Golok Halilintar 14

Golok Halilintar Karya Khu Lung Bagian 14


eristiwa kakakmu terjadi. Kakakmu, mati karena perbuatannya yang keji, Dengan licik ia
hendak mengadakan pembunuhan, semata-mata tergiur paras
cantik belaka... Guruku ..." Sekonyong-konyong terasa ada segumpal angin
menyambar.Cepat-cepat Pui Kun Giok menundukkan
kepalanya. ia melihat sesuatu yang berkeredep diatas
kepalanya. Tatkala menoleh, dilihatnya tiga batang paku
berbulu tertancap pada dinding dalam, ia kaget dan gusar.
Sin Houw pun demikian pula. sebab segera ia mengenal
siapakah pembidiknya, itulah senjata rahasia kaum Hoa-san
pay, siapa lagi kalau bukan milik Sie Liu Hwa" Atau Nie Sun
Kiong dan Kiang Yan Bu. "Bagus benar!" teriak Pui Kun Giok sambil menghunus
goloknya. "Wajahmu, memang cantik. Kabarnya kau kaum
Hoa-san pay, kenapa begitu keji" Kau pulalah yang
mengutungi lengan kanan adikku seperguruan. Benar-benar
perempuan kejam!" Dengan menghunus goloknya, Pui Kun Giok hendak
901 melompat maju menghampiri Sie Liu Hwa, tetapi Sim Pek Eng
buru-buru mencegahnya, Katanya mengalah:
"Jangan! Aku tak mengidzinkan kau berbuat begitu!"
setelah berkata demikian, ia menoleh kepada Sie Liu Hwa,
Berkata lagi dengan suara hormat: "Kouwnio, kau murid golongan Hwa-san pay, Kenapa
perangaimu tiada beda dengan muridku?"
Halus ucapan Sim Pek Eng, tetapi tajamnya tiada beda
dengan suatu tikaman pedang, Keruan saja The Sie Ban tidak
rela membiarkan tamu undangannya kena hina, Tiba-tiba saja
ia menyerang dengan sambitan dua batang pisau, sambil
memaki: "Bangsat! Enak saja kau mengumbar mulut!"
Sim Pek Eng sama sekali tak gugup kena serangan tibatiba,
Dengan tenang ia menyambut dua batang pisau itu
dengan jepitan dua jarinya. Kemudian meletakkan kedua pisau
itu diatas meja dengan sabar sekali. Katanya:
"Kenapa saudara The Sie Ban sangat marah kepadaku"
Kita masih cukup mempunyai waktu untuk berbicara sambil
makan minum, perbuatan yang tergesa-gesa seringkali tak
ada faedahnya." The Sie Ban kaget menyaksikan kepandaian Sim Pek Eng.
pikirnya, pantaslah saudaraku mati ditangannya, Tetapi ia tak
gentar. selagi hendak membuka mulut, Lie Kong Seng yang
berada dekat Sim Pek Eng melompat, Jago itu menyambar
lengan kanan Sim Pek Eng teriaknya:
"Saudara Sim Pek Eng! Kau hebat ! Aku ingin menjabat
tanganmu!" 902 Sim Pek Eng yang berpengalaman dapat menebak
maksud lawannya. Apabila membiarkan lengannya kena
sambar, tulang sendinya akan patah. Maka cepat luar biasa ia
mengelak sambil melompat mundur. itulah gerakan yang sama
sekali tak terduga. Maksud Lie Kong Seng hendak
menjangkau. Tapi yang kena tersambar tangannya adalah
sebuah kursi. Kena gemburan tenaga dalamnya, kursi itu
patah berantakan. Mau tak mau Sim Pek Eng sibuk juga menyaksikan
tamunya begitu galak. Kawan-kawan The Sie Ban dengan
serentak mencabut senjatanya masing-masing. Muridmuridnya
dan beberapa sahabatnya demikian pula, ia khawatir
pertempuran akan segera terjadi, sedangkan pendekar Gincoa
Long-kun yang diharapkan belum tiba.
Ia percaya, pendekar luar biasa itu pasti dapat melerai
perselisihan itu. Dengan demikian, tidak akan terjadi korban
sia-sia, oleh pikiran itu, ia mengerlingkan mata kepada Cu
Hwa dengan pandang penuh pertanyaan.
Cu Hwa mengerti maksud ayahnya. ia jadi sibuk pula, Dua
bungkusan yang diperolehnya dari Sin Houw dipeluknya
dengan erat, Diluar kehendaknya sendiri, ia mengharapkan
terjadinya suatu kejadian gaib yang membersit dari dua
bungkusan itu. Kegaiban apa ia tidak tahu sendiri. Tadi pagi Sin Houw
berpesan kepadanya, bahwa dua bungkusan itu baru boleh
dibukanya, apabila suasana berubah menjadi tegang, Hal itu
telah dikatakan pula kepada ayahnya, tiba-tiba pada saat itu ia
melihat ayah nya memberi isyarat mata.
Terus saja ia bangkit sambil membuka dua bungkusan
pemberian Sin Houw, Ternyata bungkusan itu yang pertama
berisikan dua batang pedang. Dan segera ia meletakkan dua
batang pedang itu diatas meja. 903 Sim Pek Eng heran melihat dua batang pedang itu. Tak
dapat ia menangkap maksud Gin-coa Long-kun, pikirannya
jadi sibuk menerka. Sebaliknya, dipihak The Sie Ban terjadi
suatu kesibukan. Lie Kong Seng dan Sie Liu Hwa yang segera
mengenal pedangnya masing-masing malu bukan kepalang,
Mereka itu sampai berseru tertahan.
Sie Liu Hwa adalah seorang pendekar wanita yang mudah
sekali tersinggung, Terus saja ia menyambar pedangnya,
Kemudian menantang: "Kalau kau memang seorang pendekar, marilah kita
bertempur mengadu kepandaian dengan berhadapan. Bukan
mencuri seperti maling kesiangan, Hayo siapa yang berani
mengadu pedang denganku?" Sim Pek Eng tergugu, Benar-benar ia tak mengerti likulikunya.
Dengan pandang minta keterangan, ia menatap wajah
puterinya, sebaliknya Sie Liu Hwa tidak mau mengerti. sekali
bergerak pedangnya menikam dada. Sim Pek Eng mundur selangkah sambil mengelak. Salah
seorang muridnya datang mengantarkan sebatang golok. ia
menerima goloknya itu, akan tetapi sama sekali tak membalas.
Dan diperlakukan demikian, Sie Liu Hwa merasa dirinya
direndahkan, Terus saja ia menusuk pundak kiri.
Sim Pek Eng mengeluh. Mau tak mau ia harus menangkis,
Dengan suatu tabasan pendek, tiba-tiba goloknya berbelok
dan menyapu dari samping di luar kehendaknya sendiri. itulah
ancaman bagi Sie Liu Hwa. Kalau dia berani menangkis,
pedangnya pasti tergempur jadi runtuh.
Alangkah ia akan malu, Tetapi ia salah seorang murid
pendekar besar dari aliran Hoa-san pay. Cepat luar biasa ia
berkelit menghindar. Dan pada detik itu pula, pedangnya
menikam perut mengadakan pembalasan.
904 Sim Pek Eng terkejut, inilah serangan balasan yang hebat,
walaupun ia sudah berpengalaman, namun serangan itu
sendiri di luar perhitungannya. Tak sempat lagi ia mengadakan
pembelaan, Satu- satunya jalan hanya melompat. Maka
dengan mengerahkan tenaga, kakinya menjejak lantai.
Tubuhnya lantas terbang. tinggi melintasi kepala Sie Liu
Hwa, ia berhasil menyelamatkan perutnya,sekalipun demikian,
celananya kena terobek juga, untung hanya sebesar ujung
pedang. "Benar-benar berbahaya." pikirnya didalam hati. ia
menabaskan goloknya beberapa kali untuk berjaga-jaga.
Siapa tahu, Sie Liu Hwa menyusuli serangan baru, Kemudian
turun diatas lantai dengan memutar tubuhnya. Indah dan
ringan gerak tubuhnya. Sebenarnya, tepat dugaan Sim Pek Eng. Sie Liu Hwa
benar-benar hendak menyusuli serangannya. Akan tetapi ia di
pegat dua orang murid Sim Pek Eng. Sudah tentu pendekar
wanita itu gusar bukan kepalang. Dengan bengis ia menikam,
menusuk dan membabat. Akan tetapi dua muridnya Sim Pek
Eng urusan makanan empuk baginya. Apalagi mereka berdua
menyimpan dendam terhadapnya, karena Sie Liang terkutung
lengannya akibat pedangnya . walaupun ilmu kepandaian
mereka kalah tinggi, akan tetapi betapapun tak mudah
diundurkan. Pada saat itu, Sim Pek Eng memperhatikan Cu Hwa, Gadis
itu sedang membuka bungkusan yang kedua. ia heran tatkala
melihat dua helai berkas kertas. "Ayah, apakah ini ?" Melihat kertas itu, Sim Pek Eng girang bukan kepalang,
itulah warna kertas yang di kenalnya seperti warna tangannya
sendiri. Terus saja ia menyambar kertas itu. Kemudian
905 berteriak dengan suara keras: "Tahan! Tahan! Aku hendak berbicara dulu!"
Mendengar teriakan gurunya, kedua muridnya yang
sedang mengepung Sie Liu Hwa menunda gerakan
senjatanya. Mereka mundur dengan berbareng. sebaliknya Sie
Liu Hwa yang penasaran tidak menghiraukan seruan
penundaan. Melihat dua pengepungnya mundur, segera ia
melayangkan kakinya, Duk! salah seorang muridnya Sim Pek
Eng kena tendangan. Dan murid itu terjungkal dengan me1ontakkan
darah. "Bangsat! perempuan tak punya malu !" maki rekannya.
Sie Liu Hwa tidak memperdulikan. Hatinya terlalu
mendongkol, mengingat pedangnya kena terampas lawan
semalam, itulah suatu penghinaan besar baginya. Rasa
penasaran dan mendongkolnya di alamatkan kepada Sim Pek
Eng, selagi memperoleh kesempatan, gerakan pedangnya
kena dirintangi mereka berdua. Keruan saja ia menjadi jengkel. Mereka berdua harus
mendapat hajaran yang setimpal . Demikianlah ia berhasil
menendang salah seorang diantara mereka, sewaktu bergerak
mundur oleh seruan gurunya. Sim Pek Eng tahu, perlakuan Sie Liu Hwa terhadap
muridnya adalah keterlaluan. Tetapi sedapat mungkin ia
menguasai diri. Dialihkan pandangnya kepada rombongan The
Sie Ban. Berseru: "Saudara-saudara tolong dengarkan permohonanku ini !"
Pada waktu itu suasana tegang sekali. Kedua belah pihak
seakan akan tidak sudi lagi suara ketiga. Karena itu, Sim Pek
Eng harus mengulangi seruannya beberapa kali, Baru setelah
ia mengulangi seruannya beberapa kali suasana dapat
906 ditindihnya, Dan berkatalah ia lagi:
"saudara The Sie Ban! Dengan ini perkenankan diriku
menyatakan rasa sesalku karena dahulu aku membunuh
saudaramu. percayalah, aku benar-benar menyesal, Nah,
saudara-saudara sekalian dan sahabat-sahabatku dari
segenap penjuru, kuakui bahwa kakaknya saudara The sie
Ban mati oleh tanganku ini..."
Mendengar perkataan Sim Pek Eng, suasana pesta
perjamuan menjadi sunyi-senyap. Tiba-tiba The sie Ban
meledak. "Bagus! Jadi kau telah mengakui. Karena kau berhutang
jiwa, maka wajiblah kau membayarnya dengan jiwa pula!".
"Benar! Hutang jiwa harus dibayar dengan jiwa!" seru
beberapa teman temannya. Dan makin lama makin riuh
sehingga suasana pesta perjamuan kembali jadi berisik.
"Para sahabatku, sabarlah sebentar !" Sim Pek Eng
mencoba mengatasi. Kemudian sambil memperlihatkan dua
helai surat yang sudah kuning, ia berseru nyaring:
"Lihatlah! Aku membawa dua helai kertas yang sudah tua.
inilah surat kesaksian. sudikah diantara sahabat membaca
surat kesaksian ini" setelah itu, adililah diriku! Bila aku
diharuskan tetap membayar jiwa, segera aku akan bunuh diri,
Percayalah, meskipun aku bukan seorang pendekar, tidak
akan kusesali perbuatan bunuh diri ini!"
Keterangan Sim Pek Eng tentang dua helai surat itu
membuat mereka heran dan ingin tahu, Surat apa itu" Masingmasing
lantas memberi tafsiran, Dan untuk kesekian kalinya
suasana pesta jadi berisik. "Bagaimana kalau aku saja yang menunjuk ?" Sim Pek
Eng minta pertimbangan. "Atau biarlah saudara The sie Ban
907 menunjuk tiga orang untuk membaca surat ini."
The Sie Ban tidak tahu menahu tentang surat kesaksian
itu, Apakah tuan rumah hendak mengulur waktu" Meskipun
demikian, tidak akan luput dari tangannya. Biarlah ia memberi
kesempatan untuk menunda kematiannya. Maka berkatalah ia
dengan lega hati: "Baiklah, sekarang atau nanti kau harus membayar jiwamu
juga. Aku akan memenuhi permintaan terakhirmu, Kiang-heng,
tolong kau mengajak dua teman untuk memenuhi
permohonannya. Coba baca-lah surat itu dengan berbareng,
Kamisemua ingin mendengarnya."
selagi Kiang Yan Bu bertiga bangkit dari kursinya, Tan Hok
Sin dan Khu Cing San saling berbisik dengan wajah pucat.
Mereka berdua segera mengenal surat kesaksian Sim Pek
Eng yang semalam kena rampas orang.
Mereka lantas saja merasa diri terjepit dipojok, Tak tahu
apa yang harus mereka lakukan, mirip persakitan menunggu
keputusan hakim. Nio Cun Swie yang mula-mula membaca, lalu berkata
kepada Sie Ban: "Menurut pendapatku, lebih baik kita sudahi saja
permusuhan ini. Kalian berdua mulai saat ini justru harus
bersahabat." The Sie Ban heran berbareng penasaran, ia sendiri lantas
maju untuk membaca dua lembar surat itu, Membaca bunyi
surat pengakuan kakaknya, ia masih ragu-ragu, sebab dia
mungkin bisa dipaksa. Akan tetapi begitu membaca surat
kesaksian pejabat pemerintah yang hampir menjadi korban
perbuatan kakaknya, hatinya terpukul, perasaan malu, kecewa
dan bingung berkecamuk dalam da danya, ia jadi tertegun
dengan resah. , Tiba-tiba Kiang Yan Bu yang ikut membaca
908 dari belakang punggung Nio Cun Swie berteriak:
"PalsuI siapapun dapat membuat surat semacam ini,
Saudara-saudara jangan sampai kena ditipu manusia terkutuk
inil" dan setela berkata demikian, tiba-tiba ia menyambar dua
helai surat kesaksian itu dan dirobeknya,
BUKAN kepalang terkejutnya Sim Pek Eng melihat kedua
surat kesaksiannya kena dirobek, Pada saat itu gelaplah
pandang matanya.Maklumlah, kedua surat kesaksian itu
merupakan senjata satu-satunya untuk mengatasi fitnah.
Dengan dirobeknya surat itu, tiada lagi ia mempunyai


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pegangan. serentak ia mencekal goloknya erat-erat sambil
berteriak bengis: "Kiang Yan Bu! Kau datang ke sini membawa nama rumah
perguruanmu. Kenapa kau merobek surat seseorang yang
bukan milikmu sendiri" Benar-benar kau manusia tak
beradab." "Tak beradab?" Kiang Yan Bu tertawa, "Sebenarnya aku
atau kau yang pantas disebut manusia tak beradab" Terangterangan
kau telah membunuh kakak rekan The Sie Ban, Lalu
kau mengada-ada dengan membuat surat kesaksian palsu.
