Golok Halilintar 11

Golok Halilintar Karya Khu Lung Bagian 11


lah, besok malam kita mengadakan perlawanan yang sungguh-sungguh!"
***** THIO SIN HOUW dan Cie Lan sudah berada dalam rumah
pemondokannya, dengan tak kurang suatu apa. Mereka
menyalakan lampu penerangan. Cie Lan memuji dan
mengagumi kepandaian Sin Houw tiada hentinya. Katanya.
"Sin-ko! Ciu suheng biasanya memuji-muji kepandaian
gurunya, Tetapi kurasa, kepandaian gurunya tak akan bisa
menandingi kepandaianmu." "Maksudmu, temanmu yang mengawal barang
perbekalan?" Sin Houw menegas.
"Ya." Cie Lan mengangguk, pipinya kelihatan agak
bersemu merah. "Siapa gurunya?" "Namanya Ciu suheng adalah Ciu San Bin," Cie Lan
menjelaskan. "Sedangkan gurunya adalah Tong-pit Thi-suipoa
Lauw Tong Seng, waktu mendengar julukannya Tong-pit atau
pit kuningan dan Thi-suopoa atau alat hitung besi, aku tertawa
692 karena merasa lucu..." Thio Sin Houw mengangguk. pikirnya didalam hati:
"Kalau begitu gurunya San Bin itu adalah kakak
seperguruanku yang tertua..." dan teringatlah Sin Houw
dengan penuturan gurunya selagi mereka masih berkumpul,
yang sempat memberitahukan nama-nama saudara-saudara
seperguruannya. Pada malam hari ketiga, Sin Houw meminta kepada Cie
Lan agar gadis itu menunggu saja ditempat pemondokan.
Seharian tadi, ia memikirkan tentang kemungkinankemungkinannya.
Rasanya, lebih baik apabila ia pergi
sendirian. Dengan demikian, perhatiannya tidak terbagi. Apabila
terancam bahaya, tak usah lagi ia memikirkan keselamatan
Cie Lan. Dilain pihak, Cie Lan menyadari kepandaian diri sendiri
yang belum ada artinya apabila dibandingkan dengan pihak
Ciu-liang pay. Kalau ikut pergi, malahan membuat susah Sin
Houw saja. Meskipun maksudnya hendak memberi bantuan,
kenyataannya jatuh sebaliknya, maka iapun tak membantah
permintaan Sin Houw agar menunggu ditempat pemondokan.
Thio Sin Houw menunggu sampai larut malam, setelah itu
ia minta diri kepada Cie Lan dan berangkatlah ia seorang diri,
seperti kemarin malam, ia mengambil jalan masuk lewat
dinding pagar, setelah berada didalam pekarangan - ia melihat
rumah tiada penerangannya sama sekali. suasananya sunyi
senyap tak ubah suatu pekuburan. Hati-hati ia mendekati
serambi depan dari samping. Tiba-tiba terdengar suara
seruling mengalun tinggi. 693 "Akh! itulah serulingnya Giok Cu, yang agaknya memberi
isyarat agar aku datang kepadanya." pikir Sin Houw didalam
hati. "Keluarganya licin dan ganas, tetapi Giok Cu masih
mengingat azas persahabatan." Dengan hati riang dan penuh rasa bersyukur, Thio Sin
Houw segera melompati tembok pagar mengarah datangnya
suara seruling, itulah bukit dengan dengan taman bunga dan
rumah pesanggrahannya, yang baru-baru ini pernah mereka
singgah dan bersenandung bersama. Segera ia mendaki tanjakan, dan nampaklah dua sosok
tubuh sedang duduk diserambi pesanggrahan. Mereka berdua
adalah wanita, Sin Houw berhenti dan memperhatikan,
terpaksa ia harus menunggu sampai bulan bersinar dari balik
gumpalan awan, Dan begitu sinarnya memancar ke bumi,
nampaklah seorang di antaranya sedang meniup seruling.
"Siapakah itu?" pikirnya di dalam hati, Lagu yang
dikumandangkan adalah lagu kesayangan Giok Cu, juga gaya
dan cara meniup seruling itu adalah gayanya Giok Cu, ia
menjadi heran dan curiga, lalu secara berhati-hati ia lantas
mendekati. "Sin koko!" seru wanita yang meniup seruling itu dengan
suara tertahan. Thio Sin Houw menjadi terpukau, itulah suara Giok Cu!
Tetapi mengapa seorang gadis" Apakah ia sedang menyamar
setelah berdiam sejenak, barulah ia membuka mulutnya:
"Kau ... kau ... bukankah ...?"
Giok Cu memutus perkataan Sin Houw dengan tertawa
geli, Katanya: "Mari! sebenarnya aku memang seorang wanita. sekian
694 lamanya aku telah menipu kau, Maafkanlah aku, Sin-koko,
Kau tidak marah, bukan?" Keterangan Giok Cu ini menambah keheranan Sin Houw,
ia benar-benar jadi terpaku dan merasa diri seakan-akan
berada dalam suatu impian aneh, Tetapi sedetik kemudian,
teringatlah dia akan kelakuan dan sepak terjang Giok Cu
perangai dan sifatnya memang perangai dan sifat seorang
perempuan. ia menjadi geli sendiri, dan rasa curiganya lenyap
seketika! Dengan mengenakan pakaian wanita, Giok Cu nampak
cantik luar biasa. Alisnya lentik, matanya jernih bening, pipinya
penuh, bibirnya tipis. Dan perawakan tubuhnya langsing
semampai. Melihat kesan demikian, Sin Houw tertawa geli
didalam hati. Pikirnya: "Dasar aku tolol! sampai seorang gadis saja tidak segera
kukenal." "Mari, Sin koko, Kuperkenalkan dengan ibuku. ibu ingin
bicara denganmu, kalau kau tidak keberatan." kata Giok Cu
menyambut tangan Sin Houw, Dan Sin Houw membiarkan
tangannya terbimbing, justru demikian, wajahnya terasa
menjadi panas, sambil berjalan menghampiri ibunya Giok Cu,
ia menarik tangannya perlahan-lahan. Giok Cu pun agaknya
tersadar. Dengan tersipu-sipu ia melepaskan genggaman
tangannya. "Su-bbuw, perkenalkan diriku .... Thio Sin Houw," kata Sin
Houw dengan suara agak kaku. Thio Sin Houw membungkuk hormat, dan ibunya Giok Cu
segera bangkit dari tempat duduknya. sahutnya:
"Anak, janganlah memakai adat-istiadat yang berlebihlebihan,
Duduklah." 695 Sin Houw mengamat-amati ibunya Giok Cu. Kedua
matanya merah seperti baru menangis. wajahnya kucal dan
tidak bersemangat. suatu tanda, bahwa wanita itu dalam
keadaan dukacita yang hebat. pikir Sin Houw didalam hati:
"Nyonya ini pada waktu mudanya telah kena diganggu
iblis. Kemudian lahiriah Giok Cu, Kalau begitu, iblis itu adalah
Gin-coa Long-kun. pantaslah keluarga Cio-liang pay benci luar
biasa terhadap Gin-coa Long-kun, Bahkan nampaknya
membenci nyonya ini pula, Tatkala Giok Cu menyebut Gin-coa
Long-kun sebagai ayahnya, dia telah dibentak.
Sebaliknya ketika mendengar kematian Gin-coa Long-kun,
nyonya ini lantas saja jatuh pingsan. itulah suatu tanda rasa
dukacita yang hebat! Kenapa diantara keluarga Cio-liang pay
terjadi suatu perpecahan" pastilah ada latar belakangnya yang
menarik. Mungkin pula menyangkut masalah hubungan antara
Gin-coa Long-kun dan nyonya ini. Akh, biar bagaimanapun, aku harus berusaha menghibur
nyonya ini." Setelah memperoleh keputusan demikian, ia menatap
wajah ibunya Giok Cu, Tetapi sekian lamanya, nyonya itu tetap
mengunci mulutnya, setelah menghela napas beberapa kali, ia
berkata memberanikan diri untuk meminta keterangan.
Tanyanya: "Benarkah dia telah wafat" Anak Sin Houw, apakah kau
melihatnya sendiri ?" Sin Houw tahu siapakah yang disebut itu, itulah pasti Gincoa
Long-kun, Dan ia memanggut. Nyonya itu menatapnya sejenak. pandang matanya
berbimbang-bimbang lalu berkata meyakinkan:
696 "Anak, kau adalah sahabatnya anak Giok Cu, Karena itu,
tak dapat aku bersikap seperti sekalian pamannya.
percayalah, aku tidak mempunyai rasa permusuhan
terhadapmu. Maka kuminta sudilah kau menceritakan
wafatnya dengan sebenar-benarnya,"
Bagaimana sifat dan perangai Gin-coa Long-kun,
sebenarnya masih gelap bagi Sin Houw, ia hanya mendengar
tutur kata kedua gurunya belaka. Menurut kata kedua gurunya,
sepak terjang Gin-coa Long-kun sangat aneh serta luar-biasa,
Dia boleh digolongkan menusia sesat dan tak sesat. itulah
perkataan yang penuh teka-teki. sebab penilaian terhadap
Gin-coa Long-kun tergantung pada manusia-manusia yang
pernah mengenalnya. Yang merasa dirugikan tentu saja akan mengutuknya
sebagai manusia iblis, sebaliknya yang merasa dilindungi,
memujanya sebagai juru selamat, Sin Houw pun mempunyai
pendapat sendiri. Kalau kedua gurunya yang dikenal
masyarakat sebagai manusia-manusia terkenal aneh
menyebut Gin-coa Long-kun berperangai luar biasa, maka
sudah dapat dibayangkan betapa hebat sepak terjangnya.
Akan tetapi, lepas dari persoalan buruk dan baiknya,
sesungguhnya Gin-coa Long-kun memang manusia luar biasa,
hal itu dapat dinilai dari warisan ilmu kepandaiannya. Kalau
bukan manusia yang memiliki otak cerdas luar biasa, mustahil
bisa menciptakan ragam ilmu kepandaian hebat bukan main,
Sin Houw mengagumi dengan diam-diam. Dan sejak
mempelajari kitab warisannya, ia mengakui Gin-coa Long-kun
sebagai gurunya yang ketiga didalam hati sanubarinya, itulah
sebabnya ia bersakit hati tatkala keluarga Cio-liang pay
menyebut dan memaki Gin-coa Long-kun sebagai bangsat.
Hanya karena belum mengetahui latar belakang
persoalannya, tak dapat ia mengadakan pembelaan, Benarkah
Gin-coa Long-kun seorang bajingan yang pantas dikutuk"
697 Kini ia mendengar suara ibunya Giok Cu yang lemah
lembut, Dia bersikap lain terhadap Gin-coa Long-kun, padahal
dia dikabarkan terusak masa gadisnya. Tetapi melihat
sikapnya pastilah cerita tentang dirinya adalah khabar isapan
jempol belaka. Maka ia memperoleh kesan lain terhadap Gincoa
Long-kun. Dan dengan kesan itu, ia memberikan jawaban
atas pertanyaan ibu nya Giok Cu. "Sebenarnya, belum pernah aku bertemu dengan
orangnya. Meskipun demikian perhitungan kami seperti guru
dan murid. Beliaulah guruku, karena ilmu kepandaianku ini
kuperoleh dari beliau - lebih baik aku menutup mulut mengenai
kematian beliau. sebab aku khawatir makamnya akan dirusak
oleh tangan-tangan jahat." Tiba-tiba ibunya Giok Cu roboh diatas kursinya. Giok Cu
melompat dan menggoncang-goncang tubuh ibunya, serunya
setengah meratap: "lbu ... ibu! Kuatkan hatimu... bukankah ibu ingin
mendengarkan keterangan tentang ayah yang sebenamya?"
Kira-kira sepuluh menit, ibunya Giok Cu roboh dan tak
sadarkan diri di atas kursinya, Dan setelah memperoleh
kesadarannya kembali, dia menangis sedih, Ratapnya:
"Delapanbelas tahun lamanya, aku menunggu, setiap hari,
setiap malam. setiap detik, senantiasa aku berharap dan
berdo'a bahwa pada suatu hari dia akan datang membawa aku
dan Giok Cu pergi dari rumah terkutuk ini. akhirnya ... dia
sendiri yang telah mendahului isteri dan anaknya, Dan kau ....
Giok Cu, anakku. Kau belum pernah melihat wajah ayahmu,
Tak bolehkah aku meratapinya?"
Sudah terlalu sering, Sin Houw melihat dan mengalami
kepiluan demikian. Tatkala ayah-ibunya dan kedua kakaknya
mati dan hilang, betapa sedih hatinya tak dapat terlukiskan
698 lagi. Karena itu, bisa ia menerima ratap tangis ibunya Giok Cu,
Tetapi adalah membahayakan, apabila membiarkannya dalam
keadaan demikian. Setidak-tidaknya kesehatannya akan
terancam bahaya. Katanya menghibur: "Su-bouw, sudahlah, jangan diper-turutkan rasa hati,
Akupun pernah merasakan kerisauan hati demikian.
seumpama aku tak dapat menolong diri, pada saat ini tiada
lagi Thio Sin Houw didalam dunia. suhu kini sudah tenteram
dialam baka, akulah yang mengubur tulang-tulangnya."
"Kau" Kau yang mengubur tulang-tulangnya?" ibunya Giok
Cu mengangkat kepalanya. Dan diantara tetesan air-matanya
nampaklah sepercik sinar tersembul diwajahnya, Katanya lagi:
"Oh, budimu sangat besar. Entah bagaimana caraku kelak
membalas budimu itu." Setelah berkata demikian, segera ia bangkit dari kursinya.
Terus saja ia membungkuk hormat dan bahkan hendak
berlutut. Keruan saja Sin Houw kaget bukan kepalang, Cepatcepat
ia mencegah. Tetapi ibunya Giok Cu tak mau mengerti,
katanya memberi perintah kepada anaknya:
"Giok Cu, hayo, Kau berlutut kepada anak Sin Houw!"
Dan sebelum Sin Houw dapat berbuat apa-apa, Giok Cu
tiba-tiba saja menjatuhkan diri dan berlutut di hadapan Sin
Houw, Cepat-cepat Sin Houw membangunkannya dan
membalas memberi hormat. setelah itu ia mempersilahkan
ibunya Giok Cu kembali duduk di kursinya.
Beberapa saat kemudian, ibunya Giok Cu sudah dapat
menguasai diri, ia nampak tenang kembali, lalu mengajukan
699 pertanyaan: "Apakah dia tidak menulis surat untuk kami berdua?"
Mendengar pertanyaan itu, Thio Sin Houw jadi teringat
dengan bunyi pesan Gin-coa Long-kun, ia harus mencari
seseorang yang bernama Shiu Shiu, dan ia diwajibkan
memberikan uang emas sebanyak seratus ribu keping.
Apakah ibunya Giok Cu ini yang bernama Shiu Shiu"
Menilik bunyi nama anaknya, Sin Houw jadi menebaknebak.
jumlah uang emas itu bukan main banyaknya,
siapapun akan mudah tergiur. Apakah Gin-coa Long-kun
binasa karena harta itu" ia pernah memeriksa peta
peninggalan Gin-coa Long-kun, namun tidak begitu menaruh


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perhatian, karena seringkali manusia mati dan tersesat oleh
harta benda. Dan sekarang pertanyaan ibunya Giok Cu seperti
menggugah ingatannya. Hati-hati ia minta ketegasan.
"Maaf, apakah su-bouw yang bernama Shiu Shiu?" ibunya
Giok Cu terkejut sekali. Wajahnya berubah, dan sahutnya dengan suara agak
menggeletar: "Benar, itulah nama kecilku. Dari manakah kau
mengetahui" siapa yang telah memberitahukan" Akh, ya.
pastilah kau mengetahui dari bunyi suratnya apakah suratnya
itu kini kau bawa?" Agak tegang keadaan ibunya Giok Cu yang menunggu
jawaban dari Sin Houw, pandang matanya seakan-akan tidak
berkedip. selagi ia menunggu jawaban, tiba-tiba Sin Houw
lompat melesat ke luar serambi. Tangannya menyambar kearah
gerombol bunga-bunga yang berada didekat tanjakan.
