Pendekar Setia 7

Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Bagian 7


kalau tidak masakah aku kebelinger begini sehingga sukma serasa terbang keawang-awang.
Meski sudah timbul kewaspadaannya, tapi bila ada bagian latihannya yang tidak dipahaminya, terpaksa ia harus minta petunjuk kepada Pek-yan, maka setiap hari sedikit banyak dia harus mencium bau harum itu.
Dan bsgitulah seterusnya tanpa terasa sebulan telah lalu, bau harum itu sudah terasa biasa baginya, ia tidak lupa daratan lagi bila mencium bau harum itu. selama sebulan dapatlah 108 jurus kungfu anti sian-thian-ciang itu dipelajarinya secara lengkap.
Setelah tamat belajar, kagum Yu Wi terhadap bakat Pek-yan sungguh tak terperikan-sebab kini diketahuinya kungfu anti sian-thian-ciang itu memang luar biasa hebatnya dan jauh lebih bagus daripada sian-thian-ciang.
Hal inipun logis, kalau tidak lebih bagus mana bisa mengalahkan Sian-thian-ciang. Yang dikagumi Yu Wi adalah kecerdasan Pek-yan yang dapat menciptakan kungfu itu dalam waktu dua hari saja sedangkan dirinya sekarang harus melatihnya selama sebulan.
Ia tidak tahu kemahiran Pek-yan meliputi segala macam ilmu, tapi untuk menciptakan kungfu anti sian-thian-ciang itu hampir memeras semua ilmu yang dikuasainya, jika bakat Yu Wi sendiri tidak tinggi, belum tentu berhasil dikuasainya dalam waktu sebulan.
Selesai menguasai kungfu anti sian-thian-ciang tanpa terasa iapun menguasai sian-thian-ciang sendiri, jadi sama dengan menambah semacam kungfu lagi. Hari ini Pek-yan berkata padanya, "sekarang bolehlah kau coba hasil pelajaranmu."
Ucapan ini sama dengan memberitahukan kepada Yu Wi bahwa sekarang dia sudah mampu mengalahkan sian-thian-ciang.
Demi cepat-cepat bertemu dengan Ko Bok ya, Yu Wi memang sudah tidak sabar lagi dan ingin selekasnya dapat menguji kungfu baru. Dengan girang ia lantas berseru, "Baik, biarlah kuberangkat"
Habis berkata, terus saja ia melangkah pergi.
Karuan Pek-yan melenggong, cepat ia berseru, "Hei, hei Untuk apa ter-buru2" sudah sebulan kau tinggal disini, masakah tidak sabar menunggu lagi sebentar?" Yu Wi memang tidak sabar lagi, tanyanya sambil berpaling, "Engkau ada pesan apa?"
Berkumpul selama lebih sebulan, Pek-yan merasakan diantara mereka sudah timbul perasaan akrab, cuma sayang Yu Wi tidak menaruh simpati kepadanya.
Yu Wi menganggap di antara mereka hanya sedang melangsungkan semacam transaksi jual-beli, sedangkan terjadinya jual- beli ini rada merugikan Yu Wi. memangnya siapa yang mau menjual bayangan sendiri kepada orang lain. Kalau tidak disebabkan sian-thian-ciang terlalu lihai dan tidak sanggup diatasinya, tidak nanti Yu Wi mau menerima syarat orang dan menjual bayangannya.
Melihat sikap Yu Wi yang ketus itu, timbul perasaan pedih dalam hati Pek-yan, ucapnya kemudian dengan menyesal, "Tidak ada pesan apa-apa. bolehlah kau pergi saja. Cuma harus ingat setelah selesai urusanmu...."
Yu Wi berkerut kening, katanya, "Ingat, aku pasti ingat, selesai urusanku segera aku akan kembali ke sini dan menyerahkan jiwaku..."
Dia benar2 tidak sabar lagi, habis berkata ia terus berlari pergi secepat terbang.
Pek-yan menghela napas panjang, semula ada niatnya hendak ikut Yu Wi ke Cu-pi-am, sebab ia tidak percaya setelah anak muda itu menguasai kungfu anti sian-thian-ciang, lalu dapat masuk Cu-pi-am tanpa rintangan lain- Ia tahu berpuluh nikoh penghuni cu-pi-am itu sama mahir sian-thian-ciang, bukan mustahil disamping itu masih menguasai kungfu lain yang lebih tinggi.
o0- -0o0- Begitulah Yu Wi terus berlari pergi secepat terbang, tidak lama kemudian sampailah dia di siau-hoa-san.
Rintangan pertama yang dijaga si nenek masih tetap d itempat semula.
Yu Wi mendekati orang itu, saat itu si nenek sedang mengantuk. Ketika Yu Wi sudah dekat baru dia terjaga bangun dan membentak. "Siapa?"
Dengan tersenyum Yu Wi memberi hormat, katanya, "Laopopo, kembali kita bertemu lagi"
Nenek itu mendengus kurang senang, katanya. "Bagus pertemuan sekali ini hendaknya jangan kau bikin repot nenek." .
Kembali Yu Wi memberi hormat dan berkata, "Terima kasih atas bantuan nenek tempo hari."
"Apakah kau sengaja datang nutuk mengucapkan terima kasih?" tanya si nenek.
"Maaf, kudatang untuk menerjang rintangan pula, "jawab Yu Wi.
Melihat Yu Wi tidak kapok dan datang lagi, nenek itu menjadi heran, ucapnya, "Barangkali kau sudah bosan hidup."
"Sekarang wanpwe datang dengan persiapan yang cukup," jawab Yu Wi dengan tersenyum.
"Sebaiknya pada waktu turun nanti kau tetap tersenyum seperti ini dan jangan seperti tempo hari..." sampai di sini. si nenek tidak melanjutkan, ia tidak tega mematahkan semangat anak muda itu, setelah menghela napas, lalu berkata, "Baiklah. rintangan ini tidak perlu diuji lagi, naik saja kesana."
Yu Wi sangat berterima kasih atas welas-asih hati si nenek. pengalaman yang dahulu sungguh memalukan, kalau dibicarakan hanya akan mencemarkan harga dirinya.
segera Yu Wi memberi hormat kepada si nenek. dengan cara dahulu ia melayang ke atas tebing.
Ketika nikoh cilik yang berjaga panggung di atas tebing itu sedang main berlari-larian sambil mengikik tawa, ketika melihat ada orang naik ke atas, cepat mereka berhenti bermain dan bersikap kereng.
Nikoh yang paling cilik masih kenal Yu Wi, serunya, "He, datang lagi"
"Siapa yang kau maksudkan?" tanya si nikoh bermuka jerawat.
Yu Wi lantas melompat maju sambil menegur dengan tertawa, "Adik cilik, akulah yang datang lagi, namaku Yu Wi."
"Sicu yang tidak terpukul mati, jangan sembarangan kau panggil orang" seru nikoh cilik itu dengan marah.
Agaknya peraturan mereka sangat keras, tidak boleh omong kasar, meski cuma ucapan "tidak terpukul mati". tapi juga disertai sebutan "sicu" atau tuan dermawan, sebutan yang menghormat.
"Jika sekali ini dapat kau pukul mati diriku, silakan pukul saja, tidak perlu sungkan-sungkan-" ujar Yu Wi geli.
"Baik" seru nikoh cilik itu, segera ia menghatam. melompat maju, katanya, "Sumoay, sekali ini biar aku saja yang memberi hajaran padanya."
Di antara ketiga nikoh cilik ini, nikoh yang sedikit bicara ini adalah nomor dua menurut urutan mereka, wataknya juga agak aneh, nama agamanya ialah soh-gian, sedang nikoh cilik berjerawat bernama soh-heng dan nikoh paling cilik bernama soh-pek.
Begitu soh-gian mendekat, segera Yu Wi mengendus semacam bau busuk..bau ini sama busuknya seperti bau yang dicium Yu Wi pada badan Pek-yan- cuma bau busuk sekarang tidak terlalu keras.
Namun begitu bau ini sudah cukup membuac Yu Wi berkerut kening dan tanpa terasa menyurut mundur dua tindak.
Hati Soh-heng paling halus, tempo hari ia menaruh kasihan kepada Yu Wi dan diomeli soh-gian, sekali ini penyakitnya kambuh lagi, demi melihat Yu Wi menyurut mundur, disangkanya anak muda itu gentar, cepat ia membujuknya, "sicu, sudah pernah kau kalah, untuk apa datang lagi menyerempet bahaya?"
Soh-pek paling suka berkelahi, segera ia berteriak. "suci jangan urus dia, biar dia rasakan lagi pukulan soh-gian suci, agar dia kenal kelihaian kita." sok-gian mendengus dan mendesak maju dua langkah.
Karena tidak tahan bau badan orang, kembali Yu Wi menyurut mundur lagi beberapa langkah.
"He, kau mau berkelahi tidak. kenapa main mundur saja?" seru soh-pek.
Yu Wi meengernyitkan kening dan berkata, "Tentu saja berkelahi, tanpa berkelahi masakah kalian mau lepaskan diriku lewat ke sana?"
"Ingin lewat kesana" Huh, jangan mimpi"Jengek soh-gian segera ia mengejar maju tanpa memberi kesempatan mundur lagi bagi Yu Wi.
Cepat soh-heng berseru, "sumoay. cukup asalkan mengalahkan dia, jangan memukulnya sungguh-sungguh." ^
"Hm, betapa suci memperhatikan dia," ejek soh-gian. "Aku justeru tidak kenal ampun padanya."
Ia ambil keputusan akan membikin malu Yu Wi, tanpa bicara lagi ia memburu maju terus melontarkan jurus serangan sian-thian-ciang yang sukar ditangkis. Tujuan serangannya ini memang sengaja hendak membikin Yu Wi tidak mampu main mundur lagi.
Padahal bukan lantaran gentar sehingga Yu Wi main mundur, jurus serangan lawan dikenalnya sebagai jurus ke-55 di antara ke-108 jurus sian-thian-ciang itu, serangan ini mengincar beberapa Hiat-to maut dibelakang musuh meski tampaknya menyerang dari depan-Jika musuh tidak kenal sian-thian-ciang, satu jurus serangan ini saja sudah cukup membikin jiwanya melayang.
Yu Wi benci kepada ucapan soh-gian yang keji, maka iapun tidak sungkan. segera kedua tangannya bekerja cepat untuk mematahkan serangan lawan- "Plak-plok", karena dia sudah tahu kearah mana serangan lawan akan tertuju, maka dengan mudah dapatlah ia mematahkan serangan soh-gian, berbareng Yu Wi terus melompat keatas dan turun kembali di sebelah sana.
soh-gian berdiri termangu ditempatnya dengan kedua telapak tangan melintang didepan dada.
suara "plak-plok" itu terjadi dengan cepat sekali sehingga soh-heng dan soh-pek yang menonton di samping tidak tahu siapa yang terkena pukulan- Menurut pikiran soh-pek. karena Yu Wi melompat mundur, tentu dia yang terkena pukulan.
Tapi soh-heng tidak berpendapat demikian, mundurnya Yu Wi itu terlalu cepat, terlalu ringan dan gesit, tidak serupa orang yang tergetar mundur.
Dugaannya memang betul, Yu Wi tidak mundur karena kena pukulan, soalnya begitu beradu tangan, ia tidak tahan bau busuk badan soh-gian, maka cepat ia melompat menjauhinya.
Mendadak soh-gian berteriak, "Ahhh"
Cepat soh-heng dan soh-pek memburu maju dan bertanya, "Ada apa?"
"Aku ... aku kalah ..." seru soh-gian sambil mendekap mukanya.
"Kau kalah?" seru soh-pek terkejut.
soh-heng juga bertanya, "Kau kena pukulannya"
soh-gian mengangguk pelahan sambil menangis.
"Terkena di bagian mana?" tanpa soh-pek.
"Masa tidak kau lihat, siausumoay?" tukas soh-heng.
Tiba-tiba soh-pek menjerit kaget, sebab sekarang dapat dilihatnya bagian tangan soh-gian yang terkena pukulan itu.
Ternyata pada punggung kedua tangan soh-gian telah berwarna merah hitam. sungguh sukar dipercaya bahwa soh-gian yang kelihatan menyerang lebih dulu malah punggung tangannya yang terpukul.
Hendaknya diketahui bagian tubuh yang paling lincah dan peka justeru terletak pada kedua tangan- bagian tubuh lain kalau terpukul masih dapat dimengerti karena kurang cepat menghindar, tapi kedua punggung tangannya yang sedang menyerang justeru terpukul lawan, kejadian ini sungguh sukar untuk dijelaskan, kecuali lawan memang sudah apal betul terhadap gerak pukulannya sehingga tangan sendiri yang lincah itu sukar menghindarinya,
"sicu silakan lewat kesana" ucap soh-heng kemudian sambil memberi hormat.
Dalam gusarnya Yu Wi telah memukul kedua punggung tangan soh-gian, sesudah terjadi hati menjadi tidak enak. dengan menyesal ia balas hormat orang terus melompat lewat ke sana.
Soh-pek merasa penasaran, ucapnya, "suci, kita berdua kan belum mengujinya dan kau biarkan dia lewat begitu saja?""
"siausumoay, apakah kau pikir dapat mengalahkan dia?" sahut soh-heng. soh-pek tidak bicara lagi. orang yang diam berarti telah mengaku.
Setelah melewati panggung batu sana mulai menuruni tanjakan, tidak jauh ada sebuah tanah lekukan yang luasnya beberapa ratus tombak persegi, Di tanah lembah ini terdapat sebuah biara yang sangat megah, inilah Cu-pi-am yang termashur dengan disiplinnya yang ketat.
---ooo0dw0ooo---
Bab 15 : Nikoh-nikoh biara Cu-pi-am
Melihat tempat tujuan sudah ditemukan, Yu Wi menghela napas lega. Rintangan kedua telah dilaluinya dengan lancar, seketika
timbul semangatnya, pikirnya dengan senang. "sebulan yang lalu aku dikalahkan dengan sangat mengenaskan, tapi sakarang ... Haha ."
Ia tertawa sendiri dan terlampiaslah rasa sebalnya yang tertahan selama ini. Tapi tartawanya tidak lama dan segera berhenti. Padahal tidak ada gangguan apa-apa, sebabnya dia berhenti tertawa adalah karena mendadak teringat olehnya, "sekarang aku menang, tapi siapa yang berjaya dan berjasa atas kemenangan ini?"
Dia tidak berani menyatakan sebagai kejayaan sendiri, sekalipun berani mengakuinya juga kejayaan yang diperolehnya ini harus dibayarnya dengan imbalan yang sangat menyedihkan,
"Menjual bayangan", kata-kata ini merupakan bayangan raksasa yang menghentikan tertawa latahnya tadi.
Dengan perasaan tertekan Yu Wi lantas turun kebawah bukit sana.
Aneh juga, dalam keadaan dan ditempat ini tiba-tiba timbul pikiran apakah pantas dia datang kesini untuk menemui Ko Bok-Ya"
Maklumlah, bilamana seorang mendapatkan sesuatu dengan pengorbanan yang sangat besar, sesudahnya dia akan merasa menyesal. Yu Wi bukan manusia super. sebelum terlaksana usahanya kini sudah mulai timbul rasa menyesalnya.
Cu-pi-am ternyata dikelilingi tebing yang tinggi dan terjal, hanya arah datangnya lebih lapang, selain itu sangat sukar untuk mencapai cu-pi-am.Jadi tanpa menerobos kedua rintangan di depan sana tidak dapat mencapai cu-pi-am.
Dari jauh sudah terdengar sayup-sayup suara orang membaca kitab dan suara bok-hi (alat ketuk kayu dibuat berbentuk ikan) dari cu-pi-am. Tidak lama setelah Yu Wi berdiri di depan biara itu. ke-dua sayap pintu tengah yang berlukiskan malaikat pintu itu terpentang pelahan.
