Pendekar Setia 3

Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Bagian 3


simpannya, lalu berkata, "Baiklah, akan kubaca kitab ini selama setahun, habis menyembuhkan penyakit ibumu, kitab ini akan kukembalikan padamu. selama setahun ini sebaiknya kita belajar bersama. dengan tenaga dua orang pasti dapat mendapatkan cara penyembuhan penyakit linglung itu."
Yu Wi pikir usul sang paman memang tepat juga, dengan tertawa ia menjawab, "Jika begitu, selama setahun ini harap Kuku tinggal saja di rumahku. Wanpwe sekarang sudah berumah tangga, juga sudah punya anak satu, Kuku sendiri tidak berkeluarga, harap tinggal saja bersama kami sekadar menikmati kerukunan keluarga."
Su Put ku sangat girang, tanyanya, "He, kau sudah berkeluarga" Wah, bagus sekali. Eh, siapakah isterimu?" .
"Isteriku ialah puteri Mo-kui-tocu yang sudah Kuku kenal, yaitu Yap Jing, selain itu Wanpwe juga ambil isteri muda, namanya He si bekas pelayan di Thian-ti-hu."
"Hahahaha," Su Put-ku bergelak tertawa. "Tak tersangka baru setahun berpisah, kini kau sudah berkeluarga dan punya anak. si budak Yap Jing pernah menrekoki aku dengan obat bius sehingga aku tersiksa beberapa hari. sekali ini kedatanganku ke rumahmu akan kujadi orang lebih tua, tentu akan kuhukum dia."
" Harus dihukum, harus ..." seru Yu Wi kegirangan karena Su Put-ku menerima ajakannya.
Begitulah diam-diam kedua orang lantas meninggalkan tanah makam ini.
Yu Wi mencari keterangan dan diketahui Kan ciau-bu belum pulang. Rupanya sejak Kan ciau-bu dan Lim Khing-kiok meninggalkan Mo kui-to, lalu tidak pernah pulang ke rumah.
Esoknya Su Put-ku yang berusaha mencari keterangan, ternyata kaum hamba Thian-ti-hu tidak ada yang tahu kemana perginya sang majikan.
Hari itu juga Su Put-ku dan Yu Wi lantas meninggalkan Kimleng dan dulang ke Ji-he-san-
Yu Wi merasa tidak sabar dan ingin segera berkumpul dengan anak isteri. Maka pada hari kedua mereka sudah tiba dirumah. Belum lagi mengetuk pintu dia lantas, berteriak lebih dulu "Jing-ji, Hesi, inilah aku sudah pulang"
Disangkanya kedua istenaya itu pasti akan berebut membukakan pintu bila mendengar suaranya. siapa tahu, meski dia sudah menunggu sekian lama, keadaan tetap sunyi.
Tentu saja Yu Wi sangat heran. ia pikir andaikan kedua istrinya tidak cepat membukakan pintu, kaum hambanya kan juga harus membuka pintu.
"Mungkin mereka tidak tahu kau akan pulang hari ini, mereka lagi makan siang di belakang," kata Su Put-ku dengan tertawa.
"Sedang makan juga seharusnya mendengar suaraku," ucap Yu Wi dengan kuatir, "halaman belakang tidak terlalu jauh, suara teriakan dari sini dapat terdengar dengan jelas."
Segera ia mengetuk pintu pula dengan lebih keras sambil berteriak. "Buka pintu. . .Buka. . . ."
setelah menunggu lagi sekian lama dan tetap tidak ada jawaban, mau-tak-mau Su Put-ku ikut cemas, katanya dengan suara berat, "Pasti terjadi apa-apa."
Kata-kata ini seperti godam menghantam dada Yu Wi, dengan bingung ia berkata, "Terjadi apa" Bisa terjadi apa?"
"Mungkh mereka sedang keluar?" ujar Su Put-ku.
Muka Yu Wi tampak pucat, katanya, " Kalau keluar, mengapa pintu terkunci dari dalam?"
Terpikir mungkin terjadi apa-apa, hatinya lantas berdebar, teriaknya, "Biarlah kuperiksa ke dalam"
segera ia melompat melintasi pagar tembok. Ginkangnya sekarang sudah mencapai jago kelas satu, tapi ketika berdiri diatas pagar tembok kelihatan agak sampoyongan, hal ini manandakan betapa tidak tenteram hatinya.
Diam-diam Su Put-ku menggeleng kapala, segera ia ikut melintasi pagar tembok dan melompat masuk kehalaman dalam.
Di tengah halaman daun rontok berserakan dan menimbulkan suara kresak-krerek ketika tertiup angin- jelas sudah sekian hari tidak pernah disapu. Malihat keadaan demikian. perasaan kedua orang sangat tertekan.
Yu Wi berjalan di depan, padahal halaman ini tidak luas, tapi dia melangkah dengan berat sehingga makan waktu sekian lamanya.
Pintu ruangan tengah hanya dirapatkan begitu saja tanpa terkunci, diam-diam Yu wi merasakan gelagat tidak enak. la menjadi ragu-ragu untuk mendorong pintu.
sampai agak lama barulah Su Put-ku berkata, "Hiantit, kau harus berani menghadapi kenyataan"
Ia lantas membantu mendorongkan pintu. Begitu pintu terpentang, seketika tertampaklah adegan ngeri, Tertampak dua budak lelaki dan dua pelayan kecil mati menggeletak diruang tengah.
Mata Yu Wi mendelik, ia pandang adegan ngeri itu tanpa bersuara, se-akan2 apa yang terjadi ini tidak ada sangkut-paut dengan dia.
Tapi Su Put-ku tahu bungkamnya Yu Wi itu adalah karena terlampau sedih dan gusar. Pelahan ia berkata, "Mungkin mereka tidak mengalami kemalangan."
"Mereka" yang dimaksud tentu saja anak isteri Yu Wi. Anak muda itu bergumam, "Ya, mungkin mereka tidak mengalami apa-apa. Tidak mungkin, mereka memiliki kungfu yang tinggi, tidak nanti mengalami apa pun. ..."
Dia hanya bergumam, tapi tidak melangkah untuk memeriksa lebih lanjut apa yang terjadi sesungguhnya.
"Di mana letak kamarmu, Hiantit?" tanya Su Put-ku, ia pikir kalau tidak diperiksa, cara bagaimana mengetahui mengalami sesuatu atau tidak.
Yu Wi menuding kamar sebelah kiri dan tetap tidak bergerak. Su Put-ku tahu anak muda itu terlalu berduka dan membayangkan kejadian yang tak diharapkan.
segera Su Put-ku mendekati kamar yang ditunjuk. setelah pintu dibuka, seketika Put-ku terkesiap. tanpa terasa air mata berlinang, sampai sekian lama barulah ia putar balik dan berkata kepada Yu Wi, "Mereka terbunuh"
Tangan itu yang menuding kamar itu baru sekarang diturunkan- ia memandang dengan tidak parcaya,
"Benar terbunuh?"
Su Put-ku mengangguk dengan sedih.
" Keduanya terbunuh semua?" kembali Yu Wi menegas.
Tidak terduga juga oleh Su Put-ku bahwa pikiran Yu Wi bisa sedingin ini, sahutnya dengan menyesal, "Ya, keduanya terbunuh semua."
Tambah dingin dan tenang sikap Yu Wi, ia tanya pula sambil memandang kesana, "Dan bagaimana dengan anakku?"
Su Put-ku tidak tahan melihat sikap dingin Yu Wi yang aneh itu, ucapnya dengan agak aseran, "Entah, aku tidak tahu, kau lihat sendiri saja ...."
"Ya, memang harus kulihat sendiri, ingin kutanya mereka sudah selesai membuat Gwepia atau belum?" gumam Yu Wi seperti orang linglung.
Melihat perbuatan Yu Wi yang luar biasa itu, seketika Su Put-ku teringat kepada ibunya, sampai saat ini sumoay menganggap Kan Jun-ki masih hidup di dalam hatinya. Jangan-jangap Yu Wi juga akan berubah seperti ibunya saking berduka otaknya menjadi tidak waras.
Dengan kuatir cepat Su Put-ku memburu maju, "plok-plok", ia gampar pipi Yu Wi dua kali sambil membentak. " orang mati tidak dapat hidup lagi, hal ini harus kaupikirkan dengan jelas"
"Siapa bilang orang mati tidak dapat hidup kembali" Aku tidak percaya" jawab Yu Wi sambil melangkah kearah kamar.
Kuatir anak muda itu tidak tahan menyaksikan adegan ngeri di dalam kamar itu, Su Put-ku merentangkan tangan untuk merintanginya sambil berkata, "Tidak perlu kau lihat mereka lagi, mereka sudah mati"
Yu Wi mendorongnya. saking kuat tenaga dorongannya sehingga Su Put-ku terpental kesamping, cepat ia membentak, "Mereka benar-benar sudah mati, janganlah sembarangan kau pikir."
"Aku tidak percaya, aku tidak percaya" gumam Yu Wi, "Ayah bilang ibu sudah mati, kenyataan ibu masih hidup, Maka mereka juga takkan . . . ." sembari bicara ia terus menuju ke depan kamar.
Su Put-ku tidak dapat merintangi lagi, ia pikir yang mati itu adalah orang kesayangannya, betapapun harus dilihat olehnya, maka ia lantas ikut dibelakang Yu Wi.
Hanya sejenak Yu Wi merandek di depan kamar, lalu melangkah masuk. Meski menyaksikan adegan ngeri itu, tapi sinar matanya biasa saja, hanya wajahnya tampak pucat. Tapi Su Put-ku tetap merasa kuatir.
Di dalam kamar dua sosok mayat tindih menindih, Su Put-ku kenal mayat bagian atas adalah puteri Mo-kui-tocu, yakni Yap Jing, dan tidak perlu diterangkan lagi mayat yang di bawah pastilah He si adanya.
Sekujur badan He si tampak telanjang bulat, darah mengental di mulutnya, jelas dia mati dengan mengertak lidah sendiri.
Yap Jing berbaju sehari-hari dan mati menindih di atas tubuh He si, pada punggungnya menancap sebatang pedang yang menembus kedada He si, jadi kedua mayat itu tersunduk menjadi satu oleh pedang si pembunuh.
Menurut analisa Su Put-ku, kejadian itu adalah mula-mula Hiat-to kedua orang tertutuk. lalu pembunuh itu hendak memperkosa Hesi, baju He si telah dibolejeti, tapi He si tidak sudi ternoda dan mengermus lidah sendiri sehingga mati. Tapi pembunuh masih bermaksud menodai mayat He si, demi mempertahankan kesucian Ho si, Yap Jing merangkak sebisanya dan menengkurap di atas tubuh He si. Hal ini menimbulkan kekalapan si pembunuh dan sekali tusuk membinasakan mereka berdua.
Keadaan tempat tidur morat-marit, mungkin Yap Jing tertutuk waktu berbaring di tempat tidur, meski tak bisa bergerak. tapi dia tidak tega menyaksikan He si akan diperlakukan tidak senonoh, maka sekuatnya ia memberosot kebawah dan menubruk diatas tubuh He si, hal ini terbukti kain seprei yang ikut terseret jatuh
kelantai. semua ini membuktikan usaha Yap Jing dengan mati-matian itu.
Berpikir sampai disini, mata Su Put-ku jadi basah pula, samar-samar seperti terbayang adegan Yap Jing yang sedang merangkak sekuatnya, pikirnya, " Isteri tua dan isteri muda bisa akur sebaik ini, sungguh jarang ada di dunia ini. Bahwa Yap Jing berusaha membela mayat He si agar tidak dinodai sipembunuh, kalau kedua orang tidak sangat akrab, tidak mungkin Yang Jing berbuat demkian.
Dilihatnja Yu Wi tidak menitikan air mata tetetes pun, malahan anak muda itu terus mencabut pedang pembunuh itu terus ditekuk patah menjadi beberapa potong, lalu diremasnya sehingga menjadi untaian besi.
Dengan sendirinya tangan Yu Wi terluka oleh mata pedang sehingga mengeluarkan darah, tapi hal ini sama sekali tidak dirasakannya.
Su Put-ku geleng-geleng kepala, ia tidak membujuknya, dibiarkan Yu Wi melampiaskan dendamnya atas senjata sipembunuh, sedikit luka luar saja tentu tidak menjadi soal.
Sehabis melampiaskan perasaan gemasnya. Yu Wi menoleh dan melihat ranjang goyang bayi yang kosong itu, ia berteriak sedih, "Di mana anakku, di mana anakku" . . . ."
"Anak juga hilang, mungkin di bawa sipengganas untuk dijadikan sandera," ujar Su Put-ku.
Yu Wi diam saja, tapi hati menjadi rada tenteram, asalkan anak belum mati dan cuma diculik musuh, akhirnya pssti dapat direbutnya kembali.
Diam-diam Su Put-ku merasa heran, sebenarnya apa maksud tujuan si pembunuh sehingga sekaligus membunuh mati enam orang.
selagi Su Put-ku menduga-duga sendiri, dilihatnya Yu Wi tidak menangis lagi, mayat Yap Jing dan Ho si lantas diangkat dan
dijajarkan di atas tempat tidur, lalu menanggalkan baju luar sendiri dan ditutupkan di atas tubuh He si.
Su Put-ku mengundurkan diri keluar kamar, dilihatnya Yu Wi duduk termenung di tepi ranjang, ia pikir biarkan saja dia berduka. dirinya akan memeriksa keadaan sekeliling diluar kalau- kalau dapat menemukan sesuatu tanda yang ditinggalkan si pembunuh.
Dengan teliti ia memeriksa sekitar rumah, sampai lama sekali barulah ia kembali ke kamar, dilihatnya. Yu Wi masih duduk termenung di tepi ranjang tanpa bergeser sedikit pun.
"Hiantit," Su Put-ku coba menghiburnya, "yang mati sudahlah, kita harus mengatur penguburan mereka agar arwah yang meninggal dapat merasa tenteram di alam baka."
Yu Wi mengangguk. jawabnya dingin, "Baik, tanam saja di halaman sana."
Bahwa anak muda itu mau bicara, legalah hati Su Put-ku. Ia pikir Yu Wi hanya berduka secara diam dan tidak menangis, bisa jadi nanti akan jatuh sakit.
Ia menuju ke halaman dan mengukur tanah yang diperlukan, lalu ia pergi membelikan enam buah peti mati, ia sendiri lantas mulai menggali liang kubur.
Mendengar suara cangkul, Yu Wi keluar dan berkata, "Kuku, biar aku saja yang menggali."
Ia lantas ambil cangkul dari tangan Su Put-ku dan mencangkul dengan cepat, hanya sebentar saja sebuah liang besar sudah berhasil digalinya, lalu menggali lagi liang yang lain,
semua rasa duka nestapa seolah-olah dikuras Yu Wi ke dalam penggalian liang kubur itu. selesai dua liang besar digali ia mandi keringat dan tentu saja cukup lelah. Tapi ia tidak mengaso, lalu persatu ia bawa keluar mayat Yap Jing dan Ho si yang sudah kaku itu dan dimasukkan ke dalam peti mati.
Di sebelah lain su Put- ku juga memasukkan mayat para budak ke dalam peti dan ditutup dan dipaku satu persatu.
Yu Wi ternyata tidak menutup peti mati kedua isterinya, dia duduk dipinggir peti sambil memandang jenazah dalam peti dengan terkesima.
sementara itu hari sudah gelap. melihat Yu Wi masih merasa berat untuk menutup peti mati, Su Put-ku menggeleng kepala, ia pikir nasib Yu Wi dan ayahnya ternyata tidak banyak berbeda, isteri tak dapat hidup bersama sampai tua, tapi cintanya terhadap isteri sedemikian mendalam.
