Pencarian

Pendekar Laknat 5

Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Bagian 5


lanjut Dalam lembah Semi yang penuh
dengan perkakas rahasia, musuh lebih menang tempat. Begitu
pula jumlah mereka jauh lebih besar. Untuk mengahadapi
keempat momok itu, jelas bukan hal yang mudah.
Demi menyelamatkan kesemuanya itu, terpaksa ia harus
bermain sandiwara Walaupun sesungguhnya ia muak terhadap
wanita itu, namun terpaksa ia memandangnya dengan
pandang mata lemah lembut dan mesra.
Po Ceng-in menyambut pandangan itu dengan semangat
terbuai-buai. Tiba-tiba ia berkata kepada ibunya, "Mah, ijinkan
kami pergi!" " ia terus menarik tangan Siau-liong diajak
keluar. "Tunggu!" tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia membentak.
Po Ceng-in terbeliak. Belum pernah selama ini ayahnya
membentaknya sedemikian bengis.
Dewi Neraka berobah wajahnya dan melengking kepada
suaminya, "Tolol! Mengapa engkau menakuti anak kita begitu
rupa!" Plak, Iblis Penakluk-dunia mendebur meja, dengusnya,
"Jika aku terus menerus menuruti engkau saja. Bukan saja
usaha menguasai dunia persilatan akan hancur berantakan.
Pun kemungkinan kita akan menelan pahitnya kekalahan
seperti 20 tahun berselang itu lagi. Aku...."
Dewi Neraka hunjamkan tongkatnya kelantai lalu
berbangkit, teriaknya, "Tolol! Jika banyak tingkah, lebih baik
kita berpisah dan bekerja sendiri-sendiri saja! Apa engkau kira
aku hanya mengandalkan engkau saja?"
302 Habis berkata wanita bengis itu melangkah kehadapan Po
Ceng-in, ujarnya, "Tanyalah pada anak itu. Jika dia benarbenar
bersungguh hati kepadamu, mari kita berangkat
sekarang juga. Mamah akan membawamu pulang ke Sepak.
Tak perlu kita hiraukan lagi soal harta pusaka dan segala
macam kekuasaan dunia persilatan!"
Po Ceng-in memandang ibunya dengan penuh rasa syukur.
Tetapi pada saat hendak bertanya penegasan kepada Siauliong,
tiba-tiba Naga Terkutuk dan Harimau Iblis tertawa
gelak. Kemudian berserulah Harimau Iblis dengan suara
nyaring, "Aha, nyata perangai saudara masih belum berubah
seperti dahulu...."
Dan Naga Terkutuk pun menumpangi, "Hubungan saudara
suami isteri berdua yang berkumpul dan berpisah tak menentu
itu benar-benar menjadi buah pembicaraan indah dalam dunia
persilatan. Hari ini bercerai entah kapan akan bertemu pula"
Demikianlah kedua saudara momok itu bergantian saling
memberi komentar. Bukan melerai dan mendamaikan kedua
suami isteri itu tetapi kebalikannya menyiram minyak pada api
kemarahan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka supaya
putus hubungan.
Seketika berobahlah wajah Iblis Penakluk-dunia. Sepasang
alisnya yang panjang melekat satu sama lain dan sejenak
melirik ke arah kedua tetamunya, cepat ia melesat kemuka
Dewi Neraka. "Isteriku, jangan marah. Hal ini menyangkut kepentingan
kita berama. Sekali salah langkah, kita pasti kalah. Oleh
karena itu aku perlu berhati-hati...." Lalu ia menunjuk Siaulioug,
serunya, "Budak itu bukan pemuda biasa. Janganlah
engkau sampai kena dikelabuhinya!"
303 Dewi Neraka mendengus, "Sampai dimanakah kemampuan
seorang anak yang baru berumur belasan tahun itu" Bukankah
kalian sendiri yang ketakutan dan menduga yang bukanbukan...."
Namun sekali pun mulut mengatakan begitu tetapi diamdiam
Dewi Neraka mengingat juga akan keterangan Harimau
Iblis tentang pertempurannya dengan Siau-liong. Maka ia tak
mau ayunkan langkah melainkan masih mengamati Siau-liong
denga teliti. Iblis Penakluk-dunia paksakan tertawa, "Munculnya budak
itu bersama seorang budak perempuan ke dalam barisan
Tujuh Maut, menandakan bahwa mereka tentu ikut dalam
rombongan It Hang si imam hidung kerbau itu. Kalau malam
gelap, anak buahku tak dapat melihatnya, tetapi....
"Ah, soalnya sederhana sekali," Naga Terkutuk menyelutuk,
"kalau saudara tak sampai hati turun tangan kepada menantu
yang tercinta, perintahkan orang supaya menyiksa budak
perempuan itu. Dia tentu akan mengaku semua."
Iblis Penakluk-dunia alihkan pandang matanya ke arah
Naga Terkutuk, ia tertawa iblis; "Ah, saudara memang pintar.
Tetapi, Akupun memang sudah mempunyai pikiran begitu.
Bahkan sebelum saudara datang kemari, aku sudah suruh
orang untuk memeriksa budak perempuan itu. Tetapi diluar
dugaan.... Ia berhenti sejenak untuk mengelus jenggotnya yang
memanjang sampai kelutut, lalu melanjutkan, "Diluar dugaan
budak perempuan itu lenyap."
Sekalian orang tersentak kaget. Dan yang paling kaget
sendiri adalah Siau-liong. Kemanakah gerangan Mawar Putih
itu.... 304 Naga Terkutuk keliarkan biji matanya beberapa kali lalu
berkata, "Tujuh Maut itu merupakan barisan yang paling ketat
dan rapat. Sampai pun bangsa binatang dan burung tak dapat
keluar masuk dalam barisan itu. Maka betapa lihaynya
kepandaian seseorang, pun tak mungkin dapat masuk keluar
menurut sekehendak hatinya...."
Dia geleng2 kepala dan berkata seorang diri, "Pendekar
Laknat dan Dewi Ular Ki Ih sudah terperangkap dalam barisan
Tujuh Maut tetapi dapat melenyapkan diri. Sebagai gantinya
dalam barisan itu terdapat tawanan sepasang muda mudi.
Sianak perempuan sudah dimasukkan ke dalam Lembah Maut
tetapi lenyap lagi...."
Tiba-tiba ia tertawa keras, "Ha, ha, apakah kita .sedang
melihat hantu?"
Dewi Neraka segera gunakan ilmu menyusup suara
bertanya kepada Iblis Penakluk-dunia, "Tolol, apakah
keteranganmu itu sungguh2?"
Iblis Penakluk-dunia kerutkan dahi lalu menyahut dengan
ilmu menyusup suara juga, "Sudah tentu sungguh2...."
Ia memberi isyarat kicupan mata kepada isterinya lalu
berkata, "Soal hilangnya budak perempuan yang baru
berumur belasah tahun itu tak perlu kita cemaskan. Dan
budak laki itu, jika engkau suka, ambillah sebagai menantu.
Tetapi menurut hematku, saat ini Lembah Semi sudah
kemasukan seorang tokoh yang sakti. Hilangnya budak
perempuan itu merupakan salah satu bukti...."
Kembali Iblis Penakluk-dunia berhenti. Diam-diam ia
memperhatikan Naga Terkutuk dan Harimau Iblis lalu berkatu
lagi, "Si tua Naga dan Harimau itu tamak akan harta pusaka
305 dan menghendaki separoh bagian. Sudah tentu di dunia tiada
hal yang semurah itu. Sekarang baiklah kita gunakan
keserakahan mereka itu untuk mengadu mereka dengan orang
sakti yang menyelundup ke dalam lembah ini. Atau kalau
perlu, kita dapat gunakan alat-alat rahasia dalam barisan
Tujuh Maut untuk melenyapkan kedua iblis itu!"
"Apakah engkau kira mereka mau tunduk pada
perintahmu?" tanya Dewi Neraka.
Sahut Iblis Penakluk-dunia dengan gembira, "Mereka
berdua hanya mengandalkan pada kegagahan saja. Jika
engkau tak mudah naik pitam dengan gunakan siasat saja
mereka tentu suka melakukan perintahku!"
Dewi Neraka mendengus lain melengking, "Tolol! Kalau
memang bisa, silahkan engkau kerjakan Perlu apa aku harus
mengadu biru?"
Percakapan kedua suami isteri itu menggunakan ilmu
menyusup Suara. Dengan begitu lain orang tiada dapat
mendengarnya. Hanya bibir mereka yang tampak bergerakgerak,
tetapi sama sekali tak mengeluarkan suara apa2.
Beberapa saat kemudian, Naga Terkutuk memekik keras,
"Budak perempuan itu lenyap, tak jadi apa. Kita dapat
memeriksa budak laki ini!"
Habis berkata iblis itu terus tebarkan kesepuluh jari
tangannya. Sekali tubuh bergerak. ia gunakan jurus Nagasakti-
mengambil-air. Kesepuluh jarinya itu mengeluarkan desis
angin lalu mencengkeram kedua bahu Siau-liong.
Siau-liong benar-benar tak mau berkelahi. Buru-buru ia
mundur dua langkah kesamping. Tetapi serangan kedua dari
Naga Terkutuk sudah menyusul.... Tanpa menarik pulang
306 jarinya, tiba-tiba ditengah jalan jarinya itu dirobah dalam jurus
Menyapu-buyar-awan. Cengkeraman diganti dengan tabasan.
Kedua tangannya susul menyusul menyerang Siau-liong.
Melihat calon menantunya diserang seganas itu, Dewi
Neraka melengking tajam. Sekali hujamkan tongkataya
kelantai, kepala tongkat yang merupakan pangkal kepala
naga, meluncur lepas dari batang dan melayang kelambung
Naga Terkutuk! Serempak dengan itu, kepala naga-nagaan tongkat itu
hidungnya mengeluarkan beberapa lembar kumis sepanjang
15 senti. Kumis itu terbuat dari pada kawat baja yang halus
dan runcing. Warnanya berkilat kebiru-biruan. Jelas kalau
dilumuri racun.
Naga Terkutuk terkejut sekali dan cepat menarik pulang
serangannya seraya menyurut mundur. Dengan demikian
terluputlah ia dari bahaya maut.
Dewi Neraka tertawa dingin. Sekali gentakkan tongkatnya
kelantai, kepala naga itu melayang balik dan ninggap pada
hulu tongkat lagi. Juga kumis naga yang memancar keluar
tadi, segera menyusup masuk pula.
Ternyata kepala tongkat yang diukir seperti kepala naga
itu, diikat dengan kawat halus yang ulet sekali. Dapat dipijat
keluar untuk menyerang musuh.
Naga Terkutuk tak mau balas menyerang melainkan
berseru keras, "Apakah benar-benar engkau hendak
memusuhi kami berdua saudara?"
Tetapi Dewi Neraka tak mau menyahut. Sedang Iblis
Penakluk-dunia segera mengangkat kedua tangannya,
307 "Maafkan, maafkan! Harap saudara berdua jangan mengambil
dihati. Kita sedang berunding mengatur siasat!"
Merah padam selembar muka Naga Terkutuk. Pada saat ia
hendak lampiaskan kemarahannya, tiba-tiba Harimau Iblis
gunakan Ilmu menyusup suara mencegahnya, "Harap toako
jangan cari gara2! Jika bertempur, mereka menang orang dan
tempat. Belum tentu kita menang...."
Naga Terkutuk mendengus lalu menjawab dengan ilmu
Menyusup Suara, "Apakah adik takut?"
Harimau Iblis tak menghiraukan dan berkata pula, "Apalagi
masih ada budak lelaki itu yang jelas memiliki kepandaian
sakti. Menurut pengakuannya dia murid pewaris dari Pengemis
Tengkorak dan sudah memahami ilmu pukulan Thay-siangciang.
Pada waktu aku bertanding melawannya, ternyata dia
masih memiliki lain ilmu sakti...."
Sejenak berhenti ia berkata pula, "Ilmu saktinya itu,
rasanya aku kenal Tetapi sampai saat ini masih belum
kuketahui termasuk perguruan mana. Seperti tenaga-sakti Moya-
kong-lat dari paderi Liau Hoan gunung Thian-san,
tetapipun seperti tenaga Bu-kek-sin-kang dari Pendekar
Laknat. Jadi bukan Mo-ya-kong-lat pun bukan Bu-kek-sinkang.
Tetapi yang jelas, budak itu tentu mempunyai latar
belakang yang hebat. Jika dia bersatu dengan suami isteri
iblis, tentu akan makin menyulitkan kita. Memang
diketemukannya sepasang muda mudi dalam barisan Tujuhmaut
itu tentulah hanya omong kosong Dan tentang
lenyapnya budak perempuan dalam Lembah Maut itu, benarbenar
juga tak mungkin terjadi."
Naga Terkutuk mendengarkan dengan termangu. Rupanya
ia tak pernah memikir sampai disitu.
308 Setelah termenung sejenak, Harimau Iblis melanjutkan lagi,
"Turut pendapatku kita menghadapi dua kemungkinan.
Pertama, mungkin Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih
memang sudah bersekutu dengan suami isteri iblis itu.... It
Hang dan rombongan tokoh2 partai persilatan sudah terjaring
dalam perangkap mereka. Tujuan keempat iblis itu tak lain
karena hendak menghadapi kita berdua "
Kemungkinan kedua, Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih
telah binasa ditangan suami isteri iblis itu. Separoh bagian dari
Giokpwe pun sudah jatuh ketangan mereka. Bahwa Pendekar
Laknat dan Dewi Ular Ki Ih terjebak dalam selat buntu tetapi
dapat melenyapkan diri, hanyalah cerita karangan kedua
suami isteri iblis itu saja, Suatu siasat untuk menghapus
perhatian orang...."
Harimau Iblis sejenak melirik ke arah Iblis Penakluk-dunia
dan Dewi Neraka lalu berkata lagi kepada Naga Terkutuk;
"Salah satu dari kedua kemungkinan itu atau kedua-duanya
tak mungkin terjadi, tetapi tetap tak menguntungkan bagi kita
kakak beradik?"
Iblis Penakluk-dunia dan isterinya tahu juga bahwa kedua
saudara iblis itu tengah melakukan pembicaraan dengan
gunakan ilmu Menyusup Suara. Tetapi mereka pura-pura tak
tahu. Melanjutkan pula percakapan Harimau Iblis kepada Naga
Terkutuk, "Keadaan yang kita hadapi saat ini, betapapun
kedua suami isteri itu memainkan siasat apa saja, kita tak
boleh mengundurkan diri karena ketakutan. Jika kedua suami
isteri itu benar telah berhasil mendapat kitab pusaka
peninggalan Tio Sam-hong, mereka tentu takkan membiarkan
kita berdua hidup di dunia. Maka kalau hari ini kita tak
membereskan mereka, kelak tentu akan lebih sukar lagi!"
309 "Benar!" dengus Naga Terkutuk. Ia merenung sesaat lalu
berkata pula, "Karena aku tak dapat mengawasi siasat
mereka, harap adik yang waspada terhadap gerak-gerik
mereka!" Harimau Iblis mengangguk, kemudian ia berpaling ke arah
kedua suami-isteri iblis. memberi hormat seraya berseru,
"Karena tengah merundingkan urusan peribadi maka kami
telah ber-cakap2 dengan ilmu Menyusup suara. Harap saudara
berdua jangan salah faham!"


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Iblis Penakluk-dunia hanya ganda tertawa mengiakan. Lalu
ia menanyakan pendapat kedua kakak beradik itu mengenai
situasi yang dibadapi saat itu.
"Kami berdua saudara termasuk orang bodoh. Sudah tentu
kami hanya menurut keputusan saudara saja. Kami bersedia
membantu! sahut Harimau Iblis.
"Ah, saudara keliwat merendah diri, "kata Iblis Penaklukdunia.
Sejenak keliarkan mata, berkatalah ia, "Peristiwa
lenyapnya Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih dari barisan
Tujuh Maut itu adalah berdasar laporan dari anak buahku. Aku
sendiri belum memeriksa hal itu...." " ia melirik ke arah
Harimau Iblis dan Naga Terkutuk lalu melanjutkan, "Kami
berdua suami isteri hendak menyelidiki barisan Tujuh Maut,
saudara berdua...." "
"Sudah tentu kami akan ikut juga!" cepat2 Harimau Iblis
menukas. Diam-diam Iblis Penakluk-dunia terkejut mendengar
pernyataan itu. Ia merasa heran kalau kedua kakak beradik itu
tak tahu bahwa dalam barisan Tujuh Maut penuh dilengkapi
dengan alat rahasia dan jebakah2 yang berbahaya.
