Seruling Samber Nyawa 6

Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bagian 6


kau ini." Setelah itu ia menggerung dan memekit keras dan panjang
sedemikian kerasnya sampai terdengar puluhan li jauhnya.
Bersama itu kedua lengan bajunya yang besar gondrong itu
berkibar-kibar, tubuhnya berputar cepat laksana gangsingan,
angin menderu-deru hebat, seketika Giot-liong terkepung
didalam bayangan pukulan dan tutukan yang berseliweran
cepat dan mengancam jiwanya. Malam ini Giok-liong betul-betuI sangat marah, Pikirpun
tidak terpikir olehnya dalam pegunungan yang liar dan sepi ini
pakai ketemu seorang Hwesio tua yang tidak mengenal sopan
santun dan aturan, maka segera dengusnya mengejek "Jelekjelek
aku sebagai murid aliran Ji-bun, masa takut terhadap Go
bi-pay kalian," Ji-lo terus dikerankan, ilmu Sam-ji-cui-him-chia juga lantas
dilancarkan Dalam gelanggang segera timbul segundukan
bayang pukulan tangan laksana gunung meninggi berlapis
bersusun tiada habisnya, sedemikian rapat dan keras berputar
mengembang keluar ditengah deru angin pukulan awan putih
mulai berkelompok mengembang bergulung-gulung hebat
menerjang kearah Goan hwat Taysu. "Blang, blung" suara dahsyat saling berganti menggetarkan
bumi dan langit, batu sampai pecah berhamburan, udara
menjadi gelap oleh kabut debu, bayangan kedua orang tibatiba
berpencar kedua samping. Tampak air muka Giok-liong rada bersemu, jubah
panjangnya melambai-iambai tertiup angin ia berdiri tegak dan
waspada. Sebaliknya Goan-hwat Taysu tak kuasa berdiri tegak, ia
tersurut tiga langkah kebelakang, mulutnya lantas
menyeringai tawa sinis: "Kim-pit-jan-hun Ma Giok liong,
hehehehe, kiranya memang cukup hebat dan lihay tak
bernama kosong !" seiring dengan tawa dinginnya tangkas
sekali kedua tangannya bergerak-gerak didepan dadanya lalu
masing-masing berputar setengah lingkaran terus didorong
maju ke depan dengan sepenuh kekuatan.
"Pyar," begitu angin pukulannya dilancarkan keluar saling
sentuh lantas mengeluarkan gesekan yang keras itu, sehingga
menimbulkan geseran angin lesus kecil-kecil berpencar ke
berbagai sasaran merangsang kearah Giok-Iiong. Bersama itu,
sepuluh jarinya beruntun menjentik, menyambitkandesis angin
kencang, sekaligus mengarah ke jalan darah penting ditubuh
Giok-Iiong. Setelah melancarkan serangan bergelombang ini toh, Goanbwat
Taysu sendiri masih belum berhenti bergerak, tiba-tiba ia
melejit ketengah. udara, jubah Hwesionya yang besar
gedobrakan itu melambai-lambai serentak kedua kaki
tangannya bergerak-gerak menari-nari laksana seekor labalaba
yang menungkrup keatas kepala. Melihat tingkah laku orang yang aneh ini, Giok-Iiong betulbetul
kaget. ilmu semacam ini agaknya pernah didengarnya
dari cerita suhunya, ini merupakan semacam ilmu jahat yang
sangat berbisa dan sudah sekian lama putus turunan.
Sekarang dalam keadaan kepepet begini sulit teringat olehnya
apakah nama ilmu macam begini aneh ini. Karena saat mana
angin kencang yang tajam berseliweran bagai badai
mengamuk telah menerpa tiba. Giok-Iiong insyaf akan kelihayan ilmu semacam mi, tanpa
berani berayal lagi, cepat ia menarik napas panjang, Ji-lo
dikerahkan sampai tingkat kesepuluh, sedemikian deras aliran
hawa murni ini sampai terasa gemetar berputar melindungi
badannya, Bersama itu Leng-hun-toh juga lantas
dikembangkan sedikit kakinya menutul tanah, laksana ikan
gesitnya setangkas belut membelesot badannya bergerak
lincah seperti kera berloncatan menerjang keluar dari sela-sela
angin kencang yang merangsang tiba, belak belok tepat benar
seperti belut melesat keluar dari kurungan ilmu musuh.
Agaknya Goan-bwat Taysu tidak mengira akan perbuatan
Giok-liong, meski dalam hati ia kagum namun mulutnya
menjengek gusar: "Bocah keparat ternyata berisi juga, Lohu
semakin tidak akan mengampuni kau."
Tiba-tiba badannya yang terapung ditengah udara itu bisa
berputar cepat segesit burung terbang terus mengejar dan
menubruk datang kearah Giok-liong. Setelah lolos dari serangan angin totokan musuh, lantas
Giok-liong berpikir, kalau hari ini dirinya tidak hati hati
menghadapi Hwesio jahat tidak kenal aturan ini, pasti
celakalah dirinya. Maka iapun tidak mau kalah garang, ejeknya
menghina: "Tuan mudamu ini masa takut menghadapi ilmu
siluman dari aliran sesat yang kau pelajari ini."
Karena pengarahan Ji-io sampai tingkat kesepuluh ini, tiga
kaki sekitar tubuhnya sudah terpenuhi dan dilingkupi oleh
Sian-thian-cin-khi, berbareng potlot mas juga dilolos keluar
terus diacungkan keatas bersiap menghadapi serangan dari
atas. Saat mana badan besar Goan-hwat Taysu kebetulan sudah
melayang sampai diatas kepala Giok-liong, ditengah udara ia
terloroh-loroh dingin, katanya: Bocah keparat, kalau kau mau
tunduk dengar perintahku maka akan kuampuni jiwamu."
Giok-liong semakin murka, bentaknya: "Kentut, tuan muda
mu ini berkelakuan lurus berlaku bajik dan genah, Mana bisa
mendengar perintah dan tunduk pada tua bangka brutal
macam kau ini yang menjual nama baik kakek moyangmu
demi kesenangan sendiri." Sebetulnya makiannya ini melulu untuk ucapan pancingan
belaka, Tak terduga justru tepat mengenai borok dari
keburukan Goan-hwat Taysu. seketika berubah hebat air
mukanya. Mulutnya lantas terkekeh-kekeh dingin menyakitkan
pendengarnya: "Keparat dari mana kau mengetahui rahasia
pribadi Lohu, hehehehe. . . ." suaranya sedemikian sadis dan
mengerikan. Waktu Giok-liong mendongak keatas, Tampak badan Goanhwat
Taysu yang terbang terapung dan bergerak-gerak seperti
laba-laba lazimnya, lambat laun terbungkus oleh kabut gelap
warna biru tua yang bersinar kemilau. Demikian juga seluruh
air mukanya sudah berubah menjadi biru tua, sungguh ngeri
dan menakutkan. Tersentak kesadaran Giok-liong, tiba-tiba selintas pikiran
berkelebat dalam benaknya: "inilah Lancu tok yam ilmu jahat
berbisa pelajaran Ibun Hwat, pemimpin istana beracun pada
empat ratus tahun yang lalu. Tapi jelas bahwa latihannya
masih belum matang, Begitulah otaknya bekerja, sebaliknya
mulutnya tertawa gelak-gelak, ujarnya: "Mengandal latihanmu
Lan cu-tok-yam yang masih cetek ini, berani kau unjuk
kegarangan dan pamer dihadapan seorang ahli, Sungguh
takabur dan memalukan!" Agaknya Goan hwat Taysu sangat terkejut akan ucapan
Giok-liong ini. Tapi badannya sudah mulai amblas menurun
terus meluncur tiba dengan seluruh badan terselubung kabut
biru, sepasang tangannya berubah seperti cakar burung
garuda, telapak tangannya masing-masing memancarkan
cahaya terang kebiruan yang bergemerlapan.
Disaat badannya menungkrup turun, sepuluh tombak
sekelilingnya menjadi dilingkupi oleh cahaya biru yang terang
cemerlang oleh kabut yang semakin tebal.
Giok-liong berdiri tegak sambil menahan napas menanti
setiap perubahan Potlot mas-nya masih teracung keatas, Ji lo
terus dikerahkan berputar melindungi badan.
Gelombang suara tawa Goan-hwat Taysu semakin
berkumandang keras dan menusuk telinga tak enak didengar
seolah-olah gelak tawanya ini bukan keluar dari mulut
manusia. Kabut biru yang cemerlang itu semakin tebal, seluruh
badan Giok -liong menjadi ikut tersorot menjadi biru terkena
sinar reflek dari cahaya kabut biru yang bersinar itu bahwa
Lan cu-tok-yam ini sangat berbisa, meskipun bagaimana cara
permainan ilmu ini belum jelas.Tapi pernah didengarnya dari
cerita gurunya tentang ilmu jahat ini. Katanya jurus
permainannya sangat aneh dan ganas tidak mengenal
perikemanusiaan, setiap jurus merupakan serangan
mematikan bagi lawan, apalagi banyak perubahan dan sulit
diraba mengarah kemana sasaran yang dituju sebetulnya,
sehingga sukar dibendung atau bersiaga sebelumnya.
Maka dalam saat ia sendiri menghadapi bahaya seperti
yang pernah didengar dari cerita gurunya itu, sedikitpun Giok -
liong tidak berani berayal, hawa dan tenaga murninya
dikerahkan serta mendorong keluar di luar badan sampai
melebar semakin luas kira tiga kaki sekitar tubuhnya
terkekang dan diselubungi seluruh kekuatan ilmu Ji-lonya itu.
Jarak musuh sudah semakin dekat dari delapan sampai
tujuh dan semakin dekat lagi menjadi enam kaki. . . ."
Sekonyong-konyong Giok-liong merasakan adanya
perubahan diatas badannya, ternyata tiba-tiba pusarnya telah
sedikit tergetar dan mendingin, keruan kejutnya bukan
kepalang, Pada saat itulah sesuatu telaga maha dahsyat
laksana gugur gunung telah menindih diatas kepala Giok liong.
"PIup !" terdengar ledakan ringan, waktu kabut biru
kebentur oleh hawa murni diluar tubuh Giok-liong, seketika
hawa udara di sekitar gelanggang menjadi berubah keras.
Giok-liong terdengar mendehem keras, potlot mas yang
teracung keatas mendadak memancarkan sinar kemilau terus
mencang-keatas. Sesaat lama kedua belah pihak saling
bertahan tanpa bergerak. Tenaga tindihan atau gencetan terasa semakin besar dari
berbagai arah terus terpusat ke seluruh badannya.
Giok-liong harus memusatkan pikiran dan mengerahkan
tenaga, cahaya bersinar terang yang terpancar di ujung potlot
masnya kelihatan mencorong keempat penjuru terus melebar
luas. Lambat laun keringat mulai membanjir diatas jidatnya.
Pancaran cahaya sinar potlot mas yang cemerlang juga
semakin mengecil dan redup, Terkilas suatu pikiran dalam
benaknya, "sedemikian kokoh dan kuat nya Lwekang Goanhwat
Taysu, mengapa tadi bisa terkalahkan oleh ular aneh
berjambul ayam jago " Apakah ia tengah berlatih semacam
ilmu berbisa ?" sedikit pikiran ini terlintas, sorot pancaran sinar
kekuningan dari kekuatan senjatanya semakin suram lagi,
Keringat semakin banyak mengalir sehingga berketes-ketes
membasahi seluruh badan seperti kehujanan layaknya.
Giok-liong merasa tenaga tindih dan gencetan dari luar
semakin berat, boleh dikata sudah mencapai titik yang tidak
kuat dibendung atau ditahan lagi, Hawa murni dalam
tubuhnya juga terasa sudah terkuras habis, selayang pandang
matanya hanya kabut biru melulu yang melingkupi sekitar
badannya. Sungguh ngeri dan menakutkan Jelas sekali dia
mendengar kumandang gelak tawa yang menggiriskan
semakin keras terkiang kiang dipinggir kupingnya, kepalanya
mulai terasa pusing tujuh keliling, pandangan mulai
berkunang-kunang, kaki tangannya juga mulai lemas dan linu
gatal tak tertahan lagi. Perasaan putus harapan lantas menggelitik dalam hati
kecilnya: "Masa aku harus mati secara demikian ini ! Apakah
aku lantas demikian . . ." "Ya, dia tahu sekali kabut biru berbisa itu menyentuh
tubuhnya, kesadarannya bakal kabur dan terkekang lalu
menjadi domba selama hidup ini. Kalau tiada obat
pemunahnya yang khusus untuk mengobati dalam tujuh kali
tujuh empat puluh sembilan jam orang yang terkena kabut
berbisa itu bakal mati dengan seluruh badan menjadi
segenang cairan air darah. Begitulah dalam keadaan pikiran tidak tenang dan hawa
murni sulit dikerahkan lagi ini. Mendadak terbayang akan
adegan dikala ibunya mengalami bencana terlintas dalam
otaknya. Lantas pemikiran lain lantas terkilas dalam benaknya
secepat kilat: "Aku tidak boleh mati, masih banyak tugas yang
harus kulakukan! Terutama tugas berat yang akan jaya dan
runtuhnya penghidupan kaum persilatan di seluruh jagat ini,
Dan lagi dengan adanya Lan Cu-tok yam yang kenyataan
mulai bersemi pula dikalangan Kangouw ini, bukan mustahil ini
merupakan benih kehidupan dari istana beracun, maka . . ."
semakin dipikir terasa betapa besar dan berat tugas yang
dipikulnya ini, serentak mulutnya lantas menghardik keras:
"Yaaaa!" kedua lengan tangannya mendadak berontak sekuat
tenaga, dimana tenaga murninya terkerahkan terus didorong
keatas. Kabut biru rada terdesak keatas, Tapi Goan hwat Taysu
masih terus berusaha menekan kebawah, sekonyong-konyong
terasa segulung hawa dingin hangat bersemi didalam
pusarnya terus menjalar naik langsung menyusup dan
menerjang kesuluruh urat nadi dan sendi-sendi seluruh
tubuhnya. Seketika pikiran Giok-liong menjadi terang, keruan girang
bukan main hatinya. batinnya: "Ya, mungkin karena hawa
murni dalam tubuhku sendiri sudah terkuras habis, sekarang
kasiat buah ajaib itu telah menunjukkan kegunaannya."
