Pencarian

Persekutuan Pedang Sakti 1

Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 1


Persekutuan Pedang Sakti
Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara
Karya : Qin Hong Saduran : Tjan ID
Sumber DJVU : DHS 1-20
Dewi KZ 21-tamat (Buku Sumbangan Anelinda.com & Aditya)
Editor Keroyokan :
aaa,lavender,dewiKZ,emo, ij, angon,raharga, sumahan,dll Final Editor & Pdf Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.info
Daftar Isi : JILID 1 JILID 2 JILID 3 JILID 4 JILID 5 JILID 6 JILID 7 JILID 8 JILID 9 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 Jilid 1 Dalam kisah terakhir cerita Pedang karat pena beraksara, diceritakan Ban-kiam Hweecu berhasil membekuk Sah Thian Yu
Namun dalam pembicaraan selanjutnya dikatakan kalau Ban-kiam hweecu telah menerima sepucuk surat yang ditanda tangani oleh seseorang yang mengaku bernama Sah Thian yu.
Kejadian ini tentu saja menimbulkan kecurigaan bagi pihak Ban-kiam hweecu, lalu disambut rasa keheranan oleh Sah Thian Yu sehingga tanpa terasa ia bergumam seorang diri:
"Aneh, siapakah orang ini" Yaa....siapa orang ini?"
Sebelum ia berhasil dengan jawabannya, sambil tersenyum Ban-kiam Hweecu telah berkata lagi;
"Kau tak usah memusingkan siapakah orang itu, siaute hanya berharap kau mengerti kalau kami sama sekali tidak acuh terhadap ancaman kalian, sebab racun yang mengeram dalam tubuh orang2 kami telah berhasil dipunahkan semua, bahkan siaute pun berhasil membereskan si pengkhianat tersebut."
Berbicara sampai disitu sorot matanya lantas dialihkan kewajah Sah Thian Yu.
Sebagai manusia licik tentu saja Sah Thian Yu dapat menduga jalan pemikiran orang, dalam hati kecilnya dia lantas berpikir:
"Sudah jelas kau berusaha untuk menanti berita dari mulutku, heee...heee... memangnya kau anggap aku orang she Sah mudah tertipu?"
Belum lagi lawannya berbicara, Ban-kim hweecu telah berkata lebih jauh : "Perkumpulan kami betul-betul tertimpa musibah besar Chin Tay seng congkoan pasukan pedang berpita hitam rupanya berniat menghianati perkumpulan dengan mencampurkan racun kedalam air minum kami, masih untung Thian melindungi kami, kini bangsat itu berhasil siaute bekuk, sekarang masalah racun yang mengeram dalam tubuh kami pun tak usah kau kuatirkan, bila saudara Sah tidak percaya, silahkan kau lihat benda apakah ini?"
Dari sakunya dia mengeluarkan Lou-bun-si, pelan-pelan diletakan keatas meja.
Berubah hebat paras muka Sah Thian-yu setelah menyaksikan benda tersebut, dia tertawa paksa, kemudian ujarnya:
"Ternyata Lou bun-si sudah terjatuh ketangan Hweecu.
tak heran kalau...."
"Itulah sebabnya siaute perlu menerangkan kepada saudara Sah bahwa anggota perkumpulan kami selain tidak keracunan lagi, penghianatpun berhasil dibekuk, sehingga pada hakekatnya kami tak usah menanggapi ancaman dari pihak Tok Seh-sia sekarang siaute sengaja mengundang kehadiran saudara Sah sesungguhnya tak lain berharap bisa membicarakan suatu kerja sama dengan dirimu."
Dengan perasaan tak tenang dan tidak percaya Sah Thian Yu berkata lagi;
"Hweecu tidak usah takut dengan ancaman, itu berarti kalian benar2 berkeinginan untuk bekerja sama dengan pihak kami."
Berkilat sepasang mata Ban-kiam Hweecu setelah mendengar ucapan tersebut dia tertawa nyaring;
"Haaa...haaa... pihak Tok Seh-sia merencanakan suatu gempuran secara besar2an pada malam ini mereka tak usah pulang dalam keadaan utuh mengapa siaute mesti bekerja sama dengan mereka" Siaute hanya ingin mengajak saudara Sah pribadi mau bekerja sama dengan kami."
Sah Thian Yu tertawa kering.
"Hweecu bersedia memandang tinggi aku seorang she Sah, sungguh Kejadian mana membuat siaute merasa bangga."
Ban-kiam Hwee cu tertawa dingin.
"Heeehh.,. heeehh.. . heeehh . . apabila saudara telah bersedia untuk bekerja sama dengan perkumpulan kami, tentu saja siaute benar akan membantumu untuk membebaskan pengaruh racun jahat dari isi perutmu."
Berubah hebat paras muka Sah Thian yu secara tiba-tiba, katanya kemudian cepat:
"Darimana Hweecu bisa tahu kalau isi perut siaute telah keracunan?"
Siaute pernah mendengar orang membicarakan tentang masalah ini, konon setiap anggota selat Tok-seh-sia telah diracuni oleh pemilik selatan dengan semacam sari racun yang sangat keji, kendatipun seseorang pandai mempergunakan racun, meski pandai pula memunahkan berbagai macam racun macam saudara Sah sekalian yang dinamakan berbagai macam racun macam Saudara Sah sekalian yang dinamakan Su tok thian ong sulit juga untuk membebaskan diri dari pengaruh racun keji itu. Hanya entah berita ini benar atau tidak?"
Sah Thian Yu mengalihkan sorot matanya memandang sekejap kearah Lou-bun-si itu, kemudian setelah menghela napas sedih, dia membungkam dalam seribu bahasa.
"Semenjak tiga puluh tahun berselang nama besar saudara Sah sudah termashur diseantero dunia persilatan, mengapa sih kau bersedia menuruti perintah orang?"
Paras muka Sah Thian yu berubah menjadi sedih sekali.
setelah tertawa getir. katanya: "Pohon yang besar mudah mengundang angin, justru karena siaute termashur dalam permainan racun, akhirnya aku mesti sengsara pula karena racun tersebut.. ."
Agaknya ucapan-ucapan dari Ban-kim hweecu itu telah membangkitkan kembali hawa amarah dan rasa
mendongkol yang selama ini masih terpendam terus di dalam dadanya, sehingga akibatnya dalam pembicaraan pun perasaan tersebut kentara sekali.
"Itulah dia," kata Ban-kiam Hweecu, "Tok Seh siacu malang melintang didunia persilatan dengan mengibarkan panji selat Tok seh sia, ini berarti diapun pandai sekali mempergunakan ilmu beracun, otomatis jago-jago yang dikumpulkan olehnya juga mereka yang pandai dalam mempergunakan racun, apakah saudara Sah dipaksa olehnya untuk makan racun?"
Sah Thian yu segera tertawa ter-bahak2,
"Haaa.. haaa...kalau berbicara soal kepandaian silat yang sesungguhnya, siaute masih belum sampai dipaksa orang untuk menelan obat beracun."
Mendadak ia teringat kalau dirinya sekarang sudah dibekuk oleh Ban-kiam hweecu, andaikata dia dipaksa untuk menelan obat beracun, maka hal mana bisa dilakukan dengan mudah sekali, maka setelah berbicara sampai setengah jalan, diapun membungkam kembali dalam seribu bahasa.
"Kalau begitu dia meracuni dirimu secara diam2 disaat saudara Sah belum siap?" tanya Ban-kiam Hweecu kemudian.
Sah Thian Yu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya dengan cepat, "Dalam perguruan siaute terdapat sejenis racun yang tidak berwujud sama sekali, dalam sepuluh langkah orang bisa keracunan tanpa terasa, tapi setelah keracunan maka dalam jangka waktu2 tertentu racun tersebut akan kambuh dan menyiksa badan."
"Betul, siaute pun pernah mendengar tentang racun jahat tanpa wujud tersebut"
Mendadak diatas wajah Sah Thian Yu. tampil perasaan gusar dan mendongkol, katanya,
"Racun jahat yang dilepaskan pemilik selat Tok Seh-sia kepadaku juga berbentuk tanpa wujud, sehingga hal ini membuat siaute yang jelas tahu kalau aku sudah keracunan, namun tidak berhasil mengetahui dimanakah racun tersebut bersarang, bahkan selama sepuluh tahun terakhir ini racun mana belum pernah kambuh walau hanya sekalipun."
"Apakah saudara Sah merasakan racun itu masih bercokol terus dalam tubuhmu?"
"Betul. kalau racun biasa maka dia akan mengikuti aliran darah, bila racunnya sudah menyerang kejantung maka sang korban akan keracunan dan tewas berbeda sekali dengan racun yang mengeram dalam tubuh siaute, racun itu beredar keseluruh tubuhku mengikuti aliran darah, tapi tak pernah kambuh2 sehingga racun itupun makin sukar dibasmi."
"Kalau toh racun tersebut tak pernah keracunan?" tak tahan Cho Kiu moay menyela.
Hawa amarah segera menghiasi wajah Sah Thian Yu, katanya dengan suara dalam:
"Tentu saja berbeda, orang ini bertangan keji dan buas, lagi pula mau mengendalikan racun yang mengeram dalam tubuh sekarang, jadi bekerja atau tidaknya racun itu sesungguhnya dikendalikan olehnya dari kejauhan."
"Aaah, masa begitu?" Ban-kiam Hweecu keheranan.
"Pernahkah hweecu mendengar tentang seseorang yang bernama Kim tok sian tou (Bocah dewa sembilan racun) Liu Jit poh?"
Ban-kiam hweecu manggut-manggut,
"Siaute pernah mendengar tentang orang ini, agaknya dia telah mempelajari semacam ilmu jari beracun yang lihay sekali siapa yang terkena serangan maka jiwanja akan melayang dalam tujuh langkah saja. Itulah sebabnya dia dinamakan Liu jit poh atau Liu tujuh langkah."
"Orang itu adalah adik seperguruan aku orang she Sah."
"Ooooh. rupanya dia adalah saudara seperguraan saudara Sah. tapi sudah lama sekali dalam dunia persilaian tidak mendengar lagi kabar berita tentang Liu jit poh, apakah dia sudah mencuci tangan dan tidak mencampuri urusan dalam dunia persilatan lagi "'
Sambil menggertak gigi menahan rasa dendam Sah Thian-yu berkata:
"Liu sute telah meninggal dunia sejak delapan tahun berselang, ia tewas karena suatu persoalan telah menyinggung perasaan Tok-sah siacu, waktu itu siaute menyaksikan peristiwa tersebut dengan mata kepala sendiri, aku hanya sempat mendengar ia mengucapkan beberapa
patah kata dan Liu sute tahu2 sudah tewas karena keracunan...."
Wi Tiong-hong yang selama ini hanya membungkam terus, tak tahan segera menimbrung setelah mendengar perkataan itu,
"Hanya mengucapkan beberapa patah kata lantas dapat menimbulkan kematian bagi orang lain, belum pernah kudengar tentang berita semacam ini!"
Sah Thian yu mengalihkan sorot matanya menatap sekejap wajah Wi Tiong-hong kemudian katanya
"Kau adalah Wi sauhiap?"
Wi Tiong-hong nampak tertegun sewaktu menyaksikan pihak lawan dapat menyebut nama sendiri.
Ban-kiam hweecu segera berkata: "Perkataan saudara Sah memang benar, memang saudara Wi...."
Sah Thian-yu manggut-manggut.
"Tidak heran kalau Lou bun si bisa muncul ditempat ini."
"Sah totiang, sebenarnya perkataan apa sih yang diucapkan adik seperguruanmu tempo hari?" tiba-tiba Cho Kiu moay bertanya
"Ucapan tersebut tiada sangkut pautnya dengan racun yang bekerja dalam tubuhnya, waktu itu oleh karena Liu sute telah menyinggung perasaannya hingga
membangkitkan amarahnya, lagi pula diapun berniat memperlihatkan kebolehannya didepan orang banyak, maka sambil menuding Liu sute ku, dia berkata begini:
"Orang she Liu, kau telah membuat marah diriku, asal lohu menghitung dari angka satu sampai tiga, kau pasti akan mati karena keracunan."
"Setelah dia menghitung sampai angka ketiga, apakah adik seperguruan benar-benar mati keracunan?" tanya Wi Tiong-hong dengan cepat.
"Benar. sewaktu dia menghitung sampai ke dua, Liu sute masih tampak sehat sama sekali tidak menunjukan perobahan apa-apa, tapi begitu angka ketiga. . .tiba tiba Liu sute menjerit keras, dan setelah muntah darah hitam ia terjungkal dan tewas seketika."
"Mungkin sekali dia sudah melepaskan semacam racun jahat didalam tubuh kalian dan itu baru akan bekerja serta menyebabkan kematian bila dipancing dengan macam yang lain." kata Ban-kiam hweecu kemudian, "jadi racun tersebut mungkin hanja bekerja bila dia telah melepaskan racun kedua."
"Hweecu memang lihay sekali. waktu itu sute pun berpendapat demikian, tapi tak berhasil mendapat tahu racun jenis apakah itu sehingga memiliki kelihayan luar biasa."
"Dia berhasil menjaring semua ahli racun yang ada dikolong langit. apakah tak seorangpun diantara mereka yang dapat memikirkan cara terbaik untuk membebaskan diri dari pengaruh racun tersebut?"
"Orang ini licik dan jahat sekali jalan pikirannya akan tetapi ilmu beracunnya memang setingkat lebih tinggi dari siapapun, dia pernah berterus terang kepada kami kalau ia sudah melepaskan racun keji ketubuh kami. bahkan diapun mengumumkan secara terbuka bahwa kami boleh saling mempelajari ciri dari racunnya itu apabila ada orang yang bisa memunahkan racun dari tubuh, maka dia akan segera membubarkan selat Tok seh sia."
"Jadi maksudmu selain dia, tiada orang lain yang bisa memunahkan racun kejinya?"
"Masih ada satu cara lagi."
"Apa cara itu?"
"Dengan Lou bun si."
Ban-kiam hwee cu segera tertawa.
"Nah itulah dia Lou bun si dapat memunahkan berbagai macam racun yang ada dunia ini, buktinya racun dalam tubuh siaute pun."
"Haaaa...haaa.. ." bahkan Sah Thian-yu tertawa terbahak-bahak.
"Bukankah saudara Sah mengatakan Lau-bun-si bisa memunahkan racun tersebut?" Ban-kiam Hweecu keheranan.
"Pemilik selat Tok seh sia pernah mengatakan barang siapa dapat memperoleh Lau-bun si, maka dialah yang dapat memunahkan racun dari tubuhnya."
"Begitu seriuskah Tok seh siacu memandang benda yang bernama Lou bun si itu?"
"Bahkan, Tok teh sia bertekad memperoleh dengan cara dan mengorbankan benda apapun!"
Tiba-tiba Ban kiam hweecu tertawa nyaring,
"Haaa...haaa...haaa, kalau begitu dengan Lau-bun-si racun yang mengeram dalam tubuh saudara Sah pasti dapat dipunahkan."
"Atas dasar apa kau berkata demikian?"
