Pendekar Satu Jurus 12

Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L Bagian 12


itu seketika terhenti.
Sesungguhnya perhatian kedua orang ini terhadap Hui Giok memang tak bisa dilukiskan
dengan kata2 Jeritan kaget berkumandang di sana-sini, dengan dahi berkerut Sin-jiu Cian Hui segera
membentak "Bangsat yang tak tahu diri, tangkap!"
Setelah laki2 itu berhasil dengan serangannya segera ia melompat ke sana dan kabur dengan
gerakan yang amat cepat, sama sekali tiada tanda-tanda merengek minta diampuni seperti tadi.
Walaupun waktu itu dua orang berbaju hitam yang menyusulnya sudah tiba di dekatnya,
ternyata seketika tak mampu menyusulnya, tampaknya asal dia melompat sekali lagi maka
tubuhnya akan lenyap dalam kegelapan.
Pada saat yang gawat itulah jeritan kaget kembali berkumandang, tiba2 muncul beberapa
orang berbaju hitam dari tempat kegelapan dan berusaha mengadang jalan lari orang itu.
Sin Jiu Cian Hui tidak tinggal diam, dia ikut melambung ke udara dan melakukan pengejaran.
Leng-kok-siang-bok ragu sejenak, akhirnya ikut mengejar ke sana.
Akan tetapi baru beberapa langkah, Hui Giok yang terkapar di tanah mendadak melejit bangun
dengan kepala di depan dan kaki di belakang dia meluncur ke sana, bentaknya, "Hendak lari ke
mana"!"
Gerak tubuh laki-laki baju abu2 yang teramat cepat itu seketika merandek sejenak karena
terkejut mendengar bentakan tadi, saking kagetnya hampir saja ia menjerit.
Dia yakin ilmu silatnya tak lemah, iapun yakin serangannya tadi berhasil menghantam
punggung Hui Giok disertai tenaga dalam yang luar biasa, iapun percaya serangan sedahsyat itu
cukup meremukkan isi perut seorang jago paling lihay di dunia persilatan.
Meski kungfu Hui Giok memang hebat, tapi usianya semuda itu, mungkinkah ia mampu
menahan pukulan mautnya tadi"
Tapi kenyataan suara bentakan Hui Giok berkumandang dari belakang, suara penuh
mengandung tenaga dalam yang sempurna, hal ini membuktikan bukan saja ia tidak mati, bahkan
sama sekali tidak menderita luka dalam.
Karena terkejut dan sedikit merandek tadi, Hui Giok sudah meluncur tiba, tangan kiri secepat
kilat menyambar ke depan, kelima jari tangannya dapat mencengkeram baju lawan.
Suasana kembali jadi gempar, air muka Sin-jiu Cian Hui sekali lagi mengalami perubahan
ketika dilihatnya Hui Giok tak mati, perasaannya entah gembira atau kecewa.
Dalam pada itu ketika merasa bajunya dicengkeram orang, laki-laki berbaju abu-abu itu
meronta sambil menerjang maju ke muka, "bret", bajunya robek, cepat-cepat dia menerjang lebih
kuat ke sana. Sin-jiu Cian Hiu segera membentak "Lihat serangan."
Desingan angin tajam menyambar, ia telah menggunakan kipasnya sebagai senjata rahasia
dan disambitkan untuk menyerang jalan darah Ki-hay hiat di punggung laki-laki itu dengan cara
seperti membidikkan anak panah dan mengenai sasaran dengan tepat.
Begitu laki-laki itu terkena serangan, ke empat orang baju hitam segera melompat maju dan
membekuknya, salah seorang di antaranya memungut kembali kipas itu dan diserahkan kepada
Sin-jin Cian Hui.
Hui Giok yang barusan diserang sama sekali tidak mengunjuk rasa kaget atau gugup, ia tetap
tenang seolah-olah kejadian tadi bukan menimpa dirinya.
Melihat ketenangan pemuda itu, air muka Sin-Jiu Cian Hui untuk kesekian kalinya berubah,
sambil menerima kembali kipasnya, katanya dengan menyesal, "Sungguh berbahaya Hui-heng,
apakah engkau terkejut?"
Hui Giok tersenyum "Sewaktu tangannya menghantam punggungku tadi, aku merasakan
sekujur tubuhku bergetar keras, kukuatir tangannya mengancam pula jalan darah Mia-bun dan Kiteng
di punggungku maka aku segera menjatuhkan diri, diam-diam aku mengatur napas, ternyata
sama sekali tidak terluka."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lagi sambil tertawa: "Tampaknya peristiwa tadi hanya
membikin terkejut saja, hingga kalian sama ikut kuatir." perkataan itu segera menimbulkan
pelbagai reaksi di antara jago yang hadir itu, ada yang kaget ada yang kagum, ada pula yang
merasa beruntung, tapi siapapun jua, mau tak-mau timbul rasa segan terhadap kehebatan kungfu
Hui Giok. Perlu diketahui ditinjau dari gerak tubuh si laki-laki berbaju abu-abu tadi yang gesit, jelas ilmu
silatnya amat lihay, tapi kenyataannya walaupun ia berhasil menyarangkan pukulannya di
punggung Hui Giok, namun anak muda itu sama sekali tidak mati ataupun cedera, bukankah itu
sama artinya bahwa tenaga dalam Hui Giok telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar
biasa" Diam-diam Sin jiu Cian Hui sendiri juga merasa ngeri oleh kelihaian pemuda itu, dia menjadi
was-was terhadap Hui Giok.
Walaupun demikian, lahirnya tetap bergelak tertawa sambil berkata, "Sungguh beruntung
kejadian tadi hanya mengakibatkan rasa kaget saja, kalau tidak, Siaute benar-benar tak tahu apa
yang harus kuperbuat!"
Suara tertawanya terhenti dengan menarik muka ia berkata pula dengan nada berat "Asal usul
keparat itu sangat mencurigakan harus kita selidiki kejadian ini dengan seksama."
"Ah, aku tak sampai dilukai, sudahlah, urusan ini boleh disudahi sampai di sini saja, kukira
orang itu jadi nekat oleh karena terpaksa oleh keadaan." ucap Hui Giok sambil tersenyum.
Sin jiu Clan Hui menghela napas, katanya, saudara Hui, engkau benar2 sangat baik hati
apakah engkau tidak tahu bahwa orang ini bukan saja mempunyai rencana busuk, secara licik ia
sengaja minta ampun padamu agar kasihan padanya . hmm"
Sesudah mendengus tiba-tiba ia tahan suaranya "Kuyakin di belakangnya pasti ada yang
mendalanginya otak yang mengatur segala sesuatunya itu menurut penglihatanku besar
kemungkinan adalah Liong-heng pat ciang Tham Beng."
"Ah. saudara Cian terlalu sentimen pada Tham Beng, maka jalan pikiranmu selalu berkisar ke
sana." ujar Hui Giok dengan dahi berkerut, "padahal..."
"Padahal bagaimana kenyataannya nanti Hui-heng akan segera mengetahuinya sendiri," tukas
Sin jiu Cian Hui sambil tertawa dingin.
Ia memberi tanda, empat orang berbaju hitam segera menggotong laki2 baju abu-abu itu
mendekat ke situ, sekarang ia sudah tak mampu berkutik lagi sebab sekujur badannya telah diikat
kencang-kencang oleh tali kulit yang kuat.
Sin-jiu Cian Hui menghampiri orang itu, di bebaskannya jalan darahnya yang tertutuk, lalu
dengan dingin ia menegur "Siapakah namamu yang sebenarnya" Atas perintah siapa melakukan
semua ini" Ayo cepat mengaku terus terang! Apakah kau ingin mendapat siksaan lebih jauh?"
Sekulum senyuman aneh terlintas di wajah orang itu, pelahan sahutnya "Orang yang
memerintahkan diriku untuk melakukan tugas ini tak lain adalah Sin jiu Cian Hui!"
Sin jiu Cian Hui jadi berang mendengar jawaban tersebut baru saja dia hendak menghajarnya.
mendadak mata orang itu terbelalak, pudarlah sinar matanya yang tajam, senyuman yang semula
menghiasi bibirnya kini berubah jadi kejang dan kaku, katanya lagi, "Sudah... sudah lupakah . . kau
. . . ?" Berbareng dengan habisnya ucapan ini dari lubang mata telinga, hidung dan mulut, tujuh
lubang inderanya mengucurkan darah kental.
Sin jiu Cian Hui semakin gusar, bentaknya "Orang ini betul-betul kurangajar, sampai matipun ia
tetap tutup mulut!"
Dengan cepat ia menutuk tujuh jalan darah pentingnya di seputar jantung, lalu dipencetnya
dagu orang itu keras2.
Mulut itu segera terbuka dan jatuhlah satu kapsul warna merah, racun jahat yang berada
dalam kapsul itu sudah ditelan habis, agaknya orang ini lebih baik mati daripada membocorkan
rahasia tugasnya.
Tindakan tersebut betul-betul di luar dugaan siapapun, Sin-jiu Cian Hui sendiri tak menyangka
dalam mulut, di antara sela gigi orang ini tersedia kapsul yang berisi racun yang mampu
merenggut nyawanya dalam sekejap.
Air muka Hui Giok berubah hebat, sebetulnya ia tak percaya serangan terhadap dirinya tadi
disertai dengan rencana yang matang, tapi setelah menyaksikan semua ini mau-tak-mau dia harus
percaya pada perkataan Cian Hui.
Sambil memegang kapsul yang sudah digigit pecah itu Cian Hui termenung beberapa saat
lamanya, kemudian ia tertawa dingin, ejeknya: "Hehe, kau kira setelah kau berbuat nekat, lantas
orang she Cian tak mampu menyelidiki siapakah otak dan rencana busuk ini?"
Dengan suatu tendangan keras, didepaknya mayat laki-laki berbaju abu-abu itu hingga
mencelat sejauh satu tombak dan tempat semula.
Suasana kembali jadi gaduh, para jago yang berkumpul di sekeliling tempat itu sama
membicarakan kejadian itu. rata-rata mereka pada menebak asal-usul laki-laki berbaju abu-abu itu.
Beberapa orang lagi yang masih hidup dan di-telikung tangannya oleh sekawanan jago berbaju
hitam mulai tampak gelisah dan ketakutan pucat wajah mereka.
Tiba-tiba salah seorang diantaranya berteriak keras, "Aku tahu siapakah dia, asal kau bersedia
lepaskan aku, akan kukatakan rahasia ini padamu."
"Kau benar-benar tahu?" seru Sin-jiu Cmn Hui dengan mata bercahaya, "cepat katakan jiwamu
pasti akan kuampuni?"
Laki-laki ini juga menggunakan pakaian berwarna abu-abu, setelah mendapat jaminan bahwa
dia akan diampuni, serunya segera dengan lantang. "Kami adalah mata-mata yang ditugaskan
Tham-congpiautau di sekitar tempat ini, tapi pada hakikatnya kami semua tak lebih cuma anak
buah belaka hanya dia sendiri yang merupakan seorang Piautau bahkan namanya cukup tersohor
dalam dunia persilatan, semua orang menyebutnya sebagai Toh jiu-kiang-wi (Kiang Wi bertangan
keji) Kang Tay-sik, lantaran mukanya dipoles dengan obatan maka kalian tak ada yang mengenal
dia lagi. Mendengar pengakuan tersebut Hui Giok jadi kaget tanpa terasa ia menyurut mundur tiga
langkah. Sekali lagi suasana jadi gempar, seruan kaget berkumandang di sana sini.
Sin-jiu Cian Hui juga menengadah sambil terbahak-bahak.
"Hahaha... Tham Beng... wahai Tham Beng." serunya, "walaupun kau kejam dan busuk,
ternyata ada juga sahabat-sahabat yang bersedia jual nyawa untukmu. Tapi sayang, secerdikcerdiknya
tindakanmu toh di antara anak buahmu terdapat juga manusia yang tak berguna seperti
ini, ketahuanlah sekarang semua rahasiamu!"
Ia lantas memberi tanda kepada anak buahnya seraya berseru, "Lepaskan dia!"
Kedua orang berbaju hitam yang bertugas mengawasi orang tadi tertegun, tapi akhirnya
mereka lepaskan juga cengkeramannya.
Bagaikan mendapat pengampunan besar, cepat orang itu kabur ke tengah gerombolan orang
banyak dan lari terbirit-birit.
Tindakan ini segera menimbulkan keheranan semua orang, siapapun tak menyangka Sin-jiu
Cian Hui betul-betul akan bebaskan orang itu.
Maka di antara para jago yang hadir di situ pun mulai terdengar kata-kata pujian.
"Walaupun Cian Sin-jiu itu orang kejam. namun setiap perkataannya lebih berat dan bukit
karang, ia benar-benar seorang laki-laki sejati, dilihat dari kejadian ini, jelaslah sudah bahwa
Liong-heng-pat-ciang masih kalah jauh bila dibandingkan dia,"
Sementara itu, Leng-kok-siang bok telah menyingkir agak jauh dan duduk menonton di
samping sana, ketika menyaksikan jalannya peristiwa tersebut, wajah mereka kembali tersungging
senyuman dingin mengejek.
"Tahukah kau, mengapa Cian Sin-jiu melepaskan orang itu?" pelahan Leng Han tiok bertanya.
Leng Ko-bok tertawa dingin, "Orang itu sudah membocorkan rahasia Liong-heng-pat-ciang,
memangnya kau kira pihak Hui-liong-piaukiok akan berpeluk tangan belaka" Kukira sebelum dia
sempat kabur dari bukit ini nyawanya sudah keburu terbang, bahkan kematiannya pasti
mengerikan..."
"Hehehe Cian Sin jiu pura-pura bermurah hati dan memegang teguh perkataannya, padahal
apa bedanya kalau ia sudah tahu bahwa orang lain akan mewakilinya untuk merenggut nyawa
orang itu."
Dua barsaudara itu saling pandang sekejap lalu tertawa.
Tiba-tiba Leng Han-tiok berkata lagi setelah menghela napas, "Kalau begitu, tampaknya anak
Giok betul2 terlibat dendam sedalam lautan dengan manusia yang bernama Tham Beng itu. Mula2
aku cuma curiga, kenapa Tham Beng tak mau mewariskan ilmu silatnya kepada anak Giok,
sekarang aku baru tahu bahwa orang she Tham itu pada hakikatnya adalah seorang manusia
yang licik, bukan saja putera puteri musuhnya ia pelihara. anak itu pun dijauhkan dari ilmu silat,
dalam pandangan orang umum tindakannya ini tentu terpuji, orang pasti akan mengagumi
kemuliaan hatinya, kebijaksanaannya yang bersedia memelihara anak orang, padahal tujuan yang
sebenarnya" Hmm. ia berharap agar anak-anak musuh tak mampu membalas dendam
kepadanya."
"Ai, sepandainya tupai melompat akhirnya terjatuh juga. Sepandainya ia bersiasat, akhirnya
ketahuan juga rahasianya, perhitungan manusia selamanya tak bisa melawan kehendak Thian."
ucap Leng Ko-bok sambil menghela napas panjang.