Coba bilang, apakah kau tidak malu pada diri sendiri" surat
kesaksian semacam ini, siapapun dapat membual. Andaikata
aku mengeram satu hari saja didalam kamar, aku bisa
membuat puluhan lembar yang sama rupa dan sama
bentuknya. Apakah kau kira, aku tak dapat meniru bentuk
huruf-hurufnya?" Tatkala membaca surat kesaksian tadi, Nio Cun Swie dan
seorang temannya tersadar bahwa The Sie Ban telah terburu
napsu dalam masalah balas dendam itu, Akan tetapi setelah
mendengar ucapan Kiang Yan Bu yang masuk akal, mereka
jadi bimbang. Apakah dua helai surat kesaksian itu benarbenar
asli atau palsu" Adalah sulit sekali untuk membuktikan
palsu tidaknya. Maka mereka berdua mendadak terbungkam
909 mulutnya, sehingga tertegun kehilangan pegangan.
Seketika itu juga suasana didepan rumah Sim Pek Eng
sunyi senyap. Rasa tegang menggerayang perasaan setiap
orang, Dan Cu Hwa yang mengharapkan terjadinya suatu
kegaiban, menjadi putus asa, ia tahu, dalam kekalahannya
ayahnya akan nekat atau melakukan bunuh diri.
"Ayah!" jeritnya putus asa.
Pui Kun Giok sejak tadi menahan diri. sekarang
menyaksikan gurunya di hina demikian rupa, meluaplah
darahnya, terus saja ia menabaskan goloknya kepada Kiang
Yan Bu. Hebat dan dahsyat serangannya. Tetapi Kiang Yan
Bu bukan sembarang orang, Tiba-tiba saja tangan dan
pedangnya berkelebat. Tahu-tahu golok Pui Kun Giok
terlempar dan jatuh bergelontangan di lantai. Dan ujung
pedang Kiang Yan Bu mengancam tenggorokannya.
"Hm! Kau ingin mencoba ilmu pedang Hoa-san pay. jangan
bermimpi." bentak Kiang Yan Bu, "Sekarang bertekuk lututlah,
Kalau tidak, terpaksa kau harus membayar lelucon ini dengan
jiwa mu!" Menyaksikan Pui Kun Giok terancam jiwanya, rekannya
tentu saja tidak berpeluk tangan saja. Dengan serentak
mereka menghunus senjatanya masing masing . Kemudian
menyerbu berbareng. Serbuan murid-murid Sim Pek Eng itu seolah-olah aba-aba
bagi pihak The Sie Ban, Merekapun dengan serentak
menyongsong gegap gempita. Dan pertempuran kacau segera
terjadi. Kursi dan meja pesta perjamuan hancur berserakan -
piring dan mangkok terpental berhamburan sehingga
terdengar berisik sekali. Pui Kun Giok terus mundur sampai beberapa langkah. ia
mencoba membebaskan diri, Akan tetapi ujung pedang dari
910 Kiang Yan Bu terus menempel tenggorokan seakan-akan tak
sudi terenggang serambutpun. "Eh, kau jangan bermimpi yang bukan bukan!" ejek Kiang
Yan Bu. "Kuhitung sampai tiga kali. Kalau kau membandel,
tenggorokanmu bakal tertikam."
"Kau tikamlah aku!" teriak Pui Kun Giok. "Kau kira murid
Sim Pek Eng takut mati" Manusia boleh mati, tapi tak boleh
kau hina. Hayo, bunuhlah aku!"
Panas hati Kiang Yan Bu, iapun tak sudi kalah gertak. Tapi
selagi hendak menusukkan pedangnya, ia melihat Sim Pek
Eng melompat ditengah-tengah gelanggang sambil berteriak:
"Semua mundur! Biarlah aku yang bertanggung jawab!"
Setelah berkata demikian, mengancamkan goloknya ke
lehernya sendiri berseru kepada murid-muridnya:
"Kalian mundurlah". Aku tidak menghendaki kalian ikut
serta mengorbankan jiwa, Masalah balas dendam ini adalah
masalahku sendiri . Karena aku berhutang jiwa, biarlah aku
sendiri yang membayarnya . Nah, mundurlah!"
Sekalian muridnya patuh padanya. walaupun hatinya
pedih, namun mereka mundur juga. seketika itu juga, ruang
serambi depan menjadi sunyi tegang. Mereka tahu, gurunya
sudah mengambil keputusan karena sudah merasa terdorong
kepojok. Memang, Sim Pek Eng sudah putus asa. Tadinya, ia
mengharapkan dapat mengatasi ketegangan setelah
memperlihatkan dua helai surat kesaksiannya. Ternyata
harapannya gagal, karena adanya Kiang Yan Bu merobeknya.
ia masih bisa mengendalikan diri. siapa tahu pendekar Gincoa
Long-kun akan muncul oleh peristiwa.
911 Sebab, bukankah dua helai surat kesaksian itu dialah yang
mengembalikan" Dengan terobeknya surat kesaksian itu,
pastilah dia tersinggung kehormatannya. ia tahu, Gin-coa
Long-kun aneh wataknya. setiap patah katanya harus didengar
siapapun, siapa yang berani mencoba-coba membangkang,
pasti terenggut jiwanya. Tapi nyatanya - sampai pertempuran kacau itu terjadi
pendekar itu tidak muncul juga, Karena itu demi membatasi
terjadinya korban yang siasia, ia memutuskan untuk
mengakhiri persoalan. Tiba-tiba selagi ia hendak menggorok
lehernya sendiri terdengarlah suara Cu Hwa:
"Ayah! Bukankah ayah menyimpan surat itu" perlihatkan
kepada merekai Dia pasti datang!"
Untuk membuat lega puterinya, Sim Pek Eng merogo
sakunya dengan kepala kosong. ia mengeluarkan sehelai
kertas yang berisikan sebuah lukisan sebilah pedang aneh,
itulah surat Sin Houw. Kemudian diperlihatkan kepada hadirin.
Didalam hatinya, sama sekali ia tidak mengharapkan
sesuatu. Hal itu dilakukan semata-mata untuk membuat
puterinya senang dan berlega. Lalu berseru nyaring:
"Tayhiap Gin-coa Long-kun! Kau datang terlambat. Tapi
sama sekali aku tidak menyesalimu, semuanya ini harus
terjadi, karena nasibku yang buruk!"
Tentu saja hadirin tidak mengerti apa hubungannya lukisan
pedang aneh itu dengan disebutnya nama Gin-coa Long-kun.
Mereka hanya tercengang sejenak. Dan selintasan mencoba
menerka apa maksud Sim Pek Eng. Tiba-tiba mereka terkejut
oleh suatu perubahan yang membuat hati mereka tergetar.
Golok yang hampir saja menabas leher, sekonyongkonyong
terpental dan runtuh bergelontangan, Dan pada saat
912 itu, berdirilah seorang pemuda cakap disamping Sim Pek Eng.
Dialah Sin Houw yang tak lama kemudian disusul Giok Cu
yang mengenakan pakaian laki-laki. Sebenarnya Sin Houw mengharap bakal terjadi suatu
perubahan, setelah pihak The Sie Ban melihat dua helai su rat
kesaksian. Lalu persengkataan itu akan dapat diatasi. Dengan
demikian, tak perlu ia muncul. Diluar dugaan Kiang Yan Bu
yang justru mengacaukan harapannya. ia mendongkol dan
mau tak mau terpaksa muncul juga, karena melihat Sim Pek
Eng benar-benar hendak melakukan bunuh diri.
Tepat selagi golok hampir menyentuh tenggorokan, ia
menyentilkan senjata rahasianya berupa Gin-coa piao,
Kemudian melesat ke tengah gelanggang setelah memberi
isyarat mata kepada Giok Cu. Selagi hadirin tercengang oleh kehadirannya , ia berkata
sambil menunjuk Giok Cu: "Tayhiap Gin-coa Long-kun berhalangan datang, Kami
berdualah yang di utus menghadiri pertemuan ini. Dialah
puteranya Tayhiap Gin-coa Long-kun,dan aku saudara
mudanya." Sengaja ia tak memperkenalkan diri sebagai murid Gin-coa
Long-kun, karena banyak diantara pihak The Sie Ban berumur
sebaya dengan ayahnya sendiri. Dengan begitu dapatlah ia
berbicara sama tinggi dengan mereka, apabila menyebut diri
sebagai adiknya Gin-coa Long-kun. Bukankah Gin-coa Longkun
seangkatan dengan guru-guru mereka"
Beberapa orang baik diantara pihak The Sie Ban maupun
Kiang Yan Bu, pernah mendengar sepak terjang Gin-coa
Long-kun yang aneh dan luar biasa. Tetapi merekapun pernah
mendengar kabar, bahwa pendekar itu akhirnya kena dianiaya
dan mati penasaran.sekarang tiba-tiba ia muncul dalam
percaturan hidup lagi dengan mengirimkan kedua wakilnya,
913 Apakah berita kematiannya tidak benar"
Cu Hwa menghampiri ayahnya. Berkata berbisik:
"Ayah! Dialah yang datang menemuiku,"
Sim Pek Eng tertegun. Melihat usia Sin Houw, ia jadi
bimbang, ia kecewa dan geli, Dapatkah ia mempertaruhkan
kepercayaannya kepadanya" Apakah yang dapat dilakukan
oleh seorang pemuda tanggung dalam menghadapi masalah
yang pelik ini" Sie Liu Hwa yang berdarah panas, lantas saja membentak:
"Hey! siapa kau" siapa yang memerintahkan kau ke sini?"
Sakit hati Sin Houw kena tegur Sie Liu Hwa, karena
pendekar wanita ini justru salah seorang anggauta rumah
perguruannya Didalam hati ia berkata:
"Meskipun usiamu lebih tua dari padaku, namun kau harus
menyebut diriku paman guru, Bukankah kau muridnya Jie
suheng" Baik, tunggulah sebentar. Apabila aku sudah
memperkenalkan diri, apakah kau masih bersikap kurang ajar
terhadapku..." kemudian berkatalah dia dengan tenang:
"Aku bernama Thio Sin Houw. Su-hengku, Lim Beng Cin
yang memberi perintah padaku, agar aku datang kemari.
sayang, karena terhenti oleh suatu soal ditengah jalan, aku
datang agak terlambat. Sim in-heng, maafkan
keterlambatanku ini." Sie Liu Hwa baru berumur sekitar duapuluh lima tahun.
Karena itu belum mengenal siapakah Lim Beng Cin. iapun
bertabiat tinggi hati dan bengis sepak terjangnya, Maka
kembali lagi ia membentak: "Lim Beng Cin siapa" Didepan para pendekar janganlah
914 kau bergurau. Enyah kau, sebelum aku bertindak. Apakah kau
kira aku bisa digertak dengan nama putera raja segala?"
Thio Sin Houw masih dapat menyabarkan diri terhadap
ketajaman lidah Sie Liu Hwa, meskipun hatinya kian
mendongkol, sebaliknya Giok Cu merasa tersinggung
kehormatannya, karena Lim Beng Cin adalah ayah
kandungnya. Dasar ia bertabiat panas pula, maka tanpa
memikirkan akibatnya ia membalas mengejek:
"Kau sendiri memakai nama Liu Hwa - bunga apakah
sebenarnya kau ini" Huh" Dan tiap wanita akan terbakar hatinya, begitu mendengar
dirinya diejek lain wanita. Begitu pulalah hati Sie Liu Hwa.
Maka seketika itu juga, mendidihlah darah pendekar wanita
itu. seperti iblis ia melompat dan menusukkan pedangnya
dengan ilmu ciptaan Bok-Jin Ceng yang dahsyat dan
berbahaya. Sebagai murid Bok Jin Ceng, sudah tentu Sin Houw kenal
jurus itu. Dahulu gurunya selalu mengesankan bahwa jurus itu
tidak boleh dipergunakan dengan sembarangan saja, Kecuali
apabila sangat terpaksa. sebab jurus itu mengancam maut.
Dan susah sekali dielakkan, Sekarang, hanya soal selisih
kata-kata saja, Sie Liu Hwa sudah menggunakannya, Sin
Houw tak tahu, bahwa menyinggung perasaan seorang wanita
adalah tabu bagi seorang wanita, wanita yang kena di hina,
bersedia mati dan bila berontak akan mempertaruhkan
segenap jiwanya. Karena itu, betapa Giok Cu dapat
mengelakkan jurus yang luar biasa tersebut, meskipun
andaikata dengan tiba-tiba kepandaiannya naik sepuluh kali
lipat, masih belum tentu dapat mengelak tanpa menderita luka.
Sin Houw jadi tak dapat bersabar lagi. Terus saja ia
mengangkat kakinya dengan ilmu warisan Gin-coa Long-kun,
915 Dan tiba-tiba saja ujung pedang Sie Liu Hwa sudah kena
diinjaknya. Semua hadirin heran menyaksikan kejadian itu, Dengan
jurus apakah dia berhasil menindih serangan Sie Liu Hwa
yang berbahaya itu" Sim Pek Eng pun kagum bukan main. Dia
sendiri tak sanggup berbuat demikian.
Tentu saja yang paling terkejut dan penasaran adalah Sie
Liu Hwa sendiri. Dengan jurus itu, entah sudah berapa banyak
musuh yang dirobohkannya, selama itu belum pernah ia gagal,
meskipun kepandaian musuhnya berada di-atasnya.
Tapi kali ini kenapa tiba-tiba macet" Kenapa dengan sekali
gerak saja Sin Houw dapat menginjak ujung pedangnya "
Dengan mengerahkan tenaga, ia mencoba menarik
pedangnya. Akan tetapi usahanya siasia belaka.
Pada saat itu, tangan kiri Sin Houw justru menyambar
mukanya. Tak dapat ia menghindar dengan membuang
mukanya saja, karena lengan Sin Houw dapat menjangkaunya
dengan leluasa. Maka terpaksalah ia melepaskan pedangnya
dengan melompat dengan demikian, dua kali sudah pedang
nya kena dirampas lawan! Sin Houw benar-benar mendongkol. ia sambar pedang itu,
Dan dengan kedua tangannya, mematahkan menjadi
beberapa bagian. Kemudian dilemparkan ke lantai
bergelontangan. setelah itu ia menyapu hadirin dengan
pandang mata yang berkilat. Kiang Yan Bu dan Nie Sun Kiong adalah saudara
seperguruan Sie Liu Hwa. Dengan mata kepala sendiri,
mereka menyaksikan betapa adik seperguruannya itu kalah
dalam sejurus saja. Keruan saja mereka marah, karena pamor rumah
perguruannya terbawa runtuh oleh kekalahan itu. seketika itu
916 juga Kiang Yan Bu hendak melompat ke gelanggang, Akan
tetapi Nie Sun Kiong mencegahnya. Bisiknya:
"Tunggu, sejak tadi dia belum bicara. Biarlah dia
menerangkan maksud kedatangannya. setelah itu kita
bertindak . " Benar dugaan Nie Sun Kiong.. Sin Houw lantas membuka
mulutnya. Katanya:

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saudaranya The Sie Ban dulu adalah seorang yang
tercela perbuatannya. Karena itu terpaksa Sim enghiong
membunuhnya. Hal itu adalah untuk menjaga martabat dan
kehormatan golongan para enghiong lainnya. Peristiwa itu,
diketahui dengan jelas sekali oleh kakakku seperguruan, Lim
Beng Cin. Kecuali itu, sudah ada para saksi lain yang menulis
surat kesaksiannya. Surat itulah merupakan surat kesaksian
yang asli, bukan surat paIsu seperti yang dituduhkan oleh
Kiang enghiong?" Sin Houw menunda bicara dan menuding Kiang Yan Bu.
Dilain pihak, puas dan tergetar hati Sim Pek Eng
mendengar perkataan Sin Houw. Sekarang ia percaya, bahwa
pemuda itu benar-benar utusan Gin-coa Long-kun. Kalau
bukan utusannya, betapa mungkin mengetahui peristiwa
persengkataan itu dengan jelas" Tanpa merasa, ia menekap
pergelangan tangan Cu Hwa erat-erat.
Dan Kiang Yan Bu tertawa mengejek, dengan suara
menggertak, ia berkata: "Aku berkata surat itu adalah palsu. Dan sekali aku berkata
demikian, akan tetap berlaku sepanjang masa. itulah hasil tipu
daya Sim Pek Eng yang curang untuk mengelabui kita
semuanya. Apakah keberatannya apabila aku robek -robek
berhamburan?" 917 Sin Houw menatap keponakan muridnya itu, Menyahut
dengan bersenyum: "Ketika kami hendak berangkat kemari, Lim suheng telah
membaca surat itu dihadapan kami berdua. Tadi, Nio
enghiong dan seorang temannya l&Lah ikut membacanya.
