Pendekar Pemetik Harpa 25

Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Bagian 25


ilah Tan-siauhiap yang pernah menggetarkan istana raja beberapa
bulan yang lalu?"
"Betul," ucap Tam Pa-kun. "Nona In bernama tunggal San,
dia..." Ong Goan-tin tertawa tergelak-gelak, tukasnya: "Tak usah
kau perkenalkan lagi aku sudah tahu. Nona In adalah cucu
tunggal In-conggoan In Jong, putri kesayangan In Tayhiap In
Hou, betul tidak" Gabungan sepasang pedang Tan-siauhiap
dan In-lihiap sudah terkenal di jagat ini."
In San menjura hormat, katanya: "Sugong-thocu, paman
Tam adalah sahabat baik ayahku, memandang muka ayahku,
paman Tam dan Ong Cecu memuji belaka, mana berani aku
menerimanya. Untuk itu semoga kau tidak menjajal Kungfuku
juga." Dengan laku sopan lekas Tang-hay-liong-ong membalas
hormat, katanya: "Ayahmu dulu adalah orang yang kupuja,
sayang tiada kesempatan bertemu. Dari keturunan keluarga
besar, bagaimana kepandaian Lihiap, tidak usah dijajal juga
sudah cukup kukagumi."
Sejak Thio Tan-hong mengasingkan diri ke Ciok-lim, In Hou
adalah pendekar besar yang paling tenar di kalangan
Kangouw. Walau beliau sudah meningal beberapa tahun lalu,
kaum persilatan masih menaruh hormat kepadanya. Seperti
apa yang dikatakan Tang-hay-liong-ong, tanpa dia
1464 mendemontrasikan ilmu silatnya, hadirin sudah bersikap lain
terhadapnya Tiba-tiba seseorang batuk-batuk ringan sambil berdiri,
katanya: "Para tamu sudah hadir lengkap, nah tiba saatnya
kita membicarakan persoalan utama tadi."
Usia orang ini kira-kira empat . puluhan, mengenakan topi
persegi, memelihara tiga jenggot kambing, berpakaian seperti
sastrawan. Tapi sepasang matanya besar kecil siapa melihat
tampangnya akan merasa sebal.
Tam Pa-kun kenal siapa orang ini, dalam hati dia berpikir:
"Tiada angin orang ini suka menimbulkan gelombang, dia
ditampilkan untuk bicara di pihak Tang-hay-liong-ong, pasti
mengandung maksud yang tidak baik."
Orang ini she rangkap Cim ih bernama tunggal Thong.
Selama hidup tidak punya tempat tinggal tetap, hidupnya
terlunta-lunta dan melanglang buana, hubungannya teramat
luas, entah golongan hitam atau aliran putih, kaum lurus atau
gerombolan sesat, asal dia seorang Bulim yang kenamaan, dia
suka menjilat dan bermuka-muka. Pandai omong bersilat
lidah, juga mengadu biru senang memfitnah lagi. Tapi
lantaran hubungannya luas, pengetahuanpun mendalam, apa
saja dapat dikerjakan, maka tidak sedikit yang mau
berhubungan dengan dia.
Setelah dia membuka kata, melihat Ong Goan-tin tidak
menunjukkan sikap tertentu, segera dia lanjutkan
perkataannya: "Lui Tayhiap, Tam Tayhiap, mungkin kalian
belum tahu urusan apa yang hendak dirundingkan bukan?"
"Tahu sedikit, ingin aku mendengar penjelasan," kata Tam
Pa-kun. Cun-ih Thong berkata: "Baiklah akan kuulang dari
permulaan, bagaimana?" matanya yang besar kecil mengerling
ke arah Ong Goan-tin.
1465 Ong Goan-tin berkata tawar: "Cun-ih-heng, bermulut tajam
dan pandai bersilat lidah, boleh kau saja yang menjelaskan."
Cun-ih Tong menelan ludah lalu batuk-batuk menarik
suara, katanya: "Persoalan yang dibicarakan hari ini bakal
mendatangkan keuntungan besar bagi kaum persilatan di
Kanglam ini. Pertama Tang-hay-liong-ong ada maksud
mengikat ikrar bersama Ong Goan-tin Loenghiong Cong-cecu
dari tiga puluh enam markas perairan di Thay-ouw melawan
tindakan sewenang wenang dari penguasa, sejauh melangkah
diharapkan pula sambutan baik seluruh warga persilatan di
Kanglam ini untuk mendukung perserikatan ini."
"Nanti dulu," seru Tam Pa-kun. "Kau bilang Sugong-thocu
akan berdampingan dengan Ong-cecu melawan tindakan
sewenang-wenang, entah tindakan sewenang-wenang apa?"
"Memangnya perlu dijelaskan lagi?" ujar Cun-ih Thong,
"sudah tentu melawan tindakan sewenang-wenang pasukan
negeri yang memeras rakyat jelata. Aku tahu pihak kerajaan
telah mengirim armadanya ke Thay-ouw, dalam waktu dekat
pasti akan melancarkan serangan besar-besaran. Demikian
pula Tang-hay-liong-ong memperoleh tekanan pula di lautan
teduh, di samping harus hatt-hati menghadapi sergapan kaum
cebol (bangsa Jepang), susah untuk bercokol di lautan timur
sana. Mengingat kepentingan bersama, menurut hematku, apa
salahnya kalau dua kekuatan digabung menjadi satu, lalu
pusatkan seluruh perhatian dan kekuatan untuk melawan
pasukan negeri, yakin akan membawa manfaat besar bagi
kedua pihak..."
Belum habis Cun-ih Thong mengoceh mendadak seseorang
berseru lantang: "Han-cecu dari Cau-ouw tiba"
Ong Goan-tin kenal baik orang yang datang terlambat ini,
yaitu orang kedua dari Cau-ouw-siang-kiat Han King-hong,
tampak wajahnya berlepotan darah, pakaiannya compangcamping,
matanya mendelik gusar melangkah masuk setengah
berlari. 1466 Sudah tentu Ong Goan-tin kaget, teriaknya: "Han-lote,
kenapa kau?"
Han King-hong berkata: "Dua kapal kita bentrok dengan
armada kerajaan, Engkohku dan para saudara sama luka-luka
dan mati, Engkohku tertawan, hanya aku seorang beruntung
meloloskan diri, syukur masih sempat menghaturkan selamat
ulang tahun kepadamu."
Han King-kang engkoh Han King-hong memiliki Kungfu
yang tinggi, sifatnya terbuka, gagah perkasa dan terbuka
tangan, supel lagi, namanya hanya di bawah Ong Goan-tin di
antara semua Pang dan Hwe atau markas perairan dibilangan
Thay-ouw ini, mendengar dia ditawan pasukan kerajaan,
hadirin menjadi ribut dan marah.
Berlinang air mata Ong Goan-cin, katanya: "Gara-gara
ulang tahunku sehingga banyak kawan gugur di medan laga,
apakah aku tidak malu menerima ucapan selamat kalian"
Biarlah perjamuan ulang tahun ini dibatalkan saja."
"Ong-cecu, jangan kau bilang demikian," seru Han Kinghong
lantang. "Pepatah bilang adalah logis seorang panglima
gugur di medan laga. Orang-orang yang punya kerja seperti
kita, siapa tidak siap menerima akibat apapun yang paling
buruk. Umpama kami tidak datang memberi selamat ulang
tahunmu, pasukan kerajaan memang bermaksud menindas
kami. Sekarang yang terpenting kita harus segera bersiap,
cara bagaimana untuk menghadapi serbuan pasukan kerajaan.
Kecuali itu, apa pula yang harus disesalkan. Ong-cecu, tidak
usah kau menyalahkan pihak sendiri. Hari ini adalah hari ulang
tahunmu, kita harus tetap merayakan secara meriah. Besok
juga kita gempur pasukan kerajaan."
"Bagus," seru Cun-ih Thong sambil angkat jempolnya
tinggi-tinggi, "beralasan sekali apa yang diucapkan Han-cecu,
sekarang sudah terbukti bagaimana tindakan pasukan
kerajaan terhadap kita"' Mungkinkah kita tidak bersaiu padu"
Han-cecu kau tidak pci'lu sedih, Tang-hay-liong-ong sudah
1467 punya rencana yang sempurna untuk menuntut balas sakit
hatimu yakin engkohmu juga pasti dapat dibebaskan."
Han King-hong terkejut, katanya: "O, jadi tuan inilah Tanghay-
liong-ong Sugong-thocu" Selamat bertemu, selamat
bertemu. Entah rencana apa?" mulutnya bicara hormat,
namun kelihatan sikapnya hambar. Seolah-olah mimpi juga dia
tidak duga bahwa Tang-hay-liong-ong muncul disini, maka dia
tidak begitu percaya.
"Sugong-thocu," ujar Cun-ih Thong, "soal rencana itu, lebih
baik kau sendiri yang menjelaskan," sikapnya tampak dibuatbuat.
"Baiklah," ujar Tang-hay-liong-ong berdiri, "pepatah bilang,
tentara datang kita lawan, air bah melanda kita bendung.
Pasukan kerajaan, berani menindas kita, memangnya kita
tidak berani balas menggempurnya?"
"Maksud Sugong-thocu, kita akan melawan secara
terbuka?" tanya Han King-hong.
"Betul. Sekarang adalah saat yang paling baik. Mumpung
Ong-locecu mengadakan perjamuan ulang tahun ini, orangorang
gagah dari seluruh pelosok hadir disini, bila kita bisa
berikrar minum darah sebagai janji setia dan perserikatan,
bersatu padu melawan kekerasan, jangan kata armada
kerajaan, meski seluruh pasukan negeri dikerahkan juga kita
mampu menandinginya. Bukan mustahil kita masih bisa
melakukan kerja besar demi kepentingan kita bersama."
"Entah kerja besar apa yang bakal direncanakan Sugongthocu?"
tanya Tam Pa-kun, "tentunya rencana sudah kau
rangkai dengan baik, coba terangkan di hadapan umum?"
"Memang akan kurundingkan hal ini di hadapan hadirin,"
ujar Tang-hay-liong-ong, "bila hadirin mau sumpah setia
minum darah, sekalian kita akan bekerja tidak tanggungtanggung,
umpama seluruh orang-orang gagah yang hadir
1468 setuju, sebelumnya kita harus memilih seorang Bu-lim-bengcu
untuk mengepalai gerakan kita"
"Soal besar dan luas sangkut pautnya, maaf bila aku tidak
bisa segera memberi jawaban," kata Ong Goan-tin.
"Waktu amat mendesak," Cun-ih Thong mengoceh pula,
"harap Ong-locecu bisa mengambil posisi dan lekas memberi
putusan." Ong Goan-tin berkata: "Usiaku genap enam puluh, usia tua
tenaga kurang, untuk memiknl tugas berat, mungkin aku tidak
becus lagi."
"Ong-locecu, kau terlalu rendah hati. Orang kuno pada usia
tujuh puluh masih giat dalam kepemimpinan, Ong Cecu baru
enam puluh" Untuk cuci tangan menggantung golok segala,
bukankah terlalu pagi?"
"Ah, mana berani aku dibanding orang-orang kuno," tukas
Ong Goan-tin kurang senang.
"Jangan sungkan Ong Cecu," ucap Cun-ih Thong, "tapi, bila
Ong Cecu tidak mau mencalonkan diri, apa salahnya kita
mencalonkan orang lain sebagai Bu-lim-beng-cu," habis bicara
pandangannya ditujukan kearah Tang-hay-liong-ong.
"Nanti dulu," kembali Tam Pa-kun tampil bicara.
"Tam Tayhiap ada usul apa?" tanya Cun-ih Thong.
"Pemilihan Bu-lim-beng-cu ditunda saja. Coba tanyakan
dulu kepada hadirin, apakah mereka setuju memberontak.
Sugong-thocu, rencanamu itu lebih tepat bila kukatakan
sebagai pemberontak kepada kerajaan yang berkuasa. Betul
tidak?" Tang-hay-liong-ong terkial-kial, katanya: "Betul
memangnya kami perompak, memangnya perompak takut
memberontak?"
1469 Cun-ih Thong segera menimpali: "Betul, tujuh delapan
puluh persen yang hadir disini semua adalah kaum begal yang
mendirikan pangkalan, peduli apa sebab kalian bergerak
dalam bidang ini, pendek kata siapapun harus mengaku
sebagai kaum perampok. Sugong-thocu memang pandai
bicara. Kalau perampok takut memberontak, bukankah
menggelikan malah" Tapi Tam Tayhiap, kau jelas bukan
perampok, bila kau menjaga gengsi dan demi
mempertahankan martabat, tidak sudi bergabung dalam
perserikatan kita, boleh terserah apa kehendakmu."
Maklum calon Bu-lim-beng-cu yang bisa sejajar
menandangi Tang-hay-liong-ong yang hadir sekarang hanya
beberapa orang saja, Tam Pa-kun adalah salah satu di
antaranya. Tujuan perkataan Cun-ih Thong justru untuk
melicinkan jalan Tang-hay-liong-ong, dengan menyerang Tam
Pa-kun, sehingga membuatnya marah dan ada alasan untuk
menyingkirkan dia dari sini.
"Cun-ih Siansing," jengek Tam Pa-kun. "terlampau jauh kau
mengoceh. Urusan besar yang sekarang dibicarakan adalah
apakah pantas kita memberontak, apa tujuannya dan
bagaimana gerakannya. Soal kehadiranku disini, kemana aku
berkiblat, kukira tidak penting dan tidak perlu hadirin
membicarakannya."
Cun-ih Thong tidak berani membantah dengan Tam Pakun,
dengan sikap munafik segera dia berkata menyeringai:
"Baiklah Mari kita dengarkan pendapat Tam Tayhiap yang
berharga," sehabis berkata dia maju kesana duduk di samping
Tang-hay-liong ong
Lantang suara Tam Pa-kun: "Rampok pun punya haluan
dan tujuan, seperti Ong Cecu umpamanya, dia tidak pernah
mengambil harta yang tidak halal, malah melindungi rakyat,
jauh lebih baik dan sempurna dari pada pihak kerajaan
membina rakyatnya. Sepak terjangnya berbeda dengan
kawanan rampok umumnya. Hadirin tidak sedikit yang
1470 mendirikan pangkalan mengangkat diri sebagai kepala
rampok, aku yakin kebanyakan kalian pun termasuk golongan
perampok seperti Ong Cecu. Demikian pula Kim-to Cecu yang
mendirikan pangkalannya diluar perbatasan. Meski dia
melawan pasukan negeri, tapi berapa kali dia menggagalkan
pasukan bangsa asing menyerbu ke negeri kita, sehingga
kerajaan yang berkuasa sekarang tetap kokoh berdiri, gerakan
mereka hanya boleh dinamakan laskar gerilya, jadi bukan
kawanan rampok lagi, betul tidak?"
"Betul," hadirin banyak yang sepaham, "rampok harus
punya tujuan dan haluan, tepat sekali."
Tam Pa-kun meneruskan pidatonya: "Memberontak pun
ada beberapa macam, dengan kekuatan senjata merebut
pasaran dagang, menjatuhkan raja membebaskan rakyat dari
tekanan pajak. Karena dipaksa keadaan sehingga angkat
senjata demi menunaikan darma baktinya kepada Thian yang
berkuasa. Mendirikan pangkalan angkat diri sendiri sebagai
raja. Memperebutkan tanah perdikan, ingin merebut tahta
kerajaan, jadi ada empat macam pemberontakan. Sugongthocu
tolong tanya termasuk macam mana yang kau
rencanakan?"
Tang-hay-liong-ong mendengus jumawa, katanya: "Orang
kuno bilang, menjadi raja harus giliran, besok tiba giliranku.


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kerajaan lalim pemerintahan rapuh, seluruh rakyat wajib
menentangnya, siapapun boleh saja menjadi raja, kenapa
tidak boleh?"
