Pendekar Cacad 19

Pendekar Cacad Karya Gu Long Bagian 19


n kemampuan mereka, tapi sampai akhirnya hanya
Hek-mo-ong seorang yang akan berduel melawan diriku."
Sebelum Bong Thian-gak dapat menangkap arti di balik
perkataan Thio Kim-ciok itu, Thay-kun telah berhasil
menangkap arti ucapan itu, sambil menghela napas ia segera
berkata, "Jadi kalau begitu Thio-locianpwe benar-benar telah
memperalat kemampuan Hek-mo-ong untuk membunuh sisa
kesepuluh tokoh persilatan" Ai, apakah tindakan dan cara
yang ditempuh Thio-locianpwe ini tidak terlampau kejam?"
Hijau membesi wajah Thio Kim-ciok.
"Umpatan nona Thay-kun memang tepat sekali," sahutnya.
"Nah, katakan sekarang, apakah kalian bersedia membantuku"
Saat ini Hek-mo-ong telah berada di dalam kuburan untuk
membunuh sepuluh tokoh persilatan yang tersisa serta Ho
Lan-hiang, aku pun harus selekasnya mempersiapkan segala
sesuatunya."
Thay-kun menghela napas sedih.
"Kini badai pembunuhan sudah berada di depan mata,
apakah Thio-locianpwe bersedia mengungkap siapa gerangan
Hek-mo-ong yang sebenarnya?"
Thio Kim-ciok termenung dan berpikir beberapa saat,
setelah itu baru menghela napas panjang.
"Nona Thay-kun memang seorang nona yang cerdas dan
berotak encer, aku benar-benar merasa kagum atas
kepintaranmu itu. Memang benar, Hek-mo-ong adalah Liu
Khi." "Hah, jadi benar adalah Liu Khi?" seru Bong Thian-gak
terperanjat. "Ya, sejak tiga puluh tahun berselang, aku sudah tahu Liu
Khi adalah Hek-mo-ong."
1232 "Kalau Thio-locianpwe sudah mengetahui bahwa otak dari
semua kejahatan ini adalah Liu Khi, mengapa kau tidak secara
langsung mencarinya untuk membalas dendam?" tanya Bong
Thian-gak dengan suara keras.
Tiba-tiba Thio Kim-ciok mendongakkan kepala dan tertawa
tergelak dengan suara menyeramkan.
"Walaupun Liu Khi dan aku terikat dendam sakit hati
sedalam lautan, tapi sepuluh tokoh persilatan serta Ho Lanhiang
pun punya dendam sakit hati denganku, aku sangat
membenci mereka, begitu benciku hingga bertekad akan
membasmi mereka satu per satu, tapi ... aku sudah tidak
memiliki kekuatan sedemikian besar, maka aku..."
Berbicara sampai di sini, suara Thio Kim-ciok terdengar
amat sedih, murung dan terputus-putus karena menahan
emosi. Thay-kun menghela napas sedih, segera ujarnya pula,
"Maka Thio-locianpwe pun memperalat Hek-mo-ong Liu Khi
untuk membinasakan kesepuluh tokoh persilatan itu satu per
satu?" Thio Kim-ciok mengangguk pelan.
"Ya, meskipun begitu, akhirnya Liu Khi akan turun tangan
juga terhadapku."
"Bukankah kau sangat berharap bisa membunuh Liu Khi?"
jengek Bong Thian-gak sambil tertawa dingin.
Thio Kim-ciok menghela napas sedih.
"Tapi yang pasti aku tak akan mampu menandingi Hek-moong
Liu Khi." "Ai, selama tiga puluh tahun terakhir ini, aku harus
berusaha keras mengendalikan rasa dendam dan benciku yang
terbesar untuk bekerja sama dengan Liu Khi serta berusaha
melenyapkan sepuluh pesilat tangguh dari muka bumi ini.
1233 Terus terang kukatakan, aku memang sengaja mengulur
waktu agar luka yang kuderita bisa disembuhkan lebih dulu."
Mata Thio Kim-ciok yang sedih dan penuh duka itu
dialihkan ke Song Leng-hui. Itulah pandangan penuh harapan.
Hingga detik ini Bong Thian-gak baru mulai memperoleh
sedikit pengertian atas budi dendam serta musibah yang
terjadi dalam dunia persilatan selama ini, sesungguhnya
persoalan ini memang terlalu rumit dan memusingkan kepala.
Tentu saja yang patut dikasihani adalah mereka yang telah
keburu mati secara mengenaskan.
Satu masalah pelik yang dihadapi mereka sekarang, yaitu
apakah mereka harus membantu kakek yang berhati kejam
dan buas ini untuk mengembalikan kekuatannya sehingga ia
dapat memuaskan napsunya untuk membalas dendam sakit
hatinya" Tapi seandainya mereka tidak membantu kakek ini untuk
memulihkan kembali kekuatannya, Hek-mo-ong Liu Khi pasti
akan membinasakan pula Thio Kim-ciok setelah ia berhasil
menghabisi nyawa Tio Tian-seng sekalian.
Tiba-tiba terdengar Thay-kun menghela napas panjang,
"Sudahlah, kami bersedia membantu memulihkan kembali
kekuatanmu itu."
Thio Kim-ciok amat gembira.
Sebaliknya paras muka Bong Thian-gak berubah hebat, ia
segera menegur, "Sumoay, apakah kita harus menyetujui
permintaannya?"
"Bicara soal dosa dan kekejaman, Hek-mo-ong Liu Khi otak
dari semua kekejian ini. Apabila kita berniat menyingkirkan
dalang semua kekejian dan kebuasan itu, maka kita harus
berbuat demikian. Hanya satu masalah yang dikuatirkan
adalah sehabis sembuh dari lukanya nanti, apakah Thiolocianpwe
benar-benar mampu melawan kekuatan Liu Khi."
1234 Thio Kim-ciok menghela napas panjang, "Sekalipun tidak
dapat membunuhnya, paling tidak aku mempunyai kekuatan
untuk beradu jiwa dengannya."
Mendadak Thay-kun berkata dengan serius, "Thiolocianpwe,
aku ingin mengucapkan sesuatu kepadamu, yaitu
Thian adalah maha pengasih dan penyayang, kecuali
menghadapi seorang buas yang dosanya sudah menumpuk
dan tidak terampuni lagi, kita harus menolong mereka yang
terancam bahaya."
"Kini Liu Khi telah memancing Tio Tian-seng sekalian para
jago memasuki kuburan itu serta membantai mereka secara
brutal. Apakah Thio-locianpwe akan berpeluk-tangan tanpa
berusaha menolongnya?"
Thio Kim-ciok menghela napas panjang.
"Ai, dendam sakit hatiku kepada mereka sudah mencapai
titik puncaknya, ibarat air dengan api, aku tak akan hidup
berdampingan lagi dengan mereka secara damai. Dengan
sendirinya mati hidup mereka pun tak usah kupusingkan lagi,
sebab daripada membiarkan mereka tetap hidup di dunia ini,
lebih baik membiarkan mereka saling gontok. Apakah nona
berniat memaksaku menyelamatkan mereka?"
"Aku tidak suruh Locianpwe pergi menolong mereka, kami
hanya minta kepada Locianpwe untuk menerangkan pintu
masuk dan keluar kuburan ini."
"Ai, baiklah! Mari kalian ikuti aku," ucap Thio Kim-ciok
kemudian sambil menghela napas.
Selesai berkata, ia membalikkan badan dan berjalan
kembali ke arah kuburan.
Bong Thian-gak, Thay-kun serta Song Leng-hui segera
mengikut di belakangnya.
Terdengar Thio Kim-ciok yang berada di depan berkata lagi,
"Pintu masuk menuju ke kuburan Bu-lim-bong ini terbagi
1235 menjadi dua buah lorong yang masing-masing adalah lorong
kehidupan dan lorong kematian. Tadi lorong kematian sudah
ditutup, sedang jalan yang kita lalui sekarang adalah lorong
kehidupan."
"Perlu kalian ketahui, lorong kehidupan ini berada dalam
suasana gelap-gulita, tak nampak jari sendiri, ditambah
dengan perubahan Kiu-kiong-pat-kwa, maka akan timbul
kesan seperti munculnya badai, kilat, setan atau makhluk
aneh. Tapi kalian tak usah takut, kalian pun jangan berusaha
turun tangan memukul atau menyerang benda yang
dijumpai."
Belum selesai perkataan Thio Kim-ciok, Bong Thian-gak
sekalian telah mendengar timbulnya suara angin puyuh yang
menderu-deru, suara angin itu begitu dahsyatnya sehingga
menggidikkan siapa pun yang mendengar, bahkan seolah-olah
menggulung ke arah tubuh mereka.
Bong Thian-gak sekalian menjadi sangat terperanjat,
andaikata Thio Kim-ciok tidak berpesan lebih dulu, niscaya
mereka akan mundur.
Dengan membusungkan dada dan langkah lebar, Bong
Thian-gak meneruskan perjalanan ke depan. Anehnya,
walaupun mereka mendengar suara hembusan angin puyuh
yang menderu-deru dan memekakkan telinga, namun tubuh
mereka sama sekali tidak terasa seperti terhembus angin
puyuh. Perubahan aneh yang sama sekali tak terduga ini benarbenar
sangat luar biasa, baru sekarang Bong Thian-gak
mengagumi betapa hebatnya ilmu Ngo-heng itu.
Pada saat itulah terdengar Thio Kim-ciok yang berada di
depan berkata, "Setelah hembusan angin lewat, hujan dan
guntur akan datang silih berganti, tapi semuanya hanya
khayalan belaka, kalian tak perlu merasa kuatir."
1236 Baru selesai peringatan itu diberikan, Bong Thian-gak
segera merasakan menyambarnya halilintar yang menusuk
mata di depannya, kemudian disertai ledakan guntur yang
menggelegar, terasa hujan turun dengan derasnya.
Padahal semuanya itu hanya merupakan khayalan belaka,
Bong Thian-gak merasa tubuhnya kering dan sama sekali tidak
ada setetes air pun yang membasahi tubuhnya, namun
telinganya justru menangkap suara air hujan yang turun
sangat deras. Lama kelamaan Bong Thian-gak tak dapat mengendalikan
rasa ingin tahunya lagi, ia segera bertanya, "Thio-locianpwe,
sesungguhnya darimanakah datangnya suara khayalan itu?"
"Di sinilah letak kelihaian ilmu rahasia barisan Ngo-heng
serta Kiu-kiong-pat-kwa, padahal suara-suara khayalan itu
justru timbul dari dalam tubuh kita sendiri."
"Timbul dari dalam tubuh sendiri" Apa artinya?"
"Tak mungkin kujelaskan hal ini dalam waktu singkat. Nah,
hati-hatilah, bayangan setan yang lebih menakutkan akan
segera muncul, ingat baik-baik, jangan turun tangan
menyerang makhluk apa pun yang datang menyerang kalian!"
Baru selesai ia berkata, suara tangisan setan dan jeritan
kuntilanak bergema silih berganti.
Bersamaan Bong Thian-gak seolah-olah melihat munculnya
kepala setan berambut panjang dan berwajah bengis
menyeramkan menerjang ke arahnya.
Andaikata Thio Kim-ciok tidak berpesan sekali lagi, sudah
pasti Bong Thian-gak akan menyingkir jauh-jauh dari situ.
Benar juga, ternyata bayangan setan yang menerkam
datang tadi hanya khayalan semu belaka.
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan Bong
Thian-gak segera bertanya, "Thio-locianpwe, jika aku turun
1237 tangan melancarkan serangan atau menghindar ke samping,
apakah akibat yang akan terjadi?"
"Bong-laute, kau juga jangan bergurau secara
sembarangan," seru Thio Kim-ciok dengan perasaan gelisah,
"bila kau bergerak hingga rubuhmu menyentuh alat rahasia,
maka tubuhmu akan terseret masuk ke dalam lorong
kematian."
"Bukankah Tio Tian-seng sekalian masih berada di dalam
lorong kematian sekarang?"
"Benar, sejak memasuki kuburan Bu-lim-bong tadi, mereka
sudah menempuh jalan yang salah, yaitu lorong kematian."
"Apa yang bakal terjadi bilamana seorang berjalan melalui
lorong kematian?"
"Bila orang yang memasuki lorong kematian itu tidak
menguasai perubahan Kiu-kiong-pat-kwa, maka selama hidup
dia tak akan bisa kembali dalam keadaan selamat, apalagi
keluar dari kuburan Bu-llm bong ini."
"Kalau begitu, seandainya Tio Tian-seng sekalian tidak
memahami rahasia perubahan Kiu-kiong-pat-kwa, maka
selama hidup dia akan terkurung di dalam lorong kematian
itu?" "Hek-mo-ong telah bertekad akan membunuh seluruh
orang di dalam kuburan Bu-lim-bong ini, aku rasa nasib
mereka lebih banyak bencananya daripada selamat."
"Tio Tian-seng Locianpwe mempunyai hubungan yang
paling akrab denganku, aku tak bisa membiarkan mereka
tewas terbunuh tanpa berusaha menolongnya."
Di tengah pembicaraan itu, Bong Thian-gak segera
mengerahkan tenaga pukulannya dan membacok ke sisi
kirinya. 1238 Baru saja dia akan melancarkan pukulan, Thio Kim-ciok
telah menyadari perbuatannya itu, ia segera menjerit kaget,
"Jangan kau lakukan..."
Dengan cepat dia menggerakkan tangannya balas
mencengkeram tangan pemuda itu.
Tahu-tahu serangan yang dilancarkan Bong Thian-gak
sudah menghantam di dinding batu itu
Di tengah suara ledakan keras yang memekakkan telinga,
Bong Thian-gak merasakan permukaan tanah dimana ia
berdiri terasa berputar kencang, tidak bisa ditahan lagi
tubuhnya segera terjatuh ke sisi kanan
Bersamaan waktunya pula Bong Thian-gak mendengar
Thay-kun berteriak, "Bong-suheng, apa yang hendak kau
lakukan?" Walaupun Bong Thian-gak tak bisa mengendalikan
keseimbangan tubuhnya lagi hingga berputar dan terjatuh ke
kanan, namun kesadaran pikirannya masih tetap utuh.
Mendengar teriakan itu, ia segera menyahut dengan lantang,
"Aku hendak menyelamatkan jiwa Tio Tian-seng sekalian,
kalian segera mendesak Thio Kim-ciok."
Belum habis perkataan itu, kembali terdengar suara
ledakan keras menggelegar, tubuh Bong Thian-gak terjerumus
ke dalam sebuah jurang yang tak nampak dasarnya, angin
tajam terasa menderu di sekelilingnya.
Berada dalam keadaan begini, Bong Thian-gak tak sanggup


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melanjutkan perkataannya lagi, cepat dia menghimpun tenaga
dalam untuk memperingan bobot tubuhnya agar dirinya yang
sedang meluncur ke bawah bisa bergerak lebih lamban.
Tiba-tiba saja Bong Thian-gak merasakan kaki telah
menyentuh permukaan tanah, suasana di sekitar sana terasa
hening, suasana gelap mencekam sekelilingnya membuat
kelima jari sendiri pun tak terlihat.
1239 Baru sekarang Bong Thian-gak merasa sangat menyesal,
dia menyesal karena bertindak gegabah hingga terperosok ke
tempat itu. Di samping itu dia pun merasa amat terkejut bercampur
keheranan terhadap peralatan ganda dalam kuburan Bu-limbong
yang mempunyai perubahan sedemikian rupa, ia tidak
habis mengerti apa sebabnya serangan yang dilancarkan
olehnya tadi bisa mengalihkan dirinya sampai ke tempat
semacam ini. Di tengah keheningan yang mencekam, tiba-tiba Bong
Thian-gak menangkap suara langkah kaki berjalan mendekat
dari hadapannya.
Diam-diam Bong Thian-gak menghimpun tenaga murninya
sambil bersiap menghadapi segala kemungkinan.
