Pendekar Cacad 15

Pendekar Cacad Karya Gu Long Bagian 15


Kay-pang ditambah emas murni dan mutiara sepuluh laksa tahil."
"Apakah kau tak sanggup membayar lebih mahal lagi?"
jengek Liu Khi sambil tertawa dingin.
Orang berbaju hijau memandang sekejap ke arahnya,
kemudian baru sahutnya, "Untuk membunuh Tio Tian-seng,
balas jasa apakah yang kau kehendaki" Silakan kau utarakan
sendiri." Dengan muka sungguh-sungguh Liu Khi berkata, "Aku
minta kitab pusaka Kui-hok-khi-liok Mi-tiong-bun."
Sekali lagi Bong Thian-gak terkejut mendengar ucapannya
itu, segera pikirnya, "Sebetulnya kitab pusaka macam apakah
Kui-hok-khi-liok yang berada dalam sakuku sekarang"
Mengapa mereka berusaha mendapatkannya?"
Dalam pada itu orang berbaju hijau telah berkata pula
dengan suara hambar, "Bila kau mendapatkan kitab pusaka
Kui-hok-khi-liok itu, maka jangan harap kau bisa meloloskan
diri dari pengejaran segenap jago Mi-tiong-bun. Mengapa kau
mencari kesulitan bagi diri sendiri?"
Liu Khi tertawa misterius, "Bukankah kau sendiri pun sudah
menyadari bila merebut kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu,
maka kau akan dikejar segenap jago lihai yang dikirim MiTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
960 tiong-bun, tapi mengapa kau sendiri pun berusaha
mendapatkannya?"
"Sekarang aku mengajakmu membicarakan soal transaksi.
Maaf, permintaanmu tidak dapat kuterima."
"Kalau begitu malam ini kita harus melangsungkan duel
yang seru. Bilamana kau menganggap hal ini perlu, silakan
saja segera turun tangan!"
"Aku tidak dapat membiarkan kau merampas kitab pusaka
Kui-hok-khi-liok, tentu saja barang harus diserahkan sendiri
sebagai tanda jadi."
"Mengapa hingga sekarang kau belum juga turun tangan?"
kata orang berbaju hijau itu.
"Aku sedang menunggu kesempatan baik."
"Selama hidup kau tak akan mendapatkan kesempatan baik
itu!" "Siapa bilang tidak?"
Tahu-tahu Liu Khi melolos golok.
Gerakannya sewaktu melolos golok cepat sekali, seperti
sambaran petir, dalam keadaan begitu tak mungkin orang
dapat meloloskan diri.
Mata golok secara langsung menyambar lambung orang
berbaju hijau itu, serangannya gencar, dahsyat dan sangat
mengerikan. Tangan kiri si orang berbaju hijau yang selama ini
disembunyikan di balik saku segera disapukan pula ke depan
dengan kecepatan tinggi, ia sambut datangnya ancaman golok
Liu Khi dengan kekerasan.
Tetapi mungkinkah ada orang di dunia yang sanggup
menerima bacokan golok dengan sabetan tangan kosong"
Suara benturan keras memecah keheningan.
961 Tubuh Liu Khi seperti seekor bangau abu-abu langsung
berkelebat menuju ke arah kiri.
Desingan angin tajam menderu, segulung angin pukulan
yang amat kuat segera menyambar lewat dasar kaki Liu Khi.
Pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu
sama-sama dilakukan dengan kecepatan bagaikan sambaran
kilat, tahu-tahu Liu Khi melayang turun, goloknya juga telah
disarungkan kembali.
Sebaliknya orang berbaju hijau dengan tangan kosong
masih tetap berdiri tegak di tempat.
Dari sorot mata kedua orang itu, mereka sama-sama
terperanjat oleh ketangguhan lawan. Tanpa berkedip, mereka
saling pandang.
Tiba-tiba Liu Khi berkata, "Senjata tajam apakah yang telah
kau gunakan untuk menyambut bacokan golokku tadi?"
"Hanya sebuah sarung tangan!" jawab orang berbaju hijau
dingin. "Sebuah sarung tangan?" Liu Khi bertanya keheranan.
"Ketajaman golokku tak akan bisa dibendung oleh senjata
tajam macam apa pun di dunia ini, aku pikir sarung tanganmu
itu tentu sudah robek bukan?"
"Betul, memang agak robek sedikit, itulah sebabnya kau
dapat mengundurkan diri secara aman."
Liu Khi tertawa, "Seandainya kau berusaha mencengkeram
mata golokku tadi, maka telapak tanganmu itu mungkin akan
terpisah dengan tubuhmu."
"Liu Khi, kau sudah terkena pukulanku yang sangat lihai,"
kata orang berbaju hijau itu dingin.
Paras muka Liu Khi segera berubah hebat, katanya,
"Tenaga pukulanmu itu sama sekali tak pernah mengenai
tubuhku." 962 "Dalam kedua serangan yang aku lancarkan tadi, satu
berwujud dan yang satu tak berwujud, kau dapat meloloskan
diri dari serangan tangan kananku yang berwujud, tapi ketika
kau melayang turun tadi, pukulanku yang tak berwujud telah
menghajar tubuhmu secara telak, tenaga serangan ini aku
lancarkan melalui tangan kiri, apabila kau tak percaya silakan
saja mengatur pernapasanmu, rasakan sendiri apakah jalan
darah Hian-koan-hiat di belakang pinggangmu terasa linu dan
sakit atau tidak?"
Liu Khi termenung sejenak, "Sungguh amat lihai, ternyata
aku memang benar-benar sudah termakan oleh serangan
gelapmu, namun sayang kekuatannya tidak dapat membuatku
terluka." "Untuk sementara waktu aku masih belum ingin
melukaimu, aku hanya berniat mendemonstrasikan
kemampuanku yang lihai ini agar kau tidak terlampau
sombong dan takabur."
Liu Khi mendengus dingin, "Hm! Bersiaplah menyambut
serangan bacokanku yang kedua."
"Tunggu sebentar," tiba-tiba orang berbaju hijau itu
membentak. "Apalagi yang hendak kau katakan?"
"Bila kita bertarung sekali lagi, rasanya salah seorang di
antara kita akan terluka, kau tidak punya keyakinan untuk bisa
mengungguliku, demikian pula aku. Buat apa mesti bersikeras
meneruskan pertarungan yang sama sekali tak ada gunanya
ini?". Liu Khi tersenyum, "Tapi aku tak bisa membiarkan kau
merampas, kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu dengan
gampang." "Kalau kau menginginkan kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu,
biarlah aku mengalah saja?"
963 Seusai berkata, mendadak orang berbaju hijau itu
mengerahkan Ginkang dan segera berlalu dari situ.
Tampaknya Liu Khi sama sekali tidak menyangka orang
berbaju hijau itu akan meninggalkan arena begitu saja, dia
berdiri lama di tempat dengan wajah termangu-mangu,
setelah tidak berhasil menemukan sesuatu gejala aneh, dia
pun bergumam seorang diri, "Benarkah dia rela meninggalkan
kitab pusaka Kui-hok-khi-liok begitu saja, hm ...."
Namun dalam waktu singkat di atas tanah pekuburan itu
telah muncul kembali si orang berbaju hijau yang misterius
tadi. Orang berbaju hijau itu memandang sekejap ke arah Bong
Thian-gak serta Liu Khi, kemudian tertawa dingin penuh
kelicikan dan perasaan bangga.
"Jian-ciat-suseng betul-betul jago muda persilatan,
nyatanya si pembunuh bayaran pun tak dapat menghabisi
nyawamu, sungguh mengagumkan."
Seusai berkata, kembali dia tertawa dingin tiada hentinya
dengan suara menyeramkan.
"Sebenarnya siapakah kau?" tegur Bong Thian-gak dengan
nada suara dalam.
Berhubung orang berbaju hijau itu mengenakan topeng
kulit manusia, maka tidak nampak perubahan wajahnya, dia
balik bertanya, "Dan menurut dugaanmu, siapakah aku?"
"Hek-mo-ong," sahut Bong Thian-gak setelah tertegun
sejenak. Orang berbaju hijau itu tertawa dingin, "Atas dasar apa kau
menuduhku sebagai Hek-mo-ong?"
Bong Thian-gak tertegun dan tak dapat menjawab
pertanyaan itu.
964 Tiba-tiba Liu Khi menimbrung sambil tertawa dingin,
"Walaupun kau bukan Hek-mo-ong, namun termasuk salah
seorang yang dicurigai nebagai Hek-mo-ong."
"Berapa banyak jago lihai dalam Kangouw yang dicurigai
sebagai Hek-mo-ong?" tanya orang berbaju hijau itu.
"Ada beberapa orang yang dicurigai, rasanya tak usah
ditanyakan tapi kepadaku, kau sendiri jauh lebih jelas daripada
siapa pun?"
"Kalau begitu, kau pun sudah tahu siapa diriku?" ucap
orang itu dengan suara mengerikan.
"Ya, aku dapat menebak enam bagian."
"Kalau begitu, coba katakan siapakah diriku?"
Liu Khi termenung beberapa saat, kemudian sambil tertawa
terbahak-bahak, "Kau adalah si tabib sakti Gi Jian-cau."
Hati Bong Thian-gak bergetar keras, pikirnya, "Pesan
terakhir Keng-tim Suthay memintaku membunuh Gi Jian-cau,
mungkinkah Hek-mo-ong adalah jelmaan Gi Jian-cau?"
Sementara itu orang berbaju hijau itu sudah bertanya lagi
dengan suara hambar, "Liu Khi, sudah pernahkah kau
berjumpa dengan si tabib sakti Gi Jian-cau?"
"Delapan belas tahun berselang, kami pernah berjumpa
satu kali," jawab Liu Khi sambil tertawa.
"Apakah kau masih ingat raut wajahnya?"
Kembali Liu Khi tertawa, "Sekalipun tubuhnya hancur
menjadi abu, aku masih tetap dapat mengenalinya."
Tiba-tiba orang berbaju hijau itu melepas topeng kulit
manusia yang melekat di wajahnya sehingga muncul wajahnya
di hadapan Bong Thian-gak serta Liu Khi.
965 Begitu menjumpai paras muka orang itu, Bong Thian-gak
segera berseru kaget, "Bukankah kau adalah Pat-kiam-huihiang
Tan Sam-cing?"
Orang berbaju hijau itu sama sekali tidak menggubris
perkataan Bong Thian-gak, dengan suara dingin dan kaku
kembali dia bertanya' kepada Liu Khi, "Coba kau tatap lagi
wajahku dengan seksama, benarkah aku adalah Gi Jian-cau."
Selesai berkata, dia mengenakan kembali topeng kulit
manusia itu. Liu Khi termangu-mangu, kemudian ucapnya sambil
menghela napas, "Ai, tidak kusangka dugaanku meleset."
"Liu Khi," kata orang berbaju hijau dengan suara dingin,
"bila sekarang kutuduh kaulah Hek-mo-ong, apa yang hendak
kau katakan?"
Liu Khi tertawa terbahak-bahak, "Apabila kau pernah
berjumpa dengan bayangan iblis Hek-mo-ong, maka kau tidak
akan menaruh curiga kepadaku."
"Apa maksudmu?"
"Karena Hek-mo-ong bukan seorang berlengan tunggal."
Tiba-tiba orang berbaju hijau itu mengalihkan sorot
matanya ke wajah Bong Thian-gak, katanya, "Sekarang aku
telah memperlihatkan raut wajah asliku, Si-hun-mo-li juga
telah menelan pil Hui-hun-wan, tentunya kau dapat
menyerahkan kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu kepadaku saat
ini bukan?"
Tak terlukiskan rasa kaget dan tercengang Bong Thian-gak,
tanpa terasa ia berkata, "Darimana Tan-locianpwe bisa tahu
dia telah menelan pil Hui-hun-wan?"
"Si-hun-mo-li sudah sekian lama kehilangan kesadaran dan
kejernihan otaknya, keadaannya tak ubahnya patung kayu
yang menurut saja perintah orang, tapi kenyataan sekarang
966 dia dapat tertidur begitu nyenyak dan tak mau menuruti
perintah orang lagi. Jelas dia telah diberi pil Hui-hun-wan."
"Tan-locianpwe," kembali Bong Thian-gak bertanya dengan
nada tak mengerti, "ada suatu hal yang tidak kupahami,
bagaimana caramu menemukan Si-hun-mo-li, apakah kau pun
sudah bergabung dengan Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau?"
Orang berbaju hijau itu tertawa dingin.
"Si-hun-mo-li tidak lebih cuma boneka, asal seseorang
memahami ilmu pengendali sukma, maka ia dapat memerintah
sekehendak hati kepada perempuan ini. Mengapa harus jadi
anak buah Cong-kaucu lebih dulu baru memberi perintah
kepadanya?"
Bong Thian-gak menggeleng kepala, ia berkata, "Gerakgerik
Tan-locianpwe benar-benar membuat aku bingung dan
tidak mengerti."
Orang berbaju hijau itu tertawa dingin.
"Ingin kutanya padamu, sebenarnya kau ingin
menyelamatkan Jiwa Si-hun-mo-li ataukah tetap
mempertahankan kitab Kui-hok-khi-liok itu?"
"Bila aku punya cukup kemampuan, keduanya kuhendaki."
"Kalau begitu jangan salahkan bila aku turun tangan keji
padamu." "Tunggu sebentar," teriak Bong Thian-gak. "Boanpwe
ingin menanyakan satu hal lagi kepada Locianpwe."
"Persoalan apa" Cepat katakan."
"Boanpwe ingin tahu sebetulnya Locianpwe musuh atau
sahabat?" "Hm, musuh atau sahabat, kaulah yang menetapkan
sendiri." 967 Kembali Bong Thian-gak menghela napas sedih, katanya
lagi, "Sungguh tidak kusangka, bersusah payah Tio Tian-seng
memancing kau muncul kembali dalam Kangouw, nyatanya
perbuatan ini tak lebih cuma memancing harimau turun
gunung." "Aku tidak punya waktu untuk diam terus," tukas orang
berbaju hijau itu dingin. "Sekarang aku telah menghimpun
kekuatan di telapak tangan kananku yang telah siap


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuhantamkan ke tubuh Si-hun-mo-li yang masih tertidur
nyenyak di atas tanah. Apabila kau masih belum juga
menyerahkan kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu kepadaku,
terpaksa aku harus memusnahkan jiwanya lebih dulu sebelum
membunuhmu."
Bong Thian-gak menghela napas, "Baiklah, akan
kuserahkan kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu kepadamu."
Bong Thian-gak segera merogoh sakunya dan siap
mengeluarkan kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu.
Tiba-tiba dari kejauhan sana terdengar suara bentakan
nyaring, "Tunggu dulu, dia bukan Pat-kiam-hui-hiang Tan
Sam-cing."
Sesosok bayangan yang ramping dan tinggi semampai
bagaikan burung walet yang lincah mendekat dengan
kecepatan luar biasa.
Di bawah cahaya bintang dan rembulan terlihat orang itu
adalah gadis yang cantik, dia bukan lain adalah Biau-kosiu.
Bong Thian-gak memandang sekejap ke arahnya, lalu
tanyanya, "Atas dasar apa nona mengatakan dia bukan Patkiam-
hui-hiang Tan Sam-cing?"
Sementara itu si orang berbaju hijau telah menegur sambil
tertawa dingin, "Kaukah si perempuan siluman rase dari
wilayah Biau?"
968 Biau-kosiu tertawa merdu, "Pat-kiam-hui-hiang Tan Samcing
yang asli telah tiba!"
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, di tanah
pekuburan itu telah muncul pula seorang Tosu berjenggot
hitam. Dengan seksama Bong Thian-gak mengawasi Tosu itu
beberapa saat, ia tertegun dengan wajah melongo, sebab
Tosu yang berada di hadapannya sekarang memang tak lain
adalah Pat-kiam-hui-hiang Tan Sam-cing yang pernah
dijumpainya di kuil Sam-cing-koan tempo hari.
Tapi bukankah raut wajah asli si orang berbaju hijau tadi
pun mirip Tan Sam-cing"
Dalam pada itu Pat-kiam-hui-hiang Tan Sam-cing hanya
berdiri di kejauhan, tegurnya dengan suara lantang,
"Sebenarnya siapakah kau" Mengapa memakai nama dan
dandanan Pinto buat membohongi orang?"
