Golok Halilintar 13

Golok Halilintar Karya Khu Lung Bagian 13


egitu, dengarkan, Sejak hari ini kau harus berjanji tidak akan
bertemu lagi dengan Cie Lan, Bila kau terima syaratku ini,
segera aku akan mohon maaf kepadamu," Dan ia tertawa
manis-manis sekali. Sin Houw tertegun. ia merasa diri sulit menerima perjanjian
itu, ia merasa berhutang budi terhadap Cie Lan. juga terhadap
ibunya. Kepada mereka berdua ia hendak membalas budinya,
Karena itu, tak dapat ia menerima syarat Giok Cu.
"Memang sudah kuduga, bahwa kau takkan dapat
mengabaikan Cie Lan yang manis luar biasa." Giok Cu
menggerutu Kemudian dengan mendadak, ia lari ke tengah
hujan lebat. "Hey, Giok Cu!" Sin Houw gugup.
Giok Cu tidak menghiraukan. ia lari terus. Makin lama
831 makin menggila, syukurlah, pada sebuah tikungan, ia melihat
sebuah barak kosong, segera ia berteduh dan bermaksud
bersembunyi. Akan tetapi Sin Houw dengan tiba-tiba saja
sudah berada dibelakangnya. Gadis itu dalam keadaan basah kuyup, padahal ia
mengenakan pakaian dari bahan tipis. Maka bentuk tubuhnya
yang ketat padat nampak menggiurkan.
"Kau memang senang menghina diriku." katanya
menggerutu. "Menghina bagaimana?" Sin Houw heran.
"Sesudah tidak memperoleh perhatianmu, kau senang
sekali aku dalam keadaan begini."
Secara wajar Sin Houw meruntuhkan pandang kepadanya.
Dan kulit Giok Cu yang hanya teraling sehelai pakaian tipis,
tiba-tiba saja mendebarkan hatinya, ia jadi tahu diri, terus saja
ia menanggalkan pakaian rangkapnya dan diselimutkannya.
Mendadak saja Giok Cu menangis dengan sedih. Dan
kembali lagi Sin Houw jadi tercengang, Kesalahan apa lagi
yang telah diperbuatnya" ia tak tahu bahwa dengan tiba-tiba
saja Giok Cu teringat akan cinta kasih ibunya begitu Sin Houw
menyelimuti tubuhnya yang basah kuyup dengan kain rangkap
yang kering hangat. Dan ibunya kini telah tersimpan rapat
didalam guci yang di bawanya. Sin Houw membiarkan gadis itu menangis sepuasnya.
Menghadapi gadis yang luar biasa itu, ia harus dapat menahan
diri. Hanya saja, sampai hujan berhenti, masih saja Giok Cu
menangis sedih. suatu kali, ia melihat gadis itu mencuri
pandang kearahnya, Aneh, begitu beradu pandang, tangisnya
makin menjadi-jadi. 832 "Baiklah," pikir Sin Houw didalam hati. "Aku ingin tahu
sampai kapan kau betah menangis. Apakah air matamu
melebihi lautan Atlantik" Hm, benar benar aku ingin tahu!"
Tentu saja Giok Cu tak mengetahui apa yang terpikir
didalam hati pemuda itu. ia terus menangis dan menangis
sampai tiba-tiba terdengar suara langkah terantuk-antuk batu
mendekati barak. Dan lama kemudian, nampak seorang lakilaki
memayang seorang perempuan. Nampaknya perempuan
itu menderita sakit, ia merintih dan mengerang.
Laki-laki itu iba kepadanya. ia mencoba meringankan
penderitaannya dengan kata-kata bujukan. Dan oleh
munculnya mereka berdua, Giok Cu berhenti menangis. Tak
sengaja, ia memperhatikan gerak-geriknya, Juga Sin Houw tak
terkecuali. Dan tiba-tiba saja timbullah suatu pikiran didalam
benaknya. Tak lama kemudian, sepasang suami isteri itu meneruskan
perjalanannya dengan tertatih-tatih, sebentar Giok Cu
mengikuti dengan pandang matanya. Lalu bersiap-siap hendak meneruskan perjalanannya pula,
selagi hendak meninggalkan pintu keluar, tiba-tiba ia
mendengar Sin Houw memekik tertahan:
"Aduh ... aduuuuh!" Kaget ia memutar tubuh. Dan pada saat itu ia melihat Sin
Houw meliuk-liuk menahan sakit. Kedua tangannya menekan
perut dan mengaduh terus-menerus oleh rasa kaget, Giok Cu
melompat dengan membawa gucinya, Kemudian diletakkan
diatas tanah sambil berseru gugup: "Kenapa?" 833 Sin Houw tak menjawab. ia rebah terduduk diatas tanah,
Keringan dingin membasahi seluruh tubuhnya.
"Kenapa" Sakit perut?" Giok Cu menegas.
Tetap saja Sin Houw tak menyahut. ia meringis kesakitan
dan terus merintih . Tetapi didalam hatinya ia berkata - "sekali
bermain sandiwara, tak boleh kepalang tanggung...
memperoleh keputusan itu, ia menahan napas. sebagai
seorang pemuda berilmu tinggi ia dapat mengatur napasnya
sesuka hatinya. Dan begitu napasnya tertahan, sekujur
badannya dingin dengan mendadak. "Sebenarnya kau kenapa?" Giok Cu gugup tak keruan. Kali
ini hatinya benar benar sibuk. ia meraba pergelangan tangan
Sin Houw, Dingin! Dan ia lantas menangis kebingungan.
Maklumlah, selamanya belum pernah ia merawat orang sakit.
Bahkan ibunyalah yang selalu merawat dirinya bila sakit,
Karena itu cepat sekali ia kehilangan akal.
Sin Houw benar-benar tak mau kepalang tanggung,
Dengan tersekat-sekat ia berkata: "Giok-moay, agaknya sakitku ini tak dapat disembuhkan
lagi, Kau berangkatlah seorang diri, jangan perdulikan aku..."
"Tapi, kenapa" Kenapa kau mendadak sakit" Kenapa?"
Giok Cu setengah menjerit. "Giok-moay, sebenarnya aku mempunyai penyakit
turunan." sahut Sin Houw dengan suara lemah. "Setiap kali
aku menjadi sedih atau merasa mendongkol penyakit itu
kambuh, sekarang hatiku pepat, sedih dan mendongkol.
perutku lantas sa ... aduh!" Benar-benar Giok Cu kebingungan. Lupa dia kepada adat
zaman itu, terus saja ia merangkul, Kemudian mengurutngurut
dada dan perut Sin Houw. 834 Sin Houw jadi kegelian sendiri, ia malu dan kikuk kena
dipeluk seorang gadis. Apalagi kena peluk seorang gadis
basah kuyup yang membuat bentuk badannya jadi jelas dan
bergairah. "Sin koko! Tak boleh kau mati ... Memang akulah yang
membuat hatimu sedih, mendongkol dan..." Giok Cu meratap.
"Memang aku seorang gadis tak tahu diri, seorang gadis
sebatang kara yang berkepala batu, Koko, aku berjanji tidak
akan membuatmu sedih dan mendongkol lagi."
Mau tak mau Sin Houw tertawa di dalam hati, ia berhasil
dalam peranannya, Berkata didalam hati:
"Aku kini kena peluknya, Kalau sandiwaraku bubar tengah
jalan, aku bakal dikecam sebagai seorang pemuda kurang
sopan ..." dan ia terus merintih-rintih panjang dan pendek.
Kemudian ia mengeluh mengambil hati:
"Tak dapat aku hidup lebih lama -Giok-moay ...kalau aku
sampai mati... jangan kau bakar diriku, Aku, takut panas.
Karena itu kubur saja dengan wajah tengkurup, Lalu ... carilah
.. suhengku dan kabarkan tentang nasibku .. yang buruk ini
aduuuuh!" "Tidak! Tak boleh kau mati!" Giok Cu menangis.
"Sebenarnya aku hanya berbohong dan bermain sandiwara
kepadamu. Aku tidak marah kepadamu. Yang kuharapkan,
agar kau menaruh perhatian kepadaku. Koko... aku sayang
padamu... jika kau mati, akupun akan bunuh diri dan mati
didampingmu..." Hati Sin Houw tergetar. Gadis itu berkata dengan sungguhsunggun
diantara tetesan air mata, Mustahil dia sedang
bersandiwara seperti dirinya. Maka ia berpikir didalam hati:
"Akh, aku tidak sangka bahwa dia menyintai aku." dan
835 aneh memperoleh pikiran demikian, mendadak saja hatinya
terselimut perasaan syukur dan bahagia. ia lantas jadi
bimbang. Apakah ia harus bersandiwara terus"
Dalam pada itu rangkulan Giok Cu terasa makin erat,
Gadis itu sedih dan cemas bukan kepalang. ia mengira Sin
Houw benar-benar tak tertolong lagi. ia mengeluh sedih:
"Koko ... jangan tinggalkan aku. Kau tak boleh mati, atau
matilah bersamaku !" Hati Sin Houw benar-benar tergoncang, Tiba-tiba saja
berkelebatlah bayangan Hong Kiauw dan Cie Lan. Kemudian
ayah-bunda, kakak tertua dan saudara perempuannya,
seketika itu juga teringatlah dia kepada darma yang harus
dilakukan. Oleh pikiran itu, ia jadi malu -kepada dirinya sendiri. Terus
saja ia menguraikan rangkulan Giok Cu. Kemudian berkata:
"Giok Cu. Kau mengaku hanya bermain sandiwara
terhadapku dengan berpura-pura marah, Akupun sebenarnya
sedang bersandiwara pula terhadapmu. Maafkan aku." setelah
berkata demikian ia tertawa terbahak-bahak untuk meyakinkan
gadis itu. Tentu saja, pengakuan itu membuat hati Giok Cu kaget
dan malu bukan main, ia tercengang sejenak. Tiba-tiba ia
melayangkan tangannya menampar telinga Sin Houw,
Kemudian melompat bangun dan lari dengan membawa guci
abu. Telinga Sin Houw terasa pengang, Tamparan itu benarbenar
tak terduga olehnya, Lagipula terlalu dekat, sebagai
seorang pendekar yang memiliki kepandaian tinggi,
sebenarnya dapat ia mengelak atau menangkis. Tapi ia tidak
sampai hati membuat gadis itu kecewa. Maka ia membiarkan
836 dirinya di tampar, Hanya saja tak pernah mengira, bahwa
tamparan Giok Cu terlalu keras. itulah suatu tanda, bahwa
gadis itu benar-benar marah. "Akh, aku benar-benar semberono. Kalau kali ini ia marah
benar-benar... itulah akibat kesalahanku sendiri." ia mengaku
didalam hati, cepat ia melompat bangun dan terus mengejar,
Dengan ilmu ringan tubuhnya yang sempurna, ia tak
mengalami kesukaran sedikitpun untuk menyusul, sebentar
saja ia sudah berada satu langkah dibelakang gadis itu.
"Giok Cu, maafkan aku!" katanya berulangkali.
Tetapi Giok Cu tak sudi mendengarkan. Hatinya malu,
menyesal dan... marah. ia merasa benar-benar dipermainkan,
sebagai seorang gadis adalah tabu apabila membuka rahasia
hatinya begitu jelas dihadapan seorang pemuda yang justru
menjadi tambatan hatinya. Tetapi setelah lari mengumbar adat selintasan lamanya,
mendadak saja kekerasan hatinya jadi lemah dengan tak di
kehendakinya sendiri, ia menoleh dan melihat pipi dan telinga
Sin Houw merah akibat tamparannya, Makin ia menjadi
perasa, Dan terjadilah suatu pergumulan hebat antara
penyerahan dan keangkuhannya. Akhirnya meletuslah perbendaharaan
hatinya: "Kau menjemukan sekali ..."
Girang hati Sin Houw mendengar kata-kata Giok Cu.
Alangkah manis dan sedapnya, Semanis dan sesedap tetesan
madu, Bukankah kata-kata itu sendiri berarti suatu uluran
perdamaian, Maka sahutnya: "Giok Cu, aku memang keterlaluan, Maafkan aku ..."
"Kalau sudah kumaafkan, lalu bagaimana?" Giok Cu
merengut. 837 "Aku senang!" Giok Cu menundukkan kepalanya. ia memperlambat
larinya. Akhirnya berjalan dengan langkah terantuk-antuk, Dan
menjelang magrib mereka tiba di sebuah desa yang berada
tak jauh didepannya. Mereka berdua mencari rumah makan dan didalam rumah
makan itu, barulah mereka dapat duduk berjajar dengan
perasaan damai. Dengan berdiam diri mereka saling pandang,
Giok Cu masih agak basah pakaiannya, sedang Sin Houw
tersenyum simpul. "Hey, mengapa kau mengumbar mulut?" tegur Giok Cu.
"Apa yang kau gelikan?" "Perutku." sahut Sin Houw seenaknya.
"Kenapa perutmu" sakit lagi?" dan gadis itu nampak
sengit. "Bukan, Lapar! Yang sakit adalah pipiku."
Giok Cu tertawa, Tawa manis sekali. Sin Houw pun
tertawa. Akhirnya mereka tertawa berbareng, Dan pada detik
itu pula, hati mereka benar-benar berdamai. Mereka lantas
bercakap-cakap sambil makan dan minum.
Malam hari itu mereka menginap di rumah seorang
penduduk desa, Puas hati Giok Cu, karena Sin Houw ternyata
seorang pemuda yang sopan. Sama sekali ia tak menggoda
atau mencoba membawa pembicaraan kearah tertentu.
Bahkan ketika rasa kantuk tiba, ia tidur menggeletak diluar
gubuk, diatas seonggok jerami kering.
Keesakan harinya, mereka mandi disebuah sungai yang
838 jernih airnya. setelah ganti pakaian, berkatalah Sin Houw:
"Giok Cu. Kurasa tugas kita yang terpenting adalah
mengantarkan abu ibumu mendaki gunung Hoa-san,
Bagaimana pendapatmu?" "Benar." Giok Cu membenarkan."Tetapi bagaimana
sebenarnya atau asal mulanya kau dapat menemukan makam
ayah." "Nanti kuberitahukan sambil meneruskan perjalanan."
sahut Sin Houw. Mereka mengisi perut dahulu. Kemudian meneruskan
mengarah ke barat dan sambil berjalan, Sin Houw
menceritakan pengalamannya tatkala mula-mula menemukan
goa Gin-coa Long-kun yang bersembunyi diatas puncak
gunung Hoa-san. Bagaimana ia memperoleh kitab dan peta
warisan yang akhirnya dapat dipergunakan untuk
menghancurkan ilmu kebanggaan keluarga Cio-liang pay.
Giok Cu girang berbareng berduka, ia girang karena
ayahnya ternyata seorang "tay-hiap" atau pendekar besar
yang pantas dikagumi. sebaliknya ia berduka mengenangkan
nasib ibunya yang malang. Mengapa ibunya dilahirkan hanya
untuk menderita" Mengapa di dunia ini seolah-olah tiada
kedamaian"

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Masing masing membawa persoalannya sendiri yang
penuh duka-cita. Dan terasa sekali dalam hati manusia betapa
sempit dan terlalu pendek masa damai yang dapat terteguk
oleh insan yang benar-benar merindukan.
Kemudian Giok Cu berkata kepada Sin Houw:
"Sebenarnya bagaimana sih rupanya peta itu" Bolehkah
aku melihatnya?" 839 "Kenapa tidak" ini adalah warisan ayahmu. sebenarnya
harus kuserahkan kepadamu." sahut Sin Houw, Dan ia
menyerahkan peta itu. Giok Cu menerima dengan tangan gemetar, ia berdiam diri
merenungi dan mempelajari. Hatinya berduka berbareng
girang, ia mencoba mengalihkan peta itu kedalam ingatannya,
Tentu saja ia membutuhkan waktu berhari-hari lamanya dan
pada suatu hari, tiba-tiba ia berkata:
"Sin koko, Lebih baik kita undur dahulu perjalanan kita
mendaki gunung Hoa-san, Kurasa harta warisan ini sangat
penting," Sin Houw heran. "Penting bagaimana?" tanyanya.