"Tentu saja." sambung Leng Han-tiok sambil tertawa dingin, "aku tidak percaya di dunia ini ada
rahasia yang dapat ditutup selamanva dengan rapat-rapat."
Sementara itu Hui Giok juga sedang kesal oleh kejadian tersebut ia termangu-mangu sekian
lamanya, lalu berkata sambil menghela napas, :Ai, ternyata orang itu memang benar orang yang
diutus paman Tham, tapi . . tapi... kenapa ia berbuat demikian" Bila ia hendak membunuhku
kenapa harus menunggu sampai sekarang?"
"Hehehe . ." Sin-jiu Ciati Hui tertawa dingin, "sebabnva dahulu kau bukan suatu ancaman
baginya dan sekarang... ia tak menduga akan kemampuanmu seperti kau miliki sekarang maka..."
"Sekalipun aku sekarang berbeda dengan aku yang dulu, toh aku tak melakukan sesuatu
ancaman apapun terhadap dia?" tukas Hui Giok sambil menghela napas, "aku berutang budi
padanya, aku tidak punya dendam padanya bahkan budinya hingga sekarang belum sempat
kubalas mengapa hendak mencelakai diriku?"
"Saudara Hui " kata Sin-jiu Cian Hui sambil menghela napas, "terkadang aku ikut sedih dan
kasihan kepadamu, hingga kini, hah, rupanya kau masih dibodohi..."
"Apa maksudmu?" tanya Hui Giok dengan melengak.
Berkerut alis mata Cian Hui yang tebal, semakin tebal pula rasa murung yang menyelimuti
wajahnya, tuturnya, "Hui-heng, tahukah kau pada sepuluh tahun yang lalu ayahmu dan pamanmu
itu mati di tangan siapa?"
Hui Giok terkesiap, air mukanya berubah hebat, serunya dengan gemetar, "Apakah dia tapi
bukankah pembunuh berbaju hitam itu sudah menemui ajalnya di luar kota Peking pada sepuluh
tahun yang lalu" Bukankah ia sudah tewas bersama gugurnya Auyang lopiautau?"
"Dua sosok mayat yang terkapar di luar kota Peking itu tak lebih adalah siasat Liong heng patciang
Tham Beng untuk mengelabui mata umum, sungguh kasihan Ouyang-lopiautau yang berhati
bajik itu, ia harus mengorbankan jiwanya untuk bajingan terkutuk itu, lebih2 kasihan lagi seluruh
umat persilatan di dunia ini, ternyata tak seorang pun yang dapat membongkar siasat busuk
jahanam itu."
Siapapun tak menduga Cian Hui akan mengalihkan pokok pembicaraan ke soal peristiwa
berdarah yang terjadi pada sepuluh tahun dulu, serentak para jago memperhatikannya dengan
seksama. Harus diketahui, pada sepuluh tahun yang lalu laki-laki berkerudung hitam itu dengan
kekuatan seorang secara beruntun telah melukai Piautau kenamaan dari tujuh propinsi di utara
dan enam propinsi di selatan, peristiwa itu membuat banyak perusahaan Piaukiok bangkrut dan
tutup karena takut. akhirnya tinggal Hui-liong piaukiok saja yang masih berdiri dalam dunia
persilatan. Kejadian ini bukan saja telah menggetarkan seluruh Kangouw pada masa itu, sampai sekarang
pun masih menjadi buah bibir setiap orang, karena itulah para jago yang hadir ini serentak
membungkam setelah Cian Hui menyinggung kembali persoalan itu.
Air muka Hui Giok berubah pucat, jantung-berdebar keras, kedua tangannya mengepal
kencang hingga kuku tangannya menusuk ke dalam daging.
Terdengar Sin-jiu Cian Hui bertutur lebih jauh "Untuk mencapai ambisinya merajai dunia
persilatan dan monopoli usaha perusahaan ekspedisi, Liong heng-pat-ciang Tham Beng telah
menyaru serta membunuh banyak Piautau kenamaan, ia mengira rencana busuknya dikerjakan
secara amat rahasia dan berhasil mengelabui semua orang persilatan di dunia ini selama belasan
tahun, tapi ia tak mengira hehehe, sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya terjatuh juga, secerdik2nya
dia atur rencana, akhirnya ketahuan juga rahasianya. Ia tak mengira hari ini aku orang
she Cian akan berhasil membongkar rahasia busuknya itu."
Setelah tertawa dingin, sambungnya pula, "Manusia aneh berkerudung hitam yang mati itu tak
lain hanya seorang yang tak tahu urusan, hanya menjadi setan penasaran bagi kepentingan Tham
Beng si bajingan tengik itu. Dia telah merusak sama sekali raut wajah orang itu, agar orang
persilatan mengira benar2 manusia aneh berkerudung itulah yang tewas, maka Hui-liong piaukiok
tentu akan bebas dari segala tuduhan, dan orang pun tak akan menaruh curiga atas dirinya
padahal bila kita pikirkan lagi dengan teliti, bukankah di balik semua peristiwa itu terselip banyak
hai yang mencurigakan."
Sekaligus ia bercerita secara panjang lebar, sampai di sini ia baru berhenti dan menghela
napas. Para jago sama berseru kaget, lalu suasana pulih kembali dalam keheningan.
Terdengar Cian Hui berkata lebih jauh, "Manusia aneh berkerudung hitam itu melakukan
pembunuhan dimana-mana, sampai-sampai Jiang-kiam bu-tek (pedang dan tombak tanpa
tandingan) Hui-siang-hiong yang terkenal juga bukan tandingannya. Hehehe, coba kalian
bayangkan sendiri, Au-yang lopiautau sudah tua, juga tidak luar biasa lihaynya, bagaimana
mungkin orang berkerudung itu mampus bersama dengan Auyang-lopiautau?"
Ia tertawa dingin beberapa kali, kemudian melanjutkan, "Malam itu Auyang-lopiautau
menginap di Hui liong-piaukiok, seandainya ada Ya-heng-jin (orang yang berjalan malam) masuk
ke dalam Piaukiok itu, masa Liong-heng-pat-ciang sendiri tidak tahu" Masa ia membiarkan Auyang
Peng-ci menempuh bahaya seorang diri?"
Mendengar sampai di sini, Hui Giok terperanjat, tiba-tiba ia jadi teringat pada kejadian malam
itu ketika dia keluar untuk kencing, bukankah ia saksikan bayangan paman Tham melayang lewat
di halaman tengah.
Berpikir demikian, hatinya makin terkejut dan takut, tapi iapun tidak tega mencurigai paman
Tham sebagai pembunuh keji yang tak berperikemanusiaan itu.
Maka dengan suara tergegap katanya: "Tapi, semua itu kan hanya rabaanmu saja kan tiada
yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala sendiri."
Sin-jiu Cian Hui menghela napas panjang, tukasnya "Hui-heng apakah sampai sekarang
engkau masih belum paham" ia pura-pura berlagak sosial, sok bijaksana dan berjiwa besar,
dirawat dan dipeliharanya keturunan dan para Piausu yang tewas itu di rumahnya sengaja
dilakukannya agar orang persilatan memuji Liong-heng-pat-ciang Tham Beng sebagai orang yang
berbudi. orang yang paling mulia di dunia ini. Padahal... " I
Setelah tertawa dingin, lanjutnya: "Hui-heng. pernahkah kau pikirkan, mengapa Tham Beng
tidak mewariskan ilmu silatnya kepada kalian" Hmm, bukan saja ia tak pernah mengajarkan ilmu
silatnya kepada kalian, bahkan berusaha memisah-misahkan kalian agar selamanya kalian tak
berkumpul agar selamanya ia tak perlu kuatir ada orang akan membalas dendam padanya, agar ia
selamanya aman tanpa perkara!"


Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hui Giok terkesiap, ia mundur tiga langkah karena terkejut.
"Ya. benar juga cerita ini." demikian pikirnya "bila aku benar-benar goblok seperti yang sering
ia tuduhkan, tak mungkin aku berhasil mencapai kesuksesan seperti sekarang ini" Bilamana ia tak
mau memberi pelajaran ilmu silat kepada kami karena kuatir kami mengalami nasib seperti orang
tua kami, kenapa ia justeru memberi pelajaran ilmu silat kepada puterinya sendiri."
Dalam pada itu Sin-jiu Cian Hui mengawali terus perubahan sikap pemuda itu dengan
seksama, ketika melihat perubahan air mukanya, cepat ia berkata lebih lanjut, "walaupun hal ini
masih merupakan rabaan belaka, tapi coba Hui-heng pikirkan lagi lebih cermat, bukankah semua
data-data tersebut cocok satu sama lain" Apalagi hmm..."
Setelah mendengus ia ulapkan tangannya memberi tanda, kemudian lanjutnya "Dia anggap
semua perbuatannya dilakukan dengan rahasia dan tidak diketahui siapapun, tapi mimpipun ia tak
menyangka ada satu orang yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri semua perbuatannya
itu." Belum habis ia berkata, dari sebelah sana muncul beberapa orang laki-laki berbaju hitam
sambil memayang seorang.
Hui Giok ikut berpaling, ia lihat orang yang dipapah itu meski tidak terlalu pendek, tapi kurus
sekali, seakan-akan embusan angin gunung dapat meniupnva roboh.
Ia bermuka pucat, kulit badannya seperti tak pernah tertimpa cahaya matahari, matanya
jelilatan, air mukanya seperti gugup dan ketakutan, serupa seekor binatang yang selalu ketakutan
diuber pemburu.
Langkah kakinya bagaikan sudah lama tak pernah berjalan begitu berat limbung dan tak
mantap, ketika semakin dekat dan dapat terlihat kulit mukanya yang penuh kerutan, kerutan yang
menghiasi wajahnya ini menunjukkan bahwa ia sudah lama mengalami penderitaan yang berlarutlarut,
membuat siapapun yang menyaksikan tampangnya itu akan ikut menghela napas karena
iba. Seorang laki-laki berbaju hitam muncul dengan membawa sepotong batu gunung sebagai
tempat duduk, sedang Sin jiu Cian Hui segera maju dan membimbing orang itu duduk.
Para jago yang hadir sama menduga orang ini tentu mempunyai hubungan yang luar biasa
dengan peristiwa yang pernah menggemparkan dunia persilatan pada belasan tahun yang lalu,
tanpa terasa mereka sama menggeser maju lebih dekat.
Leng-kok-siang-hok juga tertarik oleh kemunculan orang ini, mereka unjuk sikap serius serta
memperhatikannya dengan seksama.
Dengan mata jelilatan orang itu celingukan ke sana kemari, ia duduk di atas batu dengan tak
tenang, seakan-akan selalu kuatir dari kegelapan akan muncul seseorang yang akan merengut
nyawanya, Sin jiu Cian Hui berdehem beberapa kali, kemudian dengan suara lantang bertanya:
"Siapa namamu" Dan apa pekerjaanrnu?"
Laki-laki bermuka pucat itu tundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu menjawab, "Siaujjn
(hamba) she Ko, oleh karena hidup di sekitar Yan-liong-ji. maka namaku menjadi Ko Tay-ji. oleh
karena pekerjaan hamba adalah kusir, dan suka minum arak, setiap kali bertemu dengan kedai
minum lantas tak ingin melajukan keretaku lagi, maka teman sejawatku menyebut pula Ko-put-ki
(tak mau pergi kepadaku), nama ini malahan lebih sering dipakai daripada namaku Ko Tay-ji!"
Walaupun ia berusaha memperkeras suaranya, tapi ucapnya tetap diliputi rasa ngeri, takut dan
gelagapan. "Apakah kau kenal Liong-heng-pat-ciang Tham Beng" Bagaimana ceritanya sampai kau bisa
kenal dia?" tanya Cian Hui lagi.
Ketika menyinggung nama Liong heng-pat ciang, tiba-tiba saja sekujur badan Ko put ki
gemetar keras, matanya semakin jalang dan melirik ke sana kemari.
"Hamba kenal Tham toaya karena Hui liong piaukiok pernah menyewa keretaku untuk
mengantar barang, bahkan bergurau juga dengan hamba, karena itu hamba kenal dia."
"Bergurau apa?" tanya Cian Hui. Ko-put-ki mengerutkan kuduknya, seperti takut disembelih,
setelah ragu2 sebentar akhirnya iapun berkata: "Dia bertanya kepadaku kenapa disebut Ko-put-ki"
Beliau menganjurkan hamba ganti nama saja."
Sin jiu Cian Hui mendengus, "Hm, belasan tahun yang lalu, pada malam hujan salju dengan
lebat, apakah kau berada di kota Kay-hong" Apa pula yang kau lihat di pintu gerbang kota Kay
hong?" Sekali lagi badan Ko-put-ki bergetar keras, rasa ngeri dan takut yang terpancar dari matanya
tampak semakin nyata.
Para jago mengetahui bahwa ucapan tersebut tentu mempunyai hubungan yang erat dengan
peristiwa lama, maka mereka pasang telinga baik2 untuk mendengarkannya dengan seksama.
Tapi walaupun sudah ditunggu sekian lama ternyata Ko Put ki belum juga mengucapkan
sesuatu, malah giginya saling gemertukan dengan kerasnya seakan-akan kuatir bila dia bercerita,
maka nyawanya akan segera direnggut orang.
Malam semakin kekam, angin berembus semakin kencang, obor yang menerangi sekeliling
tempat itu tak ada yang merawatnya sehingga makin lama semakin lemah dan akhirnya menjadi
padam. Maka suasana di sekeliling itu terasa semakin dingin dan semakin gelap, mendatangkan
keseraman bagi setiap orang.
Wajah Hui Giok tampak pucat, tanpa berkedip dia mengawasi Ko-put-ki, jantung pun ikut
berdebar, kepalan juga digenggam kencang.
Sementara itu Sin jiu Cian Hui sedang mengawasi orang itu dengan tatapan yang tajam
melihat keraguan orang, ia berkata dengan suara berat "Semua yang hadir di sini adalah jago-jago
persilatan terkemuka, mereka tak nanti akan mencelakai jiwamu. Ayo, bicaralah terus terang. tak
perlu ragu."
Kemudian sambil menuding Hui Giok ia menambahkan. "Hui-taystanseng ini adalah keturunan
Siang kiam bu tek Hui si siang hong, kungfunya lebih lihai daripada Liong heng pat ciang, asal kau
mengaku secara terus terang, beliau pasti akan me lindungi keselamatan jiwamu."
Ko-put-ki menengadah dan memandang sekejap ke arah Hui Giok, lalu tunduk kepala lagi ia
termenung lama sekali. kemudian berdehem beberapa kali.
Lako-laki berbaju hitam yang berada di sisinya memberi sebotol arak kepadanya, cepat ia
menyambutnya, ia membuka tutup botol, tapi segera ditutup lagi, dibuka dan ditutup pula.
Akhirnya dia menenggak arak itu beberapa cegukan keberaniannya jadi bertambah sekali lagi
ia angkat kepalanya memandang ke arah Hui Giok setelah berdehem beberapa kah baru berkata:
"Hari itu udara sangat dingin salju turun dengan hebatnya, salju yang melapisi permukaan
tanah menjadi amat tebal. Aku menjalankan keretaku menuju kota Kay-hong, ai, sungguh
perjalanan yang sulit, sungguh Ko-put-ki!"
