Pendekar Cacad 16

Pendekar Cacad Karya Gu Long Bagian 16


ti mati bercat merah terletak di bawah pohon bambu yang rindang
itu, jumlahnya mencapai ratusan buah sehingga
mendatangkan suasana seram dan menggidikkan.
Ban-jian-bong terdiri dari tujuh belas halaman, apakah
semua dipergunakan untuk menyimpan peti mati" Lantas
berapa mayat yang tersimpan di situ"
Liu Khi memandang sekejap ke arah Bong Thian-gak,
kemudian katanya, "Bong-siauhiap belum pernah mendatangi
Ban-jian-bong, kuharap kau jangan sembarangan bergerak
daripada akhirnya tersesat dan tak tahu jalan pulang."
Liu Khi mengajak kedua orang itu berjalan menuju ke
dalam halaman pertama.
Ternyata dari tujuh belas halaman Ban-jian-bong itu, setiap
halaman dijaga dan diurus oleh delapan belas pendeta.
Setelah memasuki halaman pertama, Liu Khi
mengemukakan maksud kedatangannya kepada Hwesio
penerima tamu, selanjutnya mereka diajak menuju ke
halaman kesembilan.
Hwesio yang mengepalai halaman itu adalah Hwesio
berjubah kuning yang gemuk, berusia empat puluh tahun dan
membawa sebuah tasbih di lehernya.
1031 Tampaknya Hwesio itu sangat mengenal Liu Khi, ketika
melihat kedatangan jago ini, dia segera memberi hormat
seraya menyapa, "Liu-sicu, sepagi ini kau telah datang?"
Liu Khi manggut-manggut membalas hormat, jawabnya,
"Aku membawa sobat dari sang jenazah yang hendak
menyambangi. Harap Taysu sudi mempersiapkan hio, lilin dan
uang pengorbanan bagi kami."
"Silakan Sicu bertiga duduk dulu, Pinceng akan menyuruh
orang menyiapkannya."
Ruang tengah itu merupakan ruang terima tamu. Liu Khi,
Bong Thian-gak serta Thay-kun terpaksa duduk menanti.
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, Hwesio gemuk
berjubah kuning itu sudah muncul kembali sambil membawa
dua orang Hwesio muda berjubah kuning yang membawa
keranjang kecil, katanya, "Maaf bila menanti lama, Pinceng
mengutus kedua muridku ini untuk melayani kalian."
Bong Thian-gak mengerti isi keranjang yang dibawa kedua
Hwesio itu tentu uang pengorbanan, hio, lilin dan alat
sembahyang lainnya.
Dari dalam sakunya Liu Khi mengeluarkan sedikit uang
perak yang diserahkan kepada Hwesio gemuk itu sambil
ujarnya, "Harap Siau-suhu berdua sudi membuka jalan."
"Terima kasih banyak atas derma Liu-sicu," Hwesio gemuk
itu menerima uang tadi sambil mengucapkan terima kasih.
Dalam pada itu kedua orang Hwesio muda tadi telah
mengajak Liu Khi bertiga keluar dari ruang tamu dan
memasuki hutan bambu yang penuh dengan deretan peti mati
itu. Pagi hari sudah lewat, matahari bersinar cerah di angkasa,
namun suasana di balik hutan bambu dalam Ban-jian-bong ini
tampak remang-remang, seperti suasana senja, sepanjang
tahun seakan-akan tak pernah tersorot matahari.
1032 Bong Thian-gak mengikut di belakang kedua Hwesio itu
dengan ketat, setelah melewati jalanan kecil yang
membentang di balik hutan bambu itu, akhirnya kedua Hwesio
itu berhenti di depan sebuah gundukan tanah.
Dengan ketajaman mata Bong Thian-gak, sekilas pandang
saja dia telah melihat di depan gundukan tanah itu terdapat
sebuah batu nisan yang berukirkan beberapa tulisan: "Tempat
bersemayam Gi Jian-cau".
Tanpa terasa Thay-kun bertanya, "Siapa yang telah
mengukir tulisan di atas batu nisan itu?"
Setelah menghela napas, sahut Liu Khi, "Orang yang
menitipkan jenazah itu berpesan kepada petugas di sini agar
mengukir huruf itu di atas batu nisannya."
Sementara mereka sedang berbicara, kedua Hwesio muda
itu sudah bekerja sama menggeser batu nisan itu ke samping,
ternyata di balik gundukan tanah itu merupakan sebuah gua,
sebuah peti mati berwarna merah tampak membujur di dalam
gua itu. Thay-kun berseru tertahan, "Suhu berdua, harap letakkan
saja hio dan alat sembahyang itu ke atas tanah. Di sini sudah
tak ada urusan kalian, satu jam kemudian kalian boleh
mengajak kami berlalu dari sini."
Kedua Hwesio itu segera melaksanakan seperti yang
diminta Thay-kun, setelah meletakkan keranjang kecil itu,
mereka pun segera mengundurkan diri.
Pada saat itulah Thay-kun mengeluarkan alat sembahyang,
katanya, "Liu-tayhiap, dimana kau bisa tahu jenazah Gi Jiancau
disimpan di tempat ini?"
Liu Khi menghela napas panjang, "Ai, aku berhasil
mendapatkan keterangan ini dari mulut seorang anak buah
Hek-mo-ong yang kusiksa."
"Mana orang itu sekarang?" kembali Thay-kun bertanya.
1033 "Sudah mati karena keracunan hebat."
"Kalau begitu Liu-tayhiap pernah datang kemari satu kali?"
Sekali lagi Liu Khi mengangguk.
"Benar, kemarin aku sudah datang kemari dan memeriksa
pula keadaan jenazah dalam peti mati itu."
"Bagaimanakah bentuk jenazah itu?"
"Rambutnya awut-awutan, tujuh lubang indranya berdarah
dan dia mati dengan wajah menyeramkan, di atas dada
jenazahnya tertera cap tengkorak."
"Apakah Liu-tayhiap dapat menduga sudah berapa lamakah
matinya?" Pertanyaan itu disambut Liu Khi dengan suara helaan napas
panjang. "Ai, seluruh tubuhnya penuh darah, kulit badannya tidak
utuh, nampaknya seperti mati belum lama."
Tapi sampai di situ, dia menggeleng kepala sembari
berkata, "Sungguh aneh, bila darah mengalir keluar dari tubuh
seseorang, maka seperempat jam kemudian warna darah akan
berubah menjadi tua, tapi miran darah itu nampak merah
segar, seakan-akan baru saja mengucur keluar."
Thay-kun berkerut kening, lalu tanyanya, "Ketika kau buka
peti itu npnkah terendus sesuatu bau yang harum?"
"Benar," Liu Khi mengangguk, "memang terendus bau
harum semerbak. Darimana kau bisa tahu?"
Tiba-tiba Thay-kun menghela napas panjang, kemudian
katanya, "Jadi dalam peti telah diletakkan obat anti busuk, bau
harum yang terendus olehmu ketika membuka penutup peti
mati tak lain adalah bau obat anti busuk itu."
"Bagaimana kalau kubuka sekali lagi peti mati itu?"
"Coba bukalah sekali lagi!"
1034 I .iu Khi segera menarik tali peti mati dan menyeret peti itu
hingga keluar dari gua, kemudian pelan-pelan dibukanya
penutup peti mati.
Tampak sesosok mayat yang menyeringai seram dan dari
ketujuh liihiing indranya mengucurkan darah membujur di
dalam peti mati.
Begitu penutup peti mati dibuka, terendus bau harum
semerbak yang sangat aneh.
Dengan memberanikan diri Thay-kun mendekati peti mati
itu dan mengamati jenazah itu dengan seksama sampai lama,
lama sekali tidak nampak bergerak ataupun bicara.
Liu Khi yang menyaksikan keadaan gadis itu, segera
bertanya, "Apakah jenazah itu adalah Gi jian-cau?"
Thay-kun menghela napas panjang, "Ai, paras mukanya
telah berubah sama sekali, sulit bagiku untuk mengenalinya."
Mendadak pada saat itulah berkumandang suara
gemerutukan yang aneh sekali.
Dengan sorot matanya tajam Bong Thian-gak berpaling ke
arah berasalnya suara aneh itu. Di bawah pohon bambu
tampak sebuah penutup peti mati sedang bergerak secara
keras. Suara aneh itu tak lain adalah suara bergeseknya penutup
peti mati. Peristiwa ini kontan membuat beberapa orang itu menarik
napas, untung di arena terdapat tiga orang, lagi pula
semuanya jago lihai yang sudah berpengalaman luas dalam
menghadapi pertarungan. Coba kalau tidak, niscaya nyali
mereka akan pecah dan melarikan diri terbirit-birit.
Setelah bergetar empat kali, ternyata penutup peti itu tak
bergetar lagi, bahkan suasana di sekeliling tempat itu dicekam
keheningan. 1035 Mendadak Liu Khi tertawa dingin, kemudian bentaknya,
"Siapa yang bersembunyi di dalam peti mati" Bila tidak segera
keluar, aku akan menyuruh kau mampus dalam peti mati itu!"
Paras muka Thay-kun saat itupun berubah menjadi amat
serius, pelan-pelan ujarnya, "Liu-tayhiap, rasanya kita sudah
terkepung oleh musuh."
"Apa maksudmu?"
"Rasanya suasana di sekeliling tempat ini agak aneh."
"Aku pun mempunyai perasaan yang aneh," kata Bong
Thian-ga pula dengan kening berkerut.
Liu Khi segera tersenyum, kemudian katanya, "Peduli setan
ata dedemit, bila Liu Khi, Jian-ciat-suseng dan Si-hun-mo-Ii
telah bekerja sama, situasi macam apa pun masih sanggup
kita hadapi."
Memang dewasa ini belum ada seorang pun yang mampu
menghadapi serangan gabungan mereka bertiga.
Pada saat itulah dari balik hutan bambu di kejauhan sana
tiba-tiba berkumandang lagi suara gesekan yang amat ramai,
suara langkah kaki menginjak daun.
Suara itu seakan datang dari empat penjuru yang kian
mendekat. Sekarang Liu Khi, Bong Thian-gak dan Thay-kun baru
mengerti dengan pasti bahwa musuh benar-benar telah
mengurung tempat itu.
Anehnya biarpun suara langkah kaki menginjak daun
bergema tiada hentinya, namun tidak nampak seorang musuh
pun yang muncul.
Liu Khi tiba-tiba tergelak, hardiknya, "Siapakah kalian"
Cepat tunjukkan diri, kalian tak usah mempertunjukkan
permainan semacam itu lagi, kami semua tak akan percaya
segala permainan sesat."
1036 Ketika ucapan itu selesai diucapkan, suara gemerisik
langkah manusia yang menginjak daun pun segera berhenti.
Tapi sebagai gantinya, suara gemerutuk papan penutup
peti yang semula terhenti itu kini mulai bergesek lagi.
Bersamaan dengan menggemanya suara aneh dari peti
mati, mendadak Bong Thian-gak menyaksikan ada begitu
banyak peti mati yang berlompatan kian kemari serta
menimbulkan suara benturan yang keras.
Bong Thian-gak bertiga terkesiap dengan perasaan seram,
bulu kuduk mereka berdiri.
Untung peristiwa semacam ini terjadi di siang hari, coba di
tengah malam, situasinya pasti akan lebih menakutkan dan
menggidikkan. Paras muka Liu Khi sama sekali tak berubah, sorot matanya
yang tajam mengawasi tutup peti mati yang berlompatan itu
satu per satu, kemudian katanya, "Semuanya berjumlah tiga
belas peti yang berisi sukma gentayangan."
Liu Khi menerjang ke sisi peti mati yang bergetar dan
paling dekat dengan dirinya.
Gerak tubuhnya cepat luar biasa, namun gerakan goloknya
ternyata jauh lebih cepat lagi.
Tampak cahaya golok berkelebat, golok kilatnya yang
semula iiuiniIi tergantung di pinggang tahu-tahu sudah
menusuk ke dalam peti mati yang sedang melompat-lompat
itu. Tentu saja peti mati itu tidak melompat-lompat lagi, namun
tidak terdengar pula sedikit suara pun, baik dengusan tertahan
maupun jeritan ngeri.
Liu Khi bergerak cepat, goloknya menyambar kian kemari
bagai cahaya petir.
1037 Secara beruntun golok mautnya telah melancarkan tujuh
tusukan beruntun ke arah tujuh peti mati.
Mendadak terdengar suara tertawa aneh yang keras
bagaikan lolong serigala bergema dari balik peti mati,
menyusul peti-peti mati itu bergerak cepat berputar di
angkasa. Kemudian tampak enam sosok orang aneh bertubuh kaku
seperti mayat hidup bersama-sama muncul dari balik peti mati
tadi. Liu Khi segera tertawa tergelak penuh rasa bangga,
katanya, "Mengapa kalian tidak bersembunyi terus di dalam
peti mati itu?"
Sementara berbicara, Liu Khi telah menyarungkan kembali
golok saktinya itu ke dalam sarungnya, kemudian orangnya
juga mundur ke samping Bong Thian-gak serta Thay-kun.
Sementara itu Thay-kun yang menyaksikan permainan
golok Liu Khi yang begitu dahsyat diam-diam merasa terkejut
juga, tanpa terasa pujnya, "Liu-tayhiap, permainan golokmu
memang benar-benar sangat dahsyat dan tiada taranya di
dunia ini. Golokmu ibarat permainan maut yang membuat
setan-setan ketakutan."
Liu Khi tersenyum, sambil berpaling ke arah Bong Thiangak
dia berkata, "Bong-laute, keenam orang ini kuserahkan
kepadamu untuk mencoba kemampuan ilmu pedangmu."
Bong Thian-gak mengernyitkan alis, lalu sahutnya, "Apabila
mereka bukan datang mencari gara-gara pada kita, buat apa
mesti kita lakukan pembunuhan yang sama sekali tak berarti?"
"Cukup dilihat dari dandanan mereka yang tiga bagian tidak
mirip manusia, sudah jelas mereka itu bukan orang baik-baik,
apalagi yang mesti kau sayangkan" Tak usah berbelas kasihan
lagi." 1038 Sementara pembicaraan belum selesai, tubuh Liu Khi telah
melayang kembali ke tengah udara.
Keenam sosok orang aneh bagaikan mayat itu mendadak


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berteriak bersama, mereka mengayunkan lengannya
menyambar peti-peti mati kosong dan secara ganas dan buas
diayunkan ke tubuh Lui-khi dengan kekuatan luar biasa.
Bong Thian-gak serta Thay-kun yang menyaksikan kejadian
itu menjadi terkejut sekali, mereka sama sekali tidak mengira
keenam orang aneh sepert mayat hidup itu mempunyai
kekuatan yang begitu dahsyat sehingga peti mati kosong itu
dipergunakan sebagai senjata.
Sementara itu enam buah peti mati kosong yang beratnya
ratusan kati sudah diayunkan bersama-sama ke tubuh Liu Khi.
Dengan cara apakah Liu Khi akan menghadapi ancaman
seperti ini"
Liu Khi yang menyaksikan kejadian itu segera
memelototkan mata bulat-bulat, kemudian diiringi pekikan
nyaring, dia keluarkan seluruh kepandaian ilmu golok saktinya
yang maha hebat itu.
Tampak golok panjangnya yang semula tersoreng di
pinggang meluncur keluar dengan kecepatan luar biasa,
kemudian menciptakan selapis kabut cahaya golok di tengah
udara. Ketika keenam peti mati yang maha dahsyat itu
menyambar datang seperti gunung Thay-san yang menindih
kepala, tahu-tahu saja peti mati yang mengerikan itu seperti
berubah menjadi enam buah kayu rongsok yang sudah lapuk,
seketika hancur berantakan menjadi kepingan kecil yang
berserakan dimana-mana.
Bersamaan itu juga cahaya golok berkelebat seperti cahaya
kilat. Cahaya putih dan bayangan darah segera berhamburan
menjadi satu. 1039 Keenam sosok orang aneh menyeramkan kini sudah
berguguran ke atas tanah dengan bermandikan darah, mereka
telah menjadi setan di ujung golok Liu Khi.