Su Put-ku sendiri lantas pergi tidur, esok paginya, dilihatnya Yu Wi masih duduk di pinggir peti mati dan tutup peti tetap belum dipaku. Ia lantas berkata dengan menyesal, "Nak. untuk apa sedemikian kau berduka jika peti mati tidak kau tutup, arwah yang meninggal tentu tidak tenteram."
Yu Wi mengangguk dan berkata, "Ya, harus ditutup . . . "
Pelahan ia berbangkit dan menutup peti mati, ia tidak mau dibantu Su Put-ku, pada waktu paku pantek peti dipukul, setiap kali memukul paku itu, air matanya lantas bercucuran bagai hujan,
Selesai kedua peti mati itu ditutup, entah berapa banyak air matanya yang dicucurkan. Tertampak sekujur badannya basah kuyup, entah air mata atau air keringat atau air embun semalam.
Su Put-ku pergi kedapur membuatkan bubur, katanya, "Hiantit, seharian kau tidak makan apa pun, lekas bubur ini kau makan."
Yu Wi tidak dapat menolak. Ia makan sekadarnya, lalu berkata, "Apakah dikubur sekarang?"
"Kalau tidak segera dikukur, janazah akan rusak," jawab Su Put-ku.
Menurut pikiran Su Put-ku, terbunuhnya Yap Jing berenam terjadi sedikitnya tiga hari yang lalu, untung musim rontok berhawa sejuk. kalau tidak tentu mayat sudah membusuk. Pikirnya, Jika Hiantit
tidak berusaha menolongku di makam Thian-ti-hu sana, mungkin dia keburu pulang dan menyelamatkan isterinya. Ai, kalau dipikir seakan-akan akulah yang membikin celaka mereka"
Tanpa bicara Yu Wi telah selesai mengubur peti kedua isterinya, Su Put-ku bantu mengubur keempat budak. setelah menguruk liang kubur sehingga berbentuk gundukan kuburan, Yu Wi lantas berseru terhadap kuburan sang isteri, "Pada suatu hari setelah kubalas sakit hati kalian barulah akan kudatang lagi untuk mendirikan batu nisan kalian"
Inilah sumpah, sumpah dengan tekad yang bulat Perasaan Yu Wi sekarang mulai tenang kembali, dalam dan luar rumah dibersihkannya.
"Hiantit," kata Su Put-ku kemudian, "Menurut pendapatmu, apa maksud tujuan si pembunuh merecoki keluargamu?"
"Wanpwe merasa tidak punya musuh, betapa tidak ada alasan harus membunuh isteri dan keluargaku" Apa yang dituju sipembunuh sungguh akupun tidak mengerti."
"Bahwa anakmu juga diculik oleh si pengganas kukira pasti ada maksud tujuannya, jangan-jangan Hiantit memiliki sesuatu benda mestika, tapi tidak dapat ditemukan si pembunuh, lalu mengganas dan akhirnya menggunakan sandera untuk memeras".
"Rasanya Wanpwe juga tidak mempunyai benda mestika apa-apa, kecuali satu jilid Pian-sik-sin-bian, ada lagi pedang mestika Hi-jong-kiam, kedua benda ini kukira tidak dapat dianggap sebagai benda mestika."
"Bahwa pengganas datang ke rumahmu, jelas barang yang dikehendaki tidak kau bawa, sebab kalau kau bawa, tentu mereka akan langsung mencari dirimu dan tidak perlu membunuh orang yang tak berdosa. Agaknya mereka tahu kau tidak dirumah maka merampok kesini. Adakah kau lihat dalam rumah ini kehilangan sesuatu barang?"
"Tidak ada," sahut Yu Wi sambil menggeleng. Tapi lantas ditambahkannya, "Meski ada kehilangan semacam barang, tapi kurasa tidak ada artinya."
Tergetar hati Su Put-ku, cepat ia tanya, "Barang apa itu?"
"Sebuah mainan singa kemala sumbangan seorang kawan pada waktu perayaan sebulan umur anakku," tutur Yu Wi. "Meski tidak besar nilainya, tapi karena barang ukiran indah, maka kuikatpada ranjang goyang bayi sana, dan sekarang tidak terlihat lagi."
Su Put-ku mengira akan mendapatkan petunjuk yang berarti untuk menyelidiki identitas sipembunuh, kini benda yang di maksud ternyata cuma sebuah mainan anak saja, ia pikir mungkin sipembunuh: merasa tertarik oleh mainan itu, maka sekalian diambilnya.
Dengan menyesal ia berkata, "sungguh aneh juga, kalau tujuan si pembunuh bukan barang berharga, apa maksudnya mengganas" Apakah pembunuh itu orang gila dan sembarangan membunuh orang" Ai. jika demikian halnya, pembunuh itu benar-benar terlalu Kejam"
Bila teringat kepada kematian kedua isterinya tercinta yang mengenaskan, sedih Yu Wi sungguh sukar dilukiskan. sedapatnya dia menahan air mata yang hampir bercucuran pula, tanyanya, "Apakah Kuku menemukap suatu yang mencurigakan" saking berduka Wanpwe menjadi tidak memperhatikan urusan lain, tentunya Kuku telah melihat sesuatu?"
"Di halaman kutemukan sepotong sapu tangan, agaknya bukan barang keluargamu," tutur Su Put-ku sambil mengeluarkan sepotong saputangan wanita, setelah menerirma dan memeriksa saputangan itu, Yu Wi berkata, "Ya, memang bukan barang kami."
"Coba kau lihat apa yang bersulam pada ujung saputangan itu?" kata Su Put-ku.
"Apakah setangkai bunga?" tanya Wu Wi,
"Bukan, tapi sebuah jaring ikan-"
Setelah diperiksa dengan teliti baru diketahui Yu Wi yang tersulam itu memang betul jaring ikan.
"Tanda apakah ini?" katanya heran-
Su Put-ku berpikir sejenak. tampaknya sedang menimbang apakah harus bicara atau tidak. Akhirnya dia berkata juga, " Inilah tanda pengenal Thi-bang-pang di Tiang kang,"
"Ahh" Yu Wi bersuara kaget, mendadak ia berkata dengan mengertak gigi, "Pasti Thi-bang-pang yang mendalangi perbuatan ini. Ya, betul pembunuhnya adalah orang Thi-bang-pang "
"Mengapa kau merasa yakin pasti perbuatan orang Thi-bang-pang?" tanya Su Put-ku.
---ooo0dw0ooo---
Bab 6 : Menantu ketua Thi bang pang..Yu Wi palsu
Maka Yu Wi lantas menceritakan pengalamannya bertemu dengan nona baju merah di atas kapal Auyang Liong-lian serta janji berkunjung setahun kemudian, lalu katanya dengan tegas- "Hanya kungfu aneh dari Thi-bang-pang saja yang dapat membunuh isteriku. Aku memang lagi heran, kungfu Jing-ji dan Ho si sudah tergolong kelas satu, tapi dengan begitu mudah ditutuk oleh pembunuh itu tanpa bisa melawan, maka kungfu pembunuh itu pasti luar biasa. setahuku, jarang ada di dunia ini orang yang memiliki ilmu Tiam-hiat seaneh ini kecuali orang Thi-bang-pang, sebab hanya pada Hian-ku-cip milik mereka itu tercantum pelajaran ilmu silat yang ajaib, asalkan berhasil meyakinkan salah satu macam kungfu dalam kitab itu, maka dipatlah malang melintang di dunia Kangouw juga hanya dengan ilmu Tiam-hiat mereka itu saja dapat mangatasi tokoh persilatan jaman sekarang ini secara cepat dan tak terduga."
Makin bercerita makin berduka Yu Wi, sebab teringat olehnya cara Sia Siau-mo membuka Hiat-to para kawannya yang tertutuk di atas kapal dahulu. Jika seorang bawahan saja sudah begitu lihai,
maka di dalam Thi-bang-pang pasti terdapat tokoh lain yang lebih hebat Kalau bukan mereka. siapa lagi yang mampu membunuh Yap Jing dan He Si yang juga tidak lemah itu"
Tapi Su Put-ku tetap bicara dengan kepala dingin, "Hiantit, kau bilang orang Thi-bang-pang yang mengganas, tapi apakah maksud tujuan mareka" orang membunuh kan mesti ada yang dituju?"
"Balas dendam" seru Yu Wi dengan gemas, "Telah kubunuh dua anggota mereka,tentunya mereka tidak terima dan ingin menuntut balas."
Su Put-ku menghela napas dan menggeleng, katanya, "Sejak mula sudah kutemukan saputangan ini di halaman, tapi tidak segera kuperlihatkan padamu, maksudku justeru kuatir kau salah paham terhadap Thi-bang-pang. Kutahu Thi-bang-pang sudah lama berdiri dan termashur, Pangcu Kiu-bun-liong (tato sembilan naga) Le Kun, Le-loenghiong adalah sahabat karibku, cukup kukenal pribadinya dan tahu juga tata tertib Pang mereka yang keras. Asal Thi-bang-pang mereka adalah menolong sesamanya dan membela kaum lemah terhadap kelaliman yang kuat, tidak nanti mereka melakukan perbuatan terkutuk ini ... ."
"Bilamana Kuku bersahabat dengan Le Kun?" tanya Yu Wi.
"Kejadian itu sudah lebih tahun yang yang lalu," jawab su Put-ku dengan gegetun. "setelah aku mengasingkan diri di siau-ngo-tay-san, lalu tidak pernah berjumpa lagi dengan dia."
"Itulah, selama 20 tahun ini masa tidak ada perubahan," ujar Yu Wi dengan tersenyum pedih.
"Pada waktu Kuku kenal Le Kun dahulu mungkin dia adalah seorang pahlawan tua yang berbudi dan bijaksana dengan anggota Pang yang terpuji, tapi selama 20 tahun ini apakah tidak mungkin terjadi perubahan. setahuku. tingkah-laku puterinya agak congkak."
setelah mendengar cerita Yu Wi tadi tentang kejadian dilautan dulu, su Put-ku pikir tindakan puteri sahabat lama Le Kun itu memang rada-rada berlebihan dan sombong. Ia pikir puteri Le Kun
seharusnya tidak terdidik secara begitu" Jangan-jangan selama 20 tahun ini pribadi Le Kun memang sudah berubah.
Tapi bila teringat jiwa kesatria Le Kun itu tidak nanti berubah, ia cukup kenal pribadi Le Kun yang bijak dan teguh pada pendirian sendiri itu, maka ia tetep menggeleng dan berkata, "sifat anak perempuan mungkin akibat terlalu dimanjakan sejak kecil, menurut cerita Hiantit tadi memang tindakan puteri Le Kun itu salah, tapi juga bukan anak perempuan yang kejam dan suka menuruti watak sendiri Coba kau pikir, jika dia ingin menuntut balas, untuk apa dia perlu menapas putus pedang panjang yang sudah menancap di hulu hatimu" Jelas dia tidak berniat membunuhmu, apalagi dia telah bantu memotong tali yang mengikat tanganmu serta menghadiahkan pedang padamu, rasanya tidak mungkin dia melakukan tindakan balas dendam padamu."
Rasa geram Yu Wi belum berkurang, ucapnya, "Puteri Le Kun itu minta aku berkunjung ke Tiang-kang setahun kemudian untuk menyambangi ayahnya, sekarang sudah dekat waktunya untuk berangkat, sedangkan peristiwa pembunuhan ini terjadi setelah kutinggalkan rumah, bukankah maksudnya akan turun tangan pada saat aku tidak berada di rumah."
Karena pemuda itu selalu berpikir kearah yang buruk dan yakin pembunuhnya pasti orang Thi-bang-pang, su Put-ku tertawa dan berkata, " Hiantit, tampaknya pandangamnu terlalu kukuh...."
"Bukan aku terlalu kukuh pada pandangan sendiri, tapi bukti nyata kan tidak dapat dihapus?" seru Yu Wi dengan aseran.
"Bukti, Di mana ada bukti?" ujar su Put-ku dengan terkesiap.
Yu Wi mengangkat sapu tangan warna jambon tadi dan berkata, "sapu tangan anak perempuan ini tersulam tanda pengenal Thi-bang-pang, besar kemungkinan sapu tangan ini milik puteri Le Kun, seandai terjatuh tanpa sengaja sewaktu mengganas, bukankah ini bukti nyata?"
Su Put-ku menghela napas panjang, bukti ini memang sukar dibantahnya, terpaksa ia berkata dengan suara pelahan, "Jadi kau anggap pembunuhnya ialah puteri Le Kun?"
Tanpa pikir Yu Wi mengangguk.
"Jika demikian pikiranmu, sukar bagiku untuk mengatakan dia bukan pembunuhnya," ujar su Put-ku dengan menyesal. "Cuma perlu kuingatkan padamu bahwa dia tidak mempunyai kepentingan untuk membunuh, maksudnya berjanji bertemu lagi setahun kemudian adalah baik,justeru hal ini selalu kau pikirkan kearah yang buruk. Coba kau pikir lagi lebih cermat, setahun yang lalu kau kan masih belum berkeluarga, dari mana dia tahu akan rumah tanggamu?"
Yu Wi jadi melengak. ia pikir keterangan itu memang beralasan, setahun yang lalu nona berbaju merah itu memang tidak tahu bahwa dirinya akan menikah dan berkeluarga, jadi kalau menuduhnya janji bertemu setahun kemudian bertujuan memancingnya pergi dari rumah agar memudahkan si nona mengganas, alasan ini sungguh terlalu janggal dan dicari-cari belaka.
Namun Yu Wi tidak dapat menyebutkan siapakah pembunuh itu, sedangkan satu-satunya bukti menunjukkan bahWa puteri Le Kun itu pernah datang ke sini ketika dirinya meninggalkan rumah. Dengan kepandaian nona berbaju merah yang sangat tinggi itu, siapa lagi yang mampu membunuh Yap Jing dan he si selain dia"
dalam bingungnya hanya petunjuk sapu tangan ini saja yang dipegang Yu Wi, betapa pun takkan dilepaskannya, maka ia berkata pula, "Persoalan ini memang penuh tanda tanya, Wanpwe bertekad akan berkunjung ketempat Thi-bang-pang di Tiang-kang, setiba disana, soal siapa benar dan salah tentu akan menjadi jelas. Kalau puteri Le Kun tidak mengganas, ingin kutanya juga mengapa dia datang kerumahku dan pergi lagi tanpa meninggalkan pesan apa pun."
Su Put-ku pikir ucapan Yu Wi memang beralasan dan tidak lagi memastikan siapa si pembunuhnya secara ngawur seperti pendapatnya tadi, diam-diam lega hatinya. Ia pikir kunjungan Ke Thi-bang-pang memang harus dilaksanakan, kalau tidak, jelas sukar menyelidiki siapa sebenarnya si pembunuh itu.
"Apakah Kuku suka berangkat bersamaku?" tanya Yu Wi.
su Put-ku berpikir sejenak. katanya kemudian "Kau perlu menyelidiki duduk perkara yang sebenarnya, bila aku ikut malah kurang leluasa, maka aku tidak ingin pergi. pula wilayah pengaruh Thi-bang-pang terletak di sekitar oupak dan sujwan. pergi pulang memerlukan waktu bebarapa bulan, padahal kita masih ada urusan penting lain, yaitu menyembuhkan penyakit otak ibumu pada hari Tiong ciu tahun depan. Maka dalam tahun ini aku tidak ingin pergi kemana-mana,akan kucari suatu tempat sunyi untuk mempelajari kitab Pian-sik-sin-pian, waktu tidak boleh terbuang percuma."