Yang muncul dahulu adalah seorang nikoh tua beralis kelabu, dua nikoh muda jelita mengiring di belakangnya.
Setelah menuruni undak-undakan biara, nikoh tua itu membuka matanya yang welas asih itu memandang sekejap kearah Yu Wi.
Begitu kebentrok dengan sinar mata nikoh tua itu, hati Yu Wi tergetar. Sinar mata yang kelihatannya welas asih itu bagi pandangan Yu Wi yang ahli segera dapat dipastikannya lwekang nikoh tua ini sudah terlatih hingga tingkatan yang sempurna dan tidak tertampak dari lahiriahnya oleh orang awam, terkecuali orang yang sama-sama menguasai lwekang yang maha tinggi.
Lwekang Yu Wi sekarang juga hampir mencapai tingkatan paling sempurna, sebab itulah sekali pandang segera dapat dinilainya betapa hebat lwekang si nikoh tua. Menurut perkiraannya, lwekang nikoh tua ini terlebih tinggi setingkat daripada dirinya, boleh dikatakan sama tingginya dengan Toa supek atau paman gurunya, yaitu Lau Tiong-cu.
Pada waktu Yu Wi bertemu dengan Ko Bok-cing iapun tidak dapat melihat nona itu menguasai lwekang yang tinggi, soalnya taraf lwekang Ko Bok-cing memang juga sudah mencapai tingkatan yang sempurna dan tidak kelihatan. Di dunia ini boleh dikatakan terlalu sedikit orang yang mampu berlatih lwekang hingga mencapai taraf ini.
Begitulah terdengar si nikoh tua sedang berkata " Hebat benar kungfu sicu dan telah mampu melalui dua rintangan."
Mendadak semangat Yu Wi terbangkit, dianggapnya nikoh tua ini sebagai penguji rintangan ketiga, ia pikir nikoh tua ini pasti ketua Cu-pi-am, harus dihadapi dengan segenap kemampuannya.
Kini ia mulai meragukan keterangan si kakek aneh yang menyatakan "bila sian-thian-ciang dipatahkan, kujamin rintangan ketiga akan kau lalui dengan lancar". sebab dilihatnya lwekang nikoh tua ini lebih tinggi daripada dirinya, entah kungfu sakti apa yang dikuasainya, sedangkan dirinya hanya dapat mematahksn sian-thian-ciang, bila nikoh tua ini tidak menggunakan sian-thian-ciang, lalu apa yang dapat diperbuat dirinya"
Didengarnya nikoh tua itu sedang berdehem. lalu berkata dengan suara yang ditarik panjang, "sicuu..."
Suaranya ini seakan-akan hendak mengingatkan Yu Wi bahwa seharusnya kau bicara.
Maka Yu Wi juga berdehem dulu, lalu memberi hormat dan menjawab, "Terimalah salam hormatku, Lo suhu. Wanpwe bernama Yu Wi."
Yu Wi menghormat dengan membungkuk badan sehingga kelihatan seakan-akan hendak menyembah. Nikoh tua tidak berani menerima penghormatan sebesar ini, cepat tangan jubahnya mengebah, seketika satu arus tenaga yang halus merintangi gerak sembah Yu Wi itu.
Yu Wi memang sengaja. hendak menghormati orang agar mendapat keleluasaan untuk bertemu dengan Bok-ya. Maka kedua tangannya terpentang kedepan dengan gaya hendak berjongkok dan menyembah, padahal dia telah menggunakan satu jurus istimewa untuk menghalau tenaga kebasan lengan jubah si nikoh tua.
Seketika terunjuk rasa kejut dan heran pada wajah nikoh tua itu, berbareng lengan jubahnya menarik kekiri, tenaga tarikan ini sangat kuat, Yu Wi seakan-akan dibetot oleh satu tangan.
Keruan Yu Wi juga terkejut, cepat digunakan satu jurus Hoa-sin ciang-hoat, "plaks" tangan kiri menampar tangan kanan, seketika kekuatannya terhimpun pada tangan kanan yang terbetot itu sehingga tarikan si nikoh tua dapat ditahan-
Yu Wi kuatir ada tenaga getaran yang membalik sehingga tangan sendiri bisa tergetar patah, maka ia tidak berani berlagak menyembah lagi, cepat ia menyurut mundur.
Gebrakan ini tidak kelihatan dengan jelas sehingga sukar diketahui siapa yang unggul dan siapa yang asor. Padahal Yu Wi telah kalah satu jurus.
Dia harus manggunakan tenaga dua tangan baru dapat menghalau tenaga kebasan lengan jubah si nikoh tua.
Tak terduga oleh nikoh tua itu bahwa anak semuda ini mampu menangkis tenaga dalam dirinya yang sudah terlatih sedikitnya 60 tahun, bila sepuluh tahun yang lalu, mungkin dirinya bukan tandingan anak muda ini. Maka dalam hatinya sangat mengagumi kehebatan Yu Wi, dengan tersenyum ia lantas berkata, "sungguh hebat kepandaian sicu silakan masuk"
Yu Wi sangat girang, ia sangka rintangan ketiga ini ternyata dapat ditembus dengan sangat mudah. setelah rintangan ini tembus dan masuk ke dalam biara, segala urusan tentu akan mudah diselesaikan, tentu juga Ya-ji dapat ditemukannya.
Begitulah dengan rasa senang ia masuk ke biara itu. Nikoh tua menjadi petunjuk jalannya. katanya: "Akan kubawa dirimu menemui ketua biara kami, Ji-bong Hoatsu."
Yu Wi jadi melengak. "Jadi engkau... engkau bukan sang ketua?" tanyanya terkejut.
Nikoh tua menggeleng, "Mana berani aku mengaku sebagai ketua. sebelum meninggalkan rumah aku adalah pelayan Ji-bong Hoatsu, sesudah jut keh majikan membebaskan diriku sebagai budak dan memberi nama agama sebagai Ji-tiau,"
Sungguh tidak kepalang kaget Yu Wi, bahwa seorang bekas pelayan sang ketua saja lwekangnya sudah melebihi dirinya, lalu lwekang Ji-bong Hoatsu bukankah akan berlipat lebih tinggi lagi"
Bilamana orang nanti mengujinya, jelas takkan mendapatkan hasil yang memuaskan. Melihat gelagatnya, lebih baik tidak jadi menemuinya.
Karena itulah ia lantas menghentikan langkah dan berkata, "Aku sudah melalui tiga rintangan. entah boleh tidak bertemu dengan pimpinan kalian?"
"Baru dua rintangan yang kau tembus, kenapa kau bilang tiga rintangan?" ujar Ji-tiau dengan tertawa.
"Ujian yang baru berlangsung diluar apakah tidak terhitung satu rintangan?" tanya Yu Wi.
"Tidak. tidak dihitung," jawab Ji-tia u dengan tertawa. "aku cuma tidak mau menerima penghormatanmu yang besar itu, mana dapat dianggap sebagai satu rintangan. Rintangan ketiga justeru akan diuji sendiri oleh Ji-bong Hoatsu, jika kau mau menembus rintangan terakhir itu harus menemui beliau."
Muka Yu Wi menjadi pucat, "Beliau sendiri akan menguji diriku?"
Ia pikir kalau sang ketua yang mengujinya sendiri, jangan harap akan dapat menembus rintangannya. Ia coba memandang sekelilingnyg, pikirnya kalau-kalau kebetulan melihat Ya-ji.
siapa tahu tempat seluas itu ternyata tidak nampak seorang nikoh pun, yang ada cuma Ji-tiau yang berjalan di depan, kedua nikoh cilik yang semula datang bersama Ji-tiau kini juga menghilang entah ke mana.
Yu Wi tidak percaya takkan bertemu dengan orang. mengapa setiba di dalam malah tidak kelihatan seorang pun.
Setelah sampai di ujung serambi, akhirnya Yu Wi dapat mengerti duduknya perkara, "Disiplin Cu-pi-am ternyata benar sangat keras, rupanya karena kedatangan dirinya, maka segenap nikoh di sini harus menghindari diriku."
Ji-tiau lantas menunjuk sebuah pintu di ujung serambi situ, katanya, " Ketua sudah tahu kedatanganmu, tidak perlu lapor. silakan masuk saja."
Habis berkata Ji-tiau lantas berdiri disisi pintu. Yu Wi mendorong pintu berbentuk bundar itu, di dalam adalah jalan kecil yang tidak terlalu panjang, sampai dipojok sana, terlihat di dalam sebuah kamar yang cuma setombak persegi luasnya berduduk satu orang.
orang itu lantas berbangkit meninggalkan kasurannya. Pada waktu duduk wajahnya tidak terlihat jelas, setelah berdiri baru terlihat kedua alisnya yang putih panjang melambai ke bawah, usianya tidak banyak lebih tua dari pada Ji-tiau, berjubah putih
semu biru, pada bagian dada jubahnya tersulam sebuah matahari berwarna emas.
Jubah seorang nikoh bersulam tanda matahari yang mencorong begini, baru pertama kali Yu Wi melihatnya, keruan hati Yu Wi merasa tidak tenteram, begitu masuk ke dalam ruangan, ia tidak berani mengamati orang dengan cermat, tapi terus berlutut dan menyembah.
ji- bong membiarkan menyembah padanya, lalu berucap dengan suara dingin ketus, "Bangun"
Baru sekarang Yu Wi mengangkat kepalanya untuk mamandang orang, yang pertama diperhatikan adalah sinar mata Ji-bong yang tidak ada ubahnya seperti orang biasa itu, kesan yang segera timbul dalam benak Yu Wi adalah Lwekang Ji-bong benar-benar sudah mencapai tingkatan yang "tersembunyi dan tidak kelihatan".
Yu Wi lantas merangkak bangun, mendadak Ji-bong membalik tubuh kesana malah dan bertanya, "siapa yang ingin kau temui?"
sejenak Yu Wi termenung, akhirnya menjawab dengan suara agak gemetar. "Soh-sim."
"Ooo," Ji-bong bersuara pelahan, "Tahulah aku, silakan kau pulang saja."
"Wanpwe ingin bertemu langsung dengan dia" kata Yu Wi.
Dengan suara terlebih dingin Ji-bong menjawab, "Apakah kau tahu. jika ingin bertemu langsung dengan dia harus kau tembus rintangan ketiga ini?"
"Wanpwe tahu," jawab Yu Wi, "silakan Lo hoatsu memberi petunjuk."
Mendadak Ji bong berpaling kembali, ucapnya dengan air muka tidak tenang, "Rintangan ketiga ini tidak pernah dicoba orang, jika kau berani mencobanya, tentu ada peganganmu yang meyakinkan?"
"Wanpwe terlalu sembrono dan ingin mencobanya secara untung-untungan," kata Yu Wi dengan gugup,
"Hm, untung- untungan?" jengek Ji- bong. "Di dunia ini masakah urusan penting boleh ditentukan secara untung-untungan. coba katakan- kau ingin bertanding apa denganku?"
Diam-diam Yu Wi bergirang. tak tersangka Ji-bong sangat tinggi hati, ia menurut kepada pesan si kakek aneh yang menyuruhnya bertindak menurut gelagat, segera ia menjawab, "Ingin kuminta petunjuk ilmu pukulan kepada Lohoatsu."
"Baik, kita tentukan kalah menang dalam sepuluh jurus." jengek Ji-bong.
"Hanya bertanding jurus pukulan dan tidak bertanding tenaga," kata Yu Wi pula,
"Ya tentu, kalau tidak masakah kutentukan sepuluh jurus," kata Ji-bong.
Hati Yu Wi menjadi mantap setelah Nikoh tua ini menerima permintaannya, segera ia berkata pula, "Sudah lama kudongar cu-pi-am termashur dengan sian-thian-ciang yang maha sakti, maka Wanpwe ingin belajar kenal dengan ilmu pukulan ini untuk menambah pengalamanku. "
ji- bong tampak tercengang. katanya, "Usiamu masih muda belia dan sudah tahu ilmu pukulan tua ini, baiklah, akan kutambah pengalamanmu. Cuma urusan harus dijelaskan sebelumnya, karena permintaanmu sendiri akan ilmu pukulan ini, bilamana tiga jurus seranganku tidak dapat kau tahan, segera kau harus angkat kaki dan dilarang tanya apa-apa lagi."
Dengan sungguh-sungguh Yu Wi menjawab, "Dan kalau wanpwe mampu menahan tiga jurus?"
Ji- bong yakin akan kelihaian sian-thian-ciang sendiri, tanpa pikir ia menjawab, "Jika kau tahan tiga jurus, anggap kau yang menang."^
sedapatnya Yu Wi berusaha menutupi rasa girangnya yang luar biasa, cepat ia berkata pula, "Jika demikian, maaf kuserang dulu, Lo hoatsu"
Kontan ia melancarkan satu jurus serangan ajaran Ji Pek-liong.
"Pukulan bagus" puji Ji-bong, ia tunggu setelah tangan Yu Wi sudah mendekat barulah mendadak tangan kirinya mencengkeram dari samping.
Cengkeraman ini seketika mengunci jurus serangan Yu Wi yang lihai itu.
Namun Yu Wi sudah mempunyai perhitungan, ia tahu cengkeraman Ji- bong itu adalah jurus kelima sian-thian-ciang yang disebut "Jing-liong-tam-jiau" atau Naga hijau manjalarkan cakar, cengkeraman itu hanya serangan pancingan saja, berikutnya adalah tangan kanan segara menyodok kedepan, dalam keadaan tidak terduga lawan pasti akan terhantam dadanya.
Yu Wi berlagak seperti tidak tahan oleh cengkeraman lawan dan mendoyong ke belakang, berbareng kaki kirinya lantas menendang memapak tangan Ji-bong itu, karena tidak terduga telapak tangan kanan Ji-bong yang hendak mencengkeram itu terasa kesemutan- Ia terkejut dan cepat menarik tangan-
Untung cukup cepat gerak perubahannya, kalau tidak. bilamana siau-hu-hiat pada telapak tangan tertendang dengan tepat, seketika dia akan lumpuh setengah badan dan hal ini berarti kekalahan baginya.
Melihat cara mengelak Yu Wi yang istimewa itu, diam-diam Ji- bong terkejut, tahulah dia sekarang kedatangan Yu Wi ini sengaja hendak mengalahkan sian-thian-ciang, padahal selama ini dia yakin sian-thian-ciang tidak ada titik lemah yang dapat dipatahkan lawan, sama sekali tak terduga olehnya pihak lawan yang mendoyong ke belakang itu dapat mengayun kakinya untuk menendang, dan gerak ini memang tepat untuk mematahkan jurus serangan "Jing-liong-tam-jiau" yang hebat itu.
Setelah menendang, menyusul kaki lain juga mendepak pula. dengan gerakan ini dia terus menerjang maju sekalian- kedua tangannya melancarkan jurus serangan ajaran Kan Yok-koan dan Ji Pek-liong yang maha sakti.
ji- bong mengincar baik-baik serangan lawan- sesegera ia gunakan satu jurus sian-thian-ciang yang tidak ada titik lemah sama sekali, yaitu jurus "Kiu-kui-poat-to" atau sembilan setan mencabut belati. dengan jurus inilah dia gagalkan kedua serangan Yu Wi itu.
Dan sekali menggeser, dapatlah Ji-bong memutar ke belakang Yu Wi, dengan gerakan yang aneh menikam, kedua tangannya berturut-turut memotong kearah Yu Wi.
Betapapun tangkasnya Yu Wi seharusnya takkan mampu menghindarkan tiga kaii serangan lawan- Cuma sebelumnya ia sudah tahu bagaimana gerakan jurus "Kui-ciu-poat-to", sebab itulah tanpa berpaling ia justeru membungkuk ke depan seperti mau lari, tapi kedua kakinya terus mendepak ke belakang secara bergantian, setiap depakan mengincar leher Ji-bong.