Setelah Liu Khi mengeluarkan ilmu sakti simpanannya
untuk membunuh keenam orang aneh tadi dan di saat dia
hendak membesut darah dari ujung goloknya untuk
disarungkan kembali, tiba-tiba dari kejauhan sana
berkumandang seruan seseorang yang bernada aneh.
"Liu Khi, hingga sekarang aku baru dapat menyaksikan
jurus seranganmu yang maha sakti itu, benar-benar ilmu golok
cahaya darah yang mengerikan. Liu Khi, setelah kau
pertunjukkan ilmu simpananmu itu, berarti saat kematianmu
sudah tidak jauh lagi."
Berubah hebat paras muka Liu Khi mendengar ucapan itu,
dengan suara dalam dia segera membentak, "Apakah kau
adalah Hek-mo-ong?"
Bagi Bong Thian-gak serta Thay-kun, mereka sudah
mengenal suara orang aneh dan tidak terlihat wajahnya itu.
Suara itu kalau bukan suara Hek-mo-ong, lantas suara
siapa lagi"
Tampak Liu Khi mengunjuk sikap tegang, bagaikan sedang
menghadapi musuh tangguh saja, goloknya digenggam dalam
lengan tunggalnya dan diangkat ke udara, sementara sorot
matanya yang tajam mengawasi empat penjuru dengan sinar
mata berkilat. Bong Thian-gak maupun Thay-kun sama-sama menggeser
tubuh pula untuk mengambil posisi yang lebih menguntungkan
dalam menghadapi serangan lawan. Untuk beberapa saat
suasana di arena j menjadi tegang dan sangat mengerikan.
Setelah hening sekian lama, akhirnya suara aneh tadi
kembali terdengar, "Betul, aku adalah Hek-mo-ong. Sudah
sejak dulu aku ingin turun tangan terhadap Liu Khi, tapi aku
1040 tak dapat mengetahui jurus-jurus golokmu yang lihai itu, maka
selama ini pula aku belum melancarkan serangan mautku
terhadap dirimu. Tapi hari ini di bawah pancingan keenam
anak buahku yang membacok dan melemparkan peti mati
kosongnya kepadamu, kau telah mempergunakan jurus
terakhi ilmu golok kilatmu. Liu Khi, sekarang kau sudah
kehabisan bahan simpanan lagi."
Liu Khi tertawa dingin, ujarnya dengan sinis, "Hek-mo-ong,
kalau kau yakin dapat menghindari serangan golok mautku
itu, mengapa tidak segera bertarung melawanku?"
Gelak tertawa Hek-mo-ong yang amat keras dan nyaring itu
segera terhenti, kemudian dia berkata ketus, "Di sisimu masih
ada Jia ciat-suseng serta Thay-kun. Bila aku muncul untuk
berduel denganmu aku percaya masih belum mampu
membunuh kalian bertiga. Itulah sebabnya aku belum ingin
turun tangan sementara waktu ini."
Tiba-tiba Bong Thian-gak menghardik dengan suara keras,
"Hek mo-ong, apakah kau yang telah membunuh si tabib sakti
Gi Jian-cau?"
"Di atas dadanya sudah tertera lambang tengkorak, apakah
orang lain memiliki senjata dan ilmu silat seperti itu?"
"Benarkah sang korban itu adalah Gi Jian-cau?" tanya Bong
Thian-gak tertawa dingin.
Pertanyaan yang diucapkan mendadak dan di luar dugaan
ini kontan membuat Hek-mo-ong tertegun. Setelah termenung
beberapa saat, dia baru menyahut, "Tentu saja si tabib sakti
asli." "Aku tidak percaya orang itu adalah si tabib sakti yang asli,
mana mungkin orang itu bisa kau bunuh dengan cara begitu
gampang." 1041 "Dia sudah mampus dan tergeletak di dalam peti mati
selama beberapa hari. Walau tidak percaya, kau harus
mempercayainya juga."
Tiba-tiba Thay-kun tertawa nyaring, kemudian berkata,
"Hek-mo-ong aku sudah berhasil menemukan tempat
persembunyianmu."
Baru saja Thay-kun menyelesaikan kata-katanya, Liu Khi
yang berada di sisinya sudah berteriak nyaring, kemudian
tubuhnya melejit ke lengah udara dan langsung meluncur ke
arah hutan bambu yang terletak tak jauh dari tempat itu.
Thay-kun terkejut, segera teriaknya, "Suheng, kau dan aku
harus segera membantu Liu-tayhiap."
Sambil berteriak, dia menerjang ke muka lebih dahulu,
Bong Thian-gak segera melolos pedang dan menyusul pula
dari belakang. Terdengar suara yang amat gaduh, sambaran golok
panjang Liu Khi telah membabat dan merobohkan sejumlah
pohon bambu yang tumbuh di sekitar sana.
Padahal bambu hijau yang tumbuh di situ rata-rata
berukuran besar, namun sekali tebas, ternyata dia sanggup
memotong tujuh-delapan batang, betapa tajam dan luar
biasanya serangan golok itu.
Ternyata bacokan maut Liu Khi sama sekali tidak meleset.
Dari balik robohnya pepohonan bambu yang berserakan
kemana-mana, terlihat pancaran darah segar menyembur.
Dengan gerakan tubuh yang sangat ringan Liu Khi
melayang luriin di atas pohon bambu yang baru saja
ditebasnya itu, menyusul Bong Thian-gak dan Thay-kun turut
melayang turun pula.
Mata mereka ditujukan ke arah sesosok mayat tanpa kepala
yang terjepit di antara delapan batang bambu.
1042 Sementara dalam hati timbul suatu pertanyaan yang sama,
"Benarkah Hek-mo-ong telah mampus?"
Sebab mereka tidak percaya Hek-mo-ong bakal terbunuh
dengan cara begitu gampang.
Semburan darah segar yang memancar dari tubuh mayat
tanpa kepala itu sudah berhenti.
Mendadak Liu Khi menperdengarkan suara tawa yang keras
dan penuh perasaan bangga, "Mampus, akhirnya Hek-mo-ong
mampus." Siapa tahu belum habis dia berseru, suara aneh dan
menyeramkan tadi kembali bergema, "Liu Khi, aku belum
mati. Orang yang kau bunuh itu tidak lebih hanya seorang
pembantuku saja, tak dapat disangkal permainan golokmu
memang hebat sekali, tapi kali ini kau lagi-lagi telah
membocorkan beberapa jurus ilmu golokmu yang hebat,
sekarang kau semakin kehabisan simpanan."
Beberapa patah kata itu segera membuat paras muka Liu
Khi berubah hebat, dengan penuh amarah dia segera
membentak, "Hek-mo-ong, ayo keluar dan kita bertarung lima
ratus gebrakan, kalau kau tak berani berarti kau dilahirkan
oleh pelacur busuk."
"Liu Khi, dengarkan baik-baik," Hek-mo-ong dengan suara
menyeramkan segera berseru.
"Untuk membunuh seseorang, aku tidak usah turun tangan
sendiri. Bukankah kau pun sering menggunakan siasat
meminjam golok membunuh orang untuk melaksanakan
niatmu?" "Mo-kiam-sin-kun Tio Tian-seng, cepat atau lambat pasti
akan kucari dirimu untuk membuat perhitungan."
Suara tertawanya yang latah, penuh kebanggaan dan
mengerikan itu makin menjauh sebelum akhirnya lenyap di
kejauhan sana. 1043 Hek-mo-ong muncul tanpa bayangan, pergi pun tanpa
jejak, tahu-tahu suaranya sudah lenyap.
Mendadak terdengar Thay-kun menjerit kaget, "Lihat,
mayat bersama peti-peti mati itu lenyap."
Bong Thian-gak, Thay-kun dan Liu Khi serentak melompat
naik ke atas gundukan tanah.
Tampak gua-gua di situ sudah kosong, peti mati berikut
jenazah si tabib sakti pun sudah hilang.
Sambil menghela napas, Thay-kun berkata, "Dengan
lenyapnya jenazah itu, semakin tiada orang percaya bahwa si
korban adalah si tabib sakti."
"Peti mati berikut jenazahnya termasuk benda yang berat
sekali, aku yakin mereka pergi belum jauh. Ayo kita kejar
sambil melakukan penggeledahan di sekitar tempat ini," seru
Bong Thian-gak.
Liu Khi yang mendengar ucapan itu segera menghela
napas, k.itanya, "Daerah ini merupakan tumbuhan bambu
hijau, peti mati berserakan dimana-mana. Andaikata mereka
memindahkan jenazah itu ke dalam peti yang lain, Kemanakah
kita harus menemukan kembali?"
"Benar," sahut Thay-kun pula. "Ban-jian-bong merupakan
tempat penyimpanan peti mati, bagaimana mungkin kita dapat
menemukan kembali jenazah itu?"
Bong Thian-gak menghela napas panjang.
"Ai, pihak musuh mampu memindahkan peti mati berikut
jenazahnya dalam waktu singkat tanpa menimbulkan suara
sedikit pun, kemampuan mereka sungguh membuat orang
merasa kagum."
Tiba-tiba Thay-kun berseru, "Dari lenyapnya jenazah si
tabib sakti, tampaknya Gi Jian-cau yang sesungguhnya belum
tewas." 1044 "Tapi di atas dadanya jelas tertera lambang tengkorak, hal
ini membuktikan bahwa korban benar-benar mati di tangan
Hek-mo-ong," seru Liu Khi.
Thay-kun segera tersenyum.
"Kalau memang Hek-mo-ong membunuh si tabib sakti,
maka dia tak nanti akan mengukir nama Gi Jian-cau secara
jelas di atas batu nisannya."
"Oh, jadi maksud nona, jenazah itu bukan korban
pembunuhan Hek-mo-ong?" tanya Liu Khi kemudian.
"Sudah pasti bukan, apabila jenazah itu korban
pembunuhan Hek-mo-ong, maka hari ini Hek-mo-ong tidak
akan bersusah-payah datang kemari dan melarikan jenazah
berikut peti matinya."
"Lantas menurut pendapat nona, siapakah korban itu?"
"Sesosok jenazah tidak dikenal."
"Lantas dia mati di tangan siapa?" tanya Liu Khi lebih jauh.
"Tentu saja pembunuh yang telah mencelakai orang itu
adalah si tabib sakti sendiri."
Tatkala Bong Thian-gak selesai mendengar pembicaraan
kedua orang itu, dia segera menjadi paham, ujarnya
kemudian, "Betul, sudah pasti pembunuhnya adalah si tabib
sakti, dia sengaja menciptakan jenazah palsu itu untuk menipu
orang, dengan tujuan agar semua umat persilatan mengira dia
telah mati."
"Ai, masuk akal," Liu Khi menghela napas. "Dewasa ini
orang yang sedang mencari Gi Jian-cau memang bukan Hekmo-
ong seorang."
"Aku rasa, besar kemungkinan si tabib sakti adalah Hekmo-
ong," tiba-tiba Bong Thian-gak berseru.
1045 "Aku rasa Gi Jian-cau pasti bukan Hek-mo-ong," ucap Thaykun.
"Ya, betul," seru Liu Khi pula. "Kemungkinan si tabib sakti
adalah Hek-mo-ong memang kecil sekali."
Sesudah menghela napas sedih, Thay-kun berkata lebih
jauh, "Berdasarkan dugaanku, bisa jadi Gi Jian-cau sedang
mengasingkan diri di tengah kuburan Ban-jian-bong ini."
"Darimana Sumoay bisa tahu Gi Jian-cau berdiam di tempat
ini?" Sesudah menghela napas lagi, Thay-kun baru berkata,
"Ban-jian-bong yang dikelilingi hutan bambu ini penuh dengan
peti-peti mati, kuburan serta liang-liang gua. Andaikata aku
sedang menghindarkan diri dari pengejaran seorang musuh
tangguh, maka aku pun pasti akan memilih kuburan Ban-jianbong
ini sebagai tempat persembunyianku."
"Jalan pikiran nona benar-benar amat cermat dan teliti,"
puji Liu Khi tanpa terasa. "Sudah sejak tadi aku menduga Gi
Jian-cau ada kemungkinan bersembunyi di dalam tanah
pekuburan ini. Itulah sebabnya secara rahasia aku sudah
empat kali datang ke sini."
Mendadak Thay-kun melirik sekejap ke arah Liu Khi,
kemudian tanyanya lagi, "Liu-tayhiap, bersediakah kau
memberi penjelasan kepada kami, apa sebabnya kau mencari
si tabib sakti itu?"
Liu Khi termenung dan berpikir sebentar, kemudian
sahutnya, "Aku pernah menerima permohonan seorang untuk
membunuh Hek-mo-ong. Selama tiga puluh tahunan ini, aku
tak pernah berhasil menyingkap siapa gerangan orang yang
bernama Hek-mo-ong, tugas itu pun secara otomatis belum
berhasil, aku mendapat kabar bahwa Gi Jian-cau paling tidak
mengetahui rahasia Hek-mo-ong. Itulah sebabnya aku


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengambil keputusan untuk mencari si tabib sakti dan
memaksanya mengungkap teka-teki asal-usul Hek-mo-ong."
1046 "Liu-tayhiap, apakah langganan yang memberi pesanan
kepadamu adalah Ho Lan-hiang?" tanya Bong Thian-gak
dengan kening berkerut.
Liu Khi segera tersenyum, "Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau
memang pernah juga meminta kepadaku untuk membunuh
Hek-mo-ong, namun dia bukanlah si pemesan pada tiga puluh
tahun berselang."
"Bersediakah Liu-tayhiap memberitahu siapakah orang
yang telah memberi order kepadamu itu?" tanya Thay-kun
pula. "Sekalipun kuungkap nama orang ini, rasanya belum tentu
kalian mengenalnya."
"Sebutkan saja namanya!"
Sesudah menghela napas panjang, Liu Khi baru berkata,
"Dia adalah Thio Kim-ciok."
"Ah! Hartawan kaya Thio Kim-ciok" Thay-kun berseru
kaget. "Kau maksudkan orang itu adalah saudagar paling kaya
di kolong langit Thio Kim-ciok?"
Dengan terkejut Liu Khi manggut-manggut.
"Nona, usiamu masih begitu muda, darimana kau bisa tahu
Thio Kim-ciok?"
"Dalam kalangan masyarakat kota saat ini, masih sering
orang membicarakan si manusia kaya-raya dari Kanglam Thio
Kim-ciok. Bagaimana mungkin aku tidak mengetahuinya?"
"Ya betul, semasa aku masih kecil dulu pun seringkah
kudengar orang membicarakan Thio Kim-ciok," sambung Bong
Thian-gak pula.
Liu Khi berkata, "Selain Thio Kim ciok adalah seorang
saudagar yang kaya-raya, apakah kalian masih mengetahui
soal lain tentang dirinya?"
1047 "Aku dengar dia berjiwa ksatria, setia kawan dan suka
menolong sesama."
Liu Khi menghela napas panjang, "Ai, biarlah secara ringkas
kuceritakan sedikit riwayat Thio Kim-ciok."
"Tiga puluh tahun berselang kekayaan Thio Kim-ciok
berlimpah, dia suka bergaul dan berhubungan dengan orang
macam apa pun. "Sedemikian kaya, berjiwa sosial dan gemar bersahabat
hingga hampir setiap orang yang berada di dunia persilatan
mengenal atau paling tidak mendengar nama besarnya. Baik
golongan putih atau hitam, lurus atau sesat, hampir tak
seorang pun yang tiada hubungan dengannya, bahkan dengan
golongan pembesar pun dia mempunyai hubungan bagaikan
saudara sendiri.
"Pada waktu itu Thio Kim-ciok hampir menjadi penguasa
tujuh propinsi di wilayah Kanglam. Setiap katanya dapat
mengakibatkan keonaran ataupun perubahan situasi, tapi
dengan sepatah katanya pula dia dapat menenangkan gejolak
betapa pun besarnya, ia berwibawa dan berkuasa sehingga
hampir semua orang tunduk kepada perkataannya."