Mendengar kata "Ku-put-ki" itu, beberapa orang berbaju hitam hampir saja tertawa geli, tapi
ketika dilihatnya semua orang sedang memperhatikan cerita Ko-put-ki dengan serius, mereka tak
berani tertawa.
Terdengar Ko-put-ki melanjutkan kata2nya, Maka setibanya di Kay-hong, akupun beristirahat
di dekat pintu gerbang kota kutemukan sebuah kedai arak kecil dan akupun minum arak di sana
baru minum sampai setengah jalan, aku ingin meludah keluar pintu, siapa tahu, ketika kusingkap
kerai di depan pintu, kulihat Liong-heng-pat-ciang Tham Beng, Tham-toaya dengan menunggang
kuda sedang lewat di jalan raya.
"Di tengah kegelapan malam, apakah kau dapat melihat wajahnya dengan jelas?" tukas Cian
Hui tiba-tiba. Ko put-ki tarik napas panjang sahutnya walaupun waktu itu sudah tengah malam. tapi karena
seluruh permukaan tanah berlapiskan salju, pantulan sinar di atas salju membuat suasana tak
begitu gelap, sebab itulah aku dapat melihat wajahnya dengan jelas, tak mungkin salah lagi.
Waktu itu aku rada heran kenapa seorang diri Tham toaya datang ke Kay hong yang letaknya jauh
dari ibukota" Tapi yang kupikirkan waktu itu cuma minum arak, maka urusan itupun tidak
kuperhatikan lebih jauh.
Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan pula. Sebenarnya Tham-toaya mengenakan topi
dengan amat rendah sehingga hampir menutupi mukanya, andaikata tidak secara kebetulan ada
angin berembus sehingga sedikit menyingkap topi yang dikenakan Tham-toaya, mungkin akupun
tak dapat melihat jelas wajahnya itu."
Hui Giok terkesiap pikirnya, "Apakah ini yang di namakan serapat-rapatnya manusia
menyimpan rahasia, suatu ketika tentu bocor juga?"
Sementara itu Sin-jiu Cian Hui sedang manggut-manggut sambil bertanya, "Bagaimana
selanjutnya?"
Ko-put-ki menarik kuduknya lebih ke bawah lagi, lanjutnya, "Kemudian, setelah arak habis ku
minum, akupun delapan bagian dipengaruhi arak badan terasa nyaman sekali, seakan-akan udara
sudah tidak dingin lagi, Pada kesempatan itulah aku naik ke atas benteng kota Kay-hong dan
menengok ke bawah sana, kulihat di kejauhan di atas tanah yang bersalju seakan akan ada duatiga
sosok bayangan sedang berlompatan ke sana kemari.
"Katanya kau sudah tujuh-delapan bagian mabuk, masa dapat kau lihat sejauh itu?" tanya Cian
Hui lagi dengan wajah kelam.
"Angin yang berembus di atas benteng sangat kencang, setelah naik ke atas, mabukku lantas
hilang tiga bagian, apalagi permukaan tanah di luar kota diliputi salju nan putih, bayangan manusia
itupun bergerak kian kemari dengan cepatnya, maka aku dapat melihat semua itu dengan jelas.
Waktu itu aku sudah menduga ketiga orang itu sedang terlibat dalam pertarungan sengit.
"Sejenak kemudian tiba-tiba pertarungan itu berhenti dan kulihat tinggal sesosok bayangan
saja yang masih hidup, dia naik ke atas kudanya dan kabur ke arah situ, dari atas benteng dapat
kulihat wajah orang itu dengan jelas. ternyata orang itu tak lain adalah Leng-hong pat ciang Tham
Benr, Tham-toaya!"
"Benarkah kau melihat wajahnya dengan jelas?" tiba-tiba Hui Giok membentak.
"Ya, aku sudah pernah melihat Tham-toaya sebelumnya, kulihat baju yang ia kenakan itu
sama, rasanya penglihatanmu tak salah lagi," jawab Ko-put ki ketakutan.
Hui Giok tergetar, lalu berdiri kaku bagaikan patung, sorot matanya memandang ke tempat
jauh, memandang kegelapan nan jauh sana, di mana seakan-akan dilihatnya wajah Liong-heng
pat ciang yang sedang menyeringai.
Suasana kembali jadi gempar, para jago yang hadir ada yang terbelalak dengan mulut
melongo, ada pula yang berbisik-bisik membiarkan kejadian itu.
"Sungguh tak nyana Liong heng pat ciang yang sok berbuat kebajikan dengan cara-cara mulia
jtu tak tahunya adalah binatang berbaju manusia." demikian omel seorang.
Selama kegaduhan berlangsung, Sin-jiu Cian Hui hanya mengelus jenggot belaka tanpa
memberi komentar apa-apa. setelah kegaduhan itu mulai mereda ia baru berseru: "Bukankah
sudah belasan tahun yang lalu kau mengetahui rahasia ini kenapa baru sekarang rahasia tersebut
kau beberkan di sini" Apakah karena kau mendapat ancaman atau gertakan seseorang."
"Malam itu aku belum tahu persis apa yang telah terjadi." sahut Ko put-ki dengan suara
gemetar. "keesokan harinya baru kudengar bahwa Jiang-kiam-bu tek berdua saudara telah mati
dibunuh orang. Aku terkejut dan juga takut, makin di pikir semakin takut, ku tahu sewaktu Thamtoaya
melaksanakan perbuatannya itu, dia tentu tidak ingin ada orang yang tahu, jika beliau
mengetahui aku telah menyaksikan perbuatannya itu, sudah tentu aku akan dibunuhnya untuk
menutup mulutku, aku ingin minta perlindungan, tapi pada waktu itu jago persilatan manakah yang
berani memusuhi Tham-toaya" Siapa pula yang yang akan percaya pada keterangan seorang
kusir macam diriku?"
"Lalu bagaimana caramu mengatasi kesulitan tersebut?" tanya Ciao Hui pula.
Ko-put ki menghela napas. "Ai. setelah berpikir pulang pergi, aku masih tetap kuatir apakah
Tham toaya mengenali diriku waktu aku menongol keluar pintu warung" Makin dipikir aku semakin
takut akhirnya kereta kujual dan akupun kabur jauh2 untuk menyembunyikan diri.
"Dan sekali bersembunyi selama sepuluh tahun bukan?" tanya Cian Hui.
Dengan sinar mata yang sedih Ko put-ki mengangguk, "Ya, sebenarnya aku hendak
menunggu sampai perbuatan Liong heng pat-ciang Tham-toaya diketahui umum baru aku akan
muncul lagi, siapa tahu perbuatannya itu dilakukan dengan teramat rapi dan rahasia sehingga tak
diketahui siapapun. Aku lantas berharap... berharap agar dia cepat2 mati. Tapi ternyata ia tidak
mati2 juga, maka... maka akupun bersembunyi hampir belasan tahun lamanya."
"Lantas, kenapa rahasia tersebut kaubongkar juga sekarang?" bentak Cian Hui dengan dahi
berkerut "Apakah sekarang kau tidak takut mati lagi."
Ko-put ki tundukkan kepalanya rendah-rendah, "Sebenarnya aku tak ingin keluar dan tempat
persembunyianku, tapi ai, penghidupanku selama beberapa tahun terakhir ini betul2 amat susah,
aku tak punya tabungan juga tak punya harta kekayaan, penghidupanku selama ini hanya
bergantung dari upah yang didapatkan biniku dari mencucikan pakaian orang lain, dan aku sendiri
aku hanya bersembunyi terus di rumah, selangkahpun tak berani keluar pintu, sampai kakiku
hampir saja tak mampu digunakan untuk berjalan lagi, aku merasa kesepian dan merasa
ketakutan, aku takut tiba-tiba Tham-toaya muncul dari depan pintu dan sekali bacok membereskan
nyawaku!" Setelah termangu-mangu sesaat lamanya, ia melanjutkan "Tapi belakangan ini, biniku telah
mati aku jadi kelaparan dan tak mampu makan lagi, pada suatu tengah malam aku pun keluar
rumah dan coba minta sedekah orang, tapi ketika aku menuju pulang setelah isi perut, tiba-tiba ku
temukan seorang berjalan di depan rumahku dengan membawa pisau, aku jadi ketakutan
setengah mati kutinggalkan rumahku dan lari terbirit-birit."
Mendengar sampai di sini, para jago yang hadir tak dapat menahan rasa kasihannya, suara
helaan napas bergema di sana sini.
Ko-put-ki melanjutkan kata-katanya dengan suara berat: "Tapi aku mampu lari ke mana"
Untuk berjalan pun aku tak kuat akupun tak punya uang, siang hari bersembunyi, bila malam tiba,
terpaksa aku kumpulkan akar rumput dan kulit pohon untuk mengisi perutku yang lapar.
"Penghidupan seperti ini kualami sampai beberapa hari, aku benar-benar tak tahan lagi, suatu
malam ketika aku tidur di tepi tong sampah di sebuah gang, tiba2 kulihat...."
Berbicara sampai di sini, mendadak ia berhenti, ia melirik Cian Hui sekejap dengan sinar mata
ketakutan. "Tak apa, ceritakan terus terang!" ujar Cian Hui dengan dingin.
Dengan suara gemetar Ko put-ki melanjutkan lagi. "Waktu itu aku kedinginan dan sangat lapar
aku benar-benar tak bisa tidur, saat itulah tiba-tiba dari salah sebuah rumah kudengar jeritan ngeri
beberapa kali, dengan kaget aku melompat bangun dan berlari terbirit-birit.
"Belum jauh kau kabur, kau lantas ditangkap seorang anak buahku?" sela Cian Hui.
Dengan gemetar Ko put-ki mengangguk, "Ya, aku ketakutan setengah mati hingga hampir saja
jatuh semaput, apalagi ketika ku angkat kepala, ternyata diriku berada di depan kantor cabang Hui
liong piaukiok, kukira Toako ini adalah anak buah Tham-toaya, karena takutnya aku lantas berlutut
dan meratap, "O, tolong beritahukan kepada Tham-toaya, malam itu meski aku berada di Kayhong,
tapi sebenarnya aku tidak melihat apa-apa!"
Sin-jiu Cian Hui mendengus dan menanggapi "Anak buahku itu mengira kau ini seorang
sinting, sebetulnya dia hendak melepaskan kau, tapi aku mendengar ucapanmu dan segera
merasa ada sesuatu rahasia di balik ratapanmu itu, maka akupun lantas ingin tahu siapakah dirimu
ini?" "Ya, benar, benar!" Ko-put-ki manggut2 "setelah kutahu Toaya bukan orang Hui-liong-piaukiok,
lagi pula kulihat Toaya..."
"Katakan saja terus terang, katakan semua yang kau lihat," seru Cian Hui.
Ko put-ki menarik napas dingin, cepat dia menyambung "Apalagi setelah hamba lihat bahwa
Toaya membantai seluruh penghuni kantor Hui-lionlg piauwkiok, tahulah hamba bahwa Toaya
adalah musuh bebuyutan Liong heng-pat ciang, terutama setelah hamba lihat Toaya sama sekali
tidak takut kepada Liong heng pat-ciang, maka sekarang berani kuceritakan semua pengalamanku
itu." Sampai di sini, Sin-jiu Cian Hui lantas menyapu pandang wajah seluruh jago-jago dengan
pandangan tajam, kemudian serunya dengan lantang. Sobat2 sekalian, tentunya kalian sudah
mendengar apa yang diceritakan orang ini."
Kawanan jago itu hanya berani tertegun dengan mata terbelalak, ada yang menggigil, ada pula
yang menghela napas.
Dengan alis menegak Sin-jiu Cian Hui lantas berkata lagi dengan lantang, "Sampai di sini,
tentunya saudara sekalian telah tahu jelas manusia macam apakah Liong-heng pat ciang itu. Apa
yang dilihat sahabat Ko di Kay-hong tak lain adalah peristiwa dibegalnya barang kawalan Jiangkiam
bu tek Hui-si siang-hiong yang berupa Pek-giok ciangcu (katak kemala hijau) dalam
perjalanan menuju Ho-pak.
Baru saja ia berbicara sampai disini, Hui Giok yang sejak tadi berdiri kaku mendadak berteriak
lantang, "Apa" Pek-giok-ciam-cu" Ketika ayahku terbunuh beliau sedang mengawal Pek-giokciam-
cu?" Melihat perubahan air mukanya itu, Sin-jiu Cian Hui tampak melengak, tapi dia lantas
mengangguk. "Ya, benda kawalannya memang Pek-giok-ciam-cu." jawabnya, "kukira setiap orang persilatan
mengetahui hal ini, masa Hui-heng tidak tahu?"
Hui Giok mundur tiga langkah dengan tangan terkepal kencang-kencang, sementara air mata
bercucuran membasahi pipinya yang pucat, sambil menengadah ia bergumam sendiri: "O, Thian
benarkah pembunuh berdarah dingin itu adalah dia?"
Tiba-tiba ia teringat ketika dia masuk ke kamar Tham Beng tempo dulu, bukankah benda yang
sedang dimainkan Tham Beng itu adalah sebuah mainan berwarna hijau kemala"
Tiba-tiba saja ia menjadi paham kenapa Tham Beng dengan kaget dan gugup buru-buru
menyimpan benda itu ke dalam sakunya begitu melihat ia muncul di kamarnya, bahkan
memperingatkan dia agar selanjutnya tidak masuk ke kamarnya lagi.
Dahulu segala persoalan itu tidak dipahaminya, dan iapun tak ingin memahaminya, tapi
sekarang, dalam sekejap mata semua persoalan itu telah ada jawabannya dan jawaban itu hanya
menambah duka citanya.
Ko-put ki memandang ketakutan ke arahnya semua orang memandang simpati kepadanya,
sedang Leng kok siang-bok menghela napas panjang.
Sedang Leng Han tiok sambil menghela napas: "Bun-ki... ai, kasihan dia."
Leng Ko-bok mengangguk dengan berat, sampai lama ia tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. Sin jiu Cian Hui mengelus jenggotnya lalu membentak, "Jika dalam dunia persilatan masih ada
keadilan, apakah kita harus membiarkan Liong-keog pat-ciang si jahanam terkutuk itu tetap hidup
di dunia?"
"Bunuh mati bajingan itu!" teriakan keras berkumandang dari mulut para jago, sekarang semua
orang sudah diliputi rasa gusar yang meluap, andaikata Liong-heng pat-ciang berada di situ,
sekalipun ilmu silatnya tinggi mungkin dia akan gentar juga oleh kemarahan massa yang meluap
itu. Melihat reaksi orang banyak yang kalap itu Cian Hui makin bersemangat, kembali teriaknya.
"Jiang kiam ji hiong mati secara mengenaskandi tangan Liong-heng pat ciang, kita
perserikatann orang-orang Kanglam harus bersumpah untuk membantu Hui-taysianseng
membalas sakit hati ini, kalian semua tentunya laki-laki vang berdarah panas, bagi kalian yang
bukan anggota Perserikatan orang-orang Kanglam sudah sewajarnya kalian ikut berjuang demi
menegakkan kebenaran, tentunya kalian bersedia, bukan?"