"Pemilik selat Tok seh sia menguasai orang dengan racun karena keampuhan racun inilah mereka baru bisa menjagoi persilatan, padahal Lou bun si dapat menawarkan berbagai macam racun jahat ada di kolong langit hanya benda inilah yang merupakan satu-satunya benda yang bisa
menandinginya, justeru karena itu dia baru berupaya untuk memperolehnya walau dengan pengobanan apapun. sebab bila Lau-bun si tidak mendatangkan ancaman yang serius baginya, mustahil dia akan memandang serius benda itu."
Sah Thian yu menjadi tertegun setelah mendengar ucapan tersebut, kemudian manggut-manggut.
"Benar juga perkataan hweecu, memang perkataan ini sangat masuk diakal."
"Apa salahnya kalau saudara Sah membuktikan sendiri.
hasilnya toh akan segera kita ketahui."
Sah Thian-yu memandang sekejap kearah Ban-kiam hweecu. lalu tanyanya; "Apakah hweecu mempunyai maksud dan tujuan lain terhadap siaute?"
"Tadi sudah siaute katakan kami hanya berharap saudara Sah suka bekerja sama dengan perkumpulan kami."
"Jadi maksud hweecu. siaute diharapkan berbakti pada perkumpulan Ban-kiam hwee?"
Dengan cepat Ban-kiam hweecu menjura,
"Soal berbakti tak berani siaute terima, apabila saudara Sah bersedia menggabungkan diri dengan perkumpulan kami, akan kusambut hal ini dengan senang hati." bicara sampai disini, dia berhenti sejenak kemudian sambungnya lebih jauh.-
"Apalagi pemilik selat Tok seh sia sudah sangat berambisi untuk menguasai dunia persilatan dan memimpin umat persilatan, bukan siaute mengigau, kecuali perkumpulan ini rasanya tiada perkumpulan lain, yang mampu menentang kekuasaan mereka lagi. apabila kita biarkan ambisinya tercapai hingga meracuni seluruh kolong
langit. berapa banyak manusia lagi yang akan menjadi korban ditangannya."
Sah Thian-yu menghela napas panjang.
"Betul, asal dia muncul dari selat Tok-seh-sia, mungkin umat persilatan di dunia tak akan dapat lolos lagi dari kekejiannya."
"Kalau toh Sah totiang sudah mengetahui hal tersebut dengan jelas mengapa kau tidak segera menggabungkan diri dengan perkumpulan kami ?" ucap Cho Kiu moay.
Paras muka Sah Thian-yu berubah tiada hentinya, jelas dalam hati kecilnya timbul gejolak perasaan yang sangat besar, dia masih bimbang dan tak tahu bagaimana memutuskan.
Sambil tersenyum Ban-kiam hweecu segera berkata :
"Baiklah, terlepas apakah saudara Sah bersedia atau tidak bergabung dengan perkumpulan kami, yang penting minumlah dulu cairan penawar racun dari Lou bun si."
Selesai berkata dia mengambil Lou-bun-si tersebut dan menuang air kedalam pena wasiat tadi, setelah itu air yang menetes keluar dari ujung pena ditampung kedalam cawan lain, semuanya ada sembilan tetes.
Setelah itu baru dia menyimpan kembali pena kemala tersebut seraya berkata:
"Untuk menghadapi racun ganas biar tiga tetespun sudah cukup, tapi racun yang mengeram dalam tubuh saudara Sah mungkin berbeda dengan racun biasa, maka siaute telah melipat gandakan dua kali agar berkhasiat, nah saudara Sah, silahkan ka teguk habis air itu..."
Sah Thian-yu benar-benar merasa sangat terharu, sambil menjura katanya:
"Bila Lou bun si dapat memunahkan racun yang mengeram dalam tubuh siaute, tak berani kusangkal, siaute pasti akan berbakti kepihak Hweecu, sekalipun Lou bun si tidak dapat memunahkan racun jahat yang mengeram dalam tubuh siaute, budi kebaikan Hweecu itu tidak pernah akan siaute lupakan."
Selesai berkata dia mengangkat cawan dan meneguk isinya sampai habis.
"Sekarang saudara Sah boleh duduk bersemedi sambil mengatur pernapasan. seperminum teh kemudian akan ketahuan bagaimana hasilnya..."
Sah Thian-yu benar-benar tak berani banyak berbicara lagi, dia menurut dan duduk bersila diatas tanah sambil mulai mengatur pernapasan.
Setiap orang yang hadir dalam ruangan dapat mendengar kalau racun yang mengeram dalam tubuh Sah Thian-yu amat lihay, mereka tidak tahu apakah setelah menelan air Lou-bun-si tersebut. racun itu bisa ditawarkan"
Oleh sebab itu semua orang mengalihkan sinar matanya kewajah Sah Thian-yu, tak seorangpun yang berbicara.
Seperminum teh kemudian, pelan-pelan Sah Thian-yu baru menbuka matanya kembali.
Ban-kiam hweecu segera bertanya; "Bagaimana perasaan saudara Sah sekarang?"
Sah Thian-yu menarik napas panjang panjang, sahutnya sambil menggeleng;
"Siaute sendiripun tak dapat membayangkan bagaimanakah perasaanku sekarang, racun yang berada dalam aliran darahku sama sekali tidak menunjukkan segala sudah hilang. namun terasa ada aliran hawa yang dingin
melintas lewat dan beredar mengikuti darah... aaaii.., menurut pendapat siaute, mungkin air Lou bun si pun sukar untuk memusnahkan racun yang mengeram didalam tubuh siaute...."
Ban-kiam hweecu menjadi tertegun.
"Menurut ucapan saudara Sah, jadi Lou-bun-si tidak bisa memunahkan racun dalam tubuh saudara Sah?"
"Aaaah, masa iya?" seru Hek bun kun Cho Kiu-moay tidak berdaya, "aku tidak percaya kalau Lou bun si tak bisa memunahkan racun yang mengeram didalam isi perutmu."
"Perkataan nona memang benar bukan saja nona yang tidak percaya, apabila Lou-bun-si tak bisa memunahkan racun, tidak mungkin pemilik selat akan memandang Lou-bun-si sebagai barang yang sangat berharga racun dalam peredaran darah siaute benar belum hilang."
"Saudara Sah telah berbicara secara blak2an, tentu saja perkataanmu dapat dipercaya, siapa tahu Lou bun si masih mempunyai penggunaan yang lain, bila kita tidak mengetahui caranya, tentu saja tidak manjur."
Tiba-tiba Wi Tiong-hong teringat kembali akan Su Siau-hui, Lou-bun-si berasal dari lautan selatan, sudah pasti apa yang dia ketahui akan jauh lebih banyak ketimbang orang lain. Berpikir sampai disini, tidak tahan dia lantas berseru:
"Sayang sekali nona Su tidak berada disini, kemungkinan besar dia mengetahui bagaimana caranya menyembuhkan luka beracun semacam itu."
Ban-kiam hweecu segera mengangguk.
"Perkataan saudara Wi memang benar bagi orang awam hanya diketahui bila memasukkan air bersih kedalam Lou bun-si maka berbagai macam racun akan punah, tapi
mungkin saja masih ada cara yang lain, kalau toh siaute sudah berjanji kepada saudara Sah untuk memunahkan racun yang mengeram dalam tubuhmu, cepat atau lambat hal ini pasti akan kulaksanakan."
"Maksud baik hweecu sungguh mengharukan hati siaute..."
"Siaute, masih ada satu hal yang ingin ditanyakan lagi kepada saudara Sah."
"Tanyakan saja hweecu, asal aku orang she Sah tahu pasti akan kuutarakan dengan sejujurnya."
"Siaute ingin bertanya, sesungguhnya siapakah pemilik selat Tok seh sia tersebut?"
Agaknya Sah Thian-yu tidak menyangka Ban-kiam Hweecu bakal mengajukan pertanyaan ini. setelah tertegun sejenak dengan cepat dia menggeleng,
"Kalau bicarakan mungkin Hweecu tidak percaya, selama sepuluh tahun aku mengikuti dia, bukan saja siaute tak mengetahui nama dan asal usulnya, bahkan raut wajah aslinya juga belum pernah kujumpai."
Ban-kiam Hweecu segera berkerut kening setelah mendengar perkataan itu.
"Oooh,...coba kalau perkataan ini bukan diucapkan saudara Sah, mungkin tiada orang percaya!"
"Bukan cuma siaute saja, bahkan setiap orang yang bergabung dengan selat Tok seh-sia tiada yang tahu asal usul serta namanya."
"Apakah orang yang paling dipercayapun tidak mengetahui siapakah dia?"
Sah Thian-yu segera menggeleng:
"Tidak ada, dia hidup menyendiri dalam tempat terpisah, gerak geriknya pun rahasia dihari biasa sukar bertemu dengannya, bila sedang bertemu, dia selalu berwujud seorang kakek berwajah dirngin yang mengenakan jubah lebar berwarna hitam yang membawa tongat bambu, selama sepuluh tahun, dia selalu muncul dalam wujud demikian."
"Apakah tiada orang yang pernah mengintipnya secara diam-diam?" tanya Cho Kiu Moay.
"Dia sangat keji dan buas. orang yang dikumpulkan olehnya bila dibilang merupakan ahli racun dari kolong langit, satu dua tahun permulaan tentu saja masih ada yang mengintip gerak geriknya tapi orang2 tersebut jangan lagi memasuki rumahnya, baru melangkah masuk kedalam hutam bambu yang berada disekeliling sana pun tiba2
lenyap tak berbekas."
"Sudah pasti dia telah mempersiapkan alat2 jebakan yang sangat lihay disekirar hutan bambu itu?" ucap Wi Tiong Hong.
"Pada mulanya kabar inipun hanya beredar sebagai berita sensasi, karena ada dua orang ahli racun tiba-tiba saja lenyap tak berbekas, jika dilihat dari kondisi mereka yang sudah diracuni mustahil mereka pergi tanpa sebab. Lagi pula semua barang miliknya masih utuh didalam kamar tidurnya. itu berarti orang itu sudah mati terbunuh. maka semua orang pun mulai menaruh curiga. jangan-jangan mereka terbunuh karena mengintip rahasia Siacu,"
"Kemudian?"
"Kedua orang itu berasal dari wilayah Im-kui, mereka adalah ahli racun yang termashur sekali, ketika sementara orang saudara seperguruannya mendapat kabar tentang
kematian mereka, maka setahun kemudian muncullah tujuh delapan orang jago lihay menyatroni selat Tok seh sia."
Semua orang yang berada dalam ruangan memasang telinga baik-baik mendengarkan penuturan tersebut. tak seorangpun yang berbicara ataupun menimbrung.
Terdengar Sah Thian-yu berkata lebih jauh:
"Siapa tahu Siacu telah memperoleh kabar itu sehingga menurunkan perintah agar semua orang menyembunyikan diri disekeliling hutan bambu. dan cuma boleh melepaskan satu disamping dia sendiri menyambut tamunya langsung kedalam selat. Dalam keterangannya dikatakan sudah lama dia mengagumi kemampuan kedua orang itu dalam mempergunakan racun, maka sengaja mengundangnya melakukan penyelidikan bersama-sama, siapa tahu mereka berdua telah salah memasuki hutan beracun, karena tak sempat menolong, akhirnya mereka tewas tanpa bekas.
Orang-orang yang datang itu hampir semuanya ahli racun yang sangat lihay, siapa pun tidak percaya kelau dikolong langit terdapat hutan beracun yang begitu lihay maka mereka pun menemani Siacu memasuki hutan bambu, setiap orang bersiap sedia.
-Siacu membawa mereka berjalan memasuki hutan, sambil berjalan dia berbicara terus dengan santai, siapapun tidak melihat adanya suatu keanehan, menanti mereka sudah memasuki hutan bambu tersebut, mendadak Siacu berhenti dan berpaling, lalu katanya sambil ketawa:
'Sekarang kalau boleh mencoba untuk mengundurkan diri. cuma aku hanya akan menginginkan seorang saja diantara kalian yang hidup terus'."
"Apakah dia menitahkan kalian yang bersembunyi disekitar tempat itu melancarkan serangan secara tiba-tiba?"
tanya Wi Tiong-hong tiba2.
"Tidak, kami tidak boleh turun tangan melakukan penghadangan sebelum memperoleh perintahnya, disamping itu semua orang ingin melihat sebenarnya ada alat jebakan apakah dalam hutan beracun itu sehingga nampak lihay sekali"
-Ketika orang2 tersebut mendengar ucapan Siacu tersebut, salah seorang diantara segera mendengus dingin dan menerjang kemuka lebih dulu. Siapa tahu baru saja orang itu menggerakan badannya mendadak dia menjerit ngeri. bagaikan terhisap oleh bumi saja, tahu-tahu seluruh badannya terhisap kedalam lumpur yang keras dan sepasang kakinya segera lenyap tak berbekas.
Tubuhnya menjadi pendek dengan cepatnya, tak lama kemudian perut, dada dan akhirnya kepala. sekejap mata kemudian seluruh tubuhnya sudah berubah menjadi segumpal darah bercampur air.
Kemudian sekejap mata pula air darah itu terhisap oleh lumpur dan mengering, begitulah dalam waktu yang tak lama lenyaplah seseorang tak berbekas.
-Para jago lainnya yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi amat terkejut dan bersama-sama mundur kebelakang, ternyata Siacu tidak mengejar, diapun tidak menurunkan perintah kepada kami untuk melakukan penghadangan, dia hanya berdiri tenang disana sambil menuding beberapa orang itu dari ke jauhan dan berseru:
'Kau jangan harap bisa kabur! Kaupun jangan harap bisa kabur! Hanya kau yang bisa kabur dari sini.
-Beberapa orang itu boleh dibilang sangat berpengalaman didalam menghadapi musuh pengalamannya luas,
pengetahuannya dalam, mereka tahu kalau hutan tersebut sudah disebari racun yang sangat ganas, tentu saja mereka tak berani bergerak secara sembarangan. oleh sebab itu orang-orang itu mundur mengikuti jalanan semula.
'Siapa tahu walaupun mengikuti jalanan semula, namun orang-orang yang kena dituding olehnya itu tak seorangpun yang berhasil meloloskan diri. satu persatu mereka roboh terjungkal ke pasir dan berubah menjadi air darah, hanya orang yang ditunjuk sebagai satu-satunya orang yang dapat lolos saja benar-benar dapat kabur dari hutan bambu itu dengan selamat."
Berubah hebat paras muka Ban-kiam Hweecu setelah mendengar ucapan tersebut, serunya kemudian; "Benar-benar sebuah berita yang belum pernah kudengar betul-betul suatu kejadian yang misterius dan luar biasa,"
"Tahukah Hweecu siapakah orang yarg berhasil meloloskan diri itu?" tanya Sah Thian-yu.
"Siapakah dia ?" tanyanya kemudian.
"Lan Hoa-hu!" jawab Sah Thian-yu.
"Lan Hua-hu" Dia kan ayahnya Lan Kun pit?" pikir Wi Tiong-hong didalam hsti.
Sementara itu Ban-kiam hweecu telah mengangguk.