Orang berbaju hijau itu tertawa dingin, "Pat-kiam-hui-hiang
Tan Sam-cing belum pernah memasuki kuil Sam-cing-koan,
justru aku yang hendak bertanya kepadamu, mengapa kau
mencatut nama dan wajahku untuk menipu orang?"
Bong Thian-gak tertawa seraya menimbrung, "Kau bukan
saja telah mencatut nama dan dandanan orang, bahkan wajah
pun kau catut. Benar-benar menggelikan, untung aku sudah
mengenali Tan Sam-cing Totiang lebih dulu sehingga dapat
kubedakan mana yang asli dan yang gadungan."
"Jian-ciat-suseng," kata orang berbaju hijau itu dengan
suara menyeramkan, "sejak kapan kau kenal Tan Sam-cing?"
"Sejak kemarin."
"Dimana?"
"Dalam kuil Sam-cing-koan."
969 "Sebelum kau bertemu Tan Sam-cing, kenalkah kau dengan
orang yang bernama Tan Sam-cing?"
"Aku hanya tahu kau adalah manusia keparat yang
mencatut nama orang. Kenapa aku mesti banyak bicara
denganmu?"
Mencorong hawa membunuh dari balik mata orang berbaju
hijau itu, katanya, "Satu-satunya lambang Tan Sam-cing
adalah kehebatan ilmu Pat-kiam-hui-hiang, Jian-ciat-suseng,
apakah kau tak ingin melihatnya?"
"Mengapa tidak?" jawab Bong Thian-gak sambil tersenyum.
"Di dalam ujung bajuku terdapat delapan bilah pedang
terbang, bila dilepaskan, kepala manusia tentu akan
bergelindingan, selama ini belum pernah ada orang yang
sanggup meloloskan diri."
"Biarpun harus mempertaruhkan nyawa, pasti akan kuiringi
kemauanmu itu," jawab Bong Thian-gak cepat.
Mendadak terdengar Liu Khi membentak keras, "Tunggu
sebentar, Bong-laute."
Bong Thian-gak masih tetap duduk bersila di atas tanah,
dia memandang sekejap ke arah Liu Khi, kemudian tanyanya,
"Ada urusan apa, Liu-sianseng?"
Liu Khi tertawa, "Bong-laute, siapakah di antara mereka
berdua adalah Tan Sam-cing yang asli, apa pula hubungannya
dengan kita" Jika ingin dibuktikan siapa yang palsu, biar saja
urusan itu diselesaikan mereka sendiri."
Mendengar ucapan itu, hati Bong Thian-gak bergetar keras,
segera pikirnya, "Betul juga apa yang diucapkan Liu Khi.
Mengapa aku begini bodoh mencampuri urusan orang?"
Tiba-tiba terdengar orang berbaju hijau itu menjengek,
"Jian-ciat-suseng, apakah kau hendak menarik kembali
tantanganmu itu?"
970 "Ya, bisa saja kutarik kembali," jawab Bong Thian-gak.
Tiba-tiba terdengar Biau-kosiu mendengus sambil mengejek
hina, "Huh, tak punya semangat. Kalau begitu aku telah salah
menilai dirimu."
Merah padam wajah Bong Thian-gak, ia segera
terbungkam. Sam-cing Totiang yang berada di sisinya cepat
menimbrung pula sambil tertawa dingin, "Nona Biau, cepat
kau minta kembali kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu dari
tangannya, Jian-ciat-suseng bukan seorang yang dapat
dipercaya lagi."
Tiba-tiba Bong Thian-gak tertawa keras, kemudian katanya,
"Nona Biau, dengar baik-baik. Aku bersedia memenuhi
permintaanmu pergi mengambilkan kitab pusaka Kui-hok-khiliok
ini lantaran aku ingin membalas budi kebaikanmu
beberapa hari berselang. Sekarang harap kau terima kembali
kitab pusaka Kui-hok-khi-liok secepatnya, sehingga aku tak
berhutang apa-apa lagi kepadamu."
Lantas Bong Thian-gak merogoh sakunya dan
mengeluarkan bungkusan kain hijau yang berisi kitab pusaka
Kui-hok-khi-liok.
Tiba-tiba seseorang berkelebat, tahu-tahu orang berbaju
hijau itu sudah mendesak maju dan menghadang di depan
Bong Thian-gak, kemudian bentaknya, "Barang siapa berani
maju untuk menerima kitab pusaka Kui-hok-khi-liok, dia harus
merasakan dulu pedang terbangku."
"Benarkah di balik ujung bajumu itu tersimpan pedang
terbang?" tanya Bong Thian-gak tertegun.
Orang berbaju hijau itu melirik ke arah Bong Thian-gak,
jawabnya, "Apakah kau masih belum percaya aku adalah Patkiam-
hui-hiang?"
Bong Thian-gak tersenyum.
971 "Dunia persilatan yang penuh tipu-daya yang licik dan
berbahaya, memang sulit bagi orang untuk mempercayai."
"Bila begitu aku perlu beritahukan kepada kalian, Tosu di
hadapan kalian sebetulnya adalah Hek-mo-ong."
Sam-cing Totiang tergelak, "Ngaco-belo, Pinto sudah
puluhan tahun mengasingkan diri dari keramaian dunia,
sungguh tak disangka kemunculanku kembali ke dunia
Kangouw ternyata harus bertemu orang edan yang mencatut
namaku." Dengan suara mengerikan orang berbaju hijau itu tertawa
dingin tiada hentinya, ia berkata, "Oh, jadi kau mengaku
sebagai Pat-kiam-hui-hiang Tan Sam-cing. Tentunya kau pun
pandai mempergunakan pedang terbang bukan?"
"Tentu saja dapat," jengek Sam-cing Totiang.
"Ilmu pedang terbang Tan Sam-cing amat termasyhur di
kolong langit, aku tidak percaya kau sanggup mempelajari
ilmu silat yang amat tangguh ini."
Sambil berkata orang itu menggetarkan ujung baju kirinya.
Sejalur cahaya putih bagaikan sambaran petir segera
meluncur kemuka.
Cahaya putih itu langsung melesat ke udara dan
menyambar Sam-cing Totiang yang berdiri di hadapannya.
Sam-cing Totiang segera melompat ke belakang, di tengah
udara ia mengebaskan pula ujung bajunya sehingga muncul
pula cahaya putih menyongsong datangnya sambaran cahaya
putih orang berbaju hijau itu.
Suara benturan nyaring berkumandang, kedua jalur cahaya
putih saling tumbuk, setelah berputar satu lingkaran, kedua
jalur cahaya putih itu terbang kembali ke dalam genggaman
orang berbaju hijau serta Sam-cing Totiang.
972 Demonstrasi ilmu pedang terbang yang sangat hebat dan
luar biasa ini membuat para jago membuka mata lebar-lebar.
Dengan jelas Bong Thian-gak melihat senjata dalam
genggaman orang berbaju hijau adalah pedang kecil setipis
daun yang panjangnya hanya tiga inci.
Sebaliknya senjata dalam genggaman Sam-cing Totiang
berupa sebilah pedang kecil yang memancarkan cahaya putih.
Sambil tertawa dingin orang berbaju hijau itu segera
berkata, "Kepandaianmu memang amat sempurna, tak nyana
kau mampu memukul mundur pedang terbangku."
Sam-cing Totiang tertawa, "Aku pun tidak mengira kau
benar-benar telah melatih ilmu pedang terbang."
"Mengapa kau tidak ingin mencoba ketujuh pedang yang
lain?" tantang orang berbaju hijau itu dingin.
"Berapa pun jumlah pedang terbang yang kau miliki,
silakan saja digunakan semua."
"Silakan kau maju ke depan untuk mencoba kepandaianku
ini." "Mengapa bukan kau saja yang maju?"
"Hm, kau anggap aku tak mampu?"
Kali ini orang berbaju hijau itu menerjang ke depan
bagaikan burung rajawali sakti.
Baru saja tubuhnya menerjang ke muka, cahaya putih
secara beruntun meluncur ke depan menimbulkan desingan
tajam. Sam-cing Totiang melejit ke tengah udara, dari tangannya
nampak pula cahaya putih berkelebat ke depan dengan
kecepatan tinggi.
Di tengah dentingan nyaring, terdengar suara orang
mendengus tertahan.
973 Dari tengah udara tampak sesosok bayangan roboh ke atas
tanah, ternyata orang itu adalah Sam-cing Totiang.
Pada saat bersamaan orang berbaju hijau itu melayang
turun ke sisi Bong Thian-gak.
Ternyata bahu kiri Sam-cing Totiang telah tertancap
pedang kecil, waktu pedang itu dicabut, darah kental segera
memercik membasahi seluruh rubuhnya.
Paras muka orang berbaju hijau yang tertutup topeng kulit
manusia sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa pun,
malah ujarnya, "Hek-mo-ong, ilmu pedang terbangmu masih
kalah setingkat. Hm, sebenarnya kau dapat melepas paku
tengkorakmu tadi untuk merenggut nyawaku, mengapa kau
tidak berbuat demikian?"
Paras muka Sam-cing Totiang berubah hijau membesi,
sesudah tertawa dingin ia berkata, "Aku tidak mengerti apa
maksudmu?"
"Kau seharusnya mengakui dirimu sebagai Hek-mo-ong,
bukan Pat-kiam-hui-hiang Tan Sam-cing."
Sam-cing Totiang kembali tertawa seram, "Bila aku benarbenar
Hek-mo-ong, maka sulit bagimu untuk hidup lewat tiga
hari lagi."
"Bila kau berharap bisa mendapatkan kitab pusaka Kui-hokkhi-
liok malam ini, maka kau harus memperlihatkan wujud
aslimu sebagai Hek-mo-ong, dan melangsungkan pertarungan
berdarah. Siapa tahu hal ini akan membuatmu berhasil
mendapatkan kitab itu?"
Sementara dia berbicara, tiba-tiba Biau-kosiu berjalan
menuju ke belakang punggung Bong Thian-gak, kemudian
tangannya berkelebat ke depan menyambar kitab pusaka Kuihok-
khi-liok dalam genggaman anak muda itu.
974 Orang berbaju hijau segera membentak, "Jian-ciat-suseng,
jangan kau serahkan kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu
kepadanya."
Kembali orang berbaju hijau mengebaskan ujung bajunya,
sebilah pedang segera melesat ke udara dan langsung
menyambar pergelangan tangan Biau-kosiu.
Sesungguhnya sedari tadi Bong Thian-gak memang sudah
berniat mengembalikan kitab pusaka Kui-hok-khi-liok itu
kepada Biau-kosiu, bukan saja ia tidak berusaha menghindar,
malahan tangan tunggalnya didorong ke depan dan dengan
cepat menarik kitab pusaka itu.
Menyusul ia memutar pergelangan tangannya, lalu menjepit
pedang kecil yang menyambar datang itu dengan jepitan jari
tengah dan telunjuknya.
Ketika melepas pedang kecil tadi, orang berbaju hijau
menerjang pula ke depan, telapak tangan kanannya langsung
menghantam Biau-kosiu.
Setelah berhasil mendapatkan kitab pusaka Kui-hok-khiliok,
dengan cekatan Biau-kosiu melompat mundur, gerakan
tubuh nona itu benar-benar cepat, sekalipun jurus serangan
yang digunakan orang berbaju hijau itu amat cepat dan luar
biasa, akan tetapi ancaman itu segera mengenai tempat
kosong. Orang berbaju hijau mendengus dingin, "Hm, mau kabur
kemana kau?"
Berbareng dia meluncur ke depan melakukan pengejaran.
Bong Thian-gak cukup tahu betapa lihainya kepandaian
silat orang berbaju hijau, karena kuatir Biau-kosiu tidak
berhasil meloloskan diri dari pengejaran, maka segera
teriaknya, "Silakan kau menerima kembali pedang kecilmu!"
975 Bong Thian-gak segera menyambitkan pedang kecil yang
dijepit jari tangannya itu ke arah lawan dengan kekuatan luar
biasa. Mau tak mau orang berbaju hijau harus menghentikan
langkah untuk membalikkan badan dan menyambut
datangnya serangan pedang kecil itu.
Lantaran terhadang sejenak itulah untuk kedua kalinya


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biau-kosiu melejit ke udara, dalam waktu singkat dia telah
berada di kejauhan.
Orang itu sangat mendongkol, sambil mendengus dingin
katanya, "Jian-ciat-suseng, aku benar-benar sangat
membencimu. Suatu ketika aku akan mencincang tubuhmu
hingga hancur guna melampiaskan rasa benciku ini."
Setelah berteriak penuh amarah, dia menjelit ke udara
melakukan pengejaran.
Dalam waktu singkat bayangan tubuh Biau-kosiu dan orang
berbaju hijau lenyap dari pandangan.
Sementara itu Sam-cing Totiang yang berdiri di hadapan
mereka memandang sekejap ke arah Liu Khi dan Bong Thiangak,
kemudian setelah tertawa dingin dia pun membalikkan
badan dan beranjak pergi dari situ.
Suasana di tanah pekuburan kembali hening, Bong Thiangak
serta Liu Khi duduk bersila di atas tanah dan mengatur
pernapasan. Beberapa saat kemudian terdengar Liu Khi berkata, "Bonglaute,
dapatkah kau menunjukkan siapa di antara mereka
berdua adalah Tan Sam-cing yang asli?"
"Tentu saja Totiang itu, dialah Pat-kiam-hui-hiang Tan
Sam-cing yang asli," jawab Bong Thian-gak dengan suara
lantang. Liu Khi menggeleng berulang kali.
976 "Dugaan Bong-laute keliru besar, padahal orang berbaju
hijau itulah Tan Sam-cing yang asli."
"Sewaktu masih berada di dalam kuil Sam-cing-koan, aku
pernah berjumpa Tan Sam-cing Locianpwe. Sam-cing Totiang
adalah ketua Sam-cing-koan, yang nama aslinya adalah Patkiam-
hui-hiang Tan Sam-cing!"
Sekali lagi Liu Khi menghela napas panjang, "Andaikata
Tojin itu adalah Pat-kiam-hui-hiang yang asli, maka ilmu
pedang terbangnya tak nanti lebih lemah daripada
kemampuan orang berbaju hijau itu. Dari pertarungan ilmu
pedang terbang yang barusan mereka lakukan, terbukti
kepandaian silat Tojin itu masih kalah setengah tingkat."
"Liu-sianseng, pernahkah kau berjumpa Tan Sam-cing?"
"Aku rasa di kolong langit dewasa ini, hanya Tio Tian-seng
seorang yang pernah berjumpa Tan Sam-cing. Oleh sebab itu,
hanya dia seorang yang mengetahui siapakah Pat-kiam-huihiang
Tan Sam-cing yang sebenarnya."
"Kita kan bisa mencari Tio-pangcu untuk memecahkan
teka-teki ini."
"Apakah Bong-laute mengetahui Tio Tian-seng berada
dimana sekarang?" tanya Liu Khi sambil tersenyum.
"Tio-pangcu berada di rumah penginapan Ban-heng di
dalam kota Lok-yang."
Tiba-tiba Liu Khi menghela napas panjang, katanya, "Bonglaute,
aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan padamu,
pernahkah Tio Tian-seng menyinggung persoalan yang
menyangkut diriku?"
Satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, Bong
Thian-gak berpikir, "Apakah aku harus berkata terus terang
kepadanya bahwa Tio Tian-seng telah menaruh curiga
kepadanya?"
977 Bong Thian-gak pun menggeleng kepala seraya berkata,
"Tidak pernah ... cuma aku rasa sikap Liu Khi terhadap Tio
Tian-seng Pangcu seperti kurang terbuka dan jujur."
Liu Khi tertawa dingin, "Bong-laute, tahukah kau di dunia
persilatan dewasa ini terdapat beberapa orang yang dulunya
pernah saling sebut sebagai saudara dan bergaul sangat
akrab, tapi lantaran sebuah teka-teki, mereka justru saling
bermusuhan dan adu kepintaran."
"Lantaran teka-teki apakah itu?"