310 Namun ia menghapus rasa herannya dengan mengulum
senyum dan menganggukkan kepala. Lalu bertepuk tangan
tiga kali. Dari luar gedung masuklah 16 oranng laki perempuan
menghadap dan memberi hormat kepada Iblis Penakluk-dunia.
Mereka mengenakan pakaian ringkas dan menyelinap senjata.
"Lekas beritahukan kepada Soh-beng Ki-su bahwa aku
beramai-ramai hendak memeriksa ke dalam barisan Tujuh
Maut!" Sepasang lelaki dan perempuan memberi hormat lalu
melangkah keluar. Yang lain-lain segera berbaris pada kedua
tepi pintu. Iblis Penakluk-dunia segera mempersilahkan kedua
tetamunya ikut.... Naga Terkutuk melirik ke arah Harimau Iblis
dengan pandang penuh kesangsian.
Harimau Iblis tertawa gelak2, "Ah, sebagai tetamu, aku tak
boleh berlaku kurang hormat terhadap tuan rumah. Silahkan
saudara berjalan lebih dulu."
Iblis Penakluk-dunia tertawa hambar. Diam-diam ia
menertawakan kedua tetamunya itu. Sekalipun mereka
mempunyai rencana bagaimana, pun takkan terlepas dari
genggamannya. Maka ia memberi isyarat kicupan mata
kepada isterinya. Dan kedua suami isteri lalu melangkah
keluar. Pada saat keempat durjana itu sedang siapkan rencana
masing-masing secara diam-diam, adalah Siau-liong tetap
mengawasi gerak-gerik mereka dengan tak acuh. Diam-diam
ia sudah dapat menyelami apa isi hati keempat orang itu.
311 Pikirnya, asal keempat iblis itu masing-masing mempunyai
kecurigaan dan saling tak percaya, ia tentu mendapat
kelonggaran dan kesempatan untuk mengadu domba mereka.
Setelah keempat iblis itu pergi, buru-buru Siau-liong
bermain sandiwara. Dengan mesra ia menarik tangan Po
Ceng-in dan membisiki kedekat telinganya, "Hayo, kita ikut
melihat juga."
Melihat Siau-liong begitu mesra kepadanya, Po Ceng-in
menjadi lupa daratan. Setelah memberi tatapan mata yang
penuh arti, tanpa banyak pikir lagi ia segera menggandeng
tangan Siau-liong dan melangkah keluar untuk mengikuti
gerak gerik keempat iblis itu.
Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka berhenti dan
berpaling. Ketika melihat anak perempuannya bergandengan
tangan Siau-liong, mereka tersenyum lalu melanjutkan
perjalanan lagi.
Harimau Iblis dan Naga Terkutuk berjalan di belakang
sendiri Seolah-olah tanpa disengaja Naga terkutuk berjalan
disamping Po Ceng-in. jaraknya hanya lebih kurang setengah
meter sehingga jika mengulurkan tangan tentu dapat
mencapai. Siau-liong sudah siap siaga menghadapi keempat iblis itu.
Diam-diam dia sudah membentengi tubuhnya dengan saluran
Bu-kek-sin-kang. Maka tenang-tenang saja ia mengikuti di
belakang mereka.
Memang bangunan dalam Lembah Semi itu dicipta
sedemikian hebat. Jalanan ditengah halaman berbelak-bilok.
Loh-gik-thia atau pagoda termpat beristirahat penuh
bertaburan disana sini.
312 Bangunan pada setiap tempat selalu disusun menurut
bentuk Pat-kwa dan Kiu-kong. Bahkan setiap po-hon dan
setiap batang bunga, pun ditanam menurut aturan barisan.
Selama berjalan itu diam-diam Siau-liong memperhatikan
dan mencatat dalam hati semua yang dilihatnya. Tetapi
ternyata kedua suami isteri iblis itu sengaja berjalan berputarputar
kian kemari sehingga sesudah delapan kali membelok,
sukar bagi orang untuk mengenal arah lagi.
Kira2 sepeminum teh lamanya, tibalah mereka dimulut
sebuah selat lembah yang sempit. Iblis Penakluk-dunia
berhenti. Sambil tertawa ia menerangkan, "Itulah mulut
Lembah Maut. Didalamnya penuh dengan berbagai perkakas
rahasia. Sekali salah langkah, sukar dibayangkan akibatnya...."
Memandang ke arah kedua saudara iblis, ia berkata pula,
"Misalnya kalau keliru melangkah ke Pintu-mati, tentu akan
terjerumus ke dalam liang dan pasti akan hancur lebur. Aku
sendiripun tak berdaya menolong. Saudara berdua hendaknya
ikut saja di belakang kami, jangan bergerak sembarangan!"
Jelas ucapan Iblis Penakluk-dunia mengandung ancaman
untuk menakuti hati orang.
Harimau Iblis tertawa gelak, serunya, "Jangan kuatir,
andaikata kami sampai mengalami nasib sial keluar menginjak
tempat maut. pun takkan meminta ganti jiwa kepada saudara
berdua'" Iblis Penakluk dunia tertawa sinis lalu melanjutkan berjalan
lagi. Harimau Iblis pun memberi isyarat mata kepada
saudaranya. Mereka tetap berjalan di belakang Po Ceng-in
dengan mengambil jarak dekat.
313 Belasan anak buah lembah yang terdiri dari lelaki dan
perempuan dan bersenjata pedang tadi, bertindak sebagai
pelopor dimuka. Begitu masuk ke dalam selat, mereka
berjalan pelahan-lahan dan tak henti-hentinya menggerakkan
tubuh kekanan dan kiri. Mirip seperti kupu2 yang
berterbangan menerobos gerumbul bunga.
Selama memperhatikan keadaan tempat yang dilaluinya itu,
diam-diam Siau-liong heran juga. Jelas semalam ketika
bersama Mawar Putih, ia dikejar suami isteri Iblis Penaklukdunia
dan Dewi Neraka masuk ke dalam selat lembah itu,
disitu terdapat sebuah telaga yang besar. Tetapi mengapa
saat ini ia tak melihat telaga itu lagi" Heran, adakah Iblis
Penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu mempunyai ilmu untuk
memindah gunung dan menyingkirkan laut"
Tak berapa lama rombongan itu telah keluar dari jalanan
selat yang sempit Kini mereka berhadapan dengan sebuah
tanah lapang yang luas. Tanah lapang yang merupakan tanah
rendah mirip seperti dasar sumur.
Kedua barisan peloror lembah Semi itu, tiba-tiba cepatkan
langkahnya menuju ke kaki batu karang disebelah bawah.
Kemudian mereka lalu menyusup ke dalam gerombol pohon.
Kini barulah Siau-liong mengetahui jelas bahwa jalan keluar
dari lembah Tujuh Maut itu bukan hanya satu saja. Kemarin ia
datang dan masuk dari salah sebuah jalan.
Tampak hutan pohon siong itu berada ditengah tanah
lapang. Tetapi ia tak dapat menentukan arahnya yang tepat.
Ke 16 barisan lelaki perempuan dari lembah Semi tadi
muncul dari tempat masing dalam gerumbul semak sambil
mencekal bendera warna hijau yang dilambaikan ke arah kiri.
Setelah itu mereka menyelinap bersembunyi lagi.
314 Dari empat penjuru kaki karang, sayup2 terdengar suara
menderu pelahan dan menyusul mulailah kabut tipis
bertebaran keluar. Tak berapa lama ke 7 gua dan sekeliling
penjuru segera tertutup kabut.
"Apakah maksud saudara?" tanya Harimau Iblis kepada
tuan rumah. Iblis Penakluk-dunia tertawa, "Agar barisan Tujuh Maut
tetap aktif. Menjaga kemungkinan musuh menyusup kemari!"
Harimau Iblis tertawa keras; "Bagus saudara sungguh
cermat sekali!"
Iblis Penakluk dunia saling berpandang mata dengan
isterinya lalu mereka melangkah ke arah hutan.
Begitu masuk ke dalam hutan, Iblis Penakluk-dunia
berhenti dan memandang kesekeliling.... Sesaat kemudian ia
berkata kepada kedua tetamunya, "Barisan Tujuh Maut itu
diciptakan oleh seorang cianpwe yang sakti. Lebih dari
setahun lamanya barulah aku dapat mempelajari rahasia2
perobahan dalam barisan itu. Sungguh suatu ciptaan yang luar
biasa hebatnya...."
Habis berkata ia lekatkan pandang mata kepada Harimau
Iblis, lalu katanya, "Sayang barisan hebat ini sudah berpuluh
tahun tak pernah digunakan. Kecuali kemarin malam itu,
barulah barisan itu bekerja untuk menangkap rombongan It
Hang sihidung kerbau. Sejak ini...."
Tanpa menunggu tuan rumah menyelesaikan kata2nya,
Harimau Iblis cepat menukas dengan tertawa nyaring.
Nadanya ngeri menusuk telinga, tak ubah seperti raung singa
kelaparan sehingga daun2 dalam hutan itu bergetaran.
315 Cukup lama tertawa, barulah ia berhenti, serunya, "Sayang
karena barisan itu sudah lama tak digunakan, kemungkinan
tentu tak begitu lancar. Kalau tidak, tentu tak mungkin
Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih serta budak perempuan
baju putih itu dapat melenyapkan diri!"
Iblis Penakluk-dunia tahu bahwa Harimau Iblis sedang
berusaha untuk membakar hatinya. Merahlah selebar muka
iblis itu. Sinar matanya mulai memancarkan sinar
pembunuhan. Beberapa saat kemudian, wajah Iblis Penakluk-dunia itu
mulai tenang lagi. Ia tertawa seram, "Barisan Tujuh Maut
mempunyai 72 perobahan. Asal masuk ke dalam selat, berarti
sudah masuk perangkap. Sekalipun faham akan ilmu Ngoheng,
Pat-kwa dan Kiu-kiong, tetap tak mungkin dapat keluar
dari barisan itu!"
Seketika berobahlah wajah Harimau Iblis, serunya, "
Maksud saudara hendak mengatakan bahwa kami berdua
saudara saat ini pun sudah masuk dalam perangkap?"
Iblis Penakluk-dunia tertawa, "Saudara berdua sedang
menjadi sekutu kami. Menguasai dunia persilatan dan
menikmati harta karun yang tak ternilai harganya itu Sudah
tentu kami tak mempunyai maksud hendak mencelakai
saudara berdua!"
Harimau Iblis balas tertawa dengan nada dingin, "Mm.
sesungguhnya kami berdua ini sudah tak berguna lagi. Adakah
saudara masih tetap hendak mengajak kami kerja-sama dan
membagi rata harta karun itu?"
Iblis Penakluk-dunia tertawa keras, "Ah, jangan memikirkan
yang bukan2. Saat ini...."
316 "It Hang dan rombongan orang gagah sudah masuk dalam
perangkap. Dewasa ini dunia persilatan tentu memerlukan
seorang pemimpin. Kalau Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih
pun sudah jatuh ke dalam tangan saudara, tentulah harta
karun yang dapat dibelikan sebuah negara itu, mudah engkau
dapatkan. Dapat menguasai dunia persilatan dan memperoleh
harta karun yang ber-limpah2...."
Berhenti sejenak ia melanjutkan pula, "Masakan saudara
masih rela membagi rejeki dengan lain orang lagi?"
Dewi Neraka getarkan tongkat berkepala naga, lalu
berteriak sengit, "Kalian sungguh cerdik sekali!"
Namun seperti tak tersinggung oleh sindiran tajam dari
wanita iblis itu, Harimau Iblis berseru pula, "Jika tak pintar,
kami berdua tentu tak berani masuk mencari kematian ke
dalam barisan ini!"
Harimau Iblis menutup kata2nya dengan tersenyum.
Sepintas pandang seperti orang yang sudah yakin pada
dirinya. Iblis Penakluk-dunia kerutkan alis. Setelah keliarkan
pandang mata kesekeliling, ia melangkah ketengah Naga
Terkutuk dengan Po Ceng-in.
Ia memandang kelain tempat se-olah2 tak mengacuhkan
Po Ceng-in. Melihat tindakan tuan rumah itu, diam-diam Harimau Iblis
memberi isyarat mata kepada kakaknya, Naga Terkutuk. Naga
Terkutuk tersenyum tetapi tak berkata apa2.
317 Pada saat Iblis Penakluk-dunia akan tiba ditengah-tengah
Po Ceng-in dengan dirinya, tiba-tiba Naga Terkutuk
menggembor keras dan dengan sebuah jurus Naga-saktimencengkeram
dengan secepat kilat tangan kanannya
menyambar siku lengan kiri dari Po Ceng-in....
Saat itu Po Ceng-in sedangn terbuai dalam lamunan
asmara. Tangan kinannya mencekal tangan kanan Siau-liong
erat2. Seolah-olah. ia takut kehilangan pemuda itu. Nona
pemilik lembah itu benar-benar sedang dimabuk kepayang
sehingga lupalah ia akan keadaan saat itu. Hampir ia tak
mengetahui serangan mendadak dari Naga Terkutuk itu.
Barulah setelah pergelangan tangannya tercengkeram, ia
tersadar kaget. "Aih...." buru-buru ia salurkan tenaga-sakti
Thay-kek-bu-wi-sin-kang kelengan kiri untuk menolak
serangan orang.
Tetapi tenaga-dalam Naga Terkutuk itu hebat sekali. Dan
memang rencananya, ia hendak mencekal Poh Ceng-in untuk
dijadikan sandera sebagai alat penekan Ibiis Penakluk-dunia
dan Dewi Neraka. Oleh karena itu maka ia harus dapat
menguasai Po Ceng-in.
Dengan tertawa dingin, ia tambahkan tenaga dalam
ketangannya. Po Ceng-in rasakan tangannya seperti terjepit
kait baja. Tenaga sakti Thay-kek-bu-wi-sin-kang yang
dipancarkan itu, bukan saja tak mampu menghalau tenaga


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawan, bahkan malah terdesak masuk kembali dan hampir
menyerang jatungnya.
Seketika ia rasakan lengan kirinya seperti patah, wajahnya
pucat, gerahamnya mengerat kencang dan meringislah ia
hendak menangis.
"Lepaskan!" teriak Dewi Neraka seraya gentakkan
tongkatnya. 318 Naga Terkutuk memandang kelain jurusan, sahutnya, "Asal
berani maju selangkah lagi, urat jantung puterimu tentu akan
kuremukkan."
Dewi Neraka mengerenyutkan gigi seperti hendak menelan
si Naga Terkutuk. Tetapi apa daya, ia terpaksa harus menurut
perintah orang.
Iblis Penakluk-dunia tertawa tawar, "Tindakan saudara itu
tentu saudara anggap pintar. Tetapi sesungguhnya tolol
sekali." Harimau Iblis tertawa mengejek, "Ah, tujuan saudara kan
hanya menguasai dunia persilatan dan mendapat harta karun.
Masakan saudara.... ingat akan puteri saudara. Asal sudah
mendapat tujuan yang saudara cita-citakan, peduli apa
dengan yang lain-lain hal. Hanya saja...."
Ia berhenti sejenak untuk beralih memandang Dewi
Neraka, serunya pula, "Tetapi berbeda dengan nyonya.
Tentulah lebih mencintai anak daripada segala kekuasaan dan
kekayaan. bukan?"
Dewi Neraka tertegun. Buru-buru ia berseru kepada
suaminya, "Tolol! Jika engkau nekad turun tangan dan sampai
menyebabkan jiwa anak kita celaka. aku tentu akan mengadu
jiwa denganmu!"
Ternyata Harimau Iblis sudah dapat menyelami hubungan
antara kedua suami isteri itu.... Dewi Neraka amat mencintai
sekali anaknya. Diperhitungkan. wanita itu tentu lebih sayang
anak dari pada segala apa di dunia. Psikologi atau perasaan
hati wanita itu, dapat dimanfaatkan oleh Harimau Iblis. Ia
suruh Naga Terkutuk membekuk Po Ceng-in agar dapat
dijadikan alat penekan kedua suami isteri iblis itu.
319 Iblis Penakluk-dunia melambaikan tangannya, "Jangan
kuatir isteriku. Kutanggung anak kita tentu takkan menderita
apa2...." Ia menutup kata2 sambil mengangkat jari ke atas.