"Bukankah peta ini menyebutkan tentang harta warisan"
Kata ayah, barang siapa memperoleh harta ini, diwajibkan
menyerahkan uang sebesar seratus ribu tail, Kalau begitu,
jumlah harta warisan ini pasti luar biasa banyaknya,
Barangkali kita mampu membeli sebuah pulau."
Sin Houw menghela napas. Diam-diam ia membenarkan
perkataan Giok Cu, bahwa harta warisan itu tak ternilai
harganya. Katanya perlahan: "Akan tetapi, mengantarkan abu ibumu adalah suatu tugas
mulia dan juga penting, Lagipula sebenarnya aku mempunyai
kewajiban mencari saudara saudaraku yang hilang."
"Saudara-saudaramu?" Giok Cu menegas.
Sin Houw mengangguk. Kemudian ia menceritakan riwayat
hidupnya sejak kanak-kanak sampai berguru kepada Bok Jin
Ceng, Dan mendengar riwayat hidup Sin Houw, gadis itu jadi
840 terharu. Akan tetapi atas saran Giok Cu, akhirnya Sin Houw
menyetujui untuk lebih dahulu mereka mencari harta warisan
itu yang akan mereka sumbangkan bagi kepentingan
perjuangan rakyat, setelah itu baru mereka mengantarkan abu
jenazah ke puncak gunung Hoa-san. Sin Houw kemudian mengajak Giok Cu, untuk mereka
sama-sama mempelajari peta peninggalan Gin-coa Long-kun.
Ditengah-tengah peta itu terdapat bundaran merah.
Disampingnya tertera kalimat kata "KUNCI", Dan ditengahnya,
atau didalam lingkaran itu terdapat sederet kata-kata "ISTANA
GAK HUI", "Menurut keterangan yang terdapat pada peta warisan itu,
dikatakan bahwa harta besar itu disimpan didalam tanah pada
sebuah kamar yang terpencil dipekarangan istana Gak Hui,
dan setahuku istana itu dahulu berada di kota Lam-khia, Asal
kita dapat mencari istana itu, tentu kita akan mendapatkan
sesuatu pengalaman lain." kata Sin Houw selagi melipat lagi
peta itu. Setelah memperoleh kata sepakat, keduanya kemudian
merubah arah tujuan perjalanan mereka, Akan tetapi di
sepanjang perjalanan itu mereka tidak lagi pernah
membicarakan urusan harta warisan, karena mereka
menyadari bahwa kalau pembicaraan mereka dapat didengar
oleh lain orang, akan dapat menimbulkan kerepotan bagi
mereka. Pada jaman dahulu, kota Lan-khia merupakan sebuah kota
besar yang ramai dan banyak penduduknya. Akan tetapi kini
kota itu merupakan sebuah kota tua yang kurang mendapat
perhatian dari pemerintah penjajah, Bangunan rumah dan lain
sebagainya kebanyakan masih merupakan bangunan tua yang
kurang di rawat maupun dipugar. 841 Sin Houw berdua Giok Cu menginap disebuah rumah
penginapan yang dinding bangunannya sudah banyak yang
cacat dan kotor. walaupun demikian, banyak juga
pengunjungnya mungkin sekali rumah penginapan itu
merupakan satu-satunya rumah penginapan yang dianggap
masih cukup baik dan besar bangunannya.
Sin Houw berdua Giok Cu tidak mengetahui dimana
tepatnya bekas istana Gak Hui itu, sehingga mereka sengaja
bergaul dengan para tamu lain maupun dengan para pelayan.
Mereka mencoba minta keterangan tentang bekas istana yang
mereka cari, tetapi diluar dugaan mereka ternyata orang-orang
yang mereka tanyakan tidak pernah mengetahui tentang
istana yang dimaksud. "lstana" Dimanakah ada sebuah istana disini?" sahut
seorang pelayan heran, "Akh, sejak dilahirkan belum pernah
aku melihat istana itu disini."
"Kau bohong!" Giok Cu habis sabar.
"Barangkali di sekitar kota ini..."
"Kalau tak percaya, silahkan cari sendiri!" sahut pelayan
itu. Giok Cu yang berwatak berangasan, hampir saja
menampar pelayan itu, Kata katanya dianggapnya
menghinanya. Untung, Sin Houw kenal watak kawan
seperjalanannya itu, segera ia mengajaknya berjalan-jalan
keluar penginapan mencari keterangan ditempat lain.
Tetapi sampai pada hari ke lima, usaha mereka tetap tak
berhasil. Kota tua itu memang tak memiliki sebuah istana, oleh
kekesalan hati, mereka berjalan-jalan sejadi-jadinya. Kini
mereka mendaki sebuah bukit untuk melihat matahari
842 tenggelam di barat. Namun di dorong oleh rasa kesal,
keindahan alam dipetang hari itu sama sekali tak merasuk
didalam perbendaharaan hati. Tiba-tiba Sin Houw yang memiliki telinga tajam,
mendengar sesuatu yang mencurigakan. Cepat-cepat ia
memberi kisikan kepada Giok Cu: "Bersembunyi!" Giok Cu percaya benar kepada kawan seperjalanannya itu,
Terus saja ia melompat mengikuti dan bersembunyi ditengah
pekuburan. Dan tak lama kemudian terdengarlah suara
langkah dari dua penjuru yang datang hampir berbareng,
Belasan orang jumlahnya dan mereka semua menyandang
senjata tajam. Waktu itu matahari telah tenggelam, sehingga mereka
nampak bagaikan bayangan yang tiba berduyun-duyun.
Selagi mereka datang saling mendekati, terdengarlah
tepuk tangan sandi dua kali berturut-turut dari arah barat dan
timur. Mereka lantas bergabung menjadi satu, kemudian
duduk di atas tanah dengan membungkam mulut.
Jarak antara mereka dan Sin Houw berdua, kira-kira
duapuluh langkah. Dan karena pendengaran Giok Cu tidak
setajam Sin Houw, ia bergerak maju mendekati.
"Tunggu!" cegah Sin Houw seraya menarik bajunya.
"Kenapa?" tanya Giok Cu tak senang hati.
Sin Houw memberikan aba-aba dengan menempatkan jari
tangan di bibirnya. Tak lama kemudian, terdengarlah
gelombang angin memukul daun-daun pohon. Rumput diatas
pekuburan nampak seolah-olah bergerak.
843 Berbareng dengan adanya suara itu Sin Houw menyambar
lengan Giok Cu. Dan dibawa berlompat kearah sebuah batu nisan
bertembok keliling, Mereka bersembunyi dibaliknya. Dan pada
saat itu nampaklah sesosok bayangan yang tiba-tiba saja
sudah berada di depan rombongan. segera mereka berdua
menajamkan penglihatan dan pendengaran.
Didalam hati Giok Cu kagum terhadap kegesitan Sin Houw,
Hebat tenaganya dan cepat mengambil keputusan.
Sementara itu mereka mendengar suara seseorang yang
bersuara parau: "Saudara-saudara sekalian. Dari jauh kalian datang,
pastilah kalian tidak hanya mengorbankan harta dan juga
waktu, bahkan tenaga." Seseorang yang lain menyahut: "Guruku sedang sakit, Hampir satu bulan beliau berada
diatas ranjangnya, Untuk memenuhi undangan kalian, beliau
mengirimkan susiok Lie Kong seng pemimpin kami, Lie susiok
mendapat perintah dari Hoa suhu, untuk mematuhi segala
perintah The Cuncu." "Gurumu, Hoa Seng Kok benar-benar memperhatikan
kesulitanku, Perkenankan aku menghaturkan terima kasih tak
terhingga kepadanya." kata orang yang bersuara parau.
Dialah yang disebut The Cuncu, Nama lengkapnya The Sie
Ban. Sin Houw tak dapat melihat wajah orang itu dengan jelas,
Akan tetapi, potongan tubuhnya tinggi ramping, dan gerakgeriknya
nampak gesit, pastilah dia seorang yang memiliki
kepandaian berarti. 844 Dan The Sie Ban terdengar berkata lebih lanjut:
"Saudara Lie Kong seng terkenal dengan ilmu pedangnya,
yang telah menggetarkan wilayan selatan. Kau sudi datang
membantuku, Karena itu, usaha kita pasti akan berhasil.
saudara Lie, hatiku benar-benar lega melihat kehadiranmu."
"Akh, janganlah Cuncu terlalu memuji." terdengar
seseorang menyahut, ia bertubuh kasar. "Kami, anggauta
Hay-see pay terlatih hidup sederhana sejak dahulu, sekarang
kami mencoba-coba diri untuk membantu kesulitan The cuncu,
Tapi yang kukhawatirkan, jangan-jangan kami semua tak
becus menyelesaikan kesulitan cuncu."
Tergetar hati Sin Houw mendengar orang itu menyebutnyebut
Hay-see pay. Dahulu, semasa hidup dengan ayah bundanya, bukankah
anggauta Hay-see pay juga ikut mengganggu kedamaian
keluarganya" sekarang orang itu dan rombongannya datang
dari jauh, maka pastilah persoalan The Sie Ban merupakan
suatu masalah maha penting dan maha besar.
Oleh pikiran itu, segera ia menajamkan pendengarannya
agar dapat mengikuti pembicaraan mereka dengan jelas.
Tetapi ternyata mereka berbicara dengan kata-kata basabasi
belaka, Mereka saling segan dan berhati-hati dan pada
saat itu terdengarlah suara tepukan tangan yang datang dari
arah utara, kemudian muncullah rombongan ke tiga yang
datang saling menyusul. Tak lama lagi muncul dua rombongan
pula. Dan melihat kedatangan kedua rombongan itu, mereka
berdiri menghormat serta menyebut-nyebut golongan Siauwlim,
Kun-lun dan Hoa-san pay, sedang rombongan ketiga
adalah para anggauta gerombolan yang bermukim disekitar
845 gunung Hing-san. Tak lama kemudian masing-masing pemimpin rombongan
saling memperkenalkan diri. Lie Kong Seng memimpin
rombongan dari Hay-see pay, Thia Bu Bok dari Kun-lun pay,
sedangkan rombongan dari gunung Hing-san dipimpin oleh
Nio Cun Swie. Mendengar nama-nama mereka, Sin Houw jadi semakin
heran. Bukankah mereka adalah orang-orang yang
kenamaan" Gurunya seringkali menyebut nama-nama
mereka. Masing-masing memiliki kepandaian tinggi dan
keistimewaannya, sehingga mereka bersikap angkuh dan tak
sudi saling mengenal. Tetapi apa sebab tiba-tiba pada petanghari itu, mereka
berkumpul dan nampak bersatu padu untuk membantu
memecahkan kesulitan The Sie Ban yang mereka panggul
cuncu" The Sie Ban bersikap mengambil hati terhadap mereka
semua. Tiada hentinya ia menyatakan rasa terima kasih
dengan membungkuk hormat. Maka jelaslah sudah, bahwa
kedatangan mereka adalah atas undangannya.
Diam-diam Giok Cu heran pula menyaksikan kehadiran
mereka. sebagai se orang yang biasa hidup berkelana untuk
mencari mangsa, tahulah dia siapa mereka . Meskipun belum
pernah melihat orangnya, tetapi ia mengenal nama mereka
sebagai orang-orang ternama. Kepandaian mereka pasti tinggi dan tak boleh diremehkan,
sadar akan hal itu, tak berani ia bergerak. sedikit saja
menimbulkan kecurigaan mereka, akan berakibat runyam.
Sementara itu terdengar Thia Bu Bok dari Kun-lun pay
berkata: 846 "Saudara The, kami datang atas nama ikrar setia kawan.
Beberapa hari lagi, kawan-kawan dari Kong-tong pay, dan
beberapa rombongan lainnya, akan datang menyusul. Bahkan
beberapa saudara dari Hoa-san pay akan datang juga."
"Hoa-san pay" siapa yang bakal datang?" seru The Sie
Ban. "Akh, bagus sekali! Murid siapakah mereka?"
Sin Houw terkejut, berkata dalam hati dengan perasaan
heran: "Siapakah mereka" Kenapa Hoa-san pay ikut pula didalam
persekutuan ini?" Terdengar jawaban Thia Bu Bok: "Mereka adalah yang dipimpin oleh Nie Sun Kiong dan Sie
Liu Hwa, Kabarnya mereka berdua adalah murid pendekar Pui
Tong Kim." "Apakah Thia hiantee bersahabat dengan mereka berdua?"
Nio Cun Swie ikut bicara. "Bersahabat sih tidak." jawab Thia Bu Bok, "Yang jelas,
mereka datang atas undangan The Cuncu, Dengan demikian,
mereka merasa diri ikut serta memperkokoh ikrar setia kawan
yang menjadi sendi dan cita-cita kita bersama, Bukankah
begitu?" "Benar!" kata Nio Cun Swie. "Kakak seperguruannya yang
bernama Kiang Yan Bu adalah sahabat karibku. Dialah murid
pendekar Pui Tong Kim yang tertua. Kabarnya, diapun ikut
serta." "Kiang Yan Bu?" seru Lie Kong Seng, "Bukankah dia
seorang ahli pedang yang tiada tandingnya" Kabarnya, dia
pernah mengalahkan tujuh pendekar pedang dari wilayah
barat."

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

847 "Benar, Memang dialah." The Sie Ban meyakinkan.
Mendengar serangkaian tanya jawab itu, hati Sin Houw
menjadi lega, Rasa tegangnya menurun. pikirnya didalam hati:
"Akh, aliranku ikut serta didalam persekutuan ini. Kalau
begitu, mereka adalah orang-orang yang bertujuan mulia.
sebaiknya akupun membantu mereka dengan diam-diam,
sebenarnya, kesulitan apakah yang diderita oleh The Sie Ban
sampai mendatangkan bantuan begini banyak ?"
Pada saat itu terdengarlah suara The Sie Ban:
"Cuwie hiantee, kakakku dahulu meninggal dengan hati
penasaran, sepuluh tahun lamanya aku berkelana hendak
menuntut balas, Tetapi orang yang membunuh kakakku itu
lenyap tiada kabarnya, seakan-akan iblis. Tetapi oleh
ketekunanku akhirnya Tuhan membuka mata dan telingaku.
Beberapa hari yang lalu, aku mendapat kisikan dua
sahabatku, Ang Siu Tim dan Nie Seng Kok, mereka berdua
menyebut seorang bajingan bernama Sim Pek Eng.
Pernahkah cuwie mendengar nama itu" Dia seorang bajingan
berkepandaian tinggi. Karena merasa diri tak ungkulan
melawan kepandaiannya, terpaksalah aku meminta bantuan
cuwie sekalian, Tolonglah! Rasanya, tak layak aku disebut
manusia hidup manakala tak dapat menuntut balas dendam
arwah kakakku." "Siapakah Sim Pek Eng itu?" terdengar suara berbareng
minta keterangan. "Dialah seorang bajingan yang memimpin laskar
perjuangan, Tadinya kukira ia seorang pendekar bangsa yang
berhati mulia, Tak tahunya, dialah seorang bajingan yang
mengotori azas tujuan kita bersama." jawab The Sie Ban
dengan suara berkobar-kobar. 848 Dan dengan tiba-tiba ia menghunus pedangnya, Dan
dihantamkan pada sebuah nisan, untuk menyatakan betapa
besar rasa dendamnya. "Tunggu dulu!" Thia Bu Bok berseru sambil mengangkat
tangannya, "Meskipun aku bermukim jauh didaerah barat,
akan tetapi sepak terjang pendekar Sim Pek Eng kudengar
jelas. Dia seorang pejuang sejak masa mudanya, Benarkah
dia pembunuh kakakmu" Dari manakah rekan Ang Siu Tim
dan Nie Seng Kok memperoleh keterangan tentang tindak
jahatnya ?" Mendengar kesangsian Thia Bu Bok, maka The Sie Ban
segera menjawab: "Kedua sahabatku itu tidak hanya mendengar, tetapi
menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Merekapun
mempunyai bukti-buktinya, sehingga keterangannya tidak
meragukan, Thia hiantee, percayalah! Aku kenal rekan Ang
Siu Tim dan Nie Seng Kok, mereka bukan manusia yang
senang menfitnah. Apalagi mereka tahu, bahwa si bajingan Sim Pek Eng
adalah salah seorang pejuang bangsa yang dahulu pernah
kukagumi pula." Thia Bu.Bok nampak berbimbang-bimbang, setelah
menimbang sebentar, ia berkata: "Baiklah, Mungkin kau mempunyai ulasan yang berdasar,
Tetapi Sim Pek Eng adalah seorang pejuang yang termashur
namanya, Sejak dahulu, dia bertempat tinggal di kota ini,
pastilah pengaruhnya sangat besar dan sudah berakar dalam
hati penduduk setempat. sekarang kita berada didalam
wilayahnya dan justru bertujuan hendak membunuhnya. Aku
harap saja kalian berhati hati dan waspada."
