Golok Halilintar 15

Golok Halilintar Karya Khu Lung Bagian 15


n-sie memutar tubuh hendak meninggalkan
tempat itu, cepat-cepat mereka berdua hendak mendekati
rombongan murid. Dan apabila rombongan murid mulai
bergerak hendak mengikuti Sun Ho Liang dan isterinya, cepatcepat
mereka mendahului . Akan tetapi pandang mata Sin Houw benar-benar tajam.
Gerak-gerik mereka tak luput dari pengamatannya meskipun
lagi menghadapi kesulitan. Sebaliknya Sun-sie salah paham, ia mengira Sin Houw
hendak mencegah kepergiannya atau merintangi, sebagai
seorang pendekar yang merasa berkedudukan tinggi, tak
senang ia diperlakukan demikian. semua ucapan dan
gerakannya merupakan undang-undang yang tiada batal oleh
alasan apapun, Maka bentaknya: "Benar-benar kau manusia busuk tak tahu diri! Kau berani
mengganggu aku!" Membentak demikian, ia memutar tubuhnya seraya
melayangkan tangannya. Arah sasarannya kepala, itulah salah
satu macam serangan yang biasanya tak pernah gagal. ia
melatihnya terus menerus selama tigapuluh tahun lebih
dengan suaminya. Pernah ia meruntuhkan tujuhbelas ekor
burung yang sedang terbang dengan serangannya itu, Bisa di
bayangkan betapa cepat dan bahayanya.
Hati Sin Houw tercekat. Cepat ia mengelak. Tangan Sunsie
lewat diatas pundaknya dan menyerempet selintasan,
Meskipun demikian, ia merasa pedas sekali. Insaflah ia,
971 bahwa kakak seperguruan itu benar-benar tinggi ilmu
kepandaiannya . sebaliknya, Sun-sie terperanjat heran. ia jadi
penasaran. cepat ia membalikkan tangan dan membabat
pinggang, Kali ini ia mengerahkan tenaganya .
Menghadapi serangan ini, Sin Houw merasa wajib
menahan diri, ia menjejakkan kakinya dan melompat mundur
melintasi meja dan kursi. Dengan demikian, dua kali berturutturut
Sun-sie gagal serangannya. Karena masih menggendong
anaknya, tak dapat ia bergerak dengan leluasa. Teringat pula
bahwa ia telah memutuskan untuk mengadu kepandaian esok
petang, terpaksa ia menelan rasa mendongkol dan penasaran.
Dan ia meneruskan berjalan dengan membimbing tangan Liu
Hwa. Tan Hok Cin dan Khu Cing San tak sudi kehilangan
kesempatan yang bagus itu, juga Lo Han Bok yang berada
dibelakangnya, Mereka lantas menerobos keluar rombongan
dan lari secepatnya. "Hey, mau lari kemana" Berhenti!" seru Sin Houw, Karena
terpaksa melompat mundur untuk menghindarkan serangan
Sun-sie, jaraknya kini kian menjauh dari mereka bertiga.
Namun Sin Houw tidak mau kehilangan mangsanya. Tak ubah
seekor burung, ia terbang melintasi kursi dan meja,
Tangannya berkelebat dan menyambar Lo Han Bok, yang
segera roboh kena cengkeraman. Dalam pada itu Tan Hok Cin dan Khu Cing San sudah
berhasil lolos dari pintu gerbang. waktu itu bulan sipit nampak
remang-remang. suasana malam gelap pekat, Benar-benar
Tuhan melindungi mereka berdua. Begitu melintasi tirai
malam, tubuh mereka tiada nampak lagi. Mereka seperti
hilang teraling iblis. Sin Houw tak berani mengejar. ia tahu, mereka berdua
termasuk jago yang mempunyai kepandaian tinggi. Kalau
972 tidak, masakan pantas menjadi sahabat Sim Pek Eng yang
dihormati dan disegani itu, Dalam malam gelap, mereka bisa
menyerang balik. "Biarlah untuk sementara mereka kabur. Aku telah berhasil
menangkap seorang kawannya. pastilah aku dapat
memperoleh keterangan dari mulutnya." pikir Sin Houw, ia
lantas memutar tubuhnya hendak balik kembali memasuki
gerbang, sekonyong-konyong ia mendengar suara seseorang
berseru padanya: "Hey, sahabat kecil! Baru sepuluh tahun aku tidak bertemu
denganmu. Dan kepandaianmu sudah maju begitu pesat!
selamat! selamat!" Goncang hati Sin Houw mendengar suara itu, itulah suara
yang pernah dikenalnya dan selalu meresap didalam hatinya,
segera ia menoleh dan melihat seorang tua mengempit Tan
Hok Cin dan Khu Cing San. orang itu berkumis dan berjenggot
sudah putih semua, siapa lagi kalau bukan Bok-siang tojin,
yang dahulu mewarisi ilmu ringan tubuh kepada Sin Houw.
"Suhu!" seru Sin Houw girang. Terus saja ia lari
menghampiri dan berlutut. Bok-siang tojin tertawa berkakakan. sahutnya:
"Eh, sejak kapan perutmu berubah" Dahulu kau tak sudi
menyebutku suhu. Akupun tak sudi kau sebut sebagai gurumu
. Kau berlutut pula padaku. Apa-apaan, Hey, coba lihat, siapa
dia yang berada dibelakangku!"
Sin Houw mengalihkan pandang. ia melihat seorang lakilaki
berusia kurang lebih empatpuluh delapan tahun.
Rambutnya sudah setengah beruban. wajahnya menceritakan
pengalaman yang matang. Dan melihat orang itu, Sin Houw
kian menjadi girang. 973 Dialah Thio Hian Cong yang dahulu melindungi mati
matian sampai nyaris mengorbankan jiwanya sendiri. cepat ia
lari menghampiri dan merangkulnya erat-erat.
"Susiok!" serunya penuh haru."Susiok cepat menjadi tua."
Thio Hian Cong tertawa senang. ia tidak menjadi
tersinggung dengan pertanyaan Sin Houw, Sahutnya:
"inilah penanggungan orang yang hidup dalam kancah
perjuangan. perhatian hidup terlalu terbagi-bagi."
Sin Houw memeluknya kian erat, Keadaannya jauh
berbeda dengan Bok-siang tojin, Meskipun usia orang tua itu
sudah lanjut, namun raut wajahnya nampak segar bugar.
"Tapi susiok tak kurang suatu apa, bukan?" tanya Sin
Houw. "Seperti kau lihat, hidungku tetap satu, Tiada yang kurang."
sahut Thio Hian Cong. Mereka berdua lalu berjalan bergandengan tangan. Hati
mereka berdua terharu tergoncang pertemuan itu, Kalau saja
tidak mendengar suara The Sie Ban, mereka tidak akan
tersadar. "Hey!" seru jago itu, "Tan Hok Cin dan Khu Cing San
adalah tamu undanganku, Kenapa kau perlakukan demikian?"
Sin Houw seolah-olah tidak menggubris seruan The Sie
Ban. ia menghadap kepada Sim Pek Eng. Kemudian pada
hadirin, Memperkenalkan mereka berdua yang baru datang.
"lnilah Bok-siang tojin, salah seorang guruku. Dan ini
adalah Thio Hian Cong, salah seorang pembantu panglima Lie
Hui Houw, Dia seorang ahli ilmu silat tangan kosong, dan
dialah guruku yang pertama." 974 Semua hadirin menjadi terkejut mendengar nama Bhoksiang
tojin, Nama itu tidak asing bagi mereka, namun jago tua
itu tak berketentuan tempat-tinggalnya. ia bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya tak ubah iblis. Namun ilmu
kepandaiannya sangat tinggi, termasuk golongan angkatan tua
yang sejajar dengan guru mereka semua. Karena itu, serentak
mereka memberi hormat. "Sudahlah! jangan menghormati aku seperti malaikat!" kata
Bhok-siang to-jin, "Aku adalah manusia yang sebenarnya tidak
berguna. Kerjaku hanya makan nasi atau menabuh khim.
Sama sekali tiada perhatian terhadap masalah penghidupan
yang hanya meruwetkan hati melulu. Tapi pada suatu hari aku
mendengar beberapa orang saling membisik hendak menjual
jasa terhadap kaum penjajah, Nah, inilah lain! orang boleh
jahat, boleh jadi maling, Tapi kalau sampai mau menjual
bangsa dan negara kepada orang asing adalah keterlaluan.
Maka tak dapat lagi aku tinggal berpeluk tangan. segera aku
menyusul kemari, kudengar malam ini, para pejuang
kesejahteraan bangsa dan negara sedang berkumpul, Nah,
hendak kulaporkan para penghianat itu kemari..."
"Siapakah yang berhianat?" The Sie Ban tersinggung.
sebab dia merasa sibuk melahirkan suatu persekutuan balas
dendam akhir-akhir ini. "Apakah mereka bertiga" Mereka
adalah jago-jago kenamaan sejak belasan tahun yang lalu.,."
"Benar. Diantaranya, mereka bertiga inilah." jawab Bhoksiang
tojin. ***** KAGET DAN HERAN, The Sie Ban mendengar jawaban
Bhok-siang tojin, Membela: "Tidak mungkin! Mereka bertiga adalah sahabatku sejak
belasan tahun yang lalu, Akh, janganlah memfitnah demikian.
975 Fitnah lebih jahat dari pada pembunuhan!"
Bhok-siang tojin tersenyum lebar, sambil membanting Tan
Hok Cin dan Khu Cing San diatas lantai, ia menjawab:
"Aku adalah orang baik, Belum pernah aku memfitnah
orang, mendendam atau mencampuri masalah penghidupan.
secara kebetulan sekali, tatkala aku hendak mencuri ayam di
kota, kudengar mereka saling membisik. Mereka berada
ditangsi tentara penjajah, Dan merencanakan hendak
menghancurkan laskar perjuangan Thio Su Seng, Maka kuikuti
mereka dan kuperhatikan sepak terjangnya, Kenapa aku
memfitnah?" THE SIE BAN adalah seorang pendekar yang kenamaan.
ia jadi tersinggung - tanyanya dengan suara tegas:
"Apakah lo-cianpwee mempunyai bukti?"
Bhok-siang tojin tertawa. jawabnya.
"Bukti" Apakah aku perlu mempunyai bukti untukmu"
ucapan Bhok-siang tojin sudah menjadi jaminan. Apa yang
kukatakan, itulah undang-undang yang berlaku.
"Tentu saja, siapapun tak dapat menerima alasan itu." The
Sie Ban jadi panas hati. Berkata tak senang:
"Apakah alasannya untuk bisa mempercayai setiap patah
perkataan lo-cian pwee?" Sekarang Bhok-siang tojin yang merasa tersinggung. ia
membentak: "Gurumu sendiri tak berani mengucap demikian
terhadapku, Kenapa kau berani begitu?"
Sementara itu sin Houw cepat cepat bertindak. ia kenal
976 perangai dan tabiat gurunya, Kalau sampai kalap, akan jadi
kacau-balau, segera ia memperlihatkan dua helai surat, dan
berkata kepada The Sie Ban: "The tayhiap, tolong kau baca sendiri surat ini, agar hadirin
dapat mendengar dan mengadili."
Dua kali sudah The Sie Ban dikacaukan oleh lembaran
surat, Yang pertama surat kesaksian, dan yang kedua adalah
surat ini, yang kini berada di tangannya. Dengan hati berdebar,
ia membaca. Dan baru membaca beberapa baris kalimat, ia
kaget sampai berjingkrak. itulah surat perintah dari pejabat
pemerintah penjajah terhadap Tan Hok Cin dan Khu Cing San.
surat perintah untuk mengadu domba para pendekar dan
laskar pejuang bangsa agar saling bunuh-membunuh.
Dan mereka berdua di bantu oleh seorang kepercayaan
pejabat pemerintah penjajah yang bernama Ku Cie Tat. Surat
perintah itu diperkuat oleh dua tanda tangan dan dua cap
jabatan. Setelah The Sie Ban selesai membaca surat itu, para
hadirin gempar. Pian-cong tojin lompat mendekati Lo Han Bok,
membentak. "Benarkah kau anak murid Siauw lim pay?"
"Benar! Akulah bawahan Ku Cie Tat!" sahut Lo Han Bok
yang merasa terpojok dan menjadi nekad.
"Kalau begitu, kau pengacau jahanam, Ku Cie Tat sudah
lama meninggalkan rumah perguruan. Dia seorang penghianat
terkutuk. Kau menyebut namanya. Bagus!" bentak Pian-cong
tojin sengit. Tangannya melayang dan Lo Han Bok terhajar
pulang pergi sampai kedua pipinya babak belur.
"Kau menghajar orang yang tidak berdaya. Apakah tidak
malu?" teriak Lo Han Bok. "Aku memang pengikut Ku Cie Tat.
977 Dia memang seorang pendekar yang mengerti kehendak
jaman. Kaum pe-ngacau harus dibasmi, karena itu Ku Cie Tat
bergabung dengan tentara Monggolia, Bukan sebagai
penghianat, tetapi justru hendak mengamankan negara dari
kekacauan ..." Belum lagi selesai Lo Han Bok mengucapkan
perkataannya, tinju Pian Cong tojin sudah mendarat
didadanya . Dan kena pukulan itu, Lo Han Bok roboh tak
sadarkan diri. Menyaksikan hal itu,semua hadirin puas. Tetapi
Tan Hok Cin dan Khu Cing San terbang semangatnya. Mereka
sadar akan bahaya yang mengancam dirinya. Mereka jadi
berputus asa. Pian-cong tojin masih hendak memukul lagi untuk
membinasakan Lo Han Bok, akan tetapi Sin Houw mencegah:
"Biarlah dia memberi keterangan yang lebih jelas lagi
tentang mata rantai penghianatannya. Kukira akan sangat
berguna bagi kelanjutan perjuangan kita."
Thio Sin houw sesungguhnya mempunyai alasan sendiri.
Mendengar Lo Han Bok menyebut seorang bernama Ku Cie
Tat teringatlah dia kepada pengalamannya, sepuluh tahun
yang lalu tatkala dia datang ke rumah perguruan Siauw-lim Sie
bersama Tie-kong Tianglo. Dialah dahulu seorang anak yang memiliki-otak sangat
cerdas, sampai Tie-kong Tianglo ikut mengaguminya, Kalau
sekarang dia dinyatakan sebagai seoranq penghianat, pastilah
tidak bekerja seorang diri. ia percaya, bahwa mata rantai
penghianatan itu pasti tersebar sangat luas.
Saran sin Houw disetujui hadirin. Murid-muridnya Sim Pek Enq lalu menggusur Lo Han Bok
ke dalam kamar tahanan, Dan karena sudah larut malam
pesta perjamuan ditutup. Dan pada saat itu The Sie Ban
978 mendekati Sim Pek Eng, ia menyesal bukan main atas
kebodohannya. Kalau saja Thio Sin Houw tidak mencampuri peristiwa
persengketaan itu, pastilah perbuatannya akan menimbulkan
bencana besar bagi perjuangan bangsa. Alangkah besar
dosanya. Dosa yang tak terampuni lagi. Karena itu, ia minta
maaf kepada Sim Pek Eng dan menyatakan terima kasih


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada Sin Houw, Katanya lagi: "Thio hiantee! Rasa terima kasihku tak terhingga. Mataku
benar-benar lamur sampai tidak mengerti diriku menjadi kuda
tolol. inilah akibatnya kalau bertindak terburu napsu. Yang
hanya menuruti gejolak napsu pribadi.
Andaikata hiantee tidak membukakan kedua mataku, dosa
yang bakal kuderita tiada lagi memperoleh keampunan."
"Akh, siapapun akan berbuat demikian dan sesaat karena
tidak menyadari. Tayhiap berani mengakui kesalahan itulah
suatu bukti, bahwa tayhiap sesungguhnya seorang ksatria.
Kalau aku mengetahui siapakah Tan Hok Cin dan Khu Cing
San, itulah suatu kebetulan belaka." Sin Houw membesarkan
hati, Kemudian ia menceritakan betapa surat perintah itu
diperolehnya. Lega hati The Sie Ban mendengar perkataan Sin Houw.
segera ia mengajak rombongannya pulang. sementara
tetamu-tetamu lainnya bubaran pula, Sim Pek Eng
memasukkan Tan Hok Cin dan Khu Cing San ke dalam kamar
tahanan, ia berjanji kepada Sin Houw hendak mencari
keterangan sebanyak-banyaknya dari mulut mereka berdua.