"Oooh, rupanya keluarga Lan dari Im-lam pun termasuk ahli racun yang kenamaan."
"Sekarang semua orang baru tahu klaau tujuannya menyuruh kami semua bersembunyi disekeliling tempat itu sesungguhnya bukan menyuruh kami menghalangi kepergian musuh, melainkan suruh kami menyaksikan kelihayan dari hutan bambunya itu." kata Sah Thian-yu lebih lanjut.
"Menurut perkiraan kami kemudian, bisa jadi lapisan pasir yang berada dalam hutan bambu itu merupakan racun yang paling keji diantara racun2 lainnya !"
"Apa yang dimaksud dengan racun diantara racun ?"
tanya Wi Tiong-hong
"Racun diantara racun adalah istilah untuk kami yang biasa menggunakan racun dalam membahasai sejenis racun ganas yang sangat keji. dahsyat dan tiada orang yang dapat memunahkannya atau dengan perkataan lain tiada orang yang bisa melukiskan racun macam apakah itu. sehingga terpaksa kita melukiskannya sebagai racun diantara racun."
Ban kiam hweecu menghela napas panjang. "Aaaei, mungkin nama dari selat, pasir beracun (Tok Seh sia) pun berasal dari sini. aaai! Bila seorang manusia rahasia yang begitu ganas dan buas benar-benar dapat menguasai seluruh dunia persilatan dan meracuni kolong langit, sudah pasti keadaannya tak akan bisa dibereskan secara mudah !"
Berbicara sampai disitu, dia merasakan hatinya makin lama terasa semakin berat, matanya terpejam rapat dan kepalanya pelan2 tertunduk ke bawah.
"Setelah mendengar penuturan dari Sah Totiang barusan, aku jadi teringat akan satu hal, entah benar atau tidak pendapatku itu!" kata Wi Tiong-hong.
"Wi siauhiap. Apa pendapatmu ?"" tanya Sah Thian-yu sambil menengok sekejap kearahnya.
"Tadi totiang pernah bercerita kalau adik seperguruamau si Bocah dewa sembilan racun telah mati keracunan setelah dituding olehnya sambil diumpat dengan beberapa patah kata. sedangkan orang yang memasuki hutan bambu itupun baru tewas keracunan setelah dituding olehnya. Menurut pendapat Hweecu tadi kemungkinan besar Tok seh siacu
telah melepaskan sejenis racun ganas ketubuh kalian, sedang disaat melakukan gerakan menuding dia melepaskan lagi sejenis racun yang lain. kedua macam racun ini bila dipadukan menjadi satu. maka akibatnya akan timbul suatu reaksi lain."
Tapi menurut pendapatku, racun yang disebar dalam hutan bambu itu besar kemungkinannya sama dengan racun yang disebarkan ke dalam tubuh kalian, sedangkan diujung jari orang itu mungkin sekali telah mempelajari sejenis ilmu jari beracun yang sangat lihay. sehingga ketika dua racun berpadu jadilah racun ganas yang amat lihay didunia ini."
"Pendapat Wi sauhiap benar2 amat lihay. Siaute sungguh merasa kagum!" seru Sah Thian-yu dengan wajah agak berubah.
"Saudara Sah. ratjun yang mengeram dari tubuhmu belum hilang, bagaimanakah rencanamu sekarang?"
Sah Thian-yu menghela napas panjang.
"Aaei, oleh karena nyawaku masih berada ditangan orang lain, tentu saja aku tak bisa bergerak dengan leluasa, jika masih ingin hidup. terpaksa aku harus kembali kemarkas."
Ban Kiam hweecu manggut-manggut, "Kalau toh demikian, silahkan saudara Sah berangkat pulang!"
Berbicara sampai disini. bibirnya lantas berkemak-kemik, rupanya ia meninggalkan pesan dengan ilmu
menyampaikan suara.
oooOdwOooo SAH THIAN YU mengalihkan sorot matanya kewajah Ban Kiam hweecu lalu menunjukkan sikap agak tertegun.
selang beberapa saat kemudian dia baru mengangguk.
bangkit berdiri dan menjura. ucapnya.
"Kalau begitu aku orang she Sah akan mohon diri lebih dahulu,"
"Tunggu sebentar saudara Sah. kata Ban-kiam Hweecu sambil tersenyum.
Tadi sewaktu berada dihadapan Ban-kiam hweecu, meski dia menyembah-nyembah macam orang yang ketakutan serta menunjukkan wajah minta belas kasihan, tapi setelah keluar dari kuil dewa tanah sekarang, dia berjalan dengan langkah lebar dan mentereng, seakan akan sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap Thi-lohan Khong-beng Hweesio maupun si Naga tua barekor botak To Sam Seng sebagai wakil congkoan baru dari pasukan pedang berpita hitam.
Tapi hal ini memang tak bisa disalahkan, sekarang dia sedang menyaru sebagai Chin Tay-seng, congkoan dari pasukan pedang berpita hitam, mau tak mau dia mesti memperlihatkan juga gaya seorang congkoan.
Apalagi di dalam usaha membekuk Chin Tay-seng kali ini dialah yang terpilih sebagai pemimpinnya, sedang kedua orang wakil congkoan tersebut tak lebih hanya sebagai pembantu.
Setelah keluar dari pintu kuil. Chiu Toa-nian segera menghentikan langkahnya, menanti kedua puluh orang pendekar pedang berpita hitam itu sudah keluar semua, dia baru mengulapkan tangannya kepada mereka.
Para pendekar pedang berpita hitam itu rata-rata sudah berpengalaman dan terlatih sekali. maka dengan cepatnya mereka membentuk dua barisan didepan pintu gerbang kuil dan berdiri tak bergerak diam...
Dengan sorot mata yang tajam Ciu Toa-nian
memandang sekejap kearah Thi-lohan Khong-beng Hwesio serta si Naga tua berekor botak To Sam seng, kemudian sambil tertawa seram ujarnya:
"Saudara-saudara sekalian, tujuan kita kali ini adalah membekuk Chin Tay-seng yang telah mengkhianati perkumpulan dikuil Sik jiu-am, aku si orang she Ciu telah memperoleh perintah dari Kiamcu untuk menyamar sebagai Chin Tay seng, jadi harap saudara sekalian mengerti, bukannya aku orang she Ciu ingin menyaru sebagai Chin Tay seng. adalah atas perintah dari Kiamcu aku menjadi congkoan pedang berpita hitam untuk memimpin kalian dalam operasi kali ini. Dalam hal ini, aku rasa saudara sekalian tentu sudah memperoleh penjelasan dari Kiamcu dan sebenarnya tak perlu kuulangi kembali, tetapi aku orang she Ciu perlu mengingatkan kepada saudara sekalian yakni ilmu silat yang dimiliki pengkhianat Chin Tay-seng amat lihay bahkan jeauh diatas kepandaian aku orang she Ciu itulah sebabnya sengaja Kiamcu mengutus secara khusus dua orang wakil congkoan untuk mambantu usaha kita ini.
-Operasi kita kali ini selain berat tugasnya lagipula amat berbahaya. aku orang she Ciu mendapat perintah untuk melaksanakan tugas sebagai seorang congkoan pedang Derpita hitam untuk melaksanakan tugas mana, harap saudara sekalian sudi melakukannya dengan ber-sungguh2, apabila ada yang berani membangkang perintah. maka akan dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku, jadi aku harap saudara sekalian memakluminya terlebih dulu . . ."
Thi-lohan Khong-beng hwasio dan si Naga tua berekor botak To Sam seng saling bertukar pandangan sekejap, kemudian masing2. berpikir dihati;


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus sekali, dari bersandiwara dia menjadi sungguhan dan ingin berbuat sebagai congkoan sesungguhnya,"
Tapi. berhubung hal ini memang sesui dengan maksud Ban-kiam Hweecu sendiri, tentu saja mereka berdua tidak banyak berbicara
Ke dua puluhan jago pedang berpita hitam bersama-sama membungkukkan badan memberi hormat, kemudian serunya serentak: "Kami akan menuruti perintah dari congkoan!"
Ciu Toa-nian keliharan sangat bangga, sambil tertawa seram katanya lagi, "Kalau memang begitu bagus sekali kita boleh segera berangkat."
Selesai berkata, dia lantas mengulapkan tangannya ke arah Thi-lohan khong-beng Hwesio dan si Naga tua berekor botak To Sam Seng sembari berkata,
"Hu-congkoan berdua silahkan," Walaupun dimulut dia berkata demikian orangnya sudah menuruni bukit terlebih dulu.
Thi-lohan khong-beng Hweesio dan si Naga tua berekor botak To Sam seng terpaksa harus ikut dibelakangnya, sedangkan kedua puluh orang pendekar pedang berpita hitam itu mengikuti pula dibelakangnya.
Sik jin-tian berada disebelah barat bukir Pit bu san.
jaraknya hanya tiga puluhan li, rombongan tersebut terdiri dari jago-jago persilatan yang berilmu, semuanya ringan dan berlangkah cepat. oleh sebab itu tak selang berapa saat kemudian mereka sudah tiba ditempat tujuan.
Mendongakkan kepalanya tampak pintu gerbang kuil Sik jin tian dipertahankan secara kokog dan ketat. dua puluhan pendekar pedang berpita hitam yang melarikan diri hampir
semuanya berkumpul disitu. mereka berdiri dengan pedang terhunus dan bersiap siaga menghadapi serangan, Ciu Toa-nian segera menghentikan langkahnya.
kemudian sambil tertawa kering katanya:
"Aaaah. rupanya mereka betul-betul berada disini semua.
ayo ikutilah aku!" Sehabis berkata dia lantas berjalan menuju kedepan kuil dengan langkah lebar.
Thi-lohan Khong-beng Hweesio serta si Naga tua berekor botak To Sam seng mengira dia hendak mencari pahala, sehingga terburu-buru napsu meski langkah mereka mengikuti dari belakangnya, tak urung keningnya berkerut juga.
Agaknya Ciu Toa-nian sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap ke dua puluhan pendekar pedang hitam yang berkhianat tersebut. dengan langkah lebar dia langsung berjalan menuju kehadapan orang-orang itu.
Sambil mengelus jenggot kambingnya dia lantas membentak keras -keras:
"Kalian masih kenal dengan aku?"
Si Naga tua beretor botak To Sim seng yang
menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali, diam2 dia menghela napas sembari berpikir: "Orang latah benar-benar orang latah, pada hakekatnya seorang manusia latah yang tak tahu diri.
heran. mengapa Kiamcu bisa mengutus manusia semacam ini ?"
Siapa tahu peristiwa yang kemudian terjadi sama sekali diluar dugaan. kawanan jago pedang berpita hitam yang tersebar didepan kuil dan bersiap siaga seperti menghadapi musuh tangguh itu sama-sama membungkukkan badannya
memberi hormat setekah melihat Ciu Toa-nian, bahkan berseru dengan hormat sekali:
"Hamba menjumpai congkoan."
Kejadian ini kontan saja membuat Thi-lohan Khong-beng Hweesio dan si Naga tua berekor botak To Sam-seng sama-sama berdiri tertegun, melongo dan tak tahu apa mesti dilakukan.
Walaupun sekarang Ciu Toa-nian menyamar sebagai Chin Tay-seng. tapi meski pihak lawan tidak mengetahui duduknya persoalan, paling tidak kawanan jago pedang berpita hitam yang berkhianat itu adalah orang kepercayaan dari Chin Tay seng. bukankah mereka kabur dari bukit Pit bu san bersama-sama ?"
Sekarang, mereka telah membentuk pos-pos penjagaan didepan kuil Sik jin tian. penjagaan pun dilakukan amat ketat dan serius, ini menandakan kalau Chin Tay-seng memang berada didalam sana, tapi . . mengapa mereka bisa salah melihat orang "
Ciu Toa-nian memandang sekejap wajah orang-orang itu, wajahnya menunjukkan sikap bangga, lalu sambil mengelus jenggot kambingnya dia manggut-manggut seraya berkata. "Bagus, bagus sekali !"
Berbicara sampai disini, dia lantas berpaling sambil serunya lantang. "Harap kalian ikuti aku masuk ke dalam."
Benar-benar bikin kepala pusing, ternyata dia telah menganggap dirinya benar-benar adalah congkoan pedang berpita hitam.
Naga tua berekor botak To Sam seng betul2 tak kuasa menahan diri lagi, segera bisiknya:
"Saudara Ciu kita harus perhatikan perangkap mereka."
Ciu Toa-nian memandang sekejap ke wajah rekannya dengan sorot mata licik, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Haaah . . haaah , ., haaah . ...bukankah kau mendapat perintah dari kiamcu untuk membekuk pengkhianat, mengapa harus takut dengan perangkap mereka " Pokoknya kalian congkoan berdua ikuti saja diriku segala sesuatunya akan kuatur sendiri ..."
Perkataan ini memang benar, Ban-kiam Hweecu memang secara jelas mengutusnya sebagai seorang congkoan. tentu saja didalam segala persoalan dialah yang akan mengambil keputusan.
Begitu selesai berkata, Ciu Toa nian segera melangkah masuk ke dalam kuil Sik jin tian tersebut...
Thi-lohan khong-beng hwesio dan si Naga tua berekor botak To sam seng sama-sama saling berhadapan dengan wajah melongo, mereka tak mampu mengucapkan sapatah katapun. karenanya terpaksa mengikuti dibelakangnya dan masuk kedalam ruangan kuil.
Kuil Sik jin tian tidak terlalu luas, setelah masuk kedalam pintu gerbang maka tampaklah dikursi sebelah kiri ruangan duduk seorang tosu kurut kecil yang membawa senjata kebutan.
Tentu saja Thi-lohan khong-beng hwesio dan si Naga tua berekor botak To sam seng kenal dengan tosu kecil itu.
sebab dia bukan lain adalah Hek sat seng kun Sah Thian-yu satu diantara empat racun raja langit.
Dibelakangnya mengikuti dua orang yang berdiri disebelah kiri dan kanannya, yang seorang adalah Tok Si Lian, sedangkan yang lain adalah Tok Hay ji.
Didepan pinta masuk berdiri pula empat orang tosu kecil berbaju hitam yang membawa pula senjata kebutan.
Naga tua berekor botak memperhatikan sekejap keadaan situasi disekitar tempat itu, dengan cepat dia merasa kalau kehadiran mereka didalam ruangan tersebut ibaratnya masuk kemulut harimau.
Ketika Hek sat seng kun Sah Thian-yu menyaksikan ketiga orang itu berjalan masuk ke dalam ruangan, ia segera bangkit berdiri dan tertawa terbahak-bahak,
"Haaahh....haaah, haaah... rupanya saudara Chin benar-benar telah datang, sudah cukup lama siaute menanti disini."
Ciu Toa-nian maju selangkah kedepan, menjura dan tertawa terbahak-bahak sahutnya:
"Bila siaute datang terlambat harap saudara sudi memaafkan."
Walaupun dua patah kata itu cuma kata2 sopan santun, namun cukup membuat hati dirinya Thi-lohan Khong-beng hweesio tergetar...