Dengan demikian, serangan Ji-bong belum lagi mengenai sasaran, sebaliknya depakan Yu Wi kembali memapak tangannya, Ji-bong tidak sempat menarik kembali serangannya dan tangan terdepak oleh kaki Yu Wi, tangan terasa kesemutan, untung tidak kena dengan tepat. Akan tetapi kejadian ini sudah cukup besar artinya.
Ji-bong tidak ingin bertempur lagi, ia melompat mundur dan berseru, "Cukup, tidak perlu diteruskan"
Ucapan ini sama dengan mengaku kalah, padahal Ji-bong belum kalah benar-benar, soalnya gerak tubuh Yu Wi yang dapat mematahkan jurus "Kiu-kui-poat-to" itu terlalu aneh sehingga membuat Ji-bong percaya biarpun 108jurus sian thian-ciang dimainkan seluruhnya juga takkan mendatangkan hasil apapun, sebaliknya diri sendiri pasti akan kalah.
Yu Wi sangat girang, katanya, "Sekarang apakah Wanpwe boleh bertemu langsung dengan soh-sim?"
Ji-bong merasa jemu terhadap sikap Yu Wi yang kegirangan itu, jawabnya kemudian, "Tentu saja boleh setelah kau tembus tiga rintangan-"
Lalu ia mendekati dipan, ia menjentik sebuah bok-hi tembaga di pojok dipan, maka terdengarlah "ting" yang nyaring. sejenak kemudian dari serambi tadi berlari datang dua nikoh berjubah hitam dan masuk kekamar, setelah memberi hormat. tanya mereka, "Ada pesan apa suhu memanggil Tecu?"
Kedua nikoh baju hitam ini berwajah kurus dan hitam, sikapnya kereng, tangan masing-masing memegang tasbih hitam terbuat dari besi sehingga menimbulkan perasaan seram bagi yang memandangnya.
Usia kedua nikoh berbaju hitam ini menurut perkiraan Yu Wi sedikitnya sudah diatas setengah abad, kalau murid Ji-bong saja sudah berusia begini tua, Ji-bong sendiri sedikitnya berusia 80 tahun- Padahal usia Ji-bong yang sesungguhnya sukar diketahui siapa pun-
Dengan muka kelam Ji- bong lantas berkata.."Bawa soh-sim ke sini"
Air muka kedua nikoh berbaju hitam itu tampak mengunjuk rasa kaget, keduanya saling pandang sekejap. seperti saling berjanji, lalu tanya bersama, "suhu, jika boleh bertanya, dapatkah suhu menerangkan kesalahan apa yang dilanggar soh-sim?"
Ji-bong menjawab, "orang ini ingin bicara berhadapan dengan dia, tidak perlu banyak tanya."
Kedua nikoh berbaju hitam itu jelas penegak hukum Cu-pi-am. biasanya bertindak adil tanpa pandang bulu, mungkin di antara mereka ada hubungan yang akrab sehingga sekarang agak enggan memanggilkan soh-sim untuk diperiksa kesalahannya, rupanya mereka tidak percaya soh-sim bisa berbuat sesuatu yang melanggar peraturan, maka berbareng mereka tanya kepada Yu Wi, "sicu, apakah engkau akan menuduh kesalahan soh-sim di depan suhu kami?"
Yu Wi menjadi gugup, cepat ia menjawab, "o, tidak. tidak. kalian salah paham."
"salah paham bagaimana?" tanya salah seorang nikoh berbaju hitam itu.
"siapa bilang kuminta Ketua kalian mengadili Soh-sim di depanku?" jawab Yu Wi. "Pada hakikatnya dia tidak... tidak berbuat sesuatu kesalahan, dari mana bisa berdosa?"
Nikoh berbaju hitam yang lain berkata, "Apakah sicu tahu bahwa anggota biara kami tidak boleh menemui tamu dari luar?" Yu Wi menganggak.
Nikoh itu berkata pula, "Setiap tahun anak murid biara kami ditugaskan berkelana di dunia luar, suhu kuatir tindak-tanduk anak murid tidak disiplin dan berbuat sesuatu yang tidak patut, tentunya suhu tidak dapat melarang orang Kangouw mengadu ke sini, maka suhu menetapkan peraturan, pendatang harus menerobos dua rintangan, lalu boleh melaporkan kepada suhu kesalahan yang diperbuat anak murid Cu-pi-am kami, kemudian kami akan melakukan pengusutan untuk menentukan kesalahannya Jika murid yang kurang disiplin itu benar melakukan sesuatu kejahatan dan pendatang ingin menyaksikan dia dijatuhi hukuman, maka pendatang harus menerjang rintangan ketiga. Tadi sicu sudah berhasil membobol tiga rintangan, maka suhu menyuruh kami mengundang soh-sim untuk diadili didepanmu."
Karena penjelasan ini barulah Yu Wi tahu apa sebabnya si nenek pada rintangan pertama itu merasa tidak senang akan kedatangannya. Rupanya menerobos rintangan berarti pendatang akan mengadilkan kesalahan anak murid Cu-pi-am, dengan sendirinya setiap anggota Cu-pi-am merasa tidak senang
Tapi Yu Wi tidak tahu hal ini, yang diharapkan cuma menemui Bok ya selekasnya, tentu saja sikapnya itu menimbulkan rasa tidak senang si nenek.
Peraturan tiga rintangan yang ditetapkan Ji-bong ini memang agak janggal dan terasa ingin menang sendiri, mana orang yang ingin mengadukan muridnya diharuskan melalui tiga rintangan lebih dulu. Apabila pengadu tidak mampu menerobos dua rintangan
pertama, bukankah berarti Cu-pi-am sengaja membela muridnya yang salah itu"
Namun Ji-bong juga mempunyai alasan- Ia yakin peraturan cu-pi-am sangat ketat dan berdisiplin sangat keras, setiap murid Cu-pi-am tidak nanti melanggar peraturan, sama sekali ia tidak percaya orang luar akan menuduh muridnya berbuat salah. aadaikan ada tuduhan kebanyakan juga timbul dan salah paham.
Untuk menghindarkan gangguan, maka Ji-bong menetapkan peraturan tiga rintangan ini, maksudnya, hanya orang yang mempunyai kungfu sejati yang berhak mengadukan kesalahan murid Cu-pi-am.
sama sekali Yu Wi tidak menduga petunjuk si kakek aneh yang menyuruhnya menerjang tiga rintangan ini telah mendatangkan kesulitan baginya sekarang. Padahal Bok-ya jelas suci bersih, mana bisa berbuat dosa"
Ia pikir tujuannya membobol tiga rintangnn hanya ingin bertemu dengan Ya-ji, bila benar datang untuk mengadu, peraturan tiga rintangan ini juga tidak layak. Maka ia lantas berkata, "Dengan menerjang rintangan disebabkan Wanpwe kurang pengertian, untuk ini mohon para Cianpwe sudi memberi maaf, adapun kedatanganku ini sesungguhnya ada persoalan yaag menyedihkan-"
"Bok-tin dan Boh-pi, mundur saja kalian" kata Ji-bong memberi tanda.
Mendengar ucapan sang guru ini, kedua nikoh berbaju hitam itu tahu soh-sim tidak perlu lagi di undang, mereka memang tidak percaya soh-sim yang baik itu bisa berbuat sesuatu yang melanggar peraturan, setelah terbukti memang betul keyakinan mereka, maka pergilah mereka dengan senang hati.
Selagi Yu Wi hendak bicara untuk mengutarakan perasaannya, tiba-tiba ji- bong mengebas lengan bajunya dan berkata, "Sekarang pergilah, urusan yang menyedihkan segala tidak perlu kau katakan."
"Dapatkah Wanpwe diberi kesempatan dan bertemu dengan soh-sim?" pinta Yu Wi dengan hormat.
"Tidak boleh," jawab Ji-bong tegas. "Bukankah sudah kau dengar ucapan muridku si Boh-pi tadi bahwa anggota biara ini tidak boleh menemui tamu dari luar?"
"Mohon Tayhoatsu suka mengingat kesungguhan Wanpwe menerjang tiga rintangan ini hanya untuk menemui murid biara kalian ini," Yu Wi memohon pula.
Dengan kurang senang Ji- bong menjawab "Ketiga rintangan ini diadakan bagi orang yang merasa dirugikan oleh perbuatan murid biara kami dan bukan diadakan bagi anak muda bangor yang cuma menimbulkan urusan menyedihkan seperti dirimu ini. Nah, pergilah"
Namun Yu Wi masih ngotot dan berkata "Tayhoatsu, Wanpwe sama, sama sekali bukan anak muda bangor, soh-sim adalah sahabat karibku, kutemui dia hanya untuk bicara satu kalimat saja."
"Ji-tiau, masuk sini" seru ji- bong sambil tepuk tangan. Ji-tiau lantas masuk ke ruangan itu.
Dengan sorot mata yang minta dikasihani Yu Wi mamandangnya sekejap. Melihat sikap anak muda yang memelas itu, diam-diam Ji-tiau menyesal.
Ji-bong juga dapat melihat wajah Yu Wi yang pantas dikasihani itu, tapi ia tidak terpengaruh, disiplin Cu-pi-am tidak boleh dilanggar lantaran anak muda ini, segera ia berkata pula dengan dingin. "Ji-tiau, antar sicu ini keluar"
Ji-tiau tidak dapat memberi bantuan kepada Yu Wi, terpaksa ia berkata, "Silakan sicu"
Sampai disini barulah Yu Wi ingat kepada ucapan si kakek aneh itu. Tampaknya memang betul, kalau dirinya ingin menemui Ya-ji harus membunuh dulu para nikoh ini, jika tidak ada yang merintangnya baru dapat bertemu dengan Ya-ji. Akan tetapi dapatkah dirinya berbuat demikian"
Andaikan tanpa menghiraukan resiko yang mungkin timbul juga belum tentu dirinya mampu membunuh mereka.
Yu Wi cukup jelas, Jika Ji- bong benar-benar mau bertempur dengan dirinya, tidak perlu sampai sepuluh jurus dirinya pasti akan kalah, jadi main kekerasan bukan cara yang tepat. Ia coba mencairkan hati Ji-bong yang keras itu, katanya, "Wanpwe ingin tanya sesuatu."
Ji-tiau menaruh simpati kepada Yu Wi, tidak mendesaknya agar lekas pergi, ia malah menjawab, " Urusan apa, silakan- bicara."
YU Wi menjura kepada Ji-tiau, katanya, "Wanpwee ingin tanya, kata Cu-pi itu apa maksudnya?"
"Cu artinya kasih, pi artinva duka," jawab Ji-tiau.
Belum lagi Yu Wi bicara lagi. tiba-tiba ji- bong menyela, "Meski biara ini disebut Cu-pi-am, cuma sayang latihan kami belum sempurna, belum dapat kami melaksanakan ajaran Buddha secara tuntas mungkin perlu sekian tahun lagi . Ji-tiau. antar tamu"
Ji-tiau menghela napas menyesal, katanya, "sicu, tidak perlu bicara lagi, silakan berangkat"
Diam-diam Yu Wi mendongkol karena usahanya tetap gagal, serunya dengan gusar, "Jika kalian tidak sanggup berbuat welas-asih, Tay hoatsu, kukira nama biara kalian harus diganti supaya cocok dengan kenyataannya."
Air muka Ji-bong agak berubah, bentaknya pelahan, "Antar pergi dia"
Cepat Ji-tiau berucap dengan suara pelahan "jika sicu tidak berangkat, terpaksa aku harus bertindak kasar."
Yu Wi tidak berani main kekerasan disini, betapapun ia harus memikirkan keselamatan Bok-ya. terpaksa ia membalik tubuh dan melangkah pergi.
Ji-tiau mangantarnya ke luar, setiba di luar pintu tembus bundaran. Nikoh tua itu lantas menggeleng kepala dan berkata.
"sungguh sicu terlalu berani, Cu-pi-am bersejarah puluhan tahun. kau minta biara kami ganti nama, bukankah kau sengaja memusuhi biara kami?"
"Kalian melarang kutemui Ya-ji, memangnya kenapa kalau bermusuhan?" demikian Yu Wi berkata di dalam hati.
Setelah berjalan sejenak pula, kembali Ji-tiau berkata, "sicu, jangan timbul pikiranmu akan main gila lagi. Hendaklah kau tahu setelah menerjang tiga rintangan, maka Ketua memperlakukan dirimu sebagai tamu terhormat, akupun disuruh mengantar dirimu, jika lain kali engkau berani datang secara diam-diam dan bila kepergok. tentu takkan kami lepaskan kau."
Apa yang dikatakan Ji-tiau tepat mengenai isi hati Yu Wi, dia memang bermaksud malam nanti diam-diam menyusup ke Cu-pi-am untuk mencari Ya-ji. Maka iapun tidak perlu menutupi pikirannya, ucapnya, "Kalian menghalang-halangi pertemuan dengan Ya-ji, selanjutnya aku pasti akan sering datang kemari, sampai satu hari kami dapat bertemu."
Dari sikap Yu Wi yang tegas itu, Ji-tiau dapat merasakan anak muda ini berani bicara juga berani berbuat, maka percuma saja dia memberi nasihat, dia hanya berucap. "Hendaklah hati-hati saja."
Di balik ucapannya itu seakan-akan hendak bilang boleh saja kau datang secara diam-diam, cuma harus berhati-hati.
Yu Wi sangat berterima kasih atas maksud baik Ji-tiau, pikirnya, "Alangkah baiknya apabila Ji-tiau ini yang menjadi ketua Cu-pi-am, segala urusan tentu mudah diselesaikan."
Ia tidak tahu bilamana Ji-tiau ini yang menjadi ketua Cu-pi-am, demi menegakkan disiplin keras biara itu, sikapnya pasti juga tegas serupa Ji- bong sekarang. Kini dia bukan ketuanya, kedudukannya berbeda. makanya dia berani memberi isyarat agar Yu Wi boleh datang menemui Ya-ji secara diam-diam.
Biasanya kalau kedudukan seseorang berubah, sikapnya terhadap sesuatu juga tidak sama.
Begitulah mereka terus menyusuri serambi panjang itu, tiba-tiba terlihat seekor burung merpati terbang lewat, pada kaki burung merpati itu terikat kelentingan kecil yang menimbulkan bunyi nyaring ketika terbang.
Ji-tiau tampak kaget demi mendengar suara keleningan burung, serunya, "Hah, kembali ada orang menerobos dua rintangan"
Padahal sudah hampir 20 tahun tidak ada orang yang pernah menerobos dua rintangan di Cupi-am, sekarang terturut-turut dua orang telah menerjang dua rintangan dalam satu hari, kejadian ini sungguh sangat kebetulan, pantaslah Ji-tiau merasa terkejut.
Suara keleningan burung merpati juga mengagetkan para nikoh di dalam biara, kedua nikoh jelita yang sudah dilihat Yu Wi tadi juga berlari keluar untuk membuka pintu tengah.
"Aneh," gumam Ji-tiau, "jangan-jangan memang betul ada anggota biara kami yang berbuat melanggar disiplin diluar?"
Ia berpaling dan memandang Yu Wi, maksudnya ingin tanya, "Apakah orang yang menerjang dua rintangan ini ada hubungannya denganmu?"
Namun Yu Wi diam saja, hakikatnya dia memang tidak mempedulikan siapa yang datang, yang dipikirnya adalah cara bagaimana malam nanti akan nyelundup kedalam biara ini untuk mencari Ko Bok-ya.
Setelah mereka keluar pintu tengah, tiba-tiba muncul seorang kakek berdandan aneh. Kakek ini dikenal Yu Wi sebagai orang yang memberi petunjuk padanya cara menerjang rintang Cu-pi-am itu. Maka dia bersuara heran demi melihatnya.