Bong Thian-gak manggut-manggut, katanya, "Ya, tentang
hal itu aku pun pernah mendengarnya."
Liu Khi berhenti sejenak, kemudian terusnya, "Napsu
manusia memang kadangkala tak pernah puas. Dari
kekuasaan dan pengaruh Thio Kim-ciok waktu itu, seharusnya
dia sudah merasa puas dan tidak mempunyai permohonan lain
lagi. "Tetapi siapa tahu Thio Kim-ciok justru memiliki ambisi lain
daripada yang lain, pada usianya yang ketiga puluh delapan
ternyata dia ingin belajar ilmu silat serta mencari ilmu awet
muda." 1048 "Bila dia ingin belajar silat untuk menjaga kondisi badan
tetap sehat dan muda, jalan pikiran ini adalah benar dan
tepat. Mengapa kau katakan salah?" tanya Bong Thian-gak
dengan kening berkerut.
"Justru gara-gara ingin belajar ilmu silat inilah berakibat
bencana yang mengenaskan bagi Thio Kim-ciok sendiri."
"Apa maksudmu?"
Kembali Liu Khi menghela napas panjang, "Di saat Thio
Kim-ciok mengumpulkan jago-jago silat yang ada di kolong
langit untuk mengajar ilmu silat kepadanya, dia telah
berjumpa Ho Lan-hiang dan menjadi suami istri."
"Ah, sama sekali tak kusangka Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau
adalah istri Thio Kim-ciok," seru Bong Thian-gak.
Liu Khi memandang sekejap ke arah Thay-kun dan Bong
Thian-gak, kemudian melanjutkan, "Bukan saja Ho Lan-hiang
telah menjadi istri Thio Kim-ciok, bahkan dia pun telah
menjadi guru silatnya.
"Tapi yang membuat orang merasa kaget dan keheranan
adalah Thio Kim-ciok sebagai seorang yang telah berusia tiga
puluh delapan tahun dan mulai belajar ilmu silat ternyata
mampu memperoleh kemajuan yang amat pesat. Dengan
kecerdasannya yang luar biasa serta bakatnya yang bagus,
tidak sampai tiga bulan saja separoh bagian ilmu silat Ho Lanhiang
telah berhasil dipelajarinya semua.
"Agaknya Thio Kim-ciok pun sadar, dengan ilmu silat yang
dimiliki Ho Lan-hiang seorang, tak mungkin bisa memuaskan
napsunya untuk belajar ilmu silat, maka dia pun secara luas
mulai mengundang jago-jago silat lainnya.
"Dengan nama besar Thio Kim-ciok, sudah barang tentu
tidak sulit untuk memperoleh guru-guru silat pandai dan
termasyhur. 1049 "Tidak sampai setengah tahun kemudian dia telah berhasil
mengundang seratusan jago lihai persilatan yang terdiri dari
golongan putih maupun hitam, lurus maupun sesat, untuk
menjadi guru silatnya.
"Waktu itu dari seratusan jago lihai, terdapat sepuluh orang
jago lihai paling termasyhur. Mereka adalah Ku-lo Sinceng, Oh
Ciong-hu, Song-ciu suami-istri, Kui-kok Sianseng, Liong Oh-im,
Gi Jian-cau, Tio Tian-seng, Tan Sam-cing serta aku."
Semakin mendengar, Bong Thian-gak dan Thay-kun
semakin kaget dan heran, mimpi pun mereka tidak
menyangka Thio Kim-ciok memiliki kemampuan begitu hebat
hingga mampu mengundang jago-jago lihai dari berbagai
perguruan dan partai untuk memberi didikan Ilmu silat
kepadanya. Setelah menghela napas, Bong Thian-gak bertanya, "Thio
Kim-ciok sanggup mengundang sepuluh jago persilatan untuk
menjadi gurunya, ditambah Thio Kim-ciok memiliki bakat dan
kecerdasan yang hebat, kalau begitu kehebatan ilmu silat
yang dimiliki Thio Kim-ciok sudah pasti sangat luar biasa dan
mengejutkan."
"Benar," sahut Liu Khi sambil menghela napas panjang,
"Hanya dalam tiga tahun yang teramat singkat, Thio Kim-ciok
berhasil mengubah dirinya dari seorang sastrawan lemah
menjadi seorang jago silat berilmu sangat tinggi. Ai, justru
karena kepesatan ilmu silat yang berhasil diraih olehnya inilah
maka bencana besar telah diundang pula kehadirannya."
"Bencana besar apakah itu?" tanya Bong Thian-gak.
"Bencana pembunuhan atas dirinya sendiri."
"Siapa yang telah membunuhnya?" tanya Bong Thian-gak
semakin terkejut lagi.
"Hek-mo-ong."
1050 "Dapatkah Liu-tayhiap memberi penjelasan yang lebih
seksama peristiwa terbunuhnya Thio Kim-ciok?" Liu Khi
manggut-manggut.
"Baik akan kukatakan, di saat kalian selesai mendengar
kisahku nanti, siapa tahu kalian dapat membantuku menduga
siapa gerangan Hek-mo-ong."
Setelah menelan air liur, Liu Khi berkata lebih jauh, "Suatu
senja pada tiga puluh tiga tahun berselang, aku mendapat
undangan Thio Kim-ciok dan buru-buru dari Soat-say
berangkat ke Gak-yang di Ou-lam untuk memenuhi
undangannya yang diselenggarakan di Sui-tiong-lau keluarga
Thio." "Kebun keluarga Thio adalah kebun indah yang berada di
dalam gedung keluarga Thio yang khusus dibangun di atas
telaga dengan jembatan batu sebagai penghubungnya, selain
bangunannya megah dan kokoh, dibangun dengan bahan
bangunan yang paling baik dan indah, mungkin hanya
saudagar kaya-raya macam Thio Kim-ciok yang mampu
membangun kebun dengan pagoda air sedemikian indahnya."
"Di tengah kebun terdapat pagoda air yang semuanya
bertingkat tujuh, biasanya Thio Kim-ciok menempatkan
seratus delapan orang jago lihai yang khusus diundangnya
untuk mengawal tempat itu, kecuali para pengawalnya serta
Thio Kim-ciok suami-istri, dayang dan pelayan
kepercayaannya, orang lain dilarang memasuki tempat itu
secara sembarangan sebelum mendapat izin darinya."
"Apakah Liu-tayhiap dapat masuk keluar secara bebas
dalam pagoda air itu?" tanya Thay-kun.
Liu Khi segera tersenyum.
"Sepuluh Suhu Thio Kim-ciok tentu saja dapat memasuki
pagoda itu secara leluasa."
1051 "Ketika senja itu Liu-tayhiap sampai di pagoda air, apakah
di tempat itu sudah terjadi sesuatu peristiwa?"
"Benar," Liu Khi mengangguk. "Thio Kim-ciok bersama
seratus delapan orang pengawal, dayang dan pelayannya
yang semuanya berjumlah seratus delapan puluh tujuh orang
laki-perempuan telah mati dibantai. Di atas dada mereka
dijumpai lambang tengkorak, sedang di sisi mayat Thio Kimdok
tertera empat huruf besar berwarna merah darah
bertuliskan, 'Dibunuh Hek-mo-ong'."
"Benar-benar perbuatan yang sangat keji, buas dan tak
berperikemanusiaan," bisik Thay-kun sambil menghela napas.
"Bagaimana dengan Ho Lan-hiang?" tiba-tiba Bong Thiangak
bertanya. "Sewaktu terjadi peristiwa itu, apakah dia sudah
tidak berada di dalam pagoda lagi?"
"Sewaktu aku sampai di pagoda air itu, bukan saja Ho Lanhiang
berada di pagoda air itu, malah kesepuluh Suhu Thio
Kim-ciok pun ada di situ."
"Mereka tiba di pagoda air setelah terjadinya peristiwa
berdarah ataukah sebelumnya?"
Liu Khi menghela napas panjang.
"Ai, tentu saja semua mengatakan tiba di tempat itu
setelah terjadinya peristiwa berdarah itu."
"Siapakah yang hadir paling dulu di situ?" tanya Bong
Thian-gak dengan kening berkerut.
"Yang datang paling dulu lima orang, mereka adalah Ku-lo
Hwesio, Oh Ciong-hu dan Song-ciu suami-istri."
"Masih kurang seorang lagi, siapakah dia?" sela Bong
Thian-gak dengan cepat.
"Orang itu adalah Ho Lan-hiang, rupanya Ho Lan-hiang
bersama Ku-lo Hwesio berdua telah berangkat ke kuil Siau-limsi
sejak setengah bulan berselang untuk menghadiri upacara
1052 pengunduran diri Tay-goan Hwesio dari Siau-lim-pay. Ketika
upacara itu telah usai, mereka baru bersama-sama kembali ke
pagoda air dalam gedung keluarga Thio. Oleh karena itu Ho
Lian-hiang lolos dari kecurigaan membunuh suami sendiri."
"Bagaimana dengan Kui-kok Sianseng, Giok-gan-suseng,
tabib sakti dan Tio Tian-seng berempat. Bagaimana ceritanya
sampai muncul pula di pagoda air itu?"
"Keempat orang itu secara beruntun datang ke pagoda air
menyusul tibanya Ku-lo Hwesio berlima dan Kui-kok Sianseng
sekalian berempat juga baru pulang dari Siau-lim-si di Ho-Iam,
jadi mereka bersembilan dapat saling membuktikan mereka
bukan pembunuhnya."
"Bagaimana dengan Tan Sam-cing?" tanya Thay-kun.
"Tan Sam-cing baru muncul di kebun keluarga Thio
keesokan harinya setelah kehadiranku di pagoda air itu."
"Wah, kalau begitu, Liu-tayhiap dan Pat-kiam-hui-hiang
berdua menjadi orang yang dicurigai sebagai Hek-mo-ong,
pembunuh Thio Kim-ciok?"
"Betul, waktu itu aku dan Tan Sam-cing telah memperoleh
pemeriksaan yang seksama dari semua orang."
"Ada satu hal ingin kutanyakan kepada Liu-tayhiap,
bukankah Liu-tayhiap pernah bilang bahwa Thio Kim-ciok
pernah mengundangmu untuk membunuh Hek-mo-ong"
Bagaimana pula ceritanya?"
Liu Khi menghela napas panjang.
"Ai, sebelum Thio Kim-ciok meninggal dibunuh, dia seperti
sudah tahu ada firasat jelek atas nasibnya, tiga bulan
menjelang terjadinya pembantaian itu, secara pribadi Thio
Kim-ciok telah mengundangku untuk mengerjakan suatu
tugas, yaitu melakukan penyelidikan atas Ku-lo Hwesio, Oh
Ciong-hu, Kui-kok Sianseng, beserta istrinya Ho Lan-hiang,
untuk mengetahui siapakah di antara mereka adalah Hek-moTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1053 ong, kemudian secara rahasia pula berencana membinasakan
dirinya." "Oh, maka itu hingga sekarang Liu-tayhiap selalu
menganggap Hek-mo-ong adalah salah seorang di antara Ho
Lan-hiang, Ku-lo Hwesio, Oh ciong-hu dan sekalian sepuluh
orang lainnya?" kata Thay-kun kemudian.
Dengan suara berat dan dalam Liu Khi berkata, "Thio Kimciok
adalah seorang berjiwa besar, berhati mulia dan suka
menolong orang. Sepanjang hidupnya dia hanya tahu melepas
budi dan tak pernah mempunyai ikatan dendam atau sakit hati
dengan orang, sekalipun gembong iblis yang membunuh
orang tanpa berkedip atau iblis yang berhati keji pun merasa
berhutang budi kepada Thio Kim-ciok, apalagi kesepuluh Suhu
Thio Kim-ciok adalah jago-jago silat paling hebat di dunia ini,
siapa pula yang berani mengusik, apalagi mencelakainya?"
"Lantas mengapa Hek-mo-ong hendak membunuhnya?"
tanya Bong Thian-gak kemudian.
"Terbunuhnya Thio Kim-ciok sangat berkaitan dengan
kemajuan Ilmu silatnya yang pesat, orang kuatir dia akan
menjadi jago silat yang llmu tandingannya di kolong langit di
masa mendatang sehingga mengacaukan ketenteraman umat
persilatan dan menciptakan badai pembunuhan dimanamana."


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, memang sangat beralasan," gumam Thay-kun lirih.
"Bila arung kaya-raya dan memiliki ilmu silat yang dahsyat,
ditambah pula memiliki hubungan yang sangat akrab dengan
berbagai ragam manusia, Jika tindak-tanduknya tak beres dan
menyeleweng dari jalur kebenaran, maka akhirnya orang itu
akan menjadi seorang pemimpin yang lalim. Yang kecil paling
berakibat kekalutan di suatu wilayah, tapi kalau sampai besar
dapat mengakibatkan pertumpahan darah dimana-mana dan
menciptakan neraka bagi umat persilatan."
1054 "Sebab itulah dalam kasus terbunuhnya Thio Kim-ciok,
kesepuluh gurunya tak bisa lolos dari kecurigaan sebagai
pembunuhnya."
Bong Thian-gak menghela napas panjang, lalu berkata,
"Ku-lo Hwesio dan Oh Ciong-hu adalah orang berjiwa luhur,
apakah mereka nun dapat melakukan perbuatan kejam dan
tidak berperi-kemanusiaan itu?"
Liu Khi tertawa rawan.
"Aku menaruh curiga kepada mereka, hal ini karena
kesimpulan yang berhasil kuhimpun setelah melalui
penyelidikan dan penelitian yang amat seksama terhadap
berbagai persoalan dan kejadian, bukan aku menuduh mereka
secara sewenang-wenang."
"Atas dasar persoalan dan kejadian apakah itu" Dapatkah
Liu-tayhiap memberi penjelasan kepadaku?" ucap Thay-kun.
Dengan suara dalam Liu Khi berkata, "Ho Lan-hiang adalah
perempuan jalang yang gemar merayu dan memikat kaum
pria untuk memenuhi napsu birahinya. Aku rasa tentang
wataknya yang buruk ini tentunya kalian sudah pernah
mendengar bukan?"
"Maksud Liu-tayhiap, antara dia dengan kesepuluh guru
Thio kim ciok pun pernah terjalin hubungan gelap?"
"Sesungguhnya peristiwa ini merupakan kejadian yang
paling buruk dan memalukan bagi umat persilatan," kata Liu
Khi emosi, "karena itu sebelum duduknya persoalan berhasil
kuselidiki sampai tuntas, aku tak ingin bicara secara
sembarangan."
"Selain persoalan ini, apakah masih ada hal-hal lain yang
patut dicurigai?"
"Masih ada satu hal lagi, setelah terjadinya peristiwa
pembunuhan atas Thio Kim-ciok, bagi penegak keadilan dan
kebenaran di dunia persilatan, sudah sepantasnya mereka
1055 melakukan penyelidikan terhadap pelaku pembunuhan itu
serta berusaha melenyapkannya dari muka bumi, tapi
kenyataan justru manusia seperti Ku-lo Hwesio, Oh Ciong-hu
dan lain-lainnya berusaha keras merahasiakan peristiwa
berdarah itu."
"Waktu itu semua orang setuju melakukan penyelidikan
atas pelaku pembunuhan itu secara rahasia dan menyetujui
pula untuk tidak menyiarkan berita kematian Thio Kim-ciok,
sebaliknya mereka justru mengarang cerita bohong yang
mengatakan Thio kim-ciok sedang pergi ke suatu tempat
terpencil untuk memperdalam ilmu panjang umur."
Ketika Thay-kun dan Bong Thian-gak selesai mendengar
rahasia persilatan ini, timbul perasaan bingung dan tidak habis
mengerti dalam hatinya. Mungkinkah kematian Thio Kim-ciok
disebabkan perbuatan yang direncanakan Ku-lo Hwesio
sekalian" Mendadak Thay-kun bertanya, "Bagaimana dengan jenazah
Thio Kim-ciok" Apakah sudah dikuburkan?"