Oleh sebab Thi lohan Khong beng taysu tahu kalau naga tua berekor botak bukan To Sam seng yang sebenarnya, melainian orang yang diutus Ban kiam hwe-cu untuk menyamar maka tanpa terasa dia berpaling dan memandang sekejap kearah naga tua berekor botak tersebut.
Waktu itu Ma koan tojin dan Thi lohan Khong beng hwesio mendapat perintah rahasia dari Cho Kiu moay mengundurkan diri dari rumah gubuk, sedangkan si Naga tua berekor botak masih tetap tinggal dalam ruangan karena masih ada tugas lain.
Tapi sewaktu mereka berdua tiba diluar rumah, ternyata didepan pintu sudah menunggu Naga tua berekor botak To Sam seng yang lain dan orang itu adalah Naga tua berekor
botak To Sam seng yang sekarang ini. (tentu nya pembaca masih ingat bukan).
Sebagaimana diketahui, Naga tua berekor botak To Sam seng yang berada sekarang ini tak lain adalah hasil penyaruan dari wakil congkoan pasukan pedang berpita putih Yu Seng, tapi diapun hanya tahu melaksanakan tugas atas perintah, bagaimana mungkin bisa mengetahui sampai kesitu."
Ketika Thi lohan khong beng hwesio berpaling kearahnya, diapun hanya bisa menggeleng kan kepalanya berulang kali.
Sementara itu Hek sat seng kun Sah Thian yu telah mengalihkan sorot matanya dan menjura kearah mereka berdua, kemudian tegurnya.
"Oooh. rupanya khong beng taysu dan To Sam seng telah ikut kemari umuk bergabung dengan selat kami, siaute mewakili Siacu menyatakan kegembiraan kami untuk menyambut kehadiran kalian."
Dengan cepat Thi lohan khong beng taysu dan naga tua berekor botak To Sam seng merasakan kalau keadaan makin lama semakin tidak beres, belum lagi mereka menjawab.
Sambil tertawa seram Ciu Toa nian telah berkata lagi:
"Mereka adalah dua orang wakil congkoan yang baru diangkat oleh Ban kiam hweecu, sayangnya sebelum melihat sungai Huanghoo belum juga mereka puas, oleh sebab itu siaute sengaja mengajak mereka mendatangi sungai Hoanghoo."
Perkataan dari Ciu Toa-nian ini menyolok sekali sehingga tanpa terasa Naga tua berekor botak To Sam seng menegur dengan kening berkerut:
"Ciu Toa nian. apa maksudmu ?"
Ciu Toa-nian sama sekali tidak menggubris, dari dalam sakunya dia mengeluarkan selembar kertas putih dan diserahkan kepada Sah Thian-yu, kemudian sambil tertawa kering ujarnya,
"Ban-kiam hweecu telah menerima surat dari saudara Sah! diapun sudah menduga kalau malam nanti saudara Sah pasti akan melancarkan serbuan. sekarang orang-orang Pit bu san sudah mempunyai Lou bun si untuk memunahkan racun jahat. jadi bisa diduga kalau malam nanti pasti akan dilakukan persiapan yang matang.
Thi-lohan yang mendengar perkataan tersebut menjadi amat terperanjat, segera bentaknya,
"Ciu Toa-nian kau berani memberontak?"
Walaupun tubuhnya gemuk seperti segumpal daging namun gerak serangannya cepat sekali, dalam sekali kelewatan saja dia sudah menerjang kemuka dan menyambar kertas surat itu...
Begitu Thi-lohan melancarkan serangan si Naga tua berekor botak pun menggunakan gerak yang sama cepatnya menerjang kedepan...
Waktu itu Ciu Toa-nian sudah siap sedia. sambil tertawa seram dia membalikkan badannya sambil menghantam tubuh Thi-lohan.
Begitu sepasang telapak tangan saling beradu,
"Blaaamm!" terjadi benturan yang keras sekali....
Ciu Toa-nian menggeserkan kakinya ke samping, begitu berhasil berdiri tegak, ia lantas berseru dengan suara menyeramkan.
"Rupanya wakil congkoan berdua benar-benar hendak melawanku,"
Thi-lohan Khong-beng hwesio sama sekali tidak menyangka kalau Ciu Toa-nian sebagai seorang jago pedang berpita hitam ternyata memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna, akibat dari benturan tersebut tubuhnya terdengar mundur sejauh dua langkah lebih...
Bahkan napas pun terasa agak berat dan sesak, dia harus menarik napas panjang sebelum berhasil berdiri tegak.
Disaat kedua orang itu sedang beradu pukulan tadi, Sah Thian-yu telah menerima kertas putih itu dengan cepat dan memasukkannya kedalam saku, kemudian sambil tertawa seram katanya:
"Taysu. buat apa kau mesti terburu napsu" Padahal diserahkan kepada siaute pun sama saja."
Naga tua berekor botak To Sam seng melototkan sepasang matanya bulat-bulat, kemudian bentaknya keras-keras:
"Ciu Toa nian, Kiamcu mengampuni selembar jiwamu dengan harapan kau bisa membuat pahala guna menebus dosa. mengapa kau berani mengkhianati Ban-kiam hwee?"
Ciu Toa-nian segera tertawa licik, pelan-pelan dia membalikkan badannya lalu membentak:
"To Sam seng. kau anggap siapakah aku ini?"
Sungguh aneh, bukankah dia diancam oleh Chin Tay-seng untuk menyaru sebagai Chin Tay seng" Dan kemudian minta ampun kepada Ban-kiam hweecu, bahkan sewaktu obat penyaruannya dihilangkan. jelas terlihat kalau dia adalah Ciu Toa nian"
Ban-kiam hweecu menitahkan kepadanya untuk
menebus dosa membuat pahala dengan berusaha menangkap Chin Tay seng. maka diapun menyaru sebagai Chin Tay seng datang ke kuil Sik jin tian tersebut.
Selama kejadian ini berlangsung, Thi-lohan Khong-beng taysu dan si naga tua berekor botak selalu
mendampinginya, kalau dia bukan Jago pedang berpita hitam Ciu Toa-nian. lantas siapakah dia".
Naga tua berekor botak menatap wajahnya lekat-lekat.
kemudian membentak dengan suara dalam:
"Jika kau bukan Ciu Toa-nian, lantas siapa kau?"
Mungkin Ciu Toa-nian menganggap ada Hek-sat keng kun Sah Thian-yu bertindak sebagai tulang punggungnya.
maka dia sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap Naga berekor botak dua orang.
Pelan-pelan dia menyeka obat penyaruan dari atas wajahnya, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dia berkata:
"Wakil congkoan berdua, sudah kau lihat dengan jelas, siapakah aku ini?"
Tentu saja Thi-lohan Khong-beng hwesio dan Naga tua berekor botak To Sam-seng tahu dengan jelas, setelah membersihkan obat penyaru mukanya diapun dari Chin Tay-seng berubah menjadi Ciu Toa-nian, sudah barang tentu dia adalah Ciu Toa-nian.
"Bukankah kau adalah Ciu Toa-nian?" seru Naga tua berekor botak dengan gusar.
Ciu Toa-nian segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haaah. , haaah. , haaahh, .. Bankiam Hweecu tidak lebih hanya seorang bocah kemarin
sore, masih muda lagi tak tahu urusan hanya menggunakan sedikit siasat saja ternyata ia berhasil dikelabui Thi-lohan Khong-beng hweesio maupun Naga tua berekor botak To Sam seng hampir selamanya termasuk manusia kawakan yang sudah bertahun-tahun berkelana didalam dunia persilatan, tapinya tanya mereka pun tidak kenal siapakah aku."
Semberi berkata tiba-tiba dia melepaskan selembar topeng kulit manusia yang amat tipis dari atas wajahnya.
Ternyata diatas wajah Ciu Toa-nian masih mengenakan selembar topeng lagi, kejadian ini sungguh diluar dugaan siapapun.
Begitu topeng kulit manusia itu dibuka, paras muka Thi-lohan maupun Naga tua berekor botak menjadi bodoh.
Siapakah Ciu Toa-nian yang berada didepan mata ini ..."
Ternyata dia bukan lain adalah congkoan pasukan pita hitam Chin Tay-seng yang diperintahkan penangkapannya oleh Ban-kiam Hweecu,
Rupanya diatas topeng kulit wajahnya itu telah diberi wajah Ciu Toa-nian, kemudian diatas Wajah Ciu Toa-nian dilapisi lagi dengan penyaru muka sehingga berwujud sebagai Chin Tay-seng . . .
Ketika obat penyaruan itu dihapus maka yang muncul adalah Ciu Toa nian, kemudian dibawah kedok Ciu Toanian terdapat pula wajah Chin Tay seng, dan inilah wajah asli dari Chin Tay seng. Sambil tertawa licik Chin Tay seng berkata:
"Sekarang, tentunya kalian sudah mengetahui siapakah diriku bukan" Nah, kalian hendak bunuh diri ataukah menunggu sampai aku turun tangan sendiri?"
Dengan cepat Thi-lohan Khong-beng taysu mencabut keluar sebilah golok kecil panjang dua depa dari sakunya, lailu sambil tertawa keras katanya,
"Chin Tay-seng, kau menyuruh pinceng menyerahkan diri dengan begitu saja" Paling tidak pinceng harus mencoba ilmu menotok jlaan darahmu lebih dulu sebelum mati dengan tenang !"
Pada saat yang bersamaan Naga tua berekor botak meloloskan sebilah pedang dari sakunya, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya:
"Benar, menghadapi manusia yang mengkhianati perkumpulan, rasanya kita tak usah membicarakan soal peraturan dunia persilatan lagi."
Chin Tay-seng memandang sekejap kearah Naga tua berekor botak, lalu katanya,
"Selama ini saudara To termashur karena ilmu cakar naga hitamnya. sejak kapan kau berganti memakai pedang?"
Naga tua berekor botak tertawa kering. "Aku suka memakai senjata apa, perduli amat dengan kau, mana huncweemu! Ayo cepat keluarkan, percuma saja kita banyak berbicara."
Chin Tay-seng melihat Sah Thian-yu sama sekali tidak berniat untuk turun tangan, tapi dia tidak keder sebab dia percaya kemampuannya masih sanggup untuk menghadapi Thi-lohan dan Naga tua berekor botak.
Dari sakunya dia mencabut keluar huncweenya kemudian setelah tertawa seram serunya;
"Siaute sudah bilang sedari tadi, tampaknya kalian berdua tak akan puas sebelum melihat sungai Huang-hoo,
nah. aku akan menyuruh kalian saksikan sungai Huang-ho tersebut!"
Sah Thian-yu tetap duduk dikursi sambil tersenyum, sembari menggoyangkan tangan berulangkali ia berkata;
"Bila ada persoalan mari dibicarakan saja secara baik-baik, apa sih gunanya main kekerasan?"
Berbicara sampai disitu, sambil tertawa cekikikan dia memandang pula kearah Thi-lohan dan Naga tua berekor botak, kemudian tanyanya:
"Bukankah kalian berdua datang bersama-sama saudara Chin" Apakah bukan sealiran?"
"Kami datang untuk menangkap Chin Tay-seng, siapa sih yang kesudian sealiran dengannya?" jawab Naga tua berekor botak dengan cepat.
"Setiap qrang mempunyai cita-cita yang berbeda, bila saudara Chin lebih suka condong kepihak kami mengapa sih hweecu kalian mesti menganggap serius?"
"Setiap perkumpulan mempunyai peraturan perkumpulan, setiap partai mempunyai disiplin partai, Sah totiang sendiripun terhitung jago persilatan, apakah kau tidak merasa kalau perkataanmu itu kelewat santai.?" seru Thi-lohan pula.
Sah Thian-yu segera tertawa ter-bahak2,
"Berkecimpungan dalam dunia persilatan. permainan apa sih yang belum pernah aku jumpai" Haa-haa-haaa.... Bankiam hweecu ingin mempergunakan siasat menyiksa diri untuk menipu aku orang she Sah" Huh...benar benar pikiran yawg terlalu kekanak- kanakan!"
Yang dimaksudkan melakukan siasat menyiksa diri tentu saja tak lain adalah Chin Thay-seng.
Chin Tay-seng yang yang mendengar perkataan itu menjadi tertegun, lalu sambil membelalakkan matanya lebar dia berseru: "Saudara Sah, apa maksudmu?"
Sambil mengebaskan senjata kebutannya, Sah Thian-yu berkata:
"Sandiwara saudara Chin tak usah dilanjutkan lagi, coba bayangkan saja saudara Chin adalah seorang congkoan pedang berpita hitam dari Ban-kiam hwee. kedudukan dalam perkumpulan Ban-kiam hwee boleh dibilang hanya berada dibawah seorang diatas ribuan orang, mana mungkin dengan kedudukan sedemikian tingginya kau akan bergabung dengan pihak kami?"
Merah padam selembar wajah Chin Tay-seng, buru-buru serunya dengan cepat: "Siaute benar-benar...."
Tidak sampai ucapan tersebut selesai diutarakan, sambil tertawa Sah Thian-yu berkata lebih jauh;
"Lagipula racun yang bersarang ditubuh seluruh anggota perkumpulan Ban-kiam hweecu yang berada dibukit Pit busan bisa lenyap dalam seharian saja, ini kejadian yang sukar dipercayai,.. apalagi setelah saudara Chin
mempersembahkan perencanaan Ban-kiam hweecu dalam menghadapi kami, bila aku orang she Sah sampai mempercayai perkataanmu, bukankah hal ini sama artinya dengan menjerumuskan diri kedalam perangkap dan mencari kematian buat diri sendiri" Haaah . , .haah , . .lebih baik saudara Chin bertiga cepat pulang saja, sampaikan kepada kiamcu kalau aku orang she Sah masih beberapa tahun lebih tua dari padanya jadi aku tak ingin tertipu oleh akal muslihatnya."
Paras muka Chin Tay-seng segera berubah berulang kali saking gusarnya, seluruh badannya sampai gemetar keras, teriaknya dengan marah;
"Tempo hari. bukankah kau juga yang mengirim orang?"
Kembali Sah Thian-yu mengebaskan kebutannya lalu berdiri.
"Bukankah kalian berdua hendak membekuk Chin Tay-seng" Mengapa tidak segera menyeretnya pergi?" dia berseru.
oooOdwOooo SEBENARNYA Chin Tay seng adalah seorang manusia licik, tapi Sah Thian-yu bisa berubah pikiran pada saat dan keadaan seperti ini. sesungguhnya hal ini merupakan sesuatu kejadian yang sama sekali diluar dugaan.
Sementara dia masih tertegun, mendadak kedua matanya menjadi sepat dan berat, kemudian menguap berulang kali, mengantuknya bukan kepalang.
Untuk beberapa saat Thi-lohan Khong-beng hweesio maupun si Naga tua berekor botak To Sam-seng dibikin melongo dan tidak habis mengerti.
