini. Ia menggerakan ilmu pedangnya, lurus ke depan dengan lingkaran dewa membabat rumput pada
ujungnya. Sinar pedang yang melingkar tajam kali ini bertemu dengan hawa pukulan sakti yang juga luar-biasa tajamnya. Serang menyerang bagaikan kilat membelah
angkasa jadi tidak terelakkan lagi. Mata pedang Xing Long bergerak begitu
dasyat dan ajaib, sehingga kemanapun si iblis biru itu bergerak, mata pedang itu selalu menggagalkan gerakan ilmunya.
Setelah limapuluh jurus berjalan, si iblis halimun biru menjadi marah luar-biasa.


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba tubuhnya melejit-lejit dari satu tempat ke tempat lain seperti bola karet, namun dengan kecepatan yang luar-biasa. Tubunya menjadi sebentar hilang
sebentar tampak sambil mengirinkan pukulan yang bukan main hebatnya. Ilmu
pedang Xing Long dibuat berjalan tidak karu-karuan, dan hal ini sangat
merugikannya. Karena pada saat ini kebingungan itulah, si iblis biru tiba-tiba sudah melayang dan mengirimkan pukulan maut ke arah dadanya.
"Koko, lemparkanlah tubuhmu ke samping ".!"
Tiba-tiba berkelebat sesosok tubuh dengan rambut riap-riapan. Matanya sayu
membayangkan kesedihan yang mendalam. Tubuhnya kurus tidak terawat,
hanya sorot matanya saja yang mencorong bagaikan anak naga. Ia berdiri
dengan tangan kanan menyilang di depan dada dengan posisi kaki lebih
rendahdari tubunya. Seperti naga sakti yang mengamati gerak lawannya.
"Hu di, syukurlah engkau datang"inilah iblis yang telah membunuh shifudan
menghabisi nyawa saudara-saudar kita."
Memang Shi De Hu yang sudah muncul di tengah arena. Sangat gagah dan
berwibawa. "Lan Wugui, akulah lawanmu, kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan
tanganmu yang berlumpuran darah itu! Kalau engkau mencari keturunan atau
ahli waris Shi Kuang Ming Ta she, akulah orangnya."
Dengan mengeluarkan gerengan seperti harimau terluka, Lan Wugui segera
menyerang De Hu. Namun De Hu yang muncul hari ini bukan seperti De Hu
setahun yang lalu. Penderitaan hidup dan pengalaman sudah mencetak dia
menjadi manusia yang tahan tempur. Hampir setiap hari ia teidak melupakan
ilmunya, demi melupakan rasa bersalah, merasa tidak berharga, dan kesepian, ia melatih diri dengan luar-biasa kerasnya, sehingga semua ilmu mujijat yang diarahkan oleh Lie A Sang melebur menjadi setubuh dan sejiwa dengan dirinya.
Setiap gerakan sinkang dari pusat diantan secara otomatis bersenyawa dengan ilmu Xing long guan shandong quan (naga sakti membuka goa). Yang lebih
hebat lagi, ilmu pamungkas yang disebut Shenlong Qiangxing Kongmen (Dewa
naga mendobrak pintu kehampaan) betul-betul telah menjadi satu dengan
seluruh gerakan hawa sakti dan gerakan di dalam dirinya.
"Lan Wugui, majulah".!" Katanya dingin, sedingin batu karang di puncak
Kongloma. BAB 19: DIANTARA CINTA, PENDERITAAN, DAN KESETIAAN
Sebelum kita mengikuti jalannya pertempuran dasayat ini, mari kita menoleh ke belakang sejenak untuk melihat apakah yang terjadi sesungguhnya dengan Shi
De Hu setelah terkena racun bunga merah. Bukankah kondisinya sangat kritis
akibat racun itu, mengapa tiba-tiba saja iabisa sampai di tempat ini" Tidak ada salahnya kita mundur sejenak untuk dapat mengikuti cerita ini dengan lebih jelas.
Dengan hati yang merasa bersalah, merasa tidak berharga, dan rendah diri, De Hu terus berlari menyusuri hutan-hutan belantara. Dengan langkah yang
sempoyongan ia tampak seperti orang gila sambil berbicara seorang diri.
Walaupun tidak nampak tanda-tanda ia menangis, namun pemuda perkasa ini
menitikkan air-matanya.
"Fong mei, maafkanlah aku manusia hina-dina yang tidak tahu diri ini. Pemuda buntung dan miskin berani mencintai gadis seagung dan secantik dirimu. De Hu
" De Hu " manusai celaka yang menjemuhkan!"
Racun yang mendekam di lengan kanannya membuat lengan itu merah kehitam-
hitaman. Ia tidak memperdulikan semua itu, bahkan terus menggerakkan
ginkangnya menuju ke puncak Emeishan. Udara waktu itu dingin menusuk
tulang. Sampailah ia ke makam pengemis sakti tangan kilat, Hsing Yi Tung. Ia
membaringkan tubuhnya di atas makam itu.
"Hsing Yi Tung dashi, sampaikanlah maafku kepada cucumu, Hsing Li Fong. "
Ia terus mengatakan kalimat yang itu-itu saja, sampai akhirnya ia jatuh tertidur di atas kuburan itu berbantalkan buntalan Li Fong. Tengah malam buta, ia
terbangun karena desir angin begitu dingin menusuk tulang-tulangnya. Ia
merasa ada sesuatu yang aneh di bawah kepalanya. Segera ia meraba, dan ia
merasakan ada benda keras di dalam buntalan Li Fong. Segera ia membalikkan
tubuhnya, dan mencium buntalan itu. Ia merasakan semacam bau harum yang
sering ia cium pada saat berdekatan dengan Li Fong.
"Fong Mei, buntalan ini mengingatkanku tentang dirimu. Aku tidak tahu di
manakah kau saat ini?"
Ketika ia mencium buntalan itu, hidungnya kembali menyentuh semacam benda
keras dan panjang. Ia ingin membuka buntalan itu, namun ia merasa ragu-ragu.
Namun benda keras itu membuat hatiku ingin sekali membukannya. Maka
dengan menabahkan hatinya, perlahan-lahan ia membuka buntalan Li Fong.
"Aah " !!"
Betapa terkejutnya De Hu ketika membuka buntalan itu, ternyata ada sebuah
tangan kiri yang sudah mengering.
"Fong Mei betulkah ini tanganku sebelah kiri" Mengapa kau menaruhnya di
dalam buntalanmu" Tidak jijikkah kau" Fong Mei " apakah kau juga
mencintaiku seperti aku mencintaimu" Tetapi mengapa engkau lari
meninggalkanku?"
Ternyata Li Fong selama ini menyimpan lengan kiri De Hu dengan hati-hati.
Walaupun sudah mengering, tetapi nampak bersih. Kuku-kuku dan kulitnya
masih menempel dengan baiknya walaupun sudah tidak berdaging lagi. De Hu
menjadi sangat terharu, dan ia sedikit terhibur dengan kenyataan ini.
Selagi ia termenung sambil menatap sinar bulan purnama, ia mendengar
seseorang di atas pohon agak jauh dari tempatnya berbaring sedang tertawa
terkekeh-kekeh melihat tingkah langkunya.
"He " he " he " pemuda yang lagi ditinggal kekasihnya, keracunan hebat, dan terserang penyakit gendeng, sedang berbaring di samping kuburan Hsing Yi
Tung sobatku yang sudah mampus mendahuluiku. He " he " he " kutaksir
umurmu tidak akan lebih sampai matahari terbit."
De Hu memperhatikan orang yang terkekeh ini. Seorang laki-laki tua yang
memakai jubah seperti seorang tosu, namun di punggungnya nampak ngantung
sebuah kranjang obat yang tampak kelihatan buntut dan kuno. Wajahnya segar
seperti seorang perawan muda walaupun ia sudah berumur sekitar enampuluh
tahun. "Orang-tua gagah, kalau besok saat matahari terbit, aku sudah mati, tolong
kuburkanlah mayatku di samping Hsing Yi Tung Dashi (pendekar besar Hsing Yi Tung). Setelah sampaikan kabar ke perguruanku Tienshanbai bahwa Shi De Hu
sudah mati keracunan."
"Eee " pemuda edan, enak saja ngomong seperti itu sama orang tua. Kalau
sudah mati, ya mati, pakai minta ini dan memberi tugas lagi " betul-betul
pemuda gendeng. Selama aku hidup, belum pernah ada orang titip pesan seperti itu kepadaku."
"Oho " selama kau hidup" Apakah kau orang tua sudah pernah mati" Coba
ceritakan dunia orang mati itu kepadaku" Apakah di situ aku bisa memperdalam ilmu silatku?"
"Babo"babo"benar-benar pemuda edan"tidak sadar umurnya tinggal
beberapa jam, tapi masih saja nyerocos dengan kata-kata gendeng."
"Walaupun aku sudah gendeng dan mau mati, tapi malam ini adalah malam yang
paling membahagiakan sekaligus paling menyedihkan. Membahagiakan, karena
orang yang kucinta juga mencintaku. Paling menyedihkan karena orang yang
kucinta, pergi meninggalkanku seperti melihat orang cacat kudisan yang berbau busuk " he" he " pemuda busuk dan tidak tahu malu sepertiku, kalau besok
pagi mati, ya, malah kebetulan sekali. Orang tua gagah jangan lupa dua
pesananku tadi, kalau tidak terlaksana rohku akan melayang-layang
menggodamu sampai jengotmu yang berwarna dua itu putus separoh-separoh.
Sebagai imbalan, ayo katakan apa yang bisa kuperbuat bagimu supaya engkau
tua juga berbahagia. Mau main petak umpet, main catur, atau main gundu, akan kulayani dengan segenap hati."
"Aduh celaka betul " sial betul " bukannya bertemu kera seribu tahi, malah
bertemu pemuda edan."
"He" he" he " memang tahi kera lebih berharga dari diriku."
"He" pemuda edan, jangan pikir kera tahi seribu itu tidak berharga. Eit "
sebentar, kau tadi mengatakan soal main catur, apakh kau bisa mengalahkan
aku?" "Kutanggung, tidak lebih dari duapuluh tiga kurang satu langkah, engkau pasti keok di tangan pemuda edan sepertiku. Ayo, tapi ingat dua permintaanku tadi?"