Sambutan para jago kembali bergemuruh sampai-sampai menggetar pepohonan yang tumbuh
di sekitar tempat itu, daun pada berguguran bagaikan musim rontok tiba secara mendadak.
"Hui heng," Cian Hui lantas berpaling setelah mempunyai begini banyak sahabat yang


Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendukungmu, apakah kau masih takut sakit hatimu takkan terbalas."
Dengan pandangan bingung Hui Giok menatap Ko-put ki, lalu bergumam sendiri, "Ko-put-ki,
Ko-put-Ki ternyata di dunia ini memang banyak persoalan yang sukar dilewati... Tham Beng, wahai
Tham Beng, bagaimana jua kau memang salah, kau salah besar..."
Leng-kok-siang-hok saling pandang sekejap, lalu Leng Han-tiok berkata, "Andaikata Tham
Beng mengetahui siasat busuknya yang direncanakan secara rapi dan berhasil mengelabui orang
ini ternyata telah hancur di tangan seorang kusir kereta yang tak terkenal, entah bagaimanakah
perasaannya sekarang?"
"Maka untuk selanjutnya dia akan percaya di dunia ini memang ada perkara yang Ko-put-ki."
sambung Leng Ko bak dengan tersenyum dingin.
Angin berembus makin kencang, membuyarkan suara teriakan gusar, seruan kaget dan helaan
napas yang memenuhi permukaan bumi ini.
-oOo - -oOo- Sementara itu Tham Beng dengan sebelah tangan memegang tali kendali kuda dan tangan
lain mengelus jenggotnya sedang membiarkan kudanya berjalan lambat di tengah kegelapan.
Tokoh persilatan yang termasyhur ini ketika ini berada dalam keadaan murung, alisnya
bekernyit, rupanya ia sedang menimbang suatu keputusan penting mengenai suatu masalah
besar. Lo Gi, Pian Siau-yan dan Pat-kwa ciang Lm Hui pelahan mengikut di belakangnya, dan pada
barisan paling belakang mengikut empat orang laki-laki berpakaian ringkas, dilihat dan dandanan
mereka, tampaknya orang-orang itu adalah para teriak jalan dari perusahaan pengawalan.
Kedelapan ekor kuda berjalan di tengah keheningan malam yang dingin, tiada suara manusia,
tiada ringkikan kuda, yang terdengar hanya derap kaki kuda yang berdetak-detak.
Angin malam yang dingin mengusap jenggot Tham Beng yang panjang, tiba-tiba ia menghela
napas. "Setelah musim dingin tiba, banyak orang persilatan harus dibereskan. Selesai membereskan
persoalan ini, akupun akan beristirahat sudah sekian tahun, ai..." tiba-tiba ia menghela napas pula.
Pat-kwa-eiang Liu Hui larikan kudanya menyusul ke sisinya, sambil tersenyum ia berkata.
"selama beberapa tahun terakhir ini walaupun Cong-piautau sudah capai, tapi semangatmu makin
lama makin berkobar, cara Congpiautau menyelesaikan pelbagai persoalanpun juga
mengagumkan orang."
Ia merenung sebentar, seolah-olah sedang mempertimbangkan bagaimana caranya ia
menyanjung agar dapat merebut hati majikannya.
Selang sejenak, dia tersenyum dan berkata pula:
"Anibil contoh kejadian yang baru saja lewat, aku benar-benar amat kagum, cukup hanya duatiga
patah kata saja Kang Tay sik sudah dibikin tunduk sehingga disuruh terjun ke lautan api pun
rela, cuma sekalipun Congpiautau tidak mengucapkan kata-kaia semacam itu, kami semua juga
rela menjual nyawa bagi Cong-piautau"
Liong heng-pat-ciang tertawa, "Itulah cara orang hidup dan menjadi manusia yang layak, bila
suatu hari aku mengundurkan diri dari keramaian dunia, maka kaupun harus meniru cara caraku
untuk menjadi orang."
Mata Pat-kwa-aang Liu Hui bersinar terang, tapi lahirnya pura-pura menunjukkan rasa
tercengang. "Cong-piautau" katanya, "berbicara soal kesehatan, ilmu silat dan kecerdasan keadaanmu
sekarang sedang berada pada puncaknya, kenapa kau singgung soal pengunduran diri" Bila
Congpiautau benar-benar akan mengundurkan diri, lantas siapakah yang akan memikul
tanggungjawab atas usaha yang besar itu?"
Semakin cerah wajah Liong-heng-pat-ciang katanya lagi sambil tersenyum, "Meskipun
demikian tapi siapakah yang mampu menahan menanjaknya usia" sekalipun dia adalah seorang
Enghiong, rasanya juga tak mampu menahan bertambahnya usia Ai. aku hanya berharap agar
mereka..."
Belum habis kata2nya, tiba2 dan arah belalang berkumandang suara derap kaki kuda yang
gencar, seekor kuda tampak membedal tiba.
"Siapa itu?" tegur Tham Beng cepat.
Serentak kedelapan ekor kuda itu dihentikan penunggang kuda yang muncul dan belakang itu
cepat melompat turun dari kudanya dan menghadap Tham Beng.
"Cian Sin Jiu sudah tiba di Tionggoan," demikian orang itu memberi laporan, "barusan ia telah
muncul di bukit Hok-gu-san, tapi agaknya dia datang sendirian, entah apa yang dibicarakan
dengan Hui-tay sianseng, karena itu hamba tak berani berdiam terlalu lama di sana dan buru-buru
datang kemari untuk memberi laporan kepada Congpiautau."
Liong-heng-pat-ciang Tham Beng mengernyitkan alisnya yang tebal, sesudah termenung
sejenak akhirnya ia tertawa dingin kalanya "Bagus... bagus sekali! Ternyata ia benar-benar sudah
datang. Hm kalau ia berani datang ke daerah Tionggoan berarti dia sudah atur persiapan yang
matang, tak nanti dia datang seorang diri, bila Kang hiante ingin turun tangan, rasanya teramat
sulit." Air muka Pat-kwa-ciang Liu Hui agak berubah, sambil tertawa iapun berkata, "Ia berani
meninggalkan daerah kekuasaannya dan datang ke Tionggoan, mungkin ia sudah bosan hidup,
itulah keuntungan Congpiautau, siaute harus mengucapkan selamat kepada Congpiautau,
sedangkan soal Kang-lote, kukira kungfunya cukup hebat, dia juga cerdik dan pandai melihat
gelagat, mungkin tugasnya tak akan mengalami kesulitan!"
"Bila tahu diri sendiri dan tahu keadaan musuh, setiap pertarungan tentu akan menang, kalian
terlalu memandang rendah kemampuan Sin-jiu Cian Hui, padahal orang ini terhitung seorang
jagoan yang sangat tangguh."
"Sekalipun Cian Hui termasuk orang yang tangguh masa dia mampu menandingi ketangguhan
Congpiautau?" Pat-kwa-ciang Liu Hui mengumpak "sudah puluhan tahun Congpiautau memimpin
dunia persilatan, masakah seorang Cian Hui saja tak sanggup membereskannya"
"Meskipun begitu, kan tak ada salahnya kain kita berhati-hati. ." kata Liong-heng-pat ciang
sambil tersenyum.
Tiba2 hawa napsu membunuh terpancar dari matanya setelah berhenti sebentar ia
menengadah bergelak tertawa:
"Cian Hui wahai Cian Hui," serunya, "meski tindakanmu itu jauh di luar dugaan, tapi aku sudah
menyebarkan mata2ku di sana, setiap gerikmu tak nanti lolos dan pengamatan mata dan telingaku
Hehehe, setelah kau datang ke Tionggoan, jika tak kuberi pelayanan yang baik padamu,
percumalah aku menjadi tuan rumah di daerah Tionggoan sini."
Gelak tertawanya yang nyaring itu penuh mengandung nada bangga dan gembira
"Hahaha! betul," sambung Pat kwa-ciang Liu Hui sambil tergelak pula, "barang siapa berani
memusuhi Congpiautau berarti orang tersebut sudah bosan hidup."
Belum gelak tertawanya berhenti, tiba2 dari arah belakang sana muncul lagi seekor kuda yang
dilarikan kencang2, penunggang kuda itu berambut awut-awutan tak keruan, mukanya tegang,
sekalipun di tengah malam yang dingin, namun badannya basah kuyup oleh peluh.
Melihat kemunculan orang itu Liong-heng-pat-ciang Tham Beng serentak berhenti tertawa,
dengan dahi berkerut tegurnya "Yu Jit, kenapa kebingungan. Usap dulu keringat di atas kepalamu
sebelum bicara denganku "
Yu Jit, si penunggang kuda itu benar2 menyeka dulu keringat di atas kepalanya lalu ia
membungkuk badan dan memberi hormat:
"Lapor Congpiautau," serunya dengan gugup. "di bukit Hok gu-san sana telah terjadi peristiwa
luar biasa."
"Peristiwa apa yang terjadi?" tanya Liong-heng-pat ciang Tham Beng.
"Setiba di sana, Cian Sin-jiu telah mengucapkan beberapa patah kata yang menjelekkan diri
Congpiautau, lalu semua orang yang hadir di bukit itu bersorak-sorai menyanjung Hui-taysianseng.
Saudara-saudara yang Congpiautau tinggal di situ merasa penasaran dan tidak ikut bersorak,
perbuatan ini telah diketahui oleh orang-orang yang dipersiapkan Cian Hui di sana, mereka
ditangkapi ketika Kang-piautau melihat gelagat tidak menguntungkan dan coba kabur, tapi iapun
dibekuk oleh anak buah Cian Hui"
"Masa di antara anak buah Cian Hui ada yang mampu membekuk Kang Tay-sik. Aneh benar!"
seru Liong-heng-pat ciang dengan kening berkerut.
Lo Gi dan Pian Sau-yan saling pandang sekejap, wajah mereka menunjukkan pula rasa kaget.
Perlu diterangkan Tok jiu ciang-wi (Ciang Wi bertangan keji) Kang Tay sik adalah seorang
tokoh kelas satu dalam Hui-liong piaukiok, sebab itulah Tham Beng menyerahkan tugas tersebut
kepadanya. Yu Jit berhenti sebentar untuk mengatur napasnya yang tersengal, kemudian sambungnya
"Ketika menyaksikan gelagat tidak baik, hamba segera ikut bersorak sorai, sesudah mereka pergi
semua hamba pun segera ambil langkah seribu, saat ini..."
"Kecuali Kang Tay-sik, masih ada berapa orang lagi yang kepergok?" tukas Liong heng-patciang
Tham Beng. Yu Jit termenung sejenak, lalu sahutnya "Semuanya berjumlah lima belas orang.
Belum habis ucapannya tiba-tiba Liong heng-pat ciang Tlidm Bcng bergelak lagi.
Melihat tingkah lakunya ini, semua orang hanya saling pandang saja.
Sesudah tertawa, Tham Beng berseru lagi, "Cian Hui wahai Cian Hui kau memang betul-betul
seorang tokoh kosen dan tak malu menjadi musuh besarku. Tapi tindakanmu memusuhi diriku
adalah suatu tindakan yang keliru besar, kau akan menyesal untuk selamanya karena peristiwa ini.
Kembali ia tertawa seram, lalu terusnya "Liu hiante tahukah kau berapa banyak mata-mata
yang telah kusiapkan di sana, sekalipun ia berhasil menangkap lima belas orangku lagi semua
gerak-geriknya tetap tak lolos dari pengawasanku."
Pat-kwa-ciang Liu Hui tertawa "Congpiautau adalah orang paling kosen di antara manusiamanusia
kosen lainnya, siapa yang akan mampu menandingi dirimu" Dan lagi orang she Cian itu
terhitung manusia apa?"
Liong-heng-pat ciang Tlum Bcng tertawa terbahak-bahak "Hahaha! Kang Tay sik memang
cerdik, tapi iapun berbuat tolol, padahal ia tak perlu melarikan diri, asal berpura-pura saja, siapa
yang akan mencurigai dia" Cuma... hahaha, meskipun tertangkap, hal ini tidak akan
mempengaruhi rencana besarku, dengan perasaan utang budi yang tertanam di hati Hui Giok tak
nanti dia memusuhi ku!"
"Ya, benar, Hui Giok menghormati Congpiautau ibaratnya kepada orang tua sendiri, tak nanti
akan berbuat kurang ajar terhadap Congpiau-tau." kata Lui Hui.
"Yang paling menggelikan adalah usaha Cian Hui yang bersusah payah menjadikan Hui Giok
seorang yang ternama dan berkedudukan tapi ia tak sangka akan hubunganku dengan Hui Giok
ini, perbuatannya ini sekarang berbalik jadi senjata makan tuan."
Setelah tertawa bangga, Tham Beng menyambung pula, "Suatu ketika tentu akan kubiinm Hui
Giok berbalik memusuhi dia, kalau sudah demikian itu berarti Perserikatan orang-orang Kanglam
yang didirikannya dengan susah payah itu akan menambah kekuatan bagi pihakku malah,
hahaha..."
Ia berpaling ke arah Liu Bui dan meneruskan "Liu-hiante, sekarang tentunya kau mengerti
kenapa selama ini aku tidak berbuat apa-apa terhadap Perserikatan orang orang Kanglam itu"
Nah di sinilah alasannya Hahaha, orang persilatan manakah yang akan menduga rencanaku itu"
Pat-kwa-ciang Liu Hui buru-buru memperlihatkan rasa kagumnya, sambil menghela napas ia
berkata "Ya, siapa yang mampu menebak perhitungan Congpiautau. Belakangan ini kungfu Hui
Giok mendapat kemajuan yang pesat siapa tahu kalau di kemudian hari dia akan menjadi seorangpembantu
yang dapat diandalkan bagi Congpiautau?"
"Benar," Liong-heng-pat-ciang Tham Beng mengangguk "asal kugunakan sedikit akal tidak
perlu kuatir ia akan membangkang perintahku."
Di tengah gelak tertawanya yang nyaring kembali wajahnya menampilkan perasaan bangga.
Pat-kwa-ciang Liu Hui menghela napas dan berkata. "walaupun begitu, sampai sekarang juga
aku masih belum percaya, masa dalam waktu satu-dua tahun yang singkat ini ia berhasil
memperoleh kepandaian silat yang maha lihai, bahkan baik dalam hal bicara maupun tindaktanduknya
seakan-akan telah berubah menjadi seorang yang lain."
Liong-heng pek-ciang mengangguk "Ya, sesunguhnya bocah ini memang seorang yang amat
cerdik." katanya, "sejak dulu aku sudah mengetahuinya, karena itulah...."
Tiba-tiba ia berhenti bicara, setelah celingukan maju ke dekat Pat-kwa-ciang Lui Hui dan
melanjutkan kata-katanya dengan setengah berbisik "Sejak kecil sudah kusiksa dia, kulukai harga
diri menghancurkan rasa kepercayaan pada diri sendiri agar dia menjadi seorang yang lemah dan
tak berguna. Siapa tahu dia memang seorang yang luar biasa, walaupun kecerdasan serta
kemampuan telah kutekan dan kukuasai tapi sedikit terlena saja, semuanya itu lantas meluap lagi,
sebab itulah dalam waktu singkat ia berhasil mencapai kesuksesan yang luar biasa."