Yu Wi pikir ikut perginya Su Put-ku memang kurang leluasa, jika benar orang Thi-bang-pang yang mengganas, demi manuntut balas dirinya tentu akan bertindak. dan su Put-ku menjadi serba susah, membela tidak enak terhadap sahabat lama. tidak membela juga tidak betul. Maka memang lebih baik tidak ikut pergi saja,
Ia merasa sangat berterima kasih mendengar su Put-ku hendak mempelajari isi kitab Pian-sik-sin- bian dalam waktu setahun ini, katanya, "Perawatan ibuku harus manyibukkan Kuku sendiri, sungguh rasaku tidak enak. Mestinya ingin kupelajari bersama Kuku. tapi ai, siapa tahu bencana timbul mendadak . . .."
Su Put-ku berdehem, lalu berkata, "Ah, kenapa kau bicara seperti terhadap orang luar saja. Ibumu adalah sumoayku yang dibesarkan bersamaku sejak kecil, adalah pantas kalau aku berusaha manyembuhkan ibumu, justeru mengenai malapetaka yang mendadak menimpa menantu keponakan ini, aku ikut merasa sedih karena tidak dapat memberi bantuan.
Kepergianmu ke Thi-bang-pang ini perlu kuberi nasihat padamu, menghadapi segala hal hendaklah berpkir dulu sebelum bertindak, sebab kalau sudah telanjur, manyesal pun sudah terlambat."
Yu Wi mengangguk. ucapnya, " Nasihat Kuku akan kuingat dengan baik, kepergianku ini akan kulakukan dengan hati-hati, orang mati tak dapat hidup kembali, bila ku salah membunuh orang yang tak berdosa, tentu akan membuat Jing-ji dan He si yang sudah meninggal itu merasa tidak tenteram dialam baka,"
Bicara sampai di sini, hati Yu Wi menjadi pedih, hampir saja ia mencucurkan air mata pula.
Legalah hati Su Put-ku, ucapnya dengan tersenyum getir, "Kaupun jangan terlalu berduka, jagalah kesehatan sendiri lebih utama, kepergianmu ke Thi-bang-pang sebaiknya dengan menyamar saja agar dapat kau selidiki dengan lebih objektif"
Yu Wi pikir memang lebih baik menyelidiki urusan ini dengan menyamar saja, kalau tidak. bila orang Thi-bang-pang mengetahui kedatangannya, tentu akan dilaporkan kepada Le Kun dan puterinya, dan penyelidikan selanjutnya tentu akan sukar. Tapi entah cara bagaimana harus menyamar. urusan ini belum pernah dipelajari Yu Wi.
"Dahulu pernah kukenal seorang ahli rias, kepandaiannya merias muka boleh dikatakan tidak ada bandingnya, dia pernah mengajarkan kepadaku beberapa cara menyamar yang paling sederhana, sekarang juga akan kuberi petunjuk padamu. . . ."
Esok paginya, sendirian Yu Wi lantas berangkat, Su Put-ku tidak ingin pergi ketempat lain, dia lantas tinggal di situ. Tempat ini memang indah pemandangannya, suasana juga sunyi, sungguh tempat yang baik untuk belajar ilmu.
Sebulan kemudian, tanpa banyak berhenti dalam perjalanan, tibalah Yu Wi di oupak.
Hari ini dia sampai di Bujiang, salah satu kota diantara tiga kota yang berdekatan yang terkenal sebagai Bu-han.
Ketiga kota Bu-han terpisah oleh sungai Tiang-kang dan Han sui, Bu iang terletak di tepi selatan Tiangkang. Ham kau dan Han yang terletak di tepi utara Tiangkang Di antara kedua kota Han itu hanya dipisahkan oleh sebuah sungai kecil yang lebarnya tidak lebih dari 20 tombak, sungai kecil inilah Hansui. juga disebut siang ho.
Kota Bu-jiang adalah tempat bersejarah yang banyak barang tinggalan jaman kuno.
sekarang Yu Wi berdiri di suatu tempat pesiar yang sangat terkenal di tepi Tiangkang, yaitu Wi-ho-lau, ia asyik memandang Hanyang jauh di seberang sana.
pada ujung selatan kota Hanyang itu terletak Eng-bu-ciu, sebuah semenanjung muara Tiangkang yang menjadi tempat berkumpulnya anggota Thi-bang-pang. Karena jaraknya cukup jauh, keadaan Eng-bu-ciu hanya kalihatan samar-samar saja sehingga menimbulkan pergolakan pikiran Yu Wi.
Bahwa dia tidak segera menyeberang kesana melainkan berdiri di atas Wi-ho-lau dan mengelamun, hal ini memang ada sebabnya.
Sepanjang jalan ternyata didengarnya Thi-bang-pang adalah sebuah Pang (perkumpulan) yang baik, tingkah-laku anggota Pang tidak tercela, peraturan Pang juga keras dan tegas, anggota pang tidak ada yang berani menganiaya rakyat jelata.
Dari info yang diperoleh itulah, Yu Wi menjadi ragu apakah mungkin orang Thi-bang-pang membunuh kedua istrinya"
Selagi dia merenungkan apa yang harus dilakukannya setelah menyeberang kesana, tiba-tiba didengarnya dua orang pelancong disebelahnya sedang bicara.
"Bok-loheng," demikian terdengar seorang menegur, "jauh-jauh kau datang kesini untuk menyampaikan selamat ulang tahun kepada Le-loenghiong. maksud baikmu ini jangankan Le-loenghiong. aku saja yang mendengar maksud kedatanganmu ini juga ikut senang bagi Le-loenghiong."
"Ah, hanya datang untuk mengucapkan selamat saja apa artinya," demikian jawab orang she Bok. "kecuali ulang tahun ke-60 Le-loenghiong, mana lagi juga hari bahagia pernikahan Le-siocia, pesta gabungan kedua peristiwa bahagia ini, biarpun jaraknya sekali lipat lebih jauh juga bok-keh-but-ti (perusahaan peternakan keluarga Bok) dari Kwan-gwa harus mangirim anak muridnya untuk hadir.
"Eh, ada hubungan baik apakah antara Bok keh-but-tio dan Thi-bang-pang, kok selama ini tidak pernah kudengar?" tanya pula orang yang pertama.
"Ci-heng orang sibuk, dengan sendirinya tidak tahu hubungan antara Boks keh-but-tio dengan Thi-bang-pang," jawab si orang she Bok. "Persoalan ini sudah terjadi tiga tahun yang lalu. Ketika itu keluarga Bok kami disatroni oleh kawanan begal It-tiu-hong (angin lesus) yang terkenal di Kwan-gwa, selain peternakan kuda kami dirampok habis-habisan, puteri kesayangan kakak kami juga diculik dijadikan sandera. . . ."
"He, ilmu cambuk Kiu-liang-pian-hoat kakakmu si Kiu-liong-pian (cambuk sembilan naga) Bok Cay-jian cukup termashur didaerah Kwan-gwa, kenapa ada kawanan bandit berani merecoki tempat kalian. Apa barang kali kawanan bandit itu telah makan empedu harimau dan tidak gentar terhadap kakakmu?"
Orang she Bok ini adalah adik Bok Cay-sian, namanya Bok Wi-sian, ia menjawab, "It-tin-hong juga bandit terkenal di daerah Kwan-gwa, mestinya dia tidak berani mengincar ladang peternakan kami, tapi dia sangat iri terhadap perusahaan kakakku yang maju pesat dan tambah besar, dia kuatir seluruh Kwan-gwa akan menjadi ladang peternakan keluarga Bok sehingga pekerjaan mereka akan mengalami jalan buntu, maka mereka telah mencari bala bantuan tangguh dan menyatroni tempat kami. Asalkan sekali pukul dan berhasil selanjutnya berarti sumber rejeki merekaakan mengalir tanpa berhenti."
Orang she Ci yang diajak bicara ini adalah kepala Tin-wan-piaukiok. sebuah perusahaaa pengawalan terbesar di daerah oupak,
hampir setiap hari mereka menerima order pengawalan. bila sebut nama Tiam-jong-cin-kiam Ci Hui-liong, setiap tokoh dunia persilatan sama tahu dia adalah tokoh terkenal Tiam-jong-pay, ilmu pedangnya tidak boleh dibuat main-main, maka jarang ada kawanan bandit berani mengganggu barang kawalannya.
Lima tahun yang lalu pernah juga Tin-wan piaukiok mengawal satu partai barang milik Bo-keh-but-tio ke daerah Tionggoan, waktu itu Ci Hui-liong memerlukan tampil sendiri untuk mengawalnya, sebab itulah dia kenal kedua Bok bersaudara, yaitu Bok Cay-sian dan Bok Wi-sian.
Begitulah Ci Hui-liong lantas bertanya dengan heran. "He, pembantu tangguh macam apa sehingga berhasil membantu kawanan bandit It-tin-hong itu?"
"Pembantu tangguh ini semula kami cuma tahu she Le. kemudian baru diketahui dia adalah keponakan Le-lopangcu dari Thi-bang-pang. Kami pikir Le Kun adalah seorang kesatria berbudi dan terhormat, beliau pasti tidak tahu menahu anak keponakannya membantu kawanan bandit, maka diam-diam kami lantas mengirim orang untuk memberitahukan kepada Le-lopangcu agar suka menyelidik persoalan ini. setelah Le Kun menerima laporan ini, malam itu juga sendirian dia memburu ke Kwan-gwa langaung menuju kesarang It-tin-hong, puteri kakakku diselamatkan, sekaligus It-tin-hong dibunuhnya, juga keponakannya itu tidak diampuni. Lalu Le-lopangcu berkunjung kepada kakakku untuk minta maaf, katanya keponakannya itu memang berkelakuan tidak baik dan diusir, tak tersangka minggat ke Kwan-gwa dan melakukan kejahatan dan mengganggu ladang peternakan kami, Le-lopangcu menyerahkan kepala It-tin-hong dan keponakannya dan minta maaf kepada kakakku, tentu saja kami sangat berterima kasih, kami mengubur baik-baik jenazah keponakannya, mesti kami ingin menahan Le-pangcu agar suka tinggal disana barang sebulan atau setengah bulan, siapa tahu esok paginya beliau lantas pulang tanpa pamit.
Lantaran kejadian itu sehingga Le-pangcu sampai membunuh keponakannya sendiri, sejauh itu kakak tidak berani memberi tanda terima kasih apa pun juga sebab kuatir menimbulkan rasa duka Le-pangcu. sekarang kakak mendengar Thi-bang-pang bakal merayakan dua peristiwa bahagia, maka sebulan yang lalu siaute sudah diutus masuk ke daerah Tionggoan, betapapun kami harus menyampai selamat dan memberi tanda mata selayaknya."
"Wah, kado yang kau antar pasti sangat berharga," kata Ci Hui-liong. "Aneh juga , mengapa sedikit pun tidak kudengar peristiwa yang kau cerita kan ini."
"Dahulu Le-lopangcu keluar Kwan-gwa dan pulang lagi, semua itu dilakukan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat, bahkan sebelum dan sesudahnya cuma diketahui oleh seorang. dengan sendirinya beliau tidak mau menyiarkan kejadian itu, apalagi kami yang bersangkutan, tentu lebih- lebih tidak perlu menyiarkannya. sekarang ci-hong bertanya, mengingat kita juga kenalan lama, maka kuceritakan terus terang."
"Pantas aku tidak tahu," kata Ci Hui-liong. "kalau tidak. orang yang bekerja dilapangan seperti kami ini ternyata tidak tahu kejadian besar itu kan lucu. Eh, Bok-lauheng, menurut pendapatmu bagaimana penilaianmu terhadap Le-lopangcu?"
Bok Wi-sian segera mengacungkan ibu jarinya dan memuji, "Tidak perlu urusan lain, melulu peristiwa tiga tahun yang lalu itu, kalau bukan budi luhur Le-lopangcu, siapa yang mau memburu ke Kwan-gwa pada malam itu juga untuk membela Bok-keh-but-tio kami" Bahkan sesudah itu tidak bicara sedikit pun urusan balas jasa. soalnya cuma pembantu It-tin-hong itu menggunakan ilmu silat golongan Le-lopangcu, beliau tidak dapat membiarkan kungfu perguruannya digunakan untuk kejahatan. demi kepentingan umum tanpa memikirkan sanak keluarga sendiri jiwa kesatria yang luhur ini sungguh sangat kukagumi"
Ci Hui-liong juga menghela napas gegetun, ucapnya, "Setiap orang yang kenal Le-lopangcu sama memuji keluhuran budinya, siaute dan Thi-bang-pang sama-sama bertempat tinggal di daerah
oupak, tentu saja kulebih tahu kepribadian Le-lopangcu yang mulia, tidak palsu, tidak munafik Tapi akhir-akhir ini kudengar ada orang sengaja berbuat macam-macam kejahatan untuk merusak nama baik Le-lopangcu."
Bok Wi-sian menjadi gusar, tanpa terasa suaranya menjadi keras, tanyanya, "Siapa" siapa yang berani merusak nama baik beliau" Betapapun akan kutemui bangsat itu, coba beritahukan padaku siapa dia?"
Karena Bok Wi-sian bicara dengan suara keras, beberapa pelancong lain sama memandang kearah mereka.
Semula Yu Wi hanya mendengarkan saja tanpa memandangnya, sekarang iapun ikut berpaling. Maka terlihatlah orang she Bok itu berusia antara 50 penuh berewok, bermantel bulu yang mahal, perawakannya tinggi besar, sungguh potongan orang gagah dari Kwan-gwa asli.
Sedangkan orang she ci itu berusia 40 lebih berbaju tebal dari kain sutera. juga memakai mantel bertepi tipis. dandanan seorang Tionggoan asli perawakannya sedang, mukanya putih, dengan suara tertahan ia berkata, "Bok-heng, di sini banyak orang, jangan kita bicara urusan ini lagi. setelah pesta Le-lopangcu selesai. kuharap Bok-heng suka mampir ke tempatku sekadar minum dan mengobrol lagi."
Rasa gusar Bok Wi-sian belum lagi reda, dengan suara keras ia menjawab, "Baik, bila mana bangsat itu kepergok olehku, mustahil kalau tidak kuhajar dia."
Para pelancong yang memandang ke arah mereka itu ada yang kenal ci Hui-liong, segera mereka menyapa dengan tersenyum, "Baik-baiklah ci-cong piauthau."
ci Hui-lioag menjawabnya sekadarnya, lalu berkata kepada Bok Wi-sian, "Kapal sudah datang, marilah kita menyeberang" segera ia manarik Bok Wi-sian turun lebih dulu.
Waktu Yu Wi memandang kesana, memang betul ada sebuah kapal tambangan sedang mendekat, segera ia ikut turun ke sana.
Wi-ho-lau adalah bangunan berloteng terletak di dermaga, kapal belum lagi berlabuh, dilihatnya tamu yang hendak menyeberang cukup banyak.
Begitu kapal tambangan merapat, berturut-turut para tamu lantas naik ke atas kapal.
Kapal tambangan ini cukup besar, dapat memuat beberapa pulUh penumpang. Yu wi naik ke kapal bersama dengan Bok Wi-sian dan ci Hui-liong.
Selesai para penumpang naik keatas kapal, tukang perahunya lantas angkat galah dan menolak tapian, kapal tambangan pelahan lantas meninggalkan dermaga.