Liu Khi menghela napas sedih, "Ai, soal teka-teki itu
sebenarnya menyangkut nama baik beberapa tokoh yang
amat termasyhur, oleh sebab itu siapa saja tidak ingin
mengungkap teka-teki itu secara terbuka, namun setiap orang
justru berdaya upaya dengan segenap kemampuan untuk
mencari jawaban teka-teki itu."
"Oh, dengan cara apakah kalian hendak mencari?"
"Asalkan kita berhasil menemukan jejak Hek-mo-ong, maka
teka-teki itu akan terungkap dengan sendirinya."
Bong Thian-gak mengerut dahi, kemudian bertanya lagi,
"Apakah Liu-sianseng juga belum berhasil menemukan jejak
Hek-mo-ong?"
Liu Khi menggeleng.
"Belum! Namun aku sudah menyelidiki setiap orang yang
aku curigai sebagai Hek-mo-ong."
"Dapatkah Liu-sianseng mengungkapkan siapa saja yang
kau curigai sebagai Hek-mo-ong?"
"Boleh saja."
"Kalau begitu harap kau suka bicara!"
978 Liu Khi menarik napas panjang, kemudian katanya, "Dari
mereka yang aku curigai termasuk juga mereka yang telah
mati, semuanya berjumlah sembilan orang."
Bong Thian-gak tertegun, diam-diam pikirnya, "Sam-cing
Totiang dan Tio Tian-seng, keduanya mengatakan ada empat
orang yang patut dicurigai, sedangkah Liu Khi mengatakan
ada sembilan. Sebenarnya siapa saja kesembilan orang itu?"
Liu Khi berhenti sejenak, kemudian sambungnya, "Yang
sudah menjadi almarhum ada tiga orang ... mereka adalah
pendeta sakti dari Siau-lim-pay Ku-lo Hwesio, Thi-ciang-kankun-
hoan Oh Ciong-hu serta ketua perguruan Mi-tiong-bun,
Kui-kok Sianseng."
Begitu mendengar ketiga nama itu, paras muka Bong
Thian-gak berubah hebat, katanya, "Berdasar apa Liusianseng
mencurigai mereka?"
Liu Khi menghela napas panjang, kemudian katanya, "Aku
tahu Ku-lo Hwesio dan Oh Ciong-hu adalah mendiang gurumu,
tapi kau pun harus tahu, aku tidak bermaksud menodai nama
baik mereka. Ai, aku mencurigai mereka bertiga sebagai Hekmo-
ong, bukan asal mencurigai saja, tapi berdasarkan bukti
dan data-data yang berhasil kukumpulkan."
"Dapatkah Liu-sianseng menjelaskan bukti-bukti yang
berhasil kau kumpulkan itu?"
Liu Khi tertawa dingin, "Apabila kuungkap bukti-bukti yang
berhasil kukumpulkan itu, maka hal ini akan semakin
menjatuhkan nama baik mereka ke lembah kenistaan."
"Bila Liu-sianseng tidak mengungkapkan buktinya, mana
kau boleh menuduh dan menodai nama baik seseorang begitu
saja" Biarpun Ku-lo Hwesio dan Oh Bengcu telah meninggal
dunia, namun kebajikan dan kebaikan yang pernah mereka
perbuat selama hidup dulu, bukanlah bisa diputar-balikkan
oleh sembarang orang dengan seenaknya sendiri."
979 Paras muka Liu Khi berubah hebat, katanya pula, "Bonglaute,
tahukah kau, badai pembunuhan yang melanda dunia
persilatan selama enam puluh tahun terakhir ini disebabkan
apa?" "Silakan Liu-sianseng memberi keterangan."
"Singkatnya saja, biang-keladi kekacauan dan malapetaka
ini sesungguhnya seorang wanita."
"Seorang wanita?" tanya Bong Thian-gak terkejut.
"Siapakah dia?"
"Dia tak lain adalah Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau yang
sedang merajalela saat ini."
"Dia?" Bong Thian-gak semakin terperanjat. "Bukankah
dia?" Bong Thian-gak seakan-akan telah memahami suatu
persoalan. Dan persoalan itu seperti pula apa yang dikatakan
Liu Khi, bilamana diterangkan sejelas-jelasnya, maka hal itu
akan merugikan dan menodai nama baik banyak jago-jago
persilatan. Liu Khi menengok sekejap ke arah Bong Thian-gak,
kemudian katanya pula, "Semasa hidupnya dulu, Ku-lo
Hwesio, Oh Ciong-hu serta Kui-kok Sianseng mempunyai
hubungan gelap dengan perempuan itu, bahkan luar biasa
mesranya. Itulah sebabnya apa yang kukatakan bukan cuma
isapan jempol."
Bong Thian-gak sangat terkejut, juga bingung dan tidak
habis mengerti.
Sebenarnya perempuan macam apakah Cong-kaucu Putgwa-
cin-kau ini"
Dengan cara apakah dia telah membuat dunia Kangouw
menjadi kalut dan tidak tenang"
980 Bagaimana pula ia membuat para orang gagah
mengorbankan jiwa baginya dan ribut karena dirinya"
Walaupun pada saat ini banyak persoalan yang ingin
ditanyakan Bong Thian-gak, akan tetapi dia tak berani
mengutarakan, maka setelah termenung lama sekali, akhirnya
dia bertanya, "Selain ketiga orang itu. siapakah keenam orang
lainnya?" "Dari keenam orang itu, dua di antaranya sampai sekarang
masih belum diketahui nasib dan mati hidupnya."
"Siapakah kedua orang itu?"
"Song-ciu suami-istri."
Bong Thian-gak berkerut kening, "Song-ciu suami-istri"
Belum pernah kudengar nama orang ini."
Liu Khi segera tersenyum, "Sesungguhnya Song-ciu suamiistri
memang amat jarang melakukan perjalanan dalam
Kangouw. Tapi sejak puluhan tahun berselang, Song-ciu
suami-istri adalah dua orang jago lihai yang tidak boleh
dianggap enteng."
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya, "Tatkala Mo-kiam-sinkun
Tio Tian-seng merajai kolong langit, dia berhasil
mencantumkan nama besarnya dalam urutan sepuluh orang
jago paling tangguh waktu itu, Song-ciu suami-istri pun
tercantum namanya di antara kesepuluh orang jago lihai ini."
"Siapa sajakah kesepuluh jago lihai itu?" tanya Bong Thiangak.
"Kesepuluh jago itu adalah Kui-kok Sianseng ketua
perguruan Mi-tiong-bun, Liong Oh-im, Ku-lo Hwesio, Oh
Ciong-hu, Song-ciu suami-istri, Gi Jian-cau, Tan Sam-cing,
perempuan paling cantik di daerah Kanglam Ho Lan-hiang dan
aku Liu Khi."
981 Tiba-tiba Bong Thian-gak berseru tertahan, kemudian
tanyanya, "Perempuan paling cantik dari wilayah Kanglam Ho
Lan-hiang" Apakah dia adalah kakak sepeguruan mendiang
guruku Oh Ciong-hu?"
Liu Khi memandang sekejap ke arah Bong Thian-gak,
kemudian sahutnya, "Benar, Ho Lan-hiang memang berasal
satu perguruan dengan Oh Ciong-hu."
"Tahukah Liu-sianseng akan jejaknya saat ini?" tanya Bong
Thian-gak lagi.
Liu Khi termenung, jawabnya, "Tentu saja aku tahu jelas
jejaknya, namun aku pun telah berjanji kepadanya takkan
membocorkan rahasia ini. Jadi harap Bong-laute sudi
memaafkan."
Berubah hebat paras muka Bong Thian-gak, gumamnya
lirih, "Ya, aku tahu sekarang ... aku sudah tahu siapakah
orang itu."
Paras muka Liu Khi berubah pula, serentak dia melompat
bangun dari atas tanah, katanya, "Apakah Bong-laute masih
ada perkataan lain yang hendak ditanyakan kepadaku" Kalau
tidak ada, untuk sementara, waktu aku hendak mohon diri
lebih dahulu."
Bong Thian-gak menghela napas sedih, kemudian katanya,
"Harap Liu-sianseng sudi menerangkan padaku, siapa empat
orang lainnya?"
"Keempat orang itu adalah Tan Sam-cing, Tio Tian-seng, Gi
Jian-cau serta Liong Oh-im."
"Tahukah Liu-sianseng di antara mereka yang dicurigai,
siapakah di antaranya yang paling dicurigai?"
Liu Khi menghela napas panjang, "Ai, setiap orang
mempunyai kemungkinan sebagai Hek-mo-ong, di antara
mereka pun setiap saat akan mencurigai diriku pula."
982 "Bukankah Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau mengetahui
siapakah Hek-mo-ong" Mengapa kalian tidak mencarinya dan
ditanyakan saja kepada perempuan itu?" kata Bong Thian-gak
sambil menghela napas panjang pula.
Liu Khi menggeleng, "Dia sendiri pun tidak mengetahui
siapakah Hek-mo-ong."
"Liu-sianseng tak berbohong?"
Liu Khi tertawa, "Masih ingatkah Bong-laute akan perkataan
si orang berbaju hijau yang mengatakan aku adalah seorang
pembunuh bayaran?"
Bong Thian-gak tertegun, kemudian menjawab, "Ya,
pekerjaan Liu-sianseng memang mengerikan. Entah siapa
orang yang mengundangmu untuk membunuh Hek-mo-ong?"
"Orang itu tidak lain adalah Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau,"
jawab Liu Khi tersenyum.
Sekali lagi Bong Thian-gak dibuat tertegun, ujarnya, "Liusianseng,
apa yang kau bicarakan pada malam ini sungguh
membuat orang semakin kebingungan."
"Dendam kesumat yang berkobar dalam Bu-lim dewasa ini
pada hakikatnya memang merupakan persoalan yang sangat
rumit dan tidak dapat dipahami orang begitu saja. Barang
siapa di antara jago persilatan yang melibatkan diri dalam
kancah budi dan dendam itu, maka keadaannya tak ubahnya
seperti sukma gentayangan tanpa tujuan atau boneka tanpa
nyawa." Sampai di situ mendadak perkataannya terhenti, dengan
wajah diliputi perasaan kaget dan ngeri, katanya, "Bong-laute,
pembicaraan kita hari ini hanya sampai di sini saja, sampai
jumpa lain kesempatan."
Selesai berkata, Liu Khi membalikkan tubuh dan beranjak
pergi dengan kecepatan tinggi.
983 Sebenarnya Bong Thian-gak hendak menahan kepergian
Liu Khi, dia ingin menanyakan berbagai masalah yang masih
tidak dipahami olehnya, akan tetapi gerakan Liu Khi benarbenar
cepat sekali, hanya dengan beberapa kali lompatan saja
bayangannya sudah lenyap dari pandangan mata.
Bong Thian-gak memandang sekeliling tempat itu, tanah


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pekuburan terasa sepi.
Di tempat yang begitu hening dan menyeramkan itu, selain
dia serta Thay-kun yang masih berbaring di atas tanah tertidur
pulas, tiada manusia ketiga yang berada di situ.
Pelan-pelan Bong Thian-gak berdiri, kemudian berjalan
menuju ke sisi Si-hun-mo-li, kemudian setelah menghela
napas sedih, dia pun duduk bersila di sampingnya.
Walaupun Si-hun-mo-li telah menelan pil Hui-hun-wan,
namun Bong Thian-gak masih tetap menguatirkan apakah
perempuan itu dapat sadar atau tidak"
Malam begitu kelam, namun Bong Thian-gak dengan
pandangan kuatir masih saja mengamati wajah Thay-kun
tanpa berkedip, dia benar-benar merasa sangat resah dan
bingung. Dari berbagai bukti yang berhasil dikumpulkan, Bong Thiangak
telah berhasil menebak siapa gerangan Cong-kaucu Putgwa-
cin-kau. Orang itu besar kemungkinan adalah perempuan paling
cantik di wilayah Kanglam Ho Lan-hiang adanya.
Namun Bong Thian-gak masih tetap tidak mengerti tentang
budi dendam dan perselisihan yang berlangsung selama ini,
sesungguhnya siapakah yang menjadi dalang peristiwa itu" Ho
Lan-hiang" Atau Hek-mo-ong" Siapa pula Hek-mo-ong"
Dari ucapan Liu Khi tadi, Tio Tian-seng termasuk juga
kesepuluh orang yang kemungkinan adalah Hek-mo-ong.
984 Mendadak suara rintih yang lirih memotong jalan pikiran
Bong Thian-gak yang bergelombang tidak menentu itu.
Dengan perasaan tegang Bong Thian-gak segera
mengalihkan sorot matanya ke depan.
Dia lihat mata Si-hun-mo-li yang terpejam mulai bergerakgerak,
kemudian terbuka lebar.
Kejut dan gembira Bong Thian-gak, segera ia berseru,
"Thay-kun ...Thay-kun"
Setelah membuka mata, paras muka Si-hun-mo-li diliputi
perasaan bingung dan bimbang. Pelan-pelan dia menekuk
pinggang dan duduk, sementara sorot matanya dialihkan
memandang sekeliling tempat itu, akhirnya berhenti di depan
Bong Thian-gak dan mengamatinya lekat-lekat.
Bong Thian-gak kembali berseru, "Thay-kun ... Thay-kun!
Sudah sadarkah perasaan dan pikiranmu?"
Paras muka Si-hun-mo-li kelihatan begitu tenang dan
hambar, sulit rasanya membedakan apakah dia sedang
gembira, gusar, sedih atau senang.
Dengan pandangan tenang dia mengawasi wajah Bong
Thian-gak tanpa berkedip, sementara mulut tetap
membungkam. Bong Thian-gak yang menyaksikan mimik wajah
perempuan itu, dalam hati membatin, "Ya benar, untuk
beberapa saat lamanya kesadaran dan kejernihan pikirannya
belum dapat dipulihkan secara keseluruhan."
Berpikir demikian, dengan suara rendah Bong Thian-gak
berseru, "Thay-kun masih kenalkah kau pada diriku" Aku ...
aku adalah Bong Thian-gak."
Paras muka Si-hun-mo-li nampak agak berubah, akhirnya
muncul juga kata-katanya yang pertama, "Mengapa aku bisa
berada di sini" Kaukah yang telah menolongku?"
985 Bong Thian-gak benar-benar merasa gembira, sambil
melompat kegirangan, serunya, "Thay-kun, kau benar-benar
telah pulih."
Sambil berkata, tanpa terasa pemuda itu maju ke muka dan
berusaha memeluk gadis itu.
Belum sempat ia memeluk perempuan itu, Si-hun-mo-li
telah merentang tangan dan menangkis lengan pemuda itu,
kemudian tegurnya dengan dingin, "Aku harap kau sedikit
sopan, aku tidak kenal padamu!"
Bong Thian-gak terbahak-bahak, "Benar, kau tidak
mengenal aku, tapi tentunya kenal orang yang bernama Ko
Hong bukan."
Kemudian Bong Thian-gak berjalan menuju ke sebuah
kuburan dan membungkukkan badan untuk memungut Pekhiat-
kiam yang disampuk mencelat oleh orang berbaju hijau
tadi. Kemudian dia membalikkan badan berjalan ke hadapan Sihun-
mo-li, pelan-pelan ujarnya, "Thay-kun, mungkin kau pun
bisa mengenali pedang ini?"
Tiga tahun enam-tujuh bulan, meski tidak terhitung
panjang, namun bukan waktu yang teramat singkat pula.
Selama itu dia selalu hidup dalam suasana terpengaruh pikiran
dan kesadarannya, selama ini seperti mayat berjalan yang
tidak berpikiran, perasaan dan sukma.
Dalam ingatan Thay-kun, dia hanya tahu pada tiga tahun
berselang dirinya jatuh ke tangan Cong-kaucu Put-gwa-cinkau,
sedang mengenai perbuatan yang telah dilakukannya
sejak menjadi Si-hun-mo-li dia sama sekali tidak
mengetahuinya. Dia bagaikan baru mendusin dari impian panjang dan
tidurnya kali ini mencapai tiga tahun tujuh bulan.
986 Setelah mendusin dari tidurnya, segala kejadian sebelum ia
tertidur segera teringat kembali, sudah barang tentu Pek-hiatkiam
pun sangat dikenal Thay-kun.