700 Giok Cu dan ibunya menjadi terkejut dan heran. Dengan
pandang penuh pertanyaan, mereka mengikuti gerakan Sin
Houw, Kenapa pemuda itu tiba-tiba melarikan diri" Tetapi
kemudian terdengarlah suara mengaduh dari balik gerombol
pohon bunga, dan muncullah Sin Houw dengan menggusur
seorang laki laki yang mati kutu, Dia dijatuhkan di lantai
didepan Giok Cu. "Hey, Cit-susiok!" seru Giok Cu heran dengan suara
tertahan. Ibunya Giok Cu segera mengenalnya pula, ia menarik
napas panjang, Kata-nya prihatin kepada Sin Houw:
"Bebaskan dia, anakku! Di sini tiada seorangpun yang
memandang kami berdua sebagai manusia berharga, karena
itu mereka dengan enak saja main selidik dan main mengintai
semua gerak gerik serta pembicaraan kami berdua."
Suara ibunya Giok Cu terdengar lesu dan patah semangat.
Sin Houw segera membebaskan tawanannya dari totokannya
dengan sebuah tepukan. Dan tawanan itu yang bernama Thio
Ceng Cit, memekik perlahan dan tersadar. Dengan Ceng Cit,
belum pernah Sin Houw mengadu kepandaian. Dia adalah
salah seorang anggauta keluarga Cio-liang pay yang tidak
hadir pada pertempuran kemarin. "Cit susiok!" tegur Giok Cu dengan bersungut, "Kami
sedang berbicara, kenapa susiok mengintai" Sama sekali Cit
susiok tidak menghargai martabatmu sendiri."
Sepasang mata Ceng Cit terbelalak, ia mendongkol namun
tak membuka mulutnya. Dengan berdiam diri, ia memutar
tubuhnya dan melangkah hendak meninggalkan serambi,
pengalamannya tadi menyadarkan dirinya, bahwa ia bukan
tandingan anak muda itu yang dapat mencekuknya dengan
sekali sambar. Namun setelah berada beberapa langkah diluar
701 serambi, ia menoleh dan berkata dengan sengit:
"Hey! Kalian yang seharusnya malu terhadap kami, karena
kau melahirkan seorang anak tanpa bapak. Huh! Kau
perempuan pandai mencuri laki-laki, Sekarang anak
perempuanmu kau ajari pula mencuri laki-laki."
Itu adalah suatu penghinaan besar terhadap Giok Cu
berdua. Maka dapat di mengerti, betapa tersinggung rasa
kehormatan ibunya Giok Cu dan anak gadis nya, Giok Cu
secara tiba-tiba bahkan telah menghunus pedangnya dan
melompat keluar serambi memburu pamannya, serunya
dengan suara penuh kebencian: "Kau bilang apa" Cit susiok, mulutmu kotor sekali!"
Thio Ceng Cit memutar tubuhnya dan berdiri tegak, siap
bertempur. Bentaknya: "Apa" Kau hendak melawan kami" Aku datang ke sini atas
perintah paman-pamanmu semua, tahu! Kau mau apa?"
"Jika susiok hendak berbicara dengan kami, bukankah
dapat menunggu esok hari dibawah matahari terang
benderang .,.?" Giok Cu balas membentak. , "Kenapa susiok
main selidik dan mengintai?" "Hemm!" dengus Ceng Cit, Kemudian tertawa mengejek.
"Kalian memasukkan orang hutan ke sini, sejarah lama akan
kalian ulangi lagi! Delapan belas tahun sudah nama
kehormatan keluarga Cio-liang pay merosot akibat perbuatan
ibu mu. Kau malu, tidak?" Giok Cu menjadi pucat mukanya. ia menoleh kepada
ibunya, berkata mengadu : "lbu, dengarkanlah perkataannya, pantaskah ucapan itu
keluar dari mulut seorang laki-laki yang kusebut paman?"
702 Thio Ceng Cit hendak membalas dengan ucapan sengit,
tetapi ibunya Giok Cu mendahului memanggil anaknya.
Katanya perlahan: "Giok Cu, jangan layani dia, Dan kau, Cit-ko, Kemarilah.
Aku ingin bicara denganmu." Ceng Cit mendengus lagi, lalu menghampiri dengan sikap
tinggi hati, Shiu Shiu tidak menghiraukan. Katanya kemudian:
"Kami ibu dan anak, sudah lama hidup menderita,
Meskipun demikian kami berdua wajib berterima kasih kepada
kalian semua saudara-saudaraku, sebab kami berdua masih
dibolehkan bertempat tinggal didalam lingkungan keluarga
Cio-liang pay. Tentang Lim Beng Cin, belum pernah aku
berbicara sepatah katapun kepada Giok Cu. Tetapi sekarang,
setelah ayahnya itu sudah meninggal dan selagi kalian
mengetahui semua peristiwanya, sudilah Cit-ko menolong aku,
menuturkan semua yang Cit-ko ketahui tentang Lim Beng Cin
kepada anakku Giok Cu dan Sin Houw, sudikah Cit-ko
meluluskan permintaanku ini?" "Mengapa aku yang harus menceritakan?" tanya Ceng Cit
dengan hati men-dongkol, "lnilah urusanmu, inilah perkaramu!
Maka kau sendirilah yang sebenarnya harus menceritakan
asal mulanya. Apakah karena merasa malu, sehingga kau
minta pertolonganku?" Chiu Shiu menarik napas, sejenak ia berdiam diri,
kemudian berkata: "Malu! Apa yang harus aku malukan ..." Kalau aku minta
pertolonganmu semata-mata karena Cit-ko adalah salah
seorang saksi yang pernah berhutang budi kepadanya.
Bukankah Beng Cin pernah menolong jiwamu" Hmm, apakah
didalam hatimu tiada lagi terdapat nilai-nilai budi seperti kalian
anggauta keluarga Cio-liang pay?"
703 Mendengar perkataan Chiu Shiu wajah Ceng Cit merah
padam, sahutnya dengan sengit: "Baiklah! Memang benar, ia pernah menolong jiwaku.
Tetapi kenapa dia sudi menolong jiwaku" Huh! seorang
bajingan seperti Lim Beng Cin mana mau menolong orang
tanpa perhitungan yang matang demi kepentingan diri sendiri
" Baiklah, biar aku ceritakan semuanya. Memang, kalau kau
yang bercerita sendiri, pastilah akan kau tambahi bumbubumbu
penyedap!" Setelah berkata demikian, Ceng Cit mengambil tempat
duduk. Kemudian mulailah dia berkata:
"Kau, saudara Sin Houw dan Giok Cu, dengarkanlah. Aku
akan mulai menceritakan mengenai seorang bajingan yang
bernama Lim Beng Cin. Biarlah aku ceritakan semuanya, agar
kalian bisa menilai dan mengetahui betapa jahatnya si
bajingan itu!" "Apa" Kau bilang bajingan" Jika kau memburuk-burukkan
ayah, tak sudi lagi aku mendengarkan semua perkataanmu l"
damprat Giok Cu, dan kedua telinganya lantas ditutupnya
rapat-rapat. "Giok Cu, dengarkan saja!" kata ibunya. "Ayahmu kini
sudah meninggal dunia. Meskipun ayahmu belum dapat di
katakan sebagai manusia baik, namun apabila dibandingkan
dengan keluarga Cio-liang pay - nilai budinya beratus kali lipat
lebih tinggi." "Hemm! jangan lupa, kaupun termasuk keluarga Cio-liang
pay." ujar "Thio Ceng Cit dengan tertawa menghina. Tetapi
Shiu Shiu bersikap dingin. sama sekali ia tidak mengacuhkan
ejekan kakaknya. Dan mulailah Ceng Cit bercerita:
704 "Peristiwa itu terjadi pada dua puluh tahun yang lalu, waktu
itu aku baru berumur duapuluh satu tahun. pekerjaanku
membantu susiok Thio Kan Jie mengawal barang dagangan
..." "Huhl Dagangan!" gerutu Giok Cu, "Katakan saja terusterang,
barang rampokan ...! Malu?" "Giok Cu, jangan usil!" tegur ibunya.
Wajah Ceng Cit menjadi merah padam, akan tetapi ia
berusaha menguasai diri dan meneruskan ceritanya:
"Pada suatu hari aku membantu susiok Thio Kan Jie
mengawal semacam barang di Yang-ciu. Pada malam kedua,
aku memperoleh kesempatan untuk bekerja diluar, tetapi aku
gagal ..." "Coba jelaskan, apakah yang susiok kerjakan pada waktu
itu." Giok Cu memutus dengan suara dingin.
Ceng Cit menjadi gusar. Dengan hati mendongkol, ia
berkata sengit: "Baik! Jadi aku harus bicara terus terang" Hem ... aku
bukannya kau, Aku seorang laki-laki. Kalau berani berbuat,
mengapa tidak berani menjelaskan" waktu itu, aku melihat
seorang gadis cantik sekali. Dialah puteri Ti-koan di Yang-ciu.
untuk mengharap bisa mempersunting gadis secantik itu,
adalah mustahil bagiku. Satu-satunya cara hanyalah
mendekapnya ditengah malam dan memperkosanya.
Demikianlah malam itu, aku memasuki kamarnya.
Diluar dugaan, gadis itu menolak kehendaku dengan
angkuh. Karena jengkel, ia kubunuh. Ternyata dia masih
berkesempatan untuk memekik, dan pekikannya terdengar
oleh para penjaga gedung Ti-koan. Aku terkepung rapat, Dan
merasa tidak sanggup menghadapi orang begitu banyak - aku
705 lantas menyerah..." Mendengar cerita Ceng Cit, bulu kuduk Sin Houw
merinding, ia heran cara Ceng Cit menceritakan perbuatannya
dengan enak saja, Sama sekali tak merasa malu atau
menyesal. Mengapa seorang seperti dia bisa kehilangan budi
pekertinya" "Aku dijebloskan dalam penjara." Ceng Cit meneruskan
ceritanya. "Tetapi aku tidak takut, paman Kan Jie adalah
seorang gagah yang berkepandaian tinggi . Tak ada
seorangpun didaerah kami yang bisa menandingi. Aku
percaya asal susiok mendengar kegagalanku ini, pasti ia bakal
datang menolong. Akan tetapi sepuluh hari sudah aku menunggu-nunggu,
susiok tidak juga muncul. sementara itu, surat keputusan
mengenai diriku telah datang, Aku diputuskan menjalankan
hukuman mati, didalam penjara Yang-ciu itu juga. Tatkala
orang penjaga penjara memberi khabar kepadaku tentang
keputusan itu, barulah aku merasa takut ..."
"Hmm! Aku kira susiok tidak mengenal rasa takut!" ejek
Giok Cu. Ceng Cit tidak menggubris ejekan keponakannya itu, ia
meneruskan ceri-tanya: "Tiga hari kemudian, kepala penjara datang menjenguk
kamar tempat aku ditahan dengan membawa nampan berisi
makanan dan arak, Aku tahu artinya. Esok pagi, aku harus
menjalankan hukumanku, Aku tahu, semua orang pasti bakal
mati, semua sama, akan tetapi cara mati itulah yang
menakutkan diriku. Akupun masih sayang kepada diriku
sendiri, aku masih muda dan merasa belum puas mereguk
kesenangan. Namun, aku berusaha menguatkan dan mengeraskan
706 hatiku. Makan dan minuman keras itu, aku sapu habis.
Kemudian aku menidurkan diri, Tepat pada tengah malam,
aku tersadar oleh tepukan perlahan pada pundakku. segera
aku bangkit, dan terdengarlah bisikan ditelingaku:
"Sst! jangan bersuara. Aku akan menolong jiwamu!"
"Setelah berbisik demikian, ia menabas belenggu kaki dan
tanganku dengan pedangnya. Alangkah tajam pedangnya.
Dengan sekali tabas saja belenggu besi yang menelikung
diriku terpapas putus. Setelah itu, ia menarik tanganku, dan aku diajak keluar
penjara. sebentar saja, kami berdua telah tiba di luar kota dan
berhenti disebuah surau. Selama diajak lari, aku menurut saja, Memang tak dapat
aku berbuat apapun, selain menurut, Bukan main pesat
larinya. Tenaganyapun besar pula, sehingga tak dapat aku
melepaskan diri dari tekanan tangannya, Tetapi karena ditarik,
aku tidak terlalu lelah. Sesampai di surau itu, napasku tidak
memburu, ia melepaskan genggamannya, kemudian
menyalakan sebuah lilin, setelah cahaya menyibakkan
kegelapan malam, barulah aku dapat melihat wajahnya
dengan jelas. Diluar dugaanku, ternyata dia seorang pemuda yang
sebaya dengan usiaku, tadinya kukira seorang tua yang sudah
berusia lanjut, menilik ilmu kepandaiannya yang sangat.Tinggi
perawakan tubuhnya tegap, wajahnya tampan luar biasa.
Dikemudian hari, ternyata ia baru berumur duapuluh tahun."
Berkata demikian, ia menyiratkan pandang kepada Shiu
Shiu bergantian untuk mencari kesan. setelah itu, ia
melanjutkan ceritanya lagi: "Segera aku memberi hormat kepada pemuda itu sambil
707 menyatakan rasa terima kasihku, Hmm. Ternyata dia seorang
pemuda yang angkuh dan kepala besar, Sama sekali dia tidak
membalas hormatku. Katanya dengan singkat:
"Aku bernama Lim Beng Cin, Apakah kau salah seorang
keluarga Cie-liong pay?" "Aku memanggut. Dalam pada itu, aku memperoleh
kesempatan untuk memperhatikan pedangnya yang dapat
menabas rantai belengguku dengan mudah. itulah sebatang
pedang berwarna hitam, Anehnya, ujungnya terpecah menjadi
dua semacam mulut ular." Thio Sin Houw diam-diam bersenyum, katanya didalam
hati: "Itulah pedang Gin-coa kiam!"
Ia bersikap membungkam mulut dan membiarkan Ceng Cit


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melanjutkan ceritanya, Berkatalah orang itu:
"Kutanyakan tempat tinggalnya, akan tetapi ia menjawab
dengan suara menggerutu. Katanya: "Hm, Perlu apa kau
ketahui. Betapapun juga, dikemudian hari kau tidak akan
merasa berterima kasih kepadaku."
Mendengar ucapan itu, aku jadi sangat heran. Pikirku ia
telah menolong jiwaku, untuk seumur hidup, pastilah aku akan
selalu mengingat budinya, Agaknya ia mengerti jalan
pikiranku, Katanya lagi: "Aku menolong jiwamu, demi
kepentingan pamanmu yang ke enam, Thio Kan Jie! Kau
ikutlah aku!" "Dengan hati menebak-nebak, aku ikuti dia, ia membawa
diriku ke tepi sungai Yang-ho. Dengan menutup mulut ia
melompat keatas sebuah perahu, dan aku mengikuti
dibelakangnya, Dengan suara pendek ia memberi perintah
kepada tukang perahu, agar berangkat mengarah ketimur.
708 Aku jadi berlega hati, karena perjalanan itu mendekati jalan
lintang yang menuju kemari. Artinya aku tak usah takut lagi
kepada tentara negeri yang berusaha mengejarku.
Lim Beng Cin mengeluarkan sebentuk senjata dari dalam
sakunya, senjata itu mirip sebuah cempuling pendek, itulah
senjata andalan Liok susiok. Dan melihat senjata andalannya
itu aku jadi bertambah heran. Biasanya tak pernah Liok susiok
berpisah dari senjatanya, kenapa senjatanya berada di tangan
penolongku" "Semua pamanmu adalah sahabat-sahabat karibku !" kata
Lim Beng Cin, diantara suara tawanya, ia tertawa beberapa
kali lagi, Tiba-tiba pandang matanya berubah menjadi bengis.
Entah apa sebabnya, aku dihinggapi perasaan kaget dan
takut. "Didalam gubuk itu, terdapat sebuah peti." katanya lagi,
"Aku menghendaki agar kau membawanya pulang. Kau
serahkan suratku ini kepada ayahmu dan sekalian pamanmu!"