"Kau kenal dia?" tanya Ji-tiau.
"Kenal," jawab Yu Wi. "Apakah Lohoatsu mengenalnya?"
Ji-tiau menggeleng sejenak kemudian kakek itu sudah tampak di-undak2an- ia menjura dan menyapa,
"Ji-tiau Taysu"
Ji-tiau terkejut.
Dengan tertawa Yu Wi lantas berkata, "Lo- hoatsu bilang tidak kenal dia, tapi dia ternyata kenal dirimu."
"Selamat saudara cilik" terus si kakek terhadap Yu Wi dengan tertawa,
"Numpang tanya, siapakah nama sicu yang mulia," tanya Ji-tiau.
"Rupanya Taysu sudah lupa bahwa orang she Cin pernah datang satu kali pada waktu 20 tahun yang lalu," kata si kakek dengan tertawa.
Ji-tiau terkejut, "Ah, kau ini Cin Pek-ling?"
Selama 20 tahun ini, kecuali Yu Wi sekarang hanya Cin Pek-ling yang pernah menerjang lewat dua rintangan, dia juga orang pertama yang berhasil lewat kedua rintangan sejak Cu-pi-am didirikan.
Cin Pek-ling menghela napas, katanya, "sang waktu tidak kenal ampun, dalam sekejap saja 20 tahun sudah lalu, masa Taysu sudah pangling kepada orang she Cin?"
Ji-tiau menggeleng, ucapnya, "Cin Pek ling, kau kelihatan sangat tua. "^
Cin Pek ling juga tahu dirinya sudah berubah tua sekali, maka ia cuma tersenyum getir tanpa menjawab.
Yu Wi lantas menjura dan berkata, "Cin-lotiang, banyak terima kasih atas patunjukmu berulang-ulang. "
"Saudara cilik sudah bertemu dengan soh-sim belum?" tanya Cin Pek-ling.
Yu Wi menghela napas menyesal, "Terpaksa kukatakan terus terang hendak menemui soh-sim, dan seperti dugaanmu, Cu-pi-am melarang orang luar mencari nikoh penghuni biaranya."
"Sudah tiga rintangan berhasil kau terobos. seharusnya dapat kau temui dia?" ucap cik Pek-ling dengan lagak simpati.
"Masa Gin-lotiang tidak tahu peraturan menerobos tiga rintangan cu-pi-am?" tanya Yu Wi.
"Hanya tahu sekadarnya," sahut si kakek.
"Meski dapat kutemui dia, tapi soh-sim tidak buat dosa, mana boleh kutuduh dia agar maksudku menemui dia tercapai?" kata Yu Wi.
Namun cin Pek-ling tidak sependapat, katanya, "Asalkan dapat kau temui dia, kan dapat kau lakukan menurut keadaan-"
"Cayhe memang bodoh dan tidak dapat bertindak menurut keadaan, daripada berbuat demikian, baik kucari jalan lain saja," ujar Yu Wi.
"cin Pek-ling" tegur Ji-tiau tiba-tiba, "apa maksud kedatanganmu kali ini?"
"Ingin kuminta Kim-kong-kian dengan hormat," jawab Cin Pek-ling.
"Kau yakin mampu menerobos tiga rintangan?" tanya Ji-tiau.
Dengan tertawa bangga Cin Pek- ling menjawab, "sekali ini tidak perlu kuterjang ketiga rintangan segala"
"Cin-lotiang," sela Yu Wi, "kau datang untuk itu Kim-kong-kian apa?"


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hahaha, itulah rahasiaku, saudara cilik," seru Pek-ling dengan bergelak tertawa.
"Eh, sudah waktunya kau harus pergi. sampai berjumpa pula"
Terpaksa Yu Wi meninggalkan cu-pi-am dengan penuh tanda tanya.
setelah turun dari siau-hoa-san, pikir Yu Wi, "Tujuanku mematahkan sian-thian-ciang sudah tercapai, akan tetapi cita-cita menemui Ya-ji belum terkabul. Wahai Yu Wi, sungguh sial kau, pengorbananmu dengan menjual bayangan ternyata sia-sia belaka."
Dia seorang yang pegang janji, meski belum berhasil bertemu dengan Ko Boks ya, ia merasa wajib menemui dulu Pek-yan untuk memohon padanya agar soal jual- beli bayangan itu dapatlah ditunda untuk sementara waktu.
setiba di Tay-hoa-san, dilihatnya pintu biara kecil itu tertutup tanpa terpalang, ia masuk ke situ tapi Pek-yan tidak berada di tempat. Ia tunggu sendirian di situ, sampai magrib Pek-yan belum juga pulang.
Dilihatnya bhari sudah mulai gelap. sudah waktunya untuk berangkat ke Cu-pi-am jika ingin mencari Boks ya. segera ia menanggalkan jubah luar dan berdandan dengan ringkas, pedang sempit Hi-jong-kiam diselipkan pada ikat pinggang, ia siap melakukan perjalanan malam.
Pada saat itulah tiba-tiba Pek-yan pulang. Begitu masuk segera nona itu menegur. "He, hendak kemana lagi?"
"Cu-pi-am," jawab Yu Wi.
Pek-yan duduk di atas kasurnya dan mendengus, "kau ingin antar nyawa?"
Yu Wi mendongkol, ucapnya dengan ketus, "Apa artinya mati?"
"Bagimu tidak ada artinya, tapi bila kau mati, syarat perjanjian kita menjadi batal, aku yang rugi." kata Pek-yan.
Karena kesal, cara bicara Yu Wi menjadi kasar, "Yang kaupikirkan hanya keuntunganmu semata tanpa menghiraukan cita-cita orang lain."
"Apa cita-citamu?" tanya Pek-yan dengan tertawa.
"Mengunjungi cu-pi-am," jawab Yu Wi singkat.
"Apakah kau tahu bagaimana akibatnya orang yang menyusup ke Cu-pi-am?"
"Cu-pi-am kan bukan sarang harimau atau kubangan naga?"
"Tapi kukira tidak banyak bedanya dengan sarang harimau."
"Hm, dalam pandanganmu masakah di dunia ada tempat yang sukar didatangi?"jengek Yu Wi
Pek-yan menghela napas gegetun, "Aku Pek-yan memang tidak memandang sebelah mata terhadap tokoh Bu-lim mana pun, tapi setelah seharianku-periksa dengan teliti keadaan Cu-pi-am, ternyata setiap penghuni biara itu sama memiliki kungfu istimewa" sekarang Pek-yan tidak lagi berani meremehkan Cu-pi-am.
"Tadi kaupun mengunjungi Cu-pi-am?" tanya Yu Wi dengan heran.
Pek-yan mengangguk. "Betul, makanya kupulang agak terlambat, tapi sedikitnya dapat juga kuselidiki sesuatu rahasianya."
"Rahasia apa?" tanya Yu Wi cepat.
"Kau bilang aku cuma memikirkan keuntungan sendiri dtngan memperalat orang lain, padahal belum sampai kuperalat dirimu, sebaliknya Cin Pek-ling sudah sempat memperalat dirimu."
"Masa aku dapat diperalat olehnya?" ucap Yu-Wi dengan tidak percaya.
"Coba katakan, bukankah Cin Pek ling yang memberi petunjuk padamu agar datang kemari mencari diriku?"
"Betul," jawab Yu Wi.
"Kau kira petunjuknya itu bertujuan baik bagimu" Huh, salah besar, tolol" jengek Pek-yan-
"Dia telah memperalat hasratmu yang ingin bertemu dengan soh-sim."
Siapa pun, terutama anak muda, tentu tidak mau disebut tolol oleh kaum wanita, kecuali yang kecerdasannya memang melebihi orang biasa seperti Pek-yan ini, Yu Wi sendiri memang merasa rendah didepan si nona, kini sebutan tolol itu tampak menyinggung perasaannya, dengan gusar ia menjawab. "Aku memang tidak pintar, soal aku diperalat oleh Cin Pek-ling atau tidak hendaknya
jangan kau ikut kuatir, siocia" Habis berkata Tu Wi lantas berbangkit dan pergi.
"Hm, untuk apa terburu-buru, waktunya masih cukup banyak untuk menyatroni cu-pi-am," Rengek Pek-yan. Yu Wi berhenti melangkah.
Pek-yan lantas berkata pula, "Memang tidak ada sangkut-pautnya denganku, soal Cin Pek-ling peralat dirimu atau tidak, tapi apakah kau tahu tindakanmu itu berarti telah menanam suatu bibit bencana besar di dunia Kang-ouw."
Ucapan terakhir itu menarik perhatian Yu wi, ia membalik dan duduk kembali, lalu tanya, "Bibit bencana apa yang kutimbulkan, coba jelaskan."^
"Hm," Pek-yan menjengek, sejenak kemudian baru berkata pula, "Setahuku, Cin Pek-ling mewakili sesuatu organisasi rahasia tertentu, agaknya organisasi ini sudah lama sekali menghilang dari dunia Kangouw."
Perasaan Yu wi rada tergetar, gumamnya, "organisasi yang sudah lama menghilang dari dunia Kangouw?"
"Jangan memotong ceritaku, coba dengarkan dengan baik," omel Pek-yan.
"Bicara saja, akan kudengarkan," jawab Yu wi dengan kurang senang.
"Kau tahu, sebabnya golongan Cin Pek-ing ini menghilang dari dunia Kangouw adalah karena terkekang oleh satu orang, dan orang ini ialah ketua cu-pi-am Ji-bong Taysu.
Yang lebih aneh lagi adalah Ji-bong seperti seorang cianpwe yang berkedudukan sangat tinggi dari golongan mereka itu."
"Thay-yang bun (perguruan matahari)" seru Yu Wi mendadak sambil berteplok tangan.
"Kenapa kau potong lagi penuturanku," omel Pek yan.
"Ceritalah." kata Yu Wi ketus.
Pek-yan tidak senang terhadap sikap bicara Yu Wi itu, tapi dia meneruskan juga ceritanya,
"Thay yang-bun katamu" Ya, Ji-bong seperti pernah menyebutnya, anggaplah aliran mereka memang betul Thay- yang- bun- Tadi setelah kau tinggalkan cu-pi-am rase tua Cin Pek-ling itu lantas menghadap moyangnya...."
"Kiranya diam-diam kau ikut dibelakangku ke Cu-pi-am, memangnya apa tujuanmu, kuatir aku kabur?" sela Yu Wi pula.
Pek-yan melototinya sekejap dan menganggap anak muda itu tidak tahu maksud baiknya, katanya pula, "Justeru lantaran aku merasa kuatir makanya aku ikut pergi, setelah kau tinggalkan Cu-pi-am. timbul ingin tahuku apa yang akan diperbuat Cin Pek-ling. maka diam-diam kukuntit dibelakangnya."
Pek-yan berhenti sejenak, lalu meneruskan, "Kulihat Cin Pek-ling menyembah kepada Ji-bong dengan sangat khidmat sambil berkata, Nenek yang terhormat, cucu menyampaikan salam hormat kepadamu"
Yu Wi merasa geli melihat cara Pek-yan menirukan suara Cin Pek-ling yang sangat persis itu, Pikirnya, "Pantas jubah Ji- bong bersulam matahari emas. kiranya dia adalah ahli waris Thay- yang- bun. jelas sakit hati Ban put-tong Locianpwe sukar terbalas." Mendadak Pek-yan mendorongnya dan menegur, "He, kau dengarkan ceritaku tidak?"
"Aku selalu pasang kuping mendengarkan, "jawab Yu Wi terkejut.
Dengan tertawa Pek-yan lantas menyambung, "Coba kau terka apa yang dikatakan makhluk tua itu kepada Cin Pek-ling?" Katanya, "Huh, siapa nenekmu" sudah lama aku tak mengaku sebagai orang Thay-yang-bun Perguruan ini sekarang cuma tersisa sebangsa tukang gegares melulu, seperti dirimu Cin Pek-ing terhitung salah satu di antaranya."
Yu Wi terbahak-bahak, "Hahaha, makhluk tua itu telah memaki dirinya sendiri, dia memakai jubah bersulam gambar matahari, tapi mengaku tidak sudi menjadi murid Thay- yang bun, padahal jelas-jelas dia memberitahukan kepada orang bahwa dia adalah orang Thay- yang bun. Jika Thay-yang-bun benar-benar cuma tersisa anggota sebangsa tukang gegares, tentu di antaranya juga termasuk dia."
Terhadap sebutan " makhluk tua" oleh Pek-yan terhadap Ji-bong, Yu Wi merasa cocok dan ikut-ikutan menyebutnya demikian,
"Tapi tidak kuanggap makhluk tua itu sebagai tukang gegares belaka," kata Pek-yan pula. "Coba kau lihat bukti ini"
segera ia menyodorkan tangannya kedepan, maka terlihatlah telapak tangannya biru hitam.
"He, kau terluka oleh senjata rahasia apa" Berbisa tidak?" seru Yu Wi kuatir.
"Ehm, sedikitnya kau punya perasaan dan menaruh perhatian kepada keselamatanku," kata Pek -yan. "Biar kujelaskan, tanganku tidak terluka oleh senjata rahasia melainkan terserang oleh serangkum angin tajam yang menyambar tiba pada waktu kudengarkan percakapan mereka berdua. Untung kutahu gelagat jelek. tapi juga terlambat untuk menghindar, kukuatir yang menyambar tiba ini senjata rahasia berbisa, jika mengenai sudah pasti sukar tertolong lagi. Maka kugunakan telapak tangan untuk menyampuk, kupikir andaikan terkena senjata rahasia berbisa masih sempat kutahan dengan tenaga dalamku, jika tetap tidak berguna, biarlah kupotong tanganku ini. siapa tahu yang menyambar tiba bukan senjata rahasia melainkan cuma serangkum angin tajam yang dilentikkan dengan jari tangan-"
Diam-diam Yu Wi melelet lidah. Ia membayangkan jarak tempat Pek-yan mengintip dengan tempat duduk Ji-bong di dalam kamar sedikitnya lebih setombak, dari jarak sejauh itu Ji bong sanggup melancarkam tenaga murni untuk melukai tangan Pek-yan, sungguh
lihainya sukar dilukiskan, kalau tubuh yang terkena, mustahil takkan berlubang dan terkapar.
Tampaknya Pek-yan juga masih terbayang kejadian yang mengerikan itu, tuturnya pula, "Melihat kekuatan Ji-bong Taysu yang luar biasa itu, kuyakin di dunia ini tidak ada yang mampu menandingi dia, cepat kularikan diri dan tidak berani cari gara-gara lagi. Kudengar Ji bong berkata, "Sudah sekian lama kau dengarkan, sudah waktunya mengaso dulu." Mungkin dia yakin dapat merobohkan diriku dengan tenaga selentikan itu, tak diketahuinya aku sempat menahan dengan telapak tangan, setelah ku- kabur, umpama dia ingin mengejar juga tidak mampu lagi menyusulku."
"Apakah Cin Pek ling juga tidak mampu menyusulmu?" tanya Yu Wi.
"Huh, hanya sedikit kepandaian ginkang cin Pek-ling itu terhitung apa?" jengek Pek-yan. " Ku-kira di dunia ini hanya Ji- bong yang dapat mengadu ginkang denganku. Akan tetapi dia melangkah belakangan, jangan harap akan dapat menyusulku."
Sebelum ini Yu Wi mengira ginkang Cin Pekling terhitung top di dunia persilatan, tak tersangka ginkang Pek-yan masih lebih unggul daripada Cin Pek-ling, maka dalam. hati ia merasa sangsi, harus dilihatnya sendiri barulah dapat memastikan di dunia ini masih ada orang yang ginkangnya melebihi Cin Pek-ling.
Tiba-tiba Pek-yan bertanya, "Coba terka sebab apa kubilang kau telah menimbulkan bibit bencana?"