"Bagus," sorak Cun-ih Thong, "omongan Sugong-thocu
memang betul, bukan orang she Cu saja yang ditakdirkan
untuk jadi raja seterusnya. Bukankah Bing-thay-co Cu Goanciang
dahulu juga memberontak baru dia angkat diri menjadi
raja?" Lui Tin-gak tidak punya hubungan luas dengan kaum
persilatan di Kanglam, sejak tadi sungkan dia buka suara, tapi
sekarang tidak tahan lagi, pelan-pelan dia berdiri dan berkata:
1471 "Tapi Cu Goan-ciang memberontak terhadap kaum penjajah
serta merebut kembali tanah air kita sendiri."
Cun-in Thong mengelus jenggot kambingnya sambil
mengerling ejek, katanya: "Tapi raja Bing dynasti yang
sekarang bukan lagi Cu Goan-ciang, Cu Goan-ciang berjasa
besar, memangnya anak cucu Cu Goan-ciang juga harus
menjadi raja seterusnya?"
Lui Tin-gak tahu ambisi Tang-hay-liong-ong teramat besar,
lapat-lapat terasa olehnya, antara Tang-hay-liong-ong dengan
Cun-ih Thong sudah ada kata sepakat didalam permainan
kotor, dengan main silat lidahnya yang manis, untuk
menghasut hadirin memberontak, yakin di belakang semua ini
pasti ada suatu rencana jahat yang keji. Tapi dia seorang
lugu, tidak pandai bicara, sesaat dia jadi kelakep oleh debat
Cun-ih Thong, sesaat dia jadi mati kutu dan susah membantah
perkataan Cun-ih Thong.
Maka hadirin mulai ribut pula, satu sama lain saling debat
dan memberi usul. Seorang dengan muka berlepotan darah
dan keringat berteriak: "Pasukan negeri sudah menekan kita
sampai menemui jalan buntu, sanak famili kita ditawan,
dijadikan sandera, dibunuh lagi, sabar, sampai kapan kita
harus bersabar dan terima nasib sejelek ini, tapi kalian masih
juga berunding soal memberontak dengan aneka ragamnya"
Aku ini orang kasar, tidak tahu aturan, aku hanya tahu angkat
senjata dan menuntut balas bagi kematian Toh Toako dari
Tiau-ma-kian kita. Siapapun yang sudi memimpin, bila disuruh
kami menyerbu ke kota raja, meski tubuhnya tercacah
hancurpun aku akan berjuang di paling depan," pembicara ini
adalah seorang Cecu dari Tiau-ma-kian bernama Hou Pong,
Toa Cecu atau saudara tuanya bernama Toh Bo kemarin
tertawan oleh pasukan negeri di perairan Thay-ouw.
Kontan Cun-ih Thong acungkan jempol, serunya: "Betul,
itulah seorang gagah perkasa."
1472 "Ong Cecu," kata Tang-hay-liong-ong, "Toh Bo adalah tamu
undanganmu, sekarang Hou-hcng menuntut pembalasan sakit
hati Toh-toako, sepantasnya kau angkat bicara demi
kepentingan orang banyak?"
Ong Goan-tin tampak amat sedih, katanya: "Membalas
dendam aku tidak akan menentang, tapi..."
"Tapi apa?" desak Cun-ih Thong.
"Aku tidak akan menentang siapapun menuntut balas, tapi
cara bagaimana akan menuntut balas, kurasa harus
dirundingkan bersama."
Tang-hay-liong-ong memicing mata dengan lirikan tajam:
"Cekak aos saja, kau setuju tidak memberontak?"
Ong Goan-tin sudah merasa kurang benar akan perdebatan
ini. namun dia sendiri masih belum jelas tentang duduk
persoalannya, pada hal Tang-hay-liong-ong dan Cun-ih Thong
yang jelas sekongkol ini justru memojokkan dirinya, terpaksa
akhirnya dia menghela napas, katanya: "Aku sih terserah
kepada keputusan umum, bila hadirin banyak yang setuju aku
sih tidak banyak komentar."
Menuding Han King-hong, Cun-ih Thong berkata: "Bagus,
lalu kau" Coba katakan, bagaimana baiknya?"
Engkoh Han King-hong menjadi tawanan pasukan negeri,
Cun-ih Thong kira dia akan setuju secara spontan. Tapi Han
King-hong justru kebingungan, sesaat baru dia buka suara:
"Aku tidak tahu. Aku hanya tunduk atas kepemimpinan Ong
Cecu saja," maksudnya diapun terserah kepada keputusan
umum. Salah satu dari tiga puluh enam Cecu di Thay-ouw Ha Itseng
berkata: "Walau kita ini tidak pingin jadi raja, tapi bila
kita mau bergabung menjadi satu, biar pihak kerajaan tahu
bahwa kita tidak boleh dipandang remeh. Marilah kita contoh
1473 perjuangan Kim-to Cecu, dia berkuasa di daerah utara Ong
Cecu kenapa kau tidak berkuasa di selatan?"
Ong Goan-tin tertawa pahit, katanya: "Aku mana berani
dibanding Kim-to Cecu?"
Ha It-seng berkata: "Kalau dia bisa kenapa kita tidak" Maka
menurut pendapatku, apa salahnya diantara kita ada seorang
Bu-lim-beng-cu," sengaja dia menggunakan "kita" jelas
maksudnya bukan melulu orang-orang pihak Ong-cecu saja,
secara tidak langsung dia mau bilang bila Tang-hay-liong-ong
mau menjadi Bu-lim-beng-cu, diapun tidak menentang.
Hadirin ribut lagi, disana sini menggerombol kasak kusuk
dan bisik-bisik, suasana menjadi kacau. Mendadak Tan Cioksing
berdiri, katanya lantang: "Hadirin diharap tenang sejenak,
aku ingin bicara," dia bicara sambil mengerahkan Lwekang
ajaran Thio Tan-hong, suaranya tidak keras namun suara
keributan dalam pendopo itu kelelap oleh kata-katanya,
suaranya seperti gembreng ditabuh, yang berkepandaian
rendah merasa pendengarannya pekak.
Kaget juga hadirin akan pameran tenaga dalam yang hebat
ini, suara ribut seketika sirap. Hanya Cun-ih Tong saja yang
terkecuali. Dia pikir hendak turun tangan lebih dulu maka
segera merebut bicara: "Belum lama ini Tan-siauhiap pernah
membuat geger kota raja bersama orang-orang gagah,
bersama nona In masuk ke istana terlarang menemui raja lagi,
perbuatannya itu sudah layak diangggap memberontak,
tentunya kau setuju akan rencana pemberontakan Sugongthocu
betul tidak?" agaknya sengaja dia mengumpak Tan
Ciok-sing supaya dia rikuh dan tidak membantah serta
menentang rencana mereka.
Tak nyana Tan Ciok-sing tidak mempan diagulkan, apalagi
dihasut, katanya tawar: "Aku belum bicara dari mana kau tahu
bahwa aku setuju memberontak?"
1474 Untung Cun-ih Thong tebal kulit mukanya, meski meringis
malu seperti kera makan sambal tapi dia masih berani
menebalkan muka membantah: "Aku pengagum Tan-siauhiap
yang sudah membuat lembaran sejarah keperwiraan, maka
ingin aku mengikuti nadamu didalam perjuangan yang sama.
Kalau Tan-siauhiap anggap aku cerewet, baiklah, silakan Tansiauhiap
angkat bicara saja."
Melirikpun Tan Ciok-sing tidak sudi, katanya kalem: "Tidak
benar, suaraku tidak senada dengan ocehanmu. Pendek kata,
aku tidak setuju dengan pemberontakan yang kalian
rencanakan."
Sudah tentu Tang-hay-liong-ong dan Cun-ih Thong merasa
kecewa akan pernyataan ini, tapi mereka sih tidak merasa
diluar dugaan. Adalah orang-orang Ong Goan-tin malah
merasa bingung dan tidak habis mengerti.
Tan Ciok-sing berkata lebih lanjut: "Selama puluhan tahun,
Kim-to Cecu bercokol diluar perbatasan, entah berapa kali dia
bekerja demi keselamatan negara memukul mundur serbuan
kaum penjajah, ini suatu kenyataan yang tidak boleh
dipungkiri oleh siapapun. Hadirin berusia lebih tua dari aku,
apa yang kalian tahu tentu juga lebih banyak dai i pengalaman
dan pengetahuanku yang masih cetek ini."
"Memang berapa kali diapun pernah menggempur pasukan
negeri, tapi mereka terpaksa membela diri karena terdesak
oleh keadaan, hal ini tidak boleh disejajarkan dengan
perlawanannya terhadap serbuan bangsa Watsu."
"Kalian bilang mau meneladan perbuatan Kim-to Cecu,
maka yang harus kalian teladan adalah semboyan
perjuangannya "Demi nusa dan bangsa, sebagai kaum
pendekar wajib kita memiliki jiwa ksatria."
Ha It-seng tampak agak malu, namun dia masih berusaha
mendebat: "Tan-siauhiap, teorimu memang betul. Tapi Watsu
kan tidak memukul kita di Kanglam ini, mana bisa kita
1475 melawan Watsu disini" Saat ini pasukan negeri yang menekan
dan menindas kami, kenapa tidak kami pukul dulu pasukan
negeri." "Betul," teriak Hou Pong, "menurut pandapatku, Watsu
patut dilawan, tapi raja lalim itupun harus dijatuhkan."
Tan Ciok-sing bertanya: "Dua tinju memukul sekaligus lebih
kuat atau pukulan satu tinju lebih kuat."
"Sudah tentu pukulan dua tinju sekaligus lebih kuat," sahut
Hou Pong. "Tapi bila satu tinju sekaligus harus menghadapi dua
musuh lalu bagaimana?"
"Tan-siauhiap, memangnya kau kira aku ini anak kecil"
Siapapun tahu, kalau berkelahi dengan cara demikian, dia
pasti kalah total."
"Maka itu. Kalau Hou Cecu maklum akan hal ini, seharusnya
kaupun mengerti kenapa kami tidak menyerukan kalian untuk
menjatuhkan raja lalim sekarang ini."
"Setiap urusan ada perbedaan, yang penting dan yang
perlu ditunda, kini pihak Watsu sedang kerahkan pasukan
besarnya, mereka sudah siap menyerbu ke negara kita, maka
kita perlu siap-siap melawan serbuan mereka. Bila kita bisa
merangkul pihak kerajaan berjuang bersama membendung
serbuan dari luar, itulah cara yang paling baik, betul tidak?"
Ternyata Hou Pong masih belum kapok, bantahnya: "Tapi
pasukan negeri menindas kita, memangnya kita berpeluk
tangan membiarkan mereka bertingkah?"
"Sudah tentu harus dihadapi. Tapi yang terpenting
sekarang harus bersatu padu melawan penjajah. Persoalan
kalian itu masih bisa dibereskan secara damai melalui cara
tersendiri. Asal kita angkat senjata bersama, seluruh kekuatan
laskar rakyat mampu membendung serbuan musuh dan
1476 menjadikan tonggak negara, yakin pasukan negeri tidak akan
berani meremehkan kekuatan kita."
Reda juga emosi Hou Pong, katanya: "Tapi masih ada satu
hal aku tidak mengerti, tolong Tan-siauhiap memberi
petunjuk."
"Mana berani aku memberi petunjuk dengan bekal
pengetahuanku yang cetek ini. Untunglah aku sendiri pernah
memperoleh petunjuk langsung dari utusan Kim-to Cecu,
persoalan apa yang Hou-heng belum jelas, coba katakan,
mungkin persoalanmu itu sudah pernah dipikirkan oleh Kim-to
Cecu, boleh nanti umumkan pernyataannya."
"Terus terang, aku sudah tidak percaya pada raja lalim. Kau
kira apakah dia mau berjuang berdampingan bersama kita
melawan musuh?"
"Pertanyaanmu memang bagus, bicara terus terang, aku
sendiri juga tidak percaya, bila raja yang sekarang berkuasa
punya niat baik untuk berjuang bersama kita."
Hou Pong kebingungan, katanya: "Kalau Tan-siauhiap
sendiri tidak percaya pada raja lalim, kenapa pula kau
anjurkan kita bergandeng tangan sama dia melawan
penjajah?"
"Bagi seorang raja apa yang paling penting bagi
kedudukannya" Yaitu mempertahankan tahta kerajaannya,
dijunjung oleh seluruh rakyat. Bila dia tunduk dan minta damai
kepada Watsu, tidak lain juga demi mempertahankan
kedudukan dan tahtanya belaka, betul tidak?"
Hou Pong manggut-manggut, "betul," sahutnya.
"Kenapa tidak kita beritahu kepadanya, bila dia tidak mau
bergabung dengan kita melawan penjajah, kita akan gerakkan
perlawanan di berbagai tempat, mengundang orang-orang
gagah di seluruh jagat ini untuk menentang dia dan memukul
1477 mundur penjajah. Kalau hal ini sampai terjadi, siapa yang
bakal dijunjung dan didukung oleh rakyat?"
"Sekarang aku mulai mengerti," kata Hou Pong. "Benar,
karena itu raja kehilangan kepercayaan dari rakyat, itu berarti
tahta kerajaannyapun mulai goyah."
"Bila dia mau bergabung dengan kita melawan penjajah,
kita akan tetap mendukungnya jadi raja, yakin dia cukup
pintar memilih arah angin, demi kepentingan pribadi pula,
coba katakan, beranikah dia menentang kehendak kita?"
Kini lenyap keraguan Hou Pong, katanya: "Tan-siauhiap
penjelasanmu memang menyeluruh, sekarang aku sudah
paham betul."
"Bukan pengetahuanku mendalam, aku hanya
menyambung lidah Kim-to Cecu saja."
Hou Pong bertanya: "Tujuanmu masuk ke istana terlarang
menemui raja adalah untuk menyampaikan rencana kita dan
memaksanya setuju bukan?"
"Betul. Aku sudah bertemu dengan baginda, memang
sesuai dugaan Kim-to Cecu, terpaksa dia setuju rencana kita,"
dengan secara ringkas Tan Ciok-sing lalu ceritakan kejadian
kala dia menyelundup ke istana menemui Baginda, sudah
tentu hal-hal yang perlu dirahasiakan tidak dia beberkan di
depan umum. Waktu mendengar Tan Ciok-sing meninggalkan
peringatan berdarah yang berbunyi:
"Ingkar janji membuang kebenaran, Thian tidak akan
mengampunimu "
Hadirin sama tepuk tangan dan berseru memuji.
Pelan-pelan Ong Goan-tin berdiri, katanya sambil menjura
kepada Tan Ciok-sing: "Tan siauhiap, terima kasih akan
uraianmu yang penuh arti itu. sehingga terbuka pikiranku."
1478 Tersipu-sipu Tan Ciok-sing balas menghormat, katanya:
"Locecu terlalu memuji, aku hanya menyampaikan keinginan
Kim-to Cecu saja."
Ha It-teng angkat bicara lagi: "Soal memberontak baiklah
ditunda dulu. Tapi Sugong-thocu adalah orang gagah jaman
ini, dia mau bergabung dengan kita, sepantasnya kita terima
uluran tangannya," beberapa Cecu segera mendukung
suaranya, tapi tidak sedikit pula suara yang menentang, walau
secara gamblang mereka tidak mengusir Tang-hay-liong-ong
tapi jelas banyak yang tidak setuju bergabung sama dia.


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perdebatan kembali terulang, yang terang hadirin terpecah
menjadi dua, keributan semakin memuncak.
Tiba-tiba Cun-ih Thong berkata dingin: "Bukan aku
mencurigai Tan-siauhiap, kalau Tan-siauhiap selalu bilang
hanya menyampaikan suara Kim-to Cecu hanya Tan-siauhiap
saja yang meneruskan pesan utusan Kim-to Cecu, kita kan
tiada yang tahu akan kebenarannya. Apakah Tan-siauhiap
punya bukti supaya kita percaya babwa pernyataanmu tadi
betul adalah suara Kim-to Cecu?"