Setelah menghela napas sambungnya lagi. "Seperti halnya membendung air. sekali
bendungan jebol, maka air bau akan menerjang masuk dengan lebih besar Ya, salahku sendiri
yang tak pernah berpikir sampai ke sana."
Dari perkataannya jelaslah bahwa ia merasa menyesal karena dulu bertindak kurang tegas.
Buru-buru Pat kwa ciang Liu Hui menghiburnya, "Walaupun begitu toh sekarang Congpiautau
cukup mampu untuk menguasainya lagi sekalipun harus membuang tenaga lebih banyak tapi
orang itu kan tetap merupakan benda dalam saku Cong-piautau?"
"Hahaha.... " Liong heng pat ciang bergelak sambil menepuk bahu anak- buahnya itu "Liu
hiante kau memang seorang pembantu yang paling kuandalkan!"
Kungfu Pat kwa ciang Liu Hui sebenarnya tidak tinggi, tapi kecerdasan otaknya boleh
diandalkan di antara jago-jago lainnya dalam Hui liong piaukiok dia merupakan orang yang paling
dipercaya oleh Liong-heng-pat ciang.
Sebab itulah terkadang orang merasa heran Liong-heng pat ciang yang cermat kenapa bisa
salah pilih, masa seorang yang tak becus dijadikan orang kepercayaan" Orang lain tidak tahu
bahwa walaupun Pat kwa ciang Liu Hui tak becus, tapi kepandaiannya menjilat pantat adalah
nomor satu. Biasanya, baik dia orang pintar atau orang bodoh, menghadapi sanjung puji seringkali
orang akan melahapnya tanpa menolak.
Liong heng-pat ciang Tham Beng berhenti tertawa, seraya memutar kudanya ia berkata lagi
dengan suara berat. "Cian Hui berbuat demikian disebabkan ada maksud tertentu. Yu Jit,
sekarang juga berangkat ke Lam-yang dan cari rumah penginapan O-hun-kek can setelah bertemu
dengan Si Beng Siang Hui kui dan Kongsun Tay-liok bertiga, perintahkan kepada mereka agar
segera berangkat ke Hok-gu san, katakan bahwa aku ada urusan penting perlu bantuan mereka."
Yu Jit mengiakan berulang kali, cepat ia melompat ke atas kudanya dan dilarikan secepat
terbang. Seperginya orang itu, Liong heng pat ciang Tham Beng berkata pula, "Kita berangkat ke sana,
ingin kutahu Cian Hiu masih mampu main gila apa lagi."
Selesai berkata, ia lantas menarik kudanya dan larikannya ke depan.
Melihat itu dengan dahi berkerut Lo Gi berisik Cian Sin-jiu tentu datang dengan persiapan yang
cukup matang, entah jago2 lihay macam apa lagi yang ia bawa."
Pian Siau yan termenung sejenak, sambil memandang bayangan punggung Liong heng pat
ciang ia menyahut "Asal Congpiautau turun tangan sendiri, dalam dunia persilatan dewasa ini tak
ada seorang pun yang sanggup bertahan lima puluh gebrakannya."
"Kuatirnya..." Lo Gi berkerut kening Pian Siau-yan tersenyum, tukasnya "Perkataanku pasti
tidak meleset suatu hari pernah ku saksikan dengan mata kepalaku sendiri cara bagaimana
Congpiautau berlatih ilmu silatnya. Sedemikian hebat kungfunya, biarpun kita berdua bergabung
juga belum tentu mampu menahan tiga puluh jurus serangannya."
Airmuka Lo Gi berubah, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi ia cemplak kudanya dan berlalu
walaupun ia kurang percaya terhadap cerita Pian sau yan akan tetapi mau tak-mau juga harus
mempercayainya.
Liong-heng pat ciang Tham Beng duduk di kudanya sekukuh batu karang siapapun tak
menyangka orang tua ini sudah sehari semalam duduk di atas kudanya tanpa beristirahat.
Wajahnya masih tetap tenang, tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkannya.
Di tengah kegelapan hanya suara derap kuda yang terdengar memecah kesunyian, tiba-tiba
dan depan debu beterbangan ke udara.
Melihat itu, Liong heng-pat-ciang tertawa dingin, dengusnya, "Hm, ini dia, Sin Jiu Cian Hui ada
main lagi!"
Nadanya penuh rasa percaya pada diri sendiri dan juga angkuh.
"Ah, permainan apapun yang akan dia lakukan juga tak akan mampu dikembangkan
dihadapan Congpiautau!" umpak pat-kwat-ciang Lui Hui sambil tersenyum.
Liong heng pat-ciang Tham Beng tertawa "Sejak dulu kan sudah kukatakan kepadamu bahwa
di dunia ini sama sekali tak ada urusan yang tak bisa diselesaikan" aku jadi teringat pada belasan
tahun yang lalu pernah berjumpa seorang kusir kereta kuda yang bernama Ko put ki," sementara
pembicaraan berlangsung dan depan muncul seekor kuda yang makin mendekat dengan
cepatnya. Ketika si penunggang kuda itu mendengar ucapan terakhir Liong heng-pat-ciang yang
terakhir. "Tahu apa?" bentak Liong-heng-pat-ciang sambil menarik muka.
Karena jawaban ini, si penunggang kuda tampak tertegun, bukan saja kelihatan gugup, sekujur
badannya juga basah kuyup oleh keringat.
"Ko put-ki " ucapnya dengan tergagap.
"Ko-put-ki. Ko-put ki apa?" bentak Liong heng-pat ciang Tham Beng lagi dengan dahi berkerut
"Ong Liat kenapa kian lama kelakuanmu kian mirip orang sinting, mana berbicara pun tidak jelas!"
Ong Liat yang gugup dan mandi keringat ia semakin ketakutan ia tak berani menengadah
cepat-cepat dicteritakannya semua kejadian yang berlangsung di Hok-gu-sau itu kepada
majikannya. Berbicara sampai pada perbuatan Tok-jiu-ciang-wi yang pura-pura mati dengan tujuan
membunuh Hui Giok. Liong heng-pat-ciang tampak tersenyum.
"Sejak dulu sudah kutahu bahwa Kang hiante bukan seorang yang tolol ternyata dia memang
mempunyai tujuan tertentu dengan perbuatannya itu. Ya dia memang seorang tangguh yang sukar
dicari tandingannya."
Walaupun senyuman juga menghiasi wajah Pat-kwa-ciang Lui Hui, tapi diam-diam ia merasa
iri. Tapi Ong Liat lantas bercerita tentang Hui Giok mendadak melompat bangun dan Kang Tay-lik
menelan kapsul racunnya untuk bunuh diri, air muka Liong-heng-pat ciang berubah hebat, ia
menghela napas berulang kali, sedang Pat-kwa-ciang Liu Hui juga menunjukkan wajah menyesal
meski dalam hati ia bersorak kegirangan karena Kang Tay-sik gagal berjasa.
Tapi ketika Ong Liat melaporkan ada orang yang berniat akan membeberkan asal usul Tok
ciang Kang Tay-sik, dengan murka Liong-heng-pat-ciang lantas berteriak, "Ke mana kaburnya
orang itu" Apakah dia dibunuh Cian Hui?"
"Tidak, tak dibunuh Cian Hui," Ong Liat menggeleng kepala "tapi dia takkan lolos dari
cengkeraman kita, sebab ketika hamba bersama Tio Kian dan Thio Seng berhasil kabur dari sana
mereka berdua kuperintahkan untuk menguntitnya sendiri datang kemari untuk memberi laporan."
Mendengar itu Liong-heng pat-ciang Tham Beng tertawa dingin.
"Hehehe, Cian Hui tahu tak nanti kuampuni penghianat itu, maka ia pura-pura bermurah hati!"
"Liu-hiante, jika Cian Hui tidak segera dilenyapkan dari muka bumi ini selamanya kita tak bisa
hidup tenang."
Meskipun air mukanya berubah hebat, tapi sikapnya tak kelihatan gugup. Tapi ketika Ong Liat
melaporkan perbuatan Ko-put ki yang telah membongkar rahasianya tokoh yang gagah perkasa ini


Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baru kelihatan gugup, tangannya yang mengelus jenggotpun gemetar.
Setelah termenung sejenak, kemudian ia berkata dengan suara tertahan, "Masa semua orang
percaya obrolan seorang kusir yang tak terkenal?"
Ong Liat tak berani menjawab, dia hanya mengangguk saja.
Dalam pada itu air muka Lo Gi, Pian Sau-yan serta Pat-kwa-ciang Liu Hui sama berubah juga,
betapapun rahasia yang menyelimuti peristiwa yang pernah menggetarkan dunia Kangouw itu tak
pernah diketahui oleh siapapun, bahkan Pat-kwa-ciang Liu Hui sendiri baru pertama kali ini
mendengarnya. Sambil mengelus jenggotnya Liong heng pat-ciaag duduk tepekur di atas kudanya, kecuali
rambut dan jenggot yang berkibar terhembus angin sekujur badan sama seakan tak bergerak, seolah-
olah seorang pertapa yang sedang bersemedi.
"Congpiautau " bisik Pat kwa-ciang Liu Hiu dengan agak tergagap.
Liong heng pat ciang mengulapkan tangannya memotong ucapan orang, ia jalankan kudanya
perlahan ke depan, tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba ia putar kudanya dan tanpa
mengucapkan sepatah katapun melarikan kudanya menuju ke arah yang lain.
Lo Gi, Pian Sau-yan dan Pat kwa-ciang Liu Hui segera menyingkir memberi jalan, sesudah
Congpiautau lewat, mereka bertiga saling pandang sekejap, akhirnya mereka menyusul ke sana.
Liong-heng-pat-ciang melarikan kudanya ke sana dengan cepat, rambutnya yang telah
beruban berkibar tertiup angin, begitulah hampir selama setengah jam ia membedal kudanya
dengan cepat, walaupun Pat kwa ciang bertiga tak dapat melihat perubahan air mukanya, tapi
mereka dapat menebak betapa kalut perasaannya waktu itu.
Maka mereka pun tak berani bersuara, sedang mereka melarikan kuda masing-masing,
mendadak Tham Beng menahan kudanya sehingga kuda mengangkat kaki depan ke atas,
sementara kuda-kuda yang mengikut di belakangnya juga buru2 terhenti.
Ringkikan kuda berkumandang, serentak rombongan menghentikan perjalanannya.
Tiba-tiba Liong-heng-pat ciang berpaling dan bertanya dingin suara tertahan, "Liu hiante
berapa banyak orang yang dapat dipakai di kantor pusat ibukota?"
Pat-kwa-dang Liu Hin berpikir sebentar, lalu sahutnya, "Kurang lebih empat puluh orang."
Pelahan Liong heng-pat ciang mengangguk "Dalam tiga hari, bisa kau kumpulkan berapa
banyak jago2 tangguh dari seluruh kantor cabang kita?"
Berdebar jantung Pat kwa-ciang Liu Hui, ia tahu majikannya telah siap untuk beradu kekuatan
dengan Sin jiu Cian Hui.
Lo Gi dan Piao Siau-yan yang mendengar pertanyaan itu ikut merasa tegang juga.
Setelah termenung sebentar, kembali Liu Hui menjawab. "Bila kita kirim perintah dengan pos
merpati dalam tiga hari kita bisa mengumpulkan dua puluh sembilan orang Piausu dan kurang
lebih seratus orang anak buah, selebihnya..."
"Cukup" tukas Lioug-heng-pat ciang "Sau yan, sekarang juga berangkat ke Sik-ki-tin, kirim
surat perintah ke seluruh kantor cabang dengan burung merpati, dan perintahkan kepada mereka
yang mampu bertarung agar segera berangkat ke Kang-lam, yang sedang mengawal barang tetap
mengawal barang, yang tak ada pekerjaan, isi kereta masing-masing dengan batu dan pura2
sedang mengawal barang, perintahkan kepada mereka untuk berkumpul di sepanjang
penyeberangan di Buhan"
"Terima perintah." sahut Pian Sau-yan dengan semangat berkobar.
Sambil berkerut kening Liong-heng-pat-ciang Tham Beng berkata pula dengan suara dalam.
"Baik ada barang kawalan atau tidak, isi kereta masing-masing dengan batu!"
Pian Sau-yan memberi hormat di atas kudanya kemudian mencambuk kuda tunggangannya
dan berlalu dengan cepat.
Setajam sembilu Liong heng-pat-ciang Tham Beng menyapu pandang anak buahnya, kembali
ia berkata, "To hiante, sekarang juga berangkat ke Lam-yang dan mengadang Si Beng, Siang Hu,
Kongsun Tay liok di sana, ajak mereka segera berangkat ke dermaga penyeberangan dan
langsung menuju selatan, setibanya di Kanglam kumpulkan kembali ke-20 saudara kita yang
bertugas di Ci-bun dan langsung berangkat ke Long bong-san-ceng, kecuali perempuan tua dan
kanak-kanak, semua laki-laki yang tampak sehat ringkus seluruhnya, lebih baik diringkus dalam
keadaan hidup-hidup, bila terpaksa boleh dibunuh, sesudah itu bakar Long-bong-san-ceng hingga
rata dengan tanah."
Walaupun merasa terkejut Lo Gi menyahut juga dengan nyaring, "Terima perintah!"
Dengan mata membara terpengaruh hawa napsu membunuh, Liong-heng-pat-ciang
melanjutkan kata katanya, "Bila tugas ini tak berhasil kau laksanakan, tak usah datang menjumpai
diriku lagi, bila tugas itu dapat kau selesaikan, kalian boleh beristirahat sehari di Hu-liang, tunggu
perintahku selanjutnya dengan berita burung merpati."
Lo Gi tak berani banyak bicara lagi, ia segera mencemplak kudanya dan berangkat.
Tanpa berhenti, Liong-heng-pat-ciang Tham Beng menurunkan perintahnya lebih jauh, "Ong
Liat, sekarang juga balik ke Hok gu-san, gerak-gerik apapun yang dilakukan Sin-jiu Cian Hui,
harus usahakan untuk melapor kepadaku, bila terlolos sebuah berita saja, kaupun tak usah
bertemu denganku lagi"
"Terima perintah" sahut Ong Liat sambil melompat ka atas kudanya, diam-diam ia menyeka
peluh dingin yang membasahi jidatnya.
"Bila bertemu dengan Thio Khi dan Thio Seng, jika mereka telah berhasil menangkap
pengkhianat tersebut, perintahkan kepada mereka agar pengkhianat itu langsung dibawa ke
ibukota!" Ong Liat mengiakan lagi, tapi sebelum ia berlalu dari situ, dengan dahi berkerut kembali Tham
Beng berkata, "Jika mereka berdua tak berhasil menangkap pengkhianat tersebut, bunuh saja
kedua orang itu, Hui-liong-piaukiok kita tidak membutuhkan manusia tak becus seperti mereka."
Ong Liat terkesiap, ia makin tak berani banyak bicara, cepat kudanya diputar dan berlalu.