Kukira mereka berdua masih ingat bunyi surat itu, Nah, biar
sekarang puteranya Lim suheng ini membacanya diluar
kepala." Setelah berkata demikian Sin Houw membungkuk hormat
kepada Nio Cun Swie dan temannya, dengan maksud
mengangkat mereka berdua sebagai saksi, kemudian berkata
kepada The Sie Ban: "The enghiong, maafkan kami. Terpaksa aku membuka
rahasia almarhum kakakmu didepan umum."
"Kakakku adalah seorang pendekar berhati bersih.
Rahasia apakah yang hendak kau beberkan didepan kami"
Silahkan!" sahut The Sie Ban dengan membusungkan
dadanya. Thio Sin Houw bersenyum, ia menoleh kepada Nio Cun
Swie dan temannya untuk minta idzin, Kata mereka berdua
hampir berbareng: "Silahkan! Barangkali kami masih ingat dengan bunyi surat
itu." Sin Houw menyatakan terima kasih, Kemudian berpaling
kepada Giok Cu. Kemarin malam, teringatlah dia betapa gadis
itu berkali-kali membaca bunyi surat kesaksian, Mengingat
otak Giok Cu tajam luar biasa, pastilah dia hafal akan bunyi
kata-katanya diluar kepala, Ta bersyukur dan mantap setelah
melihat wajah Giok Cu yang membalas pandangnya dengan
yakin. 918 "Kau masih ingat bunyi surat kesaksian itu tatkala ayahmu
membaca di depan kita, bukan?"
Giok Cu manggut, Terus saja mulai ia membaca surat itu
diluar kepala dengan lancar, selagi membaca, hatinya memuji
dirinya sendiri. Coba, andaikata ia tak usilan membaca
berulang kali dan menghafalkannya, pastilah akan
menanggung malu dihadapan hadirin. Diam-diam ia mengerling kepada Sin Houw pemuda itu
nampak puas sekali. Dan menyaksikan hal itu, mendadak saja
sifat kewanitaannya timbul diluar kehendaknya sendiri. ia
lantas membaca dengan suara merdu, halus dan jelas seolaholah
sedang menyanyikan lagu cinta. Hebat adalah kesan The Sie Ban. ia melihat Nio Cun Swie
dan temannya tertegun heran. Akhirnya manggut kecil
membenarkan, Hadirin lantas saling bicara bisik-bisik
mengadili sepak terjang dan kelakuan The Sie Kam. Keruan
saja The Sie Ban jadi malu bukan main, Belum selesai Giok
Cu membaca, lantas saja ia memekik:
"Berhenti! siapakah kau?"
Belum sempat Giok Cu menjawab atau Kiang Yan Bu
sudah menyambung: "The sieheng dan kawan-kawan sekalian, mereka pasti
adalah anak buahnya Sim Pek Eng. Sekiranya bukan, pastilah
salah seorang sahat undangannya, siapa tahu, diantara
mereka sudah memperbincangkan kemungkinannya" Jauh
sebelumnya, mereka itu nampaknya sudah bersedia-sedia."
The Sie Ban tersadar oleh perkataan Kiang Yan Bu, lalu
berseru sambil menentang mata kepada Sin Houw berdua.
"Akh, ya! Kau bilang bahwa Lim Beng Cin yang
919 memerintahkan kau datang kesini. Bagaimana akan kau
buktikan, benar tidaknya terhadap kami?" tanyanya .
"Sebenarnya, apa yang kau kehendaki agar kau percaya?"
Sin Houw mendongkol . The Sie Ban menghunus pedang panjangnya dan
membalingkan didepan matanya . Katanya menantang:
"Aku sendiri belum pernah bertemu dengan pendekar yang
menamakan diri Gin coa Long-kun. Tetapi menurut kabar, ia
berkepandaian sangat tinggi. Huh, betapa aku bisa percaya
begitu saja sebelum menyaksikannya sendiri" Karena kalian
menyatakan diri sebagai adik seperguruan dan putoranya,
kalau begitu kali an pasti sudah mewarisi ilmu kepandaiannya.
Coba, tangkislah pedangku bila dapat menangkis pedangku,
barulah aku mau percaya." The Sie Ban memandang enteng Sin Houw, mengingat
usia pemuda itu jauh berada dibawahnya, juga terhadap Ciok
Cu yang menyatakan diri sebagai putera Gin-cia Long-kun,
Andaikata mereka benar telah mewarisi kepandaian Gin-coa
Long-kun, masa latihannya pun terlalu pendek.
Mustahil mereka berdua sudah berlatih sejak dalam
kandungan. Sebab sesuatu ilmu kepandaian baru mencapai
kesempurnaan apabla sipewaris sudah memiliki masa latihan
paling tidak tiga puluh tahun lamanya. Maka ia yakin akan
dapat merobohkan mereka berdua dalam beberapa jurus saja,
Dengan demikian , akan dapat meyakinkan kawan-kawannya
bahwa dua helai surat kesaksian itu memang palsu.
Pada waktu itu Sin Houw duduk di atas kursi, begitu
mendengar tantangan The Sie Ban. ia meneguk minumannya
beberapa kali. Kemudian memasukkan sepotong daging ayam
ke dalam mulutnya. Berkata sambil mengunyah:
"Untuk melawan pedangmu, kurasa tidak perlu sampai
920 menggunakan warisan Lim suheng, Kau telah dipermainkan
dan diperalat seseorang. Namun tidak menyadari juga,
sungguh sayang..." "Siapa yang memperalat aku" siapa yang mempermainkan
aku?" teriak The Sie Ban dengan mendongkol, "Hey, kau
benar benar tak tahu diri. Kau enyahlah sebelum aku
menghajarmu benar-benar." Sin Houw tetap saja bersikap acuh, dengan meram-melek
ia mengunyah daging ayamnya, sambil menelan, ia menyahut
dengan tenang meyakinkan: "Sebentar lagi aku akan membuktikan betapa kau kena
diperalat oleh mata-mata musuh. sekarang biarlah aku
membicarakan pertaruhannya, sebelum aku menggerakkan
pedangku." "Kau menghendaki pertaruhan apa?"
"Bila kau kalah, hendaklah kau menyudahi
persengkataanmu dengan Sim Pek Eng, Bagaimana" Kalau
setuju, nah berkatalah dengan suara nyaring dihadapan para
hadirin." kata Sin Houw. "ltulah pasti!" teriak The Sie Ban dengan suara penuh,
"Biarlah mereka semua menyaksikan! Sebaliknya, bagaimana
kalau kau tak dapat melawan pedangku?"
"Kalau kalah, segera aku akan berlutut beberapa kali
dihadapanmu, Kemudian aku tak mau campur tangan lagi
masalah ini." sahut Sin Houw sambil terus mengunyah sisa
ayam goreng yang menyumpal sebagian mulutnya.
"Baik!" seru The Sie Ban. "Nah... majulah. jangan cuma
mengumbar mulut yang bukan-bukan,"
921 Berkata demikian, The Sie Ban memutar pedangnya
sehingga perdengarkan suara mendesing, Tak usah dikatakan
lagi, bahwa hatinya sengit dan sengaja hendak
mempertontonkan himpunan tenaga saktinya.
Didalam hatinya ia berpikir: "Kalau aku tidak memberi
tanda mata kepadamu, pastilah kau akan memandang rendah
terhadapku, jangan kau berteriak seperti babi, kalau ujung
pedangku menikam tubuhmu!" Tetapi Sin Houw masih tetap duduk di kursinya. Tetapi
tiba-tiba berkelebatan sesosok bayangan. Berkata bayangan
itu: "Aku ingin menyaksikan, betapa tingginya ilmu saktinya
Gin-coa Long-kun!" Dia ternyata seorang laki-laki berusia kira-kira limapuluh
tahun. Dengan sebilah pedang, terus saja ia menikam Sin
Houw yang masih duduk diatas kursinya.
Dengan gesit Sin Houw melompat ke tengah gelanggang
sambil berkata: "Sabar, totiang, sebenarnya siapa kah nama totiang?"
penyerang itu memang seorang imam atau tojin.
"Pinto adalah Pian Cong tojin." jawab imam itu, "Dahulu
Gin-coa Long-kun dan Ma San totiang telah saling
memperkenalkan Liang-gie Kiam-hoat, ilmu pedang itu adalah
ciptaan Oey Bok totiang, yang mengatakan bahwa didalam
kalangan rimba persilatan tidak ada tandingannya, Tetapi
waktu itu Gin-coa Long-kun hanya tertawa, tidak ia
membantah maupun membenarkan. untunglah kita saling
bertemu disini, sehingga untuk angkatan muda dapat terbuka
kesempatan untuk mencoba-coba ilmu itu."
Dan Pian Cong tojin menyudahi perkataannya dengan
922 memberikan isyarat kepada The Sie Ban yang menjadi adik
seperguruannya, sehingga seketika itu kedua-
Gesit luar biasa Sin Houw mengelakkan serangan mereka.
Belum sempat ia menghunus pedangnya, mereka berdua
sudah merangsak, Giok Cu tidak mengenal corak ilmu pedang
Liang-gie Kiam-hoat yang memang harus dilakukan oleh dua
orang berbareng, ia memandang pertempuran itu berat
sebelah. Maka ber-serulah dia: "Tahan! Sin-koko tadi bersedia bertempur seorang lawan
seorang, Kena-pa kalian berdua main kepung?"
Pian Cong tojin melototkan matanya. Membentak:
"Kalau begitu, kau memalsu nama Gin-coa Long-kun. Kau
mengaku sebagai anaknya. Apakah ayahmu tidak pernah
berkata kepadamu, bahwa ilmu pedang kami harus dilakukan
oleh dua orang" sebenarnya , apakah kau hanya mengaku
sebagai anaknya?" Merah wajah Giok Cu dimaki demikian, Memang, ilmu
pedang yang harus di lakukan oleh dua orang, baru untuk
pertama kali itu didengarnya. untunglah Sin Houw
berpengetahuan luas, ia pernah membaca buku warisan Gincoa
Long-kun, Maka berkatalah pemuda itu:
"Totiang dan The tayhiap. ilmu pedang Liang-gie Kiamhoat
berdasar kepada himpunan tenaga kosong dan berisi.
karena itu harus dilakukan oleh dua orang, Tetapi, siapa yang
telah mahir himpunan tenaga saktinya, bisa melakukan
dengan seorang diri, Karena itu se ruan puteranya Gin-coa
Long-kun sebenarnya tidak terlalu salah. Dia mengira,
himpunan tenaga sakti kalian berdua sudah sempurna.
sehingga masing-masing dapat menggunakan ilmu pedang
Liang-gie Kiam-hoat seorang diri saja!"
Itulah jawaban Sin Houw yang sama sekali tidak terduga
923 oleh Pian Cong to jin dan The Sie Ban. Didalam hati mereka
berkata: "Tidak pernah suhu memberi penjelasan banwa jurus
ilmu pedang itu sesungguhnya dapat dilakukan oleh seorang
saja. Apakah pemuda ini sengaja ngoceh tak keruan?"
Memang dugaan mereka berdua terhadap Sin Houw
setengah benar. Sin Houw memberi alasan, sesungguhnya
terdorong semata-mata untuk menutupi ketololan Giok Cu.
sebaliknya, melihat Pian Cong tojin bimbang, gadis itu
mendapat hati. Ketenangan dan kepercayaannya kepada diri sendiri timbul
kembali. Dengan membusungkan dada, ia berkata:
"Karena pertempuran harus kalian lakukan dengan berdua,
maka syarat taruhannya harus berlipat pula."
"Kau ingin bertaruh apa?" damprat Pian Cong tojin
mendongkol. "Aku tak sudi berbicara dengan tampangmu." Giok Cu
membalas dampratnya, "Prakarsa persengketaan ini adalah
The Sie Ban. Maka aku juga ingin berbicara dengan dia, Hai,
bagaimana?" "Katakanlah!" sahut The Sie Ban singkat.
Giok Cu tertawa menang. Berkata seperti seorang guru
kepada muridnya: "Bila kalian kalah, kecuali harus menyudahi persengketaan
ini, harus menyerahkan pula gedungmu lengkap dengan
taman dan isinya. Bagaimana" Berani tidak?"
***** PANAS hati The Sie Ban mendengar perkataan Giok Cu.
pikirnya di dalam hati: "Biarlah kuterima saja permintaannya.
924 Tak mungkin ilmu pedang Liang-gie Kiam-hoat dapat dia
kalahkan. seumpama mereka tidak mati diujung pedangku,
setidaknya aku bisa melukai." Oleh pertimbangan itu, ia lalu
menjawab yakin: "Baik, Aku terima pertaruhan ini. Umpama masih merasa
belum puas, kau boleh maju juga. Dengan begitu kau tidak
akan merasa kami kepung." Giok Cu tak mau kalah. Sahutnya dengan sengit:
"Aku maju atau tidak, soal mudah. Yang harus dibicarakan
adalah gedung itu sendiri. Benar-benarkah itu gedung milikmu
sendiri atau sebenarnya kau hanya salah seorang
penunggunya" Coba sebutkan, berapa harga gedung itu?"


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukan main mendongkolnya hati The Sie Ban kena dihina
demikian. Dengan mata merah, ia berpaling kepada Sin Houw,
kemudian membentak: "Apakah kau juga sependapat dengan kawanmu itu "
Benar-benarkah kau tidak menghargai gedung milikku itu?"
Sim Pek Eng yang sejak tadi membungkam mulut, lalu ikut
bicara: "The Tayhiap, Sebenarnya berapa harga gedungmu itu?"
"Dua bulan yang lalu kubeli dengan harga tiga ratus keping
emas." Sahut The Sie Ban. "Karena Thio siauhiap hendak melawanmu atas namaku,
biarlah aku wakili pula dirinya. Kau mempertaruhkan
gedungmu seharga tigaratus keping emas, Akupun akan
bertaruh pula atas nama Thio siaohiap sebesar tigaribu keping
emas." kata Sim Pek Eng. 925 "Bila Thio siaohiap tak sanggup melawan kedua
pedangmu, uang sebanyak tigaribu keping emas, boleh kau
ambil. Sekiranya masih puas, boleh kau menuntut padaku."!
setelah berkata demikian, ia berbisik kepada Cu Hwa, dan Cu
Hwa kemudian masuk kedalam, Kemudian keluar lagi sambil
membawa uang emas tigaribu keping, di susun rapi diatas
sebuah nampan. Didalam hati, sesungguhnya Sim Pek Eng masih sangsi
terhadap kemampuan Sin Houw, ia hanya tahu, Sin Houw
datang untuk mencoba melindungi dirinya. itulah suatu
perbuatan yang tak ternilai harganya, ia tak menghendaki
pemuda itu mengorbankan jiwa bagi dirinya. Karena itu ia
melipatkan nilai harga pertaruhan. Maksudnya, dengan uang
sebesar itu, Sie Ban berdua akan bisa mengatasi diri dengan
melukainya saja. Sie Liu Hwa yang sejak tadi terbungkam mulutnya karena
pedangnya kenadipatahkan oleh Sin Houw, tiba-tiba
mengambil sisa pedangnya yang buntung. Dilemparkannya
pedang buntung itu di atas meja sambil berkata:
"Aku juga ikut bertaruh, inilah taruhanku."
"Siapa kesudian bertaruh dengan pedang buntung?" Giok
Cu menyindir. "Kau tak mengerti maksudku" Aku pun bertaruh satu lawan
tiga. Bila pihakku kalah, tikamlah aku tiga kali, sebaliknya bila
pihakmu kalah, aku akan menikammu sekali saja dengan
pedang buntungku ini. Jelas?" Sudah barang tentu sekalian yang mendengar menjadi
heran. itulah macam pertaruhan yang belum pernah mereka
saksikan. Jago-jago kenamaan yang ikut mendengar
pertaruhan itu sampai bergeleng kepala. Hebat benar
pendekar wanita Hoa-san pay itu, Agaknya ia terlalu bersakit
hati terhadap puteranya Gin-coa long kun yang memperolok
926 kecantikannya. Giok Cu benar-benar tajam lidahnya, dengan tertawa ia
menyahut: "Wajahmu begitu cantik, bagaimana sampai hati aku
menikammu tiga kali" Biarlah aku menggores mukamu yang
cantik itu tiga kali saja!" Bukan main mendongkolnya Sie Liu Hwa: Tubuhnya
sampai gemetar menahan luapan amarahnya. Lie Sun Giok
yang menjadi suaminya meledak. "Hey anak muda, Aku nanti
akan ikut serta merobek mulutmu!"