Setiba ditengah sungai, Yu Wi melihat arus sungai cukup deras, pikirannya juga bergolak, "Dari cerita orang she Bok tadi jelas Le Kun adalah seorang kesatria tua yang berbudi luhur, dia tidak memberi ampun kepada keponakan sendiri yang ikut berbuat kejahatan, tentu juga dia takkan mengizinkan puterinya sendiri melakukan keganasan, lebih-lebih takkan membiarkan anggota Thi-bang-pang berbuat kejahatan. Lalu sesungguhnya siapakah pembunuh Yap Jing dan Ho si" juga orang she Ci itu memuji kebaikan Le Kun, rasanya tidak bisa keliru lagi. semua orang pun sama memuji Thi-bang-pang sebagai perkumpulan yang baik, kenapa dirinya masih meragukannya, Ai, lantas siapakah si pembunuhnya" Tampakkya diriku tidak bolah menuruti nafsu, kalau urusan terlanjur runyam, tentu akan ditertawai malah oleh pembunuh yang sebenarnya. Akan tetapi sapu tangan itu jelas membuktikan orang Thi-bang-pang pernah berkunjung kerumahku, kaalau bukan puteri Le Kun, juga kejahatan itu bukan dilakukan oleh orang Thi-bang-pang, lantas untuk apa mereka pergi kesana."
Selagi Yu Wi tenggelam dalam pikirannya sendiri, sekonyong-konyong ombak mendampar sehingga kapal tambangan itu berguncang dengan hebat.
Bok Wi-sian duduk disamping Yu wi, dia dibesarkan didaerah Kwan-gwa, tempat yang gurun pasir melulu, mana dia pernah menumpang kapal tambangan, karena itulah ia menjadi kaget dan cepat memegang pundak Yu Wi sambil berseru, "Wah, kapal bisa terbalik, bisa terbalik . . ."
Di belakang Bok Wi-sian berdiri seorang tua kurus kecil, agaknya dia juga tidak tahan oleh oleng kepal tambangan tadi, ia jatuh menubruk di atas tubuh Bok Wi-sian, tapi cepat ia merangkap bangun, dengan muka merah ia berkata. "Ah, tidak apa, jangan kuatir, kapal takkan terbalik"
Dia malahan tepuk-tepuk pundak Bok Wi-sian untuk membesarkan hatinya.
Dengan tertawa Ci Hui-liang juga berkata, "Jangan kuatir Bok-loheng, ombak sekecil ini mana bisa membikin kapal terbalik, kalau ombak begini saja menenggelamkan kapal, setiap hari entah berapa puluh kali kapal akan terbalik di Tiangkaag ini."
"Dan juragan perahu kita mungkin harus makan angin," demikian tukas salah seorang penumpang dengan tertawa. Maka semua orang pun bergelak tertawa.
Tiba-tiba Yu Wi berdiri dan berkata kepada si kakek kurus kecil, "Silakan Lotiang (bapak) duduk disini"
Tanpa menghiraukan orang mau duduk atau tidak, segera Yu Wi menariknya berduduk ditempatnya itu.
Usia kakek kurus kecil itu sudah lebih setengah abad, Yu Wi separoh lebih muda daripada dia, bahwa orang muda memberi tempat duduk kepada orang tua adalah perbuatan sopan- pula si kakek tidak tahan oleh oleng kapal tambangan, kalau tidak tertahan oleh tubuh Bok Wi-sian tentu kakek itu sudah tercebur ke sungai. sebenarnya ada penumpang lain akan memberi tempat duduknya pada si kakek. Tapi telah didahului oleh Yu Wi, perbuatannya yang sopan ini sama mendapat pujian para penumpang.
Si kakek kurus kecil itu menyengir, tanpa sungkan dia terus berduduk disamping Bok Wi-sian dengan sikap bangga dan senang, seakan-akan orang lain memberi tempat duduk padanya adalah perbuatan selayaknya.
Pelahan kapal sudah dekat Hanyang, si kakek kecil sengaja hendak bergaul dengan Bok Wi sian, ia mendahului menyapa, "Apakah Anda tidak pernah numpang kapal?"
Bok Wi-sian membenarkan, maka kakek itu mencerocos pula, "Ah. pantas, orang dari Kwan-gwa, tentu saja kuatir kapal terbalik. Ketika untuk pertama ia kunaik kapal juga takut kapal akan tenggelam, akhirnya kapal tidak beralangan, tapi saking ketakutkan sehingga barang bawaanku terlupa dan ketinggalan di atas kapal."
Setiap omong satu kalimat, tentu diselingi gelak tertawanya. Keruan Bok Wi-sian jadi tersipu-sipu, teringat kelakuannya tadi, tidak heran jika orang mentertawakan dia.
Dengan gembira kakek kurus kecil itu terbahak-bahak. Dia mentertawai orang lain- ia tidak tahu diam-diam Yu Wi juga sedang mentertawakan dia.
Kiranya kakek kurus kecil ini adalah seorang pencopet sakti terkenal. orang memberi julukan "sam-jiu-sin-coa" atau si copet sakti bertangan tiga padanya, namanya Tam Yan-jun. Dia ahli mencuri benda mestika atau batu permata yang sukar dicari setiap orang yang pernah tersentuh oleh tangannya, kebanyakan pasti kebobolan hingga habis-habisan.
Waktu berada di Wi-ho-lau tadi, si copet sakti Tam Yan-jun telah mengikuti percakapan antara Bok Wi-sian dan ci Kui-liong dengan jelas, diam-diam ia membatin bahwa Bok Wi-sian adalah adik kandung hartawan nomor satu di Kwan-gwa, yaitu Kiu-liong-pian Bok Cay-sian, kungfunya pasti tidak lemah, kewaspadaannya tentu juga tinggi, malahan disebelahnya berduduk seorang tokoh terkenal sebagai ci Hui-liong, betapapun ia tidak berani sembarangan turun tangan-
Maka ia terus menguntit di belakang Bok Wi-sian, ia pun ikut menumpang kapal tambangan. Ketika kapal oleng terdampar ombak, ia pikir inilah kesempatan paling bagus. segera ia pura-pura jatuh kepangkuan Bok Wi-sian, tapi berbareng itu kado yang tersimpan dalam baju Bok Wi-sian digerayangi dan berpindahlah kesakunya.
Dia pura-pura jatuh, tentu saja lagaknya sangat sesuai dengan usianya sehingga tidak menimbulkan curiga orang. semula Yu Wi mengira dia benar-benar terjatuh, namun mata Yu Wi sudah terlatih memandang di tempat yang gelap. tidak percuma dia berdiam selama setahun didalam makam Thian-ti-hu, ketika benda mustika jatuh ke tangan Tam Yan-jun, cahayanya yang berkilau sekilas dapat dilihat oleh Yu Wi.
Tiba-tiba timbul akal Yu Wi, ia pun pura-pura memberi tempat duduk kepada Tam Yan-jun, tapi pada waktu ia menarik si kakek untuk berduduk. berbareng iapun berhasil memindahknn kado yang dicuri si kakek itu kesakunya sendiri
Hendaklah maklum, Yu Wi telah memperoleh pelajaran 13 jurus pukulan ajaib dari Ji Pek-liong, setiap jurus itu sangat aneh dan ajaib sesuai namanya, meski bukan ilmu pukulan romor satu di dunia, tapi gerakkannya yang fantastis sungguh sukar dibayangkan orang.
Jurus pertama dari ke 13 jurus ajaib itu bernama "Biau-jiu-khang-khang" atau tangan ajaib membuat kosong, jurus ini adalah gerakan ajaib yang sukar dibayangkan oleh pencopet mana pun. sebabnya Ji Pek-liong memberi nama jenaka pada jurus pertama ini dengan Biau-jiu-khang-khang adalah karena jurus ini memang dapat digunakan menggeranyangi saku tokoh kelas tinggi mana cun.
Yu Wi pernah mendengar cerita Ji Pek-liong tentang dimana letak kehebatan jurus pertama itu, tapi belum pernah dicobanya, sekarang untuk pertama kalinya dia mencoba dan memang benar dengan gampang ia telah berhasil sehingga copet sakti sebagai Tam Yan-jun juga kena dikerjai.
Kapal tambangan sengaja berlabuh dimuara Eng-bu-ciu untuk menurunkan belasan penumpang yang khusus datang buat mengucapkan selamat kepada Le-lopangcu. Berturut-turut Bok Wi-sian, ci Hui-liong, Tam Yan-jun dan lain-lain lantas turun, Yu wi turun paling akhir, ia ikut bersama orang banyak menuju ke markas Thi-bang-pang.
Protokol Thi-bang-pang menyambut kedatangan para tamu keruangan pesta, tertampak diruangan besar itu sudah penuh hadir beberapa ratus tamu terdiri dari berbagai golongan dan kalangan, ada kaum kesatria dunia Kangouw. ada kaum terpelajar, ada hartawan setempat, bahkan bupati kepala daerah oupak juga hadir, ramainya dan meriahnya sungguh jarang tertampak.
Pada meja pertama di ujung ruangan pesta ini kecuali terdapat tuan rumah Le Kun, selebihnya adalah kesatria ternama serta dua-tiga orang hartawan terkemuka, tentu juga sang bupati berduduk pada tempat yang terhormat.
Yu Wi sudah menyamar, mukanya dirias sehingga kelihatan kurus pucat tidak menarik sama sekali, ia ikut di belakang ci Hui-liong dan Bok Wi-sian sehingga para penyambut mengira dia adalah rombongan Bok Wi-sian dan mengantar mereka kemeja yang berdekatan dengan meja ujung sana.
Setelah berduduk, Yu Wi melihat dinding tengah ruangan besar itu tergantung sehelai kain merah bertulis kan "siur (panjang umur), disebelahnya tergantung pula kain dengan tulisan "siang-hi (bahagia).
Diam-diam Yu Wi membatin puteri Le Kun itu entah menikah dengan siapa, sejauh ini calon mempelai lelakinya belum diketahuinya.
dalam pada itu berbondong-bondong datang pula beratus tamu lain sehingga jumlah tamu seluruhnya ada ribuan orang.
Tidak lama terdengarlah kepala protokol berseru, "Pesta ulang tahun dimulai"
Yu Wi pikir kalau perta ulang tahun dimulai lebih dulu, lalu bilakah pesta nikah dimulai lagi"jika kedua pesta ini diadakan secara terpisah dan berturut-turut, tentu para tamu akan kekenyangan makan dua kali.
Habis protokol menyerukan bahwa pesta ulang tahun dimulai. satu persatu para tamu lantas mendekati tuan rumah Le Kun untuk mengucapkan selamat. Tapi belum kelihatan perjamuan akan dimulai.
Rupanya yang dimaksud pesta ulang tahun dimulai hanya pemberitahuan para tamu boleh mulai mengucapkan selamat. Selesai mengucapkan selamat ulang tahun, menyusul adalah upacara pernikahan, selesai upacara nikah barulah kedua macam perjamuan itu dimulai bersama, jadi tidak terpisah dan pesta dua kali,
Beramai-ramai para tamu lantas menyampaikan kado masing-masing dan diterima oleh petugas yang telah siap.
Pada meja Yu Wi ini, selesai Ci Hui-liong mengucapkan selamat kepada tuan rumah, dia lantas memberikan sumbangan 10 tahil emas, yang lain juga berbuat begitu dan tersisa Yu Wi dan Bok Wi-sian saja,
"Bok-loheng, kenapa tidak mengucapkan selamat kepada Le-lopangcu" tanya Ci Hui-liong dengan tertawa.
"Sebentar, sebentar lagi. tidak perlu terburu-buru," jawab Bok Wi-sian-
Pada saat itulah terdengar protokol tadi berteriak pula. "Lok-eng-kiam Ciok Tiang-giok dari Kanglam bersama anak muridnya datang mengucapkan selamat ulang tahun dengan kado sepotong jing-ni-un-giok?"
Jing-ni-un-giok atau batu pualam hangat itu tak ternilai harganya, sekarang barang demikian dijadikan kado, tentu saja hal ini membuat gempar para tamu.
Setiap kali menerima sumbangan, petugas itu lantas berteriak mengumumkan kado yang diterima itu. Bila kadonya sangat berharga, teriakannya sengaja diperkeras sebagai tanda kebanggaan penerima sumbangan-
Maklumlah, semakin berharga kado yang diberikan menandakan semakin hormatnya penyumbang itu kepada tuan rumah, kalau tidak. tak mungkin memberikan kado sedemikian berharga.
Dengan suara pelahan Ci Hui-liong tanya Bok Wi-sian, "Apakah Bok-loheng kenal Lok-eng-kiam ciok Tiang-giok" Bok Wi-sian menggeleng.
"Ciok Tiang-giok adalah pejabat ketua Gan-heng-bun, juga hartawan terkemuka daerah Kang-lam, sekali ini dia memberi kado Jing-ni-un-glok, sungguh tidak rendah nilainya."
"Ada hubungan apa antara Ciok Tiang-giok ini dengan Le-loenghiong sehingga memberi sumbangan sedemikian berharga?" tanya Bok Wi-sian-
"Serupa kakakmu, dia juga pernah mendapat bantuan Le-lopangcu," tutur Ci Hui-liong dengan tertawa. " Kalau Le-lopangcu tidak ikut campur, waktu itu Gan-heng-bun hampir saja disikat habis oleh musuh bebuyutannya Pek-ho-bun, jadi sumbangan ciok Tiong-giok ini boleh dikatakan pantas."
begitulah protokol terus bcrseru menyebutkan nama pengantar kado dan barang sumbangan yang tidak berharga tidak disebutkan- yang agak berharga segera diteriakkan-Lalu tidak terdengar ada benda mestika lain lagi kecuali emas perak.
Diam-diam Yu Wi membatin sekali mengadakan perayaan ulang tahun berarti Le Kun mengeduk harta karun satu kali.
Maka tanpa terasa timbul kurang puasnya terhadap kepribadian Le Kun ia tidak tahu bahwa biasanya le Kun menolong orang tanpa minta balas jasa, pada kesempatan berulang tahun inilah orang yang pernah mendapat pertolongannya lantas mengantarkan kado secara suka rela dan ini memang pantas dilakukannya. juga pada
saat demikian inilah Le Kun tidak enak menolak.jika sumbangan itu diberikan pada hari-hari biasa selalu ditolaknya.
Terdengar protokol berseru beberapa nama lagi dan tetap tidak kelihatan Bok Wi-sian berbangkit.
Dengan tertawa Ci Hui-liong lantas berkata. "Kado Bok-loheng tentu sangat berharga, sebelum saat terakhir tidak diperlihatkan, betul tidak?"
Bok Wi-sian berwatak lurus jujur, dia memang mempunyai maksud untuk membikin terkejut orang banyak pada waktu kadonya diserahkan terakhir nanti. sekarang ci Hui liong telah membongkar isi hatinya, ia tidak enak lagi untuk berdiam lebih lama, segera ia berbangkit dan menyerahkan kepada pelayan sehelai kartu merah, berbareng itu ia pun maju mengucapkan selamat kepada Le Kun-
setelah menerima kado itu, protokol lantas barseru, "Bok-keh-but-tio dari Kwan-gwa, diwakili Bok Wi-sian atas nama kakaknya Kiu-liong-pian Bok Cay-sian mengucapkan selamat kepada Le-pangcu, kado berupa sepasang Hwe-liong-cu dan emas seribu tahil."
Pengumuman ini memang benar menggemparkan para hadirin- seribu tahil emas saja sudah cukup mengejutkan, apalagi ditambah sepasang Hwe-liong-cu atau mutiara naga api. Nilai satu biji mutiara itu sudah diatas Jing-m-un-giok, apa lagi sepasang, biarpun raja juga tidak memilikinya.
Hwe-liong-cu itu diperoleh Bok Cay-sian secara kebetulan, yaitu ditemukan pada waktu dia sedang menggembala kuda. Mutiara itu lantas disimpannya dan disayang melebihijiwa sendiri sekali ini demi untuk membalas budi Le Kun, dengan rasa berat ia mengirimkan mutiara sebagai kado.