Sebenarnya Chin Tay-seng benar-benar telah berkhianat kepada Ban-kiam hwee, ataukah seperti apa yang dikatakan oleh Sah Thian-yu Kiamcu sedang melaksanakan siasat menyiksa diri"
Mendadak kedua orang itu mendengar suara Sah Thian-yu yang berbisik dengan ilmu menyampaikan suara:
"Dia sudah terkena bubuk pemabok Jit poh mi hun san milikku, ayo cepat digusur pergi kau masih akan menunggu sampai kapan lagi?"
Sementara itu Chin Tay-seng telah mundur dengan sempoyongan, lalu sambil membelalakan matanya lebar-lebar dia berteriak kearah Sah Thian-yu:
"Kau....!"
Thi-lohan Khong Beng hwesio dan si Naga tua berekor botak sama-sama dibikin tertegun, mereka tak berani berayal lagi dan buru-buru maju kedepan. satu dari kiri yang lain dari kanan segera membimbing Chin Tay-seng.
"Saudara Chin." si Naga tua berekor botak berbisik,
"tempat ini kalau toh tak mungkin kita tempati, masih ada tempat lain yang dapat kita diami, mari kita pulang saja!"
Dalam keadaan yang sangat mengantuk, tentu saja Chin Tay-seng tak bisa banyak berbicara lagi. ia membiarkan tubuhnya dibimbing kedua qrang itu beranjak dari sana.
Terdengar Sah Thian-yu berseru lagi dari belakang sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haaa..,haaa....percuma saja siasat menyiksa diri yang dipergunakan Ban-kiam hweecu tersebut, sebab dihadapan aku orang she Sah, siasat semacam ini sama sekali tiada gunanya, ayo mengapa kalian belum juga pergi?"
Ketika melangkah keluar dari kuil Sak-jin-tian, Si Naga tua berekor botak segera berpallng kearah dua puluh jago pedang berpita hitam yang berkhianat itu dengan sepasang mata yang melotot besar, kemudian bentaknya keras-keras:
"Ayo cepat bimbing congkoan kalian."
Setelah itu bisiknya pula agak lirih: "Siasat kita sudah diketahui oleh orang-orang Tok seh sia, cepat kita pulang kegunung lebih dulu."
"Saudara To, silahkan kau berangkat lebih dulu dengan melindungi Chin congkoan biar pinto berada dibelakang untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan yang tak diinginkan." Sambung Thi-lohan Khong-beng hwesio,
-oo0dw0oo- Jilid 2 KE DUA PULUH jago pedang berpita hitam yang berkhianat tersebut tak lain adalah orang-orang kepercayaan Chin Tay Seng, setelah mendengar perkataan dari Sah Thian yu tadi, kemudian mendengarkan pula pembicaraan si naga tua berekor botak dengan Thi Lohan, serta merta mereka memperoleh kesan bahwa penghianatan mereka terhadap Pit bu-san sesungguhnya tak lain adalah dalam rangka siasat menyiksa diri yang diatur oleh Kiamcu mereka sendiri Sudah barang tentu mereka tidak menjadi sangsi lagi, sambil membopong Chin Tay Seng, berangkatlah orang-orang itu dengan mengikuti dibelakang si naga tua berekor Botak.
Thi-lohan sendiri dengan menghunus sepasang goloknya memberi tanda kepada dua puluhan orang jago pedang berpita hitam yang mengikutinya, kemudian bersama-sama berangkat ke atas bukit Pit bu-san.
000OdwO000 MEMANDANG bayangan tubuh tiga orang tamunya hingga keluar dari pintu gerbang kuil Sak jin tian, Sah Thian yu mengelus jenggotnya sambil tertawa dingin, kemudian seraya berpaling serunya:
"Heeeh, heeeh, heeeh, coba kalau aku gagal membongkar siasat busuk mereka, malam ini, kita semua niscaya akan terjebak oleh siasat busuk dari pihak Ban kiam hwee."
"Suhu, kalau kau telah berhasil membongkar siasat busuk dari Chin Tay-seng, mengapa kau malah membiarkan mereka pergi dari sini ?" tanya Tok Hay Ji tidak habis mengerti.
Kontan saja Sah Thian yu melototkan sepasang matanya bulat-bulat:
"Berapa besar sih kepandaian silat yang kau miliki" Chin Tay-seng sudah berniat melakukan gerakan penyusupan, hampir separuh dari beberapa ratus anggota jago pedang pita hitamnya telah dikerahkan kemari padahal dari separuh yang dibawa kemari boleh dibilang semuanya merupakan kekuatan inti mereka, lalu ditambah pula dengan Khong-beng hweesio dan naga tua berekor botak, bayangkan sendiri dengan kemampuan kita, sanggupkah kita hadapi kerubutan mereka itu...?"
Kena dipelototi oleh gurunya, Tok hay-ji segera membungkam dalam seribu bahasa dan tak berani banyak berbicara lagi.
Tiba-tiba Sah Thian-yu bangkit berdiri sambil berkata lagi.
"Aku akan pergi sebentar untuk melihat keadaan mereka, siapa tahu mereka masih ada siasat lain" Kalian baik-baiklah berjaga disini dan jangan sembarangan berkutik."
Tok Si cian dan Tok Hay-ji serentak mengiakan bersama dengan sikap menghormat. Dengan langkah lebar Sah Thian-yu beranjak dari tempat duduknya menuju keluar kuil, empat bocah tosu yang berdiri didepan pintu serentak bersiap-siap hendak mengikutinya.
Tapi Sah Thian yu segera berpaling sambil berseru;
"Kalianpun tetap saja tinggal disini, aku hanya pergi sebentar saja."
Ke empat bocah tosu berbaju hitam itu kembali mengiakan dengan hormat dan benar-benar menghentikan langkahnya.
Dengan langkah lebar Sah Thian-yu berjalan keluar dari ruang kuil Sak jin tian. kemudian sambil mendongakkan kepalanya ia menampilkan setitik sinar kebanggaan.
Dengan satu gerakan yang cepat ia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan melejit kedepan, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah jauh sekali dari posisi semula.
Sementara dia masih menempuh perjalanan mendadak dari tepi jalan kedengaran ada orang memanggil;
"Saudara Sah harap tunggu sebentar!"
Dengan perasaan terkejut buru-buru Sah Thian-yu menghentikan langkahnya seraya berpaling.
Dari balik pepohonan berjalan keluar seorang lelaki kurus kecil berbaju hitam yang menyoreng pedang dipinggangnya, sambil menjura orang itu berkata:
"Ooh, hingga sekarang saudara Sah baru datang, siaute sudah lama sekali menanti kedatanganmu disini."
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Sah Thian-yu menengok sekejap kearah manusia berbaju hitam itu, kemudian tegurnya;
"Siapakah kau?"
Manusia berbaju hitam itu tertawa rendah, "Tentu saja siaute adalah orang yang cukup dikenal oleh saudara Sah, kalau tidak. masa akan kutunggu kehadiranmu disini?"
Sekali lagi Sah Thian-yu merasakan sekujur badannya bergetar keras dia amati sebentar orang berbaju hitam itu, kemudian baru ujarnya lagi;
"Kalau dilihat dari dandanan saudara, rupanya kau adalah salah seorang anggota jago pedang berpita hitam dari Ban kiam hwee"
"Tebakan saudara Sah hanya benar separuh,"
"Apa maksudmu?"
"Sebab sesungguhnya siaute bukan anggota Ban kiam hwee."
"Lantas siapakah kau?"
"Kalau dibicarakan, sebenarnya kedudukan siaute tidak jauh berbeda dengan kedudukan saudara Sah sekarang!"
Sah Thian-yu samakin curiga lagi tegurnya kemudian dengan suara yang dalam: "Ada urusan apa kau datang mencariku?"
"Siaute mendapat perintah dari Kiamcu untuk menyambut kedatangan saudara Sah dan menyambut kau engkoh tua untuk pulang kemarkas...."
Berubah wajah Sah Thian-yu setelah mendengar perkataan itu, cepat dia berseru: "Harap kau perjelas ucapanmu itu"
Kembali manusia berbaju hitam itu tertawa.
"Orang kuno pernah bilang. kalau ingin menjabat kedudukan baru maka sang pejabat lama harus menyerahkan tanda kekuasaannya lebih dulu, nah siaute sengaja datang kemari untuk menerima tanda kekuasaan tersebut."
Tiba-tiba Sah Thian-yu mundur satu langkah kebelakang, lalu dengan mata melotot besar bentaknya:
"Sesungguhnya siapakah kau?"
Dengan memperendah suaranya manusia berbaju hitam itu berkata lebih jauh:
"Bukankah nona Cho telah berpesan kepadamu, seusai mengungkap siasat menyiksa diri lawan maka kau harus
meloloskan diri secepatnya waktu itu memang tidak diatur orang yang akan siap menerima kedatanganmu, tapi sekarang siaute justru diutus untuk menyambut kedatangan kau si engkoh tua, Tapi sipejabat baru yang baru menempati kedudukannya masih belum mengetahui jelas tentang kejadian beberapa hari belakangan ini apakah kejadian mana tak akan menimbulkan terbongkarnya rahasia" Maka siaute dipesan untuk menunggu disini, kau siengkoh tua harus diberi petunjuk lebih dulu sebelum berangkat memangku jabatan baru itu."
Sambil tertawa Sah Thian-yu manggut.
"Oooh, rupanya engkoh tua adalah...haaa....haaaa.,., mengapa tak kau katakan sedari tadi" Tempat ini tak cocok untuk berbicara mari kita naik kepuncak bukit itu lebih dulu. Silahkan engkoh tua!"
"Silahkan saudara Sah!"
Maka dua sosok bayangan manusia pun bersama-sama berangkat menuju kepuncak bukit itu.
Kurang lebih sepertanakan nasi kemudian, dari bawah kaki bukit itu muncul seorang tosu kurus kecil berbaju abu-abu yang membawa senjata kebutan, ia berkelebat menuju kearah Sak jin tian dengan kecepatan tinggi.
Tak bisa disangkal lagi orang itu adalah Hek sat seng Sah Thian-yu adanya.
Bersama itu pula dari bawah kaki bukit sebelah timur muncul juga seorang kakek kurus kecil, orang ini berkepala botak, berwajah merah dan berpunggung bungkuk, dibawah dagunya dipelihara jenggot model jenggot kambing.
Jika dilihat dari dandanannya, jelas orang tersebut tak lain adalah sinaga tua berekor botak To Sam seng, namun
sekarang dia menyoren sebilah pedang berpita hitam dan sedang berada dalam perjalanan menuju kebukit Pit bu san.
Bukankah sinaga tua berekor botak To-sam seng dan Thi-lohan Khong-beng hweesio sedang berada dalam perjalanan pulang kebukit Pit bu san sambil membawa Chin Tay seng"
Padahal sinaga tua berekor botak tersebut tak lain adalah hasil penyamaran dari wakil congkoan jago pedang berpita putih Yu seng, sedangkan sinaga tua berekor botak To Sam seng yang asli, untuk jelasnya baiklah kita terangkan keadaan yang sebetulnya:
Sebagaimana diketahui, Naga tua berekor botak memperoleh perintah dari Cho Kiu moay (yang sesungguhnya adalah Ban kiam hweecu sendiri) untuk menuju kekamar sebelah kanan membawa surat perintah rahasianya. pada saat yang bersamaan telah didatangkan pula seorang lagi penyaru muka yang sangat lihay dari Ban kiam hwee (yakni kakek sastrawan yang membawa pena emas) untuk membantunya merubah wajah aslinya menjadi Sah Thian-yu.
Tatkala kemudian Sah Thian-yu asli berhasil dicengkeram urat nadinya oleh Cho Kiu moay penyaruan dari Bankiam hweecu, naga tua berekor botak segera manfaatkan kesempatan tersebut untuk menerobos keluar dari pintu ruangan dan mengajak keempat tosu kecil berbaju hitam yang masih menanti diluar pintu untuk melarikan diri dari situ.
Baru sekaranglah Sah Thian-yu asli yang menyaru sebagai jago pedang berpita hitam ditugaskan menunggu kedatangan si naga tua berekor botak yang menyamar sebagai dirinya itu untuk saling bertukar kedudukan yang sebenarnya,
Dan waktu itulah, sinaga tua berekor botak telah memulihkan dirinya sebagai Sah Thian-yu sebenarnya.
00OdwO00 MALAM hari sudah menjelang tiba sedari tadi, suasana di sekeliling tempat itu diliputi kegelapan yang mencekam.
Rembulan baru muncul diudara yang bersih dan memancarkan cahayanya yang redup untuk menembusi kegelapan.
Angin musim gugur terasa agak dingin ketika berhembus lewat serta menggoyangkan daun serta ranting.
Dalam suasana begini, tampak ada dua orang sedang duduk diatas tebing karang sebelah barat bukit Pit bu san.
Kalau dibilang mereka adalah sastrawan yang sedang menikmati keindahan alam, hal ini kurang cocok rasanya, sebab mereka semua mengenakan pakiaian ringkas bahkan membawa senjata pula.
Dari kedua orang tersebut, yang satu berwajah semu emas dengan mengenakan pakaian ringkas berwarna biru dan menyoren sebilah pedang berpita kuning, kalau dilihat dandanannya yang gagah, sudah jelas bukan manusia sembarangan, dia tak lain adalah Bankiam hweecu.
Di depan Bankiam hweecu pun berdiri seorang pemuda berpakaian ringkas berwarna hijau. dia berwajah tampan, bibir merah dan gigi putih, tampang yang sangat menarik hati.
Orang ini tak lain adalah Wi Tiong hong. jago muda yang belum lama terjun kedunia persilatan.
Semula Wi Tiong hong menyamar sebaga congkoan jago pedang berpita merah Kiong Thian ciu, namun sekarang tugasnya telah usai dan telah memulihkan kembali raut wajah aslinya.
Kini, Ban Kiam hweecu sengaja menukar pita
pedangnya dengan warna coklat antik. ini memang sengaja dilakukan demi membedakan segala ciri-ciri dirinya diumumkan dari para jago pedang dari Ban kiam hweecu yang terdiri dari hijau. merah, putih dan hitam.
Selain daripada itu warna coklat antik pun hampir mendekati warna kuning emas, hal tersebut mengandung arti persahabatan yang sangat akrab.
Dibelakang kedua orang itu masing-masing berdiri empat orang gadis berpakaian ringkas yang masing-masing menyoren pedang berpita semu kuning, semuanya bertubuh ramping dan berparas menarik,
Didepan kedua orang itu terletak sebuah meja kecil yang berisikan empat macam sayuran dan sepoci arak wangi.
Selama ini, Wi Tiong hong hanya mengawasi ketempat kejauhan sana sambil minum arak tiada hentinya.
Memandang sikap rekannya itu, sambil tersenyum Bankiam hwecu segera menegur: "Tampaknya saudara Wi seperti punya persoalan yang pelik, bersediakah kau memberitahukan kepadaku?"
Wi Tiong hong menarik kembali sorot matanya sambil mendongakkan kepala, lalu menyahut:
"Berkat pertolongan dari Kiamcu kali ini...."