Pedang itu dibuat olehnya bersama Keng-tim Suthay
dengan membuang waktu selama satu tahun dan bahan obat
yang tak terhitung jumlahnya. Pedang itu merupakan tanda
kepercayaan Hiat-kiam-bun ... Pek-hiat-kiam. Mengapa
pedang itu bisa jatuh ke tangan pemuda berlengan tunggal
ini" Thay-kun mengerut dahi sambil secara diam-diam
menghimpun tenaga dalam ke dalam telapak tangan, tegurnya
dengan suara dingin, "Pedang itu adalah Pek-hiat-kiam,
darimana kau peroleh senjata itu?"
Melihat perempuan itu dapat menyebut pedang itu, Bong
Thian-gak segera tahu perempuan itu telah memperoleh
kembali pikiran serta kesadarannya, maka dengan penuh
gembira dia berseru, "Thay-kun, aku adalah Ko Hong!"
"Ko Hong?"
Nama itu berputar tiada hentinya dalam benak perempuan
itu, bayangan tubuh, nada suara, Thay-kun begitu
mengenalnya. Namun dalam pikiran Thay-kun, orang bernama Ko Hong
sudah meninggal dunia.
Lagi pula raut wajah Bong Thian-gak sekarang sama sekali
tidak mirip dengan wajah Ko Hong di masa lalu.
Oleh sebab itu muncul sinar bimbang dari balik mata Thaykun,
ia menggeleng kepala, kemudian berkata, "Kau bukan Ko
Hong, Ko Hong telah mati."
"Benar, diriku yang sekarang bukan Ko Hong, aku adalah
Bong Thian-gak," seru pemuda itu penuh emosi. "Oh Thaykun,
tahukah kau sejak menelan pil penghilang sukma, kau
987 telah kehilangan pikiran dan kesadaranmu selama tiga tahun
tujuh bulan."
Paras muka Thay-kun berubah hebat, serunya tertahan,
"Kau mengatakan aku telah menelan pil pelenyap sukma?"
Bagaikan orang menggigau, dia bergumam, "Benar, aku
memang menyaksikan Suhu memasukkan pil pelenyap sukma
ke mulutku."
Kemudian setelah menghela napas sedih, Thay-kun kembali
bertanya, "Siapakah kau" Mengapa kau menyelamatkan aku?"
Kembali Bong Thian-gak menghela napas panjang.
"Thay-kun, masih ingatkah kau peristiwa pada tiga tahun
berselang, ketika kau bersama Ko Hong pergi ke kaki bukit
Cui-im-hong di luar kota Lok-yang untuk mencari si tabib sakti
Gi Jian-cau?"
"Aku adalah Ko Hong, nama itu adalah nama samaranku.
Pada waktu itu raut wajahku telah kuubah dengan obat
penyaru muka, sebab itu saat ini kau tak kenal aku lagi,
namun kau bisa memeriksa diriku dari sorot mata dan bentuk
tubuhku. Coba pandanglah, apakah mirip dengan Ko Hong di
masa lalu?"
Sejak tadi Thay-kun mengawasi Bong Thian-gak dari atas
kepala hingga ujung kaki, dia seakan sedang mengumpulkan
kembali kenangannya di masa lalu.
Akhirnya perempuan itu menghela napas sedih, lalu
berkata, "Kau telah kehilangan sebuah lenganmu, nada
suaramu juga berubah lebih tua."
Ketika berbicara sampai di sini, air mata yang sudah
mengembeng sejak tadi segera jatuh bercucuran membasahi
pipinya yang halus.
Dengan suara lirih Bong Thian-gak berkata, "Sumoay,
sudah kau kenali diriku?"
988 "Oh, Suheng," sahut Thay-kun sedih.
Ia segera menubruk ke dalam pelukan Bong Thian-gak dan
menangis tersedu-sedu.
Dengan lengan tunggalnya Bong Thian-gak merangkul
perempuan itu, kemudian bisiknya, "Thay-kun, menangislah
sepuas hatimu. Selama tiga tahun tujuh bulan sudah banyak
persoalan yang kita alami."
"Oh Suheng, aku bukan sedih, aku merasa gembira, tak
kusangka kau masih hidup. Ketika Cong-kaucu mengatakan
kau sudah mati, waktu itu hatiku benar-benar hancur-lebur
karena sedih."
"Ya, tiga tahun berselang aku memang nyaris mati konyol,
hampir saja aku tak bisa hidup lagi," Bong Thian-gak
menghela napas sedih.
Mendadak Thay-kun menghentikan isak-tangisnya,
kemudian bertanya, "Dengan cara apakah kau berhasil
selamat, bersediakah kau memberitahukan segala sesuatunya
kepadaku?"
"Tentu saja aku akan menceritakan semua itu kepadamu.
Mari kita duduk dulu sebelum bicara!"
Kedua orang itu segera duduk berjajar di atas pagar
pekarangan tanah pekuburan itu. Di situlah Bong Thian-gak
mengisahkan semua penderitaan dan pengalaman yang
dialaminya selama tiga tahun tujuh bulan ini.
Kemudian ia menceritakan pula semua perubahan yang
telah menimpa dunia persilatan selama ini.
Sebab dia tahu Thay-kun tentu merasa amat asing
terhadap situasi tiga tahun terakhir ini.
Ketika selesai mendengar penuturan itu, dengan sedih dan
murung Thay-kun menghela napas panjang, katanya
kemudian, "Semua itu benar-benar seperti alam impian, tapi
989 setelah mendusin, segala sesuatunya hanya tinggal kesedihan
dan kemurungan. Ai, dunia begini luas, kemana aku harus
pergi selanjutnya?"
Entah apa yang sedang dirasakan olehnya, nada suaranya
begitu sedih sehingga membuat siapa pun merasa pedih
setelah mendengar ucapannya.
Bong Thian-gak memeluk pinggang perempuan itu, lalu
bisiknya, "Thay-kun, aku pasti akan membantu., selamanya
akan membantumu menciptakan karya besar dalam Bu-lim."
Thay-kun berpaling dan memandang sekejap ke arah Bong
Thian-gak, lalu dengan air mata bercucuran ia berkata sedih,
"Ambisiku untuk menjagoi dunia Kangouw kini sudah lenyap,
dalam hati sekarang aku sudah tidak memiliki ambisi semacam
itu." Hati Bong Thian-gak bergetar keras, katanya, "Thay-kun,
sekarang kau sudah memperoleh kebebasan, sepantasnya kau
sambut kebebasan ini dengan hati gembira. Mengapa kau.."
Thay-kun tertawa pedih, ujarnya, "Suheng, aku ingin
memberitahu satu hal padamu, Thay-kun adalah seorang
perempuan. Baginya yang terpenting adalah kesucian, dia
berharap dapat mempersembahkan kesuciannya untuk orang
yang dicintainya."
"Tapi sekarang dia telah menjadi seorang ternoda, semua
harapan telah musnah. Apakah dia masih dapat bergembira?"
Bong Thian-gak tertegun, tanyanya, "Kau telah
menemukan kekasih?"
Thay-kun tertawa sedih.
"Sejak empat tahun berselang, aku telah menemukan
orang yang kucintai, namun belum pernah kukatakan cinta
kepadanya, aku akan tetap selamanya mencintai dirinya."
990 Tiba-tiba Bong Thian-gak bangkit, wajahnya tampak
menderita, sementara sorot matanya dialihkan ke angkasa dan
memandang jauh.
Pada saat itu dalam hati dia pun sedang membatin,
"Ternyata orang yang dicintai Thay-kun selama ini bukan aku.
Ai ... tak kusangka aku telah mencintainya selama empat
tahun tanpa balas, aku hanya bertepuk sebelah tangan."
Saat itu Bong Thian-gak benar-benar merasa sedih, kesal
dan murung. Baru sekarang dia benar-benar menyadari bahwa ia
memang sangat mencintai Thay-kun.
Setelah tertegun beberapa saat, Bong Thian-gak baru
membalikkan badan kemudian setelah tertawa sedih dia
berkata, "Sumoay, orang yang merasa sedih di kolong langit
bukan hanya kau seorang, aku pun seorang yang diliputi
kesedihan."
"Persoalan apakah yang membuat kau merasa bersedih?"
tanya Thay-kun lirih.
Bong Thian-gak menggeleng sambil menghela napas
panjang, "Ai, tidak usah dibicarakan lagi."
"Apakah Bong-suheng juga dibuat murung oleh persoalan
cinta" Song Leng-hui adalah seorang gadis suci dan bersih, dia
telah mempersembahkan kesucian tubuhnya untukmu. Apakah
kau masih merasa kurang puas?"
Hati Bong Thian-gak bergidik, diam-diam batinnya, "Ya,
benar, mengapa aku harus menyia-nyiakan kemurnian cinta
Song Leng-hui."
Tapi hubungan antara laki perempuan memang kadang
begitu aneh. Empat tahun berselang Bong Thian-gak
mengintip tubuh Thay-kun yang tidur telanjang, sejak itu pula
ia tak dapat menghapus bayangan Thay-kun yang menawan
hati dari dalam benaknya, sekalipun semasa dia berada di
991

Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gunung yang terpencil, belum pernah dapat melupakan Thaykun.
Hanya saja perasaan itu disembunyikan di dasar hatinya.
Tujuan utama Bong Thian-gak adalah ingin mengetahui
nasib Thay-kun, selama beberapa bulan terakhir ini dia pun
selalu berdaya-upaya mendapatkan pil Hui-hun-wan serta
menyelamatkan Thay-kun dari keadaan yang menyengsarakan
dirinya. Thay-kun yang pintar sudah barang tentu mengetahui
rahasia hati Bong Thian-gak.
Padahal secara diam-diam dia pun sangat mencintai Bong
Thian-gak, rasa cintanya melebihi segala-galanya.
Akan tetapi Thay-kun memiliki watak yang lain daripada
yang lain, sejak diketahuinya Bong Thian-gak telah
memperoleh cinta Song Leng-hui di pegunungan terpencil, dia
sudah berhasrat menyerahkan cintanya kepada orang lain.
Apalagi dia pun tahu sepasang tangannya telah berlumuran
darah, dia sudah banyak melakukan kejahatan dan dosa.
Mungkinkah baginya untuk mengenyam hidup bahagia
bersama Bong Thian-gak"
Sementara itu terdengar Bong Thian-gak bergumam, "Song
Leng-hui adalah istriku, selama hidup aku tak akan melupakan
dirinya. Namun mungkinkah aku bisa melupakan kekasihku
yang kucintai sejak dahulu?"
"Ai, cinta memang sesuatu yang aneh, membuat orang tak
bisa menduga dan memahaminya."
"Siapa kekasihmu yang pertama?" tiba-tiba Thay-kun
bertanya dengan suara hambar.
Bong Thian-gak melirik sekejap ke arahnya, lalu
menggeleng kepala sambil menghela napas, "Mencintai orang,
namun tidak dicintai oleh orangnya. Kejadian macam ini paling
992 memedihkan hati, sebaliknya mengucapkan nama dari orang
yang kucintai justru lebih memedihkan hati. Thay-kun, harap
kau jangan mendesakku."
"Bong-suheng," kata Thay-kun dengan air mata
bercucuran, "kita adalah orang senasib sependeritaan, namun
rasa sedihku mungkin jauh melebihi dirimu."
"Benar, aku memang lebih beruntung daripada dirimu,"
Bong Thian-gak manggut-manggut.
"Bong-suheng, untuk sementara waktu lebih baik kita
jangan membicarakan persoalan pribadi."
Bong Thian-gak mengangguk. "Kita tak usah membicarakan
cinta muda-mudi lagi, sekarang akan kuceritakan semua
pengalamanku selama beberapa hari ini."
Secara ringkas Bong Thian-gak mengisahkan
pengalamannya selama beberapa hari ini, bagaimana dia dan
Mo-kiam-sin-kun pergi ke Sam-cing-koan hingga akhirnya
terjadi peristiwa di pekuburan ini.
Thay-kun mengerut dahi, tanyanya dengan wajah serius,
"Bong-suheng, kau bilang telah menerima kartu kematian
tengkorak hitam dari Hek-mo-ong?"
Bong Thian-gak tersenyum.
"Benar, di dalam kartu maut itu telah tercantum dengan
jelas hari kematianku akan jatuh bulan delapan tanggal
delapan tengah hari."
Paras muka Thay-kun segera berubah, katanya dengan
suara dalam, "Kalau Hek-mo-ong berani menyebar kartu
undangan mautnya untuk Tio Tian-seng, agaknya dia sudah
bersiap untuk melangsungkan pertarungan melawan sepuluh
jago persilatan."
993 Bong Thian-gak menengok sekejap ke arah Thay-kun,
kemudian tanyanya, "Apakah kau pun mengetahui persoalan
ini?" Thay-kun mengangguk.
"Ya, sejak dahulu aku sudah tahu Hek-mo-ong, hanya tidak
diketahui siapakah orang itu?"
"Menurut Liu Khi, tampaknya Hek-mo-ong adalah seorang
di antara sepuluh jago persilatan?"
Thay-kun manggut-manggut.
"Benar."
"Menurutku, di antara kesepuluh jago itu, Gi Jian-cau paling
besar kemungkinannya sebagai Hek-mo-ong. Thay-kun, kau
pernah tahu Gi Jian-cau" Sesungguhnya manusia macam
apakah dia?"
Thay-kun termenung beberapa saat, kemudian berkata,
"Kenapa Bong-suheng mencurigai Gi Jian-cau sebagai Hekmo-
ong?" Bong Thian-gak menghela napas, katanya pula, "Dari
kematian yang menimpa Keng-tim Suthay, Gi Jian-cau sudah
pasti bukan seorang baik. Kalau tidak, tak mungkin Keng-tim
Suthay mencuri sebutir pil Hui-hun-wan miliknya dan secara
diam-diam disembunyikan di dalam Hud-timnya."
Thay-kun manggut-manggut.
"Dugaanmu memang benar, sejak dulu pun aku menaruh
curiga kepada Gi Jian-cau. Cuma saat ini kita tidak perlu
menduga-duga siapa gerangan Hek-mo-ong, yang penting
dimanakah dia berada sekarang."
"Apalagi setelah kudengar penuturan tentang orang
berbaju hijau serta Sam-cing Totiang tadi, bisa jadi salah
seorang di antara mereka adalah Hek-mo-ong."
994 "Ah, memangnya salah seorang di antara mereka adalah
Hek-mo-ong" Tapi yang mana?"
"Bisa jadi Sam-cing Totiang, cuma apa yang kukatakan
hanya dugaan belaka. Bila dugaan ini benar, maka kau dan
Tio Tian-seng sudah terkena serangan gelap Hek-mo-ong."
Berubah paras muka Bong Thian-gak, katanya, "Darimana
kau bisa berkata demikian?"
Thay-kun menghela napas, "Sewaktu berada di dalam
lorong gua Sam-cing-koan, kalian pernah berada cukup lama
bersama Sam-cing Totiang. Andaikata orang itu adalah Hekmo-
ong, berarti kau dan Tio Tian-seng tak akan lolos dari
serangan gelapnya."
"Tio Tian-seng kenal Tan Sam-cing. Seandainya Sam-cing
Totiang adalah Tan Sam-cing gadungan, aku pikir Tio Tianseng
tak akan berhasil mengenali dirinya."
"Kita harus secepatnya menemukan Tio Tian-seng," kata
Thay-kun kemudian dengan suara dalam. "Teka-teki ini mesti
dibikin jelas lebih dahulu, andaikata kalian berdua benar-benar
sudah terkena serangan gelap mereka, maka kita harus
berusaha secepatnya mencari pertolongan guna
menyembuhkan luka kalian itu."
Bong Thian-gak memandang sekejap keadaan cuaca,
kemudian katanya, "Malam kembali akan berakhir. Berarti
batas waktu yang ditentukan Hek-mo-ong dalam kartu
undangannya tinggal dua malam lagi, mari kita berangkat!"
Bersama Thay-kun, berangkatlah dia meninggalkan
pekuburan itu. Kabut tebal masih menyelimuti permukaan bumi, sejauh
mata memandang hanya warna putih.