Sementara itu suara langkah kaki tadi makin mendekat.
Bong Thian-gak dapat menangkap suara langkah itu terdiri
dari dua orang.
"Siapa di situ?" Bong Thian-gak segera membentak.
Tapi begitu suara teguran diutarakan, Bong Thian-gak
segera merasakan datangnya dua gulung desingan senjata
rahasia yang amat tajam ke arah tubuhnya.
Walaupun Bong Thian-gak dalam lorong bawah tanah yang
gelap, namun sepasang telinganya sangat tajam, serta-merta
dia menggerakkan tubuhnya dan bergeser ke sisi sebelah
kanan. Baru saja tubuhnya berdiri tegak, dua orang itu telah
menerjang dari kiri dan kanan dengan kecepatan luar biasa,
bahkan melancarkan serangan bersama-sama.
"Siapa di situ?" kembali Bong Thian-gak membentak. "Bila
tidak menyebutkan nama kalian, jangan salahkan bila aku
menyerang secara keji."
1240 Sekali lagi anak muda itu berkelebat menghindar ke sisi
sebelah kiri. Agaknya kedua orang yang gagal dalam serangannya itu
merasa terperanjat sekali, serentak mereka menghentikan
serangannya. Dalam pada itu jarak antara kedua belah pihak sudah
dekat, Bong Thian-gak dapat mendengar dengan jelas suara
napas kedua orang yang berada di hadapannya itu sangat
berat disertai suara rintihan dan dengusan tertahan.
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan Bong
Thian-gak segera bertanya lagi, "Kenapa kalian" Apakah
terluka?" Setelah suara rintihan dan hembusan napas memburu agak
mereda, terdengar orang itu menjawab dengan suara parau,
"Kau adalah orang Thio Kim-ciok ataukah salah seorang di
antara para jago yang memasuki kuburan Bu-lim-bong ini?"
Sekarang Bong Thian-gak sudah dapat melihat wajah
kedua orang yang berada di hadapannya ini, walaupun secara
lamat-lamat. Dia berseru tertahan, lalu bergerak lebih ke
depan, tegurnya segera, "Bukankah kalian berdua adalah anak
buah Biau-kosiu ... Biau-han-thian suami-istri?"
Benar, kedua orang itu memang kedua anak buah Biaukosiu,
lelaki dan perempuan kekar bermata tunggal itu.
Tampaknya Biau-han-thian suami-istri masih belum
mengenali Bong Thian-gak, segera bentaknya, "Berhenti! Jika
kau berani maju selangkah lagi, kedua puluh empat peluru
emas akan kami lancarkan secara bersama."
Bong Thian-gak menghentikan langkah, lalu berseru lagi
dengan lantang.
"Aku adalah Jian-ciat-suseng, apakah kau masih belum
mengenali diriku?"
1241 Biau-han-thian suami-istri berseru tertahan, lalu berkata,
"Ya benar, kau adalah Jian-ciat-suseng, tapi kau adalah teman
atau musuh?"
Bong Thian-gak tertawa ringan, "Aku adalah sahabat
kalian, senasib sependeritaan yang sama-sama berkurung di
dalam Bu-lim-bong ini."
Biau-han-thian segera mendengus, "Hm, selagi berada di
halaman tadi, kau berpihak kepada Thio Kim-ciok. Selama
berada dalam kuburan Bu-lim-bong, kau pun termasuk salah
satu pembantu untuk membunuh para jago. Hm! Hari ini, kami
akan mengadu jiwa denganmu."
"Tunggu dulu!" bentak Bong Thian-gak dengan suara
keras. "Apalagi yang hendak kau katakan?" seru Biau-han-thian
sambil tertawa seram.
"Apa yang menyebabkan kalian terluka" Dimanakah Biaukosiu
serta para jago lainnya?" tanya pemuda itu dengan
suara dalam. Biau-han-thian tertawa seram, "Apa yang mengakibatkan
kami terluka" Masakah kau belum tahu" Apalagi kalau bukan
dilukai oleh begundal-begundalmu."
"Tutup mulutmu!" bentak Bong Thian-gak sambil berkerut
kening. "Sekarang kalian sudah termakan oleh siasat busuk
Hek-mo-ong. Keselamatan jiwa kalian terancam, masakah
kalian belum menyadari akan hal ini" Dimanakah para jago
lainnya saat ini" Harap kau segera mengajakku ke sana."
Mendadak Biau-han-thian tertawa seram, "Aku tidak bakal
mengajakmu ke sana. Kami suami-istri bisa bertemu dengan
kau saat ini, hitung-hitung kami lagi sial. Jika kau memang
berkepandaian, ayo cepatlah bunuh kami berdua."
1242 Sekarang Bong Thian-gak sudah tahu bahwa kedua orang
itu telah salah mengira dia sebagai musuh. Padahal dalam
keadaan seperti ini, ia tak bisa merubah sikap serta
pandangan mereka yang keliru itu, tapi bila dilihat dari
keadaan Biau-han-thian suami-istri yang menderita luka, bisa
diduga Liu Khi sudah mulai melakukan pembantaian secara
besar-besaran. Tindakan paling baik sekarang adalah secepatnya
menemukan para jago dan menyingkap tabir rahasia bahwa
Liu Khi adalah Hek-mo-ong.
Sementara dia masih termenung memikirkan persoalan itu,
tiba-tiba Biau-han-thian suami-istri telah menerjang datang
lagi dari sisi kiri dan kanan.
Bong Thian-gak segera membentak, tubuhnya bagai
gangsingan segera berputar, serunya, "Dengarkan baik-baik
kalian berdua! Liu Khi adalah Hek-mo-ong, dalang semua
kekejaman dan kekejian selama ini, dia sengaja memancing
para jago memasuki kuburan Bu-lim-bong ini tak lain
bertujuan untuk membunuh setiap jago lihai persilatan. Apa
yang aku ucapkan ini adalah sesungguhnya dan fakta, percaya
atau tidak terserah kepada kalian sendiri!"
Selesai mengucapkan perkataan itu, Bong Thian-gak segera
menyelinap ke samping dan melanjutkan perjalanannya
menuju ke arah depan.
Waktu itu Biau-han-thian suami-istri sudah menderita luka
parah sehingga sama sekali tak berkekuatan lagi untuk
mengejar Bong Thian-gak, namun kata-kata Bong Thian-gak
sebelum pergi serta tindakan si anak muda yang tidak
membunuh mereka, membuat kedua orang itu merasa curiga
bercampur ragu, tanpa terasa pikirnya, "Mungkinkah dia
adalah orang baik-baik?"
Suasana di dalam lorong bawah tanah itu gelap-gulita dan
lembab, dengan langkah cepat Bong Thian-gak bergerak
1243 maju, namun masih belum juga ditemukan ujung lorong
bawah tanah itu.
Tiba-tiba hati Bong Thian-gak bergetar keras, ia teringat
lorong bawah tanah ini ada beberapa bagian mirip lorong
bawah tanah Kiu-kiong-mi-hun-to di dalam kuil Sam-cingkoan.
Bagi orang yang tidak memahami kunci rahasia lorong
itu, walaupun sudah berjalan pulang pergi akhirnya kembali
lagi ke posisi semula.
Teringat sampai di sini, hatinya menjadi bergidik, segera
pikirnya lagi, "Aduh celaka! Thio Kim-ciok pernah bilang,
lorong kematian di dalam kuburan Bu-lim-bong ini dibangun
menurut perubahan barisan Kiu-kiong-pat-kwa. Bagi mereka
yang tak memahami kunci rahasia ilmu barisan itu, dengan
cara apakah baru dapat keluar dari tempat ini?"
Sementara dia masih termenung memikirkan hal itu,
mendadak dari kejauhan sana terdengar suara seseorang
sedang menghela napas sedih.
Secepat kilat Bong Thian-gak segera bergerak ke muka
mendekati sumber suara itu, segera tegurnya, "Siapa yang
berada di depan?"
Bong Thian-gak memiliki sepasang mata tajam, ia bisa
melihat ada seseorang dengan sepasang mata tajam sedang
berdiri bersandar di dinding lorong di hadapannya. Tampak
orang itu menggenggam sebatang senjata yang pendek
bentuknya. Ketika melihat kedatangan Bong Thian-gak, orang itu
segera menggerakkan senjatanya langsung menusuk ke dada
lawan dengan kecepatan luar biasa serta keganasan yang
menggidikkan. Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Bong Thiangak,
ia masih ingat di antara kawanan jago yang memasuki
kuburan Bu-lim-bong ini, tak seorang pun yang
mempergunakan senjata pendek macam begini.
1244 Orang itu sudah pasti adalah pembunuh yang telah
disiapkan Hek-mo-ong Liu Khi sebelumnya untuk menyergap
dan membunuh para jago yang kebetulan lewat di situ.
Berpikir begitu Bong Thian-gak segera membentak,
rubuhnya bergerak ke muka dengan kecepatan tinggi dan
menerobos lewat dari bawah cahaya kilat senjata pendeknya,
kemudian tangan kanannya bergerak cepat dan menghantam
pergelangan tangan kanan lawan yang menggenggam senjata
itu. Jerit kesakitan segera bergema, pergelangan tangan kanan
orang itu segera termakan oleh bacokan tangan Bong Thiangak
yang tajam bagaikan golok itu hingga patah.
Sekalipun Bong Thian-gak sendiri berlengan tunggal,
namun perubahan jurus serangannya amat cepat dan boleh
dibilang nomor wahid di dunia ini.
Terlihat pergelangan tangan kirinya membalik dengan
cepat, tahu-tahu kelima jarinya sudah mencengkeram jalan
darah kaku di bahu orang itu.
Dengan dicengkeramnya jalan darah kaku di bahu, pada
hakikatnya orang itu tak bisa berkutik lagi.
"Apakah kau sudah bosan hidup?" hardik Bong Thian-gak.
Tampaknya orang itu menderita kesakitan yang luar biasa,
dia merintih tiada hentinya, tapi segera sahutnya, "Bagaimana
kalau masih ingin hidup" Bagaimana pula kalau sudah bosan
hidup?" Baru sekarang Bong Thian-gak dapat melihat bahwa orang
itu seorang kakek yang telah berusia lanjut, dia tertawa
dingin, "Bila ingin hidup, turuti semua perintahku tanpa
membantah. Kalau sudah bosan hidup, cukup tanganku
digerakkan ke bawah dan menghantam nadi penting di atas
tengkukmu, nyawamu pasti akan dibereskan dengan segera."
1245 "Daripada hidup menderita, lebih baik aku minta kematian
yang cepat," kata kakek itu lagi setengah merintih.
"Tapi sayang, aku tak akan membiarkan kau mati dalam
waktu singkat," jengek Bong Thian-gak sambil tertawa dingin.
Kakek itu mendengus, "Hm, dari usiamu yang masih muda,
tidak kusangka hatimu begitu keji dan buas."
Untuk sesaat Bong Thian-gak menjadi tertegun, segera
ujarnya lagi, "Kau menyergapku secara tiba-tiba dari balik
kegelapan, apakah tindakanmu ini bukan merupakan suatu
perbuatan yang kejam?"
Bantahan itu membungkamkan si kakek.
Kembali Bong Thian-gak berkata dengan suara dingin, "Ayo
cepat mengaku, apakah kau adalah begundal Hek-mo-ong?"
"Siapa itu Hek-mo-ong" Aku tidak tahu, kami hanya
mengetahui pemilik kuburan Bu-lim-bong ini adalah Thio Kimciok."
"Kalau begitu kau adalah anak buah Thio Kim-ciok?" tanya
Bong Thian-gak dengan perasaan terkesiap.
Sambil mengertak gigi menahan emosi, kakek itu berkata,
"Bukan, kami bukan anak-buah si orang edan itu."
"Lantas kau berasal dari aliran mana?" tanya Bong Thiangak.
"Kami adalah orang-orang mengenaskan yang dikurung
oleh orang edan itu selama puluhan tahun di dalam Bu-limbong
ini." "Apa" Jadi kau pun dicelakai oleh Thio Kim-ciok?" Bong
Thian-gak terkejut.
"Benar, Thio Kim-ciok sudah dua puluh tahun mengurung
kami di dalam Bu-lim-bong ini. Siksaan lahir-batin dalam
1246 jangka waktu yang begini panjang membuat sebagian orangorang
kami menjadi orang yang tak waras lagi otaknya."
Bong Thian-gak sungguh merasa terkejut bercampur
keheranan, kembali dia bertanya, "Apa sebabnya Thio Kimciok
mengurung kalian di dalam Bu-lim-bong ini?"
"Kami sendiri pun tidak tahu apa sebabnya dia mengurung
kami di sini."
"Lantas berapa banyak rekan-rekanmu yang ikut disekap
oleh Thio Kim-ciok di tempat ini?" tanya Bong Thian-gak lagi
agak tertegun. "Semua berjumlah tujuh puluh dua orang."
"Apakah ketujuh puluh dua orang ini semuanya adalah
orang-orang persilatan?"
"Ya, tentu saja mereka semua adalah jago persilatan."
Setelah berhasil mengetahui rahasia yang sangat aneh itu,
Bong Thian-gak merasa kaget, dia tidak habis mengerti
mengapa Thio Kim-ciok menyekap kawanan jago persilatan
itu. "Bagaimana ceritanya sehingga kalian dapat disekap di
sini?" tanya Bong Thian-gak.


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil berkata, ia kendorkan cengkeramannya atas
pergelangan tangan kakek itu.
Kakek itu memandang sekejap ke arah Bong Thian-gak,
lalu setelah menghela napas panjang, katanya dengan nada
suara yang amat sedih, "Ai, hal ini terjadi pada dua puluh
empat tahun berselang, aku she Kim bernama Toa-hay,
sesungguhnya aku adalah seorang Piausu dari perusahaan Anwan-
piau-kiok di wilayah Ho-pak. Suatu hari aku telah
mengawal sejumlah barang yang diterima perusahaan, tetapi
secara aneh tahu-tahu sudah ditawan ke tempat ini. Sejak
memasuki kuburan Bu-lim-bong ini, tak pernah ada harapan
lagi bagi kami untuk keluar dari sini."
1247 "Siapakah pemilik barang yang kau kawal waktu itu?" tanya
Bong Thian-gak.
"Tentu saja pemilik barang kawalan kami adalah Thio Kimciok!"
Hingga kini Bong Thian-gak belum juga mengerti apa
sebabnya Thio Kim-ciok mengurung orang-orang itu di dalam
Bu-lim-bong, ia menggeleng sambil menghela napas, lalu
katanya, "Kim-piauthau, apa sebabnya kau membokongku
tadi?" "Sebab aku mengira kau adalah komplotan Thio Kim-ciok."
"Kalau begitu, kalian benar-benar amat membenci Thio
Kim-ciok?"
Mendadak Kim Toa-hay tertawa seram, "Siapa bilang tidak
membencinya" Tanpa sebab-musabab Thio Kim-ciok telah
menyekap kami sepanjang tahun di dalam neraka dunia yang
tak kelihatan matahari ini, membuat kami semua harus jauh
dari rumah, berpisah dengan anak istri dan sanak keluarga.
Dendam sakit hati kami sudah begitu mendalam, kalau bisa
kami ingin mendahar dagingnya dan menghirup darahnya."
Kembali Bong Thian-gak menghela napas panjang, "Ai
betul, walaupun Thio Kim-ciok tidak mencelakai jiwa kalian,
tetapi telah menghancurkan masa depan kalian. Ai, siksaan
hidup semacam ini pada hakikatnya memang lebih berat
daripada kematian."
"Tapi apa sebabnya Thio Kim-ciok bersikap begitu kejam
dan tidak berperi-kemanusiaan terhadap kalian?"
Tiba-tiba terdengar Kim Toa-hay berseru tertahan, lalu
tanyanya dengan cepat, "Anak muda, bagaimana caramu
memasuki Bu-lim-bong ini?"