Pertanyaan yang tidak terduga ini, memang membuat Tan
Ciok-sing serba salah. Untunglah di kala Tan Ciok-sing
kebingungan, mendadak Kek Lam-wi berdiri, katanya: "Aku
punya bukti," lalu dia keluarkan serulingnya, sekali tekan
ujung seruling lalu ditiupnya, sebutir bola malam
menggelinding keluar, bila bola malam itu dipecah di
dalamnya terdapat lempitan kertas tipis yang banyak tulisan
kecil-kecil, langsung dia serahkan lempitan kertas itu kepada
Ong Goan-tin. "Inilah surat dari Lim-toako yang titip kepadaku supaya
disampaikan kepada Ong Cecu, kehadiranku disini mewakili
Pat-sian, dalam suratnya juga diterangkan perihal Tan Cioksing
mewakili Kim-to Cecu, silahkan Ong Cecu baca,
persoalannya akan jadi terang," demikian ujar Kek Lam-wi.
1479 Seperti diketahui Kek Lam-wi terlambat dua hari setelah
Tan Ciok-sing dan In San berangkat. Lim Ih-su sebagai tertua
dari Pat-sian orangnya tabah, pikiran matang dan bekerja
amat teliti, setiap urusan selalu dia rencanakan dengan baik,
mengingat urusan cukup penting, maka dia sendiri menulis
sepucuk surat sebagai tanda bukti. Maka dia tulis surat rahasia
ini, menerangkan bahwa Pat-sian menyetujui usul Kim-to
Cecu, sekaligus membuktikan bahwa Tan Ciok-sing hadir
sebagai wakil Kim-to Cecu."
Gaya tulisan Lim Ih-su banyak dikenal hadirin, setelah
membaca surat itu, tiada yang curiga pula akan kehadiran Tan
Ciok-sing. Ong Goan-tin berkata: "Tan-siauhiap telah menyampaikan
pesan Kim-to Cecu, bahwa hadirin tiada yang curiga dan
membantah, apakah kalian masih ada yang merasa kurang
setuju akan maksud Kim-to Cecu?"
Han King-hong menyeletuk lebih dulu: "Kim-to Cecu adalah
orang yang amat kukagumi, dia bilang bagaimana, akupun
begitu." Hou Pong ikut menimbrung: "Semula aku tidak setuju, tapi
setelah mendengar penjelasan Tan-siauhiap yang tidak bosanbosan
tadi, menilai untung ruginya, aku jadi tahu diri bahwa
aku hanyalah gentong nasi saja. Apalagi sekarang bukan
saatnya kita memberontak, kalau itu sudah menjadi kehendak
Kim-to Cecu apapula yang harus kukatakan," hadirin menjadi
tertawa riuh mendengar banyolannya.
Maka hadirin serempak menyatakan sikapnya menjunjung
Ong Goan-tin, walau rombongan yang datang bersama Tanghay-
liong-ong tiada yang mau terima kalah, tapi mereka tak
berani menentang kehendak umum, terpaksa sementara
tinggal diam. Ong Goan-tin berseru lantang: "Bahwa hadirin tiada yang
menentang pula, maka perundingan hari ini anggap selesai
1480 sampai disini. Terima kasih akan kehadiran para sahabat
dalam pesta ulang tahunku ini, kini sebagai tuan rumah,
kusuguh hadirin secangkir arak, mari kita habiskan satu
cangkir ini."
"Tunggu sebentar," tiba-tiba Cun-ih Thong berseru sambil
berdiri. "Entah Cun-ih Siansing ada petunjuk apa?"
"Kedatangan kita memang khusus hendak memberi selamat
ulang tahun kepada Locecu. perjamuan ini jelas tidak boleh
terganggu. Tapi mumpung ada pertemuan sebesar ini, maka
persoalan yang belum diselesaikan tadi kurasa perlu
dibicarakan sekalian."
Berkerut alis Ong Goan-tin, katanya: "Masih ada urusan
besar apa yang belum diselesaikan?"
Kalem suara Cun-ih Thong: "Kim-to Cecu ingin supaya
sekarang kita tidak usah bentrok dengan pasukan negeri, hal
ini sebetulnya kurang kusetujui tapi setelah hadirin banyak
yang mendukungnya, akupun tunduk saja akan putusan
umum." Hou Pong orangnya kasar dan suka blak-blakan, segera dia
menukas dengan sentakan: "Mau bicara lekas berkata, kalau
mau kentut lekas lepaskan."
Untung muka Cun-ih Thong tebal, dia anggap tidak
mendengar, katanya lebih lanjut: ''Tam Tayhiap, Lui Tayhiap
pernah bilang kita harus bersatu padu menjadi satu kekuatan
besar, betul tidak?"
"Benar," timbrung Tan Ciok-sing. "Tapi bersatu demi
kepentingan umum, kalau tidak mana bisa membendung
serbuan musuh."
"Membendung serbuan musuh sudah menjadikan ikrar kita
bersama, hal itu tak perlu diperbincangkan lagi, pendek kata,
apapun kita harus bersatu, betul tidak?" ini soal prinsip, meski
1481 Ciok-sing merasa mual menghadapi manusia tengik ini,
terpaksa dia mengangguk.
"Dua orang satu hati, tekadnya dapat memutus emas. Bila
ribuan orang bersatu padu, kekuatannya dapat membendung
laut. Maka aku mengajukan usul, kita harus memilih seorang
Bu-lim-beng-cu sebagai pemimpin kita," sambutan anak buah
Tang-hay-liong-ong amat meriah, tidak sedikit pula anak buah
Ong Goan-tin memberi aplus.
Salah satu Cecu dari tiga puluh enam Cecu di Thay-ouw
bernama Su Kian berdiri, katanya: "Usul Cun-ih Siansing
memang masuk akal, kapan ada kesempatan para orangorang
gagah sebanyak ini kumpul disini, memang tepat
saatnya kita memilih seorang Bu-lim-beng-cu."
Ha It-seng menimbrung: "Benar, di bawah pimpinan Bulim-
beng-cu, selanjutnya langkah kita seirama, peduli melawan
penjajah atau menentang tindasan pasukan negeri, urusan
akan lebih mudah dibereskan,?"kebanyakan hadirin sama
setuju adanya seorang Bu-lim-beng-cu, meski ada beberapa
orang merasa kemungkinan hal ini adalah muslihat Tang-hayliong-
ong, tapi keadaan sudah terlanjur sejauh ini, maka
merekapun tidak menentang.
Cun-ih Thong berkata lantang: "Kalau hadirin tiada usul
lainnya, baiklah sekarang kita mulai pemilihan. Aku
memberanikan diri, mencalonkan seorang Enghiong besar
yang namanya sudah tersohor di kawasan ini, yakin hadirin
akan setuju memilihnya sebagai Bu-lim-beng-cu."
Hadirin kira calon yang diusulkan adalah Tang-hay-liongong
Sugong Go, tak kira dia ternyata bilang: "Bu-lim-beng-cu
pilihanku bukan lain adalah tuan rumah disini, Ong Goan-tin
Ong Locecu, Cong-cecu dari tiga puluh enam Cecu di Thayouw
ini." 1482 Pernyataan diluar dugaan, membuat hadirin melongo,
akhirnya pecah sorak sorai gegap gempita disertai tepuk
tangan riuh. Cun-ih Thong berpidato lebih lanjut: "Ong-locecu memiliki
Kungfu tinggi, hal ini tidak perlu kujelaskan. Apalagi sebagai
Cong-cecu dari tiga puluh enam Cecu yang lain, boleh dikata
dia menguasai keadaan, memperoleh dukungan banyak orang
lagi. Bijaksana dalam kepemimpinan, tidaklah berkelebihan
bila Bu-lim-beng-cu harus dijabatnya."
Kedengarannya omongan Cun-ih Thong mengagulkan dan
menyanjung Ong Goan-tin, tapi bila mau ditelusuri secara
cermat, dibalik pidatonya ini mengandung arti lain. Yaitu
lantaran adanya jabatan yang diduduki Ong Goan-tin sekarang
barulah dia mendukung pencalonannya, seperti pepatah
mengatakan, sekuat-kuatnya naga juga tidak lebih menang
dari ular tunggon.
Segera Ong Goan-tin angkat bicara: "Tadi sudah
kukatakan, setelah merayakan hari ulang tahunku ke enam
puluh ini, aku sudah berkeputusan hendak cuci tangan
menggantung golok. Jangan kata aku tidak berani menerima
sanjung puji Cun-ih Siansing, umpama topi kebesaran itu
kukenakan juga aku tidak mampu menjadi Bu-lim-beng-cu
segala." Memang tujuan Cun-ih Thong memancing jawabannya ini
segera dia mengoceh pula. "Bahwa Ong-locecu menampik
pencalonan dirinya, akupun tidak akan memaksa. Tapi
kawanan naga tidak boleh tanpa pimpinan, baiklah aku
usulkan Sugong-thocu menjadi Beng-cu kita."
Su Kian segera memberi suara: "Betul, Tang-hay-liong-ong
bermaharaja di lautan teduh menggetarkan dunia, ilmu
silatnya juga tangguh, kira-kira sepadan untuk berjajar
dengan Kim-to Cecu. Usianya mumpung kekar kuat pula,
hanya dia mungkin yang dapat memimpin kita melakukan
usaha besar yang menggemparkan. Bila Ong-locecu benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1483 benar mengundurkan diri, pilihan yakin hanya akan terjatuh di
tangannya."--Su Kian adalah salah satu Cecu dari tiga puluh
enam Cecu bawahan Ong Goan-tin yang punya kedudukan
baik dan disegani, bahwa dia mendahului rekan-rekannya
mendukung pencalonan Tang-hay-liong-ong, hal ini benarbenar
diluar dugaan banyak orang.
Mendapat dukungan Su Kian sudah tentu rombongan Tanghay-
liong-ong semakin bangga, senang setengah mati, sontak
mereka tempik sorak dengan ramai, ternyata orang-orang Ong
Goan-tin ada juga yang memberi aplus ala kadarnya.
Ih Ti-bin Cecu Tong-thing-san timur adalah tangan kanan
Ong Goan-tin yang terpercaya, dia melirik kearah Su Kian,
pikirnya "Keparat ini bersama Ha It-seng entah kenapa
beberapa kali memberi suara kepada Tang hay Liong-ong
memihak orang luar, agaknya mereka sudah kena sogok dan
dihasut untuk menentang kebijaksanaan Cong-cecu. Namun
memilih Bengcu sudah menjadi kata sepakat para hadirin,
meski Ih Ti-bin merasa kurang senang terhadap sikap Su dan
Ha malah menaruh curiga pula, namun dia merasa kurang
tepat dan belum saatnya untuk membongkar kesalahan Su
Kian. Sebetulnya ingin dia menentang pencalonon Tang-hayliong-
ong, tapi sukar dia memperoleh alasan tepat. Di kala dia
peras keringat mencari calon, dilihatnya Tang-hay-liong-ong
sudah berdiri. Dengan senyum lebar dan senang Tang-hay-liong-ong
berkata: "Terima kasih akan dukungan kalian, cuma aku baru
pulang dari luar lautan betapapun tak berani menerima
jabatan berat ini. Kalau Ong-locecu tetap menolak pencalonan
ini baiklah aku mencalonkan It-cu-king-thian Lui Tayhiap saja."
Lekas Ih Thi-bin menyeletuk: "Betul, Lui Tayhiap berbudi
luhur dan memperoleh simpatik banyak orang, ketenaran
namanya sudah menggetar utara dan selatan sungai besar.
Pada pertemuan di Lian-hoa-hong tahun yang lalu tiada
orang-orang gagah yang hadir pada waktu itu yang tidak
1484 memuji-muji dan mengaguminya. Aku dukung Lui Tayhiap
menjadi Bengcu kita."
Ha It-seng tiba-tiba berdiri, serunya: "Akupun mengagumi
Lui Tayhiap, tapi dia tidak sebanding Sugong-thocu dengan
rombongannya, hubungannyapun tidak intim dengan para
saudara didalam Pang atau Hwe yang ada di Kanglam ini.
Menurut pendapatku biarlah Lui Tayhiap menjadi wakil Bengcu
saja." Seorang lagi lebih tegas lagi, dia bukan lain pembantu
Tang-hay-liong-ong yang berjuluk Tay-lik-sin Lamkiong King,
setelah mendengus dia berkata dingin: "Berapa sih bobot
nama besar Lui Tin-gak, bila dibanding dengan Sugong-thocu
kami, kurasa jauh ketinggalan."
"Jangan kurang ajar terhadap Lui Tayhiap," sentak Tanghay-
liong-ong, lahirnya dia memaki pembantunya, tapi orang
banyak maklum bahwa sikapnya ini hanya pura-pura belaka.
"Lamkiong King," seru Ih Ti-bin gusar, "berani kau
meremehkan pimpinan Bulim kami, memangnya apa sih yang
kau andalkan?"
Serak kasar suara Lamkiong King, dampratnya: "Ih Ti-bin
kalau tidak terima, nanti bila ada kesempatan, ingin kujajal
kau." "Jajal boleh saja, kapan saja aku bersedia, memangnya aku
takut?" Ong Goan-tin mengerutkan kening, katanya: "Jangan ribut
dulu, marilah bicarakan urusan itu."
"Tidak karuan, tidak karuan," seru Hou Pong, meski tidak
langsung dia sebut nama orang yang tidak karuan, tapi hadirin
tahu kata-katanya ditujukan kepada Lamkiong King.
Lui Tin-gak segera berdiri, katanya goyang tangan: "Apa
yang dikatakan Hu-cecu memang tidak salah, seorang tamu
mana boleh mendahului tuan rumah, baru kali ini aku datang
1485 ke Kanglam, tidak kenal orang tidak hapal jalan, entah jadi
Bengcu atau wakil Bengcu, terus terang aku tidak berani
terima." Tang-hay-liong-ong pura-pura menghela napas, katanya:
"Ai, Ong-locecu tidak mau terima, Lui Tayhiap juga menampik,
yah, apa boleh buat, terpaksa biarlah aku menerima
pencalonan ini."
"Nanti dulu," tiba- Ih Ti-bin berteriak lantang.
"Ada petunjuk apa lh-cecu?" tanya Tang-hay-liong-ong
kalem. "Saatnya belum tiba terpaksa menerima pencalonan. Aku
mencalonkan Kim-to-thi-ciang Tam Tayhiap menjadi Bengcu
kita, harap hadirin memutuskan."
"Betul," seru Ong Goan-tin, "bukan aku menentang
pencalonan Sugong-thocu, tapi Tam Tayhiap adalah teman
baik Kim-to Cecu, bila dia sudi menjabat Bu-lim-beng-cu dari
Kanglam utara dan selatan terjalin satu ikatan kerja sama,
hasilnya tentu jauh lebih baik dari yang kita harapkan."
Pelan-pelan Cun-ih Thong berdiri sambil mengelus jenggot,
katanya: "Benar, sudah tentu, akupun amat mengagumi Tam
Tayhiap. Justru lantaran dia teman baik Kim-to Cecu, bila dia
yang jadi Kanglam Bu-lim-beng-cu, diluar mungkin orang bisa
iseng bicara kaum persilatan di Kanglam ini dianggap sebagai


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anak buah dan tunduk perintah Kim-to Cecu melulu. Memang
Kim-to Cecu adalah tokoh yang diagulkan banyak orang, bila
ada kata-kata iseng yang memanaskan kuping, lalu mau
ditaruh dimana muka kita ini."
Tam Pa-kun tertawa ngakak, katanya: "Sebetulnya aku
tidak ingin menjadi Bu-lim-beng-cu segala, memang beralasan
juga bahwa Cun-ih Siansing menguatirkan pencalonan diriku.
Tapi aku jadi ingin mencalonkan seorang pendekar muda
untuk menjadi Bu-lim-beng-cu di Kanglam ini."
1486 Sebetulnya Cun-ih Thong sudah menduga, namun sengaja
dia bertanya: "Siapakah pendekar muda yang kau calonkan?"