Mendadak segulung angin berhembus, lalu terendus bau
bunga anggrek yang menyebar kemana-mana.
995 Paras muka Bong Thian-gak dan Thay-kun segera berubah
hebat, serentak kedua orang itu menghentikan langkah,
kemudian memeriksa keadaan sekeliling tempat itu.
Akhirnya mereka melihat tiga sosok bayangan yang berdiri
di situ, tampaknya mereka sudah cukup lama menanti di sana.
Dengan wajah kaget dan ngeri Thay-kun memandang
sekejap ke arah Bong Thian-gak, lalu bisiknya dengan suara
gemetar, "Mereka adalah Cong-kaucu, Ji-kaucu serta
komandan pasukan pengawal nomor satu Sim Tiong-kiu."
Bong Thian-gak tertawa dingin, jengeknya, "Aku memang
sudah dapat melihatnya."
Dalam pada itu jarak bayangan itu dengan mereka masih
ada tujuh tombak lebih, namun kedua belah pihak sama-sama
berdiri tak bergerak, kabut putih yang menyelimuti sekitar
sana seakan-akan bertindak sebagai penyekat yang
memisahkan kedua rombongan itu.
Mendadak terdengar Bong Thian-gak membentak, "Ho Lanhiang,
serahkan nyawa anjingmu!"
Cahaya pedang berwarna merah secepat kilat membelah
angkasa, menembus lapisan kabut tebal dan membabat tubuh
orang yang berdiri di tengah.
Ilmu pedang Bong Thian-gak sudah lama termasyhur.
Setiap kali senjatanya dilolos dari sarungnya, belum pernah
ada orang yang mampu menghadang ataupun
membendungnya. Cahaya pedang berkelebat, bayangan orang segera
menghindar ke samping.
Sekalipun serangan pedang yang dilancarkan Bong Thiangak
ini mengenai tempat kosong, namun sudah cukup
menggetarkan sukma ketiga orang musuh tangguhnya itu.
996 Ternyata separoh baju yang dikenakan orang di tengah
sudah terpapas robek dan melayang turun dari udara.
Dengan gerakan cepat Thay-kun menyerobot pula ke sisi
tubuh Bong Thian-gak, dengan demikian selisih jarak antara
kedua orang itu tinggal tiga tombak saja. Mereka pun sudah
dapat melihat raut wajah masing-masing dengan jelas.
Betul juga, ketiga orang di hadapan mereka adalah Ji-kaucu
yang berdandan sebagai sastrawan berbaju hijau, si kakek
berbaju hitam berlengan tunggal Sim Tiong-kiu serta seorang
perempuan cantik yang berdandan anggun tapi bersikap
tengik, dia adalah Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau.
Saat itu wajah Cong-kaucu diliputi penuh kesiap-siagaan,
katanya dengan suara dingin, "Anak Kun, kau telah
membocorkan namaku di hadapannya!"
"Tidak," sahut Thay-kun sambil tertawa seram. "Sekalipun
aku hendak membunuhmu, tak nanti kusebutkan nama baumu
itu." Cong-kaucu tertawa terkekeh-kekeh, kembali dia menegur
dengan suara rendah, "Jian-ciat-suseng, siapakah yang telah
memberitahukan namaku kepadamu?"
Bong Thian-gak tertawa sinis.
"Hm, ternyata kau benar-benar perempuan tercantik dari
Kanglam Ho Lan-hiang. Padahal entah berapa banyak jago
persilatan yang sudah mengetahui nama serta asal-usulmu itu,
hanya saja tak seorang pun di antara mereka yang berani
mengutarakannya. Aku benar-benar tidak mengerti, dengan
cara apakah kau berhasil menguasai mereka hingga mulut
mereka tetap membungkam?"
Cong-kaucu tertegun, kemudian setelah terkekeh-kekeh,
katanya, "Jian-ciat-suseng, tahukah kau apa yang akan
menimpa dirimu setelah mengetahui nama serta asal-usulku?"
997 "Semua kelicikan dan kekejianmu sudah cukup banyak
yang kualami," kata Bong Thian-gak sambil tertawa dingin.
"Namun tak satu pun di antaranya yang sanggup merenggut
nyawaku, agaknya kau telah kehabisan akal."
Cong-kaucu tersenyum, "Jian-ciat-suseng, sudah tiga
empat puluh tahun lamanya aku tak pernah bertarung
melawan orang. Nampaknya hari ini aku harus melakukan
pembunuhan."
Bong Thian-gak tertegun.
Sementara dia masih melongo, Cong-kaucu telah
membentak, "Sastrawan cacat, sambutlah pukulanku ini!"
Telapak tangannya segera diayun ke depan dengan
gerakan yang enteng dan seenaknya.
Sekali lagi Bong Thian-gak menggerakkan Pek-hiat-kiam
untuk menyongsong datangnya ancaman itu dengan sebuah
bacokan kilat. Tapi ketika jurus serangan Bong Thian-gak itu membacok
sampai di tengah jalan, tiba-tiba saja cahaya pedang yang
berkilauan lenyap, nampak sekujur tubuh Bong Thian-gak
gemetar keras dan Pek-hiat-kiam yang digunakan untuk
melancarkan serangan terjatuh ke atas tanah.
Thay-kun terperanjat sekali, buru-buru serunya, "Bongsuheng,
kenapa kau?"
Dengan paras muka pucat-pias, Bong Thian-gak berkata
dengan suara gemetar, "Aku sudah terkena pukulannya. Kau
... cepat kau melarikan diri."
Baru saja perkataan itu selesai diutarakan, sepasang kaki
Bong Thian-gak sudah lemas, kemudian dia roboh terjungkal.
Mimpi pun Thay-kun tidak menyangka Bong Thian-gak
bakal menderita kekalahan dalam satu gebrakan saja.
Kekalahan semacam ini benar-benar aneh dan sama sekali di
998 luar dugaan siapa pun, mungkin ilmu silat Cong-kaucu telah
mencapai tingkatan yang luar biasa hingga tiada orang yang
mampu menandinginya"
Agaknya Cong-kaucu sendiri pun merasa di luar dugaan,
dipandangnya Bong Thian-gak dengan sorot mata tenang, tapi
agak termangu. Tiba-tiba sekilas hawa napsu membunuh mencorong dari
balik mata Thay Kun. Ditatapnya Cong-kaucu sekejap,
kemudian tanyanya hambar, "Cong-kaucu, kau telah
melukainya dengan mempergunakan ilmu silat apa?"
Cong-kaucu tertawa hambar, "Budak liar, rupanya kau telah
memperoleh kembali sukmamu. Hm, hal ini membuktikan si
tabib sakti telah berhasil membuat pil Hui-hun-wan."
Thay-kun tertawa dingin.
"Tenaga pukulan yang dimiliki Cong-kaucu luar biasa lihai.
Namun ingin kuketahui, apakah sanggup menandingi ilmu
pukulan Soh-li-jian-yang-sin-kang?"
Cong-kaucu tertawa terkekeh-kekeh, "Budak liar, sejak kecil
kupelihara dirimu hingga dewasa, sama sekali tidak kusangka
kau akan mengkhianatiku. Tempo hari aku masih memandang
dirimu melakukan dosa pertama sehingga tak menghukum
mati dirimu, tapi kali ini jangan harap kau bisa hidup terus."
Selesai berkata, dia lantas mengulap tangan kiri dan
membentak dengan nada serius, "Komandan Sim, Ji-kaucu,
kalian berdua turun tangan bersama menghukum mati
pengkhianat ini."
Sejak tadi Sim Tiong-kiu serta Ji-kaucu sudah bersiap
melancarkan serangan. Ketika mendengar perkataan itu,
serentak mereka mendesak Thay-kun dari sisi kiri dan kanan.
Thay-kun sudah tahu kelihaian Sim Tiong-kiu serta Jikaucu,
cepat dia mengayun tangan kiri melepaskan serangan,


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempergunakan ilmu Soh-li-jian-yang-sin-kang.
999 Namun sasaran penyerangannya adalah Sim Tiong-kiu.
Ketiga orang ini boleh dibilang sama-sama sudah mengetahui
taraf kepandaian masing-masing. Sebab itulah tatkala Thaykun
baru saja melancarkan serangan, Sim Tiong-kiu telah
melompat menghindarkan diri.
Pada saat bersamaan serangan pedang Ji-kaucu yang
gencar dan dahsyat telah dilepaskan pula mengancam dada
Thay-kun. Bagi jago silat berilmu tinggi yang melangsungkan
pertarungan, menang kalah seringkali ditentukan dalam
sekejap mata. Bicara kepandaian silat yang dimiliki Thay-kun,
untuk menghadapi kerubutan dua jago lihai ini, rasanya tiada
harapan baginya meraih kemenangan.
Thay-kun pun sudah menduga akan serangan pedang Jikaucu
itu, maka dari itu saat telapak tangan kirinya
melancarkan bacokan tadi, tubuhnya ikut pula bergeser ke
arah lain, otomatis serangan pedang Ji-kaucu mengenai
sasaran kosong.
Tampaknya orang yang jadi sasaran utama dalam serangan
maut Sim Tiong-kiu dan Ji-kaucu ini bukanlah Thay-kun, maka
di saat Thay-kun menghindar ke samping, mereka menerjang
ke arah Bong Thian-gak yang masih duduk bersila di atas
tanah. Thay-kun menjadi amat terperanjat, buru-buru teriaknya,
"Jangan kalian lukai dirinya."
Namun sebelum ia sempat melancarkan terkaman, Congkaucu
yang berdiri di dekatnya telah berseru dengan suara
menyeramkan, "Lebih baik kalian berdua kembali ke akhirat!"
Bersama dengan selesainya perkataan ini, telapak tangan
Cong-kaucu secepat kilat langsung menghantam punggung
Thay-kun. 1000 Dalam situasi yang amat kritis inilah tiba-tiba dari balik
kabut, terdengar suara seseorang berseru dengan nada aneh,
"Berhenti semua!"
Entah mengapa hati Sim Tiong-kiu, Ji-kaucu dan Congkaucu
bergetar keras. Bagaikan tersengat listrik, tahu-tahu
lengan mereka jadi lemas tak bertenaga.
Pada detik inilah Thay-kun segera melompat ke samping
tubuh Bong Thian-gak.
Suasana di padang rumput terasa hening dan sepi, kecuali
kabut tebal menyelimuti angkasa, sekeliling tempat itu tidak
nampak sesosok bayangan pun.
Namun Cong-kaucu dan Sim Tiong-kiu justru menunjukkan
sikap terperanjat dan ngeri.
Tiba-tiba terdengar Cong-kaucu berseru dengan suara lirih,
"Hekmo-ong kah di situ?"
Dari balik kabut tebal kembali bergema suara aneh,
"Kecuali Hek-mo-ong, apakah di kolong langit ini masih ada
orang kedua yang mampu mempergunakan ilmu pukulan
cahaya petir?"
Sampai mati pun Bong Thian-gak dan Thay-kun tidak
menyangka nyawa mereka telah ditolong Hek-mo-ong yang
misterius itu. Mengapa dia menyelamatkan mereka berdua"
Ilmu pukulan macam apa pula pukulan cahaya petir itu"
Mengapa dapat mempengaruhi ketiga jago lihai itu hingga
mereka seperti tersengat listrik dan kehilangan kekuatan"
Bong Thian-gak dan Thay-kun mulai memperhatikan sekitar
tempat itu dengan seksama, akan tetapi tak sesosok bayangan
pun yang nampak, terpaksa mereka hanya menanti perubahan
selanjutnya dengan tenang.
1001 Tiba-tiba Cong-kaucu tertawa terkekeh-kekeh, lalu berseru
keras, "Kalau memang Hek-mo-ong, kenapa kau malah
menghalangi niat kami membunuh kedua orang itu?"
"Sastrawan cacat telah menerima kartu kematian tengkorak
hitam, berarti jiwanya hanya bisa dicabut oleh Hek-mo-ong
sendiri. Siapa pun dilarang mencelakai jiwanya, apakah Congkaucu
tidak mengetahui kebiasaan ini?"
"Bagaimana pula dengan budak liar itu?" kembali Congkaucu
bertanya. "Tiga tahun berselang aku telah menurunkan perintah agar
untuk sementara waktu tidak mencelakai jiwa Thay-kun,
apakah Cong-kaucu telah melupakannya?"
Thay-kun berpaling dan memandang sekejap ke arah Bong
Thian-gak dengan wajah tidak mengerti dan penuh tanda
tanya, dia tidak mengetahui apa sebabnya Hek-mo-ong
membiarkan dia tetap hidup"
Cong-kaucu berkata pula, "Aku benar-benar tidak mengerti,
apa sebabnya Hek-mo-ong menghendaki Thay-kun tetap
hidup?" "Sebab aku belum selesai menyelidiki asal-usul Thay-kun,"
jawab Hek-mo-ong dengan suara perlahan.
Thay-kun terkesiap, buru-buru dia bertanya, "Hek-mo-ong,
mau apa kau menyelidiki asal-usulku?"
Namun suara aneh dan misterius itu tidak bergema lagi.
Untuk beberapa saat suasana terasa begitu sepi, hening dan
tak terdengar sedikit suara pun, sudah jelas Hek-mo-ong tidak
mau memberitahu.
"Hek-mo-ong, apakah kau sudah pergi?" Cong-kaucu
segera menegur.
"Belum!" suara aneh tadi kembali bergema.
1002 "Lantas petunjuk apakah yang hendak Hek-mo-ong
tinggalkan?"
"Benarkah Cong-kaucu telah mengundang seorang
pembunuh bayaran untuk membinasakan diriku?"
Bong Thian-gak yang mendengar perkataannya itu diamdiam
lantas berpikir, "Lihai benar Hek-mo-ong, darimana bisa
mengetahui hal itu" Entah bagaimana pula jawaban Congkaucu?"
Terdengar Cong-kaucu tertawa terkekeh-kekeh, lalu
katanya, "Bukan hanya seorang pembunuh bayaran saja,
hampir setiap jago lihai di dunia ini ingin membunuhmu."
"Tapi dalam Kangouw hanya seorang saja yang benarbenar
bekerja sebagai pembunuh bayaran dan orang itu
adalah Liu Khi."
"Kalau Hek-mo-ong sudah tahu Liu Khi adalah pembunuh
bayaran, mengapa kau tidak turun tangan lebih dulu
menyingkirkan dirinya?" jengek Cong-kaucu sambil tertawa
mengejek. "Aku tidak ingin termakan siasat meminjam golok
membunuh orangmu itu."
"Di kolong langit dewasa ini hanya Liu Khi seorang yang
tidak pernah melakukan hubungan denganmu."
"Tapi Liu Khi juga termasuk orang yang paling kau takuti
bukan?" ejek perempuan itu sambil tertawa lagi.
Kali ini Hek-mo-ong termenung beberapa saat, kemudian
baru berkata, "Sekarang kuperintahkan kalian bertiga agar
mengundurkan diri selekasnya dari sini."
"Apabila aku tidak menuruti perintahmu itu?"
"Cong-kaucu harus menuruti perkataanku ini!"
1003 Cong-kaucu tertawa terkekeh-kekeh, "Masih ingatkah Hekmo-
ong dengan perjanjian kita" Batas waktunya sudah lewat
beberapa hari berselang, rasanya aku pun tidak usah menuruti
perintahmu lagi."
"Hingga detik ini belum ada seorang pun di antara kalian
yang mampu mematahkan serangan ilmu pukulan cahaya
petirku. Lebih baik kau turuti saja perkataanku ini," kata Hekmo-
ong dengan suara dingin.
"Benar, aku memang harus menuruti perkataanmu. Tapi
kau pun harus ingat, suatu ketika Hek-mo-ong pasti akan
mampus di bawah telapak tanganku."
Tampaknya Hek-mo-ong sudah mulai kehabisan sabar,
setengah mengancam dia berseru, "Bila kalian berdiam lebih
lama lagi di sini, jangan salahkan bila aku lepaskan serangan
pukulan cahaya petirku."
Baru selesai ia berkata, Cong-kaucu telah mengulap tangan
kiri, lalu membalikkan badan dan mundur dari situ.