Mendengar pertanyaan ini, tiba-tiba saja Bong Thian-gak
teringat kembali dengan tugas dan kewajibannya memasuki
Bu-lim-bong itu, maka katanya kemudian, "Kim-piauthau, aku
1248 hendak memberitahukan satu hal padamu, di Bu-lim-bong ini
segera akan dilangsungkan suatu pembantaian secara besarbesaran
dan kejam. Saat ini di sini telah hadir seorang yang
bernama Hek-mo-ong, manusia itu bermaksud hendak
membunuh sejumlah jago lihai, ia telah memancing banyak
jago lihai memasuki Bu-lim-bong ini pada setengah jam
berselang. Berhubung aku mendapat tahu intrik busuk Hekmo-
ong, maka aku bergerak menyusul kemari dengan tujuan
hendak menyelamatkan jiwa pada jago itu."
"Yang menjadi Hek-mo-ong pastilah Thio Kim-ciok, si orang
edan itu," teriak Kim Tao-hay.
"Dugaanmu keliru besar," Bong Thian-gak menggeleng.
"Yang menjadi Hek-mo-ong bukan Thio Kim-ciok. Sekarang
kau tak usah mencampuri urusan itu, aku ingin memohon
sesuatu bantuan dari Kim-piauthau. Bila nasibku memang
baik, aku yakin tak lama kemudian Kim-piauthau bisa
meninggalkan kuburan Bu-lim-bong serta kembali ke alam
bebas." Kim Toa-hay termenung sambil berpikir beberapa saat
lamanya, lalu bertanya, "Bantuan apakah yang kau harapkan
dariku?" "Sudah dua puluh tahun Kim-piauthau berdiam di dalam
Bu-lim-bong ini, aku rasa kau pasti sudah hapal lorong rahasia
dalam Bu-lim-bong ini. Karena itu, aku berharap Kim-piauthau
suka membawaku berjalan-jalan melalui lorong rahasia yang
terdapat di sini."
"Baik, aku menyanggupi permintaanmu itu," jawab Kim
Toa-hay dengan cepat.
"Urusan ini tak bisa ditunda lagi, mari kita segera
berangkat."
Ketika Kim Toa-hay hendak menggerakkan rubuhnya,
tulang pergelangan tangan kanannya segera terasa amat sakit
sehingga tanpa terasa dia merintih kesakitan.
1249 Melihat hal ini, Bong Thian-gak merasa sangat menyesal,
karena sudah turun tangan kelewat berat sehingga
mematahkan tulang pergelangan tangannya.
Setelah menghela napas, katanya, "Kim-piauthau, sekarang
akan kutotok dulu jalan darah di atas lengan kananmu
sehingga akan mengurangi rasa sakit yang kau derita. Setelah
berhasil lolos dari Bu-lim-bong ini, pasti akan kucarikan akal
untuk mengobati luka pada pergelangan tanganmu itu."
Seraya berkata dia segera turun tangan secepat kilat
menotok semua jalan darah penting di atas lengan kanannya.
Dengan begitu lengan itu berubah menjadi lemas, mati rasa
dan sama sekali tak berfungsi lagi.
Baru sekarang Kim Toa-hay tahu bahwa Bong Thian-gak
hanya memiliki sebuah lengan, tanpa terasa dia menghela
napas, "Anak muda, rupanya kau pun cacat?"
"Ya, aku adalah seorang cacat, aku bernama Bong Thiangak,"
kata pemuda itu sambil tertawa getir.
Baru selesai dia berkata, mendadak dari balik lorong
rahasia itu secara lamat-lamat dia mendengar suara jerit
kesakitan dan teriakan kalap yang bergema.
Suara itu tidak terlalu keras, namun nadanya amat
mengenaskan dan penuh perasaan ngeri, bagaikan jeritan
setan di tengah malam buta, membikin bulu kuduk siapa pun
berdiri bila mendengarnya.
Dengan terkejut Bong Thian-gak bertanya, "Suara apakah
itu?" Kim Toa-hay memasang telinga pula mendengarkan suara
itu dengan seksama, tiba-tiba paras mukanya hebat.
"Ah, ada orang sedang membantai saudara-saudaraku,
mari kita segera berangkat!"
1250 Seusai berkata, ia telah membalikkan badan dan beranjak
pergi dari sana.
Bong Thian-gak segera mengikut di sampingnya, dalam
perjalanan ia bertanya, "Saudaramu" Siapakah saudaramu
itu?" "Rekan-rekan yang disekap di tempat ini bersamaku."
Bong Thian-gak terkejut, katanya, "Ya benar, seandainya
kawanan jago yang memasuki Bu-lim-bong bertemu dengan
rekan-rekanmu itu, sudah pasti akan timbul kesalah pahaman
yang berakibat timbulnya pertarungan. Ayo cepat! Kita harus
ke sana secepatnya."
Saat itu Kim Toa-hay nampak amat gelisah dan cemas, dia
berlari dengan kecepatan tinggi.
Setelah melalui tiga buah tikungan, mendadak di depan
sana muncul setitik cahaya lentera, jeritan ngeri dan teriak
kesakitan yang bergema tadi ternyata berasal dari situ. Suara
jeritan masih terdengar, bahkan jauh lebih jelas, keadaan di
situ masih kalut dan seru.
Bong Thian-gak tak dapat menahan diri lagi, mendadak ia
menyambar lengan kiri Kim Toa-hay, lalu secepat sambaran
kilat berkelebat menuju ke depan.
Setelah keluar dari lorong bawah tanah, tempat itu berupa
sebuah ruangan yang luas, saat itu ruangan itu telah berubah
menjadi lautan darah, mayat bergelimpangan di atas lantai
mendatangkan suatu pemandangan yang sangat mengerikan.
Beberapa buah lentera minyak tertempel di empat penjuru
dinding menerangi suasana dalam ruangan itu dengan jelas.
Waktu itu dua orang jago lihai berpedang sedang bertarung
seru melawan sekelompok orang aneh berambut panjang,
berpakaian compang-camping serta berwajah tujuh bagian
mirip setan. 1251 Kawanan orang aneh itu menyerang dengan buas, ganas
dan menyeramkan. Tapi berhubung ilmu silat yang mereka
miliki masih selisih jauh bila dibandingkan dengan kedua orang
lawannya, maka setiap kali kedua orang itu mengayun
pedangnya, seperti memotong sayur saja, batok kepala segera
menggelinding dan jeritan mengerikan mencekam perasaan.
"Tio-pangcu, Liong-tayhiap, hentikan pembantaian itu!"
Waktu itu Bong Thian-gak telah melihat dengan jelas kedua
pendekar itu tak lain adalah Tio Tian-seng serta Liong Oh-im.
Sambil membentak, ia segera melompat maju ke muka.
Ketika mendengar bentakan itu, Tio Tian-seng dan Liong
Oh-im segera menarik kembali pedang masing-masing dan
mundur beberapa langkah ke belakang.
Akan tetapi puluhan orang aneh berambut panjang yang
berada di hadapan mereka kembali berteriak aneh dan sambil
mementang cakar mautnya menerjang maju lagi secara kalap.
Terlihat jelas betapa murkanya Liong Oh-im terhadap
kawanan orang aneh itu, dia membentak dan pedangnya
sekali lagi melancarkan bacokan maut ke depan.
Bong Thian-gak yang melihat hal ini, segera berteriak,
"Hentikan pembantaian itu, mereka bukan orang jahat!"
Sambil mengendorkan kempitannya atas Kim Toa-hay,
Bong Thian-gak melejit ke udara sambil menyambar ke depan,
tapi sayang sudah terlambat.
Serangan Liong Oh-im yang dilancarkan sepenuh tenaga itu
benar-benar amat dahsyat, apalagi belasan orang aneh itu
sedang menyerbu ke depan secara bersama-sama.
Dimana cahaya pedangnya berkelebat, sebelas orang aneh
itu roboh bergelimpangan ke atas tanah, semburan darah
segar memancar kemana-mana bagaikan sumber mata air.
1252 Merah berapi-api sepasang mata Kim Toa-hay menyaksikan
peristiwa itu, dia meraung keras, lalu menubruk ke arah Liong
Oh-im dari belakang.
Waktu itu Liong Oh-im sudah setengah kalap, dia segera
memutar ujung pedangnya dan menyongsong datangnya
terjangan Kim Toa-hay.
Melihat kejadian ini, Bong Thian-gak segera membentak,
"Liong-tayhiap, tindakanmu kali ini sungguh kelewat keji dan
buas!" Dari tengah udara Bong Thian-gak mengayun tangan
kirinya serta melepaskan sebuah bacokan ke depan.
Angin pukulan yang dahsyat seperti amukan ombak di
tengah samudra langsung menyapu ke depan dengan
hebatnya. Terhadang oleh angin pukulan yang begitu kuat, tubuh
Liong Oh-im yang sedang menerjang ke muka itu segera
terhenti dan sukar untuk maju barang selangkah pun, akan
tetapi ia tidak berdiam diri saja, ujung pedangnya segera
diputar, lalu menusuk Bong Thian-gak dengan jurus naga sakti
mengibas ekor. Bong Thian-gak membentak gusar, tubuhnya segera
melayang turun ke atas tanah, kemudian dengan cekatan
menggelincir maju ke muka, telapak tangannya menerobos
lewat bawah cahaya pedangnya yang berkilauan, lalu secara
ganas dan dahsyat menghantam dada Liong Oh-im.
Serangan yang sangat kuat dan dahsyat ini mendesak
Liong Oh-im, mau tak mau ia harus menarik pedangnya sambil
menyurut mundur, tapi saat itulah Kim Toa-hay telah berhasil
menyelinap maju dari belakang dan melepaskan sebuah
jotosan yang keras ke punggung lawan.
Tak ampun lagi punggung Liong Oh-im termakan oleh
pukulan Kim Toa-hay yang amat keras itu.
1253 Untung saja tenaga dalam yang dimiliki Liong Oh-im cukup
kuat dan sempurna. Biarpun begitu, jotosan Kim Toa-hay
cukup membuatnya semakin kalap.
"Bajingan busuk, kau ingin mampus rupanya!" ia
mengumpat dengan penuh gusar.
Kelima jari tangan kirinya dipentang lebar segera
menyambar ke belakang dan persis mencengkeram
pergelangan tangan kiri Kim Toa-hay.
Dengan gerakan cepat bagaikan kilat, Liong Oh-im segera
membalik pedangnya langsung digorokkan ke leher Kim Toahay.
Walau urat nadi penting pada pergelangan tangan kiri Kim
Toa-hay sudah dicekal sehingga seluruh tubuh tidak memiliki
kekuatan untuk melawan lagi. Melihat datangnya sambaran
pedang yang langsung menggorok ke arah lehernya, dia tidak
dapat berbuat banyak kecuali mengejangkan wajah yang
penuh penderitaan dengan pancaran amarah yang meluapluap.
Pada saat yang kritis itulah, terdengar Bong Thian-gak
menjerit kaget, "Tahan!"
Sambil berseru, ia segera mengeluarkan ilmu Kim-na-jiuhoat
tingkat tinggi, dia pergunakan jepitan kedua jari
tangannya untuk menahan tusukan pedang Liong Oh-im.
Tindakan nekat yang dilakukan Bong Thian-gak itu kontan
saja membuat kaget Tio Tian-seng serta Liong Oh-im.
Mimpi pun, mereka tidak menyangka Bong Thian-gak
berani mengeluarkan tindakan semacam ini secara berani.
Liong Oh-im tertawa dingin, sambil mengerahkan tenaga
dalam ke batang pedang, dia memilin pedangnya, lalu
digesekkan lebih ke belakang.
1254 Dalam keadaan begini, seandainya Bong Thian-gak tidak
segera melepas tangan, niscaya pergelangan tangannya akan
tersayat putus.
Sebaliknya jika Bong Thian-gak mengendorkan
cengkeraman, sudah pasti Kim Toa-hay tak dapat lolos dari
bencana itu dan termakan oleh tusukan maut ini.
Dalam keadaan kritis dan sangat berbahaya inilah, tiba-tiba
Bong Thian-gak membentak, dia segera mengeluarkan ilmu
simpanannya yang paling dahsyat.
Kaki kanannya secepat sambaran kilat tahu-tahu
menendang urat nadi penting pada pergelangan tangan kanan
Liong Oh-im. Sekalipun Liong Oh-im termasuk jago lihai dunia persilatan,
namun sulit baginya untuk menghindarkan diri dari tendangan
kilat yang dilancarkan Bong Thian-gak itu.


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seketika pedangnya tertendang hingga mencelat,
menancap di atas dinding lorong rahasia itu. Sedemikian
kerasnya tenaga serangan itu, terlihat betapa kerasnya
getaran pedang itu setelah tertancap pada dinding gua.
Muka Liong Oh-im berubah hijau membesi, secara beruntun
dia mundur tiga-empat langkah, lalu bentaknya, "Jian-ciatsuseng,
hari ini jika bukan kau yang mati, biarlah aku yang
mampus!" Sembari berseru, dengan kecepatan bagai kilat ia
mengeluarkan kipas kumalanya dari saku.
Cepat Bong Thian-gak berseru, "Tunggu dulu Liongtayhiap,
harap kau suka mendengarkan penjelasanku lebih
dahulu." Dalam pada itu Tio Tian-seng telah berjalan mendekat
dengan pedang terhunus. Dilihat dari sikapnya waktu itu, jelas
jago ini berdiri sepihak dengan Liong Oh-im.
1255 Sebaliknya Kim Toa-hay berdiri dengan wajah murung dan
penuh rasa dendam, berulang kali dia bermaksud menerjang
lagi ke depan. Untung saja niat itu segera dicegah oleh Bong Thian-gak,
serunya sambil menarik tangan, "Kim-piauthau, kau bukan
tandingannya."
Dengan menahan tangis Kim Toa-hay berteriak, "Kalian
telah membunuh saudara-saudaraku senasib sependeritaan
yang telah hidup selama dua puluh tahun di tempat ini. Aku ...
aku akan membalas dendam."
Memandang mayat yang bergelimpangan di atas tanah,
tanpa terasa hati Bong Thian-gak terasa kecut dan turut
melelehkan air mata.
Setelah menghela napas sedih, katanya kemudian, "Liongtayhiap,
terlalu kejam kalian, mengapa kau bantai orang-orang
yang tak berdosa itu" Ai...."
"Orang-orang ini sama sekali tak berdosa, justru hidup
mereka sangat menderita karena sejak dua puluhan tahun
berselang mereka telah disekap oleh Thio Kim-ciok dalam Bulim-
bong ini. Kehidupan mereka sudah lama putus dengan
alam kehidupan bebas, sungguh.tak disangka akhirnya mereka
harus mati secara mengenaskan karena dibantai oleh kalian
secara keji."
"Bong-laute, aku tidak mengerti dengan perkataanmu itu,"
kata Tio Tian-seng dengan wajah serius. "Ketika orang-orang
itu bertemu kami, bagaikan siluman sesat dan setan iblis,
mereka menyerang kami secara ganas dan kalap. Apakah
kami berdua tidak boleh melakukan perlawanan melindungi
keselamatan jiwa sendiri?"
Kembali Bong Thian-gak menghela napas panjang, "Ai,
mereka mati secara mengenaskan, nasib mereka betul-betul
mengibakan hati!"
1256 Mendadak Liong Oh-im tertawa ringan, jengeknya, "Jianciat-
suseng, kau tak usah berlagak iba hati macam kucing
menangisi tikus, sudah lama aku mencarimu untuk berduel!"
Bong Thian-gak segera menarik wajah secara tiba-tiba, lalu
berkata, "Liong Oh-im, tanpa mempedulikan keselamatanku
sendiri, aku telah masuk ke dalam Bu-lim-bong. Tujuanku tak
lain adalah ingin mencegah Hek-mo-ong yakni Liu Khi turun
tangan secara keji untuk membantai kalian."
Perkataan Bong Thian-gak itu diucapkan dengan nada berat
dan tegas, setiap kata disertai kesungguhan wajah.