"Dengan berdiam diri, aku mengikuti arah telunjuknya,
Didalam gubuk, kulihat sebuah peti besar yang tertutup rapat
sekali. Kecuali dilibat dengan ikatan tali, terpaku pula.
"Kau harus membawa peti ini pulang secepatnya. jangan
kau singgah di manapun juga!" ia berkata. "Peti ini harus
dibuka oleh tangan ayahmu sendiri !"
"Aku mengangguk, dan ia memberi pesan:
"Sebulan lagi aku akan datang ber kunjung ke rumahmu,
Berilah kabar kepada ayahmu dan semua pamanmu yang kau
hormati, agar menyambut kedatanganku dengan baik!"
"ltulah ucapan yang tak keruan juntrungnya, Meskipun
demikian, aku tanggapi dengan hati lega. setelah ia memberi
709 pesan demikian, sekonyong konyong ia menyambar galah
penggayuh dan dengan sekali menancapkan penggayuh di
atas permukaan air, ia melompat tinggi diudara dan mendarat
ditebing sungai dengan selamat."
"Bagus!" seru Giok Cu tanpa merasa.
"Hmm!" dengus Kan Jie dengan mendongkol. Dan tiba-tiba
ia meludahi lantai serambi. "Bajingan itu memang gesit dan
tenaganya besar luar biasa. Tetapi gerak-geriknya benarbenar
sukar kuduga, Barangkali ia keturunan malaikat
terkutuk." Tak usah dikatakan lagi, ucapannya membersit dari hati
yang mendongkol. Tetapi baik Shiu Shiu maupun Giok Cu,
bersikap acuh tak acuh, Mereka seolah-olah tidak mengetahui
keadaan hati Ceng Cit, "Waktu itu, kupandang dia sebagai penolongku." Ceng Cit
meneruskan ceritanya . "Melihat pandang matanya yang tajam
dan bengis, rupanya dia sangat membenci aku, Meskipun
demikian, aku tak mau percaya kepada penglihatanku sendiri.
Mungkin sekali memang demikian perangainya. sebab
biasanya, seseorang yang berkepandaian tinggi mempunyai
kelakuan yang aneh. Karena itu, aku tidak terusik oleh pandang matanya yang
bengis, setelah mendarat segera aku membawa peti besar itu
pulang. Se-panjang jalan aku sibuk menduga-duga, tentang
peti yang kupanggul di atas pundakku. Alangkah beratnya!
pastilah isinya emas, atau perak, atau mungkin permata yang
tak ternilai harganya . Tentunya, inilah harta benda berkat
usaha Liok susiok. Aku percaya pula, bahwa semua paman
dan ayahku akan menyambut kedatanganku dengan girang.
Dan pastilah mereka akan memberi sebagian harta itu
kepadaku sebagai hadiah, dan karena keyakinan itu, aku jadi
bersemangat dan girang bukan kepalang. ternyata dugaanku
710 tidak meleset sama sekali. Ayah dan sekalian pamanku
memuji diriku setinggi langit. Kata mereka, baru pertama kali
aku keluar rumah, namun sudah memperoleh hasil yang tidak
tercela." "Siapa bilang, paman tercela..?" potong Giok Cu dengan
suara mengejek. "setelah membunuh seorang gadis remaja -
kau pulang dengan membawa sebuah peti besar. Mustahil
kalau paman bukan kekasih malaikat."
"Giok Cu, diam!" tegur ibunya. "Dengarkan cerita
pamanmu baik-baik." Ceng Cit sendiri tidak melayani ucapan keponakannya, ia
melanjutkan ceritanya: "Malam itu kami berkumpul di pa-seban, Ayah menyuruh
kami semua menyalakan penerangan sebesar-besarnya.
setelah itu, empat orang pelayan menggotong peti besar itu
dan ditempatkan di tengah-tengah ruangan. Ayah duduk
dengan didampingi oleh empat isterinya.
Dengan satu isyarat mata, segera aku melepaskan ikatan
tali yang melibat peti besar itu, setelah itu, semua pakunya
kucabuti seluruhnya. "Masih segar dalam ingatanku, ketika aku mencabuti pakupaku
itu, paman tertawa geli, Katanya diantara ter-tawanya:
"Sebenarnya, gadis manakah yang memikat Kan Jie sehingga
ia jadi lupa daratan" Dia hanya menyuruh seorang bocah
membawa pulang petinya, Mari! Mari kita lihat mustika apakah
yang dikirimkan pulang ini!" "Segera aku membuka tutup peti, dan aku menemukan
sepucuk sampul yang bunyinya begini: Dipersembahkan
kepada seluruh keluarga Cio-liang pay."
711 Indah bentuk huruf-hurufnya. Terang sekali, bukan tulisan
Liok susiok. Maka surat itu kuserahkan kepada paman tertua."
"Kau maksudkan Kan Cing susiok?" potong Shiu Shiu.
Ceng Cit manggut membenarkan dan meneruskan
ceritanya: "Toa susiok menerima surat itu, akan tetapi ia tidak segera
membukanya untuk dibaca. sebaliknya ia memberi perintah
kepada isterinya Liok susiok, agar membuka bungkusan
terlebih dahulu yang berada didalam peti besar. Bungkusan itu
terjahit rapih, Kata Toa susiok kepada Cit subo:
"Silahkan kau menggunting semua benangnya."
Heran aku mendengar perintah Toa susiok. Kenapa dia
perlu bertindak begitu cermat" sementara itu Cit-subo
mengambil gunting. Dan setelah menggunting benang-benang
pengikat, dengan kedua tangannya ia membawa bungkusan
itu kepada Toa susiok. "Mari kita lihat apa isinya!" kata Toa susiok sambil
menjengukkan kepalanya. "Temyata isi peti itu adalah mayatnya Liok susiok!" kata
Ceng Cit. "Dengan cekatan, Liok subo membuka tutup bungkusan.
Tiba-tiba menyambarlah delapan atau sembilan anak panah
dari dalam bungkusan..." Giok Cu kaget sampai memekik ketika mendengar
peristiwa itu, sebaliknya Sin Houw sama sekali tidak heran.
Teringatlah dia, akan pengalamannya di dalam goa dulu, itulah
kepandaian dan ciri Gin-coa Long-kun membuat jebakan.
"Syukurlah, aku tidak terburu napsu." kata Ceng Cit memuji
712 diri sendiri . "seumpama terburu napsu, dengan membuka
bungkusan itu, maka akulah yang akan mati terjengkang,
sebab sembilan batang anak panah itu terbagi dalam dua
jurusan, yang empat batang langsung membenam di dada
Liok subo, dan yang lima batang lagi menembus perut Toa
susiok. Hebat racun anak panah itu - hampir berbareng,
mereka berdua roboh ke lantai tanpa bersuara. Darah yang
mengalir berubah menjadi hitam. Dan mereka berdua mati
tiada berkutik lagi ..." berkata demikian, Ceng Cit menoleh
kepada Giok Cu. Katanya dengan suara mengandung dendam
dan ejekan: "Itulah perbuatan ayahmu. Bagus, bukan" Hemm... dan
gemparlah seluruh ruangan. Jie susiok dan Sam susiok
serentak mengawasi aku. Mereka menduga buruk diriku, dan
memerintahkan aku membuka bungkusan besar itu, Dengan
terpaksa aku mematuhi perintah itu.
Namun tak berani aku menghampiri atau mencoba meraba
bungkusan besar itu, aku berdiri jauh-jauh dan membuka
penutup bungkusan dengan menggunakan gala bambu.
Ternyata kali ini tiada sebatang anak panahpun yang
menyambar. Dan, tahukah kalian apakah isi bungkusan itu?"
"Apa isinya?" Giok Cu balas menanya.
Tiba-tiba wajah muka. Thio Ceng Cit menjadi merah
padam, nampak sangat bengis. Dengan suara nyaring ia
memekik: "ltulah mayatnya Liok susiok!"
Giok Cu terkejut, Parasnya pucat. itulah berita yang sama
sekali tak di duganya. Dan melihat kepucatan wajah Giok Cu,
ibunya merangkulnya. Dan beberapa saat lamanya mereka
berdua berdiam diri. "Nah, kejam tidak perbuatan itu?" seru Ceng Cit.
713 "Sebenarnya, sudahlah cukup dengan membunuhnya saja,
Mengapa perlu membungkus mayat Liok susiok demikian rapi
untuk dikirimkan pulang kehadapan sekalian keluarga Cioliang
pay" Kenapa" Coba jawab!"
"Benarkah kau tidak dapat menjawab pertanyaanmu
sendiri?" jawab Shiu Shiu, "Benar-benarkah kau tidak
mengetahui apa sebabnya ia sampai berbuat demikian
terhadap keluarga Cio-liang pay?"
Ceng Cit mendengus. Air mukanya berubah merah padam
lagi, akhirnya ia berkata: "Anggap saja aku memang tidak mengetahui. Dan kau
yang maha tahu, coba jawab pertanyaanku itu!"
Shiu Shiu melemparkan pandang ke udara bebas yang
penuh dengan bintang-bintang dan sinar bulan. Hatinya
nampak tertawan, dan lambat-lambat ia meruntuhkan
pandangnya kepada alam sekitarnya. Kemudian kepada Giok
Cu. sambil membelai rambut anaknya, ia berkata:
"Sekarang, biarlah aku yang meneruskan cerita pamanmu.
waktu itu, umurku satu tahun lebih tua dari usiamu sekarang.
Akan tetapi sifatku masih kekanak-kanakan. Aku kosong dari
segala masalah hidup, seluruh keluarga memanjakan diriku.
segala permintaanku pasti dikabulkan,
Tetapi kutahu, seluruh anggauta keluarga Cio-liang pay
adalah sekumpulan manusia-manusia jahat, semua bentuk
kejahatan pernah mereka lakukan. Karena itu, aku tidak
senang terhadap mereka. itulah sebabnya , sama sekali aku
tidak bersedih hati tatkala melihat jenazah Liok susiok, aku
hanya heran. Kukenal ilmu kepandaian Liok susiok. Dialah
yang tertinggi diantara saudara-saudaranya, bagaimana dia
dapat dibinasakan" Aku bersembunyi dibelakang punggung
ibu, tak berani aku berbicara sepatah katapun. Ayah
714 mengambil surat yang berada ditangan Toa susiok, beginilah
bunyinya: "Kukirimkan mayat saudaramu ke sini, terimalah dengan
rasa syukur! Dia memperkosa kakak perempuanku, kemudian
dibunuhnya. Dia pun membunuh ayah-bunda dan dua kakakku
lagi, Jadi semuanya lima orang, yang hidup tinggal aku
seorang diri, karena kebetulan dapat meloloskan diri, Dan
hiduplah aku sebatang kara dari tempat ke tempat. Kini,
barulah aku muncul kembali dalam pergaulan.
Hutang darah harus terbayar Aku harus menuntut balas
sepuluh kali lipat. Dan hatiku baru puas, Karena keluarga Cioliang
pay hutang lima jiwa, maka aku harus membunuh lima
puluh jiwa dan memperkosa sepuluh anggauta wanitanya,
Karena itu, bersiagalah! "Peristiwa itu merupakan lembaran sejarah hidupku yang
baru, sehingga bunyi surat Lim Beng Cin yang
menggemparkan terukir kuat dalam ingatanku. selama hayat
masih dikandung badan takkan tercicir walau sepatah katanya
pun..." Sin Houw jadi teringat nasib sendiri. Kalau begitu jalan
hidup Gin-coa Long-kun sama dengan sejarah hidupnya.
Diapun kehilangan ayah-bunda dan dua saudarasekandung.
"Cit-ko, benar tidak perbuatannya Liok susiok" Dia
membunuh seluruh keluarga Lim Beng Cin atau tidak?" kata
Shiu Shiu kepada Ceng Cit. Ceng Cit tidak menjawab. ia hanya memanggut. Tetapi
setelah memanggut, tiba-tiba meledak:
"Kami semua hidup sebagai laki-laki, Merampas,
merampok, membakar rumah atau membunuh adalah
715 pekerjaan laki laki, Kenapa aku harus memungkiri perbuatan
Liok susiok" ia melihat gadis cantik, hatinya tertambat tetapi
gadis itu mungkin tak mau mengerti pastilah dia menolak
ajakan Liok susiok yang bermaksud baik. Dia menyakiti hati
Liok susiok, sebelum diperkosanya, Kalau Liok susiok sampai
membunuhnya, itulah sudah semestinya."
"Kenapa yang lain-lain dibunuhnya pula?" damprat Shiu
Shiu, "Kau anak kemarin sore, tahu apa?" Ceng Cit setengah
memaki. "ltulah justru merupakan suatu bukti, bahwa Liok
susiok terlalu disakiti hatinya."
"Eh, enak saja susiok berkata begitu." gerutu Giok Cu,
"Sesudah memperkosa, lantas main bunuh!"
"ltulah laki-laki!" sahut Ceng Cit dengan suara gagah.
Kemudian ia menyambung cerita Shiu Shiu:
"Setelah membaca suratnya Lim Beng Cin, ayah tertawa
berkakakan, Kata ayah: "Jadi, dia hendak datang ke sini..."


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagus! Dengan begitu, kita tidak perlu bersusah-payah
mencarinya?" Dan pada hari itu juga, ayah mulai bersiap siap.
Ayah cermat sekali. Pada malam hari, seluruh keluarga
diwajibkan berjaga dengan bergantian. Malah pada hari
berikutnya ayah perlu memanggil kedua pamanku lagi yang
berada di lain tempat. "Kedua susiok itu, yakni Cit susiok dan Pat susiok,
sebenarnya mereka berdua merupakan orang-orang sakti
yang tiada bandingnya di dunia ini." Ceng Cit menyambung
dengan suara bangga. "Tetapi Lim Beng Cin benar-benar tak
ubah iblis. Entah bagaimana caranya ia bisa mengetahui
maksud ayah memanggil kedua pamanku itu, Tiba-tiba saja
dua orang utusan ayah, disergapnya di tengah jalan dan
dibunuhnya. 716 Dan sejak itu, ia muncul seperti malaikat dan menghilang
seperti iblis. Setiap malam ia masuk ke dalam rumah kami dan
mula-mula mencuri lima puluh batang arit dan dengan arit itu
ia membunuhi keluarga kami. Kadang-kadang satu malam
sampai sepuluh orang. Mereka mati dengan dada membenam
arit, Maka tahulah kami, apa sebab ia mencuri lima puluh arit
itu. Rupanya ia hendak membuktikan ancamannya, bahwa ia
perlu menbunuh limapuluh orang keluarga kami demi
memuaskan hatinya. Dan sebelum limapuluh orang terbunuh
ditangannya, ia tak akan berhenti mengancam kedamaian
hidup kami." "Jumlah seluruh keluarga Cio liang pay lebih dari seratus
orang, Masakan tak dapat melawan seorang saja?" kata Giok
Cu. "Soalnya, dia tak pernah memperlihatkan diri." sahut Ceng
Cit, "Dia main sembunyi seperti iblis, gerak-geriknya tak ubah
seekor kucing mengintai sarang tikus. ia menunggu dan
menerkam korbannya apabila kebetulan memencil, Keruan
saja, ayah gusar bukan kepalang. Dalam kesibukannya, ayah mengundang belasan
pendekar pada setiap malamnya, dengan dalih sedang
mengadakan pesta. Dengan begitu, setiap malam kami
mengadakan pesta makan minum, Berapa banyak harta yang
telah dihamburkan, sudah tak terpikirkan lagi, Ayahpun
menyebarkan surat-surat pengumuman untuk menantang Lim
Beng Cin bertempur dengan terang-terangan agar
memperoleh keputusan. Akan tetapi Lim Beng Cin membuta dan tuli, sama sekali ia
tak menggubris tantangan ayah, Karena itu satu-satunya jalan
hanyalah mengundang para pendekar sebanyak banyaknya
717 dengan melalui pesta pora, Dan agaknya Lim Beng Cin takut
melihat hadirnya demikian banyak pendekar.