Serangkum api merah segera meluncur ke udara.
Harimau Iblis tertegun, teriaknya, "Hai, jangan main gila
dihadapanku! Ketahuilah....
"Ah, harap saudara jangan banyak curiga," Iblis Penaklukdunia
tertawa, "aku hanya memberi perintah kepada anak
buah barisan supaya melakukan penyelidikan yang lebih
cermat lagi...."
Sejenak keliarkan mata, ia melanjutkan, "Terus terang
kuberitahukan kepada saudara bahwa saudara berdua
memang sudah masuk ke dalam barisan Tujuh Maut Dengan
cara dan siasat apapun, jangan harap saudara dapat
menghindar...."
"Tetapi paling tidak juga akan bersama mati dengan
puterimu!" tukas Naga Terkutuk.
Tetapi acuh tak acuh Iblis Penakluk-dunia mengurut
jenggotnya yang panjang dan berkata pula, "Sesungguhnya
aku tak mengandung sikap bermusuhan dengan saudara.
Paling tidak dalam saat kita perlu bekerja-sama untuk
menghadapi musuh yang sakti."
Harimau Iblis tertawa, "Sudahlah, jangan banyak bermain
lidah, kami berdua tiada waktu mendengarkan Lekas
beritahukan apa yang sesungguhnya telah terjadi. Apakah
Pendekar Laknat itu bersekongkol dengan kalian berdua atau
320 memang benar-benar sudah mati dalam barisan Tujuh Maut.
Dimanakah sekarang Giok-pwe yang separoh bagian itu?" '
Wajah Iblis Penakluk-dunia mengerut gelap, sahutnya, "Jika
saudara tetap tak mau percaya, akupun tak dapat berbuat
apa2. Pendekar Laknat dan wanita Ki Ih itu benar-benar
memang telah tertangkap dalam barisan Tujuh-maut, tetapi
mereka dapat melenyapkan diri tanpa meninggalkan suatu
jejak apapun juga...."
Berhenti sejenak, ia melanjutkan, "Setelah menghilang
selama 20 tahun, Pendekar Laknat memang makin tinggi ilmu
kesaktiannya. Berapa kali mengadu kepandaian, kami berdua
suami isteri hampir celaka ditangannya. Tetapi jika dia dan Ki
Ih mampu menghilang dari barisan Tujuh Maut aku benarbenar
tak percaya sama sekali! Taruh kata mereka mempunyai
sayap dapat terbang, pun tentu tetap diketahui oleh anak
buah barisan. Oleh karena itu...." " wajah iblis itu makin
berobah gelap, "berani pastikan bahwa dalam barisan Tujuh
Maut ini tentu sudah kedatangan lagi seorang sakti yang luar
biasa!" Bermula kedua saudara Harimau dan Naga hanya tertawa
sinis. Tetapi demi melihat sikap Iblis Penakluk-dunia begitu
bersungguh-sungguh, tergerakklah hati mereka.
Naga Terkutuk mendengus, "Lalu siapakah kiranya orang
yang menyelundup ke dalam barisan Tujuh Maut itu?"
Dan tanpa menunggu jawaban Iblis Penakluk dunia, ia
melanjutkan lagi, "Apakah tidak mungkin paderi Liau Hoan
dari gunung Thian-san.... atau Kiu Tiong-beng si Manusia
Aneh dari Pak-ciang".... atau Sepasang Imam dari gunung Mosan....
atau Empat Manusia Buruk dari gunung Imsan....?"
Iblis Penakluk-dunia berturut-turut gelengkan kepala.
321 "Orang2 itu adalah tokoh2 aneh yang sakti pada jaman ini.
Mereka telah mencapai tataran yang tinggi sekali. Tetapi kalau
mereka dapat keluar masuk ke dalam barisan Tujuh Maut
tanpa diketahui orang, benar-benar tak mungkin!"
Hampir saja Siau-liong tertawa geli mendengar percakapan
mereka. Betapa tidak! Kalau mereka tahu bahwa yang menjadi
Pendekar Laknat dan Ki Ih bukan lain adalah dirinya dan
Mawar Putih. bukankah mereka akan ditelan bulat2 oleh
kawanan iblis durjana itu"
Tetapi ketika teringat akan Mawar Putih yang nasibnya
belum ketahuan, seketika hatinya pilu dan rawan.
Ia gelisah sekali. Jika budak perempuan baju putih itu
benar-benar lenyap seperti yang dikatakan Iblis Penaklukdunia,
jelas kalau Mawar Putih sudah lolos dari barisan Tujuh
Maut. Lalu kemanakah nanti ia hendak mencari dara itu...."
Saat itu kabut dari keempat dinding karang makin tebal dan
mulai merembes ketengah. Persis seperti kemarin malam
ketika Siau-liong berada disitu.
Mata si Naga Terkutuk tak henti-hentinya berkeliaran
memperhatikan keadaan kesekeliiing. Sedang tangan
kanannya tetap mencengkeram bahu kanan Po Ceng-in erat2.
Sementara tangan kiri nona itu menggandeng tangan kanan
Siau-liong, sehingga mereka saling gandeng menggandeng
tangan. Tetapi po Ceng-in tenang2 saja. Rupanya ia sudah dapat
menangkap isyarat kedua orang tuanya supaya tak usah
berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman Naga
Terkutuk. 322 Dewi Neraka bersiap-siap dengan tongkat kepala ular
naganya. Ia memandang lekat2 ke arah Naga Terkutuk.
Bagaikan seekor burung rajawali yang menunggu saat2 si ular
naga lengah mencengkeram korbannya.
Iblis Penakluk-dunia kebalikannya malah memandang kian
kemari dengan sikap acuh tak acuh. Seolah-olah seperti
menunggu sesuatu dari lingkaran kabut tebal itu.
Suasana- tampak sunyi. Rupanya Harimau Iblis tergerak
hatinya mendengar kata2 Iblis Penakluk-dunia tadi. Matanya
bergantian memandang Iblis Penakluk-dunia dan Dewi
Neraka. Sekonyong-konyong dari jauh terdengar beberapa suitan
nyaring. Dan sayup2 dari dalam kabut tebal itu meluncur tiga
larik sinar api berwarna hijau kebiru-biruan ke atas angkasa.
Diperkirakan, api itu tentu berasal dari tengah dinding karang
yang terpisah 1O tombak lebih jaraknya.
"Apakah sudah ada hasil dari penyelidikan anak buah
saudara?" tanya Harimau Iblis.
Iblis Penakluk-dunia gelengkan kepala, "Aneh, masih belum
ketemu apa-apa...." " tiba-tiba ia menunduk kepala dan
berjalan beberapa langkah lalu berhenti. Memandang ke arah
Naga Terkutuk dan Harimau Iblis, ia berkata pula, "Sudah tiga
kali menyelidiki, hasilnya tak menemukan apa-apa. Baik
Pendekar Laknat, Ki Ih, budak perempuan baju putih dan lainlain
orang yang diduga menyelundup ke dalam barisan itu!"'
Naga Terkutuk dan Harimau Iblis saling berpandangan
dengan heran. Kedua saudara itu benar bingung menghadapi
gerak-gerik Iblis Penakluk-dunia yang sukar diraba itu. Sesaat
kedua saudara itu kehilangan faham.
323 Tetapi mereka tetap tak lepaskan pendirian semula. Asal
masih dapat menguasai Po Ceng-in, bagaimanapun kedua
suami isteri iblis itu hendak bermain siasat, tentu tetap dapat
diatasi. Iblis Penakluk-dunia berjalan lagi. Tiba-tiba ia lontarkan
pertandaan api lagi. Api itu terbuat daripada bahan phosporus
sehingga sinarnya amat kuat sekali. Paling tidak tentu dapat
dilihat sampai jarak satu li jauhnya.
Timbul pula kecurigaan Harimau Iblis terhadap gerak-gerik
tuan rumah. Cepat ia berseru menegur, "Apa lagi itu?"
Tawar2 saja Iblis Penakluk-dunia memandang Harimau
Iblis. Dan berkatalah ia tanpa menyinggung pertanyaan tadi,
"Kini setelah jelas tiada orang yang menyusup ke dalam
barisan Tujuh Maut, untuk sementara waktu ini tak perlu
kuminta bantuan saudara berdua. Lebih dahulu kami suami
isteri menghaturkan terima kasih kepada saudara berdua...."
Harimau Iblis dan Naga Terkutuk terbeliak kaget. Sepasang
mata Harimau Iblis yang bundar besar, melingkar-lingkar
memandang Iblis Penakluk-dunia lalu membentak keras,
"Jangan main gila dihadapanku...."
Lalu beralih memandang Dewi Neraka, ia mengancam,
"Awas, jiwa puterimu yang engkau sayangi itu!"
Diluar dugaan, Dewi Neraka tak menghiraukan
ancamannya. Ia tetap lekatkan pandang matanya kepada
Naga Terkutuk. Sejenak berhenti, Iblis Penakluk-dunia berkata pula,
"Sesungguhnya cita-citaku hanyalah untuk mendapat harta
pusaka itu dan menguasai dunia persilatan. Walaupun It Hang
dan rombongannya sudah terperangkap ke dalam barisan
324 Tujuh Maut, tetapi si Pendekar Laknat itu masih belum
ketahuan jejaknya. Rasanya jalan untuk mencapai cita2 itu
masih banyak rintangannya...."
Ia menghela napas lalu memandang ke arah Harimau Iblis,
"Saudara berdua memiliki ilmu kesaktian yang jarang
tandingannya. Maka kami hendak mengadakan hubungan
kerja-sama dengan saudara dalam jarak waktu yang lama.
Setelah mendapat harta pusaka dan menguasai dunia
persilatan...."
"Yang penting bagaimanakah sikap saudara dalam
kerjasama itu." karena tak sabar mendengar bicara orang
yang berbelit-belit, Harimau Iblis cepat menukas.
Iblis Penakluk-dunia tertawa gelak2. serunya, "Bukan aku
segan kerjasama itu, melainkan yang kuminta janganlah
saudara terlalu memperhitungkan balas jasa dan janganlah
menanyakan sebab-sebabnya. Lakukanlah perintah kami tanpa
syarat." Naga Terkutuk dan Harimau Iblis terbeliak. "Ngaco! Jangan
bicara ngelantur!" teriak kedua saudara itu serempak.
Iblis Penakluk dunia hanya ganda tersenyum,tiba-tiba ia
berputar tubuh terus melangkah pergi.
Kedua saudara Naga dan Harimau itu benar-benar tak
mengerti apa yang sedang dilakukan tuan rumah. Naga
Terkutuk segera memperkeras cekalan tangannya pada lengan
Po Ceng-in. "Aih...." Po Ceng-in mengerang kesakitan namun terpaksa
ditahannya juga. ia berpaling memandang Siau-liong dengan
sinar mengharap.
325 Siau-liong memang sedang menunggu suatu peluang yang
baik. Oleh Karena ia juga tak mengerti apa yang terkandung
dalam ucapan Iblis Penakluk-dunia, maka sampai saat itu ia
beium berani bertindak.
Tiba-tiba bau harum berhembus ketempat situ dan
berserulah Harimau Iblis, "Huh, apakah ini?"
"Masakan saudara tak mengetahui bahwa sepanjang tahun
lembah ini selalu berada dalam suasana musim semi. Pabila
angin berhembus, tentu mengantar bau bunga yang harum
membuai semangat orang."
Setelah menyedot bau itu sejenak, berobahlah seketika
wajah Harimau Iblis dan segera ia menggembor marah, "Aku
tak tahan lagi melihat permainan ini...." " ia berpaling kepada
Naga Terkutuk dan suruh memaksa Po Ceng-in berjalan
menunjukkan jalan keluar dari situ.
Naga Terkutuk pun menyadari sesuatu yang tak
menguntangkan. Maka cepat ia menyeret Po Ceng-in supaya
berjalan. Karena tangan nona itu masih tetap mencekal
tangan Siau-liong maka Siau-liong pun ikut terseret bangun.
Melihat Naga Terkutuk dan Harimau Iblis sudah mulai
bertindak dan mengingat bahwa bau harum itu tentu
mengandung obat bius, Siau-liong mengambil putusan untuk
turun tangan saat itu juga.
Sekali kaki mengisar, ia segera membentak Naga Terkutuk,
" Lepas!'"
Naga Terkutuk tertegun, bentaknya, "Ho, budak, apakah
engkau juga sudah bosan hidup?"
326 Siau-liong tertawa keras. Nadanya laksana guntur
berkumandang ditengah musim semi. Naga Terkutuk terbeliak
kaget sekali. Dari nada tertawanya, jelas diketahui bahwa
pemuda itu memiliki tenaga dalam yang sakti.
Mendengar tertawa itu, cepat2 Harimau Iblis memberi
peringatan kepada saudaranya, "Awas, budak itu...."
Tetapi peringatannya itu sudah terlambat datangnya. Pada


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat Naga Terkutuk masih terpukau, Siau-liong sudah segera
pancarkan tenaga saktinnya ke tubuh Po Ceng-in.
Setitikpun Naga Terkutuk tak mimpi bahwa pemuda yang
baru berumur belasan tahun itu, mampu menyalurkan tenaga
dalamnya untuk membantu Po Ceng-in menolak tekanan
tangan Naga Terkutuk.
Seketika Naga Terkutuk rasakan tangannya yang
mencengkeram lengan Po Ceng-in itu seperti dilanda oleh
gelombang tenaga sakti yang dahsyat sehingga tangannya
terasa linu kesemutan dan lemah lunglai.
Po Ceng-in pun mengetahui peristiwa itu. Ia rasakan
tubuhnya dilanda oleh arus tenaga sakti dan tahu2 dilihatnya
Naga Terkutuk menarik pulang cengkeramannya. Nona itu
kejut2 girang. Tanpa me-nyia2kan kesempatan lagi, ia segera
mendorong iblis itu. Karena Naga Terkutuk sedang terpukau
oleh peristiwa yang mengejutkan tadi, ia tak sempat lagi
mengerahkan tenaga dalam untuk menolak dorongan Po
Ceng-in. Maka terhuyung-huyunglah iblis itu sampai beberapa
langkah jauhnya.
Melihat itu dengan meraung keras. Harimau Iblis segera
menyerbu. Tetapi Dewi Neraka yang sejak tadi sudah siap
siaga, cepat menghantamkan tongkatnya ke arah Harimau
Iblis. 327 Harimau Iblis terpaksa berputar menghindarkan diri. Tetapi
Dewi Neraka tak mau berhenti. Dengan mangukuk seram
seperti seekor burung hantu, wanita tua itu putar tongkatnya
membabat perut Harimau Iblis.
Sementara Naga Terkutuk, setelah menyalurkan tenagadalam,
tangannya yang kesakitan tadi sudah pulih kembali.
Lalu ia gunakan jurus Naga-sakti-bermain-diair, menyerang Po
Ceng-in dengan kalap.
Iblis Penakluk-dunia tertawa mengekeh. Begitu tangan
Naga Terkutuk hendak menyambar lengan Po Ceng-in, Iblis
Penakluk dunia segera menyongsong dengan sebuah
hantaman. Naga Terkutuk terpaksa hentikan serangan untuk
turun ke tanah seraya dorongkan kedua tangan menyambut
pukulan iblis Penakluk-dunia.
"Bum".... terdengar letupan keras dan keduanya masingmasing
menyurut mundur tiga langkah.
Saat itu pecahlah pertempuran seru antara sepasang suami
isteri lawan sepasang saudara. Angin pukulan mereka
menderu-deru memancarkan sambaran dahsyat. Mereka
bertempur amat sengit sehingga sukar dikenal ciri2 orangnya.
Siau-liong mengawasi pertempuran keempat iblis dengan
tersenyum dingin.
Sementara kabut yang bertebaran dari empat penjuru
karang makin tebal. Kecuali diluar hutan, digelanggang
pertempuran itu terbungkus oleh kabut tebal sehingga sejauh
dua meter saja, orang tak dapat melihat apa2 lagi. Bau wangi
dari kabut itu makin keras juga.
328 Tiba-tiba Siau-liong rasakan kepalanya agak pening. Ia
terkejut dan buru-buru salurkan tenaga-dalam untuk
melindungi diri.