"Walaaaah"sudah edan, sombong lagi, ayo?"
Dengan cekatan orang tua itu menggelar papan catur terbuat dari kulit buaya, ini membuat De Hu terlolong-lolong kagum. Biji-biji caturnya lebih hebat lagi, terbuat dari berbagai binatang kecil yang seolah-olah masih hidup. De Hu memegang
biji hitam, dan lawannya putih. Dalam waktu sekejab mereka sudah terlelap
dalam permainan catur yang makin lama makin seru. Pada langkah ke duapuluh, tampak keringat mulai menetes-netes dari dahi si kakek. Dalam keadaan tegang-tegangnya, tiba-tiba terdengar suara mencicit dari atas sebuah pohon siong. Si kakek diam tidak menggubris, namun De Hu tiba-tiba berbisik di telinga kiri kakek itu.
"Tuan, itu dia kera seribu tahi."
Maksud De Hu adalah mengolok-olok si kakek, tidak tahunya si kakek bersikap sangat serius dan nampak tegang.
"Sssst".jangan bergerak, tahan nafas sebentar, dan juga jangan menggerakkan mata."
De Hu jadi ikut tegang melihat si kakek seperti tosu itu tegang. Beberapa saat kemudian, ia melihat seekor kera kecil saja, namun warna, bentuk, dan
kegesitannya sangat berbeda dengan kera-kera pada umumnya. Gerakannya
seperti rajawali menyambar, dengan mata jelalatan ke segala arah. Mendadak ia melompat tempat di papan catur, dan pandangannya seperti terpesona melihat
biji-biji catur itu. Diambilnyalah biji-biji catur itu satu demi satu. Hampir-hampir De Hu menggerakkan tangannya untuk menghalau pergi kera itu karena ia sudah
berada di atas anging, tinggal tiga langkah kurang satu, si kakek pasti dapat dibuat keok. Namun ia mengurungkan niatnya, karena ia melihat mata si kakek seperti memberi perintah jangan bergerak.
Setelah mencium dan menjilat-jilat biji-biji catur itu, tiba-tiba terdengar suara seperti orang kentut, dan di kuti keluarnya benda-benda aneh dari celah-celah paha si kera.
"Breet".!"
Karuan saja De Hu menjadi seperti berhenti jantungnya dan menahan nafas
dalam-dalam. Mengapa demikian" De Hu melihat kera aneh itu buang kotoran di papan-papan catur. Perbuatannya ini dilakukan berkali-kali sambil tetap
mencium biji-biji catur itu seperti orang yang bertemu kekasihnya. Bau yang disiarkan oleh kotoran itu berganti-ganti entah berapa kali, sepertinya kotoran itu memiliki seribu bau yang berbeda-beda.
Selang beberapa lama, kembali De Hu melihat keanehan, biji-biji catur yang
dicium dan kemudian terkena kotoran kera itu satu-demi satu meleleh kemudian hilang begitu saja. Begitu biji terakhir juga ikut meleleh kemudian lenyap, si kera dengan gerakan seperti kilat saking cepatnya, sudah pergi meninggalkan papan catur itu.
Sementara De Hu masih terlolong-lolong bingung melihat tingkah laku si kera, tahi kera, dan lenyapnya biji-biji catur itu, sekonyong-konyong si kakek bergerak cepat sekali dan tahu-tahu De Hu telah tertotok tidak bisa bergerak sama sekali.
"Hei"kakek tua, apa yang kau lakukan?"
Si kakek diam saja, tetapi dengan tenang ia mengambil sebuah tongxing bei
(mangkok kecil terbuat dari batu hitam legam), dan mengambil tiga sendok tahi kera itu. Dicampurnya kotoran kera itu dengan arak Longyan. Dari dalam
tongxing bei itu, De Hu melihat seperti ada cairan mendidih sampai
mengeluarkan uap yang berbau keras sekali. Setelah menunggu kira-kira
sepeminuman the, orang tua itu membuka mulut De Hu dengan paksa, dan
dimasukkan cairan itu ke dalam mulutnya. Begitu mencium bau yang luar-biasa kerasnya, ingin De Hu memuntahkan cairan itu ke muka si kakek. Tetapi ia tidak bisa berbuat itu, selain ia tertotok tepat di jalan darah pusat, orang tua itu dengan cepat memencet hidungnya. Sehingga dengan lancar cairan itu masuk ke
perutnya. De Hu merasakan hawa panas bergerak di dalam perutnya, dan hawa
panas itu seolah-olah mau melelehkan semua isi perutnya. Keadaan itu berjalan hampir satu jam lamanya. De Hu memandang orang-tua sambil mendelik marah,
namun si kakek tidak mempedulikannya, malahan ia asyik memasukkan tahi
kera itu kedalam kotak-kotak obat yang terbuat dari batu giok berwarna hijau tua.
Selang beberapa lama, De Hu muntah-muntah, dan menjadi sangat terkejut
melihat cairan merah kehitam-hitam keluar dari mulutnya. Begitu sampai di tanah mencair seperti terbakar kemudian habis. De Hu memuntahkan cairan itu hampir enam kali. Begitu selesai memuntahkan cairan itu, tubuhnya menjadi ringan dan ia melihat lengan kanannya berubah menjadi normal lagi.
"Nah, kau beruntung bisa diselamatkan jiwamu dengan kotoran kera seribu tahi tadi. Besok begitu engkau bangun, pergilah buang air besar, dan makanlah buah ini. Racun bunga merah itu sudah hilang, demikian juga peredaran hawa sakti yang bergerak di seluruh jalan darah di tubuhmu tidak akan menjadi liar pada saat meluap api amarahmu. Engkau termasuk beruntung karena kotoran kera
seribu tahi itu menghasilkan obat pemunah racun yang hebat dan juga
memperkuat yangkang ."
Sambil berkata begitu, orang aneh itu menyodorkan buah semacam buah Li
namun berwarna ungu tua. De Hu kini mengerti bahwa ia sedang berhadapan
dengan seorang tabib pandai. Diam-diam ia menggerakkan sinkangnya, ia
menjadi heran sekali, karena hawa sinkang bergerak begitu cepat dan kuat.
Cepat-cepat ia berlutut di hadapan orang tua itu.
"Lao qianpwe, maafkan boanpwe yang berlaku-kurang ajar. Kalau boleh tahu,
sedang berhadapan dengan siapakah boanpwe?"
"Ho..ho"pemuda baik"pemuda hebat, bangunlah, aku hanyalah seorang tabib
kecil yang mengandalkan satu jariku ini untuk menotok orang sakit."
"Sin Zhitou Yaowang (Raja obat jari sakti), ah"maafkanlah mata siaute yang
buta. Siaute bernama Shi De Hu dari Tienshanbai."
"Hu dixiong, biarkanlah tubuhmu menjadi sehat dan sembuh betul. Hawa
Emeishan sangat bagus untuk memulihkan tenagamu barang beberapa minggu.
Jangan biarkan kelemahan hatimu merusak hawa sakti yang sudah terpupuk
bagus. Sekarang aku akan pergi, oh ya, kalau menjumpai seorang gadis muda
bernama Namita, ia muridku, sampaikanlah aku menunggunya di dekat Kanal
Besar. Selamat tinggal Hu dixiong."
"Yaowang, jadi lao qianpwe sudah tahu apa yang akan terjadi di dekat Kanal
Besar." "Hmm?" Sin Zhitou Yaowang hanya menanggukan kepalanya sambil
meninggalkan pegunungan Emeishan.
Mulai hari itu De Hu tinggal di puncak Emeishan untuk menunggu luka-lukanya menjadi baik. Ia melawan kekosongan hatinya, perasaan tidak layak dan
bersalah, ditindasnya dengan cara melatih ilmu-ilmu secara keras. Setelah
merasa dirinya kuat itulah ia dapat tiba di tempat ini.
Mari kita mengikuti kembali jalannya pertempuran yang sangat dasyat itu.
Pertempuran yang maha dasyat sudah tidak dapat dicegah lagi. LanWugui
segera menggerakkan hawa sakti nya untuk membinasakan De Hu secepat
mungkin. Dari jarak lima tombak ia melesat cepat dengan Lan wu guan yingzi
(halimun biru membuka bayangan). Sebuah ilmu langka yang sekali bergerak
melancarkan duapuluh empat serangan dengan kecepatan yang sulit diukur.
Tubuhnya yang berselimutkan halimun biru sebentar hilang sebentar nampak,
sepertinya tidak ada ruang atau waktu lagi untuk melepaskan diri dari serangan ini.
Namun De Hu dengan posisi tubuh sejajar dengan bumi melejit ke arah halimun biru itu dengan tangan kanannya terbuka lebar. Gerakannya seperti seekor naga menyongsong bola api. Dua tenaga raksasa yang berlainan sifat bertemu di
udara dan menimbulkan suara yang memekakan telinga.
"Ciuuuuuuuuut"..blaar".!"
Tubuh Lan Wugui terpental sejauh dua tombak begitu bertemu dengan tangan
kanan De Hu yang terbuka lebar. Ia sangat terperanjat dan tidak menyangka
anak muda bertangan buntung itu memiliki kekuatan sinkang mujijat.
"Hmm"hawa sakti Xing long guan shandong quan "sungguh tidak kuduga
semuda ini sudah bisa menguasahinya."
De Hu sungkan untuk membiarkan Lan Wu gui berpikir, segera ia mengirimkan
serangan susulan. Lengan kirinya yang kosong itu menyambar-nyambar untuk
melakukan totokan-totokan. Lan Wugui meladeninya dengan tidak kalah
hebatnya. Makin lama pertempuran itu semakin menegangkan. Tubuh mereka berkelebat
begitu cepatnya sehingga sulit dibedakan satu sama lainnya. Begitu halimun
menutupi tempat pertempuran, orang-orang hanya bisa melihat sebuah
bayangan melejit-lejit yang dililit-lilit oleh tebalnya asap halimun. Namun bagitu De Hu menghempas lengan kosongnya, halimun itu seperti ditiup oleh angin
puyuh dan kemudian menghilang. Lan Wugui yang melihat setiap serangan
dapat dipatahkan, menjadi marah sekali. Sekonyong-konyong ia melengking
dengan suara mengeluh.