"Tan Ciok-sing Tan-siauhiap," seru Tam Pa-kun kalem; "Dia
adalah murid maha guru silat Thio Tan-hong Thio Tayhiap,
tunas muda yang punya harapan nomor satu di antara
generasi mendatang. Bulan yang lalu bersama In Lihiap
mereka membuat geger di istana terlarang, menundukkan dan
menjumpai Baginda Raja, tiada orang gagah di dunia ini yang
tidak mengacungkan jempol untuknya. Jabatan Bu-lim-bengcu
kukira tepat sekali bila diserahkan kepadanya."
Tan Ciok-sing amat kaget, serunya: "Tam Tayhiap jangan
kau berkelakar dengan aku. Siautit masih muda dan cetek
pengalaman, jabatan Bengcu teramat berat untuk dipikul,
mana aku mampu mendudukinya?"
"Ada cita-cita tidak diukur dari usia," seru Hou Pong
lantang, "Tiada akal sia-sia hidup seratus tahun. Tan-siauhiap
punya akal ada cita-cita luhur, dari peristiwa geger di istana
raja itu sudah merupakan bukti nyata. Uraian yang panjang
lebar tadi merupakan bukti pula akan pengetahuan dan
kecerdikan otaknya. Bila dia yang menjadi Bu-lim-beng-cu aku
orang she Hou pertama yang mendukungnya."
Tan Ciok-sing goyang tangan, katanya: "Hou-cecu, jangan
menempel emas di mukaku, betapapun, Bu-lim-beng-cu aku
tidak berani menerimanya."
"Kenapa tidak berani terima?" seru Hou Pong sengit,
"menurut pendapatku, kau jadi Bengcu dan In Lihiap menjadi
wakil Bengcu, begitu lebih baik."
In San tertawa, katanya: "Hou-cecu, kau memang suka
berkelakar, jangan kau menyeret aku."
"Aku tidak berkelakar, gabungan sepasang pedang kalian
sudah terkenal di kolong langit, sepantasnya kalian menduduki
jabatan yang sejajar."
1487 Merah muka In San, dia tidak berkomentar lagi.
Ong Goan-tin berkata: "Ucapan Tam Tayhiap memang
betul, jabatan Bu-lim-beng-cu adalah pantas kalau diserahkan
kepada angkatan muda. Tan-siauhiap, kau adalah pendekar
muda, gagah perwira yang dipuji orang banyak..."
"Ong-cecu," teriak Lamkiong King kurang senang, "kau kan
belum tanya aku, memangnya kau tahu bila aku
mengaguminya?"
Ong Goan-tin tersenyum, katanya: "Sugong-thocu sendiri
tadi bilang amal mengaguminya, hadirin menjadi saksi. Kau
sendiri juga sudah menyatakan tunduk akan kehendak
pemimpinmu, betul tidak'' Oleh karena itu, maaf bila aku keliru
tidak tanya dulu kepada kau, aku sudah anggap kaupun
mengaguminya."
Lamkiong King tidak menduga bakal didebat sekonyol itu,
karuan mulutnya kelakep.
Tapi Cun-ih Thong yang pandai silat lidah segera
membantah: "Tan-siauhiap adalah jagoan top dari generasi
muda, hal ini sudah diakui oleh umum. Tapi Tan-siauhiap
sendiri bilang, untuk menjadi Bu-lim-beng-cu, usianya masih
terlalu muda. Maka untuk menjadi Bu-lim-beng-cu harus
dicalonkan seorang yang sudah ternama, punya pengalaman
luas, disegani dan menggetarkan dunia. Apa yang dikatakan
Sugong-thocu tadi tidak lain hanyalah pujian dan dorongan
semangat bagi angkatan muda, bukan berarti bahwa dia pasti
boleh menjadi Bu-lim-beng-cu."
Kek Lam-wi berdiri, katanya perlahan: "Cun-ih Siansing,
agaknya ada satu hal tidak kau utarakan."
"O, soal apa yang tidak kuutarakan, harap Kek-jithiap
mengoreksi."
"Demi nusa dan bangsa, pendekar berjiwa besar
diutamakan. Seorang yang menjadi Bu-lim-beng-cu, kecuali
1488 harus berilmu silat tinggi, pengetahuan dan pergaulannya
harus luas, kecuali harus pula menggetar dunia, yang penting
adalah jiwa kependekarannya. Bila dia sudah memiliki bekal
'pendekar', soal syarat-syarat lain meski masih kurang sedikit
juga kurasa tidak jadi soal."
Kontan Hou Pong bersorak sambil keplok, teriaknya keras:
"Betul, yang diutamakan adalah jiwa pendekar. Walau Tansiauhiap
masih muda, namun dia cukup setimpal menjadi
seorang pendekar. Aku dukung dia menjadi Bu-lim-beng-cu."
Lamkiong King marah-marah, serunya: "Memangnya kau
kira Thocu kita tidak setimpal sebagai pendekar?"
"Kapan aku bilang demikian," semprot Hou Pong, "tapi
tidak banyak yang kuketahui tentang Thocu kalian, bagaimana
dia mendarma baktikan diri kepada kepentingan umum aku
tidak tahu."
Lekas Cun-ih Thong menengahi, katanya: "Harap jangan
ribut dulu, dengarkan dulu penjelasanku."
"Oho, kau punya penjelasan apa?" jengek Hou Pong.
Cun-ih Thong mengalah untuk maju, katanya pertahan:
"Hou-cecu, agaknya kau merasa benci kepadaku. Bila kau
tidak memberi kesempatan aku bicara, baiklah aku tidak usah
banyak mulut."
"Kalau orang tidak boleh bicara, memangnya itu yang
dinamakan adil?" teriak Lamkiong King.
Hou Pong membantah: "Kapan aku melarang dia bicara,
tapi aku tidak percaya obrolannya kau pun tidak berhak
memaksa aku percaya Sudah Cun-ih Thong, kau mau omong
apa boleh silahkan, mau kentut juga lekas keluarkan "
Sudah menjadi kebiasaannya setiap habis berkata
mengutarakan pendapatnya Hou Pong pasti mengolok-olok
1489 lawannya, karuan Cun-ih Thong jengkel dan naik pitam,
mukanya sampai menguning.
"Cun-ih Siansing," kata Lamkiong King, "jangan kau
hiraukan salakan anjing itu, katakan saja pendapatmu."
Hou Pong sudah berjingkrak berdiri hendak melabrak
Lamkiong King, untung Han King-hong menekannya dan
membujuknya perlahan: "Demi kepentingan umum sementara
tidak usah ribut mulut."
Cun-ih Thong memang bermuka tebal, setelah reda
amarahnya seperti tidak terjadi apa-apa dia berkata: "Apa
yang dikatakan Kek-jithiap memang benar, untuk menjadi
seorang Bu-lim-beng-cu, punya jiwa pendekar memang amat
penting, tapi apa itu pendekar dan bagaimana serta apa
syaratnya seorang dinamakan pendekar, masing-masing orang
yakin punya pendapat yang berbeda. Apalagi tidak sedikit
orang yang telah melakukan kerja besar tapi tidak mau
disiarkan, sehingga jarang orang tahu, itu sering terjadi.
Pendek kata kalau hanya berdasar seorang yang punya jiwa
pendekar baru boleh dipilih jadi Bu-lim-beng-cu kurasa juga
belum tepat, itu akan gampang menimbulkan perdebatan
pula. Oleh karena itu, kurasa lebih baik kita gunakan cara
umum yang sering berlaku di kalangan Kangouw saja."
"Betul, yang kuat menang, si lemah kalah," teriak Lamkiong
King. "Siapa saja yang menentang Sugong-thocu menjadi
Bengcu kita, boleh silakan keluar melawannya."
Orang-orang pihak Tang-hay-liong-ong kembali bertempik
sorak menyambut pertanyaan Lamkiong King. Sebaliknya
orang-orang di pihak Ong Goan-tin saling pandang dengan
melongo, sesaat mereka kelakep tak tahu bagaimana
mengatasi situasi yang mendesak ini.
Akhirnya Ong Goan-tin angkat bicara, "Kalau hadirin
menganggap syarat seorang pendekar susah ditentukan,
memilih Beng-cu melalui pertandingan juga salah satu cara
1490 yang sering berlaku. Tapi, kusarankan lebih baik cukup saling
tutul dan jamah saja, jangan sampai ada pihak yang luka
parah atau mati."
Ong Goan-tin memang cukup pengalamanan dan pandai
melihat gelagat, perkataannya cukup dipertimbangkan
sebelumnya. Maklum meski selama setahun ke belakang ini
Tan Ciok-sing sudah menjulang namanya, tapi bila dibanding
Tang-hay-liong-ong betapapun masih terpaut cukup jauh. Bila
pemilihan diambil suara, jelas yang mendukung Tang-hayliong-
ong masih lebih banyak. Kaum persilatan yang tidak
diundang banyak yang hadir disini, bukan mustahil mereka
adalah komplotan Tang-hay-liong. Meski sukar mencapai
kemenangan didalam pertandingan, betapapun mereka masih
harus bertaruh dan membuktikan kemampuan masing-masing.
Pada hal orang-orang pihak Tang-hay-liong-ong juga kuatir
bila pemimpin mereka tidak terpilih, kalau bertanding mereka
yakin pihaknya pasti menang, mendengar pernyataan Ong
Goan-tin setuju menempuh cara ini, kontan mereka
berjingkrak dan bersorak: "Betul bertanding menentukan
Bengcu memang tepat. Siapa yang menentang Sugong-thocu
jadi Bengcu silakan keluar, akulah yang akan menghadapinya
lebih dulu."
Menurut peraturan pertandingan dalam permilihan Bengcu,
seseorang yang mendukung orang lain menjadi Bengcu, dia
punya hak untuk bertanding melawan pendukung pihak lawan.
Tan Ciok-sing berkata: "Usiaku masih muda, tidak becus
lagi, sebetulnya aku tidak berani menjadi Bu-lim-beng-cu..."
Sebelum orang habis bicara Ong Goan-tin sudah
menekannya duduk, katanya perlahan: "Jikalau kau menolak,
bukankah berarti menyerahkan kedudukan penting itu kepada
Tang-hay-liong-ong begitu saja" Apa kau rela dia menjadi Bulim-
beng-cu?" 1491 Terpaksa Tan Ciok-sing diam saja tidak banyak komentar
lagi. Siapapun tahu Kungfu Tang-hay-liong-ong merupakan yang
paling top di antara hadirin, berulang kali Lamkiong King
mendesak dan menantang orang-orang yang tidak setuju
Tang-hay-liong-ong jadi bengcu keluar untuk bertanding,
siapa berani menampilkan diri"
Hening sejenak, melihat tiada orang keluar Hou Pong tidak
tahan lagi, segera dia berlari keluar, teriaknya: "Sugong-thocu
aku tahu ilmu silatmu tinggi, tapi aku tetap tidak tahu diri,
mohon kau memberi petunjuk beberapa jurus," meski tahu
dirinya bakal kalah, tapi dia tetap tampil menantang perang,
maksudnya tidak lain bahwa ada juga orang yang menentang
dan tidak tunduk kepada Tang-hay-liong-ong.
Tang-hay-liong-ong mendongak, pandangannya ke atas
langit-langit, sikapnya jumawa seperti tidak mendengar
teriakan Hou Pong, melirikpun tidak. Lamkiong King tertawa
tergelak-gelak, katanya: "Hou-cecu, hari ini kau sudah banyak
bicara hanya kata-katamu terakhir kali tadi yang kurasa benar,
kau memang tidak tahu diri, memangnya kau setimpal
bergebrak dengan Thocu kita. Marilah biar aku saja yang
layani kau beberapa gebrak."
Hou Pong gusar, mereka segera berhantam.
Hou Pong meyakinkan Thi-sa-ciang, permainannya keras
dan deras, kedua orang saling jotos dan tendang, suara
gedebukan dari tinju dan kaki mengenai sasaran jadi membuat
hadirin geli tercampur kuatir.
Suatu ketika empat telapak tangan mereka beradu
berhadapan. "Biang" Hou Pong tergentak mundur dua
langkah, Lamkiong King hanya tergeliat, kelihatannya tenaga
Lamkiong King lebih besar. Karena berada di atas angin
Lamkiong King tertawa tergelak-gelak, langkahnya beruntun
mendesak maju kakinyapun menendang berantai. Dengan
1492 telapak tangan Hou Pong gunakan Hou-te-jan-hou, dia
lancarkan pukulan Thi-sa-ciang. Ternyata Lamkiong King juga
perkasa, meski tahu Thi-sa-ciang lawan liehay namun dia tidak
mau mengalah, sebat sekali dia tarik kaki kanan, hampir
waktu yang sama kaki kiri melayang pula, tendangannya deras
dan kuat. Diam-diam Ong Goan-tin bertaut alisnya melihat
cara pertempuran kasar ini. Lekas dia berseru: "Pertandingan
terbatas saling tutul dan jamah, pantang melukai lawan."
Syarat ini sudah disetujui kedua pihak sebelum pertandingan
dimulai, Ong Goan-tin hanya memberi ingat dan ketegasan.
Tapi memperoleh angin Lamkiong King tidak memberi
kesempatan kepada lawannya, serangannya itu makin gencar
dan menggebu. Akibat dari serangannya itu bila mendarat di
tubuh lawannya jelas tidak mungkin menjamah atau menutul,
hakikatnya lebih mendekati adu jiwa.
Begitu Hou Pong merobah menjotos lekas Lamkiong King
melintangkan telapak tangan menangkis, namun Hou Pong
merobah jotosan menjadi sampukan, sebelum tenaga lawan
disalurkan lekas sekali dia sudah merobah posisi merobah
serangan dengan pukulan lengket jarak dekat, sasaran ke atas
menggenjot muka musuh. Jotosannya ini dinamakan Jongthian-
bau liehay luar biasa. Tapi Lamkiong King juga tidak
lemah, dia yakin tenaganya lebih kuat, maka cukup mengibas
tangan dia gunakan daya cantel menjadi pukulan gempur
terus digenjot keluar, kembali dia punahkan jotosan dekat Hou
Pong serta balas menyerang.
Diluar tahunya tujuan Hou Pong memang memancing
dirinya demikian, setelah dirabu serangan Hou Pong, nafsu
berkelahi sudah membara memperoleh kesempatan baik balas
menyerang sudah tentu tanpa pikir segera dia ingin
menggasak lawannya ini. Tanpa disadari bahwa balas
menyerang saat itu belum tiba waktunya, begitu dia balas
menyerang penjagaan menjadi kosong. Sekonyong-konyong
Hou Pong membalik tubuh dengan kaki menyapu, hardiknya:
"Kena," berbareng kedua telapak tangan memukul pula,
1493 telapak tangan kiri menggunakan Hun-kin-joh-kut sementara
telapak tangan kanan memukul dengan Thi-sa-ciang.
Sebetulnya Lamkiong King bisa meluputkan diri dari salah
satu serangan itu, namun serangan kedua jelas pasti
mendarat di tubuhnya, bila dia nekad juga melancarkan
serangan balasan, kemungkinan pertempuran bakal seri


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan akibat kedua lawan sama-sama roboh terluka. Cuma
didalam keadaan terdesak serupa itu, luka-lukanya pasti lebih
parah dari Hou Pong.
Baru saja Hou Pong melancarkan serangan keji, tiba-tiba
dia sadar akan seruan Ong Goan-tin bahwa pertandingan ini
hanya terbatas saling tutul dan jamah saja, maka Thi-sa-ciang
batal dia lancarkan, dia pikir hanya akan menggunakan Hunkin-
joh-kut saja, cukup bila lawan tak mampu berkutik
terhitung dirinya di pihak yang menang.
Siapa tahu pikiran bajiknya ini justeru mendatangkan akibat
yang fatal bagi dirinya. Lamkiong King tidak menyia-nyiakan
kesempatan yang baik ini untuk merobah posisinya dari pihak
yang terdesak ke pihak yang menang. Lamkiong King
meyakinkan ilmu kekebalan, Hun-kin-joh-kut mengutamakan
kekuatan jari, begitu menyentuh tubuhnya seperti
mencengkram batu, hanya dengan kekuatan jarinya tidak
mungkin bisa menyebabkan dirinya keseleo tulang dan urat.