Tetapi Giok Cu tidak bersakit hati. Ia melawan kata-kata
sengit dengan tawa lebar, sebaliknya Cu Hwa tak puas
menyaksikan Nie Sun Giok ikut mencampuri macam
pertaruhan. Katanya sengit: "Kau hendak membantu isterimu" Akupun ikut serta. Aku
nanti akan menabas hidungmu dan kedua tanghanmu.
Dengan begitu, kau tidak akan bisa memeluk isterimu yang
cantik lagi." "Bagus, Akupun nanti akan memotong buah dadamu!" kata
Nie Sun Giok dengan panas hati. Para hadirin yang lain kemudian ikut pula melakukan
pertaruhan, sehingga Pian Cong tojin merasa jemu, serunya
dengan suara nyaring: "Sudahlah! Sekarang, hei anak muda, mari kita mulai! "
Setelah berkata demikian, ia mendahului menggerakkan
pedangnya. The Sie Ban segera mengikuti. Hebat corak
serangan mereka berdua. Pedang mereka menderu-deru di
arah yang berlawanan! Tata-kerja kaki mereka cepat dan
gesit. Mereka menempati arah-arah bidik tertentu, Dan
927 gerakan pedang mereka saling menyusul dan saling berlipat.
Empat jadi delapan. Delapan jadi enam belas, Enam belas
menjadi tiga puluh dua. Dari tiga puluh dua berubah menjadi
enam puluh empat. Maka bisa dibayangkan, betapa cepat dan dahsyat ilmu
pedang Liang-gie Kiam-hoat. Thio Sin Houw mengandal kepada kegesitannya, setiap
serangan digagalkan dengan berkelit menghindar yang cepat
luar biasa. Hal itu membuat hati Pian Cong tojin dan The Sie
Ban penasaran. Namun mereka tetap berkelahi dengan mantap, walaupun
setiap tikamannya dapat dihindarkan, tetapi mereka mendesak
terus, bahkan makin lama makin cepat sehingga membuat
hadirin kagum luar biasa. "Pemuda itu memang gesit gerakannya, mungkin benar dia
adik seperguruan atau murid Gin-coa Long-kun." kata Nio Cun
Swie kepada Thia Bu Bok yang duduk disampingnya, Dan
Thia Bu Bok memanggut, Jawabnya: "Karena usianya masih muda, mungkin sekali ia lambat
laun kalah menghadapi ilmu pedang Liang-gie Kiam-hoat yang
memang hebat. Hm, sungguh sayang! Adalah jarang sekali
seorang pemuda seusia dia memiliki kegesitan dan kecepatan
gerak seperti dia." Penglihatan Thia Bu Bok hampir mendekati kebenarannya.
waktu itu The Sie Ban menusuk dada Sin Houw, Dan Pian
Cong tojin membarengi mengarah kekiri, Kemudian menikam
lambung kanan Sin Houw dengan tiba-tiba.
Keruan saja kedudukan Sin Houw terjepit, Tak dapat lagi ia
mengelakkan diri, semua jalan mundur tercegat, Akan tetapi
pemuda itu nampak tiada gugup sama sekali. Diluar dugaan,
928 ia mengendapkan diri. Kakinya mendupak, setelah itu ia
membenturkan kepalanya ke perut Pian Cong tojin. Untung, ia
tidak menggunakan tenaganya penuh-penuh, walaupun
demikian, imam itu terpelanting mundur dan hampir saja roboh
terjengkang. Itulah kejadian yang sama sekali tak terduga, Dalam
terkejutnya, The Sie Ban membabatkan pedangnya untuk
mundur menghindari sampai tiga kali berturut-turut, Tentu saja
hal itu membuat hati The Sie Ban penasaran. Makinya:
<"Binatang! Kau hendaklah ke mana ?"
Sebenarnya Sin Houw berkelahi dengan membatasi diri.
Kalau mau, Pian-Cong-tojin tadi sudah dapat dirobohkan,
tetapi setelah dirinya dimaki sebagai binatang, timbullah rasa
marahnya. Pikirnya di dalam hati: "Kalau aku tidak membuat takluk benar-benar, rasanya
sulit meyakinkan mereka. Akupun masih ingin mencari
kesempatan menghajar ketiga muridnya Jie-suheng yang
keterlaluan itu. Mengulur waktu berarti membuang-buang
tenaga tiada gunanya. Biarlah kurampungi saja..."
Memikir demikian, ia melesat menyambar gelas
minumannya. Dua tiga kali ia meneguk. Kemudian melompat
kembali ke tengah gelanggang sambil berkata nyaring:
"Nah, seranglah aku! Kepandaianmu masih terlalu jauh
dibawahku." Bukan main marahnya The Sie Ban direndahkan demikian,
Terus saja ia menyerang setengah kalap. Pian Cong to-jin
cepat-cepat mencegah. Katanya: "Sutee, jangan sampai kau terjebak tipu muslihatnya. ia
sengaja membuatmu marah!" 929 Peringatan Pian Cong tojin, membuat The Sie Ban
tersadar. Cepat-cepat ia mengendalikan diri dan mengikuti
irama gerak pedang kakaknya seperguruan, ia merangsak dari
kiri, Dan kakak seperguruannya memotong dari kanan, namun
Sin Houw masih dapat juga lolos, ia melesat keluar
gelanggang, dan berkata kepada Giok Cu:
"Giok Cu, carikan aku minuman segar ! Tuangkan kedalam
cawanku yang kosong itu!" "Baik!" seru Giok Cu gembira. ia tahu, Sin Houw benarbenar
hendak memancing amarah lawannya. Maka bukannya
ia mengisi cawan, akan tetapi memperhatikan gerakan
pemuda itu yang tiba-tiba saja menyambar kursi di
sampingnya. "Kau isilah! pedang mereka cukup kulawan dengan kursi
ini ! " kata Sin Houw. Benar-benar Sin Houw melawan pedang mereka dengan
kursi. setelah melihat Giok Cu mengisi cawan minumannya, ia
melemparkan kursi ke depan sehingga membuat lawannya
mundur. Kemudian melompat sambil menyambar cawan.
sekali teguk, habislah isi cawan itu.
Lalu, ia menyambar sepotong paha ayam. Dan sambil
menggerogoti paha ayam, ia berkata:
"Apakah kalian masih saja tidak percaya, bahwa ilmu
pedang Liang-gie Kiam-hoat banyak sekali terdapat lubang
kelemahannya" sudah begitu, kepandaian kalian berdua
masih berada jauh dibawahku, Bagaimana kalian bisa
mengharapkan dapat melukai aku" Kau tak percaya" Biarlah
aku melayanimu sambil menggerogoti paha ayam ini !"
Tentu saja panas hati The Sie Ban dan Pian Cong tojin,
sekarang mereka tidak dapat lagi mengendalikan diri, Masingmasing
ingin menancapkan pedang mereka ke tubuh pemuda
930 itu. Maka kacaulah ketentuan jurus Liang-gie Kiam-hoat yang
membutuhkan suatu kerja sama rapi. Sin Houw menghindari tiga tikaman mereka. Kemudian
melompat keluar gelanggang dan meneguk cawannya yang
sudah diisi kembali oleh Giok Cu. setelah itu ia menghadapi
mereka kembali sambil mengoceh: "Nah, lihatlah betapa tolol kalian berdua. Apakah kalian
tidak tersadar juga, bahwa aku melawanmu dengan tangan
kosong belaka" Tak dapatkah kalian berpikir, bagaimana
akibatnya bila aku melawanmu dengan pedang pula" Akh,
benar-benar kalian tolol! seperti kerbau!"
"Apa katamu?" Giok Cu menegas dari luar gelanggang.
"Kerbau" He-he mereka benar-benar sepasang kerbau buduk
! " Mendengar perkataan Giok Cu, dada Pian Cong tojin
serasa akan meledak. Dengan menggerung, mereka
menyerang Sin Houw berbareng, Tapi Sin Houw dapat
mengelak dengan mudah sekali. Kata pemuda itu lagi:
"Aku adalah utusan dari Gin-coa Long-kun. Tugasku untuk
mendamaikan kalian, Ingatlah, bahwa tanah air membutuhkan
tenaga kalian, Kenapa kalian bertengkar hanya soal
pembalasan dendam perorangan belaka" Kuperingatkan lagi,
bahwa kalian sebenarnya kena diperalat dua orang
penghianat, sekarang ini, mereka baru mencari akal untuk
dapat melarikan diri, Eh, jangan bermimpi ! sebentar aku akan
menghajarmu." Berkata demikian, tiba-tiba ia menimpuk The Sie Ban
dengan tulang kaki ayam. Kaget The Sie Ban mundur
mengelak . Dan pada detik itu pula, Sin Houw menjepit ujung
pedang Pian Cong tojin dengan paha ayamnya. pemuda ini
mengerahkan tenaga dalamnya. Bentaknya:
931 "Lepaskan!" Berbareng dengan bentakannya, ia menarik, Dan pedang
Pian Cong tojin kena ditariknya sampai meliuk kelantai, Pian
Cong tojin sendiri terjerunuk ke depan dan berusaha matimatian
mempertahankan diri dengan kedua kakinya. Oleh rasa
kaget, malu dan putus asa karena tak mampu
mempertahankan pedang nya, ia mengambil keputusan
terakhir, ia melepaskan pegangannya, kemudian ia
membiarkan diri terseret daya tarik Sin Houw sambil
melepaskan pukulan geledeknya. Pian Cong tojin sesungguhnya cerdik juga. Akan tetapi Sin
Houw tahu menebak jalan pikirannya. Gesit ia menjejakan
kedua kakinya. Dan tubuhnya me-lesat tinggi diudara, sambil
membawa pedang rampasan. Melihat The Sie Ban maju hendak membantu kakaknya, ia
menyambitkan tulang paha ayamnya. Kali ini dia mengerahkan
tenaga dalamnya tujuh bagian. Dan kena gempuran tenaga
dalamnya, pedang The Sie Ban terpental kesamping.
Sin Houw tak sudi sia-siakan kesempatan yang baik itu,
Dengan berjumpalitan diudara ia menyambar pedang The Sie
Ban sebelum jatuh dilantai hebatnya lagi, kaki kanannya masih
juga sempat menendang urat pinggang The Sie Ban sehingga
jago itu mendadak saja mati kutu. "Kalian berdua sesungguhnya belum pernah melihat tata
kerja ilmu pedang rumah perguruan sendiri yang menjadi
kebanggaan leluhur kalian. Nah, sekarang lihatlah! Dengan
seorang diri aku dapat melakukan jurus-jurus ilmu pedang
Liang-gie Kiam-hoat." seru Sin Houw setelah turun di lantai.
Dan dengan dua pedang rampasannya pemuda itu benarbenar
melakukan jurus jurus Liang-gie Kiam-hoat, Kedua
pedangnya berkelebatan dari kiri dan kanan . Arah bidik dan
932 titik tolaknya bertentangan. Bila yang kanan menyerang, yang kiri mempertahankan
diri. Begitulah sebaliknya, Nampaknya kusut akan tetapi
sesungguhnya membahayakan kedudukan lawan. itulah jurusjurus
ilmu pedang Liang-gie Kiam-hoat yang aseli dan dapat
dipertontonkan oleh Sin Houw dengan mahir sekali.
Tak mengherankan semua hadirin jadi heran dan takjub
menyaksikan kepandaian Sin Houw mempertontonkan
kemahirannya melakukan jurus-jurus ilmu pedang Liang-gie
Kiam-hoat, itulah suatu kejadian yang tak terbayangkan
sebelumnya. Kedua pedang Sin Houw makin lama makin nampak
berseliweran, sinarnya berkeredepan kena pantulan sinar
lampu dan angin menderu-deru tiada hentinya, setelah


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

enampuluh ampat jurus selesai , terdengarlah seruan pemuda
itu dan tiba-tiba saja kedua pedang itu melesat keatas dan
menancap dalam pada tiang atap rumah. itulah ilmu timpukan
pedang Hoa-san pay yang istimewa. Lauw Tong Seng dulu
pernah kagum menyaksikan kemahirannya.
Maka tidak mengherankan, semua hadirin kagum bukan
kepalang. setelah ia mengundurkan diri dari gelanggang dan
duduk kembali diatas kursinya, hadirin bersorak bergemuruh
menyatakan rasa kagum, Mereka bertepuktangan, dan dengan
terang-terangan-mereka menyatakan pujian. Dan apabila
suara bergemuruh itu mulai reda, terdengarlah suara gembira
Giok Cu yang diucapkan dengan nyaring:
"Ha-ha! Nah, sekarang bakal ada orang memanggil kakek
kepadaku." Kiang Yan Bu tergugu karena memang dialah yang telah
ikut bertaruh, dengan mengatakan akan memanggil Giok Cu
sebagai kakek kalau Sin Houw dapat memenangkan
pertandingan tadi! 933 Sementara itu Thia Bu Bok yang juga kalah bertaruh,
kemudian tertawa dan berkata: "Sim kouwnio, kau menang! Nah . . . kau bawalah semua
emasku." setelah berkata demikian, ia mendorong emasnya ke
depan Cu Hwa. Senang hati Cu Hwa melihat kejujuran dan sifat jantan Thia
Bu Bok. ia bangun dari kursinya dan memberi hormat,
Sahutnya: "Thia susiok, Biarlah aku mewakili susiok memberi hadiah
kepada semua hadirin, Apakah susiok rela apabila jumlah nilai
pertaruhan kita, kubagi rata kepada para hadirin?"
"Semua emasku adalah milikmu. Kau bakar atau kau
buang, adalah hakmu." jawab Thia Bu Bok.
Cu Hwa manggut hormat. Kemudian berkata nyaring
kepada murid-murid dari ayahnya: "Saudara-saudara, diatas meja terdapat setumpuk benda
yang bernilai tigaribu keping uang emas, inilah jumlah nilai
enam batang emas Thia susiok dan sebuah gelang
permataku, Ayah mengundang saudara-saudara sekalian
untuk menghadiri pesta pertemuan ini. sayang sekali, ayah tak
sempat melayani saudara saudara sekalian dengan baik,
Karena itu, emas dan gelang permataku ini esok hari akan
kujual. Lalu hasil penjualannya akan kubagi rata kepada
saudara-saudara sekalian. siapa saja termasuk anggautaanggauta
pengiring para pendekar kenamaan, kuperkenankan
mengambil bagiannya." Keputusan Cu Hwa sangat bijaksana. Baik pihak The Sie
Ban maupun murid-murid Sim Pek Eng merasa puas. Mereka
semua nampak berseri-seri wajahnya hanya Pian Cong tojin
dan The Sie Ban yang jadi murung. Mereka mendongkol,
934 karena dikalahkan, Mereka malu, karena tadi sudah terlanjur
membuka mulut besar. Sim Pek Eng dapat membaca keadaan hati mereka
berdua. Dengan sikap hormat, pendekar tua ini berkata
kepada hadirin: "Saudara-saudara sekalian, Diwak-tu muda, adatku
memang keras dan berangasan, perangai itulah yang
membuat aku kesalahan tangan sampai membunuh kakaknya
saudara The Sie Ban. peristiwa itu betapapun juga membuat
hatiku menyesal dan malu, sekarang perkenankan aku
menyatakan maaf kepada saudara The Sie Ban." ia berhenti
sebentar menoleh kepada puterinya. Berkata: "Cu Hwa,
kaupun harus berlutut kepada The susiok."
Cu Hwa tahu diri, ia mendahului ayahnya berlutut kepada
The Sie Ban dan The Sie Ban tak dapat berbuat lain, kecuali
menerima dan balas memberi hormat kepada Cu Hwa dan
ayahnya. Ia tadi sudah berjanji hendak menyudahi
persengketaan, manakala kena di kalahkan.
Sebagai seorang ksatria, wajib ia memegang janji.
Lagipula bunyi dua helai surat kesaksian menyatakan pula
tentang kesalahan kakaknya. Karena itu tiada lagi alasan yang
kuat untuk melanjutkan persengketaan itu. pikirnya didalam
hati: "Masih beruntung, aku tidak sampai terluka. Lagipula Sim
Pek Eng sudi menjura padaku dihadapan umum. inilah suatu
penyelesaian terhormat, Apalagi uang aku hendak tuntut?"
Tetapi tepat pada saat itu ia seperti melihat bayangan
almarhum kakaknya. Tak terasa kedua matanya berkaca-kaca.