Mendadak Liong Oh-im terbahak-bahak, "Jian-ciat-suseng,
kau tak usah berlagak mulia dan baik hati, Thio Kim-ciok tak
lain adalah Hek-mo-ong. Barusan kami telah mencoba
kelihaian ilmu silatnya dalam lorong rahasia itu."
"Bong-laute," dengan wajah serius Tio Tian-seng berkata,
"bila aku mendengar perkataanmu itu semasa masih ada di
luar Bu-lim-bong, mungkin hatiku akan ragu dan curiga. Tapi
sekarang kami telah yakin, sesungguhnya Hek-mo-ong bukan
lain adalah Thio Kim-ciok."
"Tio-pangcu, apa yang telah kalian alami sewaktu berada di
Bu-lim-bong ini?" tanya Bong Thian-gak dengan kening
berkerut kencang.
"Kami telah merasakan kehebatan serangan maut Hek-moong."
"Ada yang terluka?" tanya Bong Thian-gak dengan
terperanjat. Kembali Liong Oh-im tertawa dingin, "Ilmu silat yang
dimiliki sepuluh tokoh persilatan adalah nomor wahid di kolong
langit, sekalipun Hek-mo-ong mempunyai tiga kepala enam
lengan tak nanti bisa melukai kami."
1257 Dengan suara dalam Bong Thian-gak bertanya lagi, "Di saat
kalian mendapat serangan brutal dari Hek-mo-ong, apakah Liu
Khi hadir pula di tempat kejadian?"
'Tentu saja, Liu Khi pun hadir di arena," sahut Tio Tianseng
sambil mengangguk.
Bong Thian-gak termenung beberapa saat, lalu menjawab
dengan lantang, "Orang yang melancarkan serangan kepada
kalian waktu itu sudah pasti bukan Hek-mo-ong
sesungguhnya."
"Kalau bukan, lalu siapa yang menjadi Hek-mo-ong
sesungguhnya menurut pendapatmu?" jengek Liong Oh-im
dengan suara dingin dan ketus.
Bong Thian-gak menghela napas panjang, "Ai, Hek-mo-ong
yang sesungguhnya tak lain adalah Liu Khi."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh,
"Kini Liu Khi telah memancing kalian memasuki Bu-lim-bong.
Hal ini tak lain karena Liu Khi dan Thio Kim-ciok telah
melakukan persekongkolan secara diam-diam dengan tujuan
membasmi kalian sepuluh tokoh persilatan serta Ho Lan-hiang
dari muka bumi."
"Hm, pada hakikatnya perkataanmu itu hanya ngaco-belo
tak keruan," jengek Liong Oh-im sambil tertawa dingin.
"Andaikata Liu Khi adalah Hek-mo-ong, maka dia pasti
bersumpah tidak akan hidup berdampingan secara damai
dengan Thio Kim-ciok. Bagaimana mungkin mereka malah
bersekongkol dengan suatu kerja sama yang begitu rapi?"
"Jian-ciat-suseng, kau jangan berbohong. Nah, katakan
segera kepada kami, sebetulnya hari ini kau ingin bekerja
sama dengan kami untuk membekuk Thio Kim-ciok atau
tidak"' 1258 Bong Thian-gak tidak langsung menjawab pertanyaan itu,
hanya katanya setelah menghela napas panjang, "Kalian
enggan menuruti perkataanku, akhirnya kau akan menyesal."
Pada saat itulah mendadak terdengar Kim Toa-hay
membentak, "Setelah membunuh tujuh puluh satu lembar
nyawa manusia, apakah kalian akan menyudahi persoalan ini
di sini saja?"
Bong Thian-gak memandang sekejap ke arah Kim Toa-hay,
lalu katanya sambil menggeleng kepala dan menghela napas
panjang, "Kim-piauthau, kau tak perlu membalas dendam bagi
kematian rekan-rekan senasib sependeritaanmu lagi."
"Mengapa aku tidak boleh membalas dendam bagi
kematian mereka?" teriak Kim Toa-hay sambil melotot,
matanya merah membara karena kobaran api dendam dan
amarah. "Kedua orang yang kau hadapi sekarang, satu adalah Tio
Tian-seng, yang lain adalah Liong Oh-im. Aku rasa kau pasti
sudah pernah mendengar nama besar mereka sebelum
memasuki Bu-lim-bong ini" Selama puluhan tahun terakhir ini,
entah sudah berapa banyak jago persilatan yang tewas di
ujung pedangnya. Coba bayangkan berapa orangkah di antara
mereka yang berhasil membalas dendam?"
Ucapan itu diutarakan dengan wajar dan merupakan
kenyataan, yang lemah memang sulit menghadapi yang kuat,
sebab barang siapa nekat melakukannya juga, maka keadaan
mereka ibarat telur yang diadu dengan baru cadas.
Tiba-tiba Kim Toa-hay memeluk kepala sendiri sambil
menangis tersedu-sedu.
"Betul, aku memang tak berkemampuan untuk membalas
dendam bagi kematian saudara-saudaraku itu karena ilmu silat
yang kumiliki memang bukan tandingan orang. Sekalipun
nekat membalas dendam, paling aku akan mengorbankan
1259 jiwaku dengan percuma. Oh, Thian, mengapa kau begini tak
adil." Sambil menangis tersedu-sedu, Kim Toa-hay membalikkan
badan berlalu dari situ dengan langkah cepat.
Keadaannya saat ini tak ubahnya seperti orang gila, sambil
menjerit dan menangis, dia berlari meninggalkan tempat itu.
Melihat hal ini Bong Thian-gak segera berteriak, "Kimpiauthau
... Kim-piauthau, kemana kau hendak pergi?"
Tapi dalam waktu singkat bayangan tubuh Kim Toa-hay
sudah lenyap dari pandangan mata.
Sejak disekap dalam Bu-lim-bong selama dua puluh tahun,
keadaan Kim Toa-hay sudah berubah menjadi setengah
sinting. Apalagi saat ini mesti menerima pukulan batin yang
begitu besar, tak heran ia menjadi gila sungguhan.
Tiba-tiba Tio Tian-seng berkata sambil menghela napas
panjang, "Setiap korban yang tewas dalam ruangan ini, tak
ubahnya seperti orang gila. Mereka menerkam dan berusaha
membunuh lawan begitu bertemu orang asing, sikap dan
tindakan mereka sangat mengerikan. Andaikata Bong-laute
yang menjumpai keadaan semacam itu, aku yakin kau pun
pasti akan terlibat dalam pembantaian secara besar-besaran
terhadap mereka. Ai! Aku tidak mengerti, apa sebabnya dalam
Bu-lim-bong ini bisa terdapat orang-orang macam itu?"
Bong Thian-gak menggeleng kepala seraya menghela
napas panjang, "Walaupun tindakan yang dilakukan Tiopangcu
serta Liong-tayhiap terlalu kejam dan tak berperasaan,
namun orang-orang itu pun patut dikasihani, siksaan batin
yang dialami selama dua puluh tahun membuat orang-orang
itu jadi gila dan kalap. Mereka memang lebih bahagia
mengalami kematian daripada harus hidup tersiksa, tapi di
antara kita yang memasuki Bu-lim-bong hari ini, mungkin akan
mengalami nasib yang sama dengan mereka. Mati kelaparan
1260 dalam Bu-lim-bong atau terluka sepanjang hidup di sini hingga
tiada kesempatan lagi untuk melihat terangnya matahari."
Berubah hebat paras muka Tio Tian-seng dan Long Oh-im
setelah mendengar perkataan itu.
Liong Oh-im tertawa dingin, "Liu Khi telah membawa serta
Tang-hay-tocu Long Jit-seng dalam perjalanan kali ini. Betapa
pun hebatnya perubahan alat rahasia dalam Bu-lim-bong ini,
aku yakin Long Jit-seng pasti dapat memecahkannya serta
membawa kami keluar dari Bu-lim-bong dengan selamat."
"Betul, Long Jit-seng memang mempunyai kepandaian ilmu
Pat-kwa, ilmu perbintangan, ilmu bangunan serta ilmu
perangkap lainnya," kata Bong Thian-gak dingin. "Dan aku
pun tahu bahwa Bu-lim-bong tak nanti bisa menyekapnya di
sini, tapi sayang sekali Long Jit-seng adalah pembantu utama
Hek-mo-ong Liu Khi. Bila kau tak percaya, tunggu saja sampai
waktunya nanti!"
Baru selesai ia bicara, mendadak terdengar seseorang
berkata pula dengan suaranya yang merdu, "Apa yang
diucapkan Jian-ciat-suseng memang benar. Liu Khi telah
mengkhianati kita semua."
Mendengar ucapan itu, serentak semua orang berpaling.
Dari sudut ruangan bawah tanah itu muncul tiga orang.
Mereka adalah Cong-kaucu Put-gwa-cin-kau, perempuan
tercantik dari wilayah Kanglam Ho Lan-hiang beserta kedua
orang pembantu utamanya, Ji-kaucu serta Sim Tiong-kiu.
Melihat kemunculan Ho Lan-hiang, Tio Tian-seng dan Liong
Oh-im segera maju ke muka dengan langkah cepat, tanyanya,
"Liu Khi telah berkhianat" Apa yang dia lakukan?"
"Liu Khi memancing aku memasuki sebuah pintu mati yang
dikenal sebagai telaga selaksa racun penghancur tulang,
akhirnya Liu Khi bersama tabib sakti Gi Jian-cau dan Long Jitseng
lenyap secara tiba-tiba."
1261 "Apakah perbuatan mereka bisa dianggap sebagai
pengkhianatan terhadap kita?" tanya Liong Oh-im hambar.
"Sewaktu berada di telaga selaksa racun penghancur
tulang, kami telah bertemu Hek-mo-ong. Dia tidak menyerang
kami, melainkan mengambil sikap menawarkan suatu
perundingan secara damai."
Sampai di situ, tiba-tiba dia membungkuk dan tidak
melanjutkan lagi perkataannya.
"Perundingan secara damai macam apakah yang ia
tawarkan kepada kalian?" kembali Liong Oh-im bertanya.
"Ia minta kepadaku untuk menyerahkan bagian peta
rahasia harta karun yang menjadi milikku," sahut Ho Lanhiang
sambil tertawa dingin.
Seketika itu juga hati semua orang bergetar keras.
"Apakah kau telah menerima tawaran itu?" tanya Liong Ohim
lagi. "Masih di dalam pertimbanganku."
Tio Tian-seng menghela napas sedih, katanya kemudian,
"Hekmo-ong telah menawarkan pula hal yang sama kepada
kami." "Sejak memasuki Bu-lim-bong ini, teka-teki sekitar identitas
Hek-mo-ong yang sesungguhnya makin lama makin kentara.
Thio Kim-ciok bukan Hek-mo-ong dan aku rasa setiap orang
telah mengetahui hal ini secara jelas."
"Jadi maksudmu Hek-mo-ong adalah satu di antara lima
jago tersisa dari sepuluh tokoh persilatan yang masih hidup
saat ini?" ujar Liong Oh-im sambil tertawa dingin.
"Benar, satu di antara kelima orang yang masih hidup,
malaikat sakti pedang iblis, delapan pedang salju beterbangan,
tabib sakti, sastrawan berwajah tampan dan golok sakti
1262 berlengan tunggal pastilah Hek-mo-ong yang sedang kita
cari." "Jika ada orang menaruh curiga kepadamu bahwa kau
adalah Hek-mo-ong. Bagaimana penjelasanmu tentang
tuduhan itu?" jengek Liong Oh-im sambil tertawa dingin.
"Aku tidak menyalahkan, jika kalian berpendapat demikian.
Kalian memang wajar mempunyai kecurigaan semacam itu."
"Padahal masalah siapakah Hek-mo-ong sesungguhnya
sudah menjadi masalah basi dan tak ada artinya lagi. Sejak


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita memasuki Bu-lim-bong, tujuan kita semua hanya satu,
yakni melenyapkan Thio Kim-ciok dari muka bumi!"
"Tapi aku kuatir jusru Thio Kim-ciok yang akan
melenyapkan kita dari muka bumi."
"Bagus, bagus sekali," kata Liong Oh-im tertawa. "Di saat
Thio Kim-ciok sudah mampus nanti, di antara kita pun harus
dicarikan suatu penyelesaian secara adil dan cepat, paling
tidak harus ditentukan siapa yang lebih unggul di antara kita
semua." "Sekarang kalian masih bisa berkata akan membunuh Thio
Kim-ciok. Padahal tahukah kalian, bahwa kita justru sudah
terperangkap oleh tipu muslihat Thio Kim-ciok sehingga
keselamatan jiwa kalian terancam bahaya maut," kata Bong
Thian-gak dingin.
Ho Lan-hiang berpaling dan memandang sekejap ke arah
Bong Thian-gak, kemudian katanya pula sambil tertawa
ringan, "Apa yang diucapkan Jian-ciat-suseng memang benar,
kita sudah terperangkap dalam Bu-lim-bong sehingga setiap
salah langkah bisa mengakibatkan jiwa kita terancam bahaya
maut." "Ho Lan-hiang, apa rencanamu sekarang" Tak ada salahnya
diutarakan secara blak-blakan," seru Tio Tian-seng tiba-tiba.
1263 Perempuan paling cantik dari wilayah Kanglam ini segera
tertawa cekikikan, "Saat ini aku tak lain hanya ingin
memberitahukan kepada kalian bahwa Liu Khi telah berhasil
menarik Tan Sam-cing serta Gi Jian-cau berpihak kepadanya.
Mereka berniat hendak melenyapkan kita dari muka bumi."
"Jadi kau pun berniat mengajak Lohu dan Liong Oh-im
untuk bekerja sama menghadapi mereka?" kata Tio Tian-seng
hambar. "Aku rasa hanya dengan berbuat demikianlah kekuatan kita
baru akan berimbang."
Tio Tian-seng mendengus dingin, "Ketika kita belum masuk
ke dalam Bu-lim-bong, sudah kuduga kalau kau, Ho Lan-hiang
akan melakukan pengacauan dari tengah. Ai, bila kita sampai
berbuat begini, maka keselamatan jiwa kita semua yang
berada dalam Bu-lim-bong ini benar-benar berbahaya sekali!"
Ho Lan-hiang menarik muka secara tiba-tiba seraya
berseru, "Apa yang ingin kuutarakan telah kusampaikan, apa
yang menjadi keputusan terserah pada pilihan kalian sendiri."
"Hm, dalam peristiwa pembunuhan yang dilakukan sepuluh
tokoh persilatan terhadap Thio Kim-ciok pada tiga puluh tahun
berselang, tak lain karena gara-gara dirimu."
Berubah hebat paras muka Ho Lan-hiang setelah
mendengar perkataan itu, segera bentaknya, "Tio Tian-seng,
kau hendak mencari kesulitan bagi dirimu sendiri?"
Dengan wajah serius Tio Tian-seng berkata lebih jauh,
"Peristiwa itu telah berkembang menjadi begini sekarang, aku
pun tak ingin melindungi lagi nama baik sepuluh tokoh
persilatan. Ai, dulu sepuluh tokoh persilatan bukan cuma
memperkosa istri orang lain, merampok harta kekayaan orang,
bahkan membunuh pula korbannya. Perbuatan semena-mena
ini boleh dibilang merupakan dosa besar yang tak akan dapat
ditebus dengan kematian saja."
1264 "Tio Tian-seng," tiba-tiba Liong Oh-im membentak,
"perbuatanmu ini benar-benar sudah keterlaluan."
Di Tengah bentakan itu, tiba-tiba saja Liong Oh-im
menggerakkan pedangnya melancarkan sebuah tusukan kilat
ke depan. Bong Thian-gak segera membentak, sebuah bacokan
dilepaskan pula ke muka, angin pukulan yang kuat dan
dahsyat itu seketika menggetarkan tubuh Liong Oh-im hingga
mundur sejauh tiga langkah.