849 "Memang, kita harus hati-hati." sahut The Sie Ban,
"Pengaruhnya sangat besar dan berurat-akar disini, itulah
sebabnya, aku merasa diri tak berdaya menghadapinya. Maka
kuundang kalian untuk membantu kesulitanku ini. Kebetulan
sekali, besok pagi adalah hari ulang tahunku, ingin aku
merayakan hari ulang tahunku itu dikediamanku yang berada
di batas kota." "Hey, sejak kapan toako membeli rumah di sini?" potong
Nio Cun Swie heran. "Benar, Tempat tinggalku sebenarnya bukan di kota ini,
tetapi secara kebetulan aku tertarik untuk membeli rumah itu
yang letaknya berada di tepi hutan diatas ketinggian kaki bukit
dan rumah kuno semacam benteng yang benar-benar menarik
perhatian, Dan apa sebab aku membeli rumah itu, pastilah
mudah diterka, itulah sehubungan dengan tujuan balas
dendamku untuk memudahkan pelaksanaannya." jawab The
Sie Ban, ia berhenti sebentar mencari kesan , kemudian
meneruskan: "Nah, dengan ini kuundang kalian semua menghadiri pesta
ulang tahunku, Dan kuharap pula malam ini kalian bermalam
dikediamanku yang baru itu, Bagaimana, apakah kalian sudi
memenuhi harapanku?" Itulah suatu undangan yang menggembirakan. Mereka
datang dari jauh, Kecuali sudah kehilangan tenaga, ingin pula
menikmati makan-minum yang lezat sekedar pelibur hati,
Karena itu tak segan-segan mereka menerima undangan The
Sie Ban dengan segera. Kata Nio Cun Swie:
"Bagus, Memang kami bangsa tukang makan. pastilah The
toako tidak akan melupakan menyediakan sekedar minuman
keras untuk pelicin tenggorokan, bukan..." Hanya saja, kita
berjumlah cukup banyak, sedang kita berada di daerah lawan.
Apakah dengan kedatangan kita beramai-ramai tidak
850 menimbulkan kecurigaan anak buah Sim Pek Eng?"
"Benar, Hal itu sudah kupikirkan jauh-jauh sebelumnya."
sahut The Sie Ban, "Karena itu, sebaiknya kita menggunakan
tanda-tanda sandi untuk mengenal lawan dan kawan, kita
mengadakan gerakan tangan dengan tiga jari, Begitu masuk
kedalam gerbang rumahku, hendaklah kalian mengucapkan
kata-kata "masa bakti". Dan anak-anak buah kami akan
menjawab: "apakah bukan masa pembajakan?"
Saran itu segera memperoleh persetujuan. Kemudian
mereka memutuskan pula untuk menebarkan mata-mata
dengan tujuan menyelidiki keadaan keluarga Sim Pek Eng.
Dan pertemuan rahasia itu ber akhir sampai jauh malam.
Giok Cu jadi lega hati, sekian jam lamanya ia menahan diri,
Dan kini dapatlah ia bebas bergerak kembali, meskipun kedua
kakinya terasa kejang, sambil duduk menghempaskan diri
diatas bahu Sin Houw, ia berkata: "Besok bakal ada keramaian. Apakah kita akan
menonton?" "Boleh, asal kau harus mendengarkan setiap kataku."
sahut Sin Houwt "Sama sekali kau kularang menimbulkan
gara-gara." "Memangnya aku seorang yang biasa membikin garagara?"
Giok Cu menggerutu. Sin Houw tertawa. Tak berani membuat komentar lagi,
Dengan pandang berseri-seri ia membawa Giok Cu pulang ke
tempat penginapan. Waktu itu, malam sudah terlalu larut.
jangan lagi seorang penjual makanan, anjingpun agaknya
malas muncul di jalan raya. ***** 851 PADA ESOK harinya, mereka berusaha kembali untuk
menemukan bekas istana Gak Hui, seperti beberapa hari yang
lalu, usaha itu sia-sia belaka. Giok Cu jadi uring-uringan, ia kini mengutuki seluruh
penduduk setempat sebagai manusia melarat dan tidak
berkebudayaan sama sekali. Tapi apabila teringat kepada
pertemuan rahasia semalam, rasa gairahnya membersit dalam
hati, Tiba-tiba saja ia nampak gembira dan kehilangan
kesabaran. "Sin-ko, apakah kita nanti menyamar sebagai tamu yang
diundang?" tanya Giok Cu menegas.
"Benar, Apakah kau berani menghadapi mereka?" Sin
Houw menguji. "Kenapa tidak" untukmu aku bersedia mengorbankan
jiwaku. Bukankah kau berbakti pula terhadap ayah-bundaku?"
Terharu Sin Houw mendengar jawaban Giok Cu. itulah
suatu jawaban yang membersit dari ketulusan hatinya, Terus
saja ia menyambar tangannya dan dibawanya berjalan
menyusur pengempangan sawah. Anehnya, gadis yang galak itu, jadi penurut pula, justru
demikian, hati pemuda itu bergetar lembut oleh rasa bahagia
yang tak terlukiskan. Petanghari itu tiba dengan diam-diam, setelah
mengenakan pakaian bersih, mereka berangkat meninggalkan
rumah penginapan. Giok Cu mengenakan pakaian laki-laki
berwarna biru muda. Dan ia berubah menjadi seorang pemuda
yang cakap luar biasa. Dengan langkah tenang, mereka mendekati gerbang
kediaman The Sie Ban, segera mereka mengangkat tangan
852 dengan memperlihatkan tiga jarinya, kemudian membisikkan
kata-kata sandi seperti semalam mereka janjikan. Dan segera
mereka dipersilahkan dengan rasa hormat oleh para
penyambut tetamu. Kemudian diantarkan oleh beberapa orang memasuki
ruangan yang cukup mewah dan berwibawa. setelah duduk,
dua orang datang membawa nampan penuh penganan dan
minuman, sama sekali mereka tidak menanyakan nama dan
alirannya. "Silahkan." kata wakil tuan rumah dengan suara ramah,
"Sudah lama kami mendengar nama saudara yang besar,
Maka maafkan hidangan kami yang sangat sederhana ini."
Geli hati Sin Houw dan Giok Cu, Bagaimana dia mengenal diri mereka"
Tapi mereka membungkam mulut. setelah memanggut
pendek, dengan senang hati mereka meneguk minuman dan
menikmati penganan yang disediakan diatas mejanya.
Sementara itu tamu-tamu datang tiada hentinya. Tak usah
menunggu lama ruangan itu telah penuh sesak. Para
penyambut tamu sibuk melayani makan dan minum. Hati Sin
Houw dan Giok Cu bersyukur, karena tiada yang
memperhatikan diri mereka. Pertemuan itu dibuka dengan upacara meneguk minuman
keras tiga kali, The Sie Ban lantas berdiri tegak mengucapkan
selamat datang kepada para tetamunya, setelah itu ia duduk
delapan langkah didepan Sin Houw berdua.
Sekarang Sin Houw dapat melihat pribadinya dengan
tegas. Perawakannya cukup tinggi. Gerak-geriknya cekatan
dan gagah, suatu tanda memiliki kepandaian tinggi, umurnya
kurang lebih empatpuluh delapan tahun.
853 Wajahnya membayangkan suatu kecerdikan. pandang
matanya tajam, tetapi pada saat itu nampak bendul merah.
Raut wajahnya mengandung suatu kesedihan tak
tertanggungkan, Rupanya ia menangis dan sedih memikirkan
nasib kakaknya yang mati penasaran.
"Agaknya ia sangat menyintai saudaranya, Benar-benar
harus dipuji dan pantas dihormati." pikir Sin Houw di dalam
hati, "Demi untuk membalas dendam kematian kakaknya, ia
rela mengorbankan harta bendanya. Ia menyelenggarakan
pesta undangan dan ternyata memperoleh perhatian orangorang
gagah dari segala penjuru, pastilah dia seorang yang
besar pengaruhnya di dalam pergaulan hidup. Sebenarnya,
siapakah yang disebut Sim Pek Eng" Apakah dia orang yang
besar pengaruhnya pula, sehingga The Sie Ban perlu
memohon bantuan para sahabatnya?"
The Sie Ban kembali berdiri dan memberi hormat tiga kali
berturut turut kepada para tamunya. sama sekali ia tak
berbicara, kecuali mengucapkan kata-kata rasa terima kasih
tak terhingga. Ia mohon hendaknya sekalian ha dirin sudi
menghabiskan hidangannya dan para tetamu segera
membalas hormatnya dengan berdiri pula, Karena merasa
termasuk golongan muda, Sin Houw dan Giok Cu ikut serta
berdiri membalas hormatnya. Sekonyong-konyong salah seorang murid The Sie Ban
datang menghadap gurunya tergesa-gesa. ia membisikkan
sesuatu. Dan wajah gurunya nampak cerah. Cepat-cepat ia
meletakkan cangkirnya, kemudian berjalan setengah lari
mengarah pintu gerbang, sebentar kemudian ia kembali
mengiringi tiga orang tamu yang diperlakukan dengan hormat
sekali. Ia mempersilahkan ketiga tamunya itu duduk di kursi
kehormatan. Dan berpikirlah Sin Houw didalam hati:
854 "Pastilah mereka bertiga merupakan pendekar-pendekar
kenamaan, dan ia lalu memperhatikan mereka bertiga.
Seorang laki-laki yang hampir sebaya umurnya dengan
The Sie Ban, duduk menghadap tamu lainnya. ia berpakaian
seorang pelajar. Pedang panjangnya berada dipinggang.
Pandang matanya tajam luar biasa dan sikapnya tinggi hati.
Tamu yang kedua adalah seorang pemuda yang berumur kirakira
tigapuluh tahun, tubuhnya gagah dan kesan wajahnya
agak bengis. Sedangkan tamu yang ketiga adalah seorang
wanita yang berparas elok. "Saudara Kiang Yan Bu, kedatanganmu benar-benar tepat,
Perkenankan aku mengucapkan rasa syukurku." kata The Sie
Ban. Orang pertama yang disebut Kiang Yan Bu tertawa lebar.
sahutnya: "Kita berdua adalah sesama golongan, sedangkan kami
bertiga adalah satu perguruan. Bagaimana aku bisa peluk
tangan saja, selagi kau berada dalam kesulitan?"
"Terima kasih." kata The Sie Ban, "Terimalah rasa
hormatku, Begitu juga terhadap saudara Nie Sun Kiong dan
nona Sie Liu Hwa." Mendengar nama mereka bertiga, berpikirlah Sin Houw
didalam hati: "Kalau begitu, mereka bertiga adalah murid Jie suhengku.
Kenapa mereka nampak begini sombong dan besar kepala?"
Dalam pada itu, terdengarlah The Sie Ban berkata lagi:
"Apakah guru saudara bertiga tidak ikut datang?"
855 "Guruku dari angkatan tua. Tentu saja beliau tidak
mempunyai semangat untuk mencampuri urusanmu, Tetapi


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami bertiga mempunyai pendapat sendiri, pendek kata, tak
dapat kami bertiga berpeluk tangan saja, Oh, ya, Kedua adik
seperguruanku ini sekarang sudah menjadi suami isteri."
"Hey, bagus. Kalau begitu perkenankan aku ikut serta
bergembira." seru The Sie Ban, Kemudian menoleh kepada
para hadirin dan berteriak: "Saudara-saudara sekalian. inilah suatu berita yang benarbenar
tidak kita duga, Ternyata saudara Sun Kiong - saudari
Sie Liu Hwa sudah membentuk mahligai bahagia, Hayo, kita
menghabiskan minuman kebahagiaan ini demi kesehatan
mereka." seruan The Sie Ban disambut dengan sorak ramai
bergemuruh - dan suami isteri Nie Sun Kong - Sie Liu Hwa
buru-buru berdiri dan memanggut dengan tersipu.
Justru pada saat itu, Giok Cu mencubit lengan sin Houw
sambil berbisik: "Tak kusangka, kemenakan muridmu adalah sepasang
pendekar pedang yang bisa malang-melintang diseluruh
penjuru dunia. Apakah kau tidak iri" lihatlah Liu Hwa, dia
cantik jelita dan galak. Bagaimana pendapatmu" Apakah aku
lebih galak daripada dia?" Sin Houw tergugu, Tak dapat ia menjawab sindiran Giok
Cu, Akhirnya membalas cubitan dengan tertawa lebar, Merah
wajah Giok Cu kena dicubit sin Houw, itulah yang pertama
kalinya terjadi pemuda itu sendiri merasa malu pula, wajahnya
terasa panas. Syukur para tetamu undangan lainnya pada saat itu
sedang sibuk mengurusi perut, sehingga tidak memperhatikan
perubahan wajah mereka. Selagi demikian, seorang murid The Sie Ban mendekati
856 gurunya. ia menyerahkan dua helai kertas. segera The Sie
Ban membacanya, dan nampak wajahnya berubah. Kemudian
berkata setengah berseru: "Hm, Sim Pek Eng benar-benar bermata dewa, Dia tahu
kehadiran kita dan rupanya ia tak mau pula ketinggalan.
Saudara-saudara sekalian, esok malam diapun
menyelenggarakan pesta perjamuan. Dia mengundang
kehadiran saudara saudara sekalian." ia berhenti sebentar
mencari kesan, Kemudian berkata kepada muridnya: "Coba
panggil pembawa surat ini." Murid itu membungkuk hormat dan mengundurkan diri
dengan langkah lebar, suasana perjamuan lantas saja
berubah menjadi tegang, Semua hadirin menunda meneguk
minuman bahagia suami-isteri Nie Sun Kiong.
Dan tak lama kemudian masuklah seorang pemuda
berpakaian serba hitam. Pemuda itu berumur kurang lebih
duapuluh lima tahun. sikapnya tenang dan raut mukanya sama
sekali tak berubah menghadapi perbawa pesta perjamuan, ia
menghampiri The Sie Ban dengan hormat, kemudian berkata:
"Secara kebetulan saja, guru kami mendengar kedatangan
tuan-tuan sekalian. Karena daerah ini termasuk wilayah
perjuangan semesta, maka guru kami mengundang tuan-tuan
sekalian menghadiri perjamuan beliau, Kami diutus ke sini
untuk memperoleh kepastian apakah tuan-tuan besok sudi
memenuhi undangan guru..." The Sie Ban tertawa, ia menganggap lucu kata-kata orang
itu, Tanyanya kemudian: "Siapakah kau sebenarnya?"
"Aku bernama Pui Sie Liang, murid yang kesembilan belas.
Maafkan, apabila aku terlalu banyak bicara." sahut Sie Liang
857 dengan suara sopan. "Hmm!" The Sie Ban menggerutu, "Sim Pek Eng
mengadakan pesta perjamuan, pastilah bukan karena
kebetulan saja. Bukankah begitu?"
Walaupun diperlakukan agak kasar, namun Pui Sie Liang
sikapnya tetap tak berubah. Masih saja ia berdiri hormat dan
menjawab dengan suara merendah: "Aku hanya utusan belaka, Tidak dapat aku memberikan
jawaban atas pertanyaan Cuncu."
"Bagus!" tiba-tiba The Sie Ban membentak. "Gurumu
seorang bajingan, tahu" Dia sedang mengatur akal muslihat
untuk menjebak kami, bukan" Eh, coba katakan terus terang,
racun apakah yang bakal dibuat ramuan makanan pesta
perjamuan itu?" Dibentak demikian, Pui Sie Liang tetap bersikap sopan.
sahutnya: "Memang, guru menyelenggarakan suatu pesta perjamuan
yang khusus dipergunakan sebagai penyambut kedatangan
tuan-tuan di daerah ini, sebab guru kami sangat kagum
kepada keperkasaan dan kegagahan tuan-tuan sekalian.