Sekalipun sudah bebas dari cengkeraman Naga Terkutuk
namun Po Ceng-in tetap rasakan lengan kirinya tak dapat
diangkat ke atas. Lentuk dan lunglai. Tentulah Naga Terkutuk
telah gunakan tenaga untuk mencengkeram lengan nona itu
sampai patah. Ia bahagia sekali karena merasa telah diuruturut
oleh Siau-liong. Tetapi ketika melirik, dilihatnya pemuda
itu tengah memandang kesekeliling penjuru. Sedikitpun tak
mengacuhkan dirinya. Diam-diam nona itu heran atas sikap
pemuda itu. Aneh, benar-benar aneh. Setempo ia merasa
Siau-liong menyambut cintanya. Tetapi setempo ia dapatkan
pemuda itu bersikap dingin padanya.
Sejenak menghela napas, ia gerak-gerakkan lengannya
bekas yang dicengkeram Naga Terkutuk tadi. Setelah terasa
agak baik, barulah ia menghampiri kesamping Siau-liong dan
menegurnya dengan mesra, "Engkoh.... Liong!"
Siau-liong terpaksa berpaling, "Mengapa?" " habis
mengucap, hatinya terasa amat muak.
Dengan pancaran mata yang berkilat-kilat, Po Ceng-in
memandang Siau-liong lalu berseru, "Hatimu amat ganas
benar!" Siau-liong tertegun. Tetapi saat itu ia sedang menimangnimang
tindakan yang akan dilakukan setelah pertempuran
diantara keempat iblis itu selesai. Maka acuh tak acuh, ia
hanya menjawab singkat saja; "Benarkah begitu?"
Po Ceng-in berkata pula, "Ternyata engkau memiliki ilmu
kepandaian yang begitu sakti. Tetapi mengapa engkau tak
329 lekas menolong aku dan membiarkan diriku disiksa sampai
setengah hari oleh iblis terkutuk itu....?"
Siau-liong kerutkan alis, "Setiap tindakan harus disesuaikan
dengan saat dan keadaan, Jika tidak.... mungkin akan
runyam!"' Sekali pun mulut menjawab Po Ceng-in tetapi mata Siauliong
terus memperhatikan lekat2 pada jalannya pertempuran
keempat iblis itu.
Dengan geram Po Ceng-in ulurkan lengan kirinya kemuka
Siau-liong, "Nih, lihatlah...."
Siau-liong terpaksa memandangnya juga lalu paksakan diri
bertanya, "Apa masih sakit?"
Po Ceng-in tempelkan tubuhnya kebahu Siau-liong dan
menyahut dengan manja, "Sakitnya hampir tak tertahan lagi,
lho....!" Siau-liong hanya mendengus, "Sayang saat ini aku tak
membawa obat maka tak dapat berbuat apa2."
Tiba-tiba Po Ceng-in menarik pulang lengannya dan
tertawa mengikik, "Tak apa, aku sudah membawa obat
sendiri. Tetapi obat itu harus dimakan kita berdua!"
Siau-liong terbeliak. Baru hendak membuka mulut. tiba-tiba
ia rasakan darahnya bergolak keras. Mata berpudar-pudar dan
hampir ia rubuh.
Saat itu Po Ceng-in sudah mengeluarkan sebuah botol kecil
dari bahan kumala dan menuang dua butir pil berwarna merah
darah. Yang sebutir ditelannya dan yang sebutir disusupkan
ketangan Siau-liong. serunya, "Lekas telanlah "
330 Siau liong cepat dapat menduga bahwa pil ilu tentulah
sebuah obat anti racun. Maka tanpa berayal lagi terus
menelannya. Pil itu pahit rasanya tetapi setelah masuk ke kerongkongan,
terasa menyegarkan tubuh. Rasa pusing dan darah yang
bergolak tadi, pun segera lenyap.
Saat itu pertempuran antara suami isteri Iblis Penaklukdunia
dan Dewi Neraka lawan Harimau Iblis dan Naga
Terkutuk kuatir akan alat-alat rahasia dalam barisan Tujuh
Maut. Maka keduanya bertempur dengan hati2 dan sejengkal
pun tak mau keluar dari hutan siong itu.
Tetapi suami isteri Dewi Neraka dan Iblis Penakluk-dunia
pun tak dapat berbuat apa2 terhadap kedua lawannya itu.
Po Ceng-in yang masih menyandarkan tubuhnya kebahu
Siau-liong, tiba-tiba menunjuk ke arah gelanggang
pertempuran dan tertawa, "Naga dan Harimau kedua Iblis itu
sudah tamat riwayatnya."
Siau-liong terkejut. Ketika memperhatikan, memang kuda2
kaki kedua iblis itu sudah ter-huyung2 tak mantap lagi. Begitu
pula jurus serangannya sudah tak bertenaga lagi. Jelas
mereka tentu akan remuk ditangan Iblis Penakluk dunia dan
isterinya. Siau-liong terkesiap. Ia tahu bahwa kedua iblis itu terkena
kabut beracun. Kalau tidak tak mungkin begitu keadaannya.
Bermula ia kira kepandaian iblis bersaudara itu seimbang
dengan suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Jika kedua fihak bertempur. ke-dua2nya tentu akan menderita
luka. Walau pun karena menang tempat dan orang, tuan
331 rumah dapat mengalahkan tetamunya tetapi paling tidak pihak
tetamu pun tentu dapat membuat Iblis Penakluk-dunia dan
Dewi Neraka terluka parah.
Tetapi tak terduga ternyata Iblis Penakluk-dunia dapat
menggunakan siasat licik, menebarkan kabut beracun
sehingga kedua saudara Naga dan Harimau itu mengalami
kekalahan dengan cepat. Melihat keadaan itu mau tak mau
Siau-liong harus merobah lagi rencananya.
"Sejak saat ini Naga dan Harimau kedua iblis tua itu tentu
akan berganti nama menjadi anak buah ayah bundaku!" Po
Ceng-in tertawa riang.
Siau-liong terbeliak tetapi ia pura-pura bertanya, "Tetapi
menilik watak mereka, masakan mereka mau tunduk?"
Po Ceng-in tertawa, "Tolol, biar mereka tak mau tetapi
mereka pun terpaksa harus mau juga, Pil buatan ayah yang
disebut Pian-sing-ih-sin (merobah watak, melenyapkan
perasaan) akan membuat mereka lupa se-gala2nya...."
Tiba-tiba ia berhenti berkata. Rupanya menyadari kalau
kelepasan omong. Dipandangnya anak muda itu tanpa berkata
sepatah pun juga.
Saat itu keadaan Naga Terkutuk dan Harimau iblis makin
pontang-panting. Mereka terus menerus main mundur saja
sehingga hampir terdesak keluar hutan.
Melihat itu gelisahlah Siau-liong. Jika menunggu sampai
kedua suami isteri iblis itu mendapat kemenangan, tentulah
sukar baginya hendak meloloskan diri. Usaha untuk
menyelidiki Mawar Putih tentu gagal.
332 Segera ia berpaling ke arah Po Ceng-in, katanya, "Alat
perkakas rahasia dalam barisan Tujuh Maut itu, kiranya nona
tentu paham semua, bukan?"
Po Ceng-in terbeliak, serunya, "Eh, perlu apa engkau
menanyakan hal itu?"
"Tak dapat disangsikan lagi kedua locianpwe ayah-bunda
nona itu tentu akan menang. Kita tak perlu menguatirkan
mereka. Maka.... inginlah kugunakan kesempatan saat ini
untuk menambah pengalaman!"
Po Ceng-in tertawa mengikik, "Tolol, mengapa engkau
begitu terburu nafsu" Kan besok masih banyak waktu. Engkau
boleh me-lihat2 sepuas-puasmulah. Perlu apa harus
sekarang?"
Tiba-tiba dari keempat iblis yang sedang bertempur itu
terdengar suara erang tertahan. Menyusul terdengar getaran
keras dari tubuh seseorang yang terhantam mencelat sampai
satu tombak jauhnya.
Tanpa berpaling melihatnya, Siau-liong sudah dapat
menduga bahwa yang rubuh itu tentulah Harimau Iblis.
Wajah pemuda itu makin menggelap, ia mendesak Po
Ceng-in, "Kalau aku ingin me-lihat2 sekarang, apakah nona
suka menemani?"
Po Ceng-in memandang penuh tanya ke arah pemuda itu,
"Eh. engkau ini mengapa...." tiba-tiba ia menyurut mundur
dengan wajah gelisah, serunya, "kalau mau kesana. pun harus
mendapat ijin dari ayah-bundaku dulu. Karena.... karena
perkakas rahasia dalam barisan itu rumit dan pelik sekali.
Bahkan aku sendiri pun ada beberapa tempat yang tak
mengetahui kegunaannya!"
333 Saat itu pertempuran sudah mendekati penyelesaian.
Harimau Iblis kena terhantam lengannya oleh Iblis Penaklukdunia
dan terlempar di tepi hutan, tak ingat diri lagi
Sedangkan Naga Terkutuk walaupun masih dapat bertahan
mati2an tetapi saat itu sedang diserang dari muka belakang
oleh kedua suami isteri iblis. Paling banyak dalam tiga empat
jurus lagi, dia tentu akan mengalami nasib serupa dengan
Harimau Iblis tadi.
Dalam detik2 yang mendesak itu, Siau-liong cepat
bertindak. Ia mendengus lalu tiba-tiba mencengkeram lengan
kiri Po Ceng-in yang masih sakit tadi seraya berseru dingin,
"Sebagai pemilik lembah ini, jika engkau tak tahu jelas akan
perobahan barisan itu, bukankah berarti engkau hendak
membohongi orang saja?"
Walaupun hanya menggunakan seperlima bagian
tenaganya, tetapi karena yang dicengkeram Siau-liong itu
tepat pada bagian luka akibat bekas cengkeraman Naga
Terkutuk tadi. menjeritlah Po Ceng-in dengan amat kesakitan
sekali. Siau-liong kendorkan sedikit tekanannya sambil
membentak, "Apakah sekarang mau meluluskan?"
Po Ceng-in tegakkan tubuhnya yang meliuk kesakitan tadi
dan mendamprat geram, "Memang kutahu engkau hanya berpura-
pura suka kepadaku...." dari kedua matanya, turunlah
beberapa titik air mata.
Rupanya tindakan Siau-liong itu benar-benar menyakitkan
lengan dan hatinya.
Melihat itu Siau-liong hampir tak sampai hati. Namun
terpaksa ia berkata menerangkan, "Karena keadaan terdesak,
334 terpaksa kuharus membuat nona menderita sedikit. Kelak
dikemudian...."
"Apa yang engkau maksudkan dengan keadaan terdesak itu
kalau bukan karena enekau hendak buru-buru mencari jejak
nona baju putih itu!"
Tiba-tiba ia tertawa rawan dan banting2 kaki, serunya,
"Baik, akan kutemani engkau kesana!"
Karena sudah berpengalaman, maka Siau-liong tak mudah
mempercayai mulut orang. Ia tetap mencekal lengan nona itu
sembari diajak berjalan bersama.
--ooo0dw0ooo-- MANUSIA DALAM TANAH
Diluar hutan kabut amat tebal. Memandang ke belakang,
hutan itu hilang lenyap ditelan kabut tebal.
Po Ceng-in tak menghiraukan keadaan disekelilingnya. Ia
biarkan dirinya ditarik Siau-liong.... Adalah pemuda itu sendiri
yang gelisah. Pikirnya, jika wanita itu nekad hendak mati bersama-sama,
bukankah akan runyam akibatnya nanti"
"Ceng-in! Ceng.... in....!" sekonyong-konyong dari arah
hutan terdengar Dewi Neraka berseru memanggil puterinya.
Po Ceng-in tertegun dan berhenti. Katanya, "Ayah seorang
berhati besi. Jika mengetahui kecuranganmu, walaupun ada


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku disampingmu, tetap dia akan menggerakkan alat rahasia
dalam barisan Tujuh Maut!"
335 Siau-liong tertawa hambar, "Jika tak masuk ke dalam
sarang harimau, masakan mampu memperoleh anaknya.
Dalam keadaan seperti sekarang, tak ada lain pilihan lagi!"
Po Ceng-in ayunkan langkah lagi. ujarnya, "Nona yang
datang bersamamu itu tentulah benar-benar sudah
menghilang. Karena ayah tentu tak bohong. Begitu pula
setelah dilakukan penyelidikan ke dalam barisan Tujuh Maut
dan Lembah Maut, tetap tak dapat menemukan jejak nona
itu." Siau-liong tak saba, "Aku melakukan amal kemanusiaan
tetapi terserah saja pada nasib. Tak dapat menemukannya,
pun tak apalah."
"Bukankah kalian berdua...." baru Po Ceng-in berkata
sampai disitu. Siau-liong cepat menukas, "Lebih baik jangan membuang
waktu!" Po Ceng-in menghela napas panjang. Sambil menggulap
peluh dimukanya. ia segera berjalan. Bahkan kali ini jalannya
lebih cepat. Siau-liong tetap siap siaga menghadapi segala
kemungkinan. Tiba-tiba dalam selimut kabut tebal itu samar2 tampak
sebuah dinding batu menghadang ditengah jalan Kiranya
mereka sudah tiba diujung tanah bengkah. Po Ceng-in
berhenti dimuka sebuah gua.
Gua itu tingginya hampir 2 meter, mulut gua tertutup
sarang labah2 dan gerumbul semak. Jelas bukan gua yang
kemarin Siau-liong masuki.
336 Setelah memeriksa beberapa saat, Po Ceng-in mengatakan
salah jalan. Bukan kesitu tetapi seharusnya belok kekiri, Siauliong
tak dapat berbuat apa2 kecuali mengikuti nona itu
menuju kesebelah kiri".
Setelah melalui tiga buah gua, akhirnya Po Ceng-in berhenti
lagi, "Disinilah! Hanya disini terdapat satu-satunya jalan
keluar!' Gua itu hanya satu setengah meter tingginya hingga orang
harus menundukkan kepala kalau melangkah masuk.
Tiba-tiba Po Ceng-in menampar ke arah gua itu. Dari
samping mulut gua yang gelap, melesat keluar seorang lelaki
tinggi besar menghunus pedang. Dia adalah salah seorang
anggauta barisan Lembah Semi yang menunjukkan jalan pada
rombonpan tetamu kemarin.
Saat itu wajahnya membesi. Tegak melintang dipintu gua
dengan mata tak berkesiap memandang Po Ceng-in dan Siauliong.
Po Ceng-in menghela napas pelahan lalu lambaikan tangan
memanggil orang itu, "Kemarilah!"
Tetapi orang itu tetap tegak seperti patung dan tak
menyahut. "Kemarilah engkau! Thian-cun akan segera datang!" seru
Po Ceng-in tertawa tawar.
Thian-cun adalah sebutan kehormatan bagi Iblis Penakluk
dunia. Setiap anak buah Lembah Semi memangggil Iblis
Penakluk-dunia dengan sebutan Thian-cun.
337 Orang itu terkesiap lalu maju menghampiri. Waktu tiba
pada jarak satu meter dihadapan Po Ceng-in, sekonyongkonyong
nona pemilik Lembah Semi itu ayunkan tangan
kanannya, menghantam dada orang itu.
Bluk.... tubuh penjaga gua yang tinggi besar itu, bagaikan
layan-layang putus tali, melayang ke belakang dan membentur
batu karang....
Siau-liong terkejut. Setitikpun ia tak mengira bahwa Po
Ceng-in akan menghantam mati anak buahnya sendiri. Ia
hendak menolong tetapi sudah terlambat. Orang itu pecah
kepalanya. Benak berhamburan dan nyawanya melayang....
Kata Po Ceng-in dengan napas agak terengah, "Apa boleh
buat, tak ada lain jalan lagi." Kemudian memandang Siauliong,
ia berkata pula, "Dia adalah anak buah ayah. Kecuali
ayah, dia tak mau mendengar perintah dari siapa saja. Jika tak
dilenyapkan, dia tentu akan menggerakkan perkakas rahasia
sehingga kita berdua tentu mati."
Tanpa menunggu tanggapan Siau-liong, nona itu terus
masuk ke dalam gua. Bermula memang sempit tetapi setelah
melangkah setombak jauhnya, keadaannya makin lebar dan
tinggi sehingga tak perlu berjalan dengan kepala menunduk.