Sungguh tidak disadari olehnya secara serampangan saja
pengalaman yang penuh bahaya didasar jurang ini malah
merupakan cara yang tepat penggunaannya obat buah ajaib
itu. Saat mana cairan perak atau sari mujarab dari buah ajaib
itu, karena tenaga dari dalam tubuhnya sendiri sudah terkuras
habis, digencet lagi dari tenaga luar, lantas terbaur menjadi
satu dan terkombinasi dengan hawa murni dalam tubuhnya,
sekarang sudah mulai menunjukkan keampuhannya yang luar
biasa. Begitulah sewaktu hawa dingin itu meresap keseluruh urat
nadi dan sendi-sendi di kaki tangannya, Giok-liong lantas
merasa tenaganya banyak bertambah kokoh, pancaran sinar
kuning diujung potlot masnya juga mencorong semakin
terang, seluruh badannya tiba-tiba menjadi cemerlang
mengeluarkan cahaya terang putih perak yang samar-samar.
Saking kegirangan Giok-liong mendongak sambil berpekik
lantang serentak kedua lengan tangannya meronta sekuatnya:
"Blang" benturan keras seperti ledakan petir terdengar dengan
dahsyatnya menggetarkan seluruh pegunungan. Terlihatlah
bayangan orang terbang jumpalitan angin badai melesus
membubung tinggi ketengah udara membawa debu dan pasir
sehingga udara menjadi gelap. Seketika Giok-liong merasa bahwa gencetan atau tenaga
tindihan dari atas seketika buyar dan lenyap seluruhnya,
badan terasa ringan dan nyaman, Teriihat Goan-hwat Taysu


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jungkir balik ditengah udara sampai beberapa a ir tak jauhnya
baru mendaratkan kedua kakinya diatas tanah.
Sejenak kemadian kabut dan sinar biru mulai suram lalu
sirna sama sekali, Giok-liong menarik napas dalam-dalam,
sikapnya angker dan dingin, tapi kedua pipinya bersemu
merah penuh ketampanan semangat sepasang matanya
menatap n"ka-.i kebuasan dan penuh nafsu membunuh,
dengan tajam ia tatap Goan-hwat Taysu tanpa berkedip.
Wajah Goan-hwat Taysu penuh diseIubungi kabut biru
yang berkilauan sungguh perbawanya ini bisa menakutkan
orang, Demikian juga kedua biji matanya mendelik besar
seperti kelereng memancarkan cahaya biru dingin bagai mata
dracuIa, menatap ke arah Giok-liong dengan penuh
kegusaran, suaranya terdengar serak dan sember, katanya
rendah: "kau sudah menelan sari buah ajaib ini ?"
Giok-liong mandah menyeringai ejek, bukan menjawab
malah bertanya: "Go bi-tiang-lo, ternyata adalah siluman jahat
kaum persilatan. Kabut laba-laba berbisa macam pelajaranmu
tadi dari mana kau pelajari ?"
Mendadak Goan-hwat Taysu terloroh-loroh kering
mengkirikkan kuduk dan bulu roma, serunya bersenandung:
"Seluas alam semesta, hanya akulah yang teragung Ibun-Hud
co (kakek moyang ibun) bertsbi aku panjang umur !"
Baru saja lenyap suaranya, tiba-tiba badannya bergeser
berputar cepat sekali entah dengan cara apa tahu-tahu
tubuhnya sudah melejit tiba disamping Giok-liong, Dimana
sinar biru menyala, tahu-tahu kelima jari tangannya bagai
cakar garuda sudah menjojoh datang dibawah ketiak kanan
Giok-liong. Betapa besar nyali dan keberanian Giok-liong, menghadapi
ilmu jahat dari kalangan sesat yang lihay dan ampuh ini
hatinya rada keder dan gentar juga. Maka sejak tadi Ji-lo
masih terkerahkan terus berputar melindungi seluruh
badannya, Begitu melihat cahaya biru berkelebat, potlot mas
ditangan kanan lantas bergerak menacup kedepan, samarsamar
kabut putih menguap keluar berputar putar mengitari
badannya. Tangkas sekali Goan-bwat Taysu menarik balik tangannya,
gerak tubuhnya seenteng kupu kupu menari-nari berkelebat
cepat laksana kilat diiringi gelak tawanya yang keras kering
menusuk telinga. Begitu cepat gerak tubuhnya itu sehingga
terbentuklah puluhan bayangan manusia berwarna biru,
semua sedang berlenggang mengitari Giok-liong dengan
langkah gesit dan teratur. Giok-1iong mendongak sambil berpekik panjang dan keras
sekali sampai menembus langit, Potlot masnya mulai bergerak
berputar dan menari cepat memancarkan sinar kuning yang
memanjang seperti seutas rantai mas yang mengitari seluruh
tubuhnya, awan putih mulai berkembang bergulung-gulung,
Mulailah ia lancarkan ilmu Jan-hun-su-sek.
Sejak menelan sari buah ajaib, Lwekang Giok-liong
mendadak bertambah dalam dan tinggi berlipat gaada, Maka
begitu ia lancarkan jurus-jurus tipu silat Jan hun-su-sek
perbawanya sudah tentu lain dari biasanya.
Tampak mega putih berputar semakin cepat menderu-deru
berdesir diseling pancaran cahaya putih perak yang keluar dari
badannya menerangi sekitar badannya, Terutama sesosok
bayangan putih yang selulup timbul kadang-kadang jelas dilain
saat samar-samar, bergerak seperti lambat namun hakikatnya
berkelebat laksana kilat, begitulah sosok bayangan putih ini
terbungkus rapi dan ketat oleh seutas sinar kuning yang
memanjang selincah kera menari tengah berputar dan
bergerak dengan tenang. Adalah diluar lingkungan badannya ini kabut biru masih
tetap bergulung-gulung dengan tebalnya, Gelak tawa Hks,tna
jeritan setan masih terdengar menusuk telinga. Goan-hwat
Taysu yang berwajah biru berkilau tengah bergerak dan
berputar secepat angin, gerak tubuhnya seakan-akan setan
gentayangan, dimana setiap kali lengannya bergerak lantas
menimbulkan berbagai bayangan cakar setan warna biru
selalu mengancam badan Giok-liong tempat yang diarah
terutama adalah jalan darah yang mematikan diatas
badannya. Beginilah tanpa mengenal waktu kedua belah pihak
bertempur mempertahankan hidup, begitu saling sentuh
lantas terpental berpencar, Ditengah udara saban-saban
terdengar benturan keras laksana guntur menggelegar sampai
menggetarkan bumi pegunungan, batu-batu besar kecil
sampai bergelundungan dari atas tebing.
Sekarang kelebat tubuh mereka yang bertempur ditengah
gelanggang semakin cepat, sekitar gelanggang kini sudah
diliputi kabut biru yang mengembang tebal bayangan manusia
bergerak laksana belut diantara hawa beracun yang mulai
mengembang luas setiap saat diancam oleh cengkeraman
cakar setan. Seumpama ombak badai samudera raya yang mengamuk
berderai berlapis-lapis tak mengenal putus, dari delapan
penjuru angin serempak menuju ke arah Giok-liong.
Meskipun setiap saat jiwanya terancam cakar setan dan
hawa beracun disertai serangan-lain yang ganas lagi, tapi
Giok-liong tetap berlaku tenang dan angker, sekali bergerak
memberikan perlawanan yang gagah berani laksana seekor
naga tangguh berlincah menari ditengah udara balas
menyerang dengan tidak salah dahsyatnya.
Sang waktu berjalan terus tanpa menamti. Seiring dengan
lewatnya sang waktu situasi pertempuran ditengah
gelanggang juga ikut berubah setelah mengalami saling
serang menyerang secara keras tawan keras ini, akhirnya
didapati oleh Giok-liong bahwa memang perbawa dari Lan-cu
tok-yam itu hakikatnya sangat menakutkan.
Namun mengandal bekal Lwekang yang melandasi setiap
jurus serangan sendiri ini, untuk menghadapi ilmu Goan hwat
Taysu yang masih setengah matang, paling banter baru
mencapai empat lima bagian latihannya, kiranya cukup
berlebihan untuk mengatasi. Lambat laun rasa gentar yang tadi menghantui sanubarinya
lantas sirna dari membela diri kini balas menyerang dengan
tidak kalah garang dan lihaynya, pancaran sinar kuning
semakin menyala dan berkembang luas, ditengah kabut yang
bergulung bayangan kuning dari ujung potlot mas berkilauan
memanjang laksana seutas rantai. Terlebih hebat lagi adalah gerakan sebuah tangan yang
lincah menari membawa deburan gelombang angin yang
menderu laksana hujan badai. Sumber tenaga terus mengalir bergelombang tak mengenal
putus seperti gelombang samudera, sedemikian kuat dan
ampah sekali tenaga yang dikerahkan ini sehingga sampai
gebrak terakhir ini Giok-liong mengambil inisiatif penyerangan,
berbalik sekarang Goan-hwat Taysu dengan cakarnya yang
ganas dari kabutnya yang berbisa terkepung dan terkekang
didalam kekuatan yang dilancarkan Giok-liong malah.
Arena kabut biru yang tadi meluas lebar kini semakin
kuncup mengecil akhirnya hanya dapat melindungi sekitar
tubuhnya sekitar tiga kaki lebarnya, Suara gaduh dari
benturan yang gemuruh terdengar berulang-ulang kali. Setiap
akhir dari benturan itu, kelihatan Goan-hwat Taysu pasti
berjengkit dan terpental berloncatan tapi waktu jatuh
mendarat lagi masih tetap terkekang didalam mega putih yang
mengurungnya. Lama kelamaan Goan-hwat Taysu menjadi gentar dan
takut, keputus asaan mulai melingkupi sanubarinya, Terasa
olehnya malaikat kematian sudah membentang lebar kedua
lengannya siap menyambut kedatangannya diakhirat.
Baru sekarang terasakan betapa sengsara dan
menyedihkan hidup sebatangkara tanpa bantuan seorang
yang terdekat, seumpama dirinya sudah merupakan manusia
buangan dari masyarakat ramai. Laksana sebuah sampah
yang terombang-ambing di tengah samudera tanpa mengenal
arah tujuan tertentu tinggal menunggu waktu tertelan oleh
gelom bang ombak yang mengamuk. Bau kematian mulai bersemi menindih benaknya. Pedih dan
rawan, sungguh tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa
dirinya bakal mengalami hari-hari naas seperti ini. Tapi dia
masih berusaha hidup sekuatnya melancarkan sisa-sisa
tenaganya. Cahaya biru kelihatan menyala lantas padam, suara ledakan
bagai guntur menggelegar disertai pekik panjang yang
melengking tinggi, tampak sesosok bayangan biru membawa
hujan darah terus meluncur tinggi menghilang di kejauhan
sana. Sesosok bayangan lain berwarna putih sebaliknya melejit
tinggi ketengah udara dua puluhan tombak, ringan sekali
kakinya menutul diatas sebuah batu diatas lereng bukit terus
jumpalitan naik lagi lalu mendarat diatas ngarai.
Dibawah jurang sana kabut debu masih mengepul tinggi,
lambat laun pulih kembali seperti sedia kala.
Tatkala mana sang putri malam kebetulan sudah mulai
memancarkan sinarnya yang terang redup berwarna perak
halus menerangi kebawah jurang sana. jelas kelihatan bangkai
kedua ekor harimau menggeletak tak berkutik lagi, sebaliknya
bangkai ular aneh tiu tersembunyi ditempat gelap yang tidak
sampai diterangi sinar bulan purnama ini.
Giok liong berdiri tegak dan berdiam diri, betapa rasa hati
ini sulit dilukiskan dengan kata-kata, sungguh tidak nyana
olehnya karena mengalami bahaya malah dirinya mendapat
rejeki, Malah sekaligus dapat melancarkan kasiat dan
kegunaan rejeki yang ampuh itu. sekarang Lwekang dalam
tubuhnya swdab bertambah berlipat ganda.
Namun demikian masih ada suatu persoalan yang selalu
mengganjal hatinya, yaitu mungkinkah pimpinan istana
beracun Ibun Hwat telah bangkit kembali dari liang kuburnya "
Kalau tidak bagaimana mungkin Lan cu-tok-yam (kabut
beracun laba laba biru) bisa muncul pula di kalangan
Kangouw" KaIau dugaan ini menjadi kenyataan, ini benarbenar
sangat menakutkan. Lan-cu-tok-yam merupakan ilmu sesat yang diajarkan
bukan dari jalan benar, boleh dikata malah semacam ilmu sihir
yang jahat dan beracun. Betapa besar perbawa dan
keampuhan ilmu ini, boleh dibuktikan dari apa yang telah
dipertunjukkan oleh Goan hwat Taysu tadi, padahal ia hanya
berlatih sampai tingkatan empat lima bagian saja.
Hutan kematian tengah menghimpun kekuatan yang
terpendam, merupakan bibit bencana atau bisul diantara kaum
persilatan. Kini telah muncul lagi kaum istana beracun.
Ditambah Hiat ing-bun, serta para gembong-gembong iblis
jahat yang sebelum ini banyak mengasingkan diri diatas
pegunungan kini mulai mengunjukkan diri dan muncul di muka
umum. Dunia persilatan bakal timbul gelombang kejaran yang
penuh membawa derita sena bencana bagi kaum persilatan,
Entahlah keributan apa lagi yang bakal terjadi.
Tengah ia termenung-menung, dari kejauhan sana
didengarnya suara lambatan baju yang tertiup angin, Dari
suara lambaian angin dapatlah diperkirakan para pendatang
ini kurang lebih berjumlah dua puluh orang. Malah setiap
orangnya adalah tokoh-tokoh kosen yang berkepandaian
tinggi termasuk tokoh kelas satu di dunia persilatan.
Jarak mereka kira-kira masih kurang lebih tujuh delapan li,
sebetulnya Giok liong berniat tinggal pergi begitu saja, serta
dipikir lebih lanjut, mungkin tempat ini tidak jauh letaknya
dengan puncak Go bi-san, maka Goan-bwat Taysu bisa
membawa kedua ekor harimau penunggu gunung itu ke
tempat ini. Apalagi sebelum merat tadi Goan-hwat Taysu
pernah bersuit melengking minta bala bantuan, Mungkin para
pendatang ini adalah kelompok dari kaum Go-bi-pay.
Kalau benar para pendatang ini adalah anak murid dari Gobi-
pay, dirinya harus memberi penjelasan cara bagaimana
sampai terjadi pertempuran disini, dirinya telah kelepasan
tangan membunuh binatang piaraan penunggu gunung
mereka. Malah yang lebih tepat dia harus memberitahukan
kepada Ciang-bun-jin mereka bahwa Goan-hwat Taysu adalah
salah seorang kamprat dari istana beracun.
Karena adanya pikiran terakhir ini ia batalkan niatnya untuk
pergi, dengan tenang dan bebas seakan tidak terjadi apa-apa.
ia masukkan potlot mas kedalam buntalannya, dengan
menggendong tangan ia mendongak memandang rembulan
yang memancarkan sinar purnama. Tidak lama ia menunggu, menyusun pinggir ngarai sana
berlari-lari serombongan Hwesio hwesio gundul, jumlahnya
memang kurang lebih dua puluhan orang.