"Keseratus delapan puluh tujuh mayat itu telah
ditenggelamkan ke dasar telaga oleh Ho Lan-hiang serta
sepuluh jago persilatan."
Thay-kun termenung lagi beberapa saat, kemudian baru
katanya, "Berdasarkan penuturan Liu-tayhiap ini, rupanya kau
menaruh curiga bahwa Ku-lo Hwesio sekalian telah
membunuh Thio Kim-ciok dengan mencatut nama Hek-moong,
tetapi ada satu hal yang membuatku merasa tidak
mengerti, kenapa pula Hek-mo-ong hendak mencelakai jiwa
Ku-lo Hwesio sekalian?"
"Aku rasa nama Hek-mo-ong yang dipergunakan dahulu
hanya nama kosong saja tanpa ada orang yang sebenarnya,
tapi Hek-mo-ong yang muncul dalam dunia persilatan saat ini
justru terdapat orangnya."
1056 Liu Khi melirik sekejap ke arah nona itu, baru ujarnya,
"Tentang persoalan ini pun aku telah berhasil mendapatkan
satu kesimpulan yang tepat. Aku rasa kemungkinan besar
orang yang mengaku sebagai Hek mo-ong sekarang berniat
membunuh semua orang yang mengetahui peristiwa berdarah
yang menimpa Thio Kim-ciok itu."
Tiba-tiba Thay-kun tersenyum.
"Hek-mo-ong yang berada dalam pikiran Tio Tian-seng dan
Ho Lian-hiang sekalian sudah pasti adalah Liu-tayhiap."
"Apa maksudmu?" tanya Liu Khi dengan wajah berubah.
"Tujuan Hek-mo-ong membunuh Ku-lo Hwesio dan Oh
Ciong-hu sekalian adalah hendak membalas dendam bagi
kematian Thio Kim-ciok, padahal sewaktu Thio Kim-ciok
terbunuh, hanya Liu-tayhiap dan Tan Sam-cing berdua yang
tidak pergi ke kuil Siau-lim-si di Ho-lam, oleh sebab itu
menurut anggapan Tio Tian-seng sekalian, Hek-mo-ong yang
muncul saat ini merupakan penyaruan satu di antara kalian
berdua." "Benar," kata Liu Khi dengan suara dalam. "Selang tiga
puluh tahun terakhir ini, setiap waktu aku selalu berusaha
membalas dendam bagi kematian Thio Kim-ciok."
"Sebetulnya Liu-tayhiap adalah Hek-mo-ong atau bukan?"
desak Thay-kun lebih lanjut dengan suara merdu.
Liu Khi tertawa rawan. "Dan menurut anggapan kalian,
benarkah aku adalah Hek-mo-ong?" ia balik bertanya.
Thay-kun tersenyum.
"Tampaknya antara Liu-tayhiap dan Thio Kim-ciok
mempunyai hubungan persahabatan yang istimewa,
kematiannya yang tragis tentu membuatmu sakit hati dan
rasanya hanya kau yang berusaha membalas dendam bagi
kematiannya."
1057 Liu Khi tertawa getir, "Dugaan kalian keliru besar, aku
bukan Hek-mo-ong."
Tiba-tiba Bong Thian-gak menyela dari samping,
"Seandainya Liu-tayhiap bukan Hek-mo-ong, orang itu sudah
pasti adalah Pat-kiam-hui-Hiang."
Liu Khi menggeleng kepala.
"Hek-mo-ong yang merajalela saat ini bukan Tan Samcing."
"Lantas siapakah dia?"
"Tio Tian-seng atau mungkin juga Gi Jian-cau."
Mendadak terdengar seseorang berseru dengan suara berat
dan serius, "Liu Khi, kau anggap aku adalah Hek-mo-ong yang
merajalela saat ini?"
Di tengah pembicaraan itu, dari balik hutan bambu sana
pelanpelan berjalan keluar seorang kakek berjenggot panjang,
sebilah pedang antik tersoreng di punggungnya dan ia
berjalan mendekat.
Bong Thian-gak segera berpaling, ujarnya, "Tio-pangcu,
sejak kapan kau tiba di sini?"
Ternyata orang yang baru saja muncul adalah Mo-kiam-sinkun
Tio Tian-seng. Liu Khi tertawa, katanya, "Tio Tian-seng, akhirnya kau
muncul juga dengan membawa pedang iblismu itu."
Tio Tian-seng baru menghentikan langkah setelah tiba di
hadapan lawan, pelan-pelan ia berkata, "Bila pedang iblis
terlolos dari sarungnya, ia pasti akan menghirup darah
manusia. Sudah tiga puluh tahun aku tidak pernah melolos
pedangku ini, tapi hari ini demi membalas dendam kematian
kedua orang muridku, mau tak mau terpaksa aku mesti
membawa pedang andalanku ini."
1058 Ketika Bong Thian-gak dan Thay-kun mendengar perkataan
Tio Tian-seng itu, tiba-tiba saja mereka teringat beberapa
patah kata yang diucapkan Hek-mo-ong sebelum pergi
setengah jam berselang.
Akhirnya Tio Tian-seng muncul juga.
Benar seperti apa yang dikatakan Hek-mo-ong tadi, dia
datang mencari Liu Khi untuk membuat perhitungan. Tapi
perhitungan apakah itu"
Liu Khi tertawa dingin, kemudian berkata, "Kemunculanmu
yang tiba-tiba ini membuat aku semakin percaya bahwa
kaulah Hek-mo-ong."
"Liu Khi, bersiap-siaplah menyambut seranganku," hardik
Tio Tian-seng sambil menarik muka.
Mendadak Bong Thian-gak maju ke depan dan berdiri di
antara kedua orang itu, kemudian serunya lantang, "Tiopangcu,
harap jangan mengumbar amarah dulu
Belum selesai dia berkata, dengan suara dingin Tio Tianseng
telah menukas, "Bong-laute, nona Thay-kun, kuminta
kalian mengundurkan diri dari dunia persilatan dan jangan
mencampuri urusan budi dan dendam Thio Kim-ciok ini."
"Kematian Thio Kim-ciok telah menimbulkan kekalutan dan
keonaran dalam Kangouw. Sudah banyak jago persilatan yang
tewas ataupun cedera karena persoalan ini, tahukah kalian
bahwa perselisihan yang terjadi di antara kalian berdua saat
inipun hanya merupakan sebagian dari siasat busuk orang,"
kata Bong Thian-gak dengan suara lantang.
"Kau maksudkan terjerat dalam siasat busuk siapa?" tanya
Tio Tian-seng. "Ho Lan-hiang! Kau tahu, dia ingin menyaksikan sepuluh
tokoh persilatan saling gontok dan bunuh, dengan dia sebagai
nelayan beruntung yang tinggal mengumpulkan hasilnya?"
1059 Tio Tian-seng tertawa dingin, "Kau tahu apa" Liu Khi adalah
Hek-mo-ong, dia bersama Ho Lan-hiang berkomplot hendak
mencelakai sepuluh tokoh persilatan dan kini di antara
kesepuluh tokoh persilatan itu, Ku-lo Hwesio, Oh Ciong-hu,
Kui-kok Sianseng telah tewas, Song-cui suami-istri pun sudah
lama lenyap, kemungkinan besar mereka pun sudah tertimpa
musibah, saat ini sasaran yang berikut adalah diriku. Aku tahu
rencana ini sudah dipersiapkan Liu Khi dan Ho Lan-hiang lama
sekali, berhubung tiada keyakinan untuk berhasil, maka
selama ini pula dia tak berani turun tangan terhadapku dan
itulah sebabnya Liu Khi turun tangan lebih dulu untuk
menghilangkan kedua orang pembantu utamaku, To Siau-hou
dan Han Siau-liong."
Bong Thian-gak terkejut, dia segera berpaling ke arah Liu
Khi sambil bertanya, "Benarkah kau telah membunuh To Siauhou
dan Han Siau-liong?"
Liu Khi tertawa dingin.
"Tio Tian-seng adalah Hek-mo-ong. Untuk membasmi
kekuatan dan daya pengaruhnya, aku terpaksa harus
membunuh kedua orang itu beserta kedua puluh empat jago
pengikutnya."
Bong Thian-gak segera menghela napas panjang, katanya
kembali, "Liu-tayhiap, kau keliru besar. Tio-pangcu sudah pasti
bukan Hek-mo-ong."
Liu Khi tertawa dingin.
"Sudah lama aku menyusup ke dalam Kay-pang. Aku pun
sudah banyak mengetahui segala perbuatan dan tingkah-laku
Tio Tian-seng, sekalipun dia benar-benar bukan Hek-mo-ong,
namun dia turut serta dalam komplotan pembunuhan atas diri
Thio Kim-ciok. Bagaimana pun juga aku harus membalas sakit
hati ini."
1060 "Apa yang dikatakan Tio Tian-seng tadi memang benar,
lebih baik kau bersama Thay-kun tidak usah ikut terseret ke
dalam persoalan ini."
Tiba-tiba Thay-kun menghela napas sedih, ucapnya,
"Suheng, mari kita segera mengundurkan diri, kedua orang itu
secara diam-diam telah menghimpun tenaga dalam dan
hampir mencapai puncaknya. Bila mereka melepas serangan,
kita pasti akan terkena gelombang serangan itu."
Dalam pada itu Bong Thian-gak sendiri sadar bahwa
permusuhan mereka sudah kelewat mendalam sehingga
masalahnya tak mungkin bisa diselesaikan tanpa
dilangsungkannya pertarungan mati hidup. Karena itu setelah
menghembuskan napas ia pun segera mengundurkan diri dan
menonton jalannya pertarungan dari sisi arena.
Kini Tio Tian-seng dan Liu Khi telah berdiri berhadapan,
masing-masing pihak telah menghimpun tenaga dalam,
bersiap melepaskan serangan mematikan.
Dan kini hawa murni yang dihimpun kedua belah pihak
makin mencapai puncaknya.
Mendadak Tio Tian-seng menggerakkan tangan kanan dan
pelan-pelan menggenggam gagang pedang yang tersoreng di
pinggangnya. Biasanya Liu Khi selalu mencabut golok dengan kecepatan
luar biasa, tapi reaksinya kali ini justru berlawanan, gerakan
tangannya dilakukan sangat lambat, lebih lambat daripada
gerakan Tio Tian-seng.
Pedang iblis Tio Tian-seng memancarkan cahaya kehijauhijauan.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap saja.
Gerakan yang semula sangat lamban, kini telah berubah
menjadi cepat sekali.
1061 Pedang sakti di tangan Tio Tian-seng bagaikan seekor naga
sakti keluar dari air dan menusuk ke dada lawan.
Sebaliknya golok sakti Liu Khi dari bawah menusuk ke atas
sambil melepaskan bacokan.
Tubuh mereka baru saja meninggalkan tanah, kedua belah
pihak sudah saling bentrok.
Terdengar dua kali dentingan nyaring, golok dan pedang
sudah saling bersimpangan.
Dalam bentrokan pertama, kedua belah pihak bertarung
seimbang. Di saat masing-masing membalikkan badan, bentrokan
kedua kembali berlangsung.
Cahaya golok dan bayangan pedang sudah menyelimuti
seluruh tubuh kedua orang itu sehingga orang lain sulit
menyaksikan jurus-jurus serangan dan langkah tubuh yang
mereka gunakan.
Bong Thian-gak dan Thay-kun yang berdiri di samping


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasakan segulung hawa dingin yang menyayat badan,
membuat kedua orang itu merasa terkejut dan buru-buru
menggeser badan menjauhi arena.
Dalam waktu singkat tanah pekuburan yang menyeramkan
dan menggidikkan itu berubah menjadi ajang pertempuran
yang amat seru.
Daun-daun bambu di sekeliling tempat itu berubah seperti
bunga-bunga salju yang berguguran di atas tanah, betapa
hebatnya pertarungan yang sedang berlangsung itu.
Sejak umat persilatan memilih sepuluh tokoh silat terhebat
pada empat puluh empat tahun berselang, belum pernah
kesepuluh tokoh silat itu saling tempur.
1062 Pertarungan antara Tio Tian-seng dan Liu Khi saat ini
merupakan pertempuran sengit pertama yang terjadi antara
sesama sepuluh tokoh persilatan.
Lantas siapa di antara kesepuluh tokoh silat itu yang
sebetulnya memiliki ilmu silat paling hebat"
Mungkin saja orang itu Tio Tian-seng atau Liu Khi.
Konon di masa lampau Tio Tian-seng pernah menderita
kekalahan di tangan Oh Ciong-hu, namun baik Oh Ciong-hu
maupun Ku-lo Hwesio yang bertindak sebagai saksi tahu
bahwa pukulan itu memang sengaja dibiarkan mengenai
tubuh Tio Tian-seng karena berniat mengalah.
Sebab apabila Tio Tian-seng berhasil mengungguli Oh
Ciong-hu waktu itu, maka Tio Tian-seng harus menerima
tantangan Ku-lo Hwesio dan apabila kejadian ini berlangsung,
niscaya Tio Tian-seng menderita kekalahan total.
Oleh sebab itu Tio Tian-seng berlagak kalah agar jiwanya
dapat pula diselamatkan dari musibah.
Thay-kun serta Bong Thian-gak yang menyaksikan jalannya
pertarungan diam-diam terkejut, pikirnya, "Sungguh tak
disangka, ilmu silat kedua orang ini jauh lebih hebat dari apa
yang diduga semula."
Pada saat itulah, mendadak Thay-kun teringat sesuatu,
dengan suara merdu ia lantas berkata, "Bong-suheng, aku
sudah tahu siapakah Hek-mo-ong yang sebenarnya."
"Siapakah dia?"
"Orang itu bukan Tio Tian-seng, bukan juga Liu Khi."
Bong Thian-gak masih mengawasi jalannya pertarungan di
arena dengan mata tak berkedip. Ketika mendengar perkataan
itu, dia segera berpaling, tapi dengan cepat pemuda itu
berseru tertahan.
1063 Ternyata di saat dia berpaling, Bong Thian-gak
menyaksikan di belakang Thay-kun telah berdiri seorang
berbaju hijau. Orang berbaju hijau itu tidak lain adalah orang berbaju
hijau berwajah pucat yang dijumpai di tanah pekuburan tadi.
Waktu itu pedang pendek dalam genggaman orang itu
sedang ditempelkan di punggung Thay-kun.
Setelah menghela napas sedih, ujar Thay-kun, "Hek-moong
kah kau?" Dengan wajah tanpa emosi, orang berbaju hijau itu tertawa
dingin, sahutnya, "Rezeki masuk dari mulut, bencana keluar
dari bibir. Bila kau menginginkan keselamatan jiwamu, lebih
baik kurangi kata-kata yang yang tak berguna."
Melihat pedang pendek orang ditempelkan di punggung
Thay-kun, Bong Thian-gak benar-benar tak berani bergerak
sembarangan. Dengan cemas ia menegur, "Apa yang hendak
kau lakukan terhadap dirinya?"
Sementara itu mata orang berbaju hijau yang mengerikan
itu sedang mengawasi jalannya pertarungan antara Tio Tianseng
melawan Liu Khi. Mendengar pertanyaan itu, dia segera
menjawab dengan hambar, "Kemungkinan besar aku akan
membunuhnya."
Sambil tertawa Thay-kun berseru, "Dari tangan Ho Lanhiang,
kau telah menolong jiwaku hingga secara kebetulan
aku bertemu dengan Jian-ciat-suseng dan tubuh Si-hun-mo-li
berubah menjadi diriku yang sebenarnya, masakah kau benarbenar
akan membunuhku?"
"Boleh saja bila kau tidak menginginkan kematian, cukup
kau tunjukkan kepadaku, siapakah di antara mereka berdua
adalah Hek-mo-ong?" kata orang berbaju hijau itu hambar.
"Kedua orang itu sama-sama bukan Hek-mo-ong."