Sekarang sunyi lah suasana serambi rumah Sim Pek Eng,
Tuan rumah itu mengajak Thio Hian Cong beristirahat di kamar
sebelah, sedang Giok Cu tetap mendampingi Sin Houw yang
duduk berbicara dengan Bhok-siang tojin.
979 "Kau bawa saja dia kekamarmu " ujar Bhok-siang tojin
kepada Cu Hwa. Sudah tentu wajah Cu Hwa berubah hebat, karena ia
disuruh membawa seorang pemuda kedalam kamarnya,
Karena tidak berani membantah perintah Bhok-siang tojin, ia
hanya berpura-pura tidak mendengar.
Bhok-siang tojin tertawa. ia dapat membaca keadaan hati
gadis itu dan berkata: "Kouwnio! Diapun seperti kau. Apa kah kau tidak
mengetahui?" Giok Cu terbelalak. Masih ia tak percaya. Menoleh kepada
Sin Houw dan minta penjelasan: "Apakah dia..." "Ya." Sin Houw mengangguk dengan tertawa, Lalu berkata
kepada Giok Cu: "Perananmu sudah cukup, pakaianmu bukankah
menyiksamu?" Luka dipundak mengganggu ketegaran Giok Cu, ia
nampak letih dan kesakitan, sahutnya malas:
"Pakaianku dirumah penginapan. Kalau aku merasa
terbelenggu, tinggal membuka penutup kepala ini, Kenapa
susah payah?" Sin Houw kenal tabiatnya, Gadis itu tidak boleh dipaksa.
Maka ia mengalihkan pembicaraan kepada Bhok-siang tojin:
"Bagaimana suhu bisa segera tahu, bahwa dia seorang
wanita?" 980 "Namanyapun kukenal juga. Bukankah dia Lim Giok Cu?"
sahut Bhok-siang tojin. "Hey! Dari siapa suhu mengetahui namanya?" Sin Houw
heran. "Dari mulutmu." jawab Bhok-siang tojin.
Sin Houw saling pandang dengan Giok Cu. Tatkala hendak
minta keterangan , Bhok-siang tojin berkata:
"Sebenarnya sudah lima hari ini aku dan susiokmu
mengikutimu dengan diam-diam. Kalau aku lantas mengetahui
temanmu berjalan itu, sudahlah pantas. Aku senang, karena
ternyata kau seorang ksatria benar. sama sekali tidak
mengganggunya. Lagi pula ilmu kepandaianmu maju sangat
jauh, Meskipun belum tentu dapat menjajari gurumu, akan
tetapi aku sudah bukan tandingmu lagi."
"Suhu terlalu memuji." kata Sin Houw dengan muka merah.
"Umpama benar, itu adalah berkat ajaran suhu dulu."
"Aku membicarakan keadaanmu sekarang, Bukan dulu!"
Bhok-siang tojin membantah. Sementara itu Cu Hwa sibuk mengambilkan arak untuk
menyuguhi Bhok-siang tojin, sehingga jago tua itu menjadi
girang bukan kepalang. Terus saja ia meneguk araknya, lalu
bicara terus seakan-akan tak dapat lagi menguasai mulutnya.
Akhirnya katanya: "Kalau kau ingin mengetahui persekutuan penghianatan
pergilah sekarang juga, Aku sendiri sudah mempunyai kawan
berbicara ... cawan-cawan arakku "Sucouw ..." tiba-tiba Giok Cu ikut bicara.
981 "Sucouw?" Bhok-siang tojin membelalakkan matanya. "Kau
adalah sahabat muridku, karena itu panggillah aku susiok.
Lagipula aku tidak sudi dipanggil sebagai kakek."
Giok Cu tertawa, Lucu, guru Sin Houw yang satu ini. Lalu
memperbaiki diri. Katanya: "Baiklah, Mulai saat ini aku akan menyebut susiok. Tadi
susiok berkata bahwa susiok sudah mengikuti kami berdua
selama lima hari yang lalu, Kalau begitu pasti tahu pula sepak
terjang-nya kakak seperguruan Sin-ko. Bagaimana pendapat
susiok?" "Mereka memang keterlaluan. Maksudku siperempuan itu!"
sahut Bhok-siang tojin sambil menyentil cawan araknya.
"Biarlah besok aku membantumu."
"Tapi sebenarnya tak ingin aku berlawanan dengan
mereka." ujar Sin Houw, "Apakah suhu sudi mendamaikan?"
"Apa yang kau takutkan?" suara Bhok-siang tojin meninggi.
"Hajar saja perempuan galak itu! seumpama gurumu
menegurmu, katakan saja bahwa akulah yang
memerintahmu." Sin Houw kenal adat Bhok siang tojin yang angin-anginan
itu, Tak dapat jago tua itu diajak berbicara berkepanjangan.
Tapi mendengar dia sanggup membantu, hatinya terhibur. Dan
karena melihat Bhok-siang tojin terbenam dalam minuman
keras, Sin Houw mengajak Giok Cu kembali ke tempat
penginapan. ***** WAKTU ITU kira-kira pukul tiga menjelang pagi hari, selagi
Sin Houw dan Giok Cu berjalan keluar rumah Sim Pek Eng.
Mereka berjalan bergandengan, karena malam hari sangat
pekat, Dunia agaknya terancam hujan lebat.
982 "Bagaimana" Apakah kita kembali ke rumah penginapan?"
Giok Cu menanya. "Hari sudah larut malam. penjaga penginapan mungkin
sedang tidur lelap, Bagaimana kalau kita melihat-lihat rumah
peninggalan The sie Ban?" Sin Houw usul.
"Bagus" Tapi kurasa tidak perlu tergesa-gesa, Bukankah
dia berjanji dengan segera hendak meninggalkan rumah
kediamannya itu" Lebih baik kita berjalan mengadakan
penyelidikan. Bukankah gurumu tadi mengatakan, bahwa bila
ingin menyaksikan persekutuan penghianatan sebaiknya kita
cepat-cepat berangkat?" Sin Houw seperti diingatkan. Terus saja ia membawa Giok
Cu berjalan cepat. Tetapi dimana dia harus pergi" Tiba-tiba
teringatlah dia kepada tempat pertemuannya dengan kedua
kakak seperguruannya besok petang. "Mari kita meninjau bangunan bekas tangsi penjajah itu,
ingin kutahu apa sebab Sucie memilih tempat itu." ajak Sin
Houw. Giok Cu manggut, sambil menahan rasa nyerinya, ia
mencoba mengikuti Sin Houw yang berjalan cepat.
Sebenarnya, rasa kantuk dan lukanya mengganggu ketegaran
tubuhnya. Tapi entah apa sebabnya, rasa gairah hidupnya
selalu bersedia berada didamping Sin Houw. Rasa enggan
sekali, bila berpisah daripadanya. walaupun demikian, luka
tetap luka. Lambat laun pundak dan lengannya terasa menjadi kaku
juga, Tak dapat lagi ia menggerakkan tangannya dengan
1leluasa. Diam-diam ia mengeluh. Tatkala hendak
menyatakan rasa gangguan itu, terdengar Sin Houw berkata:
983 "Giok-moay, sifat sucie menyerupai Sie Liu Hwa. Keduaduanya
senang bersenjata pedang, Apakah mereka berdua
memang guru dan murid" Menilik Sie Liu Hwa memperoleh
pedang dari sucie, mungkin dia muridnya. Bukankah Kiang
Yan Bu menyebut sucie sebagai gurunya pula, meskipun dia
adalah muridnya Jie suheng ..."
Giok Cu tertawa melalui hidungnya, menjawab:
"Kau selalu memikirkan mereka dan sama sekali tidak
memikirkan diriku." Ditegur demikian, barulah Sin Houw
teringat akan luka yang dideritanya, pikirnya: "Aku mempunyai
himpunan tenaga sakti pelindung jasmani. sebaliknya dia
tidak. Akh, benar-benar aku tak memperhatikan lukanya ..."
Memperoleh pikiran demikian, dengan suara minta maaf
dia menyahut: "Lukamu tidak begitu membahayakan Giok-moay. Tapi
memang lebih baik beristirahat dari pada tidak. Coba
kuperiksanya . .." Sin Houw hendak meraih lengannya, Mendadak ia melihat
berkelebatnya tiga bayangan melintasi ketinggian. Cepat Sin
Houw membawa Giok Cu bersembunyi di balik batu, Kurang
lebih berjarak seratus meter, pandang mata Sin Houw
mengenali bayangan yang berada di depan.
"Hey!" bisiknya terkejut "Itulah Kiang Yan Bu! Dia tadi
berangkat bersama rombongannya Sam suheng, kenapa dia
berada disini?" "Hentikan mereka!" sahut Giok Cu.
"Untuk apa?" "Gurumu tadi mengatakan, bahwa ada persekutuan
penghianatan. Kalau ingin mengetahui, kita harus segera
984 berangkat . Dia murid kakakmu yang kedua, tetapi mengapa
dia juga menjadi muridnya kakakmu yang ketiga" Hal ini
mencurigakan." Dalam hati Sin Houw membenarkan perkataan Giok Cu.
Terus saja ia melemparkan pandangnya kepada tiga sosok
bayangan yang masih berlari-lari, sekarang ia melihat suatu
keanehan karena Kiang Yan Bu seperti dikejar oleh dua orang.
siapakah mereka" "Cepat hentikan!" Giok Cu mendesak.
Sin Houw percaya kawan seperjalanannya itu sangat
cerdas. Pasti ia mempunyai alasan apa sebab memerintahkan
menahan Kiang Yan Bu. Maka cepat-cepat ia memungut
sebutir batu, kemudian di timpukkan, Tepat timpukannya.
Kiang Yan Bu roboh terjungkal, dan dua orang pengejarnya
segera menangkapnya, "Kiang Yan Bu, kau bodoh!" bentak laki-laki yang bertubuh
sedang. "Hemm!" Kiang Yan Bu menggerendeng, "Ku Cie Tat, kau
boleh membunuh aku, tetapi jangan mencoba menghina!"
"Siapa yang menghina?" Ku Cie Tat tertawa, "Sejak dahulu
aku sudah berusaha membantumu. Tidak hanya untuk
merebut kedudukan mulia, tapipun calon isteri yang cantik."
Hati Sin Houw tergetar, itulah lagu suara yang paling
berkesan didalam hatinya, Suara seorang yang sudah tidak
asing lagi baginya, yang dahulu pernah menipu kakek
gurunya, Tie-kong Tianglo. Dialah murid Siauw-lim, yang dahulu hanya berupa
seorang kacung kecil. Dan dalam detik itu juga, SinHouw
teringat kepada pengalamannya yang pahit. Hampir saja ia
mati kena tangan jahat seorang pendeta yang bernama Cie
985 kong Taysu! "Agaknya Kiang Yan Bu menghadapi kesukaran," pikirnya
didalam hati. Dan ia bermaksud hendak menolongnya.
Oleh pikiran itu, tangannya meraba dan mengambil
segumpal tanah, Tiba-tiba Giok Cu menyentuh tangannya,
Berbisik: "Sabar, Dia menyebut tentang kedudukan dan isteri yang
cantik, Apakah kau tidak tertarik?"
Sementara itu Kiang Yan Bu seperti mati kutu dihadapan
Ku Cie Tat. ia nampak gelisah, Namun keberanian serta sifat
bandelnya, tiada sama sekali sehingga Sin Houw heran benar.
Apakah dia takut menghadapi dua orang lawan"
"Aku salah seorang murid Hoa-san pay, tak boleh aku
bergaul dengan orang jahat..." terdengar Kiang Yan Bu
memberikan jawaban. Ku Cie Tat tertawa, dan memotong perkataan Kiang Yan
Bu: "Mengenai kau murid kaum Hoa-san pay, aku sudah
mengetahui sejak dahulu, kenapa" Apakah kau tidak tertarik
lagi" Baiklah, kalau begitu calon isteri mu kuambil sendiri. Kau
tak perlu lagi berhubungan denganku. Bukankah aku ini orang
jahat?" Kiang Yan Bu hendak membuka mulut lagi, tiba-tiba orang
yang berada disamping Ku Cie Tat menyambung:
"Kau belum memberi laporan kepada kami, lalu berusaha
kabur ditengah malam. Apakah kau menghendaki kami
membongkar rahasiamu dihadapan kakek gurumu" Kuingin
lihat, apakah kau masih berani mengaku sebagai murid HoaKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/ *** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )***
986 san pay." Terkejut hati Sin Houw mendengar orang itu menyinggungnyinggung
gurunya, Bok Jin Ceng, Apa maksudnya dengan
kata-kata membongkar rahasia" ia melihat Kiang Yan Bu
gelisah bukan main setelah mendengar ancaman itu. pastilah
rahasia yang sangat menententukan, pikir Sin Houw.
"Aku bukan kabur, tapi aku tak mau berbicara disini." kata
Kiang Yan Bu dengan suara bergetar.
"Selamanya aku baik terhadapmu, tapi kau selalu
menyusahkan aku. ingat pula kedudukanku, aku berjanggung
jawab langsung kepada pemerintah," sahut Ku Cie Tat,
Kemudian berkata kepada temannya: "Gochinta, kau jelaskan
kepadanya, apa sebab kita mencarinya."
Kini tahulah Sin Houw siapa orang itu, Menilik namanya,
dia orang Mongolia, Kata Gochinta kepada Kiang Yan Bu:
"Siauw ongya sudah berkenan menerimamu, Beliau telah
percaya pula kepadamu, sehingga kau diberinya tugas
penting, Kau ditugaskan untuk meracuni orang-orang gagah


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sedang berkumpul disini, kenapa tak kau lakukan?"
"Tak dapat aku berbuat begitu... selain tidak berdaya,
guruku tiba-tiba datang pula." jawab Kiang Yan Bu.
"Gurumu! selalu kau menyebut gurumu untuk
menyusahkan kami berdua, pada hal guru yang mana lagi?"
Ku Cie Tat menggerutu. "Apakah kau hendak membangkang
perintah Siauw ongya" Kau tahu sendiri, apa hukumannya
terhadap seorang kepercayaannya yang menghianati"
"Bunuhlah aku!" tantang Kiang Yan Bu cepat, "Memang
aku tak pantas lagi hidup didunia, Aku seorang yang berdosa
besar. setiap kali memejamkan mata-ku, bayangan guruku
selalu berada didepanku ..." 987 "Berkali-kali kau menyebut guru, Guru yang mana?" potong
Ku Cie Tat. "Guruku yang pertama. Pui Tong Kim." sahut Kiang Yan Bu
dengan suara menggeletar, "Karena itu, aku akan sangat
berterima kasih bila kau mau membunuhku."
"Baik!" bentak Gochinta. Orang itu mencabut pedang
panjangnya dan menga-yunkan tangannya.
"Tahan!" cegah Ku Cie Tat, "Gochinta, bila dia tetap
membangkang tak perlu kita sendiri yang membunuhnya
biarlah dia mempertanggung jawabkan kesalahannya sendiri.
Nah, kita bebaskan saja dia!" "Membebaskan" Lantas, bagaimana kita bertanggung
jawab terhadap atasan ...?" seru Gochinta tak mengerti.
"Dia membunuh gurunya sendiri, Pui Tong Kim, Dia
berdosa terhadap diri sendiri dan rumah perguruannya.
pastilah dia akan dibunuh oleh kaumnya sendiri. Apa perlu kita
bersusah payah?" Perkataan Ku Cie Tat itu tak ubah halilintar menyambar
hati Sin Houw tatkala mengadu kepandaian dengan Kiang Yan
Bu, ia melihat kebandalan dan kekurang ajaran keponakan
murid itu. walaupun Nie Sun Kiong sudah memperingatkan,
namun tetap ngotot. Rupanya dia bermaksud membunuhnya benar-benar
dengan mengerahkan seluruh kepandaiannya - hal itu masih
dapat dimengerti, karena terdorong oleh rasa penasaran Akan
tetapi bila dia sampai hati pula membunuh gurunya sendiri"
Ha! Mimpipun rasanya takkan pernah terjadi!"