Ji-kaucu serta Sim Tiong-kiu dengan sikap tegang bagaikan
menghadapi musuh tangguh, pelan-pelan mengantar Congkaucu
mengundurkan diri dari sana.
Dalam waktu singkat bayangan mereka sudah lenyap dari
pandangan mata.
Tiba-tiba saja suasana di padang rumput itu berubah
menjadi hening, sepi, tak terdengar sedikit suara pun.
Thay Kun menunggu sampai lama sekali, ketika tidak
mendengar lagi suara Hek-mo-ong, ia segera menegur, "Hekmo-
ong, apakah kau telah pergi?"
Tiba-tiba suara menyeramkan berkumandang, terdengar
orang itu menjawab halus, "Belum."
Hati Bong Thian-gak maupun Thay-kun bergetar, dengan
cepat mereka berpaling.
1004 Di belakang mereka tiba-tiba muncul seseorang bagaikan
sukma gentayangan.
Setelah ragu sejenak, Thay-kun segera bertanya, "Apakah
sejak tadi kau berdiri di situ?"
"Benar, selama ini aku berdiri di sini."
"Tapi mengapa kami tidak menemukan bayangan tubuhmu
tadi?" tanya Thay-kun lagi dengan kening berkerut.
"Sekalipun aku berdiri di hadapanmu, belum tentu kalian
melihatku."
"Memangnya kau bisa ilmu melenyapkan diri?"
"Bukan ilmu melenyapkan diri, melainkan ilmu pembingung
pandangan."
"Apa itu ilmu pembingung pandangan" Dapatkah kau
jelaskan kepada kami?"
"Oh, ini merupakan rahasiaku, aku tidak dapat
menerangkan kepadamu."
Tiba-tiba Thay-kun menghela napas sedih, lalu katanya,
"Aku lihat sikapmu terhadap kami berdua sama sekali tidak
bermusuhan, apakah kau bersedia maju beberapa langkah lagi
agar kami bisa berbincang-bincang dengan lebih akrab?"
"Maaf, aku tak bisa menuruti permintaanmu."
Thay-kun berkata, "Ai, aku dengar kau sedang menyelidiki
asal-usulku, apakah kau telah berhasil mendapat sedikit
keterangan?"
Hek-mo-ong termenung sebentar, kemudian sahutnya, "Ya,
aku telah berhasil mendapatkan sedikit keterangan."
"Keterangan apa" Bersediakah kau menerangkan
kepadaku?"
1005 "Kau adalah bayi buangan yang ditemukan seorang lelaki
setengah umur penangkap ikan di tepi jembatan Kiu-ci-kiau,
pantai timur telaga Se-oh pada tiga puluh tahun berselang.
Baru diasuh dua bulan nelayan itu tewas di tangan Congkaucu,
kemudian oleh Nyo Li-beng kau dibawa pulang, tapi
akhirnya kau terjatuh ke tangan Cong-kaucu."
"Ai, tentang kejadian itu Keng-tim Suthay Nyo Li-beng
pernah menceritakan kepadaku," kata Thay-kun sambil
menghela napas sedih.
Hek-mo-ong termenung beberapa saat, katanya lagi,
"Walau demikian bukan pekerjaan mudah untuk menyelidiki
peristiwa itu, asalkan sudah kudapat sedikit keterangan, pasti
aku akan berhasil menyelidiki asal-usulmu itu."
"Apa maksudmu?"
"Jika waktu, tempat dan orangnya sudah ditemukan, maka
hasil penyelidikanku ini tak akan jauh lagi."
Tanyanya, "Tampaknya kau sudah mengetahui siapakah
orang yang membuang bayi itu?"
"Tentu saja tahu."
"Siapakah dia?"
"Untuk sementara waktu tidak dapat kukatakan
kepadamu."
Thay-kun merasa kecewa, setelah menghela napas
katanya, "Kalau kau sudah mengetahui siapakah orang yang
telah membuang bayi itu, mungkin hanya kau yang
mengetahui asal-usulku?"
"Aku tahu kau sangat ingin mengetahui asal-usulmu, tapi
kau terpaksa harus menunggu lagi. Suatu ketika aku pasti
membeberkan hasil penyelidikanku kepadamu."
Thay-kun menggeleng kepala, ujarnya, "Aku tak ingin
mengetahui asal-usulku lagi."
1006 "Mengapa?"
"Aku kuatir bila sudah tahu hal ini akan menambah luka
dalam hatiku."
Kembali Hek-mo-ong termenung dan membungkam.
Lama kemudian baru dia berkata, "Jian-ciat-suseng sudah
terkena serangan gelapku. Sebenarnya hawa racun itu baru
bekerja pada tanggal delapan bulan delapan nanti, tapi
berhubung dia baru saja mengerahkan tenaga untuk
menyerang Cong-kaucu, maka hawa racunnya telah menyusup
sampai di tulang Liong-wi-kut sehingga mengakibatkan
separoh tubuh bagian atas menjadi lumpuh. Sekarang akan
kuberikan sebutir pil kepadanya, asalkan dia telah menelan pil
ini kemudian mengatur pernapasan, niscaya luka itu akan
sembuh dengan sendirinya." Selesai berkata, dia lantas
menyentilkan jari tangannya ke depan. Sebutir pil berikut
pembungkusnya terjatuh di depan kaki Thay-kun.
Dengan cepat Thay-kun memungut pil itu, kemudian
bertanya, "Apabila dia sudah menelan pil ini, apakah tanggal
delapan bulan m delapan nanti ia masih tetap akan mati?"
"Kalau memang begitu aku lebih suka membiarkan dia mati
lebih awal daripada kuberikan pil itu kepadanya."
"Apakah kau hendak memaksa aku menarik kembali kartu
kematian tengkorak hitamku?"
"Jian-ciat-suseng sama sekali tidak punya ikatan dendam
sakit hati denganmu. Mengapa kau harus mengeluarkan kartu
kematianmu untuk merenggut nyawanya?"
"Kecuali Jian-ciat-suseng bersedia mengundurkan diri dari
keramaian dan mengasingkan diri. Kalau tidak, dia tak akan
terlepas dari kematian."
Thay-kun kembali menghela napas sedih, "Ai, setelah
menempuh perjalanan selama puluhan tahun dalam dunia
1007

Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persilatan, sesungguhnya kami pun tiada niat untuk berdiam
lebih lama lagi. Apa salahnya kami mengundurkan diri?"
"Apalagi aku tahu Bong Thian-gak sudah bosan berkelana
di dunia persilatan. Sesungguhnya dia muncul kembali hanya
ingin membalas dendam bagi Thay-kun, tapi kini Thay-kun
hidup segar-bugar. Sudah barang tentu dia pun tiada
kepentingan dalam dunia persilatan lagi."
Hek-mo-ong manggut-manggut, katanya kemudian dengan
suara pelan, "Jian-ciat-suseng, sekarang kau didampingi
perempuan yang begini cantik. Apabila hidup mengasingkan
diri di tempat terpencil menikmati kebahagian hidup,
bukankah hal ini diharapkan banyak orang" Asal kau bersedia
mengundurkan diri, aku pun berjanji tidak akan menyusahkan
kalian lagi. Bagaimana pendapat kalian?"
Bong Thian-gak memandang sekejap ke arah Thay-kun,
kemudian tanyanya, "Dapatkah perkataannya dipercaya?"
"Hek-mo-ong sudah tiga-empat puluh tahun bercokol dalam
Kangouw, tapi umat persilatan cuma tahu dia adalah seorang
misterius yang menakutkan. Apakah perkataannya dapat
dipercaya, aku sendiri pun tidak yakin."
"Tetapi ada satu hal yang membuat aku menaruh curiga,
mengapa dia meminta kepada kita mengundurkan diri dari
dunia persilatan?"
Mendadak terdengar Hek-mo-ong tertawa dingin dengan
suara seram, katanya, "Sekarang aku sudah tiada waktu
bercokol lebih lama di sini, bilamana kalian memastikan
mengundurkan diri dari dunia persilatan, maka sebelum
tengah malam bulan delapan tanggal delapan, kalian harus
sudah mengundurkan diri dari kota Lok-yang."
Begitu selesai berkata, Hek-mo-ong segera menggerakkan
tubuh, hayangan orang itu segera mengundurkan diri dari
balik kabut tebal.
1008 Thay-kun menghela napas sedih, kemudian katanya, "Hari
ini seandainya dia tak datang menyelamatkan kita, mungkin
kita akan mengalami nasib tragis di tangan Cong-kaucu seperti
tempo hari."
"Menurutku Hek-mo-ong berbuat begitu karena ingin
menolong dirimu, bisa jadi dia mempunyai hubungan dengan
dirimu," kata Bong Thian-gak hambar.
Thay-kun menggeleng, "Tapi aku sama sekali tidak
mengenal dirinya."
"'Bila dugaanku tidak keliru, bisa jadi asal-usulnya
mempunyai hubungan erat denganmu."
"Suheng," kata Thay-kun dengan sedih. "Kita tak usah
membahas hal ini lagi. Ayo cepat kau telan pil itu agar lukamu
segera sembuh."
Sambil berkata Thay-kun sudah mengelupas kulit
pembungkus obat itu, ternyata isinya adalah sebutir pil
bewarna putih bagaikan mutiara, baunya harum semerbak.
Setelah menghela napas panjang, Bong Thian-gak berkata,
"Hingga sekarang aku masih tetap menaruh prasangka, aku
kuatir pil itu bukan pil penawar racun, melainkan obat racun
yang lambat kerjanya."
"Apa maksudmu?"
"Aku tak percaya sudah terkena serangan gelap Hek-moong."
"Ah, benar juga perkataanmu," Thay-kun berseru tertahan.
"Tapi bagaimana pula dengan luka yang kau derita saat ini?"
Bong Thian-gak menggeleng kepala, "Aku sendiri pun tidak
tahu, mengapa secara tiba-tiba separoh tubuhku bisa
lumpuh." "Berjaga-jaga atas niat busuk musuh memang tak boleh tak
ada, apalagi sikap bersahabat Hek-mo-ong terhadap kita pun
1009 di luar dugaan, kalau begitu jangan kau telan dulu pil itu untuk
sementara waktu."
"Sekarang Mo-kiam-sin-kun masih di rumah penginapan
Ban-heng. Bila aku sudah terkena serangan gelap Hek-moong,
maka Tio Tian-seng pasti mengalami pula hal yang sama,
mari kita tanyakan dulu persoalan ini kepadanya sebelum
mengambil keputusan."
"Betul," Thay-kun manggut-manggut. "Mari kubimbing
kau." "Ai, terpaksa aku harus merepotkan Sumoay."
Dengan lengan kanan merangkul pinggang Bong Thiangak,
Thay-kun mengajak pemuda itu menuju ke dalam kota.
Pagi itu kabut luar biasa tebalnya, sejauh mata memandang
hanya warna putih yang menyelimuti seluruh jagat, rumput
dan pepohonan di hadapan mereka pun susah terlihat.
Dengan memapah tubuh Bong Thian-gak, akhirnya Thaykun
berhasil mengajak pemuda itu ke rumah penginapan Banheng.
Waktu itu fajar baru menyingsing, kabut pagi belum
menghilang, mereka segera masuk dengan melompati pagar
dan menuju ke kamar.
Tiba-tiba seseorang berkelebat dengan kecepatan bagaikan
kilat, menghadang di hadapan Bong Thian-gak serta Thaykun.
Sekilas pandang Bong Thian-gak mengenali orang di
hadapannya, Mo-kiam-sin-kun Tio Tian-seng, tanpa terasa
serunya lirih, "Tio-pangcu!"
Sekilas perasaan tercengang dan tidak habis mengerti
segera menghiasi wajah Mo-kiam-sin-kun, segera tanyanya,
"Bukankah dia adalah Si-hun-mo-li?"
1010 "Benar, memang dia, tapi ia sudah kembali kejernihan
otaknya, kini ia sudah bukan Si-hun-mo-li yang menakutkan
lagi." "Bagaimana keadaanmu, Bong-laute?" Tio Tian-seng
kembali bertanya dengan penuh perhatian.
"Tio-pangcu," kata Thay-kun cepat, "tempat ini bukan
tempat yang cocok untuk berbincang-bincang, apakah di
dalam ada orang lain?"
"Cepat masuk," seru Mo-kiam-sin-kun.
Mereka bertiga segera masuk ke dalam, Tio Tian-seng
menyulut lentera, sedang Thay-kun membimbing Bong Thiangak
ke bangku. Setelah melirik sekejap ke arah Tio Tian-seng, Bong Thiangak
berkata, "Walaupun hanya semalam saja Boanpwe
meninggalkan Tio-pangcu, namun pengalaman yang kuhadapi
sungguh luar biasa."
Secara ringkas Bong Thian-gak menceritakan semua
pengalaman yang dialaminya selama semalam kepada Tio
Tian-seng. Selesai mendengar cerita itu, dengan kening berkerut Tio
Tian-seng berkata, "Apakah kau telah menelan pil itu?"
"Belum," pemuda itu menggeleng.
Tio Tian-seng menghela napas panjang, "Ai, aku sendiri
pun telah menerima sebutir pil dari Hek-mo-ong."
Sambil berkata, dia mengeluarkan sebutir pil berwarna
putih bagaikan mutiara dari dalam sakunya.
Dengan cepat Thay-kun mengeluarkan pula pil yang
diterimanya tadi, ternyata bentuk kedua pil itu serupa,
semuanya menyiarkan bau harum semerbak.
1011 Dengan tidak mengerti Bong Thian-gak bertanya,
"Bagaimana ceritanya hingga Hek-mo-ong memberikan pil itu
kepadamu?"
Tio Tian-seng menghela napas panjang, "Ai, Hek-mo-ong
telah memerintahkan seorang pelayan rumah penginapan
untuk mengantar pil itu kepadaku dengan pesan agar aku
mengundurkan diri dari dunia persilatan, katanya
pengundurkan diri ini merupakan syarat bagi keselamatan
jiwaku." "Lantas pil itu merupakan obat penawar racun" Ataukah
obat racun?"
"Aku telah melakukan pemeriksaan terhadap pil itu,
nyatanya pil ini sama sekali tak mengandung racun."
"Kalau memang bukan obat racun, mengapa Tio-pangcu
tidak menelannya?" tanya Bong Thian-gak keheranan.
"Sebab aku pun tidak percaya sudah terkena serangan
gelap Hek-mo-ong, selain itu aku pun beranggapan andaikata
pil itu baru ditelan sebelum bekerjanya racun itu, hal ini pun
belum terhitung terlalu terlambat"
"Seandainya kita benar-benar terkena serangan gelapnya,
maka teka-teki siapakah Hek-mo-ong pun segera akan
terbongkar."
"Bong-laute, apakah kau menduga Tan Sam-cing adalah
Hek-mo-ong?" pelan-pelan Tio Tian-seng bertanya.
"Kecuali di saat kita berada dalam Sam-cing-koan tempo
hari, aku benar-benar tak bisa membayangkan sejak kapan
dan dimanakah kita terkena serangan gelap Hek-mo-ong."
"Masih ingatkah Bong-laute dengan gigitan nyamuk
penghancur darah tempo hari?" tanya Tio Tian-seng.
"Bukankah racun nyamuk penghancur darah telah
dipunahkan obat penawar racun pemberian Biau-kosiu?"
1012 "Yang menjadi persoalan sekarang adalah siapakah yang
telah melepas nyamuk penghancur darah itu?"
"Orang itu tentu Biau-kosiu!"
"Atas dasar apakah kau dapat membuktikan perbuatan ini
hasil karyanya?"
"Aku tak bisa membuktikan," Bong Thian-gak menggeleng.
"Tapi kita kan bisa mencari Biau-kosiu dan menanyakan hal ini
secara langsung kepadanya."
Mendadak dari luar halaman rumah terdengar seorang
berkata dengan suara merdu, "Jian-ciat-suseng, persoalan apa
yang hendak kau tanyakan kepadaku?"
Bersama dengan bergemanya pertanyaan itu, di depan
pintu telah muncul seorang nona berbaju hijau yang cantik
jelita, orang itu bukan lain adalah gadis Biau yang misterius
dan licik itu, Biau-kosiu.