Kontan dia menelikung lengan serta ditariknya sekali, "krak"
tulang lengan Hou Pong malah dipelintirnya putus.
Perobahan tak pernah diduga oleh hadirin, banyak yang
menjerit kaget dan ngeri. Tang-hay-liong-ong pura-pura kaget
dan marah sambil berdiri, segera dia keluarkan sebotol obat
terus dilempar ke arah Lamkiong King, bentaknya: "Kenapa
kau tidak hati-hati. Hou-cecu sampai kau lukai, lekas berikan
obat penyambung tulang ini kepada Hou-cecu," lahirnya
memarahi Lamkiong King, yang benar tujuannya ingin
memberi obat menanam budi, sehingga orang-orang pihak
Ong Goan-tin menaruh simpatik padanya.
1494 Ih Ti-bin segera berdiri dan memburu kesana memapah
Hou Pong.-Jengeknya: "Tak perlu kalian pura-pura bajik, kalau
hanya menyambung tulang mengurut urat memangnya kami
tidak bisa." Sembari membubuhi obat dan menyambung
tulang Hou Pong dia menjengek pula: "Sudah dijanjikan hanya
terbatas saling tutul dan jamah Hou-cecu tidak ingin melukai
kau, kau justru turun tangan sekeji ini, memangnya apa sih
maksudmu?"
Dari malu Lamkiong King jadi gusar, bentaknya:
"Pertandingan kaum persilatan siapa kuat dia menang. Ih Tibin,
memangnya Hou Pong benar-benar mengalah kepadaku,
aku malah mau bilang aku telah berbelas kasihan kepadanya.
Kalau tidak sekali pukul tadi aku sudah bisa membunuhnya.
Hehe, Ih-cecu jikalau kau tidak terima boleh silahkan turun
gelanggang, mari bertanding melawan."
"Baik aku memang ingin mengukur kemampuan," jengek Ih
Ti-bin. "Baik, aku tidak peduli akan tata tertib pertandingan, mati
atau hidup adalah jamak di medan laga." "Wut" kontan dia
menjotos lebih dulu.
Ong Goan-tin ingin bicara tidak keburu lagi.
Mengikuti arus angin pukulan lawan Ih Ti-bin berkelit ke
pinggir. Lamkiong King menjengek kaki melompat ke atas,
kedua tangan merangsek bersama telapak tangan kiri
mengepruk batok kepala, jari-jari tangan kanan mencengkram
tulang pundak, Ih Ti-bin gunakan gerakan tubuh Hong-biauloh-
hoa, tampak pakaiannya melambai-lambai kembali dia
meluputkan diri dari serangan lawan. Beberapa teman Ih Tibin
terdengar berteriak: "Ih-cecu, hayo balas, dia
menghendaki nyawamu, kenapa kau sungkan terhadapnya?"
Tam Pa-kun menghela napas lega, katanya kepada Ong
Goan-tin. "Kelincahan dapat menundukan tenaga, Ih-cecu
1495 tidak akan kalah. Keparat itu memang liar dan buas biar nanti
dia mendapat ganjaran setimpal."
Sebetulnya Ong Goan-tin mau menyerukan pula tata tertib
pertandingan supaya ditaati, namun setelah melihat Hou Pong
terluka parah hatinya agak marah, apalagi setelah dibujuk
Tam Pa-kun, akhirnya dia berpikir: "Benar mereka memang
perlu dihajar biar kapok," maka dia bungkam dan duduk
kembali. Dalam pada itu Lamkiong King beruntun telah melancarkan
tiga jurus, kaki menginjak Hong-bun (berhadapan muka
dengan lawan) tinjunya menjotos pula ke rusuk kiri Ih Ti-bin.
Jurus ini dinamakan
Hing-sin-bak-hou (melintang badan memukul harimau),
gaya jotosannya teramat kuat dan ganas; namun pada detikdetik
yang gawat selalu dapat dihindarkan oleh Ih Ti-bin. Baru
sekarang dia buka suara, bentaknya: "Nah, tadi kau sudah
bertanding satu babak, maka aku mengalah tiga jurus, jangan
nanti kau anggap aku memungut keuntungan. Hati-hati
serangan balasan," pelan dia mengeluarkan sebatang kipas
lempit, begitu jotosan lawan mendera tiba, kipasnya terbuka
terus dikebas ke samping, gaya permainan ternyata mengikuti
ajaran pedang dan golok, ujung kipasnya yang tajam mengiris
ke jari-jari tangan Lamkiong King.
Kelihatannya kipas lempitnya itu hitam gelap mengkilap,
merupakan senjata luar biasa yang jarang terlihat, namanya
kipas lempit besi tetapi tulang kerangkanya terbuat dari baja
murni, ujung kipasnya yang runcing ternyata kemilau setajam
pisau. Cun-ih Thong memuji: "Bagus," katanya: "Sudah sering
kudengar kipas lempit menutuk Hiat-to yang diyakinkan Ihcecu
merupakan ilmu tunggal di Bulim. Kipas besinya ini dapat
pula digunakan sebagai Ngo-hing-kiam, jurus permainannya
rumit dan beraneka ragam, beruntung hari ini dapat
menyaksikan, ternyata memang tidak bernama kosong,"
1496 kedengarannya dia memuji Ih Ti-bin, yang benar tujuannya
memberi peringatan kepada Lamkiong King bahwa ilmu kipas
lawan cukup liehay supaya dia hati-hati.
Sayang peringatannya terlambat. Sengaja Ih Ti-bin
memancing lawan dengan suatu gerak pancingan, di kala
Lamkiong King menubruk seperti harimau kelaparan
menerkam mangsanya, dengan gerak kecepatan kipasnya
telah menutuk Jian-kin-hiat. Menyusul dengan Hun-kin-johkut-
hoat, dia tebas putus ke sepuluh tulang-tulang jari
Lamkiong King serta memelintir tulang lengan kirinya hingga
keseleo. Tulang-tulang jari tangan remuk sakitnya bukan kepalang,
ditambah lagi tulang lengan keseleo di atas pundak, karuan
sakitnya bukan kepalang. Lamkiong King meraung sekeraskerasnya,
orang segede itu ternyata tidak tahan sakit, kontan
dia jatuh semaput.
Ih Ti-bin berkata dingin: "Maaf Lamkiong King hendak
membunuhku, terpaksa aku melukainya. Sugong-thocu, yakin
kau tidak menyalahkan aku."
Tulang lengan Hou Pong bary saja disambung, luka-lukanya
habis dibalut, saking senang dia tertawa gelak dengan
meringis kesakitan "Pembalasan kontan yang tidak tanggungtanggung.
Ih-toako, banyak terima kasih, kau telah
melampiaskan penasaranku."
Orang kedua pihak membawa para korban ke ruang
belakang untuk istirahat, pertandingan tetap berlangsung.
Beberapa babak selanjutnya masing-masing pihak ada kalah
ada menang tapi jumlah total pihak Tan Ciok-sing masih
unggul satu babak.
Tang-hay-liong-ong sedang putar otak untuk memilih
jagonya, tiba-tiba dilihatnya seorang pemuda dalam
rombongannya menampilkan diri, pemuda yang memberi
minyak rambutnya dengan wewangian dan memupur muka
1497 pula. Walau bukan calon pilihan yang diharapkan, namun
Tang-hay-liong-ong berpikir: "Biarlah dia keluar sekedar
membuat kegaduhan juga baik."
Pemuda perlente yang pakai wewangian ini bernama Liu
Yau-hong, ayahnya Liu Pek-cong adalah seorang ahli pedang,
selama hidupnya menekuni pelajaran ilmu pedang, jarang dia
mencampuri urusan Kangouw, namun di kalangan Kangouw
dia punya nama yang disegani.
Lain bapak lain anak, putranya yang satu ini justru sering
membuat onar diluar, pemuda yang suka berpelesiran dan
suka berfoya-foya, konon beberapa peristiwa perkosaan yang
menggemparkan adalah perbuatannya, namun karena tidak
tertangkap basah dia tetap mungkir.
Liu Yau-hong bukan anak buah Tang-hay-liong-ong, hanya
karena suatu hubungan tidak langsung, orang pihaknya
berhasil menariknya untuk membuat ramai-ramai disini, jadi
secara formil dia bukan "orang sendiri" dari pihak Tang-hayliong-
ong. Bahwasanya Tang-hay-liong-ong juga tidak
menduga bahwa dia berani dan mau menampilkan dirinya.
Justru karena dia bukan orang sendiri mumpung juga bagi
Tang-hay-liong-ong untuk melonggarkan situasi yang tidak
menguntungkan pihaknya. Ilmu pedang Liu Yau-hong
memperoleh didikan langsung ayahnya, jelek-jelek dia
keturunan dari seorang ahli pedang yang ternama. Tang-hayliong-
ong pikir pihak lawan tidak sedikit Bu-lim-cianpwe,
sedikit banyak pasti memberi muka, umpama akan memberi
hukuman setimpal pasti juga diperhitungkan dan tidak di saatsaat
seperti ini. Apalagi dengan bekal ilmu silatnya, bila lawan
jago kosen kelas wahid dia menaruh harapan untuk menambal
kekalahannya. Setelah tampil di arena, Liu Yau-hong berkata ke arah Tan
Ciok-sing dan In San. "Aku kagum akan ilmu pedang Tansiauhiap.
Cayhe tidak becus, namun pernah juga belajar
1498 pedang selama dua puluh tahun, melihat ahli sejenis tanganku
jadi gatal..."
Belum habis dia omong Kek Lam-wi sudah menuding dan
mendamprat: "Tampangmu ini juga setimpal bertanding
dengan Tan-siauhiap, apa tidak bikin kotor pedang
pusakanya?"
Numpang ketenaran ayahnya, meski Liu Yau-hong tidak
setimpal berhubungan dengan kaum pendekar, namun setiap
kehadirannya dimanapun, tidak sedikit orang yang bermukamuka
di depannya, ketambah bekal ilmu pedangnya memang
cukup liehay, sehingga menjadi kebiasaannya bersikap
jumawa. Kali ini diluar dugaan dia tidak marah meski dimaki
Kek Lam-wi, malah dia tertawa dingin dan berkata lebih lanjut.
"Aku belum bicara habis, Kek-jithiap, tolong kau bersabar
sebentar."
"Kau memang benar, Tan-siauhiap adalah calon Bu-limbeng-
cu, sebetulnya aku ingin mohon pengajaran pedangnya,
namun aku juga tahu belum tiba saatnya dia turun
gelanggang. Tapi aku ini sudah terlanjur masuk gelanggang,
bila Tan-siauhiap tidak mau melayaniku, aku jadi rikuh kembali
ke rombongan," sampai disini dia berpaling kearah In San,
sambungnya; "Gabungan sepasang ilmu pedang In Lihiap dan
Tansiauhiap terkenal di kolong langit, ilmu pedangnya tentu
juga amat tinggi. Maaf bila aku memberanikan diri, entah
sudikah In Lihiap memberi petunjuk beberapa jurus
kepadaku?"-ternyata dia kepincut keayuan In San, karena
kesengsem sampai lupa daratan, meski tahu bukan tandingan
orang dia nekat juga menampilkan diri. Jadi bukan ingin
membantu pihak Tang-hay-liong-ong, tapi dia ingin pamer
kepandaian, syukur karena bertanding kali ini, dia bisa
berkenalan dengan In San. Dalam pertandingan silat, biasanya
tidak ada aturan harus menantang seseorang, tapi bila ada
juga orang yang menantang seseorang, jarang ada orang
yang ditantang tidak berani melawannya.
1499 Berdiri alis In San, baru hendak berdiri, seorang lain tibatiba
mendahului berdiri. Orang inipun seorang galis belia, dia
bukan lain adalah salah satu dari Pat-sian, Toh So-so yang
berusia paling muda. Toh So-so menjengek dingin: "Kau ingin
bertanding pedang, aku juga gatal tanganku, mari biar kuiringi
kau beberapa jurus."
Liu Yan-hong melirik dengan sikap tengik, melihat Toh Soso
berwajah cantik pula, senang hatinya, segera dia tertawa
cengar cengir, katanya: "Terima kasih akan kemurahan hati
Toh Lihiap sudi mengiringi pertandingan ini lega hatiku."
Kuatir Toh So-so tidak tahu asal-usul orang sengaja Ong
Goan-tin bertanya kepada Liu Yau-hong: "Liu-heng, pedang
yang kau gunakan itu bukankah Thian-liong-pokiam milik
ayahmu itu."
Thian-liong-kiam adalah salah satu pedang yang terkenal di
Kangouw. Liu Pek-cong ayah Liu Yau-hong memang memiliki
ilmu yang luar biasa, tapi tanpa membekal Thian-liong-pokiam
namanya tidak akan setenar itu.
Dengan tertawa Liu Yau-hong berkata: "Betul. Dalam
pertandingan ini siapapun tidak dilarang menggunakan gaman
apapun bukan?"
In San berkata: "Toh-cici, pakailah pedangku," pedang In
San adalah Ceng-bing-kiam warisan isteri Thio Tan-hong, In
Lui. Ceng-bing-kiam jelas masih lebih unggul dibanding Thianliong-
kiam. Toh So-so berkata: "Tidak usah. Bila aku kalahkan dia
dengan pedang Thio Tayhiap, mungkin dia tidak akan
menyerah lahir batin."
Liu Yau-hong tertawa lebar, katanya: "Kalian tidak usah
kuatir, aku hanya berlatih pedang dengan Toh Lihiap, cukup
asal sentuh saja, terserah dia mau pakai pokiam atau pedang
biasa, aku tidak akan memanfaatkan pokiamku ini untuk
mengalahkan dia."
1500 "Sret" Toh So-so mencabut pedangnya, bentaknya:
"Jangan cerewet, awas pedangku ini tidak punya mata."
Sikap Liu Yau-hong tetap tak acuh, katanya menyengir:
"Toh Lihiap, boleh kau pamer seluruh kemampuanmu.
Pepatah bilang dapat mati di bawah kembang, jadi setan juga
tidak penasaran. Bila aku terluka oleh pedangmu, matipun aku
rela." Meski tahu lawan salah satu dari Pat-sian, ilmu pedangnya
jelas bukan kelas sembarangan. Tapi mengingat usia Toh Soso
lebih muda, cetek pengalaman, perempuan lagi, tenaga
jelas dirinya lebih unggul. Apalagi Toh So-so tidak mau pakai
pedang mustika, dalam hal senjata dia lebih unggul, maka
pertandingan ini dia yakin pasti berada di pihak pemenang.
Sudah tentu Toh So-so sebal mendengar ocehannya,
bentaknya dengan tawa dingin: "Baik memang omonganmu ini
yang kutunggu. Lihat pedang."


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dimana pedang berkelebat dengan jurus Liong-li-joan-ciam,
"Sret" pedangnya menusuk pundak kiri Liu Yau-hong.
Kelihatan serangan ini hanya gertakan namun kenyataan bisa
dirobah jadi sungguhan atau sebaliknya pula, disinilah letak
inti sari dari Ya-li-kiam-hoat yang diyakinkan.
Hanya segebrak tapi Liu Yauhong sudah tahu akan
keliehayan serangan pedang ini, dengan tergesa-gesa dia
memuji "bagus", namun tubuhnya tidak bergeming, bila ujung
pedangnya sudah hampir menusuk pundak, baru dia memutar
pergelangan tangan membalas dengan jurus Kim-beng-jan-ci,
pedangnya terayun keluar.
Jurus serangan ini memang diperhitungkan pada waktu
yang tepat. Tidak sedikit di antara hadirin adalah ahli-ahli ilmu
pedang, meski mereka memandang rendah martabatnya,
melihat dia mampu bersilat dengan ilmu pedang sebagus itu
mau tidak mau mereka berseru memuji.