"Saudara The Sie Ban..." kata Sim Pek Eng dengan manis.
"Mengenai pertaruhan itu, biarlah aku yang mewakili dirimu.
935 Besok aku akan mencarikan sebuah gedung untukmu. Atau
aku akan membangunkan sebuah gedung baru sebagai
pengganti gedungmu untuk kedua utusan tayhiap Gin-coa
Long-kun." "Sudahlah." cegah The Sie Ban.
"Aku tidak ingin mengingkari perkataan sendiri, Aku
seorang laki-laki yang tahu menghargai mulut. Sim tayhiap,
maafkanlah aku. Aku datang ke sini sesungguhnya untuk
membalaskan dendam kakakku, Karena merasa diri tak
ungkulan melawanmu, aku membawa sahabat-sahabat
undanganku, sekarang permusuhan ini ku sudahi sampai di
sini saja . Besok aku akan pulang ke kampung dan akan
menggantungkan pedangku untuk selama-lamanya. Karena
itu, biarlah gedungku menjadi milik kedua tuan ini." ia berhenti
sebentar menoleh kepada Sin Houw dan Giok Cu.
Kemudian menghadap sahabat-sahabatnya. setelah
memberi hormat, ia berkata: "Saudara-saudara datang kesi-ni
oleh ajakanku, Ternyata aku gagal membalaskan dendam
kakakku dan ternyata pula kakakku justru yang bersalah.
Maafkan aku dan idzinkan aku membalas budi kalian
dikemudian hari. sekarang perkenankan aku menjura terhadap
saudara saudara sekalian sebagai pernyataan terima kasihku."
Dan The Sie Ban membuktikan perkataannya dengan
menjura untuk memberi hormat kepada para hadirin,
kemudian berkata lagi kepada Sim Pek Eng:
"Kami telah membuat susah tayhiap Sim Pek Eng,
sekarang perkenankan kami berangkat, Maafkan segalagalanya."
Cepat-cepat Sim Pek Eng membalas hormat, menyahut
dengan suara manis: "Sekiranya tidak terjadi peristiwa ini, tak dapat aku
936 bersahabat. Besok pagi aku datang mengunjungi tempat
kalian." "Tak usah." ujar The Sie Ban,"Kami berdua akan
meninggalkan kota ini, malam ini juga."
Mereka berdua memutar tubuhnya. selagi hendak
melangkahkan kakinya tiba-tiba terdengar seruan Giok Cu
kepada Sie Liu Hwa: "Hey, bagaimana dengan pertaruhan pedang buntung?"
Cu Hwa baru saja berlega hati melihat ayahnya luput dari
bahaya maut, Karena itu tidak menghendaki lagi terjadi suatu
ketegangan baru, siapa tahu ketegangan itu akan merubah
keputusan The Sie Ban, Maka cepat-cepat ia berkata:
"Bagaimana kalau kita menyudahi saja urusan kecil itu?"
Tetapi Giok Cu mengotot. jawabnya sambil menuding
Kiang Yan Bu: "Dia belum memanggil kakek kepada ku. Karena itu
persoalan belum boleh dianggap selesai. Coba andaikata
jago-jago mereka yang menang, kita masing-masing kebagian
tikaman pedang buntung sebelum sempat menyebut kakek
tiga kali kepadanya." Didalam hati Cu Hwa membenarkan perkataan Giok Cu.
Tetapi ketegangan baru itu, tidak dikehendaki sebaliknya
Kiang Yan Bu dan Sie Liu Hwa mendongkol dan penasaran
mendengar perkataan Giok Cu. sebab mereka berdualah yang
tertusuk kehormatannya. Tiba-tiba saja mereka lompat berbareng ke tengah
gelanggang, Tetapi Kiang Yan Bu tidak menghampiri Giok Cu,
sasaran rasa mendongkolnya dialamatkan kepada Sin Houw -
katanya sambil menuding. 937 "Kau menimpuk pedang tadi dengan gaya aliran Hoa-san
pay. Dari mana kau curi ilmu itu" sebenarnya siapa kau"
Hayo, bilang!" Nie Sun Kiong yang mendampingi isterinya, ikut pula
masuk kegelanggang, Berkata membantu kakak
seperguruannya: "Kaupun tadi menggunakan jiirus-jurus Hok-houw ciang,
sebenarnya dari mana kau mencuri ilmu kami itu?"
Sin Houw sama sekali tak menduga, bahwa akan terjadi
suatu ketegangan baru, Dalam hati ia memaki Giok Cu yang
membuat gara-gara itu, Namun ia tertawa menghadapi
kekasaran mereka. sahutnya: "Mencuri" Mencuri dari mana?"
"Kau maling kecil!" maki Sie Liu Hwa kalap. "Kau masih
menyangkal?" Sin Houw tertawa sambil menggelengkan kepala.
Kemenakan muridnya itu benar-benar galak. Ketika hendak
membuka mulutnya, terdengar Kiang Yan Bu tertawa
mengejek, Lalu berkata menegas kepadanya:
"Kalau tidak mencuri, dari mana-kau kau memperolehnya?"
Kembali Sin Houw tertawa. sejenak kemudian menjawab
dengan tenang: "Aku tak perlu mencuri . Karena aku murid Hoa-san pay."
Mendengar jawaban Sin Houw, rombongan Kiang Yan Bu
yang terdiri dari murid-murid aliran Hoa-san pay menjadi
heran. Mereka saling pandang mencari pertimbangan Dan
938 pada saat itu Sie Liu Hwa maju selangkah. sambil menuding ia
berkata sengit: "Hey, maling kecil! Apakah kau sebenarnya orang gila"
Bukankah kau tadi selalu membawa-bawa nama Gin-coa
Long-kun" Kenapa sekarang mengaku sebagai murid Hoa-san
pay" Ha , ini namanya yang palsu bertemu dengan yang tulen.
Kau tahu, dari mana kami bertiga ini" Buka telingamu baikbaik!
Kami bertiga adalah murid rumah perguruan Hoa-san
pay. Tahu?" Sin Houw tidak bersakit hati di damprat demikian, tetap
saja ia bersikap sabar dan tenang. ujarnyas
"Seperti kunyatakan tadi, bahwa pendekar besar Lim Ceng
Gie adalah ayah dari sahabatku ini. Tentang kalian bertiga
sebenarnya sudah kuketahui jauh-jauh sebelumnya. Jadi
tegasnya, kita ini adalah sesama aliran dan rumah perguruan."
Nie Sun Kiong terhenyak, Rupanya ia bisa berpikir agak
sabar. setelah terdiam sejenak, ia berkata hati-hati:
"Semua murid kakek guru dan paman guru, kukenal
dengan baik, sebenarnya kau muridnya siapa?"
"Guruku adalah Bok Jin Ceng," jawab Sin Houw.
Mendengar jawaban Sin Houw, mereka bertiga kaget
sampai berjingkrak kata Sun Kiong kepada isterinya, untuk
minta keyakinan: "Liu Hwa, Dia mengoceh tak keruan, apakah kau pernah
mendengar kabar, bahwa kakek guru mempunyai seorang
murid lagi?" Sie Liu Hwa sejak tadi sudah tak dapat menahan marah.
Mendengar pertanyaan suaminya, ia menjawab sengit:
939 "Kakek guru seperti bermata dewa, mustahil ia mempunyai
murid penipu!" Sin Houw tertawa didalam hati dan berpikir:
"Murid Jie suheng ini cepat sekali marah. pikirannya cupat
pula, Umpama pedangnya masih utuh, pastilah dia segera
menikamku." dengan pikiran itu, ia berkata:
"Benar, suhu memang bermata dewa, Bahkan Jie suheng
Pui Tong Kim sebenarnya sudah harus memiliki mata dewa,
Apa sebab dia menerima murid sembarangan saja" Benarbenar
aku tak mengerti." Semua hadirin menjadi terkejut mendengar Sin Houw
menyebut Jie suheng terhadap tayhiap Pui Tong Kim, Dia
dapat menyebut nama pendekar kenamaan itu. Mustahil dia
bukan salah seorang anggauta rumah perguruan Hoa-san pay,
sebaliknya Kiang Yan Bu bertiga justru tertusuk
kehormatannya, karena sipenipu itu menyebut nama gurunya
dengan enak saja, Bentak Kiang Yan Bu:
"Sebenarnya dari manakah kau memperoleh ilmu rumah
perguruan kami?" ia berkata demikian karena mengira, Sin
Houw seorang penipu yang hendak mempermainkan mereka
bertiga. itulah sebabnya, meskipun agak bisa berpikir tenang,
namun tak urung kehilangan kesabarannya juga.
"Bukankah sudah kukatakan?" sahut Sin Houw tetap
sabar. "Guruku bernama Bok Jin Ceng. Dialah yang disebut
pendekar sakti tanpa bayangan."
Nie Sun Kiong mengawasi Kiang Yan Bu, kakak
seperguruannya itu berdiri tertegun dengan membungkam
mulut, Tadi ia menyaksikan sendiri betapa tinggi ilmu
kepandaian Sin Houw, Tatkala ia memperkenalkan diri
sebagai murid Hoa-san pay, ia setengah percaya. mungkin,
Sin Houw adalah muridnya Lauw Tong Seng, paman guru
940 mereka. Tetapi karena Sin Houw mengaku sebagai murid
kakek-guru mereka, keraguannya lenyap, pastilah Sin Houw
seorang penipu. Kakek gurunya biasa merantau, tak mungkin dalam
perantauannya menerima seorang murid yang masih begitu
muda, Bagaima-na cara mendidiknya" Jelas tidak masuk akal,
maka berkatalah ia mengejek: "Kalau begitu, kau adalah pamanku - bukankah begitu,
paman yang baik?" "Jangan menyebut paman kepadaku, Kalau kalian bertiga
menyebut diri sebagai keponakanku, akupun sulit
menerimanya." sahut Sin Houw tenang.
Panas hati Kiang Yan Bu mendengar jawaban itu, Berkata
mencoba: "Paman yang baik, tolong berilah kami nasihat, Apakah
kami bertiga tadi mencemarkan pamor rumah perguruan
sehingga paman mencela guruku menerima murid-murid
seperti kami bertiga" Hayo - berilah kami nasihat, Ha-ha ...!"
Kiang Yan Bu sengaja tertawa, sehingga para hadirin ada
yang ikut tertawa.

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar suara rombongan The Sie Ban ikut tertawa,
wajah Sin Houw berobah sungguh-sungguh, Katanya dengan
suara berwibawa: "Jika Jie suheng Pui Tong Kim atau Sam suheng Sun Ho
Liang suami dan isteri berada disini, pastilah mereka akan
menampar mulut kalian!" Dan Sin Houw menyebut nama Sam-suheng Sun Ho Liang
, suami-isteri, karena mendadak ia teringat dengan perkataan
Lauw Tong Seng ketika sesaat mereka hendak berpisah, ToaKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/ *** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )***
941 suheng itu mengatakan bahwa sesungguhnya Bok Jin Ceng
masih mempunyai dua murid lagi yakni Sun Ho Liang dan
isterinya, yang entah karena apa tak pernah disebut-sebut
oleh gurunya." Sementara itu Kiang Yan Bu menjadi sangat gusar, ia
menghunus pedangnya sambil berseru:
"Kau bilang apa" Keparat! jangan bicara sembarangan!"
Menyaksikan kejadian itu, Sim Pek Eng sibuk tak keruan.
Cepat-cepat ia melerai. Katanya kepada Kiang Yan Bu:
"Kiang tayhiap, kuharap kalian jangan marah. Mari kita
lanjutkan menikmati hidangan."
Dengan perkataannya itu, jelas bahwa Sim Pek Eng juga
merasa tidak percaya terhadap keterangan Sin Houw, ia
melihat usia mereka terpaut jauh, bagaimana mungkin Sin
Houw dapat menjadi paman guru Kiang Yan Bu bertiga"
Tetapi hati Kiang Yan Bu sudah terlanjur panas. Tak
memperdulikan permintaan Sim Pek Eng, ia membentak lagi
kepada Sin Houw: "Bajingan! Meskipun kau berlutut dihadapanku tiga kali,
sudah tak terampuni lagi!" sejak tadi Giok Cu mendongkol ketika mendengar
berulangkali Kiang Yan Bu memaki Sin Houw. Menuruti panas
ha-tinya, ia meledak: "Hey, cucuku Kiang Yan Bu! sebelum kau disembah, harus
menyebut diriku kakek dulu!" Sie Liu Hwa ikut menjadi sengit, Tiba-tiba ia menimpuk Sin
Houw dengan pedang buntungnya, sambil berteriak sengit:
942 "Coba tangkap! ingin aku menguji kepandaian murid Hoasan
pay!" Melibat berkelebatnya pedang buntung, Sin Houw sama
sekali tak bergerak dari tempat duduknya. ia menunggu
sampai ujung pedang hampir menyentuh dirinya, Tiba-tiba
tangan kirinya di tengadahkan, sedang tangan kanannya di
angkat tengkurup, Kemudian dengan cepat sekali ia
mengadukan kedua tangannya seperti lagi bertepuk.
"Plok!" Dan pedang buntung itu kena ditangkapnya, itulah
salah satu jurus ilmu sakti Hoa san pay yang diberi nama
cengkeraman -burung Rajawali! "Bukankah ini yang dinamakan ilmu cengkeraman burung
Rajawali" Cocok atau tidak dengan aslinya?" ia menegas.
Kembali Kiang Yan Bu menjadi heran. Juga Nie Sun Kiong.
Didalam hati mereka berkata: "Benar, Mengapa pemuda itu
dapat melakukannya dengan sempurna" Suhu sendiri belum
tentu mampu berbuat demikian!"
Sie Liu Hwa heran sampai tertegun, ia merasa diri seperti
mati kutu. Tatkala mengalihkan pandang, ia melihat suaminya
mendekati pemuda itu dan berkata dengan nada hati-hati:
"Memang benar, kau telah menggunakan salah satu ajaran
dari golongan kita, Tapi sekarang, aku ingin mencoba
kepandaianmu supaya terbuka matamu."
"Baiklah!" jawab Sin Houw, "Bila "kau dapat melayani aku
sampai lima jurus, kau boleh berkata kepada siapapun juga
bahwa aku penipu besar. Setuju?"
Mendengar perkataan itu, Kiang Yan Bu bertiga heran
berbareng lega hati, Pikir Yan Bu didalam hati, Sin Houw
943 terlalu besar mulut, Mustahil ia dapat merobohkan Sun Kiong
dalam lima jurus saja" Dengan pikiran itu ia berkata:
"Baiklah! Aku yang menghitung!"
Kiang Yan Bu dan Sie Liu Hwa mundur keluar gelanggang,
Dan semua hadirin melepaskan pandangnya kearah Sin Houw
dan Sun Kiong dengan penuh perhatian.
Nie Sun Kiong sendiri tak berani merendahkan Sin Houw.
Hatinya penuh kebimbangan. Karena itu ia bersikap hati hati,
Katanya: "Bila nanti ternyata masih terdapat kekuranganku, haraplah
sudi memberi saran dan nasihat."
Perlahan-lahan Sin Houw menghampirinya, setelah
bersiaga bertempur, ia berkata: "Jurusku yang pertama adalah Cio-po thian-keng, Kau
mengerti, bukan..." Nah, sambutlah."
Nie Sun Kiong tercengang mendengar perkataan Sin
Houw, ia jadi geli sendiri. Pikirnya, Sin Houw tentu hendak
menipu. Dimanakah ada seseorang yang memberitahukan
ragam jurusnya sebelum menggempur lawan" Kalau bukan
bermaksud menipu" Tipu serangan yang dimaksud akan
membidik sasaran atas, pasti Sin Houw akan menyerang
bagian bawah. "Baik. Kau seranglah!" sahutnya.
Dan Sun Kiong mempersiapkan kedua tangannya hendak
melindungi perutnya, dan sin Houw segera berseru:
"Hey, mengapa kau tidak percaya?" ia menunda
serangannya, dan berseru lagi: "Tangkislah dengan kedua
tanganmu! Kau takkan sanggup menyongsong pukulan
944 dengan sebelah tangan!" Nie Sun Kiong terkejut, Sama sekali tak terduga, bahwa
Sin Houw benar-benar menyerang dengan jurus Cio-po thiankeng,
Masih untung, Sin Houw menunda serangannya. Kalau
tidak, hidungnya pasti akan mengeluarkan darah, Teringat
akan tenaga dalam Sin Houw yang dahsyat tadi, gugup ia
menyusulkan sebelah tangannya. Dengan begitu benarlah
perkataan Sin Houw, bahwa ia harus memapak pukulannya
dengan dua belah tangannya. "Bres!" tubuhnya tergetar dan
mundur selangkah bergoyang. "Bagus!" seru Sin Houw memuji.