Sementara itu Tio Tian-seng telah berkata dengan wajah
serius dan bersungguh-sungguh, "Liong-heng, kuanjurkan
kepadamu janganlah mengulang lagi perbuatan salah yang
pernah kita lakukan bersama pada tiga puluh tahun
berselang."
Sastrawan berwajah tampan Liong Oh-im tertawa dingin,
"Tio Tian-seng, aku mau bertanya kepadamu, apa yang
menjadi tujuan kedatanganmu ke Bu-lim-bong hari ini?"
Tio Tian-seng tidak langsung menjawab, melainkan tertawa
seram, "Yang menjadi tujuan utama kedatanganku ke Bu-limbong
hari ini tak lain adalah untuk mengetahui apakah Thio
Kim-ciok benar-benar masih hidup di dunia ini."
Mendengar ucapan itu, Bong Thian-gak segera menyela
dengan lantang, "Tio-locianpwe, Boanpwe dapat
memberitahukan kepadamu, Thio Kim-ciok masih hidup segar
bugar di dunia ini."
"Bagus, bagus sekali," Tio Tian-seng tertawa tergelak.
"Kalau memang Thio Kim-ciok masih hidup segar bugar, maka
kedatanganku ke Bu-lim-bong ini tanpa suatu maksud dan
tujuan lagi. Andaikata dibilang ada maksud, maka maksudku
tak lain adalah minta maaf kepada seseorang serta menyesali
semua perbuatan yang pernah kulakukan dulu."
1265 "Apakah orang yang dimaksudkan Tio-pangcu adalah Thio
Kim-ciok?" tanya Bong Thian-gak lebih lanjut dengan suara
dalam. "Benar, aku telah melakukan suatu perbuatan yang sangat
memalukan dan amat salah terhadap Thio Kim-ciok."
Dengan wajah berat dan serius Bong Thian-gak mendesak
lebih lanjut, "Tadi Tio-pangcu mengatakan sepuluh tokoh
persilatan telah memperkosa istri orang dan merampok harta
kekayaannya. Apakah hal ini benar-benar pernah terjadi?"
Tio Tian-seng menghela napas sedih.
"Dari kesepuluh tokoh orang persilatan yang ada, kecuali
seorang di antaranya yang merupakan wanita, hampir
semuanya sudah pernah melakukan hubungan senggama
dengan Ho Lan-hiang."
Berubah hebat paras muka Bong Thian-gak setelah
mendengar ucapan yang terakhir ini, segera serunya, "Apakah
Ku-lo Hwesio, si pendeta agung dari Siau-lim-pay pun tak lolos
dari perbuatan ini?"
"Bila aku berbicara bohong barang sepatah kata saja, biar
Thian menumpas diriku."
Bong Thian-gak benar-benar amat terkejut. Walaupun
hingga detik ini dia masih belum mau mempercayainya seratus
persen, tetapi bila teringat akan kejalangan serta daya pikat
yang dimiliki Ho Lan-hiang, mau tak mau dia harus percaya
juga akan hal itu.
Dengan wajah hijau membesi, Liong Oh-im tertawa seram,
lalu serunya, "Tio Tian-seng, kau anggap setelah pengakuan
dosamu itu lantas Thio Kim-ciok bakal mengampuni dosadosamu"
Seorang lelaki sejati berani berbuat berani
bertanggung jawab dan selamanya tak kenal kata menyesal.
Tak nyana kau adalah manusia pengecut semacam ini. Hm!
1266 Akulah orang pertama yang akan melenyapkan kau dari muka
bumi." Liong Oh-im segera menggerakkan pedangnya sambil
bersiap-siap melancarkan serangan.
Mendadak pada saat itu di tengah ruangan terjadi getaran
gempa bumi yang amat keras, sedemikian kerasnya hingga
menggoyang semua dinding ruangan.
Semua jago tak mampu berdiri tegak lagi oleh getaran itu,
masing-masing segera jatuh terjungkal ke atas tanah.
Bong Thian-gak sendiri merasa amat terperanjat atas
terjadinya getaran keras yang muncul secara tiba-tiba itu,
namun sepasang matanya yang tajam tetap mengawasi empat
penjuru dengan seksama.
Begitu memandang, Bong Thian-gak segera menyaksikan
suatu perubahan alat rahasia yang amat luar biasa.
Ternyata di tengah gempa bumi keras yang menggetar
ruangan itu, keempat dinding ruangan besar dan semua pintu
turut bergeser, bahkan permukaan ruangan pun pelan-pelan
ikut bergerak naik ke atas.
Gempa bumi yang sangat kuat itu berlangsung kurang lebih
seperempat jam lamanya sebelum akhirnya berhenti.
Namun pemandangan di sekeliling ruangan telah berubah
sama sekali, kini dari sekeliling dinding ruangan telah muncul
delapan buah lorong besar yang membentang jauh ke perut
bumi sana. Tapi berhubung suasana di situ amat gelap, maka
tiada seorang pun yang tahu betapa dalam setiap lorong yang
ada di sana. Sementara semua orang masih bimbang dan kaget oleh
perubahan yang terjadi secara amat mendadak itu, tiba-tiba
dari tengah ruangan berkumandang suara seseorang yang
berkata dengan aneh, "Para jago dengarkan baik-baik,
sekarang pintu Pat-kwa-bun dari Bu-lim-bong telah tertutup
1267 semua. Dalam keadaan begini, sekalipun kalian mempunyai
sayap jangan harap bisa meninggalkan Bu-lim-bong ini barang
selangkah pun."
Begitu mendengar suara ini, Bong Thian-gak segera
melompat bangun dan membentak dengan suara keras,
"Apakah kau adalah Hek-mo-ong?"
Gelak tawa itu terhenti sejenak, kemudian baru terdengar
ia menjawab, "Benar, aku adalah Hek-mo-ong. Sebenarnya
orang yang hendak dibunuh Thio Kim-ciok hanya sepuluh
tokoh persilatan serta Ho Lan-hiang, tapi kalian orang-orang
yang berada di luar garis ternyata ikut mencari kematian bagi
diri sendiri dengan ikut masuk ke dalam Bu-lim-bong. Hal ini
tidak dapat menyalahkan aku kelewat kejam, salah sendiri
kalian tak mau menuruti perkataanku?"
Di tengah pembicaraan itu, dari balik delapan lorong yang
tersebar di delapan penjuru itu bermunculan pula delapan
orang. Kedelapan orang itu tak lain adalah Biau-kosiu, nenek
berambut putih serta Biau-han-thian suami-istri yang berada
dalam satu kelompok, lalu Gi Jian-cau, Tan Sam-cing serta
Long Jit-seng, pada rombongan ketiga adalah Kim Toa-hay
yang sudah sinting itu.
Dari sekian jago yang memasuki Bu-lim-bong, hanya Liu
Khi seorang yang tidak nampak hadir di situ sekarang.
Ho Lan-hiang memandang sekejap ke arah semua jago
yang hadir, lalu tertawa cekikikan, gumamnya, "Hanya Liu Khi
seorang yang tidak muncul di sini. Kalau begitu, dia adalah
Hek-mo-ong sesungguhnya."
Sementara itu Gi Jian-cau sekalian berdelapan yang baru
muncul dari balik lorong hampir semuanya dalam keadaan
sangat mengenaskan dan ada yang terluka, di antaranya Long
Jit-seng yang tampaknya menderita luka paling parah,
1268 tubuhnya harus dibimbing oleh Tan Sam-cing agar tidak
roboh. Dengan suara keras Bong Thian-gak segera membentak,
"Hek-mo-ong, aku rasa setiap orang sudah mengetahui
siapakah dirimu sekarang. Bukankah kau adalah Liu Khi?"
Dari balik ruangan bergema suara gelak tawa penuh
kebanggaan, terdengar dia menyahut, "Dalam keadaan seperti
ini, tentu saja kalian sudah tahu siapakah aku. Benar, Hek-moong
adalah Liu Khi. Tapi sayang, kalian terlalu lambat
mengetahui akan hal ini."
Dengan suara dalam tabib sakti Gi Jian-cau berseru, "Betul,
Liu Khi adalah Hek-mo-ong dan Hek-mo-ong adalah
komplotan Thio Kim-ciok, sudah sejak dahulu Hek-mo-ong
menerima permintaan Thio Kim-ciok untuk membunuh habis
sepuluh tokoh persilatan serta Ho Lan-hiang. Hari ini kita
sudah terjebak oleh perangkapnya."
"Hehehe," kembali terdengar suara tertawa licik Hek-moong
dari balik ruangan, "Gi Jian-cau, apa yang kau ucapkan
memang benar. Sejak tiga puluh tahun berselang, Liu Khi
sudah menerima permintaan Thio Kim-ciok untuk
membinasakan kalian."
Kemudian Ho Lian-hiang berseru pula sambil tertawa
cekikikan, "Liu Khi, apa balas jasa yang dijanjikan Thio Kimciok
kepadamu sebagai imbalan dalam pembunuhan ini?"
"Peta rahasia dari bukit tambang emas."
"Akhirnya bukankah kau sendiri pun dikhianati oleh Thio
Kim-ciok?" jengek Ho Lan-hiang lagi sambil tertawa.
"Tidak, aku sama sekali tidak dikhianati oleh Thio Kimciok."
"Bila kau tidak dikhianati oleh Thio Kim-ciok, mengapa Thio
Kim-ciok merobek peta rahasia tambang emasnya menjadi
1269 sebelas bagian dan dibagikan kepada sepuluh tokoh persilatan
serta aku?"
Hek-mo-ong tertawa seram,
"Tujuan Thio Kim-ciok berbuat demikian tak lain adalah
untuk mengadu domba kalian, agar kalian saling gontok dan
bunuh demi memperebutkan peta rahasia itu. Dengan cara
begitu pula aku baru dapat membunuh kalian dengan mudah.
Itulah sebabnya pembagian peta rahasia itu menjadi sebelas
bagian sebetulnya merupakan salah satu rencanaku, hanya
saja Thio Kim-ciok tak pernah menyangka kalau sepuluh tokoh
persilatan bakal bekerja sama dengan Ho Lan-hiang untuk
membinasakan dirinya."
"Kau benar-benar adalah Liu Khi?" tiba-tiba Tio Tian-seng
membentak. Hek-mo-ong tertawa tergelak.
"Tio-pangcu, apakah kau menemui kesulitan" Silakan
sampaikan, aku pasti akan membantu memecahkan
kesulitanmu itu."
"Benar, aku memang mempunyai banyak persoalan yang
tidak kupahami. Pertama, kami ingin membuktikan lebih
dahulu benarkah kau adalah Liu Khi yang asli" Untuk itu harap
kau tampil lebih dahulu."
Hek-mo-ong tertawa licik, "Tio-pangcu, aku tidak akan
tampil seperti apa yang kau inginkan, tetapi aku dapat
memberitahukan kepadamu bahwa aku memang golok sakti
berlengan tunggal yang asli. Bila kurang percaya, tanyakan
saja kepada Gi Jian-cau."
"Benar, dia adalah Liu Khi. Tapi ada satu hal yang sulit
dipercaya, yakni Thio Kim-ciok ternyata berada sekomplotan
dengannya."
"Hm, mengapa aku tidak bisa berkomplotan dengan Thio
Kim-ciok?" seru Hek-mo-ong lagi dengan tertawa dingin.
1270

Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pertama, aku Liu Khi tidak pernah berzinah dengan istrinya.
Kedua, di saat sepuluh tokoh persilatan bekerja sama
membunuh Thio Kim-ciok pada tiga puluh tahun berselang,
aku pun tidak turut ambil bagian."
"Dalam peristiwa pengeroyokkan yang terjadi atas Thio
Kim-ciok tempo hari, Tan Sam-cing tak turut ambil bagian,"
kata Tio Tian-seng.
"Sekalipun Tan Sam-cing tidak turut ambil bagian dalam
peristiwa pengeroyokan dan pembunuhan atas Thio Kim-ciok
dulu, namun secara diam-diam ia mencintai Ho Lan-hiang.
Jadi soal perempuan, ia tetap terlibat secara langsung."
Mendadak Bong Thian-gak membentak, "Liu Khi, walaupun
kau tidak turut serta dalam peristiwa pengeroyokan dan
pembunuhan atas Thio Kim-ciok, tapi sesungguhnya kaulah
dalang yang mengatur peristiwa itu, kaulah otak dari peristiwa
berdarah ini."
Hek-Mo-ong tertawa terbahak-bahak, "Justru aku adalah
Hek-mo-ong, maka aku pula yang menjadi otak semua
peristiwa ini. Biarpun begitu, nyatanya Thio Kim-ciok bersedia
bekerja sama denganku."
Tiba-tiba Biau-kosiu membentak pula, "Hek-mo-ong,
apakah ayahku Kui-kok Sianseng mati di tanganmu?"
Hek-mo-ong tidak menjawab, kemudian baru berkata,
"Tidak, bukan aku yang membunuh."
"Lantas siapakah pembunuhnya?" bentak Biau-kosiu lebih
jauh. "Tio Tian-seng yang melakukan, tapi boleh dibilang juga Ho
Lan-hiang yang telah membunuh ayahmu itu."
Paras muka Biau-kosiu kontan berubah hebat, keningnya
berkerut dan hardiknya kepada Tio Tian-seng, "Tio-pangcu,
benarkah apa yang dikatakan Hek-mo-ong?"
1271 Bong Thian-gak amat terperanjat, ditatapnya Thio Tianseng
tanpa berkedip. Dalam hati dia sangat berharap jago tua
itu menyangkal tuduhan itu.
Akan tetapi Tio Tian-seng segera menghela napas panjang,
"Ya benar, Kui-kok Sianseng memang tewas di ujung
pedangku, tetapi pertarungan itu berlangsung secara jantan
dan terbuka. Aku sama sekali tak menggunakan tipumuslihat."
"Mengapa kau membunuh ayahku" Ayo cepat katakan!"
bentak Biau-kosiu dengan marah.
Suara tertawa licik Hek-mo-ong sekali lagi bergema,
terdengar ia berkata, "Tio Tian-seng membunuh Kui-kok
Sianseng demi perempuan paling cantik di wilayah Kanglam
Ho Lan-hiang, sebab waktu itu Kui-kok Sianseng sedang gilagilanya
mencintai Ho Lan-hiang, sedangkan Tio Tian-seng
adalah seorang pelindung Ho Lan-hiang. Dalam situasi samasama
cemburu dan ingin merebut hati sang pujaan hati, tidak
heran mereka bertarung mati-matian."
"Hek-mo-ong," bentak Biau-kosiu dengan marah, "kau
jangan ngaco-belo bicara sembarangan. Aku tidak percaya
ayahku berbuat demikian."
Gelak tawa Hek-mo-ong kembali berkumandang, selanya
tiba-tiba, "Bukan cuma Kui-kok Sianseng yang mampus garagara
cemburunya terhadap perempuan ini, bahkan Oh Cionghu
pun tewas di ujung pedang Tio Tian-seng karena alasan
yang sama."
Paras muka Bong Thian-gak berubah hebat, dengan suara
dalam ia segera bertanya kepada Tio Tian-seng, "Benarkah
apa yang dikatakan Liu Khi barusan?"
"Ya, semua yang dikatakannya memang benar," Tio Tianseng
menghela napas panjang.
1272 Biau-kosiu tak mampu menahan gejolak emosinya lagi, dia
segera membentak, "Tio Tian-seng, bersiap-siaplah kau
menerima kematianmu!"
Sembari berkata gadis itu maju tiga langkah dan sepasang
tangannya dengan cepat melolos dua bilah pisau belati yang
bersinar tajam.
"Nona Biau," Tio Tian-seng segera berkata dengan suara
dalam, "aku tak ingin membunuh orang lagi, harap kau jangan
bergerak sembarangan."
"Siapa membunuh orang, dia harus membayar dengan
nyawanya sendiri. Bagaimana pun juga aku tetap akan
membalas dendam bagi kematian ayahku," bentak Biau-kosiu
sambil melotot.