Giok-liong tersenyum sendiri, batinnya: "Kasiat buah ajaib
itu ternyata memang luar biasa. Dari jarak tujuh delapan li
jauhnya tokoh-tokoh silat ini berlari, kiranya dengan jelas telah
dapat kudengar malah dapai menghitung jumlahnya lagi."
Dalam pada itu dengan langkah enteng dan gerakan yang
gesit tangkas sekali para Hwesio itu sudah loncat berseliweran
hinggap di sekitar Giok-liong. Dua orang yang berlari paling depan berusia pertengahan
umur, diatas pundak masing-masing memikul Hong-pian-jan
(tongkat hwcsio), sikap mereka sangat angker dan galak, Di
belakang mereka berdua beriring serombongan hwesio-hwesio
yang berusia lebih muda dengan tubuh tegap-tegap.
Begitu mereka sampai segera terdengar salah seorang dari
mereka berteriak kejut: "Celaka, Harimau sakti penunggu
gunung kita telah mampus dibawah jurang sana." seketika
dua puluhan pasang mata serentak memandang kebawah
jurang sana. Kedua Hwesio tua pemimpin itu segera melejit tiba
dihadapan Giok-liong berjarak setombak, Hwesio yang berdiri
disebelah kanan segera membuka mulut: "Harap tanya Siau
si-cu, apakah kau tahu harimau sakti penunggu gunung kita
telah dibunuh oleh siapa ?" Giok-liong angkat tangan sedikit saja, sahutnya: "Kedua
binatang itu telah mampus di kedua tanganku ini !"
Serempak Kedua Hwesio tua itu lantas angkat kedua
tongkatnya sampai mengeluarkan suara kentongan, Hwesio
yang bicara tadi segera memaki dengan gusar serta melotot:
"Binatang, berani kau bertingkah di atas gunung Go-bi. Berapa
sih batok kepalamu, serahkan seluruhnya sebagai hukuman
yang setimpal.

Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hwesio tua di sebelah kiri rada dapat mengendalikan diri,
katanya mendengus: "Buyung, siapa yang suiuh kau membuat
gaduh disini " Siapa namamu, lekas sebutkan, kenapa pula
kau telah bunuh binatang sakti kita?"
Dimaki sebagai binatang dan kata-kata kotor lainnya,
memuncak kemarahan Giok-liong bagai api disiram minyak,
namun sedapat mungkin ia menahan sabar, katanya sambil
memberi hormat: "Aku yang rendah Ma Giok liong, maaf bila
kami tidak tahu bahwa daerah ini merupakan lingkungan Go
bi-pay kalian, harap para Taysu suka memberikan maaf. . ."
"Kentut, terang gamblang tempat ini sebagai leluhur
berdirinya Go bi-pay kami, mana mungkin kau bisa tidak
tahu." Semakin berkobar amarah Giok-liong sampai alisnya
berkerut dalam, kedua matanya memancarkan sinar tajam
berkilat kiiat, namun ia masih tidak kehilangan kesabaran
sebagai murid aliran lurus yang mengenal tata krama,
sahutnya dengan suara tertekan: "setelah aku yang rendah
memasuki daerah ini, lantas bersua dan melihat Goan hwat
Taysu dari partai kalian tengah memimpin kedua ekor harimau
piaraannya bertempur seru melawan seekor ular berbisa
berkepala jambul ayam jago. Dalam keadaan yang sangat
gawat sebelum jiwa Goan-hwat Taysu terenggut oleh ular
berbisa, aku yang rendah turun tangan menolongnya, Tapi
bukan saja kebaikanku tidak diterima malah beliau
menyalahkan aku dan hendak mengambil jiwaku. Dari saling
serang tadi baru kuketahui bahwa ternyata Goan hwat Taysu
merupakan sisa murid dari istana beracun yang sudah
diberantas itu . . ." "Bocah ingusan, jangan seenakmu buka mulut. Mana boleh
Goan hwat Taysu kau tuduh dan kau nista tanpa bukti oleh
bocah berbau bawang macam kau ! serang !"
Dengan mengeluarkan suara gemerantang, dua tongkat
Hong-pian jan berbareng telah mengemplang dan
menyerampang datang membawa deru angin dahsyat, jangan
dikata tongkat itu sangat berat dan besar, namun cara
menyerangnya sangat tangkas dan dilandasi Lwekang yang
hebat, sasarannya tepat dan tempat yang mematikan lagi,
sekali gebrak ini terang Giok-liong telah terkepung diarena
serangan musuh, jalan mundurpun telah tertutup.
Bersama itu, para Hwesio lainnya serentak berteriak riuh
rendah terus menghunus senjata masing masing mengepung
Giok-liong ditengah gelanggang. Baru saja kedua tongkat besar itu menyambar tiba, tibattba
pandangan semua orang serasa kabur, tahu-tahu Giokliong
sudah berkelebat menggeser tempat setombak disebelah
sana, katanya mengejek: "Sungguh tak nyana para Taysu dari
Go bi-pay yang diagungkan sebagai pendeta welas-asih,
kiranya jwga tidak mengenai sopan santun?"
Tanpa merasa- para Hwesio itu terketuk hatinya diam-diam
merasa membatin: "Ternyata bocah ini bersih juga ,.."
Meskipun otak berpikir, namun gerakan mereka masih terus
dilanjutkan serentak terdengar mereka membentak-bentak,
terlihatlah sinar senjata berkelebat diiringi angin pukulan
menderu berbareng mereka menyerang kearah Giok-liong.
Bertubi-tubi Giok-liong harus main kelit, lalu hardiknya
keras: "Kalau kalian benar benar mendesak terus, terpaksa
aku yang rendah harus turun tangan!"
"Hahaha, kunyuk, kurcaci macammu ini, silakan kau turun
tangan, supaya bisa mampus dengan merem!"
Kemarahan Giok liong sudah sampai pada puncaknya,
mendongak keatas ia bersuit panjang, sedemikian keras
suaranya sampai para Hwesio merasa tergetar dan tertusuk
telinganya, dimana bayangan putih berkelebat seketika
terlihatlah sosok tubuh orang terpental jungkir balik disertai
suara senjata berjatuhan mengeluarkan suara ramai, Dua titik
sinar terang meluncur tinggi ketengah udara, Terdengar kedua
Hwesio tua pemimpin tadi mengerang kesakitan, kontan darah
menyemprot berceceran "Plak, plak" tubuh mereka terbanting
keras ditawan sejauh berapa tombak.
Timbul napsu membunuh dalam benak Giok-liong.
Terbayang akan adegan dimana waktu ibunya menghadapi
bencana dulu, matanya lantas memancarkan sorot jalang
kebuasan gerak tubuhnya semakin gesit dan berloncatan gesit
seka!i. Dimana bayangannya tubuh serta kaki tangannya
bergerak, seketika terdengar jeritan ngeri berturut turut,
darah berhamburan. Dalam sekejap saja puluhan sosok tubuh
manusia beterbangan dan terbanting mampus ditanah.
Para Hwesio lain yang masih ketinggian hidup berubah air
mukanya, dengan berteriak ketakutan serentak mereka berlari
berpencar sipat kuping seperti dikejar setan.
Giok-liong menjadi geli dan bergelak tawa sepuas-puasnya,
serunya: "Akan kulihat Go-bi-pay kalian bisa berbuat apa
terhadap aku Ma Giok-liong." Salah seorang dari Hwesto yang melarikan diri itu
terdengar berteriak keras: "Ma-Giok-liong, Kaiau kau berani
datanglah menghadap kepada Ciang-bunjin kami,.,, ,,."
Ditengah kumandang gelak tawa Giok-liong menutulkan
kakinya, Badannya lantas melayang ketengah udara dengan
gaya yang sangat indah ia jumpalitan ditengah udara terus
mengejar kearah para Hwesjo melarikan diri tadi, Dengan para
Hwesioyang ketakutan sebagai petunjuk jalan ia terus berlari
melewati atas kepala mereka. Belum lama ia berlari dari kejauhan didepan sana lantas
berkumandang suara genta dipukul bertalu-talu. itulah
pertanda habis atas saat isirahat malam bagi para Hwesio
didalam kelenteng. Tapi suara genta kali ini lain dari biasanya
karena terus bertalu-talu dan bergema lama ditengah udara
semakin keras. Ini pula merupakan pertanda terjadi suatu
perubahan besar yang menimpa didalam kelenteng Go-bi-san.
Giok-liong menjadi merasa heran. Adalah orang yang
bernyali begitu besar berani menyerbu keatas Go-bi-san
sebagai salah satu aliran ternama dari sembilan golongan silat
yang diagungkan didunia persilatan. Menurut apa yang
diketahui saja, diantara para Tiang-lo Gi bi-pay sekarang ada
seorang Tianglo yang berkedudukan paling tinggi, beliau
adalah Goan-hwat Taysu punya Cosu, seorang Hwesio tua
berusia lanjut yang masih ketinggalan hidup, berilmu tinggi
pula. Hwesio tua ini beratus julukan Ngo-hui-heng-cia. Jejak
Ngo-hui-heng-cia selamanya tidak diketahui oleh orang luar,
justru karena dengan adanya Ngo-hui-heng-cia inilah maka
Go-bi-pay yang sudah disegani oleh kaum persilatan lebih
dipandang agung wibawanya lebih besar dimata umum serta
bisa sejajar dengan Siau-lim, Bu-tong Thian-san sebagai salah
satu aliran yang jempolan diantara sembilan partai besar.
Malam ini entah siapa yang berani menerjang keatas Go-bi
san membuat onar, sungguh sukar dimengerti, Tengah ia
berpikir kakinya masih melangkah cepat, dari kejauhan sudah
terlihat bangunan kelenteng yang berlapis-lapis bukan saja
pelita api tidak dipadamkan banyak tempat dipasang lilin dan
tengloleng yang besar ditiang-tiang tinggi, seolah olah tengah
mengadakan suatu upacara sembahyang atau peringatan
besar. Tapi dengan ketajaman pendengaran Giok-Iiong, pikirnya:
"Apa mungkin keadaan yang angker dan khidmat ini untuk
menyambut kedatanganku. Bukan mustahil Goan-hwat Taysu
yang melarikan diri membawa luka-luka menghadap kepada
Go-bi Ciang-bun-jin Hian Goan Taysu serta mengadu biru
dihadapan beliau dengan adanya kenyataan dan bukti yang
telah dilakukannya tadi, bukan mustahil menjadikan mereka
bersiap siaga ada alasan kuat untuk menghadapi dirinya
sebagai musuh besar." Terpikir sampai disini timbul kekuatiran
dalam benaknya. Tingkat kedudukan Ngo hui heng-cia konon katanya masih
setingkat lebih tinggi dari To-ji Pang Giok, gurunya sendiri.
Tingkat kepandaian silatnya katanya juga sangat tinggi hampir
menjadi pendekar pedang menjadi dewa.
Tapi berita tinggal berita, hampir selama ratusan tahun ini
tiada seorangpun yang pernah melihat beliau mengunjukkan
diri mau memamerkan ilmunya yang sejati.
Hian Goan Taysu Ciang-bun-jin Go-bi-pay yang seorang
adalah bakat yang sukar dicari keduanya dikalangan persilatan
masa kini, terbukti selama dua puluhan tahun ia memegang
tampuk pimpinan Go bi-pay sejak masih muda sampai
sekarang, Go bi-pay semakin menjulang tinggi dan tenar
sebagai aliran besar yang lurus. Tak peduli selama dua puluhan tahun tahun ini sepak
terjangnya.bagaimana,hakikatnya ternyata Go bi-pay telah
dipimpinnya sedemikian rapi berdisiplin keras, tingkat
kepandaian para muridnya juga merata menjadi tingkatan
kelas satu dikalangan Kangouw. Kalau malam ini membunyikan genta memanggil kumpul
seluruh penghuni kelenteng besar ini semata-mata untuk
menghadapi dirinya. Kedatangannya ini melulu mengandal
ilmu silat tiada pegangan pasti dapat menang, mengandal
kenyataan, dikawatirkan mereka tidak akan mau percaya.
Seumpama terjadi keributan dengan pihak Go bi ini berarti
pula menentang dan bermusuhan dengan pihak sembilan
partai lainnya. sekarang keadaan Bu-lim tengah menghadapi
ancaman terpendam yang suatu waktu bakal meletus dan
gawat dalam dunia yang luas ini kalau kalangan lurus
persilatan tidak dapat bersatu dan saling solider, sebaliknya
saling bunuh dan bermusuhan, dan sumber kejadian ini melulu
karena perbuatannya yang salah langkah ini, ini sungguh
sangat menguwatirkan. Sambil berpikir tubuhnya terus meluncur dengan kecepatan
anak panah maju kedepan Tak lama kemudian pintu gerbang
pertama sudah kelihatan Dengan ringan Giok-Iiong
mendaratkan kakinya dijalan besar disini ia berhenti sejenak
mengosentrasikan pikiran dan mengendalikan diri, Lalu
pandangannya menjelajah kesekitarnya terlihat empat penjuru
sunyi senyap tanpa terdengar suara sedikitpun.
Sebagai tanda hormatnya selangkah demi selangkah ia
beranjak maju melintang dari lapangan besar itu lurus menuju
ke aula besar, Suara genta yang bertalu talu tadi sudah
berhenti, Sang putri malam memancarkan sinarnya yang
cemerlang angin menghembus sepoi-sepoi kesunyian
disekelilingnya itu membawa suasana yang hening dan angker
menegangkan. Waktu Giok-liong beranjak sampai ditengah lapangan, tibatiba
terdengar suara mantram yang mengalun tinggi, pintu
besar bercat hitam itu juga pelan-pelan terbuka lebar, Dari
belakang pintu beriring keluar dua barisan Hwesio hwesio
berseragam kuning terus maju !kedepan pintu lalu berdiri
tegak dikedua sisi tak bergerak lagi.
MenyusuI itu berjalan keluar pintu pula empat Hwesio tua
yang mengenakan jubah besar warna merah. Dibelakangnya
para Hwesio berkasa merah ini adalah dua Hwesio yang lebih
lanjut usia membuntuti di belakang seorang Hwesio bertubuh
tinggi kekar berwajah merah bersikap gagah dan garang.
Pelan-pelan dengan langkah berat mereka maju kedepan
pintu. Salah satu Hwesio yang berusia lanjut itu bukan lain
adalah Goan hwat Taysu. Dari keadaan yang penuh keangkeran ini terang sekali
Hwesio bertubuh tinggi tegap dengan kedua mata sedikit
meram itu pasti bukan lain adalah Hian Goan Taysu Cian-bunjin
Go bi-pay sekarang. Baru saja mereka muncul, keempat Hwesio berkasa merah
itu langsung maju ketengah lapangan kira-kira setombak di
hadapan Giok-liong baru mereka menghentikan Iangkah.