1064 "Boleh saja bila kau enggan mengatakan kepadaku, maka
aku pun terpaksa harus menunggu sampai pertarungan
mereka selesai dan kedua belah pihak sama-sama terluka
parah, lalu aku binasakan mereka berdua."
"Bukankah keadaan semacam inilah yang paling kau
sukai?" Orang berbaju hiaju itu termenung beberapa saat, lalu dia
berkata, "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, mengapa
kau tidak berpaling melihat siapakah diriku?"
"Tak usah dilihat lagi, kau adalah Hek-mo-ong."
Orang berbaju hijau itu kelihatan seperti tertegun, lalu
katanya, "Darimana kau bisa mengatakan aku adalah Hek-moong?"
Thay-kun tersenyum.
"Apabila Tio Tian-seng dan Liu Khi adalah Hek-mo-ong,
maka Tan Sam-cing pun merupakan Hek-mo-ong pula."
Sekali lagi orang berbaju hijau terkejut, katanya,
"Bagaimana kau bisa tahu aku adalah Tan Sam-cing?"
"Setelah mendengar penuturan Jian-ciat-suseng waktu
berada di tanah pekuburan, aku segera mengetahui bahwa
kau adalah Tan Sam-cing."
"Sungguh hebat kau si budak ingusan, apakah kau
berharap aku turun tangan mencegah kedua orang yang
sedang bertarung itu?"
"Aku tahu, selama ini dalam hatimu selalu beranggapan
bahwa Tio Tian-seng dan Liu Khi adalah Hek-mo-ong, oleh
sebab itu kau lebih suka membiarkan kedua orang itu saling
gontok dan bunuh daripada mencegah pertarungan mereka."
"Tapi aku pun perlu memberitahu kepadamu, kalau Tan
Sam-cing bukan Hek-mo-ong, maka Tio Tian-seng serta Liu
Khi pun bukan Hek-mo-ong."
1065 "Oleh sebab itulah aku ingin kau beritahukan kepadaku,
siapakah Hek-mo-ong sesungguhnya?"
"Saat ini aku belum dapat memberitahukan kepadamu."
"Mengapa?"
"Sebab Hek-mo-ong asli berada di sekitar sini. Bila
kuucapkan, niscaya tak seorang pun di antara kita yang akan
berhasil lolos dari ancaman mautnya."
Bong Thian-gak yang mendengarkan dari samping menjadi
bingung dan tak habis mengerti, dia tidak tahu permainan
apakah yang dilakukan Thay-kun saat ini.
Sesudah tertawa dingin, orang berbaju hijau itu berkata,
"Budak setan, kau tak usah ngaco-belo tak keruan, aku tak
percaya dengan permainan semacam itu."
Thay-kun menghela napas panjang, "Bong-suheng,
berusahalah kau menghentikan pertarungan kedua orang itu."
Orang berbaju hijau itu tertawa dingin.
"Sekarang Tio Tian-seng dan Liu Khi masing-masing sudah
mengerahkan segenap kekuatan, sekalipun ilmu silat yang
dimiliki Jian-ciat-suseng lebih hebat, belum tentu mampu
menghentikan pertarungan mereka."
Thay-kun tersenyum, "Asal Jian-ciat-suseng mengeluarkan
ilmu auman singanya dengan menuduh kau sebagai Hek-moong,
maka kedua orang itu pasti akan segera menghentikan
pertarungan."
Tiba-tiba orang berbaju hijau itu membentak, "Jian-ciatsuseng,
bila kau berani, maka pedang pendekku ini segera
akan menembus dadanya. Mau percaya atau tidak itu
terserah."
Bong Thian-gak menghela napas panjang.
1066 "Sekalipun Tio Tian-seng dan Liu Khi bertarung sampai
mampus, hal itu sama sekali tak ada kaitannya denganku, tapi
terhadap Thay-kun, aku tak akan membiarkan siapa pun
melukai seujung rambutnya."
"Kalau memang begitu, kau jangan bertindak
sembarangan. Tonton saja pertarungan itu dengan tenang di
sisi arena," perintah orang berbaju hijau itu dingin.
"Bila kau berbuat demikian, akhirnya pasti akan menyesal,"
kata Thay-kun lagi.
Dalam pada itu pertarungan yang berlangsung telah
mencapai tingkat yang kritis dan tegang.
Mendadak terdengar dua kali pekikan panjang yang keras
dan melengking.
Baik Tio Tian-seng maupun Liu Khi telah menggunakan
senjata tajamnya untuk melakukan terkaman di tengah udara.
Di tengah suara benturan nyaring, golok dan pedang itu
sudah saling bentur.
Tapi dalam bentrokan kali ini, karena kedua orang itu
sama-sama mempergunakan segenap kekuatan, pergelangan
tangan mereka menjadi kaku dan linu, tak mampu menahan
getaran tenaga dalam lawan, senjata mereka segera terlepas
dari genggaman dan mencelat ke tengah udara.
Golok dan pedang itu bagaikan dua gulung cahaya perak
meluncur ke tengah udara, dari kejauhan orang akan melihat
senjata itu saling kejar di udara seperti dewa yang
melepaskan pedang terbang saja.
Sementara pedang di tangan kanan Tio Tian-seng terlepas
dari genggaman, dia segera membentak dan telapak tangan
kirinya melepaskan bacokan secepat kilat.
Serangan itu dilancarkan cukup keji.
1067 Padahal Liu Khi hanya mempunyai sebuah lengan saja,
ketika goloknya terlepas dari cengkeraman tangan kirinya, tak
mungkin lagi baginya untuk segera merubah gerakan dengan
melepaskan pukulan, bagaimana pun juga ia tetap terlambat
selangkah. Dengusan tertahan segera bergema, dada kanan Liu Khi
terkena pukulan hingga tubuhnya mencelat ke belakang.
Tapi pada saat inilah Liu Khi segera memperlihatkan
kepandaian silat yang maha sakti. Di saat tubuhnya mencelat
terkena pukulan, kakinya segera menghentak ke udara dan
melepaskan juga tendangan kilat yang persis menghantam
belakang pinggang sebelah kanan Tio Tian-seng.
Kedua orang itu mencelat ke udara, kemudian terbanting
keras di atas tanah.
Sudah cukup lama mereka berdua tertahan di tengah
udara, hawa murni yang mereka himpun pun sudah
membuyar. Oleh karena itu bantingan itu cukup berat dan
keras, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa.
Bagaimana pun juga kedua orang ini merupakan jago kelas
satu yang memiliki ilmu silat sangat hebat, daya tahan yang
mereka miliki pun mengagumkan.
Walaupun isi perut mereka sudah menderita luka yang
cukup parah, namun mereka masih mampu menghimpun sisa
tenaga dalam untuk merebut posisi yang lebih
menguntungkan serta mempersiapkan serangan terakhir.
Dua pekikan nyaring berkumandang di tengah udara.
Masing-masing pihak segera melompat bangun dari atas
tanah dan menyambar senjata mereka yang terlepas, lalu
serentak melepaskan bacokan kilat ke depan.
Dalam bentrokan kali ini, bergemalah suara dan dentingan
yang amat lembut.
1068 Sekali lagi tampak bayangan orang berpisah, lalu kedua
belah pihak sama-sama terjungkal ke atas tanah dan tidak
mampu berdiri kembali.
Liu Khi segera memuntahkan darah segar dan senjatanya
terlepas dari pegangan.
Sebaliknya Tio Tian-seng meski masih tetap menggenggam
pedang iblis yang bercahaya hijau di tangan kanannya, namun
sepasang kakinya tidak mau menuruti perintahnya lagi, pelanpelan
ia terduduk di atas tanah.
Dalam pertarungan kali ini, kedua belah pihak sama-sama
bertarung dengan mengerahkan segenap tenaga dalam,
sekarang sudah tak sanggup lagi melepaskan sejurus atau
setengah gerakan lagi.
Jangankan bertarung, tenaga untuk bicara pun sudah tak
ada, napas mereka sekarang tersengal-sengal seperti kerbau,
peluh pun jatuh bercucuran.
Sinar mata mereka sudah makin memudar, namun masih
tetap mengawasi gerak-gerik lawan dengan pandangan mata
penuh curiga. Seakan-akan mereka sedang berkata, "Aku tak percaya kau
masih memiliki tenaga untuk bangkit lebih dulu dan
melancarkan serangan kembali."
Pada saat inilah tampak bayangan orang berkelebat ke
tengah-tengah antara Tio Tian-seng dan Liu Khi, kemudian
bagaikan sukma gentayangan saja seorang berbaju hijau
berwajah dingin telah berdiri di sana.
Ketika melihat kehadiran orang itu dengan pedang
terhunus, Liu Khi dan Tio Tian-seng baru mendusin dari
impian mereka, sadarlah mereka akan kerawanan dan
keseriusan situasi yang mereka hadapi.
1069 Dalam pada itu Bong Thian-gak telah melolos pedang pula,
bersiap menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. Pikirnya, "Bila orang berbaju hijau ini berani melakukan
tindakan melukai Liu Khi dan Tio Tian-seng, maka Pek-hiatkiam
ini segera akan melancarkan serangan kilat dari belakang
punggungnya."
Tampaknya orang berbaju hijau itupun sudah merasa pula
gerakan Bong Thian-gak yang telah mempersiapkan diri
melancarkan serangan.
Pelan-pelan ia membalikkan badan dan menengok sekejap
ke arah Hong Thian-gak, lalu ujarnya dingin, "Kau akan
melancarkan serangan dengan pedangmu itu?"
"Bila pedangmu itu kau tusukkan ke tubuh mereka, maka
pedang ini pun akan menusuk punggungmu pada saat
bersamaan."
"Tampaknya kau memang senang mencampuri urusan
orang lain," jengek orang berbaju hijau itu dengan tertawa
dingin.

Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengambil tindakan di saat orang sedang lemah bukan
tindakan seorang lelaki sejati."
Orang itu tertawa dingin lagi, "Seandainya aku ingin
menghabisi nyawa mereka, mungkin sekarang juga mereka
sudah tergeletak menjadi mayat."
"Kalau kau tidak berniat membinasakan mereka, harap
segera berdiri di sisi arena," perintah Bong Thian-gak.
"Jian-ciat-suseng, tahukah kau siapa aku?" tegur orang
berbaju hijau itu dingin.
"Kau menyebut dirimu sebagai Tan Sam-cing, padahal
sewaktu aku berada bersamanya, dia tak lebih hanya seorang
Tosu." 1070 Sementara itu paras Tio Tian-seng telah berubah hebat, ia
segera menegur, "Kau benar-benar Tan Sam-cing?"
"Tio Tian-seng," kata orang itu, "perlukah kulepas topeng
kulit manusia yang kukenakan ini agar kau dapat melihat
wajah asliku?"
Kulit muka Tio Tian-seng mengejang keras, sahutnya
sambil tertawa getir, "Sekarang aku sudah tak bertenaga lagi,
aku tak mampu menerima sebuah seranganmu."
"Tio Tian-seng, aku ingin bertanya kepadamu, haruskah
aku turun tangan hari ini?" orang berbaju hijau bertanya
dengan nada keras.
Tio Tian-seng menghela napas panjang, "Ai, kalau kau ingin
turun tangan, lakukanlah segera!"
Orang berbaju hijau itu berpaling dan memandang sekejap
ke arah Bong Thian-gak, kemudian katanya, "Tapi dia pasti
akan menghalangiku untuk turun tangan."
Tiba-tiba Tio Tian-seng menghela napas sedih, kemudian
katanya, "Bong-laute, persoalan ini sebetulnya merupakan
penyelesaian antara diriku dengannya sebagai masalah
pribadi, aku harap Bong-laute tak usah mencampurinya."
Bong Thian-gak maupun Thay-kun merasa sangat
keheranan mendengar pembicaraan kedua orang itu,
"Mengapa Tio Tian-seng rela menyerahkan jiwanya setelah
bertemu orang berbaju hijau" Sebenarnya perselisihan apakah
yang terjalin antara mereka berdua?"
Tiba-tiba Thay-kun berkata sambil tertawa merdu,
"Kuanjurkan kepada saudara, lebih baik jangan membunuh Tio
Tian-seng."
"Kenapa?"
"Bila dia mati, maka kalian akan semakin sulit menghadapi
Hek-mo-ong!"
1071 "Kemungkinan besar Tio Tian-seng adalah Hek-mo-ong."
"Bila demikian pendapatmu, dugaanmu itu keliru besar. Tio
Tian-seng bukanlah Hek-mo-ong, Liu Khi serta kau pun bukan
pula." "Asalkan kau dapat menebak siapa Hek-mo-ong, maka aku
tak akan melukai mereka."
"Hek-mo-ong adalah Tan Sam-cing gadungan yaitu Samcing
Totiang dari kuil Sam-cing-koan."
Mendengar perkataan itu, baik Bong Thian-gak maupun
para jago lainnya serentak berseru dalam hati, "Diakah Hekmo-
ong?" Orang berbaju hijau itu kelihatan ragu-ragu, dia segera
bertanya, "Darimana kau bisa tahu dia adalah Hek-mo-ong?"
Thay-kun segera tersenyum.
"Kalau kau adalah Tan Sam-cing yang asli, maka apa
sebabnya pula kau mencatut namamu" Dalam hal ini kita
sudah dapat menduga di balik semua ini pasti terselip suatu
rencana keji."
Mendadak orang berbaju hijau itu seperti teringat sesuatu,
dia sogera menjerit kaget, "Jangan-jangan dia?"
Menyusul dia menggeleng, kembali katanya, "Hal ini tak
mungkin terjadi, sudah pasti bukan dia."
"Kadangkala sesuatu persoalan yang tak mungkin,
seringkah justru dapat berubah menjadi kenyataan," kata
Thay-kun dengan suara merdu.
Orang berbaju hijau tertegun, tanyanya, "Tahukah kau
siapa yang kumaksud sebagai si dia itu?"
"Tentu saja tahu, kecuali kau telah salah menduga."
1072 Mendadak orang berbaju hijau berjalan ke hadapan Thaykun,
ujarnya lirih, "Menurut pendapatmu, siapakah Hek-moong
yang sebenarnya?"
"Aku kuatir jika nama itu kuucapkan, aku segera akan
dibunuh orang."
"Tapi jika kau enggan bicara, Hek-mo-ong yakin kau sudah
tahu rahasianya, maka dia pun dapat membunuhmu untuk
menghilangkan jejak."
Thay-kun menghela napas panjang.
"Benar, dia dapat membunuhku untuk menghilangkan
jejak. Posisiku sekarang bicara mati tidak bicara pun mati. Ai,
itulah sebabnya aku telah mengambil keputusan untuk
mengutarakan soal ini kepada kalian."
Baru saja dia berkata, mendadak dari tengah udara
berkumandang suara pembicaraan seseorang dengan suara
rendah dan berat, "Thay-kun, apabila kau masih
menginginkan nyawamu, lebih baik jangan kau sebutkan."
Mendengar seruan yang muncul secara tiba-tiba, serentak
sorot mata semua orang dialihkan ke empat penjuru untuk
melakukan pemeriksaan.
"Hek-mo-ong, inilah suara Hek-mo-ong, dia benar-benar
bagaikan setan gentayangan hanya terdengar suaranya tak
nampak bayangannya."
Bong Thian-gak berkata, "Selama ini Hek-mo-ong selalu
berbicara dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara
Jian-li-hwe-ing (suara gema seribu li) yang dipancarkan dari
kejauhan, sehingga membuat orang lain sulit menentukan dari
arah manakah suara itu."
Sudah barang tentu semua jago yang hadir mengetahui
bahwa di dunia persilatan terdapat ilmu Jian-li-hwe-ing itu.
1073 Mendadak Liu Khi berkata, "Menurut yang kuketahui, orang
yang pandai mempergunakan ilmu Jian-li-hwe-ing adalah Kuikok
Sianseng dari Mi-tiong-bun. Jangan-jangan perbuatan itu
dilakukan oleh orang-orang Mi-tiong-bun?"