Sampai di situ, Liong~heng~pat-ciang baru dapat mengembus napas. ujarnya kemudian
dengan lembut, "Liu-hiante, ikutlah aku pulang ke ibukota, akhir-akhir ini tentunya kau amat lelah
bukan?" "Bila Congpiautau ada perintah lain, katakan saja kepadaku," buru-buru Pat-kwa-ciang Liu Hui
berseru, "aku ..."
"Di sepanjang jalan, hanya ada satu tugas yang harus kita laksanakan. ." tukas Tham Beng
sambil tersenyum. Setelah berhenti sebentar, lanjutnya, "yakni kita harus menyiarkan ke seluruh
dunia bahwa Bun-ki telah bertunangan dengan Tonghong Ceng, salah satu dari Tiat-kiam-cengkang-
ouw Tonghong bersaudara dari Kang-soh!"
"Ber... bertunangan?" desis Pat-kwa ciang Liu Hui dengan bingung.
"Ya, bertunangan!" sambil tertawa Tham Beng menambahkan, "Setengah tahun yang lalu,
Tonghong Tiat telah memberi bisikan kepadamu bahwa ia ingin melamar Bun ki untuk Samtenya,
ketika itu aku masih agak sangsi, pertama kuatir Bun-ki menolak, kedua akupun tak ingin
mengecewakan Hui Giok, maka waktu itu aku cuma main ulur waktu dan tidak menyanggupinya.
Pat kwa-ciang Liu Hui tertegun, ujarnya kemudian sesudah termenung sejenak "Lantas
sekarang mungkinkah. ."
Tiba-tiba Liong heng-pat-ciang tertawa terbahak-bahak: "Hahaha Liu Hiante, bagaimanapun
kau memang kurang cekatan, bila berita itu tersiar maka dunia persilatan pasti akan gempar,
Tonghong-hengte yang mendengar kabar inipun pasti akan kaget bercampur curiga, sekalipun
mereka tak akan datang untuk melamar, sedikit banyak pasti akan mencari diriku untuk
menanyakan duduknya persoalan, Nah, waktu itu asal ku ungkap kembali kejadian lama, niscaya
pertunangan itu akan beres dengan sendirinya."
Pat-kwa ciang Liu Hui berpikir sebentar, akhirnya iapun dapat memahami maksud sang
majikan. "Congpiautau!" demikian ia memuji, "kau memang hebat, ketepatanmu menyusun siasat
rasanya tidak di bawah Khong Beng, dengan begitu..."
"Hahaha... dengan begitu, bukan saja keluarga Tonghong akan menjadi pembantuku,
perguruan Tonghong ngo-hengte pun akan menjadi tulang punggungku, setelah kekuatanku di
tunjang oleh kekuatan sebesar ini, apa lagi yang mesti kutakuti, sekalipun penuturan kusir kereta
itu akan mempengaruhi orang-orang dungu, mungkinkah cerita tersebut dipercayai juga oleh orang
keluarga Tonghong Bu-tong-pay, Kun-lun pay dan beberapa perguruan kenamaan itu" Hah-ha,
waktu belasan tahun kan tidak pendek, kukira sudah cukup untuk mengurangi rasa dendam serta
kenangan orang banyak atas peristiwa lama tersebut Hahaha" Cian Hui wahai Cian Hui.
bagaimanapun juga kau telah salah mencari musuh tandinganmu"
Pat kwa-ciang Liu Hui ikut tertawa ter-bahak2, sejenak kemudian tiba2 tanyanya, "Cuma, bila
ini benar2 terjadi, bukankah kita akan tidak leluasa untuk berbuat apa2 terhadap Hui Giok."
Semakin keras gelak tertawa Liong-heng-pat-ciang Tham Beng, "Hahaha, setelah kupunya
pendukung setangguh itu, sekalipun ada sepuluh bocah ingusan macam Hui Giok yang memusuhi
diriku juga tak mampu berbuat apa2 terhadap diriku."
Gelak tertawanya semakin bangga, suaranya pun semakin keras, hanya sayang tokoh
persilatan yang selalu dianggap sebagai seorang budiman ini kembali menilai terlalu rendah
kemampuan Hui Giok sehingga terciptalah suatu kekeliruan lagi.
Dan kekeliruan tersebut seperti apa yang dikatakannya sendiri akan mendatangkan
penyesalan baginya di kemudian hari.
-o0o- Dataran rendah Bu-hau yang luas kembali dilapisi oleh bunga salju akibat hujan yang lebat.
Bekas roda kereta di atas permukaan salju, bekas kaki kuda yang tampak nyata tumpang
menumpang. Di tengah hujan salju yang keras, bayangan orang dan suara cambuk dapat ditemui di mana2,
gelak tertawa dan nyanyian keras pun terdengar di mana2, bahkan terlihat juga sinar pedang
sering menambah seram dan dinginnya cuaca.
Semua itu membuat ketiga kota Bu-han yang sudah ramai tambah semarak lagi, membuat
dunia persilatan yang sudah kalut semakin kisruh lagi.
Ketenangan dunia persilatan selama belasan tahun telah berlalu, orang persilatan sama
kasak-kusuk, tahun lama sudah berakhir, tahun baru hampir tiba, barang siapa ingin pamer
kepandaian dan jual nama kini saatnya sudah tiba, tunjukkanlah kegagahanmu... tunjukkanlah
kepandaianmu dan berusahalah merebut kedudukan yang tinggi dalam dunia persilatan.
Kereta pengiriman barang telah berkumpul sepanjang pantai sungai Tiang-kang, setiap saat
mereka akan menyeberang ke wilayah Kanglam. Bendera perusahaan yang berwarna menyolok
berkibar dengan menterengnya terembus angin utara yang dingin.
Delapan ekor naga terbang yang tersulam di bendera seakan-akan terbang menembus awan
melayang pergi.
Di jalan-jalan besar sepanjang sungai, sering bermunculan Busu bersenjata dari perusahaan
Hui liong-piaukiok, mereka membuat kelompuk sendiri dan mondar mandir kesana kemari.
Pada wajah mereka yang serius itu seringkah menunjukkan ketegangan yang mencekam,
sinar mata yang mencorong ibaratnya anjing pemburu yang sedang mencari mangsanya, tangan
mereka yang kekar selalu meraba senjata masing-masing, seakan-akan setiap saat mereka siap
menghunus senjata untuk melangsungkan pertarungan mati-matian.
Sepatu kulit mereka yang kuat berderap di permukaan salju yang keras, sarung senjata
mereka yang mengkilap bergesek dengan pelana yang berwarna hitam gelap.
Dalam dunia persilatan, Liong-heng-pat-ciang yang mempunyai kedudukan ibarat seorang
Bengcu dalam perusahaan ekspedisi Hui-liong-piaukiok ini adalah pimpinan tertinggi kedudukan
selama sepuluh tahunan ini selalu mantap dan kuat bagaikan batu karang, kini telah mulai goyah.
Alasan yang terpenting adalah karena kejujuran, kemuliaan serta kebijaksanaan Liong-hengpat-
ciang dalam pandangan orang sudah mulai goyah. Suatu tuduhan sebagai pembunuh keji
yang licik, kejam dan berhati busuk yang berlangsung pada sepuluh tahun yang lalu, kini mulai
dibongkar dan tuduhan itu ternyata jatuh atas diri tokoh besar tersebut.
Jago-jago persilatan yang suka mencari keramaian berbondong-bondong datang ke Bu-han
dari berbagai penjuru negeri, sorot mata semua orang sama tertuju pada kereta barang yang
berhimpun di sepanjang sungai, sebaliknya para Busu Hui-liong-piaukiok yang gagah perkasa,
selalu pula memperhatikan setiap gerak-gerik di pantai selatan sana.
Ada sementara orang yang diam-diam merasa kecewa dan menyesal, andaikata Koay-sim
Hoa Giok belum mati, maka perasaan para jago yang berkumpul di kota Bu han tentu tak akan
sekesal ini. Dengan demikian tentu pula di jalan raya dan rumah makan serta gang2 tempat ber-foya-foya
dalam kota Bu han tak akan terjadi begitu banyak percekcokan perkelahian serta pembunuhan.
-oOo -o- -oOo- Fajar baru menyingsing, meski waktu seperti ini adalah waktu yang paling tenang setiap hari,
Tapi kota Bu-han yang dingin karena hujan salju ternyata tidak tenang dan sepi seperti tempat lain
pada waktu yang sama, di bawah atap rumah yang penuh dengan salju yang membeku berkumpul
kelompok-kelompok jago persilatan yang sedang ber-bisik-bisik membicarakan sesuatu rumah
makan dan warung minum yang baru buka pintu telah diserbu orang hingga tak ada tempat yang
kosong. Tiba-tiba dari kejauhan muncul empat ekor kuda yang dilarikan kencang-kencang, bunga salju
beterbangan di belakang kuda dan menciprat ke empat penjuru penunggang kuda mengenakan
mantel yang tebal dengan topi lebar, begitu masak ke kota, seorang lantas berteriak, "sebelum
tengah hari nanti, Hui-taysianseng akan tiba di sini!"
Berita itu dengan cepatnya tersiar saling menyambung hingga dalam sekejap saja seluruh kota
Bu-ban telah merata dengan berita itu, sedemikian menggemparkan berita ini sehingga air sungai
yang telah membeku se-akan2 beriak kembali.
Liong-heng-pat-ciang Tham Beng, Sin jiu Cian Hui dua tokoh utama yang sangat menarik
perhatian orang itu belum muncul, tapi Hui-taysianseng ternyata sudah datang. kabar ini benar2
menggemparkan. Maka kelompok2 manusia lantas berkumpul di dermaga Tiang kang ada yang membawa
payung ada yang memakai topi lebar, mereka berdiri di tepi sungai sambil memperhatikan perahu
yang pelahan sedang merapat ke sini.
"Siapa" Siapa yang datang?" demikian mereka sama bertanya.
Siapa pun yang datang, asal dia datang dari wilayah Kanglam (selatan sungai), maka
kemunculannya itu pasti akan menimbulkan kegemparan di antara jago2 persilatan yang
berkumpul di situ. Meskipun air sungai yang kuning berlumpur telah banyak mengalangi berita tapi
tak mampu mengalangi pertarungan yang bakal berlangsung suatu pertarungan yang belum
pernah terjadi selama berpuluh tahun terakhir ini.
Perahu itu pelahan mendekat dan makin merapat.
Tapi di dalam kota sana tiba-tiba terjadi kegemparan lagi.
Di bawah hujan salju yang bertaburan seorang pemuda tampan berbaju hijau sambil
memegang tali kendali kudanya, menyelusuri jalan raya yang panjang dan lurus.
Di sisinya mengikuti dua ekor kuda hitam di atas kuda dua orang berbaju abu-abu dan
bermuka dingin. mereka bukan lain adalah Leng-kok siang bok yang tersohor dalam dunia
persilatan itu.
Di belakang mereka adalah lapisan suara manusia, lapisan ringkik kuda, entah berapa banyak
penunggang kuda yang mengikut di belakang itu. Sejauh pandangan ke belakang terlihat kepala
belaka, demikian banyaknya orang itu hingga sekilas pandang mirip gulungan ombak yang sedang
mendorong pemuda yang berada di depan itu, walau sebenarnya pemuda itulah yang datang
membawa gelombang ombak tersebut.
"Hui-taysianseng!", sorak sorai gegap gempita berkumandang dan empat penjuru.
Suara yang keluar dan mulut orang-orang itu mestinya tidak keras, tapi seruan yang diucapkan
hampir bersamaan waktunya oleh sekian banyak orang kedengarannya menjadi seperti gemuruh
guntur. Hui Giok tetap kalem dan tenang, senyuman selalu terkulum di ujung bibirnya meskipun begitu,
di antara sinar matanya seolah-olah tersembunyi rasa sedih dan kesal yang tak terhingga.
Para Busu "Hui liong" yang tadi masih berjalan dengan langkah lebar dan sikap yang angkuh,
kini keangkuhan mereka menjadi sirap.
Langkah sepatu kulit mereka yang semula berat, kini sudah enteng, tangan yang semula
meraba gagang senjata, kinipun terjulur lemas.
Hui Gok memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian melompat turun dari kudanya, ia
tak mau melanjutkan perjalanannya dengan menunggang kuda di antara kerumunan sekian
banyak jago persilatan, karena ia tak ingin menonjolkan diri dihadapan orang banyak, dia lebih
suka menjadi seorang yang sederhana.
Tapi nasib telah menciptakan dia menjadi seorang Enghiong, seorang pahlawan, keadaan
yang telah menciptakannya menjadi seorang gagah dan lain daripada yang lain.
Pada saat yang bersamaan, di sudut kota sebelah lain, perahu tadi sudah merapat di dermaga.
Papan loncatan telah dipasang di antara perahu dengan daratan.
Kabin perahu yang semula tertutup pelahan terbuka dan muncul lima orang pemuda tampan
berbaju perlente, mereka membawa pedang, ujung baju yang berkibar terembus angin membuat
mereka tampak lebih gagah, lebih kereng dan menakjubkan.
"Tonghong-ngo kiam!" pekikan nyaring meledak dan mulut orang-orang yang berkerumun di
tepi sungai. Kerumunan manusia di dermaga dengan cepatnya mundur ke belakang memberi jalan lewat,
sambil tersenyum Tonghong Tiat menjura ke sana ke mari memberi hormat kepada
penyambutnya, lalu dengan membawa keempat saudaranya yang disegani itu turun dari perahu
mereka, orang-orang disepanjang jalan serentak gempar.
Tonghong-ngo-kiam menyusuri sebuah jalan raya yang lurus dan panjang, walaupun terjadi
kegemparan, namun jalan raya yang lebar itu tak seorangpun yang berlalu lalang, hanya di bawah
emper rumah dan di rumah makan orang makin berjubel.
Tonghong-ngo-hengte saling pandang sekejap, alis mata mereka bekernyit, timbul rasa heran
dan curiga mereka, "Mengapa begini?"
Tapi akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya menyusuri jalan raya, pada ujung jalan lain,
langkah Hui Giok masih tetap lambat dan tenang, matanya memandang ke bawah, ia tak mau
melirik kawanan jago itu batang sekejap pun.
Suasana di bawah emper rumah dan dalam warung makan mendadak berubah jadi hening,
ketika itu dunia persilatan telah digemparkan oleh suatu berita besar, semua orang tahu bahwa
keluarga Tonghong dari Kanglam telah berbesanan dengan Liong-heng-pat-ciang Tham Beng.
Puteri kesayangan Liong-heng-pat-ciang yaitu "Liong-li" (puteri naga) Tham Bun-ki telah
dijodohkan dengan Tonghong Ceng, saudara ketiga dari Tonghong-ngo kiam.
Pada saat yang sama, suatu berita lain yang meski lebih rahasia sifatnya, tapi tersiar pula
dalam dunia persilatan secara luas.
Berita itu entah siapa yang menyiarkan, tapi setelah disiarkan oleh orang pertama, dengan
cepatnya berita itu tersiar dan mulut ke mulut, meski hanya berupa bisikan-bisikan belaka, tapi
kecepatan penyiaran berita itu ternyata lebih cepat daripada pengumuman resmi.