Berbareng mereka pentang mata memandangi Giok-liong
dari bawah keatas dan dari atas kebawah, sejenak kemudian
satu diantaranya yang ditengah berseru menyapa dan
bertanya: "Apakah Siau si-cu ini adalah Ma Giok-lioag adanya
?" Cepat cepat Giok-Iiong merangkap tangan serta menyahut
hormat: "Benar !" Air muka si Hwesio tua ini berkelebat rasa heran dan kejut,
agaknya ia rada tidak percaya maka, ditandaskan lagi sebuah
pertanyaan: "Jadi Si-cu adalah Kim pit jan-hun Ma Giok-liong
?" Kata Giok-liong: "Aku yang rendah memang Ma Giok-Jiong,
Tentang julukan Kim pit-jan-hun itu, mungkin adalah para
sahabat Kangouw yang sembarangan saja yang
mengangkatnya," Tiba tiba Goan-hwat Taysn maju selangkah serta
membentak: "Benar kurcaci rendah ini, kenapa kalian . . ."
Segera Hian Goan Taysu mengulapkan tangan mencegah
kata-kata Goan-hwat selanjutnya, lalu manggut manggut
kepada ke empat Hwesio tua berkasa merah itu.
Hwesio tua berkasa merah itu menatap pula kearah Giok-
Hong serta serunya lantang: "LoIap berempat Hwat Khong,
Hwat Bing, Hwat Hui dan Hwat Hay berkedudukan sebagai
pelindung Go-bi-pay, ada satu peristiwa yang belum jelas bagi
kita mohon sicu suka memberi keterangan."
Giok-liong tersenyum tawar, katanya: "Ada soal apakah
yang perlu kujelaskan cobalah katakan, menurut apa yang aku
tahu akan kujelaskan." Orang yang tampil bicara tadi bukan laju adalah tertua dari
keempat Huhoat Go-bi pay yang bernama Hwat Khong, Air
mukanya membesi serius, alisnya dikerutkan dalam, suaranya
rendah berat: "Malam-malam Siau-si-cu menerjang keatas
gunung Go-bi mencuri buah ajaib kita, membunuh harimau
sakti penunggu gunung malah berani melukai Tianglo kami. .
." Pada saat itulah terlihat sesosok bayangan meluncur
datang terus menubruk ketengah lapangan langsung
menghadap kedepan Hian Hoan Taysu terus berlutut serta
katanya sambil sesenggukan: "Tecu beramai sungguh tidak
becus, sebagian besar dari para suhengte telah gugur atau
terluka berat ditangan musuh, harap Ciang-bun-jin suka
memberi keadilan." Hian Goan Taysu mendehem sekali lalu tanyanya: "Berapa
banyak yang menjadi korban ?" "Ada empat belas Suheng-te telah menjadi korban
keganasannya, enam orang lagi terluka berat, Hanya tecu dan
capwe Sute tidak terluka sama sekali . . ."
"Baik, kau mundur . . . "
Goao-hwat Taysu menggereng rendah, serta maju


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seiangkah, katanya: "Ciang-bun. . ."
Air muka Hian Goan Taysu membeku dingin, Kepalanya
manggut kepada Hwat Khong yang kebetulan tengah
berpaling ke arahnya. Hwat Khong sendiri juga telah berubah cemberut membesi
kaku, sepatah demi sepatah ia lanjutkan kata-katanya:
"Membunuh pula empat belas murid-murid serta melukai
enam orang." sampai disini ia merandek menelan liur,
mendadak ia berkata lagi lebih keras dengan nada lantang:
"Kalau Siau-si-cu tidak memberikan keadiian, seumpama pihak
Go-toi-pay kita tidak meringkus dan menghukum kau, seluruh
orang gagah di dunia ini pasti bakal mentertawakan Go bi-pay
kita sebagai gentong nasi melulu !"
Giok-liong membelalakkan kedua matanya dengan tajam
berkilat ia menyapu pandang ke seluruh gelanggang, lalu
sedikit saja ke arah Hwat Khong taysu, berseri tawa, ujarnya:
"Harap Ciang-bun jin kalian suka tampil kedepan untuk
bicara." Berubah air muka Hwat Khong, desisnya berat: "Benar
takabur !" telapak tangan yang tersembunyi didalam lengan
bajunya yang gedobrahan besar itu mendadak mengebas dan
menekan kebawah lambung Giok liong.
Seketika segulung arus deras bagai damparan ombak
menerpa dengan dahsyatnya. Giok liong bergelak tawa, serunya: "Ternyata Go bi-pay
kalian memang banyak cecongor yang pandai membokong,"
belum lenyap suaranya, tangan kanan Iantas dibalikkan
seolah-olah sengaja atau tidak di kebalikan keluar, seperti
mengebutkan debu kotoran yang melekat dilengan bajunya
saja layaknya. "Blang...." suara pecah bagai ledakan guntur menggelegar
ditengah gelanggang. Ke-dua belah pihak berjarak setombak
lebih, maka timbullah dua angin lesus seperti cagak kayu yang
didirikan ditengah lapangan bertahan keras itu terus
membumbung tinggi dan melayang keempat penjuru.
Terdengar Hwat Khong menggereng keras seperti hendak
muntah beruntun ia tersurut empat tindak baru bisa berdiri
tegak lagi, air mukanya berubah hebat, sebelum ia dapat
pernahkan diri untuk menerjang maju lagi, Hwat Bing, Hwat Hi
dan Hwat Hay disampingnya serentak telah mengirim sebuah
pukulan sambil melangkah maju setindak. Meskipun pukulan
dilancarkan dari kejauhan namun tiga jalur aium pukulan ini
bertemu dan bergabung ditengah jalan terus bergulung maju
mengeluarkan bunyi guntur menggeledek menerjang kearah
Giok-liong. . Dengan gagah dan congkaknya Giok-liong berdiri tegak
diujung mulutnya menyungging senyum ejek, dengusnya
mengejek: "Aku tak percaya tidak dapat minta ciangbunjin
kalian tampil kedepan." setelah berkata, ia menarik napas,
meminjam gaya kebasan, lengan tangan kanan tadi sekali lagi
ia membalik sambil mendorong dengan rada jongkok.
"Byaaaarrrr" seperti gunung meledak dan batu batu hancur
lebut beterbangan membumbung tinggi ketengah udara.
Ditengah gelanggang kini terlihat tiga lubang besar
sedalam beberapa kaki, Bayangan orang juga berkelebat
sungsang sumbel di iringi pekik kesakitan. Kontan tiga Hu-hoat
jubah merah lainnya juga tersurut mundur dua langkah.
Sebaliknya Giok liong hanya menggeliat sedikit, tapi
tubuhnya masih tetap tegak berdiri sedikitpun kakinya tidak
tergeser, suasana mulai diliputi ketegangan yang mencekam
hati dengan nafsu membunuh telah membakar hati.
Air muka Ciang-bun-jin Go bi-pay Hian-Goan Taysu
membeku dingin dan kaku, kedua matanya membelalak besar
dengan sorot tajam berkilat, tiba-tiba badannya melejit
ketengah udara tanpa kelihatan menggerakkan kaki atau
pundakpun ia bergerak, kelihatan lambat tapi kenyataan
sangat sebat dalam sekejap saja tahu tahu dia sudah berdiri di
depan keempat Hu-hoat berkasa merah itu, Terdengar ia
membuka suara: "Para Hu hoat diharap mundur kesamping
untuk istirahat." Sebetulnya Hwat Khong berempat sudah bersiap hendak
menerjang maju lagi, serta mendengar seruan Hian Goan
Taysu, Mereka insyaf bahwa ketua mereka telah memberi
sedikit muka kepada mereka. Tanpa berani ajal lagi beruntung
mereka mengundurkan diri sambil mengiakan.
Sementara itu, Goan-hwat Taysa dan seorang Hwesio tua
lainnya juga telah ikut mendesak maju.
Dengan wajah membesi penuh kelicikan berkatalah Goanhwat
Taysu dingin: "Lapor Ciang bun-jin, bocah keparat ini
telan mencuri buah ajaib yang telah lolap temukan sehingga
membunuh binatang sakti menunggu gunung piaraan kita
malah melukai dan membunuh para anak murid kita lagi.
Betapa besar dosanya ini sudah terang tak terampunkan lagi,
Tapi bocah ini telah menelan sari buah ajaib itu, Lwekangnya
maju berlipat ganda lihay bukan main. Harap Ciang-bun-jin
hati-hati dan waspada menghadapinya supaya tidak mendapat
cidera." Ciang bun jin Go-bi-pay Hian Goan Tay-su hanya
mendengus dingin saja, katanya: "Sudah tahu, harap Susiok
mundur biar ku-hadapi." Walaupun Goan Hvvat Taysu sebagai Susioknya, tapi
dihadapan Ciang-bun-jm dia tidak berani bersikap keras
kepala, setelah membungkuk serta mengiakan segera ia
mengundurkan diri, tapi masih menjubluk berkata: "Dosa
keparat ini setinggi langit, haki-katnya dia tidak pandang Go
bi-pay sebelah matanya saja...."
Saat mana Hian Goan Taysu dengan sorot pandangan
dingin mengamat-amati Giok-liong, tanyanya: "Siau-sicu ada
permusuhan atau sakit hati apakah dengan pihak Go bi-pay
kita, setelah membunuh harimau penunggu gunung, melukai
beberapa murid dan mencuri buah ajaib lagi, sekarang masih
belum puas menerjang kemari membuat keributan."
(BERSAMBUNG JILID KE 11) JIlid 11 Giok-liong tersenyum ewa, katanya memberi penjelasan:
"Aku yang rendah secara kebetulan lewat digunung kalian
tanpa masuk biara menyulut dupa bersembahyang, hal ini
memang kekuranganku, Tapi tentang membunuh harimau,
melukai orang dan mencuri buah ajaib adalah persoalan lain,
Demi wibawa dan ketenaran nama Go-bi-pay selama ratusan
tahun yang telah dijunjung tinggi itu, biarlah secara kenyataan
dengan bukti-bukti yang ada kujelaskan seperlunya harap
Ciang-bun-jin suka bersabar." Baru saja ucapan Giok-liong selesai, Goan-hwat Taysu
sudah melesat maju sambil terkekeh-kekeh dingin, ejeknya:
"Kunyuk yang sombong, wibawa dan ketenaran nama baik Gobi-
pay selama ratusan tahun ini mana boleh dirusak oleh
bocah berbau bawang macam kau Hm !" lalu ia menghadap
kearah Hian Goan Taysu serta memohon: "Tecu, mohon
perintah untuk meringkus bocah keparat ini."
Hian Goan Taysu Ciang-bun-jin Go-bi-pay sekarang bukan
saja berkepandaian silat maha tinggi, otaknyapun encer dan
cerdik, Melihat sikap terjang Susioknya yang kasar dan
berangasan ini tergeraklah hatinya, katanya dengan rasa tak
senang: "Harap susiok suka berlaku sabar . . ."
Tapi Goan-bwat Taysu sendiri juga bukan orang goblok, dia
seorang yang licik dan cermat dalam segala tindakan, Tanpa
menanti Hian Goan Taysu berkata habis dengan kecepatan
kilat tiba-tiba tubuhnya menubruk maju sambil mengayun
tangan kanan dengan jurus Koan-im-jatt-hud (Kenn ini
menghadap Badha) serentak timbullah bayangan pukulan
beratus kepalan yang membawa deru angin yang dilancarkan
Goan-hwat Taysu ini sehingga kata kata selanjutnya dari
ucapan Hian Goan Taysu tertelan hilang.
Sebetulnya memang Giok-liong sudah merasa sebal dan
murka melihat tingkah tengik pendeta serakah ini. batinnya:
"Hm, kalau bukan karena memikirkan jaya dan rumahnya Go
bi-pay kalian,mana aku sudi datang kemari...." Belum habis
pikirannya melintas Goan-hwat Taysu sudah menubruk datang
disertai serangan dahsyat bagai gugur gunung.
Baru saja Giok-liong mendengus jengkel dan belum sempat
turun tangan. "Tahan!" tiba-tiba terdengar sebuah bentakan
keras ditengah gelanggang. Disusul terlihatlah bayangan
orang berkelebat terasa segulung tenaga lunak yang besar
tiba tiba menerjang datang dari arah samping kiri.
"Byaarrrr!" terjadilah getaran angin, tahu tahu Hian Goan
Taysu Ciang-bun jin Go bi pay sudah berdiri berdiri diantara
Giok-liong dan Goan hwat Taysu dengan sikap kereng,
Suaranva rendah sembari membentak kearah Goan hwat
Taysu: "Harap Susiok segera mundur kesamping, urusan ini
betapa juga harus kuselesaikan sampai beres."
Goan-hwat Taysu melengak, sesaat ia terlongong longong
lalu merangkap tangan mengundurkan diri, Tapi sepasang
matanya mendelik mengawasi Giok liong, seolah-olah kuatir
Giok-liong bergerak membokong secara tiba-tiba.
Tapi samar-samar di ujung mulutnya menyungging senyum
sinis dan seringai sadis yang mengerikan, sementara itu,
seorang Hwesio tua lainnya juga sudah melangkah maju
berjaga disamping kanan Hian Goan-Taysu.
Bertanyalah Hian Goan Taysu kepada Giok liong dengan
serius: "Siau-sicu, kalau punya omongan apa silakan katakan
saja, Go-bi-pay kami tidak akan mempersukar kepadamu
tanpa alasan." Giok-liong tertawa ringan: "Kalau minta aku yang rendah
bicara terus terang, lebih baik suruh Goan-hwat Taysu
menyingkir jauh dulu." Hian Goan Taysu tertegun heran, sebaliknya Goan-hwat
Taysu tertawa dingin: "Kalau Lolap mengundurkan diri, kunyuk
lantas kau berkesempatan mengobral mulut sembarangan
ngotnong!" Giok-liong bergelak tertawa: "Apa boleh buat. Maksudku
menyuruh tuan menyingkir sebab utamanya karena kwatir
tuan nanti menggunakan Lan-cu-tok-yam untuk mencelakai . .