Kira2 dua puluh tombak jauhnya, barulah mereka tiba
disebuah persimpangan tiga. Sejenak merenung, Po Ceng-in
memilih jalan sebelah kanan. Tak lama mereka tiba di ujung
jalan terdapat sebuah kamar batu. Tak ada perkakas apa2
dalam kamar itu. Hanya pada dinding tengah, terdapat 5 buah
tombol dari baja.
Po Ceng-in menghampiri lalu menekan salah sebuah tombol
itu. Segera terdengar bunyi berderak-derak. Dinding bagian
338 tengah dan kanan kirinya pelahan-lahan berkisar dan
tampaklah tiga buah pintu berjajar-jajar rapi.
Siau-liong memandang cermat. Pintu yang tengah lebar
dan bersih. Disebelah dalam samar2 tampak penerangannya.
Sedang pintu yang sebelah kanan, sempit kecil tetapi cukup
dimasuki seseorang.
Sedang pintu yang kiri, hanya semeter tingginya. Bagian
dalam gelap dan lembab. Bau yang busuk menghambur keluar
dari pintu itu, memuakkan sekali.
Sejenak berdiri merenung, Po Ceng-in segera masuk ke
dalam pintu sebelah kanan, ialah pintu yang terkecil.
"Eh, apakah nona tak keliru?" karena curiga, Siau-liong
cepat menarik nona itu.
Po Ceng-in tertawa dingin, "Jika aku memang bermaksud
mencelakaimu, tentu akan kubawamu masuk ke dalam pintu
yang lain...."
Tiba-tiba nada suara nona itu berobah rawan2 gemas, "Tak
apa untuk menemani engkau mati! Hanya dengan cara itu
barulah hatiku tenteram. Tetapi ah, sayang. Hatiku tetap tak
sampai...."
Seketika ngerilah hati Siau-liong. Dengusnya dalam hati,
"Huh, wanita yang cabul ini ternyata bisa jatuh cinta matimatian
padaku...."
Pada lain saat Po Ceng-in segera menerobos ke dalam
pintu kecil itu. Siau-liong terkejut. Karena pintu amat sempit
sekali maka ia terpaksa lepaskan cekalan pada tangan Po
Ceng-in. Nona itu terus melangkah maju dengan cepat.
339 Siau-liong terkesiap. Diam-diam ia memaki dirinya mengapa
begitu lengah. Bagaimana kalau nona itu menipunya agar
dapat lolos"
Buru-buru ia menyusul. Untunglah tak berani jauh, lorong
dalam gua itu mulai melebar dan beberapa saat kemudian
tibalah mereka disebuah tanah yang luas. Ditengah tanah
seluas lima tombak itu, terdapat sebuah pintu batu yang kecil.
Tiba-tiba Po Ceng-in berputar tubuh dan tertawa mengikik
sembari angsurkan lengan kirinya ke arah Siau-liong,
"Peganglah lagi erat2! Supaya jangan sampai aku dapat lari
atau menggerakkan perkakas rahasia disini!"
Siau-liong tersipu-sipu malu dan menolak, "Sudah cukup
kusuruh nona menderita tadi. Hal itupun karena terpaksa
juga!" Po Ceng-in pun menarik pulang tangannya lalu menunjuk
pada pintu batu itu, "Melalui pintu itu berjalan 10-an tombak,
sudah keluar dari barisan Tujub Maut, masuk ke dalam
Lembah Maut...."
Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan lagi, "Sekalipun dalam
Lembah Maut itu tiada dipasang perkakas rahasia, tetapi
lembah itu merupakan tempat berbahaya sekali. Sekali masuk
tak mungkin orang mampu keluar lagi!"
Siau-liong diam saja. Sudah hampir setengah hari ia
mengikuti nona itu menerobos keluar dari barisan Tujuh Maut,
tetapi yang dilaluinya selama itu hanyalah lorong gua saja.
Dan lagi perjalanan itu mengalami berpuluh2 tikungan yang
berbelok-belok. Selama itu ia tak berjumpa dengan seseorang
pun juga. 340 Setelah meragu sebentar, Po Ceng-in tiba-tiba ulurkan
tangan menekan batu marmar hijau yang menonjol di tepi
pintu. Pintu berderak-derak berkisar. Begitu terbuka separoh
bagian, Po Ceng-in terus menarik tangan Siau-liong diajak
menerobos masuk.
Heran Siau-liong dibuatnya mengapa Po Ceng-in begitu
tergopoh-gopoh sekali. Tetapi ia duga tentu ada sebabnya. Ia
diam saja dan hanya mengikuti di belakang si nona.
Terowongan dalam pintu itu, lurus membujur kemuka. Tak
berapa jauh dari pintu, terdapat sebuah kamar yang melekuk
masuk. Siau-liong hanya memperhatikan untuk mengikuti di
belakang Po Ceng-in. Ia tak sempat memperhatikan apa yang
berada dalam kamar itu.
Kira2 lari sejauh dua tombak dari kamar itu, terdengarlah
suara orang berteriak, "Kembali!"
Suara itu amat lemah sekali seperti dilontarkan dari mulut
seseorang yang tengah meregang jiwa. Tetapi sekalipun
begitu, nadanya memiliki perbawa yang amat kuat. Seketika
Po Ceng-in tampak menggigil dan seperti anak kecil, ia
menurut untuk berhenti.
Dengan menghela napas, nona itu berseru, "Jong Leng
lojin....!"
Siau-liong tak tahu siapakah Jong Leng lojin itu. Tetapi dari
nada suaranya tadi, dapatlah ia menduga orang itu tentu
seorang tua yan sakit parah. Seketika timbullah rasa
herannya. Mengapa dalam ruang gua dibawah tanah yang tak
pernah diinjak manusia, terdapat seorang manusia, seorang
341 tua yang sakit" Dan apa pula sebabnya, Po Ceng-in begitu
takut sekali kepada orang itu"
Berkata Po Ceng-in dengan setengah berbisik, "Orangtua
itu menjaga dijalan tembusan Lembah Maut sini. Selamanya,
ia terus tidur. Setiap setengah bulan baru terjaga sekali. Ah,
mengapa hari ini kebetulan dia sedang bangun?"
Siau-liong pun berputar tubuh. Dilihatnya bagian dinding
gua yang cekung ke dalam itu merupakan sebuah kamar.
Tetapi orang yang berteriak tadi tak muncul sehingga tak
dapat diketahui bagaimana perwujutannya!
Siau-liong ingin lekas keluar dari Lembah Maut untuk
mencari Mawar Putih dan lain-lain tokoh yang belum ketahuan
jejaknya itu. Serunya, "Tak perlu menghiraukannya, aku
hendak lekas2...."
"Tidak bisa!" wajah Po Ceng-in berobah tegang kemudian
berkata dengan bisik2:".... Kecuali engkau tak ingin hidup."
Habis berkata ia terus melangkah ke dalam ruang itu. Siauliong
tertegun tetapi terpaksa ia mengikuti juga.
Bukan kepalang kejutnya ketika masuk ke dalam ruangan
itu. Ditengah ruangan duduk seorang tua yang kurus kering
seperti tinggal tulang terbungkus kulit saja. Rambutnya
panjang kusut masai menutup dahi. Orang itu tengah duduk
bersila. Yang luar biasa adalah sepasang matanya yang berkilatkilat
tajam sekali. Po Ceng-in dan Siau-liong berganii-ganti
ditatapnya. Entah berapa umurnya tetapi yang jelas dia
seorang yang sudah lanjut sekali umurnya. Dia hanya
mengenakan baju tipis dan tidak bersepatu. Sepintas tak ubah
seperti sesosok mayat hidup yang menyeramkan.
342 "Maju sedikit kemari!" seru orang tua kurus itu dengan
nada gemetar. Po Ceng-in memberi isyarat ekor mata kepada Siau-liong
lalu melangkah maju tiga langkah kemuka.
Diam-diam Siau-liong menimang. Kecuali sepasang
matanya yang masih memancarkan sinar, orang aneh itu
sudah tak ubah seperti orang mati. Tetapi mengapa masih
begitu bengis" Sikap orang tua itu mengurangkan rasa kasihan
Siau-liong kepadanya.
Setelah mengawasi Po Ceng-in beberapa saat, orang itu
tertawa ketolol-tololan, "Ho, aku kenal padamu!" -lalu ia
menuding Siau-liong, serunya, "Kemarilah engkau!"
Saat itu barulah Siau-liong menyadari bahwa orang tua itu
seorang gila. Ia segera melangkah maju dan memberi
hormat...."Karena ada urusan penting, maaf aku tak dapat
lama2 disini. Dan lagi.... saat ini aku sendiri masih dalam
bahaya sehingga tak dapat menolong locianpwe!"
Berulang kali Po Ceng-in mengisar tubuh memberi isyarat
mata kepada Siau-liong. Nona itu gelisah sekali tampaknya.
Tetapi Siau-liong tak mengerti apa sebab nona pemilik
lembah sedemikian ketakutan terhadap orang tua gila itu.
Setelah memandang lekat2 pada Siau-liong tiba-tiba orang
tua itu ayunkan tangannya mencengkeram kemuka.
Gerakannya lamban tiada bertenaga. Siau-liong mengira kalau
memang begitu kebiasaan orang gila, suka menggerakgerakan
tangan dan kaki sekehendak hatinya. Apalagi gerak
mencengkeram itu sama sekali tak mengeluarkan suara dan
ditujukan tempat kosong.
343 Tetapi alangkah kejut Siau-liong ketika tahu2 ia rasakan
tubuhnya seperti tersedot oleh segelombang tenaga yang
amat dahsyat. Tak sempat lagi ia hendak melawan dan diluar
kehendaknya, tubuhnya meluncur maju kehadapan orang tua
aneh itu.... Siau-liong gelagapan seperti orang disiram air dingin.
Dipandangnya orang tua itu. Ah, benar-benar seorang
tengkorak hidup. Tetapi mengapa orang tua itu memiliki ilmu
tenaga yang sedemikian saktinya" Apakah dia pandai ilmu
sihir" Tetapi Siau-liong tak sempat lagi membuat penilaian karena
saat itu si orang tua kurus tertawa mengikik, "Budak, ho,
engkau takut padaku atau tidak?"
Merahlah muka Siau-liong. Ia menundukkan kepala tak
menjawab. Ia sudah menerima saluran tenaga sakti dari Pendekar
Laknat. sudah pula mendapat pelajaran ilmu pukulan Thaysiang-
ciang dari Pengemis Tengkorak ketua Kay-pang, makan


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buah Im-yang-som dan minum darah binyawak purba dari
pusar bumi. Dalam dunia persilatan kepandaiannya dapatlah
digolong dalam tingkatan jago kelas satu.
Tetapi setitik pun tak pernah ia mengira bahwa gerak
cengkeraman ke udara dari orang tua yang dianggap gila itu
telah membuatnya tak berdaya sama sekali. Hal itu
membuatnya terlongong-longong kecewa dan putus asa....
"Aku muncul di dunia persilatan sebagai Pendekar Laknat.
Tetapi ternyata kepandaianku masih begini tak berguna.
Hanya akan mencemarkan nama baik Pendekar Laknat saja!"
pikirnya. 344 "Budak, engkau takut kepadaku atau tidak!" kembali
orangtua aneh itu berseru.
"Sudah tentu takut," buru-buru Po Ceng-in mewakili untuk
menjawab, "siapa orang di dunia yang tak gemetar
mendengar nama Jong Leng lojin?"
"Siapa suruh engkau usil mulut!" bentak orang tua aneh
yang bernama Jong Leng lojin seraya tamparkan tangannya.
Uh.... Po Ceng-in terlempar dua tiga meter ke belakang....
Nona itu terpaksa merangkak bangun.
Jong Leng lojin terbahak-bahak dan membentak Siau-liong
lagi, "Hai, budak! Lekas bilang, engkau takut kepadaku atau
tidak!" Sikap dan tingkah laku Jong Leng lojin yang bengis itu
menimbulkan kemarahan Siau-liong, Anak muda itu
tengadahkan kepala dan tertawa keras, "Aku merasa kasihan
kepadamu!"
Jong Leng lojin deliki mata kepada Siau-liong. Tiba-tiba
sinar matanya padam dan iapun menghela napas, "Budak,
engkau benar, aku.... aku.... memang mengenaskan sekali!"
Po Ceng-in terbeliak. Ia tak duga kalau Jong Leng lojin
dapat berobah sedemikian merawankan.
"Ya. sesungguhnya tak perlulah engkau takut kepadaku...."
tiba-tiba Jong Leng lojin berbangkit.
Tring, tring.... terdengar bunyi bergemerincingan yang
nyaring melengking memekak telinga. Dan terkejutlah Siauliong.
Ternyata bunyi bergemerincing itu berasal dari dua utas
rantai baja yang diikatkan pada lutut kaki orang aneh itu.
345 Rantai masuk ke dalam tulang lutut dan tembus keluar,
dimasukkan ke dalam lubang tanah.
Karena sudah bertahun-tahun rantai itu masuk ke dalam
tulang. maka sudah seolah-olah menjadi satu dengan daging.
Ngeri, benar-benar suatu siksaan yang menegakkan bulu
roma....! Siau-liong bergidik juga. Dengan geram ia memandang
pada Po Ceng-in. Tetapi nona itu cepat2 memalingkan muka
kesamping. tak berani menghadapi pandang mata menuntut
dari pemuda itu.
Kini Siau-liong cepat dapat menduga bahwa tentulah Iblis
Penakluk-dunia dan Dewi Nerakalah yang mengikat orang itu.
Tetapi iapun merasa heran mengapa Jong Leng lojin yang
memiliki kepandaian bagitu sakti, tak mampu memutuskan
rantai yang hanya sebesar jempol tangan saja" Dan mengapa
orang tua sakti itu sampai dapat dirantai oleh suami isteri iblis.
"Mengapa locianpwe rela dirantai disini?" segera ia
bertanya. Mata Jong Leng lojin berkeliar sejenak lalu menyahut,
"S:apa bilang?"
"Dengan kesaktian yang locianpwe miliki, masakan tak
mampu memutus rantai yang hanya sejempol tangan
besarnya itu?" tanyanya pula.
Jong Leng lojin gelengkan kepala, "Rantai ini terbuat dari
baja murni. Merupakan logam yang paling lemas tetapi ulet
sekali. Tak mungkin kudapat memutuskannya kecuali engkau
bisa mendapatkan semacam obat untukku!"
346 Siau-liong menghela napas. Dia sendiri masih dalam
bahaya. Entah dapat selamat entah tidak. Bagaimana ia dapat
mencarikan obat untuk orang tua itu"
"Sekali pun aku senang sekali membantu locianpwe, tetapi
pasti hanya akan mengecewakan harapan locianpwe saja.
Karena aku benar-benar tak mempunyai kemampuan begitu
besar!" Jong Leng lojin tampak kecewa. Tiba-tiba ia berkata
kepada Siau-liong, "Takkan kusuruh engkau mencari obat itu
dengan sia-sia. Akan kuberimu sebuah hadiah!"
Siau-liong tertawa tawar, "Bukan aku menginginkan hadiah
locianpwe, tetapi pada saat dan tempat seperti sekarang ini,
tenagaku benar-benar tak mencapai. Kecuali...." ia berhenti
sejenak lalu, "kecuali aku mempunyai peta dari barisan Tujuh
Maut." Jong Leng lojin bertepuk tangan, "Tepat sekali
permintaanmu itu, budak! Barisan Tujuh Maut itu memang
aku yang menciptakan. Dan justeru peta barisan itulah yang
hendak kuberikan kepadamu!"
Girang Siau-liong bukan buatan. Bergegas ia bertanya,
"Apakah ucapan locianpwe itu sungguh2?"
Jong Leng lojin mendengus lalu mengambil sebuah lipatan
kain warna kuning yang sudah kumal, diberikan kepada Siauliong,
"Ambillah!"
Dan serentak iapun mengeluarkan selembar bungkusan
kain sebesir jari tangan, katanya, "Resep! Jangan lupa, paling
lama sebulan, engkau harus mengantarkan obat itu kemari!"
347 Siau-liong buru-buru menyambuti dan menyimpannya baik2
dalam baju, "Harap locianpwe jangan kuatir. Tentu akan
kulaksanakan sebaik-baiknya."
Orang tua kurus itu pejamkan mata. Dari kedua lekuk
pipinya yang cekung tinggal tulang itu, tampak menampil
senyum gembira.