"Kenapa dia sampai membunuh gurunya?" pikir Sin Houw
pada detik itu. Dan kenapa pula Jie suhengnya bisa diKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/ *** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )***
988 bunuhnya" walaupun Kiang Yan Bu memiliki ilmu pedang
ajaran Sun Ho Liang suami-isteri, rasanya belum cukup
sebagai bekal membunuhnya! Mendadak terlintaslah bayangan cerita ibunya Giok Cu,
tentang teraniayanya Gin-coa Long-kun. Apakah Jie
suhengnya juga kena racun sebelum terbunuh "
"Ku Cie Tat!" kata Kiang Yan Bu, dengan suara gemetar.
"Kau sudah bersumpah tidak akan membocorkan rahasia ini,
kenapa kau membuka mulut?" Ku Cie Tat tertawa. sahutnya: "Kau hanya ingat sumpahku saja, tetapi lupa kepada
sumpah sendiri. Kau bersumpah padaku, bahwa mulai waktu
itu kau akan patuh kepadaku. Sekarang, katakan terus terang,
kau atau aku yang melanggar sumpah" Kalau kini aku
membuka rahasia, adalah didepan orang kita sendiri. Gochinta
akan menutup mulut, selama kau tidak membangkang
perintahku" "Baik, Tapi betapapun juga aku tak akan mau mengulangi
sejarah dengan meracuni orang-orang gagah sebelum
membunuhnya. Bukannya takut kepada mereka, tetapi karena
aku jelek-jelek orang ksatrya juga, Apalagi kau menghendaki
aku membunuh semua orang-orang gagah, termasuk kakek
guru dan guruku. Tak dapat aku berbuat demikian." sahut
Kiang Yan Bu. Mendengar perkataan Kiang Yan Bu, benarlah dugaan Sin
Houw, Kakak seperguruannya mati terbunuh oleh racun dan
dibunuh setelah punah tenaganya. Pada saat itu, ia
mendengar Ku Cie Tat tertawa lagi, Kata orang itu:
"Kiang toako, siapakah yang tidak mengetahui bahwa kau
seorang ksatrya, bukannya aku memerintahkan kau
989 membunuh mereka dengan racuh jahat. Aku hanya
menghendaki supaya mereka lumpuh kemudian kita tangkap.
Sekarang, marilah kita rundingkan ditempat kediaman Ong-ya.
Disana, kawan-kawan telah berkumpul."
"Kenapa kesana?" tanya Kiang Yan Bu heran.
"Kau hendak bertemu dengan Cie Lan gadismu itu, atau
tidak?" sahut Ku Cie Tat menyertai tawa lagi.
"Baik, mari kita pergi ..." kata Kiang Yan Bu. "Sebenarnya,
bagaimana Cie Lan sampai bisa berada dalam tanganmu ?"
"ltulah berkat pertolongan Gochin-ta." jawab Ku Cie Tat. ia
berpaling kepada Gochinta dan mengejapkan matanya. "Ha,
baru kali ini aku memberitahukan kepadamu. Dia seorang
perwira yang besar kekuasaannya, Meskipun begitu, dia
bersedia mengalah terhadapku. selagi dia makan minum
disebuah kedai arak, ia melihat tiga orang yang menarik
perhatiannya. setelah diselidiki, ternyata mereka merupakan
orang-orang yang ada harganya untuk diambil. Gochinta
membiarkan yang tua tak terusik, Tetapi yang dua orang ... haha-
ha! Tetapi kau tak usah cemas. Legakan hatimu karena
calon isterimu yang cantik, kami perlakukan sebagai tamu
terhormat." Sin Houw mengeluh. Tiga orang yang disebutkan itu, siapa
lagi kalau bukan Lauw Tong Seng, Cie Lan dan Ciu San Bin"
Teringat akan perbekalan laskar perjuangan, ia jadi sibuk.
pikirnya : "Dengan susah-payah, Toa suheng merebut uang
perbekelan kembali dari pihak Cio-liang pay, sekarang Ciu
San Bin tertawan. Jangan-jangan perbekalan itu ada padanya.
Jika sampai kena dirampas oleh pihak penjajah, kesulitannya
untuk merampas kembali sepuluh kali lipat jadinya . . ."
Memperoleh pikiran demikian, segera ia menajamkan
990 telinganya. ia yakin kakak seperguruannya itu tidak bakal
tinggal diam, Apalagi bila perbekalan itu sampai dirampas. Dia
pasti bersedia mengorbankan jiwanya. Tetapi - baik Cie Tat
maupun Gochinta, tidak menyinggung lagi soal penangkapan
itu. Keruan saja ia jadi bingung. "Kiang toako!" kata Cie Tat sambil menyarungkan
pedangnya, "Bila kau sudah berhasil melumpuhkah orangorang
gagah itu, kau akan menambah kekuatan kita, Apalagi
kalau pihak Hoa-san pay sudah dapat kukuasai. Hem, kita
tinggal menggertak saja kepada pihak penjajah, untuk minta
sebidang tanah sebagai imbalan kita!"
Ku Cie Tat menyudahi perkataannya dengan mengajak
Kiang Yan Bu dan Go-chinta untuk meninggalkan tempat itu.
Kini Sin Houw mengetahui apa sebab keponakan muridnya
itu bersedia jadi pembantu ku Cie Tat. Kecuali tergila-gila
terhadap Cie Lan, dia merasa berdosa karena telah
membunuh gurunya sendiri. Benar-benar manusia pengecut
dan berbahaya! Sin Houw belum pernah bertemu dengan Jie
suhengnya, akan tetapi ia merasa diri wajib menuntut ba-las,
Dan tiba-tiba saja ia bergerak hendak mengejar silaknat itu.
Giok Cu agaknya sudah dapat menebak hatinya. Cepat
menyanggah: "Jangan! Kau tak akan dapat berbuat seorang diri. Kalau
kau dapat mengetahui penghianatannya, hanyalah karena
kebetulan saja. Dapatkah kau memaksa gurumu dan semua
saudara seperguruanmu mempercayai laporanmu"
Kedudukanmu pada saat ini tidak menguntungkan, Kedua
kakak seperguruanmu curiga padamu. Bila mereka
mendengar matinya susiok Pui Tong Kim lewat mulutmu justru
kaulah yang mula-mula akan ditangkapnya.
Sebab, siapapun tak akan percaya, Pui susiok mati
ditangan muridnya . Akupun tidak, seumpama aku salah
991 seorang murid gurumu. Apa arti kepandaian Kiang Yan Bu,
bila dibandingkan dengan gurunya" Apalagi jika kau
membunuh Kiang Yan Bu pula. Karena itu, paling tidak, kita
harus mencari saksi dan saksi itu kecuali kedua kakak
seperguruanku yang mencurigaimu, setidaknya seorang
pendekar tua seperti Bhok-siang Tojin."
Sin Houw tersadar dari tidur lelap, Tak dapat ia
membantah pendapat Giok Cu. Bahkan diam-diam ia heran
apa sebab kali ini Giok Cu bisa berbicara begitu panjang dan
matang. Perlahan-lahan ia memperhatikan wajahnya,
kemudian berkata terharu: "Benar, Hatiku kusut sehingga pikiranku tidak bekerja,
Coba katakan padaku , apakah yang harus kulakukan?"
Giok Cu tersenyum, sahutnya: "Mereka akan berunding di tempat kaum penjajah. Kalau
kau ingin mengetahui corak persekutuan itu lebih luas lagi,
barangkatlah sekarang. Aku sendiri akan mencoba mencari
saksi." "Siapa?" "Bhok-siang Tojin dan Sim susiok. Tapi awas! Kalau kau
ingin melihat Cie Lan, jangan tinggalkan aku!" sahut gadis
manja itu. Sin Houw terbawa geli, selagi ia hendak membuka mulut,
Giok Cu berkata lagi: "Kau cukup meninggalkan tanda-tanda tertentu
disepanjang jalan. Dan aku akan segera menyusulmu."
Giok Cu tidak menunggu persetujuan Sin Houw. setelah
berkata demikian, ia pergi. Sin Houw tertegun. Aneh,
perasaannya. Dahulu, ia dapat pergi atau berpisah tanpa
992 kesan, Sekarang, begitu gadis itu meninggalkannya, ia merasa
seperti kehilangan. Dengan pandang kosong ia mengikuti
kepergian Giok Cu sampai bayangannya hilang di gelap
malam . Sin Houw kemudian memilih arah yang diambil oleh Ku Cie
Tat bertiga. Baru saja ia sampai di perbatasan kota, tiba-tiba
muncullah seseorang dari gerombolan rumput, Orang itu
muncul sambil menarik goloknya. Cepat Sin Houw melompat,
Bagaikan anak panah, tubuhnya berkelebat melewatinya,
Orang itu heran, apakah ia salah melihat" Bukankah tadi
dilihatnya sesosok tubuh berkelebat mendatanginya. Kenapa
tiba-tiba lenyap" Hampir satu jam Sin Houw berlari kesana-kemari, tetapi
masih belum memperoleh petunjuk. Tiba-tiba ia melihat
sebuah bangunan yang menarik perhatiannya. Bangunan itu
nampak berdiri sangat tinggi dan dilindungi pagar tembok yang
sangat kuat, Dan melihat bangunan itu, Sin Houw berpikir:
"Apakah ini yang digunakan sebagai tempatnya Siau
ongya?" Samar-samar ia melihat sinar api, Dan melihat sinar api itu,
ia menjadi yakin bahwa bangunan itu yang dikatakan Cie Tat
sebagai tempat pertemuan. Selagi ia berpikir, tiba-tiba melesatlah sesosok bayangan
keluar dari sebuah jendela. Gerakan orang itu cepat luar
biasa. Dan dalam sekejab mata saja lenyap dikegelapan
malam, sekiranya bukan Sin Houw yang bermata tajam,
berkelebatnya bayangan itu tak akan dapat tertangkap oleh
penglihatan. Tak usah dikatakan lagi, bahwa orang itu memiliki ilmu
yang sangat tinggi. Dengan hati bertanya-tanya, Sin Houw lari
993 mendekati bangunan itu. Setibanya disamping bangunan, dengan menjejakkan
kakinya Sin Houw melesat keatas tembok pagar. Tiba-tiba
hatinya tergetar. ia mendengar suara orang yang sangat
dikenalnya. itulah suara Ceng Go, salah seorang anggauta
Cio-liang pay yang berangasan. Dia bicara dengan Gochinta
dibawah rindang sebatang pohon. Kata Ceng Go:
"Cie Tat benar-benar seorang yang tak tahu diri. Dia bukan
wakil pemerintah penjajah, bukan pula ketua aliran. Tapi
lagaknya seperti seorang pembesar. Malam sudah mendekati
pagi, kenapa kita harus berkumpul lagi?"
Gochinta mendeham, Lalu menjawab: "Tetapi betapapun juga, dia seorang yang tinggi akalnya.
oleh petunjuknya aku dapat membekuk dua orang penting.
Yang perempuan dibawanya ke Sun-hin, dan yang laki-laki
disekap disini." "Hm ... apanya yang hebat?" dengus Ceng Go. "Anak tolol
itu pernah kami tangkap ditempat kami."
Girang hati Sin Houw mendengar pembicaraan itu, siapa
lagi yang dibicarakan kalau bukan Cie Lan dan Ciu San Bin.
Hati-hati ia mendekati jendela dan mengintai kedalam,
Ternyata pertemuan itu dilangsungkan di sebuah pendopo
dalam yang tertutup oleh suatu bangunan tinggi.
Ceng Go dan Gochinta mencampurkan diri diantara hadirin
yang berjumlah kira-kira enampuluh orang, seorang Mongolia
berpakaian militer, duduk di sebuah kursi. Cie Tat yang berdiri
di depannya berkata nyaring: "Kiang toako sudah sadar kembali. Dia adalah murid tertua
aliran Hoa-san pay angkatan kedua. Bila situa Bok Jin Ceng,
kurasa dialah yang bakal menggantikan kedudukannya."
994 "Dan gurunya?" tanya orang Mongolia itu.
"Bukankah gurunya sudah mati?"
"Oh, ya, Ha-ha-ha!" orang Mongolia itu tertawa. "Bukankah
dia mati karena racun?" "Benar, itulah berkat jasanya dia ... Ong-ya." kata Cie Tat,
sekarang tahulah Sin Houw, bahwa orang Mongolia itulah
yang disebut-sebut sebagai Ong-ya. Kiang Yan Bu nampak mendongkol mendengar
pembicaraan itu, ia mengerlingkan matanya kepada Cie Tat,
Kata-nya dengan suara terpaksa: "Hal itu karena demi membalas budi saudara Cie Tat, Aku
sangat kagum dan rela mengabdi padanya."
Ku Cie Tat tertawa menang. Katanya:
"Kiang toako! Semua yang hadir disini, adalah temanteman
sendiri. Toa-ko tak perlu segan lagi. Katakanlah secara
terus terang." ia berhenti, kemudian berkata kepada orang
Mongolia, "Gadis tawanan kita yang bernama Cie Lan, sebenarnya


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merupakan kekasihnya Kiang toako. Mereka berdua telah
berjanji kelak akan hidup sebagai suami isteri. Diluar dugaan
gadis itu kemudian jatuh hati kepada seorang pemuda lain
yang bernama Thio Sin Houw ... eh, bukankah begitu, Dia
dirampas oleh pemuda itu !" "Dimana?" tanya Ong-ya itu.
"Menurut kabar, mereka berdua pernah berkenalan tatkala
masih kanak-kanak, Kemudian mereka bertemu kembali
dirumah keluarga Cio-liang pay. salah seorang anggauta
995 keluarga Cio liang pay hadir disini, Dia bersedia menjadi
saksi." kata Cie Tati "Ha, itulah dia ... teman seperjuangan kita
yang baru, saudara Ceng Go." Ceng Go yang berdiri disamping Gochinta, manggutkan
kepalanya. Dan melihat anggukan Ceng Go, si Ong-ya
nampak puas. ia mengalihkan pandangnya lagi kepada Cie
Tat yang belum selesai bicara. Kata pemuda itu:
"Karena marah, Kiang toako minta bantuanku, Aku
bersumpah hendak memberikan bantuan, Dan rupanya Tuhan
membantu maksud kita yang baik, secara kebetulan, dia bisa
kita tangkap bersama si tolol."
Mendongkol Sin Houw mendengar perkataan Cie Tat,
Jelas sekali banyak bohongnya, Akan tetapi hadirin seperti
kena sihirnya, Mereka menelan saja semua perkataannya.
Orang Mongolia itu tertawa, lalu berkata:
"Aku tidak bisa menyalahkan atau mencela kelemahan
saudara Kiang, sejak dahulu orang bersedia mati demi calon
isterinya yang cantik jelita, Bila mereka berdua kelak terangkat
jodohnya, siapapun akan merasa iri hati ..."
Ku Cie Tat ikut tertawa, lalu ia berkata lagi:
"Gadis itu kami tangkap dengan si tolol. Kabarnya dia
murid paman guru Kiang toako yang bernama Lauw Tong
Seng yang bersahabat erat dengan si pemberontak Thio Su
Seng, Bahkan menurut kata saudara Ceng Go, dia pula yang
membawa perbekalan laskar pemberontak!"
Orang Mongolia itu seperti merasa diingatkan. segera
memberi perintah: "Coba bawa masuk tawanan itu!"
996 Jantung Sin Houw berdetak keras. ia memutuskan hendak
menolong pemuda itu, bila dia terancam bahaya, segera ia
merangkak mendekati ruang pertemuan itu,
Hampir berbareng dengan gerakannya, empat orang
menggusur seorang tahanan dari dalam kamar sebelah.
Dialah Ciu San Bin, Tangannya terikat, Meskipun demikian,
nampak gagah dan tak kenal takut, Tatkala lewat didepan Ku
Cie Tat, ia membuka mulutnya dan menyemburkan ludah, Cie
Tat mengelak, tangannya melayang menampar pipi. Plok! Tak
dapat San Bin menghindar. seketika itu juga pipinya membiru.
"Binatang! Kau berlututlah dide-pan Ong-ya!" bentak
tentara yang mengawalnya. Ciu San Bin memang seorang pemuda yang bandel dan
berani. Sama sekali ia tak mau berlutut. Bahkan dengan tibatiba
ia menyemburkan ludahnya, Karena jaraknya sangat
dekat, ong-ya tak dapat mengelakkan. Kepalanya yang botak
dihinggapi sebuah gumpalan ludah Ciu San Bin.