Beliau ingin bertemu dan berkenalan dengan tuan-tuan
sekalian." "Eh, kau pandai berbicara." ejek Kiang Yan Bu, murid Pui
Tong Kim yang tertua. "Coba, jawablah yang jelas! Ketika
gurumu menganiaya dan akhirnya membunuh kakaknya The
Cuncu, kau hadir atau tidak?" "Mengenai persoalan itu, aku tidak mengetahui apa-apa."
jawab Pui Sie Liang dengan wajah berubah. "Mungkin pesta
perjamuan itu, akan memberi kesempatan kepada suhu untuk
menjelaskan masalahnya." 858 "Bagus! Gurumu bajingan dan kaupun pandai menarikan
lidah! " bentak The Sie Ban. "Gurumu hutang jiwa, Tidak cukup
ditebus dengan suatu penjelasan saja, Enak saja kau
mementang mulut!" "Pada waktu itu, suhu dalam keadaan terdesak. Tak dapat
lagi suhu mengelak, Akhirnya peristiwa itu terjadi ..." Pui Sie
Liang mencoba memberi keterangan, "Dan sejak itu, suhu
selalu nampak bermurung serta bersedih hati, suhu sangat
menyesal apa sebab peristiwa itu harus terjadi."
"Kalau begitu, matamu melihat sendiri peristiwa
pembunuhan itu!" tiba-tiba Kiang Yan Bu ikut bicara.
"Tidak, Aku tidak melihat sendiri, akan tetapi aku percaya,
bahwa suhu tidak akan membunuh seseorang tanpa alasan
tertentu, Suhu adalah seorang pejuang yang mengabdikan
seluruh hidupnya pada perjuangan bangsa dan negara. Beliau
berhati mulia. jangan lagi sampai membunuh orang, sedang
jiwanya pun akan rela diserahkan bila perjuangan bangsa
memintanya." Sie Liang membela.
"Setan terkutuk!" maki Siu Lie Hwa, Tiba-tiba saja ia
melesat dari kursinya, pedangnya berkelebat dan menekan
dada Sie Liang dengan tangan kirinya, itulah gerakan yang
cepat luar biasa, Sie Liang terkejut, Dengan tangan kanan ia
menolak tangan kiri Siu Lie Hwa yang menekan dadanya.
Kemudian mencoba membebaskan ancaman itu dengan
mengerakkan tangan kirinya. Sin Houw terkejut, "Tangan kanannya bakal putus!"
pikirnya. sebagai seorang pemuda yang berkepandaian tinggi,
tahulah ia sasaran pedang Siu Lie Hwa berikutnya. Dan
pembelaan Sie Liang sangat lemah. ia justru kena terjebak.
"Apakah kemenakanmu yang cantik itu benar-benar
hendak menabaskan pedangnya?" Giok Cu menegas.
859 Belum sempat Sin Houw menjawab, maka terdengarlah
pekik kesakitan Sie Liang, Sie Lie Hwa benar-benar
menabaskan pedangnya. Dan pundak Sie Liang terbabat
kutung, sudah barang tentu sekalian hadirin terkejut sehingga
mereka berdiri serentak dengan tak dikehendaki sendiri.
Wajah Sie Liang pucat lesi, Lengan kanannya jatuh
terpental di atas lantai. sekalipun demikian, masih bisa ia
menguatkan diri sehingga tidak roboh pingsan. Dengan
pandang penuh sesal, ia merobek ujung bajunya. Kemudian
membalut lukanya, setelah itu ia membungkuk memungut
lengannya yang kutung, Dan pergilah ia dengan langkah lebar.
Sekalian hadirin tercengang menyaksikan
ketangguhannya, Mereka saling pandang dan didalam hati
masing-masing menyesali perbuatan Sie Lie Hwa yang kejam
luar biasa, Bukankah ia seorang utusan belaka" Kenapa kena
dianiaya" Sie Lie Hwa sendiri bersikap acuh tak acuh. Tenangtenang
saja ia menyusut darah Sie Liang yang melekat di
pedangnya. Kemudian kembali ke tempat duduknya, wajahnya
sama sekali tidak berubah. "Bajingan itu menjerumuskan muridnya sendiri ke dalam
sarang harimau" kata Kiang Yan Bu. "Dia seorang pemuda
yang besar kepala tak mengerti sopan santun. Apa sebab
diutus mewakili dirinya" Hm! Kalau muridnya saja sudah
bandel, pastilah gurunya jauh lebih bandel dan galak. Nah,
bagaimana... apakah besok kita menghadiri pesta
perjamuannya?" "Sudah tentu kita harus memenuhi undangannya." sahut
The Sie Ban, "Kalau tidak, kita tidak berharga lagi."
"Kalau begitu, kita sudahi saja pesta perjamuan ini." usul
860 Hiia Bu Bbk yang berpengalaman. "Malam ini lebih baik kita
pergunakan untuk menyelidiki keadaan mereka. siapa tahu,
dengan kejadian ini mereka benar-benar hendak meracuni
kita." "Kau benar." The Sie Ban membenarkan, "Tak usah
diragukan lagi, Sim Pek Eng pasti membuat persiapan diluar
dugaan kita, Nah, siapakah diantara hadirin yang sudi
mengorbankan tenaga untuk menyelidiki keadaan mereka?"
"Akulah yang akan menyelidiki keadaan mereka." sahut
Kiang Yan Bu meyakinkan. The Sie Ban menuang secawan arak. Kemudian
dibawanya mendekati jago pedang dari Hoa-san pay itu.
Katanya dengan memanggut hormat: "Kiang hiantee, terimalah hormat-ku."
Senang Kiang Yan Bu memperoleh penghormatan dari
Cuncu itu, Dengan sekali teguk ia mengeringkan minuman
yang dipersembahkan kepadanya. Dan pesta perjamuan
berakhir dengan cepat, Sin Houw membawa Giok Cu
menyelinap diantara para tetamu yang sedang bubar. Dengan
diam-diam mereka mengikuti Kiang Yan Bu dari jarak tertentu,
Maksudnya hendak menguntitnya. Waktu itu kira-kira pukul dua malam, Kiang Yan Bu kembali
ke tempat penginapannya, setelah mengenakan pakaian
serba hitam, ia melesat keluar jendela dan berlari-lari
mengarah ke barat daya. Gesit gerakannya. sebentar saja ia
lenyap ditikungan jalan. Akan tetapi Sin Houw tak sudi
kehilangan sasarannya. Dengan ilmu kepandaiannya yang
tinggi, dapat ia mengikuti gerakan Kiang Yan Bu. Giok Cu
yang berada disampingnya, terus dibimbingnya agar dapat
menyertai gerakannya. Pada pagar tembok sebuah gedung Kiang Yan Bu berhenti
861 sebentar. ia menebarkan penglihatannya, kemudian
melompati pagar tembok itu dengan gerakan ringan dan
cekatan. Menyaksikan hal itu, berkata Sin Houw didalam
hatinya: "la dikabarkan sebagai seorang ahli pedang tanpa
tandingannya. Nyatanya benar-benar gesit dan lincah. Jie
suheng patut merasa bangga mempunyai seorang murid yang
berkepandaian begitu tinggi. Setidak-tidaknya kepandaiannya
bisa menjaga pamor rumah perguruan Hoa-san. Akan tetapi
kenapa dia berhati kejam" Kedua adiknya seperguruan pun
benar-benar manusia tercela, Kenapa murid-murid Jie suheng
begitu kejam dan bengis?" Dengan membimbing tangan Giok Cu, Sin Houw
melompati pagar tembok itu pula, ia menyelinap dibelakang
pohon yang cukup rindang, Masih sempat ia melihat Kiang
Yan Bu melintasi sebuah kamar yang nampak terang
benderang. timbullah rasa ingin tahu Sin Houw dan Giok Cu tentang
kamar itu, segera mereka berdua menghampiri jendela dan
mengintai lewat celah dinding, Dan mereka melihat seorang
laki-laki berumur lebih kurang limapuluh tahun duduk
menghadap ke utara, wajahnya bermuram dan dengan suara
parau berkata: "Bagaimana keadaan Swie Liang?"
"Beberapa kali Pui suheng tidak sadar, tetapi sekarang
darahnya sudah dibendung." sahut seseorang dengan suara
hormat. Orang tua itu menghela napas. Dan Sin Houw lantas saja
dapat menebak bahwa orang itulah yang bernama Sim Pek
Eng. ia berada didalam kamarnya bersama dua orang
muridnya. Agaknya ia sedang membicarakan luka Sie Liang
yang tadi diutusnya membawa surat undangan kepada The
862 Sie Ban. Muridnya yang kedua berkata: "Suhu, bagaimana kalau
kita mengadakan perondaan malam ini" Aku khawatir, bahwa
mereka tengah mengintai rumah kita."
Sim Pek Eng menghela napas, dan menjawab dengan
bergeleng kepala: "Diduga atau tidak, akhirnya akan sama saja, Pada saat
ini, aku sudah menyerahkan nasibku kepada takdir. Dan esok
pagi, hendaklah kau berdua membawa bibimu mengungsi ke
Kee-hin, carilah tempat ciangkun Lie Hui Houw, dan katakan
kepadanya bahwa bibimu membutuhkan perlindungannya,
sedangkan kedua adikmu Cu Hwa dan Cu Jie, antarkan
mendaki gunung Bu-tong, ketempat Tie-kong Tianglo. Aku
percaya, guru besar itu pasti mau melindungi kedua adikmu."
Tergetar hati Sin Houw mendengar Sim Pek Eng menyebut
nama kakek gurunya. Benarkah Sim Pek Eng itu seorang
bajingan kejam seperti yang dikatakan Tlie Sie Ban" pikirnya
didalam hati, Nampaknya, ia seorang tua yang penyabar dan
murah hati. Rasanya sukar dimengerti, apa sebab dia dahulu sampai
membunuh seseorang, selagi berpikir demikian, terdengarlah
murid Sim Pek Eng berkata membujuk:
"Suhu, hendaklah suhu jangan berputus asa, Kedudukan
suhu di wilayah ini bagaikan seorang panglima perang, Suhu
mempunyai murid dan pasukan dua ribu orang lebih yang
tersebar dimana-mana, Merekapun sudah terlatih menjadi
pejuang sejak dahulu, Dengan sepatah kata saja, suhu dapat
memanggil mereka, bilamana kita mengadakan perlawanan,
pastilah musuh kita tak berdaya."
Tetapi Sim Pek Eng tetap saja bermuka muram, ia seolahKANG


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/ *** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )***
863 olah kehilangan semangat, Untuk ketiga kalinya ia menarik
napas. Katanya: "Lawan kita bukan manusia lumrah. Mereka adalah jagojago
kenamaan, Kecuali kepandaiannya sangat tinggi,
pengaruhnya meliputi seluruh lapisan golongan dan aliran.
Tiada gunanya sama sekali kita melawan mereka, Bila sampai
terjadi banyak korban, adalah sia-sia belaka, Bukankah kini
masa perjuangan yang justru membutuhkan tenaga mereka"
Andaikata mereka bersatu padu membantu perjuangan kita
melawan tentara penjajah, pastilah akan besar artinya, Bila
terpaksa gugur, maka gugur lah sebagai pahlawan bangsa.
Sebaliknya, perselisihan ini adalah masalah pribadi. Baik
kalian ataupun mereka, akan mati yang tiada harganya sama
sekali. sudahlah, jangan kau berpikir yang tidak-tidak, Bila aku
mati, sudilah kalian merawat bibi dan kedua anakku. Aku
serahkan mereka bertiga kepada kalian, Dan di alam baka, arwahku
akan tenteram ..." dan setelah berkata demikian, orang
tua itu mengalirkan air mata, itulah suatu perpisahan yang
tidak dikehendaki, tetapi harus terjadi.
"Suhu, janganlah suhu berkata demikian." kata muridnya
yang duduk di sebelah kanan. "llmu kepandaian suhu sangat
tinggi. Sekiranya tidak demikian , mustahil suhu dapat
menguasai wilayah seluas ini. Baik Ciangkun Lie Hui Houw
maupun Thio Su Seng, mengandal kepada ketangguhan suhu.
Karena itu, suhu dapat mengadakan perlawanan.
Lie Hui Houw maupun Thio Su Seng pasti tidak akan
berpeluk tangan saja melihat kematian guru..." ia berhenti
mengesankan, terus meneruskan: "Pada waktu ini kita berjumlah dua puluh empat orang,
karena Pui suheng belum sanggup bangun dari tempat tidur.
Apakah kita tidak sanggup melawan mereka" Bila suhu tidak
yakin, sahabat suhu banyak pula, pastilah mereka akan
datang bila suhu mengundangnya - dan kami yakin, mereka
864 akan membantu suhu secara sukarela."
Sim Pek Eng mendengus. Kemudian tertawa perlahan,
Berkata: "Dahulu waktu aku masih muda, aku berdarah panas
seperti kau, Dan inilah kesudahannya, inilah akibatnya. justru
diwaktu perjuangan kita meminta perhatian kita penuh-penuh,
aku menerbitkan suatu huru-hara. Bukankah secara langsung,
aku mengacaukan jalannya perjuangan kita" Aku memang
berhutang jiwa, maka sudah sepantasnya aku membayar jiwa
pula, Dengan begitu persoalan ini jadi selesai dan arah
perjuangan bangsa tidak lagi terhambat oleh persoalan pribadi
..." Terharu hati Sin Houw mendengar perkataan Sim Pek Eng,
pikirnya di dalam hati: "la seorang yang berjiwa besar, dan jujur, Alangkah jauh
kesannya dengan kabar yang ditiupkan oleh The Sie Ban,
Mungkin pada zaman mudanya pernah ia salah, sekarang ia
penuh sesal terhadap dirinya sendiri, Kalau dipikir, siapakah
orang hidup dudunia ini yang tidak pernah salah?"
"Gurul" tiba-tiba seru seorang murid.
"Kau hendak berkata apa lagi?"
"Karena suhu tidak sudi melawan mereka, marilah kita lari
pada malam ini juga, Suhu bisa bersembunyi dengan aman
sentausa ..." "Apa?" potong Sim Pek Eng, "Bersembunyi" Akh, betapa
kita berbuat begitu" Terhadap tentara penjajah, tidak pernah
kita mundur setapak, kenapa harus takut menghadapi maut?"
"Ya, benar!" sahut murid lainnya, "Tak dapat suhu
mengambil tindakan demikian, suhu seorang pendekar
865 kenamaan, tidak seharusnya lari terbirit-birit oleh ancaman
musuh." "Hm! pendekar kenamaan?" gerutu Sim Pek Eng. "Apakah
arti kemashuran dan kenamaan itu, pada saat ini, aku justru
tidak memikirkan soal nama dan segala bicara kosong.
Menyingkir atau melarikan diri, kurasa tiada gunanya, umurku
sudah lanjut, apalagi yang aku inginkan" Umpama kata aku
bersembunyi sepuluh tahun lagi, kurasa tiada gunanya. Mati
sekarang atau besok, bukankah tiada bedanya bagi aku yang
sudah pikun ini" Karena itu, biarlah besok aku menghadapi
mereka seorang diri. Kalian sendiri, kuharap cepat-cepat
meninggalkan kota ini." Kedua muridnya itu menjadi sibuk, Kata mereka hampir
berbareng: "Suhu! Kami akan mati dan hidup disamping suhu."
"Apa?" bentak sang guru, "Dalam keadaan terpojok, apa
sebab kalian membangkang perintahku?"
Kena dibentak gurunya, kedua murid itu membungkam
mulut, Mereka jadi gelisah. "Dalam keadaan begini, dengarkanlah perintahku." kata
Sim Pek Eng. "Apa yang suhu kehendaki?" kedua murid itu nampak
terkejut. "Aku meminta kepada kalian berdua agar taat dan patuh
kepada perintahku. jangan membangkang." kata Sim Pek Eng.
" selagi kita masih mempunyai kesempatan, maka bantulah
bibimu berkemas, jangan lupa, sediakan kereta."