"Sekaranq, seranganku yang kedua terdiri dari tiga jurus
sekaligus yang kugabungkan menjadi satu, jurus Iek-pek Samkoan,
Pauw-conn in-ciok dan Kim-kong ci-bwee. Bagaimana
kau hendak melawannya?" Tanpa berpikir lagi, Sun Kiong lalu menjawab:
"Aku akan memunahkan dengan tiga jurus pula, Jurus
Hong-da chiu, Pek-in cut-sie dan Peng-hwa hut-liu."
"Dua yang benar. Tapi yang ketiga tidak tepat!" kata Sin
Houw seperti seorang guru mengajar muridnya. Memang,
sengaja ia berlaku demikian untuk membuat Sun Kiong takluk
benar-benar. "Kau tak percaya" Mari kujelaskan, titik penjagaan berada
disekitar dada. Tujuannya memunahkan sambil membalas
menyerang. Bila lawan akan mengadu tenaga, itulah bagus,
Kalau tidak, terpaksalah kau membalas menyerang. untuk
menyerang balik, kau harus menarik jari tanganmu dahulu
yang sudah terlanjur terbuka menjadi suatu cengkeraman.
Kemudian memutar pergelangan untuk kau buat tenaga tolak.
945 Dengan demikian kau meninggalkan sebagian garis
pertahananmu, Karena itu, kau takkan sanggup menahan
gempuranku yang mengarah jantung."
"Kalau begitu, aku akan menggunakan jurus Cian-kin cuite."
sahut Nie Sun Kiong. "Ha, itu benar. Kau sambutlah!"
Sambil berkata demikian, Sin Houw melancarkan
serangannya. Cepat dan gesit sekali. Sun Kiong melakukan
pembelaan, ia menjaga tangan kanan lawan, AKan tetapi
tangan kanan Sin Houw hanya terangkat sedikit. sedang
tangan kirinya tiba-tiba yang menerjang sasaran . seru Sin
Houw: "Dalam suatu perkelahian, kau tak boleh terlalu kokoh
memegang keharusan jurus-jurus ajaran. semuanya bisa
berubah menurut keadaan. pastilah gurumu pernah berpesan
demikian." Diperlakukan sebagai kanak-kanak, lambat laut Nie Sun
Kiong mendongkol, diam-diam ia mempersiapkan serangan
balasan apabila sudah dapat memunahkan tiga jurus
serangan itu. Tapi kegesitan gerak Sin Houw di luar
perhitungannya. Gesit luar biasa Sin Houw melejit kekiri dengan membuka
dadanya. Cepat-cepat Sun Kiong meninju, Tapi mendadak
pergelangan tangannya kena ditangkap dan ditarik. Buru-buru
ia menahan diri dengan kuda-kuda pada kakinya. Ternyata Sin
Houw tidak hanya menarik saja, ia melesat kesamping dan
tiba-tiba sudah berada dibelakang punggung. ia menggentpur
pantatnya, sebelum Sun Kiong sempat memutar tubuh. Plok,
dan kedua kaki Sun Kiong gempur garis pertahanannya, ia
terhuyung kedepan, Dan baru bisa membalikkan tubuh setelah
berjuang dengan susah payah. 946 "Bagus!" seru Sin Houw gembira. "Sekarang jurusku yang
kelima. jurus terakhir. Hati-hatilah, aku hendak menyerang
dengan jurus Kie-riu si, salah satu bagian dari ilmu Po-giok
kun!" Nie Sun Kiong heran. Bukankah jurus itu tiada faedahnya
untuk menghadapi lawan" Karena hanya digunakan untuk
permulaan kali sebagai penghormatan kepada lawannya
bertanding" jurus itu sama sekali tidak masuk hitungan.
Sin Houw rupanya dapat membaca hatinya. Katanya:
"Apakah kau sangka jurus itu hanya untuk upacara saja"
Apakah kau kira jurus itu tiada faedahnya untuk menghadapi
lawan" sebenarnya kau harus dapat meraba apa maksud
pendiri aliran Hoa-san pay menciptakan jurus itu. Yakinlah
bahwa tiada satu juruspun ciptaan pendiri Hoa-san pay yang
tidak dipersiapkan untuk melumpuhkan lawan agar dapat
merebut kemenangan. Kau lihat sajalah, kalau tidak percaya!"
Setelah berkata demikian, ia mengendapkan tubuhnya dan
meliuk seakan-akan busur. Tangan kanannya membuat tinju
dan ditekap oleh tangan kirinya. Kemudian membuat gerakan membungkuk hormat. ia maju
selangkah dan kedua tangannya menyerang dengan
berbareng, semuanya itu dilakukan dengan cepat dan tibatiba.
Gugup Nie Sun Kiong mengadakan pembelaan, Tahu-tahu
pahanya kena ditinju. Tubuhnya terhuyung mundur dan roboh.
Tepat pada saat itu, Sin Houw melompat menyambarnya. ia
menjaganya, lalu direbahkan dengan perlahan lahan dan hatihati.
Nie Sun Kiong melompat bangun terus saja ia
membungkuk hormat dan ia berkata: 947 "Maafkan, susiok. Mataku terlalu lamur sehingga tidak
mengenal susiok dengan segera."
Cepat-cepat Sin Houw membalas hormatnya . Menjawab:
"Mengingat usiamu lebih tua, lebih baik kita saling
menyebut kakak-adik saja." "Akh, tak berani aku berbuat demikian . Mungkin susiok
memang lebih senang bila kusebut adik, akan tetapi kalau
suhu mendengar, apa jadinya..?" sahut Nie Sun Kiong cepat.
"Lagi pula ilmu kepandaian susiok benar benar luar biasa dan
berada jauh diatas tingkatanku, Lima jurus tadi, benar-benar
jurus ilmu Hoa-san pay, susiok telah membuka mataku.
Dikemudian hari, aku akan menekuni petunjuk susiok yang
sangat berharga itu." Dikemudian hari Nie Sun Kiong benar benar memegang
perkataannya. ia berlatih menurut petunjuk Sin Houw dan
menjadi seorang pendekar kenamaan yang jarang
tandingannya. sampai berusia lanjut, ia menghormati
susioknya yang muda belia itu. Pada saat itu Sin Houw hanya bersenyum. Tak dapat ia
menolak alasannya Nie Sun Kiong, Memang, kalau gurunya
Nie Sun Kiong mendengar betapa sikap muridnya itu terhadap
dirinya, bisa-bisa dikutungan kedua lengannya.
Kiang Yan Bu dan Sie Liu Hwa kini tak dapat lagi
bersangsi, setelah menyaksikan betapa Sin Houw dapat
merobohkan Nie Sun Kiong dengan lima jurus - walaupun
demikian, Kiang Yan Bu masih yakin akan ketangguhannya
sendiri. pikirnya didalam hati: "Aku memang murid tertua dari
suhu, akan tetapi ilmu pedangku, kuperoleh dari Sun susiok
dan isterinya, Dia tadi selalu melawan musuhnya dengan
tangan kosong. Mungkin dia hebat dalam ilmu tangan kosong
tapi belum tentu ia mahir dalam ilmu pedang . "
948 Selagi berpikir demikian, Sie Liu Hwa berseru kepadanya:
"Kiang suheng, kau belum mencoba ilmu pedangmu."
Diam-diam Kiang Yan Bu menjadi girang mendengar
pertanyaan itu, Terus saja ia mendekati Sin Houw dan berkata
dengan suara angkuh: "Sekarang giliranku, Aku biasa menggunakan pedang,
karena itu lawanlah aku dengan pedang juga."
"Menurut kabar, kau adalah murid tertua Jie suheng Pui
Tong Kim, Tetapi Jie suheng sesungguhnya seorang ahli
dalam ilmu silat tangan kosong, sebaliknya kau terkenal
dengan pedangmu, Apakah kabar itu tidak benar?"
"Benar atau tidak, bukan urusanmu !" sahut Kiang Yan Bu.
"Aku memang murid tertua Pui suhu, tetapi ilmu pedangku
kuperoleh dari suami-isteri Sun Ho Liang, Kenapa" Apakah
aku tidak berhak lagi menyebut diriku sebagai murid Hoa-san
pay" Lauw susiok pernah mengajari aku satu dua jurus,
apakah aku tidak berhak membawa-bawa nama rumah
perguruan Hoa-san pay?" "Akh, sombong benar manusia ini?" pikir Sin Houw, "Sifat
dan perangainya jauh berbeda dengan Sun Kiong, Pantas
sepak terjangnya keterlaluan. Biarlah kuhajarnya benar-benar,
agar di kemudian hari tidak merusak nama baik rumah
perguruan Hoa-san pay. Mungkin sekali, dia akan bisa
merubah sepak terjangnya setelah kuberi pengalaman pahit . .
." Memperoleh keputusan demikian Sin Houw menyahut
dengan menegakkan kepala - katanya:
"Untuk mengadu pedang bukan soal sulit, Hanya saja,
setelah kau kalah, wajib kau mendengar perkataanku.


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

949 Barangkali tidak terlalu sedap bagi pendengaranmu."
"Sekarang belum ada keputusan siapa yang menang dan
kalah, Karena itu terlalu pagi untuk membicarakan urusan
kalah dan menang. Buktikan dulu!" sahut Kiang Yan Bu sambil
melintangkan pedangnya didepan dadanya dan mengambil
tempat disebelah kiri. "Kiang suheng! pedangmu tidak boleh kau angkat terlalu
tinggi. Dia adalah paman guru kita!" seru Sun Kiong.
Tetapi Kiang Yan Bu tidak menggubris seruan adik
seperguruannya itu. ia tahu, peraturan rumah perguruan Hoa
san pay, Apabila angkatan muda berlatih pedang dengan
angkatan tua, maka pedang angkatan muda tak boleh
diangkat terlalu tinggi. sebab gerakan pedang itu sendiri
merupakan tata tertib kehormatan. Akan tetapi pada saat ituf ia
menganggap Sin Houw bukan paman gurunya, Karena itu, ia
telah mengangkat pedangnya tinggi diatas dada, lalu
menantang: "Silahkan!" Betapa sabar Sin Houw akhirnya mendongkol juga.
Meskipun demikian, ia tidak segera menerima tantangan
Kiang Yan Bu, ia menoleh kepada Sim Pek Eng dan berkata:
"Sim susiok! Maafkan, aku tadi menyebut susiok dengan
saudara. sebab pada saat itu aku memperkenalkan diri
sebagai adik seperguruan Gin-coa Long-kun."
"Akh, tidak apa-apa. janganlah meributkan soal itu, yang
tidak ada artinya untuk dibicarakan." sahut Sim Pek Eng.
"Terima kasih, susiok. Sekarang, bolehkah aku meminta
pertolongan dari murid susiok untuk membawakan sepuluh
batang pedang kemari?" 950 "Mengapa tidak?" sahutnya yang segera memerintahkan
muridnya untuk mengambilkan sepuluh batang pedang
panjang, Mengingat sin Houw telah menolong jiwa gurunya,
sang murid itu sengaja memilihkan pedang-pedang yang
istimewa, sepuluh pedang itu kemudian ditempatkan diatas
meja,yang berada tak jauh dari Sin Houw.
Semua hadirin mengarahkan pandangnya kepada Sin
Houw, Mereka merasa heran entah apa maksud pemuda itu
yang menghendaki sepuluh batang pedang. Apa dia hendak
memilih sebatang diantaranya" Akan tetapi, diluar dugaan, Sin
Houw justru memungut pedang buntung Sie Liu Hwa.
Kemudian berkata sambil tertawa: "Biarlah aku memakai pedang buntung ini saja."
Sudah barang tentu para hadirin tercengang heran.
Bagaimana mungkin sebatang pedang buntung dapat
melawan pedang Kiang Yan Bu" Banyak diantara mereka
menganggap pemuda itu terlalu sombong, sebaliknya, Kiang
Yan Bu merasa diri direndahkan, ia gusar bukan kepalang.
"Kau benar-benar tak memandang mata padaku. Jika kau
nanti mampus, jangan sesalkan aku!" teriak Kiang Yan Bu, ia
kini tak dapat menguasai diri lagi. ia memutar pedangnya dan
diantara sinar pedangnya yang berkilauan, ia membentak:
"Awas!" Kiang Yan Bu benar-benar menikam, Arah bidikannya
kepada pundak kanan. Menurut perhitungannya, itulah bagian
yang lemah. Sebab Sin Houw hanya dapat menjepit
pedangnya. Dengan demikian tak dapat ia bergerak leluasa.
Ruangan serambi depan Sim Pek Eng yang terisi lebih dari
empat ratus orang, sepi dengan tiba-tiba. Mereka semua
membungkam mulut dan memperhatikan gelanggang
pertempuran. Mereka melihat, betapa cepat dan dahsyat
951 serangan pedang Kiang Yan Bu yang disertai himpunan
tenaga dalam, Tatkala ujung pedangnya hampir mencapai
sasaran, sekonyong-konyong Sin Houw menangkis dengan
pedang buntungnya, Kedua senjata tajam itu lantas saja saling
bentur. Setelah suara nyaring pedang lenyap dari pendengaran,
para hadirin terkejut heran. Mereka mendengar suara pedang
patah dan runtuh bergelontangan di lantai. Ternyata itu
pedang Kiang Yan Bu yang mendadak saja patah menjadi tiga
bagian. Mereka bertanya tanya di dalam hati, ilmu tangkisan apa
yang digunakan Sin Houw untuk membabat pedang Kiang Yan
Bu sampai patah" Selagi hadiri heran, Sin Houw menuding ke meja samping.
Berkata: "Jangan khawatir. Aku telah minta kepada Sim susiok agar
menyediakan sepuluh batang pedang. Nah, tukarlah
pedangmu yang buntung itu, Kau boleh memilih sesuka
hatimu." Sekarang barulah hadirin mengerti apa sebab Sin Houw
tadi minta sepuluh batang pedang kepada Sim Pek Eng, Dan
yang heran dan menyesal, adalah Cu Hwa dan beberapa
murid yang mengambil sepuluh batang pedang itu, Kalau tahu
tidak bakalan mereka memilihkan pedang yang justru
istimewa! Kiang Yan Bu terperanjat berbareng gusar luar biasa.
Tanpa membuka mulutnya ia membuang pedang buntungnya,
kemudian melompat ke meja sambil menyambar sebilan
pedang, setelah itu menerjang Sin Houw dengan tiba-tiba.
Otak Sin Houw memang cerdas luar biasa. ia menduga,
952 bahwa Kiang Yan Bu hanya menggertak saja, Karena itu tak ia
menangkis atau menghindar. Dan dugaannya tepat benar. Yan
Bu benar benar membatalkan sasarannya. Tiba-tiba saja
pedangnya ditarik dan ganti menikam perut. Melihat
berkelebatnya pedang, Sin Houw segera menangkis dengan
mengerahkan tenaga dalamnya. "Tak !" Dan untuk kedua kalinya, pedang Yan bu patah menjadi
tiga bagian. Tak mengherankan, Yan Bu menjadi kalap tanpa
menunggu perkataan Sin Houw ia telah lompat keluar
gelanggang dan menyambar sebilah pedang lagi. Kemudian
mengulangi serangannya dengan dahsyat.
Akan tetapi, untuk yang ketiga kalinya - pedangnya patah
lagi dalam segebra-kan saja. sekarang larutlah sebagian besar
kesombongannya. ia berdiri tertegun bagaikan patung yang
tak pandai bicara. ia heran dan penasaran.
"Hey, setan kecil!" seru Sie Liu Hwa dari luar gelanggang.
"Kenapa kau melawan ilmu pedang Kiang suheng dengan ilmu
iblis" Apakah ini namanya mengadu kepandaian?"
Sin Houw merasa dirinya kena tegur, segera ia melempar
pedang buntung ditangannya, Kemudian mengambil dua
batang pedang. Yang sebatang diberikan kepada Kiang Yan
Bu. ia berpaling kepada pendekar wanita yang garang itu
sambil bersenyum, Katanya: "lni bukan ilmu iblis, nyonya.Kau mengaku murid Hoa-san
pay. Mengapa tidak mengenal ilmu Kun-thiang kang?"