"Lan wu ou fengbao xue (Halimun biru memuntahkan badai salju)"!!!!!!!"
Begitu dasyat jurus ini. Tubuh ilbis biru ini berputar seperti gasing dan dari putaran itu tampak selimut kabut berwarna biru tua, beberapa detik kemudian dari kabut itu menyambar bola-bola putih seperti peluru yang dingin luar-biasa.
De Hu mencelat saking terkejutny, karena ia seperti menyentuh gumpalan es
yang kekuatan membekukan aliran darah. Bola-bola es itu meluncur cepat sekali ke rah delapan belas jalan darahnya. Dengan melayangkan tubuhnya ke atas
dengan posisi kepada di bawah, De Hu menggerakan lengan kosongnya
sebagai tameng. Namun tidak urung sebutir bola es itu mengenahi dada kirinya.
"Deng?""..!!!"
De Hu merasakan separuh dari tubuh lumpuh. Bagian tubuh yang terkena bola
itu terdapat tanda biru tua sebesar telur angsa. Dalam keadaan yang berbahaya itu, De Hu mengambil keputusan menggunakan ilmu Wudangbai yang sering
dilatihnya bersama Yang Jing, yaitu satu jurus rahasia yang dinamakan Jiugong Shibatui (delapan belas tendangan Sembilan pil ar). Tubuhnya melesat bagaikan burung rajawali dengan posisi tangannya membentuk sembilan lingkaran yang
mengeluarkan hawa mujijat menderu-deru.
Beberapa detik kemudian butiran-butiran es itu telah dibungkus dengan sembilan lingkaran, kemudian tubuh De Hu meluncur seperti pilar-pilar istana langit yang menindih dan menggilas badai es itu. Begitu ia merapat dengan Lan Wugui,
mendadak ia menggeliat seperti naga keluar goa, sambil mengirim pukulan
Xinlong chuo Hexin Di (Naga skati menghisap inti bumi), Xing long guan
shandong quan jurus ke duapuluh-tujuh. Hebat bukan main, lengan kosong yang menahan tubuh De Hu seolah-olah seperti lintah yang menghisap tenaga sakti
intibumi, sedangkan tangan kanan melepaskan arus tenaga itu dan menghantam
tepat di dada sebelah kiri Lan Wugu
"Wus"plak"des"!"
Tubuh Lanwugui mencelat keras sekali seperti dihantam godam ribuan kati. Ia menjadi pontang-panting menyelamatkan diri dari arus tenaga mujijat ini,
akibatnya kristal-kristal es yang bersembunyi di balik halimun biru tua itu mendadak sirna bersamaan dengan terhempasnya tubuhnya bagai daun pisang.
Ia berbisik lirih
"Xinlong Chuo Hexin di, ilmu pendekar Tienshan yang pernah membuat nenek
moyangku tidak bisa makan tidak bisa tidur untuk menemukan titik
kelemahannya. Tidak kusangka ilmu ini hidup lagi di dalam diri pemuda ini. Hmm
"kebetulan, ingin kutahu sampai dimana kekuatannya menghadapi Lanwu
fayang gu (halimunbiru menyusup tulang)."
Sambil menghindarkan diri dari serangan susulan De Hu, Lan Wugui mulai
memainkan Lanwu fayang gu. Ia bergerak menyusup-nyusup ke dalam
gelombang serangan Xinlong chuo Hexin Di. Ilmu ini membuatnya seperti
kelabang menyusup-nyusup ke semua celah yang terbuka. De Hu dapat
merasakan getaran arus sangat kuat menyusup-nyusup, dan dalam waktu yang
sangat cepat, lima jari Lanwugui sudah menampar ketiak lengan tunggalnya.
"Siut".plak!"
De Hu merasakan serangan iblis biru ini semakin meningkat dan semakin
berbahaya. Rupanya Lanwugui sudah mulai mengeluarkan ilmu-ilmu simpannya,
juga tenaga sakti yang dilepaskan tidak setengah-setengah lagi, malainkan
sepenuhnya. Sementara itu Xing Long dan JuenAi yang memperhatikan jalannya pertempuran
menjadi sangat tegang, karena mereka juga merasakan desiran-desiran hawa
maut yang luar-biasa tajamnya akibat dari dua tenaga sakti yang saling
berbenturan dan saling menekan.
"Hu Di ternyata mewarisi ilmu-ilmu Tienshanbai pada tingkat yang paling tinggi.
Sepertinya Shi Kuang Ming tashe hidup kembali di dalam dirinya." Demikian Xing Long berkata-kata dalam hatinya.
"Long twako, mengapa tidak membantu Hu koko?"
Tiba-tiba keluar perkataan ini dari mulut Juen Ai seperti berbisik. Juen Ai sendiri juga merasa terkejut sekali, sebab ia tadi hanya membathin, dan tidak
disangkanya mencelos keluar.
"Gan guniang, Hu di masih bisa mengatasinya. Kita lihat dulu bagaimana
perkembangannya. Di lihat sepintas, Hu Di tidak berada di bawah angin."
Sementara itu pertempuran berjalan semakin hebat. Gempuran-gempuran
tenaga sakti kian mencapai pada titik pamungkas yang paling berbahaya.
Sambaran-sambaran tangan tunggal De Hu membuat Lan Wugui sibuk
menyelamatkan diri. Sedangkan berondongan halimun biru yang bergulung-
gulung disertai menyeruaknya berbagai macam jurus dan pukulan membuat De
Hu mencelat-celat kian kemari menghindarkan diri.
Kain yang menutup kaki, dada, dan juga perut tampak sebagian berubah
menjadi serpihan-serpihan halus terlanda hawa pukulan yang tajam yang
berganti-ganti sifat itu. Kadang-kadang panas membara, namun di lain saat
berubah dingin membekukan.


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dung Lin, mendapatkan lawan yang dapat mengimbangi ilmumu kau makan
sendiri, mau enaknya sendiri, harus dibagi-bagi denganku he"he"he"he"!"
Bagaikan siluman tanpa tangan dan kaki, sekonyong-konyong Sima De Kun
njruduk ke medan pertempuran dengan membawa serangkum pukulan yang
luar-biasa hebatnya ke arah De Hu. Cara dia menyerang benar-benar seperti
seekor buaya siluman dengan kepala bergerak terlebih dahulu, dan begitu
hampir sampai ke arah kurbannyA, secara tiba-tiba tubuhnya membalik
mengirimkan pukulan dengan kedua tangannya yang sudah bruntul. Dua kaki
sebelum serangan itu mengenahi kurbannya, De Hu sudah merasakan betapa
dasyatnya pukulan itu. Karuan saja ia menjadi sibuk luar-biasa karena pada saat yang sama, Lan Wugui juga menyerang dengan pengerahan sinkang
sepenuhnya. "Manusia-manusia curang dan tidak tahu malu!" Xing Long segera ingin
menerjang, namun ia tidak keburu, karena ia melihat De Hu secara mendadak
menjatuhkan dirinya bukan menghindari serangan tetapi ia tengkurap seperti
seekor naga mendekam. Dari mulutnya keluar lengkingan yang sangat keras.
"Xing long guan shandong quan?"?"?"?"?"?"?"".!!!!!!"
Gabungan dua hawa sakti dari dua orang datuk nomer satu di dunia kangaouw
bertemu dengan lengan tunggal yang menyeruak bagai naga menerjang
mangsanya. Akibatnya sungguh terlalu amat luar-biasa.
"BLAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAR !!!!!!!!!"
Bumi seakan-akan diguncang oleh badai yang dasyat luar-biasa. Debu tanah
membubung setingga empat tombak, dan batu-batu besar berterbangan tidak
karu-karuan larinya, sedangkan pohon-pohon disekitar itu seperti dihantam
ratusan kapak sehingga rontok bersama daun-daunnya.
"Aahhh ".. Xing long guan shandong quan"tingkat tinggi".!!"
Kedua manusia iblis itu terpaku melihat kedasyatan ilmu Xing long guan
shandong quan. Sima De Kun berdiri hampir-hampir tidak percaya, hanya
dengan satu lengan saja, pemuda sakti itu dapat menahan serangan dua tenaga sakti yang menyerangnya pada saat yang sama.
Sedangkan De Hu terlempar sejauh enam tombak, dan wajahnya menjadi pucat,
dan dari mulutnya menetes darah segara.
"Huaak"!"
"Hu di".Hu koko"." Xing Long dan Juen Ai melayang cepat ke arah jatuhnya
De Hu. "Hu Di, bagaimana?" Hu Koko " bagaimana keadaanmu?"
"Long Ko, Ai Mei, segeralah pergi meninggalkan tempat ini, pergilah kepada
jendral Gan atau ayahmu Ai mei dan katakanlah semua yang kita dengar di sini, jangan sampai terlambat. Negara dalam keadaan berbahaya. Pergilah ke arah
barat, kemudian, empatpuluh li dari Kanal Besar ada sebuah rumah tua di tepi desa, masuklah, kalian akan bertemu dengan Jendral Gan. Cepat"pergilah
sebelum terlambat, aku akan mencari akal untul melepaskan diri dari tangan
mereka berdua, karena dua orang ini tidak mungkin bisa kulawan sendirian.
Cepat pergilah"!!"
"Hu Di"Hu Koko"ah"Hu di aku sangat bangga memiliki adik seperti dirimu.
Hu Di"semoga engkau dapat menemukan kebahagiaanmu."
"Ai mei"kalau ketemu Jing di sampaikan bahwa aku kepingin bertemu dan
berbicara hal yang penting."
"Akan kusampaikan."
Maka dengan cepat Xing Long menarik tangan Juen Ai dan dibawa lari secepat
terbang ke arah Barat. Kedua manusia iblis itu sudah akan mengirim pukulan
maut ke arah dua bayangan itu, tetapi De Hu keburu kembali menyerang mereka berdua.
"Ho..ho"ho"Dung Lin mari kita bereskan pemuda ini, karena kita hanya
memiliki waktu sedikit. Aku tidak percaya Xing long guan shandong quan mampu menahan gempuran ilmuku dan ilmumu pada saat yang sama, ayo!!"
Sedetik setelah Sima De Kun berkata demikian, kedua Iblis itu serentak
menggerakkan ilmu pamungkasnya untuk mengakhiri hidup De Hu.