Setengah tahun lamanya, ia tidak pernah muncul lagi, dan
para pendekar undangan ayahpun mulai berpamit pulang
seorang demi seorang. "Tetapi begitu rumah kediaman kami kembali sunyi sepi,
kakak kami yang tertua, dan dua orang saudara sepupu kami
terdapat mati didalam kamarnya. Dan keesokan harinya, tiga
kemenakan kami, mati tenggelam didalam kolam, Di tubuh
mereka masing-masing membenam sebatang arit, Benarbenar
bajingan itu pandai menguasai diri. ia bisa menunggu
kesempatan dengan sabar sampai setengah tahun lamanya.
Dan sejak itu, setiap sepuluh hari sekali pasti ada seorang
diantara kami yang jadi korban balas dendam Lim Beng Cin.
"Tukang peti mati sampai kehabisan persediaan. Maka
terpaksalah kami membeli peti-peti mati dari luar kota. Tentu
saja, kami kabarkan bahwa di dusun kami sedang terserang
penyakit menular yang dahsyat. Dan untuk mengakali
penduduk, ayah perlu membuat selamatan yang maksudnya
untuk mengusir setan penyakit menular itu!"
"Waktu itu, seluruh dusun gempar karena rasa takut." Shiu
Shiu ganti bercerita. "Betapa ayah berusaha untuk menutupi
kejadian yang sebenarnya namun lambat laun tersiar juga.
seketika itu juga, penduduk lantas pada mengungsi kedesadesa
terdekat. Dengan demikian, ayah tidak mempunyai
pengharapan lagi untuk bisa memperoleh tenaga peronda.
Dan terpaksalah anggauta keluarga meronda dan berjagajaga
diri pada siang dan malam hari secara bergiliran seperti
dahulu. Anggauta anggauta wanita dan kanak-kanak
disembunyikan didalam rumah tertentu yang di jaga rapat.
Kami tidak diperkenankan meninggalkan pintu rumah
selangkahpun. 718 "Meskipun demikian, pada suatu malam dua iparku lenyap
tak keruan." sambung Ceng Cit dengan gigi bercatrukan.
"Kami semua menduga bahwa kedua iparku itu pasti telah
mati di tangan si bajingan. Eh, diluar dugaan selang satu
setengah bulan, mereka berdua mengirim surat dari kota
Yang-ciu. Ternyata mereka berdua telah dijual oleh si bajingan
kepada tengkulak perempuan, tegasnya, mereka harus
melayani tetamu laki-laki tiap malam dua puluh tetamu.
Dapat dibayangkan betapa menderita kedua kakak iparku
itu. Mereka disekap setiap harinya ..."
Mendengar tutur kata Ceng Cit hati Sin Houw jadi bergidik.
pikirnya didalam hati: "Hebat cara pembalasan dendam Gin-coa Long-kun,
Memang, ia harus membalaskan sakit hati ayah bunda dan
ketiga kakaknya. Akan tetapi penyebabnya sudah kena
dibinasakan, seharusnya tak perlu lagi ia merajalela begitu
mengerikan ." Sambil menghela napas, Ceng It melanjutkan ceritanya:
"Kedua kakakku mendongkol bukan main mendengar
berita itu, oleh rasa mendongkol dan sakit hati, mereka berdua
sampai jatuh pingsan. Ayah tak dapat berbuat suatu apa
kecuali mengirimkan uang tebusan kepada tengkulak
perempuan tersebut, agar membebaskan kedua menantunya.
"Dua tahun lamanya kami dirusak kedamaian hati kami.
Dan yang membuat kami mendongkol, setiap tiga bulan sekali,
ia mengirimkan surat perhitungan dan peringatan seakan-akan
kami mempunyai hutang yang wajib kami bayar.
Dalam waktu dua tahun itu, sudah berjumlah empatpuluh
tiga orang, Dengan begitu, dia masih menagih tujuh jiwa lagi .
"Kami keluarga Cio-liang pay biasanya malang melintang
719 tanpa tandingan sejak puluhan tahun yang lalu, Baik penduduk
maupun penguasa setempat tak berani mengganggu gugat
sepak terjang kami. Tetapi sekarang, kami dipermainkan oleh seorang lawan
saja yang benar-benar bisa membuat hati kami sedih, lelah
dan gelisah. Menuruti hati, kami ingin menuntut balas pula
secepat cepatnya agar memperoleh penyelesaian.
Akan tetapi bangsat Lim Beng Cin adalah seorang musuh
yang sangat licin dan gagah. Ayah dan beberapa paman kami,
pernah bertempur seorang demi seorang. Ternyata mereka
bukan tandingan Lim Beng Cin yang memang berkepandaian
tinggi luar biasa. "Kami semua jadi putus asa. Rasanya, tiada sesuatu yang
dapat kami lakukan, kecuali menunggu datangnya maut,
akhirnya kami bersepakat untuk membuat pembelaan diri
dengan cara bergabung. Akan tetapi asal kami sudah bersiaga
dan membuat penjagaan rapat, ia tak pernah muncul sampai
berbulan bulan lamanya. sebaliknya, bilamana lalai sedikit
saja, tiba-tiba ia muncul kembali dan membunuh jiwa kami.
Demikianlah, setelah melampaui masa dua tahun, hutang
jiwa kami tinggal tujuh orang. Nah, Giok Cu. cobalah jawab
secara terus terang! Layakkah kita apabila kita membencinya"
pantas atau tidak, kita mengusiknya sampai tujuh turunan!"
"Kemudian bagaimana?" tanya Giok Cu mengelakkan
pertanyaan pamannya. "Biarlah ibumu saja yang meneruskan." sahut Ceng Cit
dengan suara lesu. Thio Sin Houw mengalihkan pandang kepada Shiu Shiu,
wajah ibunya Giok Cu itu nampak berduka. seperti menahan
suatu penyakit dada, ia berkata perlahan:
720 "Anak Sin Houw, kau telah merawat dan mengubur
jenazahnya, Biarlah aku berkata terus terang saja mengenai
hubungan kami. Rasanya tiada perlunya untuk
menyembunyikan sesuatu hal, Hanya saja, setelah selesai aku
menceritakan sejarah hubungan kami, tolong kau kabarkan
sebab-sebabnya ia meninggal. Dengan begitu kami, ibu dan anak jadi mengerti
keadaannya yang sebenarnya. Dengan begitu ..."
Shiu Shiu tak dapat menyelesaikan perkataannya. ia
menangis sedih sekali, sehingga perkataannya tertunda
beberapa saat lamanya, setelah hatinya lega, mulailah dia
berkata lagi: "Waktu itu, aku tidak mengetahui sebab-sebabnya kenapa
dia demikian kejam terhadap keluarga kami. Bahkan aku tidak
ingin mengetahuinya. Ayahpun juga membungkam
terhadapku. Ayah hanya melarang aku keluar dari pekarangan
rumah, meskipun hanya selangkah. Karena ayah tidak
memberikan penjelasan, aku jadi masgul.
Kenapa ayah mendadak saja menawan diriku" Meskipun
ayah berusaha menemaniku dengan beberapa iparku, namun
hatiku merasa tersiksa. Sebab aku hanya diperkenankan
bermain-main didalam taman saja yang berukuran kecil.
"Pada bulan ketiga, tibalah musim bunga. Tamanku ini
penuh dengan bau harum yang segar. Hatiku tak terkendali
kan lagi karena ingin menjenguk bunga tanamanku. Tetapi
karena sepak terjang Lim Beng Cin yang ganas, terpaksa aku
bergulat mengatasi gejolak hatiku. Aku harus menyekap diri didalam rumah, pada suatu kali
aku ingin membolos seorang diri, akan tetapi teringat betapa
sungguh-sungguh ayah melarangku keluar rumah - maka aku
batalkan niatku itu. 721 "Pada suatu hari, aku bermain-main didalam taman bunga
dengan dua orang iparku yang menempati kamar ke tiga dan
kelima. Pamanmu, Ceng Cit dan Ceng Pat ikut pula
menemani. Jadi kami jumlah lima orang. Aku tertarik kepada
permainan ayunan, sebab bila aku bisa berayun tinggi sampai
melampaui pagar dinding, pastilah bisa melihat pemandangan
yang berada diluar tembok. Maklumlah, aku sudah cukup lama tersekap. Kira-kira
hampir dua tahun. Maka tak mengherankan, hatiku amat rindu
melihat kehijauan alam dan kesegaran penglihatan.
"Demikianlah, aku bermain ayun-ayunan dengan gembira.
setiap kali aku berayun, aku makin tinggi dan tinggi.
pemandangan alam diluar tembok dapat kujenguk dan
kureguk, Tiba-tiba saja, Fat susiokmu memekik menyayatkan
hati. sebatang piao membenam didadanya, Dan ia mati
seketika itu juga, Dan pada saat itu, kau, Cit-ko, lantas saja
kau melarikan diri, Dan kami bertiga, tidak kau perdulikan lagi.
Bukankah begitu?" Merah wajah Ceng Cit, Cepat-cepat ia menjawab:
"Habis" seorang diri, tidak mungkin aku melawannya.
Maka aku lari masuk kerumah untuk mencari bantuan. coba
aku tidak cepat-cepat lari, pastilah aku akan mampus sia-sia
saja," "Hem ..." Giok Cu mendengus. sebaliknya ibunya bersikap
dingin saja, Katanya melanjutkan ceritanya:
"Aku menyaksikan peristiwa pembunuhan itu dari papan
ayunan yang masih berayun dengan cepat, Dan selagi aku
kebingungan karena belum jelas tentang sebab-sebabnya
terjadi pembunuhan itu,tiba-tiba kulihat berkelebatnya sesosok
bayangan mengarah padaku. Bayangan itu menuruti gerakan
ayunan. sewaktu aku terbawa papan ayunan menjangkau
722 ketinggian, ia menyambar diriku dan dibawanya terbang. Aku
memekik sekuat-kuatnya oleh rasa kaget dan cemas. Sebab
kakiku tidak lagi menginjak papan ayunan, sedangkan diriku
berada diudara hampir mencapai puncak pohon Yang-liu,
Celakalah, bila sampai terbanting ditanah. Apalagi ayunan
tadi, diriku dibuat terlambung seperti terlemparkan saja.
"Bayangan yang menyambar diriku, memegang tangan
kiriku kuat-kuat, ia membawa aku terbang melintasi tembok.
Tiba-tiba tangannya menyambar dahan pohon Yang-liu, dan
dengan begitu lambungan ayunan agak tertahan. Kemudian
dengan gesit, ia membawa aku mendarat di tanah.
"Aku terhindar dari mara bahaya. Tetapi kemudian, ia
membawaku lari dengan memelukku erat-erat. Dalam
Keadaan bingung, aku memukuli mukanya. Tatkala pundakku
kena ditekan, sekonyong-konyong lenyaplah tenagaku, dan
tak lama kemudian aku mendengar suara berisik
dibelakangku, itulah langkah ayahku beramai yang berusaha
mengejar diriku yang kena diculik. "Dua jam lagi lenyaplah suara berisik itu. Tahulah aku,
bahwa mereka sudah ketinggalan jauh, Dan aku masih saja
dibawa lari makin lama makin cepat. Akhirnya, dia berhenti di
sebuah goa yang berada disamping jurang curam, jarak antara
goa dan seberang tebing kurang lebih duapuluh tombak.
"la menepuk pundakku seraya meletakkan aku diatas
sebuah batu, Tenagaku pulih kembali, dan ia memandang
diriku dengan bersenyum penuh kemenangan. Tiba-tiba
teringatlah aku kepada nasib dua iparku yang pernah terculik,
Apakah akupun akan dijualnya kepada tengkulak perempuan
untuk melayani duapuluh orang hidung-belang setiap harinya"
Daripada hidup demikian, lebih baik aku mati saja. Dan kini
barulah aku menyadari kehendak baik ayahku - dengan cara
menyekapku didalam rumah terpisah. Teringat hal itu, aku jadi
benci kepada diriku sendiri. Terus saja aku melompat
membenturkan kepalaku pada batu yang mencongak ditepi
723 jurang." "Dia terperanjat bukan kepalang melihat perbuatanku itu,
sama sekali tak diduganya, bahwa aku hendak melakukan
bunuh diri, Meskipun demikian masih bisa ia mencegah
perbuatanku, dengan tangkas ia menyambar pinggangku -
namun kepalaku terbentur juga pada batu itu, meskipun tidak
keras. inilah bekas lukanya ..."
Shiu Shiu memperlihatkan ujung keningnya yang tertutup
rambut. Nampak sekali bekas lukanya. Melihat bekas luka itu,


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pastilah ia dahulu menderita luka yang tidak enteng.
"Maksudnya hendak mencegah kenekatanku itu, mungkin
sekali terbersit dari hati nuraninya yang baik, Tetapi andaikata
ia membiarkan diriku membenturkan kepalaku pada batu,
pastilah di kemudian hari tidak akan terjadi peristiwa yang
berlarut-larut. Bagi dia sendiri, penggagalan itu mungkin baik
akibatnya, tetapi bagiku adalah sebaliknya." demikian Shiu
Shiu melanjutkan tutur katanya dengan menghela napas
beberapa kali. Meneruskan: "Aku pingsan karena lukaku. Tatkala memperoleh
kesadaranku kembali, aku berada diatas sehelai permadani di
dalam goa. penglihatan itu masih asing bagiku, oleh rasa
kaget, hampir saja aku tak sadarkan diri lagi, Tetapi setelah
melihat pakaianku masih dalam keadaan rapih, legalah hatiku.
Ternyata dia tak memperkosaku. Mungkin sekali disebabkan
oleh kenekatanku hendak bunuh diri, ia malahan tidak
mengganggu aku." "Rupanya dia dihinggapi rasa khawatir tentang diriku.
Jangan-jangan aku akan nekat hendak bunuh diri lagi. Maka
selama dua hari dua malam, dia menjagaku sangat cermat.
Dia masak sendiri untuk makanku. sebaliknya, aku tak sudi
menjamah masakannya. Aku menangis terus-menerus sampai
pada hari keempat, Dan pada hari kelima, aku jadi kurus
kering. 724 "la mencoba memasak hidangan lezat, dan dengan sabar
membujukku agar mau makan masakan yang dihidangkannya,
Tetapi tetap saja aku tak menghiraukan bujukannya,
sekonyong-konyong ia menjambak rambutku, kepalaku di
tengadahkannya, Hidungku dipencetnya rapat-rapat, mau tak
mau aku harus meneguknya. Barulah hidungku
dibebaskannya. Dan ia tidak menjambak lagi, Tetapi begitu
terbebas, aku menyemburkan sisa makanan dan kuah ke
mukanya. Dengan sengaja aku berbuat demikian, agar ia
membunuhku karena marah. Dalam hatiku aku mengharapkan
kematian daripada di perkosanya, pengalaman kedua iparku
terlalu mengerikan bagiku, "Diluar dugaan, ia hanya tertawa saja. Dengan sabar, ia
menyusuti sisa makanan yang melekat dimukanya. ia menatap
diriku beberapa saat lamanya. Kemudian menghela napas.
"Aku hendak menyanyikan sebuah lagu untukmu, kau mau
mendengarkan atau tidak?" katanya kepadaku.
"Aku tak sudi mendengarkan!" dampratku.
Mendadak saja ia berlompat-lompat kegirangan, dan
menari-nari, katanya: "Kusangka, kau gadis gagu, kiranya kau bisa berbicara
juga." "Itulah pernyataan diluar dugaanku. Tiba-tiba saja aku
tertawa diluar kesadaran sendiri, karena perkataannya begitu
lucu dan menggelikan. Jadi tadinya ia menganggap aku ini
gadis bisu. "siapa yang gagu!" dampratku lagi - "Aku membungkam
mulut karena tak sudi berbicara dengan orang jahat!"
Dia tak melayani berbicara. sebaliknya lantas saja
725 merebahkan diri di mulut goa. Kemudian menyanyi dan
menyanyi dengan suara tinggi mengalun di tengah malam,
sampai bulan bersinar tinggi diudara, ia masih saja menyanyi.