Ku Cie Tat mendongkol bukan main, sekali lompat ia
mengayunkan kakinya, Dan pemuda itu roboh terjungkal
dilantai. "Bangsat! Apakah kau benar-benar sudah bosan hidup?"
makinya. Ciu San Bin lompat bangun. Garang ia membalas
membentak: "Hm! Kau kira aku takut mati" Kau boleh membunuh aku
sekarang juga, tapi jangan harap kau bisa mengorek mulutku
Ku Cie Tat bisa menahan diri. Melihat Ong-ya menyusuti
ludah Ciu San Bin, perlu ia menaikkan derajat atasan itu
dihadapan hadirin. Katanya nyaring dan gagah:
997 "Ong-ya! pemuda ini memang luar biasa. Kepandaiannya
melebihi keempat murid Bok Jin Ceng, Karena itu, tidak boleh
kita menganggap rendah padanya."
"Betulkah itu?" Ong-ya atau Raja muda Mongolia itu
menyahut cepat, wajahnya yang suram agak menjadi jernih.
"Bagaimana dengan gurunya sendiri" Apa dia lebih unggul?"
"Murid Bok Jin Ceng ada beberapa orang, kecuali Thio Sin
Houw, kalah dalam hal apa saja. Maka betapa penting arti dia,
tak usah kita jelaskan lagi." Ceng Go dan Gochinta tercengang mendengar keterangan
Cie Tat tentang kepandaian Ciu San Bin. sebab kedua-duanya
pernah menyaksikan kepandaian murid Lauw Tong Seng itu,
Tapi tak lama kemudian tahulah mereka, apa sebab Ku Cie
Tat mengangkat-angkat kepandaian Ciu San Bin. Maksudnya
untuk menolong muka Ong-ya yang kena ludah.
"Oh, jadi dia muridnya Lauw Tong Seng" siapa namanya?"
Ong-ya minta keterangan. "Ciu San Bin." jawab Cie Tat.
"Jadi, dia kemenakan murid berandal Thio Sin Houw"
Bagus! Benar-benar besar jasamu." Ong-ya menghadiahkan
pujian dengan tertawa lebar. "Petang tadi, Thio Sin Houw meruntuhkan nama para jago
secara beruntun. Mereka lantas menyatakan bersedia berada
dibawah perintahnya. sekarang kita dapat membekuk salah
seorang kemenakannya, Maka dapatlah dia kita jadikan
semacam sandera, agar Thio Sin Houw menjadi jinak."
Tercengang Sin Houw mendengarnya. Mereka bisa menyebut dan membawa-bawa namanya
998 begitu lancar. Agaknya mereka sudah agak lama mengenal
namanya. Mungkin sekali, namanya sudah dibuat
pembicaraan mereka. "Binatang!" maki San Bin, "Kau jangan bermimpi yang
bukan-bukan! Pamanku itu hanya tunduk kepada kakekguruku.
Dia seorang yang gagah perkasa - biarpun kalian maju
berbareng, belum pantas menandingi sepatunya saja ..."
Ceng Go yang pernah merasakan ketangguhan Sin Houw,
merah padam wajahnya. Tetapi Cie Tat yang pandai berpikir,
tertawa terbahak-bahak. Katanya: "Ciu San Bin! Kau memuji paman-gurumu terlalu tinggi.
Karena itu, aku ingin sekali kami bertemu dan berkenalan
Kebetulan sekali, kau sekarang berada disini, Biarlah malam
ini, kau ku sekap disini, Aku tanggung, paman gurumu itu akan
datang menolongmu. Dan pada saat itu, kami semua muncul.
Aku ingin tahu, dia dapat berbuat apa?"
San Bin marah bukan main, itulah suatu perbuatan licik
dan terkutuk. ia lalu berseru: "Kalian seperti kura-kura, yang hanya berani
memperlihatkan punggungnya tetapi menyembunyikan
kepalanya kalau kalian menganggap diri seorang pendekar,
tantanglah pamanku itu secara berhadapan!"
Ku Cie Tat tidak bersakit hati kena dimaki, ia bahkan
tertawa lagi, Katanya: "Akh, ternyata kau sayang kepada paman gurumu itu,
Agaknya harganya melebihi perbekalan laskar yang kau bawa,
bukankah kau yang membawa perbekalan itu?"
Ciu San Bin terkesiap. ia merasa terjebak. Namun ia tak
merasa gentar. setelah berdiam diri sejenak, ia menjawab:
999 "Benar. Memang aku yang membawa perbekalan itu!"
"Ha, bagus! sekarang, dimana perbekalan laskar itu?"
"Apakah kalian benar-benar menghendaki perbekalan itu?"
Ciu San Bin menegaskan. ia sekarang hendak menggunakan
kecerdikannya, dengan berpura-pura akan menunjukkan
dimana uang perbekalan itu berada. Akan tetapi Cie Tat bukanlah tandingannya dalam hal
mengadu kepandaian maupun kecerdasan. ia seperti dapat
membaca pikiran San Bin, sahutnya: "Memang benar kami membutuhkan uang perbekalan itu.
jumlahnya cukup lumayan untuk menguburmu. Bukankah
uang perbekalan itu telah kau telan?"
San Bin tertegun. Didalam hati ia mengutuk kalang-kabut,
Dasar wataknya keras hati, ia lantas mengikuti jebakan Cie
Tat, Katanya: "Benar, Uang perbekalan itu memang sudah kutelan.
Lihatlah, perutku menjadi gendut!"
"Oh, begitu?" Cie Tat tertawa. "Kalau begitu, biarlah
kuperiksanya isi perutmu. Dengan begitu, aku dapat
membuktikan kepada hadirin, bahwa perkataanmu tidak
dusta!" Cie Tat tidak hanya menggertak. Benar-benar ia hendak
membuktikan perkataannya, ia menghunus pedangnya dan
diancamkan ke perut San Bin, Katanya:
"Coba, katakan sekali lagi bahwa uang perbekalan itu
berada didalam perutmu ! " "Kau tak percaya" Buktikanlah,.!" jawab San Bin berani.
1000 "Bukankah sudah kukatakan, bahwa kau boleh membunuhku
dimana saja dan kapan saja. Tapi jangan harap dapat
mengorek mulutku!" Setelah berkata demikian, San Bin menyemburkan
ludahnya, Tetapi Cie Tat bisa mengelakkan semburan itu. Kali
ini hatinya panas. Terus saja ia bergerak hendak menikam
perut San Bin, sekonyong-konyong melesatlah sesosok
bayangan kedalam ruangan pertemuan itu sambil membentak:
"lnilah Thio Sin Houw!" Ku Cie Tat memutar tubuhnya. Tangan kirinya menyambar
kearah leher tapi dengan gerakan yang sangat indah,
bayangan itu dapat mengelak. Ternyata bayangan itu seorang
pemuda berwajah tampan, dengan mengenakan pakaian
serba ringkas dan tutup kepala warna hijau.
Sin Houw tersirap darahnya. segera ia mengenali siapa
pemuda itu, Dialah Giok Cu yang menyamar sebagai seorang
pemuda. Begitu cepat ia datang, pikirnya, oleh perasaan
girang dan syukur, ia sampai berseru tertahan. untunglah pada
saat itu, ruang pertemuan jadi sibuk. Semua hadirin lagi
bersiaga bertempur. Mereka yang hadir pada pertemuan itu, belum mengenal
Giok Cu. Kecuali Ceng Go dan Kiang Yan Bu. Mereka berdua
mempunyai dendamnya masing masing, Kiang Yan Bu
mendongkol karena Giok Cu adalah teman Sin Houw yang ikut
menertawakan kekalahannya. Dan Ceng Go berdendam hati
karena gadis itu anak musuh besarnya. Karena gara-garanya,
keluarga Cio-liang pay sampai mengalami kekalahan.
Karena itu, mereka berdua segera bergerak hendak maju,
Tatkala itu terdengar Cie Tat membentak:
"Sebenarnya siapa kau" pastilah kau bukannya Thio Sin
Houw!" 1001 "Aku Thio Sin Houw, murid kelima Bok Jin Ceng." jawab
Giok Cu, "Mengapa kau menangkap kemenakan muridku"
Bebaskan dia! Dalam segala halnya, aku yang bertanggung
jawab!" Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara tawa melalui
hidung, Dialah Ceng Go. Kata jago yang berangasan itu:
"Anak haram! Kau bisa mengelabuhi orang, tetapi mataku
belum lamur, Mungkin sekali hadirin belum pernah melihat dan
mengenal Thio Sin Houw, tetapi kau tahu sendiri bukan" Aku
telah mengenal iblis itu dengan baik." ia kemudian berpaling
kepada 0ng-ya. Berkata seperti mengadu:
"Ong-ya! sebenarnya dia seorang perempuan. Dialah
keponakanku. Namanya Giok Cu, Tatkala meninggalkan
rumah, ia berangkat bersama-sama dengan Thio Sin Houw
dan Lauw Tong Seng, Karena itu, kita harus bersiap siaga!"
Mendengar laporan Ceng Go, Ong-ya segera berteriak
nyaring: "Gochinta! Bawa beberapa orang berjaga-jaga diluar
gedung, Hajar setiap musuh yang hendak mencoba masuk!"
Gochinta memberi hormat, Dalam sekejap mata
terdengarlah teriakan anak buahnya yang bersiap-siap
menyambut kedatangan musuh. Menyaksikan hal itu wajah
Giok Cu berubah. segera ia bertepuk tangan memberi tanda
sandi, dan melompatlah dua orang melewati pagar tembok.
Merekalah Sim Pek Eng dan Thio Hian Cong.
"Tangkap mereka!" perintah Ku Cie Tat.
Empat orang tentara segera menerjang. Akan tetapi
mereka bukan tandingan Sim Pek Eng berdua. Dalam tiga
jurus saja, mereka semua sudah terluka parah. Gochinta
1002 cepat-cepat membantu dengan pedang panjang ditangan,
Tetapi Thio Hian Cong yang berada di samping Sim Pek Eng
melepaskan pukulan. Itulah pukulan Hok-houw ciang yang
dahulu Sin Houw pernah belajar, seketika itu juga Gochinta
terpental mundur. Ceng Go tentu saja tak tinggal diam, Begitu melihat
Gochinta terpental mundul dalam satu gebrakan saja, segera
ia melesat ke gelenggang dan menghantam Sim Pek Eng
dengan pukulan yang menerbitkan deru angin dahsyat.
Thia Sin Houw segera mengenal pukulan yang lihay itu,
Diam-diam hatinya cemas. Sim Pek Eng tak berani ayal lagi. Cepat-cepat ia
mengerahkan ilmu saktinya, Maka begitu keduanya saling
bentur, baik Ceng Go maupun Sim Pek Eng terhuyung satu
langkah. Ceng Go terkejut, suatu hawa yang sangat dingin
menembus urat pergelangan dan menusuk sampai ke ketiak,
sebaliknya Sim Pek Eng kena terserang hawa panas,
sehingga darahnya bergolak dalam rongga dadanya.
Ia terperanjat dan menentang lawannya dengan pandang
tajam, sekilas pandang, ia melihat betapa pucat wajah Ceng
Go. Biji matanya menjadi merah. itulah suatu tanda bahwa
lawan itu sedang menderita hebat. Menyaksikan hal itu, diamdiam
ia bergirang hati. Segera ia mengambil keputusan untuk mendahului
menyerang. ia maju selangkah dan menghantam lagi. Tenaga
sambarannya bergelombang memenuhi empat penjuru.
Dengan demikian, tak dapat Ceng Go mengelak. Mau tak mau
ia harus membendung gelombang pukulan itu dengan ilmu
saktinya sendiri. 1003 Disudut lain, Thio Hian Cong sedang menghadapi


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keroyokan Gochinta dan anak buahnya yang bernama
Muchxnka, Ke duanya bersenjata pedang panjang, karena itu
Thio Hian Cong terpaksa pula, melawan mereka dengan
pedangnya. Meski dikepung dua orang, dia nampak tangguh
dan dapat berkelahi dengan tabah. Dengan rasa cemas, Ku Cie Tat mengikuti pertempuran
Ceng Go dengan Sim Pek Eng, sebagai salah seorang
anggauta Cio-liang pay, Ceng Go memiliki tenaga pukulan
yang dahsyat luar biasa. Jago itu sudah terkenal namanya
sejak puluhan tahun yang lalu, Kenapa kali ini ia tak dapat
bertahan menghadapi adu tenaga dengan lawannya"
Napasnya sudah mulai memburu, keadaannya nampak
payah sekali. Cie Tat kenal watak dan perangai keluarga Cioliang
pay. Biasanya tak sudi memperoleh bantuan. Tetapi dia
sedang menghadapi kekalahan, apakah akan dibiarkan saja"
Ku Cie Tat kemudian mencabut pedangnya dan
menyerang Sim Pek Eng, Hebat jurus serangannya. Begitu
pedangnya berkelebat, Sim Pek Eng terpaksa melompat
mundur. Dan Ceng Go dapat bernapas lega, Mereka berdua
kemudian mendesak Sim Pek Eng dengan hebatnya.
Setelah Sim Pek Eng dan Thio Hian Cong turun tangan,
sebenarnya Giok Cu ingin segera melarikan diri, Tetapi ia
kena dipegat Kiang Yan Bu yang menyerang dengan
pedangnya. Dalam mengadu ilmu pedang, Giok Cu bukan
lawan Kiang Yan Bu" Dalam keadaan terdesak, gadis itu
melepaskan pukulan-pukulan aneh yang diperolehnya dari
kitab warisan ayahnya. Ia mempelajari pukulan pukulan itu apabila sedang
beristirahat manakala kurang jelas, ia memperoleh keterangan
dari Sin Houw, walaupun belum pernah berlatih dengan
sungguh hati, namun pukulan-pukulan ayahnya memang aneh
sifatnya dan dahsyat luar biasa. 1004 Bagaikan kilat ia melepaskan tiga pukulan berantai, itulah
pukulan-pukulan yang dicangkok ayahnya dari sari ilmu
pedang berbagai aliran yang di gabung menjadi satu.
Kiang Yan Bu terperanjat bukan kepalang, oleh kaget,
hampir-hampir dia tak dapat menangkis. Untung, ia memiliki
gerakan yang cepat luar biasa dengan menjejakkan kakinya,
ia melompat mundur. Kemudian melesat maju dari samping
sambil menyandarkan pedangnya. Ong-ya yang selama itu memperhatikan jalannya
pertempuran ikut menarik pedangnya, Melihat Kiang Yan Bu
terdesak mundur, ia segera melompat membantu, Dengan
demikian Giok Cu kena dikepung dua lawan!
Semuanya itu tak lepas dari pengamatan Sin Houw, segera
ia hendak menolong Giok Cu. Akan tetapi tiba-tiba ia
mendengar suara Bhok-siang Tojin yang muncul diatas pagar
tembok. sambil mulutnya menggeragoti paha ayam, orang tua
itu berteriak nyaring: "Hey! Kau mundur saja, inilah pertempuran antara laki-laki
dan laki laki, kau sendiri nanti saja bertempur dengan Sin
Houw!" jelas teriak suaranya ditujukan kepada Giok Cu, dan Giok
Cu memberikan jawaban: "Baik! Manusia ini mengaku jadi murid Hoa-san pay. Tetapi
nyatanya ia menjadi budaknya bangsa asing, Karena itu,
meskipun aku seorang perempuan, ingin menghajarnya. Kau
tolonglah me-wakilkan aku!" Pembicaraan mereka itu sudah tentu tidak lepas dari
pendengaran Ong-ya yang segera memerintahkan
pasukannya untuk mencegat gerakan maju Bhok-siang Tojin
yang masih bercokol diatas pagar dinding.
1005 Akan tetapi Bhok-siang Tojin bukan manusia lumrah.
Kepandaiannya setaraf dengan Bok Jin Ceng, selagi
pasukannya Ong-ya bersiaga dibawah pagar dinding, tiba-tiba
ia menimpukkan tulang paha ayamnya. Hebat akibatnya.