Pada siang hari Hwe-hong-cu itu tidak kelihatan ada sesuatu yang istimewa, warnanya merah gelap. tapi bila malam tiba, segera mengeluarkan cahaya dan dapat menerangi kamar seperti api. sungguh semacam benda mestika yang sukar dicari.
Mendengar adanya kado sedemikian berharga Le Kun lantas berbangkit dan menyapa Bok Wi-sian- " Kakak Anda mengirimkan kado berharga ini sungguh malu bagiku untuk menerimanya. Biarlah emasnya kuterima, sedang kan sepasang Hwe-liong-cu itu mohon Bok-heng suka membawa pulang dan kembalikan kepada kakak Anda, sampaikanlah rasa terima kasih dan salamku kepada beliau."
Bok Wi-sian membari hormat dan menjawab "silakan Le-lopangcu duduk saja. Lopangcu telah menyelamatkan keluarga Bok kami, budi pertolongan ini setinggi gunung, selama tiga tahun ini kakak tidak pernah lupa dan baru sekarang sempat memperlihatkan sedikit rasa terima kasih kami, Kalau Lopangcu tidak sudi menerima, jangankan kakak. Cayhe juga tidak dapat memberi pentanggunganjawaban kepada kakakku dan akan kurasakan tidak enak". Karena ucapanBok Wi-sian ini, segera timbul bermacam-macam komentar orang.
Banyak yang menduga-duga sebenarnya ketua Thi-bang-pang itu pernah memberi budi pertolongan apa kepada keluarga Bok"
Dengan tartawa Le Kun berkata, "Jika memang begitu maksud baik Anda bersaudara, baiklah kuterima saja."


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rupanya ia kuatir bila menolak lagi mungkin Bok Wi-sian akan menceritakan peristiwa membunuh keponakan sendiri dan menyelamatkan puteri Bok Cay-sian dahulu itu. kajadian itu selama ini dirahasiakan Le KUn dan tidak diketahu orang luar. kalau sampai tersiar, tentu akan menimbulkan macam-macam pendapat orang dan membuatnya menyesal dan berduka.
Kiranya keponakannya itu adalah putera satu-satunya kakak Le Kun, setelah sang kakak wafat, keponakan itu dibesarkan olehnya. siapa tahu setelah dewasa, anak itu tidak beiajar baik, sebaliknya suka berbuat hal-hal yang tidak senonoh. saking tidak tahan, Le Kun mengusirnya.
Mula-mula didengarnya keponakan itu terjerumus ke lembah hitam, lalu lari ke Kwan-gwa dan menggabung diri dengan kawanan bandit It-tin-hong.
setelah menerima laporan dari Bok Cay-sian- Le Kun menjadi kuatir kalau keponakan itu semakin mengganas dan mencemarkan nama baik keluarga Le, akhirnya ia keraskan hati dan membunuhnya.
Sesudah kejadian itu, betapapun hati kecilnya terasa menyesal juga . Betapa pun jeleknya Keponakan tetap kaponakan dan merupakan anak tunggal kakak sendiri sekarang telah dibunuh olehnya bagaimana dia harus bertanggung iawab terhadap sang kakak dialam baka. Bila mana teringat demikian rasa duka dan menyesalnya sungguh tak terkatakan-
begitulah sstelah Bok Wi-sian mendengar Le Kun mau menerima kadonya, dengan senang ia merogoh saku hendak mengeluarkan Hwe-liong-cu. siapa tahu mukanya lantas berubah hebat begitu tangan masuk saku. , , .
Ketika Bok Wi-sian hendak mengeluarkan barang sumbangannya, beribu pasang mata para hadirin sama memandangnya dan tiada seorang pun yang bicara, sebab semua orang ingin melihat benda mestika yang termashur sebagai Hwe-liong-cu itu.
Siapa tahu kado yang dimaksud tidak dapat dikeluarkan oleh Bok- Wi-sian- bahkan orangnya seakan-akan menjadi linglung, hanya berdiri melongo dan tangan tetap di dalam saku.
Melihat raut muka Bok Wi-sian yang tidak beres itu, Le Kun cukup cerdik. segera ia berkata, "Baraong hadiah Bok-heng sangat berharga, janganlah dikeluarkan disini, silakan antar saja ke belakang langsung serahkan isteriku."
Sampai sekian lama barulah Bok Wi-sian dapat menjawab, "Le-loenghiong, barang . . .barang. . . sumbanganku telah hilang."
Agaknya dia tidak dapat menangkap maksud Le Kun yang ingin menghindarkan kekikukannya di depan umum, setelah tenang kembali, tanpa terasa ia mengatakan kejadian yang sebenarnya.
Keruan ucapannya itu membikin gempar para hadirin, segera timbul macam-macam komentar, ada yang mengejek, bahkan ada
yang bergelak tertawa, mentertawai Bok Wi-sian tidak membawa kado apa- apa, tapi sok omong besar.
Tentu saja muka Bok Wi-sian menjadi merah padam karena sindiran orang banyak itu, mendadak ia berpaling dan membentak. "sahabat Kangouw manakah yang bergurau dengan orang she Bok secara tidak patut ini, silakan tampil ke muka?"
Ia tahu di antara hadirin pasti ada seorang yang telah mencuri Hwe-liong-cu, sebab pada waktu naik kapal tambangan ia telah meraba sakunya satu kali, bila jatuh tidak mungkin jatuh di atas kapal. diruangan pesta ini juga tidak mungkin barang jatuh dengan begitu saja. ia yakin pasti ada pencuri yang telah menggerayangi sakunya.
Bahwa pencuri ini dapat menggerayangi bajunya tentu pencuri ini adalah orang terkenal, bisa juga hadir untuk mengucapkan selamat kepada Le Kun, maka bentakannya ini bukan asal membentak. la yakin si pencuri tidak nanti dapat kabur, sebab bila dalam keadaan demikian ada orang hendak pergi dari ruangan ini pasti akan menimbulkan curiga orang banyak.
Tiba-tiba Ci Hui-liong teringat kepada si kakek kurus kecil yang jatuh menubruk ketubuh Bok Wi-sian karena oleng kapal tambangan tadi, potongan kakek kecil itu serupa sicopet sakti Tam Yan-jun menurut cerita orang, tadinya dia tidak tahu Bok Wi-sian membawa kado berharga begitu besar. kalau tahu tantu gerak-gerik kakek kurus kecil itu sudah diperhatikannya.
Ia pikir si copet sakti bertangan tiga itu memang terkenal suka mencuri benda-benda mestika, bisa jadi kedatangannya ini bukan untuk mengucapkan selamat kepada Le Kun melainkan untuk "bisnis". maka ia lantas mendekati Bok Wi-sian. dengan suara tertahan ia beritahukan prihal si copet sakti itu.
Dalam pada itu Le Kun telah berdiri dan berseru, "Harap Bok-heng duduk saja dengan tenang, tentang sumbangan kakak anda anggaplah sudah kuterima. Bahwa ada bangsat yang berani main
gila disini,jelas ingin memusuhi diriku, barang ini pasti akan kucari kembali."
Bok Wi-sian memberi hormat, katanya, " Le-loenghiong merayakan ulang tahun, tapi terjadi hal yang memalukan diriku ini, betapa pun keluarga Bok takkan menyudahi Urusan ini dengan bangsat itu. Mohon Le-loenghiong mengizinkan kuajukan suatu pertanyaan kepada para hadirin-"
Le Kun diam saja, maka Bok Wi-sian lantas menyambung, "ingin kutanya. adakah sam-jiu-sin-coa Tam Yan-jun hadir di sini" Bila hadir silakan tampil kedepan-"
Mendengar disebutnya nama "sam-jiu-sin-coa", para hadirin menjadi geger dan sama bertanya, "Apakah copet sakti ini juga hadir di sini?"
segera ada orang berseru, "Kok tidak kelihatan, kukenal si tua itu tidak terlihat dia hadir di sini."
"Apabila Sam-jiu-sin-coa datang kesini, memang betul sangat mungkin barang berharga ini telah dicopet olehnya."
"Untung Tam-losiansing tidak hadir, kalau tidak, biarpun mandi tiga tahun di tengah sungai juga sukar mencuci bersih tuduhan ini."
Demikian beramai-ramai para hadirin memberi komentar. orang yang bicara terakhir itu jelas adalah sahabat Tam Yan-jun, ucapannya bernada membela copet sakti itu.
Malahan nadanya juga menuduh Bok Wi-sian sengaja menonjolkan nama sam-jiu-sin-coa agar orang mencurigai copet itulah yang mencuri barangnya, sedikitnya supaya dia tidak sanggup memperlihatkan kado yang dibawanya itu.
Tentu saja Bok Wi-sian dapat merasa kan sindiran itu, ia menyapu pandang sekejap para hadirin dan memang benar tidak terlihat bayangan kakek kurus kecil, ia yakin Hwe-liong-cu pasti dicuri oleh kakek itu. akan tetapi orangnya tidak hadir, cara bagaimana menuduhnya, sungguh ia merasa serba susah. Segera ia
berteriak pula, "Adakah diantara hadirin pernah melihat kehadiran sam-jiu-sin-coa, mohon suka menjadi saksi bagiku."
Berulang ia membentak tiga kali, tapi hanya Ci Hui-liong saja yang berdiri di sebelahnya, tidak ada orang lain lagi yang mau menjadi saksi.
Terpaksa Ci Hui-liong buka suara membantunya, "orang she Ci berani menjadi saksi berdasarkan kehormatan pribadiku bahwa sam-jiu-sin-coa itu seperti pernah datang dan berada ber-sama2 kami di atas kapal tambangan- Barang sumbangan Bok- heng pasti dicuri dia."
Mendadak seorang tamu berdiri dan tertawa. katanya, "seperti pernah datang, ucapan Ci-cong-piauthau ini sungguh naif. Urusan ini sangat penting,jika Anda berdua memang bermusuhan dengan Tam-losiansing, lalu sengaja mencemarkan nama baik beliau, jangan-jangan tujuan kalian hendak memancing agar Le-loenghiong suka membela kalian?"
Ucapan ini secara tidak langsung menuduh Bok Wi-sian pura-pura mengaku membawa kado berharga, tapi sengaja main sandiwara bersama Ci Hui-liong untuk memfitnah Tam Yan-jun yang telah mencuri barang sumbangannya. dalam keadaan demikian, tentu Le Kun tidak tinggal diam karena orang berani berbuat kejahatan fatal wilayah kekuasaannya, apa lagi yang dicuri adalah kado yang hendak disumbangkan padanya. Maka Le Kun pasti akan tampil kemuka untuk menghadapi Tam Yan-jun- Bila mana Tam Yan-jun sampai bermusuhan dengan Thi-bang-pang. maka pasti celakalah dia.
Para hadirin memang meragukan kemampuan Bok Wi-sian akan memberikan barang sumbangan berharga begitu, maka beramai-ramai mereka memberi komentar lagi, "Memang betul juga , siapa tahu kalau orang she Bok benar-benar membawa kado berharga itu atau tidak?"
"Apalagi kado untuk Le-loenghiong masa sam-jiu-sin-coa berani mencurinya" Tentu kedua orang ini sengaja hendak memfitnah
Tam-losiansing agar Le-lopangcu bermusuhan dengan copet sakti itu."
"Betul Bedebah. Kedua orang ini sengaja bergembar-gembor di ruangan pesta ini, hakikatnya sengaja hendak mengacau kemeriahan perayaan Le-loenghiong ini." begitulah disana-sini sama memberi komentar dan tidak ada yang membela Bok Wi-sian.
Mau-tak-mau Le Kun berkerut kening, ia menjadi rada percaya kepada komentar orang banyak itu dan merasa sangsi Bok Wi-sian memang tidak membawa barang sumbangan, tapi sengaja hendak mencari perkara kepada Tam Yan-jun agar dirinya ikut terseret didalam permusuhan mereka.
setelah berpikir sejenak, segera ia berkata pula, "Baiklah, Bok-heng dan ci-heng silakan kembali ketempat duduk masing-masing, urusan ini tentu akan kuselidiki dengan jelas. sekarang upacara nikah puteriku segera akan dimulai, kuharap kalian jangan merusak suasana yang riang ini."
Mendengar ucapan Le Kun itu bernada meragukan kebenaran kado yang dibawanya. tubuh Bok Wi-sian sampai gemetar saking gemasnya.
Cepat Ci Hui-liong membujuknya. "Bok-heng. urusan ini sementara ditunda dahulu, marilah kita bicara lagi nanti."
Dengan lesu Bok Wi-sian kembali ketempat duduknya.
Dalam pada itu Le Kun telah berseru pula dengan suara lantang. "Pada hari ulang tahunku ini sampai timbul urusan yang kurang menyenangkan ini. kuharap para hadirin tidak memikirkannya lagi. sekarang hendak kuumumkan kepada para hadirin tentang urusan pernikahan puteriku, setelah berlangsung satu pekan sayembara. akhirnya terpilih seorang kesatria muda, pada kesempatan ulang tahunku ini kulangsungkan pernikahan puteriku dan selesaliah tugasku sebagai orang tua."
Ada seorang tamu mengajukan pertanyaan, "Entah siapakah nama kesatria muda yang beruntung terpilih sebagai menantu Le-lopangcu?"
Dengan tertawa bangga Le Kun menjawab, "Bakal menantu itu she Yu bernama Wi".
"Hah. kiranya putera Ciang-kiam-hui Yu Bunhu" demikianpara hadirin sama berseru kaget.
Kiranya nama Yu Wi belakangan telah mulai terkenal berhubung dia mengusut musuh yang membunuh ayahnya menurut buku daftar nama pembunuh itu, tindakannya itu telah tersiar luas sehingga orang Kangouw sama tahu Yu Bun-hu mempunyai keturunan yang cukup lihai.
Tentu saja Yu Wi terkejut mendengar namanya disebut sebagai bakal menantu Le Kun, ia heran bilakah dirinya pernah ikut sayembara memperebutkan gadis orang"
Tapi segera ia paham duduknya perkara demi teringat olehnya akan saudara seibu lain ayah, yaitu Kan ciau-bu, pikirnya, "Pasti dia yang menggunakan namaku untuk ikut sayembara ini, padahal dia sudah punya tunangan seperti Lau Yok ci, juga punya pacar cantik sebagai Lim Khing-kiok. mengapa sekarang dia penujui puteri Le Kun-"
---ooo0dw0ooo---
Bab 7 : Ko Bok-cing, kakak Ko Bok-ya lain ibu
Segera wajah si nona baju merah terbayang oleh Yu Wi, ia merasa nona itu tidak lebih cantik daripada Lim Khing-kiok. juga tidak seluwes dan anggun sebagai Lau Yok ci, entah apa yang ditaksir oleh Kan ciau-bu.
Jangan-jangan karena Hian-ku-cip milik nona berbaju merah itu"
Berpikir sampai di sini, diam-diam ia berkata didalam hati, "Ya, betul, pasti Hian-ku-cip yang di incarnya."
Segera ia berdiri dan berseru, "Le-loenghiong, di manakah menantu Anda sekarang berada?"
"Sebentar lagi bakal menantuku akan keluar melangsungkan upacara nikah, sampai saatnya nanti tentu para hadirin dapat melihatnya," jawab Le Kun dengan tertawa. Dalam pada itu protokol di sebelah sana sedang berteriak,
"Pesta nikah dimulai" Segera pemain musik membunyikan alat tetabuhannya.
"Nanti dulu" mendadak Yu Wi membentak keras-keras.