Di tengah pembicaraan, tubuhnya bergerak maju ke depan,
seperti sebuah gasing yang sedang berputar dia mendesak
maju, sementara sepasang pisau belatinya bagaikan dua titik
cahaya bintang menusuk ke bagian mematikan di tubuh Tio
Tiang-seng. Segera Tio Tian-seng melompat ke belakang, kemudian
bentaknya, "Nona Biau, dengarkan dulu perkataanku! Aku
membunuh ayahmu serta Oh Ciong-hu tak lain karena
tindakan melindungi diri sendiri, dalam suatu pertarungan
yang tak bisa dihindarkan bisa jatuh korban di salah satu
pihak." "Kau tak usah banyak bicara," tukas Biau-kosiu sambil
menahan geramnya. "Jika punya kepandaian, bunuhlah aku!"
Di tengah bentakannya, pisau belatinya kembali menyergap
jalan darah mematikan di tubuh Tio Tian-seng dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir. Setiap jurus serangan
dilakukan secara cepat dan merupakan ancaman serius.
Di bawah sergapan pisau belatinya yang bertubi-tubi,
selangkah demi selangkah Tio Tian-seng mundur terus,
1273 namun ia sempat berbicara lagi, "Nona Biau, aku sudah
merasa menyesal karena pernah diperalat oleh Ho Lan-hiang
sehingga membunuh orang. Hari ini aku tak berkeinginan
melukaimu."
"Tapi aku pun berharap kau jangan mendesak dan
memojokkan aku. Jika kau ingin membalas dendam,
tunggulah setelah kita keluar dari Bu-lim-bong ini dengan
selamat, waktu itu aku pasti akan memberi keadilan
kepadamu," tambah Tio Tan-seng.
Mendadak terdengar Bong Thian-gak membentak pula,
"Nona Biau, harap kau hentikan dulu seranganmu itu."
Sambil berseru pemuda itu menerjang masuk ke dalam
arena. Telapak tangan kanannya segera diayunkan ke muka
melepaskan sebuah pukulan, angin serangan yang tajam
segera membendung datangnya ancaman Biau-kosiu.
"Kau berniat membantunya?" bentak Biau-kosiu dengan
marah, keningnya berkerut kencang.
Dengan wajah serius dan nada bersungguh-sungguh Bong
Thian-gak berkata, "Nona Biau, dengarkan nasehatku, untuk
sementara waktu janganlah kau menyerang secara
sembarangan."
"Dendam kesumat terbunuhnya ayahku lebih dalam
daripada samudra, aku tak bisa melepaskannya begitu saja."
"Biarpun Tio Tian-seng adalah musuh besar pembunuh
ayahmu, tapi Ho Lan-hiang adalah otak di belakang layar yang
memberi perintah kepadanya. Apakah perempuan ini tak
pantas dibunuh?"
Biau-kosiu tertawa dingin, "Hm, setelah membunuh Tio
Tian-seng nanti, Ho Lan-hiang pun tak bakal lolos dari
kematian."
Ho Lan-hiang yang selama ini hanya menonton dari
samping segera tertawa terkekeh-kekeh, ujarnya, "Nona Biau,
1274 aku berani bertaruh kepadamu, orang-orangmu tak bakal
mampu menandingi kehebatan Tio Tian-seng. Percaya tidak?"
"Hm, sekalipun bukan tandingannya, aku tetap akan
mengadu kepandaian dengannya," jawab gadis itu.
Bong Thian-gak segera berkata dengan suara dalam, "Nona
Biau, harap kau suka mendengarkan perkataanku baik-baik,
semua jago persilatan yang hadir dalam Bu-lim-bong saat ini
hampir semuanya mempunyai niat busuk, mereka berharap
ada satu pihak yang bertarung lebih dulu, sementara mereka
akan menjadi nelayan beruntung yang tinggal memungut
hasilnya. Apakah kau tak dapat merasakan gejala itu?"
Biau-kosiu mendengus dingin, "Asal aku berhasil
mengalahkan Tio Tian-seng, dengan sendirinya para jago lain
pun dapat kutaklukkan. Nah, Jian-ciat-suseng, harap kau
mundur dari situ."
Tio Tian-seng kembali menghela napas panjang, "Ai,
sebenarnya aku ingin menyimpan sedikit tenaga untuk
menghadapi Ho Lan-hiang lebih dulu, sungguh tak disangka
nona Biau justru mendesakku terus-menerus. Kalau kau ingin
cepat membalas dendam bagi kematian ayahmu, silakan
segera turun tangan!"
Tio Tian-seng segera melintangkan pedangnya di depan
dada dan berdiri dengan serius, sementara dari balik matanya
memancar sinar tajam yang menggidikkan.
"Tunggu sebentar," tiba-tiba Bong Thian-gak membentak.
"Aku ingin bertanya dulu kepada Tio-pangcu, apa sebabnya
kau membunuh Oh Ciong-hu?"
Tio Tian-seng memandang sekejap ke arah Bong Thiangak,
lalu menghela napas, "Tentang segala budi dendam yang
menyangkut sepuluh tokoh persilatan, tentunya Bong-laute
sudah mengetahui sedikit banyak, bukan" Kalau ditanya apa
alasanku membunuh Oh Ciong-hu, maka hal ini tak lain
disebabkan karena perempuan jalang itu."
1275 "Apakah Oh Ciong-hu pernah mencintai Ho Lan-hiang?"
"Ho Lan-hiang adalah perempuan jalang dan pandai
memikat perhatian lelaki."
"Sepuluh tokoh persilatan bukan orang suci, tentu saja
mereka tak akan lolos dari rayuan mautnya, apalagi Oh Cionghu
dan Ho Lan-hiang adalah saudara seperguruan, mereka
pernah saling mencintai di masa lalu. Bagaimana mungkin Oh
Ciong-hu bisa lolos dari perangkap mautnya?"
"Sekarang pun aku lihat masih ada juga mereka yang
terpikat oleh rayuannya hingga rela menjual nyawa baginya."
"Apakah Tio-pangcu turun tangan membunuh musuh
cintamu karena kuatir perempuan jalang itu terjatuh ke dalam
pelukan orang lain?"
Tio Tian-seng sekali lagi menghela napas panjang,
"Kemungkinan besar Bong-laute tidak akan percaya dengan
perkataanku, tapi cerita yang sesungguhnya adalah Oh Cionghu
yang kuatir aku merampas perempuan jalang ini hingga
turun tangan lebih dulu membunuhku."
Bong Thian-gak menggeleng kepala. -
"Sekarang Oh Ciong-hu telah mati, tentu saja aku tak akan
percaya dengan pengakuan dari seorang yang masih hidup
seperti kau."
Kembali Tio Tian-seng menghela napas, "Seandainya Ho
Lan-hiang tidak bohong, dia pasti akan membeberkan duduk
persoalan yang sesungguhnya kepadamu."
Mendengar ucapan itu, tanpa terasa Bong Thian-gak
mengalihkan sorot matanya ke arah Ho Lan-hiang.
Perempuan paling cantik dari wilayah Kanglam itu segera
tertawa ringan, katanya cepat, "Alasan utama Tio Tian-seng
membunuh Oh Ciong-hu tak lain disebabkan hendak
1276 membalas dendam atas sebuah pukulan yang pernah
diterimanya dulu."
"Ho Lan-hiang, kau berbohong," bentak Tio Tian-seng.
Bong Thian-gak menghela napas seraya berkata, "Tiopangcu,
tak usah berdebat lagi tentang masalah kematian
yang menimpa Oh Ciong-hu, sebab aku sudah tidak berhasrat
untuk menyelidiki lebih lanjut Pertikaian antara sepuluh tokoh
persilatan dengan Thio Kim-ciok serta perselisihan kalian
dengan Hek-mo-ong, lebih baik kalian sendiri yang
menyelesaikannya!"
"Ai, saat ini aku justru merasa agak menyesal karena ikut
terseret ke dalam persoalan ini."
Tiba-tiba Biau-kosiu mendengus dingin sambil mengumpat,
"Huh, manusia tak becus, lelaki banci. Sudah tahu gurunya
terbunuh, kau malah menyatakan cuci tangan dari persoalan
itu. Andaikata arwah Oh Ciong-hu di alam baka tahu hal ini, ia
pasti akan menyesal telah menerima murid yang tak
bertanggung-jawab macam kau."
"Nona Biau, hati-hati kalau bicara," tegur Bong Thian-gak
dengan serius. "Memangnya aku salah mengumpatmu?" kembali Biaukosiu
menjengek secara sinis.
"Tentang pertikaian sepuluh tokoh persilatan dengan Thio
Kim-ciok, aku telah mengetahui persoalan itu sejelasnya.
Sepuluh tokoh persilatan telah terayu oleh kejelitaan Ho Lanhiang,
saling cemburu, saling membenci dan akhirnya saling
membunuh. Perbuatan busuk semacam ini jelas merupakan
perbuatan rendah dan memalukan, aku rasa hanya Tio Tianseng
seorang yang berani mengungkapnya. Oleh sebab itu
aku merasa amat kagum atas keberanian Tio-pangcu."
"Dan kini aku sudah mengetahui dengan jelas bahwa
guruku pernah melakukan perbuatan rendah yang sangat
1277 memalukan. Apakah aku harus mencari gara-gara lagi secara
membabi-buta tanpa membedakan mana yang benar dan
yang salah?"
"Ai, yang lebih menggemaskan lagi adalah dengan ilmu silat
serta nama besar sepuluh tokoh persilatan, ternyata mereka
rela dipikat dan dirayu oleh seorang perempuan jalang
sehingga nama baik hancur, orangnya pun binasa. Peristiwa
ini benar-benar amat tragis."
Perkataan Bong Thian-gak yang diutarakan secara blakblakan
ini kontan membuat paras muka Tio Tian-seng, Tan
Sam-cing, Gi Jian-cau dan Liong Oh-im berubah merah
padam, dengan mulut terbungkam mereka menundukkan
kepala. Sementara itu dengan wajah bimbang Biau-kosiu
bergumam pula, "Mungkinkah ayah pun ikut terpikat oleh
perempuan jahat itu?"
Ho Lan-hiang tertawa terkekeh-kekeh, dengan suara jalang
ujarnya, "Bagus sekali umpatanmu itu Jian-ciat-suseng, tetapi
kau tentu tahu bahwa bencana keluarnya dari mulut. Hari ini
kau sudah dipastikan harus mati di sini."
Sampai di situ, dia segera mengulap tangan kanan. Kakek
berbaju hitam yang berada di sampingnya yaitu Sim Tiong-kiu
segera melangkah maju, sambil bentaknya, "Jian-ciat-suseng,


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersiap-siaplah kau menerima kematian!"
Bong Thian-gak sudah pernah bertarung melawan Sim
Tiong-kiu, dia tahu kakek itu memiliki ilmu jari yang lihai
sekali. Oleh sebab itu segera dia menghimpun seluruh tenaga
dan perhatiannya dengan memperhatikan jari telunjuk tangan
kiri lawan. "Sim Tiong-kiu!" katanya kemudian sambil tertawa dingin,
"jika kau sudah mendengar kisah hubungan gelap sepuluh
tokoh persilatan dengan Ho Lian-hiang, apakah kau masih
terpikat oleh kegenitan dan kecantikannya hingga rela berbakti
1278 terus kepadanya" Padahal dengan tampangmu, wahai Sim
Tiong-kiu, benarkah kau memperoleh kasih sayang sejati
darinya?" Ucapan Bong Thian-gak itu penuh dengan sindiran,
membuat paras muka Sim Tiong-kiu seketika itu juga berubah
merah padam dan untuk sesaat lamanya tak mampu
mengucapkan sepatah kata pun.
Berubah pula paras muka Ho Lan-hiang, segera bentaknya
keras, "Sim Tong-kiu, kau berani melanggar sumpahmu?"
Tatkala mendengar teguran itu, tiba-tiba saja sekujur
badan kakek berbaju hitam Sim Tiong-kiu gemetar keras, jari
telunjuk tangan kirinya segera ditekuk, kemudian melakukan
sentilan keras ke depan.
Serangan jari yang dahsyat dan luar biasa itu bagaikan
sambaran halilintar segera meluncur ke muka dan langsung
menyerang jalan darah kematian di dada Bong Thian-gak.
Bong Thian-gak memang sudah tahu Sim Tiong-kiu
memiliki ilmu jari yang sangat hebat dengan daya penghancur
yang luar biasa, maka di saat Sim Tiongrkiu baru saja
menggerakkan jari tangannya, ia sudah menerjang ke muka.
Diiringi suara bentakan yang keras, pedang kayu di
tangannya langsung dicabut dan menusuk iga kiri Sim Tiongkiu.
Ilmu pedang yang diiringi terjangan kilat ini dilakukan
dengan gerakan yang mengerikan, tak heran paras muka
kawanan jago yang hadir berubah hebat.
Serta-merta Sim Tiong-kiu menggeser kaki kirinya ke
samping, lalu meluncur mundur untuk meloloskan diri dari
serangan pedang pemuda itu.
Menyaksikan serangan jari tangan Sim Tiong-kiu yang
istimewa dan luar biasa itu gagal membunuh lawan, kembali
paras muka Ho Lan-hiang berubah hebat, segera serunya,
1279 "Mundur kau, apakah sebelum ini kalian sudah pernah
bertarung?"
Sim Tiong-kiu segera mengundurkan diri ke sampingnya,
lalu menjawab, "Ya, ketika berada di kuil Hong-kong-si tempo
hari, kami sudah pernah bertarung."
Setelah memukul mundur Sim Tiong-kiu dengan serangan
pedangnya, Bong Thian-gak tidak melanjutkan dengan
serangan kedua, sebaliknya sambil melintangkan pedang di
depan dada, ia berkata dengan lantang, "Ho Lan-hiang, ilmu
jarinya yang merupakan senjata maut pencabut nyawa sudah
tak mampu melukai diriku lagi, bahkan rahasia pedang Cingtong-
kiam milik Ji-kaucu pun sudah kuketahui dengan jelas.
Oleh karena itu kedua orang utusan pelindung bungamu
sudah tidak sanggup lagi melindungi keselamatan jiwamu,
mengapa kau tidak turun tangan sendiri untuk bertarung
melawanku?"
Tantangan Bong Thian-gak yang diucapkan secara blakblakan
dan terus terang ini segera membuat Ho Lan-hiang
mengernyitkan alis, hawa membunuh segera menyelimuti
wajahnya, dia berseru, "Ji-kaucu!"
Ji-kaucu yang berada di sisi kirinya segera menyahut
dengan suara lantang, "Siap!"
"Kau tampil ke muka dan bunuh keparat itu!"
"Harap Cong-kaucu jangan kelewat emosi," kata Ji-kaucu
dengan kalem tanpa luapan perasaan. "Aku rasa waktu untuk
membunuhnya belum tiba."
Ketika mendengar ucapan ini, hawa membunuh yang
semula telah menyelimuti wajahnya mendadak lenyap,
sebagai gantinya ia segera menampilkan wajah lembut dan
ramah, setelah tertawa terkekeh, katanya, "Ji-kaucu, kau
memang tak malu menjadi tangan kananku. Kecerdasan
otakmu sungguh mengagumkan."
1280 Sebaliknya Bong Thian-gak segera menjengek sambil
tertawa dingin, "Ji-kaucu, kau tidak usah mencoba menyimpan
tenaga lagi. Hari ini aku ingin mencoba kelihaian ilmu silatmu."
Saat itu Bong Thian-gak telah berdiri dengan pedang
dilintangkan di depan dada, sepasang matanya memancarkan
sinar tajam, sementara hawa membunuh telah menyelimuti
wajahnya. Setiap jago dalam arena dapat melihat bahwa pemuda itu
telah menghimpun tenaga murninya dan siap melepaskan
serangan pedang terbangnya.