"LAN WU PO HUAI GU GE, LAN WU SHEN LING NA QU LAI (Halimun biru
menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma)?"?"?".!!!!!!!"
"WEIXIAN SOU DIXIAN (lingkaran merontokkan bumi)?""!!!!!!!!!!!!!!"
De Hu melihat dari kedua orang sakti itu mencuat dua gelombang kilat yang satu berwarna biru yang terang sekali, dan satunya lagi merah membarah. De Hu
sejenak terkesiap melihat kedasyatan dua ilmu maut kedua Iblis itu. Ia tidak memiliki pilihan lain kecuali juga menyambut serangan itu. Ia melengking nyaring seperti seekor naga mendesak keluar dari goa yang mengurungnya.
"SHENLONG QIANGXING KONGMEN (Dewa naga mendobrak pintu
kehampaan) ?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?"?".!!!!!!!!!"
"BLAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRR!!!!!!!"
"Hu Koko " !!!!!"
Di antara deburan pertemuan tiga tenaga sakti maha dasyat itu, sesosok
bayangan merah melesat dengan kecepatan fantastis menyambut tubuh De Hu
yang terlempar dan dibawa lari dengan sangat cepat.
Kedua iblis itu juga terlempar sejauh duabelas tombak. Wajah Sima De Kun
tampak pucat pasih, sedangkan dari balik topeng biru tampak merembes darah
kental membasahi kain yang menutup wajahnya.
"Ah " Dung Lin, ilmu apakah itu" Luar-biasa dasyatnya!"
"De Kun, aku kira itu gabungan ilmu Zhang Sanfeng dan Shi Kuang Ming untuk
meluluh-lantakkan ilmu nenek moyangku Lan Wu Po Huai Gu Ge, lan wu shen
ling na qu lai. Ah"betapa dasyatnya! Aku tidak yakin akan mampu mengatasi
pemuda itu seorang diri."
"He " he " he " jangan kecewa dulu, aku baru menggerakkan separoh dari
ilmuku. Ilmu terdasyat yang kumiliki belum sempat kugunakan, bayangan merah itu sudah membawa kabur pemuda itu. Siapakah wanita itu, getaran hawa sakti dan gingkangnya dapat kurasakan tadi."
Gadis baju merah itu membawa De Hu ke arah Barat. Wajahnya yang cantik
jelita itu tampak berderai-derai air-mata.
"Hu koko" jangan mati " jangan mati"aku tidak mau hidup di dunia ini tanpa
kau" Hu koko, bukalah matamu dan jawablah pertanyaanku " ketahuilah,
akupun mencintai kau"Hu koko"."
Dengan terus berlari dengan sangat cepatnya, Li Fong akhirnya sampai di
sebuah telaga di pinggiran kota Tianjin. Dia membaringkan De Hu di tepi telaga itu, dengan penuh kasih sayang, ia membersihkan bekas-bekas darah yang
membasahi muka, mulut, dan dada De Hu. Sementara itu De Hu pingsan
dengan membawa luka yang sangat hebat. Jalan pernafasannya sangat lemah,
bahkan degup jantungnya seolah sudah mau berhenti.
Setelah Li Fong merasa cukup bersih, membawa De Hu memasuki pinggiran
kota Tianjin. Hampir setiap orang yang berpapasan dengannya selalu menoleh
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Memang apa yang dilakukan Li Fong
sangat mengundang perhatian orang yang lalu-lalang. Seorang gadis cantik
jelita, dengan rambut awut-awutan memasuki pinggiran kota dengan
menggotong seorang pemuda buntung yang kelihatannya sudah mati.
Li Fong tidak mempedulikan mata mata setiap orang yang ditujukan kepadanya, dengan cepat ia menuju ke sebuah rumah yang membuat berbagai macam
model dan ukuran peti mati. Dipilihnya peti mati yang paling sederhana dan baik dengan penutup terbuat dari bahan yang bening seperti kaca. Dengan jari-jarinya yang kuat, ia membuat lubang-lubang di atas penutup itu. Begitu selesai, ia menaruh buntalannya di bagian atas, baru tubuh De Hu dibaringkan
berbantalkan buntalan itu.
Tukang-tukang dan pemiliki usahal peti mati itu menjadi terheran-heran dan
kasihan melihat Li Fong. Dan yang lebih mengejutkan mereka lagi adalah Li
Fong juga turut masuk ke dalam peti itu, dan dalam waktu sekejab peti mati itu terbang meninggalkan tempat itu.
BAB 20: PERTEMPURAN DI TEPI SUNGAI YONGDING
Bagaimana keadaan De Hu sebenarnya" Ketika ia menlancarkan ilmu Shenlong
Qiangxing Kongmen (Dewa naga mendobrak pintu kehampaan), separoh dari
tenaga saktinya tidak bisa terlepas dengan bebas karena dorongan dua tenaga dasyat yang dikerahkan oleh dua tokoh sakti itu bergerak mendahuluinya. Ia
terlambat setengah jurus dari mereka, akibatnya, hawa saktinya terhimpit di dalam dan menghantam balik dirinya. Kontan De Hu kehilangan kesadarannya,
titik-titik penting di dalam jalan darahnya seperti tertotok dari dalam.
Titik jalan darah yang disebut waiguan (tiga titik pendorong energi) terletak di bagian lengan penuh dengan hawa Shenlong Qiangxing Kongmen, tetapi titik
jalan darah guanyuan yang terletak di bawah perut dekat diantan tergencet oleh kekuatan dua tenaga sakti dari dua manusia iblis itu. Akibatnya, hawa sakti Shenlong Qiangxing Kongmen seperti terjebak di dalam sebuah kurungan. Inilah yang membuat De Hu kehilangan kesadarannya, walaupun hawa sakti Shenlong
Qiangxing Kongmen masih membutuhkan sasaran untuk penyalurannya.
Hampir setiap saat Hsing Li Fong menyalurkan sinkangnya untuk mengatasi luka dalam De Hu. Sejauh ini, ia tidak melihat tanda-tanda kemajuan yang dapat
dicapai. "Hu Koko, dapatkah engkau mendengar suaraku" Berilah aku petunjuk apa yang
harus kulakukan untuk menolongmu?"
Li Fong memandang wajah De Hu dengan cinta yang mendalam. Matanya sayu
dibungkus oleh kesedihan dan kecemasan yang makin hari makin menjadi.
Sudah tiga hari ia menaruh De Hu di dalam peti mati, dan hari ini ia merasakan denyut jantung De Hu semakin melemah. Keadaan ini membuat Li Fong panik.
Ia menggoncang-goncang tubuh De Hu dengan air-mata bercucuran.
"Hu Koko, jangan menyerah" jangan menyerah"Koko"apakah engkau
mendengar suaraku?"
Li Fong hampir putus-asa melihat keadaan De Hu. Ia memeluk De Hu dan
membasahi dadanya dengan air-mata.
"Hu koko, jikalau engkau mati, apakah artinya hidupku ini" Demi Thian yang
hidup, janganlah engkau menyerah. Bangunlah koko, aku berjanji takkan pergi jauh darimu."
Ia mengangkat lengan De Hu dan ditaruhnya di pipinya yang basah air-mata. Ia menciumi tangan itu dengan hati yang hancur.
"Hu koko, berilah aku tanda apabila engkau mendengar suaraku."
Ketika ia menaruh telapak tangan De Hu pada pipinya, ia merasakan getaran
lembut dan hangat merembes keluar dari jari telunjuk pemuda itu. Li Fong kaget dan memperhatikan jari-jari De Hu.
"Hu koko apakah engkau mendengar suaraku?"
Satu jari bergerak, walaupun lemah, namun Li Fong dapat melihat gerakan itu.
"Koko, engkau mendengar suaraku " oh, Thian terima kasih. Koko, bertahanlah aku akan mencari seorang tabib."
Gadis perkasa, ahli waris ilmu-ilmu si Guci sakti, wang Ming Mien, ini membawa peti mati itu ke arah utara Kanal Besar yang berdekatan dengan sungai
Yongding. Sesungguhnya ia tidak tahu kemana mencari tabib sakti yang pernah ia dengar namanya dari De Hu, yaitu Sin Zhitou Yaowang (Raja obat jari sakti).
Ketika ia hendak memasuki kota Geciu, propinsi Tianjin, ia berpapasan dengan gerombolan berkuda yang mengenakan seragam prajurit asing. Pasukan
berkuda itu terdiri dari hampir enamratus orang yang dipimpin seorang pemuda tampan, Yelu Abahai.
Inilah pasukan ahli perang bangsa Khitan yang sedang menuju Kanal Besar. Li Fong yang tidak ingin berurusan dengan segala macam prajurit tidak mengambil perhatian terhadap orang-orang berkuda itu. Ketika pasukan itu berpapasan
dengannya, hampir semua mata laki-laki itu tampak memandang kepadanya.
Para laki-laki kasar itu memandang dengan pandangan seperti srigala yang
mengilar melihat seonggok daging empuk. Sekujur tubuh Li Fong yang tinggi
semampai itu dilahap habis dengan pandangan mata mereka. Bahkan beberapa
orang tanpa sadar minum air liurnya sendiri melihat gadis jelita membawa-bawa peti mati itu.
"Aduh " cantiknya"tangan dan kaki itu" aduh mati kau " begitu putih mulus."
"Dua buah mangga di dadanya begitu ranum mengundang selera " aduh bisa
mati klenger aku apabila tidak bisa mendapatkan bidadari merah ini."
Seorang prajurit begitu berpapasan langsung dengan Li Fong mengulurkan
tangannya untuk memegang buah dadanya. Kontan, Li Fong menjadi sangat
marah. Tangan kiri yang berisi hawa pukulan telapak Buddha melayang di
kepala prajurit sial itu. Tidak ayal lagi, prajurit itu terjungkal dengan kepala retak.
Dari mata, hidung, telinga, dan kepala bagian otak mengeluarkan darah.
"Manusia kurang ajar, layak mampus di tangan nonamu!"
Tidak dapat dicegah lagi, para prajurit itu berteriak-teriak dalam bahasa Khitan yang tidak dimengerti oleh Li Fong.
"Wanita siluman!!! Dia membunuh teman kita " wanita siluman membunuh
teman kita!"
Dalam waktu singkat tidak kurang dari empuluh prajurit mengurung Li Fong.