Meskipun hanya tulang paha ayam, akan tetapi disertai
tenaga dalam. Dan dengan suara mengaung, tulang itu
menyambar kearah Ong-ya! Orang Mongolia itu seperti terpaku, tatkala melihat tulang
paha ayam mengarah padanya. Tapi karena belum takdirnya
mati, seseorang mengulurkan tangan untuk menolongnya.
itulah Cie Tat. Jago muda ini memang memiliki rasa tajam dan kecerdikan
yang mengagumkan. Begitu mendengar pembicaraan Giok Cu
dan Bhok-siang Tojin, ia sudah dapat menduga. Meskipun
yang menjadi sasaran adalah sang Ong-ya, akan tetapi dapat
bergerak cepat, ia mendorong dengan menggunakan sedikit
tenaganya, dan kena tenaga dorongnya, Ong-ya itu terpental
mundur kebelakang. Dan tepat pada saat itu, tulang paha ayam Bhok-siang
Tojin menghantam tempat bekas Ong ya itu berdiri. Dan
bagaikan kejapan kilat, Bhok-siang Tojin tahu-tahu sudah
berada didepan Cie Tat, Betapa cepatnya ia mampu bergerak,
sukar dilukiskan lagi. Keadaan menjadi kalut, dan kesempatan itu dipergunakan
sebaik-baiknya oleh Giok Cu, Gadis itu lantas saja kabur ke
pekarangan, ia dikejar Kiang Yan Bu dan Gochinta.
Giok Cu sudah hampir mencapai tujuan, tatkala tiba-tiba
kakinya kena sambar tiga batang pedang. Hatinya seakanakan
terbang, dan seluruh tubuhnya menjadi dingin. Ia
tergencet dari belakang dan dari depan. Dengan mati-matian,
1006 ia berhasil mengelakkan dua pedang yang menyambar dari
depan. Tetapi yang dari belakang tepat sekali menghantam
kakinya. untunglah, pedang yang menghantam kakinya itu
bukan bagian yang tajam. itulah gerakan pedang yang
membalik setelah luput dari sasaran. walaupun demikian
karena yang menghantam memiliki himpunan tenaga dalam
kuat luar biasa, ia roboh ditanah. Orang yang merobohkan Giok Cu adalah Kiang Yan Bu.
Dalam keadaan kalut tak sudi ia melepaskan mangsanya.
Melihat Giok Cu hendak kabur, ia melompat mengejar. Tatkala
itu Gochinta dan Muchinka menghadang. itulah kesempatan
yang bagus sekali. Begitu Giok Cu sibuk menangkis kedua
pedang lawannya, ia menikam dari belakang. sasarannya
ternyata dapat dihindari. Namun dengan kecepatan kilat, ia menarik pedangnya
kembali dan bagian tumpulnya menghantam kaki Giok Cu.
setelah itu maju selangkah dan membalikkan pedangnya.
Karena berniat hendak menangkap gadis itu hidup-hidup, ia
menghantarkan hulu pedangnya . Pada saat itu tiba-tiba pedang Gochinta berkelebat
menangkis gagang pedang Kiang Yan Bu. Dan berbareng
dengan itu, nampaklah sesosok bayangan melesat keluar dari
dinding pagar dengan kecepatan yang sukar dilukiskan.
Kiang Yan Bu berpaling kepada Gochinta, dan membentak
dengan suara marah: "Mengapa kau membiarkan dia kabur dan menangkis
pedangku?" "Menangkis?" Gochinta melotot.
"Bukankah kau yang memukul balik gagang pedangku"
1007 Kenapa...?" "Jangan bergurau! Ayo, kejar!"
Mereka segera memburu keluar. Di samping pintu
gerbang, mereka bertemu dengan seorang tentara yang patah
kakinya sehingga tak dapat berdiri lagi. segera mereka
menghampiri dan berta-nyalah Gochinta:
"Mana dia?" "Siapa?" tentara itu terbelalak.
"Perempuan tadi, yang lari melintasi pagar tembok."
"Perempuan yang mana" Kami tidak melihat seorang
manusiapun." tentara itu heran.
Gochinta gusar bukan main, ia membentak:
"Apa kau buta" Kalau kau tidak bertemu dengan manusia,
kenapa kakimu patah" Setan kau! Jelas sekali perempuan itu
melintasi pagar tembok. Kenapa matamu tak melihat?"
Seorang tentara lain datang menghampiri, lalu
membangunkan rekannya. "Tay-ya, yang melompat melintasi pagar tembok adalah
temanku ini, Aku ikut jadi saksinya, bahwa tiada seorang lain
yang lari keluar tangsi ini ..." kata tentara yang baru datang.
"Kenapa kau melompati pagar?" Gochinta menanya lagi,
berobah sabar. Dengan gugup dan menahan rasa sakit, tentara itu
menjawab: "Aku ... aku ... kena ditangkap... dan dilemparkan keluar."
1008 "Siapa yang melemparkan?"
"Entah, Tadi Tay-ya membicarakan, tentang perempuan.
Kalau dia yang lari keluar, maka dia pula yang telah
melemparkan diriku sehingga kakiku patah."
Tak dapat Gochinta mengumbar rasa marahnya. Dia
menghadapi suatu kenyataan Tentara itu patah sebelah
kakinya, pasti bukan akibat dipatahkan dengan tangannya
sendiri. Teringat akan teguran Kiang Yan Bu, ia menoleh
kepada jago muda itu dan bertanya minta keterangan:
"Mengapa kau tadi memukul pedangku" Apa maksudmu"
jangan kau coba mempermainkan kami!"
Kiang Yan Bu meluap darahnya. Namun karena merasa
diri berada dibawah perintah, ia menahan darahnya yang
bergolak, jawabnya: "Sebenarnya bukan aku yang memukul pedangmu. Tapi
justru kaulah yang menangkis pedangku ketika aku hendak
memukul kepala perempuan itu."
"Omong kosong!" bentak Gochinta. "Apa perlu aku
memukul gagang pedangmu...?" sejak tadi Gochinta berkesan
kurang baik terhadap Kiang Yan Bu. Kalau saja Cie Tat tadi
tidak mencegahnya, ujung pedangnya sudah menikam
perutnya jago muda dari Hoa-san pay itu.
Oleh karena itu, ia menyudahi perkataannya dengan
membabatkan pedangnya dengan sungguh-sungguh. Kiang
Yan Bu segera menangkis tanpa segan-segan lagi, Begitu
kedua pedang itu saling bentur, mereka berdua mundur
selangkah. Kiang Yan Bu terkejut, tangannya tergetar dan panas.
Sama sekali tak diduganya bahwa orang Mongolia
1009 itu,mempunyai himpunan tenaga dalam yang kuat, Bahkan
lebih unggul dari tenaganya sendiri. sebaliknya Gochinta tak
kurang pula rasa terkejutnya. Lengannya mendadak terasa
pegal, pikirnya didalam hati: "Pantaslah Cie Tat mengharapkan tenaga bantuannya, Dia
memiliki tenaga yang luar biasa hebatnya." Setelah berpikir
demikian, ia membentak kalap: "Kau berani melawanku" sebenarnya kau hendak
membantu kami atau seorang mata-mata?"
Gochinta hendak mengulangi serangannya. Tiba-tiba
sesosok bayangan menangkis pedangnya. Gochinta menoleh.
Dan melihat Cie Tat berada di depannya sambil berkata:
"Gochinta! Sabar dulu!" "Ha, Cie Tat! Coba adili peristiwa ini!" teriak Gochinta.
Cie Tat mengalihkan pembicaraan. Bertanya:
"Ke mana larinya perempuan tadi?"
"Ha, justru itulah soalnya." sahut Gochinta, "Dialah yang
melepaskan." "Aku?" bentak Kiang Yan Bu. "Apa keuntunganku
melepaskan dia?" Selagi mereka bertengkar, Bhok-siang Tojin, Sim Pek Eng
dan Thio Hian Cong sudah tiada nampak batang hidungnya
lagi, Melihat Giok Cu terbebas dari kepungan tentara, mereka
bertiga jadi berlega hati, sambil tertawa mereka menyerang
secara mengamuk dengan sepenuh tenaga. Setelah itu
dengan berbareng mereka keluar pagar tembok. Dan sebentar
saja tubuh mereka lenyap dari penglihatan.
1010 YANG MENOLONG Giok Cu dari ancaman bahaya adalah
Thio Sin Houw, sejak tadi, pemuda ini memperhatikan
pertempuran antara Giok Cu dan para pengepungnya dengan
rasa cemas. Menuruti kata hati, ingin ia segera muncul dan
melabrak kaki-tanqan kaum penjajah itu, akan tetapi suatu
perhitungan lain menusuk benaknya. "Cie Lan dan Giok Cu benar-benar dalam bahaya,"
pikirnya, "Mereka terancam kehormatan dirinya. Mereka
bahkan akan dirusak dahulu kehormatannya, sebelum
dibinasakan..." Oleh pikiran itu, segera ia melesat turun dan mendorong
pedang Gochinta agar memukul gagang pedang Kiang Yan
Bu. Tenaga saktinya pada waktu itu sudah mencapai tingkat
yang tinggi luar biasa, sehingga dapat digunakan sesuka
hatinya. sifatnya halus dan dahsyat.
Kiang Yan Bu dan Gochinta yang berkepandaian tinggi
sampai dapat di kelabuhi tanpa merasa, setelah pedang
mereka saling bentur, masing-masing saling menuduh dan
menyalahkan. Sin Houw tidak sia-siakan kesempatan itu, sebelum para
penjaga sadar akan bahaya, cepat luar biasa ia menyambar
seorang tentara dan dilemparkan keluar pagar tembok. Dia
sendiri lantas melesat keluar pintu gerbang dengan
menggendong Giok Cu. Setelah berada ditengah perjalanan, barulah ia
menurunkan dan membiarkan Giok Cu berlari-lari disebelah
depannya sampai ke tempat penginapan.
Sin Houw kemudian meninggalkan Giok Cu, karena ia
bermaksud menolong Cie Lan yang katanya ditahan di Sunhin.
Perjalanannya mengarah ke barat, tak lama kemudian ia
1011 menemukan tanda-tanda jejak sepatu, Niscaya bekas jejak
tentara penjajah. Tatkala tiba di Sun-hin, fajar hari telah
menyingsing. "Pasti Cie Lan berada dalam penjagaan kuat," pikirnya
didalam hati, setelah makan pagi, segera ia mencari tempat
yang disebutkan Cie Tat, Ternyata merupakan sebuah gedung
milik seorang hartawan. Mungkin sekali pemiliknya ditangkap
atau diancam demikian rupa, sehingga terpaksa menyerahkan
kediamannya yang serba mewah.

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan sekali pukul saja, daun pintu gedung itu terbang
dan menimpa dua jambangan emas yang hancur berderai.
Hati Sin Houw pagi itu memang sedang mendidih. ia merasa
dipermainkan dan jijik terhadap Kiang Yan Bu yang mengaku
telah membunuh gurunya sendiri. Walaupun belum pernah berjumpa dengan Jie-suhengnya,
akan tetapi sebagai salah seorang adik seperguruannya sudah
sewajarnya wajib menuntut balas, Alangkah keji murid hianat
itu, Karena itu, ia bertekad hendak mengadu kepandaian serta
melampiaskan hawa marahnya, bagaimana akibatnya ia tak
memperdulikan lagi. Dengan langkah lebar ia berteriak keras-keras:
"Hei orang-orang jahanam! suruhlah Cie Tat dan Kiang
Yan Bu keluar menemui aku!" Tiba-tiba belasan orang datang berlarian dari dalam
sebuah kamar. Ketika itu hari masih terlalu pagi. Kebanyakan
diantara mereka masih menikmati tidurnya. Tahu-tahu mereka
terkejut, tatkala mendengar hancurnya pintu dan dua
jambangan ikan, Dengan serentak mereka keluar. Melihat
datangnya Sin Houw, segera mereka bersiaga."
"Siapa kau?" bentak mereka.
1012 Sin Houw tak sudi membuang waktu lagi, ia mendorongkan
tenaga saktinya dan bagaikan rumput kering, belasan orang
itu terpental membentur dinding dan jendela. Kemudian Sin
Houw lompat menghampiri pintu tengah. Dan begitu pintu
tengah itu hancur berderai, nampaklah Cie Tat dan Kiang Yan
Bu sedang makan minum dengan gembira.
Ku Cie Tat dan Kiang Yan Bu sebenarnya mendengar
suara ribut di serambi depan. Mereka memerintahkan Ceng
Go untuk menyelidiki, tetapi Sin Houw sudah tiba didepan
mereka. Dengan sekali sambar, Sin Houw melemparkan Ceng
Go yang hendak mencapai pintu tengah ke dalam.
Cie Tat cepat melompat sambil membentangkan kedua
tangannya. Tangkapannya tepat. Meskipun demikian ia
terhuyung beberapa langkah. Dan menyaksikan hal itu, tokohtokoh
Rimba persilatan yang hadir menjadi terkejut, Mereka
tahu, Ceng Go bukan orang sembarangan, sedang Cie Tat
adalah pemimpin mereka. Namun dalam satu gebrakan saja
sudahlah jelas siapa yang lebih unggul diantara mereka.
Tetapi Sin Houw terkejut juga, ia sudah menggunakan
hampir seluruh himpunan tenaga dalamnya. Namun mereka
berdua bisa mempertahankan diri tak kurang suatu apa, itulah
suatu tanda bahwa kesaktian Cie Tat tidak boleh dipandang
ringan, selagi terkejut, Sin Houw girang pula, ia melihat Cie
Lan dari jauh, duduk disebelah kiri Kiang Yan Bu, sejenak ia
tertegun melihat Cie Lan. sebaliknya Cie Lan berseru girang
sekali: "Sin koko!" Dengan serentak, Cie Lan bangkit dari tempat duduknya.
Tiba-tiba ia merasakan gemetaran dan roboh di atas kursinya
kembali. Tahulah Sin Houw, bahwa Cie Lan kena siksa
tertentu. 1013 Dengan hati panas ia lompat hendak menolong. Tiba-tiba
punggungnya terasa kena pukulan Kiang Yan Bu dan
Gochinta yang dilontarkan dengan berbareng.
Tetapi Sin Houw tidak menghiraukan. Kesaktiannya cukup
kuat menahan pukulan mereka. Tangannya terus menyambar,
dan sebentar saja Cie Lan sudah berada dalam pelukannya.
Dengan menjejakkan kakinya, ia membawa Cie Lan terbang
melintasi meja perjamuan. Tentu saja anak buah Cie Tat tidak tinggal diam, Dengan
serentak mereka bergerak mengepung. Tetapi Sin Houw tidak
sudi memberi kesempatan. Dengan sebelah tangannya
menggempur sambil lompat mundur. "Cie Lan, apakah kau bisa bergerak?" bisiknya.
"Kedua kakiku terasa lumpuh." jawab gadis itu.
Teringatlah Sin Houw kepada sepak terjang gadis itu
tatkala dahulu melawan pihak Cio-liang pay. sekarang ia
nampak tak berdaya. Maka tak usah dijelaskan lagi, bahwa ia
lumpuh akibat siksa Cie Tat dan kawan-kawannya.
"Biarlah kakimu kupijat." kata Sin Houw, "Apakah kau sudi
kupanggul di-atas pundakku?" Belum lagi gadis itu menjawab paras muka Sin Houw
terasa panas sendiri . Meskipun bermaksud baik, tetapi sangat
tidak sedap dipandang mata, Apa lagi dihadapan orang
banyak. Maka ia mengurungkan niatnya. Bisiknya:
"Sebentar lagi aku akan melompat mundur. carilah
pegangan kuat-kuat agar tidak terlempar. Apakah kedua
tanganmu dapat bergerak dengan bebas?"
"Dapat." sahut gadis itu,
1014 Lega hati Sin Houw, Tanpa siasia-kan waktu, ia
mendorongkan tenaga sak-tinya, Lalu pada saat itu pula, ia
berjungkir balik tinggi diudara dan melesat keluar pintu. seperti
kelelawar ia terbang melintas. Tatkala anak buahnya Cie Tat
memburu dengan berteriak, tubuhnya lenyap dari penglihatan.