Karuan semua orang sama terkejut, pemain musik juga kaget dan berhenti bermain.
Yu Wi lantas melangkah ketengah ruangan, ia memberi hormat kepada Le Kun, lalu berkata, "Maaf, cayhe ingin bertemu dengan menantu Anda, entah boleh tidak?"
"Untuk apa kau ingin bertemu dengan menantuku" Jika sahabat, silakan tunggu sebentar setelah selesai upacara nikah." jawab Le Kun dengan gusar,
Tapi Yu Wi lantas menggeleng kepala, katanya, "Bila tunggu sampai upacara selesai, mungkin urusan sudah terlambat."
"Terlambat apa segala" Hendaklah Anda tahu diri kalau bicara," seru Le Kun dengan mendongkol.
"Keluhuran budi Le-loenghiong termashur diseluruh dunia," ucap Yu Wi pula dengan pelahan, "Jangan-jangan nanti memancing serigala masuk kerumah sehingga membikin susah puteri kesayangan Anda sendiri, bahkan juga merusak nama baik Le-loenghiong sendiri"
Ketika teringat kepada cerita Ci Hul- liong bahwa akhir-akhir ini ada orang sengaja membikin cemar nama baik Le Kun, segera Yu Wi yakin apa yang terjadi itu pasti juga perbuatan Kan Ciau-bu orang ini berwatak keji dan culas, dia ingin menikahi puteri Le Kun,
tujuannya adalah Hian-ku-cip. tidak nanti dia bermaksud baik, dan hanya dia saja yang dapat melakukan hal-hal yang terkutuk itu.
Contoh sudah banyak, seperti Mo-kui-tocu Yap su-boh telah membantu dia merebut Thian-ti-hu, setelah berhasil, dia tidak berterima kasih, sebaliknya membalas air susu dengan air tuba, dia sengaja mengadu domba antara ketujuh perguruan besar agar menyerbu Mo-kui-to. Kalau perbuatan itu dapat dilakukan Kan ciau-bu, mustahil dia tidak cuma pura-pura kawin dengan puteri orang, tapi diam-diam membikin celaka mertua sendiri
Le Kun juga sudah tahu akhir-akhir ini ada orang berbuat hal-hal yang mencemarkan nama baiknya, cuma tidak diketahui siapa yang berbuat. sekarang setelah mendengar ucapan Yu Wi yang jelas menuding sebagai perbuatan bakal menantunya yang telah merusak nama baiknya, tentu saja dia meragukan keterangan Yu Wi itu, segera ia tanya, "Berdasarkan apa Anda bicara demikian dan adakah buktinya" siapa Anda sesungguhnya?"
"Siapa diriku kukira tidak perlu kukatakan, mengenai bukti, yang pasti bukan sengaja kubicara dengan ngawur, asaikan calon mempelai lelaki itu mau keluar untuk bertemu, tentu baik atau busuknya akan ketahuan."
"Hm, hari ini adalah hari babagia kedua mempelai, mana bisa hanya lantaran ocehan seorang yang tidak terkenal lantas melantarkan upacara nikah ini jika Anda masih ingin bicara lagi boleh ditunda dulu, silakan mundur kesamping saja."
Tapi Yu Wi lantas mengeluarkan satu kotak merah kecil.
Mendadak Bok Wi-sian berteriak, "Hah, itulah dia barang sumbanganku yang hilang. Bangsat, kiranya kaulah pencurinya"
Sembari bersuara segera ia hendak menerjang maju, tapi Ci Hui- liong keburu mencegahnya, desisnya, "sssst, sabar dulu Bok-heng, dengarkan apa yang hendak dikatakan bocah itu"
Terdengar Yu Wi berseru pula, "Memang betul, inilah barang sumbangan Bok-keh- but-tio dari Kwin-gwa yang sedianya hendak diserahkan kepada Le-loenghiong"
Dengan tenang Yu Wi buka kotak itu, seketika cahaya merah terpancar keluar dari dalam kotak kecil itu, dikeluarkannya sehelai kertas berwarna putih lalu berteriak lagi, "Inilah Kim-bio (sejenis cek emas yang berlaku dimana pun) dengan nilai nominal seribu tahil emas"
Kemudian dikeluarkan juga dua biji mutiara merah dan berseru pula. "Dan inilah sepasang Hwi- liong- cu, jelas bukan barang imitasi."
Mutiara dan Kim-bio diperlihatkan, semua, orang yang semula mencurigai Bok Wi-sian berpura-pura memberi kado bayangan itu sekarang harus percaya penuh akan kebenarannya, juga tidak percaya lagi ada persekongkolan antara Bok Wi-sian dan ci HHui- liong untuk menfitnah diri si copet sakti Tam Yan-jun. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah siapakah sasungguhnya yang mencuri barang sumbangan itu"
Yu Wi lantas menyodorkan barang sumbangan itu kedepan meja Le Kun, ucapnya dengan hormat,
"Inilah kado dari Bok-kek-but-tio dengan ucapan semoga Le-loenghiong panjang umur, banyak rejeki dan tambah hokkhi."
Melihat tindakan Yu wi itu Bok Wi-sian tidak lagi mencurigai Yu Wi sebagai pencuri barang sumbangannya, diam-diam ia membatin, "Bilamana dia sengaja mencuri barangku, tentu sudah dibawa kabur dan tidak nanti dikeluarkan lagi di sini."
"Barangmu ini pasti dicuri oleh sam-jiu-sin-coa Tam Yan-jun," demikian ci Hui- liong membisiki Bok Wi-sian.
Benar juga, segera didengarnya Yu Wi lagi berkata, "Barang sumbangan ini telah dicuri oleh seorang kakek kurus kecil dari baju Bok-heng ketika bersama-sama menumpang kapal tambangan, tapi cayhe telah berganti mencurinya dari kakek kecil itu. setelah
mendarat, kakek itu lantas pergi entah kemana, sebab itulah para hadirin disini tidak ada yang melihat kehadirannya."
Yu Wi tidak menyatakan nama pencurinya, tapi dengan keterangannya itu tahulah semua orang bahwa pencurinya itu jelas sam-jiu-sin-coa Tam Yan-jun, sebab copet sakti itu memang bertubuh kurus kecil, usianya sudah lanjut, hal ini sama diketahui orang.
Ci Hui- liong dan Bok wi-sian sangat berterima kasih atas keterangan Yu wi itu. Tadi sebagian hadirin tidak mengakui sam-jiu-sin-coa pernah datang tapi dengan keterangan Yu Wi itu, hilangnya prasangKa orang banyak terhadap Ci dan Bok berdua.
Segara Yu Wi berkata pula, "setalah Le-loenghiong menerima kembali kado yang hilang ini, entah boleh tidak bertemu sebentar dengan bakal menantu Anda?"
Bahwa orang dapat mencuri barang dari baju seorang copet sakti sebagai sam-jiu-sin-coa Tam Yan-jun, jelas ilmu tangan panjangnya ini sangat mengejutkan dan tentu juga kungfunya lain daripada yang lain, asal usulnya pasti juga tidak sederhana, maka Le Kun pikir bila orang berkeras ingin bertemu dengan calon menantu sebelum upacara nikah berlangsung tentu juga ada maksud tujuan tertentu, maka berkatalah dia, "Baik, coba undang keluar si Yu Wi"
Ia tidak tahu bahwa Yu Wi yang tulen justeru adalah anak muda yang berada didepannya sekarang.
Dalam pada itu Kan cian-bu sudah siap diruangan belakang untuk malakukan upacara nikah, tiba-tiba didengarnya sang mertua mengundangnya keruangan depan sendirian. Tentu saja ia merasa heran, terpaksa ia menanggalkan baju pengantin dan menuju kedepan. Dilihatnya di tengah ruangan berdiri seorang lelaki berwajah kuning pucat yang tidak dikenalnya.
Le Kun lantas menunjuk Yu Wi dan berkata kepada Kan cian-bu dengan tertawa, "Hiansai (menantu sayang), apakah kau kenal orang ini?"
"Tidak," jawab Ciau-bu sambil menggeleng.
"Hm, apakah benar kau tidak kenal diriku, orang sho Kan?" jengek Yu Wi.
Keruan tidak kepalang kejut Kan Cian-bu, ia pikir siapakah orang ini" Rasanya sudah kenal benar suaranya, mengapa dia tahu diriku she Kan dan bukan she Yu"
Didengarnya Yu Wi berkata pula, "Tidak menjadi soal jika tidak kau kenal diriku lagi. sekarang ingin kuperlihatkan sesuatu barang, aku tidak kau kenal. barang ini pasti kau kenal"
Yu Wi lantas mengeluarkan saputangan berwarna jambon itu.
seketika air muka Kan cian-bu berubah demi melihat saputangan itu, dengan suara kaget ia tanya.
"Betul, kukenal sapu tangan ini, dari mana kau memperolehnya?"
Mendadak kulit muka Yu Wi berkejang, dengan suara pedih ia bertanya pula, "Sapu tangan ini adalah tanda mata pemberian Le-siocia kepadamu, bukan?"
Kan ciau-bu tidak ingat dimana hilangnya saputangan itu, bicara tentang barang tanda mata,
dengan tertawa bangga ia menjawab. "Betul, saputangan ini memang pemberian Le-siocia."
Mendadak tubuh Yu Wi bergemetar, akhirnya pahamlah dia siapa sesungguhnya pembunuh Yap Jing dan He si. Kepergian Kan ciau-bu ke rumahnya jelas berniat membunuh dirinya, sebab Ciau-bu kuatir kepalsuannya akan terbongkar kelak dan Hian-ku-cip gagal ditipunya.
Agaknya setiba Kan ciau-bu di Ci-he-san setelah tempat kediamannya itu, kebetulan Yu Wi berangkat ke Thian-ti-hu, maka dipergokinya He si yang khianat, pantaslah dia membelejeti baju He si, rupanya dia ingin melampiaskan rasa dongkolnya terhadap bekas budak yang belum sempat dilahapnya dahulu.
Pantas juga Yap Jing dan He si tanpa memberi perlawanan dan dapat tertutuk begitu saja, rupanya dia mengira Yu Wi yang telah pulang, sama sekali mereka tidak mengira yang berhadapan dengan mereka adalah Kan-toa kongcu yang jahat dan keji itu.
Rupanya He si tidak rela dinodai Kan ciau-bu, ia mengerumus lidah sendiri untuk membunuh diri sehingga nafsu binatang Kan ciau-bu tidak mencapai tujuannya bencinya lantas beralih kepada Yap Jing dan dibunuhnya sekalian.
Begitulah makin dipikir makin gemas Yu Wi, diam-diam ia berteriak di dalam hati, "Kan ciau-bu, wahai Kan ciau-bu, Jika kau tidak terburu-buru hendak ikut sayembara cari jodoh keluarga Le ini. tentunya saputangan tanda mata Le-siocia ini takkan kau hilangkan. semua ini menandakan setiap kejahatan pasti tidak terhindar daripada hukum Thian, justeru sapu tanganmu inijatuh di halaman diluar tahumu sehingga dapat kupastikan siapakah pembunuh yang sebenarnya."
Tubuh Yu Wi bergemetar dengan hebat, timbul pertentangan batinnya, apakah dia harus membunuh saudara seibu lain ayah ini" Bila teringat kepada kematian Yap Jing dan Ho si yang mengenaskan itu, betapapun sakit hati ini harus dibalas.
Terpikir pula oleh Yu Wi. "Kau palsukan aku untuk memikat hati Le-siocia, makanya kau tahu dia memiliki kitab pusaka Hian- ku- cip. demi menipu kitab itu kau palsukan diriku masih dapat dimengerti, biarpun kau palsukan diriku untuk melakukan kejahatan lain juga dapat kumaafkan. tapi tidak seharusnya kau bunuh isteriku, bahkan menculik anakku untuk dijadikan sandera agar kelak aku tidak berani membongkar tipu muslihatmu."
Dengan rasa berat diam-diam Yu Wi berdoa, "o, ibu, janganlah kau salahkan diriku. betapa pun harus kubunuh anakmu yang satu ini, aku harus membalas dendam, dendam berdarah sedalam lautan."
Setelah ambil keputusan tetap sedapatnya Yu Wi tenangkan diri, lalu bertanya, "Tanda mata pemberian Le-siocia ini kenapa tidak kau simpan baik-baik. tapi terjatuh di rumahku?"
"Rumahmu?" Kan ciau-bu menegas dengan kaget. "Kau tinggal di mana?"
Yu Wi tidak menjawab, sebaliknya mendadak bertanya, "Di mana anakku?"
Melihat perubahan sikap orang, heran juga Ciau-bu jawabnya, "Anakmu" Dari mana kutahu di mana anakmu?"
Mendengar jawaban ini, tahulah Yu Wi anaknya tidak diculik olehnya, kalau tidak, pertanyaannya tentu akan memberi petunjuk kepada Ciau-bu untuk mengenali dirinya.
Ia pikir lantas di manakah anakku" Jangan-jangan diselamatkan orang" Tiba-tiba teringat olehnya mainan. singa-singaan yang hilang itu, katanya di dalam hati, "Ah, kiranya dia yang telah menyelamatkan anakku, pantas dia ambil sekalian mainan singa-singaan itu."
"Dia" yang dimaksudkan Yu Wi itu tak lain tak bukan ialah Lau Yok-ci, sebagai diketahui dia pula yang mengirimkan mainan singa-singaan itu tatkala anak Yu Wi berumur sebulan.
"Sesungguhnya siapakah kau?" demikian Kan ciau-bu bertanya pula.
Yu Wi mengira ciau-bu belum lagi mengenali dirinya, ia tidak tabu sebenarnya Ciau-bu sudah tahu siapa dia, sebab Ciau-bu cukup cerdas, ia pikir diseluruh dunia ini hanya Yu Wi seorang yang berani memastikan dirinya bukan Yu Wi melainkan she Kan. maka dia sengaja mengajukan pertanyaan pula agar Yu Wi tidak berjaga-jaga sama sekali, Maka Yu Wi lantas menjengak. "Aku she Yu. . . ."
Belum lanjut ucapannya, serentak Kan ciau-bu menutuknya, serangan ini secepat kilat, gerak tutukannya juga sangat aneh, jangankan Yu wi tidak berjaga-jaga, sekalipun berjaga juga sukar
mengelak. Kontan dada Yu Wi tertutup seketika sekujur badan lemas lunglai, segenap tenaga hilang.
Kan ciau-bu tertawa terbahak-bahak, serunya "Hahaha, tidak perlu kau katakan lagi, kutahu dengan pasti kaulah Kan ciau-bu, Toakongcu dari Thian-tihu."
Langkah Kan ciau-bu ini sangat keji, berita tentang Kan ciau-bu membinasakan ibu dan membunuh adik sudah tersiar kedunia Kangouw. setiap orang yang berjiwa kesatria sama tidak dapat menerima perbuatan Kang Ciau-bu yang durhaka itu. sekarang Kan ciau-bu sangaja bilang Yu Wi adalah Kan ciau-bu, tujuannya bila nanti dirinya mambunuhnya supaya tidak ada lagi orang akan membelanya.
Bilamana tindakannya berhasil, tentu umum akan mengira Kan ciau-bu benar-benar telah mati, lalu Kan ciau-bu yang sesungguhnya akan dapat menjadi Yu Wi untuk seterusnya dan tidak ada orang akan meragukan identitasnya lagi, dan nanti bila Hian-ku-cip sudah berada ditangannya, kungfu dalam kitab pusaka itu berhasil diyakinkannya, maka jadilah dia jago nomor satu di dunia ini, tatkala mana dia dapat berbuat apa pun sesuka hatinya tanpa ada orang yang mampu merintanginya.