Kedua murid itu manggut, tetapi tidak bergerak dari tempat
866 duduknya. Menyaksikan hal itu, Sim Pek Eng menarik napas
lagi, Akhirnya berkata kalah: "Baiklah, kalian kumpulkan seluruh pasukan selatan,
biarlah aku berbicara yang penghabisan kali dihadapan
mereka." Kedua murid itu segera berdiri melakukan perintah. Cepatcepat
Sin Houw dan Giok Cu mundur dari dinding kamar dan
bersembunyi dibalik gerombol pohon. Tepat pada saat itu,
mata Sin Houw melihat sesosok bayangan mendekam didekat
pagar dinding sebelah barat. Melihat potongan tubuhnya, segera Sin Houw
mengenalnya, Dialah Kiang Yan Bu yang tadi lenyap melintasi
kamar, Dan diseberang belukar terdapat sesosok bayangan
lagi berpakaian biru muda. Dialah Sie Liu Hwa, sekarang
tahulah Sin Houw apa sebab Yan Bu tadi melintasi kamar
menuju kearah barat. Rupanya dia sedang menjemput adik seperguruannya
yang datang dari arah barat, Dan pada saat-saat itu Sin Houw
dan Giok Cu mengintai kamar Sim Pek Eng, Umpama Yan Bu
dan Sie Liu Hwa datang kembali, pastilah mereka berdua akan
ketahuan. Geram hati Sin Houw teringat akan kekejaman Sie Liu Hwa
tadi, Begitu enak saja menabas lengan Sie Liang seolah-olah
tak pernah terjadi sesuatu, sebagai anak murid Hoa-san pay
sebenarnya tidak boleh berbuat sekejam demikian, Maka
timbullah niatnya hendak memberi pelajaran padanya, Berkata
ia secara membisik kepada Giok Cu. "Jangan bergerak sedikitpun juga, Aku hendak
Giok Cu memotong dengan pandang bersenyum. Katanya:
"Kau melarang, tapi aku justru ingin bergerak. Kau lihat!"
867 Dan benar-benar gadis itu membuktikan perkataannya.
Tiba-tiba saja ia menyelinap dibalik semak-semak dan berjalan
mengendap-endap memutari rumah. Tahulah Sin Houw
maksudnya, dia hendak menyerang Kiang Yan Bu dan Sie Liu
Hwa dari sebelah belakang. Kiang Yan Bu dan Sie Liu Hwa berkepandaian tinggi. Jauh
lebih tinggi dari Giok Cu. walaupun kena di serang dari
belakang, belum tentu mereka tak dapat mengelak, pikir Sin
Houw dan memperoleh pikiran demikian, ia melepaskan
pandang tajam kepada kedua murid kakak seperguruannya
yang kedua itu. Kiang Yan Bu dan Sie Liu Hwa sedang memusatkan
seluruh perhatiannya kepada Sim Pek Eng yang kini duduk
seorang diri didalam kamarnya. Gesit luar biasa Sin Houw
melesat mengitari taman, kemudian mendekati Kiang Yan Bu
dan Sie Liu Hwa dengan suatu kecepatan yang tak terlukiskan.
Dengan sekali gerak, ia berhasil menyambar pedang Sie Liu
Hwa yang tergantung dipunggungnya. Anehnya, pendekar
wanita itu sama sekali tak tersadar.
Giok Cu merandek melihat gerakan kawannya itu, Tatkala
Sin Houw datang padanya dengan membawa pedang Sie Liu
Hwa, hatinya terbakar oleh rasa cemburu.
"Kau simpanlah pedang ini." bisik Sin Houw seraya
menyodorkan pedang curian itu. Sekarang tahulah Giok Cu akan maksud Sin Houw, Rasa
cemburunya sirna larut, Dan dengan gembira ia menerima
pemberian itu, Kemudian mengikuti Sin Houw mengintai dari
jendela sebelah utara. ***** DUA PULUH empat orang memasuki kamar Sim Pek Eng,
868 Mereka memberi hormat setelah melintasi ambang pintu.
Kemudian berdiri berdesakan menghadap gurunya. Sim Pek
Eng sendiri hanya memanggut kecil. wajahnya muram dan
pandangnya resah. Dua tiga kali ia menghela napas, lalu
berkata dengan suara pedih: "Anak-anakku. semasa mudaku, aku hidup sebagai
seorang penyamun. Benar, aku seorang penyamun. pastilah
perkataanku ini mengejutkan kalian. Akan tetapi pada saat
begini ini, aku harus berbicara terus terang kepada kalian."
Sin Houw mengalihkan pandang kepada sekalian muridnya
Sim Pek Eng. pandang mata mereka gelisah, itulah suatu
tanda bahwa sesungguhnya mereka tidak mengira sama
sekali bahwa gurunya dahulu seorang penyamun pada masa
mudanya. Dan memperoleh kesan demikian ia jadi menaruh
perhatian pula, Pada saat itu, ia melihat Sim Pek Eng
menghela napas untuk yang kesekian kalinya, setelah itu
berkata lagi: "Daerahku berada disekitar perbatasan Ouwlam-Ouwpak.
Pada suatu hari aku memperoleh kabar dari anggautaku,
bahwa suatu rombongan yang datang dari Lam-kay akan lewat
tak jauh dari kaki gunung. Itulah rombongan Phang Ce It,
seorang hartawan yang patut digolongkan seorang okpa
bahkan penghianat. Ia baru pulang sehabis melakukan perundingan dengan
pihak pemerintah penjajah bangsa Mongolia. Bagi seorang
penyamun, berita itu sangat menggembirakan. Mereka pasti
membawa harta benda jauh lebih banyak dari pada
rombongan para pedagang, Lagipula, membegal seorang
penghianat bangsa, mempunyai nilai tersendiri, sedangkan
harta mereka itu berasal dari darah rakyat.
869 Dengan demikian, tidak terlalu jahat rasanya bila
merampas harta bendanya. Maka bulatlah tekadku untuk
menghadangnya, segera aku mengumpulkan para pembantu
dan kubawa menghadang perjalanan mereka. Diluar dugaan,
rombongan okpa itu dikawal oleh seorang pendekar
kenamaan - yakni The Sie Kam, kakaknya The Sie Ban..."
Sampai disini, Sin Houw dan Giok Cu segera dapat
menduga peristiwa balas dendam itu. pikir Sin Houw:
"Sim Pek Eng hendak membegal, dan The Sie Kam adalah
yang mengawal harta benda itu. Keduanya lalu bertempur
inilah persoalan wajar yang terjadi di kalangan rimba
persilatan." Sambil mendengarkan, Sin Houw tak lupa pula membagi
pandang kepada Kiang Yan Bu dan Sie Liu Hwa. ia melihat
tangan Sie Liu Hwa bergerak meraba punggungnya. Dia
nampak terkejut, karena pedangnya hilang tanpa diketahui.
Begitu kagetnya, sampai ia berjingkrak, segera ia memberi
tanda gerakan tangan kepada Kiang Yan Bu. Lalu keduanya
melesat keluar pagar tembok meninggalkan rumah Sim Pek
Eng, Dan menyaksikan hal itu, Sin Houw geli didalam hati.
Dalam pada itu, terdengarlah suara Sim Pek Eng lagi:
"Telah kukatakan tadi, bahwa The Sie Kam adalah seorang
pendekar kenamaan. ia bahkan banyak sekali memiliki
sahabat, oleh pertimbangan itu, mula-mula tak berani aku
turun tangan. Kebetulan sekali, rombongan itu bermalam di
selatan kota, segera aku datang menyelidiki, Malam itu, aku
berada diantara rombongan itu, Tiba-tiba aku mendengar
suatu pembicaraan yang membuat hatiku mendongkol dan jijik
bukan main, siapa sangka bahwa The sie Kam seorang
pendekar kenamaan adalah seorang hidung belang, Rupanya
selama dalam perjalanan, ia menaruh hati kepada puteri okpa
itu. 870 Karena merasa mustahil dapat memeluk gadis itu dengan
cara baik-baik, apalagi karena gadis itu kabarnya sudah
bertunangan, Maka diam-diam ia merencanakan suatu
pembunuhan keji, ia bersekutu dan mengadakan perundingan
dengan seorang kepala begal bernama Sun Kong Cit.
Esok hari, apabila rombongan lewat ditikungan jalan
pegunungan, Sun Kong Cit harus menghadangnya. The sie
Kam akan berpura-pura melawan, ia nanti akan mundur jauh
meninggalkan rombongan. Dan saat itu, anak buah Sun Kong
Cit hendak membunuh seluruh keluarga okpa itu, kecuali
puterinya. Menyaksikan pembunuhan itu, The Sie Kam akan menjadi
kalap, ia akan balik kembali memberikan pertolongan, Sun
Kong Cit dan anak buahnya harus mundur berantakan.
Dengan demikian akan mengesankan hati puteri okpa itu,
betapa gagahnya The Sie Kam melindungi dan membelanya.
Puteri itu akan merasa berhutang budi, akhirnya bersedia
diperisteri, Sun Kong Cit menyetujui perundingan itu, bukan
main panas hatiku, segera aku balik dan mengajak anak
buahku mengadakan pengintaian di sekitar jalan yang
dimaksud. Bulatlah tekadku hendak menggagalkan rencana
mereka yang busuk itu." "lla, inilah lain jadinya." pikir Sin Houw didalam hati.
Tadinya ia mengira, bahwa pembunuhan itu terjadi lantaran
perebutan harta benda saja. Tak tahunya, terselip suatu cerita latar belakang yang
menentukan. "Memang aku termasuk seorang pemuda berdarah panas.


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Meskipun hidup sebagai begal, belum pernah aku curang,
semuanya kulakukan dengan terang-terangan, Kalau berhasil,
itulah rejekiku, Kalau gagal, biarlah mampus. Apalagi seorang
871 pendekar sebagai The Sie Kam, ia sudah bersedia menjadi
pengawal rombongan. Apa sebab berhianat sebagai seorang
pengecut?" Sim Pek Eng meneruskan bercerita.
"Sebagai seorang pengawal, ia sudah melanggar
kewajibannya, sebagai seorang pendekar, ia sudah
merendahkan derajat kaumnya. Demikianlah, aku menunggu
terjadinya sandiwara itu, Tatkala rombongan mereka tiba
ditikungan yang dimaksud, Sun Kong Cit benar-benar muncul
dengan anak buahnya, pertempuran segera terjadi. The Sie
Kam menjerit-jerit dan berpura-pura sibuk mengatur suatu
pembelaan, ia lari kesana kemari dengan pedang terhunus,
justru hal itu, membuat hatiku mendongkol dan muak,
Mengingat akan terjadinya suatu pembunuhan, tak dapat aku
bersabar lebih lama lagi, segera aku membawa anak buahku
menyerbu gelanggang pertempuran. Dan terlibat dalam suatu pertempuran seru, kuserukan
kepada rombongan si okpa, bahwa telah terjadi suatu
penghianatan keji, Dan sudah tentu seruanku membuat The
Sie Kam menjadi kalap. Dengan pedangnya ia mengejar dan
menerjang, Alangkah dahsyat ! Benar-benar ia seorang jago
kenamaan yang tak mengecewakan. syukur ia sedang kalap.
Dengan begitu, tak dapat ia mengendalikan diri sebaikbaiknya,
Dan kesempatan bagus itu, segera kupergunakan.
Akhirnya aku berhasil menabaskan pedangku. Dan ia roboh
menghembuskan napasnya yang penghabisan ..."
"Suhu! Manusia sekeji itu sudah selayaknya mati!" seru
seorang murid memotong perkataan Sim Pek Eng, "Kenapa
kita takut menghadapi rencana balas dendam adikhya" Bila
dia datang, kita bongkar rahasia keji itu di hadapan para
sahabatnya, Mungkin sekali, dia pantang mundur dan tetap
menuntut balas. Akan tetapi mustahil sekali di antara
rombongannya tiada terdapat beberapa orang yang jujur?"
872 "Benar." kata Sin Houw didalam hati, "Asal saja keterangan
Sim Pek Eng ini benar, pantas mendapat penghargaan,
jangan-jangan masih terselip suatu masalah lagi di antara
mereka." Sim Pek Eng menarik napas lagi. ia termenung sejenak,
kemudian meneruskan: "Setelah berhasil membunuh Hie Sie Kam, sadarlah aku
akan ancaman bahaya, pastilah tidak mudah aku
menceritakan peristiwa yang sebenarnya di hadapan adiknya
yang akan menuntut balas, untunglah pada saat itu anak
buahku berhasil menangkap Sun Kong Cit hidup-hidup.
Aku paksa dia agar menulis surat pernyataan
persekutuannya, Bahwa The Sie Kam bermaksud
mengganggu puterinya okpa itu, Ternyata Sun Kong Cit tidak
berkeberatan, Didalam surat kesaksiannya, ia bahkan berani
mengangkat sumpah pula ... "The Sie Kam dan adiknya sebenarnya adalah murid-murid
dari aliran Siauw-lim, guru mereka adalah Cie-keng Taysu,
oleh karena itu, setelah memperoleh surat kesaksian dari Sun
Kong Cit yang juga telah diperkuat oleh si okpa, maka aku
menghadap Cie-keng Tay-su untuk mengakui perbuatanku
dan memperlihatkan surat kesaksian itu,
"Akan tetapi, diluar dugaanku berita pembunuhan itu telah
terdengar oleh Cie-keng Taysu beberapa hari sebelum aku
tiba di kuil Siauw-lim, Di tengah perjalanan aku berpapasan
dengan rombongan mereka, sama sekali aku tak diberi
kesempatan untuk bicara untunglah, pada saat aku terpojok,
datanglah seorang pendekar luar biasa dengan pedangnya
yang istimewa ia dapat melumpuhkan mereka semua,
Kemudian aku diantarkan menghadap Cie-keng Taysu.
Dengan bantuan pendekar luar biasa itu, dapatlah aku
memberi keterangan kepada Cie-keng Taysu tentang kejadian
873 yang sebenarnya, Ternyata Cie-keng Taysu dapat menerima
pengakuanku. Akan tetapi demi menjaga nama baik aliran
Siauw-lim pay, Cie-keng Taysu minta kepadaku agar jangan
membocorkan perbuatan The Sie Kam. Aku bersedia dan
berjanji. Dan sejak itu, benar benar aku menutup mulut, itulah
sebabnya tiada seorangpun yang mengetahui peristiwa
matinya The Sie Kam dan siapa pembunuhnya. Pada waktu
itu, adiknya baru berumur belasan tahun. Sudah tentu ia tidak
mengetahui perbuatan The Sie Kam yang sebenarnya,
sebagai seorang adik yang menghormati kakaknya, sudah
selayaknya kuhargai, pantaslah ia menuntut dendam. Hanya
saja ..." "Itulah suatu balas dendam yang kurang tepat!" potong
seorang muridnya - "Kakaknya patut mengalami nasib
demikian Suhu, apakah surat kesaksian itu masih berada
ditangan suhu?" "Justru hal itulah yang kini menjadi kunci kesulitanku."
sahut Sim Pek Eng, "Surat kesaksian itu kini tidak berada lagi
padaku. Hilang!" "Hilang?" seru muridnya menegas.
Sim Pek Eng menarik napas dan memanggut, lalu
memberikan keterangan: "Aku memang harus menyesali diri sendiri. Mataku lamur
sampai tak dapat mengenal wajah manusia. setahun yang
lalu, salah seorang sahabatku menyampaikan berita kepadaku
tentang sepak terjang The Sie Ban, yang katanya mencari
pembunuh kakaknya sejak sepuluh ihun yang lalu, Menurut
kabar The Sie Ban katanya sudah mengetahui tentang siapa
pembunuh kakaknya, itulah aku sendiri, Tentu saja aku segera
mencarinya untuk menyelamatkan diri,
874 Teringatlah aku kepada dua orang sahabatku, Tan Hok Cin
dan Khu Cing San yang mempunyai hubungan dekat dengan
pihak Siauw-lim pay. Bila mereka berdua sudi menjadi
perantaraku, pastilah perselisihan itu akan selesai. Maka
berangkatlah aku mencari mereka berdua.