Dengan berlari-larian kencang Sin Houw memanggul Cie
Lan, Kira-kira menjelang tengah hari, ia sudah berada di
penginapan. Tatkala memasuki kamarnya Giok Cu, gadis itu
tiada nampak batang hidungnya. Setelah merebahkan Cie Lan diatas ranjang, Sin Houw
menemukan sepucuk surat dari Giok Cu. Ternyata isinya
hanya coretan yang mirip peta penunjuk. Dibawahnya terdapat
suatu keterangan: "Telah kuselidiki rumah ini, Kutemukan peta ini, Aslinya
ada padaku. Kalau tetap pada rencana semula - susullah aku,
Kalau hatimu berada pada kekasihmu itu, jangan mencoba
menemui aku lagi." Sin Houw terpaksa tersenyum pahit dan entah apa
sebabnya, hatinya tiba tiba terasa sakit dan iba. Pikirnya:
"Latar belakang penculikan Cie Lan rasanya tidak
sederhana, Kalau aku jadi terlibat, akan sia-siakan
harapannya Giok Cu. Cie Lan memang temanku sejak kanakkanak.
ibunya sangat baik kepadaku, dan akupun berhutang
budi. . sebaliknya, Giok Cu adalah puteri tunggal Gin-coa
Long-kun. seumpama tidak mewarisi kepandaian ayahnya,
jiwaku sudah lama melayang. Dia kini menjadi anak yatim
pula, Akh, tak boleh aku membiarkan dia pergi seorang diri."
Memperoleh pikiran demikian, per-lahan-lahan ia
memasukkan surat Giok Cu kedalam sakunya. Kemudian
bergegas ia menjenguk Cie Lan yang masih saja belum dapat
bergerak. 1015 Sin Houw memeriksanya. setelah bermenung sejenak,
berkatalah ia kepada gadis itu: "Lan-moay, di kota ini ada sahabatku. Bagaimana kalau
kau kuserahkan kepadanya?" Cie Lan manggut menyetujui. Dan Sin Houw kemudian
membawa gadis itu ke rumah Sim Pek Eng, setelah itu segera
ia menyusul kepergiannya Giok Cu. ***** DUA HARI dua malam Thio Sin Houw melakukan
perjalanan. Dan pada hari ke tiga sampailah ia disebuah
telaga yang jernih airnya, segera ia berhenti dan duduk diatas
batu yang mencongak ditebingnya. udara kala itu biru jernih -
matahari bersinar cerah namun tidak menyakiti tubuh karena
tertahan lapisan hawa gunung yang sejuk.
Sekarang, ia merasa agak lelah maka ia mencari suatu
keteduhan dan membaringkan diri diatas rumput yang hijau
muda, Tak terasa ia tertidur dan tatkala menyenakkan mata,
matahari sudah condong kebarat, sekarang ia merasa lapar
dan dahaga. Dilayangkan pandangnya mencari sebuah kedai, Tetapi
dusun itu terlalu miskin, sama sekali tiada terdapat seorang
penduduk yang berjualan, Bahkan penduduknya seperti
bersembunyi didalam rumahnya masing-masing.
"Aneh," pikir Sin Houw di dalam hati, "Dusun ini seperti
berada dalam keadaan perang. sunyi sepi. Terlalu sunyi,
malah." Ia berjalan lagi sampai melalui dua petak sawah, masih
saja ia belum melihat seorang penduduk yang dapat di
ajaknya berbicara. Leher dan perutnya mulai mengganggu. ia
1016 layangkan matanya kekanan dan kekiri, siapa tahu, mungkin
diantara rumah penduduk yang terlindung oleh kerindangan
pohon pohon terselip sebuah kedai penjual minuman.
Syukurlah setelah melampaui sepetak sawah lagi, samarsamar
nampaklah sebuah kedai yang berada ditepi jalan,
Kedai itu berbentuk seperti paseban seorang pegawai istana,
Atapnya dari jerami kering dan dindingnya terbuat dari bambu
ian setengah papan. Penunggu seorang wanita tua berumur
kira-kira tujuh puluh tahun. Dan melihat semuanya, legalah
hati Sin Houw. Sin Houw segera singgah. Di depan halaman terdapat
sebuah pasu air, dan ia mencuci mukanya. Dan terdengarlah
perempuan tua itu berteriak ke dalam rumah:
"Kouw-kouw, ada tamuuuu ...!" Dari dalam rumah muncul
seorang gadis kira-kira berusia tujuh belas tahun. ia datang
dengan membawa sebuah nampan berisi air teh berikut
penganan yang seakan-akan sudah disediakan jauh
sebelumnya. Dan dengan tersenyum pendek, ia
meletakkannya didepan meja Sin Houw.
Sin Houw memperhatikan gadis itu. Dia tidak begitu cantik, akan tetapi serasi dan lembut.
Pakaian yang dikenakan dari bahan kasar. Berbaju merah dan
rambutnya dikuncir dua. Kulitnya putih halus. jelaslah sudah,
bahwa dia bukan keturunan seorang penduduk asli, Paling
tidak ia berdarah bangsawan. Apalagi gerak-geriknya lembut
dan sopan . Setelah menyajikan hidangan itu, dia kembali masuk ke
dalam, Diam-diam Sin Houw melongokkan matanya. Ternyata
gadis itu sedang duduk menyulam sepunting bunga.
Teringat akan kemungkinan gadis itu anak keturunan
bangsawan, maka Sin Houw mencoba mengajak berbicara
dengan nenek penunggu kedai. Kemudian bertanya:
1017 "Sebenarnya bagaimana aku harus memanggilmu,
naynay?" Nenek itu tertawa, Menjawab: "Aku tidak mempunyai nama, orang-orang kampung
menyebutku naynay, Nah, panggil saja aku nenek tua."
Sebagai seorang yang berpengalaman, tahulah Sin Houw
bahwa nenek itu tak senang memperkenalkan namanya.
segera ia mengalihkan pembicaraan dan sama sekali tak
menyinggung lagi soal nama. Selagi demikian, datanglah ampat orang menunggang
kuda. Mereka bertubuh kasar. Gerak-geriknya seperti bajingan
murahan. Dengan berbareng mereka lompat dari atas
kudanya, dan langsung mendekati si nenek. Kata seorang
yang bertubuh kekar: "Hey, nenek! Apakah kau kemarin melihat ada seorang
gadis menunggang kuda lewat disini?"
Nenek itu memiringkan kepalanya, menyahut:
"Kau berkata apa?" Orang itu nampak mendongkol. Lalu membentak:
"Aku bertanya padamu, apakah kau kemarin melihat
seorang gadis menunggang kuda lewat disini?"
Nenek itu tertawa geli sambil ia menggelengkan
kepalanya. Dan sin Houw terkesiap hatinya. pikirnya :
"Apakah bukan Giok Cu yang dimaksud ?"
Memperoleh dugaan demikian, Sin Houw memperhatikan
1018 mereka berampat, Melihat dandanannya seperti anak buahnya
The Sie Ban, Mengapa mereka mengejar Giok Cu"
"Bagaimana" Kau lihat tidak?" bentak orang itu.
Nenek itu masih saja tertawa, jawabnya :
"Telingaku memang aneh. Kalau di ajak bicara perlahan,
bisa mendengar, Tetapi kalau mendengar suara kasar malah
buntu." Sin Houw tahu, bahwa nenek itu hanya berpura-pura tuli,
Maka tahu pula dia, bahwa nenek itu menggenggam suatu
rahasia. sebaliknya empat orang itu jadi tidak sabar lagi. Kata
yang bertubuh besar: "Gadis itu merampok rumah kami" ia membongkar sumur,
kemudian minggat. setelah kami periksa sumur itu, belasan
batang panah beracun terlontar dari dalam, Dua orang teman
kami mati sekaligus . Karena itu kami datang hendak
menangkapnya. Taruhkata kau tuli, pasti matamu dapat
melihatnya." Tetapi nenek itu masih saja tertawa, Dan orang bertubuh
kekar itu kehilangan kesabarannya. Tiba-tiba saja ia maju dan
hendak menghantam nenek itu, Menyaksikan hal itu, Sin
Houw tidak tinggal diam. ia melompat dan meng-halangkan
tangannya, suatu benturan tak dapat dihindarkan lagi, dan
orang itu mundur sempoyongan dengan mata terbelalak.
"Siapa kau?" bentaknya. "Nenek itu kurang pendengarannya, kenapa kau hendak
main pukul?" Sin Houw balas membentak. "Lagi pula
bagaimana kalian tahu, bahwa gadis yang kalian cari itu lewat
disini?" 1019 "Gadis itu meninggalkan sepucuk surat yang mengatakan
kemana dia hendak pergi. Karena itu kami mengejarnya."
sahut orang bertubuh kekar itu. Tapi karena tadi merasakan
kehebatan tenaga Sin Houw, ia lantas membalik tubuh.
Dengan suatu isyarat mata, ia mengajak ketiga temannya
meninggalkan kedai minum itu. "Hey!" tiba-tiba si nenek tua itu memanggil. "Kau tadi
bertanya apa" sudah kukatakan, telingaku ini aneh, Ka-lau
diajak bicara keras, tidak mendengar. Terlalu perlahan, juga
tuli. sebaliknya kalau sedang, pandai ia mengangkat tiap patah
perkataanmu. Coba ulangi pertanyaanmu dan berbicaralah
dengan suara sedang," Orang bertubuh kekar itu membalikkan badannya. Berkata
dengan suara sedang: "Kami mencari seorang gadis menunggang kuda. Apakah
kau melihat dia lewat disini?"
"Oh, gadis cantik menunggang kuda ,,.?" ulang nenek itu,


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, Kemarin kulihat dia pada waktu begini. Dia malahan
singgah disini, Dia berpesan padaku, bila ada yang
mencarinya diharapkan menyusul ke telaga Thay-ouw."
Hati Sin Houw tergetar. Tiada lagi ia bersangi bahwa gadis
itu pasti Giok Cu. ia meninggalkan pesan untuk dirinya, Dan
orang bertubuh kekar itu lantas melompat keatas pelana
kudanya, Kemudian dengan berderap, ia membawa ketiga
temannya mengarah ke timur. "Kouw-kouw, catat!" seru si nenek kepada gadis yang
sedang menyulam. "Sudah, Nih, lihat!" sahut gadis itu sambil memperlihatkan
sulamannya, Ternyata jumlah bunga sulamannya sudah tujuh.
siapa yang dua orang lagi" pikir Sin Houw.
1020 Pemuda itu menjadi sibuk sendiri. Dalam hatinya ia merasa
heran. pastilah gadis dan nenek itu bukan sembarang orang.
Akan tetapi ia tidak takut, ia percaya pada kepandaiannya
sendiri. Andaikata mereka berdua musuh dalam selimut yang
akan merugikan dirinya, rasanya ia tak perlu gentar
menghadapinya. "Sebenarnya siapakah gadis yang dicarinya itu?" ia mulai
bertanya. Nenek tua itu tertawa ramah. sahutnya :
"Anak muda! Kau seorang baik hati, biarlah aku memberi
keterangan kepadamu . Gadis itu tidak memperkenalkan
namanya. ia cantik, tapi sepak terjangnya kejam, Kemarin ia
melukai dua orang tamu." "Salahnya sendiri." sambung gadis itu, "Mereka
mengganggu, Malahan tidak tahu diri. Merekalah yang
mencoba mengganggu, dan gadis itu lalu menghajarnya.
Hebat caranya. Dengan sekali gerak, kedua musuhnya kena
dilukai. Kemudian berkata: Kalau masih ingin menuntut balas,
carilah aku disekitar telaga Thay-ouw!"
Heran Sin Houw mendengar keterangan gadis itu, pikirnya:
"Giok Cu hendak membongkar harta karun atas petunjuk
peta ayahnya. seharusnya dilakukan dengan diam-diam, tapi
apa sebab ia justru menghendaki agar diikuti orang?"
Sin Houw mencoba memahami, tetapi tetap tak mengerti
maksudnya, ia tahu, Giok Cu jauh berpengalaman dalam
masalah hidup liar dari pada dirinya. Ia pun cerdik pula, Gerakgeriknya
sulit diduga dan seringkali mengandung maksud
yang dalam. "Baiklah, nek, Akupun akan segera pergi." akhirnya ia
berkata. 1021 Nenek itu memanggut. ia mengerlingkan matanya
kedalam, Sin Houw mengikuti pandang nenek itu dengan
diam-diam, sekarang jumlah bunga itu menjadi delapan.
Tahulah dia, bahwa dirinya sudah tercatat pula.
Ia lantas berangkat. setelah meninggalkan dusun itu,
segera ia berlari mengarah ke timur. Memang, dalam
perjalanan jarak jauh, menunggang kuda lebih
menguntungkan. Tetapi kuda tidak dapat diajak menerobos
atau memotong jalan melewati jurang atau hutan belantara
yang padat. Sebaliknya, Thio Sin Houw yang memiliki ilmu kepandaian
tinggi, dapat dengan leluasa memotong arah perjalanan,
Dengan ilmu saktinya, dapat ia melompati jurang dan mendaki
bukit dengan cepat. ia tak merasa canggung, karena sudah
biasa hidup di atas gunung, dan sebentar saja telaga Thayouw
sudah nampak didepan matanya. Ia beristirahat sejenak ditepi telaga memperhatikan
pemandangan sekitarnya. Pada waktu itu telaga Thay ouw
masih tertutup rimbun belukar. Disana sini masih terdapat
gugusan gugusan air yang liar sehingga, kesannya
menyeramkan. Hutan padat memagarinya, dan sekali-kali
terdengar aum binatang buas yang mencari mangsa.
Sin Houw kemudian membuat sebuah rakit. setelah
selesai, ia naik diatas rakitnya dan mengayuhnya tak ubah
sebuah perahu, Tiba-tiba ia melihat sesuatu yang gemerlap
tergantung di atas sebatang pohon, Apa itu" Bergegas dia
membawa rakitnya menepi dan diperhatikannya. Ternyata
sebuah kunci terbuat dari emas murni!
"Kunci apakah ini?" pikir Sin Houw heran.
Setelah diteliti dan diciumnya, ia kaget karena mengenali
bau Giok Cu, segera ia yakin gadis itu niscaya tak jauh dari
1022 tempat itu pula. Tatkala hendak melangkahkan kaki-nya, ia melihat suatu
coretan di atas sebuah batu: Di telaga Thay-ouw. Di atas gunung Bu-tong Dengan kunci
emas Mencari harta leluhur..."
Sin Houw menjadi kian heran, Jelas Giok Cu sengaja
memancing kedatangan orang, Entah apa maksudnya.
Tak usah disangsikan lagi, bahwa harta karun itu berada
diatas gunung, Akan tetapi dimana letaknya" Gunung Bu tong
termasuk gunung raksasa. Bukankah dirinya tak ubah
sebatang jarum diatas permukaan laut"
Sin Houw kemudian naik kerakitnya lagi, Dalam hal ini, ia
tak boleh gegabah . pasti ada liku-likunya yang pelik . siapa
tahu, kalau dirinya sedang diintai seseorang!
Hawa gunung luar biasa dinginnya. untunglah, tadi ia
membekal pengenan dari kedai si nenek. Dan sambil makan
penganan, ia memperhatikan alam sekitarnya.
Ketika matahari sepenggalah tingginya, ia mendarat dan
meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Tak lama
kemudian tibalah ia disebuah ketinggian.
Dengan berlari-lari ia mendaki bukit itu, Begitu tiba
diatasnya, ia heran . Dibawah sana tergelar petak sawah yang
indah. Nampak pula taman bunga yang teratur. Harumnya
semerbak. "Milik siapakah sawah dan taman bunga itu?" ia menebak
didalam hati, "Apakah seorang petapa?"
Ia menuruni bukit, sambil berjalan ia mencoba memikirkan,
1023 sampai kemudian ia bertemu dengan seorang tua.
Orang tua itu sudah tua usianya, Rambut dan jenggotnya
telah memutih. Dandanannya mirip seorang petani, tetapi
wajah dan pandang matanya jernih. Maka tahulah Sin Houw,
bahwa orang itu niscaya memiliki kepandaian sakti.
"Apakah siauw-ya datang untuk ber-pesiar?" tanya orang
tua itu yang tidak secara langsung memberikan keterangan .
"Benar." sahut Sin Houw singkat.