Belum selesai perkataan itu diutarakan, Ban-kiam hwecu telah menggoyangkan tangannya berulang kali sambil menukas:
"Saudara Wi, mengapa kau harus berkata demikian"
Seandainya Ban-kiam hwecu tanpa Lou bun si milikmu, entah bagaiman akibatnya" Diantara kita berdua rasanya
tak usah saling mengucapkan kata-kata terima kasih lagi, nah saudara Wi, apa lagi yang kau ingin katakan?"
"Selewatnya malam ini siaute berniat mohon diri lebih dulu."
"Selewatnya malam ini siaute akan kembali ke Kiam-bun dan berniat mengundang saudara Wi untuk turut serta."
kata Ban-kiam hweecu dengan gelisah, "paling tidak kau harus menginap sepuluh atau setengah bulan disitu sebelum pergi. kau anggap aku bersedia membiarkan pergi dengan begitu saja?"
"Benar" sambung Cho Kiu moay, "sejak kecil hingga dewasa belum pernah Kiamcu mempunyai sahabat yang baik, benar-benar sukar untuk memperoleh seorang teman seperti Wi sauhiap begini, masa kau akan menampik keinginan dari Kiamcu?"
Perkataan itu memang benar, semenjak dilahirkan Bankiam hwecu telah diputuskan akan menjadi pewaris kedudukan Kiamcu, maka diapun dijauhkan dari pergaulan bebas selain anak buahnya boleh dibilang sama sekali tak berteman. bisa dibayangkan bagaimana kesepiannya orang tersebut"
Dengan perasaan terharu Wi Tiong-hong segera berkata:
"Kiamcu bersedia merendahkan kedudukan sendiri untuk bersahabat denganku, ini semua membuat siaute betul-betul merasa terharu bercampur bangga."
"Maukah kau jangan mengucapkan perkataan seperti ini?" tiba-tiba Ban-kiam hwecu mendongakkan kepalanya memandang kearah Wi Tiong-hong dan berkata pelan.
Wi Tiong-hong jadi tertegun, ia merasa perkataan dari Ban-kiam hwecu tersebut sangat aneh, maka katanya dengan cepat:
"Maksud baik kiamcu terpaksa siaute terima dalam hati saja, siaute betul-betul mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan dengan perkataan."
Bergetar seluruh badan Ban-kiam hweecu kembali ia menegur:
"Sebenarnya apa sih yang terjadi?"
Air muka Wi Tiong-hong berubah menjadi sedih sekali, katanya pelan:


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terus terang kukatakan kiamcu, dendam sakit hati ayahku belum sempat dibalas. asal usulku belum jelas, bahkan betulkah aku berasal dari marga Wi atau tidak pun sama sekali tak diketahui."
"Saudara Wi, benarkah kau tidak mengetahui asal usulmu sendiri" lantas dari mana kau bisa tahu she Wi?"
tanya Ban-kiam hweecu keheranan.
"Sejak kecil siaute dipelihara oleh seorang paman yang tak kuketahui namanya, dialah yang memberi nama Wi Tiong-hong padaku."
"Mengapa kau menyebutnya paman yang tak diketahui namanya?"
Wi Tiong-hong sudah tak dapat menahan lelehan air matanya lagi, ia berkata pedih:
"Sejak kecil aku tahunya dia adalah ayahku sehingga bulan Tiongciu tahun berselang dia orang tua pergi dan tak pernah kembali lagi, ia meninggalkan sepucuk surat kepadaku yang isinya menjelaskan kalau dia hanya seorang pamanku belaka. Sejak enam belas tahun berselang, ayahku telah tewas ditangan musuh besarnya. aku bukan she Wi dan asal usulku baru akan diketahui jika aku telah berkumpul dan berjumpa lagi dengan ibuku dikemudian
hari pada saat itulah aku akan membalas dendam atas semua sakit hatiku..."
"Lantas dimanakah ibumu?" tanya Ban-kiam Hweecu,
"dimanakah ia berada?"
"Aku tak tahu, itulah sebabnya aku harus menemukan pamanku lebih dahulu."
Ban-kiam hweecu termenung berapa saat lamanya, setelah itu dia baru berkata lagi: "Waaah kalau begitu mah sulit, tahukah kau siapa pamanmu itu" Dia berada dimana pula sekarang?"
Wi Tiong-hong semakin menundukkan kepalanya,
"Aku selalu merasa, seolah-olah paman tak pernah meninggalkan sejengkal pun dari sisiku."
Mendadak Ban kiam kiamcu mengangkat kepalanya dan memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, kemudian katanya lagi;
"Apakah pamanmu selalu mengikuti dibelakangmu ?"
"Aku hanya merasakan demikian, namun sulit untuk menerangkan dengan kata."
Ban-kiam hweecu kembali memanggut.
"Mungkin pamanmu hanya berniat agar kau mencari pengalaman dalam dunia persilatan. tapi menguatirkan keselamatanmu maka diam-diam mengikuti terus dibelakangmu tanpa kau sadari sendiri."
Berbicara sampai disitu. mendadak berkilat sepasang matanya kemudian ujarnya lagi.
"Siaute mempunyai suatu rencana, entah bersediakah saudara Wi untuk menuruti?"
"Apa pendapat kiamcu ?"
"Menurut pendapat siaute, besok lebih baik saudara Wi tetap kembali ke Kiam-bun san beberapa hari lebih dulu, sebab siaute telah teringat akan tiga hal yang semuanya amat bermanfaat bagi saudara Wi."
"Tiga hal manakah yang Kiamcu maksudkan?"
"Menurut dugaan siaute. pamanmu tidak bersedia menerangkan asal usulmu dikarenakan ada dua kemungkinan, kesatu. musuh besar saudara Wi terlampau lihay sehingga belum waktunya untuk memberitahukan kepadamu, sebab hanya akan merugikan saudara Wi saja.
dan kedua. pamanmu pun belum mengetahui siapakah musuh besarmu. Namun kalau dianalisa dari kedua hal tersebut, kemungkinan yang pertama jauh lebih besar dari pada kemungkinan yang kedua."
"Perkataan kiamcu memang benar!" paras muka Wi Tiong-hong agak tergerak.
Ban kiam hweecu berkata kembali: "Persoalan pertama yang siaute maksudkan adalah mengenai kelihayan dari ilmu silat musuh besar saudara Wi itu, bila kau ingin membalas dendam dengan kekuatan sendiri paling tidak kau harus bermodalkan kepandaian silat sangat hebat pula.
Dibukit Kiam bun san, kami tersimpan berbagai macam kitab pusaka ilmu pedang yang ada didunia ini, dalam soal ilmu pedang boleh dibilang kami mempunyai koleksi yang terlengkap, bila kau bersedia meluangkan sedikit waktu rasanya tidak sulit untuk menjadikan dirimu sebagai seorang ahli ilmu pedang."
Wi Tiong-hong tidak menjawab, dia hanya
membungkam diri dalam seribu bahasa.
Ban-kiam hweecu segera menyambung lebih jauh.
"Masalah yang kedua adalah mengenai asal usulmu sendiri, berapa hari berselang. bukankah kau telah bertemu dengan seorang tua yang membawa peti emas?"
Wi Tiong-hong manggut-manggut.
Sambil tertawa Ban-kiam hweecu segera berkata lebih jauh, "Orang ini sangat pandai dalam pelbagai ilmu sakti ilmu menyaru muka serta ilmu menempa pedang, hingga orang menyebutnya sebagai Sam-khi sianseng, padahal kepandaian sakti yang dikuasahinya bukan cuma tiga macam, Dia masih mempunyai suatu kepandaian khusus yakni menguasahi penuh semua asal usul maupun seluk beluk berbagai jago persilatan yang berdiam di dunia ini.
Asalkan ayahmu adalah anggota persilatan, maka peristiwa apa yang menimpa ayahmu enam belas tahun berselang dan siapa pembunuhnya pasti diketahui Sam-khi sianseng dengan jelas."
Tampaknya perkataan yang terakhir ini sangat menarik hati Wi Tiong-hong.
Maka sambil tertawa Ban-kiam hweecu berkata lebih jauh, "Sedangkan mengenai soal yang ketiga ialah soal mencari jejak ibumu, siaute sebagai Ban-kiam hweecu memiliki anak buah yang berjumlah lebih dari tiga ratus orang, berbicara soal kepandaian mereka, dalam dunia persilatan pun terhitung dalam deretan jago-jago tangguh.
Asalkan Sam-khi sianseng bisa menjelaskan asal usul saudara Wi, siaute akan segera mengutus mereka untuk melakukan pencarian keseantero dunia persilatan, aku rasa tak perlu tiga bulan pun bisa jadi jejak ibumu sudah diketahui dan dibawa ke Kiam bun."
"Gara-gara urusan siaute, masa harus merepotkan kiamcu ?" kata Wi Tiang-hong kemudian dengan perasaan terharu.
Cho Kiu moay yang berada disisinya dengan cepat menyambung:
"Kiamcu kami merasa amat cocok dengan Wi sauhiap sejak pertemuan yang pertama, urusan Wi sauhiap tentu saja dianggap pula sebagai urusan Kiamcu, harap kau jangan berpikir yang bukan-bukan."
Baru selesai dia berkata, mendadak dari luar hutan bambu kedengaran ada orang membentak keras;
"siapa di situ ?"
Rupanya disekeliling hutan bambu tersebut telah disebar penjagaan yang sangat ketat.
Menyusul kemudian kedengaran seseorang berseru memuji keagungan sang Buddha :
"Omitohud. pinceng Khong-beng."
"Siaute To Sam seng!" suara lain menyambung.
Orang yang pertama tadi segera berkata lagi, "Ooh rupanya Hu-congkoan berdua, kiamcu telah berpesan bila kalian berdua telah datang diharapkan langsung masuk kedalam."
Beberapa saat kemudian Thi-lohan Khong-beng hwesio dan si naga tua berekor botak To Sam seng telah muncul dengan langkah labar, sambil memberi hormat kepada Bankiam hweecu serunya bersama;
"Hamba menjumpai Kiamcu"
"Hu-congkoan berdua tentu sudah amat lelah, apakah Chin Tay seng berhasil dibekuk?" ujar Ban-kiam Hweecu sambil tersenyum.
"Chin Tay seng telah berhasil diringkus." buru-buru naga tua berekor botak To Sam-seng memberi hormat.
"Segenap pengkhianat juga berhasil diringkus?" kembali Ban-kiam hweecu tersenyum.
"Yaa, semuanya berhasil ditangkap."
"Omitohud" Thi-lohan Khong-beng hweesio menyela,
"semuanya memang berhasil diringkus. namun hamba benar-benar dibuat tak habis mengerti sebetulnya apa sih yang telah terjadi?"
Secara ringkas To Sam seng segera menceritakan semua kejadian yang telah berlangsung.
Ban-kiam hweecu mendongakkan kepalanya dan melihat sejenak keadaan cuaca, kemudian sambil tersenyum dia berkata:
"Sebentar lagi kalian bakal mengerti semua!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, terdengar jago pedang yang bertugas diluar hutan telah menegur kembali:
"Siapa disitu?"
"Siaute To Sam seng" jawab orang itu.
Kiamcu tersebut segera berseru: "Kiamcu telah berpesan, Tohu congkoan kedua dipersilahkan masuk kedalam."
Sambil tertawa terbahak-bahak To Sam-seng segera bertanya:
"Haa...haa...haa... apakah Kiamcu telah datang?"
"Kiamcu berada didalam hutan, dipersilahkan Hu-congkoan masuk kedalam."
Setelah itu terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang, menyusul kemudian disitu muncul kembali seorang Naga tua berekor botak To Sam seng.
Sambil tertawa Ban-kiam hweecu segera menyapa:
"Tohu congkoan tentu sangat lelah."
"Beruntung sekali hamba tidak sampai menyia-nyiakan harapan kiamcu."
Ban-kiam hweecu segera menuding kearah Naga tua berekor botak To Sam-seng yang datang lebih duluan itu sambil memperkenalkan:
"Kalian tak usah bingung, dia adalah wakil congkoan pasukan pedang berpita putih Yu Seng."
Lalu sambil menuding kearah To Sam-seng yang asli, dia menambahkan pula: "Sedang dia adalah Sah Thian-yu yang kalian jumpai tak lain adalah penyaruan dari Tohu congkoan, nah sekarang kalian semua telah menjadi jelas bukan...?"
Buru-buru Yu Seng menghapus obat penyaru mukanya untuk memperlihatkan kembali wajah aslinya.
Sekarang Thi-lohan Khong-beng hweesio baru menjadi sadar kembali, buru-buru dia merangkap tangannya didepan dada seraya berkata:
"Omitohud, rupanya kiamcu telah mengatur segala sesuatunya dengan sempurna... hanya hamba seorang yang tetap bodoh dan tak habis mengerti."
"Siaute sendiripun tak pernah menyangka kalau Sah Thian-yu tak lain adalah hasil penyaruan dari saudara To."
sambung Yu-seng dari samping.
Wi Tiong-hong cuma membungkam diri sambil duduk disisinya, bagaimanapun juga dia benar-benar merasa kagum atas segala rencana yang diatur oleh Ban-kiam hweecu.
Terdengar Ban-kiam Hweeca berkata lagi: "Sudah, sekarang kalian sudah kembali semua, mari kita pulang bersama-sama!"
"Apakah kiamcu masih ada tugas lainnya?" tanya To Sam seng.
"Tugas dari Hu-congkoan bertiga telah berhasil mencapai kesuksesan, sekarang kalian boleh turut aku pulang kegunung sambil menikmati jalannya pertarungan."
"Apakah kiamcu tak akan membantu mereka?" tanya Yu Seng.
Ban kiam hweecu segera tertawa. "Segala sesuatunya telah kuatur dengan sempurna, jadi tidak usah kita turun tangan sendiri."
"Kiamcu hendak mendaki bukit yang mana untuk menyaksikan jalannya pertarungan?"
"Puluhan li disekitar sini boleh dianggap sebagai daerah yang paling tinggi dari bukit Pit bu san, tentu saja kita harus mendaki bukit yang tertinggi untuk bisa menyaksikan keadaan disekeliling tempat ini dengan jelas."
Menyusul kemudian sambil tertawa dingin dan mengangkat kepalanya dia menambahkan: "Didalam pertempuran malam ini, tanggung orang-orang Tok Seh-sia akan ludas dan sama sekali tertumpas"
Lalu sambil berpaling kearah Wi Tiong-hong dia berkata:
"Saudara Wi, mari kita berangkat."
"Silahkan Kiamcu." buru-buru pemuda itu berseru.
Maka berangkatlah rombongan tersebut menuju keatas puncak bukit langsung dipimpin oleh Ban-kiam hwecu sendiri.
Biarpun Pit bu san tidak termasuk bukit yang amat tinggi, namun batu karang yang licin berserakan dimana-mana, jurang yang dalam terbentang disana sini, untung saja ilmu meringankan tubuh yang dimiliki beberapa orang itu cukup sempurna.
Tak selang beberapa saat kemudian, mereka sudah tiba dipuncak bukit itu.
Waktu itu, udara sangat cerah dan tak setitik awanpun mengotori udara, rembulan bersinar ditengah angkasa menyinari puncak tebing yang sepi.