1501 Namun meski ilmu pedang yang dilancarkan ini termasuk
tingkat kelas atas, kalau senjatanya bukan mustika dia tidak
akan seberani itu menahan pedang lawan dengan tekanan
melintang, apalagi pedangnya lebih panjang, menurut teori
pedang dalam serang menyerang seperti itu, jelas pedang Toh
So-so takkan luput saling bentur dengan pedang mustika
lawan. Hadirin berkuatir bagi Toh So-so, maklum Thian-liong-kiam
adalah pedang tajam luar biasa, mengiris besi seperti
merajang sayur, Toh So-so menggunakan Ceng-kong-kiam
biasa, mana kuat melawannya" Bila pedangnya putus, berarti
dia di pihak yang kalah.
Tak nyana dalam detik-detik yang menentukan itu, situasi
justru berobah, pelayanan gerak pedang Toh So-so justru
tidak seperti yang diduga lawan, juga diluar dugaan hadirin.
Terdengar Toh So-so menjengek dingin, katanya: "Pedangmu
memang tajam, memangnya kau bisa apa terhadapku?"
sembari tawa dingin mendadak tubuhnya berputar secara
gemulai, begitu cepat sehingga orang-orang tidak melihat
jelas. Tahu-tahu pedangnya itu telah putar balik satu lingkar
dengan jurus Ceng-hun-ka-kan menusuk ke arah Liu Yauhong.
Ujung pedang mengincar tempat yang tidak terduga
oleh Liu Yau-hong.
Tidak malu Liu Yau-hong jadi putra seorang ahli silat
kenamaan. Kungfunya sudah mendapat warisan ayahnya,
permainan ilmu pedangnya nyata memang liehay juga. Di kala
situasi berobah sehingga dirinya terdesak ini sikapnya tetap
tenang-tenang saja, mendadak dia gunakan Hong-tiam-thau,
berbareng pedangnya melintang balik pula sehingga
gerakannya berobah Heng-ka-kim-liang, secara tepat dalam
saat-saat kritis itu dia tekan dan punahkan serangan pedang
Toh So-so. Gerakan indah tepat waktunya, jelas pedang Toh
So-so bakal membenturnya pula. Tapi gerakan cepat itu masih
diungguli kecepatan Toh So-so pula, permainan pedangnya
1502 ternyata lebih menakjubkan lagi, hadirin dibikin kabur
pandangannva oleh kelincahan tubuhnya. Heng-ka-kim-liang
yang dilancarkan Liu Yau-hong bukan saja tidak berhasil
membentur pedang lawan, malah tiga kali bacokan saling
susul yang dilancarkan selanjutnya juga tidak mampu
menyentuh ujung baju lawan.
Tampak Toh So-so menggoyang pundak, pakaian berkibar,
selincah kecapung menutul air, atau kupu-kupu menari di
pucuk bunga, dimana pedangnya berkelebat, dengan jurus
Ciok-li-toh-so, disusul Kim-ke-toh-siok, satu jurus dua gerakan,
membabat pinggang menjojoh rusuk, karena serangan
mengenai tempat kosong, meski menggunakan pedang
mustika, sia-sia belaka usaha Liu Yau-hong, malah dirinya
terdesak mundur beberapa langkah. Gebrakan ini terjadi
dalam waktu singkat, kelihatan kedua orang seperti ayam jago
yang disabung di tengah arena, belum lagi hadirin melihat
jelas jalannya pertempuran, mendadak didengarnya Toh So-so
menghardik: "Lepas pedang." Dimana sinar pedang
berkelebat, kontan Liu Yau-hong menjerit kesakitan, bukan
saja pedang mustika jatuh berkerontang, orangnya juga
tersungkur di atas lantai.
Karuan Ong Goan-tin amat kaget, teriaknya: "Toh Lihiap,
beri ampun padanya, jangan..." maksudnya supaya Toh So-so
tidak membunuh Liu Yau-hong, namun dilihatnya Liu Yauhong
sudah roboh, maka perkataannya ditelannya lagi.
Dalam hati diam-diam Ong Goan-tin mengeluh. Maklum
perbuatan Liu Yau-hong memang brutal, cabul dan sudah
rusak martabatnya, namun ayahnya adalah seorang jago silat
yang punya nama harum, dengan Ong Goan-tin juga kenal
baik. Di kala dirinya merayakan ulang tahun, putra kenalannya
mati di markasnya, jelas dia tidak akan terima dan pasti akan
membuat perhitungan kepadanya.
Toh So-so tahu maksud Ong Goan-tin, katanya tertawa:
"Ong-cecu tidak usah kuatir, keparat ini masih hidup," habis
1503 bicara dia angkat sebelah kakinya menendang tubuh Liu Yauhong
sehingga terbalik celentang. Kontan Liu Yau-hong
menjerit pula. Kini hadirin melihat jelas, selebar mukanya
ternyata berlepotan darah, wajah yang semula ganteng putih
dan sering dipupuri itu, kini sudah penuh goresan pedang
yang malang melintang, itulah hasil karya Toh So-so.
Dalam sejurus ternyata dia mampu menggores luka malang
melintang sebanyak itu di muka Liu Yau-hong, hadirin tiada
yang melihat jelas betapa cepat gerakan pedangnya, sungguh
amat mengejutkan. Kaum pendekar sama bersorak dan
memuji, sebaliknya orang-orang pihak Tang-hay-liong-ong
sama pucat dan saling pandang tak bersuara.
Setelah menendang Liu Yau-hong, Toh So-so berkata
dingin: "Bukankah tadi kau bilang rela mati di bawah
pedangku" Menilai perbuatan kotormu selama ini, sepantasnya
aku membunuhmu, namun kupandang muka Ong-locecu, hari
ini adalah ulang tahunnya, dalam suasana gembira tidak
pantas membunuh orang maka nonamu mengampuni jiwamu,
hayo enyah, memangnya ingin kutendang pula."
Liu Yau-hong keras kepala, saking kesakitan dia siuman
dari pingsannya, pelan-pelan dia meronta bangun
sempoyongan, katanya gemetaran: "Toh So-so, kau, kau
memang kejam, akan kuingat hadiahmu hari ini... selama
hayat masih dikandung badan aku..." sampai disini dia tidak
kuat melanjutkan perkataannya lagi. Tapi siapapun tahu apa
maksud perkataannya, yaitu bersumpah akan menuntut balas
sakit hati hari ini.
Toh So-so tertawa dingin, "Boleh, kau mau menuntut balas,
kapan saja kutunggu."
Dua orangnya Tang-hay-liong-ong keluar menggotong Liu
Yau-hong mengundurkan diri.
Tang-hay-liong-ong segera berdiri. Gerak-geriknya menarik
perhatian seluruh hadirin.
1504 Toh So-so tertawa menyeringai, katanya: "Sugong-thocu
apakah kau ingin menuntut balas sakit hati orang she Liu?"
Tawar suara Tang-hay-liong-ong. "Tinju dan senjata tajam
tidak bermata, salahnya sendiri tidak becus belajar silat, Toh
Lihiap tidak boleh disalahkan. Mati hidup di medan laga sudah
menjadi suratan takdir, apalagi gugur dalam pertandingan
seperti ini, tidak usah bicara soal balas dendam segala. Toh
Lihiap, silahkan kau mundur saja, Sugong Go tidak sudi
bergebrak dengan seorang angkatan muda."
Toh So-so tahu kepandaiannya terlalu jauh dibanding
lawan, maka dia berkata: "Baiklah, agaknya Sugong-thocu
tidak ingin cari perkara dengan aku, maaf bila perkataanku
tadi salah," segera dia mengundurkan diri.
"Sugong-thocu," kata Ong Goan-tin, "bagaimana
selanjutnya?"
Kaku tidak menunjukan perasaan hatinya, pelan-pelan
Tang-hay-liong-ong menoleh kesana dan berkata dengan
lantang kepada Tan Ciok-sing dan In San. "Hadirin sudah
setuju untuk memilih seorang Bu-lim-beng-cu, tujuannya
supaya ada seorang pemimpin sehingga kekuatan kita terpadu
dan sehaluan. Tak nyana terjadilah pertandingan babak demi
babak untuk memperebutkan Bengcu itu. Beberapa babak
pertandingan telah terjadi kericuhan, kejadian jadi
menyeleweng dari tujuan semula, bukankah demikian Tansiauhiap?"
"Betul," sahut Tan Ciok-sing, "lalu bagaimana
penyelesaiannya, harap Sugong-thocu memberi saran."
"Menurut pendapatku, lebih baik kita saja yang mengakhiri
babak terakhir ini, siapa menang atau kalah, mati hidup
biarlah ditentukan dalam babak terakhir ini supaya banjir
darah tidak berlarut-larut."
1505 Cun-ih Thong bertepuk tangan lebih dulu, serunya: "Betul,
jumlah orang kedua pihak cukup banyak, bila pertandingan
tidak habis-habis, entah kapan baru akan berakhir" Biarlah
dua calon Bengcu menentukan pertandingan babak terakhir ini
saja." "Sugong-thocu," seru Ong Goan-tin, "sebagai seorang
tokoh yang sudah ternama di Kangouw, walau Tan-siauhiap
kini juga telah menggetarkan dunia, paling juga baru dua
tahun." "Nanti dulu, aku belum habis bicara," tukas Tang-hay-liongong
terbahak-bahak, "memang benar pendapat Ong-cecu, aku
tahu Tan-siauhiap berkepandaian tinggi, betapapun dia masih
muda dari aku, aku sendiri juga tidak ingin ditertawakan kaum
persilatan sedunia..." sampai disini sengaja dia merandek.
Hadirin bingung, dia yang menantang tapi bilang tidak mau
menindas yang muda, memangnya apa maksudnya?"
Pelan-pelan Tang-hay-liong-ong melanjutkan. "Maksudku
aku ingin menjajal gabungan sepasang pedang Tan-siauhiap
dengan In Lihiap. Dengan cara ini yakin hadirin tidak akan
katakan aku yang tua ini menindas yang muda bukan?"
Cun-ih Thong tiba-tiba bertanya: "Gabungan sepasang
pedang Tan-siauhiap dan In Lihiap tiada bandingan di dunia,
bukankah tadi Han-heng yang berkata demikian."
Han King-hong orang kasar, tanpa pikir segera dia
menjawab: "Banyak kawan-kawan Kangouw semua bilang
demikian, memangnya kenapa?"
Cun-ih Thong ngakak, katanya: "Tidak apa-apa aku merasa
bersyukur hari ini bakal memperoleh kesempatan melihat saja.
Hehe, apa benar pujian tadi sebentar juga akan terang dan
terbukti. Tapi kalau sudah tersiar luas di Kangouw bila
gabungan sepasang pedang mereka menempur Sugong-thocu
tidak bisa dikatakan yang tua menekan yang muda lagi. Betul
tidak?" 1506 Baru sekarang hadirin maklum, sengaja dia putar kayun
dengan ocehan panjang lebar, tujuan tidak lain bantu menarik
keuntungan pihak Tang-hay-liong-ong.
Berkerut alis Tan Ciok-sing, hampir meledak amarahnya,
namun dia dibujuk oleh Tam Pa-kun. "Ucapan Cun-ih Thong
memang benar, bertanding cara begitu memang tiada yang
mengambil keuntungan. Kalian bergabung melawan musuh
dijumlah usia kalian juga masih muda lawan. Maka menurut
pendapatku, pertandingan ini cukup adil." .
Maksud Tan Ciok-sing adalah tidak mau memungut
keuntungan ini, tapi setelah dipikir lagi sekarang bukan
saatnya adu mulut dan bertengkar, maka dia tidak banyak
bicara. . Tapi In San malah berkata: "Siang-kiam-hap-pik sudah
merupakan kebiasaan, menghadapi satu lawan kami berdua,
menghadapi sepuluh lawan, kami tetap berdua. Bila Cun-ih
Siansing anggap kita mengambil keuntungan boleh silahkan
Cun-ih Siansing maju bersama Sugong-thocu."
Cun-ih Thong cengar-cengir katanya: "In Lihiap, kenapa
kaupun menyeret diriku."
Tang-hay-liong-ong menarik muka katanya: "Jangan
cerewet. Hadirin sudah akur bahwa pertandingan ini cukup
adil, marilah segera kita mulai. Tapi perlu aku bicara di
depan." Lekas Cun-ih Thong menjilat pantat pula. "Betul peduli
apapun akhir pertandingan ini akibatnya harus dibicarakan
lebih dulu."
Perlahan Tang-hay-liong-ong berkata: "Kalau aku yang
beruntung menang dalam pertandingan ini, kalian
bagaimana?"
"Sudah tentu terserah kepadamu, hukuman apa terserah."
1507 Tang-hay-liong-ong geleng-geleng, katanya: "Aku tidak
punya maksud menyakiti kalian."
Tam Pa-kun tiba-tiba berdiri, katanya lantang. "Bahwa
pertandingan ini menentukan kalah menang bila Sugong-thocu
dapat mengalahkan mereka berarti pertandingan memilih
Bengcu inipun berakhir. Selanjutnya Sugong-thocu adalah
Bengcu kita."
"Kalau kami kalah boleh terserah Sugong-thocu
menjatuhkan vonisnya..."
"Sugong-thocu barusan bilang tidak akan menyakitkan
kalian," tukas Cun-ih Thong.
Tan Ciok-sing tidak hiraukan ocehannya, katanya lebih
lanjut: "Sekarang kita nyatakan pula bila kami yang kalah,
umpama Sugong-thocu tidak sudi menjatuhkan vonisnya.
Kami sudah berkeputusan untuk memunahkan ilmu silat
sendiri tapi kami tidak akan mendukungnya menjadi Bengcu."
Cun-ih Thong mengerutkan kening, katanya: "Lho, apa
tidak mencari gara-gara?"
"Kami lebih suka memunahkan ilmu silat sendiri dan tidak
sudi mendukungnya adalah urusan pribadi kami, tiada sangkut
pautnya dengan orang lain." Ciok-sing mempertegas.
Tujuan Tang-hay-liong-ong adalah menjadi Bengcu, dia
tidak peduli apakah mereka berdua mau atau tidak
mendukung dirinya, bila mereka memunahkan ilmu silat
sendiri juga kebetulan malah bagi dirinya. Maka dia tertawa,
katanya: "Urusan sebetulnya tidak sefatal itu. Tapi setiap
manusia punya keinginan sendiri-sendiri, bila Tan-siauhiap
sudah berkeputusan demikian, ya boleh terserahlah."
Tan Ciok-sing bertanya: "Tapi bila kami yang beruntung
dan kau yang kalah, bagaimana?"
Tang-hay-liong-ong tertawa lebar, katanya: "Kalau aku
kalah, jelas malu bercokol di dunia persilatan. Tan-siauhiap


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1508 apapun keputusannmu aku akan meniru janjimu," jadi
pertandingan ini bukan melulu memperebutkan Bengcu, malah
pihak mana yang kalah dia harus memunahkan ilmu silat
sendiri." Ong Goan-tin kaget, dia menoleh ke arah Tam Pa-kun,
agaknya dia kuatir bila gabungan sepasang pedang Tan Cioksing
dan In San bukan tandingan Tang-hay-liong-ong. Tam
Pa-kun tahu kekuatirannya, dia hanya memberi senyum simpul
tanpa bersuara. Tapi dari sorot mata dan rona mukanya, Ong
Goan-tin tahu bahwa Tam Pa-kun yakin gabungan sepasang
pedang Tan dan In pasti akan menang, maka lega juga hati
Ong Goan-tin. Tan Ciok-sing dan In San sudah berdiri jajar di tengah
gelanggang, pedang masing-masing sudah terlolos. Pedang
mereka adalah warisan pedang Thio Tan-hong, begitu keluar
sarungnya pedang pusaka itu memancarkan cahaya terang
gemerlap menyilaukan mata.
Dengan lagak jumawa pelan-pelan Tang hay-liong-ong
bersuara: "Bawa kemari senjataku."