. , . " Maksud ucapan Giok-liong ini adalah akan memberi
bisikan kepada Hian-Goan Taysu supaya beliau waspada dan
berjaga-jaga. Bahwa Goan-hwat Taysu sebenarnya sudah
menjadi kamprat atau anak buah istana beracun. Tidak nyana
belum lagi perkatanya habis, tiba-tiba terdengarlah pekik
panjang yang aneh dari tangan gelanggang disusul kabut biru
bercahaya berkilat telah timbul di sekeliling Goan-hwat Taysu,
Bersama itu terlihat tiga gumpal kabut biru melesat
berkecepatan seperti kilat berpencar masing-masing
menyerang kearah Giok liong, Hian Goan Taysu dan Goan Ci
Taysu. Peristiwa terjadi begitu mendadak, memang tiada
seorangpun mengira bahwa Goan hwat Taysu ternyata sudah
menjadi anak buah istana beracun yang menyelundup di
dalam Go bi-pay mereka, apalagi berani turun tangan secara
berhadapan demikian. Terdengarlah jeritan ngeri, terlihat badan Goan Ci Taysu
terpental jungkir balik. "bluk" terbanting keras beberapa
jauhnya, sejenak kaki tangannya berkelejetan dari tujuh
lubang panca indranya mengalirkan darah, Terus tak bergerak
lagi. Bertepatan dengan itu, terdengar pula sebuah suitan
panjang yang melengking tinggi. Sinar perak berkelebat mega
putih lantas mengembang berkelompok lewat disamping tubuh
Hian Goan Taysu langsung menyerang kebelakangnya.
Hian Goan Taysu sendiri juga menggerung gusar, gesit
sekali badannya berputar terus melambung tinggi ketengah
udara, Dimana ter-Jtr-ft leTK'i,n jubah Hwesionya dikebutkan,
dua jalur angin kencang lantas diberondong keluar
mulutnyapun menghardik murka: "Pengkhianat!" Baru saja
badannya melenting ditengah jalan, mendadak paha kakinya
terasa sakit kesemutan seperti digigit nyamuk, sejalur hawa
dingin terus merambat naik dari pahanya, Keruan kejut
hatinya bukan kepalang, Tahu dia bahwa dirinya sudah
keserempet oleh kabut berbisa dari Lan cu- tok-yam, lekaslekas
ia menarik napas dan mengerahkan hawa murni,
menggunakan ilmu Cian-kin-tui membuat tubuh terus
meluncur jatuh lurus kebawah. Dalam pada itu terdengarlah ledakan dahsyat yang
menggetarkan seluruh gelanggang, dua bayangan lantas
berpisah, tampak Giok-liong dan Goan hwat Taysu melompat
mundur deagan cepat setelah saling adu pukulan keras.
Perubahan yang terjadi secara mendadak ini berlaku begitu
cepat, setelah Giok-liong beradu pukulan dengan Goat-hwat
Taysu,baru seluruh hadirin diluar gelanggang insyaf akan
situasi yang gawat dan mengancam. Serempak mereka
berteriak dan membentak beramai-ramai maju merubung
ketengah gelanggang, Pada saat mana Hian Goan Taysu telah duduk bersila di
tanah mengerahkan tenaga murni mendesak menjalamya
hawa beracun di dalam tubuh. Sekonyong-konyong rangkaian suitan panjang yang serak
dan sember saling bersahutan dari segala penjuru, sedemikian
riuh ramainya suitan sumbang itu melanda datang kearah
puncak Go-bisan. Mendengar suitan-suitan sumbang dari berbagai arah
penjuru itu, girang bukan main Goan-hwat Taysu, mendongak
keudara ia menggembor keras berbarengkedua tangannya
menarik serabutan dengan keras, jubah Hwesio yang besar
gondrong itu seketika dirobek menjadi berkeping-keping, kini
terlihatlah pakaian dalamnya yang mengenakan seragam biru
ketat, teriaknya dengan beringas: "Yang ikut aku hidup yang
menentang harus modar dengan diselubungi kabut biru yang
bercahaya terang menyolok mendadak badannya pelan-pelan
terbang ketengah udara. Udara pegunungan Go-bi-san seketika diliputi oleh kabut
biru berbisa, udara menjadi gelap dan diliputi suasana yang
seram menakutkan. Di tengah riuh rendahnya suara suitan yang bersahutan itu
terdengar pula serangkaian tembang rendah tnengalun:
"Seluas alam semesta. hanya kamilah yang teragung. Ibun
Cosu, berkahilah aku panjang umur!" tembang pemujaan ini
mengalun saling bersahutan, suaranya terdengar serak
sumbang menggiriskan sukma. Maka terlihatlah kelompak-kelompok kabut biru dengan
bentuk seperti laba-laba tengah beterbangan mendatang dari
segala jurusan jumlahnya ada puluhan banyaknya, seperti


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meteor terbang dengan kecekatan kilat terus meluncur
memasuki gelanggang. "Tang . . . tang . . . taag tang , . ,tang tang tang - , . "
Genta peringatan dari kelenteng Go-bi-san segera bergema
bertalu-taIu. Tapi hanya sebentar saja lantas terdengarlah
jeritan lengking tinggi yang mengerikan, suara genta juga
lantas berganti ini menandakan bahwa penjaga atau Tianglo
pemukul genta itu sudah mengalami nasib sial.
Para anak murid Go-bi-pay menjadi geger, ditambah
melihat Ciang-bun-jin mereka sudah terluka dan tengah duduk
bersila mendesak hawa racun dalam tubuhnya, ini lebih
mengejutkan lagi sebab mereka tahu kalau luka yang diderita
Ciang-bun-jin mereka tidak parah dan tidak mungkin beliau
tinggal mengurus diri sendiri tanpa hiraukan lagi anak
muridnya, Dalam pada itu keempat Hu-hoat berjubah merah
itu serentak melambung tinggi ditengah udara terus meluncur
turun laksana empat gumpal awan merah berdiri di empat
penjuru melindungi Hian Goan Taysu.
Tepat pada anak buah istana beracun saling bermunculan
itu, Goan-hwat Taysu menjerit keras seperti pekik setan,
mendadak tubuhnya meluncur turun terus menerjang kearah
Giok liong, dimana tangannya bergerak, puluhan utas sinar
biru berkilat serentak meluncur mengarah puluhan tempat
mematikan ditubuh Giok-liong. Diam-diam Giok-Iiong mengeluh dan kaget sungguh diluar
tahunya bahwa para kamprat dari istana beracun bisa
bergerak secepat itu. Apalagi dari gerak-gerik puluhan
pendatang itu kelihatan bahwa kepandaian silat mereka
rasanya tidak dibawah kepandaian Goan-hwat Taysu Naganaganya,
malam ini Go-bi-pay bakal mengalami keruntuhan
total. Sambil berpikir tanpa berayal Giok-Iiong kerahkan Ji-lo
pada tingkat kesepuluh, saking bernafsu hawa murni dalam
tubuhnya mengalir deras sampai terdengar bergeser dengan
kencang, tubuhnya juga lantas memancarkan cahaya putih
perak, yang samar-samar. Berbareng kedua tangannya
digentakkan, sepuluh jalur angin kencang melesat ke luar dari
ujung jari-jarinya. Bersama itu badannya juga lantas melejit
ketengah udara, beruntun kedua tangannya mendelong
bergantian gelombang tenaga halus yang empuk tak terasa
bagai gugur gunung serentak menerpa dengan dahsyat
kearah Goan-hwat Taysu. Dengan mengenakan pakaian ketat warna biru itu perbawa
Goan-hwat Taysu makin menakutkan, air mukanya kini
berubah hijau gelap, kedua biji matanya mendelik sebesar
kelereng memancarkan sinar biru seperti mata dracula. Kaki
tangannya bergerak-gerak seperti merambat kelakuannya
sangat aneh dan mengerikan desisnya menyeringai:
"Kunyuk, kalau kau tahu diri, lekaslah menyerah dan
bergabung di bawah asuhan Ibun Cosu, mungkin kau diberi
jalan hidup atau sebaliknya kematian tanpa liang kuburlah
bagianmu." habis berkata lekas-lekas ia miringkan tubuhnya
sambil bergeser ke sebelah kiri. Serentetan suara mendesis menimbulkan gelombang angin
yang membadai, tutukan angin jari saling beradu dan di
tengah udara lantas sirna tanpa bekas.
Giok-liong bergelak tawa, serunya: "jangan kau kira aku ini
seorang linglung yang tengah terpojok. Malam ini tuan
mudamu harus membuka pantangan, ketemu satu bunuh satu
. . ." Tangkas sekali kedua tangannya bergerak gerak di depan
dada terakhir membuat setengah lingkaran lantas didorong
dengan sepenuh tenaga. Dua gumpal mega putih dengan
mengeluarkan desis keras yang memekik telinga terus
memberondong kearah Goan-hwat Taysu.
Dari sebelah barat meluncurlah mendatang dua sosok
bayangan orang warna biru tua dengan seluruh tubuh
diselubungi kabut biru terus meluncur memasuki gelanggang.
Seketika terjadi perang tanding yang serabutan belum lama
berselang lantas terdengarlah jeritan kesakitan saling susul
darah menyemprot berceceran kaki tangan atau batok kepala
manusia beterbangan kemana-mana. Giok-liong menggerung dengan murka kedua tangannya
tiba-tiba membalik ditambah dengan landasan dua bagian
tenaganya lagi terus dipukulkan kedepan pula.
"Blang . , . . byuuurr" kelihatan bayangan orang saling
berjatuhan jungkir balik. Giok-liong seketika merasa napasnya sesak darah
bergejolak dalam rongga dadanya. Badannya juga lantas mental balik dan meluncur dengan
kencang dalam seribu kesibukannya ini cepat ia menarik napas
panjang untuk mengendalikan darah yang hampir tak
terbendung lagi. Mendongak keudara ia bersuit lantang, kedua
lengannya dipentang dan sedikit bergetar, laksana seekor
burung garuda dari tengah udara ia jumpalitan terus
menubruk turun menerjang kearah salah seorang berpakaian
biru lainnya. Tepat pada saat itu didalam kelenteng besarsana beruntun
terdengar bentakan gusar dan jerit mengerikan yang saling
bersahutan tanpa putus putus. Giok-liong insaf bahwa keruntuhan total bagi pihak Go bi
pay malam ini sudah pasti dan tak mungkin tertolong lagi.
Besar harapannya bahwa tokoh tertinggi dari pihak Go bi-pay
yaitu Ngo hui-heng-cia berada di dalam biara, pasti keadaan
tidak bakal terjadi sedemikian buruk ini, sayang sekali
menurut gelagat apa yang dilihat sekarang, terang kalau Ngohui-
heng cia tengah keluar kelana dan belum pulang kalau
tidak mana mungkin dia mau berpeluk tangan melihat anak
muridnya disembelih dan dibunuh begitu saja.
Melihat keadaan mengerikan para anak murid Go-bi-pay
yang bergelimpangan ditanah itu. Terbayang dalam mata
Giok-liong akan kematian ibunya yang mengerikan itu, tanpa
merasa menimbulkan gairah nafsu membunuh dalam
benaknya, Dengan mendengus keras, luncuran tubuhnya
berubah segulung bayangan putih secepat anak panah
menyamber terus menerjang turun. Kebetulan siorang berpakaian seragam biru itu tengah
mendorongkan kedua tangannya memukul roboh seorang
murid Go-bi-pay sampai jungkir balik setombak lebih dengan
muntah darah, saking puas ia tengah terkekeh-kekeh riang
dan bersiap lagi menubruk kearah seorang murid Go-bi pay
lainnya, Mendadak didengarnya suara tawa dingin memecah
udara masuk kedalam telinganya, Belum lagi ia sempat
bersiap, sebuah kekuatan besar bagai gugur gunung tahu
tahu sudah menindih tiba diatas kepalanya.
Agaknya murid istana beracun ini tidak mengira bahwa
diatas Go bi-san ini ternyata ada seorang tokoh lihay yang
masih hidup mempunyai lwekang tinggi. Dalam kejutnya
secara gerak reflek badannya melenting miring kesamping kiri,
berbareng kedua tangan nya diayun serentak untuk memapak
ke-atas. Diluar perhitungannya Giok-liong sudah menjadi sengit dan
timbul nafsu membunuhi menjengek dingin mendadak ia tarik
kembali kedua tangannya, badannya bukan meluncur lurus
lagi tetapi melengkung bundar melejit ke belakang orang itu,
kelima jarinya berbareng menjentik bersama-sama! Angin
keras mendesis memecah kesunyian. Murid istana beracun itu sangat bernapsu menyongsongkan
kedua angin pukulan tangannya, tapi tiba-tiba terasa
bayangan putih berkelebat kearah samping belakang, diam
diam ia mengeluh: "celaka !" lekas-lekas membuang tubuhnya
kesamping, Tapi sudah terlambat jerit kesakitan lantas keluar
dari mulutnya. Tampak dibawah lambung kanan kirinya
berlubang terkena tutukan jari, darah mengalir deras seperti
air leding. Sementara itu dengan ringan sekali kaki kiri Giok liong
menutul diatas tanah badannya lantas meluncur ke tempat
lain. Dalam anggapannya dengan tertutuk luka parah ditempat
jalan darah penting, pasti murid istana beracun itu bakal
mampus. Diluar dugaannya, sekilas matanya melirik, dilihatnya orang
seragam biru itu tengah merangkak bangun dari tanah,
mulutnya agaknya seperti mengunyah sesuatu apa, Sekali
berkelebat ia terus lari kencang menuju kearah hutan sana.
Tergerak hati Giok-liong, pikirnya:"Mungkin mereka punya
suatu obat mustajab yang dapat menolong jiwa orang
dipinggir jurang kematian" Lebih baik kukuntit untuk melihat
keadaan. . ." Baru saja pikirannya ini terlintas tidak jauh di sebelahnya
sana terdengar lolong kesakitan yang panjang, tempatnya
adalah dimana tadi Go bi Ciang-bun jin tengah duduk bersila
berobat diri. Giok liong terkejut terpaksa ia batalkan niatnya semula,
kakinya terus menjejak tanah tubuhnya meluncur seperti
burung kepinis ditengah udara, selepas pandangannya,
Terlihat keempat Hu hoat berkasa merah itu sudah pacing
geletak di tanah, sedang Go bi Cian-bun-jin Hian Goan Taysu
tengah berkutet dengan susah payah melawan keroyokan tiga
orang berseragam biru, keadaan Hian Goan Taysu memang
sangat berbahaya, terdesak dibawah angin dan terus mundur.
Dengan pandangan Giok-liong yang tajam lantas je.ag
olehnya, bahwa Hian Goan Tavsu menggigit giginya kencang,
agaknya tengah menahan sakit, sedang air mukanya juga
sudah bersemu kebiru biruan, keruan semakin kejut hati Giokliong,
batinnya: "Celaka, agaknya racun dibadan Hian Goan
Taysu sudah mulai bekerja." "Blang." dengan kekerasan Hian Goan Taysu menangkis
pukulan gabungan ketiga orang seragam biru, kakinya
menjadi sempoyongan dan akhirnya ia terjerembab setombak
jauhnya, begitu jatuh lantas tak dapat bangun lagi.