Begitulah setelah Kan ciau-bu mengatakan Yu Wi adalah Kan ciau-bu, tanpa menunggu jawaban lagi segera ia melancarkan pukulan dahsyat.
Yu Wi sendiri dalam keadaan tak bertenaga lagi, namun ia masih sempat berkelit, sebab Ginkangnya tidak sampai lenyap. meski badan terasa lemas dan tak sanggup mengeluarkan tenaga, tapi kakinya cukup cepat untuk berlari.
Barturut-turut Kan ciau-bu menghantam lima kali dan selalu dapat dihindari Yu Wi. Beribu tamu sama menyaksikan pertarungan mereka tanpa seorang pun berani mencegahnya.
Ada juga beberapa tokoh angkatan tua yang berkepandaian tinggi, mereka mestinya mampu melerai, tapi mereka pikir Toakongcu dari Thian-ti-hu yang telah membunuh ibu dan adik tiri
sendiri itu memang pantas mati, maka tidak ada yang mau menolongnya.
Begitulah berulang Kan ciau-bu melancarkan jurus serangan aneh, kelihaiannya sudah jauh berbeda daripada dulu.
Rupanya selama beberapa bulan ini dia memalsukan Yu Wi berhasil menipu Le-siocia, dengan bujuk rayunya ia berusaha memancing ilmu silat puteri keluarga Le itu.
Le-siocia mengira anak muda itu minta petunjuk padanya, maka banyak yang diajarkan kepadanya. Ia pikir adalah suatu kehormatan baginya bahwa seorang Yu Wi yang berkepandaian tidak lebih rendah daripadanya sudi minta belajar padanya sama sekali ia tidak curiga bahwa Kan ciau-bu sengaja hendak mencuri belajar kungfunya, bahkan ingin menipu seluruh kitab Hian-ku-cip.
Karena tertutuk lebih dulu, Yu Wi jadi terdesak oleh jurus serangan aneh Kan ciau-bu itu dan tidak sempat menggunakan Hul-liong-pat-poh padahal untuk memainkan langkah ajaib itu diperlukan tenaga yang cukup agar dapat mengapung di udara, sekarang tenaga untuk melompat saja dirasakan sulit oleh Yu Wi.
Begitulah setiap jurus serangan Kan ciau-bu selalu membuat Yu Wi merasa kelabakan. Mendadak Kan ciau-bu berubah jurus serangan, sekarang ia main pukul, belum lagi Yu Wi dapat mematahkan serangan lawan, tahu-tahu dada sudah kena genjotan Kan ciau-bu. Kontan Yu Wi tumpah darah, tubuhnya mencelat jauh kesana dan terbanting disamping kaki Ci Hui- liong.
Ci Hui- liong menaruh simpati kepada Yu Wi, ia coba meraba dada anak muda itu untuk memeriksa denyut jantungnya sudah berhenti atau tidak, Tiba-tiba teraba olehnya dua potong benda, waktu ia keluarkan, kedua benda itu berbentuk pelat kecil, waktu ia periksa, yang satu adalah pelat emas berwarna-warni, pada sebelahnya terukir satu huruf "leng" atau perintah, sebelah lain adalah cap kebesaran panglima angkatan perang.
Kening Ci Hui- liong berkerut demi melihat pelat emas itu, belum lagi orang lain melihat jelas benda apa yang diambilnya, cepat ia
masukkan lagi pelat emas itu kesaku Yu Wi, lalu katanya, " Isi perut orang ini sudah hancur, sudah mati"
Tampaknya Kan ciau-bu tidak percaya, ia melangkah maju dan bertanya, "Apakah benar sudah mati?"
Ci Hui- liong sengaja mendepak mayat Yu Wi sebagai tanda takut sial karena tersentuh oleh tubuh orang mati.
Melihat Yu Wi tidak bergerak sama sekali meski didepak, Kan ciau-bu mengira musuh benar-benar sudah mati.
Selagi dia hendak memeriksa lebih jelas lagi, didengarnya Le Kun berseru dengan kurang senang, "Anak Wi, hari ini adalah hari bahagia mengapa kau bunuh orang dan mengganas sehingga akan mengganggu jalannya upacara ini."
Terpaksa Kan ciau-bu menjawab dengan hormat, " orang ini adalah Toakongcu dari Thian-ti-hu, dia telah membunuh ibu dan membinasakan adiknya, sudah lama menantu merasa penasaran dan baru sekarang kepergok, tak terduga seranganku telah membinasakan dia."
Meski diantara hadirin itu terdapat pula si bupati, tapi dia sengaja tidak mau lihat dan dengar ia tahu urusan bunuh membunuh di dunia Kangouw adalah kejadian biasa, akan labih baik berlagak tidak tahu saja.
Meski merasa kurang senang, tidak enak bagi Le Kun untuk mengomeli Kan ciau-bu pikirnya, "Dia membunuh Toakongcu dari Thian-ti-hu, kebetulan dapat memperlihatkan keperwiranya didepan orang banyak, betapapun Toakongcu dari Thian-ti-hu sudah terkenal jahat, terbunuh juga tidak perlu diherankan-"
Segera ia memberi tanda kepada anak buah agar membawa pergi mayat dan membersihkan ruangan.
Setelah ribut-ribut ini, Kan ciau-bu jadi lupa menyelidiki sesungguhnya Yu Wi sudah mati atau belum. orang lain sama mengira Yu Wi betul-betul sudah terpukul mati, maka tidak ada yang memperhatikannya lagi. Hanya seorang saja yang tahu persis
Yu Wi belum mati, maka pada waktu oraug lain tidak menaruh perhatian, diam-diam ia mengeluyur keluar ruangan pesta.
Mayat Tu Wi telah diperintahkan agar ditenggelamkan kedasar sungai. dua anggota Thi-bang-pang menggotong mayat ketepi sungai, setelah diikat dengan sepotong batu besar. Yu Wi diceburkan ke sungai.
Pada saat yang sama, tidak jauh di tepi sungai sana juga seorang menerjun kesungai, dia bukan lain dari pada Ci Hui-liong.
Dengan cepat Ci Hui-liong selulup kedasar sungai, ia memotoog tali pengikat pada tubuh Yu Wi, lalu dibawa naik kedaratan.
setelah terendam oleh air sungai, dengan cepat Yu Wi lantas siuman, dengan suara lemah ia berkata, "Aku . . . akulah Yu Wi . . .." Mendadak Ci Hui-liong berteriak kaget.
Maklumlah. karena tercebur kedalam sungai, obat rias pada muka Yu Wi telah luntur semua sehingga terlihat wajah aslinya yang serupa benar dengan menantu Le Kun itu Ci Hui-liong menjadi heran sesungguhnya yang manakah Yu Wi tulen"
Setelah bersuara tadi. belum lanjut ucapannya Yu Wi lantas pingsan lagi, rupanya lukanya berat karena isi perutnya tergetar hancur oleh pukulan dahsyat Kan ciau-bu itu.
Ketika untuk kedua kalinya ia siuman, ia merasa dirinya berbaring di atas tempat tidur empuk. waktu ia membuka mata, dilihatnya seorang nona cantik berduduk ditepi ranjang.
"He, Ya-ji . . . Ya-ji ..." seru Yu Wi dengan girang, segera ia pegang tangan si rona yang halus.
Nona itu meronta pelahan dan tidak terlepas, ia pandang Yu Wi d angan sorot mata yang lembut dan hangat. "Lep .... lepaskan tanganku, aku. . . aku bukan . . . Mestinya dia hendak bilang "Aku bukan Ya-ji", tapi mendadak tidak dilanjutkannya.
Yu Wi belum dapat menangkap maksud ucapan si nona. dengan tertawa gembira ia berkata "Ya-ji, betapa susah kucari engkau, baik-
baikah kau selama ini" Tempat apakah di sini" Mengapa engkau berada di sini, dan cara bagaimana aku datang kemari" Apakah engkau yang manolong diriku?"
Sekaligus ia mengajukan berbagai pertanyaan. tapi nona itu tidak menjawab sama sekali.
Yu Wi coba mamandang sekitarnya, tertampak jelas tempat ini adalah sebuah kamar yang indah dengan mncam-macam pajangan, kalau bukan rumah keluarga hartawan dan berkuasa tidak mungkin terdapat kamar mewah begini.
Merasa Ko Bok ya tidak menjawab pertanyaannya, Yu Wi menjadi heran mengapa si nona tidak gembira melihat dirinya" Waktu ia pandang si nona lebih teliti. pandangannya tidak kabur lagi, serunya terkejut, "Ah, kau bukan . . . bukan Ya-ji . . ." Nona itu mengangguk dan berkata, "Ya, aku bukan Ya-ji, apakah kau merasa kecewa?"
Yu Wi menghela napas pelahan, meski dia tidak menyatakan apakah merasa kecewa atau tidak, tapi jelas ia memperlihatkan rasa kecewanya.
Ternyata nona itu juga ikut menghela napas, tanpa bicara lagi lalu berdiri dan melangkah keluar, tertinggal seorang pelayan cilik saja yang masih berdiri di belakang kursi.
"He, siapakah nona tadi?" tanya Yu Wi dengan heran.
Pelayan itu menggeleng, air mukanya tampak kurang senang, seperti mencela ucapan Yu Wi itu. selagi Yu Wi hendak tanya pula, dengan cepat pelayan itu pun melangkah pergi.
Yu Wi jadi bingung sendiri, ia tidak mengerti sebab apa nona itu menghela napas menyesal, apakah mungkin karena dirinya berbuat sesuatu kesalahan" Kalau betul, kesalahan apakah yang dilakukannya" sungguh sukar untuk dimengerti.
Terbayang olehnya wajah si nona tadi yang serupa Ko Bok-ya, pantas dirinya salah mengenalnya. Lantas siapakah nona itu sesungguhnya" Kenapa mirip Ya-ji"
sejak Ko Bok-ya menghilang diculik gurunya. Thio Giok-tin, di Kim-san dahulu, sudah tiga tahun Yu Wi tidak pernah melihat Bok-ya, sekarang bertemu dengan seorang nona yang serupa sehingga menimbulkan rindunya kepada Ya-ji, tanpa terasa terkenang pula asyik masyuk ketika kedua orang masih berkumpul dahulu. seketika pikirannya lantas bergolak dan hampir tak tertahan-
Teringat olehnya pada waktu tidur seperti beberapa kali bertemu dengan Ya-ji, semula disangkanya sedang bermimpi. ternyata bukanlah mimpi melainkan karena berhadapan dengan nona tadi dan disangkanya sebagai Ya-ji,
Entah sudah berapa hari dirinya tak sadarkan diri, selama beberapa hari dirinya telah salah sangka nona itu sebagai Bok-ya, kelakuannya tentu kurang sopan, namun nona itu juga tidak melawan dan membiarkannya salah sangka, mengapa nona itu tidak mau menjelaskan siapa dia, bahkan pada waktu dirinya sudah sadar tadi juga tetap tidak menerangkan bahwa dia bukanlah Ko Bok-ya, baru setelah dirinya menyadari telah mengenalnya, nona itu menghela napas menyesal dan tinggal pergi.
Sungguh Yu Wi tidak dapat mengerti alasan nona tadi rela korban perasaan membiarkan dirinya disangka sebagai Ko Bok-ya, padahal tingkah laku dan dandanan nona itu jelas kelihatan berasal dari keluarga terhormat dan pasti bukan perempuan nakal.
Lantas seorang gadis suci mengapa mau diperlakukan tidak sopan olehnya, jangan-jangan de kesembuhannya. maka nona itu rela terhina"
Berputar pada alasan ini, tanpa terasa timbul rasa terima kasih Yu Wi, entah siapakah she dan nama nona itu, bila datang lagi nanti perlu diucapkan terima kasih padanya atas budi pelayanannya selama dirinya dalam keadaan tidak sadar.
Begitulah selagi dia berpikir, tiba-tiba terdengar suara langkah orang berhenti di luar pintu.
"Siapa itu?" tanya Yu Wi.
segera orang di luar tertawa dan berkata sebelum masuk. "sakit Hiantit apakah sudah sembuh?"
"He, paman Ko" seru Yu Wi terkejut. segera iapun paham tempat apakah ini.
Kiranya disinilah istana kediaman panglima angkatan perang kerajaan Ko siu. Pantas pajangan dan perlengkapan kamar ini lain daripada yang lain.
Sementara itu Ko Siu telah melangkah masuk, segera Yu Wi hendak bangun untuk manyambut, tapi baru turun dari tempat tidur, kepala lantas terasa pusing dan mata berkunang-kunang, berdiri pun tidak dapat tegak lagi, kontan ia roboh ke belakang.
Cepat Ko siu memburu maju untuk memegangi badan Yu Wi yang roboh itu.
Rupanya luka Yu Wi cukup parah dan belum sembuh seluruhnya, badan belum dapat bergerak sesukanya. Dengan sayang Kosiu mengangkatnya agar berbaring dengan baik di tempat tidur, diselimutinya sendiri anak muda itu tanpa menyuruh pelayan yang berada di belakangnya.
Yu Wi sangat berterima kasih, setelah terhindar dari maut dan bertemu dengan sanak kadang, biasanya emosi mudah terangsang, dengan mata basah ia berkata, "Terima kasih paman. mana Wanpwe berani diladeni sendiri oleh paman."
"Ah, kenapa Hiantit bicara demikian," ujar Ko siu. "Ayahmu pernah berjuang tanpa kenal lelah bagiku, betapa kuladeni kau juga pantas."
Mendengar orang menyinggung ayahnya, Yu Wi menjadi sedih. Teringat olehnya sakit hati ayah belum terbalas sampai sekarang, sungguh dirinya adalah seorang anak yang tak berbakti. Entah kapan baru kewajiban itu dapat terlaksanakan membunuh Hek-po-pocu Lim san-han dengan tangan sendiri Tapi apakah dirinya tega membunuhnya"
Melihat air muka Yu Wi berubah murung, Ko siu tahu ucapannya sendiri tadi telah menimbulkan kesedihan anak muda itu, ia mengenali dirinya sendiri, "Ai, aku memang sudah pikun, masa dalam keadaan demikian menyebut ayahmu sehingga membuat kau berduka."
Ucapan Ko siu ini membikin Yu Wi merasa rikuh, segera ia sapu rasa sedih dari wajahnya dan berkata, "Paman, cara bagaimana Wanpwe bisa sampai disini?"
"Apakah Hiantit kenal orang yang bernama Ci Hui-liong dari Tiam-jong-pay?" tanya Ko siu.
Yu Wi lantas teringat kepada orang yang menyelamatkannya dari sungai itu, serunya, "Ah, apakah dia yang membawaku ke sini?"
Ko siu mengangguk. ucapnya dengan menyesal, "Waktu ci Hui- liong mengantar kau ke sini, kulihat lukamu sangat parah, aku menjadi kelabakan, dan tak berdaya. syukur Ci Hui- liong mengundang lagi gurunya dan memberi obat mujarab Tiam-jong-pay kepadamu, ditambah lagi penyaluran tenaga murni mereka berdua selama tiga hari sehingga jiwamu yang sudah kempas- kempis itu dapat direbut kembali. Ai. kalau tidak ada bantuan mereka berdua, mungkin sekarang kita tak dapat bicara lagi disini."
Yu Wi tahu pukulan Kan Ciau-bu itu tepat mangenai dadanya yang mematikan- hanya berkat Thian-ih-sin-kang yang telah melindungi tubuhnya sehingga tidak mati seketika, tapi kalau tidak ada pertolongan ci Hui- liong dan gurunya, jelas sukar pula untuk disembuhkan. Maka ia menjadi sangat terharu dan terima kasih atas budi pertolongan ci Hui- liong dan gurunya. Cepat ia tanya, "Di manakah Ci-toako" siautit harus mengucapkan terima kasih atas pertolongan mereka guru dan murid."