Tiba-tiba Thay-kun tertawa cekikikan dan berseru, "Hekmo-
ong, aku tahu kau tak bakal mencelakai diriku, sekarang
aku ingin mengajak kau melakukan tawar-menawar. Aku
harap kau suka menyerahkan obat penawar racun agar ditelan
oleh Tio Tian-seng serta Bong Thian-gak."
Mendengar perkataan itu, Tio Tian-seng dan Bong Thiangak
amat terkesiap.
Dengan kening berkerut Bong Thian-gak berseru, "Sumoay,
benarkah aku sudah terkena racun dari Hek-mo-ong?"
"Benar," jawab Thay-kun dengan wajah serius. "Kau dan
Tio-pangcu sudah menelan pil beracun berdaya kerja lambat
dari Hek-mo-ong."
Paras muka Bong Thian-gak segera berubah hebat,
katanya, "Sejak kapan Hek-mo-ong memberi pil beracun
kepada kami?"
"Bukankah kau dan Tio-pangcu pernah menelan pil
pemberian Biau-kosiu?"
"Ah!" Bong Thian-gak berseru tertahan. "Kalau begitu Biaukosiu.."
"Biau-kosiu adalah salah seorang pembantu utama Hekmo-
ong," sambung Thay-kun pelan-pelan.
Tio Tian-seng dan Bong Thian-gak yang mendengar
perkataan itu menjadi tertegun.
Sementara itu dari tengah udara terdengar kembali suara
Hek-mo-ong, "Budak ingusan, kau benar-benar sangat lihai.
Sebenarnya aku masih tidak percaya kau dapat mengetahui
asal-usulku sejelasnya."
1074 "Sekarang tentunya sudah percaya bukan?" seru Thay-kun.
"Aku masih tetap tidak percaya," suara Hek-mo-ong masih
terdengar dingin dan menyeramkan.
"Mau percaya atau tidak, bagiku bukan persoalan penting.
Kau harus menyerahkan obat penawar racun itu sebagai
imbalan aku pun tak akan mengungkap asal-usulmu yang
sebenarnya kepada orang lain. Di samping itu, aku dan Bong
Thian-gak pun bersedia memenuhi permintaanmu untuk
segera mengundurkan diri dari dunia persilatan."
Baru saja Thay-kun menyelesaikan perkataannya, pedang
pendek orang berbaju hijau itu sudah ditempelkan di atas
dadanya. Thay-kun sama sekali tak menyangka orang berbaju hijau
bakal berbuat demikian, ia menjadi tertegun dan segera
bertanya, "Mau apa kau?"
"Aku akan memaksamu mengutarakan asal-usul Hek-moong,"
kala orang berbaju hijau sambil tertawa dingin tiada
hentinya. Tiba-tiba Bong Thian-gak beranjak dari tempatnya dan
pelan-pelan mendekati orang itu.
Mendadak terdengar orang baju hijau itu membentak, "Bila
kau berani maju selangkah lagi, aku segera akan
menusuknya."
Terpaksa Bong Thian-gak menghentikan langkah, katanya
sambil lertawa dingin, "Kau benar-benar manusia rendah
berjiwa pengecut dan terkutuk."
"Seringkah memanfaatkan kesempatan di saat lawan
sedang lemah merupakan tindakan yang paling tepat," kata
orang berbaju hijau dingin.
1075 "Tan-locianpwe," kata Thay-kun sambil tertawa, "tindakan
yang kau ambil sekarang hanya akan mendatangkan
keburukan dan tiada keuntungan bagimu."
Orang berbaju hijau tertawa dingin, "Bila kubunuh dirimu,
maka Tio Tian-seng dan Jian-ciat-suseng bakal mati juga.
Apakah hal semacam ini tidak akan menguntungkan bagiku?"
"Tan-locianpwe, tahukah kau mengapa Hek-mo-ong tak
berani menampilkan diri" Dia takut kita bekerja sama
menghadapinya."
"Tapi jika kau membunuhku sekarang, maka kau pun
jangan harap bisa lolos dari hutan bambu Ban-jian-bong ini
dalam keadaan selamat."
"Masih ada satu hal lagi aku beritahukan kepadamu,
tusukan pedangmu itu belum tentu bisa membunuhku.
Sekalipun kau bisa membunuhku, di saat kau belummencabut
pedangmu dari tubuhku, kau sendiri pun akan mati
terbunuh di ujung pedang Suhengku."
Sesudah mendengar itu, orang berbaju hijau nampak agak
ragu-ragu, tiba-tiba ia menarik pedangnya dan berkata dingin,
"Aku tidak percaya Hek-mo-ong akan menerima syarat yang
kau ajukan itu."
Dalam pada itu Bong Thian-gak telah menggeser tubuh
secepat kilat ke sisi Thay-kun dan berdiri penuh siap siaga
dengan senjata terhunus, tiba-tiba Thay-kun berkata lagi
dengan merendahkan suara, "Betul, belum tentu Hek-mo-ong
akan menerima syarat yang kuajukan."
"Tapi aku pun akan memberitahukan satu hal kepada
kalian, Hek-mo-ong cukup mengerti bahwa di antara kalian
bertiga sebenarnya terjalin hubungan permusuhan dan
dendam kesumat yang tak bisa diselesaikan dengan sepatah
dua patah kata. Oleh sebab itu dia selalu menggunakan tipumuslihat
dan tipu-daya untuk mengadu-domba kalian agar
saling gontok dan bunuh."
1076 "Apabila kalian bertiga benar-benar saling gontok, maka
secara sadar kalian terkena rencana keji Hek-mo-ong."
"Lantas mengapa Hek-mo-ong menggunakan siasat
mengadu domba dan sebaliknya tidak berusaha melenyapkan
kalian secara terang-terangan, hal ini disebabkan karena Hekmo-
ong tahu kalian memiliki kepandaian silat hebat, ia pun
sadar bahwa ilmu pukulan tengkorak mautnya belum tentu
akan membinasakan kalian dalam satu gebrakan."
"Oleh sebab itu ia berusaha memancing kalian berjumpa di
Ban jian-bong agar kalian bertiga saling bertarung, sedang dia
bersembunyi di samping menonton, mengamati jurus-jurus
serangan yang kali miliki serta berusaha mencari
pemecahannya."
Tio Tian-seng, Liu Khi dan Tan Sam-cing yang mendeng
perkataan itu diam-diam berpikir, "Benar juga, mengapa Hekmo-
ong tidak mau menyerang kami secara terang-terangan?"
Sesudah berhenti sejenak Thay-kun kembali melanjutkan
ka katanya, "Di samping itu masih ada alasan lain, bisa jadi
Hek-mo-o adalah seorang gila ilmu silat, di saat dia belum
berhasil mempelajari ilmu silat yang dimiliki seseorang, maka
dia tak akan membinasakan korbannya."
"Oleh sebab itu bilamana kalian bertiga berusaha
menghindar dari serangan Hek-mo-ong yang mematikan,
paling baik jika kalian kurangi kesempatan memperlihatkan
jurus serangan yang kalian andalkan."
"Tapi siapakah Hek-mo-ong yang sebenarnya?" tiba-tiba Liu
bertanya. Thay-kun menengok sekejap ke arahnya, lalu bertanya,
"Siapakah Hek-mo-ong yang sebenarnya" Cepat atau lambat
kalian pasti akan mengetahui dengan sendirinya. Bila
kuutarakan kepada kalian sekarang, maka aku yakin tak
seorang pun di antara kalian yang mau percaya dengan
1077 perkataanku. Ini merupakan suatu kenyataan, itulah sebabnya
untuk sementara waktu aku belum ingin mengungkapkan."
Atas perkataan Thay-kun itu, Liu Khi, Tio Tian-seng dan
Tan Sam-ring bertiga merasa sangsi.
Sambil tertawa dingin Tan Sam-cing berkata,
"Pembahasanmu barusan sungguh membuat orang merasa
tidak percaya."
"Bila kalian tak mau percaya, aku sendiri pun tak dapat
berbuat apa-apa," kata Thay-kun sambil menghela napas.
"Namun kuanjurkan kepada kalian agar secepatnya
meninggalkan tempat ini, sebab tetap bercokol di tempat ini
merupakan tindakan yang berbahaya."
Sampai di sini gadis itu segera berpaling ke arah Bong
Thian-gak sambil berkata, "Bong-suheng, mari kita pergi saja!"
Baru saja Thay-kun membalikkan badan, dilihatnya
selembar kain putih diikat pada sebuah dahan bambu di
hadapannya.

Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baru saja kain putih itu digantungkan, kebetulan pula Thaykun
menyaksikan sesosok bayangan hijau sedang berkelebat
dan lenyap di balik pepohonan sebelah depan sana.
Dalam pada itu Tio Tian-seng, Liu Khi dan Bong Thian-gak
pun sudah melihat kain putih itu.
Orang berbaju hijau mendengus dingin, secepat kilat
menerjang ke depan menembus hutan bambu dan mengejar
ke arah bayangan hijau ladi melenyapkan diri.
Thay-kun terkejut sekali, segera teriaknya, "Tan-locianpwe,
jangan dikejar Tan Sam-cing yang termasyhur karena Ginkangnya sudah
lenyap dari pandangan mata.
1078 Dengan cemas Thay-kun segera berseru, "Tio-pangcu, Liutayhiap,
apakah tenaga dalam yang kalian miliki telah pulih"
Mari cepat tengok ke depan sana."
Ternyata pada saat itu Tio Tian-seng dan Liu Khi telah
bangkit semua. Terdengar suara jeritan ngeri yang menyayat hati dari
seorang wanita berkumandang datang dari kejauhan.
Menyusul terdengar pula Tan Sam-cing berteriak penuh
amarah, "Hek-mo-ong...."
Hanya suara bentakan itu saja yang terdengar, untuk
kemudian suasana di sekeliling tempat itu kembali hening.
Bong Thian-gak, Thay-kun, Tio Tian-seng dan Liu Khi
secepat kilat menyusul pula ke depan.
Mendadak mereka lihat di bawah hutan bambu, di depan
sebuah peti mati bobrok, duduk seorang perempuan berambut
panjang berbaju hijau, dadanya ditembus sebilah pedang
pendek sampai ke punggung, darah segar masih bercucuran
dengan derasnya membasahi pakaian serta dedaunan kering
yang berserakan di atas tanah.
Pedang pendek itu tepat menembus jantungnya,
perempuan itu sudah mampus, namun matanya melotot
besar, mengawasi seorang yang berada di hadapannya.
Orang yang berada di mukanya itu tentu saja pembunuh
yang telah menghabisi nyawanya... Tan Sam-cing.
Namun Tan Sam-cing sendiri memejamkan mata, noda
darah masih membasahi ujung bibirnya, dia sedang duduk
bersila di atas tanah tanpa bergerak.
Perubahan yang berlangsung secara tiba-tiba ini membuat
para jago terperanjat.
1079 Bong Thian-gak yang pertama-tama menerjang ke hadapan
Tan Sam-cing sambil menegur, "Tan-locianpwe... Tanlocianpwe..."
Pelan-pelan Tan Sam-cing membuka mata dan memandang
pemuda itu sekejap, kemudian dipejamkan kembali tanpa
mengucapkan sepatah kata pun.
Tiba-tiba terdengar Tio Tian-seng berkata dengan suara
dalam "Bong-laute, jangan kau usik dirinya. Dia sedang
bersemedi mengobati luka yang dideritanya."
Sementara itu Liu Khi sedang memandang kain putih yang
tergantung di batang bambu, ternyata di atas kain itu tertera
beberapa huruf besar warna merah darah.
Tulisan disertai pula lambang tengkorak besar:
"Undangan kematian tengkorak."
"Mengundang dengan sangat kematian Liu Khi pada bulan
delapan tanggal tujuh tengah malam tepat".
Liu Khi yang menyaksikan tulisan itu segera mendengus
dingin dan siap melompat ke atas untuk menyambarnya.
Tapi Thay-kun segera berseru keras, "Liu-tayhiap jangan
bertindak sembarangan daripada terjebak perangkap keji
pihak lawan."
Permainan setan Hek-mo-ong memang sudah
menggetarkan hati siapa saja, kendatipun Liu Khi merasa
gusar, namun setelah melihat Tan Sam-cing menderita luka
parah, sedikit banyak hatinya dibuat keder juga.
Sementara itu Tio Tian-seng dan Bong Thian-gak pun
sudah menyaksikan pula tulisan yang tertera di atas kain putih
itu. Sambil menghela napas panjang, Thay-kun berkata,
"Akhirnya Hek-mo-ong mengirim juga kartu kematian untuk
Liu-tayhiap."
1080 Sambil tertawa dingin Liu Khi berkata, "Bulan delapan
tanggal tujuh, akan kubuktikan dengan cara bagaimana dia
hendak menghabisi nyawaku."
"Setiap kali Hek-mo-ong mengirim kartu kematian, dia
sudah berhasil menelusuri semua ilmu silat orang itu dan
mempunyai keyakinan untuk dapat merenggut nyawa
musuhnya," kata Thay-kun sambil menghela napas panjang.
"Ai, seandainya Liu-tayhiap tidak melangsungkan pertarungan
sengit melawan Tio-pangcu hari ini, aku rasa belum tentu Hekmo-
ong akan memberikan kartu kematian kepadamu."
Tio Tian-seng menghela napas panjang, ucapnya, "Agaknya
nona sudah mempunyai keterangan yang jelas tentang segala
sesuatu yang menyangkut Hek-mo-ong?"
"Asal-usul Hek-mo-ong pun baru hari ini berhasil kuraba
sedikit demi sedikit."
Mendadak Bong Thian-gak berkata sambil tertawa, "Hekmo-
ong telah mengirim kartu kematian kepadaku serta Tiopangcu
dan Liu-tayhiap. Seandainya mulai sekarang kita
bertiga selalu berkumpul, tiga hari mendatang akan kulihat
dengan cara apakah Hek-mo-ong akan membunuh kita."
"Bong-suheng dan Tio-pangcu sudah terkena obat beracun
dari Hek-mo-ong!" kata Thay-kun sambil menghela napas.
"Asal waktunya sudah sampai, maka racun itu akan mulai
bekerja menggerogoti tubuh kalian. Dalam hal ini Hek-mo-ong
tak perlu menampakkan diri untuk mencelakai kalian!"
Selesai mendengar penjelasan Thay-kun, paras muka Bong
Thian-gak dan Tio Tian-seng segera berubah hebat, mereka
membungkam. Dari perubahan wajah kedua orang itu, Thay-kun
mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan, sambil
tersenyum manis ujarnya, "Kalian tak usah kuatir, aku tak
akan membiarkan kalian tewas dalam keadaan mengerikan."
1081 "Apakah nona telah menemukan cara untuk membebaskan
kami dari pengaruh racun itu?" tanya Tio Tian-seng cepat.
"Asalkan kalian berdua tak menelan pil mustika yang
dihadiahkan Hek-mo-ong kepada kalian, aku yakin daya kerja
racun yang mengeram dalam tubuh kalian tak akan
merenggut nyawa."
"Apakah pil itu pun merupakan obat racun?" tanya Bong
Thian-gak segera.
"Bukan obat racun, tapi pil itu justru dapat membangkitkan
daya kerja racun yang telah kalian telan sebelumnya dan
membaurnya kedua pil itu akan menyebabkan kematian yang
mengenaskan."
"Thay-kun, darimana kau bisa mengetahui sedemikian
jelasnya?"
"Orang yang paling pandai, paling sempurna dalam
pembuatan obat di dunia saat ini adalah tabib sakti Ci Jiancau,
padahal ilmu menggunakan racun yang dipakai Hek-moong
untuk mencelakai orang dipelajarinya dari Ci Jian-cau,
sedangkan aku sendiri pun pernah mempelajari cara yang
sama dari Gi Jian-cau pribadi, sudah barang tentu aku
mengetahui jelas teknik yang dipakai Hek-mo-ong."