Sebagian besar yang hadir hanya tahu bahwa Kungfu
Tang-hay-liong-ong amat tinggi, namun gaman apa yang dia
gunakan tiada satupun yang tahu, maka perhatian hadirin
ditujukan kepadanya,mereka ingin tahu apakah senjatanya
mampu menandingi sepasang pedang pusaka Tan Ciok-sing
dan In San yang sudah terkenal sejak puluhan tahun.
Tampak empat laki-laki memanggul keluar sepasang
tombak mengkilap gelap, dikata tombak juga bukan tombak,
tidak mirip ruyung atau trisula, namun ujungnya berbentuk
tombak, di sisi kiri kanan terdapat lekuk bulan sabit yang
tajam dan runcing, lebih bawah lagi merupakan pedang
sampai di gagang ada besi melengkung sebagai pelindung
jari-jari tangan. Ada yang tahu bahwa gaman ini dinamakan
Ban-ci-toh, senjata dari garis luar gaman yang jarang
1509 digunakan oleh insan persilatan, namun kasiat senjata ini
dapat digunakan merampas senjata lawan.
Dalam hati Ong Goan-tin berpikir: "Ban-ci-toh memang
dapat merampas pedang, tapi menghadapi pedang pusaka
peninggalan Thio Tan-hong, yakin tidak akan mampu berbuat
banyak." Ban-ci-toh panjang seluruhnya ada tujuh kaki, besarnya
kira-kira sama dengan gagang tumbak umumnya, tapi dua
lelaki yang memanggul sebatang kelihatan keberatan,
sungguh hadirin sama heran dan kaget. "Betulkah Ban-ci-toh
ini berbobot seberat itu?"
Han King-hong menjadi sebal, kontan dia mengolok: "Ah,
pura-pura belaka, memangnya siapa yang takut digertak."
Tengah bicara, dilihatnya ke empat lelaki itu sudah
melemparkan Ban-ci-toh itu ke arah Tang-hay-liong-ong.
Entah mereka mendengar olok-olok Han King-hong, yang
terang salah satu dari Ban-ci-toh itu ternyata meleset ke
depan Han King-hong.
Lekas Han King-hong lolos golok besar yang berpunggung
tebal terus membacok, "Traaang" kembang api berpijar, golok
besar tak kuat lagi dipegang, jatuh berkerontang bersama
tubuhnya yang kekar.
Lekas teman-teman memapahnya bangun, tampak darah
meleleh dari ujung mulutnya, untung tidak terluka dalam,
namun golok punggung tebalnya itu patah jadi dua. Setelah
membentur patah golok besar Han King-hong, Ban-ci-toh itu
masih meleset ke depan ke arah majikannya. Dengan enteng
Tang-hay-liong-ong gerakan kedua tangan meraih kedua
gamannya, berdiri santai seperti tidak terjadi apa-apa.
Han King-hong terkenal sebagai jagoan yang punya tenaga
raksasa, golok tebalnya itu berat 64 kali ternyata tidak kuat
menghadapi benturan Ban-ci-toh, golok patah pemiliknya juga
terjungkal meski tidak terluka parah, tapi hadirin sama kaget.
1510 Tapi Han King-hong sendiri memang berjiwa polos dan
jujur, meski dia terbentur jatuh oleh gaman Tang-hay-liongong,
diam-diam dia kagum malah terhadap berat gaman
orang, sambil merangkak tapi mulutnya menggumam: "Kukira
dia hanya pura-pura saja, ternyata memang berat sekali, tak
heran dua orang memikulnya dengan payah. Aneh, gaman
terbuat dari logam apakah, hanya sebatang senjata macam
tombak, aku ternyata tidak kuat menyambutnya."
Cun-ih Thong ingin pamer kepintarannya di samping ingin
menunjukkan bahwa dirinya punya hubungan intim dengan
Tang-hay-liong-ong, dari samping segera dia mengoceh pula
sambil membusung dada: "Sepasang Ban-ci-toh milik Sugongthocu
ini memang bukan sembarangan senjata, pada setiap
pertempuran jarang dipakai. Maka maklum bila kaum
persilatan jarang yang tahu asal-usul senjatanya. Perlu
diketahui bahwa sepasang gaman Sugong-thocu ini dibuat dari
Hian-tiat (besi murni). Apa itu Hian-tiat" Dalam bentuk dan
besar yang sama bobot Hian-tiat sepuluh kali lipat dari besi
biasa" Sejak melihat Tan dan In mengeluarkan sepasang pedang
pusaka, timbul harapan orangorang gagah, namun setelah
tahu gaman Tang-hay-liong-ong ternyata terbikin dari Hiantiat,
goyah pula keyakinan mereka. Apakah Hian-tiat itu
hadirin banyak yang belum pernah lihat, tapi banyak juga
yang tahu bahwa Hian-tiat itu merupakan sari gabungan dari
lima unsur logam, konon hanya di puncak Sing-siok-hay di
Kun-lun-san baru kedapatan ada Hian-tiat namun Hian-tiat itu
sendiri juga sukar ditemukan disana. Apakah pedang mustika
Tan dan In mampu melawan senjata yang terbuat dari Hiantiat"
Tampak dengan menggenggam kencang senjatanya Tanhay-
liong-ong sudah berdiri tegak di tengah arena, katanya
kepada Tan dan In. "Aku lebih tua, di hadapan sekian banyak
orang-orang gagah, aku pantang memungut keuntungan dari
1511 kalian. Tidak lekas kalian turun tangan, masih tunggu apa
lagi?" sikap jumawa nadanya mengejek.
In San berdarah panas, tanpa bicara segera dia gerakan
Ceng-bing-kiam, sinar pedang gemerlap ujung pedangnya
langsung menusuk ke ulu hati di dada kiri Tang-hay-liong-ong.
Dalam keluarga persilatan ada sebuah pameo. "Golok
menempuh jalan putih, pedang jalan hitam" maksudnya
bahwa pedang kebanyakan dimulai dari sebelah kiri, jarang
membuka serangan dari tengah. Begitu turun tangan In San
langsung menusuk dada, meski bukan bermaksud
merendahkan lawan, namun didalam kebiasaan adu kekuatan
di Bu-lim, sikapnya ini sudah dianggap kurang hormat
terhadap seorang Cianpwe.
Karuan Tang-hay-liong-ong naik pitam, bentaknya: "Biar
budak kecil macammu ini tahu keliehayanku," serempak dia
mengembangkan kedua lengan atasnya kesamping, "Trak"
sepasang gamannya serempak menjepit ke kedua kuping In
San. Jurus ini dinamakan Siang-hong-koan-hi (sepasang angin
mengunci telinga). Melihat kedua pihak mulai pertempuran
dengan serangan keji yang mematikan, tak urung hadirin
sama menjerit kaget. Maklum bobot senjata lawan seberat itu,
bila kepala In San tergencet sungguhan, kepalanya pasti
remuk dan gepeng. Tujuan Tang-hay-liong-ong hendak
membendung gerakan In San didalam jangkauan sepasang
gamannya, tak nyana In San memiliki gerak tubuh lincah,
belum lagi sepasang senjata lawan menggencet tiba dengan
langkah Lou-kik-hou-pou dia berkisar ke samping kanan Tanghay-
liong-ong. Cepat sekali Pek-hong-kiam Tan Ciok-sing juga
sudah bergerak laksana lembayung perak terjun ke tengah
pertempuran. Jurus ini dinamakan Sin-liongjip-hay (naga sakti masuk
laut), kelihatannya amat keji dan berbahaya, namun tujuannya
untuk mematahkan serangan Tang-hay-liong-ong yang
mematikan sekaligus membantu In San untuk melontarkan
1512 serangan mematikan selanjutnya. Dimana ujang pedang
bergetar, tiba-tiba timbul tiga ceplok kuntum sinar pedang,
hanya dalam jangka kilatan dalam satu jurus dia telah
menyerang tiga Hiat-to mematikan tubuh Tang-hay-liong-ong,
serangan ganas yang memaksa lawan menyelamatkan diri
lebih dulu. Betapa tinggi ilmu silat Tang-hay-liong-ong, tak
urung bercekat juga hatinya. "Thio Tan-hong memang
seorang maha guru silat besar, Siang-kiam-hap-pik yang
diwariskan sepasang muda mudi ini memang luar biasa. Aku
tak boleh memandang enteng mereka."
Begitu mundur cepat sekali In San sudah merangsak pula.
Ceng-bing-kiam bergerak dengan jurus Hian-niau-hoat-sa,
secara membalik menyontek lengan kiri musuh, lekas Tanghay-
liong-ong memperbesar lingkaran gerak senjatanya, Tan
Ciok-sing bergerak mengikuti permainan pedangnya, sebat
sekali dia melayang keluar dari lingkaran benturan sepasang
gaman lawan tadi secara enteng. Malah di antara maju dan
mundui itu, secepat kilat dia tambahi pula dua jurus serangan,
Tang-hay-liong-ong dipaksa berlaku hati-haati sehingga tidak
berani menyerang In San dengan segala tenaganya. Maklum
Lwekang In San memang lebih rendah, walau dirinya tidak
kebentur gaman lawan namun ketindih tekanan angin keras,
tak urung dia merasa sesak napasnya.
Tang-hay-liong-ong tahu titik kelemahan berada di gadis
yang satu ini, mendadak dia menghardik sekali, gaman kiri
menyontek ke atas mematahkan serangan pedang Tan Cioksing,
berbareng gaman kanan disapukan miring agak rendah
menyerampang bagian bawah In San. Mendadak In San
menjejak lantai tubuhnya melejit tinggi, "Srct" berbareng
pedangnya menusuk dari posisi yang tidak terduga, lekas
Tang-hay-liong-ong memutar miring Ban-ci-toh, lalu
mendadak didorong ke depan serta ditekan pula ke bawah,
agaknya dia nekad biar dirinya tertusuk pedang In San, lawan
juga pasti terluka oleh senjatanya. Kebentur deru angin
senjata lawan saja pedang In San sudah tersampuk pergi,
1513 meski gerak susulan sudah siap dilancarkan dalam keadaan
seperti itu, tenaganya juga sudah ludes umpama pedang
berhasil melukai lawan, Tang-hay-liong-ong juga hanya
terluka ringan saja. Gebrak berlangsung cepat dan singkat,
gaman Tang-hay-liong-ong kelihatan hampir menutul ke pusar
In San. Hadirin sama mencelos kaget, ada di antaranya malah
menjerit ngeri. Namun pada detik gawat itu mendadak
terdengar suara "Tang" begitu kerasnya sehingga kuping
hadirin pekak rasanya.
Untuk menyelamatkan In San terpaksa Tan Ciok-sing
menolongnya membentur gaman lawan secara kekerasan,
dengan pedangnya dia mendorong pergi Ban-ci-toh Tang-hayliong-
ong yang hampir mengenai In San. Bertempur selama
puluhan jurus, baru sekali ini gaman mereka saling beradu.
Bentrokan senjata menimbulkan percikan kembang api.
Seluruh hadirin terbelalak diam hingga sunyi senyap, semua
ingin tahu bagaimana akibat dari benturan keras ini.
Tampak gerak Tan Ciok-sing melenting terus berkelebat
miring kesana. Pek-hong-kiam tetap dipegang sedikitpun tidak
kurang suatu apa, hadirin baru merasa lega
Di tengah percikan api tadi, mau tidak mau Tang-hay-liongong
juga kaget dan mundur selangkah. Tersipu-sipu dia
melirik ke bawah melihat gamannya tidak kurang suatu apa,
maka lega juga hatinya.
Masing-masing pihak tidak dirugikan, Tang-hay-liong-ong
berseru: "Bagus," dua gaman menjulur bersama, mumpung
Tan Ciok-sing belum berdiri tegak dia sudah mendesaknya
pula. Gebrak selanjutnya jauh lebih hebat dan menegangkan, kini
tiada rasa memandang enteng kedua lawannya dalam benak
Tang-hay-liong-ong, dia himpun semangat dan kerahkan
tenaga mengembangkan kemahiran permainan sepasang
senjatanya yang lain dari pada yang lain. Siang-kiam-hap-pik
1514 Tan Ciok-sing dan In San ternyata dihadapinya dengan gagah
berani. Bobot senjata sudah berat, dilandasi tenaga raksasa
dengan Lwekang tinggi lagi, maka gerak gaman itu sendiri
sudah merupakan tenaga raksasa yang luar biasa, lawan
dapat memainkan secara lincah dan enteng lagi hingga
kelihatannya seperti dua ekor naga yang mengikuti gerakgerik
serangan Tan dan In berdua
Lama kelamaan hadirin menjadi kabur pandangannya, hati
kebat kebit lagi, Ong Goan-tin Congcecu dari tiga puluh enam
Cecu di perairan Thay-ouw tak urung merasa kuatir dan
berkeringat dingin, dengan suara perlahan dia tanya kepada
Kim-to-thi-ciang Tam Pa-kun: "Tam-toako, menurut
pandanganmu, mereka, apakah mereka kuat bertahan..."
Belum habis dia bertanya, Tam Pa-kun juga belum
menjawab, mendadak didengarnya Tan Ciok-sing dan In San
berkata dua patah.
Hadirin tidak tahu apa arti dua patah kata yang diucapkan,
tapi Tam Pa-kun dan Ong Goan-tin maklum dua patah kata itu
adalah inti sari ilmu tingkat tinggi yang mendalam artinya,
seketika mereka tertawa saling pandang, yang satu tidak perlu
tanya lagi, yang ditanya juga tidak perlu menjawab. Tampak
permainan pedang Tan Ciok-sing semakin lambat, ujung
pedang seperti diganduli benda ribuan kaki beratnya,
menuding timur menggaris ke barat, gerak-geriknya seperti
tidak aturan malah.
Hadirin kaget, tapi rona muka Tang-hay-liong-ong sendiri
kelihatan prihatin dan makin gelap, meski gerak pedang Tan
Ciok-sing makin lambat, seperti terbuka lobang serangan,
namun dia tetap tidak berani merangsak maju menyerang,
sikapnya malah amat hati-hati.
Lain lagi permainan In San, pedangnya diputar makin
kencang disertai kelincahan tubuhnya yang tangkas dan sebat,
mendesak maju mencelat mundur, mencelat ke atas mendak
1515 ke bawah. Semula dia hanya bertahan saja, kini terbalik dia
yang melancarkan serangan menggebu malah.
Latihan Tan Ciok-sing berdua memang belum mencapai
tingkat paling tinggi, namun dia meyakinkan ajaran Lwekang
Thio Tan-hong, ajaran yang telah diresapinya diluar kepala itu
memang mandraguna, meski baru beberapa tahun tapi bekal
ilmunya sudah cukup setimpal mengangkat dirinya ke taraf
jago kelas wahid demikian pula kali ini, mau tidak mau Tanghay-


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

liong-ong harus numplek seluruh perhatiannya untuk
menghadapinya. Setiap kali Tang-hay-liong-ong lancarkan serangan dengan
tenaga raksasa, selalu Ciok-sing gunakan tenaga lunak dengan
gerakan pedangnya menuntun dan memunahkannya,
meminjam tenaga untuk balas menggempur lawan pula. Bila
serangan dianggap kosong mendadak gelombang tenaga
besar justru melanda tiba. Oleh karena itu meski taraf Kungfu
Tang-hay-liong-ong lebih tinggi dari kedua lawan mudanya ini
mau tidak mau bercekat juga hatinya.
Taraf latihan In San setingkat di bawah Tan Ciok-sing,
permainannya belum memadai ke taraf yang lebih tinggi
sehingga sukar baginya mengembangkan permainan yang
lebih ampuh. Namun dasar otaknya cerdas dia cukup pintar
menyesuaikan diri, syarat yang tidak tercapai dia ganti dengan
cara lain, terpaksa dia mengembangkan ilmu "dengan
sentuhan mematahkan tenaga"
Lwekangnya jauh ketinggalan dibanding Tang-hay-liongong
namun Ginkang dan kelincahan tubuhnya jelas lebih
unggul, maka dengan kombinasi permainan ini, dia gunakan
kemahiran sendiri untuk menyerang titik lemah musuh. Begitu
dia kembangkan ilmu pedangnya menusuk, menyontek,
mengetuk, membelah, dan mengikis, semua ini dilaksanakan
secara tepat dan bagus gerakannya, boleh digambarkan
lambat di tengah kecepatan, lincah di saat enteng, gerak-gerik
1516 berkembang lembut laksana air mengalir dan mega
mengembang mantap dan tegap penuh keyakinan.