Keadaan Bong Thian-gak yang sudah siap melepaskan
serangan pedang terbangnya saat ini ibarat anak panah yang
sudah berada di gendewa yang ditarik. Oleh karena itu Jikaucu
yang menyaksikan keadaan itu segera mengerti bahwa
dia tak bisa meloloskan diri lagi dari ancaman.
Kaki kiri Ji-kaucu segera maju setengah langkah, tangan
kanannya secepat kilat mencabut pedang bercahaya hijau dari
pinggang, lalu setelah tertawa seram, katanya, "Jian-ciatsuseng,
hari ini kita memang harus bertarung!"
"Dendam sakit hati yang telah terjalin di antara kita berdua
rasanya cepat atau lambat harus dituntaskan, pertarungan
memang tak dapat dihindari lagi," sahut Bong Thian-gak
sambil tersenyum.
"Selama ini kau tak lebih cuma panglima yang kalah
perang, aku rasa hari ini pun kau tak akan lolos dari nasib
kekalahan konyol."
Bong Thian-gak segera mendengus dingin, "Hm,
seandainya aku menderita kekalahan lagi di tanganmu, biar
mati pun aku tak menyesal!"
Selesai berkata Bong Thian-gak segera menggerakkan
bahunya bergerak ke muka, pedangnya dengan jurus pelangi
panjang menutupi matahari langsung meluncur.
1281 "Serangan bagus!" bentak Ji-kaucu.
Di tengah kilauan cahaya pedang berwarna hijau serta
lejitan bintang merah berkilauan, tiba-tiba berkumandang
suara gemerincingan
yang amat nyaring.
Serangan pedang Bong Thian-gak yang dilancarkan dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat itu tahu-tahu sudah
terbendung. Dalam pengaruh hawa murninya yang disalurkan ke tubuh
pedang itu, pedang bambu yang lemah telah berubah menjadi
keras dan tajam bagaikan pedang sungguhan.
Itulah sebabnya ketika bentrokan yang barusan terjadi,
pedang bambunya tidak menjadi putus karena ketajaman
pedang lawan. Begitu pedang bambu Bong Thian-gak digetarkan terpental
ke belakang, tangan kirinya segera diputar kencang,
pedangnya seperti seekor naga sakti yang sedang membalik
badan, menyambar dari bawah ke atas langsung merobek
lambung Ji-kaucu.
Ilmu pedang yang sangat aneh dan luar biasa semacam ini
pada hakikatnya di luar dugaan siapa pun juga.
Mimpi pun Ji-kaucu tidak mengira gerak serangan Bong
Thian-gak yang berhasil dibendung itu dalam waktu singkat
telah berubah arah, menyergap bagian mematikan di
tubuhnya. Sementara dia masih terperanjat menghadapi perubahan
itu, tahu-tahu ujung pedang Bong Thian-gak sudah menempel
di atas baju Ji-kaucu yang menutupi lambungnya. Dalam
keadaan demikian, sekalipun ada malaikat turun dari
kahyangan, rasanya tak mampu menolong Ji-kaucu lolos dari
musibah ini. 1282 Bisa dibayangkan betapa cepatnya sambaran pedang jagojago
lihai yang sedang bertarung. Waktu itu tiada kesempatan
lagi bagi Ji-kaucu untuk memutar otak, mendadak hawa
membunuh memancar dari wajahnya, pedangnya segera
dibalik, lalu ditusukkan pula ke dada Bong Thian-gak.
Dalam anggapan para jago, serangan pedang Ji-kaucu itu
tak lebih cuma gerakan sia-sia, karena ancaman itu tak ada
artinya. Padahal waktu itu serangan pedang Bong Thian-gak sudah
hampir mengenai tubuh Ji-kaucu, andaikata menyerang pun
Ji-kaucu tentu akan tewas lebih dulu di ujung senjata Bong
Thian-gak. Itulah sebabnya serangan Ji-kaucu ini pada hakikatnya
tidak akan memberikan manfaat apa pun.
Tapi siapakah yang dapat menduga kalau di balik serangan
Ji-kaucu itu sesungguhnya ia sedang melakukan tindakan
nekat mengajak lawan mengadu jiwa.
Pedang tembaga berwarna hijau itu bukan saja dapat
diperpanjang atau diperpendek sesuai kehendak hati, bahkan
bagian tengah pedang yang kosong itu telah dia isi dengan
semacam cairan beracun yang bisa menyembur keluar apabila
tombol rahasianya dipencet
Di saat yang amat kritis itulah mendadak sesosok bayangan
orang secepat sambaran kilat meluncur tiba, disusul segulung
angin pukulan berpusing yang sangat kuat menumbuk tubuh
Bong Thian-gak serta mementalkan tubuhnya hingga mencelat
ke samping kanan.
Tenaga pukulan yang maha dahsyat itu memiliki kekuatan
sangat mengerikan, Bong Thian-gak merasa tubuhnya tak
mampu dikendalikan lagi, setelah mencelat ke belakang, dia
mesti mundur sebelum berhenti.
1283 Suara semburan air beracun bergema, dari ujung pedang
Ji-kaucu memancar tiga gulung cairan hitam.
Begitu jatuh ke atas tanah, segera tertampak asap hitam
mengepul ke udara, dalam waktu singkat lantai berbatu itu
sudah terbakar hangus hingga muncul bekas lekukan sedalam
beberapa inci. Sesudah menyaksikan itu, Bong Thian-gak baru sadar
bahwa orang itu telah menyelamatkan jiwanya.
Tapi dia pun telah menyelamatkan jiwa Ji-kaucu.
Tatkala sorot mata para jago dialihkan ke wajah pendatang
itu, mendadak air muka mereka segera berubah menjadi
pucat. Itulah mimik wajah kaget, ngeri, seram, tegang serta
berbagai perubahan lainnya.
Pendatang itu seorang kakek berbaju hijau yang
memelihara jenggot berwarna hitam, berwajah segar dan
berwibawa, akan tetapi bagi pandangan para jago dalam
arena justru lebih menyeramkan dan mengerikan daripada
melihat setan atau memedi.
Bong Thian-gak menjerit kaget lebih dulu, "Thio Kim-ciok!
Thio-locianpwe!"
Kakek berjenggot hitam berbaju hijau itu memang tak lain
adalah Thio Kim-ciok.
Sementara itu dari balik sebuah pintu rahasia di tengah
ruangan pelan-pelan berjalan keluar Song Leng-hui serta
Thay-kun. Setelah suasana agak hening, Thio Kim-ciok baru berkata
dengan suara hambar, "Bong-laute, tak ada artinya kau
mengadu jiwa dengan lawan. Itulah sebabnya aku telah
melancarkan Kun-goan-khi-kang untuk mendorongmu dari
ancaman bahaya."
1284 Biarpun cuma beberapa patah kata yang sederhana, namun
sudah menjelaskan betapa berbahayanya situasi waktu itu.
Kemunculan Thio Kim-ciok membuat para jago merasa
kaget dan bergidik, tapi juga merubah suasana di arena
menjadi tegang dan menyeramkan. Ancaman pertempuran
setiap detik dapat meledak di situ.
Dari sekian jago yang hadir, kecuali Bong Thian-gak, Song
Leng-hui serta Thay-kun tiga orang, empat orang dari sepuluh
tokoh persilatan maupun Ho Lan-hiang serta Biau-kosiu
sekalian sama-sama telah meraba senjata masing-masing,
bersiap menghadapi segala kemungkinan.
Bong Thian-gak melayangkan pandangannya dan
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
dengan kening berkerut dia berpikir, "Tampaknya semua telah
bekerja sama untuk menghadapi Thio Kim-ciok."
Dalam pada itu Thio Kim-ciok dengan mata yang
memancarkan cahaya tajam telah memandang sekejap wajah
orang-orang di situ, kemudian ujarnya dingin, "Mungkin kalian
tak pernah mengira bukan kalau aku masih hidup di dunia
ini?" Tio Tian-seng segera menghela napas panjang dengan
nada sedih, sahutnya, "Ya, kenyataan kau memang masih
hidup!" "Tio Tian-seng," kata Thio Kim-ciok lagi dengan suara
dingin, "Aku tahu kau sudah menyesal, tapi Thio Kim-ciok
tetap tak akan memaafkan dirimu."
Kembali Tio Tian-seng tertawa pedih, "Aku tahu, Thio Kimciok
adalah seorang yang berhati kejam, buas dan membunuh
orang tanpa berkedip. Jangankan terhadap musuh-musuh
besarmu, bahkan terhadap orang yang tiada sangkut-pautnya
dengan dirimu pun sudah berapa banyak yang tewas di
tanganmu."
1285 "Kalian semua tak akan lolos dari kematian!" ujar Thio Kimciok
lagi dengan suara dingin dan menyeramkan.
Tiba-tiba sinar matanya dialihkan ke wajah Ho Lan-hiang.
Dalam pada itu sekulum senyum manis telah tersungging di
ujung bibir Ho Lan-hiang, katanya dengan suara yang amat
tenang, "Orang pertama yang hendak kau bunuh tentu diriku,
bukan?" "Aku akan menghancur-leburkan tubuhmu serta
mencincangnya," sahut Thio Kim-ciok dengan wajah dingin
dan suara hambar.
Kembali Ho Lan-hiang tertawa merdu, "Tiga puluh tiga
tahun berselang kau tidak memiliki kemampuan untuk


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melukaiku. Tiga puluh tiga tahun kemudian, lebih-lebih jangan
harap dapat melukai seujung rambutku."
Pada saat itulah Bong Thian-gak dapat melihat Tio Tianseng,
Tan Sam-cing, Liong Oh-im, Gi Jian-cau bersama Ho
Lan-hiang, Ji-kaucu, serta Sim Tiong-kiu sekalian secara pelanpelan
telah bergerak maju mengurung Thio Kim-ciok rapatrapat.
Melihat itu, mendadak Bong Thian-gak mengayunkan
pedangnya sambil membentak nyaring, "Berhenti kalian
semua. Bila ada yang berani maju selangkah lagi, jangan
salahkan pedangku akan segera melukai orang."
Tiba-tiba Tio Tian-seng berseru, "Bukankah Bong-laute
telah mengambil keputusan untuk melepaskan diri dari kancah
pertikaian yang penuh dengan budi dan dendam ini?"
Dengan suara dalam Bong Thian-gak membentak, "Mencari
kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak
merupakan suatu perbuatan terkutuk serta memalukan."
Tiba-tiba Thio Kim-ciok berpaling ke arah anak muda itu,
lalu berkata sambil tertawa, "Bong-laute, dari sikap serta
1286 perbuatan mereka itu, tentu kau tak akan menyalahkan aku
andaikata kubunuh mereka dari muka bumi?"
"Thio-locianpwe berniat membantai semua orang yang ada
di sini?" tanya Bong Thian-gak dengan perasaan bergetar
keras. "Aku tidak dapat melepaskan seorang pun di antara
sepuluh tokoh persilatan serta perempuan jalang itu."
Bong Thian-gak menghela napas, kemudian katanya,
"Thian maha penyayang. Apakah Thio-locianpwe tak merasa
bahwa dendam yang kau perlihatkan sekarang telah
melanggar ajaran Thian?"
Thio Kim-ciok tertawa dingin, "Andaikan setiap umat
persilatan di dunia ini dapat memahami apa artinya ajaran
Thian, aku rasa tidak bakal terjadi lagi badai pembunuhan
serta mengalirnya anyir darah dalam persilatan. Sepuluh tokoh
persilatan mempunyai kedudukan yang agung dan terhormat,
tetapi nyatanya mereka bisa juga melakukan perbuatan
terkutuk yang amat memalukan itu."
Bong Thian-gak sadar bahwa dia tak mampu lagi
menghalangi niat Thio Kim-ciok untuk melampiaskan rasa
dendam kesumatnya, maka setelah menghela napas panjang,
dia pun bertanya, "Yakinkah Thio-locianpwe bahwa
harapanmu itu bakal tercapai?"
"Walaupun aku tidak mempunyai keyakinan sepenuhnya,
namun dapat kupertaruhkan dengan selembar nyawaku."
Mendadak terdengar Ho Lan-hiang yang berada di samping
arena berseru sambil tertawa terkekeh-kekeh, "He si tua Thio,
saat ini kau telah dikepung oleh semua jago. Aku tidak
percaya kau masih mempunyai kesempatan untuk melarikan
diri ke dalam alat rahasiamu."
Dalam sekejap di empat penjuru sudah berdiri Tio Tianseng,
Gi Jian-cau, Tan Sam-cing, Liong Oh-im, Ho Lan-hiang,
1287 Sim Tiong-kiu serta Ji-kaucu dengan senjata terhunus.
Tampaknya pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi.
Bong Thian-gak segera berpikir, "Sanggupkah Thio Kimciok
menandingi kerubutan tujuh jago lihai dunia persilatan
ini?" Dengan pandangan sinis Thio Kim-ciok memperhatikan
sekejap, kemudian berkata, "Kepungan kalian mirip barisan
pembunuh yang dipakai untuk menghadapiku tiga puluh tiga
tahun berselang, hanya sayang di sini sudah tak nampak
beberapa wajah."
"Thio Kim-ciok!" dengan wajah serius dan nada
bersungguh-sungguh Tio Tian-seng berkata, "sebenarnya aku
merasa malu untuk mencari kemenangan dengan
mengandalkan jumlah banyak, tapi aku pun tahu bahwa kau
adalah seorang licik yang berhati busuk serta banyak akal
muslihatnya. Oleh karena itu mau tak mau terpaksa kami
harus mempergunakan cara mengerubut yang tidak gagah ini
untuk menghadapimu."
"Andaikata aku merasa takut untuk menghadapi kerubutan
kalian, tidak nanti aku menampilkan diri," sahut Thio Kim-ciok
dingin. Liong Oh-im tertawa seram, "Thio Kim-ciok, kau
mempunyai kemampuan seberapa besar hingga dapat
menembus kepungan kami bertujuh?"
"Andaikata aku berniat membunuh kalian, maka hal ini bisa
aku lakukan secara mudah dan tak usah membuang tenaga."
Belum habis perkataan Thio Kim-ciok, Thay-kun yang
selama ini berdiri di samping menyela dengan suara merdu,
"Di saat terjadinya gempa bumi yang menggetarkan seluruh
permukaan gua tadi, seluruh alat rahasia dalam lorong bawah
tanah ini sudah tertutup seluruhnya. Biarpun kalian sanggup
membunuh Thio Kim-ciok saat ini, tetapi kalian sendiri pun
1288 tidak bakal terlepas dari Bu-lim-bong yang sudah tersumbat
ini, akhirnya kalian bakal mampus juga karena kelaparan."
Beberapa patah kata Thay-kun ini kontan membuat paras
muka kawanan jago itu berubah hebat.
Liong Oh-im segera tertawa licik, "Bagus, bagus sekali,
kalau semua orang bisa mati bersama di dalam Bu-lim-bong,
hal itu jauh lebih baik lagi."
Dengan suara dingin menyeramkan Thio Kim-ciok berkata
pula, "Aku tak ingin menyaksikan kalian mampus tanpa
memberi perlawanan, aku pun tak ingin membiarkan kalian
mampus dalam Bu-lim-bong ini."
Beberapa patah katanya yang terakhir ini terasa sangat
aneh dan bertentangan dengan apa yang dikatakan
sebelumnya, tapi para jago mengerti, di balik semua itu tentu
masih terdapat latar belakang lainnya.
Sambil tertawa licik Liong Oh-im segera berkata, "Kalau
begitu, tentunya jalan keluar dari Bu-lim-bong ini
sesungguhnya bukan merupakan hasil karya Thio Kim-ciok
bukan?" Thio Kim-ciok tidak menjawab, tapi Thay-kun telah berseru
dengan suara merdu, "Betul, orang yang menggerakkan alat
rahasia untuk menutup seluruh lorong rahasia dalam Bu-limbong
ini bukan Thio-locianpwe, melainkan Hek-mo-ong. Dia
hendak mengurung kalian dalam Bu-lim-bong ini."