"Aku berhasil menemukan mereka dirinya, dan
kusampaikan maksud perjalananku itulah masalah
perselisihan antara diriku dengan The Sie Kam. Dan aku
memohon pertolongan mereka berdua agar bisa memberi
penjelasan kepada The Sie Ban. Kedua sahabatku itu menyatakan kesediaan untuk menjadi
perantaraku, dan kuserahkan surat, kesaksian kepadanya,
Akan tetapi belakangan aku mengetahui bahwa dua
sahabatku itu justru telah menjadi kaki-tangan pihak
pemerintah penjajah, Mereka telah melaporkan aku sebagai
pemberontak, dan mereka bahkan telah memutar balik
peristiwa yang terjadi dihadapan The Sie Ban, sehingga The
Sie Ban bertambah panas terhadapku. Hal itu benar benar tak
kuketahui selama delapan bulan yang lalu."
MENDENGAR perkataan Sim Pek Eng, sekalian muridnya
marah bukan main, Dengan serentak mereka menyatakan hendak bertempur
sampai titik darah penghabisan. Mereka memaki dan
mengutuk perbuatan Tan Hok Cin dan Khu Cing San yang
mereka anggap sebagai penghianat yang patut dibinasakan!
"Sabarlah!" kata Sim Pek Eng mengatasi rasa marah
mereka. "Aku tidak mengidzinkan kalian menuruti perasaanmu
belaka, Yang penting, aku sudah membuka rahasia perbuatan
The Sie Kam kepada kalian semua. Artinya aku sudah
mengingkari janjiku kepada Cie-keng Taysu, Karena itu,
kuminta kalian jangan menyebar luaskan berita kebusukan
The Sie Kam. 875 Biarlah mereka berbicara apa saja tentang diriku. Tapi aku
sendiri jauh lebih senang diperlakukan begitu, dari pada aku
mengingkari janji . Kalau kini aku membuka rahasia ini juga,
lantaran laskar perjuangan rakyat terancam perbuatan
terkutuk Tan Hok Cin dan Khu Cing San. Kepada mereka
berdualah sasaran kalian yang benar."
Ia berhenti dan menarik napas. "Sekarang, panggillah
kedua adikmu, Cu Hwa dan Cu Jie."
Dengan wajah murung, murid-muridnya keluar
meninggalkan kamar, dan tak lama kemudian masuklah
seorang gadis berusia kurang lebih tujuhbelas tahun dengan
seorang pemuda tanggung berumur sebelas atau dua belas
tahun. Merekalah Cu Hwa dan Cu Jie, putera-puteri Sim Pek
Eng. "Ayah!" teriak Cu Hwa sambil menubruk pangkuan Pek
Eng, dan gadis itu lantas menangis terisak.
Sim Pek Eng tidak berkata apa-apa tetapi membelai
rambut Cu Hwa dengan tangan kanannya. sedang tangan
kirinya memeluk Cu Jie yang berdiri di dampingnya.
"Apakah ibumu sudah siap?" akhirnya ia menanya.
Cu Hwa memanggut. "Bagus." kata Pek Eng. "Sekarang dengarkan pesan
ayahmu, Jika adikmu sudah mendekati usia dewasa,
hendaklah kau ajari bekerja yang layak. Jadikanlah dia
seorang petani atau pedagang, jangan kau bawa dia
memimpikan kedudukan tinggi atau pangkat yang mentereng,
Kularang dia mempelajari ilmu kepandaian atau ilmu sakti
macam apapun. Dengan begitu, hidupnya akan damai dan
tenteram," "Tidak, ayah." bantah Cu Hwa, "Dia harus belajar ilmu silat
876 agar dapat menuntut dendam ayah."
"Kau bilang apa?" bentak Pek Eng, wajahnya menjadi
merah padam, Akan tetapi hanya sedetik dua detik. setelah itu
kembali muram dan penyabar, Kata-nya dengan suara rendah:
"Cu Hwa, dengarkan baik-baik, pesan ayahmu ini,
semuanya ini kupesankan kepadamu, agar anak keturunan
kita selamat, sebab didalam pergaulan hidup ini, seringkali
terjadi penyakit angkara manusia yang tiada habis habisnya.
itulah rasa dendam kesumat, iri hati, jelus, cemburu dan
dengki. Karena itu, aku menghendaki Cu Jie hidup sebagai
rakyat jelata kelak. Lagi pula adikmu tidak memiliki bahan bagus. seumpama
belajar ilmu silatpun tidak akan dapat mencapai tataran
kesempurnaan. Tegasnya dia tidak akan dapat mencapai
setengah kepandaianku. Apa yang bisa di lakukan dengan
bekal sekerdil itu" lihatlah ayahmu sendiri! Meskipun memiliki
ilmu agak berarti, akhirnya tidak berdaya juga
mempertahankan hidup damai sejahtera.
Mati itu sendiri, tidak begitu mengusik hatiku. sebab setiap
orang hidup, pasti akan mati. Tetapi alangkah besar sesalku,
bahwa aku tidak diberi kesempatan melihatmu membangun
rumah tangga... setelah kepergianku, hendaklah kau
menghadap panglima Lie Hui Houw, Katakan pada beliau
bahwa aku menunjuk muridku The Seng Kian sebagai
penggantiku. Dan mulai detik ini pula, sekalian murid dan para
pembantuku harus tunduk dan patuh padanya. Mengerti?"
Thio Sin Houw menjadi heran, Mengapa Sim Pek Eng
sampai menjadi putus asa" Dia merupakan seorang pemimpin
dari ribuan tentara rakyat. Meskipun The Sie Ban memperoleh
bantuan dari teman-temannya, dapatkah mereka melawan
tentara rakyat yang berjumlah ribuan orang itu. Mustahil dan
benar-benar sangat aneh! 877 Sementara itu terdengar Cu Hwa bertanya:
"Apakah aku harus memanggil The susiok menghadap
ayah?" "Apakah kau belum jelas menanggapi perkataanku ini?"
Pek Eng menyesali anak gadisnya. "Pamanmu itu keras
hatinya, Dia sedang pulang kekampung. Bila kau panggil dia
untuk menghadap ayahmu dan mengetahui masalahnya,
apakah dia akan berpeluk tangan saja melihat diriku terhina
begini rupa" sekali ia bertindak, maka pertempuranpun akan
terjadi. Berapa jiwa yang akan melayang" Dan aku tak
menghendaki mereka mati demi untukku.
Didepan mereka menanti suatu gerbang yang pantas
sekali menuntut telaga dan jiwa mereka, itulah perjuangan
bangsa dan negara. Karena itu, aku hanya menghendaki agar
kau menghadap panglima Lie Hui Houw membawa pesanku.
Kemudian umumkan keputusanku ini kepada sekalian murid
muridku. Jadi aku tidak meminta kau memanggil The Seng
Kian menghadap. Sudah jelas?" Cu Hwa manggut. isak tangisnya semakin menjadi.
Kemudian dengan membimbing tangan adiknya, ia mundur
sampai ke pintu, Berkata mencoba: "Ayah, apakah tiada jalan lain untuk menghindari ancaman
mati ini?" "Hal itu sudah kupikirkan sejak beberapa hari yang lalu."
sahut Sim Pek Eng menghela napas. "Apakah kau kira aku
tidak bergirang hati serta bersyukur apabila terhindar dari
kematian, didalam dunia ini, hanya ada seorang saja yang
bisa menolong diriku. itulah pendekar luar biasa yang dahulu
pernah menolongku dari kepungan orang orang Siauw-lim.
Tetapi kukira, pendekar itu sudah tiada lagi dalam dunia ini..."
878 Mendengar perkataan ayahnya, wajah Lu hwa berseri
dengan tiba-tiba. ia mendekati lagi dan bertanya menegas:
"Ayah, siapakah orang itu" siapa tahu, barangkali dia
belum meninggal dunia." "Dialah Gin-coa Long-kun!" sahut sini Pek Eng. "Dialah
yang kusebut pendekar luar biasa, Dia juga yang mengetahui
masalahku, Ketika pihak Siauw-lim menghadangku ditengah
perjalanan, ia mengundurkan mereka seorang diri, Dan
dengan seorang diri pula ia menjelaskan masalahku. Akan
tetapi kudengar ia mengalami aniaya berat belasan tahun
yang lalu, pasti lah dia tiada lagi dalam dunia ini, seumpama
masih hidup, akh . . . sudahlah . Kau pergilah menghadap
Panglima Lie Hui Houw." Dengan hati duka, kembaIi Lu Hwa membimbing adiknya
meninggalkan kamar. Sin Houw memberikan isyarat tangan
kepada Giok Cu untuk mengikuti kepergian Cu Hwa. Waktu Cu
Hwa meIintasi sebuah taman, sekonyong-konyong Sin Houw
melompat menghadang didepannya, Keruan saja Cu Hwa
terkejut bukan main, Serentak ia menghunus pedangnya,
membentak:

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa kau?" "Kau ingin menolong ayahmu" ikutlah aku!" sahut Sin
Houw, Dan dengan sekali bergerak, ia melompati dinding
pagar. Giok Cu mencontoh perbuatan kawannya itu.
Cu Hwa tertegun keheranan. ia kagum menyaksikan
betapa gesit Sin Houw, segera ia mengkisiki adiknya agar
menunggu dikamar ibunya. Kemudian ia melompat pagar
tembok itu pula, menyusul Sin Houw dan Giok Cu. ia mengejar
beberapa rintasan, Melihat Sin Houw dan Giok Cu telah
meninggalkannya sangat jauh, ia menghentikan langkah, lalu
memutar tubuh hendak kembali. Tapi baru saja ia berpaling,
sekonyong-konyong lengannya teraba sesuatu. Tahu-tahu
879 pedangnya telah terampas. Sin Houw sudah berada
disampingnya, Sudah barang tentu Cu Hwa terkejut bukan main, Betapa
mungkin, seseorang bisa bergerak begitu cepat, ia tertegun
keheranan, terdengarlah sin Houw berkata meyakinkan:
"Adik, janganlah kau sangsi kepadaku, seumpama aku
berniat mencelakaimu dapat kulakukan dengan mudah tadi,
Akulah salah seorang sahabat ayahmu. Maka dengarlah
semua perkataanku." Cu Hwa manggut, meskipun hatinya masih ragu-ragu. Sin
Houw agaknya dapat menebak keadaan gadis itu, Berkata
meyakinkan lagi: "Ayahmu terancam bahaya maut, Beranikah kau
menempuh bahaya untuk menolongnya" sanggupkah kau?"
"Asal ayah tertolong, aku bersedia hancur lebur." sahut Cu
Hwa. "Bagus! Ayahmu sesungguhnya seorang mulia hati,
Ayahmu lebih senang mengorbankan diri sendiri daripada
mengorbankan beberapa jiwa demi persoalannya. Dialah
seorang pendekar yang jarang terdapat didunia ini, Karena itu,
aku hendak membantunya. jangan takut."
Sekarang Cu Hwa tidak sangsi lagi, pemuda yang berada
didepannya itu benar-benar meyakinkan hatinya. Maka ia
membungkuk hormat sambil menyatakan rasa terima
kasihnya. "Jangan begitu!" sin Houw mencegahnya . "Belum tentu
pula aku dapat menolong, semuanya ini tergantung pada
nasib yang baik, Sekarang, bawalah aku ke kamarmu.
Dapatkah kau menyediakan alat tulis?"
880 Cu Hwa terhenyak sejenak. Tetapi melihat Giok Cu berada
disamping pemuda itu, kecurigaannya pudar. pikirnya didalam
hati: "Dia membawa seorang teman, Mustahil ia hendak berbuat
tak senonoh terhadap diriku. Lagipula tenaga sambarannya
dahsyat luar biasa diwaktu mencegah gerakanku menyatakan
hormat padanya. Kalau saja ia benar-benar hendak menolong
ayah, pastilah mampu." dan dengan pertimbangan ini ia
bertanya: "Sebenarnya" siapakah kakak berdua?"
"Waktu kita sangat sedikit, Hayo, kau sediakan saja alat
tulis dan kertas. Aku hendak menulis surat kepadanya. Bila
ayahmu membaca surat itu, ku harap saja tidak berputus asa
lagi." sahut Sin Houw menyimpang.
Cu Hwa sudah berada dalam pengaruh Sin Houw,
Berkatalah gadis itu: "Baiklah, Mari!" Ia berjalan mendahului. Dan Sin Houw berjalan mengikuti
dengan di dampingi Giok Cu. Berkata:
"Kau ingin mengetahui nama kami berdua, bukan" Biarlah
tetap merupakan rahasia dahulu, Bahkan kupinta padamu,
agar merahasiakan pula pertemuan kita ini. Kau sanggup?"
Cu Hwa manggut, ia sekarang mengerti maksud Sin Houw,
Dan wajahnya lantas saja menjadi cerah. Dengan penuh
gairah, ia membawa Sin Houw berdua melintasi taman bunga
memasuki kamarnya, cepat ia menyediakan alat tulis dan
kertas. Kemudian duduk berjarak empat langkah didekat pintu
masuk. 881 Sin Houw membubuki kertas yang berada diatas meja, ia
menulis, Giok Cu yang berada disampingnya terkejut melihat
apa yang ditulisnya, Akan tetapi oleh isyarat mata, ia
membungkam. "Adik," kata Sin Houw kepada Cu Hwa. "Esok pagi pergilah
kau menemui kami di rumah penginapan "Sin Sin" jam
sembilan, Kami akan menunggumu."
Cu Hwa manggut sambil menerima lipatan kertas yang
diberi kan kepadanya. Kata Sin Houw lagi:
"Sampaikan surat ini kepada ayahmu secepat mungkin!
hanya saja kau harus berjanji kepadaku."
"Katakanlah!" "Hendaknya kau rahasiakan pertemukan kita ini. bila
ayahmu minta keterangan tentang diriku, jangan kau katakan.
Kularang kau melukiskan potongan tubuhku dan usiaku, Kau
mengerti" Cu hwa heran. Menegas:
"Kenapa?" "Apabila kau sebutkan kesan diriku, tidak akan
membantumu lagi . " Sin Houw mengesankan.
Sebenarnya Cu Hwa masih ingin memperoleh penjelasan.
Akan tetapi karena melihat Sin Houw bersungguh-sungguh
terpaksa ia manggut. Katanya: "Baiklah, Aku berjanji."
Sin Houw menarik lengan Giok Cu. Dengan membawa
gadis itu, ia melesat keluar melalui jendela, Gesit gerakannya,
sehingga untuk kedua kalinya Cu Hwa kagum bukan main,
sebentar kemudian, ia tersentak oleh lipatan kertas yang
berada ditangannya, Cepat-cepat ia berlari menuju ke kamar
ayahnya hatinya memukul, tatkala melihat pintu dan jendela
kamar ayahnya tertutup rapat. 882 Dengan menghimpun tenaga ia meng-gempur jendela
sampai terbuka. Lalu melompat kedalam sambil
mengacungkan surat . "Ayah!" serunya, "Lihat!"
Ia melihat ayahnya sedang memegang sebuah cawan,
Tahulah dia apa isi cawan itu, Pastilah ayahnya hendak
mengambil jiwanya sendiri dengan meminum racun, Karena
itu, wajahnya jadi pucat dan suara menggeletar tatkala
mengulangi seruannya: "Ayah, lihat! surat ...!" Sim Pek Eng menurunkan
cawannya. ia menoleh dengan pandang kosong, Dan Cu Hwa
berkata lagi sambil membuka lipatan kertas:
"Ayah surat, Bacalah dulu!"
Sim Pek Eng menyadarkan pandang matanya, ia melihat
lukisan sebilah pedang, Dengan tiba-tiba saja cawan yang
dipegangnya terlepas jatuh dan hancur berantakan di lantai.
Cu Hwa terkejut menyaksikan hal itu, Kenapa ayahnya
sampai kehilangan, tenaganya" Tapi setelah melihat
perubahan wajah ayahnya, hatinya bersyukur bukan main,
Wajah ayahnya yang suram, mendadak berubah berseri-seri
penuh cahaya gairah hidup. "Siapa" siapa yang memberimu surat ini?" Sim Pek Eng
menegas dengan suara gemetar. Kedua tangannya meraih
surat ditangan Cu Hwa. "Apakah dia datang?"