"Nona, aku merasa kurang mengerti," kata Tio Tian-seng
dengan kening berkerut. "Pil mustika yang diberikan Hek-moong
kepadamu, kau katakan sebagai obat yang akan
memancing bekerjanya racun keji yang sudah mengeram
dalam tubuhku, tapi darimana pula Hek-mo-ong bisa tahu
kami bakal menelan pil yang dia berikan kepada kami?"
"Di sinilah letak kunci semua peristiwa itu, tatkala Hek-moong
memberikan pil yang kedua itu kepada kalian, dia tentu
berkata kepada kalian bahwa obat itu adalah pemunah racun,
sudah barang tentu kalian tak bakal mempercayai
perkataannya begitu saja serta tak akan kalian telan pil itu."
1082 "Akan tetapi bila batas waktu kerjanya racun di dalam
tubuh kalian sudah tiba dan kalian merasakan penderitaan
serta siksaan yang luar biasa di dalam tubuh kalian, pada
waktu itu kalian tentu akan salah mengira bahwa racun itu
benar-benar sudah bekerja dan kalian pun pasti akan teringat
pada obat penawar racun palsu, yang sesungguhnya akan
menjadi alat membunuh sebenarnya bagi keselamatan kalian
berdua." "Akibatnya kalian benar-benar akan terkecoh dan mendapat
serangan racun yang jauh lebih keji sehingga akibatnya tewas
dalam keadaan mengerikan."
Tio Tian-seng segera menjadi paham, katanya sambil
menghela napas panjang, "Benar-benar teknik meracuni yang
hebat. Seandainya nona tidak memberi penjelasan, siapa pun
pasti tak akan berhasil lolos dari serangan semacam itu."
Thay-kun segera menghela napas panjang.
"Seandainya aku tidak berhasil mengetahui asal-usul Hekmo-
ong hari ini, aku pun tak teringat cara meracuni orang
yang biasa digunakan Gi Jian-cau."
"Apakah Hek-mo-ong adalah Gi Jian-cau?" tanya Bong
Thian-gak kemudian dengan perasaan tergerak.
Thay-kun memandang sekejap ke arahnya, lalu
menggeleng, katanya, "Bukan, Gi Jian-cau bukanlah Hek-moong.
Bila waktunya tiba, tentu akan kuberitahukan rahasia ini
kepada kalian."
Setelah mendengarkan penjelasan Thay-kun, Tio Tian-seng
dan Bong Thian-gak pun secara lamat-lamat merasa
keselamatan jiwanya tidak begitu terancam lagi, tanpa terasa
semangatnya segera berkobar.
Hanya Liu Khi seorang yang masih tetap mengerut dahi
dengan perasaan berat.
1083 Thay-kun berpaling dan memandang sekejap ke arah Liu
Khi, kemudian ujarnya, "Aku tak tahu dengan cara apa Hekmo-
ong hendak mecelakai Liu-tayhiap, sehingga sulit juga
bagiku memikirkan sesuatu cara untuk mengunggulinya, aku
rasa jalan yang terbaik adalah Liu-tayhiap jangan
meninggalkan kami untuk sementara waktu. Aku pikir asal kita
mau bekerja sama meningkatkan kewaspadaan masingmasing,
biarpun Hek-mo-ong lebih licik tak nanti bisa berbuat
banyak." Sementara itu para jago merasa kagum atas kecerdikan
dan ketelitian Thay-kun dalam menghadapi persoalan serius,
kendati Tio Tian-seng dan Liu Khi merupakan orang-orang
angkuh dan berjiwa tinggi, namun terhadap tindakan yang
diambil Thay-kun sekarang ternyata menurut dan sama sekali
tidak membantah.
Pada saat itulah mendadak Tan Sam-cing memuntahkan
darah segar sebanyak tiga kali.
Tapi sesudah itu Tan Sam-cing sudah dapat bicara lagi,
katanya, "Oh, sungguh berbahaya. Hampir saja nyawaku
hilang percuma!"
Dengan cepat Thay-kun segera memburu ke depan, lalu
tanyanya dengan merdu, "Apakah Tan-locianpwe sudah
bertempur dengan Hek-mo-ong?"
Tiba-tiba Tan Sam-cing melepas topeng kulit manusia yang
dikenakan olehnya dan membesut noda darah dari ujung
bibirnya, kemudian sahutnya pelan, "Ya, kami sudah saling
bertarung."
"Dapatkah Tan-locianpwe menjelaskan situasi pertarungan
yang telah kau alami tadi?"
Tan Sam-cing termenung beberapa saat, kemudian
sahutnya, "Hek-mo-ong benar-benar manusia licik dan berhati
busuk. Ai, tatkala aku sedang mengejar nona berbaju hijau
tadi, mendadak dari balik peti mati berkelebat seseorang
1084 secepat kilat, lalu bergema suara jeritan ngeri yang
memilukan, ternyata dada si nona berbaju hijau itu sudah
ditusuk pedang oleh orang itu hingga tembus ke punggung."
"Tindakan yang sama sekali di luar dugaan ini kontan
membuat perhatianku bercabang, pada saat inilah dengan
gerakan cepat orang itu melepaskan pukulan ke hulu hatiku,
sedemikian cepat gerakan ini membuat aku teringat akan Hekmo-
ong. Aku pun segera membentak gusar dan
mempergunakan jurus seranganku yang paling tangguh untuk
melancarkan serangan balasan menimpukkan pedang pendek
itu ke depan."
"Aku tidak tahu apakah seranganku itu berhasil menghaj
musuh, sebab dada kiriku terasa sakit sekali, hampir
membuatku jatuh pingsan, sementara darah segar muncrat
dari mulutku."
"Tatkala aku berusaha memusatkan perhatian untuk
melihat jelas raut wajahnya, bayangan iblis itu sudah hilang
lenyap tak berbekas, malahan pedang pendekku turut hilang."
Ketika selesai mendengarkan penuturan itu, pelan-pelan
Thay-kun berkata, "Nona berbaju hijau itu sudah ketahuan
jejaknya sehingga mustahil baginya untuk menghilangkan
jejak. Itulah sebabnya Hek-mo-ong segera bertindak
membunuh dirinya, tapi tindakan Hek-mo-ong pun di luar
dugaan sehingga tidak heran perhatian Tan-locianpwe menjadi
bercabang, akibatnya jurus pedang Tan-locianpwe yang paling
lihai pun tak sanggup membendung pukulan tengkorak Hekmo-
ong." "Tapi dengan serangannya itu sudah berhasil
menggagalkan jurus pedang Tio-locianpwe yang terhebat,
maka aku duga dalam serangan ilmu tengkorak yang
dilancarkan Hek-mo-ong untuk kedua kalinya, kemungkinan
besar Tan-locianpwe tidak akan mampu melawan lagi."
1085 Beberapa patah kata Thay-kun segera mendatangkan
perasaan tak puas bagi Tan Sam-cing, dia tertawa dingin
sambil katanya, "Serangan pedangku cepat dan dahsyat. Aku
tidak percaya Hek-mo-ong dapat memahami kelihaian jurus
pedang itu dalam sekilas pandang saja. Hm, bukankah Hekmo-
ong sendiri pun sudah terkena serangan pedangku?"
"Betul, Hek-mo-ong pun terkena tusukan Tan-locianpwe,
bahkan tertusuk sangat dalam sehingga pedangmu tidak
terjatuh ke tanah melainkan dibawa lari Hek-mo-ong, namun
bagian tubuh yang terkena tusukan itu sudah pasti bukan
bagian yang mematikan, karena serangan itu tidak berhasil


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merobohkan Hek-mo-ong, kendati demikian aku percaya
kesombongan dan kejumawaan Hek-mo-ong pasti akan
berkurang setelah mengalami peristiwa ini."
Pat-kiam-hui-hiang Tan Sam-cing yang mendengar
perkataan itu juga gembira, segera katanya, "Pembahasan
nona benar-benar sangat teliti dan jitu. Sungguh membuat
hati orang menjadi sangat kagum."
Thay-kun berpaling sekejap ke arahnya, kemudian katanya
sambil tersenyum, "Tapi mengenai perkataan Tan-locianpwe
yang mengatakan bahwa bentrokan itu berlangsung sangat
cepat dan belum tentu Hek-mo-ini dapat memahami rahasia
seranganmu, aku rasa Locianpwe tidak boleh bertindak
kelewat gegabah."
"Perlu kau ketahui, Hek-mo-ong mempunyai ketajaman
mata luar biasa, dia pun mempunyai daya kemampuan
melebihi siapa pun, itulah sebabnya dia dapat mempelajari
segenap ilmu silat dari berbagai partai dan perguruan."
Tan Sam-cing tertawa terbahak-bahak, "Di kolong langit ini,
rasanya hanya seorang saja yang memiliki kemampuan seperti
apa yang kau lukiskan barusan, orang itu adalah Thio Kimciok."
1086 Mendadak Tan Sam-cing seperti teringat persoalan yang
amat mengerikan, dengan wajah berubah hebat dia segera
menghentikan perkataannya, matanya terbelalak lebar dan
mulutnya agak melongo.
Tampaknya semua jago yang hadir di arena pun seakanakan
teringat persoalan yang maha besar, serentak mereka
berseru kaget dan mengalihkan sinar matanya ke wajah Thaykun.
"Apakah kalian teringat akan dia?" tanya Thay-kun kembali
sambil tersenyum.
"Mungkinkah Hek-mo-ong adalah dia?" tanya Liu Khi agak
emosi. "Betul, dia adalah Thio Kim-ciok."
Ucapan itu benar-benar membuat hati setiap orang
bergetar keras.
Dengan suara dalam Mo-kiam-sin-kun Tio Tian-seng
berseru, "Thio Kim-ciok sudah mati tiga puluh tahun lalu,
bagaimana mungkin bisa bangkit dari liang kubur" Apakah
nona sedang bergurau?"
"Sekarang aku ingin bertanya dengan Locianpwe,
pernahkah kau mewariskan ilmu pedang terbangmu kepada
seseorang" Kalau pernah, siapakah orang itu?"
"Hanya Thio Kim-ciok yang pernah mendapat warisan ilmu
pedang itu," jawab Tan Sam-cing.
"Sewaktu kau berjumpa Sam-cing Totiang dari kuil Samcing-
koan yang menyaru sebagai dirimu di tanah pekuburan
luar kota tempo hari, bukankah dia telah menggunakan pula
ilmu pedang Pat-kiam-hui-hiang" Bukankah jurus serangannya
persis ilmu pedang andalanmu itu?"
"Benar, caranya persis sama, hanya kurang sempurna
saja," jawab Tan Sam-cing dengan suara keras.
1087 "Sekarang aku mau menanyakannya satu hal yang sama,
semua pembicaraan yang dilakukan Hek-mo-ong
mempergunakan ilmu Jian-li-hwe-ing, padahal orang yang
pandai mempergunakan ilmu itu di kolong langit hanya Kuikok
Sianseng seorang. Kecuali diwariskan kepada Thio Kimciok,
pernahkah Kui-kok Sianseng mewariskan kepandaian itu
kepada orang lain?"
"Selain itu, Hek-mo-ong juga pandai dalam ilmu racun,
selain tabib sakti Gi Jian-cau, siapa lagi yang bisa
mempergunakan ilmu itu lebih sempurna darinya" Kemudian
ilmu menyaru muka Hek-mo-ong berasal dari Song-ciu."
"Dengan berbagai kepandaian sakti yang dimiliki Hek-moong,
coba bayangkan, kecuali Thio Kim-ciok, siapa lagi yang
mampu mempelajari begitu banyak ilmu sakti sekaligus?"
Pelan-pelan Thay-kun mengawasi wajah orang itu, lalu
lanjutnya, "Sejak dulu hingga sekarang, bila ada seorang
ganas dan buas melakukan perbuatan terkutuk yang
merugikan orang banyak, maka orang itu pasti mempunyai
maksud tujuan tertentu."
"Hek-mo-ong menantang perang terhadap sepuluh tokoh
sakti persilatan, sebenarnya apa maksudnya?"
"Apakah dia hendak menguasai dunia persilatan, menjadi
pemimpin umat persilatan?"
"Tentu saja tidak."
"Dia hendak membalas dendam."
"Karena sepuluh tokoh persilatan menyeleweng dengan
istrinya, berbuat mesum dengan bininya, selain itu membunuh
pula ratusan anak buahnya, maka dia harus membalas
dendam, membunuh kesepuluh jago persilatan itu."
Perkataan Thay-kun ini segera membuat orang terbelalak
dengan mulut melongo, perasaan ngeri segera timbul dalam
hati, membuat bulu kuduk berdiri.
1088 Semua fakta dan bukti sudah di depan mata, semua itu
dapat diterima dengan akal sehat. Selain Thio Kim-ciok,
rasanya memang tiada orang kedua yang kemungkinan besar
menjadi Hek-mo-ong.
Tapi Thio Kim-ciok sudah mati tiga puluh tahun lalu,
mayatnya telah tenggelam di dasar telaga. Bagaimana
mungkin dia bisa hidup kembali"
Oleh karena itulah Tio Tian-seng, Liu Khi serta Tan Samcing
tidak percaya kalau Hek-mo-ong adalah Thio Kim-ciok.
Setelah mneghela napas, Tio Tian-seng berkata, "Meskipun
apa yang diduga nona masuk akal, akan tetapi Thio Kim-ciok
sudah mati, jenazahnya sudah tenggelam di dasar telaga dan
hal ini merupakan kenyataan. Orang yang sudah mati
masakah bias hidup kembali" Hal ini benar-benar sukar
diterima akal sehat."
"Dengan cara bagaimana Thio Kim-ciok hidup kembali
memang sama sekali tidak kuketahui," pelan-pelan Thay-kun
berkata. "Namun aku tahu, bangkitnya Thio Kim-ciok sudah
pasti mempunyai hubungan sangat erat dengan Gi Jian-cau."
"Apabila kalian ingin membuktikan benarkah Hek-mo-ong
adalah Thio Kim-ciok, aku rasa bila si tabib sakti dapat
ditemukan, maka semua duduk persoalan akan menjadi jelas."
"Bukankah menurut nona Thay-kun, Gi Jian-cau
bersembunyi di dalam Ban-jian-bong ini?"
"Benar," Thay-kun mengangguk. "Gi Jian-cau berada di
Ban-jian-bong."
"Kalau begitu untuk menyingkap tabir peristiwa ini,
bagaimana pun juga kita harus mencari si tabib sakti sampai
ketemu," ujar Liu Khi.
Thay-kun memandang sekejap keadaan cuaca, kemudian
ujarnya, "Sekarang baru mendekati tengah hari, mari kita
berpencar melakukan pemeriksaan, bilamana salah seorang di
1089 antara kita menemukan jejak musuh atau menemukan Gi Jiancau,
gunakanlah tiga kali pekikan panjang sebagai tanda
untuk berkumpul. Ingat, bagaimana pun juga kita harus
menghindari pertarungan secara kekerasan. Sebelum matahari
terbenam nanti, kita berkumpul kembali di pintu masuk Banjian-
bong sebelah timur."
Mimpi pun Tio Tian-seng, Liu Khi serta Tan Sam-cing tidak
menyangka hari ini harus menuruti perintah seorang bocah
perempuan. Sekalipun dalam hati segera timbul perasaan tak
enak, namun mereka melaksanakan juga perintah itu tanpa
membantah. Maka berangkatlah Tio Tian-seng, Tan Sam-cing dan Liu
Khi menuju ke arah timur, barat dan selatan.
Sedangkan Bong Thian-gak dan Thay-kun berangkat
menuju ke arah utara.
Ban-jian-bong memang pekuburan yang amat
menyeramkan, gua-gua gelap, liang-liang merekah dan peti
mati berserakan dimana-mana membuat suasana di tempat itu
benar-benar amat menggidikkan.