Siau-liong pun segera ayunkan langkah pelahan-lahan
keluar dari ruang itu. Po Ceng-in tetap mengikuti
dibelakangnya. Beberapa saat kemudian nona itu menarik
tangan Siau-liong, "Karena sudah mempunyai peta dari Jong
Leng lojin, kiranya engkau tentu tak memerlukan bantuanku
lagi sebagai penunjuk jalan.
Siau-liong berhenti memandangnya sejenak katanya, "Jika
nona hendak pulang, silahkan. Hanya kuharap janganlah nona
memberitahu urusanku ini kepada ayah-bunda nona...."
Siau-liong berhenti sejenak lalu tertawa, "Dengan cara
apapun juga. sesungguhnya aku harus menghaturkan terima
kasih kepada nona."
"Tak perlu," sahut Po Ceng-in rawan. Dengan menahan
haru air matanya yang hendak mengucur, ia berkata dengan
sekat, "Ada sebuah hal yang harus kuberitahukan kepadamu."
Siau-liong mengangguk, "Silahkan."
"Memang sebelumnya aku sudah merasa, tak mungkin
engkau menaruh cinta sesungguhnya kepadaku. Oleh karena
itu...." ia berhenti untuk menenangkan diri lalu dengan nada
gemetar ia berkata pula, "kuberimu minum racun Jong-tok!"
Siau-liong seperti disamber petir kejutnya, "Perempuan
siluman, engkau!" teriaknya marah.
348 Tetapi Po Ceng-in tenang2 saja menyahut, "Sekarang
terserah saja engkau hendak mengapakan diriku. Tetapi
kukatakan, percuma saja. Karena racun Jong-tok itu tiada
obatnya lagi.... Tetapi jika engkau ingin hidup, masih ada
sebuah jalan...." kata wanita itu pula.
"Bagaimana?"
"Menjadi suami isteri dengan aku...." sahut Po Ceng-in
tenang sekali. Hati Siau-liong seperti disayat sembilu. Geram, dan marah
sekali sehingga untuk beberapa saat ia termangu-mangu
seperti patung.
Tiba-tiba Po Ceng-in meramkan mata dan berkata dengan
rawan, "Aku sendiri pun minum racun itu. Dengan begitu kita
menjadi dua nyawa satu badan. Hidup sama hidup, mati ikut
mati!" Siau-liong terpaku. Sekonyong-konyong ia menggerung
sekeras -kerasnya, "Perempuan siluman, serahkan nyawamu
lebih dulu!"
Dengan pukulan Tay-lo-kim-kong, Siau-liong hantamkan
tangan kanannya kedada Po Ceng-in. Tetapi wanita itu tenang
sekali sikapnya. Tidak mau menangkis, pun tak mau
menghindar. Bahkan pejamkan kedua mata sambil
menyungging senyum. Seolah-olah menghadapi kematian
seperti hendak pulang kerumah....
Pada saat tinju hendak tiba di dada, entah bagaimana, tibatiba
Siau-liong menariknya kembali.
349 "Pukullah! Jika tak mau memperisteri aku, bunuh sajalah!"
Po Ceng-in menentang.
Dada Siau-liong serasa meledak. Ia memakinya,
"Perempuan siluman, engkau perempuan iblis yang buta....!"
Po Ceng-in menatapnya, mendadak ia tertawa nyaring
macam orang-utan meraung-raung, nadanya.
"Dengan mahluk macam apa saja engkau hendak
mempersamakan diriku, siluman perempuan atau iblis
perempuan.... pokok nasib hidupmu sudah ditentukan tak
dapat berpisah dengan diriku "
Wanita pemilik lembah itu berhenti sejenak, menghela
napas lalu melanjutkan kata-katanya, "Jika engkau membunuh
aku, engkau pun takkan dapat hidup lebih lama dari tiga hari.
Begitu racun Jong-tok itu bekerja, sekalipun dewa tak
mungkin dapat menolongmu!"
Jong-tok adalah ramuan racun dari segala jenis binatang
berbisa. Siau-liong menggemeretakkan gigi. Namun tak dapat
berbuat apa2. Ia percaya perempuan itu tentu tak bohong.
Dengan minum racun Jong-tok yang ganas, setiap saat
jiwanya dapat diputuskan menurut kekehendak perempuan
itu! Siau-liong menghela napas dalam....
Dia tak takut mati. Hanya tugas yang dibebankan pada
dirinya masih banyak yang belum selesai. Jika mati ditangan
perempuan siluman itu. bukanlah suatu kematian yang
teramat sia-sia...."
350 Teringat ia akan kematian ayahnya ditangan Toh Hun-ki.
ibunya yang sedang mengidap sakit disebrang lautan, gurunya
Kongsun Sin-tho yang telah merawatnya belasan tahun,
Pendekar Laknat yang telah memberi saluran tenaga dalam
kepadanya serta Pengemis Tengkorak yang telah menurunkan
ilmu pukulan Thay-siang-ciang....
Mereka masing-masing menumpahkan harapannya kepada
dirinya. Walaupun permintaan mereka itu berlainan satu sama
lain, tetapi ia merasa telah menerima budi mereka. Budi yang
wajib ia balas dengan jiwa raga. Jika ia sampai mati dilembah
situ, bukankah ia akan mengecewakan harapan mereka....
Dan juga masih ada Tiau Bok-kun serta Mawar Putih.... ah,
teringat akan kesemuanya itu, hatinya amat pilu sekali.
Bahkan timbul juga perasaan tak puas atas keadilan Yang
Maha Kuasa, mengapa menggariskan suratan nasibnya dalam
keadaan yang sedemikian rumit....
Diam-diam Po Ceng-in melirik ke arahnya lalu tertawa
pelahan, "Sesungguhnya engkau tak perlu bersedih begitu
rupa. Apakah kerugianmu mengambil aku sebagai isteri"
Bukankah tak lama lagi ayahku bakal menjadi pemimpin dunia
persilatan" Pada saat itu, dikolong dunia ini....
"Tutup mulutmu!" bentak Siau-liong.
Po Ceng-in mendengus, "Hm, dalam hal apakah aku tak
dapat dibandingkan dengan budak perempuan baju putih itu"
Mengapa hatimu begitu kemati-matian terpikat padanya"
Budak perempuan hina itu kemungkinan sudah mati!"
Memang Po Ceng-in berani mengatakan begitu karena ada
kenyataannya. Walaupun umurnya sudah 40-an tahun, tetapi
wajahnya masih berseri secantik gadis2 remaja. Terutama
sepasang sepasang mata dan bibirnya, benar-benar
351 mengandung daya tarik yang hebat. Tak kalah menariknya
dengan wajah Mawar Putih mau pun Tiau Bok-kun.
Tetapi Siau-liong tetap muak terhadap perempuan itu.
Ingin ia menghantamnya hancur lebur.
Dengan menahan kegeraman, ia paksakan menegur,
"Berapa lamakah racun itu akan bekerja?"
Sambil memandang pemuda itu, Po Ceng-in menjawab,
"Hal itu tergantung padamu sendiri Setiap saat dapat bekerja.
Mungkin seumur hidup racun takkan bekerja. Syaratnya asal
engkau memperisteri aku, tentu selamat selama-lamanya!"
Siau-liong tertawa dingin, "Hapus saja impianmu itu!"
Po Ceng-in menghela napas, "Terserah saja padamulah!
Karena hal itu memang tak dapat dipaksakan."
Dengan tajam ia melirik anak muda itu lalu berkata pula,
"Begini sajalah! engkau tak sudi mengambil isteri aku, tetapi
pun jangan dengan budak baju putih itu. Paling tidak, takkan
bersatu seumur hidup...."
Habis berkata ia tertawa keras. Tetapi nadanya
mengandung rintihan hati yang putus asa.
Siau-liong menghela napas. Benar-benar ia tak dapat
berbuat apa2 terhadap wanita yang sudah diamuk dendam
asmara itu.... Puas tertawa, Po Ceng-in berseru dengan terengah-engah,
"Apa yang tak dapat kuperoleh. Lain orang pun jangan harap
bisa mendapatkannya!.... lekas, lekaslah bunuh aku....
bunuhlah....!"
352 Dengan kalap ia menyongsong Siau-liong seraya herteriakteriak....
Kalau engkau tak mau membunuhku, tak apalah. Aku
dapat bunuh diri sendiri. Tetapi kalau aku mati, engkau pun
hanya dapat hidup 3 hari lagi. Pergilah silahkan kalau mau
pergi....!"
Entah bagaima mendadak Siau-liong kasihan juga. Lepas
bagaimana peribadi wanita itu tetapi yang nyata ia begitu
mencintainya kemati-matian. Kalau tidak masakan dia sampai
nekad makan racun ganas berdua supaya dapat sehidup
semati dengannya.
Segera Siau-liong mencengkeram bahu Po Ceng-in dan
menguncang-guncangkannya; "Nona.... nona...."


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Po Ceng-in agak tenang, sambil mengangkat muka ia
bertanya, "Bagaimana" Apakah engkau sudah menyadari....?"
Siau-liong tertawa masam, "Aku tak dapat membohongi
engkau. Tetapi memang benar-benar aku tak dapat
memperisteri engkau, hanya...."
"Tak perlu mengatakan!" tukas Po Ceng-in.
"Hanya aku dapat meluluskan, untuk mati bersama-sama
engkau!" kata Siau-liong tanpa peduli.
"Engkau meluluskan atau tidak, tetap sama saja. Racun
Jong-tok itu tiada obatnya!"
Siau-liong mengangguk, "Kutahu.... hanya saja marilah kita
cari tempat yang bagus untuk membuat liang dan mati dalam
satu lubang kubur!"
353 Po Ceng-in tertawa rawan. Itulah liang kubur 'Mati bersama
hidup berbeda' ditatapnya Siau-liong, tanyanya, "Apakah
engkau benar-benar sudah memutuskan begitu?"
Siau-liong mengangguk, "Sekali sudah memutuskan, tak
nanti aku menyesal. Tetapi engkau harus meluluskan sebuah
hal dulu."
"Katakanlah!"
"Dalam waktu setahun lamanya, harap engkau jangan
membuat racun Jong-tok itu bekerja dulu Dan jangan
bertanya apa yang akan kulakukan. Apapun juga tindakanku,
jangan sekali-kali engkau turut campur.... , ."
Po Ceng-in menolak, "Tidak, bagaimana kalau engkau
mencari budak baju putih dan bercumbu-cumbuan
dengannya?"
Siau-liong banting2 kaki menghela napas jengkel, "Percaya
atau lidak, terserah. Tetapi aku tak punya hati apa2 terhadap
nona itu. Dan lagi aku masih mempunyai tugas berat yang
belum kuselesaikan. Mana aku mau menyeleweng untuk
bermain cinta."
Setelah merenung beberapa jenak, Po Ceng-in menyatakan
setuju. Siau-liong menghela napas panjang, katanya, "Kalau begitu
pada nanti hari raya Musim Rontok tahun depan, harap
engkau menunggu aku dipuncak Sin-li-hong gunung Busan!"
Po Ceng-in tertegun; "Lembah Semi mempunyai alam
musim semi sepanjang tahun. Benar-benar merupakan tempat
peristirahatan selama-lamanya yang bagus. Mengapa harus
menuju kegunung Busan?"
354 Tetapi Siau-liong berkeras, "Hal itu termasuk salah satu
syarat perjanjian. Kalau tak setuju, katakan sekarang juga!"
Po Ceng-in tak dapat berbuat apa2 kecuali menyetujui juga,
"Baiklah, akan kutunggu engkau dipuncak Sin-li-hong pada
nanti pertengahan musim rontok. Jika engkau tak datang.
jangan salahkan aku berhati ganas.... terpaksa akan ku
buatmu supaya mati secara pelahan-lahan dengan tubuh
membusuk!"
Siau-liong paksakan tertawa, "Aku bukan orang yang suka
ingkar janji. Asal engkau benar-benar melaksanakan
perjanjian setahun itu, aku pasti datang!"
Tiba-tiba Po Ceng-in menatap pemuda itu dengan mesra,
ujarnya, "Mungkin tak lama lagi aku akan ke Sin li-hong. Lebih
dulu hendak kubangun makam itu seindah-indahnya agar
kelak hatimu puas...."
Berhenti sebentar, ia melanjutkan kata2nya lagi, "Kita
dapat tinggal disana, mengasingkan diri dari keramaian dunia.
Tetapi kalau niatmu tetap tak berobah, kitapun dapat mati
berkubur di makam itu!"
Siau-liong tertawa masam, "Terserah! Tetapi menurut
pendapatku, baiklah makam itu jangan diberi payon. Biarkan
saja terbuka. Memang lebih baik kalau engkau dapat
secepatnya membangun makam itu kesana!"
Po Ceng-in diam beberapa saat. Kemudian ia mengangkat
muka memandang Siau-liong. Tiba-tiba ia mengambil sebuah
botol kecil dari batu kumala lalu diserahkan kepada Siau-liong.
"Obat ini untukmu. Sekeluarnya dari lembah mungkin ada
gunanya...." berputar tubuh, ia terus lari menyusuri lorong
terowongan yang panjang.
355 Siau-liong tegak mematung sambil mencekal botol obat itu.
Dia seperti tersadar dari mimpi buruk. Ia merasa seperti habis
keluar dari Neraka. Hatinya segelap terowongan dibawah
tanah yang baru saja disusurinya tadi. Kini nasibnya sudah
ditentukan. Ia bakal hanya dapat hidup selama satu tahun
saja.... Dalam waktu setahun itu, ia harus sudah dapat
menyelesaikan budi dan dendam. Mengajak Mawar Putih
menemui ibunya diseberang laut. Kemudian pada musim
rontok tahun muka, harus mewakili Pendekar Laknat
memenuhi tantangan digunung Busan. Dan terakhir baru
menunaikan perjanjiannya dengan Po Ceng-in.
Tiba-tiba saja pada saat itu ia merasa bahwa tempo amat
berharga sekali. Tak boleh ia mensia-siakan setiap detikpun
juga. Maka segera ia menyimpan botol obat lalu mengeluarkan
peta pemberian Jong Leng lojin.
Peta itu tenyata dibuat dengan cermat tetapi amat jelas
sekali. Ditambah dengan kecerdasan otaknya, setelah meneliti
beberapa saat, Siau-liong segera dapat mengingat semua
jalan tembusan serta tembusannya.
Ujung dari jalan tembusan yang terbentang dihadapannya
saat itu, merupakan sebuah dinding batu. Menurut petunjuk
dalam peta, Siau-liong dapat menemukan sebuah tombol
pembuka pintu. Sekali tekan, pintu batu itupun segera
terbuka. Ternyata diluar pintu itu adalah daerah Lembah Maut.
Segera ia melangkah keluar. Sambil berjalan ia merangkai
rencana. Lebih dulu ia hendak mencari Mawar Putih, kemudian
mencari Toh Hun-ki serta keempat Su-lo, membunuh mereka
356 lalu mengambil batang kepala mereka untuk diserahkan
kepada Mawar Putih.
Rencana kedua, ia akan menuju kekota Siok-ciu mencari
Tiau Bok-kun, sekalian membelikan obat untuk Jong Leng
lojin. Setelah itu akan masuk ke dalam Lembah Semi lagi.
Menyerahkan obat kepada Jong Leng lojin lalu membunuh
Soh-beng Ki-su untuk membalaskan dendam kematian
Pendekar Laknat.
Tiba-tiba terdengar seekor burung gagak terbang di atas
kepalanya seraya berbunyi nyaring. Siau-liong terkejut. Saat
itu sudah menjelang magrib. Suasana dalam Lembah Maut
makin menyeramkan. Siau-liong mempertinggi
kewaspadaannya, siap menghadapi setiap kemungkinan.
Sekonyong2 dari balik beberapa gunduk batu yang
berserak-serak kira2 lima tombak jauhnya disebelah muka,
melurcur seuntai sinar berkilat kemilau menyambar ke arah
burung gagak itu. Dan serempak pun terdengar suara
bentakan yang nyaring seperti memecah angkasa.
"Binatang, engkau berani jual lagak dihadapanku...."
---ooo0dw0ooo---
Jilid 07 Menyusun tenaga
HUAK.... burung gagak itu bergaok dan miringkan tubuh
menghindar. Setelah berputar-putar, burung itu balik ke dalam
lembah lagi. 357 Jelas benda berkilat itu adalah senjata rahasia yang
dilepaskan oleh seorang ahli. Tetapi ternyata burung itu dapat
menghindari.... Terang burung itu bukan burung biasa.