Cu Hwa tak dapat menjawab dengan segera, ia mendekati
pelita untuk memperoleh penglihatan lebih jelas. Kemudian
ikut memperhatikan surat Sin Houw sama sekali tiada
hurufnya, kecuali lukisan sebilan pedang yang aneh
bentuknya. 883 Mirip seekor ular yang siap menerkam mangsa, ia tidak
mengerti apa sebab ayahnya kegirangan begitu melihat
gambar itu. Bertanya: "Gambar pedang siapa?" "Asal dia datang, ayahmu bakal tertolong. inilah pedang
Gin-coa kiam. Apakah dia datang menemuimu?"
"Dia siapa ?" Cu Hwa heran.
"Pemilik pedang ini. Maksudku yang melukis bentuk
pedang ini." kata Sim Pek Eng.
Sekarang barulah Cu Hwa mengerti maksud ayahnya. ia
manggut seraya berkata: "Besok pagi aku disuruh mencarinya disuatu tempat."
"Dimana?" Dirumah penginapan Sin sin." "Akh! Apakah dia tidak berkata bahwa akupun perlu ikut?"
"Tidak, ia tidak berkata begitu." jawab Cu Hwa.
Pek Eng menarik napas. Tetapi wajahnya cerah. Katanya
setengah berbisik seperti kepada dirinya sendiri:
"Orang gagah luar biasa itu memang aneh perangainya.
Kalau dia tidak berkata sesuatu, pasti ada maksudnya.
sebaliknya bila membuka mulutnya, siapapun harus taat dan
mendengarkan setiap patah perkataannya dengan sungguh
sungguh, Baiklah, kau pergilah esok pagi mencarinya. Akh,
sedetik saja kau kasep, ayahmu kini sudah berada di tengah
awan..." 884 Mendengar ucapan ayahnya, keringat dingin membasahi
tengkuk Cu Hwa. Maka berkatalah dia dengan hati-hati:
"Sekarang, sebaiknya ayah tidur saja."
Pek Eng manggut, ia kini menjadi seorang penurut dengan
mendadak. Dan kabar yang menggirangkan itu sebentar saja
telah tersiar luas diantara murid muridnya, Isterinya Pek Eng
girang dan bersyukur bukan kepalang.
Hanya saja ia masih bimbang terhadap pendekar itu yang
katanya hendak datang menolong. Benar-benarkah dia akan
datang esok hari" Tapi melihat kecerahan wajah suaminya, ia
percaya bahwa bahaya maut telah teratasi. Karena itu, ia tak
jadi berkemas. Waktu itu Sin Houw dan Giok Cu sudah jauh meninggalkan
rumah Pek Eng, Giok Cu tadi melihat Sin Houw menggambar
sebatang pedang yang aneh bentuknya, waktu itu tak berani ia
membuka mulut untuk minta keterangan. sekarang tak perlu ia
khawatir akan ada lain orang yang mengetahui. Maka
bertanyalah ia: "Sebenarnya pedang apakah yang kau lukis tadi?"
"Bukankah kau telah mendengar keterangan Pek Eng
tentang seorang pendekar luar biasa yang memiliki pedang
aneh" itulah pedang Gin-coa Kiam milik almarhum ayahmu,
Dia yakin, bila ayahmu datang pastilah jiwanya bakal tertolong,
Dengan melihat bentuk pedang, dia akan teringat ayahmu,"
Terharu hati Giok Cu mendengar keterangan Sin Houw,
Namun ia heran apa sebab Sin Houw bermaksud menolong
jiwa Pek Eng, Tanyanya: "Kau hendak menolong jiwanya. Apakah keuntunganmu?"
885 "Kulihat Pek Eng seorang ksatria yang luhur budi." jawab
Sin Houw. "Dia kena fitnah dua sahabatnya yang dipercayai.
Kalau sampai mati, itulah mati sia-sia belaka. Dapatkah kita
menyaksikan dia mati penasaran" Apalagi dia ternyata
sahabat ayahmu." "Oh, begitu" Kukira kau sudi menolong karena melihat
puterinya yang cantik jelita." kata Giok Cu berlega hati.
"Giok Cu! sebenarnya aku kau golongkan manusia apa
sampai kau mempunyai pikiran demikian." Sin Houw
mendongkol. "Hey, kenapa kau marah, sayang" siapapun akan curiga
kepadamu. Kau seorang pemuda dan dia seorang gadis
cantik. Kenapa kau suruh mencarimu di penginapan ?"
Tepat kata-kata Giok Cu, sehingga Sin Houw tak kuasa
menjawab. Akhirnya mau tak mau ia tertawa geli juga. katanya
: "Pandang matamu tajam sekali. Hm, bagaimana aku harus
mengobatimu" Baiklah, mari kutunjukkan padamu, apa sebab
aku memintanya mencariku ke penginapan."
Giok Cu menggerutu, Hendak ia membuka mulutnya, akan
tetapi Sin Houw telah menyambar tangannya. pemuda itu lari
pesat mengarah ke timur. Dan terpaksalah ia lari sekuatkuatnya
untuk bisa mendampingi. Tak lama kemudian, sampailah mereka digedung
kediaman The Sie Ban. Dengan menarik tangan Giok Cu, Sin
Houw melompati tembok halaman. Dan dibalik gerombol
tanaman, ia membawa gadis itu bersembunyi. Bisiknya:
"Didalam rumah ini banyak terdapat orang-orang pandai.
Karena itu kita harus berhati-hati. sekali mereka melihat
886 kehadiran kita, akan gagallah rencanaku."
"Baik." sahut Giok Cu, "Tapi kau harus berjanji, bahwa
tujuanmu menolong Sim Pek Kng bukannya disebabkan
pandang puterinya. Kalau kau menolong orang tua itu demi Cu
Hwa, aku akan berteriak biar gagal usahamu."
Sin Houw tertawa mendongkol. Akan tetapi ia percaya,
Giok Cu hanya mengancam dimulutnya saja. Dan hati-hati ia
membawa gadis itu mendekati rumah penginapan. Tatkala itu
suasana sudah sunyi. Maklumlah, hari hampir mendekati fajar.
walaupun demikian, perlu ia berhati-hati.
Tiba-tiba ia melihat seorang pelayan lewat melintasi taman.
Cepat ia melompat dan menyumbat mulutnya. Berkata
mengancam: "Dimana letak kamar tamu yang datang menginap disini?"
Pelayan itu ketakutan melihat mata Sin Houw yang
berwibawa. segera ia memberi keterangan.
"Bukan semuanya yang kumaksudkan." potong Sin Houw,
"Tapi dua orang tamu bernama Tan Hok Cin dan Khu Cing
San." Pelayan itu menuding kearah sebuah kamar yang terletak
disebelah barat, Sin Houw berterima kasih, Katanya:
"Tetapi maaf, Kau terpaksa kutawan juga disini, Menjelang
pagi hari, kau akan bebas sendiri tanpa pertolongan."
Setelah berkata demikian, ia memijit salah suatu urat
tertentu. Kemudian mcmondongnya dan diletakkan di balik
gerombol belukar . Setelah itu dengan hati-hati. ia mendekati
kamar sebelah barat. sudah tentu Giok Cu tidak sudi
ketinggalan. Tatkala Sin Houw sedang membongkar jendela,
ia ikut memperhatikan keadaan disekelilingnya .
887 Hebat cara kerja Sin Houw. Dengan tenaga dalamnya yang
sempurna, ia menempelkan tangannya. Tiba-tiba saja jendela
terbuka dengan sendirinya. Kemudian ia melompat masuk.


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok Cu melompat masuk pula. Sebenarnya, gerakan mereka tiada membersitkan suara
sedikitpun juga. Tetapi Tan Hok Cin dan Khu Cing San sangat
tajam telinganya. Begitu mendengar desir angin, mereka
tersentak bangun. tetapi begitu bergerak, Sin Houw
mendahului mereka membuat tak berdaya.
Dengan leluasa Sin Houw menggeledah isi kamar. semua
diaduknya sehingga bertebaran diatas lantai. Giok Cu lantas
menyalakan lilin, ia membantu menyuluhi. Namun apa yang di
kehendaki Sin Houw belum juga diketemukan.
Tiba-tiba terdengarlah langkah kaki di seberang kamar.
Cepat-cepat ia memadamkan lilin, Dan didalam gelap, Sin
Houw terus mengadakan penggeledahan.
Akhirnya ia menggerayangi saku Tan Hok Cin. Hatinya
girang, karena menemukan segumpal kertas. Terus saja ia
memasukkannya didalam sakunya. bisiknya kepada Giok Cu:
"Sudah kutemukan." "Bagus!" sahut Giok Cu girang dengan berbisik pula, "Mari
kita keluar, Diluar kudengar langkah kaki."
"Tunggu sebentar." kata Sin Houw masih berbisik. ia lantas
mendekati meja, Dengan mengerahkan tenaga dalamnya , ia
menulis dengan jari tangannya. pendek saja: "Hormat dan
salam dari sahabatmu, Sim Pek Eng, "Tetapi yang
mengagumkan adalah bekas jari tangannya. Alas meja seperti
melesak kedalam! 888 Berbareng mereka melompat keluar jendela. Bulan sipit
tiada lagi, sehingga malam jadi gelap pekat, Tiba-tiba saja
sebatang pedang menyambar dada Sin Houw, pemuda itu
sama sekali tak gentar. Cepat ia menyambar pergelangan
tangan penyerangnya. Diluar dugaan, penyerangnya dapat
bergerak dengan cepat pula, Tahu-tahu ujung pedang
menikam ulu hati! Sin Houw tidak menghiraukan. ia mengandal pada baju
pusaka pemberian Bok siang Tojin yang tak mempan senjata
betapa tajampun, ia tak takut akan terluka. Tangannya terus
bergerak mencengkeram lengan. Sudah tentu penyerangnya kaget bukan kepalang,
Benarkah didunia ini terdapat seseorang yang kebal" selagi
dalam keadaan demikian, tahu-tahu lengannya tercengkeram,
Hebat hasilnya. Maka cepat-cepat ia mengerahkan tenaga
hendak membebaskan diri. Tapi suatu tamparan mengarah
mukanya. Gugup ia melompat mundur. Diluar kehendaknya, pedangnya terampas. Oleh rasa
kaget dan takut, ia lari dengan jumpalitan. sebentar saja
tubuhnya lenyap dibalik kegelapan malam.
Sin Houw membiarkan penyerangnya kabur dengan
selamat. ia tahu siapa ia, dialah pendekar pedang Lie Kong
Seng dari Hay-see pay, yang pernah malang-melintang tiada
tandingnya sejak belasan tahun yang lalu. Sekarang pedang
andalannya terampas orang dalam satu gebrakan saja,
Keruan saja ia mendongkol bukan kepalang, Kecuali malu,
gentar juga. Sie Liu Hwa mengalami nasib seperti Lie Kong Seng pula,
Ketika ikut mengintai rumah Sim Pek Eng, ia kehilangan
pedangnya. pendekar wanita yang genit itu, hampir saja
menangis oleh rasa marah dan penasaran. Meskipun
perampas pedangnya tidak berniat jahat, namun perampasan
itu sendiri cukup menghinanya. 889 Malam itu, baik Sie Liu Hwa maupun Lie Kong Seng, tidak
sanggup tidur, mereka berdua diamuk berbagai dugaan dan
pikiran. pendekar dari manakah sebenarnya yang sanggup
merampas pedangnya" Hampir-hampir saja mereka tidak mau
percaya, bahwa pedang andalan masing masing kena
terampas. Sebenarnya Lie Kong Seng keluar kamar tanpa tujuan. ia
berjalan mondar mandir dihalaman mencari angin. Tiba-tiba ia
melihat cahaya menyala didalam kamar Tan Hok Cin. segera
ia menghampiri dan bersembunyi dibelakang tanaman .
Telinganya yang tajam mendengar suatu kesibukan didalam
kamar itu, Cepat ia menghunus pedangnya. inilah pencuri
yang bosan hidup, pikirnya di dalam hati. ia percaya akan
dapat merobohkan pencuri itu dalam satu gebrak saja, Diluar
dugaan, ia gagal. Bahkan pedangnya kena terampas!
Dengan sesungguhnya, Lie Kong Seng adalah seorang
ahli pedang, Didalam Hay-see pay keahliannya tiada yang
dapat menandingi. Tak mengherankan, ia disegani lawan dan
kawan. Pedang andalannya termasuk sebatang pedang
pusaka pula. Belum pernah pedang itu gagal menembus sasaran. Tapi
malam ini, pedang itu terpental balik. Apakah bukan hantu"
Maka bisa dimengerti, apa sebab ia lari lintang-pukang, Dan
begitu memasuki kamarnya, segera ia membangunkan temantemannya.
Dalam pada itu, Sin Houw dan Giok Cu cepat-cepat lari
mendekati pagar tembok. Mereka tak usah takut bakal terlihat,
karena sekitar tempat itu gelap pekat, Halaman gedung
kediaman The sie Ban luas pula, Banyak pohon-pohonan yang
tumbuh dengan suburnya, sehingga menutupi penglihatan.
Tetapi tatkala hendak melompati pagar, kaum Hay-see pay
sudah terbangun. Dan kesibukan itu menjalar dari tempat ke
tempat . Dan terpaksalah Sin Houw mengurungkan niatnya.
890 "Kita bersembunyi dulu!" ajak Sin Houw, ia tak berani
semberono, karena gedung The Sie Ban penuh dengan
pendekar berilmu tinggi. Maka perlahan lahan ia membawa
Giok Cu mendekati tembok dan mendekam rendah diatas
tanah. Perasaan Sin Houw memang luar biasa. Tiba-tiba saja
diatas genting bermunculan beberapa orang ronda, Coba
sekiranya tadi ia tergesa-gesa melompati pagar tembok,
mereka akan kepergok dengan ronda-ronda yang berada di
atas genting sebelah depan. "Hey, apa ini?" tiba-tiba Giok Cu berkata. "Coba, rabalah!"
Gadis itu membawa tangan Sin Houw ke tempat yang
dikehendaki. Mula-mula pemuda itu tak mengerti maksud Giok
Cu tetapi setelah meraba beberapa saat lamanya, hatinya
mulai tertarik. Kaki pagar tembok itu berlumut sangat tebal -
tapi aneh! Diantara banyak terdapat lubang-lubang ukiran
huruf. ia terus meraba dan meraba. "Hey, rangkaian huruf!" ia berseru tertahan dengan
berbisik. "Coba benar tidak dugaanku ini ?"
Giok Cu mengikuti titik tolak rabaan Sin Houw, ia lantas
mengeja, Eh , benar-benar terbaca. pikirnya di dalam hati. Dan
setelah sekian lamanya meraba, akhirnya membaca : "GAK
HUl" . "Akh! Bukankah tanda ini yang kita cari?" seru Giok Cu
berbisik. Hampir sepuluh hari lamanya, mereka mencari istana Gak
Hui. Mulai matahari terbit sampai jauh malam, Sekarang, tibatiba
saja mereka menemukan secara kebetulan sekali. Keruan
saja mereka girang dan bersyukur bukan main.
891 Gak Hui hidup pada jaman kerajaan Song. Ketika
mengalami kekalahan, ia memasuki hutan dan mendaki
gunung. Pan Gak Hui yang mengikuti raja Song dengan setia,
kemudian menyusun laskar tentara rakyat disekitar kota itu, ia
mendirikan markas gerilya, Karena peristiwa itu terjadi sudah
terlalu lama, maka tidaklah mengherankan bila gedung markas
besarnya lenyap ditelan oleh sejarah.
Sin Houw terpaku oleh rasa girang, tiba-tiba tengkuknya
kena hembusan halus hangat, ia menoleh dan melihat Giok Cu
tersenyum lebar. ia jadi sadar, meskipun kesadaran itu sendiri
belum dikehendaki. Gerutunya: "Dalam keadaan begini, masih saja kau bergurau."
"Bergurau" justru tidak!" Giok Cu membantah. "Apakah
kau akan membiarkan diri kena tangkap?"