Baru saja Bong Thian-gak dan Thay-kun berangkat,
mendadak mereka menyaksikan di bawah kerumunan
pepohonan yang rindang berdiri tiga orang Hwesio berbaju
kuning. Dengan ketajaman mata Thay-kun, sekilas pandang saja ia
segera mengenali Hwesio setengah umur yang bertubuh
gemuk itu adalah Hwesio yang bertanggung-jawab pada
pekuburan halaman sembilan.
Dia berdiri di situ dengan tangan memegang tasbih, tangan
kanan disilangkan di depan dada, sepasang matanya
terpejam, wajahnya kelihatan kereng dan serius.
Di sebelah kiri kanannya masing-masing berdiri Hwesio
jangkung dan pendek, keduanya bertubuh ceking tinggal kulit
1090 pembungkus tulang. Kedua orang itu pun memegang tasbih,
hanya sorot mata mereka yang tajam mengawasi wajah Thaykun
dan Bong Thian-gak.
Hati Bong Thian-gak bergetar keras, diam-diam pikirnya,
"Dari sorot mata ketiga Hwesio itu, jelas sudah bahwa mereka
adalah jago persilatan berilmu tinggi, sungguh tak disangka
para Hwesio yang berjaga di Ban-jian-bong memiliki
kepandaian silat begitu hebat."
Sementara dia masih termenung, Hwesio setengah umur
itu sudah membuka mata dan menegur dengan suara lantang,
"Omitohud, Sicu berdua hendak pergi kemana?"
Sambil tertawa Thay-kun menjawab, "Sejak pagi tadi, aku
sudah merasa bahwa Taysu berbeda dengan kebanyakan
orang, ternyata dugaanku memang benar, nyatanya Taysu
adalah seorang jago silat berilmu tinggi!"
"Omitohud!" kembali Hwesio itu berkata, "Ban-jian-bong ini
merupakan pekuburan yang diperuntukkan bagi mereka yang
telah mati untuk beristirahat tenang. Karena itu Pinceng
menganjurkan kepada Sicu berdua agar jangan menimbulkan
pembunuhan dalam Ban-jian-bong."
"Ah, ucapan Taysu terlalu serius," Thay-kun tersenyum.
"Kami hanya ingin mencari seorang sahabat lama di Ban-jianbong
ini. Bila Taysu bersedia memberi petunjuk, tentu kami
akan menemukannya dengan cepat."
Mendadak mencorong sinar tajam dari mata Hwesio gemuk
itu, katanya kemudian, "Apabila kalian berdua enggan
menuruti nasehatku dan secepatnya meninggalkan Ban-jianbong,
maka dalam Ban-jian-bong ini kemungkinan besar akan
bertambah lagi dengan dua liang kubur baru."
"Bukan hanya dua liang kubur baru yang akan bertambah
di Ban-jian-bong ini," jengek Thay-kun tertawa dingin.
1091 Sementara itu kedua Hwesio ceking yang berdiri di
belakang Hwesio gemuk itu sudah menunjukkan wajah gusar
dan hawa napsu membunuh yang berkobar-kobar.
Dengan suara dingin Hwesio gemuk itu menegur, "Li-sicu
telah membuat onar di sini. Apakah perbuatan itu tidak
keterlaluan?"
Tiba-tiba paras Thay-kun berubah menjadi dingin, lalu
katanya ketus, "Oh, rupanya Taysu sekalian sudah
mengetahui peristiwa yang terjadi di tanah pekuburan ini"
Kalau begitu Taysu sudah mengetahui asal-usul kami bukan"
Apabila Taysu seorang pintar, maka secepatnya beritahukan
kepada Gi Jian-cau, katakan kalau ada seorang rekannya yang
bernama Thay-kun datang berkunjung."
Berubah paras Hwesio gemuk itu, katanya, "Perkataan Lisicu
, tiada ujung pangkalnya, sungguh membuat orang tidak
habis mengerti."
Kembali Thay-kun tertawa dingin.
"Taysu harap dengarkan baik-baik, persembunyian Gi Jiancau
di Ban-jian-bong sudah bukan rahasia lagi. Sekalipun kami
tak mencarinya, pihak Hek-mo-ong pasti akan mencarinya dan
membinasakannya."
"Hari ini kami sengaja mencari Gi Jian-cau hendak
mengajaknya merundingkan bagaimana cara menghadapi
Hek-mo-ong. Nah, semua sudah kuutarakan, harap Taysu
mengambil keputusan secepatnya."
Dengan paras muka berubah hebat Hwesio gemuk itu
membentak, "Apabila kalian tidak segera mengundurkan diri
dari Ban-jian-bong, jangan salahkan bila Pinceng bertindak
keji." Bong Thian-gak yang selama ini hanya berdiam di samping,
berkata sambil tertawa dingin, "Sebenarnya jurus tangguh
1092 macam apakah yang kau miliki" Tak ada salahnya kau
gunakan di hadapanku."
Sambil berkata pemuda itu segera maju ke muka dan
menghadang di depan Thay-kun.
Hwesio gemuk itu benar-benar gusar, dengan suara
menggele dia membentak, "Bagi mereka yang tak mau sadar,
hanya jalan kematian yang paling cocok baginya. Sute berdua
kalian mundur dulu."
Begitu diberi perintah, kedua Hwesio itu segera
membalikkan badan dan mundur ke belakang.
"Berhenti!" Bong Thian-gak segera membentak.
Dengan gerakan sangat cepat dia menerjang ke depan.
Pada saat Bong Thian-gak menggerakkan tubuh, ketiga
Hwesio itu melejit ke tengah udara, lalu memisahkan diri.
Thay-kun yang berada di belakang dan menyaksikan
peristiwa itu segera mengerti bahwa ketiga Hwesio itu sama
sekali tidak bermaksud melarikan diri, maka dia segera
berseru dengan suara merdu, "Hati-hati, mereka membalikkan
badan sambil melancarkan serangan balasan."
Belum selesai dia berkata, benar juga tampak Hwesio
gemuk itu membalikkan badan, kemudian berkata dengan
suara dingin, "Sayang keadaan sudah terlambat."
Sambil bicara dia mengayunkan tangan ke depan.
Sebiji tasbih yang berada di tangan kirinya sudah
disambitkan ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Berbareng kedua Hwesio jangkung dan pendek yang
memisahkan diri tadi, masing-masing membidikkan pula sebiji
tasbih ke arah Bong Thian-gak.
1093 Dengan kepandaian silat Bong Thian-gak, sudah barang
tentu serangan senjata rahasia biasa tak nanti bias melukai
dirinya. Thay-kun yang berdiri di sisi arena dapat menyaksikan
peristiwa itu dengan jelas, dia lihat ketiga biji tasbih itu bukan
tertuju ke arah Bong Thian-gak, sebaliknya ditujukan ke satu


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

titik yang sama untuk saling bertumbukan satu sama lain.
Dengan cepat Thay-kun menyadari bahwa di balik semua
itu tentu ada sesuatu yang tidak beres, cepat dia membentak,
"Bong-suheng cepat mundur, tampaknya senjata rahasia itu
ada sesuatu yang tidak beres!"
Belum selesai dia berkata, ketiga biji tasbih yang meluncur
dari tiga arah yang berbeda itu sudah saling tumbuk.
Suatu ledakan keras segera berkumandang.
Rupanya ketiga biji tasbih kecil itu telah berubah menjadi
tiga buah letusan api yang meledak bersama di hadapan Bong
Thian-gak. Jilatan api yang sangat besar segera menyebar bersamaan
dengan gulungan angin berpusing yang menderu.
Jerit kesakitan bergema, tahu-tahu tubuh Bong Thian-gak
sudah terpental.
Thay-kun dapat menyaksikan kejadian itu dengan jelas,
tubuh Bong Thian-gak sudah bermandikan darah dan
tergeletak di atas tanah.
Sambil menjerit kaget, Thay-kun segera menerjang ke
muka sambil berkata, "Bong-suheng!"
Sementara ketiga Hwesio itu sudah menerjang kembali,
tampak dalam genggaman mereka masing-masing membawa
sebiji tasbih. Sudah jelas bukan tasbih biasa, melainkan peluru api Lenghwe-
tan. . 1094 Bong Thian-gak masih tergeletak di atas tanah, tapi saat itu
dia j berpekik panjang seraya berseru keras, "Sumoay, aku
belum mati. Kau cepatlah mundur, peluru Leng-hwe-tan itu
sangat lihai."
Dalam pada itu Bong Thian-gak telah melolos Pek-hiat-kiam
dan melompat bangun dari atas tanah, kemudian langsung
menyongsong datangnya Hwesio gemuk itu.
Peluru Leng-hwe-tan ketiga Hwesio itu kembali meluncur ke
depan dengan kecepatan luar biasa.
Namun gerakan pedang Bong Thian-gak pun tak kalah
cepatnya. Tampak cahaya pedang berkelebat bagaikan cahaya
bianglala, angin tajam pun membelah angkasa.
Tak sempat mengeluarkan jeritannya lagi, pinggang Hwesio
gemuk itu terbabat kutung menjadi dua bagian.
Pada saat bersamaan terjadi kembali ledakan keras, ketiga
biji Leng-hwe-tan kembali meletus di belakang Bong Thiangak.
, Ketika berhasil membinasakan Hwesio gemuk itu, Bong
Thian-gak dengan tubuh menempel di atas tanah segera
berputar ke arah lain, sekali lagi terdengar pekikan nyaring
menggema, tahu-tahu cahaya pedang menyambar ke arah
Hwesio bertubuh jangkung.
Ketika melihat Hwesio gemuk tewas di ujung pedang Bong
Thian-gak, kedua Hwesio jangkung dan cebol sudah dibuat
ketakutan dan masing-masing melompat mundur. Berbareng
satu dari timur dan yang lain dari barat, mereka bersamasama
menyambitkan kembali dua biji leng-hwe-tan ke arah
Bong Thian-gak.
Sudah barang tentu Bong Thian-gak bukan pemuda bodoh
yang cuma berdiri mematung di tempat. Oleh sebab itu di saat
Leng-hwe-tan meledak di belakang tubuhnya, sudah tak
mampu untuk melukai dirinya lagi.
1095 Ketika ledakan menggelegar, pedang Bong Thian-gak
menyambar pula ke leher si Hwesio jangkung.
Suara jeritan ngeri bergema kembali, percikan darah segar
pun menyembur kemana-mana.
Menyaksikan gelagat tidak menguntungkan, Hwesio pendek
segera membalikkan badan dan melarikan diri terbirit-birit
masuk ke balik hutan bambu.
Dari jarak jauh Bong Thian-gak menyambitkan Pek-hiatkiam
ke depan. Cahaya pedang memercik di angkasa dan meluncur dengan
kecepatan luar biasa.
Jeritan ngeri yang memilukan sekali lagi bergema di
angkasa. Si Hwesio bertubuh pendek tahu-tahu sudah tertusuk
pedang dan tewas di balik hutan bambu.
Setelah berhasil membunuh ketiga Hwesio secara beruntun,
Bong Thlnn-gak ikut roboh terjengkang ke atas tanah.
Walaupun dalam usahanya membunuh ketiga Hwesio tadi
ia telah menggunakan beberapa macam kepandaian yang
berbeda, namun berhubung gerakannya dilakukan dalam
kecepatan luar biasa dan lagi diselesaikan dalam satu
gebrakan saja, hal itu membuat Thay-kun sendiri pun tak
sempat memberikan bantuan kepadanya.
Thay-kun segera menerjang ke muka dan membangunkan
tubuh Bong Thian-gak.
Terdengar si anak muda itu merintih pelan, "Sumoay, di
balik peluru api itu tersimpan jarum lembut, kini dadaku telah
terkena jarum yang amat lembut itu. Aku ... mungkin aku
sudah tak tertolong lagi
Memandang dadanya yang basah oleh darah dan
keadaannya begitu mengerikan, air mata Thay-kun bercucuran
1096 dengan derasnya, sehingga membasahi wajah Bong Thiangak,
ujarnya sambil menahan isak tangis, "Suheng, bila jarum
lembut itu beracun, mana mungkin jiwamu tertolong."
Bong Thian-gak tertawa getir, "Sekalipun jarum-jarum
lembut itu tidak beracun, namun jarum itu amat lembut.
Apabila tertusuk ke dalam nadi, maka jarum tadi akan
mengalir masuk mengikuti gerakan darah. Dalam keadaan
begini, sekalipun ada dewa yang turun dari kahyangan pun
belum tentu jiwaku dapat diselamatkan."
"Ai, sungguh tidak kusangka, biji tasbih ketiga Hwesio itu
tersimpan peluru api yang berisi jarum lembut begitu beracun.
Senjata rahasia semacam ini biasanya berasal dari keluarga
Tong di propinsi Sucwan."
"Suheng, kau tak usah banyak bicara lagi," tukas Thay-kun
dengan air mata bercucuran. "Bila aku bisa mendapatkan
sepotong besi sembrani sekarang, jiwamu tentu akan
tertolong."
Bong Thian-gak menggeleng kepala sambil menghela
napas, "Aku tahu jiwaku sudah tak akan tertolong lagi, ai...."
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia
melanjutkan, "Sumoay, mumpung aku saat ini masih dapat
berbicara, aku ingin sekali memberitahukan satu hal
kepadamu."
Waktu itu pikiran Thay-kun sudah amat kalut, sambil
menahan isak tangis dia berkata, "Suheng, soal apa yang
hendak kau beritahukan kepadaku, cepatlah kau utarakan!"
"Aku ingin berkata kepadamu, aku cinta padamu," bisik
Bong Thian-gak sambil tertawa rawan.
"Suheng, tahukah kau bahwa aku pun selalu mencintaimu?"
kata Thay-kun kemudian.
Hati Bong Thian-gak bergetar keras, dengan gembira
serunya, "Kau ... kau tidak membohongi aku?"
1097 "Tidak, aku tak membohongimu, orang yang diam-diam
kucintai itu tak lain adalah kau, tapi berhubung kau sudah
mendapatkan Song Leng-hui, maka aku ... aku sengaja
berbohong kepadamu."
Tiba-tiba Bong Thian-gak berteriak, "Aku tidak boleh mati,
aku ... aku ingin hidup lebih lama."
Mendengar kata-kata itu, mendadak Thay-kun menangis
tersedu-sedu. Sebab pada saat itu dia menyaksikan kekasih hatinya
sedang terancam kematian, cakar maut yang hendak
merenggut nyawanya dan dia ternyata tak mampu berbuat
apa-apa. "Oh Thian, apa yang harus kulakukan untuk
menyelamatkan jiwanya?"
Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang amat kaku
dan mengerikan.
Rasa sedih yang kelewat batas membuat Thay-kun
kehilangan perasaannya. Dia seakan-akan sama sekali tidak
mendengar suara lerlawa dingin itu, padahal sekalipun
mendengar juga dia tak akan memalingkan kepala.
Sekarang dia hanya tahu memeluk kekasihnya,
memeluknya dengan kencang.
Sebaliknya Bong Thian-gak segera melihat empat sosok
bayangan telah muncul di sisi tubuhnya.
Mereka terdiri dari seorang nenek berambut putih,
perempuan dan lelaki kekar bermata tunggal serta seorang
gadis cantik jelita dan genit.
Tanpa terasa Bong Thian-gak berseru kaget, "Ah, Biaukosiu!"
Setelah mendengar suara seruan Bong Thian-gak, Thaykun
baru sadar dari impiannya, dia segera memandang
1098 keempat orang itu sekejap, lalu pelan-pelan berkata, "Cepat
amat kedatangan kalian. Bila kau ingin membunuh kami,
sekarang tak usah banyak waktu dan tenaga lagi."
Biau-kosiu tertawa dingin, tanyanya, "Bukankah dia sudah
terkena jarum beracun ekor lebah dari peluru api?"
Mendengar pertanyaan itu, Thay-kun segera menghela
napas sedih, "Ai, sungguh tak disangka jarum ekor lebah itu
mengandung racun jahat."
Sesudah menghela napas panjang, dia menghentikan katakatanya
dan Hati Budha Tangan Berbisa 4 Bara Naga Karya Yin Yong Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 6
^