Tiba-tiba dari balik gundukan batu terdengar suara orang
berseru, "Lo-siansu, harap sabarkan diri. Saat ini kita berada
dalam perangkap musuh. Hendaknya jangan mempertunjukan
diri." Mendengar kata2 itu, Siau-liong terkejut girang. Jelas ia
kenal nada orang itu sebagai To Kiu-kong dan Ti Gong taysu.
Ti Gong mendengus, "Huh, pengemis busuk, engkau juga
berani mencampuri urusanku?"
To Kiu-kong pun marah juga. Sahutnya dengan tajam, "Losiansu,
tak perlu lo-siansu mengagulkan diri. Sekalipun aku
seorang pengemis tua, tetapi juga merupakan salah sebuah
aliran Putih dalam dunia persilatan. Rasanya tak lebih rendah
dari lo-siansu!"
Mendengar percakapan yang tajam itu, Siau-liong tak dapat
mengendalikan diri lagi. Dengan gunakan gerak Nagamelingkar-
18-kali, ia apungkan tubuh ke arah tempat
persembunyian mereka.
Ternyata dibalik gundukan batu itu terdapat tak kurang dari
10-an orang. Ada yang rebah, ada yang duduk tersebar
diantara semak rumput....
Mereka adalah ketua Siau-lim-si Ti Gong taysu, To Kiu-kong
dan Pengemis-tertawa Tio tay-tong serta si Pincang-kanan dan
si Pincang-kiri. Dan yang membangkitkan semangat Siauliong,
ternyata ketua Kong-tong-pay Ton Hun-ki dan keempat
Su-lo pun berada diantara mereka.
358 Pakaian mereka compang-camping, sekujur tubuh
berlumuran darah dan kotoran. Jubah Ti Gong taysu rompal2
tak keruan. Kemunculan Siau-liong, mengejutkan sekalian orang. Ti
Gong taysu yang hendak bertindak terhadap To Kiu-kong, pun
terpaksa berhenti. Secepat berputar tubuh ia menghantam
Siau-liong. To Kiu-kong dan kawan-kawannya terkejut girang sekali.
Kehadiran ketua mereka pada tempat dan saat seperti itu,
benar-benar membuat mereka tercengang heran sehingga tak
dapat berkata apa2.
Setelah lepaskan pukulan, Ti Gong taysu menggembor dan
hendak menyerang. Tetapi dicegah oleh Toh Hun-ki, "Harap
bersabar dulu. Jika memang harus berkelahi, nanti saja
setelah persoalan sudah jelas!"
Ti Gong terpaksa tarik pulang tinjunya dan membentak,
"Apanya yang perlu dijelaskan lagi" Budak itu jelas anak buah
Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka! Bukankah ketika
dipuncak Ngo-siong-nia tempo hari engkau juga melihatnya
menolong Dewi Ular Ki Ih?"
"Benar," sahut Toh Hun-ki, "tetapi aku pun juga
menyaksikan dia menempur Harimau Iblis!"
Toh Hun-ki tak mau melayani ketua Siau-lim-si itu lagi. Ia
terus berpaling memberi hormat kepada Siau-liong, "Ah,
Kongsun hiapsu...."
Siau-liong hanya mengangguk dan mendengus. Matanya
berkilat-kilat memandang orang2 disitu, lalu bertanya,
"Dimanakah It Hang totiang dan romhongannya?"
359 Toh Hun-ki menghela napas, "It Hang totiang, Kun-lun
Sam-cu dan rombongannya, belum ketahuan jejaknya. Turut
pendapatku, kemungkinan mereka.... tertimpah
kemalangan...."
Siau-liong terbeliak, serunya, "Apakah kalian melihat ketua
Tong-thing-pang Cu Kong leng dan ketua Ji-tok-kau Tan Ihhong
serta seorang gadis baju putih?"
Toh Hun-ki gelengkan kepala, "Sejak masuk ke dalam
Lembah, Tan Ih-hong dan Cu Kong-leng sudah tak ada berita.
Kami sekalian didesak ke dalam Lembah Maut sini dan tak
pernah melihat si dara baju putih itu!"
Siau-Liong gelisah. Jika Mawar Putih benar-benar masuk ke
dalam Lembah Maut, tak mungkin dia menghilang. Sekalipun
benar ada seorang sakti yang menyelundup ke dalam lembah
seperti yang diduga Iblis Penakluk-dunia itu tetapi tanpa
memiliki peta dari Jong Leng lojin, tak mungkin bisa keluar.
Apalagi disekeliling penjuru lembah itu dijaga ketat oleh anak
buah Ibiis Penakluk-dunia....
Rupanya Ti Gong taysu masih membekal dalam tentang
peristiwa dipuncak Ngo-siong-nia tempo hari. Tetapi karena ia
menyadari takkan mampu mengalahkan Siau-liong, maka ia
mau juga dicegah Toh Hun-ki tadi. Ia berdiri disamping tak
bicara apa. Tetapi matanya tetap memandang Siau-liong
dengan gusar. Melihat Siau-liong termenung diam, Toh Hun-ki berkata
pula, "Pertemuan dipuncak Ngo-siong-nia telah dihadiri oleh
200 tokoh2 persilatan ternama. Tetapi ternyata kedua suami
isteri iblis itu telah mempersiapkan jaring2 perangkap yang
hebat sekali. Dalam pertempuran di lembah mereka, kami
telah kehilangan banyak sekali kawan2 sehingga yang masih
hidup hanya tinggal beberapa orang ini!"
360 Siau-liong tindas ketegangan hatinya, menyahut, "Lembah
Maut ini memang berhubungan dengan barisan Tujuh Maut.
Penuh dilengkapi dengan alat-alat rahasia dan barisan
pendam. Iblis Penakluk-dunia menggunakan tempat ini
sebagai tempat tawanan. Kemungkinan saudara2 memang
sukar untuk lolos dari sini!"
Toh Hun-ki mengangguk, "Ya, memang hal itu sudah
kuduga, tetapi.... betapapun juga. Kebenaran pasti akan
mengalahkan kejahatan. Memang untuk sementara ini Iblis
Penakluk-dunia menang, tetapi akhirnya dia tentu takkan lolos
dari kekalahan juga! Pengorbanan It Hang totiang dan ke 200
orang gagah itu, pasti takkan sia2. Tentu akan menggugah
hati nurani segenap kaum persilatan untuk serentak
berbangkit menentang kedua suami isteri iblis!"
Siau-liong tertawa dingin, "Ucapan saudara memang benar.
Suami isteri Ibiis Penakluk-dunia dengan gerombolannya
berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuannya untuk
menguasai dunia persilatan. Tetapi betapapun, usaha mereka
yang ganas itu pasti akan menemui kegagalan. Namun
kehancuran dari rombongan orang gagah yang dipimpin It
Hang totiang itu, benar-benar merupakan pukulan berat bagi
kubu kekuatan dunia persilatan. Dalam beberapa waktu,
kiranya sukar untuk menyusun tenaga, menghadapi ancaman
kedua iblis itu. Dunia persilatan pasti akan menderita
kekosongan tokoh sehingga mudah dikuasai mereka. Dengan
demikian dunia persilatan pasti akan mengalami suatu
kehancuran banjir darah yang belum pernah terjadi
selamanya!"
"Jika tak timbul suatu keajaiban, memang banjir darah itu
tak mungkin dapat dihindari lagi," sahut Toh Hun-ki.
361

Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah yang engkau maksudkan dengan keajaiban itu?"
tanya Siau-liong.
Sepasang mata ketua Kong-tong-pay itu berkilat-kilat
memancar api. Sambil mengurut-urut jenggotnya yang
panjang sampai kedada, ia berkata pelahan-lahan, "Sejak
dunia persilatan tenteram kembali dari pengacauan keempat
momok Iblis Penakluk-dunia. Dewi Neraka, Harimau Iblis dan
Naga Terkutuk, banyaklah sudah para cianpwe persilatan yang
berilmu sakti sama mengasingkan diri dari dunia ramai.
Misalnya, Ketua partai Kun-lun-pay yang dahulu yakni Ceng Hi
totiang, Liau Hoan siansu paderi sakti dari gunung Thian-san,
Sepasang imam dari gunung Busan dan lain-lain.... Mereka
termasuk tokoh2 yang telah mencapai kesempurnaan dalam
ilmu silat. Jika mendengar gerombolan iblis itu muncul dan
mengacau lagi, kemungkinan besar para cianpwe itupun tentu
akan keluar lagi untuk menentramkan suasana. Selain itu....
Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, "Masih ada seorang
yang dapat diandalkan ialah...."
"Siapa?" Siau-liong menyelutuk.
"Orang itu bukan lain adalah momok yang sejajar
tingkatannya dengan keempat iblis lainnya, ialah Pendekar
Laknat! Walaupun dia berwatak sombong dan dendam,
malang melintang di dunia persilatan seorang diri, namun
setelah beberapa kali bertemu dengannya, kutahu dia ternyata
amat baik hati budinya...."
Toh Hun-ki berhenti mencari kesan pada sekalian orang.
Kemudian menyambung pula, "Dan lagi dia sudah mau
menerima permintaanku! Kemungkinan setiap saat dia akan
muncul membantu perjuangan kita melawan kedua suami
isteri iblis itu. Maka pada hematku, walaupun keadaan saat ini
362 memang teramat buruk, tetapi belum berarti kalau sudah
hancur lebur!"
Toh Hun-ki berbicara dengan sikap seorang ketua partai
persilatan yang berwibawa. Jelas ia masih menaruh
kepercayaan penuh pada Pendekar Laknat.
Diam-diam malulah Siau-liong pada dirinya sendiri.
Sebenarnya saat itu ia hendak membunuh Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo, lalu menyerahkan batang kepala mereka
kepada Mawar Putih dan bersama dara itu pulang ke seberang
laut menemui ibunya.
Tetapi sikap Toh Hun-ki yang mengunjukkan pribadi
seorang tokoh aliran Putih yang tak kenal takut, diam-diam
telah menggerakkan hatinya. Bukan saja tak sampai hati
untuk membunuhnya, pun tak sampai pula ia untuk berpeluk
tangan mengawasi bencana berdarah yang akan menimpah
dunia persilatan.
Tanpa disadari, tangannya merabah baju dan terjamahlah
separoh Giok-pwe yang diberikan Toh Hun-ki kepadanya.
Pikirannya makin kabur dan hilanglah fahamnya untuk
bertindak. Sampai beberapa saat ia termenung-menung. Akhirnya ia
menghela napas, "Kalau Pendekar Laknat itu sejajar
tingkatannya dengan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka,
terang kalau dia tidak lebih sakti dari kedua suami isteri itu.
Sekalipun dia muncul membantu rombongan orang gagah,
juga belum tentu dapat mengalahkan suami isteri iblis itu!"
Pada saat Toh Hin-ki hendak menyahut, Ti Gong taysu
rupanya tak sabar menunggu lagi. Ia menyelutuk nyaring,
"Perlu apa engkau meributi orang itu! Pendekar Laknat sejenis
dengan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka, Bagaimana
363 mungkin dia akan berbalik haluan membantu kita" Dan lagi ia
mendengus. lalu melanjutkan, "kalau hasil kemenangan
terhadap suami isteri iblis itu berkat bantuan Pendekar Laknat,
rasanya juga merupakan suatu hal yang menghilang muka
seluruh kaum persilatan golongan Putih!"
Siau-liong meluap tetapi ia masih paksakan diri untuk
menekan kemarahannya. Serunya dengan tertawa dingin,
"Andaikata Pendekar Laknat benar-benar muncul disini dan
menolong sekalian saudara dari lembah ini. Entah apakah losiansu
akan ikut atau tetap tinggal seorang diri disini!"
Ti Gong terkesiap, bentaknya, "Suatu hal yang mustahil
terjadi! Dan lagi aku tetap tak percaya bahwa seorang iblis
ganas yang gemar membunuh orang, dapat berobah seratus
derajat pendiriannya....!"
Habis berkata ketua Siau"lim-pay itu maju selangkah dan
membentak, "Budak, katakanlah engkau sendiri datang dari
mana?" "Apa engkau berhak mengurus aku?" sahut Siau-liong
marah. "Omitohud!" seru Ti Gong taysu. Lalu ia berpaling kepada
Toh Hun-ki, "Budak itu jelas menjadi anak buah Iblis
Penakluk-dunia! Coba bayangkanlah. Sedang kita yang
berjumlah puluhan orang tetap sukar menghadapi serangan
Iblis Penakluk-dunia dan akhirnya digiring masuk ke dalam
lembah ini, mengapa dia seorang diri dapat muncul lenyap
sekehendak hatinya?"
Sejenak ketua Siau-lim-si itu memandang sekalian orang
lalu berseru lantang, "Turut hematku, lebih baik kita bersatu
untuk membasmi budak itu!"
364 Benar-benar dada Siau-liong seperti hendak meledak.
Marah dan kecewalah ia. Jika setiap kaum persilatan golongan
Putih mempunyai pendirian semacam Ti Gong, bersikap bengis
dan keras kepala seperti paderi itu, terang dunia persilatan
pasti akan kiamat!
Toh Hun-ki kerutkan alis memandang Ti Gong, "Harap losiansu
suka redakan nafsu amarah lo-siansu. Pada saat dan
tempat seperti sekarang ini bagaimana kita hendak
menambah musuh lagi" Walaupun memang sepak terjang
Kongsun haipsu ini dapat menimbulkan kecurigaan orang
tetapi menurut pengamatanku, dia bukanlah golongan orang
semacam Iblis Penakluk-dunia dan rekan-rekannya itu...."
Kemudian ketua Kong-tong pay itu memandang Siau-liong
dan memberi sebuah senyuman, "Entah begaimanakah cara
Kongsun haipsu dapat masuk ke dalam lembah ini, apakah...."
"Terlalu panjang kalau diceritakan," tukas Siau-liong tak
sabar, "saat ini tiada waktu lagi untuk bercerita. Tetapi
memang aku sendiri juga terjebak dalam barisan Tujuh Maut
itu. Jika Cu Kong-leng dan Tan Ih-hong belum mati, mereka
tentu dapat memberi kesaksian...."
Ia menghela napas, sambungnya, "Jika tidak bertemu
seorang cianpwe yang aneh, saat ini aku tentu tak dapat
berada disini!"
Ti Gong mendengus, "Hm, keterangan yang sukar
dipercaya!"
Ketua Siau-lim-si itu walaupun bengis dan keras kepala
tetapi ia agak gentar juga terhadap Siau-liong. Oleh karena itu
ia pun tak berani bertindak apa2 kecuali hanya memandang
anak muda itu dengan mata penuh kemarahan.
365 Siau-liong tertawa dingin. Ia tak mempedulikan ketua Siaulim-
si itu dan berpaling ke arah To Kiu-kong, "Kiu kong!"
"Cousu-ya!" buru-buru tokoh pengemis itu menyahut.
Siau-liong tertawa masam, "Saat ini diriku sedang dicurigai
orang. Apakah kalian masih tetap menganggap diriku sebagai
cousu-ya?"
Dengan masih menundukkan kepala To Kiu-kong
menyahut, "Bagaimanapun halnya adalah pewaris dari kakek
guru kami Pengemis Tengkorak Selama-lamanya tetap
menjadi cousu-ya partai kami. Aku dan sekalian anak
murid...."
Tokoh Kay-pang itu menghela napas. Sepasang matanya
berlinang-linang dan dengan suara rawan melanjutkan kata2
lagi; "Bertahun-tahun ini pamor partai kita makin menyuram.
Kami harap cousu-ya suka mengembalikan cahaya gemilang
dari partai kita. Jika benar-benar cousu-ya sampai tersesat
dan mau bersekutu dengan kedua suami isteri iblis itu, itupun
memang sudah menjadi kehendak Allah untuk melenyapkan
Kay-pang. Setitik pun aku dan sekalian anak murid Kay-pang
takkan mendendam kepada cousu-ya!"
Mendengar pernyataan tokoh Kay-pang yang penuh
bernada kesungguan dan kesetyaan hati itu, mau tak mau hati
Siau-liong pilu juga.
Kemudian ia melolos lencana Tengkorak yang tergantung
pida lehernya lalu diserahkan kepada To Kiu-kong, "Ambillah
lencana ini. Sejak saat ini aku bukan lagi cousu-ya dari Kaypang!"