"Gunung Bu-tong san adalah gunung bersejarah sejak
dahulu kala, Tidak akan selesai jika hanya dikagumi. Juga
sawah ladangnya indah permai, takkan dapat menghilangkan
duka cita, Kecuali bila siauw-ya berada di gunung ini beberapa
hari lamanya." kata orang tua itu dengan ramah.
Sin Houw merasakan keramahan itu, Nampaknya dia
sopan pula, Maka tanyanya dengan hormat:
"Bolehkah aku mengetahui nama lo-cianpwee?"
"Akh, namaku tak ada artinya. Lebih baik kita saling mengengkau,
Dengan demikian, perasaan kita jadi lebih bebas, dan
pergaulan kita akan jadi akrab."
Sin Houw menyetujui saran itu jawabnya:
"Benar." "Selama hidupku, aku berdiam di atas gunung ini." kata
orang tua itu, "Dusun tempat kediamanku disebut orang Kamsie
cun. Bila siauw-ya hendak menginap beberapa hari di
gunung ini, silahkan menginap di rumahku."
"Kau baik sekali, lo-cianpwee. Te-rima kasih. Hanya saja,
aku khawatir akan menganggu lo-cianpwee."
1024 Orang tua itu tertawa lebar, sahutnya:
"Kenapa siauw-ya berkata begitu" inilah peristiwa yang
sederhana saja, Siauw-ya datang ke sini untuk berpesiar,
kebetulan sekali aku mempunyai sebuah gubuk. Lalu, siauwya
berkenan menginap di gubukku, Bila cocok, kita berdua
akan jadi sahabat. Bila tidak, siauw-ya dapat pergi dengan
bebas merdeka. Apakah yang mengganggu diriku?"
Sin Houw heran dan girang mendengar perkataan orang
tua itu, Tak usah disangsikan lagi, bahwa ia seorang terpelajar
atau berpendidikan. Maka segera ia menghampiri dan
membungkuk hormat, ia merasa puas dapat berkenalan
dengan dia. Memang, didalam hatinya ia bermaksud mencari
seseorang yang dapat menemani atau memberi petunjuk yang
berharga dalam pencarian harta warisan Gin-coa Long-kun,
Syukurlah, bila bisa memberi kabar tentang beradanya Giok
Cu. Orang tua itu menunjuk ke arah lereng gunung, sambil
berkata: "Desa Kam-sie cun terletak dilereng gunung itu. Disana
tidak terdapat sesuatu yang berharga, kecuali sayur-mayur
dan sekedar ikan kering, Bila siauw-ya hendak berpesiar,
silahkan dahulu. sebentar malam hendaklah kau singgah di
gubukku, Kami akan berusaha menyediakan ikan segar dan
minuman hangat. Mungkin sekali kita dapat bicara
berkepanjangan." "Terima kasih." sahut Sin Houw, yang kemudian mendaki
gunung, Kelakuannya seperti benar-benar sedang pesiar,
tetapi sesungguhnya ia selalu memasang mata.
Sampai tengah hari ia berjalan kadang-kadang melihat
seorang petani sedang menggarap sawah dan beberapa
orang penebang pohon. Ketika matahari telah tenggelam,
1025 segera ia kembali ke rumah orang tua itu hendak menetapi
janji. Ternyata rumah orang tua itu seperti rumah seorang
kepala kampung, serambi depannya lebar dan luas. Berpagar
batu dan berpintu gerbang. Begitu tiba didepan pintu gerbang, seorang gadis yang
cantik luar biasa membuka pintu. Pandang matanya bersinar
tajam, Kulit wajahnya putih halus, dan perawakan tubuhnya
padat semampai. Sin Houw hendak membuka mulutnya atau
gadis itu telah mendahului. Dia tertawa manis sekali sambil
berkata: "Apakah siauw-ya yang datang ke mari untuk berpesiar"
Ayahku telah membicarakannya tadi ..."
Sin Houw mengucapkan terima kasih, lalu mengikuti gadis
itu masuk kedalam. pekarangan rumah yang dilaluinya, penuh
bunga aneka warna yang semerbak harumnya, Bila pemilik
rumah tidak berpendidikan, mustahil dapat mengatur taman
yang seindah itu, Rasanya tidak kalah dengan taman bunga di
kota besar. Ayah gadis itu ternyata sudah menunggu diserambi depan
dengan tertawa ramah. Diatas meja benar-benar telah tersedia
beberapa guci tempat arak dan beberapa mangkok makanan.
"Bagaimana kesan siauw-ya tentang telaga Thay-ouw
kami?" "Benar hebat dan agung." jawab Sin Houw dengan
sesungguhnya. "Keindahannya lebih menarik dari telaga Cuiouw."
"Apakah siauw-ya pernah melihat telaga Cui-ouw juga?"
"Secara kebetulan aku lewat dan berkesempatan
menikmati keindahannya," ujar Sin Houw, dan orang tua itu
1026 tertawa lebar. Katanya: "Hanya sayang sekali. seseorang jarang sekali dapat
menghargai keindahan gunung dan telaganya, Mereka lebih
tertarik kepada jabatan tinggi dan logam yang berwarna
kuning. sayang, bukan?" Mendengar perkataan itu, Sin Houw terperanjat pikirnya
didalam hati: "la menyebut logam kuning. Bukankah emas yang
dimaksud" Apakah ia sudah dapat menduga maksud
kedatanganku ke sini" Akh, aku terlalu curiga ..."
Memperoleh pertimbangan demikian, hatinya jadi tenteram
kembali. Tatkala tuan rumah mempersilahkan meneguk
minuman keras, ia dapat melayani dengan baik dan wajar.
Kemudian bicara tentang kesenian, kebudayaan dan lain
sebagainya. Dengan demikian mereka berbicara seperti dua
sahabat yang akrab. Hanya saja masing-masing tidak
menanyakan nama dan asal usul masing-masing, seakanakan
suatu pantangan. Setelah meneguk beberapa cawan arak, orang tua itu
nampak menjadi pusing. Dengan tertawa mohon maaf.
Katanya: "Tenagaku tidaklah sekuat seperti dulu, kepalaku sudah
pusing. Perkenankan aku mendahului beristirahat
pemandangan sekitar dusun ini sangat indah diwaktu bulan
purnama, Bila siauw-ya ingin menikmati, silahkan."
Sin Houw mengucap terima kasih. Dan tatkala orang tua itu
mengundurkan diri, anak gadisnya segera mengantarkan Sin
Houw ke kamarnya untuk beristirahat.
Tengah malam Sin Houw siuman dan mendekati jendela,
Bulan nampak bersinar terang, hatinya tertarik. segera ia
1027 mengerubungi dirinya dengan pakaian tebal, kemudian keluar
halaman mereguk keindahan malam. Ia mendengar desah gelombang telaga Thay-ouw, lalu
berjalan mendaki bukit dan berdiri dekat batu telaga yang kena
pantulan sinar bulan. Selagi ia tertawan keindahan telaga itu, tiba-tiba ia
mendengar suara seorang gadis bersenandung, segera Sin
Houw mendekati. Tatkala berada didepannya sekira lima
langkah, berkatalah gadis itu: "Apakah siauw-ya bercita-cita hendak menghancurkan
angkara murka?" "Tak tahulah aku," sahut Sin Houw. "Tapi kukira, bila lakilaki
itu sudah menjatuhkan pilihannya, tidak akan
mengundurkan diri, Kata pepatah, lebih baik hidup satu hari
menjadi harimau dari pada satu tahun menjadi kambing
sembelih." Gadis itu tertawa dingin, lalu ia berkata lagi:
"Siauw-ya datang kemari hendak mencari harta, bukan"
janganlah bermimpi yang bukan-bukan!"
Dan secara tiba-tiba gadis itu menghunus pedang pendek
yang bersinar hijau, kemudian menikam Sin Houw dengan
gerakan cepat luar biasa. sudah barang tentu Sin Houw kaget
bukan main, ia mengelak cepat pula, menegas:
"Hey, kenapa...?" Gadis itu tidak menyahut. ia menikam, Kali ini sangat gesit,


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena bersungguh-sungguh, tak berani Sin Houw
semberono. segera ia mengimbangi dengan gesit pula, hanya
saja ia tidak melakukan perlawanan. setiap kali ditikam, ia
melompat mundur. Karena itu ia terdesak sampai berada
1028 ditengah kubu batu. "Tahan! Berilah aku kesempatan bicara. Dengarkan dulu
..." Belum lagi ia menyelesaikan perkataannya, muncullah
beberapa orang dari balik batu, Diantara mereka nampak
orang tua pemilik rumah. ia bersenjata Tiat-kauw, gaitan besi.
Tatkala lompat keatas batu, dengan ganas ia menyerang Sin
Houw. "Lo-cianpwee!" seru Sin Houw, "Sebenarnya apa yang
telah terjadi" Kenapa sikapmu mendadak berubah?"
"Hm!" dengus orang tua itu, "Apakah kau tidak merasa
sendiri" Mulanya kusangka kau tamu terhormat. Tak tahunya
kau seorang penjahat yang gila harta !"
Karena dirinya telah terkepung oleh sekian banyaknya
lawan, maka terpaksa ia mengadakan perlawanan. Dengan
sekali hunus, pedang Gin-coa kiam berkelebat, dan dua
senjata lawan ter-kutung dengan mudah.
Sudah barang tentu para pengepungnya terperanjat,
sehingga mundur tergesa-gesa . syukur, Sin Houw tidak
mengejar, serunya: "Tahan!"
"Apa yang harus ditahan?" orang tua itu berteriak.
"Walaupun kau memiliki pedang mustika, tetapi kami sudah
mengurungmu. Percayalah, tidak akan dapat kau berbuat
banyak." Sin Houw biasa bergaul dengan orang-orang tua yang
aneh tabiatnya seperti gurunya sendiri, dan Bhok siang tojin,
selamanya ia menghormati dengan hati tulus. Juga kali ini.
Meskipun di serang bertubi-tubi, tak mau ia membalas atau
mendesaknya. Arah sasarannya kepada orang lain.
1029 Akan tetapi gerakan mereka gesit dan aneh luar biasa.
Kalau diserang ia mundur. Dan yang lain menggantikan. Tegasnya,
mereka menyerang dan mundur dengan bergantian.Merekapun tidak sudi membiarkan senjatanya kena
bentur pedang mustika Sin Houw yang tajam luar biasa,
Karena itu, lambat laun Sin Houw mendongkol juga.
Sekarang ia memperhatikan kesepuluh lawannya, Kecuali
orang tua dan gadis itu, kepandaian kedelapan orang lainnya
tidaklah seberapa. Hanya karena mereka maju mundur
dengan bergantian, tidak pernah seorangpun kena dilukai.
"Coba, kuarahkan seorang saja ingin kutahu, bagaimana
cara mereka mempertahankan diri." pikir Sin Houw.
Memperoleh pikiran itu, Sin Houw segera mendesak
seorang lawan yang segera berlari-larian sekeliling batu, Lalu
lenyap, sebagai gantinya, gadis anaknya pemilik rumah
menyerang dengan pedang pendeknya, selagi Sin Houw
menghadapi gadis itu dengan ragu-ragu, ia diserang dari
belakang dan samping cepat ia mendesak dan menyerang
gadis itu dengan gesit. Mereka semua menghilang dibalik
batu, sebagai gantinya adalah orang tua pemilik rumah.
Sin Houw segera memperhatikan dan mencari keyakinan
mengenai cara bertempur para pengepungnya. setelah yakin
benar, segera ia bersiul nyaring, pedangnya berkelebat ke
berbagai penjuru, sekali bergerak, sasarannya tiga tempat,
dan mereka lantas saja menjadi gempar dan terkejut.
Sebenarnya, bila mau Sin Houw dapat merobohkan
mereka dengan mudah. Akan tetapi ia tak sampai hati melukai
mereka. Tujuannya kini hanya hendak menerobos keluar dari
kepungan, ujung pedangnya bergerak tiada hentinya.
Dan ia menyerang tiga sasaran sekaligus malahan pada
suatu kali, ia menyerang tujuh sasaran dengan berantai.
1030 seketika itu juga, garis pertahanan mereka kacau balau.
Sin Houw sengaja mengarah kepada gadis itu, Dengan
gesit ia memburu, setiap kali memunahkan serangan yang
lain, sebentar saja gadis itu terdesak sampai dipintu luar. ia
memekik ketakutan Dan mendengar pekiknya, Sin Houw
menghentikan serangannya. itulah suatu kesalahan besar bagi Sin Houw, Hal itu
diketahuinya benar. Sebab ia takut melukai gadis itu, justru pada saat itu bumi
yang diinjaknya amblas. Gadis itu membarengi dengan
pekikan tinggi. Sin Houw kaget, ia kaget karena tubuhnya tercebur
kedalam lubang. iapun tertegun sejenak mendengar pekikan
gadis itu untuk yang kedua kalinya Kenapa" Pada detik itu, ia membagi perhatian. Kepada
bumi yang diinjak dan gadis itu, Tahu-tahu tubuhnya telah
terbanting masuk ke dalam lubang. sekarang barulah ia teringat untuk menolong dirinya
sendiri. Tetapi telah terlambat, walaupun mempunyai
kepandaian tinggi, tetapi karena gerakannya terhenti,
membuat dirinya kehilangan pegangan, Tak keburu lagi, ia
menolong dirinya sendiri. Satu-satunya perbuatan yang dapat dilakukannya,
hanyalah mencoba menghambat lajunya, ia kemudian
berjungkir balik, Tatkala kedua kakinya meraba dasar tanah,
ternyata lembab seperti berlumpur. Tahulah ia kini, bahwa dirinya jatuh kedalam sumur yang
sangat dalam, sumur itu gelap gelita sehingga penglihatannya
tak dapat melihat kedua tangannya, Teringatlah dia, bahwa di
dalam sakunya tersimpan sebuah batu letikan. Maka ia
1031 menyalakannya. Dan dengan bantuan letikan batu api itu,
dapatlah ia melihat sekelilingnya. Ia merobek lengan bajunya dan membakarnya. Api lantas
menyala. Tapi baunya sangat tajam serta nyaris menyesakkan
napas. Selintasan, ia melihat betapa dalam dasar sumur yang
di injaknya. Tiada harapan untuk dapat merayap keatas. Dasar
tanahnya pun tidak rata. Untunglah, didepan matanya terlihat
sebuah lubang. Karena mempunyai penerangan istimewa, ia lantas
memasuki terusan itu. Ternyata sebuah terowongan mirip
lorong dibawah tanah. selangkah demi selangkah ia maju,
akhirnya tibalah dia kepada dinding batu buntu.
Sin Houw menghela napas panjang, Tak disangkanya,
bahwa disinilah ajalnya sampai. semua orang memang harus
mati, tetapi ia akan mati kecewa karena tersekap didalam
lubang sumur di-atas gunung Bu-tong!
***** PENUTUP TETAPI Thio Sin Houw bukan seorang pemuda yang
mudah putus asa, sejak kanak-kanak ia pernah mengalami
penderitaan hebat melebihi manusia lainnya. Begitu ia
berputus asa, bangkitlah rasa marahnya, Hal itu terjadi, karena
ia merasa dipermainkan nasib. Menurut nasihat orang-orang
tua, ia wajib berhati mulia, sekarang ia korban dari kemuliaan
hatinya sendiri. Andaikata tadi ia tidak mengenal rasa iba terhadap gadis
itu, tidakkan mungkin ia sampai terperosok kedalam sumur !
Tiba-tiba ia menghantam dinding yang menghalang
didepannya. Kena hantamannya, dinding itu tergetar dan
1032 nampak bergerak-gerak. Melihat hal itu sepercik harapan
timbul didalam hatinya. "Apakah ini dinding buatan?" serunya
didalam hati. Oleh harapan itu segera ia bekerja, sekarang ia tidak
menggunakan tinjunya. Akan tetapi pedang Gin-coa kiam yang
tajam luar biasa. ia membongkar dan mengorek-ngorek,
Dinding itu gempur sedikit demi sedikit dan meluruk kebawah.
Sekarang ia yakin, dinding sumur itu benar-benar dinding
buatan. Tambalan dan lapisannya selalu bergerak gerak.