"Sudah setengah hari kau bicara, tapi belum juga mengenai pokok persoalannya, mana dapat kuterka," jawab Yu Wi.
Dengan wajah bersungut Pek-yan bertutur, "Meski Ji-bong menyelentik diriku satu kali, tapi kulihat dia bukan orang jahat, sebaliknya Cin Pek-ling adalah telur busuk sungguh-sungguh. Dia telah memperalat keberhasilanmu dan ikut menerjang ke Cu-pi-am untuk minta Kim-kong kian?"
"Apa itu Kim-kong- kian?" tanya Yu Wi, dia muiai tidak sabar lagi.
"Kim-kong-kian adalah sejenis mutiara bagi pemeluk agama Buddha, juga disebut sebagai Ji-ih-cu (tasbih)."
"Ah, hanya serenceng mutiara saja, kenapa di ributkan?" ujar Yu Wi.
"Meski cuma mutiara yang tidak berharga, tapi barang yang tersimpan di dalam mutiara itulah sukar dinilai." jengek Pek yan.
"Apa yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Yu Wi.
"Menurut perkiraanku, di dalam mutiara itu tersimpan ilmu sakti perguruan mereka, juga tanda kebesaran pimpinan Thay- yang- bun. Ji-bong sengaja menyembunyikan Kim-kong-kian, tapi anak murid Thay- yang- bun tidak mau kesepian, berulang-ulang mereka mendesak kepada nenek perguruan untuk memperlihatkan tanda kebesaran itu sebab dengan mutiara itu, kungfu Thay- yang-bun akan dapat dibangkitkan kembali, selain itu, berdasarkan tanda kebesaran itu Thay yang-bun dapat muncul lagi di dunia Kangouw, serupa Giok-ji-ih yang merupakan tanda kebesaran Siau-lim-si, tanpa Giok-ji-ih tak ada yang mau mengakui siapakah ketua Siau-lim-pay."
"Dua puluh lima tahun yang lalu Cin Pek-ling sudah pernah menerobos dua rintangan Cu-pi-am dan minta Kim-kong-kian kepada Ji-bong. tapi dia tidak mampu menembus rintangan ketiga. Waktu itu Ji-bong berkata kepada Cin Pek-ling bahwa kungfu Thay- yang-bun terlalu hebat bagi dunia Kangouw sebagai contoh dikemukakannya sian-thian-ciang, maka anak murid Thay- yang bun tidak perlu lagi terlalu menonjolkan diri"
"Mungkin Cin Pek-ling masih terus mendesak. maka Ji- bong lantai menyatakan bilamana ada orang yang mampu mematahkan Sian-thian-ciang, itu berarti dunia Kangouw telah muncul orang kosen, tatkala mana barulah Thay- yang- bun akan muncul juga di di dunia Kangouw. Karena itulah Cin Pek-ling lantas mencari akal, dan kebetulan bertemu dengan orang tolol macammu ini, dia membujuk agar kau datang ke sini menjual bayanganmu padaku untuk memperoleh kungfu yang dapat mematahkan sian-thian-
ciang. Dan kebetulan kau masuk perangkapnya sehingga segala urusan menjadi berjalan menurut kehendaknya. Dengan demikian cin Pek-ling dapat bertemu lagi dengan Ji-bong Thaysu untuk memohon Kim-keng-kiau, malahan ia memberitahukan, katanya Goat-heng-bun juga sudah lahir kembali. Lantaran tidak mau menelan kembali janji sendiri, pula mendapat kabar lahir kembalinya Goat-heng-bun, tergerak juga hati Ji-bong, tanpa pikir lagi ia telah memberikan Kim-kong- kian yang diminta Cin Pek ling. selanjutnya, Thay-yang-bun akan lahir juga, coba bayangkan, apabila Thay-yang-bun dipimpin oleh Cin Pek-ling yang licin dan licik, mustahil dunia Kangouw takkan geger."
Keterangan ini membikin hati Yu Wi merasa tidak enak. serunya dengan menyesal, "Wah, celaka Cin Pek ling sialan, dia pura-pura bermaksud baik padaku, tak tahunya sengaja memperalat diriku. Ai. aku memang bodoh, telah diperalat orang tanpa sadar."
"Apa yang hendak kau kerjakan jika Thay-yang bun lahir kembali?" tanya Pek-yan-
"Mendingan jika Thay-yang-bun tidak muncul, sekali muncul pasti akan menghanapi lawan setimpal," seru Yu Wi dengan bersemangat.
"Lawan setimpal dari mana" Apakah Goat-heng-bun?" tanya Pek-yan-
"Betul, Goat-heng-bun adalah musuh bebuyutan Thay-yang-bun, asalkan Goat-heng-bun ada, tidak boleh Thay-yang-bun berbuat sewenang-wenang di dunia Kangouw."
"Tapi setahuku, Goat-heng-bun juga bukan barang baik."
"Siapa bilang?" tanya Yu Wi dengan kurang senang.
"Menurut keterangan Cin Pek-ling kepada Ji-bong Taysu, katanya Goat-heng-bun telah berbangkit di sekitar lembah Tiangkang dan mendapat dukungan Thi-bang-pang, disana. Akhir-akhir ini Pangcu Thi-bang-pang telah mati dan pengaruh Thi-bang-pang banyak menurun, menurut berita yang tersiar di dunia Kangouw, nama Thi-
bang-pang sangat tercemar, jika Goat-heng-bun didukung oleh Thi-bang-pang tentu juga dapat dibayangkan betapa keadaan Goat-heng-bun, andaikan baik juga terbatas."
Seketika Yu Wi teringat kepada Kan ciau-bu, pasti dia yang main gila dan merusak nama baik Thi-bang-pang. Hanya dalam waktu beberapa bulan saja dia sudah membinasakan Le Kun. Ya, pasti dia yang membunuh Le Kun.
Melihat Yu Wi termangu-mangu, Pek yan lantas tanya, "Apa yang kau pikirkan?"
"Pejabat Pangcu Thi-bang-pang sekarang apakah she Kan?" tanya Yu Wi dengan gregetan.
"Agaknya bukan," sahut Pek-yan, "Pang cu digantikan oleh puterinya, suaminya seperti she Kan kah, salah, mungkin yang benar she Yu."
"Dia memang she Kan, keluarga Yu takkan mengeluarkan sampah masyarakat seperti dia" seru Yu Wi dengan gusar.
---ooo0dw0ooo---
Bab 16 : Thay-yang-bun dan Goat-Heng-bun
"Eh, jangan marah, aku tidak sengaja memaki keluarga Yu kalian," kata Pek-yan dengan tertawa, "Kutahu keluarga Yu kalian semuanya orang baik. Menurut dugaanku, orang she Kan itu mungkin ialah ahli waris Goat-heng-bun-"
"Huh, masa dia sesuai?" ejek Yu Wi. "Kukenal ahli waris Goat-heng- bun, kungfunya terlebih, tinggi dari padamu."
"Oya" Siapa dia" Aku justeru ingin menemui dia," tanya Pek-yan dengan tidak terima.
Yu Wi memandang cuaca, serunya terkejut. "Wah, hari sudah gelap. aku harus berangkat."
"Kau tetap hendak pergi ke Cu-pi-am?" tanya Pek-yan-
"Setelah bicara sekian lama denganmu, semakin besar hasratku hendak pergi kesana, mungkin dapat kutemui Soh-sim untuk bertanya kemana perginya cin Pek-ling, harus kutemui keparat itu untuk ditanyai."
Pek-yan kurang senang, omelnya, "Baik, boleh kau pergL lekas pergi, kalau mati jangan mencari diriku."
"Mati- juga tidak menjadi soal," ujar Yu Wi dengan tertawa, "bila kepergianku ini benar berbahaya, tidak nanti kujadi setan dan mencari dirimu. Engkau telah menolongku dan tiada permusuhan denganku, buat apa kucari perkara padamu." Habis berkata, sambil tertawa ia terus berlari pergi.
Ketika sampai di bawah tebing Siau-hoa-san, dalam kegelapan, tebing curam itu kelihatan seperti setan iblis yang menegak seram menghadang di depannya.
Dengan sendirinya si nenek penjaga di bawah tebing itu tidak lagi disitu, namun siapakah yang tidak kenal nama Cu-pi-am dan berani melanggar peraturannya serta sembarangan menerjang ke atas gunung tanpa melalui prosedur yang ditentukan"
Tidak adanya si nenek penjaga tebing itu menghemat tenaga juga bagi Yu Wi, tanpa pikir ia terus melayang ke atas. Di atas sana juga tidak ada penjaga, tentu saja lebih leluasa bagi Yu Wi.
Padabal tanpa penjaga biasanya juga jarang ada yang mampu mendaki tebing curam itu. Ujian mendaki tebing dengan ginkang yang tinggi ini, kalau bukan jago kelas wahid jangan harap akan dapat terlaksana dengan lancar.
Dilihatnya Cu-pi-am sudah di depan mata, jantung Yu wi berdebar keras, ia tahu untuk datang kesini memang mudah, tapi ingin menyusup ke dalam biara jelas tidak gampang. Di dalam biara pasti ada nikoh penjaga, padahal setiap nikoh penghuni biara itu sangat lihai, salah seorang saja sudah cukup untuk menggemparkan Bu- lim bilamana berkelana di dunia Kangouw.
Maka dapat-dibayangkan betapa sulitnya ingin mencari Ko Bok ya di dalam Cu-pi-am yang penuh jago kelas tinggi itu. sungguh Yu Wi berharap Bok ya mengetahui kedatangannya dan diam-diam ke luar menemuinya.
Dengan sendirinya hal ini tidak mungkln terjadi, sebab dari mana Bok ya mengetahui akan kedatangannya"
Namun seperti terjadi keajaiban saja, mendadak dari balik sebatang pohon besar muncul satu orang dan memanggilnya dengan suara tertahan, "Yu-toako?"
Sama sekali Yu Wi tidak menyangka ada orang bersembunyi dibalik pohon di depan cu-pi-am. mestinya ia terkejut, tapi demi mengenali suara Bok ya, ia menjadi kegirangan luar biasa, hampir saja ia bersorak.
Yang menegurnya ini memang betul Bok ya, ia bekata pula, "siang tadi Boh-tin dan Boh-pi susiok memberitahukan padaku tentang kedatanganmu yang ingin mencari diriku. Kedua susiok itu sangat baik padaku, mereka tidak merahasiakan tentang kedatanganmu. Ji-tiau suco bahkan mengatakan padaku engkau masih akan datang lagi dan menyuruhku menaruh perhatian. Beliau malah titip pesan padamu, katanya terbatas oleh peraturan biara, kita hanya diperbolehkan bertemu satu kali saja, izin khusus ini dia pernah menyanggupi padamu .. . ."
Saking girangnya sampai badan Yu wi gemetar seluruhnya, ucapnya dengan suara terputus-putu. "Ya, ya,. . . beliau sangat baik, dan memberi kesempatan kepada kita untuk bertemu. Ya-ji, dengarkan, kuharap engkau.."
Karena teraling-aling oleh pohon, wajah si nona tidak kelihatan- ia tahu Yu Wi hendak membujuknya pulang ke rumah, maka cepat ia memotong. "Toako, hendaknya jangan kau bicarakan hal-hal yang mencemarkan nama Buddha, aku. . . ." tiba-tiba ia menghela napas, lalu menyambung dengan suara lembut. "Toako menurut Ji-tiau suco, katanya engkau akan datang lagi, kukenal watakmu yang tidak sabar dan yakin yakin malam ini pasti akan kemari, maka habis
sembahyang aku lantas menunggu di sini. Kukira menjelang tengah malam baru akan muncul, siapa tahu sekarang juga engkau sudah datang, tampaknya watakmu semakin tidak sabaran ..."
Betapa mesra ucapan ini, bilamana didengar orang, tentu mengira kedua muda-mudi ini sedang memadu cinta, siapa pun takkan percaya jarak antara mereka sekarang ada beberapa meter jauhnya, yang satu orang biasa, yang lain adalah paderi.
Yu Wi sangat girang, ia merasa kaki menjadi lemas sehingga lupa memburu maju, terdengar suara Bok ya yang lembut seperti masa lampau dengan rayuan yang muluk-muluk, tanpa terasa Yu Wi lantas memohon, "Ya-ji, sudilah engkau berdiri maju sini, tidak kelihatan wajahmu."
Dengan menurut si nona melangkah maju sehingga wajahnya terlihat jelas dibawah cahaya rembulan, wajah Bok ya yang cantik manis, tampak agak kurus, jauh lebih kurus daripada sebulan yang lalu waktu Yu Wi menemuinya dengan berkedok.
Sedemikian banyak susut badannya selama sebulan ini, maka dalam waktu sekian puluh hari dapat dibayangkan betapa pedih perasaannya.
Yu Wi adalah seorang pemuda emosional, dan wajah Ya-ji yang kurus itu seketika teringat macam-macam hal olehnya, ia pikir tentu si nona masih marah kepadaku karena telah malupakan dia, masih hidup di dunia ini, tapi tidak memberi kabar padanya. Menyalahkan dirinya yang kejam ketika menemuinya dengan berkedok ....
Karena menanggung berbagai kepedihan itu, tentu saja pucat dan kurus, dan semua ini gara-gara perbuatannya. seketika Yu Wi sangat terharu, dan dadanya bergolak seperti membakar, ia menjadi lupa kepada jubah dan topi paderi yang dipakai Bok ya, yang terlihat olehnya seakan-akan Ya-ji yang berada dalam pangkuannya ketika dia membawanya mencari pengobatan kepada su Put-ku dahulu. waktu itu bukankah si nona juga pucat dan kurus seperti ini"
Maka kakinya yang terasa lemas itu mendadak bertenaga kembali, ia lalu maju dan Bok ya terus dirangkulnya erat-erat. Dia terlalu emosi, yang terbayang olehnya adalah keadaan waktu dia memondong Bok ya untuk mencari pengobatan, sama sekali lupa bahwa keadaan sekarang sama sekali berbeda daripada dahulu.
Dengan sendirinya Ya-ji atua soh-sim sekarang tidak dapat menerima kasih mesra seperti ini, meski kenangan mencari pengobatan dengan perjalanan beribu li jauhnya dahulu itu sukar terlupakan, tapi orang yang sudah menyerahkan dirinya kepada agamanya harus teguh imamnya. maka soh-sim berusaha meronta dan mendorong rangkulan Yu Wi itu.
Mestinya Yu Wi tidak mau melepaskannya, juga berat untuk melepaskannya. Akan tetapi keadaan aneh lantas timbul. Mendadak Yu Wi melepaskan Bok ya, seperti yang dipegangnya barusan adalah ular berbisa atau makhlum berbisa lain, dengan takut ia menyurut mundur beberapa tindak,
Soh-sim juga melenggong oleh sikap Yu Wi yang aneh itu. cara anak muda itu melepaskan dirinya terlalu kasar, dilepaskan begitu saja seperti orang melepaskan sepotong batu yang dipegangnya, Kalau Bok ya tidak memiliki kepandaian, tentu terbanting dengan berat.
Malahan Yu Wi terus menudingnya dengan air muka seperti orang kesakitan, serunya, "Kau . . .kau. . ." tidak di teruskan ucapannya dia terus berlari pergi seperti melihat setan-
soh-sim terkesima, sampai lama ia berdiri bingung. Pada pertemuan ini mestinya ia bermaksud minta agar Yu Wi melupakan dia, sudah bulat tekadnya menyerahkan dirinya kepada agama. Tak tersangka belum lagi ia bicara anak muda itu sudah lari begitu saja, bahkan begitu cepat larinya, dirinya dianggap seperti perempuan yang paling hina di dunia ini, harus ditinggalkan secepatnya dan sejauhnya.