Senandungnya berisikan letupan asmara antara dua mudamudi
yang hidup dalam masa madu, Seumurku belum pernah
aku keluar rumah. Dan mendengar senandung cinta kasih itu,
hatiku tertarik. "Hmm-" Ceng Cit menggerendeng dan berkata lagi: "Kau
bilang tak sudi kau dengarkan, tetapi akhirnya kau dengarkan
juga, bukan" siapa sudi mendengarkan ceritamu yang
memuakkan ini?" Dan setelah menggerendeng demikian,
serentak ia berdiri. Kemudian meninggalkan ruangan dengan
langkah lebar. "Ibu!-Dia pasti hendak mengadu kepada paman yang lain."
kata Giok Cu. "Biarkan saja, aku tidak takut. Apalagi kakekmu telah
meninggal dunia empat tahun yang lalu, Kedudukan sekalian
pamanmu dan diriku sejajar." sahut Shiu Shiu.
"Kalau begitu, lanjutkan cerita ibu." desak Giok Cu.
"Entah sampai jam berapa dia bergadang. Tiba-tiba saja
aku telah tertidur." Shiu Shiu melanjutkan ceritanya. "Tatkala
aku terbangun dipagi hari, dia tak kelihatan. Ha, baiklah aku
kabur saja, pikirku, Tetapi setelah kulihat keluar goa, aku jadi
putus asa. Ternyata goa itu berada pada puncak gunung yang
tinggi. sama sekali tiada jalan keluar.
Hanya orang-orang berkepandaian tinggi seperti dia, baru
bisa mencapai goa tempat beradaku dan sebaliknya.
"Dan malam itu, kembali lagi dia bersenandung untukku.
sebenarnya, tak sudi aku mendengarkan. Akan tetapi betapa
aku bisa menutup telinga terus-menerus, Sekali-kali aku
726 dengar bunyi senandungnya juga. Dan keesokan harinya, ia menghilang kembali. Kali ini dia
datang dengan membawa main-mainan. Boneka, burungburungan
dan lain sebagainya, Melihat semua itu, tak sampai
hati aku melemparkannya ke dalam jurang.
"la jadi mengerti tata rasaku dan sejak itu, ia membawa
binatang hidup yang lembut sifatnya, seperti kucing dan lain
sebagainya. Kadang kadang ia ikut bermain boneka pula, Di
luar kehendakku sendiri, perasaanku terhadapnya jadi
berubah. Tidak lagi aku merasa ngeri atau takut bergaul
dengan dia..." "Tetapi pada suatu hari, sekonyong-konyong sikapnya
berubah. ia menatap diriku lama sekali dengan pandang
bengis. Tentu saja, aku jadi ketakutan. Dan perasaan ngeri
kembali lagi mencekam sanubariku. Aku lalu menangis dan ia
menghela napas berulangkali. Kemudian berkata membujuk:
"Sudahlah, jangan menangis!"
"Tak berani aku menangis lebih lama, meskipun ingin
rasanya menangis sampai mati. Aku takut membuatnya kesal.
Jangan-jangan sikapnya yang telah menjadi lunak, bisa
kembali bengis dengan tiba-tiba. Tetapi pada malam hari itu
aku melihat dia menangis. Menangis seorang diri diluar pintu
goa. Malam itu gelap pekat. sejak sore tadi guntur berdentuman
diantara kejapan kilat, Dan beberapa saat kemudian turunlah
hujan deras. ia tak memperdulikan semuanya itu. Tetap saja ia
menangis sedih dalam keadaan basah-kuyup.
"Aku jadi tak sampai hati, Sekarang, akulah yang ganti
membujuknya. Kataku: "Masuklah, kau bisa masuk angin."
727 "Namun ia tidak menggubris bujukanku, Aku jadi tertarik,
kataku minta keterangan: "Mengapa kau menangis?" "Diluar dugaanku, mendadak ia menyahut dengan suara
bengis luar biasa. Katanya: "Besok adalah hari peringatan tahun keempatbelas
matinya ayah-ibu, kakak dan kedua saudaraku. Dalam satu
hari saja, keluargaku musnah oleh tangan jahat salah seorang
keluargamu, karena itu, esok hari aku harus membunuh
anggauta keluargamu lagi, Setidak-tidaknya seorang! Tapi
rumahmu terjaga sangat kuat dan rapi, ayahmu mengundang
beberapa tokoh pendekar vang berkepandaian tinggi. seperti
Bok-siang tojin, Bok Jin Ceng dan Kang-lam hiap Ong Tiong
Kun, Akan tetapi aku tidak takut, biarlah, kalau aku harus
mati." "Setelah berkata demikian, ia meninggalkan goa dalam
hujan deras. Dan dua hari lamanya, ia tak muncul lagi, Dan
entah apa sebabnya, aku jadi selalu teringat padanya. Diamdiam
aku berharap, moga-moga ia pulang dengan selamat ..."
Giok Cu mengerlingkan matanya kepada Sin Houw, untuk
mencari kesan. ia ingin membaca keadaan hati Sin Houw
terhadap ibunya. Akan tetapi Sin Houw duduk dengan sangat
tenang, perhatiannya tertarik kepada tutur kata ibunya. Diamdiam
ia bersyukur didalam hati. ***** DALAM PADA ITU, Shiu Shiu meneruskan ceritanya:
"Cuaca kian menjadi gelap. itulah petanghari yang ketiga,
Dua tiga kali aku melongok ke mulut goa, yang kulihat
hanyalah awan gunung yang datang bergulungan, Tapi tatkala
728 aku melongok untuk yang kelima kalinya, nampaklah empat
orang berlari-lari mendaki puncak gunung. Gesit gerakan
mereka, seakan-akan empat sosok bayangan. Mereka saling
kejar-mengejar. "Aku menajamkan penghilatanku syukur, petang hari
belum tiba benar-benar, Masih bisa mataku mengenal dua
orang diantara mereka. Orang yang lari paling depan adalah
dia, yang kedua dan ketiga berdandan sebagai pendeta.
Mereka bersenjata tajam, sedang yang ke empat, ayahku
dengan bersenjata Hok-mo thung yang terkenal sejak puluhan
tahun yang lalu. "Dengan membawa pedang hitamnya, ia melayani
serangan mereka bertiga. Nampak olehku dengan tegas,
bahwa ilmu kepandaian kedua orang pendeta itu sangat tinggi.
Gesit cara mereka berdua menyerang, hampir saja senjata
mereka berhasil menghantam sasaran.
Aku terkejut sampai memekik diluar kehendakku sendiri.
Aku mencemaskan keselamatan jiwanya. Tapi dengan pedang
hitamnya, ia berhasil menangkis dan memunahkan serangan
mereka. Bahkan pedangnya dapat menabas kedua senjata
mereka dengan berbareng. "Rupanya ayah mendengar suara pekik teriakku, ia
menengadah. Dan melihat diriku, ayah melompat keluar
gelanggang lalu lari mengarah ke goa hendak menghampiri
aku. "Melihat hal itu, dia jadi sibuk sekali. Terus saja dia
meninggalkan ke dua lawannya. Kemudian mengejar ayah,
Tentu saja kedua lawannya mengejar pula.
"Tak lama kemudian, mereka tiba didataran ketinggian
yang berada di depan tebing seberang goa, Di dataran ini, dia
berhasil mengejar ayah, Dan dengan serta merta ia
729 menyerang ayah, Baru beberapa jurus, kedua pendeta itu
datang pula, dan dia lantas terkepung rapat lagi seperti tadi.
"Ayah tak sudi sia-siakan kesempatan, cepat-cepat ia
melompat mundur dan kembali lagi lari mengarah ke goa-ku,
Aku jadi girang sekali. Teriakku: "Ayah, cepat! cepat!" "Seperti kalap, dia mendesak kedua lawannya, kemudian
memburu ayah lagi, Dia berhasil mengejar dan menyerang
ayah dengan tikaman-tikaman dahsyat. sebentar saja ayah
terdesak, dan terancam bahaya. "Shiu Shiu! Bagaimana keadaanmu?" teriak ayah.
"Aku selamat tak kurang suatu apa, ayah tak usah cemas l"
sahutku. "Akh, syukur!" ayah bergembira. "Tunggu dulu, biar
kubereskan dahulu bajingan ini!"
Setelah berkata demikian, ayah menyerang dengan penuh
semangat. Dari pertempuran mati-matian terjadi sangat cepat.
"Lim Beng Cin!" seru salah seorang imam itu, "Baik diriku
maupun golongan kami dari Siauw-lim tidak mempunyai
permusuhan apapun denganmu. Aku hanya mengharap agar kau mengerti, kami dari
golongan Siauw-lim ikut campur semata-mata terdorong oleh
rasa keadilan dan kemanusiaan. perbuatanmu benar-benar
keterlaluan. Kami berjanji tidak akan membantu pihak
manapun juga, asal kau sudi menyudahi permusuhanmu
dengan keluarga Cio-liang pay. Sudahi-lah rasa balas
dendammu pada hari ini." "Tunggu dulu!" tiba-tiba Sin Houw memutus. "lmam itu
730 mengaku dari golongan Siauw-lim, tahukah subo nama imam
itu?" "Dikemudian hari aku mengetahui bahwa imam itu
bernama Cie-kong taysu, dan imam yang satu lagi bernama
Lie-cwee tojin dari Ngo-bi pay," Shiu Shiu memberikan
penjelasan. "Hemm ...! " Sin Houw bersuara di hidung, namun Shiu
Shiu yang tak mengetahui apa-apa telah meneruskan
bercerita: "Hmm... enak saja kau mengumbar mulutmu!" dampratnya
dengan mengertak gigi. "Apakah tak boleh aku melakukan
balas dendam demi menenteramkan arwah ayah-bunda dan
sekalian saudaraku yang terbunuh tanpa dosa apapun?"
"Kami mengerti. Tetapi kau sudah banyak membunuh demi
memuaskan hatimu sendiri. Kukira, sudah lebih dari cukup !"
sahut Cie-kong taysu. "Sekarang - pandanglah kami! Kupinta
agar kedua belah pihak menyudahi persoalan ini!"
Tetapi dia tidak menggubris. Tiba tiba saja ia menyerang
Cie-kong taysu. Karena itu, pertempuran sengit terjadi lagi
kian menghebat. Masing-masing tak sudi mengalah. Tetapi
dua imam itu sangat gagah, apalagi dibantu oleh ayah.
Sebentar saja dia terancam bahaya, seluruh badannya
telah mandi keringat, dia terdesak dan terdesak. Tiba-tiba dia
mundur dengan sempoyongan, hampir-hampir ia roboh
terguling, justru pada saat itu, senjata Lie-cwee tojin
menyambar dirinya. Dengan mati-matian ia berhasil mengelakkan, tetapi tepat
pada saat itu ia dipapaki oleh Cie-kong taysu. Kembali lagi ia
mengelak dengan memutar tubuhnya, dan pada detik itu, ia
melihat kesan diwajahku. 731 Itulah penglihatan yang menentukan baginya. Dikemudian
hari ia memberi keterangan tentang keadaan dirinya pada saat
itu. sebenarnya ia sudah kehilangan tenaga, tulang-tulangnya,
seakan-akan terlolosi, Tetapi begitu melihat kesan wajahku
yang menaruh perhatian kepadanya, tiba-tiba terbangunlah
semangat tempurnya. Tenaganya serasa pulih kembali. Dengan galak, ia
memutar tubuhnya dan pedangnya berkelebatan mengancam
maut! "Shiu Shiu, jangan takut! Pasti aku dapat menjungkalkan
mereka. Kau lihatlah!" serunya.


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Entah bagaimana cara dia menggerakkan pedangnya,
Tiba-tiba saja Lie-cwee tojin memekik menyeramkan. Dia
roboh bergulingan, ternyata kepalanya terbelah dan tepat
didahinya tertancap sebatang Sin-coa piao, Keruan saja ayah
dan Cie-kong taysu kaget bukan kepalang. Dan pada detik itu,
dia menyerang ayah. Saat itu digunakan sebaik-baiknya oleh Cie-kong taysu,
untuk menyerang dari belakang. Tapi dengan gesit, dia dapat
mengelakkan gempuran Cie-kong taysu, ia mendahului
memutar tubuhnya, dengan melompat kesamping.
Cie-kong taysu yang agaknya sudah gentar karena
gugurnya Lie-cwee tojin, mendadak lari meninggalkan
gelanggang pertempuran untuk menyelamatkan diri. Dan
setelah Cie-kong taysu tidak ada lagi, ia menyerang ayah
kembali. Tatkala itu, wajah ayah pucat lesi seperti tiada
berdarah. Tak usah dikatakan lagi, bahwa ayah kaget dan
ketakutan begitu melihat kedua rekannya menjadi pecundang.
Ayah membela diri dengan sembarangan saya. Karena
hatinya telah gentar, tak dapat lagi ayah memainkan
tongkatnya dengan sempurna. Melihat hal itu, aku berteriakKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/ *** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )***
732 teriak: "Tahanl Tahan!" Mendengar teriakanku, dia berhenti menyerang, dan aku
berteriak lagi: "Bawa dia kemari! Dialah ayahku!"
Dengan pandang bengis ia menatap ayah, katanya
membentak: "Kau pergilah! Aku ampuni dirimu."
Ayah tercengang, segera ia memutar tubuh hendak
meninggalkan tempat itu, Aku girang bukan kepalang melihat
ayah mendapat ampun, Tetapi sudah dua hari tiga malam aku
tidak makan dan minum, tubuhku terasa lemah. Karena kaget
melihat pertempuran dahsyat dan digejolakkan pula oleh rasa
girang mendadak aku roboh ditanah. Melihat aku roboh, ia melompat ke dalam goa hendak
menolongku. Ayahpun ikut pula memburu, Dengan bengis
ayah memandang padanya tatkala menolongku bangun. Aku
tidak pingsan, hanya kehilangan tenaga saja. Karena itu,
dapatlah aku melihat segalanya yang terjadi dengan jelas.
selagi ia menolong membangunkan diriku, tiba-tiba ayah
mengayunkan tongkatnya menepuk punggungnya -tentu
sekali, serangan gelap itu tak diduganya. perhatiannya berada
padaku, penuh-penuh. Kaget aku berseru:
"Awas!" Oleh peringatanku, ia kaget sekali, segera ia memutar
tubuhnya dan meloncat kesamping. Meskipun gerakannya
gesit, namun tongkat ayahku masih saja menghajar
punggungnya. syukur, ia tadi bergerak. sehingga serangan itu
tidak mengenai dirinya penuh-penuh. selagi memutar
733 tubuhnya, ia berhasil merampas tongkat ayah dan
dilemparkannya ke dalam jurang. Kemudian ia lompat dan
menyerang ayah dengan kedua tangannya.
Ayah gugup bukan main, ia tertegun dan menyesal karena
serangannya gagal. Tongkat andalannya terampas pula, itulah
suatu peristiwa yang tak pernah terbayangkan.
Biasanya, jangan lagi menyerang dengan cara gelap
sedangkan dengan berhadapan saja tak pernah ia gagal.
Tatkala menghadapi serangan balasan, sama sekali ayah
tidak berusaha mengelak atau menangkis. ia malahan berdiam
diri dengan menutup kedua matanya menunggu maut.
Dengan mendadak saja, ia membatal kan serangannya.
Dia menoleh kepadaku, lalu menghela napas. Kemudian ia
memandang ayah dan berkata bengis: "Nah, pergilah cepat. jangan tunggu sampai pikiranku
berubah. Benar-benar aku tak akan memberimu ampun lagi !"
Tanpa berkata sepatah katapun juga ayah memutar
tubuhnya dan lari secepat-cepatnya.
Ia mengawasi kepergian ayah, lalu menoleh kepadaku.
Tiba-tiba saja ia melontakkan darah. Darahnya menyembur ke
bajuku. Giok Cu memekik tertahan mendengar hal itu, Katanya
setengah menggerendeng: "Yaya benar-benar tak tahu malu! secara berhadapan ia
tak berani melawan, tiba-tiba menyerang dari belakang, itulah
bukan perbuatan seorang ksatria."
(Ya-ya - engkong). Ibunya menghela napas, sahutnya: 734 "Sebenarnya, dia adalah musuh kita, Empat puluh empat
anggauta keluarga kita mati dibunuhnya, Kalau sampai aku
memberi peringatan, semata-mata oleh rasa kaget begitu
melihat serangan gelap ayah, Mungkin inilah yang dinamakan
takdir! Takdir yang meramalkan masa depan yang gelap.