Begitu bertemu nona itu, Bong Thian-gak segera berkata
dengan suara lantang, "Silakan duduk nona Biau, maafkan
badanku kurang sehat sehingga tidak dapat menyambut
kedatanganmu."
Dengan langkah lemah-gemulai, Biau-kosiu berjalan masuk
ke dalam ruangan, kemudian setelah memandang sekejap
wajah semua orang, dia duduk dan tertawa terkekeh-kekeh.
"Jian-ciat-suseng memang orang yang sangat hebat,"
serunya, "Terbukti kau sanggup merebut pil Hui-hun-wan."
Tio Tian-seng terkejut, segera tanyanya, "Ya, betul! Aku
lupa menanyakan hal ini. Bong-laute, bagaimana ceritanya
hingga kau bisa mendapatkan pil Hui-hun-wan."
Bong Thian-gak sendiri pun terkejut, segera pikirnya,
"Haruskah kuceritakan pengalamanku ketika mendapatkan pil
Hui-hun-wan?"
1013 Sementara dia masih berpikir, tiba-tiba Thay-kun telah
menyela sambil tertawa geli, "Apakah kalian menganggap
pulihnya kesadaran otakku ini dikarenakan aku telah menelan
pil Hui-hun-wan buatan si tabib sakti?"
Bong Thian-gak tertegun, kembali dia berpikir, "Kenapa
Thay-kun menyangkal dia telah menelan pil Hui-hun-wan."
Biau-kosiu melirik sekejap ke arah Thay-kun, kemudian
setelah tertawa dingin jengeknya, "Benarkah kau tidak
menelan pil Hui-hun-wan" Hm, aku kurang percaya."
Thay-kun tersenyum, "Apakah aku sudah menelan pil Huihun-
wan atau tidak, apa hubungannya dengan dirimu?"
"Aku harus tahu siapakah yang telah memberi pil Hui-hunwan
itu kepadamu?" ucap Biau-kosiu dengan suara dingin.
"Bukan pemberian Bong Thian-gak, bukan juga si tabib
sakti." "Lantas siapa?" desak Biau-kosiu lebih jauh.
"Boleh saja kuberitahu hal ini kepadamu, tapi ada syarat
yang harus kau penuhi lebih dulu, kau harus memberitahukan
dulu kepadaku maksudmu menanyakan hal ini."
Sekarang Bong Thian-gak baru mengerti, rupanya Thaykun
menyangkal telah menelan pil Hui-hun-wan, sebab dia
merasa perkataan Biau-kosiu sangat mencurigakan.
Biau-kosiu berkerut kening, katanya, "Hui-hun-wan
merupakan benda mustika, semua orang ingin
memperolehnya."
"Kalau begitu, kau juga berharap mendapatkan pil Hui-hunwan
itu?" "Aku telah memberitahukan maksudku, sekarang kau harus
memberitahukan pula kepadaku siapa yang memberikan pil
Hui-hun-wan kepadamu."
1014 "Keng-tim Suthay Nyo Li-beng."
"Dimana ia sekarang?" desak Biau-kosiu.
"Dia telah meninggal," Thay-kun menghela napas panjang.
Biau-kosiu mengerut dahi, ujarnya, "Kau benar-benar
ngaco-belo. Bila kau tidak mengatakan dimanakah dia
sekarang, aku tak akan bersikap sungkan lagi kepadamu."
Tiba-tiba Bong Thian-gak menghela napas sedih, selanya,
"Nona Biau, Keng-tim Suthay memang sudah meninggal. Tiopangcu
telah memeriksa jenazahnya."
Mo-kiam-sin-kun yang berada di depan cepat
menambahkan pula dengan suara dalam, "Keng-tim Suthay
tewas di dalam gua Kiu-thian-tong di bawah kuil Sam-cingkoan.
Siapa yang telah mencelakainya hingga kini masih
merupakan teka-teki."
Mendadak hawa membunuh menyelimuti wajah Biau-kosiu,
mendadak dia melepaskan pukulan dahsyat ke dada Thay-kun.
Menghadapi datangnya ancaman itu, Thay-kun tersenyum,
telapak tangannya dibalik untuk memusnahkan serangan itu,
kemudian katanya, "Di antara kita tiada dendam ataupun sakit
hati, mengapa kau melancarkan serangan keji kepadaku?"
"Bila aku tidak berusaha membunuhmu sekarang, maka
tiga tahun kemudian kau akan menjadi jago paling tangguh di
dunia persilatan," kata Biau-kosiu dingin.
Sembari berkata, Biau-kosiu melejit ke tengah udara lalu
dengan suatu gerakan aneh tapi sakti, dia melancarkan tiga
serangan berantai.
Bong Thian-gak serta Tio Tian-seng yang menyaksikan
gerakan serangannya kontan berubah wajahnya, baru
sekarang mereka tahu gadis suku Biau ini sesungguhnya
memiliki ilmu silat yang amat lihai dan dia merupakan tokoh
sakti yang amat tangguh dan tidak boleh dianggap enteng,
1015 sudah barang tentu Thay-kun sendiri bukan seorang lemah,


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampak dia menggerakkan pinggangnya dengan lemahgemulai,
tahu-tahu semua ancaman berhasil dihindari.
Sambil tertawa ringan, katanya, "Bagaimana penjelasanmu
atas perkataan yang telah kau ucapkan tadi" Apakah sebutir
pil Hui-hun-wan saja dapat menciptakan diriku menjadi
manusia super?"
Setelah melepaskan ketiga serangan dahsyat itu, mendadak
Biau-kosiu menarik kembali serangannya sambil mundur
selangkah, katanya tertawa dingin, "Ilmu silatmu lumayan
juga, beranikah kau menyambut seranganku lagi?"
Bong Thian-gak cukup mengerti bahwa Biau-kosiu tentu
akan menyiapkan serangan yang lebih dahsyat lagi dalam
serangannya nanti, tepat ia berseru, "Nona Biau, harap jangan
menyerang dulu, ada persoalan yang hendak kubicarakan
kepadamu."
Sedang Tio Tian-seng dengan suara berat berkata pula,
"Harap nona jangan melancarkan serangan lebih dulu, ada
suatu persoalan ingin kutanyakan kepadamu."
"Apakah kau ingin menanyakan masalah nyamuk
penghancur darah itu?" tukas Biau-kosiu.
"Benar, kami ingin tahu siapakah orang yang telah
melepaskan nyamuk penghancur darah itu untuk mencelakai
kami?" "Aku."
"Jika kau, kami pun dapat merasa lega."
Biau-kosiu tertawa dingin, kembali berkata, "Tahukah
kalian, siapa yang telah meminta bantuan kepadaku untuk
melepaskan nyamuk penghancur darah guna mencelakai
kalian?" "Siapa?" tanya Bong Thian-gak tanpa terasa.
1016 "Hek-mo-ong. Obat penawar racun yang kuberikan kepada
kalian sebagai penawar racun nyamuk penghancur darah itu
pun merupakan pemberian Hek-mo-ong yang meminta
kepadaku untuk disampaikan kepada kalian. Oleh sebab itu
kalian berdua sebenarnya sudah terkena serangan gelap Hekmo-
ong, mati hidup kalian telah berada pada
cengkeramannya."
Paras muka Bong Thian-gak dan Tio Tian-seng menjadi
pucat-pias. Thay-kun tersenyum, katanya, "Rupanya kau punya
hubungan cukup intim dengan Hek-mo-ong, sebenarnya
siapakah Hek-mo-ong?"
"Tentu saja aku tahu siapa dia, tapi aku takkan
memberitahukan kepada kalian."
Thay-kun segera tertawa dingin, "Padahal aku juga tahu
kau pun tidak mengetahui siapakah Hek-mo-ong, seandainya
tahu, sudah pasti dia Hek-mo-ong gadungan."
Biau-kosiu tersenyum, segera tanyanya, "Darimana kau
bisa tahu kalau dia adalah gadungan?"
"Sebab aku sudah mengetahui sejak tadi bahwa apa yang
kau ucapkan semua pada hari ini cuma perkataan bohong
belaka." "Bohong juga boleh, tidak bohong pun boleh juga,
pokoknya yang pasti kalian bertiga sudah tidak jauh dari
kematian."
Mendadak Bong Thian-gak berkata dengan suara dingin,
"Mati bukanlah suatu kejadian yang menakutkan, biarpun
manusia hidup seratus tahun lagi juga akhirnya akan mati
juga." Biau-kosiu berpaling dan memandang sekejap ke arahnya,
lalu berkata, "Bila kau percaya padaku, aku pun dapat
menyelamatkan jiwa, kalian dari kematian."
1017 "Syarat apa yang hendak kau ajukan kepada kami?" tanya
Thay-kun sambil tertawa merdu.
Biau-kosiu tertawa dingin, katanya, "Menyelamatkan jiwa
orang bagaikan mempunyai orang tua baru, aku tidak bisa
menyelamatkan jiwa seseorang begitu saja."
"Apa yang kau inginkan, utarakan saja!"
"Aku hanya berharap kalian membantuku membunuh Liong
Oh-im." "Soal itu kami dapat menerimanya, tapi sekarang separoh
badan Jian-ciat-suseng lumpuh. Pertama-tama, kau harus
mengobati dirinya lebih dulu."
"Separoh badannya lumpuh, hal ini dikarenakan ada hawa
murninya yang menyumbat sebagian jalan darahnya, asalkan
sebuah pukulan menghantam persis di atas jalan darah Wiliong-
hiat, dia akan sembuh seperti sediakala."
Sembari berkata, tiba-tiba Biau-kosiu melepaskan
tendangan kilat persis menghajar badan Bong Thian-gak,
akibatnya tubuh anak muda itu mencelat ke belakang.
Ketika terjatuh ke atas tanah, Bong Thian-gak telah
memperoleh kesegaran kembali, keempat anggota badannya
dapat digerakkan bebas seperti sediakala.
"Suheng apakah kau telah sembuh?" Thay-kun segera
bertanya. Bong Thian-gak menghela napas panjang, "Ya, aku telah
sembuh, namun aku harus pergi membunuh orang."
Terhadap kemampuan Biau-kosiu dalam mengobati
seseorang, baik Thay-kun maupun Tio Tian-seng merasa
terkejut bercampur keheranan, sebenarnya mereka mengira
Biau-kosiu hanya bicara secara ngawur tanpa bukti nyata,
siapa pun tak menyangka tendangannya ternyata berhasil
membebaskan Bong Thian-gak dari ancaman kelumpuhan.
1018 Tio Tian-seng menghela napas sedih, kemudian berkata,
"Tidak kusangka ilmu pertabiban nona begitu hebat, sungguh
membuat orang kagum, tapi tolong tanya apakah di dalam
tubuh kami benar-benar sudah terkena serangan gelap Hekmo-
ong" Harap nona sudi memberi petunjuk."
Biau-kosiu tertawa ringan, "Tentu saja kalian terkena
serangan gelap Hek-mo-ong, cuma saja sebelum batas waktu
yang ditetapkan dalam kartu kematian tiba, kalian tidak bakal
menemui ajal."
Bong Thian-gak bertanya, "Tolong tanya nona Biau,
dimanakah Liong Oh-im sekarang?"
"Malam nanti Liong Oh-im bakal muncul di sekitar jembatan
Lok-yang-kian. Kalian boleh menyergapnya di situ. Ingat!
Dalam tubuh kalian masih mengidap racun jahat dan hanya
aku seorang yang mampu mengobatinya, harap kalian jangan
menggunakan nyawa sendiri sebagai taruhan. Nah, aku pergi
dulu!" "Tunggu sebentar!" buru-buru Thay-kun berseru melihat
Biau-kosiu akan pergi.
"Kau masih ada urusan apa lagi?"
"Liong Oh-im bukan jago silat biasa, seandainya kami tidak
berhasil membunuhnya?"
"Bila tak mampu melukainya, kalianlah yang akan terluka,
tentu saja dia bukan seorang lemah."
"Masih ada satu hal lagi, benarkah kau memiliki
kemampuan memunahkan racun yang mengeram dalam tubuh
mereka?" Biau-kosiu tertawa dingin, segera dia berkata, "Mau
percaya atau tidak terserah kepada kalian, nah aku pergi
dulu." 1019 Dengan cepat ia beranjak keluar dari ruangan itu dan pergi
meninggalkan tempat itu.
Sepeninggal nona itu, Tio Tian-seng berkata, "Ombak
belakang sungai Tiang-kang mendorong ombak di depannya,
orang baru akan menggantikan orang lama. Ai, aku memang
sudah tua."
Teringat kembali kegagahannya semasa masih menjagoi
dunia persilatan di masa lampau, Mo-kiam-sin-kun Tio Tianseng
menghela napas sedih dengan wajah masgul.
Thay-kun tersenyum dan berkata, "Tio-pangcu, mengapa
kau menghela napas" Dalam dunia persilatan dewasa ini cuma
beberapa gelintir manusia saja yang mampu menandingi
permainan pedang iblismu?"
Sekali lagi Tio Tian-seng menghela napas sedih, "Aku
menjadi malu sendiri setelah menyaksikan kalian angkatan
muda ternyata rata-rata memiliki kepandaian silat yang amat
lihai." "Ai, andaikata To Siau-hou dan Han Siau-liong tidak terluka,
aku pun tidak akan merasa diriku sebatangkara."
"Tio-pangcu, aku dan Thay-kun berdiri di pihakmu,
selanjutnya bila kau membutuhkan bantuan kami, kami pasti
akan membantumu sekuat tenaga," timbrung Bong Thian-gak.
Tio Tian-seng tertawa tergelak, "Setelah mendengar
perkataan Bong-laute ini, semangatku kembali berkobar."
Bong Thian-gak bertanya, "Tio-pangcu, Boanpwe merasa
bingung terhadap situasi kalut yang melanda dunia persilatan
dewasa ini, aku benar-benar tak mengerti tujuan Hek-mo-ong
merencanakan segala siasat liciknya menteror dunia
persilatan?"
Mendapat pertanyaan ini, Tio Tian-seng menghela napas
panjang, 1020 "Bong-laute, agaknya Liu Khi telah membocorkan sedikit
hal yang sebenarnya kepadamu. Ai, hingga sekarang belum
ada seorang pun yang mengetahui siapa gerangan Hek-moong."
"Menurut Liu Khi, Tio-pangcu pun kemungkinan besar
adalah Hek-mo-ong. Bagaimana pendapat Tio-pangcu
sendiri?" Tio Tian-seng manggut-manggut sambil menghela napas
panjang, "Benar, kemungkinan besar aku pun terhitung Hekmo-
ong, cuma Hek-mo-ong gadungan."
Sampai di sini dia berhenti sejenak, kemudian sambungnya,
"Mengenai sepuluh jago yang dicurigai sebagai Hek-mo-ong,
hal ini bersumber pada peristiwa yang telah terjadi tiga puluh
tahun berselang."
Mendadak paras mukanya berubah hebat, kemudian
bentaknya dengan suara dingin, "Siapa berada di luar"
Mengapa mesti sembunyi-sembunyi dan mencurigakan?"
Belum habis dia berkata, seseorang sudah menyelinap dari
luar pintu, Liu Khi telah masuk ke dalam ruangan sambil
tertawa tergelak.
"Sejak kapan Tio-pangcu datang ke Lok-yang?" sapanya.
Kemunculan Liu Khi membuat hati Bong Thian-gak
tergerak, pikirnya, "Mungkinkah di antara mereka akan terjadi
bentrok?" Sementara itu Mo-kiam-sin-kun Tio Tian-seng telah
menjawab dengan serius, "Setelah aku menerima surat
pemberitahuan lewat pos merpati yang menerangkan To Siauhou
dan Han Siau-liong terluka serta jiwanya terancam
bahaya, aku segera datang ke Lok-yang, maksudku hendak
mencari tabib sakti Gi Jian-cau untuk mengobati luka Liong-ji
dan Hou-ji."
1021 "Apakah Pangcu telah berhasil menemukan Gi Jian-cau?"
tanya l.in Khi.
"Belum berhasil kutemukan."
"Aku telah menemukan Gi Jian-cau."
Ucapannya ini segera menggetarkan hati setiap orang.
Bong Thian-gak yang pertama-tama berseru terlebih
dahulu, "Dimanakah tabib sakti Gi Jiau-cau sekarang?"