Melihat ini, Li Fong tersenyum luar-biasa manis dan cantiknya. Prajurit-prajuri sejenak terpesona melihat senyum yang luar-biasa itu. Tetapi bagi orang yang sudah mengenal watak Li Fong, senyum itu berarti hawa maut.
"Manusia-manusia bosan hidup, hari ini terpaksa nonamu harus mengulurkan
tangan membasmi dengan dua alasan. Pertama, aku tidak suka ditelanjangi oleh mata-mata jalang seperti mata kalian. Kedua, kalian memasuki wilayah
Tionggoan dengan pasukan bersenjata dan berjumlah banyak pasti memiliki
maksud yang tidak baik terhadap negara dan bangsaku."
"Nona, tungguh dulu!"
Rombongan prajurit itu tiba-tiba membuka jalan bagi seorang penunggang kuda hitam, seorang pemuda berpakaian seorang raja .
"Nona salah paham, kami prajurit-prajurit bangsa Khitan yang jaya datang ke Tionggoan untuk menolong rakyat dan bangsa Han bebas dari Yongle, si kaisar palsu. Dengan menegakkan kembali dinasti Liang yang jaya, bangsa Han akan
dibebaskan dari tirani jahat kekaisaran Ming."
"Hmm" pemuda ceriwis mau menjual lagak di depanku. Jangan bermimpi dapat
menipu bangsaku dengan dalil seperti itu. Dari sinar matamu saja, aku sudah tahu engkai bukan manusia baik-baik."
"Prajuritku yang gagah berani, tangkap hidup-hidup perempuan sombong dan
tekebur itu. Ia perlu merasakan betapa gagah dan perkasanya kita"ha"ha"
ha"ha"!"
"Ha"ha"ha"ha" dengan senang hati, Yelu Abahai yang agung...!"
Tidak perlu diperintah duakali, sepuluh orang prajurit sudah menyerang Li Fong dengan tangan terbuka. Semua serangan ditujukan kepada bagian paha, buah
dada, pinggul, selangkangan dengan cara yang sangat kurang-ajar.
Melihat ini, Li Fong menjadi marah sekali, dengan tersenyum lebar sambil
memperlihatkan deretan gigi putih bersih itu, tubuhnya tiba-tiba berkelebat cepat sekali. Dan tahu-tahu, sepuluh prajurit itu sudah terjungkal muntah darah dilanda angin pukulan dara sakti ini.
Melihat sepuluh temannya dijungkalkan dengan begitu mudahnya, pasukan
Khitan itu secara bergelombang datang menyerang Li Fong seperti air-bah
datangnya. Menghadapi keroyokan dalam jumlah yang banyak sekali, Li Fong
menjadi sibuk sekali. Satu prajurit terbunuh, yang lima lagi sudah datang silih berganti. Li Fong menjadi kalang-kabut dibuatnya. Sementara itu, tangan kirinya memegang erat tali peti mati yang ikut terbang kesan-kemari menghindari
serangan prajurit yang berani mati itu.
Entah sudah berapa puluh orang yang tergeletak, sebagian binasa, pingsan, dan sebagian lagi tidak bisa melanjutkan pengeroyokan karena tangan atau kakinya patah-patah. Karena gelombang serangan para prajurit Khitan semakin santer
dan berbahaya, Li Fong segera menggerahkan Fo Bo bao Feng Yu (Buddha
menabur hujan badai), jurus ke delapan Telapak Tangan Buddha tingkat
sembilan. Tubuhnya bergerak dari atas kemudian meluncur ke bawah dengan
tangan kiri memegang ujung peti mati, sedangkan tangan kanannya terpentang
ke depan. Puluhan prajurit tiba-tiba merasakan adanya tenaga raksasa yang
mengurung mereka, semakin lama semakin kuat. Ketika mereka sadar, ternyata
sudah sangat terlambat, karena tanah di sekitarnya menjadi porak-poranda
seperti dihantam badai dari atas dan membentuk seperti corong tengkurap.
Sedetik kemudian, dengan mengibaskan lengan kanannya, tanah yang sudah
berlubang besar itu sudah menimbun puluhan prajurit itu dalam satu lubang.
Karuan saja suasana menjadi kacau balau. Para prajurit berteriak-teriak marah
"semua pasukan mundur".pasukan panah maju dan gunakan anak panah
beracun, bunuh gadis siluman ini."
Li Fong berdiri tegak dengan wajah memperlihatkan senyum manis tetapi disertai dengan kilat mata yang menyiratkan kemarahan hebat.
"Majulah " anjing-anjing Khitan, gunakan apa saja yang kalian miliki, hari aku, Hsing Li Fong, tidak akan setapakpun mundur, sebaliknya akan kuhabisi hidup kalian satu demi satu, majulah!!"
Prajurit Khitan menjadi gentar juga melihat air muka dan suara dingin dara
perkasa ini. Namun mereka bukan prajurit sembarangan, tetapi prajurit yang
berani mati demi kebesaran bangsa Khitan yang mereka cita-citakan. Serentak mereka maju lebih dekat dengan bermacam-macam ukur busur panah. Tidak
lebih dari beberapa menit, Li Fong yang berdiri sambil tetap memegang tali peti mati di tangan kiri sudah dikurung oleh ratusan pasukan panah bangsa Khitan yang sangat termasyur.
Sebelum pasukan panah ini menerima perintah melepas anak panah, dari
bagian utara terjadi kekacuan hebat. Begitu mereka menoleh, ternyata pasukan khusus jendral Gan Bing dibawah pimpinan panglima muda Gan Bu Tong, Lin
Nan Thao, Lin Sui Lan, dan Puteri Namita. Dibelakang empat orang itu terdapat juga seorang gadis yang berkulit agak gelap, Yamami. Gadis Mongol ini dengan gagah berani turut membabat setiap orang yang dekat dengan pedang
pendeknya. Sedangkan Bu Tong berkelebat sana-sini dengan memakai senjata,
tubuh, dan kepala pasukan Khitan sebagai titik tumpuh. Sedangkan pedangnya
benar-benar menggiriskan banyak orang karena berkelebat seperti bayangan
dewa yang sukar diduga kemana larinya, tahu-tahu beberapa orang sudah
berjatuhan dengan mandi darah. Kegagahan Bu Tong membuat nyali pasukan
Khitan menjadi ciut, maka secara otomatis kepungan terhadap Li Fong juga turut mengendor.
"Babo " babo" pasukan jendral Gan Bing memilih tempat kuburnya di tepi
sungai Yongding."
Suara kasar bagai auman srigala ini mengagetkan dua kubuh yang lagi
berperang. Bu Tong segera melirik ke arah puteri Namita, dan kebetulan Namita juga sedang memandang kepadanya. Bu Tong menganggukkan kepalanya, dan
nampak Namita tersenyum dan turut mengangguk. Rupanya Bu Tong
menghendaki puteri Namita tidak sembarangan bergerak karena yang tiba-tiba
muncul adalah Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan),
bersama dengan Hek Sin Lama (Lama berhati hitam) yang tampak sudah siap
dengan lingkaran besi beracunnya. Muncul pula seorang tinggi kurus yang
mengenakan kashaya (jubah seorang hwesio), berwajah dingin, kaku, dan
tampak bengis, inilah dia Bao Gui Xi Dao (Iblis sadis golok maut). Berdiri juga di situ seorang pengemis bermuka hitam, mata liar, sedangkan sepasang
lengannya hitam legam bagaikan besi yang terbakar hangus. Dunia persilatan
menjulukinya Heishou Gaiwang (Raja pengemis tangan Hitam).
"Nanhai Si Lang Mo, lebih baik engkau dan gerombolanmu segera angkat kaki
dari Tionggoan sebelum pasukan pemerintah Ming mengangkat senjata
mengusir kalian pergi!"
"jangan sembarang omong panglima buntung, bersiaplah, hari ini dirimu beserta dengan seluruh pasukan yang kau bawah akan kami kubur di tepi sungai
Yongding! " Abahai, perintahkan pahlawan-pahlawan Khitan membasmi habis
seluruh mahkluk hidup yang ada di sini!"
Tidak dapat dicegah lagi perang yang berskala cukup besar pecah di tepi sungai Yongding. Kuku-kuku beracun Nanhai SilangMo berpesta pora menghabisi
nyawa banyak pasukan jendral Gan. Sedangkan golok maut paderi sesat Bao
Gui Xi Dao luar-biasa kejamnya. Hampir setiap orang yang berpapasan dengan
goloknya akan jatuh mandi darah dengan kepala terpisah dari badannya.
Pasukan jendral Gan Bing dibuat kocar-kacir melihat kekejaman manusia yang
satu ini. Di bagian lain He Sin Lama seperti berlumba dengan Heishou Gaiwang
membunuh banyak sekali. Setiap orang yang terkena besi lingkaran itu jatuh
mandi darah dengan tubuh-tubuh tersayat-sayat dan mengeluarkan darah
berwarna kehitam-hitaman. Sedangkan yang tergedor kepalan tangan Heishou
Gaiwang menjadi hangus dan mati seketika.
Pasukan Bu Tong dibuat kocar-kacir dan menjadi jerih melihat kekejaman yang di luar batas itu. Melihat hal ini, Li Fong segera melayang menghadapi Nanhai Silangmo.
"Manusia srigala berhati binatang, akulah lawanmu!"
"Ho " ho " ho" bidadari merah, aku bisa menjadi lawan yang seimbang di
tempat tidur denganmu he..he"he.."
Kata Zi Lang sambil bergerak menyerang selakangan Li Fong.
Namun sekali berkelit sambil mengirimkan fong zou chuang shan (langkah
buddha membela gunung), Zi Lang dibuat mencelat menabrak ketiga
saudaranya dengan dada sesak. Barulah empat manusia srigala itu sadar bahwa mereka sedang menghadapi seorang pendekar wanita yang sakti.
Dengan teriakan nyaring empat srigala ini menerjang Li Fong dengan sangat
dasyatnya. Li Fong menghadapi mereka dengan sangat tenang sambil
membagi-bagi pukulannya untuk mencoba tahu sampai dimana kepandaian
mereka. Setelah lewat empatpuluh jurus, ia melihat kepandaian empat manusia srigala ini tidak ada yang istimewa, hanya kukunya yang sangat berbahaya.