To Kiu-kong terkejut sekali. Ia menyurut mundur dan
berseru gugup, "Mengapa begitu" Bagaimana nanti
366 pertanggungan jawabku kepada sekalian anak murid Kay pang
yang berjumlah puluhan ribu itu?"
Siau-liong menghela napas. "Memang aku sudah mererima
budi dari Pengemis Tengkorak yang telah memberikan ilmu
pukulan sakti Thay-siang-ciang. Tetapi sedikitpun aku belum
dapat membalas...."
Ia berhenti merenung.... Tiba-tiba dengan nada tegas ia
berseru, "Pilihlah diantara anak murid Kay-pang seorang yang
berbakat bagus. Akan kuberinya pelajaran ilmu Thay-siangciang
itu kepadanya agar dapat melanjutkan usaha untuk
mengembangkan pamor partai Kay-pang...."
"Ini.... ini...." To Kiu-kong makin bingung dan tak mengerti
maksud Siau-liong. Sampai beberapa saat ia tergugu tak dapat
berkata yang jelas.
Siau-liong tahu isi hati tokoh Kay-pang itu. Dengan
tersenyum ia berkata, "Kiu-kong, jangan meragu. Aku akan
bersumpah takkan memberikan ilmu pelajaran itu kepada lain
orang lagi. Tentang diriku...."
Ditatapnya To Kiu-kong lekat2, lalu berkata pula dengan
tenang, "Setelah urusan itu selesai, aku hendak pergi jauh
keseberang lautan. Mungkin dalam kehidupan sekarang, aku
takkan kembali lagi. Dengan begitu ilmu pukulan Thay-siangciang,
tetap menjadi milik partai Kay-pang."
Oleh karena tak mau menceritakan tentang perjanjian mati
dengan Po Ceng-in pemilik lembah Semi, maka Siau-liong
hanya menggunakan alasan hendak pergi jauh keluar lautan.
To Kiu-kong benar-benar dicengkam oleh rasa keheranan
dan tak mengerti atas ucapan cousu-ya mereka. Ia berpaling
367 dan bertukar pandang mata dengan kedua pengemis Pincang,
lalu mengiakan.
"Karena begitu yang menjadi kehendak cousu-ya, akupun
tak berani menolak. Tetapi hal itu mempunyai akibat besar.
Apabila kami beruntung dapat keluar dari bahaya maut saat
ini, pun harus mengundang seluruh anak murid Kay-pang
dalam sebuah pertemuan besar. Lalu memilih calon yang tepat
untuk melaksanakan perintah cousu-ya tadi. Kemudian
barulah kami dapat mengundang cousu-ya untuk memberi
ilmu pelajaran."
Siau-liong mengangguk, "Baiklah, tetapi hal itu harus
segera terlaksana secepat mungkin. Karena aku benar-benar
ingin lekas tinggalkan tempat ini!"
"Perintah cousu-ya pasti akan kulaksanakan, tetapi.... saat
ini kita sekalian sedang terkurung dalam Lembah Maut.
Dapatkah lolos dari sini, masih sukar diramalkan...."
Siau-liong hendak membuka mulut, tetapi Ti Gong taysu
dan Toh Hun-ki kedengaran mendesah pelahan. Rupanya
mereka telah mencium sesuatu hawa yang harum.
"Ini tentulah gerombolan siluman itu yang mengacau. Bau
ini bukan sewajarnya!" seru Ti Gong dengan geram.
Memang saat itu Siau -liongpun terbaur oleh angin yang
mengantar bau harum. Diam-diam ia heran. Jelas diketahui
dalam lembah itu hanya terdapat pakis yang tak enak baunya.
Dari manakah datangnya bau harum itu"
"Awas!" tiba-tiba Toh Hun-ki berseru, "bau harum ini tentu
mengandung racun. Kemarin pun aku sudah terkena. Harap
saudara lekas menutup pernapasan!"
368 Tetapi bau itu makin lama makin keras. Sedang menutup
pernapasan pun tak dapat berlangsung lama. Saat itu mereka
benar-benar menyerupai kawanan ikan dalam jaring yang tak
dapat lolos. Tak lama mereka pasti akan rubuh.
Kira2 tak sampai sepeminum teh lamanya, Su-lo dari Kongtong-
pay, Pengemis Tertawa Tio Tay-tong serta kedua
pengemis pincang tampak tak kuat. Mereka terus menerus
batuk2 dan tubuhnya terhuyung-huyung....
Saat itu hari makin malam. Suasana dalam lembah itu
makin menyeramkan. Ditambah pula dengan tebaran kabut,
benar-benar menyerupai sebuah tempat di Neraka.
Ti Gong taysu, To Kiu-kong dan Toh Hun-ki yang lebih
tinggi ilmu lwekangnya, masih lebih dapat bertahan. Tetapi
makin lama kepala mereka makin pusing, mata makin
berkunang-kunang dan lalu makin kantuk.
Apabila setiap saat musuh datang menyerang, habislah
tentu riwayat mereka....
Siau-liong amat gelisah. Tiba-tiba ia teringat akan botol
obat pemberian Po Ceng-in. Nona itu mengatakan bahwa
botol itu mungkin berguna dalam perjalanan keluar lembah.
Ah, kemungkinan yang dimaksudkan itu tentulah kabut
beracun. Segera ia mengeluarkan botol itu dan segera menuang
sebutir lalu menelannya sendiri. Ternyata khasiatnya hebat
sekali. Ia rasakan semangatnya segar lagi. Rasa lemas dan
pening akibat kabut itu hilang seketika.
Setelah mengetahui khasiatnya, segera ia membagikan pil
itu kepada To Kiu-kong, kedua pengemis pincang, Toh Hun-ki
serta keempat Su-lo. Tak lama mereka segar kembali.
369 Ti Gong yang menggeletak di tanah. Melihat orang2 sudah
segar lagi, ia paksakan diri bangun dan berseru, "Hai,
mengapa aku tak diberi pil?"
Dalam pakaian jubah yang sudah compang camping dan
sekujur badan berlumur noda darah, ketua Siau-lim-si itu
tampak tak karuan keadaannya. Mau tak mau orang tentu geli
melihatnya. Toh Hun-ki benar-benar amat berterima kasih sekali kepada
Siau-liong. Rasa kesangsiannya terhadap pemuda itu lenyap
sama sekali. Serta-merta ia menghaturkan terima kasih.
Tetapi Siau-liong mengatakan, yang penting saat itu harus


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera bersiap menghadapi kemungkinan lain. Musuh tentu
akan segera datang menyergap.
"Lebih baik kita pedayakan mereka. Jangan sampai mereka
mengetahui bahwa kita tak kurang suatu apa...." katanya,
"begitu mereka datang, kita basmi habis dan terus keluar dari
lembah celaka ini!"
Toh Hun-ki memuji buah pikiran pemuda itu. Ia
menyatakan akan menurut apa yang direncanakan pemuda
itu. Selain itu ia pun memintakan obat juga untuk Ti Gong
Taysu. Karena walau pun ketua Siau-lim-si itu berwatak kasar
dan bengis tetapi dia tetap seorang tokoh golongan Putih yang
menentang kejahatan.
Siau-liong mendengus lalu menghampiri Ti Gong, serunya
tertawa, "Tadi lo-siansu menuduh aku seorang kaki tangan
Iblis Penakluk-dunia. Dengan begitu pil ini tentu mengandung
racun. Apakah lo-siansu tak kuatir?"
370 Ketua Siau-lim-si itu paksakan membuka mata dan hendak
berkata. Tetapi baru bibirnya bergerak, ia sudah tak kuat.
Siau-liong tak sampai hatinya. Segera ia menyusupkan
sebutir pil kemulut paderi itu. Tak berapa lama paderi itu
dapat merangkak bangun. Sejenak memandang ke arah Siauliong,
ia duduk kembali. Walaupun tak membuka mulut tetapi
wajahnya menunjukkan bahwa ia menyesal dengan
tuduhannya terhadap Siau-liong.
Saat itu sesuai dengan rencana Siau-liong lalu mereka
semua menggeletak di tanah, pura-pura pingsan seperti
terkena racun. Tiba-tiba Siau-liong mendapat pikiran. Segera ia
mengatakan kepada To Kiu-kong yang berada disebelahnya,
"Aku hendak menyelidiki keadaan lembah ini.... siapa tahu aku
dapat menemukan jalan keluar dari lembah ini. Pada saat itu
kalian harus lekas2 menerobos keluar tak perlu tunggu aku!"
"Baik cousu-ya!" kata To Kiu-kong yang saat itu sudah pulih
seratus persen kepercayaannya terhadap Siau-liong.
Setelah memberi pesan supaya berhati-hati. Siau-liong
melesat lenyap ditelan kabut.
Dalam tempat yang penuh dengan pohon dan saat itu
sedang terbungkus kabut tebal, jika tak memiliki mata yang
amat tajam, tentu akan celakalah.
Toh Hun-ki dan lain-lain orang, menghela napas. Mereka
benar-benar tak mengerti akan sepak terjang Siau-liong.
Tetapi yang jelas, kini mereka sudah yakin bahwa pemuda itu
bukanlah kaki tangan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Hanya To Kiu-Kong yang paling bingung. Ketika dipuncak Ngosong-
nia, ia melihat Siau-liong menolong Dewi Ular Ki Ih yang
371 terluka. Lalu sekarang cousu-ya itu hendak mancari sigadis
baju putih serta Tiau Bok-kun. Mengapa cousu-ya itu dimanamana
tempat selalu terlibat dengan wanita saja"
Sepeminum teh dari kepergian Siau-liong, suasana dalam
Lembah Maut makin sunyi. Hanya hawa wangi itu tetap
berhamburan memenuhi lembah. Tetapi karena sudah minum
pil pemberian Siau-liong, mereka tak kurang suatu apa.
Bahkan mereka merasa segar semangatnya karena menghirup
hawa wangi itu.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara suitan pelahan.
Seperti suitan dari mulut orang tetapi juga mirip tiupan
seruling. Tak berapa lama sepetik api kehijau-hijauan meluncur ke
udara. Sekalian orang gagah segera bersiap-siap. Mereka
berbaring di tanah, pura-pura pingsan.
Tak berapa lama, mereka mencuri lirik. Tampak seorang
tua bermuka kurus, rambut dikucir, tubuhnya kurus kering
seperti tulang terbungkus kulit, mengenakan pakaian
pertapaan. Dandanannya mirip imam bukan imam, orang
biasapun juga bukan. Punggung menyanggul sebuah senjata
yang aneh. Orang itu bukan lain adalah murid tunggal dari Iblis
Penakluk-dunia yakni Soh-beng ki-su atau Pertapa-percabutnyawa.
Setelah memandang kesekeliling penjuru dan melihat
rombongan Ti Gong dan Toh Hun-ki menggeletak pingsan di
tanah, tiba-tiba ia kebutkan lengan jubahnya melambai
"Anak2, lekas kemari!"
372 Lebih dari 20 orang berpakaian hitam, muncul dan memberi
hormat dihadapan Soh-beng Ki-su, menunggu perintah. Sikap
dan gerak-gerik rombongan baju hitam itu seperti tak wajar.
Seperti orang tolol. Mereka masing-masing memandang ke
ujung kakinya. "Ikatlah tulang bahu mereka dengan rantai besi dan terus
bawa ke dalam lembah!" seru Soh-beng Ki-su dengan nada
macam iblis merintih.
Ke 20 orang baju hitam itu gemuruh mengiakan. Beberapa
orang diantaranya segera mengeluarkan rantai besi terus
hendak mengikat Toh Hun-ki dan rombongannya.
Yang paling tak tahan hatinya adalah Ti Gong taysu. Diamdiam
ia gunakan ujung kaki untuk menjejak Toh Hun-ki, lalu
tiba-tiba menggembor keras dan loncat menghantam dengan
jurus Air-terjun-membuka-gunung kepada Soh-beng Ki-su.
Soh-beng Ki-su tersentak kaget. Benar-benar ia tak
menduga akan serangan mendadak itu. Sekali kaki menekan
tanah, ia loncat sampai dua tombak ke udara menghindari
pukulan Ti Gong taysu.
Melihat ketua Siau-lim-si sudah bergerak, Toh Hun-ki dan
lain-lain orang gagah segera loncat bangun. Toh Hun-ki, To
Kiu-kong serempak menyerang Soh-beng Ki-su. Pengemistertawa
Tio Tay-tong. kedua pengemis Pincang dan Su-lo
Kong-tong-pay, mengamuk ke-20 orang anak buah Soh-beng
Ki-su. Terdengar jeritan ngeri berkumandang memenuhi lembah.
Ke 20 orang baju hitam itu hanya bertindak dari komando
Soh-beng Ki-su, Karena Soh-beng Ki-su pontang panting
sendiri sehingga tak dapat memberi komando, ke 20 orang
373 berpakaian hitam itupun kacau balau. Mereka mundur
kegunduk batu. Ketika Soh-beng Ki-su melayang turun ke tanah. To Kiukong
dan Toh Hun-ki serentak menyerangnya. Mereka
gunakan jurus dahsyat dari ilmu simpanan partai masingmasing.
Brett.... Soh-beng Ki-su dapat menghindari tongkat Kumala
Hijau To Kiu-kong tetapi tak urung pakaianya robek sampai
panjang. Sedangkan Toh Hun-ki lebih beruntung. Ia dapat
menghantam lengan kiri pertapa pencabut nyawa itu sehingga
Soh-beng ki-su menguak-uak karena kesakitan.
Soh-beng Ki-su murka. Setelah mundur beberapa langkah
ia menekuk kedua tangannya. Krek, krek....
So-beng Ki-su rentangkan kesepuluh jarinya. Dari ujung jari
itu menghambur asap putih mirip dengan ribuan ekor ular
meluncur ke arah Toh Kun-ki dan kawan-kawannya. Ti Gong
taysu dan To Kiu-kong segera berkumpul merapat.
Belum asap putih itu melanda datang, sekonyong-konyong
ketiga orang itu dilanda oleh semacam hawa dingin sekali.
"Awas, dia sedang melancarkan ilmunya Pek-kut-kang! "
teriak Toh Hun-ki.
Ti Gong taysu baru pertama kali itu bertempur lawan Sohbeng-
Ki-su sehingga ia tak tahu pertapa Pencabut-nyawa itu
memiliki ilmu tenaga sakti luar biasa, yakni tenaga Tulang
Putih atau Pek-kut-kang. Ketua Siau-lim-si itu merganggap
ilmu tenaga dalamnya mampu menghadapi.
374 Ketua Siau-lim-si itu segera mendorongkan kedua
tangannya untuk menghalau kabut. Tetapi diluar dugaan,
begitu terkena angin pukulan, asap putih itu malah bergulunggulung
melanda Ti Gong taysu.
Seketika Ti Gong seperti didampar oleh hawa yang luar
biasa dinginnya sehingga ia menggigil kedinginan. Darahnya
serasa membeku.
Melihat serangannya berhasil, Soh-beng Ki-su loncat
mundur lalu taburkan segumpal asap merah dan tertawa
nyaring, "Tengkorak menari!"
Saat itu Ti Gong berusaha untuk mengerah tenaga dalam
melawan hawa dingin. Tetapi tenaganya lenyap, tulang serasa
berhamburan lepas dari sendinya. Ia benar-benar telah
kehilangan tenaga untuk melawan.
Teriakan Soh-beng Ki-su itu mengejutkan sekalian orang
gagah. Jelas pertapa pencabut nyawa itu tentu melepaskan
pertandaan ke arah lembah Semi. Hal itu diinsjafi oleh Toh
Hun-ki dan kawan2nya.
Lembah Semi tentu akan mengirim bala bantuan.
Kemungkinan malah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka
sendiri akan datang.
Tetapi kekuatiran Toh Hun-ki dan rombongannya itu, tidak
tepat. Ternyata buka bala bantuan dari Lembah Semi yang
muncul, melainkan berpuluh-puluh kerangka tengkorak yang
berloncatan menyerbu rombongan Toh Hun-ki.
Selama berpuluh tahun berkecimpung dalam dunia
persilatan, tak pernah Ti Gong menyaksikan peristiwa seaneh
itu, bahwa kerangka tengkorak dapat diperintah untuk
menyerang. Tetapi karena saat itu ia sudah kehilangan
375 tenaga, maka ia tak dapat berbuat suatu apa lagi kecuali
hanya menghela napas, "Omitohud! H
Pendekar Cacad 8 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Jodoh Rajawali 17
^