Mendadak dari balik ruangan yang luas itu berkumandang
kembali suara Hek-mo-ong yang dingin serta misterius itu,
"Thio Kim-ciok, aku tidak menyangka kau bakal mengingkari
janjimu sendiri."
Thio Kim-ciok tertawa dingin, sahutnya dengan suara keras,
"Hek-mo-ong, aku sama sekali tidak mengingkari janji, aku
hanya tak rela membiarkan musuh-musuh besarku ini tewas di
tanganmu."
1289 "Thio Kim-ciok!" kembali suara Hek-mo-ong berkumandang
lagi, "apakah kau yakin dapat membinasakan Ho Lan-hiang
bertujuh?"
Thio Kim-ciok tertawa dingin, "Termasuk kau, berarti
berjumlah delapan orang. Aku yakin tak seorang pun di antara
kalian yang dapat meloloskan diri dalam keadaan selamat."
Hek-mo-ong tertawa terkekeh, katanya, "Sebagai imbalan
dari usaha bantuan membinasakan Ho Lan-hiang sekalian
adalah janjimu menyerahkan peta rahasia tambang emas
kepadaku dan sekarang kau telah berbalik ingin membunuh
sendiri musuh-musuh besarmu itu. Apakah kau pun berniat
membatalkan perjanjian di antara kita?"
"Kita telah berjanji. Setelah kau membantu aku
membinasakan Ho Lan-hiang sekalian, maka antara aku dan
kau pun akan dilangsungkan pertarungan sengit yang akan
menentukan mati hidup di antara kita," sahut Thio Kim-ciok
dingin. "Tapi aku takut kemampuanmu sangat terbatas sehingga
gagal membunuh Ho Lan-hiang sekalian, sebaliknya malah
mencelakakan diri sendiri. Oleh sebab itu kuanjurkan
kepadamu lebih baik serahkan saja penyelesaian nyawa
mereka kepadaku."
Dari tanya-jawab yang berlangsung antara Hek-mo-ong
dan Thio Kim-ciok ini. Secara garis besar semua orang sudah
mulai memahami apa yang sebenarnya direncanakan kedua
orang yang berkomplot itu.
Mendadak Tio Tian-seng membentak dengan suara keras,
"Liu Khi, bila kau memang bernyali, ayo cepat keluar untuk
berduel mati-matian denganku."
"Hahaha," gelak tawa nyaring Hek-mo-ong segera bergema
memenuhi seluruh ruangan. "Tio Tian-seng, tahukah kau
bahwa di dasar tanah dalam ruangan dimana kalian berpijak
sekarang telah ditanam beratus-ratus obat mesiu yang setiap
1290 saat dapat meledak" Bila kusulut sumbu mesiu itu, maka aku
yakin dalam seperempat jam, kalian akan mampus dengan
tubuh hancur berkeping-keping."
Kawanan jago yang hadir dalam arena kontan terkesiap.
Bong Thian-gak segera memandang sekejap ke arah Thio Kimciok,
lalu tanyanya, "Thio-locianpwe, benarkah apa yang
dikatakannya itu"
"Benar, di dasar lantai ruangan ini memang sudah ditanam
obat peledak dalam jumlah besar. Seandainya benar-benar
meledak, maka daya kekuatannya mampu menenggelamkan
seluruh perkampungan ini ke dasar tanah."
Mendengar sampai di sini, Bong Thian-gak segera
menghela napas panjang, "Apa rencana Thio-locianpwe
selanjutnya untuk menghadapi situasi demikian ini?"
Tiba-tiba Thay-kun tersenyum, selanya, "Bong-suheng tidak
usah kuatir, aku percaya Thio-locianpwe pasti sudah
mempunyai rencana yang rapi untuk menghadapi semua itu."
Dalam pada itu para jago yang berada di dalam ruangan
bawah tanah itu tak berani bertindak lagi secara gegabah,
mereka cuma bisa mengawasi wajah Thio Kim-ciok dengan
mata terbelalak dan pandangan termangu.
Mendadak terdengar lagi suara Hek-mo-ong berseru
lantang dari balik ruangan, "Thio Kim-ciok, dengarkan baikbaik.
Andaikata aku bertekad membatalkan niatku untuk
mendapatkan rahasia peta bukit tambang emas itu dengan
menyulut sumbu mesiu yang berada di sini, entah bagaimana
perasaanmu?"
Thio Kim-ciok tertawa dingin, "Seandainya kau berbuat
demikian, maka kau sendiri pun tak akan terlepas dari
ancaman kematian. Aku yakin dalam seperempat jam, kau tak
akan mampu melepaskan diri dari sini serta menyingkir ke
tempat yang lebih aman."
1291 "Bila aku sudah bertekad untuk mengadu jiwa, apa yang
dapat kau lakukan?"
"Aku rasa kau tidak bakal berbuat demikian," jengek Thio
Kim-ciok sambil tertawa dingin.
"Bagus, kalau begitu tunggu saja!" jengek Hek-mo-ong
sambil tertawa seram.
Begitu selesai berkata, di dalam ruangan itu sudah tak
terdengar lagi suara Hek-mo-ong.
Dengan wajah serius Thio Kim-ciok berkata dingin, "Bila
Hek-mo-ong sudah memperhitungkan secara tepat bahwa
dalam seperempat jam dia mampu meninggalkan Bu-lim-bong
secara aman, maka pada saat itu dia pasti akan menyulut
sumbu mesiu dan meledakkan perkampungan ini. Dan
sekarang aku pun telah memutuskan akan mengajak kalian
meninggalkan Bu-lim-bong ini, tapi di saat kalian telah
meninggalkan Bu-lim-bong, saat itu juga aku akan mulai turun
tangan membunuh setiap musuh besarku yang masih
berkeliaran! Nah, apa yang kukatakan sudah selesai
kuutarakan. Harap kalian mengikuti aku!"
Selesai berkata, Thio Kim-ciok segera membalikkan badan
dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Dengan pedang terhunus, Liong Oh-im segera menghadang
jalan perginya, sambil tertawa ia berseru, "Thio Kim-ciok,
sesudah keluar Bu-lim-bong, kami pun tak punya kesempatan
untuk melanjutkan hidup. Apa salahnya kita berduel saja di
dalam Bu-lim-bong ini untuk menentukan siapa yang harus
mampus di antara kita berdua?"
"Pertarungan berdarah dalam Bu-lim-bong bisa
menyebabkan semua yang hadir tewas," kata Thio Kim-ciok
dingin, "tapi bila hal ini terjadi di luar Bu-lim-bong, maka
keadaannya berbeda. Sekalipun akhirnya kalian akan mampus
juga di tanganku, tapi paling tidak kalian masih dapat hidup
lebih lama lagi."
1292 Tan Sam-cing tertawa dingin, serunya, "Thio Kim-ciok,
bacotmu itu benar-benar kelewat besar dan takabur. Setelah
keluar dari Bu-lim-bong nanti, Tan Sam-cing orang pertama
yang akan mencoba ilmu silatmu."
"Baik!" sahut Thio Kim-ciok sambil manggut-manggut,
"sesudah meninggalkan Bu-lim-bong nanti, orang pertama
yang akan kubunuh adalah kau."
Ketika berbicara sampai di situ, Thio Kim-ciok sudah lewat
di samping Liong Oh-im dan berjalan menuju ke sebuah
lorong bawah tanah.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, para jago mengikut
di belakang Thio Kim-ciok memasuki lorong itu, makin ke
dalam luas lorong itu bertambah lebar.
Tapi suasana di situ pun makin lama semakin gelap
sehingga akhirnya untuk melihat jari tangan sendiri pun susah.
Bong Thian-gak bersama Thay-kun dan Song Leng-hui
mengikut di belakang Thio Kim-ciok.
Di saat mereka melewati lorong bawah tanah yang gelap
gulita itu, suasana amat hening dan tak seorang pun yang
berbicara, tapi perasaan setiap orang berat sekali, berbagai
ingatan berkecamuk dalam benak mereka.
Terutama mereka yang berjalan paling belakang seperti Ho
Lan-hiang, malaikat sakti pedang iblis, tabib sakti, delapan
pedang salju beterbangan serta sastrawan berwajah tampan.
Masing-masing dengan menggunakan ilmu menyampaikan
suara saling merundingkan tindakan selanjutnya yang harus
dilakukan setelah meninggalkan Bu-lim-bong, bagaimana
caranya membinasakan Thio Kim-ciok dari muka bumi.
Mendadak terdengar Bong Thian-gak menghela napas
panjang, kemudian bertanya, "Thio-locianpwe, benarkah kau
harus membunuh mereka semua?"


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1293 "Dendam sakit hati sedalam lautan cuma dapat dihapus
dengan pembunuhan terhadap musuh-musuhnya," sahut Thio
Kim-ciok hambar. "Apalagi sejak puluhan tahun berselang, aku
punya rencana untuk menghabisi nyawa kesepuluh tokoh
persilatan itu."
Bong Thian-gak terkejut sekali, segera tanyanya, "Thiolocianpwe,
apa maksudmu?"
"Puluhan tahun berselang, di saat aku mengangkat
kesepuluh tokoh persilatan menjadi guru untuk belajar silat,
dalam hati kecilku sudah tumbuh niat dan ambisi untuk
menguasai dunia persilatan."
Ketika mendengar sampai di situ, Bong Thian-gak seolaholah
teringat akan suatu persoalan, segera ujarnya, "Kalau
begitu tindakan sepuluh tokoh persilatan membinasakan
Locianpwe pada tiga puluh tiga tahun berselang adalah
disebabkan.."
Mendadak Bong Thian-gak menutup mulut dan tidak
melanjutkan kata-katanya.
Tapi sambil tertawa dingin Thio Kim-ciok telah berkata,
"Sesungguhnya sebab-musabab sepuluh tokoh persilatan
bekerja sama membunuh diriku, selain dikarenakan mereka
berzinah dengan istriku Ho Lan-hiang dan mengincar harta
karun milikku. Tujuan utama ialah kuatir bila aku
mengkhianati mereka sebagai guru serta menguasai seluruh
dunia. Itulah sebabnya mereka turun tangan lebih dahulu."
"Ku-lo Hwesio mempunyai pengetahuan yang paling luas di
antara rekan-rekannya. Di saat ia mewariskan ilmu silat
kepadaku dulu, rupanya ia berhasil menemukan tulang
pemberontak yang tumbuh di atas kepalaku, merupakan
pertanda bahwa di kemudian hari aku akan mengkhianati
perguruan serta menciptakan bencana serta keonaran di
seluruh dunia."
1294 "Apakah Thio-locianpwe benar-benar mempunyai niat
semacam itu?" tanya Bong Thian-gak lagi dengan perasaan
kaget. "Benar, di atas kepalaku memang tumbuh tulang
pemberontak. Waktu itu aku memang berniat jahat serta
bertabiat kejam, buas dan licik," jawab Thio Kim-ciok sambil
tertawa seram. Ketika mendengar sampai di sini, tanpa terasa Bong Thiangak
bergidik, katanya kemudian, "Apakah sampai kini tabiat
Thio-locianpwe itu belum juga berubah?"
Thio Kim-ciok tertawa dingin, "Merubah bukit dan alam itu
mudah, tapi merubah watak sulit."
Setelah memperdengarkan suara tawa dinginnya yang licik,
keji dan buas, dia berkata lebih jauh, "Sepanjang hidupku, aku
paling kagum terhadap seorang saja yaitu Thay-kun. Sekilas
pandang saja ia sudah dapat mengetahui bahwa aku adalah
seorang raja pembunuh yang keji, buas dan licik. Tapi
akhirnya Thay-kun mengizinkan juga Song Leng-hui
menyembuhkan penyakitku agar Lohu dapat memiliki kembali
kekuatan yang kumiliki dulu. Tapi dengan perbuatan Thay-kun
itu, sama artinya telah menyelamatkan jiwa kalian semua.
Sebab menuruti tabiatku, kalian pun jangan harap bisa lolos
dari cengkeraman mautku."
Tak terlukiskan rasa kaget dan ngeri Bong Thian-gak
mendengar itu, mimpi pun dia tak menyangka Thio Kim-ciok
sesungguhnya memang seorang jahat, buas, kejam dan licik
bagai seekor ular berbisa.
Tapi dari beberapa patah kata Thio Kim-ciok itu pula dia
dapat merasakan juga bahwa badai pembunuhan berdarah
sudah mengancam ketenangan dunia persilatan.
Perasaan Bong Thian-gak waktu itu sangat berat dan
masgul. Sebetulnya ia sudah bertekad tak akan mencampuri
pertikaian itu, tapi sekarang tentu saja ia tak bisa berpeluk
1295 tangan menyaksikan Thio Kim-ciok membunuh sesamanya
secara keji dan tak berperasaan.
Tapi antara dia dan Thio Kim-ciok pun tak pernah terjalin
perselisihan atau sakit hati apa pun, bagaimana mungkin ia
dapat turun tangan mencegah dirinya membalas dendam
terhadap sepuluh tokoh persilatan serta Ho Lan-hiang.
Padahal sesungguhnya Ho Lan-hiang sekalian bukanlah
manusia baik-baik, bukankah mereka pun merupakan
gembong-gembong iblis yang keji, buas, cabul serta banyak
melakukan kejahatan"
Sementara Bong Thian-gak masih pusing memikirkan
masalah itu, mendadak terdengar Thio Kim-ciok berteriak,
"Hek-mo-ong telah mulai menyulut sumbu mesiu, seperempat
jam lagi seluruh permukaan bumi ini akan tenggelam. Ayo
cepat kabur dari sini, siapa tahu dapat meloloskan diri dari
musibah?" Rupanya pada saat itu semua orang dapat menangkap
suara sumbu mesiu dibakar. Di samping itu, hidung mereka
pun dapat mengendus bau mesiu yang amat menusuk.
Entah bagaimanakah sistim bangunan dalam lorong Bu-limbong
itu, nyatanya begitu sumbu mesiu disulut, dalam waktu
singkat api telah menutup setiap sudut lorong.
Paras muka para jago segera berubah hebat, mereka sudah
tak berminat lagi memikirkan bagaimana cara menghadapi
Thio Kim-ciok. Tampak Thio Kim-ciok meluncur ke depan dengan
kecepatan tinggi, sementara para jago lainnya mengikut di
belakangnya secara membabi-buta.
Lorong bawah tanah itu sangat gelap dan tak ada setitik
cahaya pun, semua orang merasa telah menempuh suatu
perjalanan yang amat jauh.
1296 Mendadak terdengar Thio Kim-ciok berseru keras dari ujung
lorong bawah tanah itu, "Tempat ini merupakan daerah
perkampungan, sekarang aku akan menyulut sumbu mesiu
yang tersembunyi di sini untuk meledakkan dinding batu di
atas sana."
Sambil berkata, tampak cahaya api memancar dalam
lorong, tahu-tahu Thio Kim-ciok telah menyulut sebuah sumbu
hitam sebesar jari tangan yang tergantung di atas dinding
ruangan. Dalam waktu singkat cahaya api memancar kemana-mana,
sumbu yang disembunyikan di atas dinding lorong pun mulai
terbakar. Di antara kawanan jago yang hadir di situ, ada di antaranya
yang tidak percaya kepada Thio Kim-ciok, namun sewaktu
ingin menghalangi perbuatannya itu, keadaan sudah
terlambat. Sementara itu terdengar Thio Kim-ciok telah berkata
kembali, "Untuk mencapai pusat bahan peledak di atas dinding
batu itu, kita membutuhkan waktu tiga menit. Seandainya
dinding batu itu meledak sebelum bahan peledak di dasar
lorong itu meletus, berarti kita akan mampus terkubur di
tempat ini"
Biarpun para jago tidak percaya penuh terhadap
perkataannya itu, namun di saat jiwa terancam di depan mata,
tak urung setiap orang merasakan juga hatinya be
Seruling Samber Nyawa 9 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia 12
^