Tetapi Li Fong memandang rendah racun kuku Nanhai Silang Mo karena ia
mengerti tubuhnya bukan saja kebal terhadap segala racun, tetapi juga
serangan-serangan mereka ganas di luar, tetapi lweekangnya dapat diatasi
dengan mudah. Mulailah Li Fong menggerahkan ilmunya fo zou chuang shan (langkah buddha


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membela gunung). Li Fong yang merasa jijik dan benci terhadap Zi Lang selalu mengarahkan pukulannya yang sangat tajam ke arah ulu hatinya. Kemana Zi
Lang berkelit, tangan Li Fong yang berisi penuh hawa sakti telapak tangan Dewa mengejarnya susul-menyusul. Dia menjadi kalang kabut tidak karu-karuan.
Ketika ia dengan nekad menangkis pukula itu, tubuhnya menjadi terpelanting
seperti di ris menjadi dua bagian. Makain lama serangan Li Fong menjadi
menjadi semakin dasyat dan mencecar Zi Lang ke segala jurusan. Tiba-tiba Li Fong berseru
"Kena?".!"
"Des " augh".!!"
Tidak ayal lagi, Zi Lang jatuh terkurap dengan mulut hancur dan darah mengucur dari kepala bagian atas yang retak. Seketika Zi Lang binasa dengan keadaan
yang sangat mengerihkan.
"Wanita siluman, bayar nyawa adik kami!!"
Nanhai Silangmo yang kini tinggal bertiga menyerang Li Fong kalang-kabut,
tetapi mana mereka bisa bertahan menghadapi gadis sakti dengan ilmu telapak tangan Dewa pewaris langsung si Guci Sakti, Wang Ming Mien. Mereka menjadi
bulan-bulanan pukulan Li Fong.
Sementara itu, Bu Tong juga segera melompat menghadapi Bao Gui Xi Dao,
sedangkan Heishou Gaiwang dikeroyok oleh Nan Thao dan Sui Lan. Dua orang
murid Shaolin menghadapi lawannya dengan gagah berani.
Bao Gui Xi Dao dibuat sangat terkejut bukan kepalang melihat ilmu pedang Bu Tong. Ilmu goloknya disebut Mizong Luohan, ilmu golok yang berdasarkan
perpaduan dua unsur ilmu rahasia dari Shaolinbai : Mizongquan dan
Luohanquan yang diciptakan oleh TatMo Cosu seperti menghadapi
bayangannya sendiri begitu berhadapan dengan Yingzi Shen shuangjian
(pedang bayangan dewa). Dia menjadi terheran-heran melihat ilmu pedang yang luar-biasa hebatnya yang dimainkan oleh pemuda berkaki satu itu. Kilatan-kilatan pedang itu seperti sebuah bayangan yang mengejar susul-menyusul
kemana tubuhnya bergerak. Dan yang lebih menyilaukan dan membuat
kepalanya berkunang-kunang adalah cara pemuda itu bergerak. Ia tidak tahu
bahwa ia sedang menghadapi seorang pemuda yang memiliki ginkang istimewa
yang disebut Feiqiu Sangyun (terbang di atas awan).
Bao Gui Xi Dao dibuat berkeringat dingin menghadapi Gan Bu Tong. Selama ia
berkelana di Wulin, tidak pernah ia menghadapi ilmu pedang jenis ini. Hampir empatpuluh tahun ia malang melintang di Wulin tanpa tandingan yang berarti, hari ini ia dibuat pontang-panting menghadapi serangan seorang pemuda yang
berkaki satu. Dari terkejut ia menjadi marah dan nekad. Ia menggerakkan
seluruh kekuatan ilmu pedangnya untuk mencoba membinasakan pemuda
buntung ini. Dipikir mudah, tetapi pelaksanaannya yang sulit, situasi inilah yang sedang dihadapi oleh Bao Gui Xidao.
Di sisi lain, Nanthao dan Sui Lan tidak sampai tigapuluh jurus sudah dibuat jatuh bangun oleh pukulan pasir hitam Heishou Gaiwang. Pengemis sakti ini
mempermainkan kedua anak muda ini sambil terkekeh-kekeh. Selain itu, ia terus mengawasi pertempuran antara Li Fong dengan Nanhai Silangmo. Ia melihat
sebuah kenyataan bahwa wanita berbaju merah itu sebentar-sebentar melirik ke arah peti meti yang tidak pernah berpisah dari dirinya. Ketika ia melompat tinggi sambil menyerang, ia melihat sesosok "mayat" berbaring di peti mati itu. Sambil terus menyerang Nantaho dan Suilan, pengemis ini mencecar mereka untuk
mendekati peti mati itu.
Ketika ia sudah mencapai jarak dua tombak dari peti itu, tiba-tiba dengan
kecepatan kilat dan tidak terduga-duga, ia melayangkan pukulan dasyat ke arah peti mati itu. Nanthao dan SuiLan menjadi terkejut sekali, sekilas mereka melihat De Hu berbaring seperti orang mati di peti itu. Karuan saja Sui Lan berteriak dengan suara keras sambil menahan pukulan pasir hitam itu dengan kedua
tangannya, dan pada saat yang sama Li Fong juga menahan serangan
pengemis itu. "Des " aduh!!"
Tubuh Sui Lan menjadi limbung, kemudian jatuh tersungkur. Dari mulutnya
meleleh darah berwarna hitam, dan di bagian dadanya tampak bekas lima jari
tangan kiri Heishou Gaiwang. Li Fong terkejut sekali melihat ada seorang dara cantik sudah jatuh tersungkur di dekatnya dengan tubuh mandi darah.
"Nona, aku Sui Lan, teman De Hu Taishe (Pendekar besar De Hu). Aku dan
kokoku pernah hutang nyawa kepadanya, hari ini aku puas, aku bisa berbuat
sesuatu walaupun kecil untuknya. Cici ia memang layak menerima cinta kasih
cici "aku" aku " turut" ba..ha"giaaaa."
"Mei mei ". Meimei".meimei"!!!"
Nanthao berteriak-teriak sambil mengucurkan air-mata. Dipondongnya tubuh Sui Lan, dan dibaringkan di atas pelana kudanya. Kini matanya mencorong
menakutkan menatap pengemis bermuka hitam itu.
"Hari ini aku, Lin Nan Thao, bersumpah akan menebus nyawa adikku dengan
darahmu." Pada saat Li Fong, Nan Thao, bahkan Bu Tong yang melayang meninggalkan
lawannya dan melihat keadaan Sui Lan, enam manusia jahat itu segera
mempergunakan kesempatan melancarkan serangan maut ke arah mereka.
Serangan itu sungguh-sungguh serangan maut yang datangnya begitu tiba-tiba
di saat para pendekar itu terkejut dan terpukul melihat Sui Lan binasa di tangan Heishou Gaiwang.
"Manusia-manusia berjiwa iblis, dimana-mana menyebar kejahatan " tanganmu
sudah terlalu banyak menumpahkan dara orang lain, harus diberi pelajaran!"
"Buk "buk" des!"
Entah apa yang terjadi, begitu suara itu selesai diucapkan terdengar suara bak bik buk sebanyak duakali, kemudian tubuh enam tokoh sesat itu terlempar
seperti daun kering dan menghantam kuda-kuda pasukan Khitan.
Seorang pemuda berbaju putih sederhana sudah berdiri di situ. Matanya berkilat seperti tergenang lapisan perak tipis. Dan seluruh kulitnya nampak
mengeluarkan sinar yang sama. Ia memandang seperti anak dewa yang sedang
marah ke arah Nanhai Silangmo dan sekutunya.
"Tianpin Er" kau " kembali mencampuri urusan orang lain!"
"Kau katakan aku mencampuri urusan orang lain" Tahukah kau siapa barusan
terbunuh oleh tangan racun setan itu" Tahukah siapakah dara baju merah yang bertarung denganmu?" Hari ini, karena dengan kepandaianmu engkau berbuat
jahat, maka lebih baik engkau hidup tanpa kepandaian itu lagi supaya jiwamu selamat. Majulah!!"
Yang Jing yang melihat Sui Lan tidak bisa ditolong lagi, kini muncul dengan kemarahan terbayang dari kedua matanya dan perubahan pada warna kulitnya.
Kemarahannya ini membangunkan hawa sakti di dalam tubuhnya.
Nanhai Silangmo bangkit dan berkata kepada sekutunya.
"Mari kita habisi pemuda ini bersama-sama, ia sangat berbahaya, dan ilmunya entah setinggi apa."
Secara bergemuruh enam tokoh sesat ini menggempur Yang Jing. Yang Jing
tetap berdiri di tempatnya, dan entah dengan kekuatan apa, tiba-tiba dari kedua tangannya tampak cahaya perak melingkar-lingkar. Nanhai Silangmo yang
bergerak paling depan tiba-tiba merasakan adanya kekuatan dasyat yang
mengendalikan semua gerakannya sehingga ilmu silatnya tidak bergerak
menurut perintahnya tetapi menuruti kekuatan yang sudah mengikatnya
sedemikian rupa. Inilah jurus Shen Yu Xing Quan (Dewa mengatur bintang) yang sudah mencapai tarap yang sukar diukur lagi. Dengan ilmu ini Yang Jing bisa mengatur seluruh gerakan ilmu silat lawan ke arah yang ia kehendaki. Dengan kekuatan menyedot dan mendorong, ilmu ini seolah-olah menguras sinkang dan
pusat kekuatan gerak ilmu-ilmu Nanhai Silangmo.
Beberapa detik kemudian, Nanhai Silangmo didorong kebelakang dengan
lembut dan jatuh terduduk. Tidak ada luka-luka, tetapi mukanya sudah pucat
pasih, dan ia telah kehilangan kemampuan untuk menggerakkan sinkangnya,
karena seluruh pusat gerak dan kekuatan ilmunya telah dipunahkan oleh Shen
Yu Xing Quan. "Tianpin Er " engkau sungguh kejam, mengapa engkau tidak membunuh kami
bersaudara sekalin daripada dibuat menjadi manusia yang tidak berguna lagi."
"Nanhai, lebih baik kehilangan ilmu-ilmu yang kau miliki namun kau hidup dan berkesempatan memperbaiki jalan hidup, daripada berkepandaian akhirnya
binasa oleh kepandaian itu. Seperti ini contohnya."