Maka harapannya kian menjadi besar, segera ia mengerahkan
seluruh tenaga dalamnya. lalu dilepaskan dengan dibarengi
teriakan nyaring. inilah yang pertama kalinya, ia menggunakan
seluruh himpunan tenaga saktinya, yang meledak bagaikan
dinamit. Dinding sumur itu ambruk dan ternyata berlubang mirip
terowongan. Tanpa sangsi lagi Sin Houw masuk. sebentar saja
sampailah ia di dalam ruang lain, Hatinya tergetar dan heran
tatkala kedua matanya menjadi silau.
Ia memejamkan matanya sejenak. Kemudian
menyenakkan dengan perlahan lahan beberapa saat lamanya
ia membuat penelitian Diperhatikan apa yang membuat
matanya menjadi silau, setelah memperoleh penglihatan
tegas, ia gembira bukan kepalang. Disana terdapat sebuah terowongan, dan cahaya itu
datang dari terowongan tersebut. Bergegas ia memasuki
terowongan itu yang tidak begitu panjang bila dibandingkan
dengan terowongan yang telah dilaluinya, Tapi kembali lagi ia
tiba pada dinding pembatas. ia memperhatikan sebentar.
samar-samar ia melihat bentuk dinding itu seperti pintu.
Pintu itu terbuat dari batu pualam yang termashur liat,
1033 Tajam senjata biasanya tak dapat merusaknya, Biasanya batu
pualam berwarna hijau, Tapi pintu itu berwarna putih. Dengan
demikian, termasuk batu pualam yang jarang terdapat didunia,
Melihat bentuknya sangat luar biasa, maka harganya tidak
ternilai. Sin Houw menyimpan pedang Gin-coa koam, Hati-hati ia
meraba pintu pualam itu, Halus dan licin. ia meraba sampai
akhirnya ditemukan lubang kunci. Melihat lubang kunci itu,
harapannya menjadi besar. Teringatlah dia kepada kunci
emas. Dengan berdoa ia mengeluarkan kunci emas dari dalam
sakunya. Hati-hati ia memasukkannya. Ternyata tepat sekali. Dan
dengan bersorak gembira didalam hati, ia memutar. Klik! Pintu
didorongnya terbuka, Dan begitu terbuka kedua matanya
benar benar silau, Meskipun belum dapat melihat dengan
tegas, namun hatinya sudah dapat menebak. itulah harta
karun, Harta warisan yang ditemukan Gin-coa Long-kun!
Segera ia masuk dan menutup pintu nya kembali.
Kemudian, ia menyimpan kuncinya hati-hati didalam sakunya.
sekarang ia membuka matanya lebar-lebar, Akh, benar!
Didepannya terlihat timbunan permata dan emas tak ubah
sebagai bukit. Meskipun ruang itu sebenarnya gelap gelita, tetapi bersinar
terang benderang oleh pantulan cahayanya. seketika itu juga,
ia tertegun. Thio Sin Houw menghampiri dan mengaduknya. Tiba-tiba
tangannya menyentuh suatu benda panjang, tatkala ditarik,
ternyata sebatang golok yang tajam luar biasa, Samar-samar
ia melihat ukiran huruf yang berbunyi:
"SUN LUI TO". (Sun-lui to = Pedang Halilintar). 1034 Membaca bunyi huruf-huruf itu ia menjadi terkejut, namun
kemudian tersenyum, Pengukir huruf ini terlalu rendah menilai
budi manusia. Benarkah kehidupan manusia ini berada dalam
pengaruh harta benda semata" Tetapi tatkala memutar-mutar
hulunya, penutupnya terlepas. Golok itu ternyata berlubang
seperti serubung, ia melongoknya dan menemukan segulung
kulit kambing. Segera ia membebernya. Ternyata sebuah peta. Peta itu
melukiskan tempat tempat dan gunung-gunung dengan jelas.
Terdapat pula sungai-sungai dan letak tanah. Dan dibawahnya
terdapat petunjuk-petunjuknya, bagaimana cara
mempertahankan dan menyerang. Teringatlah Sin Houw, bahwa itulah peta peninggalan
pahlawan Gak Hui. Tiba-tiba ia heran sendiri, apa sebab
benda itu berada diantara tumpukan harta terpendam yang
ditemukan oleh Gin-coa Longkun"
Tatkala pandang matanya sampai disudut peta, terukirlah
huruf-huruf nama pahlawan bangsa itu. ia jadi bingung sendiri.
Tiba-tiba teringatlah dia kepada ayah bundanya, Bukankah
keluarganya hancur akibat perebutan golok itu" Tak terasa ia
mengucurkan air mata. "Entah sudah berapa jiwa korban untuk memperoleh golok
ini, Dan peta itu, apakah kegunaannya?"
Ketika Sin Houw mengalihkan pandang, maka tiba-tiba ia
menjadi terkejut, Ternyata pintu yang tadi ditutupnya kini
terkancing rapat. ia mendekati dan meraba-raba, memasukkan
kunci emasnya. Ternyata lubang kunci tidak cocok, sekarang
tahulah dia, bahwa pintu itu mempunyai dua lubang kunci.
Kunci dari luar dan kunci dari dalam, itulah suatu hal yang takpernah
terlintas dalam pikirannya. 1035 "Aduh, celaka!" ia mengeluh, Kali ini ia mengeluh hebat,
Sebab pintu itu tak dapat digempurnya seperti pintu batu tadi.
Didalam ruang memang tersedia permata, emas dan perak.
Tetapi tiada sebutir beras dan seteguk air. Apakah gunanya
harta benda itu semua" Kini ia merasa terancam bahaya kelaparan dan dahaga.
Bila perut kosong dan tenggorokan kering, akan merupakan
suatu siksa yang hebat luar biasa. Dalam kesedihan dan
kepiluannya, ia jadi berputus asa. Katanya:
"Akh, ternyata aku ditakdirkan mati di gunung Bu-tong. Di
gunung Bu tong ini ayahku terdidik, Di gunung Bu-tong ini pula
ayah bunda dan seklain saudaraku mati dengan hati
penasaran. Di gunung Bu-tong ini, aku menderita luka parah.
Sekarang, akupun bakal mati di gunung Bu-tong juga, Mati
ditengah harta benda dan sebatang golok pembawa bencana!"
Menghadapi ancaman maut, secara naluriah Sin Houw
lantas berteriak-teriak, Harapannya, semoga suaranya
terdengar dari luar goa, sepuluh lima belas kali ia berteriak,
sehingga telinganya terasa tuli akibat pantulan suaranya
sendiri. Namun hasilnya sia-sia. Akhirnya ia duduk bersimpuh didepan pintu pualam itu.
Katanya kepada dirinya sendiri: "Kata orang, seseorang dapat bertahan seminggu dengan
perut kosong tetapi aku sudah berlatih semedhi. Ba-rangkali
masih dapat bertahan sampai sepuluh hari, selama sepuluh
hari itu, biarlah aku berusaha mencari jalan keluar . Siapa
tahu...?"

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentu saja perkataannya itu lebih condong kepada katakata
hiburan untuk diri sendiri, walaupun demikian, hatinya
agak tenteram, ia lantas bangkit dan berjalan perlahan-lahan
menghampiri timbunan harta. Pada saat itu berbagai
kenangan berkelebat di benaknya. Kepada kakek guru dan
1036 paman gurunya yang sayang kepadanya, dan kepada lain
sebagainya. Dan yang terakhir Giok Cu.
"Akh, Giok Cu. Tiada harapan kita akan dapat bertemu
kembali..." keluhnya. Boleh dikatakan belum lama berselang ia berkenalan
dengan Giok Cu. Dalam kebanyakan hal, ia selalu berselisih
pendapat, Dia berhati keras dan bengis, Akan tetapi kadangkadang
menjadi lemah lembut. Teringat akan nasibnya yang
sama dengan dirinya, ia jadi tertarik. Malah merasa diri
senasib sepenanggungan. Sekarang dia bakal hidup sebatang kara benar. Tiada ayah
bunda, dan tiada saudara. Mungkin sekali ia akan berusaha
mencarimu, tetapi dimanakah dia akan mencari diriku?"
pikirnya lagi. justru ia berpikir demikian, teringatlah dia kepada
gadis puteri pemilik rumah. Sifat gadis itu lain lagi. Dia seorang yang lemah lembut,
akan tetapi berani bertanggung jawab. pikirnya lagi didalam
hati: "Bila kedua sifat itu bergabung menjadi satu, aku akan
mempunyai seorang gadis yang sempurna wataknya, apalagi
bila ditambah dengan sifat-sifat Cie Lan. Barangkali di dunia
ini tiada bandingnya ***** Terkurung didalam goa itu, perasaan Sin Houw tergoncang
sehingga bersifat liar. ia jadi mengada-ada, sadar akan hal itu,
ia mencoba mengatasi. Digerayanginya golok Halilintar yang
berada di tangannya. Tiba-tiba ia menyentuh sebongkah
lembaran kulit lagi. Kali ini sudah tersulam rapi, sehingga
berbentuk sebuah kitab. "Hey, kitab apakah ini?" ia tertarik.
1037 Ia hendak membalik-balik lembarannya. Tiba-tiba ia tertarik
kepada setumpuk kertas minyak. setelah dibaca ternyata
meriwayatkan perjalanan dan perjuangan pahlawan Gak Hui.
Tentu saja, ia tak merasa berkepentingan. sebab isinya hanya
urusan peperangan. Kemudian ia menekuni kitab itu judulnya: Rahasia ilmu Kiuim
Cin-keng... ia membalik-balik lembarannya yang pertama.
Kemudian membacanya, Begini-lah bunyi tulisan itu:
"Hidup ini bergerak. Rasa itu tenteram. Angan-angan itu
kebijaksanaan, Budi seumpama aliran, dan pekerti merupakan
saluran." "Apakah artinya ini?" ia berpikir, ia seolah-olah pernah
menyentuh pengertian demikian. Maka ia membaca terus.
Lambat-laun ia tertarik. setelah selesai, ia menarik napas
dalam. Berkata kepada diri sendiri:
"Akh, barulah kini aku mengenal diriku sendiri,
Dibandingkan dengan penulis kitab ini, diriku tak lebih dari
pada cahaya kunang-kunang," Tertarik oleh tulisan itu, ia mengulangi membaca lagi.
sedikit demi sedikit ia mencoba mendalami dan memahami.
Ternyata isinya melingkupi seluruh ilmu jasmani dan ilmu
sakti, Keruan saja ia girang bukan kepalang. serunya didalam
hati: "Bila aku memahami isi kitab ini, maka aku akan mengerti
dan mengetahui seluruh inti ilmu-ilmu sakti dari berbagai aliran
di dunia ini..." Sekarang, samar-samar ia mulai mengerti apa sebab
tokoh-tokoh sakti memperebutkan golok Halilintar itu ternyata
isinya luar biasa dahsyat dan luas. semua sarwa sakti yang
1038 terdapat di dunia ini terhirup dan tercakup didalamnya.
Tetapi tiba-tiba teringatlah dia, bahwa dirinya kini terkurung
di dalam sebuah goa yang dindingnya tak dapat tertembus
oleh senjata tajam apapun juga, semangatnya jadi runtuh.
Namun Sin Houw seperti sudah terlatih. semasa kanak-kanak
ia senantiasa terancam bahaya maut.
Didalam rasa putus harapan, masih bisa ia tertawa, Maka
kali inipun begitu juga. walaupun tiada gambaran dan
pegangan bagaimana caranya dapat keluar dari kurungan
goa, perasaannya menyuruhnya agar membaca dan menekuni
kitab tersebut. Katanya kepada dirinya sendiri:
"Dahulu aku hidup dengan tak setahuku. Mengapa
sekarang aku harus memikirkan cara matiku?"
Ibarat pelita yang hendak padam karena kehabisan
minyak, tiba-tiba ia memperoleh percikan minyak, seketika itu
juga, dia jadi acuh tak acuh terhadap dirinya sendiri seperti
dahulu semasa kanak-kanak. ia lantas membaca dan
membaca. Mula-mula rasa lapar dan dahaga mengganggu dirinya.
Lambat-laun perasaan itu menipis dan menipis, Tahu tahu ia
tertidur nyenyak sekali. Tatkala terbangun, tak tahulah ia
sudah berapa jam tertidur demikian. Bukit permata yang
didepannya tetap menyala terang benderang seperti tadi.
"Sekarang aku akan mencoba berlatih mengikuti petunjukpetunjuk
kitab ini." katanya kepada diri sendiri.
Ia lantas membaca bagian pekerti yang mengutamakan
tenaga himpunan. setelah menarik napas panjang, ia
mendekati dinding goa, Kemudian tenaga himpunan itu
dilepaskan. Diluar dugaan, dinding batu itu rontok beberapa
bongkah. Menyaksikan hal itu, ia jadi gembira.
1039 "Tenaga bertambah. Tapi aku masih merasakan suatu
kekurangan. Apakah aku harus bergerak dengan hati
tenteram?" pikirnya. Memperoleh pikiran demikian, segera ia melakukan,
Dipusatkan seluruh tenaganya. Kemudian dilepaskan dengan
hati tenang, Dan hasilnya sungguh diluar dugaan. Dinding
yang terbuat dari batu pualam itu rompal sebagian.
Puas hati pemuda itu, ia yakin bila rahasia pengendapan
itu sudah dapat dikuasai, pasti akan dapat merobohkan batu
pualam itu, Akan tetapi hebatnya adalah soal rasa dahaga.
Dengan mengeluarkan tenaga dalamnya, keringatnya terhisap
keluar. ia jadi merasa dahaga sehingga tenggorokannya
terasa kering, Menahan rasa lapar, rasanya ia masih sanggup
untuk satu dua hari lagi. Tetapi menahan rasa dahaga
kesulitannya sekian kali lipat. Memang, menurut pengalaman, seseorang dapat
menahan lapar sampai seminggu lamanya. Kemudian baru
mati, sebaliknya orang tak dapat menahan rasa dahaga lebih
dari tiga hari. ia akan mati dengan tiba-tiba, sekarang ia
mencoba menahan rasa lapar dan dahaga hebatnya tak
terkatakan. Untuk sekedar melupakan, ia kembali menekuni kitabnya,
kemudian tertidur dengan tak setahunya, Tatkala terbangun,
kembali ia menghafal, Dan pada saat itu ia dapat membaca
bunyi kitab itu diluar kepala, pikirnya didalam hati:
" ilmu sakti warisan Gin-coa Long-kun sudah hebat luar
biasa. Tetapi bila dibandingkan dengan isi kitab ini, rasanya
hanya sebesar biji asam, sayang... walaupun hebat luar biasa,
tak dapat aku memperlihatkannya kepada para ahli.
Selagi berpikir demikian, tiba-tiba telinganya yang kini
menjadi tajam luar biasa menangkap bunyi. terlalu perlahan
bunyi itu, setelah diperhatikan, rasanya seperti seseorang
1040 sedang menggali tanah diluar dinding.
"Siapa di luar?" ia berseru gembira. ia yakin, orang itu pasti
mendengar suaranya, mengingat dirinya pun dapat
menangkap suara dari luar, Hal itu berkat dinding pualam yang
telah rompal sebagian. Tetapi ia lupa, bahwa pendengaran
orang itu kini berbeda dengan pendengarannya, meskipun
telinga seorang pendekar. "Siapa diluar?" ia mengulang seruannya .
Tetap saja tiada jawaban. sekarang ia yakin benar, bahwa
orang itu sedang membongkar dinding bagian luar, Dengan
bernapsu ia mengerahkan tenaganya dan menggempur pintu,
Kali ini pintu batu pualam sama sekali tak bergeming, Bahkan
tangannya menjadi sakit dan nyeri. "Akh, ya ..." ia menyadari kesalahannya , "Aku terlalu
bernapsu sehingga hanya bersumber pada kekuatan
jasmaniah, sebaliknya kalau aku berlaku tenang, sumbernya
berada pada HIDUP yang tak terbatas.
ia hendak mengulangi, akan tetapi takut kehilangan tenaga
terlalu banyak maka ia mencoba berseru untuk yang ketiga
kalinya. Tetapi tetap saja hening tak terjawab.
Sampai disini selesai sudah kisah Thio Sin Houw dalam
judul GOLOK HALILINTAR. Bagi para pembaca yang ingin
mengetahui kisah selanjutnya pemuda yang perkasa itu,
nantikanlah cerita berikutnya. TAMAT Seruling Samber Nyawa 6 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Bentrok Rimba Persilatan 10
^