Pedih hati soh-sim ia berdiri berjam-jam disitu, sukar dipahami apa yang menyebabkan perubahan mendadak Yu Wi itu. Dia berdiri
seperti patung, embun sudah membasahi jubahnya, ufuk timur mulai remang, fajar sudah menyingsing.
Akhirnya ia bergerak. sudah waktunya ia pulang kebiara, semalam suntuk ia berdiri disitu tanpa mengeluarkan suara. apa pun- waktu melangkah pulang kebiara, suara hati terus menerus berbisiki, "Toako, tidak boleh kau tinggalkan diriku hanya karena aku tidak mau dirangkul olehmu, kau harus tahu aku adalah Jut-keh-lang . . . ."
Setelah berpikir semalam suntuk. dia menarik kesimpulan sebabnya Yu Wi tinggal pergi itu adalah karena dirinya meronta untuk melepaskan diri ketika anak muda itu merangkulnya .
sudah barang tentu jalan pikirannya ini keliru besar.
Sesudah Yu Wi berlari turun dari tebing, mendadak ia keserimpet dan jatuh terduduk ditanah, sampai disini dia tidak tahan lagi rasa unek-uneknya, ia terus menumpahkan air kuning kecut. seharian dia menyiapkan diri, dengan penuh semangat ditunggunya malam untuk menemui Ya-ji. sedikitpun dia tidak mengisi perut, maka apa yang ditumpahkan hanya air kuning kecut belaka.
Setelah tumpah barulah Yu Wi merasa agak lega, ia tidak mengerti apa sebabnya pada tubuh Bok ya bisa timbul bau busuk yang menakutkan itu, bau busuknya lebih keras daripada bau busuk yang terdapat pada tubuh Pek-yan dan jauh lebih sukar ditahan.
Semalaman Yu Wi berduduk ditanah, sedangkan soh-sim berdiri semalam di atas tebing, kedua orang sama-sama berpikir dengan bingung, sampai fajar tiba soh-sim dapat menarik kesimpulan yang keliru, sebaliknya Yu Wi tidak menghasilkan kesimpulan apa-apa, kesimpulan yang keliru juga tidak.
Tidak ada hasratnya lagi untuk bertemu dengan Ko Bok ya, hal ini bukan karena terlalu cepat perubahan pikirannya, tapi dia takut mengendus bau busuk pada tubuh Bok ya yang sukar dijelaskan itu-
Betapapun ia tidak tahan bau busuk itu. Maklumlah, hidung manusia memang ajaib. Bila terlalu banyak mengendus bau harum,
maka lama-lama hidung akan kebal dan takkan merasakan bau harum itu
Tapi bau busuk yang dicium Yu Wi itu tidak mungkin dapat diterimanya, makin tercium makin bacin sehingga akhirnya terpaksa ia tinggal pergi.
sebelum Yu Wi merangkul Bok ya, sayup,sayup sudah terendus juga bau busuk itu dari jauh padahal dia sangat apal terhadap bau badan Bok ya, tentu saja ia tidak percaya bau busuk itu timbul dari tubuh si gadis.
Tapi ketika dia kegirangan dan berkobar kasih mesranya terus memburu maju dan merangkul Bok ya, seketika bau busuk itu menyerang hidungnya, segera pula timbul reaksi ingin tumpah
Jelas bau busuk itu timbul dari tubuh Bok ya dan tidak mungkin keliru, Sungguh tak tersangka olehnya Ko Bok ya yang yang dipandangnya suci bersih itu bisa timbul bau busuk yang memuakkan seperti ini.
Bau busuk ini mengakibatkan gerak-geriknya tidak terkontrol dan tidak ingat sopan-santun lagi, secara kasar ia lepaskan Bok ya dan tinggal pergi. Kemudian disadarinya perbuatannya itu pasti sangat menyinggung perasaan Bok ya, tapi tak dapat dia memberi penjelasan, sedapatnya ia menahan rasa ingin tumpahnya, mestinya ia ingin tanya Bok ya mengapa pada tubuhnya bisa terdapat bau bacin begitu, tapi baru saja dia berucap "Kau", mendadak air kecut dalam perut dalam perut mau tumpah keluar, dia tidak mau mendapat malu dengan tumpah-tumpah didepan Bok ya, maka cepat dia kabur sejauhnya. setiba di bawah tebing, setelah suara Ya-ji tidak terdengar, barulah ia tumpah-tumpah.
Hari sudah terang, Yu Wi kuatir dirinya akan dilihat si nenek penjaga tebing, terpaksa ia meninggalkan siau-hoa-san dengan badan yang penat dan penuh tanda tanya yang sukar dipecahkan-
Hoa-im-koan, sebuah kota kabupaten, terletak diantara Thay-hoa-san dan siau-hoa-san-Dengan langkah berat Yu Wi masuk kekota itu.
Waktu itu sudah dekat lohor, perut terasa sangat lapar. Yu Wi mencari sebuah rumah makan, selagi hendak masuk kesitu, tiba-tiba dilihatnya seorang lalu diseberang sana, cepat ia berterak, "Cin Pek ling . . . Cin Pek ling. . . ."
Orang itu memang betul Cin Pek ling adanya, karena suara teriakan Yu Wi itu, orang yang berlalu- lalang sama menoleh dengan kaget. Tapi Yu Wi tidak peduli, buru-buru ia mengejar kesana, ternyata Cin Pek ling sudah menghilang di tengah orang berlalu- lalang.
Mana Yu Wi mau tinggal diam, bila teringat kepada kelicikan orang ini dengan intrik busuknya, walaupun dirinya sukarela mau terpancing, tapi orang telah memperalat dirinya untuk menerjang rintangan cu-pi-am dan dia ikut mambonceng masuk kesana, kelicikann itu sungguh sangat menggemaskan.
Jika orang tua itu benar-benar ingin menolongnya. seharusnya dia menjelaskan akibat yang akan timbul bilamana Yu Wi menerjang ke Cu-pi-am, tapi dia tidak memberitahukan pun, kalau tidak ada bantuan Boh-tin dan oh-pi yang merasa kasihan kepada Bok ya, bukankah Bok ya yang akan tertimpa akibatnya dihukum Ji-bong Taysu tanpa berdosa.
Begitulah Yu Wi terus mangejar ke arah Cin Pek ling, sampai di luar kota, tahu-tahu dia kehilanganjejak orang tua itu. padahal dari jauh masih kelihatan bayangannya.
selagi Yu Wi merasa heran, tiba-tiba seorang menegurnya dengan tertawa dari belakang. "saudara cilik, apakah kau cari diriku?"
Yu Wi terkejut dan cepat berpaling, siapa lagi orang yang berdiri dibelakangnya kalau bukan cin Pek ling. Ginkang tua bangka ini sungguh terlalu tinggi.
Melihat orang. seketika berkobar rasa murka Yu Wi, sikapnya jelas memperlihatkan rasa benci seperti berhadapan dengan musuh, tapi sedapatnya ia berlagak tenang dan berkata, "Memang ada sesuatu urusan ingin kutanya padamu."
"Baik, baik, marilah kita mencari suatu tempat tenang untuk bicara," kata Cin Pek ling dengan tertawa.
Ia membalik tubuh seperti mau mencari tempat yang dimaksud, tapi mendadak jarinya lantas menjentik.
Karena tidak berjaga-jaga, kontan Yu Wi terselentik Hiat-to kelumpuhannya sehingga roboh terkulai.
Cin Pek ling lantas mengangkatnya, katanya dengan senang, "Dengan demikian barulah aku tidak perlu kuatir untuk berbicara denganmu."
Ia membawa Yu Wi kesuatu tempat teduh didalam hutan dan menurunkan anak muda itu menggeletak di atas tanah rumput, sungguh perut Yu Wi hampir meledak saking gusarnya, segera ia tanya, "Antara kita tidak pernah bermusuhan apapun, mengapa kau sergap diriku secara rendah?"
"Hahaha. kita memang tidak pernah bermusuhan," sahut Cin Pek ling dengan gelak tertawa. "Tapi air mukamu memberitahukan padaku bahwa saudara cilik menaruh prasangka apa-apa terhadapku.Jika sudah ada pikiran tidak senang, waktu bicara tentu akan cepat marah. kalau marah, urusan menjadi runyam. Tapi kalau terjadi seperti sekarang, ingin marah juga sulit, tentu dapat kita bicara dengan baik dan segala persoalan juga mudah dijelaskan- Nah, betul tidak, saudara cilik?"
Diam-diam Yu Wi mengomeli diri sendiri yang kurang sabar. Dari sini pula dapat diketahui betapa licik dan licinnya Cin Pek ling. Bilamana orang ini beraksi, sungguh dunia Kangouw bisa diaduknya hingga kacau-balau dan menimbulkan huru-hara.
Cin Pek ling lantas duduk didepan Yu Wi, lalu berkata dengan tertawa. " Entah, ada urusan apa, boleh kau tanya padaku."
Dengan gemas Yu Wi lantas buka kartu, makinya, "Cin Pek ling, sebenarnya aku sangat kagum dan menghormat dirimu, tapi sekarang harus kusebut dirimu ini manusia rendah dan kotor"
orang yang polos dan jujur, biarpun tertawan juga tidak sudi menyerah. Memangnya Yu Wi hendak mengumpat orang, maka sekarang dilontarkan caci- makinya sekaligus.
Cin Pek ling bergelak tertawa, "Haha, apa kataku, cocok bukan" Ternyata betul engkau berprasangka padaku. Untuk ini harus kukatakan dirimu yang salah. Memangnya belum cukup banyak bantuanku padamu" Mengapa tidak berterima kasih, tapi malah kau maki diriku" Betapapun kan tidak patut?"
saking gusar Yu Wi menjadi tertawa, "Haha, kenapa tidak bicara terus terang saja. kau sengaja membantu memberi petunjuk jalan padaku atau cuma memperalat diriku untuk membuka jalan bagimu?"
Seketika senyuman munafik Cin Pek ling tadi lenyap. ucapnya dengan culas, "Saudara cilik, rupanya rahasiaku telah kau ketahui. Wah, bisa runyam. Eh, siapakah yang bilang padamu bahwa aku memperalat dirimu?"
Tapi setelah berpikir sejenak, mendadak ia bertepuk tangan dan berseru, "Aha, betul pasti orang yang mencuri dengar percakapanku dengan Ji-bong Taysu itu. Lekas katakan, siapa dia?"
"Otakmu yang penuh akal licik itu masakah tidak dapat menerka siapa dia?" jawab Yu Wi.
Senyuman munafik Cin Pek ling lenyap seketika, ucapnya dengan kurang senang, "Adik cilik, jadi sudah kau ketahui rahasiaku" Wah, tidak enak jadinya. Eh, siapakah yang memberitahukan padamu bahwa sengaja kuperalat dirimu?"
"Mm, benakmu. yang licin itu masakah tidak dapat menerka siapa dia?" jengek Yu Wi.
Cin Pek ling menganggap dirinya maha cerdik, ia tidak bertanya lagi, tapi bergumam, "Di dunia ini, orang yang mampu menguntit dibelakangku dan ikut menyusup masuk ke Cu-pi-am, boleh dikatakan dapat dihitung dengan jari. Bahwa ginkang orang itu lebih tinggi daripadaku" Dan, juga jatuh hati padamu, jelas dia . . . ."
Mendadak teringat olehnya waktu Ji-bong Tay-su mengejar keluar, bayangan orang yang mencuri dengar itu tampaknya berpotongan kaum wanita, segera ia tahu siapakah dia, ia berkeplok dan berseru. "Aha, betul, di dunia ini hanya ginkang Bu-eng-bun yang dapat melebihi diriku. Nah, saudara cilik, tidak kau katakan juga sudah kukatahui. Dia adalah kekasihmu, juga majikanmu. salah seorang pembeli bayangan, yaitu Pek yan. betul tidak?"
Dengan gusar Yu Wi menjawab, "Mulut Anda hendaknya tahu diri sedikit, memangnya kekasihku apa?"
"Hahaha, didepanku masakah perlu menyangkal segala?" ujar cin Pek ling dengan tertawa. "Seluk beluk orang Bu-eng-bun cukup kuketahui dengan jelas. Kekasih adalah istilah yang halus, jika mau kasar, katakanlah gendakmu. Nah, saudara cilik, kungfu gendakmu ditempat tidur tentu hebat bukan?"
Dengan gusar Yu Wi mendamperat, "Dasar mulut kotor, bila kau sembarangan omong lagi. pada suatu hari tentu akan kau rasakan gamparanku."
"Hal ini memang bisa terjadi," ujar Cin Pek ling sambil meraba pipi sendiri. "Ai, setelah kau punya beking yang kuat, tentu aku tidak berani main kasar lagi padamu. sayang aku sudah lanjut usia, kalau tidak. anak cakap saperti dirimu tentu kusimpan sendiri dan tidak nanti kuberitahukan tempat para pembeli bayangan itu. Ya, meski kau jual bayanganmu dan sudah kehilangan kebebasan, tapi sebagai imbalannya kau dapatkan beking yang kuat, juga punya pacar cantik, mustahil tidak kau nikmati"
"Cis, rendah dan kotor," damperat Yu Wi.
Cin Pek ling menggeleng, "Caci- makimu itu harus kau tujukan kepada dirimu sendiri. Aku paling-paling cuma omong saja, tapi kau sendiri benar-benar telah berbuat, bayangan sendiri pun kau jual, apakah perbuatanmu ini terhormat. Tampaknya sementara ini belum sempat kau rasakan si cantik. Tapi tidak perlu terburu-buru, Pek-yan tidak nanti meninggalkan dirimu. Pinjam bibit adalah langkah yang harus ditempuh oleh setiap anak murid Bu-eng-bun
mereka, tanpa dirimu, kemana Pek yan yang masih perawan itu akan dapat meminjam bibitnya?"
"Apa yang kau maksudkan dengan pinjam bibit segala?"
Cin Pek ling tertawa misterius, ucapnya, " Cerita ini sangat panjang, biarlah kujelaskan, cuma jangan kau lupa pada kebaikanku ini, kelak bila saudara cilik sudah jaya, jangan kau lupakan diriku, tentu masih banyak juga yang perlu kuminta bantuanmu."
Belum lagi Yu Wi menanggapi, sakonyong-konyong di ujung hutan sana ada suara jeritan orang perempuan, lalu terdengar teriakannya, "Tidak. jangan Tolong . . . tolong"
"Ah, ada tontonan menarik, saudara cilik," seru Cin Pek ling dengan tertawa. "Marilah kita coba melihatnya."
Segera ia kempit Yu Wi dan dibawa lari kearah datangnya suara.
Yu Wi berjiwa luhur, ia berharap Cin Pek ling dapat berlari lebih cepat agar perempuan yang tertimpa bahaya itu dapat tertolong.
Dilihatnya ginkang Cin Pek ling memang sangat tinggi, cepat sekali larinya. Akan tetapi rupanya dia cuma ingin menonton pertunjukan saja. dia melompat keatas pohon untuk mengintip ke bawah, jelas tidak ada maksud untuk menolong.
Suara jeritan perempuan tadi semakin keras dan melengking, tampaknya keadaan sudah sangat mendesak tapi cin Pek ling tetap tersenyum dan menonton belaka, seakan-akan orang yang sedang menonton sandiwara yang menarik dan tidak peduli mati hidup orang lain.
Yu Wi dikempit dengan membalik kebelakang sehingga tidak dapat melihat apa yang terjadi meski urusannya tidak menyangkut kepentingan sendiri, tapi didengarnya suara jeritan si perempuan yang minta tolong itu semakin memelas, sedangkan Cin Pek ling sama sekali tidak ada tanda mau menolong, segera ia memaki,
"Orang she Cin, jika tidak lekas kau turun tangan menolongnya, segera kumaki kau"
"Sandiwaranya belum mencapai klimaksnya, untuk apa terburu-buru?" ujar Cin Pek ling sambil memutar arah kempitan Yu Wi sehingga anak muda itu dapat melihat keadaan tempat kejadian itu.