Karena peristiwa itu merupakan titik-tolak dan asal mula diriku
dijauhkan dari ikatan keluarga." ia berhenti sebentar.
Kemudian meneruskan ceritanya: "Dengan sempoyongan
ia masuk ke dalam goa. Mengambil ramuan obat dan
diminumnya. Beberapa kali ia masih mengeluarkan darah. Aku
kaget dan cemas, sehingga menangis diluar kehendakku
sendiri. Dan mendengar tangisku, ia menjadi girang.
Tanyanya: "Jadi, kau menangis untukku?"
Oleh pertanyaan itu, tak dapat aku menjawab dengan
segera. Aku jadi berbimbang-bimbang dalam keadaan duka
cita, Katanya kemudian kepadaku: "Sejak salah seorang pamanmu membinasakan seluruh
keluargaku, aku hidup sebatang kara, Tiada seorang pun di
dunia ini yang menaruh perhatian kepadaku, apalagi bersedih
atau menangis meratapi nasibku. Akan tetapi pada hari ini,
aku menyaksikan seseorang menangis untuk diriku, inilah
suatu peristiwa yang b^urga tinggi bagiku. pada hari ini pula,
aku telah membunuh empat puluh empat anggauta
keluargamu. sebenarnya, masih kurang enam orang lagi yang
harus kubunuh. Akan tetapi melihat air matamu, aku berjanji
tidak akan membunuh lagi." Aku tidak menjawab. itulah suatu penghargaan bagiku. Air
mataku berharga enam jiwa. Pada saat itu, aku menangis.
Hanya saja, tak tahu aku titik berat tangisku itu, Entah
terdorong rasa syukur atau dukacita, Dan dalam pada itu ia
735 berkata lagi: "Akupun tidak akan mengganggu anggauta perempuan
keluargamu, sejak hari ini, aku sudahi saja, Kau tunggulah
sampai lukaku sembuh, dan aku akan mengantarkan kau
pulang dengan tak kurang suatu apa."
Masih saja aku menangis. Akan tetapi kini tahulah aku,
membaca perasaanku sendiri. Aku merasa lega hati, syukur
dan berterima kasih. Karena oleh air mataku, ia tidak akan
melakukan pembunuhan dan mengganggu ipar-iparku.
Akupun ternyata tidak akan di ganggunya pula, Dan oleh rasa
terima kasih, keesokan harinya aku bersedia menanak nasi
baginya dan merawat lukanya. Pada suatu hari, ia tak sadarkan diri selama satu hari, Tak
tahu aku, apa yang harus aku lakukan. Aku khawatir, ia akan
kehilangan jiwanya. Karena bingung, aku menangis dan
sampai kedua mataku bendul, selagi menangis, sekonyongkonyong
ia menyenakkan matanya , kemudian tertawa.
Katanya: "Mengapa menangis " Aku tidak akan mati."
Selang dua hari lagi, benar-benar dia pulih seperti
sediakala. Dia bisa bangun sendiri dan berjalan-jalan, pada
malam harinya ia mengatakan kepadaku, bahwa akibat
serangan ayah adalah hebat. Andaikata tidak tertolong oleh
ramuan obat dan ketabahan hatinya, pastilah dia akan mati.
Dan bila dia mati, akupun akan mati kelaparan pula, Sebab
aku tak bisa keluar dari goa seorang diri, Sebaliknya, tiada
seorangpun anggauta keluargaku yang berani menghampiri
goa. Aku percaya, ucapannya bukan suatu omong kosong
belaka, Sekiranya ada salah seorang anggauta keluargaku
yang berani menghampiri goa, pastilah hal itu sudah terjadi
beberapa hari yang lalu. 736 Bukankah dia dalam keadaan luka parah" jangan lagi
bertempur, sedang menggerakkan tangannya saja dia tak
mampu, Diapun sadar akan hal itu. Andaikata aku berniat
jahat, itulah kesempatan yang sebaik-baiknya untuk
membunuhnya. "lbu," kata Giok Cu menyelak bicara. "Dia sangat baik
terhadap ibu, maka ibupun wajib membalas budi baiknya."
Dan setelah berkata demikian, ia menoleh kepada Sin Houw,
Pemuda itu bersikap dingin, sama sekali ia tidak
menghiraukan pandang mata Giok Cu. "Dari hari ke hari, kesehatannya semakin pulih." Shiu Shiu
meneruskan ceritanya, "Selama itu, seringkali ia mengajakku
berbicara tentang masa kanak-kanaknya. Dikatakannya
kepadaku, betapa besar rasa kasih sayang ayah-bundanya.
Kedua kakaknya dan kakak perempuannya pun kasih
kepadanya pula, pernah pada suatu kali, ia sakit demam, dan
ibunya tidak tidur barang sekejap mata selama tiga hari tiga
malam. Akan tetapi pada suatu malam, datanglah malapetaka
itu. Terharu aku mendengarkan tutur-katanya. ia kejam dan
bengis, akan tetapi bila membicarakan keadaan keluarganya,
mendadak saja sikapnya menjadi lemah lembut. itulah suatu
tanda, bahwa budi pekertinya sebenarnya baik dan halus. ia
memperlihatkan pakaian kanak kanaknya yang tersulam
indah. Katanya itulah sulaman almarhum ibunya tatkala dia
hampir mencapai umur satu tahun." Berkata demikian, Shiu
Shiu menarik sehelai pakaian kanak-kanak dari bawah tempat
duduknya dan diletakkannya di atas meja.
Sin Houw memperhatikan sulaman pakaian kanak-kanak
itu, sulaman seorang bayi montok yang telanjang bulat,
wajahnya manis, pandangnya menyenangkan. Rangkaian
warna sulaman itu sendiri, indah pula. Tiba-tiba ia jadi terharu
sendiri. Teringatlah dia kepada masa kanak-kanaknya. iapun
kini tidak ber-ayah-bunda lagi. 737 "Seperti beberapa hari yang lalu, ia bersenandung lagi
untukku." Shiu Shiu melanjutkan ceritanya, "Diwaktu
senggang, ia memotong dahan kayu dan mengukir bonekaboneka
untukku. Katanya, aku adalah seorang bocah yang
belum mengerti sesuatu ..." Akhirnya sembuhlah dia, Akan tetapi meskipun sudah
sehat seperti biasa, tiada nampak lagi ketegaran hatinya. Aku
jadi heran. pada suatu hari, kutanyakan sebab-sebabnya.
jawabannya mengherankan aku. Katanya, dia tidak sampai
hati meninggalkan aku. "Kalau begitu, biarlah aku berdiam terus disini menemani
kau." kataku tanpa berpikir. Mendengar perkataanku, dia girang bukan kepalang.
Larilah dia mendaki puncak. ia memanjat pohon dan mendarat
dengan berjumpalitan dan iapun menari-nari, Kemudian ia
mendekati aku lagi dan memperlihatkan sehelai peta yang
menunjukkan harta karun terpendam. Katanya, itulah harta
benda almarhum Ciu Kong Bie yang gagal melakukan
perjuangan bangsa melawan pemerintah penjajah asing. Harta
itu disimpan pada suatu tempat yang dirahasiakan"
Mendengar tutur-kata Shiu Shiu, maka Sin Houw
memanggut dan berkata di dalam hati:
"Jadi itulah peta harta yang terdapat didalam kitab
warisan.pantas dulu Thio Kun Cu sampai hati menikam
saudaranya sendiri ..." "Peta harta karun itu ia memperolehnya secara kebetulan
saja." Shiu Shiu meneruskan ceritanya. "Dia berjanji, setelah
berhasil membongkar harta karun itu, akan segera datang
meminang diriku. sekarang aku hendak di antarkan pulang."
738 Shiu Shiu berhenti sebentar. wajahnya tiba-tiba berubah.
Tatkala melanjutkan ceritanya, suaranya sengit, Katanya:
"Tatkala tiba dirumah, semua anggauta keluarga meludah
ketanah begitu melihat diriku, Aku jadi mendongkol dan juga
membenci. Akupun sebal terhadap mereka. Mereka semua
tidak mempunyai kesanggupan untuk melindungi keselamatan
keluarganya, Tapi melihat diriku pulang kerumah dengan
tubuh putih bersih, mereka bersikap merendahkan. Kenapa
mereka dahulu bisa bersikap belas kasih kepada kedua iparku
yang jelas sekali sudah terusak kesuciannya" Karena itu, aku
jadi muak, Dan sejak hari itu, tak sudi lagi aku berbicara
dengan mereka." "lbu! sikapmu benar sekali!" kata Giok Cu. "Bukankah
begitu, Sin koko?" Thio Sin Houw tidak menyahut. ia mendengarkan
kelanjutan cerita Shiu Shiu: "Tiga bulan lamanya, aku menunggu kedatangannya. Dan
pada suatu malam aku mendengar suara senandung terpencil
dari dinding-dinding gunung. itulah suara dan senandung yang
kukenal. segera aku membuka jendela kamarku, Dan
datanglah ia. Dan pertemuan itu membuat perasaanku aneh
sekali. Rasa girang, bahagia, syukur dan lain sebagainya
berada dalam diriku. Itulah suatu rumun perasaan yang belum
pernah ku rasakan. Dan pada malam hari itu hiduplah kami
sebagai suami isteri." "Kemudian lahirlah kau, peristiwa itu terjadi oleh
keinginanku sendiri. Jadi bukan karena aku kena diperkosa,
itulah sebabnya, aku tak pernah menyesal. Maka tidaklah
benar, apabila terbetik khabar, bahwa aku diperkosanya,
selama itu, ayahmu memperlakukan diriku dengan baik sekali.
Dia bersikap begitu hormat pula terhadapku, dan kami berdua
saling menyinta..." 739 Sin Houw terharu mendengar tutur kata Shiu Shiu, selain
berani, diapun jujur pula, itulah suatu kisah cinta-kasih yang
berliku-liku akan tetapi mengasyikkan, Lalu ia bertanya:
"Dan pada waktu itu, apakah subo mendapat kisikan
tentang harta karun yang terpendam?"
"Benar." sahut Shiu Shiu, "Dia berkata, bahwa belum ada
kesempatan untuk mencarinya, akan tetapi dia sudah


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengetahui dimana tempat beradanya, segera kami berdua
berunding untuk melarikan diri saja dari rumah. Tatkala pada
pagi harinya aku berkemas-kemas, tiba-tiba pintu terketuk,
Rupanya pembicaraan kami kena dicuri dengar orang. Cepatcepat
aku sembunyikan surat mohon diriku kepada ayah, Lalu
aku memegang lengannya. Hatiku kecul dan takut."
"Jangan takut l" katanya membujuk. "Meskipun terkepung
sepasukan tentara, kita akan dapat meloloskan diri,
percayalah !" Setelah berkata demikian, dengan gagah ia membuka
pintu. Dan di depan pintu, berdirilah tiga orang yang
selamanya aku takuti dan aku hormati yakni ayah, Jie supeh
dan Sam supeh. Hanya saja, mereka tidak bersenjata sama
sekali, bahkan mereka mengenakan pakaian tidur. Wajah
mereka ramah pula sehingga aku tertegun keheranan. Kata
ayah: "Kami sudah mengetahui persoalan kalian. Rupanya sudah
takdir, bahwa kalian sudah jodoh yang telah ditetapkan
sebelum lahir. sebenarnya hal ini merupakan masalah yang
sulit, Terus terang kukatakan, bahwa perhubungan kalian
merupakan peristiwa terkutuk. Tetapi karena perjodohan
kalian agaknya sudah ditakdirkan, maka biarlah kami
menerimamu sebagai anggauta keluarga kami. Dengan
begitu, selesailah sudah permusuhan yang kini terjadi. Kita
sekarang tidak perlu lagi saling mengangkat senjata."
740 Mendengar perkataan ayah, dia berdiam sejenak
menimbang-nimbang. Kemudian menyahut:
"Apakah kalian masih khawatir aku akan melakukan
pembunuhan lagi" percayalah, aku sudah berjanji kepada
Shiu Shiu, tidak akan membunuh atau mengganggu lagi salah
seorang anggauta keluarga Cio-liang pay!"
"Bagus!" seru ayah dengan gembira - "Karena itu, tak
dapat kau memper-isteri anakku dengan cara melarikan diri.
Marilah kita berbicara secara baik baik, Lamarlah anakku, dan
aku akan mengawinkan kalian berdua dengan suatu upacara
yang layak." Itulah suatu keputusan diluar dugaan. Tadinya, kami
mengira akan melalui kesulitan yang berlarut-larut, Tak
mengherankan, ia jadi girang bukan kepalang. Memang,
sebenarnya tiada maksudnya hendak mengawini diriku
dengan paksa. Doa restu orang tua dengan segenap keluarga,
adalah jalan lurus paling baik, Tetapi ... akh! Ternyata ia kena
jebak ayahku! "Apa?" Sin Houw sampai berseru di luar kehendaknya
sendiri. "Jadi ayahmu sedang melakukan tipu muslihat?"
Shiu Shiu manggut dengan lesu dan melanjutkan
ceritanya. Katanya: "Ayah memberi kamar samping kepadanya, Dan secara
itu, persiapan upacara pernikahan mulai dilakukan. Tetapi dia
seorang yang hati-hati, cermat, dan berwaspada. Tak sudi ia
menerima minuman atau makanan pemberian ayah,
semuanya diperiksa dulu dan diberikan kepada anjing atau
kucing sebagai percobaan, walaupun demikian, masih ia tak
pernah menyentuhnya. Untuk makan minumnya, ia
membelinya sendiri, di kedai makanan."
741 pada suatu malam, ibu datang dengan membawa sepiring
bubur kepadaku. Berkatalah ibu kepadaku, bahwa bubur itu
sengaja dimasaknya sendiri untuk calon menantunya, sudah
barang tentu aku sangat bersyukur melihat sikap ibu yang
sudah bersedia menerimanya sebagai menantu penuh. Tanpa
curiga, aku membawa sepiring bubur itu kepadanya.
Dia bergembira melihat aku mengantarkan sendiri barang
makanan itu. ia mengira, akulah yang memasaknya sendiri.
Karena itu, tanpa curiga dan tanpa diperiksanya lagi, ia terus
menghirupnya. Tetapi sekonyong-konyong wajahnya berubah
menjadi pucat, segera ia bangkit dan berseru:
"Mengapa kau sampai hati kepadaku?"
Aku kaget sampai pucat pula, Sahutku dengan suara
menggeletar: "Aku kenapa?" "Mengapa kau meracuni aku?" teriaknya.
"Racun?" aku berteriak pula dengan suara tertahan.
Shiu Shiu berhenti sejenak. Napasnya memburu, dan
ruangan itu mendadak saja terasa menjadi tegang dan sunyi.
Tiba-tiba terdengarlah suara berisik. Ceng it berlima muncul
dari balik gerombol pohon. Teriaknya:
"Eh, Shiu Shiu! Kau tak malu menceritakan riwayatmu
sendiri yang kotor dan busuk itu?"
Wajah Shiu Shiu yang bernasib malang itu menjadi pucat
dan kemudian berubah menjadi merah padam, sahutnya
dengan suara tersendat-sendat: "Sembilan belas tahun sudah aku tidak sudi berbicara
dengan kalian. akupun tak pernah berkata sepatah kata
742 sampai aku mati, Kenapa aku takut menghadapi semuanya
ini" Anakku, Sin Houw! Kau takut atau tidak, menghadapi
mereka?" Thio Sin Houw hendak membuka mulutnya, tetapi Giok Cu
telah mendahu-luinya, Kata gadis itu:
"Sin-koko tak kenal takut terhadap siapapun!"
"Bagus." Shiu Shiu berlega hati, "Kalau begitu, tak perlu
aku menghiraukan mereka. Biarlah kulanjutkan ceritaku."