Sambil berbicara, Yang Jing segera memapaki serangan Heishou Gaiwang.
Pengemis muka hitam yang tidak tahu siapa Yang Jing menyerang dengan
kekuatan ilmu tangan pasir hitam sepenuhnya. Tangan kiri Yang Jing
memapakinya dengan hawa sakti Tian Guo Shen Shou Ji Feng Bao (Dewa
Langit menghimpun badai), tiba-tiba tubuh pengemis berputar seperti gasing
yang bergerak semakin menjauh dari tangan kiri yang Jing. Daya dorong itu
memang tampak lembut, tetapi sesungguhnya hawa pukulan tangan pasir hitam
yang beracun itu dibuat berhenti, kemudian didorong menjadi pukulan yang
menerjang dirinya sendiri. Karuan saja Heishou Gaiwang dibuat terjungkal
dengan membawa luka dalam akibat ilmu yang menghantam dirinya sendiri. Ia
memandang Yang Jing dengan pandangan bingung terlolong-lolong.
"Tianpin Er" engkau sungguh hebat. Dengan ilmu apakah engkau menghantam
diriku." "Bukan aku yang memukul dirimu, tetapi ilmu sendiri yang membalik memukul
dirimu sendiri."
Nanhai SilangMo yang sudah tidak berdaya itu menjadi bergedik melihat
perkembangan ilmu Yang Jing yang menjadi semakin dasyat. Ia berbisik di dekat telinga Bao Gui Xi Dao
"Angin besar, mari kita pergi."
"Tianpin Er " hari ini aku mengaku kalah " tungguhlah pembalasan kami."
Nanhai dengan dibantu beberapa pengawal segera meminta Yelu Abahai
meninggalkan tempat ini kembali ke Lembah Huangshui.
BAB 21: CINTA MEMBUTUHKAN KEBERANIAN
Dengan tidak mengindahkan rombongan pasukan Khitan dan para dedengkot
penjhat itu. Yang Jing mendekati Puteri Namita yang sedang memeriksa
keadaan Lin Sui Lan. Dengan sangat cermat dan hati-hati ia memeriksa semua
bagian tubuh gadis itu terutama bagian dada bekas telapak tangan Heishou
Gaiwang. "Keadaannya sudah sangat parah sekali, pada pembuluh arteri terdapat
pembengkakan yang hampir menyumbat jantung. Sedangkan tulang rusuk ke
sembilan retak. Hanya suhu Sin Zhitou Yaowang (Raja obat jari sakti) yang
sanggup mengobatinya. Untuk saat ini tubuhnya harus dibaringkan pada sebuah papan untuk mencegah tulang rusuknya tidak sampai patah, dan pernafasannya
tidak tertahan karena pembengkakan pada pembuluh arteri."
"Nona, apakah peti mati itu bisa dipakai untuk sementara?" Tiba-tiba Yamami berkata sambil melirik ke arah peti mati dimana De Hu berbaring.
Kini semua mata tertuju kepada peti mati itu. Dengan perlahan Li Fong
menghampiri peti itu dan membawa dekat. Begitu dekat dengan mereka, Yang
Jing mencelat saking terkejutnya begitu melihat siapa yang berbaring di dalam peti mati itu.
"Oh Thian " mengapa Hu koko menjadi seperti ini" " Li Fong cici, apakah yang terjadi dengan Hu koko" "
Dengan setengah berlari ia menghampiri De Hu dan merabah nadi dekat
lehernya. Betapa terkejutnya ketika melihat kenyataan De Hu hampir mendekati mati daripada hidup.
Li Fong hanya sanggup menitikkan air-mata dan tidak sanggup menjawab
pertanyaan Yang Jing. Semua orang menjadi tercenung melihat dua manusia
berbaring lebih mirip mayat karena tidak ada tanda-tanda kehidupan sama
sekali. Wajah De Hu pucat pasih tanpa denyut jantung. Sedangkan Sui Lan
berlumpuran darah dengan nafas yang sangat lemah.
"Fong Cici apakah yang dapat kita lakukan " katakanlah Cici?"
"Jing dixiong, aku berusaha bertemu dengan Sin Zhitou Yaowang, namun aku
tidak mengetahui dimana orang tua itu berada?"
"Ah " tidak ada Sin Zhitou Yaowang di sini, kalau kita berupaya mencarinya, akan terlambat!"
"Akupun tidak tahu dimanakah shifu saat ini, terakhir bertemu ia mengatakan ingin merantau ke selatan untuk mencari kera seribu?"?"
Semua orang menanti kelanjutan perkataan puteri Namita, namun bibir yang
luar-biasa indah itu rupanya tidak sanggup meneruskan perkataannya.
Wajahnya menjadi bersemu merah.
"Aha " tidak guru, murid pun jadilah " cici Namita, bagaimana kalau kau
memeriksa keadaan Hu Koko, apakah tidak berbahaya mengeluarkannya dari
peti mati dan menaruh Sui Lan di dalam peti itu?"
Puteri yang menyiarkan bau harum dari sekujur tubuhnya itu segera memeriksa keadaan De Hu. Alisnya tampak berkernyit. Dan dengan menggunakan sebuah
jarinya, ia mencoba menekan waiguan dan menotok bagian guanyuan.
Keringatnya menetes-netes bagai mutiara membasahi wajahnya yang rupawan
itu. Namun dari wajahnya kelihatan bahwa ia mengalami kesulitan untuk
melakukan pengobatan.
"Ah" ada hawa yang luar-biasa kuatnya menggempur balik ketika aku mencoba
meluruskan jalannya waiguan. Sedangkan guanyuan sepertinya tergencet dari
dalam, dan aku tidak mampu membebaskan totokan dari dalam ini. Mungkin
shifupun tidak akan sanggup melakukannya. Ia tidak sakit, tetapi ada tenaga yang seperti luapan arus yang luar-biasa kuatnya terpenjara oleh terjepitnya waiguan dan guanyuan. Hanya orang yang sudah memiliki sinkang mujijat saja
yang bisa membuyarkan totokan di dalam itu."
Semua mendengarkan keterangan Puteri Namita sambil termangu-mangu. Ada
rasa kagum terpancar dari mata setiap orang terhadap kepandaian Puteri Harum ini, terutama mata Gan Bu Tong. Baginya, semua gerak-gerik Namita menjadi
daya tarik yang luar-biasa baginya. Begitu selesai Namita berbicara, Li Fong segera mendekati De Hu, dan dengan air-mat bercucuran ia mengangkat tubuh
itu dan dipanggulnya,
"Pakailah peti ini untuk menyelamatkan jiwa nona itu. Biarlah aku pergi dan merawat dia."
Begitu selesai berbicara ia hendak melayang pergi secepatnya dari tempat itu.
"Nona, tunggu sebentar!!" Sekonyong-konyong Namita sudah melayang
mencegah Li Fong pergi.
"Ada apalagi!"
"Aku kira Tianpin Er bisa menolongnya!"
"Tianpin Er" ". Siapakah dia" Katakan dimana dia berada, sampai ke ujung
langitpun akan kudatangi!"
"Dia sudah berada di sini nona, itu dia orangnya."
Namita menuding ke arah Yang Jing, dan Li Fong menjadi terheran-heran.
"Jing dixiong, kaukah itu Tianpin Er?"
Yang Jing menanggukan kepala. "Fong Cici, orang-orang Mongol memanggilku
Tianpin Er ketika aku berkunjung ke gurun Pasir, sejak saat itu sebagian orang mengenalku sebagai Tianpin Er. Tetapi aku tidak mengerti maksud Puteri Namita mengatakan bahwa aku bisa menolong Hu Koko."
"Tianpin Er " kurasa kau pasti sanggup menolongnya. Begini, totoklah bagian dalam guanyuan, di sini, dengan sinkangmu. Kemudian, salurkan yang sinkang
dan yingsinkang secara berganti-ganti di bagian waiguan. Tetapi, kekuatan hawa murni yang kaupakai harus duakali lipat lebih kuat dari hawa sakti yang terjepit di dalam tubuh ini."
Yang Jing bersila di dekat De Hu, mulailah ia menggerakkan kekuatan sedot-
dorong dari ilmu Shen Yu Xing Quan (Dewa mengatur bintang). Pada jari
telunjuknya tampak lingkaran-lingkaran kecil menyerupai sinar perak, kemudian melakukan gerakan menotok ke bagian guanyuan. Beberapa saat kemudian,
tampak tubuh De Hu mulai berubah warna dari pucat berubah menjadi merah
kehitam-hitaman. Ketika Yang Jing mulai mengerahkan sinkang yang berbeda-
beda dan mencoba menggempur tenaga yang tergencet di bagian waiguan, tiba-
tiba ia merasakan adanya perlawanan yang luar-biasa hebat dari bagian lengan kanan De Hu. Arus hawa yang luar-biasa hebat seolah-olah mau menelan hawa
murni yang dilancarkan Yang Jing.
"Tianpin Er " engkau harus sanggup menaklukan arus hawa yang mulai
mendesak keluar, jikalau engkau gagal, jiwa tuan ini tidak akan dapat tertolong lagi!" Tiba-tiba Puteri Namita berseru nyaring, sambil tangannya mendorong
orang-orang untuk menjauhi Yang Jing dan De Hu.
Merasakan daya tolak yang begitu luar-biasa dari lengan De Hu, Yang Jing
segera menggerakkan hawa sakti Shen De Bu Fu Tui Dong yang seolah kosong,
tetapi di dalam seluruh tubuhnya terpancar kekuatan maha dasyat yang bisa
mencuat bagai gulungan ombak yang menggulung samudra. Arus hawa sakti
yang bergulung-gulung dari ilmu Shenlong Qiangxing Kongmen (Dewa naga
mendobrak pintu kehampaan) milik De Hu seperti digulung dan dipaksa
memasuki kehampaan semu Shende bufu tuidongyang. Sedetik kemudian, Yang
Jing mengibaskan kedua tangannya ke arah pohon besar.
"Blaaar".!"
Semua mata terbelalak melihat pohon yang luar-biasa besarnya itu bagaikan
diterjang oleh badai sehingga tumbang.
"Tianpin Er " sudah cukup!"