Maka dapatlah Yu Wi melihat dengan jelas ada tiga lelaki berbaju hitam dengan dandanan kaum hamba, dengan golok terhunus sedang menyerang seorang perempuan.
Perempuan itu membopong seorang bayi sembari berkelit kian kemari terhadap serangan golok lawan, begitu melihat wajah perempuan itu dan si bayi, seketika hati Yu Wi tergetar hebat.
Pada saat itulah mendadak punggung golok seorang lelaki baju hitam itu kena mengetuk lengan si perempuan. Rupanya dia tidak mau melukai perempuan itu, hanya mengetuk lengannya sehingga kaku dan kesakitan. segera seorang budak tangkas yang lain menubruk maju dan sempat merampas bayi yang dibawa perempuan itu.
Budak ketiga tidak tinggal diam, iapun menubruk maju dan merangkul perempuan itu dengan dua tangan.
Gerak ketiga budak tangkas itu cukup hebat, perempuan itu tampaknya sangat lemah, hanya mengandalkan kegesitan saja untuk menghindar kian kemari, namun begitu juga tidak mudah bagi mereka untuk membekuk perempuan itu.
Cin Pek-ling tertawa gembira dan berkata, "Aha, sandiwara sudah mulat main, lekas lihat, saudara cilik."
Tiba-tiba dirasakannya Yu Wi yang terkempit diawah ketiaknya itu bergemetar keras, ia menunduk dan bertanya, "He, kenapa kau?" Wajah Yu Wi tampak pucat. serunya, "Lep... lepaskan aku ...."
"Eh, ada apakah?" tanya Cin Pek-ling dengan heran. "Apakah kau kenal perempuan itu?"
Dalam pada itu keadaan di bawah sana sudah berubah lagi, ternyata bukan perbuatan kotor sebagaimana dibayangkan oleh Cin Pek- ling, dia mengira ketiga budak tangkas itu hendak memperkosa perempuan itu.
Terdengar perempuan itu sedang berteriak kuatir, "Lepaskan anakku, jika kalian berani mengganggu dla, ayahnya pasti takkan mengampuni kalian . . . ."
Budak tangkas yang membopong bayi itu berseru dengan tertawa, "Haha, jelas engkau masih perawan asli, dari mana datangnya anak" Agaknya perkataan Kongcu kami memang betul, anak ini pasti anak haram yang kau lahirkan dengan gendakmu, jika anak ini dibunuh, tentu tidak perlu lagi kaupikirkan dia."
Budak yang berdiri disamping segera angkat goloknya dan bertceiak. "Yau Lip. lekas sodorkan kepala anak haram itu, biar kucoba golokku cukup tajam atau tidak. He he, masakah kutakut kepada ayahnya" Umpama sekarang ayahnya muncul juga kuberi sekali bacok."
Budak yang membopong anak itu benar-benar menyodorkan kepala anak yang baru berumur antara satu tahun itu. Tertampak wajah bayi yang gemuk dan cakap menarik itu, mesliknya ia pentang matanya yang jeli dan memandang Yau Lip tanpa berkedip. Melihat keberanian anak bayi itu. tanpa terasa Cin Pek ling memuji, "Anak hebat"
Tapi Yu Wi tidak tahan- dengan suara gemetar keluhnya, "O, dia . . dia anakku, lekas .. . lekas kau lepaskan diriku"
Cin Pek ling jadi melengak. sungguh tak pernah terbayang olehnya bahwa anak bayi yang pemberani dan tidak menangis dan ribut itu adalah anak Yu Wi. semula dia cuma menduga Yu Wi kenal perempuan itu, sebab itulah biarpun diketahui anak muda itu kelihatan gelisah, tidak segera ia membuka Hiat-to yang ditutuknya, ia sengaja membiarkan Yu Wi kelabakan dan akhirnya memohon pertolongannya barulah akan dibebaskannya.
Sekarang setelah mengetahui anak bayi itu adalah anak Yu Wi, seketika otaknya bekerja lagi, ucapnya dengan tertawa, " Untuk melepaskan dirimu kan tidak sulit, cuma cara bagaimana akan berterima kasih setelah kuselamatkan mereka?"
Dalam pada itu si budak yang bernama Yau Tong menjadi murka melihat anak bayi itu memandangnya dengan berani, dengan gemas ia mendekat dengan golok terhunus, ucapnya dengan gregetan, "Anak haram, lihatlah yang jelas tampang tuanmu"
Melihat anaknya terancam babaya, dalam keadaan terpaksa tanpa pikir Yu Wi lantas berkata "sesudah kau pimpin Thay- yang- bun nanti, aku berjanji takkan mempersulit dirimu."
Cin Pek-ling menggeleng, "Hal ini tidak berarti bagiku, aku menghendaki kemudian hari harus kau bantu diriku, mau tidak?"
Sementara itu Yau Tong sudah mengangkat goloknya, asalkan goloknya menabas kebawah, jiwa anak bayi bernama Yu Ki-ya itu pasti akan segera melayang. Karena tidak ada jalan lain, terpaksa Yu Wi berteriak "Baik"
Suaranya yang keras ini mengejutkan ketiga budak jahat yang sedang beraksi itu, mastinya mereka tidak mendengar percakapan cin Pek-ling dan Yu Wi di atas pohon. Mereka tidak menyangka perbuatan jahat mereka akan dipergoki orang, ketika budak jahat bernama Yau sin yang merangkul tubuh perempuan itu terkejut sehingga pegangannya menjadi kendur.
Kesempatan itu segera digunakan oleh perempuan muda itu untuk menggigit tangan Yau sin. saking kesakitan Yau sin berteriak dan lepas tangan, terus melompat mundur.
Karena teriakan Yau sin. Yau Tiong menjadi gugup, sebenarnya mereka bukan kaum panjahat, biasanya mereka cukup tenang menghadapi sesuatu. tapi lantaran gugup, golok Yau Tiong yang terangkat lalu tanpa terasa membacok kebawah.
Melihat golok berkelebat, saking kuatirnya perempuan itu menjerit pula sehingga lupa pada bahaya yang juga bisa
mengancamnya, tanpa pikir ia menubruk maju dan mengadu jiwa dengan Yau Tiong.
Bacokan Yau Tiong itu ternyata mencong dan tidak mengenai Yu Ki-ya, namun serangan ini juga lantas menimbulkan nafsu jahatnya untuk membunuh orang. Maka begitu melihat si perempuan menubruk tiba, tanpa pikir goloknya terus membacok.
Karena cemasnya. perempuan itu sampai lupa gerak llmu silat yang dikuasainya. Terlihat golok yang mengkilap itu sedang membacok batok kepalanya, tiba-tiba Yau Lip yang membopong Yu Ki-ya berteriak. "Hei, Yau Tiong, apa kau gila" Tidak boleh membunuh dia"
Teriakannya tidak sempat lagi mencegah tindakan buas Yau Tiong, untuk bisa menyetopnya harus merebut goloknya itu.
Syukurlah pada detik yang berbahaya itu, tahu-tahu Yu Wi melayang turun dari udara. Dia baru bebas dari Hiat-to yang tertutuk. belum sempat mengatur tenaga untuk memulihkan aliran darahnya sehingga gerak-geriknya belum leluasa, sukar baginya untuk merampas golok Yau Tiong itu. Maka begitu berdiri di atas tanah, segera ia rangkul si perempuan muda itu terus menggelinding kesamping.
Dengan sendirinya bacokan Yau Tiong itu mengenai tempat kosong, waktu dia hendak menyerang pula, namun Yu Wi telah mendahului menendang, kontan golok Yau Tiong terdepak lepas, menyusul Yu Wi menghamtam dan tepat mengenai dada Yau Tiong.
Mana Yau Tiong sanggup menahan pukulan Yu Wi itu, ia menjerit ngeri, tubuhnya mencelat jauh dan jatuh terbanting dengan tumpah darah dan binasa.
Pukulan Yu Wi yang hebat ini membikin Yau Lip dan Yau sin ketakutan setengah mati, tanpa pikir lagi mereka terus kabur.
"Tinggalkan anakku" teriak Yu Wi.
Ucapan ini dapat didengar dengan baik oleh perempuan muda tadi, ia menengadah dan dapat melihat Yu Wi dengan jelas, serunya girang "He, engkau . . . engkau Yu .... "
Karena suara perempuan muda yang terputus-putus ini Yu Wi jadi tidak segera mengejar Yau Lip untuk merampas kembali anaknya, ia berpaling dan menjura kepada perempuan muda itu, katanya, "Nona Lau, baik- baikkah. selama berpisah?"
Kiranya perempuan muda ini ialah si gadis penjinak singa alias Lau Yok-ci. sejak berpisah diThian-ti-hu dahulu, belum pernah lagi Yu Wi bertemu dengan dia. Meski secara diam-diam Lau Yok-ci pernah melihat Yu Wi beberapa kali, tapi berhadapan empat mata seperti sekarang ini membuat mereka merasa sudah berada di jelmaan hidup yang lain. Mendadak Lau Yok-ci berseru cemas. "He, lekas kau rebut kembali Ki-ya"
Belum lama dia berkumpul dengan Yu Ki-ya, tapi perhatiannya terhadap anak itu tidak kurang daripada ayah-ibu kandungnya.
Hal ini cukup dimengerti oleh Yu Wi, dari cara Lau Yok-ci yang berusaha mati-matian membela anaknya itu sudah kelihatan betapa kasih sayangnya terhadap Ki-ya.
Dan hanya tertunda sejenak saja, Yau Lip dan Yau sin sudah kabur tanpa kelihatan bayanjannya lagi. Keruan Yu Wi menjadi gugup, ia meraung sekerasnya, "Ayo berhenti"
Karena suara raungan yang menggelegar ini, biarpun didengar dari jarak ratusan tombak kedengarannya juga seperti orang membentak dibelakang. Apabila saat itu Yau Lip dan Yau sing sadang berlari, mungkin mereka juga akan berhenti ketakutan-
Belum lagi Yu Wi mengambil keputusan akan mengejar kejurusan mana. tiba-tiba dilihatnya dari dalam hutan yang lebat sana melayang tiba dua sosok bayangan, "bluk. Bluk., dua mayat terbanting didepan Yu Wi.
Kedua mayat ini ternyata bukan lain daripada Yau Lip dan Yau sin yang kabur itu. Tapi Yu Ki-ya tidak diketahui berada dimana.
Selagi Yu Wi merasa kuatir. tertampaklah Cin Pek ling muncul dari arah datangnya kedua sosok mayat itu, siapa lagi bayi dalam pangkuannya itu kalau bukan Yu Ki-ya.
Girang sekali Yu Wi, diam-diam iapun kagum terhadap kehebatan ginkang Cin Pek ling, dalam waktu sesingkat itu dapat menyusul dua budak jahat yang berlari terpencar kedua jurusan, untuk itu Yu Wi sendiri merasa tidak sanggup,
Segera ia mamapak kedepan dan menjura, ucapnya, "Terima kasih atas bantuan Cin-siansing yang telah menyelamatkan putraku."
Segera ia menjulurkan kedua tangannya dengan maksud hendak menggendong kambali Yu Ki-ya.
Dalam benak kecil anak bayi itu agaknya juga masih ingat pada wajah sang ayah, segera Ki-ya mengangkat tangannya yang kecil dan bercelotek dengan gembira.
Tapi Cin Pek ling lantas mengegos kesamping dan menampilkan senyuman yang licik, ucapnya. "saudara cilik, anak ini sangat menyenangkan, baiklah kugendong sebentar."
Sembari menggendong Ki-ya dengan sebelah tangan- sebelah tangan yang lain segera digunakan untuk menimang. Ki-ya ternyata tidak takut kepada orang yang belum dikenalnya, tangannya yang kecil itu mencakar-cakar jenggot Cin Pek ling dan kelihatan sangat menyenangkan.
Meski tahu Cin Pek-ling tidak bermaksud baik, terpaksa Yu Wi tidak dapat memperlihatkan rasa tidak senang, jika anak bayi itu sudah berada ditangan orang, terpaksa ia tidak berani sembarangan bertindak.
Dalam pada itu Lau Yok ci telah merangkak bangun dan mendekati Yu Wi. Tindakan ini sebenarnya sangat wajar, tapi ketika nona itu sudah dekat, mendadak Yu Wi menggeser kesamping.
Rupanya Lau Yok-ci tidak memperhatikan sikap Yu Wi itu, dengan tertawa ia berkata, "Ki-ya sungguh anak yang baik, selama beberapa bulan berada bersamaku belum pernah dia menangis."
Yu Wi menghela napas, ucapnya, "sejak dilahirkan Ki-ya memang tidak pernah menangis. Pernah satu kali tanpa sengaja ibunya menjatuhkan dia, selagi orang tua merasa kuatir kalau-kalau dia terluka, siapa tahu, meski kepalanya benjut, tapi dia tidak menangis, sebaliknya terus merangkak dan bermain seperti biasa. ibunya mengira anak ini terjatuh pingsan dan tidak bisa menangis, padahal..,." makin lama makin lirih suaranya dan akhirnya dia berhenti bertutur.
Lau Yok-ci cukup memahami perasaan Yu Wi sekarang, pantas juga bicaranya terputus sebelum selesai, tentu karena, terkenang kepada kematian Yap jing yang mengenaskan dan baru berselang beberapa bulan itu
suasana hening sejenak, kemudian Yok-ci berkata, "Jarang juga anak bayi tidak menangis, kelak kalau sudah besarnya pasti seorang lelaki keras yang tidak kenal menyerah."
Yu Wi masih juga berduka. Tapi lelaki tetap lelaki, tidak lama dapatlah dia pulih seperti biasa, segera ia berseru, "Hilangnya Ki-ya waktu itu kusangka diculik musuh, tapi kemudian setelah kuperiksa keadaan setempat baru kutahu anak ini telah diselamatkan oleh nona Lau."
"Siapa pembunuhnya, apakah sudah kau ketahui?" tanya Yok-ci. Dengan sedih Yu Wi mang angguk.
Yok-ci berkata pula dengan berduka cita, "Kan ciau-bu banyak melakukan kejahatan . . . Ai, tempo hnri kebetulan kulewat ditempat tinggalmu, kudengar suara jeritan, diam-diam kumasuk kesana untuk memeriksanya, kulihat . . . kulihat ..."
Ternyata sukar baginya untuk melukiskan kejadian waktu itu, ia menggeleng kepala dengan sedih, lalu menyambung, "Kedatanganku ternyata terlambat dan tidak dapat menyelamatkan kedua isterimu. setelah mengganas, Kan cian-bu berdiri termangu di
depan kedua sosok mayat dan lupa dibelakangnya masih ada ranjang goyang, dimana Ki-ya sedang tidur nyenyak. Demi menolong jiwa Ki-ya, aku tidak berani kepergok dengan dia. Maka pada waktu dia termangu setelah melakukan keganasan itulah, diam-diam aku menyusup kedalam untuk membawa lari Ki-ya, sekalian kuambil juga singa kemala yang terikat ditempat tidurnya . . . ."
Yu Wi jadi teringat kepada kematian Yap Jing dan He si yang mengenaskan itu, tak tertahan lagi air matanya bercucuran.
Tapi segera ia membangkitkan semangat dan berucap. "Terima kasih atas pertolongan nona, jika tidak kebetulan engkau lalu ditempat kediamanku, tentu jiwa Ki-ya sukar diselamatkan- Kutahu sekali-sekali bukan Kan ciau-bu berhati baik dan tidak tega membunuh anakku. Kelak bilamana Ki-ya sudah besar, selain budi orang tua yang telah membesarkan dia, pasti akan kusuruh dia selalu ingat kepada pertolongan jiwa nona Lau."