Hebat kata-kata Shiu Shiu, Tadi dia nampak sangat lemah
seperti orang berpenyakitan. Dan kini dengan tiba-tiba ia
bersikap gagah dan galak. suaranya tegas dan sengaja di
besarkan, Dengan nyaring ia meneruskan ceritanya:
"Aku lalu menangis, tak tahu aku apa yang harus
kulakukan. Dengan sesungguhnya aku tak mengerti bahwa
bubur itu beracun. siapakah yang menaruh curiga terhadap ibu
kandung sendiri" Hatiku susah bukan main, karena ia
menuduhku meracuni. selagi demikian, kulihat pintu kamar
terbuka, dan beberapa orang bersenjata lengkap menyerbu
masuk. Yang berada didepan adalah lima pamanmu itu. Pada
tangan mereka masing masing memegang senjata andalan
mereka - garang sikapnya, seakan-akan pahlawan tanpa
tandingan. sebaliknya ayah, berdiri diluar pintu, Dia
memanggilku agar keluar, dan tahulah aku, begitu aku keluar
kamar, dia akan di serang berantai-ramai. Maka aku
menjawab seruan ayah: "Tidak! Aku tidak akan keluar kamar! Kalau ayah hendak
membunuh dia, bunuhlah aku dahulu!"
"Tatkala itu, Beng Cin duduk di kursi dengan wajah
743 bersungut, ia mengira aku bersekutu dengan ayah semua.
Hatinya susah dan tiada niatnya hendak melawan. Tetapi
begitu mendengar jawabanku, dengan mendadak ia melompat
bangun, Tanyanya kepada dengan suara sabar:
"Jadi, kau tidak mengetahui kalau bubur itu beracun?"
Aku tak menjawab dengan segera, piring bubur lalu
kusambar dan sisa bubumya kuhirup sebagian. Kataku
meyakinkan: "Sekiranya bubur ini mengandung racun, biarlah kita mati
bersama-sama!" Aku hendak menghirup sisanya sampai habis, akan tetapi
ia menyampok mangkok itu sehingga hancur berantakan di
lantai. Kemudian ia tertawa sambil berkata:
"Bagus, Mari kita mati bersama." Dan setelah berkata
demikian terhadapku , ia berpaling kepada mereka, Katanya:
"Hmm, kalian menggunakan cara yang rendah sekali dan
kotor. Apakah kalian tidak malu?"
"Susiok Kuncu yang berangasan meledak:
"Siapa yang meracunmu" Kalau kau mempunyai
kepandaian, hayo keluar! Kita mengadu ilmu!"
"Baik." sahutnya. "Dan ia membimbingku keluar kamar. Di
ruangan latihan ternyata sudah dibangun sebuah panggung
yang semula dikatakan sebagai panggung tempat pertemuan
mempelai. Dan diatas panggung, sekalian paman dan mereka
berlima berdiri berjajar siap bertempur, Namun ia bersikap
acuh tak acuh, sama sekali ia tak menghiraukan jumlah
mereka yang banyak." "Memang benar perkataan susiok Kun Cu, bahwa bubur
744 tidak beracun. Tetapi dikemudian hari tahulah aku, bahwa
bubur itu mengandung ramuan obat pulas serta pelarut
tenaga. Barang siapa menelan ramuan obat itu, akan terkuras
habis tenaganya sedikit demi sedikit. Kemudian akan tertidur
pulas dan baru tersadar setelah melampaui empat puluh
delapan jam lamanya. Dengan demikian, mereka bermaksud
merobohkan Beng Cin dengan berlagak melalui pertempuran.
Mula-mula aku heran, kenapa mereka memilih cara
demikian. Tetapi segera aku mengetahui alasannya, ternyata
didalam gedung itu hadir pula beberapa tokoh pendekar dari
Siao-lim, Ngo-bi dan lain sebagainya. Di hadapan para
pendekar itulah, mereka hendak menjual lagak secara ksatria.
Apabila Beng Cin roboh akibat obat tidur, mereka akan segera
menyiksanya." Sampai disini, wajah Shiu Shiu berobah merah padam,
perkataannya sengit mengandung luapan rasa marah yang
sudah lama terpendam dan kini mempunyai kesempatan untuk
dilampiaskan Tatkala ia hendak meneruskan ceritanya, Ceng
Go berteriak kepada Sin Houw: "Hey, saudara Sin Houw! Apakah kau berani melayani ilmu
sakti gabungan kami yang bernama Ngo-heng tin, atau tidak?"
Dua hari yang lalu, Sin Houw bersikap segan terhadap
mereka. Karena mereka adalah pamannya Giok Cu. Akan
tetapi setelah mendengar cerita Shiu Shiu, lenyaplah rasa
hormatnya, ia kini mendongkol dan muak terhadap mereka,
maka dengan sengit ia menyahut: "Hmm, kamu hanya berlima saja, walaupun aku kalian
kepung sepuluh orang, tidaklah aku mundur selangkah pun ..."
Tepat pada saat itu, melesatlah sesosok bayangan
memasuki serambi sambil berseru nyaring:
"Anak tak tahu adat! Enyahlah kau dari sini !"
745 Dalam selintasan, Sin Houw melihat perawakan tubuh
bayangan itu yang tinggi dan kekar. Rambutnya dibiarkan
lepas tak beraturan dan terlilit gelang tembaga yang
berkilauan. pakaian yang dikenakannya terbuat dari kulit Kasee.
Kesan dirinya mirip dengan seorang pendeta tauw-to,
tetapi sebenarnya dialah seorang bandit besar yang
berkeliaran disekitar Ho-lam. Namanya Teng Teng, ia baru saja datang untuk
mengunjungi keluarga Cio-liang pay hendak mengajak untuk
bekerja sama. Ketika mengetahui keluarga itu sedang dipermainkan oleh
seorang anak muda, ia jadi panas hati dan penasaran.
sekarang ia akan memamerkan kemampuannya menghajar
anak muda itu. Begitu mendarat dilantai, terus saja tangannya
menyambar. Thio Sin Houw melihat datangnya serangan mendadak.
Gesit ia mengelak, dan dengan sebat ia menerkam rambut
gondrong pendeta itu, Kemudian ia bergerak memutar,
sehingga tubuh pendeta itu terputar pula seperti sintir.
Tiba tiba terkamannya di lepaskan, dan Teng Teng
terlempar tinggi. Tak ampun lagi, dia terbanting jungkir balik
menelungkup di gerombol pohon-pohon yang berduri, seketika
itu juga, seluruh muka dan tubuhnya babak belur terkena duriduri
yang tajam ia terkaing-kaing seperti seekor anjing kena
pentung. Sama sekali tak terbayangkan, bahwa dia bakal babak
belur hanya dalam segebrakan saja! Menyaksikan kejadian itu, Giok Cu tertawa merendahkan.
Tanpa menghiraukan apa yang telah terjadi, ia lantas minta
ibunya meneruskan bercerita: 746 "Pada malam hari itu, mereka berlima mengepung Beng
Cin dengan ilmu gabungan Ngo-heng tin, ilmu sakti itu belum
pernah terkalahkan oleh siapapun juga. Tetapi sebenarnya,
dia sanggup melayani. Hanya sayang, ia sudah mereguk obat
bius pelarut tenaga. Makin lama gerakannya makin kendor.
Nampak sekali kelelahannya, sulitlah ia untuk meneruskan
perlawanannya lagi. Bahkan untuk bisa lolos saja tiada
harapan lagi ..." "Shiu Shiu!" bentak Ceng Go, "Apakah kau hendak
membuka rahasia ilmu sakti keluarga kita kepada anak itu?"
Shiu Shiu tidak menghiraukan bentakan Ceng Go. Dengan
menatap wajah Sin Houw, ia meneruskan:
"Jelaslah, bahwa ia ingin merobohkan salah seorang
musuhnya, agar dapat memecahkan ilmu gabungan itu. Akan
tetapi kecuali tenaganya nyaris habis, ilmu gabungan itu
adalah suatu persenyawaan, Masing-masing mempunyai
kerja-sama yang rapi dan saling berhubungan dan saling
melindungi. Demikianlah, akhirnya dia hampir roboh
kecapaian, Tubuhnya sempoyongan semakin hebat, Dan aku
berteriak nyaring: "Jangan pikirkan aku! Pergilah! cepat pergi! selama
hidupku, tak akan kulupakan dirimu, selamatkan dirimu
dahulu!" Hebat suara Shiu Shiu tatkala menirukan pekik teriaknya
dahulu. Giok Cu sampai bergidik, sebab pekik teriak ibunya
mirip jeritan berbareng ratapan yang menyayat hati. seperti
orang membangunkan seseorang yang tidur pulas, ia lalu
berteriak: "lbu!" Sin Houw kaget juga, Bulu kuduknya meremang, Dengan
747 hati cemas ia memandang wajah Shiu Shiu, pandang mata
Shiu Shiu nampak kabur dan kuyu, napasnya memburu.
Tahulah dia, bahwa hati Shiu Shiu penuh duka, benci,
mendongkol dan penasaran. ia lantas tergugu beberapa saat
lamanya. "Subo, sudahlah. Esok malam bisa disambung lagi,
sekarang beristirahatlah dahulu, aku sendiri hendak
menyelesaikan urusanku. Tapi esok malam aku berjanji akan
datang lagi, untuk mendengarkan sambungan ceritanya."
katanya. "Tidak! Tidak!" seru Chiu Shiu seperti tersadar. ia


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyambar lengan baju Sin Houw dan ditariknya. Katanya:
"Sembilanbelas tahun lebih aku membisu, sekarang aku
mempunyai kesempatan untuk melontakkan semua isi hatiku.
Anakku, Sin Houw. Kau dengarkan dahulu ceritaku sampai
selesai..." Suara itu mengandung suatu permohonan, maka terpaksa
Sin Houw memanggut seraya berkata: "Baiklah, Akan kudengarkan sampai selesai."
Lega hati Shiu shiu, perlahan lahan ia melepaskan
cekalannya. Namun ujung jarinya masih menjepit lengan baju
Sin Houw. Katanya meneruskan: "Mereka sebenarnya menghendaki jiwanya. Tapi kecuali
itu, yang terlebih penting lagi adalah harta karun! Harta karun
itulah yang mereka kehendaki dan Beng cin sudah dapat
menduga jauh-jauh sebelumnya. Kini dia sudah
mempersiapkan diri. "Demikianlah, akhirnya ia terluka dan ia roboh terkulai.
Tapi di dalam keadaan setengah sadar itu, masih sempat ia
748 mengeluh: "Akh, petaku! Dan setelah itu, ia tak ingat sesuatu
lagi.." "Hey, bangun dahulu!" teriak susiok Kun Cu, "Kau
tunjukkan dulu dimana harta karun itu!"
"Susiok Kun Cu berteriak demikian sambil melompat
memasuki panggung, jari tangannya menusuk tubuh Beng Cin
dibagian tertentu. Dan akibat tusukan jari itu, Beng Cin jadi
tersadar sebentar, sahutnya: "Oh, rupanya kau juga
menghendaki harta itu" Peta tak ada padaku. siapa yang
berani, ikutlah aku ,,." dan setelah berkata demikian, kali ini dia
benar-benar roboh tak sadarkan diri lagi.
"Mereka semua jadi gempar mendengar jawaban Beng
Cin. Juga mereka semua yang ikut menyaksikan perkelahian.
Bila Beng Cin disadarkan, hebat akibatnya. Betapa tidak"
Kalau obat bius itu punah, mereka semua bukan
tandingannya. sebaliknya, apabila dibunuhnya, peta harta
karun itu akan lenyap untuk selama-lamanya.
"Mereka lalu sibuk berunding, dan akhirnya ayah
mengusulkan suatu penyelesaian yang bagus sekali. Ya,
bagus sekali! Lim Beng Cin hendak digeledahnya dahulu,
Apabila peta itu ternyata tidak ada padanya, urat-urat kaki dan
tangannya hendak diputuskan. Kemudian baru dibebaskan.
Dua hari lagi, meskipun obat bius telah lenyap dari
tubuhnya, Beng Cin sudah menjadi orang cacad. semua ilmu
saktinya lenyap. Bukankah bagus sekali usul itu"
"Mereka kemudian melaksanakan pekerjaan itu, dan aku
lalu roboh tertidur karena juga terkena pengaruh obat bius itu.
"Entah berapa lama aku tertidur, setelah menyenakkan
mata, dihadapanku terjadi banjir darah. Banyak kulihat mayatmayat
bergelimpangan. Beng Cin tidak nampak lagi diatas
749 panggung. Hatiku jadi berharap-harap cemas. Apakah dia berhasil
melarikan diri setelah membunuh lawan-lawannya"
Tetapimasih sempat aku menyaksikan, tatkala mereka berlima
memutuskan urat-urat kaki dan tangannya. Aku jadi
kebingungan. Tak ada yang bisa memberitahukan kepadaku.
Gedung nampak sunyi senyap. Syukur, bubur yang kumakan tidak begitu banyak,
sehingga aku kehilangan kesadaranku hanya selama waktu
dua tiga jam saja. Akupun telah dapat berdiri dengan tegak.
Dan segera aku mengadakan pemeriksaan. Mayat-mayat itu
ternyata bukanlah mayat-mayat keluarga Cio-liang pay, tetapi
mayat-mayat tetamunya yang tadi menyaksikan pertandingan
Apa yang telah terjadi" "Tiba-tiba aku mendengar suara mengerang. segera aku
menghampiri dan kulihat seorang tamu yang tertusuk kedua
matanya. Tak usah kukatakan lagi, bahwa bakal buta
dikemudian hari, meskipun jiwanya selamat.
Segera aku menolongnya. Tatkala kena raba tanganku, dia
bertanyakan siapa diriku. Mendadak saja dia berkata dengan
berani: "Apakah kau calon mempelai?"
"Benar." sahutku, Ternyata dia seorang pendekar yang
tahan sakit. Tanpa memperdulikan keadaan dirinya, dia berkata:
"Syukurlah kau telah tersadar sekarang, sudikah kau
membawaku keluar dari gedung ini" Aku bernama Wong San
Cong, berasal dari Kam-leng, Aku bukan teman maupun
musuh musuh keluargamu, Kedatanganku ke sini sematamata
memenuhi undangan ayahmu. Katanya, ayahmu hendak
750 mengawinkan dirimu dengan bekas musuhnya. Maka aku
datang bersama pendekar Thio Kim San, dari Bu-tong pay."
Mendengar Shiu Shiu menyebut nama Thio Kim San, hati
Sin Houw terperanjat seperti mendengar petir di siang hari,
itulah nama ayahnya, Hampir saja ia membuka mulutnya.
Sukur Shiu Shiu telah mendahului meneruskan ceritanya:
"Dari mulutnya, aku mengetahui bahwa Beng Cin berhasil
dilarikan, Tatkala pendekar Thio Kim San dan Wong San Cong
tiba, mereka masih sempat menyaksikan Beng Cin sedang
disiksa, itulah perlakuan yang sewenang-wenang dan sebagai
pendekar yang berbudi luhur, mereka tak dapat membiarkan
tindakan itu terjadi dihadapan mereka. serentak mereka
bergerak hendak melakukan pertolongan.
Dan tepat pada saat itu, terjadilah suatu peristiwa
perebutan peta yang terdapat pada tubuh Beng Cin, mereka
saling bertengkar dan akhirnya saling bunuh-membunuh.
"Kesempatan itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh
pendekar Thio Kim San, Dengan pertolongan Wong San
Cong, ia memanggul tubuh Beng Cin dan dibawanya pergi.
Tetapi tidak semua yang hadir kalap oleh peta harta karun itu,
itulah keluarga kami bagian wanita.
Mereka berteriak-teriak menyerukan tanda bahaya, dan
pendekar Thio Kim San lalu dikepung. syukur masih ada Wong
San Cong yang melindungi. selain itu kebanyakan diantara
tamu terpancing pada peta harta karun itu. Dengan demikian,
kepergian pendekar Thio Kim San tidak mengalami rintangan
terlalu sulit. Tetapi walaupun demikian, kedua matanya Wong San
Cong kena tusuk senjata ayah, Dia masih bisa membalas
dengan menghamburkan senjata bidiknya. Ayah bisa
menyelamatkan diri, namun tak urung sebatang senjata bidik
itu dapat mengenai paru-parunya juga, Ayah tidak mati, tetapi
751 bidikan itulah yang kelak membawa mautnya beberapa tahun
kemudian. "Dalam pada itu hawa pembunuhan masih bergolak. susiok
Kun Cu berhasil mempertahankan diri, Tapi ia terkejut, ketika
mengetahui Beng Cin lenyap ! tepat pada saat itu, ayah roboh
terkulai pula sambil menuding keluar, Dengan serentak paman
Kun Cu melesat keluar mengejar pendekar Thio Kim San.