Giok-liong menghardik gusar, beruntun ia gerakan kedua
tangannya melancarkan serangan dahsyat, seperti dewa
elmaut saja layaknya, tubuhnya melayang turun dari tengah
udara langsung menerjang kearah ketiga orang berseragam
biru itu. Ketiga orang seragam biru itu terkekeh-kekeh serak,
mendadak mereka berputar bersama, enam tangan pukulan
serentak dilancarkan menyongsong luncuran tubuh Giok-liong.
Dilain pihak masih ada lagi empat orang seragam biru
lainnya melejit turun disamping tubuh Hian Goan Taysu
bersama berjongkok terus menjinjing tubuhnya dibawa lari
pergi dengan cepat sekali. Betapapun gugup dan gelisah hati Giok-liong, namun apa
yang dapat dibuatnya. Terpaksa ia kerahkan seluruh
kekuatannya terus memukul kebawah, saking bernafsu
kelihatan tubuh rada bergetar dan terus ceEerjar ke arah
musuh. "Dar . . ." ledakan dahsyat menimbulkan bayangan kepalan
tangan yang serabutan. Dua sosok bayangan biru tua
meluncur tiba pula diarena pertempuran, sesaat itu keadaan
menjadi bertambah seram, seluruh gelanggang mulai
dilingkupi kabut biru yang tebal terang Giok-liong sudah
terkepung rapat di dalam bayangan kepalan dan kabut
beracun. Pikiran Giok liong hanya menguatirkan keadaan Hian Goan
Taysu, maka gerik tangannya tidak mengenal ampun lagi,
mega putih berkembang cepat dan bergulung-gulung, setiap
kali ia menambah tenaga pukulannya terus meluas berlapislapis
tiada putusnya. Sedang Giok liong sendiri sekarang berubah menjadi
segulung bayangan putih yang samar-samar hampir tidak
terpandang oleh mata telanjang, dengan gerak kecepatan
seperti setan gentayangan, ia bergerak melincah dan menarinari
diantara samberan berlapis bayangan pukulan Iawan,
meskipun kabut berbisa sudah mengepung disekitar garis luar
gelanggang, tapi masih terus diterjangnya keluar.
Namun agakaya para musuh juga sudah menduga akan
maksud tindakan Giok-liong ini, maka mereka menjadi
semakin bernafsu nerintangi dengan segala daya upaya,
sedemikian ganas dan keras pukulan mereka di tambah
beracun lagi, sampai semburan anginnya juga berbau amis
memuakkan. Kalau Giok-liong bertindak lambat sedikit saja
pasti tempat-tempat penting diseluruh tubuhnya serentak
bakal berlubang dan melayanglah jiwanya.
Sampai pada detik yang menentukan ini Giok-liong menjadi
semakin gelisah, hatinya membara seperti dibakar, tiba-tiba ia
rontakan kedua tangannya sambil menggembor keras, seutas
uap putih dan selarik sinar kuning lantas meluncur menembus
udara sekitarnya. Ternyata Potlot mas bersama seruling samber nyawa sudah
dikerjakan keluar. Seketika di udara berkumandang lima jalur
macam irama seruling yang menusuk telinga, Pelangi putih itu
bergerak begitu lincah seperti naga terbang tengah menari
dengan iringan mega putih yang bergulung-gulung terus
disapukan keluar, Ternyata Jan hun su-sek sudah dilancarkan
sampai puncaknya. Kontan terdengar dua jeritan orang, empat bayangan biru
lainnya segera melenting tinggi membawa aliran darah yang
deras terus meluncur dengan kecepatan seperti burung
terbang menyelinap hilang didalam hutan.
Tatkala mana tubuh Giok-lioag masih melayang ditengah
udara, waktu ia mendaratkan kakinya di tanah keadaan
sekelilingnya sudah sunyi senyap, Selayang pandangannya
menjelajah, mayat manusia bertumpuk bergelimpangan darah
mengalir panjang menggenangi seluruh tanah lapang, semua
mayat yang bergelimpangan itu adalah para anak murid Go-bipay
melulu. Begitu banyak mayat manusia ini satu pun tiada mayat
murid istana beracun. Keruan hawa amarah yang tidak
terkendali lagi lantas membakar dadanya, Menjejakkan kaki ia
terus berlari mengejar kemana para murid istana beracun tadi
menghilang. Keadaan puncak Go-bi-san kembali diliputi kesunyian, pihak
musuh mundur secara begitu cepat, begitu cepat sampai
diluar prasangka. Sambil berlari kencang itu Giok-liong menyimpan kembali
Potlot mas dan seruling samber nyawa, tanpa gentar dan
banyak kwatir lagi ia terus menerjang masuk kedalam hutan,
dengan cermat dan teliti ia cari jejak para anak murid istana
beracun itu. Tapi suasana dalam hutan begitu hening, mana
ada jejak manusia ?"

Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perasaan Giok-Iiong menjadi hampa dan tertekan. Sungguh
tak terkira olehnya tokoh - tokoh istana beracun begitu berani
muncul lagi dikalangan Kangouw, malah berkepandaian begitu
tinggi, kalau tidak menyaksikan sendiri siapa bakal mau
percaya. Apalagi justru Go bi-paylah yang dijadikan mangsa pertama
dengan keruntuhan total ini, untuk selanjutnya entah pihak
mana lagi yang bakal menjadi korban.
"Ai." Giok liong menghela napas sedih, mulutnya
menggumam: "Geger dunia persilatan sudah tiba diambang
pintu! terpaksa ia memutar tubuh dan berlari kembali ke Gobi-
san. Tak lansa kemudian ia sudah tiba di depan kelenteng besar
yang berhau amis. Melihat pemandangan yang seram
menyedihkan ini, sehingga membayangkan kenangan lama.
Pelan-pelan ia angkat langkah memasuki kelenteng besar
yang diagungkan ini, Besar harapannya didalam kelenteng
sebesar ini dapat menemukan salah seorang murid Go-bi pay
yang ketinggalan hidup, supaya ada yang disuruh turun
gunung memberitakan bencana besar yang menimpa pihak
Go-bi ini kepada aliran lurus dunia persilatan untuk bergabung
mencari daya upaya untuk memberantas Istana beracun.
Bersama itu perlu dimaklumkan kepada seluruh kaum
persilatan di jagat ini bahwa Go-bi Ciang-bun-jin Hian Goan
Taysu sendiri juga sudah jatuh dalam cengkeraman pihak
istana beracun, Tak lupa pula diharapkan Ngo-hui-heng cia
bisa segera pulang ksatan. Go-bisan untuk memimpin
peristiwa pembalasan dendam. Demikian jalan pikiran Giok-
Iiong. Keadaan didalam kelenteng ini kiranya tidak banyak
bedanya dengan diluar, disini darah muncrat kemana-mana,
sampai dinding yang putihpun berhiaskan lepotan darah yang
menyolok mata banyak mayat lumer menjadi genangan air
darah, kaki tangan atau kepala manusia berserakan setindak
ia semakin dalam beranjak hatinya semakin tertekan dan
terasa dingin, sungguh ngeri, satupun tidah yang ketinggalan
hidup. Baru setengah jalan ia sudah tidak kuat lagi menahan hasi,
Tiba-tiba ia mendongak dan bersuit panjang dengan penuh
kesalahan dan kepiluan hati, Mendadak ia enjit tubuhnya
melambung ketengah udara terus meluncur keluar kelenteng.
Baru saja kakinya mendarat dttartah, lantas terdengar
sebuah dengusan dingin di-pinggir kupingnya, Dengtisan
dingin ini laksana sebatang anak panah dingin yang tepat
menusuk kedalam kupingnya, Tanpa merasa Giok-liong
tersentak kaget, batinnya: "Hebat benar Lwekang orang ini!"
sambil berpikir dengan kecepatan yang sukar diukur tiba-tiba
ia memutar badan menghadap kearah mana suara dengusan
dingin tadi datang. Baru saja ia bergerak lantas diujung matanya berkelebat
sebuah bayangan abu abu, dengusan dingin tadi kini
terdengar lagi dari belakangnya: "Kunyuk, pihak Go-bi-pay
mempunyai dendam atau sakit hati apa terhadap kau,
sedemikian kejam kau turun tangan." baru saja lenyap
suaranya segulung angin kencang seperti gugur gunung telah
menerjang di belakang punggungnya. Kecepatan serangan dari belakang ini, hakekatnya tiada
memberi kesempatan untuk Giok-Iiong sempat berkelit, Dalam
keadaan gawat ini, tiba-tiba ia menarik napas dalam tubuhnya
lantas melejit maju kedepan sebaliknya kedua tangannya
ditepukkan kebelakang. "Plak !" keras sekali terjadi bentrokan ditengah udara
diseling suara bentakan nyaring : "Keparat, kiranya memang
ada isi !" angin menderu deru segulung kekuatan yang tidak
kentera tahu-tahu sudah menindih diatas kepalanya.
Giok liong kehilangan serangan penduhuIuan yang
menguntungkan, dengan tepukan menangkis ke belakang tadi
belum dapat melancarkan kekuatan sepenuhnya, maka begitu
kedua pukulan saling bentrok lantas ia merasa darah bergolak,
pandangan mata menjadi berkunang-kunang. Badannyapun
tergetar keras sempoyongan kedepan. Belum lagi ia sempat
berdiri tegak tenaga besar sudah menindih tiba lagi laksana air
bah yang sukar dibendung. Merasa serangan ini adalah sedemikian dahsyat, otak Giokliong
lantas berpikir: "Ini pasti ngo-heng-cia telah pulang...."
Tapi dia tak kuasa membuka mulut untuk membela diri,
tiada tempo untuk berpikir lagi, Sekuatnya ia memberatkan
tubuh mendarat kaki di tanah, Ji-lo dikerahkan seluruhnya
kedua lengannya terus disayang maju.
"Pyaaarr" angin badai berguIung-gulung membumbung
tinggi ke tengah udara, dua bayangan putih dan abu-abu
mendadak terpental berpencar ke dua jurusan, Giok-liong tak
kuasa mengendalikan tubuhnya, beruntun ia tersurut mundur
tujuh langkah baru bisa berdiri tegak. Dada terasa sesak
seperti di-godam, segulung hawa panas sudah menerjang naik
ke tenggorokannya, lekas-lekas ia melepas napas mentahmentah
menelan kembali darah yang hampir menyemprot
keluar. Bayaagan abu-abu berkelebat terdengar bentakan keras:
"Kalau hari ini Lobu tidak dapat membunuh bocah iblis jahat
seperti kau ini, sia-sia belaka aku menjadi Toang-lo Go bipay!"
sering dengan bentakan ini bayangan telapak tangan
yang membawa deru angin kencang dengan kecepatan yang
susah diukur laksana angin lesus tiba-tiba menggulung tiba
dengan serangan yang mematikan. Baru sekarang Giok-liong dapat melihat tegas bahwa
Ngohui heng-cia ternyata adalah seorang Hwesio tua yang
berperawakan kurus kecil. Tapi kedua matanya itu karena
marahnya telah memancarkan sorot kegusaran yang
berlimpah-Iimpah, Meskipun Giok-liong dapat melihat tegas
wajah Ngo hui-heng-ca, tapi saat itu juga kepalan tangan dan
tutuIan jari musuh yang sengit itu sudah tiba didepan
matanya. Dasar watak Giok liong terakhir ini suka uringTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ uringan ditambah Ngo hui-heng cia mendesak sedemikian
rupa, memuncaklah hawa amarahnya, bentaknya dengan
sengit: "Berhenti dulu !" Aku ada omongan !" sambil
membentak tubuhnya bergelak lincah sekali berputar
melancarkan gerak tangannya yang membawa deru angin
membadai, dengan tipu terangan yang cukup ganas pula ia
balas menyerang. Ngo-hui-heng-cia mandah tertawa dingin katanya: "jangan
harap Lohu dapat kau tipu." Wajah Giok-liong semakin membesi ka-ku, hardiknya :
,,Tua bangka gundul, jangan kau menuduh semena-mena !
peristiwa hari ini adalah buah tangan anak murid istana
beracun . . . " Sekonyong-konyong Ngo-hui-heng-cia memperdengarkan
serentetan gelak tawa dingin yang memilukan, teriaknya:
"Kunyuk, hahahaha, kau kira gampang menipu Lohu... Kecuali
kau sendiri adalah murid dari istana beracun . . . " mendadak
serangannya semakin gencar, sekaligus berpetakan empat
bayangan abu-abu, menyelinap masuk kedalam gelombang
angin pukulan Giok-liong yang membadai itu.
Giok-liong semakin penasaran, serunya sambil kertak gigi:
"Memang Go-bi pay kalian setimpal dibunuh semua!" Sam-jiuchun-
chia tak kepalang tanggung lantas dilancarkan, pertama
jurus Cin-chiu, lalu Hiat bwe dan yang terakhir adalah
Tiamceng, dilancarkan secara bergelombang sambung
menyambung. Mega putih bergelombang mengikuti gerak tangannya
menerjang kesana kemari, menyelubungi sebuah bayangan
putih yang memancarkan cahaya putih perak, dengan gerak
serangan kilat melancarkan beratusribu pukulan serta tutukan
jari menyerang kesegala tempat kematian Ngo-hui-heng-cia.
Tidak ketinggalan sebuah telapak tangan yang memutih
laksana batu giok juga tanpa bersuara telah muncul, inalah
dengan gerak kecepatan yang luar biasa mendadak
menyelonong tiba menepuk kearah dada Ngohui-heng-cia
tepat dijalan daran Yu-bun hiat. Bercekat hati Ngo-hui-heng cia melihat kehebatan serangan
ini, tak kuasa tercetuspertanyaan dari mulutnya: "Sam hi cui
hun chiu" Apa hubunganmu dengan Pang Giok." Baru saja ia
berkata habis, telapak tangan putih sudah melayang dekat
tinggal tiga kaki didepan dadanya mendadak bergerak
semakin cepat menepuk tiba dengan kecepatan kilat.
Tanpa banyak ragu-ragu lagi segera Ngo-hui-heng cia
memutar kepalan tangan kanan menimbulkan gelombang
angin deras, bersama itu telapak tangan kiri tiba-tiba
diselonong kan maju kedepan untuk menangkis. Kontan
terdengar samar-samar suara guntur yang bergemuruh
semakin keras. Telapak tangan kiri Ngo hui-heng cia itu
mendadak bersemu merah darah, seiring dengan getaran
suara guntur yang gemuruh itu tangan kirinya sudah
menyelonong maju memapak kearah telapak tangan putih
yang sudah menyerang dekat itu. Giok-liong sendiri juga terperanjat sampai air mukanya
berubah, batinnya: "lnilah Pik-lik-chiu kepandaian tunggal Gobi-
pay mereka yang sudah beratus tahun putus turunan."