"Ah, kenapa kau omong seperti orang luar saja," ujar Yok-ci. "Kalau waktu itu aku tidak datang terlambat, sedikitnya dapat kucegah tindakan Kan ciau-bu yang jahat itu. Engkau tidak menyesali diriku yang tidak dapat menolong dengan baik, kemurahan hatimu sudah cukup membuatku berterima kasih."


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mati dan hidup sudah takdir, masa dapat kusalahkan orang lain," kata Yu Wi, Jika ada yang salah, maka salahku sendiri yang telah meninggalkan rumah. Kalau tidak, mana bisa terjadi drama ini. Aku harus berterima kasih atas pertolonganmu kepada Ki-ya. Ai, biarlah jangan kita bicarakan urusan ini, kalau disinggung hanya akan menambah rasa duka saja. Justeru mengenai malapetaka yang menimpa nona sekarang ini perlu kuketahui, entah mengapa nona Lau berubah menjadi lemah sehingga tiga budak jahat itu saja tidak dapat kau tandingi?"
Dengan sangat berduka Lau Yok-ci bertutur "Ai, aku ... aku telah bertemu dengan seorang lelaki yang berhati keji, dia telah menaruh semacam obat didalam makanan diluar tahuku dan telah kumakan setiap hari, pelahan kurasakan seluruh kekuatanku telah dipunahkan
oleh obat yang di taruhnya itu, keadaanku sekarang lemah tidak ada ubahnya seperti perempuan biasa, dengan sendirinya aku tidak sanggup melawan ...."
"Hah, siapakah lelaki itu?" tanya Yu Wi dengan gusar. "Racun yang ditaruhnya dalam makananmu itu bernama Hoa-goat-yau (siluman bunga bulan), jenis tumbuhan ini sangat jahat, tidak berwarna, tidak berbau, tapi merangsang nafsu birahi, bila banyak makan bisa berubah menjadi sinting, bagi orang yang bertenaga dalam kuat juga musnah tenaganya secara berangsur dan akhirnya akan berubah menjadi linglung. sungguh keji amat orang ini, entah apa maksud tujuannya sehingga meracuni dirimu dengan obat ini?"
Lau Yok-ci cuma tahu tenaga sendiri hilang akibat obat itu, tak diketahuinya obat itu, bahwa obat itu juga berkhasiat membangkitkan nafsu iblis segala, keruan ia terkejut dan kuatir. "Wah, .... keji amat dia . . . ."
"Siapakah dia?" segera Yu Wi tanya pula.
Mendadak Lau Yok-ci menggigit bibir, sedapatnya ia menahan rasa murka hatinya, jawabnya dengan pelahan, "sudahlah, selanjutnya budi dan dendam ini kuhapus sama sakali, Toa . ..Toako tidak . . . tidak perlu lagi kita membicarakan dia...."
"Apakah kau utang budi padanya?" tanya Yu Wi pula.
Yok-ci menghela napas perlahan, "sejak kubawa diri Ki-ya, mestinya hendak kucari dirimu agar engkau tidak menguatirkan keselamatan anakmu. Pula engkau tidak tahu siapa pembunuhnya, bukan mustahil engkau bisa salah menuduh orang baik sehingga menimbulkan permusuhan, akan kutemukan dirimu untuk menceritakan apa yang terjadi..."
"Waktu itu aku pergi ke Thian-ti-hu, tiga hari kemudian baru pulang," kata Yu Wi.
"Akan tetapi aku tidak tahu." kata Yok ci, "kusangka engkau pergi jauh berkelana, maka aku tidak sabar menunggu kepulanganmu disekitar tempat kediamanmu. Kupikir dapat kutemukan engkau di
dunia Kongouw. kuyakin namamu sudah terkenal dan tidak sulit mencari jejakmu. siapa tahu jejakmu tidak kutemukan, sebaliknya kepergok suhu dan dia tahu aku sedang mencari dirimu."
"Sepulangnya Giok-bin-sin-po di Tionggoan, bukankah dia membawa serta Hoay-soan dan seorang gadis negeri asing?" tanya Yu Wi.
Yok-ci mengangguk. "Memang betul, Dari suhu dan Hoay-soan kudengar pengalaman kalian di Ho-lo-to, Meski Kai-liong-ong Auyang Liong-lian tidak cocok dengan suhu, tapi setelah mengetahui kitab pusaka Hian-ku-cip telah diperoleh orang Thi-bang-pang, rasa iri antara mereka berdua lantas hilang, suhu telah diantar dengan selamat kedaratan Tiong-goan- Kalau kuceritakan, suhu juga bersalah, beliau tahu Hian-ku-cip berada pada tangan orang Thi-bang-pang, tapi tidak berani mendatanginya untuk merebut kitab itu, namun beliau tidak pernah melupakan kitab pusaka itu, setiap kesempatan memperoleh kitab itu pasti tidak disia-siakannya. Maka ketika mengetahui sebab musababnya dirimu, dia lantas memaksa diriku agar gunakan Ki-ya sebagai sandera untuk memeras dirimu agar mau pergi ke Thi-bang-pang untuk Hian-ku-cip. Menurut suhu, katanya bila engkau yang mengunjungi Thi-bang-pang pasti dapat memperoleh Hian-ku-cip yang diimpikannya itu melalui puteri ketua Thi bang-pang, seluk-beluk hal ini aku tidak tahu, tapi suhu merasa yakin engkau pasti dapat melakukan apa yang dikehendakinya."
Mendadak Yu Wi menjengek, "Hm, sekalipun kutipu kitab itu juga aku tidak sudi, jelek-jelek Yu Wi tidak nanti melakukan perbuatan menipu, biarpun Giok-bi-sin-po mengancam akan membunuh anakku juga takkan kuterima."
Walaupun demikian, bahwa Yu Wi memang tidak nanti melakukan tindak penipuan terhadap wanita, namun diluar tahunya perbuatan demikian telah dilakukan Kan ciau-bu yang memalsukan namanya, sehingga mendapatkan nona cantik dan kitab pula sehingga kelak akan banyak menimbulkan huru-hara.
Maka Yok-ci bertutur lebih lanjut, "Setelah Ki-ya kuselamatkan, dengan sendirinya kupandang dia sebagai keponakan, maka
kehendak suhu itu tidak dapat kuterima. Meski suhu mengawasi diriku dengan ketat, akhirnya dapat juga kukabur bersama Ki-ya di tengah malam buta, aku berdoa semoga Thian memberkahi Ki-ya supaya dapat selamat kembali kepangkuanmu. Tapi akhirnya meski dapat kuloloskan diri bersama Ki-ya, ditengah jalan dapat disusul oleh suhu dan terkena satu pukulannya. Untung ditengah malam gelap. pandangan suhu agak terganggu sehingga kami sempat menyelinap kesemak-semak. akhirnya kami dapat melarikan diri meski aku terluka cukup parah ..."
Mendengar cerita Yok-ci itu, tiba-tiba Cin Pek ling menimbrung, "Percuma Giok-bin-sin-po dipandang sebagai tokoh kalangan Pek-to (golongan putih), ternyata demi mendapatkan sejilid Hian-ku-cip dia tidak sayang mencelakai murid sendiri He-he, tampaknya Hian ku-cip yang dimaksud pasti tulen-"
"Tentu saja tulen" kata Yu Wi. "Cin-siansing, tentunya kaupun tahu Hian-ku-cip adalah ilmu sakti andalan Goat-heng-bun yang merupakan musuh bebuyutan Thay-yang-bun kalian-"
Air muka Cin Pek ling berubah, ucapnya, "Oo. tahu Hian-ku-cip adalah ilmu sakti andalan Goat-heng bun" jika demikian tentu juga kau tahu Thi-bang-pang sekarang apakah benar ada ahli-waris dari Goat-heng-bun?"
"Mendingan kalau ahli waris Goat-heng-bun tidak muncul lagi, kalau muncul mana bisa dia bersembunyi ditengah Thi-bang-pang segala," ujar Yu Wi, "Cin sian-sing, masa kau nilai Thi-bang-pang setinggi itu. Coba pikir, apakah Thay- yang- bun kalian mau membonceng dibelakang sebuah gerombolan bajak yang tidak ada artinya itu?"
"Sudah ratusan tahun ,Goat-heng-bun tidak muncul di dunia Kang-ouw sehingga tidak banyak dikenal orang, tapi tampaknya kau sangat paham seluk- beluk perguruan mereka, bahkan mengetahui musuh bebuyutannya adalah Thay-yang-bun-"
Lau Yok-ci hanya mendengarkan percakapan mereka, setelah melihat mereka tidak melanjutkan pembicaraan, segera ia sambung
penuturannya tadi, "Dengan menanggung luka kulari terus hingga sangat jauh, akhirnya aku tidak tahan dan jatuh pingsan- Ki-ya ternyata sangat pendiam. dia tidak menangis dan ribut, dia hanya duduk menunggu disampingku. Waktu aku siuman kembali, kurasakan berbaring di suatu kamar, baju juga sudah berganti, diatas meja disamping tempat tidur ada semangkuk obat, tapi Ki-ya tidak kelihatan lagi. Kukuatir terjadi apa-apa atas diri Ki-ya, aku berteriak kuatir pada saat itulah masuk seorang Kongcu. . . ."
"Apakah dia yang menolong dirimu itu?" tanya Yu Wi.
Dengan gemas Yok-ci menjawab. "Meski dia penolong jiwaku, tapi dia juga meracuni aku, jadi budi dan dendam ini kuanggap lunas. Toa . . .Toako, bahwa tidak kukatakan namanya, apakah kau tahu maksudku?"
Dua kali dia memanggil "Toako", tapi rasanya kikuk. Maklumlah, bilamana seorang gadis lagi kasmaran, perasaannya juga cepat tersinggung. Bilamana tidak terdapat perasaan apa-apa terhadap Yu Wi, dia tidak perlu merasa kikuk memanggilnya Toako.
Padahal sudah lama Yok-ci jatuh hati kapada Yu Wi, cuma dia sudah dijodohkan kepada Kan ciau-bu, maka rasa cintanya itu tidak berani diperlihatkannya. sekarang perjodohannya dengan Kan ciau-bu boleh dikatakan sudah batal, maka cintanya kepada Yu Wi lantas diperlihatkannya secara halus.
Bukankah dahulu Yu Wi pernah berteriak-teriak memanggil " nona penjinak singa" di bukit Thian-ti-hu tatkala mana Yu Wi juga sangat menyukai Lau Yok-ci, sebaliknya Yok-ci terpaksa bersikap dingin padanya. Kemudian Yu Wi berumah tangga dan berdiam di ci-he-san, untuk mengobati rasa rindunya, pernah beberapa kali Yok-ci berkunjung kesana, cuma selalu diluar tahu Yu Wi.
Padahal kalau Yu Wi mau berpikir lebih cermat masakah bisa terjadi secara kebetulan Yok-ci berada disana, ketika Kan ciau-bu membunuh Yap Jing dan Ho si, lalu Ki-ya berhasil diselamatkan oleh Lau Yok-ci, jika nona itu tidak sering datang kesana mustahil bisa memergoki peristiwa itu secara kebetulan"
Waktu mengetahui Yu Wi sudah menikah punya anak, diam-diam Yok-ci pernah berduka, Waktu Ki-ya berumur sebulan, pernah dia mengirimkan singa kemala, arti yang terkandung dalam kado yang dikirimnya itu mungkin cuma diketahui oleh Yu Wi saja seorang.
Lantaran hilangnya singa kemala itu bersama Ki-ya, Yu Wi sudah memperkirakan anak itu mungkin diselamatkan oleh Lau Yok-ci. Ternyata betul dugaannya. Ki-ya memang dibawa lari oleh Yok-ci, perasaan Yok-ci yang istimewa itu juga tidak diketahuinya, ia anggap pertemuannya dengan Lau Yok-ci sebagai kejadian yang wajar, dia tidak bersikap terlalu mesra.
Maka ketika Yok-ci bertanya tadi. Yu Wi menjawab dengan hambar, "Apakah kau kuatir akan kucari perkara padanya" Tidak. jangan kuatir, karena engkau utang budi padanya. meski diam-diam dia juga meracuni dirimu. kedua urusan jadi lunas. Pula Hoa-goat-yau yang diminumkan padamu cuma merusak lwekangmusaja dan belum lagi mempengaruhi jiwamu, masih dapat disembuhkan dengan mudah."
"Apakah betul dapat disembuhkan dengan mudah?" tanya Yok-ci dengan girang. "Jika . . jika begitu, jadi lwekangku dapat pulih kembali?"
"Tidak sulit untuk memulihkan lwekangmu," kata Yu Wi. "Nanti kuberi satu resep setelah kau minum obat ini, racun Hoa-goat-yau dalam tubuhmu dapat dipunahkannya."
"Ah, kenapa aku lupa bahwa engkau adalah murid Yok-ong-ya," seru Yok-ci. "Setelah kau pelajari kitab Pian-sik sin-bian, tentu engkau sudah menjadi tabib sakti, jika engkau bilang mudah disembuhkan pasti dapat sembuh."
Yu Wi tidak heran mengapa Lau Yok-ci mengetahui dirinya mendapatkan kitab Pian-sik-sin-bian dari Yok-ong-ya, sebab dahulu waktu Kan Hoay-soan kehilangan ingatan, secara diam-diam Lau Yok-ci selalu menguntit dibelakang untuk melindunginya. Waktu dirinya kebetulan bertemu dengan Kan Hoay-soan di Lam-keng dahulu, kejadian itu juga dapat dilihat oleh Yok-ci.
---ooo0dw0ooo---
Bab 17 Tapi tidak terpikir oleh Yu Wi mengapa Lau Yok-ci menghela napas ketika menyaksikan dirinya diladeni Lim Khing-kiok, dia seperti tidak mau memikirkan cinta Lau Yok-ci, perubahan batin ini tidak diketahui oleh Yu Wi adalah akibat dia telah makan obat pemberian Pek-yan sehingga sakarang dia tidak bergairah lagi terhadap perempuan manapun di dunia ini kecuali terhadap Pek-yan sendiri.
Begitulah, dengan sikap dingin Yu Wi berkata pula, "obat yang kuberi nanti hanya dapat memunahkan racun Hoa-goat-yau, tapi untuk memulihkan lwekangmu diperlukan bantuan kaum ahli untuk melancarkan beberapa urat nadimu."
Yok-ci rada kecewa, ucapnya, "Siapa kiranya yang mau mengorbankan tenaganya untuk menyembuhkan diriku" Pernah kudengar cerita Suhu bahwa untuk bantu menyemhuhkan penyakit dengan melancarkan urat nadi orang, tenaga dalam sendiri juga harus banyak kehilangan, kalau bukan sahabat karib atau sanak keluarga sendiri jarang yang mau berkorban sebesar ini. Ai, sekalipun ada orang yang sudi membantu memulihkan tenagaku, tapi berapa orang kosen didunia ini yang dapat kucari untuk menolong diriku dengen cara demikian?"
"Aku kenal seorang kosen yang dapat memulihkan lwekangmu tanpa mengganggu tenaga dalam sendiri," kata Yu Wi.
"siapa dia?" tanya Yok-ci dengan girang.
Sejak diketahui tenaga dalam sendiri telah punah, ia merasa sangat sedih dan hampir-hampir putus asa. Maklumlah, dari seorang gadis yang tangkas kini telah berubah menjadi lemah. siapa pun sukar menahan pukulan batin seberat ini.
Kalau saja dia tidak kehilangan tenaga, mana dapat dihina oleh tiga orang budak jahat. Pengalaman pahit itu benar-benar
dirasakannya sebagai akibat seorang yang telah kehilangan tenaga dalam. Kini mendengar ada harapan tenaganya itu bisa dipulihkan-tentu.saja ia bergirang. cuma dia seorang gadis yang mampu menguasai perasaan, dia cuma tan
Istana Pulau Es 13 Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Pendekar Kelana 10
^