Puteri Namita segera berlari mendekati De Hu dan kembali memeriksanya
dengan teliti. Ia tersenyum, kemudian ia berkata pelan-sekali di dekat telinga Yang Jing. Entah apa yang ia katakan, tampak Yang Jing mengangkat alisnya
tanda tidak mengerti.
"Cici, kanapa" Aku ingin berbicara dengannya."
"Jing Di, ini urusan orang dewasa " kamu masih limabelas tahun, mana
mengerti, sudahlah ayo!"
"Eh " memangnya cici sudah nenek-nenek, ada apa"dan kenapa?"
Puteri Namita tidak menjawab tetapi menarik tangan Bu Tong,"Tong ko ayo tarik tangan gurumu ini, dan ikut aku!!"
"Siapa guru, siapa murid " enak saja memanggilku guru " Tong Ko, jangan ikut nenek tua buruk rupa dan bawel itu, nanti bisa cepat sakit jantung."
Tetapi sambil tertawa-tawa Puteri Namita dan Bu Tong menarik tangan Yang
Jing dan diajak pergi dari tempat itu sambil meminta beberapa pengawal
mengangkat peti mati yang berisi Sui Lan. Maka semua orang kecuali Hsing Li Fong, dalam saat sekejab saja sudah pergi meninggalkan tempat itu. Li Fong
menjadi terheran-heran, Namun ia tidak mengambil peduli.
Ia segera mengangkat De Hu dan pergi dari tempat itu ke arah bukit kecil di tepi sungai YongDing.
"Hu Koko, akhirnya mereka meninggalkan kita " biarlah aku menemanimu dan
pergi ke tempat yang jauh meninggalkan keramaian dunia."
Li Fong membaringkan De Hu di atas daun-daun kering. Dan saking lelahnya, ia jatuh tertidur di dada De Hu. Ketika hari menjelang sore, wajah De Hu sudah nampak memerah dan mulai segar. Tampak kedua matanya terbuka.
Pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Li Fong dengan rambutnya yang
panjang harum itutampak begitu dekat sekali. Ia hampir tidak percaya.
"Fong Mei-mei" mimpikah aku ini?"
De Hu tidak berani bergerak, ia takut impian yang sangat indah itu segera
berlalu. Ia hanya menggerak-gerakan matanya, dan menyeka dahinya dengan
tangannya. "Ah" aku tidak sedang bermimpi. Aduh betulkah gadis ini Li Fong?"
De Hu masih tidak bisa mempercayai pemandangan yang baginya itu terlalu
indah, terlalu ajaib, dan hampir dapat dikatakan tidak masuk di akalnya. Dengan perlahan sekali ia mengusap dahi Li Fong dengan penuh kasih sayang. Ia
merasakan betapa halusnya. Entah mimpi atau bagaimana, Li Fong seolah-olah
sedang berkata kepadanya.
"Hu Koko " berbicaralah kepadaku " jangan engkau pergi begitu saja " Hu
Koko ". Bukalah matamu " akuberjanji tidak akan pergi jauh dari mu lagi "
aku mencintaimu Koko."
Mendengar itu, De Hu meneteskan air-mata. Kini, lambat-laun kesadarannya
pulih. Ia masih ingat sebuah bayangan merah menyambar tubuhnya yang
melayang bagai daun kering digempur oleh dua manusia iblis yang kesaktiannya luar-biasa. Kini ia mengerti, Li Fong telah menyelamatkan jiwanya. Ia menduga selama ini ia pingsan dan Li fong menjaga dan merawatnya. Tanpa terasa
dengan air-mata membasahi matanya, De Hu mengelus rambut Li Fong dengan
penuh cinta-kasih.
"Fong Mei " maaf Fong Guniang (Nona Fung) " akhirnya aku dapat
menjumpaimu lagi,ampunilah kelancanganku. Aku manusia cacat, buntung,
miskin, berani mengaku cinta kepada gadis agung dan cantik jelita sepertimu "
Fong guniang, maafkanlah aku."
"Hu Koko "!!" Tiba-tiba Li Fong bangun, dan bagaikan dipagut ular ia melompat ketika ia merasakan sebuah tangan yang kuat sedang mengelus-elus
rambutnya. Dan hatinya semakin mencelos ketika mendengar De Hu berkat
seperti itu. "Hu Koko " engkau sudah sadar ". Hu Koko"!"
Hati De Hu sangat perih melihat Li Fong melompat berdiri dan menangis. Ia pikir Li Fong sangat marah melihat ia mengelus rambutnya.
Sambil menekuk lututnya, ia berkata dengan wajah dipenuhi rasa kesedihan
yang sangat mendalam.
"Hsing guniang, ampunilah aku " manusia cacat, buntung, dan hina yang
mengucapkan kata-kata tidak patut terhadapmu."
"Koko " apa yang kaulakukan ini " mengapa engkau berlutut dan minta ampun
" aduh koko"ada apakah dengan dirimu....mengapa engkau bersikap begini?"
"Hsing guniang, aku bersalah kepadamu, sehingga membuat engkau malu dan
merasa terhina "aku manusia yang tidak tahu diri berani mengaku cinta
terhadapmu "mana itu pantas."
"Shi De Hu manusia canggung, cabutlah pedangmu " ayo kita bertarung


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai diantara kita tergeletak mandi darah ". Ayo manusia canggung yang
punya mata dan telinga tetapi tetap tidak bisa melihat dan mendengar!"
"Hsing Guniang, angkatlah pedangmu dan tusuklah aku " aku tidak bisa
melawanmu!"
De Hu nampak sangat sedih luar-biasa, matanya sayu menatap gadis yang
dicintainya. Sedangkan Li Fong sudah berdiri dengan siap tempur. Matanya
mengucurkan air-mata, dan matanya bersinar-sinar penuh kemarahan.
"Engkau memanggilku "guniang" sedangkan kepada gadis baju kuning itu
engkau memangilnya "Meimei." Bahkan beberapa jam yang lalu ada seorang
gadis cantik lain yang berani mengorbankan nyawanya demi "De Hu twako" nya."
Kini Li Fong yang diliputi kemarahan yang meluap-luap melayang menyerang De Hu dengan serangan maut dengan air-mata bercucuran. De Hu memandang
serangan itu tanpa mengangkat tangannya. Begitu serangan itu sudah begitu
dekat dadanya, secepat kilat ia memegang tangan Li Fong, dan dengan nekad ia memeluk Li Fong dengan segenap hatinya.
"Fong Mei-mei, sebelum engkau memukulku sampai mati, dengarlah perkataan
manusia cacat ini." Li Fong hanya mendelik tidak berdaya melihat De Hu
memeluknya. "Lepaskan aku manusia canggung, buta, tuli, dan layak mampus...ayo lepaskan aku..!"
Li Fong menangis sesunggukan sampai dadanya naik-turun cepat sekali.
Matanya lebam, sayu, tetapi juga penuh kemarahan.
"Bunuhlah aku, setelah aku mengatakan hal ini, aku rela mati demi perasaan dan kenyataan yang terjadi dalam hatiku. Fong mei " aku ... mencintaimu ".ya, aku mencintaimu" kalau engkau marah karena aku mencintaimu, aku tidak bisa
menyalahkanmu, nah"sekarang apapun yang kau lakukakan terhadapku, aku
tidak akan melawan!"
Li Fong melepaskan diri dari pelukkan De Hu, dengan mata penuh air-mata, ia memandang De Hu yang berdiri dengan mata ditutup. Li Fong tidak kuasa
melihat keadaan De Hu, ia berlari
"Hu koko " Hu koko ?""
Ia menubruk De Hu dan menangis di dada yang bidang itu. Ia memukul-mukul
De Hu dengan kedua tangannya, seperti seorang gadis yang gusar tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.
"Hu koko, betapa kejamnya engkau ....kau tahu hatiku ... kau mengerti
perasaanku, kau sengaja tuli dan buta ... kau mempermainkan perasaanku."
Melihat kenyataan ini, De Hu menjadi sangat terperanjat.
"Fong Mei " apakah artinya ini?""
"Artinya apa" Hei manusia canggung " apakah matamu masih buta?" Mengapa
aku menyimpan tangan kirimu bertahun-tahun, kurawat dengan penuh kasih
sayang "mengapa aku berdiri di sini bersamamu" Apakah matamu masih
buta?""
"Fong Mei " apakah engkau tidak marah aku mencintaimu?"
"Hu Koko, pemuda canggung dan buta " kalau engkau tetap tidak bisa melihat
isi hatiku, lebih baik sekarang juga aku pergi dan tidak akan muncul lagi di Wulin."
Mendengar perkataan Li Fong itu, De Hu segera memeluk Li Fong erat-erat.
Tiba-tiba ia berteriak dengan suara sangat nyaring.
"Wahai " sungai Yongding "wahai burung-burung di udara " wahai penghuni
hutan, hari ini Shi De Hu bersumpah tidak akan melepaskan Hsing Li Fong dari pelukannya sebelum nona baju merah ini menerima cinta kasih pendekar hina-dina dan buntung, Shi De Hu!!!!!"
Li Fong tersenyum geli dan bahagia mendengar perkataan De Hu itu.
"Hu Koko " aku ".."
"AKu apa " bidadariku yang cantik-jelita. Ayo katakan, kalau tidak akan kubawa pergi dirimu menuju goa-goa di TienShan, dan pelukkanku akan membeku dan
menjadi satu dengan tubuhmu seperti es-es di puncak Tienshan."
"i i h"Hu Koko"
"Fong mei-mei, bicaralah " kau katakan aku pemuda canggung dan buta "
tidak, aku tidak buta dan juga tidak canggung, sekarang aku ingin engkau
membuka mataku lebih lebar ".
Kegalakkanmu itu membuat aku semakin mencintaimu!!!"
"Hu Koko " aku juga mencintaimu".sudah dengar " dasar pemuda minta
dikemplang!"
De Hu tertawa terbahak-bahak sambil mengucurkan air-matanya. Dan Li Fong
hanya berdiri sambil membiarkan dirinya berada dalam pelukan pemuda yang ia cintai itu.
"Fong Mei, mataku buta, telingaku tuli ... itu benar... Fong Mei, betapa bahagianya hatiku dan betapa berharganya engkau bagiku."
Neraka Hitam 10 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Jodoh Rajawali 27
^