Pelan-pelan Liu Khi berjalan ke sisi Bong Thian-gak dan
duduk di situ, kemudian baru sahutnya, "Dia berada di Lokyang."
"Di Lok-yang bagian mana?" sela Thay-kun.
Liu Khi memandang sekejap ke arahnya, lalu tersenyum,
katanya, "Rupanya kau telah memperoleh kembali
kesadaranmu."
Semua orang ingin secepatnya mengetahui tempat
persembunyian Gi Jian-cau, siapa tahu Liu Khi justru jual
mahal dengan mengalihkan pembicaraan ke soal lain, tentu
saja hal itu membuat semua orang gemas.
Setelah tersenyum manis, jawab Thay-kun, "Terima kasih
banyak atas perhatian Liu-cianpwe. Di samping itu, mohon
kepada Liu-cianpwe agar selekasnya memberitahukan kepada
kami tempat persembunyian Gi Jian-cau."
Liu Khi tersenyum.
"Apabila aku memberitahukan tempat persembunyian tabib
sakti Gi Jian-cau kepada kalian, maka hari ini kalian tak akan
bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat."
Sambil berkata, sepasang matanya mengawasi Tio Tianseng
tanpa berkedip.
Bong Thian-gak yang menyaksikan hal ini diam-diam
berpikir kembali, "Mungkinkah Liu Khi akan melancarkan
1022 serangan di saat musuh tak menyerang" Seandainya dia
melancarkan serangan, dapatkah Tio Tian-seng melepaskan
diri dari bacokan itu?"
Sementara itu Thay-kun dengan wajah berubah hebat
berpaling dan memandang sekejap ke arah Tio Tian-seng.
Tampak wajah Tio Tian-seng amat serius, jawabnya
dengan suara berat, "Liu Khi, konon kau adalah seorang
pembunuh bayaran?"
"Bukankah soal ini telah lama Pangcu ketahui?" sahut Liu
Khi sambil tersenyum.
"Tapi tahukah kau, mengapa selama ini aku berlagak pilon
seolah-olah tidak tahu," kembali Tio Tian-seng berkata.
Liu Khi tertawa dingin.
"Pangcu pernah tiga kali ingin menghadapiku dengan
kekerasan, namun setiap kali niatmu itu kau urungkan."
"Kau pun sudah tiga kali bermaksud membunuhku," kata
Tio Tian-seng pula dengan hambar.
"Yang seorang adalah anak buah yang tidak bisa dipercaya,
sedangkan yang seorang lagi adalah atasan yang tidak setia.
Tampaknya kita berdua memang setali tiga uang, sama-sama
bobroknya."
Bong Thian-gak menghela napas sedih, katanya, "Liutayhiap
dan Tio-pangcu, apakah bersedia mendengar nasehat
Boanpwe" Dunia persilatan saat ini sedang dicekam teror
kaum iblis, apabila kalian berdua saling percaya dan bekerja
sama dengan baik, aku pikir nama Kay-pang tentu akan lebih
termasyhur."
Liu Khi melirik sekejap ke arah Bong Thian-gak, kemudian
katanya, "Ada satu persoalan aku pun ingin memberitahukan
kepadamu, jangan sekali-kali mau diperalat orang lain."


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1023 "Diperalat siapa?" tanya Bong Thian-gak dengan wajah
tidak habis mengerti.
"Oleh Hek-mo-ong."
"Hek-mo-ong hendak memperalat kami" Apa tujuannya?"
"Memperalat kau dan Thay-kun untuk membunuh Liong
Oh-im." Bong Thian-gak menjerit kaget, "Maksudmu Biau-kosiu
adalah Hek-mo-ong?"
Liu Khi menggeleng kepala.
"Bukan, dia bukan Hek-mo-ong, dia kuku garuda Hek-moong
yang diandalkan."
"Benarkah perkataanmu itu?" tanya Bong Thian-gak agak
tertegun. "Aku tidak berbohong."
Thay-kun yang selama ini membungkam, segera menyela
sambil tertawa ramah, "Tampaknya apa yang telah kami
bicarakan dengan Biau-kosiu barusan telah kau dengar semua.
Kalau memang begitu, mungkin kau pun sudah tahu bahwa
kami telah menyanggupi untuk membunuh orang dan hal ini
terpaksa kami terima karena keadaan terpaksa."
Dengan wajah serius dan bersungguh-sungguh kembali Liu
Khi berkata, "Apabila kalian bersedia mempercayai diriku,
malam ini jangan kalian datangi jembatan Lok-yang-kian."
"Apakah Liu-tayhiap sudah tahu Suhengku telah menerima
kartu undangan kematian Hek-mo-ong?" kata Thay-kun sambil
tersenyum. "Dia sudah terkena racun jahat dan kemungkinan besar
racun itu akan bekerja setiap saat."
1024 Liu Khi tersenyum sambil berpikir sejenak, lalu berkata,
"Bilamana duaanku tidak salah, saat ini Bong Thian-gak masih
belum terkena serangan beracun Hek-mo-ong."
"Tapi dia pun ada kemungkinan keracunan, bukan?" tanya
Thay-kun sambil tersenyum.
Tiba-tiba Liu Khi menghela napas panjang, "Benar, dia pun
ada kemungkinan terkena racun."
"Apabila Liu-tayhiap dapat mengundang Gi Jian-cau
melakukan pemeriksaan baginya, maka kita akan segera dapat
membuktikan apakah dalam tubuhnya sudah keracunan atau
belum." Mendengar perkataan itu, Liu Khi berkata, "Ai, sayang
sekali si tabib sakti Gi Jian-cau telah meninggal dunia."
"Dia sudah mati?" tanya Bong Thian-gak dengan terkejut.
Dalam pikiran Bong Thian-gak, di Kangouw orang yang
paling, besar kemungkinannya sebagai Hek-mo-ong adalah Gi
Jian-cau. Tapi Gi Jian-cau telah mati, mau tak mau hal itu
membuatnya setengah percaya.
Setelah menghela napas, kembali Liu Khi berkata, "Dia mati
dalam keadaan amat mengerikan. Bilamana kalian tidak
percaya, aku bersedia mengajak kalian melihat jenazahnya."
"Andaikata dia bukan Hek-mo-ong, mengapa dia meninggal
surat yang menyuruhku membunuhnya?" terdengar Bong
Thian-gak bergumam. "Benar-benar aneh, sungguh membuat
orang bimbang di tidak mengerti."
Yang dimaksud Bong Thian-gak tentu saja Keng-tim
Suthay. "Sewaktu berada di dalam gua Mi-hun-kiu-thian-tong di
baw kuil Sam-cing-koan, dia melihat tulisan di kaki Keng-tim
1025 Suthay yang telah menjadi mayat, "Tabib sakti Gi Jian-cau
harus dibunuh'. Ini pesan yang ditinggalkan olehnya."
Oleh karena hal ini Bong Thian-gak selalu mencurigai tabib
itu kemungkinan besar dia adalah Hek-mo-ong yang misterius
itu. Thay-kun ikut menghela napas, katanya, "Berita kematian
Gi Jian cau benar-benar membuat orang tidak percaya. Ai,
semasa hidupnya, dia orang tua paling baik terhadapku,
setelah dia mati sekarang, aku harus pergi menyambangi
jenazahnya."
Thay-kun minta kepada Liu Khi agar mengajak mereka
menjeng jenazah Gi Jian-cau.
Liu Khi manggut-manggut menyetujui.
"Kalau memang begitu, harap kalian mengikuti diriku."
Tiba-tiba Tio Tian-seng berseru, "Bong-laute, aku rasa lebih
baik kalian jangan pergi ke sana."
"Kenapa?" tanya pemuda itu keheranan.
Dengan suara dalam dan berat, Tio Tian-seng berkata,
"Orang yang sudah mati tak akan bisa hidup kembali,
kepergian kalian ke sana tak ada gunanya."
Thay-kun kembali menghela napas.
"Tabib sakti Gi Jian-cau tercantum namanya sebagai salah
satu di milara sepuluh jago lihai persilatan, ilmu silat yang
dimilikinya sangat lihai. Boanpwe benar-benar tidak percaya
dia orang tua telah tertimpa musibah."
"Oh Ciong-hu juga memiliki kepandaian silat tangguh, tapi
kenyataan dia juga mati terbunuh," kata Tio Tian-seng dengan
suara sangat hambar.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Bong Thian-gak,
segera tanyanya, "Tio-pangcu, tampaknya lamat-lamat kau
telah mengetahui siapakah pembunuh guruku dulu?"
1026 "Kemungkinan besar orang itu adalah Hek-mo-ong."
Tiba-tiba Liu Khi menyela sambil tertawa dingin,
"Sebenarnya kalian berdua bersedia ikut aku atau tidak" Kalau
tidak, aku akan segera mohon diri."
"Silakan Liu-tayhiap menjadi petunjuk jalan!" jawab Thaykun
dengan segera. Sembari berkata, dia lantas mengikuti Liu Khi beranjak
keluar dari ruangan itu.
Terpaksa Bong Thian-gak menjura kepada Tio Tian-seng
seraya berkata, "Tio-pangcu, Boanpwe akan pergi sejenak."
Selesai berkata, dia pun membalikkan badan dan beranjak
pergi pula dari situ.
Kini tinggal Tio Tian-seng seorang yang duduk dalam
ruangan, dingin wajah tanpa emosi ia bergumam, "Mungkin
kalian tak akan kembali lagi."
Sementara itu Liu Khi telah mengajak Bong Thian-gak dan
Thay-Itiin meninggalkan rumah penginapan Ban-heng dan
berangkat menuju keluar kota,
Saat itu fajar baru saja menyingsing, orang yang berlalulalang
di jalanan pun masih sedikit, mereka berlarian menuju
ke kota bagian barat.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Liu Khi menghentikan
langkah, lalu tanyanya, "Sudah berapa lama kalian berdua
bergaul dengan Tio Tian-seng?"
"Apa maksud Liu-tayhiap menanyakan hal ini?" tanya Bong
Thian-gak berkerut kening.
Liu Khi melirik sekejap ke arahnya, tanyanya lagi,
"Bagaimanakah pendapat kalian tentang watak serta tabiat Tio
Tian-seng?" .
1027 Bong Thian-gak dapat menangkap di balik kata-kata Liu Khi
ada maksud mengadu domba, maka sahutnya dengan
hambar, "Tio-pangcu bukanlah orang yang susah didekati
seperti apa yang diduga orang."
"Tentunya Liu-tayhiap lebih memahami watak serta tabiat
Tio-pangcu daripada orang lain, bukan?" Thay-kun menyela
sambil tertawa merdu.
Liu Khi menghela napas panjang.
"Sudah sepuluh tahun lamanya aku menyelundup dalam
Kay-pang, tapi hingga kini aku masih belum dapat meraba
secara jelas watak serta tabiat Tio Tian-seng sesungguhnya."
Bong Thian-gak tertegun, tanyanya lebih jauh, "Apakah
maksud Liu-tayhiap menyelundup ke Kay-pang untuk
menyelidiki watak serta tabiat Tio Tian-seng?"
"Benar," Liu Khi menghela napas panjang. "Sebenarnya aku
ingin menyelidiki peristiwa berdarah itu."
"Peristiwa berdarah yang mana" Apakah Liu-tayhiap
bersedia menjelaskan?" tanya Thay-kun sambil tersenyum.
Liu Khi berjalan menuju keluar kota yang sepi, sambil
berjalan ujarnya, "Peristiwa berdarah ini terjadi tiga puluh
tahun berselang!"
Sampai di situ tiba-tiba dia menghela napas panjang,
kemudian mengalihkan pembicaraan ke soal lain.
"Peristiwa berdarah ini menyangkut situasi dunia persilatan
serta nama baik jago kenamaan. Sebelum duduknya persoalan
menjadi jelas dan terang, aku tidak berani bicara dulu secara
sembarangan."
Bong Thian-gak merasa kecewa atas jawaban itu, katanya,
"Entah sampai kapan teki-teki itu baru bisa terjawab?"
"Hek-mo-ong telah menampakkan diri di kota Lok-yang,
berarti duduknya persoalan akan segera tertungkap."
1028 "Lagi-lagi Hek-mo-ong. Ai, sebenarnya manusia macam
apakah dia?"
"Liu-tayhiap, entah jenazah Gi Jian-cau berada dimana?"
Thay-kun menyela.
"Dalam Ban-jian-bong, tiga li di luar kota sebelah barat."
"Ban-jian-bong (kuburan selaksa orang)" Bukankah tempat
itu merupakan tempat penitipan jenazah orang dari luar kota?"
"Setelah Gi Jian-cau tewas, jenazahnya telah dimasukkan
ke dalam peti mati dan dikirim ke Ban-jian-bong untuk
sementara waktu."
Mendadak Thay-kun bertanya, "Apakah Liu Khi kenal wajah
asli si tabib sakti?"
Liu Khi menghela napas panjang.
"Aku justru mengajak nona mendatangi Ban-jian-bong,
karena aku berharap kau bisa mengenali wajah korban,
apakah benar tabib sakti atau bukan, sebab aku tahu di
kolong langit ini hanya kau serta Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau
dan Keng-tim Suthay yang mengenali wajah asli Gi Jian-cau."
"Ah, kalau begitu kedatangan Liu-tayhiap ke rumah
penginapan Ban-heng adalah untuk mencari diriku?" Thay-kun
berseru pelan. "Masih ada satu alasan lagi, yaitu mengajak kalian
meninggalkan Tio Tian-seng sejauh-jauhnya."
"Mengapa?" tanya Bong Thian-gak heran.
"Sebab Tio Tian-seng dicurigai sebagai Hek-mo-ong."
Mendengar itu, Bong Thian-gak tersenyum.
"Bukankah Liu-tayhiap sendiri dicurigai sebagai Hek-moong?"
1029 "Benar, kemarin malam aku sudah bilang di antara sepuluh
jago lihai persilatan, hampir semuanya dicurigai sebagai Hekmo-
ong, kini aku sengaja mengajak kalian untuk mengenali
jenazah Gi Jian-cau karena aku ingin kepastian apakah salah
seorang yang dicurigai telah hilang. Bila demikian, lambat-laun
kita akan mendekati pembunuh yang sebenarnya, siapakah
Hek-mo-ong yang sebenarnya."
"Dari sepuluh orang jago lihai persilatan, entah sudah
berapa orang yang dapat Liu-tayhiap buktikan bukan Hek-moong?"
tiba-tiba Thay-kun bertanya.
"Sudah ada lima orang."
"Siapa saja kelima orang itu?"
"Ku-lo Sinceng, Oh Ciong-hu, Kui-kok Sianseng serta Songciu
suami-istri."
"Bila termasuk kau dan Gi Jian-cau, bukankah berarti sudah
ada tujuh orang?"
Liu Khi manggut-manggut.
"Benar, yang tersisa tinggal tiga orang saja yaitu Tio Tianseng,
Tan Sam-cing serta Liong Oh-im."
Thay-kun memandang sekejap hutan bambu di depan situ,
lalu katanya, "Kita sudah sampai di Ban-jian-bong."
Bong Thian-gak memandang sekeliling tempat itu. Tampak
sebuah hutan bambu, di balik hutan bambu nan hijau secara
lamat-lamat kelihatan pekarangan.
Liu Khi mendatangi lebih dulu pekarangan pertama, lalu
berhenti. Tanyanya kemudian sambil berpaling, "Apakah kalian
pernah datang kemari?"
"Ban-jian-bong merupakan tempat termasyhur, aku sudah
tiga kali berkunjung kemari."
1030 Saat itu tampaknya Bong Thian-gak terkesima oleh
pemandangan yang terbentang di hadapannya. Dengan mata
mendelong, dia mengawasi peti-peti mati yang berjajar di
bawah pohon bambu itu tanpa mengucapkan sepatah kata
pun. Ternyata tempat penitipan peti mati adalah di bawah pohon
bambu di halaman yang luas itu.
Sejauh mata memandang, sekeliling halaman pertama
penuh ditumbuhi pepohonan bambu yang hijau. Peti-pe
Jodoh Rajawali 11 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Golok Yanci Pedang Pelangi 2
^