"Sudah tujuh hari kau pingsan, tiga hari yang lalu karena ada urusan penting Ci Hui- liong telah pulang, sebelum pergi dia bilang lukamu sudah tidak berbahaya lagi, beberapa hari lagi tentu akan siuman dan setelah istirahat sebulan lagi pasti akan sembuh."
Yu Wi berkata pula dengan gegetun, "Padahal siautit sama sekali tidak ada hubungan dengan ci-toako, paling-paling hanya bertemu secara kebetulan saja, tapi dia telah berusaha menyelamatkan jiwaku dengan mati-matian serta mengantarku kesini, bahkan mengundang gurunya untuk menyembuhkan diriku, budi kebaikan ini entah cara bagaimana harus kubalas kelak?"
" Kukira jangan Hiantit pikirkan lagi soal ini, yang penting harus istirahat supaya badanmu sehat kembali, tentang balas budi boleh dibicarakan lagi kelak. seumpama tidak dapat kau balas kebaikannya juga tidak menjadi soal, ketahuilah dahulu paman pernah membantu suatu kesulitannya yang besar, lantaran itulah dia berusaha membalas budi padaku. setelah membawa dirimu kesini dia bilang orang persilatan apabila menerima budi pertolongan orang selalu ingin membalas, sekarang dia membawamu kesini, sedikitnya dia merasa telah membalas budi padaku, maka Hiantit tidak perlu pikirkan lagi."
"O, kiranya dia utang budi kepada paman," kata Yu Wi, "entah bantuan apa yang pernah paman berikan padanya?"
" Waktu itu dia mengalami kesukaran karena satu partai barang upeti kawalannya dirampok kawanan begal, pemerintah menuduhnya menggelapkan barang kawalan itu dia ditahan dan akan dijatuhi hukuman mati. kutahu dia cukup jujur dan tidak mungkin menggelapkan barang kawalan, kuperintahkan pembesar setempat membebaskan dia. Tidak lama kemudian barang kawalan yang hilang itu dapat ditemukan kembali sehingga dia terhindar dari hukuman."
"Tapi dari mana dia tahu siautit ada hubungan dengan paman dan membawaku ke sini?" tanya Yu Wi dengan heran-
Ko siu tertawa, "Masih ingatkah medali emas yang pernah kuberikan padamu dahulu" Mungkin medali emas ini tidak pernah kau gunakan, tapi tanpa sengaja telah dilihat Ci Hui- liong sehingga jiwamu diselamatkan olehnya,"
Lalu diceritakannya kisah Ci Hui-liong menyelamatkannya dari sungai setelah melihat medali emas dalam sakunya ketika dia roboh dihantam oleh Kan ciau-bu, lalu dibawanya ke tempat Ko siu.
selesai mendengar cerita itu, Yu Wi menjadi terharu, katanya, "Pada waktu paman memberikan medali emas itu padaku, dengan baik adik Bok-ya berada disisi paman. Tapi sekarang, ai, sungguh siautit tidak becus. . . ."
Yu Wi lantas menceritakan kejadian hilangnya Ko Bok-ya dahulu. akhirnya ia berkata dengan menyesal, "Paman menyerahkan adik Bok-ya kepadaku untuk mengantarnya ko siau-ngo-tay-san dan minta pengobatan kepada su Put-ku, tapi tugas itu tidak dapat kulaksanakan dengan baik sehingga adik Bok-ya diculik oleh Nikoh bangsat It-teng. Kemudian dia meninggalkan tempat It-teng dan akupUn tak dapat menemukannya. Entah bagaimana keadaan adik Bok-ya sekarang, sungguh siautit malu terhadap paman, sebaliknya paman ternyata sedemikian baik padaku, sungguh siautit ingin mati saja untuk menebus kesalahanku yang tidak becus melindungi adik Bok-ya itu"
Ko siu jadi teringat kepada Bok-ya dan mencucurkan air mata, katanya, "Janganlah Hiantit bicara demikian, bukan salahmu, tapi nasib Ya-ji sendiri yang tidak baik. Padahal setelah dia meninggalkan tempat gurunya, biarpun kau hendak mencarinya lagi, pasti tak dapat menemukannya."
"Dari mana paman tahu tak dapat menemukannya?" tanya Yu Wi dengan kuatir, "jangan-jangan paman sudah tahu adik Bok-ya telah mengalami sesuatu" ...."
Cepat Ko siu menjawab, "o, tentang ini aku pun tidak jelas, kupikir dunia seluas ini. masa gampang mencari satu orang" Apalagi sejak kecil Ya-ji sudah terbiasa suka menuruti kehendak sendiri, tempat apa pun berani diterobosnya. Coba, cara bagaimana dapat kau temukan dia?"
Yu Wi merasa sangsi, ia pikir sikap sang paman agak janggal, masakah anak perempuan sendiri menghilang tidak menimbulkan
rasa kuatirnya, sebaliknya malah seperti tidak diacuhkan. sebagai orang tua, sedikitnya mesti tanya kira-kira dapat ditemukan dimana agar dapat mengirim anak buahnya untuk ikut mencari. Dengan kedudukan dan kekuasaan siu sekarang, rasanya tidak sulit untuk menemukan jejak Ya-ji.
Didengarnya Ko siu berkata pula, " Hendaklah Hiantit istirahat dengan tenang, Ci Hui-liong memberi pesan bila sudah siuman jangan kau banyak berpikir. setelah bicara sekian lama, tentu kau sudah lelah, lekaslah tidur saja, akan kuperintahkan membuat obat kuat bagimu agar kesehatanmu lekas pulih, urusan lain tidak perlu dipikirkan lagi, istirahatlah lebih penting."
Sesudah Ko siau pergi, meski Yu Wi marasa agak lelah, tapi mana dia dapat tidur. Wajah Ko Bok-ya. senantiasa terbayang, pengalaman masa lampau selalu terkenang ....
Entah sudah melamun berapa lama, sampai datangnya si pelayan tadi membawakan daharan barulah terputus lamunannya.
Pelayan itu mendekati tempat tidur dan menyapa dengan tertawa, "Kongcu sudah tidur lelap selama baberapa hari, setelah mendusin sekarang tentu sangat lapar. silakan dahar sekadarnya."
Yu Wi memang merasakan perutnya lagi berkeroncongan, ketika. mencium bau makanan, nafsu makannya tambah berkobar. Begitu si pelayan menyodorkan santapan itu, tanpa sungkan lagi lantas diterimanya.
Dilihatnya santapan yang disediakan adalah satu mangkuk besar bubur dan empat porsi kecil lauk pauk sederhana sebangsa kacang rebus dan asinan.
Karena memang sudah lapar, sambil bersandar diujung tempat tidur, Yu Wi sikat habis mangkuk besar bubur itu.
Melihat nafsu makan anak muda itu, si pelayan tersenyum geli, diam-diam ia merasa kasihan akan kelaparannya, ia coba tanya, "Apakah Kongcu sudah kenyang?"
Hanya semangkuk bubur saja mana kenyang, cuma Yu Wi tidak enak untuk minta tambah, ia mengangguk dan menjawab, " cukup"
Dilihatnya di nampan makanan masih ada sebuah mangkuk kecil pakai tutup indah, ia pikir jangan-jangan isinya adalah makanan yang enak. la coba membukanya. ternyata isinya adalah sebangsa air yang lebih encer daripada bubur. Maka cepat Yu Wi menutupnya kembali tidak mau meminumnya. Tapi si pelayan lantas berkata, "Minumlah, kuah ini buatan siocia sendiri untukmu."
Sebenarnya Yu Wi ingin makan santapan yang keras, kalau sebangsa bubur dan kuah mana bisa membuatnya kenyang. Tapi ia pun tahu orang yang baru sembuh dari sakit tidak boleh makan terlalu kenyang, namun bila terlalu lapar dan cuma minum cairan yang tak dapat membuat kenyang, tentu rasa lapar akan bertambah berkobar.
Melihat Yu Wi masih juga tidak mau minum, si pelayan mengomel, "Eh, bagaimana kau ini" Begitu mendusin siocia lantas kau bikin dongkol dan pergi, tadi dia telah membuatkan sendiri kueh biji teratai jinsom ini dan juga tidak kau minum. masa sama sekali kau tidak punya perasaan."
Mendengar kuah itu adalah kuah biji teratai campur jinsom atau ginseng, Yu Wi tahu minuman ini biasanya diminum oleh keluarga raja, cara membuatnya juga tidak mudah, kalau tidak diminum memang rasanya tidak normal.
Maka tanpa rewel lagi segera ia membuka tutup mangkuk itu, hanya beberana cegukan saja isi mangkuk itu sudah diminumnya habis,
Ia merasa setelah kuah itu masuk perut, terasa hawa hangat mulai muncul dan menyalur keseluruh tubuh sehingga badan terasa segar. sama sekali tidak menimbulkan rasa lapar lagi.
Baru sekarang Yu Wi tahu kuah biji teratai campur jinsom ini mempunyai khasiat menambah semangat dan juga dapat mencegah lapar. Diam-diam ia berterima kasih kepada maksud baik nona tadi, pujinya dengan tertawa, "Ehm. sungguh bagus, bagus. . . ."
"Bagus apa?" tanya sipelayan dengan tertawa. "Apakah bagus karena kuah ini terasa enak?"
Yu Wi bergumam, "Kuah ini sangat enak. nona itu pun baik. ..."
"Kau bilang siapa baik" Kau maksudkan siocia kami?" tanya sipelayan.
Yu Wi mengangguk.
Pelayan itu mendongkol, omelnya, "siocia kami punya she dan bernama, jika kau puji dia baik kenapa tidak kau sebut namanya, tapi cuma bilang nona apa segala, masa kau tidak tahu sopan santun?"
Muka Yu Wi menjadi merah, jawabnya dengan tersipu-sipu, "Tapi. . . tapi aku tidak. . . tidak tahu siapa nama siocia kalian."
Pelayan itu tertawa geli, "Dengan sendirinya siocia kami she Ko, namanya . . . namanya Bok-cing. ..."
"Bok-cing" . . . Bok-cing" . . ." Yu Wi mengulang nama itu. Tiba-tiba ia menengadah dan bertanya, "Apakah dia saudara adik Bok-ya?"
Melihat cara tanya Yu Wi yang ketolol-tololan sipelayan tambah geli, "Masakah perlu kau tanya lagi" Bok-ya Ji siocia (puteri kedua) adalah anak Tuan Besar, siocia kami juga puteri Tuan Besar, kalau mereka bukan saudara habis apa?"
"Aneh, mengapa tidak pernah kudengar adik Bok-ya bercerita dia masih mempunyai seorang kakak?" ujar Yu Wi sambil menggeleng.
Pelayan itu berhenti tertawa, katanya. "Pantas kau tidak tahu siocia kami adalah kakak Ji siocia, sebab terhadap orang luar Ji siocia memang tidak nanti mau memberitahu bahwa dia masih mempunyai seorang kakak."
"Aneh, mengapa bisa begitu" Apakah karena hubungan antara kakak beradik mereka kurang baik?" tanya Yu Wi dengan heran-
"Jangan sembarangan kau terka," ujar si pelayan, "soalnya Toa siocia dan Ji siocia bukan saudara sekandung, nyonya besar dan nyonya muda biasanya juga tidak berhubungan, dengan sendirinya Ji siocia tidak mau menyebut kakaknya ini."
Baru sekarang Yu Wi tahu duduknya perkara. Kiranya ibu Bok-ya dan ibu Bok-cing adalah bini muda dan isteri tua Ko siu. dengan sendirinya antara isteri dan madunya tidak ada kecocokan hidup bersama. Lebih-lebih ibu Bok-ya yang terkenal sebagai Giok-ciang-siancu (si dewi bertangan kemala) yang tergolong tokoh dunia persilatan, tentunya tidak mau menerima cemooh dari isteri tua, maka keduanya tinggal berpisah. Hanya tidak diketahui mengapa Giok-ciang-siancu sudi menjadi madu seorang pembesar negeri"
Tiba-tiba Yu Wi ingat sesuatu, ia coba tanya, "Apakah disini adalah tempat tinggal nyonya besar kalian?" si pelayan mengangguk dengan tertawa.
"Adik Bok-ya pasti tidak pernah datang kemari, bukan?" tanya Yu Wi pula.
"Ji naynay selamanya tidak pernah kemari, tabiat Ji siocia juga sudah kau kenal, tentu saja lebih-lebih tidak mau ke sini." tutur si pelayan. "siocia kami dan Ji siocia hanya pada waktu sama-sama kecil pernah bermain barsama, setelah meningkat besar lantas tidak pernah bertemu lagi."
"Oo" diam-diam Yu Wi merasa tidak enak. la pikir tempat yang enggan didatangi Ya-ji, sekarang dirinya justeru berbaring sekian hari disini, apabila hal ini diketahui Ya-ji tentu nona itu akan marah. Ia pikir bila sakitnya sudah sembuh harus lekas pergi dari sini.
Keinginan lekas pergi dari sini timbul dengan sendirinya dan sukar untuk dijelaskan apa alasannya. seyogianya orang telah merawatnya dengan maksud baik, betapa pun tidak boleh timbul pikiran semacam ini.
Melihat Yu Wi termangu- mangu, sipelayan manegur dengan tertawa, "silakan Kongcu istirahat dulu, ada urusan apa panggil saja diriku, nama aku Gimji, cuma perlu kuberitahukan padamu, badan
siocia kami lemah dan tidak tahan dongkol. maka janganlah kau bikin dia marah."
Habis berkata ia berbenah mangkuk piring, lalu pergi.
sejak minum kuah biji teratai campur jinsom itu, Yu Wi tidak merasa lelah lagi. Akan tetapi malam sudah tiba, hawa terasa dingin.
Tenaga dalam Yu Wi belum pulih sehingga tidak tahan dingin, ia coba berselimut dan tetap kedinginan. Ia menjadi heran selimut kapas yang tebal ini mengapa tidak dapat menghangatkan badannya.
Ia tidak tahu bahwa betapa tebalnya selimut, kalau tubuh sendiri tidak mengeluarkan suhu panas untuk menolak dingin, jadinya tidak ada bedanya seperti tidak berselimut. Ia tidak menyadarinya sedemikian parahnya. ia pikir kalau selimut tidak dapat menahan dingin, lebih baik turun saja dan berjalan untuk menghangatkan badan-
Begitulah ia lantas mengenakan baju dan turun dari tempat tidur, tapi rasa dingin semakin hebat sehingga gigi sampai gemertuk.
Dasar watak Yu Wi memang kepala batu, ia tidak percaya rasa dingin bisa tambah hebat, ia coba berjalan mondar mandir didalam kamar. makin cepat jalannya, sampai akhirnya napas pun terengah-engah, tapi rasa dingin tambah hebat menyerangnya, sebenarnya dia belum kuat untuk berjalan, lantaran tekadnya ingin mengusir rasa dingin, akibatnya bukan hilang rasa dinginnya, sebaliknya malah memperburuk penyakitnya.
Setelah berjalan lagi dua putaran, "bluks, mendadak ia jatuh terduduk dan tidak sanggup bangun lagi. sekali dia jatuh berduduk. seketika sekujur badan seperti terjeblos ke dalam liang es, rasanya badan akan beku sehingga bernapas pun susah. Ia tidak mengerti mengapa bisa jadi begini, ia pikir apakah dirinya akan mati"
Diam-dia

Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seruling Samber Nyawa 15 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Jodoh Rajawali 29
^