Mendadak Ban-kiam hwecu yang bergerak paling dulu menuju kepuncak tebing menghentikan langkahnya sambil mengulapkan tangan memberi tanda kepada orang-orang dibelakangnya, setelah itu ia bergerak mundur.
Wi Tiong hong yang berada pada urutan kedua menjadi tertegun setelah menyaksikan ulapan tangan dari Ban-kiam Hweecu tersebut, tanpa terasa pikirnya,
"Dalam keadaan dan suasana begini, tibaitiba saja dia memberi kode tangan, jelas hal ini menunjukkan kalau dipuncak bukit telah dijumpai jejak musuh!" Berpikir demikian, buru-buru dia menghentikan pula langkahnya sambil menengok kedepan.
Betul juga, dibawah pohon siong besar dipuncak tebing itu, tampak ada seseorang sedang berdiri disitu dengan sikap yang tenang.
Orang itu mengenakan jubah hitam yang besar dan lebar, jenggot putihnya sepanjang dada dan membawa sebuah tongkat bambu.
Waktu itu, dia berdiri santai di tempat sambil mengelus jenggotnya yang panjang.
Diam diam Wi Tiong-hong merasa terkejut, sebab ditinjau dari dandanan orang ini sudah jelas mirip sekali dengan pemilik selat Tok seh sia seperti apa yang dikatakan Sah Thian-yu tempo hari.
Sementara otaknya masih berputar, ia sudah mengikuti Ban-kiam hweecu mengundurkan diri kebelakang tentu saja orang-orang yang berada dibelakangnya sama sekali tidak sempat mengetahui kejadian apakah yang sedang berlangsung di puncak bukit itu, namun tanpa banyak bicara serentak mereka turut mengundurkan diri.
Sesudah mundur sampai kebawah sebuah tebing karang, Ban-kiam hweecu baru menghentikan langkahnya sambil berbisik:
"Benar-benar tak kusangka Tok seh siacu pemilik selat pasir beracun telah mendahului kita naik kesana!"
"Apa" Tok seh siacu?" seru Cho Kiu moay terkejut.
"Tapi diapun tak menyangka kalau kita akan muncul pula dipuncak tebing itu." seru Ban-kiam hweecu lagi sambil tertawa dingin."
"Cuma dia seorang ?"
Ban-kiam hweecu manggut-manggut.
"Tapi, begini pun ada baiknya, orang bilang kalau menumpas kaum pencolang harus menumpas pentolannya terlebih dulu. dan kini dia telah menghantar dirinya sendiri!"
Kepada keempat dayangnya, dia menambahkan:
"Kalian berempat, bergeraklah ke puncak tebing itu dari empat penjuru yang berbeda, Paling baik jangan sampai mengusiknya, sebelum memporoleh perintahku, jangan turun tangan secara sembarangan, mengerti ?"
"Budak menerima perintah." Cho Kiu moay berempat serentak mengiakan.
"Kalau begitu, berangkatlah sekarang juga!" kata Bankiam hweecu sambil mengulapkan tangannya.
Ke empat dayang tersebut mengiakan ber-sama2
kemudian seperti empat gulung asap ringan berangkatlah mereka meninggalkan tempat tersebut.
Naga tua berekor botak memandang sekejap kearah Thi-lohan, lalu katanya tiba-tiba, "Bagaimana dengan hamba"
Apakah Kiamcu ada perintah lain"'
"Tunggu sebentar, kalian turut aku naik bersama-sama."
Naga tua berekor botak, Thi-lohan maupun Yu Seng bertiga cukup mengetahui betapa sempurnanya tenaga dalam maupun ilmu silat yang dimlliki ke empat dayang kiamcu mereka, kini kiamcu telah berkata begini, tentu saja mereka semua tak dapat berkata apa-apa lagi.
Selang beberapa saat kemudian. Ban-kiam hweecu baru menengok sekejap keadaan cuaca seraya berkata;
"Rasanya mereka sudah naik keatas bukit semua, ayo, kita pun harus berangkat!"
Selesai berkata, dia melejit lebih dulu menuju kearah puncak tebing itu.
Wi Tiong-hong, Naga tua berekor botak Thi-lohan serta Yu Seng serentak mengikut dibelakangnya.
Kali ini. Ban-kiam Hwaecu tidak lagi berusaha untuk menyembunyikan diri. dengan langkah lebar dia langsung berjalan menuju ke puncak tebing itu.
Biarpun ilmu meringankan tubuh yang mereka miliki kelima orang ini tidak terhitung lemah, walaupun gerakan tubuh mereka sewaktu melayang turun dipuncak tebing
seringan daun kering toh tak urung terdengar pula suara ujung baju yang terhembus angin.
Berbicara pada umumnya. suara seringan ini mustahil tidak dirasakan oleh Tok-seh siacu namun kenyataannya dia masih tetap mengelus jenggotnya sambil memandang ketempat kejauhan, berpaling pun tidak.
Tok-seh Siacu yang merajai dunia pesilatan dengan keganasan racunnya ternyata memang benar2 memiliki kewibawaan yang luar biasa.
Ban-kiam hweecu tak berani pandang enteng musuhnya ini. pelan-pelan dia berjalan sampai sejarak tiga kaki sebelum berhenti dengan sendirinya.
Pada umumnya, jika seseorang didekati maka paling tidak ia mesti berpaling, namun kenyataannya Tok-seh Siacu tetap duduk tak bergerak, menoleh pun tidak.
Tentu saja mustahil bahwa tidak mendengar suara langkah kaki mereka berlima, jadi satu2nya kesimpulan adalah orang itu memang tak memandang sebelah mata pun terhadap mereka.
Sikap Tok-seh siacu semakin tenang, gerak gerik Bankiam Hweecu semakin ber-hati2 dengan sorot mata yang tajam dia mulai awasi keadaan disekeliling sana dengan seksama.
"Sreeeet . . .!"
Tiba-tiba dari atas sebatang pohon di sebelah selatan tampak sebutir pasir lembut meluncur kedepan dan menghantam batang pohon tadi, menyusul kemudian dari arah barat utara dan timur masing2 meluncur datang pula sebutir batu kerikil.
Ban-kiam hweecu segera tersenyum, dia tahu Cho Kiu moay sekalian telah tiba dipuncak dan mengirim tanda rahasia.
Tiba-tiba Tok seh siacu mendongakkan kepalanya sambil menghembuskan napas panjang. namun matanya tetap memandang kearah kejauhan sana, terhadap musuh tangguh yang ada didepan mata dia berlagak seolah-olah dak mengetahuinya. mungkin dia masih belum tahu kalau orang yang munculkan diri tak lain adalah Ban-kiam Hweecu tokoh yang selama ini menjagoi dunia persilatan.
Lama kemudian Ban-kiam hweecu habis sudah
kesabarannya ia mendeham kemudian sambil
mendongakkan kepalanya menegur: "Kaukah Tok seh siacu?"
Kali ini Tok seh siacu tak dapat berlagak pilon terus.
pelan-pelan dia menarik kembali sinar matanya dan berpaling kearah Ban-kiam Hweecu, kemudian tegurnya dengan suara rendah:
"Siapakah kau?"
Setelah ia berpaling. semua orang baru dapat melihat jelas raut wajahnya dia memang bertampang dingin dan menyeramkan.
Diam-diam Wi Tiong-hong berpikir;
"Orang ini bertampang kaku dan sama sekali tiada perbahan apa pun, jangan2 ia mengenakan sejenis topeng kulit manusia untuk menutupi wajah aslinya?"
Dalam pada itu Ban-kian Hweecu telah meraba gagang pedangnya, mendadak ia berseru sambil tertawa nyaring:
"Dalam sekilas pandangan saja siaute dapat mengenali dirimu sebagai Siacu, masa Siacu tak mengenali siapakah aku?"
Tok Seh siacu segera mengawasi sekejap gagang pedang yang diraba Ban-kiam Hweecu, kemudian katanya dengan suara dalam:
"Anda membawa pedang berpita kuning emas jelas kaulah Ban-kiam Hweecu!?"
"Yaa, betul, memang siaute!"
"Selamat bersua!" paras muka Tok Seh-siacu masih tetap kaku dan sama sekali tak berperasaan.
Orang ini benar2 jumawa dan sombong, bukan saja tidak membalas menjura nada pembicaraannya pun tetap kaku dan amat tak sedap didengar.
Wakil congkoan pasukan Jago pedang berpita putih Yu Seng menjadi amat gusar, sambil tertawa dingin serunya:
"Benar-benar seorang manusia yang tak mengenal sopan santun, kalau toh pihak Tok seh-sia tidak memandang sebelah mata pun terhadap para enghiong di dunia ini, kenapa Ban-kiam hwee mesti memandang sebelah mata kepada pihak Tok seh sia."
Dengan sorot mata yang dingin bagaikan es, Tok seh siacu memandang sekejap kearah Yu Seng, kemudian menegur:
"Apa maksudmu berkata demikian ?"
"Aku bilang. kau sama sekali tidak mengerti adat kesopanan seorang manusia yang berpendidikan, memangnya aku salah berbicara?"
Tok seh siacu segera tertawa seram.
"Hmmm, kau memang tak salah, selama hidup aku tak pernah mau menghormat siapa saja, tahukah kau apa sebabnya ?"
Yu Seng tertawa terbahak-bahak:
"Haaahaa . . haaah...haaahh.. . aku tentu saja tahu, paling-paling katak dalam sumur. soknya bukan kepalang .
..!" Pelan-pelan Tok-seh siacu berkata.
"Seandainya aku membalas hormat, maka kalian Bankiam Hwee akan menjadi sebuah perkumpulan tanpa pemimpin ..."
Ban-kiam hweecu segera menyela:
"Sudah cukup lama kudengar nama besar anda, terutama kemampuan siacu dalam permainan racun, namun siaute sungguh tak percaya kalau dibilang aku tak mampu menghadapi gerak Siacu dalam membalas hormat, apa salahnya bila siacu segera membuktikannya ?"
"Kalau pun hendak dicoba, aku masih belum berkeinginan untuk dicobakan atas dirimu."
"Aku paling tak percaya dengan segala macam tahyul."
sela Yu Seng tiba-tiba, "bagaimana kalau dicobakan saja kepadaku?"
Tok seh siacu mendongakkan kepalanya dan bertanya kepada Ban-kiam Hweecu:
"Bagaimana maksud anda?"
Melihat keseriusan lawan dalam berbicara, tanpa terasa Ban-kiam Hweecu teringat pula dengan ucapan dari Sah Thian-yu, maka pikirnya kemudian, 'Andaikata apa yang dikatakan bukan cuma gertak sambal belaka. apakah aku
mesti mengorbankan selembar nyawa anak buahku hanya untuk menjadi kelinci percobaan belaka"'
Setelah sangsi beberapa saat, dia baru berkata:
"Siaute percaya masih mampu untuk menghadapi siacu!"
"Kiamcu adalah seorang yang terhormat," tukas Yu Seng cepat, "Bagaimana mungkin hendak menyerempet bahaya"
Bila ingin mencooa. biar aku saja yang menghadapinya."
Sambil tertawa seram Tok seh siacu segera berseru:
"Sebelum kau mencoba kemampuanku. paling tidak kau harus menyebutkan dulu siapa namamu?"
"Aku adalah wakil congkoan pasukan pedang berpita putih Yu Seng, cukup bukan?"
"Oooh, mungkin yang disebut orang sebagai Koan Jit Kiam (Pedang menembus matahari) Yu Seng" Sudah lama kudengar akan namamu." paras muka Tok seh siacu tetap dingin tanpa perasaan.
Begitu selesai berkata. ia benar-benar menjura dari tempat kejauhan.
Yu Seng tak berani berayal, baru saja sepasang tangan lawan melakukan gerakan menjura, dia turut menolakkan pula sepasang tangannya didepan dada.
Perlu diketahui, Yu Seng sebagai seorang wakil congkoan dari pasukan pedang berpita putih dari Ban-kiam hwee memiliki kepandaian silat yang luar biasa hebatnya.
dengan gerakan dorongan telapak tangannya itu, seketika itu juga terasa ada segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat meluncur ke depan.
Tapi pada saat yang bersamaan pula, mendadak tubuhnya mu'li gontai dan mundur sempoyongan, lalu tanpa mengeluarkan sedikit suara pun roboh keatas tanah.
Demonstrasi kepandaian yang dilakukan oleh Tok Seh siacu ini kontan saja menimbulkan kegemparan dikalangan jago-jago lainnya, seketika itu juga semua orang dibikin terkejut.
Buru-buru Ban-kiam hweecu membungkukan badannya sambil menegur: "Yuhu congkoan bagaimana keadaanmu?"
Yu Seng memejamkan matanya rapat-rapat tentu saja ia tak dapat berbicara lagi.
Buru-buru Wi Tiong-hong merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan Lou bun si, oleh sebab dipuncak tebing itu tiada air, maka dalam gelisahnya dia masukkan ujung pena Lau bun si tersebut kedalam mulut Yu Seng.
Ban-kiam hweecu segera bengkit berdiri, katanya kemudian:
"Harap siacu suka menghadiahkan obat penawar !"
"Biarpun obat penawarnya ada, sayang tidak berada disakuku." ujar Tok seh siacu dingin, "apalagi orang ini yang merelakan diri untuk mencoba kehebatan ilmu beracunku, jadi percuma saja untuk ditolong , . ."
Dengan kening berkerut Ban-kiam Hweecu tertawa dingin:
"Heeeh ., . haeeh . . haaahh .. . sekali pun siacu amat pandai menggunakan racun namun bila sampai benar-benar menggunakan aku, mungkin kau sendiri pun tak bisa turun dari bukit ini dengan selamat!"
"Aaah, belum tentu demikian" seru Tok seh siacu dengan suara amat hambar.
"Tahukah siacu bahwa empat penjuru sekeliling tempat ini sudah dijaga semua oleh anak buahku?" Berbicara
ssmpai disitu, mendadak ia bertepuk tangan sebanyak dua kali.
"Cring. ! Criing!"
Dari empat penjuru mendadak berkumandang suara gemerincingan nyaring, disusul kemudian empat jalur cahaya pedang bagaikan pelangi perak menembusi angkasa meluncur turun dari atas empat batang pohon disekitar sana.
Tatkala cahaya pedang sirap, muncullah empat orang gadis bertubuh ramping yang membawa pedang. mereka berempat menempati posisi yang berbeda dan persis mengurung Tok seh siacu ditengah arena.
Sambil tertawa dingin Ban-kiam hweecu segera berseru:
"Sekarang. asal kuturutkan perintah dan empat pedang melancarkan serangan bersama, coba pikir jarang ada manusia didunia ini yang mampu mematahkan ilmu Lian huan kiu kiam (Sembilan pedang berantai) dari perkumpulan Ban-kiam hwee!"
"Yaa. aku memang pernah dengar orang berkata kalau keempat dayang Ban-kiam Hwee memiliki serangkaian ilmu pedang yang disebut Kiu kiam hui thian (sembilan pedang terbang kelangit), merekakah orangnya?"
Sembari berkata, dia mengulapkan tangannya ke arah empat orang dayang tersebut.