"Akh!" Kini Sin Houw tersadar benar benar. "Mari kita
pergi!" Mereka mendekam beberapa saat lamanya, setelah yakin
tiada lagi ronda diatas genting, cepat-cepat mereka melompati
tembok halaman dan lari secepatnya, tepat jam empat pagi,
tibalah mereka dirumah penginapan dengan selamat tak
kurang suatu apa. Tiba dikamar penginapan, Giok Cu segera menyalakan
lilin, Sin Houw mengeluarkan gumpalan kertas dari dalam
sakunya. Kertas itu sudah kuning kotor oleh usianya, setelah
diperiksa, ia merasa gembira. Benar-benar dua helai surat kesaksian yang dikehendaki
dalam urusan Sim Pek Eng! Dengan hilangnya surat itu, Sim
Pek Eng jadi berputus asa, karena dia tidak mempunyai
pegangan lagi untuk menghadapi kekalapan The Sie Ban yang
mengundang begitu banyak orang-orang gagah kenamaan.
892 "Kau benar-benar berhasil menolong jiwa ayah sigadis
yang cantik jelita itu!" seru Giok Cu menyindir. "Entah dengan
apa gadis itu hendak balas budimu."
"Gadis siapa?" "Akh, berlagak lupa lagi. Bukankah Cu Hwa?" Giok Cu
mendengus. Sin Houw tertawa geli, Tak sudi ia melayani sifat Giok Cu
yang masih kekanak-kanakan. ia lantas mengalihkan
perhatiannya kepada bunyi surat kesaksiannya itu, Katanya
setelah membaca surat-surat itu: "Benar-benar Sim Pek Eng tidak berdusta. Apa yang
dikatakan benar belaka. Bacalah sendiri! Hm, umpama dia
berdusta sedikit saja, tak sudi aku membantunya. Apa
keuntungannya bentrok dengan beberapa orang gagah
angkatan tua dan yang sebaya dengan usiaku. Diantara
mereka bahkan terdapat pula murid muridnya Jie suheng."
Setelah berkata demikian, ia memeriksa lembaran kertas
lainnya, Tiba-tiba wajahnya berubah menjadi merah padam,
Heran Giok Cu melihat perubahan itu, Biasanya pemuda itu
selalu tenang wajahnya, meskipun hatinya panas dan marah
bukan main. Apa sebab kali ini tidak demikian"
"Surat apa?" tanyanya ingin tahu.
"Bacalah sendiri," jawab sin Houw yang menyerahkan
lembaran kertas itu. Itulah surat tugas rahasia Tan Hok Cin dan Khu Cing San,
surat tugas yang di tanda tangani oleh pihak pemerintah
penjajah bangsa Mongolia, terbagi atas dua bagian. Yang
pertama, membunuh Sim Pek Eng dengan cara apapun juga,
Yang kedua menyusup dan menghancurkan laskar rakyat,
893 menghimpun mereka agar mau menjadi kaki tangan
pemerintah penjajah. Dengan demikian, diharapkan dapat
melumpuhkan perjuangan Thio Su Seng!
Giok Cu adalah seorang gadis yang sejak kanak-kanak
hidup terasingkan dari percaturan masyarakat, Meskipun
demikian, membaca surat tugas rahasia itu - nalurinya
berontak. Tiba-tiba saja dadanya serasa hendak meledak oleh
rasa marahnya, Terus saja hendak merobek surat rahasia itu.
Cepat-cepat sin Houw merebutnya, cegahnya:
"Jangan! Kenapa kau begini semberono" Kalau sampai
terobek, kita tidak mempunyai bukti penghianatannya lagi."
"Akh, ya." Giok Cu tersadar, lalu menambahkan lagi:
"Hampir saja aku merusak pekerjaan besar. Tapi kenapa Tan
Hok Cin dan Khu Cing San membawa bawa surat ini"
Bukankah surat ini dapat mencelakakan dirinya?"
"Maksudnya untuk mempengaruhi The Sie Ban dan orangorang
gagah lainnya. Tegasnya, peristiwa The Sie Ban dan
Sim Pek Eng hanyalah suatu dalih belaka yang penting, inilah
suatu kesempatan untuk bisa mengumpulkan para orangorang
gagah dari segala penjuru." jawab Sin Houw.
"Bila mereka sudah berada dalam genggamannya, adalah
mudah sekali untuk menghancurkan laskar rakyat. "Ya, pasti
begitu jalan pikiranya mereka berdua." Giok Cu menghela
napas dan menjadi muram mukanya. ***** KIRA-KIRA jam sembilan esok paginya, Sin Houw turun
dari ranjang. ia gembira karena merasa dirinya memperoleh
kemajuan. jalan darahnya lancar dan sempurna, segera ia
mandi dan ganti pakaian. Melihat makan pagi telah tersedia
diatas meja, hatinya bersyukur. Terasa suatu kemanisan
meresap didalam perasaannya. Tatkala tangannya hendak
894 meraih gelas, tiba-tiba saja Giok Cu muncul diambang pintu
sambil tertawa manis, Kata gadis itu:
"Yaya, apakah sudah selesai sembahyang?"
"Sudah, naynay, Apakah naynay sudah segar kembali?"
Sin Houw membalas menggoda dengan tertawa.
(Yaya ^ kakek. Naynay - nenek) . "Sudah, yaya, Akupun sudah ganti pakaian." kata Giok Cu.
"Apakah aku benar-benar mirip seorang pemuda?"
"Seorang pemuda yang terlalu cakep." jawab Sin Houw
dengan wajah merah. Giok Cu diam-diam menyesali pertanyaannya sendiri.
wajahnya terasa panas. Akan tetapi hatinya senang, Entah
apa sebabnya. Mereka berdua lantas bersantap berbareng tanpa berkata
sepatah kata lagi. Masing-masing seperti lagi berusaha
menyembunyikan perasaan hatinya. Belum selesai mereka bersantap, datanglah seorang
pelayan mengantarkan seorang gadis. Dialah Cu Hwa yang
segera memberi hormat begitu melihat Sin Houw dan Giok Cu.
Sin Houw cepat-cepat membalas hormat. sedang Giok Cu
lantas saja memegang tangannya dan diajaknya duduk
berdamping, Cu Hwa tidak mengetahui, bahwa pemuda yang
mengajaknya duduk disampingnya sebenarnya seorang gadis
seperti dirinya, Keruan saja ia malu dan segan bukan main,
Akan tetapi tak berani ia membangkang, mengingat mereka
berdualah nanti yang hendak menolong menyelamatkan
nyawa ayahnya. 895 "Benarkah namamu Cu Hwa?" Giok Cu menegas.
"Benar." jawab Cu Hwa dengan wajah bersemu dadu, "Dan
siangkong sendiri?" Giok Cu membuang pandang sambil tertawa lebar.
Katanya mengarah kepada Sin Houw: "Kau tanyalah padanya, sudah beberapa hari ini dia sangat


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

galak kepadaku. Aku dilarangnya memperkenalkan nama
sendiri." Cu Hwa mengira Giok Cu sedang bergurau dengan
kawannya. Maka tak berani ia mendesak. Katanya
mengalihkan pembicaraan : "Siangkong berdua hendak menolong menyelamatkan jiwa
ayahku. Bukan main besar budi ini untukku. Meskipun tubuhku
hancur lebur, rasanya kurang termadai sebagai penebus."
"Ayahmu seorang pendekar yang luhur budi." sahut Sin
Houw, "Sudah seharusnya kami berdua berbuat sesuatu, tak
usahlah kau pikirkan sebagai suatu jasa yang berlebihan!
Bukankah ayahmu nanti sore hendak menyelenggarakan
suatu pesta perjamuan?" "Benar. Akan tetapi pesan ayah, semuanya terserah
kepada siangkong berdua." jawab Cu Hwa.
"Begitukah pesan ayahmu" Kalau begitu sampaikan
pesanku, agar ayahmu melanjutkan maksudnya untuk
menyelenggarakan pesta perjamuan itu. Kami berdua
mempunyai dua bungkus sebagai hadiah ... atau katakan
sebagai barang sumbangan, Hendaklah dua bungkusan itu
dibukanya dihadapan para tetamu, manakala suasana sudah
menjadi genting. Kurasa, akan sangat berharga, Maka jagalah
jangan sampai kena hadang orang."
896 Cu Hwa menerima kedua bungkusan pemberian Sin Houw
dengan hormat, Heran, ia memperhatikan bentuk dua
bungkusan yang diterimanya itu. Yang pertama berbentuk
panjang dan berat, Mirip sebatang senjata. sedang yang
kedua, kecil dan ringan, Tapi tak berani ia minta keterangan.
setelah menghaturkan rasa terima kasih, segera ia
mengundurkan diri. "Mari kita ikuti dia! Kita lindungi dia dengan diam-diam."
ajak Sin Houw, "Kita harus menjaganya aqar tak terampas
kembali oleh pemiliknya." Giok Cu mengangguk. Dan demikianlah, setelah pintu dan
jendela kamar tertutup kuat-kuat, mereka segera berangkat,
sampai diruang tengah, tiba-tiba mereka melihat Cu Hwa
masih berada diruangan depan. Entah apa sebabnya - gadis
itu tidak segera pulang, Maka cepat mereka berdua
bersembunyi dibalik dinding, Kemudian mengintai. Terdengar
Cu Hwa berkata kepada pengurus penginapan:
"Panggillah pemilik rumah penginapan. Majikanmu,
maksudku. Katakan padanya, umbul-umbul turun dari celah
gunung. Dan dia pasti akan segera datang kemari."
Heran Sin Houw memandang Giok Cu. Katanya membisik:
"Dia berkata apa?" Giok Cu adalah seorang gadis yang mempunyai
pengalaman luas dalam perantauan, segera menjawab:
"ltulah kata-kata sandi. Apakah kau tidak mengetahui?"
Pengurus rumah penginapan tadi bersikap angkuh. ia tidak
begitu mengacuhkan terhadap seorang gadis seusia anaknya,
Tapi begitu mendengar perkataan gadis itu, berubahlah
sikapnya. Gugup ia memberi hormat, kemudian cepat-cepat
melintasi pekarangan, dan memasuki sebuah rumah yang
897 berada di seberang sana, Tak lama kemudian, datanglah ia
kembali mengantarkan majikannya menghadap Cu Hwa.
"Siocia memanggil kami" Ciangkun ada perintah apakah
kepadaku?" (Siocia si nona, untuk seorang gadis bangsawan. Ciangkun
= panglima). "Aku Cu Hwa, anak perempuannya Sim Pek Eng." jawab
Cu Hwa. "Pergilah kau ke markas, katakan kepada penjaga
bahwa aku memerlukan tenaga beberapa orang."
Berubah wajah pemilik rumah penginapan begitu
mendengar gadis itu menyebutkan namanya. Sama sekali tak
dikiranya bahwa gadis yang berada dihadapannya adalah
puterinya Sim Pek Eng, Kaget ia, sampai hatinya tergetar.
segera memberi hormat dua kali, kemudian memberi perintah
dua pelayannya agar menyediakan seekor kuda balap, Begitu
kuda balapnya siap, ia melompat keatas punggung kuda dan
membedalkan bagaikan terbang. Heran dan kagum Sin Houw menyaksikan peristiwa itu,
Sama sekali tak diduganya, bahwa pengaruh Sim Pek Eng
sangat besar. pikirnya didalam hati.
"Kalau begitu, tak perlu aku melindunginya lagi."
Benar saja, Tak lama kemudian datanglah duapuluh laskar
bersenjata lengkap. Mereka diantar oleh pemilik rumah
penginapan menghadap Cu Hwa. Dan melihat kedatangan
mereka, Sin Houw segera kembali ke kamarnya. Katanya
kepada Giok Cu: "Siapa mengira, begini besar pengaruh Sim susiok. Kalau
begitu, benarlah ucapan muridnya, Bila saja Sim susiok mau,
dengan sepatah katanya seluruh laskar rakyat siap
898 dibelakangnya, Kalau sampai terjadi demikian, betapa The Sie
Ban mampu menuntut balas dendang Bahkan dia dan kawankawannyalah,
yang terancam kemusnaan." "Lalu, apa yang hendak kaulakukan sekarang?" tanya Giok
Cu. "Tidur. Bukankah kau semalam kurang tidur pula" sebentar
sore kita dapat hadir dalam keadaan segar."
Benar-benar mereka memasuki kamar masing-masing,
sementara Cu Hwa pulang dengan membawa bungkusan
pemberian Sin Houw, Duapuluh orang anggauta laskar rakyat
mengawalnya dengan rapat berwaspada.
Menyaksikan hal itu, baik Sin Houw maupun Giok Cu puas,
Dengan hati lapang, mereka merebahkan diri di atas
ranjangnya, Dan tak lama kemudian, mereka tertidur lelap.
Sore hari itu tiba dengan diam-diam sebelum mandi, Sin
Houw bersemadi diatas ranjang, Jalan darahnya terasa lancar.
pernapasannya lega dan untuk kesekian kalinya selalu saja ia
memperoleh kemajuan. Rasa segar bugar menyelimuti
hatinya, sehingga ruang benaknya menjadi jernih. Terus saja
ia melompat turun dari ranjang, Dan tiba-tiba saja Giok Cu
telah berada di dekatnya. "Baru saja aku membelikan seperangkat pakaian
untukmu." katanya, "Bukankah kita perlu mengenakan pakaian
agak mentereng sebagai tamu undangan" Mungkin pula, kita
berdua akan merupakan tamu yang istimewa sebentar
malam." Sin Houw tertawa. Meskipun ia tidak menghendaki menjadi
tamu yang istimewa, namun pakaian itu sendiri tiada celanya
untuk dikenakan. Demikianlah, setelah mandi benar-benar ia
mengenakan pakaian yang disediakan Giok Cu. pandai benar
Giok Cu mengukur bentuk dan perawakan tubuhnya, sehingga
899 enak dipakai. ia jadi kagum dan terharu oleh kecermatannya.
"Kita makan dulu, kemudian baru berangkat," katanya.
Giok Cu tidak menolak. Dan seperti tadi pagi, mereka
berdua berbareng makan, sebenarnya jenis makan siang itu
tidaklah mewah, akan tetapi karena makan siang itu baru
dimakannya setelah sehari tiba, mereka berdua jadi bernapsu
oleh rasa lapar dan dahaga. sebentar saja semua makanan
dan minuman ikut tersapu bersih pula.
Kesan perjamuan jauh berlainan dengan pesta perjamuan
yang diselenggarakan The Sie Ban. semuanya serba teratur
dan sopan, Maklumlah, Sim Pek Eng adalah seorang
pemimpin tentara rakyat. persediaan makan minum serba
lengkap, Dan anak buahnya biasa terlatih cekatan, sopan dan
pandai bergaul. Maka suasananya serasa cerah serta meyakinkan. Tatkala
lampu-lampu mulai dinyalakan, serambi depan rumah Pek Eng
berubah layak sebuah istana. "Saudara-saudara! silahkan minum!" kata Sim Pek Eng
dengan hormat. The Sie Ban berdiri mengangkat cawan araknya. Tiba-tiba
saja, ia mem-bantingnya di lantai hingga hancur berantakan.
Lalu berteriak bengis: "Sim Pek Eng! Enak saja kau mempersilahkan kami
meneguk minumanmu, Apakah kau bermaksud menyuap
kami" Apakah harga jiwa kau samakan dengan segala
minuman dan makanan ini" Disini telah berkumpul beberapa
belas orang-orang gagah kenamaan. Bicaralah didepan mereka, bagaimana cara kita
menyelesaikan masalah hutang jiwa ini, Bicaralah yang jelas!
jangan lagi perkara makan minum yang dibicarakan!"
900 Itulah suatu serangan tiba-tiba yang tak terduga sama
sekali. Meskipun Sim Pek Eng tahu, bahwa perjamuan itu
akhirnya akan menjadi tegang, namun ucapan The Sie Ban
yang garang itu telah membuat mulutnya terbungkam.
Pui Kun Giok, murid Sim Pek Eng, tak senang melihat
gurunya terdorong ke pojok. Terus saja ia berdiri tegak dan
berteriak mewakili gurunya: "Saudara The Sie Ban! Benar-benar kau manusia yang tak
mengenal tata-santun, Kita lagi makan minum, sama sekali
belum sampai pada acara kata-kata, Apa sebab kau lantas
saja membuka mulut begitu besar" Apakah pekertimu itu tidak
akan merosotkan derajat kaum pendekar lainnya" Lagipula,
dengarkanlah baik-baik, bagaimana p
Bara Naga 12 Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Bentrok Para Pendekar 5
^