Cepat cepat ia menarik kembali kedua tangannya berbareng
tubuhnya ikut melompat kesamping menghindarkan benturan
secara berhadapan lalu ia tambah dua lipat tenaganya untuk
menyerang lagi dari arah yang lebih menguntungkan.
Saat mana mendadak Ngo-hui-heng-cia berdiri tegak tanpa
bergerak, mulutnya bersuit panjang berkumandang menembut
langit, sampai menggetarkan seluruh alam pegunungan, daun
menghijau diatas pohonpun sampai rontok berjatuhan. Wajah
tuanya yang tirus kini memancarkan cahaya terang, pelanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ pelan kedua tangannya dirangkapkan terus pelan-pelan pula
diangkat meninggi terus didorong kedepan.
Gema tembang matram didalam lingkungan suasana yang
hidup dibawah pancaran sinar kesunyian mendadak
berkumandang ditelinga Giok-liong, Begitu mendengar suara
mantram ini perasaan Giok-liong menjadi hampa dan kosong
melompong. Giok liong tahu asal usul pukulan hebat yang dilancarkan
tadi, Dulu tatkala Tat mo cosu melawat kedaerah timur, salah
satu ilmu bekalnya yang berjumlah seratus delapan puluhan
khusus untuk menundukkan iblis, yaitu Cu sim ti mo.
Tat mo Cosu pernah bersabda kepada para muridnya:
"Bahwa ilmu pukulan ini sangat jahat dan ganas tak mengenal
belas kasihan setiap kali kau turun tangan kalau tidak sampai
melukai lawan diri sendirilah yang bakal celaka. Maka kalau
bukan menghadapi durjana yang benar benar jahat tidak
digunakan, kalau bukan dalam saat-saat yang genting untuk
membela diri ilmu ini dilarang digunakan," Maka ilmu Cu-simti-
mo ( hati suci mengusir iblis ) ini lambat laun menjadi di
lupakan orang dan akhirnya putus turunan.
Sungguh tidak nyana hari ini ilmu yang ganas dan paling
ditakuti itu bisa muncul ditangan seorang Go-bi-tiang-lo yang
tinggal seorang ini. Lebih tidak terkira olehnya Ngo hui heng
cia bisa melancarkan Cau sam-ti mo ini untuk menghadapi
dirinya. Hati yang gelisah bingung dan marah ini semakin gentar
dan takut mengingat perbawa kehebatan ilmu itu. Tak kira
Ngo hui-heng cian menghadapinya sebagai durjana-yang patut
dilenyapkan dari muka bumi ini kerana hatinya takkan berang
mana dapat melampiaskan kedongkolan hati ini" Maka sambil
menjengek dingin Ji-lo dikerahkan sampai puncanya cepat
sekali ia merogoh ke pinggang dilain saat alunan kelima
gelombang irama seruling segera memecah alam pegunungan
dimalam nan sunyi. Dua jalur sinar kuning dan putih yang
menyilaukan mata mendadak melejit ketengah udara terus
menerjang turun pula. "Jan hun-ti" terdengar mulut Ngo-hui-heng cia berseru
kaget belum lenyap suaranya, suara ribut seperti hawa udara
pecah bercerai berai berkumandang di tengah udara disusul
dua jeritan keras berbareng bergema lantang.
Hujan darah memenuhi angkasa berceceran kemana-mana
Dua bayangan putih dan abu-abu seperti bayangan setan
gentayangan terpental mundur terus melesat kedua arahjurusan
yang berlainan Setelah itu Go bi-san kembali dilingkupi
suasana sunyi, angin malam sepoi-sepoi menghembus lewat,
tak lama kemudian diufuk timur terpencar sinar kuning yang
cemerlang dengan munculnya sang Surya menerangi jagat
raya. Kini lebih jelas lagi keadaan sekitarnya pemandangan yang
seram mengerikan dengan mayat- mayat gelimpangan
tergenang air darah menambah suasana yang sunyi lengang
ini semakin menakutkan. Go bi-pay runtuh total hanya semalam saja.
Kecuali Ngo-heng-hui-cia, Giok-liong dan para murid dari
istana beracun, tiada seorangpun yang tahu dan takkan
mungkin bisa tahu atau mengira, dengan kejayaan Go-bi-pay
sekian tahun, hanya semalam saja seluruh penghuni atau
anggauta Go-bi-pay telah diberantas dan dibunuh semua
tanpa meninggalan satupun yang masih hidup.
Akhirnya kabar jelek ini terdengar pula oleh kaum
persilatan dari aliran lurus. Gelombang pembunuhan besarbesaran
bakal bersemu di dunia persilatan dan kini mulai
terpecahkan menjadi rahasia umum Terang dan gamblang,
delapan aliran terbesar lainnya juga bakal mengalami nasib
yang serupa. Hari kedua baru saja matahari muncul dari peraduannya,
masih pagi pagi benar, Dikalangan Kangouw sudah tersiar
berita gempar yang sulit dapat dipercaya.
Kim-pit-jan-hun Ma Giok-liong pendekar tunas muda yang
menggemparkan dunia persilatan itu membekal Jan-hun-ti, itu
seruling pusaka yang menjadi incaran setiap insan persilatan
yang tamak, beruntun sebelah melukai beberapa banyak
tokoh-tokoh silat kenamaan cukup hanya semalam saja telah
memberantas dan membunuh seluruh anak murid Go bi-pay
yang tinggal diatas gunung. Pertama-tama delapan aliran besar serta para murid Go-bipay
lainnya berteriak dan menyuarakan seruan penuntut
balas. Begitu berita ini tersiar luas dikalangan Kangouw seperti
jamur berkembang biak dimusim seni. Bagi kaum lurus satria
gagah beramai-ramai angkat senjata berteriak hendak
mengejar dan meringkus Kim-pit-jan-hun Ma Giok-liong.


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan Hong-tiang Siau-lim sebagai pemimpin besar
disebar luaskan Lok-Iim ciam serta Enghiong-tiap, Diminta
kepada mereka untuk menegakkan keadilan dan kebenaran
demi kesejahteraan kaum persilatan umumnya, menumpas
dan menghukum berat durjana besar yang ganas untuk
menuntut balas para murid Go-bi-pay yang telah mangkat
dialam baka. Maka dikalangan Kangoaw bermunculan banyak gembonggembong
silat yang telan mengasingkan diri sekian tahun
lamanya, alasannya saja demi ketentraman dan keamanan
hidup kaum persilatan tapi hakikatnya dan maksud tujuan
mereka yang sebenarnya tiada seorangpun yang tahu.
Kalau dunia Kangouw tengah digegerkan akan berita naas
yang menimpa pihak Go-bi-pay. Adalah didalam sebuah gua
dibawati jurang didalam pedalaman dipegunungan Go-bi-pay
seorang pemuda berpakaian putih tengah duduk bersila
mengheningkan cipta. Dia bukan lain adalah Kim-pit-jan-hun yang terluka parah
dan melarikan diri setelah pukulan melawan Ngo hui-heng cia.
Waktu pertama kali melihat Ngo-hui-heng cia, sebenarnya
Giok-liong sudah mau membuka mulut memberi penjelasan
asal mula kejadian yang mengenaskan ini, malah besar
harapannya dapat mengajak beliau masuk didalam barisan
besar kaum persilatan aliran lurus untuk menolong nasib
buruk kaum persilatan yang bakal timbul tak lama ini, bersama
menanggulangi dan melawan gembong gembong silat-silat
jahat dan para iblis yang telah bermunculan kembali akan
menimbulkan huru hara. Tak duga kesempatan untuk membuka mulut saja tiada
baginya. sedemikian keras desakan Ngo-hui-heng-cia dengan
serangan ganas malah melancarkan Cu-sim-ti-mo yang ganas
itu untuk membunuh dirinya lagi. Dalam keadaan kepepet
demi hidup terpaksa ia keluarkan seruling samber nyawa dan
Potlot mas, dengan sekuat tenaga mengadu kepandaian
secara kekerasan. Begitu kedua belah pihak saling bentrok, Giok-liong lantas
merasa kepalanya seperti hampir pecah saking keras getaran
yang menimpa dirinya, napas terasa sesak darahpun bergolak
serasa hampir meledak dadanya. Mata berkunang-kunang
kepala pusing tujuh keliling, tak tertahan lagi darah segar
menyemprot keluar dari mulutnya. Hebat penderitaan Giok-liong. Tapi ia pun mendengar
jeritan Ngo hui heng-cia terbaur senada dan seirama dengan
jeritannya menjadi perpaduan suara yang melengking tinggi
Giok-liong insyaf bahwa dirinya sudah terluka teramat parah.
Kalau lebih lama lagi ia tinggal ditempat ini, pasti lebih
celaka dan tidak akan banyak bermanfaat. Maka sekuat
tenaga ia bertahan sambil menahan napas, tubuhnya bergerak
lincah secepat terbang kearah hutan yang lebat dan
menghilang disana. Waktu menyingsing fajar, ditemukan sebuah gua yang
tersembunyi dan terahasia, Pada saat mana ia sudah
kehabisan tenaga dan susah bertahan lagi, mata tanpa banyak
pikir dan kwatir lagi segera ia menerobos masuk kedalam gua
itu. Dimana ditelannya beberapa butir pil peranti penyembuh
luka-luka dalam lalu mulailah ia mengerahkan tenaga murni
untuk berobat diri setelah memakan waktu sehari semalam
baru seluruh luka-luka parahnya dapat disembuhkan
seluruhnya. Dalam hati ia merasa beruntung!
Jikalau ia tidak membekal seruling samber nyawa senjata
pusaka yang ampuh mandraguna serta Potlot mas seumpama
ia tidak menelan sari buah ajaib dan khasiatnya setelah
menunjukkan perbawanya, pasti dan tentu jiwanya siangsiang
sudah melayang di bawah ilmu Cu sim-ti-mo atau Hati
suci melenyap iblis itu. Matahari mulai terbenam kearah barat, hari menjelang
magrib dan mulai petang, pekerjaan Giok-liong dalam
usahanya menyembuhkan luka-lukanya sudah mulai mencapai
titik yang paling gawat. Alam pegunungan yang liar dan sunyi
serta angin malam mulai menghembus keras menambah
suasana terasa lengang menekan perasaan.
Giok-liong duduk bersila, lambat laun dari badannya
memancarkan cahaya putih perak yang cemerlang, kepalanya
juga mulai menguap kabut putih yang bergulung-gulung
seperti air mendidih. Demikian juga air mukanya selalu
berganti warna dengan cepat, Lama kelamaan asap putih
terus mengepul semakin tebal membungkus seluruh badan
sampai tidak kelihatan lagi. "Krek!" pada saati(n tiba-tiba terdengar sebuah suara lirih
dari dalam gua, lalu disusul suara helaan napas panjang.
sedemikian memilukan dan sedih sekali helaan napas itu
dalam suasana yang lengang dan seram itu.
Ditempat pegunungan sunyi serta hari pun mulai petang,
maka suara helaan napas itu terdengar begitu jelas sekali.
Beruntun suara helaan napas terdengar lagi, lalu terdengar
pula suara rantai panjang yang terseret berbunyi
gemerantang, sebentar saja lalu keadaan menjadi hening
lelap. Meskipun Giok-liong tengah tekun mengerahkan tenaga
mengobati luka-lukanya, tapi sesuatu gerakan sekelilingnya
masih tetap dapat didengar dengan telinganya yang tajam.
Maka begitu mendengar helaan napas itu bercekat hatinya,
batinnya: "Mungkinkah di gua sebelah sana ada seseorang
yang terkurung dan dibelenggu dengan rantai?"
Sedikit terpencar perhatiannya, hawa murni dalam
tubuhnya lantas menjadi kacau balau tak terkendalikan lagi,
cepat-cepat ia himpun semangat dan pusatkan pikiran tak
berani sembarangan banyak pikir segala tetek bengek.
Lambat laun pernapasannya dapat teratur dan darah dapat
mengalir lancar dan normal kembali, sekonyong-konyong
sebuah suitan panjang memecah kesunyian alam pegunungan
berkumandang diluar gua. Makin lama terdengar semakin keras dan malah mendekat
menggetarkan bumi dan bergema didalam gua. setelah tiba
diluar gua baru suara suitan itu berhenti.
Dari suara serta kecepatan lari orang itu dapatlah
diperkirakan betapa tinggi kepandaian silat pendatang ini,
paling tidak juga sudah mencapai tingkat yang sempurna.
Baru saja suata suitan itu berhenti, mendadak Giok-liong
merasa hawa murni dalam tubuhnya bergejolak dan luber,
Sesaat sebelum Giok-liong dapat mengendalikan diri, sebuah
benda yang keras dingin tahu-tahu sudah menekan dijalan
darah Bing hun hiatnya. Bersama itu terdengar bisikan lirih
dari suara serak sambil berkata dipinggir telinganya: "Ai
buyung, biarlah Lohu membantumu?"
Baru selesai perkataan osang dari benda keras yang
menekan jalan darahnya itu, tiba tiba tersalur segulung tenaga
dingin yang menembus tulang belulang, laksana panah es
meluncur memasuki seluruh sendi dan urat syaraf Giok liong.
Dalam sekejap saja gelombang tenaga dingin itu laksana
air bah terus menerjang dan menembus seluruh badannya
berputar satu putaran, setelah Giok liong merasa seluruh
badan kedinginan hampir membeku, perasaan lantas mulai
berangsur pulih dan segar nyaman. Banyak jalan darah yang dulu belum pernah teroboskan
oleh hawa murninya sekarang telah tertembus lancar oleh
terjangan tenaga dingin bagai es itu.
Sekarang sedikit ia kerahkan tenaga murninya
semangatnya lantas bergairah dibanding sebelum ini seperti
bumi dan langit. Ternyata Lwekangnya, semakin dalam dan
kokoh, hawa murni dalam tubuhnya juga berjalan semakin
lancar. Kini tak terasakan lagi sakit akan penderitaan oleh luka
luka parahnya tadi. Karuan tersentak kaget sanubarinya, sungguh kokoh dan
kuat benar lwekang orang yang membantunya ini, Tapi entah
dari aliran atau golongan mana, mengapa tenaga dalamnya
bisa begitu dingin dan hampir membekukan, selama itu Giok
liong juga keheranan dan curiga. Mengapa orang
berkepandaian begitu tinggi bisa di kurung dan dibelenggu
didalan gua ini. Mengapa dia tidak membantu aku sejak mula tadi, setelah
diluar gua kedatangan tokoh kosen baru dengan secara kilat
membantu aku berobat" Apakah dia mempunyai maksud
tertentu" Kalau dia menggukan alasan ini untuk menekan aku,
apakah aku harus melulusinya "
Tengah pikirannya bekerja diluar gua tampak berkelebat
sesosok bayangan orang kurus tinggi. Waktu Giok-Iiong
menegas pendatang ini berbadan tinggi hampir setombak
mengenakan jubah panjang warna abu abu, sedemikian
panjang pakaian yang dikenakan sampai telapak kakinya
teraling tidak kelihatan. Rambutnya yang memutih abu-abu riap-riapan tak teratur,
wajahnya juga bersemu ungu kaku tanpa expresi, Hanya
sepasang matanya yang celong itu memancarkan sinar kilat
dingin yang menatap kedalam gua ini.