Kini, hampir setiap orang persilatan mengetahui hal ini!
Berita apakah itu" Yakni bahwa Liong-li Tham Bun-ki itu puteri kesayangan Liong-heng-patciang
Tham Beng, sebenarnya adalah kekasih Hui-tay-sianseng sejak kecil.
Bahkan ada pula yang secara diam-diam berkata begini, sebenarnya Hui-taysianseng dan
Liong-li Tham Bun-ki diam-diam telah mengikat janji dalam perkawinan, tapi lantaran Liong-hengpat-
ciang sendiri yang mengacau, karena dia ingin menggaet keluarga Tonghong agar berpihak
kepadanya agar dapat dipakai untuk menghadapi Perserikatan orang orang Kanglam, maka ia


Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantas menjodohkan puteri kesayangannya kepada Tong-hong Ceng.
Walaupun sebagian besar orang tak tahu darimana datangnya sumber berita itu, namun ada
kelompok manusia yang diam-diam menebak bahwa berita tersebut mungkin berasal dari pihak
Sin-jiu Cian Hui.
Tapi peduli darimanakah sumber berita itu, yang pasti semua orang hampir mempercayai
kebenaran berita tersebut.
Sekarang, Tonghong-ngo-kiam dan Hui-taysian seng akan berjumpa di tengah jalan, sudah
tentu peristiwa tersebut merupakan suatu peristiwa yang lebih dahsyat dan menggemparkan
daripada kejadian apapun.
Kawanan jago persilatan yang mengikut di belakang Hui Giok semuanya telah turun dan kuda
masing-masing, beratus pasang sepatu berjalan di atas lapisan salju dan menimbulkan suara yang
sama. Serentetan suara langkah kaki lain berkumandang pula dari arah utara menuju ke selatan.
Walaupun senyuman masih menghiasi wajah Tonghong-ngo-kiam, rasa heran dan curiga
menyelimuti perasaan mereka, Di tengah keheningan mereka pun mendengar langkah kaki lain
yang makin lama makin mendekat. Ketika mereka berpaling, tertampaklah kelompok manusia di
tepi jalan sama menunjukkan sikap yang semakin tegang.
Hampir bersamaan waktunya kelima Tonghong bersaudara itu meraba gagang pedang
masing2, sinar mata mereka yang tajam menatap tak berkedip ke arah depan sana.
Saat itulah di bawah emper rumah ada puluhan orang laki2 berbaju hitam sedang
menyebarkan diri secara diam2, mereka mencari tempat2 yang sepi dan terlindung dari
pandangan orang.
Tentu saja tak seorangpun yang menaruh perhatian kepada mereka dan juga tak ada yang
tahu anak buah siapakah mereka"
Langkah Hui Giok belum berhenti.
Langkah Tonghong-ngo-kiam juga tidak berhenti.
"Apa yang akan terjadi setelah mereka kepergok" Bagaimana sikap mereka" pertanyaan dan
pertanyaan timbul dalam hati setiap orang, tapi tak seorang pun yang menemukan jawabannya
Akhirnya Hui Giok menengadah sinar matanya menyapu pandang sekejap, dilihatnya lima
pemuda berpakaian perlente pelahan sedang menghampiri ke arahnya.
Derap langkah mereka teratur, pakaian dan dandanan mereka mirip satu dengan yang lain.
Berdebar jantung Hui Giok setelah mengenali orang2 itu sebagai lima saudara Tonghong, namun
air mukanya tetap tenang, seolah-olah tak pernah terjadi apapun.
Tonghong-ngo-kiam juga saling pandang sekejap, lalu Tonghong Kang berbisik, "Dia inikah
Hui Giok!"
Keempat saudaranya hanya mengangguk, sebenarnya antara mereka berlima dengan Hui
Giok tidak ada permusuhan apapun, tapi dalam keadaan dan situasi semacam ini, tiba2 saja
mereka merasa antara mereka dengan Hui Giok ada sesuatu yang mengganjal, meski air muka
mereka tak berubah, namun hati mereka merasa serba susah juga, Leng-kok siang-bok saling
pandang sekejap lalu berdehem, Dalam pada itu Tonghong-ngo hengte sudah mendekat dengan
langkah lebar. "Selamat berjumpa selamat berjumpa!" sapa Hui Giok dengan tersenyum.
"Selamat berjumpa, selamat berjumpa!" Tong hong~ngo-hengte membalas hormat.
Di antara kelima bersaudara itu, kendatipun Tonghong Ceng merasa paling kikuk, namun
senyuman tetap menghiasi bibirnya, hal ini membuat semua orang yang menonton di bawah
emper rumah saling pandang dengan rasa kecewa.
Agaknya setelah saling tegur sapa dengan sopan, kedua rombongan itu lantas berpapasan
dan lewat dengan begitu saja, tanpa ketegangan, tanpa rangsangan dan tanpa kejutan, se-olah2
kenalan biasa yang bertemu di tengah jalan saja.
Kembali Leng-kok-siang-bok saling pandang sekejap. Tiba-tiba dari ujung jalan depan sana
berkumandang suara teriakan yang nyaring, "Wahai Hui-taysianseng, masa hatimu sedih
kekasihmu dirampas orang lain" Masa kau tidak marah" Tidak penasaran"
Hui Giok, Leng-kok-siang-bok maupun Tonghong-ngo kiam serentak berhenti dan saling
pandang dengan melenggong.
"Siapa?" hardik Tonghong Ceng mendadak dengan kening berkerut.
jilid ke- 17 Baru saja ia membentak, dari ujung jalan sana terdengar pula orang berteriak: "Wahai
Tonghong Ceng, meskipun Tham Bun ki akan kawin dengan kau, pada hakikatnya dia masih
mencintai Hui Taysianseng, bahagiakah kawin tanpa dilandasi oleh cinta?"
Suasana di sekeliling tempat itu menjadi gaduh, air muka Tonghong-hengte berubah hebat,
lebih-lebih Tonghong Ceng, mukanya tampak pucat seperti mayat.
Dalam pada itu, rombongan orang yang jauh ngintil di belakang Hui Giok tadi telah berkerumun
ke muka, lalu mengurung mereka di tengah arena. tentu saja sukar untuk mencari biangkeladi si
berteriak dari sekian banyak orang ibaratnya mencari jarum di dasar lautan.
Tongbong Ceng menyengir "Hui-heng, baik-baikkkah kau selama ini?" tegurnya kemudian
dengan nyaring "Konon ilmu silat Hui-heng telah mendapat kemajuan yang amat pesat untuk itu
Siaute ikut bergembira."
Perkataan ini sengaja diucapkan dengan suara lantang, pertama untuk menunjukkan dia tidak
mempunyai tujuan pribadi, kedua iapun ingin mengalihkan pembicaran ke soal lain, di sinilah
terlihat kebijaksanaannya sebagai seorang ksatria muda.
Siapa tahu baru saja selesai katanya, kembali ada orang menyeletuk "Apa yang kau
girangkan" Memang kau anggap Hui-taysianseng tidak setangguh kalian berlima" sungguh harus
disesalkan perbuatan Tham Beng itu, demi persekongkolannya dengan keluargamu ia telah
menjadikan puterinya sebagai hadiah, ia telah mengorbankan kebahagiaan hidup puterinya.
Tonghong Ceng, wahai Tonghong Ceng, katakanlah terus terang, bukankah memang demikian
kejadiannya?"
Wajah Tooghng Ceng yang pucat kini menghijau, tangannya yang memegang gagang pedang
tampak tegang hingga otot hijau pada menongol keluar, padahal kawanan manusia yang berada di
sekelilingnya selapis demi selapis mengurung mereka di tengah, dalam keadaan demikian mau
pergi pun tak bisa, tidak pergi rasanya tak enak, mau marah enggan, tidak marah hati terasa
panas ia benar-benar serba salah dan tak tahu apa yang harus dilakukannya.
Sinar mata Leng-kok-siang-bok berkilat, sebagai manusia yang berpengalaman mereka segera
sadar bahwa teriakan orang tadi pasti merupakan serangkaian rencana keji yang sengaja diatur
oleh Sin-jiu Cian Hui, yaitu agar Hui Giok dan Tonghong-ngo-kiam saling bentrok, bahkan terlibat
dalam suatu pertarungan sengit sedang dia sendiri yang akan menarik keuntungannya.
Walaupun Tonghong-ngo-kiam sendiri juga bukan orang bodoh, tapi sayang mereka pun tak
tahu cara bagaimana mengatasi situasi yang serba salah ini.
Untunglah diantara lima bersaudara itu, Tonghong Tiat terhitung paling tenang dan pandai
menguasai keadaan, meski situasi tidak menyenangkan, pikirannya tak sampai kalut.
"Sobat!" bentaknya setelah merenung sebentar, "Kalau ingin bicara, tampil ke depan dan
bicaralah yang jelas, caramu itu..."
"Kalian lima bersaudara mempunyai nama yang baik, mempunyai juga guru yang baik" suara
teriakan tadi kembali berkumandang, "sekalipun aku merasa mendongkol dan kheki, tak berani
kuganggu diri kalian."
"Betul" segera seorang menyambung pula, sampai-sampai Liong-heng-pat-ciang perlu menjilat
pantat kalian, apalagi kami sungguh kasihan, Hui taysianseng yang berpribadi halus, berilmu silat
tinggi dan berpendidikan baik, oleh karena tak mempunyai tulang punggung yang mendukungnya.
dia harus berpisah dengan kekasihnya secara paksa."
Suara tertawa dingin segera menggema pula dan sudut lain, "Hehehe, selama ini tindakan Huileng-
po selalu mencerminkan perbuatan seorang pendekar tak nyana kali ini sudi melakukan
perbuatan seperti ini."
Mencorong sinar mata Tonghong-ngo kiam, lenyap pula senyuman yang menghiasi bibir Hui
Giok. Tiba2 Tonghong Kang dan Tonghong Ouw, kedua saudara kembar yang paling muda tapi juga
paling berangasan melompat ke depan dan menghampiri Hui Giok sambil tertawa dingin
Tonghong Ouw membentak, "Manusia rendah yang tak tahu malu, engkau inikah yang mengatur
segala sesuatunya ini?"
"Ngo-te!" Tonghong Tiat cepat menbentak. Tapi terlambat, sebab air muka Hui Giok lelah
berubah hebat. "Saudara apa yang kau katakan" Aku tidak mengerti demikian serunya dengan nada berat."
Tonghong Ouw tertawa dingin, mendadak ia lolos pedangnya.
"Hari ini aku Tonghong Ouw tidak akan mengandalkan nama perguruan tidak menonjolkan
nama orang tua atau saudara, dengan seorang diri ingin kujajal kepandaian Hui-taysianseng, ingin
kulihat sampai di manakah tarap kepandaianmu!"
Tonghong Tiat berkerut kening, bisiknya sambil menghela napas "Ngo-te, kau kau...."
Perkataan itu belum berlanjut ketika dari empat penjuru menggema suara teriakan yang gegap
gempita "Hajar saja" Ganyang saja! Hajar bajingan cilik itu sampai mampus, kita lihat apa yang
bakal dilakukan gurunya, ayahnya serta saudara saudaranya?"
Tonghong Tiat berpaling, ia lihat Hui Giok berdiri kaku di tempat semula, tidak menjawab juga
tidak memberi penjelasan, hal ini segera menimbulkan kecurigaan serta rasa mendongkolnya.
Saudara Hui," tegurnya kemudian sambil tertawa dingin, "sebenarnya apa yang terjadi" Harap
memberi penjelasan kepada kami" Tiba-tiba Hui Giok tersenyum "Engkau minta penjelasanku,
lantas aku minta penjelasan kepada siapa?"
Tonghong Ouw menggetarkan tangannya, cahaya pedang berkilau, sekali berkelebat hampir
saja muka Hui Giok terluka.
Berubah air muka Hui Giok, "Aku tak ingin bertengkar dengan kalian, pertama aku tak ada
permusuhan dengan kalian, kedua akupun tak ingin diadu domba oleh orang-orang yang tak
dikenal. Sebab itu kuminta kaupun jangan bersikap kelewat batas, paling sedikit sebelum duduk
perkara dibikin jelas."
Tonghong Tiat segera menarik mundur adiknya, seraya berkata, "Adapun kedatangan kami tak
lain hanya ingin membikin terang duduknya perkara, kami sama sekali tidak bermaksud
berbesanan dengan keluarga Tham, tapi saudara..."
Mendadak Hui Giok tertawa dingin dan menukas: "Apakah kalian mau berbesanan dengan
keluarga Tham atau tidak, apa sangkut pautnya dengan diriku?"
"Benarkah tak ada sangkut-pautnya?" Tonghong Ouw mengejek.
Kontan hati Hui Giok menjadi panas, betapa perkataan pemuda berangasan ini telah
menyinggung perasaannya.
Leng Han-tiok yang berada di samping buru-buru menegur dengan mata mengkilap "Apakah
kau suka orang jahat bergembira karena siasatnya berhasil?"
Hui Giok terkesiap, dada yang membusung seketika melengkung lagi.
Dan kerumunan orang banyak segera terdengar suara teriakan keras "Wahai Hui-taysianseng
selemah itukah dirimu" Senangkah kau dipendam kan orang tanpa membalas" Atau kau memang
jeri terhadap mereka?"
Tonghong Ouw mendengus "Hm, begitu banyak kawanan tikus yang memberi semangat
kepadamu, apa lagi yang kau takuti"
Hui Giok menghela napas, ia berpaling sekejap ke arah Leng-kok-siang-bok, melangkah ke
sana, tampaknya akan menuju ka tengah kerumunan orang.
Toa-kongcu, Ji-kongcu!" tiba-tiba terdengar gertakan, "orang inilah yang berkaok-kaok cepat.
Tapi sebelum lanjut seruan, mendadak terdengar jeritan ngeri.
"Koan ji!" seru Tonghong Tiat dengan air muka berubah.
Tonghong Ouw memutar pedangnya sambil melayang lewat di atas kepala orang banyak.
Dia adalah pemuda asal keluarga persilatan lagi pula mendapat didikan guru yang pandai,
kungfunya memang jarang ada di dunia ini.
Hui Giok membatalkan maksudnya melangkah ke sana, Tonghong Ceng bermaksud menyusul
saudaranya, tapi Tonghong Tiat segera mencegahnya, "Sudah ada Ngo-te seorang, rasanya
sudah cukup."
"Jika orang itu berhasil ditangkap, ingin ku lihat dia itu manusia macam apa?" seru Tonghong
Kang dengan marah.
Suasana kembali jadi gaduh, suara langkah terang bergemuruh dan empat penjuru.
Tiba-tiba di antara kerumunan orang terbuka satu jalan, dengan wajah dingin Tonghong Ouw
muncul dengan langkah tegap, pedangnya tergantung di pinggang, tapi tangannya memondong
sesosok mayat. "Koan-ji" Benar Koan ji itu?" Tonghong Kiam berseru kaget.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Tong-hong Ouw membaringkan jenazah itu di tanah,
pada dada mayat itu tertancap sebilah belati.
"Ai, dia benar-benar Koan-ji," keluh Tonghong Tiat sambil menghela napas, "dia tentu
menemukan si peneriak itu, tak tersangka dia akan mati terbunuh sekeji itu."