Selagi ia bicara, tiba-tiba Kiang Yan Bu menggunakan
kesempatan itu, De-ngan kecepatan kilat, ia menikam
punggung Sin Houw, setelah itu baru ia berteriak :
"Awas!" 953 Sin Houw tahu kecurangan lawannya - namun ia tak
bersakit hati, sambil mengelak ke samping, ia menirukan bunyi
teriakannya seraya menggerakkan pedangnya:
"Awas!" Kiang Yan Bu menyerang dengan tipu ajaran suami-isteri
Sun Ho Liang. Itulah ilmu pedang Cong-eng kim-touw -Garuda
menyambar kelinci. Kali ini ia tak sudi membiarkan pedangnya
sampai terbentur, ia bergerak secepat angin.
Tetapi mendadak ia terkejut bukan main, pantatnya seperti
terbentur sebuah benda dingin. Cepat ia memutar pe dang
sambil membabat, namun pantatnya masih saja tertempel
benda dingin itu, Kali ini ia benar-benar kaget sampai
punggungnya berkeringat dingin. untuk membebaskan diri, ia
menubruk ke depan sambil menjatuhkan diri. Kemudian
melompat tinggi jauh ke depan lagi. Tetapi masih saja
pantatnya terasa di-ngin, Dalam sekejapan tadi, ia melihat benda apakah yang
terasa dingin di pantatnya. itulah ujung pedang Sin Houw,
Keruan saja ia sibuk bukan main, sekali lagi ia menjatuhkan
diri sambil bergulingan. Namun ke mana saja ia bergerak,
ujung pedang Sin Houw tetap melekat pantatnya.
Karena putus asa, ia jadi nekat. pedangnya diputar
serabutan sekarang ujung pedang Sin Houw tidak lagi melekat
dipantatnya, Tetapi tatkala hendak berdiri, tahu-tahu pedang
itu sudah berada di depan dadanya, kalau saja Sin Houw
mendorong pedang itu sedikit saja, tamatlah riwayatnya! ia kini
benar-benar merasa takut dan bingung, itulah perasaan takut
dan bingung untuk yang pertama kalinya di alaminya,
selamanya, ia membanggakan diri. 954 Kini ternyata ia mati kutu menghadapi kegesitan Sin Houw
yang bisa bergerak cepat, bahkan kecepatan Sin Houw berada
diatasnya, Sin Houw memperhatikan wajah keponakan murid itu yang
pucat lesi, seluruh tubuhnya bermandikan keringat.
Betapapun juga ia jadi iba hati, Bu-kankah memang
keponakan muridnya sendiri" Adalah keterlaluan sekali bila
dibuat malu dihadapan umum. Maka segera ia menarik
pedangnya dan mundur selangkah . "lnilah ilmu pedang Hoa-san pay -yang sejati!" katanya,
"Apakah kau belum pernah mempelajarinya?"
Kiang Yan Bu lompat bangun sambil mengatur
pernapasannya kembali. Kemudian menjawab dengan
menundukkan kepala: "ltulah ilmu pedang Hui-kui cici, atau Lalat mengikuti
tulang!" "Benar!" kata Sin Houw. "Kau sudah mengenal namanya,
pasti sudah pula mempelajarinya."
Kiang Yan Bu berusaha menguasai diri. Perlahan-lahan ia
menegakkan kepalanya , kemudian menyahut:
"Marilah mengadu pedang dengan cara yang wajar,
ilmumu terlalu campur aduk!" "Campur aduk bagaimana?" Sin Houw heran. "Yang
kupergunakan adalah ilmu pedang Hoa-san pay yang asli.
Baiklah, kalau kau belum puas. Lihat, akulah yang kini akan
menyerang. Coba kau pertahankan !"
Sin Houw benar-benar menyerang perlahan caranya, dan
Yan Bu segera menggerakkan pedangnya untuk menangkis -
955 setelah itu dengan suatu kecepatan ia hendak melakukan
serangan balasan. Tetapi pada saat itu mendadak saja Sin
Houw menekan pedangnya. Cepat-cepat ia menarik
pedangnya. Heran! pedangnya seperti melekat kuat sekali. ia
jadi sibuk. Melihat Kiang Yan Bu sibuk dalam usaha hendak menarik
pedangnya, Sin Houw tersenyum. Dua kali ia memutar
pedangnya. Dan pergelangan tangan Yan Bu ikut terputar dua
kali pula. sekarang ia menariknya dengan mengerahkan
tenaga dalam tujuh bagian, dan pedang Yan Bu kena
direnggutnya dan dilemparkan keatas lantai.
"Bagaimana" Apakah kau masih mau mencoba lagi?" kata
Sin Houw sabar. Rasa penasaran Kiang Yan Bu makin hebat. ia sekarang
jadi nekad. Dengan membungkam mulut ia menyambar
sebatang pedang lagi dari atas meja, Kemudian menyerang
pundak kiri Sin Houw, ia menikam dengan cara yang lain,
pedangnya ditusukkan dan ditarik silih berganti dengan cepat,
ia sadar, dalam hal mengadu tenaga dalam merasa ia kalah.
Sin Houwpun tidak memutar pedangnya lagi, setelah
mengelakkan beberapa tikaman, ia menikam dada sibandel
itu, itulah serangan yang hebat sekali. Mau tak mau Yan Bu
harus menangkis. Trang! Dan untuk kesekian kalinya pedang
Yan Bu terlepas dari tangannya. Kali ini sampai mental tinggi
ke udara hampir mencapai langit-langit.
Kiang Yan Bu semakin kalap, Tak sudi ia menunggu
pedangnya turun dari udara. Dengan sekali lompat ia
menyambar sebatang pedang baru lagi, Kemu-dian maju lagi
hendak menyerang. "Apakah benar-benar kau tak sudi menyerah?" bentak Sin
Houw, ia lantas membolang-balingkan pedangnya, mematikan
956 daerah gerak Yan Bu. Dan diancam secara demikian, Yan Bu
terpaksa membatalkan maksudnya. Namun masih saja ia
mencoba membebaskan diri. ia mengelak sambil menarik
tubuhnya ke belakang. Menyaksikan kebandelannya, Sin Houw jadi mendongkol.
ia menggertak sambil menyambar kaki sibandel itu. Dan tubuh
Kiang Yan Bu terangkat naik lalu roboh terbanting diatas
lantai. Kemudian Sin Houw mengancamkan ujung pedangnya
pada tenggorokan. Menegas: "Benar-benar kau tak mau menyerah?"
Selama hidupnya, belum pernah Kiang Yan Bu terhina
seperti itu, ia mendongkol, gusar dan malu bukan main,
Karena tak dapat menguasai diri, maka akhirnya ia jatuh
pingsan. Sie Liu Hwa lompat ke dalam arena karena melihat kakak
seperguruannya rebah tak berkutik, segera ia menyerang
kalang-kabutan, sambil berteriak: "Kalau kau bunuh dia, bunuhlah kami berdua juga!"
Tergetar hati Sin Houw mendengar teriakan Sie Liu Hwa
dan melihat keadaan Kiang Yan Bu yang pucat wajahnya,
kedua matanya melotot menatap langit langit. Kedua biji
matanya sama sekali tak bergerak . Tubuhnya tak berkutik
pula. Benar-benarkah ia mati karena penasarannya" ia lantas
membungkuk hendak memeriksa pernapasannya. Pada saat
itu, ia melihat berkelebatnya kedua tangan Sie Liu Hwa
menyerang dirinya, Tak sudi ia mengelak atau mencoba
melawannya. Ia hanya mengerahkan himpunan tenaga
dalamnya kuat-kuat, sambil membenturkan baju mustikanya
yang tak mempan senjata tajam. "Jangan khawatir! Kakakmu belum mati." kata Sin Houw
setelah memeriksa pernapasannya. Tetapi Sie Liu Hwa sudah
957 kalap. Kedua tangannya terus memukul punggung Sin Houw


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

asal jadi saja, setiap kali membal, ia menambah tenaga
pukulannya. Keruan saja Nie Sun Kiong yang berada diluar
gelanggang terkejut menyaksikan isterinya memukuli paman
gurunya. Terus saja ia melompat dan menarik tubuh Sie Liu
Hwa. "Lepas! Biarkan aku ikut mati..l" seru pendekar wanita itu,
"Eh, lepas bagaimana" Kau tak boleh ikut mati. Bukankah
kau adalah isteriku dan aku suamimu" Kau baru boleh mati
manakala akulah yang mati!" ujar Nie Sun Kiong melawak.
Rupanya dengan cara begitulah ia harus melayani watak
isterinya yang angin-anginan itu. Tetapi Sie Liu Hwa tetap membandel . ia menjagangkan
kedua kakinya karena tak sudi di tarik. Dan kedua tangannya
masih saja memukuli Sin Houw, meskipun agak ringan. Maka
terpaksalah Nie Sun Kiong mengerahkan tenaganya untuk
menarik mundur. Karena masing-masing saling berkutat, akhirnya mereka
jadi saling tarik sendiri. sebenarnya itulah pemandangan yang
lucu sekali . Tetapi mengingat tabiat Sie Liu Hwa yang garang
dan ganas, tiada seorangpun yang berani tertawa.
"Eh, kau bandel sekali !" seru Nie Sun Kiong geram.
"Bukankah aku suamiku ?" Giok Cu yang sejak tadi memperhatikan mereka berdua,
perlahan lahan datang mendekati. Berkata menawarkan jasa:
"Biarlah kutolong, Akan kugigit pantatnya!"
Mendongkol hati sie Liu Hwa mendengar ancaman Giok
Cu. Tapi teringat-lah dia, bahwa pemuda itu benci kepadanya.
Bagaimana kalau dia benar-benar membuktikan ancamannya.
Kalau pantatnya sampai digigit seorang pemuda di depan
958 umum bisa runyam. oleh karena itu, ia segera menjatuhkan diri
duduk dilantai, kemudian menangis karena mendongkol.
"Hey, kenapa menangis" Bukankah aku belum menggigit
pantatmu?" Giok Cu berteriak. Sebenarnya Nie Sun Kiong tersinggung, Betapapun, Sie
Liu Hwa adalah isterinya, Bagaimana ia bisa membiarkan
pantat isterinya dibicarakan oleh seorang pemuda didepan
umum" Tapi mengingat pemuda itu adalah sahabat paman
gurunya, terpaksa ia menelan rasa kehormatannya .
sekonyong-konyong, diluar dugaan Sie Liu Hwa melompat
bangun dan menggempur pundaknya Giok Cu, itulah
serangan yang terjadi sangat cepat dan tiba-tiba, Giok Cu tak
sempat mengelak atau menangkis. sedang Sin Houw tak mau
merintangi, Maka pundak Giok Cu benar-benar kena di pukul.
Giok Cu kaget sampai berteriak tertahan, Akan tetapi pada
saat itu juga. Sie Liu Hwa memekik tinggi. Kemudian duduk dilantai
sambil memijit-mijit kedua tangannya. pekiknya.
"Aduh, tanganku! Tanganku!"
"Kenapa tanganmu?" tanya suaminya gugup, ia kaget
tatkala melihat tangan Sie Liu Hwa bengkak kemerahan,
sekejap itu pula tahulah ia, bahwa hal itu telah terjadi akibat
kena pantulan ilmu tenaga dalam Sin Houw, Pantas saja Sin
Houw tak mau menangkis atau mencoba merintangi ketika Sie
Liu Hwa menyerang Giok Cu, sebaliknya rombongan murid
murid Sim Pek Eng, mengira bahwa bengkaknya tangan Sie
Liu Hwa adalah akibat menyerang Giok Cu. Karena Giok Cu
tadi diperkenalkan sebagai putera Lim Beng Cin, mereka
percaya bahwa pemuda itu berkepandaian tinggi!
Oleh pekik Liu Hwa, maka Kiang Yan Bu tersadar. segera
959 ia berdiri dan memberi hormat kepada Sin Houw, Katanya:
"Susiok, Benar-benar aku menyesal, aku seorang
keponakan yang tak tahu diri. sekarang sudilah susiok
menolong Sie sumoay?" Sikap Sin Houw berbeda dengan tadi, ia bersikap kaku dan
berwibawa sama sekali ia tidak mendengarkan permintaan
Yan Bu, sahutnya pendek: "Apakah kau menyadari kesalahanmu ?"
Tak berani Yan Bu berkeras kepala seperti tadi. ia
menundukkan kepala. "Ya, susiok. Aku salah." sahutnya
"Aku telah merobek surat kesaksian Sim tayhiap, juga tidak
seharusnya aku membantu The sie Ban."
Sin Houw menarik napas. Katanya memberi nasihat:
"Memang, Aku sangat menyesal, apa sebab kau merobek
surat kesaksian itu, Hampir saja kau menimbulkan korban
entah berapa puluh orang. Karena itu kau harus bisa berpikir
panjang sebelum melakukan sesuatu, Tentang sikapmu
membantu The tayhiap, sama sekali tidak salah. itulah
perbuatan setia kawan yang sejati . Karena itu, kau bahkan
harus dipuji. Hanya saja kau belum tahu kedudukan The
tayhiap sebenarnya." Kiang Yan Bu heran, Bertanya: "Bukankah The Sie Ban
seorang pendekar yang kenamaan" Apa maksud susiok
menyangsikan kejujurannya?" The Sie Ban yang ikut mendengarkan pembicaraan itu,
merasa tersinggung . Katanya: 960 "Apakah aku seorang penjahat?" Mendengar seruan The
Sie Ban, cepat cepat Sin Houw menjawab:
"The tayhiap, janganlah salah paham. Bukan kau yang
kami maksudkan." "Lantas siapa?" The Sie Ban menegas .
Thio Sin Houw menyapu hadirin dengan pandang matanya
yang tajam, Kemudian berhenti kepada Tan Hok Cin dan Khu
Cing San yang nampak duduk meringkas diantara para
tetamu. Tatkala Sin Houw hendak membuka mulutnya, tiba
tiba masuklah beberapa orang muridnya Sim Pek Eng, yang
mengiringi dua orang yang berpakaian sebagai orang dusun.
Hadirin terkejut memperhatikan mereka. Yang berjalan
disebelah kiri, seorang pria berusia kira-kira lima-puluh lima
tahun. Dan yang berada disampingnya, seorang wanita
sebaya usianya, Dia menggendong seorang anak berumur
dua atau tiga tahun. Pandang mereka tajam luar biasa. Dan
tiba-tiba saja Sie Liu Hwa melompat bangun dan lari
menyongsongnya sambil berseru: "Susiok dan subo!" Nie Sun Kiong dan Kiang Yan Bu ikut
menyongsong. Maka sekarang tahulah hadirin, bahwa mereka
berdua adalah dua suami-isteri Sun Ho Liang.
Sin Houw tak dapat berdiam diri saja. Mendengar seruan
Sie Liu Hwa, ia segera mengikuti Kiang Yan Bu dan Nie Sun
Kiong menyongsong mereka. Dengan sekilas pandang ia
menatap wajah kedua kakak seperguruannya itu.
Sun Ho Liang nampak sederhana, sedang sun-sie IKau
isterinya berwajah galak. Kesannya tak beda dengan Sie Liu
Hwa. Sie Liu Hwa memperlihatkan kedua tangannya kepada
Sun-sie seperti hendak mengadu. Tatkala Sin Houw hendak
961 memberi hormat, Sun-sie sedang menundukkan pandang
kepada dua tangan Sie Liu Hwa yang bengkak. Kedua alisnya
bergerak-gerak,sambil mengurut ia bertanya:
"Kenapa?" Itulah pertanyaan yang di harapkan. Terus saja Sie Liu
Hwa berputar sambil menuding Sin Houw. Dengan masih
menahan rasa mendongkol dan penasaran-nya , ia menjawab:
"Subo, dialah orangnya. Dia . mengaku sebagai paman
guru, Tapi ia melukai kedua tanganku dan mematahkan
pedang pemberian subo." Sin Houw terkejut, jawaban Sie Liu Hwa benar-benar
mengandung racun. iapun menyesal apa sebab sampai
mematahkan pedang Sie Liu Hwa, Kalau saja ia tahu bahwa
pedang itu pemberian kakaknya seperguruan, pastilah tidak
akan berbuat begitu, Maka cepat-cepat dia membungkuk
hormat sambil berkata mohon maaf: "Sama sekali tak kuketahui bahwa pedang itu
pemberianmu. Maafkan kelancangan adikmu .,."