Begitu pandangan Giok-liong bentrok dengan sorot mata
orang hatinya lantas tergetar sungguh dingin pandangan
orang ini ! Terdengar ia membuka mulut dengan suara dingin
tertegun: " Buyung, dari mana kau datang" Berani masuk ke dalam
gua ini apakah kau sudah tidak ingin hidup ?" Kata demi kata
diucapkan dengan tekanan nada yang dingin dan jelas,
membuat pendengarnya berdiri bulu romanya.
Baru saja Giok-liong niat berdiri membuka mulut, suara lirih
serak tadi terkiang di pinggir telinganya: "Duduklah jangan
bergerak! jangan hiraukan orang ini. Dia adalah rasuI jubah
abu abu dari Yo-Wog-mo-kek. Ada Lohu disini takkan berani
masuk dan sembarangan bergerak."
Giok-liong menurut nasehat orang duduk lagi tanpa
bergerak namun diam-diam ia kerahkan hawa pelindung
badan untuk berjaga dan siap siaga menghadapi segala
kemungkinan yang bakal terjadi. Melihat Giok-liong mematung tanpa menghiraukan
pertanyaannya, orang aneh jubah abu-abu itu mendadak
mendengus dingin, jengeknya: "Keparat, menyerah atau mati,
pilihlah satu diantaranya." suaranya terdengar dingin tanpa
nada namun mengandung sifat sifat keangkuhan yang keluar
batas. Giok-liong menjadi dongkol, katanya sambil seringai dingin:
"Tuan bertampang seperti setan, sebenarnya dari aliran atau
partai mana, lekas sebutkan asalmu,"
Memang Giok-liong menjadi pusing adanya Yu-bing-mo kek
apa segala, belum pernah didengarnya di kalangan Kangouw
ada golongan silat yang bernama demikian.
Orang aneh jubah abu-abu mendadak terkekeh-kekeh
aneh, suaranya sember seperti gembreng pecah: "Buyung,
kau harus mampus." baru lenyap suaranya tubuhnya
mendadak melejit dengan kecepatan yang luar biasa meluncur
kearah Giok-Iiong. Tergerak hati Giok Hong, baru saja ia hendak turun tangan,
Mendadak dilihatnya gerak tubuh orang merandek ditengah
jalan mendadak membalik-balik lagi tepat dan persis sekali
ditempatnya tadi. Gerak pergi datang tubuhnya adalah begitu cepat dan
cekatan, kalau Giok liong dapat melihat dengan mata sendiri
sampai jelas, mungkin orang lain takkan dapat melihat tegas,
paling-paling pandangannya terasa kabur, sampai si orang
jubah abu-abu bergerak juga tidak diketahui!
Begitu mencelat balik ketenipatnya semula lagi, kata sekata
orang jubah abu-abu ini berseru: "Apakah Li-cianpwe ada di
dalam ?" nadanya terdengar sangat menghormat kepada
orang di dasar gua itu, seakan-akan orang dalam sekeluarga
saja. Tanpa merasa Giok-liong semakin bingung dan tak
mengerti. Apakan mereka sejalan dan sehaluan " Tidak
mungkin ! curang di dasar gua ini lagak lagunya rada tidak
simpatik terhadap si orang aneh jubah abu-abu ini !
Giok-liong menjadi tertawa geli dalam hati karena
keraguannya ini, batinnya: "Mengandal kepandaian silat rasul
jubah abu abu ini masih belum kuat berbuat sesuatu
terhadapku, coba kulihat tingkah tengik apa yang akan dia
lakukan di hadapanku !" Beruntun dua kali Rasul jubah abu-abu itu berteriak
kedasar gua tanpa memperoleh penyahutan apa-apa, agaknya
menjadi dongkol, dengusnya: "Li Hian, Pun-su-cia (aku si
rasul) memanggilmu dengan sebutan Cianpwe, karena kau
masih ada harapan masuk menjadi anggota kita dengan
kedudukan Tongcu, Tak nyana kau tua bangka ini ternyata
tidak mengenal kebaikan." Sebuah suara serak yang keras segera menyelak dari dasar
gua sana: "Karena sedikit kelalaian Lohu maka telah tertipu
oleh kalian kalah judi dan terkurung dalam gua ini selama lima
puluh tahun, Begitu sampai pada batas waktunya Lohu dapat
memutus rantai ini sendiri dan keluar dari tempat gelap ini,
untuk membuat perhitungan dengan kalian, Minta lohu
menjadi anggota iblis seperti kalian, itulah angan-angan mimpi
belaka !" Rasul jubah abu abu berludah, tanyanya: "Apakah setan
kecil ini orangmu ?" "Hahaha, dialah sahabat kecil yang baru Lohu kenal, apa
yang kau dapat perbuat atas dirinya?"
"Harus dibunuh !" "Dengan alasan apa kau hendak mencabut jiwa orang ?"
"Bagi setiap orang yang berani melanggar ketentuan
golongan kita, kalau tidak menyerah harus dibunuh!"
"Sekarang dia berada didalam gua Lohu ini, tiada alasan
kau mencari perkara dengan dia."
"Hm, kau sendiri sebagai tahanan, pesakitan loyo, apa yang
dapat kau lakakan?" "Hahahahahahaha . . . ," dari dasar gua sana mendadak
terdengar kumandang gelak tawa panjang yang bergema
keras menggetarkan bumi memekakkan telinga.
Begitu lenyap suara gelak tawa lantas terdengar suara Li
Hian berkata: "Mengandal Rasul jubah abu-abu macam
tampangmu ini, kukira kau takkan berani!"
"Hehehehehe . . .. kenapa kau tidak berani. . ."
Saat itulah suara Li Hian berkumandang lagi di pinggir
telinga Giok-liong: "Buyung, jangan takut, silakan kau turun
tangan menggebahnya, asal kau tidak bergeser dari tempat
dudukmu, Lohu dapat menyalurkan tenaga dalam untuk


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membantumu mengusir dia. Sebetulnya Giok-liong belum pernah berlatih cara mengirim
gelombang suara, tapi dia tahu caranya, Maka wajahnya
lantas mengunjuk senyuman, menghimpun tenaga lantas ia
mendesak suaranya menjadi lirih sekecil benang menyusup
kedasar gua. "Harap Cian-pwe tidak menjadi kuatir, Wanpwe percaya
berkelebihan dapat mengatasi manusia macam setan ini."
Dari dasar gua terdengar si orang tua berseru kejut,
katanya: "Wah buyung, kiranya Lwekangmu memang sangat
hebat dan kuat!" "Terima kasih akan perhatian Cian-pwe ini?"
Mereka mengobrol terjadi dalam waktu yang sangat singkat
sekali. Tapi agaknya si rasul jubah abu-abu sudah tidak sabaran
menunggu, katanya dengan nada tinggi-kepada Giok-liong:
"Bocah, mau menyerah atau rela mati?"
Sambil tersenyum lebar Giok-liong pelan-pelan berdiri,
benda yang melekat di belakangnya itu lantas di tarik kembali.
Melihat Giok liong tersenyum lebar ke-arahnya, rasul jubah
merah menjadi salah sangka ujarnya cemberut: "Bocah jadi
kau sudi menyerah?" Melihat cecongor orang yang begitu takabur dan sombong
sekali, timbul rasa muak dalam benak Giok-liong, kedua
pipinya lantas bersemu merah, tapi sikap dan emosinya
menjadi semakin dingin membeku, kedua matanya mendadak
memancarkan sorot yang bernafsu membunuh, suaranya
terdengar kaku: "Tuan ingin aku turun tangan, atau lebih baik
tuan sendiri bunuh diri?" Begitu pandangan mereka bentrok bertingkat kaget si rasuI
jubah abu-abu. Tapi hatinya lantas memikirkan suatu
keumpamaan. Tidak mungkin! dengan usianya yang masih
muda ini, seumpama sejak berada dalam kandungan ibunya ia
sudah berlatih selama dua puluh tahun, tingkat kepandaian
silatnya tidak mungkin bisa mencapai sedemikian tinggi,
Lwekangnya juga tidak mungkin begitu kuat! Mungkin hanya
sepasang matanya itu yang luar biasa."
Karena perumpaannya ini lantas kembali ia percaya akan
kemampuannya sendiri, mendongak ia terkekeh-kekeh
lantang, ujarnya: "Bocah yang sombong, kalau Pun-sucia
langsung turun tangan, pasti kau akan menyesal setelah
terlambat!" Sikap Giok-Iiong sekarang juga semakin kaku, air mukanya
semakin bersemu merah, ujarnya: "Kalau tuan tidak segera
turun tangan bunuh diri, agaknya minta aku yang rendah
turun tangan sendiri bukan?" Mendadak Rasul jubah abu abu mengakak panjang, seiring
dengan kumandang gelak tawanya ini tiba-tiba tubuhnya
melayang seringan burung kepinis seperti bayangan setan
layaknya menyerbu tiba. Giok-liong mandah berkecek mulut, serunya: "Mari, kita
bermain dipelataran sana yang lebar." Sekali berkelebat "wut"
kencang sekali tubuhnya meluncur memberosot lewat
dipinggir tubuh rasul jubah abu-abu keluar gua.
Samar ramar kupingnya mendengar helaan napas serta
kata-kata: "Patah tumbuh hilang berganti, tunas muda
tumbuh lebih cepat melangkahi yang tua . . ."
Begitu rasul jubah abu-abu sampai diluar gua, tampak
Giok-liong sudah menunggu di luar gua puluhan tombak
jauhnya tengah menggendong tangan seenaknya. Melihat ia
melayang datang lantas unjuk senyuman, katanya : "Tuan kau
sudah hampir masuk ke liang kubur, berlakulah sabar dan
janganlah tergesa-gesa, kalau tidak bila tulang belulang dalam
tubuhnya patah atau retak tak enak rasanya lho !"
Keruan bukan kepalang gusar rasul jubah abu abu dikocok
demikian rupa, tiba tiba ia hentikan luncuran tubuhnya, seperti
tongkat yang terpaku di tanah ia berdiri tegak, dengan nada
dingin yang menakutkan ia berkata: "Bocah sebutkan namamu
untuk terima kematian !" "Aku yang rendah tak lain tak bukan Ma Giok liong !"
"Ma Giok liong ?" "Itulah aku yang rendah !"
"Henehehe, dicari sampai sepatu besi bejat tidak ketemu,
kiranya ketemu disini tanpa mengeluarkan tenaga ! Hebehehe.
. ." Giok liong mandah berdiri dengan sikap dingin melihat
tingkah laku orang yang kehilangan kontrol terhadap diri
sendiri sampai suara gelak tawa orang berhenti, baru ia
membuka mulut: "Sudah cukup tertawa tuan ?"
Rasul jubah abu-abu memang sudah menghentikan
tawanya, kedua matanya memancarkan sinar aneh, katanya:
"Ma Giok-liong, kalau kau mau menyerahkan seruling samber
nyawa dan menjadi anggota kita. Bolehlah Punsu cia mewakili
kau lapor kepada Kokcu, membantumu menuntut balas
memberantas seluruh musuhmu, sehingga kau dapat hidup
mewah bahagia . . ." "Kentut ! Aku Ma Giok liong seorang laki-laki yang kenal
apa artinya kebajikan dan kebaikan, mana sudi bergaul
dengan manusia macam kalian seperti setan gentayangan !"
Rasul jubah abu abu menjengek dingin, katanya: "Kuharap
Tuan berpikir dan berpikir lagi secara cermat, Kalau kau tidak
mau melulusi bayangkanlah akibatnya."
Saking dongkol Giok liong terbahak-bahak selepas tawanya,
serunya: "Jikalau tuan mudamu ini takut pada congormu, sia
sialah aku bernama julukan Kim-pit-jan -hun !"
Sepasang mata Rasul jubah merah semakin memancarkan
nafsu membunuh, suaranya semakin tertekan dingin: "Baik
sekarang kuberi kesempatan untuk kau berpikir. . ."
"Hahahaha, kau ada kemampuan apa, silakan keluarkan!"
Rasul jubah abu-abu membanting kaki dan serunya keras:
"Buyung, jangan kira Li Hian bisa menjadi tulang punggungmu
lantas bersikap begitu takabur. Ketahuilah. sampai besok pagi
waktu matahari terbit baru genap lima puluh tahun ia dapat
keluar dari kurungannya itu. Sebelum menjelang pagi
setindakpun dia tidak boleh berkisar dari dalam gua ini! Maka,
hehe, seandainya ia berniat membantu kau juga tiada mampu
lagi." Maksud tujuan ucapannya ini kepihak hendak
memperingatkan kepada Giok liong janganlah menarik Li Hian
sebagai pembantu utama, dilain pihak juga memberitahu
kepada Li Hian tidak boleh melanggar janji keluar gua.
Mendengar obrolan orang ini, ujung mulut Giok-liong
menyungging senyum sinis, katayna menjengek: "Hanya
mengandal pokrol bambu macammu yang tengik ini masa
perlu membikin cape Li-cian-pwe! "
Dasar keras kepala rasul jubah abu-abu mandah kekehkekeh,
tiba-tiba bayangannya berkelebat secepat kilat laksana
setan gentayangan terus menubruk ke arah Giok liong,
sembari menghardik rendah: "Kunyuk, arak suguhan kau tidak
mau sebaliknya minta dihukum, janganlah kau salahkan Pun
su-cia tidak kenal kasihan" Sembari menubruk maju itu tiba-tiba tangan kirinya diayun
ke atas, maka meluncurlah selarik cahaya api warna abu-abu
dengan bunyi suitan yang menembus angkasa. Terang
tujuannya adalah memanggil bala bantuan teman-temannya,
bahwa di tempat ini telah terjadi peristiwa besar.
Tatkala itulah suara Li Hian itu telah membisiki lagi di
telinga Giok-liong: "Buyung, jangan kau memandang rendah
musuhmu jikalau tidak kuat bertahan lekaslah mundur kembali
kedalam gua, Lohu masih dapat membantumu."
Giok-lioog mengerahkan Ji-lo, berbareng tubuhnya
menggeser kedudukan ke sebelah kiri untuk bertemu dari
rangsangan musuh, mulutny Bentrok Para Pendekar 1 Bara Naga Karya Yin Yong Bentrok Rimba Persilatan 17
^