Jikalau satu lawan satu jelas Tang-hay-liong-ong tidak
mudah dicecar sehebat ini, namun permainan Siang-kiam-happik
mereka memang amat serasi, kerja sama mereka amat
ketat dan sembabat, walau yang satu lambat yang lain cepat,
kelihatannya seperti bertempur sendiri-sendiri, namun dari
berlainan ini justru timbul perpaduan yang terjalin amat
ampuh, kombinasi permainan sepasang pedang mereka
semakin memuncak kesempurnaannya.
Tapi hanya beberapa orang saja di antara hadirin yang
melihat kehebatan dari Siang-kiam-hap-pik itu. Ong Goan-tin
sudah tentu satu di antaranya, kini baru dia melihat titik
terang hingga lega hatinya, katanya setengah berbisik kepada
Tam Pa-kun: "Tam-toako, pandanganmu memang lebih
tajam." Perkataannya amat lirih, tapi Tang-hay-liong-ong yang lagi
berhantam di tengah arena mendengarnya. Mau tidak mau
gundah hatinya, pikirnya: "Jikalau bertempur seperti ini
dilanjutkan, sedikit lena salah-salah aku bakal konyol. Kalau
aku tidak kuasa menjatuhkan dua muda mudi, umpama ingkar
janji, memangnya masih ada muka aku berkecimpung di
Kangouw." Maklum sebelum bertanding tadi mereka sudah berjanji
pihak yang kalah secara suka rela akan punahkan ilmu silat
sendiri. Dalam posisi Tang-hay-liong-ong sekarang dituntut
untuk menang, karena terdesak oleh keadaan akhirnya timbul
nafsu jahatnya, dia bertekad akan mengadu jiwa.
Mendadak dia menghardik, suaranya sekeras guntur, tanpa
hiraukan tusukan pedang Tan Ciok-sing sepasang gamannya
mendadak mengepruk ke batok kepala In San. Kala itu Tan
Ciok-sing sedang melancarkan jurus Pek-hou-liang-ci ujung
pedangnya menepis lengan kiri Tang-hay-liong-ong. Bila jurus
serangan kedua pihak ini dilancarkan sesungguhnya. Batok
1517 kepala In San jelas bakal remuk terketuk gaman lawan, tapi
lengan kiri Tang-hay-liong-ong juga akan tertabas kutung dari
badannya. Kepala pecah jiwa melayang, sebaliknya lengan buntung
tetap hidup, agaknya Tang-hay-liong-ong merelakan sebelah
lengannya untuk menuntut jiwa In San
Perkembangan tidak terduga ini menimbulkan kagemparan
orang-orang kedua pihak, semua sama menjerit kuatir.
Namun hanya dalam waktu sekejap itu sebelum hadirin
melihat jelas apa yang terjadi, mendadak cahaya kemilau di
tengah gelanggang kuncup seluruhnya, sepasang gaman
Tang-hay-liong-ong menjulur lurus ke depan, sementara Tan
dan In menyanggah dengan kedua pedang, tiga orang sama
tidak berani bergerak.
Agaknya Tang-hay-liong-ong sudah memperhitungan di
kala melancarkan keprukan sepasang gamannya ke batok
kepala In San dia yakin Tan Ciok-sing takkan berani
mempertaruhkan jiwa In San dengan membabat kutung
lengannya, sesuai dugaannya, baru saja otaknya menduga
tahu-tahu Tan Ciok-sing sudah merobah permainan. Begitu
cepat gerak perobahannya dan perkembangannya pun samasama
dirasakan kedua pihak, dua pihak sama-sama
menyerempet bahaya. tapi perkembangan ini justru sudah
merupakan rencana Tang-hay-liong-ong yang licik.
Dengan kekuatan Lwekang dan bobot sepasang senjatanya
yang kuat, dia salurkan tenaganya secara bergelombang
seperti air bah mengalir tidak putus-putus tenaganya terus
disalurkan pada sepasang gamannya menindih ke arah
musuh. Dalam keadaan seperti itu Tan dan In sudah tidak
mungkin menangkis atau menggeser senjatanya pula,
sehingga terjadilah adu kekuatan tenaga dalam.
Kelihatannya memang tenang-tenang, senjata kedua pihak
seperti lengket menjadi satu tanpa bergerak. Tapi dalam
1518 ketenangan ini bagi seorang jago silat kelas tinggi justru
merupakan babak yang paling tegang dan mengejutkan.
Maklum adu tenaga, Lwekang siapa kuat dia bakal menang,
dalam adu kekuatan ini hakikatnya orang tidak bisa main
curang. Walau Tan dan In melawan satu, namun mereka baru
berusia dua puluhan. In San perempuan yang bertenaga jauh
lebih lemah lagi, sementara Tang-hay-liong-ong dibekali
latihan Lwekang puluhan tahun, mana mereka mampu
melawannya"
Di kala hadirin mencucurkan keringat dingin dan
menyaksikan dengan kuatir, tampak uap putih mulai mengepul
dari ubun-ubun kepala Tang-hay-liong-ong.
Kiranya Lwekang Tan Ciok-sing memang agak lemah
dibanding Tang-hay-liong-ong, tapi Lwekang yang diyakinkan
dari aliran lurus dan murni memperoleh ajaran tingkat tinggi
dari ciptaan Thio Tan-hong, kemurniannya jelas lebih unggul
dibanding bekal Lwekang Tang-hay-liong-ong, ketahanannya
juga lebih lama dan kuat.
Tang-hay-liong-ong terus menggempur dengan menambah
tenaganya, laksana gugur gunung layaknya menindih kedua
lawannya, gelombang pertama disusul gelombang kedua yang
lebih dahsyat. Pek-hong-kiam Tan Ciok-sing sudah
melengkung, tapi aneh, keadaan seolah batu karang di tengah
sungai yang tidak bergeming meski diterjang gelombang
badai.. Bukan begitu saja, di tengah rangsakan membadai
lawannya, ada kalanya diapun balas menyerang. Meski hanya
kadang kala, namun hal itu cukup membuat rasa kejut Tanghay-
liong-ong makin besar.
Sudah delapan puluh persen Tang-hay-liong-ong
meningkatkan tekanan tenaganya, terpikir dalam benaknya
sisa dua puluh persen kekuatannya hendak dia gunakan
menggempur In San, tiba-tiba terasa Ki-ti-hiat di lengan
kanannya kesakitan luar biasa seperti ditusuk jarum, rasa sakit
yang meresap tulang sumsum. Ternyata Tan Ciok-sing
1519 gunakan cara memusatkan tenaga dalam menyerang satu titik
sasaran dari ajaran Lwekang ciptaan Thio Tan-hong. Cara
mengerahkan Lwekang menggunakan tenaga dari ilmu tingkat
tinggi seperti ini. Tang-hay-liong-ong sendiripun belum tahu.
Lwekang Tan Ciok-sing memang bukan tandingan Tanghay-
liong-ong, tapi dia justru menyerang ke titik sasaran yang
tidak terduga, karuan Tang-hay-liong-ong kelabakan dan tidak
berani menguras seluruh tenaganya. Karena itu dia tidak
berani menambah kekuatannya menekan In San, cukup asal
tenaga perlawanan In San dapat dibendungnya saja, maka
tujuh puluh persen tenaganya dia gunakan menggempur Tan
Ciok-sing. Lwekangnya memang tangguh, namun setelah berkutet
setengah sulutan dupa, tak urung uap putih mulai mengepul
dari kepalanya, itulah pertanda Lwekang telah disalurkan
mencapai puncaknya.
Di bawah tekanan kekuatan berat lawan, keringat sudah
membasahi jidat Tan Ciok-sing napasnyapun mulai berat,
keadaan In San lebih payah lagi, napasnya sudah sengalsengal
muka pucat, keringat gemerobios.
Dari pertandingan senjata berganti adu kekuatan tenaga
dalam, hal ini tidak terduga pula oleh Tam Pa-kun.
Sejauh ini Siang-kiam-hap-pik merupakan ilmu pedang
tingkat tinggi yang sudah mencapai taraf tinggi di kalangan
Bulim. Tam Pa-kun menaruh harapan besar, dia berpendapat
hanya Siang-kiam-hap-pik inilah yang mampu menundukkan
musuh tangguh ini. Tapi keadaan justru berobah adu tenaga
dalam, bagaimana akhir pertempuran nanti susah diramalkan.
Walau dia sudah melihat keadaan Tang-hay-liong-ong yang
menunjukkan tanda-tanda akan kehabisan tenaga, namun
keadaan Tan Ciok-sing berdua juga tidak kalah payahnya,
apakah mereka kuat bertahan lebih lama dari Tang-hay-liongong"
1520 Ong Goan-tin kebat-kebit, tak tahan dia berdiri, katanya:
"Dua harimau berkelahi pasti ada satu yang luka, kukira
pertandingan ini biarlah dianggap seri bagaimana?"
Tang-hay-liong-ong tidak berani memberi komentar, dia
perlu meningkatkan kewaspadaan dan ketahanannya untuk
menjaga sergapan tenaga dalam Tan Ciok-sing yang
menyerang satu titik sasaran, jelas dia tidak mampu buka
suara. Tapi Cun-ih Thong yang telah disogoknya itu pandai
bersilat lidah, tanpa diminta dia akan tahu diri bagaimana dia
harus bertindak, terdengar sebelum buka suara beruntun tiga
kali tertawa dingin.
Han King-hong membentak: "Kau keparat ini tertawa apa?"
"Kukira pernyataan Ong-locecu kurang bijaksana dan tidak
adil." Ong Goan-tin gusar, dampratnya: "Dalam hal apa yang
tidak adil?"
"Babak pertandingan terakhir ini bakal menentukan
siapa.menang dia jadi Bengcu, mana boleh dianggap seri"
Kalau seri lalu siapa yang harus jadi Bengcu?"
"Keduanya bukan Bengcu," seru Han King-hong
"Jawaban yang tidak kenal aturan," cemooh Cun-ih Thong,
"pertandingan menentukan Bengcu sudah disetujui khalayak
ramai, mungkinkah pertandingan ini boleh tidak usah
menentukan seorang Bengcu."
Ong Goan-tin menahan amarah, katanya: "Maksudku
supaya mereka tidak perlu gugur bersama, maka aku serukan
supaya urusan ditempuh jalan damai. Tentang siapa bakal
merebut jabatan Bengcu, setelah pertandingan selesai, masih
bisa kita bicarakan lagi."
"Menurut pendapatku," jengek Cun-ih Thong, "Sugongthocu
kini jelas berada di atas angin, kurasa tidak mungkin
akhirnya bakal gugur bersama."
1521 Ong Goan-tin menguatirkan keselamatan jiwa Tan Ciok-sing
dan In San, demi mempertahankan jiwa mereka apa salahnya
terima kalah dan tunduk di bawah perintahnya. Tak nyana di
kala mulutnya sudah terbuka belum sempat bersuara, tiba-tiba
didengarnya Tan Ciok-sing berkata: "Ong-locecu, menurut
pendapatku perkataan Cun-ih Siansing memang beralasan,
babak terakhir ini harus ditentukan siapa kalah dan menang."
Dalam saat-saat kritis mengadu tenaga dalam ternyata Tan
Ciok-sing mampu bersuara, bukan saja hadirin kaget. Tanghay-
liong-ong sendiripun tidak kurang kejutnya. Dimakluminya
bahwa Lwekang Tan Ciok-sing bukan tandingannya, kalau dia
pantang bersuara Tan Ciok-sing justru buka suara. Ternyata
aliran Lwekang yang mereka pelajari memang jauh berbeda.
Tang-hay-liong-ong meyakinkan Lwekang yang ganas tapi
sekali bertempur harus kerahkan seluruh tenaga, tumplek
perhatian tidak boleh bicara. Tan Ciok-sing justru meyakinkan
Lwekang lunak berpupuk dasar kuat, berbicara hakikatnya
tidak mempengaruhi pengerahan tenaganya, namun sedikit
akibat memang ada. Begitu Tang-hay-liong-ong tambah
tekanan tenaganya, Pek-hong-kiam di tangan Tan Ciok-sing
melengkung lebih rendah lagi.
Melihat dan mendengar Tan Ciok-sing mampu bicara,
hadirin bertempik sorak riuh rendah. Han King-hong berkata
dengan tawa lebar: "Bagus, Cun-ih Thong, hayo bertaruh coba
nanti buktikan pandangan siapa lebih tajam."
Dingin muka Cun-ih Thong, diam saja tidak memberi
tanggapan, kini tiba gilirannya menguatirkan keadaan Tanghay-
liong-ong. Meski sedikit lega tapi Ong Goan-tin masih berkuatir juga.
Dia tahu, Tan Ciok-sing bisa bicara, itu pertanda dia kuat
bertahan lebih lama dari dugaannya semula, tapi dia tidak
yakin apakah Ciok-sing berdua mampu mengalahkan Tanghay-
liong-ong. 1522 Di kala hadirin tumplek seluruh perhatian ke tengah
gelanggang, ada seorang perempuan menggeremet masuk
secara diam-diam. Tiada orang memperhatikan
kedatangannya, namun Kek Lam-wi justru melihat
kedatangannya. Lam-wi tidak percaya akan pandangan mata
sendiri, tak terasa dia bersuara heran. Toh So-so mendengar
suara heran Lam-wi, lekas dia angkat kepala. Begitu dia
melihat gadis itu, sesaat diapun melongo, tapi hatinya kaget
dan senang. Lekas dia memburu kesana menyambutnya.
Gadis ini bukan lain adalah Bu Siu-hoa yang sedang dicari
oleh Kek Lam-wi. Mereka tidak tahu entah sembunyi di tempat
sepi mana Bu Siu-hoa sekarang, sungguh tidak nyana
sekarang dia muncul sendiri, malah muncul di hadapan orangorang
gagah sebanyak ini.
"Bu-cici, betapa payah kami mencarimu," seru Toh So-so
menyongsong maju serta menarik lengan Bu Siu-hoa.
Sikap Bu Siu-hoa agak kikuk dan risi katanya tergagap:
"Toh-cici, aku berbuat salah terhadap kau, aku menipumu."
"Kau telah menolong Lam-ko, belum sempat aku berterima
kasih kepadamu, urusan sudah lalu tidak usah disinggung lagi.


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi bagaimana kau bisa datang kemari."
Belum lagi Bu Siu-hoa menjawab, tiba-tiba didengarnya Kek
Lam-wi berteriak: "Awas serangan gelap."
Toh So-so bertindak lebih cepat. "Tring" sebutir pelor duri
yang terbuat dari besi telah dipukulnya jatuh. Gerakan
membalik melolos pedang serta memukul jatuh senjata
rahasia dilakukan secara mahir dan cepat seperti belakang
kepalanya tumbuh mata saja.
Kek Lam-wi berteriak pula "Si pendek yang duduk di pojok
timur itulah penyerangnya, lekas gusur dia keluar."
Belum habis dia berteriak tiba-tiba didengarnya si pendek
itu sudah menjerit dan terguling di lantai.
1523 Bu Siu-hoa tertawa dingin, jengeknya: "Memberi tidak
dibalas kurang hormat, biar keparat itu juga rasakan senjata
rahasia." Ternyata orang itu tersambit Bwe-hoa-ciam di lutut,
tepatnya di Hoan-tiau-hiat. Didalam kelompok orang-orang
sebanyak ini dia mampu menyambitkan jarum sekecil itu tepat
kesasarannya, mau tidak mau
Hati Budha Tangan Berbisa 12 Jodoh Si Mata Keranjang Karya Kho Ping Hoo Golok Yanci Pedang Pelangi 1
^