Naga tua berekor botak To Sam seng yang paling menguasai teknik melepaskan obat pemabok menjadi terperanjat sekali setelah melihat kejadian tersebut, buru-buru bentaknya;
"Nona berempat. cepat mundur!"
Sayang terlambat, Cho Kiu moay berempat tidak sempat bersuara lagi dan serentak roboh terkapar ke atas tanah.
Tok seh siacu segera menuding pula kearah To Sam seng sambil berkata dengan tertawa.
"Eeeh. mengapa kau mesti cemas ?"
Buru-buru si Naga tua berekor botak berkelit ke kiri menghindar ke kanan lalu buru2 melompat mundur kebelakang.
Gerakan tubuh yang dipergunakan adalah Yu liong sam si (Naga sakti tiga mencuak) jenis ilmu gerakan tubuh yang biasanya dipakai untuk menghindari asap beracun atau obat pemabuk menyongsong datang dari arah depan.
Sayang sekali gerakan tubuhnya itu terlambat selangkah, baru saja tubuhnya meliuk untuk ketiga kalinya, ia sudah terjungkal dan roboh ke tanah.
Dalam waktu singkat ternyata Tok seh siacu dapat merobohkan lima orang jago lihay dengan racunnya.
peristiwa ini benar-benar menggemparkan,
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ban-kiam hweecu setelah menyaksikan kejadian ini, pergelangan tangannya diputar dan "Criiing!" serentetan bunyi nyaring bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu sebilah pedang yang bercahaya tajam telah memancar ke empat penjuru.
"Malam ini. kalau bukan kau yang tewas diujung pedangku, akulah yang tewas oleh racunmu!" bentaknya keras-keras.
Sambil membemtak pedangnya diangkat sejajar dengan dada. pandangannya tertuju ke ujung senjata dan menuding ke arah Tok seh siacu dengan langkah yang berat pelan-pelan ia maju ke depan.
Gerakan pedangnya ini tak lain adalah gerak serangan pedang terbang yang merupakan ilmu pedang tingkat tinggi, asal hawa murninya dikerahkan maka dimana cahaya pedang tersebut menyambar. tiada benda yang bisa membendungnya.
Setiap langkahnya dilalukan dengan amat lamban, sementara dari matanya memancarkan cahaya tajam yang sangat aneh, dibalik kegelapan malam, ujung pedang itu memercikkan cahaya yang tajam seperti kilatan cahaya perak. .
Namun pada saat itulah. sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dengan gerakan yang sangat cepat. sambil menampilkan diri orang itu berseru:
"Tunggu dulu Kiamcu, lebih baik aku saja yang menghadapi dirinya!"
Orang itu adalah Wi Tiong-hong, untuk bisa mendahului Ban-kiam hweecu, tangan kanannya masih menggenggam Lou bun-si dan tak sempat lagi meloloskan pedangnya.
Pada mulanya Tok seh siacu masih tergetar oleh pengaruh hawa pedang yang dipancarkan Ban-kiam hweecu sehingga ilmu jari beracunnya belum berani digunakan dengan sembarangan, tapi setelah melihat Wi Tiong-hong mendahului didepan Ban-kiam Hweecu, sudah terang tentu kesempatan tersebut tidak di-sia2kan dengan begitu saja.
"Enyah kau dari sini!" bentaknya keras-keras.
Jari tangannya segera dibacokkan kedepan mengancam tubuh Wi Tiong-hong, Wi Tiong-hong sama sekali tidak menyangka kalau lawannya bakal melancarkan sergapan kilat, padahal dia sedang menyerobot kedepan dan belum sempat berdiri tegak bayangkan saja bagaimana mungkin dia dapat menghindarkan diri"
Yaa, bagaimana mungkin pemuda itu bisa
menghindarkan diri dalam posisi tidak menguntungkan itu"
Padahal si naga tua berekor botak mempergunakan gerakan Hui liong sam ci saja tak sanggup meloloskan diri"
Keadaan semacam ini bukannya membuat pemuda itu keder. malahan amarahnya segera berkobar, tanpa berpikir panjang lagi senjata Lou bun sinya diangkat lalu disodokkan keujung jari tangan Tok-seh Sia cu yang sedang menerobos datang.
Tindakan yang sesungguhnya terdorong oleh gejolak emosi ini justru tanpa disadari merupakan tindakan yang paling tepat, biar pun ilmu jari beracun dari Tok seh siacu amat lihay, setelah bertemu dengan senjata pena Lou bun si yang justru merupakan tandingan dari pelbagai racun jahat menjadi mati kutunya. Hawa racun sama sekali tak berhasil mengembangkan diri kemana-mana.
Begitu tahu kalau serangan jari lawan tidak memberikan hasil, semangat Wi Tiong-hong makin berkobar, serunya sambil tertawa nyaring;
"Rupanya Tok seh siacu tidak lebih hanya seorang manusia yang bernama kosong belaka"
Bersamaan dengan seruan tersebut, tubuhnya menejang maju kemuka dan langsung menerkam tubuh Toh Seh siacu.
Agaknya Tok seh siacu sendiripun amat terkesiap setelah menyaksikan serangan jarinya menderita kegagalan total, buru-buru dia mundur selangkah, kemudian pergelangan tangannya digetarkan dan secara beruntun melepaskan dua serangan jari yang semuanya ditujukan kearah dua buah jalan darah penting ditubuh Wi Tiong-hong.
Tiba-tiba saja Wi Tiong-hong teringat kembali dengan jurus Hong-bong sam ciam (burung hong mengangguk tiga kali) dari Thi pit pangcu yang ditulis dalam kotak pena, seketika itu juga badannya balas menerjang kemuka, lalu secara beruntun dia melakukan tiga gerakan aneh yang menciptakan tiga bayangan pena dan langsung meluncur kedepan.
Tatkala ke tiga titik bayangan pena itu meluncur lewat.
dua diantaranya segera menyambut serangan jari tangan dari Tok seh siacu, sedangkan masih sisa setitik bayangan lainnya bagaikan anak panah yaag terlepas dari busurnya langsung menyergap jalan darah sim kan-hiat ditubuh Tok seh siacu.
Berbicara yang sebenarnya selama ini belum pernah serangan jari beracun dari Tok Seh siacu mengalami kegagalan total, menanti sadar akan datangnya bahaya, bayangan pena Wi Tiong-hong yang lolos dari penghadangan sudah menyambar dadanya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Buru-buru dia miringkan tubuhnya dan melejit ke arah samping.
Dengan cepat Wi Tiong-hong memutar badnnya, kaki turut maju mendesak, dengan gerakan Ci-jiu-poh liong (Tangan merah membelenggu naga) pada tangan kirinya ia cengkeram pergelangan tangan kiri Tok seh siacu yang membawa tongkat.
Gerak serangan yang dilakukan saat ini dikerjakan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir, baru saja Tok seh siacu menghindari tangan yang pertama dan belum sempat melancarkan serangan balasan, Wi Tiong-hong telah mendesak ke sisi tubuhnya dan tahu2 mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kirinya.
Bergetar keras sekujur badan Tok seh siacu buru-buru dia mengeposkan tangannya berusaha untuk meloloskan diri, namun usahanya tak pernah berhasil.
Dalam gelisah dan cemasnya. diapun berteriak keras;
"Kau. . kau. . .cepat lepaskan tanganku!"
Semenjak Wi Tiong-hong berhasil mencengkeram pergelangan tangan Tok seh siacu tadi, ia sudah mulai curiga. sebab pergelangan tangan orang itu kecil lagi lembut dan halus. jelas bukan bentuk tangan seorang laki-laki.
Baru saja dia tertegun, pihak lawan telah berteriak dengan suara yang merdu, lembut dan halus, seakan-akan berganti dengan orang yang lain bila dibandingkan suara dingin, kaku dan menyeramkan yang diperdengarkan tadi.
Dengan pengalaman yang cukup banyak diperolehnya sekarang, begitu tertegun maka sadalah anak muda tersebut, segera pikirnya kemudian,
'Oooh...rupanya Tok seh siacu adalah seorang wanita, hmm! Biarpun wanita, aku tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja!'


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berpikir demikian. dia sengaja membetot tangannya lebih keras lagi, kemudian setelah tertawa dingin ujarnya:
"Tidak sukar bila ingin kubebaskan dirimu, tapi begitu banyak orang sudah kau lukai dengan jari beracun pun aku mesti menggeledah sakumu lebih dulu. apakah ada obat penawarnya atau tidak?"
Sambil berkata, tangan kanannya bergerak kemuka seolah-olah hendak merogoh kedalam sakunya.
Menyaksikan keadaan ini Tok seh siacu menjadi amat gelisah, serunya dengan suara gemetar; "Kau, . . jangan. . , jangan... ."
"Kalau begitu lebih baik kau serahkan sendiri obat penawar racunmu itu."
"Obat penawar racunnya benar-benar tidak berada disaku ku, lagi pula. . ."
"Lagi pula kenapa?"
"Lagi pula orang-orang yang terkena Thian-tok-ci (ilmu jari langit beracun) ku ini bisa jadi sudah keracunan dan menemui ajalnya."
Mendengar jawaban tersebut, Wi Tiong-hong semakin bertambah gusar. jari tangannya bergerak dengan cepat dan secara beruntun menotok jalan darah panting pada sepasang tangannya, lalu menyeret orang itu menuju kehadapan Bankiam Hweecu.
"Kiamcu, bagaimana orang ini mesti diselesaikan?"
serunya. Ban-kiam Hweecu tersenyum, "Dalam sekali tindakan saudara Wi berhasil membekuk Tok seh siacu. boleh dibilang usaha kita pada malam ini berhasil mencapai kesuksesan!"
Dengan ilmu menyampaikan suaranya Wi Tiong-hong segera berbisik; "Bisa jadi orang ini bukan Tok seh siacu yang sesungguhnya."
Ban-kiam Hweecu manggut-manggut, dengan ilmu menyampaikan suara pula dia berbisik:
"Biar pun orang ini bukan Tok seh siacu pribadi. paling tidak pastilah orang kepercayaan yang berkedudukan penting disamping Tok-seh siacu."
Mendengar jawaban tersebut, Wi Tiong-hong malah tertegun dibuatnya, dia lantas berpikir. "Oooh. . rupanya dia pun sudah mengetahui akan hal ini!"
Maka ujarnya lagi kepada Ban-kiam hweecu dengan nada ragu: "Agaknya dia seperti seorang wanita."
"Benarkah itu?" Ban-kiam hweecu mendongakkan kepalanya sambil memandang ketempat kejauhan sana.
Melihat hal ini Wi Tiong-hong menjadi keheranan, pikirnya cepat: "Heran, apa yang sedang dia pikirkan?"
Selang berapa saat kemudian Ban kiam Hweecu baru pelan-pelan berkata:
"Tok seh siacu berambisi untuk merajai seluruh dunia persilatan, sudah cukup lama rencana ini dipendam dalam hatinya, bahkan perencanaan sudah berlangsung puluhan tahun, aku pikir gerakan pada malam ini adalah gerakan mereka yang pertama kalinya."
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia tutup mulut.
"Apakah Kiamcu telah terpikirkan sesuatu?" Wi Tionghong segera bertanya.
"Ia datang dengan jalan menyamar, ini berarti pasti ada rencana busuk dibalik kesemuanya itu. semakin kupikir rasanya hatiku semakin bertambah curiga."
"Ucapan kiamcu memang benar, akupun merasa tidak habis mengerti. . ."
Mendadak Ban-kiam hweecu berpaling, tanyanya kepada Thi-lohan Khong-beng hwesio.
"Taysu, parahkan racun yang mengeram ditubuh mereka?"
Rupanya dalam waktu singkat Thi-lohan lalu
mengangkut semua yang keracunan dan menjadikan satu.
Mendengar pertanyaan tersebut, buru-buru ia membungkukkan badan memberi hormat seraya berkata:
"Nona berempat serta saudara To telah jatuh tak sadarkan diri, nampaknya mereka memang keracunan hebat."
"Tok seh siacu telah bilang." sela Wi Tiong-hong, "racun yang bersarang ditubuh mereka berakibat dari Thian tok-ci, dengan cepat racun tersebut akan merenggut nyawa mereka."
"Kau tak usah kuatir." tiba-tiba Ban-kiam Hweecu berbisik, "mereka semua telah menelan cairan penawar racun dari Lou bun si, biar pun mereka sudah terluka oleh ilmu jari racun, untuk sementara waktu jiwa mereka tidak akan terancam mara bahaya."
"Dalam saku orang ini pasti terdapat obat penawar racunnya."
"Tidak mungkin berada disakunya." Ban-kiam Hwaecu menggelengkan kepalanya berulang kali, "Emmmm , .
.saudara Wi, coba kau buka topeng kulit manusianya dan kita tengok bagaimanakah raut wajah aslinya."
Wi Tiong-hong sudah tahu kalau Tok-seh siacu adalah hasil penyaruan dari seorang perempuan, mendengar perkataan tersebut dia menjadi sangsi.
Sambil tertawa ringan Ban-kiam Hweecu berkata lagi:
"Saudara Wi memang betul-betul seorang laki sejati, kalau toh kau beranggapan antara lelaki dan perempuan ada perbedaannya. biar aku saja yang turun tangan sendiri."
"Aaaah, kalau cuma urusan sekecil ini, mengapa mesti merepotkan Kiamcu sendiri." Dengan cepat dia menyambar jenggot putih Tok seh siacu yang terurai sepanjang dada itu, benar juga, dengan ditariknya jenggot itu maka terlepaslah selembar topeng kulit manusia yang tipis.
Dibawah sinar rembulan, tampak jelas kalau orang itu adalah seorang gadis muda yang berparas cantik.
Oleh karena jalan darahnya tertotok sekarang, maka selain tubuhnya tak mampu bergerak, mulutnya terbungkam dalam seribu bahasa, namun sepasang matanya yang tajam justru melototi wajah Wi Tiong-hong dengan penuh kebencian dan rasa gusar.
Wi Tiong-hong menghembuskan napas panjang, pelan-pelan katanya kemudian: "Kau ...ternyata... kau memang seorang wanita."
"Seorang tamu tak akan merepotkan dua orang tuan rumah, harap saudara wi suka membebaskan jalan darah bisunya, siaute ingin menanyakan sesuatu kepadanya." kata Ban-kiam Hweecu.
Terpaksa Wi Tiong-hong menurut dan menepuk bebas jalan darah bisunya.
Begitu totokannya bebas. si nona yang menyaru sebagai Tok seh siacu tadi segera berseru dengan penuh amarah:
"Jadi kau yang bernama Wi Tiong-hong?"
"Benar!"
Gadis itu mendengus gusar. "Bagus sekali!" serunya,
"suatu ketika kaupun akan terjatuh ke tanganku."
Sehabis berkata ia segera memejamkan matanya rapat-rapat.
"Biarpun terjatuh ke tangan nona, apa pula yang hendak kau lakukan?" sela Wi Tiong-hong sambil tertawa nyaring.
Legenda Kematian 7 Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Misteri Bayangan Setan 13
^