"Adik" Adik dari mana?" dengus Sun-sie heran. pendekar
wanita itu segera berpaling kepada suaminya. Mereka berdua
saling pandang, Kata Sun-sie minta pembenaran: "Khabarnya,
memang suhu mempunyai seorang murid muda belia. Apakah
dia" Kalau benar dia, kenapa tak tahu diri?"
"Belum pernah aku bertemu dengan dia." sahut suaminya
pendek. "Hm." dengus Sun-sie. "Meskipun andaikata dia mewarisi
seluruh kepandaian guru, mestinya harus sadar dan tahu diri,
Bahwasanya ilmu kepandaian itu tiada batasnya, Kalau
merasa diri sudah pandai, diatasnya masih ada dewa.
962 Dewapun harus tahu diri pula, bahwa diatasnya masih ada
Tuhan, Hm... baru saja memperoleh sekelumit kepandaian,
lantas saja menghina yang lemah. pantaskah itu" seumpama
Liu Hwa salah bukankah masih ada gurunya" Biarlah dia yang
menegur. Kita berdua hanya bi sa memperingatkan saja,"
"Kiang suheng juga menerima penghinaan, subo." Liu Hwa
mengadu. "Apa?" Sun-sie terperanjat sepasang alisnya terbangun
"Ha, kami berdualah yang wajib menghajarnya bila ia salah.
Kenapa paman gurunya ikut campur ?"
Sin Houw merasa diri bersalah lalu menjawab:
"Kalau begitu maafkan kelancangan adikmu."
"Kau telah mematahkan pedang pemberianku . Artinya kau
sama sekali tidak menghargai kakakmu." kata Sun sie sengit.
"Andaikata guru sangat sayang, kepadamu, tidak sepatutnya
kau lantas berlagak dan sama sekali tidak menghargai kakak
seperguruanmu?" Sin Houw bungkam. Dan segenap hadirin jadi tak enak
hati, Mereka melihat betapa galak pendekar wanita itu, katakatanya
makin lama makin sengit. Tanpa mengusut latar
belakangnya, lantas dia menjatuhkan palu hukuman. Sung
guh keterlaluan! ***** MURID-MURIDNVA Sim Pek Eng gelisah bukan main.
sebaliknya The Sie Ban dan kawan-kawannya, termasuk
Kiang Yan Bu, Nie Sun Kiong dan Sie Liu Hwa mendapat
angin baru, Mereka kini bisa menegakkan kepalanya kembali.
Tak usah menunduk lagi karena merasa malu dan segan.
"Subo!" kata Sie Liu Hwa. "Setelah mengaku sebagai
963 paman guru, tiba-tiba diapun datang membawa-bawa nama
Gin-coa long-kun." "Gin-coa Long-kun siapa" Lim Beng Cin maksudnya?"
potong Sun-sie sengit. "Benar! Dia selalu mengunggulkan, dan atas nama Gin-coa
Long-kun pula ia merobohkan Kiang suheng dan Nie suheng."
Mendengar perkataan itu, cuping hidung Sun-sie bergerakgerak,
suatu tanda, bahwa darahnya meluap. Dan melihat hal
itu, sin Houw tetap bersikap sabar dan mengalah.
Sebenarnya tanpa disengaja suami-isteri itu datang ke
tempat itu, sudah setahun lebih, mereka merantau untuk
mencari obat bagi anaknya, itulah anak yang digendong Sunsie.
Menurut para ahli, anak itu menderita penyakit dalam
sejak didalam kandungan. Terjadi akibat goncangan hebat, tatkala ibunya berkelahi
melawan seorang musuh tang-guh, Dan untuk bisa
menyembuhkan penyakit itu, mereka harus menemukan
sebutir atau dua butir buah mustika yang jarang sekali terdapat
didalam dunia. Tetapi sebagai orang tua, mereka tidak mengenal lelah dan
putus asa. Dari satu tempat ke tempat lainnya mereka
merantau . Tapi selama itu, anak mereka semakin kurus. Tak
mengherankan, mereka jadi cemas dan gugup,
Menuruti nasihat seorang tua, mereka mendaki gunung Butong
menemui Tie-kong tianglo - dan melihat penyakit anak itu,
Tie-kong tianglo jadi teringat kepada Sin Houw, Cucumuridnya
itupun dahulu menderita penyakit macam demikian,
Entah bagaimana khabarnya, Tie-kong tiangloo tidak
mendengar lagi. Dalam keadaan lesu suami isteri itu melanjutkan
964 perjalanannya. Kalau Tie-kong Tianglo saja tidak sanggup
mengobati, siapa lagi yang dapat menolong" Tatkala
memasuki daerah itu mereka mendengar kabar, bahwa
muridnya berada ditempatnya The Sie Ban, Teringatlah
mereka bahwa muridnya selalu bersama Sie Liu Hwa dan
suaminya. Dia-pun banyak sahabatnya, Mungkin sekali dia
bisa menolong. Maka berangkatlah mereka mencarinya. Dan
demikianlah mereka tiba dirumah sim Pek Eng.
Sun-sie memang seorang pendekar yang keras adatnya.
Mudah sekali tersinggung hatinya. Apalagi pada waktu itu ia
sedang bersedih hati memikirkan anaknya. Mendengar
muridnya kena hina, ia bersakit hati. Hinaan itu sendiri seakanakan
penghinaan terhadap anaknya yang kurus kering seperti
monyet kecil. Tadinya ia masih mau bersabar karena Sin Houw disebut
paman guru oleh Liu Hwa, Tetapi setelah mendengar pula
bahwa Sin Houw datang dengan membawa-bawa nama Gincoa
Long-kun, ia merasa seperti ditantang, seketika itu juga ia
berpaling kepada suaminya dan minta keterangan dengan
suara sengit: "Coba katakan padaku, apakah Lim Beng Cin masih
hidup?" "Menurut khabar, ia sudah meninggal, Tetapi apakah benar
demikian, hanya Tuhan yang tahu." jawab suaminya.
Pendekar ini masih bisa bersikap tenang, meskipun
hatinya berduka. Giok Cu mendongkol menyaksikan Sin Houw ditegur
pulang-balik dengan kata-kata kasar. iapun mendengar Sunsie
menyinggung-nyinggung nama ayahnya pula, Nada
suaranya mengejek dan merendahkan. Keruan saja tak dapat
ia menahan diri, Terus saja membentak:
965 "Kau bilang, diatas manusia masih ada dewa, Kenapa kau
menghina orang?" "Kau siapa?" Sun-sie membalas membentak dengan
gusar. "Dialah anaknya Lim Beng Cin." Sie Liu Hwa memberi
keterangan. Mendengar keterangan Liu Hwa, sekonyong-konyong


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan Sun-sie bergerak. Diantara sinar lampu, nampaklah
sebuah benda berkeredep menyambar Giok Cu. Kaget Sin
Houw menyaksikan hal itu. Hendak ia mencegah, tetapi sudah
tidak sempat lagi. Pada saat itu Giok Cu me-mekik, pundak
kirinya kena terhajar pa ku Sin-liong teng, walaupun ia sudah
mengelak, Oleh rasa kaget, Sin Houw melompat dan
memegang pundak Giok Cu. Di lihatnya paku itu membenam
dalam di pundak kiri. Giok Cu kesakitan. Tak dapat lagi ia menahan diri . Hendak
ia membalas menyerang, Cepat-cepat Sin Houw
mencegahnya. Berkata membujuk: "Jangan bergerak. Biar aku menolong dahulu."
Dengan dua jarinya, Sin Houw menjepit ujung paku itu. ia
mencabut perlahan-lahan, setelah tercabut kira kira
tigaperempat bagian, ia mengerahkan tenaga dalamnya. Dan
paku itu dapat di-cabutnya, kemudian dilemparkan diatas
lantai. Sim Cu Hwa mendekati dengan membawa saputangan. ia
menyerahkan saputangan itu kepada Sin Houw. Dengan
saputangan itu Sin Houw menyusuti darahnya . setelah bersih
Cu Hwa menyerahkan saputangan lagi, dan Sin Houw
membalut luka itu. 966 "Dengarlah perkataanku," bisik Sin Houw sambil
membalut, "Jangan layani dia."
"Kenapa?" Giok Cu bertanya dengan hati penasaran.
"Kita berdua harus menghormati merekalah kakak
seperguruanku. Karena itu tak dapat aku melawannya."
Giok Cu menatap wajah Sin Houw melihat pemuda itu
bersungguh sungguh, terpaksalah ia memanggut dengan lesu,
Meskipun hatinya mendongkol dan penasaran bukan main,
tapi ia terpaksa menahan diri. Sun-sie menunggu sampai Sin Houw selesai membalut
luka Giok Cu. sebagai seorang yang termasuk golongan
pendekar besar, perlu ia membawa sikapnya demikian.
Kemudian berkata dengan mencibirkan bibir:
"Aku sendiri belum pernah bertemu dengan pendekar yang
menamakan dirinya Gin-coa Long-kun. Kabarnya ia seorang
sakti dan berkepandaian sangat tinggi, sampai
kemasyurannya menggetarkan jagad. Tetapi, ternyata
anaknya tak dapat mengelakkan sambaran pakuku saja,
Padahal, aku hanya mencoba-coba, Kalau begitu, apakah Gincoa
Long-kun hanya bernama kosong belaka?"
Giok Cu melemparkan pandang kepada Sin Houw, Kalau
menuruti kata hatinya, ingin ia membalas mendamprat. Tetapi
ia sudah berjanji kepada Sin Houw, tidak akan melayani Sunsie.
sebaliknya pada saat itu, Sin Houw tertegun seperti
kehilangan pegangan. Di dalam hati pemuda itu berpikir:
"Sucie benar-benar berada dalam kesalah-pahaman yang
hebat, Jika aku bantah, pastilah ia merasa kutentang, Rasa
marahnya akan menghebat jadinya. Biarlah aku berdiam diri
saja," Rupanya Sun-sie bisa menebak kesulitan Sin Houw, Lalu
967 berkata memutuskan: "Kau membungkam mulut. Apakah karena kau segan
berbicara dihadapan hadirin" Atau kau sengaja mengesankan
bahwa kau benar-benar anggauta Hoa-san pay sehingga demi
menjaga pamor rumah perguruan tak sudi bertengkar dengan
kami" Baiklah, tak jauh dari sini terdapat sebuah bangunan
rusak. itulah bangunan tangsi kaum penjajah yang telah
ditinggalkan Nah, aku harap kau besok hari datang menemui
aku menjelang matahari tenggelam, Kami ingin mencoba
kepandaianmu, apakah benar-benar kau adalah adik
seperguruan kami." Semua orang tahu, meskipun Sun sie seolah-olah sudah
setengah mengakui bahwa Sin Houw adalah adik
seperguruannya dan walaupun maksudnya hanya untuk
mencari keyakinan dengan jalan menguji kepandaian pemuda
itu, sebenarnya merupakan tantangan belaka. Tak
mengherankan, Sim Pek Eng yang merasa berhutang nyawa
terhadap Sin Houw jadi sibuk dan berkhawatir. Cepat-cepat ia
berdiri. Dan setelah memberi hormat de ngan merangkapkan
kedua tangan didepan dadanya, ia berkata dengan suara
rendah : "Kalian berdua adalah sepasang pendekar besar pada
zaman ini. Lie hiap termashur sebagai seorang sakti
bertangan kilat, maka bukan kepalang girang hati kami atas
kedatangan kalian berdua . Mengundang saja, sebenarnya
tiada keberanianku Maka .. ," "Hm." Sun-sie memotong dengan mengejek, ia menoleh
pada suaminya. Tapi suaminya nampak gelisah karena
merasa tak enak sendiri memperoleh penghormatan berlebihlebihan,
mengingat usia Sim Pek Eng sebaya dengan usianya
sendiri. Bahkan Sim Pek Eng lebih tua kedudukannya sebagai
pemimpin laskar pejuang yang menentang kaum penjajah.
"Thio siauwhiap datang kesini bukan bertujuan untuk
968 membuat malu murid kalian berdua." Sim Pek Eng mencoba
menjelaskan. "Dia datang karena mendengar aku dalam
kesulitan dan bermaksud mendamaikan suatu persengkataan,
Keti-ga murid kalian mengetahui sendiri dengan jelas. Karena
itu, perkenankanlah aku esok pagi menyelenggarakan suatu
pesta tersendiri untuk menyambut kedatangan kalian berdua.
Juga sebagai pernyataan syukur dan gembira atas
bertemunya kalian dengan adik seperguruan"
Tetapi Sun-sie tidak merasukkan perkataan Sim Pek Eng
didalam pendengarannya . Dia bahkan membuang mukanya -
tatkala Sim Pek Eng menyinggung istilah adik
seperguruannya, ia seperti diingatkan. Terus saja berkata
menegas kepada Sin Houw: "Bagaimana" Kau berani datang?"
"Dimanakah aku harus menemui suci dan suheng berdua"
Meskipun suci dan suheng hendak melukai aku, takkan berani
aku mengelak." sahut Sin Houw.
"Hm, siapa yang mengijinkan kau memanggil aku suci?"
dengus Sun-sie "Palsu atau tidaknya tentang dirimu, harus
kubuktikan dahulu. jangan panggil suci dahulu kepadaku, juga
aku melarang kau memanggil suheng terhadap suamiku .
Tunggu sampai aku mengujimu dan baru kita membicarakan
tengang panggi lan itu, Mari!"
Sun-sie menarik tangan Liu Hwa dan mendahului berjalan
meninggalkan pesta perjamuan. Baik Sin Houw maupun sim
Pek Eng tak berani mencegahnya. Mereka tertegun tatkala
mengikuti kepergian mereka dengan pandang matanya. Tibatiba
Sin Houw melihat sesuatu yang bergerak diantara hadirin.
Tentu saja ia lari melesat sambil berteriak:
"Hey, tunggu!" 969 Sejak tadi Sin Houw telah membagi pandang dan
perhatiannya kepada Tan Hok Cin dan Khu Cing San yang
nampak duduk diantara hadirin, Disampingnya duduk pula
seorang berkumis dan bercambang tebal dengan
perawakannya yang tinggi besar, Sin Houw belum kenal siapa
dia. Tapi melihat keakrabannya, pastilah ia termasuk sekutu
mereka berdua. Kesan orang itu gagah, pandangnya
berpengaruh Dikemudian hari ia memperkenalkan diri sebagai
seorang pendekar golongan Siauw-lim bukan pendeta. Orang
mengenalnya dengan nama Lo Han Bok.
Selagi Sim Pek Eng memperlihatkan dua helai surat
kesaksian, Tan Hok Cin berdua Khu Cing San mulai gelisah.
Mereka berdua saling membisik dengan wajah berubah.
Kemudian Sin Houw menyinggung tentang kawanan penjahat.
syukur suami-isteri Sun Ho Liang datang, sewaktu Sin Houw
mengarahkan pandangnya kepada mereka berdua. sekarang
yakin-lah mereka, bahwa anak muda itulah sebenarnya yang
mencuri surat perintah dan dua helai surat kesaksian kemarin
malam, segera mereka berbisik kepada Lo Han Bok agar
meninggalkan tempat itu saja. Tetapi Lo Han Bok tak mau
bergerak dari tempat duduknya. Katanya memberikan
jawaban: "Tunggu sampai saatnya." Mereka berdua menghela napas, namun mereka nampak
tunduk. Maka jelaslah , bahwa Lo Han Bok berpengaruh besar
terhadap mereka berdua. Dan tatkala menyaksikan betapa Sin
Houw menjadi jinak menghadapi suami-isteri Sun Ho Liang,
mereka berdua diam-diam ikut bersyukur dan girang. Mereka
memuji kebesaran Tuhan, justru pada saat itu, Lo Han Bok
berkata: 970 "Sekarang saatnya yang baik, Nan-ti, bila suami-isteri itu
meninggalkan tempat, kita bertiga mengikuti seakan-akan
pengiringnya, Kalian berdua menyusup diantara rombongan
Hoa-san pay. Kukira, Sin Houw takkan berani berbuat apaapa."
Tan Hok Cin dan Khu Cing San girang mendengar saran
itu, Maka begitu Su Bukit Pemakan Manusia 15 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bentrok Rimba Persilatan 13
^