"Di mana pembunuhnya?" teriak Tonghong Kang sambil memburu maju.
"Dalam keadaan seperti ini, sekalipun ada seribu orang pembunuh juga dapat bersembunyi di
antara kerumunan orang banyak," sahut Tong hong Ceng ketus.
Selama ini Tonghong Ouw terus menerus mengawasi belati itu, tiba2 ia membentak, tangan
diayun ke depan, serentak cahaya perak dengan desing angin tajam langsung mengancam dada
Hui Giok. Bekernyit alis Hui Giok, tapi ia tak bergerak dengan jari tangan dan jari telunjuknya tahu2 belati
itu sudah terjepit di tangannya.
"Hei, apa-apaan kau ini?" bentaknya Dengan mata melotot gusar Tonghong Ouw berteriak,
"Lihat sendiri tulisan di atas pisau itu coba periksa! Bukankah anggota perserikatan Kanglam
kalian yang melakukan perbuatan ini?"
Tonghong Kang juga membentak, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia melolos
pedangnya, dengan menciptakan selapis cahaya tajam, ia tabas bahu Hui Giok,
Dengan enteng Hui Giok berkelit ke samping, belati yang terjepit di tangan kanannya
menyampuk perlahan, "trang" tabasan lawan berhasil di tangkis "Bagus" seru Tonghong Kang,
"sambutlah seranganku ini"
"Sret!" dia membacok lagi dengan kuat "Jangan gegabah kau ingin ditertawakan orang?" seru
Tonghong Tiat sambil memegang pergelangan tangan adiknya.
Pedang yang sudah disarungkan kembali dilolos oleh Tonghong Ouw, ia menjengek, "Hehe,
apa nya yang akan ditertawakan?"
Cahaya pedang berkilau, "sret! Sret! ia membacok ke kiri dan menabas ke kanan secara
beruntun mengarah bahu kiri serta kanan leher Hui Giok.
Dasar wataknya memang berangasan, tidak heran kalau serangannya juga ganas dan
mengerikan. Jeritan kaget menggema, barisan orang yang beraa paling depan serentak menyurut mundur
tapi rombongan yang di belakang dengan cepat mendesak maju.
Hui Giok melompat dan berkelit ke samping. tapi baru saja kedua serangan terhindar, tahutahu
Tonghong Ouw sudah putar pedang dan menusuk hulu hatinya.
Dengan tenang Hui Giok bergeser ke belakang.
"Ayo balas! Masakan tidak berani membalas?" teriak Tonghong 0uw.
Sambil berseru kembali ia lancarkan tiga kali serangan berantai, menusuk jalan darah Huan-su
Tiong-ha&t serta Oang-tay, tiga jalan darah penting Hui Giok tertawa dingin, ia mengegos
kesamping lalu menerjang ke muka, sementara itu Tonghong Tiat berseru dengan gegetun. "Masa
bodoh, terserah kemauan kalian. Dia melepaskan tangan Tonghong Ouw, lalu menyingkir jauh ke
belakang. Leng-kok siang-bok juga bertindak cepat, sambil mengebaskan ujung bajunya mereka
mengadang di depan Hui Giok.
"Minggir!" bentak Tonghong Kang serta Tonghong Kiam sambil menyilangkan pedangnya Di
tengah ketegangan itu tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin dari kerumunan orang banyak.
"Hehehe, budak dungu !" Meskipun suara itu tidak keras, namun dapat didengar jelas oleh
telinga Tonghong-ngo-hengte.
Sebagai keturunan keluarga persilatan tentu saja kelima orang itu tahu bahwa perkataan tadi
diucapkan oleh seorang tokoh persilatan yang mempunyai tenaga dalam yang sempurna mereka
jadi ragu. Tonghong Kang dan Tonghong Ouw menarik kembali senjatanya dan mundur dua langkah,
tiba dari arah kerumunan orang banyak melayang datang segulung bayangan hitam, gerak
bayangan itu sangat cepat.
Suara kaget kembali menggema di sekeliling tempat itu, tanpa terasa Tonghong-hengte
mundur lagi tiga langkah.
"Buk" bayangan itu jatuh ke tanah, ternyata seorang laki-laki berbaju hitam yang tertutuk jalan
darahnya. Rupanya laki-laki berbaju hitam itu dilemparkan orang dari kejauhan, namun tidak membikin
terluka waktu terbanting di tanah, ketepatan tenaga lemparan yang demonstrasikan orang itu
sungguh luar biasa.
"Tonghong-heogte lebih terperanjat lagi, Hui Giok dan Leng-kok-siang-hok juga melenggong,
maklumlah tidak banyak orang yang memiliki tenaga dalam sesempurna itu di dunia ini.
"Siapa?" bentak Tonghong Kiam.
Karena tiada jawaban, dengan dahi berkerut Tonghang Tiat berseru sambil menjura,
"Locianpwe dari mana yang berkunjung kemari" Silakan..."
Belum habis seruannya, ucapan yang halus nyaring dan kuat itu kembali berkumandang, kah
ini diucapkan sekata demi sekata, "Peduli siapapun, tanpa menyelidiki keadaan yang
sesungguhnya adalah tindakan dungu, akan ku bekuk mereka yang berkaok-kaok itu agar kalian
tahu sebenarnya mereka itu anak buah siapa?"
Perkataan ini jauh lebih nyaring dibandingkan dengan pertama kali tadi, suasana kembali
menjadi riuh, mereka yang ikut berteriak di tempat persembunyian mulai berdebar setelah
mendengar perkataan itu, tanpa sadar mereka mengambil langkah seribu dan lari terbirit-birit.
Tapi, baru saja mereka kabur, dari bawah emper rumah sana melayang keluar dua sosok
bayangan, demikian cepatnya gerakan mereka sehingga beratus pasang mata yang hadir di situ
tak seorangpun yang dapat melihat wajah mereka.
Di mana bayangan tersebut menyambar lewat, seorang segera menjerit kaget, menyusul
sesosok bayangan lantas terlempar ke udara dan terjatuh di tengah lapang di antara kerumunan
orang banyak. Belum habis rasa kaget Hui Giok, Leng-kok-siang-bok serta Tonghong-ngo-kiam
yang berada di antara kerumunan orang itu puluhan bayangan hitam sudah beterbangan dari
berbagai penjuru.
"Blangl Bluk" meski bayangan-bayangan hitam itu datang dari arah yang berbeda, namun
mencapai tanah pada saat yang hampir sama.
Tonghong Kang dan Tonghong Ouw melompat ke sana tapi hanya terlihat dua sosok
bayangan abu-abu berkelebat di udara dan lenyap di kejauhan.
Ilmu meringankan tubuh yang demikian hebatnya ini benar-benar tak pernah dilihat oleh
kawanan jago yang berada di situ, malahan Tonghong hengte yang berasal dari keluarga
persilatan mempunyai guru dan ayah yang merupakan tokoh silat kelas satu, juga terperanjat
setelah menyaksikan kelihayan Ginkang kedua orang itu.
Mencorong sinar mata Hui Giok, dari gerakan tubuh kedua orang itu, satu ingatan melintas


Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam benaknya, tiba-tiba ia teringat akan dua orang, tanpa terasa senyuman menghiasi bibirnya.
Tonghong Tiat segera mencengkeram baju seorang laki-laki berbaju hitam, jalan darah orang
itu Ditepuknya.
Laki-laki itu sangat ketakutan mukanya pucat dan matanya celingukan ke sana kemari seperti
maling tertangkap basah, dengan gemetar ia memohon, "Ampun! ampunilah hamba... hamba
tidak... tidak berkata apa-apa!"
Tonghong Ouw tertawa dingin, batang pedangnya menabok tulang bahunya dan
menyebabkan laki-laki itu kesakitan, ia menjerit seperti babi mau disembelih, peluh dingin
membasahi badannya.
Dengan gusar Tonghong Kang membentak, "Ayo mengaku, kau anak buah siapa" Diperintah
oleh siapa untuk berbuat begini" sebelum hitungan ketiga kau harus mengaku terus terang, kalau
tidak Hm, kedua tulang pundakmu akan kutembusi pedang, lalu matamu akan kubuatkan."
Ujung pedang yang bergetar menempel di bawah alis laki-laki itu, dalam keadaan begini, asal
dia menggerakkan tangannya, niscaya mata laki-laki akan terkorek keluar.
Hm G ok menghela napas, ia seperti teringat akan sesuatu dan ingin bicara tapi akhirna tidak.
sementara itu Tonghong Kang sudah mulai menghitung: "Satu! . ."
Laki-laki berbaju hitam itu ketakutan hingga badan gemetar, sedikitpun tak berani bergerak.
"Hamba tidak . . tidak. ."
Tonghong Ouw tak memandangnya, ia menghitung lebih lanjut: "Dua!. . ."
Air muka laki-laki itu makin pucat tiba-tiba ia berteriak "Aku mengaku... mengaku . ., . "
Tonghong Kang tertawa dingin, ia tarik kembali pedangnya,
Dengan lemas laki-laki berbaju hitam itu terduduk di tanah, ia menyeka peluh yang membasahi
jidatnya dengan tangan yang gemetar.
"Hamba . . hamba adalah anak buah Na-ceng cu dari Jit-giau San ceng." katanya kemudian
dengan pelahan.
Begitu pengakuan diberikan baik Hui Giok dan Leng-kok-siang-bok maupun Tonghong ngo
kiam sama-sama melengak.
"O, mereka ini anak buah Jit giau-tui-hun?"
Kegaduhan berkumandang dan empat penjuru, suasana jadi gempar, semula mereka mengira
perbuatan ini pasti merupakan suatu rangkaian siasat mmeecah-belah dari Sin jiu Cian Hui, tak
tersangka siasat ini adalah tipu berantai dari Jit-giau-tui-hun Na Hui hong yang ingin "sekali timpuk
empat ekor burung".
Seandainya Hui Giok sampai bentrok dengan Tonghong-ngo-kiam, akibatnya kedua pihak
tentu akan sama-sama cedera.
Bila begini, Liong-heng pat ciang akan paling menderita dia pasti mengira tindakan mi
merupakan siasat dari Sin-jiu Cian Hui, orang persilatanpun tentu akan mengutik kekejian si
Tangan Sakti ini.
Dengan alis berkerut Leng Han-tiok juga mendesis, "Hm, sekali timpuk empat ekor burung,
hehehe, siasat berantai yang busuk rencana jahat yang keji!"
Sementara itu Tonghong hengte termangu sejenak, lalu mengerling sekejap ke arah Hui Giok,
kemudian mereka sama melengos dan tak berani memandang pemuda itu lagi.
Hui Giok tersenyum, tiba-tiba ia menepuk tiga kali di tubuh orang-orang berbaju hitam yang
menggeletak di tanah itu.
"Hei apa yang kau lakukan?" tegur Tonghong Ouw
Tersenyum Hui Giok "Orang-orang ini tak lebih hanya kaki-tangan yang diperintah kedudukan
mereka tidak bebas kita tak dapat menyalahkan mereka Bagaimanapun juga kita sudah tahu siapa
dalang di belakang mereka, asal kita sama2 tidak rugi, apa salahnya mereka dilepaskan saja?"
Merah wajah Tonghong Kang, ia tidak bicara lagi.
"Nah, pergilah" kata Hui Giok kemudian sambil ulapkan tangannya.
Bagaikan mendapat pengampunan besar, semua laki-laki berbaju hitam itu melompat bangun
lalu memberi hormat kepada Hui Giok, kemudian lari terbirit-birit ke tengah kerumunan orang
banyak. Kalau orang lain di sekitar tempat itu sama kalut maka Toughong-ngo-kiam serta Hui Giok
hanya berdiri diam saja tanpa bicara.
Dalam suasana seperti inilah di tengah kerumunan orang banyak itu ada seorang anak
perempuan dengan matanya yang besar sedang memperhatikan gerak-gerik Hui Giok, kebetulan
Hui Giok juga berpaling ke sana, melihat mata jeli itu. tergerak hati Hui Giok, ia menjura kepada
Tonghong-ngo kiam sambil berkata, "Selamat bertemu! Selamat tinggal!"
Tonghong-ngo-kiam melengak tapi cepat merekapun menjura, "Selamat, sampai berjumpa
pula." Seperti tiba-tiba menemukan sesuatu, Hui Giok lantas menyelinap ke tengah kerumunan orang
banyak sana. Tonghong-ngo-kiam saling pandang sekejap dan pancaran sinar mata mereka terlihat rasa
heran, curiga dan kecewa, sesudah memberi hormat kepada Leng-kok-siang-bok. kelima
bersaudara itu pun menuju ke kerumunan orang sana.
"Siapa yang ditemukan Giok-ji?" bisik Leng Han-tiok dengan dahi berkerut.
Leng Ko-bok menggeleng kepala, tanpa bicara mereka ikut di belakang Hui Giok, menyelinap
ke tengah kerumunan manusia.
Tanpa harus dorong mendorong otomatis semua orang memberikan jalan lewat bagi Hui Giok
tapi waktu itu si anak perempuan yang bermata besar itu telah pergi, hanya terlihat kuncirnya yang
panjang hitam menggapai di tengah kerumunan orang.
Hui Giok makin tercengang, langkahnya dipercepat untuk menyusul ke sana.
Apakah Hui Giok berada di sini" Hui Giok, berada di mana?" mendadak dan belakang
berkumandang suara teriakan.
Dengan ragu Hui Giok hentikan langkahnya.
Terdengar suara dentingan benda logam semakin mendekat, tiba-tiba dari kerumunan
manusia muncul seorang laki-laki bertongkat baja dengan wajah penuh rasa gusar.
Orang ini tak asing lagi bagi semua orang, dia bukan lain adalah pemimpin Kim keh-pang, si
ayam Emas Siang It-ti.
Tonghong-ngo-kiam baru saja pergi dan kini Siang It-ti telah datangi bahkan muncul dengan
sikap seolah-olah ingin mencari perkara, para jago yang siap bubaran itu serentak berkerumun
kembali di sekeliling tempat itu.
Sementara itu Hui Giok sedang menghela napas, sambil berpikir "Ai, apakah dia yang telah
datang! Mengapa dia menemui diriku?"
Segera iapun menjura dan berkata kepada Siang It-ti, "Baik-baikkah selama ini Siang pangcu"
Ada urusan apakah?"
Kim-keh Siang It ti mendengus, setelah melotot sekejap ia membentak, "Hm, kau masih kenal
padaku?" Hui Giok melongo dan tak tahu bagaimana harus menjawab.
Sementara itu Siang It-ti telah berkata pula "Masih ingatkah bagaimana caramu menduduki
singgasana Bengcu Perserikatan orang-orang Kang-lam" Tak kusangka setelah kedudukanmu
kuat, lalu kau berlagak tuan besar dan main kuasa!?"
Hui Giok mengernyitkan dahinya, "Siang pangcu, silakan bicara sesukamu, maaf, aku tak
dapat melayani kau lebih lama" Habis mi segera ia hendak
Harpa Iblis Jari Sakti 17 Kuda Putih Karya Okt Pendekar Cacad 19
^