Karena dialah yang membawa kabur Beng Cin, Maka sisa
para tamu ikut mengejar pula, Tetapi bukannya mengejar
pendekar Thio Kim San, melainkan semata-mata untuk
mencoba merebut peta. "Entah bagaimana akhirnya, akan tetapi dikemudian hari
kudengar tutur kata mengenai pengejaran itu, Karena
memanggul orang, gerakan pendekar Thio Kim San terhalang,
Merasa diri bakal terkejar, ia menyembunyikan Beng Sin
dibalik gerombol belukar yang berada ditepi tebing, kemudian
ia mengadakan perlawanan dan pembelaan diri.
"Tetapi beberapa saat kemudian, corak dan tujuan
pertempuran jadi berobah tak keruan. itulah disebabkan
pengaruh peta harta karun. Kembali mereka saling berebut
dan saling bunuh dan pendekar Thio Kim San mempunyai
kesempatan untuk meninggalkan gelanggang.
Agar Beng Cin selamat, sengaja ia membuat penyesatan,
ia lari kearah yang bertentangan. Dan semenjak hari itu, ia
tiada kabar beritanya lagi..."
"Hey! Mengapa kau mengoceh tak keruan" Awas ...!" Ceng
Go memutus dengan berteriak nyaring.
"Hmm, apakah kalian kira aku takut mati" Kalian boleh
membunuhku. Bukankah kalian juga yang membunuh tamutamu
undangan dengan cara keji!" damprat Shiu Shiu dengan
pandang menyala. 752 "Keji bagaimana?" "Kau pancing mereka memasuki tanah jebakan, kemudian
kalian habisi jiwa mereka. Bukankah begitu?"
"Ngaco! Thio Kim San yang membunuh mereka!" teriak
Ceng Go dan Ceng Sam dengan berbareng.
"Hmm!" dengus Shiu Shiu, "Apakah kalian sangka tak ada
seorangpun yang menyaksikan peristiwa itu?"
"Siapakah orang itu" siapa?"
"Aku sendiri. Tatkala membimbing pendekar Wong San
Cong keluar dari dusun !" sahut Shiu Shiu dengan tegas.
Thio Sin Houw tertegun mendengar perkataan itu. samarsamar
ia seperti memperoleh penjelasan dan latar belakang
sebab-sebabnya ayahnya dimusuhi para pendekar dari
berbagai penjuru. Rupanya ayahnya disangkut pautkan dengan peristiwa
Gin-coa Long-kun dan masalah pembunuhan para pendekar
undangan yang sebenarnya dilakukan oleh keluarga Cio-liang
pay. Hanya bagaimana cara keluarga Cio-liang pay menjebak
dan membunuh mereka, belum jelas. "Anakku, Sin Houw!" kata Shiu Shiu, "Peta yang berada
ditangan paman Kun Cu sebenarnya adalah peta yang palsu.
inilah yang kukatakan tadi, bahwa jauh sebelumnya Beng Cin
telah membuat persiapan yntuk mengakali mereka. Berbulanbulan
lamanya mereka menggali sana-sini, uang ratusan ribu
telah mereka keluarkan sebagai beaya pencarian harta karun
itu, tetapi sebiji kerikil emaspun tak mereka peroleh . Ha-ha ...!
Benar-benar memuaskan sekali. Dan setidak-tidaknya bisa
menghibur hatiku..." 753 Ceng It berlima menggeram mendengar ejekan Shiu Shiu,
Menuruti hati ingin mereka menerjang dengan serentak akan
tetapi mereka takut terhadap Sin Houw, Maka akhirnya
mereka hanya mengumpat kalang-kabut.
Shiu Shiu sendiri tidak menggubris, setelah tertegun
sejenak, ia meneruskan lagi: "Dia telah disiksa, Urat-urat kaki dan tangannya telah
diputuskan. Walaupun pendekar Thio Kim San telah berhasil
menyelamatkan jiwanya, pastilah ia menjadi laki-laki yang
tidak berguna lagi, Aku tahu, hatinya keras dan angkuh,
sekarang aku mendengar berita dari kau, bahwa kau telah
merawat tulang-tulangnya, Artinya, dia benar-benar selamat
pada waktu itu, Untuk muncul kembali, pastilah dia tak
berdaya lagi. Kemudian mati oleh rasa hati dendam dan
mendongkol." Thio Sin Houw tak bergerak dari tempatnya, seakan-akan
tersihir, otaknya yang cerdas sibuk merangkai-rangkai
peristiwa itu, sekarang, latar belakang sebab~sebab terjadinya
pengejaran terhadap ayahnya, seakan-akan lebih jelas lagi,
itulah mengenai peristiwa pembunuhan dan peta.
Ayahnya dahulu pernah menyebut-nyebut jembatan
penyeberangan di atas gunung Bu-tong san. Apakah
maksudnya bukan mengenai peta harta karun itu"
Terjadinya pengejaran terhadap ayahnya, terang sekali
suatu fitnah, sebab ayahnya sama sekali tidak melakukan
pembunuhan. juga tidak ikut serta merebut peta harta karun.
Demikianlah kalau menurut cerita Shiu Shiu.
Dan rupanya, setelah mengetahui peta itu palsu, rasa
mendongkol dan penasaran mereka ditimpahkan kepada
ayahnya. Maka telah terjadi pengejaran itu, Alangkah jahat
dan kejinya fitnah itu! Dengan mata menyala, ia lantas
mengalihkan pandang kepada Ceng It berlima.
754 Dari luar halaman, Ceng It menantang:
"Hey, anak muda! Kau tadi mendengar ilmu gabungan
Ngo-heng tin, itulah ilmu sakti kebanggaan keluarga kami.
Bagaimana" Apakah kau berani mencobanya ..." Kalau
berani, hayo keluarI" Panas hati Shiu Shiu mendengar tantangan itu, akan tetapi
ia sadar ilmu gabungan itu memang hebat. Bahkan terlalu
hebat bagi Sin Houw, Maka dengan menahan diri, ia berkata
kepada Sin Houw: "Kau pulanglah! jangan layani mereka."
Sin Houw tahu maksud ibunya Giok Cu, Memang, untuk
mencoba-coba ilmu gabungan Ngo-heng tin, bukanlah mudah,
tetapi kalau hanya berlawanan seorang demi seorang dari
mereka, ia sanggup mengalahkan. Almarhum Lim Beng Cin
sendiri sulit memecahkan rahasia ilmu sakti itu. Terhadap
dirinya, Ceng It berlima sudah bersikap memusuhi. Kuat
dugaan mereka, bahwa diri mempunyai hubungan dengan
almarhum Lim Beng Cin, Karena almarhum adalah musuh
besar mereka, maka dirinyapun dianggap demikian pula.
Mereka berlima adalah manusia manusia kejam, Dan tidak
akan segan-segan menggunakan segala macam tipu daya.
Kemungkinan sekali , dia akan mengalami malapetaka,
apabila tidak berhati-hati. itulah sebabnya dia berbimbang hati.
"Hm! Jadi kau tidak berani, bukan ?" ejek Ceng Go. "Kalau
begitu, kau berlututlah dihadapan kami tiga kali! Dan kami
akan mengijinkan kau pergi dengan selamat."
Itulah suatu ejekan yang menyakitkan hati, sebelum Sin
Houw menyahut, berkatalah Ceng Sam menyambung
perkataan saudaranya: 755 "Kau akan ijinkan dia pergi dengan selamat" Kukira,
meskipun sekarang dia sudi berlutut, sudah kasep!" setelah
berkata demikian, ia membentak kepada Sin Houw dengan
suara nyaring: "Anak muda, malam ini kau harus mencoba-coba
kepandaian kami berlima!" Panas hati Sin Houw mendengar kata kata mereka berdua,
Tak sudi ia kalah gertak, maka menyahutlah ia dengan nyaring
pula: "Kudengar ilmu gabungan Ngo-heng tin ciptaan keluarga
Cio-liang pay, hebat sekali dan tak terkalahkan. Tetapi,
sebenarnya aku ingin mencobanya. sayang saat ini aku letih


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali, sudikah kalian mengijinkan diriku beristirahat selama
satu jam saja?" Thio Sin Houw mengganti sebutan paman dengan istilah
kalian, Artinya, ia memandang mereka sebagai musuhnya
pula, sebaliknya, mereka tak menghiraukan sama sekali.
Memang Sin Houw sudah dipandang sebagai musuh yang
harus di binasakan. Jawab Ceng Go dengan nada mengejek:
"Baik, satu jam! Tetapi meskipun kau beristirahat sampai
delapan hari, mustahil dapat lolos dari ilmu gabungan kami ! "
"Hey, nanti dulu!" seru Ceng Sam. Jangan-jangan binatang
ini sedang merencanakan suatu muslihat, Mari kita bereskan
sekarang saja!" "Jangan!" cegah Ceng lt. "Kakakmu telah mengabulkan
permintaannya. Biarlah dia hidup satu jam lebih lama, Hanya
saja, kita harus menjaganya, jangan sampai dia kabur!"
"Kalau begitu, perintahkan dia beristirahat didalam ruangan
latihan!" Ceng Sie memberi saran. "Disana kita
756 mengurungnya." "Baik." sahut Sin Houw, Kemudian ia bangun dari tempat
duduknya. Shiu Shiu berdua Giok Cu menjadi bingung, ingin mereka
mencegah, akan tetapi sama sekali tak berdaya.
Ternyata diruang tempat latihan itu terdapat beberapa
orang bersenjata lengkap, Diantara mereka, Sin Houw
mengenal tiga orang, itulah si Tangan besi Wong Bun Cit,
bersama Kie Song Sie dan Su Eng Nio. Melihat Sin Houw,
Wong Bun Cit berkata: "Saudara yang baik, Kami mendengar kau diberi
kesempatan beristirahat selama satu jam. Kau gunakanlah
sebaik-baiknya, apabila lilin-lilin itu padam, itulah tanda waktu
istirahatmu sudah habis." Sin Houw tidak menjawab. ia hanya memanggut.
Setelah mengambil tempat duduk Sin Houw menebarkan
penglihatannya kepada Ceng It berlima yang ikut duduk
dengan sikap mengurung, pada penjuru tertentu yang telah
mereka perhitungkan pikirnya didalam hati:
"Memang sulit untuk memecahkan barisan mereka."
Kemudian iapun teringat bahwa Gin coa Long-kun yang
berkepandaian sangat tinggi, masih tak sanggup
memecahkan.rahasia ilmu Ngo-heng tin, Namun tiba-tiba
iapun teringat pada beberapa halaman terakhir buku warisan
ilmu sakti Gin-coa long-kun. Mungkinkah itu sengaja
dipersiapkan untuk melayani dan menghadapi serangan
musuh yang tiba dari berbagai penjuru"
"Syukurlah aku telah menemukan kitab itu dan dapat
memahami isinya,.." pikirnya lagi.
757 Memperoleh pikiran itu, Sin Houw jadi tenang hatinya.
Kedua matanya yang terpejam menyenak dan menyinarkan
cahaya berkilat, wajahnya nampak terang.
Selama itu Giok Cu terus memperhatikan keadaan Sin
Houw. ia ikut berlega hati ketika melihat wajah pemuda itu
terang-benderang. Dan Thio Sin Houw yang telah memperoleh ketetapan hati,
segera bangkit dari kursinya dan berkata memutuskan:
"Cukup! Aku sudah cukup beristirahat silahkan kalian
mulai!" ***** ITULAH KEPUTUSAN yang mengejutkan - karena lebih
cepat dari waktu yang telah ditentukan. Akan tetapi Ceng It
bersikap acuh tak acuh, Mereka segera memerintahkan anak
buahnya untuk menukar lilin-lilin yang baru, Kursi-kursi pun
segera disingkirkan. Kata Sin Houw:
"Marilah kita tentukan dahulu mengenai syarat-syarat
menang dan kalahnya." "Hmm, Kalau kau menang, bawalah emas yang kau
kehendaki. sebaliknya kalau kau kalah, tak usah dibicarakan
lagi!" sahut Ceng It, "Kalau begitu, bawalah emas itu ke sini, bila aku menang
segera akan ku bawa pulang." "Hey, Giok Cu!" kata Ceng It dengan membusungkan
dada. "Bawalah kantong emas itu ke sini."
Didalam hati Giok Cu menyesali diri sendiri. Kalau tahu
bakal begini jadinya, pastilah dia akan mengembalikan
758 kantong emas itu ketika Sin Houw datang meminta, sekarang
pemuda itu di paksa mempertaruhkan jiwanya, itulah suatu hal
yang tidak dikehendaki. sekarang tak dapat ia berbuat lain
kecuali patuh kepada perintah pamannya.
Maka dengan lesu ia mengambil kantong emas yang
disimpannya, Kemudian di tempatkan diatas lantai, setelah itu,
Ceng It berlima segera berseru: "Mari kita mulai!" Merekapun dengan serentak menghunus senjata masingmasing,
Sin Houw segera bersiaga pula, Akan tetapi tatkala
hendak bergerak, tiba-tiba terdengarlah suara tertawa yang
disusul dengan kata-kata nyaring: "Saudara Thio Ceng It! Aku Go Eng Cay datang
berkunjung untuk mengunjuk hormati"
Belasan orang segera memasuki tempat berlatih saling
susul. Perawakannya tidak rata, ada yang tinggi besar, pendek
, gemuk dan kurus. Dan yang berjalan didepan adalah Go Eng
Cay, pangcu atau ketua dari persekutuan Liong-yu pang.
Ceng It menyambut kedatangan Go Eng Cay dan
mempersilahkan duduk. Bertanya minta keterangan:
"Go hengtiang, sahabatku, Tengah malam buta kau
mengunjungi pondok kami. sebenarnya apakah maksud
kalian" Ha, kulihat pula rekan Buyung Hok datang pula, benarbenar
suatu kehormatan besar bagi kami."
Setelah berkata demikian, Ceng It membungkuk hormat
kepada seorang tetamu yang berada dibelakang Eng Cay,
Orang itu pesolek, usianya kurang lebih empat puluh tahun.
Pakaiannya rapih, sehingga mirip seorang laki-laki hidung
belang yang doyan perempuan. 759 Dengan menyertai tawa, Go Eng Cay berkata:
"Saudara Ceng It, kau berbahagia sekali. Kau mempunyai
keponakan perempuan yang cerdas dan berkepandaian
sangat tinggi, sehingga Wong Bun Cit dan beberapa
kawannya roboh ditangannya." Ceng It menjadi heran mendengar perkataan itu, ia
memang belum menerima laporan tentang sepak terjang Giok
Cu mengenai perampasan emas. Kini ia sedang menghadapi
seorang lawan tangguh, maka tak ingin ia membuat persoalan
baru, sahutnya dengan sabar: "Lauwheng, sebenarnya apakah yang telah dilakukan oleh
keponakanku" Percayalah, kami tidak akan melindungi pihak
yang bersalah." Go Keng Cay tidak mengetahui latar belakang persoalan
keluarga Cio-liang pay. ia tak pernah menduga, bahwa pada
saat itu Ceng it berlima sudah memandang Giok Cu sebagai
musuh yang harus disingkirkan. Tatkala melihat Sin Houw
berada diantara keluarga Cio-liang pay, rasa herannya kian
bertambah. Bukankah pemuda itu yang dilaporkan sebagai seorang
pendekar muda yang berkepandaian tinggi" Karena pikirannya
itu, ia lalu berkata: "Kami dari pihak Liong-yu pang, belum pernah bentrok
dengan pihak kalian. Karena itu dengan memandang pada
kalian berlima, biarlah kuselesaikan persoalan Jie Cu Pang,
Kuanggap kematiannya terjadi karena kepandaiannya sendiri
yang masih dangkal. Hanya saja, mengenai emas itu, kami
tel Bara Naga 3 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Bentrok Para Pendekar 5
^